LK3 siap cetak

36
I. Judul Penerapan LK3 di Industri Keramik Pada Proses Produksi II. Tujuan 1. Mengetahui Proses Produksi Pembuatan Keramik 2. Menganalisis Penerapan LK3 di Industri Keramik pada proses produksi 3. Melakukan Penerapan LK3 di Industri Keramik pada proses produksi 4.Mengetahui Pengaruh Penerapan LK3 terhadap produktivitas karyawan di industri Keramik III.Metode Metode pengambilan data tidak melakukan observasi langsung melainkan melalui pustaka yang tersedia di internet. IV. Bahan & Alat Bahan 1. Pustaka mengenai analisis penerapan program K3/5R di pt x dengan pendekatan standar ohsas 18001 dan statistik tes u mann-whitney serta pengaruhnya pada produktivitas karyawan 2. Pustaka mengenai proses pembuatan piring / keramik 3. Pustaka mengenai industri keramik di desa Klampok kabupaten Banjarnegara provinsi JawaTengah Alat 1. Laptop 2. Modem Penerapan LK3 di Industri Keramik 1

Transcript of LK3 siap cetak

I. Judul

Penerapan LK3 di Industri Keramik Pada Proses Produksi

II. Tujuan

1. Mengetahui Proses Produksi Pembuatan Keramik

2. Menganalisis Penerapan LK3 di Industri Keramik pada

proses produksi

3. Melakukan Penerapan LK3 di Industri Keramik pada proses

produksi

4.Mengetahui Pengaruh Penerapan LK3 terhadap produktivitas

karyawan di industri Keramik

III.Metode

Metode pengambilan data tidak melakukan observasi

langsung melainkan melalui pustaka yang tersedia di

internet.

IV. Bahan & Alat

Bahan

1. Pustaka mengenai analisis penerapan program K3/5R di

pt x dengan pendekatan standar ohsas 18001 dan statistik

tes u mann-whitney serta pengaruhnya pada produktivitas

karyawan

2. Pustaka mengenai proses pembuatan piring / keramik

3. Pustaka mengenai industri keramik di desa Klampok

kabupaten Banjarnegara provinsi JawaTengah

Alat

1. Laptop

2. Modem

Penerapan LK3 di Industri Keramik 1

3. Flasdisk

V. Tahapan Proses

1. Sekilas Industri

Desa Klampok, kecamatan Purwareja, kabupaten

Banjarnegara sangat terkenal dengan kerajinan keramiknya.

Desa ini berjarak 19 km dari Kota Banjarnegara atau ± 170

km dari kota Semarang. Sentra kerajinan ini mempunyai 35

unit usaha yang tersebar di seluruh desa. Apabila Anda

melakukan perjalanan ke Purwokerto via Wonosobo, anda

akan menjumpai banyak galeri keramik di ruas kanan dan 

kiri jalan Banjarnegara - Banyumas, tepatnya di Desa

Klampok.  Industri keramik di desa Klampok mulai dirintis

tahun 1947 oleh seorang pengrajin, dengan nama

usaha Mandallai Keramik, kemudian baru mulai 1970 mulai

berdiri usaha-usaha sejenis lainnya seperti Usaha

Karya (1970), Mustika (1975) dan Kiat (1978). Saat ini di

Sentra tersebut mempunyai dua perkumpulan pengusaha

keramik yaitu ASKRI (Asosiasi Keramik Indonesia)

dan ALUMNIC. Walaupun begitu ada juga pengusaha keramik

Penerapan LK3 di Industri Keramik 2

yang tidak ikut dalam dua organisasi tersebut. Askri

mempunyai anggota 17 pengusaha keramik, dan diketuai oleh

usaha keramik APICTA ( milik bapak Kasbi Purwadi).

Sedangkan Alumnic memiliki anggota 14 pengusaha

keramik.  

Bahan baku industri kerajinan keramik di Klampok

berupa tanah liat (lempung) yang diperoleh dari Wonosobo,

Ajibarang, Karangkobar, dan Kali Serayu. Dari keempat

tempat itu, tanah liat dari Wonosobo lah yang terbaik.

Pada saat ini berhubung mahalnya harga tanah liat

Wonosobo maka pengusaha banyak yang menggunakan tanah

liat dari Ajibarang. Suhu pembakaran keramik adalah 1000

ºC dengan lama pembakaran 17 - 22 jam. Sedangkan bahan

bakar tungku adalah minyak tanah atau kayu bakar.  Produk

yang dihasilkan Sentra ini bermacam-macam, seperti

patung, piring , asbak dan lain - lain. Mulai dari yang

kecil yang yang berukuran ekstra besar, juga ada yang

berdesain antik maupun modern. Anda dapat memilih sesuai

selera Anda. 

