PRIN
-
Upload
iaincirebon -
Category
Documents
-
view
11 -
download
0
Transcript of PRIN
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan, seperti sifat sasarannya yaitu
manusia, mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat
kompleks. Karena sifatnya yang kompleks itu, maka tidak
sebuah batasan pun yang cukup memadai untuk menjelaskan
arti pendidikan secara lengkap. Batasan tentang
pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam,
dan kandungannya berbeda yang satu dengan yang lain.
Perbedaan tersebut mungkin karena orientasinya, konsep
dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan,
karena falsafah yang melandasinya.
Beberapa kritik yang ditujukan cara pendidik
mengajar yang terlalu menekankan pada penguasaan
konsep. Penumpukan konsep pada siswa dapat saja kurang
bermanfaat bahkan tidak bermanfaat sama sekali. Kalau
hal tersebut hanya dikomunikasikan oleh guru kepada
siswa melalui satu arah seperti menuang air ke dalam
1
sebuah gelas, Rampengan 1993 : 1 (dalam Trianto, 2011 :
89). Tidak dapat diragukan lagi kebenarannya, bahwa
konsep merupakan suatu hal yang sangat penting, namun
bukan terletak pada konsep itu sendiri, tetapi terletak
pada bagaimana konsep itu diterima oleh siswa dengan
baik kemudian diimplementasikan dalam kehidupan sehari-
hari. Pentingnya pemahaman konsep dalam proses mengajar
sangat mempengaruhi sikap, keputusan, dan cara-cara
memecahkan masalah. Untuk itu yang terpenting terjadi
belajar yang bermakna dan tidak hanya seperti menuang
air dalam gelas pada siswa.
Kenyataan di lapangan siswa hanya menghafal konsep
dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut dalam
kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang
dimiliki. Lebih jauh lagi, bahwa siswa kurang mampu
menentukan masalah dan merumuskannya. Berbicara
mengenai proses pembelajaran dan pengajaran, apalagi
dikaitkan dengan pemahaman siswa terhadap materi ajar.
Walaupun demikian, kita menyadari bahwa ada siswa yang
2
mampu memiliki tingkat hafalan yang baik terhadap
materi yang diterimanya. Namun kenyataan mereka sering
kurang memahami dan mengerti secara mendalam
pengetahuan yang bersifat hafalan tersebut, Depdiknas
2002 : 1 (dalam Trianto, 2011 : 90).
Pemahaman yang dimaksud ini adalah pemahaman siswa
terhadap dasar kualitatif di mana fakta-fakta saling
berkaitan dengan kemampuan untuk menggunakan
pengetahuan tersebut dalam situasi baru. Sebagian besar
siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang mereka
pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan
dimanfaatkan atau diaplikasikan pada kehidupan sehari-
hari.
Ada banyak upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan mutu suatu pendidikan. Salah satu upaya
untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah melalui
peningkatan kualitas pembelajaran yang sebagian besar
ditentukan oleh pembelajaran yang direncanakan dan
dilaksanakan oleh para pengajar. Selain itu, tolak ukur
3
keberhasilan proses pembelajaran juga sangat ditentukan
oleh faktor guru sebagai pengajar, yang dimaksudkan
dalam hal ini adalah murid, sarana dan prasarana
belajar yang tersedia, keadaan kelas, serta metode
pembelajaran yang digunakan.
Pembelajaran merupakan ciri pendekatan
kontekstual. Landasan berfikir KTSP adalah
konstruktivis yang esensinya adalah siswa harus
menemukan dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan di
benak sendiri dan memberi makna melalui pengalaman
nyata. Pelajaran akan bermakna bila dikaitkan dengan
konteks kehidupan nyata. Beberapa permasalahan yang
menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa
diantaranya, pertama dalam pembelajaran yang
dilaksanakan di kelas kurang memperhatikan pengetahuan
awal siswa, serta guru kurang maksimal dalam menggali
pengetahuan siswa yang relevan dengan materi yang akan
dikaji, hal ini menyebabkan siswa tidak mampu
melaksanakan allegoris secara maksimal.
4
Kedua, proses pembelajaran masih berpusat pada
guru yang menyebabkan siswa kurang ikut berpartisipasi
dalam kegiatan proses pembelajaran. hal itu akan
menjadikan suasana dalam proses pembelajaran tidak
menyenangkan dan menggairahkan, sehingga berdampak pada
prestasi belajar siswa yang kurang memuaskan. Padahal
guru memiliki kemampuan untuk mengembangkan interaksi
belajar, sehingga siswa terlibat aktif dalam proses
pembelajaran.
Ketiga, siswa kurang mampu untuk melakukan
analisis dan sintesis terhadap permasalahan yang
diberikan. Hal ini terlihat jarangnya siswa untuk
memberikan penjelasan terhadap konsep yang diberikan.
Guru juga jarang memberikan siswa kesempatan untuk
mengembangkan pengetahuannya dalam proses pembelajaran
yang mengakibatkan rendahnya prestasi belajar siswa
khususnya pada mata pelajaran IPA.
Sebagai upaya untuk meminimalisasi permasalahan
yang ditemukan dan untuk meningkatkan hasil belajar
5
siswa, maka diterapkan salah satu tipe dari model
pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran
kooperatif tipe MURDER. Alasan mengapa model ini
dipilih adalah karena sesuai dengan kondisi siswa yang
heterogen, dan dalam kegiatan pembelajaran jarang
digunakan sistem kelompok. Hal ini yang mendukung
adalah karena keunggulan dari model itu sendiri.
Model pembelajaran koopertaif tipe MURDER, guru
membentuk kelompok dengan kemampuan, maupun jenis
kelamin yang heterogen. Model ini menuntut siswa
sendiri aktif dalam membangun pengetahuannya. Lebih
menekankan pada aktivitas siswa dalam menemukan konsep-
konsep yang didiskusikan, dan guru berperan sebagai
mediator, fasilitator, dan motivator yang
mengkondisikan suasana dan mengorganisasikan siswa
untuk dapat membangun pengetahuannya.
Model pembelajaran kooperatif tipe MURDER
mempunyai enam langkah yaitu: 1) Mood (Suasana Hati),
2)Understand (Pemahaman), 3) Recall (Pengulangan), 4)
6
Detect (Penelaahan), 5) Elaborate (Pengembangan), 6)
Review (Meninjau Kembali). Dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe MURDER, maka model ini
akan memberikan pengaruh positif terhadap pembelajaran
IPA. Berdasarkan langkah model pembelajaran MURDER,
Mood akan menuntun anggota kelompok dalam mempersiapkan
diri seoptimal mungkin dan guru berusaha mengkondisikan
siswa pada situsi belajar yang nyaman. Understand akan
mengarahkan anggota kelompok untuk mencermati poin-
poin dalam suatu masalah. Recall akan menuntun
anggota kelompok untuk memberikan sajian lisan terhadap
materi yang diberikan oleh anggota kelompok lain.
Detect akan menuntun anggota kelompok untuk mendeteksi
apa yang dilakukan oleh anggota kelompok lain terhadap
munculnya kesalahan atau kealfaan catatan. Elaborate
anggota kelompok memberikan contoh atau aplikasi materi
yang telah dibaca. Review menuntun anggota kelompok
untuk melakukan peninjauan kembali terhadap langkah
Mood, Understand, Recall, Detect, Elaborate. Langkah Review akan
7
memberikan kesempatan kepada masing-masing anggota
kelompok untuk memperoleh struktur pengetahuan baru
yang merupakan hasil refleksi dari pengetahuan
sebelumnya (Sagala, 2008).
Model pembelajaran ini juga dapat menjadikan
pembelajaran lebih bermakna dan tuntas serta dapat
menciptakan iklim pembelajaran konstruktivis dimana
siswa akan dapat mengajukan ide-ide, pertanyaan-
pertanyaan, serta keberanian mempersoalkan sesuatu yang
belum jelas.
Keterampilan berfikir kreatif dapat diterapkan
pada berbagai bidang atau lintas disiplin ilmu. Oleh
karena itu, pengembangan keterampilan berfikir kreatif
merupakan orientasi pendidikan yang cocok dalam situasi
kehidupan yang mengalami perubahan yang sangat cepat,
(Zuchdi, 2008 : 124).
Dunia pendidikan bila terjadi proses belajar, maka
bersama itu pula terjadi proses mengajar. Dalam proses
belajar mengajar terjadi interaksi antara guru dengan
8
siswa dan interaksi itu dapat berbagai macam cara.
Apalagi sekarang banyak sekali metode-metode
pembelajaran yang dapat menjadikan proses belajar
mengajar lebih bervariasi dan diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Karena dengan metode
pembelajaran yang menyenangkan dapat menjadi proses
belajar menjadi tidak cepat bosan dan tidak cepat
jenuh, yang paling penting bagaimana siswa dapat
berperan aktif didalam pembelajaran dan berfikir
kreatif untuk bertanggungjawab akan pembelanjarannya
secara individu dan kelompok, meringkas pembelajaran
melalui pemahaman ide-ide utama materi yang dipelajari,
sehingga proses mengingat informasi akan menjadi lebih
efisien.
Pembelajaran yang akan menggunakan cara berfikir
kreatif siswa yang akan memberikan kemasan pembelajaran
yang lebih inovatif pada materi pencemaran lingkungan
pada kelas X di SMA N 1 Jamblang, di SMA N 1 Jamblang
nilai KKM yang ditetapkan tahun pelajaran 2012 pada
9
kelas X sebesar 70, angka ini menunjukkan standar
penilaian yang cukup tinggi pada mata pelajaran biologi
sehingga, siswa harus mencapai nilai tersebut apabila
mau tuntas dalam materi biologi. Pemilihan materi
pencemaran lingkungan disini dikarenakan banyak peluang
untuk dapat membangkitkan kreativitas siswa untuk dapat
mengeksplor kemampuan mereka untuk dapat menyelesaikan
permasalahan yang ada disekitar lingkungan mereka.
Oleh karena itu pembaharuan dalam proses
pembelajaran yang dapat menimbulkan berfikir tingkat
tinggi pada siswa dapat membangkitkan suasana belajar
dan daya saing diantara siswa dapat berjalan dengan
baik dan akan menghasilkan hasil yang optimal
dikarenakan, proses pembelajaran yang ada di SMA N 1
Jamblang belum secara penuh menggarap potensi kemampuan
siswa untuk dapat berpartisipasi dalam proses
pembelajaran sehingga mereka dapat menemukan sesuatu
yang baru dalam hidupnya, disini guru biologi belum
banyak mencoba beberapa metode yang digunakan dalam
10
proses pembelajaran, sehingga kurang membangkitkan
semangat dan daya berfikir kreatif siswa dalam
pembelajaran, maka perlunya metode yang tepat dan
bervariasi untuk dapat melihat dan mengeksplor
kemampuan siswa untuk dapat mengasah kemampuan setiap
individu. Sehingga penulis mengambil judul “Penerapan
Model Pembelajaran MURDER Terhadap Peningkatkan
Keterampilan Berfikir Kreatif Siswa Pada Pokok Bahasan
Pencemaran Lingkungan Pada Kelas X di SMA N 1
Jamblang”.
