LAPORAN PENELITIAN - Institusional Repository IAIN SAS ...

93
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (LP2M) IAIN SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK BANGKA BELITUNG | IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN MUTU DI PERGURUAN TINGGI: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG LAYANAN MUTUDAN IMPLIKASINYA PADA KEPUASAN MAHASISWA DI BANGKABELITUNG Oleh: Dr. Andi Arif Rifa’i, M.Pd Winarno, M.H.I LAPORAN PENELITIAN TAHUN 2019

Transcript of LAPORAN PENELITIAN - Institusional Repository IAIN SAS ...

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN

MASYARAKAT (LP2M)

IAIN SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK BANGKA BELITUNG |

IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN MUTU DI

PERGURUAN TINGGI: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG

LAYANAN MUTUDAN IMPLIKASINYA PADA KEPUASAN

MAHASISWA DI BANGKABELITUNG

Oleh:

Dr. Andi Arif Rifa’i, M.Pd

Winarno, M.H.I

LAPORAN PENELITIAN

TAHUN 2019

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 1

LAPORAN HASIL PENELITIAN

IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN MUTU DI PERGURUAN

TINGGI: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG LAYANAN MUTU

DAN IMPLIKASINYA PADA KEPUASAN MAHASISWA DI BANGKA

BELITUNG

Oleh:

Dr. Andi Arif Rifa’i, M.Pd

Winarno, M.H.I

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK BANGKA BELITUNG

TAHUN 2019

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 2

DAFTAR ISI

Halaman Sampul .......................................................................................................... 1

Daftar Isi ....................................................................................................................... 2

Daftar Tabel ................................................................................................................. 3

Daftar Gambar ............................................................................................................ 4

BAB I Pendahuluan ..................................................................................................... 5

A. Latar Belakang Masalah Penelitian ................................................................... 5

B. Rumusan Masalah Penelitian ............................................................................ 8

C. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 9

BAB II Kajian Teori .................................................................................................... 10

A. Prinsip-prinsip Manajemen Mutu (Quality Management) ................................ 10

B. Mutu Layanan (service quality) ......................................................................... 29

C. Kepuasan Pelanggan (Mahasiswa) .................................................................... 31

D. Penelitian Terdahulu .......................................................................................... 33

BAB III Metode Penelitian ......................................................................................... 34

A. Pendekatan Penelitian ................................................................................ 34

B. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................. 34

C. Instrumen Peneltian ................................................................................... 36

D. Analisis Data ............................................................................................. 41

BAB IV Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................................... 50

A. Deskripsi Variabel Penelitian ....................................................................... 50

B. Uji Struktural Model ................................................................................... 61

BAB V Penutup ............................................................................................................ 68

A. Kesimpulan ................................................................................................ 68

B. Saran ......................................................................................................... 68

Bibliography ................................................................................................................. 69

Lampiran-Lampiran .................................................................................................... 71

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 3

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Prinsip-prinsip Manajemen Mutu

Tabel 2.2 Dimensi-dimensi mutu layanan pendidikan tinggi (Service quality

dimensions in higher education)

Tabel 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian

Tabel 3.2 Sebaran Butir Soal Angket (Kuesioner)

Tabel 3.3 Hasil Analisis Korelasi Uji Butir Angket

Tabel 3.4 Hasil Uji Reliability Statistics

Tabel 3.5 Indek Pengujian Kelayakan Model (Goodness of fit index)

Tabel 4.1 Konsistensi Tujuan

Tabel 4.2 Fokus Pada Pelanggan

Tabel 4.3 Kepemimpinan

Tabel 4.4 Pendekatan Proses

Tabel 4.5 Pelibatan Orang-orang

Tabel 4.6 Pengembangan Erkelanjutan

Tabel 4.7 Pendekatan Sistem dan Strategi

Tabel 4.8 Fokus SDM

Tabel 4.9 Pengembangan Kerjasama

Tabel 4.10 Otomatisasi dan Komunikasi

Tabel 4.11 Prosentase Jawaban Responden Terkait Layanan Mutu PT

Tabel 4.12 Prosentase Kepuasan Mahasiswa terhadap Layanan PT

Tabel 4.13 Indek Pengujian Kelayakan Model (Goodness of fit index)

Tabel 4.14 Model fit Summary Full Model (CMIN, GFI, FMIN, RSMEA, dan

Hoelter)

Tabel 4.14 Uji Goodness of fit index (GFI) dari Model Secara Keseluruhan

Tabel 4.15 Model fit Summary Modification Model (CMIN, GFI, FMIN, RSMEA, dan

Hoelter)

Tabel 4.16 Uji Goodness of fit index (GFI) dari Model Modifikasi Secara Keseluruhan

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 4

DAFTAR GAMBAR DAN DIAGRAM

Gambar 3.1 Model Implementasi Prinsip-Prinsp Manajemen Mutu Di Perguruan

Tinggi Dan Implikasinya Pada Kepuasan Mahasiswa

Gambar 3.2 CFA Model Variabel Implementasi Prinsip-prinsip Manajemen Mutu

Gambar 3.3 CFA Model Layanan Mutu (Service Quality)

Gambar 3.4 CFA Model Variabel Kepuasan Mahasiswa (Student Satisfaction)

Gambar 4.1 Uji Full Model Implementasi Prinsip-prinsip Manajemen Mutu di

Perguruan Tinggi dan Implikasinya pada Kepuasan Mahasiswa

Gambar 4.2 Model Fit Implementasi Prinsip-prinsip Manajemen Mutu di Perguruan

Tinggi dan Implikasinya pada Kepuasan Mahasiswa

Diagram 4.1 Penerapan Prinsip-prinsip Manajemen Mutu

Diagram 4.2 Deskripsi Layanan Mutu PT

Diagram 4.3 Prosentase Kepuasan Mahasiswa

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Penelitian

Fakta menunjukkan bahwa globalisasi telah menghadirkan persaingan nyata antar

bangsa yang tidak dapat dibantahkan lagi. Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikatakan

Mohammad Fakry Gaffar (2012) bahwa globalisasi telah menghilangkan skat-skat antar

bangsa, artinya globalisasi telah menyatukan aspek-aspek seperti ekonomi, informasi,

budaya, dan lainnya dalam berbagai interaksi.1 Globalisasi juga telah menghadirkan pasar

bebas, yang menuntut setiap bangsa memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berdaya

saing tinggi untuk dapat bersaing. Menyoal daya saing SDM bangsa Indonesia, dengan

melihat indeks pengembangan manusia yang dilaporkan UNDP, Indonesia masih belum

mampu berbicara banyak di level regional maupun internasional. Daya saing SDM

menurut laporan tersebut masih tertinggal jauh dari negara-negara tetangga dekat seperti;

Malaysia, Singapura dan negara Asia Tenggara lainnya.2 Fakta tersebut tentu merupakan

persoalan serius dan perlu segera dicari penyebab dan jalan keluarnya.

Permenristek Dikti Nomor 32 Tahun 2016, jelas menjabarkan bahwa daya saing

sumber daya manusia hanya dapat ditingkatkan dengan penyelenggaraan pendidikan

tinggi yang bermutu. Artinya problem SDM pada hakekarnya berkorelasi dengan

1 Mohammad Fakry Gaffar, Strategies In Managing Reforms of Indonesian Educational

Developmen (Bandung, 2012).127 2 Laporan UNDP dalam Human Development Index nya, Indonesia berada pada peringkat

121 dari 186 negara. Sedangkan laporan yang sama dari www.imd.ch menempatkan Indonesia pada peringkat 42 dari 61 negara, sedangkan Malaysia berada pada peringkat ke-14 dan Siangapura berada pada peringkat ke-3. Laporan yang lain dikeluarkan oleh Global Competitiveness Report (GCR) menempatkan Indonesia pada peringkat ke-34, sedangkan Singapura peringkat ke-2, Malaysia ke-20, Thailand ke-31 (sumber Renstra Kemenristek Dikti, 2015 p.13-14. Fakta tersebut sejalan dengan kondisi PT di Bangka Belitung, berdasarkan hasil akreditasi (pemenuhan standar minimal mutu) masih banyak yang mendapatkan akreditasi C baik institusi maupun program studi (sumber:BANPT).

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 6

problem mutu layanan (service quality) pendidikan tinggi yang ada. Sejalan dengan itu,

Bahrul Hayat dalam tulisannya denagan tegas memberikan catatan bahwa, untuk keluar

dari problematic paradox tersebut, maka pendidikan Indonesia harus membangun mutu

pendidikan (pursuit of excellence) sejalan dengan rujukan mutu (benchmarking)

kompetensi global (global competency) dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai

kearifan lokal.3 Turner (2011) memberikan catatan bahwa mengukur mutu Pendidikan

tinggi merupakan subjek yang kompleks dengan banyak cara menafsirkan

(mendefiniskan) mutu, dan banyak teori, model, serta indikator kinerja yang digunakan

untuk mencoba mengukur dan mengevaluasi mutu.4

Perbincangan mutu bukan hal yang baru, namun telah menarik banyak pihak

untuk melakukan pengkajian yang komprehensif. Implikasi kajian mutu dapat terlihat

dari banyaknya definisi mutu, seperti mutu pendidikan dimaknai sebagai membuat

sesuatu terjadi (mewujudkan), yangmana kesuksesan (keberhasilan) merupakan hasil dari

penyempurnaan proses, kerja keras dan belajar dari kegagalan.5 Selain itu, dalam konteks

layanan pendidikan pemaknaan mutu dapat menggunakan pendekatan kepuasan

pelanggan. Artinya mutu pendidikan atau layanan pendidik dapat dilihat dari seberapa

puas stakholeder (mahasiswa, orang tua dan pengguna jasa pendidikan lainnya)

menunjukkan kepuasan. Sejalan dengan itu, Misra (2006:11-12) mendefinisikan mutu

dengan istilah fitness for purpose, yaitu memenuhi tujuan yang ditetapkan, spesifikasi,

dan kepuasan pelanggan.6 Oleh sebab itu, untuk dapat memperbaiki proses guna

3 Bahrul Hayat and S.Yusuf, Benchmark Internasional Mutu Pendidikan (Jakarta: Bumi

Aksara, 2010). 3 4 David Andrew Turner, Quality in Higher Education (Rotterdam: SENSE Publisher,

2011).1 5 Charles Hoy, Colin Bayne-Jardine, and Margaret Wood, Improving Quality in Education

(London: Falmer Press, 2000). 17 6 Sanjaya Misra, Quality Assurance in Higher Education: An Introduction (India: NAAC,

2006). 11-12

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 7

mewujudkan mutu maka lembaga pendidikan tinggi perlu terus (secara kontinyu)

mengelola proses pendidikannya dengan mengedepankan kualitas (atau sering disebut

dengan istilah manajemen mutu). Dengan mengedepankan mutu maka secara tidak

langsung telah mewujudkan atau melebihi harapan pelanggan (memuaskan pelanggan).

Persoalan daya saing SDM Bangsa Indonesia pada dasasrnya terletak pada

rendahnya mutu (kualitas) pendidikan itu sendiri. Sehingga, sudah selayaknya lembaga

pendidikan terutama sekali pemimpin (leader) dan pelaku pendidikan lain senantiasa

berfikir strategis terutama dalam mengembangkan lembaganya. Tanpa ada upaya

menjawab persoalan secara strategis dan sitematis tentu sulit meminimalisir tantangan

zaman yang semakin hari semakin besar. Dalam konteks ini, pemimpin maupun seluruh

pihak yang berkepentingan perlu memperhatikan bagaimana sebuah lembaga pendidikan

dikembangkan menuju tujuan akhir sebuah puncak piramida yang disebut Quality.

Pengembangan ini tentunya mengarah pada bagaimana mengembangkan mutu sebuah

lembaga dengan memperkuat berbagai aspek pendukungnya. Oleh karena pentingnya

pengembangan kelembagaan dan mutu proses menuju pencapaian tujuan pendidikan,

maka dalam penelitian ini akan dibahas bagaimana pengembangan mutu atau

pengembangan mutu berkelanjutan (continuous quality improvement) sebuah lembaga

pendidikan dilakukan melalui implementasi prinsip-prinsip manajemen mutu dalam

menciptakan layanan mutu dan implikasinya terhadap kepuasan mahasiswa Perguruan

Tinggi (PT). Berdasarkan pada kajian praktis dan teoritis tersebut, maka penelitian ini

mengangkat tema sentral “Implementasi Prinsip-prinsip Manajemen Mutu di Perguruan

Tinggi: Analisis Faktor-faktor Pendukung Layanan Mutu dan Implikasinya pada

Kepuasan Mahasiswa di Bangka Belitung”.

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 8

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan pada paparan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1) Bagaimana gambaran implementasi prinsip-prinsip manajemen mutu pada

Perguruan Tinggi se-provinsi Bangka Belitung?

2) Faktor-faktor manajemen mutu apa saja yang membentuk terciptanya mutu

layanan di perguruan tinggi se provinsi Bangka Belitung?

3) Faktor-faktor apa saja yang mendukung timbulnya kepuasan mahasiswa di

perguruan tinggi se provinsi Bangka Belitung?

4) Bagaiaman fit model pengaruh implementasi prinsip-prinsip manajemen mutu

terhadap mutu layanan dan kepuasan mahasiswa perguruan tinggi di Bangka

Belitung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada umusan masalah pada sub pembahasan di atas, maka penelitian

ini bertujuan untuk:

1) Mendeskripsikan implementasi prinsip-prinsip manajemen mutu pada perguruan

tinggi se-provinsi kepulauan Bangka Belitung

2) Mendeskripsikan faktor-faktor manajemen mutu yang membentuk terciptanya

mutu layanan (quality services) pada perguruan tinggi se provinsi kepulauan

Bangka Belitung.

3) Mendeskripsikan faktor-faktor pendukung kepuasan mahasiswa di perguruan tinggi

se provinsi kepulauan Bangka Belitung.

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 9

4) Membangun model fit pengaruh implementasi prinsip-prinsip manajemen mutu

terhadap mutu layanan dan implikasinya terhadap kepuasan mahasiswa.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitan ini diarapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1) Dapat menambah hasanah kajian keilmuan manajemen pendidikan terutama

manajemen mutu pendidikan tinggi.

2) Dapat memberikan tawaran teoritis model peningkatan kualitas (mutu) layanan

guna meningkatkan kepuasan mahasiswa melalui penerapan prinsip-prinsip

manajemen mutu.

3) Memberikan dasar pada peneliti selanjutnya dalam mengkaji manajemen mutu

pendidikan tinggi.

4) Dapat dijadikan acuan oleh perguruan tinggi untuk meningkatkan mutu

layanannya dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen mutu dengan

komprehensif.

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Prinsip-prinsip Manajemen Mutu (Quality Management)

Manajemen mutu secara bahasa terdiri dari dua kata yaitu manajemen dan mutu.

