analisis geomorfologi tektonik sistem sesar baribis di daerah ...
Lempeng tektonik
Transcript of Lempeng tektonik
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di muka bumi terdapat gejala-gejala alam yang
mempengaruhi kehidupan manusia. Timbulnya gejala alam
ini tidak dapat diminta dan tidak dapat ditolak oleh
manusia. Gerak kehidupan manusia banyak dipengaruhi
oleh gejala alam. Fenomena alam atau gejala alam ada
yang mendukung dan ada juga yang membatasi aktivitas
manusia. Pada batas-batas tertentu, manusia harus
menyesuaikan diri dengan alam. Beberapa gejala alam
yang mempengaruhi kehidupan manusia, antara lain
gerakan lempeng tekonik, aktivitas vulkanisme (gunung
berapi) dan gempa bumi.
Bumi memiliki struktur dalam yang hampir sama
dengan telur. Kuning telurnya adalah inti, putih
telumya adalah selubung, dan cangkang telurnya adalah
kerak. Berdasarkan penyusunnya, lapisan bumi terbagi
atas litosfer, astenosfer, dan mesosfer. Litosfer
adalah lapisan paling luar bumi (tebal kira-kira 100
km) dan terdiri dari kerak bumi dan bagian atas
selubung. Litosfer memiliki kemampuan menahan beban
permukaan yang luas misalkan gunungapi. Litosfer
bersuhu dingin dan kaku. Di bawah litosfer pada
kedalaman kira-kira 700 km terdapat astenosfer.
Astenosfer hampir berada dalam titik leburnya dan
karena itu bersifat seperti uida. Astenosfer mengalirfl
akibat tekanan yang terjadi sepanjang Waktu. Lapisan
berikutnya mesosfer. Mesosfer lebih kaku dibandingkan
astenosfer namun lebih kental dibandingkan litosfer.
Mesosfer terdiri dari sebagian besar selubung hingga
inti bumi.
Menurut teori tektonik lempeng, pennukaan bumi ini
terbagi atas kira-kira 20 pecahan besar yang disebut
lempeng. Ketebalannya sekitar 70 km. Ketebalan lempeng
kira-kira hampir sama dengan litosfer yang rnerupakan
kulit terluar bumi yang padat. Litosfer terdiri dari
kerak dan selubung atas. Lempengnya kaku dan lempeng-
lempeng itu bergerak diatas astenosfer yang lebih cair.
Daerah tempat lempeng-lempeng itu berternu disebut
batas lempeng. Pada batas lempeng kita dapat mengetahui
cara bergerak lempeng-lcmpeng itu. Lempeng bisa saling
menjauh, saling bertumbukan, atau saling menggeser ke
samping.
Penyebab gerakan lempeng adalah arus konveksi yang
memindahkan panas melalui zat cair atau gas. Gambaran
poci kopi menunjukkan dua arus konveksi dalam zat cair.
air yang dekat dengan api akan naik, saat dingin di
permukaan air kembali turun. Para ilmuwan menduga arus
konveksi dalam selubung itulah yang membuat lempeng-
lempeng bergerak. Karena suhu selubung amat panas,
bagian-bagian di selubung bisa mengalir seperti cairan
yang tipis. Lempeng-lempeng iru bergerak seperti ban
berjalan berukuran besar.
Berdasarkan uraian tersebut, tentunya sangat
diperlukan pengkajian lebih mendalam tentang Lempeng
Tektonik melalui pendekatan integrasi dengan berbagai
aspek ilmu pengetahuan. Pendekatan ini dilakukan dengan
menerapkan pembelajaran webbed, sehingga dapat
mewujudkan suatu tema pembelajaran tentang Lempeng
Tektonik dan subtema sesuai aplikasi materi
pembelajaran terhadap aspek ilmu pengetahuan yang
terkait, diantaranya aspek Fisika, Kimia, Biologi,
Lingkungan, Teknologi, Astronomi, Geologi, serta
Kesehatan dan Keselamatan.
1.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan
masalah yang diajukan pada penulisan ini, sebagai
berikut:
1) Bagaimanakah proses terjadinya pergerakan lempek
tektonik?
2) Bagaimanakah penerapan lempeng tektonik dalam
berbagai aspek kehidupan manusia?
1.2 Tujuan Penulisan
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah
di atas, maka tujuan dari penulisan ini sebagai
berikut:
1) Menjelaskan proses terjadinya pergerakan lempeng
tektonik.
2) Untuk menjelaskan lempeng tektonik dalam berbagai
aspek kehidupan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Struktur Dan Komposisi Bumi
Berdasarkan gelombang seismik struktur internal
bumi dapat dibedakan menjadi tiga komponen utama yaitu
inti (core), mantel (mantle) dan kerak (crust).
1. Inti Bumi (Core)
Dipusat bumi terdapat inti yang berkedalaman 2900-
6371 km. Terbagi menjadi dua macam yaitu inti luar
dan inti dalam. Inti luar berupa zat cair yang
memiliki kedalaman 2900-5100 km dan inti dalam berupa
zat padat yang berkedalaman 5100-6371 km. Inti luar
dan inti dalam dipisahkan oleh Lehman Discontinuity.
Gambar 1. Inti Bumi
Dari data Geofisika material inti bumi memiliki berat
jenis yang sama dengan berat jenis meteorit logam
yang terdiri dari besi dan nikel. Atas dasar ini para
ahli percaya bahwa inti bumi tersusun oleh senyawa
besi dan nikel.
