ISTILAH PERTUKANGAN DALAM BAHASA BALI (Perspektif ...

11
1 ISTILAH PERTUKANGAN DALAM BAHASA BALI (Perspektif Kata dan Proses Pembentukan Kata dalam Upaya Penguatan Prodi Sastra Agama dan Pendidikan Bahasa Bali) I Made Suweta Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja ABSTRACT The terms of the Balinese language in carpentry need to be known again by the people of Bali. It aims to make Bali Language users not extinct. By knowing the terms in this carpenthe Balinese language at least contribute in preserving and mengajegkan Balinese language itself. To understand every term that is in carpentry activities it is necessary to study the morphology system, in order to know the meaning and purpose of the word. For that in this paper there are some issues that need to be studied namely: (1) What are the basic Balinese word form in carpentry terms? and (2) How is the system of word formation (morphology) of Balinese in terms of carpentry? The theory used in this study is the structural theory of language that emphasizes on the level of form (signifiant) and meaning (signify). There are pu methods in the discovery of data used literature study done by listening to the terms of carpentry in the sources of literature related to the term in the carpentry language of Bali. Based on the study in this paper, found some kind of vocabulary of the term carpentry. In addition to the vocabulary in basic form, also found some vocabulary of the term carpentry that experienced the process of formation of new words through morphological process through affixation, pluralism, and re-word. Keywords: Vocabulary, Morphology, Carpentry I. PENDAHULUAN Bahasa Bali sebagai bahasa ibu sebagaian besar etnis Bali memiliki kedudukan dan fungsi yang amat penting. Interaksi verbal keseharian (terutama di dalam keluarga) etnis Bali selalu didominasi oleh pemakaian Bahasa Bali, lebih-lebih lagi dalam topik-topik pembicaraan yang bersifat tradisional, seperti membicarakan adat, kebudayaan dan agama (Hindu). Namun pada dewasa ini penggunaan kata atau istilah-istilah dalam Bahasa Bali sudah jarang digunakan. Banyak kata yang menjadi istilah yang penting dalam kebudayaan Bali saat ini telah mulai memudar karena kurangnya minat generasi muda dan masyarakat Bali untuk mempelajarinya. Untuk itu lah karena begitu pentingnya kedudukan dan keberadaan Bahasa Bali,maka Bahasa Bali itu harus dijaga dan dilestarikan keberadaannya. Bahasa dapat menjadi suatu penghubung yang kuat, menyatukan suatu kelompok-kelompok sosial masyarakat, dan dapat mengembangkan bahasa itu sendiri. Pemakaian bahasa antara penutur satu dengan penutur yang lainnya berbeda-beda. Perbedaan itu dilatarbelakangi oleh situasi-situasi dan peranan penutur sebagai anggota masyarakat, yaitu dalam hal tempat lahir, tempat tinggal,

Transcript of ISTILAH PERTUKANGAN DALAM BAHASA BALI (Perspektif ...

1

ISTILAH PERTUKANGAN DALAM BAHASA BALI(Perspektif Kata dan Proses Pembentukan Kata dalam UpayaPenguatan Prodi Sastra Agama dan Pendidikan Bahasa Bali)

I Made SuwetaSekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja

ABSTRACTThe terms of the Balinese language in carpentry need to be known again by the people of

Bali. It aims to make Bali Language users not extinct. By knowing the terms in this carpentheBalinese language at least contribute in preserving and mengajegkan Balinese language itself.To understand every term that is in carpentry activities it is necessary to study the morphologysystem, in order to know the meaning and purpose of the word. For that in this paper there aresome issues that need to be studied namely: (1) What are the basic Balinese word form in carpentryterms? and (2) How is the system of word formation (morphology) of Balinese in terms ofcarpentry? The theory used in this study is the structural theory of language that emphasizes onthe level of form (signifiant) and meaning (signify). There are pu methods in the discovery ofdata used literature study done by listening to the terms of carpentry in the sources of literaturerelated to the term in the carpentry language of Bali. Based on the study in this paper, foundsome kind of vocabulary of the term carpentry. In addition to the vocabulary in basic form, alsofound some vocabulary of the term carpentry that experienced the process of formation of newwords through morphological process through affixation, pluralism, and re-word.

Keywords: Vocabulary, Morphology, Carpentry

I. PENDAHULUANBahasa Bali sebagai bahasa ibu

sebagaian besar etnis Bali memiliki kedudukandan fungsi yang amat penting. Interaksi verbalkeseharian (terutama di dalam keluarga) etnisBali selalu didominasi oleh pemakaian BahasaBali, lebih-lebih lagi dalam topik-topikpembicaraan yang bersifat tradisional, sepertimembicarakan adat, kebudayaan dan agama(Hindu). Namun pada dewasa ini penggunaankata atau istilah-istilah dalam Bahasa Balisudah jarang digunakan. Banyak kata yangmenjadi istilah yang penting dalam kebudayaanBali saat ini telah mulai memudar karenakurangnya minat generasi muda dan

masyarakat Bali untuk mempelajarinya. Untukitu lah karena begitu pentingnya kedudukan dankeberadaan Bahasa Bali,maka Bahasa Bali ituharus dijaga dan dilestarikan keberadaannya.

