LAPORAN TUGAS AKHIR - Repository Poltekkes Medan
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of LAPORAN TUGAS AKHIR - Repository Poltekkes Medan
i
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.NS GIIPIA0 MASA HAMIL
SAMPAI DENGAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA
DI PMB AFRIANA MEDAN DENAI
TAHUN 2018
LAPORAN TUGAS AKHIR
Oleh:
ESTER YOSSI M SIMANJUNTAK
NIM. P07524115049
POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D-III KEBIDANAN
MEDAN
2018
ii
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.NS GIIPIA0 MASA HAMIL
SAMPAI DENGAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA
DI PMB AFRIANA MEDAN DENAI
TAHUN 2018
LAPORAN TUGAS AKHIR
DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT MENYELESAIKAN
PENDIDIKAN AHLI MADYA KEBIDANAN PADA PROGRAM STUDI D-III
KEBIDANAN MEDAN POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN
Oleh:
ESTER YOSSI M SIMANJUNTAK
NIM. P07524115049
POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D-III KEBIDANAN
MEDAN
2018
v
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN
JURUSAN D-III KEBIDANAN MEDAN
LAPORAN TUGAS AKHIR, JULI 2018
ESTER YOSSI M SIMANJUNTAK
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. NS GIIPIA0 MASA HAMIL SAMPAI
DENGAN KELUARGA BERENCANA DI PMB AFRIANA MEDAN DENAI
2018
xii + 146 Halaman + 7 Tabel + 10 Lampiran
RINGKASAN
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2015 menunjukkan
bahwa AKI masih tinggi yaitu 305/ 100.000 kelahiran hidup (KH), namun AKB telah
mencapai target MDGs yaitu sebesar 22,23/1000 KH dari target 23/1000 KH. Upaya
penurunan AKI telah dilakukan di Indonesia yaitu adanya P4K, program EMAS dan
upaya dengan konsep continiuty of care.
Asuhan kebidanan continiuty of care pada Ny.NS GIIPIA0 di PMB
AFRIANA Medan Denai.
Asuhan kebidanan antenatal care (ANC) trimester III dilakuka 3 kali dengan
standard 9 T. Pertolongan persalian sesuai dengan APN, bayi lahir spontan , bugar
pukul 17.40 wib, jenis kelamin laki-laki, berat badan 3.44 gram, panjang badan 48
cm, dilakukan IMD selama 1 jam. Asuhan Nifas dan Bayi Baru Lahir dilakukan
kunjungan sebanyak 3 kali dan tidak ada keluhan. Ibu Akseptor KB Suntik 3 bulan
(Depo Provera).
Kesimpulan, asuhan yang diberikan kepada ibu berjalan dengan baik dan
kooperatif. Disarankan kepada klinik yang bersangkutan agar mempertahankan
pelayanan yang sudah baik.
Kata Kunci : Asuhan Kebidanan Pada Ny.NS GIIPIA0, continiuty of care
Daftar Bacaan : 32 (2009 – 2018)
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan
RahmatNya sehingga dapat terselesaikannya Laporan Tugas Akhir yang berjudul
“Laporan Asuhan Kebidanan Pada Ny.NS GIIPIA0 Masa Hamil sampai
dengan Pelayanan Keluarga Berencana di PMB AFRIANA Medan Denai
Tahun 2018”, sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Ahli Madya
Kebidanan pada Program Studi Kebidanan Medan.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Dra. Ida Nurhayati, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes RI Medan,
yang telah memberikan kesempatan kepada D-III Kebidanan Poltekkes
Kemenkes RI Medan untuk menyusun Laporan Tugas Akhir ini.
2. Betty Mangkuji, SST, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes RI Medan yang telah mendukung dan memberikan kesempatan
menyusun Laporan Tugas Akhir ini.
3. Aritha Sembiring, SST, M.Kes selaku Ketua Program Studi D-III Kebidanan
Poltekkes Kemenkes RI Medan yang telah memberikan kesempatan menyusun
Laporan Tugas Akhir ini.
4. Dewi Meliasari, SKM,M.Kes, selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat diselesaikan.
5. Jujuren Sitepu SST, M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat diselesaikan.
6. Suswati SST, M.Kes, selaku dosen penguji utama yang telah memberikan kritik
dan saran sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.
7. Sartini Bangun S.Pd,M.Kes selaku dosen anggota penguji yang telah
memberikan kritik dan saran sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat
terselesaikan.
vii
8. Wardati Humaira, SST,M.Kes selaku dosen Pembimbing Akademi (PA) yang
telah memberikan semangat dan dukungan sehingga penulis dapat
menyeleaikan Laporan Tugas Akhir ini.
9. Bidan Afriana, yang telah memberikan tempat dan waktu untuk melakukan
penyusunan Laporan Tugas Akhir di PMB AFRIANA Medan Denai.
10. Ny.NS dan keluarga responden atas kerjasamanya yang baik dalam penyusunan
Laporan Tugas Akhir ini.
11. Teristimewa kepada orang tua penulis, Ayahanda tersayang Efendi Simanjuntak
dan Ibunda tercinta Dumastiur Siburian serta yang selalu membawa nama
penulis dalam setiap sujud dan doa-doanya. Serta adik-adik tersayang yaitu
Indah Simanjuntak, Joy Simanjuntak, Jones Simanjuntak yang selalu
memberikan semangat, doa dan dukungan baik materi maupun moral sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
12. Ucapan terima kasih kepada memet saya Maria, Irma Bakkara, temsek violet 14
Desi, Dia dan Ade Hodryah, adik saya Okteyeni dan Dina, piri saya Sari
Siahaan, dan adek Tulip 12 Grace, Tamala, dan Nilam.
13. Seluruh rekan seangkatan D-III kebidanan dan pihak terkait yang membantu
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala
amal baik yang diberikan dan semoga Laporan Tugas Akhir ini berguna bagi
semua pihak yang dimanfaatkan. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.
Medan, Juli 2018
Ester Yossi M Simanjunta
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................... ............. i
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................... ... ii
ABSTRAK................................................................................. .................. iii
KATA PENGANTAR................................................................................. iv
DAFTAR ISI....................................................................................... ......... vi
DAFTAR TABEL........................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ ... x
DAFTAR SINGKATAN............................................................................. xi
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 LatarBelakang ......................................................................................... 1
1.2 Ruang Lingkup Asuhan........................................................................... 5
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................ 5
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................... 5
1.4 Sasaran,Tempat,WaktudanAsuhanKebidanan ........................................ 5
1.5 Manfaat Penulisan LTA .......................................................................... 6
1.5.1 Bagi Institusi .................................................................................. 6
1.5.2 Bagi Lahan Praktik ......................................................................... 6
1.5.3 Bagi Klien ...................................................................................... 6
1.5.4 Bagi Penulis ................................................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 7
2.1 Kehamilan ............................................................................................... 7
2.1.1 Konsep Dasar Kehamilan ............................................................... 7
a. Pengertian Kehamilan ................................................................ 7
b. Perubahan Fisiologi Kehamilan ................................................. 7
c. Perubahan Psikologis pada Trimester III ................................... 11
d. Kebutuhan Ibu Hamil Trimester III ........................................... 12
ix
e. Ketidaknyamanan pada Ibu Hamil Trimester III ....................... 16
2.1.2 Asuhan Kebidanan pada Kehamilan ....................................... 17
2.2 Persalinan ................................................................................................ 28
2.2.1 Konsep Dasar Persalinan ............................................................... 28
a. Pengertian Persalinan ............................................................... 28
b. Perubahan Fisiologi Persalinan ................................................ 31
c. Perubahan Psikologis Pada Persalinan ..................................... 35
d. Faktor yang Berperan dalam Persalinan .................................. 36
e. Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin .................................................. 37
2.2.2 Asuhan Kebidanan pada Persalinan ............................................. 39
2.3 Nifas ........................................................................................................ 48
2.3.1 Konsep Dasar Nifas .................................................................... 48
a. Pengertian Nifas ........................................................................ 48
b.Perubahan Fisiologis Nifas ........................................................ 49
c. Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas ......................................... 53
d. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas ............................................. 54
2.3.2 Asuhan Kebidanan pada Nifas.................................................... 56
2.4 Bayi BaruLahir ........................................................................................ 63
2.4.1 KonsepDasarBayiBaruLahir .......................................................... 63
a. Pengertian Bayi Baru Lahir ....................................................... 63
b. Perubahan Fisiologi Bayi Baru Lahir ........................................ 64
2.4.2 Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir ...................................... 66
2.5 Keluarga Berencana ................................................................................ 75
2.5.1 Konsep Dasar Keluarga Berencana ............................................ 75
a. Pengertian Keluarga Berencana ............................................. 75
b. Tujuan Program Keluarga Berencana .................................... 76
c. Sasaran Program Keluarga Berencana ................................... 77
d. Konseling KB ......................................................................... 77
e.Jenis Kontrasepsi ..................................................................... 78
x
2.5.2 Asuhan Kebidanan pada Keluarga Berencana ............................... 85
BAB III PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN ................ 90
3.1 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil ........................................................ 90
3.1.1 Kunjungan Ibu Hamil Pertama ....................................................... 90
3.1.2 Kunjungan Ibu Hamil Kedua ......................................................... 97
3.1.3 Kunjungan Ibu Hamil Ketiga ........................................................ 100
3.2 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin .................................................... 103
3.2.1 Data Perkembangan Kala II ........................................................... 106
3.2.2 Data Perkembangan Kala III ......................................................... 109
3.2.3 Data Perkembangan Kala IV ........................................................ 111
3.3 Asuhan Kebidanana Masa Nifas ............................................................ 113
3.3.1 Data Perkembangan Nifas 6 hari .................................................. 116
3.3.2 Data Perkembangan Nifas 2 minggu ............................................ 118
3.3.3 Data Perkembangan Nifas 6 minggu ............................................ 120
3.4 Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir ............................................. 122
3.4.1 Data Perkembangan Bayi Baru Lahir 6 hari ................................. 126
3.4.2 Data Perkembangan Bayi Baru Lahir 2 minggu............................. 127
3.5 Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana ............................................... 129
BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................... 118
4.1 Kehamilan ............................................................................................. 131
4.2 Persalinan ............................................................................................. 133
4.3 Nifas ...................................................................................................... 137
4.4 Bayi Baru Lahir .................................................................................... .. 139
4.5 Keluarga Berencana .............................................................................. 140
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 141
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 141
5.2 Saran ..................................................................................................... 142
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 144
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ukuran fundus uteri sesuai usia kehamilam 22
Tabel 2.2 Imunisasi TT 24
Tabel 2.3 Nomenklatur kebidanan pada ibu hamil 24
Tabel 2.4 Lamanya Persalinan 31
Tabel 2.5 Peubahan Uterus pada masa nifas 49
Tabel 2.6 Penilaian APGAR SCORE 67
Tabel 2.7 Pemeriksaan Fisik pada BBL 67
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Permohonan Izin Melakukan Praktik Asuhan Kebidanan Dalam
Rangka Penyusunan Laporan Tugas Akhir (LTA)
Lampiran 2 Surat Balasan Izin Klinik
Lampiran 3 Lembaran Permintaan Menjadi Subjek
Lampiran 4 Informed Consent
Lampiran 5 Etical Clearance
Lampiran 6 Patograf
Lampiran 7 Kartu peserta KB
Lampiran 8 Bukti Persetujuan Perbaikan Laporan Tugas Akhir
Lampiran 9 Kartu Bimbingan Laporan Tugas Akhir
Lampiran 10 Daftar Riwayat Hidup
xiii
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH
AKB : Angka Kematian Bayi
AKI : Angka Kematian Ibu
ANC : Antenatal Care
APD : Alat Pelindung Diri
ASI : Air Susu Ibu
BAB : Buang Air Besar
BAK : Buang Air Kecil
CPD : Cephalo Pelvic Disproporti
DJJ : Denyut Jantung Janin
DTT : Desinfeksi Tingkat Tinggi
EMAS : Expanding Maternal and Neonatal Survival
HCG : Human Chorionik Gonadotropin
HB : Haemoglobin
HIV : Human Immunodevicienc
HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir
HR : Heart Rate
IM : Intra Muscular
IMD : Inisiasi Menyusu Dini
IMS : Infeksi Menular Seksual
IMT : Indeks Massa Tubuh
IU : Internasional Unit
IUD : Intra Uterine Device
KB : Keluarga Berencana
KEK : Kurang Energi Kronis
KH : Kelahiran Hidup
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
xiv
KEK : Kurang Energi Kronis
KN : Kunjungan Neonatus
KPD : Ketuban Pecah Dini
LILA : Lingkar Lengan Atas
LTA : Laporan Tugas Akhir
MAL : Metode Amenorhoe Laktasi
P4K : Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi
PAP : Pintu Atas Panggul
PONED : Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar
PONEK : Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi
Komprehensif
PTT : Penegangan Tali Pusat
PUKA : Punggung Kanan
PUS : Pasangan Usia Subur
PX : Prosesus xifoideus
SBR : Segmen Bawah Rahim
SDKI : Survei Demografi Kese
TB : Tinggi Badan
TBC : Tuberculosis
TD : Tekanan Darah
TFU : Tinggi Fundus Uteri
TT : Tetanus Toksoid
TTV : Tanda Tanda Vital
TTP : Tanggal Tafsiran Persalinan
UK : Usia Kehamilan
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia masih tinggi. Menurut laporan Word
Health Organization (WHO), hampir semua kematian ibu sekitar (99%) di negara
berkembang. Rasio kematian maternal di negara-negara berkembang pada tahun 2015
adalah 303/100.000 kelahiran hidup sedangkan 12/100.000 kelahiran hidup di negara
maju. 99% dari seluruh kematian ibu terjadi di Negara berkembang, terutama yang
tinggal di daerah pedesaan dan diantara masyarakat miskin. Sedangkan Angka
Kematian Bayi (AKB) di Negara berkembang sebanyak 21/1.000 KH dan Negara
maju hanya 3/1.000 KH (WHO, 2016).
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2015 menunjukkan
bahwa AKI masih tinggi yaitu 305/ 100.000 kelahiran hidup (KH), namun AKB telah
mencapai target MDGs yaitu sebesar 22,23/1000 KH dari target 23/1000 KH
(Kemenkes RI,2015).
Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan angenda lanjutan
manggantikan MDGs memiliki target penurunan AKI di Indonesia pada tahun 2030
yaitu 70 kematian per 100.000 KH dan penurunan AKB menjadi 12 kematian per
1.000 KH (Kemenkes RI, 2015).
Ditinjatu berdasarkan laporan profil kesehatan kab/kota , jumlah kematian
ibu pada tahun 2016 dilaporkan tercatat sebanyak 239 kematian. Namun bila
dikonversi, maka berdasarkan profil Kabupten/Kota maka AKI Sumatera Utara
adalah sebesr 85/100.000 kelahiran hidup, namun ini belum bisa menggambarkan
AKI yang sebenarnya di populasi. AKI di Sumatra Utara sebesar 328/100.000
kelahiran hidup. Angka ini masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan angka
nasional hasil sensus penduduk 2010 sebesar 259/100.000 kelahiran hidup.
Sementara untuk bayi dari 281.449 bayi yang lahir hidup, terdapat 1.132 bayi
2
meninggal sebelum usia 1 tahun. Diperhitungkan Angka Kematian Bayi di
Sumatra Utara tahun 2016 hanya 4/1.000 KH ((Dinkes Prov.Sumut, 2016).
Penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan (30,3%), Hipertensi
Dalam Kehamilan (HDK) (27,1%), infeksi (7,3%), partus lama/macet (0%)
(Kemenkes 2016). Kematian ibu di Indonesia tetap didominasi oleh tiga penyebab
utama kematian yaitu perdarahan, HDK dan infeksi. Sedangkan faktor tidak
langsung penyebab kematian ibu karena masih banyaknya kasus 3 (tiga)
Terlambat (3T) yaitu : terlambat mengambil keputusan, terlambat ke tempat
rujukan serta terlambat memberi pertolongan di tempat rujukan dan 4T yaitu :
terlalu muda usia <20 tahun, terlalu tua usia >35 tahun, terlalu dekat jarak
kehamilan atau persalinannya dan terlalu banyak anak (lebih dari 4) (Kemenkes
RI, 2013).
Sementara faktor penyebab kematian bayi terutama dalam periode satu
tahun pertama kehidupan beragam terutama masalah neonatal dan salah satunya
adalah bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) (BPS, 2013) dan faktor lain
penyebab kematian pada bayi di sebabkan oleh Intra Uterine Fetal Death .
Keberhasilan upaya kesehatan ibu, di antaranya dapat dilihat dari indikator
AKI dan Angka AKB. Pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan meluncurkan
program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka
menurunkan angka kematian ibu dan neonatal sebesar 25%. Program ini
dilaksanakan di provinsi dan kabupaten dengan jumlah kematian ibu dan neonatal
yang besar, yaitu Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
dan Sulawesi Selatan.Selain itu terobosan yang dilakukan dalam penurunan AKI
dan AKB pemerintah meluncurkan (P4K) atau program Perencanaan Persalinan
dan Pencegahan Komplokasi (Kemenkes RI,2015).
Penilaian terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu hamil dapat
dilakukan dengan melihat cakupan K1 dan K4. Ditjen Kesehatan Masyarakat,
Kemenkes RI 2015, menargetkan cakupan kunjungan ibu hamil K4 dilakukan
oleh tenaga kesehatan difasilitas kesehatan pada tahun 2015 adalah 72%, target
3
cakupan kunjungan ibu hamil K4 tersebut telah mencapai target Rencana
Strategis (Renstra) yaitu sebanyak 87,48% dan kunjungan ibu hamil K1 telah
mencapai terget sebanyak 95,75%. . Adapun untuk cakupan pemberian 90 tablet
tambah darah (zat besi) pada ibu hamil sebesar 85,17% (Kemenkes RI,2015).
Upaya lain yang dilakukan untuk menurunkan AKI dan AKB yaitu dengan
mendorong agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih yaitu
dokter spesialis kebidanan dan kandungan (SpOG), dokter umum, dan bidan, serta
diupayakan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Pertolongan persalinan
adalah proses pelayanan persalinan yang dimulai pada kala I sampai dengan kala
IV persalinan. Persentase pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di
Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan dari tahun 2005 sampai
dengan tahun 2015. Namun demikian, terdapat penurunan dari 90,88% pada tahun
2013 menjadi 88,55% pada tahun 2015 (Kemenkes RI,2015).
Pelayanan masa nifas sangat diperlukan karena merupakan masa kritis bagi
ibu. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu pada masa nifas dalam 24 jam
pertama yaitu perdarahan postpartum. Standar pelayanan nifas dilakukan
sekurang kurangnya tiga kali kunjungan. Cakupan kunjungan nifas (KF3) di
Indonesia dalam kurun waktu delapan tahun terakhir secara umum mengalami
kenaikan, yaitu dari 17,90% pada tahun 2008 meningkat pada tahun 2012 menjadi
85,16% dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 87,06% (Kemenkes RI,2015).
KB merupakan salah satu strategi untuk mengurangi kematian ibu
khususnya ibu dengan kondisi 4T; terlalu muda melahirkan (di bawah usia 20
tahun), terlalu sering melahirkan, terlalu dekat jarak melahirkan, dan terlalu tua
melahirkan (di atas usia 35 tahun). Sasaran pelaksanaan program KB yaitu
Pasangan Usia Subur (PUS) yang lebih dititikberatkan pada kelompok Wanita
Usia Subur (WUS) yang berada pada kisaran usia 15-49 tahun. Persentase peserta
KB baru terhadap pasangan usia subur di Indonesia pada tahun 2015 sebesar
13,46%. Angka ini lebih rendah dibandingkan capaian tahun 2014 yang sebesar
16,51% (Kemenkes RI,2015).
4
Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama atau KN1 merupakan indikator yang
menggambarkan upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko kematian
pada periode neonatal yaitu 6-48 jam setelah lahir yang meliputi, antara lain
kunjungan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Muda (MTBM)
termasuk konseling perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, pemberian vitamin K1
injeksi, dan Hepatitis B0 injeksi bila belum diberikan. Capaian KN1 Indonesia pada
tahun 2015 sebesar 83,67%. Capaian ini sudah memenuhi target Renstra tahun 2015
yang sebesar 75%. Adapun Capaian KN lengkap noenatal di Indonesia pada tahun
2015 sebesar 77,31% (Kemenkes RI,2015).
Untuk menurunkan AKI dan AKB diperlukan upaya untuk meningkatkan
kelangsungan dan kualitas ibu dan anak dilakukan dengan pendekatan continiuty of
care ini dilaksanakan maka akan memberi dampak yang signifikan terhadap
kelangsungan dan kualitas hidup ibu dan anak (Pusdiklatnakes,2014).
Konsep continiuty of care adalah paradigma baru dalam upaya menurunkan
angka kematian ibu, bayi dan anak. Dimensi pertama dari continiuty of care ini
adalah meliputi; sebelum hamil, kehamilan, persalinan , hari-hari dan tahun tahun
kehidupan. Dimensi kedua dari continiuty of care adalah tempat yaitu
menghubungkan berbagai tingkat pelayanan di rumah, masyarakat dan kesehatan
(Kemenkes RI,2015).
Untuk mencapai hal tersebut penulis menetapkan Rumah Bersalin (RB)
Dina sebagai tempat melaksanakan asuhan yang telah memiliki Memorandum of
Understanding (MOU) dengan Poltekkes Kemenkes RI Medan. Berdasarkan
survei pendahuluan yang dilakukan oleh penulis pada bulan januari sampai
februari di RB Dina melalui pendokumentasian, terdapat 70 ibu hamil Trimester
III yang melakukan ANC dan persalinan normal sebanyak 33 orang. Berdasarkan
kebutuhan penulis melakukan home visit, maka ditemukan ibu hamil yang
bersedia dan telah disetujui oleh suami menjadi subyek dari LTA melalui
informed consent yaitu Ny.N umur 29 tahun dengan usia kehamilan 36 minggu.
5
Berdasarkan data di atas, maka penulis tertarik melakukan asuhan kebidanan
secara berkesinambungan (continiuty of care) mulai dari masa kehamilan, persalinan,
nifas dan KB, serta perawatan bayi baru lahir pada Ny.N Usia 29 tahun dengan
G2P1A0 usia kehamilan 36 minggu di mulai dari masa kehamilan Trimster III sampai
KB di Klinik Besalin DINA pada tahun 2017 Sebagai Laporan Tugas Akhir prasyarat
menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Kebidanan Program Studi D-III Kebidanan
Medan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Medan. Penulis memilih
klinik DINA sebagai tempat melakukan Asuhan Kebidanan pada ibu hamil sampai
KB.
1.2 Identifikasi Ruang Lingkup Asuhan
Ruang lingkup asuhan yang diberikan pada ibu hamil Trimester III yang
fisiologis, ibu bersalin, ibu nifas, neonatus dan KB, secara continuity of care
(berkesinambungan).
1.3 Tujuan Penyusunan LTA
1.3.1 Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan secara continuity of care pada ibu hamil,
bersalin, nifas, neonatus dan KB dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil secara continuity of care
2. Melakukan Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin secara continuity of care
3. Melakukan Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas secara continuity of care
4. Melakukan Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir secara continuity of
care
5. Melakukan Asuhan Kebidanan pada KB secara continuity of care
6. Mendokumentasikan Asuhan Kebidanan yang telah dilakukan pada ibu hamil,
bersalin, nifas, neonatus dan KB dengan metode SOAP.
1.4 Sasaran, Tempat dan Waktu Asuhan Kebidanan
1.4.1 Sasaran
6
Sasaran subjek kebidanan ditunjukkan kepada subjek Ny.N Usia 29 tahun
dengan G2P1A0 dengan memperhatikan continutiy care mulai ibu hamil,
bersalin,nifas, neonatus dan KB.
1.4.2 Tempat
Tempat dilaksanakan asuhan di PMB AFRIANA Jl.Selamat No.9 Bromo
Ujung Medan Denai.
1.4.3 Waktu
Waktu yang digunakan mulai dari Januari 2018-Juni 2018
1.5 Manfaat
1.5.1 Bagi Penulis
Sebagai sarana belajar komprehensif bagi penulis untuk mengaplikasikan
teori yang diperoleh selama perkuliahan dalam rangka menambah wawasan
khususnya asuhan kebidanan, serta dapat mempelajari kesenjangan yang terjadi di
masyarakat.
1.5.2 Bagi Instansi Pendidikan
Hasil asuhan kebidanan ini dapat digunakan sebagai referensi bagi
mahasiswa dalam meningkatkan proses pembelajaran dan data dasar untuk asuhan
kebidanan komprehensif selanjutnya.
1.5.3 Bagi klien
Masyarakat/klien dapat merasa puas, aman dan nyaman dengan pelayanan
bermutu dan berkualitas secara berkesinambungan.
1.5.4 Bagi Klinik
Klinik diharapkan dapat melakukan standar minimal pelayanan pada
ibubhamil 10 T dan sudah melakukan pelayanan standar Antenatl Care (ANC)
lebih baik lagi.
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kehamilan
2.1.1 Konsep Dasar Kehamilan
a. Pengertian Kehamilan
1. Pengertian
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan antara
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila
dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut
kalender internasional (Saifuddin, 2014).
Menurut Walyani (2015) Konsepsi fertilisasi (pembuahaan) ovum yang
telah dibuahi segera membela diri sambil bergerak menuju tuba fallopi/ruang
rahim kemudian melekat pada mukosa rahim dan bersarang di ruang rahim.
Peristiwa ini disebut nidasi (implantasi) dari pembuahaan sampai nidasi
diperlukan waktu kira-kira enam sampai dengan tujuh hari. Jadi dapat
dikatakan bahwa untuk setiap kehamilan harus ada ovum (sel telur),
spermatozoa (sel mani), pembuahaan (konsepsi-fertilisasi), nidasi dan
plasenta.
b. Perubahan Fisiologis Kehamilan
Menurut Maya Astuti (2017), perubahan fisiologis kehamilan pada Trimester I
dan Trimester II adalah :
1. Kehamilan Trimester I (0-12 minggu)
Kehamilan trimester pertama merupakan periode adaptasi. Respon yang
muncul pada periode ini adalah ketidakyakinan atau ketidakpastian,
ambivalen, fokus pada diri sendiri, perubahan seksual. Hal ini merupakan
8
respon yang normal, sehingga diperlukan adaptasi dan dukungan psikologis,
sosial, dan perawatan kesehatan pada ibu.
2. Kehamilan Trimester II
Pada kehamilan trimester II akan terjadi pengeluaran kalori yang
berlebihan disertai dengan pelepasan hemoglobin dalam darah. Pada periode
ini juga mulai terjadi proses pengenceran plasma darah ibu (hemodilusi)
karena peredaran darah janin mulai sempurna. Hemodilusi terjadi karena
peningkatan volume plasma lebih tinggi dari volume eritrosit sehingga
menimbulkan efek penurunan HB. Kedua kondisi ini cenderung memicu
terjadinya anemia pada kehamilan jika ibu tidak mengonsumsi zat besi yang
cukup.