Pemasaran Produk Sentra kerajinan ini pada umumnya

ke pasar lokal dan luar propinsi. Ada juga yang sudah

mendapat pesanan dari Luar Negeri. Kendala yang dihadapi

salah satunya adalah lamanya proses pembuatan keramik,

sebab pernah pembeli Luar Negeri sering memesan keramik

dalam jumlah besar dan waktu yang sempit. Hal ini pernah

diatasi dengan cara membagi job order antar pengrajin,

Penerapan LK3 di Industri Keramik 3

tetapi dikarenakan banyaknya pengrajin yang membuat,

ukuran produk menjadi berbeda-beda (tidak sesuai

spesifikasi awal).   

Dari sentuhan tangan-tangan terampil para pengrajin

inilah berbagai jenis keramik berbahan baku tanah liat

dihasilkan, seperti teracotta, glazuur, dan keramik cat,

yang memiliki kekhasan dan nilai seni tersendiri.

Kerajinan keramik Klampok ini sangat cocok sebagai hiasan

di rumah, rumah makan, hotel, maupun perkantoran. Bahkan,

perabotan dapur yang terbuat dari tanah liat pun

tersedia.

Industri keramik Klampok, Banjarnegara, Jawa Tengah

bermula dari kerja keras Kandar Atmomihardjo. Bermula

dari kesempatan yang diperoleh Kandar saat menjadi guru

di Kebumen (1935) untuk belajar ilmu keramik di

keramische labolatorium di Bandung. Setelah selama satu

tahun Kandar belajar ilmu keramik beliau diserahi tugas

memimpin perusahaan keramik Banjarnegara. Dalam

pengembangan industri keramik yang dilakukanya mengalami

pasang surut terlebih setelah beliau memimpin selama lima

tahun di Magelang. Namun tidak lama pulang ke Banjarnegra

dan mendirikan sekolah teknik yang salah satu jurusannya

ialah teknik membuat keramik.

Pada tahun 1957 Kandar keluar dari sekolah teknik

dan mendirikan perusahaan industri keramik yang diberi

Penerapan LK3 di Industri Keramik 4

nama Maedallai. Tenaga kerjanya kebanyakan ialah anak-

anak putus sekolah dan pengangguran. Kandar meninggal

pada tahun 1977 namun usahanya tidaklah sia-sia karena

sejak kemunculan perusahan keramik rintisannya inilah

menginspirasi banyak pihak sehingga pertumbuhan industri

keramik di Purworejo Klampok semakin berkembang.

2. Proses Pembuatan

a. Bahan

1. Ball Clay

2. Kaolin

3. Silika

4. Feldspar

b. Bahan Pembuat Glatsir

1. SILIKA: berfungsi sebagai unsur penggelas (pembentuk

kaca) Silika (SiO2) juga disebut Flint atau Kwarsa

yang akan membentuk lapisan gelas bila mencair dan

kemudian membeku. Silika murni berbentuk menyerupai

kristal, dimana apabila berdiri sendiri titik

leburnya sangat tinggi antara yaitu 16100 C - 17100

C.

2. ALUMINA: berfungsi sebagai unsur pengeras Al2O3 yang

digunakan untuk menambah kekentalan lapisan glasir,

membantu membentuk lapisan glasir yang lebih kuat

dan keras serta memberikan kestabilan pada benda

Penerapan LK3 di Industri Keramik 5

keramik. Yang membedakan glasir dengan kaca/gelas

adalah kandungan aluminanya yang tinggi.

3. FLUX : berfungsi sebagai unsur pelebur (peleleh)

Digunakan untuk menurunkan suhu lebur bahan-bahan

glasir. Flux dalam bentuk oksida atau karbonat yang

sering dipakai adalah ; timbal, boraks,

sodium/natrium, potassium/kalium, lithium, kalsium,

magnesium, barium, strontium, bersama-sama dengan

oksida logam seperti : besi, tembaga, kobalt,

mangaan, krom, nikel, tin, seng, dan titanium akan

memberikan warna pada glasir, juga dengan bahan yang

mengandung lebih sedikit oksida seperti : antimoni,

vanadium, selenium, emas, kadmium, uranium.

c. Alat

1. Mesin pengering

2. Cetakan keramik

d. Proses Pembuatan

1. Proses Pengolahan Bahan

Tujuan pengolahan bahan ini adalah untuk mengolah

bahan baku dari berbagai material (felspard, ball

clay, kwarsa, kaolin, dan air) yang belum siap pakai

menjadi tanah liat plastis yang siap pakai. Didalam

pengolahan bahan ini ada proses-proses tertentu yang

harus dilakukan antara lain pengurangan ukuran butir,

penyaringan, pencampuran, pengadukan (mixing), dan

pengurangan kadar air.