Bahasa dapat menjadi suatupenghubung yang kuat, menyatukan suatukelompok-kelompok sosial masyarakat, dandapat mengembangkan bahasa itu sendiri.Pemakaian bahasa antara penutur satu denganpenutur yang lainnya berbeda-beda. Perbedaanitu dilatarbelakangi oleh situasi-situasi danperanan penutur sebagai anggota masyarakat,yaitu dalam hal tempat lahir, tempat tinggal,

2

Volume 2, No. 1, Juni 2018 ISSN : 2580-7544

pendidikan, kelompok sosial, lingkungan kerja,dan lain-lain. Penutur menggunakan bahasasesuai dengan kebutuhannya. Sebagai contoh,bahasa istilah pertanianakan berbeda denganbahasa istilah dalam perikanan begitu puladengan bahasa istilah dalam pertukangan.Perbedaan dalam pemakaian bahasa tersebutlahyang menciptakan suatu kekhasan atau istilahkhusus dalam berbahasa.

Pembentukan kata yang merupakanbagian dari pengetahuan linguistik morfologimerupakan bagian dari ilmu bahasa yangmembicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan danarti kata, atau dengan kata lain dapat dikatakanbahwa morfologi mempelajari seluk-belukbentuk kata fungsi perubahan-perubahanbentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupunfungsi semantik. Bahasa Bali juga mempelajaripembentukan kata, pembentukan kata dalamhal ini yang dimaksud adalah proses afiksasi.Afiksasi merupakan unsur yang bukan kata danbukan pokok kata yang memiliki kesanggupanmelekat pada satuan-satuan lain untukmembentuk kata atau pokok kata baru. Afiksasiterdiri atasprefiks (awalan), infiks (sisipan),sufiks (akhiran), konfiks (awalan dan akhiran).

Proses pembubuhan afiksasi padasebuah kata akan memperjelas makna dari katatersebut. Misalnya dalam istilah pertukangandalam bahasa Bali pada kata “paat” Apabilamendapatkan akhiran (sufiks) –e menjadi“paate” yang berarti pahatnya, sedangkanapabila mendapat awalan (konfiks) ka- menjadi“kapaat” yang berarti dipahat. Dan masihbanyak contoh kata yang lainnya, denganmendapatkan penambahan proses afiksasi katatersebut maknanya semakin jelas.

Istilah-istilah Bahasa Bali dalampertukangan perlu diketahui lagi olehmasyarakat Bali. Ini bertujuan agar pemakaiBahasa Bali tidak mengalami kepunahan.Dengan mengetahui istilah-istilah dalampertukangan ini Bahasa Bali sedikit tidaknya

memberikan sumbangsih dalam melestarikandan mengajegkan Bahasa Bali itu sendiri.Untuk memahami setiap istilah yang ada didalam kegiatan pertukangan maka perlu dikajisistem morfologinya, agar dapat diketahui artidan maksud dari kata tersebut.Untuk itu penulismengambil judul “Sistem Morfologi BahasaBali dalam Bidang Pertukangan”. Berdasarkanlatar belakang di atas dapat dirumusankanmasalah, sebagai berikut: (1) Apa sajakahbentuk kata dasar Bahasa Bali dalam istilah-istilah pertukangan? dan (2) Bagaimanakahsistem pembentukan kata (morfologi) BahasaBali dalam istilah pertukangan?

1.2 Konsep1.2.1 Sistem Pembentukan Kata

Sistem pembentukan kata identikdengan istilah morfologi. Menurut Ramlan(1985: 19) morfologi adalah bagian dari ilmubahasa yang membicarakan atau yangmempelajari seluk-beluk bentuk kata sertapengaruh perubahan-perubahan bentuk kataterhadap golongan darti kata, atau dengan katalain dapat dikatakan bahawa morfologimempelajari seluk-beluk bentuk kata sertafungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu,baik fungsi gramatikal maupun semantik.

Menurut Bauer (dalam Ba’dulu danHerman, 2010:2) morfologi membahas strukturinternal bentuk kata. Dalam morfologi, analisismembagi bentuk kata ke dalam formatifkomponennya (yang kebanyakan merupakanmorf yang berwujud akar kata atau afiks), danberusaha untuk menjelaskan kemunculan setiapformatif.

Menurut Chaer, (2008:3) secaraetimologi kata morfologi berasal dari kata morfyang berarti ‘bentuk’ dan kata logi yang berarti‘ilmu’. Jadi secara harfiah kata morfologiberarti ilmu mengenai bentuk. Di dalam kajianlinguistik morfologi berarti ilmu mengenaibentuk-bentuk dan pembentukan kata.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas,dapat ditarik kesimpulan morfologi merupakan

3

bagian dari ilmu bahasa yang mempelajariseluk-beluk pembentukan kata serta fungsiperubahan-perubahan bentuk kata itu, baikfungsi gramatikal maupun semantik(yangkebanyakan merupakan morf yang berwujudakar kata atau afiks).

1.2.2 Bahasa BaliBahasa merupakan sistem lambang

bunyi yang arbitrer, yang digunakan olehanggota suatu masyarakat untuk bekerja sama,berinteraksi, dan mengidentifikasi diri(Departemen Pendidikan Nasional, 2012:116).Sedang Bali adalah pulau yang terletak di antaraPulau Jawa dan Pulau Lombok yang berada diKepulauan Nusa Tenggara (DepartemenPendidikan Nasional, 2012:126).

Jadi Bahasa Bali adalah satu bahasadaerah di Negara Indonesia yang dipeliharadengan baik oleh masyarakat penuturnya,digunakan untuk bekerja sama, berinteraksi,dan mengidentifikasi diri yaitu etnis Bali.Bahasa Bali sebagai bahasa ibu atau bahasapertama bagi sebagian besar masyarakat Bali,dipakai secara luas sebagai alat komunikasidalam berbagai aktivitas di dalam rumah tanggadan di luar rumah tangga yang mencakupiberbagai aktivitas kehidupan sosial masyarakatBali.

