Log In · Sign Up Top of Form

64
Log In Sign Up MAKALAH MUAMALAH FIQIH - Jual beli, Qiradh dan Riba more by ana rosyida 12,027 Download (.docx) MAKALAH_MUAMALAH_FIQIH.docx 56.1 KB 1 BAB IPENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai bagian dari hukum Islam yang mana merupakan suatu prinsip yang sangat besar dan terdapat pijakan berupa keadilan dalam memperhatikan kemaslahatan manusiaseluruhnya. Berdasarkan prinsip-prinsip agung yang diuraikan dalam buku ini, dapatdiketahui bahwa muamalah dalam jual beli tidak dapat dikeluarkan dari mubah kepada haramkecuali jika ada sesuatu yang diperingatkan, misalnya karena menjurus kepadaakedzalimanterhadap salah satu pihak, berupa riba, kedustaan, penipuan, dengan berbagai ragamnya,ketidak tahuan dan pengecohan dengan segala jenisnya. Semua itu adalah contoh kedzalimanterhadap salah satu pihak.Uraian dalam makalah ini hanyalah sekedar mengantarkan pada pemahaman pembacadan sebagai alat bantu dalam memudahkan pembaca dalam mendapatkan suatu informasi danreferensi baru terkait permasalahan

Transcript of Log In · Sign Up Top of Form

Log In Sign Up

MAKALAH MUAMALAH FIQIH - Jual beli, Qiradh dan Riba more by ana rosyida12,027Download (.docx)

MAKALAH_MUAMALAH_FIQIH.docx

56.1 KB

  1BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang Sebagai bagian dari hukum Islam yang mana merupakan suatu prinsip yang sangat besar dan terdapat pijakan berupa keadilan dalam memperhatikan kemaslahatan manusiaseluruhnya. Berdasarkan prinsip-prinsip agung yang diuraikan dalam buku ini, dapatdiketahui bahwa muamalah dalam jual beli tidak dapat dikeluarkan dari mubah kepada haramkecuali jika ada sesuatu yang diperingatkan, misalnya karena menjurus kepadaakedzalimanterhadap salah satu pihak, berupa riba, kedustaan, penipuan, dengan berbagai ragamnya,ketidak tahuan dan pengecohan dengan segala jenisnya. Semua itu adalah contoh kedzalimanterhadap salah satu pihak.Uraian dalam makalah ini hanyalah sekedar mengantarkan pada pemahaman pembacadan sebagai alat bantu dalam memudahkan pembaca dalam mendapatkan suatu informasi danreferensi baru terkait permasalahan

tentang mualah baik itu yang nantinya dapat berhubungandengan jual beli, qiradh ataupun riba.B. Rumusan Masalah1. Apa ruang lingkup dari muamalah yang berhubungan denganjual beli?2. Bagaimana gambaran tentang qiradh dalam kehidupan sehari-hari?3. Apa saja bentuk perbuatan riba terkait dalam transaksi jual beli?C. Tujuan1. Dapat mengetahui ruang lingkup tentang muamalah yang berhubungan dengan jual beli.2. Dapat memahami gambaran nyata tentang qiradh dalam kehidupan sehari-hari.3. Dapat memahami tentang bentuk perbuatan riba yang terkait dalam transaksi jual beli.  2BAB IIPEMBAHASANA. Jual Beli1. Pengertian Jual BeliJual beli berasal dari lafadz

ب�

ع

  jama‟ dari laf adz

ب�

 

� yang menurut bahasa yaitusuatu bentuk akad penyerahanatau menukarkan sesuatu dengan sesuatu yang lainAdapunJual beli menurut syara‟ yaitu memiliki suatu harta dengan mengganti sesuatuatas dasar izin syara‟ atau sekedar memiliki manfaatnya saja dengan diperbolehkannya syara‟dengan melelui pembayaran yang berupa uang atau yang sejenisnya.1 

� ء ء�ب� ا�

�ب�ب

ه 

Artinya:“Pertukaran sesuatu dengan sesuatu (yang lain)”. Oleh sebab itu, sebagian ulama mendefinisikan jual belisecarasyar‟i sebagai akad yangmengandung sifat menukar satu harta dengan harta yang lain dengan cara khusus. Bantahanini kemudian dijawab, sebenarnya definisi jual beli adalah akad yang mempunyai salingmenukar yaitu dengan cara menghilangkanmudhaf (kata sandaran).2 Karena jual beli merupakan kebutuhandoruridalam kehidupan manusia, artinyamanusia tidak dapat hidup tanpa kegiatan jual beli, maka Islam menetapkan kebolehannyasebagaimana yang dinyatakan dalam Al-Qur‟an dan hadist. 1Terjemah Fathul Qorib,hlm. 334.2Fiqih Muamalat sistem transaksi dalam fiqh Islam, hlm. 25.

  32. Landasan Syara’ atauDasar Hukum Jual BeliJual beli telah disahkan dalam Al-Qur‟an, sunnah dan ijma‟ umat. Yang dalam hal inisebagaimana yang terdapat dalam dalil Al-Qur‟an yang berbunyi:

  Artinya:“  Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba ”.(Q.S Al-Baqarah:2:275).Dalam dalil diatas mengindikasikan bahwasannya allah telalh menghalalkan segala bentuk transaksi jual beli apapun dengan syarat jual beli tersebut haruslah sesuai denganketentuan syara‟ yang dalam hal ini juga terdapat dalamfirman allah yang berbunyi: 

…….  Artinya:“ Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli”. (Q.S Al-Baqarah:282). Adapun Dalil Sunnah diantaranya adalah hadits yang diriwayatkan dari Rasulullahs.a.w. beliau bersabda: “Sesungguhnya jual beli itu atas dasar saling ridla”. Ketika ditanyatentang usaha apa yang paling utama, Nabi menjawab: “usaha seseorang dengan tangannyasendiri, dan setiap jual beli yang mabrur”.3 3. Rukun Jual Beli3

Fiqih Muamalat sistem transaksi dalam fiqh Islam, hlm.27.

Job Board About Mission Press Blog Stories We're hiring engineers! Help Terms Privacy Copyright Send us Feedback

Academia © 2014

Status Harta Bagi Manusia

Di atas telah dijelaskan bahwasannya semua yang ada di langit dan

di bumi adalah kepunyaan Allah ta’ala. Termasuk dalam hal ini adalah

harta benda. Pada hakikatnya, manusia dikaruniai oleh Allah ta’ala

harta benda adalah sebagai titipan dan amanah yang harus

dipergunakan sebagaimana mestinya. Hal ini dijelaskan dalam

firman-Nya :

ر ي� ب� ر ك� ج�� م ا� ه� وا ل� � ق ق! ن�! م وا� ك� ن! وا م� ن!� م� ن( ا) ي+� ذ! ال� ه ف�! ي� ن( ف�! ي� لف! خ! ست م م�� ك� عل ا ج�� م وا م� � ق ق! ن�! وله وا� ورس�� اهلل وا ب�� ن!� م� ا)”Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari

hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang

beriman diantara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala

yang besar” [QS. Al-Hadid : 7].

Harta merupakan perhiasan dunia yang Allah ta’ala jadikan sebagai

salah satu ujian keimanan/cobaan bagi manusia, sebagaimana firman-

Nya :

لا م� ر ا� ي� ا وخ! واب�� Mث� Oك �Qب ذ ر ن! ر ع� ي� اب � خ! خ ال� اب � ال�ص ي� اف� ن� ا وال� ن� ZQن اه ال�ذ� ي� ح ة � ال� ي! ن^� ون( ر! ن!� ب� مال� وال� ال�”Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang

kekal lagi shalih adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk

menjadi harapan” [QS. Al-Kahfi : 46].

م ي� dظ ر ع� ج�� ذه� ا� ن! ع� ن( اهلل ة وا� ي! ت Zم ف� ك�� ولاد� م وا� ك� وال�� م� ما ا� ن�! وا ا� لم� واع�”Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan

sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar” [QS. Al-Anfaal : 28].

Harta bukanlah tujuan, namun tidak lebih hanya sebagai salah satu

sarana dan bekal untuk beribadah kepada Allah ta’ala. Allah ta’ala

telah berfirman dalam salah satu ayatnya :

ون( علم� م ن� � ي ب! ن( ك�� qم ا ك� ر ل� ي� م خ! ك� ل� د! ل اهلل ن� ب� ي� س� م ف! سك� ف!� ن�! م وا� ك� وال� م� ا� وا ب�� ذ� اه� الا وج�� ف Mا ون� اف�! ف! وا ج�! ر� ف! ان�!”Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat, dan

berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik

bagimu jika kamu mengetahui” [QS. At-Taubah : 41].

Selain QS. At-Taubah : 41 di atas, masih banyak ayat-ayat dalam

Al-Qur’an yang menempatkan harta sebagai salah satu wasilah dalam

ibadah. Allah ta’ala memerintahkan shadaqah, infak, dan zakat; yang

kesemuanya itu dengan menggunakan harta. Allah ta’ala telah

mewajibkan haji bagi yang mampu. Itu pun juga menggunakan harta.

Untuk mewujudkankannya, Allah ta’ala telah mewajibkan manusia untuk

mencari nafkah yang berupa harta yang halal; yang dengan harta itu

ia juga bisa menunaikan kewajibannya untuk memenuhi hak-hak istri,

anak, dan keluarganya. Allah ta’ala telah berfirman :

ون( ر� ك� Mس م ت� ك� عل له ول� ص! ن( ف�! وا م� غ!� ت ب� ن ه ول� ي� وا ف�! ن!� سك� ت هار ل� ل وال�ن! ن� م� ال�ل ك� عل ل� ه ج�� مي ن( رح� وم�”Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu

beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian karunia-Nya (pada

siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada Allah” [QS. Al-Qashshash : 73].

ور� ك� Mادي� ال�س ن� ن( ع� ل م� لن� را وف� ك �Mد س� ل داو� وا ا) مل� اع�”Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari

hamba-hamba-Ku yang berterima kasih” [QS. Sabaa’ : 13].

ور� �Mش ه ال�ت!� ي� ل� qه وا ق ن( رر! وا م� ل� ها وك�� ن� اك� ن! ي� م� وا ف! �Mش ام� ولا ف�! ل�� رض! د! م� الا� ك� عل ل� ي� ج�� ذ! و ال� ه��”Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala

penjurunya dan makanlah sebahagian dari rizki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kamu

(kembali setelah) dibangkitkan” [QS. Al-Mulk : 15].

Tentunya, semua perbuatan ma’ruf dan ibadah yang dilakukan oleh

manusia hanya diharapkan untuk keridlaan Allah dan balasan kelak

di negeri akhirat berupa kenikmatan Jannah (surga).

Nikmat harta adalah nikmat yang harus disyukuri sebagaimana

firman-Nya ta’ala :

ن( مي� عال� ال� رب� ي� هلل ت+ ما اي� وم� ي� ح كي� وم� س� ي� وت�!� ت+ لا ن( ص� qل ا � ف�”Katakanlah : Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk

Allah, Tuhan semesta alam” [QS. Al-An’aam : 162].

ذ �Qب ذ Mس ي� ل� �Qات ذ! ن( ع� qم ا � ف!رت� ن( ك� ي� م ول� ك� ذب�! �Qب ر! م لا� � رت� ك Mن( س� ي� م ل� ك� ��Qب ن( ر د! ا� د! ب� qوا”Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan : Sesungguhnya jika kamu

bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari

(nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih” [QS. Ibrahim : 7].

  PEMBAGIAN HARTA 1[29]

I.                   Pembagian Harta

Ulama fikih membagi harta menjadi beberapa macam.2[30]

1)      Dilihat dari segi kebolehan pemanfaatannya menurut

syara’, harta terdiri atas:

A.    Halal untuk dimanfaatkan (mutaqowwamun)

B.     Tidak halal untuk dimanfaatkan(gairu mutaqawwamun)

Perbedaan pembagian harta tersebut di atas akan

terlihat jelas dalam hal keabsahan pemanfaatan harta

itu menurut syara’.Bangkai babi dan khamar (minuman

memabukkan), bukanlah harta yang halal dimanfaatkan

dalam Islam.Oleh karena itu, tidak sah dilakukan akad

(transaksi) terhadap benda-benda tersebut.

Dilihat dari segi ganti rugi, apabila dilenyapakn

atau dimusnahkan dengan sengaja harta yang tidak halal

dimanfaatkan, yang dimiliki oleh orang muslim, tidak

dikenakan ganti rugi, karena harta tersebut, tidak

halal bagi umat Islam. Berbeda halnya dengan babi dan

khamar milik orang kafir zimmi(orang kafir yang hidup dan

tunduk di bawah kekuasaan Negara Islam), harta itu

harus dibayar ganti rugi oleh orang Islam, bila harta

itu dilenyapkan atau dimusnahkan,karena harta itu halal

1

2

dimanfaatkan bagi orang kafir zimmi walaupun tidak

halal bagi umat Islam (Mazhab Hanafi).

