Ketimpangan Di Provinsi Bali Sebelum dan Sesudah Krisis 2008

25
BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan daerah kepulauan yang mempunyai ribuan kepulauan dan mempunyai 34 provinsi. Masing-masing daerah mempunyai perbedaan ciri khas tersendiri meliputi sumberdaya alam, ekonomi, sosial budaya, adat-istiadat, jumlah dan kepadatan penduduk, mutu sumberdaya manusia, letak geografis, serta sarana dan prasarana yang tersedia di setiap daerah (BPS, 1996). Perbedaan karakteristik tersebut berpengaruh pada kemampuan tumbuh masing-masing daerah, sehingga membuat pembangunan di sebagian daerah tumbuh lebih cepat dari pada pembangunan daerah lainnya. Kemampuan tumbuh yang berbeda ini juga diikuti oleh perbedaan pola pembangunan ekonomi yang kemudian menyebabkan terjadinya ketimpangan pendapatan antar wilayah. Ketimpangan tidak dapat dimusnahkan, melainkan hanya bisa dikurangi sampai pada tingkat yang dapat diterima oleh suatu sistem sosial tertentu agar keselarasan dalam sistem tersebut terpelihara dalam proses pertumbuhannya (Supriyantoro, 2005). Oleh karena itu, ketimpangan pasti akan selalu ada baik di negara miskin, negara sedang berkembang maupun negara maju. Setiap negara hanya bisa menekan nilai ketimpangan serendah mungkin. Ketimpangan yang semakin melebar lama-kelamaan akan menimbulkan ketidakpuasan yang berujung pada timbulnya KETIMPANGAN DI PROVINSI BALI Halaman 18

Transcript of Ketimpangan Di Provinsi Bali Sebelum dan Sesudah Krisis 2008

BAB 1Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan daerah kepulauan yang mempunyai

ribuan kepulauan dan mempunyai 34 provinsi. Masing-masing

daerah mempunyai perbedaan ciri khas tersendiri meliputi

sumberdaya alam, ekonomi, sosial budaya, adat-istiadat, jumlah

dan kepadatan penduduk, mutu sumberdaya manusia, letak

geografis, serta sarana dan prasarana yang tersedia di setiap

daerah (BPS, 1996). Perbedaan karakteristik tersebut

berpengaruh pada kemampuan tumbuh masing-masing daerah,

sehingga membuat pembangunan di sebagian daerah tumbuh lebih

cepat dari pada pembangunan daerah lainnya. Kemampuan tumbuh

yang berbeda ini juga diikuti oleh perbedaan pola pembangunan

ekonomi yang kemudian menyebabkan terjadinya ketimpangan

pendapatan antar wilayah.

Ketimpangan tidak dapat dimusnahkan, melainkan hanya bisa

dikurangi sampai pada tingkat yang dapat diterima oleh suatu

sistem sosial tertentu agar keselarasan dalam sistem tersebut

terpelihara dalam proses pertumbuhannya (Supriyantoro, 2005).

Oleh karena itu, ketimpangan pasti akan selalu ada baik di

negara miskin, negara sedang berkembang maupun negara maju.

Setiap negara hanya bisa menekan nilai ketimpangan serendah

mungkin.

Ketimpangan yang semakin melebar lama-kelamaan akan

menimbulkan ketidakpuasan yang berujung pada timbulnya

K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18

konflik. Akumulasi dari ketidakpuasan tersebut dapat

membahayakan Negara Kesatuan Republik Indonesia, karena

diwujudkan dalam gerakan pemisahan wilayah atau separatisme.

Pembangunan pada masa orde baru yang dimulai dari tahun 1969

merupakan masa dimana perekonomian Indonesia memperlihatkan

angka pertumbuhan yang sangat baik. Bahkan pada tahun 1993,

Bank Dunia mengkategorikan Indonesia sebagai Newly Industrializing

Economies (NIEs), bersama dengan Malaysia, Meksiko, Brazil,

Taiwan, Hongkong, Singapura, Korea Selatan dan Thailand. Pada

saat itu sektor tradisional (sektor pertanian) seakan-akan

termarginalkan, digantikan oleh sektor modern (sektor

industri). Seperti halnya negara yang sedang berkembang

lainnya, pertumbuhan ekonomi selalu dipusatkan pada

peningkatan sektor modern yang cenderung lebih sedikit dalam

penyerapan tenaga kerja.