B. Rumusan Masalah
Untuk mempermudah mengetahui penjelasan yang ada
dalam skripsi ini, maka penulis membagi pada tiga
bagian, yaitu :
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan upaya untuk
mengerucutkan agar permasalahan menjadi lebih
jelas, hingga akhirnya dibagi menjadi tiga bagian
11
lagi yaitu :
a. Wilayah Penelitian
Wilayah kajian dalam penelitian ini berupa model
pembelajaran biologi, adapun penelitian dalam
proposal ini adalah tentang penerapan model
pembelajaran MURDER terhadap peningkatkan
keterampilan berfikir kreatif siswa pada materi
pencemaran lingkungan pada kelas X di SMAN 1
Jamblang.
b. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan teoritik
yang diambil dari sejumlah referensi yang
relavan dan Empirik yaitu menggunakan studi
lapangan yang terkait dengan judul proposal.
c. Jenis Masalah
Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah
penerapan model MURDER terhadap peningkatkan
12
keterampilan berfikir kreatif siswa pada materi
ekosistem pada kelas X di SMAN 1 Jamblang.
2. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah
sebagai berikut :
a. Model MURDER yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah suatu penggunaan model dalam kegiatan
pembelajaran dengan jalan melatih siswa
menghadapi berbagai masalah yang ada dengan
orientasi pembelajaran seperti observasi
langsung, analisis video, diskusi dan
presentasi. Permasalahan yang harus diselesaikan
sudah diciptakan oleh guru untuk dipecahkan
secara bersama-sama seperti menentukan
perbedaaan jenis pencemaran lingkungan,
menganalisis video peristiwa pembuangan limbah
pabrik dan produk dari limbah.
13
b. Berfikir kreatif yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah perilaku yang memiliki
daya cipta, kemampuan untuk menciptakan dan
mengungkapkan gagasan baru dalam memahami suatu
konsep pencemaran lingkungan dan kemampuan
mengungkapkan gagasan baru dalam menyelesaikan
masalah, Poerwodarminto,2002: 599, (dalam Sri
Wulan : 2010). Sedangkan indikator berfikir
kreatif yang digunakan adalah Indikator berfikir
kreatif menurut Torrence (1968) dalam Lawson A
(1980 : 243). Sedangkan dalam penelitian ini
siswa dituntut untuk dapat berfikir kreatif
seperti membuat produk dari limbah, dapat
membedakan jenis-jenis pencemaran lingkungan.
3. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut :
14
a. Bagaimanakah penerapan model MURDER terhadap
peningkatkan keterampilan berfikir kreatif siswa
pada materi pencemaran lingkungan pada kelas X
di SMAN 1 Jamblang ?
b. Adakah perbedaan pembelajaran antara kelas
yang menggunakan penerapan model MURDER dengan
menggunakan penerapan metode ceramah terhadap
peningkatkan keterampilan berfikir kreatif siswa
pada materi pencemaran lingkungan pada kelas X
di SMAN 1 Jamblang?
c. Bagaimana respon siswa dalam penerapan model
MURDER terhadap peningkatkan keterampilan
berfikir kreatif siswa pada materi pencemaran
lingkungan pada kelas X di SMAN 1 Jamblang ?
C. Tujuan Penelitian
15
Adapun penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk :
1. Untuk mengkaji penerapan model MURDER terhadap
peningkatkan keterampilan berfikir kreatif siswa
pada materi pencemaran lingkungan pada kelas X di
SMAN 1 Jamblang.
2. Untuk mengkaji seberapa besar perbedaaan
pembelajaran dengan penerapan model MURDER
terhadap peningkatkan keterampilan berfikir
kreatif siswa pada materi pencemaran lingkungan
pada kelas X di SMAN 1 Jamblang.
3. Untuk mengkaji respon siswa melalui penerapan
model MURDER terhadap peningkatkan keterampilan
berfikir kreatif siswa pada materi pencemaran
lingkungan pada kelas X di SMAN 1 Jamblang.
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
gambaran tentang proses pembelajaran yang berbasis
16
berfikir kreatif siswa untuk dapat meningkatkan
daya berfikir tingkat tinggi sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Dan melatih
untuk berfikir dalam mempertanggungjawabkan akan
pembelajarannya secara mandiri dan kelompok,
meringkas pembelajaran melalui pemahaman ide-ide
utama materi yang dipelajari, sehingga proses
mengingat informasi akan menjadi lebih efisien.
2. Untuk Guru
Diharapkan dapat memberikan kontribusi positif
bagi para pendidik, khususnya bagi para guru
biologi untuk dapat menerapkan metode berfikir
kreatif dalam proses pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan daya saing diantara mereka dan
merencanakan strategi pembelajaran baru yang dapat
meningkatkan kemampuan berfikir siswa.
3. Untuk Lembaga
Dengan penerapan model kooperatif MURDER terhadap
peningkatkan keterampilan berfikir kreatif siswa
17
pada materi pencemaran lingkungan dapat memberikan
sumbangan informasi yang efektif menjadi wacana
dan tolak ukur bagi para insan pendidikan untuk
dapat membiasakan berfikir kreatif dalam kehidupan
sehari-hari.
E. Kerangka Berfikir
Dalam proses belajar mengajar merupakan suatu
kegiatan yang terpadu karena adanya interaksi antara
guru dengan siswa dan siswa dengan siswa lainnya pada
saat proses pembelajaran berlangsung. Pada dasarnya
belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan
adanya perubahan diri seseorang. Perubahan sebagai
hasil belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk
seperti berubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan
tingkah lakunya, keterampilannya, kecapakan dan
kemampuannya, daya kreasinya, daya penerimaannya dan
aspek lain yang ada pada diri individu, (Sudjana,
2002 : 28).
18
Upaya untuk meningkatkan keterampilan berfikir
kreatif siswa tidak terlepas dari adanya interaksi yang
baik antara siswa dan guru dalam proses pembelajaran,
guru harus memikirkan cara bagaimana terjadinya
interaksi yang aktif dimana tercipta suatu lingkungan
belajar yang dapat menguatkan keterampilan berfikir
siswa dalam hal ini guru hanya bertindak sebagai
fasilitator dari pada sumber informasi primer. Oleh
karena itu pola berfikir tersebut perlu dikembangkan di
sekolah dan kemudian diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari.
Model pembelajaran kooperatif tipe MURDER
mempunyai enam langkah yaitu: 1) Mood (Suasana
Hati), 2)Understand (Pemahaman), 3) Recall
(Pengulangan), 4) Detect (Penelaahan), 5) Elaborate
(Pengembangan), 6) Review (Meninjau Kembali). Dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe MURDER,
maka model ini akan memberikan pengaruh positif
terhadap Pembelajaran Biologi.
19
Berdasarkan langkah model pembelajaran MURDER,
Mood akan menuntun anggota kelompok dalam
mempersiapkan diri seoptimal mungkin dan guru berusaha
mengkondisikan siswa pada situsi belajar yang nyaman.
Understand akan mengarahkan anggota kelompok untuk
mencermati poin-poin dalam suatu masalah. Recall akan
menuntun anggota kelompok untuk memberikan sajian lisan
terhadap materi yang diberikan oleh anggota kelompok
lain. Detect akan menuntun anggota kelompok untuk
mendeteksi apa yang dilakukan oleh anggota kelompok
lain terhadap munculnya kesalahan atau kealfaan
catatan. Elaborate anggota kelompok memberikan contoh
atau aplikasi materi yang telah dibaca. Review menuntun
anggota kelompok untuk melakukan peninjauan kembali
terhadap langkah Mood, Understand, Recall, Detect,
Elaborate. Langkah Review akan memberikan kesempatan
kepada masing-masing anggota kelompok untuk memperoleh
struktur pengetahuan baru yang merupakan hasil refleksi
dari pengetahuan sebelumnya (Sagala, 2008).
20
Dalam hal ini guru menyiapkan materi tentang
pencemaran lingkungan, kemudian para siswa dibagi
menjadi beberapa kelompok kecil untuk melakukan
observasi di lingkungan sekolah, yang tempatnya telah
diatur oleh guru, mereka mencatat tentang jenis-jenis
pencemaran lingkunan dan penyebab pencemaran tersebut.
Observasi lapangan ini dilakukan oleh kelas ekperimen
saja sedangkan kelas kontrol proses pembelajaran dengan
menggunakan metode ceramah.
Sebelum proses pembelajaran dimulai dan untuk
mengetahui kemampuan kognitif siswa maka akan dilakukan
pretest diawal proses pembelajaran, sehingga akan
didapatkan hasil kemampuan siswa dalam memahami materi
pencemaran lingkungan. Hasil observasi akan dijadikan
bahan diskusi dan presentasi bagi siswa dan mencoba
menyelesaikan masalah yang ada di lingkungan sekolah
untuk dapat di pecahkan secara kreatif.
Aspek kreativitas dan kemampuan masalah yang harus
dikembangkan oleh siswa menunjukkan bahwa kemampuan
21
pemecahan masalah sangat penting dalam mencari jawaban
dan jalan keluarnya untuk menyelesaikan masalah,
sedangkan ciri-ciri pembelajaran pemecahan masalah
yaitu: pengajuan pertanyaan atau masalah oleh siswa
untuk dapat mengungkapkan ide kreatifnya, memusatkan
keterkaitan antara disiplin, penyelidikan auntentik,
kerjasama dan menghasilkan karya, maka pembelajaran
pemecahan masalah ini sesuai jika diterapkan untuk
mewujudkan tujuan pembelajaran biologi.
Berdasarkan tahapan-tahapan dalam pembelajaran
pemecahan masalah yang, mengembangkan dan menyajikan
hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi hasil
pemecahan masalah. Maka dimungkinkan munculnya ide-ide
siswa dalam menanggapi dan menyelesaikan permasalahan
yang bermakna dan berkualitas kreativitas siswa dapat
muncul dan berkembang, seperti contoh siswa dapat
membedakan jenis pencemaran lingkungan, siswa dapat
mengetahui penyebab pencemaran lingkungan, siswa dapat
menganalisis dampak pencemaran lingkungan dari video
22
yang ditayangkan, siswa mampu membuat produk daur ulang
limbah dan laporan hasil pengamatan sebagai hasil karya
cipta dari berfikir kreatif yang berupa produk.
23
KelasEksperimen
KelasKontrol
Pre TestMateri
PencemaranMetodeCeramah
Model MURDER
Pembuatan Produk
Diskusi/Presenta
Observasi
Post Test
ProsesPembelajaran
MateriPembelajaran
Guru
Siswa
Gambar 1.1 : Bagan Kerangka Pemikiran
F. Hipotesis
Ha : Terdapat perbedaaan keterampilan berfikir
kreatif siswa yang menerapkan model pembelajaran
kooperatif MURDER dengan siswa yang menerapkan
metode ceramah pada materi pencemaran lingkungan
kelas X di SMAN 1 Jamblang.
