KONSTRUKSI PERSEPSI HUBUNGAN PERTEMANAN LAWAN JENIS YANG DITAMPILKAN PADA TOKOH BRYCE LOSKY DAN JULI...

15
KONSTRUKSI PERSEPSI HUBUNGAN PERTEMANAN LAWAN JENIS YANG DITAMPILKAN PADA TOKOH BRYCE LOSKY DAN JULI BAKER DALAM FILM FLIPPED Rizki Animaydila, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya. [email protected] ABSTRAK. Media massa memiliki kekuatan untuk memengaruhi sikap dan perilaku masyarakat. Media massa juga berperan dalam mengkonstruk realitas yang ada. Film merupakan realitas terdekat dengan fenomena yang ada di masyarakat. Film diharapkan dimaknai secara cerdas oleh penontonya agar unsur-unsur dibalik film tersebut dapat dikatahui secara jelas. Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif. Metode yang digunakan adalah Analisis Wacana model Michel Foucault. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik Analisi Wacana Foucault milik Alba-juez. Peneliti mengangkat konstruksi realitas atas persepsi dalam hubungan pertemanan lawan jenis yang ditampilkan melalui tokoh Bryce Losky dan Juli Baker dalam film Flipped. Hasil dari penelitian ini adalah Flipped menampilkan bagaimana persepsi dibangun dan dikomunikasikan. Kesalahan persepsi sering terjadi akibat adanya prasangka dan mengesampingkan prinsip persepsi lainnya. Persepsi sangat dipengaruhi oleh subjektifitas pelakunya. Sehingga persepsi yang tidak mirip akan membentuk perilaku yang berbeda dan realitas yang berbeda pula. Kata Kunci: Analisis wacana, konstruksi persepsi, realitas, Film Flipped Pendahuluan Media massa memiliki kekuatan untuk memengaruhi sikap dan perilaku masyarakat. Media mempunyai sumber kekuatan sebagai alat kontrol, manajemen, dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya (McQuail, 2005, h. 51). Media sering berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, sehingga media massa memiliki kekuatan untuk mengarahkan masyarakat menjadi seperti apa yang akan dibentuk di masa yang akan datang. Media massa memiliki beragam muatan tayangan yang dapat menciptakan masyarakat menjadi komunitas yang berbudaya, beradab, dan beretika. Nurudin (2005, h. 167) menyampaikan bahwa media dapat diajak berkomunikasi seperti berbicara dengan seseorang. Sehingga dengan demikian media seolah

Transcript of KONSTRUKSI PERSEPSI HUBUNGAN PERTEMANAN LAWAN JENIS YANG DITAMPILKAN PADA TOKOH BRYCE LOSKY DAN JULI...

KONSTRUKSI PERSEPSI HUBUNGAN PERTEMANAN LAWAN

JENIS YANG DITAMPILKAN PADA TOKOH BRYCE LOSKY DAN

JULI BAKER DALAM FILM FLIPPED

Rizki Animaydila, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Brawijaya.

[email protected]

ABSTRAK. Media massa memiliki kekuatan untuk memengaruhi sikap dan perilaku

masyarakat. Media massa juga berperan dalam mengkonstruk realitas yang ada. Film

merupakan realitas terdekat dengan fenomena yang ada di masyarakat. Film diharapkan

dimaknai secara cerdas oleh penontonya agar unsur-unsur dibalik film tersebut dapat

dikatahui secara jelas. Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif. Metode yang

digunakan adalah Analisis Wacana model Michel Foucault. Teknik analisis yang digunakan

adalah teknik Analisi Wacana Foucault milik Alba-juez. Peneliti mengangkat konstruksi

realitas atas persepsi dalam hubungan pertemanan lawan jenis yang ditampilkan melalui

tokoh Bryce Losky dan Juli Baker dalam film Flipped. Hasil dari penelitian ini adalah

Flipped menampilkan bagaimana persepsi dibangun dan dikomunikasikan. Kesalahan

persepsi sering terjadi akibat adanya prasangka dan mengesampingkan prinsip persepsi

lainnya. Persepsi sangat dipengaruhi oleh subjektifitas pelakunya. Sehingga persepsi yang

tidak mirip akan membentuk perilaku yang berbeda dan realitas yang berbeda pula.

Kata Kunci: Analisis wacana, konstruksi persepsi, realitas, Film Flipped

Pendahuluan

Media massa memiliki kekuatan untuk memengaruhi sikap dan perilaku masyarakat.

Media mempunyai sumber kekuatan sebagai alat kontrol, manajemen, dan inovasi dalam

masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya

(McQuail, 2005, h. 51). Media sering berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan,

sehingga media massa memiliki kekuatan untuk mengarahkan masyarakat menjadi seperti

apa yang akan dibentuk di masa yang akan datang. Media massa memiliki beragam muatan

tayangan yang dapat menciptakan masyarakat menjadi komunitas yang berbudaya, beradab,

dan beretika. Nurudin (2005, h. 167) menyampaikan bahwa media dapat diajak

berkomunikasi seperti berbicara dengan seseorang. Sehingga dengan demikian media seolah

bisa menjadi lawan bicara seseorang seperti dalam komunikasi interpersonal yang melibatkan

situasi face to face.

Film sebagai media massa merupakan hasil reaksi dan persepsi pembuatnya dari

peristiwa atau kenyataan yang terjadi di sekelilingnya. Film akan melahirkan kenyataan baru

yang merupakan suatu realitas kamera. Menurut Sobur (2009. h. 27) film bukan semata-mata

memproduksi realitas, tetapi juga mendefinisikan realitas. Pandangan Sobur menyampaikan

bahwa realita yang diekspresikan dalam film bukanlah sesuatu yang terjadi begitu saja

melainkan hasil dari stimulus yang kemudian direkonstruksi dengan cara tertentu sehingga

menghasilkan interpretasi audio dan visual. Film hasil rekonstruksi membentuk suatu cerita

yang dilebihkan dan dipertontonkan kepada khalayak.

