KARAKTER EKSPLOITATIF SEBAGAI SALAH SATU PENYEBAB KEMEROSOTAN MORAL MAHASISWA

29
KARAKTER EKSPLOITATIF SEBAGAI SALAH SATU PENYEBAB KEMEROSOTAN MORAL MAHASISWA Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Pendidikan Karakter Dosen Pengampu: Maimun Sholeh, M.Si, dan Aula Ahmad H.S.F, M.Si, Disusun Oleh: Indah Sri Utami (12804241042) 1

Transcript of KARAKTER EKSPLOITATIF SEBAGAI SALAH SATU PENYEBAB KEMEROSOTAN MORAL MAHASISWA

KARAKTER EKSPLOITATIF SEBAGAI SALAH SATU

PENYEBAB KEMEROSOTAN MORAL MAHASISWADisusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah

Pendidikan Karakter

Dosen Pengampu: Maimun Sholeh, M.Si, dan Aula Ahmad

H.S.F, M.Si,

Disusun Oleh:

Indah Sri Utami (12804241042)

1

PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT,

karena atas limpahan rahmat-Nya kami dapat

menyelesaikan makalah berjudul Karakter Ekspolitatif sebagai

Salah Satu Penyebab Kemerosotan Moral Mahasiswa.

Makalah ini membahas tentang karakter eksploitatif

pada mahasiswa, faktor yang menyebabkannya, dan solusi

untuk menangani hal tersebut. Karakter eksploitatif

adalah sifat kejiwaan, budi pekerti, atau perilaku yang

mengedepankan kepentingan diri sendiri dengan cara

mengambil dari pihak atau orang lain secara tidak baik.

Mahasiswa adalah agen perubahan. Mereka adalah

gerakan massa Indonesia berpendidikan yang akan

meneruskan dapuk pemerintahan Indoensia di masa depan.

Oleh karenanya, ketahanan mahasiswa Indonesia dalam

menghadapi karakter eksploitatif sangatlah penting

untuk diperhatikan.

Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada segenap

pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan

2

makalah ini, sehingga makalah ini dapat tersusun dengan

baik.

Seperti kata pepatah “taka da gading yang tak

retak”, kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat

jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran, masukan dan

kritik yang membangun dari para pembaca sangat kami

harapkan agar di masa yang akan datang kami dapat

menyusun makalah dengan lebih baik.

Sekian, terima kasih.

Yogyakarta, 4

Januari 2013

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Judul 1

Kata Pengantar 2

Daftar Isi 3

Bab I Pendahuluan 4

A. Latar Belakang 4

3

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan 5

Bab II Pembahasan 6

A. Definisi dari Karakter Eksploitatif 6

B. Factor-Faktor yang Menyebabkan Karakter

Eksploitatif 7

C. Pengaruh Karakter Eksploitatif terhadap Karakter

Mahasiswa 11

D. Tindakan yang Dapat Dilakukan dalam Menyikapi

Karakter Eksploitatif oleh Mahasiswa 14

Bab III Penutup 18

A. Kesimpulan 18

B. Daftar Pustaka 19

4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peristiwa kemerosotan moral perlu diberi perhatian

sebelum akhirnya menjadi kebiasaan yang sulit untuk

dihilangkan atau diperbaiki. Hal tersebut perlu

dilakukan karena secara tidak sadar hal-hal tersebut

termasuk dalam bentuk karakter eksploitatif. Karakter

eksploitatif adalah sifat kejiwaan, budi pekerti, atau

perilaku yang mengedepankan kepentingan diri sendiri

dengan cara mengambil dari pihak atau orang lain secara

tidak baik.

Karakter eksploitatif harus ditindak lanjuti

penanganannya, baik tindakan pencegahan maupun

penanggulangan. Dikarenakan hal tersebut dapat meracuni

moralitas hidup bangsa khususnya dalam lingkungan

pendidikan.

Lingkungan pendidikan yang sebagian besar warganya

adalah anak usia sekolah sangatlah perlu dilakukan

penanganan khusus dalam pembentukan karakternya. Mereka

adalah tampuk penerus bangsa di masa depan. Sementara

itu, lingkungan pendidikan yang paling tinggi untuk

pembentukan karakter adalah lingkungan mahasiswa.

