Larutan baku

22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Larutan merupakan fase yang setiap hari ada disekitar kita. Suatu sistem homogen yang mengandung dua atau lebih zat yang masing-masing komponennya tidak bisa dibedakan secara fisik disebut larutan, sedangkan suatu sistem yang heterogen disebut campuran. Larutan standar dalam titrasi memegang peranan yang amat penting, hal ini disebabkan larutan ini telah diketahui konsentrasi secara pasti (artinya konsentrasi larutan standar adalah tepat dan akurat). Percobaan pembuatan dan pembakuan larutan ini sangat berperan penting dalam proses analisa volumetrik yang merupakan analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung secara kuantitatif. Dalam bidang farmasi, analisa volumetri inilah yang digunakan untuk menentukan kadar suatu obat dengan teliti karena dengan titrasi ini, penyimpangan titik ekivalen lebih kecil sehingga lebih mudah untuk mengetahui titik akhir titrasinya yang ditandai dengan suatu perubahan warna, begitu pula dengan waktu yang digunakan seefisien mungkin.

Transcript of Larutan baku

BAB I                                          

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Larutan merupakan fase yang setiap hari ada disekitar kita.

Suatu sistem homogen yang mengandung dua atau lebih zat yang

masing-masing komponennya tidak bisa dibedakan secara fisik

disebut larutan, sedangkan suatu sistem yang heterogen disebut

campuran.

Larutan standar dalam titrasi memegang peranan yang amat

penting, hal ini disebabkan larutan ini telah diketahui

konsentrasi secara pasti (artinya konsentrasi larutan standar

adalah tepat dan akurat).

Percobaan pembuatan dan pembakuan larutan ini sangat berperan

penting dalam proses analisa volumetrik yang merupakan analisis

kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan

larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya secara

teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar

tersebut berlangsung secara kuantitatif.

Dalam bidang farmasi, analisa volumetri inilah yang digunakan

untuk menentukan kadar suatu obat dengan teliti karena dengan

titrasi ini, penyimpangan titik ekivalen lebih kecil sehingga

lebih mudah untuk mengetahui titik akhir titrasinya yang ditandai

dengan suatu perubahan warna, begitu pula dengan waktu yang

digunakan seefisien mungkin.

B.   Maksud Percobaan

Membuat Larutan Baku dengan konsentrasi tertentu.

C.   Tujuan Percobaan

·         Untuk membuat larutan baku dari bahan (zat) padat dengan

konsentrasi tertentu.

·         Untuk membuat larutan baku dari zat cair dengan

konsentrasi tertentu.

D.   Prinsip Percobaan

Penimbangan dan pengukuran suatu zat untuk membuat suatu

larutan dari zat tersebut dengan konsentrasi sedemikian rupa

sampai proses homogen.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.   Teori Umum

a.    Definisi Larutan

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia

terlarut, kecuali dinyatakan lain pelarut digunakan air suling

(Farmakope Indonesia edisi III).

Larutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih

yang saling melarutkan dan masing-masing zat penyusunnya tidak

dapat dibedakan lagi secara fisik. Larutan terdiri atas zat

terlarut dan pelarut (Zinu Anwar,2009).

        Larutan adalah campuran homogen dalam suatu campuran

terdapat molekul-molekul, atom-atom, ion-ion dan zat atau lebih

disebut campuran, karena susunannya dapat diubah-ubah disebut

campuran homogen, karena komponen-komponen penyusunnya telah

kehilangan sifat fisiknya dan susunannya sangat seragam sehingga

tidak dapat diamati (Anshary Isfar, 2002).

        Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat

antara lain adalah tekanan dan suhu. Kelarutan zat padat dan

cairan tidak terpengaruh oleh tekanan, sedangkan kelarutan gas-

gas akan bertambah, apabila tekanan diperbesar (Anshary Isfar,

2002).

b.    Komponen Larutan

          Ada dua komponen yang penting dalam suatu larutannya,

yaitu pelarut dan zat yang dilarutkan dalam pelarut tersebut, zat

yang dilarutkan itu disebut zat terlarut. Apabila dua atau lebih

komponen dicampurkan dan dalam larutan sama. Dalam hal ini

baik alkohol maupun air dapat disebut zat terlarut atau pelarut.

