KONDISI UMUM PERIKANAN DI DESA SEPEMPANG KECAMATAN BUNGURAN TIMUR KABUPATEN NATUNA PROVINSI...

57
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara maritim yang membentang luas di khatulistiwa dari 94 0 sampai 141 0 Bujur Timur dan 6 0 Lintang Utara sampai 11 0 Lintang Selatan dengan karakteristik negara kepulauan sekitar 17.508 pulau dan panjang garis pantai sekitar 81.000 km bersama dengan sumberdaya hayati dan non hayati yang melimpah sungguh merupakan suatu kebanggaan yang luar biasa (Dahuri, 2003). Dengan kekayaan sumberdaya alam lautnya, baik berupa sumberdaya yang dapat diperbarui maupun yang tidak dapat diperbarui. Sumberdaya alam yang dapat diperbarui antara lain: terumbu karang, mangrove, padang lamun sedangkan sumberdaya alam tidak dapat diperbarui diantaranya bahan-bahan mineral seperti gas, timah dan minyak bumi. Sejalan dengan bertambahnya populasi dan kebutuhan manusia maka pemanfaatan sumberdaya laut untuk kesejahteraan manusia pun semakin meningkat. Perikanan merupakan salah satu usaha manusia untuk memanfaatkan sumberdaya hayati perairan (aquatic resources) yang berada di perairan tawar, payau maupun perairan laut. Usaha ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan ketersediaan protein untuk pertumbuhan atau pun sebagai sumber tenaga atau energi. Salah satu usaha manusia untuk memanfaatkan potensi sumberdaya hayati perairan tersebut adalah dengan usaha penangkapan, budidaya serta adanya pengolahan potensi perairan tersebut dengan baik.

Transcript of KONDISI UMUM PERIKANAN DI DESA SEPEMPANG KECAMATAN BUNGURAN TIMUR KABUPATEN NATUNA PROVINSI...

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara maritim yang membentang luas di khatulistiwa

dari 940 sampai 1410 Bujur Timur dan 60 Lintang Utara sampai 110 Lintang

Selatan dengan karakteristik negara kepulauan sekitar 17.508 pulau dan panjang

garis pantai sekitar 81.000 km bersama dengan sumberdaya hayati dan non hayati

yang melimpah sungguh merupakan suatu kebanggaan yang luar biasa (Dahuri,

2003). Dengan kekayaan sumberdaya alam lautnya, baik berupa sumberdaya yang

dapat diperbarui maupun yang tidak dapat diperbarui. Sumberdaya alam yang

dapat diperbarui antara lain: terumbu karang, mangrove, padang lamun sedangkan

sumberdaya alam tidak dapat diperbarui diantaranya bahan-bahan mineral seperti

gas, timah dan minyak bumi. Sejalan dengan bertambahnya populasi dan

kebutuhan manusia maka pemanfaatan sumberdaya laut untuk kesejahteraan

manusia pun semakin meningkat.

Perikanan merupakan salah satu usaha manusia untuk memanfaatkan

sumberdaya hayati perairan (aquatic resources) yang berada di perairan tawar,

payau maupun perairan laut. Usaha ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan

akan ketersediaan protein untuk pertumbuhan atau pun sebagai sumber tenaga

atau energi. Salah satu usaha manusia untuk memanfaatkan potensi sumberdaya

hayati perairan tersebut adalah dengan usaha penangkapan, budidaya serta adanya

pengolahan potensi perairan tersebut dengan baik.

2

Wilayah kabupaten yang berada di bagian ujung wilayah Republik

Indonesia adalah Kabupaten Natuna dan Kabupaten Kepulauan Anambas

(terbentuk tahun 2008). Kedua wilayah kabupaten ini posisinya sangat strategis

karena menjadi pintu gerbang bagian utara Indonesia di perairan Laut Cina

Selatan dan berbatasan langsung dengan negara tetangga seperti Vietnam,

Kamboja, Singapura, dan Malaysia (termasuk Malaysia timur/Serawak). Dahulu

wilayah kabupaten tersebut dikenal dengan sebutan Pulau Tujuh yang dipimpin

oleh para Datuk Kaya sebagai Tokong Pulau, yang terdiri dari Pulau Siantan,

Pulau Jemaja, Pulau Bunguran, Pulau Subi, Pulau Serasan, Pulau Laut, dan Pulau

Tambelan. Kini Pulau Tambelan menjadi bagian Kabupaten Bintan (dahulu Kab.

Kepulauan Riau), Pulau Siantan dan Pulau Jemaja menjadi wilayah Kabupaten

Anambas, sedangkan Pulau Bunguran, Pulau Subi, Pulau Serasan, Pulau Laut

menjadi wilayah Kabupaten Natuna. Secara astronomis Kabupaten Natuna

(sebelum Kabupaten Anambas terbentuk) terletak pada posisi 20 – 50 daratan dan

perairan yang luasnya mencapai 141.891,2 Km2. Luas daratannya hanya 3.235,2

km2 atau 2,28 % dari luas wilayah secara keseluruhan yang terdiri dari 271 pulau

besar dan kecil (Dinas Kebudayaan Kab. Natuna, 2004).

Desa Sepempang kecamatan Bungaran Timur kabupaten Natuna Provinsi

Kepulauan Riau ini memiliki wilayah ekosistem laut dan tawar yang berpotensi

untuk aktifitas perikanan, baik perikanan budidaya maupun perikanan tangkap.

Namun potensi sumberdaya yang besar ini belum sepenuhnya mampu dikelola

secara optimal, sehingga sering sekali dijadikan wilayah operasional penangkapan

ikan oleh nelayan asing. disisi lain nelayan lokal memiliki berbagai keterbatasan

3

untuk bersaing dengan nelayan pendatang baik dalam perangkat peralatan

penangkapan, maupun pengolahan dari hasil tangkapan.

1.2 Tujuan Praktik Lapang

Tujuan dari pelaksanaan praktik lapang ini adalah untuk mengetahui

secara langsung keadaan umum perikanan, dari segi kualitas air laut dan sosial

ekonomi masyarakat di Desa Sepempang Kecamatan Bunguran Timur Kabupaten

Natuna Provinsi Kepulauan Riau

1.3 Manfaat Praktik Lapang

Praktik ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak sebagai

rujukan terhadap pengembangan usaha dan upaya pelestarian sumberdaya

perikanan dan kelautan, khususnya bagi pemerintah daerah setempat dan Dinas

Perikanan dan Kelautan di Desa Sepempang serta dapat bermanfaat bagi

mahasiswa guna menambah wawasan pengetahuan tentang potensi perikanan dan

kelautan.

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kualitas Lingkungan Perairan

2.1.1 Parameter Fisika Perairan

2.1.1.1 Suhu

Suhu erat kaitannya dengan cahaya. Pemanasan yang terjadi di permukaan

laut yang terjadi pada siang hari tidak seluruhnya dapat diabsorbsi oleh air laut

karena adanya awan dan posisi lintang. Energi akan cukup banyak diserap ketika

matahari berada di atas ketinggian di langit dan berkurang ketika dekat dengan

horizon. Posisi matahari di daerah tropic dan subtropik yang selalu berada di atas

horizon sepanjang musim menjadikan daerah ini lebih hangat dibandingkan

umumnya di daerah kutub (Widodo dan Suadi dalam Armita, 2011).

Suhu di laut adalah factor yang amat penting bagi kehidupan orgaisme

(Nybakken dalam Armita, 2011). Selanjutnya ditambahkan Romimohtarto (2001)

dalam Armita (2011) bahwa suhu merupakan factor fisik yang sangat penting di

laut, perubahan suhu dapat member pengaruh besar kepada sifat-sifat air laut

lainnya dan kepada biota laut.

Suhu mempengaruhi daya larut gas-gas yang diperlukan untuk fotosintesis

seperti CO2 dan O2, gas-gas ini mudah terlarut pada suhu rendah dari pada suhu

tinggi akibatnya kecepatan fotosintesis ditingkatkan oleh suhu rendah. Panas yang

diterima permukaan laut dari sinar matahari menyebabkan suhu di permukaan

perairan bervariasi berdasarkan waktu. Perubahan suhu ini dapat terjadi secara

5

harian, musiman, tahunan atau dalam jangka waktu panjang (Romimohtarto

dalam Armita, 2011).

2.1.1.2 Salinitas

Air laut dapat dikatakan merupakan larutan garam. Kadar garam air

biasanya didefenisikan sebagai jumlah (dalam garam) dari total garam terlarut

yang ada dalam 1 kilogram air laut dan biasanya diukur dengan kondiktivitas.

Semakin tinggi konduktivitas semakin tinggi kadar garamnya. Komposisi kadar

garam tersebut selalu dalam keadaan yang konstan dalam jangka waktu yang

panjang. Hal ini disebabkan karena adanya kontrol dari berbagai proses kimia dan

biologi di dalam perairan laut. Kondisi ini menyebabkan sebagian besar

organisme yang hidup di perairan laut merupakan organism yang memiliki

toleransi (sensitivitas) terhadap perubahan salinitas yang sangat kecil atau

organisme yang diklasifikasikan sebagai organisme stenohalin (Widodo dan Suadi

dalam Armita, 2011).

Salinitas didefinisikan sebagai jumlah bahan padat yang terkandung dalam

tiap kilogram air laut, dinyatakan dalam gram per-kilogram atau perseribu (Sutika

dalam Armita, 2011). Salinitas penting artinya bagi kelangsungan hidup

organisme, hampir semua organisme laut hanya dapat hidup pada daerah yang

mempunyai perubahan salinitas yang kecil (Hutabarat dan Evans dalam Armita,

2011). Menurut Sutika (1989) dalam Armita (2011) bahwa salinitas air laut pada

umumnya berkisar 33 o/oo sampai 37 o/oo dan berubah-ubah berdasarkan waktu dan

ruang. Nilai salinitas sangat dipengaruhi oleh suplai air tawar ke air laut, curah

hujan, musim, topografi, pasang surut dan evaporasi (Nybakken dalam Armita,

6

2011). Ditambahkan pula oleh Nontji (1987) dalam Armita (2011) bahwa sebaran

salinitas dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan,

curah hujan dan aliran sungai.

