Laporan Pengamatan Alat-alat BMKG

25
KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan teknologi serta iman dan taqwa sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini. Dalam laporan ini saya juga mengucapkan terima kasih kepada petugas BMKG yang telah membantu memberikan informasi tentang alat maupun peralatan tentang klimatologi, dan juga saya mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing mata kuliah Rekayasa Hidrolika yang telah mengajari dengan ilmu yang berguna dan bermanfaat yang nantinya akan dipergunakan dimasa yang akan datang. Dalam laporan ini saya membahas tentang alat – alat klimatologi. Seperti kita ketahui hal yang setiap harinya berganti dan selalu berubah – ubah, apalagi setelah kita ketahui tentang pemanasan global yang meningkatkan suhu rata – rata atmosfer, laut dan daratan bumi. Penulisan laporan pengenalan alat klimatologi ini jauh dari kesempurnaan, mengingat keterbatasan dan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar – besarnya sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Dengan semata-mata mengharap ridha Allah swt dan memanjatkan puji syukur atas kebesaran-Nya, saya berharap semoga makalah ini dapat di terima oleh Ibu dosen dan digunakan untuk semua pihak dan juga bermanfaat. Banda Aceh, Maret 2014 Ttd. Penulis

Transcript of Laporan Pengamatan Alat-alat BMKG

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang telah

memberikan ilmu pengetahuan dan teknologi serta iman dan taqwa sehingga saya

dapat menyelesaikan laporan ini. Dalam laporan ini saya juga mengucapkan terima

kasih kepada petugas BMKG yang telah membantu memberikan informasi tentang alat

maupun peralatan tentang klimatologi, dan juga saya mengucapkan terima kasih

kepada Dosen Pembimbing mata kuliah Rekayasa Hidrolika yang telah mengajari

dengan ilmu yang berguna dan bermanfaat yang nantinya akan dipergunakan dimasa

yang akan datang.

Dalam laporan ini saya membahas tentang alat – alat klimatologi. Seperti kita

ketahui hal yang setiap harinya berganti dan selalu berubah – ubah, apalagi setelah kita

ketahui tentang pemanasan global yang meningkatkan suhu rata – rata atmosfer, laut

dan daratan bumi.

Penulisan laporan pengenalan alat klimatologi ini jauh dari kesempurnaan,

mengingat keterbatasan dan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih sebesar – besarnya sehingga laporan ini dapat

terselesaikan.

Dengan semata-mata mengharap ridha Allah swt dan memanjatkan puji syukur

atas kebesaran-Nya, saya berharap semoga makalah ini dapat di terima oleh Ibu dosen

dan digunakan untuk semua pihak dan juga bermanfaat.

Banda Aceh, Maret 2014

Ttd.

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

BAB II. ISI LAPORAN

BAB III. PENUTUP

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Klimatologi adalah ilmu yang mempelajari keadaan rata – rata cuaca yang

terjadi pada suatu wilayah dalam kurun waktu yang panjang. Cuaca merupakan

keadaan fisik atmosfer pada suatu saat dan tempat tertentu dalam jangka pendek.

Pengukuran dan pencatatan unsur iklim dan cuaca yang penting diamati oleh

sebuah stasiun Klimatologi dan Meteorologi antara lain curah hujan yang terkait

dengan jumlah dan intensitas hujan, evaporasi dari permukaan tanah dan tanaman,

radiasi sinar matahari yaitu lama penyinaran dan intensitas penyinaran, kelembapan

dan suhu baik pada udara maupun tanah dan tentang angin yaitu kecepatan serta arah

angin. Karena pentingnya faktor iklim maka perlu dilakukan pengamatan iklim dengan

benar,akurat,kontinyu dan terorganisir.

