Keteraturan Sosial (Social Order
Transcript of Keteraturan Sosial (Social Order
Keteraturan Sosial (Social Order)
Persoalan tentang keteraturan sosial (social order),
bagaimana dan mengapa sosial order itu ada semuanya,
sejarahnya berpusat pada sosiologi. Thomas Hobbes dikenal
sebagai orang pertama yang secara jelas merumuskan
persoalan-persoalan untuk menjawab apa yang dia susun
dalam pemikiran dari sebuah kontrak sosial. Dalam lingkup
psikologi, sosiologi sangat berperan lewat psikologi
sosialnya yang mencakup kehidupan manusia yaitu
memberikan suatu gambaran dari organisasi dan
keteraturan.
Pengertian Keteraturan Sosial (Social Order)
Berdasarkan teori sosial yang telah dipelajari untuk
dikumpulkan dalam asumsi-asumsi pemaksaan dan menerima
organisasi sebagai suatu kebutuhan keteraturan sosial
(social order) dan penelitian sosial telah diusahakan unutk
mengukur asumsi-asumsi tersebut. Keteraturan sosial (social
order) sebagai suatu organisasi atau mekanisme yang ada
sebagai suatu bagian dari cosmos dan pengadaan dalam skala
besar antara kekuatan dan tindakan pada suatu jarak
(Lawrence K. Frank, 1944:470). Perilaku manusia dalam
jumlah yang besar untuk diorganisasikan dan difokuskan
secara acak dan sembarangan untuk memberikan penampakan
secara reguler dan stabil (Vanden Zander, 1984:194).
Keteraturan sosial (social order) adalah suatu set
hubungan struktur sosial, institusi-institusi sosial dan
praktek-praktek sosial yang menjaga, memelihara, dan
1
menjalankan cara-cara normal dalam berhubungan dan
bertingkahlaku (en.wikipedia.org/wiki/Social_order).
Menurut Karl Max, keteraturan sosial (social order)
merupakan hubungan produksi atau struktur ekonomi yang
berdasar pada kehidupan sosial, sedangkan Jurgen Habermas
menyatakan bahwa keteraturan sosial (social order) adalah
kehidupan sosial yang meliputi keseluruhan sebagaimana
tindakan komunikasi. Lain halnya dengan Emile Durkheim,
keteraturan sosial (social order) adalah suatu set bagian
dari norma sosial. Dan Talcott Parsons mengartikan bahwa
keteraturan sosial (social order) adalah suatu set bagian
dari norma sosial (en.wikipedia.org/wiki/Social_order).
Cara berpikir orang awam sehari-hari dimana mereka
menafsirkan dan memahami keteraturan kehidupan sosial
pada hakikatnya adalah suatu teori sosial. keteraturan
sosial (social order) pada dasarnya adalah keteraturan
masyarakat yang diatur berdasarkan peraturan-peraturan
moral (Berry, 2003:45). keteraturan sosial (social order)
merupakan suatu sistem institusi yang relatif stabil,
pola-pola interaksi, dan kebiasaan dapat secara kontinyu
menghasilkan setidaknya kondisi-kondisi esensial untuk
keeksistensiannya sendiri
(en.wikipedia.org/wiki/Social_order). Konsepnya mengacu
pada semua fakta-fakta sosial yang relatif konstan setiap
waktu. Kondisi-kondisi demikian dapat meliputi kedua
sifat, pertukaran dan kekuatan hubungan, tetapi juga
bentuk-bentuk budaya dan hubungan komunikasi dan nilai-
nilai dari sistem ideologi.
2
Masyarakat yang teratur hanya dapat dicapai apabila
setiap individu melaksanakan kewajiban dan menerima
haknya dari orang lain. Salah satu kewajiban yang harus
dilakukan individu agar terwujud keteraturan sosial
adalah menaati norma dan nilai-nilai yang terdapat dalam
masyarakat tersebut. Keteraturan sosial tidak terlepas
dari unsur-unsur, nilai-nilai, kebudayaan, dan sikap yang
menjadikan dasar dalam menentukan sesuatu yang penting
dan benar.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa keteraturan sosial (social order) adalah
suatu kondisi dimana hubungan sosial berjalan secara
tertib dan teratur menurut nilai-nilai dan norma sosial
yang berlaku dalam masyarakat. Dengan kata lain
keteraturan sosial (social order) merupakan suatu keadaan
dimana hubungan-hubungan sosial yang berlangsung diantara
anggota masyarakat berlangsung selaras, serasi, dan
harmonis sesuai dengan interaksi, norma, dan nilai sosial
yang berlaku.
