KEEFEKTIVAN PENERAPAN SISTEM UKT DI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

48
KEEFEKTIVAN PENERAPAN SISTEM DI UNIVERSITAS BRAWIJAYA Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah seminar masalah- masalah/isu-isu Kebijkan Publik yang dibina oleh Moh.Said, S.Sos, M.AP Oleh : Andana Rachmat Dwi Andhika 115030107111100 Nunung Dewi Setya A 125030107111021 JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

Transcript of KEEFEKTIVAN PENERAPAN SISTEM UKT DI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

KEEFEKTIVAN PENERAPAN SISTEM DI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah seminar masalah-masalah/isu-isu Kebijkan Publik yang dibina oleh Moh.Said,

S.Sos, M.AP

Oleh :

Andana Rachmat Dwi Andhika 115030107111100

Nunung Dewi Setya A 125030107111021

JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 )

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Sedangkan menurut kamus Bahasa Indonesia Kata

pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan mendapat

imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai

arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Secara

bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan

sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam

usaha mendewasakan manusiamelalui upaya pengajaran dan

pelatihan. Pendidikan umumnya dibagi menjadi tahap

seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah dan

kemudian perguruan tinggi, universitas atau magang.

Pendidikan dibagi menjadi dua, yakni pendidikan

formal dan nonformal. Pendidikan formal merupakan

pendidikan di sekolah yang di peroleh secara teratur,

sistematis, bertingkat, dan dengan mengikuti syarat-

syarat yang jelas. Sebagai lembaga pendidikan formal,

sekolah yang lahir dan berkembang secara efektif dan

efisien dari dan oleh serta untuk masyarakat, merupakan

perangkat yang berkewajiban memberikan pelayanan kepada

generasi muda dalam mendidik warga negara. Satuan

pendidikan penyelenggara yaitu : Taman Kanak-kanak

(TK); Raudatul Athfal (RA); Sekolah Dasar (SD);

Madrasah Ibtidaiyah (MI); Sekolah Menengah Pertama

(SMP); Madrasah Tsanawiyah (MTs); Sekolah Menengah Atas

(SMA); Madrasah Aliyah (MA); Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK); Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK); dan Perguruan

tinggi.

Nama Universitas Brawijaya (disingkat Unibraw,

Unbra, dan UB) dan diresmikan sebagai Universitas

Negeri pada tahun 1963. Saat ini Unibraw merupakan

salah satu universitas negeri yang terkemuka di

Indonesia yang mempunyai jumlah mahasiswa lebih dari 30

ribu orang dari berbagai strata mulai program Diploma,

Program Sarjana, Program Magister dan Program Doktor

selain Program Spesialis tersebar dalam 10 Fakultas

Nama Universitas Brawijaya diberikan oleh Presiden

Republik Indonesia melalui kawat nomor 258/K/61 tanggal

11 Juli 1961. Nama ini berasal dari gelar Raja-Raja

Majapahit yang merupakan kerajaan besar di Indonesia

pada abad 12 sampai 15. Universitas Brawijaya

dinegerikan berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor

196 tahun 1963 dan berlaku sejak 5 Januari 1963.

Tanggal tersebut kemudian ditetapkan sebagai hari lahir

(Dies Natalis) Universitas Brawijaya. Pada saat

dinegerikan, Universitas Brawijaya hanya mempunyai 5

fakultas yaitu Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi,

Fakultas Ketatanegraan dan Ketataniagaan (FKK merupakan

perluasan dari FAN dan saat ini namanya adalah Fakultas

Ilmu Administrasi - FIA), Fakultas Pertanian dan

Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan (FKHP). FKHP

kemudian dipecah menjadi dua fakultas pada tahun 1973,

yaitu Fakultas Peternakan (FPt) yang berada di

Universitas Brawijaya dan Fakultas Kedokteran Hewan

yang berada d ibawah naungan Universitas Airlangga.

Fakultas Teknik (FT) berdiri tahun 1963 berdasarkan

Surat Keputusan Menteri PTIP nomor 167 tahun 1963

tertanggal 23 Oktober 1963.

Sesuai dengan keputusan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor 232/U/2000, pendidikan akademik yang

terdiri atas program sarjana, program magister dan

program doktor, adalah pendidikan yang diarahkan

terutama pada penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi,

dan kesenian. Pendidikan profesional adalah program

pendidikan diploma yang diarahkan terutama pada

kesiapan penerapan keahlian tertentu, sedang kan

pendidikan profesi adalah pendidikan tambahan setelah

program sarjana untuk memperoleh keahlian dan sebutan

profesi dalam bidang tertentu. Saat ini Universitas

Brawijaya memiliki 12 Fakultas dan 2 Program seatara

Fakultas, 74 Program Studi S-1, 37 Program Studi S-2,

17 Program Studi S-3, 16 Program Dokter Spesialis 1

(Sp-1), 14 Program D-3, dan 1 Program D-1.

Disini penulis memfokuskan pada pembahasan biaya

untuk menempuh perguruan tinggi. Guna meringankan beban

mahasiswa terhadap pembiayaan pendidikan, Pemerintah

melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud)

Mohammad Nuh pada 23 Mei 2013 telah mengeluarkan

ketetapan mengenai besarnya Biaya Kuliah Tunggal (BKT)

dan Uang Kuliah Tunggal (UKT) pada Perguruan Tinggi

Negeri (PTN) di lingkungan Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan (Kemdikbud). Ketentuan itu tertuang dalam

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

(Permendikbud) No. 55 Tahun 2013 tertanggal 23 Mei

2013.

Disebutkan dalam Permendikbud itu, Biaya Kuliah

Tunggal (BKT) digunakan sebagai dasar penetapan biaya

yang dibebankan kepada mahasiswa masyarakat dan

Pemerintah. Sementara Uang Kuliah Tunggal (UKT)

merupakan sebagian biaya kuliah tunggal yang ditanggung

setiap mahasiswa berdasarkan kemampuan ekonominya.

“Uang Kuliah Tunggal ditetapkan berdasarkan biaya

kuliah tunggal dikurangi biaya yang ditanggung oleh

Pemerintah,” bunyi Pasal 1 Ayat (1) Permendikbud itu.

Uang Kuliah Tunggal sebagaimana dimaksud

ditentukan berdasarkan kelompok kemampuan ekonomi

masyarakat yang dibagi dalam 5 (lima) kelompok dari

yang terendah hingga yang tertinggi , yaitu Kelompok I,

II, III, IV, dan V.

“Uang Kuliah Tunggal kelompok I dan kelompok II

diterapkan paling sedikit 5 (lima) persen dari jumlah

mahasiswa yang diterima setiap perguruan tinggi

negeri,” bunyi Pasal 4 Ayat (1,2) Permendikbud itu.

Sementara di Pasal 5 Permendikbud No. 55 Tahun

2013 ini ditegaskan, Perguruan Tinggi Negeri tidak

boleh memungut uang pangkal dan uang pungutan lain

selain uang kuliah tunggal dari mahasiswa baru program

Sarjana (S1) dan program diploma mulai tahun akademik

2013 – 2014.

