BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Larutan merupakan fase yang setiap hari ada disekitar kita.
Suatu sistem homogen yang mengandung dua atau lebih zat yang
masing-masing komponennya tidak bisa dibedakan secara fisik
disebut larutan, sedangkan suatu sistem yang heterogen disebut
campuran.
Larutan standar dalam titrasi memegang peranan yang amat
penting, hal ini disebabkan larutan ini telah diketahui
konsentrasi secara pasti (artinya konsentrasi larutan standar
adalah tepat dan akurat).
Percobaan pembuatan dan pembakuan larutan ini sangat berperan
penting dalam proses analisa volumetrik yang merupakan analisis
kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan
larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya secara
teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar
tersebut berlangsung secara kuantitatif.
Dalam bidang farmasi, analisa volumetri inilah yang digunakan
untuk menentukan kadar suatu obat dengan teliti karena dengan
titrasi ini, penyimpangan titik ekivalen lebih kecil sehingga
lebih mudah untuk mengetahui titik akhir titrasinya yang ditandai
dengan suatu perubahan warna, begitu pula dengan waktu yang
digunakan seefisien mungkin.
B. Maksud Percobaan
Membuat Larutan Baku dengan konsentrasi tertentu.
C. Tujuan Percobaan
· Untuk membuat larutan baku dari bahan (zat) padat dengan
konsentrasi tertentu.
· Untuk membuat larutan baku dari zat cair dengan
konsentrasi tertentu.
D. Prinsip Percobaan
Penimbangan dan pengukuran suatu zat untuk membuat suatu
larutan dari zat tersebut dengan konsentrasi sedemikian rupa
sampai proses homogen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
a. Definisi Larutan
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia
terlarut, kecuali dinyatakan lain pelarut digunakan air suling
(Farmakope Indonesia edisi III).
Larutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih
yang saling melarutkan dan masing-masing zat penyusunnya tidak
dapat dibedakan lagi secara fisik. Larutan terdiri atas zat
terlarut dan pelarut (Zinu Anwar,2009).
Larutan adalah campuran homogen dalam suatu campuran
terdapat molekul-molekul, atom-atom, ion-ion dan zat atau lebih
disebut campuran, karena susunannya dapat diubah-ubah disebut
campuran homogen, karena komponen-komponen penyusunnya telah
kehilangan sifat fisiknya dan susunannya sangat seragam sehingga
tidak dapat diamati (Anshary Isfar, 2002).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat
antara lain adalah tekanan dan suhu. Kelarutan zat padat dan
cairan tidak terpengaruh oleh tekanan, sedangkan kelarutan gas-
gas akan bertambah, apabila tekanan diperbesar (Anshary Isfar,
2002).
b. Komponen Larutan
Ada dua komponen yang penting dalam suatu larutannya,
yaitu pelarut dan zat yang dilarutkan dalam pelarut tersebut, zat
yang dilarutkan itu disebut zat terlarut. Apabila dua atau lebih
komponen dicampurkan dan dalam larutan sama. Dalam hal ini
baik alkohol maupun air dapat disebut zat terlarut atau pelarut.
(Karyadi Benny, 2010).
c. Jenis-Jenis Larutan
Gas dalam gas – seluruh campuran gas
Gas dalam cairan – oksigen dalam air
Cairan dalam cairan – alkohol dalam air
Padatan dalam cairan – gula dalam air
Gas dalam padatan – hidrogen dalam palladium
Cairan dalam padatan – Hg dalam perak
Padatan dalam padatan – alloys
d. Kosentrasi Larutan
Kosentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut
dalam suatu larutan. Apabila zat terlarut banyak sekali,
sedangkan pelarutnya sedikit, maka dapat dikatakan bahwa larutan
itu pekat atau kosentrasinya sangat tinggi. Sebaliknya bila zat
yang terlarut sedikit sedangkan pelarutrnya sangat banyak, maka
dapat dikatakan larutan itu encer atau kosentrasinya sangat
rendah.
Banyak cara untuk memeriksa kosentrasi larutan, yang
semuanya menyatakan kuantitas zat terlarut dalam kuantitas
pelarut (atau larutan). Dengan demikian, setiap sistem kosentrasi
harus menyatakan butir-butir berikut (Petrucci, 2001) :
a. Satuan yang digunakan untuk zat terlarut
b. Kuantitas kedua dapat berupa pelarut atau larutan
keseluruhan.
c. Satuan yang digunakan untuk kuantitas kedua.
