Ketimpangan Di Provinsi Bali Sebelum dan Sesudah Krisis 2008
Transcript of Ketimpangan Di Provinsi Bali Sebelum dan Sesudah Krisis 2008
BAB 1Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan daerah kepulauan yang mempunyai
ribuan kepulauan dan mempunyai 34 provinsi. Masing-masing
daerah mempunyai perbedaan ciri khas tersendiri meliputi
sumberdaya alam, ekonomi, sosial budaya, adat-istiadat, jumlah
dan kepadatan penduduk, mutu sumberdaya manusia, letak
geografis, serta sarana dan prasarana yang tersedia di setiap
daerah (BPS, 1996). Perbedaan karakteristik tersebut
berpengaruh pada kemampuan tumbuh masing-masing daerah,
sehingga membuat pembangunan di sebagian daerah tumbuh lebih
cepat dari pada pembangunan daerah lainnya. Kemampuan tumbuh
yang berbeda ini juga diikuti oleh perbedaan pola pembangunan
ekonomi yang kemudian menyebabkan terjadinya ketimpangan
pendapatan antar wilayah.
Ketimpangan tidak dapat dimusnahkan, melainkan hanya bisa
dikurangi sampai pada tingkat yang dapat diterima oleh suatu
sistem sosial tertentu agar keselarasan dalam sistem tersebut
terpelihara dalam proses pertumbuhannya (Supriyantoro, 2005).
Oleh karena itu, ketimpangan pasti akan selalu ada baik di
negara miskin, negara sedang berkembang maupun negara maju.
Setiap negara hanya bisa menekan nilai ketimpangan serendah
mungkin.
Ketimpangan yang semakin melebar lama-kelamaan akan
menimbulkan ketidakpuasan yang berujung pada timbulnya
K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18
konflik. Akumulasi dari ketidakpuasan tersebut dapat
membahayakan Negara Kesatuan Republik Indonesia, karena
diwujudkan dalam gerakan pemisahan wilayah atau separatisme.
Pembangunan pada masa orde baru yang dimulai dari tahun 1969
merupakan masa dimana perekonomian Indonesia memperlihatkan
angka pertumbuhan yang sangat baik. Bahkan pada tahun 1993,
Bank Dunia mengkategorikan Indonesia sebagai Newly Industrializing
Economies (NIEs), bersama dengan Malaysia, Meksiko, Brazil,
Taiwan, Hongkong, Singapura, Korea Selatan dan Thailand. Pada
saat itu sektor tradisional (sektor pertanian) seakan-akan
termarginalkan, digantikan oleh sektor modern (sektor
industri). Seperti halnya negara yang sedang berkembang
lainnya, pertumbuhan ekonomi selalu dipusatkan pada
peningkatan sektor modern yang cenderung lebih sedikit dalam
penyerapan tenaga kerja.
Sektor tradisional yang mampu menyerap tenaga kerja dalam
jumlah besar selama ini tersisihkan, sehingga sektor modern
lebih cepat berkembang. Peningkatan yang cepat pada sektor
modern menyebabkan kesenjangan antara sektor modern dan sektor
tradisional. Untuk menanggulangi hal diatas perlu adanya
strategi baru bagi pemerintah agar berorientasi pada
pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan.
