DRAFT LAPORAN PENGAMATAN DAN STUDI LITERATUR KLINIK ANAK

17
DRAFT LAPORAN PENGAMATAN DAN STUDI LITERATUR STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 3 KLINIK SPESIALIS ANAK Yeremia Alfa Adimurti / 10.11.0110 Yustina Anastasha F. M. / 12.11.0095 Sany Husnainy / 15.A1.0160 Juanita Ratih Artanti / 15.A1.0186 Silvester Archi / 15.A1.0187 JURUSAN ARSITEKTUR - FAKULTAS ARSITEKTUR DAN DESIGN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

Transcript of DRAFT LAPORAN PENGAMATAN DAN STUDI LITERATUR KLINIK ANAK

DRAFT

LAPORAN PENGAMATAN DAN STUDI LITERATUR

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 3

KLINIK SPESIALIS ANAK

Yeremia Alfa Adimurti / 10.11.0110

Yustina Anastasha F. M. / 12.11.0095

Sany Husnainy / 15.A1.0160

Juanita Ratih Artanti / 15.A1.0186

Silvester Archi / 15.A1.0187

JURUSAN ARSITEKTUR - FAKULTAS ARSITEKTUR DAN DESIGN

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

LAPORAN PENGAMATAN DAN WAWANCARA

KLINIK ANAK SATMOKO

dr. Asri Purwanti, , SpA(K), M.Pd

Jalan Cempedak Raya I no 11 A, Lamper Lor, Semarang, Jawa Tengah, 50249

Pencarian Tempat dan Konfirmasi : Kamis, 20 Agustus 2015, pukul 11.00 WIB

Pengamatan : Senin, 24 Agustus 2015, pukul 21.00 WIB

Pengamatan dan Wawancara : Jumat, 28 Agustus 2015, pukul 14.00 WIB

Narasumber : Ibu Iis dan ibu Colin

Pewawancara : Yeremia Alfa Adimurti / 10.11.0110

Yustina Anastasha F. M. / 12.11.0095

Sany Husnainy / 15.A1.0160

Juanita Ratih Artanti / 15.A1.0186

Silvester Archi / 15.A1.0187

PROFIL KLINIK

Klinik ini dimiliki oleh dr. Asri Purwanti, SpA(K), M.Pd ( 67 th )

Bentuk pelayanan yang tersedia adalah sebagai berikut :

1. Pelayanan kesehatan anak dan remaja

2. Imunisasi dan vaksinasi

3. Konsultasi pendidikan anak dan remaja

4. Tes tumbuh kembang, anxiety ( kecemasan ), depression ( depresi ) anak dan remaja

5. Konsultasi gizi anak dan remaja 6. Konsultasi endokrin dan genetik

Informasi Praktek :

Praktek Pagi : 07.00 – 09.00 ( Senin – Sabtu )

Praktek Malam : 19.00 – 20.30 ( Senin – Minggu )

Adapun pegawai yang membantu dr. Asri Purwanti, SpA(K), M.Pd pada kliniknya, antara lain:

1. Ibu Iis ( perawat suami dokter Asri )

2. Prima ( asisten dokter )

3. Ibu Colin ( wakil asisten 1)

4. Farida ( wakil asisten 2 )

PROFIL KELUARGA

Pemilik rumah : dr. Asri Purwanti, SpA(K), M.Pd

Merupakan kakak kandung dari Menteri Keuangan Sri Mulyani. Dokter Asri pernah bekerja di timor

timur dan menjabat sebagai kepala kesehatan. Dalam meraih gelar profesornya dokter Asri meneliti

tentang Down Syndrome. Selain membuka klinik dokter Asri juga membuka praktek di RS Dr karyadi

Semarang, RS Panti Wilasa, dan RS Telogorejo.

Suami : RM. H. Edi Susianto, SE ( sudah tidak bekerja dan sedang sakit stroke )

Anak :

1. dr. Aditya Retno Fitri ( sudah menikah dan tinggal di Belanda )

2. dr. Andika Retno Ayuri ( sudah menikah dan tinggal di Semarang Atas ) 3. Renta ( kuliah di Fakultas Kedokteran UNDIP semester 5 )

Berikut ada pula pegawai yang tinggal di rumah dokter Asri :

1. Bu Sri ( asisten rumah tangga )

2. Bapak Mustakim ( driver )

PELAKU DAN AKTIVITAS PADA KLINIK

Dokter : memeriksa pasien dan menulis resep obat di ruang praktek.