Sektor tradisional yang mampu menyerap tenaga kerja dalam

jumlah besar selama ini tersisihkan, sehingga sektor modern

lebih cepat berkembang. Peningkatan yang cepat pada sektor

modern menyebabkan kesenjangan antara sektor modern dan sektor

tradisional. Untuk menanggulangi hal diatas perlu adanya

strategi baru bagi pemerintah agar berorientasi pada

pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan.

1.2 Rumusan Masalah

Sebagai provinsi yang berbentuk sebuah pulau,Bali

menyimpan banyak sekali sumber daya didalamnya. Oleh karena

banyaknya sumber daya alam maka akan berpengaruh kedalam

Pendapatan Domestik Regional BrutoProvinsi Bali juga merupakan

K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18

provinsi yang mempunyai angka kemiskinan terkecil kedua

setelah Jakarta. Oleh karena itu provinsi Bali dipilih sebagai

acuan provinsi-provinsi lainnya dalam menerapkan kebijakan

yang berpengaruh terhadap pemerataan pendapatan. Dalam

kaitannya dengan angka kemiskinan yang kecil pasti ada salah

satu sector didalam PDRB yang membantu membuat angka

kemiskinan dan disparitas pendapatan itu kecil.Untuk itu

makalah ini akan membahas apakah peran sector pertanian dalam

membantu mengurangi kemiskinan dan disparitas adalah besar dan

apakah sector penggalian berperan besar didalam mengurangi

angka disparitas di Provinsi Bali. Tabel 1Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, Garis Kemiskinan,

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Provinsi, September 2012

PropinsiPersentase Penduduk

Miskin (%) Propinsi 

Persentase PendudukMiskin (%)

Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa

Bali12.4

720.9

7 18.58Nusa Tenggara Barat

21.65

15.41 18.02

Sumatera Utara

10.28

10.53 10.41

Nusa Tenggara Timur

12.21

22.41 20.41

Sumatera Barat 6.45 8.99 8.00

Kalimantan Barat 5.49 9.04 7.96

Riau 6.68 8.94 8.05Kalimantan Tengah 4.21 7.19 6.19

Jambi10.5

3 7.29 8.28Kalimantan selatan 3.56 6.07 5.01

Sumatera Selatan

13.29

13.58 13.48

Kalimantan Timur 3.82

10.56 6.38

Bengkulu16.8

917.8

0 17.51 Sulawesi Utara 6.36 8.69 7.64

Lampung11.8

816.9

6 15.65 Sulawesi Tengah 9.0216.8

5 14.94Bangka Belitung 3.73 6.96 5.37

Sulawesi Selatan 4.44

12.93 9.82

Kepulauan Riau 6.77 7.08 6.83

Sulawesi Tenggara 4.62

16.24 13.06

K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18

DKI Jakarta 3.70 0.00 3.70 Gorontalo 4.8023.6

3 17.22

Jawa Barat 8.7112.1

3 9.89 Sulawesi Barat10.0

313.9

2 13.01

Jawa Tengah13.1

116.5

5 14.98 Maluku 8.3928.1

2 20.76DI Yogyakarta

13.10

21.29 15.88 Maluku Utara 2.92 9.98 8.06

Jawa Timur 8.9016.8

8 13.08 Papua Barat 5.3636.3

3 27.04

Banten 4.41 8.31 5.71 Papua 5.8139.3

9 30.66

Bali 3.81 4.17 3.95 Indonesia 8.6014.7

0 11.66

Sumber: Diolah dari Susenas Maret 2012

1.3 Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan

penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi kontribusi sektor pertanian terhadap

PDRB, penyerapan tenaga kerja, dan laju pertumbuhan

ekonomi di Pemerintah Bali.

2. Menghitung besarnya ketimpangan pendapatan yang terjadi

di Pemerintah Bali dan melihat dinamikanya.

3. Mengidentifikasi peranan sektor pertanian terhadap

pemerataan pendapatan daerah dan pertumbuhan ekonomi di

Pemerintah Bali.