Dari penjelasan yang menarik di atas, penulis

ingin mengetahui apa alasan kemendikbud menerapkan UKT

dan bagaimanakah keefektifan penerapan sistem UKT di

Universitas Brawijaya.

1.2 Rumusan Masalah

Apa dasar pemikiran Kemendikbud menerapkan sistem

UKT?

Bagaimanakah keefektifan penerapan sistem UKT di

Universitas Brawijaya?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui alasan kemendikbud untuk

menerapkan sistem UKT

Untuk mengetahui keefektifan penerapan sistem UKT

di Universitas Brawijaya

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kebijakan

Sebelum dibahas lebih jauh mengenai konsep

kebijakan publik, kita perlu mengakaji terlebih dahulu

mengenai konsep kebijakan atau dalam bahasa inggris

sering kita dengar dengan istilah policy. Dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia, kebijakan diartikan sebagai

rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan

dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,

kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang pemerintahan,

organisasi, dsb); pernyataan cita-cita, tujuan,

prinsip dan garis pedoman untuk manajemen dalam usaha

mencapai sasaran.

Secara konseptual kebijakan public dapat dilihat

dari kamus administrasi public Chandler dan Plano

(1988:107), mengatakan bahwa kebijakan public adalah

pemanfaatan yang strategis terhadap sumber-sumber daya

yang ada untuk memecahkan masalah public atau

pemerintah. Bahkan Chandler dan Plano beranggapan bahwa

kebijakan public merupak suatu bentuk investasi yang

kontinu oleh pemerintah demi kepentingan orang-orang

yang tidak berdaya dalam masyarakat agar mereka dapat

hidup dan ikut berpartisipasi dalam pemerintah.

Thomas R. Dye (1981), mengatakan bahwa kebijakan

public adalah “apapun yang dipilih pemerintah untuk

dilakukan atau tidak dilakukan”. Dye mengatakan bahwa

bila pemerintah memilih untuk melakukan sesuatu maka

harus ada tujuannya (objektifnya) dan kebijakan public

itu meliputi semua tindakan pemerintah, jadi bukan

semata-mata merupakan pernyataan keinginan pemerintah

atau pejabat pemerintah saja.

Chaizi Nasucha (2004:37), mengatakan bahwa

kebijakan public adalah kewenangan pemerintah dalam

pembuatan suatu kebijakan yang digunakan ke dalam

perangkat peraturan hukum. Kebijakan tersebut bertujuan

untuk menyerap dinamika social dalam masyarakat, yang

akan dijadikan acuan perumusan kebijakan agar tercipta

hubungan social yang harmonis.

Sedangkan menurut Solichin Abdul Wahab

mengemukakan bahwa istilah kebijakan sendiri masih

terjadi silang pendapat dan merupakan ajang perdebatan

para ahli. Maka untuk memahami istilah kebijakan,

Solichin Abdul Wahab (2008: 40-50) memberikan beberapa

pedoman sebagai berikut:

a) Kebijakan harus dibedakan dari keputusan

b) Kebijakan sebenarnya tidak serta merta dapat

dibedakan dari administrasi

c) Kebijakan mencakup perilaku dan harapan-harapan

d) Kebijakan mencakup ketiadaan tindakan ataupun

adanya tindakan

e) Kebijakan biasanya mempunyai hasil akhir yang akan

dicapai

f) Setiap kebijakan memiliki tujuan atau sasaran

tertentu baik eksplisit maupun implisit

g) Kebijakan muncul dari suatu proses yang

berlangsung sepanjang waktu

h) Kebijakan meliputi hubungan-hubungan yang bersifat

antar organisasi dan yang bersifat intra

organisasi

i) Kebijakan publik meski tidak ekslusif menyangkut

peran kunci lembaga-lembaga pemerintah

j) Kebijakan itu dirumuskan atau didefinisikan secara

subyektif.

Selanjutnya menurut Budi Winarno (2007: 15),

istilah kebijakan (policy term) mungkin digunakan

secara luas seperti pada “kebijakan luar negeri

Indonesia”, “kebijakan ekonomi Jepang”, dan atau

mungkin juga dipakai untuk menjadi sesuatu yang lebih

khusus, seperti misalnya jika kita mengatakan kebijakan

pemerintah tentang debirokartisasi dan deregulasi.

Namun baik Solihin Abdul Wahab maupun Budi Winarno

sepakat bahwa istilah kebijakan ini penggunaanya sering

dipertukarkan dengan istilah lain seperti tujuan

(goals) program, keputusan, undang-undang, ketentuan-

ketentuan, standar, proposal dan grand design

(Suharno :2009 : 11).

Berdasarkan pendapat berbagai ahli tersebut di

atas maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan adalah

tindakan-tindakan atau kegiatan yang sengaja dilakukan

atau tidak dilakukan oleh seseorang, suatu kelompok

atau pemerintah yang di dalamnya terdapat unsur

keputusan berupa upaya pemilihan diantara berbagai

alternatif yang ada guna mencapai maksud dan tujuan

tertentu.

2.1.1 Proses Kebijakan Publik

Proses dalam rangka memecahkan suatu masalah-

masalah public menurut Dunn (1994), antara lain

(1) Penetapan agenda kebijakan, (2) Adopsi

kebijakan, (3) Implementasi kebijakan, (4)

Evaluasi kebijakan. Sedangkan menurut AG.

Subarsono (2004:8) mengatakan bahwa proses

kebijakan public adalah serangkaian intelektual

yang dilakukan dalam proses kegiatan yang bersifat

politis. Aktivitas politis tersebut mulai dari (1)

Penyusunan agenda, (2) Formulasi kebijakan, (3)

Adopsi Kebijakan, (4) Implementasi Kebijakan, dan

(5) Evaluasi Kebijakan.

Berdasarkan pendapat tersebut diatas, maka

proses perumusan kebijakan yang dibahas yaitu

analisis kebijakan, pengesahan kebijakan,

implementasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan

2.2 Definisi Efektifitas

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu

effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang

dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah populer

mendefinisikan efetivitas sebagai ketepatan penggunaan,

hasil guna atau menunjang tujuan.

Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai

tujuan atau sasaran yang telah ditentukan di dalam

setiap organisasi, kegiatan ataupun program. Disebut

efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran

seperti yang telah ditentukan. Hal ini sesuai dengan

pendapat H. Emerson yang dikutip Soewarno

Handayaningrat S. (1994:16) yang menyatakan bahwa

“Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya

tujuan yang telah ditentukan sebelumnya”.

Beberapa papkar lain juga menjelaskan tentang

efektivitas antara lain:Sumanth (dalam Darsono &

Siswandoko, Tjatjuk.2011:196) menjelaskan bahwa

efektifitas adalah seberapa baik tujuan yang dapat

dicapai, merupakan prestasi yang dicapai dibandingkan

dengan yang mungkin dicapai, dengan tetap

mempertahankan mutu.