Penerapan LK3 di Industri Keramik 6

Gambar1

Proses

pengolahan

bahan baku

2. Proses Pembentukan Keramik

Tahap pembentukan adalah tahap mengubah bongkahan

tanah liat plastis menjadi benda-benda yang

dikehendaki. Ada tiga keteknikan utama dalam

membentuk benda keramik: pembentukan tangan langsung

(handbuilding), teknik putar (throwing), dan teknik

cetak (casting). Untuk pembuatan piring, mangkok,

mug, dll, biasanya menggunakan teknik cetak (casting)

karena prosesnya sangat sulit dan membutuhkan

kepresisian yang sangat tinggi.

Gambar 2

Proses

pembentukan

keramik

Penerapan LK3 di Industri Keramik 7

3. Proses Pengeringan

Setelah benda keramik selesai dibentuk, maka tahap

selanjutnya adalah pengeringan. Tujuan utama dari

tahap ini adalah untuk menghilangkan air plastis yang

terikat pada badan keramik. Ketika badan keramik

plastis dikeringkan akan terjadi 3 proses penting:

1. Air pada lapisan antar partikel lempung mendifusi

ke permukaan, menguap, sampai akhirnya partikel-

partikel saling bersentuhan dan penyusutan

berhenti;

2. Air dalam pori hilang tanpa terjadi susut; dan

3. Air yang terserap pada permukaan partikel hilang.

Proses pengeringan yang terlalu cepat akan

mengakibatkan retak pada keramikyang sudah dibentuk.

Gambar 3

Pengeringan

keramik

Penerapan LK3 di Industri Keramik 8

4. Proses Pembakaran

Pembakaran merupakan inti dari pembuatan keramik

dimana proses ini mengubah massa yang rapuh menjadi

massa yang padat, keras, dan kuat. Pembakaran

dilakukan dalam sebuah tungku/furnace suhu tinggi.

Pembakaran ini sudah cukup membuat suatu benda

menjadi kuat, keras, dan kedap air. Untuk benda-benda

keramik berglasir, pembakaran merupakan tahap awal

agar benda yang akan diglasir cukup kuat dan mampu

menyerap glasir secara optimal.

Gambar 4

Pembakaran keramik

Penerapan LK3 di Industri Keramik 9

Gambar 5

Keramik

setelah

pembakaran

5. Proses Pengglasiran

Glasir merupakan lapisan tipis yang biasa

digunakan untuk melapisi permukaan bahan keramik,

yang melekat menjadi satu pada permukaan badan

keramik tersebut melalui proses pengeringan. Glasir

dilakukan dengan cara dicelup, disemprot, ditempel,

atau dikuas/dilukis. Glasir merupakan material yang

terdiri dari beberapa bahan tanah atau batuan silikat

dimana bahan-bahan tersebut selama proses pembakaran

akan melebur dan membentuk lapisan tipis seperti

Penerapan LK3 di Industri Keramik 10

gelas yang melekat menjadi satu pada permukaan badan

keramik.Glasir merupakan kombinasi yang seimbang dari

satu atau lebih oksida basa (Flux), Oksida Asam

(Silika), dan Oksida Netral (Alumina), ketiga bahan

tersebut merupakan bahan utama pembentuk glasir yang

dapat disusun dengan berbagai kompoisisi untuk suhu

kematangan glasir yang dikehendaki

Gambar 7

Proses glatsir 1

Gambar 8

Proses glatsir 2

Penerapan LK3 di Industri Keramik 11

Gambar 9

Proses glatsir 3

Gambar 10

Keramik jadi

VI. Pembahasan

Penerapan LK3 di Industri Keramik 12

A. Dasar Teori

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah

suatu sistem yang dirancang untuk menjamin keselamatan

yang baik pada semua personel di tempat kerja agar

tidak menderita luka maupun menyebabkan penyakit di

tempat kerja dengan mematuhi/ taat pada hukum dan

aturan keselamatan dan kesehatan kerja, yang tercermin

pada perubahan sikap menuju keselamatan di tempat kerja

(Rijuna Dewi, 2006). Menurut Rizky Argama (2006),

program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah

suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun

pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif)

timbulnya kecelakaan dan penyakit kerja akibat hubungan

kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-

hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit

kerja akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif

bila terjadi hal demikian.

Dessler (1992) mengatakan bahwa program keselamatan

dan kesehatan kerja diselenggarakan karena tiga alasan

pokok, yaitu:

1. Moral. Para pengusaha menyelenggarakan upaya

pencegahan kecelakaan dan penyakit kerja pertama

sekali semata-mata atas dasar kemanusiaan. Mereka

melakukan hal itu untuk memperingan penderitaan

karyawan dan keluarganya yang mengalami kecelakaan

dan penyakit akibat kerja.