Persepsi memegang peranan penting dalam komunikasi. Persepsi yang tidak sama

akan membuat komunikasi berjalan tidak efektif karena tidak terbangun sebuah pemaknaan

pesan yang sama pula. DeVito (2011, h. 58) mengungkapkan bahwa persepsi adalah

serangkaian kontinyu yang melebur satu dengan yang lain. Persepsi merupakan inti dari

komunikasi sebab jika persepsi tidak akurat maka komunikasi tidak akan berjalan secara

efektif. Komunikasi memiliki pesan yang dapat memberikan makna dan kegunaan untuk

menyampaikan suatu ide gagasan kepada orang lain. Ritonga (2005, h. 20) menjelaskan

bahwa pesan yang disampaikan kepada komunikan pada dasarnya merupakan refleksi dari

persepsi atau perilaku komunikan sendiri.

Flipped merupakan film yang menampilkan persepsi tentang bagaimana perempuan

memandang laki-laki dan sebaliknya. Flipped yang menceritakan point of view dari

perempuan terhadap laki-laki dan laki-laki terhadap perempuan ini rilis pada tahun 2010.

Flipped diadaptasi dari novel remaja karangan Wendelin Van Draanen pada tahun 2001.

Naskah film Flipped diadaptasi Sutradara Rob Reiner dan Andrew Scheinman. Flipped

menampilkan dua karakter utama Bryce Losky dan Juli Braker yang hubungannya tidak

seimbang karena selalu terjadi kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Mereka saling

menginterpretasikan dan menyampaikan persepsinya namun respon yang diterima tidak

sesuai dengan yang diharapkan. Sehinga komunikasi antara Juli dan Bryce hampir tidak

pernah berjalan efektif.

Bryce dan Juli mencerminkan relitas kehidupan sehari-hari seseorang yang

berkomunikasi menggunakan kalimat yang mengandung maksud dan tujuan tertentu.

Komunikasi yang berisi tindakan yang kompleks akan membentuk suatu pesan. Powers dalam

Jupriono (2010, h. 27) mengutarakan bahwa pesan sebagai pusat dari proses komunikasi. Pada

penelitian ini, scene film pada diteliti dengan menggunakan metode analisis wacana. Analisis

wacana memungkinkan untuk melihat lebih dekat bagaimana pesan diatur, digunakan, dan

dipahami. Komunikasi antara Juli dan Bryce dapat dilihat dengan memperhatikan motivasi

yang tersembunyi di balik teks untuk menafsirkan makna dari komunikasi itu sendiri.

Analisis Wacana Michel Foucault sebagai Kajian Teori

Komunikasi yang berisi tindakan yang kompleks akan membentuk pesan atau wacana

(diskursus). Powers (dalam Haryatmoko, 2010, h. 28) mengatakan pesan sebagai pusat dari

proses komunikasi. Konsep wacana tidak bisa dilepaskan dari pemikiran Michel Foucault

yang melihat realitas sosial sebagai arena diskursif (Weedon dalam Afida, 2013). Wacana

sering dipahami sebagai suatu gagasan umum bahwa bahasa ditata menurut pola-pola yang

berbeda yang diikuti oleh ujaran. Dengan demikian, Analisis Wacana merupakan analisis atas

pola-pola ujaran melalui bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi. Menurut

Haryatmoko. (2010, h. 46) definisi wacana dalam arti yang lebih luas merupakan segala

sesuatu yang ditulis atau diucapkan atau yang dikomunikasikan dengan menggunakan tanda-

tanda. Hal ini terjadi pada Bryce dan Juli. Mereka berkomunikasi dengan menggunakan

tanda, dalam arti mereka membangun makna psan mereka dari tanda-tanda yang ada selama

mereka berkomunikasi. Konstruksi persepsi akan keduanya muncul karena ada tanda-tanda

yang mereka hadirkan di dalamnya. Analisis Wacana menurut Foucault lebih memperhatikan

bagaimana bahasa digunakan dan bagaimana penggunaan bahasa selalu diartikulasikan

dengan praktek sosial budaya. Analisis Wacana memandang bahwa bahasa sebagai sesuatu

yang bersifat dialogis.

Wacana sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari diatur oleh aturan, yang menjadi

acuan untuk melakukan tindakan (Tracy dalam Jupriono, 2011). Wacana dalam perspektif

Foucault (dalam Haryatmoko, 2010 h, 12) bukanlah sebagai rangkaian kata atau proposisi

dalam teks, melainkan sesuatu yang memproduksi sesuatu yang lain. Dengan demikian

sebelum bertindak dan bertutur kita diatur oleh wacana yang sudah ada di masyarakat, dan

hasil dari tindakan kita tersebut memproduksi sesuatu yang lain. Hal ini diterapkan dalam

keluarga Bryce, terutama oleh ayah Bryce. Pada scene 12 versi Bryce, Time code: 00:35:25,

ayah Bryce menerapkan aturan yang dibentuk dari wacana.

Analisis Wacana Foucault memandang keterkaitan makna yang diungkap dari sebuah

teks dengan kekuasaan dan pengetahuan. Foucault (dalam Haryatmoko, 2010 h.15)

menjelaskan tentang model Analisis Wacananya bahwa kekuasaan bekerja melalui interaksi,

relasi, atau jaringan dari sebuah relasi. Oleh karena itu, kekuasaan bisa bekerja dimanapun

karena kekuasaan tidak berdiri di luar relasi sosial melainkan bermain di dalam relasi

tersebut. Konsep Foucault akan kekuasaan tidak saja mengenai negara dan kelas sosal, tetapi

menyentuh dimensi individual yang lebih personal. Kekuasaan juga bersifat produktif, dalam

arti kekuasaan membuat sesuatu hal menjadi ada. Kekuasaan memproduksi pengetahuan

sendiri tentang kebenaran dan dari pengetahuan ini muncul berbagai wacana sehingga proses

ini tidak akan berhenti.