1.2.3 PertukanganPertukangan berasal dari bentuk dasar

tukang, mendapat awalan ‘per-’dan akhiran ‘-an’. Tukang adalah orang yang mempunyaikepandaian dalam suatu pekerjaan tangan(dengan alat atau bahan yang tertentu)(Departemen Pendidikan Nasional,2012:1495).

Jadi kata pertukangan adalah orangyang mempunyai keahlian dalam suatu bidangpekerjaan yakni tukang. Untuk pembahasan inipertukangan yang dibahas adalah istilahpertukangan dalam hal bangunan.

\

1.3 Metode PenulisanMetode berasal dari kata methodos,

bahasa latin sedangkan thodos itu berasal dariakr meta dan hodos. Meta berarti menuju,melalui, mengikuti, sesudah sedangkan hodosberarti jalan, cara dan arah. Dalam pengertianyang lebih luas metode dianggap sebagai cara-cara, strategi untuk memahami realitas,langkah-langkah sistematis untuk memecahkanrangkaian sebab akibat berikutnya.sebagai alatsama dengan teori, metode berfungsi untukmenyederhanakan masalah, sehingga lebihmudah untuk dipecahkan dan dipahami (Ratna,2010:84).

1.3.1 Pengumpulan DataMetode pengumpulan data adalah cara

yang digunakan dalam rangka memperolehbeberapa data-data dengan menggunakanmetode-metode tertentu, yang relevan dengandata yang diperoleh dari data yang diteliti.Menurut Iqbal (2002:80) metode pengumpulandata merupakan pencatatan suatu peristiwa atauketerangan-keterangan maupun karakteristiksebagian atau kesuluruhan elemen ataupopulasi yang akan mendukung penelitian.

Metode pengumpulan data dapatberupa observasi, wawancara, test, angket,kuisioner, skala bertingkat, studi pustaka, dandokumentasi. Adapun metode pengumpulandata yang digunakan dalam penelitian ini adalahmetode kepustakaan. Metode kepustakaanadalah metode yang dilakukan dengan caramendalami, mencermati, menelaah danmengidentifikasikan pengetahuan yang adadalam kepustakaan (sumber bacaan, buku-bukurefrensi atau hasil penelitian lain) untukmenunjang penelitian (Hasan, 2004: 80).Metode ini dipergunakan untuk mencatatpokok-pokok bahasan dalam buku sesuaidengan kajian penelitian. Pemaparan dalampenelitian tentunya didukung dengan pustaka-pustaka terkait. Dengan metode kepustakaan,maka peneliti akan dapat mengetahui secaralebih rinci teori-teori yang sesuai guna

ISTILAH PERTUKANGAN DALAM BAHASA BALI....(I Made Suweta, 1-11)

4

Volume 2, No. 1, Juni 2018 ISSN : 2580-7544

mendukung penelitian yang dilakukan. Haltersebut akan memberikan gambaran sertamembentuk kerangka berpikir sehingga penelitiakan mampu menentukan tindak lanjut dalammengambil langkah-langkah penting padaproses penelitian.

Informasi yang diperoleh dari metodekepustakaan adalah berupa data primer. Dataprimer merupakan sumber pokok dalampenelitian ini, serta memakai sumber-sumberlain yang dipakai untuk menjawabpermasalahan yang dihadapi. Dalam penelitiankepustakaan, peneliti menempuh beberapalangkah untuk mendapatkan sumber terkaitdengan cara membaca dan mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan topik yang diteliti,baik itu buku-buku dalam perpustakaanmaupun koleksi pribadi. Data-data yang telahdiperoleh kemudian dikumpulkan dalamcatatan secara sistematis.

1.3.2 Metode Analisis DataSuatu penelitian analisis dan

pengumpulan data merupakan dua masalahyang sangat penting. Kedua kegiatanmerupakan proses yang saling melengkapi.Analisis data jelas dilakukan sesudahpengumpulan data. Pertimbangan ini perludilakukan dengan alasan proses analisis dapatdilakukan secara keseluruhan sehingga judul,permasalahan, teori dan sebagainya dapatditentukan dan untuk mengurangi biayapenelitian khususnya bagi peneliti denganlokasi dan objek penelitian dengan jarak jauh.Meskipun demikian tidak menuntutkemungkinan bahwa selama proses analisispeneliti masih perlu ke lapangan untukmelengkapi data dan proses seperti inimerupakan ciri penelitian kualitatif (Ratna,2010: 302-303).

Menurut Sugiyono (2002:335) analisisdata adalah proses mencari dan menyusunsecara sistematis data yang diperoleh dari hasilwawancara, catatan lapangan, dan observasidengan cara mengorganisasikan data ke dalam

kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,memilih mana yang penting dan akan dipelajari,dan membuat kesimpulan sehingga mudahdipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.Proses analisis data merupakan cara untukmengelompokkan hasil dari penelitian. Data-data yang dihasilkan dari lapangan merupakandata mentah yang belum bisa untuk disajikankarena masih belum berstruktur dan didata,sehingga belum bisa disajikan kedalam bentukkarya ilmiah.

Proses analisis data pada penelitian ini,dilakukan dengan dua tahapan, yaitu: (1)kategorisasi, (2) tabulasi. Kategorisasi meliputikategorisasi morfologi, merupakanpengkategorian data berdasarkan bentuk dasarkata dan proses morfemis yang terjadi padabentuk dasar kata tersebut. Proses selanjutnyaadalah tabulasi. Tabulasi merupakan penyajiandata dalam bentuk tabel, kemudian dilanjutkandengan proses pembubuhan afiks, prosespengulangan dan proses pemajemukan.