Dalam keadaan tertentu, harta yang tidak halal

dimanfaatkan seperti babi dan khamar, dapat

dimanfaatkan bila dalam keadaan darurat, karena jika

tidak ada makanan atau minuman yang diperkirakan orang

akan meninggal. Hal itu pun dibenarkan sebatas dapat

bertahan, sementara mendapatkan makanan/minuman yang

halal.

2)      Dilihat dari segi jenisnya, terdiri dari:

a.       Harta yang tidak bergerak(al-Iqar), seperti tanah dan

rumah.

b.      Harta yang bergerak(al-Manqul), seperti barang

dagangan.

Perbedaan antara harta yang tidak bergerak dan yang

bergerak , akan terlihat jelas dalam contoh berikut:

(1)   Hak syuf’ah (hak seseorang untuk menuntut

tetangganya yang akan menjual tanah/rumahnya agar lebih

dahulu ditawarkan kepadanya).

Hak syuf’ah hanya berlaku terhadap benda yang tidak

bergerak.

(2)   Menurut ulama Mazhab Hanafi, wakaf hanya berlaku

terhadap benda yang tidak bergerak atau benda yang

bergerak yang sulit memisahkannya dari benda yang tidak

bergerak, seperti mewakafkahn tanah dengan benda-benda

yang di atasnya.

Sedang menurut jumhur ulama, wakaf berlau untuk

benda yang tidak bergerak dan benda yang bergerak.

(3)   Orang yang diberi wasiat untuk memelihara harta anak

kecil, tidak dibenarkan menjual harta tidak bergerak

milik anak kecil itu. Namun, ada pengecualian dalam

keadaan yang amat mendesak seperti membayar hutang anak

kecil itu, dengan ketentuan harus ada izin dari hakim.

Sebaliknya orang yang diberi wasiat, dapat menjual

harta yang bergerak, untuk keperluan dan kepentingan

anak itu sehari-hari. Hal ini tidak memerlukan izin

dari hakim.

(4)   Menurut imam Hanafi dan sahabatnya Imam Abu Yusuf,

ghasab (mengambil harta orang lain tanpa izin), tidak

berlaku terhadap benda yang tidak bergerak, karena

tidak mungkin memindahkan harta tersebut. Di samping

itu manfaat harta tidak bergerak, bukanlah termasuk

harta bagi mereka. Sedangkan menurut jumhur ulama, dan

Muhammad Hasan Asy-Syaibani (sahabat Imam Hanafi), bisa

saja terjadi ghasab pada benda tidak bergerak, seperti

menguasai (merampas) tanah orang lain, sekurang-

kurangnya dalam merampas pemanfaatannya, akrena menurut

jumhur ulama, manfaat termasuk harta.

3)      Dilihat dari pemanfaatannya, terdiri dari:

a.       Harta yang pemanfaatannya tidak menghabiskan benda

tersebut dan tetap utuh(al-Isti’mali), seperti, rumah, lahan

pertanian.

b.      Harta yang pemanfaatanya, menghabiskan benda

tersebut(al-Istihlaki) seperti, pakaian, makanan, minuman,

dan sabun.

Sebagai akibat dari perbedaan kedua jenis benda

tersebut, maka ulama fikih hanya melihat dari segi

akadnya saja.Untuk harta yang bersifat al-Isti’mali,

akadnya yang bersifat tolong-menolong saja. Sedangkan

benda yang bersifat al-Istihlaki, selain tolong-

menolong, dapat juga ditransaksikan dengan cara

mengambil imbalan (jasa) seperti sewa-menyewa (al-Ijarah).

4)      Dilihat dari segia ada atau tidak ada benda yang

dipasaran, yaitu:3[31]

a.       Benda yang ada jenisnya dipasaran (al-Mitly),

seperti, benda yang ditimbang atau ditakar seperti:

beras, gula, kapas, kentang.

b.      Harta yang tidak ada jenisnya yang sama dalam

satuannya (al-Qimiy) dipasaran seperti bermacam

pepohonan, logam mulia, dan alat-alat rumah tangga.

Ulama fikih selanjutnya mengemukakan, bahwa sebagai

akibat dari pembagian harta menjadi: (al-Mitly) dan

(al-Qimiy), maka terjadilah hal-hal berikut:

(1)   Dalam hal bersifat al-Qimiy, tidak mungkin terjadi

riba, karena jenis satuannya tidak sama (berbagai jenis

dan alat rumah tangga).

3

Sedangkan terhadap harta yang bersifat al-Mitsli bisa

berlaku transaksi (akad) yang menjurus kepada riba.

(2)   Dalam suatu perserikatan harta yang bersifat al-

Mistli seorang mitra serikat boleh mengambil bagiannya

ketika mitra dagangannya sedang tidak di tempat. Akan

tetapi, perserikatan dalam harta yang bersifat al-

Qimiy, masing-masing pihak tidak boleh mengambil

bagiannya selama pihak lainnya tidak berada di tempat.

(3)   Apabila harta yang bersifat al-Mistli dirusak

seseorang dengan sengaja, maka wajib diganti dengan

harta yang sejenis. Sedangkan harta yang bersifat al-

Qimiy, apabila dirusak dengan sengaja, maka ganti rugi

yang harus dibayar adalah dengan memperhitungkan

nilainya.

5)      Dilihat dari status (kedudukan) harta, dapat dibagi

menjadi:4[32]

a.       Harta yang telah dimiliki(al-Mal-al-Mamluk), baik milik

pribadi, maupun milik badan hokum (negaram organisasi

kemasyarakatan).

Dalam masalah milik pribadi, pemilik bebas

memanfaatkannya, baik dalam bentuk pernyataan maupun

perbuatan.Namun, apabila hrta itu tidak bergerak, maka

tindakannya pada harta itu dibatasi atas pertimbangan

kemaslahatan tetangga.Umpamanya, pemilik rumah tidak

4

bisa sewenang-wenang bertindak atas rumahnya dengan

tindakan yang membawa mudarat bagi tetangganya.

Selanjutnya apabila terdapat hak orang lain pada

harta pribadi itu (seperti menjadi jaminan hutang atau

sedang disewa orang), maka pemiliknya tidak boleh

bertindak terhadap harta itu dengan menghilangkan hak

orang lain yang dimaksud.

Dalam masalah harta itu milik Negara, maka

penggunaannya harus ditujukan untuk kepentingan orang

banyak yang diatur dengan undang-undang.Masyarakat yang

menggunakannya, tidak boleh merusak harta dan tidak

boleh menjadikannya menjadi milik pribadi. Demikian

juga halnya harta milik lembaga atau organisasi

kemasyarakatan, penggunaannya juga untuk kepentingan

organisasi tersebut, tanpa ada orang lain yang

dirugikan. Dengan kata lain, jangan sampai menyimpang

dari tujuan organisasi tersebut.

Dalam hal harta it milik beberapa orang

(berserikat), maka tindakan hokum masing-masing pemilik

harta itu terbatas pada tindakan yang tidak merugikan

hak-hak mitranya.Sebab, masing-masing pihak tidak boleh

merusak atau menghabiska harta itu, tidak boleh

mengubah bentuknay dan tidak bleh melakukan suatu

tindakan di luar batas-batas yang telah

disepakati.Biasanya kesepakatan bersama itu didaftarkan

di dalam akte perserikatan atau perusahaan yang

dimaksud.

b.      Harta yang tidak dimiliki seseorang(al-mal-al-mubah).

Al-malul-mubah, adalah harta yang tidak dimiliki

seseorang, seperti sumber mata air, hewan buruan, kayu

di hutan belantara yang belum dijamah dan dimiliki

orang, atau ikan di lautan lepas.Harta seperti ini

boleh dimanfaatkan oleh setiap orang, dengan ketentuan

tidak merusak kelestarian alam tersebut.Umpamanya,

menebang kayu tidak boleh sembarangan, yang

mengakibatkan banjir.

Perlu diketahui pula, bahwa menangkap ikan di

lautan lepas perairan Indonesia, dibolehkan bagi rakyat

Indonesia dan tidak boleh oleh warga negara

asing.Mengenai batas-batas laut juga ada ketentuannya.

c.       Harta yang dilarang oleh syara’ memilikinya (al-

mal-al-mahjur).

Al-mal-al-mahjur adalah harta yang dilarang oleh syara’

memilikinya, seperti harta wakaf, atau diperuntukan

untuk kepentingan umum.Harta yang seperti ini, tidak

boleh dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi.

6)      Dilihat dari segi bisa dibagi, atau tidak harta

tersebut.5[33]

Berkenaan dengan masalah ini ulama fikihi mengatakan,

bahwa:

5

a.       Ada harta yang bisa dibagi.

Pengertian “bisa dibagi” maksudnya, apabila harta

dibagi, maka harta itu tidak menjadi rusak dan

manfaatnya tidak hilang.Contohnya, rumah dan

pertokoan.Jika rumah atau toko itu dibagi.Tidak menjadi

rusak manfaat rumah atau toko itu.Sebaliknya apabila

manfaat rumah dan toko itu rusak, maka benda itu tidak

termasuk ke dalam benda-benda yang bisa dibagi.

Terhadap harta yang bisa dibagi, dapat dilakukan

eksekusi putusan hakim untuk membaginya, Karen tidak

merusak dan mengurangi manfaatnya.Namun, apabila ada

seseorang yang menghibahkan atau mewakafkan harta yang

bisa dibagi, maka hibah atau wakaf itu dianggap sah,

setelah dibagi terlebih dahulu.

Kemudian apabila seseorang mengeluarkan biaya untuk

memelihara harta serikat tanpa seizin mitranya, dan

tanpa seizing hakim, sedangkan harta serikat tu

termasuk harta yang bisa dibagi, maka dia tidak bisa

menuntut ganti rugi dari mitranya atas biaya yang telah

dikeluarkan, dan biaya yang dilekuarkan itu dipandang

sebagai sedekah saja.

b.      Harta yang tidak bisa dibagi

Pengertian harta yang “tidak bisa dibagi” adalah

apabila harta itu dibagi maka rusaklah

manfaatnya.Umpamanya, apabila rumah atau toko itu

dibagi, maka rumah atau toko itu tidak dapat

dimanfaatkan.

Terhadap harta yang tidak dapat dibagi, keputusan

hakim tidak dapat memaksa supaya harta dapat dibagi,

tetapi eksekusi dilakukan berdasarkan kerelaan masing-

masing pihak yang berhak atsa harta itu.

Apabila hata yang tidak bisa dibag, dihibahkan atau

diwaklikan (setengah atau sepertiga), maka hibahnya

atau wakafnya sah.Namun, apabila mitra seseorang telah

mengeluarkan biaya pemeilharaan atas harta yang tidak

bisa dibagi itu, maka dapat mengajukan biaya ganti rugi

kepada mitranya.

7)      Dilihat dari segi berkembang atau tidaknya harta

itu.

Harta itu dapat berkembang atau tidak, sangat

bergantung kepada upaya manusia atau dengan sendirinya

berdasarkan ciptaan Allah.

Ulama fikih membaginya menjadi dua:

a.       Al-Ashl (asal)

Al-Ashl adalah harta yang menghasilkan, seperti

tanah, rumah, pepohonan dan hewan.

b.      As-Tsamr (buah atau hasil)

As-Tsamr adalah buah yang dihasilkan dari suatu

harta, seperti sewa rumah, buah-buahan dari pepohonan,

dan susu dari sapi atau kambing.

Pembagian kedua bentuk harta dari segi tersebut atas

berdampak hukum yang luas dalam fikih Islam di

antaranya:

1)      Asal harta wakaf tidak bisa dibagi-bagikan kepada

yang berhak menerima wakaf tetapi buah dan hasilnya

dapat dibagikan kepada mereka. Umpamanya, seseorang

mewakafkan sawah atau ladang, sawah atau ladang itu

tidak boleh dibagi-bagikan, sedangkan hasilnya boleh

dibagi.

2)      Harta yang diperuntukan bagi kepentingan umum,

asalnya tidak boleh dibagi-bagikan, sedangkan hasilnya

boleh dimilik oleh siapapun. Umpamanya, di halaman

sebuah masjid tumbuh pohon buah-buahan. Buah itu boleh

dijual oleh siapapun, sedangkan pohonnya tidak boleh

dibagikan.

3)      Seseorang membeli rumah lalu disewakan kepada orang

lain. Setelah masa sewa itu habis, pembeli melihat ada

cacat lama (bukan karena perbuatan penyewa) yang cuku

besar pada rumah itu, sehingga rumah itu ia kembalikan

kepada pemiliknya (penjual rumah itu). Sewa rumah tetap

menjadi milik pembeli rumah, sekalipun rumah itu

setelah disewa orang dikembalikan kepda penjualnya,

karena rumah itu disewakan ketika menjadi miliknya.

4)      Dalam suatu transaksi yang obyeknya manfaat benda,

maka pemilik manfaat itu berhak atas hasilnya.

