laringotomy
Transcript of laringotomy
BAB I
PENDAHULUAN
Laring adalah saluran pernapasan bagian atas dan merupakan
pangkal tenggorokan yang terdiri atas kepingan tulang rawan dan
terdapat celah menuju batang tenggorokan (trakea)yang disebut
glotis. Laring berfungsi untuk mengontrol ekspirasi dan
inspirasi, mencegah inhalasi benda-benda asing dan bersifat
esensial untuk pembentukan bunyi. Terjadinya abnormalitas pada
laring menyebabkan tejadinya gangguan fungsi-fungsi diatas.
Beberapa abnormalitas yang dapat terjadi pada laring antara lain
obstruksi laring yang dapat disebabkan akibat radang akut dan
radang kronis, benda asing, trauma akibat kecelakaan,
perkelahian, trauma akibat tindakan medis, tumor laring, baik
berupa tumor jinak atau pun tumor ganas. Abnormalitas tersebut
dapat diatasi dengan melakukan terapi. Terdapat dua jenis terapi
yaitu terapi medis dan terapi surgery. Terapi medis biasanya
menggunakan pembedahan untuk mengatasi abnormalitas sedangkan
terapi surgery membutuhkan pembedahan atau operasi untuk
memulihkan hewan kekeadaan normal.
Laryngotomy merupakan tindakan operasi yang dilakukan dengan
cara membuka dan memotong ke dalam laring dengan menggunakan
peralatan khusus. Laringotomi dapat dilakukan melalui pendekatan
ventral laryngotomy dan lateralisasi kartilago aritenoid. Hal
ini umum dilakukan pada ternak/hewan peliharaan yang mengalami
gangguan pernafasan dan berbagai abnormalitas seperti yang telah
1
disebutkan diatas seperti obstruksi laring, trauma, tumor pada
laring,dan kelumpuhan pada nervus rekurent.
BAB II
TUJUAN DAN MANFAAT TULISAN
2.1 Tujuan Penulisan
Mengetahui teknik operasi laryngotomy.
Mengetahui indikasi operasi laryngotomy.
Memenuhi tugas mata kuliah Bedah Khusus Veteriner Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Udayana.
2.2 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan paper ini yaitu agar mahasiswa lebih
memahami fungsi dan teknik dari perlakuan laryngotomy yang benar.
2
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Terminologi
Laryngotomy adalah prosedur operasi membuka dan memotong ke
dalam laring dengan menggunakan peralatan khusus, yang dilakukan
melalui sayatan langsung ke Laring adalah saluran pernapasan
bagian atas dan merupakan pangkal tenggorokan yang terdiri atas
kepingan tulang rawan dan terdapat celah menuju batang
tenggorokan (trakea)yang disebut glotis.
3
3.2 ANATOMI LARING
Laring adalah bagian dari saluran pernafasan bagian atas
yang merupakan suatu rangkaian tulang rawan yang berbentuk corong
dan terletak diantara regio kepala dan leher tepatnya pada caudal
orofaring, cranial trakea dan ventral laringofaring. Laring pada
umumnya selalu terbuka, hanya kadang-kadang saja tertutup bila
sedang menelan makanan.
Lokasi laring dapat ditentukan dengan inspeksi dan palpasi
dimana didapatkannya kartilago tiroid. Batas-batas laring berupa
sebelah kranial terdapat Aditus Laringeus yang berhubungan dengan
Hipofaring, di sebelah kaudal dibentuk oleh sisi inferior
kartilago krikoid dan berhubungan dengan trakea, di sebelah
posterior dipisahkan dari vertebra cervicalis oleh otot-otot
prevertebral, dinding dan cavum laringofaring serta disebelah
anterior ditutupi oleh fascia, jaringan lemak, dan kulit.
Laring berbentuk piramida triangular terbalik dengan dinding
kartilago tiroidea di sebelah atas dan kartilago krikoidea di
sebelah bawahnya. Os Hyoid dihubungkan dengan laring oleh
membrana tiroidea.
Gambar 3.1. Anatomi pada laring anjing.