Perlu diingat bahwa mahasiswa adalah agen

perubahan. Mereka adalah gerakan massa Indonesia

berpendidikan yang akan meneruskan dapuk pemerintahan

5

Indoensia di masa depan. Namun, apabila mereka tidak

dipersiapkan dengan benar, tidak dibekali dengan ilmu

yang bermanfaat, dan diberi pesan-pesan moralitas, maka

akan sama saja Indonesia.

Atas dasar inilah, dalam makalah ini akan dibahas

karakter eksploitatif pada mahasiswa, fator yang

menyebabkannya, dan solusi untuk menangani hal

tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah definisi dari karakter eksploitatif?

2. Apa yang faktor-faktor yang menyebabkan karakter

eksploitatif?

3. Bagaimana pengaruh karakter eksploitatif terhadap

karakter mahasiswa?

4. Apa saja tindakan yang dapat dilakukan dalam

menyikapi karakter eksploitatif oleh mahasiswa?

C. Tujuan

1. Mengetahui definisi dari karakter eksploitatif.

2. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan karakter

eksploitatif.

3. Mengetahui pengaruh karakter eksploitatif terhadap

karakter mahasiswa.

4. Megetahui tindakan yang dapat dilakukan dalam

menyikapi karakter eksploitatif oleh mahasiswa.

6

BAB II

PEMBAHASAN

7

A. Definisi dari Karakter Eksploitatif

Istilah karakter eksploitatif terdiri dari dua kata

dasar, yaitu karakter dan eksploitasi. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia (KBBI), karakter memiliki arti:

1) Sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang

membedakan seseorang dari yang lain. 2) Karakter juga

bisa bermakna "huruf".

Menurut (Ditjen Mandikdasmen - Kementerian

Pendidikan Nasional), karakter adalah cara berpikir dan

berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk

hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga,

masyarakat,  bangsa  dan  negara.  Individu  yang 

berkarakter  baik  adalah individu yang bisa membuat

keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat

dari keputusan yang ia buat

(http://pustaka.pandani.web.id/2013/03/pengertian-

karakter.html ).

Menurut KBBI, eksploitasi memiliki arti: 1)

Pengusahaan/ pendayagunaan. 2) Pemanfaatan untuk

kepentingan sendiri.

Berdasarkan definisi dari kata karakter dan

eksploitasi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

karakter eksploitatif adalah sifat kejiwaan, budi

pekerti, atau perilaku yang mengedepankan kepentingan

diri sendiri dengan cara mengambil dari pihak atau

orang lain secara tidak baik.

8

Karakter eksploitatif juga dapat diartikan sebagai

sifat kejiwaan atau budi perkerti seseorang yang merasa

bahwa sumber segala hal yang baik berada di luar diri

mereka Orang yang memiliki karakter eksploitatif

cenderung mengambil dengan agresif apa yang mereka

inginkan. Dalam hubungan sosial karakter ini cenderung

menggunakan kelicikan atau kekuatan untuk mengambil

pasangan, gagasan, atau milik orang lain.

Dalam kegiatan memunculkan gagasan atau ide mereka

lebih memilih untuk ingin mencuri atau membajak

daripada menciptakan. Mereka ingin mengungkapkan

pendapat mereka, akan tetapi biasanya merupakan

pendapat hasil mencuri (Feist dan Feist, 2011: 238).

B. Factor-Faktor yang Menyebabkan Karakter

Eksploitatif

Faktor- factor yang dapat menyebabkan seseorang

memiliki karakter eksploitatif dapat berasal dari

internal atau diri manusia itu sendiri baik cara

pandang terhadap diri maupun orang lain dan eksternal

berupa lingkungan di sekitar orang tersebut tinggal.

1. Faktor Internal (Psikologis)

Psikologis berasal dari kata dasar psikologi

memiliki arti kejiwaan. Faktor psikologis berarti hal-

hal yang bersifat kejiwaan yang menyebabkan seseorang

melakukan atau mengalami suatu kejadian.

9

Hubungannya dengan karakter eksploitatif, kondisi

psikis seseorang dapat mempengaruhi cara berpikir dan

kemudian berlanjut mempengaruhi reaksi orang tersebut

terhadap sesuatu yang dihadapi pada kejadian tertentu.

Kondisi psikis seseorang juga dipengaruhi oleh beberapa

hal, di antaranya adalah faktor genetis atau bawaan dan

pengalaman buruk di masa lampau yang menyebabkan kesan

traumatik.