Manajemen sendiri memiliki makna perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan

kontrol. Memaknai manajemen tidak sesulit memberikan makna pada kata mutu

(Quality). Bahkan Sallis sendiri menyadari sulitnya mewujudkan mutu output pendidikan

didasarkan pada standar tertentu. 7 Lebih lanjut, ia memberikan catatan bahwa pendidikan

merupakan bentuk pelayanan terhadap stakeholder yang outputnya tidak sama dengan

produk dalam dunia industri.8 Berikut ini akan dijelaskan apa makna mutu, mutu

Pendidikan, konsep manajemen mutu dan prinsip-prinsip manajemen mutu:

1. Definisi Mutu

Kata mutu menurut pandangan Sallis (2002) dapat dimaknai sebagai

peningkatan berkelanjutan (continuous improvement), keunggulan, dan memenuhi

tuntutan pelanggan (customer requirements).9 Lebih lanjut, Kenneth H. Rose (2005)

secara tegas menyebut mutu sangat dekat dengan tuntutan pelanggan (customer

requirement). Oleh karenanya menjamin mutu proses merupakan langkah awal menuju

mutu produk atau layanan yang dihasilkan. 10 Sehingga mutu senantiasa menjadi agenda

7 Edward Sallis. 2002. Total Quality Management in Education Third edition. (London: Kogan

Page). p.18-19 8 Edward Sallis. 2002. Total Quality Management in Education Third edition. (London: Kogan

Page). p.19-20 9 Carlos Noronha, The Theory of Culture-Specific Total Quality Management: Quality

Management in Chinese Regions. (New York: Palgrave, 2002).13 10 Kenneth H. Rose, Project Quality Management: Why, What and How (USA: J. Ross

Publishing, 2005).6

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 11

tertinggi dan peningkatan mutu merupakan tugas penting yang dihadapi oleh setiap

institusi, sebab mutu identik dengan kualitas tinggi atau kualitas terbaik. 11

Dalam catatan sejarah mutu, Walter Shewhart (bekerja pada Bell Laboratories)

telah meletakkan dasar teknik statistik dan membawanya masuk kedalam pertimbangan

berbagai variasi dari arus utama mutu. Oleh karena itu Shewhart dikenal sebagai “the

father of statistical quality control (bapak statistik kontrol mutu)”. Ia juga merupakan

pembimbing dari dua tokoh mutu yang terkenal seperti W. Edward Deming dan Josep

M. Juran. Deming merupakan tokoh mutu yang pendekatannya didasarkan pada statistik,

akan tetapi juga fokus pada tanggung jawab manajemen. Sedangkan Joseph M. Juran

pendekatan mutunya lebih fokus pada isu-isu strategis dan perencanaan. Dimana Juran

percaya bahwa mutu yang buruk dihasilkan oleh perencanaan yang tidak memadai atau

tidak efektif. Juran mengusulkan konsep yang dikenal dengan istilah Trilogi Juran atau

yang disebut dengan pendekatan tiga langkah mutu yang meliputi perencanaan mutu,

kontrol mutu, dan peningkatan mutu. 12

Perkembangan pendekatan mutu pada akhirnya sampai pada istilah nol cacat

(Zero Defect) dikenalkan oleh Crosby, didasari oleh keyakinan bahwa mutu didukung

kesempuranaan secara teknis maupun secara ekonomi.13 Pendekatan mutu Crosby tidak

seperti pendahulunya yang focus pada statistic, namun ia lebih fokus pada aspek perilaku

dan motivasi kerja. Dari semua perintis mutu, Crosby merupakan salah satu yang paling

sukses menjual ide-idenya melalui konsultasi dan pelatihan.14 Lebih lanjut, Crosby

memandang mutu sebagai kesesuaian dengan persyaratan (tuntutan). Mutu merupakan

11 Edward Sallis, Total Quality Management in Education Third Edition (London: Kogan

Page, 2002).12 12 Rose, Project Quality Management: Why, What and How. 27-31 13 Mohamed Zairi, Total Quality Management for Engeeners (Cambridge: Woodhead

Publishing Ltd., 1991).15 14 Rose, Project Quality Management: Why, What and How.30

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 12

hasil dari pencegahan cacat, bukan inspeksi dan koreksi cacat berikutnya. Dia percaya

bahwa tujuan dari setiap proses harus nol cacat, dan istilah ini menjadi “mantra” yang

menyebar luas di dunia pemerintahan dan industry pada masa itu. Sedangkan pengaruh

besar Kaoru Ishikawa pada mutu sering kali tidak dikenali hanya karena kontribusinya

telah begitu mendarah daging sehingga mereka tampak sebagai bagian alami dari banyak

hal. 15

Konsep mutu selanjutnya datang dari Isikawa yang tidak jauh berbeda dari

Crosby. Dalam konsep mutunya Isikawa lebih menekankan pada pelatihan dan

pendidikan pekerja sebagai dasar mutu. Bahkan ia menciptakan lingkaran mutu,

meningkatkan peran pekerja dalam menyelesaikan masalah dan mengidentifikasi peluang

untuk perbaikan. Tokoh mutu lain, Genichi Taguchi terkenal karena pendekatan

inovatifnya terhadap mutu yang dikenal sebagai "metode Taguchi." Konsep Taguchi

merupakan kelanjutan dari pekerjaan pendahulunya seperti Shewhart dalam statistik dan

pekerjaan Deming dalam peningkatan mutu.16

Dari berbagai pendekatan mutu para ahli di atas, pendekatan baru seperti Six

Sigma juga layak untuk dijadikan rujukan guna mengkaji mutu. Pendekatan Six Sigma

merupakan pada hakekatya merupakan proses berpikir yang mempertimbangkan input,

output, dan variabel terkontrol dan tidak terkontrol. Praktik Six Sigma sangat tergantung

pada keputusan berbasis data, sehingga data, fakta, dan angka memainkan peran kunci

dalam pendekatan ini. Oleh karenanya, alat standar mutu dan alat statistik digunakan

selama implementasi pendekatan ini.17 Semua alat dalam pendekatan Sig Sigma

diintegrasikan ke dalam metodologi standar yang disingkat dengan istilah (akronim)

15 Rose. 27-31 16 Rose. 27-31 17 Rose.33

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 13

“DMAIC,” yang berfungsi untuk mendefinisikan, mengukur, menganalisis,

meningkatkan, dan mengendalikan mutu, yang jabarannya adalah sebagai berikut:

a. Define customers and requirements (Menentukan pelanggan dan persyaratan)

b. Measure things critical to quality (Mengukur hal-hal penting untuk mutu)

c. Analyze baseline, opportunities, objectives, and root causes (Analisis

baseline, peluang, tujuan, dan akar penyebab)

d. Improve the process (Tingkatkan prosesnya)

e. Control the process (Kontrol proses). 18

Dengan banyaknya makna mutu dengan pendekatan yang berbeda dari berbagai

pakar mutu, maka sebelum memperbincangkan subjek mutu secara mendalam harus

disepakati terlebih dahulu apa hakekat dari kata “mutu”. Berikut ini adalah beberapa

pemaknaan mutu oleh beberpa pakar mutu yang dapat dijadikan pertimbangan atau bahan

rujukan:

a. Mutu merupakan tingkat keunggulan (sumber The Concise Oxford Dictionary)

b. Mutu merupakan kesesuaian dengan tujuan (konsep dari Defoe dan Juran),

c. Mutu merupakan Totalitas fitur dan karakteristik yang bergantung pada

kemampuan suatu produk atau layanan untuk memenuhi kebutuhan yang

diberikan (British Standard 4778-British Standards Institution)

d. Mutu merupakan keseaian dengan tuntutan (prasyarat) (Crosby)

e. Mutu adalah keadaan dinamis yang terkait dengan produk, layanan, orang,

proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melampaui harapan dan

membantu menghasilkan nilai superior (Goetsch dan Davis).19

18 Rose.33 19 Graeme Knowles, Quality Management (Bookboon, 2014).10

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 14

Dari kajian beberapa pendekatan mutu, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

makna mutu yang variative pada dasarnya disebabkan oleh perbedaan pendekatan dalam

mengkaji mutu. Ketika mutu dilihat sebagai sesuatu yang sempurna maka tidak ada

toleransi sedikitpun untuk kesalahan proses. Namun berbeda ketika mutu merupakan

kesesuaian antara layanan dengan harapan pelanggan, maka kepuasan pelanggan sebagai

dalah satu ukurannya. Dalam penelitian ini konsep mutu dilihat dari sudut pandang

bagaimana tuntutan atau harapan pelanggan dipenuhi oleh penyedia layanan, yang dalam

hal ini ditunjukkan dengan bagaimana perguruan tinggi mewujudkan tuntutan atau

harapan-harapan pelanggannya sehingga timbul kepuasan dalamdiri mahasiswa. Namun

perlu digaris bawahi bahwa mutu dalam terminology industry tidak sama dengan mutu

dalam dunia Pendidikan.

2. Mutu Pendidikan

Masyarakat pada umumnya akan mencari pendidikan yang bermutu (berkualitas),

dengan alasan bahwa sekolah yang baik umumnya memberikan manfaat baik secara

ekonomi maupun sosial bagi stakeholdernya.20 Pendidikan bermutu (berkualitas) tidak

hanya bagi siswa terbaik akan tetapi juga untuk seluruh siswa yang sering merasa

kehilangan haknya disebabkan sistem Pendidikan yang ada. 21 Peningkatan mutu idealnya

dicapai (dirasakan) oleh seluruh elemen sekolah: seperti para guru, para siswa, semua

staf, orang tua dan masyarakat luas. 22

Sejak tahun 1950-an disatu sisi orang dapat berbicara tentang "kesenjangan

mutu”, dimana pemerintah suatu negara berusaha untuk meningkatkan jumlah siswa yang

20 Rita and Marco Portales, Quality Education for Latinos and Latinas: Print Oral Skills for All

Students, K-College (Austin: University of Texas Press, 2005).2 21 Rita and Portales.65 22 Hoy, Bayne-Jardine, and Wood, Improving Quality in Education.13

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 15

terdaftar (menjadi peserta didik), di sisi lain, terjadi penurunan investasi yang

berkelanjutan. Pendidikan tinggi cendering lebih banyak terkait dengan lebih sedikit uang

(dana), akan tetapi pada saat yang sama, mutu Pendidikan tinggi diharapkan dapat

dipertahankan atau bahkan ditingkatkan.23 Kondisi ini membawa pada diskusi intensif

dari para ahli pendidikan untuk merumuskan konsep mutu pendidikan dan pada akhirnya

membawa pada pendekatan mutu yang bervariasi.

Meskipun sulit untuk menjabarkan (menjelaskan) mutu dalam wilayah kajian

pendidikan, beberapa peneliti seperti Chua (2004) dan Barat, et al, (2000) (dalam Titov

dan Tuulik, 2013:30) mencoba mengartikan mutu pendidikan tinggi dalam terminologi

Input-Proses-Output. Dimana input mengacu pada persyaratan masuk, Process untuk

proses belajar mengajar, dan output untuk kemampuan bekerja dan peringkat akademik.

Dalam terminologi ini dapat dipahami bahwa untuk mendapatkan output yang bermutu

maka input dan proses pendidikan harus dijamin mutunya.24 Sehingga mutu pendidikan

jelas berhubungan dengan tujuan pendidikan (pencapaian tujuan pendidikan).25

Pencapaian tujuan pendidikan hanya dapat terwujud dengan adanya efektifitas input,

proses dan output pendidikan.

Namun, mutu sering kali didefinisikan dalam terminologi dan penekanan pada

hasil yang cocok (sesuai) dengan kepuasan pelanggan (customer’s satisfaction).

Pemaknaan yang demikian itu, memunculkan definisi mutu sebagai sejauh mana hasil

memenuhi persyaratan (tuntutan) pelanggan. 26 Secara lebih rinci. mutu pendidikan

23 Jan Kohoutek, ed., Studies on Higher Education Implementation (Bucharest: UNESCO,

2009).27 24 Eneken Titovand Krista Tuulik. Management of Higher Education Institution: Quality

Management through Value Based Management. American International Journal of Contemporary Research Vol. 3 No. 9; September 2013 © Center for Promoting Ideas, USA www.aijcrnet.com. p.30

25 Hoy, Bayne-Jardine, and Wood.13 26 Hoy, Bayne-Jardine, and Wood.16

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 16

merupakan evaluasi dari proses pendidikan yang dapat meningkatkan kebutuhan untuk

mencapai dan mengembangkan bakat pelanggan (siswa) melaui proses pembelajaran, dan

pada saat yang sama juga dituntut untuk memenuhi standar akuntabilitas yang ditetapkan

oleh klien (orang tua atau penyandang dana) yang membayar untuk proses atau output

dari pendidikan.27 Oleh karenanya, berbagai tuntutan atas jaminan mutu proses

pendidikan memunculkan berbagai konsep pendekatan dalam jaminan mutu pendidikan.

Dalam menjamin mutu pendidikan, tugas mendesain alat ukur mutu merupakan

tanggung jawab dari manajemen mutu. Sehingga representasi dari anggota manajemen

harus memahamai hal-hal seperti; (1) data apa yang ingin dikumpulkan pengguna, dan

(2) bagaimana alat ukur akan digunakan dalam sistem mutu.28 Tantangan dan tuntutan

jaminan mutu terhadap lembaga pendidikan dan non pendidikan memunculkan organisasi

standarisasi mutu seperti ISO dan organisasi lainnya. ISO (Organisasi Internasional

untuk Standardisasi) merupakan badan (organisasi) global yang berkantor pusat di

Jenewa Swiss yang mengembangkan konsensus standar untuk penggunaan di seluruh

dunia. Seri-seri dari standar ISO 9000 membahas sistem manajemen mutu, dimana seri

ini mencakup tiga standar:

a. ISO 9000, Sistem manajemen mutu - Dasar-dasar dan kosa kata

b. ISO 9001, Sistem manajemen mutu – Persyaratan

c. ISO 9004, Sistem manajemen mutu - Pedoman untuk peningkatan kinerja. 2930

Beberapa karakteristik mutu terkait dengan produk atau layanan adalah sebagai

berikut:

27 Hoy, Bayne-Jardine, and Wood.11-12 28 Peter D. Mauch, Quality Management: Theory and Application (London: CRC Press Taylor

& Francis Group, 2010).33 29 Rose, Project Quality Management: Why, What and How.34 30 Zairi, Total Quality Management for Engeeners. 62

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 17

a. Grade (peringkat): Kategori atau indikator peringkat produk, proses atau layanan

yang ditujukan untuk penggunaan fungsional yang sama, tetapi dengan

serangkaian kebutuhan yang berbeda

b. Ketidaksempurnaan: hilangnya karakteristik mutu dari level atau negara yang

dimaksud tanpa kaitan apa pun dengan kesesuaian dengan persyaratan spesifikasi

atau kegunaan produk atau layanan

c. Ketidaksesuaian: hilangnya karakteristik mutu dari tingkat atau keadaan yang

diinginkan yang terjadi dengan tingkat keparahan yang cukup untuk

menyebabkan produk atau layanan terkait tidak memenuhi persyaratan

spesifikasi.

d. Cacat: hilangnya karakteristik mutu dari tingkat atau keadaan yang diinginkan

yang terjadi dengan tingkat keparahan yang cukup untuk menyebabkan produk

atau layanan terkait tidak memenuhi persyaratan penggunaan yang normal, atau

dapat diperkirakan secara wajar, penggunaan. 31

Lembaga pendidikan bermutu akan melihat standar pendidikan sebagai sesuatu

tarjet yang harus dicapai antara lain:

a. Pencapaian dan kemajuan yang memuaskan dalam mata pelajaran kurikulum

oleh mayoritas siswa (mahasiswa). Hal ini akan terbukti dalam penilaian ujian

dan pencapaian akreditasi.

b. Tidak adanya perilaku yang mengganggu, masalah disiplin atau pengecualian.

c. Tidak ada insiden ketegangan rasial atau pelecehan.

31 Zairi.36

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 18

d. Kehadiran yang memuaskan dari sebagian besar siswa, dan dari kelompok

siswa tertentu, linier dengan tingkat pembolosan yang rendah. 32

Dari kajian mutu pendidikan di atas dapat disimpulkan bahwa sebuah 'Pendidikan

Bermutu' berasal dari usaha untuk mewujudkan sesuatu, bukan membiarkan hal-hal

terjadi. Tidak ada rahasia untuk sukses dalam peningkatan mutu, sehingga mencarinya

(rahasia itu) adalah pekerjaan yang membuang-buang waktu. Hakekat dari kesukses

adalah hasil dari menyempurnakan proses, kerja keras, dan belajar dari kegagalan.33

Artinya mutu Pendidikan hadir karena proses Pendidikan yang dijaga kualitasnya

(mutunya) tidak dibiarkan tanpa adanya kontrol berkelanjutan (sustainable control).

Penjaminan mutu pendidikan hanya efektif jika lembaga pendidikan mempraktikkan

konsep manajemen mutu dalam pengelolaan program-progamnya.

3. Konsep Manajemen Mutu

Sejarah mencatat, pada akhir tahun 1970-an dan awal 1980-an terjadi evolusi

cepat sistem manajemen mutu di Barat, terutama Amerika Serikat. Hal ini sebagian besar

disebabkan oleh fakta bahwa Jepang mampu mengintegrasikan banyak konsep

pengendalian mutu dari Amerika ke dalam sistem mereka sendiri, sehingga menciptakan

kontrol mutu terpadu gaya Jepang yang unik dan dikenal sebagai TQC (Total Quality

Control).34 Dale et al. (dalam Noronha) dalam telaahnya mengemukakan bahwa evolusi

sistem mutu secara kasar dapat dibagi menjadi empat tahap yaitu, inspeksi, kontrol mutu

(quality control), jaminan mutu (quality assurance), dan manajemen mutu terpadu

(TQM).35

32 Hoy, Bayne-Jardine, and Wood, Improving Quality in Education.20 33 Hoy, Bayne-Jardine, and Wood.17 34 Noronha, The Theory of Culture-Specific Total Quality Management: Quality Management in

Chinese Regions.17 35 Noronha.17

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 19

Pada awal perkembangannya, manajemen mutu tradisional lebih menitik beratkan

perhatiannya pada pengembangan prosedur yang digunakan untuk menentukan

kesesuaian atau ketidaksesuaian (inspeksi) produk. Dalam konsep ini, keadilan dan

obyektivitas memainkan peran yang hampir sama dengan relevansi dalam penentuan

prosedur mutu yang sesuai. 36 Pada fase selanjutya, pendekatan terhadap mutu mengalami

perkembangan signifikan yang melahirkan keragaam konsep manajemen mutu, antara

lain: kontrol kualitas (quality control), jaminan kualitas (quality assurance), peningkatan

kualitas (quality enhacement), pengembangan kualitas (quality development) /

peningkatan kualitas (quality improvement) dan manajemen mutu terpadu (TQM). 37

Manajemen mutu terpadu harus dilihat sebagai filosofi atau perubahan paradigma bagi

manajer modern. Seseorang tidak bisa begitu saja memandang TQM sebagai seperangkat

teknik atau alat penting yang dapat langsung diterapkan untuk memecahkan masalah

organisasi dalam pengaturan apa pun. 38

Dalam praktik manajemen mutu (quality management practice) dijelaskan bahwa

jika sebuah organisasi ingin memberikan ‘nilai (value)’ kepada pelanggannya, maka

mereka harus mempertimbangkan bagaimana dapat meningkatkan nilai (value)

pelanggan. Ada sejumlah prinsip yang penting bagi praktik manajemen mutu yaitu:

a. Fokus Pelanggan: Jika organisasi ingin menciptakan nilai bagi pelanggan mereka,

organisasi perlu menjadi obsesif dalam memahami pelanggannya dan tuntutan

serta harapan mereka.

b. Fokus Strategis: Manajemen Mutu harus menjadi upaya strategis. Jika organosasi

bertahan dan berkembang melalui pemberian nilai kepada pelanggan mereka,

36 Mauch, Quality Management: Theory and Application. 37 Hoy, Bayne-Jardine, and Wood. 14 38 Noronha, The Theory of Culture-Specific Total Quality Management: Quality Management in

Chinese Regions.3

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 20

maka mereka harus memperlakukan hal itu sebagai tujuan strategis utama,

menciptakan visi strategis dan menyebarkan ini ke seluruh organisasi dalam

kaitannya dengan tujuan dan tindakan. Hal tersebut juga menyiratkan komitmen

dan fokus jangka panjang.

c. Fokus Kepemimpinan: Tidak ada yang terjadi di organisasi mana pun tanpa

komitmen pemimpin, mereka merupakan penggerak aktif strategi, dan

keterlibatan positif yang konsisten dengan implementasi strategi.

d. Fokus Proses: Selama ini organisasi hanya terobsesi dengan hasil. Faktanya hasil

didorong oleh aplikasi efektif dari proses yang sesuai. Perlu adanya pengalihan

fokus penekanan dari penilaian kinerja hasil ke pengembangan dan kontrol proses

untuk memberikan nilai pelanggan.

e. People Focus: Manajemen mutu pada dasarnya tentang orang. Proses hanya

efektif dalam memberikan nilai pelanggan jika dikaitkan dengan perilaku yang

sesuai dari individu yang terlibat. Suatu proses yang sangat baik dapat

dikecewakan oleh anggota staf yang terdemotivasi atau kurang terlatih. Aspek

penting dalam mengelola mutu adalah penciptaan tenaga kerja yang termotivasi

dan berdaya yang dapat bekerja dengan dan pada proses untuk memaksimalkan

nilai pelanggan.

f. Fokus Ilmiah: Manajemen mutu pada dasarnya didasarkan pada metode Ilmiah

(scientific method) dengan tahapan; Rencanakan (Plan), lakukan (Do), studi

(Study), dan tindakan (Act). Ketika keputusan dievaluasi berdasarkan bukti dan

data, dan hasil evaluasi ini selanjutnya digunakan untuk mendorong iterasi

tindakan lebih lanjut. Hal ini perlu didukung oleh penggunaan alat analitik yang

tepat untuk memperoleh informasi maksimum dari data yang tersedia.

