Kapasitas Residu Fungsional: Volume Statik• Volume Tidal ( VT ) • Volume Cadangan Inspirasi (...

21
10 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Faal paru berarti kerja atau fungsi paru dan uji faal paru mempunyai arti menguji apakah fungsi paru seseorang berada dalam keadaaan normal atau abnormal. Pemeriksaan faal paru biasanya dikerjakan berdasarkan indikasi atau keperluan tertentu. Penurunan fungsi paru yang terjadi secara mendadak dapat menimbulkan keadaan yang disebut gagal napas dan dapat mendatangan kematian kepada penderita. ( Blondshine,2000) Sejumlah gangguan dapat menyebabkan perubahan yang berbahaya di paru-paru dan saluran pernafasan. Efek yang paling penting adalah pada saluran napas dan elastisitas paru-paru. Pengujian Spirometri adalah penting dalam mendeteksi beberapa kelainan yang berhubungan dengan gangguan pernapasan. Spirometri merupakan alat skrining untuk penyakit paru dan paling sering dilakukan untuk menguji fungsi paru serta mendeteksi kelainan pada saluran pernapasan. Spirometri adalah tes fungsi paru yang paling sering digunakan untuk menapis (screening) penyakit paru. Indikasi lain penggunaan spirometri adalah untuk menentukan kekuatan dan fungsi dada, mendeteksi berbagai penyakit saluran pernapasan terutama akibat pencemaran lingkungan dan asap rokok. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menentukan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai beratnya obstruksi, berat restriksi dan efek pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi atau restriksi dan hal ini dapat dijadikan peringatan dini terhadap gangguan fungsi paru yang kemungkinan dapat terjadi sehingga dapat ditentukan tindakan pencegahan secepatnya. Spirometri merekam secara grafis atau digital volume ekspirasi paksa dan kapasitas vital paksa.( Alasagaff,2005) Universitas Sumatera Utara

Transcript of Kapasitas Residu Fungsional: Volume Statik• Volume Tidal ( VT ) • Volume Cadangan Inspirasi (...

10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Faal paru berarti kerja atau fungsi paru dan uji faal paru mempunyai arti menguji

apakah fungsi paru seseorang berada dalam keadaaan normal atau abnormal. Pemeriksaan

faal paru biasanya dikerjakan berdasarkan indikasi atau keperluan tertentu. Penurunan

fungsi paru yang terjadi secara mendadak dapat menimbulkan keadaan yang disebut gagal

napas dan dapat mendatangan kematian kepada penderita. ( Blondshine,2000)

Sejumlah gangguan dapat menyebabkan perubahan yang berbahaya di paru-paru dan

saluran pernafasan. Efek yang paling penting adalah pada saluran napas dan elastisitas

paru-paru. Pengujian Spirometri adalah penting dalam mendeteksi beberapa kelainan yang

berhubungan dengan gangguan pernapasan. Spirometri merupakan alat skrining untuk

penyakit paru dan paling sering dilakukan untuk menguji fungsi paru serta mendeteksi

kelainan pada saluran pernapasan. Spirometri adalah tes fungsi paru yang paling sering

digunakan untuk menapis (screening) penyakit paru. Indikasi lain penggunaan spirometri

adalah untuk menentukan kekuatan dan fungsi dada, mendeteksi berbagai penyakit saluran

pernapasan terutama akibat pencemaran lingkungan dan asap rokok.

Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menentukan diagnosis tetapi juga

penting untuk menilai beratnya obstruksi, berat restriksi dan efek pengobatan. Banyak

penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi atau

restriksi dan hal ini dapat dijadikan peringatan dini terhadap gangguan fungsi paru yang

kemungkinan dapat terjadi sehingga dapat ditentukan tindakan pencegahan secepatnya.

Spirometri merekam secara grafis atau digital volume ekspirasi paksa dan kapasitas vital

paksa.( Alasagaff,2005)

Universitas Sumatera Utara

11

1.2. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Bagaimana profil dan karakteristik demografi pasien yang menjalanii pemeriksaan

spirometri di Poli Faal Paru dan Instalasi Diagnostik Terpadu, Rumah Sakit Umum Haji

Adam Malik, Medan dari periode Januari 2012 sampai Juni 2012?

1.3. TUJUAN PENELITIAN

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui profil pasien yang menjalani pemeriksaan spirometri di Poli Faal Paru

dan Instalasi Diagnostik Terpadu, Rumah Sakit Umum Hajii Adam Malik, Medan dan

karakteristik pasien dari periode Januari 2012 sampai Juni 2012

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui kelompok masyarakat yang lebih terdedah kepada penyakit paru

restriktif , obstruktif atau campuran dan bisa melakukan diagnose dini melalui

pemeriksaan spirometri.