Selanjutnya menurut Stoner (dalam Darsono &

Siswandoko, Tjatjuk, 2011:196) menjelaskan efektifitas

adalah konsep yang luas mencakup berbagai faktor di

dalam maupun di luar organisasi, yang berhubungan

dengan tingkat keberhasilan organisasi dalam usaha

untuk mencapai tujuan atau sasaran organisasi.

Dari beberapa pendapat di atas mengenai

efektivitas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas

adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh

target (kuantitas,kualitas dan waktu) yang telah

dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah

ditentukan terlebih dahulu. Hal ini sesuai dengan

pendapat yang dikemukakan oleh Hidayat (1986) yang

menjelaskan bahwa :“Efektivitas adalah suatu ukuran

yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,

kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar

persentase target yang dicapai, makin tinggi

efektivitasnya”.

Upaya mengevaluasi jalannya suatu organisasi,

dapat dilakukan melalui konsep efektivitas. Konsep ini

adalah salah satu faktor untuk menentukan apakah perlu

dilakukan perubahan secara signifikan terhadap bentuk

dan manajemen organisasi atau tidak. Dalam hal ini

efektivitas merupakan pencapaian tujuan organisasi

melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara

efisien, ditinjau dari sisi masukan (input), proses,

maupun keluaran (output). Dalam hal ini yang dimaksud

sumber daya meliputi ketersediaan personil, sarana dan

prasarana serta metode dan model yang digunakan. Suatu

kegiatan dikatakan efisien apabila dikerjakan dengan

benar dan sesuai dengan prosedur sedangkan dikatakan

efektif bila kegiatan tersebut dilaksanakan dengan

benar dan memberikan hasil yang bermanfaat.

2.2.1. Ukuran Efektivitas

Tingkat efektivitas juga dapat diukur dengan

membandingkan antara rencana yang telah ditentukan

dengan hasil nyata yang telah diwujudkan. Namun, jika

usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan

tidak tepat sehingga menyebabkan tujuan tidak tercapai

atau sasaran yang diharapkan, maka hal itu dikatakan

tidak efektif.

Adapun kriteria atau ukuran mengenai pencapaian

tujuan efektif atau tidak, sebagaimana dikemukakan oleh

S.P. Siagian (1978:77), yaitu:

A. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini

dimaksdukan supaya karyawan dalam pelaksanaan

tugas mencapai sasaran yang terarah dan tujuan

organisasi dapat tercapai.

B. Kejelasan strategi pencapaian tujuan, telah

diketahui bahwa strategi adalah “pada jalan” yang

diikuti dalam melakukan berbagai upaya dalam

mencapai sasaran-sasaran yang ditentukan agar para

implementer tidak tersesat dalam pencapaian tujuan

organisasi.

C. Proses analisis dan perumusan kebijakan yang

mantap, berkaitan dengan tujuan yang hendak

dicapai dan strategi yang telah ditetapkan artinya

kebijakan harus mampu menjembatani tujuan-tujuan

dengan usaha-usaha pelaksanaan kegiatan

operasional.

D. Perencanaan yang matang, pada hakekatnya berarti

memutuskan sekarang apa yang dikerjakan oleh

organisasi dimasa depan.

E. Penyusunan program yang tepat suatu rencana yang

baik masih perlu dijabarkan dalam program-program

pelaksanaan yang tepat sebab apabila tidak, para

pelaksana akan kurang memiliki pedoman bertindak

dan bekerja.

F. Tersedianya sarana dan prasarana kerja, salah satu

indikator efektivitas organisasi adalah kemamapuan

bekerja secara produktif. Dengan sarana dan

prasarana yang tersedia dan mungkin disediakan

oleh organisasi.

G. Pelaksanaan yang efektif dan efisien, bagaimanapun

baiknya suatu program apabila tidak dilaksanakan

secara efektif dan efisien maka organisasi

tersebut tidak akan mencapai sasarannya, karena

dengan pelaksanaan organisasi semakin didekatkan

pada tujuannya.

H. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat

mendidik mengingat sifat manusia yang tidak

sempurna maka efektivitas organisasi menuntut

terdapatnya sistem pengawasan dan pengendalian.

Efektivitas akan berkaitan dengan kepentinganorang banyak, seperti yang dikemukakan H. Emerson yangdikutip Soewarno Handayaningrat dalam bukunya SistemBirokrasi Pemerintah, sebagai berikut:

“Efektivitas merupakan penilaian hasil pengukuran dalamarti tercapainya tujuan yang telah ditetapkansebelumnya. Efektivitas perlu diperhatikan sebabmempunyai efek yang besar terhadap kepentingan orangbanyak” (dalam Handayaningrat, 1985:16).

Pendapat para ahli di atas dapat dijelaskan, bahwaefektivitas merupakan usaha pencapaian sasaran yangdikehendaki (sesuai dengan harapan) yang ditujukankepada orang banyak dan dapat dirasakan oleh kelompoksasaran yaitu masyarakat. Hal ini sejalan denganpendapat Duncan yang dikutip Richard M. Steers dalambukunya “Efektrivitas Organisasi” mengatakan mengenaiukuran efektivitas, sebagai berikut:

1. Pencapaian Tujuan 2. Integrasi 3. Adaptasi

(Duncan, dalam Steers 1985:53).

Berdasarkan ukuran efektivitas diatas, maka hal

yang sangat mempengaruhi terhadap efektivitas tersebut

dapat dilihat dari :

1. Pencapaian tujuan

Pencapaian adalah keseluruhan upaya pencapaian

tujuan harus dipandang sebagai suatu proses. Oleh

karena itu, agar pencapaian tujuan akhir semakin

terjamin, diperlukan pentahapan, baik dalam arti

pentahapan pencapaian bagian-bagiannya maupun

pentahapan dalam arti periodisasinya. Pencapaian tujuan

terdiri dari beberapa faktor, yaitu : (1) Kurun waktu

pencapaiannya ditentukan, (2) sasaran merupakan target

yang kongktit, (3) dasar hukum (Duncan, dalam Steers

1985:53).

2. Integrasi

Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat

kemampuan suatu organisasi untuk mengadakan

sosialisasi, pengembangan konsensus dan komunikasi

dengan berbagai macam organisasi lainnya. Integrasi

terdiri dari beberapa faktor, yaitu : (1) prosedur (2)

proses sosialisai. ( Nazarudin, dalam Claude 1994:13).

3. Adaptasi

Adaptasi adalah proses penyesuaian diri yang

dilakukan untuk meyelaraskan suatu individu terhadap

perubahan–perubahan yang terjadi di lingkungannya.

Adaptasi terdiri dari beberapa faktor, yaitu : (1)

peningkatan kemampuan (2) sarana dan prasarana.

( Duncan, dalam Steers 1985:53 ).

