KARAKTER EKSPLOITATIF SEBAGAI SALAH SATU PENYEBAB KEMEROSOTAN MORAL MAHASISWA
Transcript of KARAKTER EKSPLOITATIF SEBAGAI SALAH SATU PENYEBAB KEMEROSOTAN MORAL MAHASISWA
KARAKTER EKSPLOITATIF SEBAGAI SALAH SATU
PENYEBAB KEMEROSOTAN MORAL MAHASISWADisusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah
Pendidikan Karakter
Dosen Pengampu: Maimun Sholeh, M.Si, dan Aula Ahmad
H.S.F, M.Si,
Disusun Oleh:
Indah Sri Utami (12804241042)
1
PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT,
karena atas limpahan rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah berjudul Karakter Ekspolitatif sebagai
Salah Satu Penyebab Kemerosotan Moral Mahasiswa.
Makalah ini membahas tentang karakter eksploitatif
pada mahasiswa, faktor yang menyebabkannya, dan solusi
untuk menangani hal tersebut. Karakter eksploitatif
adalah sifat kejiwaan, budi pekerti, atau perilaku yang
mengedepankan kepentingan diri sendiri dengan cara
mengambil dari pihak atau orang lain secara tidak baik.
Mahasiswa adalah agen perubahan. Mereka adalah
gerakan massa Indonesia berpendidikan yang akan
meneruskan dapuk pemerintahan Indoensia di masa depan.
Oleh karenanya, ketahanan mahasiswa Indonesia dalam
menghadapi karakter eksploitatif sangatlah penting
untuk diperhatikan.
Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada segenap
pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan
2
makalah ini, sehingga makalah ini dapat tersusun dengan
baik.
Seperti kata pepatah “taka da gading yang tak
retak”, kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran, masukan dan
kritik yang membangun dari para pembaca sangat kami
harapkan agar di masa yang akan datang kami dapat
menyusun makalah dengan lebih baik.
Sekian, terima kasih.
Yogyakarta, 4
Januari 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
Bab I Pendahuluan 4
A. Latar Belakang 4
3
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 5
Bab II Pembahasan 6
A. Definisi dari Karakter Eksploitatif 6
B. Factor-Faktor yang Menyebabkan Karakter
Eksploitatif 7
C. Pengaruh Karakter Eksploitatif terhadap Karakter
Mahasiswa 11
D. Tindakan yang Dapat Dilakukan dalam Menyikapi
Karakter Eksploitatif oleh Mahasiswa 14
Bab III Penutup 18
A. Kesimpulan 18
B. Daftar Pustaka 19
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peristiwa kemerosotan moral perlu diberi perhatian
sebelum akhirnya menjadi kebiasaan yang sulit untuk
dihilangkan atau diperbaiki. Hal tersebut perlu
dilakukan karena secara tidak sadar hal-hal tersebut
termasuk dalam bentuk karakter eksploitatif. Karakter
eksploitatif adalah sifat kejiwaan, budi pekerti, atau
perilaku yang mengedepankan kepentingan diri sendiri
dengan cara mengambil dari pihak atau orang lain secara
tidak baik.
Karakter eksploitatif harus ditindak lanjuti
penanganannya, baik tindakan pencegahan maupun
penanggulangan. Dikarenakan hal tersebut dapat meracuni
moralitas hidup bangsa khususnya dalam lingkungan
pendidikan.
Lingkungan pendidikan yang sebagian besar warganya
adalah anak usia sekolah sangatlah perlu dilakukan
penanganan khusus dalam pembentukan karakternya. Mereka
adalah tampuk penerus bangsa di masa depan. Sementara
itu, lingkungan pendidikan yang paling tinggi untuk
pembentukan karakter adalah lingkungan mahasiswa.
Perlu diingat bahwa mahasiswa adalah agen
perubahan. Mereka adalah gerakan massa Indonesia
berpendidikan yang akan meneruskan dapuk pemerintahan
5
Indoensia di masa depan. Namun, apabila mereka tidak
dipersiapkan dengan benar, tidak dibekali dengan ilmu
yang bermanfaat, dan diberi pesan-pesan moralitas, maka
akan sama saja Indonesia.
