metafora gurita dalam penciptaan karya seni grafis cetak ...
LK3 siap cetak
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of LK3 siap cetak
I. Judul
Penerapan LK3 di Industri Keramik Pada Proses Produksi
II. Tujuan
1. Mengetahui Proses Produksi Pembuatan Keramik
2. Menganalisis Penerapan LK3 di Industri Keramik pada
proses produksi
3. Melakukan Penerapan LK3 di Industri Keramik pada proses
produksi
4.Mengetahui Pengaruh Penerapan LK3 terhadap produktivitas
karyawan di industri Keramik
III.Metode
Metode pengambilan data tidak melakukan observasi
langsung melainkan melalui pustaka yang tersedia di
internet.
IV. Bahan & Alat
Bahan
1. Pustaka mengenai analisis penerapan program K3/5R di
pt x dengan pendekatan standar ohsas 18001 dan statistik
tes u mann-whitney serta pengaruhnya pada produktivitas
karyawan
2. Pustaka mengenai proses pembuatan piring / keramik
3. Pustaka mengenai industri keramik di desa Klampok
kabupaten Banjarnegara provinsi JawaTengah
Alat
1. Laptop
2. Modem
Penerapan LK3 di Industri Keramik 1
3. Flasdisk
V. Tahapan Proses
1. Sekilas Industri
Desa Klampok, kecamatan Purwareja, kabupaten
Banjarnegara sangat terkenal dengan kerajinan keramiknya.
Desa ini berjarak 19 km dari Kota Banjarnegara atau ± 170
km dari kota Semarang. Sentra kerajinan ini mempunyai 35
unit usaha yang tersebar di seluruh desa. Apabila Anda
melakukan perjalanan ke Purwokerto via Wonosobo, anda
akan menjumpai banyak galeri keramik di ruas kanan dan
kiri jalan Banjarnegara - Banyumas, tepatnya di Desa
Klampok. Industri keramik di desa Klampok mulai dirintis
tahun 1947 oleh seorang pengrajin, dengan nama
usaha Mandallai Keramik, kemudian baru mulai 1970 mulai
berdiri usaha-usaha sejenis lainnya seperti Usaha
Karya (1970), Mustika (1975) dan Kiat (1978). Saat ini di
Sentra tersebut mempunyai dua perkumpulan pengusaha
keramik yaitu ASKRI (Asosiasi Keramik Indonesia)
dan ALUMNIC. Walaupun begitu ada juga pengusaha keramik
Penerapan LK3 di Industri Keramik 2
yang tidak ikut dalam dua organisasi tersebut. Askri
mempunyai anggota 17 pengusaha keramik, dan diketuai oleh
usaha keramik APICTA ( milik bapak Kasbi Purwadi).
Sedangkan Alumnic memiliki anggota 14 pengusaha
keramik.
Bahan baku industri kerajinan keramik di Klampok
berupa tanah liat (lempung) yang diperoleh dari Wonosobo,
Ajibarang, Karangkobar, dan Kali Serayu. Dari keempat
tempat itu, tanah liat dari Wonosobo lah yang terbaik.
Pada saat ini berhubung mahalnya harga tanah liat
Wonosobo maka pengusaha banyak yang menggunakan tanah
liat dari Ajibarang. Suhu pembakaran keramik adalah 1000
ºC dengan lama pembakaran 17 - 22 jam. Sedangkan bahan
bakar tungku adalah minyak tanah atau kayu bakar. Produk
yang dihasilkan Sentra ini bermacam-macam, seperti
patung, piring , asbak dan lain - lain. Mulai dari yang
kecil yang yang berukuran ekstra besar, juga ada yang
berdesain antik maupun modern. Anda dapat memilih sesuai
selera Anda.
Pemasaran Produk Sentra kerajinan ini pada umumnya
ke pasar lokal dan luar propinsi. Ada juga yang sudah
mendapat pesanan dari Luar Negeri. Kendala yang dihadapi
salah satunya adalah lamanya proses pembuatan keramik,
sebab pernah pembeli Luar Negeri sering memesan keramik
dalam jumlah besar dan waktu yang sempit. Hal ini pernah
diatasi dengan cara membagi job order antar pengrajin,
Penerapan LK3 di Industri Keramik 3
tetapi dikarenakan banyaknya pengrajin yang membuat,
ukuran produk menjadi berbeda-beda (tidak sesuai
spesifikasi awal).
Dari sentuhan tangan-tangan terampil para pengrajin
inilah berbagai jenis keramik berbahan baku tanah liat
dihasilkan, seperti teracotta, glazuur, dan keramik cat,
yang memiliki kekhasan dan nilai seni tersendiri.