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka

pengukuran merupakan penilaian dalam arti tercapainya

sasaran yang telah ditentukan dengan menggunakan

sasaran yang tersedia. Jadi, apabila suatu tujuan atau

sasaran itu tidak sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan, maka tidak efektif. Efektivitas merupakan

fungsi dari manejemen, dimana dalam sebuah efektivitas

diperlukan adanya prosedur, strategi, kebijaksanaan,

program dan pedoman. Tercapainya tujuan itu adalah

efektif sebab mempunyai efek atau pengaruh yang besar

terhadap kepentingan bersama.

2.3 Pengertian UKT ( Uang Kuliah Tunggal )

Untuk memahami awal perjalanan sistem UKT

dicanangkan, tentunya kita harus melihat dahulu dari

landasan yuridis kebijakan tersebut. Dimulai saat

dikeluarkannya surat edaran Dirjen Pendidikan Tinggi

(DIKTI) dari Kemendikbud yaitu tentang Uang kuliah

Tunggal Surat Edaran Dirjen Dikti No. 21/E/T/2012

tertanggal 4 Januari 2012 tentang Uang Kuliah Tunggal,

Surat Edaran Dirjen Dikti No. 274/E/T/2012 tertanggal

16 Februari 2012 tentang Uang Kuliah Tunggal  ,Surat

Edaran Dirjen Dikti No. 305/E/T/2012  tertanggal 21

Februari 2012 tentang Larangan Menaikkan Tarif Uang

Kuliah ,Surat Edaran Dirjen Dikti No. 488/E/T/2012

tertanggal 21 Maret 2012 tentang Tarif Uang Kuliah SPP

di Perguruan Tinggi dan Surat Edaran Dirjen Dikti No.

97/E/KU/2013 tertanggal 5 Februari 2013 tentang Uang

Kuliah Tunggal.

Inti dalam pengertiannya dapat disimpulkan bahwa

UKT adalah suatu sistem pembayaran uang kuliah yang

harus dibayar para mahasiswa secara ringkas dalam waktu

satu kali pembayaran penuh setiap semester,dan

disesuaikan oleh Surat Edaran Dikti Nomor 97/E/KU/2013

bahwa kebijakan ini diperuntukkan untuk mahasiswa S1

tahun ajaran baru 2013-2014. Dalam edaran ini terdapat

perbedaan sistematika pembayaran biaya kuliah yang

biasa dilaksanakan pada tahun-tahun sebelumnya,

perbedaan itu yaitu ditiadakannya pembayaran uang

pembangunan yang biasa dibayar sekali pada saat awal

masuk.

Sebetulnya dari pemahamannya, sistem ini mungkin

terasa simpel,tidak rumit oleh perincian dana yang

harus dibayarkan. Intinya kita membayar penuh satu

semester sesuai biaya yang harus dibayar, tanpa

memungut biaya-biaya lainnya. Tapi pada kenyataannya

sistem seperti ini juga membutuhkan transparansi atas

dana yang akan dibayarkan. Apalagi jika permasalahannya

yaitu nominal yang membengkak dari tahun-tahun

sebelumnya.

Perubahan sistem seharusnya didasari pada

keinginan untuk mempermudah. Sangat diharapkan tentunya

biaya yang murah dengan mutu yang baik menjadi salah

satu andalan dari suatu universitas negeri yang menjadi

favorit bagi berbagai banyak kalangan peminatnya.

Tetapi apabila sistem ini bisa memberatkan melalui

nominal biaya kuliahnya, tentu pendidikan tinggi hanya

milik orang-orang tertentu yang rela dan sanggup

mengeluarkan rupiah lebih dalam untuk sebuah pendidikan

yang pada dasarnya bisa dirasakan oleh semua rakyat

Indonesia.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Desain penelitian ini adalah kualitatif, hal itu

menyebabkan data dan analisis yang digunakan dalam

penelitian ini juga bersifat kualitatif. Penelitian

kualitatif merupakan penelitian yang berhubungan dengan

ide, persepsi, pendapat, kepercayaan orang yang akan

diteliti. Dalam penelitian kualitatif segala sesuatunya

tidak dapat di ukur dengan angka dan teori yang

digunakan dalam penelitian tidak dipaksakan untuk

memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal

menurut pandangan manusia yang telah diteliti

(Sulistyo-Basuki,2006:78).

Penelitian ini menggunakan metode penelitian

deskriptif jenis studi kasus. Menurut Sulistyo-Basuki

(2010:110), penelitian deskriptif mencoba mencari

deskripsi yang tepat yang cukup dari semua aktivitas,

objek, proses, dan manusia. Penelitian deskriptif

berkaitan dengan pengumpulan fakta dan data secara

valid untuk memberikan gambaran mengenai objek yang

diteliti.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Kualitas data tergantung kepada kualitas alat

pengukur atau alat pengambil data serta kualifikasi

orang yang mengambil data. Teknik pengumpulan data yang

dilakukan dalam penelitian ini dengan membaca berbagai

referensi.

3.3 Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif

ialah kata-kata, tindakan dan selebihnya adalah data

tambahan seperti dokumen dan sebagainya. Berdasarkan

jenisnya data dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :

Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung

dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama

kalinya. Namun disini penulis tidak meenggunakan data

primer.

Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan

sendiri pengumpulannya oleh peneliti. Data sekunder

yang akan diambil oleh peneliti adalah data yang

diambil dari dokumen-dokumen Lembaga Pemerintah Daerah,

surat kabar dan catatan-catatan dari instansi terkait.

Dengan demikian yang dijadikan sumber data sekunder

adalah yang berkaitan dengan data umum mengenai UKT di

UniversitasBrawijaya.

3.4 Keabsahan Data

Keabsahan data menurut Moleong merupakan konsep

penting yang diperbaharuhi dari konsep kesahihan

(validitas) dan keandalan (reliabilitas). Validitas

menunjukkan apa yang diinferensikan berdasarkan

hubungan sebab akibat yang diduga terjadi dapat

digeneralisasikan pada ukuran alternative sebab akibat

dan diantara jenis orang, latar serta waktu. Sedangkan

reliabilitas menunjuk pada ketaatasaan pengukuran dan

ukuran-ukuran yang digunakan. Untuk menetapkan

keabsahan data diperlukan juga teknik pemeriksaan.

Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah

kriteria tertentu, yaitu:

Kepercayaan mengarah pada mempertunjukkan derajat

kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan

pembuktian oleh peneliti pada kenyataan yang

sedang diteliti.

Keteralihan dalam konteks ini validitas menyatakan

bahwa generalisasi suatu penemuan dapat berlaku

atau diterapkan pada semua konteks dalam populasi

yang sama atas dasar penemuan yang diperoleh pada

sampel.

Ketergantungan mengarah pada jika dua atau

beberapa kali diadakan pengulangan suatu studi

dalam suatu kondisi yang sama dan hasilnya secara

esensial sama, maka reliabilitasnya dikatakan

tercapai.

Kepastian mengarah pada sesuatu objektif atau

tidak bergantung pada persetujuan beberapa orang

terhadap pandangan, pendapat dan penemuan

seseorang.

3.5 Analisis Data

Analisis data menurut Patton adalah proses

mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam

suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.