Pembentukan Keteraturan Sosial (Social Order)
Keteraturan sosial terbentuk karena ada proses
sosial yang dinamakan konformitas, yaitu bentuk interaksi
sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku terhadap
yang lain sesuai dengan harapan kelompok. Menurut para
penganut teori fungsionalisme struktural, meskipun di
dalam masyarakat terdapat unsur-unsur sosial yang saling
berbeda, tetapi unsur-unsur tersebut cenderung saling
3
menyesuaikan sehingga membentuk suatu keseimbangan
(equilibrium) dalam kehidupan sosial. Wujud nyata dari
keseimbangan ini adalah keteraturan sosial, yaitu kondisi
di mana cara berfikir, berperasaan dan bertindak serta
interaksi sosial di antara para warga masyarakat selaras
dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang belaku
dalam masyarakat yang besangkutan.
Keteraturan sosial akan tercipta dalam masyarakat
apabila:
a. Terdapat sistem nilai dan norma sosial yang
jelas. Jika nilai dan norma dalam masyarakat
tidak jelas akan menimbulkan keadaan yang
dinamakan anomie (kekacauan norma).
b. Individu atau kelompok dalam masyarakat
mengetahui dan memahami nilai nilai dan norma-
norma yang berlaku.
c. Individu atau kelompok menyesuaikan tindakan-
tindakannya dengan nilai-nilai dan norma-norma
yang berlaku.
d. Berfungsinya sistem pengendalian sosial (social
control).
Jadi keteraturan sosial (social order) berawal dari
proses sosial dengan memahami nilai-nilai dan norma-norma
yang berlaku dalam lingkungan individu atau masyarakat
tersebut. Kemudian terjadi penyesuaian dalam lingkungan
4
tersebut sehingga membentuk keseimbangan dalam kehidupan
sosial.
Unsur -unsur Keteraturan Sosial (Social Order)
Keteraturan sosial (social order) dapat tercipta dalam
kehidupan masyarakat terdapat unsur-unsur tertib sosial,
order, keajegan, dan pola.
a. Tertib Sosial
Tertib sosial adalah kondisi yang menunjukan
keteraturan, keamanan, dan keselarasan antara tindakan
anggota masyarakat dengan nilai dan norma yang berlaku
dalam masyarakat.
Tertib sosial memiliki ciri sebagai berikut :
(1) Terdapat suatu sistem nilai dan norma yang
jelas. Menurut Bierstedt (1963:416) sistem adalah
susunan yang teratur. Sebuah sistem sosial bisa
didefinisikan sebagai sebuah perbedaan dari
interaksi individu-individu dengan yang lainnya
berdasarkan pembagian norma dan arti.
(2) Individu atau kelompok dalam masyarakat
mengetahui dan memahami norma-norma dan nilai-
nilai yang berlaku.
(3) Individu atau kelompok dalam masyarakat
menyesuaikan tindakan-tindakannya dengan norma
dan nilai sosial yang berlaku.
Tertib sosial misalnya ketertiban di jalan raya akan
tercapai apabila aturan-aturan (norma-norma) yang
5
jelas. Tertib sosial akan tercapai apabila semua pihak
melaksanakan hak dan kewajibannya masing-masing.
b. Order
Order sering disebut perintah atau pesanan. Order
merupakan suatu sistem norma dan nilai yang diakui dan
dipatuhi oleh masyarakat. Order menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, diartikan sebagai perintah atau
pesanan untuk melakukan sesuatu. Dalam sosiologi, order
adalah sistem norma dan nila-nilai sosial yang
berkembang. Order dapat tercapai apabila tertib sosial
dapat dipertahankan keberadaannya. Berdasarkan uraian
di atas terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan
order yaitu:
(1) Kepatuhan (Complience) berarti mengikuti suatu
spesifikasi, standar, atau hukum yang telah diatur
dengan jelas.