1.2 Rumusan Masalah
Sebagai provinsi yang berbentuk sebuah pulau,Bali
menyimpan banyak sekali sumber daya didalamnya. Oleh karena
banyaknya sumber daya alam maka akan berpengaruh kedalam
Pendapatan Domestik Regional BrutoProvinsi Bali juga merupakan
K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18
provinsi yang mempunyai angka kemiskinan terkecil kedua
setelah Jakarta. Oleh karena itu provinsi Bali dipilih sebagai
acuan provinsi-provinsi lainnya dalam menerapkan kebijakan
yang berpengaruh terhadap pemerataan pendapatan. Dalam
kaitannya dengan angka kemiskinan yang kecil pasti ada salah
satu sector didalam PDRB yang membantu membuat angka
kemiskinan dan disparitas pendapatan itu kecil.Untuk itu
makalah ini akan membahas apakah peran sector pertanian dalam
membantu mengurangi kemiskinan dan disparitas adalah besar dan
apakah sector penggalian berperan besar didalam mengurangi
angka disparitas di Provinsi Bali. Tabel 1Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, Garis Kemiskinan,
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Provinsi, September 2012
PropinsiPersentase Penduduk
Miskin (%) Propinsi
Persentase PendudukMiskin (%)
Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa
Bali12.4
720.9
7 18.58Nusa Tenggara Barat
21.65
15.41 18.02
Sumatera Utara
10.28
10.53 10.41
Nusa Tenggara Timur
12.21
22.41 20.41
Sumatera Barat 6.45 8.99 8.00
Kalimantan Barat 5.49 9.04 7.96
Riau 6.68 8.94 8.05Kalimantan Tengah 4.21 7.19 6.19
Jambi10.5
3 7.29 8.28Kalimantan selatan 3.56 6.07 5.01
Sumatera Selatan
13.29
13.58 13.48
Kalimantan Timur 3.82
10.56 6.38
Bengkulu16.8
917.8
0 17.51 Sulawesi Utara 6.36 8.69 7.64
Lampung11.8
816.9
6 15.65 Sulawesi Tengah 9.0216.8
5 14.94Bangka Belitung 3.73 6.96 5.37
Sulawesi Selatan 4.44
12.93 9.82
Kepulauan Riau 6.77 7.08 6.83
Sulawesi Tenggara 4.62
16.24 13.06
K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18
DKI Jakarta 3.70 0.00 3.70 Gorontalo 4.8023.6
3 17.22
Jawa Barat 8.7112.1
3 9.89 Sulawesi Barat10.0
313.9
2 13.01
Jawa Tengah13.1
116.5
5 14.98 Maluku 8.3928.1
2 20.76DI Yogyakarta
13.10
21.29 15.88 Maluku Utara 2.92 9.98 8.06
Jawa Timur 8.9016.8
8 13.08 Papua Barat 5.3636.3
3 27.04
Banten 4.41 8.31 5.71 Papua 5.8139.3
9 30.66
Bali 3.81 4.17 3.95 Indonesia 8.6014.7
0 11.66
Sumber: Diolah dari Susenas Maret 2012
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi kontribusi sektor pertanian terhadap
PDRB, penyerapan tenaga kerja, dan laju pertumbuhan
ekonomi di Pemerintah Bali.
2. Menghitung besarnya ketimpangan pendapatan yang terjadi
di Pemerintah Bali dan melihat dinamikanya.
3. Mengidentifikasi peranan sektor pertanian terhadap
pemerataan pendapatan daerah dan pertumbuhan ekonomi di
Pemerintah Bali.
K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18
BAB 2Kajian Pustaka
Pengukuran ketimpangan pendapatan antar daerah di
Provinsi Bali dapat dilakukan dengan metode Indeks
Williamsons (CVw) dengan rumus (Tambunan, 2003):
Dimana: CVw = Indeks ketimpangan daerah Williamson
fi = Jumlah penduduk di daerah ke-i (jiwa)
n = Penduduk total (jiwa)
= PDRB perkapita atas dasar harga konstan di daerah ke-i
(rupiah)
= PDRB perkapita atas dasar harga konstan untuk propinsi
(rupiah)
Untuk melihat peranan sektor pertanian terhadap
ketimpangan pendapatan daerah dilakukan dengan cara menghitung
ketimpangan pendapatan daerah tanpa memasukkan nilai PDRB
sektor pertanian dalam perhitungan tersebut. Kemudian
K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18
dibandingkan dengan besarnya tingkat ketimpangan dengan
memasukkan PDRB sektor pertanian. Apabila setelah PDRB sektor
pertanian dikeluarkan dari perhitungan ketimpangan semakin
besar, maka artinya sektor pertanian berperan dalam mengurangi
tingkat ketimpangan yang terjadi.