Kerajinan keramik Klampok ini sangat cocok sebagai hiasan
di rumah, rumah makan, hotel, maupun perkantoran. Bahkan,
perabotan dapur yang terbuat dari tanah liat pun
tersedia.
Industri keramik Klampok, Banjarnegara, Jawa Tengah
bermula dari kerja keras Kandar Atmomihardjo. Bermula
dari kesempatan yang diperoleh Kandar saat menjadi guru
di Kebumen (1935) untuk belajar ilmu keramik di
keramische labolatorium di Bandung. Setelah selama satu
tahun Kandar belajar ilmu keramik beliau diserahi tugas
memimpin perusahaan keramik Banjarnegara. Dalam
pengembangan industri keramik yang dilakukanya mengalami
pasang surut terlebih setelah beliau memimpin selama lima
tahun di Magelang. Namun tidak lama pulang ke Banjarnegra
dan mendirikan sekolah teknik yang salah satu jurusannya
ialah teknik membuat keramik.
Pada tahun 1957 Kandar keluar dari sekolah teknik
dan mendirikan perusahaan industri keramik yang diberi
Penerapan LK3 di Industri Keramik 4
nama Maedallai. Tenaga kerjanya kebanyakan ialah anak-
anak putus sekolah dan pengangguran. Kandar meninggal
pada tahun 1977 namun usahanya tidaklah sia-sia karena
sejak kemunculan perusahan keramik rintisannya inilah
menginspirasi banyak pihak sehingga pertumbuhan industri
keramik di Purworejo Klampok semakin berkembang.
2. Proses Pembuatan
a. Bahan
1. Ball Clay
2. Kaolin
3. Silika
4. Feldspar
b. Bahan Pembuat Glatsir
1. SILIKA: berfungsi sebagai unsur penggelas (pembentuk
kaca) Silika (SiO2) juga disebut Flint atau Kwarsa
yang akan membentuk lapisan gelas bila mencair dan
kemudian membeku. Silika murni berbentuk menyerupai
kristal, dimana apabila berdiri sendiri titik
leburnya sangat tinggi antara yaitu 16100 C - 17100
C.
2. ALUMINA: berfungsi sebagai unsur pengeras Al2O3 yang
digunakan untuk menambah kekentalan lapisan glasir,
membantu membentuk lapisan glasir yang lebih kuat
dan keras serta memberikan kestabilan pada benda
Penerapan LK3 di Industri Keramik 5
keramik. Yang membedakan glasir dengan kaca/gelas
adalah kandungan aluminanya yang tinggi.
3. FLUX : berfungsi sebagai unsur pelebur (peleleh)
Digunakan untuk menurunkan suhu lebur bahan-bahan
glasir. Flux dalam bentuk oksida atau karbonat yang
sering dipakai adalah ; timbal, boraks,
sodium/natrium, potassium/kalium, lithium, kalsium,
magnesium, barium, strontium, bersama-sama dengan
oksida logam seperti : besi, tembaga, kobalt,
mangaan, krom, nikel, tin, seng, dan titanium akan
memberikan warna pada glasir, juga dengan bahan yang
mengandung lebih sedikit oksida seperti : antimoni,
vanadium, selenium, emas, kadmium, uranium.
c. Alat
1. Mesin pengering
2. Cetakan keramik
d. Proses Pembuatan
1. Proses Pengolahan Bahan
Tujuan pengolahan bahan ini adalah untuk mengolah
bahan baku dari berbagai material (felspard, ball
clay, kwarsa, kaolin, dan air) yang belum siap pakai
menjadi tanah liat plastis yang siap pakai. Didalam
pengolahan bahan ini ada proses-proses tertentu yang
harus dilakukan antara lain pengurangan ukuran butir,
penyaringan, pencampuran, pengadukan (mixing), dan
pengurangan kadar air.
Penerapan LK3 di Industri Keramik 6
Gambar1
Proses
pengolahan
bahan baku
2. Proses Pembentukan Keramik
Tahap pembentukan adalah tahap mengubah bongkahan
tanah liat plastis menjadi benda-benda yang
dikehendaki. Ada tiga keteknikan utama dalam
membentuk benda keramik: pembentukan tangan langsung
(handbuilding), teknik putar (throwing), dan teknik
cetak (casting). Untuk pembuatan piring, mangkok,
mug, dll, biasanya menggunakan teknik cetak (casting)
karena prosesnya sangat sulit dan membutuhkan
kepresisian yang sangat tinggi.