BAB IV

PEMBAHASAN

3.1 Dasar Pemikiran Kemendikbud Menerapkan Uang Kuliah

Tunggal (UKT)

Kebijakan publik merupakan sebuah kegiatan yang

dilakukan pemerintah baik yang disengaja ataupun tidak

disengaja dan didalamnya terdapat sebuah keputusan atau

hasil dari kebijakan itu. Kebijakan publik ini

bertujuan untuk memutuskan suatu hasil yang sedang

direncankan pemerintah dengan meminta bantuan

masyarakat untuk memberi keputusan atau hasil akhir

dari kebijakan tersebut. Menurut Thomas R. Dye (1981),

mengatakan bahwa kebijakan public adalah “apapun yang

dipilih pemerintah untuk dilakukan atau tidak

dilakukan”. Dye mengatakan bahwa bila pemerintah

memilih untuk melakukan sesuatu maka harus ada

tujuannya (objektifnya) dan kebijakan public itu

meliputi semua tindakan pemerintah, jadi bukan semata-

mata merupakan pernyataan keinginan pemerintah atau

pejabat pemerintah saja. Jadi kebijakan publik ini

dibuat bukan hanya pemerintah yang menyetujui tetapi

masyarakat juga ikut ambil dalam proses kebijakan

tersebut unutk mendapat hasil keputusan yang baik.

Hal ini pula yang mendasari Kemendikbud membuat

sebuah kebijakan tentang penetapan Uang Kuliah Tunggal

(UKT) yang digunakan mahasiswa baru untuk pembayaran

spp tahun ajaran 2013 ini. Sebelum membahas Uang Kuliah

Tunggal itu lebih jauh lagi disini akan dipaparkan

penjelasan dari uang kuliah tunggal (UKT) itu sendiri.

Uang Kuliah Tunggal (UKT) adalah suatu sistem

pembayaran uang kuliah yang harus dibayar para

mahasiswa secara ringkas dalam waktu satu kali

pembayaran penuh setiap semester,dan disesuaikan oleh

Surat Edaran Dikti Nomor 97/E/KU/2013 bahwa kebijakan

ini diperuntukkan untuk mahasiswa S1 tahun ajaran baru

2013-2014. Dalam edaran ini terdapat perbedaan

sistematika pembayaran biaya kuliah yang biasa

dilaksanakan pada tahun-tahun sebelumnya, perbedaan itu

yaitu ditiadakannya pembayaran uang pembangunan yang

biasa dibayar sekali pada saat awal masuk.

Penerapan pembayaran SPP PTN menggunakan sistem

pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT) ini merupakan

kebijakan baru Kemendikbud melalui Surat Edaran Dirjen

Dikti No 272/E1.1/KU/2013 tertanggal 3 April 2013

tentang Uang Kuliah Tunggal yang memberikan arah lebih

konkrit dan realistis mengenai jenis dan penghitungan

serta pengelompokkan besarnya UKT pada suatu

prodi/jurusan/fakultas tertentu. Dalam Surat yang

ditandatangani oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi

Djoko Santoso tersebut disampaikan agar penetapan UKT

memperhatikan berbagai hal, antara lain: Pertama, tarif

UKT sebaiknya dibagi atas 5 kelompok, dari kelompok

yang terendah (kelompok 1) sampai kelompok yang paling

tinggi (kelompok 5); Kedua, tarif UKT paling rendah

(kelompok 1) rentangnya yang bisa dijangkau oleh

masyarakat tidak mampu (misalnya kuli bangunan, tukang

becak, dll) dengan rentang RP.0- s.d Rp 500.00: Ketiga,

paling sedikit 5% dari total mahasiswa yang diterima

membayar UKT kelompok 1; Keempat, untuk kelompok 3 s.d

5 masing-masing membayar UKT sesuai dengan kemampuan

ekonominya, dimana kelompok 5 merupakan kelompok dengan

UKT tertinggi sesuai dengan program studi masing-

masing, dan Kelima, paling sedikit ada 5% dari total

mahasiswa yang diterima membayar UKT kelompok 2 dengan

rentang Rp 500.000- s.d Rp 1.000.000. Sebagai

tindaklanjut dari surat edaran tersebut para Rektor PTN

mencoba menggodok dan mendesign 5 model/penggolongan

UKT seperti yang tertuang dalam SE tersebut.

(http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/artikel-ukt)

Sistem pembayaran Uang Kuliah Tunggal ini berbeda

dengan sistem pembayaran yang sebelumnya sebab dalam

sistem uang kuliah tunggal ini mahasiswa tidak

dibebankan untuk membayar uang gedung pada awal masuk

kuliah, sedangkan jika menggunakan sistem yang lama

mahasiswa harus membayar uang gedung saat pertama kali

awal masuk kuliah. Sebelumnya pengertian dari Uang

Kuliah Tunggal (UKT) ini adalah suatu sistem pembayaran

uang kuliah yang harus dibayar para mahasiswa secara

ringkas dalam waktu satu kali pembayaran penuh setiap

semester, dan disesuaikan oleh Surat Edaran Dikti Nomor

97/E/KU/2013 bahwa kebijakan ini diperuntukkan untuk

mahasiswa S1 tahun ajaran baru 2013-2014.

Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

(Mendikbud) Mohammad Nuh menjelaskan, sesuai Pasal 98

Ayat 5,6) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang

Pendidikan Tinggi, pemerintah mengalokasikan dana

Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN)

dari anggaran fungsi pendidikan, dan mengalokasikan

paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari dana

sebagaimana dimaksud untuk untuk dana Penelitian di PTN

dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS).“Penetapan BOPTN, BKT

dan UKT menggunakan prinsip uang kuliah yang ditanggung

oleh mahasiswa diusahakan semakin lama semakin kecil

dengan memperhatikan masyarakat yang tidak mampu

(afirmasi), subsidi silang (yang kaya mensubsidi yang

miskin), dan pengendalian biaya yang tepat”.

Perhitungan alokasi BOPTN tahun 2013 dari masing-masing

PTN, menurut Mendikbud, adalah penjumlahan dari alokasi

dasar (pendapatan kerjasama ditambah pendapatan S1

Reguler dan Diploma ditambah pendapatan SPP dan lain-

lain) + alokasi insentif (alokasi dasar X (persentase

bidik misi + 20% atau 30%) dan ditambah dengan alokasi

afirmasi (PTN yang baru diberi tambahan alokasi BOPTN

untuk lebih memberdayakan. Dan biaya Kuliah Tunggal

dari masing-masing program studi di Perguruan Tinggi

Negeri dihitung dengan menggunakan rumus: Biaya Kuliah

Tunggal Basis (Tp 5,08 juta) dikalikan dengan indeks

jenis program stusi dikalikan dengan indeks mutu dan

dikalikan indeks kemahalan.(

http://uniqpost.com/79182/alokasi-bantuan-operasional-

perguruan-tinggi-negeri-boptn-2013/)

Disini juga ada contoh BOPTN:

Sumber : http://uniqpost.com/79182/alokasi-

bantuan-operasional-perguruan-tinggi-negeri-boptn-2013/

Dari kutipan artikel yang ada diatas maka telah

jelas mengapa kemendikbud memberlakukan sistem

pembayaran uang kuliah dengan menggunakan UKT. Dengan

adanya sistem pembayaran UKT ini mahasiswa sebenarnya

juga akan lebih mudah dalam hal pembiayaan uang kuliah

sebab dengan sistem pembayaran UKT ini uang gedung yang

dibayar diawal masuk sudah dihapuskan dan tidak ada

lagi serta dengan pembayaran melalui sistem UKT ini

berarti para mahasiswa baru juga telah menyicil uang

gedung, uang praktikum serta uang wisuda. Dengan

pemberlakuan sistem uang kuliah tunggal ini sebenarnya

juga akan meringankan mahasiswa dan orang tua sebab

dalam sistem pembayaran spp menggunakan sistem uang

kuliah tunggal ini kemendikbud juga sudah menetapkan

pembayarannya melalui kemampuan ekonomi keluarga

mahasiswa. Jadi setiap mahasiswa juga tidak akan sama

dalam hal pembayaran uang kuliahnya. Jadi sebenarnya

penerapan sistem uang kuliah tunggal ini juga sudah

proposional dan kemendikbud juga sduah memperhitungkan

biaya uang kuliah tunggal itu dengan seksama dan dengan

teliti.

Tetapi sebenarnya penerapan sistem pembayaran spp

uang kuliah tunggal yang ada di PTN maupun di PTS ini

masih menjadi kontroversi. Ada pihak yang pro dengan

adanya penerapan sistem uang kuliah tunggal ini namun

juga ada pihak yang kontra dengan penerapan sistem uang

kuliah tunggal ini sebab mereka yang kontra akan

kebijakan yang dibuat kemendikbud ini menilai bahwa

dengan diterapkannya sistem uang kuliah tunggal ini

maka biaya pendidikan yang ada di PTN atau PTS menjadi

semakin mahal. Dan pembayaran spp yang menggunakan uang

kuliah tunggal ini seakan-akan menjadi seperti di

kredit atau di cicil selama kuliah.

Sebenarnya dengan adanya pembayaran dengan sistem

uang kuliah tunggal (UKT) ini tidak terlalu

mengecewakan bagi para mahasiswa. Dengan adanya

pembayaran sistem uang kuliah tunggal ini (UKT)maka

biaya yang dibayar mahasiswa akan mudah dikendalikan

jika dikumpulkan jadi satu menjadi satu ( UKT) dan

dengan adanya BOPTN membuat total biaya yang harus

dibayar oleh mahasiswa (UKT) akan turun, karena BOPTN

mengurangi biaya pendidikan yang ditangung oleh

mahasiswa. Selain itu juga terdapat beberapa manfaat

dengan adanya pembayaran sistem uang kuliah tunggal ini

antara lain:

1. UKT secara umum merupakan suatu kebijakan untuk

menepis anggapan mahalnya biaya kuliah di PTN

karena meringankan beban mahasiswa terhadap

pembiayaan selama menempuh program studi.

2. UKT juga memberikan kepastian kepada mahasiswa,

orang tua atau para pihak yang membiayai mahasiswa

seberapa besar dana yang harus disiapkan sampai

lulus kuliah.

3. Dengan adanya UKT dapat dicegah adanya berbagai

pungutan yang tidak jelas dan dilakukan oleh

oknum-oknum prodi/jurusan/fakultas/universitas.

4. UKT mendidik para penyelengara PTN (Rektor,

Pembantu Rektor, Dekan, Pembantu Dekan,

Ketua/sekretaris bagian/jurusan/prodi untuk

membuat perencanaan penganggaran /keuangan yang

tepat, transparan dan akuntabel seberapa besar

biaya kuliah dan uang kuliah selama mahasiswa

menempuh studi; dan

5. UKT sebagai sebuah sistem pembayaran kuliah

mahasiswa sebagai implementasi dari UU Pendidikan

Tinggi telah mampu merealisasi suatu prinsip

ability to pay sebuah prinsip keadilan yang tak

terbantahkan keberlakuannya.

Dari penjelasan yang ada diatas sebenarnya alasan

penerapan dan kebijakan menetapakan uang kuliah tunggal

(UKT) yang diterapkan oleh Kemendikbud tidak terlalu

berdampak negatif bagi mahasiswa. Sebab setelah

ditelusuri lagi dan dilihat lagi justru dengan

penerapan uang kuliah tunggal ini banyak membantu

mahasiswa yang kurang mampu dari segi ekonomi orang tua

mereka. Karena penerapan uang kuliah tunggal ini

menggunakan subsidi silang dimana yang kaya membantu

yang kurang mampu. Serta dengan adanya uang kuliah

tunggal ini dipastikan tidak akan ada lagi pungutan-

pungutan liar dari kampus yang memberatkan

mahasiswanya. Karena dengan pembayaran spp melalui

sistem uang kuliah tunggal ini semua sudah ditetapkan

oleh kemendikbud tergantung golongan ekonomi orang tua

mereka. Dan para mahasiswa juga sudah tidak ditarik

atau disuruh membayar uang praktikum, uang wisuda, dan

uang gedung. Karena mereka sudah membayarnya setiap

semester. Serta pihak kampus itu sendiri juga tidak

bisa melakukan pungutan liar kepada para mahasiswa.

Walaupun dengan adanya penerapan sistem pembayaran spp

melalui uang kuliah tunggal itu terasa lebih mahal jika

dibandingkan dengan sistem sebelumnya tapi para

mahasiswa baru juga akan mendapatkan manfaat yang lebih

dengan adanya sistem uang kuliah tunggal ini.

3.2 Kefeektifan Penerapan Sistem UKT di Universitas

Brawijaya

Dari pembahasan sebelumnya tentang kebijakan

kemendikbud menerapkan pembayaran spp dengan

menggunakan sistem Uang Kuliah Tunggal (UKT) ini

sebenarnya sangat membantu para mahasiswa baru dalam

hal pembayaran spp. Karena dalam segi pembiayaan spp

mahasiswa baru sangat banyak terbantu dan tidak akan

ada lagi pungutan-pungutan liar dari kampus. Sebenarnya

kebijakan pemerintah menetapkan sistem pembayaran spp

dengan menggunakan Uang Kuliah Tunggal ini juga sangat

efektif bagi para mahasiswa baru dan para orang tua.

Sebenarnya keefektifan penerapan pembayaran spp dengan

menggunakan Uang Kuliah Tunggal ini sangatlah penting

bagi para mahasiswa dan para orang tua.

Efektivitas sendiri merupakan unsur pokok untuk

mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan di

dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program.

Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun

sasaran seperti yang telah ditentukan. Hal ini sesuai

dengan pendapat H. Emerson yang dikutip Soewarno

Handayaningrat S. (1994:16) yang menyatakan bahwa

“Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya

tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.” Dan disini

kami akan mencoba membahas tentang keefektifan

penerapan Unag Kuliah Tunggal (UKT) di Universitas

Brawijaya.