4
3.3 KARTILAGO
3.3.1 Kartilago Tiroidea
Merupakan suatu kartilago hyalin yang membentuk dinding
anterior dan lateral laring, dan merupakan kartilago yang
terbesar. Terdiri dari 2 (dua) sayap (alae tiroidea) berbentuk
seperti perisai yang terbuka dibelakangnya tetapi bersatu di
bagian depan. Diatasnya terdapat lekukan yang disebut thyroid
notch atau incisura tiroidea, dimana di belakang atas membentuk
kornu superior yang dihubungkan dengan os hyoid oleh ligamentum
tiroidea lateralis, sedangkan di bagian bawah membentuk kornu
inferior yang berhubungan dengan permukaan posterolateral dari
kartilago krikoidea dan membentuk artikulasio krikoidea. Dengan
adanya artikulasio ini memungkinkan kartilago tiroidea dapat
terangkat ke atas. Di sebelah dalam perisai kartilago tiroidea
terdapat bagian dalam laring, yaitu : pita suara, ventrikel,
otot-otot dan ligamenta, kartilago aritenoidea, kuneiforme serta
kornikulata.
Permukaan luar ditutupi perikondrium yang tebal dan terdapat
suatu alur yang berjalan oblik dari bawah kornu superior ke
tuberkulum inferior. Alur ini merupakan tempat perlekatan
muskulus sternokleidomastoideus, muskulus tirohioideus dan
muskulus konstriktor faringeus inferior.
Permukaan dalamnya halus tetapi pertengahan antara incisura
tiroidea dan tepi bawah kartilago tiroidea perikondriumnya tipis,
5
merupakan tempat perlekatan tendo komisura anterior. Sedangkan
tangkai epiglotis melekat kira-kira 1 cm diatasnya oleh
ligamentum tiroepiglotika.
3.3.2 Kartilago Krikoidea
Kartilago ini merupakan bagian terbawah dari dinding laring.
Merupakan kartilago hialin yang berbentuk cincin stempel (signet
ring) dengan bagian alsanya terdapat di belakang. Bagian anterior
dan lateralnya relatif lebih sempit daripada bagian posterior.
Kartilago ini berhubungan dengan kartilago tiroidea tepatnya
dengan kornu inferior melalui membrana krikoidea (konus
elastikus) dan melalui artikulasio krikoaritenoidea. Di sebelah
bawah melekat dengan cincin trakea I melalui ligamentum
krikotiroidea. Pada keadaan darurat dapat dilakukan tindakan
trakeostomi emergensi atau krikotomi atau koniotomi pada konus
elastikus. Kartilago ini mengalami osifikasi setelah kartilago
tiroidea.
3.3.3 Kartilago Aritenoidea
Kartilago ini juga merupakan kartilago hyalin yang terdiri
dari sepasang kartilago berbentuk piramid 3 sisi dengan basis
berartikulasi dengan kartilago krikoidea, sehingga memungkinkan
pergerakan ke medio lateral dan gerakan rotasi. Dasar dari
piramid ini membentuk 2 tonjolan yaitu prosesus muskularis yang
merupakan tempat melekatnya m. krikoaritenoidea yang terletak di
posterolateral, dan di bagian anterior terdapat prosesus vokalis
6
tempat melekatnya ujung posterior pita suara. Pinggir
posterosuperior dari konus elastikus melekat ke prosesus vokalis.
Kartilago aritenoidea dapat bergerak ke arah dalam dan luar
dengan sumbu sentralnya tetap, karena ujung posterior pita suara
melekat pada prosesus vokalis dari aritenoid maka gerakan
kartilago ini dapat menyebabkan terbuka dan tertutupnya glotis.
3.3.4 Kartilago Epiglotis
Bentuk kartilago epiglotis seperti bet pingpong dan
membentuk dinding anterior aditus laringeus. Tangkainya disebut
petiolus dan dihubungkan oleh ligamentum tiroepiglotika ke
kartilago tiroidea di sebelah atas pita suara. Sedangkan bagian
atas menjulur di belakang korpus hyoid ke dalam lumen faring
sehingga membatasi basis lidah dan laring. Kartilago epiglotis
mempunyai fungsi sebagai pembatas yang mendorong makanan ke
sebelah menyebelah laring.