2.1.1.3 Kecerahan

kecerahan merupakan ukuran transparasi perairan, nilai kecerahan

dinyatakan dalam satuan meter. Nilai kecerahan di suatu perairan sangat

dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, dan padatan

tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan penelitian. Sedangkan

kekeruhan menggambarkan sifat optic air yang ditentukan berdasarkan banyaknya

cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam

air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang

tersuspensi dan terlarut (Effendi, 2003).

2.1.1.4 Kekeruhan

Kekeruhan merupakan gambaran sifat optic air oleh adanya bahan padatan

terutama tersuspensi (partikel tanah liat, lumpur, koloid tanah dan organism

perairan) dan sedikit dipengaruhi oleh warna periran (sutika dalam Armita, 1989).

Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terhambatnya penetrasi cahaya ke

dalam air (Effendi dalam Armita, 2003).

Sutika (1989) dalam Armita (2011), mengatakan bahwa kekeruhan dapat

mempengaruhi (a) terjadinya gangguan respirasi, (b) dapat menurunkan kadar

oksigen dalam air dan (c) terjadinya gangguan terhadap habitat. Selanjutnya

7

Walhi (2006) dalam Armita (2011), menyatakan bahwa kekeruhan standar untuk

lingkungan rumput laut sebesar 20 mg/l.

2.1.1.5 Kecepatan arus

Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dapat disebabkan

oleh tiupan angin, karena perbedaan dalam densitas air laut atau disebabkan oleh

gerakan gelombang (Nontji dalam Wijayanti, 2007). Selanjutnya dikatakan bahwa

pada dasar perairan dangkal, dimana terdapat arus yang tinggi, hewan yang

mampu hidup adalah organisme periphitik atau benthos.

Pergerakan air yang ditimbulkan oleh gelombang dan arus juga memiliki

pengaruh yang penting terhadap benthos; mempengaruhi lingkungan sekitar

seperti ukuran sedimen, kekeruhan dan banyaknya fraksi debu juga stress fisik

yang dialami organisme-organisme dasar. Pada daerah sangat tertutup dimana

kecepatan arusnya sangat lemah, yaitu kurang dari 10 cm/dtk, organisme benthos

dapat menetap, tumbuh dan bergerak bebas tanpa terganggu sedangkan pada

perairan terbuka dengan kecepatan arus sedang yaitu 10-100 cm/dtk

menguntungkan bagi organisme dasar; terjadi pembaruan antara bahan organik

dan anorganik dan tidak terjadi akumulasi (Wood dalam Wijayanti, 2007).

2.1.2 Parameter Kimia

2.1.2.1 Derajat Keasaman (pH)

Sutika (1989) dalam Armita (2011) mengatakan bahwa derajat keasaman

atau kadar ion H dalam air merupakan salah satu faktor kimia yang sangat

berpengaruh terhadap kehidupan organisme yang hidup di suatu lingkungan

8

perairan. Tinggi atau rendahnya nilai pH air tergantung dalam beberapa faktor

yaitu : kondisi gas-gas dalam air seperti CO2, konsentrasi garam-garam karbonat

dan bikarbonat, proses dekomposisi bahan organic di dasar perairan.

Derajat keasaman merupakan faktor lingkungan kimia air yang berperan

dalam pertumbuhan dan perkembangan rumput laut. Menurut pendapat Soesono

(1988) dalam Armita (2011) bahwa pengaruh bagi organisme sangat besar dan

penting, kisaran pH yang kurang dari 6,5 akan menekan laju pertumbuhan bahkan

tingkat keasamannya dapat mematikan dan tidak ada laju reproduksi sedangkan

pH 6,5 – 9 merupakan kisaran optimal dalam suatu perairan.

2.1.2.2 Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen telarut merupakan salah satu unsur pokok pada proses

metabolisme organisme, terutama untuk proses respirasi. Disamping itu juga

dapat digunakan sebagai petunjuk kualitas air (Odum dalam Wijaya, 2009). Pada

umumnya oksigen terlarut berasal dari difusi oksigen dari udara ke dalam air dan

proses fotosintesis dari tumbuhan hijau. Pengurangan oksigen terlarut disebabkan

oleh proses respirasi dan penguraian bahan-bahan organik. Berkurangnya oksigen

terlarut berkaitan dengan banyaknya bahan-bahan organik dari limbah industri

yang mengandung bahan-bahan yang tereduksi dan lainnya (Welch dalam Wijaya,

2009).

Effendi (2003) dalam Armita (2011), menjelaskan bahwa hubungan antara

kadar oksigen terlarut jenuh dengan suhu yaitu semakin tinggi suhu maka

kelarutan oksigen dan gas-gas lain juga berkurang dengan meningkatnya salinitas,

9

sehingga kadar oksigen terlarut di laut cenderung lebih rendah dari pada kadar

oksigen di perairan tawar.

Distribusi oksigen secara vertical dipengaruhi oleh gerakan air, proses

kehidupan di laut dan proses kimia (Achmad dalam Armita, 2011). Menurut

Sutika (1989) dalam Armita (2011) pada dasarnya proses penurunan oksigen

dalam air disebabkan oleh proses kimia, fisika dan biologi yaitu proses respirasi

baik oleh hewan maupun tanaman, proses penguraian (dekomposisi) bahan

organic dan proses penguapan. Kelarutan oksigen ke dalam air terutama

dipengaruhi oleh faktor suhu, oleh sebab itu kelarutan gas oksigen pada suhu

rendah relative lebih tinggi jika dibandingkan pada suhu tinggi.

2.2 Sumberdaya Perikanan

Secara umum yang dimaksud dengan ikan ialah binatang vertebrata yang

berdarah dingin, hidup di lingkungan air, pergerakan dan keseimbangan badannya

terutama menggunakan sirip dan pada umumnya bernafas dengan menggunakan

ingsang. (Alamsyah dan Ridwan, 1980).

Menurut Dahuri (2001), proses pemanfaatan sumber daya perikanan ke

depan harus ada kesamaan visi pembangunan perikanan. Visi pembangunan

perikanan yaitu suatu pembangunan perikanan yang dapat memanfaatkan

sumberdaya ikan beserta ekosistemnya secara optimal bagi kesejahteraan dan

kemajuan bangsa Indonesia, terutama petani ikan dan nelayan secara

berkelanjutan.

2.3 Aktivitas Perikanan

10

2.3.1 Perikanaan Tangkap

Alat tangkap ikan adalah sarana dan perlengkapan lainnya yang digunakan

untuk menangkap ikan. Menurut Dinas Perikanan (1997) menyatakan

penangkapan ikan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh ikan di

perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan.

Brown (2003) mengatakan bahwa untuk mendapatkan hasil tangkap yang

baik dipengaruhi oleh alat tangkap itu sendiri seperti konstruksi, bahan dan teknik,

keadaan lingkungan antara lain: cahaya, arus, tingkah laku ikan serta keterampilan

nelayan yang mengoperasikan alat tersebut. Ada empat faktor yang harus

diperhatikan dalam teknologi penangkapan yaitu jenis kapal, ukuran kapal, jenis

alat tangkap yang digunakan dan keahlian yang dimiliki nelayan (Pasaribu 1994).

2.3.2 Budidaya Perikanan

Budidaya perikanan adalah suatu teknik yang sejak ratusan tahun

dipraktekkan orang di dunia termasuk di Indonesia untuk memproduksi organisme

perairan dengan jalan memelihara atau mengembangbiakkan organisme air yang

diinginkan, seperti: ikan, udang, kepiting, siput, kerang dan rumput laut dalam

kondisi yang terkontrol. Kondisi yang terkontrol dapat berupa kolam, rakit,

keramba ataupun jaring apung yang luasnya terbatas sebagai tempat pemeliharaan

ikan, sehingga sebagian besar faktor produksi dapat diawasi, baik mengenai

biologi ataupun perkembangbiakan organisme yang dibudidayakan, tempat dan

lingkungannya termasuk hama, parasit maupun penyakitnya (Feliatra et al., 2005).

Keberhasilan dalam pembudidayaan ikan ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu

persyaratan lokasi yang baik dan menguntungkan, ketersedian benih, ketersedian

11

pakan, pengelolaan kualitas air dan penanganan parasit dan penyakit yang

menyerang ikan budidaya.

2.3.3 Pengelolaan hasil perikanan

pengelolaan perikanan adalah proses yang terintegrasi mulai dari

pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pengambilan

keputusan, alokasi sumberdaya, formulasi dan implementasi, disertai dengan

pengamanan seperlunya terhadap peraturan yang berlaku demi menjaga

kelangsungan produksi dan pencapaian tujuan pengelolaan lainnya. Pengelolaan

perikanan tersebut secara internasional harus mengacu pada prinsip-prinsip

pengelolaan perikanan yang bertanggung jawab (The Code of Conduct

Responsible Fisheries/CCRF) (Riniwati, 2009).

Juga disampaikan bahwa, beberapa aspek pengelolaan yang perlu

diperhatikan dilihat dari beberapa aspek adalah biologi dan lingkungan

(keterbatasan sumberdaya, faktor lingkungan dan pertimbangan keragaman hayati,

serta aspek ekologi lainnya), teknologi (alat penangkapan dan alat bantu

penangkapan, kapal, pasca panen), sosio-ekonomi, aspek kelembagaan, hukum,

jangka waktu, dan pendekatan kehati-hatian. Komponen pokok dalam pengelolaan

terdiri dari data dan informasi (data yang benar dan tepat waktu), kerangka

kelembagaan dan hukum meliputi otoritas pengelolaan (termasuk

MCS/Monitoring, Controlling and Surveillance), hukum yang mendukungnya dan

pihak yang berkepentingan (stakeholders).