Penerapan LK3 di Industri Keramik 13

2. Hukum. Dewasa ini, terdapat berbagai peraturan

perundang-undangan yang mengatur ikhwal keselamatan

dan kesehatan kerja, dan hukuman terhadap pihak-pihak

yang melanggar ditetapkan cukup berat. Berdasarkan

peraturan perundang-undangan itu, perusahaan dapat

dikenakan denda, dan para supervisor dapat ditahan

apabila ternyata bertanggungjawab atas kecelakaan dan

penyakit fatal.

3. Ekonomi. Adanya alasan ekonomi karena biaya yang

dipikul perusahaan dapat jadi cukup tinggi sekalipun

kecelakaan dan penyakit yang terjadi kecil saja.

Asuransi kompensasi karyawan ditujukan untuk member

ganti rugi kepada pegawai yang mengalami kecelakaan

dan penyakit akibat kerja.

Schuler dan Jackson (1999) mengatakan, apabila

perusahaan dapat melaksanakan program keselamatan dan

kesehatan kerja dengan baik, maka perusahaan akan dapat

memperoleh manfaat sebagai berikut:

1. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah

hari kerja yang hilang.

2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang

lebih komitmen.

3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.

4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung

yang lebih rendah karena

menurunnya pengajuan klaim.

Penerapan LK3 di Industri Keramik 14

5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar

sebagai akibat dari partisipasi dan ras kepemilikan.

6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena

meningkatkan citra perusahaan.

7. Perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya secara

substansial.

Pemerintah memberikan jaminan kepada karyawan dengan

menyusun Undang-undang Tentang Kecelakaan Tahun 1947

Nomor 33, yang dinyatakan berlaku pada tanggal 6 januari

1951, kemudian disusul dengan Peraturan Pemerintah

Tentang Pernyataan berlakunya peraturan kecelakaan tahun

1947 (PP No. 2 Tahun 1948), yang merupakan bukti tentang

disadarinya arti penting keselamatan kerja di dalam

perusahaan (Heidjrachman Ranupandojo dan Suad Husnan,

2002). Lalu, menurut penjelasan Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 3 Tahun 1992, menyatakan bahwa sudah

sewajarnya apabila tenaga kerja juga berperan aktif dan

ikut bertanggung jawab atas pelaksanaan program

pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan demi

terwujudnya perlindungan tenaga kerja dan keluarganya

dengan baik. Jadi, bukan hanya perusahaan saja yang

bertanggung jawab dalam masalah ini, tetapi para karyawan

juga harus ikut berperan aktif dalam hal ini agar dapat

tercapai kesejahteraan bersama.

Penerapan LK3 di Industri Keramik 15

Berdasarkan Undang-Undang no.1 tahun 1970 pasal 3

ayat 1, syarat keselamatan kerja yang juga menjadi tujuan

pemerintah membuat aturan K3 adalah :

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.

c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada

waktu kebakaran atau kejadiankejadian lain yang

berbahaya.

e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.

f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar

luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap,

gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan

getaran.

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat

kerja baik physik maupun psychis, peracunan, infeksi

dan penularan.

i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.

j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.

k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.

l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.

m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,

lingkungan, cara dan proses kerjanya.

n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang,

binatang, tanaman atau barang.

Penerapan LK3 di Industri Keramik 16

o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.

p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,

perlakuan dan penyimpanan barang.

q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.

r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada

pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah

tinggi.

Banyak elemen dan faktor-faktor yang mempengaruhi

keselamatan dan kesehatan kerja agar pelaksanaan program

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam perusahaan

dapat berjalan efektif. Dan berikut adalah elemen-elemen

pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja

1. Jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja para tenaga

kerja harus diprioritaskan ataudiutamakan dan

diperhitungkan agar tenaga kerja merasa ada jaminan

atas pekerjaan yang mereka lakukan, baik yang beresiko

maupun tidak.

2. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah

pelatihan yang disusun

untuk memberi bekal kepada personil yang ditunjuk

perusahaan untuk dapat menerapkan K3 di tempat kerja

3. Alat pelindung diri

Menurut Muhammad Sabir (2009), alat pelindung diri

adalah kelengkapan yang

Penerapan LK3 di Industri Keramik 17

wajib digunakan saat bekerja sesuai kebutuhan untuk

menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di

sekelilingnya. Pada umumnya alat-alat tersebut terdiri

dari:

1. Safety Helmet, berfungsi sebagai pelindung kepala dari

benda yang bisa mengenai kepala secara langsung.