Faktor genetis atau bawaan dimiliki seseorang sejak

ia lahir diturunkan dari gen orang tua. Turunan gen

orang tua ke anaknya memang sangat sulit diprediksikan.

Meskipun terdapat kecenderungan-kecenderungan untuk

menurun, terkadang ada beberapa sifat yang dimiliki

anak, tidak dimiliki oleh orang tuanya namun dimiliki

saudara lain seperti bibi dan kakek.

Kaitan antara faktor genetis yang mempengaruhi

kondisi psikis seseorang dengan karakter eksploitatif

adalah bahwa karakter eksploitatif yang dimiliki

seseorang bisa jadi didapatkan dari garis keturunan.

Hal ini dapat dicontohkan seorang suami yang pendiam

dan istri yang pendiam dapat menghasilkan keturunan

yang pendiam pula meskipun dalam persentase kemungkinan

yang kecil. Begitu halnya dengan ayah yang cenderung

berkarakter eksploitatif dan ibu yang juga memiliki

karakter sama dapat menghasilkan keturunan yang

ekslpolitatif juga meskipun bisa jadi dalam level yang

berbeda.

10

Faktor lain yang mempengaruhi kondisi psikis

seseorang adalah pengalaman buruk di masa lalu yang

menyebabkan kesan traumatik. Kesan yang dimiliki orang

tersebut sangat besar pengaruhnya bagi pembentukan

sikap terhadap kejadian tertentu di masa kini yang

sifatnya hampir mirip atau bahkan sama. Sikap yang

terbentuk dapat bersifat negatif seperti tindakan

melindungi diri dengan cara menjauhi, menghidari,

maupun bersifat positif seperti tindakan melindungi

diri dengan cara melawan, menantang, atau balas dendam.

Sikap yang mempengaruhi secara psikologis orang

berkarakter eksploitatif adalah yang memberikan reaksi

positif berupa kemauan untuk melawan, menantang, atau

balas dendam.

Misalnya, saat si A masih duduk di bangku SMA ia

mengikuti lomba karya tulis ilmiah. Ternyata si B juga

mengikuti lomba tersebut. Si B mengetahui ide si A atas

bocoran teman sekelasnya, kemudian si B mengajukan

karya ilmiah dengan ide yang sama dengan si A. Setelah

diumumkan pemenangnya ternyata si B meraih juara 1. Si

A merasa kesal karena justru si B yang memenangkan

lomba karya ilmiah tersebut lalu menuntut

pertanggungjawaban. Namun, malangnya tuntutan si A

diabaikan begitu saja dan hal tersebut membuat ia

semakin kesal. Dikarenakan pengalaman tersebut, si A

kemudian membuat kesimpulan bahwa untuk mendapatkan apa

yang diinginkan tidak perlu bersusah payah mencari

11

sendiri, akan tetapi mengambil saja dari hasil

pekerjaan orang lain. Kemudian, seiring dengan lamanya

pengalaman buruk tersebut membekas di hati si A, si A

memiliki karakter eksploitatif.

2. Faktor Eksternal

a. Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga sangat besar pengaruhnya

terhadap pembentukan karakter anak. Dikarenakan

lingkungan tersebut sudah ada sejak seseorang lahir

dan mengalami pertumbuhan masa-masa awal. Keluarga

adalah tempat pertama bagi seorang anak untuk belajar

dan memahami dunia. Sebagai seorang anak, ia belum

memiliki pengetahuan pembanding yang dapat digunakan

untuk menilai suatu kejadian, sehingga ia akan

cenderung melahap mentah-mentah apa yang

didapatkannya dari pendidikan keluarga.

Tidak adanya saringan informasi ke anak oleh

keluarga dapat menyebabkan hal-hal negatif yang tidak

diinginkan atau berbahaya setelah anak menjadi

dewasa. Salah satu dari hal negatif tersebut adalah

karakter eksploitatif yang disalahgunakan. Tindakan

penanganan bisa saja dilakukan, namun akan sangat

sulit. Hal tersebut dikarenakan dalam diri anak sudah

terpatri dengan kuat setiap pelajaran yang ia terima

dari melihat setiap kejadian di keluarga.