II. PEMBAHASAN2.1 Bentuk Dasar Istilah Pertukangan

Istilah bentuk dasar biasanya digunakanuntuk menyebut sebuah bentuk yang menjadidasar dalam suatu proses morfologi. Bentukdasar ini dapat berupa morfem tunggal, tetapidapat juga berupa gabungan morfem (dalamAbdul Chaer 2008:21-22). Bentuk dasar yaknisatuan baik tunggal maupun kompleks, yangmenjadi dasar bentukan bagi satuan yang lebihbesar. Misalnya dalam kata “paatne” yangberartipahatnya, yang terdiri dari morfem paatdan morfem -nemaka morfem paatadalahbentuk dasar dari paatne, dan morfem dasarkata paatne.

Dalam Bahasa Bali terdapat bentukseperti kata yang dapat dipilah-pilah menjadibagian yang lebih kecil. Bagian yang lebih kecilitu masih bisa dipilah lagi menjadi lebih kecilsampai ke bentuk yang tidak mendukungmakna. Misalnya kata “Ngukur” (mengukur),

5

dapat dipilah menjadi menjadi ng (N) +ukur.Jika kata ukur (ukur) dipilah lagi akanditemukan u+kur masing-masing tidakmemiliki makna. Bentuk seperti ng-(N) danukur disebut morfem.Morfem adalah satuangramatikal terkecil yang memiliki makna.

2.2 Sistem Pembentukan Kata Bahasa BaliIstilah Pertukangan

Kata berafiks tergolong kata turunanyang dihasilkan memlalui proses morfologisdengan pembubuhan afiks. Menurut Ramlan(1985:49-50) Proses pembubuhan afiks adalahpembubuhan afiks pada suatu satuan, baiksatuan itu berupa bentuk tunggal maupunbentuk kompleks, untuk membentuk kata.Afiks adalah suatu satuan gramatikal terikatyang di dalam suatu kata merupakan unsur yangbukan kata dan bukan pokok kata, yangmemiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentukk kata atau pokokkata baru.

Seiring pendapat diatas afiksmerupakan morfem terikat yang dapatdibedakan menurut tempatnya melekat padadasar atau asal, yaitu prefiks (awalan), infiks(sisipan), sufiks (akhiran), simulfiks (Nasal),kombinasi afiks, dan konfiks (awalan danakhiran) (Pemerintah Propinsi Daerah TingkatI Bali, 1996: 32). Berikut ini dikemukakanterlebih dahulu bentuk-bentuk morfem terikatafiks tersebut.

Berdasarkan uraian di atas dapat kitatemukan beberapa proses afiksasi yang dapatdigunakan dalam istilah-istilah pertukangan.

2.2.1 PrefiksPrefiks adalah imbuhan yang

ditambahkan pada awal kata. Menurut AbdulChaer (2008:23) prefiks yaitu afiks yangdibubuhkan dikiri bentuk dasar. Maksudnyaadalah prefik digunakan pada awal kata, karenajika membaca sebuah kata diawali dari kiri kekanan.

Menurut Pemerintah Propinsi DaerahTingkat I Bali, (1996: 131)Prefiks atau awalanadalah afiks yang dibubuhkan di depan bentukdasar atau asal. Menurut istilah tradisionalnyaafiks seperti ini disebut pangater. Yangtermasuk pengater yaitu N-, ma-, ka-, pa-, pi-,sa-, a-, pra-, pari-, pati-, maka-, saka-, kuma-.Budha Gautama (2006:55) juga mengatakanyang termasuk awalan yakni a-, ka-, sa-, di-,pa-, nga-, pi-, parama (prama-), kuma-, kapi-,kami-, ma-, wi-, swa-, upa-, pati-, bra-, para-,pra-, pari-, nir-, nis-, duh-, su-, dus-.Prnggunaan imbuhan (prefiks) tersebuttergantung dari konteks kata, tidak semua katadapat ditambahkan dengan prefiks yang telahdiuraikan di atas.

2.2.1.1 Prefiks N- (Nasal)Prefiks (pangater) N- dinamai juga

anunasika. Proses pembentukan kata denganawalan N- disebut persengauan. Prefokss inimempunyai lima bentuk alomorf yaitu ng-, ny-, n-, m- dan nga-. Proses pembubuhan alomorfini bergantung kepada jenis fonem awalmorfem asal (dasar atau pangkal) tempatmelekatnya awalan N- itu. Semua bentukalomorf tersebut, kecuali nga-, dapatmeluluhkan fonem konsonan awal bentukasalnya secara homorgan kecuali fonem w, ysebagai semivokal sebagaimana contoh berikut:- Plester ’! mlester ’! mlesterin ‘melakukan

kegiatan mlester’- Plamir ’! mlamir ’! mlamirin ‘melakukan

kegiatan mlamir’- Mil ’! ngemil ‘melakukan kegiatan ngemil’- Cet ’!Ngecet’! Ngecetang ‘melakukan

kegiatan ngecat’- Aci ’!Ngaci ‘melakukan kegiatan ngaci’- Sekop ’! Nyekop ’! Nyekopang ‘melakukan

kegiatan nyekop’- Patok ’! Matok ‘melakukan kegiatan

memasang patok’- Terpas ’! Nerpas ‘melakukan kegiatan

masang water pas’