2. Tali Keselamatan (Safety Belt), berfungsi sebagai alat

pengaman ketika menggunakan alat transportasi ataupun

peralatan lain yang serupa (mobil, pesawat, alat

berat, dan lainlain)

3. Sepatu Karet (Sepatu Boot), berfungsi sebagai alat

pengaman saat bekerja di tempatyang becek ataupun

berlumpur.

4. Sepatu Pelindung (Safety Shoes), berfungsi untuk

mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena

tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan

kimia, dan sebagainya.

5. Sarung Tangan, berfungsi sebagai alat pelindung

tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang

dapat mengakibatkan cedera tangan.

6. Tali Pengaman (Safety Harness), berfungsi sebagai

pengaman saat bekerja di ketinggian.

7. Penutup Telinga (Ear Plug/ Ear Muff), berfungsi sebagai

pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang

bising.

Penerapan LK3 di Industri Keramik 18

8. Kacamata Pengaman (Safety Glasses), berfungsi sebagai

pelindung mata ketika bekerja (misal mengelas).

9. Masker (Respirator), berfungsi sebagai penyaring

udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan

kualitas udara yang buruk (misal berdebu, beracun,

berasap, dan sebagainya).

10. Pelindung Wajah (Face Shield), berfungsi sebagai

pelindung wajah dari percikan benda asing saat

bekerja (misal pekerjaan menggerinda).

11. Jas Hujan (Rain Coat), berfungsi melindungi diri dari

percikan air saat bekerja (misal bekerja pada saat

hujan atau sedang mencuci alat).

4. Beban Kerja

Beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan

yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau

pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu (Adil

Kurnia, 2010).

5. Jam Kerja

Untuk karyawan yang bekerja 6 hari dalam seminggu,

jam kerjanya adalah 7 jam dalam satu hari dan 40 jam

dalam satu minggu. Sedangkan untuk karyawan dengan 5

hari kerja dalam satu minggu, kewajiban bekerja mereka

adalah 8 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu

minggu.

B.Penerapan 5R

Penerapan LK3 di Industri Keramik 19

a. Dasar teori

5S/5R merupakan konsep yang sangat sederhana

berasal dari Jepang, 5S adalah huruf awal dari lima

kata Jepang yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke yang

dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi 5R,

yaitu Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin.

Gerakan 5S/5R adalah gerakan yang melaksanakan

secara keseluruhan ke lima kata tersebut:

1. Seiri = Ringkas

Seiri/Ringkas berarti mengatur segala sesuatu,

memilah sesuai dengan aturan atau prinsip tertentu.

Menyisihkan barang yang tidak diperlukan di tempat

kerja dan buang.

Contoh penerapan :

Memisahkan barang barang yang tidak di perlukan

pada saat proses produksi, sehingga proses produksi

berjalan lancar dan cepat.

2. Seiton = Rapi

Seiton/Rapi berarti menyimpan barang di tempat

yang tepat atau dalam tata letak yang benar

sehingga dapat dipergunakan dalam keadaan mendadak.

Hal itu merupakan cara untuk menghilangkan

pencarian.

Contoh penerapan :

Penerapan LK3 di Industri Keramik 20

a. Membenahi barang produksi yang berserakan

sesuai fungsi kegunaannya dan menyimpannya dengan

posisi tempat yang di ketahui semua pekerja

b. Mengelompokkan alat produksi sesuai urutan

prosesnya.

c. Mengelompokkan hasil produk sesuai urutan

prosesnya.

d. Memberi identitas pada penyimpanan barang.

e. Menyediakan tempat penyimpanan

3. Seiso = Resik

Seiso/Resik berarti membersihkan barang sehingga

menjadi bersih. Dalam hal ini berarti membuang

sampah, kotoran dan benda asing serta membersihakan

segala sesuatu. Diutamakan sebagai pemeriksaan

terhadap kebersihan dan menciptakan tempat kerja

yang tidak memiliki cacat dan cela.

Contoh penerapan :

a.Membersihkan segala kotoran secara berkala

b.Membuat jadwal rutin pembersihan tempat kerja

c.Menyediakan fasilitas kebersihan

4. Seiketsu = Rawat

Seiketsu/Rawat berarti terus-menerus dan secara

berulang-ulang memelihara Ringkas, Rapi, dan Resik.

Dengan demikian Rawat mencakup kebersihan pribadi

dan lingkungan.

Contoh penerapan :

Penerapan LK3 di Industri Keramik 21

a.Memantau secara kontinyu kegiatan ringkas,rapi,

dan resik.

b.Mengadakan evaluasi kegiatan ringkas, rapi, dan

resik

c.Adanya efesiensi waktu, sehingga kualitas dan

kuantitas produk terjamin.

5. Shitsuke = Rajin

Shitsuke/Rajin berarti pelatihan dan penigkatan

kemampuan untuk melakukan apa yang ingin kita

lakukan meskipun hal tersebut sulit untuk

dilakukan.

