IMPLEMENTASI MOVE PEOPLE NOT CAR

50
Disusun Oleh : I. Sapto Agung N. P.(I0111054) Fitria Rindang Nur Insyiroh (I0113047) Hanan Fitrian Mutaqo (I0113055) Hera Cahyaning Putri (I0113059) Rizki Rosyada (I0113114) JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Implementasi Move People not

Transcript of IMPLEMENTASI MOVE PEOPLE NOT CAR

Disusun Oleh :

I. Sapto Agung N. P.(I0111054)

Fitria Rindang Nur Insyiroh (I0113047)

Hanan Fitrian Mutaqo (I0113055)

Hera Cahyaning Putri (I0113059)

Rizki Rosyada (I0113114)

JURUSAN TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Implementasi Move People not

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

yang telah melimpahkan kasih-Nya sehingga penyusun dapat

menyelesaikan makalah “Implementasi Move People not Car” ini

dengan baik sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan.

Dengan selesainya laporan ini, penyusun menyampaikan terima

kasih kepada Dosen Pengampu mata kuliah Sistem Angkutan

Massal

Penyusun menyadari keterbatasan kemampuan dan pengetahuan

yang penyusun miliki sehingga masih ada kekurangan dalam

penyusunan makalah ini. Untuk itu penyusun mengharapkan

kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun

khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, Oktober 2014

Penyusun

1

BAB I

LATAR BELAKANG

Pertumbuhan penduduk di Indonesia semakin lama semakin

meningkat. Peningkatan jumlah penduduk ini juga diimbangi

dengan jumlah pergerakan masyarakat dalam melakukan

kegiatannya. Untuk mendukung hal tersebut diperlukan

suatu fasilitas yang cepat, aman, dan nyaman, apalagi

dengan keadaan saat ini ketika orang diharuskan dapat

berpindah ke suatu tempat dengan cepat. Hal ini sangat

erat kaitannya dengan transportasi, dimana transportasi

sendiri adalah pergerakan manusia, barang, dan informasi

dari suatu tempat ke tempat lain dengan aman, nyaman,

cepat, murah, dan sesuai dengan lingkungan untuk memenuhi

kebutuhan manusia (Burdiarto, Arif).

Hanya terdapat dua pilihan, menggunakan angkutan pribadi

atau angkutan massal. Akan tetapi melihat kondisi

angkutan massal saat ini yang kurang memerhatikan

kenyamanan maupun keamanan dan juga keinginan orang yang

2

serba instan, membuat angkutan pribadi menjadi pilihan

favorit untuk digunakan. Hal ini meyebabkan terjadinya

ketimpangan yang sangat besar antara angkutan pribadi

dengan angkutan massal, dimana angkutan pribadi semakin

lama semakin memenuhi jalanan sedangkan angkutan umum

menjadi mati karena semakin sedikitnya peminat yang

menggunakannya.

Kota Solo salah satu kota di Indonesia yang tidak

terlepas dari permasalahan tersebut. Bila melihat dari

kondisi geografisnya, Kota Solo merupakan daerah yang

strategis dan menjadi pusat simpul kegiatan kabupaten di

sekitarnya. Selain itu Kota Solo juga dilewati jalur yang

menghubungkan Propinsi Jawa Tengah dengan Propinsi Jawa

Timur. Dengan melihat kondisi geografis yang sangat

strategis tersebut, pergerakan orang dan barang pun

sangat padat. Oleh karena banyaknya pergerakan yang

terjadi, peningkatan penggunaan angkutan pribadi sebagai

fasilitas pun akan semakin betambah. Akan tetapi

peningkatan angkutan pribadi ini berdampak pada kemacetan

lalu lintas yang dapat menghambat mobilitas penduduk.

Padahal perkembangan Kota Solo sendiri ditentukan oleh

kelancaran orang melakukan mobilitas.

Oleh sebab itu diperlukan sistem transportasi yang mampu

memecahkan permasalahan mobilitas penduduk, baik di dalam

kota maupun keluar dan dari luar kota. Diperlukan suatu

pengaturan sistem transportasi yang dikembangkan secara

3

terencana dan terpadu antar berbagai jenis moda

transportasi.

Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan

menerapkan konsep transportasi berkelanjutan (Sustainable

Transportation). Konsep ini bertujuan untuk mengubah mindset

masyarakat pada umunya yang cenderung memilih angkutan

pribadi untuk melakukan pergerakan beralih menggunakan

angkutan massal. Sehingga konsep transportasi yang

berkelanjutan ini lebih menekankan pada pemfasilitasan

orang maupun barang bukan sarana pengangkutnya.