3.3.5 Kartilago Kornikulata
Merupakan kartilago fibroelastis dan kartilago kecil di atas
aritenoid serta di dalam plika ariepiglotika.
3.3.6 Kartilago Kuneiforme
Merupakan kartilago fibroelastis dan merupakan kartilago
kecil yang terletak di dalam plika ariepiglotika.
7
GAMBAR 3.2. Komponen dari laring.
3.4 LIGAMENTUM DAN MEMBRANA
Ligamentum dan membran laring terbagi atas 2 grup, yaitu 1. Ligamentum ekstrinsik , terdiri dari :
Membran tirohioid
Ligamentum tirohioid
Ligamentum tiroepiglotis
Ligamentum hioepiglotis
Ligamentum krikotrakeal
2. Ligamentum intrinsik, terdiri dari :
Membran quadrangularis
Ligamentum vestibular
Konus elastikus
Ligamentum krikotiroid media
Ligamentum vokalis
8
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Terminologi
Laryngotomy merupakan tindakan operasi membuka dan memotong ke
dalam laring dengan menggunakan peralatan khusus, seperti
Laryngotome. Laryngotomy dapat dibagi menjadi 2, yaitu
Laryngotomy Inferior dan Laryngotomy Median. Laryngotomy Median
melibatkan pemotongan tulang rawan tyroid. Laryngotomy Inferior
dapat disebut juga dengan Cricotyrotomy atau Thyrocricotomy dan
Cricothyroidotomy. Laryngotomy Median disebut juga Thyrotomy. Hal
ini umum dilakukan pada ternak/hewan peliharaan yang mengalami
gangguan pernafasan, menelan, produksi suara dan berbagai
abnormalitas seperti yang telah disebutkan diatas seperti
obstruksi laring, trauma, tumor pada laring,dan kelumpuhan pada
nervus rekurent.
4.2 Indikasi
Gangguan pernafasan
Gangguan menelan
Obstruksi laring
Trauma
Tumor
10
Paralisa laring
Gangguan suara
4.3 Anestesi
Pada hewan kecil anestesi yang digunakan adalah anestesi umum
sedangkan pada hewan besar seperti kuda digunakan anestesi local
dan sedative. Anastesi yang dilakukan pada kuda yaitu :
1. Premedikasi menggunakan xilazine 0,1-0,2 mg/kg bb intra
muscular
2. Anestesi Lokal infiltrasi lidocain 2%
3. Anestesi inhalasi halothan
4.4 Teknik operasi
4.4.1 Preoperasi
Tindakan preoperasi merupakan salah satu tindakan yang
sangat penting untuk keberhasilan suatu operasi. Suatu operasi
akan berjalan dengan baik tanpa ada hal-hal yang mengganggu
jalannya operasi dan menghambat kesembuhan luka apabila telah
dilakukan persiapan yang matang. Persiapan yang dilakukan sebelum
tindakan operasi antara lain adalah :
1. Persiapan alat, bahan, dan obat2. Persiapan ruang operasi3. Persiapan pasien4. Persiapan operator
11
4.4.2Teknik operasi
4.4.2.1 Pendekatan ventral laryongotomi
Pendekatan ini memberikan pembukaan yang lebih baik untuk
prosedur pada anjing kecil. hewan diposisikan pada dorsal
recumbency, dan diposisikan dengan baik ke meja operasi. Sayatan
kulit bagian ventral dibuat pada laring melalui midline. Otot
sternohyoideus dipisahkan dan ditarik ke lateral dengan retraktor
Gelpi. Membran krikotiroid dan tulang rawan tiroid di insisi pada
garis tengah, dan ujung-ujungnya ditarik dengan forceps Gelpi
kecil untuk mengekspos tulang rawan arytenoid dan vocal fold.
Setelah itu melakukan insisi pada mukosa corniculate, cuneiform,
dan proses vokal dari satu arytenoid tulang rawan. Setiap mukosa
berlebihan yang dipotong, dan mukosa dijahit untuk mengurangi
produksi jaringan granulasi dan meningkatkan ukuran jalan udara.