ISTILAH PERTUKANGAN DALAM BAHASA BALI....(I Made Suweta, 1-11)

6

Volume 2, No. 1, Juni 2018 ISSN : 2580-7544

- Amplas ’!Ngamplas ’! Ngamplasin‘melakukan kegiatan ngamplas’

- Amer ’!Ngamer ‘melakukan kegiatanmemukul dengan amer’

- Betel ’!Metel ‘melakukan kegiatanmelubangi dengan betel’

- Serut ’!Nyerut’! Nyerutang ‘melakukanpekerjaan nyerut’

- Paat ’!Maat ‘melakukan pekerjaanmemahat’

- Bor ’!Ngabor ‘melakukan kegiatanmengebor’

- Tembok ’™Nembok ‘melakukan kegiatanmenembok’

- Plapon ’™Mlapon ‘melakukan kegiatanmemasang plapon’

- Sereg ’™Nyereg ‘melakukan kegiatanmengunci’

2.2.1.2 Prefiks ma-Prefiks ma- tidak mengalami perubahan

apabila melekat pada bentuk dasar yang dimulaidengan fonem konsonan. Akan tetapi, bilamelekat pada semivokal kerap kali vokal (a)pada (ma) luluh. Apabila melekat pada bentukasal yang dimulai dengan vokal terjadi sandi(asimilasi). Dalam hal ini vokal (a) atas (ma)luluh. Prefiks ma- berfungsi membentuk verba(kata kerja) sebagai berikut:- Ma + Dasar ’! Madasar’berpondasi’- Ma + Tembok ’! Matembok’menggunakan

tembok’- Ma + Plapon ’! Maplapon’menggunakan

plapon’- Ma + Sendi ’! Masendi’menggunakan

sendi’- Ma + Tampul ’™ Matampul’menggunakan

tiang’- Ma + Abangan ’™

Mabangan’menggunakan abangan’- Ma + Genteng ’™

Magenteng’menggunakan genteng’- Ma + Reng ’™ Mareng’menggunakan

reng’

- Ma + Pemugbug ’™Mapemugbug’menggunakan atap bubung’

- Ma + Kusen ’™ Makusen’menggunakankusen’

- Ma + Raab ’™ Maraab’menggunakanatap’

- Ma + Tehel’™ Matehel’menggunakantegel’

- Ma + Bedeg’™ Mabedeg’menggunakangedeg’

- Ma + Jaro’™ Majaro’menggunakan jaro’

2.2.1.2 Prefiks ka-Prefiks ka- apabila melekat pada bentuk

dasar yang dimulai vokal menimbulkan sandi,sama halnya dengan prefiks ma-. Dalambeberapa bentukan, prefiks ka- yang melekatpada vokalu dan i menimbulkan sandi o dan edengan meluluhkan vokal-vokal asalnya.Fungsi prefiks ka- pada dasarnya membentukverba tanggap. Di samping itu, prefik ka- dapatjuga membentuk numeralia urutan darinumeralia asli sebagai berikut:- Ka + Sekop ’™ Kasekop’diambil dengan

sekop’- Ka + Patok ’™ Kapatok’melakukan

pekerjaan memasang patok’- Ka + Amplas ’™ Kamplas’pekerjaan

diamplas’- Ka + Serut ’™ Kaserut’pekerjaan diserut’- Ka + Paat ’™ Kapaat’melakukan

pekerjaan dipahat’- Ka + Regaji ’™ Karegaji’melakukan

pekerjaan digergaji’

2.2.1.4 Prefiks sa-Prefiks sa- tetap bentuknya bila

melekat pada bentuk dasar, baik yang dimulaidengan konsonan maupun vokal. Dalam istilahpertukangan kata-kata adalah sebagai berikut :- Sa + Paon ’! Sapaon’sekeluarga’- sa + umah ’!somah ‘sesuami isteri’

7

2.2.1.5 Prefiks a-Prefiks a- tidak pernah mengalami

perubahan bila melekat pada bentuk asal/dasar.Dalam istilah pertukangan kata-kata adalahsebagai berikut :- a + Depa ’! Adepa ‘menyatakan ukuran’- a + lengkat ’! alengkat ‘menyatakan

ukuran’

2.2.1.6 Prefiks pra-Prefiks pra- tidak mengalami

perubahan sewaktu melekat pada bentuk asal/dasar. Dalam istilah pertukangan kata-kataadalah sebagai berikut :- Pra + Bea ’™ Prabea’hal biaya’- Pra + namya ’™ pranamya ‘seketika’

2.2.1.7 Prefiks pati-Prefiks pati- tidak mengalami

perubahan bentuk sewaktu melekat padamorfem dasar. Dalam istilah pertukangan kata-kata adalah sebagai berikut :- Pati + Grape ’™ Patigrape ‘saling

pegang’- Pati + kajet ’™ patikajet ‘saling tendang’

2.2.1.8 Prefiks maka-Prefiksmaka- tidak mengalami

perubahan bentuk ketika melekat pada bentukasal/dasar. Dalam istilah pertukangan kata-kataadalah sebagai berikut :- Maka + Ileh ’! Makaileh’berkeliling’- Maka + ukud ’! sakaukud ‘menyatakan

setiap ukuran’

2.2.1.9 Prefiks saka-Prefiks saka- tidak mengalami

perubahan bentuk ketika melekat pada bentukasal/dasar. Dalam istilah pertukangan kata-kataadalah sebagai berikut :- Saka + Tugel ’! Sakatugel’setiap potongan’- Saka + besik ’! sakabesik’setiap satuan’