1.2 Tujuan

Tujuan tinjauan lapangan ke kantor Klimatologi Indra puri, Aceh besar ialah :

1. Mengenal alat pengukur matahari (Campbel Stokes)

2. Mengenal alat pengukur curah hujan manual (Type OBS, Observasi)

3. Mengenal alat penakar hujan otomatis (Type Hellman)

4. Mengenal alat sangkar meteorology

5. Mengenal alat sikrometer

6. Mengenal alat termohigrograf

7. Mengenal alat panci evaporimeter

8. Mengenal alat cup counter anemometer 2 meter

9. Mengenal alat high volume sampler

10. Mengenal alat rain water sampler

11. Mengenal alat temperatur tanah

12. Mengenal alat Lysimeter

13. Mengenal alat anemometer

14. Mengenal alat barometer

1

2

3

4

5 6

7 8

10

Keterangan :

1. Campbell Stokes 2. Solar Cell 2.a Kelembaban tanah 3. Anemometer 10 m 4. Anemometer 2 m 5. Termometer tanah 6. Lysimeter 7. Rain Water Sampler 8. High Volume Sampler 9. Panci Evaporimeter 10. Sangkar Meteorologi 11. Penangkar Hujan Hellman 12. Penangkar Hujan Obs

Gambar 1. Denah Taman Alat

dan contoh

peletakan alat-alat.

11

12

2a

BAB II. ISI LAPORAN

2.1 Taman alat klimatologi

Taman alat-alat Klimatologi merupakan taman dimana alat-alat pengukur

unsur-unsur cuaca dan iklim ditempatkan. Taman alat ini dibangun pada luasan

yang cukup sehingga dapat menampung berbagai alat pengukur tanpa

menyebabkan gangguan satu sama lain dan berfungsi sebagai Stasiun Klimatologi

yang dapat mewakili daerah yang berhubungan disekitarnya. Taman alat

klimatologi di stasiun klimatologi indrapuri berada pada elevasi 64.0 m dpl.

Persyaratan untuk membangun taman alat-alat klimatologi perlu memperhatikan

ketentuan berikut ini :

1. Tanah yang datar atau rata dengan ditanami rumput pendek

2. Tempat terbuka, yang letaknya jauh dari pohon-pohon dan bangunan

penghalang yang tinggi. Ketinggian dari pohon atau bangunan penghalang

disekitarnya tidak boleh melebihi 10 meter.

3. Mempunyai pagar keliling setinggi ± 1 meter, untuk melindungi alat-alat dari

gangguan hewan dan lain-lainnya.

4. Arah taman alat memanjang dari utara ke selatan.

5. Penempatan alat-alat pengukur unsur-unsur iklim ditentukan sedemikian

rupa sehingga tidak saling menggangu satu sama lain.

Gambar 2. Campbell Stokes

dan contoh

peletakan alat-alat.

Gambar 2a. Macam Kertas Pias

dan contoh

peletakan alat-alat.

Tabel 1. Jenis Pias

dan contoh peletakan alat-alat.

2.2 Campbell Stokes

Campbell Stokes adalah alat yang berfungsi untuk merekam lamanya

penyinaran matahari. Alat ini ditemukan oleh John Francis Campbell pada tahun 1853

dan dimodifikasi pada tahun 1879 oleh Sir George Gabriel Stokes. Bola Kaca yang

berada pada Campbell Stokes berdiameter 15 cm, dan berada pada ketinggian 120 cm

diatas permukaan tanah, dengan diameter yang dirancang untuk memfokuskan sinar

matahari ke kertas pias yang dipasang dibelakang bola kaca, fungsinya adalah untuk

memungkinkan merekam lamanya penyinaran matahari dengan cara membakar kertas

pias saat matahari menyinari bola kaca tersebut, jadi dapat diketahui lamanya

penyinaran matahari dalam satu hari. Dalam mata kuliah Rekayasa Hidrologi, lamanya

penyinaran matahari harian yang diukur dengan alat tersebut dilambangkan dengan

(n). kertas pias ini sangat peka terhadap sinar matahari dan juga tahan terhadap air, jadi

disaat terjadi hujan kertas ini tidak akan sobek dan ketika hujan berhenti dan matahari

kembali bersinar, maka kertas ini pun akan segera berfungsi kembali.