K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18

BAB 2Kajian Pustaka

Pengukuran ketimpangan pendapatan antar daerah di

Provinsi Bali dapat dilakukan dengan metode Indeks

Williamsons (CVw) dengan rumus (Tambunan, 2003):

Dimana: CVw = Indeks ketimpangan daerah Williamson

fi = Jumlah penduduk di daerah ke-i (jiwa)

n = Penduduk total (jiwa)

= PDRB perkapita atas dasar harga konstan di daerah ke-i

(rupiah)

= PDRB perkapita atas dasar harga konstan untuk propinsi

(rupiah)

Untuk melihat peranan sektor pertanian terhadap

ketimpangan pendapatan daerah dilakukan dengan cara menghitung

ketimpangan pendapatan daerah tanpa memasukkan nilai PDRB

sektor pertanian dalam perhitungan tersebut. Kemudian

K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18

dibandingkan dengan besarnya tingkat ketimpangan dengan

memasukkan PDRB sektor pertanian. Apabila setelah PDRB sektor

pertanian dikeluarkan dari perhitungan ketimpangan semakin

besar, maka artinya sektor pertanian berperan dalam mengurangi

tingkat ketimpangan yang terjadi.

Secara umum kegiatan ekonomi Pemerintah pusat maupun daerah

yang dihitung dalam PDRB dibagi menjadi Sembilan sektor,

yaitu:

1. Sektor Pertanian, yang terdiri dari:

a) Subsektor tanaman pangan; pembangunan pada subsektor

ini diarahkan pada peningkatan produksi tanaman padi

dan palawija dalam rangka mempertahankan swasembada

pangan.

b) Subsektor tanaman perkebunan; pengembangan pada

subsektor ini diarahkan untuk menunjang peningkatan

produksi tanaman perkebunan terutama yang mudah

dipasarkan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan

pendapatan petani dan devisa negara dari hasil ekspor.

c) Subsektor peternakan dan hasilnya; pembangunan pada

subsektor ini diarahkan pada peningkatan produksi

daging, telur, dan susu untuk memenuhi gizi

masyarakat.Subsektor kehutanan; kegiatan yang dilakukan

meliputi pembangunan kayu, pengambilan hasil-hasil

hutan dan perburuan binatang liar.

d) Subsektor perikanan; pembangunan pada subsektor ini

diarahkan untuk peningkatan produksi dalam upaya

pemenuhan gizi masyarakat

K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18

e) Subsektor perikanan; pembangunan pada subsektor ini diarahkan untuk peningkatan produksi dalam upaya pemenuhan gizi masyarakat

2. Sektor Pertambangan dan Galian

a) Subsektor tanpa migas, meliputi pengambilan dan

persiapan pengolahan lanjutan benda padat, baik dibawah

maupun pada permukaan bumi serta seluruh kegiatan

lainnya yang bertujuan memanfaatkan biji logam dan

hasil tambang lainnya.

b) Subsektor penggalian, mencakup penggalian dan

pengambilan segala jenis barang galian batu-batuan,

pasir besi, biji besi, biji perak serta komoditas

barang tambang lainnya selain kegiatan yang tercakup

yaitu penggalian batu-batuan, pasir, tanah, batu

gunung, batu kali, batu kapur, batu koral, kerikil, dan

batu marmer.

3. Sektor Industri Pengolahan Pembangunan pada bidang ini

terutama diarahkan untuk industri pengolahan hasil

pertanian, pemanfaatan limbah pertanian, industri rumah

tangga, baik di pedesaan maupun di perkotaan. penekanan

pembangunan pada industri selain untuk meningkatkan

produksi tapi juga untuk menunjang pertumbuhan ekonomi

dan diharapkan dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak

4. Sektor Listrik, Gas, dan Air minum, terdiri dari:

a) Subsektor listrik; meliputi pembangunan dan penyaluran

tenaga listrik yang diselenggarakan oleh PLN maupun non

PLN. Yang dimaksud non PLN adalah perusahaan listrik

yang dilakukan oleh perusahaan swasta atau perorangan.

K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18

b) Subsektor air minum; kegiatan ini meliputi proses

pembersihan, pemurnian, dan proses kimia lain untuk

menghasilkan air minum termasuk penyaluran melalui pipa

baik pada rumah tangga, instansi pemerintah maupun

swasta.

5. Sektor Bangunan Kegiatan ini meliputi usaha pembangunan

atau pembuatan, perluasan, pemasangan, perbaikan berat

dan ringan, perombakan bangunan tempat tinggal, jalan,

jembatan, bendugan, jaringan listrik, telekomunikasi, dan

konstruksi

6. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran, yang terdiri

dari:

a) Subsektor perdagangan besar dan eceran; subsektor

perdagangan memainkan peranan penting dalam

perekonomian Pemerintah Bali, karena mendorong

pertumbuhan dan perkembangan produksi. Perdagangan

mampu menjamin kelancaran pemasaran dan pembelian jasa

dari konsumen ke produsen.

b) Subsektor perhotelan, kegiatan ini meliputi penyediaan

akomodasi yang menggunakan sebahagian atau keseluruhan

bangunan berupa tempat penginapan, baik yang terbuka

untuk umum atau hanya sebahagian anggota kelompok

organisasi tertentu. Termasuk pula aktivitas penyediaan

makanan dan minuman serta penyediaan fasilitas lainnya

bagi para tamu penginapan, yang seluruh kegiatan

tersebut berada dalam suatu kesatuan manajemen

penginapan.