BAB II
24
KeterampilanBerfikir
TINJAUAN PUSTAKA
A. Model MURDER
1. Definisi Model MURDER
Pembelajaran kooperatif MURDER merupakan
pembelajaran yang diadaptasi dari buku karya Bob
Nelson “The Complete Problem Solver” yang
merupakan gabungan dari beberapa kata yang
meliputi:
a. Mood (Suasana Hati)
Mood adalah istilah bahasa inggris yang artinya
suasana hati. Dalam belajar suasana hati yang
positif bisa menciptakan semangat belajar sehingga
konsentrasi belajar dapat dicapai semaksimal
mungkin dan dapat menyerap apa yang telah
dipelajari. Oleh karena itu, jika suasana hati
tidak mendukung, maka semua konsentrasi akan
dibuyarkan dengan pikiran-pikiran yang tidak
25
penting untuk difikirkan. Ciptakan suasana hati
yang positif ketika kita belajar sebuah ilmu.
Proses pembelajaran adalah proses yang dapat
mengembangkan seluruh potensi siswa. Seluruh
potensi itu hanya mungkin dapat berkembang
manakalah siswa terbebas dari rasa takut dan
menegangkan. Kecerdasan emosional ini berkaitan
dengan pandangan kita tentang kehidupan, kemampuan
kita bergembira, sendirian dan dengan orang lain,
serta keseluruhan rasa puas dan kecewa yang kita
rasakan. Hamzah (2006: 82) menyatakan bahwa
suasana hati umum juga memiliki dua skala, yaitu
sebagai berikut:
1) Optimisme, yaitu kemampuan untuk mempertahankan
sikap positif yang realistis terutama dalam
menghadapi masa-masa sulit. Dalam pengertian
luas, optimisme berarti makna kemampuan melihat
sisi tentang kehidupan dan memelihara sikap
positif, sekalipun kita berada dalam kesulitan.
26
Optimisme mengasumsikan adanya harapan dalam
cara orang menghadapi kehidupan.
2) Kebahagiaan, yaitu kemampuan untuk mensyukuri
kehidupan, menyukai diri sendiri dan orang
lain, dan untuk bersemangat serta bergairah
dalam melakukan setiap kegiatan.
Oleh karena itu perlu diupayakan agar proses
pembelajaran merupakan proses yang menyenangkan
bisa dilakukan, pertama, dengan menata ruangan
yang apik dan menarik, yaitu yang memenuhi unsur-
unsur kesehatan, kedua, melalui pengelolaan yang
hidup dan bervariasi yakni dengan menggunakan pola
dan model pembelajaran, media dan sumber belajar
yang relevan.
b. Understand (Pemahaman)
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia yang
diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
pemahaman adalah mengerti benar atau mengetahui
benar. Pemahaman dapat diartikan juga menguasai
27
tertentu dengan pikiran, maka belajar berarti
harus mengerti secara mental makna dan
filosofisnya, maksud dan implikasi serta aplikasi-
aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa memahami
suatu situasi. Hal ini sangat penting bagi siswa
yang belajar. Memahami maksudnya, menangkap
maknanya, adalah tujuan akhir dari setiap
mengajar. Pemahaman memiliki arti mendasar yang
meletakan bagian-bagian belajar pada proporsinya.
Tanpa itu, maka skill pengetahuan dan sikap tidak
akan bermakna.
Dalam belajar unsur pemahaman itu tidak dapat
dipisahkan dari unsur-unsur yang lain. Dengan
motivasi, konsentrasi dan reaksi, maka siswa dapat
mengembangkan fakta-fakta, ide-ide atau skill
kemudian dengan unsur organisasi, maka subyek
belajar dapat menata hal- hal tersebut secara
bertautan bersama menjadi suatu pola yang logis,
karena mempelajari sejumlah data sebagaimana
28
adanya, secara bertingkat atau angsur-angsur,
siswa mulai memahami artinya dan implikasi dari
persoalan-persoalan secara keseluruhan.
Perlu diingat bahwa pemahaman tidak hanya
sekedar tahu akan tetapi juga menghendaki agar
siswa dapat memanfaatkan bahan-bahan yang telah
dipelajari dan dipahami, kalau sudah demikian maka
belajar itu bersifat mendasar. Pemahaman lebih
tinggi satu tingkat dari pengetahuan. Pemahaman
memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti
dari suatu konsep.
Kemudian perlu ditegaskan bahwa pemahaman
bersifat dinamis, dengan ini diharapkan akan
bersifat kreatif. Ia akan menghasilkan imajinasi
dan pikiran yang tenang, akan tetapi apabila
subyek belajar betul-betul memahami materi yang
disampaikan oleh gurunya, maka mereka akan siap
memberikan jawaban-jawaban yang pasti atas
29
partanyaan-pertanyaan atau berbagai masalah dalam
belajar (Sardiman, 1996: 42-45).
Dalam memahami suatu materi, harus konsentrasi
secara penuh terhadap materi tersebut dengan cara
memahami tiap-tiap kalimat dan mencerna maksud
dari kalimat tersebut. Bisa juga dengan
membanyangkan secara langsung hal yang terjadi
dalam kalimat tersebut dan hendaknya mengikuti
secara runtun aliran suatu materi dengan seksama
karena jika satu materi saja terlewat maka pada
materi berikutnya kemungkinan besar akan sulit
memahaminya.
c. Recall (Pengulangan)
Mengulang adalah usaha aktif untuk memasukkan
informasi kedalam ingatan jangka panjang. Ini
dapat dilakukan dengan “mengikat” fakta kedalam
ingatan visual, auditorial, atau fisik. Otak
banyak memiliki perangkat ingatan. Semakin banyak
perangkat (indra) yang dilibatkan, semakin baik
30
pula sebuah informasi baru tercatat. Me-recall
tidak hanya terhadap pengetahuan tentang fakta,
tetapi juga mengingat akan konsep yang luas,
generalisasi yang telah didistribusikan, definisi,
metode dalam mendekati masalah. Me-recall,
bertujuan agar siswa memiliki kesempatan untuk
membentuk atau menyusun kembali imformasi yang
telah mereka terima (Jamarah, 2005: 108) .
Orang yang tidak mengulang saat belajar
senantiasa memasukkan informasi baru tersebut
lepas. Itu membuat belajar menjadi sulit karena
akan ada lebih sedikit kata dalam otak yang dapat
digunakan untuk mengaitkan atau mengasosiasikan
sejumlah informasi baru berikutnya.
Kegiatan mengulang ini bisa dilakukan setelah
mendapatkan materi tersebut, dapat dilakukan pada
waktu sepulang sekolah, waktu istirahat, dan
diwaktu-waktu senggang lainnya. Pada kegiatan
31
mengulang ini dapat dengan cara membaca ulang
sesuai dengan materi yang telah diberikan,
kemudian merangkumnya dengan bahasa sendiri yang
mudah dipahami. Sehingga secara tidak langsung
membaca sekaligus menghafal materi yang telah
dipelajari.
d. Digest (Penelaahan)
Keberhasilan suatu proses pengajaran diukur
sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran
yang disampaikan guru. Isi atau materi pelajaran
merupakan komponen kedua dalam sistem
pembelajaran. Dalam konteks tertentu, materi
pelajaran merupakan inti dalam proses
pembelajaran. Artinya, sering terjadi proses
pembelajaran diartikan sebagai proses penyampaian
materi. Hal ini bisa dibenarkan manakalah tujuan
utama pembelajaran adalah penguasaan materi
pembelajaran (subject centere teaching). Untuk
dapat menguasai materi pelajaran siswa tidak hanya
32
berpedoman pada satu buku, karena pada dasarnya
ada berbagai sumber yang bisa dijadikan sumber
untuk memperoleh pengetahuan.
Sanjaya (2006: 173-174) menyatakan bahwa
beberapa sumber belajar yang bisa dimanfaatkan
dalam proses belajar di dalam kelas diantaranya
adalah:
1) Manusia Sumber
Alat dan bahan pengajaran misalnya buku-
buku, majalah, koran, dan bahan cetak
lainnya, film slide, foto, gambar, dan lain-
lain.
2) Berbagai Aktifitas dan Kegiatan
Yang dimaksud aktifitas adalah segala
perbuatan yang disengaja dirancang guru untuk
memfasilitasi kegiatan belajar siswa seperti
diskusi, demonstrasi, simulasi, melakukan
percobaan dan lain- lain.
3) Lingkungan (Setting)
33
Lingkungan adalah segala sesuatu yang
dapat memungkinkan siswa belajar, misalnya
gedung sekolah, perpustakaan, taman,
laboratorium, kantin sekolah dan lain- lain
e. Expand (Pengembangan)
Expand artinya pengembangan. Dengan
pengembangan, maka akan lebih banyak mengetahui
tentang hal-hal yang berhubungan dengan materi
yang dipelajari. Ada 3 buah pertanyaan yang dapat
di ajukan untuk mengkritisi materi tersebut yaitu:
1) Andaikan saya bertemu dengan penulis materi
tersebut, pertanyaan atau kritik apa yang
hendak saya ajukan?
2) Bagaimana saya bisa mengaplikasikan materi
tersebut ke dalam hal yang saya sukai?
3) Bagaimana saya bisa membuat informasi ini
menjadi menarik dan mudah dipahami oleh
siswa/mahasiswa lainnya?
f. Review (Pelajari Kembali)
34
Pelajari kembali materi pelajaran yang sudah
dipelajari. Suatu proses pembelajaran akan
berlangsung dengan efektif apabila informasi yang
dipelajari dapat diingat dengan baik dan terhindar
dari lupa. Mengingat adalah proses menerima,
menyimpan dan mengeluarkan kembali informasi yang
telah diterima melalui pengamatan, kemudian
disimpan dalam pusat kesadaran setelah diberikan
tafsiran.
Proses mengingat banyak dipengaruhi oleh
berbagai faktor yang meliputi faktor individu,
faktor sesuatu yang harus diingat, dan faktor
lingkungan. Dari individu, proses mengingat akan
lebih efektif apabila individu memiliki minat yang
besar, motivasi yang kuat, memiliki metode
tertentu dalam pengamatan dan pembelajaran. Maka
dari itulah mempelajari kembali materi yang sudah
dipelajari merupakan usaha agar ingatan itu tidak
mudah lepas.
35
Langkah- langkah penerapan strategi
pembelajaran MURDER adalah sebagai berikut:
1) Langkah pertama berhubungan dengan suasana
hati (mood) adalah ciptakan suasana hati yang
positif untuk belajar. Hal ini bisa dilakukan
dengan cara menentukan waktu, lingkungan dan
sikap belajar yang sesuai dengan kepribadian
siswa.
2) Langkah kedua berhubungan dengan pemahaman
adalah segera tandai bahan pelajaran yang
tidak dimengerti. Pusatkan perhatian pada mata
pelajaran tersebut atau ada baiknya melakukan
bersama beberapa kelompok latihan.
3) Langkah ketiga berhubungan dengan pengulangan
adalah setelah mempelajari satu bahan dalam
suatu mata pelajaran, segeralah berhenti.
Setelah itu, ulangi membahas bahan pelajaran
itu dengan kata-kata siswa.