Umpamanya, apabila seseorang menyewa sebuah rumah, yang

pada pekarangannya ada pohon buah, maka buah tersebut

menjadi milik penyewa rumah dan boleh menjualnya kepada

orang lain. Namun, sekiranya ada perjanjian tertulis,

maka yang dipegang adalah perjanjian itu.

8)      Dilihat dari segi pemilikannya, ulama fikih

berpendapat, bahwa:

a.       Ada harta milik pribadi yang pemiliknya bebas

memanfaatkan harta itu selama tidak merugikan orang

lain.

b.      Ada milik masyarakat umum pemanfaatannya untuk semua

orang.

Milik pribadi bisa berubah statusnya menjadi milik

bersama. Perubahan status milik pribadi menjadi milik

umum, dapat terjadi:

1)      Kehendak sendiri dari pemiliknya. Umpamanya,

seseorang menyerahkan hartanya menjadi harta wakaf yang

dapat dipergunakan untuk kepentingan umat (orang

banyak).

2)      Kehendak syara’ seperti kebutuhan umat yang mendesak

untuk membuat jalan umum di atas tanah milik pribadi.

Dalam hal ini pihak penguasa dapat mempergunakan tanah

pribadi untuk kepentingan umum.

Selanjutnya ulama fikih membagi harta milik

masyarakat umum menjadi:

(1)   Harta yang khusus diperuntukan untuk kemaslahatan

bersama, seperti tempat-tempat ibadah, pemakaman,

jembatan, jalan umum dan sarana-sarana pendidikan dan

lain-lain yang benar-benar diperlukan untuk orang

banyak.

(2)   Harta yang khusus untuk eksploitasi bagi kepentingan

umum, seperti harta wakaf yang diwakafkan seseorang

untuk diambil hasilnya, dan tanah-tanah Negara yang

dapat dipergunakan masyarakat banyak.

Mengenai harta milik pribadi dan milik masyarakat

umum dapa dilihat pula dari segi:

a.       Harta milik masyarakat umum, tidak dapat dimiliki

seseorang.

b.      Seluruh hasil yang ada pada harta milik bersama,

dapat dimanfaatkan.

c.       Harta milik masyarakat umum tidak dapat dijadikan

jaminan hutang seseorang.

  Faedah Pembagian

1. Harta yang boleh didaya gunakan oleh seseorang

adalah harta mamluk, seperti dalam jual beli,

hibah atau wakaf dan lain-lain

2. Diperbolehkannya manusia memiliki harta mubah

dengan sesuai dengan kemampuan, usaha dan cara-

cara yang dibenarkan oleh syara, sehingga harta

tersebut menjadi miliknya.  seperti menghidupkan

tanah yang tidak ada pemiliknya maka tanah itu

dengan sendirinya akan menjadi milik dia. Sesuai

dengan keterangan hadits.

ها ق � ب�� هو اح� ذ ف�! ج� لا� ست ت� ا ل� مر ارص�! ن( ع� م�Barang siapa yang menghidupkan tanah yang bukan milik

seseorang, maka ia lebih berhak atas tanah tersebut

HARTA AIN DAN DAIN6[34]

Þ    Harta Ain

Harta yang berbentuk benda seperti rumah, meja, kursi

1. Harta Ain Dzati Qimmah

Benda yang memiliki bentuk dan nilai yang meliputi

Benda yang dianggap harta serta boleh diambil

manfaatnya

Benda yang dianggap harta serta tidak boleh

diambil manfaatnya

Benda yang dianggap harta serta yang ada jenisnya

atau tidak ada sebangsanya

Benda yang dianggap harta yang dapat bergerak

Benda yang dianggap harta yang tidak dapat

bergerak

6

1. Harta Ghair Dzati Qimmah

Benda yang tidak dapat dipandang sebagai harta, karena

tidak memiliki nilai dan harga seperti sebiji beras

Þ    Harta Dain

Sesuatu yang berada dalam tanggung jawab. Seperti uang

yang berada dalam tanggung jawab seseorang

7.    HARTA YANG DAPAT DIBAGI DAN TAK DAPAT DIBAGI

Þ    Harta yang dapat dibagi (Qabi li al-Qismah)

Harta yang tidak menimbulkan kerugian atau kerusakan

apabila harta tersebut dibagi-bagi, seperti beras,

tepung

Þ    Harta yang tidak dapat dibagi (Ghair Qabi Li Al-

Qismah)

Harta yang akan menimbulkan kerugian dan kerusakan

apabila harta tersebut dibagi-bagi, seperti piring,

mesin, meja.

8.    HARTA POKOK DAN HARTA HASIL

Þ    Harta Pokok

Harta yang menyebabkan adanya harta yang lain

Þ    Harta Hasil (Tsamarah)

Harta yang terjadi dari harta yang lain

Contoh : harta pokok adalah sapi, dan harta hasil

adalah susu atau daging, harta pokok disebut modal

9.    HARTA KHAS DAN AM

Þ    Harta Khas

Harta pribadi yang tidak bersekutu dengan harta yang

lain. Harta ini tidak dapat diambil manfaatnya atau

digunakan kecuali atas kehendak atau seizinnya

Þ    Harta Am

Harta milik umum atau bersama, semua orang boleh

mengambil manfaatnya sesuai dengan ketetapan, yang

disepakati oleh bersama oleh umum atau penguasa.

Dikutip dalam pembahasan Fiqh Muamalah.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Harta adalah segala sesuatu yang dimanfaatkan

kepada sesuatu yang legal menurut hokum syara’ (hukum

Islam) seperti jual beli, pinjaman, konsumsi, dan

hibbah atau pemberian. Jadi, apapun yang digunakan

manusia dalam kehidupan dunia merupakan harta.

Pandangan Islam terhadap harta adalah pandangan

yang tegas dan bijaksana, karena Allah SWT. menjadikan

harta sebagai hak milik-Nya, kemudian harta ini

diberikan kepada orang yang dikehendakinya untuk

dibelanjakan pada jalan Allah. Harta yang baik adalah

harta jika diperoleh dari yang halal dan digunakan pada

tempatnya. Harta menurut pandangan Islam adalah

kebaikan bukan suatu keburukan. Oleh karena itu harta

tersebut tidaklah tercela menurut pandangan Islam dan

Karen itu pula Allah rela memberikan harta itu kepada

hamba-Nya. Dan kekayaan adalah suatu nikmat dari Allah

sehingga Allah SWT. telah memberikan pula beberapa

kenikmatan kepada Rasul-Nya berupa kekayaan.

Dalam Islam Pengalihan (pemberian) harta kepada pihak

lain dapat dilakuan dengan cara hibah, sedekah dan

wasiat. Berkenaan dengan masalah harta juaga, masih

terdapat istilah lain yang perlu kita ketahui yaitu

harta gono-gini. Dalam Ensiklopedi Hukum Islam

dijelaskan bahwa harta gono-gini adalah harta milik

bersama milik suami-isteri yang mereka peroleh selama

perkawinan. Permasalahn harta gono gini ini merupakan

suatu permasalahan yang sering terjadi dimasyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran dan Hadits

Al-Anshari alAfriqi, Jamaluddin Abul Fadhl Muammad

binMukrim bin Manzur. al-Mashri Lisan al-Arab, (MD. 771 H)

Al-Firuzabadi, Majduddin, Al-Qamus al-Muhith. jilid 4 (MD.817)

As Siddiqy, Hasby. Pengantar Muamalah. PT. Raja Grafindo

Persada, 2004

Bably, Muhammad Mahmud. Dr. 1989. Kedudukan Harta Dalam

Kedudukan Islam. Jakarta: Radar Jaya Offset.

Cahyani, Putri Dwi. 2010. Tajuk Konsep Harta Dalam Islam.

dipublikasi

Farizhi, Nazhar. 2012 Artikel pembahasan Fiqh Muamalah.

Hasan, M. Ali. 2004. Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh

Muamalat). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Cet. II

Huda, Nurul & Mohamad Heykal. 2010. Lembaga Keuangan

Islam : Tinjauan teoritis dan Praktis.cet ke-1. Jakarta : Kencana

Prenada Media.

Mannan, Abdul. 1997. Teori dan Praktik Ekonomi Islam.

Yogyakarta : PT Dana Bhakti Wakaf.

MEMAHAMI KONSEP ISLAM TENTANG HARTABAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Adalah fitrah manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnyabaik secara lahiriyah maupun batiniah. Hal ini mendorong manusia untuk senantiasa berupaya memperoleh segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan lahiriyah identik dengan terpenuhinya kebutuhan dasar (basic needs) berupa sandang, pangan

dan papan. Tapi manusia tidak berhenti sampai disitu, bahkan cenderung terus berkembang kebutuhan-kebutuhan lain yang ingin dipenuhi. Segala kebutuhan itu seolah-olah bisa terselesaikan dengan dikumpulkannya Harta sebanyak-banyaknya.

Istilah HARTA, atau al-mal dalam al-Qur’an maupun Sunnahtidak dibatasi dalam ruang lingkup makna tertentu, sehingga pengertian al-Mal sangat luas dan selalu berkembang. Kriteria harta menurut para ahli fiqh terdiri atas : pertama,memiliki unsur nilai ekonomis.Kedua, unsur manfaat atau jasa yang diperoleh dari suatu barang.

Nilai ekonomis dan manfaat yang menjadi kriteria harta ditentukan berdasarkan urf (kebiasaan/ adat) yang berlaku ditengah masyarakat.As-Suyuti berpendapat bahwa istilah Mal hanya untuk barang yang memiliki nilai ekonomis, dapat diperjualbelikan, dan dikenakan ganti rugi bagi yang merusak atau melenyapkannya.

Dengan demikian tempat bergantungna status al-mal terletak pada nilai ekonomis (al-qimah) suatu barang berdasarkan urf. Besar kecilnya al-qimah dalam harta tergantung pada besar ekcilnya anfaat suatu barng. Faktor manfaat menjadi patokan dalam menetapkan nilai ekonomis suatu barang. Maka manfaat suatu barang menjadi tujuan dari semua jenis harta.

1.2 Rumusan masalah a. Bagaimanakah konsep islam tentang harta?b. Adakah hubungan antara ayat-ayat alqur’an dengan harta?c. Bagaimana metode memperoleh dan membelanjakan harta?1.3 Tujuana)    Dapat mengidentifikasi ayat-ayat alqur’an yang berkaitan dengan harta.b)   Dapat memahami konsep islam tentang harta.c)    Dapat mengetahui metode memperoleh dan membelanjakan harta.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN HARTA

Istilah HARTA, atau al-mal dalam al-Qur’an maupun Sunnahtidak dibatasi dalam ruang lingkup makna tertentu, sehingga pengertian al-Mal sangat luas dan selalu berkembang. Kriteria harta menurut para ahli fiqh terdiri atas : pertama,memiliki unsur nilai ekonomis.Kedua, unsur manfaat atau jasa yang diperoleh dari suatu barang.

Nilai ekonomis dan manfaat yang menjadi kriteria harta ditentukan berdasarkan urf (kebiasaan/ adat) yang berlaku ditengah masyarakat.As-Suyuti berpendapat bahwa istilah Mal hanya untuk barang yang memiliki nilai ekonomis, dapat diperjualbelikan, dan dikenakan ganti rugi bagi yang merusak atau melenyapkannya.

Dengan demikian tempat bergantungna status al-mal terletak pada nilai ekonomis (al-qimah) suatu barang berdasarkan urf. Besar kecilnya al-qimah dalam harta tergantung pada besar ekcilnya anfaat suatu barng. Faktor manfaat menjadi patokan dalam menetapkan nilai ekonomis suatu barang. Maka manfaat suatu barang menjadi tujuan dari semua jenis harta.

2.2 PANDANGAN ISLAM MENGENAI HARTA

Pandangan Islam mengenai harta dapat diuraikan sebagai berikut:

Pertama, Pemiliki Mutlak terhadap segala sesuatu yang ada di muka bumi ini adalah ALLAH SWT. Kepemilikan olehmanusia bersifat relatif, sebatas untuk melaksanakan amanah mengelola dan memanfaatkan sesuai dengan ketentuanNya (QS al_Hadiid: 7). Dalam sebuah Hadits riwayat Abu Daud, Rasulullah bersabda:

‘Seseorang pada Hari Akhir nanti pasti akan ditanya tentang empat hal: usianya untuk apa dihabiskan, jasmaninya untuk apa dipergunakan, hartanya darimana didapatkan dan untuk apa dipergunakan, serta ilmunya untuk apa dipergunakan’’.

Kedua, status harta yang dimiliki manusia adlah sebagaiberikut :

1. harta sebagai amanah (titipan) dari Allah SWT. Manusia hanyalah pemegang amanah karena memang tidak mampu mengadakan benda dari tiada.

