Keteraturan Sosial (Social Order

23
Keteraturan Sosial (Social Order) Persoalan tentang keteraturan sosial (social order), bagaimana dan mengapa sosial order itu ada semuanya, sejarahnya berpusat pada sosiologi. Thomas Hobbes dikenal sebagai orang pertama yang secara jelas merumuskan persoalan-persoalan untuk menjawab apa yang dia susun dalam pemikiran dari sebuah kontrak sosial. Dalam lingkup psikologi, sosiologi sangat berperan lewat psikologi sosialnya yang mencakup kehidupan manusia yaitu memberikan suatu gambaran dari organisasi dan keteraturan. Pengertian Keteraturan Sosial (Social Order) Berdasarkan teori sosial yang telah dipelajari untuk dikumpulkan dalam asumsi-asumsi pemaksaan dan menerima organisasi sebagai suatu kebutuhan keteraturan sosial (social order) dan penelitian sosial telah diusahakan unutk mengukur asumsi-asumsi tersebut. Keteraturan sosial (social order) sebagai suatu organisasi atau mekanisme yang ada sebagai suatu bagian dari cosmos dan pengadaan dalam skala besar antara kekuatan dan tindakan pada suatu jarak (Lawrence K. Frank, 1944:470). Perilaku manusia dalam jumlah yang besar untuk diorganisasikan dan difokuskan secara acak dan sembarangan untuk memberikan penampakan secara reguler dan stabil (Vanden Zander, 1984:194). Keteraturan sosial (social order) adalah suatu set hubungan struktur sosial, institusi-institusi sosial dan praktek-praktek sosial yang menjaga, memelihara, dan 1

Transcript of Keteraturan Sosial (Social Order

Keteraturan Sosial (Social Order)

Persoalan tentang keteraturan sosial (social order),

bagaimana dan mengapa sosial order itu ada semuanya,

sejarahnya berpusat pada sosiologi. Thomas Hobbes dikenal

sebagai orang pertama yang secara jelas merumuskan

persoalan-persoalan untuk menjawab apa yang dia susun

dalam pemikiran dari sebuah kontrak sosial. Dalam lingkup

psikologi, sosiologi sangat berperan lewat psikologi

sosialnya yang mencakup kehidupan manusia yaitu

memberikan suatu gambaran dari organisasi dan

keteraturan.

Pengertian Keteraturan Sosial (Social Order)

Berdasarkan teori sosial yang telah dipelajari untuk

dikumpulkan dalam asumsi-asumsi pemaksaan dan menerima

organisasi sebagai suatu kebutuhan keteraturan sosial

(social order) dan penelitian sosial telah diusahakan unutk

mengukur asumsi-asumsi tersebut. Keteraturan sosial (social

order) sebagai suatu organisasi atau mekanisme yang ada

sebagai suatu bagian dari cosmos dan pengadaan dalam skala

besar antara kekuatan dan tindakan pada suatu jarak

(Lawrence K. Frank, 1944:470). Perilaku manusia dalam

jumlah yang besar untuk diorganisasikan dan difokuskan

secara acak dan sembarangan untuk memberikan penampakan

secara reguler dan stabil (Vanden Zander, 1984:194).

Keteraturan sosial (social order) adalah suatu set

hubungan struktur sosial, institusi-institusi sosial dan

praktek-praktek sosial yang menjaga, memelihara, dan

1

menjalankan cara-cara normal dalam berhubungan dan

bertingkahlaku (en.wikipedia.org/wiki/Social_order).

Menurut Karl Max, keteraturan sosial (social order)

merupakan hubungan produksi atau struktur ekonomi yang

berdasar pada kehidupan sosial, sedangkan Jurgen Habermas

menyatakan bahwa keteraturan sosial (social order) adalah

kehidupan sosial yang meliputi keseluruhan sebagaimana

tindakan komunikasi. Lain halnya dengan Emile Durkheim,

keteraturan sosial (social order) adalah suatu set bagian

dari norma sosial. Dan Talcott Parsons mengartikan bahwa

keteraturan sosial (social order) adalah suatu set bagian

dari norma sosial (en.wikipedia.org/wiki/Social_order).

