KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT

30
Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS (Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014 Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang memiliki kekayaan habitat dengan potensi flora dan fauna yang sangat beragam. Secara ekologis, kawasan pesisir sangat kompleks dan mempunyai nilai sumberdaya alam yang tinggi. Sumberdaya alam yang terdapat di kawasan pesisir antara lain perikanan, pasir, air laut, mikroorganisme, mangrove, terumbu karang, lamun, dan lain – lain. Bagian kawasan pesisir yang paling produktif adalah wilayah muka pesisir atau pantai. Pemanfaatan kawasan pantai memberikan dampak yang berbeda baik terhadap sumberdaya alam maupun bagi masyarakat. Salah satu pemanfaatan kawasan pesisir adalah untuk kegiatan wisata. Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk melakukan pemantauan lingkungan kawasan pesisir dapat dilakukan dengan analisis kesesuaian lahan menggunakan teknologi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Perencanaan pengelolaan dan pengambilan keputusan yang tepat harus dilandasi oleh data dan informasi yang yang akurat tentang kondisi lahan dengan demikian harus dilakukan pemantauan kesesuaian lahan, penggunaan teknologi GIS dapat mempermudah analisis kesesuaian lahan pada suatu kawasan/wilayah yang luas (Gatheru dan Maingi, 2010) seperti pada kawasan pesisir. Manurung (2002) dan Erwindy (2000) menyatakan bahwa analisis kesesuaian lahan menggunakan SIG dapat digunakan untuk menentukan rekomendasi pengelolaan dan kebijakan suatu kawasan. Bandyopadhyay dkk. (2009) mengemukakan bahwa analisis kesesuaian lahan menggunakan SIG dapat membantu penilaian penentuan lahan untuk peruntukan yang spesifik, (Jafari dan Narges, 2010) juga

Transcript of KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT

Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS

(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014

Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan

KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kawasan pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut

yang memiliki kekayaan habitat dengan potensi flora dan fauna yang sangat beragam.

Secara ekologis, kawasan pesisir sangat kompleks dan mempunyai nilai sumberdaya alam

yang tinggi. Sumberdaya alam yang terdapat di kawasan pesisir antara lain perikanan,

pasir, air laut, mikroorganisme, mangrove, terumbu karang, lamun, dan lain – lain.

Bagian kawasan pesisir yang paling produktif adalah wilayah muka pesisir atau

pantai. Pemanfaatan kawasan pantai memberikan dampak yang berbeda baik terhadap

sumberdaya alam maupun bagi masyarakat. Salah satu pemanfaatan kawasan pesisir

adalah untuk kegiatan wisata.

Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk melakukan pemantauan

lingkungan kawasan pesisir dapat dilakukan dengan analisis kesesuaian lahan

menggunakan teknologi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG).

Perencanaan pengelolaan dan pengambilan keputusan yang tepat harus dilandasi oleh

data dan informasi yang yang akurat tentang kondisi lahan dengan demikian harus

dilakukan pemantauan kesesuaian lahan, penggunaan teknologi GIS dapat mempermudah

analisis kesesuaian lahan pada suatu kawasan/wilayah yang luas (Gatheru dan Maingi,

2010) seperti pada kawasan pesisir. Manurung (2002) dan Erwindy (2000) menyatakan

bahwa analisis kesesuaian lahan menggunakan SIG dapat digunakan untuk menentukan

rekomendasi pengelolaan dan kebijakan suatu kawasan. Bandyopadhyay dkk. (2009)

mengemukakan bahwa analisis kesesuaian lahan menggunakan SIG dapat membantu

penilaian penentuan lahan untuk peruntukan yang spesifik, (Jafari dan Narges, 2010) juga

Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS

(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014

Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan

KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT

2

menjelaskan bahwa dengan menggunakan analisis kesesuaian lahan maka dapat

ditentukan apakah lahan tersebut sesuai atau tidak untuk digunakan oleh suatu

peruntukan lahan secara spesifik.

Laporan ini merupakan implementasi dari berbagai referensi tentang kriteria

wisata pesisir dengan peruntukan bermain pasir dan berenang yang kemudian diolah

secara spasial.

B. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan kegiatan analisis keruangan dan evaluasi adalah mengetahui wilayah

yang berpotensi untuk pengembangan wisata pesisir bermain pasir dan berenang

berdasarkan nilai skoring.

Kegunaannya adalah untuk memberikan informasi daerah yang berpotensi

wisata.

Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS

(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014

Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan

KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Keadaan Umum Lokasi

Secara Geografis Kabupaten Mamuju terletak pada Bagian Barat Pulau

Sulawesi dan berposisi pada bentangan Selat Makassar, yakni 1 38 ’ 110 “ – 2 54 ’

552 “ Lintang Barat, 11 54 ’ 47 “ – 13 5 ‘ 35 “ Bujur Timur, Jakarta (0 0 ‘ 0 “, Jakarta =

160 48 ‘ 28 “ Bujur Timur Green Witch). Dengan batas wilayah :

a. Sebelah Utara dengan Kabupaten Mamuju Utara

b. Sebelah Timur dengan Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Barat.

c. Sebelah Barat dengan Kabupaten Majene, Kabupaten Tana Toraja dan

Kabupaten Mamasa.

d. Sebelah Barat dengan Selat Makassar.

Kabupaten Mamuju dengan luas wilayah 801.406 Ha, secara

administrasi Pemerintahan, terdiri atas 16 Kecamatan, 143 Desa, 10 Kelurahan, dan

4 (UPT) Unit Pemukiman Transmigrasi. Diantara 16 Kecamatan yang ada di

Kabupaten Mamuju, 15 kecamatan berada di wilayah daratan dan 1 kecamatan di

wilayah kepulauan.

Ibukota Kabupaten terletak di Kecamatan Mamuju. Berdasarkan

orbitasi, Kecamatan yang letaknya terjauh dari ibukota kabupaten adalah Ibukota

Kecamatan Karossa (Karossa) yaitu sejauh 171 Km, dan ibukota kecamatan yang

terdekat dari ibukota kabupaten adalah Kecamatan Simboro yang berjarak 6 Km

dari Mamuju.

Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS

(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014

Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan

KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT

4

B. Kriteria Bermain Pasir dan Berenang

1. Kemiringan Lereng

Adalah kenampakan permukaan alam yang disebakan adanya beda tinggi apabila

beda tinggi dua tempat di bandingkan dengan jarak lurus mendatar sehingga akan

diperoleh besarnya kelerengan. Kemiringan Lereng merupakan bentuk dari variasi

perubahan permukaan bumi secara global, regional atau dikhususkan dalam bentuk

suatu wilayah tertentu.

2. Penutupan Lahan

Adalah perwujudan secara fisik (visual) dari vegetasi, benda alam dan unsur – unsur

budaya yang ada di permukaan bumi. Sedangkan Barret dan Curtis, tahun 1982,

mengatakan bahwa permukaan bumi sebagian terdiri dari kenampakan alamiah

(penutupan lahan) seperti vegetasi, salju dan lain sebagainya.

3. Tanah

Adalah bagian yang terdapat pada kerak bumi yang tersusun atas mineral dan bahan

organik. Tanah merupakan slah satu penunjang yang membantu kehidupan semua

makhluk hidup yang ada di bumi. Tanah sangat mendukung terhadap kehidupan

tanaman yang menyediakan hara dan air di bumi. Selain itu, tanah juga merupakan

tempat hidup berbagai mikroorganisme yang ada di bumi dan juga merupakan

tempat berpijak bagi sebagian sebagian makhluk hidup yang ada di darat.

4. Curah Hujan

Adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama periode tertentu

yang diukur dengan satuan tinggi (mm) di atas permukaan horizontal bila tidak

terjadi evaporasi, runoff dan infiltrasi.

Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS

(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014

Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan

KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT

5

5. Jarak Garis Pantai

Adalah seberapa jauh batas pertemuan antara bagian laut dan daratan pada saat

terjadi pasang tertinggi. Garis laut dapat berubah karena adanya abrasi yaitu

pengikisan pantai oleh hambatan gelombang laut yang menyebabkan berkurangnya

areal daratan.

C. Sistem Informasi Geografis ( SIG )

Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang

selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang

digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi geografis (Aronoff,

1989). Secara umum pengertian SIG sebagai berikut: ” Suatu komponen yang terdiri dari

perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja

bersama secara efektif untuk memasukan, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui,

mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa dan menampilkan data dalam

suatu informasi berbasis geografis ”.

Dalam pembahasan selanjutnya, SIG akan selalu diasosiasikan dengan sistem

yang berbasis komputer, walaupun pada dasarnya SIG dapat dikerjakan secara manual,

SIG yang berbasis komputer akan sangat membantu ketika data geografis merupakan

data yang besar (dalam jumlah dan ukuran) dan terdiri dari banyak tema yang saling

berkaitan. SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu

titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan

hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG merupakan data pasial yaitu sebuah data yang

berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem koordinat tertentu,

Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS

(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014

Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan

KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT

6

sebagai dasar referensinya. Sehingga aplikasi SIG dapat menjawab beberapa pertanyaan

seperti; lokasi, kondisi, trend, pola dan pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan

SIG dari sistem informasi lainnya.