2. Mengetahui karakteristik pasien yang mengalami gangguan fungsi paru dan ingin

memberikan informasi dan pengetahuan kepada dokter dan masyarakat luas tentang

hasil dari penelitian ini.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

• Untuk memperoleh data tentang profil pasien yang melakukan pemeriksaan spirometri di

Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan dari periode Januari 2012 sampai Juni

2012.

• Untuk memberikan informasi awal tentang pentingnya pemeriksaan spirometri dan

pelayanan kesehatan bagi pasien yang diajukan indikasi pemeriksaan spirometrberdasarkan

hasil penelitian karakteristik.

Universitas Sumatera Utara

12

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Dan Fisiologi Paru

2.1.1. Sistem Pernapasan

Organ pernapasan merupakan organ yang mempunyai peranan penting dalam

memenuhi kebutuhan oksigen di dalam tubuh. Organ pernapasan dapat dibagi menjadi dua

bagian yaitu bagian penhantar udara dan bagian yang berperan sebagai tempat pertukaran

gas. Bagian penhantar udara terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, bronkhi dan

bronkioli. Sedangkan bagian pertukaran gas terdiri dari bronkhiolus respiratorius, duktus

alveolaris dan alveoli. Struktur saluran udara ini berperan dalam mengatur jalannya udara,

dengan cara menghangatkan dan serta menyingkirkan benda-benda asing yang masuk

(Plopperdan Adams, 1993; Bergman et al 1996).

2.1.2. Rongga hidung

Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung

berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan

kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing

yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal

yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka

yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk.

Di sebelah belakang rongga hidung terhubung dengan nasofaring melalui dua lubang yang

disebut choanae. Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-rambut halus dan selaput

lendir yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ke dalam rongga hidung.(

Evelyn, Pearce, 1992)

Universitas Sumatera Utara

13

2.1.3. Faring (Tenggorokan)

Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2

saluran, yaitu saluran pernapasan nasofaring pada bagian depan dan saluran pencernaan

orofaring pada bagian belakang. Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring

(tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan

menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara. Makan sambil berbicara

dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan karena saluran pernapasan

pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar

peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga

mengakibatkan gangguan kesehatan. Fungsi utama faring adalah menyediakan saluran bagi

udara yang keluar masuk dan juga sebagi jalan makanan dan minuman yang ditelan, faring

juga menyediakan ruang dengung(resonansi) untuk suara percakapan ( Evelyn, Pearce,

1992).

2.1.4 Batang Tenggorokan (Trakea)

Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dan

sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh

cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi

menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan. Batang tenggorok

(trakea) terletak di sebelah depan kerongkongan. Di dalam rongga dada, batang tenggorok

bercabang menjadi dua cabang tenggorok (bronkus). Di dalam paru-paru, cabang

tenggorok bercabang-cabang lagi menjadi saluran yang sangat kecil disebut bronkiolus.

Ujung bronkiolus berupa gelembung kecil yang disebut gelembung paru-paru (alveolus).

2.1.5. Pangkal Tenggorokan (Laring)

Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan. Laring berada

diantara orofaring dan trakea, didepan lariofaring. Salah satu tulang rawan pada laring

disebut epiglotis. Epiglotis terletak di ujung bagian pangkal laring. Laring diselaputi oleh

Universitas Sumatera Utara

14

membrane mukosa yang terdiri dari epitel berlapis pipih yang cukup tebal sehingga kuat

untuk menahan getaran-getaran suara pada laring. Fungsi utama laring adalah

menghasilkan suara dan juga sebagai tempat keluar masuknya udara. Pangkal tenggorok

disusun oleh beberapa tulang rawan yang membentuk jakun. Pangkal tenggorok dapat

ditutup oleh katup pangkal tenggorok (epiglotis). Pada waktu menelan makanan, katup

tersebut menutup pangkal tenggorok dan pada waktu bernapas katu membuka. Pada

pangkal tenggorok terdapat selaput suara yang akan bergetar bila ada udara dari paru-paru,

misalnya pada waktu kita bicara.

2.1.6. Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus)

Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan

bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan

bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang

rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi

bronkiolus. Batang tenggorokan bercabang menjadi dua bronkus, yaitu bronkus sebelah

kiri dan sebelah kanan. Kedua bronkus menuju paru-paru, bronkus bercabang lagi menjadi

bronkiolus. Bronkus sebelah kanan(bronkus primer) bercabang menjadi tiga bronkus

lobaris (bronkus sekunder), sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang menjadi dua

bronkiolus. Dinding alveolus mengandung kapiler darah, melalui kapiler-kapiler darah

dalam alveolus inilah oksigen dan udara berdifusi ke dalam darah. Fungsi utama bronkus

adalah menyediakan jalan bagi udara yang masuk dan keluar paru-paru ( Evelyn, Pierce,

1992).

Universitas Sumatera Utara

15

Gambar 2.1 : Anatomi Paru

Sumber : (Evelyn. Pearce, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Tahun

1992, Hal 219).