2. Mantel Bumi (Mantle)
Inti bumi dibungkus oleh mantel yang berkomposisi
kaya magnesium. Inti dan mantel dibatasi oleh
Gutenberg Discontinuity. Mantel bumi terbagi menjadi
dua yaitu mantel atas yang bersifat plastis sampai
semiplastis memiliki kedalaman sampai 400 km. Mantel
bawah bersifat padat dan memiliki kedalaman sampai
2900 km. Mantel atas bagian atas yang mengalasi kerak
bersifat padat dan bersama dengan kerak membentuk
satu kesatuan yang dinamakan litosfer. Mantel atas
bagian bawah yang bersifat plastis atau semiplastis
disebut sebagi asthenosfer.
3. Kerak Bumi (Crust)
Kerak bumi merupakan bagian terluar lapisan bumi dan
memiliki ketebalan 5-80 km. kerak dengan mantel
dibatasi oleh Mohorovivic Discontinuity. Kerak bumi
dominan tersusun oleh feldsfar dan mineral silikat
lainnya.
Kerak bumi dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
a. Kerak samudra, tersusun oleh mineral yang kaya
akan Si, Fe, Mg yang disebut sima. Ketebalan kerak
samudra berkisar antara 5-15 km dengan berat jenis
rata-rata 3 gm/cc. Kerak samudra biasanya disebut
lapisan basaltis karena batuan penyusunnya
terutama berkomposisi basalt.
b. Kerak benua, tersusun oleh mineral yang kaya akan
Si dan Al, oleh karenanya di sebut sial. Ketebalan
kerak benua berkisar antara 30-80 km . ata-rata 35
km dengan berat jenis rata-rata sekitar 2,85
gm/cc. kerak benua biasanya disebut sebagai
lapisan granitis karena batuan penyusunya terutama
terdiri dari batuan yang berkomposisi granit.
Lapisan teratas mantel bersama-sama kerak bumi
membentuk litosfer yang bersifat kaku (keras). Di
bawah litosfer adalah astenosfer yang bersifat kurang
kaku (lemah) dibandingkan litosfer. Walaupun bukan
berwujud cair, astenosfer bersifat plastis sehingga
memungkinkan litosfer yang berada di atasnya dapat
bergerak. Di bawah astenosfer adalah mesosfer
2.2 Lempeng Tektonik
Teori Tektonik Lempeng (bahasa Inggris: Plate
Tectonics) adalah teori dalam bidang geologi yang
dikembangkan untuk memberi penjelasan terhadap adanya
bukti-bukti pergerakan skala besar yang dilakukan oleh
litosfer bumi. Teori ini telah mencakup dan juga
menggantikan Teori Pergeseran Benua yang lebih dahulu
dikemukakan pada paruh pertama abad ke-20 dan konsep
seafloor spreading yang dikembangkan pada tahun 1960-an.
Bagian terluar dari interior bumi terbentuk dari dua
lapisan. Di bagian atas terdapat litosfer yang terdiri
atas kerak dan bagian teratas mantel bumi yang kaku dan
padat. Di bawah lapisan litosfer terdapat astenosfer
yang berbentuk padat tetapi bisa mengalir seperti
cairan dengan sangat lambat dan dalam skala waktu
geologis yang sangat lama karena viskositas dan
kekuatan geser (shear strength) yang rendah. Lebih dalam
lagi, bagian mantel di bawah astenosfer sifatnya
menjadi lebih kaku lagi. Penyebabnya bukanlah suhu yang
lebih dingin, melainkan tekanan yang tinggi.
Lapisan litosfer dibagi menjadi lempeng-lempeng
tektonik (tectonic plates). Di bumi, terdapat tujuh lempeng
utama dan banyak lempeng-lempeng yang lebih kecil.
Lempeng-lempeng litosfer ini menumpang di atas
astenosfer. Mereka bergerak relatif satu dengan yang
lainnya di batas-batas lempeng, baik divergen
(menjauh), konvergen (bertumbukan), ataupun transform
(menyamping).
Sejak tahun 1596, telah diamati bahwa pantai
Samudera Atlantik yang berhadap-hadapan antara benua
Afrika dan Eropa dengan Amerika Utara dan Amerika
Selatan memiliki kemiripan bentuk dan nampaknya pernah
menjadi satu. Ketepatan ini akan semakin jelas jika
kita melihat tepi-tepi dari paparan benua di sana.
Sejak saat itu banyak teori telah dikemukakan untuk
menjelaskan hal ini, tetapi semuanya menemui jalan
buntu karena asumsi bahwa bumi adalah sepenuhnya padat
menyulitkan penemuan penjelasan yang sesuai.
Penemuan radium dan sifat-sifat pemanasnya pada
tahun 1896 mendorong pengkajian ulang umur bumi, karena
sebelumnya perkiraan didapatkan dari laju
pendinginannya dan dengan asumsi permukaan bumi
beradiasi seperti benda hitam. Dari perhitungan
tersebut dapat disimpulkan bahwa bahkan jika pada
awalnya bumi adalah sebuah benda yang merah-pijar, suhu
Bumi akan menurun menjadi seperti sekarang dalam
beberapa puluh juta tahun. Dengan adanya sumber panas
yang baru ditemukan ini maka para ilmuwan menganggap
masuk akal bahwa Bumi sebenarnya jauh lebih tua dan
intinya masih cukup panas untuk berada dalam keadaan
cair.
Teori Tektonik Lempeng berasal dari Hipotesis
Pergeseran Benua (continental drift) yang dikemukakan Alfred
Wegener tahun 1912 dan dikembangkan lagi dalam bukunya
The Origin of Continents and Oceans terbitan tahun 1915. Ia
mengemukakan bahwa benua-benua yang sekarang ada dulu
adalah satu bentang muka yang bergerak menjauh sehingga
melepaskan benua-benua tersebut dari inti bumi seperti
“bongkahan es” dari granit yang bermassa jenis rendah
yang mengambang di atas lautan basal yang lebih padat.
Namun, tanpa adanya bukti terperinci dan perhitungan
gaya-gaya yang dilibatkan, teori ini dipinggirkan.