36
4) Langkah keempat yang berhubungan dengan
penelaahan adalah segera kembali pada bahan
pelajaran yang tidak dimengerti. Carilah
keterangan mengenai mata pelajaran itu dari
artikel, buku teks atau sumber lainnya. Jika
masih belum bisa, diskusikan dengan guru atau
teman kelompok.
5) Langkah kelima berhubungan dengan
pengembangan adalah tanyakan pada diri sendiri
mengenai tiga masalah di bawah ini, begitu
selesai mempelajari satu mata pelajaran,
yaitu:
a) Andaikan bisa bertemu dengan penulis
materi, pertanyaan atau kritik apa yang
diajukan?
b) Bagaimana bisa mengaplikasikan materi
tersebut pada hal yang disukai?
37
c) Bagaimana bisa membuat informasi ini
menjadi menarik dan mudah dipahami oleh
siswa lainnya?
6) Langkah keenam yang berhubungan dengan review
adalah pelajari kembali materi pelajaran yang
sudah dipelajari.
Tabel 2.1. Sintak pengajaran pemecahan masalahNo.
TahapPembelajaran Kegiatan guru Kegiatan Siswa
1. Mood(Suasana Hati)
Memberikaninformasi,
fenomena-fenomenamenarik dalam
kehidupan sehari-hari yang terkait
dengan materi pelajaran
Terfokus danada rasa ingin
tahu terhadap materi
yang akandipelajari
Membentuk kelompok Kecil yang
beranggotakan 4orang siswa dan membagi
anggota kelompokkecil
tersebut menjadidua pasang dyad,
yaitu dyad-1 dan dyad-2
Melakukanidentifikasi
terhadapmasalah yang
dihadapi
38
2.Understand(Pemahaman)
Membagi naskahmenjadi
beberapa bagiansehingga dapat
memudahkan siswadalam membagi tugasnya serta
mengarahkan siswauntuk
mencermati aspek-aspek penting yang
terdapat padanaskah tersebut.
Masing-masingdyad dalamkelompok
mencermatipoin-poin dalamsuatu masalah
3.Recall
(Pengulangan)
Mengamatiaktivitas siswa,membantu jika
siswa mengalamikesulitan.
Diskusi
4.Digest
(Penelaahan)
Membimbing danmemfasilitasi
siswa
Pasangan dyad mencermati
penyampaianmateri dan
hasil pemecahanmasalah
5. Elaborate
(Pengembangan)
Membimbing siswadalam melakukan
penilaian
Setiap pasangan dyad
dapatmemberikan
contoh atau aplikasimateri yangtelah dibaca
dari teks,
mengemukakan
39
pendapat dan pertanyaan
terkait dengantopik yang dibahas.
6.Review
(PelajariKembali)
Membimbing siswa untukmenyimpulkanmateri yang
telah dipelajaridan melakukan
evaluasi
Menyimpulkanmateri yang
telah diberikan
2.Keunggulan dan Kelemahan
Keunggulan yang terdapat pada langkah-langkah model
pembelajaran kooperatif MURDER diyakini akan memberikan
pengaruh yang lebih positif dibandingkan dengan
model pembelajaran konvensional
B. Keterampilan Berfikir Kreatif
1. Definisi Keterampilan Berfikir Kreatif
Keterampilan merupakan istilah yang banyak
digunakan baik di lingkungan sekolah maupun di
luar lingkungan sekolah. Pada umumnya orang
menghubungkan kreativitas dengan produk-produk
kreasi, dengan perkataan lain, produk-produk
kreasi itu merupakan hal yang penting untuk
40
menilai kreativitas. Pada hakikatnya, pengertian
kreatif berhubungan dengan penemuan sesuatu,
mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru
dengan menggunakan sesuatu yang telah ada. Ini
sesuai dengan perumusan kreativitas secara
tradisional. Secara tradisional kreativitas
dibatasi sebagai memujudkan sesuatu yang baru
dalam kenyataan. Sesuatu yang baru ini mungkin
berupa perbuatan atau tingkah laku.
Perumusan pengertian kreativitas yang telah
disebutkan di atas adalah perumusan yang
tradisional. Menurut Moreno, (dalam Slameto,
2003 : 146) yang penting dalam kreativitas itu
bukanlah penemuan sesuatu yang belum pernah
diketahui orang sebelumnya, melainkan bahwa produk
kreativitas itu merupakan sesuatu yang baru bagi
diri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu
yang baru bagi orang lain atau dunia pada umumnya,
misalnya seorang siswa menciptakan untuk dirinya
41
sendiri suatu hubungan baru dengan siswa atau
orang lain.
Taylor dan Holland 1962. (dalam Slameto, 2003 :
146), menerangkan bahwa kecerdasan hanya memegang
peranan yang kecil saja di dalam tingkah laku
kreatif, dan dengan demikian tidak memadai untuk
dipakai sebagai ukuran kreativitas. Dalam hubungan
ini Klausmeier dan Ripple (1971), menjelaskan
bahwa janganlah kita lalu berkesimpulan atau
mengharapkan bahwa siswa yang kecerdasannya rendah
atau normal akan dapat menjadi sama kreatifnya
dengan siswa yang kecerdasannya tinggi. Di
kalangan siswa yang tingkat kecerdasannya sama,
terdapat perbedaan kreativitas.
Menurut Nunnally 1970, (dalam Slameto, 2003 :
147) pada umumnya orang-orang kreatif berada pada
10 atau 15 persen tingkat atas dari tes
kecerdasan. Selanjutnya dikatakannya, bahwa jika
jarang menemukan orang yang hasilnya dalam tes
42
kecerdasan normal atau dibawah normal mempunyai
produk-produk kreasi yang menunjukkan potensi
kreativitas. Dalam hal ini kita tidak mengadakan
pemisahan antara cerdas dan kreatif, pembedaan itu
sebaiknya dilakukan antara orang-orang yang cerdas
tetapi tidak kreatif, dengan orang-orang yang
cerdas dan kreatif.
Keterampilan berfikir kreatif, yaitu
keterampilan individu dalam menggunakan proses
berfikirnya untuk menghasilkan suatu ide yang
baru, kontruktif, dan baik, berdasarkan konsep-
konsep yang rasional, persepsi dan intuisi
individu, Suprapto 1997:7, (dalam Zuchdi,
2008:127). Berfikir kreatif melibatkan berfikir
rasional dan imajinatif, kita dapat mengembangkan
kapasitas untuk mengenal pola-pola baru dan
prinsip-prinsip baru, menyatukan fenomena yang
berbeda-beda, dan menyederhanakan situasi yang
kompleks. Inilah hakikat berfikir dan produktif,
43
yang memungkinkan seseorang dapat memecahkan
masalah.
Berfikir kreatif, menurut James C.Coleman dan
Coustance L.hammen 1974:452, (dalam
Ngermanto,2001:73), yang diungkapkan kembali oleh
Jalaludin Rakhmat, adalah “thinking which produces new
methods, new concepts, new understandings, new invention, new
work of art.” Berfikir kreatif diperlukan mulai dari
komunikator yang harus mendesain pesannya.
Berfikir kreatif harus memenuhi tiga syarat.
Pertama, kreatifitas melibatkan respon atau
gagasan yang baru, atau yang secara statistik
sangat jarang terjadi. Tetapi kebaruan saja tidak
cukup tetapi harus mudah dan masuk akal. Kedua,
memecahkan masalah persoalan secara realitis.
Ketiga, kreatifitas merupakan usaha untuk
mempertahankan in-sight yang orisinil, menilai dan
mengembangkannya sebaik mungkin. Definisi
berikutnya diutarakan oleh Csikzentmihalyi (dalam
44
Rachmawati et. all, 2011:14), beliau memaparkan
kreativitas sebagai produk berkaitan dengan
penemuan sesuatu, memproduksi sesuatu yang baru,
daripada akumulasi keterampilan atau berlatih
pengetahuan dan mempelajari buku.
2.Ciri – Ciri Kemampuan Berfikir Kreatif
Sund 1975 (dalam Slameto, 2003 : 147-148)
menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif
dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai
berikut :
a. Hasrat keingintahuan yang cukup besar;
b. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru;
c. Panjang akal;
d. Keinginan untuk menemukan dan meneliti;
e. Cenderung lebih menyukai tugas yang berat
dan sulit;
f. Cenderung mencari jawaban yang luas dan
memuaskan;
g. Memiliki dedikasi bergairah serta aktif
dalam melaksanakan tugas;
45
h. Berfikir fleksibel;
i. Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta
cenderung memberi jawaban lebih banyak;
j. Kemampuan membuat analisis dan sintesis;
k. Memiliki semangat bertanya serta meneliti;
l. Memiliki daya abstraksi yang cukup baik;
m. Memiliki latar belakang membaca yang cukup
luas.
3.Tahapan Berfikir Kreatif
Didalam penyelesaian kreatif tahapan yang
dilalui adalah :
a. Persiapan (Mendefnisikan masalah, tujuan dan
tantangan);
b. Inkubasi (Mencerna fakta dan mengolahnya
dalam pikiran);
c. Iluminasi (Mendesak gagasan bermunculan ke
permukaan);
d. Vertifikasi (Memutuskan apakah solusinya
benar-benar memecahkan masalah);
e. Aplikasi (Mengambil langkah menindaklanjuti
solusi).
46
4.Faktor – faktor yang mempengaruhi berfikir kreatif
Berfikir kreatif tumbuh subur bila didukung
oleh faktor personal dan situasional. Diantaranya
adalah :
a. Kemampuan Kognitif
Termasuk disini adalah kemampuan diatas rata-
rata dan fleksibilitas kognitif. Sedangkan
telah kita ketahui potensi otak kita sangat
besar. Faktor pertama ini dapat kita penuhi
dengan cara mengoptimalkan potensi otak,
salah satu caranya adalah dengan Accelerated
learning.
b. Sikap yang Terbuka
Orang kreatif mempersiapkan dirinya menerima
stimuli internal dan ekternal. Ini adalah
komitmen pribadi yang sangat penting. Saat
kita memiliki sikap terbuka maka banyak
informasi dan kesempatan yang dapat kita
manfaatkan untuk menjadi kreatif.
47
c. Sifat yang Bebas, Otonom, dan Percaya pada
Diri
Orang kreatif tidak senang digiring ingin
menampilkan diri semampu dan semuanya, ia
tidak terlalu terikat dengan konvensi-
konvensi sosial. Mungkin inilah sebabnya,
orang-orang kreatif sering dianggap gila.