K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18

c) Subsektor restoran; kegiatan ini mencakup usaha

penjualan untuk penyediaan makanan atau minuman, yang

pada umumnya dikonsumsi di tempat penjualan, disuatau

tempat tersendiri ataupun dijajakan.

7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, yang terdiri dari;

a) Subsektor angkutan darat, meliputi angkutan jalan raya

jasa penunjang angkatan darat seperti parkir dan

terminal. Akan tetapi yang termasuk dalam hitungan

hanya terbatas pada segala jenis angkutan jalan raya

seperti angkutan bus, truk, becak dan angkot.

b) Subsektor angkutan laut, meliputi kegiatan pelayanan

angkutan, pelayanan samudera, perairan pantai, sungai,

dan jasa penumpang angkutan laut. Namun, yang termasuk

dalam hitungan hanya terbatas angkutan perairan pantai

saja.

c) Subsektor komunikasi, meliputi kegiatan jasa komunikasi

untuk umum seperti pengiriman surat, paket dan wesel

yang diusahakan oleh Perum Pos dan Giro, pengiriman

berita dengan menggunakan telepon, telex, dan telegram

yang diusahakan oleh Perum Telekomunikasi.

8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, yang

terdiri dari:

a) Subsektor keuangan (bank), kegiatan ini meliputi jasa

pelayanan dibidang keuangan kepada pihak lain, seperti

menerima simpanan dalam bentuk giro dan tabungan,

member pinjaman, mengirim uang, memindahkan rekening

K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18

koran, membeli atau menjual surat-surat berharga, dan

member jaminan bank.

b) Subsektor keuangan non bank, meliputi pelayanan asurnsi

baik jiwa ataupun bukan jiwa seperti asuransi

kebakaran, kecelakaan kerusakan dan sebagainya.

Termasuk juga agen per asuransian, unit penyaluran dana

pensiun dan sebagainya.

c) Subsektor persewaan dan jasa perusahaan, meliputi

kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain seperti jasa

hukum, jasa angkutan, jasa periklanan, jasa penyewaan

mesin dan peralatan, jasa bangunan dan jasa arsitek.

Tetapi yang termasuk dalam perhitungan terbatas pada

jasa hukum (advokat/pengacara), notaris dan jasa

konsultan.

9. Sektor Jasa, terdiri dari:

a) Pemerintah umum, meliputi jasa pelayanan sosial seperti

rumah sakit umum dan panti asuhan.

b) Swasta, meliputi:

1) Subsektor jasa sosial kemasyarakatan, meliputi

jasa pendidikan dan pendidikan swasta mulai dari

taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi,

termasuk guru per orangan yang berusaha sendiri

dan kursus-kursus. Jasa kesehatan mencakup segala

lembaga kesehatan swasta yang berbentuk rumah

sakit maupun poliklinik, jasa sosial lainnya yang

mencakup panti asuhan, rumah ibadah dan

sebagainya.

K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18

2) Subsektor kebudayaan dan hiburan, meliputi segala

macam perusahaan dan lembaga swasta yang bergerak

pada jasa hiburan, rekreasi serta kebudayaan

seperti pembuatan dan disribusi film, usaha

penyiaran film dan penyiaran radio swasta. Dari

jenis kegiatan tersebut diatas, yang termasuk

dalam perhitungan terbatas pada kegiatan pemutaran

film dan penyiaran radio swasta niaga.

3) Subsektor perorangan dan rumah tangga, meliputi

jasa yang diberikan untuk perorangan dan rumah

tangga seperti jasa reparasi, jasa binatu, tukang

cukur, tukang jahit, tukang las dan jasa

perorangan lainnya.