Secara umum kegiatan ekonomi Pemerintah pusat maupun daerah
yang dihitung dalam PDRB dibagi menjadi Sembilan sektor,
yaitu:
1. Sektor Pertanian, yang terdiri dari:
a) Subsektor tanaman pangan; pembangunan pada subsektor
ini diarahkan pada peningkatan produksi tanaman padi
dan palawija dalam rangka mempertahankan swasembada
pangan.
b) Subsektor tanaman perkebunan; pengembangan pada
subsektor ini diarahkan untuk menunjang peningkatan
produksi tanaman perkebunan terutama yang mudah
dipasarkan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
pendapatan petani dan devisa negara dari hasil ekspor.
c) Subsektor peternakan dan hasilnya; pembangunan pada
subsektor ini diarahkan pada peningkatan produksi
daging, telur, dan susu untuk memenuhi gizi
masyarakat.Subsektor kehutanan; kegiatan yang dilakukan
meliputi pembangunan kayu, pengambilan hasil-hasil
hutan dan perburuan binatang liar.
d) Subsektor perikanan; pembangunan pada subsektor ini
diarahkan untuk peningkatan produksi dalam upaya
pemenuhan gizi masyarakat
K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18
e) Subsektor perikanan; pembangunan pada subsektor ini diarahkan untuk peningkatan produksi dalam upaya pemenuhan gizi masyarakat
2. Sektor Pertambangan dan Galian
a) Subsektor tanpa migas, meliputi pengambilan dan
persiapan pengolahan lanjutan benda padat, baik dibawah
maupun pada permukaan bumi serta seluruh kegiatan
lainnya yang bertujuan memanfaatkan biji logam dan
hasil tambang lainnya.
b) Subsektor penggalian, mencakup penggalian dan
pengambilan segala jenis barang galian batu-batuan,
pasir besi, biji besi, biji perak serta komoditas
barang tambang lainnya selain kegiatan yang tercakup
yaitu penggalian batu-batuan, pasir, tanah, batu
gunung, batu kali, batu kapur, batu koral, kerikil, dan
batu marmer.
3. Sektor Industri Pengolahan Pembangunan pada bidang ini
terutama diarahkan untuk industri pengolahan hasil
pertanian, pemanfaatan limbah pertanian, industri rumah
tangga, baik di pedesaan maupun di perkotaan. penekanan
pembangunan pada industri selain untuk meningkatkan
produksi tapi juga untuk menunjang pertumbuhan ekonomi
dan diharapkan dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak
4. Sektor Listrik, Gas, dan Air minum, terdiri dari:
a) Subsektor listrik; meliputi pembangunan dan penyaluran
tenaga listrik yang diselenggarakan oleh PLN maupun non
PLN. Yang dimaksud non PLN adalah perusahaan listrik
yang dilakukan oleh perusahaan swasta atau perorangan.
K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18
b) Subsektor air minum; kegiatan ini meliputi proses
pembersihan, pemurnian, dan proses kimia lain untuk
menghasilkan air minum termasuk penyaluran melalui pipa
baik pada rumah tangga, instansi pemerintah maupun
swasta.
5. Sektor Bangunan Kegiatan ini meliputi usaha pembangunan
atau pembuatan, perluasan, pemasangan, perbaikan berat
dan ringan, perombakan bangunan tempat tinggal, jalan,
jembatan, bendugan, jaringan listrik, telekomunikasi, dan
konstruksi
6. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran, yang terdiri
dari:
a) Subsektor perdagangan besar dan eceran; subsektor
perdagangan memainkan peranan penting dalam
perekonomian Pemerintah Bali, karena mendorong
pertumbuhan dan perkembangan produksi. Perdagangan
mampu menjamin kelancaran pemasaran dan pembelian jasa
dari konsumen ke produsen.
b) Subsektor perhotelan, kegiatan ini meliputi penyediaan
akomodasi yang menggunakan sebahagian atau keseluruhan
bangunan berupa tempat penginapan, baik yang terbuka
untuk umum atau hanya sebahagian anggota kelompok
organisasi tertentu. Termasuk pula aktivitas penyediaan
makanan dan minuman serta penyediaan fasilitas lainnya
bagi para tamu penginapan, yang seluruh kegiatan
tersebut berada dalam suatu kesatuan manajemen
penginapan.
K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18
c) Subsektor restoran; kegiatan ini mencakup usaha
penjualan untuk penyediaan makanan atau minuman, yang
pada umumnya dikonsumsi di tempat penjualan, disuatau
tempat tersendiri ataupun dijajakan.