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 21

g. Peningkatan Berkesinambungan, Inovasi, dan Pembelajaran: Inti dari manajemen

mutu adalah ketidakpuasan terhadap status quo. Peningkatan proses dalam

organisasi tidak hanya terkait menanggapi masalah (meskipun ini perlu) akan

tetapi tentang bagaimana secara proaktif mempelajari pelanggan, proses dan

perilaku; serta untuk memperbaiki praktik yang ada, atau berinovasi dalam

mengembangkan pasar, proses, dan praktik baru.

h. Sistem Berfikir (System Thinking): Senge (1999) memiliki ‘system thinking’

sebagai ‘fifth discipline’ karena mutu merupakan integrasi. Artinya dengan

mengintegrasikan konsep-konsep kunci dan melihat organisasi secara holistik

organisasi dapat menciptakan sinergi antara elemen-elemen pemikiran dan

menyebarluaskan keseluruhan elemen organisasi. 39

Dari berbagai kajian tersebut, secara khusus, doktrin dari guru-guru mutu seperti

Crosby (1979, 1986), Deming (1986), Feigenbaum (1991), Juran (1951, 1988, 1989,

1992, 1995), dan master mutu Jepang seperti Imai (1991), Ishikawa (1985, 1990), dan

Mizuno (1979, 1988), semuanya menekankan pentingnya faktor budaya dan manusia

dalam manajemen mutu yang sukses.40 Konsep mutu yang sukses seperti mutu total atau

manajemen mutu terpadu (total quality management) tidak hanya sekadar 'baik dan

tersenyum kepada pelanggan', akan tetapi mutu terpadu terkait dengan mendengarkan dan

mengadakan dialog tentang ketakutan dan aspirasi orang. Aspek terbaik dari peran

profesional adalah tentang menjaga standar akademik dan kejuruan yang tinggi. Secara

praktik memadukan aspek profesionalisme terbaik dengan mutu total sangat penting

untuk mewujudkan kesuksesan. 41

39 Knowles, Quality Management.11-12 40 Noronha.3 41 Sallis, Total Quality Management in Education Third Edition.12

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 22

Kesimpulan dari pendekatan manajemen mutu lebih merupakan seni daripada

sains, prinsip-prinsip ini bukan hukum abadi seperti yang ada dalam ilmu fisika.

Sebaliknya, lebih sebagai panduan untuk bertindak dan dapat berubah seiring waktu.

Kadang-kadang prinsip-prinsip tertentu harus diubah atau prinsip-prinsip baru harus

dirumuskan agar sesuai dengan keadaan atau perubahan dalam praktik organisasi. 42 Oleh

karena itu prinsip-prinsip manajemen mutu perlu dilakukan studi lebih lanjut sejalan

dengan perkembangan zaman.

4. Prinsip-prinsip Manajemen Mutu

Dalam menelaah prinsip-prinsip manajemen mutu, pendekatan Crosby terhadap

mutu total dapat dijadikan pijakan, dimana ia memberikan pandangan bahwa mutu dapat

diwujudkan dengan mengubah budaya dan sikap di dalam organisasi guna

mengimplementasikan peningkatan berkelanjutan. Pendekatan Crosby ini lebih

berorientasi pada manajemen daripada berorientasi alat, karena tidak merujuk sama sekali

pada kontrol mutu dengan menggunakan berbagai teknik statistik. 43 Lebih lanjut, Goetsch

dan Davis (1994: 122) menyebut dengan istilah budaya mut, dimana ia mendefinisikan

budaya mutu sebagai ‘sistem nilai organisasi yang menghasilkan lingkungan yang

kondusif bagi pembentukan dan peningkatan mutu berkelanjutan dan terdiri dari nilai-

nilai, tradisi, prosedur, dan harapan yang mengedepankan mutu’. Sehingga setiap proses

mutu spesifik, alat manajemen mutu, dan hasil mutu harus dilihat sebagai himpunan

bagian dari prinsip panduan yang lebih luas.44 Konsep tersebut tidak hanya pada lembaga

profit namun juga non profit seperti lembaga pendidikan.

42 Mauch, Quality Management: Theory and Application.46 43 Zairi.25 44 Noronha, The Theory of Culture-Specific Total Quality Management: Quality Management in

Chinese Regions.14

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 23

Praktik pengelolaan lembaga pendidikan khususnya pendidikan tinggi perlu

menerapkan prinsip-prinsip manajemen mutu guna menciptakan mutu pendidikannya.

Artinya mutu pendidikan tinggi harus dikelola (dimanaj) dengan baik sehingga

menghasilkan lulusan yang berkualitas dan berdaya saing. Untuk itu layanan pendidikan

tinggi harus dikelola dengan menerapkan pendekatan mutu atau manajemen mutu (quality

management) yang pada dasarnya memiliki prinsip-prinsip khusus yang berbeda dengan

manajemen pada umumnya. Adapun prinsip-prinsip manajemen mutu menurut berbagai

sumber yang dapat dijadikan dasar seperti; 14 prinsip manajemen mutu Deming, prinsip-

prinsip kunci model EFQM, prinsip ISO 9000, MBA (Malcom Baldrige Award) dan BSC

(Balance Score Card), deskripsinya sebagai berikut:

a. Deming

Berikut adalah 14 prinsip manajemen mutu menurut Demings:

1) Menciptakan konsistensi tujuan terhadap mutu produk

2) Menolak untuk menerima tingkat biasa dari kesalahan, keterlambatan,

kerusakan dan eror (kekeliruan).

3) Berhenti bergantung pada inspeksi masa (masyarakat).

4) Berhenti menghargai bisnis pada basis harga saja – kurangi jumlah pemasok

dan tututan pada ukuran penting dari mutu.

5) Kembangkan program-program peningkatan lebih lanjut dari biaya, mutu,

produktivitas, dan layanan.

6) Lembagakan training (pelatihan) untuk seluruh pekerja.

7) Fokus pada membantu pekerja untuk melakukan pekerjaan lebih baik.

8) Dorong keluar tanpa takut (kawatir) dengan meyakinkan komunikasi dua

arah.

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 24

9) Putuskan hambatan (penghalang) antar departemen guna meyakinkan

penyelesaian masalah melalui kerja tim.

10) Kurangi (hilangkan) tujuan numerical (bersifat angka), poster-poster, dan

slogan-slogan yang menuntut peningkatan tanpa mengatakan bagaimana hal

itu dicapai.

11) Kurangi jumlah kesewenang-wenangan yang mengganggu mutu.

12) Hilangkan penghalang yang menghentikan orang-orang memiliki

kebanggaan dalam pekerjaan mereka.

13) Lembagakan program-program penuh semangat dari pendidikan sepanjang

hayat (lifelong education), pelatihan dan peningkatan diri.

14) Taruh (tempatkan) setiap orang untuk bekerja pada mengimplementasikan 14

poin ini.45

b. EFQM

Konsep fundamental dari excellence atau model EFQM, pada dasarnya dapat

digunakan untuk semua jenis organisasi tanpa mempedulikan sektor, baik industri atau

yang lainnya. Adapun prinsip-prinsip kunci dari EFQM Excellence Model adalah

sebagai berikut:

1) Berorientasi hasil (results orientation).

2) Fukus pelanggan (customer focus).

3) Kepemimpinan dan konsistensi dari tujuan (leadership & constancy of

purpose).

45 M. Armstrong. 2006. A Handbook of Management Techniques (Third). (London: Kogan

Page Limited). p.151

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 25

4) Manajemen dengan proses-proses dan fakta-fakta (management by processes

& facts).

5) Pengembangan dan pelibatan Orang-orang (people development &

involvement).

6) Belajar, pengembangan dan inovasi berkelanjutan (continuous learning,

improvement & innovation).

7) Pengembangan persekutuan (partnership development).

8) Tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) 46.47

c. ISO9000

Filosofi dibalik ISO9000 adalah mutu harus dibangun dalam sistem dan prosedur

dari organisasi, dimana penekanannya terletak pada pencegahan (prevention) dari pada

pengobatan (cure) 48. 49 Adapun prinsip-prinsip dari ISO9000 adalah sebagai berikut:

1) Fokus pelanggan (customer focus)

2) Kepemimpinan (leadership)

3) Pelibatan orang-orang (involvement of people)

4) Pendekatan proses (process approach)

5) Pendakatan sistem manajemen (Systems approach to management)

6) Peningkatan berkelanjutan (Continuous improvement) 50.51

46 (Jancikova & Brychta, 2009:86-87) 47 Jancikova, A., & Brychta, K. (2009). TQM and Organizational Culture as Significant

Factors in Ensuring Competitive Advantage : A Theoretical Perspective. Economics and Sociology, 2(1), 80–95.

48 (Sallis, 2002:52) 49 Edward Sallis. 2002. Total Quality Management in Education Third edition. (London:

Kogan Page). p.52 50 (Sallis, 2002:53) 51 Edward Sallis. 2002. Total Quality Management in Education Third edition. (London:

Kogan Page). p.52-53

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 26

ISO 9001 adalah standar spesifikasi. Jika sebuah organisasi ingin tersertifikasi

atau terdaftar maka mereka harus memenuhi persyaratan dalam ISO 9001. 52

d. MBA (Malcom Baldrige Award)

Berbeda dengan ISO9000 yang berbicara terkait tanggung jawab organisasi

dengan sistem mutunya sendiri, MBA fokus pada hasil dan pengembangan

berkelanjutan. Tujuh kategori yang harus dilakukan untuk mendapatkan Award ini,

yaitu:

1) Kepemimpinan (leadership)

2) Perencanaan strategik (strategic planning)

3) Pelanggan (customer) dan fokus pasar (market fokus)

4) Informasi (Information) dan analisis (analysis)

5) Fokus sumber daya manusia (human resources focus)

6) Manajemen Proses (Process management)

7) Hasil Bisnis (Business results); 53.54

e. BSC (Balance Score Card)

Kaplan dan Norton merekomendasikan sembilan tahap proses (prinsip) untuk

menciptakan dan mengimplementasikan BSC dalam sebuah organisasi, yaitu:

1) Menyelenggarakan sebuah penilaian organisasi secara menyeluruh (perform

an overall organizational assessment)

2) Mengidentifikasi tema strategi (identify strategic themes).

3) Menegaskan perspektif dan tujuan strategi (define perspectives and strategic

objectives).

52 Rose, Project Quality Management: Why, What and How.34 53 (Sallis, 2002:57) 54 Edward Sallis. 2002. Total Quality Management in Education Third edition. (London:

Kogan Page). p.57

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 27

4) Mengembangkan sebuah peta strategi (develop a strategy map).

5) Menjalankan metric kinerja (drive performance metrics).

6) Menyaring dan meprioritisasi inisiatif strategi (Refine and prioritize strategic

initiatives).

7) Otomatisasi dan komunikasi (automate and communicate).

8) Melaksanakan BSC diseluruh organisasi (implement the balanced scorecard

throughout the organization).

9) Mengumpukan data, evaluasi dan memperbaiki (collect data, evaluate, and

revise).55

Berdasarkan pada lima model diatas maka prinsip-prinsip manajemen mutu dalam

penelitian ini merupakan bentuk elaborasi yang dijadikan panduan dalam mengukur

implementasinya dalam aspek kegiatan pad perguruan tinggi. Adapun gambaran

pengembangannya seperti pada tabel 2.1 Berikut:

55 Margarita IŠORAITĖ. The Balanced Scorecard Method: From Theory to Practice.

Intellectual Economics. 2008, No. 1(3), p.18–28

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 28

Tabel 2.1 Prinsip-prinsip Manajemen Mutu

Deming EFQM ISO MBA BSC Pengembangan Instrumen

1. Konsistensi tujuan

2. Menolak kesalahan

(keterlambatan)

3. Tidak bergantung pada

inspeksi masyarakat

4. Tidak menilai mutu

dengan harga

5. Mengembangkan

program-program

peningkatan lebih lanjut

6. Melatih pekerja

7. Fokus membantu

pekerja untuk lebih baik.

8. Komunikasi dua arah

9. Menghilangkan

hambatan

10. Mengedepankan tujuan

realistis (logis)

11. Mengurangi kesewang-

wenangan

12. Membuat orang bangga

akan pekerjaannya

13. Pelembagaan program-

program pendidikan,

pelatihan dan

peningkatan diri

14. Dorong setiap orang

untuk menerapkan 14

point.

1. Berorientasi hasil

2. Fokus pada

pelanggan

3. Kepemimpinan

dan konsistensi

tujuan

4. Menejemen

proses dan fakta

5. Pengembanagan

dan pelibatan

6. Pengembangan

berkelanjutan,

pengembangan

dan inovasi

7. Pengembangan

partnership

8. Tanggung jawab

sosial

1. Fokus pelanggan

2. Kepemimpinan

3. Pelibatan orang-

orang

4. Pendekatan

proses

5. Pendekatan

sistem

6. Peningkatan

berkelanjutan

1. Kepemimpinan

2. Perencanaan strategic

3. Fokus pelanggan dan

pasar

4. Informasi dan analisis

5. Fokus SDM

6. Manajajemen proses

7. Hasil

1. Menyelenggarakan

penilaian organisasi

2. Mengidentifikasi

tema strategis

3. Menegaskan

perspektif dan tujuan

strategi

4. Menjalankan matrik

kinerja

5. Menyaring dan

meprioritisasi

inisiatif strategi

6. Otomatisasi dan

komunikasi

7. Melaksanakan BSC

diseluruh organisasi

8. Mengumpukan data,

evaluasi dan

memperbaiki

1. Konsitensi Tujuan

(berorientasi hasil)

2. Fokus pada pelanggan

3. Kepemimpinan

4. Pendekatan proses

(manajemen proses)

5. Pelibatan orang-orang

6. Pengembangan

berkelanjutan

7. Pendekatan sistem dan

strategi

8. Fokus SDM

9. Pengembangan kerjasama

(partnership)

10. Otomatisasi dan

komunikasi

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 29

B. Mutu Layanan (service quality)

Karakteristik mutu layanan lebih sulit untuk dijelaskan daripada mutu produk

fisik. Hal tersebut disebabkan dalam mutu layanan terkandung banyak elemen subjektif

penting. Sehingga berimplikasi pada perbedaan penyebab rendahnya mutu dan kegagalan

mutu secara material untuk jasa dan produk. Kegagalan produk disebabkan oleh

kesalahan dalam bahan baku dan komponen., sedangkan buruknya mutu layanan,

biasanya berkaitan secara langsung dengan perilaku atau sikap organisasi. Rendahnya

mutu linier dengan rendahnya kepemimpinan, perhatian, pelatihan atau keprihatinan,

yang pada dasarnya menjadi alasan utama untuk gangguan layanan. 56

Kruger dan Ramdass (2011:1176) mencoba menggambarkan dimensi dari mutu

layanan pendidikan serta mengelompokkannya kedalam lima dimensi mutu (quality

dimensions) yang disingkat dengan TERRA, penjabarannya sebagai berikut:

a. Tangibles. Penampilan fisik dari fasilitas pelayanan, peralatan, personil dan

materi komunikasi.

b. Reliabilitas Layanan (service reliability). Kemampuan penyedia layanan untuk

melakukan layanan yang dijanjikan andal dan akurat.

c. Responsiveness. Kesediaan penyedia layanan untuk membantu dan mendorong

dalam memberikan layanan.

d. Assurance. Pengetahuan dan kesopanan karyawan dan kemampuan mereka

untuk menginspirasi kepercayaan dan keyakinan ketika berhadapan dengan

pelanggan.