Universitas Brawijaya merupakan salah satu PTN di

Jawa Timur yang memiliki jumlah mahasiswa cukup besar.

Disini Universitas Brawijaya merupakan salah satu

kampus yang memiliki daya tarik tersendiri di kalangan

masyarakat, oleh sebab itu tidak heran jika jumlah

mahasiswa di Universitas Brawijaya ini cukup banyak.

Meskipun jumlah mahasiswa yang ada di Universitas

Brawijaya itu lumayan banyak tetapi biaya pendidikan

mereka antara mahasiswa satu dengan yang lain itu

berbeda. Itu disebabkan karena di Universitas Brawijaya

menerpakan sistem pembayaran spp secara proposional.

Maksud dari sistem pembayaran spp secara proposional

ini adalah bahwa penetapan spp mahasiswa tergantung

kondisi ekonomi mereka dan tergantung pekerjaan orang

tua mereka.

Dan baru-baru ini pihak Universitas Brawijaya

mengubah sistem pembayaran spp sesuai surat edaran yang

dikeluarkan oleh kemendikbud. Pada tahun ajaran 2013-

2014 Universitas Brawijaya menerapkan sistem pembayaran

spp melalui uang kuliah tunggal atau yang biasa disebut

dengan UKT. Menurut Rektor Universitas Brawijaya Prof

Yogi Sugito di Malang, Minggu mengemukakan, penerapan

uang kuliah tunggal dengan mekanisme subsidi silang

tersebut mengacu pada Instruksi Dirjen Dikti dan amanat

UU Pendidikan Tinggi (Dikti) Nomor 12 Tahun 2012."Dalam

Instruksi Dirjen Dikti itu disebutkan bahwa untuk

menyatukan berbagai macam pungutan pada orang tua

mahasiswa, seperti SPP, uang pangkal atau uang gedung,

uang praktikum, dan uang ujian akan dijadikan satu dan

dibayarkan dalam bentuk UKT," kata Yogi Sugito, Minggu

(3/3/2013).Sementara dalam amanat UU Dikti Nomor 12

Tahun 2012 disebutkan, biaya pendidikan kepada peserta

didik harus berdasarkan kemampuan ekonomi orang tua

melalui subsidi silang. (edukasi.kompas.com)

Walaupun Universitas Brawijaya ini telah

menerapkan sistem pembayaran spp melalui uang kuliah

tunggal (UKT). Universitas Brawijaya tetap

memberlakukan pembayaran uang kuliah tunggal ini

dilihat secara proposional tergantung bagaimana kondisi

keuangan keluarga mereka serta apa pekerjaan orang tua

mereka dan dilampirkan juga rekening listrik serta

penggunaaan PDAM di rumah. Jadi dengan adanya spp

proposional tersebut maka biaya yang ditanggung

mahasiswa juga tidak terlalu memberatkan karena sudah

diukur dan sudah sesuai dengan bagaimana kondisi

keluarga mereka. Berikut adalah keputusan rektor

terkait dengan penetapan uang kuliah tunggal yang ada

di Universitas Brawijaya:

Dari surat keputuan Rektor yang ada pada lampiran

di bawah sebenarnya penerapan uang kuliah tunggal (UKT)

ini termasuk tidak membebankan mahasiswa. Penerapan

uang kuliah tunggal (UKT) ini juga dibagi menjadi

beberapa golongan dan setiap mahasiswa mendapat

golongan pembayaran uang kuliah tunggal ini berbeda-

beda. Sebab penerapan sistem uang kuliah tunggal ini

memakai subsidi silang dimana yang kaya membantu yang

kurang mampu. Dan dari kemendikbud sendiri sudah

mensubsidi selurih Universitas yang ada di Indonesia

untuk membantu menjalankan program pembayaran spp

dengan menggunakan sistem uang kuliah tunggal. Bahkan

dengan diterapkannya sistem pembayaran menggunakan uang

kuliah tunggal ini pembayaran kuliah itu bisa diangsur

hingga mahasiswa tersebut lulus. Dengan menggunakan

sistem ini mahasiswa juga tidak perlu lagi untuk

membayar uang gedung yang dibayar diawal ketika mereka

masuk.

Menurut Pembantu Rektor II UB Prof Dr Warkum

Sumitro, Selasa (15/1) mengemukakan dengan

diterapkannya uang kuliah tunggal, sistem pembiayaan

akan semakin praktis karena biaya yang ditentukan per

jurusan tidak lagi ada rincian. "Kalau sebelumnya kan

ada uang gedung yang harus dibayarkan pada awal mulai

diterima sebagai mahasiswa, tapi mulai tahun akademik

2013/2014 tidak diberlakukan lagi. Dan, uang gedung

bisa diangsur tiap semester hingga lulus kuliah,"

katanya. Menurut dia, biaya yang nantinya dibayarkan

oleh mahasiswa sudah dalam bentuk akumulasi selama

menempuh pendidikan tinggi atau sampai mahasiswa lulus,

bahkan penghitungan biaya kuliah setiap jurusan sudah

selesai. (http://www.beritasatu.com/nasional/91869-

biaya-kuliah-di-universitas-brawijaya-bisa-diangsur-

hingga-lulus.html)

Dari penjelasan pembantu Rektor II UB tersebut

juga sudah jelas bahwa dengan adanya penerapan sistem

pembayaran uang kuliah tunggal ini sebenarnya mahasiswa

akan lebih banyak mendapatkan manfaat dan kemudahan

dalam hal pembayaran spp mereka. Mereka sudah tidak

lagi ditarik biaya uang gedung, uang praktikum serta

uang wisuda. Semua biaya mereka sudah mereka bayarkan

pada setiap semester. Mereka juga tidak usah khawatir

lagi dengan pungutan-pungutan liar yang ada di kampus

karena mereka sudah mencicil biaya mereka setiap

semester.

Jadi jika dikatakan efektif atau tidak penerapan

sistem uang kuliah tunggal yang ada di Universitas

Brawijaya ini, sebenarnya peerapan sistem uang kuliah

tunggal yang dicanangkan kemendikbud dan diterapkan

seluruh Universitas di Indonesia termasuk Universitas

Brawijaya ini sebenarnya sudah efektif. Hal ini juga

diperkuat dengan penjelasan kriteria atau ukuran

mengenai pencapaian tujuan efektif atau tidak,

sebagaimana dikemukakan oleh S.P. Siagian (1978:77),

yaitu:

a. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini

dimaksdukan supaya karyawan dalam pelaksanaan

tugas mencapai sasaran yang terarah dan tujuan

organisasi dapat tercapai.

b. Kejelasan strategi pencapaian tujuan, telah

diketahui bahwa strategi adalah “pada jalan” yang

diikuti dalam melakukan berbagai upaya dalam

mencapai sasaran-sasaran yang ditentukan agar para

implementer tidak tersesat dalam pencapaian tujuan

organisasi.

