laporan akhir penelitian sistim familisme sebagai sumber ...

75
i LAPORAN AKHIR PENELITIAN SISTIM FAMILISME SEBAGAI SUMBER MOTIVASI DASAR PEMBENTUKAN SIKAP PERILAKU KEWIRAUSAHAAN ORANG CINA PONTIANAK Penanggung Jawab Program Dra. Lina Sunyata. M.Si (Ketua) Dr.Netty Herawati., M.Si (Anggota) Nurfitri Nugrahaningsih, S.lp, M.Si (Anggota) DIBIAYAI OLEH DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN TINGGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL SESUAI DENGAN SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN PENELITIAN NOMOR : 3158/H22.13/PL/2010 tanggal 21 April 2010 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 15 November 2010 PENELITIAN FUNDAMENTAL

Transcript of laporan akhir penelitian sistim familisme sebagai sumber ...

i

LAPORAN AKHIR PENELITIAN

SISTIM FAMILISME SEBAGAI SUMBER MOTIVASI DASARPEMBENTUKAN SIKAP PERILAKU KEWIRAUSAHAAN

ORANG CINA PONTIANAK

Penanggung Jawab ProgramDra. Lina Sunyata. M.Si (Ketua)

Dr.Netty Herawati., M.Si (Anggota)Nurfitri Nugrahaningsih, S.lp, M.Si (Anggota)

DIBIAYAI OLEH DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN TINGGI DEPARTEMENPENDIDIKAN NASIONAL SESUAI DENGAN SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN

PENELITIAN NOMOR : 3158/H22.13/PL/2010 tanggal 21 April 2010

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK15 November 2010

PENELITIAN FUNDAMENTAL

ii

Halaman Pengesahan

iii

RINGKSAN

Proses akomodasi dan transfer pengetahuan serta pengalaman, berlangsung

sepanjang hidup manusia. Dalam proses yang panjang inilah nilai-nilai hidup didapatkan

oleh manusia, yang kemungkinan besar akan dapat menumbuhkan sikap mereka terhadap

subyek atau obyek. Kenyataan ini menarik perhatian untuk mengkaji fenomena tersebut

dan menghubungkan sikap kewirausahan orang Cina dengan proses belajar/sosialisasi

orang Cina yang mengacu pada faham Familisme. Selanjutnya tentu saja sangat menarik

untuk menitik beratkan perhatian pada proses menumbuhkan dan membentuk sikap

kewirausahaan orang Cina dikaitkan dengan faham famirisme yang dianut orang Cina.

Beranjak dari fenomena tersebut, maka penelitian dasar ini berorientasi menemukan

dan mengkaji pola interaksi dan komunikasi dalam keluarga yang mengacu pada sistem

familisme dalam rangka menumbuhkan spirit dan membentuk perilaku kewirausahaan

pada orang Cina Pontianak.

Objek penelitian ini adalah tentang: (1). Pola Sikap dan perilaku Wirausahawan Cina

Pontianak.,(2). Pengaruh Faham Familisme yang dianut Orang Cina dalam Upaya

Membentuk dan Mengembangkan Sikap Kewirausahaan Orang Cina Pontianak.,(3).

Strategi Pembera;aran yang Diterapkan Dalam Membentuk Sikap Kewirausahaan melalui

proses Pendidikan/Sosialisasi dalam Keluarga pada orang Cina Pontianak.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, pengamatan,, wawancara mendalam

dan studi kepustakaan digunakan sebagai instrumennya. Penelitian ini menggunakan 8

informan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Pola sikap dan perilaku khas

wirausahawan Cina tampak pada semangat yang kuat untuk membuka usaha secara

mandiri, tidak kenal lelah (ulet), kreatif dan inovatif, serta berani mengambil resiko yang

mana hal ini menjadikan para pelaku usaha etnis Cina umumnya mampu meraih

kesuksesan dan mampu bersaing dimanapun mereka membangun usaha. 2) Faham

familisme yang dianut orang Cina mengarahkan keturunannya untuk senantiasa menjadi

anak yang soleh dan mampu bertanggungjawab dan menyenangkan orang tuanya baik

iv

semasa hidup maupun setelah orang tuanya meninggal menyebabkan mereka harus

mencari uang sebanyak banyaknya agar dapat memikul tanggungjawab dan hal ini

mempengaruhi pengembangan spirit dan perilaku kewirausahaan yang handal dan

menonjol pada orang Cina. 3) Strategi untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada

generasi penerus Cina adalah dengan cara memperkenalkan dan menanamkan nilai nilai

luhur nenek moyang, melibatkan dalam kegiatan usaha dengan memberikan kesempatan

untuk mepraktekkan berbagai keterampilan yang dimiliki orang tua melalui proses

sosialisasi di lingkungan keluarga yang akhirnya membentuk karakter tertentu yang

mengantarkan orang Cina menjadi entrepreneurship- entrepreneurship yang sukses

diberbagai tempat.

v

Abstrak

Orang Cina dikenal memiliki kemampuan dan keunggulan untuk menggelutiberbagai bidang wirausaha yang menjadikan mereka dapat bersaing dan berhasilmenjalankan roda perekonomian di berbagai tempat. Kemanapun mereka pergi merekaseralu membawa serta adat istiadat sebagai falsafah hidupnya yakni faham familismeyang merupakan inti ajaran Konfusius. Berdasarkan penelitian sebelumnya (2007)diketahui bahwa system familisme masih teguh dan diterapkan dalam sosialisasi dilingkungan ketuarga inti orang Cina Pontianak.

Fenomena selanjutnya yang menjadi amatan penelitian adalah dengan jumlahmencapai 150.540 orang (30,11%), sebagaian besar orang Cina memberikan kontribusiyang besar pada jalannya roda peekonomian kota Pontianak. Keadaan ini setidaknyamenunjukkan bahwa orang Cina memiliki kemampuan untuk membangun dan bersaingdi bidang ekonomi serta memiliki spirit dan perilaku kewirausahaan. Sikap perilaku yangkhas dari orang Cina ini kiranya dibentuk dan dikembangkan dalam waktu yang panjangmelalui proses sosialisasi keluarga dalam menerapkan sistim familisme yang diajarkanKonfusius. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa proses internalisasi nilai-nilaimelalui sosialisasi tersebut sangat mempengaruhi pembentukan watak dan sifat-sifattertentu yang akhirnya dipraktekkan dalam berbagai kegiatan usaha orang Cina yangbanyak mencapai sukses di berbagai bidang.

Secara umum, sebagai negara sedang berkembang, lndonesia masih kekuranganwirausahawan. Hal ini tentu saja kurang menunjang kebutuhan pembangunan sektorekonomi. Sejalan dengan Kurangnya wirausahawan di negara kita tentunya diperlukanberbagai upaya. salah satunya adalah untuk menemukan model hipotetis yang mungkindapat diterapkan melalui pembelajaran untuk menumbuhkan sekaligus mengembangkansikap positif terhadap wirausahawan, dengan harapan bahwa di kemudian hari banyaktumbuh wirausahawan baru yang dapat mendukung pembangunan ekonomi di IndonesiaUntuk itu diperlukan metode dan strategi bagi masyarakat untuk mengembangkan sikapkewirausahaan.Pendidikan sebagai proses memiliki arti yang sangat penting sehinggakajian terhadap proses ini penting dilakukan.

Proses pendidikan pada dasarnya merupakan komunikasi. Komunikasi budayaCina berisi pengenalan budaya Cina, penanaman ajaran tentang berbagai norma harusdijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan di dalam masyarakat dimanapun merekaberada. Sehubungan dengan sikap perilaku kewirausahaan yang menjadi titik beratpenelitian ini, maka dapat diungkapkan tentang bagarmana proses menumbuhkan sertamengembangkan sikap tersebut melalui proses pembelajaran secara turun-temurun padaorang Cina. Dengan menggunakan metode kualitatif , penelitian ini mampu rnengungkapnuansa proses budaya dan belajar mengajar yang merupakan strategi budaya yangmampu menjadikan lingkungan pendidikan sebagai budaya pengembangan bagikewirausahan orang Cina.

Kata kunci : familisme, konfusius, sosialisasi, kewirausahaan,entrepreneurship

vi

PRAKATA

Puji Syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT , karena berkat karuniaNYA

lah penulisan laporan penelitian fundamental ini dapat terselesaikan pada waktunya.

Penelitian ini dilaksanakan di kota Singkawang yang mana masyarakatnya terdiri dari

masyarakat multicultural. Adapun penelitian ini difokuskan pada masyarakat Cina yang

merupakan bagian dari masyarakat multikultural yang terkonsentrasi dalam jumlah yang

cukup besar dan menunjukkan sikap yang masih memegang teguh adapt istiadatnya

namun memiliki sikap toleransi terhadap orang dari berbagai budaya lain yang turut

menentukan terjalinnya hubungan yang harmonis dalam masyarakat multikultural.

Terselenggaranya penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Karena

itu dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada berbagai pihak antara lain :

1. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional selaku

pihak yang membiayai penelitian ini.

2. Lembaga Penelitian Universitas Tanjungpura sebagai pihak yang mengkoordinir

penelitian ini.

3. Kepada anggota masyarakat kota Singkawang yang menjadi informan dalam

penelitian ini.

Dan kepada semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Akhir kata

peneliti harapkan semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Pontianak, 25 Oktober 2009

Peneliti,

Dra. Lina Sunyata.,.M.S

vii

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman JudulLembar Identitas dan Pengesahan ……………………………………..Ringkasan ……………………………………………………………...Abstrak……………………………………………............................. ...Prakata………………………………………………………………. ....Daftar Isi………………………………………………………………...Daftar Gambar …………………………………………………………..Daftar lampiran……………………………………………………..........I. Pendahuluan

Latar Belakang………………………………………………….........Perumusan Masalah…………………………………………….........

II. Tujuan dan ManfaatPenelitian……………………………………....Tujuan Penelitian………………………………………………….....Manfaat Penelitian……………………………………………….......

III. Tinjauan Pustaka……………………………………………………..IV. Metode Penelitian…………………………………………………….V. Hasil dan Pembahasan. ………………………………………………

5.1. Gambaran Sosial Masyarakat Pontianak.......................................

5.2.Pola Sikap dan Perilaku Wirausahawan Cina Pontianak................

5.3 Pengaruh Faham familisme yang dianut orang Cina dalam upayamembentuk dan mengembangkan sikap kewirausahaan orang Cina

Pontianak.…………………………………………………. ...........5.4.Strategi pembelajaran yang diterapkan dalam membentuk

sikap kewirausahaan melalui proses pendidikan/sosialisasi dalamkeluarga pada orang Cina Pontianak.…………….....……………

VI. Kesimpulan dan Saran. ………………………………………………Kesimpulan. ………………………………………………........................Saran. ………………………………………………………………...........V. Daftar Pustaka. …………………………………………………….....VI. Lampiran

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

No Gambar

1. Tempat usaha rumah makan Cina.......................................... 26

ix

DAFTAR LAMPIRAN

No

1. Justifikasi Anggaran

2. Biografi Peneliti

3. Draft Instrumen Penelitian

RINGKSAN

x

Proses akomodasi dan transfer pengetahuan serta pengalaman, berlangsung

sepanjang hidup manusia. Dalam proses yang panjang inilah nilai-nilai hidup didapatkan

oleh manusia, yang kemungkinan besar akan dapat menumbuhkan sikap mereka terhadap

subyek atau obyek. Kenyataan ini menarik perhatian untuk mengkaji fenomena tersebut

dan menghubungkan sikap kewirausahan orang Cina dengan proses belajar/sosialisasi

orang Cina yang mengacu pada faham Familisme. Selanjutnya tentu saja sangat menarik

untuk menitik beratkan perhatian pada proses menumbuhkan dan membentuk sikap

kewirausahaan orang Cina dikaitkan dengan faham famirisme yang dianut orang Cina.

Beranjak dari fenomena tersebut, maka penelitian dasar ini berorientasi menemukan

dan mengkaji pola interaksi dan komunikasi dalam keluarga yang mengacu pada sistem

familisme dalam rangka menumbuhkan spirit dan membentuk perilaku kewirausahaan

pada orang Cina Pontianak.

Objek penelitian ini adalah tentang: (1). Pola Sikap dan perilaku Wirausahawan Cina

Pontianak.,(2). Pengaruh Faham Familisme yang dianut Orang Cina dalam Upaya

Membentuk dan Mengembangkan Sikap Kewirausahaan Orang Cina Pontianak.,(3).

Strategi Pembera;aran yang Diterapkan Dalam Membentuk Sikap Kewirausahaan melalui

proses Pendidikan/Sosialisasi dalam Keluarga pada orang Cina Pontianak.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, pengamatan,, wawancara mendalam

dan studi kepustakaan digunakan sebagai instrumennya. Penelitian ini menggunakan 8

informan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Pola sikap dan perilaku khas

wirausahawan Cina tampak pada semangat yang kuat untuk membuka usaha secara

mandiri, tidak kenal lelah (ulet), kreatif dan inovatif, serta berani mengambil resiko yang

mana hal ini menjadikan para pelaku usaha etnis Cina umumnya mampu meraih

kesuksesan dan mampu bersaing dimanapun mereka membangun usaha. 2) Faham

familisme yang dianut orang Cina mengarahkan keturunannya untuk senantiasa menjadi

anak yang soleh dan mampu bertanggungjawab dan menyenangkan orang tuanya baik

semasa hidup maupun setelah orang tuanya meninggal menyebabkan mereka harus

xi

mencari uang sebanyak banyaknya agar dapat memikul tanggungjawab dan hal ini

mempengaruhi pengembangan spirit dan perilaku kewirausahaan yang handal dan

menonjol pada orang Cina. 3) Strategi untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada

generasi penerus Cina adalah dengan cara memperkenalkan dan menanamkan nilai nilai

luhur nenek moyang, melibatkan dalam kegiatan usaha dengan memberikan kesempatan

untuk mepraktekkan berbagai keterampilan yang dimiliki orang tua melalui proses

sosialisasi di lingkungan keluarga yang akhirnya membentuk karakter tertentu yang

mengantarkan orang Cina menjadi entrepreneurship- entrepreneurship yang sukses

diberbagai tempat.

xii

Abstrak

Orang Cina dikenal memiliki kemampuan dan keunggulan untuk menggelutiberbagai bidang wirausaha yang menjadikan mereka dapat bersaing dan berhasilmenjalankan roda perekonomian di berbagai tempat. Kemanapun mereka pergi merekaseralu membawa serta adat istiadat sebagai falsafah hidupnya yakni faham familismeyang merupakan inti ajaran Konfusius. Berdasarkan penelitian sebelumnya (2007)diketahui bahwa system familisme masih teguh dan diterapkan dalam sosialisasi dilingkungan ketuarga inti orang Cina Pontianak.

Fenomena selanjutnya yang menjadi amatan penelitian adalah dengan jumlahmencapai 150.540 orang (30,11%), sebagaian besar orang Cina memberikan kontribusiyang besar pada jalannya roda peekonomian kota Pontianak. Keadaan ini setidaknyamenunjukkan bahwa orang Cina memiliki kemampuan untuk membangun dan bersaingdi bidang ekonomi serta memiliki spirit dan perilaku kewirausahaan. Sikap perilaku yangkhas dari orang Cina ini kiranya dibentuk dan dikembangkan dalam waktu yang panjangmelalui proses sosialisasi keluarga dalam menerapkan sistim familisme yang diajarkanKonfusius. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa proses internalisasi nilai-nilaimelalui sosialisasi tersebut sangat mempengaruhi pembentukan watak dan sifat-sifattertentu yang akhirnya dipraktekkan dalam berbagai kegiatan usaha orang Cina yangbanyak mencapai sukses di berbagai bidang.

Secara umum, sebagai negara sedang berkembang, lndonesia masih kekuranganwirausahawan. Hal ini tentu saja kurang menunjang kebutuhan pembangunan sektorekonomi. Sejalan dengan Kurangnya wirausahawan di negara kita tentunya diperlukanberbagai upaya. salah satunya adalah untuk menemukan model hipotetis yang mungkindapat diterapkan melalui pembelajaran untuk menumbuhkan sekaligus mengembangkansikap positif terhadap wirausahawan, dengan harapan bahwa di kemudian hari banyaktumbuh wirausahawan baru yang dapat mendukung pembangunan ekonomi di IndonesiaUntuk itu diperlukan metode dan strategi bagi masyarakat untuk mengembangkan sikapkewirausahaan.Pendidikan sebagai proses memiliki arti yang sangat penting sehinggakajian terhadap proses ini penting dilakukan.