Asisten : membantu dokter dalam memeriksa pasien.

Wakil asisten 1 : bekerja sebagai apoteker untuk memberikan obat kepada pasien.

Wakil asisten 2 : bekerja sebagai administrasi dan reseptionis yang melayani pasien ( dalam pekerjaannya masih dilakukan dengan menulis tangan, tidak menggunakan komputer )

Pasien :- Mendaftar ke reseptionis - Menunggu antrian untuk diperiksa - Diperiksa oleh dokter - mengambil obat dokter - ke toilet / buang air kecil

Orang tua / pengantar : menunggu pasien di ruang tunggu dan memarkirkan kendaraan

Ruang dan Perabot yang terdapat pada klinik

1. Area pendaftaran

Pintu ruang praktek dokter dari ruang tunggu, di sebelah kanan terdapat meja pendaftaran.

2. Ruang Tunggu dan Toilet

Ruang tunggu dan toilet

tersekat oleh dinding

partisi kayu.

Terdapat perabot berupa:

Sofa, Kursi.

3. Ruang Obat

Terdapat perabot berupa:

Lemari obat

Perletakan obat yang tidak

terlindung, dan terkesan

berantakan.

4. Ruang Periksa atau Tindakan

Terdapat Perabot berupa:

Meja, kursi, lemari, kulkas, Kasur periksa, boneka.

STUDI LITERATUR RUMAH DAN KLINIK ANAK

Abstrak

Saat ini mobilitas manusia dari satu tempat ke tempat yang lain tergolong tinggi. Padahal, waktu dan

jarak adalah dua hal yang kian mahal harganya. Konsep bekerja di rumah dapat menjadi solusi yang

tepat dalam menjalankan profesionalitas tanpa mengorbankan keluarga. Termasuk di dalamnya klinik.

Namun, adanya klinik di area rumah berbanding terbalik terhadap kebutuhan privasi keluarga. Klinik

yang notabenya adalah suatu wadah penawaran jasa kesehatan pastilah mengundang para pasien untuk dating. Tulisan ini menjelaskan bagaimana cara menyiasati adanya klinik pada rumah.

DEFINISI KLINIK

Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 tahun 2014 mengenai Klinik adalah suatu fasilitas

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan

pelayanan medis dasar dan/atau spesialistik oleh tenaga kesehatan. Tenaga Kesehatan adalah setiap

orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau

keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

KLASIFIKASI KLINIK

Berdasarkan jenis pelayanan, Klinik dibagi menjadi:

a. Klinik Pratama

Klinik pratama merupakan Klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar baik umum

maupun khusus.

b. Klinik Utama

Klinik Utama merupakan Klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik atau

pelayanan medik dasar dan spesialistik.

Klinik dapat mengkhususkan pelayanan pada satu bidang tertentu berdasarkan cabang/disiplin ilmu

atau sistem organ.

Berdasarkan kepemilikan, Klinik dapat dibagi menjadi:

a. Klinik yang dimiliki oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus didirikan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Klinik yang dimiliki oleh masyarakat yang menyelenggarakan rawat jalan dapat didirikan oleh

perorangan atau badan usaha.

c. Klinik yang dimiliki oleh masyarakat yang menyelenggarakan rawat inap harus didirikan oleh

badan hukum.

PERSYARATAN KLINIK

Lokasi

a. Pemerintah daerah kabupaten/kota mengatur persebaran Klinik yang diselenggarakan

masyarakat di wilayahnya dengan memperhatikan kebutuhan pelayanan berdasarkan rasio jumlah

penduduk.

b. Lokasi Klinik harus memenuhi ketentuan mengenai persyaratan kesehatan lingkungan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Ketentuan mengenai persebaran Klinik tidak berlaku untuk Klinik perusahaan atau Klinik instansi

pemerintah tertentu yang hanya melayani karyawan perusahaan, warga binaan, atau pegawai

instansi tersebut.