Contoh penerapan :

a. Membuat instruksi kerja yang benar

b. Melakukan evaluasi instruksi kerja secara

periodik

c. Menumbuhkan kesadaran dan komitmen pekerja untuk

menjalankan pekerjaan dengan benar

b. Keuntungan menerapkan 5R

Takashi Osada (1995) menyatakan bahwa

keuntungan yang kita peroleh bila menerapkan 5R

antara lain:

a. Menyediakan tempat kerja yang menyenangkan.

Tempat kerja yang bersih, rapi dan teratur

memungkinkan kita akan lebih senang dan

bersemangat untuk bekerja.

Penerapan LK3 di Industri Keramik 22

b. Membantu untuk mengefisienkan pekerjaan.Tentu

kita akan frustasi apabila setiap mencari barang

yang dibutuhkan harus mencari-cari dahulu, atau

membongkar semua isi tempat penyimpanan. Jika

setiap barang di tempat kerja telah tersusun,

benar pada tempatnya, tentu akan mudah

menemukannya bila mana diperlukan, sehingga lebih

efisien.

c. Memperkecil kecelakaan kerja. Lingkungan yang

ber-5R akan membawa kita bekerja di lingkungan

yang bebas bahaya kecelakaan kerja (termasuk pada

pekerjaan konstruksi prasarana). Dengan menerapkan

5R di tempat kerja kita berarti kita telah

menjamin keselamatan kita dan rekan kita.

d. Membimbing pada kualitas produk yang lebih baik

dan peningkatan produktivitas. Bagi perusahaan

yang telah menerapkan 5R dengan sungguh-sungguh,

jumlah defect/cacat akan relatif lebih rendah dari

pada perusahaan yang belum menerapkan. Oleh karena

itu produktivitas akan meningkat, bila

produktivitas meningkat kita semua akan mendapat

bagian atas kemakmuran perusahaan.

c.Sasaran 5R

Quality Productivity Development (1989) merumuskan

sasaran program 5R sebagai berikut:

Penerapan LK3 di Industri Keramik 23

a. Terciptanya tempat kerja yang bersih, cerah,

teratur dan menyenangkan.

b. Terawatnya peralatan dan perlengkapan serta

bangunan selama proses kerja.

c. Terwujudnya disiplin kerja yang dibutuhkan untuk

mencapai standar kerja.

d. Terjaganya keselamatan dan kestabilan kerja dan

mutu hasil kerja selama operasi berlangsung.

e. Tercapainya perbaikan mutu kerja dengan

mengurangi keragaman hasil kerja.

f. Terselenggaranya perbaikan efisiensi dan

efektivitas di masing-masing fungsi.

g. Terbinanya suasana kerja yang nyaman dan

menyenangkan, berdisiplin dan saling menghargai

antar karyawan.

d.Manfaat 5R

Pelaksanaan 5R yang baik di perusahaan, dalam

“Pedoman 5R”, akan memberikan manfaat yang baik ke

pada karyawan, perusahaan, pelanggan, pemasok maupun

pemegang saham (pendana) sebagai berikut:

a. Bagi karyawan akan merasakan:

Keamanan.

Kenyamanan

Kesehatan.

Tidak cepat jenuh/semangat tinggi.

b. Bagi perusahaan akan meningkatkan:

Penerapan LK3 di Industri Keramik 24

Citra / Bonafiditas.

Kecepatan bisnis.

Penghematan.

Perolehan laba.

Kemampuan.

c. Bagi pelanggan memperoleh akan kepastian karena:

Meminimalisasi kesalahan / kekeliruan.

Kecepatan dan ketepatan layanan.

d. Bagi pemasok memperoleh akan kepuasan karena:

Kecepatan dan ketepatan layanan.

Meminimalkan kesalahan.

e. Bagi pemegang saham/ pendana akan memperoleh

kepuasan karena:

Keyakinan atau kepercayaan akan usahanya.

Percontohan usaha.

f. Bagi pemasok memperoleh akan kepuasan karena:

Kecepatan dan ketepatan layanan.

Meminimalisasi kesalahan

C. Potensi-potensi bahaya dalam tahapan-tahapan proses

produksi serta cara penangannya sebagai berikut:

Setiap proses pekerjaan memiliki potensi bahaya

yang berbeda-beda. Hasil identifikasi potensi bahaya

yang kami analisis dari setiap tahapan proses

pekerjaan pembuatan keramik berbahan baku tanah liat

pada Industri Keramik adalah sebagai berikut :

Penerapan LK3 di Industri Keramik 25

1. Proses pengolahan bahan baku

Potensi bahaya

a. Pekerja cedera tertimpa bahan material ketika

mengangkatnya untuk di olah.

