PRIN

106
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan, seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks. Karena sifatnya yang kompleks itu, maka tidak sebuah batasan pun yang cukup memadai untuk menjelaskan arti pendidikan secara lengkap. Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam, dan kandungannya berbeda yang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut mungkin karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan, karena falsafah yang melandasinya. Beberapa kritik yang ditujukan cara pendidik mengajar yang terlalu menekankan pada penguasaan konsep. Penumpukan konsep pada siswa dapat saja kurang bermanfaat bahkan tidak bermanfaat sama sekali. Kalau hal tersebut hanya dikomunikasikan oleh guru kepada siswa melalui satu arah seperti menuang air ke dalam 1

Transcript of PRIN

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan, seperti sifat sasarannya yaitu

manusia, mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat

kompleks. Karena sifatnya yang kompleks itu, maka tidak

sebuah batasan pun yang cukup memadai untuk menjelaskan

arti pendidikan secara lengkap. Batasan tentang

pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam,

dan kandungannya berbeda yang satu dengan yang lain.

Perbedaan tersebut mungkin karena orientasinya, konsep

dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan,

karena falsafah yang melandasinya.

Beberapa kritik yang ditujukan cara pendidik

mengajar yang terlalu menekankan pada penguasaan

konsep. Penumpukan konsep pada siswa dapat saja kurang

bermanfaat bahkan tidak bermanfaat sama sekali. Kalau

hal tersebut hanya dikomunikasikan oleh guru kepada

siswa melalui satu arah seperti menuang air ke dalam

1

sebuah gelas, Rampengan 1993 : 1 (dalam Trianto, 2011 :

89). Tidak dapat diragukan lagi kebenarannya, bahwa

konsep merupakan suatu hal yang sangat penting, namun

bukan terletak pada konsep itu sendiri, tetapi terletak

pada bagaimana konsep itu diterima oleh siswa dengan

baik kemudian diimplementasikan dalam kehidupan sehari-

hari. Pentingnya pemahaman konsep dalam proses mengajar

sangat mempengaruhi sikap, keputusan, dan cara-cara

memecahkan masalah. Untuk itu yang terpenting terjadi

belajar yang bermakna dan tidak hanya seperti menuang

air dalam gelas pada siswa.

Kenyataan di lapangan siswa hanya menghafal konsep

dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut dalam

kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang

dimiliki. Lebih jauh lagi, bahwa siswa kurang mampu

menentukan masalah dan merumuskannya. Berbicara

mengenai proses pembelajaran dan pengajaran, apalagi

dikaitkan dengan pemahaman siswa terhadap materi ajar.

Walaupun demikian, kita menyadari bahwa ada siswa yang

2

mampu memiliki tingkat hafalan yang baik terhadap

materi yang diterimanya. Namun kenyataan mereka sering

kurang memahami dan mengerti secara mendalam

pengetahuan yang bersifat hafalan tersebut, Depdiknas

2002 : 1 (dalam Trianto, 2011 : 90).

Pemahaman yang dimaksud ini adalah pemahaman siswa

terhadap dasar kualitatif di mana fakta-fakta saling

berkaitan dengan kemampuan untuk menggunakan

pengetahuan tersebut dalam situasi baru. Sebagian besar

siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang mereka

pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan

dimanfaatkan atau diaplikasikan pada kehidupan sehari-

hari.

Ada banyak upaya yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan mutu suatu pendidikan. Salah satu upaya

untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah melalui

peningkatan kualitas pembelajaran yang sebagian besar

ditentukan oleh pembelajaran yang direncanakan dan

dilaksanakan oleh para pengajar. Selain itu, tolak ukur

3

keberhasilan proses pembelajaran juga sangat ditentukan

oleh faktor guru sebagai pengajar, yang dimaksudkan

dalam hal ini adalah murid, sarana dan prasarana

belajar yang tersedia, keadaan kelas, serta metode

pembelajaran yang digunakan.

Pembelajaran merupakan ciri pendekatan

kontekstual. Landasan berfikir KTSP adalah

konstruktivis yang esensinya adalah siswa harus

menemukan dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan di

benak sendiri dan memberi makna melalui pengalaman

nyata. Pelajaran akan bermakna bila dikaitkan dengan

konteks kehidupan nyata. Beberapa permasalahan yang

menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa

diantaranya, pertama dalam pembelajaran yang

dilaksanakan di kelas kurang memperhatikan pengetahuan

awal siswa, serta guru kurang maksimal dalam menggali

pengetahuan siswa yang relevan dengan materi yang akan

dikaji, hal ini menyebabkan siswa tidak mampu

melaksanakan allegoris secara maksimal.

4

Kedua, proses pembelajaran masih berpusat pada

guru yang menyebabkan siswa kurang ikut berpartisipasi

dalam kegiatan proses pembelajaran. hal itu akan

menjadikan suasana dalam proses pembelajaran tidak

menyenangkan dan menggairahkan, sehingga berdampak pada

prestasi belajar siswa yang kurang memuaskan. Padahal

guru memiliki kemampuan untuk mengembangkan interaksi

belajar, sehingga siswa terlibat aktif dalam proses

pembelajaran.

Ketiga, siswa kurang mampu untuk melakukan

analisis dan sintesis terhadap permasalahan yang

diberikan. Hal ini terlihat jarangnya siswa untuk

memberikan penjelasan terhadap konsep yang diberikan.

Guru juga jarang memberikan siswa kesempatan untuk

mengembangkan pengetahuannya dalam proses pembelajaran

yang mengakibatkan rendahnya prestasi belajar siswa

khususnya pada mata pelajaran IPA.

Sebagai upaya untuk meminimalisasi permasalahan

yang ditemukan dan untuk meningkatkan hasil belajar

5

siswa, maka diterapkan salah satu tipe dari model

pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran

kooperatif tipe MURDER. Alasan mengapa model ini

dipilih adalah karena sesuai dengan kondisi siswa yang

heterogen, dan dalam kegiatan pembelajaran jarang

digunakan sistem kelompok. Hal ini yang mendukung

adalah karena keunggulan dari model itu sendiri.

Model pembelajaran koopertaif tipe MURDER, guru

membentuk kelompok dengan kemampuan, maupun jenis

kelamin yang heterogen. Model ini menuntut siswa

sendiri aktif dalam membangun pengetahuannya. Lebih

menekankan pada aktivitas siswa dalam menemukan konsep-

konsep yang didiskusikan, dan guru berperan sebagai

mediator, fasilitator, dan motivator yang

mengkondisikan suasana dan mengorganisasikan siswa

untuk dapat membangun pengetahuannya.

Model pembelajaran kooperatif tipe MURDER

mempunyai enam langkah yaitu: 1) Mood (Suasana Hati),

2)Understand (Pemahaman), 3) Recall (Pengulangan), 4)

6

Detect (Penelaahan), 5) Elaborate (Pengembangan), 6)

Review (Meninjau Kembali). Dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe MURDER, maka model ini

akan memberikan pengaruh positif terhadap pembelajaran

IPA. Berdasarkan langkah model pembelajaran MURDER,

Mood akan menuntun anggota kelompok dalam mempersiapkan

diri seoptimal mungkin dan guru berusaha mengkondisikan

siswa pada situsi belajar yang nyaman. Understand akan

mengarahkan anggota kelompok untuk mencermati poin-

poin dalam suatu masalah. Recall akan menuntun

anggota kelompok untuk memberikan sajian lisan terhadap

materi yang diberikan oleh anggota kelompok lain.

Detect akan menuntun anggota kelompok untuk mendeteksi

apa yang dilakukan oleh anggota kelompok lain terhadap

munculnya kesalahan atau kealfaan catatan. Elaborate

anggota kelompok memberikan contoh atau aplikasi materi

yang telah dibaca. Review menuntun anggota kelompok

untuk melakukan peninjauan kembali terhadap langkah

Mood, Understand, Recall, Detect, Elaborate. Langkah Review akan

7

memberikan kesempatan kepada masing-masing anggota

kelompok untuk memperoleh struktur pengetahuan baru

yang merupakan hasil refleksi dari pengetahuan

sebelumnya (Sagala, 2008).

Model pembelajaran ini juga dapat menjadikan

pembelajaran lebih bermakna dan tuntas serta dapat

menciptakan iklim pembelajaran konstruktivis dimana

siswa akan dapat mengajukan ide-ide, pertanyaan-

pertanyaan, serta keberanian mempersoalkan sesuatu yang

belum jelas.

Keterampilan berfikir kreatif dapat diterapkan

pada berbagai bidang atau lintas disiplin ilmu. Oleh

karena itu, pengembangan keterampilan berfikir kreatif

merupakan orientasi pendidikan yang cocok dalam situasi

kehidupan yang mengalami perubahan yang sangat cepat,

(Zuchdi, 2008 : 124).

Dunia pendidikan bila terjadi proses belajar, maka

bersama itu pula terjadi proses mengajar. Dalam proses

belajar mengajar terjadi interaksi antara guru dengan

8

siswa dan interaksi itu dapat berbagai macam cara.

Apalagi sekarang banyak sekali metode-metode

pembelajaran yang dapat menjadikan proses belajar

mengajar lebih bervariasi dan diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Karena dengan metode

pembelajaran yang menyenangkan dapat menjadi proses

belajar menjadi tidak cepat bosan dan tidak cepat

jenuh, yang paling penting bagaimana siswa dapat

berperan aktif didalam pembelajaran dan berfikir

kreatif untuk bertanggungjawab akan pembelanjarannya

secara individu dan kelompok, meringkas pembelajaran

melalui pemahaman ide-ide utama materi yang dipelajari,

sehingga proses mengingat informasi akan menjadi lebih

efisien.

Pembelajaran yang akan menggunakan cara berfikir

kreatif siswa yang akan memberikan kemasan pembelajaran

yang lebih inovatif pada materi pencemaran lingkungan

pada kelas X di SMA N 1 Jamblang, di SMA N 1 Jamblang

nilai KKM yang ditetapkan tahun pelajaran 2012 pada

9

kelas X sebesar 70, angka ini menunjukkan standar

penilaian yang cukup tinggi pada mata pelajaran biologi

sehingga, siswa harus mencapai nilai tersebut apabila

mau tuntas dalam materi biologi. Pemilihan materi

pencemaran lingkungan disini dikarenakan banyak peluang

untuk dapat membangkitkan kreativitas siswa untuk dapat

mengeksplor kemampuan mereka untuk dapat menyelesaikan

permasalahan yang ada disekitar lingkungan mereka.

Oleh karena itu pembaharuan dalam proses

pembelajaran yang dapat menimbulkan berfikir tingkat

tinggi pada siswa dapat membangkitkan suasana belajar

dan daya saing diantara siswa dapat berjalan dengan

baik dan akan menghasilkan hasil yang optimal

dikarenakan, proses pembelajaran yang ada di SMA N 1

Jamblang belum secara penuh menggarap potensi kemampuan

siswa untuk dapat berpartisipasi dalam proses

pembelajaran sehingga mereka dapat menemukan sesuatu

yang baru dalam hidupnya, disini guru biologi belum

banyak mencoba beberapa metode yang digunakan dalam

10

proses pembelajaran, sehingga kurang membangkitkan

semangat dan daya berfikir kreatif siswa dalam

pembelajaran, maka perlunya metode yang tepat dan

bervariasi untuk dapat melihat dan mengeksplor

kemampuan siswa untuk dapat mengasah kemampuan setiap

individu. Sehingga penulis mengambil judul “Penerapan

Model Pembelajaran MURDER Terhadap Peningkatkan

Keterampilan Berfikir Kreatif Siswa Pada Pokok Bahasan

Pencemaran Lingkungan Pada Kelas X di SMA N 1

Jamblang”.