12

Contoh kejadian-kejadian di dalam keluarga

seperti kakak-kakak yang saling berebut mainan dan

dibiarkan saja oleh orang tua akan memberi pelajaran

pada adik yang melihat kejadian tersebut bahwa

merebut mainan orang lain itu tidak apa-apa. Apabila

hal tersebut terjadi berulang-ulang maka pelajaran

yang didapat akan semakin kuat dan menjadi hal yang

wajar. Kewajaran yang tidak umum tersebut dapat

berkembang menjadi hal-hal lain yang bahkan lebih

buruk dari saling berebut mainan, antara lain saling

mencuri ide atau gagasan yang merupakan ciri-ciri

orang berkarakter eksploitatif.

b. Teman Sepermainan

Pengaruh yang diberikan lingkungan teman

sepermainan adalah ketika anak mulai bermain dengan

kawan bermain bukan anggota keluarga dan memasuki

masa sekolah. Lingkungan teman sepermainan memberi

pengaruh kedua terbesar setelah lingkungan keluarga

di masa awal anak berkenalan dengan dunia luar dan

menjadi lebih kuat di fase setelahnya.

Teman sepermainan akan cenderung lebih kuat

pengaruhnya karena adanya kesamaan cara pandang atau

bisa dikatakan sama-sama sedang dalam tahap pencarian

jati diri. Oleh karena itu, saat karakter anak yang

kuat berusaha mempengaruhi teman yang lain, maka

temannya akan tertarik untuk mencoba. Apabila tidak

13

ada peran orang tua untuk mengawasi, anak dapat

terjerumus ke hal-hal tidak baik yang mampu memicu

tumbuhnya karakter ekspolitatif.

Sebagai contoh, adanya kebiasaan senioritas oleh

anak yang lebih tua dan plagiat serta mencontek saat

mengerjakan tugas. Anak yang lebih tua menyuruh adik

kelasnya untuk mengerjakan tugas sekolah atau

menuduhnya untuk melakukan suatu hal yang tidak baik.

Lalu teman yang mencontek hasil pekerjaan temannya,

menyuruh mengerjakan tugas atas nama si penyuruh dan

masih banyak lagi hal-hal yang terjadi dalam hubungan

sepermainan yang dianggap wajar dapat menyebabkan

terciptanya karakter eksploitatif dalam diri

seseorang.

c. Lingkungan Kerja

Pengaruh lingkungan kerja hamper sama dengan

lingkungan teman sepermainan. Namun, ketika seseorang

memasuki dunia kerja sudah cukup banyak pengetahuan

yang didapat sebelumnya. Oleh karena itu, pembentukan

karakter eksploitatif di lingkungan kerja lebih

ditentukan oleh ketahanan seseorang terhadap system

tempat ia bekerja. Faktor penyebab terbentuknya

karakter eksploitatif di lingkungan kerja dapat di

bagi menjadi dua jenis, yaitu secara tidak sadar

terbentuk dan dengan terpaksa harus dimiliki

seseorang – orang tersebut tidak mau, tetapi dipaksa

untuk mengikuti system yang ada.

14

Pembentukan karakter secar tidak sadar dapat

dilihat dalam contoh berikut. Si A adalah karyawan

baru di sebuah perusahaan penerbitan. Di perusahaan

tersebut terdapat pembedaan senior dan junior.

Sebagai karyawan baru atau junior si A mengerjakan

tugas dari seniornya yang sedivisi kerja atas nama

seniornya. Apabila ha tersebut menggoyahkan keyakinan

si A, besar kemungkinan ia juga akan melakukan hal

yang sama saat ia telah memiliki pangkat yang lebih

tinggi dan memiliki junior.

Sedangkan untuk pembetukan karakter dengan cara

dipaksa, misalnya si A mengetahui si B melakukan

plagiat. Kemudian si B menyuruh si A untuk tidak

membeberkan hal tersbut dengan ancaman tidak akan

dipromosikan untuk naik jabatan di perusahaan tempat

A dan B bekerja. Si A terpaksa melakukan apa yang

disuruh B karena ancaman tersebut.

d. Kondisi Masyarakat

Arus globalisasi yang terus meningkat,

menyebabkan setiap orang berlomba-lomba untuk

memenangkan persaingan. Proses untuk mencapai

persaingan tersebut juga bermacam-macam. Ada yang

mengunakan cara yang baik tapi membutuhkan waktu yang

cukup panjang dan cara singkat dan mudah dilakukan.

Semua pilihan beserta untung ruginya ada di tangan

masyarakat. Namun, cukup banyak orang yang demi

15

meraih keuntungan lebih besar seringkali menempuh

jalan pintas yang tidak baik.