Penanganan

Bersikap Kerja hati hati

Jangan bersenda gurau

Kondisi tubuh yang prima

Menggunakan Haircap untuk melindungi kepala

Penerapan 5 R :

Bahan baku di susun secara rapi dan aman.

Buat satu ruang khusus untuk penyimpanan bahan

baku

Kelompokan jenis – jenis bahan baku yang sama dan

di beri identitas.

Sediakan kotak P3K dan isinya.

b. Pekerja cedera terpeleset/ terjatuh karena tempat

kerja yang licin/ becek saat mengangkat material

untuk di olah

Penanganan

Penerapan LK3 di Industri Keramik 26

Lantai di kondisikan tetap kering dan bersih

Menggunakan Sepatu boot

Penerapan 5 R :

Bersihkan jalur pengangkutan baik dari kotoran

padat maupun cair. Lakukanlah secara rutin.

Di buat jalur khusus untuk pengangkutan.

Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin.

Sediakan Kotak P3K beserta isinya.

c. Cedera akibat sikap tubuh yang salah pada saat

mengangkat material

Penanganan

Mengatur posisi tubuh pada saat mengangkat

metrial

Hindari sikap tubuh yang menoton

Penerapan 5 R :

Sediakan Kotak P3K dan isinya.

d. Tangan terluka akibat terkena mesin pengaduk

Penanganan

Sikap hati – hati pekerja

Penerapan LK3 di Industri Keramik 27

Menggunakan Sarung tangan

Penerapan 5 R :

Letakkan mesin dekat dengan gudang bahan baku dan

di tata dengan rapi dan aman bagi pekerja.

Mesin diberi SOP ( Standart Operational Procedure ) dan

dilakukan perawatan serta perbaikan minimal 2

minggu sekali.

Sediakan kotak P3K dan isinya .

e. Debu - debu material yang mengganggu pernafasan

pekerja

Penanganan

Menggunakan masker

Penerapan 5 R :

Tempat kerja di beri ventilasi yang cukup.

Bersihkan tempat dari kotoran berupa debu setiap

hari.

2. Proses Pembentukan Keramik

Potensi bahaya

a. Cedera tangan pekerja karena terkena alat

pembentuk keramik

Penerapan LK3 di Industri Keramik 28

Penanganan

Menggunakan pelindung tangan berupa sarung tangan

Sikap hati - hati pekerja

Penerapan 5 R :

Letakkan alat pembentuk keramik di ruang tempat

yang strategis dan terpisah dengan gudang bahan

baku dan di letakkan diatas meja yang cukup luas.

Alat di beri SOP ( Standart Operational Procedure ).

Singkirkan barang yang tidak di perlukan di

tempat pembentukan keramik.

Sediakan kotak P3K dan isinya.

b. Debu yang di hasilkan pada saat pembentukan

keramik yang menggangu pernafasan pekerja

Penanganan

Menggunakan masker

Penerapan 5 R :

Tempat Pembentukan Keramik di beri ventilasi yang

cukup.

Bersihkan tempat setiap hari setelah digunakan.

Penerapan LK3 di Industri Keramik 29

c. Cedera pekerja akibat kejatuhan keramik pada saat

pembentukan keramik serta sikap tubuh yang

monoton

Penanganan

Menggunakan pelindung kaki berupa sepatu boot

Sikap hati – hati pekerja

Hindari sikap tubuh yang monoton

Penerapan 5 R :

Tempatkan alat mesin pembentuk di atas meja yang

luas dan bersihkan segala barang yang tidak di

perlukan dari atas meja.

Siapkan tempat untuk hasil pembentukan keramik

berupa meja yang luas.

Letakkan keramik yang sudah di bentuk dengan rapi

dan aman serta di beri identitas.

Sediakan kotak P3K dan isinya.

d. Kebisingan yang di timbulkan oleh mesin pembentuk

keramik

Penanganan

Menggunakan pelindung telinga berupa ear muff.

Penerapan LK3 di Industri Keramik 30

Penerapan 5 R :

Ruangan di beri peredam suara di dindingnya.

3. Proses Pengeringan

Potensi bahaya

a. Cedera pada kepala dan kaki pekerja akibat

kejatuhan keramik yang di susun di rak pada

proses pengeringan

Penangan

Menggunakan pelindung kepala berupa hair cap

Sikap hati - hati pekerja

Menggunakan pelindung kaki berupa sepatu boot

Penerapan 5 R :

Susun keramik di rak dengan rapi dan aman bagi

pekerja.

Rak tempat keramik juga di tata dengan rapi dan

aman bagi pekerja

Sediakan tempat rak keramik yang cukup luas dan

di beri identitas.

Sediakan kotak P3K dan isinya.