Paradigma interpretif menitikberatkan pada peranan bahasa, interpretasi dan

pemahaman di dalam ilmu sosial. Pendekatan penelitian ini memfokuskan pada sifat subjektif

dari social world. Jadi fokusnya pada arti individu dan persepsi manusia pada realitas bukan

pada realitas independen yang berada di luar mereka (Ghozali dan Chariri, 2007). Manusia

secara terus menerus menciptakan realitas sosial mereka dalam rangka berinteraksi dengan

yang lain. Tujuan pendekatan interpretif adalah menganalisis realita sosial dan bagaimana

realitas itu terbentuk (Ghozali dan Chariri, 2007).

Oleh karena itu, tujuan dari pengembangan teori dalam paradigma ini adalah untuk

menghasilkan deskripsi, pandangan pandangan dan penjelasan tentang realitas sosial tertentu

sehingga peneliti mampu mengungkap sistem persepsi dan pemahaman makna yang ada

dalam film Flipped. Dengan demikian, peneliti mencoba memaparkan temuan berdasarkan

cara pandang yang digunakan oleh dua tokoh utama dalam film Flipped. Paradigma ini

berusaha mengungkap bagaimana (how) realitas dikonstruksi dan oleh individu tertentu dan

bagaimana mereka memaknainya.

Metode Penelitian

Penelitian ini membahas tentang bagaimana konstruksi persepsi sebagai inti dari

komunikasi, khususnya komunikasi interpersonal yang digunakan oleh dua tokoh utama

dalam film Flipped. Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif. Metodologi kualitatif

digunakan untuk membuka dan memahami apa yang tersembunyi di balik suatu fenomena

yang masih sedikit diketahui. Analisis Wacana yang dipilih oleh peneliti adalah Analisis

Wacana sesuai dengan pemikiran Michel Foucault. Hal ini karena pemikiran Foucault yang

sesuai untuk menggambarkan realitas hubungan dan dialog yang dilakukan oleh Juli Braker

dan Bryce Losky. Wacana Foucault memberikan pemahaman konsep konstruksi persepsi

sebagai inti dari komunikasi kepada penonton. Keutuhan film sebagai wacana memberikan

gambaran mengenai garis besar persepsi dan keterkaitannya tentang kekuasaan serta

pengetahuan dalam sebuah cerita.

Dalam penelitian ini, unit analisis data yang digunakan adalah dialog dalam scene

yang dilakukan Bryce dan Juli ketika berkomunikasi baik dari percakapan secara verbal

maupun tindakan non verbal. Selain itu peneliti akan menganalisis percakapan pendukung

selain dari tokoh Juli dan Bryce dalam film Flipped.

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan dokumentasi. Hal ini karena data yang

dianalisis dalam penelitian ini bersumber dari dokumentasi resmi berupa film. Teknik analisis

data Analisis Wacana pada Konstruksi persepsi yang ditampilkan melalui tokoh Bryce Losky

dan Juli Baker dalam film Flipped pada perspektif Analisis Wacana Foucault ini mengikuti

formula yang disusun Alba-Juez (dalam Jupriono, 2011) yang telah dimodifikasi dan

disesuaikan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Seleksi percakapan (Seleksi topik seleksi percakapan)

2. Pendalaman data

3. Identifikasi tema

4. Penemuan unsur-unsur terselubung

5. Pencarian relasi makna dan unsur wacana

6. Kontekstualisasi unsur wacana dalam jaringan kekuasaan-pengetahuan

Hasil dan Pembahasan

4.1 Persepsi merupakan hal mendasar yang digunakan untuk menentukan perilaku

komunikasi selanjutnya.

Film Flipped yang disutradarai oleh Rob Reiner dan Andrew Scheinman mengarahkan

tokoh Juli dan Bryce sesuai dengan manuskrip yang telah dibuat oleh penulis novelnya

yakni Wendelin Van Draanen. Karakter tokoh yang diperankan sebagai Bryce Loski

serta Juli Baker dikonstruksikan sebagai pribadi yang selalu berprasangka terhadap satu

sama lain. Sehingga dengan demikian konstruksi realitas atas persepsi terbentuk ketika

Juli dan Bryce melakukan perannya dalam film, yang berdurasi 1 jam 29 menit 46

detik.

Menurut Berger dan Luckman (dalam Basrowi dan Sukidin, 2002, h. 201), realitas

tidak dibentuk secara ilmu dan tidak diturunkan oleh Tuhan. Sebaliknya, realitas itu

dibentuk dan dikonstruksi manusia. Dalam penelitian ini, kita sepakati bahwa sutradara

membentuk Juli Baker dan Bryce Losky sebagai sebuah realitas dua orang yang

memiliki hubungan sebagai tetangga di depan rumah. Bryce dan Juli merupakan pribadi

yang tentu dapat membentuk konstruksi yang berbeda satu sama lain berdasarkan

pengalaman, preferensi, dan lingkungan serta pergaulan sosial untuk menafsirkan

tindakan dan perilaku satu sama lain. Beberapa data scene berikut memperlihatkan

bahwa Bryce telah mengonsep realitas di dalam pemikirannya bahwa Juli adalah sosok

gadis yang keras kepala dan menyebalkan. Hal ini terjadi karena Bryce

mempersepsikan tindakan Juli yang tidak mau disuruh pulang oleh ayah Bryce pada

scene di bawah ini.

Scene 1 : Versi Bryce

Time code : 00:01:32 - 00:01:39

Ayah Bryce : No no no no. run home. your mother’s probably wondering

where you are

Juli : Oh, no my mom knows where I am. She said it’s fine.