Universitas Sumatera Utara

16

2.1.7. Fisiologi Pernapasan

Paru-paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis. Dalam keadaan normal

terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada sehingga paru-paru dengan mudah

bergeser pada dinding dada. Tekanan pada ruangan antara paru-paru dan dinding dada berada di

bawah tekanan atmosfer. Paru-paru teregang dan berkembang pada waktu bayi baru lahir. Pada

akhir ekspirasi tenang, cenderung terjadi “recoil” dinding dada yang diimbangi oleh

kecenderungan dinding dada berkerut kearah yang berlawanan (Guyton, 2006).

Otot diafragma yang terletak di bagian dalam dan luar interkostalis kontraksinya

bertambah dalam. Rongga toraks menutup dan mengeras ketika udara masuk ke dalam paru-

paru, diluar muskulus interkostalis menekan tulang iga dan mengendalikan luas rongga toraks

yang menyokong pada saat ekspirasi sehingga bagian luar interkostalis dari ekspirasi menekan

bagian perut. Kekuatan diafragma kearah atas membantu mengembalikan volume rongga pleura

(Guyton, 2006).

Pada waktu menarik napas dalam, maka otot berkontraksi, tetapi pengeluaran

pernapasan dalam proses yang pasif. Ketika diafragma menutup dalam, penarikan napas melalui

isi rongga dada kembali memperbesar paru-paru dan dinding badan bergerak hingga diafragma

dan tulang dada menutup ke posisi semula. Aktivitas bernapas merupakan dasar yang meliputi

gerak tulang rusuk sewaktu bernapas dalam dan volume udara bertambah (Syaifuddin, 2001).

Paru-paru merupakan struktur elastik yang mengempis seperti balon yang

mengeluarkan semua udaranya melalui trakea bila tidak ada kekuatan untuk mempertahankan

pengembangannya, tidak terdapat perlengketan antara paru-paru dan dinding rongga dada. Paru-

paru mengapung dalam rongga dada dan dikelilingi lapisan tipis berisi cairan pleura yang

menjadi pelumas bagi gerakan paru-paru dalam rongga dada. Ketika melakukan pengembangan

dan berkontraksi maka paru-paru dapat bergeser secara bebas karena terlumas dengan rata

(Ganong, 2005).

Inspirasi merupakan proses aktif kontraksi otot-otot. Inspirasi menaikkan

volume intratoraks. Selama bernapas tenang, tekanan intrapleura kira-kira 2,5mmHg relatif

terhadap atmosfer. Pada permulaan, inspirasi menurun sampai -6mmHg dan paru-paru ditarik ke

posisi yang lebih mengembang dan tertanam dalam jalan udara sehingga menjadi sedikit negatif

Universitas Sumatera Utara

17

dan udara mengalir ke dalam paru-paru. Pada akhir inspirasi, recoil menarik dada kembali ke

posisi ekspirasi dimana tekanan recoil paru-paru dan dinding dada seimbang. Tekanan dalam

jalan pernapasan seimbang menjadi sedikit positif sehingga udara mengalir ke luar dari paru-paru

(Syaifuddin, 2001).

Pada saat inspirasi, pengaliran udara ke rongga pleura dan paru-paru berhenti

sebentar ketika tekanan dalam paru-paru bersamaan bergerak mengelilingi atmosfer. Pada waktu

penguapan, pernapasan volume sebuah paru-paru berkurang karena naiknya tekanan udara untuk

memperoleh dorongan keluar pada sistem pernapasan (Syaifuddin, 2001).

Selama pernapasan tenang, ekspirasi adalah pasif, dalam arti bahwa tidak ada otot-

otot yang menurunkan volume unuk toraks berkontraksi. Pada permulaan ekspirasi, kontraksi ini

menimbulkan kerja yang menahan kekuatan recoil dan melambatkan ekspirasi. Insiprasi yang

kuat berusaha mengurangi tekanan intrapleura sampai 30mmHg sehingga menimbulkan

pengembangan paru-paru dengan derajat yang lebih besar. Bila ventilasi meningkat seluas deflasi

maka paru-paru meningkat dengan kontraksi otot-otot pernapasan yang menurunkan volume

intratoraks (Syaifuddin, 2001).

2.1.9. Uji Faal Paru

Uji faal paru bertujuan untuk mengetahui apakah fungsi paru seseorang individu

dalam keadaan normal atau abnormal. Pemeriksaan faal paru biasanya dikerjakan berdasarkan

indikasi atau keperluan tertentu, misalnya untuk menegakkan diagnosis penyakit paru tertentu,

evaluasi pengobatan asma, evaluasi rehabilitasi penyakit paru, evaluasi fungsi paru bagi

seseorang yang akan mengalami pembedahan toraks atau abdomen bagian atas, penderita

penyakit paru obstruktif menahun, akan mengalami anestasi umum sedangkan yang bersangkutan

menderita penyakit paru atau jantung dan keperluan lainnya.