Proses pendidikan pada dasarnya merupakan komunikasi. Komunikasi budayaCina berisi pengenalan budaya Cina, penanaman ajaran tentang berbagai norma harusdijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan di dalam masyarakat dimanapun merekaberada. Sehubungan dengan sikap perilaku kewirausahaan yang menjadi titik beratpenelitian ini, maka dapat diungkapkan tentang bagarmana proses menumbuhkan sertamengembangkan sikap tersebut melalui proses pembelajaran secara turun-temurun padaorang Cina. Dengan menggunakan metode kualitatif , penelitian ini mampu rnengungkapnuansa proses budaya dan belajar mengajar yang merupakan strategi budaya yangmampu menjadikan lingkungan pendidikan sebagai budaya pengembangan bagikewirausahan orang Cina.

Kata kunci : familisme, konfusius, sosialisasi, kewirausahaan,entrepreneurship

xiii

PRAKATA

Puji Syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT , karena berkat karuniaNYA

lah penulisan laporan penelitian fundamental ini dapat terselesaikan pada waktunya.

Penelitian ini dilaksanakan di kota Singkawang yang mana masyarakatnya terdiri dari

masyarakat multicultural. Adapun penelitian ini difokuskan pada masyarakat Cina yang

merupakan bagian dari masyarakat multikultural yang terkonsentrasi dalam jumlah yang

cukup besar dan menunjukkan sikap yang masih memegang teguh adapt istiadatnya

namun memiliki sikap toleransi terhadap orang dari berbagai budaya lain yang turut

menentukan terjalinnya hubungan yang harmonis dalam masyarakat multikultural.

Terselenggaranya penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Karena

itu dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada berbagai pihak antara lain :

4. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional selaku

pihak yang membiayai penelitian ini.

5. Lembaga Penelitian Universitas Tanjungpura sebagai pihak yang mengkoordinir

penelitian ini.

6. Kepada anggota masyarakat kota Singkawang yang menjadi informan dalam

penelitian ini.

Dan kepada semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Akhir kata

peneliti harapkan semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Pontianak, 25 Oktober 2009

Peneliti,

Dra. Lina Sunyata.,.M.S

xiv

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman JudulLembar Identitas dan Pengesahan ……………………………………..Ringkasan ……………………………………………………………...Abstrak……………………………………………............................. ...Prakata………………………………………………………………. ....Daftar Isi………………………………………………………………...Daftar Gambar …………………………………………………………..Daftar lampiran……………………………………………………..........VII. Pendahuluan

Latar Belakang………………………………………………….........Perumusan Masalah…………………………………………….........

VIII. Tujuan dan ManfaatPenelitian……………………………………....Tujuan Penelitian………………………………………………….....Manfaat Penelitian……………………………………………….......

IX. Tinjauan Pustaka……………………………………………………..X. Metode Penelitian…………………………………………………….XI. Hasil dan Pembahasan. ………………………………………………

5.1. Gambaran Sosial Masyarakat Pontianak.......................................

5.3.Pola Sikap dan Perilaku Wirausahawan Cina Pontianak................

5.3 Pengaruh Faham familisme yang dianut orang Cina dalam upayamembentuk dan mengembangkan sikap kewirausahaan orang Cina

Pontianak.…………………………………………………. ...........5.4.Strategi pembelajaran yang diterapkan dalam membentuk

sikap kewirausahaan melalui proses pendidikan/sosialisasi dalamkeluarga pada orang Cina Pontianak.…………….....……………

XII. Kesimpulan dan Saran. ………………………………………………Kesimpulan. ………………………………………………........................Saran. ………………………………………………………………...........VII. Daftar Pustaka. …………………………………………………….....VIII. Lampiran

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

No Gambar

1. Tempat usaha rumah makan Cina.......................................... 292. Suasana Perkotaan Jl Diponegoro............................................... 293. Aktivitas Orang Cina.................................................................... 304. Bentuk dan Suasana Pemukiman Orang cina............................. 315. Bentuk Pemukiman Orang Cina Kelas Bawah............................. 316. Bentuk Rumah Mewah Milik Orang Cina................................... 327. Suasana Pemukiman Orang Cina Golongan Mewah................. 338. Ketua Peneliti melakukan interview......................................... 349. Anggota Peneliti di salah satu rumah makan............................ 3510. Anggota Peneliti melakukan observasi...................................... 3511. Tim Peneliti di pemkaman Katolik............................................. 3712. Tim Peneliti melakukan observasi di kelenteng....................... 3913. Salah satu kelenteng di A Yani.................................................. 3914. Upara Sembayang Kubur.......................................................... 4015. Suasana Makan bersama.......................................................... 4116. Tim Peneliti pembuatan Pau.................................................... 4417. Pembuatan Pau........................................................................ 4418. Tim Peneliti mengamati cara pembuatan Pau......................... 4519. Cara Pembuatan Pou............................................................... 4520. Adonan Kulit Pou..................................................................... 4621. Kue Sio Bie................................................................................ 46

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

No

1. Justifikasi Anggaran

2. Biografi Peneliti

3. Draft Instrumen Penelitian

1

SISTIM FAMILISME SEBAGAI SUMBER MOTIVASI DASARPEMBENTUKAN SIKAP PERILAKU KEWIRAUSAHAAN ORANG CINA

PONTIANAK

I.Pendahuluan1.1 Latar Belakang

Berdasarkan penelitian sebelumnya, mengenai ”Peran Keluarga Inti

Dalam Proses Komunikasi Budaya pada Masyarakat Cina Pontianak” (tahun

2007) tim peneliti menemukan salah satu fakta bahwa Sosialisasi dalam keluarga

inti pada orang Cina berazaskan pewarisan budaya Cina yang ditekankan pada

komunikasi budaya rnelalui pengenalan, pengajaran dan pengarahan perilaku

sesuai tuntutan nilai dan norma budaya Cina dari orang tua kepada

keturunannya yang mengacu pada "sistem familisme" dari Konfusius. Dalam

proses ini kedua orang tua berperan penting dalam mengkomunikasikan pesan

budaya dengan cara memperkenalkan nilai budaya Cina, membina,

mengarahkan, membentuk cara pandang dan perilaku anak-anaknya sesuai

norma budaya Cina dengan mengacu pada ajaran Konfusius yang

mengutamakan ajaran tentang rnoral yang harus ditanamkan kuat dalam

keluarga agar warisan budaya leluhur mereka tetap lestari. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa sikap dan perilaku yang khas bercirikan budaya Cina

yang ditampilkan orang Cina dalam kehidupannya di tengah-tengah masyarakat,

merupakan produk sosialisasi yang bertitik tolak dari komunikasi budaya di

lingkungan keluarga inti.

Azas familisme.yang dianut orang Cina mengatakan bahwa keluarga

lebih utama daripada kepentingan individu bangsa dan negara. Segala sesuatu

yang menyangkut seluruh hidupnya diabdikan dan ditujukan untuk kepentingan

keluarganya. Seperti halnya orang Cina, mereka dikenal sangat menjunjung

tinggi budaya leluhurnya. Dalam manyampaikan dan menerapkan norma

budayanya, mereka mengacu pada berbagai aturan yang dijadikan patokan

sesuai aturan norma budaya Cina. Dengan menjalankan kehidupan selaras

dengan ajaran budaya Cina yang diyakini dapat mengantarkan mereka mencapai

kesuksesan, maka nilai-nilai budaya Cina tersebut tetap dipegang teguh dan

dilestarikan oleh hampir semua orang Cina di manapun mereka berada. Ajaran

2

Konfusius dalam mengembangkan azas familisme jelas rnenunjukkan bahwa

keluarga mendapat tempat yang tegar dan kokoh sebagai dasar struktur sosial.

Sebagaimana yang berlaku pada sistem familisme, seorang anak setelah

dewasa dituntut untuk bertanggung jawab, mengabdi pada keluarga dan

melaksanakan berbagai upacara adat yang berkenaan dengan pembiayaan yang

besar, menjadikan orang Cina memiliki orientasi yang tinggi terhadap hal hal

yang bersifat materi. Untuk itu sejak kecil sampai dewasa , keluarga membentuk

dan mengarahkan serta menanamkan motivasi yang kuat kepada anak- anaknya

untuk mewarisi jiwa kewirausahaan yang selanjutnya harus dipraktekkan

kedalam sikap perilaku yang mengantarkan mereka sukses di manapun mereka

membangun usaha. Dalam menanamkan dan mmembentuk sikap perilaku anak-

anak orang Cina, mengacu pada prinsip dan falsafah yang mengacu pada

faham familisme yang diajarkan Konfusius yang ditekankan pada rasa bakti

seorang anak kepada orang tua, juga ditanamkan agar seorang anak memiliki

sifat sifat terlentu yang berhubungan dengan tata sopan santun yang disebut

ajaran ”Pat-Tik” dan tata urutan yang mengatur hubungan antar manusia yang di

sebut ” Wu-Lun”

Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar orang Cina di berbagai

tempat mencapai sukses sebagai seorang wirausahawan. Mulai dari usaha

kecill, menengah dan besar, hampir- hampir semuanya diikuasai oleh orang

Cina. Etos kerja yang tinggi, taktik berdagang yang handal, teknik negosiasi,

sikap ulet, tak mudah menyerah, berani berspekulasi, kreatif dan inovatif serta

memiliki ikatan solidaritas untuk membangun jaringan bisnis yang juga

merupakan sebagian karakteristik dan ciri knas pengusaha Cina yang sulit

ditandingi oleh etnis lain. Selanjutnya muncul pertanyaan di benak peneliti, kapan

dan bagaimanakah menumbuhkan sikap dan perilaku kewirausaan pada orang

Cina tersebut? Sikap dan perilaku kewirausahaan yang khas ini tentunya tidak

muncul dengan sendirinya, akan tetapi tentu saja melalui proses panjang yang

dibangun mulai sejak kecil sampai dewasa yang akhirnya menumbuhkan spirit

kewirausahaan pada orang Cina. Secara teoritis diketahui bahwa sikap dapat

ditumbuhkan dan dikembangkan melalui proses belajar, dan dalam proses

tersebut tidak terlepas dari proses komunikasi di mana terjadi proses transfer

pengetahuan dan nilai. Adapun sikap dapat tumbuh selama manusia hidup.

Sepanjang hidupnya, manusia belajar dan tidak pernah berhenti.

3

Proses akomodasi dan transfer pengetahuan serta pengalaman,

berlangsung sepanjang hidup manusia. Dalam proses yang panjang inilah nilai-

nilai hidup didapatkan oleh manusia, yang kemungkinan besar akan dapat

menumbuhkan sikap mereka terhadap subyek atau obyek. Kenyataan ini

menarik perhatian untuk mengkaji fenomena tersebut dan menghubungkan sikap

kewirausahan orang Cina dengan proses belajar/sosialisasi orang Cina yang

mengacu pada faham Familisme. Selanjutnya tentu saja sangat menarik untuk

menitik beratkan perhatian pada proses menumbuhkan dan membentuk sikap

kewirausahaan orang Cina dikaitkan dengan faham famirisme yang dianut orang

Cina.

Beranjak dari fenomena tersebut, maka penelitian dasar ini berorientasi

menemukan dan mengkaji pola interaksi dan komunikasi dalam keluarga yang

mengacu pada sistem familisme dalam rangka menumbuhkan spirit dan

membentuk perilaku kewirausahaan pada orang Cina Pontianak. Pada akhirnya

diharapkan ditemukan suatu model komunikasi budaya yang dapat

dijadikansebagai salah satu strategi pembelajaran tentang kewirausahaan

(entrepreneurship) bagi berbagai etnis lain guna menunjang pembangunan

sektor ekonomi nasional.

1.2 Perumusan MasalahKehidupan berupa nolma-norma yang berlaku dalam ,tradisi Cina

seperti sikap fanatisme terhadap falsafah budaya Cina atau sikap

etnosentrik yang umumnya menonjol merupakan salah satu ciri orang

Cina selain keberhasilan ekonomi di berbagai tempat perantauannya.

Keberhasilan orang Cina dalam berbagai bidang usaha yang digelutinya

tidak terlepas dari kepiawaian dan strategi yang dimiliki orang Cina yang

terlihat dari sikap perilaku yang khas dari para wirausahawan Cina. Selain

itu ikatan solidaritas diantara sesama etnis Cina juga menentukan

keberhasilan mereka menbangun jaringan bisnis, baik yang berskala

local, nasioanal maupun internasional. Sikap dan perilaku kewirausahaan

orang Cina rnerupakan sikap yang ditanamkan dan dibentuk sejak kecil

hingga dewasa melalui pendlidikan dalam keluarga sehingga menjadikan

orang Cina handal dalam bidang ekonomi.

4

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sikap dan perilaku

kewirausahaan pada orang cina merupakan salah satu produk sosialisasi/

pendidikan dalam keluarga orang Cina. Berkaitan dengan fenomena

keberhasilan orang Cina dalam berbagai sektor perekonomian

menimbulkan beberapa implikasi permasalahan antara lain, jurang

pemisah yang cukup lebar antara wirausahawan berbagai etnis lain yang

kurang mampu bersaing dengan wirausahawan Cina yang turut memicu

berbagai permasalahan sosial lainnya seperti jarak sosial, sikap ekslusif,

stereotip, diskriminasi, prasangka sosial yang pada akhirnya menjaci

hambatan komunikasi antarbudaya dalam masyarakat multikultur di kota

pontianak. Namun demikian pada sisi lain, tentunya ada faktor yang dapat

dijadikan bahan pembelajaran bagi etnis-etnis lain merrgenai sisi

keberhasilan orang Cina ini. Dengan cara mempelajari bagaimana mereka

mempraktekkan sikap perilaku kewirausahaan yang mengantarkan

mereka sukses, misalnya dengan cara mempelajari bagaimana orang

Cina menanamkan dan mengembangkan sikap kewirausahaan pada

anak-anaknya secara turun temurun hingga sampai saat ini mereka tetap

dapat mempertahankan kesuksesannya serta dapat mengantisipasi

berbagai perubahan yang terus berlangsung di berbagai bidang

kehidupan. Dalam menerapkan pendidikan di dalam keluarga (sosialisasi)

orang Cina menganut faham familisme yang diajarkan dan diterapkan

secara ketat dan konsisten oleh orang tua kepada anak-anakrya. Karena

itu penulis menduga secara signifikan faham familisme yang dianut orang

cina merupakan sumber motivasi dan sangat menentukan dalam

membentuk sikap dan perilaku kewirausahaan orang Cina pontianak yang

menjadikan mereka berhasil sebagai wirausahawan.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang teiah dikemukakan

maka dapatlah disusun ke dalarn pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1). Bagaimana Pola Sikap dan Perilaku Wirausahawan Cina pontianak?

2). Bagaimana Pengaruh Faham familisme yang Dianut Orang Cina dalam

5

upaya Membentuk dan Mengembangkan Sikap Kewirausahaan Orang

Cina

Pontianak?

3). Bagaimana Strategi Pembelajaran yang Diterapkan dalam Membentuk

Sikap Kewirausahaan Melalui Proses Pendidikan/Sosialisasi dalam

Keluarga pada Orang Cina Pontianak?

II. Tujuan dan Manfaat Penelitian2.1. Tujuan PenelitianPenelitian ini secara akademik bertujuan untuk membangun ilmu tentang

komunikasi yang berhubungan dengan interaksi antar etnik dalam

lingkungan masyarakat multikultural. Dengan demikian, secara rinci tujuan

penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui, memahami dan

melakukan analisis tentang: 1). Pola Sikap dan Perilaku Wirausahawan

Cina Pontianak

2). Pengaruh Faham Familisme yang dianut Orang Cina dalam Upaya

Membentuk dan Mengembangkan Sikap Kewirausahaan Orang Cina

Pontianak.