Terlebih lagi, di zaman sekarang ini telah banyak

terjadi kemerosotan moral yang dilakukan oleh tokoh-

tokoh masyarakat yang seharusnya menjadi panutan.

Tindakan-tindakan eksploitatif seperti korupsi, kasus

suap, narkoba, perjudian, pembajakan hasil karya dan

masih banyak lagi menyebabkan masyarakat kehilangan

contoh figure yang layak untuk diikuti. Oleh karena

itu, masyarakat akhirnya ikut-ikutan melakukan hal-

hal tidak terpuji yang dilakukan oleh orang yang

mereka jadikan panutan tadi. Fenomena seperti itulah

yang terjadi di masyarakat sehingga karakter

eksploitatif masyarakat sangat mudah berkembang dan

tumbuh subur seperti jamur di musim hujan.

C. Pengaruh Karakter Eksploitatif dalam diri

Mahasiswa

Mahasiswa sebagai agen perubahan sangatlah besar

harapan untuk mampu membangun Indonesia yang lebih baik

dan menjadi negara yang besar di masa depan. Bukan

hanya besar dari banyak penduduknya, tingkat

kemiskinannya, maupun jumlah buta hurufnya. Namun, juga

besar dari segi moralitasnya.

Di berbagai media massa baik cetak maupun

eletronik, banyak diberitakan berbagai aksi demonstrasi

yang berakhir pada anarki. Kegiatan demonstrasi yang

16

berkedok sebagai salah satu cara menjalankan system

pemerintahan yang demokratis lebih banyak terlaksana

sebagai sarana untuk tidakan merusak dan merugikan

masyarakat. Misalnya saja seperti membakar mobil orang

seenaknya, memblokade jalan hingga mengakibatkan

kemacetan, bahkan baku hantam dengan aparat keamanan

dan yang sangat memprihatinkan adalah menyebabkan

hilangnya nyawa seseorang.

Plagiarisme mahasiswa saat mengerjakan tugas juga

merupakan hal umum. Menyadur tulisan orang lain tanpa

mencantumkan namanya di daftar pustaka dengan dalih

lupa atau terburu-buru. Menyalin pekerjaan teman baik

diketahui maupun tidak diketahui oleh pemiliknya.

Ramai-ramai mengkopi buku penunjang kuliah dengan

alasan buku yang asli tidak seseuai dengan kondisi

keuangan mahasiswa dan masih banyak lagi kegiatan

plagiarisme yang menjamur dilakukan mahasiswa. Bahkan

saya sebagai mahasiswa juga mengakui hal tersebut.

Berikut adalah data tentang pertumbuhan tingkat

pembajakan yang terjadi di internet berdasarkan

analisis dari http://social.technet.microsoft.com

17

Interpretasi:

Plagiarisme bukanlah kesalahan tunggal. Rata-rata,

seorang plagiat melakukan tindakan plagiarisme

antara 5 hingga 25 kali per bulan. Apabila dilihat

dari pembajak individual, hal tersebut bahkan lebih

buruk lagi. Pembajakan dapat dilakukan dalam waktu

beberapa menit saja. Sangat umum apabila seorang

pembajak yang bekerja sendiri dapat melakukan

pembajakan sebanyak 20 kali setiap harinya

Selama kurun waktu 1,5 tahun terdapat tendensi

pembajakan yang berlebihan: puncak produktivitas

tindak pembajakan meningkat. Hingga bulan Maret

2012 produktivitas rata-rata pembajak aktif di

bawah 5 artikel per bulan. Setelahnya, puncak

produktivitas yang baru dapat mencapai 10, 17,

bahkan 25.

Dari hasil interpretasi data tingkat pembajakan di

atas dapat diketahui bahwa kegiatan plagiarisme

sekarang ini semakin hari semakin meningkat.

18

Fenomena lain tentang kehidupan mahasiswa adalah

saat musim penerimaan mahasiswa baru. Di berbagai

belahan universitas maupun perguruan tinggi sejenis

masih sering terjadi tindak senioritas.

Pengeksploitasian sumber daya dari mahsiswa baru oleh

seniornya di kampus merupakan hal yang terkadang sangat

ditunggu-tunggu oleh mahasiswa angkatan atas.

