LAPORAN PRATIKUM PEMBESARAN PERIKANAN TAWAR

33
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PEMBESARAN PERIKANAN TAWAR Oleh Kelompok 1 Dina Septalia Lestari B0A012003 Endang Trimurti B0A012009 Ahmad Abdurrahman B0A012014 Margareta Ria S B0A012019 Rosyad Khoirun Nasir B0A012026 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Transcript of LAPORAN PRATIKUM PEMBESARAN PERIKANAN TAWAR

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PEMBESARAN PERIKANAN TAWAR

Oleh Kelompok 1

Dina Septalia LestariB0A012003Endang Trimurti B0A012009Ahmad Abdurrahman B0A012014Margareta Ria S B0A012019Rosyad Khoirun Nasir B0A012026

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGIPROGRAM STUDI D-III PENGELOLAAN SUMBERDAYA

PERIKANAN DAN KELAUTANPURWOKERTO

2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat

dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan

Praktikum mata kuliah Teknik Pembesaran Perikanan

Tawar. Laporan praktikum Teknik Pembesaran Perikanan

Tawar ini dibuat guna memenuhi persyaratan mengikuti

ujian akhir praktikum mata kuliah Teknik Pembesaran

Perikanan Tawar di Fakultas Biologi Universitas

Jenderal Soedirman Purwokerto.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan

ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai

pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis

ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Seluruh staf dosen mata kuliah Teknik Pembesaran

Perikanan Tawar Fakultas Biologi, Program Studi D-

III Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Dan Kelautan,

Universitas Jenderal Soedirman.

2. Semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan

ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per

satu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini

jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua

pihak untuk pengembangan penulisan selanjutnya dan demi

penyempurnaan laporan ini. Penulis berharap semoga

laporan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Purwokerto, Juli 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL.......................................

i

KATA PENGANTAR.....................................

...................................................ii

DAFTAR ISI ........................................

...................................................iii

I. MENGUKUR HUBUNGAN PANJANG DAN BERAT IKAN

II. MEMBUAT BAK TERPAL

ACARA IMENGUKUR HUBUNGAN PANJANG DAN BERAT IKAN

Oleh Kelompok 1

Dina Septalia LestariB0A012003Endang Trimurti B0A012009Ahmad Abdurrahman B0A012014Margareta Ria S B0A012019Rosyad Khoirun Nasir B0A012026

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS BIOLOGI

PROGRAM STUDI D-III PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN

PURWOKERTO

2014I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran, baik

panjang maupun berat. Pertumbuhan dipengaruhi faktor

genetik, hormon, dan lingkungan (zat hara). Ketiga

faktor tersebut bekerja saling mempengaruhi, baik dalam

arti saling menunjang maupun saling menghalangi untuk

mengendalikan perkembangan ikan (Fujaya,1999).

Berat dapat di anggap sebagai suatu fungsi dari

panjang.hubungan panjang dan berat hamper mengikuti

hukum kubik yaitu berat ikan sebagai pangkat tiga dari

panjangnya. Tetapi hubungan yang terdapat pada ikan

sebenarnya tidak tidak demikian karena bentuk dan

panjang ikan berbeda-beda (Effendi, 2002).

Perbedaan nilai b pada ikan tidak saja antara populasi

yang berbeda dari spesies yang sama, tetapi juga antara

populasi yang sama pada tahun–tahun yang berbeda yang

barangkali dapat diasosiasikan dengan kondisi nutrisi

mereka. Hal ini bisa terjadi karena pengaruh faktor

ekologis dan biologis (Ricker, 1975).

Ukuran ikan ditentukan berdasarkan panjang atau

beratnya. Ikan yang lebih tua, umumnya lebih panjang

dan gemuk. Pada usia yang sama, ikan betina biasanya

lebih berat dari ikan jantan. Pada saat matang telur,

ikan mengalami penambahan berat dan volume. Setelah

bertelur beratnya akan kembali turun. Tingkat

pertumbuhan ikan juga dipengaruhi oleh ketersediaan

makanan dilingkungan hidupnya (Poernomo, 2002 ).