Bangunan

a. Bangunan Klinik harus bersifat permanen dan tidak bergabung fisik bangunannya dengan tempat

tinggal perorangan.

b. Ketentuan tempat tinggal perorangan tidak termasuk apartemen, rumah toko, rumah kantor,

rumah susun, dan bangunan yang sejenis.

c. Bangunan Klinik harus memperhatikan fungsi, keamanan, kenyamanan dan kemudahan dalam

pemberian pelayanan serta perlindungan keselamatan dan kesehatan bagi semua orang termasuk

penyandang cacat, anak-anak dan orang usia lanjut.

Bangunan Klinik paling sedikit terdiri atas:

a. ruang pendaftaran/ruang tunggu;

b. ruang konsultasi;

c. ruang administrasi;

d. ruang obat dan bahan habis pakai untuk klinik yang melaksanakan pelayanan farmasi;

e. ruang tindakan;

f. ruang/pojok ASI;

g. kamar mandi/wc; dan

h. ruangan lainnya sesuai kebutuhan pelayanan.

Klinik rawat inap harus memiliki:

a. ruang rawat inap yang memenuhi persyaratan;

b. ruang farmasi;

c. ruang laboratorium; dan

d. ruang dapur;

Ruang tersebut harus memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Jumlah tempat tidur pasien pada Klinik rawat inap paling sedikit 5 (lima)

buah dan paling banyak 10 (sepuluh) buah.

Prasarana

Prasarana Klinik meliputi:

a. instalasi sanitasi;

b. instalasi listrik;

c. pencegahan dan penanggulangan kebakaran;

d. ambulans, khusus untuk Klinik yang menyelenggarakan rawat inap; dan

e. sistem gas medis;

f. sistem tata udara;

g. sistem pencahayaan;

h. prasarana lainnya sesuai kebutuhan.

Ketenagaan

a. Penanggung jawab teknis Klinik harus seorang tenaga medis yang memiliki Surat Izin Praktik

(SIP) di Klinik tersebut, dan dapat merangkap sebagai pemberi pelayanan. Tenaga Medis

hanya dapat menjadi penanggung jawab teknis pada 1 (satu) Klinik.

b. Ketenagaan Klinik rawat jalan terdiri atas tenaga medis, tenaga keperawatan, Tenaga

Kesehatan lain, dan tenaga non kesehatan sesuai dengan kebutuhan.

c. Ketenagaan Klinik rawat inap terdiri atas tenaga medis, tenaga kefarmasian, tenaga

keperawatan, tenaga gizi, tenaga analis kesehatan, Tenaga Kesehatan lain dan tenaga non

kesehatan sesuai dengan kebutuhan.

d. Jenis, kualifikasi, dan jumlah Tenaga Kesehatan lain serta tenaga non kesehatan disesuaikan

dengan kebutuhan dan jenis pelayanan yang diberikan oleh Klinik.

Tenaga medis pada Klinik pratama yang memberikan pelayanan kedokteran paling sedikit terdiri

dari 2 (dua) orang dokter dan/atau dokter gigi sebagai pemberi pelayanan.

Tenaga medis pada Klinik utama yang memberikan pelayanan kedokteran paling sedikit terdiri dari

1 (satu) orang dokter spesialis dan 1 (satu) orang dokter sebagai pemberi pelayanan.

Tenaga medis pada Klinik utama yang memberikan pelayanan kedokteran gigi paling sedikit terdiri

dari 1 (satu) orang dokter gigi spesialis dan 1 (satu) orang dokter gigi sebagai pemberi pelayanan.

Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Klinik harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar

prosedur operasional, standar pelayanan, etika profesi, menghormati hak pasien, serta

mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien.

Klinik yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan 24 (dua puluh empat) jam harus menyediakan

dokter serta tenaga kesehatan lain sesuai kebutuhan pelayanan dan setiap saat berada di tempat.

Peralatan

Klinik harus dilengkapi dengan peralatan medis dan nonmedis yang memadai sesuai dengan jenis

pelayanan yang diberikan.

Peralatan medis dan nonmedis harus memenuhi standar mutu, keamanan, dan keselamatan.