Memang benar tindakan kekerasan secara fisik sudah

tidak dibenarkan pada masa sekarang. Namun, satu dua

kejadian masih ada yang luput dari pengawasan pihak

penyelenggara pendidikan seperti yang terjadi di IPDN

beberapa tahun lalu, di ITN Malang beberapa waktu lalu

yang menyebabkan kematian seorang mahasiswa baru,

bahkan di universitas tercinta yang notabene eks-IKIP

dan sebagian besar membuka jurusan untuk mencetak guru

professional juga tak luput dari kegiatan senioritas.

Beberapa wacana di atas adalah sepenggal cerita

sisi kehidupan mahasiswa masa kini. Memang tidak semua

mahasiswa melakukan hal-hal demikian. Namun, kejadian

seperti yang telah disebutkan perlu juga untuk diberi

perhatian sebelum akhirnya menjadi kebiasaan yang sulit

untuk dihilangkan atau diperbaiki. Hal tersebut perlu

dilakukan karena secara tidak sadar tindakan anarki,

plagiarisme, dan senioritas yang dilakukan oleh

mahasiswa termasuk dalam bentuk karakter eksploitatif.

Perlu diingat bahwa karakter eksploitatif adalah

karakter yang cenderung menggunakan kelicikan dan

19

kekuatan untuk mengambil pasangan, gagasan, dan milik

orang lain. Mereka yang memiliki karakter tersebut

lebih memilih untuk mencuri dan membajak daripada

menciptakan. Orang-orang seperti itu cenderung

memiliki sisi negatif seperti egois, angkuh, arogan,

dan penggoda (Feist dan Feist, 2011). Meskipun begitu,

di sisi lain mereka adalah orang yang impulsive,

bangga, menarik, dan percaya diri. Namun, apa gunanya

bisa menarik perhatian orang lain terhadap diri kita

jika pada akhirnya hanya menyebabkan kerugian dari segi

rokhani maupun materi.

Berdasarkan dari analisis tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa ternyata masih cukup mengakar

karakter eksploitatif dalam diri mahasiswa khususnya

mahasiswa Indonesia. Melakukan demonstrasi yang tidak

bertanggung jawab sama saja dengan membudidayakan sikap

egois, angkuh, dan arogan. Mereka yang melakukan

tindakan anarkis seolah telah lupa daratan dan merusak

apapun yang memuaskan amarah tanpa peduli apakah korban

adalah sasaran yang sebenarnya.

Di kondisi yang lain, plagiarisme juga sangat jelas

disebut termasuk dalam karakter eksploitatif. Mereka

yang melakukannya lebih memilih mencuri dan membajak

daripada menciptakan karya asli buah tangan mereka.

Dengan mengakui hasil karya orang lain sebagai karya

pribadi tentu ia tidak menghormati si pemilik karya dan

mementingkan keuntungan pribadi dari karya tersebut.

20

Kebiasaan membudayakan sikap senioritas pada

mahasiswa yang lebih muda menunjukkan bahwa mereka

mengambil hak orang lain untuk diperlakukan secara

layak dan manusiawi hanya untuk memenuhi hasrat pribadi

seorang senior. Mereka yang terbukti melakukan tindakan

senioritas tetapi mengatakan hal tersebut adalah

perintah dari pihak atas tampak sebagai tindakan egois

untuk melindungi keselamatan diri sendiri.

Apabila hal-hal tersebut dibiarkan saja dan

dianggap sebagai sesuatu yang wajar, maka tidaklah

mengherankan jika Indonesia 15 atau 20 tahun yang akan

datang tidak mengalami perkembangan yang positif atau

bahkan akan lebih buruk lagi.

Kembali kita ingat bahwa mahasiswa adalah agen

perubahan. Mereka adalah gerakan massa Indonesia

berpendidikan yang akan meneruskan dapuk pemerintahan

Indoensia di masa depan. Namun, apabila mereka tidak

dipersiapkan dengan benar, tidak dibekali dengan ilmu

yang bermanfaat, dan diberi pesan-pesan moralitas, maka

akan sama saja Indonesia saat diserahkan kepadanya

hingga akhirnya cita-cita pancasila yang dikumandangkan

pada setiap upacara bendera hanyalah sebuah harapan

yang disia-siakan.