2.3.4 Pemasaran

12

Pemasaran sangat penting dalam semua kegiatan yang menghasilkan

barang ataupun jasa. Hasil perikanan dapat dikelompokkan ke dalam bahan

mentah dan barang konsumsi. Menurut Kotler dan Armstrong (2008), pemasaran

adalah proses sosial dan manajerial dimana pribadi atau organisasi memperoleh

apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai

dengan yang lain. Dalam konteks bisnis yang lebih sempit, pemasaran mencakup

dan menciptakan hubungan pertukaran muatan nilai dengan pelanggan yang

menguntungkan. Oleh karena itu, pemasaran (marketing) sebagai proses dimana

perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang

kuat dengan pelanggan, dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan sebagai

imbalannya.

Ompumardi, (2009) menyatakan bahwa Manajemen pemasaran produk

perikanan tangkap relatif sederhana. Harga dipengaruhi oleh volume produksi

tangkap, jumlah pedagang, jenis alat angkut serta jarak yang dilalui, belum ada

upaya promosi dan klasifikasi produk perikanan. Rata-rata pedagang berpatokan

pada tingkat keuntungan yang memenuhi kebutuhan primer.

(http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/05/strategi-pemasaran-produk-

perikanan-dan-kelautan/, diakses Rabu, 27 Juni 2012).

2.3.5 Manajemen Sumberdaya Perikanan

Sumberdaya ikan merupakan sumberdaya yang memiliki batas, sama

halnya dengan sumberdaya ikan pelagis, oleh karena itu diperlukan pengelolaan

yang tepat guna untuk dapat memanfaatkan sumberdaya ikan untuk kurun waktu

yang sangat lama. Sumberdaya perikanan bedasarkan sifatnya termasuk salah satu

13

sumberdaya alam yang pengembaliannya tidak diwarisi atau dibatasi yang berarti

setiap orang secara bebas dapat mengambil sumberdaya tersebut maka

sumberdaya perikanan seringkali disebut sumberdaya milik besama.

(http://perikananagrobisnis.com/2012/01/konsep - manajemen - dalam - usaha

perikanan.html, diakses Rabu, 27 Juni 2012).

III. METODE PRAKTIK

3.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan Praktik Lapang ini dilaksanakan pada tanggal 01-03 Agustus

2012 yang berlokasi di Desa Sepempang Kecamatan Bunguran Timur Kabupaten

Natuna Kepulauan Riau.

3.2 Alat dan Bahan

14

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktik lapang ini dapat dilihat pada

Tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakanNo Parameter uji Alat1 Fisika Air

Suhu TermometerSalinitas RefraktometerKecerahan Secchi discKekeruhan TurbidymeterKecepatan Arus Pelampung bertali, stopwatch

2 Kimia AirpH air Kertas pH indikatorOksigen Terlarut DO meter

Tabel 2. Data SosialNo Jenis Bahan Keterangan1 Data Perikanan Kuisioner Wawancara2 Monografi Data Monografi desa Tinjauan

3.3 Pengambilan Sampel

Penelitian dilakukan selama 3 hari, hari ke 1 dan ke 2 untuk pengukuran

kualitas air dan hari ke 3 untuk mendapatkan data kuisioner. Untuk pengambilan

sampel kualitas air dilakukan 2 kali dalam 1 hari yaitu pada waktu pagi dan sore.

Total pengambilan sampel adalah sebanyak 8 kali. Pengambilan sampel pertama

kali dilakukan pada stasiun 1 yaitu di titik koordinat N 30 96’17.02” dan E 1080

34’70.68”, setelah itu stasiun 2 di titik koordinat N 30 96’97.51” dan E 1080

35’24.32”. Jarak antara titik pengambilan sampel di stasiun 1 dengan stasiun 2

kurang lebih 400 m.

3.4 Metode Praktik

15

Metode yang digunakan dalam Praktik Lapang ini adalah metode survei

yaitu pengamatan langsung ke lapangan terhadap kondisi dan kegiatan usaha

perikanan dan wawancara kepada masyarakat Desa Sepempang Kecamatan

Bunguran Timur Kabupaten Natuna Kepulauan Riau. Data-data yang

dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang dibutuhkan

dalam penelitian ini adalah wawancara dan pengukuran kualitas air.

Data sekunder diperoleh dari monografi (profil Desa), yang didapatkan di

Instansi terkait seperti Kantor Kepala Desa, Kantor Camat dan Dinas Perikanan

dan Kelautan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau dan studi literatur yang

hasilnya ditabulasikan dalam tabel-tabel.

3.5 Prosedur Praktik Lapang

3.5.1 Penentuan Responden

Responden yang diamati adalah para nelayan yang melakukan aktifitas

penangkapan di daerah yang di teliti. Sampel di tentukan oleh populasi.

Gay dan Diehl (1992) menyatakan bahwa target populasi mengacu pada

kelompok spesifik yang ingin diteliti, dimana perbandingan (ratio) yang

diperuntukkan penelitian deskriptif adalah minimal 10% atau 20% sampel dari

populasi. Penentuan sampel yang mewakili populasi dihitung berdasarkan ratio

yang digunakan oleh peneliti sebesar 50%. Adapun rumus perhitungannya adalah:

N=( ¿∑ ¿ ) x R

Keterangan :

N = jumlah sampel tiap startum

16

Ni = jumlah populasi tiap stratum

R = persentase ratio

Untuk perhitungan jumlah sampel yang dipergunakan dalam praktik

lapang ini seperti yang disajikan pada Tabel 2.

Tabel 3. Jumlah sampel penduduk Desa Sepempang menurut pekerjaan, jumlah populasi, persentase dan ratio.

No. Jenis pekerjaan

Populasi (ni)

Persentase(%)

Ratio Sampel(N)

1. Nelayan 121 Orang 75% 10 % 12 Orang

2. Petani ikan - - -

3. Pengusaha pengolahan ikan

1 Orang 6,25%

100 %

1 Orang

4 Penjual ikan 3 Orang 18,75% 3 Orang

3.5.2 Tahap pengolahan data

3.5.2.1 Tahapan cara mengolah kuesioner

a) pengklarifikasian pertanyaan dalam kuisioner.

b) perhitungan data yang di dapat melalui kuisioner yang telah diisi.

c) menganalisis hasil kuisioner yang telah di isi responden.

3.5.3 Pengukuran Kualitas Peraiaran

3.5.3.1 Parameter Fisika Perairan

3.5.3.1.1 Suhu

17

Pengukuran suhu dilakukan pada permukaan perairan. Pengukuran suhu

ini dilakukan dengan menggunakan thermometer. Sebelum melakukan

pengukuran, thermometer di kalibrasi dulu dengan cara dikibas-kibaskan

thermometer sampai 0oC. Kemudian dicelupkan thermometer ke dalam perairan

selama beberapa menit lalu dilihat nilai suhu pada thermometer tersebut.

3.5.3.1.2 Salintas

Salinitas perairan laut dapat diukur dengan menggunakan refraktometer.

Sebelum pengukuran dilakukan refraktometer ditetesi dengan aquades yaitu

bertujuan untuk mengkalibrasi alat, setelah itu dibersihkan dengan kertas tisu sisa

aquades yang tertinggal. Kemudian diteteskan air sampel yang ingin diketahui

salinitasnya, dilihat ditempat yang bercahaya dan dicatat hasilnya yang

ditunjukkan oleh skala. Setelah selesai pengukuran bilas kaca prisma dengan

aquades, dan dikeringkan dengan tisu.

3.5.3.1.3 Kecerahan

Pengukuran kecerahan perairan diukur dengan menggunakan secchi

disc. Secchi disc diturukan ke dalam perairan secara perlahan sampai tidak

kelihatan, setelah itu diukur panjang tali secchi disc dari permukaan perairan

hingga kedalaman secchi disc tidak terlihat (jarak hilang). Kemudian secchi disc

diturunkan sampai kedasar perairan dan ditarik perlahan-lahan ke atas sampai

secchi disc kelihatan, kemudian diukur panjang tali secchi disc dari permukaan

hingga kedalamam secchi disc kelihatan (jarak tampak). Selanjutnya rata-ratakan

18

jarak hilang dan jarak tampak tersebut dengan menggunakan rumus: kedalaman

secchi (cm) = (jarak hilang (cm) + jarak tampak (cm))/2.

3.5.3.1.4 Kekeruhan

Kekeruhan merupakan gambaran sifat optic air oleh adanya bahan

padatan terutama tersuspensi (partikel tanah liat, lumpur, koloid tanah dan

organism perairan) dan sedikit dipengaruhi oleh warna perairan (Sutika dalam

Armita, 1989). Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terhambatnya

penetrasi cahaya ke dalam air (Effendi dalam Armita, 2003). kekeruhan dapat

mempengaruhi (a) terjadinya gangguan respirasi, (b) dapat menurunkan kadar

oksigen dalam air dan (c) terjadinya gangguan terhadap habitat.

3.5.3.1.5 Kecepatan arus

Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dapat

disebabkan

oleh tiupan angin, karena perbedaan dalam densitas air laut atau disebabkan oleh

gerakan gelombang (Nontji dalam Wijayanti, 2007). Selanjutnya dikatakan bahwa

pada dasar perairan dangkal, dimana terdapat arus yang tinggi, hewan yang

mampu hidup adalah organisme periphitik atau benthos.

Pergerakan air yang ditimbulkan oleh gelombang dan arus juga memiliki

pengaruh yang penting terhadap benthos; mempengaruhi lingkungan sekitar

seperti ukuran sedimen, kekeruhan dan banyaknya fraksi debu juga stress fisik

yang dialami organisme-organisme dasar. Pada daerah sangat tertutup dimana

kecepatan arusnya sangat lemah, yaitu kurang dari 10 cm/dtk, organisme benthos

19

dapat menetap, tumbuh dan bergerak bebas tanpa terganggu sedangkan pada

perairan terbuka dengan kecepatan arus sedang yaitu 10-100 cm/dtk

menguntungkan bagi organisme dasar, terjadi pembaruan antara bahan organik

dan anorganik dan tidak terjadi akumulasi (Wood dalam Wijayanti, 2007).