Menurut Sulistiyawati, 2009 perubahan-perubahan fisiologis pada
kehamilan Trimester III adalah sebagai berikut:
1. Sistem Reproduksi
a) Uterus
Ukuran Uterus pada kehamilan cukup bulan adalan 30x25x20 cm
dengan kapasitas lebih dari 4000 cc. Hal ini memungkinkan bagi
adekuatnya akomodasi pertumbuhan janin. Pada saat ini rahim membesar
akibat hipertropi dan hiperplasi otot polos rahim, serabut serabut
kolagennya menjadi higroskopik dan endometrium menjadi desidua. Dan
berat uterus naik secara luar biasa dari 30 gram menjadi 1.000 gram pada
akhir bulan.
b) Serviks uteri
Pada serviks vaskularisasi akan bertambah dan menjadi lunak, kondisi
ini yang disebut dengan tanda Goodle. Kelenjar endoservikal membesar
dan mengeluarkan banyak cairan mukus.
9
c) Ovarium
Ovulasi berhenti namun masih terdapat korpus lateum graviditas
sampai terbentuknya plasenta yang akan mengambil alih pengeluaran
estrogen dan progesteron.
d) Vagina dan vulva
Oleh karena pengaruh estrogen, terjadi hipervaskularisasi pada vulva
dan vagina, sehingga pada bagian tersebut terlihat lebih merah atau
kebiruan .
2) Mamae
Pada ibu hamil trimester III, proses laktasi mengalami banyak perubahan
sebagai persiapan setelah janin lahir. Beberapa perubahan yang dapat diamati
antara lain :
a. Selama kehamilan payudara bertambah besar,tegang dan berat
b. Dapat teraba nodul nodul, akibat hipertropi kelenjar alveoli
c. Bayangan vena vena lebih membiru
d. Hiperpigmentasi pada aerola dan putung susu
e. Kalau diperas akan keluar air susu jolong (kolostrum) berwarna
kuning
3) Kulit
Perubahan warna kulit menjadi gelap terjadi pada 90% ibu hamil.
Peningkatan pigmentasi terjadi di sekelilig puting susu dan wajah, sedangkan
di perut bawah bagian tengah biasanya tampak garis gelap, yaitu spider
angioma. Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan mnyebabkan
robeknya serabut elastis di bawah kulit, sehingga menimbulkan striae
gravidarum/striae livid. Kulit perut pada linea alba bertambah pigmentasinya
dan disebut sebagai linea nigra. Adanya vasodilitasi kulit menyebabkan ibu
mudah berkeringat.
10
4) Sistem kardiovaskuler
Selama kehamilan, jumlah darah yang dipompa oleh jantung setiap
menitnya atau biasa disebut sebagai curah jantung (cardiac output) meningkat
sampai 30-50%. Setelah mencapai kehamilan 30 minggu, curah jantung agak
menurun karena pembesaran rahim menekan vena yang membawa darah dari
tungkai ke jantung. Peningkatan curah jantung selama kehamilan
kemungkinan terjadi karena adanya perubahan dalam aliran darah ke rahim.
Janin yang terus tumbuh, menyebabkan darah lebih banyak dikirim ke rahim
ibu. Pada akhir usia kehamilan, rahim menerima seperlima dari seluruh darah
ibu.
5) Sistem respirasi
Ruang abdomen yang membesar oleh karena meningkatnya ruang rahim
dan pembentukan hormon progesteron menyebabkan paru-paru sedikit
berbeda dari biasanya. Wanita hamil bernafas lebih cepat dan lebih dalam
karena memerlukan lebih bnyak oksigen untuk janin dan untuk dirinya.
6) Sistem pencernaan
Rahim yang semakin membesar akan menekan rektum dan usus bagian
bawah, sehingga terjadi sembelit atau konstipasi. Sembelit semakin berat
karena gerakan otot di dalam usus diperlambat oleh tingginya kadar
progesteron. Wanita hamil sering mengalami rasa panas di dada dan sendawa,
yang kemungkinan terjadi karena makanan lebih lama berada di dalam
lambung dan karena relaksasi sfingter di kerongkongan bagian bawah yang
kemungkinan isi lambung mengalir kembali ke kerongkongan.
7) Sistem perkemihan
Pada akhir kehamilan terjadi peningkatan frekuensi BAK karena kepala
janin mulai turun ke PAP sehingga kandung kemih tertekan. Perubahan
struktur ginjal merupakan aktivitas hormonal (estrogen dan progesteron),
tekanan yang timbul akibat pembesaran uterus, dan peningkatan volume
darah.
11
8) Peningkatan berat badan selama hamil
Pertambahan berat badan ibu hamil menggambarkan status gizi selama
hamil, oleh karena itu perlu di pantau setiap bulan. Peningkatan berat badan
ibu selama kehamilan menandakan adanya adaptasi ibu terhadap pertumbuhan
janin. Jika terdapat keterlambatan dalam penambahan berat badan ibu, ini
mengindikasikan adanya malnutrisi sehingga dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan janin intra-uteri.
Perkiraan peningkatan berat badan yang di anjurkan adalah :
a) 4 kg pada kehamilan Trimester I
b) 0,5 kg/minggu pada kehamilan trimester II dan III
c) Totalnya 15-16 kg
c. Perubahan Psikologis Kehamilan Trimester III ( Marmi,2011 )
1. Trimester III ini sering disebut periode penantian dengan penuh
kewaspadaan. Ibu mulai menyadari kehadiran bayi sebagai makhluk yang
terpisah sehingga ia tidak sabar menantikan kelahiran sang bayi sehingga
membuat ia terjaga jaga dan menunggu tanda gejala persalinan.
2. Sejumlah ketakutan muncul yaitu merasa cemas apakah bayinya nanti
akan lahir normal atau abnormal, terkait dengan persakinan
(nyeri,kehilangan kendali dan hal-hal yang tidak diketahui ), atau apakah
organ vitalnya akan mengalami cedera akibar proses kelahiran.
3. Akan mengalami proses duka lain ketika ia mengantisipasi hilangnya
perhatian dan hak istimewa khusus lain selama ia hamil, perpisahan antara
ia dan bayinya yang tidak dapat dihindari, dan perasaan kehilangan
uterusnya yang penuh tiba tiba akan mengempis dan kosong.
4. Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik yang semakin
kuat menjelang akhir kehamilan. Hasrat untuk melakukan hubungan
seksual akan menghilang seiring dengan membesarnya abdomen yang
menjadi penghalang.
d. Kebutuhan Ibu Hamil Trimester III
12
Kebutuhan fisiologis ibu hamil sebagai berikut (Walyani, 2015):
1. Oksigen
Kebutuhan oksigen adalah kebutuhan yang utama pada manusia termasuk
ibu hamil. Berbagai gangguan pernapasan bisa terjadi saat hamil sehingga
akan mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen pada ibu yang akan
berpengaruh pada bayi yang dikandung. Untuk mencegah hal tersebut dan
untuk memenuhi kebutuhan oksigen maka ibu hamil perlu melakukan:
a. Latihan nafas melalui senam ibu hamil
b. Tidur dengan bantal yang lebih tinggi
c. Makan tidak terlalu banyak
d. Kurangi atau hentikan merokok
e. Konsul ke dokter bila ada kelainan atau gangguan pernapasan seperti
asma dan lain-lain.
2. Nutrisi
Di trimester ke III, ibu hamil butuh bekal energi yang memadai. Selain
untuk mengatasi beban yang berat, juga sebagai cadangan energi untuk
persalinan kelak. Itulah sebabnya pemenuhan gizi seimbang tidak boleh
dikesampingkan baik secara kualitas maupun kuantitas. Pertumbuhan otak
janin akan terjadi cepat sekali pada dua bulan terakhir menjelang persalinan.
Karena itu jangan sampai kekurangan gizi.
Berikut adalah sederet gizi yang sebaiknya lebih diperhatikan pada
kehamilan trimester ke III ini, tentu tanpa mengabaikan zat lainnya :
a) Kalori
Kebutuhan kalori selama kehamilan adalah sekitar 75.600 kilo kalori
(kkal), dengan pertambahan berat badan sekitar 6-12,5 kg pada masa
hamil. Pertambahan kalori ini terutama pada 20 minggu terakhir. Untuk
itu tambahan kalori yang diperlukan setiap hari adalah sekitar 285-300
kkal.
b) Protein
13
Jumlah protein yang dibutuhkan ibu hamil adalah 85 gram per hari.
Yang bersumber dari tumbuhan (kacang-kacangan), hewan (ikan, ayam,
telur). Difisiensi protein dapat menyebabkan kelahiran prematur, anemia
dan edema.
c) Lemak
Pertumbuhan dan perkembangan janin selama dalam kandungan
membutuhkan lemak sebagai sumber kalori utama. Selain itu juga
digunakan untuk pertumbuhan jaringan plasenta. Pada kehamilan yang
normal, kadar lemak dalam aliran darah akan meningkat pada akhir
trimester III. Kebutuhannya hanya 20-25% dari total kebutuhan energi
tubuh. Tubuh ibu hamil juga menyimpan lemak yang akan mendukung
persiapannya untuk menyusui setelah bayi lahir. Sumber lemak antara lain
telur ayam, telur bebek, daging ayam, daging sapi, sosis, bebek, dan
mentega.
d) Air
Kebutuhan ibu hamil trimester III ini bukan hanya dari makanan
tapi juga cairan. Air sangat penting untuk pertumbuhan sel sel baru,
mengatur suhu tubuh, melarutkan dan mengatur proses metabolisme zat
zat gizi, serta mempertahankan volume darah yang meningkat selama
kehamilan.
Sebaiknya minum 8 gelas air putih sehari. Selain air putih, bisa pula
dibantu dengan jus buah, makanan berkuah dan buah buahan. Tapi jangan
lupa, agar bobot tubuh tidak naik berlebihan, kurangi minum bergula
seperti sirop dan softdrink.
3. Personal Hygine
Personal hygiene pada ibu hamil adalah kebersihan yang dilakukan
oleh ibu hamil untuk mengurangi kemungkinan infeksi, karena badan yang
14
kotor yang banyak mengandung kuman kuman. Mandi dianjurkan sedikitnya
dua kali sehari karen aibu hamil cenderung untuk mengeluarkan banyak
keringat, menjaga kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah
dada, daerah genetalia) dengan cara dibersihkan dengan air dan diberikan.
Kebersihan gigi dan mulut perlu mendapat perhatian karena seringkali mudah
terjadi gigi berlubang, terutama pada ibu yang kekurangan kalsium.
4. Pakaian
Pakaian yang baik bagi ibu hamil adalah:
a. Menghindari menggunakan sabuk dan stoking yang terlalu ketat.
Karena akan mengganggu aliran balik
b. Mengindari menggunakan sepatu hak tinggi, akan menambah lordosis
sehingga sakit pinggang akan bertambah
c. Menopang payudara dengan BH yang memadai untuk mengurangi rasa
tidak enak karena pembesaran dan kecenderungan menjadi pendulans.
d. Memakai baju yang longgar dan mudah dipakai serta bahan yang
mudah menyerap keringat.
5. Eliminasi
Pada trimester III frekuensi BAK meningkat karena penurunan kepala ke
PAP (Pintu Atas Panggul), BAB sering konstipasi (sembelit) karena hormone
progesterone meningkat. Konstipasi terjadi karena adanya pengaruh hormone
progesteron yang mempunyai efek rileks terhadap otot polos, salah satunya
otot usus. Selain itu, desakan usus oleh pembesaran janin juga menyebabkan
bertambahnya konstipasi. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah
dengan mengonsumsi makanann tinggi serat dan banyak minum air putih,
terutama ketika lambung dalam keadaan kosong. Meminum air putih hangat
ketika perut dalam keadaan kosong dapat merangsang gerak peristaltik usu.
Jika ibu sudah mengalami dorongan, maka segeralah untuk buang air besar
agar tidak terjadi konstipasi.
6. Seksual
15
Hubungan seksual selama kehamilan tidak dilarang selama tidak ada
riwayat penyakitt seperti ini.
a. Sering abortus dan kelahiran premature
b. Perdarahan pervaginam
c. Coitus harus dilakukan dengan hati-hati terutama pada minggu
terakhir kehamilan
d. Bila ketuban sudah pecah, coitus dilarang karena dapat menyebabkan
infeksi janin intra uteri.
7. Mobilisasi dan body mekanik
Mobilisasi dan bodi mekanik untuk ibu hamil harus memperhatikan cara
cara yang benar antara lain:
a. Melakukan latihan /senam hamil agar otot-otot tidak kaku
b. Jangan melakukan gerakan tiba-tiba/spontan
c. Jangan mengangkat secara langsung benda benda yang cukup berat,
jongkoklah terlebh dahulu baru kemudian mengangkat benda
d. Apabila bangun tidur, miring dulu baru kemudian bangkit dari tempat
tidur (Nugroho dkk, 2014).
8. Exercise
Senam hamil merupakan suatu program latihan fisik yang sangat penting
bagi calon ibu untuk mempersiapkan saat persalinan. Keuntungan senam
hamil adalah sebagai beriku (Nugroho dkk, 2014):
a. Melenturkan otot
b. Memberikan kesegaran
c. Meningkatkan self exteem dan self image
d. Sarana berbagai informasi
9. Istirahat/Tidur
Ibu hamil memiliki jam istirahat/tidur yang cukup. Kurang istiraha/tidur,
ibu hamil akan terlihat pucat lesu dan bergairah. Usahakan tidur malam
16
minimal 8 jam dan tidur siang 1 jam. Tidur yang cukup dapat membuat ibu
mrnjadi rileks bugar dan sehat. Posisi yang paling dianjurkan adalah tidur
miring kiri, posisi ini berguna untuk mencegah varices, sesak nafar, bengkak
pada kaki, serta dapat memperlancar sirkulasi darah yg penting buat
pertumbuhan janin (Nugroho dkk, 2014).
e. Ketidaknyamanan pada Ibu Hamil TM III
Menurut Hutahaean, 2013, ketidaknyamanan pada kehamilan trimester III
yaitu:
1. Haemoroid
Haemoroid merupakan pelebaran vena dari anus. Haemoroid dapat
bertambah besar ketika kehamilan karena adanya kongesti darah dalam
rongga panggul. Penanganan yang dapat dilakukan yaitu dengan cara
menghindari konstipasi dan kompres air hangat/dingin pada anus.
2. Sering Buang Air Kecil (BAK)
Janin yang sudah sedemikian membesar menekan kandung kemih ibu.
Akibatnya kapasitas kandung kemih jadi terbatas sehingga ibu sering
ingin BAK. Dorongan ingin BAK tersebut akan menganggu istirahat ibu
termasuk di malam hari. Penanganan yang dapat dilakukan untuk
mengurangi atau mengatasi keluhan tersebut adalah ibu disarankan untuk
tidak minum saat 2-3 jam sebelum tidur dan menganjurkan ibu untuk
mengosongkan kandung kemih sesaat sebelum tidur.
3. Pegal-pegal
Biasanya penyebab bisa karena ibu hamil kekurangan kalsium atau
karena ketegangan otot. Pada kehamilan trimester III ini dapat dikatakan
ibu membawa beban yang berlebih seiring peningkatan berat badan janin
dalam rahim. Otot-otot tubuh juga mengalami pengenduran sehingga
mudah merasa lelah. Hal inilah yang membuat posisi ibu hamil dalam
beraktifitas apa pun jadi terasa serba salah. Penaganan yang dapat
diberikan untuk mengurangi keluhan tersebut adalah dengan
17
mengonsumsi susu dan makanan yang kaya kalsium dan menyempatkan
ibu untuk melakukan peregangan pada tubuh.
4. Perubahan libido
Perubahan Libido pada ibu hamil dapat terjadi karena beberapa
penyebab seperti kelelahan dan perubahan yang berhubungan dengan
tuanya kehamilan mungkin terjadi pada trimester ketiga, seperti kurang
tidur dan ketegangan. Penanganan yang dapat diberikan yaitu dengan
memberikan informasi tentang perubahan atau masalah seksual selama
kehamilan adalah normal dan dapat disebabkan oleh pengaruh hormon
estrogen atau kondisi psikologis.
5. Sesak nafas
Pada posisi terlentang, berat uterus akan menekan vena cava inferior
sehingga curah jantung menurun. Akibatnya tekanan darah ibu dan
frekuensi jantung akan turun, hal ini menyebabkan terhambatnya darah
yang membawa oksigen ke otak dan ke janin yang menyebabkan ibu sesak
nafas (Hutahaean,S, 2013).
2.1.2 Asuhan Kebidanan pada Kehamilan
a. Pengertian Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang
dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya
berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan, dan penerapan fungsi dan kegiatan yang
menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang
mempunyai kebutuhan atau masalah dalam bidang kesehatan ibu, masa hamil,
masa persalinan, nifas, bayi setelah lahir, serta keluarga berencana (Mangkuji,
dkk, 2014).
Asuhan antenatal adalah asuhan yang diberikan pada ibu hamil sejak mulai
konsepsi sampai sebelum kelahiran bayi. Asuhan antenatal secara ideal dimulai
18
segera setelah ibu pertama kali terlambat menstruasi, untuk memastikan keadaan
kesehatan ibu dan janinnya (Muslihatun, dkk 2009).
b. Tujuan Asuhan Kehamilan
Menurut (Muslihatun, dkk 2009) asuhan antenatalcare bertujuan untuk:
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang janin.
2. Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau implikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembedahan.
3. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
eksklusif.
4. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi
agar dapat tumbuh kembang secara normal.
c. Sasaran pelayanan kebidanan pada kehamilan
Sasaran ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif
sesuai standart minimal 4 kali selama kehamilan. Kontak 4 kali dilakukan
sebagai berikut (Rukiyah,2016):
1. 1 kali pada trimester pertama, yaitu sebelum usia kehamilan 14 minggu
2. 1 kali pada trimester kedua, yaitu selama umur kehamilan 14-28 minggu
3. 2 kali pada trimester ketiga, yaitu selama kehamilan 28-36 minggu dan
4. setelah umur kehamilan 36 minggu.
d. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan
Menurut Kemenkes (2013), teknis pelayanan antenatal dapat diuraikan
dengan metode SOAP:
DATA SUBJEKTIF
a. Identitas (Biodata)
19
1. Nama 5. Pendidikan
2. Usia 6. Agama
3. Pekerjaan 7. Suku
4. Alamat 8. No.telepon
b. Keluhan Utama Ibu Trimester III
Menurut Hutahean,S (2013) keluhan- keluhan yang sering dialami oleh ibu hamil
trimester III antara lain :
1. Konstipasi dan Hemoroid
2. Sering Buang Air Kecil
3. Pegal – Pegal
4. Kram dan Nyeri pada kaki
5. Gangguan Pernapasan
6. Perubahan Libido
c. Riwayat kehamilan sekarang
1. Hari pertama haid terakhir 4. Masalah/kelainan pada kehamilan ini
2. Siklus haid 5. Pemakaian obat dan jamu-jamuan
3. Taksiran waktu persalinan 6. Keluhan lainnya
d. Riwayat kontrasepsi
1. Riwayat kontrasepsi terdahulu
2. Riwayat kontrasepsi terakhir sebelum kehamilan ini
e. Riwayat obstetri yang lalu
1. Jumlah kehamilan 9. Perdarahan pada kehamilan,
2. Jumlah persalinan 10. persalinan, dan nifas terdahulu
3. Jumlah persalinan cukup bulan 11. Adanya hipertensi dalam kehamilan
4. Jumlah persalinan premature pada kehamilan terdahulu
5. Jumlah anak hidup, berat lahir, 12. Riwayat berat bayi <2,5 kg atau >4 kg
serta jenis kelamin 13. Riwayat kehamilan ganda
6. Cara persalinan 14. Riwayat Pertumbuhan Janin Terhambat
20
7. Jumlah keguguran 15. Riwayat Penyakit dan Kematian Janin
8. Jumlah aborsi
f. Riwayat medis lainnya
1. Penyakit jantung
2. Hipertensi
3. Diabetes mellitus (DM)
4. Penyakit hati seperti hepatitis
5. Riwayat operasi
6. Riwayat penyakit di keluarga: diabetes, hipertensi, kehamilan ganda dan
kelainan congenital.
g. Riwayat sosial ekonomi
1. Usia ibu saat pertama kali menikah
2. Status perkawinan, berapa kali menikah dan lama pernikahan
3. Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan dan kesiapan persalinan
a. Penuh kewaspadaan terhadap persalinan ibu merasa cemas
b. Ibu merasa khawatir, takut, dan tidak nyaman atas kehamilannya
4. Kebiasaan atau pola makan minum.
5. Kebiasaan merokok, menggunakan obat-obatan dan alcohol
6. Pekerjaan dan aktivitas sehari-hari
7. Kehidupan seksual dan riwayat seksual pasangan
8. Pilihan tempat untuk melahirkan
DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik umum
a. Keadaan umum dan kesadaran penderita
Compos mentis (kesadaran baik), gangguan kesadaran (apatis, samnolen,
spoor, koma).
b. Tekanan darah
Tekanan darah normal 110/80.
21
c. Nadi
Nadi normal adalah 80 x/mnt. Jika nadi 90-120 x/menit maka tidak perlu di
berikan oksigen.
d. Suhu badan
Suhu badan normal adalah 36,5oC-37,5
oC . Bila suhu lebih tinggi dari 37,5
oC
kemungkinan ada infeksi.
e. Tinggi badan
Diukur dalam cm, tanpa sepatu.Tinggi badan kurang dari 145 cm
kemungkinan terjadi Cephalo Pelvic Disproportion (CPD).
f. Berat badan
Berat badan yang bertambah atau kurang, perlu mendapat perhatian khusus
karena kemungkinan terjadi penyulit kehamilan. Minimal 0,5kg/minggu.
2. Pemeriksaan kebidanan
a. Pemeriksaan luar
1) Inspeksi
a. Kepala : Kulit kepala, distribusi rambut
b. Wajah : Oedema, cloasma gravidarum, pucat/tidak
c. Mata : Konjungtiva, sklera, oedem palpebra
d. Hidung : Polip, rabas dari hidung, karies, tonsil, faring
e. Telinga : Kebersihan telinga
f. Leher : Bekas luka operasi, pembesaran kelenjar tiroid, dan pembuluh
limfe
g. Payudara : Bentuk payudara, aerola mammae, puting susu, adanya massa
dan pembuluh limfe yang membesar, rabas dari payudara
h. Aksila : Adanya pembesaran kelenjar getah bening
i. Abdomen : Bentuk abdomen, lihat dan raba adanya gerakan janin, raba
adanya pembesaran hati.
2) Palpasi
22
Palpasi yaitu pemeriksaan kebidanan pada abdomen dengan menggunakan
maneuver Leopold untuk mengetahui keadaan janin di dalam abdomen.
a. Leopold I
Untuk mengetahui tinggi fundus uteri dan bagian yang berada pada
bagian fundus dan mengukur tinggi fundus uteri dari simfisis untuk
menentukan usia kehamilan.
Tabel 2.1
Ukuran Fundus Uteri Sesuai Usia Kehamilan Trimester III
Usia Kehamilan
(minggu)
Tinggi Fundus Uteri
(TFU) Menurut Leopold
TFU Menurut Mc.
Donald
28-32 Minggu 3 jari di atas pusat 26,7 Cm
32-34 Minggu Pertengahan pu
sat prosesus xiphoideus
(PX)
29,5-30 Cm
36-40 Minggu 2-3 jari dibawah prosesus
xiphoideus (PX)
33 Cm
40 Minggu Pertengahan pusat
prosesus xiphoideus (PX)
37,7 Cm
Sumber : Walyani S. E, 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan, Yogyakarta, halaman 80
b. Leopold II
Untuk menentukan bagian-bagian janin yang berada di sisi sebelah kanan
dan kiri perut ibu, dan lebih mudah untuk mendeteksi dalam pengukuran
DJJ.
c. Leopold III
Untuk menentukan bagian janin yang ada di bawah (presentasi).
d. Leopold IV
Untuk menentukan apakah bagian terbawah janin yang konvergen dan
divergen.
3) Auskultasi
Auskultasi dengan menggunakan stetoskop monoral atau Doppler untuk
menentukan DJJ setelah umur kehamilan yang meliputi frekuensi, keteraturan
23
dan kekuatan DJJ. DJJ normal adalah 120 sampai 160 x/menit. Bila DJJ <120
atau >160 x/menit, maka kemungkinan ada kelainan janin atau plasenta.
4) Perkusi
Melakukan pengetukan pada daerah patella untuk memastikan adaya refleks
pada ibu.
b. Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam dilakukan oleh dokter/bidan pada usia kehamilan 34
sampai 36 minggu untuk primigravida atau 40 minggu pada multigravida dengan
janin besar. Pemeriksaan ini untuk mengetahui keadaan serviks, ukuran panggul
dan sebagainya.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penujang untuk ibu hamil meliputi pemeriksaan laboratorium (rutin
maupun sesuai indikasi).
a. Kadar hemoglobin
Pemeriksaan kadar hemoglobin unuk mengetahui kondisi ibu apakah menderita
anemia gizi atau tidak. Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin
dibawah 11 gr %. Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat
besi. WHO menetapkan :
Hb > 11 gr % disebut tidak anemia
Hb 9 – 10 gr % disebut anemia ringan
Hb 7 –8 gr % disebut anemia sedang
Hb < 7 gr % disebut anemia berat
b. Urinalisis (terutama protein urin pada trimester kedua dan ketiga)
c. Memberikan imunisasi
Beri ibu vaksin tetanus toksoid (TT) sesuai status imunisasinya. Pemberian
imunisasi pada wanita subur atau ibu hamil harus didahului dengan skrining.
24
Tabel 2.2
Imunisasi TT
Imunisasi Interval %
Perlindungan
Masa
perlindungan
TT1 Pada kunjungan
ANC pertama
0 % Tidak ada
TT2 4 minggu setelah
TT1
80 % 3 tahun
TT3 6 bulan setelah
TT2
95 % 5 tahun
TT4 1 tahun setelah
TT3
99 % 10 tahun
TT5 1 tahun setelah
TT4
99% 25 tahun/seumur
hidup Sumber : Kemenkes RI,2015 dalam Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak
ANALISA DIAGNOSA KEBIDANAN
Tabel 2.3
Daftar Diagnosis Nomenklatur Kebidanan Pada Ibu Hamil
1. DJJ tidak normal
2. Abortus
3. Solusio Plasenta
4. Anemia berat
5. Presentasi bokong
6. Hipertensi Kronik
7. Eklampsia
8. Kehamilan ektopik
9. Bayi besar
10. Migrain
11. Kehamilan Mola
12. Kehamilan ganda
13. Placenta previa
14. Kematian janin
25
15. Hemorargik Antepartum
16. Letak Lintang
Sumber: Panduan Penyusunan Laporan Tugas Akhir (LTA) Poltekkes kemenkes RI Medan, 2018
PENATALAKSANAAN
1. Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan
pelayanan yang berkualitas sesuai standar (10T) terdiri dari Pelayanan kesehatan
ibu hamil yang diberikan harus memenuhi elemen pelayanan sebagai berikut.
a) Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi badan
b) Pengukuran Tekanan Darah
c) Tinggi Fundus Uteri
2. Menurut Hutahean,S (2013) keluhan- keluhan yang sering dialami oleh ibu hamil
trimester III antara lain :
a. Konstipasi dan Hemoroid
Penanganan untuk mengatasi keluhan tersebut adalah :
1. Mengonsumsi makanan berserat untuk menghindari konstipasi
2. Beri rendaman hangat/dingin pada anus
3. Bila mungkin gunakan jari untuk memasukkan kembali hemoroid ke dalam
anus dengan perlahan
4. Bersihkan anus dengan hati-hati sesudah defekasi
5. Oleskan jeli ke dalam rectum sesudah defekasi
6. Usahakan Buang Air Besar (BAB) teratur
7. Beri kompres dingin kalau perlu
8. Ajarkan ibu tidur dengan posisi Knee Chest Position (KCP) 15 menit/hari
9. Ajarkan latihan kegel untuk menguatkan perineum dan mencegah hemoroid
10. Konsul ke dokter sebelum menggunakan obat hemoroid
b. Sering Buang Air Kecil
26
Penanganan pada keluhan sering BAK adalah :
1. Ibu hamil disarankan untuk tidak minum 2-3 gelas sebelum tidur
2. Kosongkan kandung kemih sesaat sebelum tidur. Namun agar kebutuhan air
tercukupi, sebaiknya minum lebih banyak pada siang hari.
c. Pegal – Pegal
Penanganan yang dapat dilakukan untuk keluhan tersebut adalah :
1. Beraktifitas ringan, berolahraga atau melakukan senam hamil
2. Menjaga sikap tubuh, memperbaiki cara berdiri, duduk dan bergerak. Jika
harus duduk atau berdiri lebih lama jangan lupa istirahat setiap 30 menit.