56 Edward Sallis. 2002. Total Quality Management in Education Third edition.

(London:Kogan). p. 19-20

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 30

e. Empati. Dari penyedia layanan pelanggan layak mendapatkan perhatian

individual (Kruger dan Ramdass, 2011:1176).57

Melengkapi konsep di atas Owila dan Aspinwal58 menggambarkan mutu layanan

dalam 12 dimenasi mutu yang dapat digunakan dalam mengukur layanan pendidikan

tinggi, seperti tampak pada tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.2

Dimensi-dimensi mutu layanan pendidikan tinggi

(Service quality dimensions in higher education)

Dimensi-dimensi Definisi dalam Pendidikan Tinggi

Responsiveness Kemauan dan kesiapan dari staf untuk membantu siswa.

Reliability Derajat kebenaran, ketepatan dan kebaruan pendidikan.

Understanding

customer

Tingkat ketersediaan staf untuk memandu dan

membimbing.

Access Memahami siswa dan kebutuhan mereka.

Competence Pengetahuan teoritis dan praktis dari staff dan kemampuan

yang lain.

Courtesy Perasaan dan sikap positif terhadap siswa.

Communication Seberapa baik siswa dan dosen berkomunikasi dalam

kelas.

Credibility Derajat keterpercayaan institusi.

Security Keterrahasiaan informasi

Tangible Keadaan, kecukupan, dan ketersediaan dari pealatan dan

fasilitas.

Performance Pengetahuan atau kemampuan dasar yang harus dimiliki

lulusan.

Completeness Pengetahuan dan kemampuan tambahan, menggunakan

komputer.

57 David Kruger and Kem Ramdass. Establishing a Quality Culture in Higher Education:

A South African Perspective, 2011 Proceedings of PICMET '11: Technology Management In The Energy-Smart World (PICMET), (1175-1183). p.1176

58 (dalam Sudha, 2013:126-127)

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 31

C. Kepuasan Pelanggan (customer satisfaction)

Kepuasan (satisfaction) berasal dari bahasa latin yaitu satis dan facio. Satis

artinya adalah cukup baik atau memadai, sedangkan facio artinya adalah melakukan atau

membuat. Pengertian secara umum mengenai kepuasan pelanggan merupakan hasil dari

berbagai perbedaan antara harapan pelanggan dengan kinerja yang dirasakan oleh

pelangan tersebut. 59 Kepuasan pelanggan merupakan perasaan senang atau kecewa

merupakan hasil dari perbandingan suatu layanan dengan harapan-harapannya. 60

Mutu saat ini dapat dilihat dalam masyarakat yang berorientasi pada konsumen

berkaitan dengan memenuhi harapan konsumen. ‘Mutu’, ‘nilai’, dan ‘pilihan’ merupakan

bagian dari dogma konsumen sehubungan dengan barang dan jasa. 61 Lebih lanjut,

kepuasan konsumen (pelanggan) merupakan tingkat perasaan konsumen setelah

membandingkan antara apa yang dia terima dan harapannya (Umar, 2005:65).62 Sehingga

Costumer satisfaction terdiri dari; (1) Sikap positif atau negative, (2) cognitive

disconfirmation.63 Sedangkan menurut Irawan (2009:3) kepuasan pelanggan merupakan

hasil akumulasi dari konsumen atau pelanggan dalam menggunakan produk dan jasa. 64

59 Elza Finnora dan Ismail Razak. Pengaruh Kualitas Layanan dan Citra Perusahaan Terhadap Kepuasan Nasabah. Jurnal Manajemen Bisnis Krisnadwipayana, 5(2) 2017. 60 Philip Kotler. 1997. Standing Room Only: Strategies for Marketing the Performing Arts.(

Harvard Business School Press). p.36 61 Hoy, Bayne-Jardine, and Wood, Improving Quality in Education.14 62 Husein Umar. 1997. Study Kelayakan Bisnis. Edisi Ketiga. Gramedia Pustaka Utama :

Jakarta 63 Steven A. Taylor and Thomas L. Baker. An Assessment of The Relationship Between

Service Quality and Customer Satisfaction in The Formation of Consumer’s Purchase Intention. Journal 70(2)163-178. P-165

64 Handi Irawan . 2008. Sepuluh Prinsip Kepuasan Pelanggan. (Jakarta: Penerbit Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia ) .p.3

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 32

Kepuasan pelanggan merupakan bagian penting dari pendekatan mutu. Dimana

mutu memiliki arti memenuhi tuntutan pelanggan. 65 Mutu pendidikan berisi hal-hal

sebagai berikut:

a. Proporsi pengajaran yang memuaskan, termasuk harapan murid yang tinggi.

b. Implementasi penuh dari Kurikulum Nasional. Penyediaan yang sangat baik

untuk perkembangan spiritual, moral, sosial dan budaya murid.

c. Tidak ada murid yang beresiko fisik atau emosional dari murid lain atau orang

dewasa di sekolah.

Tidak ada hubungan abrasif dan konfrontasional antara staf dan murid. 66

Sejalan dengan itu, maka kepuasan mahasiswa dapat diukur berdasarkan pada

layanan utama dari perguruan tinggi, yangmana perguruan tinggi pada dasarnya memiliki

tugas utama tri darma, yaitu: Pendidikan dan pengajaran, Penelitian dan Pengabdian

Masyarakat. Adapun indikator pengukuran kepuasan mahasiswa adalah sebagai berikut:

a. Perasaan puas ( yang terkait arti puas di dalam sini yaitu berkaitan dengan

layanan tri darma).

b. Akan merekomendasikan kepada orang lain (mengajak orang lain untuk

masuk/ mendaftar di kampus tempat ia studi)

c. Terpenuhinya harapan pelanggan setelah mendapat layanan (layanan yang

didapatkan mahasiswa telah sesuai dengan harapannya).67

65 Noronha, The Theory of Culture-Specific Total Quality Management: Quality Management in

Chinese Regions.13 66 Hoy, Bayne-Jardine, and Wood, Improving Quality in Education. 20 67 Handi Irawan . 2008. Sepuluh Prinsip Kepuasan Pelanggan. (Jakarta: Penerbit Elex Media

Komputindo Kelompok Gramedia ) .p.3

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 33

D. Penelitian Terdahulu

Penerapan manajemen mutu telah dibuktikan membawa berdampak positif

terhadap peningkatan mutu layanan. Artinya penerapan prinsip-prinsip manajemen mutu

telah berdampak pada kulitas kinerja layanan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Elza

dan Razak, membuktikan bahwa mutu layanan berpengaruh signifikan pada kepuasan

nasabah pada Standard Cartered Bank cabang Kebun Jeruk Jakarta.68 Sejalan dengan

penelitian tersebut, Indra Aditia dan Suhaji dalam penelitiannya membuktikan bahwa

layanan mutu (service quality) merupakan faktor yang mempengaruhi kepuasan

pelanggan pada UD. Padan Wangi Semarang.69 Masih banyak lagi penelitian-penelitian

yang lain yang berkaitan erat dengan penelitian ini, namun kebanyakan berkutat pada

dunia bisnis belum fokus pada dunia pendidikan terutama pendidikan tinggi. TQM

berhasil dalam organisasi dengan kepemimpinan berkelanjutan dengan tujuan,

komunikasi antar tim dan komitmen total oleh manajemen puncak yang berfokus pada

kepuasan pelanggan. 70

68 Elza Finnora dan Ismail Razak. Pengaruh Kualitas Layanan dan Citra Perusahaan

Terhadap Kepuasan Nasabah. Jurnal Manajemen Bisnis Krisnadwipayana, 5(2) 2017. 69 Indra Aditia dan Suhaji. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan pada

UD Pandan Wangi Semarang. 70 Ravishankar S Ulle and A.N.Santosh Kumar, “A Review on Total Quality Leadership in

TQM Practices- Industrial Management and Organizations” 9359, no. 5 (2014): 152–55.

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan

penelitian dengan pemodelan struktur, yaitu analisis faktor dan regresi atau yang

dikenal dengan structural equation modeling (SEM). Penelitian ini juga ditujukan

untuk menguji hubungan atau pengaruh antara dua atau lebih variable71 serta dalam

melihat hubungan antar variabel digunakan berbagai langkah asosiasi statistik72.

Variabel menurut Donald P. Schwab (2005:13) merupakan karakteristik objek

atau peristiwa yang dapat mengambil dua atau lebih nilai. Adapun variabel dalam

penelitian ini terdiri dari empat variabel dependen (eksogen) yaitu Implementasi

Prinsip-prinsip Manajemen Mutu (PPM) dan Kualitas Layanan (KL), sedangkan

Kepuasan Pelanggan/Mahasiswa (KP) sebagai variabel independen (endogen).

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi merupakan sebuah kelompok subyek yang hendak dikenai

generalisasi hasil penelitian. Kelompok subyek ini harus memiliki ciri atau

karakteristik-karakteristik bersama yang membedakannya dari kelompok subyek yang

lain (Azwar, 2004). Dengan demikian populasi dalam penelitian ini seluruh

mahasiswa perguruan tinggi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Adapun

jumlahya populasi penelitian 13.610, jabarannya seperti tampak pada tabel 3.

71 Marguerite G Lodico, Dean T Spaulding, and Katherine H Voegtle, Methods in

Educational Research : From Theory to Practice (San Francisco: John Wiley & Sons, Inc., 2006). 72 T Neville Postlethwaite, “Educational Research: Some Basic Concepts and Terminology

Quantitative Research Methods in Educational Planning Quantitative Research Methods in Educational Planning,” Quantitative Research Methods in Educational Planning, no. 1 (2005): 57, http://www.unesco.org/iiep%0Ahttp://www.unesco.org/iiep/PDF/TR_Mods/Qu_Mod1.pdf.

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 35

Sedangkan sampel merupakan sebagian dari populasi.73 Sehingga sampel yang

diambil harus mencerminkan populasinya. Dalam memilih sampel setiap populasi

diberikan kesempatan dan peluang yang sama untuk dipilih, dan besarnya peluang

tersebut tidak boleh sama nol.74 Adapun teknik penetapan sampelnya menggunakan

konsep random sampling.75 Penelitian ini menggunakan teknil analisis pemodelan

struktur (struktural equotion modeling/SEM) yang merupakan gabungan antara

analisis factor dan regresi. Adapun sampel dalam SEM untuk estimasil ML (Maximum

Likelihood) sampel efektif berjumlah antara 150 hingga 400 sampel.76 Penentuan

sampel didasarkan pada teknik proporsi77:

Tabel 3.1

Populasi dan Sampel Penelitian78

73 Saifudin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004). 5-7 74 Masri Singarimbun and Sofian Efendi, Metode Penelitian Survey (Jakarta: LP3ES, 1989).

149 75 Donald Ary , Jacobs, L. C., & Sorensen, C. K. 2010. Introduction to Research in Education

(Eighth). (Belmont, USA: Wadsworth). 150 76 Singgih Santoso, Amos 22 Untuk Structural Equation Modeling: Konsep Dasar Dan Aplikasi

(Jakarta: PT. Elex Media Computindo, 2015). 72 77 Besaran sampel didasarkan pada besaran populasi pada masing-masing PT 78 Dikti, “PDPT Dikti Tahun Pelaporan 2017/2018,” Kemenristek Dikti, 2019,

https://forlap.ristekdikti.go.id/perguruantinggi/search.

No. Nama Perguruan Tinggi Jumlah

Mhs

Sampel

Proporsional

1. Universitas Bangka Belitung 4.303 126

2. Polman Babel 632 19

3. STIE Pertiba Pangkalpinang 830 24

4. STIH Pertiba Pangkalpinang 587 17

5. STIE IBEK Pangkalpinang 306 9

6 STIKES Abdi Nusa 273 8

7. STISIPOL Pahlawan 12 229 7

8. Stikes Permata Nusantara 38 1

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 36

C. Instrumen Peneltian

Penelitian ini berusaha mengungkapkan variabel-variabelnya dengan

menggunakan angket. Angket atau kuesioner berupa daftar pertanyaan atau

pernyataan yang didistribusikan kepada guru untuk diisi dan dikembalikan kepada

peneliti. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup,

dimana terdiri atas pertanyaan atau pernyataan dengan sejumlah jawaban tertentu

sebagai pilihan. Dalam menyusun intrumen penelitian menggunakan tahap-tahap

anatara lain sebagai berikut: identifiaksi terhadap variabel-variabel dalam rumusan

judul, menjabarkan variabel tersebut menjadi sub variabel, mencari indikator pada sub

variabel, menderetkan deskriptor dari setiap indikator, merumuskan setiap deskriptor

menjadi butir-butir instrumen, melengkapi instrumen dengan petunjuk pengisian dan

9. STIKES Citra Delima Babel 364 11

10. STMIK Atma Luhur 1.286 38

11. STKIP Muhammadiyah 1.342 39

12. Akademi Manajemen Belitung 249 7

13. Akbid Bangka Belitung 40 1

14. Akbid Sungailiat Bangka 40 1

15. Akbid Bunga Bangsaku Bangka 46 1

16. Akper Pangkalpinang 143 4

17. Politeknik Darma Ganesa 27 1

18. Akademi Komunitas Darma Bakti 22 1

19. IAIN/STAIN SAS Babel 2368 70

20. Poltekes Kemenkes 355 10

21. Akbid Pemda Belitung 130 4

Total 13.610 400

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 37

kata pengantar.79 Jabaran variabel untuk Skala yang digunakan dalam menentukan

skor dalam penelitian adalah model Likert (1-5). Instrumen yang dikembangkan

terlebih dahulu di uji validitas dan reliabilitasnya.

1. Penyusunan Instrumen

Dalam menyusun intrumen penelitian menggunakan tahap-tahap anatara lain

sebagai berikut: identifiaksi terhadap variabel-variabel dalam rumusan judul,

menjabarkan variabel tersebut menjadi sub variabel, mencari indikator pada sub

variabel, menderetkan deskriptor dari setiap indikator, merumuskan setiap deskriptor

menjadi butir-butir instrumen, melengkapi instrumen dengan petunjuk pengisian dan

kata pengantar (Riduwan, 2003:36). Sub variabel dalam istilah SEM disebut dengan

variabel laten (faktor), yang memiliki makna variabel yang tidak diobservasi secara

langsung oleh peneliti, yangmana peneliti harus mengoperasionalisasikannya.

Indikator dalam literatur SEM juga disebut dengan manifest.80

Dalam menyusun jabaran variabel penelitian menurut Byrne (2010) dapat di

dasarkan pada teori dan juga penelitian sebelumnya. Maka dari itu jabaran variabel

dalam penelitian ini tersusun dari konsep teoritis yang bersumber dari buku serta

publikasi hasil penelitian dalam jurnal ilmiah. Adapun jabaran variabel secara lebih

rinci dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut ini:

79 Riduwan, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2003). 36 80 Barbara M. Byrne, Structural Equation Modeling with AMOS: Basic Concepts, Applications, and Programming, Second (New York, NY, 2010). 4

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 38

Tabel 3.2

Sebaran Butir Soal Angket (Kuesioner)

No Variabel Dimensi Indikator Kode

1

Prinsip-prinsip

manajemen

mutu

Konsitensi Tujuan

Visi dan Misi Program Studi

sejalan dengan visi misi

perguruan tinggi/ Konsistensi

visi

KT

Fokus pada

pelanggan

Perguruan tinggi memberikan

layanan terbaik menunjang

kegiatan akademik

FP

Kepemimpinan

Unsur pimpinan perguruan

tinggi mengedepankan mutu

akademik untuk mahasiswa

KP

Pendekatan

proses

Berbagai layanan mahasiswa

diatur dalam pedoman yang

jelas (Misal SOP, Pedoman

akademik, dll)

PP

Pelibatan orang-

orang

Mahasiwa senantiasa

dilibatkan dalam berbagai

kegiatan akademik diluar

maupun didalam kampus

PO

Pengembangan

berkelanjutan

Sarana prasarana perguruan

tinggi terus ditingkatkan

PB

Pendekatan

sistem dan

strategi

Layanan akademik

menggunakan sistem yang

baik

PS

Fokus SDM PT didukung oleh SDM yang

berkualitas

FS

Pengembangan

kerjasama

PT memiliki kerjasama

dengan berbagai pihak

FK

Otomatisasi dan

komunikasi

PT menggunakan sistem e

kampus yang memadai

OK

2

Layanan Mutu

(Service

Quality)

Responsiveness Kemauan dan kesiapan dari

staf untuk membantu

mahasiswa

RS

Reliability Derajat kebenaran, ketepatan

dan kebaruan pendidikan.

RL

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 39

Understanding

customer

Tingkat ketersediaan staf

untuk memandu dan

membimbing.

UC

Access Memahami mahasiswa dan

kebutuhan mereka.