Gambar 2
Proses
pembentukan
keramik
Penerapan LK3 di Industri Keramik 7
3. Proses Pengeringan
Setelah benda keramik selesai dibentuk, maka tahap
selanjutnya adalah pengeringan. Tujuan utama dari
tahap ini adalah untuk menghilangkan air plastis yang
terikat pada badan keramik. Ketika badan keramik
plastis dikeringkan akan terjadi 3 proses penting:
1. Air pada lapisan antar partikel lempung mendifusi
ke permukaan, menguap, sampai akhirnya partikel-
partikel saling bersentuhan dan penyusutan
berhenti;
2. Air dalam pori hilang tanpa terjadi susut; dan
3. Air yang terserap pada permukaan partikel hilang.
Proses pengeringan yang terlalu cepat akan
mengakibatkan retak pada keramikyang sudah dibentuk.
Gambar 3
Pengeringan
keramik
Penerapan LK3 di Industri Keramik 8
4. Proses Pembakaran
Pembakaran merupakan inti dari pembuatan keramik
dimana proses ini mengubah massa yang rapuh menjadi
massa yang padat, keras, dan kuat. Pembakaran
dilakukan dalam sebuah tungku/furnace suhu tinggi.
Pembakaran ini sudah cukup membuat suatu benda
menjadi kuat, keras, dan kedap air. Untuk benda-benda
keramik berglasir, pembakaran merupakan tahap awal
agar benda yang akan diglasir cukup kuat dan mampu
menyerap glasir secara optimal.
Gambar 4
Pembakaran keramik
Penerapan LK3 di Industri Keramik 9
Gambar 5
Keramik
setelah
pembakaran
5. Proses Pengglasiran
Glasir merupakan lapisan tipis yang biasa
digunakan untuk melapisi permukaan bahan keramik,
yang melekat menjadi satu pada permukaan badan
keramik tersebut melalui proses pengeringan. Glasir
dilakukan dengan cara dicelup, disemprot, ditempel,
atau dikuas/dilukis. Glasir merupakan material yang
terdiri dari beberapa bahan tanah atau batuan silikat
dimana bahan-bahan tersebut selama proses pembakaran
akan melebur dan membentuk lapisan tipis seperti
Penerapan LK3 di Industri Keramik 10
gelas yang melekat menjadi satu pada permukaan badan
keramik.Glasir merupakan kombinasi yang seimbang dari
satu atau lebih oksida basa (Flux), Oksida Asam
(Silika), dan Oksida Netral (Alumina), ketiga bahan
tersebut merupakan bahan utama pembentuk glasir yang
dapat disusun dengan berbagai kompoisisi untuk suhu
kematangan glasir yang dikehendaki
Gambar 7
Proses glatsir 1
Gambar 8
Proses glatsir 2
Penerapan LK3 di Industri Keramik 11
Gambar 9
Proses glatsir 3
Gambar 10
Keramik jadi
VI. Pembahasan
Penerapan LK3 di Industri Keramik 12
A. Dasar Teori
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah
suatu sistem yang dirancang untuk menjamin keselamatan
yang baik pada semua personel di tempat kerja agar
tidak menderita luka maupun menyebabkan penyakit di
tempat kerja dengan mematuhi/ taat pada hukum dan
aturan keselamatan dan kesehatan kerja, yang tercermin
pada perubahan sikap menuju keselamatan di tempat kerja
(Rijuna Dewi, 2006). Menurut Rizky Argama (2006),
program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah
suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun
pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif)
timbulnya kecelakaan dan penyakit kerja akibat hubungan
kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-
hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit
kerja akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif
bila terjadi hal demikian.
Dessler (1992) mengatakan bahwa program keselamatan
dan kesehatan kerja diselenggarakan karena tiga alasan
pokok, yaitu:
1. Moral. Para pengusaha menyelenggarakan upaya
pencegahan kecelakaan dan penyakit kerja pertama
sekali semata-mata atas dasar kemanusiaan. Mereka
melakukan hal itu untuk memperingan penderitaan
karyawan dan keluarganya yang mengalami kecelakaan
dan penyakit akibat kerja.
Penerapan LK3 di Industri Keramik 13
2. Hukum. Dewasa ini, terdapat berbagai peraturan
perundang-undangan yang mengatur ikhwal keselamatan
dan kesehatan kerja, dan hukuman terhadap pihak-pihak
yang melanggar ditetapkan cukup berat. Berdasarkan
peraturan perundang-undangan itu, perusahaan dapat
dikenakan denda, dan para supervisor dapat ditahan
apabila ternyata bertanggungjawab atas kecelakaan dan
penyakit fatal.