3.5.3.2 Parameter Kimia Perairan

3.5.3.2.1 Derajat Keasaman (pH)

Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan kertas pH indikator

(lakmus) yang dicelupkan +1 detik kedalam perairan, didiamkan sampai kering

kemudian dicocokan dengan warna standarnya pada skala pH indikator.

3.5.3.2.2 Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut diukur dengan menggunakan DO meter, adapun cara

penggunaannya yakni DO meter sebelum digunakan dikalibarasi terlebih dahulu,

kemudian probe pada DO meter dicelupkan ke dalam perairan dan setelah itu

dibaca hasilnya pada display atau tampilan layar.

3.6 Analisis Data

Semua data hasil wawancara dan hasil pengukuran kualitas air

ditabulasikan dan dibuatkan dalam grafik untuk kemudian dibahas secara

deskriptif. Dari hasil praktik lapang ini data potensi perikanan yang dibahas

adalah data jumlah dan jenis alat tangkap, hasil perikanan tangkap, jenis ikan dan

wadah budidaya, jenis produksi pengolahan hasil perikanan, harga pemasaran dan

skema pendistribusian ikan, potensi sumberdaya perairan lainnya dan kualitas

perairan. Selanjutnya data permasalahan aktifitas perikanan akan dibahas sebagai

20

isu permasalahan sumberdaya perikanan. Semua data-data tersebut dibahas secara

deskriptif sesuai dengan tujuan untuk mendapatkan kesimpulan serta

memeberikan rekomendasi dan saran.

IV. KONDISI UMUM DAERAH PRAKTEK

4.1 Kondisi Geografis

4.1.1 Letak Geografis

Desa Sepempang merupakan Desa yang berada di Kecamatan Bunguran

Timur Kabupaten Natuna.Dilihat dari segi geografis Desa Sepempang terletak

pada posisi 04000’48” LU dan 108025’04” BT. Desa Sepempang berada di

wilayah Administratif Kecamatan Bunguran Timur Kabupaten Natuna dan

terletak di sebelah Utara Ibu Kota Kecamatan Bunguran Timur, dengan luas

wilayah + 56,72 km2, yang terdiri dari 2 Dusun, 3 Rukun Warga (RW) dan 9

21

Rukun Tetangga (RT), Desa Sepempang memiliki batas wilayah Administratif

sebagai berikut ;

Sebelah Utara : Desa Limau Manis Kec.Bunguran Timur Laut

Sebelah Timur : Laut Natuna

Sebelah Selatan : Kelurahan Ranai Kota Kec.Bunguran Timur

Sebelah Barat : Gunung Sriserindit

4.1.2 Topografi

Desa Sepempang merupakan desa yang berada di daerah lereng Gunung

Sriserindit sebelah Timur, dan berbatasan langsung dengan laut Natuna sebelah

Timur, Sebagian besar wilayah Desa Sepempang adalah dataran rendah atau di

pesisir pantai, di sebelah selatan dibatasi oleh selokan Teluk yang sekaligus

menjadi batas dengan Kelurahan Ranai Kota, dan di sebelah Utara di batasi oleh

Sungai Selahang yang sekaligus menjadi batas dengan Desa Limau Manis

Kecamatan Bunguran Timur Laut.

4.1.3 Hidrologi dan Klimatologi

Aspek hidrologi suatu wilayah desa sangat diperlukan dalam pengendalian

dan pengaturan tata air wilayah Desa. Berdasarkan hidroliginya, aliran-aliran

sungai di wilayah Desa Sepempang membentuk pola Daerah Aliran Sungai,

tercatat beberapa sungai maupun selokan baik skala kecil, sedanng, dan besar,

terdapat di Desa Sepempang, seperti :

- Sungai Kerani yang berhulu di Kampung Air Hijau

- Sungai Sepempang yang berhulu di Gunung Tinggung

22

- Sungai Selahang berhulu di Gunung Sejuba ( Batas wilayah

dengan Desa Limau Manis Kecamatan Bunguran Timur Laut)

- Sungai Teluk berhulu di Tegul Balau (Batas Desa Sepempang

dengan Kelurahan Ranai Kota Kecamatan Bunguran Timur)

- Sungai Batu Akai

4.2 Demografi Kependudukan

4.2.1 Penduduk

Jumlah penduduk Desa Sepempang berdasarkan data terakhir Desa

Sepempang Tahun 2012 tercatat sebanyak 1.459 jiwa, dengan komposisi laki-laki

sebanyak 723 jiwa (49,55%), perempuan sebanyak 736 jiwa (50,44%), seperti

yang terdapat pada tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan jenis Kelamin di Desa Sepempang Kecamatan Bunguran Timur Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau.

No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Laki-laki 723 49,55

2 Perempuan 736 50,44Jumlah 1459 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Sepempang Tahun 2012

Pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk perempuan di

Desa Sepempang Kecamatan Bunguran Timur Kabupaten Natuna Provinsi

Kepulauan Riau lebih banyak dari pada laki-laki.

4.2.2 Usia

Sementara itu untuk melihat jumlah penduduk berdasarkan tingkatan usia

yang ada di Desa Sepempang dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Desa Sepempang Berdasarkan Usia Tahun 2012

23

No. Usia Jumlah Persentase%1 0 s/d 6 Tahun 173 Jiwa 11,85%2 7 s/d 15 Tahun 364 Jiwa 24,94%3 16 s/d 25 Tahun 360 Jiwa 24,67%4 26 s/d 40 Tahun 262 Jiwa 17,95%5 41 s/d 50 Tahun 153 Jiwa 10,48%6 51 s/d 60 Tahun 77 Jiwa 5,27%7 61 Tahun keatas 70 Jiwa 4,79%Jumlah Total 1.459 Jiwa 100%

Sumber : Kantor Kepala Desa Sepempang Tahun 2012

Dari tingkat umur ini dapat dilihat bahwa jumlah usia produktif yaitu

kelompok umur 26-50 paling banyak dengan jumlah 415 jiwa (28,43%) dari pada

lanjut usia dan usia remaja. Hal ini menunjukkan bahwa potensi sumberdaya

manusia di Desa Sepempang cukup tinggi, sehingga pembangunan berdasarkan

pemanfaatan sumberdaya alam, khususnya dalam bidang perikanan masih dapat

ditingkatkan.

4.2.3 Mata Pencarian

Mata pencaharian penduduk di Desa Sepempang sangat beragam antara

lain : Petani, Nelayan, Buruh, Pedagang, PNS/ TNI/ POLRI, Pensiunan, Honorer.

Berdasarkan data yang diperoleh, mata pencaharian penduduk dapat dilihat pada

Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Penduduk Desa Sepempang Menurut Mata Pencarian Tahun 2012

No. Uraian Mata Pencaharian Jumlah Persentase1 Petani/Perkebunan 188 Jiwa 12,88 %2 Nelayan 121 Jiwa 8,29 %3 Pengrajin/Mebel 10 Jiwa 0,69 %4 Pengrajin/Industri Kecil 20 Jiwa 1,37 %5 Pedagang/Wiraswasta 26 Jiwa 1,78 %6 Bengkel 7 Jiwa 0,49 %7 Jasa Transportasi/Ojek 8 Jiwa 0,54 %

24

8 Pegawai Negeri Sipil 40 Jiwa 2,74 %9 TNI / POLRI 7 Jiwa 0,49 %10 Pensiunan (ABRI /PNS) 1 Jiwa 0,07 %11 Penambang Batu / Pasir 78 Jiwa 5,35 %12 Tenaga Honorer 30 Jiwa 2,05 %13 Belum Bekerja 923 Jiwa 63,26 %Jumlah Total 1.459 Jiwa 100 %

Sumber : Kantor Kepala Desa Sepempang tahun 2012

Mayoritas Penduduk Desa Sepempang yaitu bermata pencarian petani

(188 jiwa) dan Nelayan (121 jiwa). Ini memungkin kan karna letak Desa

Sepempang dekat dengan pesisir dan berdampingan dengan area gunung yang

memiliki tekstur tanah yang gembur yang memungkin kan untuk melakukan

aktivitas perkebunan.

4.2.4. Etnis dan Agama

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kepala Desa Sepempang,

agama yang dianut oleh penduduk di Kelurahan ini terdiri dari lima agama yaitu:

Islam, Kristen Protestan, Kristen Khatolik, Budha dan Hindu. Islam dan Melayu

merupakan agama dan Etnis mayoritas yang ada di Desa Sepempang. Untuk lebih

jelas perbandingan jumlah penduduk berdasarkan agama dan Etnis yang dianut

dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Jumlah Penduduk Desa Sepempang Berdasarkan Etnis dan Agama Tahun 2012

No. Etnis Jumlah Agama Jumlah

1 Melayu 1.360 Jiwa Islam 1.421 Jiwa2 Jawa 17 Jiwa Kristen Katolik 12 Jiwa3 Batak 10 Jiwa Kristen protestan -4 Keturunan Cina 28 Jiwa Budha 26 Jiwa5 Lain – lain 44 Jiwa Hindu -

Sumber : Kantor Kepala Desa Sepempang Tahun 2012

25

Dari tabel di atas dapat dilihat Etnis melayu mendominasi di desa

Sepempang yaitu 1360 jiwa (93,31%) dan sisa nya 99 jiwa (6,78%) merupakan

penggabungan dari beberapa Etnis sepreti: Jawa, Batak, keturunan China dan lain-

lain.

Dan Agama yang dominan di anut masyarakat Desa Sepempang yaitu

islam 1421 jiwa (97,39%). Sedang kan sisa nya 38 jiwa (2,60%) merupakan

penggabungan dari Agama budha dan Kristen katolik.