Kosentrasi dapat dinyatakan dengan beberapa cara yaitu :
a. Persen Volum
Persen volum menyatakan jumlah liter zat terlarut dalam
100 liter larutan, misalnya : Alkohol 76% berarti dalam 100
liter larutan alkohol terdapat 76 liter alkohol murni.
b. Persen Massa
Persen Massa menyatakan jumlah gram zat terlarut dalam
100 gram larutan contohnya : Sirup merupakan larutan gula 80%
artinya dalam 100 gram sirup terdapat 80 gram gula.
c. Molaritas
Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut perkilo
gram pelarut yang terkandung dalam suatu larutan molaritas (M)
tidak dapat di hitung dari kosentrasi molar (M), kecuali jika
rapatan (densitar) larutan itu diketahui.
d. Molalitas
Molaritas menyatakan jumlah Mol zat terlarut setiap
kilogram dalam 1 liter larutan
contohnya : NaCl berarti 1 liter larutan terdapat 0,1 Mol NaCl
e. Normalitas
Normalitas suatu larutan adalah jumlah gram ekuivalen
zat terlarut yang terkandung di dalam 1 liter larutan. Batas
ekuivalen adalah fraksi bobot molekul yang berkenaan dengan
satu satuan tertentu, reaksi kimia dan 1 gram ekuivalen adalah
fraksi yang sama dari pada 1 mol.
f. Fraksi Mol
Fraksi mol suatu dalam larutan didefinisikan sebagai
banyaknya mol (n) komponen itu, dibagi dengan jumlah mol
keseluruhan komponen dalam larutan itu.
Jumlah fraksi seluruh komponen dalam setiap larutan adalah :
X (terlarut) =n (terlarut)
n (terlarut) + n (pelarut)
X (Pelarut) =n (pelarut)
n (terlarut) + n (pelarut)
Dalam persentase fraksi mol dinyatakan sebagai mol persen.
e. Perbandingan antara berbagai skala konsentrasi
Skala konsentrasi molar dan normalitas sangat
bermanfaat untuk. Eksperimen volumetri dimana kuantitas zat
terlarut dalam larutan dengan volume bagian larutan itu. Skala
normalitas sangat menolong dalam membandingkan volume dua larutan
yang diperlukan untuk bereaksi secara kimia (Karyadi, 2010).
Keterbatasan skala normalitas adalah bahwa suatu
larutan mungkin mempunyai lebih dari satu nilai normalitas,
bergantung pada reaksi yang menggunakannya. Kosentrasi molar
larutan sebaliknya merupakan suatu bil tetap karena bobot molekul
zat itu tidak bergantung pada reaksi yang menggunakannya
(Karyadi, 2010).
Skala fraksi mol sangat berguna dalam karya-karya
teoritas karena banyak sifat-sifat fisika larutan dapat
dinyatakan dengan lebih jelas dalam perbandingan jumlah molekul
pelarut dan zat terlarut. (Jereme, 2001).
Kimia volumetri yaitu pembuatan larutan baku. Zat murni
di timbang dengan teliti, kemudian di larutkan dalam labu ukur
sampai volume tertentu dengan tepat. Dimana normalitasnya
diperoleh dengan perhitungan larutan-larutan baku primer yaitu
natrium oksalat, kalium bikromat, natrium karbonat, kalium
iodida.
Zat-zat kimia yang dipakai untuk membuat larutan harus
memenuhi syarat :
Zat yang digunakan harus murni dan mempunyai rumus molekul
yang pasti.
Zat yang digunakan harus mempunyai berat ekuivalen yang
pasti.
Zat yang digunakan mudah di keringkan.
Stabil dimana larutan baku primer dapat dipakai untuk
menentukan kadar larutan yang tidak diketahui.
f. Larutan Baku
Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah
diketahui konsentrasinya secara teliti, dan konsentrasinya biasa
dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas).
Senyawa yang digunakan untuk membuat larutan baku dinamakan
senyawa baku.
Senyawa baku dibedakan menjadi dua, yaitu :
a) Baku primer adalah bahan dengan kemurnian tinggi yang
digunakan untuk membakukan larutan standar dan untuk membuat
larutan baku yang konsentrasi larutannya dapat dihitung dari
hasil penimbangan senyawanya dan volume larutan yang dibuat.
Contohnya : H₂C₂O₄ . 2H₂O, Asam Benzoat (C₆H₅COOH), Na₂CO₃,
K₂Cr₂O₇, As₂O₃, KBrO₃, KIO₃, NaCl, dll.