Cara berpikir orang awam sehari-hari dimana mereka

menafsirkan dan memahami keteraturan kehidupan sosial

pada hakikatnya adalah suatu teori sosial. keteraturan

sosial (social order) pada dasarnya adalah keteraturan

masyarakat yang diatur berdasarkan peraturan-peraturan

moral (Berry, 2003:45). keteraturan sosial (social order)

merupakan suatu sistem institusi yang relatif stabil,

pola-pola interaksi, dan kebiasaan dapat secara kontinyu

menghasilkan setidaknya kondisi-kondisi esensial untuk

keeksistensiannya sendiri

(en.wikipedia.org/wiki/Social_order). Konsepnya mengacu

pada semua fakta-fakta sosial yang relatif konstan setiap

waktu. Kondisi-kondisi demikian dapat meliputi kedua

sifat, pertukaran dan kekuatan hubungan, tetapi juga

bentuk-bentuk budaya dan hubungan komunikasi dan nilai-

nilai dari sistem ideologi.

2

Masyarakat yang teratur hanya dapat dicapai apabila

setiap individu melaksanakan kewajiban dan menerima

haknya dari orang lain. Salah satu kewajiban yang harus

dilakukan individu agar terwujud keteraturan sosial

adalah menaati norma dan nilai-nilai yang terdapat dalam

masyarakat tersebut. Keteraturan sosial tidak terlepas

dari unsur-unsur, nilai-nilai, kebudayaan, dan sikap yang

menjadikan dasar dalam menentukan sesuatu yang penting

dan benar.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa keteraturan sosial (social order) adalah

suatu kondisi dimana hubungan sosial berjalan secara

tertib dan teratur menurut nilai-nilai dan norma sosial

yang berlaku dalam masyarakat. Dengan kata lain

keteraturan sosial (social order) merupakan suatu keadaan

dimana hubungan-hubungan sosial yang berlangsung diantara

anggota masyarakat berlangsung selaras, serasi, dan

harmonis sesuai dengan interaksi, norma, dan nilai sosial

yang berlaku.

Pembentukan Keteraturan Sosial (Social Order)

Keteraturan sosial terbentuk karena ada proses

sosial yang dinamakan konformitas, yaitu bentuk interaksi

sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku terhadap

yang lain sesuai dengan harapan kelompok. Menurut para

penganut teori fungsionalisme struktural, meskipun di

dalam masyarakat terdapat unsur-unsur sosial yang saling

berbeda, tetapi unsur-unsur tersebut cenderung saling

3

menyesuaikan sehingga membentuk suatu keseimbangan

(equilibrium) dalam kehidupan sosial. Wujud nyata dari

keseimbangan ini adalah keteraturan sosial, yaitu kondisi

di mana cara berfikir, berperasaan dan bertindak serta

interaksi sosial di antara para warga masyarakat selaras

dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang belaku

dalam masyarakat yang besangkutan.

Keteraturan sosial akan tercipta dalam masyarakat

apabila:

a. Terdapat sistem nilai dan norma sosial yang

jelas. Jika nilai dan norma dalam masyarakat

tidak jelas akan menimbulkan keadaan yang

dinamakan anomie (kekacauan norma).

b. Individu atau kelompok dalam masyarakat

mengetahui dan memahami nilai nilai dan norma-

norma yang berlaku.

c. Individu atau kelompok menyesuaikan tindakan-

tindakannya dengan nilai-nilai dan norma-norma

yang berlaku.

d. Berfungsinya sistem pengendalian sosial (social

control).

Jadi keteraturan sosial (social order) berawal dari

proses sosial dengan memahami nilai-nilai dan norma-norma

yang berlaku dalam lingkungan individu atau masyarakat

tersebut. Kemudian terjadi penyesuaian dalam lingkungan

4

tersebut sehingga membentuk keseimbangan dalam kehidupan

sosial.

Unsur -unsur Keteraturan Sosial (Social Order)

Keteraturan sosial (social order) dapat tercipta dalam

kehidupan masyarakat terdapat unsur-unsur tertib sosial,

order, keajegan, dan pola.

a. Tertib Sosial

Tertib sosial adalah kondisi yang menunjukan

keteraturan, keamanan, dan keselarasan antara tindakan

anggota masyarakat dengan nilai dan norma yang berlaku

dalam masyarakat.

Tertib sosial memiliki ciri sebagai berikut :

(1) Terdapat suatu sistem nilai dan norma yang

jelas. Menurut Bierstedt (1963:416) sistem adalah

susunan yang teratur. Sebuah sistem sosial bisa

didefinisikan sebagai sebuah perbedaan dari

interaksi individu-individu dengan yang lainnya

berdasarkan pembagian norma dan arti.