AC

Competence Pengetahuan teoritis dan

praktis dari staff dan

kemampuan yang lain.

CP

Courtesy Perasaan dan sikap positif

terhadap mahasiswa.

CT

Communication Seberapa baik mahasiswa dan

dosen berkomunikasi dalam

kelas.

CM

Credibility Derajat keterpercayaan

institusi.

CD

Security Keterrahasiaan informasi SC

Tangible Keadaan, kecukupan, dan

ketersediaan dari pealatan dan

fasilitas.

TG

Performance Pengetahuan atau kemampuan

dasar yang harus dimiliki

lulusan.

PF

Completeness Pengetahuan dan kemampuan

tambahan, menggunakan

komputer.

CTs

3

Kepuasan

Mahasiswa

(Student

Satisfaction)

Perasaan puas

Layanan pembelajaran di PT PP-1

Layanan Bimbigan Akademik

di PT

PP-2

Layanan Administrasi di PT PP-3

Merekomendasik

an kepada Orang

Lain

Mempromosikan kampus

kepada oran lain

MO-1

Mengajak orang lain masuk di

PT

MO-2

Sesuai dengan

Harapan

Layanan yang diberikan

kampus sesuai dengan harapan

mahasiswa

SH

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 40

2. Uji Coba Instrumen

Instrumen yang akan digunakan terlebih dahulu diuji validitas dan

reliabilitasnya, dengan tujuan agar datanya memiliki akurasi yang tinggi. Kedua uji

coba tersebut mutlak dilakukan agar data yang didapatkan dapat diyakini secara

ilmiah.81 Artinya tanpa uji tersebut maka instrument tidak berkualitas.82

a. Uji Validitas Instrumen

Validitas diartikan sebagai suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan

instrumen. Sebuah instrumen dikatan valid apabila dapat mengungkap data dari

variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 1995). Analisis validitas dalam penelitian

ini menggunakan rumus product moment sebagai berikut;

Setelah Rxy diketahui hasilnya, maka untuk menentukan setiap butir valid atau tidak

valid, digunakan taraf signifikan 0,05 (rhitung ≥ rtabel) . Jika nilai probabilitasnya lebih

kecil atau sama dengan 0,05, maka butir kuesioner dinyatakan valid, dan sebaliknya

jika dinyatakan tidak valid maka redaksinya diganti atau disempurnakan. Uji validitas

menggunakan bantuan software komputer SPSS.

Uji validitas instrumen (angket) penelitian dilakukan di IAIN Ponorogo,

Universitas Wahid Hasyim Semarang, Poltekes Kemenkes Malang, Universitas

Airlangga Surabaya dan Universitas PGRI Madiun. Adapun total sampel dalam uji

coba sebanyak 31 mahasiswa (harga r tabel untuk 31 sampel sebesar 0,355). Dari tiga

81 Singarimbun and Efendi, Metode Penelitian Survey. 82 Noeng Mohadjir, Metodologi Penelitian: Paradigma Positivisme Objektif, Phenomenologi Interpretif, Logika Bahasa Platonis, Comskyst, Hegelian, Dan Hermeneutik, Paradigma Studi Islam, Matematk Recursion-, -Set- Theory & Structural Equation Modeling Dan Mixed (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2011). 352

2222XXNXXN

YXXYN

xyR

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 41

variabel yang diteliti (prinsip-prinsip manajemen mutu, layanan mutu dan kepuasan

mahasiswa) terdapat 28 pernyataan yang duji dengan menggunakan teknik korelasi

(korelasi skor butir dengan skor total). Adapun hasil analisisnya seperti pada tabel 3.3

berikut:

3.3 Hasil Analisis Korelasi Uji Butir Angket

No. Item/ Butir r hitung r tabel Valid/ Tidak Valid

1 KT 0.602 0.355 Valid

2 FP 0.855 0.355 Valid

3 KP 0.789 0.355 Valid

4 PP 0.799 0.355 Valid

5 PO 0.758 0.355 Valid

6 PB 0.78 0.355 Valid

7 PS 0.821 0.355 Valid

8 FS 0.821 0.355 Valid

9 FK 0.751 0.355 Valid

10 OK 0.784 0.355 Valid

11 RS 0.856 0.355 Valid

12 RL 0.832 0.355 Valid

13 UC 0.867 0.355 Valid

14 AC 0.832 0.355 Valid

15 CP 0.868 0.355 Valid

16 CT 0.879 0.355 Valid

17 CM 0.871 0.355 Valid

18 CD 0.808 0.355 Valid

19 SC 0.861 0.355 Valid

20 TG 0.796 0.355 Valid

21 PF 0.868 0.355 Valid

22 CTs 0.818 0.355 Valid

23 PP1 0.825 0.355 Valid

24 PP2 0.846 0.355 Valid

25 PP3 0.796 0.355 Valid

26 MO1 0.763 0.355 Valid

27 MO2 0.815 0.355 Valid

28 SH 0.795 0.355 Valid

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 42

Tabel 3.3 menunjukkan bahwa dari 28 butir yang diujicobakan keseluruhannya berada

di atas 0,355 yang artunya valid, sehingga layak untuk digunakan dalam pengumpulan

data.

b. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas instrumen merupakan sinonim untuk keterandalan atau

keterpercayaan (dependability), konsistensi atau keajegan (consistency), dan

replikabilitas (replicability). Instrument yang reliabel mampu menghasilkan

angka/skor yang konsisten (consistency of Scores) dari pengulangan tes atas

individu.83 Dalam menguji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini, digunakan

rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:

Untuk memudahkan dalam penghitungan serta meminimalisir kesalahan yang

mungkin timbul, maka peneliti menggunakan bantuan program komputer SPSS for

Windows. Adapun hasil analisis reliabilitas dari 28 item (butir) dengan menggunakan

Alpha Cranbach’s hasilnya seperti pada tabel 3.4 berikut:

Tabel 3.4 Hasil Uji Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

.983 .983 28

Tabel 3.4 hasil uji reliabilitas instrumen menunjukkan bahwa Cronbach’s Alpha

sebesar 0,983 lebih besar 0,8 maka dapat dikatakan instrumen penelitian reliabel dan

dapat digunakan untuk pengumpulan data.

83 Lodico, M. G., Spaulding, D. T., & Voegtle, K. H. (2006). Methods in Educational

Research : from Theory to Practice. San Francisco: John Wiley & Sons, Inc.87

2

22 1

1x

x

xyS

SS

K

KR

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 43

D. Analisis Data

1. Uji Model

Dalam melakukan uji model digunakan program SEM AMOS 20, adapun hasil

dari model hipotetik berdasarkan kajian teoritis adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1

Model Implementasi Prinsip-Prinsp Manajemen Mutu Di Perguruan Tinggi Dan

Implikasinya Pada Kepuasan Mahasiswa

Untuk mengetahui apakah model di atas fit dengan data, maka perlu dilakukan analisis

SEM, dengan tahapan sebagai berikut:

a. Uji Prasyarat (Uji Measurement Model)

Untuk dapat dilakukan analisis, data terlebih dulu diuji menggunakan uji normalitas

dan outlier. Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:

1) Uji Normalitas Univariate dan Multivariate

Sebuah data untuk dapat diuji dengan menggunakan SEM harus berdistribusi

normal.84

84 Santoso, Singgih. 2015. Amos 22 untuk Structural Equation Modeling: Konsep Dasar dan

Aplikasi. Jakarta: PT. Elex Media Computindo.73

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 44

Under the assumption of multivariate normality, the GLS fitting function has

identical asymptotic properties to ML—namely, the GLS estimator is

asymptotically normal and asymptotically efficient, thus improving on ULS.85

2) Data outlier

Untuk dapat mengetahui apakah data outlier atau tidak dapat dihitung dengan

metode mahalanobis. Dimana semakin jauh jarak sebuah data dari titik pusat

(centroid), semakin mungkin data tersebut masuk dalam kategori outlier. Adapun

tindakan terhadap data tersebut adalah dengan melakukan penghapusan. Kemudian

dilakukan uji normalitas dan deteksi outlier kembali. (Santoso, 2015:82)86

3. UJi Model

a. Uji Confirmatory Factor Analysis (CFA)

Uji CFA digunakan untuk menguji faktor-faktor yang mendukung setiap

variabel atau disebut dengan variabel manifest. Uji ini mengkonfirmasi faktor-faktor

atau variabel manifest (indikator) yang mendukung variabel penelitian dalam model

yang fit.

Adapun jabaran dari uji CFA masing-masing variable adalah sebagai berikut:

1) Variabel Implementasi Prinsip-prinsip Manajemen Mutu

Variabel implementasi prinsip-prinsip manajemen mutu di perguruan tinggi diuji

berdasarkan jabaran variable penelitian pada table 3.2. gambar model CFA nya

sebagai berikut:

85 D Kaplan, Structural Equation Modelling: Foundations and Extensions, Scond (Los Angeles:

Sage Publications, Inc., 2009).29 86 Santoso, Singgih. 2015. Amos 22 untuk Structural Equation Modeling: Konsep Dasar dan

Aplikasi. Jakarta: PT. Elex Media Computindo. 82

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 45

Gambar 3.2

CFA Model Variabel Implementasi Prinsip-prinsip Manajemen Mutu

2) Variabel Layanan Mutu

Variabel layanan mutu di perguruan tinggi diuji berdasarkan jabaran variable

penelitian pada table 3.3. gambar model CFA nya sebagai berikut:

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 46

Gambar 3.3

CFA Model Layanan Mutu (Service Quality)

3) Variabel Kepuasan Mahasiswa

Variabel kepuasan mahasiswa di perguruan tinggi diuji berdasarkan jabaran

variable penelitian pada table 3.4. gambar model CFA nya sebagai berikut:

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 47

Gambar 3.4

CFA Model Variabel Kepuasan Mahasiswa (Student Satisfaction)

b. Uji Full Model

Sebuah model dapat diuji jika nilai df adalah positif (Santoso, 2015:91).87 Df dapat

dihitung dengan menggunakan rumus:

�� �1

2���� � 1 � �

Dimana:

1) Jumlah variabel manifest (observed variable) pada sebuah model

2) Jumlah parameter yang akan di estimasi (Santoso, 2015:55)88

Dalam melakukan uji ini digunakan uji absolute fit indicates dengan alat uji

goodness of fit yaitu chi-square (X2). Hipotesis yang digunakan adalah;

87 Santoso, Singgih. 2015. Amos 22 untuk Structural Equation Modeling: Konsep Dasar dan

Aplikasi. Jakarta: PT. Elex Media Computindo.91 88 Santoso, Singgih. 2015. Amos 22 untuk Structural Equation Modeling: Konsep Dasar dan

Aplikasi. Jakarta: PT. Elex Media Computindo.55

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 48

a) Jika X2 hitung < X2 tabel maka Ho diterima (artinya matriks kovarians sampel

tidak berbeda secara signifikan dengan matriks kovarians estimasi)

b) Jika X2 hitung > X2 tabel maka H1 diterima (artinya matriks kovarians sampel

berbeda secara signifikan dengan matriks kovarians estimasi)

3) Menghitung GFI (Goodness of fit) dan AGFI (Adjusted Goodness of fit Index)

GFI dan AGFI berkisar antara 0 – 1, dengan pedoman bahwa semakin hasil GFI

dan AGFI mendekati angka 1 akan semakin baik model tersebut dalam

menjelaskan data yang ada

4) Menghitung RMR (Root Mean Residual)

Uji ini didasarkan pada penghitungan residu atau selisih dari kovarians sampel

dengan kovarians estimate. Dimana semakin kecil hasil RMR akan semakin baik,

menandakan semakin dekatnya angka pada sampel dengan estimasinya (semakin

fit).89

Adapun rangkuman pengujian estimasi kelayakan model dapat dilihat pada table

3.3 brikut:

Tabel 3.4

Indek Pengujian Kelayakan Model

(Goodness of fit index)

Goodness of Fit Index Cut Off

X² - Chi-square

Significancy Probability

RMSEA

GFI

AGFI

CMIN/DF

TLI

CFI

Diharapkan kecil

≥ 0.05

≥ 0.08

≥ 0.90

≥ 0.90

≤ 2.00

≥ 0.95

≥ 0.95

89 Singgih Santoso. 2015. Amos 22 untuk Structural Equation Modeling: Konsep Dasar dan

Aplikasi. (Jakarta: PT. Elex Media Computindo).113

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 49

4. Uji Struktural Model

Model structural merupakan hubungan antar konstruks yang mempunyai

hubungan kausal (sebab – akibat), dengan demikian akan ada variabel dependen dan

independen. Berbeda dengan measurement model yang memperlakukan semua variabel

sama sebagai variabel independent.90 Dalam uji ini dilakukan juga uji sebagaimana dalam

uji measurement model di atas dengan criteria uji kelayakan model seperti tampak pada

tabel 3.3.

5. Modifikasi Model

Sebuah struktur model yang secara statistik dapat dibuktikan fit dan antar variabel

mempunyai hubungan yang signifikan, model tersebut tidaklah satu-satunya model

terbaik. Oleh karenanya, selanjutnya dilakukan model respecification atau model

modification, yakni upaya yang dilakukan untuk menyajikan serangkaian model

alternative, dengan mengubah atau menambahkan garis penghubung antar variabel.91

90 Singgih Santoso. 2015. Amos 22 untuk Structural Equation Modeling: Konsep Dasar dan

Aplikasi. (Jakarta: PT. Elex Media Computindo). 144 91 Singgih Santoso. 2015. Amos 22 untuk Structural Equation Modeling: Konsep Dasar dan

Aplikasi. (Jakarta: PT. Elex Media Computindo).158

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 50

BAB IV

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Variabel Penelitian

1. Deskripsi Implementasi Prinsip-prinsip Manajemen Mutu Perguruan Tinggi di

Bangka Belitung

Prinsip-prinsip manajemen mutu perguruan tinggi (PT) diukur dengan 10 kriteria

yaitu; konsistensi tujuan, fokus pada pelanggan, kepemimpinan, pendekatan proses,

pelibatan orang-orang, pengembangan berkelanjutan, pendekatan sitem dan strategi,

fokus sumber daya manusia (SDM), pengembangan kerjasama, serta otomatisasi dan

komunikasi. Adapun gambaran (deskripsi) respon dari resopnden penelitian adalah

sebagai berikut:

a. Konsistensi Tujuan

Konsistensi tujuan dalam penelitian ini diukur dengan melihat pada konsistensi

program studi dalam memegang teguh visinya. Adapun gambaran respon mahasiswa

seperti tampak pada table 4.1

Tabel 4.1 Konsitensi Tujuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1.00 1 1.8 1.8 1.8

2.00 5 8.8 8.8 10.5

3.00 13 22.8 22.8 33.3

4.00 26 45.6 45.6 78.9

5.00 12 21.1 21.1 100.0

Total 57 100.0 100.0

Tabel 4.1 di atas menggambarkan distribusi jawaban responden dalam menggambarkan

konsistensi program studi terhadap visinya. Dari data pada table 4.1 menunjukkan bahwa

dari lima skala yang digunakan 45,6% responden memilh kategori jawaban 4 yang artinya

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 51

setuju bahwa program studi konsisten pada visinya, sedangkan 22,8% memilih kategori

3 yang artinya responden menyatakan bahwa program studi cukup konsisten pada visinya.

Hanya 21,1 % responden menyatakan konsisitensi prodi terhadap visinya sangat tinggi.

b. Fokus pada pelanggan

Fokus pada pelanggan, yang maknanya bagaimana fokus perguruan tinggi pada

mahasiswa dalam penelitian ini diukur dengan melihat pada upaya perguruan tinggi

dalam memberikan layanan terbaik kepada mahasiswa guna meunjang kegiatan

akademik (pendidikan). Adapun gambaran respon mahasiswa seperti tampak pada table

4.2

Tabel 4.2 Fokus pada pelanggan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1.00 2 3.5 3.5 3.5

2.00 8 14.0 14.0 17.5

3.00 15 26.3 26.3 43.9

4.00 24 42.1 42.1 86.0

5.00 8 14.0 14.0 100.0

Total 57 100.0 100.0

Tabel 4.2 di atas menggambarkan distribusi jawaban responden dalam menggambarkan

upaya perguruan tinggi dalam memberikan layanan terbaik kepada pelanggan atau

mahasiswanya. Dari data pada table 4.2 menunjukkan bahwa dari lima skala yang

digunakan 42,1% responden memilh kategori jawaban 4 yang artinya setuju bahwa upaya

perguruan tinggi dalam pelayanan baik (tinggi), sedangkan 26,3% memilih kategori 3

yang artinya responden menyatakan bahwa upaya peguruan tinggi dalam level cukup.

Hanya 14 % responden menyatakan layanan perguruan tinggi sangat baik sekaligus

sejumlah responden yang sama menyatakan kurang.

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 52

c. Kepemimpinan

Kepemimpinan dalam penelitian ini diukur dengan melihat pada upaya pemimpin

menjaga mutu akademik, aratinya konsistensi pemimpin dalam menjamin mutu

akademik. Adapun gambaran respon mahasiswa seperti tampak pada table 4.3

Tabel 4.3 Kepemimpinan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1.00 1 1.8 1.8 1.8

2.00 7 12.3 12.3 14.0

3.00 12 21.1 21.1 35.1

4.00 24 42.1 42.1 77.2

5.00 13 22.8 22.8 100.0

Total 57 100.0 100.0

Tabel 4.3 di atas menggambarkan distribusi jawaban responden dalam menggambarkan

upaya dalam menjamin mutu akademik (konsistensi pemimpin terhadap upaya mutu).