(Karyadi Benny, 2010).

c.    Jenis-Jenis Larutan

Gas dalam gas – seluruh campuran gas

Gas dalam cairan – oksigen dalam air

Cairan dalam cairan – alkohol dalam air

Padatan dalam cairan – gula dalam air

Gas dalam padatan – hidrogen dalam palladium

Cairan dalam padatan – Hg dalam perak

Padatan dalam padatan – alloys

d.    Kosentrasi Larutan

          Kosentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut

dalam suatu larutan. Apabila zat terlarut banyak sekali,

sedangkan pelarutnya sedikit, maka dapat dikatakan bahwa larutan

itu pekat atau kosentrasinya sangat tinggi. Sebaliknya bila zat

yang terlarut sedikit sedangkan pelarutrnya sangat banyak, maka

dapat dikatakan larutan itu encer atau kosentrasinya sangat

rendah.

          Banyak cara untuk memeriksa kosentrasi larutan, yang

semuanya menyatakan kuantitas zat terlarut dalam kuantitas

pelarut (atau larutan). Dengan demikian, setiap sistem kosentrasi

harus menyatakan butir-butir berikut (Petrucci, 2001) :

a. Satuan yang digunakan untuk zat terlarut

b. Kuantitas kedua dapat berupa pelarut atau larutan

keseluruhan.

c. Satuan yang digunakan untuk kuantitas kedua.

Kosentrasi dapat dinyatakan dengan beberapa cara yaitu :

a. Persen Volum

          Persen volum menyatakan jumlah liter zat terlarut dalam

100 liter larutan, misalnya : Alkohol 76% berarti dalam 100

liter larutan alkohol terdapat 76 liter alkohol murni.

b. Persen Massa

          Persen Massa menyatakan jumlah gram zat terlarut dalam

100 gram larutan contohnya : Sirup merupakan larutan gula 80%

artinya dalam 100 gram sirup  terdapat 80 gram gula.

c. Molaritas

          Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut perkilo

gram pelarut yang terkandung dalam suatu larutan molaritas (M)

tidak dapat di hitung dari kosentrasi molar (M), kecuali jika

rapatan (densitar) larutan itu diketahui.

d. Molalitas

          Molaritas menyatakan jumlah Mol zat terlarut setiap

kilogram dalam 1 liter larutan

contohnya : NaCl berarti 1 liter larutan terdapat 0,1 Mol NaCl

e. Normalitas

          Normalitas suatu larutan adalah jumlah gram ekuivalen

zat terlarut yang terkandung di dalam 1 liter larutan. Batas

ekuivalen adalah fraksi bobot molekul yang berkenaan dengan

satu satuan tertentu, reaksi kimia dan 1 gram ekuivalen adalah

fraksi yang sama dari pada 1 mol.

f. Fraksi Mol

          Fraksi mol suatu dalam larutan didefinisikan sebagai

banyaknya mol (n) komponen itu, dibagi dengan jumlah mol

keseluruhan komponen dalam larutan itu.

Jumlah fraksi seluruh komponen dalam setiap larutan adalah :

X (terlarut) =n (terlarut)

n (terlarut) + n (pelarut)

X (Pelarut) =n (pelarut)

n (terlarut) + n (pelarut)

Dalam persentase fraksi mol dinyatakan sebagai mol persen.

e.    Perbandingan antara berbagai skala konsentrasi

          Skala konsentrasi molar dan normalitas sangat

bermanfaat untuk. Eksperimen volumetri dimana kuantitas zat

terlarut dalam larutan dengan volume bagian larutan itu. Skala

normalitas sangat menolong dalam membandingkan volume dua larutan

yang diperlukan untuk bereaksi secara kimia (Karyadi, 2010).