3). Strategi Pembera;aran yang Diterapkan Dalam Membentuk Sikap

Kewirausahaan melalui proses Pendidikan/Sosialisasi dalam Keluarga

Pada orang Cina Pontianak.

2.2. Manfaat PenelitianKegunaan penelitian ini dijabarkan dalam dua manfaat yakni

kegunaan ilmiah atau aspek teoritik dan kegunaan operasional atau

kebijakan.

2.2.1 Kegunaan Ilmiah/Teoritik diharapkan dapat menambah khazanah

pengetahuan ilmiah mengenai filosofis dan teoritik ilmu komunikasi

yang dihubungkan dengan hubungan antaretnik yang membantu

pengembangan ilmu komunikasi menyangkut relations, conflict,

prejudice, accommodations. Dalam konteks penelitian ini, khusus

6

tentang mempelajari pola pembelajaran mengenai sikap

kewirausahaan orang Cina untuk membangun motivasi

kewirausahaan bagi etnis lain untuk menunjang perekonomian di

Indonesia.

2.2.2 Kegunaan Operasional/Kebijakan untuk menemukan gambaran

secara mendalam serta meluas tentang pola komunikasi, khususnya

yang berkaitan dengan komunikasi budaya dalam

menginternalisasikan nilai nilai untuk menumbuhkan motivasi

kewirausahaan orang Cina yang dilakukan melalui proses sosialisasi

keluarga pada orang Cina yang untuk selanjutnya dapat dijadikan

model pembelajaran bagi orang luar.

.

III. Kajian Pustaka3.1 Peran Keluarga Inti Dalam proses Komunikasi Budaya pada

Masyarakat Cina Pontianak.Berdasarkan peneritian awal yang telah peneriti lakukan

sebelumnya tahun 2007 diperoleh fakta bahwa orang tua sangat berperan

penting dalam proses komunikasi budaya di lingkungan keluarga

masyarakat Cina Pontianak. Peran kedua orang tua dalam

memperkenalkan dan mentransmisikan nilai-nilai budaya Cina yang

mengacu pada faham familisme yang dianut orang Cina menjadikan nilai

dan norma yang di pelajari dan dianut secara turun temurun menjadikan

orang Cina dapat merestarikan warisan budaya leruhur mereka sampai

saat ini.

Secara rinci hasil penelitian mengenai komunikasi budaya pada

masyarakat Cina menggambarkan hasil temuan sebagai berikut :

1) Sosialisasi dalam keluarga inti pada orang Cina berazaskan pewarisan

budaya Cina yang ditekankan pada komunikasi budaya melalui

pengenalan, pengajaran dan pengarahan perilaku sesuai tuntutan nilai

dan norma budaya Cina dari orang tua kepada keturunannya yang

mengacu pada “sistem familisme” dari Konfusius.

7

2) Metode sosialisasi yang diterapkan orang tua melalui cara disiplin yang

keras dan keteladanan orang tua, mendukung tercapainya efektifitas

komunikasi budaya yang ditunjukkan dengan adanya pengetahuan

dan pemahaman tentang budayanya seperti tampak pada perilaku

yang konsisten terhadap arahan budayanya dalam kehidupan seorang

individu di tengah masyarakat.

3) Sikap etnosentrik dan eksklusif orang Cina dengan mengagungkan

budayanya di berbagai tempat perantauan, menyebabkan mereka

menerapkan fenomena “contrast’ yaitu, di satu sisi menganggap remeh

serta menilai rendah budaya lain, sedangkan pada sisi lain sangat

membanggakan ajaran Konfusius untuk berperilaku bijaksana dan

berbudi luhur.

4) Sosialisasi yang berlangsung di tengah kondisi masyarakat yang tidak

memiliki “kultur dominan” menjadikan komunikasi keluarga dalam

setiap golongan etnik mengacu pada kekuatan pola budayanya

masing-masing yang menghalangi proses akomodasi dan kooperasi

antaretnik, yang akhirnya menyebabkan kurang intensifnya komunikasi

di antara berbagai anggota kelompok etnik dalam berbagai arena

kehidupan masyarakat multikultur.

(Dalam Jurnal Penelitian Komunikasi Vol 10 No 2 Tahun 2007

Departemen Komunikasi Dan Dan Informatika Rl)

Selanjutnya dapat dikembangkan untuk mengkaji aspek lain yang

berkaitan dengan hasil temuan tentang pola serta proses komunikasi

budaya yang berlangsung dalam sosialisasi di lingkungan keluarga inti

masyarakat Cina Pontianak. Selain fenomena mengenai sikap eksklusif

dan sikap etnosentris yang mewarnai proses komunikasi antarbudaya

antara orang Cina dengan berbagai etnis lain yang tentunya sangat

menentukan hubungan harmonis dalamt suatu masyarakat multicultural,

terdapat berbagai fenomena lain yang tidak kalah menariknya untuk

rnengkaji kehidupan social masyarakat Cina Pontianak. Salah satunya

adalah mengkaji pola perilaku kewirausahaan orang Cina yang diduga

8

berkaitan erat dengan pola dan metode sosialisasi di lingkungan keluarga

masyarakat Cina. Sikap dan perilaku kewirausahaan yang bernuansakan

khas budaya Cina melahirkan pandangan yang bersifat stereotip sekaligus

menimbukan adanya pengakuan terhadap keberhasilan orang Cina di

bidang usaha perekonomian. Melalui kajian ini peneliti akan mencoba

menggambarkan fenomena tersebut secara positif dengan menggali

berbagai infornrasi yang dapat mengambarkan bagaimana sikap dan

perilaku kewirausahaan orang Cina dan bagaimana proses menanamkan

dan mengembangkan sikap tersebut agar didapat gambaran menyeluruh

serta memperoleh manfaat dari penelitian ini. Untuk itu kajian pustaka ini

diawali penjelasan mengenai konsep kewirausahaan untuk menjelaskan

konsep judul penelitian ini.

3.2. Pengertian KewirausahaanKata " Wirausaha", Kewirausahaan maupun "wirausahaan"

merupakan tiga kata yang sering kita dengar dan masing-masing perlu

penjelasan makna untuk memahami kajian dalam penelitian ini. Pertama

"Wirausaha" adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk

melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis ; mengumpulkan

sumber daya-sumber yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang

tepat dan mengambil keuntungan dalam rangka meraih sukses. Kedua "

Kei'wirausahaan " pada hakekatnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang

yang memiljki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam

dunia nyata secara kreatif. Sedangkan yang dimaksudkan dengan

seorang Wirausahawan adalah orang-orang yang memiliki kemampuan

melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis; mengumpulkan

sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan dalam rangka meraih

sukses/meningkatkan pendapatan.

Berdasarkan ketiga pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

pada dasarnya seorang wirausahawan adalah orang-orang yang memiliki

jiwa wirausaha dan mengaplikasikan hakekat kewirausahaan dalarn

9

hidupnya atau orang-orang yang memiliki kreativitas dan inovasi yang

tinggi.

Secara epistimologis, scbenarnya kewirausahaan hakikatnya

adalah suatu kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku inovatif

yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga pcnggerak, tujuan, siasat dan

kiat dalam menghadapi tantangan hidup. Seorang wirausahawan tidak

hanya dapat berencana, berkata-kata tetapi juga berbuat, merealisasikan

rencana-rencana dalam pikirannya ke dalam suatu tindakan yang

berorientasi pada sukses.Maka dibutuhkan kreatifitas, yaitu pola prkir

terrtang sesuatu yang baru, serta inovasi, yaitu tindakan dalam melakukan

sesuatu yang baru. Kewirausahaan (entrepreneurship) muncul apabila

seseorang individu berani mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide

barunya. Proses kewirausahaan meliputi semua fungsi, akiivrtas dan

tindakan yang berhubungan dengan perolehan peluang dan penciptaan

organisasi usaha (Suryana, 2001). Esensi dari kewirausahaan adalah

menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengkonmbinasian

sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing.

Menurut Zimmerei (1990:51), nilai tambah tersebut dapat diciptakan

melalui cara-cara sebagai berikut :

- Pengembangan teknologi baru (developing new technotogy)

- Penemuan pengetahuan baru (discovering new knowledge)

- Perbaikan produk (barang dan jasa) .yang sudah ada (improving existing

products or services)

- Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa

yang lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit (finding

different ways of providing more goads and services with fewer

resources)

Walaupun di antara para ahli ada yang lebih menekankan

kewirausahaan pada peran pengusaha kecil, namun sifat inipun

sebenarnya dimiliki oleh orang-orang yang berprofesi di Iuar

10

wirausahawan. Jiwa kewirauahaan ada pada setiap orang yang menyukai

perubahan, p:embaharuan, kemajuan dan tantangan, apapun profesinya.

Berdasarkan pembahasan mengenai berbagai pengertian

kewirausahaan, maka dapat dikemukakan enam hakekat pentingnya

Kewirausahaan, yaitu:

- Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang

dijadikan sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses

dan hasil bisnis (Ahmad Sanusi, 1994).

- Kewirausahaan adalah suatu nilai yang dibutuhkan untuk memulai

sebuah usaha dan mengembangkan usaha (Soeharto prawiro, 1997)

- Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang

baru (kreatif) dan berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam

memberikan nilai lebih.

- Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang

baru dan berbeda (Drucker, 1959,1

- Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreatifitas dan

keinovasian dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang

untuk memperbaiki kehidupan usaha (Zimmerer, 1906)

- Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nirai tanrbah dengan jalan

mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan

berbeda untuk memenangkan persaingan.

Mengkaji 6 hakikat penting kewirausahaan, dipahami bahwa

kewirausahaan merupakan sikap dan perilaku yang cukup kompleks yang

apabila dapat dimiliki dan dikembangkan oleh seorang wirausahawan,

niscaya akan mengantarkan mereka sukses dalam mengembangkan

usahanya. Namun :emikian bagi seseorang yang ingin maju tentu saja

harus berusaha untuk membentuk dan mengembangkan sikap tersebut

semaksimal rnungkin. Dalam upaya ini tentunya ada beberapa factor,

sebut saja bakat, proses berajar dan lingkungan yang turut menentukan

bagaimana seseorang membangun dan mengembangkan sikap

kewirausahaan. Orang Cina dianggap memiliki bakat, spirit dan strategi

11

dalam membentuk dan nrengembangkan sikap periraku kewirausahaan.

Untuk memahami bagaimana berbagai komponen ini berpengaruh,

selanjutnya akan dikaji secara teoritis bagaimana proses pembentukan

sikap dan perilaku.

3.3 Pengertian Sikap Dan PerilakuBeberapa sosiolog dan psikolog memberi 3 alasan bahwa sikap

merupakan kecenderungan individu untuk merespon dengan cara yang

khusus terhadap stimulus yang ada dalam lingkungan sosial. Sikap

merupakan suatu kecenderungan untuk mendekatkan atau menghindar

positif atau negatif terhadap berbagai keaadaan sosial apakah itu

institusi-institusi, pribadi', situasi, ide, konsep dan sebagainya (Howard

cian Kendler' i974; Gerungan' 2000). Gagne 1974) mengatakan bahwa

sikap merupakan suatu keadaan internal (internal state) yang

mempengaruhi pi|kiran tindakan individu terhadap beberapa obyek,

pribadi, dan peristiwa. Masih banyak lagi definisi sikap yang lain'

sebenarnya agak berlainan, akan tetapi keragaman pengertian tersebut

disebabkan oleh sudut pandang dari penulis yang berbeda Namun

demikian jika dicermati hampir semua batasan sikap memiliki kesamaan

padang, bahwa sikap merupakan suatu keadaan internal atau keadaan

yang masih ada dalam dari manusia. Keadaan internal tersebut berupa

keyakinan yang diperoleh dari proses akomodasi dan asimilasi

pengetahuan yang mereka dapatkan sebagaimana pendapat Piaget's

tentang proses perkembangan kognitif rnanusia (Wadworth, 1971).

Keyakinan diri inilah yang mempengaruhi respon pribadi terhadap obyek

dan Iingkungan sosialnya. Sikap terdiri dari berbagai komponen secara

umum dalam berbagai referensi, sikap memiliki 3 komponen yakni:

kognitif, afektif; dan kecenderungan tindakan (Morgan dan Krng, 1975;

Krech dan Ballacy, 1963, Noward dan Kendler 1974, Gerungan, 2000).

Komponen kognitif merupakan aspek sikap yang berkenaan dengan

penilaian individu terhadap obyek atau subyek. Informasi yang masuk ke

12

dalam otak manusla, melalui proses analisis, sintesis, dan evaluasi akan

menghasilkan nilai baru yang akan diakomodasi atau diasimilasikan

dengan pengetahuan yang telah ada di dalam otak manusia. Nilai - nilai

baru yang diyakini benar, baik, indah, dan sebagainya, pada akhirnya

akan mempengaruhi emosi atau komponen afektif dari sikap individu.

Oleh karena itu komponen afektif dapat dikatakan sebagai perasaan

emosi individu terhadap objek atau subyek, yang sejalan dengarr hasil

penilaiannya. Sedang komponen kecenderungan bertindak berkenaan

dengan keinginan individu untuk melakukar perbuatan sesuai dengan

keyakinan dan keinginannya. Sikap dapat diklasifikasikan menjadi sikap

individu dan sikap sosial (Gerungan, 2000). Sikap sosial dinyatakan oleh

cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap obyek sosial,

dan biasanya dinyatakan oleh sekelompok orang atau masyarakat.

Sedang sikap individu, adalah sikap yang dimiliki dan dinyatakan oleh

seseorang. Sikap seseorang pada akhirnya dapat mrembentuk sikap

sosial, manakala ada serangkaian sikap terhadap suatu obyek. Dalam

konteks pembahasan ini, sikap yang dimaksud adalah sikap individual,

mengingat pendidikan yang dibahas dalam kajian ini menyangkut proses

pendidikan secara individual.

Sejalan dengan pengertian sikap yang dijelaskan di atas, dapat

dipahami bahwa: 1) sikap ditumbuhkan dan dipelajari sepanjang

perkembangan orang yang bersangkutan dalam keterkaitannya dengan

obyek tertentu, 2) sikap merupakan hasil belajar manusia, sehingga sikap

dapat ditumbuhkan dan dikembangkan melalui proses belajar, 3) sikap

selalu berhubungan dengan cbyek, sehingga tidak berdiri sendiri, 4) sikap

dapat berhubungan dengan satu obyek, tetapi dapat pula beehubungan

dengan sederet obyek sejenis; 5) sikap memiliki hubungan dengan aspek

motivasi dan perasaan atau emosi (Gerungan, 2000). Mengetahui

karakter sikap semacam ini sangat penting manakala kita akan

membahas sikap secara cermat. Dari sifat ini dapat diketahui bahwa sikap

13

dapat ditumbuhkan dan dikembangkan, melalui proses pembelajaran

dengan motivasi, dan keinginan mereka.

Pada akhirnya diperoleh pemahaman bahwa sikap dapat tumbuh

selama manusia hidup, sepanjang hidupnya, manusia belajar tidak

pernah berhenti. Proses akomodasi dan asimilasi pengetahuan, dan

pengalaman, berlangsung sepanjang hidup manusia. Dalam proses yang

panjang inilah nilai-nilai hidup didapatkan oleh manusia yang

kemungkinan besar dapat menumbuhkan sikap mereka terhadap subyek

atau obyek.

3.4 Menumbuhkan dan Mengembangkan Sikap danPerilakuKewirausahaan

Sikap dan perilaku kewirausahaan adalah sikap yang dimiliki oleh

seorang wirausahawan untuk mencapai tujuannya. Sebagaimana

dikatakan bahwa sikap dan perilaku sangat dipengaruhi oleh sifat dan

watak yang dimiliki oleh seseorang. sifat dan watak yang baik, berorientasi

pada kemajuan dan positif merupakan sifat dan watak yang dibutuhkan

oleh seorang wirausahaaan agar wirausahawan tersebut dapat

maju/sukses.