2.2.2 InfiksInfiks atau sisipan adalah afiks yang

dibubuhkan atau lebih tepatnya disisipkan ditengah atau di dalam bentuk dasar atau asal.Menurut istilah tradisionalnya jenis afiks inidisebut seselan. Yang termasuk seselan yaitu -el-, -er-, -in-, -um-.Dalam istilah pertukangankata-kata adalah sebagai berikut :- Gigi + (-er-) ’™ Gerigi’bergigi’- sareng + -in- ’™ sinarengan’bersamaan’- seken +-um- ’™ sumeken’menyatakan

kesungguhan’

2.2.4 SufiksSufiks atau akhiran adalah afiks yang

dibubuhkan atau lebih tepatnya dibubuhkan dibelakang bentuk dasar atau asal. Istilahtradisionalnya adalah pangiring. Yang termasukpangiring yaitu -ang, -in, -an, -a, -n, -ing, -e, -ne.

2.2.4.1 Sufiks –aSufiks –a jika dibubuhkan pada bentuk

dasar yang berakhiran konsonan tidakmengalami perubahan. Apabila dibubuhkanpada bentuk dasar yang berakhiran denganvokal terjadilah alomorf –na. Fungsi sufiks –adalam pembentukan kata sebagai membentukkata verba tanggap sebagai berikut:- Panyong + a ’! Panyonga’digali dengan

panyong’- Sekop + a ’! Sekopa’digali dengan sekop’- Terpas + a ’! Terpasa’ditimbang dengan

terpas’- Amplas + a ’! Amplasa’diratakan dengan

amplas’- Betel + a ’! Betela’dilubangi dengan betel’- Serut + a ’! Seruta’diratakan dengan serut’- Paat + a ’! Paata’dilubangi dengan pahat’- Cet + a ’! Ceta’dicat’

2.2.4.2 Sufiks–angSufiks –ang tidak mengalami

perubahan bentuk jika dibubuhkan pada bentukdasar yang berakhiran dengan konsonan.

ISTILAH PERTUKANGAN DALAM BAHASA BALI....(I Made Suweta, 1-11)

8

Volume 2, No. 1, Juni 2018 ISSN : 2580-7544

Apabila dibubuhkan pada bentuk dasar yangberakhiran dengan vokal, kerap kali terjadialomorf –nang dang –yang. Fungsi sufiks –angadalah membentuk verba berobjek sebagaiberiku:- Sekop + ang ’! Sekopang’!

Nyekopang’harap disekop’- Sipat + ang ’! Sipatang’agar disepat’- Patok + ang ’! Patokang’! matokang’agar

dipasangi patok’- Terpas + ang ’! Terpasang’agar dilakukan

waterpas’- Amplas + ang ’! Amplasang’agar

dilakukan pengamplasan’- Betel + ang ’! Betelang ’! Metelang’agar

dilakukan pekerjaan membetel’- Serut + ang ’! Serutang’! Nyerutang’agar

dilakukan pekerjaan nyerut’

2.2.4.3 Sufiks–inSufiks –in jika dibubuhkan pada bentuk

dasar yang berakhiran dengn konsonan tidakmengalami perubahan bentuk. Apabiladibubuhkan pada bentuk dasar yang berakhirandengan vokal, maka terjadi alomorf –nin.Dalamistilah pertukangan kata-kata adalah sebagaiberikut :- Sipat + in ’™ Sipatin’gar dipasangi sepat’- Patok + in ’™ Patokin’agar dipasangi

patok’- Amplas + in ’™ Amplasin’agar dilakukan

pekerjaan mengamplas’- Amer + in ’™ Amerin’agar dilakukan

dengan amer’- Betel + in ’™ Betelin’agar dilakukan

dengan membetel’- Serut + in ’™ Serutin’agar dilakukan

dengan menyerut’- Paat + in ’™ Paatin’agar dilakukan

dengan memahat’- Raab + in ’™ Raabin’agar dilakukan

dengan mengatapi’- Plester + in ’™ Plesterin’agar dilakukan

dengan memplester’

- Plamir + in ’! Plamirin’agar dilakukandengan memplamir’

- Cet + in ’! Cetin’agar dilakukan denganmengecet’

2.2.4.5 Sufiks–anSufiks –an tidak mengalami perubahan

bentuk apabila dibubuhkan pada bentuk asla/dasar yang berakhir dengn konsonan. Akantetapi, memiliki alomorf –nan apabiladibubuhkan pada bentuk dasar yang berakhirandengan vokal sufiks –an memiliki alomorf –nan. Sufik –an memiliki fungsi sebagaimembentuk adjedtiva, membentuk nomina danadverbial. Dalam istilah pertukangan kata-kataadalah sebagai berikut :- Amplas + an ’! Amplasan’mengamplas’- Betel + an ’! Betelan’membetel’- Serut + an ’! Serutan’menyerut’- Paat + an ’! Paatan’memahat’- Siku + an ’! Sikuan’menyikukan’- Guris + an ’™ Gurisan’menggaris’- Gulak + an ’™ Gulakan’menyatakan

ukuran’- Kuas + an ’™ Kuasan’melakukan

pekerjaan dengan kuas’- Raab + an ’™ Raaban’mengatapi’- Plester + an ’™ Plesteran’memplester’- Plamir + an ’™ Plamiran’memplamir’- Cet + an ’™ Cetan’hasil pekerjaan

mengecet’- Lis + an ’™ Lisan’memasang lis’