          Keterbatasan skala normalitas adalah bahwa suatu

larutan mungkin mempunyai lebih dari satu nilai normalitas,

bergantung pada reaksi yang menggunakannya. Kosentrasi molar

larutan sebaliknya merupakan suatu bil tetap karena bobot molekul

zat itu tidak bergantung pada reaksi yang menggunakannya

(Karyadi, 2010).

          Skala fraksi mol sangat berguna dalam karya-karya

teoritas karena banyak sifat-sifat fisika larutan dapat

dinyatakan dengan lebih jelas dalam perbandingan jumlah molekul

pelarut dan zat terlarut. (Jereme, 2001).

          Kimia volumetri yaitu pembuatan larutan baku. Zat murni

di timbang dengan teliti, kemudian di larutkan dalam labu ukur

sampai volume tertentu dengan tepat. Dimana normalitasnya

diperoleh dengan perhitungan larutan-larutan baku primer yaitu

natrium oksalat, kalium bikromat, natrium karbonat, kalium

iodida.

          Zat-zat kimia yang dipakai untuk membuat larutan harus

memenuhi syarat :

Zat yang digunakan harus murni dan mempunyai rumus molekul

yang pasti.

Zat yang digunakan harus mempunyai berat ekuivalen yang

pasti.

Zat yang digunakan mudah di keringkan.

Stabil dimana larutan baku primer dapat dipakai untuk

menentukan kadar larutan yang tidak diketahui.

f.     Larutan Baku

          Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah

diketahui konsentrasinya secara teliti, dan konsentrasinya biasa

dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas).

Senyawa yang digunakan untuk membuat larutan baku dinamakan

senyawa baku.

Senyawa baku dibedakan menjadi dua, yaitu :

a) Baku primer adalah bahan dengan kemurnian tinggi yang

digunakan untuk membakukan larutan standar dan untuk membuat

larutan baku yang konsentrasi larutannya dapat dihitung dari

hasil penimbangan senyawanya dan volume larutan yang dibuat.

Contohnya : H₂C₂O₄ . 2H₂O, Asam Benzoat (C₆H₅COOH), Na₂CO₃,

K₂Cr₂O₇, As₂O₃, KBrO₃, KIO₃, NaCl, dll.

Syarat-syarat baku primer :

Diketahui dengan pasti rumus molekulnya

Mudah didapat dalam keadaan murni dan mudah dimurnikan

Stabil, tidak mudah bereaksi dengan CO₂, cahaya dan uap air

Mempunyai Mr yang tinggi

b) Baku sekunder adalah bahan yang telah dibakukan sebelumnya

oleh baku primer kareana sifatnya yang tidak stabil, dan

kemudian digunakan untuk membakukan larutan standar. Contoh :

larutan natrium tiosulfat pada pembakuan larutan iodium.

Contoh larutan baku primer :

NaOH, H₂C₂O₄ (as. oksalat), C₆H₅COOH (as. benzoat), KHP

 HCl, Na₂B₄O₇ (nat. tetraborat), Na₂CO₃ (nat. karbonat)

KMnO₄, H₂C₂O₄, As₂O₃ (arsen trioksida)

Iodium, As₂O₃, Na₂S₂O₃.5H₂O baku (nat. tio sulfat)

Serium (IV) Sulfat,   As2O₃, serbuk Fe pa.

AgNO₃, NaCl, NH₄CNS

Na₂S₂O₃, K₂Cr₂O₇, KBrO₃, KIO₃

§   EDTA, CaCO₃ pa, Mg pa

Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik

akhir titrasi telah di capai. Umumnya indikator yang digunakan

adalah indikator azo dengan warna yang spesifik pada berbagai

perubahan pH.

          Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan

reaksi secara stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan

standar.

          Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi

perubahan warna pada indikator yang menunjukkan titik ekuivalen

reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar.

Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu

diteruskan dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan

titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu

senyawa. Pada kebanyakan titrasi titik ekuivalen ini tidak dapat

diamati, karena itu perlu bantuan senyawa lain yang dapat

menunjukkan saat titrasi harus dihentikan. Senyawa ini dinamakan

indikator.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan

analisisvolumetrik adalah sebagai berikut :

Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.

Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan

persamaan reaksi yang kuantitatif/stokiometrik.

Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen

tercapai, baik secara kimia maupun secara fisika.

Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan

kimia atau fisika. Indikator potensiometrik dapat pula

digunakan (Anwar Zinu, 2009).

B.   Uraian Bahan

1. Aquadest (Farmakope Indonesia edisi III, hal : 96)

Nama Resmi          : AQUA DESTILLATA

Nama Lain             : Air Suling

RM / BM                  : H2O / 18,02

Kelarutan               : Larut dalam etahol gliser

Pemerian                : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak

berbau; tidak mempunyai rasa.

Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan              : Sebagai pelarut

2. Asam Nitrat (Farmakope Indonesia edisi III, hal : 78)

Nama Resmi          : ACIDUM NITRAS

Nama Lain             : Asam Nitrat

RM / BM                  : HNO3 / 63

Kelarutan               : -

Pemerian                : Cairan berasap, jernih, tidak

berwarna

Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan              : Sebagai pemberi suasana asam

3. Asam Klorida  (Farmakope Indonesia edisi III, hal : 53)

Nama Resmi          : ACIDUM HYDROCHLORIDUM

Nama Lain             : Asam Klorida

RM / BM                  : HCl / 36,46

Kelarutan               : Larut dalam etanol, asam asetat,

tidak larut dalam air.

Pemerian                : Cairan, tidak berwarna, berasap, bau

merangsangn jika diencerkan asap dan bau hilang.

Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan              : Zat tambahan.

4. Asam Sulfat (Farmakope Indonesia edisi III, hal : 58 )

Nama Resmi          : ACIDUM SULFURICUM

Nama Lain             : Asam sulfat

RM / BM                  : H2SO4 / 98,07

Kelarutan               : Jika ditambahkan kedalam air

menimbulkan panas

Pemerian                : Cairan kental seperti minyak,

korosif, tidak berwarna

Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan              : Zat tambahan

5)    Natrium Hidroksida (Farmakope Indonesia edisi III, hal : 142)

Nama Resmi          : NATRII HYDROXDUM

Nama Lain             : Natrium Hidroksida

RM / BM                  : NaOH / 40,00

Kelarutan               : Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%).

Pemerian                : Butiran, keras, rapuh, putih, meleleh, alkalis dan

korosif.

Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan              : Zat tambahan

6)    Asam Asetat (Farmakope Indonesia edisi III, hal : 650)

Nama Resmi          : ACIDUM ACETICUM

Nama Lain             : Asam asetat

RM / BM                  : C2 H4 O2 / 60,05

Kelarutan               : Campur dengan air, etanol dan gliserol.

Pemerian                : Jernih, tidak berwarna, bau menusuk, rasa asam,

tajam.

Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan              : zat tambahan

7)    Natrium Karbonat (Farmakope Indonesia edisi III, hal : 400)

Nama Resmi          : NATRII CARBONAS

Nama Lain             : Natrium Karbonat

RM / BM                  : Na2CO3 / 124,00

Kelarutan               : Sangat mudah larut dalam air dan air mendidih.

Pemerian                : Serbuk hablur putih.

Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan              : Zat tambahan, keratolitik

8)    Natrium Tiosulfat (Farmakope Indonesia edisi III, hal : 428)

Nama Resmi          : NATRII THOSULFAS

Nama Lain             : Natrium Tiosulfat, hipo

RM / BM                  : Na2S2O3 / 248,17

Kelarutan               : Larut dalam air dan praktis tidak larut dalam etanol

(95%).

Pemerian                : Hablur besar, kasar dan tidak berwarna.

Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan              : Antidotum sianida.

9)    Ferri Nitrat (Farmakope Indonesia edisi IV, hal : 139)

Nama Resmi          : FELLOROSI NITRAT

Nama Lain             : Ferri Nitrat

RM / BM                  : Fe(NO3)3 / 242,00

Kelarutan               : -

Pemerian                : Serbuk putih keabu-abuan.

Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan              : Sebagai pereaksi dan zat uji

BAB III

METODE KERJA

A.   Alat Dan Bahan

1.    Alat-alat :

a.    Botol Coklat 500 ml dan 1000 ml

b.    Corong gelas

c.    Erlenmeyer

d.    Gelas ukur 10 ml, 100 ml

e.    Gelas kimia 250 ml

f.     Labu ukur 500 ml, 1000 ml

g.    Pipet volume

h.    Pipet tetes

i.      Timbangan analitik

2.    Bahan-bahan :

a.    Aquadest

b.    Bahan Padat :

·         Ferri Nitrat

·         Natrium Hidroksida

·         Natrium Karbonat

·         Natrium Tiosulfat

c.    Bahan cair :

·         Asam Asetat

·         Asam Klorida

·         Asam Nitrat

·         Asam Sulfat

B.   Cara Kerja

1.    Disiapkan Alat dan bahan.

2.    Untuk pembuatan Natrium Hidroksida 0,1 M ditimbang sebanyak 2

gram, setelah itu dimasukkan ke dalam gelas kimia atau erlenmeyer

dan larutkan dengan aquadest. Setelah itu dimasukkan ke dalam

labu ukur 500 ml dan tambahkan dimasukkan sampai tanda batas,

homogen dan masukkan kedalam botol dan beri label.

3.    Untuk pembuatan Ferri Nitrat 0,1 M ditimbang sebanyak 12,1

gram, setelah itu dimasukkan ke dalam gelas kimia atau erlenmeyer

dan larutkan dengan aquadest. Setelah itu dimasukkan ke dalam

labu ukur 500 ml dan tambahkan dimasukkan sampai tanda batas,

homogen dan masukkan kedalam botol dan beri label.

4.    Untuk pembuatan Natrium Karbonat 0,1 M ditimbang sebanyak 5,3

gram, setelah itu dimasukkan ke dalam gelas kimia atau erlenmeyer

dan larutkan dengan aquadest. Setelah itu dimasukkan ke dalam

labu ukur 500 ml dan tambahkan dimasukkan sampai tanda batas,

homogen dan masukkan kedalam botol dan beri label.

5.    Untuk pembuatan Natrium Tiosulfatt 0,1 M ditimbang sebanyak

5,3 gram, setelah itu dimasukkan ke dalam gelas kimia atau

erlenmeyer dan larutkan dengan aquadest. Setelah itu dimasukkan

ke dalam labu ukur 500 ml dan tambahkan dimasukkan sampai tanda

batas, homogen dan masukkan kedalam botol dan beri label.

6.    Untuk pembuatan Asam Sulfat 0,1 M dipipet sebanyak 2,7 ml,

setelah itu dimasukkan ke dalam gelas kimia atau erlenmeyer dan

larutkan dengan aquadest. Setelah itu dimasukkan ke dalam labu

ukur 500 ml dan tambahkan dimasukkan sampai tanda batas, homogen

dan masukkan kedalam botol dan beri label.

BAB IV

HASIL DAN PENGAMATAN

A.   Tabel pengamatan

NOLARUTAN

BAKU

VOLUME

LARUTAN

JUMLAH

GRAM (gr) ml

1 NaOH 0,1 M 500 ml 22 Fe(NO3)3 0,1 M 500 ml 12,13 Na2CO3 0,1 M 500 ml 5,34 Na2S2O3 0,1 M 500 ml 7,95 HCl 0,1 M 500 ml 4,26 HNO3 0,1 M 500 ml 3,17 H2SO4 0,1 M 500 ml 2,78 CH3COOH 0,1 M 500 ml 2,9

B.   Reaksi-Reaksi

NaOH               → Na+          + OH -

Fe(NO3)3             → Fe3+         + NO3 -

Na2CO3                → Na+          + CO3 2-

Na2S2O3              → Na+          + S2O3 2-

HCl                   → H+                + Cl -

HNO3                     → H+                + NO3 -

H2SO4              → H+                + SO4 2-

CH3COOH       → H+                + CH3COO -

C.   Pembahasan

Pembuatan larutan baku baik dengan cara penimbangan maupun

dengan cara pengukuran harus diketahui konsentrasinya bahan yang

digunakan secara pasti agar tidak terjadi kesalahan. Pada

penimbangan dilarutkan agar tidak terjadi kontaminasi oleh zat

lain.