5.Indikator Berfikir Kreatif
Indikator berfikir kreatif, menurut Torrence
(1968) dalam Lawson A (1980 : 243), ada beberapa
indikator berfikir kreatif, diantaranya :
a. Tahap Pendahuluan (Mempertinggi Antisipasi)
1) Menghadapi ketidakjelasan dan
ketidakpastian;
2) Pertanyaan untuk peninggian harapan dan
antisipasi;
3) Membangun kesadaran akan masalah yang
dipecahkan, kemungkinan kebutuhan ke depan
atau kesulitan yang dihadapi;
4) Membangun kedalam pengetahuan yang
dimiliki siswa;
48
5) Pertinggi kepedulian dan hasrat ingin
tahu;
6) Membuat akrab/biasa suatu keanehan atau
keganjilan;
7) Membebaskan dari set-set yang
menghambat;
8) Memandang informasi yang sama dari sudut
pandang yang berbeda;
9) Pertanyaan proaktif untuk membuat
pembelajaran berfikir tentang info atau
cara baru;
10) Prediksi info terbatas;
11) Membuat sasaran spesifik ajaran jelas,
menunjukkan hubungan antara sasaran
pembelajaran dan masalah – masalah saat ini
atau karir mendatang;
12) Hanya struktur yang memadai untuk
memberikan petunjuk dan arah;
13) Ambil satu atau lebih maju dari apa yag
diketahui;
14) Siapkan secara fisik terhadap informasi
yang dipresentasikan.
b. Tahap Penanamaan Konsep (Mempertemukan hal-
hal yang diharapkan dan tidak diharapkan dan
amat yang diharapkan)
49
1) Menguatkan kesadaran tentang masalah dan
kesulitan;
2) Menerima keterbatasan-keterbatasan
secara membangun sebagai tantangan dari
pada sinis, dengan memperbaiki dari apa
yang ada;
3) Mendorong sifat-sifat atau kecenderungan
pribadi kreatif;
4) Mempraktekkan proses pemecahan masalah
kreatif sesuai sistematika disiplin dalam
menghadapi masalah dan informasi;
5) Menguraikan secara hati-hati dan
sistematik terhadap informasi yang tersaji;
6) Gali dan uji sesuatu yang masih gelap
dan mencoba memecahkannya penyajian
informasi kurang lengkap dan pembelajaran
mengembangkan pertanyaan untuk menutup
kekurangan - kekurangan tersebut;
7) Memilih hal - hal yang mungkin tidak
relevan;
8) Menjaga senantiasa membuka keterbatasan;
9) Buat hasil akhir teramalkan secara utuh
atau lengkap;
10) Pencarian secara jujur dan realistis;
50
11) Upaya untuk menemukan keterampilan baru
untuk mendapatkan informasi;
12) Mempertinggi dan menguraikan secara
mengejutkan;
13) Upaya memvisualisasi.
c. Tahap Aplikasi Konsep (Melampaui dan
Mempertahankan)
1) Bermain dengan ketidakjelasan;
2) Perdalam kesadaran tentang masalah,
kesulitan dan kesenjangan informasi;
3) Mengakui potensi khas atau unik setiap
anak;
4) Petinggi kepedulian tentang masalah;
5) Tanggapan atau jalan keluar yang
menantang;
6) Melihat keterkaitan yang jelas antara
informasi baru dan karir ke depan;
7) Menerima keterbatasan secara kreatif dan
membangun;
8) Pendalaman penggalian secara kreatif dan
membangun;
9) Pendalaman penggalian, diluar jangkauan
dan penerimaan;
51
10) Membuat berfikir secara meluas itu
susah;
11) Gali informasi yang ada;
12) Menguji impian - impian untuk
mendapatkan jalan keluar dari masalah yang
sebenarnya;
13) Mendorong jalan keluar baik, jalan
keluar dari benturan, kegelapan tak
terpecahkan;
14) Mensyaratkan serangkain uji coba;
15) Tanggapan atau jalan keluar yang
membangun dan menantang;
16) Mempertemukan dan menguji hal - hal
yang bertentangan;
17) Mendorong kearah depan;
18) Menghibur terhadap hal - hal yang masuk
akal;
19) Menciptakan hal - hal lucu dan melihat
aspek jenaka dari informasi yang ada;
20) Mendorong penimbangan berbagai dan
menggunakan beberapa prosedur dari disiplin
dalam pemecahan masalah;
21) Mengaitkan satu informasi dalam disiplin
yang berbeda;
52
22) Melihat informasi yang sama dengan cara
yang berbeda;
23) Mendorong manipulasi gagasan dan atau
objek;
24) Menguji hal - hal yang saling
bertentangan.
C. Tinjauan Konsep Pencemaran Lingkungan
Kajian konsep mata pelajaran biologi pokok
bahasan pencemaran lingkungan sebagai berikut :
1.Kajian konsep
Biologi sebagai bagian dari ilmu pengetahuan
alam merupakan ilmu yang lahir dan berkembang
berdasarkan observasi dan eksperimen yang
bersistem terhadap fenomena alam. Pengetahuan alam
mempelajari tentang gejala alam (benda mati dan
makhluk hidup) yang terdapat dialam nyata.
Pencemaran lingkungan merupakan pokok bahasan
mata pelajaran biologi kelas X semester genap.
Mempunyai standar kompetensi menganalisis
hubungan antara komponen ekosistem, perubahan
53
materi dan energi serta peranan manusia dalam
keseimbangan ekosistem dan kompetensi dasar
Menjelaskan keterkaitan antara kegiatan manusia
dengan masalah perusakan/pencemaran lingkungan dan
pelestarian lingkungan
Pencemaran lingkungan merupakan pokok bahasan
yang sangat luas materinya, meliputi, perubahan
lingkungan, keseimbangan lingkungan, pencemaran
lingkungan, pengelolahan limbah secara terpadu,
pengelolahan limbah, etika lingkungan. Dalam
kegiatan pembelajaran mencangkup kegiatan
pemahaman, pengetahuan, analisis, dan sintesis
materi yang harus dicapai oleh siswa. Materi yang
sangat luas dan waktu pembelajaran yang terbatas,
sehingga memerlukan metode atau strategi khusus
utuk menyampaikan materi tersebut agar kegiatan
pembelajaran menjadi efektif dan menyenangkan bagi
siswa.
54
2.Materi tentang Pencemaran lingkungan
a. Pengertian perubahan lingkungan
Polusi atau pencemaran lingkungan adalah
masuknya atau dimasukkannya makluk hidup, zat
energi, dan atau komponen lain ke dalam
lngkungan atau berubahnya tatanan lingkungan
oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam
sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan
menjadi kurang atau tidak dapat berfingsi lagi
sesuai dengan peruntukannya (UU Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982).
Manusia sebagai makhluk hidup selalu
berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi
tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
ketidakseimbangan ekologi, seperti kerusakan
tanah, pencemaran lingkungan, hilangnya satu
populasi, dan sebagainya. Keadaan ini
55
diperparah oleh eksploitasi sumber daya alam
untuk menunjang kehidupan manusia. Adanya
rantai yang putus dalam daur biologi atau daur
materi dapat menyebabkan perubahan linkungan.
Perubahan lingkungan dapat terjadi karena
factor alam dan factor manusia.
Seluk beluk kehidupan makhluk hidup di dalam
lingkungan ini dipelajari dalam cabang ilmu
biologi yang disebut ekologi. Istilah ekologi
dikenalkan pertama kali oleh Ernest Haeckel
(1869, jerman). Ekologi berasal dari kata “oikos”
yang artinya rumah tangga dan “logos” yang
artinya ilmu, berarti secara harfiah ekologi
dapat diartikan sebagai ilmu tentang rumah
tangga makhluk hidup, (Istamar Syamsuri et al.,
2007 : 148 ).
Oleh karena itu ekologi diartikan sebagai
ilmu yang mempelajari baik interaksi di antara
makhluk-makhluk di rumahnya, di tempat
56
tinggalnya, di alamnya atau lingkungan
hidupnya. Atau lebih luas lagi ekologi
mempelajari baik interaksi di antara makhluk-
makhluk hidup, maupun interaksi di antara
makhluk-makhluk hidup dengan lingkungannya.
Dalam ekologi kita mempelajari makhluk-makhluk
hidup itu sebagai kesatuan atau sistem dengan
lingkungan.
b. Pencemaran Lingkungan
Pencemaran atau polusi dapat timbul akibat
kegiatan manusia atau oleh alam (misalnya
gunung meletus). Ilmu linkungan biasanya
membahas pencemaran yang disebabkan oleh
aktivitas manusia.
Berbagai aktivitas manusia hamper selalu
menghasilkan limbah. Masuknya limbah ke dalam
lingkungan berpotensi mencemari udara,
perairan, dan tanah. Pencemaran tidak dapat
57
dihindari, tetapi dapat dikurangi dan
dikendalikan.
Pelaku pencemaran tidak dipandang dalam
tingkat individu, melainkan dalam tingkat
populasi. Pencemaran air yang dilakukan oleh
seorang yang membuang sehelai kertas ke sungai,
mungin tidak berarti apa-apa. Akan tetapi, jika
penduduk kota yanhg berjumalah 3 juta jiwa
masing-masing membuang sehelai kertas ke
sungai, maka ada 3 juta helai kertas di sungai.
Lingkungan disebut tercemar apabila
kemasukan bahan pencemar yang dapat
mengakibatkan gangguan ada makhluk hidup yang
ada di dalamnya. Gangguan akibat pencemaran ada
yang segera tampak akibatnya, misalnya
menyebabkan kelumpuhan, kerusakan organ tubuh,
dan kematian. Akan tetapi, ada pula dampak
pencemaran yang baru dapat dirasakan oleh
keturunannya, misalnya cacat badan, kelainan
58
genetic, kankker, dan kerusakan organ tubuh.
Pencemaran lingkungan umumnya dibedakan menjadi
pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran
tanah, dan pencemaran suara (kebisingan).
1) Pencemaran udara
Udara dikatakan tercemar jika udara
tersebut mengandung unsur-unsur yang
mengotori udara. Bentuk pencemar udara
bermacam-macam, ada yang berbentuk gas dan
ada yang berbentuk partikel cair atau padat.
Pencemaran udara disebabkan oleh asap
buangan, misalnya CO2 hasil pembakaran, debu,
SO2, senyawa hidrokarbon (CH4, C4H10), dan
sebagainya.
2) Pencemaran air
Pencemaran air dapat terjadi baik pada air
sumur, sumber mata air, sungai, bendungan,
maupun air laut. Pencemaran air di daerah
hulu dapat menimbulkan dampak di daerah
59
hilir. Dampak dari pencemaran air yang
sangat menonjol adalah punahnya biota air,
misalnya ikan, yuyu, udang, dan serangga
air.
3) Pencemaran tanah
Pencemaran tanah banyak diakibatkan oleh
sampah organic dan anorganik yang berasal
dari limbah rumah tangga, pasar, industry,
kegiatan pertanian, peternakan, dan
sebagainya. Sampah organic dapat
dihancurkan oleh jasad renik menjadi
mineral, gas, dan air, sehingga membentuk
humus. Sebaliknya, sampah anorganik seperti
besi, aluminium, kaca, dan bahan sintetik
seperti plastic, sulit atau tidak dapat
diuraikan.
4) Pencemaran suara (kebisingan)
Pencemaran suara disebabkan oleh bunyi di
atas 50 desibel. Suara bising dapat
60
ditimbulkan oleh suara mesin indutri,
mobil, sepeda motor, kereta api, pesawat
terbang, serta buni-bunyian keras lainnya.