2. Harta sebagai perhiasan hidup yang memungkinkan manusia bisa menikmatinya dengan baik dan tidak berlebih-lebihan ( Ali Imran: 14). Sebagai perhiasan hidup harta sering menyebabkan keangkuhan, kesombongan serta kebanggaan diri.(Al-Alaq: 6-7).

3. Harta sebgai ujian keimanan. Hal ini menyangkut soalcara mendapatkan dan memanfaatkannya, apakah sesuai dengan ajaran Islam atau tidak (al-Anfal: 28)

4. harta sebagai bekal ibadah, yakni untuk melaksankan perintahNyadan melaksanakan muamalah si antara sesama manusia, melalui zakat, infak, dan sedekah.(at-Taubah :41,60; Ali Imran:133-134).

Ketiga, Pemilikan harta dapat dilakukan melalui usaha (‘amal) ataua mata pencaharian (Ma’isyah) yang halal dan sesuai dengan aturanNya. (al-Baqarah:267)

‘’Sesungguhnya Allah mencintai hambaNya yang bekerja. Barangsiapa yang bekerja keras mencari nafkah yang halal untk keluarganya maka sama dengan mujahid di jalan Allah’’ (HR Ahmad).

‘’Mencari rezki yang halal adalah wajib setelah kewajiban yang lain’’(HR Thabrani)

‘’jika telah melakukan sholat subuh janganlah kalian tidur, maka kalian tidak akan sempat mencari rezki’’ (HR Thabrani).

Keempat, dilarang mencari harta , berusaha atau bekerjayang melupakan mati (at-Takatsur:1-2), melupakan Zikrullah/mengingat ALLAH (al-Munafiqun:9), melupakan sholat dan zakat (an-Nuur: 37), dan memusatkan kekayaanhanya pada sekelompok orang kaya saja (al-Hasyr: 7)

Kelima: dilarang menempuh usaha yang haram, seperti melalui kegiatan riba (al-Baqarah: 273-281), perjudian,jual beli barang yang haram (al-maidah :90-91), mencurimerampok (al-Maidah :38), curang dalam takaran dan timbangan (al-Muthaffifin: 1-6), melalui cara-cara yangbatil dan merugikan (al-Baqarah:188), dan melalui suap menyuap (HR Imam Ahmad).

2.3 KEPEMILIKAN HARTA

Di atas telah disinggung bahwa Pemilik Mutlak harta adalah Allah SWT. Penisbatan kepemilikan kepada Allah mengandung tujuan sebagai jaminan emosional agar harta diarahkan untuk kepentingan manusia yang selaras dengantujuan penciptaan harta itu sendiri.

Namun demikian, Islam mengakui kepemilikan individu, dengan satu konsep khusus, yakni konsep khilafah. Bahwamanusia adalah khalifah di muka bumi yang diberi kekuasaan dalam mengelola dan memanfaatkan segala isi bumi dengan syarat sesuai dengan segala aturan dari Pencipta harta itu sendiri.

Harta dinyatakan sebagai milik manusia, sebagai hasil usahanya. Al-Qur’an menggunakan istilah al-milku dan al-kasbu (QS 111:2) untuk menunjukkan kepemilikan individu ini. Dengan pengakuan hak milik perseorangan ini, Islam juga menjamin keselamatan harta dan perlindungan harta secara hukum.

Islam juga mengakui kepemilikan bersama (syrkah) dan kepemilikan negara. Kepemilikan bersama diakui pada bentuk-bentuk kerjasama antar manusia yang bermanfaat bagi kedua belah pihak dan atas kerelaan bersama.

Kepemilikan Negara diakui pada asset-asset penting (terutama Sumber Daya Alam) yang pengelolaannya atau pemanfaatannya dapat mempengaruhi kehidupan bangsa secara keseluruhan.

2.4. METODE MEMPEROLEH DAN MEMBELANJAKAN HARTA

Untuk memperoleh harta dapat ditempuh dengan beberapa cara dengan prinsip sukarela, menarik manfaat dan menghindarkan mudarat bagi kehidupan manusia, memelihara nilai-nilai keadilan dan tolong menolong serta dalam batas-batas yang diizinkan syara’(hukum ALLAH)

Di antara cara memperoleh harta dapat disebutkan yang terpenting:

a. Menguasai benda-benda mubah yang belum menjadi milikseorang pun.

b. Perjanjian-perjanjian hak milik seperti jual-beli, hibah (pemberian/.hadiah), dan wasiat

c. Warisan sesuai dengan aturan Islam

d. Syuf’ah, hak membeli dengan paksa atas harta persekutuan yang dijual kepada orang lain tanpa izin para anggota persekutuan yang lain.

e. Iqtha, pemberian dari pemerintah

f. Hak-hak keagamaan seperti bagian zakat, bagi ‘amil, nafkah istri, anak, dan orang tua.

Cara memperoleh harta yang dilarang ialah yang bertentangan dengan prinsip-prinsip tersebut di atas, yaitu memperoleh harta dengan cara-cara yang mengandungunsur paksaan dan tipuan yang bertentanga dengan prinsip sukarela, seperti merampas harta orang lain, menjual barang palsu, mengurangi ukuran dan timbangan, dan sebagainya. Kemudian memperoleh hartanya dengan

cara yang justru mendatangkan mudharat/keburukan dalam kehidupan masyarakat, seperti jual beli ganja, perjudian, minuman keras, prostitusi,dan lain sebagainya. Atau memperoleh harta dengan jalan yang bertentangan dengan nilai keadilan dan tolong menolong,seperti riba, meminta balas jasa tidak seimbang dengan jasa yang diberikan. Juga menjual barang dengan harga jauh lebih tinggi dari harga yang sebenarnya, atau bisadikatakan mengambil kesempatan dalam kesempitan.

Mengenai pembelanjaan harta, Islam mengajarkan agar membelanjakn hartanya mula-mula untuk mencukupkan kebutuhan dirinya sendiri, lalu untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang menjadi tanggungannya, barulah memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam pemenuhan kebutuhan ini, Islam mengharamkan bermegah-megah dan berlebih-lebihan (Israf dan mubazir). Karena sifat ini cenderung kepada penumpukan harta yang membekukan fungsi ekonomis dari harta tersebut.

Untuk itulah pada satu takaran tertentu harta dikenai wajib zakat. Zakat merupakan implementasi pemenuhan hakmasyarakat dan upaya memberdayakan harta pada fungsi ekonomisnya.

Ringkasnya, aturan dalam memperoleh harta dan membelanjakan harta, didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Prinsip Sirkulasi dan perputaran. Artinya harta memiliki fungsi ekonomis yang harus senantiasa diberdayakan agaraktifitas ekonomi berjalan sehat. Maka harta harus berputar dan bergerak di kalangan masyarakat baik dalambentuk konsumsi atau investasi.sarana yang diterapkan oleh syari’at untuk merealisasikan prinsip ini adalah dengan larangan menumpuk harta, monopoli terutama pada kebutuhan pokok, larangan riba, berjudi, menipu.

2. Prinsip jauhi konflik. Artinya harta jangan sampai menjadi konflik antar sesama manusia. Untuk itu diperintahkan

aturan dokumentasi, pencatatan/akuntansi, al-isyhad/saksi, jaminan (rahn/gadai).

3. Prinsip Keadilan. Prinsip keadilan dimaksudkan untuk meminimalisasi kesenjangan sosial yang ada akibat perbedaan kepemilikan harta secara individu. Terdapat dua metode untuk merealisasikan keadilan dalam harta yaitu perintah untuk zakat infak shadaqah, dan laranganterhadap penghamburan (Israf/mubazir).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menegur:

الي� ! م� الي� ذ: م� عن� ول� ال� � ق !ن��ن!ي ف�! ا� ل ف�! ك� ا ا� : م� Mلاب Mاله ب� ن( م� ما له� م� ن�! qاي ن! ت اف�­ ي ف�! ط ع� و ا� لي¯ ا� ب�� ا� س ف�! ت� و ل� ا�اس لن! ه� ل� ارك�� Qب ت� و اه� و د! ه� كO ف�! ل� وي د! ا س� .وم�Seorang hamba berkata: “Hartaku! Hartaku!”

Sesungguhnya yang menjadi (harta) miliknya tidak lain hanya tiga:

(1) Apa yang dia makan hingga habis,

(2) Apa yang dipakai hingga lusuh dan

(3) Apa yang dia sedekahkan maka ia disimpan sebagai pahala untuk akhirat.

Apa jua selain itu (bukanlah hartanya kerana) dia akan pergi (mati)

dan meninggalkannya kepada manusia.[3]

Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 2959 (Kitab al-Zuhud wa al-Raqa’iq).

Bahaya harta, tergantung sifat dan perbuatan kita terhadapnya:

1. Lebih banyak harta, lebih keras hisabnya

Nabi SAW bersabda, ”Harta sebagai kenikmatan yang akan dimintai pertanggungan jawabnya.” (Tirmidzi, Ibnu Majah)

Allah SWT berfirman, ”Kemudian pasti kamu akan ditanya tentang semua nikmat yang telah kamu rasakan di dunia.”(At-Takatsur:8)

Sabda Nabi SAW, ”Halalnya dunia itu hisab dan haramnya itu adzab.” (Ibnu Abidunya)

2. Timbul penyakit cinta dunia dan melalaikan Akherat

Sabda Nabi SAW, ”Kemanisan dunia adalah kepahitan akherat. Dan pahitnya dunia adalah manisnya akherat.” (Thabrani, Baihaqi, Hakim)

Sabda Nabi SAW lainnya, ”Cinta dunia adalah induk segala kesalahan.” (Baihaqi)

Pada hakikatnya semua harta yang ada di langit dan di bumi adalah milik Allah. Sebagaimana dalam firmanNya :

Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. dan jika kamu melahirkan apa yangada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. ( Q.S AlBaqarah 284 )

Orang – orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: “Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya”. Katakanlah: “Maka mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu?” (kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia(biasa)diantara orang-orang yang diciptakan-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya. dan kepunyaan Allah-lah kerajaan antara keduanya. dan kepada Allah-lah kembali (segala sesuatu). ( Q.S Al – Maidah : 18 )

Orang – orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)”. dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.( Q.S Al Baqarah : 120 )

Konsekwensi logis dari ayat di atas adalah:

1. Manusia bukanlah pemilik mutlak tapi dibatasi olehhak – hak Allah, maka wajib baginya untuk mengeluarkan sebagian kecil hartanya untuk berzakat dan ibadah lainnya.

2. Harta perorangan boleh digunakan untuk umum dengansyarat pemiliknya memperoleh imbalan yang wajar.

3. Cara – cara pengambilan manfaat harta mengarah kepada kemakmuran bersama. Pelaksanaannya dapat diatur oleh masyarakat melalui wakil – wakilnya

Pada dasarnya harta mempunyai sifat yang saling bertolak belakang. Kadang-kadang dapat menyelamatkan pemiliknya, namun tak sedikit pula mencelakakan. Oleh sebab itu Islam telah mengatur bagaimana caranya seorang muslim dapat memanfaatkan harta yang dimilikinya itu agar berguna bagi kehidupan dunia dan akhirat. Belumlah lengkap jika harta itu hanya dinikmati untuk kepentingan duniawi dan sama sekali

tidak berpengaruh pada kehidupan akhirat. Keduanya harus mendapat porsi yang seimbang.

Harta bukanlah suatu tujuan hidup. Bukan suatu sebab untuk mencapai kebahagiaan. Kalau seseorang menempatkanharta sebagai tujuan hidup dan menganggap segalagalanya, maka ia akan sering mendapatkan kesulitan daripada kedamaian hati.

Tujuan hidup adalah melaksanakan suatu kewajiban-kewajiban. Adapun harta benda yang kita miliki merupakan sarana untuk mendukung pelaksanaan kewajiban-kewajiban itu. Kita beribadah perlu harta. Orang tak akan bisa membangun masjid, menyantuni yatim piatu, berzakat dan bersedekah dan berangkat haji tanpa didukung oleh sarana harta benda.

Kadang-kadang orang menjadi tergila-gila oleh harta benda. Ia membanting tulang dan memeras keringat, tak kenal siang atau malam, tak kenal kawan atau lawan asaltujuannya tercapai. Kalau harta sudah didapat, Ia inginlebih banyak lagi… dan ingin terus bertambah. Kesibukannya memburu harta membuat dirinya lupa terhadap kewajiban. Ibadahnya menjadi malas. Bahkan hatinya menjadi kikir. Harta yang terkumpul sangat dicintainya sehingga enggan mengeluarkan sedekah atau berzakat. Orang-orang yang demikian ini justru menjadi budak Hartanya sendiri.

Sangatlah beruntung orang kaya yang mampu mengendalikanharta kekayaannya. Dimanfaatkan untuk jalan kebaikan, gemar bersedekah, berzakat, menunaikan ibadah haji, infak, menyantuni yatim piatu dan sebagainya. Semakin banyak hartanya semakin sering pula ia bersyukur kepada,Allah. Ibadahnya pun menjadi lebih tekun. Orang-orang yang demikian ini sadar kalau harta yang didapatkan semata-mata karena kemurahan Allah sehingga dimanfaatkan sebagaimana mestinya.