Sedang jika merujuk dari beberapa literatur yang lain

maksud dari sustainable transportation adalah suatu sistem

transportasi yang mengakomodasi aksesibilitas semaksimal

mungkin dengan dampak negatif yang seminimal mungkin.

Artinya, ini merupakan sebuah sistem manajemen

transportasi yang lebih mengedepankan sisi humanisme dan

berwawasan lingkungan. Di Kota Solo sendiri konsep ini

lebih dikenal sebagai “Move People Not Car.”

Filosofi “Move People Not Car” ini mengembangkan sistem

transportasi berbasis massal. Dengan begitu memaksa

masyarakat untuk menggunakan angkutan massal sebagai

salah satu moda transportasi utama. Bahkan jika perlu

membuat masyarakat tidak nyaman menggunakan angkutan

pribadi dan beralih menggunakan angkutan massal. Masih

sering dijumpai mobil-mobil di Kota Solo ini rata-rata

4

digunakan setiap harinya hanya oleh satu orang. Dalam

konsep transportasi berkelanjutan ini, bagaimana membuat

satu orang pengguna kendaraan pribadi tersebut mau

beralih menggunakan angkutan massal.

Hal ini bertujuan untuk menekan angka kecelakaan dan

kemacetan lalu lintas, karena di dalam sustainable

transportation, semua kegiatan transportasi harus dilakukan

secara efisien dan efektif baik untuk pemakai kendarannya

ataupun bahan bakar yang digunakan. Selain mengurangi

resiko kecelakaan penggunaan sustainable transportation ini juga

dapat mengurangi konsumsi bahan bakar yang semakin lama

semakin menipis.

Sukses atau tidaknya sustainable transportation ini tergantung

pada pelayanan angkutan massal yang ada saat ini. Perlu

adanya pembenahan yang cukup signifikan pada angkutan

massal di Indonesia khususnya Kota Solo. Sehingga

demikian, tidak ada alasan bagi orang untuk tidak

menggunakan angkutan massal. Setidaknya terdapat tiga

faktor utama yang perlu dibenahi dalam angkutan massal

yang ada.

Faktor pertama menyangkut pengguna angkutan massal itu

sendiri yaitu masyarakat pada umumnya. Adanya angkutan

massal yang ada harus didukung dengan peningkatan

keamanan dan kenyamanan bagi pengguna. Tidak sedikit

orang enggan menggunakan angkutan massal dikarenakan dua

5

hal tersebut, banyaknya angkutan massal yang sudah tidak

memenuhi standar dan juga masalah sopir yang ugal-ugalan

demi mendapat setoran. Selain peningkatan keamanan dan

kenyamanan, kehandalan angkutan massal itu sendiri pun

memerlukan perhatian khusus. Kehandalan ini berkaitan

dengan ketepatan waktu angkutan massal dalam menempuh

rute yang ada, sehingga pengguna angkutan massal ini

tidak perlu menunggu dalam selang waktu yang cukup lama.

Faktor kedua mengenai aspek ekonomi. Untuk lebih menarik

orang beralih menggunakan angkutan massal salah satunya

dengan biaya yang dapat dijangkau seluruh kalangan.

Setidaknya dengan biaya yang murah ini, pengguna tidak

merasa dirugikan jika harus beralih menggunakan angkutan

massal. Karena terkadang pengeluaran biaya untuk angkutan

massal bahkan lebih banyak jika dibandingkan dengan

menggunakan kendaraan pribadi. Oleh karenanya orang lebih

memilih menggunakan angkutan pribadi daripada angkutan

massal yang ada.

Dan faktor terakhir yang perlu diperhatikan adalah

berkaitan dengan lingkungan. Dengan beralih menggunakan

angkutan massal ini, polusi yang terjadi harus dapat

ditekan semaksimal mungkin. Sehingga penerapan angkutan

massal sebagai pendukung pergerakan masyarakat pun tidak

mengganggu dan merubah ekosistem di sekitarnya yang sudah

ada.

6

Dalam merelisasikan konsep transportasi yang

berkelanjutan ini, beberapa hal telah diupayakan

pemerintah Kota Solo salah satunya dengan penyediaan

angkutan massal yang berbasis Bus Rapid Transit, yaitu Batik

Solo Trans. Pada awal peluncurannya Batik Solo Trans

diharapkan menjadi salah satu angkutan massal yang cepat,

inovatif, tepat waktu, dengan biaya yang terjangkau dan

juga mampu menjadi solusi transportasi massal yang dapat

mengatasi permasalahan lalu lintas di Kota Solo. Selain

itu bertujuan untuk mengurangi tingkat kemacetan dan

kecelakan lalu lintas. Akan tetapi walaupun masih menjadi

angkutan massal favorit di Kota Solo, semakin lama

angkutan massal ini memiliki beberapa permasalahan.