4. Proses Pembakaran

Penerapan LK3 di Industri Keramik 31

Potensi bahaya

a. Cedera tangan pekerja akibat terkena panas yang

tinggi pada proses pembakaran

Penanganan

Menggunakan pelindung tangan berupa sarung tangan

Sikap hati hati pekerja

Penerapan 5 R :

Pembakaran dilakukan di tempat yang terpisah dari

proses sebelumnya, namun tidak terlalau jauh.

Ada meja untuk keramik sebelum pembakaran dan

sesudah pembakaran yang terpisah dan di beri

identitas.

Tempat pembakaran di bersihkan sebelum di gunakan

dan keramik disusun rapi.

Sediakan Kotak P3K dan isinya.

b. Cedera kaki pekerja akibat kejatuhan keramik pada

saat membawa keramik ke tungku pembakaran dan

pada saat penyusunan di tungku

Penanganan

Menggunakan alat pelindung kaki berupa sepatu

boot

Penerapan LK3 di Industri Keramik 32

Sikap hati – hati pekerja

Di butuhkan kondisi tubuh yang prima

Penerapan 5 R :

Di buat jalur khusus untuk membawa keramik.

Bersihkan jalur dari kotoran padat dan cair,

dilakukan secara rutin.

Lantai dibuat dengan bahan yang tidak licin.

Sediakan kotak P3K dan isinya.

5. Proses pengglasiran

Potensi bahaya

a. Bahaya pada tangan pekerja akibat terkena bahan

kimia oksida basa (Flux), Oksida Asam (Silika),

dan Oksida Netral (Alumina)

Penanganan

Menggunakan pelindung tangan berupa sarung tangan

Mengunakan celemek untuk melindungi tubuh.

Penerapan 5 R :

Proses pengglatsiran dilakukan di tempat yang

terpisah dari proses sebelumnya.

Bersihkan tempat pengglatsiran setelah digunakan.

Penerapan LK3 di Industri Keramik 33

b. Cedera kaki pekerja akibat kejatuhan saat pekerja

mengglatsir keramik

Penanganan

Menggunakan pelindung kaki berupa sepatu boot

Sikap hati – hati pekerja

Penerapan 5 R :

Dibutuhkan meja yang luas untuk tempat keramik.

Sediakan Kotak P3K dan isinya.

c. Bau yang di timbulkan pada saat pengglatsiran

yang mengganggu pernafasan pekerja serta sikap

tubuh yang monoton

Penanganan

Menggunakan masker

Hindari sikap tubuh yang monoton

Penerapan 5R :

Ruangan kerja di beri ventilasi yang cukup.

Ruangan kerja diberi pengharum ruangan.

D. Pengolahan limbah

Limbah yang dihasilkan adalah berupa :

Penerapan LK3 di Industri Keramik 34

Sisa Air cuciandan ceceran bahan baku yang

dihasilkan pada proses pengolahan bahan baku.

Sisa potongan potongan kecil keramik dan debu – debu

pada proses pembentukan keramik.

Limbah abu dan gas pembakaran yang dihasilkan pada

proses pembakaran

Limbah air sisa pada proses pengglatsiran.

Penaganan dari pihak industri

Limbah hanya dikumpulkan dan dibuang pada satu

tempat yang letaknya di belakang pabrik. Dan gas

pembakaran dialirkan lewat cerobong asap.

Saran Penanganan :

Limbah berupa air cucian di buang pada satu tempat

kubangan di tanah karena jumlahnya yang relatif

sedikit.

Limbah berupa sisa abu pembakaran di manfaatkan

kembali sebagai abu gosok untuk menyuci panci.

Limbah berupa potongan keramik dan ceceran bahan

baku bisa dicampurkan kembali pada proses pengolahan

bahan baku.

VII. Kesimpulan

Penerapan LK3 di Industri Keramik 35

Industri keramik belum sepenuhnya menerapkan LK3 dan

5R, maka dari itu perlu adanya pembimbingan untuk

menerapkan sepenuhnya. Pada umunya setiap proses di

terapkan penggunaan minimal sarung tangan,dan sepatu

boot serta adanya ventilasi yang cukup .

VIII. Daftar Pustaka

Jurnal Standardisasi Vol. 13, No. 3 Tahun 2011:

192 – 200

http://cessee.com/2012/01/21/klampok-sentra-

industri-keramik banjarnegara.html

http://www.geocities.ws/kerajinan_jateng/indonesia/

sentrakerajinan/keramik/kkerami1.htm

http://www.warintekjogja.com/warintek/

warintekjogja/warintek_v3/datadigital/bk/

piringkeramik.pdf

http://eprints.undip.ac.id/26498/2/Jurnal.pdf

Penerapan LK3 di Industri Keramik 36