K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18

BAB 3Pembahasan

3.1 Analisis Besaran PDRB Bali Berdasarkan Harga Konstan

Bali merupakan sebuah provinsi yang memiliki pengaruh cukup

besar bagi perekonomian di Indonesia. Perekonomian di Bali

dikuasai oleh 3 sektor yang sangat mencolok yaitu perdagangan,

pertanian dan jasa-jasa. Sektor perdagangan di Bali bukan

hanya dikuasai oleh perdagangan domestic, namun juga banyak

dipengaruhi oleh perdagangan mancanegara. Perdagangan hasil

kerajinan bali keluar negeri juga mempunyai banyak pengaruh

terhadap pendapatan domestic regional bruto di Provinsi Bali.

Akan tetapi sebagai ikon wisata indonesia, Bali yang mempunyai

wisata alam yang banyak menarik wisatawan domestic dan

mancanegara memberikan pengaruh besar terhadap PDRB dalam

sector hotel.

Tabel 2 PDRB berdasarkan lapangan usaha atas dasar harga konstan

2000, tahun 2007-2011

Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011Pertanian 5219408.

225342525.4

45645784.85 5745218.

985873306.3

1Pertambangan dan Penggalian

140401.86

150065.76 157971.73 188664.53

208488.02

K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18

Industri Pengolahan 2451642.6

2625515.32

2768110.35 2936448.09

3027992.41

Listrik,Gas, dan Air Bersih

368482.37

391914.95 410371.98 438590.34

470830.61

Bangunan 946314.71

1057821.07

1067443.02 1146121.48

1263386.67

Perdagangan,Hotel, dan restoran

7533181.32

8148209.54

8656017.41 9209066.19

10005651.57

Pengangkutan dan Komunikasi

2652613.84

2870113.59

3016617.21 3190556.74

3380964.69

Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan

1792600.34

1850585.81

1899187.64 2041019.6

2167882.16

Jasa-Jasa 3345240.44

3473574.06

3669441.42 3985000.25

4382171.61

Total 24449885.7

25910325.54

27290945.61

28880686.2

30780674.05

Sumber : Diolah dari data BPS Bali, 2011

Dari table diatas dapat diketahui bahwa pendapatan

terbesar pulau bali dari tahun 2007-2011 ada di sector

perdagangan,hotel dan restoran. Ini dikarenakan provinsi bali

sendiri terkenal sebagai salah satu kawasan wisata terkenal

didunia. Penyumbang terbesar kedua bagi pendapatan regional

bruto daerah Bali adalah sector pertanian. Sebagai penarik

sector pariwisata Di bali yaitu sector pertanian dan alam yang

masih asri. Sebagai bagian dari Negara berkembang, pertanian

juga diangggap sebagai sektor penunjang yang positif dalam

pembangunan ekonomi pada Negara berkembang seperti

Indonesia dan daerah didalamnya. Sektor yang memberikan sumbangan terkecil ke PDRB

Provinsi Bali yaitu sector pertambangan dan penggalian.Sebagai

daerah yang terdiri dari sedikit sumber daya alam berupa

daerah galian,otomatis akan berdampak ke PDRB sector

K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18

ini.Malahan di Bali tidak mempunyai daerah pertambangan minyak

dan gas.Sektor terkecil kedua adalah sector listrik gas dan

air bersih yang pendapatannya masih sangat kecil yang

disebabkan persentase kepadatan penduduk di Provinsi Bali

masih kecil.

Total PDRB provinsi bali dari tahun ke tahun terus

mengalami kenaikan.Ini ditunjukkan dari total PDRB provinsi

Bali tahun 2007 ada di angka Rp. 24.449.885.700,- sedangkan

pada tahun 2011 ada di angka Rp.30.780.674.050.Untuk itu dapat

dikatakan total PDRB provinsi Bali akan terus tumbuh.

3.2 Analisis Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali

Dari grafik di bawahdiketahui bahwa angka pertumbuhan

PDRB provinsi Bali mengalami pertumbuhan yang tidak stabil.

Angka pertumbuhan terbesar PDRB provinsi Bali ada antara tahun

2009 ke 2010 yaitu sebesar 7,75% dari total PDRB tahun 2009.

Sedangkan pertumbuhan PDRB provinsi Bali yang paling kecil

adalah ditahun 2009.Dimana pertumbuhannya hanya sebesar 4,62%

dari total PDRB tahun 2008.

Gambar 1 Grafik Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali Tahun 2007-2011

K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18

Sumber : Diolah dari data BPS Bali, 2011

Penurunan drastis PDRB provinsi Bali pada tahun 2009

adalah dampak dari adanya krisis ekonomi yang menimpa dunia

tahun 2008.Rata-rata dari pertumbuhan PDRB provinsi Bali

adalah 6,37%.Angka ini merupakan angka pertumbuhan PDRB yang

cukup besar bila dibandingkan daerah-daerah lain di Indonesia.

