Kalimat efektif

27
makalah b.indo kalimat efektif Sabtu, 06 April 2013 kalimat efektif.2013 MAKALAH BAHASA INDONESIA KALIMAT EFEKTIF DI SUSUN OLEH: ufima elma (1222010017) KATA PENGANTAR Assalamu’alaikm Wr. Wb. Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah swt yang maha pengasih dan penyayang yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayahnya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tentang “KALIMAT EFEKTIF”.

Transcript of Kalimat efektif

makalah b.indo kalimat efektif Sabtu, 06 April 2013kalimat efektif.2013

MAKALAH BAHASA INDONESIA

KALIMAT EFEKTIF

DI SUSUN OLEH:

ufima elma

(1222010017)

KATA PENGANTARAssalamu’alaikm Wr. Wb.

Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah

swt yang maha pengasih dan penyayang yang telah memberikan

rahmat, hidayah dan inayahnya kepada kami, sehingga dapat

menyelesaikan penyusunan makalah ini tentang “KALIMAT EFEKTIF”.

Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan

kepada kami dalam rangka pengembangan dasar ilmu bahasa indonesia

yang berkaitan dengan kalimat efektif. Selain itu tujuan dari

penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang

pengetahuan Bahasa secara meluas. Sehingga besar harapan kami,

makalah yang kami sajikan dapat menjadi konstribusi positif bagi

pengembang wawasan pembaca.

Akhirnya kami menyadari dalam penulisan makalah ini jauh

dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati

kami menerima kritik dan saran agar penyusunan makalah

selanjutnya menjadi lebih. Semoga laporan ini memberi manfaat

bagi banyak pihak. Amiin.

Wassalamu’alikum Wr. Wb.

Mojokerto, 26 Maret 2013

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARDAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN 4Latar belakang 4

Rumusan masalah 5Tujuan pembahasan 5Manfaat pembahasan 5

BAB II PEMBAHASAN 6Pengertian kalimat efektif 6Unsure-unsur kalimat efektif 6Ciri-ciri kalimat efektif 12Syarat kalimat efektif 18Struktur kalimat efektif 18

BAB III PENUTUP 20kesimpulan 20saran 20

DAFTAR PUSTAKA 21

BAB I

PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANGBahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia

dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa

itu berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada diri

si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah

dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan,

diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau

pembaca. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik

disebut dengan kalimat efektif.

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan

gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh

pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang

disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran

tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang

dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan tetapi, kadang-

kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan

bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau

yang dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan

gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat yang digunakan

harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat

seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-

unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan.

Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur

berdasarkan keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah

(Mustakim, 1994:86).

Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang

tidak memenuhi syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan

oleh, antara lain, mungkin kalimat-kalimat yang dituliskan kabur,

kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan

itu, pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan

karena kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan kenyataan

inilah penulis tertarik untuk membahas kalimat efektif dengan

segala permasalahannya.

B.   RUMUSAN MASALAH1.      Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?

2.      Apa saja unsur-unsur kalimat?

3.      Apa ciri-ciri kalimat efektif?

4.      Apa syarat yang mendasari kalimat efektif?

5.      Bagaimana struktur kalimat efektif?

C.   TUJUAN PEMBAHASAN1.      Agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunakan bahasa

Indonesia sehingga menjadi baik dan benar

2.      Mengetahui apa dan bagaimana penggunaan kalimat efektif dalam

berbahasa

3.      Menjaga kemurnian bahasa Indonesia

D.   MANFAAT PEMBAHASAN1.      Manfaat untuk diri sendiri: agar bisa memahami bagaimana yang

dikatakan dengan kalimat efektif.

2.      Manfaat untuk kelompok: agar kita bisa menjaga budaya Bahasa

Indonesia yang baik dan mampu menerapkannya dalam kehidupan

sehari-hari.

BAB II

PEMBAHASANA.   PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan

gagasan penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami

oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini

adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan

atau pikiran pada pendengar atau pembaca. Dengan kata lain,

kalimat efektif  adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran

penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca

dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap

seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.

B.   UNSUR-UNSUR KALIMAT EFEKTIFUnsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku

tata bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini

disebut peran kata dalam kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P),

objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa

Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni

subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan

keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib

hadir, atau wajib tidak hadir.

1.      Subjek (S)

Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok

(benda), sesuatu hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok

pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda

(nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya

perhatikan contoh sebagai berikut ini:

a.       Ayahku  sedang melukis.

b.      Meja direktur besar.

c.       Yang berbaju batik dosen saya.

d.      Berjalan kaki menyehatkan badan.

e.       Membangun jalan layang sangat mahal.

         Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah

S. Contoh S yang diisi oleh kata dan frasa benda terdapat pada

kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi oleh klausa terdapat

pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa verbal

terdapat pada kalimat (d) dan (e).

        Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa

pembentuk S selalu merujuk pada benda (konkret atau abstrak).

Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata yang mengisi S pada

kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun hakikat fisiknya

tetap merujuk pada benda. Bila kita menunjuk pelaku pada kalimat

(c) dan (d), yang berbaju batik dan berjalan kaki tentulah orang (benda).

Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi S pada kalimat

(e), secara implisit juga merujuk pada “hasil membangun” yang

tidak lain adalah benda juga. Di samping itu, kalau diselami

lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap, pada awal kalimat

(c) sampai (e), yaitu orang pada awal kalimat (c) dan kegiatan pada

awal kalimat (d) dan (e).

Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara

bertanya dengan memakai kata tanya siapa (yang)… atau apa (yang)…

kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas pertanyaan yang

diajukan, itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada dan atau

tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai S. Inilah contoh

“kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas

pelaku atau bendanya.

a.          Bagi siswa sekolah dilarang masuk.

b.         Di sini melayani obat generic.

c.          Memandikan adik di pagi hari.

Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat

karena tidak mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang

masuk pada contoh (a) siapa yang melayani resep pada contoh (b) dan

siapa yang memandikan adik pada contoh (c), tidak ada jawabannya.

Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak logis.

2.      Predikat (P)

Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan

(tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh

atau benda di dalam suatu kalimat). Selain memberitahu tindakan

atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat,

situasi, status, ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P

dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang

dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa kata atau frasa,

sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga

numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut:

a.    Kuda meringkik.

b.    Ibu sedang tidur siang.

c.    Putrinya cantik jelita.

d.   Kota Jakarta dalam keadaan aman.

e.    Kucingku belang tiga.

f.     Robby mahasiswa baru.

g.    Rumah Pak Hartawan lima.

          Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas

adalah P. kata meringkik pada kalimat (a) memberitahukan perbuatan

kuda. Kelompok kata sedang tidur siang pada kalimat (b)

memberitahukan melakukan apa ibu, cantik jelita pada kalimat (c)

memberitahukan bagaimana putrinya, dalam keadaan aman pada kalimat

(d) memberitahukan situasi kota Jakarta, belang tiga pada kalimat

(e) memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f)

memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g)

memberitahukan jumlah rumah Pak Hartawan.

          Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena

tidak ada kata-kata menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan,

ciri, atau status pelaku atau bendanya.

a.       Adik saya yang gendut lagi lucu itu.

b.      Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.

c.       Bandung yang terkenal kota kembang.

    Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya

kalimat normal, yaitu diawali dengan huruf kapital dan diakhiri

dengan tanda titik, namun di dalamnya tidak ada satu kata pun

yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan

melakukan apa adik yang gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh

(a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa dengan

kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota

kembang itu pada contoh (b) dan (c). karena tidak ada informasi

tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut oleh P, maka

contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian

kata-kata yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum

merupakan kalimat, melainkan baru merupakan kelompok kata atau

frasa.

3.      Objek (O)

Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada

umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O

selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba

yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pad contoh di bawah ini.

a.       Nurul menimang …

b.      Arsitek merancang …

c.       Juru masak menggoreng …

Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh

tersebut adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan

melengkapi P pada ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek.

Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan.

Itulah sebabnya sifat O dalam kalimat dikatakan tidak wajib

hadir. Verba intransitive mandi, rusak, pulang yang menjadi P dalam

contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.

a.       Nenek mandi.

b.      Komputerku rusak.

c.       Tamunya pulang.

Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika

kalimatnya dipasifkan. Perhatikan contoh kalimat berikut yang

letak O-nya di belakang dan ubahan posisinya bila kalimatnya

dipasifkan.

a.       1) Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)

2)   Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.

b.      1) Orang itu menipu adik saya (O)

2)   Adik saya (S) ditipu oleh oran itu.

4.      Pelengkap (pel)

Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang

melengkapi P. letak Pelengkap umumnya di belakang P yang berupa

verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis kata

yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina,

frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat

perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:

a.       Ketua MPR membacakan Pancasila.

       S                  P             O

b.      Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.

            S                    P            Pel

Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama

diisi  oleh nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang

bisa hanya kalimat (a) yang menempatkan Pancasila sebagai O.

Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai berikut:

Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.

        S                     P               O

        Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa

dipindah ke depan menjadi S dalam kalimat pasif. Contoh berikut

adalah kalimat yang tidak gramatikal.

Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.

        Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya.

Selain diisi oleh nomina dan frasa nominal, Pelengkap dapat juga

diisi oleh frasa adjectival dan frasa preposisional.

Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang

P. Apabila dalam kalimatnya terdapat O, letak pel adalah di

belakang O sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi S-P-

O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.

a.       Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.

b.      Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.

c.       Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.

d.      Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.

e.       Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.

5.      Keterangan (ket)

Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan

berbagai hal mengenai bagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket

dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat

bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi

Ket adalah frasa nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau

klausa.

         Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket dalam

kalimat. Para ahli membagi keterangan atas Sembilan macam (Hasan

Alwi dkk, 1998:366) yaitu seperti yang tertera pada tabel di

bawah ini.

JENIS KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA

No

.

Jenis

keterangan

Posisi/penghubung Contoh pemakaian

1. Tempat Di

Ke

Dari

Pada

Di kamar, di kota

Ke Surabaya, ke

rumahnya

Dari Manado, dari

sawah

Pada permukaan2. Waktu -

Pada

Dalam

Se-

Sebelum

Sesudah

Selama

Sekarang, kemarin

Pada pukul 5 hari ini

Dalam 2 hari ini

Sepulang kantor

Sebelum mandi

Sesudah makan

Selama bekerja

sepanjang Sepanjang perjalanan3. Alat dengan Dengan pisau, dengan

mobil4. Tujuan Supaya/agar

Untuk

Bagi

Demi

Supaya/agar kamu

faham

Untuk kemerdekaan

Bagi masa depan

Demi orang tuamu5. Cara Secara

Dengan cara

Dengan jalan

Secara hati-hati

Dengan cara damai

Dengan jalan

berunding6. Kesalingan - Satu sama lain7. Similatif Seperti

Bagaikan

Laksana

Seperti angin

Bagaikan seorang dewi

Laksana bintang di

langit8. Penyebab Karena

Sebab

Karena perempuan itu

Sebab kegagalannya9. Penyerta Dengan

Bersama

Beserta

Dengan adiknya

Bersama orang tuanya

Beserta saudaranya

C.   CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIFUntuk dapat mencapai keefektifan, suatu kalimat harus memenuhi

paling tidak enam syarat berikut, yaitu adanya:

1)      Kesepadanan

Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara

pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan

kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan

kepaduan pikiran yang baik.

Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum

di bawah ini:

      Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.

Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja

membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat

suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata

depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai,

menurut, dan sebagainya di depan subjek.

Contoh:

a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang

kuliah. (Salah)

b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)

      Tidak terdapat subjek yang ganda.

Contoh:

a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.

b. Saat itu saya kurang jelas.

Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :

a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.

b. Saat itu bagi saya kurang jelas.

      Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat

tunggal.

Contoh:

a.       Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat

mengikuti acara pertama.

b.      Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli

sepeda motor Suzuki.

Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara.

Pertama, ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua

gantilah ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan

penghubung antarkalimat, sebagai berikut:

a. kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.

Atau

Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.

b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor

Suzuki.

Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda

motor Suzuki.

      Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.

Contoh:

a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.

b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.

Perbaikannya adalah sebagai berikut:

a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.

b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.

2)      Keparalelan

Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata

yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama

menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba,

bentuk kedua juga menggunakan verba.

Contoh:

a.       Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.

b.      Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan

pengecatan tembok, memasang penerangan, pengujian sistem

pembagian air, dan pengaturan tata ruang.

Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata

yang mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu

dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara

menyejajarkan kedua bentuk itu.

Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.

Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang

menduduki predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan,

memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau

diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut:

Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,

pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata

ruang.

3)      Ketegasan

Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu

perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat

ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan

atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk

membentuk penekanan dalam kalimat.

      Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di

awal kalimat).

Contoh:

Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini

dengan kemampuan yang ada pada dirinya.

Penekanannya ialah presiden mengharapkan.

Contoh:

Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan

negaranya.

Penekanannya Harapan presiden.

Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi

kalimat.

      Membuat urutan kata yang bertahap

Contoh:

Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah,

telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.

Seharusnya:

Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan

kepada anak-anak terlantar.

      Melakukan pengulangan kata (repetisi).

Contoh:

Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.

      Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan

Contoh:

Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.

      Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).

Contoh:

Saudaralah yang bertanggung jawab.

4)      Kehematan

Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah

hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap

tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-

kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Peghematan di sini

mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak

diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.

Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.

      Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan

pengulangan subjek.

Perhatikan contoh:

Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.

Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden

datang.

Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.

Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.

Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.

      Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan

pemakaian superordinat pada hiponimi kata.

Perhatikan contoh:

a.       Ia memakai baju warna merah.

b.      Di mana engkau menangkap burung pipit itu?

Kata merah sudah mencakupi kata warna.

Kata pipit sudah mencakupi kata burung.

Kalimat itu dapat diubah menjadi

a. Ia memakai baju merah.

b. Di mana engkau menangkap pipit itu?

      Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan

kesinoniman dalam satu kalimat.

Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.

a.       Dia hanya membawa badannya saja.

b.      Sejak dari pagi dia bermenung.

Kata naik bersinonim dengan ke atas.

Kata turun bersinonim dengan ke bawah.

Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi

a.      Dia hanya membawa badannya.

b.      Sejak pagi dia bermenung.

      Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan

kata-kata yang berbentuk jamak.

Misalnya:

Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-orang

bentuk baku : para tamu, beberapa orang.

5)      Kecermatan

Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak

menimbulkan tafsiran ganda.

Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.

a.       Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.

b.      Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.

Kalimat (a) memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal,

mahasiswa atau perguran tinggi.

Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang,

seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.

Perhatikan kalimat berikut.

         Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para

hulubalang, dan para menteri.

Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang

bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu

dapat diubah menjadi

Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.

6)      Kepaduan

Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan

pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang

disampaikannya tidak terpecah-pecah.

a.       Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan

cara berpikir yang tidak

simetris.Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan

bertele-tele.

Misalnya:

Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-

orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu

dan yang secara tidak sadar bertindak keluar dari kepribadian

manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab

b.      Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal

secara tertib dalam

kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.

Contoh:

Surat itu saya sudah baca.

Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.

Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek

terletak antara agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk

a. Surat itu sudah saya baca.

b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.

c.       Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti

daripada atau tentang

antara predikat kata kerja dan objek penderita.

Perhatikan kalimat ini :

a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.

b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-

rumah adat.

Seharusnya:

a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.

b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.

7)      Kelogisan

Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu

dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan

yang berlaku.

D.   SYARAT-SYARAT KALIMAT EFEKTIFSyarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut:

1.    Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.

2.   Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran

pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau

penulisnya.

E.   STRUKTUR KALIMAT EFEKTIFStruktur kalimat efektif haruslah benar. Kalimat itu harus

memiliki kesatuan bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang

menjadikan adanya kesatuan arti. Kalimat yang strukturnya benar

tentu memiliki kesatuan bentuk dan sekaligus kesatuan arti.

Sebaliknya kalimat yang strukturnya rusak atau kacau, tidak

menggambarkan kesatuan apa-apa dan merupakan suatu pernyataan

yang salah.

Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk

yang jelas. Setiap unsur yang terdapat di dalamnya (yang pada

umumnya terdiri dari kata) harus menempati posisi yang jelas

dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu harus diurutkan

berdasarkan aturan-aturan yang sudah dibiasakan. Tidak boleh

menyimpang, aalagi bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya

akan menimbulkan kelainan yang tidak dapat diterima oleh

masyarakat pemakai bahasa itu.

Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek

yang ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan:

1.    Buat Papa menulis surat saya.

2.    Surat saya menulis buat Papa.

3.    Menuis saya surat buat Papa.

4.    Papa saya buat menulis surat.

5.    Saya Papa buat menulis surat.

6.    Buat Papa surat saya menulis.

Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun

terdapat kesalahan. Kesalahan itu terjadi karena kata-kata

tersebut (sebagai unsur kalimat) tidak jelas fungsinya. Hubungan

kata yang satu dengan yang lain tidak jelas. Kata-kata itu juga

tidak diurutkan berdasarkan apa yang sudah ditentukan oleh

pemakai bahasa.

Demikinlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap

kebiasaan struktural pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat

selanjutnya adalah kekacauan pengertian. Agar hal ini tidak

terjadi, maka si pemakai bahasa selalu berusaha mentaati hokum

yag sudah dibiasakan.

BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

  Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran

penulis atau pembicara secara tepat sehingga pndengar/pembaca

dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap

seperti apa yang dimasud oleh penulis atau pembicaranya.

  Unsur-unsur dalam kalimat meliputi : subjek (S), prediket (P),

objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket).

  Ciri-ciri kalimat efektif yaitu : Kesepadanan, keparalelan,

ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan, kelogisan.

B.     SARAN

1)      Bagi para pendidikPara pendidik sebaiknya memahami dengan seksama dan bena

tentang bahasa indnesia yang memiliki berbagai ragam bahasa

supaya dalam proses kegiatan belajar mengajar teradi komunikas

yang baik dan tepat penggunaan bahasanya antara pendidik dengan

peserta didik.

2)      Bagi calon pendidik

Para calon pendidik sebaiknya memahami dan mencari

pengetahuan secara seksama mengenai materi dalam makalah ini

supaya pada saat pendidik terjun ke lapangan tidak terjadi

kekeliruan dalam pemakaian bahasa terhadap peserta didik dengan

pedidik.

3)      Bagi lembaga sekolahLembaga sekoah sebaiknya memberikan dan menekankan perhatian

penuh terhadap penggunaan ragam bahasa yang tepat agar terjalin

komunikasi yang selaras.