3. Ekonomi. Adanya alasan ekonomi karena biaya yang
dipikul perusahaan dapat jadi cukup tinggi sekalipun
kecelakaan dan penyakit yang terjadi kecil saja.
Asuransi kompensasi karyawan ditujukan untuk member
ganti rugi kepada pegawai yang mengalami kecelakaan
dan penyakit akibat kerja.
Schuler dan Jackson (1999) mengatakan, apabila
perusahaan dapat melaksanakan program keselamatan dan
kesehatan kerja dengan baik, maka perusahaan akan dapat
memperoleh manfaat sebagai berikut:
1. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah
hari kerja yang hilang.
2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang
lebih komitmen.
3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.
4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung
yang lebih rendah karena
menurunnya pengajuan klaim.
Penerapan LK3 di Industri Keramik 14
5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar
sebagai akibat dari partisipasi dan ras kepemilikan.
6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena
meningkatkan citra perusahaan.
7. Perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya secara
substansial.
Pemerintah memberikan jaminan kepada karyawan dengan
menyusun Undang-undang Tentang Kecelakaan Tahun 1947
Nomor 33, yang dinyatakan berlaku pada tanggal 6 januari
1951, kemudian disusul dengan Peraturan Pemerintah
Tentang Pernyataan berlakunya peraturan kecelakaan tahun
1947 (PP No. 2 Tahun 1948), yang merupakan bukti tentang
disadarinya arti penting keselamatan kerja di dalam
perusahaan (Heidjrachman Ranupandojo dan Suad Husnan,
2002). Lalu, menurut penjelasan Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 3 Tahun 1992, menyatakan bahwa sudah
sewajarnya apabila tenaga kerja juga berperan aktif dan
ikut bertanggung jawab atas pelaksanaan program
pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan demi
terwujudnya perlindungan tenaga kerja dan keluarganya
dengan baik. Jadi, bukan hanya perusahaan saja yang
bertanggung jawab dalam masalah ini, tetapi para karyawan
juga harus ikut berperan aktif dalam hal ini agar dapat
tercapai kesejahteraan bersama.
Penerapan LK3 di Industri Keramik 15
Berdasarkan Undang-Undang no.1 tahun 1970 pasal 3
ayat 1, syarat keselamatan kerja yang juga menjadi tujuan
pemerintah membuat aturan K3 adalah :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada
waktu kebakaran atau kejadiankejadian lain yang
berbahaya.
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar
luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap,
gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan
getaran.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat
kerja baik physik maupun psychis, peracunan, infeksi
dan penularan.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan, cara dan proses kerjanya.
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang,
binatang, tanaman atau barang.
Penerapan LK3 di Industri Keramik 16
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan dan penyimpanan barang.
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada
pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah
tinggi.
Banyak elemen dan faktor-faktor yang mempengaruhi
keselamatan dan kesehatan kerja agar pelaksanaan program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam perusahaan
dapat berjalan efektif. Dan berikut adalah elemen-elemen
pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja
1. Jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja para tenaga
kerja harus diprioritaskan ataudiutamakan dan
diperhitungkan agar tenaga kerja merasa ada jaminan
atas pekerjaan yang mereka lakukan, baik yang beresiko
maupun tidak.
2. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah
pelatihan yang disusun
untuk memberi bekal kepada personil yang ditunjuk
perusahaan untuk dapat menerapkan K3 di tempat kerja
3. Alat pelindung diri
Menurut Muhammad Sabir (2009), alat pelindung diri
adalah kelengkapan yang
Penerapan LK3 di Industri Keramik 17
wajib digunakan saat bekerja sesuai kebutuhan untuk
menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di
sekelilingnya. Pada umumnya alat-alat tersebut terdiri
dari:
1. Safety Helmet, berfungsi sebagai pelindung kepala dari
benda yang bisa mengenai kepala secara langsung.
2. Tali Keselamatan (Safety Belt), berfungsi sebagai alat
pengaman ketika menggunakan alat transportasi ataupun
peralatan lain yang serupa (mobil, pesawat, alat
berat, dan lainlain)
3. Sepatu Karet (Sepatu Boot), berfungsi sebagai alat
pengaman saat bekerja di tempatyang becek ataupun
berlumpur.
4. Sepatu Pelindung (Safety Shoes), berfungsi untuk
mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena
tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan
kimia, dan sebagainya.
5. Sarung Tangan, berfungsi sebagai alat pelindung
tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang
dapat mengakibatkan cedera tangan.
6. Tali Pengaman (Safety Harness), berfungsi sebagai
pengaman saat bekerja di ketinggian.