Bryce : it didn’t take long to realize the girl couldn not take a hint

(mengangkat alis) I mean nothing would stop her. I was about

to tell her to get lost when the weirdest thing happen.

(berpegangan tangan)

Hal ini terjadi juga pada Juli. Juli telah mengonsepkan realitas tentang sosok Bryce

dalam pikirannya. Juli mengatakan bahwa Bryce adalah laki-laki yang memiliki mata

mempesona dan tertarik padanya. Namun menurut Juli adalah Bryce terlalu malu untuk

menunjukkannya, sehingga hal ini menjadi kendala bagi hubungan mereka. Juli

beranggapan bahwa Bryce ingin berlama-lama dengannya di dalam truk untuk bermain

bersama. Ia juga beranggapan bahwa Bryce malu-malu saat mereka berpegangan

tangan.

Scene 1 : Versi Juli

Time code : 00:04:54 - 00:04:58

Juli : The first day I met Bryce losky, I Flipped. It was those eyes,

something in those dazzling eyes. Do you wanna push this

together?. His family had just moved into the neighborhood and

I’d gone over to help them. I’d been in the van all of two

minutes when his dad sent him off to help his mom. I could see

he didn’t wanna go. So I chased after him to see if we could

play a little before he got trapped inside. (Bryce berlari kea rah

rumah) The next thing I know he’s holding my hand and looking

right into my eyes. My hart stopped. Was this it? Would this be

my first kiss? But then his mother came out. Well, hello. And he

was so embarrassed, his cheeks turned completely red.

Konstruksi yang dibangun oleh Bryce terhadap Juli dan begitu juga sebaliknya menjadi

realitas dalam kehidupan mereka. Gambaran tentang seorang Juli didasarkan pada

persepsi yang telah ia tangkap dalam tempo singkat. Menurut Mulyana (2010, h. 180),

persepsi adalah proses internal yang memungkinkan individu untuk memilih,

mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan, sehingga proses

tersebut mempengaruhi perilaku individu. Persepsi merupakan inti dari komunikasi.

Sebelum berkomunikasi dengan orang lain, seseorang akan berkomunikasi terhadap

dirinya sendiri untuk membentuk penilaian terhadap lawan bicaranya.

4.2 Pendalaman data

Tabel 4.2. Topik lain (signivicant others) dalam teks yang mendukung

untuk pendalaman data

No. Topik

pembicaraan Dialog Scene / Time

1. Pindah rumah “it didn’t take long to realize the girl

couldn not take a hint” Bryce’s said

“ I’d been in the van all of two

minutes when his dad sent him off to

help his mom. I could see he didn’t

wanna go” Juli;s said

1 Bryce / 00:00:55

dan 1 Juli / 00:04:54

2. Bryce

berpacaran

dengan Sherry

“The idea was that Sherry would eat

with me may be we’d walk around

together. And hopefully Juli would

lose interest.” Bryce’s said

“My solution was to ignore her. I

knew a boy of Bryce’s caliber would

eventually see through a shallow

2 Bryce / 00:03:15

dan 2 Juli / 00:06:31

conniver like Sherry Stall”s Juli;s said

3, Pohon

Sycamore

“Juli was frantic. They wanted to cut

down her tree. I couldn't understand

why that mutant tangle of genarly

branches” Bryce’s said

“From that moment on, that became my

spot. I could sit there for hours, just

looking out at the world.

Some days the sunsets would be purple

and pink. And some days

they were a blazing orange” Juli’s said

3 Bryce / 00:07:56

dan 3 Juli / 00:13:53

4. Telur ayam

keluarga Baker

“I think it was very sweet of Juli

to bring us those eggs. I don't care.

I'm still having cereal tomorrow”

Bryce said

“Between Mrs. Steuby and Mrs.

Helms, my egg overflow problem was

solved. Then I realized that Mrs. Loski

deserved eggs too. But I didn't think it

would be right to charge her. She had

been such a good neighbor” Juli’s said

5 Bryce / 00:19:21

dan 6 Juli / 00:26:16

5. Memperbaiki

halaman

“I couldn't stop looking over there.

And the more I looked, the madder I

got. My grandfather had already said

more to Juli in one hour than he'd said

to me in the whole time he'd been

living with us. And what was his deal

with Juli Baker?” Bryce’s said

“Was he really sorry? Or was he just

saying these things to make himself

feel better? Then I thought maybe I

just wanted him to be more than the

sum of his parts. But as I looked into

his eyest hose dazzling eyes” Juli’s

said

10 Bryce / 00:32:04

dan 7 Juli / 00:44:47

6. Paman Daniel

keterbelakangan

mental

“On the walk back, Daniel acted like

nothing had happened. Other way.

Other way. On the ride home, my dad

told me that Uncle Daniel used to live

with him and Mom before we were

born. But after a while, it became too

difficult. When we got home,

everything looked the same. But it

13 Bryce / 00:50:22

dan 8 Juli / 00:52:18

wasn't. Before today, Daniel had

always been just a name to me. Now

he was part of the family.” Juli’s said

7. Makan malam “I wanted to look good for Juli But I

didn't want her to think that I wanted

to look good for her. It was a fine

line.” Bryce’s said

“But that didn't mean I had to be nice

to Bryce. Mr. Loski was clean and

smooth on the outside but it seemed

like there was something rotten

buried just beneath the surface. “Juli’s

said

14 Bryce / 00:59:17

dan 11 Juli /

01:06:13

8. Lelang amal “Now only Eddie Trulock stood

between me and the auction block. I

wasn't interested in his hobbies or

what was in his basket. All I could

think of was Juli. What if she did bid

on me” Bryce’s said

“But why should I care if Sherry liked

him? I shouldn't even be thinking

about him. I had to rise above this.

Bryce Loski was no longer in my life.”

Juli’s said

15 Bryce / 01:08:44

dan 13 Juli /

01:16:41

9. Pohon

Sycamore baru

“When she walked out of the door, I

thought back to the first time I saw

her. How could anybody, ever, have

wanted to run away from Juli Baker?”