Selain memenuhi standar, peralatan medis harus memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Peralatan medis yang digunakan di Klinik harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh institusi

pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang.

Peralatan medis yang menggunakan sinar pengion harus mendapatkan izin sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Penggunaan peralatan medis di Klinik harus dilakukan berdasarkan indikasi medis

Farmasi

Klinik rawat jalan tidak wajib melaksanakan pelayanan farmasi.

Klinik rawat jalan yang menyelenggarakan pelayanan kefarmasian wajib memiliki apoteker yang

memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) sebagai penanggung jawab atau pendamping.

Klinik rawat inap wajib memiliki instalasi farmasi yang diselenggarakan apoteker.

Instalasi farmasi melayani resep dari dokter Klinik yang bersangkutan, serta dapat melayani resep

dari dokter praktik perorangan maupun Klinik lain.

Klinik yang menyelenggarakan pelayanan rehabilitasi medis pecandu narkotika, psikotropika, dan

zat adiktif lainnya wajib memiliki instalasi farmasi yang diselenggarakan oleh apoteker.

Laboratorium

Klinik rawat inap wajib menyelenggarakan pengelolaan dan pelayanan laboratorium klinik.

Klinik rawat jalan dapat menyelenggarakan pengelolaan dan pelayanan laboratorium klinik.

Laboratorium Klinik pada klinik pratama merupakan pelayanan laboratorium klinik umumpratama

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Klinik utama dapat menyelenggarakan pelayanan laboratorium klinik umum pratama atau

laboratorium klinik umum madya.

Dalam hal Klinik menyelenggarakan laboratorium klinik yang memiliki sarana, prasarana,

ketenagaan dan kemampuan pelayanan melebihi kriteria dan persyaratan Klinik sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4), maka laboratorium klinik tersebut harus memiliki izin

tersendiri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

PENYELENGGARAAN

Klinik menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat promotif, preventif, kuratif

dan rehabilitatif.

Pelayanan kesehatan yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dilaksanakan dalam

bentuk rawat jalan, rawat inap, pelayanan satu hari (one day care) dan/atau home care.

Pelayanan satu hari (one day care) merupakan pelayanan yang dilakukan untuk pasien yang sudah

ditegakkan diagnosa secara definitif dan perlu mendapat tindakan atau perawatan semi intensif

(observasi) setelah 6 (enam) jam sampai dengan 24 (dua puluh empat) jam.

Home care merupakan bagian atau lanjutan dari pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan

komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang

bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau

memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan dampak penyakit.

Klinik rawat inap hanya dapat memberikan pelayanan rawat inap paling lama 5 (lima) hari.

Apabila memerlukan rawat inap lebih dari 5 (lima) hari, maka pasien harus secara terencana dirujuk

ke rumah sakit sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Klinik pratama hanya dapat melakukan bedah kecil (minor) tanpa anestesi umum dan/atau spinal.

Klinik utama dapat melakukan tindakan bedah, kecuali tindakan bedah yang:

a. menggunakan anestesi umum dengan inhalasi dan/atau spinal;

b. operasi sedang yang berisiko tinggi; dan

c. operasi besar.

HAK DAN KEWAJIBAN KLINIK

Setiap Klinik mempunyai kewajiban:

a. memberikan informasi yang benar tentang pelayanan yang diberikan;

b. memberikan pelayanan yang efektif, aman, bermutu, dan nondiskriminasi dengan

mengutamakan kepentingan terbaik pasien sesuai dengan standar profesi, standar

pelayanan dan standar prosedur operasional;

c. memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan

pelayanannya tanpa meminta uang muka terlebih dahulu atau mendahulukan kepentingan

finansial;

d. memperoleh persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan (informed consent);

e. menyelenggarakan rekam medis;

f. melaksanakan sistem rujukan dengan tepat;

g. menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika serta

peraturan perundang-undangan;

h. menghormati dan melindungi hak-hak pasien;

i. memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai hak dan kewajiban pasien;

j. melaksanakan kendali mutu dan kendali biaya berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

k. memiliki standar prosedur operasional;

l. melakukan pengelolaan limbah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku;

m. melaksanakan fungsi sosial;

n. melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan;

o. menyusun dan melaksanakan peraturan internal klinik; dan

p. memberlakukan seluruh lingkungan klinik sebagai kawasan tanpa rokok.