Mungkin saja bumi memiliki kerak yang padat dan inti
yang cair, tetapi tampaknya tetap saja tidak mungkin
bahwa bagian-bagian kerak tersebut dapat bergerak-
gerak. Di kemudian hari, dibuktikanlah teori yang
dikemukakan geolog Inggris Arthur Holmes tahun 1920
bahwa tautan bagian-bagian kerak ini kemungkinan ada di
bawah laut. Terbukti juga teorinya bahwa arus konveksi
di dalam mantel bumi adalah kekuatan penggeraknya.
Bukti pertama bahwa lempeng-lempeng itu memang
mengalami pergerakan didapatkan dari penemuan perbedaan
arah medan magnet dalam batuan-batuan yang berbeda
usianya. Penemuan ini dinyatakan pertama kali pada
sebuah simposium di Tasmania tahun 1956. Mula-mula,
penemuan ini dimasukkan ke dalam teori ekspansi bumi,
namun selanjutnya justru lebih mengarah ke pengembangan
teori tektonik lempeng yang menjelaskan pemekaran
(spreading) sebagai konsekuensi pergerakan vertikal
(upwelling) batuan, tetapi menghindarkan keharusan
adanya bumi yang ukurannya terus membesar atau
berekspansi (expanding earth) dengan memasukkan zona
subduksi/hunjaman (subduction zone), dan sesar translasi
(translation fault). Pada waktu itulah teori tektonik
lempeng berubah dari sebuah teori yang radikal menjadi
teori yang umum dipakai dan kemudian diterima secara
luas di kalangan ilmuwan. Penelitian lebih lanjut
tentang hubungan antara seafloor spreading dan balikan
medan magnet bumi (geomagnetic reversal) oleh geolog Harry
Hammond Hess dan oseanograf Ron G. Mason menunjukkan
dengan tepat mekanisme yang menjelaskan pergerakan
vertikal batuan yang baru.
Seiring dengan diterimanya anomali magnetik bumi
yang ditunjukkan dengan lajur-lajur sejajar yang
simetris dengan magnetisasi yang sama di dasar laut
pada kedua sisi mid-oceanic ridge, tektonik lempeng
menjadi diterima secara luas. Kemajuan pesat dalam
teknik pencitraan seismik mula-mula di dalam dan
sekitar zona Wadati-Benioff dan beragam observasi
geologis lainnya tak lama kemudian mengukuhkan tektonik
lempeng sebagai teori yang memiliki kemampuan yang luar
biasa dalam segi penjelasan dan prediksi.
Penelitian tentang dasar laut dalam, sebuah cabang
geologi kelautan yang berkembang pesat pada tahun 1960-
an memegang peranan penting dalam pengembangan teori
ini. Sejalan dengan itu, teori tektonik lempeng juga
dikembangkan pada akhir 1960-an dan telah diterima
secara cukup universal di semua disiplin ilmu,
sekaligus juga membaharui dunia ilmu bumi dengan
memberi penjelasan bagi berbagai macam fenomena
geologis dan juga implikasinya di dalam bidang lain
seperti paleogeografi dan paleobiologi
2.4 Batas Lempeng
Dua lempeng akan bertemu di sepanjang batas
lempeng (plate boundary), yaitu daerah di mana aktivitas
geologis umumnya terjadi seperti gempa bumi dan
pembentukan kenampakan topografis seperti gunung,
gunung berapi, dan palung samudera. Kebanyakan gunung
berapi yang aktif di dunia berada di atas batas
lempeng, seperti Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire) di
Lempeng Pasifik yang paling aktif dan dikenal luas.
Lempeng tektonik bisa merupakan kerak benua atau
samudera, tetapi biasanya satu lempeng terdiri atas
keduanya. Misalnya, Lempeng Afrika mencakup benua itu
sendiri dan sebagian dasar Samudera Atlantik dan
Hindia. Perbedaan antara kerak benua dan samudera ialah
berdasarkan kepadatan material pembentuknya. Kerak
samudera lebih padat daripada kerak benua dikarenakan
perbedaan perbandingan jumlah berbagai elemen,
khususnya silikon. Kerak samudera lebih padat karena
komposisinya yang mengandung lebih sedikit silikon dan
lebih banyak materi yang berat. Maka, kerak samudera
umumnya berada di bawah permukaan laut seperti sebagian
besar Lempeng Pasifik, sedangkan kerak benua timbul ke
atas permukaan laut, mengikuti sebuah prinsip yang
dikenal dengan isostasi.
Gambar 2. Plate Boundary
Tiga jenis batas lempeng (plate boundary).
Ada tiga jenis batas lempeng yang berbeda dari cara
lempengan tersebut bergerak relatif terhadap satu sama
lain. Tiga jenis ini masing-masing berhubungan dengan
fenomena yang berbeda di permukaan. Tiga jenis batas
lempeng tersebut adalah:
1. Batas transform (transform boundaries) terjadi jika
lempeng bergerak dan mengalami gesekan satu sama
lain secara menyamping di sepanjang sesar
transform (transform fault). Gerakan relatif kedua
lempeng bisa sinistral (ke kiri di sisi yang
berlawanan dengan pengamat) ataupun dekstral (ke
kanan di sisi yang berlawanan dengan pengamat).
Contoh sesar jenis ini adalah Sesar San Andreas di
California.
2. Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive
boundaries) terjadi ketika dua lempeng bergerak
menjauh satu sama lain. Mid-oceanic ridge dan zona
retakan (rifting) yang aktif adalah contoh batas
divergen
3. Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive
boundaries) terjadi jika dua lempeng bergesekan
mendekati satu sama lain sehingga membentuk zona
subduksi jika salah satu lempeng bergerak di bawah
yang lain, atau tabrakan benua (continental collision)
jika kedua lempeng mengandung kerak benua. Palung
laut yang dalam biasanya berada di zona subduksi,
di mana potongan lempeng yang terhunjam mengandung
banyak bersifat hidrat (mengandung air), sehingga
kandungan air ini dilepaskan saat pemanasan
terjadi bercampur dengan mantel dan menyebabkan
pencairan sehingga menyebabkan aktivitas vulkanik.