Kertas pias ini sangat specific, pembakaran pias terlihat seperti garis lurus

dibawah bola kaca. Alat dipasang ditempat terbuka yang disekelilingnya tidak ada

halangan ke arah timur matahari dan ke arah barat matahari terbenam. Kemiringan

sumbu bola kaca disesuaikan dengan letak lintang setempat. Posisi alat tidak berubah

sepanjang waktu, hanya pemakasian kertas pias yang diganti setiap harinya.

Jenis Pias Tanggal digunakan

A. Lengkung

Panjang

12 April s/d 2

September

B. Lurus 1 Maret s/d 11 April

3 Sept s/d 14 Oktober

C. Lengkung

Pendek

15 Oktober s/d 28

Februari

Gambar 2b. Bola Kristal dan Kertas Pias

dan contoh peletakan alat-alat.

Alat ini hanya mengukur lamanya intensitas matahari saja, Campbell stokes

berupa Kristal penuh, cara kerjanya ialah sinar radiasi yang dating akan ditembakkan

oleh bola Kristal kea rah pias dibawahnya. Posisi pias ini ada 3 arah, yaitu di equator, di

lintang utara dan dilintang selatan. Bila pias berada ditengah berarti posisi matahari ada

di equator bumi, bila posisi bumi bergerak keutara matahari maka pias akan dipasang

diselatan, dan sebaliknya.

Sebelum pemasangan alat ini, harus diukur dahulu letak dan posisi alat ini, agar

terjadi pembakaran kertas pias yang sempurna, kertas spesifik ini berasal dari Jerman.

Proses pengukurannya adalah dengan cara mengukur terbakarnya kertas pias, didalam

kertas spesifik terdapat garis – garis yang fungsinya untuk mengukur lamanya

pembakaran. Pengambilan data diambil setiap jam 06.00 sore dan kertas pias akan

kembali dipasang pada jam 06.00 pagi.

Gambar 3. Solar Cell

dan contoh

peletakan alat-alat.

2.3 Solar Cell (Panel Surya)

Solar Cell (panel surya) adalah alat yang terdiri dari sel surya yang mengubah

cahaya menjadi listrik. Disebut surya atas matahari atau sol karena matahari

merupakan sumber cahaya terkuat yang apat dimanfaatkan.

Panel surya sering kali disebut sel photovoltaic dapat diartikan sebagai

“cahaya-listrik”. Sel surya bergantung pada efek photovoltaic untuk menyerap energy

matahari dan menyebabkan arus mengalir antara dua lapisan yang berlawanan.

Jumlah pengguna panel surya di porsi pemroduksian listrik dunia sangat kecil,

tertahan oleh biaya tinggi per wattnya dibandingkan dengan bahan bakar fosil dapat

lebih tinggi sepuluh kali lipat, tergantung keadaan. Sekarang ini biaya panel listrik surya

membuatnya tidak praktis untuk penggunaan sehari-hari dimana tenaga listrik kabel

telah tersedia. Bila biaya energi naik dalam jangka tertentu, atau bila penerobosan

produksi terjadi yang mengurangi ongkos proguksi panel surya, ini sepertinya tidak

akan terjadi dalam waktu dekat.

Gambar 4. Soil Mosture Tester

dan contoh

peletakan alat-alat.

2.4 Kelembaban tanah (Soil Mosture Tester)

Dalam bidang pertanian, kelembaban tanah merupakan faktor pembatas

pertumbuhan tanaman. Setiap tanaman membutuhkan sejumlah air tertentu pada

setiap fase pertumbuhannya. Kekurangan atau kelebihan air dapat menyebabkan

pengaruh negatif terhadap berbagai aspek pertumbuhan. Oleh karena itu perlu suatu

untuk menentukan tingkat kelembaban tanah sebelum tanah itu diari.

cara yang umum untuk menyatakan persentase kelembaban ialah dalam

satuan persentase bobot basah atau dalam gram air yang terdapat dalam 100 gram

tanah kering disamping itu sering kali dinyatakan dalam persen dalam volume contoh

tanah.

Gambar 6. Anemometer 10 meter

dan contoh peletakan alat-

alat.