Pengukuran panjang ikan dalam penelitian biologi

perikanan hendaknya mengikuti suatu ketentuan yang

sudah lazim digunakan. Dalam hal ini panjang ikan dapat

diukur dengan menggunakan sistem metrik ataupun sistem

lainnya (Effendie, 1979).

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui

hubungan panjang dan berat ikan.

C. Manfaat

Manfaatnya sebagai informasi dasar dengan menambah

wawasan mengenai hubungan panjang dan berat ikan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran, baik

panjang maupun berat. Pertumbuhan dipengaruhi faktor

genetik, hormon, dan lingkungan (zat hara). Ketiga

faktor tersebut bekerja saling mempengaruhi, baik dalam

arti saling menunjang maupun saling menghalangi untuk

mengendalikan perkembangan ikan (Fujaya,1999).

Berat dapat di anggap sebagai suatu fungsi dari

panjang.hubungan panjang dan berat hampir mengikuti

hukum kubik yaitu berat ikan sebagai pangkat tiga dari

panjangnya. Tetapi hubungan yang terdapat pada ikan

sebenarnya tidak tidak demikian karena bentuk dan

panjang ikan berbeda-beda (Effendi, 2002).

Perbedaan nilai b pada ikan tidak saja antara populasi

yang berbeda dari spesies yang sama, tetapi juga antara

populasi yang sama pada tahun–tahun yang berbeda yang

barangkali dapat diasosiasikan dengan kondisi nutrisi

mereka. Hal ini bisa terjadi karena pengaruh faktor

ekologis dan biologis (Ricker, 1975).

Ukuran ikan ditentukan berdasarkan panjang atau

beratnya.Ikan yang lebih tua, umumnya lebih panjang dan

gemuk. Pada usia yang sama, ikan betina biasanya lebih

berat dari ikan jantan. Pada saat matang telur, ikan

mengalami penambahan berat dan volume. Setelah bertelur

beratnya akan kembali turun. Tingkat pertumbuhan ikan

juga dipengaruhi oleh ketersediaan makanan dilingkungan

hidupnya (Poernomo, 2002 ).

Pengukuran panjang ikan dalam penelitian biologi

perikanan hendaknya mengikuti suatu ketentuan yang

sudah lazim digunakan.Dalam hal ini panjang ikan dapat

diukur dengan menggunakan sistem metrik ataupun sistem

lainnya (Effendie, 1979).

Faktor kondisi ini menunjukan keadaan ikan, baik

dilihat dari kapasitas fisik maupun dari segi survival

dan reproduksi. Dalam penggunaan secara komersial,

pengetahuan kondisi ikan dapat membantu untuk

menentukan kualitas dan kuantitas daging ikan yang

tersedia agar dapat dimakan. Faktor kondisi nisbih

merupakan simpangan pengukuran dari sekelompok ikan

tertentu dari berat rata-rata terhadap panjang pada

kelompok ikan tertentu dari berat rata-rata terdapat

panjang gelombang umurnya, kelompok panjang atau bagian

dari populasi (Weatherley, 1972 dalam Yasidi,dkk 2005).

III. MATERI DAN METODE

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah

timbangan, nampan, ember, milimeter blok, serok dan

alat tulis.

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah

ikan nila dan ikan nilem.

B. Cara kerja

1. Ikan Sampel disiapkan sebanyak 45 ekor dan alat-

alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran.

2. Dilakukan penimbangan bobot ikan dengan

menggunakan alat timbangan.

3. Ditentukan karakter apasaja yang akan diukur .

4. Setelah itu dilakukan pengukuran panjang total

dengan menggunakan milimeter blok. Panjang total

diukur mulai dari ujung mulut terdepan sampai

bagian ujung ekor paling belakang.