Dalam kitabnya, Al Maal Fil Islam, DR. Muhammad Mahmud Bably berpendapat bahwa harta tercela menurut Islam yaitu harta yang dijadikan obyek tujuan, dan bagi pemilik harta menjadikan harta itu sebagai perlindunganterhadap harta yang ditimbunnya atau yang disembunyikannya. Kemudian menahan terhadap orang lain dan pemanfaatan harta yang seharusnya beredar dari tangan yang satu ke tangan lainnya. Sehingga akan timbul sifat kikir atau memejamkan mata. Sebagaimana pula agama Islam melarang sifat yang berlebih-lebihan dan sifat mubadzir, dan Islam mengajak kepada sifat cukup atau seimbang dalam segala hal.

Allah berfirman, “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta) mereka tidak berlebih-lebihan dantidak (pula) kikir tetapi (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.

Oleh sebab itu untuk mendapatkan rejeki yang halal, harta yang barokah dan terus bertambah maka mulai sekarang kita harus berhati-hati dalam berikhtiar. Mencari, nafkah atau rejeki itu gampang-gampang susah. Kadang-kadang seseorang sudah berhati-hati, namun suatuketika Ia lengah sehingga memungut harta yang tidak halal, atau cara mencarinya melanggar syariat Islam.

Sesungguhnya harta yang baik adalah jika diperoleh daricara yang halal dan dimanfaatkan menurut tempatnya. Sebuah hadis riwayat lbnu Umara ra. dijelaskan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “Dunia itu bagaikan tumbuh tumbuhan yang menarik. Barangsiapa yang mencari harta dunia dari harta yang halal, kemudian dibelanjakan sesuai dengan haknya, maka Allah Taala akan memberi pahala dan akan dimasukkan ke surga. Dan barangsiapa yang mencari harta dunia, bukan dari harta yang halal dan dibelanjakan bukan pada haknya, maka Allah akan menempatkan ke dalam tempat yang hina. Dan banyak orang yang ambisi dalam mencari di jalan Allah

dan Rasulnya yang masuk ke dalam api neraka pada hari Kiamat.”

Harta itu pada hakikatnya halal. Namun bisa saja berubah menjadi tercela dan mencelakakan pemiliknya. Sebab jika seseorang mencarinya dengan cara yang tidak halal, maka kedudukan harta itu menjadi haram. Apabila harta haram itu dimakan maka sari-sari makanan akan bercampur menjadi darah. Kalau sudah bercampur dengan darah dan setiap saat mengalir ke sekujur tubuh, maka sulitlah seseorang untuk mensucikan sesuatu yang haram itu. Pada akhirnya kelak di akhirat akan menjadi siksaan baginya.

Perlulah disadari bahwa sesungguhnya harta itu pada dasarnya merupakan sarana dan ladang bagi kehidupan akhirat. Barangsiapa yang mendapatkannya dengan cara halal, lalu dimanfaatkan untuk kebaikan, misalnya menafkahi keluarga, sebagian disisihkan untuk fi sabilillah, maka harta akan menjadi sangat bermanfaat. Kelak akan menjadi penolong di akhirat.

Tak sedikit pula orang yang secara berlebih-lebihan beramal sedekah. Ia mendapatkan harta dan cara yang tidak halal, kemudian terkumpul dan menjadi kaya. Jika berzakat diundangnya wartawan untuk mengekspos amalannya itu. Jika menyumbang pembangunan masjid, ia berharap panitia mengumumkannya. Lalu masyarakat memuji-mujinya sebagai orang yang sangata dermawan. Dania merasa sangat puas mendengar pujian itu. Maka amalandan penggunaan harta seperti itu sangat dicela oleh Allah. Selain cara mendapatkan harta itu tidak halal, hatinya juga dicemari oleh riya’, mengharap pujian darisesama manusia. Itulah yang dimaksudkan dalam hadis bahwa banyak orang yang ambisi mencari jalan Allah namun yang didapatkan hanyalah api neraka.

Harta menurut pandangan Islam merupakan suatu kebaikan;bukan suatu keburukan. Ada sebagian golongan orang yang

menilai bahwa harta dunia itu hanyalah menjadi penghalang bagi amal ibadah Mereka Kemudian menghindarinya. Berpakaian compangcamping makan hanya sesuap. Ia lebih banyak berpuasa dan sama sekali tidak memiliki harta yang disimpannya Orang-orang “sufi” menilai lain terhadap harta benda itu sehingga mereka selalu mengaggap sebagai suatu keburukan. Padahal sebenarnya harta benda itu merupakan suatu kebajkan.

Orang-orang yang lemah iman akan menilai, hartanya dengan angka matematika. Mereka hanya menggunakan logika; akalnya. Padahal akal manusia itu tidak menjangkau ilmu dan kehendak Allah. Mereka mengira dengan berperilaku kikir, hartanya akan awet dan tidak berkurang Mereka bekerja keras membanting tulang. Dengan semakin rajin bekerja, hartanya semakin bertambah Akhirnya ia menjadi kikir sekali. Sebab dengan bersikap kikir dia yakin hartanya akan terpelihara Namun jika dibuat untuk bersedekah atau dikeluarkan untuk zakat, menurut perhitungan matematikahartanya akan berkurang.

Mereka lupa bahwa harta atau rejeki itu bukan hanya semata-mata karena jerih payahnya Banyak orang yang bekerja membanting tulang, tetapi yang didapat hanya Sedikit. Ada pula yang bekerja dengan ringan, tanpa mengeluarkan keringat namun kekayaannya semakin banyak.Jadi Allahlah yang sangat berperan dalam memberi harta itu. Manusia hanya berikhtiar saja. Mereka tidak menyadari bahwa harta yang dikeluarkan untuk sedekah itu sesungguhnya tidaklah berkurang, melainkan terus bertambah. Secara logika, hal yang demikian ini tidak dapat dijangkau oleh akal manusia Namun kenyataannya, orang-orang yang gemar bersedekah bukan bertambah miskin, namun hartanya semakin banyak. Orang-orang yangmau berpikir dan punya kadar keimanan tinggi, tentu akan menggunakan harta yang menjadi miliknya itu secarabenar. Rasulullah saw, bersabda, “Hanya ada dua hal yang tidak termasuk sifat dengki, yaitu seorang yang

diberi harta kemudian terdorong untuk menunaikan secarabenar. Dan seseorang yang diberi ilmu oleh Allah kemudian ia menghukumi dengan ilmunya serta mengajarkannya.” HR. Bukhari.

Orang yang tergila-gila terhadap harta benda, menganggap bahwa harta itu adalah segala-galanya. Kecintaannya mengalahkan anak dan istrinya. Bahkan demiharta, tak Sedikit orang mengorbankan akidahnya. Tepatlah jika Allah berfirman bahwa harta benda itu sesungguhnya adalah perhiasan kehidupan dunia bagi orang-orang yang tertipu dan bagi yang suka menjadi budakharta itu sendiri dan mereka yang melupakan perbuatan demi akhirat. Dalam surat Al-Kahfi ayat 46 dijelaskan, “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia.”

Banyak ayat-ayat di dalam Al-Quran yang menyinggung masalah kesenangan manusia terhadap harta benda. Karenamereka tergila-gila sehingga lupa dan keluar dari tujuan hidup yang sebenarnya. Mereka terlena, mengira dunia adalah kehidupan yang penuh dengan kesenangan-kesenangan. Mereka tidak ingat lagi kalau ada kampung yang lebih kekal yaitu akhirat. Mereka terlena jika kelak ada surga dan neraka. Surga tempat kebahagiaan yang kekal dan neraca tempat siksaan yang tiada berakhir.

Sesungguhnya seorang mukmin tidak dikatakan sebagai mukmin yang sebenar-benarnya kecuali jika dia telah menundukkan dirinya untuk menerima dan menjalankan syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di antara kewajiban paling besar dari kewajiban-kewajiban yang Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan, adalah kewajiban menunaikan zakat.

Bahkan kewajiban ini merupakan rukun Islam yang ketiga dan senantiasa diiringkan penyebutannya dengan kewajiban shalat dalam banyak ayat di dalam Al-Qur’an.

Oleh karena itu wajib bagi setiap muslim yang terpenuhipada dirinya syarat-syarat yang mewajibkan zakat untuk menunaikannya. Seperti orang yang memiliki emas atau perak, maka wajib baginya untuk mengeluarkan zakatnya apabila emas dan perak yang dimilikinya telah mencapai nishab serta setelah melewati haul (yaitu satu tahun) juga masih mencapai nishab. Adapun besarnya zakat yang harus dikeluarkan adalah 2,5% (dua setengah persen) dari berat emas atau perak yang dimilikinya.

Begitu pula orang yang memiliki uang senilai nishab emas atau perak, maka wajib untuk dikeluarkan zakatnya apabila setelah satu tahun jumlah uang yang dimilikinyamasih mencapai nishab. Namun apabila uang yang dimilikinya tidak pernah mencapai nishab maka tidak adakewajiban untuk dikeluarkan zakatnya, meskipun dia mendapatkan gaji setiap bulannya.

Begitu pula jika uang yang dimilikinya telah mencapai nishab, namun sebelum satu tahun uang tersebut (sebagian atau seluruhnya) telah dipakai sehingga tidaklagi mencapai nishab atau sebelum melewati satu tahun si pemilik uang tersebut meninggal dunia, maka tidak ada kewajiban untuk dikeluarkan zakatnya. Adapun lebih lengkapnya tentang hal-hal yang berkaitan dengan zakat maka bisa dipelajari atau ditanyakan dalam majelis-majelis ilmu.

Kewajiban zakat, memiliki faedah dan maslahat yang besar. Di antaranya adalah sebagai bentuk bantuan kepada fakir miskin dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Begitu pula, untuk membersihkan jiwa orang yang mengeluarkannya sehingga memiliki sifat kasih sayang, kepedulian, serta terbebas dari sifat yang tercela seperti bakhil, kikir, dan semisalnya. Disamping itu, kewajiban zakat ini juga bisa menghilangkan pada diri fakir miskin sifat iri, dengki,serta menginginkan apa yang dimiliki orang lain. Sehingga dengan ditunaikannya kewajiban zakat ini, akan

terwujud hubungan yang penuh kasih sayang dan saling menghormati terutama di antara orang yang kaya dengan fakir miskin.

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan dalam firman-Nya:

م لي� ع ع� مت� م وال�له� س� ه� ن( ل� ك كO س� ب+­ لا ن( ص� qهم ا لن� ل ع� ها وص� هم ب�� ن� ك� Zر � م وت� ه�� ر� طه � ه ت� ذق هم ص� وال� م� ن( ا� ذ! م� .ج�!�“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, yang denganzakat itu kamu akan membersihkan mereka (dari akhlak yang jelek) dan menyucikan mereka (sehingga memiliki akhlak yang mulia) serta berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”(At-Taubah:103)

Termasuk juga dari hikmahnya adalah bahwa kewajiban zakat akan menjadi sebab bertambahnya atau semakin barakahnya harta orang yang mengeluarkannya.

Hal ini sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

ن( ي� ف� ار! ر� ال�ر ي� و خ! ه� وه�� لف!� خ! � و ي�� ه� ء ف�! ي� Mن( ش م م� � ي ف ق! ن�! ا ا� وم�“Dan apa saja yang kamu keluarkan (di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala), maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (Saba’:39)

Ketahuilah bahwasanya seorang muslim yang mengingkari kewajiban zakat, sebagaimana diterangkan para ulama, dia dihukumi sebagai orang kafir yang keluar dari agamanya. Adapun orang yang meyakini kewajibannya namuntidak mau mengeluarkan zakat karena bakhil atau pelit, maka dipaksa untuk mengeluarkannya zakatnya.

Namun apabila dipaksa juga tidak bisa dilakukan, maka penguasa berhak untuk memeranginya, sebagaimana hal initelah dilakukan oleh para sahabat radhiyallahu‘anhum.