Menurut Scharg et' al' ('1987) wirausahawan merupakan hasil

belajar meskipun jiwa wirausahawan mungkin juga diperoleh sejak lahir

sebagai bakat namun jika tidak diasah melalui belajar dan dimotivasi

dalam proses pembelajaran mungkin laksana pisau yang tumpul. Untuk

mempertajam minat dan kemampuan wirausahawan perlu ditumbuh-

kembangkan melalui proses belajar dan pembelajaran. Untuk

mengembangkan kemampuan wirausahawan dapat dilakukan baik secara

formal (pendidikan formal) maupun secara non formal, misalnya melaui

pendidikan dan pengalaman dalam keluarga dan masyarakat yang

akhirnya akan membentuk pola dan strategi yang dapat dikembangkan

oleh wirausahawan untuk mencapai keberhasilan dalam usahanya.

14

Berikut ini dapat dijabarkan beberapa sifat atau ciri-ciri seorang

wirausahawan:

Ciri –ciri Watak

1. Percaya

2. Berorientasikan tugas danhasil.

3. Pengambil Resiko.

4. Kepemimpinan.

5. Keorisinilan

6. Berorientasi ke masadepan.

7. Jujur dan tekun

1. Keyakinan, kemandirian,optimisme individualitas.

2. Kebutuhan akan prestasi,berorientasi pada laba, memilikiketekunan dan ketabahan, memilikitekad yang kuat, suka bekerjakeras, energik dan memiliki inisiatif.

3. Memiliki kemampuan mengambilresiko

4. Bertingkah laku sebagai pemimpin,dapat bergaul dengan orang laindan suka terhadap saran dan kritikyang membangun

5. Memiliki inovasi dan kreativitastinggi,fleksibel, serba bisa dan memilikijaringan bisnis yang luas.

6. Persepsi dan memiliki carapandang/ cara pikir yangberorientasi pada masadepan.

7. Memiliki keyakinan bahwa hidup itusama dengan kerja

Ciri atau sifat yang terangkum dalam karakteristik sikap usahawan

ini selanjutnya diaplikasikan kedalam bentuk perilaku yang konsisten

dengan sikap yang dimiliki oleh seorang wirausahawan. Sikap

perilaku kewirausahaan pada orang Cina, menurut pengamatan peneliti,

sengaja dibentuk dan diarahkan oleh setiap keluarga orang Cina dengan

cara menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam falsafah familisme

15

yang mereka anut yang mana nilai-nilai ini sejalan dan saling melengkapi

dengan nilai nilai yang terkandung dalam ciri-ciri watak wirausahawan.

Selanjutnya perlu dikaji mengenai nilai nilai apa saja yang

ditanamkan dalam proses belajar (secara non formal) yang berlangsung

dalam lingkungan keluarga yang mengacu pada sistim familisme budaya

Cina.

3.5. Nilai Familisme Sebagai lnti Ajaran KonfusiusFamilisme merupakan sistem nilai yang berisi tradisi moralitas dalam

keluarga yang dikembangkan oleh Konfusius. Nilai-nilai familisme dalam

ajaran Konfusius mencakup nilai tentang hormat, etos tentang kerja, nilai

perkawinan dan nilai-nilai lain yang berhubungan dengan nilai pemujaan,

(seperti pemujaan kepada leluhur), sebutan kekeluargaan dan nama

keluarga. Adapun nilai familisme yang bersifat hakiki yaitu: (1) Seorang

anak harus berbakti kepada orang tua; (2) Pemujaan secara leluhur; (3)

Nama keluarga; dan (4) Sebutan kekeluargaan.

Dalam konteks Hao ( / kesholehan seorang anak), seorang

ayah dalam sebuah keluarga Cina tersebut mempunyai peranan dan

kekuasaan yang besar. Ia juga memimpin upacara pemujaan kepada

leluhurnya. Semua anggota keluarga harus menghormatinya. Seorang

ayah sangat mencintai dan mengharapkan penghormatan dari anak-

anaknya. Seorang ibu akan menunjukkan rasa kasih apabila anaknya

sangat menghormati orang tuanya dan ia terbatas hanya bisa

menunjukkan kasih sayangnya saja. Sedangkan seorang ayah yang

memiliki kekuasaan yang sangat besar, apabila anaknya tidak

menunjukkan rasa hormatnya, maka ia dapat merendahkannya pada

tingkat yang paling bawah dan bahkan akan mengucilkan atau

mengusirnya. Anak yang tidak menghormati orang tuanya kelak akan

mendapat kutukan dari Tuhan ( Put hao). Ajaran Konfusius menganggap,

pada hakikatnya semua orang itu baik adanya. Di antara alam yang

dihasilkan oleh langit dan bumi, manusia adalah mahkluk yang paling

16

mulia. Dari semua tindakan manusia, tidak ada yang lebih baik daripada

penghormatan kepada ayahnya, tidak ada yang lebih menentukan untuk

seorang anak dapat berhubungan dengan Surga dan Tuhan. Demikian

ajaran tentang kesholehan dituntut dari seorang anak karena erat

hubungannya dengan KeTuhanan. Dikatakan anak yang bertabiat sholeh

akan dekat dengan TuhanNya dan anak yang tidak sholeh akan dijauhkan

dari TuhanNya dan kelak akan memperoleh kutukan Tuhan. Adapun

mengenai kesholehan itu sendiri merupakan ajaran mutlak di surga,

sebuah kebenaran di bumi dan suatu kewajiban bagi manusia. Secara

ideal, gambaran seorang anak yang sholeh adalah, apabila orang tua

memberikan kehidupan secara lengkap dan sempurna kepada keluarga,

maka hendaknya seorang anak menyerahkan kembali kehidupannya

secara utuh dan sempurna. Bagi seorang anak yang sejati, ia tidak akan

menganggap remeh apabila mengabaikan tugas yang sholeh tersebut,

karena diyakini apabila dia mengabaikan hal tersebut, maka akan

mengalami kesusahan serta penderitaan.

Lima hal yang menunjukkan bakti seorang anak kepada orang

tuanya antara lain adalah: pertama, ia harus menunjukkan rasa

hormatnya kepada orang tua; kedua, dalam memelihara orang tua, ia

harus dapat menyenangkannya; ketiga, saat orang tua sakit ia harus

diliputi rasa cemas; keempat, dalam masa berkabung ia harus dapat

menunjukkan rasa duka citanya yang mendalam; kelima, dalam

memberikan sesaji, dia harus dapat menyelenggarakan secara meriah.

Apabila kelima perbuatan tersebut telah dilaksanakan dengan baik oleh

seorang anak, maka dia dikategorikan sebagai anak yang berbakti. Bakti

kepada orang tua, tampak jelas sangat berhubungan dengan pembiayaan

yang cukup besar, ini tentunya berpengaruh pada etos kerja yang

menumbuhkan motivasi orang Cina untuk bekerja keras agar dapat

membiayai segala sesuatu yang behubungan dengan sifat Hao itu.

3.6 Keluarga Sebagai Agen Sosialisasi

17

Proses sosialisasi yang berlangsung di dalam keluarga meliputi,

mempelajari bagaimana berperilaku yang sesuai dengan berbagai posisi

dalam keluarga. Bagi anak-anak yang paling berarti adalah mengenai

jenis kelamin dan tugas. Melalui proses penguatan atau penegasan dari

orang tua dan orang lain serta melalui identifikasi dengan berbagai jenis

variasi jenis peran. Melalui peringatan dan perintah yang diberikan

orangtua, seorang anak bersosialisasi ke dalam perilaku yang diharapkan,

sehubungan dengan peranannya itu. Selanjutnya peran jenis kelamin

mengarahkan perhatian peneliti mengenai bagaimana mempelajari peran

dalam keluarga (lihat Maccoby & Jaclin, 1974; dan Block, 1983).

Penelitian ini beranggapan bahwa sosialisasi mengenai peran jenis

kelamin adalah luas (biasanya dimulai sejak kelahiran, orang tua

membedakan perlakuannya terhadap anak laki-laki dan perempuan) dan

berkembang dengan berbagai variasi agen dan konteks sosialisasi, dan

sebagai konsekuensinya ada jarak di antara individu dan masyarakat

sebagai hasil dari sosialisasi tersebut. Selanjutnya kajian pustaka

mengenai aspek sosialisasi difokuskan pada lingkungan di mana proses

tersebut berlangsung.

Keluarga merupakan eksponen dari kebudayaan masyarakat, karena

menempati posisi kunci. Keluarga adalah perantara pertama dalam

transmisi kebudayaan. Dalam era yang semakin maju, terdapat pranata-

pranata lain yang cukup berperan seperti halnya sekolah dan media

massa yang dapat melaksanakan fungsi sebagai transmisi kebudayaan,

namun keluarga tetap memegang peranan terpenting sebagai transmisi

kebudayaan itu. Keluarga paling berperanan dalam mengembangkan

anak selama periode-periode formatif dalam kehidupannya. Keluarga

memberi banyak pengaruh budaya kepada anak dalam hal pembentukan

sikap sejak awal. Keluarga, melalui peran orang tua memperkenalkan

kata-kata, bahasa dan cara berinteraksi serta berkomunikasi dengan

orang di sekelilingnya; selain itu keluarga pun mengarahkan, mendukung

serta menerapkan berbagai bentuk ganjaran dan hukuman yang

18

mempengaruhi anak dalam mengembangkan nilai-nilai budayanya.

Melalui sosialisasi maka kepribadian seseorang dapat dibentuk sesuai

dengan tuntutan norma budaya yang dianutnya dan mengantarkan

anggota keluarganya untuk berinteraksi ke dalam lingkungan sosial yang

lebih luas (masyarakat). Dengan demikian pengenalan atas budaya yang

dianut oleh sebuah keluarga selanjutnya dapat diturunkan dan dan

dilestarikan kepada generasi selanjutnya. Norma budaya yang telah

diperkenalkan kepada seorang anak akan dijunjung dan dipegang teguh

apabila nilai-nilai budaya yang ajarkan tersebut dirasakan dan diyakini

dapat menuntun mereka dalam mencapai tujuan hidupnya. Seperti halnya

orang Cina, mereka dikenal sebagai orang yang sangat menjunjung tinggi

budaya leluhurnya, yang mana dalam manyampaikan dan menerapkan

norma budayanya mereka mengacu pada berbagai aturan yang dijadikan

patokan sesuai aturan norma budaya Cina. Dengan menjalankan

kehidupan selaras dengan ajaran budaya Cina yang diyakini dapat

mengantarkan mereka mencapai kesuksesan, maka nilai-nilai budaya

Cina tersebut tetap dipegang teguh dan dilestarikan oleh hampir semua

orang Cina di manapun mereka berada. Ajaran Konfusius dalam

mengembangkan azas familisme jelas menunjukkan bahwa, keluarga

mendapat tempat yang tegar dan kokoh sebagai dasar struktur sosial.

Dari unit terkecil kemudian dikembangkan secara meluas menyerupai

bentuk spiral yang berputar semakin melebar dan memiliki pusatnya di

tengah.

Keluarga merupakan satu-satunya lembaga sosial terpenting yang

memiliki tanggung jawab untuk membentuk seorang anak menjadi

manusia yang memiliki kepribadian. Keluarga sebagai kelompok pertama

yang dikenal individu sering disebut sebagai primary group, sangat

berpengaruh secara langsung terhadap perkembangan individu sebelum

maupun sesudah terjun langsung secara individual di dalam masyarakat.

Keluarga melahirkan individu dengan berbagai macam bentuk

kepribadiannya di dalam masyarakat. Umumnya sebuah keluarga, dalam

19

konteks ini keluarga inti, terdiri dari suami, istri dan anak-anaknya yang

nantinya mulai bisa melihat dan mengenal arti diri sendiri, dan kemudian

belajar melalui pengenalan itu. Apa yang dilihat dan dialami bersama

anggota keluarga itu, akhirnya akan memberinya suatu pengalaman

individual. Dari sini dia mulai dikenal sebagai individu yang pada tahap

selanjutnya ia mulai merasakan bahwa telah ada individu-individu lainnya

yang berhubungan secara fungsional. Individu-individu tersebut adalah

keluarganya yang memelihara cara pandang dan cara mengatasi

masalah-masalahnya, membina dan mempersiapkan hari esoknya

dengan mempersiapkan pendidikan, ketrampilan dan budi pekertinya.

Akhirnya keluarga menjadi semacam model untuk diidentifikasi sebagai

keluarga yang broken home, moderat dan keluarga sukses.

Kesimpulannya keluarga sangat memegang peran penting dalam

sosialisasi berkaitan berbagai fungsi yang diemban oleh sebuah keluarga.

Berkenaan dengan fungsi keluarga Cina dalam memperkenalkan

nilai budaya kepada anak-anaknya, berpedoman pada ajaran Konfusius.

Inti ajaran Konfusius yang utama adalah ajaran tentang moral. Ajaran

Konfusianisme lebih berkaitan dengan moral dan bukan rasional (De Bary

1959:41 dalam Redding, 1994:46). Setiap orang Cina harus mempunyai

moral yang baik. Moralitas ini harus ditanamkan kuat di dalam keluarga.

Untuk menjamin kelestarian nilai-nilai yang baik itu harus dibuat suatu

tradisi yang harus dipatuhi oleh setiap orang, karena itu secara ringkas

cara menjalankan ajaran Konfusius ialah dengan menanamkan tradisi

moralitas dalam keluarga.

Peranan keluarga dalam budaya Cina adalah teramat penting di

mana pada setiap keluarga Cina selalu ditanamkan suatu sistem nilai

yang disebut nilai familisme. Family system secara umum memberikan

pengertian bahwa segala sesuatu itu dilakukan untuk kepentingan dan

ditujukan kepada keluarga. Dengan kata lain, pertimbangan kepentingan

keluarga ditempatkan lebih utama daripada kepentingan pribadi,

masyarakat, bangsa dan negara; sedangkan pengertian keluarga di sini

20

mencakup pengertian keluarga dalam arti luas maupun sempit. Keluarga

dalam arti sempit, berarti keluarga inti (nuclear family) dan dalam arti luas,

berarti keluarga besar (extended family).

IV. DESAIN DAN METODE PENELITIAN4.1. Pendekatan Penelitian

Desain penelitian disesuaikan dengan masalah dan tujuan

penelitian,untuk itu penelitian ini rnenggunakan model penelitian Etnografi.

Etnografi sebagai metode penelitian digunakan untuk meneliti perilaku

manusia dalam lingkungan spesifik alamiah. Mempelajari bagaimana

perilaku sosial dapat dideskripsikan sesuai dengan cara memandang pola

perilaku dari komunitas yang menjadi sasaran penelitian sebagaimana

adanya: Peneliti mengkonstruksi konsep berdasarkan proses induktif atau

empirik sesuai dengan cara memandang atau pola perilaku komunitas

yang menjadi sasaran.

4.2. Teknik PenelitianSelaku peneliti dalam (insider recsearcher). peneliti menggunakan metode

pengamatan berperan serta yang mencakup teknik pengamatan berperan

serta dan wawancara mendalam serta analisis dokumen. Metode

penentuan sumber data dilakukan secara purposive sampling dengan

menetapkan beberapa kriteria tertentu untuk memperoleh beberapa

informan. Taknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah:

1. Teknik berperan serta peneliti tinggal beberapa waktu di lingkungan

para informan dan peneliti berusaha terlibat dalam kegiatan sehari-hari

dan di lingkungan organisasi kemasyarakatan orang Cina seperti

mengadakan hubungan kerjasama ekonomi mengikuti ritual budaya

dan mengamati secara langsung interaksi dalam keluarga-keluarga

orang Cina agar dapat menangkap nuansa komunikasi budaya yang

berlangsung dalam mensosialisasikan nilai-nilai kewirausahaan dalam

Keluarga.

21

2. Wawancara mendalam. Peneliti melakukan wawancara terhadap

informan yang telah ditentukan di atas, berpedoman kepada aspek-

aspek penelitian yang telah diformat di dalam pedoman wawancara.

Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai

merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat mel|alui

catatan tertulis 'atau melalui perekaman audio tapes' pengambilan foto

atau film.

3. Observasi lapangan yaitu melakukan observasi langsung ke lapangan

dengan melaksanakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian Peneliti langsung

melakukan pengamatan terhadap lingkungan dan arena sosialisasi

masyarakat Cina Pontianak Pengumpulan dokumen penulis

mendatangi kantor kepala desa, Camat, sekolah, mengakses internet,

Perpustakaan MSi Untan, Perpustakaan Wilayah, menanyakan

langsung dokumen dokumen yang berkaitan dengan permasalahan

yang diteliti Dokumen ini digunakan sebagai catatan tambahan dan

penunjang dalam memberikan latar belakang yang lebih luas

mengenai pokok penelitian.