Atas dasar inilah, dalam makalah ini akan dibahas
karakter eksploitatif pada mahasiswa, fator yang
menyebabkannya, dan solusi untuk menangani hal
tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari karakter eksploitatif?
2. Apa yang faktor-faktor yang menyebabkan karakter
eksploitatif?
3. Bagaimana pengaruh karakter eksploitatif terhadap
karakter mahasiswa?
4. Apa saja tindakan yang dapat dilakukan dalam
menyikapi karakter eksploitatif oleh mahasiswa?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari karakter eksploitatif.
2. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan karakter
eksploitatif.
3. Mengetahui pengaruh karakter eksploitatif terhadap
karakter mahasiswa.
4. Megetahui tindakan yang dapat dilakukan dalam
menyikapi karakter eksploitatif oleh mahasiswa.
6
A. Definisi dari Karakter Eksploitatif
Istilah karakter eksploitatif terdiri dari dua kata
dasar, yaitu karakter dan eksploitasi. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), karakter memiliki arti:
1) Sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dari yang lain. 2) Karakter juga
bisa bermakna "huruf".
Menurut (Ditjen Mandikdasmen - Kementerian
Pendidikan Nasional), karakter adalah cara berpikir dan
berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk
hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang
berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat
keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat
dari keputusan yang ia buat
(http://pustaka.pandani.web.id/2013/03/pengertian-
karakter.html ).
Menurut KBBI, eksploitasi memiliki arti: 1)
Pengusahaan/ pendayagunaan. 2) Pemanfaatan untuk
kepentingan sendiri.
Berdasarkan definisi dari kata karakter dan
eksploitasi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
karakter eksploitatif adalah sifat kejiwaan, budi
pekerti, atau perilaku yang mengedepankan kepentingan
diri sendiri dengan cara mengambil dari pihak atau
orang lain secara tidak baik.
8
Karakter eksploitatif juga dapat diartikan sebagai
sifat kejiwaan atau budi perkerti seseorang yang merasa
bahwa sumber segala hal yang baik berada di luar diri
mereka Orang yang memiliki karakter eksploitatif
cenderung mengambil dengan agresif apa yang mereka
inginkan. Dalam hubungan sosial karakter ini cenderung
menggunakan kelicikan atau kekuatan untuk mengambil
pasangan, gagasan, atau milik orang lain.
Dalam kegiatan memunculkan gagasan atau ide mereka
lebih memilih untuk ingin mencuri atau membajak
daripada menciptakan. Mereka ingin mengungkapkan
pendapat mereka, akan tetapi biasanya merupakan
pendapat hasil mencuri (Feist dan Feist, 2011: 238).
B. Factor-Faktor yang Menyebabkan Karakter
Eksploitatif
Faktor- factor yang dapat menyebabkan seseorang
memiliki karakter eksploitatif dapat berasal dari
internal atau diri manusia itu sendiri baik cara
pandang terhadap diri maupun orang lain dan eksternal
berupa lingkungan di sekitar orang tersebut tinggal.
1. Faktor Internal (Psikologis)
Psikologis berasal dari kata dasar psikologi
memiliki arti kejiwaan. Faktor psikologis berarti hal-
hal yang bersifat kejiwaan yang menyebabkan seseorang
melakukan atau mengalami suatu kejadian.
9
Hubungannya dengan karakter eksploitatif, kondisi
psikis seseorang dapat mempengaruhi cara berpikir dan
kemudian berlanjut mempengaruhi reaksi orang tersebut
terhadap sesuatu yang dihadapi pada kejadian tertentu.
Kondisi psikis seseorang juga dipengaruhi oleh beberapa
hal, di antaranya adalah faktor genetis atau bawaan dan
pengalaman buruk di masa lampau yang menyebabkan kesan
traumatik.
Faktor genetis atau bawaan dimiliki seseorang sejak
ia lahir diturunkan dari gen orang tua. Turunan gen
orang tua ke anaknya memang sangat sulit diprediksikan.
Meskipun terdapat kecenderungan-kecenderungan untuk
menurun, terkadang ada beberapa sifat yang dimiliki
anak, tidak dimiliki oleh orang tuanya namun dimiliki
saudara lain seperti bibi dan kakek.
Kaitan antara faktor genetis yang mempengaruhi
kondisi psikis seseorang dengan karakter eksploitatif
adalah bahwa karakter eksploitatif yang dimiliki
seseorang bisa jadi didapatkan dari garis keturunan.