Telah dijelaskan diawal bahwa SIG adalah suatu kesatuan sistem yang terdiri

dari berbagaikomponen, tidak hanya perangkat keras komputer beserta dengan

perangkat lunaknya saja akan tetapi harus tersedia data geografis yang benar dan

sumberdaya manusia untuk melaksanakan perannya dalam memformulasikan dan

menganalisa persoalan yang menentukan keberhasilan SIG.

1. Data Spasial

Sebagian besar data yang akan ditangani dalam SIG merupakan data spasial yaitu

sebuah data yang berorientasi geografis, memiliki sistem koordinat tertentu sebagai

dasar referensinya dan mempunyai dua bagian penting yang membuatnya berbeda

dari data lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif (attribute)

yang dijelaskan berikut ini :

- Informasi lokasi (spasial), berkaitan dengan suatu koordinat baik koordinat

geografi (lintang dan bujur) dan koordinat XYZ, termasuk diantaranya informasi

datum dan proyeksi.

- Informasi deskriptif (atribut) atau informasi non spasial, suatu lokasi yang memiliki

beberapa keterangan yang berkaitan dengannya, contohnya : jenis vegetasi,

populasi, luasan, kode pos, dan sebagainya.

Peta adalah gambaran sebagian atau seluruh muka bumi baik yang terletak di atas

maupun di bawah permukaan dan disajikan pada bidang datar pada skala dan

proyeksi tertentu (secara matematis). Karena dibatasi oleh skala dan proyeksi maka

Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS

(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014

Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan

KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT

7

peta tidak akan pernah selengkap dan sedetail aslinya (bumi), karena itu diperlukan

penyederhanaan dan pemilihan unsur yang akan ditampilkan pada peta.

a. Vektor

Data vektor merupakan bentuk bumi yang direpresentasikan ke dalam kumpulan

garis, area (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhir pada titik

yang sama), titik dan nodes (merupakan titik perpotongan antara dua buah garis).

Keuntungan utama dari format data vektor adalah ketepatan dalam

merepresentasikan fitur titik, batasan dan garis lurus. Hal ini sangat berguna untuk

analisa yang membutuhkan ketepatan posisi, misalnya pada basisdata batas-batas

kadaster. Contoh penggunaan lainnya adalah untuk mendefinisikan hubungan

spasial dari beberapa fitur. Kelemahan data vektor yang utama adalah

ketidakmampuannya dalam mengakomodasi perubahan gradual.

b. Raster

Data raster (atau disebut juga dengan sel grid) adalah data yang dihasilkan dari

sistem Penginderaan Jauh. Pada data raster, obyek geografis direpresentasikan

sebagai struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture element). Pada data

raster, resolusi (definisi visual) tergantung pada ukuran pixel-nya. Dengan kata lain,

resolusi pixel menggambarkan ukuran sebenarnya di permukaan bumi yang diwakili

oleh setiap pixel pada citra. Semakin kecil ukuran permukaan bumi yang

direpresentasikan oleh satu sel, semakin tinggi resolusinya. Data raster sangat baik

untuk merepresentasikan batas-batas yang berubah secara gradual, seperti jenis

tanah, kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah dan sebagainya. Keterbatasan

Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS

(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014

Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan

KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT

8

utama dari data raster adalah besarnya ukuran file; semakin tinggi resolusi grid-nya

semakin besar pula ukuran filenya dan sangat tergantung pada kapasistas perangkat

keras yang tersedia.

Masing-masing format data mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pemilihan

format data yang digunakan sangat tergantung pada tujuan penggunaan, data yang

tersedia, volume data yang dihasilkan, ketelitian yang diinginkan, serta kemudahan

dalam analisa. Data vektor relatif lebih ekonomis dalam hal ukuran file dan presisi

dalam lokasi, tetapi sangat sulit untuk digunakan dalam komputasi matematik.

Sedangkan data raster biasanya membutuhkan ruang penyimpanan file yang lebih

besar dan presisi lokasinya lebih rendah, tetapi lebih mudah digunakan secara

matematis.

2. Peta

Peta adalah gambaran sebagian atau seluruh muka bumi baik yang terletak di atas

maupun di bawah permukaan dan disajikan pada bidang datar pada skala dan

proyeksi tertentu (secara matematis). Karena dibatasi oleh skala dan proyeksi maka

peta tidak akan pernah selengkap dan sedetail aslinya (bumi), karena itu diperlukan

penyederhanaan dan pemilihan unsur yang akan ditampilkan pada peta.

Pada dasarnya bentuk bumi tidak datar tapi mendekati bulat maka untuk

menggambarkan sebagian muka bumi untuk kepentingan pembuatan peta, perlu

dilakukan langkah-langkah agar bentuk yang mendekati bulat tersebut dapat

didatarkan dan distorsinya dapat terkontrol, untuk itu dilakukan proyeksi ke bidang

datar.

Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS

(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014

Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan

KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT

9

G. Skoring

Pembobotan merupakan teknik pengambilan keputusan pada suatu proses

yang melibatkan berbagai faktor secara bersama-sama dengan cara memberi bobot pada

masing-masing faktor tersebut. Pembobotan dapat dilakukan secara objective dengan

perhitungan statistic atau secara subyektif dengan menetapkannya berdasarkan

pertimbagan tertentu. Penentuan bobot secara subyektif harus dilandasi pemahaman

tentang proses tersebut

Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS

(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014

Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan

KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT

10

III. METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat

Analisis Spasial untuk kesesuaian wisata pesisir dilakukan pada daerah

Kabupaten Mamuju yaitu pada tanggal 23 Desember 2013 sampai dengan 5 Januari 2014,

yang dilanjutkan dengan diskusi kelompok dan diskusi dengan dosen pengasuh mata

kuliah yang disesuaikan dengan waktu perkuliahan. Tempat pelaksanaan kegiatan analisis

ini adalah di ruang kuliah Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin Makassar.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam melakukan analisis yaitu berupa satu buah Laptop

PC yang memuat software Arc.Gis. Bahan yang digunakan dalam melakukan analisis yaitu

Peta Administrasi Kabupaten Mamuju, Peta Kelerengan Kabupaten Mamuju, Peta

Penutupan Lahan Kabupaten Mamuju, Peta Curah hujan Kabupaten mamuju, Peta Jenis

tanah Kabupaten Mamuju, dan Peta buffer area sejauh 1 km dari garis pantai.

C. Metode Pengumpulan Data

Hal yang pertama dilakukan yaitu menentukan tahapan zonasi atau

pembatasan ruang titik wilayah yang akan di analisis, dalam hal ini adalah Kabupaten

Mamuju. Kemudian menentukan syarat yang mendukung dalam menentukan kesesuaian

wisata pesisir, dengan syarat mutlak bahwa jarak dari garis pantai tidak lebih dari 1 km.

D. Analisis Data

Analisis kesesuaian kawasan pesisir dengan tujuan bermain pasir dan

berenang dilakukan dua tahapan analisis data, yaitu (a) analisis spasial (keruangan), dan

(b) analisis tabular. Analisis spasial (keruangan) yang digunakan untuk penentuan

kawasan pariwisata menggunakan sistem pembobotan atau skoring yang pada akhirnya

Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS

(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014

Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan

KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT

11

digunakan dalam pengambilan keputusan untuk penentuan kawasan potensial pariwisata

pesisir. Analisis keruangan yang digunakan dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu

penyusunan matriks kesesuaian untuk mengidentifikasi kesesuaian lahan yang sesuai

untuk pariwisata pesisir dan pesisir, kemudian tahap selanjutnya adalah proses overlay

untuk mendapatkan basis data secara keseluruhan. Analisis tabular dilakukan untuk

mencari suatu posisi atau luasan tertentu di muka bumi dengan memasukan kriteria-

kriteria yang dibutuhkan. Adapun proses overlay dapat dilihat pada gambar 1.

Seluruh parameter yang dilibatkan memiliki format data grid, yang terdiri atas

sekumpulan sel yang memiliki nilai tertentu. Seluruh parameter penentu kawasan

potensial pariwisata pesisir peruntukan bermain pasir dan berenang dilakukan proses

overlay dengan metode weighted overlay. Zona-zona kesesuaian pada matriks tersebut

menggambarkan tingkat kecocokan dari suatu kawasan untuk kegiatan pariwisata.

Pembuatan matriks kesesuaian ini dimulai dengan menentukan parameter apa saja yang

berpengaruh terhadap kawasan potensial pariwisata pesisir dan pesisir. Penyusunan

matriks selanjutnya hanya memperhatikan faktor-faktor yang bervariasi yang disesuaikan

dengan kondisi lingkungan Perairan Mamuju. Pembobotan setiap parameter berdasarkan

dominannya pengaruh parameter tersebut dalam penentuan kawasan potensial

pariwisata pesisir dan pesisir. Pemberian skoring dimaksudkan untuk menilai faktor

pembatas pada setiap parameter.

Pemberian bobot untuk setiap parameter dalam kajian ini adalah 10 – 30%

dan pemberian nilai dalam kisaran 0 – 4. Sistem penilaian kelayakan pariwisata pesisir

disajikan pada table 1.

Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS

(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014

Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan

KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT

12

Bobot dan skor pada keseluruhan kriteria pariwisata pesisir dan pesisir

diproses menggunakan sofware dan akan dihasilkan zona potensial pariwisata pesisir

berdasarkan tingkat kesesuaian faktor-faktor pariwisata. Nilai tiap kelas didapatkan

berdasarkan perhitungan dengan rumus sebagai berikut:

X = ∑ (Bi x Si )

X = Total bobot nilai Bi = Bobot pada tiap kriteria Si = Skor pada tiap kriteria

Gambar 1. Proses Overlay untuk menentukan peta keseuaian lahan wisata pesisir peruntukan bermain pasir dan berenang.