(2) Individu atau kelompok dalam masyarakat

mengetahui dan memahami norma-norma dan nilai-

nilai yang berlaku.

(3) Individu atau kelompok dalam masyarakat

menyesuaikan tindakan-tindakannya dengan norma

dan nilai sosial yang berlaku.

Tertib sosial misalnya ketertiban di jalan raya akan

tercapai apabila aturan-aturan (norma-norma) yang

5

jelas. Tertib sosial akan tercapai apabila semua pihak

melaksanakan hak dan kewajibannya masing-masing.

b. Order

Order sering disebut perintah atau pesanan. Order

merupakan suatu sistem norma dan nilai yang diakui dan

dipatuhi oleh masyarakat. Order menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia, diartikan sebagai perintah atau

pesanan untuk melakukan sesuatu. Dalam sosiologi, order

adalah sistem norma dan nila-nilai sosial yang

berkembang. Order dapat tercapai apabila tertib sosial

dapat dipertahankan keberadaannya. Berdasarkan uraian

di atas terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan

order yaitu:

(1) Kepatuhan (Complience) berarti mengikuti suatu

spesifikasi, standar, atau hukum yang telah diatur

dengan jelas.

(2) Pelanggaran (Deviance), dalam Vander Zanden

(1984:206) pelanggaran dianggap sebagai status

sosial atau kategori yang terkadang memaksa,

mengubah hubungan sosial pelaku tarhadap lainnya,

dan

(3) Sanksi (kontrol sosial), menurut Berry

(2003:60) sanksi-sanksi sosial dilakukan melalui

tekanan-tekanan sosial terhadap individu-individu

dalam interaksi sehari-hari.

Contoh pola dalam kehidupan sehari-hari: peraturan-

peraturan yang berlaku di sekolah dan kampus, adat

6

istiadat yang berlaku dalam kehidupan masyarakat

tertentu.

c. Keajegan

Keajegan adalah suatu keadaan yang memperlihatkan

kondisi keteraturan sosial yang tetap dan berlangsung

terus menerus. Keajegan juga bisa diartikan gambaran

tentang suatu kondisi keteraturan sosial yang tetap

dan tidak berubah sebagai hasil hubungan yang selaras

antara tindakan, norma, dan nilai dalam interaksi

sosial. Keajegan dapat tercapai apabila order yang

telah ada tetap terjaga dan terpelihara demi

memperoleh kepastian hukum. Misalnya fenomena

kehidupan sehari-hari, seperti siswa berangkat ke

sekolah, ayah berangkat kerja, pedagang ke pasar,

orang berkendaraan mengenakan helm, dan sebagainya.

d. Pola

Pola merupakan suatu bentuk interaksi sosial yang

mencerminkan kondisi status sosial seseorang. Pola

juga bisa diartikan sebagai gambaran tentang corak,

mode, sistem, atau struktur yang tetap. Dalam

sosiologi pola berarti gambaran atau corak hubungan

sosial yang tetap dalam berinteraksi sosial. Status

sosial yang dimaksudkan adalah distribusi prestise

atau persetujuan, rasa hormat, kekaguman, atau

menghormati seseorang atau kelompok. Kasus yang paling

sering adalah kehormatan sosial yang mengasosiasikan

orang dengan tempat seseorang menempati dengan sistem

kekayaan dan kekuasaan. Karena sebagian besar

7

masyarakat menemukan kekayaan dan kekuasaan yang

diinginkan mereka menghormati atau iri orang-orang

yang memiliki lebih dari yang mereka lakukan. Ketika

status sosial disebut sebagai sosial kehormatan itu

berurusan dengan pangkat seseorang dalam sistem

stratifikasi. Status dapat Dicapai, yang adalah ketika

posisi orang diperoleh atas dasar atau dengan kata

lain dengan prestasi dan kerja keras. Misalnya

kelompok remaja anak orang kaya sering menghabiskan

waktu luang di kafe, sedangkan remaja dikalangan tidak

mampu cukup nongkrong di pos ronda atau di warung kaki

lima. Orang – orang kaya menghabiskan waktu olahraga

dengan bermain golf, orang biasa cukup berolahraga

yang tidak mengeluarkan biaya seperti : jalan-jalan,

sepeda santai, dan sebagainya (Waridah, 2003:38-39).