7

BAB II

PENDAHULUAN

A. Permasalahan Transportasi di Kota Solo

Jika berbicara mengenai permasalahan transportasi di

Indonesia akan muncul permasalahan yang ‘itu-itu saja’,

akan relatif sama antara satu daerah dengan daerah yang

lainnya tidak terkecuali Kota Solo. Walaupun Kota Solo

lebih maju dari beberapa daerah lain karena telah

menerapkan sistem Bus Rapid Transit, hal tersebut tidak

membuat permasalahan-permasalahan lain menjadi hilang.

1. Jumlah kendaraan pribadi yang terus meningkat tidak

diimbangi dengan perkembangan infrastruktur jalan

Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat

mengakibatkan peningkatan kebutuhan di berbagai bidang,8

salah satunya peningkatan pergerakan penduduk. Semakin

banyak dibutuhkan moda transportasi untuk mendukung

adanya pergerakan tersebut. Dengan mindset masyarakat

umum yang lebih memilih angkutan pribadi daripada

menggunakan angkutan massal, tentunya pertumbuhan

penduduk ini ini sangat berpengaruh terhadap

pertumbuhan kendaraan pribadi.

Pada tahun 2011, Kota Solo memiliki sekitar 257.000

unit kendaraan dengan tingkat pertumbuhan 7,5 % per

tahun. Padahal, pertambahan infrasturktur jalan hanya

sebesar 1 % per tahun. Dengan pertambahan kendaraan ini

berdampak besar pada beberapa bidang.

Kemacetan menjadi dampak yang paling banyak dikeluhkan

masyarakat dengan semakin banyaknya kendaraan yang

melintasi Kota Solo. Selain kemacetan, peningkatan

jumlah kecelakaan juga menjadi salah satu dampak yang

paling banyak mendapat perhatian. Pada tahun 2010 lalu

Propinsi Jawa Tengah menempati peringkat kedua korban

meninggal akibat kecelakaan setelah Jawa Timur. Lebih

dari 4300 korban meninggal akibat kecelakaan di Jawa

Tengah. Bahkan jika dirata-rata di Indonesia sendiri

korban meninggal akibat kecelakaan terjadi tiga hingga

empat kali setiap jamnya.

Dampak lain dengan meningkatnya jumlah kendaraan di

Kota Solo yaitu peningkatan kadar gas buang di udara.

Semakin banyak gas buang di udara polusi yang terjadi

9

pun akan semakin meningkat. Kualitas udara diapastikan

akan menurun. Jika hal ini dibiarkan semakin lama Kota

Solo dapat menjadi kota yang tidak ramah lagi untuk

ditinggali terutama anak kecil dan lansia.

Pertumbuhan jumlah kendaraan yang berbanding 7,5:1

dengan perkembangan infrastruktur akan sangat

berpengaruh pada ketersediaan lahan parkir yang ada.

Peningkatan jumlah kendaraan seharusnya diimbangi

dengan ketersediaan lahan parkir pula, padahal lahan

yang ada tidak akan meluas. Sedangkan pengadaan gedung-

gedung parkir dengan berbasis teknologi belum menjadi

hal lumrah di Kota Solo. Jika begitu, maka ruas-ruas

jalan menjadi alternatif bagi tukang parkir maupun

pemilik kendaraan untuk memarkirkan kendaraan mereka.

Hal ini berakibat pada semakin sempitnya jalan yang

dapat dilalui dan besar kemungkinan mengakibatkan

kemacetan.

2. Kemacetan

Sudah dibahas pada poin yang sebelumnya mengenai

beberapa masalah yang dapat menyebabkan kemacetan.

Akhir-akhir ini mulai sering dijumpai penumpukan

kendaraan pada persimpangan-persimpangan tertentu di

Kota Solo. Penumpukan kendaraan ini diperparah dengan

adanya rel kereta yang terletak tidak jauh dari

persimpangan. Jika dalam sehari kereta melintas 50 kali

sedangkan waktu untuk sekali tunggu sekitar 10 menit,

10

berapa banyak waktu terbuang untuk menunggu kereta

melintas.