B. Rumusan Masalah

Untuk mempermudah mengetahui penjelasan yang ada

dalam skripsi ini, maka penulis membagi pada tiga

bagian, yaitu :

1. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan upaya untuk

mengerucutkan agar permasalahan menjadi lebih

jelas, hingga akhirnya dibagi menjadi tiga bagian

11

lagi yaitu :

a. Wilayah Penelitian

Wilayah kajian dalam penelitian ini berupa model

pembelajaran biologi, adapun penelitian dalam

proposal ini adalah tentang penerapan model

pembelajaran MURDER terhadap peningkatkan

keterampilan berfikir kreatif siswa pada materi

pencemaran lingkungan pada kelas X di SMAN 1

Jamblang.

b. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan teoritik

yang diambil dari sejumlah referensi yang

relavan dan Empirik yaitu menggunakan studi

lapangan yang terkait dengan judul proposal.

c. Jenis Masalah

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah

penerapan model MURDER terhadap peningkatkan

12

keterampilan berfikir kreatif siswa pada materi

ekosistem pada kelas X di SMAN 1 Jamblang.

2. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah

sebagai berikut :

a. Model MURDER yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah suatu penggunaan model dalam kegiatan

pembelajaran dengan jalan melatih siswa

menghadapi berbagai masalah yang ada dengan

orientasi pembelajaran seperti observasi

langsung, analisis video, diskusi dan

presentasi. Permasalahan yang harus diselesaikan

sudah diciptakan oleh guru untuk dipecahkan

secara bersama-sama seperti menentukan

perbedaaan jenis pencemaran lingkungan,

menganalisis video peristiwa pembuangan limbah

pabrik dan produk dari limbah.

13

b. Berfikir kreatif yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah perilaku yang memiliki

daya cipta, kemampuan untuk menciptakan dan

mengungkapkan gagasan baru dalam memahami suatu

konsep pencemaran lingkungan dan kemampuan

mengungkapkan gagasan baru dalam menyelesaikan

masalah, Poerwodarminto,2002: 599, (dalam Sri

Wulan : 2010). Sedangkan indikator berfikir

kreatif yang digunakan adalah Indikator berfikir

kreatif menurut Torrence (1968) dalam Lawson A

(1980 : 243). Sedangkan dalam penelitian ini

siswa dituntut untuk dapat berfikir kreatif

seperti membuat produk dari limbah, dapat

membedakan jenis-jenis pencemaran lingkungan.

3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat

dirumuskan sebagai berikut :

14

a. Bagaimanakah penerapan model MURDER terhadap

peningkatkan keterampilan berfikir kreatif siswa

pada materi pencemaran lingkungan pada kelas X

di SMAN 1 Jamblang ?

b. Adakah perbedaan pembelajaran antara kelas

yang menggunakan penerapan model MURDER dengan

menggunakan penerapan metode ceramah terhadap

peningkatkan keterampilan berfikir kreatif siswa

pada materi pencemaran lingkungan pada kelas X

di SMAN 1 Jamblang?

c. Bagaimana respon siswa dalam penerapan model

MURDER terhadap peningkatkan keterampilan

berfikir kreatif siswa pada materi pencemaran

lingkungan pada kelas X di SMAN 1 Jamblang ?

C. Tujuan Penelitian

15

Adapun penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk :

1. Untuk mengkaji penerapan model MURDER terhadap

peningkatkan keterampilan berfikir kreatif siswa

pada materi pencemaran lingkungan pada kelas X di

SMAN 1 Jamblang.

2. Untuk mengkaji seberapa besar perbedaaan

pembelajaran dengan penerapan model MURDER

terhadap peningkatkan keterampilan berfikir

kreatif siswa pada materi pencemaran lingkungan

pada kelas X di SMAN 1 Jamblang.

3. Untuk mengkaji respon siswa melalui penerapan

model MURDER terhadap peningkatkan keterampilan

berfikir kreatif siswa pada materi pencemaran

lingkungan pada kelas X di SMAN 1 Jamblang.

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

gambaran tentang proses pembelajaran yang berbasis

16

berfikir kreatif siswa untuk dapat meningkatkan

daya berfikir tingkat tinggi sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Dan melatih

untuk berfikir dalam mempertanggungjawabkan akan

pembelajarannya secara mandiri dan kelompok,

meringkas pembelajaran melalui pemahaman ide-ide

utama materi yang dipelajari, sehingga proses

mengingat informasi akan menjadi lebih efisien.

2. Untuk Guru

Diharapkan dapat memberikan kontribusi positif

bagi para pendidik, khususnya bagi para guru

biologi untuk dapat menerapkan metode berfikir

kreatif dalam proses pembelajaran sehingga dapat

meningkatkan daya saing diantara mereka dan

merencanakan strategi pembelajaran baru yang dapat

meningkatkan kemampuan berfikir siswa.

3. Untuk Lembaga

Dengan penerapan model kooperatif MURDER terhadap

peningkatkan keterampilan berfikir kreatif siswa

17

pada materi pencemaran lingkungan dapat memberikan

sumbangan informasi yang efektif menjadi wacana

dan tolak ukur bagi para insan pendidikan untuk

dapat membiasakan berfikir kreatif dalam kehidupan

sehari-hari.

E. Kerangka Berfikir

Dalam proses belajar mengajar merupakan suatu

kegiatan yang terpadu karena adanya interaksi antara

guru dengan siswa dan siswa dengan siswa lainnya pada

saat proses pembelajaran berlangsung. Pada dasarnya

belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan

adanya perubahan diri seseorang. Perubahan sebagai

hasil belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk

seperti berubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan

tingkah lakunya, keterampilannya, kecapakan dan

kemampuannya, daya kreasinya, daya penerimaannya dan

aspek lain yang ada pada diri individu, (Sudjana,

2002 : 28).

18

Upaya untuk meningkatkan keterampilan berfikir

kreatif siswa tidak terlepas dari adanya interaksi yang

baik antara siswa dan guru dalam proses pembelajaran,

guru harus memikirkan cara bagaimana terjadinya

interaksi yang aktif dimana tercipta suatu lingkungan

belajar yang dapat menguatkan keterampilan berfikir

siswa dalam hal ini guru hanya bertindak sebagai

fasilitator dari pada sumber informasi primer. Oleh

karena itu pola berfikir tersebut perlu dikembangkan di

sekolah dan kemudian diaplikasikan dalam kehidupan

sehari-hari.

Model pembelajaran kooperatif tipe MURDER

mempunyai enam langkah yaitu: 1) Mood (Suasana

Hati), 2)Understand (Pemahaman), 3) Recall

(Pengulangan), 4) Detect (Penelaahan), 5) Elaborate

(Pengembangan), 6) Review (Meninjau Kembali). Dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe MURDER,

maka model ini akan memberikan pengaruh positif

terhadap Pembelajaran Biologi.

19

Berdasarkan langkah model pembelajaran MURDER,

Mood akan menuntun anggota kelompok dalam

mempersiapkan diri seoptimal mungkin dan guru berusaha

mengkondisikan siswa pada situsi belajar yang nyaman.

Understand akan mengarahkan anggota kelompok untuk

mencermati poin-poin dalam suatu masalah. Recall akan

menuntun anggota kelompok untuk memberikan sajian lisan

terhadap materi yang diberikan oleh anggota kelompok

lain. Detect akan menuntun anggota kelompok untuk

mendeteksi apa yang dilakukan oleh anggota kelompok

lain terhadap munculnya kesalahan atau kealfaan

catatan. Elaborate anggota kelompok memberikan contoh

atau aplikasi materi yang telah dibaca. Review menuntun

anggota kelompok untuk melakukan peninjauan kembali

terhadap langkah Mood, Understand, Recall, Detect,

Elaborate. Langkah Review akan memberikan kesempatan

kepada masing-masing anggota kelompok untuk memperoleh

struktur pengetahuan baru yang merupakan hasil refleksi

dari pengetahuan sebelumnya (Sagala, 2008).

20

Dalam hal ini guru menyiapkan materi tentang

pencemaran lingkungan, kemudian para siswa dibagi

menjadi beberapa kelompok kecil untuk melakukan

observasi di lingkungan sekolah, yang tempatnya telah

diatur oleh guru, mereka mencatat tentang jenis-jenis

pencemaran lingkunan dan penyebab pencemaran tersebut.

Observasi lapangan ini dilakukan oleh kelas ekperimen

saja sedangkan kelas kontrol proses pembelajaran dengan

menggunakan metode ceramah.

Sebelum proses pembelajaran dimulai dan untuk

mengetahui kemampuan kognitif siswa maka akan dilakukan

pretest diawal proses pembelajaran, sehingga akan

didapatkan hasil kemampuan siswa dalam memahami materi

pencemaran lingkungan. Hasil observasi akan dijadikan

bahan diskusi dan presentasi bagi siswa dan mencoba

menyelesaikan masalah yang ada di lingkungan sekolah

untuk dapat di pecahkan secara kreatif.

Aspek kreativitas dan kemampuan masalah yang harus

dikembangkan oleh siswa menunjukkan bahwa kemampuan

21

pemecahan masalah sangat penting dalam mencari jawaban

dan jalan keluarnya untuk menyelesaikan masalah,

sedangkan ciri-ciri pembelajaran pemecahan masalah

yaitu: pengajuan pertanyaan atau masalah oleh siswa

untuk dapat mengungkapkan ide kreatifnya, memusatkan

keterkaitan antara disiplin, penyelidikan auntentik,

kerjasama dan menghasilkan karya, maka pembelajaran

pemecahan masalah ini sesuai jika diterapkan untuk

mewujudkan tujuan pembelajaran biologi.

Berdasarkan tahapan-tahapan dalam pembelajaran

pemecahan masalah yang, mengembangkan dan menyajikan

hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi hasil

pemecahan masalah. Maka dimungkinkan munculnya ide-ide

siswa dalam menanggapi dan menyelesaikan permasalahan

yang bermakna dan berkualitas kreativitas siswa dapat

muncul dan berkembang, seperti contoh siswa dapat

membedakan jenis pencemaran lingkungan, siswa dapat

mengetahui penyebab pencemaran lingkungan, siswa dapat

menganalisis dampak pencemaran lingkungan dari video

22

yang ditayangkan, siswa mampu membuat produk daur ulang

limbah dan laporan hasil pengamatan sebagai hasil karya

cipta dari berfikir kreatif yang berupa produk.