7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, yang terdiri dari;
a) Subsektor angkutan darat, meliputi angkutan jalan raya
jasa penunjang angkatan darat seperti parkir dan
terminal. Akan tetapi yang termasuk dalam hitungan
hanya terbatas pada segala jenis angkutan jalan raya
seperti angkutan bus, truk, becak dan angkot.
b) Subsektor angkutan laut, meliputi kegiatan pelayanan
angkutan, pelayanan samudera, perairan pantai, sungai,
dan jasa penumpang angkutan laut. Namun, yang termasuk
dalam hitungan hanya terbatas angkutan perairan pantai
saja.
c) Subsektor komunikasi, meliputi kegiatan jasa komunikasi
untuk umum seperti pengiriman surat, paket dan wesel
yang diusahakan oleh Perum Pos dan Giro, pengiriman
berita dengan menggunakan telepon, telex, dan telegram
yang diusahakan oleh Perum Telekomunikasi.
8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, yang
terdiri dari:
a) Subsektor keuangan (bank), kegiatan ini meliputi jasa
pelayanan dibidang keuangan kepada pihak lain, seperti
menerima simpanan dalam bentuk giro dan tabungan,
member pinjaman, mengirim uang, memindahkan rekening
K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18
koran, membeli atau menjual surat-surat berharga, dan
member jaminan bank.
b) Subsektor keuangan non bank, meliputi pelayanan asurnsi
baik jiwa ataupun bukan jiwa seperti asuransi
kebakaran, kecelakaan kerusakan dan sebagainya.
Termasuk juga agen per asuransian, unit penyaluran dana
pensiun dan sebagainya.
c) Subsektor persewaan dan jasa perusahaan, meliputi
kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain seperti jasa
hukum, jasa angkutan, jasa periklanan, jasa penyewaan
mesin dan peralatan, jasa bangunan dan jasa arsitek.
Tetapi yang termasuk dalam perhitungan terbatas pada
jasa hukum (advokat/pengacara), notaris dan jasa
konsultan.
9. Sektor Jasa, terdiri dari:
a) Pemerintah umum, meliputi jasa pelayanan sosial seperti
rumah sakit umum dan panti asuhan.
b) Swasta, meliputi:
1) Subsektor jasa sosial kemasyarakatan, meliputi
jasa pendidikan dan pendidikan swasta mulai dari
taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi,
termasuk guru per orangan yang berusaha sendiri
dan kursus-kursus. Jasa kesehatan mencakup segala
lembaga kesehatan swasta yang berbentuk rumah
sakit maupun poliklinik, jasa sosial lainnya yang
mencakup panti asuhan, rumah ibadah dan
sebagainya.
K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18
2) Subsektor kebudayaan dan hiburan, meliputi segala
macam perusahaan dan lembaga swasta yang bergerak
pada jasa hiburan, rekreasi serta kebudayaan
seperti pembuatan dan disribusi film, usaha
penyiaran film dan penyiaran radio swasta. Dari
jenis kegiatan tersebut diatas, yang termasuk
dalam perhitungan terbatas pada kegiatan pemutaran
film dan penyiaran radio swasta niaga.
3) Subsektor perorangan dan rumah tangga, meliputi
jasa yang diberikan untuk perorangan dan rumah
tangga seperti jasa reparasi, jasa binatu, tukang
cukur, tukang jahit, tukang las dan jasa
perorangan lainnya.
K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18
BAB 3Pembahasan
3.1 Analisis Besaran PDRB Bali Berdasarkan Harga Konstan
Bali merupakan sebuah provinsi yang memiliki pengaruh cukup
besar bagi perekonomian di Indonesia. Perekonomian di Bali
dikuasai oleh 3 sektor yang sangat mencolok yaitu perdagangan,
pertanian dan jasa-jasa. Sektor perdagangan di Bali bukan
hanya dikuasai oleh perdagangan domestic, namun juga banyak
dipengaruhi oleh perdagangan mancanegara. Perdagangan hasil
kerajinan bali keluar negeri juga mempunyai banyak pengaruh
terhadap pendapatan domestic regional bruto di Provinsi Bali.
Akan tetapi sebagai ikon wisata indonesia, Bali yang mempunyai
wisata alam yang banyak menarik wisatawan domestic dan
mancanegara memberikan pengaruh besar terhadap PDRB dalam
sector hotel.