Gambar 5. Arah Mata Angin

dan contoh

peletakan alat-alat.

2.5 Anemometer 10 meter

Anemometer adalah alat pengukur kecepatan angin dan besarnya tekanan

angina itu yang banyak dipakai dalam bidang meteorology dan geofisika ataupun

stasiun prakiraan cuaca. Perancang pertama alat ini adalah Leon Battista Alberti pada

tahun 1450. Anemometer merupakan salah satu instrument yang digunakan dalam

sebuah stasiun cuaca.

Kecepatan dapat diukur dengan tiga buah mangkok (cups) yang letaknya

sejajar dengan vane arah Timur – Barat. Dimana pencatatan arah angin terdapat 8 arah

mata angin, dengan satuan knots (1 knots = 1,8 km/jam). Arah angina yang dimaksud

alahan arah darimana angina tersebut berhembus.

Gambar 7. Cup Counter Anemometer 2 meter

dan contoh peletakan alat-alat.

2.6 Cup Counter Anemometer 2 meter

Alat ini berfungsi untuk mengukur kecepatan angin rata - rata. Alat ini didesain

untuk tahan terhadapperubahan kondisi cuacadalam penggunakan kapanpun ataupun

terus – menerus. Bentuknya yang aerodinamis memungkinkan pengukuran kecepatan

angin.

Cup Counter anemometer 2 meter terdiri dari 3 buah mangkok, dipasang

simetris pada sumbu vertical, dengan ketinggian 2 meter diata permukaan tanah.

Pembacaan alat ini dengan angka satuan 6 digit, bila cup berputar maka angka itu akan

naik bertambah. Dalam mata kuliah rekayasa hidrologi, kecepatan angin pada jarak 2

meter diatas permukaan tanah disimbolkan dengan (U2) dengan satuan (m/d). namun,

pada data yang sering dijumpai dinyatakan dalam (km/hari) maka kita harus

mengkonversikannya kedalam (m/d). Data ini biasanya diperlukan untuk menghitung

Evaporasi.

2.7 Temperatur Tanah

Radiasi matahari yang diserap oleh tanah, selanjutnya dirambatkan kedalam

tanah melalui lapisan – lapisan tanah yang lebih dalam secara konsuksi, Setiap

perbedaan kedalaman tanah berbeda suhu yang akan kita dapati, sebab setiap

kedalaman yang kita ukur suhu di permukaan tanah dan kedalaman tanah itu berbeda –

beda tergantung panas yang di dapatinya, sesuai ketetapan (standard) dari WMO

(World Meteorological Organization). Temperatur tanah dibedakan atas dua macam

yaitu temperatur tanah yang berumput pendek dan temperatur tanah gundul.

Termometer di tanah mengamati atau mengukur suhu tanah pada kedalaman 0

cm, 5 cm, 10 cm, 20 cm, 50 cm, 100 cm. Sesuai dengan ketetapan (standard) dari WMO

(World Meteorological Organization). Pembacaan temperatur tanah dilakukan 4 kali

sehari, yaitu pada jam 07.00, 10.00, 14.00 dan 17.00.

Karena kedalaman tanah berbeda, suhu yang akan kita dapati, sebab setiap

kedalaman yang kita ukur suhu di permukaan tanah dan kedalaman tanah itu berbeda –

beda tergantung panas matahari yang didapatkannya seperti Suhu maksimum di

atmosfer terjadi pada sekitar jam 13.00, sedangkan suhu maksimum di dalam tanah

akan terjadi setelah waktu suhu maksimum udara. Suhu maksimum tanah untuk

kedalaman 5 cm terjadi pada jam 14.00, untuk kedalaman 10 cm terjadi pada jam 15.30

dan untuk kedalaman tanah 20 cm terjadi pada jam 18.00 atau lewat. Suhu minimum di

atmosfer terjadi setelah matahari terbit yaitu sekitar jam 06.00 pagi hari sedangkan

suhu minimum didalam tanah akan mengalami keterlambatan. Untuk kedalaman 5 cm

suhu minimum terjadi pada jam 08.00, untuk kedalaman 10 cm terjadi pada jam 09.00

dan untuk kedalaman 20 cm terjadi pada jam 11.00.