(2) Pelanggaran (Deviance), dalam Vander Zanden
(1984:206) pelanggaran dianggap sebagai status
sosial atau kategori yang terkadang memaksa,
mengubah hubungan sosial pelaku tarhadap lainnya,
dan
(3) Sanksi (kontrol sosial), menurut Berry
(2003:60) sanksi-sanksi sosial dilakukan melalui
tekanan-tekanan sosial terhadap individu-individu
dalam interaksi sehari-hari.
Contoh pola dalam kehidupan sehari-hari: peraturan-
peraturan yang berlaku di sekolah dan kampus, adat
6
istiadat yang berlaku dalam kehidupan masyarakat
tertentu.
c. Keajegan
Keajegan adalah suatu keadaan yang memperlihatkan
kondisi keteraturan sosial yang tetap dan berlangsung
terus menerus. Keajegan juga bisa diartikan gambaran
tentang suatu kondisi keteraturan sosial yang tetap
dan tidak berubah sebagai hasil hubungan yang selaras
antara tindakan, norma, dan nilai dalam interaksi
sosial. Keajegan dapat tercapai apabila order yang
telah ada tetap terjaga dan terpelihara demi
memperoleh kepastian hukum. Misalnya fenomena
kehidupan sehari-hari, seperti siswa berangkat ke
sekolah, ayah berangkat kerja, pedagang ke pasar,
orang berkendaraan mengenakan helm, dan sebagainya.
d. Pola
Pola merupakan suatu bentuk interaksi sosial yang
mencerminkan kondisi status sosial seseorang. Pola
juga bisa diartikan sebagai gambaran tentang corak,
mode, sistem, atau struktur yang tetap. Dalam
sosiologi pola berarti gambaran atau corak hubungan
sosial yang tetap dalam berinteraksi sosial. Status
sosial yang dimaksudkan adalah distribusi prestise
atau persetujuan, rasa hormat, kekaguman, atau
menghormati seseorang atau kelompok. Kasus yang paling
sering adalah kehormatan sosial yang mengasosiasikan
orang dengan tempat seseorang menempati dengan sistem
kekayaan dan kekuasaan. Karena sebagian besar
7
masyarakat menemukan kekayaan dan kekuasaan yang
diinginkan mereka menghormati atau iri orang-orang
yang memiliki lebih dari yang mereka lakukan. Ketika
status sosial disebut sebagai sosial kehormatan itu
berurusan dengan pangkat seseorang dalam sistem
stratifikasi. Status dapat Dicapai, yang adalah ketika
posisi orang diperoleh atas dasar atau dengan kata
lain dengan prestasi dan kerja keras. Misalnya
kelompok remaja anak orang kaya sering menghabiskan
waktu luang di kafe, sedangkan remaja dikalangan tidak
mampu cukup nongkrong di pos ronda atau di warung kaki
lima. Orang – orang kaya menghabiskan waktu olahraga
dengan bermain golf, orang biasa cukup berolahraga
yang tidak mengeluarkan biaya seperti : jalan-jalan,
sepeda santai, dan sebagainya (Waridah, 2003:38-39).
Seperti halnya penjelasan di atas, dibawah ini adalah
merupakan alur perkembangan keteraturan sosial (social
order), digambarkan sebagai berikut:
8
TERTIB SOSIALSuatu sistem atau tatanan nilai
dan norma yangdiketahui, diakui dan dipatuhi
KEAJEGAN Keteraturan
yang tetap danberlangsung
terus menerus
Perilaku warga masyarakat dapat diramalkan oleh pihak
lain, sehingga pihak lain tersebut menyesuaikanperilakunya
KETERATURAN SOSIAL(SOCIAL ORDER)
Kondisi dinamis di mana tindakan dan interaksi sosial berlangsung tertib dan
teratursehingga mendukung tercapainya tujuan hidup
bermasyarakat
POLA SOSIALBentuk umum
aktivitas atauinteraksi sosial
ORDERSistem norma dan nilai yang diakui dan
dipatuhi oleh masyarakat
Perkembangan Keteraturan Sosial
(Social Order)
Jadi keteraturan sosial (social order) terwujud dengan
adanya tertib sosial, order, keajegan, dan pola sosial
yang merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan demi
kelancaran kehidupan bermasyarakat.