23

KelasEksperimen

KelasKontrol

Pre TestMateri

PencemaranMetodeCeramah

Model MURDER

Pembuatan Produk

Diskusi/Presenta

Observasi

Post Test

ProsesPembelajaran

MateriPembelajaran

Guru

Siswa

Gambar 1.1 : Bagan Kerangka Pemikiran

F. Hipotesis

Ha : Terdapat perbedaaan keterampilan berfikir

kreatif siswa yang menerapkan model pembelajaran

kooperatif MURDER dengan siswa yang menerapkan

metode ceramah pada materi pencemaran lingkungan

kelas X di SMAN 1 Jamblang.

BAB II

24

KeterampilanBerfikir

TINJAUAN PUSTAKA

A. Model MURDER

1. Definisi Model MURDER

Pembelajaran kooperatif MURDER merupakan

pembelajaran yang diadaptasi dari buku karya Bob

Nelson “The Complete Problem Solver” yang

merupakan gabungan dari beberapa kata yang

meliputi:

a. Mood (Suasana Hati)

Mood adalah istilah bahasa inggris yang artinya

suasana hati. Dalam belajar suasana hati yang

positif bisa menciptakan semangat belajar sehingga

konsentrasi belajar dapat dicapai semaksimal

mungkin dan dapat menyerap apa yang telah

dipelajari. Oleh karena itu, jika suasana hati

tidak mendukung, maka semua konsentrasi akan

dibuyarkan dengan pikiran-pikiran yang tidak

25

penting untuk difikirkan. Ciptakan suasana hati

yang positif ketika kita belajar sebuah ilmu.

Proses pembelajaran adalah proses yang dapat

mengembangkan seluruh potensi siswa. Seluruh

potensi itu hanya mungkin dapat berkembang

manakalah siswa terbebas dari rasa takut dan

menegangkan. Kecerdasan emosional ini berkaitan

dengan pandangan kita tentang kehidupan, kemampuan

kita bergembira, sendirian dan dengan orang lain,

serta keseluruhan rasa puas dan kecewa yang kita

rasakan. Hamzah (2006: 82) menyatakan bahwa

suasana hati umum juga memiliki dua skala, yaitu

sebagai berikut:

1) Optimisme, yaitu kemampuan untuk mempertahankan

sikap positif yang realistis terutama dalam

menghadapi masa-masa sulit. Dalam pengertian

luas, optimisme berarti makna kemampuan melihat

sisi tentang kehidupan dan memelihara sikap

positif, sekalipun kita berada dalam kesulitan.

26

Optimisme mengasumsikan adanya harapan dalam

cara orang menghadapi kehidupan.

2) Kebahagiaan, yaitu kemampuan untuk mensyukuri

kehidupan, menyukai diri sendiri dan orang

lain, dan untuk bersemangat serta bergairah

dalam melakukan setiap kegiatan.

Oleh karena itu perlu diupayakan agar proses

pembelajaran merupakan proses yang menyenangkan

bisa dilakukan, pertama, dengan menata ruangan

yang apik dan menarik, yaitu yang memenuhi unsur-

unsur kesehatan, kedua, melalui pengelolaan yang

hidup dan bervariasi yakni dengan menggunakan pola

dan model pembelajaran, media dan sumber belajar

yang relevan.

b. Understand (Pemahaman)

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia yang

diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

pemahaman adalah mengerti benar atau mengetahui

benar. Pemahaman dapat diartikan juga menguasai

27

tertentu dengan pikiran, maka belajar berarti

harus mengerti secara mental makna dan

filosofisnya, maksud dan implikasi serta aplikasi-

aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa memahami

suatu situasi. Hal ini sangat penting bagi siswa

yang belajar. Memahami maksudnya, menangkap

maknanya, adalah tujuan akhir dari setiap

mengajar. Pemahaman memiliki arti mendasar yang

meletakan bagian-bagian belajar pada proporsinya.

Tanpa itu, maka skill pengetahuan dan sikap tidak

akan bermakna.

Dalam belajar unsur pemahaman itu tidak dapat

dipisahkan dari unsur-unsur yang lain. Dengan

motivasi, konsentrasi dan reaksi, maka siswa dapat

mengembangkan fakta-fakta, ide-ide atau skill

kemudian dengan unsur organisasi, maka subyek

belajar dapat menata hal- hal tersebut secara

bertautan bersama menjadi suatu pola yang logis,

karena mempelajari sejumlah data sebagaimana

28

adanya, secara bertingkat atau angsur-angsur,

siswa mulai memahami artinya dan implikasi dari

persoalan-persoalan secara keseluruhan.

Perlu diingat bahwa pemahaman tidak hanya

sekedar tahu akan tetapi juga menghendaki agar

siswa dapat memanfaatkan bahan-bahan yang telah

dipelajari dan dipahami, kalau sudah demikian maka

belajar itu bersifat mendasar. Pemahaman lebih

tinggi satu tingkat dari pengetahuan. Pemahaman

memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti

dari suatu konsep.

Kemudian perlu ditegaskan bahwa pemahaman

bersifat dinamis, dengan ini diharapkan akan

bersifat kreatif. Ia akan menghasilkan imajinasi

dan pikiran yang tenang, akan tetapi apabila

subyek belajar betul-betul memahami materi yang

disampaikan oleh gurunya, maka mereka akan siap

memberikan jawaban-jawaban yang pasti atas

29

partanyaan-pertanyaan atau berbagai masalah dalam

belajar (Sardiman, 1996: 42-45).

Dalam memahami suatu materi, harus konsentrasi

secara penuh terhadap materi tersebut dengan cara

memahami tiap-tiap kalimat dan mencerna maksud

dari kalimat tersebut. Bisa juga dengan

membanyangkan secara langsung hal yang terjadi

dalam kalimat tersebut dan hendaknya mengikuti

secara runtun aliran suatu materi dengan seksama

karena jika satu materi saja terlewat maka pada

materi berikutnya kemungkinan besar akan sulit

memahaminya.

c. Recall (Pengulangan)

Mengulang adalah usaha aktif untuk memasukkan

informasi kedalam ingatan jangka panjang. Ini

dapat dilakukan dengan “mengikat” fakta kedalam

ingatan visual, auditorial, atau fisik. Otak

banyak memiliki perangkat ingatan. Semakin banyak

perangkat (indra) yang dilibatkan, semakin baik

30

pula sebuah informasi baru tercatat. Me-recall

tidak hanya terhadap pengetahuan tentang fakta,

tetapi juga mengingat akan konsep yang luas,

generalisasi yang telah didistribusikan, definisi,

metode dalam mendekati masalah. Me-recall,

bertujuan agar siswa memiliki kesempatan untuk

membentuk atau menyusun kembali imformasi yang

telah mereka terima (Jamarah, 2005: 108) .

Orang yang tidak mengulang saat belajar

senantiasa memasukkan informasi baru tersebut

lepas. Itu membuat belajar menjadi sulit karena

akan ada lebih sedikit kata dalam otak yang dapat

digunakan untuk mengaitkan atau mengasosiasikan

sejumlah informasi baru berikutnya.

Kegiatan mengulang ini bisa dilakukan setelah

mendapatkan materi tersebut, dapat dilakukan pada

waktu sepulang sekolah, waktu istirahat, dan

diwaktu-waktu senggang lainnya. Pada kegiatan

31

mengulang ini dapat dengan cara membaca ulang

sesuai dengan materi yang telah diberikan,

kemudian merangkumnya dengan bahasa sendiri yang

mudah dipahami. Sehingga secara tidak langsung

membaca sekaligus menghafal materi yang telah

dipelajari.

d. Digest (Penelaahan)

Keberhasilan suatu proses pengajaran diukur

sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran

yang disampaikan guru. Isi atau materi pelajaran

merupakan komponen kedua dalam sistem

pembelajaran. Dalam konteks tertentu, materi

pelajaran merupakan inti dalam proses

pembelajaran. Artinya, sering terjadi proses

pembelajaran diartikan sebagai proses penyampaian

materi. Hal ini bisa dibenarkan manakalah tujuan

utama pembelajaran adalah penguasaan materi

pembelajaran (subject centere teaching). Untuk

dapat menguasai materi pelajaran siswa tidak hanya

32

berpedoman pada satu buku, karena pada dasarnya

ada berbagai sumber yang bisa dijadikan sumber

untuk memperoleh pengetahuan.

Sanjaya (2006: 173-174) menyatakan bahwa

beberapa sumber belajar yang bisa dimanfaatkan

dalam proses belajar di dalam kelas diantaranya

adalah:

1) Manusia Sumber

Alat dan bahan pengajaran misalnya buku-

buku, majalah, koran, dan bahan cetak

lainnya, film slide, foto, gambar, dan lain-

lain.

2) Berbagai Aktifitas dan Kegiatan

Yang dimaksud aktifitas adalah segala

perbuatan yang disengaja dirancang guru untuk

memfasilitasi kegiatan belajar siswa seperti

diskusi, demonstrasi, simulasi, melakukan

percobaan dan lain- lain.

3) Lingkungan (Setting)

33

Lingkungan adalah segala sesuatu yang

dapat memungkinkan siswa belajar, misalnya

gedung sekolah, perpustakaan, taman,

laboratorium, kantin sekolah dan lain- lain

e. Expand (Pengembangan)

Expand artinya pengembangan. Dengan

pengembangan, maka akan lebih banyak mengetahui

tentang hal-hal yang berhubungan dengan materi

yang dipelajari. Ada 3 buah pertanyaan yang dapat

di ajukan untuk mengkritisi materi tersebut yaitu:

1) Andaikan saya bertemu dengan penulis materi

tersebut, pertanyaan atau kritik apa yang

hendak saya ajukan?

2) Bagaimana saya bisa mengaplikasikan materi

tersebut ke dalam hal yang saya sukai?

3) Bagaimana saya bisa membuat informasi ini

menjadi menarik dan mudah dipahami oleh

siswa/mahasiswa lainnya?

f. Review (Pelajari Kembali)

34

Pelajari kembali materi pelajaran yang sudah

dipelajari. Suatu proses pembelajaran akan

berlangsung dengan efektif apabila informasi yang

dipelajari dapat diingat dengan baik dan terhindar

dari lupa. Mengingat adalah proses menerima,

menyimpan dan mengeluarkan kembali informasi yang

telah diterima melalui pengamatan, kemudian

disimpan dalam pusat kesadaran setelah diberikan

tafsiran.

Proses mengingat banyak dipengaruhi oleh

berbagai faktor yang meliputi faktor individu,

faktor sesuatu yang harus diingat, dan faktor

lingkungan. Dari individu, proses mengingat akan

lebih efektif apabila individu memiliki minat yang

besar, motivasi yang kuat, memiliki metode

tertentu dalam pengamatan dan pembelajaran. Maka

dari itulah mempelajari kembali materi yang sudah

dipelajari merupakan usaha agar ingatan itu tidak

mudah lepas.

35

Langkah- langkah penerapan strategi

pembelajaran MURDER adalah sebagai berikut:

1) Langkah pertama berhubungan dengan suasana

hati (mood) adalah ciptakan suasana hati yang

positif untuk belajar. Hal ini bisa dilakukan

dengan cara menentukan waktu, lingkungan dan

sikap belajar yang sesuai dengan kepribadian

siswa.

2) Langkah kedua berhubungan dengan pemahaman

adalah segera tandai bahan pelajaran yang

tidak dimengerti. Pusatkan perhatian pada mata

pelajaran tersebut atau ada baiknya melakukan

bersama beberapa kelompok latihan.