Seperti halnya penjelasan di atas, dibawah ini adalah

merupakan alur perkembangan keteraturan sosial (social

order), digambarkan sebagai berikut:

8

TERTIB SOSIALSuatu sistem atau tatanan nilai

dan norma yangdiketahui, diakui dan dipatuhi

KEAJEGAN Keteraturan

yang tetap danberlangsung

terus menerus

Perilaku warga masyarakat dapat diramalkan oleh pihak

lain, sehingga pihak lain tersebut menyesuaikanperilakunya

KETERATURAN SOSIAL(SOCIAL ORDER)

Kondisi dinamis di mana tindakan dan interaksi sosial berlangsung tertib dan

teratursehingga mendukung tercapainya tujuan hidup

bermasyarakat

POLA SOSIALBentuk umum

aktivitas atauinteraksi sosial

ORDERSistem norma dan nilai yang diakui dan

dipatuhi oleh masyarakat

Perkembangan Keteraturan Sosial

(Social Order)

Jadi keteraturan sosial (social order) terwujud dengan

adanya tertib sosial, order, keajegan, dan pola sosial

yang merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan demi

kelancaran kehidupan bermasyarakat.

Berkembangnya keteraturan sosial (social order) adalah

hasil hubungan selaras antara interaksi sosial, nilai,

dan norma. Keteraturan sosial (social order) bergantung pada

jaringan peran setiap orang yang melakukan kewajiban

tertentu terhadap orang lain dan berhak menerima

permberian dari orang lain. Keteraturan sosial (social

order) terwujud dari beberapa hal dibawah ini :

1. Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial

yang dinamis yang menyangkut hubungan timbal balik

antara orang perorangan, antara kelompok-kellompok

manusia, maupun orang perorang dengan kelompok

manusia. Interaksi sosial tidak hanya dalam kebaikan

melainkan juga dalam kejelekan. Dalam hal kebaikan

yaitu persahabatan sedangkan dalam kejelekan yaitu

permusuhan.

9

Syarat terjadinya interaksi sosial adalah sebagai

berikut:

(1) Adanya kontak sosial

Berasal dari kata con atau cun (bersama-sama) dan

tango artinya menyentuh. Namun, kontak sosial tidak

hanya secara harfiah bersentuhan badan, tetapi

bisa lewat bicara, melalui telepon, telegram,

surat, radio, dan sebagainya.

(2) Komunikasi

Komunikasi adalah proses emberikan tafsiran pada

perilaku orang lain yang berwujud pembicaraan,

gerak-gerik badaniah atau sikap, perasaan-perasaan

apa yang ingin disampaikan orang tersebut.

Interaksi sosial mempunyai ciri-ciri, adalah sebagai

berikut:

(1) Pelakunya lebih dari satu orang.

(2) Ada komunikasi di antara pelaku melalui kontak

sosial.

(3) Mempunyai maksud dan tujuan yang jelas,

terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut

dengan yang diperkirakan pelaku.

(4) Adanya dimensi waktu (masa lampau, masa kini,

dan masa sekarang) yang datang akan menentukan

sikap aksi yang sedang berlangsung.

Faktor-faktor yang mendasari terbentuknya interaksi

sosial sebagai berikut:

10

(1) Sugesti (rangsangan, pengaruh, atau stimulus

yang diberikan seorang individu kepada individu lain

sehingga orang yang diberi sugesti menurut).

(2) Imitasi (proses sosial untuk meniru orang

lain).

(3) Identifikasi (upaya yang dilakukan individu

untuk menjadi sama dengan individu lain yang

ditirunya).

(4) Simpati (proses kejiwaan seorang individu yang

merasa tertarik kepada seseorang atau kelompok).

(5) Motivasi (dorongan, rangsangan, pengaruh, atau

stimulasi yang diberikan seorang individu kepada

individu lain).

(6) Empati (proses kejiwaan seorang individu untuk

larut dalam perasaan orang lain baik suka maupun

duka).

2. Nilai Sosial

Nilai (value) merupakan suatu ukuran, patokan, anggapan,

dan keyakinan. Hal yang demikian akan menjadi panutan

orang banyak dalam suatu masyarakat tertentu agar dapat

diperoleh sesuatu yang dianggap benar, pantas, luhur,

dan baik yang harus dilakukan serta diperhatikan oleh

anggota masyarakat.