Hal ini dapat dicontohkan seorang suami yang pendiam
dan istri yang pendiam dapat menghasilkan keturunan
yang pendiam pula meskipun dalam persentase kemungkinan
yang kecil. Begitu halnya dengan ayah yang cenderung
berkarakter eksploitatif dan ibu yang juga memiliki
karakter sama dapat menghasilkan keturunan yang
ekslpolitatif juga meskipun bisa jadi dalam level yang
berbeda.
10
Faktor lain yang mempengaruhi kondisi psikis
seseorang adalah pengalaman buruk di masa lalu yang
menyebabkan kesan traumatik. Kesan yang dimiliki orang
tersebut sangat besar pengaruhnya bagi pembentukan
sikap terhadap kejadian tertentu di masa kini yang
sifatnya hampir mirip atau bahkan sama. Sikap yang
terbentuk dapat bersifat negatif seperti tindakan
melindungi diri dengan cara menjauhi, menghidari,
maupun bersifat positif seperti tindakan melindungi
diri dengan cara melawan, menantang, atau balas dendam.
Sikap yang mempengaruhi secara psikologis orang
berkarakter eksploitatif adalah yang memberikan reaksi
positif berupa kemauan untuk melawan, menantang, atau
balas dendam.
Misalnya, saat si A masih duduk di bangku SMA ia
mengikuti lomba karya tulis ilmiah. Ternyata si B juga
mengikuti lomba tersebut. Si B mengetahui ide si A atas
bocoran teman sekelasnya, kemudian si B mengajukan
karya ilmiah dengan ide yang sama dengan si A. Setelah
diumumkan pemenangnya ternyata si B meraih juara 1. Si
A merasa kesal karena justru si B yang memenangkan
lomba karya ilmiah tersebut lalu menuntut
pertanggungjawaban. Namun, malangnya tuntutan si A
diabaikan begitu saja dan hal tersebut membuat ia
semakin kesal. Dikarenakan pengalaman tersebut, si A
kemudian membuat kesimpulan bahwa untuk mendapatkan apa
yang diinginkan tidak perlu bersusah payah mencari
11
sendiri, akan tetapi mengambil saja dari hasil
pekerjaan orang lain. Kemudian, seiring dengan lamanya
pengalaman buruk tersebut membekas di hati si A, si A
memiliki karakter eksploitatif.
2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga sangat besar pengaruhnya
terhadap pembentukan karakter anak. Dikarenakan
lingkungan tersebut sudah ada sejak seseorang lahir
dan mengalami pertumbuhan masa-masa awal. Keluarga
adalah tempat pertama bagi seorang anak untuk belajar
dan memahami dunia. Sebagai seorang anak, ia belum
memiliki pengetahuan pembanding yang dapat digunakan
untuk menilai suatu kejadian, sehingga ia akan
cenderung melahap mentah-mentah apa yang
didapatkannya dari pendidikan keluarga.
Tidak adanya saringan informasi ke anak oleh
keluarga dapat menyebabkan hal-hal negatif yang tidak
diinginkan atau berbahaya setelah anak menjadi
dewasa. Salah satu dari hal negatif tersebut adalah
karakter eksploitatif yang disalahgunakan. Tindakan
penanganan bisa saja dilakukan, namun akan sangat
sulit. Hal tersebut dikarenakan dalam diri anak sudah
terpatri dengan kuat setiap pelajaran yang ia terima
dari melihat setiap kejadian di keluarga.
12
Contoh kejadian-kejadian di dalam keluarga
seperti kakak-kakak yang saling berebut mainan dan
dibiarkan saja oleh orang tua akan memberi pelajaran
pada adik yang melihat kejadian tersebut bahwa
merebut mainan orang lain itu tidak apa-apa. Apabila
hal tersebut terjadi berulang-ulang maka pelajaran
yang didapat akan semakin kuat dan menjadi hal yang
wajar. Kewajaran yang tidak umum tersebut dapat
berkembang menjadi hal-hal lain yang bahkan lebih
buruk dari saling berebut mainan, antara lain saling
mencuri ide atau gagasan yang merupakan ciri-ciri
orang berkarakter eksploitatif.
b. Teman Sepermainan
Pengaruh yang diberikan lingkungan teman
sepermainan adalah ketika anak mulai bermain dengan
kawan bermain bukan anggota keluarga dan memasuki
masa sekolah. Lingkungan teman sepermainan memberi
pengaruh kedua terbesar setelah lingkungan keluarga
di masa awal anak berkenalan dengan dunia luar dan
menjadi lebih kuat di fase setelahnya.