3) Langkah ketiga berhubungan dengan pengulangan

adalah setelah mempelajari satu bahan dalam

suatu mata pelajaran, segeralah berhenti.

Setelah itu, ulangi membahas bahan pelajaran

itu dengan kata-kata siswa.

36

4) Langkah keempat yang berhubungan dengan

penelaahan adalah segera kembali pada bahan

pelajaran yang tidak dimengerti. Carilah

keterangan mengenai mata pelajaran itu dari

artikel, buku teks atau sumber lainnya. Jika

masih belum bisa, diskusikan dengan guru atau

teman kelompok.

5) Langkah kelima berhubungan dengan

pengembangan adalah tanyakan pada diri sendiri

mengenai tiga masalah di bawah ini, begitu

selesai mempelajari satu mata pelajaran,

yaitu:

a) Andaikan bisa bertemu dengan penulis

materi, pertanyaan atau kritik apa yang

diajukan?

b) Bagaimana bisa mengaplikasikan materi

tersebut pada hal yang disukai?

37

c) Bagaimana bisa membuat informasi ini

menjadi menarik dan mudah dipahami oleh

siswa lainnya?

6) Langkah keenam yang berhubungan dengan review

adalah pelajari kembali materi pelajaran yang

sudah dipelajari.

Tabel 2.1. Sintak pengajaran pemecahan masalahNo.

TahapPembelajaran Kegiatan guru Kegiatan Siswa

1. Mood(Suasana Hati)

Memberikaninformasi,

fenomena-fenomenamenarik dalam

kehidupan sehari-hari yang terkait

dengan materi pelajaran

Terfokus danada rasa ingin

tahu terhadap materi

yang akandipelajari

Membentuk kelompok Kecil yang

beranggotakan 4orang siswa dan membagi

anggota kelompokkecil

tersebut menjadidua pasang dyad,

yaitu dyad-1 dan dyad-2

Melakukanidentifikasi

terhadapmasalah yang

dihadapi

38

2.Understand(Pemahaman)

Membagi naskahmenjadi

beberapa bagiansehingga dapat

memudahkan siswadalam membagi tugasnya serta

mengarahkan siswauntuk

mencermati aspek-aspek penting yang

terdapat padanaskah tersebut.

Masing-masingdyad dalamkelompok

mencermatipoin-poin dalamsuatu masalah

3.Recall

(Pengulangan)

Mengamatiaktivitas siswa,membantu jika

siswa mengalamikesulitan.

Diskusi

4.Digest

(Penelaahan)

Membimbing danmemfasilitasi

siswa

Pasangan dyad mencermati

penyampaianmateri dan

hasil pemecahanmasalah

5. Elaborate

(Pengembangan)

Membimbing siswadalam melakukan

penilaian

Setiap pasangan dyad

dapatmemberikan

contoh atau aplikasimateri yangtelah dibaca

dari teks,

mengemukakan

39

pendapat dan pertanyaan

terkait dengantopik yang dibahas.

6.Review

(PelajariKembali)

Membimbing siswa untukmenyimpulkanmateri yang

telah dipelajaridan melakukan

evaluasi

Menyimpulkanmateri yang

telah diberikan

2.Keunggulan dan Kelemahan

Keunggulan yang terdapat pada langkah-langkah model

pembelajaran kooperatif MURDER diyakini akan memberikan

pengaruh yang lebih positif dibandingkan dengan

model pembelajaran konvensional

B. Keterampilan Berfikir Kreatif

1. Definisi Keterampilan Berfikir Kreatif

Keterampilan merupakan istilah yang banyak

digunakan baik di lingkungan sekolah maupun di

luar lingkungan sekolah. Pada umumnya orang

menghubungkan kreativitas dengan produk-produk

kreasi, dengan perkataan lain, produk-produk

kreasi itu merupakan hal yang penting untuk

40

menilai kreativitas. Pada hakikatnya, pengertian

kreatif berhubungan dengan penemuan sesuatu,

mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru

dengan menggunakan sesuatu yang telah ada. Ini

sesuai dengan perumusan kreativitas secara

tradisional. Secara tradisional kreativitas

dibatasi sebagai memujudkan sesuatu yang baru

dalam kenyataan. Sesuatu yang baru ini mungkin

berupa perbuatan atau tingkah laku.

Perumusan pengertian kreativitas yang telah

disebutkan di atas adalah perumusan yang

tradisional. Menurut Moreno, (dalam Slameto,

2003 : 146) yang penting dalam kreativitas itu

bukanlah penemuan sesuatu yang belum pernah

diketahui orang sebelumnya, melainkan bahwa produk

kreativitas itu merupakan sesuatu yang baru bagi

diri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu

yang baru bagi orang lain atau dunia pada umumnya,

misalnya seorang siswa menciptakan untuk dirinya

41

sendiri suatu hubungan baru dengan siswa atau

orang lain.

Taylor dan Holland 1962. (dalam Slameto, 2003 :

146), menerangkan bahwa kecerdasan hanya memegang

peranan yang kecil saja di dalam tingkah laku

kreatif, dan dengan demikian tidak memadai untuk

dipakai sebagai ukuran kreativitas. Dalam hubungan

ini Klausmeier dan Ripple (1971), menjelaskan

bahwa janganlah kita lalu berkesimpulan atau

mengharapkan bahwa siswa yang kecerdasannya rendah

atau normal akan dapat menjadi sama kreatifnya

dengan siswa yang kecerdasannya tinggi. Di

kalangan siswa yang tingkat kecerdasannya sama,

terdapat perbedaan kreativitas.

Menurut Nunnally 1970, (dalam Slameto, 2003 :

147) pada umumnya orang-orang kreatif berada pada

10 atau 15 persen tingkat atas dari tes

kecerdasan. Selanjutnya dikatakannya, bahwa jika

jarang menemukan orang yang hasilnya dalam tes

42

kecerdasan normal atau dibawah normal mempunyai

produk-produk kreasi yang menunjukkan potensi

kreativitas. Dalam hal ini kita tidak mengadakan

pemisahan antara cerdas dan kreatif, pembedaan itu

sebaiknya dilakukan antara orang-orang yang cerdas

tetapi tidak kreatif, dengan orang-orang yang

cerdas dan kreatif.

Keterampilan berfikir kreatif, yaitu

keterampilan individu dalam menggunakan proses

berfikirnya untuk menghasilkan suatu ide yang

baru, kontruktif, dan baik, berdasarkan konsep-

konsep yang rasional, persepsi dan intuisi

individu, Suprapto 1997:7, (dalam Zuchdi,

2008:127). Berfikir kreatif melibatkan berfikir

rasional dan imajinatif, kita dapat mengembangkan

kapasitas untuk mengenal pola-pola baru dan

prinsip-prinsip baru, menyatukan fenomena yang

berbeda-beda, dan menyederhanakan situasi yang

kompleks. Inilah hakikat berfikir dan produktif,

43

yang memungkinkan seseorang dapat memecahkan

masalah.

Berfikir kreatif, menurut James C.Coleman dan

Coustance L.hammen 1974:452, (dalam

Ngermanto,2001:73), yang diungkapkan kembali oleh

Jalaludin Rakhmat, adalah “thinking which produces new

methods, new concepts, new understandings, new invention, new

work of art.” Berfikir kreatif diperlukan mulai dari

komunikator yang harus mendesain pesannya.

Berfikir kreatif harus memenuhi tiga syarat.

Pertama, kreatifitas melibatkan respon atau

gagasan yang baru, atau yang secara statistik

sangat jarang terjadi. Tetapi kebaruan saja tidak

cukup tetapi harus mudah dan masuk akal. Kedua,

memecahkan masalah persoalan secara realitis.

Ketiga, kreatifitas merupakan usaha untuk

mempertahankan in-sight yang orisinil, menilai dan

mengembangkannya sebaik mungkin. Definisi

berikutnya diutarakan oleh Csikzentmihalyi (dalam

44

Rachmawati et. all, 2011:14), beliau memaparkan

kreativitas sebagai produk berkaitan dengan

penemuan sesuatu, memproduksi sesuatu yang baru,

daripada akumulasi keterampilan atau berlatih

pengetahuan dan mempelajari buku.

2.Ciri – Ciri Kemampuan Berfikir Kreatif

Sund 1975 (dalam Slameto, 2003 : 147-148)

menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif

dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai

berikut :

a. Hasrat keingintahuan yang cukup besar;

b. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru;

c. Panjang akal;

d. Keinginan untuk menemukan dan meneliti;

e. Cenderung lebih menyukai tugas yang berat

dan sulit;

f. Cenderung mencari jawaban yang luas dan

memuaskan;

g. Memiliki dedikasi bergairah serta aktif

dalam melaksanakan tugas;

45

h. Berfikir fleksibel;

i. Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta

cenderung memberi jawaban lebih banyak;

j. Kemampuan membuat analisis dan sintesis;

k. Memiliki semangat bertanya serta meneliti;

l. Memiliki daya abstraksi yang cukup baik;

m. Memiliki latar belakang membaca yang cukup

luas.

3.Tahapan Berfikir Kreatif

Didalam penyelesaian kreatif tahapan yang

dilalui adalah :

a. Persiapan (Mendefnisikan masalah, tujuan dan

tantangan);

b. Inkubasi (Mencerna fakta dan mengolahnya

dalam pikiran);

c. Iluminasi (Mendesak gagasan bermunculan ke

permukaan);

d. Vertifikasi (Memutuskan apakah solusinya

benar-benar memecahkan masalah);

e. Aplikasi (Mengambil langkah menindaklanjuti

solusi).

46

4.Faktor – faktor yang mempengaruhi berfikir kreatif

Berfikir kreatif tumbuh subur bila didukung

oleh faktor personal dan situasional. Diantaranya

adalah :

a. Kemampuan Kognitif

Termasuk disini adalah kemampuan diatas rata-

rata dan fleksibilitas kognitif. Sedangkan

telah kita ketahui potensi otak kita sangat

besar. Faktor pertama ini dapat kita penuhi

dengan cara mengoptimalkan potensi otak,

salah satu caranya adalah dengan Accelerated

learning.

b. Sikap yang Terbuka

Orang kreatif mempersiapkan dirinya menerima

stimuli internal dan ekternal. Ini adalah

komitmen pribadi yang sangat penting. Saat

kita memiliki sikap terbuka maka banyak

informasi dan kesempatan yang dapat kita

manfaatkan untuk menjadi kreatif.

47

c. Sifat yang Bebas, Otonom, dan Percaya pada

Diri

Orang kreatif tidak senang digiring ingin

menampilkan diri semampu dan semuanya, ia

tidak terlalu terikat dengan konvensi-

konvensi sosial. Mungkin inilah sebabnya,

orang-orang kreatif sering dianggap gila.