5. Dilakukan pengukuran panjang standar dengan

menggunakan milimeter blok.

6. Setelah itu dilakukan pengamatan kembali pada

akhir praktikum.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1 Pengukuran Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

No

.

Panjang

Awal

(cm)

Berat

Awal

(gr)

Panjang

Akhir

(cm)

Berat

Akhir

(gr)1 6,8 6 7 5,262 8,5 7 6,3 4,263 7,6 6,5 6 3,804 5,9 4 6,3 3,995 6,5 6 6,5 4,266 8,8 11 5,5 2,917 7,4 6 4,8 1,968 6,5 6,5 5,7 3,459 6 4 6,7 4,6010 7 6 6,8 5,0411 5,5 5 5,7 2,9512 5,7 4 5,5 3,1713 5 4 5,8 3,0314 5,8 4 5,5 2,5415 5,5 5 5,8 2,90

Tabel 2 Pengukuran Ikan Nilem (Osteochillus hasselti)

No

.

Panjang

Awal

(cm)

Berat

Awal

(gr)

Panjang

Akhir

(cm)

Berat

Akhir

(gr)

1 8 7,5 6,8 3,192 7,5 7 9,3 8,733 7 4 8 5,644 10,5 13 8 5,155 7,5 7 7,5 4,866 7,5 5 7,9 4,797 9 8 7,5 4,458 9,5 8 7,5 4,529 7 6 7,5 4,1610 7,5 5 7,4 4,8111 7 4 7,5 4,8712 8 7,5 6,8 3,2113 8,5 7,7 7 3,4014 9 8 7,5 3,8515 7,5 5 6,8 3,25

Tabel 3 Pengukuran polikultur Ikan Nila (Oreochromis

niloticus) dan Ikan Nilem (Osteochillus hasselti)

No

.

Indiv

idu

Panjang

Awal

(cm)

Berat

Awal

(gr)

Panjang

Akhir

(cm)

Berat

Akhir

(gr)1 Nila 6,8 6 7,5 7,332 Nila 7,6 6,5 8,5 9,93 Nila 5,9 4 6,9 4,824 Nila 6,5 6 7 5,165 Nila 6,5 6,5 6,9 5,286 Nila 5,7 4 6,5 4,337 Nila 7 6 7,6 7,34

8 Nilem 8 7,5 10 12,229 Nilem 7,5 7 7,5 7,3010 Nilem 10,5 13 9,5 7,2611 Nilem 7 4 7,9 4,7112 Nilem 9 8 9 6,4513 Nilem 9,5 8 8,9 7,5414 Nilem 7,5 7 7,2 4,6515 Nilem 7,5 5 7,8 5,55

B. Pembahasan

Pertumbuhan ikan merupakan hasil dari konsumsi,

asimilasi makanan oleh tubuh organism. Seperti hewan

yang lain, prosses pertumbuhan ikan tergantung jenis

ikan dan kemampuan hidupnya beserta lingkungannya.

Persediaan makanan yang terbatas kemungkinan dapat

menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan kecilnya tubuh

ikan. Tetapi pada ikan ukuran kecil seperti anohovy,

gambusid, dan sebagainya. Jumlah populasi juga

tergantung adanya predator (Dani dan Sutjiati, 1985).