Fluktuasi suhu tanah bergantung pada kedalaman tanah. Karena pola tingkah

laku perambatan panas tersebut, maka fluktuasi suhu tanah akan tinggi pada

permukaan dan akan semakin kecil dengan bertambahnya kedalaman. Suhu tanah

maksimum pada permukaan tanah akan tercapai pada saat intensitas radiasi matahari

mencapai maksimum, tetapi untuk lapisan yang lebih dalam, suhu maksimum tercapai

beberapa waktu kemudian. Semakin lama untuk lapisan tanah yang lebih dalam. Hal ini

disebabkan karena dibutuhkan waktu untuk perpindahan panas dari permukaan ke

lapisan-lapisan tanah tersebut.

Suhu tanah berpengaruh terhadap proses-proses metabolisme dalam tanah, seperti

mineralisasi, respirasi mikroorganisme dan akar serta penyerapan air dan hara oleh

tanaman. Laju fluks panas ke dalam tanah ditentukan gradien suhu dan konduktivitas

tanah yang nilai dipengaruhi oleh lengas dan bahan organik.

Gambar 8. Termometer

dan contoh peletakan

alat-alat.

Gambar 9. Termometer tanah berumput

dan contoh peletakan alat-alat.

Keterangan gambar 9. temperature tanah :

a.Temperature dengan kedalaman 0 cm

b.Temperature dengan kedalaman 5 cm

c.Temperature dengan kedalaman 10 cm

d.Temperature dengan kedalaman 20 cm

e.Temperature dengan kedalaman 50 cm

f.Temperature dengan kedalaman 100 cm

A B C D

E F

Gambar 10. Lysimeter

dan contoh peletakan alat-alat.

Gambar 10a.Potongan Lysimeter

dan contoh peletakan alat-alat.

2.8 Lysimeter

Lysimeter adalah alat untuk mengukur evapotranspirasi sebidang tanah secara

langsung, Lysimeter berupa wadah besar didalam tanah dengan ada tanaman yang

tumbuh di atasnya yang mana dapat dihitung air yang masuk dan keluar dari dalamnya.

Lysimeter merupakan suatu metode yang memberikan informasi engkap

seluruh komponen neraca air. Lysimeter yang terdapat pada stasiun klimatologi di

indrapuri adalah Lysimeter drainase, padaprinsipnya dibuat dari bejana di dalam

tanah, terbuat dari plat baja dengan ukuran lebar 100 cm x 100 cm dan kedalaman 150

cm.

Untuk pengukuran dilakukan dengan manual atau menggunakan keran, cara

kerjanya diamati sekali saja dengan menyiram air 10 liter kedalam bejana, kemudian

keesokan harinya diukur melalui keran dan ditampung dengan gelas ukur.

Lysimeter ini merupakan Lysimeter berumput. Pada alat ini hanya bias dilakukan

pengamatan apabila tidak terjadi hujan, karena apabila terjadi hujan datanya tidak bias

digunakan karena telah tercampur dengan air hujan.

Gambar 11. Rain Water Sampler

dan contoh peletakan alat-alat.

Gambar 11. Rain Water Sampler

dan contoh peletakan alat-alat.

2.9 Rain Water Sampler

Rain Water Sampler (sampel air hujan) digunakan untuk mengoperasikan

penakar hujan secara otomatis untuk menampung atau mengumpulkan sampel air

hujan. Peralatan sensor yang akan dipakai ini adalah sangat peka begitu saat hujan

terjadi maka motor penggerak akan membuka tutup peralatan pengumpul sampel air

hujan secara otomatis yang kemudian sampel selanjutnya dialirkan melalui selang ke

botol plastik yang berbahan dasar polyethylene. Sensor ini akan menutup secara

otomatis selama tidak ada periode hujan (saat hujan berhenti) yang bertujuan untuk

menghindari atau mencegah terkontaminasinya sampel air hujan oleh polutan yang

terbawa saat periode endapan kering (dry deposition). Kemudian sampel air hujan

tersebut dikirim ke Laboratorium Kualitas Udara BMKG Jakarta untuk dianalisa.