5.Indikator Berfikir Kreatif

Indikator berfikir kreatif, menurut Torrence

(1968) dalam Lawson A (1980 : 243), ada beberapa

indikator berfikir kreatif, diantaranya :

a. Tahap Pendahuluan (Mempertinggi Antisipasi)

1) Menghadapi ketidakjelasan dan

ketidakpastian;

2) Pertanyaan untuk peninggian harapan dan

antisipasi;

3) Membangun kesadaran akan masalah yang

dipecahkan, kemungkinan kebutuhan ke depan

atau kesulitan yang dihadapi;

4) Membangun kedalam pengetahuan yang

dimiliki siswa;

48

5) Pertinggi kepedulian dan hasrat ingin

tahu;

6) Membuat akrab/biasa suatu keanehan atau

keganjilan;

7) Membebaskan dari set-set yang

menghambat;

8) Memandang informasi yang sama dari sudut

pandang yang berbeda;

9) Pertanyaan proaktif untuk membuat

pembelajaran berfikir tentang info atau

cara baru;

10) Prediksi info terbatas;

11) Membuat sasaran spesifik ajaran jelas,

menunjukkan hubungan antara sasaran

pembelajaran dan masalah – masalah saat ini

atau karir mendatang;

12) Hanya struktur yang memadai untuk

memberikan petunjuk dan arah;

13) Ambil satu atau lebih maju dari apa yag

diketahui;

14) Siapkan secara fisik terhadap informasi

yang dipresentasikan.

b. Tahap Penanamaan Konsep (Mempertemukan hal-

hal yang diharapkan dan tidak diharapkan dan

amat yang diharapkan)

49

1) Menguatkan kesadaran tentang masalah dan

kesulitan;

2) Menerima keterbatasan-keterbatasan

secara membangun sebagai tantangan dari

pada sinis, dengan memperbaiki dari apa

yang ada;

3) Mendorong sifat-sifat atau kecenderungan

pribadi kreatif;

4) Mempraktekkan proses pemecahan masalah

kreatif sesuai sistematika disiplin dalam

menghadapi masalah dan informasi;

5) Menguraikan secara hati-hati dan

sistematik terhadap informasi yang tersaji;

6) Gali dan uji sesuatu yang masih gelap

dan mencoba memecahkannya penyajian

informasi kurang lengkap dan pembelajaran

mengembangkan pertanyaan untuk menutup

kekurangan - kekurangan tersebut;

7) Memilih hal - hal yang mungkin tidak

relevan;

8) Menjaga senantiasa membuka keterbatasan;

9) Buat hasil akhir teramalkan secara utuh

atau lengkap;

10) Pencarian secara jujur dan realistis;

50

11) Upaya untuk menemukan keterampilan baru

untuk mendapatkan informasi;

12) Mempertinggi dan menguraikan secara

mengejutkan;

13) Upaya memvisualisasi.

c. Tahap Aplikasi Konsep (Melampaui dan

Mempertahankan)

1) Bermain dengan ketidakjelasan;

2) Perdalam kesadaran tentang masalah,

kesulitan dan kesenjangan informasi;

3) Mengakui potensi khas atau unik setiap

anak;

4) Petinggi kepedulian tentang masalah;

5) Tanggapan atau jalan keluar yang

menantang;

6) Melihat keterkaitan yang jelas antara

informasi baru dan karir ke depan;

7) Menerima keterbatasan secara kreatif dan

membangun;

8) Pendalaman penggalian secara kreatif dan

membangun;

9) Pendalaman penggalian, diluar jangkauan

dan penerimaan;

51

10) Membuat berfikir secara meluas itu

susah;

11) Gali informasi yang ada;

12) Menguji impian - impian untuk

mendapatkan jalan keluar dari masalah yang

sebenarnya;

13) Mendorong jalan keluar baik, jalan

keluar dari benturan, kegelapan tak

terpecahkan;

14) Mensyaratkan serangkain uji coba;

15) Tanggapan atau jalan keluar yang

membangun dan menantang;

16) Mempertemukan dan menguji hal - hal

yang bertentangan;

17) Mendorong kearah depan;

18) Menghibur terhadap hal - hal yang masuk

akal;

19) Menciptakan hal - hal lucu dan melihat

aspek jenaka dari informasi yang ada;

20) Mendorong penimbangan berbagai dan

menggunakan beberapa prosedur dari disiplin

dalam pemecahan masalah;

21) Mengaitkan satu informasi dalam disiplin

yang berbeda;

52

22) Melihat informasi yang sama dengan cara

yang berbeda;

23) Mendorong manipulasi gagasan dan atau

objek;

24) Menguji hal - hal yang saling

bertentangan.

C. Tinjauan Konsep Pencemaran Lingkungan

Kajian konsep mata pelajaran biologi pokok

bahasan pencemaran lingkungan sebagai berikut :

1.Kajian konsep

Biologi sebagai bagian dari ilmu pengetahuan

alam merupakan ilmu yang lahir dan berkembang

berdasarkan observasi dan eksperimen yang

bersistem terhadap fenomena alam. Pengetahuan alam

mempelajari tentang gejala alam (benda mati dan

makhluk hidup) yang terdapat dialam nyata.

Pencemaran lingkungan merupakan pokok bahasan

mata pelajaran biologi kelas X semester genap.

Mempunyai standar kompetensi menganalisis

hubungan antara komponen ekosistem, perubahan

53

materi dan energi serta peranan manusia dalam

keseimbangan ekosistem dan kompetensi dasar

Menjelaskan keterkaitan antara kegiatan manusia

dengan masalah perusakan/pencemaran lingkungan dan

pelestarian lingkungan

Pencemaran lingkungan merupakan pokok bahasan

yang sangat luas materinya, meliputi, perubahan

lingkungan, keseimbangan lingkungan, pencemaran

lingkungan, pengelolahan limbah secara terpadu,

pengelolahan limbah, etika lingkungan. Dalam

kegiatan pembelajaran mencangkup kegiatan

pemahaman, pengetahuan, analisis, dan sintesis

materi yang harus dicapai oleh siswa. Materi yang

sangat luas dan waktu pembelajaran yang terbatas,

sehingga memerlukan metode atau strategi khusus

utuk menyampaikan materi tersebut agar kegiatan

pembelajaran menjadi efektif dan menyenangkan bagi

siswa.

54

2.Materi tentang Pencemaran lingkungan

a. Pengertian perubahan lingkungan

Polusi atau pencemaran lingkungan adalah

masuknya atau dimasukkannya makluk hidup, zat

energi, dan atau komponen lain ke dalam

lngkungan atau berubahnya tatanan lingkungan

oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam

sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke

tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan

menjadi kurang atau tidak dapat berfingsi lagi

sesuai dengan peruntukannya (UU Pokok

Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982).

Manusia sebagai makhluk hidup selalu

berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi

tersebut dapat mengakibatkan terjadinya

ketidakseimbangan ekologi, seperti kerusakan

tanah, pencemaran lingkungan, hilangnya satu

populasi, dan sebagainya. Keadaan ini

55

diperparah oleh eksploitasi sumber daya alam

untuk menunjang kehidupan manusia. Adanya

rantai yang putus dalam daur biologi atau daur

materi dapat menyebabkan perubahan linkungan.

Perubahan lingkungan dapat terjadi karena

factor alam dan factor manusia.

Seluk beluk kehidupan makhluk hidup di dalam

lingkungan ini dipelajari dalam cabang ilmu

biologi yang disebut ekologi. Istilah ekologi

dikenalkan pertama kali oleh Ernest Haeckel

(1869, jerman). Ekologi berasal dari kata “oikos”

yang artinya rumah tangga dan “logos” yang

artinya ilmu, berarti secara harfiah ekologi

dapat diartikan sebagai ilmu tentang rumah

tangga makhluk hidup, (Istamar Syamsuri et al.,

2007 : 148 ).

Oleh karena itu ekologi diartikan sebagai

ilmu yang mempelajari baik interaksi di antara

makhluk-makhluk di rumahnya, di tempat

56

tinggalnya, di alamnya atau lingkungan

hidupnya. Atau lebih luas lagi ekologi

mempelajari baik interaksi di antara makhluk-

makhluk hidup, maupun interaksi di antara

makhluk-makhluk hidup dengan lingkungannya.

Dalam ekologi kita mempelajari makhluk-makhluk

hidup itu sebagai kesatuan atau sistem dengan

lingkungan.

b. Pencemaran Lingkungan

Pencemaran atau polusi dapat timbul akibat

kegiatan manusia atau oleh alam (misalnya

gunung meletus). Ilmu linkungan biasanya

membahas pencemaran yang disebabkan oleh

aktivitas manusia.

Berbagai aktivitas manusia hamper selalu

menghasilkan limbah. Masuknya limbah ke dalam

lingkungan berpotensi mencemari udara,

perairan, dan tanah. Pencemaran tidak dapat

57

dihindari, tetapi dapat dikurangi dan

dikendalikan.

Pelaku pencemaran tidak dipandang dalam

tingkat individu, melainkan dalam tingkat

populasi. Pencemaran air yang dilakukan oleh

seorang yang membuang sehelai kertas ke sungai,

mungin tidak berarti apa-apa. Akan tetapi, jika

penduduk kota yanhg berjumalah 3 juta jiwa

masing-masing membuang sehelai kertas ke

sungai, maka ada 3 juta helai kertas di sungai.

Lingkungan disebut tercemar apabila

kemasukan bahan pencemar yang dapat

mengakibatkan gangguan ada makhluk hidup yang

ada di dalamnya. Gangguan akibat pencemaran ada

yang segera tampak akibatnya, misalnya

menyebabkan kelumpuhan, kerusakan organ tubuh,

dan kematian. Akan tetapi, ada pula dampak

pencemaran yang baru dapat dirasakan oleh

keturunannya, misalnya cacat badan, kelainan

58

genetic, kankker, dan kerusakan organ tubuh.

Pencemaran lingkungan umumnya dibedakan menjadi

pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran

tanah, dan pencemaran suara (kebisingan).

1) Pencemaran udara

Udara dikatakan tercemar jika udara

tersebut mengandung unsur-unsur yang

mengotori udara. Bentuk pencemar udara

bermacam-macam, ada yang berbentuk gas dan

ada yang berbentuk partikel cair atau padat.

Pencemaran udara disebabkan oleh asap

buangan, misalnya CO2 hasil pembakaran, debu,

SO2, senyawa hidrokarbon (CH4, C4H10), dan

sebagainya.

2) Pencemaran air

Pencemaran air dapat terjadi baik pada air

sumur, sumber mata air, sungai, bendungan,

maupun air laut. Pencemaran air di daerah

hulu dapat menimbulkan dampak di daerah

59

hilir. Dampak dari pencemaran air yang

sangat menonjol adalah punahnya biota air,

misalnya ikan, yuyu, udang, dan serangga

air.

3) Pencemaran tanah

Pencemaran tanah banyak diakibatkan oleh

sampah organic dan anorganik yang berasal

dari limbah rumah tangga, pasar, industry,

kegiatan pertanian, peternakan, dan

sebagainya. Sampah organic dapat

dihancurkan oleh jasad renik menjadi

mineral, gas, dan air, sehingga membentuk

humus. Sebaliknya, sampah anorganik seperti

besi, aluminium, kaca, dan bahan sintetik

seperti plastic, sulit atau tidak dapat

diuraikan.

4) Pencemaran suara (kebisingan)

Pencemaran suara disebabkan oleh bunyi di

atas 50 desibel. Suara bising dapat

60

ditimbulkan oleh suara mesin indutri,

mobil, sepeda motor, kereta api, pesawat

terbang, serta buni-bunyian keras lainnya.