Teman sepermainan akan cenderung lebih kuat
pengaruhnya karena adanya kesamaan cara pandang atau
bisa dikatakan sama-sama sedang dalam tahap pencarian
jati diri. Oleh karena itu, saat karakter anak yang
kuat berusaha mempengaruhi teman yang lain, maka
temannya akan tertarik untuk mencoba. Apabila tidak
13
ada peran orang tua untuk mengawasi, anak dapat
terjerumus ke hal-hal tidak baik yang mampu memicu
tumbuhnya karakter ekspolitatif.
Sebagai contoh, adanya kebiasaan senioritas oleh
anak yang lebih tua dan plagiat serta mencontek saat
mengerjakan tugas. Anak yang lebih tua menyuruh adik
kelasnya untuk mengerjakan tugas sekolah atau
menuduhnya untuk melakukan suatu hal yang tidak baik.
Lalu teman yang mencontek hasil pekerjaan temannya,
menyuruh mengerjakan tugas atas nama si penyuruh dan
masih banyak lagi hal-hal yang terjadi dalam hubungan
sepermainan yang dianggap wajar dapat menyebabkan
terciptanya karakter eksploitatif dalam diri
seseorang.
c. Lingkungan Kerja
Pengaruh lingkungan kerja hamper sama dengan
lingkungan teman sepermainan. Namun, ketika seseorang
memasuki dunia kerja sudah cukup banyak pengetahuan
yang didapat sebelumnya. Oleh karena itu, pembentukan
karakter eksploitatif di lingkungan kerja lebih
ditentukan oleh ketahanan seseorang terhadap system
tempat ia bekerja. Faktor penyebab terbentuknya
karakter eksploitatif di lingkungan kerja dapat di
bagi menjadi dua jenis, yaitu secara tidak sadar
terbentuk dan dengan terpaksa harus dimiliki
seseorang – orang tersebut tidak mau, tetapi dipaksa
untuk mengikuti system yang ada.
14
Pembentukan karakter secar tidak sadar dapat
dilihat dalam contoh berikut. Si A adalah karyawan
baru di sebuah perusahaan penerbitan. Di perusahaan
tersebut terdapat pembedaan senior dan junior.
Sebagai karyawan baru atau junior si A mengerjakan
tugas dari seniornya yang sedivisi kerja atas nama
seniornya. Apabila ha tersebut menggoyahkan keyakinan
si A, besar kemungkinan ia juga akan melakukan hal
yang sama saat ia telah memiliki pangkat yang lebih
tinggi dan memiliki junior.
Sedangkan untuk pembetukan karakter dengan cara
dipaksa, misalnya si A mengetahui si B melakukan
plagiat. Kemudian si B menyuruh si A untuk tidak
membeberkan hal tersbut dengan ancaman tidak akan
dipromosikan untuk naik jabatan di perusahaan tempat
A dan B bekerja. Si A terpaksa melakukan apa yang
disuruh B karena ancaman tersebut.
d. Kondisi Masyarakat
Arus globalisasi yang terus meningkat,
menyebabkan setiap orang berlomba-lomba untuk
memenangkan persaingan. Proses untuk mencapai
persaingan tersebut juga bermacam-macam. Ada yang
mengunakan cara yang baik tapi membutuhkan waktu yang
cukup panjang dan cara singkat dan mudah dilakukan.
Semua pilihan beserta untung ruginya ada di tangan
masyarakat. Namun, cukup banyak orang yang demi
15
meraih keuntungan lebih besar seringkali menempuh
jalan pintas yang tidak baik.
Terlebih lagi, di zaman sekarang ini telah banyak
terjadi kemerosotan moral yang dilakukan oleh tokoh-
tokoh masyarakat yang seharusnya menjadi panutan.