Nilai dapat didefinisikan sebagai "kriteria internal

untuk evaluasi". Nilai juga dibagi menjadi dua

kategori, ada nilai-nilai individu, yang berkaitan

dengan sesuatu yang kita pikir memiliki nilai dan

kemudian ada nilai-nilai sosial. Nilai-nilai sosial

11

adalah keinginan kita diubah sesuai dengan prinsip-

prinsip etis atau sesuai dengan kelompok kita kaitkan

dengan: teman, keluarga, atau rekan kerja.

Ciri-ciri nilai sosial adalah sebagai berikut :

(1) Merupakan hasil interaksi sosial antarwarga

masyarakat.

(2) Bukan bawaan sejak lahir, melainkan penularan

dari orang lain.

(3) Terbentuk dari proses belajar.

(4) Dapat mempengaruhi perkembangan pribadi

seseorang, baik positif atau negatif.

(5) Merupakan asumsi-asumsi abstrak dari bermacam-

macam objek di dalam masyarakat.

(6) Cenderung berkaitan antara yang satu dan yang

lain sehingga membentuk pola dan sistem nilai.

(7) Mempengaruhi kejiwaan orang lain.

3. Norma Sosial

Suatu istilah yang digunakan untuk praktek sosial yang

baru disebut dengan norma. Norma dalam penggunaan

populer disebut sebagai standar dan bisa juga disebut

mode, perilaku yang sering terjadi. Norma berarti

patokan atau aturan yang mempunyai sanksi-sanksi.

Menurut Bierstedt (1963:409), norma adalah sesuatu yang

sangat penting dalam masyarakat, norma adalah

penyesuaian diri seseorang terhadap orang lain yang

membentuk keteraturan sosial (social order). Norma

diberlakukan untuk mendorong dan menekan seseorang,

12

kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan dalam

mencapai nilai-nilai sosial. Norma memberi tahu kami

apa yang harus dilakukan dalam situasi tertentu. Tidak

seperti nilai-nilai, norma-norma yang ditegakkan secara

eksternal atau di luar diri. Sebuah masyarakat secara

keseluruhan menentukan norma-norma, dan mereka dapat

diturunkan dari generasi ke generasi.

Penyimpangan norma-norma sosial bisa menjadikan

subjeknya ditegur, dihukum atau diasingkan. Nilai moral

dapat dilekatkan pada norma, tetapi dapat menjadi modal

perilaku terhadap evaluasi yang melekat. Akan tetapi

norma-norma individu secara sosial dinilai atau tidak.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa

keteraturan sosial (social order) dapat terwujud dari

hasil interaksi sosial, nilai dan norma. Interaksi

sosial merupakan bentuk kongkret sedangkan nilai dan

norma merupakan petunjuk dalam hubungan sosial

tertentu.

Struktur dan Fungsi Keteraturan Sosial (Social Order)

Pada dasarnya keteraturan dalam sosial (masyarakat)

terdiri dari sekelompok manusia dan susunan-susunan

tingkah lakunya. Keteraturan mempunyai aspek dasar yaitu

struktur dan fungsi. Di dalam masyarakat organisasi

sekelompok orang-orang adalah sebuah struktur. Kelompok

tersebut sebuah fungsi dan keduanya sama-sama mempunyai

bentuk.

a. Keteraturan dalam fungsi

13

Aktivitas sosial yang berulang-ulang disebut sebagai

kebiasaan. Unit dasar penggunaan struktur sosial adalah

tindakan (perilaku). Tindakan dari seorang pelaku

“orang” meliputi beberapa orang lain yang disebut

tindakan atau perilaku sosial. Tindakan-tindakan sosial

biasanya dilakukan berulang-ulang dan ketika

pengulangan tersebut dilakukan cukup sering bisa

menjadi kebiasaan.