Demikian hukuman bagi orang yang tidak mau mengeluarkanzakatnya di dunia. Bahkan mungkin pula Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menimpakan berbagai musibah sebagai hukuman lainnya atas mereka di dunia. Adapun hukumannyadi akhirat, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah sebutkan didalam firman-Nya:

وم ه ث�� وا ب�� ل� خ! ا ي�� ون( م� � ق و ط � ي� م س� ه� ر ل� Mو ش ل ه�� م ب�� ه� را ل� ي� و خ! له ه�� ص! ن( ف�! م� ال�له� م� اه�� Qما ءاب ون( ن�� ل� خ! ت� Èن( ن� ي+� ذ! ن( ال� سي� ح ولا ي��ر ي� ب� ون(¯ ج�! عمل� ما ن� � ن�� واهلل رض! والا� مواب مي�راب�M ال�س وهلل امه ن� ف ال�“Maka janganlah sekali-kali orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langitdan di bumi, dan Allah mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (Ali ‘Imran: 180)

Berkaitan dengan ayat ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ذ!� ج�!� ا� م ب�� �Mت� امه ن� ف وم ال� ه� ث�� � ق و ط ت��� ان( ي ب� ن� ن�� رع له� ر! ق� ا ا� اع� خ� �Mش� امه ن� ف وم ال� ه� ث�� ال� ل له� م� Mن ه� م�� Qب ا ك� د ر! و� لم ث��� الا ف�! اه� ال�له� م� Qب ن( ا) م�Oك� ي!ر!� ا ك� !Qب ، ا� Oك ال�� ا م� !Qب : ا� ول� � ق م ن�� �Mه( ت� ي� ذف� Mس ي� ت�� عن! ه )ن�� ي� ب­ م� لهر! …ب��“Barangsiapa yang diberi harta oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala namun tidak mau menunaikan zakatnya, pada hari kiamat hartanya akan dijadikan sebagai ular jantan yangaqra’ (banyak mengandung racun pada kepalanya), yang berbusa pada kedua sudut mulutnya. (Ular itu) dikalungkan pada lehernya pada hari kiamat, kemudian akan mencengkeram (tangan orang tersebut) dengan kedua rahangnya kemudian berkata: ‘Aku hartamu, aku harta simpananmu…’.” (HR. Al-Bukhari)

Di dalam ayat lainnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ار ي� ب�! ها ف! لن� مي ع� ح � وم ي�� م. ث�� ي� ل� اب� ا� عذ! م ن�� ره�� Mش ب� ل ال�له ف�! ن� ب� ي� س� ها ف! وب�! � ق ق! ت! ه ولا ن�� ض! ف! ت� وال� ه� ون( ال�ذ! ر!� ي! ك ن( ب�� ي+� ذ! وال�ون( ر!� ي! ك م ب�­ � ي ب! ا ك�� وا م� � وق �Zذ م ف�! سك� ف!� ن�! م لا� � ت� ي!ر! ا ك� ا م� ذ! م ه� ه�� ور� ه� � dم وظ� ه� وب��� �Zن � م وج�� ه� اه�� ي� ها ج�� وي ب�� ك � ي م ف�! هي! ج��“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak, serta tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannyadahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: ‘Inilah harta benda kalian yang kalian simpan untuk diri kalian sendiri. Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kalian simpan itu’.” (At-Taubah: 34-35)

Ayat ini pun telah dijelaskan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalamsabdanya:

مي� ح� ا�� ار ف�! ن( ب�! ح� م� �Qاي ف! ت له� ص� ح ف! ص�� امه ن� ف وم� ال� ان( ث�� ا ك� د! qلا ا qها ا ق ها ج� ن! ي� م� د و� لا ث��� ه ض! ت� ولا ف�! ه� ت� د! اج� ن( ص� ا م� م�ف! ل� ن( ا� مسي� ه� ح�! ذار� ف ان( م� وم ك� ي� ث�� ذب له� ف! ن� ع� ردب ا�� ما ت�� ل ، ك�� ه� هر� dة� وظ� ي!� Èب ن� ة� وج�� � ي� ت! ها ج�� وي ب�� ك � ي� م ف�! هي! ار ج�� ي� ب�! ها ف! لن� ع�ار لي ال�ن! qا ا م� qوا ه ي! ح� لي ال� qا ا م� qا ، ه� ل� ن� ب� �ري س� ي� اد ق! عن� ن( ال� Èي ي ب�� ض! ف ي ن��� ن ج� ة ي! س�“Tidaklah orang yang memiliki emas ataupun perak, yang tidak menunaikan haknya darinya (mengeluarkan zakatnya)kecuali pada hari kiamat nanti akan dijadikan lempengan-lempengan dari neraka kemudian dipanaskan di dalam neraka lalu dibakarlah dahi, lambung, dan punggungnya. Setiap lempengan itu dingin, akan dipanaskan kembali (untuk menyiksanya) pada hari yang satu hari ukurannya 50.000 tahun, sehingga diputuskan hukuman di antara hamba. Maka diketahui jalannya, ke surga atau ke neraka.” (Muttafaqun ‘alaih, dan ini lafadz Al-ImamMuslimrahimahullahu)

Sebagimana ibadah yang lainnya, zakat juga merupakan kewajiban yang telah ditetapkan aturannya di dalam syariat. Baik yang berkaitan dengan jenis harta yang

harus dizakati maupun orang-orang yang berhak menerimanya. Oleh karena itu, tidak diperbolehkan bagi seseorang untuk menetapkannya dari dirinya sendiri tanpa ada landasan dari Al-Qur’an ataupun hadits yang shahih. Seperti menetapkan adanya zakat pada harta yangberupa rumah, tanah, kendaraan, dan yang semisalnya, padahal tidak ada dalil yang menunjukkan hal tersebut. Meskipun hal ini bukan berarti tidak menganjurkan pemiliknya untuk bersedekah membantu meringankan saudaranya yang tidak mampu. Bahkan hal ini tentunya sangat dianjurkan. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala akan bersama dengan orang-orang yang berbuat baik.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyebutkan dalam haditsnya:

م ه� : ال�ل ر� ج�! ول� الا) � ق �Qن ا. و لف! ا ج�! ف ق! ت! ط م�� ع� م ا� ما: ال�له� ه�� ذ� ج� ول� ا� � ق ت� ف�! لان( ي!ر! ب�� ان( لك لا م� qه ا ي� اد� ف�! عن� ح� ال� ب� ص وم ت��� ن( ث�� ا م� م�ا لف! ا ب� مسك ط م�� ع� ا�“Tidaklah ada satu hari pun yang seorang hamba berada di dalamnya kecuali pada pagi harinya turun dua malaikat, salah satunya berdoa: ‘Ya Allah, berikanlah kepada orang yang bersedekah pemberian yang lainnya.’ Sedangkan yang satunya lagi mengatakan: ‘Ya Allah, berikanlah kepada orang yang tidak bersedekah kehancuran apa yang dimilikinya.” (Muttafaqun ‘alaih)Adapun tentang siapa saja yang berhak menerima zakat, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyebutkan di dalam firman-Nya:

“Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, amil zakat, para muallaf (yang dilembutkan) hati mereka (untuk menerima Islam), untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang terlilit hutang, untuk orang-orang yang berjihad, dan untuk musafir yang mendapatkan kesulitan dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan

Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (At-Taubah: 60)

Dari ayat tersebut, kita mengetahui bahwa orang yang kaya atau telah mampu untuk memenuhi kebutuhannya sehari-harinya untuk makan, minum, serta tempat tinggaldan semisalnya, tidak boleh baginya untuk menerima zakat.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ر Mي ك سن ت� و ل� ل ا� ف ست لت� مرا، ف�! ل� ح�� سا� ما ت�� ن�! qا يM�را ف�! ك اس ب�­ ل ال�ن! ا� ن( س� م�“Barangsiapa meminta-minta kepada orang untuk memperbanyak hartanya, maka sesungguhnya tidaklah yang dia minta kecuali bara api. Maka mungkin dia meminta sedikit atau dia meminta banyak (tergantung sebanyak apa dia memintanya).” (HR. Muslim)

Disamping itu, menurut pendapat sebagian besar para ulama, zakat juga tidak boleh diberikan untuk pembangunan masjid, madrasah serta untuk membiayai acara-acara taklim atau pengajian, dan yang semisalnya.

Jangan sampai kita menyalahgunakan harta zakat atau membuat aturan baru terkait dengan kewajiban yang muliaini. Bahkan kita harus senantiasa ingat bahwa sebaik-baik perkataan adalah kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Adapun sejelek-jelek perkara adalah aturan ibadah yang diada-adakan, dan perbuatan tersebut adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat.

2.5. Ayat-Ayat Al Qur’an Beserta Artinya dan Tafsir Yang Menerangkan Tentang Harta

QS. ALI IMRAN

Ayat : 186

* câqn=ö7çFs9 þÎû öNà6Ï9ºuqøBr& öNà6Å¡àÿRr&ur� �ÆãèyJó¡tFs9ur z`ÏB z`Ï%©!$# (#qè?ré& |=»tGÅ3ø9$# `ÏB �öNà6Î=ö6s% z`ÏBur úïÏ%©!$# (#þqä.uõ°r& ]r& #ZÏWx. 4 � � � � ��bÎ)ur (#rçÉ9óÁs? (#qà)� Gs?ur ¨bÎ*sù Ï9ºs ô`ÏB ÏQ÷tã �� � �ÍqãBW{$# ÇÊÑÏÈ�

Artinya :

Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. jika kamu bersabar dan bertakwa, Maka Sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.

TAFSIR AL-QUR’AN

Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa Nabi Muhammad saw, dan pengikutnya akan ujian sebagaimana mereka telah uji dengan kesulitan di peperangan Uhud. Mereka akan diuji lagi mengenai harta dan dirinya. “sesungguhnya kamu akan diuji mengenai hartamu dan dirimu. Kamu akan berkorban dengan hartamu menghadapi musuhmu untuk menjunjung tinggi jerajat umatmu. Kamu akan meningkatkan perjuangan yang mengakibatkan hilangnya keluarga, teman-teman seperjuangan yang dicintai untuk membela yang hak. Kamu akan difitnah oleh orang yang diberi kitab dan dan orang-orang yang mempersekutukan Allah. Kamu akan mendengar dari mereka hal-hal yang menyakitkan hati, mengganggu ketentraman jiwa seperti fitnah zina yang dilancarkan oleh mereka terhadap siti’aisyah. Ia tertinggal dari rombongan Nabisaw ketika kembali dari satu peperangan, disuatu tempatkarena mencari kalungnya yang hilang, kemudian datang safwan bin Mu’atta menjemputnya. Orang-orang yang munafik menuduh ‘Aisyah berzina dengan safwan.

TAFSIR AL- MISBAH

Perlu digarisbawahi dari redaksi ayat di atas, bahwa Allah menjadikan ujian dalam hal yang berkaitan dengan agama, sebagai ujian yang paling berat. Harta dan jiwa,pada tempatnya dikorbankan, jika agama telah tersentuh kehormatannya.

Di atas dikemukakan bahwa ayat ini mengandung hiburan. Hal ini dapat diuraikan dari dua segi. Yang pertama, karena ayat ini menetapkan bahwa ujian merupakan keniscayaan untuk semua orang. Sehingga siapa yang dihadapkan pada ujian , hendaknya dia menyadari bahwa dia bukan orang pertama dan terakhir mengalaminya. Ujian dan bencana yang dialami banyak orang akan menjadi lebih ringan dipikul dibandigkan bila ujian itumenimpa seorang. Yang kedua, penyampaian tentang keniscayaan ujian, merupakan persiapan mental menghadapinya, sehingga kedatangannya yang telah terduga itu, menjadikannya lebih ringan untuk dipikul.

QS : AL-ANFAL

Ayat : 28

(#þqßJn=÷æ$#ur !$yJ¯Rr& öNà6ä9ºuqøBr& öNä.ß»s9÷rr&ur �×puZ÷GÏù cr&ur ©!$# ÿ¼çnyYÏã íô_r& ÒOÏàtã ÇËÑÈ� � � �

Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar

TAFSIR AL-QUR’AN

Pada ayat ini Allah SWT menerangkan pula agar supaya kaum muslimin mengetahui bahwasanya harta dan anak-anakmereka itu adalah cobaan. Maksudnya ialah bahwa Allah memberikan harta benda dan anak-anak yang banyak itu menambah ketaqwaan kepada Allah. Menyukuri nikmatnya serta melaksaanakan hak dan kewajiban seperti yang telah ditentukan Allah. Apabila seseorang muslim di berikan harta kekayaan oleh Allah kemudian ia

mensyukuri nikmat itu dengan membelanjakan menurt ketentuan-ketentuan Allah berarti memenuhi kewajiban-kewajiban yang telah di tentukan Allah terhadap mereka.Tetapi apabila dengan kekayaan yang mereka peroleh kemudian mereka bertambah tamak dan berusaha menambah kekayaannya dengan cara yanng tidak khalal serta engganmenafkahkan hartanya berarti orang yang demikian ini adalah orang yang mengingkari nikmat Allah.

TAFSIR AL-MISBAH

Dan ketahuilah, bahwa harta kamu sedikit atau banyak dan demikian juga anak-anak kamu hanyalah hal-hal yang dijadikan oleh Allah sebagai cobaan untuk menguji kesungguhan kamu mensyukuri nikmat Allah dan memenuhi panggilan Rasul. Ia juga menjadi cobaan untuk melihat kesungguhan kamu menyerahkan amanat yang beriman dititipkan manusia kepada kamu. Karena itu jangan sampai anak dan harta menjadikan kamu melanggar, sehingga kamu mendapat siksa, dan ketahuilah bahwa kalau bukan sekarang, maka sebentar lagi kamu akan memperoleh ganjaran sebagai imbalan kesyukuran kamu karena sesungguhnya di sisi Allah terdapat pahala yang amat besar.