Tindakan-tindakan eksploitatif seperti korupsi, kasus
suap, narkoba, perjudian, pembajakan hasil karya dan
masih banyak lagi menyebabkan masyarakat kehilangan
contoh figure yang layak untuk diikuti. Oleh karena
itu, masyarakat akhirnya ikut-ikutan melakukan hal-
hal tidak terpuji yang dilakukan oleh orang yang
mereka jadikan panutan tadi. Fenomena seperti itulah
yang terjadi di masyarakat sehingga karakter
eksploitatif masyarakat sangat mudah berkembang dan
tumbuh subur seperti jamur di musim hujan.
C. Pengaruh Karakter Eksploitatif dalam diri
Mahasiswa
Mahasiswa sebagai agen perubahan sangatlah besar
harapan untuk mampu membangun Indonesia yang lebih baik
dan menjadi negara yang besar di masa depan. Bukan
hanya besar dari banyak penduduknya, tingkat
kemiskinannya, maupun jumlah buta hurufnya. Namun, juga
besar dari segi moralitasnya.
Di berbagai media massa baik cetak maupun
eletronik, banyak diberitakan berbagai aksi demonstrasi
yang berakhir pada anarki. Kegiatan demonstrasi yang
16
berkedok sebagai salah satu cara menjalankan system
pemerintahan yang demokratis lebih banyak terlaksana
sebagai sarana untuk tidakan merusak dan merugikan
masyarakat. Misalnya saja seperti membakar mobil orang
seenaknya, memblokade jalan hingga mengakibatkan
kemacetan, bahkan baku hantam dengan aparat keamanan
dan yang sangat memprihatinkan adalah menyebabkan
hilangnya nyawa seseorang.
Plagiarisme mahasiswa saat mengerjakan tugas juga
merupakan hal umum. Menyadur tulisan orang lain tanpa
mencantumkan namanya di daftar pustaka dengan dalih
lupa atau terburu-buru. Menyalin pekerjaan teman baik
diketahui maupun tidak diketahui oleh pemiliknya.
Ramai-ramai mengkopi buku penunjang kuliah dengan
alasan buku yang asli tidak seseuai dengan kondisi
keuangan mahasiswa dan masih banyak lagi kegiatan
plagiarisme yang menjamur dilakukan mahasiswa. Bahkan
saya sebagai mahasiswa juga mengakui hal tersebut.
Berikut adalah data tentang pertumbuhan tingkat
pembajakan yang terjadi di internet berdasarkan
analisis dari http://social.technet.microsoft.com
17
Interpretasi:
Plagiarisme bukanlah kesalahan tunggal. Rata-rata,
seorang plagiat melakukan tindakan plagiarisme
antara 5 hingga 25 kali per bulan. Apabila dilihat
dari pembajak individual, hal tersebut bahkan lebih
buruk lagi. Pembajakan dapat dilakukan dalam waktu
beberapa menit saja. Sangat umum apabila seorang
pembajak yang bekerja sendiri dapat melakukan
pembajakan sebanyak 20 kali setiap harinya
Selama kurun waktu 1,5 tahun terdapat tendensi
pembajakan yang berlebihan: puncak produktivitas
tindak pembajakan meningkat. Hingga bulan Maret
2012 produktivitas rata-rata pembajak aktif di
bawah 5 artikel per bulan. Setelahnya, puncak
produktivitas yang baru dapat mencapai 10, 17,
bahkan 25.
Dari hasil interpretasi data tingkat pembajakan di
atas dapat diketahui bahwa kegiatan plagiarisme
sekarang ini semakin hari semakin meningkat.
18
Fenomena lain tentang kehidupan mahasiswa adalah
saat musim penerimaan mahasiswa baru. Di berbagai
belahan universitas maupun perguruan tinggi sejenis
masih sering terjadi tindak senioritas.
Pengeksploitasian sumber daya dari mahsiswa baru oleh
seniornya di kampus merupakan hal yang terkadang sangat
ditunggu-tunggu oleh mahasiswa angkatan atas.
Memang benar tindakan kekerasan secara fisik sudah
tidak dibenarkan pada masa sekarang. Namun, satu dua
kejadian masih ada yang luput dari pengawasan pihak
penyelenggara pendidikan seperti yang terjadi di IPDN
beberapa tahun lalu, di ITN Malang beberapa waktu lalu
yang menyebabkan kematian seorang mahasiswa baru,
bahkan di universitas tercinta yang notabene eks-IKIP
dan sebagian besar membuka jurusan untuk mencetak guru
professional juga tak luput dari kegiatan senioritas.