Dari data pada table 4.3 menunjukkan bahwa dari lima skala yang digunakan 42,1%

responden memilh kategori jawaban 4 yang artinya upaya pemimpin menjaga (menjamin)

mutu tinggi, sedangkan 21,1% memilih kategori 3 yang artinya upaya mengedepankan

mutu pemimpin dalam kategori cukup.

d. Pendekatan proses

Pendekatan proses dalam penelitian ini diukur dengan melihat pada upaya

perguruan tinggi dalam mengatur berbagai layanan mahasiswa dalam bentuk Standar

Operasional Prosedur (SOP), pedoman akademik, pedoman penulisan skripsi dan

pedoman-pedoman yang lain yang dijadikan dasar bagi mahasiswa. Adapun gambaran

respon mahasiswa seperti tampak pada table 4.4

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 53

Tabel 4.4 Pendekatan proses

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1.00 1 1.8 1.8 1.8

2.00 4 7.0 7.0 8.8

3.00 12 21.1 21.1 29.8

4.00 24 42.1 42.1 71.9

5.00 16 28.1 28.1 100.0

Total 57 100.0 100.0

Tabel 4.4 di atas menggambarkan distribusi jawaban responden yang menggambarkan

kejelasan tata aturan layanan mahasiswa dalam berbagai bentuk pedoman. Dari data pada

table 4.4 dapat ditarii kesimpulan bahwa dari lima skala yang digunakan 42,1% responden

memilih kategori jawaban 4 yang artinya perguruan tinggi mengedepankan pendekatan

proses dalam berbagai layanannya yang diatur dalam berbagai SOP dan pedoman.

Sedangkan 28,1% responden memilih kategori 5 yang mengandung makna perguruan

tinggi sangat fokus pada proses yang baik (efektif).

e. Pelibatan orang-orang

Pelibatan orang-orang dalam penelitian ini diukur dengan melihat pada dimaknai

sebagai upaya perguruan tinggi dalam melibatkan mahasiwa dalam kegiatan akademik

dan non akademik di dalam maupun diluar kampus. Adapun gambaran respon

mahasiswa terkait pelibatan dalam kegiatan seperti tampak pada table 4.5

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 54

Tabel 4.5 Pelibatan orang-orang

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1.00 3 5.3 5.3 5.3

2.00 6 10.5 10.5 15.8

3.00 17 29.8 29.8 45.6

4.00 21 36.8 36.8 82.5

5.00 10 17.5 17.5 100.0

Total 57 100.0 100.0

Tabel 4.5 di atas menggambarkan distribusi jawaban responden menunjukkan bahwa

pelibatan mahasiswa dalam kegiatan akademik dan non akademik. Dari data pada table

4.5 menunjukkan bahwa dari lima skala yang digunakan 36,8% responden memilih

kategori jawaban 4 yang artinya perguruan tinggi mendorong (mendukung) keterlibatan

mahasiswa dalam kegiatan akademik dan non akademik di dalam kampus maupun di luar

kampus.

f. Pengembangan berkelanjutan

Pengembangan berkelanjutan dalam penelitian ini memiliki makna

pengembangan sarana prasarana perguruan tingi ditingkatkan secara berkelanjutan

menunjang kegiatan belajar mengajar. Adapun gambaran respon mahasiswa terkait

pengembangan sarana dan prasarana seperti tampak pada tabel 4.6

Tabel 4.6 Pengembangan berkelanjutan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1.00 2 3.5 3.5 3.5

2.00 8 14.0 14.0 17.5

3.00 14 24.6 24.6 42.1

4.00 23 40.4 40.4 82.5

5.00 10 17.5 17.5 100.0

Total 57 100.0 100.0

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 55

Pengembangan sarana dan prasarana perguruan tinggi sesuai dengan Tabel 4.6 di atas

menunjukkan bahwa 40,4% responden menyatakan berkelanjutan mendukung kegiatan

KBM meskipun belum sempurna. Sedangkan 14,4% responden menyatakan

keberlanjutan pengembangan sarana prasarana dalam kategori rendah (kurang).

g. Pendekatan system dan strategi

Pendekatan sistem dan strategi dalam penelitian mengandung makna bagaimana

penerapamn system dan strategi dalam melayani mahasiswa. Adapun gambaran respon

mahasiswa terkait penerapan system dan strategi layanan seperti tampak pada table 4.7

4.7 Pendekatan sistem dan strategi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1.00 3 5.3 5.3 5.3

2.00 5 8.8 8.8 14.0

3.00 13 22.8 22.8 36.8

4.00 21 36.8 36.8 73.7

5.00 15 26.3 26.3 100.0

Total 57 100.0 100.0

Pengembangan sarana dan prasarana perguruan tinggi sesuai dengan Tabel 4.7 di atas

menunjukkan bahwa 36,6% responden menyatakan berkelanjutan mendukung kegiatan

KBM meskipun belum sempurna. Sedangkan 14,4% responden menyatakan

keberlanjutan pengembangan sarana prasarana dalam kategori rendah (kurang).

h. Fokus SDM

Fokus SDM (Sumber Daya Manusia; tenaga pendidik dan kependidikan) dalam

penelitian mengandung makna bagaimana perguruan tinggi peduli terhadap kualitas

SDMnya. Adapun gambaran respon mahasiswa terkait fokus (kepedulian) terhadap mutu

SDM seperti tampak pada table 4.8

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 56

4.8 Fokus SDM

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1.00 4 7.0 7.0 7.0

2.00 3 5.3 5.3 12.3

3.00 8 14.0 14.0 26.3

4.00 25 43.9 43.9 70.2

5.00 17 29.8 29.8 100.0

Total 57 100.0 100.0

Fokus perguruan tinggi terhadap mutu (kualitas) SDM tergambar dengan jelas pada Tabel

4.8 di atas, yangmana sebesar 43,9% responden menyatakan tinggi. Bahkan 29,8%

responden sangat yakin bahwa perguruan tinggi fokus pada mutu SDM (pendidik dan

tenaga kependidikan) yang ada.

i. Pengembagan kerjasama

Kriteria pengembangan kerjasama dalam penelitian mengandung pengertian

bahwa perguruan tinggi membangun kerjasama dengan berbagai pihak. Adapun

gambaran respon mahasiswa terkait upaya perguruan tinggi dalam membangun

kerjasama dengan pihak-pihak pendukung seperti pada table 4.9

4.9 Pengembangan kerjasama

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1.00 3 5.3 5.3 5.3

2.00 3 5.3 5.3 10.5

3.00 8 14.0 14.0 24.6

4.00 24 42.1 42.1 66.7

5.00 19 33.3 33.3 100.0

Total 57 100.0 100.0

Pada Tabel 4.9 di atas tampak bahwa pengembangan kerjasama perguruan tinggi dengan

berbagai pihak, yangmana sebesar 42,1% responden menyatakan tinggi. Bahkan 33,3%

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 57

responden sangat yakin bahwa perguruan tinggi mengembangkan (membangun)

kerjasama dengan berbagai pihak.

j. Otomatisasi dan komunikasi

Kriteria (karakteristik) otomatisasi dan komunikasi mengandung makna bahwa

perguruan tinggi menerapkan otomatisasi dan komunikasi berbasis system dalam

pelayanan akademik mahasiswa. Adapun gambaran respon mahasiswa terkait otomatisasi

dan komunikasi seperti pada table 4.10

Tabel 4.10 Otomatisasi dan komunikasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1.00 2 3.5 3.5 3.5

2.00 4 7.0 7.0 10.5

3.00 13 22.8 22.8 33.3

4.00 19 33.3 33.3 66.7

5.00 19 33.3 33.3 100.0

Total 57 100.0 100.0

Tabel 4.10 di atas tampak bahwa otomatiasi dan komunikasi menurut responden

menunjukkan bahwa 33,3% dalam kategori tinggi dan sangat tinggi. Adapun 22,8%

responden masih ragu (menilai sedang) terkait otomatiasi dan komunikasi berbasis

system yang dikembangkan perguruan tinggi.

Dari 10 kriteria yang menggambarkan bahwa rata-rata penggambaran responden

terhadan penerapan prinsisp-prinsip manajemen mutu seperti tampak pada Diagram 4.1

berikut:

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 58

Diagram 4.1 di atas menunjukkan bahwa rata-rata responden menyatakan bahwa

penerapan prinsip-prinsip manajemen mutu pada perguruan tinggi dalam kategori tinggi

(sekala 4).

2. Deskripsi Layanan Mutu Perguruan Tinggi di Bangka Belitung

Layanan mutu perguruan tinggi (PT) diukur dengan 12 kriteria yaitu;

responsiveness, reliability, understanding customer, access, competence, courtesy,

communication, credibility, security, tangible, performance dan completeness. Adapun

gambaran (deskripsi) respon dari resoponden penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 4.11 Prosentase Jawaban Responden Terkait Layanan Mutu PT

Skala responsiveness

reliability

understan

ding

customer

access compet

ence courtesy

commu

nicatio

n

credibility

security

tangible

performance

completeness

1 3.5 0 0 1.8 1.8 0 3.5 1.8 1.8 3.5 1.8 3.5

2 12.3 8.8 12.3 8.8 10.5 15.8 8.8 15.8 7 8.8 10.5 17.5

3 14 26.3 21.1 26.3 28.1 17.5 14 22.8 14 29.8 24.6 17.5

4 49.1 47.4 45.6 45.6 36.8 45.6 45.6 35.1 43.9 40.4 43.9 47.4

1.83.5

1.8 1.8

5.33.5

5.37

5.33.5

8.8

1412.3

7

10.5

14

8.8

5.3 5.37

22.8

26.3

21.1 21.1

29.8

24.622.8

14 14

22.8

45.6

42.1 42.1 42.1

36.8

40.4

36.8

43.942.1

33.3

21.1

14

22.8

28.1

17.5 17.5

26.3

29.8

33.3 33.3

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

0 2 4 6 8 10 12

Diagram 4.1 Penerapan Prinsip-prinsip Manajemen Mutu

Series1 Series2 Series3 Series4 Series5

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 59

5 21.1 17.5 21.1 17.5 22.8 21.1 28.1 24.6 33.3 17.5 19.3 14

Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Tabel 4.11 di atas menunjukkan bahwa dari 12 kriteria yang menggambarkan layanan

mutu PT dengan prosentase tertinggi pada skala 4 yang artinya bahwa PT dalam

menyelenggarakan program-programnya sudah sesuai dengan kriteria layanan mutu yang

baik meskipun belum sangat baik. Visual yang lebih informatif dapat dilihat pada diagram

4.2 berikut:

Keterangan:

Series 1 = skala 1

Series 2 = skala 2

Series 3 = skala 3

Series 4 = skala 4

Series 5 = skala 5

0 10 20 30 40 50 60

responsiveness

reliability

understanding customer

access

competence

courtesy

communication

credibility

security

tangible

performance

completeness

Diagram 4.2 Deskripsi Layanan Mutu PT

Series5

Series4

Series3

Series2

Series1

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 60

3. Deskripsi Kepuasan Mahasiswa Perguruan Tinggi di Bangka Belitung

Kepuasan mahasiswa diukur dengan 6 karakteristik yaitu; kepuasan mahasiswa

terhadap proses pembelajaran, kepuasan mahasiswa pada proses bimbingan akademik,

kepuasan mahasiswa pada layanan administrasi, kemauan mahasiswa mempromosikan

perguruan tinggi, mengajak orang lain masuk perguruan tinggi dan kesesuian layanan

dengan harapan mahasiswa. Adapun gambaran (deskripsi) respon dari resoponden

penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 4.12 Prosentase Kepuasan Mahasiswa terhadap Layanan PT

Skala Kepuasan

pada Proses

Pembelajaran

Kepuasan

pada proses

bimbingan

akademik

Kepuasan

pada

layanan

administrasi

Kemauan

mempromosikan

kampus

Kemauan

mengajak

orang lain

Kesesuaian

layanan

dengan

harapan

1 7 3.5 3.5 5.3 3.5 5.3

2 12.3 10.5 12.3 15.8 10.5 14

3 22.8 26.3 26.3 17.5 21.1 21.1

4 38.6 40.4 40.4 36.8 40.4 31.6

5 19.3 19.3 17.5 24.6 24.6 28.1

Total 100 100 100 100 100 100

Tabel 4.11 di atas menunjukkan bahwa dari 6 kriteria kepuasan mahasiswa terhadap

layanan perguruan tinggi dengan prosentase tertinggi pada skala 4 yang artinya puas

dengan layanan yang ada. Kategori 3 atau cukup juga banyak dipilih mahasiwa. Namun

jika melihat pada prosentase pada skala 2, maka dapat dikatakan cukup banyak responen

yang menyatakan tidak puas dengan layana yang ada. Visual yang lebih informatif dapat

dilihat pada diagram 4.3 berikut:

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 61

Keterangan:

Series 1 = skala 1

Series 2 = skala 2

Series 3 = skala 3

Series 4 = skala 4

Series 5 = skala 5

B. Uji Struktural Model

Uji structural terdiri dari dua tahap uji full model fit dan modifikasi model.

Adapun standar uji kelayalan didasarkan indeks keayakan model (goodness of fit index)

pada tabel 4.80 berikut:

Tabel 4.13 Indek Pengujian Kelayakan Model

(Goodness of fit index)

Goodness of Fit Index Cut Off

X² - Chi-square

Significancy Probability

RMSEA

GFI

AGFI

Diharapkan kecil

≥ 0.05

≥ 0.08

≥ 0.90

≥ 0.90

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

Kepuasan pada Proses Pembelajaran

Kepuasan pada proses bimbingan akademik

Kepuasan pada layanan administrasi

Kemauan mempromosikan kampus

Kemauan mengajak orang lain

Kesesuaian layanan dengan harapan

Diagram 4.3 Prosentase Kepuasan Mahasiswa

Series5 Series4 Series3 Series2 Series1

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 62

CMIN/DF

TLI

CFI

≤ 2.00

≥ 0.95

≥ 0.95

Sumber: Ferdinand (2002:61)

1. Uji Full Model

Gambar 4.1 Uji Full Model Implementasi Prinsip-prinsip Manajemen Mutu di

Perguruan Tinggi dan Implikasinya pada Kepuasan Mahasiswa

Pada uji full model structural di atas menunjukkan bahwa pengaruh langsun

(direct effect) penerapan prinsip-prinsip manajemen mutu terhadap kepuasan mahasiswa

sebesar 0.33 sedangkan in direct effect (jalur) melalui layanan mutu sebesar 0,78. Dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh tidak langsung yang lebih besar daripada pengaruh

langsyng variable PMM terhadap Kepuasan mahasiswa.

Uji model dalam SEM mengedepankan kehati-hatian (kredibilitas) maka

selanjutnya untuk melihat apakah model fit dengan data, maka selanjutnya digunakan

kriteria sesuai dengan table 4,12. Adapun hasil Uji full model 4.1 di atas outpunya adalah

sebagai berikut:

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 63

Tabel 4.14 Model Fit Summary Full Model (CMIN. RMR-GFI, FMIN, RMSEA, dan

Hoelter)

CMIN

Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF

Default model 59 840.035 347 .000 2.421

Saturated model 406 .000 0

Independence model 28 2355.614 378 .000 6.232

RMR, GFI

Model RMR GFI AGFI PGFI

Default model .076 .498 .412 .425

Saturated model .000 1.000

Independence model .648 .083 .015 .078

FMIN

Model FMIN F0 LO 90 HI 90

Default model 15.001 8.804 7.356 10.390

Saturated model .000 .000 .000 .000

Independence model 42.065 35.315 32.646 38.116

RMSEA

Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE

Default model .159 .146 .173 .000

Independence model .306 .294 .318 .000

HOELTER

Model HOELTER

.05

HOELTER

.01

Default model 27 28

Independence model 11 11

Berdasarkan hasil pada summary di atas, dapat ditarik kesimpulan dengan

menggunakan kriteria seperti pada table berikut:

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 64

Tabel 4.15 Uji Goodness of fit index (GFI) dari Model Secara Keseluruhan

Goodness of fit index Cut-off value Hasil Model Keterangan

Chi square Diharapkan kecil 743.660 Marginal

Probability ≥ 0,05 0,000 Marginal

RMSEA ≤ 0,08 0,183 Marginal

GFI ≥ 0,90 0,515 Marginal

AGFI ≥ 0,90 0,429 Marginal

CFI ≥ 0,95 0,769 Marginal

Berdasarkan pada table 4.14 di atas menunjukkan bahwa belum ada satu kriteria yang

masuk dalam kategori baik, artinya model belum fit dengan data. Oleh sebab itu maka

perlu dilakukan perbaikan model dengan mempertimbangkan modification indicate

dengan mempertimbangkan nilai covariance nya.