D. Tindakan yang Dapat Dilakukan dalam Menyikapi

Karakter Eksploitatif oleh Mahasiswa

21

Mahasiswa yang dibutuhkan oleh Indonesia tidak

cukup hanya unggul di akademiknya saja, tetapi juga

bagus akhlaknya. Hal ini mulai disadari seiring

banyaknya kejadian kasus kemorosotan moralitas yang

dilakukan oleh para pemimpin bangsa yang pintar namun

tidak memiliki hati nurani.

Berbicara tentang mahasiswa dan kaitannya dengan

upaya peningkatan mutu moralitas, maka perlu

diperhatikan juga apa dan bagaimana cara yang

dibutuhkan mahasiswa untuk mempersiapkan dirinya

bersaing di kancah global dengan kemampuan terhadap

bidang keahlian yang memadai didukung dengan tingginya

moralitas yang dimiliki. Berikut adalah beberapa hal

yang dapat dilakukan mahasiswa dalam menyikapi karakter

eksploitatif di lingkungan kampus maupun ketika telah

terjun di masyarakat.

1. Mendekatkan Diri Kepada Tuhan Yang Maha Esa

Selalu menyadari bahwa setiap tindakan yang kita

lakukan diketahui oleh Sang Pencipta adalah tameng

utama yang perlu dijaga dalam menyikapi karakter

eksploitatif. Setiap hal yang dilakukan yang kita

perbuat akan mendapat ganjaran di akhirat nanti. Oleh

karena itu dengan selalu mendekatkan diri kepada Tuhan

yang Maha Mengetahui, kita akan selalu ingat dan

berhati-hati dalam bertindak. Apalagi sisi negative

dari karakter eksploitatif yang cenderung merugikan

22

diri sendiri dan orang lain sangat bertolak belakang

dengan ajaran agama untuk tidak mendzalimi diri sendiri

maupun orang lain.

2. Pendidikan Karakter

Tindakan yang dapat dilakukan dalam menyikapi

karakter eksploitatif adalah dengan mengajarka kepada

mahasiswa tentang pendidikan karakter. Dengan

memberikan pengetahuan tentang karakter-karakter yang

mungkin dimiliki oleh manusia, mahasiswa akan lebih

kritis dalam menghadapi suatu hal.

Misalnya saat berhubungan social dengan masyarakat,

mahasiswa akan lebih memahami mengapa seseorang

memiliki karakter A atau B. Dengan begitu, mahasiswa

akan mampu menyaring mana informasi yang baik dan yang

buruk sehingga mereka tidak akan mudah terjerumus pada

hal-hal yang tidak baik seperti kemerosotan moral.

Pengetahuan tentang karakter juga membantu mahasiswa

dalam bergaul dengan teman-temannya. Mereka dapat

mengaplikasikan ilmu tersebut agar tetap berada di

jalur yang lurus dan saling mengingatkan sesame teman.

Mengetahui secara teoritik tentang macam-macam karakter

manusia saja tidak cukup, karena dalam berkehidupan

yang diperlukan adalah aksinya.

3. Yakin pada Kemampuan Diri Sendiri

23

Kepercayaan diri yang terhadap kemampuan sendiri

memberikan sumbangan positif agar kita terhindar dari

karakter eksploitatif. Kita akan terdorong untuk terus

berkarya dan yakin bahwa karya kita sama bagusnya

dengan karya orang lain. Menghasilkan karya yang

orisinil juga memberikan kepuasan batin tersendiri.

Berbeda dengan orang-orang yang berkarakter

eksploitatif akan cenderung merasa gelisah

kejelekkannya terbongkar sehingga berusaha untuk

menjelek-jelekkan orang lain utnuk menutupinya. Hal

tersebut selain tidak baik, hanya akan menjerumuskan

pada lingkaran setan dosa-dosa selanjutnya.

Selain percaya pada kemampuan diri sendiri,

memberikan dorongn pada orang lain untuk melakukan hal

yang sama juga penting. Sehingga saat kita telah

berhasil menghindari karakter eksploitatif, orang lain

tidak justru memiliki karakter tersebut. Alhasil, semua

orang disekitar anda akan memiliki energy positif untuk

berkarya dengan sportif tidak dengan saling

menjatuhkan.

4. Bersikap Rendah Hati

Yakin terhadap kemampuan diri sendiri adalah

penting. Namun, apabila berlebihan akan menyebabkan

ketidakseimbangan pada diri sendiri maupun orang lain.