Contoh kasus ini dapat kita lihat di Pegunungan
Andes di Amerika Selatan dan busur pulau Jepang
(Japanese island arc).
2.5 Kekuatan Penggerak-Pergerakan Lempeng
Dari bukti-bukti seismik serta geofisik lainnya
dan dari percobaan-percobaan yang dilakukan di
laboratorium, para ilmuwan sepakat bahwa gaya /penyebab
pergerakan lempeng adalah karena adanya pergerakan
lambat dari mantel (astenosfer). Pergerakan di mantel
sendiri menurut hipotesa adalah karena adanya arus
konveksi. Arus konveksi di mantel dapat dianalogikan
dengan arus konveksi pada zat cair yang bagian bawahnya
dipanaskan. Bagian air yang panas akan naik. Setelah
mencapai permukaan terjadi penurunan temperatur yang
menyebabkan bagian air tersebut kembali turun. Setelah
berada di bawah, bagian air tersebut terkena panas lagi
yang menyebabkan ia naik lagi (hartini, 2009). Kerak
bumi lebih tipis di dasar laut yaitu sekitar 5
kilometer. Kerak bumi terbagi kepada beberapa bagian
dan bergerak melalui pergerakan tektonik lempeng (teori
Continental Drift) yang menghasilkan gempa bumi.
2.6 Lempeng Tektonik Dikaji dari Berbagai Bidang
Berikut akan dikaji beberapa permasalahan yang
terjadi pada lingkungan sekitar dari beberapa aspek
ilmu pengetahuan seperti biologi, fisika, kimia, ilmu
lingkungan, geologi, kesehatan dan teknologi
2.6.1 Lempeng Tektonik dalam Bidang Ilmu Fisika
Teori lempeng tektonik merupakan suatu teori
kinematik yang menjelaskan mengenai pergerakan gempa
tanpa membahas penyebab dari pergerakan itu. Sesuatu
seharusnya menjadi penyebab pergerakan untuk
menggerakkan massa yang sangat besar dengan tenaga yang
sangat besar pula.
Penjelasan yang paling dapat diterima secara
meluas tentang sumber pergerakan lempeng bersandar
kepada hukum keseimbangan termomekanika material bumi.
Lapis teratas dari kulit bumi bersentuhan dengan kerak
bumi yang relatif dingin, sementara lapis terbawah
bersentuhan dengan lapis luar inti panas. Jelas
peningkatan temperatur pasti terjadi pada lapisan.
Variasi kepadatan lapisan dan temperatur menghasilkan
situasi tidak stabil pada ketebalan material (yang
lebih dingin) di atas material lebih tipis (yang lebih
panas) dibawahnya. Akhirnya, material tebal yang lebih
dingin mulai tenggelam akibat gravitasi dan pemanasan,
dan material yang lebih tipis mulai naik. Material yang
tenggelam tersebut berangsur-angsur dipanaskan dan
menjadi lebih tipis, sehingga akhirnya bergerak
menyamping dan dapat naik lagi yang kemudian sebagai
material didinginkan yang akan tenggelam lagi. Proses
ini biasa disebut sebagai konveksi.
Gambar 3. Arus Konveksi Mantel Bumi
Arus konveksi pada batuan setengah lebur pada
lapisan mengakibatkan tegangan geser di bawah lempeng,
yang menggeser lempeng tersebut ke arah yang bervariasi
melalui permukaan bumi. Fenomena lain, seperti tarikan
bubungan atau tarikan irisan dapat juga menjadi
penyebab pergerakan lempeng. Karakteristik batas
lempeng juga mempengaruhi sifat dasar dari gempa yang
terjadi sepanjang batas lempeng tersebut. Pada beberapa
area tertentu, lempeng bergerak menjauh satu dengan
lainnya pada batas lempeng, yang dikenal sebagai
bubungan melebar atau celah melebar. Batuan lebur dari
lapisan dasar muncul ke permukaan dimana akan mendingin
dan menjadi bahagian lempeng yang merenggang. Dengan
demikian, lempeng “mengembang” pada bubungan yang
melebar. Tingkat pelebaran berkisar dari 2 hingga 18
cm/tahun ; tingkat tertinggi ditemukan pada Lautan
Pasifik, dan terendah ditemukan sepanjang Bubungan Mid-
Atlantic. Telah diestimasi bahwa kerak bumi yang baru
di lautan terbentuk pada tingkatan sekitar 3,1
km2/tahun di seluruh dunia. Kerak bumi yang masih
berusia muda ini, disebut basal baru, terbentuk tipis
di sekitar bubungan yang melebar. Hal ini juga dapat
terbentuk oleh pergerakan ke atas magma yang relatif
lambat, atau dapat pula oleh semburan yang cepat saat
terjadinya aktivitas kegempaan.
Proses tekan menekan lempeng tersebut telah
menciptakan pengumpulan dan penimbunan energi di dalam
bumi. Jangka waktu proses penimbunan dan pelepasan
energi yang menimbulkan gempa bumi itu berlangsung
antara 30-600 tahun. Terdapat variasi siklus berulang
gempa antara satu kawasan dengan kawasan lain, ada
siklus kejadian gempa bumi 30-50 tahunan, ada 100
tahun, 200 tahun dan 600 tahun. Energi yang terkumpul
atau tersimpan di dalam bumi/massa batuan pada suatu
saat tidak mampu lagi ditahan oleh massa bumi dan
akhirnya bumi/batuan itu pecah/remuk/patah atau sobek
(rupture). Pada saat bumi itu remuk atau pecah disaat
itulah energi dilepaskan dan bergerak dalam wujud
gelombang. Energi ini akan menyebabkan getaran yang
akan merambat dari sumber getaran ke permukaan bumi.