Gambar 12. High Volume Sampler (H.V. Sampler)

dan contoh peletakan alat-alat.

2.10 High Volume Sampler (H.V. Sampler)

High Volume Sampler adalah pengukur kualitas udara yang berfungsi untuk

mengambil sampel SPM (Suspended Particle Matter). Prinsip kerjanya yaitu: udara yang

mengandung partikel debu dihisap mengalir melalui kertas filter dengan menggunakan

motor putaran kecepatan tinggi. Debu akan menempel pada kertas filter yang nantinya

akan diukur konsentrasinya dengan cara kertas filter tersebut ditimbang sebelum dan

sesudah sampling di samping itu dicatat flowrate dan waktu lamanya sampling

sehingga didapat konsentrasi debu tersebut. Kertas filter tersebut diganti kertas filter

yang baru dalam periode waktu 1 minggu.

Gambar 13. Hookgauge Gambar 14. Stell well Gambar 15. Temperatur apung

2.11 Panci Evaporimeter

Cara yang paling banyak digunakan untuk mengetahui volume evaporasi dari

permukaan air bebas adalah dengan menggunakan panci evaporimeter. Panci

Evaporimeter berfungsi untuk mengukur jumlah penguapan secara langsung. Ada 2

jenis panci yang digunakan untuk mengukur evaporasi, yaitu panic standar Inggris dan

standar U.S. klas A. Panci evaporasi yang paling banyak digunakan adalah U.S. klas A,

alat ini terdiri dari panic logam dengan diameter 1,22 m dan tinggi 0.254 m dan

dilengkapi dengan alat pengukur elevasi muka air. Alat ini ditempatkan diatas rangka

kayu dengan dasarnya berada pada 0,15 m diatas permukaan tanah. Pengukuran

evaporasi dilakukan setiap jam 7 pagi dengan alat Hookgauge yang diletakkan pada

mulut Stell well yang berupa bejana dari logam berbentuk silinder yang mempunyai

lubang dibawahnya dan mempunyai 3 kaki untuk menjaga alat tidak bersentuhan

langsung dengan dasar panci evaporimeter. Kedalaman air didalam panci evaporimeter

sama dengan kedalaman air didalam stell well. Hookgauge adalah alat untuk mengukur

perubahan tinggi permukaan air dalam panci. Terdiri dari batang berskala dengan

sebuah skrup yang berada pada batang tersebut, digunakan untuk mengatur letak

ujung jarum pada permukaan air dalam panci. Didalam panci evaporimeter juga

terdapat Temperature apung untuk mengukur suhu maksimum minimum air. Setelah

dibaca suhu maksimumnya diturunkan dengan magnet.

Pada panci evaporimeter juga dipasang anemometer, yaitu cup counter

anemometer 0,5 m. yang berfungsi untuk mengukur kecepatan angin pada ketinggian

o,5 m diatas permukaan tanah. Bila penguapan lebih dari 10 mm, artinya error.

Dianggap penguapan paling tinggi adalah 10 mm.

Gambar 16. Cup counter anemometer

0,5 meter

Gambar 17. Panci Evaporimeter

Cup counter anemometer 0,5 meter

Gambar 18. Sangkar Meteo

Gambar 19. Psycometer Standar

2.12 Sangkar Meteo

Sangkar meteo adalah tempat untuk meletakkan alat meteorology seperti

Psychrometer standar dan Termohigrograf. Sangkar meteo berventilasi dobel jalusi,

yang gunanya mengalirkan udara masuk dan keluar, Sangkar meteo juga dicat putih

agar memantulkan cahaya yang merupakan konvensi dari WMO (World Meteorological

Organisation). Pintu pada sangkar meteo posisinya harus dipasang utara – selatan.

Dibawah sangkar meteo tidak

boleh di cor karena dapat mengganggu -

hasil pengamatan.