c. Proses analisis dan perumusan kebijakan yang

mantap, berkaitan dengan tujuan yang hendak

dicapai dan strategi yang telah ditetapkan artinya

kebijakan harus mampu menjembatani tujuan-tujuan

dengan usaha-usaha pelaksanaan kegiatan

operasional.

d. Perencanaan yang matang, pada hakekatnya berarti

memutuskan sekarang apa yang dikerjakan oleh

organisasi dimasa depan.

e. Penyusunan program yang tepat suatu rencana yang

baik masih perlu dijabarkan dalam program-program

pelaksanaan yang tepat sebab apabila tidak, para

pelaksana akan kurang memiliki pedoman bertindak

dan bekerja.

f. Tersedianya sarana dan prasarana kerja, salah satu

indikator efektivitas organisasi adalah kemamapuan

bekerja secara produktif. Dengan sarana dan

prasarana yang tersedia dan mungkin disediakan

oleh organisasi.

g. Pelaksanaan yang efektif dan efisien, bagaimanapun

baiknya suatu program apabila tidak dilaksanakan

secara efektif dan efisien maka organisasi

tersebut tidak akan mencapai sasarannya, karena

dengan pelaksanaan organisasi semakin didekatkan

pada tujuannya.

h. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat

mendidik mengingat sifat manusia yang tidak

sempurna maka efektivitas organisasi menuntut

terdapatnya sistem pengawasan dan pengendalian.

Dengan beberapa kriteria keefektifan yang ada

diatas sebenarnya penetapan Uang Kuliah Tunggal yang

diterapkan Universitas Brawijaya ini sudah efektif

karena karyawan Universitas Brawijaya sudah menetapkan

dan menentukan penetapan Uang Kuliah Tunggal (UKT)

tersebut dengan sistem proposional dan penetapan

tersebut juga memiliki tujuan dan perumusan yang jelas

sehingga hasil yang diperoleh oleh mahasiswa juga sudah

sesuai dari apa yang sudah ditetapkan karyawan

Universitas Brawijaya itu. Maka dari itu dengan adanya

sistem pembayaran spp menggunakan uang kuliah tunggal

(UKT) ini lebih memudahkan para mahasiswa dan membuat

lebih praktis dalam hal pembayaran. Mahasiswa baru

tahun ajaran 2013-2014 sebenarnya tidak usah takut

dengan diterapkannya sistem uang kuliah tunggal ini

karena dengan adanya uang kuliah tunggal ini mereka

juga memiliki banyak kelebihan dan banyak manfaat salah

satunya terhindar dari pungutan-pungutan liar yang ada

di kampus. Pihak kampus tidak bisa lagi serta merta

meminta uang sumbangan kepada mahasiswa baru karena

para mahasiswa baru ini sudah membayar semuanya melalui

uang kuliah tunggal. Dan uang kuliah tunggal (UKT) yang

ada di Universitas Brawijaya ini juga sudah ditentukan

sesuai dengan kondisi keluarga mahasiswa dan mereka

akan masuk golongan berapa untuk membayar uang kuliah

tunggal tersebut.

Oleh sebab itu penerapan uang kuliah tunggal ini

sangatlah efektif bagi para mahasiswa baru serta orang

tua mereka. Jika uang kuliah tunggal ini diterapkan di

Universitas Brawijaya pun juga sudah sangat efektif.

Karena pihak Universitas juga telah memperhitungkan dan

memperkirakan secara matang untuk dapat menerapkan

sistem uang kuliah tunggal (UKT) ini. Dan keefektifan

penerapan uang kuliah tunggal yang ada di Universitas

Brawijaya ini juga sudah mencapai tujuan yang jelas.

Mereka sudah menetapkan sistem pembayaran uang kuliah

tunggal ini sesuai kemampuan orang tua mahasiswa dan

pembayaran uang kuliah tunggal itu juga terdapat

beberapa golongan yang setiap mahasiswa tidak sama

dalam penggolongan biaya tersebut.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari penjelasan yang ada diatas sebenarnya alasan

penerapan dan kebijakan menetapkan Uang Kuliah Tunggal

(UKT) yang diterapkan oleh Kemendikbud tidak terlalu

berdampak negatif bagi mahasiswa. Sebab setelah

ditelusuri lagi dan dilihat, justru dengan penerapan

UKT ini banyak membantu mahasiswa yang kurang mampu

dari segi ekonomi orang tua mereka. Karena penerapan

UKT ini menggunakan subsidisilang dimana yang kaya

membantu yang kurang mampu. Serta dengan adanya UKT

dipastikan tidak akan ada lagi pungutan-pungutan liar

dari kampus yang memberatkan mahasiswanya. Karena

dengan pembayaran SPP melalui sistem UKT ini semua

sudah ditetapkan oleh kemendikbud tergantung golongan

ekonomi orang tua mereka.

5.2 Saran

Ini bukan suatu masalah yang serius serta tidak

harus diperdebatkan, karena dengan adanya penerapan UKT

dan dihapusnya uang kuliah pangkal justru dapat memberi

kemudahan bagi mahasiswa dalam pembayaran. Serta bagi

mahasiswa baru (maba) yang orang tua nya berpendapatan

kurang/menengah tidak perlu lagi takut untuk

mendaftarkan anaknya ke perguruan tinggi negeri yang

selalu diharapkan oleh semua orang tua.

Daftar Pustaka

http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-

menurut-ahli/

http://www.oldsite.ub.ac.id/id/1_about/sejarah.php

https://lumainsteivan.wordpress.com/2013/09/30/

definisi-kebijakan-publik-menurut-para-ahli/

http://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan_publik

https://dansite.wordpress.com/2009/03/28/pengertian-

efektifitas/

http://dilihatya.com/2664/pengertian-efektivitas-

menurut-para-ahli-adalah

http://himajasumsel.blogspot.com/2013/07/apa-itu-uang-

kuliah-tunggal-dan-cara.html

http://iramaengineering.blogspot.com/2013/05/apa-yang-

dimaksut-dengan-ukt-uang.html

https://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0CCYQFjAB&url=

http%3A%2F%2Feprints.undip.ac.id

%2F40768%2F3%2F04_BAB_III_SKRIPSI_Acc.docx&ei=qLP1VLmgA

s69uASKyYKIDw&usg=AFQjCNGgA2e6dCWQN0lI2qikVgHNQj4kNw&bv

m=bv.87269000,d.c2E&cad=rja

http://sinarharapan.co/duniakampus/read/140715040/uang-

kuliah-di-universitas-brawijaya-tak-naik-nbsp-

http://www.kopertis12.or.id/2013/02/27/seputar-boptn-

dan-ukt-update-27-feb-2013.html

http://www.kopertis12.or.id/2012/06/21/seputar-boptn-

bantuan-operasional-ptn-dan-ukt-uang-kuliah-

tunggal.html

http://biayakuliah.net/biaya-kuliah-kedokteran-ptn/

http://uniqpost.com/79182/alokasi-bantuan-operasional-

perguruan-tinggi-negeri-boptn-2013/

http://biayakuliah.net/biaya-kuliah-universitas-

brawijaya-malang-20132014/