Berkembangnya keteraturan sosial (social order) adalah
hasil hubungan selaras antara interaksi sosial, nilai,
dan norma. Keteraturan sosial (social order) bergantung pada
jaringan peran setiap orang yang melakukan kewajiban
tertentu terhadap orang lain dan berhak menerima
permberian dari orang lain. Keteraturan sosial (social
order) terwujud dari beberapa hal dibawah ini :
1. Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial
yang dinamis yang menyangkut hubungan timbal balik
antara orang perorangan, antara kelompok-kellompok
manusia, maupun orang perorang dengan kelompok
manusia. Interaksi sosial tidak hanya dalam kebaikan
melainkan juga dalam kejelekan. Dalam hal kebaikan
yaitu persahabatan sedangkan dalam kejelekan yaitu
permusuhan.
9
Syarat terjadinya interaksi sosial adalah sebagai
berikut:
(1) Adanya kontak sosial
Berasal dari kata con atau cun (bersama-sama) dan
tango artinya menyentuh. Namun, kontak sosial tidak
hanya secara harfiah bersentuhan badan, tetapi
bisa lewat bicara, melalui telepon, telegram,
surat, radio, dan sebagainya.
(2) Komunikasi
Komunikasi adalah proses emberikan tafsiran pada
perilaku orang lain yang berwujud pembicaraan,
gerak-gerik badaniah atau sikap, perasaan-perasaan
apa yang ingin disampaikan orang tersebut.
Interaksi sosial mempunyai ciri-ciri, adalah sebagai
berikut:
(1) Pelakunya lebih dari satu orang.
(2) Ada komunikasi di antara pelaku melalui kontak
sosial.
(3) Mempunyai maksud dan tujuan yang jelas,
terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut
dengan yang diperkirakan pelaku.
(4) Adanya dimensi waktu (masa lampau, masa kini,
dan masa sekarang) yang datang akan menentukan
sikap aksi yang sedang berlangsung.
Faktor-faktor yang mendasari terbentuknya interaksi
sosial sebagai berikut:
10
(1) Sugesti (rangsangan, pengaruh, atau stimulus
yang diberikan seorang individu kepada individu lain
sehingga orang yang diberi sugesti menurut).
(2) Imitasi (proses sosial untuk meniru orang
lain).
(3) Identifikasi (upaya yang dilakukan individu
untuk menjadi sama dengan individu lain yang
ditirunya).
(4) Simpati (proses kejiwaan seorang individu yang
merasa tertarik kepada seseorang atau kelompok).
(5) Motivasi (dorongan, rangsangan, pengaruh, atau
stimulasi yang diberikan seorang individu kepada
individu lain).
(6) Empati (proses kejiwaan seorang individu untuk
larut dalam perasaan orang lain baik suka maupun
duka).
2. Nilai Sosial
Nilai (value) merupakan suatu ukuran, patokan, anggapan,
dan keyakinan. Hal yang demikian akan menjadi panutan
orang banyak dalam suatu masyarakat tertentu agar dapat
diperoleh sesuatu yang dianggap benar, pantas, luhur,
dan baik yang harus dilakukan serta diperhatikan oleh
anggota masyarakat.
Nilai dapat didefinisikan sebagai "kriteria internal
untuk evaluasi". Nilai juga dibagi menjadi dua
kategori, ada nilai-nilai individu, yang berkaitan
dengan sesuatu yang kita pikir memiliki nilai dan
kemudian ada nilai-nilai sosial. Nilai-nilai sosial
11
adalah keinginan kita diubah sesuai dengan prinsip-
prinsip etis atau sesuai dengan kelompok kita kaitkan
dengan: teman, keluarga, atau rekan kerja.
Ciri-ciri nilai sosial adalah sebagai berikut :
(1) Merupakan hasil interaksi sosial antarwarga
masyarakat.