Tabel 2 PDRB berdasarkan lapangan usaha atas dasar harga konstan
2000, tahun 2007-2011
Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011Pertanian 5219408.
225342525.4
45645784.85 5745218.
985873306.3
1Pertambangan dan Penggalian
140401.86
150065.76 157971.73 188664.53
208488.02
K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18
Industri Pengolahan 2451642.6
2625515.32
2768110.35 2936448.09
3027992.41
Listrik,Gas, dan Air Bersih
368482.37
391914.95 410371.98 438590.34
470830.61
Bangunan 946314.71
1057821.07
1067443.02 1146121.48
1263386.67
Perdagangan,Hotel, dan restoran
7533181.32
8148209.54
8656017.41 9209066.19
10005651.57
Pengangkutan dan Komunikasi
2652613.84
2870113.59
3016617.21 3190556.74
3380964.69
Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan
1792600.34
1850585.81
1899187.64 2041019.6
2167882.16
Jasa-Jasa 3345240.44
3473574.06
3669441.42 3985000.25
4382171.61
Total 24449885.7
25910325.54
27290945.61
28880686.2
30780674.05
Sumber : Diolah dari data BPS Bali, 2011
Dari table diatas dapat diketahui bahwa pendapatan
terbesar pulau bali dari tahun 2007-2011 ada di sector
perdagangan,hotel dan restoran. Ini dikarenakan provinsi bali
sendiri terkenal sebagai salah satu kawasan wisata terkenal
didunia. Penyumbang terbesar kedua bagi pendapatan regional
bruto daerah Bali adalah sector pertanian. Sebagai penarik
sector pariwisata Di bali yaitu sector pertanian dan alam yang
masih asri. Sebagai bagian dari Negara berkembang, pertanian
juga diangggap sebagai sektor penunjang yang positif dalam
pembangunan ekonomi pada Negara berkembang seperti
Indonesia dan daerah didalamnya. Sektor yang memberikan sumbangan terkecil ke PDRB
Provinsi Bali yaitu sector pertambangan dan penggalian.Sebagai
daerah yang terdiri dari sedikit sumber daya alam berupa
daerah galian,otomatis akan berdampak ke PDRB sector
K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18
ini.Malahan di Bali tidak mempunyai daerah pertambangan minyak
dan gas.Sektor terkecil kedua adalah sector listrik gas dan
air bersih yang pendapatannya masih sangat kecil yang
disebabkan persentase kepadatan penduduk di Provinsi Bali
masih kecil.
Total PDRB provinsi bali dari tahun ke tahun terus
mengalami kenaikan.Ini ditunjukkan dari total PDRB provinsi
Bali tahun 2007 ada di angka Rp. 24.449.885.700,- sedangkan
pada tahun 2011 ada di angka Rp.30.780.674.050.Untuk itu dapat
dikatakan total PDRB provinsi Bali akan terus tumbuh.
3.2 Analisis Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali
Dari grafik di bawahdiketahui bahwa angka pertumbuhan
PDRB provinsi Bali mengalami pertumbuhan yang tidak stabil.
Angka pertumbuhan terbesar PDRB provinsi Bali ada antara tahun
2009 ke 2010 yaitu sebesar 7,75% dari total PDRB tahun 2009.
Sedangkan pertumbuhan PDRB provinsi Bali yang paling kecil
adalah ditahun 2009.Dimana pertumbuhannya hanya sebesar 4,62%
dari total PDRB tahun 2008.
Gambar 1 Grafik Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali Tahun 2007-2011
K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18
Sumber : Diolah dari data BPS Bali, 2011
Penurunan drastis PDRB provinsi Bali pada tahun 2009
adalah dampak dari adanya krisis ekonomi yang menimpa dunia
tahun 2008.Rata-rata dari pertumbuhan PDRB provinsi Bali
adalah 6,37%.Angka ini merupakan angka pertumbuhan PDRB yang
cukup besar bila dibandingkan daerah-daerah lain di Indonesia.