4.3 Alat Pengumpulan DataAlat pengumpulan data yakni disesuaikan dengan tehnik pengumpulan

data yang digunakan, yaitu wawancara mendalam, alat yang digunakan

adalah:

1. Pedoman wawancara, buku catatan, pena, audio tapes dan kamera

2. Observasi lapangan, alat yang digunakan adalah buku catatan, pena

dan daftar checklist pemeriksaan dan pengumpulan dokumen dan mesin

pengcopyan untuk menggandakan dokumen dengan maksud untuk

menghasilkan deskripsi Etnografis yang orisinal Namun dengan

pendekatan ilmu komunikasi penelitian ini menggunakan acuan dari

James P. Spradley dalam buku "Metode Etnografi" mengenai langkah

22

langkah proses "Alur Penelitian Maju Bertahap (Developmentat Research

Sequence) yang harus ditempuh oleh peneliti Etnografi.

4.4 Subjek dan Objek PenelitianSubjek utama yang diteliti adaiah Orang Cina Pontianak yang terdiri

dari dua suku yaitu Halkka dan Dio Ziu . Sementara objek penelitian

dalam penelitian ini adalah pola dan proses bagaimana orang Cina

mengejawantahkan nilai- nilai familiesme yang dianut untuk menanamkan

dan mengembangkan sikap dan perilaku kewirausahaan yang

mengantarkan mereka sukses dalam bidang perekonomian.

4. 5. Pengolahan dan Analisis DataAnalisis informasi merupakan upaya mencari dan mendata secara

sitematik catatan hasil observasi, wawancara untuk meningkatkan

pemahaman terhadap kasus yang diteliti. Meningkatkan pemahaman

tersebut sebagai analisis yang dilanjutkan dengan mencari makna.

Informasi yang berwujud kata-kata, disusun kedalam teks yang diperluas.

Karena itu mendorong peneliti untuk menulis catatan lapangan secara

lengkap dan rinci Karena itu analisis erat kaitannya hasil dari proses

pengumpulan informasi' Miles (1992:16) menggambarkan bahwa proses

analisis kualitatif terdiri dari tiga jalur kegiatan yang terjadi secara

bersamaan yaitu reduksi penguiian informasi dan penarikan kesimpulan.

V. Hasil dan Pembahasan5.1. Gambaran Sosial Masyarakat Pontianak

5.1.1. Profil Masyarakat Kota Pontianak

Secara keseluruhan penduduk di Kota Pontianak terdiri dari

masyarakat yang bersifat multikultural. Di antaranya terdapat suku

Melayu, Dayak, Jawa, Madura, Batak, Padang, Sunda, Cina dan

sebagainya. Agama yang dianut cukup beragam, mulai dari agama Islam,

Kristen Protestan, Kristen Katholik, Hindu, Budha maupun Kong Hu Cu.

23

Walaupun pernah beberapa kali terjadi pertikaian antar etnik (seperti

orang Dayak dan orang Madura), namun akhir-akhir ini hubungan di

antara orang berbagai budaya ini sudah semakin membaik. Suatu

hubungan antar anggota kelompok dalam masyarakat dapat dikatakan

terjalin secara harmonis apabila terdapat adanya sikap saling menghargai

tanpa mempermasalahkan perbedaan berbagai latar belakang seperti

suku bangsa, budaya agama dan lain lain.

Salah satu faktor yang dapat mendukung terjalinnya hubungan

yang harmonis dalam masyarakat yang bersifat multikultural adalah

terjadinya proses komunikasi antarbudaya yang berlangsung efektif.

Dengan adanya proses demikian, interaksi di antara orang berbeda

budaya akan diwamai oleh sikap saling menghargai budaya dan tindakan

orang lain, di samping bertambahnya pengetahuan terhadap budaya lain

yang pada akhimya akan menimbulkan rasa simpati dan kesiapan untuk

bergaul dengan orang dari berbagai budaya lain. Selanjutnya pengalaman

yang diperoleh melalui komunikasi antarbudaya akan menjadi

pengalaman yang berharga dan tentunya bermanfaat bagi kehidupan

sosial dalam kondisi suatu masyarakat multikultural.

Selama ini hubungan di antara orang berbagai budaya di Pontianak

masih diwamai oleh adanya berbagai prasangka sikap meremehkan

budaya lain, sikap etnosentrik, sikap diskriminasi yang tentu saja menjadi

hambatan untuk membangun harmonisasi di antara anggota masyarakat.

Khususnya mengenai hubungan antara anggota berbagai kelompok suku

dengan orang Cina masih sangat terasa adanya jarak sosial yang cukup

kentara, dan dilain pihak ada hubungannya dengan sikap terhadap

budaya lain dari orang Cina yang cenderung sangat mengagungkan

budayanya yang menjadikan tolak ukur budayanya untuk mengukur dan

menilai budaya lain, sehingga menjadikan mereka bersikap etnosentrik

dan menggiring mereka cenderung menutup diri untuk bergaul dengan

orang dari budaya lain.

24

Selain orang Cina ada sebagian besar anggota kelompok budaya

lain seperti orang Padang, Batak dan Madura yang juga cenderung

bersikap etnosentrik, walaupun demikian mereka tidak bersikap tertutup

dalam hal bergaul dengan orang budaya lain. Dalam kehidupan sehari-

hari secara garis besar anggota kelompok berbagai budaya yang

berdomisili di Pontianak cukup menunjukkan sikap yang terbuka dan

toleransi terhadap sesama anggota masyaraka termasuk dengan orang

Cina.

5.1.2 Profil Sosial Masyarakat Cina Pontianak

Orang Cina yang berdomisili di kota Pontianak secara garis besar

terdiri dari dua suku yaitu Hakka atau Khek dan Dio Ziu . Sebagian besar

mereka bermata pencaharian sebagai pedagang dan rata-rata mereka

memiliki tingkat perekonomian yang tinggi. Bidang perdagangan yang

digeluti orang Cina bervariasi, mulai dari berbagai bidang jasa angkutan

baik pelayaran, penerbangan, angkutan darat, makanan, jasa pendidikan,

perdangangan makanan, pakaian, barang elektronilk bisnis hiburan

sampaii pada kepemilikan pabrik. Orang Cina yang tergolong kelas bawah

ada yang bermata pencaharian sebagai petani sayuran, pedagang kecil,

berjualan makanan, kuli bangunan dan penjaga toko. Namun jumlahnya

diperkirakan tidak terlalu banyak dan dan bahkan apabila tidak dicermati,

sebagian orang hanya mengira bahwa rata-rata orang Cina tergolong

orang-orang yang mampu. Mereka yang tergolong kurang mampu

umumnya berdomisili di gang yang kecil di sekitar pemukiman Pecinan

dan di daerah pinggiran kota. Sebagaimana komunitas etnis Cina dari

golongan atas dan menengah umumnya orang Cina dari golongan

ekonomi lemah juga relatif hidup berkelompok di kawasan pemukiman

yang terlihat kumuh. Orang Cina dari kelas menengah rata-rata tinggal di

lokasi Pecinan. Mereka ini banyak yang tinggal di ruko (rumah toko)

tempat mereka berusaha yang letaknya di daerah pusat kota. Tingkat

pendidikannya sudah tergolong cukup tinggi. Umumnya mereka

menyekolahkan anaknya sampai tingkat sarjana. Mata pencaharian

25

golongan menengah ini rata-rata berdagang. Hampir semua sektor

perdagangan di Pontianak dikuasai oleh orang Cina. Usaha penginapan

atau hotel, swalayan, berbagai sarana hiburan dan bisnis angkutan udara

dan laut hampir semua milik orang Cina.

Mereka yang tergolong kelas atas banyak yang memiliki pabrik,

usaha ekspor impor, perkapalan, perdagangan antar kota dan antar

negara umumnya Malaysia Serawak dan Singapura. Tempat tinggal

mereka terdiri dari bangunan besar, mewah dan terletak di tepi jalan

besar. Sering juga mereka disebut dengan istilah Cukong. Mereka itu

mempunyai hubungan baik dengan pejabat pemerintah dan tidak dapat

dipungkiri mereka ini banyak memberikan dukungan material dalam

pembangunan daerah. Kebanyakan orang Cina kelas atas

menyekolahkan anaknya sampai jenjang perguruan tinggi dan banyak

yang memilih untuk menyekolahkan anaknya ke luar negeri seperti

Singapura, Serawak, Malasyia, Australia bahkan Amerika, atau setidaknya

ke Jakarta.

Mobilitas orang Cina dari golongan menengah atas cukup tinggi,

hal ini disebabkan mereka memiliki jaringan bisnis yang kuat dengan

pengusaha-pengusaha Cina di berbagai tempat. Oleh karena itu bisnis

transportasi udara merupakan bisnis yang cukup diminati karena kota

Pontianak tergolong jalur penerbangan yang padat penumpang. terlebih

lagi pada saat liburan sekolah, perayaan Tahun Baru Imlek dan saat

perayaan sembahyang kubur (Ceng Beng).

Dalam berkomunikasi dengan sesama orang Cina, selalu

menggunakan bahasa Cina (baik dalam bahasa Hakka atau khek

maupun dalam bahasa Dio Ziu). Sampai saat ini boleh dikata, tidak ada

orang Cina di Pontianak yang tidak dapat berbahasa Cina dengan fasih.

Ikatan solidaritas di antara orang Cina terlihat sangat kuat, sehingga orang

luar menilai orang Cina sebagai kelompok yang bersikap kompak,

sekalipun dalam kenyataannya di antara mereka juga terjadi persaingan di

berbagai bidang. Dikarenakan jumlah orang Cina yang cukup besar serta

26

berbagai kiprah yang dilakukan mereka di berbagai bidang pembangunan

dan sarana serta ciri khas kota Pontianak menunjukkan peran dan

kontribusi yang besar dari orang Cina yang berdomisili di kota ini. Di

setiap kompleks pertokoan akan kita temui warung kopi yang biasa

digunakan terutama oleh orang Cina dan orang-orang yang terlibat bisnis

dengan orang Cina sebagai sarana kongkow-kongkow (berbincang-

bincang) untuk membicarakan bisnis. Tidak jarang kesepakatan bisnis

yang bemilai ratusan juta bahkan milyaran rupiah berawal dari

perbincangan di warung kopi. Karena itu fungsi warung kopi ini juga

merupakan salah satu mata rantai jaringan bisnis orang Cina. Selain

bentuk bangunan yang terdiri dari ruko (rumah toko) yang menjadi ciri

tempat tinggal orang Cina. Di sekitar penjuru kota juga banyak tersebar

kuil atau kelenteng tempat pemujaan dan ibadah orang Cina yang

menganut agama Kong Hu Ciu dan Budha. Selain itu di kota ini juga

banyak terdapat Yayasan Pemakaman Kematian (jumlahnya mencapai 56

buah). Yayasan ini berfungsi untuk mengurusi proses pemakaman dan

sekaligus merupakan sarana perkumpulan sosial orang Cina yang terikat

dalam marga yang sama atau marga campuran (marga yang jumlahnya

kecil). Di samping itu yayasan ini juga mengurus berbagai keperluan untuk

melaksanakan berbagai upacara ritual hari besar yang biasa diperingati

oleh orang Cina. Dengan demikian Yayasan Pemakaman Kematian ini

sekaligus berfungsi sebagai pusat pelestarian budaya Cina. Rumah

makan yang menjual makanan Cina (Chinese Food) juga selalu dapat

ditemui di setiap kompleks pertokoan dan khusus pada malam hari

terdapat beberapa lokasi khusus yang berbentuk tenda di pinggir jalan

sekitar pusat kota yang menjual makanan khas Cina seperti kwetiauw,

bubur ikan, Cumi bakar, nasi campur dan lain-lain. Ciri khas lain yang

selalu ditemui di sekitar tempat berjualan makanan selalu di jumpai

gerobak yang menjual minuman khas yang selalu di minum orang Cina

setelah menikmati masakan Cina. Jenis minuman yang dijual antara lain

terdiri dari air kacang merah, sari kacang hijau, air tahu (susu kedelai) dan

27

liang teh (yaitu sejenis minuman untuk menjaga keseimbangan panas

tubuh). Orang Cina menyebut jenis-jenis minuman ini sebagai obat buang

panas.

Secara keseluruhan cara hidup orang Cina di sini menunjukkan ciri

khas budaya Cina. Dalam berbagai aspek kehidupan terlihat jelas betapa

mereka sangat memegang teguh adat istiadat serta nilai-nilai falsafah

budaya Cina. Sikap seperti ini tertampil dari orang Cina mulai dari tingkat

rendah, menengah maupun atas. Berdasarkan fenomena ini, kebanyakan

orang luar menilai mereka bersifat etnosentrik.

Azas familisme yang dianut orang Cina mengatakan bahwa

keluarga lebih penting dari pada kepentingan individu, masyarakat atau

bangsa dan negara. Segala sesuatu yang dilakukan yang menyangkut

seluruh hidupnya diabdikan dan ditujukan untuk kepentingan keluarganya.

Dengan orientasi semacam ini menjadikan mereka kurang mempunyai

perhatian kepada masyarakat sekitarnya. Dengan kata lain orang Cina

terkesan tertutup dan menjaga jarak terhadap kehidupan dan lingkungan

orang-orang diluar kelompok mereka. Keadaan yang demikian tentu

kurang memungkinkan terjadinya komunikasi dan kontak sosial secara

bebas dan harmonis dengan kelompok masyarakat lain disekitar mereka.

Pada sisi lain faham familisme yang mengutamakan kepentingan keluarga

dan keluarga besar (ikatan marga) melahirkan ikatan solidaritas yang

tinggi diantara sesama orang Cina. Dan ikatan solidaritas etnik yang

terbangun di tempat yang jauh dari tanah leluhurnya jauh lebih kental dan

sekaligus menjadi benteng yang kokoh untuk membangun kekuatan

ekonomi dan sosial. Dengan demikian berdasarkan informasi yang

diperoleh melalui penelitian ini, jelas memperlihatkan adanya pengaruh

yang besar dari faham familisme yang dianut orang Cina terhadap

interaksi dan komunikasi intrabudaya yang berlangsung intensif dan efektif

diantara sesama orang Cina yang turut membangun solidaritas sosial

yang tinggi di kalangan kelompok masyarakatt etnis Cina dimanapun

mereka hidup.

28

5.2 Pola Sikap dan Perilaku Wirausahawan Cina PontianakSebagian besar orang Cina Pontianak menggeluti bidang

perekonomian, terutama bermata pencaharian sebagai pedagang untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya.Tidak dapat dipungkiri sampai saat ini

roda perekonomian di kota Pontianak hampir seluruhnya dikuasai oleh

orang Cina. Berdasarkan observasi di lapangan diketahui bahwa orang

Cina yang tersebar di seluruh pelosok kota Pontianak merupaka

wirausahawan-wirausahawan yang handal dalam bidang yang digelutinya

masing-masing. Kenyataan ini dipastikan dengan berbagai aktifitas, sikap

dan perilaku serta pola hidup yang menunjukkan kelebihan mereka dalam

menjalankan berbagai usahanya secara mandiri dan sukses. Kerja keras,

ulet , sabar, kreatif dan tidak mudah putus asa, menjadi ciri khas yang

selalu ditemui dalam sikap dan perilaku para usahawan Cina, baik yang

berdomisili di pusat kota atau pinggiran, yang menjalankan usaha besar

maupun kecil dan bahkan sederhana dan yang berusia muda maupun tua.

Berikut ini ditampilkan beberapa gambar hasil observasi yang dapat

memberikan informasi dan gambaran yang terperinci mengenai kondisi

lingkungan dan sikap perilaku wirausahawan Cina Pontianak secara

terperinci.

29

Gambar 1 : Salah satu usaha rumah makan orang Cina yang terletak di kawasan perkotaanyang sudah bertahan puluhan tahun (Lokasi Persimpangan jalan Setia BudiPontianak, 12 Juni 2010).