Suara bising menyebabkan gangguan tidur,

pendengaran, kejiwaan, dan dapat pula

menimbulkan penyakit jantung, gangguan

janin dalam kandungan, dan stress.

c. Dampak pencemaran lingkungan

Dampak Pencemaran Lingkungan terhadap

makhluk hidup semakin hari terus bertambah.

Dampak Negatif yang merugikan kesehatan

terutama untuk tubuh manusia menimbulkan

penyakit dan berbagai macam permasalahan. Baik

penyakit yang langsung dirasakan maupun

penyakit yang timbul karena akumulasi bahan

polutan dalam tubuh manusia. Pembakaran bahan

bakar minyak dan batubara pada kendaraan

bermotor dan industri menyebabkan naiknya

61

kadar CO2 di udara. Gas ini juga dihasilkan

dari kebakaran hutan, yang akan berkumpul di

atmosfer Bumi. Jika jumlahnya sangat banyak,

gas CO2 ini akan menghalangi pantulan panas

dari Bumi ke atmosfer sehingga panas akan

diserap dan dipantulkan kembali ke Bumi.

Akibatnya, suhu di Bumi menjadi lebih panas.

Keadaan ini disebut efek rumah kaca (green

house effect). Selain gas CO2, gas lain yang

menimbulkan efek rumah kaca adalah CFC yang

berasal dari aerosol, juga gas metan yang

berasal dari pembusukan kotoran hewan.

Efek rumah kaca dapat menyebabkan suhu

lingkungan menjadi naik secara global, atau

lebih dikenal dengan pemanasan global. Akibat

pemanasan global ini, pola iklim dunia menjadi

berubah. Permukaan laut menjadi naik, sebagai

akibat mencairnya es di kutub sehingga pulau-

pulau kecil menjadi tenggelam. Keadaan

62

tersebut akan berpengaruh terhadap

keseimbangan ekosistem dan membahayakan

makhluk hidup, termasuk manusia. Akibat lain

yang ditimbulkan pencemaran udara adalah

terjadinya hujan asam. Jika hujan asam terjadi

secara terus menerus akan menyebabkan tanah,

danau, atau air sungai menjadi asam. Keadaan

itu akan mengakibatkan tumbuhan dan

mikroorganisme yang hidup di dalamnya

terganggu dan mati. Hal ini tentunya akan

berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem

dan kehidupan manusia.

d. Pengelolahan lingkungan secara terpadu

Ketika lingkungan menjadi rusak dan tercemar,

dampaknya ternyatamemantul kembali ke manusia.

Jika bumi tercemar dan lingkungan rusak,

manusia tidak mampu menhindar dari dampak

negative yang ditimbulkannya. Pada dasarnya ada

63

tiga prinsip dasar yang dapat dilakukan untuk

melakukan pelestarian lingkungan dan

penanggulangan pencemaran, yaitu secara

administrative (adanya peraturan atau undang-

undang dari pemerintah), secara teknologis

(adanya peralatan pengolahan limbah, pembakar

sampah), dan secara edukatif atau pendidikan

(melakukan penyuluhan kepada masyarakat,

pendidikan disekolah-sekolah).

e. Pengelolaan limbah

Jumlah penduduk yang semakin meningkat

menyebabkan bertambahnya aktivitas manusia

dalam menunjang kehidupannya. Hal ini berakibat

jumlah limbah (sampah) yang dihasilkannya juga

semakin meningkat.

1) Pengertian limbah

Limbah adalah benda yang dibuang, baik

berasal dari alam ataupun dari hasil proses

teknologi. Limbah dapat berupa tumpukan

64

barang bekas, sisa kotoran hewan, tanaman,

atau sayuran.

2) Permasalah limbah

Jika pengelolaan limbah tidak ditangani

dengan baik, sampah akan terus menumpuk

sehingga dampak yang kurang baik bagi

lingkungan sekitarnya. Timbunan sampah di

jalan, halaman, dan tanah kosongyang

dibiarkan begitu saja akan mengundang lalat

dan tikus sehingga bias menjadi factor

penyakit. Selain itu, sampah yang berserakan

di halaman atau pun di jalan akan merusak

pemandangan dan menimbulkan kesan kumuh.

3) Daur ulang dan pemanfaatan ulang limbah

Limbah yang dapat didaur ulang bia berupa

limbah organic maupun anorganik. Contoh

limbah organic misalnya kertas dan dedaunan,

sedangkan limbah anorganik misalnya plastic ,

gelas (botol bekas), alumunium (kaleng), baja

65

hasil konstruksi bangunan, dan lain-lain.

Barang-barang hasil daur ulang memiliki nilai

ekonomis yang tinggi jika dipasarkan.

4) Membuat produk

Akhir-akhir ini, kegiatan membuat produk duar

ulang marak dilakukan. Selain tidak

memerlukan biaya tinggi, daur ulang mudah

untuk dipelajari .

5) Etika Lingkungan

Etika Lingkungan berasal dari dua kata,

yaitu Etika dan Lingkungan. Etika berasal dari

bahasa yunani yaitu “Ethos” yang berarti adat

istiadat atau kebiasaan. Ada tiga teori

mengenai pengertian etika, yaitu: etika

Deontologi, etika Teologi, dan etika

Keutamaan. Etika Deontologi adalah suatu

tindakan di nilai baik atau buruk berdasarkan

apakah tindakan itu sesuai atau tidak dengan

kewajiban. Etika Teologi adalah baik buruknya

66

suatu tindakan berdasarkan tujuan atau akibat

suatu tindakan. Sedangkan Etika keutamaan

adalah mengutamakan pengembangan karakter

moral pada diri setiap orang. Lingkungan

adalah segala sesuatu yang ada di sekitar

manusia yang mempengaruhi kelangsungan

kehidupan kesejahteraan manusia dan makhluk

hidup lain baik secara langsung maupun secara

tidak langsung.

Etika lingkungan merupakan kebijaksanaan

moral manusia dalam bergaul dengan

lingkungannya.etika lingkungan diperlukan

agar setiap kegiatan yang menyangkut

lingkungan dipertimbangkan secara cermat

sehingga keseimbangan lingkungan tetap

terjaga. Etika lingkungan dapat dikategorikan

kedalam etika pelestarian dan etika

pemeliharaan.  Etika pelestarian adalah etika

yang menekankan pada mengusahakan pelestarian

67

alam untuk kepentingan manusia, sedangkan

etika pemeliharaan dimaksudkan untuk

mendukung usaha pemeliharaan lingkungan untuk

kepentingan semua mahluk. Etika lingkungan

dapat dibedakan menjadi etika lingkungan

dangkal (shallow environmental ethics), etika

lingkungan moderat (moderate environmental

ethics) dan etika lingkungan dalam (deep

environmental ethics). Di sini hanya akan

dibicarakan yang pertama dan yang ketiga.

Karena yang kedua merupakan peralihan antara

yang pertama dabn yang kedua.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas X SMAN 1

Jamblang yaitu dijalan Nyi Mas Rarakerta No. 33

68

Desa Sitiwinanguna, Kecamatan Jamblang Kabupaten

Cirebon

B. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Jambalang

merupakan sekolah yang berada di bawah naungan

Kementerian Pendidikan Republik Indonesia, dengan

mata pelajaran yang banyak, akan tetapi dalam ilmu

umumnya seperti biologi, fisik dan kimia disana juga

diajarkan. Di SMAN 1 Jamblang mempunyai beberapa

program penjurusan yaitu IPA dan IPS. Pada kelas X

terdapat 8 kelas, pada kelas XI terdiri dari 9 kelas

yang terdiri dari program IPA 5 kelas dan 4 Kelas

Program IPS sedangkan pada kelas XII terdiri dari 9

kelas, 5 kelas IPA dan 4 kelas IPS.

Selain memiliki ruang belajar, sarana

prasarana disana bisa di katakan lengkap mulai dari

ruang laboratorium IPA, komputer, perpustakaan,

ruang multimedia, ruang extrakulikuler, ruang

69

memasak, musholah, koperasi, kantin serta

dilengkapi dengan ruang guru dan juga ruang tata

usaha ada pula lapangan upacara sekaligus sebagai

lapangan olah raga.

Sehingga proses pembelajaran disana sudah

kiranya berjalan dengan lancar dengan fasilitas yang

telah tersedia seperti contohnya laboratorium,

tetapi pada kenyataannya ketersedian laboratorium

dan atau lingkungan sekolah belum dipergunakan

dengan maksimal dalam proses pembelajaran. tetapi

semua metode dan pendekatan yang guru telah

diterapkan tidak terlepas dari hambatan seperti

faktor guru, siswa, sarana prasarana yang sekolah

sediakan. Seperti praktikum di SMAN 1 Jamblang

jarang dilakukan dikarenakan waktu yang tersedia

sangat terbatas dibandingkan dengan materi yang

harus disampaikan, sehingga praktikum sulit

dilaksanakan setiap minggunya, tetapi praktikum

70

hanya dilaksanakan setiap semester satu kali, itu

pun kalau waktu dan perlengkapan praktikum tersedia.

Proses pembelajaran di SMAN 1 Jamblang telah

menerapkan beberapa metode pembelajaran seperti

diskusi, tanya jawab, tugas kelompok, dan presentasi

tetapi guru belum pernah menilai berfikir kreatif

siswa. Oleh karena itu perlu proses pembelajaran

yang dapat meningkatkan proses pembelajaran sehingga

hasil belajar siswa dapat meningkat dan semangat

belajar juga akan timbul dengan penggunaan model

kooperatif MURDER untuk dapat meningkatkan daya

berfikir kreatif siswa.

C. Langkah - Langkah Pelaksanaan Penelitian

1.Sumber Data

a. Sumber data teoritik, yaitu dari literatur

yang relevan dan terkait dengan penelitian ini

yang mengenai penerapan model kooperatif

MURDER untuk meningkatkan keterampilan

71

berfikir kreatif siswa.

b. Sumber data empirik, yaitu diperoleh secara

penelitian langsung dari objek penelitian

yaitu pada kelas X C dan X G serta melibatkan

guru Biologi kelas X di SMAN 1 Jamblang.

2.Populasi Dan Sampel

a. Populasi

Adalah keseluruhan objek penelitian,

(Arikunto, 2010 : 173), sebagian dari kualitas

hasil dari penelitian bergantung pada teknik

pengumpulan data. Diantara langkah penting

dalam penelitian adalah penetapan dan penarik

sampel, sedangkan kumpulan objek penelitian

disebut populasi dalam hal ini yang menjadi

populasi adalah siswa kelas X yang terdiri

dari sembilan kelas dengan jumlah siswa 342 di

SMAN 1 Jamblang.

b. Sampel

Adalah sebagian anggota populasi yang

72

diambil dengan menggunakan teknik tertentu

yang disebut dengan teknik sampling, (Usman,

2009 : 182). Diantara langkah penelitian

ilmiah adalah penetapan dan penarikan sampel.

Bagian yang diamati disebut sampel, sedangkan

kumpulan objek penelitan disebut populasi.

Sample yang digunakan kelas X C terdiri dari

38 siswa untuk kelas ekperimen dan kelas X G

untuk kelas kontrol terdiri dari 38 siswa.