2. Modifikasi Model 1

Gambar 4.2 Model Fit Implementasi Prinsip-prinsip Manajemen Mutu di Perguruan

Tinggi dan Implikasinya pada Kepuasan Mahasiswa

Pada uji full modifikasi model structural di atas menunjukkan bahwa pengaruh

langsung (direct effect) penerapan prinsip-prinsip manajemen mutu terhadap kepuasan

mahasiswa sebesar 0.80 sedangkan in direct effect (jalur) melalui layanan mutu sebesar

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 65

0,30. Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh langsung yang lebih besar daripada

pengaruh tidak langsung variable PMM terhadap Kepuasan mahasiswa.

Tabel 4.16 Model Fit Summary Modifikasi Model (CMIN. RMR-GFI, FMIN, RMSEA,

dan Hoelter)

CMIN

Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF

Default model 27 50.694 51 .486 .994

Saturated model 78 .000 0

Independence model 12 713.226 66 .000 10.806

RMR, GFI

Model RMR GFI AGFI PGFI

Default model .039 .882 .819 .577

Saturated model .000 1.000

Independence model .670 .165 .014 .140

FMIN

Model FMIN F0 LO 90 HI 90

Default model .905 .000 .000 .367

Saturated model .000 .000 .000 .000

Independence model 12.736 11.558 10.091 13.157

RMSEA

Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE

Default model .000 .000 .085 .731

Independence model .418 .391 .446 .000

HOELTER

Model HOELTER

.05

HOELTER

.01

Default model 76 86

Independence model 7 8

Berdasarkan hasil pada summary di atas, dapat ditarik kesimpulan dengan

menggunakan kriteria seperti pada table berikut:

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 66

Tabel 4.17 Uji Goodness of fit index (GFI) dari Model Modifikasi Secara Keseluruhan

Goodness of fit index Cut-off value Hasil Model Keterangan

Chi square Diharapkan kecil 50.694 Baik

Probability ≥ 0,05 0,486 Baik

RMSEA ≤ 0,08 0,000 Baik

GFI ≥ 0,90 0,882/0,9 Baik

AGFI ≥ 0,90 0,819 Marginal

CFI ≥ 0,95 1,000 Baik

Berdasarkan pada table 4.16 di atas menunjukkan bahwa semua kriteria masuk dalam

bawah cut-off value. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa model telah fit dengan data.

Berdasarkan pada analisis deskriptif dan model di atas maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1) Implementasi manajemen mutu pada perguruan tinggi di Bangka Belitung dalam

kategori baik (tinggi), ditunjukkan dengan rata-rata prosentase tertinggi (>40%)

pada skala 4 (sesuai).

2) Faktor-faktor manajemen mutu yang membentuk terciptanya mutu layanan di

perguruan tinggi di Bangka Belitung berdasarkan model fit antara lain;

kepemimpinan yang mengedepankan mutu, pendekatan proses, pendekatan system

dan strategi, serta fokus pada mutu (kualitas) SDM.

Sedangkan kualitas layanan (layanan mutu) didukung oleh variable; performance,

kredibilitas, courtesy dan reliability.

3) Faktor-faktor yang mendeskripsikan kepuasan mahasiswa di perguruan tinggi

antara lain; kualitas pembelajaran, kualitas bimbingan akademik, kualitas layanan

akademik dan kemauan merekomendasi/ mengajak orang lain.

kategori baik, artinya model telah fit dengan data hanya ada satu kriteria AGFI yang di

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 67

4) Fit model menunjukkan bahwa; implementasi prinsip-prinsip manajemen mutu

berpengaruh pada mutu layanan dan kepuasan mahasiswa. Mutu layanan

berpengaruh pada kepuasan mahasiswa.

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 68

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Implementasi manajemen mutu pada perguruan tinggi di Bangka Belitung dalam

kategori baik (tinggi), ditunjukkan dengan rata-rata prosentase tertinggi >40% berada

pada skala 4.

2. Faktor (Prinsip-prinsip) dari prinsip-prinsip manajemen mutu yang membentuk

terciptanya mutu layanan di perguruan tinggi di Bangka Belitung berdasarkan model

fit antara lain; kepemimpinan yang mengedepankan mutu, pendekatan proses,

pendekatan system dan strategi, serta fokus pada mutu (kualitas) SDM.

3. Faktor-faktor yang mendeskripsikan kepuasan mahasiswa di perguruan tinggi antara

lain; kualitas pembelajaran, kualitas bimbingan akademik, kualitas layanan akademik

dan kemauan merekomendasi/ mengajak orang lain.

4. Fit model menunjukkan bahwa; implementasi prinsip-prinsip manajemen mutu

berpengaruh pada mutu layanan dan kepuasan mahasiswa. Mutu layanan berpengaruh

pada kepuasan mahasiswa.

B. Saran

1. Perguruan tinggi perlu meningkatkan implementasi prinsip-prinsip manajemen mutu

dalam berbagai unit-unit pendukung sehingga terbentu layanan mutu yang lebih baik

dan kepuasan mahasiswa terhadap layanan akademik dan non akademik yang lebih

baik.

2. Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan kajian lebih lanjut terkait kepuasan

mahasiswa melalui berbagai dimensi maupun variable-variabel lainnya.

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 69

BIBLOGRAPHY

Azwar, Saifudin. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

Byrne, Barbara M. Structural Equation Modeling with AMOS: Basic Concepts,

Applications, and Programming. Second. New York, NY, 2010.

Dikti. “PDPT Dikti Tahun Pelaporan 2017/2018.” Kemenristek Dikti, 2019.

https://forlap.ristekdikti.go.id/perguruantinggi/search.

Gaffar, Mohammad Fakry. Strategies In Managing Reforms of Indonesian Educational

Developmen. Bandung, 2012.

Hayat, Bahrul, and S.Yusuf. Benchmark Internasional Mutu Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara, 2010.

Hoy, Charles, Colin Bayne-Jardine, and Margaret Wood. Improving Quality in

Education. London: Falmer Press, 2000.

Išoraitė, Margarita. “The Balanced Scorecard Method : From Theory to Practice.”

Intelektinë Ekonomika (Intellectual Economics) 3, no. 1 (2008): 18–28.

Jancikova, Alexandra, and Karel Brychta. “TQM and Organizational Culture as

Significant Factors in Ensuring Competitive Advantage : A Theoretical

Perspective.” Economics and Sociology 2, no. 1 (2009): 80–95.

Kaplan, D. Structural Equation Modelling: Foundations and Extensions. Scond. Los

Angeles: Sage Publications, Inc., 2009.

Knowles, Graeme. Quality Management. Bookboon, 2014.

Kohoutek, Jan, ed. Studies on Higher Education Implementation. Bucharest: UNESCO,

2009.

Lodico, Marguerite G, Dean T Spaulding, and Katherine H Voegtle. Methods in

Educational Research : From Theory to Practice. San Francisco: John Wiley &

Sons, Inc., 2006.

Mauch, Peter D. Quality Management: Theory and Application. London: CRC Press

Taylor & Francis Group, 2010.

Misra, Sanjaya. Quality Assurance in Higher Education: An Introduction. India:

NAAC, 2006.

Mohadjir, Noeng. Metodologi Penelitian: Paradigma Positivisme Objektif,

Phenomenologi Interpretif, Logika Bahasa Platonis, Comskyst, Hegelian, Dan

Hermeneutik, Paradigma Studi Islam, Matematk Recursion-, -Set- Theory &

Structural Equation Modeling Dan Mixed. Yogyakarta: Rake Sarasin, 2011.

Noronha, Carlos. The Theory of Culture-Specific Total Quality Management: Quality

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 70

Management in Chinese Regions. New York: Palgrave, 2002.

Postlethwaite, T Neville. “Educational Research: Some Basic Concepts and

Terminology Quantitative Research Methods in Educational Planning Quantitative

Research Methods in Educational Planning.” Quantitative Research Methods in

Educational Planning, no. 1 (2005): 57.

http://www.unesco.org/iiep%0Ahttp://www.unesco.org/iiep/PDF/TR_Mods/Qu_M

od1.pdf.

Riduwan. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2003.

Rita, and Marco Portales. Quality Education for Latinos and Latinas: Print Oral Skills

for All Students, K-College. Austin: University of Texas Press, 2005.

Rose, Kenneth H. Project Quality Management: Why, What and How. USA: J. Ross

Publishing, 2005.

Sallis, Edward. Total Quality Management in Education Third Edition. London: Kogan

Page, 2002.

Santoso, Singgih. Amos 22 Untuk Structural Equation Modeling: Konsep Dasar Dan

Aplikasi. Jakarta: PT. Elex Media Computindo, 2015.

Singarimbun, Masri, and Sofian Efendi. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES,

1989.

Sudha, T. “Total Quality Management in Higher Education Institutions.” International

Journal of Social Science & Interdisciplinary Research 2, no. 6 (2013): 121–32.

Turner, David Andrew. Quality in Higher Education. Rotterdam: SENSE Publisher,

2011.

Ulle, Ravishankar S, and A.N.Santosh Kumar. “A Review on Total Quality Leadership

in TQM Practices- Industrial Management and Organizations” 9359, no. 5 (2014):

152–55.

Zairi, Mohamed. Total Quality Management for Engeeners. Cambridge: Woodhead

Publishing Ltd., 1991.

L a p o r a n P e n e l i t i a n 2 0 1 9 | 71

Lampiran-Lampiran

Pendukung

7/31/2019 Angket Penelitian Implementasi Prinsip-Prinsip Manajemen Mutu di Perguruan Tinggi: Analisis Faktor-Faktor Pendukung Layanan …

https://docs.google.com/forms/d/1b0_eJyWC909rYHL31datxwGlPVxVuNCDW0Vz1rVYHWc/edit 1/6

Angket Penelitian Implementasi Prinsip-PrinsipManajemen Mutu di Perguruan Tinggi: AnalisisFaktor-Faktor Pendukung Layanan Mutu danImplikasinya Pada Kepuasan MahasiswaDengan hormat,Mohon kesediannya untuk mengisi angket penelitian ini secara sempurna. Angket penelitian ini ditujukan untuk laporan akademik kegiatan penelitian di IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung sebagai salah satu implementasi tugas tri darma Perguruan Tinggi.Penelitian ini bukan evaluasi dan tidak berakibat pada institusi saudara. Penelitian ini murni kegiatan akademis.

Petunjuk Pengisian Angket:1. Pilihlah satu dari lima pilhan jawaban yang paling sesuai dengan kondisi yang saudara amati di institusi maupun diri anda saat ini.2. Pilihan jawaban angket penelitian ini terdiri dari 5 skala yang menunjukkan tingkat keseuaian dengan kondisi yang ada. (1= Tidak sesuai, 2=Kurang Sesuai, 3=Cukup Sesuai, 4=Sesuai, 5=Sangat Sesuai)

* Wajib

IDENTITAS RESPONDEN

Dimohon untuk mengisi identitas saudara dengan menjawab beberapa pertanyaan berikut ini:

1. Asal Perguruan Tinggi (Nama PerguruanTinggi Tempat Studi) *

2. Fakultas/Jurusan *

3. Program Studi *

4. Jenjang *Tandai satu oval saja.

S1 (Sarjana)

S2 (Magister)

D IV (Diploma IV)

D III (Diploma III)

D II (Diploma II)

Yang lain:

5. Umur (Tahun) *

7/31/2019 Angket Penelitian Implementasi Prinsip-Prinsip Manajemen Mutu di Perguruan Tinggi: Analisis Faktor-Faktor Pendukung Layanan …

https://docs.google.com/forms/d/1b0_eJyWC909rYHL31datxwGlPVxVuNCDW0Vz1rVYHWc/edit 2/6

6. Jenis Kelamin *Tandai satu oval saja.

Laki-Laki (L)

Perempuan (P)

7. Semester

A. Implementasi Prinsip-prinsip Manajemen Mutu (kualitas)Perguran Tinggi

8. Visi dan Misi Program Studi (Prodi) sejalan dengan visi misi perguruan tinggi *Tandai satu oval saja.

1 2 3 4 5

9. Perguruan tinggi memberikan layanan terbaik kepada setiap mahasiswa *Tandai satu oval saja.

1 2 3 4 5

10. Pimpinan perguruan tinggi mengedepankan mutu dalam setiap kegiatan akademik *Tandai satu oval saja.

1 2 3 4 5

11. Berbagai bentuk layanan mahasiswa diatur dalam pedoman yang jelas (Misal SOP,Pedoman akademik, dll) *Tandai satu oval saja.

1 2 3 4 5

12. Mahasiwa senantiasa dilibatkan dalam berbagai kegiatan akademik diluar maupun didalamkampus *Tandai satu oval saja.

1 2 3 4 5

7/31/2019 Angket Penelitian Implementasi Prinsip-Prinsip Manajemen Mutu di Perguruan Tinggi: Analisis Faktor-Faktor Pendukung Layanan …

https://docs.google.com/forms/d/1b0_eJyWC909rYHL31datxwGlPVxVuNCDW0Vz1rVYHWc/edit 3/6

13. Sarana prasarana perguruan tinggi terus ditingkatkan secara berkelanjutan *Tandai satu oval saja.

1 2 3 4 5

14. Layanan akademik menggunakan sistem dan strategi yang baik *Tandai satu oval saja.

1 2 3 4 5

15. Perguruan tinggi didukung oleh SDM (Sumber Daya Manusia) yang kompeten (ahli dalambidangnya) *Tandai satu oval saja.

1 2 3 4 5

16. Perguruan tinggi memiliki kerjasama dengan berbagai pihak *Tandai satu oval saja.

1 2 3 4 5

17. Perguruan tinggi menggunakan sistem e-kampus (IT) yang memadai *Tandai satu oval saja.

1 2 3 4 5

B. Layanan Mutu Perguruan Tinggi

18. Staff perguruan tinggi responsif (memiliki kemauan dan kesiapan) dalam melayanimahasiswa *Tandai satu oval saja.

1 2 3 4 5

19. Reliablitas (drajat kebenaran, ketepatan dan kebaruan pendidikan) dalam memberikanlayanan Perguruan Tinggi *Tandai satu oval saja.

1 2 3 4 5

7/31/2019 Angket Penelitian Implementasi Prinsip-Prinsip Manajemen Mutu di Perguruan Tinggi: Analisis Faktor-Faktor Pendukung Layanan …

https://docs.google.com/forms/d/1b0_eJyWC909rYHL31datxwGlPVxVuNCDW0Vz1rVYHWc/edit 4/6

20. Tingkat ketersediaan staf untuk memandu dan membimbing mahasiswa *Tandai satu oval saja.

1 2 3 4 5

21. Kemudahan akses informasi bagi mahasiswa *Tandai satu oval saja.

1 2 3 4 5

22. Kopetensi Sumber Daya Manusia (SDM) perguruan tinggi *Tandai satu oval saja.

1 2 3 4 5

23. Pemberi layanan di Perguruan Tinggi senantiasa menunjukkan sikap positif terhadapmahasiswa *Tandai satu oval saja.

1 2 3 4 5

24. Komunikasi antara dosen dan mahasiswa terjalin baik *Tandai satu oval saja.

1 2 3 4 5

25. Perguruan tinggi memiliki kredibilitas yang baik *Tandai satu oval saja.

1 2 3 4 5

26. Informasi penting (data pribadi mahasiswa) terjamin kerahasiaannya *Tandai satu oval saja.

1 2 3 4 5

7/31/2019 Angket Penelitian Implementasi Prinsip-Prinsip Manajemen Mutu di Perguruan Tinggi: Analisis Faktor-Faktor Pendukung Layanan …

https://docs.google.com/forms/d/1b0_eJyWC909rYHL31datxwGlPVxVuNCDW0Vz1rVYHWc/edit 5/6

27. Ketersediaan sarana prasarana pendudukung Perguruan Tinggi *Tandai satu oval saja.

1 2 3 4 5

28. Mahasiswa disiapkan menjadi lulusan yang memiliki pengetahuan dan kemampuan untukmenghadapi dunia kerja *Tandai satu oval saja.

1 2 3 4 5

29. Mahasiswa dibekali pengatahuan dan kemampuan tambahan (seperti penggunaankomputer, dll) *Tandai satu oval saja.

1 2 3 4 5

C. KEPUASAN MAHASISWA

30. Kualitas (mutu) pembelajaran di Perguruan Tinggi *Tandai satu oval saja.

1 2 3 4 5

31. Kualitas (mutu) bimbingan akademik mahasiswa *Tandai satu oval saja.

1 2 3 4 5

32. Kualitas (mutu) layanan administrasi *Tandai satu oval saja.

1 2 3 4 5

33. Saya mempromosikan kampus kepada orang lain *Tandai satu oval saja.

1 2 3 4 5

7/31/2019 Angket Penelitian Implementasi Prinsip-Prinsip Manajemen Mutu di Perguruan Tinggi: Analisis Faktor-Faktor Pendukung Layanan …

https://docs.google.com/forms/d/1b0_eJyWC909rYHL31datxwGlPVxVuNCDW0Vz1rVYHWc/edit 6/6

Diberdayakan oleh

34. Saya mengajak orang lain untuk bergabung menjadi mahasiswa baru di kampus saya *Tandai satu oval saja.

1 2 3 4 5

35. Layanan yang diberikan Perguruan Tinggi telah sesuai dengan harapan saya *Tandai satu oval saja.

1 2 3 4 5

Lampiran Uji Coba Instrumen Penelitian

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Squared Multiple

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

KT 98.9355 637.462 .602 . .983

FP 98.7742 633.314 .855 . .982

KP 99.1290 620.449 .789 . .982

PP 98.7742 628.047 .799 . .982

PO 99.2258 630.914 .758 . .982

PB 99.0000 627.867 .780 . .982

PS 99.0968 627.557 .821 . .982

FS 98.9032 628.890 .821 . .982

FK 99.0323 626.166 .751 . .982

OK 99.0645 636.129 .784 . .982

RS 99.0645 623.262 .856 . .982

RL 98.8710 624.916 .832 . .982

UC 99.2258 620.047 .867 . .982

AC 98.9032 623.424 .832 . .982

CP 99.0645 626.462 .868 . .982

CT 98.8710 626.249 .879 . .982

CM 98.9355 620.862 .871 . .982

CD 98.7742 630.047 .808 . .982

SC 98.9032 622.957 .861 . .982

TG 98.9355 633.796 .796 . .982

PF 98.9355 623.462 .868 . .982

CTs 98.9032 631.690 .818 . .982

PP1 99.3871 624.378 .825 . .982

PP2 98.9355 628.596 .846 . .982

PP3 99.2581 628.931 .796 . .982

MO1 99.1613 635.540 .763 . .982

MO2 99.1935 630.295 .815 . .982

SH 99.0323 629.232 .795 . .982

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

.983 .983 28

Lampiran Model

Model_1

Assessment of normality (Group number 1)

Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.