3. Konsumsi susu dan makanan yang banyak mengandung kalsium.
d. Kram dan Nyeri pada kaki
Penanganan yang dapat dilakukan adalah:
1. Saat kram terjadi, lakukan dengan cara melemaskan seluruh tubuh terutama
bagian tubuh yang kram, dengan cara menggerak-gerakan pergelangan
tangan dan mengurut bagian kaki yang kaku.
2. Saat bangun tidur, jari kaki ditegakkan sejajar dengan tumit untuk mencegah
kram mendadak.
3. Meningkatkan asupan kalsium
4. Meningkatkan asupan air putih
5. Melakukan senam ringan
6. Ibu sebaiknya istirahat yang cukup
e. Gangguan Pernapasan
Penanganan yang dapat dilakukan untuk keluhan tersebut adalah :
1. Latihan napas melalui senam hamil
2. Tidur dengan bantal yang tinggi dan posisi miring kekanan dan kekiri.
3. Makan tidak terlalu banyak
4. Hentikan merokok
5. Konsultasi ke dokter bila ada kelainan asma dan lain-lain
6. Berikan penjelasan bahwa hal ini akan hilang setelah melahirkan.
27
f. Perubahan Libido
Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah yaitu:
Menjelaskan dan memberikan dukungan pada ibu maupun suami.
Informasikan pada pasangan bahwa perubahan atau masalah seksual selama
kehamilan adalah normal dan dapat disebabkan oleh pengaruh hormone
estrogen dan kondisi psikologis.
1) Menjelaskan pada ibu dan suami untuk mengurangi frekuensi
melakukan hubungan seksual selama masa kritis kehamilan yaitu TM 1
dan TM III.
2) Memberikan penkes terhadap perubahan psikologis pada ibu hamil TM
III yaitu:
1. Memberitahu keluarga untuk memberikan dukungan kepada ibu tentang
kecemasannya terhadap kehamilannya.
2. Mematangkan persiapan persalinandengan tetap mewaspadai komplikasi
yang mingkin terjadi.
3. Menenangkan ibu dengan mengatakan bahwa bayinya saat ini merasa
senang di dalam perut ibu.
6. Kebutuhan nutrisi ibu hamil TM III 2800 kall yang di dapat dari menu:
Nasi 3 kali sehari sebanyak 100 gr setiap makan, sayur dan ikan 150 gr setiap kali
makan dan wajib diselingi dengan makanan ringan serta buah atau jus.
7. Memberikan penkes tentang tanda bahaya kehamilan TM III kepada ibu :
1. Sakit kepala lebih dari biasa
2. Perdarahan pervaginam
3. Gangguan penglihatan
4. Pembengkakan pada wajah dan tangan
5. Nyeri abdomen
6. Mual dan muntah berlebihan
7. Demam
8. Janin tidak bergerak sebanyak yang biasanya
28
8. Memberikan penkes tentang persiapan persalinan termasuk :
1. Yang menolong persalinan
2. Tempat melahirkan
3. Yang mendampingi saat persalinan
4. Persiapan kemungkinan donor darah
5. Persiapan transportasi bila diperlukan
6. Persiapan biaya
9. Persiapan ASI
1. Hindari pemakaian bra dengan ukuran yang terlalu ketat dan
yangmenggunakan busa, karena akan mengganggu penyerapan keringat
payudara
2. Gunakan bra dengan bentuk yang menyangga payudara
3. Hindari membersihkan puting dengan sabun mandi karena akan
menyebabkan iritasi. Bersihkan putting susu dengan minyak kelapa lalu bilas
dengan air hangat.
4. Jika ditemukan pengeluaran cairan yang berwarna kekuningan dari payudara
berarti produksi ASI sudah dimulai
10. Tata laksana atau mendapatkan pengobatan
Jika ibu mempunyai masalah kesehatan pada saat hamil.
2.2 Persalinan
2.2.1 Konsep Dasar Persalinan
a. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus ke dunia luar. Persalinan mencakup proses fisiologis yang
memungkinkan serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk dapat
melahirkan janinnya melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal
merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
(37-42) minggu, lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
29
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin
( Jannah, 2017).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar dengan presentasi
belakang kepala tanpa memakai alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak
melukai ibu dan bayi, dan berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam
(Saifuddin, 2013).
1. Tanda persalinan
Menurut Walyani (2016), tanda-tanda persalinan adalah sebagai berikut :
a) Adanya kontraksi rahim
Tanda awal bahwa ibu hamil untuk melahirkan adalah berkontraksinya
rahim. Kontraksi yang sesungguhnya akan muncul dan hilang secara
teratur dengan intensitas makin lama makin meningkat. Perut akan
mengalami kontraksi dan relaksasi, diakhir kehamilan kontraksi akan
lebih sering terjadi.
b) Keluarnya lendir bercampur darah
Lendir mulanya menyumbat mulut rahim, sumbatan yang tebal pada
mulut rahim terlepas, sehingga menyebabkan keluarnya lendir yang
berwarna kemerahan bercampur daran dan terdorong keluar oleh
kontraksi yang membuka mulut rahim yang menandakan bahwa mulut
rahim menjadi lunak dan membuka.
c) Keluarnya air-air ketuban
Keluarnya air ketuban dan jumlahnya cukup banyak, berasal dari
ketuban yang pecah akibat kontraksi yang makin sering terjadi.
2. Tahapan persalinan
a) Kala I
Menurut Rohani (2014), kala I adalah waktu untuk pembukaan serviks
menjadi pembukaan lengkap 10 cm. kala I dibagi atas dua fase, yaitu :
30
1. Fase laten dimana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai
sejak awal kontraksi sampai pembukaan 3 cm, berlangsung dalam 7-
8 jam.
2. Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung selama 6 jam
dan dibagi dalam 3 subfase :
a. Periode akselerasi : berlangsung selama 2 jam , pembukaan
menjadi 4 cm
b. Periode dilatasi maksimal : berlangsung selama 2 jam, pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm.
c. Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaan
jadi 10 cm atau lengkap.
b) Kala II
Kala II adalah mulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir, 2 jam
pada primigravida, 1 jam pada multigravida (Kemenkes RI,2013).
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap
(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi (Rohani,2014).
c) Kala III
Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai plasenta lahir lengkap
sekitar 30 menit (Kemenkes RI,2013)
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhirnya
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir (Rohani,2014).
Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya plasenta adalah:
1. Kustner
Dengan meletakkan tangan disertai tekanan di atas dimfisis, tali pusat
di tegangkan, maka bila tali pusat masuk berarti belum lepas. Jika diam
atau maju berarti sudah lepas.
2. Stassman
31
Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus,bila tali pusat bergetar
berarti plasenta belum lepas, tidak bergetar berarti sudah lepas. Tanda-
tanda plasenta telah lepas adalah rahim menonjol di atas simfisis, tali
pusat bertambah panjang, rahim bundar dan keras, serta keluar darah
secara tiba-tiba.
d) Kala IV
Kala IV dimulai segera setelah lahirnya plasenta hingga 2 jam post
partum (Kemenkes RI,2013).
Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah
proses tersebut (Rohani,2014).
Table 2.4
Lamanya persalinan pada primigravida dan multigravida
Persalinan Primi Multi
kala I 13 jam 7 jam
Kala II 1 jam 30 menit
Kala III 30 menit 15 menit
TOTAL 14 jam, 30 menit 7 jam, 45 menit
Sumber : Rohani,2014
b. Perubahan Fisiologis Persalinan
1. Perubahan Fisiologis Kala 1 menurutWalyani dan Endang, 2016 meliputi:
a) Perubahan tekanan darah
Perubahan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan kenaikan
sistolik rata rata sebesar 10-20 mmHg dn kenaikan diastolik rata-rata 5-10
mmHg di antara kontraksi-kontraksi uterus, tekanan darah akan turun
seperti sebelum masuk persalinan dan akan naik lagi bila terjadi
kontraksi. Posisi tidur terlentang selama bersalin akan menyebabkan
penekanan uterus terhadap pembuluh darah besar (aorta) yang akan
menyebabkan sirkulasi darah baik ibu maupun janin akan terganggu, ibu
dapat terjadi hipotensi dan janin asfiksia.
32
b) Perubahan Metabolisme
Selama persalinan baik metabolisme karbohidrat aerobik maupun
anaerobik akan naik secara perlahan. Kenaikan ini sebagian besar
diakibtakan karena kecemasan serta kegiatan otot rangka tubuh.
c) Perubahan Suhu Badan
Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan, suhu mencapai
tertinggi selama persalinan dan segera setelah persalinan. Kenaikan ini
dianggap normal asal tidak melebihi 0,5-1 derajat C.
d) Denyut Jantung
Denyut janutng di antara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding
selama periode persalinan atau belum masuk persalinan. Denyut jantung
yang sedikit naik merupakan hal normal, meskipun norml perlu dikontrol
secara periode untuk mengidentifikasi infeksi.
e) Pernafasan
Kenaikan pernafasan dapat disebabkan karena adanya rasa nyeri,
kekhawatiran serta penggunaan teknik pernafasan yang tidak benar.
f) Perubahan renal
Polyuri sering terjadi selama persalinan, hal ini disebabkan oleh
kardiak output yang meningkat serta glomelurus seta aliran plasma ke
renal. Protein dalam urine (+1) selama persalinan merupakan hal yang
wajar, tetapi proteinuro (+2) merupakan hal yang tidak wajar, keadaan ini
lebih sering pada ibu primipara, anemi, persalinan lama atau pada kasus
pre eklamsia.
g) Perubahan Gastrointestinal
Kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan makanan padat
berkurang akan menyebabkan pencernaan hampir berhenti selama
persalinan dan akan menyebabkan konstipasi.
h) Perubahan hematologis
33
Haemoglobin akan meningkat 1,2 gr/100 ml selama persalinan dan
kembali ketingkat pra persalinan pada hari pertama. Jumlah sel-sel darah
putih meningkat secara progressif selama kala satu persalinan sebesar
5000 s/d 15.000 WBC sampai dengan akhir pembukaan lengkap, hal ini
tidak berindikasi adanya infeksi. Gula darah akan turun selama dan akan
turun secara menyolok pada persalinan yang mengalami peyulit atau
persalina lama.
i) Kontraksi uterus
Kontraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan otot polos uterus
dan penurunan hormon progesteron yang menyebabkan keluarnya hormon
oksitosin.
j) Show
Adalah pengeluaran dari vagina yang terdiri dari sedikit lendir yang
bercampur darah, lendir ini berasal dari ekstruksi lendir yang menyumbat
canalis servikalis sepanjang kehamilan, sedangkan darah berasal dari
desidua vera yang lepas.
2. Perubahan Fisiologis kala II Menurut Walyani dan Endang, 2016
meliputi:
a) Kontraksi uterus
Dimana kontraksi ini bersifat nyeri yang disebabkan oleh anoxia dari
sel-sel otot tekanan pada ganglia dalam serviks dan Segmen Bawah
Rahim (SBR), regangan dari serviks, regangan dari tarikan pada
peritoneum, itu semua terjadi pada saat kontraksi. Dapun kontraksi yang
bersikat berkala dan harus diperhatikan adalah lamanya kontraksi
berlangsung 60-90 detik, kekuatan kontraksi,kekuatan kontraksi secara
klinis ditentukan dengan mencoba apakah jari kita dapat menekan dinding
34
rahim ke dalam, interfal antara kedua kantraksi pada kala pengeluaran
sekali dalam 2 menit.
b) Perubahan-perubahan Uterus
Dalam persalinan perbedaan SAR dan SBR akan tampak lebih jelas,
dimana SAR dibentuk oleh korpus uteri dan bersifat memegang peranan
aktif (berkontraksi) dan dindingnya bertambah tebal dengan majunya
persalinan, dengan kata lain SAR mengadakan suatu kontraksi menjadi
tebal dan mendorong anak keluar. Sedangkan SBR dibentuk oleh isthimus
uteri yang sifatnya memegang peranan pasif dan makin tipis dengan
majunya persalinan (disebabkan karena regangan), dengan kata lain SBR
dan serviks mengadakan relaksasi dan dilatasi.
c) Perubahan pada serviks
Perubahan serviks pada kala II ditandai dengan pembukaan lengkap,
pada pemeriksaan dalam tidak teraba lagi bibir portio, Segmen Bawah
Rahim, dan serviks.
d) Perubahan pada vagina dan dasar panggul
Setelah pembukaan lengka dan ketuban telah pecah terjadi perubahan,
terutama pada dasar panggul yang diregangkan oleh bagisn depan janin
sehingga menjadi saluran yang dinding-dindingnya tipis karena suatu
regangan dan kepala sampai vulva, lubang vulva menghadap ke depan
atas dan anus menjadi terbuka, perineum menonjol dan tidak lama
kemudian kepala janin tampak pada vulva.
3. Perubahan fisiologis kala III
Dimulai segera setelah bayi sampai lahirnya plasenta yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus teraba
keras dengan fundus uteri agak di atas pusat beberapa menit kemudian
uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya.
Biasanya plasenta lepas dalam 6 menit-15 menit setelah bayi lahir dan
keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.
35
Pada kala III, otot uterus berkontaksi mengikuti penyusutan volume
rongga uterus setelah bayinya lahir. Penyusutan ukuran ini menyebabkan
berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat
perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak
berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari
dinding uterus.
Tanda- tanda lepasnya plasenta adalah sebagai berikut :
a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium berkontraksi, uterus
berbentuk bulat penuh dan TFU biasanya turun di bawah pusat.
b) Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat keluar memanjang (terjulur melalui vulva dan
vagina) atau tanda ahfeld.
c) Semburan darah tiba- tiba
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu
mendorong plasenta keluar dan dibantu gaya gravitasi. Semburan
darah yang tiba- tiba menandakan bahwa darah yang terkumpul antara
tempat melekatnya plasenta dan permukaan maternal plasenta keluar
melalui tepi plasenta yang terlepas.
4. Perubahan fisiologis kala IV
Kala IV adalah kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi dan plasenta
lahir. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kontraksi uterus sampai
uterus kembali dalam bentuk normal. Hal ini dapat dilakukan dengan
rangsangan tektil (masase) untuk merangsang uterus berkontraksi baik
dan kuat.
c. Perubahan Psikologis pada Persalinan
36
Menurut Rukiyah dkk, 2014 perubahan psikologis yang dialami oleh ibu
bersalin adalah:
1. Perasaan takut dan cemas dengan kelahiran anaknya.
2. Ketakutan yang dapat mengakibatkan rasa nyeri dalam persalinan.
3. Memikirkan persalinan apakah berjalan normal.
4. Cemas akan perannya sebagai ibu.
5. Ketakutan yang dapat berpengaruh tidak baik terhadap his dan lancarnya
pembukaan.
d. Faktor yang berperan dalam Persalinan
Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan meliputi:
1. Power (tenaga yang mendorong bayi keluar)
Tenagan mengejan atau power meliputi his (kontraksi ritmis otot polos
uterus), kekuatan mnegejan ibu, keadaan kardiovaskular, respirasi, dan
metabolik ibu. Ibu melakukan kontraksi involunter dan volunter secara
bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus (Jannah, 2017).
2. Passage (jalan lahir)
Keadaan jalan lahir atau passage terdiri atas panggul ibu, yakni bagian
tulang keras, dasar panggul, vagina, dan introitus. Panggul terdiri atas bagian
keras dan bagian lunak. Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan otot
dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, panggul ibu lebih perperan
dalam proses persalinan. Oleh karena itu, ukuran dan bentuk panggul harus
ditentukan sebelum dimulai persalinan (Jannah, 2017).
3. Passanger
Bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala janin. Posisi
dan besar kepala janin dapat mempengaruhi jalannya persalinan sehingga
dapat membahayakan hidup dan kehidupan janin kelak. Saat persalinan,
rongga panggul secara perlahan akan diisi oleh kepala janin yang mendistensi
37
vagina, rektum tertekan. Passanger terdiri dari janin, plasenta dan selaput
ketuban.
4. Psikologis Ibu
Psikis ibu bersalin sangat berpengaruh dari dukungan suami dan anggota
keluarga yang lain untuk mendamping ibu selama bersalin dan kelahiran
anjurkan mereka berperak aktif dalam mendukung dan mendampingi lankah-
langkah yang mungkin akan sangat membantu kenyamanan ibu.
5. Penolong
Penolong ibu bersalin adalah petugas kesehatan yang mempunyai legalitas
dalam menolong persalinan, serta mempunyai kompetensi dalam menolong
persalinan, menerapkan upaya pencegahan infeksi dan memiliki kesabaran
dalam mengahdapi klien (Rukiyah dkk, 2014).
e. Kebutuhan Dasar Ibu bersalin
Menurut Sondakh (2013), kebutuhan wanita bersalin terdiri atas:
1. Asuhan tubuh dan fisik
a. Menjaga kebersihan diri
Menganjurkan ibu membasuh sekitar kemaluannya sesudah BAK/
BAB dan menjaganya agar tetap bersih dan kering. Mandi di bak/ shower
dapat menjadi sangat menyegarkan dan menimbulkan rasa santai, dan
merasa sehat.
b. Perawatan mulut
Ibu yang sedang ada dalam proses persalinan biasanya napasnya
berbau, bibir kering dan pecah-pecah, tenggorokan kering terutama jika
dalam persalinan selama beberapa jam cairan oral dan tanpa perawatan
mulut.
c. Pengipasan
Ibu yang sedang dalam proses persalinan biasanya banyak
mengeluarkan keringat, bahkan pada ruang persalinan dengan kontrol suhu
terbaik pun mereka akan mengeluh berkeringat pada beberapa waktu
38
tertentu. Oleh karena itu, gunakan kipas atau bisa juga dengan kertas atau lap
yang dapat digunakan sebagai pengganti kipas.
2. Kehadiran seorang pendamping
Fungsi hadirnya seorang pendamping pada saat persalinan yaitu mengurangi
rasa sakit, membuat waktu persalinan menjadi singkat, dan menurunkan
kemungkinan persalinan dengan operasi.
Seorang bidan harus menghargai keinginan ibu untuk menghadirkan teman atau
saudara yang khusus untuk menemaninya. Adapun dukungan yang dapat
diberikan oleh pendamping adalah:
a. Mengusap keringat
b. Menemani/ membimbing ibu jalan-jalan
c. Memberikan minum
d. Mengubah posisi
e. Memijat punggung, kaki atau kepala ibu, dan melakukan tindakan yang
bermanfaat lainnya
f. Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa nyaman
g. Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan memberikan pujian
kepada ibu
3. Pengurangan rasa nyeri
Menurut Varney’s Midwifery, pendekatan yang dapat dilakukan untuk
mengurangi rasa sakit adalah sebagai berikut:
a. Menghadirkan seorang yang dapat mendukung persalinan
b. Pengaturan posisi
c. Relaksasi dan pengaturan
d. Istirahat dan privasi
e. Penjelasan mengenai proses/ kemajuan persalinan dan prosedur tindakan
f. Asuhan tubuh
g. Sentuhan
39
4. Penerimaan terhadap kelakuan dan tingkah lakunya
Biarkan sikap dan tingkah lakunya, beberapa ibu mungkin akan berteriak pada
puncak kontraksi, berusaha untuk diam, dan ada pula yang menangis. Sebagai
seorang bidan, yang dapat dilakukan adalah dengan menyemangatinya dan bukan
memarahi ibu.
5. Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang aman
Setiap ibu membutuhkan informasi tentang kemajuan persalinannya, sehingga ia
mampu mengambil keputusan dan ia juga perlu diyakinkan bahwa kemajuan
persalinannya normal.
2.2.2 Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal
a. Pengertian Asuhan Persalinan Normal
Dasar asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama
persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi terutama
perdarahan pasca persalinan, hipotermia dan asfiksia BBL. Sementara itu, fokus
utamanya adalah mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan suatu
pergeseran paradigma dari sikap menunggu dan menangani komplikasi menjadi
mencegah komplikasi yang mungkin terjadi (Saifuddin, 2014).
b. Tujuan asuhan persalinan
Memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai
pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek sayang
ibu dan sayang bayi.
Lima benang merah dalam asuhan persalinan normal (Gavi, 2015)
1. Aspek pengambilan keputusan klinik
Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
untuk merencanakan asuhan bagi ibu dan bayi baru lahir. Hal ini merupakan
proses sistemik dalam mengumpulkan data, mengidentifikasi masalah, membuat
diagnosis kerja atau membuat rencana tindakan yang sesuai dengan diagnosis,
40
melaksanakan rencana tindakan dan akhirnya mengevaluasi hasil asuhan atau
tindakan yang telah diberikan kepada ibu dan bayi.
2. Asuhan sayang ibu dan bayi
Asuhan sayang ibu dan bayi adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai
budaya, kepercayaan, dan keinginan sang ibu. Tujuan asuhan sayang ibu dan bayi
adalah memberikan rasa nyaman pada ibu dalam proses persalinan dan pada masa
pasca persalinan. Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah
mengikutsertakan suami dan keluarga untuk memberi dukungan selama proses
persalinan dan kelahiran bayi. Asuhan tersebut bisa mengurangi jumlah persalinan
dengan tindakan.
3. Pencegahan infeksi
a. Prinsip-prinsip pencegahan infeksi
1) Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong) harus dianggap dapat
menularkan karena penyakit yang disebabkan infeksi dapat bersifat
asimptomatik (tanpa gejala)
2) Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi
3) Permukaan benda di sekitar kita, peralatan dan benda-benda lainnya
dianggap terkontaminasi hingga setelah digunakan harus di proses
secara benar.
4) Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total tapi dapat dikurangi
hingga sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan
pencegahan infeksi secara benar dan konsisten.
b. Pencegahan infeksi pada asuhan persalinan normal
1) Cuci tangan
2) Memakai sarung tangan
3) Perlindungan diri
4) Penggunaan antiseptik dan desinfektan
5) Pemprosesan alat
41
6) Penanganan peralatan tajam
7) Pembuangan sampah
8) Kebersihan lingkungan
c. Persiapan tempat persalinan
d. Persiapan alat
e. Persiapan penolong
f. Persiapan ibu
4. Pencatatan SOAP dan partograf
Pendokumentasian adalah bagian penting dari proses membuat keputusan
klinik dalam memberikan asuhan yang diberikan selama proses persalinan dan
kelahiran bayi.
Pendokumentasian SOAP dalam persalinan :
a. Pencatatan selama fase laten kala I persalinan
b. Dicatat dalam SOAP pertama dilanjutkan dilembar berikutnya
c. Observasi denyut jantung janin, his, nadi setiap 30 menit
d. Observasi pembukaan, penurunan bagian terendah, TD, suhu setiap 4 jam
kecuali ada indikasi .
Partograf merupakan alat untuk memantau kemajuan persalinan yang dimulai
sejak fase aktif.
5. Rujukan
Sistem rujukan adalah suatu sistem pelayanan kesehatan di mana terjadi
pelimpahan tugas dan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah
kesehatan yang timbul secara horizontal maupun vertikal, baik untuk kegiatan
pengiriman penderita, pendidikan, maupun penelitian.
a. Rujukan dapat dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu sebagai berikut :
Rujukan terencana
b. Rujukan tepat waktu
c. Manajemen Asuhan Kebidananyang diberikan pada persalinan
Kala I
42
Subjektif
Menurut Rohani (2014) Beberapa hal yang ditanyakan kepada ibu saat
anamnesis adalah sebagai berikut:
1. Nama, umur, alamat.
2. Gravida dan para
3. Hari pertama haid terakhir
4. Ibu terlihat merasa sakit karena adanya his yang kuat dan teratur
5. Keluar lendir bercampur darah
6. Tiba-tiba ketuban pecah
7. Serviks menipis
8. Kontraksi mulai dari pinggang menjalar ke perut dan makin lama semakin teratur
dan semakin kuat
9. Sulit kencing
10. Bisa mual muntah
Objektif
Bertujuan untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayinya , serta tingkat
kenyamanan fisik ibu bersalin. Langkah- langkah dalam melakukan pemeriksaan
fisik adalah sebagai berikut:
1. Nilai tanda tanda vital ibu
Tensi naik 10-20 mmHg,
Suhu meningkat 0,50c-1
0c,
Hb meningkat 1,2gr/100ml
2. Pada daerah perut didapat perut semakin bundar,tinggi fundus uteri 2jari dibawah
PX, Presentasi kepala / bokong, punggung kanan / kiri. Kepala sudah masuk /
belum PAP. Posisi tangan divergen/konvergen
3. Kontraksi minimal 2 kali dalam 10 menit, sampai dengan 5 kali dalam 10 menit
lama kontraksi 40 detik atau lebih, dengan jarak
4. DJJ normalnya 120-160 kali dalam 1 menit
43
5. Nilai serviks : pembukaan 0-4 cm, 4-6, dan 6-10 serviks lunak sampai tipis,
keluar lendir bercampur darah
Analisa
Diagnosa : Ibu G..P..A.. hamil (aterm,premature, postmatur) partus kala I fase aktif
dan laten.
Masalah : Nyeri persalinan
Kebutuhan: beri dukungan dan yakinkan ibu, beri informasi tentang proses dan
kemajuan persalinannya
Penatalaksanaan
Menurut Teori Rukiah (2014) penatalaksanaan ibu bersalin kaka I
1. Menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu seperti suami, keluarga
pasien atau teman dekat.
2. Mengatur aktivitas dan posisi ibu seperti posisi sesuai dengan keinginan ibu
namun bila ibu ingin ditempat tidur sebaiknya tidak dianjurkan tidur dalam posisi
terlentang lurus.
3. Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his seperti ibu diminta menarik napas
panjang, tahan napas sebentar, kemudian dilepaskan dengan cara meniup sewaktu
ada his.
4. Menjaga privasi ibu seperti penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam
persalinan, antara lain menggunakan penutup atau tirai, tidak menghadirkan orang
lain tanpa sepengetahuan dan seizin pasien/ibu.
5. Penjelasan tentang kemajuan persalinan seperti perubahan yang terjadi dalam
tubuh ibu, serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan.
6. Menjaga kebersihan diri seperti memperbolehkan ibu untuk mandi, menganjurkan
ibu membasuh sekitar kemaluannya seusai buang air kecil/besar.
7. Mengatasi rasa panas seperti menggunakan kipas angin atau AC dalam kamar.
8. Masasege, jika ibu suka, lakukan pijatan/masase pada punggung atau mengusap
perut dengan lembut dan konterpressure.
9. Pemberian cukup minum untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah
44
dehidrasi.