Berdasarkan dari data pengamatan didapatkan hasil

yaitu dari awal hingga akhir pemeliharaan pada ikan

nila (Oreochromis niloticus) telah mengalami pertumbuhan

panjang dan berat, tetapi ada beberapa ikan yang

mengalami penurunan berat tubuh. Ikan nila yang

mengalami pertumbuhan paling cepat pada akhir

pemeliharaan mempunyai panjang 7 cm dan berat 5,26 gr,

serta ikan yang pertumbuhannya paling lambat mempunyai

panjang 4,8 cm dan beratnya 1,96 gr. Pertumbuhan juga

ada yang cepat dan ada yang lambat pada pemeliharaan

ikan nilem (Osteochillus hasselti). Ikan nilem yang mengalami

pertumbuhan paling cepat pada akhir pemeliharaan

mempunyai panjang 9,3 cm dan berat 8,73 gr. Pada akhir

pemeliharaan ikan nilem banyak ikan yang mengalami

penurunan berat tubuh. Ikan nilem yang pertumbuhannya

lambat mempunyai panjang 6,8 cm dan berat 3,19 gr. Hal

ini dapat disebabkan oleh padat penebaran dan pemberian

pakan yang tidak merata. Sedangkan pada pemeliharaan

polikultur dengan memelihara ikan nila dan nilem secara

bersamaan didapatkan hasil pengamatan yaitu terdapat

ikan yang pertumbuhannya lebih cepat dan ada pula ikan

yang pertumbuhannya lambat, selain itu terjadi

penurunan berat pada beberapa ikan. Dalam pemeliharaan

antara ikan nilem dan ikan nila ini, pertumbuhan yang

lebih cepat di alami oleh ikan nilem. Hal ini dapat

disebabkan karena adanya faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan seperti suhu air, kandungan oksigen

terlarut dan ammonia, salinitas dan fotoperiod. Faktor-

faktor tersebut berinteraksi satu sama lain dan

bersama-sama dengan faktor-faktor lainnya seperti

kompetisi, jumlah dan kualitas makanan, umur dan

tingkat kematian mempengaruhi laju pertumbuhan ikan.

Pengukuran berat dari berbagai penimbangan ikan

yang paling tepat adalah dengan menggunakan timbangan

duduk dan timbangan gantung, adapan keuntungan yang

dimiliki dari kedua timbangan ini adalah bekerjanya

lebih teliti, pengaruh dari luar seperti angin dapat

dikurangi, serta pendugaan pertama terhadap berat ikan

yang ditimbang tidak perlu dilakukan, karena secara

langsung dapat menunjukkan beratnya (Abdul, 1985).

Pengukuran panjang ikan dalam penelitian biologi

perikanan hendaknya mengikuti suatu ketentuan yang

sudah lazim digunakan. Dalam hal ini panjang ikan dapat

diukur dengan menggunakan sistem metrik ataupun sistem

lainnya (Effendie, 1979). Lebih lanjut dikatakan bahwa

dalam pengukuran tersebut nantinya akan diperoleh nilai

b, yang ikut menentukan seimbang tidaknya antara berat

dan panjang ikan. Dimana nilai b yang mungkin muncul

adalah b<3, b=”3″>3.

Istilah pembesaran berkaitan erat dengan

pertumbuhan ukuran baik bobot maupun panjang dalam satu

periode waktu tertentu. Adapun pengertian lain,

pertumbuhan adalah pertambahan ukuran baik panjang

maupun berat. Menurut Fujaya (1999) menyatakan bahwa

pertumbuhan adalah pertambahan ukuran, baik panjang

maupun berat. Pertumbuhan dipengaruhi faktor genetic,

hormone, dan lingkungan (zat hara). Ketiga faktor

tersebut bekerja saling mempengaruhi, baik dalam arti

saling menunjang maupun saling menghalangi untuk

mengendalikan perkembangan ikan.

Hubungan panjang dan berat ikan memberikan suatu

petunjuk keadaan ikan baik itu dari kondisi ikan itu

sendiri dan kondisi luar yang berhubungan dengan ikan

tersebut. Diantaranya adalah keturunan,sex, umur,

parasit dan penyakit. Pada keturunan yang berasal dari

alam sangat sulit di control, untuk mendapatkan

pertumbuhan yang baik, ikan mempunyai kecepatan

pertumbuhan yang baik, ikan mempunyai kecepatan

pertumbuhan yang berbeda pada tingkat umur dimana waktu

muda pertumbuhan cepat, dan ketika tua menjadi lamban,

dan parasit dan penyakit sangat mempengaruhi bila yang

diserang adalah organ-organ pencernaan. Faktor luar

yang utama adalah makanan dan suhu perairan makanan

dengan kendungan nutrisi yang baik akan menunjang

pertumbuhan dari ikan tersebut sedangkan suhu akan

mempengarihi prooses kimiawi tubuh (Effendie, 2002).