X 30

X 20

X 20

X 20

X 10

Peta Kesesuaian Lahan

Wisata Pesisir Peruntukan

Bermain Pasir dan Berenang

Overlay

Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS

(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014 Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan

KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT

13

Kesesuaian Nila

i

jarak dari

garis pantai

Bobo

t Jenis tanah

Bobo

t Tutupan lahan

Bobo

t Kelerengan

Bobo

t

Curah

hujan Bobot

sangat

sesuai

(S1)

4 0 - 1 km 30

Latosol

20

Hutan Mangrove

Primer

20 0 - 8% 20

1701 -

1900

10 Podsolik Merah Kuning Hutan Pantai Primer

1900 -

2100

Podsolik Merah

Kuning, Litosol

sesuai

(S2) 3

Aluvial

20

Hutan Mangrove

Sekunder

20

20

2101 -

2300

10

Aluvial

Hidromorf,Organosol

Tanah

Terbuka/Kosong

2301 -

2500

Aluvial

Hodromorf,Glei

Humus Semak/Belukar

Aluvial,Aluvial

Hidromorf,Organosol

agak sesuai

(S3) 2

Brown Forest Soil,

Mediteran Merah

Kuning 20 Belukar Rawa 20 20 1301 -1501 10

savana

1501 -

1700

tidak sesuai

(N)

1

Mediteran Merah

Kuning, Brown Forest

Soil 20

20 20

2501 -

2700 10

2701 -

2900

0 > 1 km 30

20

Awan

20

8 - 15%

20

10

Hutan Primer 15 - 25%

Hutan Rawa

Sekunder 25 - 45%

Hutan Sekunder >45%

Perkebunan

Permukiman

Pertanian L. Kering

Campur

Pertanian Lahan

Kering

Sawah

Transmigrasi

Tambak

Tabel 1. Sistem Penilaian pada kesesuaian lahan wisata pesisir peruntukan bermain pasir dan

berenang

Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS

(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014 Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan

KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT

14

Tabel 2. Kriteria pembobotan arahan kesesuaian

lahan

Dari sistem penilaian yang ada diatas kemudian dijumlahkan nilai bobotnya untuk

digolongkan menjadi 4 kriteria, yaitu:

No Arahan Penilaian Total bobot

1 Bermain pasir dan berenang Sangat sesuai >=330

2 Bermain pasir dan berenang sesuai 291-329

3 Bermain pasir dan berenang Agak sesuai 250-290

4 Bermain pasir dan berenang Tidak sesuai < 250

Masing-masing kelas kesesuaian di atas didefinisikan sebagai berikut:

Kelas S1 : Sangat sesuai (highly suitable)

Daerah ini tidak mempunyai pembatas yang serius untuk menetapkan

perlakuan yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti atau

berpengaruh secara nyata terhadap penggunanya dan tidak akan menaikan tingkatan

perlakuan yang diberikan.

Kelas S2 : Sesuai (moderately suitable)

Daerah ini mempunyai pembatas yang agak serius untuk mempertahankan

tingkat perlakuan yang harus ditetapkan. Pembatas ini akan meningkatkan tingkatan

perlakuan yang diperlukan.

Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS

(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014 Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan

KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT

15

Kelas S3 : Agak Sesuai (marginally suitable)

Daerah ini mempunyai pembatas (penghambat) yang serius untuk

mempertahankan tingkat perlakuan yang harus ditetapkan. Pembatas akan lebih

meningkatkan masukan/ tingkatan perlakuan yang diperlukan.

Kelas N : Tidak sesuai (not suitable)

Daerah ini mempunyai pembatas (penghambat) permanen sehingga

mencegah segala kemungkinan perlakuan.

Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS

(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014 Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan

KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT

16

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tingkat kesesuaian masing-masing variabel

1. Jarak dari garis pantai

Pembatasan daerah potensial dengan pembuatan buffer dari garis pantai,

dimana daerah dengan jarak ≤1000 m (1 km) merupakan daerah paling ideal (S1)

untuk wisata ini. Kawasan yang melebihi 1 km masuk dalam kriteria tidak sesuai

(N). Peta buffer garis pantai dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta Jarak dari Garis Pantai di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.

Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS

(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014 Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan

KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT

17

2. Penutupan lahan

Daerah dengan penutupan lahan hutan mangrove primer serta hutan pantai

primer merupakan daerah yang paling ideal/sangat sesuai (S1), daerah dengan

tutupan lahan hutan mangrove sekunder, tanah terbuka, serta semak belukar

dianggap masih sesuai (S2 ), daerah dengan tutupan lahan belukar rawa dan savana

masuk dalam kategori agak sesuai (S3 ) selain dengan tutupan tersebut dianggap

tidak sesuai (N).

Peta penutupan lahan dan peta tingkat kesesuaian lahan berdasarkan

penutupan lahan dapat dilhat pada gambar 3 dan gambar 4.

Gambar 3. Peta Penutupan Lahan di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.

Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS

(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014 Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan

KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT

18

Gambar 4. Peta Tingkat Kesesuaian berdasarkan Penutupan Lahan di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. 3. Jenis tanah

Daerah dengan jenis tanah latosol, Podsolik merah kuning, litosol merupakan

daerah yang sangat ideal (S1 ). Daerah dengan semua jenis tanah alluvial, Glei

humus, Organosol dianggap masih sesuai (S2 ), daerah dengan jenis tanah brown

forest soil masih bisa dimasukkan ke dalam kriteria agak sesuai (S3 ), daerah dengan

jenis tanah mediteran merah kuning dianggap tidak sesuai (N).

Peta jenis tanah dan tingkat kesesuaian berdasarkan jenis tanah dapat dilihat

pada gambar 5 dan gambar 6.

Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS

(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014 Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan

KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT

19

Gambar 5. Peta Jenis Tanah di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.

Gambar 6. Peta Tingkat Kesesuaian berdasarkan Jenis Tanah di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.

Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS

(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014 Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan

KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT

20

4. Kelerengan

Daerah dengan tingkat kelerengan 0 - 8 % merupakan daerah yang paling ideal (S1),

daerah yang melebihi kelerengan diatas 8 % merupakan daerah tidak sesuai (N).

peta kelerengan dan peta tingkat kesesuaian berdasarkan kelerengan dapat dilihat

gambar 7 dan gambar 8.

Gambar 7. Peta Kelerengan di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.

Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS

(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014 Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan

KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT

21

Gambar 8. Peta Tingkat Kesesuaian berdasarkan Kelerengan di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.

5. Curah hujan

Daerah yang memiliki curah hujan terlalu tinggi dan terlalu rendah dianggap tidak

terlalu ideal, sehingga daerah yang ideal dengan curah hujan 1700 – 2100 (S1 ) ,

diatas 2100 hingga 2500 masih sesuai (S2 ). Daerah dengan curah hujan dibawah

1700 dapat dikategorikan ke dalam agak sesuai (S3 ) dan daerah dengan curah hujan

diatas 2500 dianggap tidak sesuai (N). peta curah hujan dan peta tingkat kesesuaian

berdasarkan curah hujan dapat dilihat pada gambar 9 dan gambar 10.

Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS

(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014 Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan

KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT

22

Gambar 9. Peta Curah Hujan di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.

Gambar 10. Peta Tingkat Kesesuaian berdasarkan Curah Hujan di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.

Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS

(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014 Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan

KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT

23

B. Arahan yang direncanakan

Faktor pembatas utama dalam menentukan arahan yaitu pada variabel jarak dari

garis pantai, sehingga area yang memungkinkan untuk di arahkan dalam kesesuaian

wisata pesisir peruntukan bermain pasir dan berenang yaitu 1 km dari garis pantai

dengan luasan 21587,13 ha. Setelah pembatasan ini kemudian melihat hasil

penjumlahan bobot sehingga diperoleh daerah yang sesuai (S1 ) seluas 9388.80 ha ,

daerah yang sesuai (S2 ) seluas 4038.78 ha, daerah yang agak sesuai (S3 ) seluas

4539.14 ha dan daerah yang tidak sesuai (N) seluas 775115.51 ha. Peta untuk

keseuaian arahan bermain pasir dan berenang dapat dilihat pada gambar 11.

Gambar 11. Peta Arahan Bermain Pasir dan Berenang di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.

Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS

(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014 Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan

KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT

24

Gambar 12. Peta Arahan Bermain Pasir dan Berenang tingkat desa di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.

Zona potensial wisata pesisir didapat melalui proses overlay beberapa peta tematik

yaitu jarak dari garis pantai, penutupan lahan, curah hujan, kelerengan dan jenis tanah.