Secara lengkap uji faal paru dilakukan dengan menilai fungsi ventilasi, difusi gas,

perfusi darah paru dan transport gas O2 dan CO2 dalam peredaran darah. Fungsi pam disebut

normal apabila PaO2 lebih dari 50mmHg dan PaCO2 kurang dari 50mmHg dan disebut gagal

napas apabila PaCO2 kurang dari 50mmHg dan PaCO2 lebih dari 50mmHg. Apabila PaO2 lebih

dari 50mmHg dan PaCO2 kurang dari 50mmHg, dikatakan bahwa fungsi difusi gas berlangsung

normal.

Universitas Sumatera Utara

18

Untuk keperluan praktis dan uji skrining, biasanya penilian faal paru seseorang cukup

dengan melakukan uji fungsi ventilasi paru. Apabila fungsi ventilasi nilainya baik, dapat

mewakili keseluruhan fungsi paru dan biasanya fungsi-fungsi paru lainnya juga baik. Penilaian

fungsi ventilasi berkaitan erat dengan penilaian mekanika pernapasan. Untuk menilai fungsi

ventilasi digunakan spirometer untuk mencatat grafik pernapasan berdasarkan jumlah dan

kecepatan udara yang keluar atau masuk ke dalam spirometer (Alsagaff,dkk, 2005).

2.1.10. Spirometri

Spirometri merupakan suatu metode sederhana yang dapat mengukur sebagian

terbesar volume dan kapasitas paru-paru. Spirometri merekam secara grafis atau digital volume

ekspirasi paksa dan kapasitas vital paksa. Volume Ekspirasi Paksa (VEP) atau Forced Expiratory

Volume (FEV) adalah volume dari udara yang dihembuskan dari paru-paru setelah inspirasi

maksimum dengan usaha paksa minimum, diukur pada jangka waktu tertentu. Biasanya diukur

dalam 1 detik (VEP1). Kapasitas Vital paksa atau Forced Vital Capacity (FVC) adalah volume

total dari udara yg dihembuskan dari paru-paru setelah inspirasi maksimum yang diikuti oleh

ekspirasi paksa minimum. Pemeriksaan dengan spirometer ini penting untuk pengkajian fungsi

ventilasi paru secara lebih mendalam. Jenis gangguan fungsi paru dapat digolongkan menjadi

dua yaitu gangguan fungsi paru obstruktif (hambatan aliran udara) dan restriktif (hambatan

pengembangan paru). Seseorang dianggap mempunyai gangguan fungsi paru obstruktif bila nilai

VEP1/KVP kurang dari 70% dan menderita gangguan fungsi paru restriktif bila nilai kapasitas

vital kurang dari 80% dibanding dengan nilai standar (Alsagaff, dkk, 2005).

Prosedur yang paling umum digunakan adalah subyek menarik nafas secara maksimal

dan menghembuskannya secepat dan selengkap mungkin dan Nilai KVP dibandingkan terhadap

nilai normal dan nilai prediksi berdasarkan usia, tinggi badan dan jenis kelamin. Spirometer

menggunakan prinsip salah satu hukum dalam fisika yaitu hukum Archimedes. Hal ini tercermin

pada saat spirometer ditiup, ketika itu tabung yang berisi udara akan naik turun karena adanya

gaya dorong ke atas akibat adanya tekanan dari udara yang masuk ke spirometer. Spirometer juga

menggunakan hukum newton yang diterapkan dalam sebuah katrol. Bandul ini kemudian

dihubungkan lagi dengan alat pencatat yang bergerak diatas silinder berputar. Pemeriksaan

dengan spirometer ini penting untuk pengkajian fungsi ventilasi paru secara lebih mendalam.

Universitas Sumatera Utara

19

Melalui spirometri ini, bisa diketahui gangguan obstruksi ,sumbatan dan restriksi atau

pengembangan paru. (Blondshine,2000 )

Gambar 2.2: Spirometri ( Dewan Asma Nasional Australia)

2.1.11 Faktor yang perlu dipertimbangkan ketika Memilih sebuah spirometer

Mudah digunakan

Penyediaan mudah dibaca menampilkan real-time grafis dari manuver

Pemberian umpan balik langsung tentang kualitas penerimaan termasuk

reproduktifitas

Penyediaan laporan spirometri disesuaikan akhir

Harga dan biaya operasional

Keandalan dan kemudahan pemeliharaan

Pelatihan, pelayanan dan perbaikan spirometer disediakan

Kemampuan untuk percobaan spirometer dalam pengaturan Anda sebelum

membeli

Penyediaan sensor sekali pakai atau sirkuit pernapasan yang dapat dengan

mudah dibersihkan dan didesinfeksi

Universitas Sumatera Utara

20

Penyediaan sesuai nilai normal dengan batas bawah normal

Penyediaan sebuah manual yang komprehensif yang menjelaskan operasi

spirometer itu pemeliharaan dan kalibrasi

Kalibrasi persyaratan

Kesesuaian dengan standar kinerja spirometri diterima

Sesuai standar keselamatan listrik (Dewan Nasional Asma Australia).