4.2. Sarana dan Prasarana

4.2.1. Administrasi Desa

Desa Sepempang dipimpin oleh seorang Kepala Desa dengan dibantu oleh

seorang Sekretaris Desa, 5 orang BPD, 2 orang kepala Dusun dan 5 orang Kepala

Urusan (Kaur). Struktur Organisasi Pemerintahan Desa :

Struktur Organisasi Pemerintahan Desa

STRUKTUR ORGANISASI TATA KERJA DESA SEPEMPANG( SOTK Desa ) POLA MINIMAL

KADUS. IMUHAMMAD NUR

KADUS. IIABDULLAH

SEKRETARIS DESAH A D E R I

KEPALA DESAMUHAMMAD DELAN

BPDMURIADISUDARMANJAMALUDINSUHARDANITOSUHANA

26

Gambar 1. Struktur Organisasi Pemerintah Desa Sepempang.

4.2.2. Sarana Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu tingkat keberhasilan

daerah dalam pembangunan dan sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas

sumberdaya manusia. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka makin besar pula

kemampuan untuk menyerap pengetahuan yang dapat dimanfaatkan dalam

pembangunan. Pendidikan juga merupakan modal dasar dalam meningkatkan pola

berpikir masyarakat untuk di latih dan di didik dalam suatu pendidikan formal,

selaian itu Pendidikan merupakan salah satu modal dasar pembangunan, sehingga

pendidikan adalah sebuah Investasi (Modal) di masa yang akan datang.

Jumlah guru dan murid di Desa Sepempang tiap tahun nya mengalami

peningkatan, pada tahun 2011 jumlah Guru di Desa Sepempang berjumlah 29

orang. Dengan jumlah murid PAUD sebanyak 20 Orang, TPA sebanyak 64 orang,

MDA sebanyak 31 orang dan SD sebanyak 177 orang, untuk lebih jelas dapat

dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Data Pendidikan/Sekolah Formal dan Non Formal Desa Sepempang Tahun 2011

K . PEMBANGUNAN EDDY SOFYAN

K. PEMERINTAHAN

SYAFIRI

KAUR UMUMSARDIAH

KAUR KESRAAHMAD SUHARDI

K.KEUANGANW.AHMAD YANI

27

No. U r a i a n PAUD TPA MDA SD Jumlah

1 Guru / Pendidik 3 6 5 15 292 Murid 20 64 31 177 292

Sumber : Kantor Kepala Desa SepempangTahun 2012

Dimana untuk meningkatkan taraf pendidikan ini diperlukan sarana dan

prasarana yang mendukung. Sarana yang diperlukan itu berupa sarana berbentuk

fisik yaitu sekolah. Adapun jumlah sarana prasarana pendidikan di Desa

Sepempang terdiri dari jenjang PAUD, TPA, MDA dan SD, baik Formal maupun

Non Formal, nama dan jumlah sarana Pendidikan yang ada di Desa Sepempang

untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Data Sarana dan Prasarana Pendidikan di Desa SepempangTahun 2012

No. Nama Sekolah Jenjang Status Lokasi

1 PAUD Kasih Ibu PAUD Swasta Dusun.I, Rw.01/Rt.01 Air Merah

2 TPA Al-Kautsar TPA Swasta Dusun.I, Rw.01/Rw.02 Padang Buluk

3 MDA Ar-Rahman MDA Swasta Dusun.II, Rw.03/Rt.01 Teluk Baruk

4 SDN 005 Sepempang

SD Negeri Dusun.I, Rw.01/Rt.03 Tanjung Sulai

Sumber : Kantor Kepala Desa Sepempang Tahun 2012

Dengan kurangnya sarana sekolah sangat mempengaruhi kehidupan

warga, dimana di Desa sepempang ini tidak memiliki sekolah SMP dan SMA

sederajat sehingga anak-anak yang telah lulus SD harus menyambung sekolahnya

ke luar Desa Sepempang.

4.3.3 Sarana Kesehatan

28

Kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk manusia agar

dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari dengan baik. Tenaga kesehatan di Desa

Sepempang pada tahun 2010 s/d 2012 terdiri hanya 2 orang Bidan, dan partisipasi

masyarakat di bidang kesehatan sebanyak 19 orang, untuk lebih lanjut dapat

dilihat dalam tabel 10.

Tabel 10. Jumlah Tenaga Kesehatan dan Partisipasi Masyarakat Desa Sepempang Tahun 2012

No. Tenaga Kesehatan Jumlah

1 MedisDokter Umum -

Dokter Spesialis -

2 Keperawatan

Bidan 2

Perawat -

3 Partisipasi Masyarakat

Dukun Bayi 1

Posyandu 12

Polindes -

POD -

Desa Siaga -

Kader Lansia 3

Paraji Sunat -

Kader UKK 3

Kader Bina Keluarga Muda -

J u m l a h 21Sumber : Kantor Kepala Desa Sepempang tahun 2012

Dengan tidak adanya sarana Kesehatan yang ada di Desa Sepempang

seperti Puskesmas, Rumah sakit, Mobil Ambulance, dan minimnya tenaga

29

Kesehatan ini sangat berpengaruh terhadap masyarakat sekitar karna jika mereka

ada yang sakit maka harus berobat ke Rumah Sakit di Ibu Kota kabupaten untuk

Mendapat kan Pengobatan yang lebih lanjut.

4.3.4 Sarana Keagamaan

Sarana ibadah yang tersedia di Desa Sepempang antara lain berupa Mesjid

sebanyak 2 (dua) unit dan Surau/Musolah 3 (tiga), berikut jenis dan jumlah sarana

ibadah di Kelurahan ini tampak pada tabel 11.

Tabel 11. Sarana KeagamanNo. Jenis Kepemilikan Lokasi Jumlah

1 Masjid Dusun I-II 22 Mushola/Surau Dusun I-II 33 Gereja - -4 Vihara - -JUMLAH 2 5

Sumber : Kantor Kepala Desa Sepempang tahun 2012

Sarana ibadah yang terdapat di Desa Sepempang telah memberikan

kemudahan bagi masyarakat untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan agama

dan kepercayaan mereka masing-masing dan sarana yang memadai sangat

mendukung aktivitas ibadah bagi masyarakat. Namun disayangkan belum lengkap

nya sarana ibadah yang ada di Desa Sepempang. Yang menyebabkan sedikit

tergangunya aktifitas keagamaan.

4.3.5 Sarana Transprotasi

Panjang jalan di Desa Sepempang sampai tahun 2012 sepanjang + 27 km,

yang terdiri dari atas jalan Kecamatan 8 km, serta jalan desa sepanjang + 19 km.

Mulai tahun 2008, di Desa Sepempang mulai dilintasi oleh trayek angkutan kota

30

yaitu Trayek Desa Tanjung – Kel.Ranai Kota / Sepempang - Kel.Ranai Kota,

sehingga amat membantu bagi transportasi masal penduduk. Namun demikian

angkutan ojek masih mendominasi alat transportasi penduduk, dan pada Tahun

2010 Desa Sepempang mendapatkan sebuah alat trasportasi berupa Mitsubishi

Colt L300 yang di danai oleh Dana Program Pemberdayaan Sistim Pembangunan

Partisipatif (P2SPP) Kabupaten Natuna Tahun Anggaran 2010.

4.2.6. Sarana Telekomunikasi dan Informasi

Penggunaan jaringan komunikasi di Desa Sepempang khususnya jaringan

Hand phone telah ada, walaupun masih banyak di titik-titik tertentu di Desa

Sepempang masih belum terjangkau siknal. Jumlah pengguna jaringan Hand

phone di Desa Sepempang sudah mencapai 70 % dari jumlah penduduk Desa

Sepempang.

Selanjutnya dengan adanya Program “PUSYANTIP” (Pusat Pelayanan

Telekomunikasi dan Informasi Pedesaan) dari TELCOMSEL Kartu AS, sangat

membantu mobilisasi komunikasi khususnya di Kantor Kepala Desa Sepempang.

V. KEADAAN UMUM SUMBERDAYA

PERAIRAN DAN PERIKANAN

31

5.1. Sumberdaya Perairan

5.1.1. Pengukuran Kualitas Air

Hasil pengukuran di lapangan yang diukur pada Pagi hari (pukul

10.15WIB) dan Sore hari (18.15WIB) tanggal 01 dan 02 Agustus 2012, maka

didapat beberapa kondisi parameter kualitas perairan yang telah di Rata-Rata kan

di sajikan pada Tabel dibawah :

Tabel 12. Parameter Fisika di Perairan Desa Sepempang Kecamatan Bunguran Timur Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau.

No Parameter Fisika Nilai dan Satuan Kepmen LH No 51

Tahun 2004Pagi Sore1 Suhu 31,5 0C 31 0C 28-320C2 Salinitas 30 ‰ 29,5 ‰ 33-34‰3 Kecerahan 3,3 m 2,05 m >54 Kekeruhan 0 0 <5 NTU5 Kecepatan Arus 10 m/ 56 detik 10 m/ 46 detik -

Sumber: Data Primer dan KEP MEN LH No 51 Tahun 2004, lampiran III Tentang Baku mutu Air laut untuk Biota Laut

Tabel 13. Parameter Kimia di Perairan Desa Sepempang Kecamatan Bunguran Timur Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau.

No Parameter Kimia Nilai dan Satuan Kepmen LH No 51

Tahun 2004Pagi Sore1 pH Air 7,6 7,6 7-8,52 DO 7,74 mg/l - >5

Sumber: Data Primer dan KEP MEN LH No 51 Tahun 2004, lampiran III Tentang Baku mutu Air laut untuk Biota Laut

5.1.2. Suhu

32

Kisaran suhu yang terukur selama penelitian pada kedua stasiun masih

dalam kisaran suhu yang baik untuk kehidupan biota ini sesuai dengan KEP MEN

LH No 51 Tahun 2004 lampiran III

5.1.3. Salinitas

Salinitas merupakan kadar garam yang terdapat dalam perairan yang dapat

berubah karna dipengruhi pasang surut air laut dan hujan, namun salinitas di Desa

Sepempang masih bisa dikatakan baik karna masih berkisar antara 29,5-30‰

(masih dibawah baku mutu KEP MEN LH No 51 Tahun 2004 lampiran III).