(2) Bukan bawaan sejak lahir, melainkan penularan
dari orang lain.
(3) Terbentuk dari proses belajar.
(4) Dapat mempengaruhi perkembangan pribadi
seseorang, baik positif atau negatif.
(5) Merupakan asumsi-asumsi abstrak dari bermacam-
macam objek di dalam masyarakat.
(6) Cenderung berkaitan antara yang satu dan yang
lain sehingga membentuk pola dan sistem nilai.
(7) Mempengaruhi kejiwaan orang lain.
3. Norma Sosial
Suatu istilah yang digunakan untuk praktek sosial yang
baru disebut dengan norma. Norma dalam penggunaan
populer disebut sebagai standar dan bisa juga disebut
mode, perilaku yang sering terjadi. Norma berarti
patokan atau aturan yang mempunyai sanksi-sanksi.
Menurut Bierstedt (1963:409), norma adalah sesuatu yang
sangat penting dalam masyarakat, norma adalah
penyesuaian diri seseorang terhadap orang lain yang
membentuk keteraturan sosial (social order). Norma
diberlakukan untuk mendorong dan menekan seseorang,
12
kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan dalam
mencapai nilai-nilai sosial. Norma memberi tahu kami
apa yang harus dilakukan dalam situasi tertentu. Tidak
seperti nilai-nilai, norma-norma yang ditegakkan secara
eksternal atau di luar diri. Sebuah masyarakat secara
keseluruhan menentukan norma-norma, dan mereka dapat
diturunkan dari generasi ke generasi.
Penyimpangan norma-norma sosial bisa menjadikan
subjeknya ditegur, dihukum atau diasingkan. Nilai moral
dapat dilekatkan pada norma, tetapi dapat menjadi modal
perilaku terhadap evaluasi yang melekat. Akan tetapi
norma-norma individu secara sosial dinilai atau tidak.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
keteraturan sosial (social order) dapat terwujud dari
hasil interaksi sosial, nilai dan norma. Interaksi
sosial merupakan bentuk kongkret sedangkan nilai dan
norma merupakan petunjuk dalam hubungan sosial
tertentu.
Struktur dan Fungsi Keteraturan Sosial (Social Order)
Pada dasarnya keteraturan dalam sosial (masyarakat)
terdiri dari sekelompok manusia dan susunan-susunan
tingkah lakunya. Keteraturan mempunyai aspek dasar yaitu
struktur dan fungsi. Di dalam masyarakat organisasi
sekelompok orang-orang adalah sebuah struktur. Kelompok
tersebut sebuah fungsi dan keduanya sama-sama mempunyai
bentuk.
a. Keteraturan dalam fungsi
13
Aktivitas sosial yang berulang-ulang disebut sebagai
kebiasaan. Unit dasar penggunaan struktur sosial adalah
tindakan (perilaku). Tindakan dari seorang pelaku
“orang” meliputi beberapa orang lain yang disebut
tindakan atau perilaku sosial. Tindakan-tindakan sosial
biasanya dilakukan berulang-ulang dan ketika
pengulangan tersebut dilakukan cukup sering bisa
menjadi kebiasaan.
Kebiasaan adalah pengulangan yang menjadi dasar dari
sebuah keteraturan tindakan (tindakan sosial). Ketika
tindakan-tindakan yang terbiasa diorganisasikan di
sekitar kehidupan sosial atau status seseorang dalam
kelompok disebut aturan sosial. Dalam praktek sosial
yang baru di dalam perubahan sosial yang cepat, istilah
kebiasaan jarang digunakan. Praktek sosial harus
belangsung dalam jangka waktu yang lama sehingga bisa
disebut sebagai suatu kebiasaan, jika hanya berlangsung
kadang – kadang biasanya disebut sebuah fashion (mode).
b. Keteraturan dalam struktur
Struktur dalam kehidupan masyarakat adalah
organisasi sosial, yang didefinisikan sebagai suatu
susunan dari beberapa orang atau bagian-bagian. Ada
beberapa macam organisasi sosial seperti keluarga,
partai politik, pekerja kantor, tim atletik dan lain-
lain. Semuanya adalah susunan dari beberapa orang atau
bagian-bagian yang menysun organisasi.