Bryce’s said

“He looked at me with those eyes.

Those once again dazzling eyes. And I

knew that Bryce Loski was still I

realized that all these years we never

really talked. But that day, we started.

And I knew we'd be talking for a long

time.” Juli’s said

16 Bryce dan 14 Juli

01:22:28

4.3 Kekuasaan Memproduksi Pengetahuan yang Sifatnya Subjektif

Foucault (dalam Haryatmoko, 2010 h.15) Kekuasaan menurut Foucault bersifat

produktif, dalam arti kekuasaan membuat sesuatu hal menjadi ada, dan tidak bekerja

sendiri, melainkan melalui relasi. Dalam penelitian ini, identifikasi yang dihasilkan dari

proses seleksi percakapan menghasilkan tiga tema yakni:

(A) Kekuasaan yang bekerja melalui interaksi, relasi atau jaringan memproduksi

pengetahuan tentang persepsi;

Pada scene 11 Bryce, time code : 00:09:29 – 00:09:32 Kekuasaan pada scene ini terlihat

dari relasi orang tua dan menantu. Kakek Bryce dan Ayah Bryce hidup dalam satu

rumah. Hubungan antara keduanya tidak terlalu baik. Sehingga terlihat ada perdebatan

tentang pendapat. Ayah Bryce merasa perannya di dalam rumah adalah kepala keluarga.

Di sisi lain, kakek Bryce memiliki relasi dengan keluarga Juli. Sehingga terjadi

perdebatan seperti yang terjadi pada scene di atas. Hal ini menegaskan relasi kuasa si

ayah dan relasi sosial si kakek, yakni ayah Bryce tidak ingin mengalah sebab dia adalah

kepala keluarga. Sementara, kakek Bryce tidak ingin mengalah sebeb dia merasa lebih

tahu mengenai siapa ayah Juli yang sebenarnya,

(B) Konstruksi persepsi membentuk realitas yang mengatur dan mnegikat baik secara

langsung maupun tidak langsung;

Film ini ingin membawa penonton memahami bahwa keseluruhan film ini sebenarnya

adalah milik pemikiran Bryce meskipun setengah dari film ini adalah milik pemikiran

Juli. Hal ini terjadi karena Bryce sebagai pemersepsi awal, namun kemudian Juli hadir

seolah menepis beberapa persepsi Bryce. Juli memberikan kebenaran yang disampaikan

dari sisinya. Seiring berjalannya waktu Bryce melakukan renungan dan berfikir lagi

terhadap realitas sikap Juli. Akibatnya Bryce merubah persepsinya terhadap Juli.

Sehingga, berubah pula aturan yang mengikat diri Bryce akan sosok Juli. Seperi yang

ada pada Scene 14 : Versi Bryce Time code : 01:12:30 - 01:12:39, Scene 12 versi Juli,

Time code : 01:22:28 - 01:22:33, dan beberapa yang lain

(C) Persepsi yang telah terbentuk, dikomunikasikan secara verbal dan non verbal lalu

kemudian memproduksi wacana;

Pada scene 6 Bryce Time code : 00:20:24 - 00:20:27, Scene 12 : Versi Juli Time code :

01:16:46 - 01:16:50 menampilkan wacana yang di produksi oleh masing-masing Juli dan

Bryce. Wacana yang ditampilkan Bryce pada saat adegan telur ayam adalah “How could

I forget? It was Classic Juli Baker. She totally dominated the fair.” . Sementara, Juli

turut memproduksi wacana dari hasil persepsi dan realitas yang dikonstruksinya, yakni “I

had to rise above this. Bryce Loski was no longer in my life”.

4.4 Motif Terselubung untuk Menjalankan Kekuasaan Diterapkan dalam Aktivitas

Sehari-hari

Terdapat unsur-unsur dengan maksud terselubung yang ditemukan dalam film Flipped

ini. Unsur-unsur tersebut diucapkan saat berdialog dengan lawan bicara, khususnya yang

diucapkan oleh ayah Juli, ayah Bryce, dan kakek Bryce. Peneliti menemukan dalam

penelitian ini unsur-unsur dalam bahawa verbal yang mengandung maksud tersembunyi,

diantaranya adalah : (a) mengapa ayah Bryce kurang suka Bryce dekat dengan Juli

Baker?; (b) mengapa ayah Juli meragukan kedekatan Bryce dan Juli?; (c) mengapa

kakek Bryce senang jika melihat Bryce berteman dengan Juli?.

4.5 Relasi Makna dari Wacana yang Telah Diterapkan pada Praktik Kekuasaan

Data dan analisis yang dilakukan pada tahap penemuan unsur yang terselubung memiliki

kaitan erat dengan tahapan ini. Ketiga unsur terselubung -a) mengapa ayah Bryce kurang

suka Bryce dekat dengan Juli Baker?; -b) mengapa ayah Juli meragukan kedekatan

Bryce dan Juli?; -c) mengapa kakek Bryce senang jika melihat Bryce berteman dengan

Juli?. merepresentasikan konsep Foucault tentang kekuasaan. Foucault (dalam

Haryatmoko, 2010 h.15) menjelaskan bahwa kekuasaan bisa bekerja di manapun karena

kekuasaan tidak berdiri di luar relasi sosial melainkan bermain di dalam relasi.

Kekuasaan tidak saja mengenai negara dan kelas sosal, tetapi menyentuh dimensi

individual yang lebih personal. Hal ini terjadi pada diri Bryce Losky dan diri Juli Baker.

Sutradara mengarahkan dua tokoh utama ini berdasarkan fenomena logis yang ada di

masyarakat tentang kekuasaan. Kekuasaan bersifat produktif membuat sesuatu hal

menjadi ada. Kekuasaan memproduksi pengetahuan sendiri tentang kebenaran dan dari

pengetahuan ini muncul berbagai wacana. Proses ini tidak akan berhenti.