Sehingga untuk sample terdiri dari 76 siswa

dari jumlah populasi atau setara dengan 27%

dari jumlah populasi sebanyak 342 siswa kelas

X.

3.Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan

teknik pengumpulan data dengan beberapa cara

yaitu sebagai berikut :

a. Tes

73

Tes sebagai alat penilaian adalah

pernyataan-pernyataan yang diberikan kepada

siswa untuk mendapat jawaban dalam bentuk

lisan, dalam bentuk tulisan, atau dalam bentuk

perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya

digunakan untuk menilai dan mengukur hasil

belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif

berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran

sesuai dengan tujuan pendidikan pengajaran.

Sungguhpun demikian, dalam batas tertentu tes

dapat pula digunakan untuk mengukur atau

menilai hasil belajar bidang afektif dan

psikomotorik. ( Sudjana, 2011:35 ).

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini

adalah tes objektif (Pilihan ganda) dengan

lima alternatif jawaban: a, b, c, d, dan e.

dengan teknik penskorannya jawaban benar

diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0.

Pelaksanaan tes ini dilakukan sebanyak dua

74

kali, yaitu pre- test (tes awal) dan post test (tes

akhir), dengan jumlah soal 30 butir soal

pilihan ganda dengan. Sebelum tes ini

digunakan telah terlebih dahulu dilakukan uji

coba kepada siswa kelas XI yang telah

menerima materi pelajaran biologi pada bab

ekosistem. Hasil uji coba tersebut kemudian

dicari validitas, reliabilitas, daya pembeda,

dan tingkat kesukarannya. Hasil data uji

instrument terdapat pada lampiran 10.

b. Angket

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis

yang digunakan untuk memperoleh informasi

dari respon dalam arti laporan tentang

pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui,

Arikunto (2006:151), Bertujuan untuk

mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran

dengan mneggunakan model kooperatif MURDER

dapat membantu meningkatkan keterampilan

75

kreatif siswa. Angket ini berjumlah 20

pertanyaan dan hanya diberikan pada kelas

eksperimen.

Bentuk angket yang digunakan dalam

penelitian ini adalah model skala Likert yang

mengharuskan responden untuk menjawab suatu

pertanyaan dengan jawaban SS (sangat setuju),

S (setuju), KS (Kurang Setuju), TS (tidak

setuju), dan STS (sangat tidak setuju).

Tabel 3.1 Kriteria Interpretasi Skor Angket

Interval KoefisienKriteria tingkat

kesukaran0 % – 20 %

21 % – 40 %

41 % - 60 %

61 % – 80 %

81 % – 100 %

Sangat Lemah

Lemah

Cukup

Kuat

Sangat Kuat Riduwan, 2011 : 89

c. Observasi

76

Observasi adalah teknik pengumpulan data

yang dilakukan secara sistematis dan sengaja

melalui proses pengamatan dan pendekatan

terhadap gejala-gejala yang diselidiki,

(Mulyadi, 2010 : 61). Observasi merupakan

proses yang komplek, suatu proses yang

tersusun dari proses biologis dan psikologis.

Dua di antaranya yang terpenting, yaitu proses

pengamatan dan ingatan. Pada masing-masing

proses ini terkandung sumber kesesatan yang

perlu mendapat perhatian dengan saksama,

(Arikunto dan Jabar, 2004 : 88).

Alat pencatatan observasi berupa, daftar

cek adalah sebuah daftar yang memuat atau

berisi aspek-aspek yang mungkin terhadap dalam

suatu situasi, kegiatan maupun tinggah laku

yang sudah menjadi fokus perhatian atau yang

sedang diamati. Dalam skala penilaian ini

observer memberikan penilaian terhadap tingkah

77

laku dari siswa atas dasar ciri-ciri tingkah

laku yang tercakup dalam skala yang telah

disusun, dalam observasi banyak dipergunakan

alat-alat mekanis, elektronis dan optis. Alat

yang dipergunakan misalnya: kamera, tape recorder,

dan video(Mulyadi, 2010 : 63).

Ket :

P = Persentase untuk setiap kemungkinan

jawaban

F = Frekuensi setiap kemungkinan jawaban

N = Jumlah responden

(Sudjiono, 2002 : 40)

Tabel 3.2 Kategori Berfikir Kreatif Siswa

No Rentang Katagori1 80 % - 100 Sangat

78

P = F / N x 100 %

% Tinggi2 66 % - 79 % Tinggi3 56 % - 65 % Sedang4 40 % - 55 % Rendah

5 < 40 % SangatRendah

(Arikunto, 2009)

d. Dokumentasi

Dokumentasi tidak hanya terbatas pada

bahan-bahan tertulis seperti : RPP, Silabus

melainkan termasuk juga benda-benda hasil

karya siswa. Data yang terkandung dalam

dokumen dapat digali, dikumpulkan dengan

menggunakan daftar centang atau pedoman

dokumentasi. Akan lebih sempurna bila

menggunakan alat perekam seperti kamera foto

maupun kamera video, (Arikunto dan Jabar, 2004

: 90).

4.Desain Penelitian

Secara definisi, desain penelitian mempunyai

dua macam pengertian, yaitu secara luas dan

79

sempit. Secara luas, desain penelitian adalah

semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan

pelaksanaan penelitian. Dalam hal ini komponen

desain dapat mencakup semua struktur penelitian

yang diawali sejak menemukan ide, menentukan

tujuan, kemudian merencanakan proses penelitian,

yang di dalamnya mencangkup perencanaan

permasalahan, merumuskan, menentukan tujuan

penelitian, mencari sumber informasi dan melakukan

kajian dari berbagai pustaka, menentukan metode

yang digunakan, analisis data dan mengetes

hipotesis untuk mendapatkan hasil penelitian, dan

sebagainnya.

Lebih lanjut (babbie, 1983), tentang desain

penelitian yang mengatakan bahwa research design

addresses the planning of scientific inquires. (Sukardi,

2008 : 185). Adapun jenis desain penelitian yang

akan digunakan dalam penelitian ini adalah

randomized subjects pretest and posttest control group desain.

80

(Sugiyono, 2012: 223)

Dimana :

R = Kelompok eksperimen dan kontrol

diambil secara acak

O1 & O3 = Kedua kelompok tersebut diobservasi

dengan pretest

O2 & O4 = Pemberian post test

X = Kelompok eksperimen yang diberi

treatment.

Pada penelitian ini digunakan dua kelompok

siswa yaitu kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen. Kelompok kontrol sebagai kelompok

siswa yang tidak menggunakan model pembelajaran

kooperatif MURDER dan kelompok eksperimen sebagai

kelompok yang menggunakan model pembelajaran

kooperatif MURDER untuk meningkatkan berfikir

81

R O1 X O2

R O3

kreatif dengan melakukan observasi lapangan,

diskusi, presentasi dan pembuatan produk dalam

pelaksanaan pembelajarannya. Sebelum mendapat

perlakuan yaitu pembelajaran dengan dan tanpa

menggunakan model pembelajaran kooperatif MURDER

untuk meningkatkan berfikir kreatif, kedua

kelompok tersebut diberi test awal (pre-test).

5.Prosedur Penelitian

Berdasarkan alur di atas, maka prosedur

penelitian dilakukan meliputi:

1. Tahap Persiapan

a. Melakukan observasi awal untuk

mengetahui kondisi sekolah dan pengajaran

biologi oleh guru mata pelajaran di SMAN 1

Jamblang yang akan di jadikan sebagai tempat

penelitian.

b. Penyusunan instrumen

penelitian

82

Langkah-langkah penyusunan soal-soal adalah

sebagai berikut:

1) Membatasi materi yang akan digunakan untuk

tes

2) Menentukan batas waktu untuk mengerjakan

soal

3) Menentukan kisi-kisi soal

4) Menentukan tipe soal

5) Menentukan jumlah soal atau butir soal

yang akan diujikan

Dalam penelitian ini menggunakan soal-soal

yang berbentuk pilihan ganda (Multiple

Choice) dengan lima alternatif jawaban dan

jumlah soalnya sebanyak 30 butir soal.

Teknik penskorannya jawaban benar diberi

nilai 1 dan jawaban salah diberi skor 0.

Alasan penggunaan tes obyektif karena tes

ini dapat menjamin keobyektifan dari

peserta tes maupun korektor disamping

83

materi yang diujikan dapat mencakup

sebagian besar bahan pelajaran.

c. Membuat perangkat pembelajaran

berupa pembuatan RPP, Silabus,dan LKS

d. Uji coba instrument. Instrumen

yang diuji cobakan adalah tes objektif. Uji

coba instrumen ini dilakukan untuk mengetahui

apakah instrumen yang dibuat oleh peneliti

baik dan bisa digunakan dalam penelitiannya.

Uji coba ini dilakukan diluar sampel. Angket

dikonsultasikan kepada ahlinya dan disebarkan

kepada sampel, yaitu kelas eksperimen saja.

e. Analisis hasil instrumen uji

coba soal berupa validasi, reliabilitas, daya

pembeda dan tingkat kesukaran

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memberikan pre test kepada kedua

kelas

84

b. Melakukan analisis data tahap

awal

c. Memberikan post test kepada

kedua kelas

d. Melakukan analisis data tahap

akhir

3. Tahap Pelaporan

Membuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari

hipotesis penelitian dan hasil pada tahap ini

akan dimasukkan sebagai sumber data pada bab

hasil dan pembahasan.

85

86

StudiStudi

PerencanaanInstrumen

Uji CobaInstrumen

Pre Test

ValidasiInstrumen

Observasi

Tahap Pelaksanaan

Tahap Persiapan

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

PembelajaranMURDER

PembelajaranKonvensional

Hasil

Analisis Data

PostTest

Angket Observasi

Post Test

Gambar 3.1 : Bagan Prosedur Penelitian

87

MenarikKesimpulan

Membuat laporan

6.Teknik Analisis Instrument

Sebelum instrumen tes digunakan, instrument

tersebut terlebih dahulu diuji cobakan. Uji coba ini

dimaksudkan untuk mengetahui gambaran tentang

terpenuhi atau tidaknya syarat-syarat instrument

sebagai alat pengumpul data yang baik, sehingga

instrument ini dapat digunakan. Adapun kriteria yang

harus diuji cobakan terhadap instrument penelitian

adalah sebagai berikut :

a. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrument. Suatu instrument

yang valid atau sahih mempunyai validitas

tinggi. Sebaiknya, instrument yang kurang valid

berarti memiliki validitas rendah (Arikunto,

2010 : 211).

88

Validitas merupakan syarat yang terpenting

dalam suatu alat evaluasi, suatu teknik evaluasi

dikatakan mempunyai validitas tinggi jika teknik

evaluasi atau tes itu dapat mengukur apa yang

sebenarnya akan diukur. Atau, seperti dikatakan

oleh Cronbach : “ How well a test or evaluative technique

does the job that it is employed to do .” validitas bukanlah

suatu ciri atu sifat yang mutlak dari suatu

teknik evaluasi, ia merupakan suatu ciri yang

relatif terhadap tujuan yang hendak dicapai oleh

pembuat tes (Purwanto, 2001 : 137-138).