Getaran inilah yang disebut dengan gempa bumi.
2.6.2 Lempeng Tektonik dalam bidang Ilmu Biologi
Biosfer adalah bagian luar dari planet Bumi,
mencakup udara, daratan, dan air, yang
memungkinkan kehidupan dan proses biotik berlangsung.
Dalam pengertian luas menurut geofisiologi, biosfer
adalah sistem ekologis global yang menyatukan seluruh
makhluk hidup dan hubungan antarmereka, termasuk
interaksinya dengan unsur litosfer (batuan),
hidrosfer (air), dan atmosfer (udara) Bumi. Bumi hingga
sekarang adalah satu-satunya tempat yang diketahui yang
mendukung kehidupan. Biosfer dianggap telah berlangsung
selama sekitar 3,5 miliar tahun dari 4,5 miliar tahun
usia Bumi. Bumi kita ini menurut beberapa teori dahulu
terdiri atas satu benua besar dan satu samudra, namun
karena adanya gaya endogen yang sangat kuat maka benua
yang besar itu menjadi terpisah. Pecahan benua ini yang
sering disebut sebagai puzzle raksasa. Apabila
diperhatikan peta dunia maka Benua Afrika dan Amerika
Selatan dapat digabungkan menjadi satu sesuai dengan
pola garis pantainya. Keanekaragaman flora dan fauna di
permukaan bumi ini diperkirakan sesuai dengan
perkembangan bumi dalam membentuk benua (kontinen)
menurut Teori ”Apungan” dan ”Pergeseran Benua” yang
disampaikan oleh Alfred Wegener (1880-1930).
Gambar 4. Pergeseran Benua
Berdasarkan zona wilayah persebaran dan
karakteristiknya, fauna-fauna di dunia dapat dibedakan
menjadi beberapa tipe seperti Ethiopian, Oriental,
Australis, Neotropikal, Neartik, Paleartik, dan
Antartik.
Gambar 5. Wilayah Persebaran Fauna
a. Fauna Ethiopian. Wilayah persebaran fauna
Ethiopian meliputi seluruh Benua Afrika, Kepulauan
Madagaskar, dan Semenanjung Arabia. Hewan-hewan
yang terdapat di wilayah ini antara lain; gorila,
gajah afrika, zebra, singa, trenggiling, kuda nil,
unta, dan lain-lain.
b. Fauna Oriental. Hewan-hewan yang terdapat di
wilayah ini memiliki karakteristik yang cukup
mirip dengan fauna tipe Ethiopian karena sama-sama
terletak di wilayah tropis. Contoh fauna tipe
oriental antara lain; gajah asia, badak, harimau,
beruang, orang utan, rusa, serta beberapa jenis
reptil dan ikan. Wilayah perbesaran fauna tipe
oriental meliputi Asia Tenggara, Indonesia Barat,
Asia Selatan, dan sebagian wilayah Asia Timur.
c. Fauna Australis. Wilayah persebarannya meliputi
seluruh Benua Australia, Selandia Baru, Kepulauan-
Kepulauan Pasifik (Oceania), dan wilayah Indonesia
Timur. Beberapa jenis hewan yang termasuk dalam
tipe Australis antara lain kanguru, burung
cendrawasih, kakaktua, kiwi, koala, platipus, dan
beberapa jenis hewan berkantung (marsupial).
d. Fauna Neotropikal. Meliputi wilayah beriklim
tropis dan sedang di Amerika Tengah dan Amerika
Selatan. Fauna di wilayah neotropik terkenal akan
jenis-jenis hewan vertebratanya yang sangat
beragam seperti lama (sejenis unta), banteng,
kukang, beberapa jenis kelelawar, jaguar, beberapa
jenis reptil, burung, dan ikan endemik seperti
piranha.
e. Fauna Neartik. Meliputi wilayah Amerika Utara dan
Greenland yang sebagian besar beriklim sedang
hingga dingin. Beberapa jenis fauna yang hidup di
zona ini antara lain bison, kalkun liar, antelop,
kambing gunung, tupai, salamander, rakun, dan
sebagainya.
f. Fauna Paleartik. Meliputi wilayah Eropa, Eurasia,
Himalaya, Afganistan, dan Persia. Contoh fauna
yang terdapat di wilayah paleartik antara lain
kuda, rusa, landak, serigala, beruang, ikan tuna,
dan sebagainya.
g. Fauna Antartik. Sesuai namanya, zona antartik
meliputi seluruh wilayah Antartika (Kutub Selatan)
yang beriklim dingin. Beberapa contoh hewan yang
terdapat di wilayah ini antara lain pinguin,
beberapa jenis ikan, rusa kutub, anjing laut, dan
lain
2.6.3 Lempeng Tektonik dalam Bidang Ilmu Kimia
Ketika bumi terbentuk, belum ada batu. Sekitar 4,5
miliar tahun lalu, pemboman besar, proses yang dibangun
bumi dari nebula surya, merilis jumlah yang luar biasa
energi kawanan meteorit menabrak planet tumbuh,
mengubah energi potensial gravitasi menjadi panas.
Bahwa panas yang dihasilkan bola cair mengorbit
matahari. Tidak ada tanah, tidak ada lautan, dan tidak
ada atmosfer. Ketika pemboman itu mereda, batu muncul.
Pertama, karena suhu turun di bawah titik leleh batuan
permukaan, kerak luar bumi secara bertahap dipadatkan
seperti lapisan pertama es di kolam di musim dingin.