Hubungan panjang-berat ikan merupakan salah satu

informasi pelengkap yang perlu diketahui dalam kaitan

pengelolaan sumber daya perikanan, misalnya dalam

penentuan selektifitas alat tangkap agar ikan–ikan yang

tertangkap hanya yang berukuran layak tangkap

(Vanichkul & Hongskul dalam Merta, 1993). Lebih lanjut

Richter (2007) & Blackweel (2000), menyebutkan bahwa

pengukuran panjang–berat ikan bertujuan untuk

mengetahui variasi berat dan panjang tertentu dari ikan

secara individual atau kelompok-kelompok individu

sebagai suatu petunjuk tentang kegemukan, kesehatan,

produktifitas dan kondisi fisiologis termasuk

perkembangan gonad. Analisa hubungan panjang-berat juga

dapat mengestimasi faktor kondisi atau sering disebut

dengan index of plumpness, yang merupakan salah satu hal

penting dari pertumbuhan untuk membandingkan kondisi

atau keadaan kesehatan relatif populasi ikan atau

individu tertentu (Everhart & Youngs, 1981).

Menurut Heru Susanto (1988), bahwa untuk

memperoleh pertumbuhan yang optimal makanan ikan harus

mengandung gizi yang cukup. Makanan ikan sebagian besar

dipergunakan sebagai sumber tenaga dan mempertahankan

kondisi, sedangkan selebihnya dipakai sebagai

pertumbuhan badannya.

V. KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapatkan yaitu

1. Mahasiswa dapat mengetahui pertumbuhan ikan dengan

mengukur hubungan antara panjang dan berat ikan.

2. Pertumbuhan pada ikan nila dan ikan nilem ada yang

cepat dan ada yang lambat. Hal ini dipengaruhi oleh

faktor genetik, hormon, dan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, R. 1985. Ekologi Ikan. Fakultas PerikananUniversitas Brawijaya, Malang.

Blackweel, B.G., M.L. Brown & D.W. Willis. 2000.Relative weight (Wr) status and current use infisheries assessment and management. Reviews infisheries Science, 8: 1-44.

Dani, Abdul R dan Sutjiati. 1985. Ekologi Ikan.Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang.

Efendi, H., 2002. Telaah Kualitas Air Bagi PengelolaanSumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius;Yogyakarta.

Effendie, I.M., 1979. Biologi Perikanan. Fakultas

Perikanan IPB, Bogor.

Everhart, W.H., W.D. Youngs. 1981. Principles offishery Science. 2nd Edition Comstock PublishingAssociates, a division of Cornell UniversityPress, London.

Fujaya, Y., 1999. Fisiologi ikan.Rineka Cipta; Jakarta.

Heru Susanto, 1988. Budidaya Ikan Di Pekarangan.Penebar Swadaya, Jakarta.

Merta, I.G.S. 1993. Hubungan panjang – berat dan faktorkondisi ikan lemuru, Sardinella lemuru Bleeker, 1853dari perairan Selat Bali. Jurnal PenelitianPerairan Laut, 73 : 35 - 44.

Ricker, W.E. 1975. Computation and interpretation ofbiological statistics offish populations. Fish. Res. Bd. Can. Bull. 191: 382pp.

Richter, T.J. 2007. Development and evaluation ofstandard weight equations for bridgelip sucker andlargescale sucker. North American Journal ofFisheries Management, 27: 936-939.