5.1.4. Kecerahan

Kecerahan di suatu perairan sangat dipengaruhi oleh bahan-bahan

tersuspensi dan penetrasi cahaya matahari yang masuk keperairan tersebut.

Kecerahan perairan di Desa Sepempang yang didapat adalah 2,2-3,4m, masih

dibawah baku mutu KEP MEN LH No 51 Tahun 2004 lampiran III). Secara

umum intensitas cahaya yang masuk cukup baik. Dan kecerahan pada perairan ini

masih bisa mendukung kehidupan organisme dalam perairan tersebut.

5.1.5. Kekeruhan

Pada Perairan Desa Sepempang kekeruhan nya 0. Ini disebab kan tekstur

dasar laut yang berpasir dan arus cendrung tenang.

5.1.6. Kecepatan Arus

33

Terjadi perbedaan kecepatan arus pada saat pagi dan sore. Ini disebabkan

pada waktu sore tiupan angin cukup kuat sehingga mampu mempercepat gerakan

air yang berada di permukaan perairan.

5.1.7. PH (Derajat Keasaman)

Derajat keasaman (pH) perairan pantai Desa Sepempang adalah 7,6. Dari

nilai ini pH perairan tersebut masih normal dan masih baik untuk kehidupan biota

5.1.8. DO (Oksigen Terlarut)

Angka DO yang kecil menandakan perairan tersebut banyak mengandung

bahan-bahan organik sehingga oksigen sulit masuk ke dalam perairan. Selain

bahan- bahan organik, suhu dan salinitas juga berperan dalam suatu perairan,

semakin tinggi suhu, salinitas dan tekanan gas yang terlarut dalam air maka

kandungan oksigen berkurang dalam zsuatu perairan. Sedangkan DO di perairan

Desa Sepempang ialah 7,74 mg/l. Pengukuran DO hanya biasa dilakukan satu (1)

kali ini disebabkan keterbatasan alat.

5.2. Sumberdaya Perikanan

5.2.1. Perikanan Tangkap

5.2.1.1. Masyarakat Nelayan

Dari hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan dengan nelayan

Desa Sepempang diketahui bahwa kegiatan perikanan di Desa ini secara umum

dilakukan secara turun temurun. Jika dilihat dari jenis usaha penangkapan yang

dilakukan oleh masyarakat nelayan, maka perikanan di daerah ini termasuk

perikanan pantai (coastal fisheries) dan perikanan lepas pantai (offshore fisheries).

34

Masyarakat nelayan dapat dibedakan atas dua golongan, yaitu : Nelayan tetap dan

nelayan tidak tetap / sambilan.

Nelayan tetap adalah orang yang memiliki mata pencaharian utama

sebagai nelayan, kehidupannya sangat bergantung pada aktifitas penangkapan

ikan, dan melakukan pekerjaan lain hanya sebagai sambilan apabila tidak melaut.

Nelayan tidak tetap atau sambilan adalah orang yang melakukan usaha

penangkapan sebagai usaha sampingan, sedangkan usaha pokok mereka adalah

sebagai petani, pedagang, dan sebagainya.

Nelayan yang ada di Desa Sepempang umumnya merupakan nelayan tetap

yang mana profesi sebagai nelayan dijadikan mata pencaharian utama. Selain

sebagai nelayan mereka juga banyak yang bekerja sebagai Petani, perkebunan

yang mereka olah seperti cengkeh dan kelapa.

Kehidupan masyarakat nelayan di Desa Sepempang tergolong masih

sederhana, hasil tangkapan yang diperoleh nelayan di Desa Sepempang sebagian

kecil di konsumsi sendiri oleh nelayan atau dijual kepada masyarakat yang berada

disekitar tempat pendaratan ikan. Kemudian ikan yang terisisa langsung dibawa

ketoke / penampung. Dalam menjual hasil perikanan yang menentukan harga

adalah para toke / penampung, jadi nelayan memperoleh hasil tangkapan dari

penampung masing-masing.

Faktor pendidikan bukan merupakan prioritas bagi nelayan sebab

aktivitas penangkapan yang mereka lakukan bersifat tradisional yang lebih

mementingkan pengalaman dan keterampilan dari pada pengetahuan dan keahlian.

Ini didukung dengan data kuisioner dimana nelayan Desa Sepempang rata-rata

35

hanya berpendidikan setingkat SD ( Sekolah Dasar), dari data profil Desa

Sepempang dapat diketahui bahwa jumlah nelayan yang ada di Desa tersebut

berjumlah 122 Orang, maka untuk melengkapi peryaratan Peraktik Lapang yang

ditentukan maka diambil 10 % dari jumlah nelayan yang ada di Desa Sepempang,

dan didapat 12 orang. Dari 12 Orang yang diberikan kuisioner didapat hasil yaitu

status pendidikan masyarakat nelayan Desa Sepempang, untuk lebih jelas dapat

dilihat pada tabel 14.

Tabel 14 . Status Pendidikan Nelayan Desa SepempangNO Status Pendidikan Jumlah Nelayan Persentase%1 Tidak Sekolah - -2 SD (Sekolah Dasar) 9 Orang 75 %3 SLTP (Sekolah Lanjut Tingkat pertama) 3 Orang 25 %4 SMA (Sekolah Menengah Pertama) - -5 Akademi / Diplomat - -6 Perguruan Tinggi - - Jumlah 12 Orang 100 %

Sumber : Data Primer

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa mayoritas masyarakat nelayan

Desa Sepempang hanya berpendidikan SD (Sekolah Dasar) sederajat. Ini

membuktikan bagi mereka pendidikan bukan sebagai faktor penting dalam

melaut, melainkan hanya faktor pendukung. Karna keterampilan sebagai nelayan

telah diturunkan sejak dini terhadap anak-anak mereka. Hal ini terlihat sering

memberikan pengetahuan kepada anaknya mulai dari alat tangkap dan kapal

penangkapan yang digunakan begitu juga dengan tata cara penangkapan.

Pengetahuan penangkapan ikan hanya berasal dari pengalaman yang didapat dari

orang tua mereka secara turun temurun. Jarak tempuh nelayan yang ada di Desa

Sepempang sekali melaut, 10-80 mil hingga mendekati perbatasan Vietnam. Hal

yang menyebabkan jauhnya jarak lokasi penangkapan ikan dikarnakan

36

menipisnya sumberdaya perikanan di area pesisir pantai. Dan yang dikeluhkan

oleh nelayan setempat ialah mulai menipisnya ikan di perairan mereka salah satu

faktornya karna banyak nelayan-nelayan asing yang masuk diperairan Natuna

dengan kapasitas kapal berukuran besar dan menggunakan pukat harimau.

Selaian itu aktifitas nelayan yang ada di Desa Sepempang sangat

dipengaruhi oleh musim. Jika musim Utara terjadi yaitu antara Bulan Desember

sampai pertengahan bulan Maret, dimana angin bertiup dari arah utara. Pada

musim ini angin bertiup kencang dan laut berombak besar, sehingga mereka tidak

bisa melaut.

Musim Timur terjadi pada pertengahan Bulan Maret sampai Bulan Mei.

Angin bertiup pelan dan laut bertiup relatif tidak berombak. Pada musim ini

mereka bias melaut.

Musim Selatan terjadi pada Bulan Juni sampai Bulan Agustus. Angin

bertiup agak kencang dan laut relatif berombak. Namun mereka masih bias

melaut.

Musim Barat terjadi pada Bulan September sampai dengan Bulan

November. Keadaan angin relatif tidak stabil.

Dapat disimpulkan bahwa masa kerja nelayan dilaut biasa dikatakan

singkat karna hanya biasa melaut selama kurang lebih 5 bulan dalam 1 tahun.

5.2.1.2. Alat Penangkapan Ikan

Alat tangkap merupakan salah satu faktor utama yang menentukan

keberhasilan suatu usaha perikanan. Jenis alat tangkap yang digunakan oleh

nelayan di Desa Sepempang adalah pancing.

37

5.2.1.2.1. Pancing

Dari data profil Desa Sepempang dapat diketahui bahwa jumlah nelayan

yang ada di Desa tersebut berjumlah 122 Orang, maka untuk melengkapi

peryaratan Peraktik Lapang yang ditentukan maka diambil 10 % dari jumlah

nelayan yang ada di Desa Sepempang, dan didapat 12 orang. Dari 12 Orang yang

diberikan kuisioner didapat hasil yaitu alat penangkapan perikanan yang

digunakan masyarakat nelayan

di Desa Sepempang yaitu Pancing. Untuk melihat persentasenya, dapat dilihat

pada tabel 15.

Tabel 15. Persentase alat tangkap yang digunakan nelayan di Desa SepempangNo Alat Tangkap Jumlah Nelayan Persentase %1 Pukat Udang - -2 Pukat Kantong - -3 Pukat Cincin - -4 Jaring Ingsang - -5 Jaring Angkat - -6 Pancing 12 Orang 100 %

Sumber: Data Primer

Pancing adalah alat tangkap yang menggunakan umpan buatan maupun

umpan alami pada mata pancing agar ikan terangsang untuk memakannya. Umpan

yang digunakan adalah ikan-ikan kecil, udang dan cacing. Menurut klasifikasinya

pancing termasuk kedalam golongan Line fishing, yaitu alat tangkap yang

menggunakan mata pancing dan umpan untuk menarik perhatian ikan.