Jadi berdasarkan keterangan di atas bahwa
keteraturan sosial (social order) mempunyai suatu struktur
14
dan fungsi. Fungsi keteraturan sosial (social order) yaitu
tindakan – tindakan yang dilakukan oleh individu atau
masyarakat untuk membentuk suatu kebiasaan agar teratur
dalam kehidupan sosial bermasyarakat, sedangkan
struktur dari keteraturan sosial (social order) yaitu
individu-individu yang membentuk organisasi yang
tujuannya dapat melakukan suatu keteraturan bersama-
sama.
Prinsip-prinsip Keteraturan Sosial (Social Order)
Keteraturan sosial (social order) dapat terlaksana perlu
adanya prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Prinsip Ketergantungan (Dependence)
Prinsip ketergantungan adalah salah satu yang memiliki
nilai penting dalam keteraturan sosial (social order)
secara keseluruhan. Ini menjelaskan bahwa
ketergantungan lebih seseorang lebih terhadap satu
kelompok, lebih memungkinkan mereka untuk menyesuaikan
diri dalam norma-norma kelompok. Hal ini berarti jika
suatu kelompok bermaksud banyak pada seseorang, mereka
mungkin akan lebih melakukan apa yang kelompoknya
inginkan dari mereka untuk melakukan sesuatu.
b. Prinsip Jarak Penglihatan (Visibility)
Prinsip jarak penglihatan mengacu pada luasnya
perilaku anggota kelompok yang dapat diamati oleh
anggota kelompok lain. Tingkat pengamatan lebih tinggi
15
dalam suatu kelompok memungkinkan anggota-anggota dari
kelompok ini akan mengikuti norma-norma kelompok
tersebut.
c. Prinsip Keluasan (Extensiveness)
Prinsip keluasan menyebutkan beberapa norma-norma dan
norma-norma yang lebih penting terhadap suatu
masyarakat, lebih baik mengikat norma-norma tersebut
bersama-sama dalam satu kesatuan dengan kelompok.
Berdasarkan uraian di atas bahwa keteraturan sosial
(social order) sangat erat hubungannya dengan masyarakat
dan lingkungan sekitar meliputi Prinsip
Ketergantungan, Jarak Penglihatan, dan Keluasan yang
dikelola dengan norma-norma yang telah melekat dengan
diri individu dan masyarakat (kelompok).
Pencapaian Keteraturan Sosial (Social Order)
Ada dua teori yang menjelaskan keteraturan sosial
(social order). Teori pertama adalah keteraturan sosial
(social order) terbentuk dari sejumlah besar keputusan-
keputusan bebas untuk memindahkan hak-hak pribadi dan
kebebasan untuk suatu pernyataan memaksa mengembalikan
garansi keamanan dan miliknya sebaik pembentukan
mekanismenya untuk memutuskan perselisihan. Teori
berikutnya adalah bahwa sumber pokok dari keteraturan
sosial (social order) terletak tidak dalam kontrol-kontrol
eksternal tetapi dalam suatu daftar nilai-nilai dan norma
khusus yang bagaimanapun seseorang telah mengatur untuk
diinternalkan.
16
Teori-teori di atas merupakan sebuah penjelasan
bahwa keteraturan sosial (social order) terbentuk dari
pemikiran-pemikiran dan keputusan-keputusan individu
untuk menentang keinginan dalam dirinya demi pencapaian
keteraturan dalam kehidupan bermasyarakat.