Gambar 2 : Suasana perkotaan yang merupakan tempat tinggal yang sekaligus dijadikantempat usaha mulai dari, perdagangan jasa, rumah makan, toko, supermarket.(lokasi Jln Diponegoro Pontianak, 12 Juni 2010)

Sebagian besar orang Cina Pontianak hidup dikawasan perkotaan

yang menjadi tempat usaha dan sekaligus dijadikan tempat tinggal

30

terutama bagi mereka yang berada di golongan menengah. Jenis usaha

yang digelluti mereka juga beraneka ragam, mulai dari membuka toko

beragam kebutuhan, rumah makan, biro jasa dan sebagainya. Aktifitas

perekonomian yang digeluti orang Cina Pontianak seakan tidak pernah

tidur. Sebagaimana gambar yang ditampilkan diatas, yang pada siang

harinya menjadi salah satu kawasan perdagangan yang cukup ramai,

maka terlebih malam harinya dimana kawasan ini berubah menjadi pusat

wisata kuliner yang ramai dikunjungi oleh sebagian orang Cina yang

menikmati berbagai makanan khas Cina setelah bekerja keras seharian.

Mereka yang melakukan usaha menjual makanan khas Cina

disepanjang jalan pada malam hari dan pada umumnya tinggal di

pemukiman orang Cina yang umumnya mengelompok. Pada siang

harinya mereka mempersiapkan berbagai kepereluan dagangnya untuk

dijual malam hari. Dan tidak jarang mereka juga berjualan di dua tempat

yang berbeda pada siang dan malam hari. Umumnya usaha ini dapat

merekrut cukup banyak tenaga kerja sehingga jarang sekali ditemui orang

Cina Pontianak yang menganggur di segala usia. Salah satu bentuk

pemukiman orang Cina dari kelas menengah dan kelas bawah dapat

dilihat melalui ketiga gambar berikut :

Gambar 3 : Aktivitas orang Cina yg tergolong kelas bawah yg bekerja di kota..... denganusia yg cukup lanjut namun masih menekuni pekerjaan yang sudah puluhantahun digeluti.

31

Gambar 4 : Bentuk dan suasana pemukiman orang Cina dari kelas menengah yangumumnya mengelompok dan berada di sekitar kawasan perkotaan. (LokasiJalan Setia Budi Pontianak, 5 Juli 2010).

Gambar 5 : Bentuk pemikiman orang Cina kelas bawah yg umumnya bekerja sebagaipembuat kue atau kuli di lingkungan usaha orang Cina di perkotaan .(Lokasi :Jalan Tanjung Harapan Pontianak 2010)

Sebagaimana yang diungkapkan pada awal tulisan ini bahwa

perekonomian di kota Pontianak hampir seluruhnya di kuasai oleh orang

Cina. Mulai dari usaha kecil, menengah, sampai pada pabrik dan agen-

agen perdagangan besar sudah pasti dimiliki dan jalankan oleh orang

32

Cina. Orang Cina yang termasuk kelas atas. pada umumnya tidak tinggal

di ruko sebagaimana yang banyak tersebar di pusat perkotaan, akan

tetapi mereka membangun kompleks perumahan mewah diluar pusat kota

namun masih di sekitar kawasan perkotaan. Boleh dikata orang Cina

Pontianak mulai dari tingkat menengah dan atas hidup berkelompok

(eksklusif) dan jarang berinteraksi dengan etnis lain diluar urusan dagang.

Interaksi dengan orang diluar Cina hanya terbatas pada urusan dagang

dalam hubungan konsumen dan produsen atau pegawai dengan majikan.

Akan tetapi bagi orang Cina yang tergolong kelas bawah dan jumlahnya

relatif kecil biasanya bermukin di pinggiran kota dan cukup berbaur

dengan berbagai etnis lain.

Suasana dan mdel pemukiman orang Cina kelas atas selanjutnya

dapat diperjelas melalui kedua gambar berikut :

Gambar 6 : Salah satu bentuk rumah mewah milik orang Cina dari kalangan atas danmemiliki usaha besar seperti pabrik, mall , perekebunan, pertambangan dll (Lokasi jalan Suprapto Pontianak, 15 Juli 2010.

33

.

Gambar 7: Suasana pemukiman orang Cina yang tergolong mewah yang terletak di jalanSuprapto Pontianak (Gambar diambil 15 juli 2010).

Selanjutnya berdasarkan wawancara mendalam dengan beberapa

informan yang merupakan pelaku wirausaha dari berbagai golongan,

diperoleh gambaran mengenai tingginya etos kerja yang dilakukan oleh

orang Cina. Mereka tidak terlalu mempersoalkan waktu bekerja yang

penting semua dilakukan secara maksimal dan tanpa kenal lelah. Berikut

dikemukakan hasil wawancara dengan salah seorang penjual bakso yang

cukup laris yang bernama Ameng, tentang pandangan dan motivasi yang

mewakili sikap dan perilaku usaha sebagian besar orang Cina :

Sebelum membuka usaha ini saya bekerja pada orang lain(boss) di perusahaan kayu, waktu itu saya memang berniat untukmengumpulkan modal agar dapat membuka usaha sendiri sambilsekalian belajar dengan tauke saya. Setelah bekerja keras denganrajin saya sering dapat bonus tambahan. Setelah cukup modalsaya melihat usaha bakso ini masih ada peluang. Orang sini kankebayakan suka makan di luar (jajan) dan kalau kita bisa menjualbarang yang berkualitas, bersih dan memberikan pelayanan yangbaik, saya pikir pasti bisa maju. Sekarang saya punya 6 karyawan,empat orang bekerja siang hari dan 2 orang untuk melayanipenjualan bakso di malam hari. Saya sendiri setiap hari bangun jam4 subuh untuk membeli daging dan mencincang bakso danmempersiapkan berbagai keperluan dagang. Untuk bumbu sayapegang sendiri dan tidak mau menyerahkan pada orang lain. Iniuntuk menjaga mutu dan nama, kalau usaha sudah maju seperti ini.Kita harus pandai menjaga agar tambah maju lagi.

34

Mengkaji apa yang diungkapkan salah seorang informan yang

tidsak berbeda jauh dengan ungkapan yang lainnya, diketahui bahwa

salah satu kunci keberhasilan orang Cina antara lain adalah adanya spirit

yang kuat untuk membuka usaha sendiri (tidak mau bergantung pada

orang lain) dengan dibuktikan oleh keuletan dalam bekerja,

mengembangkan kemampuan kreatif, bersikap inovatif dan berani

mengambil resikio. Sikap dan semangat seperti yang telah dijelaskan, rata

rata dimiliki oleh orang Cina. Karena itu tidak mengherankan apabila

usaha yang dimiliki dan dikembangkan oleh orang-orang Cina ini terus

berkembang dan menyebar, mulai dari pusat perkotaan, kemudian

semakin menyebar ke daerah-daerah luar kota. Dan hampir pasti setiap

komplek perumahan yang terus dibangun di berbagai penjuru kota, pasti

ada ruko-ruko yang menjadi tempat usaha milik orang Cina yang

dikembangkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan di lingkungan baru

tersebut.Beberapa gambar dibawah ini memperlihatkan berbagai bentuk

usaha orang Cina yang dapat ditemui di setiap sudut Pontianak.

Gambar 8. : Ketua peneliti pada saat melakukan deep interview disalah satu toko atk yangterletak di Jalan Gusti Situt Mahmud Pontianak (16 Agustus 2010)

35

Gambar 9 : Anggota peneliti di salah satu usaha rumah makan yang sangat bernuansakanciri budaya Cina di jalan Antasari Pontianak.(10n Agustus 2010)

Gambar 10 : Anggota peneliti sedang mengobservasi sikap pekerja yang sangat profesionaldlm menjalankan usahanya (lokasi : Mega Mall Pontianak, jln A Yani...20Agustus 2010)

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara mendalam diperoleh

kesimpulan bahwa rata-rata orang Cina memiliki sikap dan perilaku

kewirausahaan yang berbeda dengan wirausahawan dari beragam etnik

lain, hal mana sangat menonjol tampak pada spirit yang kuat untuk

membuka usaha mandiri dan berusaha mempertahankan kualitas serta

tidak cepat merasa puas. Pada akhirnya yang menjadi pertanyaan tim

peneliti adalah bagaimana dan faktor apakah yang mempengaruhi sikap

dan perilaku kewirausahaan Cina yang terlihat sangat khas ini.

Selanjutnya maka analisa terhadap perilaku kewirausahaan Cina

36

diarahkan pada paham familisme yang dianut orang Cina dimanapun

mereka hidup.

5.3. Pengaruh Faham familisme yang dianut orang Cina dalam upayamembentuk dan mengembangkan sikap kewirausahaan orangCina Pontianak.

Paham familisme yang dianut orang Cina merupakan inti dari

ajaran Konfusius. Pengkajian dan analisis mendalam mengenai pengaruh

nilai familisme yang dianut orang Cina dalam membentuk dan

mengembangkan sikap kewiraushaan dilatarbelakangi, adanya sikap dan

perilaku khas yang tampak dalam way of life yang sangat membedakan

mereka dengan berbagai etnis lain ditengah-tengah masyarakat

multikultural di kota Pontianak. Ciri yang tampak jelas dari komunitas etnis

Cina ini antara lain sikap perilaku yang sangat bernuansakan budaya Cina

sebagai warisan budaya nenek moyang mereka yang sangat dipegang

teguh sampai saat ini. Bagi orang luar sikap dan perilaku masyarakat Cina

di lingkungan masyarakat multikultural dinilai etnosentrik dan eksklusif.

Hal mana sikap tersebut tampak mulai dari pola pemukiman yang

berkelompok, ikatan solidaritas sesama etnis yang tinggi melalui

organisasi sosial budaya dan jaringan perdagangan, pendidikan,

pergaulan dan lain sebagainya.

Semua informan yang diteliti dapat berbahasa Cina dan selalu

menggunakan bahasa Cina dalam berinteraksi dengan seluruh anggota

keluarga dan sesama orang Cina. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

semua informan penelitian ini, faham familisme yang dianut mereka,

senantiasa dijadikan orientasi dalam berperilaku dan mencapai tujuan

hidup mereka.

Ajaran Konfusius sendiri telah dianut lebih dari dua abad dan telah

menjadi tradisi yang sengaja diciptakan dan dicita-citakan oleh Konfusius

untuk membangun negerinya, Ajaran ini menyumbangkan kekhasan pada

kultur orang Cina, yang sebagian besar banyak membicarakan keluarga

37

dan mempengaruhi pola pikir orang Cina. Tidak terkecuali orang Cina

yang merantau ke berbagai penjuru dunia beserta keturunannya termasuk

orang-orang Cina yang telah turun temurun berdiam dan memiliki

penghidupan di kota Pontianak.

Suatu hal menarik yang ditemukan melalui penelitian ini adalah,

peneliti melihat terjalinnya ikatan solidaritas diantara sesama orang Cina

yang bermula dari ikatan keluarga inti, keluarga besar, ikatan marga, dan

ikatan etnis terlihat begitu kental dan solid diantara sesama orang Cina.

Hal ini secara jelas tampak melalui interaksi dan komunikasi intrabudaya

yang berlangsung efektif di dalam komunitas etnis Cina. Kecenderungan

untuk senantiasa berdekatan (berkelompok/menjalin kebersamaan)

diupayakan oleh orang Cina melalui penggunaan bahasa Cina, pola

pemukiman, membentuk jaringan usaha dan lain-lain bahkan sampai saat

meninggal dan dimakamkanpun mereka tidak ingin dipisahkan dari

kelompok etnisnya. Berdasarkan pengamatan dilapangan (lihat gambar

10-11 makam), ditemui kenyataan bahwa, orang-orang Cina yang telah

memeluk agama lain (Katolik , Kristen dan Budha) tetap dimakamkan

pada area pemakaman Cina dan dimakamkan dengan adat istiadat Cina.

Kenyataan ini memperlihatkan betapa besar pengaruh falsafah familisme

yang dianut orang Cina sehingga nilai-nilai yang diajarkan senantiasa

dijadikan pedoman hidup mulai sejak kecil bahkan sampai mereka

meninggal dunia.

Gambar 11 : Tim peneliti di depan makam Lim Tang Meng yg menganut Agama Khatoliknamun tetap dimakamkan di lingkungan makam orang Cina

38

Azas familisme yang dianut orang Cina mengatakan bahwa

keluarga lebih penting dari pada kepentingan individu, masyarakat atau

bangsa dan negara. Segala sesuatu yang dilakukan menyangkut seluruh

hidupnya diabdikan dan ditujukan untuk kepentingan keluarganya.

Dengan pandangan seperti ini orang Cina diarahkan untuk bertanggung

jawab tidak saja untuk individunya sendiri, akan tetapi dituntut

bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Dengan

amanah semacam ini sudah barang tentu mereka dituntut untuk bekerja

keras, ulet dan tidak mengenal putus asa dalam mencari nafkah guna

memenuhi kebutuhan keluarganya. Ini harus dilakukan agar ia dapat

dianggap sebagai anak yang berbakti (soleh/hao) dan apabila ia tidak

dapat membela dan bertanggungjawab dengan keluarganya maka ia akan

di cap sebagai anak durhaka(put hao) . Untuk membentuk karakteristik

orang Cina sebagaimana yang dicita-citakan konfusius untuk menjadikan

Cina sebagai pusat superioritas dunia, maka diciptakanlah sebuah sistem

yang harus dipatuhi serta dijadikan pedoman berperilaku bagi semua

orang Cina yang sudah berlangsung secara turun temurun. Tidak

terkecuali dengan orang Cina Pontianak, walaupun mereka telah hidup

dan tinggal selama beberapa generasi di luar negeri asalnya. Nilai nilai

luhur nenek moyang mereka masih tetap lestari dan menjadi kebanggaan

serta di taati oleh generasi mudanya. Salah satu fakta yang menguatkan

asumsi tersebut adalah keberadaan kuil-kuil yang tersebar di berbagai

penjuru kota Pontianak yang dijadikan pusat pelestarian budaya Cina

disamping menjadi tempat beribadah, dan pada saat yang saat yang

sama pula orang Cina ini menunjukkan eksistensinya di berbagai tempat

perantauannya.

39

Gambar 12-13 : Tim peneliti saat melakukan observasi di kelenteng dewi Kwan Im di Jln AYani Ptk 10 Agustus 2010

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara mendalam dengan

beberapa informan, diketahui bahwa orang Cina Pontianak pada

umumnya masih sangat kuat mempertahankan adat istiadat Cina seperti

sembahyang kubur dan makan bersama sekeluarga untuk merayakan

beberapa hari besar Cina. Untuk tetap mempertahankan adat istiadat ini

tentu saja memerlukan pembiayaan yang tidak sedikit (lihat gambar 14-

15). Untuk itu kepada keturunannya senantiasa diajarkan untuk selalu

berusaha dengan etos kerja agar dapat menghasilkan materi sebanyak

banyaknya, karena dengan jalan itulah seorang anak dapat berbuat dan

mendapat pengakuan sebagai anak yang saleh. Kepada keturunannya

pula selalu ditekankan bahwa jika seorang anak sangat menghormati dan

dapat menyenangkan orang tuanya baik semasa hidup maupun setelah

meninggal (merayakan pesta kubur yang meriah) maka anak tersebut

akan selalu mendapat berkah yaitu akan berhasil dalam berusaha dan

mencari rezeki.