Yasidi, F.,Aslan L.M, Asriyana., Rosmawati, 2005.Penuntun Praktikum Biologi Perikanan. FakultasPerikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Haluoleo.Kendari

ACARA IIMEMBUAT BAK TERPAL

Oleh Kelompok 1

Dina Septalia LestariB0A012003Endang Trimurti B0A012009Ahmad Abdurrahman B0A012014Margareta Ria S B0A012019Rosyad Khoirun Nasir B0A012026

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGIPROGRAM STUDI D-III PENGELOLAAN SUMBERDAYA

PERIKANAN DAN KELAUTANPURWOKERTO

2014I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemenuhan ikan air tawar yang ada di pasaran

sebagian besar berasal dari hasil budi daya, bukan dari

hasil penangkapan.Oleh karena itu saat ini budi daya

ikan air tawar merupakan alternatif untuk menghasilkan

ikan konsumsi.Namun untuk memperoleh hasil yang optimal

tentu dibutuhkan sarana dan prasarana produksi yang

menunjang diantaranya adalah kolam sebagai media budi

daya.

Usaha budidaya ikan tidak harus dilakukan di

tempat yang luas, banyak air dan modal yang besar.

Budidaya ikan juga bisa memanfaatkan keterbatasan lahan

dan modal usaha, tetapi bisa mendapatkan hasil yang

optimal dan menguntungkan.Salah satu alternatif yang

dapat diambil dan mudah dilakukan adalah membuat kolam

pemeliharaan ikan dari terpal plastik.

Pembuatan kolam terpal untuk budidaya ikan

terbilang mudah, sehingga setiap orang dapat membuatnya

dan tidak membutuhkan biaya yang terlalu besar bila

dibandingkan dengan kolam tanah atau tembok. Tidak

heran bila saat ini kolam terpal semakin banyak

digunakan sebagai media pemeliharaan ikan. Berbagai

alasan tentu saja menyertai semakin maraknya penggunaan

kolam tersebut. Proses pembuatannya yang relative

cepat, mudah dan murah merupakan alasan kenapa

masayarakat memilih kolam terpal.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk membuat bak

terpal.

C. Manfaat

Manfaatnya sebagai agar mahasiswa mampu membuat

bak terpal.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Faktor penting yang harus diperhatikan dalam

pembuatan kolam terpal:

a. Jenis ikan yang akan dibudidayakan.Hal ini penting

karena tidak semua jenis ikan cocok dibudidayakan

dalam kolam terpal.

b. Ukuran ikan.Ukuran ikan yang dibudidayakan

berpengaruh terhadap ketingian kolam. Sebagai

contoh untuk benih ikan gurame dan benih ikan lele

tidak memerlukan kolam yang dalam tetapi cukup

dengan ketinggian air 20 – 30 cm.

c. Keseimbangan antara volume air denga kerangka

penyangga harus kuat.

d. Dasar kolam tempat peletakan terpal harus rata.

Sebaiknya dasar kolam harus diratakan dahulu dan

bebas dari berbagai materialyang dapat merusak

terpal.Lapisi dasar kolam dengan serbuk gergaji

atau sekam setebal 5 cm sebelum terpal dipasang.

Begitu pula dengan kerangka/bingkai terpal tidak

berbahan tajam yang membuat terpal robek. Jika

kerangka terbuat dari besi jangan menggunakan besi

yang mudah berkarat karena bisa membuat terpal

mudah sobek.

e. Saluran pembuangan air kolam.

Bila saluran pembuangan air kolam dibuat dengan

cara melubangi bagian dasar terpal, sebaiknya dilakukan

dengan hati-hati dan pastikan terpal tidak bocor. Untuk

lebih aman sebaiknya saluran pembuangan air kolam

menggunakan system kapiler dengan selang sedot.