Beberapa wacana di atas adalah sepenggal cerita
sisi kehidupan mahasiswa masa kini. Memang tidak semua
mahasiswa melakukan hal-hal demikian. Namun, kejadian
seperti yang telah disebutkan perlu juga untuk diberi
perhatian sebelum akhirnya menjadi kebiasaan yang sulit
untuk dihilangkan atau diperbaiki. Hal tersebut perlu
dilakukan karena secara tidak sadar tindakan anarki,
plagiarisme, dan senioritas yang dilakukan oleh
mahasiswa termasuk dalam bentuk karakter eksploitatif.
Perlu diingat bahwa karakter eksploitatif adalah
karakter yang cenderung menggunakan kelicikan dan
19
kekuatan untuk mengambil pasangan, gagasan, dan milik
orang lain. Mereka yang memiliki karakter tersebut
lebih memilih untuk mencuri dan membajak daripada
menciptakan. Orang-orang seperti itu cenderung
memiliki sisi negatif seperti egois, angkuh, arogan,
dan penggoda (Feist dan Feist, 2011). Meskipun begitu,
di sisi lain mereka adalah orang yang impulsive,
bangga, menarik, dan percaya diri. Namun, apa gunanya
bisa menarik perhatian orang lain terhadap diri kita
jika pada akhirnya hanya menyebabkan kerugian dari segi
rokhani maupun materi.
Berdasarkan dari analisis tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa ternyata masih cukup mengakar
karakter eksploitatif dalam diri mahasiswa khususnya
mahasiswa Indonesia. Melakukan demonstrasi yang tidak
bertanggung jawab sama saja dengan membudidayakan sikap
egois, angkuh, dan arogan. Mereka yang melakukan
tindakan anarkis seolah telah lupa daratan dan merusak
apapun yang memuaskan amarah tanpa peduli apakah korban
adalah sasaran yang sebenarnya.
Di kondisi yang lain, plagiarisme juga sangat jelas
disebut termasuk dalam karakter eksploitatif. Mereka
yang melakukannya lebih memilih mencuri dan membajak
daripada menciptakan karya asli buah tangan mereka.
Dengan mengakui hasil karya orang lain sebagai karya
pribadi tentu ia tidak menghormati si pemilik karya dan
mementingkan keuntungan pribadi dari karya tersebut.
20
Kebiasaan membudayakan sikap senioritas pada
mahasiswa yang lebih muda menunjukkan bahwa mereka
mengambil hak orang lain untuk diperlakukan secara
layak dan manusiawi hanya untuk memenuhi hasrat pribadi
seorang senior. Mereka yang terbukti melakukan tindakan
senioritas tetapi mengatakan hal tersebut adalah
perintah dari pihak atas tampak sebagai tindakan egois
untuk melindungi keselamatan diri sendiri.
Apabila hal-hal tersebut dibiarkan saja dan
dianggap sebagai sesuatu yang wajar, maka tidaklah
mengherankan jika Indonesia 15 atau 20 tahun yang akan
datang tidak mengalami perkembangan yang positif atau
bahkan akan lebih buruk lagi.
Kembali kita ingat bahwa mahasiswa adalah agen
perubahan. Mereka adalah gerakan massa Indonesia
berpendidikan yang akan meneruskan dapuk pemerintahan
Indoensia di masa depan. Namun, apabila mereka tidak
dipersiapkan dengan benar, tidak dibekali dengan ilmu
yang bermanfaat, dan diberi pesan-pesan moralitas, maka
akan sama saja Indonesia saat diserahkan kepadanya
hingga akhirnya cita-cita pancasila yang dikumandangkan
pada setiap upacara bendera hanyalah sebuah harapan
yang disia-siakan.
D. Tindakan yang Dapat Dilakukan dalam Menyikapi
Karakter Eksploitatif oleh Mahasiswa
21
Mahasiswa yang dibutuhkan oleh Indonesia tidak
cukup hanya unggul di akademiknya saja, tetapi juga
bagus akhlaknya. Hal ini mulai disadari seiring
banyaknya kejadian kasus kemorosotan moralitas yang
dilakukan oleh para pemimpin bangsa yang pintar namun
tidak memiliki hati nurani.