2.1.12. Sejarah Terciptanya Spirometer

129-200 A.D.: Galen melakukan eksperimen ‘volumetric’ terhadap saluran udara

manusia. Dia menyuruh seorang anak menghirup dan mengeluarkan udara

dan menemukan volum gas,setelah beberapa waktu,tetap. Galen

menemukan ukuran yang mutlak dari ukuran paru-paru.

1681: Borelli mencoba untuk mengukur volume inspirasi dalam satu kali bernafas.

Dia melakukannya dengan menghisap cairan dari tabung silinder. (JPHAS,

Winter 2005)

1718: Jurin J. meniupkan udara dalam kantung dan mengukur volume udara

menggunakan prinsip arcimedes.Dia mengukur 650 ml volum tidal dan

volume ekspirasi maksimal sebanyak 3610 ml.

1788: Goodwyn E. menghisap air ke dalam bejana berisi udara yang sudah diukur

beratnya dalam skala. Dia menyebutkan bahwa kapasitas vital paru-paru

dapat mencapai 4460 ml. Dia memeriksa temperaturnya, tapi dia tidak

menggunakan nose-clip.

1793: Abernethy mencoba untuk menentukan seberapa jauh kadaluarsa gas yang

dihabiskan oksigen. Dia mengumpulkan gas-gas kadaluarsa di sekeliling

merkuri. Abernethy mengukur kapasitas vital paru-paru adalah 3150 ml.

(JPHAS, Winter 2005)

1796: Menzies R. mencelupkan seorang laki-laki ke dalam air berisi lebih dari satu

barel ke dagunya dan mengukur kenaikan dan penurunan tingkatan sekitar

Universitas Sumatera Utara

21

dagu. Dengan metode ‘body plethysmography’,dia menentukan volume tidal

paru-paru.

1799: Pepys W.H. jun. menemukan volum tidal biasa menjadi 270 ml dengan

menggunakan dua gasometer air raksa dan sebuah gastometer biasa.

1800: Davy H. mengukur kapasitas vital paru-parunya sendiri sebesar 3110 ml.

volume tidal paru-paru sebesar 210 ml menggunakan gasometer dan volume

residu paru-paru sebesar 590-600 ml menggunakan metode pengenceran

hidrogen atau hydrogen dilution method. ( JPHAS,2005)

1813: Kentish E. menggunakan pulmometer yang cukup sederhana untuk

mempelajari volum saluran udara ketika sakit.

1831: Thrackrah C.T. menggambarkan pulmometer mirip dengan Kentish, tetapi

udara memasuki botol kaca dari bawah. Disana tidak terdapat perbaikan

untuk tekanan, sehingga pengukuran mesin tidak hanya terpaku pada

volume respirasi tetapi juga kekuatan dari otot-otot ekspirasi.

1844: Maddock, A.B. mempublikasikan di Lancet, sebuah surat untuk editor

tentang “Pulmometer” nya. “Penemuan luar biasa yang saya temukan sangat

berguna untuk mengukur kekuatan dari paru-paru di dalam lingkungan dan

kondisi yang berbeda.” Maddock tidak menyebutkan Thrackrah atau

Kentish.

1845: Vierordt mempublikasikan bukunya ‘Physiologie des Athmens mit

besonderer Rücksicht auf die Auscheidung der Kohlensäure’. Walaupun

Vierordt tertarik tentang penentuan penghembusan nafas, dia telah

melakukan penentuan parameter volume dengan seksama. Dalam

percobaannya dia menggunakan ‘expirator’. Vierordt mendeskripsikan

beberapa parameter tersebut masih digunakan dewasa ini dalam spirometer

modern. Sebagai contoh volume residu (‘Rückständige Luft’), kapasitas

vital (‘vitales Atmungsvermögen’)

Universitas Sumatera Utara

22

1852: John Hutchinson mempublikasikan laporannya tentang air di spirometer

yang tetap digunakan sampai hari ini hanya dengan perubahan kecil

(perubahan besar yang terjadi sekarang adalah penambahan alat pengukur

grafik dan waktu dan reduksi masa bel). Hutchinson mencatat kapasitas

vital paru-paru 4000 orang dengan spirometernya. Dia

mengklasifikasikan manusia, sebagai contoh ‘Paupers’, ‘First Battalion

Grenadier Guards’, ‘Pugilists and Wrestlers’, ‘Giants and Dwarfs’,

‘Girls’, ‘Gentleman’, ‘Deseased cases’. Dia menunjukan bahwa kapasitas

vital paru-paru berbanding lurus dengan tinggi dan dia pun menunjukan

bahwa kapasitas vital paru-paru tidak memiliki kaitan dengan berat

badan. Hutchinson telah memulai pekerjaannya dengan spirometers pada

tahun 1844. (Tissier)

1854: Wintrich mengembangkan spirometer yang sudah diperbaharui, pengunaan

spirometer ini lebih sederhana dibandingkan dengan spirometer

Hutchinson. Wintrich menguji 4000 orang dengan spirometernya.