Penutupan mukosa yang dilakukan menggunakan benang absorbable (
5-0 atau 6-0) dengan pola menerus. Sayatan kartilago tiroid
dijahit dengan benang non absorbable dan pola terputus yang tidak
menembus lumen laring untuk mencegah utama dari tepi tulang
rawan. jaringan subkutan di tutup dengan jahitan continuous dan
kulit ditutup dengan jahitan simple interrupted. Bersihkan dengan
antiseptic dengan alcohol. Berikan antibiotic local dan sistemik
pada akhir operasi.
12
4.4.2.2 Lateralisasi cartilage arytenoid
Hewan diberikan anastesi umum
Hewan tersebut diposisikan dalam posisi lateral recumbency
untuk melakukan lateralisasi unilateral, dan sayatan kulit
dibuat sepanjang ventral alur jugularis laring.
Otot sternohyoid ditarik kembali bagian ventral untuk
mengekspos aspek lateral tiroid dan tulang rawan krikoid.
Laring diputar untuk mengekspos otot thyropharyngeal, yang
ditranseksi pada tepi dorsocaudal dari tulang rawan
tiroid.
Sayap (alae) tulang rawan tiroid ditarik ke lateral, dan
persimpangan krikotiroid (krikotiroid junction) dilakukan
penorehan. Sayatan dari sendi krikotiroid memberikan
eksposur yang lebih baik, tetapi tidak selalu dilakukan.
Transeksi mungkin mengurangi diameter dari glottidis rima
setelah penarikan arytenoid.
Otot cricoarytenoideus dorsalis atau bagian kiri dari
jaringan fibrosa dilakukan incisi dan transeksi.
Artikulasi Cricoarytenoid dipotong dari kaudal ke kranial
dengan menggunakan gunting Metzenbaum.
Tulang rawan arytenoid dijahit ke bagian caudo-dorsal
kartilago krikoid dengan benang nonabsorbable dengan pola
jahitan terputus sederhana. Dalam pemilihan bahan benang
untuk penjahitan, tidak boleh terlalu besar agar tidak
menganggu saluran pernafasan (contoh pada kucing
menggunakan ukuran benang nonabsorbable 3-0 atau 4-0)
14
tulang rawan arytenoid hanya perlu dipertahankan dalam
posisi dan stabil pada inspirasi.
Luka ditutup dengan menjahit otot thyropharyngeal dengan
pola terputus menggunakan benang absorable (cat gut 2 -0)
Dilanjutkan penjahitan dengan pola simple kontinue untuk
menutup jaringan subkutan menggunakan benang absorable
(cat gut 2 -0)
kulit dijahit dengan pola terputus menggunakan benang
nonabsorbable
Bekas jahitan / daerah incisi diberikan providone iodin
10% dan dibalut dengan perban.
Pasca Operasi diberikan antibiotik broad spectrum maksimal
selama 5 hari
4.4.3 Post Operasi
Meliputi pengobatan, perawatan, dan observasi
1. Bekas incisi dari Laryngotomy dibersihkan 2 kali
sehari selama 14 hari. Jahitan diambil setelah 12-
14 hari.
2. Pembersihan kandang agar tidakterjadi infeksi.
3. Fenylbutason diberikan selama 3-5 hari setiap 24
jam.
15
Bab V
Kesimpulan dan saran
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, penulis menyimpulkan :
1. Laryngotomy merupakan tindakan operasi yang dilakukan cara membuka dan memotong ke dalam laring dengan menggunakan peralatan khusus
16
2. Laringotomi dapat dilakukan melalui pendekatan ventral laryngotomy dan lateralisasi kartilago aritenoid.
5.2 Saran
Teknik laryngotomy harus dilakukan sebaik mungkin dan sesuai
prosedur yang ditetapkan sehingga dalam penanganannya pasien
dapat kembali normal, serta perawatan pasca operasi harus sangat
diperhatikan guna mempercepatpemulihan dari kondisi pasien.
Daftar Pustaka
17