40

Gambar 14 : Upacara sembahyang kubur yang di lakukan dua kali setahun dan dihadirioleh seluruh anggota keluarga bahkan yg tinggal di luar kota Pontianak selalumenyempatkan diri untuk menghadiri upacara ini disamping perayaan tahunbaru dll sebagai tanda bakti kepada almarhum orang tua atau kakeknya

Berbagai hari besar seperti hari raya Imlek, cap Go Meh,

sembahyang Bulan, sembahyang Kubur dan lain lain merupakan peristiwa

budaya yang turut mempererat solidaritas sosial dan keeratan hubungan

dalam setiap keluarga. Dan pada saat itulah sewluruh anggota keluarga

berkumpul untuk makan bersama dan bertukar pikiran dan pengalaman

serta saling membantu apabila diantara saudara ada yang mengalami

hambatan dalam berusaha. Keadaan ini memberikan dorongan dan

semangat untuk saling memperlihatkan eksistensinya dalam keluarga dan

menjadikan mereka terpacu untuk semakin berhasil di tahun tahun

berikutnya. Suasana makan bersama dengan hidangan khas Cina yang

senantiasa dilakukan di setiap keluarga orang Cina, selanjutnya dapat

dilihat melalui gambar berikut :

41

Gambar 15 : Suasana makan bersama untuk mereayakan hari Besar Cina dlm sebuahkeluarga orang Cina ( Lokasi Jln Setia Budi Pontianak, 20 agustus 2010)

Nilai familisme yang bersifat hakiki yaitu: (1) Seorang anak harus

berbakti kepada orang tua; (2) Pemujaan secara leluhur; (3) Nama

keluarga; dan (4) Sebutan kekeluargaan. Bertitik tolak dari nilai yang

dianut dalam familisme maka setiap orang Cina diarahkan untuk memiliki

karakter tertentu dan kelihatannya cara pandang ini sangat menunjang

pembentukan spirit entrepreneurship pada diri seseorang.Pembentukan

watak atau karakter ini ditanamkan secara ketat melaui proses sosialisasi

dalam keluarga. Pada proses sosialisasi, pada seorang anak dalam

sebuah keluarga Cina selain ditanamkan nilai-nilai familisme yang

ditekankan pada rasa bakti seorang anak kepada orang tua, juga

ditanamkan agar seorang anak mempunyai sifat-sifat tertentu yang

berhubungan dengan tata sopan santun yang disebut ajaran Pat Tik (

), yaitu ajaran kepada seorang anak agar dibiasakan untuk berbakti,

rendah hati, satya, susila, menjunjung kebenaran, keadilan, kewajiban,

ketulusan, suci hati, dapat dipercaya dan tahu malu/mengenal harga diri.

Sebagai tindak lanjut dari rasa hormat anak kepada orang tua,

berkembang pula rasa cinta dan hormat pada leluhurnya. Kebiasaan

berbakti kepada leluhur ini ditetapkan oleh Konfusius dalam berbagai

bentuk pemujaan lehuhur. Menurut ajaran ini, upacara tradisional

42

pemujaan leluhur dapat memperluas budi kebaikan manusia, yaitu

mengingatkan akan kebajikan serta tugas terhadap keluarga dan

masyarakat sebagai keseluruhan. Perilaku semacam ini dapat menjamin

ketenteraman dan kesejahtraan keluarga. Apabila masyarakat telah

teratur, maka negara akan menuju kedamaian dan kesejahteraan.

Berdasarkan sifat sifat dasar yang dibentuk sesuai faham familisme, maka

selanjutnya berkembang spirit untuk mampu menjalankan tanggung jawab

dan mendapatkan materi yang cukup. Karena itu keturunan Cina terpacu

untuk selalu bekerja keras, ulet, kreatif, percaya diri, tak mudah menyerah,

inovatif dan ini merupakan sikap sikap utama yang dituntut dari seorang

wirausahawan. Dengan demikian jelas bahwa faham familisme yang

dianut orang Cina memberikan pengaruh besar pada keberhasilan orang

Cina di bidang kewiraushaan.

Untuk selanjutnya analisa hasil penelitian ini diarahkan untuk

mengkaji bagaimana proses dan strategi yang diterapkan orang Cina

dalam menumbuhkan dan mengembangkan sikap kewirausahaan melalui

sosialisasi dalam lingkungan keluarga.

5.4. Strategi pembelajaran yang diterapkan dalam membentuk sikapkewirausahaan melalui proses pendidikan/sosialisasi dalamkeluarga pada orang Cina Pontianak.

Sebagaimana diketahui bahwa karakter seseorang yang tercermin

dalam sikap dan perilaku dibentuk melalui suatu proses pembelajaran

yang panjang. Seseorang yang baru lahir tidak memiliki sikap, dia belajar

dan mencari jatidirinya melalui lingkungan sekitar terutama dari orang

orang disekelilingnya. Pada tahap awal seorang anak mengenal nilai nilai

melalui lingkungan terdekatnya yakni orang tua/keluarga inti. Karena itu

keluarga merupakan agen sosialisasi yang terpenting terutama pada

masa awal saat seseorang mengenal dan memahami nilai nilai kehidupan.

Sejalan dengan kemajuan jaman, terutama dengan maju pesatnya

teknologi informasi, maka selain orang tua terdapat banyak fihak yang

43

dapat mempengaruhi dan perkembangan jiwa dan karakter seseorang.

Akan tetapi pada tahap pembentukan sikap awal dan ini sangat

menentukan pembentukan karakter seseorang, peran orang tua/keluarga

tidak dapat tergantikan. Oleh karena itu dapat ditegaskan bahwa keluarga

memiliki peran yang paling menentukan dalam membentuk karakter dan

sikap seseorang. Demikian juga yang dapat dipelajari dari proses

pembentukan sikap dan perilaku kewirausahaan yang terkenal handal

dimiliki olah orang Cina pada umumnya, tentu saja merupakan proses dan

strategi sosialisasi yang diterapkan oleh keluarga.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya mengenai pola pemukiman

dan interaksi orang Cina yang mengarah pada ekslusifisme, maka hal ini

sekaligus dapat memberikan gambaran mengenai lingkungan sekitar

dimana proses sosialisai sebuah keluarga Cina berlangsung. Melalui

wawancara mendalam serta observasi lapangan dapat diberikan

gambaran bahwa pada umumnya keluarga orang Cina tinggal di

lingkungan bisnis, dan anak anak mereka sejak kecil terbiasa dengan

kebiasaan orang rtua dan orang-orang disekitar mereka yang selalu

memiliki kesibukan untuk menyiapkan dan beraktifitas melakukan

berbagai usaha. Sudah lazim di dalam keluarga setiap orang memiliki

tanggung jawab dan peran masing masing untuk memberikan kontribusi

dalam hal menopang perekonomian keluarga. Biasanya seorang ayah

menjadi orang yang paling menentukan urusan bisnis di dalam keluarga

dan istrinya berperan untuk mendukung dan mempersiapkan semua

kebutuhan usaha suaminya tersebut. Tentunya ini dilakukan disamping

tugas utamanya mengurus urusan domestik dan mendidik anak-anak.

Namun setelah urusan dapur beres, biasanya seorang istri membantu

kegiatan bisnis suaminya terutama untuk mengurus keuangan. Adapun

anak-anak sejak kecil biasanya ikut dilibatkan dalam berbagai aktifitas

dagang orang tuanya, dimana pada saat pulang sekolah, ia diwajibkan

membantu kegiatan orang tuanya dan kesempatan ini tentu saja

merupakan situasi yang sangat efektif untuk proses pembelajaran

44

sekaligus praktek yang sangat bernilai bagi pembentukan sikap mental

seorang calon wirausahawan. Hampir bisa dipastikan anak – anak orang

Cina mempunyai kepiawaian yang sama dengan orang tuanya dalam hal

menjalankan usaha keluarga. Maka dari itu sering ditemui berbagai jenis

usaha orang Cina yang sangat maju dan telah dilakukan secara turun

temurun. Biasanya untuk resep yang menjadi andalan usaha tersebut

hanya diberikan/diajarkan kepada keturunan langsung agar tidak tersaingi

dan terjaga mutunya.

Secara kebetulan tim peneliti mengamati sebuah usaha yang cukup

maju dari seorang keturunan Cina yang memiliki usaha memproduksi

makanan khas Cina yakni Bakpao dan shio bi yang banyak digemari dan

memiliki omset perhari yang cukup besar. Tempat usaha yang terlihat

sederhana ini ternyata memperkerjakan cukup banyak orang yang

masing-masing memiliki ketrampilan yang berbeda. Mengenai aktifitas

pembuatan bakpao dan shio bi tersebut dapat diperjelas melalui gambar

berikut :

Gambar 16-17 : Tim Peneliti sedang mengamati para pekerja pembuatan bak pao dan Shio biyang sangat trampil mengerjakan bagiannya masing masing. (lokasi jalan SetiaBudi Pontianak 25 September 2010)

Berdasarkan wawancara mendalam dengan beberapa pekerja

disini, diketahui bahwa usaha ini sudah ditekuni lama dan semakin hari

semakin maju, bahkan saat ini terkadang tidak sanggup memenuhi

45

peremintaan yang terys meningkat. Ketika peneliti menanyakan mengapa

pengusaha ini tidak membuka beberapa cabang misalnya di Jakarta

karena pasti akan tambah maju maka diperoleh jawaban sebagai berikut :

Memang tadinya ada pikiran untuk mengembangkan tempatusaha dan membuka cabang, tetapi saya harus hati hati dan tetapmempertahan kan mutu. Kamu kan tahu kalau orang sudah makanbakpao buatan kami pasti dia nggak mau makan yang buatan lain.Saya memang merintis usaha ini tidak mudah dan akan sulitmencari pekerja-pekerja yang sesuai dengan standar disini.Kelihatannya mungkin sepele, tetapi melakukan pekerjaan inisebenarnya cukup rumit dan menuntut kemahiran teretentu,misalnya saja kalau adonan kulitnya sudah jadi, maka harus segeradiisi dan dibungkus dengan bentuk yang khas secara cepat, kalautidak hasilnya tidak akan bagus. Kemudian untuk memotongbengkuang yang halus juga memerlukan pekerja sendiri dandilakukan secara manual agar tidak merusak cita rasanya, jikamenggunakan alat pemotong lain, rasanya akan berubah. Adapunpekerja-pekerja yang ada sekarang sudah berpengalaman danmereka umumnya masih keluarga. Jadi kami sangat berhati hatiagar mutu dan rasa tetap terjaga dan usaha ini bisa bertahansampai ke anak cucu kami. Sekarang anak perempuan kami sudahbisa mebangani usaha ini dengan baik.. .

Gambar 18-19 : Tim peneliti sedang mengamati proses pembuatan Bakpao yang dilakukansecara profesional walau merupakan usaha keluarga. (Pontianak,25 September2010)

Mengamati secara langsung pembuatan bakpao dalam jumlah

banyak dan mendapati lingkungan kerja yang menumbuhkan semangat

tersendiri untuk ikut terlibat dalam usaha keluarga ini tentunya merupakan

hal yang sangat berkesan bagi setiap anggota keluarga, karena selain

46

dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga, lingkungan kerja ini

sekaligus menjadi laboratorium yang menarik dan bermanfaat bagi proses

pembelajaran anak secara langsung. Dalam proses inilah pada akhirnya

mereka menemukan bentuk dan dan rasa yang pas sesuai selera

konsumen dan selanjutnya kualitas terus dijaga agar para pelanggan

selalu merasa puas dan selalu mencari produk mereka.

Gambar 20 : Adonan kulit bakpao yang merupakan kreasi resep yang dikembangkan keluargasehingga memiliki kualitas yang bagus untuk dibentuk.

Gambar 21 : kue shio bi dan bakpao yang memiliki bentuk yang menarik sekaligusmenunjukkan kemampuan kreatif para pengusaha Cina. (Pontianak 15September 2010)

Berdasarkan pengamatan dan wawancara mendalam dengan

beberapa informan yang merupakan pengusaha-pengusaha yang

berhasil dari berbagai level dan beragam usaha, jelas diperoleh gambaran

47

bahwa secara umum mereka memiliki karakter yang khas yakni ulet,

kreatif, inovatif, berani mengambil resiko, dan mampu menjaga kualitas

produk dan inilah kiranya yang menjadi faktor faktor yang menentukan

keberhasilan orang Cina dalam menggeluti berbagai bidang usahanya.

Adapun strategi yang diterapkan untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan

pada generasi berikutnya adalah memperkenalkan dan menanamkan nilai

nilai luhur nenek moyang, melibatkan dalam kegiatan usaha dengan

memberikan kesempatan untuk mempraktekkan berbagai keterampilan

yang dimiliki orang tua melalui proses sosialisasi di lingkungan keluarga

yang akhirnya membentuk karakter tertentu yang membuat orang Cina

senantiasa sukses dan tidak tersaingi dalam menggeluti dunia

kewirausahaan.

48

VI. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

1) Pola sikap dan perilaku khas wirausahawan Cina tampak pada

semangat yang kuat untuk membuka usaha secara mandiri, tidak

kenal lelah (ulet), kreatif dan inovatif, serta berani mengambil resiko

yang mana hal ini menjadikan para pelaku usaha etnis Cina umumnya

mampu meraih kesuksesan dan mampu bersaing dimanapun mereka

membangun usaha.

2) Faham familisme yang dianut orang Cina mengarahkan keturunannya

untuk senantiasa menjadi anak yang soleh dan mampu

bertanggungjawab dan menyenangkan orang tuanya baik semasa

hidup maupun setelah orang tuanya meninggal menyebabkan mereka

harus mencari uang sebanyak banyaknya agar dapat memikul

tanggungjawab dan hal ini mempengaruhi pengembangan spirit dan

perilaku kewirausahaan yang handal dan menonjol pada orang Cina.

3) Strategi untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada generasi

penerus Cina adalah dengan cara memperkenalkan dan menanamkan

nilai nilai luhur nenek moyang, melibatkan dalam kegiatan usaha

dengan memberikan kesempatan untuk mepraktekkan berbagai

keterampilan yang dimiliki orang tua melalui proses sosialisasi di

lingkungan keluarga yang akhirnya membentuk karakter tertentu yang

mengantarkan orang Cina menjadi entrepreneurship- entrepreneurship

yang sukses diberbagai tempat.

49

5.2. Saran5.2.1. Saran dalam aspek keilmuan

Penelitian mengenai etnis Cina cukup banyak dilakukan dan biasanya

selalu dihubungkan dengan keberhasilan orang Cina dalam bidang

perekonomian. Khusus yang dihubungkan dengan aspek kewirausahaan

terutama yang dihubungkan dengan filosofi Cina belum banyak di lakukan. Untuk

itu disarankan untuk meneliti aspek tersebut secara kuantitatif agar lebih

memberikan gambaran secara luas mengenai seberapa besar pengaruh faham

familisme terhadap pembentukan dan pengembangan sikap kewirausahaan

pada orang Cina.

5.2.2. Saran dalam Regulasi dan Pengambil Keputusan

1) Kepada orang Cina dan komunitas beragam etnik yang menjadi bagian dari

masyarakat multikultural yang menjadi subjek penelitian ini, dianjurkan untuk

tetap dan meningkatkan sikap sikap positif yang selama ini sudah dibangun

dan mengantarkan mereka meraih sukses sebagai wirausahawan dan mau

memberikan pembelajaran kepada berbagai etnis lain untuk belajar

mengembangkan sikap kewirausahaan agar dapat turut membangun

perekonomian bangsa disamping menjalin hubungan harmonis dalam

masyarakat multikultural.

2) Kepada pengambil kebijakan, dianjurkan merumuskan dan menerapkan

berbagai kebijakan yang bersifat multikultur yang tidak saja terbatas pada

kegiatan ekonomi saja akan tetapi untuk aspek-aspek lainnya seperti,

agama, pendidikan, perdagangan, yang mendukung pengembangan

hubungan antarbudaya dengan memperbanyak fasilitas/wadah/arena yang

memberi peluang kepada kelompok-kalompok budaya untuk saling belajar

dan berinteraksi secara intensif..

50

DAFTAR PUSTAKA

Bonafia David. 1990. Cina dan Masyarakatnya The Chinese. alih bahasa:Dede Oetomo. Jakarta: PT Erlangga.

Berry. John, W. 1999. Psikologi Lintas Budaya : Riset dan Aplikasi,Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Berger, Charles, R. & Steven, H. Chaffee, 1987. Handbook ofCommunication Science, California: Sage Publication Ltd.

Burhanuddin, 1988. Ance dan Baba dalam Stereotipe Etnik, Asimilasi,Integrasi Sosial. Jakarta: PT Gramedia.

Cresswell, W. John. 1994. Research Design Qualitative & QuantitativeApproaches. Terjemahan, Nurkhabibah. Jakarta: KIK Press

Dedy Mulyana, 1989. Komunikasi Antar Budaya, Bandung: RemajaRosdakarya

......................., 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: RemajaRosdakarya.