10. Mempertahankan kandung kemih tetap kosong.
11. Sentuhan, seperti keinginan ibu, memberikan sentuhan pada salah satu bagian
tubuh yang bertujuan untuk mengurangi rasa kesendirian ibu selama proses
persalinan.
KALA II
Subjektif
1. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum atau vaginanya
(Rukiyah, dkk,2014)
2. Ibu mengatakan adanya dorongan ingin buang air besar.
3. Ibu mengatakan mules-mules yang sering, his semakin sering dan kuat.
Objektif
Ibu berada pada pembukaan lengkap untuk melahirkan bayinya maka pertugas
harus memantau selama kala II:
1. Adanya tanda dan gejala kala II dan tanda pasti kala II:
a. Ibu tampak keringat semakin banyak
b. Terlihat dorongan untuk meneran
c. Terlihat tekanan anus
d. Perineum menonjol
e. Vulva/vagina dan sfingter ani membuka
f. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah
g. Serviks semakin menipis
2. Tampak kepala maju mundur di vulva kemudian menetap
a. Penurunan presentasi dan perubahan posisi
b. Keluarnya cairan tertentu
Analisa
Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak divulva
dengan diameter 5-6cm. Ibu G1P0A0 inpartu kala II.
45
Penatalaksanaan
Tindakan yang dilakukan selama kala II persalinan:
1. Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu
Kehadiran seseorang untuk:
a. Mendampingi ibu agar merasa nyaman
b. Menawarkan minum, mengipasi dan memijat ibu
2. Menjaga kebersihan diri
a. Ibu tetap dijaga kebersihannya agar terhindari infeksi
b. Bila ada darah lendir atau cairan ketuban segera dbersihkan
3. Mengipasi dan memassase
Menambah kenyamanan bagi ibu
4. Memberikan dukungan mental
Untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu,dengan cara:
a. Menjaga privasi ibu
b. Penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan
c. Penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan keterlibatan ibu
5. Mengatur posisi ibu
Dalam memimpin mengedan dapat dipilih posisi berikut:
a. Jongkok
b. Menungging
c. Tidur miring
d. Setengah duduk
6. Menjaga kandung kemih kosong
Ibu dianjurkan untuk berkemih sesering mungkin. Kandung kemih yang oenuh dapat
menghalangi turunya kepala kedalam rongga panggul
7. Memberi cukup minum
Memberi tenaga dan mencegah dehidrasi
8. Memimpin mengedan
46
Ibu dipimpin mengedan selama his, anjurkan kapada ibu untuk mengambil nafas.
Mengedan tanpa diselingi bernafas, kemungkinan dapat menurunkan pH pada
arteri umbilikus yang dapat menyebabkan denyut jantung tidak normal dan nilai
APGAR rendah.
9. Bernafas selama persalinan
Minta ibu untuk bernafas selagi kontraksi ketika kepala akan lahir untuk menjaga
agar perineum meregang pelan dan mengontrol lahirnya kepala setra mencegah
robekan.
10. Melahirkan bayi
Menolong kelahiran kepala
a. Meletakkan satu tangan ke kepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat
b. Menahan perineum dengan satu tangan lainnya bila diperlukan
c. Mengusap muka bayi untuk membersihkan dari kotoran lendir atau darah
Periksa tali pusat
a. Bila lilitan tali pusat terlalu ketat, klem pada dua tempat kemudian digunting
diantara dua klem tersebut, sambil melindungi leher bayi
Melahirkan bahu dan anggota seluruhnya
a. Tempatkan kedua tangan pada sisi kepala dan leher bayi
b. Lakukan tarikan lembut kebawah untuk melahirkan bahu depan
c. Lakukan tarikan lembut keatas untuk melahirkan bahu belakang
d. Selipkan satu tangan anda kebahu dan lengan bagian belakang bayi sambil
menyanggah kepala dan selipkan satu tangan lainnya ke punggung bayi untuk
mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya
e. Pegang erat bayi agar jangan sampai jatuh
11. Bayi dikeringkan dan dihangatkan dari kepala sampai seluruh tubuh
Setelah bayi lahir segera dikeringkan dan diselimuti dengan menggunakan handuk dan
sejenisnya, letakkan pada perut ibu dan berikan bayi untuk menyusui
12. Merangsang bayi
47
a. Biasanya dengan melakukan pengeringan cukup meberikan rangsangan pada
bayi
b. Dilakukan dengan cara mengusap usap pada bagian punggug atau menepuk
telapak kaki bayi (Saifuddin, 2013).
KALA III
Subjektif
Objektif
a. Uterus menjadi bundar
b. Uterus terdorong keatas karena plasenta di lepas ke segmen bawah rahim
c. Tali pusat bertambah panjang
d. Terjadi semburan darah tiba-tiba
Analisa
Assesment yaitu G..P..A.. inpartu kala III.
Penatalaksanaan
a. Melakukan palpasi uterus untuk memastikan ada tidaknya janin kedua
b. Memberikan suntikkan oksitosin 0,5 cc secara IM di otot sepertiga luar paha
dalam waktu kurang dari satu menit setelah bayi lahir
c. Melibatkan keluarga dalam pemberian minum kepada pasien. Pemberian
minum (hidrasi) sangat penting dilakukan umuk mengembalikan kesegaran
pasien yang telah kehilangan banyak cairan dalam proses persalinan kala II
d. Melakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat
e. Melakukan PTT (penegangan tali pusat trekendali)
f. Melahirkan plasenta dengan cara Kustner
Kala IV
Subjektif
a. Ibu sedikit lemas lelah dan tidak nyaman
b. Ibu merasa perutnya masih terasa mules
c. Darah keluar dari vagina seperti hari pertama haid.
Objektif
48
1. Vital sign meningkat
2. Payudara sudah mulai menegang
3. TFU 2 jari dibawah pusat
4. Kontraksi uterus baik atau tidak baik
5. Perut globular atau tidak.
6. Perdarahan kurang dari 500 cc.
Analisa
a. Involusi normal
1. Tonus uterus tetap berkontraksi.
2. Posisi fundus uteri di atau bawah umbilicus
3. Perdarahan tidak berlebihan
4. Cairan tidak berbau
b. Kala IV dengan penyulit
1. Sub involusi- uterus tidak keras, posisi diatas umbilicus
2. Perdarah- atonia, laserasi, bagian plasenta tertinggal/ membrane/ yang lain.
Penatalaksanaan
1. Periksa fundus uteri setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit
selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat masase uterus sampai menjadi keras.
2. Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih, dan pendarahan setiap 15 menit pada
jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
3. Anjurkan ibu untuk minum agar mencegah dehidrasi. Tawarkan si ibu makan dan
minuman yang disukainya.
4. Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian yang bersih dan kering.
5. Biarkan ibu beristirahat, bantu ibu pada posisi nyaman
6. Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi, sebagai
permulaaan dengan menyusui bayi karena menyusu dapat membantu uterus
berkontraksi.
2.3 Nifas
2.3.1 Konsep Dasar Nifas
49
a. Pengertian nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau
puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6
minggu (42 hari) setelah itu (Vivian dan Tri Sunarsih,2011).
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut:
1. Periode immediate postpartum atau puerperium dini adalah masa segera
setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terjadi
banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh sebab itu,
bidan harus teratur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran
lokhea, tekanan darah,dan suhu.
2. Periode Interrnedial atau Early Postpartum (24 jam-1 minggu)
Di fase ini bidan memastikan involusio uteri dalam keadaan normal,tidak
ada perdarahan, lokhea tidak berbau busuk,tidak ada demam, ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapay menyusui bayinya
dengan baik.
3. Periode late postpartum (1-5 minggu). Diperiode ini bidan tetap
melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB
(Saleha,2009).
b. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas
Menurut Vivian dan Sunarsih, 2011 Perubahan fisiologis yang terjadi pada masa
nifas antara lain:
1. Perubahan pada sistem reproduksi
a. Uterus
Pada uterus terjadi proses involusi. Proses ini dimulai segera setelah
plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada tahap ketiga
persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah
umbikulus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakrialis
50
Tabel 2.5
Perubahan Uterus Pada Masa Nifas
b. Lokia
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai
reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat
daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokia mengalami
perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat dibagi
berdasarkan waktu dan warnanya diantaranya sebagai berikut.
1) Lokia rubra/merah.
Lokia ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga masa
postpartum. S
esuai dengan namanya, warnanya biasanya merah dan mengandung
darah dari perobekan/luka pada plasenta dan serabut dari desidua dan
chorion.
2) Lokia sanguinolenta
Involusi TFU Berat Uterus Keadaan serviks
Bayi Lahir Setinggi pusat 1000 gr
Uri Lahir 2 jari di bawah
pusat
750 gr Lembek
Satu minggu Pertengahan pusat-
simfisis
500 gr Beberapa hari
setelah postpartum
dapat dilalui 2 jari
Akhir minggu
pertama dapat
dimasuki 1 jaro
Dua minggu Tak teraba di atas
simfisis
350 gr
Enam minggu Bertambah kecil 50-60 gr
Delapan minggu Sebesar normal 2. r
51
Lokia ini berwarna merah kuning berisi darah dan lendir karena
pengaruh plasma darah, pengeluarannya pada hari ke 3-5 hari
postpartum.
3) Lokia serosa
Lokia ini muncul pada hari ke 5-9 postpartum. Warnanya biasanya
kekuningan atau kecoklatan.
4) Lokia alba
Lokia ini muncul pada hari ke 10 postpartum. Warnanya lebih pucat,
putih kekuningan, serta lebih banyak mengandung leukosit, selaput
lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati.
c. Involusi tempat plasenta
Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan
permukaan kasar,tidak rata dan kira kira sebesar telapak tangan. Dengan
cepat luka ini mengecil,pada akhir minggu ke 2 hanya sebesar 3-4 cm dan
pada akhir nifas 1-2 cm.
d. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama sama uterus. Perubahan-
perubahan yang terjadi pada serviks postpartum adalah bentuk serviks
yang akan menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus
uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak
berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan
serviks uteri berbentuk semacam cincin. Warna serviks sendiri merah
kehitaman karena penuh pembuluh darah.
e. Vagina dan perineum
Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam penipisan
mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang
akan kembali secara bertahap pada ukuran sebelum hamil selama 6-8
52
minggu setelah bayi lahir. Perubahan pada perineum pasca melahirkan
terjadi pada saat perineum mengalami robekan.
2. Perubahan pada sistem perkemihan
Dalam 12 jam pascamelahirkan, ibu mulai membuang kelebihan cairan
yang tertimbun di jaringan selama ia hamil. Salah satu mekanisme untuk
mengurangi cairan yang teretensi selama masa hamil ialah daiforesis luas,
terutama pada malam hari, selama 2-3 hari pertama setelah melahirkan.
Diuresis postpartum, yang disebebkan oleh penurunan kadar estrogen,
hilangnya peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah, dan hilangnya
peningkatan volume darah akibat kehamilan, merupakan mekanisme tubuh
untuk kelebihan cairan.
3. Perubahan sistem musculoskeletal
Ligamen ligamen dan diafragma pelvis, serta fasia yang meregang sewaktu
kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut kembali
seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendur uang
mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi. Tidak jarang pula wanita
mengeluh “kandungannya menurun” setelah melahirkan oleh karena ligamen,
fasia, dan jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendur.
4. Perubahan tanda-tanda vital
a. Suhu badan
Satu hari postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5-38°C) sebagai
akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan.
Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium,
mastitis, traktus genetalis, atau sitem lain.
b. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-90x/menit. Sehabis
melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat.
c. Tekanan darah
53
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah
setelah melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada
postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsia postpartum.
d. Pernapasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan kedaan suhu dan
denyut nadi. Bila suhu tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya,
kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran pernafasan.
5. Perubahan sistem pencernaan
Ibu sering kali cepat lapar setelah melehirkan dan siap makan pada 1-2
jam post-primordial, dan dpat ditoleransi dengan diet yang ringn. Setelah
benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan keletihan, kebanyakan
ibu merasa sangat lapar. Seringkali untuk pemulihan nafsu makan,
diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal .
c. Adaptasi Psikologis Pada Masa Nifas
Proses adaptasi psikologis sudah terjadi selama kehamilan, menjelang proses
kelahiran maupun setelah persalinn. Pada periode tersebut, kecemasan seorang
wanita dapat bertambah. Perubahan peran ibu memerluka adaptasi. Tanggung
jawab ibu mulai bertambah.
Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai
berikut:
1. Fungsi menjadi orangtua
2. Respon dan dukungan dari keluarga
3. Riwayat dan pengalaman kehamilan serta persalinan
4. Harapan, keinginan dan aspirasi saat hamil dan melahirkan.
Fase fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas anatara lain.
1. Fase taking in
Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya
sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya. Hal yang perlu
54
diperhatikan pada fase ini adalah istirahat yang cukup, komunikasi yang baik
dan asupan nutrisi.
Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah:
1. Kekecewaan pada bayinya.
2. Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami.
3. Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.
4. Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya.
2. Fase taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa
khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan
bayinya. Perasaan ibu lebih sensitih sehingga mudah tersinggung. Hal yang
perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian
pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya.
3. Fase letting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya.
Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan akan
perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih
mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya (Damaiyanti dan
Dian,2016).
d. Kebutuhan Dasar Ibu Pada Masa Nifas (menurut Sulistiyawati, 2009)
1. Nutrisi dan cairan
Masa nifas memerlukan nutrisi untuk mengganti cairan yang hilang,
keringat berlebihan selama proses persalinan, mengganti sel-sel yang keluar
pada proses melahirkan, menjada kesehatan ibu nifas, membantu proses
penyembuhan serta membantu produksi Air Susu Ibu (ASI). Zat zat yang
dibutuhkan ibu nifas anatara lain:
a) Kebutuhan kalori pada masa menyusui bertambah sekitar 400-500
kalori.
55
b) Ibu menyusui memerlukan tamabahan 20 gr protein untuk
pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak atau mati.
c) Konsumsi kalsium pada masa menyusui meningkat menjadi 5 porsi per
hari.
d) Minum sedikitnya 3 liter tiap hari. Kebutuhan cairan dapat diperoleh
dari air putih,sari buah, susu dan sup.
e) Selama menyusui vitamin yang diperlukan antara lain vitamin A
200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A pada bayinya melalui
ASI.
f) Tablet Fe diminum selama 40 hari masa nifas untuk menhindari
terjadinya resiko kurang darah pada masa nifas.
2. Ambulasi
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mingkin membimbing
pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya untuk berjalan.
Ambulasi awal dilakukan dengan melakukan gerakan dan jalan jalan ringan
sambil bidan melakukan observasi perkembangan pasien dari jam demi jam
sampai hitungan hari.
Keuntungan dari early ambulation adalah
a. Ibu nifas akan merasa lebih sehat dan kuat.
b. Memperbaiki fungsi usus, sirkulasi, paru-paru dan perkemihan
menjadi lebih baik.
c. Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada ibu
mengenai cara merawat bayinya.
d. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (lebih ekonomis)
3. Eliminasi
a. Buang Air Kecil (BAK)
Dalam 6 jam pertama postpartum, pasien sudah harus dapat buang air
kecil. Semakin lama urine tertahan dalam kandung kemih maka dapat
mengakibatkan kesulitan pada organ perkemihan, misalnya infeksi.
56
b. Buang Air Besar (BAB)
Dalam 24 jam pertama, pasien harus dapat buang air besar karena
semakin lama feses tertahan dalam usus maka akan semakin sulit baginya
unutk buang air besar secara lancar lancar. Feses yang tertahan dalam
usus semakin lama akan mengeras karena cairan yang terkandung dalam
feses akan selalu terserap oleh usus.
4. Personal Hygiene
Ibu nifas yang harus istirahat di tempat tidur harus dimandikan setiap hari
dengan embersihkan daerah perineum yang dilakukan dua kali sehari ada
waktu sesudah selesai BAB. Luka pada perineum akibat episiotomi ataupun
laserasi harus dijaga agar tetap bersih dan kering, karena rentam terjadi
infeksi.
5. Istirahat dan Tidur
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk
memmulihkan kembali keadaan fisiknya. Kebutuhan istirahan bagi ibu
postpartum adalah minimal 8 jam sehari, yang dapat dipenuhi melalui istirahat
siang dan malam.
6. Seksualitas
Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomi sudah sembuh maka
coitus dilakukan pada 3-4 minggu postpartum. Secara fisik, aman untuk
melakukan hubungan seksual begitu darah merah berhenti dan ibu dapat
memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa ada rasa nyeri.
2.3.2 Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas
a. Pengertian Asuhan Masa Nifas
Menurut Kemenkes (2013) masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta
lahir dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil,
berlangsung kira-kira 6 minggu.
Menurut Puspita dan Kurnia, 2014 kunjungan selama nifas seperti:
1. Kunjungan I
57
Waktu 6-8 jam setelah persalinan, asuhan yang diberikan yakni:
1. Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.
2. Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan
rujukan bila perdarahan berlanjut.
3. Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah
perdarahan yang disebebkan atonia uteri.
4. Pemebrian ASI awal.
5. Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
6. Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
7. Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan harus
menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran bayi atau
sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam kedaan baik.
2. Kunjungan II
Kunjungan Nifas yang kedua adalah 6 hari setelah persalinan, asuhan yang
diberikan yakni:
1. Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal, uterus berkontraksi
dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbikulus, tidak ada perdarahan
abnormal.
2. Menilai adanya tanda tanda demam,infeksi dan perdarahan.
3. Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
4. Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan.
5. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada yanda
yanda kesulitan menyusui.
6. Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir
3. Kunjungan III
Asuhan pada 2 minggu postpartum saa dengan asuhan yang diberikan pada
kunjungan 6 hari post partum.
4. Kunjungan IV
6 minggu setelah post partum, asuhan yang diberikan adalah:
58
1. Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas.
2. Memberikan konseling KB secara dini.
b. Manajemen Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas
Data Subjektif
Menurut Mansyur (2014)
1. Pengkajian
Biodata
a. Nama ibu , suami , dan bayi
b. Usia
c. Agama
d. Suku/ bangsa
e. Pendidikan
f. Pekerjaan
g. Alamat
2. Keluhan utama
a. Perubahan pada sistem reproduksi seperti: lochea berwarna
merah/putih/puren/, payudara menang/tidak. Ibu mengatakan vagina masih
nyeri / tidak.
b. Perubahan pada sistem pencernaan
seperti perubahan pada nafsu makan, nafsu makan ibu meningkat/tidak
c. Perubahan pada sistem perkmihan
seperti perubahan pada BAK sulit pada 24 jam pertama
d. Perubahan tanda-tanda vital : ibu pusing/tidak, sesak napas/tidak,
demam/tidak
e. Perubahan pada sistem endoktrin
Ibu mengatakan jantung berdebar / tidak
Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran
59
Tanda- Tanda Vital
a. Tekanan darah
Tekanan darah normal yaitu < 140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa
meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari pos partum.
b. Suhu
Suhu tubuh normal yaitu kurang dari 38C. Pada hari ke 4 setelah persalinan
suhu ibu bisa naik sedikit kemungkinan disebabkan dari aktivitas payudara.
Bila kenaikan mencapai lebih dari 38 C pada hari kedua sampai hari-
hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas.
c. Nadi
Nadi normal pada ibu nifas adalah 60-100. Denyut Nadi ibu akan melambat
sampai sekitar 60 x/menit..
d. Pernafasan
Pernafasan normal yaitu 20-30 x/menit.Pada umumnya respirasi lambat atau
bahkan normal.Bila ada respirasi cepat pospartum (> 30 x/mnt) mungkin karena
adanya ikutan dari tanda-tanda syok.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Mata : konjungtuva pucat atau tidak, Sklera ikhterik atau tidak, Kebersihan
mata, kelainan, dan gangguan penglihatan
b. Hidung :Kebersihan, polip, alergi debu
c. Mulut : pucat/tidak
d. Leher : pembesaran kelenjar tiroid dan limfe, pembesaran vena jugularis
e. Dada : bentuk simetris atau tidak,
Pada Payudara dilihat :
1. Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan peningkatan Hormon
prolaktin setelah persalinan.
2. Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada hari ke2
atau hari ke-3 setelah persalinan.
3. Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulanya proseslaktasi.
60
f. Perut :Bentuk, striae dan line , kontraksi uterus,
TFU pada ibu nifas 6 jam pertama : 2 jari dibawah pusat, 6 hari : pertengahan
pusat dan simfisis, 2 minggu :tidak teraba diatas simfisis, 6 minggu :
kembali normal.
g. Ekstremitas atas :Simetris atau tidak, gangguan atau tidak, Ekstrimitas
bawah : bentuk oedema atau varises
h. Genetalia : Tampak pengeluaran lochea berwarna merah sampai dengan
putih dan tidak ada lagi keluar atau berbau amis sampai dengan berbau
busuk dikarenakan infeksi, jumlah pengeluaran lochea 25cc sampai dengan
tidak ada.
Analisa
Ny... G.. P... A... post partum dengan keadaan ibu dan janin baik.
Nomenklatur Kebidanan Pada Nifas
1. Syok
2. Anemia berat
3. Atonia uteri
4. Infeksi Mammae
5. Pembengkakan mammae
6. Metritis
7. Migrain
8. Peritonitis
9. Sisa Plasenta
10. Infeksi Luka
11. Inversio Uteri
12. Rupture uteri
13. Bekas luka uteri
14. Robekan serviks dan vagina
61
Penatalaksanaan
1. Gangguan rasa nyeri
a. Nyeri perineum
1. Beri analgesik oral ( paracetamol 500mg tiap 4 jam atau bila perlu)
2. Mandi dengan air hangat ( walaupun hanya akan mengurangi sedikit rasa
nyeri)
b. Nyeri berhubungan seksual saat pertama kali setelah melahirkan
Lakukan pendekatan pada pasangan bahwa saat hubungan seksual diawal
postpartum akan menimbulkan rasa nyeri. Oleh karena itu, sangat
dipertimbangkan mengenai tehnik hubungan seksual yang nyaman.
c. Nyeri punggung
1. beri obat pereda rasa nyeri misalnya neurobion
2. Lakukan massase
3. Jaga postur tubuh yang baik misalnya duduk selaku tegak, posisi tidur
yang nyaman, bantal tidak terlalu tinggi.
d. Nyeri pada Kaki
1. Lakukan kompres air hangat dan garam
2. Tidur dengan posisi kaki lebih tinggi dari pada badan
3. Massase kaki dengan menggunakan minyak kelapa
e. Nyeri pada kepala ( sakit kepala)
1. Berikan obat pereda rasa nyeri
2. Kompres air hangat ditengkuk
3. Massase pada punggung
f. Nyeri leher dan bahu
1. Kompres air hangat pada lehr dan bahu
2. Usahakan posisi tidur yang nyaman dan istirahat yang cukup
2. Mengatasi infeksi
62
a. Kaji penyebab infeksi
b. Berikan anti biotic
c. Tingkatan asupan gizi ( diet tinggi kalori tinggi protein)
d. Tingkatkan intake cairan
e. Usahakan istirahat yang cukup
f. Lakukan perawatan luka yang infeksi (jika penyebab infeksi karena adanya
luka yang terbuka)
3. Mengatasi cemas
a. kaji penyebab cemas
b. libatkan keluarga dalam pengkajian penyebab cemas
c. berikan dukungan netal dan spritual kepada pasien dan keluarga
d. fasilitasi kebutuhan penyebab cemas (sebagai pendengar yang baik dan
sebgai konselor yang bersifat spritual)
4. Memberikan pendidikan kesehatan.
a. Gizi
1. Tidak berpantangan pada daging, telur, ikan
2. Banyak makan sayur dan buah
3. Minum air putih minimal 3 liter sehari terutama pada ibu menyusui
4. Tambahkan kalori 500mg sehari
5. Konsumsi vitamin A dan zat besi selama nifas
b. Kebersihan (Hygene)
1. Kebersiihan tubuh secara keseluruhan
2. Keringkan kemaluan dengan lap bersih setiap BAK dan BAB serta ganti
pembalut minimal 3 kali sehari
3. Bersihkan payudara terutama puting susu sebelum menyusui bayi
c. Perawatan perineum
1. Usahan luka dalam keadaan kering
2. Hindari menyuntuh luka perineum dengan tangan
63
3. Jaga kebersihan perineum
d. Istirahat dan tidur
1. Istirahat malam 6-8 jam sehari, istirahat siang 1-2 jam sehari
2. Tidurlah ketika bayi sedang tidur
e. Ambulasi
1. Melakukan aktivitas ringan sedini mungkin setelah melahirkan
f. KB
Pastikan alat kontrasepsi yang sesuai dengan klien.
2.4 Bayi Baru Lahir
2.4.1 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir
a. Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir pada usia kehamilan
genap 37-41 minggu, dengan presentasi belakang kepala atau letak sungsang yang
melewati vagina tanpa memakai alat. Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi baru
lahir yang mengalami proses kelahiran, berusia 0-28 hari yang menyesuaikan diri
dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus (Marmi,2015).
Menurut sondakh (2013) bayi baru lahir dikatakan normal jika termasuk
dalam kriteria sebagai berikut :
1. Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram.
2. Panjang badan bayi 48-50 cm.
3. Lingkar dada bayi 32-34 cm.
4. Lingkar kepala bayi 33-35 cm.
5. Bunyi jantung dalam menit pertama ± 180 kali/menit, kemudian turun
sampai 140-120 kali/menit pada saat bayi berumur 30 menit.
64
6. Pernapasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80 kali/menit disertai
pernapasan cuping hidun, retraksi suprasternal, dan interkostal, serta
rintihan hanya berlangsung 10-15 menit.
7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk
dan dilapisi verniks kaseosa.
8. Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik.
9. Kuku telah agak panjang dan lemas.
10. Genetalia : testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia mayora telah
menutupi labia minora (pada bayi perempuan).
11. Refleks isap, menelan, dan moro telah terbentuk.
12. Eliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam pertama.
Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan lengket.
b. Perubahan adaptasi fisiologi pada BBL (Rukiyah, 2013)
1. Perubahan Sistem Pernafasan
Dua faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi : (1)
Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim
yang merangsang pusat pernapasan di otak. (2) Tekanan terhadap rongga dada
yang terjadi karena kompresi paru-paru selama persalinan yang merangsang
masuknya udara kedalam paru-paru secara mekanis. Upaya pernafasan
pertama seorang bayi berfungsi untuk : mengeluarkan cairan dalam paru-paru
dan mengembangkan jaringan alveolus dalam paru-paru untuk pertama kali.
2. Perubahan Dalam Sistem Peredaran Darah
Setelah lahir darah bayi harus melewati paru untuk mengambil O2 dan
mengantarkannya ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik guna
mendukung kehidupan luar rahim harus terjadi 2 perubahan besar. Penutupan
foramen ovale pada atrium jantung. Penutupan duktus arteriosus antara paru-
paru dan aorta.
3. Sistem pengaturan tubuh
a. Pengaturan suhu
65
Suhu dingin lingkungan luar menyebabkan air ketuban menguap
melalui kulit sehingga mendinginkan darah bayi. Pembentukan suhu tanpa
mengigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk
mendapatkan kembali panas tubuhnya melalui penggunaan lemak coklat
untuk produksi panas. Lemak coklat tidak diproduksi ulang oleh bayi dan
akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin.
b. Mekanisme Kehilangan Panas
Bayi dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut ini:
1) Evaporasi, yaitu penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh
bayi sendiri karena setelah lahir tidak segera dikeringkan dan
diselimuti.