2.2.4.6 Sufiks–nSufiks –n tidak mempunyai alomorf.

Sufiks itu selalu dihubungkan dengan bentukdasar yang berakhiran dengan verbal. Dalamistilah pertukangan kata-kata adalah sebagaiberikut :- Pemaja + n ’! Pemajan’mata serutan’- Sendi + n ’! Sendin’hal sendi’

2.2.4.6 Sufiks–eSufiks –e tidak mengalami perubahan

bentuk apabila dihubungkan pada bentuk dasar

9

yang berakhir dengan konsonan. Jikadibubuhkan pada bentuk dasar yang berakhirandengan vokal, maka terjadilah alomorf –ne.Dalam istilah pertukangan kata-kata adalahsebagai berikut :- Serampang + e ’! Serampange’hal

cangkul’- Kapak + e ’! Kapake’hal berkaitan dengan

kapak’- Timpas + e ’! Timpase’hal berkaitan

dengan timpas’- Panyong + e ’! Panyonge’hal berkaitan

dengan panyong’- Tambah + e ’! Tambahe’hal berkaitan

dengan cangkul’- Terpas + e ’! Terpase ‘hal berkaitan dengan

waterpass’- Amplas + e ’! Amplase ‘hal berkaitan

dengan amplas’- Meteran + e ’! Meterane ‘hal berkaitan

dengan meteran’- Palu + e ’! Palune ‘hal berkaitan dengan

palu’- Pancak + e ’! Pancake ‘hal berkaitan

dengan sejenis kapak’- Kapi + e ’! Kapine ‘hal berkaitan dengan

kapi’

2.2.4.7 Sufiks–neSufiks –ne bentuknya tetap apabila

dibubuhkan pada bentuk dasar yang berakhirandengan konsonan. Terjadi alomorf –nne apabila–ne dibubuhkan pada bentuk dasar yangberakhiran dengan vokal. Dalam istilahpertukangan kata-kata adalah sebagai berikut :- Panyong + ne ’™ Panyongne ‘hal

berkaitan dengan panyong’- Tambah + ne ’™ Tambahne’hal berkaitan

dengan cangkul’- Sekop + ne ’™ Sekopne’hal berkaitan

dengan sekop’- Palu + ne ’™ Palunne ‘hal berkaitan

dengan palu’- Timpas + ne ’™ Timpasne’hal berkaitan

dengan timpas’

- Serut + ne ’™ Serutne ‘hal berkaitandengan serutan’

- Paat + ne ’™ Paatne ‘hal berkaitan denganpahat’

- Semeti + ne ’™ Semetinne ‘hal berkaitandengan palu’

- Cetok + ne ’™ Cetokne ‘hal berkaitandengan cetok’

- Kapi + ne ’™ Kapinne ‘hal berkaitandengan kapi’

- Siku + ne ’! Sikunne ‘hal berkaitan dengansiku’

2.2.5 KonfiksKonfiks atau awalan-akhiran adalah

afiks yang dibubuhkan pada awal dan akhir katabentuk dasar atau asal. Yaitu ma-an, pa-an, ka-an, bra-an. Demikian pula terdapat jugakombinasi afiks seperti ma-an, ma-N-in, ma-.Sedangkan yang termasuk simulfiks yaitu ma-N dan pa-N.

2.2.5.1 Konfik ma-anKonfiks ma-an dalam melekat pada

bentuk dsar mengikuti kaidah prefiks ma- dansufiks –an. Dalam istilah pertukangan kata-kataadalah sebagai berikut :- Ma + Keropak + an ’! Makropakan ‘dalam

keadaan sekropak’- Ma + Terpas + an ’! Materpasan ‘dalam

keadaan berwaterpass’- Ma + Dasar + an ’! Madasaran ‘dalam

keadaan berpondasi’- Ma + Plapon + an ’! Maplaponan ‘dalam

keadaan berplapon’- Ma + Raab + an ’! Maraaban ‘dalam

keadaan beratap’- Ma + Plamir + an ’! Maplamiran ‘dalam

keadaan menggunakan plamir’- Ma + Aci + an ’! Macian ‘dalam keadaan

tembok diaci’

ISTILAH PERTUKANGAN DALAM BAHASA BALI....(I Made Suweta, 1-11)

10

Volume 2, No. 1, Juni 2018 ISSN : 2580-7544

2.2.5.2 Konfik pa-anKonfik pa-an dalam hal melekat pada

bentuk asal/dasar mengikuti kaidah awalan pa-dan sufiks –an.

Dalam istilah pertukangan kata-kataadalah sebagai berikut :- Pa + Sekop + an ’! Pasekopan ‘hal

berkaitan dengan sekop’- Pa + Terpas + an ’! Paterpasan ‘hal

berkaitan dengan waterpass’- Pa + Timpas + an ’! Patimpasan ‘hal

berkaitan dengan timpas’- Pa + Plapon + an ’™ Paplaponan ‘hal

berkaitan dengan plapon’- Pa + Plester + an ’™ Paplesteran ‘hal

berkaitan dengan plesteran’- Pa + Aci + an ’™ Pacian ‘hal dikaitan

dengan diaci’

2.2.5.3 Kombinasi Afiks ma-N-inKombinasi afiks ma-N-in jika

dilekatkan pada bentuk dsar, mengikuti kaidahprefik ma-, prefik N-, dan sufiks –in. Dalamistilah pertukangan kata-kata adalah sebagaiberikut :- Terpas ’™ Nerpas ’™ ‘menerpas’- Serut ’™ Nyerut ’™ ‘menyerut’

2.3 Kata UlangKata ulang atau disebut juga kruna dwi

lingga di hasilkan dengan proses pengulanganbentuk asal atau bentuk dasarnya. Prosespengulangan bermacam-macam yaitu (1)Pengulangan secara utuh, (2) Pengulangandengan diikuti perubahan fonem, (3)Pengulangan bentuk asal yag tidak jelasidentifikasinya, (4) Pengulangan sebagiandengan pengulangan suku pertama bentukasalnya, (5) Pengulangan sebagian pengulangansuku akhir. Dari kelima proses pengulangan itudihasilkan berbagai tipe kata ulang. Secaraberturut-turut tipe-tipe kata ulang itu adalah(1) Kata ulang murni, (2) Kata ulang berubahfonem, (3) Kata ulang semu, (4) Kata ulangdwipurwa, (5) Kata ulang dwi wesana.