Tali pancing terbuat dari benang nilon multifilament dengan nomor 15, 20

dan 25 serta ukuran mata pancing 4-5 dan 3-4, serta dilengkapi dengan pemberat,

sedangkan panjang tali 10-15 meter. Cara pengoperasian dengan menurunkan alat

38

dan mengulurkan tali sampai kedalaman tertentu. Hasil tangkapan yang di dapat

dalam sehari penangkapan 5-30 Kg. Adapun ikan-ikan yang ditangkap seperti

ikan tenggiri (Cybium commersoni), ikan tongkol (Euthynnus lineatus), ikan selar

(Selaroides sp) dan ikan kembung (Rastrelliger branchysoma).

5.2.1.3. Armada Penangkapan

Dari hasil jawaban 12 Orang nelayan Desa Sepempang mengenai armada

penangkapan, mayoritas nelayan Desa Sepempang mengunakan kapal motor 2-5

GT, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 16.

Tabel 16. Armada Pengkapan Nelayan Desa Sepempang.No Armada Penangkapan Jumlah Nelayan Persentase %1 Perahu Papan Kecil 1 Orang 8,3 %2 Perahu Motor Tempel - -3 Kapal Motor, 2-5 GT 11 Orang 91,6 % Jumlah 12 Orang 100 %

Sumber: Data Primer

Peningkatan produksi perikanan tidak terlepas dari tersedianya armada

penangkapan, operasi penangkapan pada areal yang luas dan keterampilan dari

nelayan itu sendiri. Armada perikanan yang ada di Desa Sepempang berdasarkan

data koesioner adalah kapal motor ukuran 32-34 kaki dan lebar 1,3-1,5 m. Dengan

mengunakan mesin Dompeng maupun Tiongkok

Armada penangkapan di Desa Sepempang masih tergolong maju karena

dapat dilihat sebahagian besar nelayan menggunakan perahu motor. Hal ini karena

nelayan mempunyai kemampuan ekonomi untuk membeli perahu motor.

5.2.1.4 Status Kepemilikan Kapal

39

Dari hasil jawaban 12 Orang nealyan Desa Sepempang mengenai Status

Kepemilikan armada penangkapan, mayoritas nelayan Desa Sepempang

Mempunyai armada penangkapan pribadi, untuk lebih jelas dapat dilihat pada

tabel 17.

Tabel 17. Status Kepemilikan Kapal Nelayan Desa SepempangNo Status Kepemilikan Kapal Jumlah Nelayan Persentase %1 Milik Pribadi 8 Orang 66,6 %2 Milik Juragan 2 Orang 16,6 %3 Pinjaman 2 Orang 16,6 % Jumlah 12 Orang 100 %

Sumber: Data Primer

5.2.1.5 Lokasi Penangkapan

Dari hasil wawancara dengan masyarakat nelayan Desa Sepempang

diketahui lokasi penangkapan cukup berfariasi, berkisar 20-140 mil dari bibir

pantai. Lokasi penangkapan yang dilakukan masyarakat Desa Sepempang bisa

mencapai hingga daerah per batasan Indonesia-Vietnam.

5.2.1.6 Jumlah penangkapan

Dari hasil wawancara dengan masyarakat nelayan Desa Sepempang

diketahui hasil penangkapan akhir-akhir ini berkurang, untuk mendapatkan hasil

yang lebih nelayan harus menambah jarak tempuh penangkapan. Untuk lebih jelas

dapat dilihat pada tabel 18.

Tabel 18. Jumlah Hasil Tangkapan Nelayan Desa SepempangNo Hasil Tangkapan Jumlah Nelayan Persentase %1 <50 KG 2 Orang 16,66 %2 50-100 KG 5 Orang 41,66 %3 100-150 KG 2 Orang 16,66 %4 >150 KG 3 Orang 25 %

Sumber: Data Primer

40

5.2.1.7 Jenis Hasil Tangkapan dan Harga

Desa Sepempang memiliki hasil perikanan yang berfariasi contohnya

seperti ikan tenggiri, tongkol, parang, selar, tamban, kerapu, merah dan lain-lain.

Sedangkan satuan harga jual yaitu Per ekor, untuk lebih jelas dapat dilihat pada

tabel 19.

Tabel 19. Jenis Hasil Tangkapan Nelayan di Desa Sepempang Kecamatan Bunguran Timur Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

No Jenis Ikan Jumlah Ikan Ukuran Ikan Harga 1 Ikan Tenggiri (Cybium

commersoni)1 Ekor 1 KG Rp. 25.000

2 Ikan Tongkol (Euthynnus lineatus)

1 Ekor 30-40 cm Rp. 20.000

3 Ikan Kembung (Rastrelliger branchysoma)

5-6 Ekor 15-20 cm Rp. 15.000

4 Ikan Parang-parang (Chicocentrus hypselonea)

1 Ekor 60 cm Rp. 8.000

5 Ikan Selar (Selaroides sp) 5-6 Ekor 15 cm Rp. 20.0006 Ikan Kerapu (Epinephelus sp) 1 Ekor 1 KG Rp. 35.0007 Ikan Kerapu sunu (Epinephelus

diabolos)1 Ekor 1 KG Rp. 80.000

8 Ikan Pari (Dasgatis sephen) 1 Ekor 20-25cm Rp. 3.0009 Ikan Tamban (Clupea sp) 10-15 Ekor 10-20 cm Rp. 8.00010 IkanMerah (Lutjanus

argetinaculatus)1 Ekor 1 KG Rp. 30.000

11 Cumi-cumi (Loligo sp) 2-3 Ekor 25-30 cm Rp. 20.000Sumber : Data Primer

Harga di atas dapat berubah pada saat-saat tertentu sesuai dengan musim

ikan. Jika pada musim Timur, harga yang tertera pada tabel bisa menjadi lebih

rendah atau sebaliknya. Dan yang memakai satuan (KG) adalah bagian dari ikan

ekspor.

5.2.1.8 Skema Pendistribusian Ikan

41

Hasil tangkapan yang diperoleh nelayan di Desa Sepempang ada yang

dikonsumsi sendiri oleh nelayan atau dijual kepada masyarakat yang berada di

sekitar tempat pendaratan ikan. Kemudian ikan yang terisisa langsung dibawa

kepenampung. Dalam menjual hasil perikanan yang menentukan harga adalah

para penampung, jadi nelayan memperoleh hasil tangkapan dari penampung nya

masing-masing.

Pemasaran hasil perikanan dari hasil penangkapan ikan dipasarkan pada

pasar lokal dan ekspor, untuk pasar lokal ikan dipasarkan ke Ranai dan daerah

lainnya. Sedangkan pasar ekspor dipasarkan melalui pelabuhan Penagi, ikan yang

biasa diekspor antara lain Ikan Kerapu sunu (Epinephelus diabolos) dan Ikan

Merah (Lutjanus argetinaculatus), untuk kegiatan ekspor langsung ke Negara

tujuan ekspor Thailand, Vietnam.

Kelancaran ekspor ikan sangat tergantung pada musim tertentu, diamana

pada musim utara penangkapan ikan sangat kurang karena angin yang timbul

sangat kencang menimbulkan gelombang yang sangat tinggi, sehingga para

nelayan mengurangi operasinya ke laut karena mempertimbanng kan faktor

keselamatan. Dalam situasi ini, produksi ikan menurun seiring meningkatnya

harga ikan di pasaran lokal maupun di pasar luar negeri. Dengan semakin

panjangnya rantainya pemasaran maka harga yang sampai kepada masyarakat atau

konsumen menjadi mahal. Untuk mengetahui bentuk rantai pemasarannya dapat

dilihat pada gambar 2 dibawah ini :

NELAYAN

PEDAGANG PENGUMPUL EKSPOR

42

Gambar 2. Skema Pendistribusian Ikan Hasil Tangkapan di Desa Sepempang Kecamatan Bunguran Timur Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau.

5.2.2 Budi Daya

Berdasarkan data yang diperoleh baik dari Desa maupun dari wawancara

langsung dengan nelayan, tidak diperoleh data mengenai adanya usaha budidaya

perikanan darat maupun laut yang terdapat di Desa Sepempang ini. Potensi

budidaya air payau (tambak) dan laut (keramba) cukup besar, lahan yang

berpotensi untuk pembuatan tambak terdapat di Desa Sepempang cukup luas.

Dimana banyak terdapat anak sungai yang mengalir ke laut, namun untuk saat ini

pemanfaatan untuk kegiatan budidaya air payau (tambak) dan Laut (keramba)

belum ada disebabkan rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap ilmu

budidaya air payau, air laut dan tidak memiliki modal yang cukup, untuk itu perlu

adanya percontohan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Natuna agar

potensi yang ada dapat digali dan sekaligus dapat dimanfaatkan oleh Masyarakat

Desa Sepempang.

43

5.2.3 pengolahan hasil perikanan

Di Desa Sepempang ini tidak ditemui adanya pengolahan hasil tangkapan.

Hal ini disebabkan karena hasil tangkapan yang sedikit. Sehingga hanya sebagian

kecil yang dikonsumsi sendiri yang sisanya langsung dijual kepada konsumen dan

kepada penampung.

5.2.4 Potensi Perikanan

potensi perikanan yang ada di desa Sepempang Sebenarnya masih sangat

memadai jika dikelola dengan baik. Ini dibuktikan dengan beberapa faktor salah

satunya kualitas air, dimana di Desa Sepempang kualitas airnya masih

mendukung untuk kehidupan biota laut. Kualitas air yang ada di Desa Sepempang

masih dibawah standart baku mutu KEP MEN LH No 51 tahun 2004 lampiran III.

44

VI. ISU PERMASALAHAN

6.1. Permasalahan Umum

Ayodhyoa (1981) mengemukakan bahwa masyarakat nelayan adalah suatu

komunitas manusia yang mendiami suatu kawasan tertentu dengan mata pencarian

pokok sebagai nelayan. Wilayah pesisir atau pantai pada dasarnya merupakan

wilayah yang sering sekali kurang mendapat perhatian dari pemegang kebijakan

dan kekuasaan.