Faktor-faktor yang Mendorong Terciptanya Keteraturan
Sosial (Social Order)
Menurut Gillin dan Gillin dalam Soekanto (2007:65-
81) menerangkan faktor-faktor yang mendorong keteraturan
sosial (social order) biasanya juga disebut faktor-faktor
asosiatif, yaitu faktor-faktor yang mendorong terciptanya
keteraturan social (social order), meliputi :
a. Akomodasi
Sebagai proses, akomodasi merupakan upaya-upaya
menghindarkan, meredakan atau mengakhiri konflik atau
pertikaian. Akomodasi dapat pula berarti keadaan, yaitu
keadaan di mana hubungan-hubungan di antara unsur-unsur
sosial dalam keselarasan dan keseimbangan, sehingga warga
masyarakat dapat dengan mudah menyesuaikan dirinya dengan
harapan-harapan atau tujuan-tujuan masyarakat.
b. Kerja sama
Kerja sama (kooperasi) timbul ketika orang-orang
menyadari adanya kepentingan yang sama pada saat
bersamaan, dan mempunyai pengertian bahwa kepentingan
yang sama tersebut dapat lebih mudah dicapai apabila
dilakukan bersama-sama.
17
c. Asimilasi
Asimilasi merupakan proses sosial tingkat lanjut yang
ditandai oleh adanya upaya-upaya mengurangi perbedaan
serta mempertinggi kesatuan tindakan, sikap dan proses-
proses mental di antara orang-perorangan atau kelompok-
kelompok dengan memperhatikan kepentingan atau tujuan
bersama.
d. Akulturasi
Akulturasi adalah proses sosial yang timbul, apabila
suatu kelompok masyarakat berhadapan dengan unsur-unsur
kebudayaan asing yang lambat laun diterima dan diolah
dalam kebudayaan sendiri, tanpa hilangnya kepribadian
dari kebudayaan itu sendiri.
Unsur-unsur yang menjadi masalah dalam perubahan
sosial budaya, yaitu sebagai berikut :
(1)Unsur-unsur yang mudah diterima dan sukar diterima.
Contoh, kebiasaan minum minuman keras (mudah
diterima), dan teknologi canggih (sulit diterima).
Individu atau kelompok yang mudah menerima biasanya
memiliki jiwa terbuka, tidak mempunyai prasangka
buruk, sedangkan yang sukar menerima unsur-unsur
budaya asing biasanya jiwanya tertutup, berpegang
pada tradisi yang telah ada, dan berprasangka buruk
terhadap pengaruh asing.
(2)Ketegangan dan konflik sosial yang timbul akibat
adanya proses akulturasi.
Berdasarkan uraian di atas keteraturan sosial (social
order) dapat terjadi apabila komunikasi dan kerja
18
sama dapat saling mendorong individu dalam
menjalankan kehidupan bermasyarakat.
Faktor-faktor yang Menghambat Terciptanya Keteraturan
Sosial (Social Order)
Faktor-faktor yang menghambat keteraturan sosial (social
order) biasanya juga disebut faktor-faktor disosiatif,
yaitu faktor-faktor yang menghambat terciptanya
keteraturan social (social order), meliputi :
a. Persaingan (kompetisi)
Persaingan merupakan suatu proses sosial di mana orang-
perorangan atau kelompok-kelompok saling memperebutkan
sesuatu yang menjadi pusat perhatian dengan cara
berusaha menarik perhatian atau mempertajam prasangka,
tanpa disertai dengan tindakan kekerasan ataupun
ancaman, melainkan dengan peningkatan mutu atau
kualitas diri. Persaingan mempunyai dua tipe umum,
yaitu: (a) bersifat personal/pribadi atau perorangan
(rivalry), (b) bersifat korporasi atau kelompok.
b. Pertikaian (konflik)
Pertikaian atau konflik merupakan proses sosial seperti
halnya kompetisi atau persaingan, hanya bedanya pada
pertikaian disertai dengan ancaman dan tindak
kekerasaan, baik fisik maupun nonfisik.
c. Kontravensi
Kontravensi merupakan proses sosial yang berada di
antara persaingan dan konflik. Kontravensi merupakan
19
sikap yang tersembunyi terhadap pihak-pihak lain atau
terhadap unsur-unsur kebudayaan suatu golongan. Sikap
tersebut dapat berubah menjadi kebencian, tetapi tidak
sampai menimbulkan pertikaian.
Hasil dari Sosial Order
Prinsip yang bisa kita ambil adalah adanya pengaturan
dan ketertataan dari suatu lingkungan sosial. Atas dasar pemenuhan
kebutuhan, individu-individu membentuk lingkungan sosial
tertentu, di mana individu-individu tersebut saling
berinteraksi atas dasar status dan peranan sosialnya yang
diatur oleh seperangkat norma dan nilai.