Tabel 3 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali atas dasar harga konstan 200 menurut lapangan usaha tahun 2007-2011

Lapangan Usaha 2007 2008 2009

2010 2011 Rata-rata

Pertanian 2.21 2.36 5.68

1.76 2.23 2.85

Pertambangan dan Penggalian 3.89 6.88 5.27

19.43

10.51

11.73

Industri Pengolahan 8.46 7.09 5.43

6.08 3.12 4.88

Listrik,Gas, dan Air Bersih 7.3 6.36 4.71

6.88 7.35 6.31

Bangunan 6.09 11.78 0.91

7.37 7.88 5.39

K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18

Perdagangan,Hotel, dan restoran

8.15 8.16 6.23

6.39 8.65 7.09

Pengangkutan dan Komunikasi 10.86 8.2 5.1 5.77 5.97 5.61Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan

3.76 3.23 2.63

7.47 6.22 5.44

Jasa-Jasa 2.6 3.84 5.64

8.6 9.97 8.07

Total 5.92 6.43 4.62

7.75 6.88 6.37

Sumber : Diolah dari data BPS Bali, 2011

Dari Tabel diatas dapat diketahui sector yang angka

pertumbuhan jumlah pendapatnnya adalah sector pertambangan dan

penggalian di tahun 2010 dengan pertumbuhan sebesar

19,43%.Akan tetapi angka pertumbuhan sector ini menurun

drastic di tahun berikutnya. Untuk itu seharusnya pemerintah

menjaga pertumbuhan pendapatan pada sector ini pada angka yang

moderat. Pertumbuhan sektor yang terus mengalami kenaikan

adalah sector jasa yang mengalami pertumbuhan sebesar 2,6%

pada tahun 2007 dan terus merangkak naik hingga mencapai angka

9,97% pada tahun 2011. Ini adalah tren positif yang disebabkan

oleh pemerintah yang memberlakukan suatu kebijakan yang

mendukung terhadap pertumbuhan positif sektor ini seperti

memberikan pelayanan jasa secara optimal oleh pemerintah

kepada masyarakat.

Pertumbuhan pendapatan pada tingkat yang moderat adalah

sector perdagangan jasa dan hotel.Pertumbuhan sector ini

berkutat di angka 6-8%.Pertumbuhan paling kecil diantara

sector diatas adalah sector bangunan pada tahun 2009 yaitu

sebesar 0,91%. Ini berarti tidak pembangunan di provinsi Bali

pada tahun ini tidak dlam kondisi yang baik setelah diterpa

K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18

dampak krisis ekonomi pada 2008. Pada tahun 2009 hampir semua

sector mengalami penurunan angka PDRB yang disebabkan adanya

krisis ekonomi pada tahun 2008. Akan tetapi sector yang tidak

terkena dampak dari krisis ekonomi tahun 2008 adalah sector

pertanian dan jasa. Banyak pakar ekonom berpendapat bahwa

sektor adalah sector yang sebenarnya memberikan tren positif

terhadap suatu negara dan sedikit kemungkinan akan menyebabkan

guncangan ekonomi dan ketimpangan pendapatan pada suatu negara

dan daerah.

3.3 Analisis Ketimpangan antar Kabupaten di Provinsi Bali

Perhitungan ketimpangan pendapatan dalam penelitian ini

menggunakan rumus atau formula yang diperkenalkan oleh

Williamson (1965) yang sering disebut CV Williamson (CVw).

Semakin besar nilainya, semakin besar tingkat ketimpangan

pendapatan yang terjadi, begitu pula sebaliknya.Pada analisis

kali ini menggunakan semua sector dan kemudian akan

dibandingkan dengan sector lain seperti sector pertanian dan

penggalian.