Berbicara tentang mahasiswa dan kaitannya dengan
upaya peningkatan mutu moralitas, maka perlu
diperhatikan juga apa dan bagaimana cara yang
dibutuhkan mahasiswa untuk mempersiapkan dirinya
bersaing di kancah global dengan kemampuan terhadap
bidang keahlian yang memadai didukung dengan tingginya
moralitas yang dimiliki. Berikut adalah beberapa hal
yang dapat dilakukan mahasiswa dalam menyikapi karakter
eksploitatif di lingkungan kampus maupun ketika telah
terjun di masyarakat.
1. Mendekatkan Diri Kepada Tuhan Yang Maha Esa
Selalu menyadari bahwa setiap tindakan yang kita
lakukan diketahui oleh Sang Pencipta adalah tameng
utama yang perlu dijaga dalam menyikapi karakter
eksploitatif. Setiap hal yang dilakukan yang kita
perbuat akan mendapat ganjaran di akhirat nanti. Oleh
karena itu dengan selalu mendekatkan diri kepada Tuhan
yang Maha Mengetahui, kita akan selalu ingat dan
berhati-hati dalam bertindak. Apalagi sisi negative
dari karakter eksploitatif yang cenderung merugikan
22
diri sendiri dan orang lain sangat bertolak belakang
dengan ajaran agama untuk tidak mendzalimi diri sendiri
maupun orang lain.
2. Pendidikan Karakter
Tindakan yang dapat dilakukan dalam menyikapi
karakter eksploitatif adalah dengan mengajarka kepada
mahasiswa tentang pendidikan karakter. Dengan
memberikan pengetahuan tentang karakter-karakter yang
mungkin dimiliki oleh manusia, mahasiswa akan lebih
kritis dalam menghadapi suatu hal.
Misalnya saat berhubungan social dengan masyarakat,
mahasiswa akan lebih memahami mengapa seseorang
memiliki karakter A atau B. Dengan begitu, mahasiswa
akan mampu menyaring mana informasi yang baik dan yang
buruk sehingga mereka tidak akan mudah terjerumus pada
hal-hal yang tidak baik seperti kemerosotan moral.
Pengetahuan tentang karakter juga membantu mahasiswa
dalam bergaul dengan teman-temannya. Mereka dapat
mengaplikasikan ilmu tersebut agar tetap berada di
jalur yang lurus dan saling mengingatkan sesame teman.
Mengetahui secara teoritik tentang macam-macam karakter
manusia saja tidak cukup, karena dalam berkehidupan
yang diperlukan adalah aksinya.
3. Yakin pada Kemampuan Diri Sendiri
23
Kepercayaan diri yang terhadap kemampuan sendiri
memberikan sumbangan positif agar kita terhindar dari
karakter eksploitatif. Kita akan terdorong untuk terus
berkarya dan yakin bahwa karya kita sama bagusnya
dengan karya orang lain. Menghasilkan karya yang
orisinil juga memberikan kepuasan batin tersendiri.
Berbeda dengan orang-orang yang berkarakter
eksploitatif akan cenderung merasa gelisah
kejelekkannya terbongkar sehingga berusaha untuk
menjelek-jelekkan orang lain utnuk menutupinya. Hal
tersebut selain tidak baik, hanya akan menjerumuskan
pada lingkaran setan dosa-dosa selanjutnya.
Selain percaya pada kemampuan diri sendiri,
memberikan dorongn pada orang lain untuk melakukan hal
yang sama juga penting. Sehingga saat kita telah
berhasil menghindari karakter eksploitatif, orang lain
tidak justru memiliki karakter tersebut. Alhasil, semua
orang disekitar anda akan memiliki energy positif untuk
berkarya dengan sportif tidak dengan saling
menjatuhkan.
4. Bersikap Rendah Hati
Yakin terhadap kemampuan diri sendiri adalah
penting. Namun, apabila berlebihan akan menyebabkan
ketidakseimbangan pada diri sendiri maupun orang lain.
Rasa yang berlebihan tersebut dapat berujung pada sifat
egois, menang sendiri, dan tidak bisa bekerja sama
24
dalam tim. Hal tersebut tentu sangat merugikan. Oleh
karena itu, untuk menyeimbangkan rasa percaya diri
seseorang membutuhkan sikap rendah hati.