Tabel 3 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali atas dasar harga konstan 200 menurut lapangan usaha tahun 2007-2011
Lapangan Usaha 2007 2008 2009
2010 2011 Rata-rata
Pertanian 2.21 2.36 5.68
1.76 2.23 2.85
Pertambangan dan Penggalian 3.89 6.88 5.27
19.43
10.51
11.73
Industri Pengolahan 8.46 7.09 5.43
6.08 3.12 4.88
Listrik,Gas, dan Air Bersih 7.3 6.36 4.71
6.88 7.35 6.31
Bangunan 6.09 11.78 0.91
7.37 7.88 5.39
K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18
Perdagangan,Hotel, dan restoran
8.15 8.16 6.23
6.39 8.65 7.09
Pengangkutan dan Komunikasi 10.86 8.2 5.1 5.77 5.97 5.61Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan
3.76 3.23 2.63
7.47 6.22 5.44
Jasa-Jasa 2.6 3.84 5.64
8.6 9.97 8.07
Total 5.92 6.43 4.62
7.75 6.88 6.37
Sumber : Diolah dari data BPS Bali, 2011
Dari Tabel diatas dapat diketahui sector yang angka
pertumbuhan jumlah pendapatnnya adalah sector pertambangan dan
penggalian di tahun 2010 dengan pertumbuhan sebesar
19,43%.Akan tetapi angka pertumbuhan sector ini menurun
drastic di tahun berikutnya. Untuk itu seharusnya pemerintah
menjaga pertumbuhan pendapatan pada sector ini pada angka yang
moderat. Pertumbuhan sektor yang terus mengalami kenaikan
adalah sector jasa yang mengalami pertumbuhan sebesar 2,6%
pada tahun 2007 dan terus merangkak naik hingga mencapai angka
9,97% pada tahun 2011. Ini adalah tren positif yang disebabkan
oleh pemerintah yang memberlakukan suatu kebijakan yang
mendukung terhadap pertumbuhan positif sektor ini seperti
memberikan pelayanan jasa secara optimal oleh pemerintah
kepada masyarakat.
Pertumbuhan pendapatan pada tingkat yang moderat adalah
sector perdagangan jasa dan hotel.Pertumbuhan sector ini
berkutat di angka 6-8%.Pertumbuhan paling kecil diantara
sector diatas adalah sector bangunan pada tahun 2009 yaitu
sebesar 0,91%. Ini berarti tidak pembangunan di provinsi Bali
pada tahun ini tidak dlam kondisi yang baik setelah diterpa
K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18
dampak krisis ekonomi pada 2008. Pada tahun 2009 hampir semua
sector mengalami penurunan angka PDRB yang disebabkan adanya
krisis ekonomi pada tahun 2008. Akan tetapi sector yang tidak
terkena dampak dari krisis ekonomi tahun 2008 adalah sector
pertanian dan jasa. Banyak pakar ekonom berpendapat bahwa
sektor adalah sector yang sebenarnya memberikan tren positif
terhadap suatu negara dan sedikit kemungkinan akan menyebabkan
guncangan ekonomi dan ketimpangan pendapatan pada suatu negara
dan daerah.
3.3 Analisis Ketimpangan antar Kabupaten di Provinsi Bali
Perhitungan ketimpangan pendapatan dalam penelitian ini
menggunakan rumus atau formula yang diperkenalkan oleh
Williamson (1965) yang sering disebut CV Williamson (CVw).
Semakin besar nilainya, semakin besar tingkat ketimpangan
pendapatan yang terjadi, begitu pula sebaliknya.Pada analisis
kali ini menggunakan semua sector dan kemudian akan
dibandingkan dengan sector lain seperti sector pertanian dan
penggalian.
Tabel 4 Angka Ketimpangan Provinsi Bali berdasarkan Indeks Williamson
Tahun CVw2007 0.2962612272008 0.2899574182009 0.2800518872010 0.2722299062011 0.276196518
Sumber : Diolah dari data BPS Bali, 2011
K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18
Dari table diatas dapat diketahui bahwa angka ketimpangan
di Provinsi Bali berada pada angka yang moderat dan
ketimpangan antar daerah di provinsi Bali dari tahun ke tahun
mengalami penurunan dan semakin menuju kepada pemerataan
pendapatan antar daerah di Provinsi Bali. Penurunan angka
ketimpangan ini dibuktikan dengan semakin menjauhnya angka CVw
dari angka 1.Angka CVw provinsi Bali pada tahun 2007 ada di
angka 0,296261227 akan tetapi pada tahun 2010 terus menjauhi
angka 1 yaitu berada pada angka 0.272229906. Akan tetapi pada
tahun 2011 angka ketimpangan di provinsi Bali kembali
meningkat dan menunjukkan tren negatif atas kebijakan yang
dilakukan pemerintah. Seharusnya pemerintah dapat
mempertahankan penurunan angka ketimpangan ini dan diharapkan
pemerintah menerapkan kebijakan yang dapat membuat angka CVw
turun.