Ada beberapa permasalahan yang terdapat di Desa Sepempang yang perlu

mendapat perhatian, yaitu :

a. Kurangnya perhatian Pemerintah Daerah setempat terhadap potensi

perikanan dan kelautan yang ada di Desa Sepempang. Hal tersebut dapat

dilihat dari tidak adanya kerjasama antara pemerintah setempat dengan

masyarakat nelayan yang bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan

nelayan. Kondisi ini menyebabkan masyarakat nelayan sulit untuk

mendapatkan bantuan dari Dinas Kelautan dan Perikanan, Sehingga

45

nelayan tidak bisa menyaingi nelayan dari luar dalam segi teknologi

penangkapan.

b. Masih kurangnya respon pemerintah dalam pembangunan sarana-sarana

penunjang untuk meningkatkan kesejatraan masyarakat seperti sarana

pendidikan, kesehatan DLL.

c. Sarana transportasi di Desa Sepempang seperti angkutan umum sangat

kurang. Masyarakat Desa yang masih belum banyak memiliki kendaraan

pribadi kesulitan dalam sarana transportasi. Prasarana transportasi dalam

tahap perbaikan dan banyak terdapat kerusakan pada badan jalan seperti

adanya lubang-lubang di sepanjang jalan di Desa tersebut.

d. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Desa Sepempang yang sangat

berpengaruh terhadap pola pikir masyarakat yang masih tradisional.

Bentuk pola pikir masyarakat itu sendiri masih dipengaruhi oleh

pengetahuan dari zaman nenek moyang tentang segala sesuatunya. Untuk

mengatasi hal itu, perlu adanya kerjasama dari berbagai pihak yang

berwenang seperti instansi pemerintahan, sehingga masyarakat dapat

menikmati kesejahteraan dan kemakmuran seperti yang diamanat kan

pancasila yaitu keadilan sosial untuk seluruh rakyat Indonesia

e. Melihat masalah yang dihadapi oleh nelayan di Desa Sepempang dibidang

pengetahuan dan keterampilan yang kurang, maka hal ini sangat

berdampak bagi pengelolaan, pemanfaatan dan pengolahan ikan pada

daerah-daerah penghasil ikan. Adanya penyuluhan, pelatihan manajemen

keuangan dan usaha, serta keterampilan diharapkan Desa ini menjadi

46

daerah penghasil peikanan yang besar dan maju baik dalam bentuk ikan

segar maupun dalam bentuk olahan.

6.2. Permasalahan Khusus

Berdasarkan pengamatan di lokasi praktik di Desa Sepempang ada

beberapa permasalahan khusus di Desa tersebut, yaitu :

a. Desa Sepempang tidak memiliki tempat pelelangan ikan (TPI) sehingga

nelayan masih tergantung dengan pengepul ikan / toke.

b. Desa Sepempang sebenarnya memiki pabrik es namun tidak dikelola

dengan baik sehingga nelayan harus membeli es kantong, ini menyebabkan

bertambahnya modal nelayan.

c. Kurangnya pemanfaatan tentang pengelolaan ikan.

d. Tingginya harga solar sehingga menyulitkan nelayan untuk melaut.

e. Kurangnya peran instansi-instansi terkait dalam memajukan perikanan di

Desa Sepempang, yang menyebabkan nelayan tidak berkembang dan

selalu kalah bersing dengan nelayan asing.

f. Kurang tegasnya penindakan terhadap pelaku illegal fishing sehingga

pecurian ikan di laut Natuna semakin bertambah.

g. Kurangnya sosialisasi tentang budidaya perikanan oleh instansi-instansi

terkait yang menimbulkan kegagalan dalam usaha percobaan budidaya

ikan kerapu di Deasa Sepempang.

47

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Desa Sepempang berada di Kecamatan Bunguran Timur, memiliki jumlah

penduduk yang mencapai 1459 jiwa. Dari jumlah itu 122 jiwa diantaranya

bermata pencarian sebagai nelayan. Budidaya perikanan tidak terdapat di Desa

Sepempang karena kurang pengetahuan tentang budidaya perikanan.

Hasil Penangkapan masyarkat nelayan akhir akhir ini berkuraang karna

marak nya kapal-kapal asing yang menggunakan alat-alat cangih, selain itu

kurangnya pengetahuan dan kuarang majunya alat-alat penangkapan sehingga

masyarakat Sepempang kalah bersaing dengan nelayan Asing. Selain itu

Keterbatasan produksi es dan tingginya harga bahan bakar minyak solar

mempengaruhi nelayan dalam melakukan aktivitas penangkapan.

7.2. Saran

Dengan meningkatnya kebutuhan protein bagi kehidupan manusia, maka

optimalisasi pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan sebagai sumber

protein hewani harus tetap terus ditingkatkan. Maka dari itu diperlukan dukungan

dari pihak-pihak terkait untuk terus mengembangkan sektor ini.

Pemberian modal terhadap nelayan perlu dilakukan, ini bertujuan agar

keterikatan nelayan kepada penampung dapat dikurangi. Selain itu pembinaan di

bidaang perikanan, pemeberian penyuluhan atau pelatihan tentang pentingnya

kawasan pesisir sebagai potensi yang harus dimanfaatkan secara baik dan

48

berkelajutan harus terus digalakan, ini bertujuan agar masyarakat tidak hanya

memanfaatkan secara berlebihan tetapi juga harus memperhatikan kelestarian dari

ekosistem tersebut. Dan instansi-instansi terkait harus bekerja sama dalam

memberantas Ilegal Fishing yang marak terjadi di laut Natuna.

Agar masyarakat nelayan di Desa Sepampang lebih maju ke depan maka

perlu adanya perhatian khusus yang diberikan baik dari segi manajemen maupun

teknologi untuk nelayan tangkap oleh Dinas Perikanan dan Kelautan dan

pemerintah setempat. Serta memberikan infomsi yang lebih baik kepada nelayan

tentang Budi Daya perikanan, sehingga Budi daya biasa berkembang di Desa

Sepempang.

Dan pembangunan sarana dan prasarana Desa harus menjadi salah satu

prioritas pemerintah daerah karna sarana di suatu daerah merupakan penunjang

kemajuan suatu daerah sehingga masyarakat bias hidup tenang dan biasa hidup

saling berdampingan.

DAFTAR PUSTAKA

49

Armita, Dewi. 2011. Analisis Perbandingan Kualitas Air di Daerah Budidaya Rumput Laut dengan Daerah Tidak Ada Budidaya Rumput Laut di Dusun Malelaya Desa Punaga Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar. Skripsi. Makasar: Universitas Hasanuddin

Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius

Alamsyah, Z., Ridwan. 1980. Ichthyology Sistimatika. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 169 hal

Dahuri, R., J. RAIS., S.P. Ginting dan M.j. Sitepu., 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita, Jakarta. 328 hal

Brown, A,. 2003. Daerah Penangkapan Ikan Dan Beberapa Metoda Pengumpulan dan Pencarian ikan. Ilmu perikanan dan Ilmu kelautan. Faperika press. 141 Hal

http://perikananagrobisnis.com/2012/01/konsep-manajemen-dalam-usaha-perikanan.htm/, diakses Rabu, 27 Juni 2012, 16:10 WIB)

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/05/strategi-pemasaran-produk-perikanan-dan-kelautan/, (diakses Rabu, 27 Juni 2012, 16:00 WIB)

http://www.scribd.com/doc/60391053/Potensi-Sumber-Daya-Alam-Kepulauan-Riau . ( diakses Rabu, 27 Juni 2012, 16:20 WIB)

http://panduanskripsi.com/metode-pengumpulan-data-dengan-kuesioner-pada-penelitian-kuantitatif/, (diakses sabtu,30 juni 2012, 20:05 WIB)

Hulu Sungai Cisadane. Skripsi. Jawa Barat: Institut Pertanian Bogor

Soehartono, Irawan. 1995. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Tang, M. 2003. Budidaya Air Tawar. Pekanbaru: UNRI Press

Wijaya, Habib Krisna. 2009. Komunitas Perifiton dan Fitoplankton Serta Parameter Fisika-Kimia Perairan Sebagai Penentu Kualitas Air

DibagianWijaya, Habib Krisna. 2009. Komunitas Perifiton dan Fitoplankton Serta

Parameter Fisika-Kimia Perairan Sebagai Penentu Kualitas Air dibagian Hulu Sungai Cisadane. Skripsi. Jawa Barat: Institut Pertanian Bogor

50

51

Lampiran

Lampiran 1. Peta Desa Sepempang

52

KEL BU UR NA GH UA RN A

NRA TN IA MI U

R

LSejuba A

UT

Tj.Sejuba

Tj.Sulai

P.Senua: S.Olahraga

: Ktr.Desa

: Polindes

: Pabrik

: Batas Desa

: MDA AL-RAHMAN

: RRI

: Pusat RT

S.TelukTj.Sulai

: Pelabuhan

: Batas RT

: Jalan

: PPK

LEGENDA LEGENDA

: Budidaya Walet: Kipan.C

Air Hijau

B.Jaya

Tlk.Baruk

S.Krani

Air Merah

Tj.Sulai

Teledu

Pdg.Buluk

Air Danau

: S.Ibadah

: S.Pendidikan

Gambar 3. Peta Desa Sepempang

Lampiran 2. Kantor Kepala Desa Sepempang

53

Gambar 4. Kantor Kepala Desa Sepempang

Lampiran 3. Armada Penangkapan

54

Gambar 5. Perahu Motor

Gambar 6. Perahu Motor

Lampiran 4. Hasil Tangkapan

55

Gambar 7. Hasil Tangkapan Nelayan

Gambar 8. Hasil Tangkapan Nelayan

Lampiran 4. Alat Pengukur Kualitas Perairan

56

Gambar 9. Alat Pengukur, Kecepatan Arus dan Salinitas.

Gambar 10. Alat Pengukur (DO).

57

Gambar 11. Alat Pengukur, Thermometer dan PH Test Kit.