Dalam film Flipped ini, praktik penyalahgunaan kekuasaan pertama kali dilakukan oleh

ayah Bryce kepada Bryce. Hal ini terjadi karena secara relasi Ayah Bryce memiki

kekuasaan atas Bryce. Kekuasaan bekerja melalui relasi. Bryce dan kakak Bryce adalah

anak, sehingga ayah Bryce memiliki hak atas anak-anaknya terutama Bryce. Scene 3

versi Bryce, time code: 00:09:28 - 00:09:30, menunjukkan Ayah Bryce mengutarakan

pengetahuan dari sudut pandangnya di hadapan Bryce dan Kakak Bryce tentang keluarga

Baker bahwa keluarga Baker merupakan keluarga yang pemalas, dan berantakan.

Sehingga hal ini memberikan konstruksi persepsi Bryce terhadap keluarga Baker

terutama pada Juli Baker. Sehingga muncullah wacana bahwa Juli Baker adalah gadis

yang menyebalkan dan harus dijauhi.

Praktik kekuasaan lainnya dilakukan oleh ayah Juli pada anaknya. Serupa dengan yang

dipraktikan oleh ayah Bryce terhadap Bryce, kekuasaan ayah Juli pada Juli ini bekerja

melalui relasi ayah dan anak. Namun terdapat perbedaan yang cukup besar adalah

perlakuan atas kekuasaan tersebut. Ayah Juli lebih bijak dalam menjalakan

kekuasaannya. Pada scene 4 versi Juli time code : 00:12:37 - 00:12:40 ayah Juli

menyuruh Juli untuk memikirkan kembali watak dan kepribadian Bryce jika ingin

berteman dengannya. Kalimat yang diungkapkannya berupa kiasan namun maksud dan

tujuannya bijaksana. Pada scene 12 versi Juli time code : 01:22:07 - 01:22:09, ayah Juli

menyuruh Juli mematuhinya ketika Bryce meminta ijin untuk mengali halamannya.

Ayah Juli berkata “Juli, calm down. I gave him permission.”, “I told him he could.”.

Menurut Eriyanto (2001, h. 67), kekuasaan disalurkan melalui hubungan sosial

memproduksi bentuk kategorisasi perilaku baik atau buruk yang diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari. Hal ini yang diterapkan oleh ayah Juli didalam hubungan

kekuarganya. Kekuasaan yang dilakukannya tidak melalui penindasan persepsi, namun

melalui norma dan regulasi. Juli dikontrol dengan kekuasaan yang sifatnya bukan fisik,

tetapi dikontrol dan diatur melalui wacana. Wacana yang muncul adalah tentang perilaku

Bryce yang akhir-akhir ini barulah ia mau berteman dengan Juli.

Praktik kekuasaan terakhir dilakukan oleh kakek Bryce terhadap cucunya, Bryce losky.

Menurut Kelly (dalam Jupriono, 2011) mengatakan bahwa realitas merupakan suatu

bentukan secara simbolik melalui interaksi sosial. Hal ini yang dilakukan oleh kakek

Bryce. Dia melakukan interkasi sosial dengan Juli baker lalu kemudian dia mendapatkan

realitasnya terhadap keluarga baker. Kekuasaan yang dimiliki kakek terhadap cucunya

ini bekerja melalui interaksi sosial antara dirinya dengan Juli yang membuat Bryce

berada dibawah kinerja kekuasaanya. Scene 3 versi Bryce time code : 00:11:00 -

00:11:09, kakek menyuruh Bryce membaca Koran berita tentang Juli tanpa prasangka

dan mengajak Juli bermain ke rumah Bryce.

4.6 Kekuasan Mempunyai Kekuatan Untuk Mengkonstruksi Persepsi

Pada akhirnya, analisis terhadap Konstruksi Persepsi yang Ditampilkan dalam Film

Flipped melalui Tokoh Juli Baker dan Bryce Losky ini memasuki tataran akhir yakni

kontekstualisasi unsur wacana kekuasaan-pengetahuan (Alba-Juez dalam Jupriono,

2011). Berdasarkan langkah-langkah sebelumnya, unsur-unsur wacana yang berkaitan

dengan kekuasaan dan pengetahuan akan di kontekstualisasikan ke dalam dialog yang

ada pada film Flipped. Kontekstualisasi tersebut adalah sebagai berikut.

Nilai yang dibangun oleh Bryce dan Juli dalam hal ini adalah tentang bagaimana

persepsi berjalan hingga sampai dikomunikasikan dan mendapatkan respon. Bryce

membangun apa yang dilihat lalu disimpulkan seperti yang dipaparkan oleh Wood dalam

Mulyana (2010, h. 60). Bryce hampir selalu menggunakan prasangka untuk menilai

apapun sesuai dengan yang dikatakan oleh Budiman (2007). Bryce mempersepsikan Juli

aneh dan keras kepala. Prasangkanya adalah bahwa Juli merupakan gadis yang selalu

menyebalkan dan aneh. Mengapa gadis aneh itu selalu memanjat pohon. Menurut Bryce,

Juli sering melakukan hal tidak penting setiap pagi, halaman rumah Juli kotor sekali

bahkan mungkin bakteri selmonella bisa hidup disana. Saat pelelangan dana Bryce yakin

bahwa dirinya flipped. Dia menginginkan dekat dengan gadis anehnya itu lebih dalam

lagi. Bryce nekat mencium gadis aneh yang sudah membuatnya terpesona itu. Sisi positif

yang dibangun tokoh Bryce adalah dia bertanggung jawab atas kesalahannya dengan

meminta maaf dan memberikan pohon baru di halaman Juli sebagai bentuk tanggung

jawab dan membahagiakan Juli.