De Vito, A. Joseph. 1978. Communicology: an introduction to the study ofcommunication. NewYork: Harper & Rowl Publ

…………..., 1989. The Interpersonal Communication Book Fifth Edition.New York: Harper & Row Publisher.

Fisher, B.Aubrey.1987. Interpersonal Communication, California : RandomHause inc.

Fung Yu Lan, 1990. Sejarah Ringkas Filsafat Cina: Alih Bahasa SoejonoSoemargono. Yogyakarta: Liberty.

Gudykunst, B. William. 1983. Intercultural Communication Theory.London: Sage Publications.

51

Hamijoyo, S. Santoso, 1993. Landasan Ilmiah Komunikasi. PidatoPengukuhan Guru Besar di Universitas Soetomo Surabaya 1993dalam: Kenangan Perjalanan Profesi Dan Pengabdian Santoso SHamijoyo, Jakarta: BKKBN.

Knapp, L. Mark & A. Hall Judith. 1982. Nonverbal Communication inHuman Interaction. Florida: Holt, Rinehart and Wiston, Inc.

Krech, David .1962. Individual In Society A Textbook of SocialPsychology. Tokyo: Mc Graw-Hill Kogakusha,Ltd.

LeVine, Robert, A. 1972. Ethnocentrism: Theories of Conflict, EthnicAttitudes, and Group Behavior . Canada: John Wiley & Sons.inc

Liliweri. Alo. 1991. Komunikasi Antarpribadi. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Suparlan Parsudi, 1989. Interaksi Antar Etnik Di Beberapa Propinsi DiIndonesia. Jakarta: Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional ProyekInventarisasi dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya.

McQuil. Denis & Windahl Sven. 1993. Communication Models, New York:Longman Publishing.

Porter, E. Richard & Larry, A. Samovar. 1985. Intercultural Communition aReader. Fourth Edition. California: Wardsworth, PublishingCompany.

Sammopar, Larry, A., and Richard, E. Potter. 1982. Prejudice InIntercultural Communication . California: A Reader MadworthPublishing Company.

Spradley, James, P. 1997. Metode Etnografi, Yogyakarta: Tiara WacanaYogya

Sumner, William Graham. 1907. Folkways. Boston: Ginn & Company,Publisher.

Suryadinata, Leo. 1988. Kebudayaan Minoritas Tionghoa. Jakarta: PTGramedia.

Suryadinata, Leo. 1995. Kong Hu Cuisme Dan Agama Kong Hucu DiIndonesia: Sebuah Kajian Awal. Dalam Konfusianisme diIndonesia: Pergulatan Mencari Jati Diri. Jakarta: INTERFEDEI.

Tan, Melly, G. 1981. Golongan Minoritas Tionghoa. Jakarta: PT GramediaPustaka Utama.

JUSTIFIKASI ANGGARAN

Anggaran yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian fundamental ini

adalah sebesar 21 juta rupiah yang dapat dilihat perinciannya melalui tabel

berikut :

RINCIAN PENGELUARAN BIAYA PENELITIAN

No Jenis Pengeluaran BiayaJumlah

Pengeluaran

1 Gaji Dan Honor Pelaksana1. Ketua Pelaksana2. Anggota Peneliti

Rp. 350.000,-Rp. 500.000,-

2 Bahan habis Pakai (Material Penelitian) Rp. 920.000,-3 Biaya Perjalanan &konsumsi Rp, 14.495.000,-4 Biaya Pengeluaran Lain-Lain:

1.Insentif FGD Rp. 3.300.000,-2.Konsumsi FGD Rp. 1.275.000,-3.Jilid Rp . 160.000,-Jumlah Rp. 21.000.000,-

Lampiran 1

Biodata PenelitiKetua Tim Peneliti1. Nama : Dra. Lina Sunyata,MS2. NIP : 1961111119870320023. Tempat, tanggal lahir : Pontianak, 11 Nopember 19614. Bidang Keahlian : Strategi Manajemen5. Program Studi : Ilmu Administrasi

Fakultas : FISIPPerguruan Tinggi : Universitas Tanjungpura

6. Alamat Kantot : Jl. . Yani PontianakAlamat Rumah : Jl. Tanjung Jarapan 35 Pontianak

5. Pendidikan

No Nama Perguruan Tinggi danLokasinya

Gelar TahunSelesai

Bidang Studi

1 Universitas Tanjungpura Pontianak Dra 1986 IlmuAdministrasiNegara

2 Universitas Gajahmada Yogyakarta MS 1993 Manajemen

8.Pengalaman Penelitian yang terkait (3 tahun terakhir)No Judul Tahun Kedudukan1 Strategi Pemasaran Karet di Kalimantan Barat 2006 Ketua2 Pengelolaan Tugu Khatulistiwa di Kalimantan

Barat2006 Ketua

3 Motivasi masyarakat memilih asuransi jiwa diKecamata Pontianak Selatan

2007 Ketua

3 Pengejawantahan Nilai Familisme yang DianutOrang Cina Melalui Interaksi dan Komunikasi Intradan Antarbudaya dalam Masyaratkat Multikultualdi Pontianak

2008 Anggota

4 Pemberdayaan Masyarakat UntukPengembanganPembangunan Di Wilayah Perbatasan DalamRangka Mendukung Ketahanan Nasional.Penelitian Fundamental Program InsentifKementrian Riset dan Teknologi

2009 Anggota

5 Sistem Familisme Sebagai Sumber MotivasiDalam membangun Sikap Kewirausahaan padaorang Cina Pontianak. Penelitian Fundamental.DP2M Direktorat Jenderal Pendidikan TinggiDepdiknas.

2009 Ketua

Lampiran 2

8. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat (3 tahun terakhir)No Judul Tahun Kedudukan1 Pengelolaan Produksi dan Strategi Pemasaran

Anyaman Bidai Untuk Meningkatkan Pendapatanpengrajin Sebagai Pembinaan Usaha Mikro KecilMenengah Pada Masyarakat Kawasan PerbatasanIndonesia-Malaysia di Kecamatan jagoi Babang.Program

2009 Ketua

2 Sosialisasi pelayanan pendaftaran dan pecatatanpenduduk yang beragama Khonghucu Di DesaMerarai Satu Kecamatan Sungai TebelianKabupaten Sintang

2008 Ketua

3 Sosialisasi Pelayanan pencatatan perkawinansecara Agama Khonghucu Di Desa Nolal,Kecamatan Sungai Tebelian, Kabupaten Sintang

2008 Ketua

4 Sosialisasi Semanagat Kewirausahaan bagimasyarakat kelurahan Benua Melayu Darat

2007 Ketua

5 Sosialisasi Pendidkan Meningkatkan Peran OrangTua Dalam Mengarahkan Pendidikan danMenumbuhkan Motivasi Belajar Anak KabupatenBengkayang

2006 Anggota

Anggota Tim PenelitiNama : Dr. Netty Herawati,M.SiTempat dan Tanggal Lahir : Pontianak 29 Oktober 1965Alamat kantor : Fakultas Ilmu Sosial Dan Il mu Politik

Universitas Tanjungpura Jalan JenderalAkhmad Yani Pontianak

Nomor Telp/Fax : (0561) 740188, 736439, 743464 Kotak Pos1049

Alamat Rumah : Jl. Putri Candramidi Gg Catur Jaya no 4Pontianak 78116

Nomor Telp/E-mail : 0561 745916 /[email protected] :2005 S3 Ilmu Sosial/Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

:1998 S2 Ilmu Sosial/Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

:1988 S1 Ilmu Administrasi Universitas Tanjungpura

PENGALAMAN KERJA :

1990 - sekarang : ~ Staf pengajar pada Fakultas Ilmu Sosial danIlmu Politik Universitas TanjungpuraPontianak

2006 – sekarang : ~ Staf Pengajar Program Magister Ilmu Sosial,Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Tanjungpura Pontianak.

KEANGGOTAAN :~ Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia.~ Dewan Riset Daerah Kalimantan Barat

SEMINAR INTERNATIONAL SEBAGAI PEMBICARA :

2006 : ~ Chinese Role In Communications of Multicultural Society inPontianak ( Culture Resistance which Coming From TheFamilism System From Cultural Philosophy Chinese InSupporting Intercultural Efectiveness Communications), Invitedpresentation at Conference of International AntaruniversityBorneo Kalimantan II With The Theme : " Social Transformasioniof]Urban Society / Bandar . Borneo-Kalimantan'. Pontianak 13-15 August 2006

2008 : ~ Communications of Multicultural Society : Role of NucleurFamily In Course Of Socialization At Society of ChinesePontianak. Invited presentations at Conference of InternationalAntaruniversity Borneo Kalimantan (IV With The Theme : " SocialTransformations Rural Society and Coastal area Borneo-Kalimantan : Its Issues" ). Balikpapan Tgl 24-25 June 2008

PRESENTASI PROFESIONAL :

2006 : ~ Peran dan Fungsi Media Massa Dalam Penyuluhan Hukum PadaMasyarakat Presentasi kepada Para Penyuluh Kantor WilayahHukum dan Ham Kalimantan Barat.

PENGALAMAN PENELITIAN

2006 : ~ Efektifitas Komunikasi Antarbudaya Dalam MasyarakatMultikultural Di Pontianak . Dibiayai Dana DIK Untan.

2007 : ~ Peran Keluarga Inti Dalam Proses Komunikasi Budaya PadaMasyarakat Cina Pontianak. Penelitian Fundamental .DP2MDirektorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas.

2008 : ~ Komunikasi Antarbudaya Antara Orang Cina Dengan KomunitasBeragam Etnik di Kota Singkawang PenelitianFundamental.DP2M Direktorat Jenderal Pendidikan TinggiDepdiknas.

2008 : ~ Pengejawantahan Nilai Familisme Yang Dianut Orang CinaMelalui Interaksi dan Komunikasi AntarBudaya DalamMasyarakat Multikultural Di Pontianak Penelitian Fundamental.DP2M Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas.

2009 : ~ Pemberdayaan Masyarakat Untuk PengembanganPembangunan Di Wilayah Perbatasan Dalam RangkaMendukung Ketahanan Nasional .Penelitian FundamentalProgram Insentif Kementrian Riset dan Teknologi

2009 : ~ Sistem Familisme Sebagai Sumber Motivasi Dalam membangunSikap Kewirausahaan pada orang Cina Pontianak. PenelitianFundamental. DP2M Direktorat Jenderal Pendidikan TinggiDepdiknas.

2009 : ~ Pengaruh kemajuan Teknologi Informasi Terhadap Sikap danPerilaku Generasi Muda di Kota Pontianak. PenelitianFundamental. DP2M Direktorat Jenderal Pendidikan TinggiDepdiknas.

2009 : ~ Dilema Penanganan Pembangunan Perbatasan Jagoi BabangDi Era Otonomi Daerah . Penelitian Srategi sesuai prioritasNasional DP2M Direktorat Jenderal Pendidikan TinggiDepdiknas.

PENGALAMAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH DALAM JURNAL :

2005 : ~ Komunikasi Masyarakat Multikultural : Peran Keluarga Inti DalamProses Sosialisasi Pada Masyarakat Cina Pontianak. Jurnal Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora, Majalah Proyeksi Terbitan fisipolUntan /issn/0215/9252.Hal 207-224, Vol 9 no 31/Desember 2005

2006 : ~ Peranan Orang Cina dalam Komunikasi Masyarakat Multikulturaldi Pontianak. Borneo Kalimantamn , Prosiding Konferensi AntarUniversity di Borneo Ke 2, Ogos, 13-15 -2006. 1 tahun 2006

2007 : ~ Peranan Keluarga Inti dalam Proses Komunikasi Budaya PadaMasyarakat Cina Pontianak. Penelitian Komunikasi DepartemenKomunikasi dan Informatika RI 10 N0,2 tahun 2007.

PENGALAMAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

2006 : ~ Sosialisasi Pendidikan: Kondisi Keharusan PengembanganPendidikan di Daerah Perbatasan dan Pedalaman Di KalimantanBarat . Pemda Kabupaten Bengkayang

2009 : ~ Pengelolaan Produksi dan Strategi Pemasaran Anyaman BidaiUntuk Meningkatkan Pendapatan pengrajin Sebagai PembinaanUsaha Mikro Kecil Menengah Pada Masyarakat KawasanPerbatasan Indonesia-Malaysia di Kecamatan jagoi Babang.Program Hibah KKN-PPM DP2M Direktorat Pendidikan Tinggi.

2009 : ~ Penguatan wawasan Kebangsaan Melalui Sarana KomunikasiPada Masyarakat Perbatasan Indonesia –Malaysia di KecamatanJagoi Babang Kabupaten Bengkayang Propinsi KalimantanBarat. Hibah KKN-PPM DP2M Direktorat Jenderal PendidikanTinggi.

CURICULUM VITAE

1. Nama : Nurfiti Nugrahaningsih,S.IP,MSi2. NIP : 1323029123. Tempat, tanggal lahir : Pontianak, 10 Agustus 19744. Bidang Keahlian : Ilmu Politik- Hubungan Internasional5. Program Studi : Ilmu Administrasi

Fakultas : FISIPPerguruan Tinggi : Universitas Tanjungpura

6. Alamat Kantor : Jl. A. Yani PontianakAlamat Rumah : Jl Gusti Hamzah Gg Nur II Dalam No1

Pontianak5. Pendidikan

No Nama Perguruan Tinggi danLokasinya

Gelar TahunSelesai

Bidang Studi

1 Universitas MuhammadiyahYogyakarta

S.IP 1999 HubunganInternasional

2 Program Magister Ilmu SosialUniversitas Tanjungpura Pontianak

M.Si 2002 Politik-Hubungan

Internasional

8. Pengalaman Penelitian yang terkait (3 tahun terakhir)No Judul Tahun Kedudukan1. Penelitian Penataan Gate Jagoi Babang 2006 Anggota2 Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus

Kabupaten Bengkayang2006 Anggota

9. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat (3 tahun terakhir)

10. Pengalaman profesional serta kedudukan saat iniNo Institusi Jabatan Periode Kerja1 FISIP UNTAN Ka. Prodi

I. Politik2009-sekarang

No Judul Tahun Kedudukan1

2

3

4

Sosialisasi Pendidikan dengan tema :Meningkatkan Peran Orang Tua DalamMengarahkan Pendidikan Dan MenumbuhkanMotivasi Belajar Anak. kerjasama DinasPendidikan Kabupaten Bengkayang , denganFakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik UniversitasTanjungpura Pontianak. Di Kecamatan JagoiBabang Kabupaten BengkayangKerukunan Antar etnik dan Agama kegiatan PPMdi Kelurahan Siantan tengah KecamatanPontianak Utara, berdasarkan surat tugas KetuaLPKM UNTAN No.22/ J22.10/PM/2007Sosialisasi Pendidikan dengan tema :Meningkatkan Peran Orang Tua DalamMengarahkan Pendidikan Dan MenumbuhkanMotivasi Belajar Anak. Dinas PendidikanKabupaten Bengkayang , dengan Fakultas IlmuSosial Dan Ilmu Politik Universitas TanjungpuraPontianak, di Kecamatan Seluas KabupatenBengkayang .Sosialisasi Wawasan Kebangsaan, dengan judul “Multikulturalisme dan Demokratisasi “ KerjasamaKesbanglinmas Propinsi Kalimantan Barat danFISIP UNTAN di Kabupaten BengkayangSosialisasi Pendidikan dengan tema : MembangunDunia Pendidikan Dan Menumbuhkan MotivasiBelajar Anak. kerjasama Dinas PendidikanKabupaten Bengkayang , dengan Fakultas IlmuSosial Dan Ilmu Politik Universitas TanjungpuraPontianak di Kecamatan Sanggau ledo KabupatenBengkayang.

2006

2007

2007

2008

2008

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

11. Publikasi ilmiah yang terkait (3 tahun terakhir)No Judul Publikasi Nama Jurnal Tahun

Terbit1 Kebijakan Luar Negeri Indonesia Terkait Isu

Nuklir IranProsidingKonferensiAntarUniversiti se-BorneoKalimantan ke3.

2007

2 Pengembangan Pariwisata di Kecamatan JagoiBabang Kabupaten Bengkayang

Dep.PariwisataRI

2008