QS AL-MA’ARIJ

Ayat : 24-25

úïÉ©9$#ur þÎû öNÏlÎ;ºuqøBr& A,ym ×Pqè=÷è¨B ÇËÍÈ È@ͬ!$� � �¡¡=Ïj9 ÏQrãósyJø9$#ur ÇËÎÈ�

Artinya :

(24).  Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, (25).  Bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta),

TAFSIR AL-QUR’AN

Dismping mengerjakan salat untuk mengingat dan menghambakan diri kepada Allah, manusia memperintahkan agar selalu meneliti harta yang telah dianugrahkan Allah kepadanya; apakah dalam harta itu telah atau belum ada hak orang miskin yang meminta-minta, dan orang miskin yang tidak mempunyai sesuatu apa pun. Jikaada hak mereka, segera mengeluarkan hak itu. Karena diapercaya bahwa selama ada hak orang lain dalam hartanya itu, berarti hartanya belum lagi suci, Allah SWT. Berfirman: ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.

TAFSIR AL-MISBAH

Ayat-ayat di atas menyatakan bahwa: dan orang-orang dalam harta mereka ada hak yakni bagian tertentu yang mereka peruntukkan bagi orang-orang yang butuh yang meminta dan yang tidak mempunyai apa-apa tetapi enggan dan malu meminta dan juga orang-orang yang mempercayai keniscayaan hari pembalasan, sehingga mempersiapkan bekal.

Sementara ulama memahami makna baqqun ma’lum atau hak tertentu dalam arti zakat, karena zakat adalah kewajiban yang telah tertentu kadarnya. Ulama lain memahaminya dalam arti kewajiban yang ditetapkan sendiri oleh yang bersangkutan selain zakat dan yang mereka berikan secara suka rela dan jumlah tertentu kepada fakir miskin. Ini karena ayat di atas dikemukakan dalam konteks pujian, dan tentu saja pendapat kedua ini lebih menonjol sifat terpujinya. QS :

AT-TAUBAH

Ayat : 103

õè{ ô`ÏB öNÏlÎ;ºuqøBr& Zps%y|¹ öNèdãÎdgsÜè? NÍkÏj.tè?ur� � � � �$pkÍ5 Èe@|¹ur öNÎgøn=tæ ( ¨bÎ) y7s?4qn=|¹ Ö`s3y öNçl°; � �3 ª!$#ur ììÏJy íOÎ=tæ ÇÊÉÌÈ� � �

Artinya :

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakatitu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Mahamendengar lagi Maha Mengetahui.

TAFSIR AL-QUR’AN

Menurut riwayat Ibnu Jarir bahwa Abu Lubabah dan kawan-kawannya yang mengikatkan diri ditiang-tiang masjid dating kepada Rasulullah SAW seraya berkata: Ya Rasulullah, inilah harta benda kami yang merintangi kami untuk turut berperang. Ambillah harta itu dan bagi-bagikanlah, serta mohonkanlah ampun untuk kami atas kesalahan kami. Rasulullah menjawab: Aku belum diperintahkan untuk menerima hartamu itu, maka turunlahayat ini. Perintah Allah SWT pada permulaan ayat ini dituinjukan kepada Rasul- Nya, yaitu agar Rasullullah SAW mengambil sebagian dari harta benda mereka itu sebagai sedekah atau zakat, untuk menjadi bukti tentangbenarnya taubat mereka, karena sedekah atas zakat tersebut akan membersihkan diri mereka dari dosa yang timbul karena mangkirnya mereka dari peperangan dan untuk mensucikan diri mereka dari sifat “ cinta harta” yang mendorong mereka untuk mangkir dari peperangan itu. Selain itu sedekah atau zakat tersebut akan membersihkan diri mereka pula dari semua sifat-sifat jelek yang timbul karena harta benda, seperti kikir, tamak, dengki, dan sebagainya.

TAFSIR AL-MISBAH

Menurut Ulamah perintah ayat ini sebagai perintah wajibatas penguasa untuk memungut zakat. Tetapi mayoritas

ulamah memahaminya sebagai perintah sunnah. Ayat ini juga menjadi alasan bagi ulamah untuk menganjurkan parapenerima zakat agar mendoakannya setiap yang memberi zakat dan menitipkannya untuk disalurkan kepada yang berhak.

Allah berfirman “Allah menerima taubat dari hamba-hambanya dan mengambil sedekah-sedekah ”mengisyaratkan bahwa kehidupan atau hubungan timbale balik hendaknya didasarkan oleh take and give. Memang, dalm kehidupan nyata, hal tersebut seyogyanya terjadi, yakni sebanyak anda menerima, sebnyak itu pula anda memberi.

QS : AZ-ZARIYAT

Ayat 19

þÎûur öNÎgÏ9ºuqøBr& A,ym È@ͬ!$¡¡=Ïj9 ÏQrãóspRùQ$#ur � �ÇÊÒÈ

Artinya :

Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.

TAFSIR AL-QUR’AN

Ayat ini menjelaskan bahwa di samping mereka melaksanakan shalat yang wajib dan sunnah, mereka juga selalu mengeluarkan infaq fisabilillah dengan mengeluarkan zakat wajib atau sumbangan derma atau sokongan sukarelakarena mereka memandang bahwa harta-harta mereka itu ada hak fakir miskin yang meminta dan orang miskin yangtidak meminta bagian karena merasa malu untuk meminta.

Ibnu jarir meriwayatkan sebuah hadist dari Abu hurairahra bahwa Nabi Muhammad saw pernah menerangkan siapa yang tergolong orang miskin itu. Dengan sabdanya yang berarti’’ Bukanlah orang miskin itu yang dapat ditolak

atau disuruh pulang dengan pemberian sebiji atau dua biji kurma atau sesuap atau dua suap makanan. Beliau ditanya,’’(jika demikian). Siapakah yang dinamakan miskin itu?” Beliau menjawab, “Orang tidak mempunyai apa yang diperlakukan dan yang tidak dikenal tempatnya sehingga tidak diberikan sedekah kepadanya itulah orangyang mahrum tidakdapat bagian”. 265)

Di dalam Al-qur’an terdapat tiga kelompok ayat yang selalu berdampingan tidak dapat dipisahkan yaitu perintah untuk shalat dan mengeluarkan zakat. Perintah supaya taat kepada Allah dan Rasullnya, dan perintah untuk bersyukur kepada Allah dan kedua ibu bapak. Setelah Allah SWT menerangkan sifat-sifat orang yang bertakwa, maka Allah menjelaskan bahwa mereka itu melihat dengan hati nurani tanda-tanda kekuasaan Allah pada alam kosmos. Pada alam semesta yang melintang disekelilingnya, di bumi dan di langit sehingga memiliki ketenangan jiwa sebagai tanda seorang yang sudah makrifat kepada Allah SWT.

TARSIR AL-MISBAH

Ayat diatas mengisyaratkan tiga keistimewaan siapa yangdilukiskan sifatnya disini. Pertama mereka hanya tidur sedikit di waktu malam pada saat orang biasanya tidur. Ini mereka isi dengan ibadah kepada Allah SWT antara lain dengan salat tahajud. Yang kedua, setelah malam akan berakhir yakni menjelang subuh mereka beristighfar. Ini mengisyaratkan betapa besar rasa takut mereka kepada Allah, kendati ibadah mereka sudah sedemikian banyak. Dan yang ketiga adalah mewajibkan atas diri mereka sendiri pengeluaran harta di mana orang biasannya kikir mengeluarkan yang diwajibkan atasnya.

QS AN-NISA’

Ayat : 29

$ygr’¯»t úïÏ%©!$# (#qãYtB#uä w (#þqè=à2ù’s? �� � � �Nä3s9ºuqøBr& Mà6oY÷t/ È@ÏÜ»t6ø9$$Î/ HwÎ) br& cqä3s? � �¸ot»pgÏB `tã <Ú#ts? öNä3ZÏiB 4 wur (#þqè=çFø)s? öNä3|� � �¡àÿRr& 4 ¨bÎ) ©!$# tb%x. öNä3Î/ $VJÏmu ÇËÒÈ� �

Artinya :

29.  Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu[287]; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

TARSIR AL-QUR’AN

Pada ayat ini Allah SWT menerangkan pula bagaimana seharusnya setiap orang yang beriman bersikap terhadap hak-hak dan milik orang lain. Allah SWT melarang mengambil harta orang lain dengan jalan yang batil(tidak benar), kecuali dengan perniagaan yang sukasama  suka.

Menurut ulama tafsir, larangan memakan harta orang laindalam ayat ini mengandung pengertian yang luas dan dalam, antara lain :

1. Agar islam mengakuai adanya hak milik perorangan yang berhak mendapatkan perlindungan dan  tidak dapat diganggu gugat.

2. Hak milik perorangan itu apabila banya, wajib dikeluarkan zakatnya dan kewajiban lainnya untuk kepentingan agama, negara dan sebagainya.

3. Sekalipun seseorang mempunyai harta yang banyak dan banyak pula orang yang memerlukannya dari golongan –golongan yang memerlukannya dan golongan-golongan yang berhak menerima zakatnya, tetapi harta orang itu tidak boleh diambil begitu saja tanpa seijin pemiliknya atau tanpa menurut prosedur yang sah.

Kemudian Allah menerangkan bahwa mencari harta di bolehkan dengan cara berniaga atau berjual beli berdasar suka sama suka tanpa suatu paksaan. Karena jual beli yang dilakukan dengan paksaan tidak sah walaupun ada bayaran atau penggantinya.

Kemudian ayat 29 ini diakhiri dengan penjelasan : bahwaAllah melarang orang-prang yang beriman memakan harta yang batil dan membunuh orang lain atau membunuh diri sendiri itu karena kasih sayang Allah kepada hamba Nya,demi kebahagiaan hidup mereka di dunia dan akhirat.

TAFSIR AL-MISBAH

Allah mengigatkan, wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan, yakni memperoleh harta yang merupakan sarana kehidupan kamu, di antara kamu dengan jalan perniagaan yang berdasarkan kerelaan di antara kamu, kerelaan yang tidak melanggar ketentuan agama. Karena harta benda mempunyai kedudukan di bawah nyawa, bahkan terkadang nyawa dipertaruhkan untuk memperoleh atau mempertahankankannya, maka pesan ayat ini selanjutnya adalah dan janganlah kamu membunuh diri kamu sendiri, atau membunuh orang lain secara tidak hak karenaorang lain adalah sama dengan kamu, dan bila kamu membunuhnya kamupun terancam dibunuh, sesungguhnya Allah terhadap kamu Maha penyayang.

QS : AL-ANFAL

Ayat : 28

(#þqßJn=÷æ$#ur !$yJ¯Rr& öNà6ä9ºuqøBr& öNä.ß»s9÷rr&ur �×puZ÷GÏù cr&ur ©!$# ÿ¼çnyYÏã íô_r& ÒOÏàtã ÇËÑÈ� � � �

Artinya :

Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.

TAFSIR AL-QUR’AN

Pada ayat ini Allah SWT menerangkan pula agar supaya kaum muslimin mengetahui bahwasanya harta dan anak-anakmereka itu adalah cobaan. Maksudnya ialah bahwa Allahmemberikan harta benda dan anak-anak yang banyak itu menambah ketaqwaan kepada Allah. Menyukuri nikmatnya serta melaksaanakan hak dan kewajiban seperti yang telah ditentukan Allah. Apabila seseorang muslim di berikan harta kekayaan oleh Allah kemudian ia mensyukuri nikmat itu dengan membelanjakan menurt ketentuan-ketentuan Allah berarti memenuhi kewajiban-kewajiban yang telah di tentukan Allah terhadap mereka.Tetapi apabila dengan kekayaan yang mereka peroleh kemudian mereka bertambah tamak dan berusaha menambah kekayaannya dengan cara yanng tidak khalal serta engganmenafkahkan hartanya berarti orang yang demikian ini adalah orang yang mengingkari nikmat Allah.

TAFSIR AL-MISBAH

Kegembiraan itu dilukiskan oleh Nabi Muhammad saw. Dalam satu ilustrasi’’ Seorang musafir di tengah padangpasir kehilangan unta dan bekalnya. Letih sudah dia mencari, sampai harapannya pupus, dan dia tertidur di bawah naungan sebuah pohon. Tapi, ketika matanya terbuka, tiba-tiba dia menemukan di hadapannya unta danbekalnya yang hilang itu. Betapa gembiranya, sampai-sampai sambil memegang kendali untanya, dia berseru keseleo lidah, “Wahai Tuhan, Engakau hambaku dan aku Tuhan-Mu.” Kegembiraan Allah menerima taubat hamba-Nya,melebihikegembiraan sang musafir. Demikian sabda Nabi saw. Sebagai diriwayatkan oleh pakar hadits Imam Muslim.