Rasa yang berlebihan tersebut dapat berujung pada sifat

egois, menang sendiri, dan tidak bisa bekerja sama

24

dalam tim. Hal tersebut tentu sangat merugikan. Oleh

karena itu, untuk menyeimbangkan rasa percaya diri

seseorang membutuhkan sikap rendah hati.

Karakter rendah hati memberikan sudut pandang yang

lebih tenang berupa penerimaan terhadap setiap hal yang

dialami. Karakter tersebut membuat seseorang tidak

sombong dan merasa lebih baik dari orang lain karena

prestasi yang telah diraih. Ibarat peribahasa padi yang

berisi akan semakin merunduk, sama halnya dengan

karakter rendah hati. Orang yang memiliki karakter

rendah hati, semakin ia berprestasi maka akan semakin

berhati-hati daam bersikap agar tidak menyebabkan

penyakit hati dan menyinggung orang lain.

5. Berpikiran Terbuka

Dalam usaha meyakini kemampuan diri sendiri dan

rendah hati, maka seseorang memerlukan pikiran yang

terbuka. Dengan membuka pikiran, seseorang dapat

melihat masalah dari berbagai sudut pandang. Setiap

pendapat dari orang lain dapat diterima meskipun

berlawanan dengan pendapat kita. Kesan terhadap

perbedaan pendapat bukan sebagai penghalang terjalinnya

sebuah komunikasi namun justru menjadikannya sebagai

banyak jalan pintas menuju tujuan yang ingin dicapai.

6. Menghargai Hak Orang Lain

Menghindari karakter eksploitatif dalam diri

mahasiswa salah satunya adalah dengan menanamkan

25

keyakinan, pemahaman, dan kebiasaan untuk selalu

menghargai hak orang lain. Setiap orang memiliki hak

asasi, sama halnya dengan diri sendiri. Saat hak kita

diambil atau dilanggar orang lain, kita pasti akan

merasa kesal dan marah. Begitu halnya apabila kita

melakukan tindakan yang sama pada orang lain. Mereka

akan kesal, marah, dan bahkan bisa dituntut ke meja

hijau apabila objek yang di eksploitasi menyangkut

hajat hidup orang banyak. Oleh karena tu, alangkah

baiknya jika kita mengetahui batas-batas diri kita

terhadap orang lain, sehingga terjalin hubungan yang

baik an kita terhindar dari karakter eksploitatif.

26

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Definisi dari karakter eksploitatif

Karakter eksploitatif adalah sifat kejiwaan, budi

pekerti, atau perilaku yang mengedepankan kepentingan

diri sendiri dengan cara mengambil dari pihak atau

orang lain secara tidak baik.

2. Factor-faktor yang menyebabkan karakter

eksploitatif

Faktor- factor yang dapat menyebabkan seseorang

memiliki karakter eksploitatif dapat berasal dari

internal dan eksternal, yakni:

a. Faktor Internal (Psikologis)

b. Faktor Eksternal

1) Lingkungan Keluarga

2) Teman Sepermainan

3) Lingkungan Kerja

4) Kondisi Masyarakat

27

3. Pengaruh karakter eksploitatif terhadap karakter

mahasiswa

Mahasiswa adalah agen perubahan. Mereka adalah

gerakan massa Indonesia berpendidikan yang akan

meneruskan dapuk pemerintahan Indoensia di masa

depan. Namun, apabila mereka tidak dipersiapkan

dengan benar maka akan Indonesia tidak akan mengalami

perubahan yang lebih baik.

4. Tindakan yang dapat dilakukan dalam menyikapi

karakter eksploitatif oleh mahasiswa

Beberapa hal yang dapat dilakukan mahasiswa dalam

menyikapi karakter eksploitatif di lingkungan kampus

maupun ketika telah terjun di masyarakat adalah

sebagai berikut.

a. Mendekatkan diri kepada tuhan yang maha esa

b. Pendidikan karakter

c. Yakin pada kemampuan diri sendiri

d. Bersikap rendah hati

e. Berpikiran terbuka

f. Menghargai hak orang lain

B. Daftar Pustaka

http://pustaka.pandani.web.id/2013/03/pengertian-

karakter.html . Diakses pada tanggal 5 Januari 2014.

28

http://social.technet.microsoft.com/wiki/contents/

articles/20212.plagiarism-charts-september-

2013.aspx. Diakses pada tanggal 5 Januari 2014.

Feist, Jess dan Feist, Gregory J. 2011. Teori Kepribadian.

Jakarta: Salemba Humanika.

29