Suara bising menyebabkan gangguan tidur,
pendengaran, kejiwaan, dan dapat pula
menimbulkan penyakit jantung, gangguan
janin dalam kandungan, dan stress.
c. Dampak pencemaran lingkungan
Dampak Pencemaran Lingkungan terhadap
makhluk hidup semakin hari terus bertambah.
Dampak Negatif yang merugikan kesehatan
terutama untuk tubuh manusia menimbulkan
penyakit dan berbagai macam permasalahan. Baik
penyakit yang langsung dirasakan maupun
penyakit yang timbul karena akumulasi bahan
polutan dalam tubuh manusia. Pembakaran bahan
bakar minyak dan batubara pada kendaraan
bermotor dan industri menyebabkan naiknya
61
kadar CO2 di udara. Gas ini juga dihasilkan
dari kebakaran hutan, yang akan berkumpul di
atmosfer Bumi. Jika jumlahnya sangat banyak,
gas CO2 ini akan menghalangi pantulan panas
dari Bumi ke atmosfer sehingga panas akan
diserap dan dipantulkan kembali ke Bumi.
Akibatnya, suhu di Bumi menjadi lebih panas.
Keadaan ini disebut efek rumah kaca (green
house effect). Selain gas CO2, gas lain yang
menimbulkan efek rumah kaca adalah CFC yang
berasal dari aerosol, juga gas metan yang
berasal dari pembusukan kotoran hewan.
Efek rumah kaca dapat menyebabkan suhu
lingkungan menjadi naik secara global, atau
lebih dikenal dengan pemanasan global. Akibat
pemanasan global ini, pola iklim dunia menjadi
berubah. Permukaan laut menjadi naik, sebagai
akibat mencairnya es di kutub sehingga pulau-
pulau kecil menjadi tenggelam. Keadaan
62
tersebut akan berpengaruh terhadap
keseimbangan ekosistem dan membahayakan
makhluk hidup, termasuk manusia. Akibat lain
yang ditimbulkan pencemaran udara adalah
terjadinya hujan asam. Jika hujan asam terjadi
secara terus menerus akan menyebabkan tanah,
danau, atau air sungai menjadi asam. Keadaan
itu akan mengakibatkan tumbuhan dan
mikroorganisme yang hidup di dalamnya
terganggu dan mati. Hal ini tentunya akan
berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem
dan kehidupan manusia.
d. Pengelolahan lingkungan secara terpadu
Ketika lingkungan menjadi rusak dan tercemar,
dampaknya ternyatamemantul kembali ke manusia.
Jika bumi tercemar dan lingkungan rusak,
manusia tidak mampu menhindar dari dampak
negative yang ditimbulkannya. Pada dasarnya ada
63
tiga prinsip dasar yang dapat dilakukan untuk
melakukan pelestarian lingkungan dan
penanggulangan pencemaran, yaitu secara
administrative (adanya peraturan atau undang-
undang dari pemerintah), secara teknologis
(adanya peralatan pengolahan limbah, pembakar
sampah), dan secara edukatif atau pendidikan
(melakukan penyuluhan kepada masyarakat,
pendidikan disekolah-sekolah).
e. Pengelolaan limbah
Jumlah penduduk yang semakin meningkat
menyebabkan bertambahnya aktivitas manusia
dalam menunjang kehidupannya. Hal ini berakibat
jumlah limbah (sampah) yang dihasilkannya juga
semakin meningkat.
1) Pengertian limbah
Limbah adalah benda yang dibuang, baik
berasal dari alam ataupun dari hasil proses
teknologi. Limbah dapat berupa tumpukan
64
barang bekas, sisa kotoran hewan, tanaman,
atau sayuran.
2) Permasalah limbah
Jika pengelolaan limbah tidak ditangani
dengan baik, sampah akan terus menumpuk
sehingga dampak yang kurang baik bagi
lingkungan sekitarnya. Timbunan sampah di
jalan, halaman, dan tanah kosongyang
dibiarkan begitu saja akan mengundang lalat
dan tikus sehingga bias menjadi factor
penyakit. Selain itu, sampah yang berserakan
di halaman atau pun di jalan akan merusak
pemandangan dan menimbulkan kesan kumuh.
3) Daur ulang dan pemanfaatan ulang limbah
Limbah yang dapat didaur ulang bia berupa
limbah organic maupun anorganik. Contoh
limbah organic misalnya kertas dan dedaunan,
sedangkan limbah anorganik misalnya plastic ,
gelas (botol bekas), alumunium (kaleng), baja
65
hasil konstruksi bangunan, dan lain-lain.
Barang-barang hasil daur ulang memiliki nilai
ekonomis yang tinggi jika dipasarkan.
4) Membuat produk
Akhir-akhir ini, kegiatan membuat produk duar
ulang marak dilakukan. Selain tidak
memerlukan biaya tinggi, daur ulang mudah
untuk dipelajari .
5) Etika Lingkungan
Etika Lingkungan berasal dari dua kata,
yaitu Etika dan Lingkungan. Etika berasal dari
bahasa yunani yaitu “Ethos” yang berarti adat
istiadat atau kebiasaan. Ada tiga teori
mengenai pengertian etika, yaitu: etika
Deontologi, etika Teologi, dan etika
Keutamaan. Etika Deontologi adalah suatu
tindakan di nilai baik atau buruk berdasarkan
apakah tindakan itu sesuai atau tidak dengan
kewajiban. Etika Teologi adalah baik buruknya
66
suatu tindakan berdasarkan tujuan atau akibat
suatu tindakan. Sedangkan Etika keutamaan
adalah mengutamakan pengembangan karakter
moral pada diri setiap orang. Lingkungan
adalah segala sesuatu yang ada di sekitar
manusia yang mempengaruhi kelangsungan
kehidupan kesejahteraan manusia dan makhluk
hidup lain baik secara langsung maupun secara
tidak langsung.
Etika lingkungan merupakan kebijaksanaan
moral manusia dalam bergaul dengan
lingkungannya.etika lingkungan diperlukan
agar setiap kegiatan yang menyangkut
lingkungan dipertimbangkan secara cermat
sehingga keseimbangan lingkungan tetap
terjaga. Etika lingkungan dapat dikategorikan
kedalam etika pelestarian dan etika
pemeliharaan. Etika pelestarian adalah etika
yang menekankan pada mengusahakan pelestarian
67
alam untuk kepentingan manusia, sedangkan
etika pemeliharaan dimaksudkan untuk
mendukung usaha pemeliharaan lingkungan untuk
kepentingan semua mahluk. Etika lingkungan
dapat dibedakan menjadi etika lingkungan
dangkal (shallow environmental ethics), etika
lingkungan moderat (moderate environmental
ethics) dan etika lingkungan dalam (deep
environmental ethics). Di sini hanya akan
dibicarakan yang pertama dan yang ketiga.
Karena yang kedua merupakan peralihan antara
yang pertama dabn yang kedua.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas X SMAN 1
Jamblang yaitu dijalan Nyi Mas Rarakerta No. 33
68
Desa Sitiwinanguna, Kecamatan Jamblang Kabupaten
Cirebon
B. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Jambalang
merupakan sekolah yang berada di bawah naungan
Kementerian Pendidikan Republik Indonesia, dengan
mata pelajaran yang banyak, akan tetapi dalam ilmu
umumnya seperti biologi, fisik dan kimia disana juga
diajarkan. Di SMAN 1 Jamblang mempunyai beberapa
program penjurusan yaitu IPA dan IPS. Pada kelas X
terdapat 8 kelas, pada kelas XI terdiri dari 9 kelas
yang terdiri dari program IPA 5 kelas dan 4 Kelas
Program IPS sedangkan pada kelas XII terdiri dari 9
kelas, 5 kelas IPA dan 4 kelas IPS.
Selain memiliki ruang belajar, sarana
prasarana disana bisa di katakan lengkap mulai dari
ruang laboratorium IPA, komputer, perpustakaan,
ruang multimedia, ruang extrakulikuler, ruang
69
memasak, musholah, koperasi, kantin serta
dilengkapi dengan ruang guru dan juga ruang tata
usaha ada pula lapangan upacara sekaligus sebagai
lapangan olah raga.
Sehingga proses pembelajaran disana sudah
kiranya berjalan dengan lancar dengan fasilitas yang
telah tersedia seperti contohnya laboratorium,
tetapi pada kenyataannya ketersedian laboratorium
dan atau lingkungan sekolah belum dipergunakan
dengan maksimal dalam proses pembelajaran. tetapi
semua metode dan pendekatan yang guru telah
diterapkan tidak terlepas dari hambatan seperti
faktor guru, siswa, sarana prasarana yang sekolah
sediakan. Seperti praktikum di SMAN 1 Jamblang
jarang dilakukan dikarenakan waktu yang tersedia
sangat terbatas dibandingkan dengan materi yang
harus disampaikan, sehingga praktikum sulit
dilaksanakan setiap minggunya, tetapi praktikum
70
hanya dilaksanakan setiap semester satu kali, itu
pun kalau waktu dan perlengkapan praktikum tersedia.
Proses pembelajaran di SMAN 1 Jamblang telah
menerapkan beberapa metode pembelajaran seperti
diskusi, tanya jawab, tugas kelompok, dan presentasi
tetapi guru belum pernah menilai berfikir kreatif
siswa. Oleh karena itu perlu proses pembelajaran
yang dapat meningkatkan proses pembelajaran sehingga
hasil belajar siswa dapat meningkat dan semangat
belajar juga akan timbul dengan penggunaan model
kooperatif MURDER untuk dapat meningkatkan daya
berfikir kreatif siswa.
C. Langkah - Langkah Pelaksanaan Penelitian
1.Sumber Data
a. Sumber data teoritik, yaitu dari literatur
yang relevan dan terkait dengan penelitian ini
yang mengenai penerapan model kooperatif
MURDER untuk meningkatkan keterampilan
71
berfikir kreatif siswa.
b. Sumber data empirik, yaitu diperoleh secara
penelitian langsung dari objek penelitian
yaitu pada kelas X C dan X G serta melibatkan
guru Biologi kelas X di SMAN 1 Jamblang.
2.Populasi Dan Sampel
a. Populasi
Adalah keseluruhan objek penelitian,
(Arikunto, 2010 : 173), sebagian dari kualitas
hasil dari penelitian bergantung pada teknik
pengumpulan data. Diantara langkah penting
dalam penelitian adalah penetapan dan penarik
sampel, sedangkan kumpulan objek penelitian
disebut populasi dalam hal ini yang menjadi
populasi adalah siswa kelas X yang terdiri
dari sembilan kelas dengan jumlah siswa 342 di
SMAN 1 Jamblang.
b. Sampel
Adalah sebagian anggota populasi yang
72
diambil dengan menggunakan teknik tertentu
yang disebut dengan teknik sampling, (Usman,
2009 : 182). Diantara langkah penelitian
ilmiah adalah penetapan dan penarikan sampel.
Bagian yang diamati disebut sampel, sedangkan
kumpulan objek penelitan disebut populasi.