Kebiasaan adalah pengulangan yang menjadi dasar dari

sebuah keteraturan tindakan (tindakan sosial). Ketika

tindakan-tindakan yang terbiasa diorganisasikan di

sekitar kehidupan sosial atau status seseorang dalam

kelompok disebut aturan sosial. Dalam praktek sosial

yang baru di dalam perubahan sosial yang cepat, istilah

kebiasaan jarang digunakan. Praktek sosial harus

belangsung dalam jangka waktu yang lama sehingga bisa

disebut sebagai suatu kebiasaan, jika hanya berlangsung

kadang – kadang biasanya disebut sebuah fashion (mode).

b. Keteraturan dalam struktur

Struktur dalam kehidupan masyarakat adalah

organisasi sosial, yang didefinisikan sebagai suatu

susunan dari beberapa orang atau bagian-bagian. Ada

beberapa macam organisasi sosial seperti keluarga,

partai politik, pekerja kantor, tim atletik dan lain-

lain. Semuanya adalah susunan dari beberapa orang atau

bagian-bagian yang menysun organisasi.

Jadi berdasarkan keterangan di atas bahwa

keteraturan sosial (social order) mempunyai suatu struktur

14

dan fungsi. Fungsi keteraturan sosial (social order) yaitu

tindakan – tindakan yang dilakukan oleh individu atau

masyarakat untuk membentuk suatu kebiasaan agar teratur

dalam kehidupan sosial bermasyarakat, sedangkan

struktur dari keteraturan sosial (social order) yaitu

individu-individu yang membentuk organisasi yang

tujuannya dapat melakukan suatu keteraturan bersama-

sama.

Prinsip-prinsip Keteraturan Sosial (Social Order)

Keteraturan sosial (social order) dapat terlaksana perlu

adanya prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Prinsip Ketergantungan (Dependence)

Prinsip ketergantungan adalah salah satu yang memiliki

nilai penting dalam keteraturan sosial (social order)

secara keseluruhan. Ini menjelaskan bahwa

ketergantungan lebih seseorang lebih terhadap satu

kelompok, lebih memungkinkan mereka untuk menyesuaikan

diri dalam norma-norma kelompok. Hal ini berarti jika

suatu kelompok bermaksud banyak pada seseorang, mereka

mungkin akan lebih melakukan apa yang kelompoknya

inginkan dari mereka untuk melakukan sesuatu.

b. Prinsip Jarak Penglihatan (Visibility)

Prinsip jarak penglihatan mengacu pada luasnya

perilaku anggota kelompok yang dapat diamati oleh

anggota kelompok lain. Tingkat pengamatan lebih tinggi

15

dalam suatu kelompok memungkinkan anggota-anggota dari

kelompok ini akan mengikuti norma-norma kelompok

tersebut.

c. Prinsip Keluasan (Extensiveness)

Prinsip keluasan menyebutkan beberapa norma-norma dan

norma-norma yang lebih penting terhadap suatu

masyarakat, lebih baik mengikat norma-norma tersebut

bersama-sama dalam satu kesatuan dengan kelompok.

Berdasarkan uraian di atas bahwa keteraturan sosial

(social order) sangat erat hubungannya dengan masyarakat

dan lingkungan sekitar meliputi Prinsip

Ketergantungan, Jarak Penglihatan, dan Keluasan yang

dikelola dengan norma-norma yang telah melekat dengan

diri individu dan masyarakat (kelompok).

Pencapaian Keteraturan Sosial (Social Order)

Ada dua teori yang menjelaskan keteraturan sosial

(social order). Teori pertama adalah keteraturan sosial

(social order) terbentuk dari sejumlah besar keputusan-

keputusan bebas untuk memindahkan hak-hak pribadi dan

kebebasan untuk suatu pernyataan memaksa mengembalikan

garansi keamanan dan miliknya sebaik pembentukan

mekanismenya untuk memutuskan perselisihan. Teori

berikutnya adalah bahwa sumber pokok dari keteraturan

sosial (social order) terletak tidak dalam kontrol-kontrol

eksternal tetapi dalam suatu daftar nilai-nilai dan norma

khusus yang bagaimanapun seseorang telah mengatur untuk

diinternalkan.

16

Teori-teori di atas merupakan sebuah penjelasan

bahwa keteraturan sosial (social order) terbentuk dari

pemikiran-pemikiran dan keputusan-keputusan individu

untuk menentang keinginan dalam dirinya demi pencapaian

keteraturan dalam kehidupan bermasyarakat.