3.4 Analisis Sektor yang Berperan Terhadap Pengurangan Angka
Ketimpangan di Provinsi Bali
Dalam menganalisis peranan sektor pertanian terhadap
ketimpangan pendapatan daerah, dapat dilakukan dengan
membandingkan besarnya Indeks Williamson yang memasukkan PDRB
dari sektor pertanian (seluruh sektor) dalam perhitungan
dengan besarnya Indeks Williamson tanpa memasukkan PDRB dari
sektor pertanian. Selisih antara dua Indeks tersebut akan
mencerminkan peranan sektor pertanian dalam mengurangi
ketimpangan pendapatan di Provinsi Bali.
K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18
Tabel 5 Peranan sektor pertanian dalam mengurangi Ketimpangan Pendapatan di Provinsi Bali Tahun 2000-2007
Tahun CVw TanpaSektor
Pertanian
CVw denganSektor
Pertanian
Besar PDRB SektorPertanian(dalam juta)
2007 0.446329909 0.296261227 4575025.012008 0.435108659 0.289957418 4659064.012009 0.42467209 0.280051887 4853293.542010 0.408919037 0.272229906 4965039.462011 0.407158808 0.276196518 5077697.77
Sumber : Diolah dari data BPS Bali, 2011
Dari table diatas terlihat bahwa angka ketimpangan antar
daerah setelah pendapatan sector pertanian dikeluarkan dari
perhitungan menunjukkan peningkatan ketimpangan yang
signifikan. Ini menunjukkan bahwa sector pertanian berperan
besar dalam mengurangi ketimpangan di provinsi Bali. Ini
ditunjukkan dari angka CVw dengan sector pertanian pada tahun
2007(0.296261227) lebih kecil dari angka CVw tanpa sector
pertanian tahun 2007(0.446329909). Pada tahun berikutnya juga
menunjukkan trend yang demikian. Dengan demikian jika di
provinsi Bali tidak terdapat pendapatan dari sector pertanian
akan menyebabkan ketimpangan antar daerah di provinsi Bali
akan semakin membesar.
Tabel 6 Peranan sektor pertanian dalam mengurangi Ketimpangan Pendapatan di Provinsi Bali Tahun 2000-2007
Tahun CVw TanpaSektor
Penggalian
CVw denganSektor
Penggalian
Besar PDRB SektorPenggalian(dalam
juta)2007 0.300149487 0.296261227 123502.31
K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18
2008 0.293803478 0.289957418 128872.922009 0.283834168 0.280051887 133150.942010 0.276024974 0.272229906 139770.042011 0.280229193 0.276196518 150046.69
Sumber : Diolah dari data BPS Bali, 2011
Dari data diatas menunjukkan bahwa angka ketimpangan antar
daerah setelah sector penggalian dikeluarkan dari perhitungan
tidak berpengaruh signifikan dalam mengatasi ketimpangan
pendapatan antar daerah. Kenaikan angka CVw setelah
mengeluarkan sector penggalian dari perhitungan tidak sampai
0.005. Ini terlihat dari perbedaan setiap tahunnya yaitu
antara 0.300149487(tanpa sektor penggalian) dengan
0.296261227(dengan sektor penggalian) pada tahun 2007 ataupun
antara 0.280229193(tanpa sektor penggalian) dengan
0.276196518(dengan sektor penggalian) pada tahun 2011. Ini
menunjukkan bahwa sector penggalian tidak berpengaruh besar
terhadap pemerataan pendapatan yang ada di suatu
daerah.Pengaruh sector penggalian terhadap pengurangan angka
ketimpangan tetap ada(namun kecil) dan pengaruhnya lebih kecil
bila dibandingkan dengan pendapatan pada sector pertanian.