2) Konduksi yaitu melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin.
3) Koveksi yaitu pada saat bayi terpapar udara yang lebih dingin
(misalnya melalui kipas angin, hembungkan udara, atau pendingin
ruangan).
4) Radiasi yang ketika bayi ditempatkan didekat benda-benda yang
mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi.
c. Metabolisme Glukosa
Untuk memfungsi otak memerlukan dalam jumlah tertentu. Pada bbl,
glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1-2 jam). BBL yang tidak
dapat mencerna makanan dalam jumlah yang cukup akan membuat glukosa
dari glikogen dalam hal ini terjadi bila bayi mempunyai persediaan
glikogen cukup yang disimpan dalam hati =. Koreksi penurunan kadar gula
darah dapat dilakukan dengan 3 cara : melalui penggunaan ASI, melalui
penggunaan cedangan glikogen, melalui pembuatan glukosa dari sumber
lain terutama lemak.
4. Perubahan Sistem Gastrointestinal
66
Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk pada saat lahir.
Sedangkan sebelum lahir bayi sudah mulai menghisap dan menelan. Kemampuan
menelan dan mencerna makanan (selain susu) terbatas pada bayi. Hubungan
antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang berakibat
gumoh. Kapasitas lambung juga terbatas, kurang dari 30 cc dan bertambah secara
lambat sesuai pertumbuhan janin.
5. Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh
Sistem imunitas BBL belum matang sehingga rentan terhadap infeksi.
Kekebalan alami yang dimiliki bayi antaranya:
a. Perlindungan oleh kulit membran mukosa
b. Fungsi jaringan saluran nafas
c. Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dari usus
d. Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung. Kekebalan alami
juga disediakan pada tingkat sel oleh sel darah yang membantu
membunuh organisme asing.
2.4.2 Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir selama 1 jam pertama setelah
kelahiran. Sebagian besar BBL akan menunjukkan usaha pernafasan spontan
dengan sedikit bantuan/gangguan.
Sebelum bayi baru lahir, segala sesuatu yang berkaitan dengan bayi harus di
persiapkan diruang persalinan:
1. Alat untuk memberikan bantuan bayi bernafas : penghisap lendir, ganjal
bahu dari kain, lampu penghangat dan meja tindakna yang kering dan datar.
2. Tanda pengenal bayi.
3. Termometer.
4. Kain atau bedong untuk menjaga kehangatan.
5. Ruang dengan suhu yang sesuai dengan bayi ±30°C
a. Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir, yaitu :
1) Pencegahan Infeksi
67
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh
paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan
berlangsung maupun beberapa saat setelah melahirkan. Sebelum menangani
bayi baru lahir penolong harus melalukan pencegahan infeksi terlebih
dahulu :
2) Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi
Pada waktu bayi baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu
badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap
hangat.
3) Membersihkan Jalan Nafas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila tidak
langsung menangis, maka penolong harus segera membersihkan jalan nafas.
4) Memotong dan Merawat Tali Pusat
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir. Apabila bayi
lahir tidak menangis, maka tali pusat segera di potong untuk memudahkan
melakukan tindakan resusitasi pada bayi.
5) Penilaian Apgar Score
Biasanya untuk mengevaluasi bayi baru lahir pada menit pertama dan
menit kelima setelah kelahirannya menggunakan sistem APGAR.
Tabel 2.6
Penilaian APGAR SCORE
Tanda
SKOR
0 1 2
Appearance
Warna Kulit
Biru, pucat Tubuh
kemerahan Eksremitas
biru
Seluruh tubuh kemerahan
Pulse
Denyut jantung
Tidak ada Kurang dari
100x/menit
Lebih dari 100x/menit
Grimace Refleks
terhadap rangsangan
Tidak ada Meringis Batuk, bersin
68
Activity
Tonus otot
Lemah Fleksi pada
ekstremitas
Gerakan aktif
Respiration
Upaya Bernafas
Tidak ada Tidak teratur Menangis baik
Sumber : Arfiana, dan Arum, L., 2016, Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Prasekolah,
Yogyakarta, halaman 5
6) Memberi Vitamin K
Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin k pada bayi baru lahir
di laporkan cukup tinggi, berkisar antara 0,25-0,5%. Untuk mencegah
terjadinya perdarahan tersebut. Diberivitamin K parental dengan dosis
0,5-1 mg secara IM.
7) Memberi Obat Tetes atau Salep Mata
Setiap bayi baru lahir perlu di beri salep mata sesudah lima jam bayi
lahir. Pemberian obat mata dianjurkan utuk pencegahan penyakit mata
karena klamidia (penyakit menular seksual).
b. Tatalaksana bayi baru lahir meliputi:
1. Asuhan bayi baru lahir pada 0-6 jam : Asuhan bayi baru lahir normal,
dilaksanakan segera setelah lahir dan diletakkan didekat ibunya dalam
ruangan yang sama.
2. Asuhan bayi bau lahir dengan komplikasi dilaksanakan satu ruangan
denga ibunya atau ruangan khusus
3. Pada proses persalinan, ibu dapat didampingi suami.
4. Asuhan bayi baru lahir pada 6 jam – 28 jam : pemeriksaan neonatus pada
periode ini dapat dilaksanakan di pukesmas/ pustu/ polindes/ poskesdes
dan/ atau melalui kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan.
c. Pengkajian Bayi Segera Setelah Lahir :
a. Tahap I
Segera setelah lahir pada menit-menit pertama kelahiran menggunakan
sistem penilaian APGAR, yaitu pada menit pertama, menit kelima dan
menit kesepuluh. Pada bayi baru lahir yang tidak langsung menangis atau
69
bernafas megap-megap, maka tidak menggunakan nilai APGAR, tetapi
dengan menilai 2 hal yaitu usaha nafas dan tonus otot. Penilaian secara
cepat pada saat bayi lahir merupakan cara yang paling baik untuk
mengetahui apakah bayi memerlukan bentuan untuk bernafas (Arfiani,
2016).
b. Tahap II
Selama 24 jam pertama kehidupan, bayi normal mengalami perubahan
perilaku fisiologis. Pada tahap ini bayi mengalami beberapa hal yang
berkaitan dengan perubahan bayi intra uterus ke ekstra uterus, sehingga
disebut juga periode transisional.
Tabel 2.7
Pemeriksaan fisik yang harus dilakukan pada Bayi Baru Lahir
Pemeriksaan fisik yang dilakukan Keadaan normal
Lihat postur, tonus dan aktivitas. Posisi tungkai dan lengan fleksi. Bayi sehat akan
bergerak aktif
Lihat kulit Wajah, bibir dan selaput lendir, dada harus
berwarna merah muda, tanpa adanya kemerahan atau bisul
Hitung pernapasan dan lihat tarikan
dinding dada bawah ketika bayi sedang tidak
menangis
1. Frekuensi napas normal 40-60 kali permenit
2. Tidak ada tarikan dinding dada bawah yang dalam
Hitung denyut jantung dengan
meletakkan stetoskop di dinding dada kiri
setinggi apeks kordis
Frekuensi denyut jantung normal 120- 160 kali per
menit
Lakukan pengukuran suhu ketiak
dengan termometer
Suhu normal adalah 36,5- 37.50 c
Lihat dan raba bagian kepala 1. Bentuk kepala terkadang asimetris karena penyesuaian
pada saat proses persalinan, umumnya hilang dalam
waktu 48 jam. Ubun- ubun besar rata atau tidak
membonjol, dapat sedikit membonjol saat bayi
menangis
Lihat mata Tidak ada kotoran/ sekret
Lihat bagian dalam mulut
- Masukkan satu jari yang
1. Bibir, gusi, langit- langit utuh dan tidak ada bagian yang
terbelah
70
menggunakan sarung tangan ke
dalam mulut, raba langit- langit
2. Nilai kekuatan isap bayi. Bayi akan mengisap kuat jari
pemeriksa.
Lihat dan raba perut. Lihat tali pusat a. Perut bayi datar, teraba lemas
b. Tidak ada perdarahan , pembengkakan, nanah, bau yang
tidak enak pada tali pusat atau kemerahan sekitar tali
pusat
Lihat punggung dan raba tulang
belakang
Kulit terlihat utuh, tidak terdapat lubang dan
benjolan pada tulang belakang
Lihat ekstremitas a. Hitung jumlah jari tangan dan kaki
b. Lihat apakah posisinya baik atau bengkok keluar atau
kedalam
c. Lihat gerakan ekstremitas
Lihat lubang anus
- Hindari memasukkan alat atau jari
dalam memeriksa anus
- Tanyakan pada ibu apakah bayi
sudah buang air besar
a. terlihat lubang anus dan periksa apakah mekonium
seudah keluar
b. biasanya mekonium keluar dalam 24 jam setelah lahir
Lihat dan raba alat kelamin luar
- tanyakan pada ibu apakah bayi sudah
buang air kecil
a. bayi perempuan kadang terlihat cairan vagina berwarna
putih atau kemerahan
b. bayi laki-laki terdapat lubang uretra pada ujung penis
c. pastikan bayi sudah buang air kecil dalamn 24 jam
setelah lahir.
Timbang bayi
- timbang bayi dengan menggunakan
selimut, hasil dikurangi selimut
a. berat lahir 2,5-4 kg
b. dalam minggu pertama, berat bayi mungkin turun
dahulu baru kemudian naik kembali. Penurunan berat
badan maksimal 10%
Mengukur lingkar dan panjang
kepala bayi
a. panjang lahir normal 48-52 cm
b. lingkar kepala normal 33-37 cm
Menilai cara menyusui, minta ibu
untuk menyusui bayinya
a. kepala dan badan dalam garis lurus, wajah bayi
menghadap payudara, ibu mendekatkan bayi ke
tubuhnya
b. bibir bawah melengkung keluar, sebagian besar areola
berada di dalam mulut bayi
c. menghisap dalam dan pelan kadang disertai berhenti
sesaat Sumber: Sari, E.K, dan Kurnia D.R, 2014, Asuhan Kebidanan Persalinan, Jakarta, halaman 255-256
d. Manajemen Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir
Data Subjektif
71
Menurut,Sondakh 2015 data subjektif pada asuhan kebidanan pada bayi baru
lahir adalah :
Biodata
Nama Bayi : Untuk menghindari kekeliruan
Tanggal lahir : Untuk mengetahui usia neonatus
Jenis kelamin : Untuk mengetahui jenis kelamin bayi
Umur : Untuk mengetahui usia bayi
Alamat : Untuk memudahkan kunjungan rumah
Nama Ibu : Untuk memudahkan memanggil/menghindari kekeliruan
Umur : Untuk mengetahui apakah ibu beresiko atau tidak
Pekerjaan : Untuk mngetahui tingkat sosial ekonomi
Pendidikan : Untuk memudahkan pemberian KIE
Agama : Untuk mengetahui kepercayaan yag dianut ibu
Alamat : Untuk memudahkan komunikasi dan kunjungan
Nama Suami :Untuk memudahkan memanggil/menghindari keliruan
Umur : Untuk mengetahui usia suami
Pekerjaan : Untuk mngetahui tingkat sosial ekonomi
Pendidikan : Untuk memudahkan pemberian KIE
Agama : Untuk mengetahui kepercayaan yag dianut suami
Alamat :Untuk memudahkan komunikasi dan kunjungan
Data Objektif
Pemeriksaan Fisik Umum
Kesadaran : Composmentis
Suhu : normal (36.5-37 C)
Pernafasan : normal (40-60x/m)
Denyut Jantung: normal (130-160 x/m)
Berat Badan : normal (2500-4000 gr)
Panjang Badan : antara 48-52 cm
72
Pemeriksaan Fisik
Kepala : adakah caput sucedaneum, cephal hematoma, keadaan ubun-ubun
tertutup
Muka : warna kulit merah/kebiruan
Mata : Sklera putih dan tidak ikterik, conjungtiva merah muda
Hidung : Simetris, kebersihan hidung, dan tidak ada pernapasan pada cuping
hidung
Mulut : refleks menghisap bayi, tidak palatoskisis
Telinga : Simetris, tidak ada serumen
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran bendungan vena
jugularis
Dada : simetris, tidak ada retraksi dada
Tali pusat : bersih, tidak ada perdarahan, terbungkus kassa
Abdomen : tidak ada massa, simetris, tidak ada infeksi
Genetalia : untuk bayi laki-laki testis sudah turun, untuk bayi perempuan labia
mayora menutupi labia minora
Anus : tidak terdapat atresia ani
Ekstremitas : tidak terdapat polidaktili dan sindaktili
Pemeriksaan Neurologis
a. Refleks moro/terkejut : apabila bayi diberi sentuhan mendadak terutama
dengan jari dan tangan, maka akan menimbulkan gerak terkejut
b. Refleks menggenggam: apabila telapak tangan bayi disentuh dengan jari
pemerintah, maka ia akan berusaha menggenggam jari pemeriksa.
c. Refleks rooting/mencari: apabila pipi bayi disentuh oleh jari pemeriksa, maka
ia akan menoleh dan mencari sentuhan itu.
73
d. Refleks menghisap/sucking refleks: apabila bayi diberi dot atau putting maka
ia berusaha untuk menghisapGlabella Refleks : apabila bayi disentuh pada
daerah os glabela dengan jari tangan pemeriksa bayi akan mengerutkan
keningnya dan mengedipkan matanya
e. Tonic Neck Refleks: apabila bayi diangkat dari tempat tidur atau digendong
maka ia akan berusaha mengangkat kepalanya
Pemeriksaan Antropometri
Berat Badan : BB bayi normal 2500-4000 gr
Panjang Badan: Panjang Badan bayi baru lahir normal 48-52 cm
Lingkar Kepala: Lingkar kepala bayi normal 33-38 cm
Lingkar Lengan Atas : normal 10-11 cm
Ukuran Kepala :
a. Diameter suboksipitobregmatika 9,5 cm
b. Diameter suboksipitofrontalis 11 cm
c. Diameter frontooksipitalis 12 cm
d. Diameter mentooksipitalis 13,5 cm
e. Diameter submentobregmatika 9,5 cm
f. Diameter biparitalis 9 cm
g. Diameter bitemporalis 8 cm
Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
a. Adaptasi sosial : sejauh mana bayi dapat beradaptasi sosial secara baik
dengan orangtua, keluarga, maupun orang lain.
b. Bahasa : kemampuan bayi untuk mengungkapkan perasaannya melalui
tangisan untuk menyatakan rasa lapar BAB, BAK, dan kesakitan.
c. Motorik Halus : kemampuan bayi untuk menggerakkan bagian kecil dari
anggota badannya
d. Motorik Kasar : kemampuan bayi untuk melakukan aktivitas dengan
menggerakkan anggota tubuhnya
Analisa
74
Nomenklatur Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
1 Bayi Besar
2 Meningitis
3 Pnemunia
4 Ensephalitis
5 Gagal Jantung
6 Tetanus
Penatalaksanaan
1. Memastikan Bayi tetap hangat dan jangan mandikan bayi hingga 24 jam
setelah persalinan, jaga kontak antara ibu dan bayi serta tutupi kepala bayi
dengan topi.
2. Tanyakan pada ibu atau keluarga tentang masalah kesehatan pada ibu seperti
riwayat penyakit ibu, riwayat obstetric dan riwayat penyakit keluarga yang
mungkin berdampak pada bayi seperti TBC, Hepatitis B/C, HIV/AIDS dan
penggunaan obat.
3. Lakukan pemeriksaan fisik dengan prinsip sebagai berikut
a. Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak menangis)
b. Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai pernapasan dan
tarikan dinding dada bawah, denyut jantung, serta perut.
c. Serta pemeriksaan fisik head to toe
4. Catat seluruh hasil pemeriksaan. Bila terdapat kelainan, lakukan rujukan.
5. Berikan ibu nasehat perawatan tali pusat
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan tali pusat
75
b. Jangan membungkus puntung tai pusat atau mengoleskan cairan atau
bahan apapun ke puntung tali pusat. Nasehatkan hal ini kepada ibu dan
keluarga.
c. Mengoleskan alkohol atau povidon iodium masih diperkenankan apabila
terjadi tanda infeksi tetapi tidak dikompreskan karena menyebabkan tali
pusat basah/lembab.
d. Sebelum meninggalkan bayi lipat popok dibawah puntung tali pusat,
e. Luka tali pusat harus dijaga tetap bersih dan kering sampai sisa tali
pusat mengering dan terlepas sendiri.
f. Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan hati-hati dengan air DTT dan
segera keringkan menggunakan kain bersih.
g. Perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat seperti kemerahan pada kulit
sekitar tali pusat tampak nanah atau berbau. Jika terdapat tanda infeksi
nasehati ibu untuk membawa bayi nya ke fasilitas kesehatan.
6. Jika tetes mata antibiotik profilaksis belum diberikan, berikan sebelum 12 jam
setelah persalinan.
Penatalaksanaan kunjungan ulang
1. Lakukan pemeriksaan fisik timbang berat, periksa suhu dan kebiasaan minum
bayi
2. Periksa tanda bahaya:
a. Tidak mau minum atau memuntahkan semua
b. Kejang
c. Bergerak hanya jika dirangsang
d. Napas cepat (>60 kali/menit)
e. Napas lambat (<30 kali/menit)
76
f. Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat
g. Merintih
h. Raba demam (>37,5C)
i. Teraba dingin (<36 C)
j. Nanah yang banyak di mata
k. Pusar kemerahan meluas ke dinding perut
l. Diare
m. Tampak kuning pada telapak tangan
n. Perdarahan
3. Periksa tanda-tanda infeksi seperti nanah keluar dari umbilikus, kemerahan di
sekitar umbilikus, pembengkakan, kemerahan, pengerasan kulit
4. Bila terdapat tanda bahaya atau infeksi rujuk bayi ke fasilitas kesehatan
5. Pastikan ibu memberikan Asi Eksklusif
6. Bawa bayi untuk mendapatkan imunisasi pada waktunya.
2.5 Keluarga Berencana
2.5.1 Konsep Dasar Keluarga Berencana
a. Pengertian Keluarga Berencana
Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu upaya meningkatkan kepedulian
dan peran serta masyarakat, melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP),
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Upaya ini juga berdampak terhadap
penurunan angka kesakitan dan kematian ibu akibat kehamilan tidak
direncanakan (Kemenkes RI, 2015).
b. Tujuan Program KB
Tujuan gerakan KB dapat dirinci sebagai berikut:
1. Menurunkan tingkat kelahiran dengan mengikut sertakan seluruh lapisan
masyarakat dan potensi yang ada.
77
2. Meningkatkan jumlah peserta KB dan tercapainya pemerataan serta
kualitas peserta KB yang menggunakan alat kontrasepsi efektif dan mantap
dengan pelayanan bermutu.
3. Mengembangkan usaha-usaha untuk membantu meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak, memperpanjang harapan hidup, menurunkan
tingkat kematian bayi dan anak-anak di bawah usia lima tahun serta
memperkecil kematian ibu karena resiko kehamilan dan persalinan.
4. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penerimaan, penghayatan
dan pengalaman norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera sebagai
cara hidup yang layak dan bertanggung jawab.
5. Meningkatkan peranan dan tanggung jawab wanita, pria dan generasi muda
dalam pelaksanaan upaya upaya penanggulangan masalah kependudukan.
6. Mencapai kemantapan, kesadaran, tanggung jawab dan peran serta
keluarga dan masyarakat dalam pelaksanaan gerakan KB sehingga lebih
mampu meningkatkan kemandiriannya di wilayah masing-masing.
7. Mengembangkan usaha-usaha peningkatan mutu sumber daya manusia
untuk meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan keluarga
dan masyarakat dalam mempercepat pelembagaan nilai-nilai.
8. Memeratakan penggarapan gerkan KB ke seluruh wilayah dan lapisan
masyarakat perkotaan, pedesaan, kumuh, miskin dan daerah pantai.
9. Meningkatkan jumlah dan mutu tenaga dana atau pengelola gerakan KB
yang mampu memberikan pelayanan KB yang dapat menjangkau seluruh
lapisan masyarakat di seluruh pelosok tanah air dengan kualitas yang tinggi
dan kenyamanan yang memenuhi harapan (Niken, dkk 2010).
c. Sasaran Program KB
Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan sasaran
tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran langsungnya
adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan unutuk menurunkan tingkat
kelahiran dengan cara menggunakan kontrasepsi secara berkelanjutan.
78
Sedangkan sasaran tidak langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB,
dengan tujuan menurunkn tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan
kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas,
keluarga sejahtera (Handayani, 2014).
d. Konseling KB
1. Defenisi konseling
Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek
pelayanan keluarga berencana dan bukan hanya informasi yang diberikan dan
dibicarakan pada satu kali kesempatan yakni pada saat pemberian pelayanan.
2. Tujuan konseling
Tujuan dalam pemberian konseling keluarga berencana antara lain:
a. Meningkatkan penerimaan informasi
Informasi yang benar, diskusi bebas dengan cara mendengarkan,
berbicara dan komunikasi non verbal meingkatkan penerimaan KB oleh
klien.
b. Menjamin pilihan yang cocok
Konseling menjamin bahwa petugas dan klien akan memilih cara yang
terbaik sesuai dengan keadaan kesehatan dan kondisi klien.
c. Menjamin penggunaan cara yang efektif
Konseling yang efektif diperlukan agar klien mengetahui bagaimana
menggunakan cara KB yang benar, dan bagaimana mengatasi informasi
yang keliru dan isu-isu tentang cara tersebut.
d. Menjamin kelangsungan yang lebih lama
Kelangsungan pemakaian cara KB akan lebih baik bila klien memilih
cara tersebut, mengetahui bagaimana cara kerjanya dan bagaimana
mengatasi efek sampingnya (Handayani, 2014).
e. Jenis Kontrasepsi
Adapun jenis-jenis kontrasepsi adalah sebagai berikut (Handayani,2010):
1. Metode kontrasepsi sederhana tanpa alat
79
a. Metode alamiah
1. Metode kalender
Metode kalender adalah metode yang digunakan berdasarkan masa
subur dimana harus menghindari hubungan seksual tanpa
perlindungan kontrasepsi pada hari ke 8-19 siklus menstruasinya.
2. Metode Suhu Basal Badan
Metode ini dilakukan dengan mengukur suhu tubuh untuk
mengetahui suhu tubuh basal, untuk menentukan masa ovulasi dan
mendeteksi kapan ovulasi terjadi. Keadaan ini terjadi karena
progesteron, yang dihasilkan oleh korpus luteum, menyebabkan
peningkatan suhu basal tubuh. Sebelum perubahan suhu basal tubuh
dipertimbangkan sebagai masa ovulasi, suhu terjadi peningkatan
sedikitnya 0,4°F (0,2-0,5°C) di atas 6 kali perubahan suhu
sebelumnnya yang diukur.
3. Metode lendir serviks
Metode kontrasepsi dengan menghubungkan pengawasan terhadap
perubahan lender serviks wanita yang dapat didektesi di vulva.
Metode ovulasi pada pengenalan terhadap perubahan lender servik
selama siklus menstruasi yang menggambarkan masa subur dalam
siklus dan waktu fertilitas dalam masa subur.
4. Metode sympto thermal
Metode kontrasepsi yang dilakukan dengan mengamati perubahan
lendir dan perubahan suhu badan tubuh.
b. Metode Amenorhea Laktasi
Metode amenorhea laktasi adalah kontrasepsi yang mengandalkan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan
ASI asal tanpa pemberian makanan tambahan atau minuman apapun.
c. Coitus interruptus (senggama terputus)
1. Kondom
80
Kondom adalah selubung atau sarung karet yang terbuat dari
berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastic (vinil), atau bahan
alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis (kondom pria) atau
vagina (kondom wanita) pada saat melakukan hubungan seksual.
2. Spermiside
Spermiside adalah zat-zat kimia yang kerjanya melumpuhkan
spermatozoa didalam vagina sebelum spermatozoa bergerak kedalam
traktus genetalia interna.
3. Kap serviks
Yaitu suatu alat kontrasepsi yang hanya menutupi serviks saja.
4. Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks
(karet) yang dimasukkan kedalam vagina sebelum melakukan hubungan
seksual dan menutupi serviks.
2. Kontrasepsi Hormonal
a. Kontrasepsi PIL
1. Pil Oral Kombinasi
Pil oral kombinasu merupakan pil kontrasepsi yang berisi hormon
sintesis estrogen dan progesteron.
2. Pil Progestin
Pil progestin merupakan pil kontrasepsi yang berisi hormon sintesis
progesteron.
b. Kontrasepsi Suntik/Injeksi
Suntik kombinasi merupakan kontrasepsi suntik yang berisi hormon
sintesis estrogen dan progesteron.
81
c. Implan
Implan merupakan salah sati jenis kontrasepsi yang berupa susuk yang
terbuat dari sejenis karet silastik yang berisi hormon, dipasang pada lengan
atas.
1. Cara Kerja
a. Menghambat ovulasi
b. Perubahan lendir serviks menjadi kental dan sedikit
c. Menghambat perkembangan siklis dari endometrium
2. Keuntungan
a. Cocok untuk wanita yang tidak boleh menggunakan obat yang
mengandung estrogen.
b. Dapat digunakan untuk jangka waktu panjang 5 tahun dan
bersifat reversibel.
c. Efek kontraseptif segera berakhir setelah implantnya
dikeluarkan.
d. Perdarahan terjadi lebih ringan, tidak menaikkan darah.
e. Resiko terjadinya kehamilan ektropik lebih kecil jika
dibandingkan dengan pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim.
3. Kerugian
a. Susuk/KB implant harus dipasang dan diangkat oleh petugas
kesehatan yang terlatih.
b. Lebih mahal
c. Sering timbul perubahan pola haid
d. Akseptor tidak dapat menghentikan implant sekehendaknya
sendiri.
e. Beberapa orang manita mingkin segan untuk menggunakannya
karena kurang mengenalnya.
4. Kontraindikasi
a. Kehamilan atau disangka hamil
82
b. Penderita penyakit hati akut
c. Kenker payudara
d. Kelainan jiwa
e. Penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus
f. Penyakit trombo emboli
g. Riwayat kehamilan etropik
5. Indikasi
a. Wanita-wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka
waktu yang lama tetapi tidak bersedia menjalani
kontap/menggunakan AKDR.
b. Wanita yang tidak boleh menggunakan oil KB yang
mengandung estrogen.
6. Efektifitas
a. Efektivitasnya tinggi, angka kegagalan norplant < 1 per 100
wanita per tahun dalam 5 tahun pertama.
b. Efektivitasnya norplant berkurang sedikit setelah 5 tahun, dan
pada tahun ke 6 kira-kira 2,5-3% akseptor menjadi hamil.
7. Efek samping
a. Amenorhea
b. Perdarahan bercak (spotting) ringan
c. Pertambahan atau kehilangan berat badan (perubahan nafsu
makan)
d. Ekspulsi
e. Infeksi pada daerah insersi
8. Waktu pemasangan
a. Sewaktu haid berlangsung
b. Setiap saat asal diyakini klien tidak hamil
c. Bila menyusui : 6 minggu-6 bulan pasca salin
d. Saat ganti cara dari metode yang lain
83
e. Pasca keguguran
3. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
AKDR adalah suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam rahim yang
sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua
perempuan usi reproduktif.