Sample yang digunakan kelas X C terdiri dari
38 siswa untuk kelas ekperimen dan kelas X G
untuk kelas kontrol terdiri dari 38 siswa.
Sehingga untuk sample terdiri dari 76 siswa
dari jumlah populasi atau setara dengan 27%
dari jumlah populasi sebanyak 342 siswa kelas
X.
3.Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan
teknik pengumpulan data dengan beberapa cara
yaitu sebagai berikut :
a. Tes
73
Tes sebagai alat penilaian adalah
pernyataan-pernyataan yang diberikan kepada
siswa untuk mendapat jawaban dalam bentuk
lisan, dalam bentuk tulisan, atau dalam bentuk
perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya
digunakan untuk menilai dan mengukur hasil
belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif
berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran
sesuai dengan tujuan pendidikan pengajaran.
Sungguhpun demikian, dalam batas tertentu tes
dapat pula digunakan untuk mengukur atau
menilai hasil belajar bidang afektif dan
psikomotorik. ( Sudjana, 2011:35 ).
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tes objektif (Pilihan ganda) dengan
lima alternatif jawaban: a, b, c, d, dan e.
dengan teknik penskorannya jawaban benar
diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0.
Pelaksanaan tes ini dilakukan sebanyak dua
74
kali, yaitu pre- test (tes awal) dan post test (tes
akhir), dengan jumlah soal 30 butir soal
pilihan ganda dengan. Sebelum tes ini
digunakan telah terlebih dahulu dilakukan uji
coba kepada siswa kelas XI yang telah
menerima materi pelajaran biologi pada bab
ekosistem. Hasil uji coba tersebut kemudian
dicari validitas, reliabilitas, daya pembeda,
dan tingkat kesukarannya. Hasil data uji
instrument terdapat pada lampiran 10.
b. Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari respon dalam arti laporan tentang
pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui,
Arikunto (2006:151), Bertujuan untuk
mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran
dengan mneggunakan model kooperatif MURDER
dapat membantu meningkatkan keterampilan
75
kreatif siswa. Angket ini berjumlah 20
pertanyaan dan hanya diberikan pada kelas
eksperimen.
Bentuk angket yang digunakan dalam
penelitian ini adalah model skala Likert yang
mengharuskan responden untuk menjawab suatu
pertanyaan dengan jawaban SS (sangat setuju),
S (setuju), KS (Kurang Setuju), TS (tidak
setuju), dan STS (sangat tidak setuju).
Tabel 3.1 Kriteria Interpretasi Skor Angket
Interval KoefisienKriteria tingkat
kesukaran0 % – 20 %
21 % – 40 %
41 % - 60 %
61 % – 80 %
81 % – 100 %
Sangat Lemah
Lemah
Cukup
Kuat
Sangat Kuat Riduwan, 2011 : 89
c. Observasi
76
Observasi adalah teknik pengumpulan data
yang dilakukan secara sistematis dan sengaja
melalui proses pengamatan dan pendekatan
terhadap gejala-gejala yang diselidiki,
(Mulyadi, 2010 : 61). Observasi merupakan
proses yang komplek, suatu proses yang
tersusun dari proses biologis dan psikologis.
Dua di antaranya yang terpenting, yaitu proses
pengamatan dan ingatan. Pada masing-masing
proses ini terkandung sumber kesesatan yang
perlu mendapat perhatian dengan saksama,
(Arikunto dan Jabar, 2004 : 88).
Alat pencatatan observasi berupa, daftar
cek adalah sebuah daftar yang memuat atau
berisi aspek-aspek yang mungkin terhadap dalam
suatu situasi, kegiatan maupun tinggah laku
yang sudah menjadi fokus perhatian atau yang
sedang diamati. Dalam skala penilaian ini
observer memberikan penilaian terhadap tingkah
77
laku dari siswa atas dasar ciri-ciri tingkah
laku yang tercakup dalam skala yang telah
disusun, dalam observasi banyak dipergunakan
alat-alat mekanis, elektronis dan optis. Alat
yang dipergunakan misalnya: kamera, tape recorder,
dan video(Mulyadi, 2010 : 63).
Ket :
P = Persentase untuk setiap kemungkinan
jawaban
F = Frekuensi setiap kemungkinan jawaban
N = Jumlah responden
(Sudjiono, 2002 : 40)
Tabel 3.2 Kategori Berfikir Kreatif Siswa
No Rentang Katagori1 80 % - 100 Sangat
78
P = F / N x 100 %
% Tinggi2 66 % - 79 % Tinggi3 56 % - 65 % Sedang4 40 % - 55 % Rendah
5 < 40 % SangatRendah
(Arikunto, 2009)
d. Dokumentasi
Dokumentasi tidak hanya terbatas pada
bahan-bahan tertulis seperti : RPP, Silabus
melainkan termasuk juga benda-benda hasil
karya siswa. Data yang terkandung dalam
dokumen dapat digali, dikumpulkan dengan
menggunakan daftar centang atau pedoman
dokumentasi. Akan lebih sempurna bila
menggunakan alat perekam seperti kamera foto
maupun kamera video, (Arikunto dan Jabar, 2004
: 90).
4.Desain Penelitian
Secara definisi, desain penelitian mempunyai
dua macam pengertian, yaitu secara luas dan
79
sempit. Secara luas, desain penelitian adalah
semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan
pelaksanaan penelitian. Dalam hal ini komponen
desain dapat mencakup semua struktur penelitian
yang diawali sejak menemukan ide, menentukan
tujuan, kemudian merencanakan proses penelitian,
yang di dalamnya mencangkup perencanaan
permasalahan, merumuskan, menentukan tujuan
penelitian, mencari sumber informasi dan melakukan
kajian dari berbagai pustaka, menentukan metode
yang digunakan, analisis data dan mengetes
hipotesis untuk mendapatkan hasil penelitian, dan
sebagainnya.
Lebih lanjut (babbie, 1983), tentang desain
penelitian yang mengatakan bahwa research design
addresses the planning of scientific inquires. (Sukardi,
2008 : 185). Adapun jenis desain penelitian yang
akan digunakan dalam penelitian ini adalah
randomized subjects pretest and posttest control group desain.
80
(Sugiyono, 2012: 223)
Dimana :
R = Kelompok eksperimen dan kontrol
diambil secara acak
O1 & O3 = Kedua kelompok tersebut diobservasi
dengan pretest
O2 & O4 = Pemberian post test
X = Kelompok eksperimen yang diberi
treatment.
Pada penelitian ini digunakan dua kelompok
siswa yaitu kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen. Kelompok kontrol sebagai kelompok
siswa yang tidak menggunakan model pembelajaran
kooperatif MURDER dan kelompok eksperimen sebagai
kelompok yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif MURDER untuk meningkatkan berfikir
81
R O1 X O2
R O3
kreatif dengan melakukan observasi lapangan,
diskusi, presentasi dan pembuatan produk dalam
pelaksanaan pembelajarannya. Sebelum mendapat
perlakuan yaitu pembelajaran dengan dan tanpa
menggunakan model pembelajaran kooperatif MURDER
untuk meningkatkan berfikir kreatif, kedua
kelompok tersebut diberi test awal (pre-test).
5.Prosedur Penelitian
Berdasarkan alur di atas, maka prosedur
penelitian dilakukan meliputi:
1. Tahap Persiapan
a. Melakukan observasi awal untuk
mengetahui kondisi sekolah dan pengajaran
biologi oleh guru mata pelajaran di SMAN 1
Jamblang yang akan di jadikan sebagai tempat
penelitian.
b. Penyusunan instrumen
penelitian
82
Langkah-langkah penyusunan soal-soal adalah
sebagai berikut:
1) Membatasi materi yang akan digunakan untuk
tes
2) Menentukan batas waktu untuk mengerjakan
soal
3) Menentukan kisi-kisi soal
4) Menentukan tipe soal
5) Menentukan jumlah soal atau butir soal
yang akan diujikan
Dalam penelitian ini menggunakan soal-soal
yang berbentuk pilihan ganda (Multiple
Choice) dengan lima alternatif jawaban dan
jumlah soalnya sebanyak 30 butir soal.
Teknik penskorannya jawaban benar diberi
nilai 1 dan jawaban salah diberi skor 0.
Alasan penggunaan tes obyektif karena tes
ini dapat menjamin keobyektifan dari
peserta tes maupun korektor disamping
83
materi yang diujikan dapat mencakup
sebagian besar bahan pelajaran.
c. Membuat perangkat pembelajaran
berupa pembuatan RPP, Silabus,dan LKS
d. Uji coba instrument. Instrumen
yang diuji cobakan adalah tes objektif. Uji
coba instrumen ini dilakukan untuk mengetahui
apakah instrumen yang dibuat oleh peneliti
baik dan bisa digunakan dalam penelitiannya.
Uji coba ini dilakukan diluar sampel. Angket
dikonsultasikan kepada ahlinya dan disebarkan
kepada sampel, yaitu kelas eksperimen saja.
e. Analisis hasil instrumen uji
coba soal berupa validasi, reliabilitas, daya
pembeda dan tingkat kesukaran
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan pre test kepada kedua
kelas
84
b. Melakukan analisis data tahap
awal
c. Memberikan post test kepada
kedua kelas
d. Melakukan analisis data tahap
akhir
3. Tahap Pelaporan
Membuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari
hipotesis penelitian dan hasil pada tahap ini
akan dimasukkan sebagai sumber data pada bab
hasil dan pembahasan.
85
86
StudiStudi
PerencanaanInstrumen
Uji CobaInstrumen
Pre Test
ValidasiInstrumen
Observasi
Tahap Pelaksanaan
Tahap Persiapan
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
PembelajaranMURDER
PembelajaranKonvensional
Hasil
Analisis Data
PostTest
Angket Observasi
Post Test
6.Teknik Analisis Instrument
Sebelum instrumen tes digunakan, instrument
tersebut terlebih dahulu diuji cobakan. Uji coba ini
dimaksudkan untuk mengetahui gambaran tentang
terpenuhi atau tidaknya syarat-syarat instrument
sebagai alat pengumpul data yang baik, sehingga
instrument ini dapat digunakan. Adapun kriteria yang
harus diuji cobakan terhadap instrument penelitian
adalah sebagai berikut :
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrument. Suatu instrument
yang valid atau sahih mempunyai validitas
tinggi. Sebaiknya, instrument yang kurang valid
berarti memiliki validitas rendah (Arikunto,
2010 : 211).
88
Validitas merupakan syarat yang terpenting
dalam suatu alat evaluasi, suatu teknik evaluasi
dikatakan mempunyai validitas tinggi jika teknik
evaluasi atau tes itu dapat mengukur apa yang
sebenarnya akan diukur. Atau, seperti dikatakan
oleh Cronbach : “ How well a test or evaluative technique
does the job that it is employed to do .” validitas bukanlah
suatu ciri atu sifat yang mutlak dari suatu
teknik evaluasi, ia merupakan suatu ciri yang
relatif terhadap tujuan yang hendak dicapai oleh
pembuat tes (Purwanto, 2001 : 137-138).