Terdapat 500 kasus tentang penyakit di paru-paru. Dia menyimpulkan

ada 3 parameter yang menentukan kapasitas vital paru-paru yaitu tinggi

badan, berat badan dan umur. (Tissier)

1859: E.Smith mengembangkan konsep spirometer portabel dan mencoba untuk

mengukur metabolisme gas.

1866: Salter menambahkan kymograph pada spirometer untuk merekam waktu

serta volume yang diperoleh.

1868: Bert.P memperkenalkan plethysmography total tubuh.

1879: Gad.J menerbitkan sebuah artikel tentang pneumatography yang

ditambahkan sebagai parameter dar pemeriksaan spirometer dan juga

perubahan volume rongga dada selama inspirasi dan ekspirasi.

Universitas Sumatera Utara

23

1902: Brodie.T.G adalah yang pertama mengunnakan spirometer baji bawah,

pendahulu dari spirometer fleisch yang masih digunakan saat ini.

1904: Tissor memperkenalkan spirometer sirkuit tertutup.

1974: Campbell memperkembangkan suatu peak flow meter yang ringan.

2.1.13. Indikasi Spirometri

Ada beberapa indikasi-indikasi dari pemeriksaan spirometri seperti:

Diagnostik-

• Untuk mengevaluasi gejala dan tanda

• Untuk mengukur efek penyakit pada fungsi paru

• Untuk menilai resiko pra-operasi

• Untuk menilai prognosis

• Untuk menilai status kesehatan sebelum memulai aktivitas fisik berat program

Monitoring-

• Untuk menilai intervensi terapeutik

• Untuk menggambarkan perjalanan peyakit yang mempengaruhi fungsi paru-paru

• Untuk memantau efek samping obat dengan toksisitas paru diketahui

• Untuk memantau orang terkena agen merugikan

Penurunan Nilai Evaluasi-

• Untuk menilai pasien sebagai bagian dari program rehabilitasi

• Untuk menilai resiko seb agai bagian dari evaluasi asuransi

Universitas Sumatera Utara

24

2.1.14. Volume Statik Dan Volume Dinamik

Dibawah ini adalah jenis-jenis volume statik dan volume dinamik yang dapat

diukur dengan menggunakan spirometri kecuali Volume Residu, Kapasitas Total paru dan

Kapasitas Residu Fungsional:

Volume Statik-

• Volume Tidal ( VT )

• Volume Cadangan Inspirasi ( VCI )

• Volume Cadangan Ekspirasi ( VCE )

• Volume Residu ( VR )

• Kapasiti Vital ( KV )

• Kapasiti Vital Paksa ( KVP )

• Kapasiti Residu Fungsional ( KRF )

• Kapasiti Paru Total ( KPT )

Volume Dinamik-

• Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama ( VEP1 )

• Maximal Voluntary Ventilasi ( MVV )

a) Vital Capacity (VC): adalah jumlah udara (dalam liter) yang keluar dari paru

sewaktu pernapasan yang normal. Responden diinstruksi untuk menginhalasi dan

mengekspirasi secara normal untuk mendapat ekspirasi yang maksimal. Nilai

normal biasanya 80% dari jumlah total paru. Akibat dari elastisitas paru dan

keadaan toraks, jumlah udara yang kecil akan tersisa didalam paru selepas

ekspirasi maksimal. Volume ini disebut residual volume (RV). (Guyton, 2006)

b) Forced vital capacity (FVC): Seetelah mengekspirasi secara maksimal, responden

disuruh menginspirasi dengan usaha maksimal dan mengekspirasi secara kuat dan

Universitas Sumatera Utara

25

cepat. KVP adalah volume udara yang diekspirasi ke dalam spirometri dengan usaha

inhalasi yang maksimum ( Ganong, 2005)

c) Forced expiratory volume (FEV: Pada awalnya maneuver KVP diukur dengan

volume udara keluar ke dalam spirometri dengan interval 0.5, 1.0, 2.0, dan 3.0 detik.

Jumlah dari semua nilai itu memberikan ukuran sebanyak 97% dari KVP. Secara

umum, VEP1 digunakkan lebih banyak yaitu volume udara yang diekspirasi ke dalam

spirometri pada 1 saat. Nilai normalnya adalah 70% dari KVP. (Ganong, 2005)

d) Maximal voluntary ventilation (MVV): Responden akan bernapas sedalam dan

secepat mungkin selama 15 detik. Rerata volume udara (dalam liter) menunjukkan

kekuatan otot respiratori. (Guyton, 2006)

2.1.15. Cara Pengunaan Spirometri

Siapkan alat spirometer, dan kalibrasi harus dilakukan sebelum

pemeriksaan.