K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18
BAB 4Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Angka pertumbuhan PDRB provinsi Bali mengalami
pertumbuhan yang tidak stabil.Angka pertumbuhan terbesar
PDRB provinsi Bali ada antara tahun 2009 ke 2010 yaitu
sebesar 7,75% dari total PDRB tahun 2009.Sedangkan
pertumbuhan PDRB provinsi Bali yang paling kecil adalah
ditahun 2009.Dimana pertumbuhannya hanya sebesar 4,62%
dari total PDRB tahun 2008. Penurunan drastis PDRB
K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18
provinsi Bali pada tahun 2009 adalah dampak dari adanya
krisis ekonomi yang menimpa dunia tahun 2008.
2. Pendapatan terbesar pulau bali dari tahun 2007-2011 ada
di sector perdagangan,hotel dan restoran.Ini dikarenakan
provinsi bali sendiri terkenal sebagai salah satu kawasan
wisata terkenal didunia.Penyumbang terbesar kedua bagi
pendapatan regional bruto daerah Bali adalah sector
pertanian. Sedangkan sektor yang memberikan sumbangan
terkecil ke PDRB Provinsi Bali yaitu sector pertambangan
dan penggalian.
3. Angka pertumbuhan rata-rata terbesar terdapat pada sector
Penggalian dengan pertumbuhan rata-rata 11,73% dan
pertambangan sedangkan angka pertumbuhan rata-rata
terkecil terdapat pada sector pertanian dengan
pertumbuhan rata-rata 2,85%.
4. Sector pertanian berperan besar dalam mengurangi
ketimpangan di provinsi Bali. Ini ditunjukkan dari angka
CVw dengan sector pertanian pada tahun 2007(0.296261227)
lebih kecil dari angka CVw tanpa sector pertanian tahun
2007(0.446329909).
5. .Pengaruh sector penggalian terhadap pengurangan angka
ketimpangan tetap ada(namun kecil) dan pengaruhnya lebih
kecil bila dibandingkan dengan pendapatan pada sector
pertanian. Ini terlihat dari perbedaan setiap tahunnya
yaitu antara 0.300149487(tanpa sektor penggalian) dengan
0.296261227(dengan sektor penggalian) pada tahun 2007
ataupun antara 0.280229193(tanpa sektor penggalian)
K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18
dengan 0.276196518(dengan sektor penggalian) pada tahun
2011.
4.2 Saran
Saran yang diberikan penulis adalah sebagai berikut:
1. Sektor pertanian yang pertumbuhannya relatif kecil tapi
mempunyai peran yang cukup besar dalam PDRB, dan
penyerapan tenaga kerja diharapkan dapat lebih
diperhatikan dalam peningkatannya, dan menjadi prioritas
dalam pembangunan, agar dapat tetap menjadi leading sector di
dalam pemerintahan provinsi Bali.
2. Dinamika ketimpangan yang semakin menurun di provinsi
Bali diharapkan dapat dipertahankan.Dan sebaiknya
pemerintah daerah membuat suatu kebijakan yang dapat
mengurangi angka ketimpangan di provinsi Bali. Dengan
dinamika ketimpangan yang semakin menurun ditambah dengan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi kemakmuran di provinsi
Bali akan tercapai.
3. Sektor pertanian masih memerlukan dukungan sektor lain
(agroindustri) khususnya di daerah pertanian, peningkatan
pada sub sektor agroindustri dapat memperlancar aliran
barang hulu-hilirnya yang akan meningkatkan nilai tambah.
Dengan begitu, peningkatan pertumbuhan ekonomi secara
merata dapat berjalan sebagaimana mestinya di provinsi
Bali.
K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik.2011. PDRB Kabupaten dan Kota Provinsi
Bali 2007-2011.BPS Bali.Denpasar.
Naufal, Agus. 2010. Peranan Sektor Pertanian dalam Pertumbuhan Ekonomi
dan Mengurangi Ketimpangan Pendapatan di Pemerintah Aceh.Skrpsi S1
Program Sarjana Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas
Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor,Bogor.
Rambe , Raja I. M.2010. Disparitas produk domestik regional bruto (PDRB)
antar Kabupaten / Kota di Propinsi Sumatera Utara. Tesis S2 Program
Pasca Sarjana Perencanaan Kebijakan Publik Fakultas
Ekonomi Univesitas Indonesia,Depok.
K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18