Kemudian, ketika suhu permukaan turun di bawah titik
didih air, hujan pertama jatuh. Bersama-sama, dua
peristiwa mulai siklus batuan, siklus proses bumi
internal dan eksternal dimana batu dibuat, dihancurkan,
dan diubah.
1. Batuan Beku
Batuan beku, terbentuk dari cairan panas adalah
batuan yang pertama muncul di permukaan bumi kuno,
datang dalam dua jenis utama. Batuan vulkanik atau
ekstrusif ify solid pada permukaan yang jauh yang
paling spektakuler dari semua batu, pembentuk
kejadian, letusan gunung berapi. Air mancur merah-
panas dan aliran lava cairan menuruni lereng kerucut
vulkanik tumbuh. Varietas yang paling umum dari
batuan vulkanik adalah basalt, gelap, bahkan
bertekstur batu kaya oksida silikon, magnesium,
besi, kalsium, dan aluminium. Basalt membuat
sebagian besar batu di Hawaii, serta sebagian dari
materi baru terbentuk pada pegunungan Midocean.
Gunung berapi lainnya fitur batuan kaya silikon,
magma ini campuran dengan sejumlah besar air atau
volatil lainnya (mudah direbus) substansi, batu
vulkanik bisa menjadi batu berbusa disebut batu
apung.
Gambar 6. Batuan Beku
2. Batuan Sedimen
Ketika hujan pertama mulai turun pada batuan beku
pertama, proses pelapukan dimulai. Butiran kecil
dicuci dari batuan vulkanik baru mengeras, mengalir
turun melalui sungai dan sungai ke laut, dan
diendapkan pada seafloors ketika air bergerak cepat
dari sungai bertemu arus lebih lambat dari lautan.
Pelapukan juga terjadi seperti air batu terlarut oleh
tindakan mekanis pembekuan air di celah. Dari waktu
ke waktu, lapisan sedimen terakumulasi, terutama di
mulut sungai dekat tepi lautan baru bumi. Karena
semakin banyak sedimen dikumpulkan, lapisan ini
menjadi lebih tebal. Di banyak tempat di bumi
sekarang-Sungai Mississippi Delta yang memanjang ke
Teluk Meksiko, misalnya-lapisan sedimen dapat
mencapai beberapa kilometer di ketebalan.
Gambar 7. Batuan Sedimen
3. Batuan Metamorf
Terjadi karena batuan sedimen yang terkubur di dalam
planet kita, di mana mereka mengalami tekanan kuat
dan panas. Di sana mereka akan berubah menjadi jenis
lain dari batu, diubah oleh kondisi ekstrim bumi
menjadi batu metamorf. Jika formasi shale atau batu
lumpur dimakamkan seperti ini pada akhirnya dapat
berubah menjadi rapuh, batu tulis keras. Temperatur
yang lebih tinggi dan tekanan dapat mengubah batu
tulis menjadi batu spektakuler banded, disebut sekis
dan gneisses, yang sering membanggakan kristal halus
dari garnet dan mineral tekanan tinggi lainnya.
Roadcuts dan singkapan dari batuan metamorf dapat
terlihat seperti kain intens dilipat atau penampang
raksasa berputar-putar seperti kue marmer.
Batupasir, bila terkena suhu tinggi dan tekanan,
juga metamorfosis, pengrekrestalisasian ke batu
tahan lama di mana butiran pasir asli sekering
menjadi massa padat yang dikenal sebagai kuarsit.
4. Kisah Marmer
Dari semua batuan metamorf, tidak menceritakan kisah
yang lebih mencengangkan daripada marmer, batu
keindahan yang luar biasa. Jika anda pernah
bepergian jalan-jalan Vermont, kemungkinan anda akan
melewati sebuah singkapan atau roadcut dari khas cor
kehijauan-putih, batu dengan band-band yang rumit
dan berputar-putar. Batu ini memoles tinggi dan
telah berharga selama berabad-abad oleh pemahat dan
arsitek. Tapi tidak ada karya manusia dapat sesuai
dengan proses epik yang membentuk batu.
Gambar 8. Batuan Marmer
2.6.4 Lempeng Tektonik dalam Bidang Geologi
Kerak bumi atau lithospher sebagian besar
disusun oleh batuan beku dan selebihnya disusun
oleh batuan sedimen dan metamorf. Walaupun batuan
beku dominan sebagai penyusun kerak bumi, namun
pembentukan batuan beku tidak terjadi disemua
tempat dibumi ini karena batuan tersebut hanya
terbentuk pada kondisi tektonik lempeng tertentu.
Fraksinasi batuan beku (fractionation) umunya
terjadi di dua tempat utama, yaitu: di batas
lempeng divergen dan di batas lempeng konvergen.
Gambar 9. Batas Lempeng
Batas lempeng devergen umumnya berada pada
bawah permukaan air laut dan kita tidak dapat
melihat proses tersebut. Magma yang berasal dari
dalam bumi dan keluar ke lantai samudera pada
akhirnya akan membentuk kerak samudera baru. Dalam
proses pembentukan batuan di interior bumi akan
menghasilkan fraksi batuan beku mafik, seperti
basalt dan di tempat lebih dalam akan membentuk
sataun batuan gabro.Bagian batas lempeng konvergen
pada kerak samudera (dihasilkan oleh pergerakan
lempeng devergen) masuk kedalam bumi kembali,
memanas dan meleleh kembali. Pada generasi pertama
ini yang terbentuk adalah batuan beku intermedier,
seperti doirit, dan mungkin terbentuk batuan felsik
seperti granit. silahkan lihat kembali gambar
diatas.
Dalam skala waktu geologi, fraksi batuan beku
menjadi penyebab terbentuknya formasi busur
volkanik dan tepi benua didunia dan implikasinya
hingga sekarang. Bumi pada awalnya tanpa benua dan
pada akhirnya daratan benua terbentuk dalam skala
waktu geologi. Kesimpulan dari semua ini adalah
bahwa batuan beku yang berbeda-beda ditemukan pula
di tempat yang berbeda di bumi. Dan semua perbedaan
penyebaran ini berhubungan dengan proses tektonik
lempeng dan juga sejarah pembentukan bumi.