7. Penutup Telinga (Ear Plug/ Ear Muff), berfungsi sebagai
pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang
bising.
Penerapan LK3 di Industri Keramik 18
8. Kacamata Pengaman (Safety Glasses), berfungsi sebagai
pelindung mata ketika bekerja (misal mengelas).
9. Masker (Respirator), berfungsi sebagai penyaring
udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan
kualitas udara yang buruk (misal berdebu, beracun,
berasap, dan sebagainya).
10. Pelindung Wajah (Face Shield), berfungsi sebagai
pelindung wajah dari percikan benda asing saat
bekerja (misal pekerjaan menggerinda).
11. Jas Hujan (Rain Coat), berfungsi melindungi diri dari
percikan air saat bekerja (misal bekerja pada saat
hujan atau sedang mencuci alat).
4. Beban Kerja
Beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan
yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau
pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu (Adil
Kurnia, 2010).
5. Jam Kerja
Untuk karyawan yang bekerja 6 hari dalam seminggu,
jam kerjanya adalah 7 jam dalam satu hari dan 40 jam
dalam satu minggu. Sedangkan untuk karyawan dengan 5
hari kerja dalam satu minggu, kewajiban bekerja mereka
adalah 8 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu
minggu.
B.Penerapan 5R
Penerapan LK3 di Industri Keramik 19
a. Dasar teori
5S/5R merupakan konsep yang sangat sederhana
berasal dari Jepang, 5S adalah huruf awal dari lima
kata Jepang yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke yang
dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi 5R,
yaitu Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin.
Gerakan 5S/5R adalah gerakan yang melaksanakan
secara keseluruhan ke lima kata tersebut:
1. Seiri = Ringkas
Seiri/Ringkas berarti mengatur segala sesuatu,
memilah sesuai dengan aturan atau prinsip tertentu.
Menyisihkan barang yang tidak diperlukan di tempat
kerja dan buang.
Contoh penerapan :
Memisahkan barang barang yang tidak di perlukan
pada saat proses produksi, sehingga proses produksi
berjalan lancar dan cepat.
2. Seiton = Rapi
Seiton/Rapi berarti menyimpan barang di tempat
yang tepat atau dalam tata letak yang benar
sehingga dapat dipergunakan dalam keadaan mendadak.
Hal itu merupakan cara untuk menghilangkan
pencarian.
Contoh penerapan :
Penerapan LK3 di Industri Keramik 20
a. Membenahi barang produksi yang berserakan
sesuai fungsi kegunaannya dan menyimpannya dengan
posisi tempat yang di ketahui semua pekerja
b. Mengelompokkan alat produksi sesuai urutan
prosesnya.
c. Mengelompokkan hasil produk sesuai urutan
prosesnya.
d. Memberi identitas pada penyimpanan barang.
e. Menyediakan tempat penyimpanan
3. Seiso = Resik
Seiso/Resik berarti membersihkan barang sehingga
menjadi bersih. Dalam hal ini berarti membuang
sampah, kotoran dan benda asing serta membersihakan
segala sesuatu. Diutamakan sebagai pemeriksaan
terhadap kebersihan dan menciptakan tempat kerja
yang tidak memiliki cacat dan cela.
Contoh penerapan :
a.Membersihkan segala kotoran secara berkala
b.Membuat jadwal rutin pembersihan tempat kerja
c.Menyediakan fasilitas kebersihan
4. Seiketsu = Rawat
Seiketsu/Rawat berarti terus-menerus dan secara
berulang-ulang memelihara Ringkas, Rapi, dan Resik.
Dengan demikian Rawat mencakup kebersihan pribadi
dan lingkungan.
Contoh penerapan :
Penerapan LK3 di Industri Keramik 21
a.Memantau secara kontinyu kegiatan ringkas,rapi,
dan resik.
b.Mengadakan evaluasi kegiatan ringkas, rapi, dan
resik
c.Adanya efesiensi waktu, sehingga kualitas dan
kuantitas produk terjamin.
5. Shitsuke = Rajin
Shitsuke/Rajin berarti pelatihan dan penigkatan
kemampuan untuk melakukan apa yang ingin kita
lakukan meskipun hal tersebut sulit untuk
dilakukan.
Contoh penerapan :
a. Membuat instruksi kerja yang benar
b. Melakukan evaluasi instruksi kerja secara
periodik
c. Menumbuhkan kesadaran dan komitmen pekerja untuk
menjalankan pekerjaan dengan benar
b. Keuntungan menerapkan 5R
Takashi Osada (1995) menyatakan bahwa
keuntungan yang kita peroleh bila menerapkan 5R
antara lain:
a. Menyediakan tempat kerja yang menyenangkan.