SH 1.000 5.000 -.588 -1.812 -.402 -.619

MO2 1.000 5.000 -.556 -1.714 -.146 -.224

MO1 1.000 5.000 -.506 -1.561 -.266 -.410

PP3 1.000 5.000 -.564 -1.738 -.632 -.974

PP2 1.000 5.000 -.675 -2.081 -.134 -.206

PP1 1.000 5.000 -.541 -1.667 -.651 -1.003

CTs 1.000 5.000 -.577 -1.778 -.457 -.704

PF 1.000 5.000 -.532 -1.638 -.158 -.243

TG 1.000 5.000 -.541 -1.668 .028 .044

SC 1.000 5.000 -.966 -2.979 .626 .964

CD 1.000 5.000 -.391 -1.205 -.772 -1.190

CM 1.000 5.000 -.957 -2.950 .460 .709

CT 2.000 5.000 -.457 -1.408 -.735 -1.133

CP 1.000 5.000 -.408 -1.258 -.432 -.666

AC 1.000 5.000 -.549 -1.693 .068 .105

UC 2.000 5.000 -.432 -1.332 -.603 -.929

Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.

RL 2.000 5.000 -.332 -1.022 -.446 -.688

RS 1.000 5.000 -.829 -2.554 .090 .139

KT 1.000 5.000 -.628 -1.935 .080 .123

FP 1.000 5.000 -.486 -1.497 -.303 -.467

KP 1.000 5.000 -.559 -1.724 -.343 -.528

PP 1.000 5.000 -.716 -2.206 .160 .247

PO 1.000 5.000 -.507 -1.562 -.214 -.330

PB 1.000 5.000 -.486 -1.499 -.396 -.611

PS 1.000 5.000 -.709 -2.185 -.113 -.174

FS 1.000 5.000 -1.108 -3.415 .673 1.037

FK 1.000 5.000 -1.136 -3.501 .874 1.347

OK 1.000 5.000 -.759 -2.339 -.010 -.015

Multivariate 111.728 10.290

Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance) (Group number 1)

Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2

7 49.959 .007 .312

15 48.791 .009 .090

25 46.773 .014 .050

22 46.752 .015 .010

24 46.022 .017 .003

23 44.501 .025 .003

8 44.445 .025 .001

26 39.883 .068 .037

18 39.394 .075 .025

36 39.298 .076 .010

57 38.806 .084 .007

20 37.920 .100 .010

16 37.576 .107 .006

32 37.571 .107 .002

34 36.662 .127 .004

56 35.679 .151 .009

42 35.127 .166 .009

45 34.806 .176 .007

37 34.740 .178 .003

28 34.585 .182 .002

1 34.257 .193 .001

51 33.472 .219 .003

40 33.435 .220 .001

Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2

30 32.594 .251 .004

52 31.518 .295 .015

47 31.103 .313 .016

29 29.920 .367 .064

2 29.572 .384 .064

43 28.870 .419 .109

17 27.700 .480 .287

3 26.080 .569 .697

12 26.010 .573 .621

44 24.810 .638 .857

38 24.640 .647 .827

33 24.476 .656 .792

50 24.127 .675 .800

54 23.154 .725 .922

49 22.587 .753 .949

39 21.938 .784 .973

11 21.102 .821 .991

27 20.922 .829 .987

31 20.755 .835 .981

4 19.885 .869 .994

55 19.759 .873 .990

13 19.529 .881 .985

35 18.003 .926 .999

53 16.690 .954 1.000

10 16.071 .965 1.000

19 15.727 .970 1.000

41 13.048 .993 1.000

5 12.420 .995 1.000

14 10.195 .999 1.000

48 8.725 1.000 1.000

46 8.669 1.000 1.000

9 7.195 1.000 1.000

21 6.069 1.000 1.000

6 1.681 1.000 1.000

Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label

KLM <--- PMM 1.057 .159 6.653 *** par_21

KPM <--- KLM .800 .316 2.534 .011 par_24

Estimate S.E. C.R. P Label

KPM <--- PMM .254 .359 .707 .480 par_25

OK <--- PMM 1.000

FK <--- PMM 1.093 .164 6.653 *** par_1

FS <--- PMM 1.181 .172 6.860 *** par_2

PS <--- PMM 1.115 .171 6.521 *** par_3

PB <--- PMM .944 .167 5.664 *** par_4

PO <--- PMM .987 .167 5.910 *** par_5

PP <--- PMM .993 .147 6.733 *** par_6

KP <--- PMM 1.100 .154 7.142 *** par_7

FP <--- PMM 1.041 .157 6.652 *** par_8

KT <--- PMM .963 .147 6.569 *** par_9

RS <--- KLM 1.000

RL <--- KLM .858 .078 10.953 *** par_10

UC <--- KLM .862 .094 9.143 *** par_11

AC <--- KLM .841 .097 8.676 *** par_12

CP <--- KLM .934 .101 9.216 *** par_13

CT <--- KLM .993 .087 11.374 *** par_14

CM <--- KLM .949 .108 8.755 *** par_15

CD <--- KLM 1.034 .105 9.861 *** par_16

SC <--- KLM .677 .118 5.721 *** par_17

TG <--- KLM .776 .117 6.617 *** par_18

PF <--- KLM .865 .103 8.417 *** par_19

CTs <--- KLM .926 .114 8.151 *** par_20

PP1 <--- KPM 1.000

PP2 <--- KPM .813 .094 8.635 *** par_22

PP3 <--- KPM .934 .102 9.172 *** par_23

MO1 <--- KPM .807 .091 8.895 *** par_26

MO2 <--- KPM .687 .106 6.475 *** par_27

SH <--- KPM .857 .110 7.820 *** par_28

Covariances: (Group number 1 - Default model)

M.I. Par Change

e30 <--> e23 4.547 .084

e29 <--> e30 5.582 .167

e24 <--> e30 4.593 -.118

e24 <--> e29 5.477 -.133

e24 <--> e25 8.113 .139

e22 <--> e27 6.097 .126

e21 <--> e22 8.254 .132

M.I. Par Change

e20 <--> e22 15.995 .232

e20 <--> e21 7.943 .145

e19 <--> e27 6.579 -.153

e19 <--> e22 4.501 -.130

e18 <--> e22 4.601 -.092

e18 <--> e19 13.544 .185

e17 <--> e26 9.267 -.155

e17 <--> e24 4.549 -.095

e17 <--> e21 5.761 .102

e17 <--> e19 4.440 .119

e17 <--> e18 4.718 .086

e16 <--> e27 4.487 -.063

e16 <--> e22 4.013 -.061

e16 <--> e20 4.225 -.070

e16 <--> e18 8.864 .075

e16 <--> e17 8.456 .082

e15 <--> e30 4.280 -.104

e15 <--> e29 10.140 -.164

e15 <--> e24 5.865 .099

e15 <--> e22 6.814 .114

e15 <--> e19 5.300 -.118

e15 <--> e18 13.423 -.132

e14 <--> e30 4.272 .103

e14 <--> e28 6.177 -.103

e14 <--> e26 9.072 .138

e14 <--> e22 4.880 .096

e14 <--> e16 6.530 -.065

e13 <--> e30 4.049 .096

e13 <--> e21 4.756 -.079

e13 <--> e18 4.486 -.072

e13 <--> e17 7.020 -.100

e13 <--> e16 6.804 -.063

e13 <--> e14 11.675 .117

e11 <--> e22 5.713 -.102

e11 <--> e21 19.716 -.167

e11 <--> e20 9.555 -.147

e11 <--> e17 5.628 -.093

e11 <--> e16 7.629 .069

e11 <--> e13 5.377 .078

e10 <--> e13 4.178 .075

e9 <--> e27 4.310 .100

M.I. Par Change

e9 <--> e29 4.254 .119

e9 <--> e10 10.176 .139

e7 <--> e29 4.425 -.113

e6 <--> e30 5.295 -.160

e6 <--> e29 4.702 -.153

e6 <--> e17 5.967 -.135

e6 <--> e15 7.257 .136

e5 <--> e30 5.880 -.171

e5 <--> e29 7.578 -.198

e5 <--> e25 16.957 .258

e5 <--> e24 10.123 .181

e5 <--> e18 4.085 -.102

e5 <--> e15 10.277 .164

e5 <--> e11 4.960 -.111

e4 <--> e17 7.096 -.137

e3 <--> e6 5.042 -.134

e2 <--> e27 4.091 -.105

e2 <--> e25 5.503 -.128

e2 <--> e24 4.881 -.110

e2 <--> e22 7.154 -.142

e2 <--> e19 8.943 .187

e2 <--> e18 7.819 .123

e2 <--> e15 16.111 -.179

e2 <--> e3 8.853 .157

e1 <--> e26 7.083 .169

e1 <--> e25 4.844 -.135

e1 <--> e22 9.345 -.183

e1 <--> e20 6.741 -.173

e1 <--> e11 10.397 .158

e1 <--> e5 6.954 -.184

e1 <--> e2 15.169 .238

Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

M.I. Par Change

PP2 <--- PB 6.282 .206

PP1 <--- PB 5.111 .168

CTs <--- TG 7.561 .232

CTs <--- OK 5.548 -.184

PF <--- RS 4.064 -.143

M.I. Par Change

TG <--- CTs 5.229 .204

CD <--- SC 7.724 .200

CM <--- PP3 4.681 -.142

CM <--- PO 4.013 -.145

CP <--- MO2 4.188 -.140

CP <--- FK 6.109 -.161

AC <--- PP3 4.574 .127

RS <--- PF 5.967 -.174

RS <--- TG 4.521 -.147

RS <--- OK 6.064 .158

FP <--- MO2 4.016 .154

PB <--- PP2 8.734 .273

PB <--- PP1 4.000 .166

FK <--- PP2 5.333 -.187

FK <--- CTs 4.054 -.164

FK <--- CP 6.223 -.214

FK <--- OK 6.217 .199

OK <--- FK 4.597 .191

Model Fit Summary

CMIN

Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF

Default model 59 840.035 347 .000 2.421

Saturated model 406 .000 0

Independence model 28 2355.614 378 .000 6.232

RMR, GFI

Model RMR GFI AGFI PGFI

Default model .076 .498 .412 .425

Saturated model .000 1.000

Independence model .648 .083 .015 .078

Baseline Comparisons

Model NFI

Delta1

RFI

rho1

IFI

Delta2

TLI

rho2 CFI

Default model .643 .612 .755 .728 .751

Saturated model 1.000 1.000 1.000

Model NFI

Delta1

RFI

rho1

IFI

Delta2

TLI

rho2 CFI

Independence model .000 .000 .000 .000 .000

Parsimony-Adjusted Measures

Model PRATIO PNFI PCFI

Default model .918 .591 .689

Saturated model .000 .000 .000

Independence model 1.000 .000 .000

NCP

Model NCP LO 90 HI 90

Default model 493.035 411.914 581.846

Saturated model .000 .000 .000

Independence model 1977.614 1828.157 2134.507

FMIN

Model FMIN F0 LO 90 HI 90

Default model 15.001 8.804 7.356 10.390

Saturated model .000 .000 .000 .000

Independence model 42.065 35.315 32.646 38.116

RMSEA

Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE

Default model .159 .146 .173 .000

Independence model .306 .294 .318 .000

AIC

Model AIC BCC BIC CAIC

Default model 958.035 1084.776 1078.575 1137.575

Saturated model 812.000 1684.148 1641.479 2047.479

Independence model 2411.614 2471.762 2468.820 2496.820

ECVI

Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI

Default model 17.108 15.659 18.694 19.371

Saturated model 14.500 14.500 14.500 30.074

Independence model 43.065 40.396 45.866 44.139

HOELTER

Model HOELTER

.05

HOELTER

.01

Default model 27 28

Independence model 11 11

Modifikasi Model

Notes for Model (Default model)

Computation of degrees of freedom (Default model)

Number of distinct sample moments: 78

Number of distinct parameters to be estimated: 27

Degrees of freedom (78 - 27): 51

Result (Default model)

Minimum was achieved

Chi-square = 50.694

Degrees of freedom = 51

Probability level = .486

Scalar Estimates (Group number 1 - Default model)

Maximum Likelihood Estimates

Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label

KLM <--- PMM .821 .092 8.918 *** par_7

KPM <--- KLM .276 .673 .410 .682 par_10

KPM <--- PMM .796 .595 1.339 .181 par_11

FS <--- PMM 1.044 .128 8.185 *** par_1

PS <--- PMM .993 .130 7.624 *** par_2

PP <--- PMM .918 .106 8.683 *** par_3

KP <--- PMM 1.000

RL <--- KLM 1.000

CT <--- KLM 1.201 .098 12.283 *** par_4

CD <--- KLM 1.281 .115 11.182 *** par_5

PF <--- KLM 1.023 .119 8.598 *** par_6

PP1 <--- KPM 1.000

PP2 <--- KPM .795 .080 9.890 *** par_8

PP3 <--- KPM .867 .093 9.308 *** par_9

MO1 <--- KPM .757 .082 9.185 *** par_12

Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate

KLM <--- PMM .949

KPM <--- KLM .189

KPM <--- PMM .629

FS <--- PMM .824

PS <--- PMM .793

PP <--- PMM .849

KP <--- PMM .881

RL <--- KLM .902

CT <--- KLM .949

CD <--- KLM .919

PF <--- KLM .818

PP1 <--- KPM .949

PP2 <--- KPM .842

PP3 <--- KPM .831

MO1 <--- KPM .826

Variances: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label

PMM .782 .189 4.144 *** par_13

e23 .058 .028 2.062 .039 par_14

e27 .429 .116 3.695 *** par_15

e3 .403 .088 4.579 *** par_16

e4 .455 .097 4.678 *** par_17

e7 .255 .058 4.398 *** par_18

e8 .226 .054 4.164 *** par_19

Estimate S.E. C.R. P Label

e12 .134 .031 4.282 *** par_20

e16 .093 .028 3.307 *** par_21

e18 .178 .043 4.096 *** par_22

e21 .304 .063 4.836 *** par_23

e24 .139 .058 2.405 .016 par_24

e25 .324 .071 4.531 *** par_25

e26 .421 .094 4.500 *** par_26

e28 .335 .074 4.551 *** par_27

Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)

Estimate

KLM .901

KPM .658

MO1 .682

PP3 .691

PP2 .709

PP1 .900

PF .669

CD .844

CT .901

RL .814

KP .776

PP .721

PS .629

FS .679

Model Fit Summary

CMIN

Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF

Default model 27 50.694 51 .486 .994

Saturated model 78 .000 0

Independence model 12 713.226 66 .000 10.806

RMR, GFI

Model RMR GFI AGFI PGFI

Default model .039 .882 .819 .577

Saturated model .000 1.000

Independence model .670 .165 .014 .140

Baseline Comparisons

Model NFI

Delta1

RFI

rho1

IFI

Delta2

TLI

rho2 CFI

Default model .929 .908 1.000 1.001 1.000

Saturated model 1.000 1.000 1.000

Independence model .000 .000 .000 .000 .000

Parsimony-Adjusted Measures

Model PRATIO PNFI PCFI

Default model .773 .718 .773

Saturated model .000 .000 .000

Independence model 1.000 .000 .000

NCP

Model NCP LO 90 HI 90

Default model .000 .000 20.540

Saturated model .000 .000 .000

Independence model 647.226 565.112 736.787

FMIN

Model FMIN F0 LO 90 HI 90

Default model .905 .000 .000 .367

Saturated model .000 .000 .000 .000

Independence model 12.736 11.558 10.091 13.157

RMSEA

Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE

Default model .000 .000 .085 .731

Independence model .418 .391 .446 .000

AIC

Model AIC BCC BIC CAIC

Default model 104.694 121.019 159.856 186.856

Saturated model 156.000 203.163 315.358 393.358

Independence model 737.226 744.482 761.743 773.743

ECVI

Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI

Default model 1.870 1.875 2.242 2.161

Saturated model 2.786 2.786 2.786 3.628

Independence model 13.165 11.698 14.764 13.294

HOELTER

Model HOELTER

.05

HOELTER

.01

Default model 76 86

Independence model 7 8