1. Kesejahteraan Sosial
Pada tingkat masyarakat, kesejahteraan sosial berarti
terdapatnya ketertiban sosial (social order) yang
lebih baik. Suatu Tatanan atau Ketertiban Sosial
(Social Order). Kesejahteraan sebagai suatu tatanan
atau ketertiban sosial dapat dilihat di dalam Undang
Undang Republik Indonesia nomor 6 tahun 1974 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial, pasal
1 ayat 1, sebagai berikut : “Kesejahteraan Sosial
ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial,
materiil, maupun spirituil, yang diliputi oleh rasa
keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin,
yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk
mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya
bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan
20
menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban
manusia sesuai dengan Pancasila”. Berdasarkan definisi
tersebut terlihat bahwa kesejateraan sosial merupakan
sebuah tatanan masyarakat. Tatanan masyarakat
dikatakan kondusif jika masyarakat merasakan adanya
keterjaminan keselamatan dan ketentraman yang
memungkinkan masyarakat dapat meneuhi kebutuhan
hidupnya.
2. Pengendalian Sosial
Pengendalian sosial adalah merupakan suatu mekanisme
untuk mencegah penyimpangan sosial serta mengajak dan
mengarahkan masyarakat untuk berperilaku dan bersikap
sesuai norma dan nilai yang berlaku. Dengan adanya
pengendalian sosial yang baik diharapkan mampu
meluruskan anggota masyarakat yang berperilaku
menyimpang atau membangkang. Secara rinci, beberapa
faktor yang menyebabkan warga masyarakat berperilaku
menyimpang dari norma-norma yang berlaku adalah
sebagai berikut (Soekanto, 181:45) :
a. Karena kaidah-kaidah yang ada tidak memuaskan
bagi pihak tertentu atau karena tidak memenuhi
kebutuhan dasarnya.
b. Karena kaidah yang ada kurang jelas
perumusannya sehingga menimbulkan aneka penafsiran
dan penerapan.
c. Karena di dalam masyarakat terjadi konflik
antara peranan-peranan yang dipegang warga
masyarakat
21
d. Karena memang tidak mungkin untuk mengatur
semua kepentingan warga masyarakat secara merata.
Fungsi Pengendalian Sosial menurut Koentjaraningrat,
yaitu :
a. Mempertebal keyakinan masyarakat tentang kebaikan
norma.
b. Memberikan imbalan kepada warga yang menaati
norma.
c. Mengembangkan rasa malu
d. Mengembangkan rasa takut
e. Menciptakan sistem hukum
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan
sosial masyarakat :
a.Pengendalian Lisan (Pengendalian Sosial Persuasif)
Pengendalian lisan diberikan dengan menggunakan
bahasa lisan guna mengajak anggota kelompok sosial
untuk mengikuti peraturan yang berlaku.
b.Pengendalian Simbolik (Pengendalian Sosial
Persuasif) Pengendalian simbolik merupakan
pengendalian yang dilakukan dengan melalui gambar,
tulisan, iklan, dan lain-lain. Contoh : Spanduk,
poster, Rambu Lalu Lintas, dll.
c.Pengendalian Kekerasan (Pengendalian Koersif)
Pengendalian melalui cara-cara kekerasan adalah
suatu tindakan yang dilakukan untuk membuat si
pelanggar jera dan membuatnya tidak berani melakukan
22
kesalahan yang sama. Contoh seperti main hakim
sendiri.
Referensi
Hechter, M.; Horne, C. 2003. Theories of Social Order. A Reader.Stanford University Press.
Bierstedt, Robert. 1963. The Social Order, second edition. NewYork : McGraw-Hill Book Company, Inc
Chaplin, J.P. 2001. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : RajaGrafindo Persada
http://en.wikipedia.org/wiki/Social_Order, diunduh padatanggal 26 Oktober 2011
Frank, Lawrence K. 1944. The American Journal of Sociology, Vol.49,No.5 (Maret 1944), pp. 470-477. The University of ChigagoPress (www.jstor.org/stable/2770484)
23