Pemberian bobot pada setiap parameter didasarkan pada tingkat kepentingan untuk

kegiatan wisata pesisir. Jarak dari garis pantai sejauh 1 km diberikan bobot paling tinggi

karena daerah yang dianggap sesuai untuk bermain pasir tidak melebih jarak 1 km dari

garis pantai. Penutupan lahan, kelerengan dan jenis tanah juga dianggap penting dan

memiliki nilai bobot yang sama karena pada penutupan lahan akan mempengaruhi dalam

segi artistic, kelerengan yang tinggi tidak memungkinkan pengunjung untuk melakukan

wisata pesisir peruntukan bermain pair dan berenang karena dapat membahayakan, jenis

tanah sangat berpengaruh karena semakin tinggi kandungan pasir suatu tanah maka

Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS

(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014 Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan

KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT

25

semakin baik untuk dilakukan wisata pesisir. Curah hujan diberikan bobot paling kecil

karena dapat ditutupi oleh parameter lain, juga dapat diatasi oleh para pelaku wisata.

Hasil overlay kelima parameter tersebut menghasilkan 4 kelas kesesuaian yaitu kelas

sangat sesuai (S 1), sesuai (S2), sesuai bersyarat (S 3) dan tidak sesuai (N) seperti yang

tertera pada table 3.

Tabel 3. Data Arahan Kesesuaian Wisata Pesisir di Mamuju, Sulawesi Barat

No Arahan luas (Ha)

1 Agak Sesuai 9388.80

2 Sangat Sesuai 4038.78

3 Sesuai 4539.14

4 Tidak Sesuai 775115.51

Table 4. Data Arahan Kesesuaian Wisata Pesisir Tingkat Desa di Mamuju, Sulawesi Barat

No. Arahan KECAMATAN DESA Luas (ha)

1 Sangat Sesuai BUDONG-BUDONG BABANA 185.9

2 Sangat Sesuai BUDONG-BUDONG K I R E 149.35

3 Sangat Sesuai BUDONG-BUDONG LUMU 62.69

4 Sangat Sesuai KALUKKU BEBANGA 146.23

5 Sangat Sesuai KALUKKU BELANG-BELANG 525.76

6 Sangat Sesuai KALUKKU BERU-BERU 0.41

7 Sangat Sesuai KALUKKU KABULOANG 47.28

8 Sangat Sesuai KALUKKU KALUKKU BARAT 35.15

9 Sangat Sesuai KALUKKU SINYONYOI 22.38

Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS

(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014 Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan

KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT

26

No. Arahan KECAMATAN DESA Luas (ha)

10 Sangat Sesuai KAROSSA KAMBUNONG 297.74

11 Sangat Sesuai KAROSSA KAROSSA 197.27

12 Sangat Sesuai KAROSSA L A R A 219.56

13 Sangat Sesuai KAROSSA SALUBIRU 42.35

14 Sangat Sesuai KAROSSA SUKAMAJU 1.48

15 Sangat Sesuai KAROSSA TASOKKO 728.24

16 Sangat Sesuai MAMUJU BAMBU 66.61

17 Sangat Sesuai MAMUJU BINANGA 17.62

18 Sangat Sesuai MAMUJU KAREMA 3.78

19 Sangat Sesuai MAMUJU MAMUNYU 39.51

20 Sangat Sesuai MAMUJU RIMUKU 4.62

21 Sangat Sesuai MAMUJU TADUI 52.56

22 Sangat Sesuai PANGALE KOMBILING 77.96

23 Sangat Sesuai PANGALE LAMBA-LAMBA 86.96

24 Sangat Sesuai PANGALE PANGALE 83.78

25 Sangat Sesuai PAPALANG BONDA 234.94

26 Sangat Sesuai PAPALANG PAPALANG 64.97

27 Sangat Sesuai SAMPAGA SAMPAGA 118.82

28 Sangat Sesuai SIMBORO DAN KEPULAUAN RANGAS 21.84

29 Sangat Sesuai SIMBORO DAN KEPULAUAN SIMBORO 18.17

Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS

(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014 Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan

KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT

27

No. Arahan KECAMATAN DESA Luas (ha)

30 Sangat Sesuai TAPALANG GALUNG 2.1

31 Sangat Sesuai TAPALANG TAAN 7.01

32 Sangat Sesuai TOPOYO BUDONG-BUDONG 77.13

33 Sangat Sesuai TOPOYO SINABATTA 192.65

34 Sangat Sesuai TOPOYO TUMBU 205.97

35 Sesuai BUDONG-BUDONG BABANA 234.34

36 Sesuai KALUKKU BEBANGA 196.56

37 Sesuai KALUKKU BELANG-BELANG 226.31

38 Sesuai KALUKKU KABULOANG 271.88

39 Sesuai KAROSSA KAMBUNONG 362.12

40 Sesuai KAROSSA KAROSSA 9.09

41 Sesuai KAROSSA L A R A 393.77

42 Sesuai KAROSSA SALUBIRU 163.81

43 Sesuai KAROSSA SUKAMAJU 62.09

44 Sesuai KAROSSA TASOKKO 141.49

45 Sesuai MAMUJU BAMBU 246.19

46 Sesuai MAMUJU BATU PANU 13.7

47 Sesuai MAMUJU BINANGA 130.01

48 Sesuai MAMUJU KARAMPUANG 24.17

49 Sesuai MAMUJU KAREMA 110.08

Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS

(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014 Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan

KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT

28

No. Arahan KECAMATAN DESA Luas (ha)

50 Sesuai MAMUJU MAMUNYU 170.34

51 Sesuai MAMUJU RIMUKU 83.48

52 Sesuai MAMUJU TADUI 98

53 Sesuai PAPALANG BONDA 42.23

54 Sesuai PAPALANG PAPALANG 97.11

55 Sesuai SIMBORO DAN KEPULAUAN RANGAS 186.95

56 Sesuai SIMBORO DAN KEPULAUAN SIMBORO 283

57 Sesuai SIMBORO DAN KEPULAUAN SUMARE 60.11

58 Sesuai SIMBORO DAN KEPULAUAN TAPANDULLU 7.97

59 Sesuai TAPALANG GALUNG 220.99

60 Sesuai TAPALANG KASAMBANG 163.32

61 Sesuai TAPALANG OROBATU 82.21

62 Sesuai TAPALANG RANTEDODA 33.88

63 Sesuai TAPALANG TAAN 97.79

64 Sesuai TAPALANG TAMPALANG 110.1

65 Sesuai TAPALANG BARAT DUNGKAIT 31.12

66 Sesuai TAPALANG BARAT LABUANG RANO 25.7

67 Sesuai TAPALANG BARAT LEBANI 73.06

68 Sesuai TAPALANG BARAT PASA'BU 1.11

69 Sesuai TOPOYO SINABATTA 85.08

Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS

(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014 Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan

KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT

29

No. Arahan KECAMATAN DESA Luas (ha)

70 Agak Sesuai BUDONG-BUDONG BABANA 212.1

71 Agak Sesuai BUDONG-BUDONG K I R E 455.61

72 Agak Sesuai BUDONG-BUDONG LUMU 649.55

73 Agak Sesuai KALUKKU BEBANGA 277.39

74 Agak Sesuai KALUKKU BELANG-BELANG 69.9

75 Agak Sesuai KALUKKU BERU-BERU 264.04

76 Agak Sesuai KALUKKU KABULOANG 231

77 Agak Sesuai KALUKKU KALUKKU BARAT 418.85

78 Agak Sesuai KALUKKU SINYONYOI 540.61

79 Agak Sesuai KAROSSA KAROSSA 304.3

80 Agak Sesuai KAROSSA SUKAMAJU 17.52

81 Agak Sesuai MAMUJU KARAMPUANG 333.41

82 Agak Sesuai MAMUJU TADUI 283.97

83 Agak Sesuai PANGALE KOMBILING 149.7

84 Agak Sesuai PANGALE LAMBA-LAMBA 472.12

85 Agak Sesuai PANGALE PANGALE 308.27

86 Agak Sesuai PANGALE POLOCAMBA 4.01

87 Agak Sesuai PANGALE SARTANAMAJU 0.01

88 Agak Sesuai PAPALANG BONDA 666.78

89 Agak Sesuai PAPALANG PAPALANG 91.78

Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS

(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014 Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan

KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT

30

No. Arahan KECAMATAN DESA Luas (ha)

90 Agak Sesuai SAMPAGA SAMPAGA 378.69

91 Agak Sesuai SIMBORO DAN KEPULAUAN RANGAS 364.51

92 Agak Sesuai SIMBORO DAN KEPULAUAN SUMARE 397.64

93 Agak Sesuai SIMBORO DAN KEPULAUAN TAPANDULLU 64.9

94 Agak Sesuai TAPALANG TAAN 92.34

95 Agak Sesuai TAPALANG BARAT DUNGKAIT 391.57

96 Agak Sesuai TAPALANG BARAT LABUANG RANO 46.73

97 Agak Sesuai TAPALANG BARAT LEBANI 597.91

98 Agak Sesuai TOPOYO BUDONG-BUDONG 300.93

99 Agak Sesuai TOPOYO SINABATTA 461.13

100 Agak Sesuai TOPOYO TUMBU 541.54

Zona sangat sesuai tidak mempunyai faktor pembatas khusus yang menghambat

kegiatan wisata pesisir, seluruh parameter fisik membuat daerah ini sangat ideal dijadikan

sebagai lokasi wisata pesisir. Zona sangat sesuai dapat dilakukan di kecamatan budong-

budong, kaluku, karosa, mamuju, pangale, papalang, sampaga,simboro dan

kepulauan,tapalang, dan topoyo. Zona tidak sesuai mempunyai faktor pembatas yang

permanen yaitu jarak dari garis pantai melebihi 1 km. untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada table 4 diatas.