Syarat-syarat baku primer :
Diketahui dengan pasti rumus molekulnya
Mudah didapat dalam keadaan murni dan mudah dimurnikan
Stabil, tidak mudah bereaksi dengan CO₂, cahaya dan uap air
Mempunyai Mr yang tinggi
b) Baku sekunder adalah bahan yang telah dibakukan sebelumnya
oleh baku primer kareana sifatnya yang tidak stabil, dan
kemudian digunakan untuk membakukan larutan standar. Contoh :
larutan natrium tiosulfat pada pembakuan larutan iodium.
Contoh larutan baku primer :
NaOH, H₂C₂O₄ (as. oksalat), C₆H₅COOH (as. benzoat), KHP
HCl, Na₂B₄O₇ (nat. tetraborat), Na₂CO₃ (nat. karbonat)
KMnO₄, H₂C₂O₄, As₂O₃ (arsen trioksida)
Iodium, As₂O₃, Na₂S₂O₃.5H₂O baku (nat. tio sulfat)
Serium (IV) Sulfat, As2O₃, serbuk Fe pa.
AgNO₃, NaCl, NH₄CNS
Na₂S₂O₃, K₂Cr₂O₇, KBrO₃, KIO₃
§ EDTA, CaCO₃ pa, Mg pa
Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik
akhir titrasi telah di capai. Umumnya indikator yang digunakan
adalah indikator azo dengan warna yang spesifik pada berbagai
perubahan pH.
Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan
reaksi secara stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan
standar.
Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi
perubahan warna pada indikator yang menunjukkan titik ekuivalen
reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar.
Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu
diteruskan dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan
titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu
senyawa. Pada kebanyakan titrasi titik ekuivalen ini tidak dapat
diamati, karena itu perlu bantuan senyawa lain yang dapat
menunjukkan saat titrasi harus dihentikan. Senyawa ini dinamakan
indikator.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan
analisisvolumetrik adalah sebagai berikut :
Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.
Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan
persamaan reaksi yang kuantitatif/stokiometrik.
Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen
tercapai, baik secara kimia maupun secara fisika.
Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan
kimia atau fisika. Indikator potensiometrik dapat pula
digunakan (Anwar Zinu, 2009).
B. Uraian Bahan
1. Aquadest (Farmakope Indonesia edisi III, hal : 96)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Air Suling
RM / BM : H2O / 18,02
Kelarutan : Larut dalam etahol gliser
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak
berbau; tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut
2. Asam Nitrat (Farmakope Indonesia edisi III, hal : 78)
Nama Resmi : ACIDUM NITRAS
Nama Lain : Asam Nitrat
RM / BM : HNO3 / 63
Kelarutan : -
Pemerian : Cairan berasap, jernih, tidak
berwarna
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pemberi suasana asam
3. Asam Klorida (Farmakope Indonesia edisi III, hal : 53)
Nama Resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama Lain : Asam Klorida
RM / BM : HCl / 36,46
Kelarutan : Larut dalam etanol, asam asetat,
tidak larut dalam air.
Pemerian : Cairan, tidak berwarna, berasap, bau
merangsangn jika diencerkan asap dan bau hilang.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Zat tambahan.
4. Asam Sulfat (Farmakope Indonesia edisi III, hal : 58 )
Nama Resmi : ACIDUM SULFURICUM
Nama Lain : Asam sulfat
RM / BM : H2SO4 / 98,07
Kelarutan : Jika ditambahkan kedalam air
menimbulkan panas
Pemerian : Cairan kental seperti minyak,
korosif, tidak berwarna
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Zat tambahan
5) Natrium Hidroksida (Farmakope Indonesia edisi III, hal : 142)
Nama Resmi : NATRII HYDROXDUM
Nama Lain : Natrium Hidroksida
RM / BM : NaOH / 40,00
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%).
Pemerian : Butiran, keras, rapuh, putih, meleleh, alkalis dan
korosif.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat tambahan
6) Asam Asetat (Farmakope Indonesia edisi III, hal : 650)
Nama Resmi : ACIDUM ACETICUM
Nama Lain : Asam asetat
RM / BM : C2 H4 O2 / 60,05
Kelarutan : Campur dengan air, etanol dan gliserol.