Adapun kesalahan-kesalahan yang serimh terdadi pada

penimbangan larutan baku sebagai berikut :

1)      Kesalahan pada saat penimbangan atau pengukuran zat.

2)      Bahan yang digunakan sudah rusak.

3)      Air suling yang sudah terkontaminasi dengan zat lain.

Larutan terbagi atas 2 bagian yaitu Pelarut (solvent) dan zat

tercampur (solute). Kelarutan terjadi karena gaya-gaya molekul

dua gas tercampur dan saling berbanding serta masing-masing

memiliki kelarutan. Untuk mendapatkan maasa zat padat yang akan

kita cari apabila konsentrasinya, volume, BM, BE maka menggunakan

rumus :

Sehingga Massa (g) = M. BM. V atau g= BE. V. M

        Untuk mendapatkan volume zat cair yang akan dicari

dan apabila konsentrasinya, volume, BM, BE % kadar dapat

digunakan rumus :

        Dan V1. M1 = V2. M2

BAB V

PENUTUP

A.   Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil penelitian di

laboratorium dapat disimpulkan :

·         Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya telah

diketahui secara pasti.

·         Larutan terdiri dari bahan padat dan cair.

Contoh :

Padat : NaOH, Fe(NO3)3 , Na2CO3, Na2S2O3

Cair : HCl, HNO3, H2SO4, CH3COOH

B.   Saran

              Kami sebagai praktikan sangat mengharapkan

bimbingan dan arahan dari pada para asisten dalam melakukan

praktikan walaupun dalam menyusun laporan.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar Zinu, 2009. Penuntun Praktikum Kimia Sekolah Menengah Kejuruan Farmasi

Yamasi : Makassar.

Benny Karyadi, 2010. Kimia : Jakarta.

Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan

Republik Indonesia : Jakarta.

Dirjen POM, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan

Republik Indonesia : Jakarta.

E. G. Jereme.L. Rossenberg, 2001.Kimia Dasar.

Isfar Anshary, 2002. Kimia I. Penerbit : Srikandi, Surakarta.

Ralph.H.Petrucci, 2001. Kimia Dasar, Jilid 2.

Tim dosen, 2012. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Universitas Indonesia

Timur : Makassar.

LAMPIRAN

A.   Skema Kerja

1.    Bahan-bahan Padat [NaOH, Fe(NO3)3 , Na2CO3, Na2S2O3]

2.    Bahan-bahan Cair [HCl, HNO3, H2SO4, CH3COOH]

B.   Perhitungan

1.            NaOH 0,1 M 500 ml

g  = M × BM × V

= 0,1 × 40 × 0,5

= 2 gr

2.            Fe(NO3)3 0,1 M 500 ml

     g = M × BM × V

= 0,1 × 242 × 0,5

= 12,1 gr

3.            Na2CO3 0,1 M 500 ml

g = M × BM × V

= 0,1 × 106 × 0,5

= 5,3 gr

4.            Na2S2O3 0,1 M 500 ml

g = M × BM × V

= 0,1 × 158 × 0,5

= 7,9 gr

5.    H2SO4 0,1 M 500 ml

      = 18,4 M

V1 × M1 = V2 ×  M2

V1 × 18.4 = 500 ×  0,1

V1                    =

                        = 2,7 ml

6.    HNO3 0,1 M 500 ml

        = 15,89 M

V1 × M1 = V2 ×  M2

V1 × 15,89 = 500 ×  0,1

V1       =

             = 3,1 ml

7.    HCl 0,1 M 500 ml

      = 11,96 M

V1 × M1     = V2 ×  M2

V1 × 11,96 = 500 ×  0,1

V1       =

             = 4,2 ml

8.    CH3COOH 0,1 M 500 ml

      = 17,4 M

V1 × M1  = V2 ×  M2

V1 × 17,4   = 500 ×  0,1

V1       =

             = 2,9 ml