2.3.1 Kata Ulang MurniPengulangan secara utuh terhadap

bentuk asal atau bentuk dasar disebut kata ulangmurni atau istilah tradisionalnya Kruna dwisama lingga. Dalam istilah pertukangan kata-kata adalah sebagai berikut :- Kawat-kawat ‘banyak kawat’- Ebmer-ember ‘banyak ember’- Genteng-genteng ‘banyak genteng’- Kusen-kusen ‘banyak kusen’- Bedeg-bedeg ‘banyak gedeg’

2.3.2 Kata Ulang SemuKata ualang yang unsur-unsurnya tidak

dapat diidentifikasikan lagi sebagai bentuk asalatau bentuk dasar disebut kata ulang semu atauistilah tradisionalnya Kruna dwi maya lingga.Dalam istilah pertukangan kata-kata adalahsebagai berikut :- Siku-siku ‘siku’- Iga-iga ‘usuk’- Apit-apit ‘sejenis reng’

2.4 Kata MajemukKata majemuk adalah kata yang terdiri

dari dua kata sebagai unsurnya. Kata majemukdisebut juga kruna satma dibedakan dari jeniskata yang lain berdasarkan contoh-contohsebagai berikut.- Regaji besi (Bukan berarti regaji ‘gergaji’

dan besi ‘besi’ tetapi merupakan namasejenis gergaji)

- Regaji kayu (Bukan berarti regaji ‘gergaji’dan kayu ‘kayu’ tetapi merupakan namasejenis gergaji)

III. PENUTUPBerdasarkan data istilah-istilah

pertukangan di atas, ditemukan kosa kataBahasa Bali istilah pertukangan yang terbentukmelalui proses pembubuhan afiks (baikpengimbuhan prefiks, infiks, sufiks, dan

11

konfiks), proses pengulangan, dan prosespemajemukan. Dalam proses pembubuhanafiks, bentuk dasar merupakan salah satu dariunsur yang bukan afiks. Setiap afiks merupakansatuan terikat yang artinya dalam tuturan biasatidak dapat berdiri sendiri dan secara gramatikalselalu melekat pada satuan lain.

Dalam proses pengulangan kataberfungsi mengubah golongan kata, tetapi adajuga yang tidak. Kemudian dalam prosespemajemukan, kata majemuk bermaknamelengkapi dari kedua unsurnya dan denganproses pemajemukan kata dapat membentuksuatu kata yang dapat menghasilkan maknabaru.

Dalam era globalisasi seperti sekarangini, disarankan agar tetap melestarikan bahasaBali dengan cara selalu mempelajari hal-halyang berhubungan dengan bahasa Bali.Utamanya dalam hal bidang pertukangankarena istilah-istilah pertukangan bahasa Balisudah sangat jarang digunakan. Dengandemikian perlu dibuatkan dan memperbanyakbuku-buku pada istilah pertukangan di Bali agaristilah tersebut tidak tergilas oleh jaman.Diharapkan kepada masyarakat agar tetapmenjaga Bahasa Bali, dengan selalumempelajari kajian-kajian istilah-istilahpertukangan, agar istilah-istilah tersebut dapatdiwariskan kepada generasi muda sehinggaBahasa Bali akan ajeg dan lestari.

DAFTAR PUSTAKA

Badulu, Abdul Muis dan Herman. 2008.Morfosintaksis. Jakarta: Rineka Cipta.

BasrowidanSuwandi. 2008.MemahamiPenelitianKualitatif. Jakarta:RinekaCipta.

Budha Gautama, Wayan. 2006. TataSukertaBasa Bali. Denpasar : Cv.KayumasAgung

Chaer, Abdul. 2008. MorfologiBahasaIndonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Daerah Tingkat I Bali, PemerintahProvinsi.1996. Tata Bahasa Baku Bahasa Bali.Denpasar: PemerintahProvinsi BaliDaerah Tingkat I Bali

DepartemenPendidikanNasional. 2012.KamusBesarBahasa Indonesia.Jakarta:DepartemenPendidikanNasional.

Gulo, W. 2004. Metode Penelitian. Jakarta:Gramedia.

Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Data Penelitiandengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.

Ramlan, M. 2001. Morfologi Suatu TinjauanDeskriptif. Yogyakarta: Karyono.

Ratna, SU, Prof. Dr. I NyomanKutha. 2010.Metodologi Penelitian Kajian Budaya danIlmu Humaniora Pada Umumnya.Yogyakarta: PustakaBelajar.

Riduwan. 2006. Belajar Mudah PenelitianUntuk Guru, Karyawan, dan PenelitianPemula. Badung : Alfabeta.

ISTILAH PERTUKANGAN DALAM BAHASA BALI....(I Made Suweta, 1-11)