Nilai yang dibangun oleh Juli seakan menjadi faksi sayap kiri dari apa yang telah

dipersepsikan Bryce tentang dirinya. Juli dalam hal ini cenderung memberi tema

terhadap apa yang sedang mereka permasalahkan. Berurutan dari pohon sycamore, telur

ayam yang begitu banyak sehingga dia bingung harus memberikannya kepada siapa lagi,

keakrabannya dengan kakek Bryce, paman Daniel yang membuatnya semakin mengeti

tentang pelajaran kehidupan, hingga marah besar pada Bryce yang mencoba

menciumnya di depan umum. Juli pada akhirnya mau memaafkan Bryce karea Bryce

memberinya hadiah sebuah pohon yang ditanam dengan ijin ayah Juli. Juli melakukan

mempersepsikan berdasarkan pengalaman, kolektif, dugaan, evaluativ dan kontekstual

sesuai dengan Mulyana (2010, h. 176).

Pada penelitian ini peneliti menemukan wacana keseluruhan tentang film ini diantaranya

sebagai berikut: (1) Persepsi yang berbeda akan menghasilkan perilaku, sehingga

menghasilkan realitas yang berbeda pula. (2) Kesalahan persepsi hampir seluruhnya

berasal dari prasangka, dan mengesampingkan aspek kontekstual dan evaluatif. (3) Bryce

seakan menjadi tokoh utama dari tokoh utama, maksudnya adalah dalam film ini

keseluruhan pemikiran adalah milik Bryce, dan Juli adalah bagian di dalamnya. Bryce

sebagai pelaku pemersepsi awal. Sehingga setiap perbuatan memperoleh feedback dari

Juli. feedback inilah yang sering kali tidak sesuai seperti yang diharapkan Bryce.

Feedback dari Juli seaolah mematahkan persepsinya yang sudah dibangun .

Akhirnya, jika diformulasikan, kontekstualisasi antarunsur wacana dalam film ini adalah:

perbedaan persepsi yang dimiliki masing-masing orang dipicu oleh faktor internal dan

eksternal. Sering kali faktor prasangka digunakan sebagai alasan pertama untuk

mengonstruksi kebenaran. Kekuasaan orang tua berperan besar pada Juli dan Bryce

untuk membentuk pengetahuan dari pribadi masing-masing lalu kemudian memproduksi

wacana yang muncul dalam kehidupan sosial sehari-hari mereka.

Simpulan

Film Flipped secara keseluruhan menampilkan proses terbangunnya persepsi hingga sampai

pada tataran komunikasi. Konstruksi persepsi ditampilkan yang ditampilkan melalui tokoh

July dan Bryce adalah sebagai berikut :

1) Keseluruhan teks dalam film ini menampilkan dua sisi persepsi dari July dan Bryce

dengan cara pandang mereka masing-masing. Persepsi Bryce dikonstruksi oleh

realitas dari ayah dan kakeknya. Sedangkan persepsi dari Juli dikonstruksi oleh

realitas atas sikap Bryce terhadap Juli.

2) Bryce membentuk persepsinya berdasarkan prasangka saja tanpa landasan yang jelas.

Aspek persepsi serta prinsip prersepsi yang lainnya tidak berperan banyak. Berbeda

dengan Juli yang membangun persepsinya lebih kompleks dibandingkan Bryce

3) Bryce dan Juli memiliki persepsi yang berbanding terbalik dan membetnuk realitas

yang berbeda pula sehingga tindakan yang mereka lakukan juga berbanding terbalik

(Flipped). Motif emosi juga turut menjadi penyebab terbentuknya persepsi.

Sutradara film ini secara jelas mengarahkan penontonnya untuk tidak bertindak

gegabah. Karena pesan pokok dari film Flipped ini adalah jangan menilai buku hanya dari

sampulnya Sehingga penonton digiring agar tidak menilai suatu hal secara dangkal.

Penelitian selanjutnya juga diharapkan lebih kritis dalam menganalisa film lainnya.

Sehingga mampu memberikan gambaran lebih tentang interpretasi, persepsi dan komunikasi

serta apa sebenarnya unsur terselubung yang disampaikan dibalik film tersebut. Penelitian ini

bertujuan untuk memberikan literasi media kepada khalayah tentang kesadaranadanya

kosntruksi pada tayangan media. Konstruksi persepsi yang ditampilkan dalam film ini

diharapkan membuka pengetahuan masyarakat melalui media dan mengajak khalayak untuk

cerdas dan kritis atas segala wacana yang berkembang terutama ketika berasal dari media.

Masyarakat dituntut untuk berfikir beberapa tingkat lebih cerdas untuk memaknai dan

meliterasi dengan baik sehingga mempu membedakan mana tujuan media yang positif dan

mana yang tidak.

DAFTAR PUSTAKA

Afida, A (2013). Konsep Miskin Informasi Dan Perpustakaan. (Jurnal penelitian Sasindo

2013), Diakses dari http://www.anakciremai.com/2008/04/ filsafat-ilmu-tentang-

perbedaan.html.

Alama, Jesse (2013). Stanford Encyclopedia of Philosophy. Diakses Pada 20 Februari 2015.

Dari : http://plato.stanford.edu/entries/baudrillard/

Ayawaila, Gerzon. R (2010). Penyutradaraan dan Film Dokumenter Diakses Pada 27 Maret

2015 dari : http://nahlabarawas.weebly.com/sutradara.html

Ayu, Sri. R. (2013) Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal dalam Keluarga dengan

Pemahaman Moral pada Remaja . (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas

Gunadarma 2013). Diakses dari

http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2008/Artikel_10503

179.pdf

Bakhtiar, I. (2014) . Komunikasi Sudut Pandang Transmisi. Diakses dari

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8644/2/ILHAMBACHTIA

R-FDK.pdf

Bakhtiar, I. (2014) . Komunikasi Sudut Pandang Transmisi. Diakses dari

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8644/2/ILHAMBACHTIA

R-FDK.pdf

Bambang, H. (2009). Sistem Komunikasi Intrapersonal, Diakses dari: http://www.scribd.com/doc/42270130/sistem-komunikasi-intrapersonal

Basrowi dan Sukidin. (2002). Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro. Surabaya:

Insan Cendikia.