Faktor-faktor yang Mendorong Terciptanya Keteraturan

Sosial (Social Order)

Menurut Gillin dan Gillin dalam Soekanto (2007:65-

81) menerangkan faktor-faktor yang mendorong keteraturan

sosial (social order) biasanya juga disebut faktor-faktor

asosiatif, yaitu faktor-faktor yang mendorong terciptanya

keteraturan social (social order), meliputi :

a. Akomodasi

Sebagai proses, akomodasi merupakan upaya-upaya

menghindarkan, meredakan atau mengakhiri konflik atau

pertikaian. Akomodasi dapat pula berarti keadaan, yaitu

keadaan di mana hubungan-hubungan di antara unsur-unsur

sosial dalam keselarasan dan keseimbangan, sehingga warga

masyarakat dapat dengan mudah menyesuaikan dirinya dengan

harapan-harapan atau tujuan-tujuan masyarakat.

b. Kerja sama

Kerja sama (kooperasi) timbul ketika orang-orang

menyadari adanya kepentingan yang sama pada saat

bersamaan, dan mempunyai pengertian bahwa kepentingan

yang sama tersebut dapat lebih mudah dicapai apabila

dilakukan bersama-sama.

17

c. Asimilasi

Asimilasi merupakan proses sosial tingkat lanjut yang

ditandai oleh adanya upaya-upaya mengurangi perbedaan

serta mempertinggi kesatuan tindakan, sikap dan proses-

proses mental di antara orang-perorangan atau kelompok-

kelompok dengan memperhatikan kepentingan atau tujuan

bersama.

d. Akulturasi

Akulturasi adalah proses sosial yang timbul, apabila

suatu kelompok masyarakat berhadapan dengan unsur-unsur

kebudayaan asing yang lambat laun diterima dan diolah

dalam kebudayaan sendiri, tanpa hilangnya kepribadian

dari kebudayaan itu sendiri.

Unsur-unsur yang menjadi masalah dalam perubahan

sosial budaya, yaitu sebagai berikut :

(1)Unsur-unsur yang mudah diterima dan sukar diterima.

Contoh, kebiasaan minum minuman keras (mudah

diterima), dan teknologi canggih (sulit diterima).

Individu atau kelompok yang mudah menerima biasanya

memiliki jiwa terbuka, tidak mempunyai prasangka

buruk, sedangkan yang sukar menerima unsur-unsur

budaya asing biasanya jiwanya tertutup, berpegang

pada tradisi yang telah ada, dan berprasangka buruk

terhadap pengaruh asing.

(2)Ketegangan dan konflik sosial yang timbul akibat

adanya proses akulturasi.

Berdasarkan uraian di atas keteraturan sosial (social

order) dapat terjadi apabila komunikasi dan kerja

18

sama dapat saling mendorong individu dalam

menjalankan kehidupan bermasyarakat.

Faktor-faktor yang Menghambat Terciptanya Keteraturan

Sosial (Social Order)

Faktor-faktor yang menghambat keteraturan sosial (social

order) biasanya juga disebut faktor-faktor disosiatif,

yaitu faktor-faktor yang menghambat terciptanya

keteraturan social (social order), meliputi :

a. Persaingan (kompetisi)

Persaingan merupakan suatu proses sosial di mana orang-

perorangan atau kelompok-kelompok saling memperebutkan

sesuatu yang menjadi pusat perhatian dengan cara

berusaha menarik perhatian atau mempertajam prasangka,

tanpa disertai dengan tindakan kekerasan ataupun

ancaman, melainkan dengan peningkatan mutu atau

kualitas diri. Persaingan mempunyai dua tipe umum,

yaitu: (a) bersifat personal/pribadi atau perorangan

(rivalry), (b) bersifat korporasi atau kelompok.

b. Pertikaian (konflik)

Pertikaian atau konflik merupakan proses sosial seperti

halnya kompetisi atau persaingan, hanya bedanya pada

pertikaian disertai dengan ancaman dan tindak

kekerasaan, baik fisik maupun nonfisik.

c. Kontravensi

Kontravensi merupakan proses sosial yang berada di

antara persaingan dan konflik. Kontravensi merupakan

19

sikap yang tersembunyi terhadap pihak-pihak lain atau

terhadap unsur-unsur kebudayaan suatu golongan. Sikap

tersebut dapat berubah menjadi kebencian, tetapi tidak

sampai menimbulkan pertikaian.