Menghitung validitas suatu butir soal digunakan

dengan rumus korelasi Product Moment :

rxy=N(ΣXY )−(ΣX ).(ΣY )

√ {N(ΣX2 )−(ΣX)2 }{N(ΣY2 )−(ΣY )2 }

(Arikunto, 2010: 213)

Keterangan :

rxy = Angka indeks korelasi “r” Product Moment

89

N= Jumlah subjek penelitian (Number of Cases)

XY = Jumlah perkalian skor X dan skor Y

X = Jumlah seluruh skor X

Y = Jumlah seluruh skor Y

Selain menggunakan metode manual dengan rumus

di atas, penulis juga memakai metode digital

dengan menggunakan Excell 2007. Adapun rumus

yang digunakan untuk mencari validitas dengan

Excell 2007 adalah = PEARSON (block item no. Awal : block

item no. Akhir, blok item kolom y) Enter. Dalam perhitungan

uji validitas kriteria yang digunakan r hitung > r

tabel. Validitas suatu tes dinyatakan dengan angka

korelasi koefisien (r). Perhitungan hasil uji

validitas dapat dilihat pada lampiran 12 dan

rekapitulasi hasil uji validitas dengan

menggunakan SPSS dapat dilihat pada lampiran 17.

90

Tabel 3.3 Pedoman untuk memberikan kriteria

validitas

Nilai r Kriteria validitas

0,00 – 0,200,20 – 0,400,40 – 0,700,70 – 0,900,90 – 1,00

sangat rendah (hampir tidakada korelasi)korelasi rendahkorelasi cukupkorelasi tinggi

korelasi sangat tinggi(sempurna)

( Purwanto, 2001 : 139 )

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas belah dua mirip dengan

reliabilitas pecahan setara, terutama dalam

pelaksanaannya. Dalam prosedur ini tes diberikan

kepada kelompok subjek cukup satu kali atau pada

satu saat. Butir-butir soal dibagi menjadi dua

bagian yang sebanding, biasanya dengan

91

membedakan soal nomor genap dengan soal nomor

ganjil. Setiap bagian soal diperiksa hasilnya,

kemudian skor dari kedua bagian tersebut

dikorelasikan untuk dicari koefisien

korelasinya, koefisien korelasi belah dua perlu

diubah ke dalam koefesien korelasi untuk seluruh

soal dengan menggunakan rumus ramalan Sepearmen

Brown.Rekapitulasi uji reliabilitas pada

lampiran 13.

rxy=2.r1/2.1/2

(1+r1/2.1/2)

(Sudjana, 2011 : 18)

Keterangan :

rxy = Koefesien reliabilitas keseluruhan

r1/21/2 = Korelasi (r) dari belah dua

Tabel 3.4 Pedoman untuk memberikan kriteria

reliabilitas

92

Nilai r Kriteria reliabilitas

r11 ≤ 0,200.20 ≤ r11 < 0.400.40 ≤ r11 < 0.600.60 ≤ r11 < 0.800.80 ≤ r11 < 1.00

Derajat reliabilitassangat rendah

Derajat reliabilitasrendah

Derajat reliabilitassedang

Derajat reliabilitastinggi

Derajat reliabilitassangat tinggi

(Sudjana, 2011 : 18)

c. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran atau indeks kesukaran

(difficulty index) adalah menunjukkan persentase

jawaban item yamg benar, maka semakin kecil

persentase menunjukkan makin sulit item

tersebut. (Purwanto, 2001 : 120) Soal dikatakan

memiliki indeks kesukaran baik jika soal

tersebut tidak terlalu mudah atau terlalu sukar.

Untuk mengetahui soal yang diujikan sukar atau

93

mudah, perlu dilihat tingkat kesukarannya dengan

rumus. Rekapitulasi hasil uji tingkat kesukaran

soal dapat dilihat pada lampiran 15 dan lampiran

17.

Keterangan :

TK = Tingkat Kesukaran

BA = Batas Atas

BB = Batas bawah

NA = Jumlah siswa pada kelompok atas

NB = Jumlah siswa pada kelompok bawah

Tabel 3.5 Pedoman untuk memberikan kriteria

tingkat kesukaran

Interval KoefisienKriteria tingkat

kesukaran0 % – 15 %

16 % – 30 %

Sangat sukar (sebaiknya

dibuang)

94

TK = BA + BB x100%

31 % - 70 %

71 % – 85 %

86 % – 100 %

Sukar

Sedang

Mudah

Sangat mudah (sebaiknya

dibuang) (Karnoto, 1996, dalam modul kartimi)

d. Daya Pembeda

Daya pembeda adalah indeks yang digunakan

dalam membedakan antara peserta tes yang

berkemampuan tinggi dan peserta tes yang

berkemampuan rendah (Surapranata, 2004: 23).

Dalam kebanyakan kasus, jumlah peserta tes

kelompok atas sama dengan jumlah peserta tes

kelompok bawah NA = NB = N, dengan demikian

maka persamaan daya pembeda menjadi.

Rekapitulasi hasil uji daya pembeda soal dapat

dilihat lebih rinci pada lampiran 14 dan

lampiran 16.

95

Dimana :

DP = Indek daya pembeda

BA = Batas atas

BB = Batas bawah

NA = Jumlah siswa salah satu kelompok ”A”

atau ”B”

Tabel 3.6 Pedoman untuk memberikan interpretasikriteria daya pembeda

Interval Koefisien Kriteria daya pembeda

Negatif – 9 %

10 % – 19 %

20 % - 29 %

30 % – 49 %

50 % – Ke atas

Sangat buruk (sebaiknya

dibuang)

Buruk (sebaiknya

dibuang)

Agak baik (sebaiknya

perlu direvisi)

Baik

Sangat baik (Karnoto, 1996, dalam modul kartimi)

96

DP = BA – BB x100 %

7.Teknik Analisis Uji Prasyarat

a. Uji N-Gain

Uji N-gain dipergunakan untuk memperoleh

nilai N-gain yang netral, hal ini untuk

menghilangkan anggapan bahwa nilai N-gain yang

terbesar menunjukan daya ingat yang baik.

Adapun rumus N-gain yang digunakan adalah

sebagai berikut:

Gain = skor post test – skor pre testskor maksimum – skor pre test

Tabel 3.7 Pedoman untuk memberikan interpretasikriteria N-Gain

Interval Koefisien Kriteria N- GainN – Gain ≥ 0,7

0,7 N- Gain ≥ 0,3

N- gain < 0,3

Tinggi

Sedang

Rendah (Meltzer, 2002)

97

Hasil rekapitulasi nilai N-gain dapat

dilihat secara rinci pada lampiran 22 untuk

gain eksperimen dan untuk N-gain kontrol.

b. Uji Normalitas Data

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui

apakah sebaran data tersebut normal atau tidak.

Kriteria normalitas data:

Ho = sampel berasal dari populasi yang

berdistribusi normal

Ha = sampel berasal dari populasi yang

berdistribusi tidak normal

Jika nilai probabilitas atau sig. < 0,05 maka Ha

di terima, sedangkan Ho di tolak (Data tidak

normal)

Jika nilai probabilitas atau sig. > 0,05 maka

Ha di tolak sedangkan Ho di terima (Data

98

normal). Hasil uji normalitas dapat dilihat

pada lampiran 23.

c. Tes Homogenitas

Uji homogenitas variansi sangat diperlukan

sebelum kita membandingkan dua kelompok atau

lebih, agar perbedaaan yang ada bukan

disebabkan oleh adanya perbedaan data dasar.

Adapun Ho menyatakan variansi homogen, sedangkan

Ha menyatakan variansi tidak homogen. (Irianto,

2010; 276). Hasil rekapitulasi uji homogenitas

dapat dilihat pada lampiran 23.

8.Uji Beda (Uji Hipotesis)

Hipotesis ialah pernyataan sementara yang perlu

diuji kebenarannya. Untuk menguji kebenaran sebuah

hipotesis digunakan pengujian yang disebut pengujian

hipotesis atau pengetesan hipotesis, (Usman,

99

2009:119). Uji hipotesis digunakan untuk menjawab

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu:

Ha : Terdapat perbedaaan keterampilan berfikir

kreatif siswa yang menerapkan model pembelajaran

kooperatif MURDER dengan siswa yang menerapkan metode

ceramah pada materi ekosistem kelas X di SMAN 1

Jamblang.

Pada penelitian ini untuk menguji hipotesis

penulis menggunakan uji t (Independent Sample t Test), hal

ini berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas

yang menyatakan data bersifat normal dan homogen

sehingga tidak dilakukan uji yang lainnya. Uji

Independent Sampel t Test digunakan untuk membandingkan

selisih dua rata-rata dari dua sampel yang

berpasangan dengan asumsi data berdistribusi normal,

(S Uyanto, 2006 ). Sampel yang dimaksud adalah

sampel yang sama namun mengalami proses pengukuran

100

maupun perlakuan yang berbeda. Hasil uji hipotesis

lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 24.

101

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta : PT Rineka Cipta

2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta

. 2011. Dasar - Dasar Evaluasi pendidikan.

Jakarta : PT Bumi Aksara

Arikunto dan Jabar.2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta

: PT Bumi Aksara

Hamzah, B.U. (2006). Orientasi Baru Dalam Psikologi

Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Irianto, Agus. 2010. Statistik Konsep Dasar, Aplikasi, dan

Pengembangannya. Jakarta : Kencana

102

Jamarah, S.B. (2005). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi

Edukatif. Jakarta: Asdi Mahasatya

Karnoto. 1996. Mengenal Analisis Tes (Pengantar ke Program Komputer

Anates) : Bandung : IKIP bandung

Meltzer, D,E. 2002. The Relationship Between Mathematict

Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics : A Possible

“Hidden Variabel” in Diagnostic Pretes Score.

www.physicseducation.net/docs

/Addendum_on_normalized_gain. pdf. [25 Juni 2012]

Mulyadi. 2010. Pengembangan Model Evaluasi Pendidikan Agama di

Sekolah. Malang : UIN Maliki Press

Nggermanto, A. 2001. Quantum Quotient. Bandung : Nuansa

Purwanto, Ngalim. 2001. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi

Pengajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Pratiwi, et, all. 2000. Buku Penuntun Biologi untuk SMU Kelas 1.

103

Jakarta : Erlangga

Riduwan. 2009. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan

Peneliti Pemula. Bandung : Alfabeta

Rachmawati, Y dan Kurniati, E. 2005. Strategi Pengembangan

Kreativitas pada Anak. Jakarta : Kencana Prenada Media

Group

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi

Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada

Media

Sardiman. (1996). Interaksi dan Motivasi Belajar

Mengajar. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Sudjana, Nana . 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.

Bandung : PT.Remaja Rosdakarya

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi.

Jakarta : PT. Rineka Cipta

104

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung : CV. Alfabeta

Syamsuri, Istamar. 2007. Biologi untuk SMA kelas X. Malang :

Erlangga

Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan

Baru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif

Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum.

Jakarta : Kencana

Usman, H. 2009. Pengantar Statistika. Yogyakarta : PT Bumi

Aksara

Yamin, Martinis. 2006. Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia.

Jakarta : Gaung Persada Pres

Zuchdi, D. 2008. Humanisasi Pendidikan. Yogyakarta : PT Bumi

Aksara

105

106