Bennett, Tonny (2002). Culture, Society and the Media. London: Methuen.

Biran, M. Y. (2009). Sejarah Film 1900–1950: Bikin Film di Jawa (dalam bahasa Indonesia).

Jakarta: Komunitas Bamboo working with the Jakarta Art Council. ISBN 978-979-

3731-58-2

Budiman, A. (2002). Teori negara: Negara, kekuasaan, dan ideologi. Jakarta: (Skripsi,

Fakultas ilmu Sosial dan Ilmu politik

Budiman, Kris. (2007) Menonton Televisi Sebagai Praktik Konsumsi. Yogyakarta:Galang

Press

Chariri, A. dan Imam, G. (2007). Landasan Filsafat Dan Metode Penelitian Kualitatif. .

Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro Semarang.

Couldry, Nick (2003) The Place of Media Power: Pilgrims and Witnesses of the Media Age.

London: Routledge.

Denzin, Norman K. dan Lincoln, Yvonna S. (2009). Handbook of Qualitative Research.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

DeVito, Joseph, A. (2011). Komunikasi Antarmanusia. Jakarta Selatan: Karisma Publishing

Group.

Dominick, Yoseph . (2011). Broadcasting, Cable, The Internet and Beyond, An Introduction

to The Modern Electronic Media. Singapore: Mcgrawhill.

Douglas, K. (2014). Media Cultures. New York: Routledge.

DP/30: Flipped, director/co-writer Rob Reiner, co-writer Andrew Scheinman (video) (n.d).

Diakses pada 4 September 2015 dari:

https://www.youtube.com/watch?v=eox8bdJDT_Q

Eriyanto. (2001). Analisis wacana: Pengantar analisis teks media. Yogyakarta: LKiS

Yogyakarta.

Fiske, John, (2012). Pengantar Ilmu Komunikasi , Jakarta: Rajawali.

Fitrianingsih, Erna. (2014). Strategi Kalimat Permintaan dalam Film Flipped (Skripsi

Universitas Gadja Mada) diakses dari http://hendriologi.library .ugm,ac,id/flipped-

linguistic.html

Haryatmoko. (2010). Michel Foucault dan Politik Kekuasaan: Membongkar Teknik,

Mekanisme, dan Strategi Kekuasaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

irmawati nasution. (2014) konstruksi realitas kaum perempuan dalam film wanita tetap

wanita "analisis semiotika" 2014 . Jurnal Sasindo. Diakses dari:

urnal.unimed.ac.id/2014/index.php/sasindo/article/view/1542

Jupriono, D. (2010). Paradigma Kritis dalam Pengajaran Linguistik. Surabaya: PT Rida

Karya.

Kriyantono, Rahmat. (2009). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

Littlejohn, Stephen, W. (2011). Teori Komunikasi. Terjemahan oleh Moh. Yusuf Hamdan.

Jakarta: Salemba Humanika.

McLuhan, Marshall.2001.Understanding Media.London:Routledge

McQuail, Dennis. (2005). Mc Quail’s Communication Theory (5th

edition). London: Sage

Publications.

Moleong, Lexy J. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Muhyadi. (2008). “Model-model Penelitian Tindakan Kelas”. Available [online] also at:

http://staff.uny. ac.id [accessed in Purwokerto, Indonesia: February 8, 2013]

Mulyana, Deddy, (2010) Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar: Bandung. PT Remaja

Rosdakarya.

Nasution , I. (2014). konstruksi realitas kaum perempuan dalam film wanita tetap wanita

"analisis semiotika" (Jurnal penelitian Sasindo 2014, Diakses dari

urnal.unimed.ac.id/2014/index.php/sasindo/article/view/1542

Nurudin. 2005. Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo. Persada.

Oktaviani, Rossa. (2013). Human Trafficking dalam Film Jamila dan Sang Presiden JURNAL

E-KOMUNIKASI, 1 (2), 50-58

Ratu T. (2012). Analisis wacana homoseksualitas dalam film “all you need is love”. (Skripsi,

FIB, Sastra German Universitas Indonesia 2012) ( S1926)

Ritzer, G. (2005). Teori Sosial Postmodern. Yogyakarta: Kreasi Wacana Yogyakarta.

Rivers, William & Theodore Peterson. (2008). Media Massa dan Masyarakat Modern (Eds

2), Jakarta: Kencana.

Robbbins dan Judge. 2007. Perilaku Organisasi, Buku 1 dan 2. Jakarta : Salemba Empat

Rukmandana, Naratama. (2004). Menjadi Sutradara Televisi, Jakarta: Grasindo.

Sobur, A. (2009). Analisis teks media: Suatu pengantar untuk analisis wacana, analisis

semiotik, dan analisis framing. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sombuling, Agnes (2014), Kenapa Percaya Kepada Pasangan? (jurnal, Fakultas Psikologi

dan Pendidikan universitas Malaysia Sabah 2014). Diakses dari:

www.ums.edu.my/conferences/skik2014

Stewart L. Tubbs & Sylvia Moss (2005): Human Commnication: Prinsip-prinsip Dasar,

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Supratiknya, A. (2003). Komunikasi Antar Pribadi Tinjauan Psikologis. Yogyakarta:

Kanisius.

System Objects for The Mirror of Production. (2012) . Diakses pada 6 Februari 2015 dari :

http://faculty.washington.edu/cbehler/glossary/hyperrea.htm

Tate, Shirley, A. (2007) Foucault, Bakhtin, Ethnomethodology: Accounting for Hybridity in

Talk-in-Interaction. (FQS) forum qualitative social research, 8 (2), 10