Hasil dari Sosial Order

Prinsip yang bisa kita ambil adalah adanya pengaturan

dan ketertataan dari suatu lingkungan sosial. Atas dasar pemenuhan

kebutuhan, individu-individu membentuk lingkungan sosial

tertentu, di mana individu-individu tersebut saling

berinteraksi atas dasar status dan peranan sosialnya yang

diatur oleh seperangkat norma dan nilai.

1. Kesejahteraan Sosial

Pada tingkat masyarakat, kesejahteraan sosial berarti

terdapatnya ketertiban sosial (social order) yang

lebih baik. Suatu Tatanan atau Ketertiban Sosial

(Social Order). Kesejahteraan sebagai suatu tatanan

atau ketertiban sosial dapat dilihat di dalam Undang

Undang Republik Indonesia nomor 6 tahun 1974 tentang

Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial, pasal

1 ayat 1, sebagai berikut : “Kesejahteraan Sosial

ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial,

materiil, maupun spirituil, yang diliputi oleh rasa

keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin,

yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk

mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan

jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya

bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan

20

menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban

manusia sesuai dengan Pancasila”. Berdasarkan definisi

tersebut terlihat bahwa kesejateraan sosial merupakan

sebuah tatanan masyarakat. Tatanan masyarakat

dikatakan kondusif jika masyarakat merasakan adanya

keterjaminan keselamatan dan ketentraman yang

memungkinkan masyarakat dapat meneuhi kebutuhan

hidupnya.

2. Pengendalian Sosial

Pengendalian sosial adalah merupakan suatu mekanisme

untuk mencegah penyimpangan sosial serta mengajak dan

mengarahkan masyarakat untuk berperilaku dan bersikap

sesuai norma dan nilai yang berlaku. Dengan adanya

pengendalian sosial yang baik diharapkan mampu

meluruskan anggota masyarakat yang berperilaku

menyimpang atau membangkang. Secara rinci, beberapa

faktor yang menyebabkan warga masyarakat berperilaku

menyimpang dari norma-norma yang berlaku adalah

sebagai berikut (Soekanto, 181:45) :

a. Karena kaidah-kaidah yang ada tidak memuaskan

bagi pihak tertentu atau karena tidak memenuhi

kebutuhan dasarnya.

b. Karena kaidah yang ada kurang jelas

perumusannya sehingga menimbulkan aneka penafsiran

dan penerapan.

c. Karena di dalam masyarakat terjadi konflik

antara peranan-peranan yang dipegang warga

masyarakat

21

d. Karena memang tidak mungkin untuk mengatur

semua kepentingan warga masyarakat secara merata.

Fungsi Pengendalian Sosial menurut Koentjaraningrat,

yaitu :

a. Mempertebal keyakinan masyarakat tentang kebaikan

norma.

b. Memberikan imbalan kepada warga yang menaati

norma.

c. Mengembangkan rasa malu

d. Mengembangkan rasa takut

e. Menciptakan sistem hukum

Cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan

sosial masyarakat :

a.Pengendalian Lisan (Pengendalian Sosial Persuasif)

Pengendalian lisan diberikan dengan menggunakan

bahasa lisan guna mengajak anggota kelompok sosial

untuk mengikuti peraturan yang berlaku.

b.Pengendalian Simbolik (Pengendalian Sosial

Persuasif) Pengendalian simbolik merupakan

pengendalian yang dilakukan dengan melalui gambar,

tulisan, iklan, dan lain-lain. Contoh : Spanduk,

poster, Rambu Lalu Lintas, dll.

c.Pengendalian Kekerasan (Pengendalian Koersif)

Pengendalian melalui cara-cara kekerasan adalah

suatu tindakan yang dilakukan untuk membuat si

pelanggar jera dan membuatnya tidak berani melakukan

22

kesalahan yang sama. Contoh seperti main hakim

sendiri.

Referensi

Hechter, M.; Horne, C. 2003. Theories of Social Order. A Reader.Stanford University Press.

Bierstedt, Robert. 1963. The Social Order, second edition. NewYork : McGraw-Hill Book Company, Inc

Chaplin, J.P. 2001. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : RajaGrafindo Persada

http://en.wikipedia.org/wiki/Social_Order, diunduh padatanggal 26 Oktober 2011

Frank, Lawrence K. 1944. The American Journal of Sociology, Vol.49,No.5 (Maret 1944), pp. 470-477. The University of ChigagoPress (www.jstor.org/stable/2770484)

23