Tabel 4 Angka Ketimpangan Provinsi Bali berdasarkan Indeks Williamson

Tahun CVw2007 0.2962612272008 0.2899574182009 0.2800518872010 0.2722299062011 0.276196518

Sumber : Diolah dari data BPS Bali, 2011

K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18

Dari table diatas dapat diketahui bahwa angka ketimpangan

di Provinsi Bali berada pada angka yang moderat dan

ketimpangan antar daerah di provinsi Bali dari tahun ke tahun

mengalami penurunan dan semakin menuju kepada pemerataan

pendapatan antar daerah di Provinsi Bali. Penurunan angka

ketimpangan ini dibuktikan dengan semakin menjauhnya angka CVw

dari angka 1.Angka CVw provinsi Bali pada tahun 2007 ada di

angka 0,296261227 akan tetapi pada tahun 2010 terus menjauhi

angka 1 yaitu berada pada angka 0.272229906. Akan tetapi pada

tahun 2011 angka ketimpangan di provinsi Bali kembali

meningkat dan menunjukkan tren negatif atas kebijakan yang

dilakukan pemerintah. Seharusnya pemerintah dapat

mempertahankan penurunan angka ketimpangan ini dan diharapkan

pemerintah menerapkan kebijakan yang dapat membuat angka CVw

turun.

3.4 Analisis Sektor yang Berperan Terhadap Pengurangan Angka

Ketimpangan di Provinsi Bali

Dalam menganalisis peranan sektor pertanian terhadap

ketimpangan pendapatan daerah, dapat dilakukan dengan

membandingkan besarnya Indeks Williamson yang memasukkan PDRB

dari sektor pertanian (seluruh sektor) dalam perhitungan

dengan besarnya Indeks Williamson tanpa memasukkan PDRB dari

sektor pertanian. Selisih antara dua Indeks tersebut akan

mencerminkan peranan sektor pertanian dalam mengurangi

ketimpangan pendapatan di Provinsi Bali.

K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18

Tabel 5 Peranan sektor pertanian dalam mengurangi Ketimpangan Pendapatan di Provinsi Bali Tahun 2000-2007

Tahun CVw TanpaSektor

Pertanian

CVw denganSektor

Pertanian

Besar PDRB SektorPertanian(dalam juta)

2007 0.446329909 0.296261227 4575025.012008 0.435108659 0.289957418 4659064.012009 0.42467209 0.280051887 4853293.542010 0.408919037 0.272229906 4965039.462011 0.407158808 0.276196518 5077697.77

Sumber : Diolah dari data BPS Bali, 2011

Dari table diatas terlihat bahwa angka ketimpangan antar

daerah setelah pendapatan sector pertanian dikeluarkan dari

perhitungan menunjukkan peningkatan ketimpangan yang

signifikan. Ini menunjukkan bahwa sector pertanian berperan

besar dalam mengurangi ketimpangan di provinsi Bali. Ini

ditunjukkan dari angka CVw dengan sector pertanian pada tahun

2007(0.296261227) lebih kecil dari angka CVw tanpa sector

pertanian tahun 2007(0.446329909). Pada tahun berikutnya juga

menunjukkan trend yang demikian. Dengan demikian jika di

provinsi Bali tidak terdapat pendapatan dari sector pertanian

akan menyebabkan ketimpangan antar daerah di provinsi Bali

akan semakin membesar.

Tabel 6 Peranan sektor pertanian dalam mengurangi Ketimpangan Pendapatan di Provinsi Bali Tahun 2000-2007

Tahun CVw TanpaSektor

Penggalian

CVw denganSektor

Penggalian

Besar PDRB SektorPenggalian(dalam

juta)2007 0.300149487 0.296261227 123502.31

K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18

2008 0.293803478 0.289957418 128872.922009 0.283834168 0.280051887 133150.942010 0.276024974 0.272229906 139770.042011 0.280229193 0.276196518 150046.69

Sumber : Diolah dari data BPS Bali, 2011

Dari data diatas menunjukkan bahwa angka ketimpangan antar

daerah setelah sector penggalian dikeluarkan dari perhitungan

tidak berpengaruh signifikan dalam mengatasi ketimpangan

pendapatan antar daerah. Kenaikan angka CVw setelah

mengeluarkan sector penggalian dari perhitungan tidak sampai

0.005. Ini terlihat dari perbedaan setiap tahunnya yaitu

antara 0.300149487(tanpa sektor penggalian) dengan

0.296261227(dengan sektor penggalian) pada tahun 2007 ataupun

antara 0.280229193(tanpa sektor penggalian) dengan

0.276196518(dengan sektor penggalian) pada tahun 2011. Ini

menunjukkan bahwa sector penggalian tidak berpengaruh besar

terhadap pemerataan pendapatan yang ada di suatu

daerah.Pengaruh sector penggalian terhadap pengurangan angka

ketimpangan tetap ada(namun kecil) dan pengaruhnya lebih kecil

bila dibandingkan dengan pendapatan pada sector pertanian.