Karakter rendah hati memberikan sudut pandang yang
lebih tenang berupa penerimaan terhadap setiap hal yang
dialami. Karakter tersebut membuat seseorang tidak
sombong dan merasa lebih baik dari orang lain karena
prestasi yang telah diraih. Ibarat peribahasa padi yang
berisi akan semakin merunduk, sama halnya dengan
karakter rendah hati. Orang yang memiliki karakter
rendah hati, semakin ia berprestasi maka akan semakin
berhati-hati daam bersikap agar tidak menyebabkan
penyakit hati dan menyinggung orang lain.
5. Berpikiran Terbuka
Dalam usaha meyakini kemampuan diri sendiri dan
rendah hati, maka seseorang memerlukan pikiran yang
terbuka. Dengan membuka pikiran, seseorang dapat
melihat masalah dari berbagai sudut pandang. Setiap
pendapat dari orang lain dapat diterima meskipun
berlawanan dengan pendapat kita. Kesan terhadap
perbedaan pendapat bukan sebagai penghalang terjalinnya
sebuah komunikasi namun justru menjadikannya sebagai
banyak jalan pintas menuju tujuan yang ingin dicapai.
6. Menghargai Hak Orang Lain
Menghindari karakter eksploitatif dalam diri
mahasiswa salah satunya adalah dengan menanamkan
25
keyakinan, pemahaman, dan kebiasaan untuk selalu
menghargai hak orang lain. Setiap orang memiliki hak
asasi, sama halnya dengan diri sendiri. Saat hak kita
diambil atau dilanggar orang lain, kita pasti akan
merasa kesal dan marah. Begitu halnya apabila kita
melakukan tindakan yang sama pada orang lain. Mereka
akan kesal, marah, dan bahkan bisa dituntut ke meja
hijau apabila objek yang di eksploitasi menyangkut
hajat hidup orang banyak. Oleh karena tu, alangkah
baiknya jika kita mengetahui batas-batas diri kita
terhadap orang lain, sehingga terjalin hubungan yang
baik an kita terhindar dari karakter eksploitatif.
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Definisi dari karakter eksploitatif
Karakter eksploitatif adalah sifat kejiwaan, budi
pekerti, atau perilaku yang mengedepankan kepentingan
diri sendiri dengan cara mengambil dari pihak atau
orang lain secara tidak baik.
2. Factor-faktor yang menyebabkan karakter
eksploitatif
Faktor- factor yang dapat menyebabkan seseorang
memiliki karakter eksploitatif dapat berasal dari
internal dan eksternal, yakni:
a. Faktor Internal (Psikologis)
b. Faktor Eksternal
1) Lingkungan Keluarga
2) Teman Sepermainan
3) Lingkungan Kerja
4) Kondisi Masyarakat
27
3. Pengaruh karakter eksploitatif terhadap karakter
mahasiswa
Mahasiswa adalah agen perubahan. Mereka adalah
gerakan massa Indonesia berpendidikan yang akan
meneruskan dapuk pemerintahan Indoensia di masa
depan. Namun, apabila mereka tidak dipersiapkan
dengan benar maka akan Indonesia tidak akan mengalami
perubahan yang lebih baik.
4. Tindakan yang dapat dilakukan dalam menyikapi
karakter eksploitatif oleh mahasiswa
Beberapa hal yang dapat dilakukan mahasiswa dalam
menyikapi karakter eksploitatif di lingkungan kampus
maupun ketika telah terjun di masyarakat adalah
sebagai berikut.
a. Mendekatkan diri kepada tuhan yang maha esa
b. Pendidikan karakter
c. Yakin pada kemampuan diri sendiri
d. Bersikap rendah hati
e. Berpikiran terbuka
f. Menghargai hak orang lain
B. Daftar Pustaka
http://pustaka.pandani.web.id/2013/03/pengertian-
karakter.html . Diakses pada tanggal 5 Januari 2014.
28
http://social.technet.microsoft.com/wiki/contents/
articles/20212.plagiarism-charts-september-
2013.aspx. Diakses pada tanggal 5 Januari 2014.
Feist, Jess dan Feist, Gregory J. 2011. Teori Kepribadian.
Jakarta: Salemba Humanika.
29