AKDR atau IUD atau Spiral adalah suatu alat yang dimasukkan ke dalam
rahim wanita untuk tujuan kontrasepsi.
a. Efektifitas
Efektifitas dari bermacam-macam IUD tergantung pada:
1. IUD-nya : ukuran, bentuk dan mengandung Cu atau progesteron.
2. Akseptor
a. Umur : makin tua usia, makin rendah angka kehamilan ekspulsi
dan pengangkatan/pengeluaran IUD.
b. Paritas: makin muda usia, terutama pada nulligravida, makin
tinggi angka eskpulsi dan pengangkatan/ pengeluaran IUD.
c. Frekuensi senggama
3. Keuntungan
a. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
b. Metode jangka panjang
c. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ngingat
d. Tidak mempengaruhi hubungan seksual
e. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut
untuk hamil
f. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR
g. Tidak mempengaruhi kualitas ASI
h. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
i. Dapat digunakan sampai menopause.
j. Tidak ada interaksi dengan obat-obat
k. Membantu mencegah kehamilan ektopik
84
4. Kerugian
a. Perubahan siklus haid
b. Haid lebih lama dan banyak
c. Perdarahan (spotting) antar menstruasi
d. Saad haid lebih sakit
e. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
f. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau
perempuan yang sering berganti pasangan
g. Penyakit radang panggul terjadi.
h. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah
pemasangan AKDR.
i. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah
pemasangan AKDR.
j. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri.
k. Kemungkinan AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui
5. Indikasi
a. Usia reproduktif.
b. Keadaan nullipara.
c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
d. Perempuan menyusui yang ingin menggunakan kontrasepsi.
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya.
f. Setelah abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.
g. Perempuan dengan resiko rendah dari IMS.
h. Tidak menghendaki metode hormonal.
i. Tidak menyukai untuk mengingat minum pil setiap hari.
j. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama.
6. Kontraindikasi
a. Sedang hamil
b. Perdarahan vagina yang tidak diketahui.
85
c. Sedang menderita infeksi alat genetalia.
d. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita
abortus septic.
e. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim
yang dapat mempengaruhi kavum uteri.
f. Penyakit trofoblas yang ganas.
g. Diketahui menderita TBC pelvic.
h. Kanker alat genetalia.
i. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.
4. Metode kontrasepsi mantap
a. Metode kontrasepsi mantap pada pria
Kontrasepsi mantap pria/Vasektomi/Medis Operatif Pria (MOP)
adalah suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat
aman, sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasin waktu
operasi yang singkat dan tidak memerlukan anestesi umum.
b. Metode kontrasepsi mantap pada wanita
Kontrasepsi mantap pada wanita adalah setiap tindakan pada kedua
saluran telur yang mengakibatkan orang atau pasangan yang bersangkutan
tidak akan mendapat keturunan lagi. Kontrasepsi ini unutk jangka panjang
dan sering disebut dengan tubektomi atau sterilisasi.
2.5.2 Asuhan Kebidanan pada Keluarga Berencana
Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB
Subjektif
Data subjektif dari calon atau akseptor kb, yang harus dikumpulkan
meliputi:
1. Keluhan utama atau alasan datang ke institusi pelayanan kesehatan dan
kunjungan saat ini apakah kunjungan pertama atau kunjungan ulang
2. Riwayat perkawinan, terdiri atas status perkawinan, perkawinan ke, umur
klien saat perkawinan dan lama perkawinan,
86
3. Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, siklus menstruasi, lama
menstruasi, dismenore, perdarahan pervaginan, dan keputihan
4. Riwayat obstetric meliputi riwayat persalinan dan nifas yang lalu
5. Riwayat keluarga berencana meliputi jenis metode yang pernah dipakai,
kapan dipakai, tenaga dan tempat saat pemasangan dan berhenti, keluhan
atau alasan berhenti.
6. Riwayat kesehatan meliputi riwayat penyakit sistemik yang pernah
diderita dan riwayat penyakit sistemik keluarga
7. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari meliputi pola nutrisi, eliminasi,
personal hygiene, aktifitas dan istirahat
8. Keadaan psiko sosio meliputi pengetahuan dan respon pasien terhadap
semua metode atau alat kontrasepsi yang digunakan saat ini, keluhan yang
dihadapi saat ini, respon keluarga terhadap metode kontrasepsi yang
digunakan saat ini, pengambilan keputusan dalam keluarga
Objektif
1. Pemeriksaan fisik meliputi
a. Keadaan umum meliputi kesadaran, keadaan emosi, dan postur badan
pasien selama pemeriksaan
b. Tanda tanda vital
c. Payudara meliputi bentuk dan ukuran, hiperpigmentasi aerolla,
keadaan putting susu, adanya benjolan atau masa dan pengeluaran
cairan
d. Abdomen meliputi adanya bentuk, adanya bekas luka, benjolan atau
masa, pembesaran hepar, nyeri tekan.
e. Ekstremitas meliputi edema tangan, pucat atau ikhterus pada kuku jari,
varises berat, dan edema pada kaki
f. Genetalia meliputi luka, varises, kondiloma, cairan berbau, hemoroid
dll
2. Pemeriksaan ginekologi bagi akseptor kb IUD
87
a. Pemeriksaan inspekulo meliputi keadaan serviks (cairan darah, luka,
atau tanda tanda keganasan), keadaan dionding vagina, posisi benang
IUD
b. Pemeriksaan bimanual untuk mencari letak serviks, adakah dilatasi dan
nyeri tekan atau goyang. Palpasi uterus untuk menentukan ukuran,
bentuk dan posisi, mobilitas, nyeri, adanya masa atau pembesaran.
3. Pemeriksaan penunjang
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan pada calon
akseptor kb yaitu pemeriksaan tes kehamilan, USG, radiologi untuk
memastikan posisi IUD atau implant, kadar haemoglobin, kadar gula
darah dll
Analisa
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis
atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan data-data yang telah
dikumpulkan.
Penatalaksanaan
a. Pergertian Konseling
Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan
seseorang kepada orang lain dalam membuat suatu keputusan atau
memecahkan masalah melalui pemahaman tentang fakta-fakta dan
perasaan-perasaan yang terlibat di dalamnya. Adapun tujuan konseling
KB yaitu untuk meningkatkan penerimaan, menjamin pilihan yang cocok,
menjamin penggunaan yang efektif, menjamin kelangsungan yang lebih
lama (Purwoastuti dan waliyani 2015).
b. Langkah konseling KB SATU TUJU
SA : Sapa dan salam
beri salam kepada ibu, tersenyum, perkenalkan diri, gunakan
komunikasi verbal dan non-verbal sebagai awal interaksi dua
arah.
88
T : Tanya
Tanya ibu tentang identitas dan keinginannya pada kunjungan
ini.
U : Uraikan
Berikan informasi obyektif dan lengkap tentang berbagai
metode kontrasepsi yaitu efektivitas, cara kerja, efek samping
dan komplikasi yang dapat terjadi serta upaya-upaya untuk
menghilangkan atau mengurangi berbagai efek yang
merugikan tersebut.
TU : Bantu
Bantu ibu memilih metode kontrasepsi yang paling aman dan
sesuai bagi dirinya. Beri kesempatan pada ibu untuk
mempertimbangkan pilihannya
J : Jelaskan
Jelaskan secara lengkap mengenai metode kontrasepsi yang
telah dipilih ibu.
Setelah ibu memilih metode yang sesuai baginya, jelaskan
mengenai :
1. Waktu, tempat, tenaga dan cara pemasangan/pemakaian
alat kontrasepsi.
2. Rencana pengamatan lanjutan setelah pemasangan.
3. Cara mengenali efek samping/komplikasi.
4. Lokasi klinik KB atau tempat pelayanan untuk kunjungan
ulang bila diperlukan.
U : Kunjungan ulang
a. KIE dalam Pelayanan KB
KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) adalah suatu
proses penyampaian pesan, informasi yang di berikan kepada
masyarakat tentang program KB dengan menggunakan media
89
seperti radio, TV, pers, film, mobil unit penerangan,
penerbitan, kegiatan promosi dan pameran, dengan tujuan
utama untuk memecahkan masalah dalam lingkungan
masyarakat dalam meningkatkan program KB atau sebagai
penunjang tercapainya program.
b. Kegiatan KIP/KTahapan dalam KIP/K :
1. Menjajaki alasan pemilihan alat
2. Menjajaki apakah klien sudah mengetahui/paham
tentang alat kontrasepsi tersebut
3. Menjajaki klien tahu/tidak alat kontrasepsi lain
4. Bila belum, berikan informasi
5. Beri klien kesempatan untuk mempertimbangkan
pilihannya kembali
6. Bantu klien mengambil keputusan
7. Beri klien informasi, apapun pilihannya, klien akan
diperiksa kesehatannya
8. Hasil pembicaraan akan dicatat pada lembar konseling
a. Kegiatan Pelayanan Kontrasepsi
1. Pemeriksaan kesehatan: anamnesis dan
pemeriksaan fisik
2. Bila tidak ada kontraindikasi, pelayanan
kontrasepsi dapat diberikan
3. Untuk kontrasepsi jangka panjang perlu inform
consent
b. Kegiatan Tindak lanjut
Petugas melakukan pemantauan keadaan peserta
KB diserahkan kembali kepada PLKB.
c. Informed Consent
90
Pengertian informed consent berasal dari kata
“informed” yang berarti telah mendapat penjelasan, dan
kata “consent” yang berarti telah memberikan
persetujuan. Dengan demikian yang dimaksud dengan
informed consent ini adanya perstujuan yang timbul dari
informasi yang dianggap jelas oleh pasien terhadap
suatu tindakan medik yang akan dilakukan kepadanya
sehubungan dengan keperluan diagnosa dan atau terapi
kesehatan.
91
BAB 3
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN
3.1 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil
3.1.1 Kunjungan Ibu Hamil Pertama
Tanggal : Sabtu, 7 April 2018 Pukul : 15.30 Wib
Data Subjektif
Nama : Ny.N Nama suami : Tn.A
Umur : 29 tahun Umur : 30 tahun
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku bangsa : Mandailing/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jalan Menteng Raya Gg. Mangga
No. HP : -
1. Kunjungan saat ini : Kunjungan ke 5
Keluhan utama : Tidak ada
2. Riwayat perkawinan : Kawin 1 kali, usia pertama kali ibu menikah umur 22
Tahun
3. Riwayat menstruasi : Menarche : umur 13 tahun
Siklus : 28 hari
Dismenorhea : Tidak
Baanyaknya : 4 kali ganti doek
a) HPHT : 03-07-2017
b) TTP : 10-04-2018
4. Riwayat Kehamilan
a) Riwayat ANC
ANC sejak umur kehamilan 3 bulan pertama di Klinik Milata
Trimester I : 1 kali kunjungan
92
Trimester II : 1 kali kunjungan
Trimester III : 3 kali kunjungan
b) Pergerakan janin yang pertama pada umur kehamilan 5 bulan. Pergerakan
janin dalam 24 jam terakhir > 15 kali.
c) Pola nutrisi : Ibu makan 3 kali/hari dengan menu nasi 1 piring, sayur 1
mangkuk, lauk 1 potong ikan/tempe, minum air putih >8 gelas/hari dan
minum susu ibu hamil.
d) Pola eliminasi : BAB ibu lancar 1 kali dalam 1 hari dengan konsistensi lunak,
BAK sering 7 kali/hari warnanya kuning dan tidak ada keluhan.
e) Pola aktivitas
Kegiatan sehari-hari : Berjualan
Istirahat/tidur : Malam hari : 7 jam ; siang hari : 1 jam
Seksualitas : 2 kali seminggu dengan posisi
f) Personal hygine
Mandi : 2 kali dalam satu hari
Kebiasaan membersihkan alat kelamin : setiap mandi, BAB dan BAK
Kebiasaan mengganti pakain dalam : 2 kali sehari
Jenis pakaian dalam yang dipakai : katun
g) Imunisasi : Ibu sudah imunisasi TT1 dan TT2 pada usia kehamilan 6
bulan dan 7 bulan.
93
5. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
G2 P1 A0
6. Riwayat kontrasepsi yang digunakan
Ibu menggunakan alat kontrasepsi jenis suntik 1 bulan
7. Riwayat kesehatan
a. Penyakit-penyakit yang pernah diderita/sedang diderita
Tidak dilakukan pemeriksaan
b. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga
Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Riwayat keturunan kembar
Ibu tidak ada riwayat keturunan kembar
d. Kebiasaan-kebiasaan
1. Merokok : Ibu tidak merokok
2. Minum jamu-jamuan : Ibu tidak mengkonsumsi jamu-jamuan
No Tgl
la
hir
/
u
m
ur
Usia
ke
ha
mi
la
n
Jenis
Persa
li
n
a
n
Tpt
Persali
na
n
Komplika
si
Peno
Long
Bbl Nifas
Ibu Bayi Jenis
k
e
l
a
m
i
n
BB
Lahir
Kea
Daa
n
Lac
Tasi
Kelai
na
n
1 03/04/
20
13
/ 5
ta
hu
n
37
mi
ng
gu
Nor
m
al
Klinik - - Bida
n
Pere
m
p
u
a
n
3.100
gr
baik lancar -
2 H A M I L I N I
94
3. Minum-minuman keras : Ibu tidak minum minuman keras
4. Makanan-makanan pantangan : Tidak ada pantangan makanan
5. Perubahan pola makan :
Pada awal kehamilan ibu tidak nafsu makan tapi pada saat ini ibu sudah
bisa makan seperti biasa
8. Keadaan psikososial spiritual
a. Respon suami dan keluarga terhadap kehamilan sangat senang, di terima dan
di inginkan.
b. Ketaatan ibu saat beribadah, rajin beribadah
Data Objektif
a. Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan emosional : Stabil
b. Tanda vital : TD : 110/70 mmHg, Pols : 78 x/i, RR: 23x/i, T: 36,7°C,
TB: 151 cm, BB sebelum hamil : 50 kg, BB sekarang : 54 kg, LILA: 25 cm
c. Pemeriksaan fisik
1. Edema wajah : Tidak ada edema
2. Cloasma gravidarum : Tidak ada cloasma gravidarum
3. Mata : Konjungtiva merah muda, sclera putih, tidak
Ada sekret
4. Mulut : Bersih, warna kemerahan, simetris, Stomatitis
Tidak ada, terdapat karang gigi.
5. Leher : Tidak ada benjolan pada kelenjar thyroid dan
Limfe.
6. Payudara : Tidak ada benjolan pada payudara
Bentuk : Simetris
Aerola mamae : Hiperpigmentasi
Puting susu : Menonjol
95
Kolostrum : Belum ada
7. Abdomen
Bentuk : Asimetris, membesar ke arah kanan.
Bekas luka : Tidak ada ada bekas luka
Striae gravidarum : Alba
Palpasi secara leopold
Leopold I :TFU 29 cm, dan teraba satu bagian lunak dan tidak melenting
pada perut bagian atas (bokong).
Leopold II :Bagian perut kiri ibu teraba bagian-bagian kecil janin
(ekstremitas) Bagian perut kanan ibu teraba keras seperti
papan panjang (punggung kanan/PUKA)
Leopold III : Bagian terbawah janin teraba keras, bulat, melenting (kepala)
Leopold IV :Bagian bawah janin belum masuk pintu atas panggul
(convergen)
TBJ : (TFU-13) x 155 = (29-13) x 155 = 2.480
Auskultasi DJJ : Punctum maksimum : Kuadran kanan bawah pusat
Frekuensi : 143x/i
8. Ekstremitas
Edema : kaki ibu tidak edema
Varices : kaki ibu tidak varices
Refleks patela : Kanan (+) Kiri (+)
Kuku : Tidak pucat
e. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 10,8 mg/dL
Analisis
Ny.N G2 P1 A0 usia kehamilan 36-37 minggu, presentasi kepala, janin tunggal,
hidup, intrauteri,belum masuk PAP, PUKA , keadaan ibu dan janin baik.
Penatalaksanaan
96
Tanggal : 07 April 2018 Pukul : 15.30 WIB
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan ibu bahwa ibu dan janinnya baik.
TTV : TD : 110/70 mmHg RR : 23 x/i
Nadi : 78 x/i S : 36,7 °c
DJJ 143x/i, TBJ 2480 gram, janin tunggal, hidup, intrauteri,belum masuk PAP,
keadaan ibu dan janin baik.
Ibu sudah mengetahui keadannya dan janinmya dalam keadaan baik.
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya perhatian khusus dalam
makanan yang dikonsumsi makanan seimbang dan bergizi, terkhusus dalam
meningkatkan kadar hb dalam darah ibu seperti mengkonsumsi 1 piring nasi, 1
mangkok sayuran , 1 potong ikan / tempe/ telur lauk, dan buah-buahan setiap kali
makan, dan banyak mengkonsumsi air putih 8gelas/hari serta meminum 1 gelas jus
buah bit setiap harinya pada pagi hari.
Ibu sudah mengerti dan mau melakukan apa yang telah dianjurkan.
3. Memberikan Vit B complex sebanyak 10 tablet dengan dosis 1 x 1 tablet/hari,
Lactate sebanyak 10 tablet dengan dosis 1 x 1 tablet/hari, dan tablet Fe sebanyak
10 tablet dengan dosis 1x1 tablet/ hari diminum pada malam hari dengan air putih.
Ibu bersedia mengkonsumsi obat yang diberikan.
4. Menganjurkan ibu untuk tetap menjga personal hygiene atau menjaga kebersihan
diri dan alat genetalia. Serta menyarankan ibu agar memakai pakaian yang
longgar.
Ibu bersedia dan mau melakukannya.
5. Memberi ibu pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya kehamilan seperti
perdarahan pervaginam, bengkak di wajah dan ditangan, keluar cairan dari jalan
lahir, pergerakan janin tidak terasa, dan nyeri perut yang hebat. Jika ditemukan
adanya tanda bahaya tersebut ibu segera datang dan periksa ke fasilitas kesehatan
terdekat.
Ibu sudah mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan dapat menyebutkan
kembali tanda bahaya kehamilan.
97
6. Memberikan penkes kepada ibu tentang pentingnya istirahat malam, yaitu tidur
tidak terlalu malam atau lewat dari jam 10 malam.
Ibu sudah mengerti dan mau melaksanakannya.
7. Menganjurkan ibu untuk datang kunjungan ulang 2 minggu lagi atau apabila ibu
mempunyai keluhan atau apabila terlihat tanda-tanda persalinan.
Ibu mengatakan akan datang apabila ada keluhan atau terlihat tanda-tanda
persalinan
Pimpinan Klinik Pelaksana Asuhan
(Afriana Am.keb) (Ester Yossi M
Simanjuntak)
98
3.1.2 Catatan Perkembangan ( Kujungan II )
Tanggal : Selasa, 17 April 2018 Pukul : 18.00 wib
S
Ibu ingin memeriksakan kehamilannya
Ibu sudah mengurangi aktivitas berat dan mau beristirahat yang cukup
Ibu sering kencing pada malam hari
O
1. Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
2. Tanda vital : TD: 110/70 mmHg, Pols: 79x/i, RR: 22 x/i. T: 36,6 °C,
BB: 55,2 kg.
Pemeriksaan Khusus Kebidanan
Palpasi secara Leopold : TFU 30 cm, bagian perut kiri ibu teraba bagian-bagian
kecil janin (ekstremitas) Bagian perut kanan ibu teraba
keras seperti papan panjang (punggung kanan/PUKA). .
Pada symfisis teraba satu bagian bulat dan keras.
Kepala janin belum masuk PAP (konvergen).
TBJ : (TFU-13) x 155 = (30-13) x 155 = 2.690 gr
Auskultasi DJJ : Punctum maksimum : Kuadran kanan
bawah pusat
Frekuensi : 148x/i
3. Pemeriksaan penunjang
Hb : Tidak dilakukan pemeriksaan
A
Ny. N GII PI A0 usia kehamilan 37-38 minggu, janin hidup, tunggal, punggung
kanan, presentasi kepala, kepala belum masuk PAP (konvergen).
99
P
1. Memberitahu ibu bahwa kondisi ibu dan bayinya dalam keadaan sehat.
Keadaan umum : baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital: TD: 110/70 mmHg, Pols: 79x/i, RR: 22 x/i. T: 36,6°C,
BB: 55,2 kg.
Ibu sudah mengetahui kondisi ibu dan bayinya normal dan sehat
2. Memberitahu ibu tetap mengkonsumsi makanan yang telah dianjurkan pada
pemeriksaan sebelumnya.
Ibu mengatakan sudah melakukan dan akan tetap melaksanakannya.
3. Memberitahu ibu bahwa sering buang air kecil dimalam hari disebabkan karena
uterus yang semakin membesar sehingga menekan kandung kemih. Untuk
mengatasi keluhan ibu dianjurkan agar ibu mengurangi minum pada malam hari.
Ibu sudah mengetahui penyebab dan cara mengatasinya.
4. Menganjurkan ibu untuk tetap menjga personal hygiene atau menjaga kebersihan
diri dan alat genetalia. Serta menyarankan ibu agar memakai pakaian yang
longgar dan terbuat dari katun.
Ibu bersedia dan mau melakukannya.
5. Menganjurkan ibu melakukan perawatan payudara untuk mempercepat
pengeluaran ASI sekaligus membersihkan payudara.
Ibu bersedia dan mau melakukannya.
6. Memberikan Vit B complex sebanyak 10 tablet dengan dosis 1 x 1 tablet/hari dan
Lactate sebanyak 10 tablet dengan dosis 1 x 1 tablet/hari dan tablet Fe sebanyak
10 tablet dengan dosis 1x1 tablet/ hari diminum pada malam hari dengan air
putih.
Ibu bersedia mengkonsumsi obat yang diberikan
7. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada saat ada keluhan.
Ibu mengatakan akan melakukannya.
101
3.1.3 Catatan Perkembangan ( Kujungan III)
Tanggal : Sabtu, 28 April 2018 Pukul : 17.45 wib
S
Ibu ingin memeriksakan kehamilannya
Ibu merasakan sakit pada daerah pinggang.
Ibu mengatakan keluhan yang lalu sudah tidak dirasakan.
O
1. Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
2. Tanda vital : TD: 120/70 mmHg, Pols: 75x/i, RR : 22 x/i, T: 37 °C
BB: 55 kg
Pemeriksaan Khusus Kebidanan
Palpasi secara Leopold : TFU 30 cm, bagian perut kiri ibu teraba bagian-
bagian kecil janin (ekstremitas) Bagian perut kanan ibu
teraba keras seperti papan panjang (punggung
kanan/PUKA). . Pada symfisis teraba satu bagian bulat
dan keras. Kepala janin sudah masuk PAP (divergen).
TBJ : (TFU-13) x 155 = (31-11) x 155 = 3.100 gr
Auskultasi DJJ: Punctum maksimum : Kuadran kanan
bawah pusat
Frekuensi : 150x/i
3. Pemeriksaan penunjang
Hb : 11,1 mg/dL
A
Ny. N GII PI A0, usia kehamilan 38-39 minggu, janin hidup, tunggal, punggung
kanan, presentasi kepala, kepala sudah masuk PAP (divergen).
102
P
1. Memberitahu ibu bahwa kondisi ibu dan bayinya dalam keadaan sehat.
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital : TD: 120/70 mmHg, Pols: 75x/i, RR: 22 x/i, T: 37 °C, BB: 55
kg
Ibu sudah mengetahui kondisi ibu dan bayinya normal dan sehat.
2. Memberitahu kepada ibu bahwa sakit pinggang yang dirasakannya adalah hal
wajar karena pembesaran rahim. Karena besarnya rahim, lengkungan tulang
belakang berubah sedemikian rupa sehingga pusat gravitasi tubuh berubah.
Untuk mengatasinya anjurkan ibu untuk rutin berjalan kaki, sekiranya 30 menit
sehari dan hindari mengenakan sepatu hak tinggi.
Ibu mengatakan akan rutin berjalan kaki dan menghindari sepatu hak tinggi.
3. Memberitahu tanda-tanda persalinan yaitu terjadinya his persalinan yang ditandai
dengan pinggang terasa sakit dan menjalar ke depan, sifat his teratur interval
semakin pendek dan kekuatan semakin besar, terjadinya perubahan pada serviks,
jika pasien menambah aktivitasnya dengan berjalan maka kekuatan his nya akan
bertambah, keluarnya lendir bercampur darah pervaginam, kadang-kadang
ketuban pecah dengan sendirinya.
Ibu mengerti tanda-tanda persalinan dan dapat menyebutkannya kembali.
4. Menganjurkan ibu untuk memastikan bahwa persiapan untuk persalinan mulai
dari perlengkapan ibu, bayi dan juga dana untuk bersalin nanti telah siap.
Ibu mengatakan persiapan untuk bersalin nanti telah disiapkan.
5. Menganjurkan ibu untuk segera datang ke klinik, apabila telah mengalami tanda-
tanda persalinan ataupun keluhan yang lain seperti keluar air ketuban dari
kemaluan.
Ibu mengatakan akan segera datang ke klinik jika sudah mengalami tanda-tanda
persalinan atau jika ada keluhan lain.
104
3.2 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN
Tanggal pengkajian : Rabu, 23 Mei 2018 Pukul : 14.00 Wib
S
Keluhan Utama : Ibu mengatakan sakit perut menjalar hingga ke pinggang yang
semakin sering dan kuat, keluar lendir bercampur darah dari kemaluan
O
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Ibu tampak menahan kesakitan tetapi kesadaran Composmentis.
TTV : TD : 110/70 mmHg, RR : 22x/i, Pols: 80x/i, Suhu : 36,50C, BB : 68 kg
2. Pemeriksaan Khusus Kebidanan
a. Abdomen
Inspeksi : membesar dengan arah memanjang, tidak ada bekas luka operasi.
Palpasi Leopold 1:TFU Pertengahan pusat dan px, teraba 1 bagian bundar,
lunak dan tidak melenting (bokong),TFU 34 cm
Leopold 2 : teraba 1 bagian panjang keras memapan di perut sebelah
kanan ibu (punggung), teraba bagian-bagian kecil di perut
sebelah kiri ibu (ekstremitas)
Leopold 3: pada bagian terbawah janin teraba 1 bagian keras, bulat dan
melenting (kepala).
Leopold 4 : kepala sudah memasuki pintu atas panggul (divergen).
His = 3x/10’/35”
Auskultasi : DJJ : 140x/menit, Reguler
TBBJ = (TFU-n) x 155 = (33-11) x 155 = 3.410gram
b. Genetalia
Inspeksi : terlihat lendir bercampur darah
VT dengan hasil teraba portio lembek, pembukaan 6 cm, ketuban utuh, posisi
UUK ka-dep penurunan bagian terbawah 3/5, moulase tidak ada.
105
A
Diagnosa : Inpartu kala I fase aktif, G2P1A0, janin hidup, tunggal, punggung kanan,
presentasi kepala.
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan: Tidak ada
P
Tanggal : 23 Mei 2017 Pukul : 14.00 Wib
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin sehat , saat ini
ibu dalam proses persalinan kala I, sehingga butuh pengawasan sampai
pembukaan lengkap.
Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya.
2. Memantau keadaan ibu dan janin serta kemajuan persalinan dengan menggunakan
partograf (terlampir).
Kemajuan persalinan sedang dipantau di dalam patograf.
3. Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan, jongkok setiap 10 menit sekali selama satu
jam dengan tujuan mempercepat penurunan bagian presentasi janin .
Ibu sudah berjalan-jalan dan jongkok sambil di pantau oleh bidan.
4. Memberi dukungan kepada ibu untuk tetap semangat menghadapi persalinan dan
nyeri yang dirasakan penting untuk kemajuan persalinan sehingga tidak perlu
dikhawatirkan dan menyarankan suami untuk memberi minum di sela-sela
kontraksi untuk menambah tenaga ibu serta mendampingi ibu selama proses
persalinan.