QS AL-BAQOROH

Ayat : 188

wur (#þqè=ä.ù’s? Nä3s9ºuqøBr& Nä3oY÷t/ È@ÏÜ»t6ø9$$Î/ � �(#qä9ôè?ur !$ygÎ/ n<Î) ÏQ$¤6çtø:$# (#qè=à2ù’tGÏ9 $Z)Ìsù� � � �ô`ÏiB ÉAºuqøBr& Ĩ$¨Y9$# ÉOøOM}$$Î/ óOçFRr&ur tbqßJn=÷ès? ÇÊÑÑÈ

Artinya :

188.  Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui.

TAFSIR AL-QUR’AN

Pada ayat ini allah melarang agar jangan memakan harta orang lain dengan jalan yang batil. Yang dimaksud dengan “memakan”disini ialah mempergunakan atau memanfaatkan sebagaimana yang biasa dipergunakan dalam bahasa arab dan bahasa lainnya dan yang dimaksud dengan“batil”ialah dengan cara yang tidak menurut hukum yang telah ditentukan Allah.

Para ahli tafsir mengatakan banyak hal-hal yang dilarang, yang termasuk dalam lingkungan bagian pertamadari ayat ini , antara lain :

1. Memakan Riba’2. Menerima zakat bagi orang yang tidak berhak

menerimanya3. Makelar-makelar yang melaksanakan penipuan

terhadap pembeli atau penjual

Kemudian pada ayat ke dua atau bagian terakir dari ayatini Allah SWT melarang membawa urusan harta kepada hakim dengan maksud untuk mendapatkan sebagian harta dari orang lain dengan caa yang batil, dengan menyogok atau memberikan sumpah palsu atau saksi palsu.

Rasulullah saw bersabda :

Artinya :

“sesungguhnya saya adalah manusia, dan kamu membawa perkara untuk saya selesaikan. Barangkali diantara kamu ada yang lebih pintar berbicara sehingga saya memenangkannya, berdasarkan alasan-alasan yang kedengarannya baik ”maka barang siapa yang mendapatkan keputusan hukum dari saya untuk mendapatkan bagian dari harta saudaranya (yang bukan haknya)kemudian ia mengambil harta itu, makaini berarti saya memberikan sepotong api neraka kepadanya” (mendengar ucapan itu)keduanya saling bertangisan dan masing-masing berkata : saya bersedia meng ihlaskan harta bagian saya untuk teman saya. Lalu Rosulullah memerointahkan : “pergilah kamu berdua dengan penuh dengan rasa persaudaraan dan lakukanlah undian dan terimalah bagianmu masing-masing menurut hasil undian itu dengan penuh keihlasan.”

Kesimpulan :

1. Tidak boleh memakan harta orang lain dengan cara yang tidak sah

2. Tidak boleh menyogok dan menerima sogokan untuk memperoleh sesuatu yang tidak sah, dan membuat sumpah palsu dan menjadi saksi palsu.

TAFSIR AL-MISBAH

Salah satu yang terlarang, dan sering dilakukan dalam masyarakat, adalah menyogok. Dalam ayat ini diibaratkandengan perbuatan menurunkan timba ke dalam sumur untuk memperoleh air. Timba yang turun tidak terlihat oleh orang lain, khususnya yang tidak berada di dekat dumur.Penyogok menurunkan keinginannya kepada yang berwenang memutuskan sesuatu, tetapi secara sembunyi-sembunyi dandengan tujuan mengambil sesuatu secara tidak ah. Janganlah kamu memakan harta kamu di antara kamu dengan jalan yang batil dan menurunkan timbamu kepada hakim, yakni yang berwenang memutuskan, dengan tujuan supaya kamu dapat

memakan sebagian daripada harta orang lain itu dengan jalan berbuat dosa, padahal kamu telah mengetahui buruknya perbuatan itu.

Sementara ulama memahami penutup ayat ini sebagai isyarat tentang bolehnya member sesuatu kepada yang berwenang bila pemberian itu tidak bertujuan dosa, tetapi bertujuan mengambil hak pemberi sendiri. Dalam hal ini, yang berdosa adalah yang menerima bukan yang member. Demikian tulis al-Biqa’I dalam tafsirnya. Hematpenulis, isyarat yang dimaksud tidak jelas bahkan tidakbenar, walau ada ulama lain yang membenarkan ide tersebut sepertia ash-Shan’ani dalam buku hadistnya, Subul as-salam

QS AL-MUNAFIQUN

Ayat : 9

$pkr’¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä w ö/ä3Îgù=è? �� � �öNä3ä9ºuqøBr& Iwur öNà2ß»s9÷rr& `tã Ìò2Ï «!$# 4 `tBur � � �ö@yèøÿt y7Ï9ºs y7Í´¯»s9’ré’sù ãNèd tbrçÅ£»yø9$# ÇÒÈ� � � �

Artinya :

(9). Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi.

TAFSIR AL-QUR’AN

Allah SWT menerangkan bahwa janganlah karena kesibukan mengurus harta benda yang memperhatikan persoalan anak-anak menyebabkan manusia itu lalai dari kewajiban kepada Allah atau tidak memuanaikan kewajiban yang telah diwajibkan atasnya. Hendaknya perhatian mereka itu terhadap dunia dan akhirat seimbang, sebagaimana tertuang dalam sebuah Asar, yang artinya kerjakanlah urusan duniamu, seakan-akan kamu akan hidup selama-lamanya, dan kerjakanlah urusan akhiratmu, seakan-akan mati pada esok harinya.7)

Allah SWT bersabda yang artinya “tiadalah lebih baik diantara kamu orang yang meninggalkan dunianya untuk akhiratnya, dan tidak pula (orang meninggalkan) akhiratnya karena urusan dunianya, sehingga ia melakukan kedua-duanya, karena sesungguhnya dunia itu jalan ke akhirat dan janganlah kamu sekalian menjadi beban atas manusia.72)

Disini letak keistimewaan dan keunggulan agama yang dibawa oleh junjungan kita Nabi Muhammadsaw yaitu agamaislam. Agama yang tidak menghendaki umatnya matrialistis, yang semua pikiran dan usahannya hanya ditujukan untuk mengumpulkan kekayaan dan kenikmatan dunia, seperti halnya orang-orang yahudi. Agama yang tidak pula membenarkna umtnyahanya mementingkan akhiratsaja, tenggelam dalam kerohanian, menjauhkan diri dari kelezatan hidup, membujang terus dan tidak kawin sebagaimana halnya orang-orang nasrani.

Allah berfirman dalam ayat yang bersamaan, yang artinya“katakanlah;” siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkannya untuk hamba-hambanya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?”.73) dan dalam ayat yang lainpula Allah berfirman yang artinya “Hai anak adam pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.

Allah swt menegaskan pada akhir ayat ini bahwa orang-orang yang sangat mementingkan urusan dunia dan meninggalkan kebahagiaan akhirat, berarti telah mengundang murka Allah. Mereka akan merugi karena menukar sesuatu yang kekal abadi dengan sesuatu yang akan fana dan hilang lenyap.

QS AT-TAGHABUN

Ayat 15

!$yJ¯RÎ) öNä3ä9ºuqøBr& ö/ä.ß»s9÷rr&ur ×puZ÷GÏù 4 ª!$#ur�ÿ¼çnyYÏã íô_r& ÒOÏàtã ÇÊÎÈ� � �

Artinya :

Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.

TAFSIR AL-QUR’AN

Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa cinta terhadap harta anak adalah cobaan. Kalau kita tidak hati-hati, akan mendatangkan bencana. Tidak sedikit orang, karena cintannya yang berlebihan kepada harta dan anaknya., berani berbuat yang bukan-bukan, melanggar ketentuan agama. Dalam ayat ini harta didahulukan dari anak Karena ujian dan bencana harta itu lebih besar, sebagaimana firman Allah dalam ayat yang lain yang artinya “ Ketahuila! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas karena dia melihat dirinya serba cukup.104)

Kalau manusia itu dapat menahan diri, tidak akan berlebih cintannya kepada harta dan anaknya, tetapi cintannya kepada Allah lebih besar daripada cintanya kepada yang lainnya. Maka ia akan mendapat pahala yang besar dan berlipat ganda.

TAFSIR AL-MISBAH

Kata fitnah yang penulis terjemahkan dengan ujian, dipahami oleh Thahir ibn ‘Asyur dalam arti “kegoncanganhati serta kebingungannya akibat adanya situasi yang tidak sejalan dengan siapa yang menghadapi situasi itu.” Karena itu ulama ini menambahkan makna sabab (penyebab) sebelum kata fitnah yakni harta dan anak-anak dapat menggoncangkan hati seseorang. Ulama ini kemudian member contoh dengan keadaan Rasull saw. Yaknisatu ketika beliau sedang melakukan khutbah Jum’at, tiba-tiba cucu beliau Sayidinna al-Hasan dan Sayyidina

al-Husain ra. Dating berjalan terbata-bata, terjatuh lalu berdiri. Maka rasul saw. Turun dari mimbar dan menariknya lalu beliau membaca “innama Amwalukum Wa auladukum ftnah” dan bersabda; “Aku melihat keduannya, dan aku tidak sabar”, kemudian setelah itu beliau melanjutkan khutbah beliau (HR. Abu daud melalui Buraidah)

BAB III

KESIMPULAN

Istilah HARTA, atau al-mal dalam al-Qur’an maupun Sunnah tidak dibatasi dalam ruang lingkup makna tertentu, sehingga pengertian al-Mal sangat luas dan selalu berkembang. Kriteria harta menurut paraahli fiqh terdiri atas : pertama,memiliki unsur nilai ekonomis.Kedua, unsur manfaat atau jasa yang diperoleh dari suatu barang.

Pandangan Islam mengenai harta dapat diuraikan sebagai berikut:

Pertama, Pemiliki Mutlak terhadap segala sesuatu yang ada di muka bumi ini adalah ALLAH SWT.

Kedua, status harta yang dimiliki manusia adlah sebagai berikut :1. harta sebagai amanah (titipan)dari Allah SWT. Manusia hanyalah pemegang amanah karena memang tidak mampu mengadakan benda dari tiada.2. Harta sebagai perhiasan hidup yang memungkinkan manusia bisa menikmatinya dengan baikdan tidak berlebih-lebihan ( Ali Imran: 14). Sebagai perhiasan hidup harta sering menyebabkan keangkuhan, kesombongan serta kebanggaan diri.(Al-Alaq: 6-7). 3. Harta sebgai ujian keimanan. Hal ini menyangkut soal cara mendapatkan dan memanfaatkannya, apakah sesuai dengan ajaran Islamatau tidak (al-Anfal: 28) 4. harta sebagai bekal ibadah, yakni untuk melaksankan perintahNyadan melaksanakan muamalah si antara sesama manusia,

melalui zakat, infak, dan sedekah.(at-Taubah :41,60; Ali Imran:133-134).

Ketiga, Pemilikan harta dapat dilakukan melalui usaha (‘amal) ataua mata pencaharian (Ma’isyah) yang halal dan sesuai dengan aturanNya. (al-Baqarah:267)

Keempat, dilarang mencari harta , berusaha atau bekerja yang melupakan mati (at-Takatsur:1-2), melupakan Zikrullah/mengingat ALLAH (al-Munafiqun:9), melupakan sholat dan zakat (an-Nuur:37), dan memusatkan kekayaan hanya pada sekelompokorang kaya saja (al-Hasyr: 7)

Kelima: dilarang menempuh usaha yang haram, seperti melalui kegiatan riba (al-Baqarah: 273-281), perjudian, jual beli barang yang haram (al-maidah :90-91), mencuri merampok (al-Maidah :38), curang dalam takaran dan timbangan (al-Muthaffifin: 1-6), melalui cara-cara yang batil dan merugikan (al-Baqarah:188), dan melalui suap menyuap (HR Imam Ahmad).

Di antara cara memperoleh harta dapat disebutkan yang terpenting: a. Menguasai benda-benda mubah yang belum menjadi milik seorang pun. b. Perjanjian-perjanjian hak milik seperti jual-beli,hibah (pemberian/.hadiah), dan wasiat. c. Warisan sesuai dengan aturan Islam. d. Syuf’ah, hak membeli dengan paksa atas harta persekutuan yang dijual kepada orang lain tanpa izin para anggota persekutuan yang lain. e. Iqtha, pemberian dari pemerintah. f. Hak-hak keagamaan seperti bagian zakat, bagi ‘amil, nafkah istri, anak, dan orang tua.

Ayat-Ayat Al Qur’an Harta QS. ALI IMRAN Ayat : 186, QS : AL-ANFAL Ayat : 28, QS AL-MA’ARIJ Ayat :24-25 QS. AT-TAUBAH Ayat : 103, QS : AZ-ZARIYAT Ayat 19, QS AN-NISA’ Ayat : 29, QS : AL-ANFAL Ayat: 28, QS AL-BAQOROH Ayat : 188, QS AL-MUNAFIQUN Ayat : 9, QS AT-TAGHABUN Ayat 15.