JENIS – JENIS KOLAM TERPAL

Terpal memiliki beberapa keunggulan yaitu murah,

efisien, tersedia dalam berbagai ukuran serta dapat

ditempatkan diberbagai lokasi. Berdasarkan

peletakkannya, kolam terpal dapat dibagi menjadi dua :

a. Kolam terpal diatas permukaan tanah

Kolam terpal diatas permukaan tanah adalah kolam

terpal yang dibuat diatas permukaan tanah tanpa

menggali permukaan tanahnya.Badan/kerangka kolam dubuat

dengan menggunakan kerangka dari kayu, bambu, batu bata

atau besi. Konstruksi kolam seperti ini mudah dalam

pengeluaran air pada saat akan panen.

Bahan kerangka kolam, baik cagak penyangga

horisontalnya dapat dibuat dari kayu, bambu, pipa

ledeng atau batu bata. Untuk ukuran kolam tidak ada

aturan baku yang akan dijadikan patokan. Hanya saja

para pembudidaya umumnya membuat kolam dengan ukuran

sesuai dengan ukuran terpal, misalnya 2 X 3 X 1 m, 4 X

5 x 1 m atau 4 X 8 X 1 m.

b. Kolam terpal di dalam tanah

Kolam terpal dalam tanah yaitu kolam yang dibuat

dengan cara menggali dasar tanah terlebih dahulu untuk

memendam terpal sebagian atau seluruhnya. Bila terpal

yang dimasukan kedalam tanah hanya sebagian saja, maka

keliling kolam bagian atas harus diberi kerangka

sebagai penyangga terpal bagian atas.Namun jika terpal

tertanam seluruhnya kedalam tanah maka sepanjang tepian

terpal harus diikat atau dipasak dengan tongkat kayu

atau bambu agar berdiri tegak (Mubyarto, 1999).

III. MATERI DAN METODE

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah

gergaji, paku, meteran, spidol, palu, aerator dan

penggaris.

Bahan yang digunakan adalah papan, terpal,sterefoam,

ikan nila dan ikan nilem.

B. Cara kerja

1. Ukuran bak terpal sitentukan terlebih dahulu

dengan panjang 3 m x 1,2 m x 40 cm dan papan

diukur dengan mengunakan meteran.

2. Papan dipotong sesuai ukuran dengan mengunakan

gergaji.

3. Papan yang sudah dipotong di paku dengan palu.

4. Setelah semua papan disatukan dan dirakit hingga

menjadi bak, lalu sterefoam di pasang pada dasar

bak.

5. Dilanjutkan dengan pemasangan terpal pada kerangka

papan lalu dirapikan setiap sudutnya dan terpal

dipaku pada papan agar kuat.

6. Setelah selesai bak diisi air dan direndam selama

24 jam kemudian masukan ikan nila dan ikan nilem.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 1 kerangka bak

terpal

Gambar 2 Pemasangan

Sterefoam

Gambar 3 Pemasangan Terpal dan Pengisian Air

B. Pembahasan

Kolam terpal adalah kolam yang terbuat dari bahan

terpal tahan air. Kolam terpal ini merupakan salah satu

cara budidaya ikan baik ikan lele, nila dan lain lain

yang biayanya relatif murah jika dibandingkan dengan

kolam lain seperti kolam tanah dan kolam semen.

Cara Membuat Kolam Terpal

Pada dasarnya membuat kolam terpal cukup mudah,

yang terpenting harus memperhatikan kekuatan konstruksi

dalam menahan beban air dan ikan yang dipelihara.

Disamping itu kolam tidak boleh bocor. Berikut ini

disajikan cara membuat kolam terpal yang menggunakan

kerangka bambu.

A. Persiapkan bambu yang akan digunakan sebai

kerangka. Pasang bambu sebagi pasak atau tonggak

sepanjang keliling kolam sesuai ukuran yang

diinginkan atau sesuai ukuran terpal yang telah

dipersiapkan. Banyaknya tiang tonggak disesuaikan

dengan ukuran kolam . Paling sediit setiap satu

meter terdapat satu tiang pasak/tonggak. Kolam

terpal dapat dibuat dengan ukuran 2 X 3 X 1 m, 4 X

5 x 1 m atau 4 X 8 X 1 m.