Setiap Kinik mempunyai hak:

a. menerima imbalan jasa pelayanan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam mengembangkan pelayanan;

c. menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian;

d. mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan pelayanan kesehatan; dan

e. mempromosikan pelayanan kesehatan yang ada di Klinik sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Penyelenggara Klinik wajib:

a. memasang nama dan klasifikasi Klinik;

b. membuat dan melaporkannya kepada dinas kesehatan daftar tenaga medis dan tenaga

kesehatan lain yang bekerja di Klinik dengan menyertakan:

nomor Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP) bagi tenaga medis;

nomor surat izin sebagai tanda registrasi atau Surat Tanda Registrasi (STR), dan

Surat Izin Praktik (SIP) atau Surat Izin Kerja (SIK) bagi tenaga kesehatan lain.

c. melaksanakan pencatatan untuk penyakit-penyakit tertentu dan melaporkan kepada dinas

kesehatan kabupaten/kota dalam rangka pelaksanaan program pemerintah sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan.

PERSYARATAN LINGKUNGAN BANGUNAN KESEHATAN

1. Lingkungan Bangunan Rumah Sakit

a. Lingkungan bangunan rumah sakit harus mempunyai batas yang kelas, dilengkapi dengan agar

yang kuat dan tidakmemungkinkan orang atau binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas.

b. Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas lahan keseluruhan sehingga

tersedia tempat parkir yang memadai dan dilengkapi dengan rambu parkir.

c. Lingkungan bangunan rumah sakit harus bebas dari banjir. Jika berlokasi di daerah banjir harus

menyediakan fasilitas/teknologi untuk mengatasinya.

d. Lingkungan rumah sakit harus merupakan kawasan bebas rokok

e. Lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi penerangan dengan intensitas cahaya yang

cukup.

f. Lingkungan rumah sakit harus tidak berdebu, tidak becek, atau tidak terdapat genangan air dan

dibuat landai menuju ke saluran terbuka atau tertutup, tersedia lubang penerima air masuk dan

disesuaikan dengan luas halaman

g. Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan terpisah, masing-masing

dihubungkan langsung dengan instalasi pengolahan limbah.

h. Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu, dan tempat-tempat tertentu yang menghasilkan

sampah harus disediakan tempat sampah.

i. Lingkungan, ruang, dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam keadaan bersih dan tersedia

fasilitas sanitasi secara kualitas dan kuantitas yang memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga

tidak memungkinkan sebagai tempat bersarang dan berkembang biaknya serangga, binatang

pengerat, dan binatang pengganggu lainnya.

2. Konstruksi Bangunan Rumah Sakit

a. Lantai

1) Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin, warna terang,

dan mudah dibersihkan.

2) Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang cukup ke arah saluran

pembuangan air limbah

3) Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konus/lengkung agar mudah dibersihkan

b. Dinding

Permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna terang dan menggunakan cat yang tidak luntur serta

tidak menggunakan cat yang mengandung logam berat

c. Ventilasi

1) Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamar/ruang dengan baik.

2) Luas ventilasi alamiah minimum 15 % dari luas lantai

3) Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya pergantian udara dengan baik, kamar atau

ruang harus dilengkapi dengan penghawaan buatan/mekanis.

4) Penggunaan ventilasi buatan/mekanis harus disesuaikan dengan peruntukkan ruangan.

d. Atap

1) Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat perindukan serangga, tikus, dan binatang

pengganggu lainnya.

2) Atap yang lebih tinggi dari 10 meter harus dilengkapi penangkal petir.

e. Langit-langit

1) Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan.

2) Langit-langit tingginya minimal 2,70 meter dari lantai.

3) Kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu harus anti rayap.

f. Konstruksi

Balkon, beranda, dan talang harus sedemikian sehingga tidak terjadi genangan air yang dapat

menjadi tempat perindukannyamuk Aedes.

g. Pintu

Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah masuknya serangga, tikus, dan

binatang pengganggu lainnya.

h. Jaringan Instalasi

1) Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah, gas, listrik, sistem pengawasan,

sarana telekomunikasi, dan lain-lain harus memenuhi persyaratan teknis kesehatan agar aman

digunakan untuk tujuan pelayanan kesehatan.

2) Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilangan dengan pipa air limbah dan tidak boleh

bertekanan negatif untuk menghindari pencemaran air minum.

i. Lalu Lintas Antar Ruangan

1) Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan harus didisain sedemikian rupa dan dilengkapi

dengan petunjuk letak ruangan, sehingga memudahkan hubungan dan komunikasi antar ruangan

serta menghindari risiko terjadinya kecelakaan dan kontaminasi

2) Penggunaan tangga atau elevator dan lift harus dilengkapi dengan sarana pencegahan

kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk penggunaan yang mudah dipahami oleh pemakainya

atau untuk lift 4 (empat) lantai harus dilengkapi ARD (Automatic Rexserve Divide) yaitu alat yang

dapat mencari lantai terdekat bila listrik mati.

3) Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan mudah bila terjadi kebakaran atau

kejadian darurat lainnya dan dilengkapi ram untuk brankar.

j. Fasilitas Pemadam Kebakaran

Bangunan rumah sakit dilengkapi dengan fasilitas pemadam kebakaran sesuai dengan ketentuan

yang berlaku

PERMASALAHAN ARSITEKTURAL

Terdapat permasalahan arsitektural dimana kedua fungsi antara rumah dan klinik memiliki sifat

yang berbeda. Rumah membutuhkan suatu tingkat keprivasian yang lebih tinggi dibandingkan

dengan klinik.

Kelebihan Konsep Bekerja di Rumah:

1. Efisiensi waktu dan biaya ( tidak perlu sewa tempat, tidak butuh waktu lama untuk

mencapai tempat kerja)

2. Bisa lebih dekat dengan keluarga

3. Fleksibel mengatur waktu istirahat.

Kekurangan Konsep Bekerja di Rumah:

1. Harus siap dengan tambahan biaya listrik, air dan jaringan komunikasi

2. Harus siap dengan area parkir tambahan, untuk pegawai maupun untuk pasien.

Langkah mengkombinasikan 2 fungsi yang berbeda antara Rumah dan Klinik tidak lain dan tidak

bukan adalah dengan cara cermat membuat organisasi ruang, berikut penjabaranya:

1. Pikirkan Zonning Ruang

Mewadahi dua fungsi sekaligus membuat kita harus berpikir cerdik, dan tepat guna agar

manfaat kedua fungsi sesuai dengan yang kita butuhkan dan inginkan. Hal yang pertama

yang harus dipikirkan adalah pemisahan area. Apakah fungsi hunian dan klinik dipisah

secara ekstrem dengan membuat bangunan terpisah, namun masih berada dalam satu

halaman rumah? Atau dibuat seatap dengan rumah? Apabila seatap, maka pentingnya

perencanaan sirkulasi. Sirkulasi yang ideal adalah tidak saling mengganggu antara fungsi

hunian dan klinik. Konsep ini dapat diterjemahakan dengan membuat pintu masuk yang

berbeda.

2. Orientasi dan Sirkulasi Ruang

Orientasi atau tata ruang yang baik akan menunjang kenyamanan pengguna saat berada di

dalam ruang. Tak heran jika banyak konsep interior yang menggarisbawahi orientasi dan

sirkulasi ruang sebagai hal yang harus diperhatikan dengan cermat. Beberapa poin penting

yang perlu dicatat antara lain:

a. Hitung jumlah pengguna;

b. Data kebutuhan furniture;

c. Atur sirkulasi;

d. Pilih furniture yang sesuai dengan ukuran ruang;

e. Atur tata letak furniture;

f. Pilih pencahayaan yang pas.

3. Membuat Kamar mandi khusus klinik

4. Buat suatu ruang multi fungsi;

5. Parkir

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 tahun 2014 tentang Klinik

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1204 tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Rumah Sakit

SOHO, Small Office Home Office, Imelda Akmal Architectural Writer Studio, Penerbit Gramedia,

2010.