Kesimpulan paling sederhana adalah kerak benua
dibentuk oleh batuan beku felsik (seperti granit),
sedangkan kerak samudera disusun oleh satuan
batubeku mafik (seperti basalt dan gabro), dan
busur vulkanik disusun oleh satuan batubeku
intermedier (seperti diorit dan andesit).
2.6.5 Lempeng Tektonik dalam Bidang Ilmu Teknologi
Seismik tomografi merupakan sebuah metode
geofisika untuk mengetahui kondisi bawah permukaan bumi
berdasarkan data waktu tiba gelombang gempabumi (P dan
S) yang terekam oleh peralatan seismik (seismometer)
yang tersebar di atas permukaan bumi. Hasil pengolahan
dan analisa gelombang tersebut akan memberikan gambaran
struktur 3D interior bumi secara rinci. Seperti yang
pernah penulis jelaskan sebelumnya bahwa metode seismik
tomografi ini seperti sistem kerja CT Scan atau USG
yang digunakan oleh dokter untuk melihat kondisi organ
dalam dan tulang manusia tanpa melakukan operasi.
Apabila gambar CT Scan dibuat dalam jumlah banyak dari
berbagai arah maka akan didapatkan pencitraan/images
dalam bentuk 3 Dimensi. Hal yang sama dilakukan oleh
Geofisikawan namun bukan untuk melihat isi dalam tubuh
manusia melainkan melihat isi dalam bumi tanpa harus
melakukan pengeboran. Sumber getaran yang digunakan
bisa dari sumber buatan maupun sumber alami berupa
gempabumi yang sering terjadi di seluruh dunia.
Sejalan dengan perkembangan teknologi, peralatan
seismometer juga mengalami perkembangan yang luar biasa
dari hari kehari. Seismometer modern yang disebar di
seluruh dunia saat ini bisa merekam getaran-getaran
kecil gempabumi yang terjadi di seluruh penjuru dunia.
Setelah sekian gempabumi terjadi, data yang terekam
dari ribuan seismometer yang tersebar di seluruh dunia
dalam sekiat waktu, selanjutnya diproses untuk
mendapatkan resolusi tinggi pencitraan keadaan dalam
bumi (images of earth’s interior) menggunakan teknik
seismik tomografi. Gambar di bawah ini menunjukkan
contoh hasil pencitraan seismik tomografi untuk melihat
kondisi penunjaman lempeng tektonik di bawah Amerika.
Gambar 10. Pencitraan Seismik Tomografi
Terdapat banyak cara untuk melakukan pencitraan
seismik tomografi, sama hal dengan dokter yang memilih
teknik CT scan atau USG untuk melihat kondisi dalam
tubuh manusia. Salah caranya adalah dengan cara melihat
waktu tiba gelombang P (primer/pressure wave) pada
setiap seismomoter. Berdasarkan jarak sumber gempa
dengan peralatan seismometer dan berapa waktu yang
diperlukan untuk sebuah gelombang merambat, para
geofisikawan bisa memetakan kondisi bawah permukaan.
Hal ini dikarenakan cepat atau lambatnya perambatan
gelombang sangat ditentukan oleh kondisi batuan di
bawah permukaan. Gambar di bawah ini mengambarkan
bagaimana penjalaran gelombang gempa yang melewati
berbagai batuan di bawah permukaan dan kemudian
getarannya di terima oleh seismometer yang dipasang di
atas permukaaan bumi. Makin banyak seismometer yang
dipasang maka makin besar pula resolusi gambar bawah
permukaan yang bisa didapat.
2.6. 6 Lempeng Tektonik dalam Bidang Ilmu Astronomi
Telepon Bell pada tahun 1931, telah berhasil
mengembangkan astronomi radio. Deretan teleskop radio
sebanyak 27 buah dibangun dekat Socorro di New Meksiko.
Radio energi adalah bentuk level energi elektromagnetik
terendah, dengan kisaran panjang gelombang dari ribuan
kilometer sampai kurang dari satu meter. Penggunaan
paling banyak adalah komunikasi, untuk meneliti luar
angkasa dan sistem radar. Radar berguna untuk
mempelajari pola cuaca, badai, membuat peta
3D permukaan bumi, mengukur curah hujan, pergerakan es
di daerah kutub dan memonitor lingkungan.
2.7.7. Lempeng Tektonik dalam Bidang Ilmu Lingkungan
Kepunahan masal merupakan suatu peristiwa
musnahnya sebagian besar mahluk hidup yang ada di bumi
diakibatkan suatu peristiwa yag mahadahsyat. Kepunahan
masaal terjadi sekitar 95 persen kehidupan di laut dan
70 persen di daratan punah pada 250 juta tahun lalu.
Akhir periode Permian ini dikenal pula sebagai “Great
Dying”. Para ahli bertanya-tanya, apa yang menyebabkan
kepunahan missal tersebut? Apakah disebabkan oleh
meteor yang menabrak Bumi yang mengakhiri era
dinosaurus pada 65 juta tahun lalu? Ilmuwan dari
University of Calgary memberi jawaban bahwa pemicunya
adalah letusan gunung berapi superbesar. Lapisan abunya
ditemukan di kawasan Arktik Kanada. “Ini benar-benar
seperti smoking gun yang menjelaskan kepunahan era
Permian terbaru,” kata Steve Grasby, salah seorang
peneliti, Grasby menjelaskan, penelitiannya merupakan
yang pertama yang menunjukkan bukti langsung bahwa
letusan gunung berapi terbesar yang pernah terjadi
menyebabkan terbakarnya batu bara secara massif,
sehingga mendukung model gas rumah kaca saat ini.