Pemerian : Jernih, tidak berwarna, bau menusuk, rasa asam,
tajam.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : zat tambahan
7) Natrium Karbonat (Farmakope Indonesia edisi III, hal : 400)
Nama Resmi : NATRII CARBONAS
Nama Lain : Natrium Karbonat
RM / BM : Na2CO3 / 124,00
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan air mendidih.
Pemerian : Serbuk hablur putih.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat tambahan, keratolitik
8) Natrium Tiosulfat (Farmakope Indonesia edisi III, hal : 428)
Nama Resmi : NATRII THOSULFAS
Nama Lain : Natrium Tiosulfat, hipo
RM / BM : Na2S2O3 / 248,17
Kelarutan : Larut dalam air dan praktis tidak larut dalam etanol
(95%).
Pemerian : Hablur besar, kasar dan tidak berwarna.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Antidotum sianida.
9) Ferri Nitrat (Farmakope Indonesia edisi IV, hal : 139)
Nama Resmi : FELLOROSI NITRAT
Nama Lain : Ferri Nitrat
RM / BM : Fe(NO3)3 / 242,00
Kelarutan : -
Pemerian : Serbuk putih keabu-abuan.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pereaksi dan zat uji
BAB III
METODE KERJA
A. Alat Dan Bahan
1. Alat-alat :
a. Botol Coklat 500 ml dan 1000 ml
b. Corong gelas
c. Erlenmeyer
d. Gelas ukur 10 ml, 100 ml
e. Gelas kimia 250 ml
f. Labu ukur 500 ml, 1000 ml
g. Pipet volume
h. Pipet tetes
i. Timbangan analitik
2. Bahan-bahan :
a. Aquadest
b. Bahan Padat :
· Ferri Nitrat
· Natrium Hidroksida
· Natrium Karbonat
· Natrium Tiosulfat
c. Bahan cair :
· Asam Asetat
· Asam Klorida
· Asam Nitrat
· Asam Sulfat
B. Cara Kerja
1. Disiapkan Alat dan bahan.
2. Untuk pembuatan Natrium Hidroksida 0,1 M ditimbang sebanyak 2
gram, setelah itu dimasukkan ke dalam gelas kimia atau erlenmeyer
dan larutkan dengan aquadest. Setelah itu dimasukkan ke dalam
labu ukur 500 ml dan tambahkan dimasukkan sampai tanda batas,
homogen dan masukkan kedalam botol dan beri label.
3. Untuk pembuatan Ferri Nitrat 0,1 M ditimbang sebanyak 12,1
gram, setelah itu dimasukkan ke dalam gelas kimia atau erlenmeyer
dan larutkan dengan aquadest. Setelah itu dimasukkan ke dalam
labu ukur 500 ml dan tambahkan dimasukkan sampai tanda batas,
homogen dan masukkan kedalam botol dan beri label.
4. Untuk pembuatan Natrium Karbonat 0,1 M ditimbang sebanyak 5,3
gram, setelah itu dimasukkan ke dalam gelas kimia atau erlenmeyer
dan larutkan dengan aquadest. Setelah itu dimasukkan ke dalam
labu ukur 500 ml dan tambahkan dimasukkan sampai tanda batas,
homogen dan masukkan kedalam botol dan beri label.
5. Untuk pembuatan Natrium Tiosulfatt 0,1 M ditimbang sebanyak
5,3 gram, setelah itu dimasukkan ke dalam gelas kimia atau
erlenmeyer dan larutkan dengan aquadest. Setelah itu dimasukkan
ke dalam labu ukur 500 ml dan tambahkan dimasukkan sampai tanda
batas, homogen dan masukkan kedalam botol dan beri label.
6. Untuk pembuatan Asam Sulfat 0,1 M dipipet sebanyak 2,7 ml,
setelah itu dimasukkan ke dalam gelas kimia atau erlenmeyer dan
larutkan dengan aquadest. Setelah itu dimasukkan ke dalam labu
ukur 500 ml dan tambahkan dimasukkan sampai tanda batas, homogen
dan masukkan kedalam botol dan beri label.
BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN
A. Tabel pengamatan
NOLARUTAN
BAKU
VOLUME
LARUTAN
JUMLAH
GRAM (gr) ml
1 NaOH 0,1 M 500 ml 22 Fe(NO3)3 0,1 M 500 ml 12,13 Na2CO3 0,1 M 500 ml 5,34 Na2S2O3 0,1 M 500 ml 7,95 HCl 0,1 M 500 ml 4,26 HNO3 0,1 M 500 ml 3,17 H2SO4 0,1 M 500 ml 2,78 CH3COOH 0,1 M 500 ml 2,9
B. Reaksi-Reaksi
NaOH → Na+ + OH -
Fe(NO3)3 → Fe3+ + NO3 -
Na2CO3 → Na+ + CO3 2-
Na2S2O3 → Na+ + S2O3 2-
HCl → H+ + Cl -
HNO3 → H+ + NO3 -
H2SO4 → H+ + SO4 2-
CH3COOH → H+ + CH3COO -
C. Pembahasan
Pembuatan larutan baku baik dengan cara penimbangan maupun
dengan cara pengukuran harus diketahui konsentrasinya bahan yang
digunakan secara pasti agar tidak terjadi kesalahan. Pada
penimbangan dilarutkan agar tidak terjadi kontaminasi oleh zat
lain.
Adapun kesalahan-kesalahan yang serimh terdadi pada
penimbangan larutan baku sebagai berikut :
1) Kesalahan pada saat penimbangan atau pengukuran zat.
2) Bahan yang digunakan sudah rusak.
3) Air suling yang sudah terkontaminasi dengan zat lain.
Larutan terbagi atas 2 bagian yaitu Pelarut (solvent) dan zat
tercampur (solute). Kelarutan terjadi karena gaya-gaya molekul
dua gas tercampur dan saling berbanding serta masing-masing
memiliki kelarutan. Untuk mendapatkan maasa zat padat yang akan
kita cari apabila konsentrasinya, volume, BM, BE maka menggunakan
rumus :
Sehingga Massa (g) = M. BM. V atau g= BE. V. M
Untuk mendapatkan volume zat cair yang akan dicari
dan apabila konsentrasinya, volume, BM, BE % kadar dapat
digunakan rumus :
Dan V1. M1 = V2. M2
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil penelitian di
laboratorium dapat disimpulkan :
· Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya telah
diketahui secara pasti.
· Larutan terdiri dari bahan padat dan cair.
Contoh :
Padat : NaOH, Fe(NO3)3 , Na2CO3, Na2S2O3
Cair : HCl, HNO3, H2SO4, CH3COOH
B. Saran
Kami sebagai praktikan sangat mengharapkan
bimbingan dan arahan dari pada para asisten dalam melakukan
praktikan walaupun dalam menyusun laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Zinu, 2009. Penuntun Praktikum Kimia Sekolah Menengah Kejuruan Farmasi
Yamasi : Makassar.
Benny Karyadi, 2010. Kimia : Jakarta.
Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia : Jakarta.
Dirjen POM, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia : Jakarta.
E. G. Jereme.L. Rossenberg, 2001.Kimia Dasar.
Isfar Anshary, 2002. Kimia I. Penerbit : Srikandi, Surakarta.
Ralph.H.Petrucci, 2001. Kimia Dasar, Jilid 2.
Tim dosen, 2012. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Universitas Indonesia
Timur : Makassar.
LAMPIRAN
A. Skema Kerja
1. Bahan-bahan Padat [NaOH, Fe(NO3)3 , Na2CO3, Na2S2O3]
2. Bahan-bahan Cair [HCl, HNO3, H2SO4, CH3COOH]
B. Perhitungan
1. NaOH 0,1 M 500 ml
g = M × BM × V
= 0,1 × 40 × 0,5
= 2 gr
2. Fe(NO3)3 0,1 M 500 ml
g = M × BM × V
= 0,1 × 242 × 0,5
= 12,1 gr
3. Na2CO3 0,1 M 500 ml
g = M × BM × V
= 0,1 × 106 × 0,5
= 5,3 gr
4. Na2S2O3 0,1 M 500 ml
g = M × BM × V
= 0,1 × 158 × 0,5
= 7,9 gr
5. H2SO4 0,1 M 500 ml
= 18,4 M
V1 × M1 = V2 × M2
V1 × 18.4 = 500 × 0,1
V1 =
= 2,7 ml
6. HNO3 0,1 M 500 ml
= 15,89 M
V1 × M1 = V2 × M2
V1 × 15,89 = 500 × 0,1
V1 =
= 3,1 ml
7. HCl 0,1 M 500 ml
= 11,96 M
V1 × M1 = V2 × M2
V1 × 11,96 = 500 × 0,1
V1 =
= 4,2 ml
8. CH3COOH 0,1 M 500 ml
= 17,4 M
V1 × M1 = V2 × M2
V1 × 17,4 = 500 × 0,1
V1 =
= 2,9 ml
Top Related