Pasien harus dalam keadaan sehat, tidak ada flu atau infeksi saluran napas

bagian atas dan hati-hati pada penderita asma karena dapat memicu

serangan asma.

Pasien harus menghindari memakai pakaian yang ketat dan makan

makanan berat dalam waktu 2 jam.

Pasien juga tidak harus merokok dalam waktu 1 jam dan menkonsumsi

alkohol dalam waktu 4 jam.

Masukkan data yang diperlukan , yaitu umur, jenis kelamin, tinggi badan,

berat badan, dan ras untuk megetahui nilai prediksi.

Beri pentunjuk dan demonstrasikan maneuver pada pasien, yaitu

pernafasan melalui mulut, tanpa ada udara lewat hidung dan celah bibir

yang mengatup mouth piece.

Pasien dalam posisi duduk atau berdiri, lakukan pernapasan biaa tiga kali

berturut-turut, dan langsung menghisap sekuat dan sebanyak mungkin

Universitas Sumatera Utara

26

udara ke dalam paru-paru, dan kemudian dengan cepat dan sekuat-kuatnya

dihembuskan udara melalui mouth piece.

Manuver dilakukan 3 kali untuk mendapatkan hasil terbaik ( Johns DP,

Pierce, 2007).

Gambar 2.3: Cara Melakukan Pemeriksaan Spirometri (British Thoracic Society)

Universitas Sumatera Utara

27

2.1.16. Beberapa Masalah yang berkaitan dengan pemeriksaan spirometri:

1. Submaksimal usaha

2. Kebocoran antara bibir dan mulut

3. Tidak lengkap inspirasi atau ekspirasi (sebelum atau selama manuver paksa)

4. Ragu-ragu pada awal pemeriksaan

5. Batuk (terutama dalam hitungan detik pertama ekspirasi)

6. Penutupan Glotis

7. Obstruksi corong dengan lidah

8. Fokalisasi selama manuver dipaksa

9. Buruknya postur tubuh.

Sekali lagi, demonstrasi prosedur akan mencegah banyak masalah yang berkaitan dengan

pemeriksaan spirometri dan, mengingat bahwa semua upaya pengukuran tergantung akan

variabel pada pasien yang tidak kooperatif atau mencoba untuk menghasilkan nilai-nilai rendah.

Penutupan glotis harus dicurigai jika aliran berhenti tiba-tiba selama tes bukan menjadi halus

terus menerus kurva. Rekaman dengan batuk, terutama jika ini terjadi dalam hitungan detik

pertama, atau ragu-ragu di awal harus ditolak. Fokalisasi selama pengujian akan mengurangi arus

dan tidak bisa melakukan manuver dengan leher diperpanjang sering membantu. Upaya yang

kuat diperlukan untuk spirometri sering difasilitasi dengan menunjukkan tes sendiri. Instrumen-

Terkait Masalah Ini sangat tergantung pada jenis spirometer yang digunakan. Pada volume-

perpindahan spirometer mencari kebocoran pada koneksi selang; pada aliran-sensing spirometer

mencari robekan dan air mata dalam tabung konektor flowhead, di spirometer elektronik sangat

berhati-hati tentang kalibrasi, akurasi dan linearitas. Standar menyarankan memeriksa kalibrasi

setidaknya setiap hari dan diri-tes sederhana spirometer merupakan pemeriksaan, tambahan

sehari-hari berguna bahwa instrumen berfungsi dengan benar. (Johns DP, Pierce R, 2007)

Universitas Sumatera Utara

28

2.1.16. Prediksi Normal

Prediksi Nilai normal Untuk menginterpretasikan tes fungsi ventilasi dalam setiap

individu, bandingkan hasilnya dengan nilai-nilai referensi yang diperoleh dari yang jelas populasi

subyek normal cocok untuk jenis kelamin, umur, tinggi dan asal etnis dan menggunakan tes

serupa protokol, dan instrumen hati-hati dikalibrasi dan divalidasi. Nilai diprediksi Normal untuk

fungsi ventilasi umumnya bervariasi sebagai berikut:

1) Jenis Kelamin: Untuk ketinggian tertentu dan usia, laki-laki memiliki VEP1,

KVP, FEF25%-75% dan PEF yang lebih besar tetapi memiliki VEP1/KVP yang relatif

lebih kecil.

2) Umur: VEP1, KVP, FEF25-75% dan PEF meningkat sementara penurunan VEP1/ KVP

dengan usia sampai sekitar 20 tahun pada wanita dan 25 tahun pada pria. Setelah ini,

semua indeks bertahap turun, meskipun kadar penurunan yang tepat tidak diketahui

karena keterkaitan antara usia dan tinggi badan. Penurunan VEP1/ KVP dengan usia

pada orang dewasa karena penurunan yang lebih besar pada VEP1 dari KVP.