Tempat kerja yang bersih, rapi dan teratur
memungkinkan kita akan lebih senang dan
bersemangat untuk bekerja.
Penerapan LK3 di Industri Keramik 22
b. Membantu untuk mengefisienkan pekerjaan.Tentu
kita akan frustasi apabila setiap mencari barang
yang dibutuhkan harus mencari-cari dahulu, atau
membongkar semua isi tempat penyimpanan. Jika
setiap barang di tempat kerja telah tersusun,
benar pada tempatnya, tentu akan mudah
menemukannya bila mana diperlukan, sehingga lebih
efisien.
c. Memperkecil kecelakaan kerja. Lingkungan yang
ber-5R akan membawa kita bekerja di lingkungan
yang bebas bahaya kecelakaan kerja (termasuk pada
pekerjaan konstruksi prasarana). Dengan menerapkan
5R di tempat kerja kita berarti kita telah
menjamin keselamatan kita dan rekan kita.
d. Membimbing pada kualitas produk yang lebih baik
dan peningkatan produktivitas. Bagi perusahaan
yang telah menerapkan 5R dengan sungguh-sungguh,
jumlah defect/cacat akan relatif lebih rendah dari
pada perusahaan yang belum menerapkan. Oleh karena
itu produktivitas akan meningkat, bila
produktivitas meningkat kita semua akan mendapat
bagian atas kemakmuran perusahaan.
c.Sasaran 5R
Quality Productivity Development (1989) merumuskan
sasaran program 5R sebagai berikut:
Penerapan LK3 di Industri Keramik 23
a. Terciptanya tempat kerja yang bersih, cerah,
teratur dan menyenangkan.
b. Terawatnya peralatan dan perlengkapan serta
bangunan selama proses kerja.
c. Terwujudnya disiplin kerja yang dibutuhkan untuk
mencapai standar kerja.
d. Terjaganya keselamatan dan kestabilan kerja dan
mutu hasil kerja selama operasi berlangsung.
e. Tercapainya perbaikan mutu kerja dengan
mengurangi keragaman hasil kerja.
f. Terselenggaranya perbaikan efisiensi dan
efektivitas di masing-masing fungsi.
g. Terbinanya suasana kerja yang nyaman dan
menyenangkan, berdisiplin dan saling menghargai
antar karyawan.
d.Manfaat 5R
Pelaksanaan 5R yang baik di perusahaan, dalam
“Pedoman 5R”, akan memberikan manfaat yang baik ke
pada karyawan, perusahaan, pelanggan, pemasok maupun
pemegang saham (pendana) sebagai berikut:
a. Bagi karyawan akan merasakan:
Keamanan.
Kenyamanan
Kesehatan.
Tidak cepat jenuh/semangat tinggi.
b. Bagi perusahaan akan meningkatkan:
Penerapan LK3 di Industri Keramik 24
Citra / Bonafiditas.
Kecepatan bisnis.
Penghematan.
Perolehan laba.
Kemampuan.
c. Bagi pelanggan memperoleh akan kepastian karena:
Meminimalisasi kesalahan / kekeliruan.
Kecepatan dan ketepatan layanan.
d. Bagi pemasok memperoleh akan kepuasan karena:
Kecepatan dan ketepatan layanan.
Meminimalkan kesalahan.
e. Bagi pemegang saham/ pendana akan memperoleh
kepuasan karena:
Keyakinan atau kepercayaan akan usahanya.
Percontohan usaha.
f. Bagi pemasok memperoleh akan kepuasan karena:
Kecepatan dan ketepatan layanan.
Meminimalisasi kesalahan
C. Potensi-potensi bahaya dalam tahapan-tahapan proses
produksi serta cara penangannya sebagai berikut:
Setiap proses pekerjaan memiliki potensi bahaya
yang berbeda-beda. Hasil identifikasi potensi bahaya
yang kami analisis dari setiap tahapan proses
pekerjaan pembuatan keramik berbahan baku tanah liat
pada Industri Keramik adalah sebagai berikut :
Penerapan LK3 di Industri Keramik 25
1. Proses pengolahan bahan baku
Potensi bahaya
a. Pekerja cedera tertimpa bahan material ketika
mengangkatnya untuk di olah.
Penanganan
Bersikap Kerja hati hati
Jangan bersenda gurau
Kondisi tubuh yang prima
Menggunakan Haircap untuk melindungi kepala
Penerapan 5 R :
Bahan baku di susun secara rapi dan aman.