K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18

BAB 4Kesimpulan dan Saran

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Angka pertumbuhan PDRB provinsi Bali mengalami

pertumbuhan yang tidak stabil.Angka pertumbuhan terbesar

PDRB provinsi Bali ada antara tahun 2009 ke 2010 yaitu

sebesar 7,75% dari total PDRB tahun 2009.Sedangkan

pertumbuhan PDRB provinsi Bali yang paling kecil adalah

ditahun 2009.Dimana pertumbuhannya hanya sebesar 4,62%

dari total PDRB tahun 2008. Penurunan drastis PDRB

K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18

provinsi Bali pada tahun 2009 adalah dampak dari adanya

krisis ekonomi yang menimpa dunia tahun 2008.

2. Pendapatan terbesar pulau bali dari tahun 2007-2011 ada

di sector perdagangan,hotel dan restoran.Ini dikarenakan

provinsi bali sendiri terkenal sebagai salah satu kawasan

wisata terkenal didunia.Penyumbang terbesar kedua bagi

pendapatan regional bruto daerah Bali adalah sector

pertanian. Sedangkan sektor yang memberikan sumbangan

terkecil ke PDRB Provinsi Bali yaitu sector pertambangan

dan penggalian.

3. Angka pertumbuhan rata-rata terbesar terdapat pada sector

Penggalian dengan pertumbuhan rata-rata 11,73% dan

pertambangan sedangkan angka pertumbuhan rata-rata

terkecil terdapat pada sector pertanian dengan

pertumbuhan rata-rata 2,85%.

4. Sector pertanian berperan besar dalam mengurangi

ketimpangan di provinsi Bali. Ini ditunjukkan dari angka

CVw dengan sector pertanian pada tahun 2007(0.296261227)

lebih kecil dari angka CVw tanpa sector pertanian tahun

2007(0.446329909).

5. .Pengaruh sector penggalian terhadap pengurangan angka

ketimpangan tetap ada(namun kecil) dan pengaruhnya lebih

kecil bila dibandingkan dengan pendapatan pada sector

pertanian. Ini terlihat dari perbedaan setiap tahunnya

yaitu antara 0.300149487(tanpa sektor penggalian) dengan

0.296261227(dengan sektor penggalian) pada tahun 2007

ataupun antara 0.280229193(tanpa sektor penggalian)

K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18

dengan 0.276196518(dengan sektor penggalian) pada tahun

2011.

4.2 Saran

Saran yang diberikan penulis adalah sebagai berikut:

1. Sektor pertanian yang pertumbuhannya relatif kecil tapi

mempunyai peran yang cukup besar dalam PDRB, dan

penyerapan tenaga kerja diharapkan dapat lebih

diperhatikan dalam peningkatannya, dan menjadi prioritas

dalam pembangunan, agar dapat tetap menjadi leading sector di

dalam pemerintahan provinsi Bali.

2. Dinamika ketimpangan yang semakin menurun di provinsi

Bali diharapkan dapat dipertahankan.Dan sebaiknya

pemerintah daerah membuat suatu kebijakan yang dapat

mengurangi angka ketimpangan di provinsi Bali. Dengan

dinamika ketimpangan yang semakin menurun ditambah dengan

pertumbuhan ekonomi yang tinggi kemakmuran di provinsi

Bali akan tercapai.

3. Sektor pertanian masih memerlukan dukungan sektor lain

(agroindustri) khususnya di daerah pertanian, peningkatan

pada sub sektor agroindustri dapat memperlancar aliran

barang hulu-hilirnya yang akan meningkatkan nilai tambah.

Dengan begitu, peningkatan pertumbuhan ekonomi secara

merata dapat berjalan sebagaimana mestinya di provinsi

Bali.

K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik.2011. PDRB Kabupaten dan Kota Provinsi

Bali 2007-2011.BPS Bali.Denpasar.

Naufal, Agus. 2010. Peranan Sektor Pertanian dalam Pertumbuhan Ekonomi

dan Mengurangi Ketimpangan Pendapatan di Pemerintah Aceh.Skrpsi S1

Program Sarjana Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas

Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor,Bogor.

Rambe , Raja I. M.2010. Disparitas produk domestik regional bruto (PDRB)

antar Kabupaten / Kota di Propinsi Sumatera Utara. Tesis S2 Program

Pasca Sarjana Perencanaan Kebijakan Publik Fakultas

Ekonomi Univesitas Indonesia,Depok.

K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18

K E T I M P A N G A N D I P R O V I N S I B A L I Halaman 18