Keterangan Alat :

A. Termometer Bola Basah

B. Termometer Bola Kering

C. Termometer Maximum

D. Termometer Minimum

A B

C

D

Gambar 20. Thermohygrograph

a. Thermometer bola basah tujuannya

untuk menghitung titik embun diudara

(kelembaban udara), titik embun yaitu

tingkat kebasahan/kelembaban diudara.

Termometer Bola Basah adalah

Termometer Bola Kering yang dibungkus

dengan kain muslin (kain kasa) yang

bersih dan dimasukkan ke dalam dalam

Botol yang berisi air bersih dan

diusahakan ada jarak antara kain muslin

dalam botol dengan bola Termometer.

Diamati setiap jam sekali.

b. Thermometer bola kering tujuannya

adalah untuk pengamatan suhu udara

yang ditunjukkan pada thermometer

dengan ketelitian 0,2°C. diamati setiap jam sekali.

c. Thermometer maksimum mencatat suhu maksimum dalam sehari, jadi bila

posisi suhu terpanas tercatat pada suhu 32°C, maka thermometer akan

berhenti disitu dan setelah dicatat alat dinetralkan kembali dengan cara

mengarahkan alat secara vertikal ke atas. Termometer ini adalah termometer

air raksa biasa seperti termometer bola kering. Perbedaannya adalah

terdapatnya bagian yang sempit pada tabung dekat bola termometer.

d. Thermometer minimum mencatat suhu minimum dalam sehari, jadi bila posisi

suhu terdingin tercatat pada suhu 26°C, maka thermometer akan berhenti

disitu dan setelah dicatat alat dinetralkan kembali dengan cara mengarahkan

alat secara vertikal ke atas.

b

c

d

18

cm

20

cm

35

cm

a

Pengukur Suhu

Pengukur

Kelembaban Udara

Gambar 21. Hellman

Gambar 21a. Hellman

Thermohygrograph berfungsi untuk mencatat suhu udara dan kelembaban

udara (Relatif Humadity-RH). Terdiri dari dua alat yang berfungsi sebagai sensor suhu

dan sebagai sensor kelembaban udara. Alat ini dipasang didalam sangkar meteo agar

tidak terkena sinar matahari atau hujan dan angun secara langsung. Alat dan grafik

yang diatas untuk mengukur suhu dan yang dibawah untuk mengukur kelembaban.

Pada alat ini tidak perlu dilakukan pengamatan karena langsung tercatat pada grafik.

Sensor Suhu terbuat dari logam, bila udara panas logam memuai dan

menggerakan pena keatas, bila udara dingin mengkerut gerakan pena turun. Sensor

Kelembaban udara terbuat dari rambut manusia, bila udara basah rambut memanjang

dan bila udara kering rambut memendek. Pencatatan suhu dalam satuan derajat celsius

(°C) dan pencatatan kelembaban udara dalam satuan prosentase (%).

2.13 Penakar hujan otomatis Type Hellman

Alat ini berfungsi untuk mencatat intensitas hujan dan tingkat kelebatannya

Alat ini hanya perlu diganti pias kertasnya, biasanya diperlukan untuk dinas pengairan,

namun karena keterbatasan sdm maka data pertiap menit belum bias disajikan, pada

pias terdapat garis – garis millimeter, setiap garis tebalnya menandakan pencatatan 10

mm hujan dan hanya dapat mencatat sampai 100 mm hujan, kertas pencatat hujan

diganti setiap harinya pada pukul 07.00, alat ini biasanya hanya terdapat pada stasiun –

stasiun Meteorologi dan Klimatologi, hasi dari pencatatan data dari alat ini juga

dikalibrasi dengan alat pengukur hujan manual, agar mendapat hasil yang akurat.