Buat satu ruang khusus untuk penyimpanan bahan
baku
Kelompokan jenis – jenis bahan baku yang sama dan
di beri identitas.
Sediakan kotak P3K dan isinya.
b. Pekerja cedera terpeleset/ terjatuh karena tempat
kerja yang licin/ becek saat mengangkat material
untuk di olah
Penanganan
Penerapan LK3 di Industri Keramik 26
Lantai di kondisikan tetap kering dan bersih
Menggunakan Sepatu boot
Penerapan 5 R :
Bersihkan jalur pengangkutan baik dari kotoran
padat maupun cair. Lakukanlah secara rutin.
Di buat jalur khusus untuk pengangkutan.
Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin.
Sediakan Kotak P3K beserta isinya.
c. Cedera akibat sikap tubuh yang salah pada saat
mengangkat material
Penanganan
Mengatur posisi tubuh pada saat mengangkat
metrial
Hindari sikap tubuh yang menoton
Penerapan 5 R :
Sediakan Kotak P3K dan isinya.
d. Tangan terluka akibat terkena mesin pengaduk
Penanganan
Sikap hati – hati pekerja
Penerapan LK3 di Industri Keramik 27
Menggunakan Sarung tangan
Penerapan 5 R :
Letakkan mesin dekat dengan gudang bahan baku dan
di tata dengan rapi dan aman bagi pekerja.
Mesin diberi SOP ( Standart Operational Procedure ) dan
dilakukan perawatan serta perbaikan minimal 2
minggu sekali.
Sediakan kotak P3K dan isinya .
e. Debu - debu material yang mengganggu pernafasan
pekerja
Penanganan
Menggunakan masker
Penerapan 5 R :
Tempat kerja di beri ventilasi yang cukup.
Bersihkan tempat dari kotoran berupa debu setiap
hari.
2. Proses Pembentukan Keramik
Potensi bahaya
a. Cedera tangan pekerja karena terkena alat
pembentuk keramik
Penerapan LK3 di Industri Keramik 28
Penanganan
Menggunakan pelindung tangan berupa sarung tangan
Sikap hati - hati pekerja
Penerapan 5 R :
Letakkan alat pembentuk keramik di ruang tempat
yang strategis dan terpisah dengan gudang bahan
baku dan di letakkan diatas meja yang cukup luas.
Alat di beri SOP ( Standart Operational Procedure ).
Singkirkan barang yang tidak di perlukan di
tempat pembentukan keramik.
Sediakan kotak P3K dan isinya.
b. Debu yang di hasilkan pada saat pembentukan
keramik yang menggangu pernafasan pekerja
Penanganan
Menggunakan masker
Penerapan 5 R :
Tempat Pembentukan Keramik di beri ventilasi yang
cukup.
Bersihkan tempat setiap hari setelah digunakan.
Penerapan LK3 di Industri Keramik 29
c. Cedera pekerja akibat kejatuhan keramik pada saat
pembentukan keramik serta sikap tubuh yang
monoton
Penanganan
Menggunakan pelindung kaki berupa sepatu boot
Sikap hati – hati pekerja
Hindari sikap tubuh yang monoton
Penerapan 5 R :
Tempatkan alat mesin pembentuk di atas meja yang
luas dan bersihkan segala barang yang tidak di
perlukan dari atas meja.
Siapkan tempat untuk hasil pembentukan keramik
berupa meja yang luas.
Letakkan keramik yang sudah di bentuk dengan rapi
dan aman serta di beri identitas.
Sediakan kotak P3K dan isinya.
d. Kebisingan yang di timbulkan oleh mesin pembentuk
keramik
Penanganan
Menggunakan pelindung telinga berupa ear muff.
Penerapan LK3 di Industri Keramik 30
Penerapan 5 R :
Ruangan di beri peredam suara di dindingnya.
3. Proses Pengeringan
Potensi bahaya
a. Cedera pada kepala dan kaki pekerja akibat
kejatuhan keramik yang di susun di rak pada
proses pengeringan
Penangan
Menggunakan pelindung kepala berupa hair cap
Sikap hati - hati pekerja
Menggunakan pelindung kaki berupa sepatu boot
Penerapan 5 R :
Susun keramik di rak dengan rapi dan aman bagi
pekerja.
Rak tempat keramik juga di tata dengan rapi dan
aman bagi pekerja
Sediakan tempat rak keramik yang cukup luas dan
di beri identitas.
Sediakan kotak P3K dan isinya.