B. Selanjutnya pasang belahan bambu secara melintang

atau horizontal di sebelah dalam tiang pasak atau

tonggak dengan dipakukan pada tiang pasak/tonggak

tersebut. Untuk ketinggian satu meter paling

sedikit diperlukan 6 belah bambu.

C. Siapkan terpal yang tepiannya sudah dibuat lubang

– lubang dari ring logam. Untuk kolam yang

berukuran 2 X 3 X 1 m, luasa terpalnya 4 X 5 m.

Sedangkan kolam ukuran 4 X 5 X 1 m, luas terpalnya

6 X 7 m. Setelah kerangka siap digunakan, pasang

terpal di bagian dalam kerangka bamboo tadi,

kemudian ikat terpal pada sertiap lobangnya

sekeliling kerangka bambu. Pastikan terpal sudah

terpasang dengan rapih dan siap untuk diisi air.

D. Pasang pipa atau selang untuk saluran pengeluaran

air, pasa saat kolam kelebihan air (Herdiana,

2011).

Persiapan Kolam Sebelum Digunakan:

Persiapan kolam dan air bertujuan untuk

menciptakan lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan

dan pertumbuhan pakan alami.  Adapun Langkah-langkah

persiapan  yang harus dilakkan adalah  sebagai berikut.

a. Pencucian dan Pengeringan.

Cucilah terpal dengan air yang bersih, terlebih

lagi apabila terpal yang digunakan merupakan terpal

bekas pakai, atau kolam selesai panen kemudian jemur

selama 2-3 hari. Pencucian kolam bertujuan untuk

membersihkan kotoran berupa tanah dan lumpur yang masih

melekat pada kolam. Sementara pengeringan bertujuan

untuk membunuh bibit penyakit yang kemungkinan menempel

pada terpal.

b. Pengapuran.

Pengapuran bertujuan untuk memberantas hama dan

penyakit yang tidak mati selama proses pengeringan

serta untuk memperbaiki kualitas air terutama bila pH

air bersifat asam. Kapur yang digunakan berupa kapur

dolomit, tohor atau kaptan. Dosis yang dianjurkan

adalah 20-200 gr/m2. Untuk kolam dengan pH air rendah

dapat diberikan kapur lebih banyak.

c. Pemupukan

Pemupukan kolam bertujuan untuk menumbuhkan pakan

alami, berupa mikroba. Pupuk yang biasa digunakan

adalah pupuk kandang berupa kotoran ayam dengan dosis

250 – 700 gr/m2, UREA  dengan dosis 10 – 15 gr/m2 dan

SP 36 dosis 6 – 10 gr/m2.

d. Pengisian air

Masukkan air yang bersih ke dalam kolam secara

bertahap.  Pengisian awal sekitar 30 cm dari dasar

kolam, biarkan air tergenang selam 3 -5 hari untuk

penumbuhan pakan alami. Kemudian lakukan pengisian air

lanjutan sampe yang diinginkan. Bila perlu  berikan

shelter dari daun kelapa yang sudah tua apabila benih

yang ditebar masih berukuran kecil (Soekartawi dan

Soehardjo, 1986).

V. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum yang

telah dilakukan yaitu mahasiswa dapat mengetahui cara

membuat kolam terpal dan dapat membuat kolam terpal

untuk budidaya ikan.

DAFTAR PUSTAKA

Herdiana, A., 2011. Pembesaran Lele di Kolam Terpal.Penebar Swadaya. Jakarta

Mubyarto, 1999. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES.Yogyakarta.

Soekartawi dan Soehardjo.1986. Ilmu Usahatani dan Penelitianuntuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta: UI. Press.