Dukungan sudah diberikan kepada ibu yaitu menghadirkan suami disamping ibu
selama proses persalinan.
5. Memberikan asuhan sayang ibu dengan memijat pinggang ibu saat merasakan
sakit.
Sudah dilakukan masase punggung dan reaksi ibu tampak menikmati.
106
6. Mengajarkan posisi yang nyaman untuk proses persalinan, ibu memilih posisi
litotomi.
7. Mengajarkan ibu teknik mengedan yang baik, bila timbul his kumpulkan tenaga
lalu tahan tenaga diperut dan dibatukkan.
Teknik mengedan yang baik sudah diajarkan kepada ibu.
8. Menyiapkan alat untuk menolong persalinan, perlengkapan ibu dan bayi.
Alat sudah dipersiapkan.
Pemantauan Kala I Persalinan di Patograf
Jam DJJ Air
Ketuban
Moulase Pembukaan
serviks
Penurunan
Kepala
His Nadi TD Suhu Urine
14.00 140 U O 6 cm 3/5 3x10’35’’ 80 110/70 36,5
14.30 140 - - - - 3x10’35’’ 78
15.00 139 - - - - 3x10’35’’ 80 250 cc
15.30 142 - - - - 4x10’40’’ 82
16.00 142 - - - - 4x10’40’’ 82 37
16.30 145 - - - - 5x10’45’’ 85
16.55 145 J O 10 cm 0/5 5x10’50’’ 85 120/90
Pembimbing Klinik Pelaksana Asuhan
(Afriana Am.keb) ( Ester Yossi M Simanjuntak
107
3.2.1 DATA PERKEMBANGAN KALA II
Jam : 16.55 Wib
S
Ibu mengatakan mules semakin sering, keluar air yang banyak dari kemaluan dan
adanya keinginan meneran
O
1. Pemeriksaan Umum
TTV : TD : 120/90 mmHg, Pols : 85x/i, RR: 24x/i, suhu 370C
2. Pemeriksaan Kebidanan
His : 5x/10’/50”
Inspeksi : ada dorongan ingin meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol dan
vulva membuka
Hasil pemeriksaan dalam : portio tidak teraba, pembukaan serviks 10 cm (lengkap),
Penurunan bagian terbawah 0/5, posisi UUK tepat dibawah simfisis, ketuban
masih utuh, tidak ada molase.
Auskultasi
DJJ : 145x/i, reguler
A
Diagnosa : Inpartu kala II
Masalah : Tidak ada
P
1. Melihat tanda dan gejala II ( ibu merasakan adanya dorongan untuk meneran.
tekanan pada anus, perineum menonjol dan vulva membuka).
2. Memastikan perlengkapan alat dan obat obatan yang akan digunakan,
mematahkan ampul oksitosin 10 IU, meletakkan spuit steril kedalam partus set.
Alat sudah lengkap.
108
3. Kenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih, sepatu tertutup kedap
air, masker.
4. Lepas semua perhiasan pada lengan dan tangan lalu cuci kedua tangan dengan
sabun dan air bersih kemudian keringkan dengan handuk atau tisu bersih.
5. Pakai handscone sebelah kanan, memasukkan oksitosin 10 IU ke dalam spuit dan
meletakkan kembali spuit ke dalam partus set.
6. Memeriksa DJJ kembali setelah kontraksi berakhir untuk memastikan DJJ dalam
batas normal (120-160 x/i), DJJ : 145 x/i.
7. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran.
8. Memasang underpad dan handuk diatas perut ibu.
9. Membuka partus set untuk memeriksa kembali kelengkapan alat, kemudian
memakai sarung tangan steril.
10. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
11. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan
satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering, sementara tangan yang lain
menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya
kepala.
12. Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung abyi dengan kain atau kassa
yang bersih.
13. Periksa lilitan tali pusat. Tidak ada lilitan tali pusat.
14. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Anjurkan
ibu untuk meneran saat ada kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala kearah
bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis. Gerakkan ke
arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
15. Setelah kepala dan bahu lahir, melakukan sanggah susur untuk membantu
kelahiran punggung.
Pukul : 17.40 Bayi telah lahir, jenis kelamin : Laki-laki, PB: 48 cm dan BB: 3400
gr, Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi diatas
perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit leih rendah dari tubuhnya.
109
16. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kontak
kulit ibu dengan bayi.
17. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan
urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2
cm dari klem pertama.
18. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan
memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut.
19. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan
kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan
tali pusat terbuka.
20. Membiarkan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya
dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
21. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakuakan palpasi abdomen untuk
menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
Pembimbing Klinik Pelaksana Asuhan
(Afriana Am.keb) ( Ester Yossi M Simanjuntak)
110
3.2.2 DATA PERKEMBANGAN KALA III
Pukul 17.43 Wib
S
Ibu mengatakan perut terasa mules dan merasa lelah tetapi bahagia atas kelahiran
bayinya.
O
1. Keadaan umum : Lemas TTV : TD : 110/70 mmHg, Pols : 75x/i, RR : 24x/i,
T: 36,50C
2. Inspeksi : tali pusat menjulur di vulva, ada laserasi
3. Palpasi : kontraksi baik, TFU setinggi pusat, uterus bulat dan keras, kandung
kemih kosong.
A
Diagnosa : Inpartu Kala III
Masalah : Tidak ada
P
1. Menginformasikan pada ibu bahwa ibu akan diberikan oksitosin 10 IU
intramuskular pada paha lateral bagian luar untuk membantu pelepasan plasenta
dan mencegah perdarahan.
Ibu mengerti dan bersedia dilakukan penyuntikan.
2. Melakukan penyuntikan oksitosin 10 IU IM 1/3 paha lateral bagian luar .
Oksitosin sudah disuntikkan.
3. Melihat tanda-tanda pelepasan tali pusat, tali pusat bertambah panjang, uterus
globular, dan ada semburan darah.
Tanda- tanda pelepasan plasenta sudah terlihat.
4. Memindahkan klem 5-10 cm dari vulva, lalu meletakkan tangan kiri diatas simfisis
pubis ibu, sementara tangan kanan memegang tali pusat dengan klem. Menunggu
uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan tali pusat dengan
111
lembut kearah bawah sejajar lantai. Secara bersamaan memastikan pelepasan
plasenta, tali pusat bertambah panjang dan adanya semburan darah. Tangan kiri
melakukan penekanan kearah dorsokranial dengan hati-hati dan tangan kanan
menegangkan tali pusat sampai plasenta muncul 2/3 bagian di vulva, plasenta
muncul 2/3 bagian di vulva. Melakukan pemilinan plasenta dan melahirkan
plasenta. Plasenta lahir lengkap dengan kotiledon lengkap dan selaput ketuban
utuh pukul 17.50 Wib.
5. Melakukan massase selama 15 detik dengan cara telapak tangan berada pada
abdomen ibu dengan cara melingkar hingga kontraksi baik.
Masase sudah dilakukan dan perut berkontraksi dengan baik.
6. Mengajarkan keluarga untuk melakukan masase agar kontraksi tetap baik.
Kelurga sudah mengerti dan sudah melakukannya.
Pembimbing Klinik Pelaksana Asuhan
(Afriana Am.keb) ( Ester Yossi M Simanjuntak)
112
3.2.3 DATA PERKEMBANGAN KALA IV
Pukul 18.00 Wib
S
Ibu merasa senang dengan bayinya, perut ibu masih terasa mules
O
1. Keadaan umum ibu baik, TD : 110/80 mmHg, RR : 24x/i, Pols 80x/i, Suhu 370C
2. Inspeksi : tidak ada perdarahan, terdapat laserasi pada perineum.
3. Palpasi : kontraksi baik, TFU : 2 jari dibawah pusat, kandung kemih kosong.
A
Diagnosa : Inpartu kala IV
Masalah : Tidak ada
P
1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan, bahwa ibu dalam keadaan baik,
TD : 110/80 mmHg, RR : 24x/i, Pols 80x/i, Suhu 370C.
Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya.
2. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam yaitu setiap
2-3 kali dalam 15 menit pertama pascasalin, setiap 15 menit pada 1 jam pertama,
setiap 20-30 menit pada jam kedua pascasalin.
Keadaan ibu sedang dipantau.
3. Ditemukan laserasi dan sudah dilakukan penjahitan.
4. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi,
mewaspadai tanda bahaya pada ibu seperti uterus teraba lembek, adanya
pengeluaran darah dari jalan lahir, ibu merasa ngantuk, wajah tampak pucat,
pandangan kabur dan kepala pusing.
Ibu/keluarga sudah mengetahui cara melakukan masase dan tanda bahaya pada
ibu.
113
5. Mendekontaminasikan alat dan membersihkan ibu.
Alat sudah didekontaminasi dan ibu sudah dalam keadaan bersih.
6. Mendokumentasikan hasil asuhan kebidanan yang telah di lakukan.
Pendokumentasian asuhan telah dilakukan.
Pemantauan 2 jam post partum
Jam
ke
Waktu Tekanan
darah
Nadi Suhu TFU Kontraksi
Uterus
Kandung
Kemih
Perdarahan
1
18.00 110/70 80 37,5°C 2 jari di bawah
pusat
Baik Kosong ± 20 CC
18.15 110/70 80 2 jari di bawah
pusat
Baik Kosong ± 15 CC
18.30 110/70 80 2 jari di bawah
pusat
Baik Kosong ± 10 CC
18.45 120/70 82 2 jari di bawah
pusat
Baik Kosong ± 10 CC
2 19.15 120/70 81 37,1°C 2 jari di bawah
pusat
Baik Kosong ± 10 CC
19.45 120/80 82 2 jari di bawah
pusat
Baik Kosong ± 10 CC
Pembimbing Klinik Pelaksana Asuhan
(Afriana Am.keb) ( Ester Yossi M Simanjuntak)
114
3.3 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS
Tanggal pengkajian : Kamis, 24 Mei 2018 Pukul : 01.00 Wib
S
1. Ibu mengatakan masih merasa mules pada bagian perut.
2. Ibu mengatakan bayi menyusu adekuat dan tidak ada pembengkakan payudara.
3. Ibu mengatakan sudah BAK pada pukul 22.00 Wib
O
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik Kesadaran Composmentis. TTV : TD : 120/80 mmHg, RR :
22x/i, Pols: 80x/i, Suhu : 36,50C
2. Pemeriksaan Fisik
Wajah : Tidak pucat, tidak oedem
Mata : Conjungtiva merah muda dan sklera tidak ikterik
Dada : Puting susu menonjol, tidak ada pembengkakan, tidak ada
kemerahan, tidak ada nyeri tekan, pengeluaran ASI lancar
Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik
Genetalia : Pengeluaran lochea rubra
Ekstremitas : Kaki dan tangan tidak oedema
A
Diagnosa : Ibu post partum 6 jam normal
Masalah : Mules pada perut
P
Tanggal : 24 Mei 2017 Pukul : 01.00 Wib
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu. TTV : TD : 120/80 mmHg, RR :
22x/i, Pols: 80x/i, Suhu : 36,50C .
Ibu suadah mengetahui keadaannya.
115
2. Menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan rasa mules yang ibu alami merupakan hal
yang normal, karena rahim yang keras dan mules berarti rahim sedang
berkontraksi yang dapat mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas.
Ibu sudah mengerti tentang penyebab rasa mules yang dialami ibu.
3. Memberitahu ibu cara menyusui yang benar yaitu dagu bayi menempel pada
payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar dan menutupi aerola mamae. Seluruh
badan bayi tersanggah dengan baik tidak hanya kepala dan leher.
Ibu sudah mengetahui cara menyusui yang benar.
4. Memberitahu kepeda ibu jadwal pemberian ASI yaitu ASI diberikan setiap 2 jam.
Ibu sudah mengerti dan bersedia menyusui bayinya.
5. Memberitahu ibu untuk menjaga kehangatan bayi dengan selalu memakaikan
selimut dan topi pada bayi untuk mencegah hipotermia.
Ibu telah mengerti untuk menjaga kehangatan bayi.
6. Menganjurkan Ibu untuk mobilisasi miring kanan/kiri secara bertahap dan
menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri, terutama pada genetalia dengan
mengganti doek setelah mandi atau bila ibu merasa tidak nyaman.
Ibu mengerti dan bersedia melakukannya sesuai anjuran
7. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya masa nifas, seperti perdarahan
pervaginam, pengeluaran cairan berbau busuk, demam tinggi, pembengkakan pada
wajah, tangan dan kaki, muntah, rasa sakit saat berkemih, tidak nafsu makan, sakit
kepala, penglihatan kabur, payudara menjadi merah, panas dan nyeri. Jika
mengalami hal tersebut segera datang kepetugas kesehatan untuk mendapat
pertolongan segera.
8. Memberikan terapi sederhana sesuai dengan kondisi kesehatan ibu
a. Amoxillin 500 mg : 3x1 tablet/hari
b. Asam mefenamat 500 mg : 3x1 tablet/hari
c. Hufabion : 1x1 tablet/hari
116
9. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang satu minggu yang akan datang atau
apabila ada keluhan.
Ibu bersedia untuk kunjungan ulang.
Pembimbing Klinik Pelaksana Asuhan
(Afriana Am.keb) ( Ester Yossi M Simanjuntak)
117
3.3.1 DATA PERKEMBANGAN 6 HARI POST PARTUM
Tanggal pengkajian : Selasa, 29 Mei 2018 Pukul : 12.00 Wib
S
Ibu mengatakan pengeluaran cairan berwarna kekuningan, bayi menyusui dengan
baik.
O
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik Kesadaran Composmentis. TTV : TD : 110/80 mmHg,
RR :23x/i, Pols: 80x/i, Suhu : 360C
2. Pemeriksaan Fisik
Wajah : tidak pucat, tidak oedem
Mata : conjungtiva merah muda dan sklera tidak ikterik
Dada : puting susu menonjol, tidak ada lecet, pengeluaran ASI lancar
Abdomen : TFU pertengahan pusat dengan simfisis
Genetalia : Pengeluaran lochea sanguilenta
Ekstremitas : kaki dan tangan tidak oedema
A
Diagnosa : Ibu post partum 6 hari, normal
Masalah : Tidak ada
P
Tanggal : 29 Mei 2018 Pukul : 12.00 Wib
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa keadaan .TTV : TD : 110/80 mmHg, RR
:23x/i, Pols: 80x/i, Suhu : 360C
Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya.
2. Memastikan involusi uteri ibu berjalan normal, TFU pertengahan pusat dan
simfisis, uterus berkontraksi dengan baik, tidak ada perdarahan yang abnormal dan
tidak berbau, lochea berwarna kecoklatan.
118
Ibu dalam keadaan normal.
3. Mengingatkan ibu untuk istirahat yang cukup siang 1-2 jam dan malam 7-8 jam
dan selalu memakan makanan bergizi seimbang seperti 1 piring nasi, 1 mangkuk
sayuran (porsi sedang), 1 potong ikan/telur/tempe/daging, buah buahan setiap
harinya, dan banyak minum minimal 8 gelas per hari agar ASI tetp lancar.
Ibu sudah mengerti mengenai istirahat yang cukup dan bersedia melakukannya.
4. Mengingatkan ibu agar tetap menyusui bayi dengan benar seperti yang sudah di
ajarkan pada asuhan sebelumnya dan tidak akan memberikan makanan yang lain
selain ASI.
Ibu sudah melakukannya.
5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, merawat tali pusat
yaitu menjaga tali pusat agar tetap kering dan membungkus tali pusat dengan kassa
steril tanpa diolesi dengan betadine, dan menjaga bayi tetap hangat.
6. Mengingatkan ibu kembali tentang tanda bahaya nifas yang sudah di beritahukan
pada kunjungan sebelumnya.
Pembimbing Klinik Pelaksana Asuhan
(Afriana Am.keb) ( Ester Yossi M Simanjuntak)
119
3.3.2 DATA PERKEMBANGAN 2 MINGGU POST PARTUM
Tanggal pengkajian : Rabu, 6 Juni 2018 Pukul : 09.00 Wib
S
Ibu mengatakan pengeluaran cairan berwarna kuning kecoklatan.
O
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik Kesadaran Composmentis. TTV : TD : 110/80 mmHg,
RR : 23x/i, Pols: 80x/i, Suhu : 360C
2. Pemeriksaan Fisik
Wajah : tidak pucat, tidak oedem
Mata : conjungtiva merah muda dan sklera tidak ikterik
Dada : puting susu menonjol, tidak ada lecet, pengeluaran ASI lancar
Abdomen : TFU sudah tidak teraba diatas symfisis
Genetalia : Pengeluaran lochea serosa
Ekstremitas : kaki dan tangan tidak oedema
A
Diagnosa : Ibu post partum 2 minggu, normal
Masalah : Tidak ada
P
Tanggal : 6 Juni 2018 Pukul : 09.00 Wib
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan dan bayi sehat, proses
involusi uterus berjalan normal.
Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya.
2. Mengingatkan ibu agar tetap menyusui bayi dengan benar seperti yang sudah di
ajarkan pada asuhan sebelumnya dan tidak akan memberikan makanan yang lain
selain ASI.
Ibu mengatakan sudah melakukannya.
120
3. Memberikan penkes KB pada ibu, menganjurkan ibu untuk menggunakan KB
setelah 40 hari masa nifas dan menjelaskan jenis, efektivitas, keuntungan, efek
samping dan cara pemakaian/pemasangan KB yang mungkin ibu gunakan sesuai
keadaan ibu.
4. Jadwalkan home visit pada tanggal 4 Juli 2018.
Pembimbing Klinik Pelaksana Asuhan
(Afriana Am.keb) ( Ester Yossi M Simanjuntak)
121
3.3.3 DATA PERKEMBANGAN 6 MINGGU POST PARTUM
Tanggal pengkajian : Rabu, 4 Juli 2018 Pukul : 11.00 Wib
S
Ibu mengatakan tidak ada lagi pengeluaran dari kemaluan
O
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik Kesadaran Composmentis. TTV : TD : 120/80 mmHg,
RR : 23x/i, Pols: 80x/i, Suhu : 360C
2. Pemeriksaan Fisik
Wajah : tidak pucat, tidak oedem
Mata : conjungtiva merah muda dan sklera tidak ikterik
Dada : puting susu menonjol, tidak ada lecet, pengeluaran ASI lancar
Abdomen : TFU tidak dapat diraba lagi
Genetalia : Pengeluaran lochea alba
Ekstremitas : kaki dan tangan tidak oedema
A
Diagnosa : Ibu post partum 6 minggu, normal
Masalah : Tidak ada
P
Tanggal pengkajian : 4 Juli 2018 Pukul : 11.00 Wib
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu sehat, proses involusi uterus
berjalan normal.
Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya.
2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan abnormal.
3. Memberikan konseling KB kepada ibu tentang alat kontrasepsi yang cocok bagi
ibu yaitu dengan metode jangka panjang dan tidak menganggu produksi ASI, Ibu
122
memilih untuk menggunakan KB suntik 3 bulan dan suami sudah menyetujui dan
akan dilakukan penyuntikan KB pada tanggal 6 juli 2018.
Pembimbing Klinik Pelaksana Asuhan
(Afriana Am.keb) ( Ester Yossi M Simanjuntak)
123
3.4 ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
Tanggal : Kamis, 24 Mei 2018 Pukul : 06.00 Wib
S
Nama : Bayi Ny.N
Tanggal lahir : 23 Mei 2018
Pukul : 17.00 wib
Jenis Kelamin : Laki-laki
Keluhan : Ibu mengatakan bayinya menangis kuat dan bergerak aktif
Ibu mengatakan daya hisap bayi adekuat dan sudah BAB pada pukul
04.00 Wib.
O
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : baik, TTV : Suhu : 36,70C, Pernafasan : 45 x/i Denyut Nadi :
140 x/i
b. Tonus otot : baik
c. Warna kulit : merah
d. Antropometri
Panjang Badan : 49 cm
Berat Badan : 3400 gr
Lingkar Kepala : 34 cm
Lingkar Dada : 32 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : tidak ada caput succedenum
b. Wajah : tidak oedem, tidak pucat, simetris, warna kemerahan
c. Mata : sklera putih, tidak ada juling mata
d. Telinga : tidak ada kelainan, refleks moro (+)
e. Hidung : lubang hidung (+), tidak ada cuping hidung
124
f. Mulut : bibir berwarna merah, tidak ada labiopalatoskiziz, refleks rooting
(+), refleks sucking (+)
g. Leher : tidak ada pembengkakan, refleks tonick neck (+)
h. Dada/Aksila : simetris, retraksi dada tidak ada, tidak ada pembengkakan
aksila
i. Abdomen : pembesaran simetris
j. Punggung : tidak ada spina bifida
k. Genetalia : bersih, pengeluaran (+)
l. Anus : lubang anus (+), pengeluaran mekonium pada pukul 04.00 Wib
m. Ekstremitas : simetris, jari tangan lengkap, refleks grafts (+) jari kaki
lengkap, geraknya aktif
A
Diagnosa : Neonatus normal 6 jam
Masalah : Tidak Ada
P
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bayinya sehat dan bugar, BB 3400 gr, PB 49
cm, TTV : Suhu : 36,70C, Pernafasan : 45 x/i Denyut Nadi : 140 x/i
2. Memandikan bayi dan melakukan perawatan tali pusat dengan membungkus tali
pusat dengan kassa steril serta mencegah hipotermi pada bayi dengan membedong
bayi. Bayi sudah dalam keadaan bersih, sudah dalam keadaan hangat dengan suhu
36,70C dan tidak ada tanda-tanda infeksi
3. Memberikan imunisasi HB0.
Imunisasi HB0 telah diberikan pukul 06.30 Wib
4. Mengajarkan ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif sesuai kebutuhan bayi
selama minimal 6 bulan tanpa makan tambahan dan menyusui bayinya sesering
mungkin kurang lebih setiap 2 jam dan mengajarkan ibu untuk menyendawakan
bayi selesai menyusui dengan mendekap bayi dan menepuk punggung bayi dengan
lembut agar tidak muntah
125
5. Menjelaskan kepada ibu tanda-tanda bahaya seperti demam, tidak mau menyusui,
sesak nafas, merintih, hipotermi, tali pusat berdarah dan berbau, dan kejang serta
menganjurkan ibu untuk kembali jika melihat keluhan tersebut pada bayinya.
Pembimbing Klinik Pelaksana Asuhan
(Afriana Am.keb) ( Ester Yossi M Simanjuntak)
126
3.4.1 DATA PERKEMBANGAN PADA 6 HARI NEONATUS
Tanggal :Selasa, 29 Mei 2018 Pukul : 12.00 Wib
S
1. Ibu mengatakan ASI sudah lancar dan hanya memberikan ASI pada bayi
2. Daya hisap bayi adekuat
3. Ibu mengatakan tali pusat sudah putus pada tanggal 27 Mei 2018
O
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : baik, composmentis
b. TTV : Pernafasan : 46x/i, Nadi : 124x/i, Suhu 36,30C
2. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah tidak pucat, tidak oedema, conjungtiva merah muda, sklera putih
b. Bayi menghisap kuat saat menyusui
c. Tali pusat sudah lepas, dan tidak ada tanda-tanda infeksi
d. Eliminasi
BAK : 5-6 kali/hari warna jernih
BAB : 2-3 kali/hari feses berwarna kuning dan padat.
A
Diagnosa : Neonatus normal 6 hari
Masalah : Tidak ada
P
1. Memberitahu kepada ibu bahwa keadaan bayi sehat d, TTV : Pernafasan : 46x/i,
Nadi : 124x/i, Suhu 36,50C.
Ibu sudah mengetahui keadaan bayinya.
2. Memberi penkes kepada ibu untuk tetap menjaga kehangatan tubuh bayi dengan
cara membedongnya dengan kain yang bersih dan kering.
Ibu akan tetap menjaga kehangatan bayi.
127
3. Melihat bekas pelepasan tali pusat, pusat dalam keadaan kering dan tidak ada
tanda-tanda infeksi.
Tidak ada ditemukan tanda-tanda infeksi.
4. Memotivasi ibu untuk tetap memberikan ASI secara eksklusif sesuai kebutuhan
bayi selama minimal 6 bulan tanpa makan tambahan dan menyusui bayinya
sesering mungkin kurang lebih setiap 2 jam.
5. Mengingatkan kembali kepada ibu tanda bahaya pada bayi baru lahir.
Ibu masih ingat tanda-tanda bahaya bayi baru lahir.
Pembimbing Klinik Pelaksana Asuhan
(Afriana Am.keb) ( Ester Yossi M Simanjuntak)
128
3.4.2 DATA PERKEMBANGAN PADA 2 MINGGU NEONATUS
Tanggal pengkajian : Rabu. 6 Juni 2018 Pukul : 09.05 Wib
S
Ibu mengatakan bayinya sehat dan masih diberi ASI
O
1. Keadaan umum : baik, composmentis
2. Tanda vital
Nadi : 126x/i, Pernafasan : 50x/i,
Suhu : 36,40C BB : 3900gr
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala bersih dan tidak ada kotoran
b. Wajah bersih, tidak oedema dan tidak pucat, dan sklera putih
c. Refleks menghisap adekuat saat menyusui
A
Diagnosa : Neonatus normal 14 hari
Masalah : tidak ada
P
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan bayinya sehat
Ibu sudah mengetahui keadaan bayinya.
2. Memotivasi ibu untuk tetap memberikan ASI secara eksklusif sesuai kebutuhan
bayi selama minimal 6 bulan tanpa makan tambahan dan menyusui bayinya
sesering mungkin kurang lebih setiap 2 jam.
Ibu mengatakan akan memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
3. Menganjurkan pada ibu agar sebulan kemudian menimbangnya dan imunisasi.
Ibu mengerti dan akan membawa bayinya imunisasi sebulan kemudian.
4. Mengingatkan kembali kepada ibu tanda bahaya pada bayi baru lahir.
Ibu masih ingat tanda-tanda bahaya bayi baru lahir.
130
3.5 ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA BERENCANA
Tanggal : Jumat, 6 Juli 2018 Pukul : 15.00 Wib
S
1. Ibu mengatakan ingin menjadi akseptor KB suntik 3 bulan
2. Ibu mengatakan belum datang haid, saat ini sedang menyusui dan ingin
menjarangkan kehamilannya
3. Ibu mengatakan suaminya mendukung ibu untuk menggunakan alat kontrasepsi
O
1. Pemeriksaan Umum :
Keadaan umum : Baik, Composmentis. TTV : TD :110/80 mmHg, RR : 22 x/i, Pols :
78x/i, Suhu : 360C
2. Pemeriksaan Fisik
Wajah : tidak pucat dan tidak oedema, conjungtiva merah muda, sklera putih
Payudara : simetris, pengeluaran ASI lancar, puting susu menonjol, tidak lecet, tidak
ada benjolan
A
Ibu akseptor KB suntik 3 bulan
P
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaannya bahwa keadaan ibu sehat
2. Menjelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan, bahwa ibu akan disuntikkan
depoprovera secara IM pada bokong.
3. Menyiapkan obat dan alat (nald, spuit, depoprovera, kapas alkohol)
4. Melakukan injeksi depoprovera kepada ibu secara IM pada bokong.
5. Mengingatkan ibu tentang efek samping KB suntik 3 bulan, yaitu adanya
gangguan pola haid, perubahan berat badan, sakit kepala ringan dan lain
131
sebagainya, namun ibu tidak perlu khawatir karena KB suntik 3 bulan tidak
mempengaruhi ASI sehingga ibu tetap dapat menyusui bayinya.