Gambar 22. Observasi Gambar 22a. Gelas

penakar hujan

2.14 Penakar Hujan Manual (observasi)

Alat ini merupakan produk lokal, ketinggian alatnya 120 cm, kegunaannya

untuk mengukur curah hujan saja dalam satuan mm, system kerjanya sederhana, bila

terjadi hujan, maka hujan akan masuk kedalam gelas ukur yang ukuran maksimalnya 25

mm, jadi setiap selesai hujan petugas langsung mengukur curah hujan pada gelas ukur

tersebut, 1 mm air pada gelas ukur, sama dengan 1 liter air pada luasan 1 m2 bidang

dengan catatan tanpa infiltrasi dan runoff. Jadibila gelas ukur penuh terisi air 25 mm

maka akan dipastikan akan banjir besar dan itu hamper tidak mungkin bila keadaan

yang biasa. Pengkalibrasian alat ini dilakukan setahun sekali yang dilakukan oleh

petugas bmkg pusat.

Gambar 23. Barometer

2.15 Barometer

Barometer adalah sebuah alat yang digunakan untukmengukur tekanan udara,

umunya digunakan dalam peramalan cuaca, dimana tekanan udara yang tinggi

menandakan cuaca yang bersahabat ataupun lumrah, sedangkan bila tekanan udara

rendah menandakan kemungkinan badai.

Barometer diletakkan dengan cara digantung pada dinding ruangan yang tanpa

gangguan udara, seperti A.C. Ketinggian alat ini adalah 160 cm diatas lantai ruangan.

BAB III. PENUTUP

- Cuaca adalah keadaan udara pada suatu waktu, dalam waktu singkat dan pada suatu

tempat atau daerah tertentu yang lingkup yang sempit.

- Iklim adalah keadaan rata-rata cuaca dalam waktu satu tahun yang penyelidikannya

dilakukan dalam waktu yang lama (minimal 30 tahun) dan meliputi wilayah yang luas

perubahan pada iklim yang dipengaruhi langsung atau tidak langsung oleh aktivitas

manusia yang merubah komposisi atmosfer yang akan memperbesar keragaman iklim

teramati pada periode yang cukup panjang.

- Meteorologi adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala cuaca dalam ruang dan waktu

yang terbatas.

- Klimatologi adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala cuaca secara umum dalam

waktu yang lebih lama dan pada daerah relatif luas.

- Dalam Meteorologi dan Klimatologi mengkaji aspek-aspek dan fenomena alam yang

berkaitan dengan cuaca dan iklim. Namun semua dapat dilaksanakan dengan berbagai

macam alat bantu sehingga semua dapat dikaji secara mudah tanpa mengeluarkan

banyak tenaga dan pikiran.

- Alat - Alat Klimatologi yang biasa digunakan untuk melakukan penelitian keadaan

cuaca di permukaan bumi terdiri dari, Penakar hujan OBS, Penakar Hujan Otomatis

Tipe Hilman, Open Pan / Evaporimeter, Cup Coenter Anemometer, Termometer Tanah,

Thermometer Bola Kering Dan Termometer Bola Basah, Termometer Maximum dan

Thermometer Minimum, Panci evaporimeter, Cambell Stokes dan lain sebagainya. Ini

merupakan alat bantu yang diguankan untuk meperoleh hasil pengukuran secara

mudah.

- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika mempunyai fungsi memberikan

informasi dari segala macam fenomena alam dan anomali cuaca yang tejadi di suatu

wilayah.

DAFTAR PUSTAKA

Lakitan , Benyamin. 2002. Dasar-Dasar Klimatologi.Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada

Anonim, 1983. Masalah dan Hasil Tanaman Padi Sawah. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian Bogor. 65 p.

Sriworo B,Ir Msc, 2006, Tata Cara Tetap Pelaksanaan Pengamatan dan Pelaporan Data

Iklim dan Agroklimat, Badan Meteorologi dan Geofisika, Jakarta

www.agroekoteknologifp.wordpress.com.

http://www.klimatologibanjarbaru.com/artikel/2008/12/taman-alat.

http://www.klimatologibanjarbaru.com/artikel/2008/12/alat-alat-klimatologi-

konvensional/

http://papermini.blogspot.com/2011/10/penelitian-di-bmkg.html

www.staklimkarangploso.info

http://texbuk.blogspot.com/2012/01/penyinaran-matahari-dalam-mengatur.htm