Menghitung validitas suatu butir soal digunakan
dengan rumus korelasi Product Moment :
rxy=N(ΣXY )−(ΣX ).(ΣY )
√ {N(ΣX2 )−(ΣX)2 }{N(ΣY2 )−(ΣY )2 }
(Arikunto, 2010: 213)
Keterangan :
rxy = Angka indeks korelasi “r” Product Moment
89
N= Jumlah subjek penelitian (Number of Cases)
XY = Jumlah perkalian skor X dan skor Y
X = Jumlah seluruh skor X
Y = Jumlah seluruh skor Y
Selain menggunakan metode manual dengan rumus
di atas, penulis juga memakai metode digital
dengan menggunakan Excell 2007. Adapun rumus
yang digunakan untuk mencari validitas dengan
Excell 2007 adalah = PEARSON (block item no. Awal : block
item no. Akhir, blok item kolom y) Enter. Dalam perhitungan
uji validitas kriteria yang digunakan r hitung > r
tabel. Validitas suatu tes dinyatakan dengan angka
korelasi koefisien (r). Perhitungan hasil uji
validitas dapat dilihat pada lampiran 12 dan
rekapitulasi hasil uji validitas dengan
menggunakan SPSS dapat dilihat pada lampiran 17.
90
Tabel 3.3 Pedoman untuk memberikan kriteria
validitas
Nilai r Kriteria validitas
0,00 – 0,200,20 – 0,400,40 – 0,700,70 – 0,900,90 – 1,00
sangat rendah (hampir tidakada korelasi)korelasi rendahkorelasi cukupkorelasi tinggi
korelasi sangat tinggi(sempurna)
( Purwanto, 2001 : 139 )
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas belah dua mirip dengan
reliabilitas pecahan setara, terutama dalam
pelaksanaannya. Dalam prosedur ini tes diberikan
kepada kelompok subjek cukup satu kali atau pada
satu saat. Butir-butir soal dibagi menjadi dua
bagian yang sebanding, biasanya dengan
91
membedakan soal nomor genap dengan soal nomor
ganjil. Setiap bagian soal diperiksa hasilnya,
kemudian skor dari kedua bagian tersebut
dikorelasikan untuk dicari koefisien
korelasinya, koefisien korelasi belah dua perlu
diubah ke dalam koefesien korelasi untuk seluruh
soal dengan menggunakan rumus ramalan Sepearmen
Brown.Rekapitulasi uji reliabilitas pada
lampiran 13.
rxy=2.r1/2.1/2
(1+r1/2.1/2)
(Sudjana, 2011 : 18)
Keterangan :
rxy = Koefesien reliabilitas keseluruhan
r1/21/2 = Korelasi (r) dari belah dua
Tabel 3.4 Pedoman untuk memberikan kriteria
reliabilitas
92
Nilai r Kriteria reliabilitas
r11 ≤ 0,200.20 ≤ r11 < 0.400.40 ≤ r11 < 0.600.60 ≤ r11 < 0.800.80 ≤ r11 < 1.00
Derajat reliabilitassangat rendah
Derajat reliabilitasrendah
Derajat reliabilitassedang
Derajat reliabilitastinggi
Derajat reliabilitassangat tinggi
(Sudjana, 2011 : 18)
c. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran atau indeks kesukaran
(difficulty index) adalah menunjukkan persentase
jawaban item yamg benar, maka semakin kecil
persentase menunjukkan makin sulit item
tersebut. (Purwanto, 2001 : 120) Soal dikatakan
memiliki indeks kesukaran baik jika soal
tersebut tidak terlalu mudah atau terlalu sukar.
Untuk mengetahui soal yang diujikan sukar atau
93
mudah, perlu dilihat tingkat kesukarannya dengan
rumus. Rekapitulasi hasil uji tingkat kesukaran
soal dapat dilihat pada lampiran 15 dan lampiran
17.
Keterangan :
TK = Tingkat Kesukaran
BA = Batas Atas
BB = Batas bawah
NA = Jumlah siswa pada kelompok atas
NB = Jumlah siswa pada kelompok bawah
Tabel 3.5 Pedoman untuk memberikan kriteria
tingkat kesukaran
Interval KoefisienKriteria tingkat
kesukaran0 % – 15 %
16 % – 30 %
Sangat sukar (sebaiknya
dibuang)
94
TK = BA + BB x100%
31 % - 70 %
71 % – 85 %
86 % – 100 %
Sukar
Sedang
Mudah
Sangat mudah (sebaiknya
dibuang) (Karnoto, 1996, dalam modul kartimi)
d. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah indeks yang digunakan
dalam membedakan antara peserta tes yang
berkemampuan tinggi dan peserta tes yang
berkemampuan rendah (Surapranata, 2004: 23).
Dalam kebanyakan kasus, jumlah peserta tes
kelompok atas sama dengan jumlah peserta tes
kelompok bawah NA = NB = N, dengan demikian
maka persamaan daya pembeda menjadi.
Rekapitulasi hasil uji daya pembeda soal dapat
dilihat lebih rinci pada lampiran 14 dan
lampiran 16.
95
Dimana :
DP = Indek daya pembeda
BA = Batas atas
BB = Batas bawah
NA = Jumlah siswa salah satu kelompok ”A”
atau ”B”
Tabel 3.6 Pedoman untuk memberikan interpretasikriteria daya pembeda
Interval Koefisien Kriteria daya pembeda
Negatif – 9 %
10 % – 19 %
20 % - 29 %
30 % – 49 %
50 % – Ke atas
Sangat buruk (sebaiknya
dibuang)
Buruk (sebaiknya
dibuang)
Agak baik (sebaiknya
perlu direvisi)
Baik
Sangat baik (Karnoto, 1996, dalam modul kartimi)
96
DP = BA – BB x100 %
7.Teknik Analisis Uji Prasyarat
a. Uji N-Gain
Uji N-gain dipergunakan untuk memperoleh
nilai N-gain yang netral, hal ini untuk
menghilangkan anggapan bahwa nilai N-gain yang
terbesar menunjukan daya ingat yang baik.
Adapun rumus N-gain yang digunakan adalah
sebagai berikut:
Gain = skor post test – skor pre testskor maksimum – skor pre test
Tabel 3.7 Pedoman untuk memberikan interpretasikriteria N-Gain
Interval Koefisien Kriteria N- GainN – Gain ≥ 0,7
0,7 N- Gain ≥ 0,3
N- gain < 0,3
Tinggi
Sedang
Rendah (Meltzer, 2002)
97
Hasil rekapitulasi nilai N-gain dapat
dilihat secara rinci pada lampiran 22 untuk
gain eksperimen dan untuk N-gain kontrol.
b. Uji Normalitas Data
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui
apakah sebaran data tersebut normal atau tidak.
Kriteria normalitas data:
Ho = sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal
Ha = sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi tidak normal
Jika nilai probabilitas atau sig. < 0,05 maka Ha
di terima, sedangkan Ho di tolak (Data tidak
normal)
Jika nilai probabilitas atau sig. > 0,05 maka
Ha di tolak sedangkan Ho di terima (Data
98
normal). Hasil uji normalitas dapat dilihat
pada lampiran 23.
c. Tes Homogenitas
Uji homogenitas variansi sangat diperlukan
sebelum kita membandingkan dua kelompok atau
lebih, agar perbedaaan yang ada bukan
disebabkan oleh adanya perbedaan data dasar.
Adapun Ho menyatakan variansi homogen, sedangkan
Ha menyatakan variansi tidak homogen. (Irianto,
2010; 276). Hasil rekapitulasi uji homogenitas
dapat dilihat pada lampiran 23.
8.Uji Beda (Uji Hipotesis)
Hipotesis ialah pernyataan sementara yang perlu
diuji kebenarannya. Untuk menguji kebenaran sebuah
hipotesis digunakan pengujian yang disebut pengujian
hipotesis atau pengetesan hipotesis, (Usman,
99
2009:119). Uji hipotesis digunakan untuk menjawab
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu:
Ha : Terdapat perbedaaan keterampilan berfikir
kreatif siswa yang menerapkan model pembelajaran
kooperatif MURDER dengan siswa yang menerapkan metode
ceramah pada materi ekosistem kelas X di SMAN 1
Jamblang.
Pada penelitian ini untuk menguji hipotesis
penulis menggunakan uji t (Independent Sample t Test), hal
ini berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas
yang menyatakan data bersifat normal dan homogen
sehingga tidak dilakukan uji yang lainnya. Uji
Independent Sampel t Test digunakan untuk membandingkan
selisih dua rata-rata dari dua sampel yang
berpasangan dengan asumsi data berdistribusi normal,
(S Uyanto, 2006 ). Sampel yang dimaksud adalah
sampel yang sama namun mengalami proses pengukuran
100
maupun perlakuan yang berbeda. Hasil uji hipotesis
lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 24.
101
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : PT Rineka Cipta
2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta
. 2011. Dasar - Dasar Evaluasi pendidikan.
Jakarta : PT Bumi Aksara
Arikunto dan Jabar.2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta
: PT Bumi Aksara
Hamzah, B.U. (2006). Orientasi Baru Dalam Psikologi
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Irianto, Agus. 2010. Statistik Konsep Dasar, Aplikasi, dan
Pengembangannya. Jakarta : Kencana
102
Jamarah, S.B. (2005). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi
Edukatif. Jakarta: Asdi Mahasatya
Karnoto. 1996. Mengenal Analisis Tes (Pengantar ke Program Komputer
Anates) : Bandung : IKIP bandung
Meltzer, D,E. 2002. The Relationship Between Mathematict
Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics : A Possible
“Hidden Variabel” in Diagnostic Pretes Score.
www.physicseducation.net/docs
/Addendum_on_normalized_gain. pdf. [25 Juni 2012]
Mulyadi. 2010. Pengembangan Model Evaluasi Pendidikan Agama di
Sekolah. Malang : UIN Maliki Press
Nggermanto, A. 2001. Quantum Quotient. Bandung : Nuansa
Purwanto, Ngalim. 2001. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi
Pengajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Pratiwi, et, all. 2000. Buku Penuntun Biologi untuk SMU Kelas 1.
103
Jakarta : Erlangga
Riduwan. 2009. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan
Peneliti Pemula. Bandung : Alfabeta
Rachmawati, Y dan Kurniati, E. 2005. Strategi Pengembangan
Kreativitas pada Anak. Jakarta : Kencana Prenada Media
Group
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada
Media
Sardiman. (1996). Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Sudjana, Nana . 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.
Bandung : PT.Remaja Rosdakarya
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi.
Jakarta : PT. Rineka Cipta
104
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung : CV. Alfabeta
Syamsuri, Istamar. 2007. Biologi untuk SMA kelas X. Malang :
Erlangga
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan
Baru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif
Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum.
Jakarta : Kencana
Usman, H. 2009. Pengantar Statistika. Yogyakarta : PT Bumi
Aksara
Yamin, Martinis. 2006. Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia.
Jakarta : Gaung Persada Pres
Zuchdi, D. 2008. Humanisasi Pendidikan. Yogyakarta : PT Bumi
Aksara
105