6. Mencatat dan menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada tanggal 4
Oktober 2018.
Pembimbing Klinik Pelaksana Asuhan
(Afriana Am.keb) ( Ester Yossi M Simanjuntak)
132
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada pembahasan berkesinambungan (continuty care) ini, penulis
menyajikan kasus dengan membandingkan antar teori dengan asuhan yang
dilakukan penulis kepada Ny. NS sejak hamil trimester III sampai dengan masa
nifas dan KB di PMB AFRIANA Medan Denai didapatkan hasil berikut:
4.1 Kehamilan
a. Data Pengkajian
Pada pengkajian Ny. N dengan G2P1A0 sudah melakukan pemeriksaan ANC
sebanyak 5 kali, yaitu TM I 1 kali, TM II 1 kali, TM III 3 kali. Menurut Rukiyah,
2016, sasaran ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan konprehensif
sesuai standard minimal 4 kali selama kehamilan, yaitu: 1 kali pada TM I, , 1 kali
pada TM II, dan 2 kali pada TM III. Hal tersebut menunjukkan tidak adanya
kesenjangan teori dan paktik.
Menurut Buku KIA,2016 terdapat 10 standar pelayanan minimal dalam
asuhan kehamilan, yakni penimbangan berat badan dan ukur tinggi badan,
pengukuran tekanan darah, pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA),
pengukuran fundus uteri, pemberian imunisasi tetanus toksoid, pemberian tablet
penambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan, penentuan presentasi janin
dan denyut jantung janin, pelaksanaan temu wicara, pelayanan tes laboratorium
dan tatalaksana kasus. Hal tersebut menunjukkan adanya kesenjangan teori dan
praktik. Pemeriksaan kehamilan yang tidak dilakukan adalah pelayanan tes
laboratorium. Karena di tempat ibu melakukan ANC tidak ada pemeriksaan
laboratorium.
Pada kunjungan kedua ibu mengalami keluhan yaitu sering BAK pada malam hari.
Menurut Hutahaean (2013) hal ini diakibatkan tekanan pada kandung kemih karena
janin yang semakin membesar. Akibatnya kapasitas kandung kemih jadi terbatas
133
sehingga ibu sering ingin BAK. Pada kunjungan ketiga ibu mengatakan sakit pada
daerah pinggang. Hal ini diakibatkan karena pembesaran rahim.
b. Analisis
Setelah dilakukan pengkajian maka analisa data menurut asumsi penulis
adalah yaitu Ny. N dengan G2P1A0, hasil yang ditemukan adalah janin hidup,
tunggal, punggung kanan ibu, presentase kepala dan keadaan ibu dan janin baik.
Hal ini sesuai dengan teori varney yang mengatakan bahwa diagnosa disesuaikan
dengan kondisi hamil ibu.
c. Penatalaksanaan
Dari penatalaksanaan ibu hamil menganjurkan untuk memenuhi nutrisi yang
adekuat, pemberian tablet Fe, memberikan penkes tentang keluhan yang diraskan
ibu seperti sering BAK pada malam hari , sakit pada daerah pinggang, kebersihan
tubuh dan memberitahu tanda-tanda bahaya kehamilan. Asumsi penulis ibu hamil
normal. Menurut Hutahaean, 2013 untuk mengatasi ketidaknyamanan dapat
dilakukan dengan memberikan penjelasan tentang penyebab sering BAK adalah
perubahan fisiologis yang normal dialami pada kehamilan trimester III,
menganjurkan ibu untuk tidak minum 2-3 jam sebelum tidur dan menganjurkan
ibu mengosongkan kandung kemih sesaat sebelum tidur. Menurut sulistiyawati,
ukuran uterus pada kehamilan cukup bulan adalah 30x25x20 cm dengan
kapasitas lebih dari 4000 cc. Karena besar nya rahim, lengkungan tulang
belakang berubah sedemikian rupa sehingga pusat gravitasi tubuh berubah.
Pendapat lain menurut Hutahaean, 2013 sakit pada daerah pinggang bisa karena
ketegangan otot. Untuk mengatasinya anjurkan ibu untuk rutin berjalan kaki,
sekiranya 30 menit sehari dan hindari menggunakan sepatu hak tinggi.
134
4.2 Persalinan
Pada tanggal 23 Mei pukul 14.00 wib. Ny.N datang ke klinik dengan tanda keluar
lendir bercampur darah dari vagina serta nyeri dari perut sampai ke pinggang
yang semakin sering dan kuat.
a. Kala I
1. Pengkajian
Pada kala I dilakukan pengkajian pemeriksaan fisik, ibu tampak menahan kesakitan,
kontraksi semakin cepat, dan perubahan pada serviks, serta keluarnya lendir bercanbur
darah, ketuban utuh usia kehamilan 39-40 minggu. Pada pemeriksaan vital sign
tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80x/i, dan terdengar DJJ 140x/. Menurut asumsi
penulis proses persalinan Ny. M persalinan kala 1 normal sesuai dengan pendapat teori
(Elisabeth, 2016) yang mengatakan bahwa kontraksi semakin cepat, dan perubahan
pada serviks, keluar lendir bercampur darah, ketuban utuh. Pada pemeriksaan vital
sign, tekanan darah naik sistol 10 mg%, nadi meningkat menjadi 80x/i, dan terdengar
DJJ 140x/i. Hal ini menjunjukkan tidak ada kesenjangan antara tori dan praktek.
Pada tangga 23 mei 2018 pukul 14.00 dengan pembukaan 6 cm dan
pembukaan lengkap pada pukul 16.55. Menurut Rohani (2014), kala I adalah
waktu untuk pembukaan serviks menjadi pembukaan lengkap 10 cm. kala I
dibagi atas dua fase, yaitu : Fase laten dimana pembukaan serviks berlangsung
lambat dimulai sejak awal kontraksi sampai pembukaan 3 cm, berlangsung dalam
7-8 jam dan fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung selama 6
jam.Fase aktif dibagi menjadi Periode akselerasi : berlangsung selama 2 jam ,
pembukaan menjadi 4 cm, periode dilatasi maksimal : berlangsung selama 2 jam,
pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm, periode deselerasi : berlangsung
lambat, dalam 2 jam pembukaan jadi 10 cm atau lengkap. Menurut asumsi
penulis, pembukaan Ny. N bertambah sesuai dengan waktu yang teori katakan
disebabkan karena serviks ibu yang langsung menipis dan kontraksi yang baik.
2. Analisa
Ny. NS umur 29 tahun GIIPIA0 dengan diagnosa inpartu Kala I
135
3. Penatalaksanaan
Pada penatalaksanaan kala I penulis menganjurkan suami mendampingi ibu
selama proses persalinan, dan menganjurkan memberi minum saat tidak ada
kontrasi, menganjurkan ibu berjalan-jalan, jongkok dengan tujuan mempercepat
penurunan bagian presentasi janin dan mengelus-elus saat ada kontraksi pada
punggung ibu serta mengajarkan menarik nafas panjang saat kontraksi ada dan
mempersiapkan alat partus set. Hal ini sesuai dengan teori (Gavi, 2015) dan teori
(Sondakh,2013) mengatakan dalam proses persalinan suami dianjurkan
mendampingi istri, menganjurkan memberi minum saat tidak ada kontraksi,
mengelus-elus punggung ibu saat ada kontraksi pada punggung ibu serta
mengajarkan menarik nafas panjang saat ada kontraksi dan mempersiapkan
partus set.
b. Kala II
1. Pengkajian
Pada kala II dilakukan pemeriksaan fisik tampak ada rasa mules pada perut ibu yang
semakin sering, keluar air yang banyak dari kemaluan dan adanya dorongan ingin
mengedan pada ibu, terlihat ingin buang air besar, dan vulva membuka, kemudian
pimpin ibu untuk meneran sambil memberikan dukungan. Menurut asumsi penulis
proses persalinan Ny. M pada kala II telah berlangsung normal sesuai dengan pendapat
teori Sarwono (2014) tanda gejala kala II adalah ibu mempunyai keingan untuk
meneran, ibu merasa tekanan yang semakin kuat pada rectum dan vaginanya,
perineum menonjol dan menipis, vulva vagina dan sfingter ani membuka. Kala II pada
Ny. N berlangsung selama 45 menit dari pembukaan lengkap pukul 16.55 Wib sampai
bayi lahir spontan dan langsung menangis pukul 17.40 Wib. Menurut Kemenkes RI
(2013) lama kala II pada multipara berlangsung selama 0,5-1 jam. Berdasarkan
observasi penulis tidak ada kesenjangan yang terjadi pada teori dan praktik di
lapangan.
2. Analisis
Ny. NS GIIPIA0 inpartu kala II, keadaan umum ibu baik.
136
3. Penatalaksanaan
Pada penatalaksanaan kala II penulis mencuci tangan, menyiapkan pertolongan
persalinan, menyiapkan ibu dan kelurga untuk membantu proses meneran, persiapan
pertolongan kelahiran bayi, menolong kelahiran bayi. Hal ini sesuai dengan teori,
Sarwono (2014) yang termasuk dari 60 langkah APN. Hal ini terdapat kesenjangan
antara praktek dan teori. Dimana APD seperti kacamata dan penutup kepala tidak
digunakan.
c. Kala III
1. Pengkajian
Pada kala III dilakukan pengkajian di dapat Ny.NS melahirkan bayi pukul
17.40 ditemukan uterus keras dan bulat (globullar), tali pusat menjulur di vulva
dan memanjang. Hal ini sesuai dengan teori Rohani, 2014 tanda tanda lepasnya
plasenta adalah perubahan bentuk dan tinggi fundus uteri, tali pusat memanjang
atau terjulur melalui vagina, semburan darah tiba-tiba. Hal ini menjunjukkan
tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.
2. Analisa
Analisa data penurut penulis adalah yaitu Ny.NS dengan GIIPII inpartu kala III di
tandai dengan tali pusat bertambah panjang atau menjulur di vagina. Hal ini sesuai
dengan teori (Buku Panduan) mengakatan diagnosanya sesuai dengan nomenklatur
kebidanan.
3. Penatalaksanaan
Pada penatalaksanaan kala III penulis melakukan manajeman aktif kala III . Hal ini
sesuai dengan teori Rohani ( 2014) yang mengatakan untuk melahirkan plasenta
dilakukan manajemen aktif kala III . Pada penatalaksanaan kala III penulis melakukan
manajemen aktif kala III yaitu pemberian oksitoksin, penegangan tali pusat terkendali
dan masase uterus untuk meminimalkan kejadian komplikasi. Saat plasenta terlihat 1/3
di depan vulva, lahirkan plasenta dengan kedua tangan, kemudian memilin plasenta
searah jarum jam, lahir plasenta dan tempatkan plasenta ke piring plasenta dan
kemudian masase uterus selama 15 detik. Kala III berlangsung selama 10 menit,
137
plasenta dan selaput ketuban lahir lengkap dengan perdarahan ± 150 cc. Menurut
asumsi penulis, hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan antara teori dengan pratik
dikarenakan kala III Ny. E berlangsung selama 10 menit (Tidak lebih dari 30 menit) dan
berlangsung baik.
4. Kala IV
1. Pengkajian
Pada kala IV dilakukan pemeriksaan fisik, tampak wajah ibu senang setelah
kelahiran bayinya, pada pemeriksaan vital sign tekanan darah ibu 110/80 mmHg, nadi
80 x/i, suhu 37 0C, kontraksi baik, kandung kemih kosong, fundus uteri ibu 2 jari
dibawah pusat, terdapat robekan pada perineum dan perdarahan dalam batas normal.
2. Analisa
Analisa data penurut penulis adalah yaitu Ny.NS dengan GIIPII inpartu kala
IV. Hal ini sesuai dengan teori (Buku Panduan) mengakatan diagnosanya sesuai dengan
nomenklatur kebidanan.
3. Penatalaksanaan
Pada penatalaksanaan kala IV mengobservasi 15 menit sekali pada 1 jam
pertama, dimana penulis melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital 110/70
mmHg, nadi 80 x/i, tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus
baik, kandung kemih kosong, perdarahan ±15 cc ,kemudian pada 30 menit pada
1 jam berikutnya dilakukan, pemeriksaan tanda-tanda vital 110/70 mmHg, nadi
80 x/i, tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung
kemih kosong, perdarahan ±10 dan melakukan masage pada perut ibu. Hal ini
sesuai dengan teori (Prawiraharjo, 2014) yang mengatakan pada kala IV ini,
mengobservasi 15 menit sekali pada 1 jam pertama, dimana penulis melakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital adalah tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus
uteri 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong dan
sesuai dengan teori Rukiyah Hal ini menunjukkan tidak ada kesenjangan antara
teori dan praktek.
4.3 Nifas
138
Setelah plasenta lahir Ny. N berada dalam masa nifas. Masa nifas dialami
oleh Ny. N berjalan dengan baik karena tidak ada terjadi tanda-tanda bahaya pada
masa nifas. Menurut Vivian dan Tri Sunarsih (2011) masa nifas dimulai setelah
plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil.
Pelaksanaan masa nifas yang penulis lakukan pada Ny.N adalah kunjungan
masa nifas sebanyak 4 kali, yakni kunjungan pada 6-8 jam, 6 hari, 2 minggu dan 6
minggu. Menurut Kemenkes (2013) kunjungan masa nifas dilakukan minimal 4
kali, yakni pada 6-8 jam postpartum, 6 hari setelah persalinan, 2 minggu setelah
persalinan, dan 6 minggu setelah persalinan. Berdasarkan teori tersebut
pelaksanaan kunjungan masa nifas yang dilakukan tercapai dan tidak ada
kesenjangan teori dan praktik.
Kunjungan pertama tanggal 24 Mei 2018 pemeriksaan yang dilakukan pada
Ny.N yaitu TFU 2 jari dibawah pusat dan pengeluaran lochea warna merah
(rubra) dan tanda-tanda vital dalam batas normal, ibu telah memberikan ASI pada
bayinya dan bayi mau menyusui, dan ibu sudah dapat miring ke kiri atau ke kanan
dan ibu BAK ke kamar mandi.
Menurut Vivian dan Subarsih (2011) lokia rubra/ merah akan muncul pada
hari pertama sampai hari ketiga masa post partum. Menurut sulistiyawati (2009)
ambulasi awal dilakukan dengan gerakan miring ke kiri atau ke kanan dan jalan
jalan ringan. Menurut Puspita dan Kurnia (2014) hal yang perlu dipantau pada
kunjungan masa nifas 6-8 jam postpartum adalah mencegah perdarahan, pemberian
ASI awal, menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi. Berdasarkan
teori tersebut pelaksanaan kunjungan masa nifas yang dilakukan tercapai dan tidak
ada kesenjangan teori dan praktik.
Kunjungan kedua tanggal 29 Mei 2018 pemeriksaan keadaan ibu baik, TFU
berada di pertengahan simfisis dan pusat, pengeluaran lochea warna kuning
(sanguinolenta) dan tanda-tanda vital dalam batas normal. Tidak ada keluhan yang
dirasakan karena bayi menyusu dengan baik. Asuhan yang diberikan pada Ny.N
139
adalah mematikan involusio uterus berjalan dengan normal, mengingatkan ibu
istirahat yang cukup, nenebrikan konseling asuhan padan pada bayi.
Menurut Menurut Puspita dan Kurnia (2014) hal yang perlu dipantau pada
kunjungan masa nifas 6 hari postpartum adalah memastikan involusio uterus
berjalan dengan normal, memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup,
memastikan ibu mendapat makanan bergizi dan cukup cairan, memastikan ibu
menyusui dengan baik dan benar, serta memberikan konseling tentang perawatan
bayi baru lahir. Berdasarkan asuhan dan pemantauan yang dilakukan oleh penulis
tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek.
Kunjungan ketiga 2 minggu post partum tanggal 6 juni 2018 diperoleh TFU
sudah tidak teraba lagi dan lochea berwarna kuning. Menurut Vivian dan Sunarsih
(2011) perubahan pada sistem reproduksi pada masa nifas meliputi uterus, lokia,
involusio tempat plasenta, serviks, vagina dan perineum.. TFU pada 14 hari
postpartum tidak teraba, lochea serosa berlangsung dari hari ke-7 sampai 14
dengan warna kekuningan.
Pada kunjungan 6 minggu diperoleh TFU sudah tidak teraba lagi dan lochea
berwarna keputihan. Asuhan yang diberikan pada saat kunjungan ke dua yaitu
menanyakan kepada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialaminya, memberikan
konseling KB, menganjurkan ibu membawa bayinya ke posyandu atau puskesmas
untuk penimbangan dan imunisasi.
Hasil pemeriksaan tanda vital ibu dalam batas normal 120/80 mmHg, ibu
memilih KB suntik 3 bulan saja, ibu mengatakan ia tidak berani menggunakan
IUD/Implant dan suami juga tidak memberi izin untuk memakai KB tersebut.
4.4 Asuhan Bayi Baru Lahir
Pelaksanaan kunjungan bayi baru lahir pada bayi Ny. N dilakukan sebanyak 3
kali kunjungan, yaitu kunjungan pada 6-7 jam, 6 hari, 2 minggu. Menurut
140
Kemenkes (2013) kunjungan ulang minimal pada bayi baru lahir adalah pada usia
6-48 jam (KN1), pada usia 3-7 hari (KN2) dan pada 8-28 hari (KN).
Pukul 17.40 Wib bayi Ny.N lahir spontan, menangis kuat, warna kulit
kemerahan, berat badan 3400 gr dan panjang badan 49 cm. Menurut Sondakh
(2013) bayi baru lahir dikatakan normal bila, berat badan 2500-4000 gr dan
panjang badan 48-50cm. Hal tersebut menunjukkan tidak adanya kesenjangan
teori dan praktik di lapangan.
Pada 2 jam pemantauan setelah kelahiran telah dilakukan pencegahan
hipotermi dan perawatan tali pusat. Bayi mendapatkan Vit K dan salep mata.
Menurut Rukiyah (2013) asuhan segera setelah bayi baru lahir adalah pastikan
bayi tetap hangay, perawatan mata 1 jam pertama dengan memberi salep mata,
memberikan suntikan Vit.K yang bertujuan untuk mencegah perdarahan.
Berdasarkan asuhan dan pemantauan yang dilakukan oleh penulis tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan praktek.
Kujungan pertama neonatus (KN1) dilkukan pada saat bayi berumur 6 jam,
pada kunjungan ini dilakukan pemeriksaan fisik, bayi sudah dimandikan dan Vit.K
sudah diberikan dan sudah melakukan perawatan tali pusat dan Hb0 sudah
diberikan.
Pada kunjungan 6 hari neonates (KN2) diperoleh hasil tali pusat bayi sudah
putus, tali pusat sudah putus pada hari ke-4 tanggal 27 Mei 2018 dan tidak ada
tanda-tanda infeksi, tidak ada ikterus, bayi menyusu kuat, gerak bayi aktif dan
tidak ada tanda bahaya yang terlihat pada bayi. Asuhan yang diberikan pada
kunjungan ini sesuai dengan teori Kemenkes (2013) yaitu pemeriksaan fisik,dan
tanda bahaya yang terjadi.
Pada kunjungan ketiga 2 minggu, tidak ada penyulit, bayi tetap diberikan ASI
dan ibu sudah diingatkan untuk membawa bayi imunisasi. Menurut Marmi (2015),
imunisasi sebagai upaya untuk mencegah penyakit melalui pemberian kekebalan
tubuh yang dilaksanakan terus-menerus sehingga mampu memberikan
perlindungan kesehatan dan memutus rantai penularan.
141
4.5 Keluarga Berencana
Asuhan keluarga berencana yang dilakukan pada keluarga Ny. N dilakukan
untuk menunda kehamilan. Dimana Ny. N menginginkan kontrasepsi yang tidak
mengangu ASI karena ingin memberikan ASI Ekslusif kepada bayinya.
Berdasarkan hal tersebut penulis meyarankan dan memberikan konseling
kepada Ny.N. Ditinjau dari usia Ny. N saat ini, yaitu 28 tahun dengan secondypara
dan dalam masa nifas, alkon KB yang dianjurkan dapat digunakan MAL, KB
suntik 3 bulan, implan, AKDR. Berdasarkan konseling yang telah dilakukan, Ny.
N memilih alkon KB suntik 3 bulan. Menurut Handayani (2010) suntik 3 bulan
merupakan suntik yang berisi hormon prosgerteron.. Pemberian dilakukan setiap 3
bulan dengan cara disuntikkan IM pada daerah bokong.
Penatalaksanaan pada keluarga berencana penulis melakukan tindakan
pemantauan vital sign, menjelaskan tentang KB yang akan digunakan ibu,
menjelaskan bagaimana cara pemakaian nya, memberitahu keuntungan dan
kerugian KB Suntik 3 bulan. Dan sudah dilakukan tindakan penyuntikan secara IM
pada daerah bokong..
142
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Setelah dilakukan asuhan kebidanan secara continiuty of carepada Ny. N mulai
dari masa hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB di dapat kesimpulan
sebagai berikut:
a. Kehamilan
Ny. NS umur 29 tahun GIIPIA0 melakukan kunjungan ANC sebanyak 5 kali
yaitu TM I 1 kali, TM II 2 kali dan TM III 3 kali. Dapat disimpulkan bahwa ibu
melakukan kunjungan ANC sesuai dengan stnadar. Ny. NS sudah mendapatkan
asuhan pelayanan ANC dengan standard 10 T kecuali pemeriksaan laboratorium
rutin dan khusus. Tidak dijumpai penyulit selama kehamilan, keluhan yang dialami
ibu masih dalam batas normal dan dapat diatasi dengan pemberian penkes dan
standar antenatal yang belum diberikan pada ibu adalah imunisasi TT. Pelaksanaan
asuhan kebidanan pada ibu hamil, sesuai dengan pola pikir dengan melakukan
pendokumentasian dengan metode SOAP. Apabila digunakan Contuinity Of Care
maka kehamilan ibu dapat berjalan dengan baik.
b. Persalinan
Dari kala I sampai dengan kala IV, dilakukan sesuai dengan Asuhan Persalinan
Normal. Dan termasuk asuhan sayang ibu, terbukti dari cara bidan untuk memberi
motivasi dan simpati berupa sentuhan kepada ibu untuk membuat ibu nyaman dan
tenang dalam menghadapi persalinan. Keadaan ibu dan bayi baik tanpa ada penyulit
maupun komplikasi.
c. Nifas
Pada Ny. NS dilakukan sebanyak 4 kali yaitu 6 jam, 6 hari, 2 minggu dan 6
minggu post partum dengan tujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir,
mencegah dan mendeteksi, serta melayani masalah yang terjadi. Pada
143
pelaksananaan asuhan kebidanan pada Ny. NS telah dilakukan sesuai dengan
standar pelayanan dan berdasarkan teori yang ada dengan praktik yang nyata. Dari
hasil asuhan yang dilakukan pada Ny. NS masa nifas berjalan dengan normal tanpa
ditemukan masalah ataupun penyulit.
d. Bayi Baru Lahir
Asuhan pada BBL dilakukan sebanyak 3 kali yaitu kunjungan 6 jam,6 hari dan 2
minggu. Selama memberikan asuhan, tidak ditemukan penyulit ataupun komplikasi.
Tali pusat putus pada hari ke 4 dan tidak ditemui perdarahan atau pun infeksi, bayi
tetap diberi ASI eksklusif dan bayi menyusui dengan kuat.
e. Keluarga Berencana
Pada Ny. NS setelah masa nifas 42 hari adalah penulis memberikan konseling
interpersonal mengenai KB dan menjelaskan macam-macam KB. Setelah
melakukan konseling Ny. NS memilih untuk melakukan pemasangan implant. Ibu
memilih implant untuk menunda kehamilan.
5.2 SARAN
a. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan asuhan kebidanan secara Continuity Of Care dapat dilakukan
sejak mahasiswa melakukan PKK 2 pada ibu hamil agar pemantauan dan deteksi
dini komplikasi pada ibu dan bayi dapat ditingkatkan untuk menurunkan angka
kematian ibu dan bayi di masyarakat. Dan diharapkan agar memfasilitaskan
mahasiswa untuk melakukan pemeriksaan di poliklinik. Semoga Laporan Tugas
Akhir ini dapat menjadi bahan referensi di perpustakaan Jurusan Kebidanan
Medan dan sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya.
b. Bagi Bidan di PMB AFRIANA
Diharapkan bidan di PMB AFRIANA menerapkan standar 10T dalam
pemberian asuhan kehamilan,melakukan skrining pda ibu hamil, memakai APD
secara lengkap dalam menolong persalinan agar terhindar dari masalah yang
mungkin terjadi seperti penyakit menular. Dan dianjurkan untuk mengadakan
jadwal senam pada ibu nifas, dan melakukan pijat bayi di klinik.
144
c. Bagi Penulis
Diharapkan mampu menerapkan asuhan pelayanan kebidanan kepada
masyarakat serta dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam
melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif terhadap klien.
145
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Maya. 2017. Buku Pintar Kehamilan. Jakarta : Graha Ilmu
Dewi, M.,dkk. 2011. Buku Ajar Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta: TIM.
Dinas Kesehatan Sumatra Utara. 2014. Profil Kesehatan Sumatra Utara 2014.
http://www.google.co.id/www.depkes.go.idPROFIL_KES_PROVINSI_2014%2F02
_Sumut_2014.pdf (diunduh 25 januarai 2018).
Handayani, S. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka
Rihama.
___________. 2014. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:
Pustaka Rihama.
Hutahaean, Serri. 2013. Perawatan Antenatal. Jakarta : Salemba Medika.
Kemenkes. 2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Gavi.
Kemenkes RI. 2016.Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Kementrian Kesehatan
dan JICA
Kemenkes. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2015.http//www.depkes.go.id/profil-
kesehatan-indonesia dan maternal mortality.pdf (diakses tanggal 10 Februari
2018)
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Ibu.
Mangkuji,dkk. 2012. Asuhan Kebidanan : 7 Langkah SOAP. Jakarta: EGC
Marmi. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
_____ dan Kukuh Rahardjo. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Meliani, N.,dkk. 2010. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Fitramaya.
146
Nanny, Vivian dan Tri Sunarsih.2014. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta:
Salemba Media.
Nugroho, Taufan, dkk. 2014. Buku Ajar Askeb 1 Kehamilan. Yogyakarta : Nuha
Medika
Jannah, Nurul. 2017. ASKEB II Persalinan Berbasis Kompetensi, Jakarta : EGC
Rukiyah A.Y. dan Lia Y. 2011. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan ). Jakarta: TIM
_________. 2014 . Asuhan Kebidanan II (Persalinan) . Jakarta: TIM
_________. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: TIM
Rohani, dkk. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba
Medika.
Saifuddin, A.B. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
____________. 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Saleha,S. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba.
Sari, Eka dan Kurnia. 2014 . Asuhan Kebidanan Masa Nifas (Postnatal Care).
Jakarta: TIM
Sarwono. 2013. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Sulistiyawati, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta:
ANDI.
_____________. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba
Medika.
Sondakh. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta:
Erlangga
Walyani, E. S. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press.
147
________,dkk. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir .
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Yanti, Damai dan Dian S. 2016. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas: Belajar
Menjadi Bidan Profesional. Bandung: Refika Aditama.