4. Proses Pembakaran
Penerapan LK3 di Industri Keramik 31
Potensi bahaya
a. Cedera tangan pekerja akibat terkena panas yang
tinggi pada proses pembakaran
Penanganan
Menggunakan pelindung tangan berupa sarung tangan
Sikap hati hati pekerja
Penerapan 5 R :
Pembakaran dilakukan di tempat yang terpisah dari
proses sebelumnya, namun tidak terlalau jauh.
Ada meja untuk keramik sebelum pembakaran dan
sesudah pembakaran yang terpisah dan di beri
identitas.
Tempat pembakaran di bersihkan sebelum di gunakan
dan keramik disusun rapi.
Sediakan Kotak P3K dan isinya.
b. Cedera kaki pekerja akibat kejatuhan keramik pada
saat membawa keramik ke tungku pembakaran dan
pada saat penyusunan di tungku
Penanganan
Menggunakan alat pelindung kaki berupa sepatu
boot
Penerapan LK3 di Industri Keramik 32
Sikap hati – hati pekerja
Di butuhkan kondisi tubuh yang prima
Penerapan 5 R :
Di buat jalur khusus untuk membawa keramik.
Bersihkan jalur dari kotoran padat dan cair,
dilakukan secara rutin.
Lantai dibuat dengan bahan yang tidak licin.
Sediakan kotak P3K dan isinya.
5. Proses pengglasiran
Potensi bahaya
a. Bahaya pada tangan pekerja akibat terkena bahan
kimia oksida basa (Flux), Oksida Asam (Silika),
dan Oksida Netral (Alumina)
Penanganan
Menggunakan pelindung tangan berupa sarung tangan
Mengunakan celemek untuk melindungi tubuh.
Penerapan 5 R :
Proses pengglatsiran dilakukan di tempat yang
terpisah dari proses sebelumnya.
Bersihkan tempat pengglatsiran setelah digunakan.
Penerapan LK3 di Industri Keramik 33
b. Cedera kaki pekerja akibat kejatuhan saat pekerja
mengglatsir keramik
Penanganan
Menggunakan pelindung kaki berupa sepatu boot
Sikap hati – hati pekerja
Penerapan 5 R :
Dibutuhkan meja yang luas untuk tempat keramik.
Sediakan Kotak P3K dan isinya.
c. Bau yang di timbulkan pada saat pengglatsiran
yang mengganggu pernafasan pekerja serta sikap
tubuh yang monoton
Penanganan
Menggunakan masker
Hindari sikap tubuh yang monoton
Penerapan 5R :
Ruangan kerja di beri ventilasi yang cukup.
Ruangan kerja diberi pengharum ruangan.
D. Pengolahan limbah
Limbah yang dihasilkan adalah berupa :
Penerapan LK3 di Industri Keramik 34
Sisa Air cuciandan ceceran bahan baku yang
dihasilkan pada proses pengolahan bahan baku.
Sisa potongan potongan kecil keramik dan debu – debu
pada proses pembentukan keramik.
Limbah abu dan gas pembakaran yang dihasilkan pada
proses pembakaran
Limbah air sisa pada proses pengglatsiran.
Penaganan dari pihak industri
Limbah hanya dikumpulkan dan dibuang pada satu
tempat yang letaknya di belakang pabrik. Dan gas
pembakaran dialirkan lewat cerobong asap.
Saran Penanganan :
Limbah berupa air cucian di buang pada satu tempat
kubangan di tanah karena jumlahnya yang relatif
sedikit.
Limbah berupa sisa abu pembakaran di manfaatkan
kembali sebagai abu gosok untuk menyuci panci.
Limbah berupa potongan keramik dan ceceran bahan
baku bisa dicampurkan kembali pada proses pengolahan
bahan baku.
VII. Kesimpulan
Penerapan LK3 di Industri Keramik 35
Industri keramik belum sepenuhnya menerapkan LK3 dan
5R, maka dari itu perlu adanya pembimbingan untuk
menerapkan sepenuhnya. Pada umunya setiap proses di
terapkan penggunaan minimal sarung tangan,dan sepatu
boot serta adanya ventilasi yang cukup .
VIII. Daftar Pustaka
Jurnal Standardisasi Vol. 13, No. 3 Tahun 2011:
192 – 200
http://cessee.com/2012/01/21/klampok-sentra-
industri-keramik banjarnegara.html
http://www.geocities.ws/kerajinan_jateng/indonesia/
sentrakerajinan/keramik/kkerami1.htm
http://www.warintekjogja.com/warintek/
warintekjogja/warintek_v3/datadigital/bk/
piringkeramik.pdf
http://eprints.undip.ac.id/26498/2/Jurnal.pdf
Penerapan LK3 di Industri Keramik 36