3) Tinggi: Semua indeks selain VEP1/ KVP meningkat.

4) Etnis asal: Polinesia termasuk yang paling rendah memiliki VEP1 dan KVP dari

berbagai kelompok etnis seperti kaukasia dan afrika. (Miller MR, Hanikinson JL,

2005)

2.1.17. Interpretasi Fungsi Ventilasi

Pengukuran fungsi ventilasi sangat berguna dalam arti diagnostik dan juga berguna

dalam mengikuti riwayat alami penyakit selama periode waktu, menilai risiko pra operasi dan

dalam mengukur dampak pengobatan. Kelainan ventilasi dapat disimpulkan jika ada VEP1, KVP,

PEF atau VEP1/KVP adalah luar kisaran normal.

• Normal: KVP≥ 80%, VEP1/KVP≥75%

• Gangguan Obstruksi: VEP1< 80% nilai prediksi, VEP1/KVP< 70% nilai prediksi

• Gangguan Restriksi: Kapasitas Vital (KV)< 80% nilai prediksi, KVP<80%

Universitas Sumatera Utara

29

• Gangguan Campuran: KVP< 80% nilai prediksi, VEP1/KVP< 75% nilai prediksi

(Johns DP, Pierce, 2007).

2.1.18. Cek Kalibrasi

Dari sudut pandang praktis maka perlu melakukan pemeriksaan kalibrasi pada spirometer

jarum suntik kalibrasi biasanya dibutuhkan. Frekuensi melakukan pemeriksaan akan berbeda

dengan setting klinis dan jenis instrumen yang digunakan, dan kebutuhan untuk menyesuaikan

kalibrasi akan tergantung pada apakah itu adalah di luar batas kontrol. Spirometer yang dikenali

sebagai Flow spirometer umumnya memerlukan pemeriksaan kalibrasi sehari-hari. Faktor

penting adalah stabilitas kalibrasi dari waktu ke waktu dan ini hanya dapat dibentuk dengan tabir,

setelah dilakukan pemeriksaan kalibrasi banyak pada instrumen. Semua spirometer harus

dikalibrasi ulang setelah pembersihan atau disinfeksi, atau jika hasil yang tidak biasa atau tidak

diharapkan menunjukkan masalah. Biasanya, spirometer harus akurat (volume ke dalam ± 0,05 L

atau ± 3%, mana yang lebih besar; mengalir ke dalam ± 0,2 L/detik atau ± 5%, mana yang lebih

besar) dan dikalibrasi secara berkala dengan jarum suntik (bersertifikat) yang akurat 3L. Ketika

sebuah spirometer akan dipindahkan ke lingkungan yang lebih dingin atau lebih panas, penting

untuk memberikan waktu untuk itu untuk mencapai baru suhu dan mengukurnya.

Demikian pula, kalibrasi jarum suntik harus pada suhu yang sama seperti spirometer dan

untuk alasan ini biasanya disimpan di dekat spirometer. Untuk mendeteksi perubahan kinerja

spirometer keseluruhan, fungsi ventilasi dari satu atau lebih subyek dengan fungsi pernafasan

yang stabil harus diukur dan dicatat secara teratur sebagai bagian dari kualitas yang sedang

berlangsung mengendalikan program. Rekaman pemeriksaan kalibrasi, kontrol kualitas dan

sejarah pelayanan harus disimpan dengan peralatan. Dalam operasi, menguji diri sendiri (jika

Anda memiliki fungsi stabil) pada spirometer Anda setiap minggu atau dua adalah cara yang

praktis memastikan kontrol kualitas. Sebuah variasi dari> 5% pada VEP1 atau KVP harus

mengingatkan Anda untuk masalah dan kebutuhan untuk memiliki instrumen Anda dengan benar

diperiksa dan diservis Perangkat pengukuran aliran (pneumotachographs misalnya,

turbinometers) harus diperiksa secara teratur untuk linearitas selama rentang fisiologis arus (0-14

L per detik). Sebuah tes yang baik dari linearitas adalah untuk memberikan volume tertentu

(misalnya dengan jarum suntik 3L) di berbagai arus, memastikan bahwa volume dicatat oleh

instrumen dekat dengan 3,00 L selama rentang seluruh arus. Ketika 3L dilewatkan ke dalam

Universitas Sumatera Utara

30

spirometer harus merekam volume ke dalam ± 3,5%; yaitu, spirometer adalah akurat jika volume

tercatat adalah antara 2,895 L dan 3.105 L. Peak flow meter umumnya dapat diharapkan aus

setelah sekitar 12 sampai 24 bulan penggunaan berat, meskipun ada ini sedikit dipublikasikan

data untuk mendukung ini, sedangkan spirometer volume perpindahan akan biasanya tahun

terakhir jika benar service dan pemeliharaan. (Johns DP, Pierce, 2007)

Universitas Sumatera Utara