Gambar 11. Ledakan Gunung Berapi
Pada periode kepunahan massal itu, Bumi hanya
memiliki satu daratan besar, yakni superbenua Pangea.
Lingkungan ketika itu terdiri atas gurun dan hutan
belantara. Penghuni benua itu adalah beragam vertebrate
berkaki empat dan amfibi primitif, nenek moyang reptile
serta synapsid. Lokasi gunung berapi, dikenal sebagai
Siberian Traps, sekarang berada di utara Rusia.
Pusatnya di sekitar Kota Tura, yang mencakup Yakutsk,
Noril’sk, dan Irkutsk. Mereka meliputi wilayah dua juta
kilometre persegi atau seukuran Eropa. Debu vulkanik
gunung berapi terbang hingga Arktik Kanada, di mana
lapisan abu batu bara ditemukan. Lapisan bahan organic
yang berlimpah itu adalah lapisan batu bara-abu, persis
seperti yang dihasilkan oleh pembangkit listrik batu
bara modern ketika terbakar. Debu vulkanik mungkin
memperparah kondisi planet yang memanas, di mana hewan
di lautan mati lemas karena kadar oksigen menurun.
2.6.8 Lempeng Tektonik dalam Bidang Ilmu Kesehatan dan
Keselamatan
Sebagian besar orang yang meninggal pada saat
terjadinya gempa bumi karena bangunan jatuh, dan bukan
karena dari guncangan keras gempa bumi itu sendiri.
Selama beberapa dekade terakhir, insinyur dan ahli
bangunan telah belajar banyak tentang bagaimana
merancang bangunan sehingga bangunan tidak runtuh
selama gempa bumi terjadi.
Gambar 11. Rumah Anti Gempa
Dasar masalah yang mereka hadapi adalah bagaimana
membangun sebuah bangunan yang akan mempertahankan
integritasnya ketika tanah di mana bangunan itu
berdiri bergerak. Ada dua solusi umum untuk masalah
ini membuatnya fleksibel atau membuatnya kaku. Strategi
pertama, banyak digunakan dalam merancang gedung-gedung
tinggi, Pembangunan ini dilambangkan dengan pohon
membungkuk akibat angin. Sebuah bangunan dengan
kerangka baja yang diperkuat khusus dapat dirancang
sehingga akan membungkuk dan bergetar sebagai getar
tanah, tetapi kembali ke orientasi aslinya tanpa
kerusakan ketika gempa berhenti. Strategi kedua ini
banyak digunakan di rumah-rumah individu dan bangunan
apartemen. Idenya adalah untuk membangun bangunan
sehingga pada permukaan bangunan bergerak seperti kapal
di laut. Sudut bangunan dipertahankan pada 90 derajat,
hal ini akan mengurangi runtuhnya bangunan akibat
guncangan daerah sekitar bangunan. berdasarkan
penguatan sudut dan kekakuan diperoleh dari
menghubungkan fondasi dan atap bangunan. Kekakuan ini
dapat diperoleh hanya dengan menutupi semua dinding
bangunan dengan lembar kayu lapis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan gelombang seismik struktur internal
bumi dapat dibedakan menjadi tiga komponen utama
yaitu inti (core), mantel (mantle) dan kerak (crust).
2. Ada tiga jenis batas lempeng yang berbeda dari
cara lempengan tersebut bergerak relatif terhadap
satu sama lain. Tiga jenis ini masing-masing
berhubungan dengan fenomena yang berbeda di
permukaan. Tiga jenis batas lempeng tersebut
adalah:
a. Batas transform (transform boundaries)
b. Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive
boundaries)
c. Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive
boundaries)
3. Pergerakan di mantel sendiri menurut hipotesa
adalah karena adanya arus konveksi. Arus konveksi
di mantel dapat dianalogikan dengan arus konveksi
pada zat cair yang bagian bawahnya dipanaskan.
Bagian air yang panas akan naik. Setelah mencapai
permukaan terjadi penurunan temperatur yang
menyebabkan bagian air tersebut kembali turun.
Setelah berada di bawah, bagian air tersebut
terkena panas lagi yang menyebabkan ia naik lagi
1) Lempeng Tektonik dapat diterapkan dalam berbagai
aspek kehidupan, diantaranya:
a. Aspek Fisika, arus konveksi pada mantel bumi
b. Aspek Kimia, proses pembentukan batuan beku secara
kimiawi
c. Aspek Biologi, penyebaran hewan akibat pergeseran
benua
d. Aspek Lingkungan, kepunahan masal pada 250 tahun
yang lalu akibat gunung meletus
e. Aspek Teknologi, seismograf untuk mendeteksi
bagian inti dalam bumi
f. Aspek Astronomi, radio astronomers digunakan untuk
mengamati pemekaran samudra
g. Aspek Geologi, jenis batuan pada kerak bumi
h. Aspek Kesehatan dan Keselamatan, rumah anti gempa
3.2 Saran
Adapun saran yang diperoleh dalam penulisan
makalah ini adalah diharapkan pembaca dapat mengkaji
lebih lanjut tentang lempeng tektonik dan kaitannya
dengan beberapa aspek ilmu pengetahuan sehingga dapat
dijadikan sebagai sumber informasi bagi masyarakat
khususnya bagi mahasiswa program pendidikan IPA.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, A. 2014. Apa Itu Lempeng Tektonik?. Tersedia pada.
www.searchpage.com Diakses pada tanggal 25 Oktober
2014.
Ibanrose. 2014. Seismic tomography. Tersedia pada www.iris.edu.
Diakses pada tanggal 10 Oktober 2012
Trefil, J. & Hazen, R. 2009. The Science An Itegrated Approach. 6th
Edition. United States: George Masen University