Dalam kasusnya di Kota Solo sendiri pernah terjadi dead

lock pada sebuah persimpangan yang tidak jauh dari

perlintasan rel kereta api. Dead lock sendiri adalah

keadaan dimana kendaraan tidak dapat bergerak sama

sekali di persimpangan. Permasalahan ini dapat

mengakibatkan kemacetan yang parah apalagi pada jam-jam

sibuk (Rush Hour). Dibutuhkan rekayasa lalu lintas untuk

mengatasi permasalahan dead lock ini , seperti pengalihan

arus, pembangunan Fly Over maupun rekayasa lalu lintas

lainnya

Kemacetan ini semakin parah ketika memasuki jam-jam

sibuk, seperti saat berangkat menuju kantor maupun

sekolah dan pulang ke rumah. Dimana ketika jam

tersebut, hampir seluruh kendaraan yang ada turun ke

jalanan. Bisa dibayangkan seberapa penuhnya jalanan

dijelali 257.000 kendaraan, ditambah lagi dengan

kendaraan-kendaraan yang sekedar melintasi Kota Solo

dan juga kendaraan pribadi yang dimiliki masyarakat

yang tidak tinggal di Kota Solo akan tetapi bekerja di

dalam Koto Solo. Menurut survey yang telah dilakukan,

masyarakat yang hidup di Kota Solo pada siang hari

dengan malam hari memiliki selisih yang cukup jauh.

3. Kondisi infrastruktur jalan yang rusak

11

Kota Solo adalah kota yang dilewati oleh jalur lintas

propinsi antara Propinsi Jawa Tengah dengan Propinsi

Jawa Timur. Jenis-jenis kendaraan yang melewati jalur

tersebut tidak hanya kendaraan-kendara pribadi sebatas

sepeda motor dan mobil saja, akan tetapi juga dilintasi

bus antar propinsi yang memiliki kapasitas yang besar

juga angkutan barang dari salah satu propinsi menuju

propinsi yang lain. Ini berdampak pada kondisi jalan

yang setiap harinya dilintasi beban yang cukup berat.

Jalanan yang ada akan cepat mengalami kerusakan.

Berbeda dengan Kota Yogyakarta yang telah memiliki

jaringan jalur tersendiri untuk dilewati kendaraan yang

hanya sekedar melintasi Kota Yogyakarta seperti bus

antar kota antar propinsi. Solo belum memiliki jaringan

jalur seperti ringroad untuk dilewati bus-bus besar

tersebut, sehingga bus besar dan angkutan berat

memasuki Kota Solo dan merusak jalan.

Rusaknya jalan dapat semakin memperlambat laju

kendaraan, karena kendaraan harus lebih berhati-hati

ketika melawati jalanan yang rusak. Dengan semakin

lambatnya laju kendaraan mobilitas penduduk pun akan

menurun, dan hal ini dapat memperlambat pula

perkembangan Kota Solo sendiri.

4. Rendahnya kualitas dan kuantitas angkutan umum yang ada

12

Saat ini di Kota Solo terdapat lima operator bus yang

masih beroperasi, yang saat ini telah dijadikan satu

dalam sistem yang sama yaitu koridor. Sistem koridor

yang terbagi menjadi delapan jalur ini lebih baik

daripada sistem yang sebelumnya berlaku. Dimana sistem

yang sebelumnya masih dipegang oleh masing-masing

operator, terjadi tumpang tindih jalur angkutan.

Sehingga masih ada daerah yang tidak terlintasi oleh

angkutan massal, sedangkan daerah lain terlintasi oleh

berbagai angkutan massal.

Akan tetapi armada yang ada masih dirasa kurang, karena

hadway yang terjadi saat ini masih lama. Kurang

handalnya angkutan massal ini menjadi poin minus

tersendiri. Pengguna angkutan massal masih belum

diberikan kepastian waktu jam berapa kedatangan armada

di halte dan juga kepastian waktu tempuh dari satu

tempat ke tempat yang lain. Disamping itu kondisi

sebagian besar armada yang ada mengurangi kenyamanan

pengguna, sehingga orang-orang lebih memilih

menggunakan angkutan pribadi daripada angkutan massal

ini. Saat ini di Kota Solo yang telah memenuhi standar

kelayakan dari segi fisiknya hanya ada pada dua

koridor, dimana armadanya menggunakan Batik Solo Trans

(BST). Yang lainnya masih menggunakan armada-armada bus

lama yang belum dilakukan pembenahan yang berarti.

13

Selain angkutan massal berbasis koridor yang ada di

Kota Solo juga masih terdapat angkutan kota yang belum

diatur dalam satu sistem yang pasti. Sehingga masih

terjadi beberapa perbedaan antara angkutan kota dengan

sistem koridor. Berbeda dengan sistem korideor yang

lebih tertata, angkutan kota yang notabene dimiliki

oleh banyak operator masih terkesan amburadul dan tidak

tertata. Kenyamanan penumpang pun menjadi nomer sekian,

karena pada angkutan kota lebih memntingkan kejar

setoran daripada pelayanan penumpang. Sering dijumpai

angkutan kota yang ‘ngetam’ selama beberapa waktu hanya

untuk menunggu angkutan penuh.

5. Mindset masyarakat yang lebih memilih menggunakan

kendaraan pribadi

Memiliki kendaraan pribadi kini menjadi hal yang lumrah

bagi orang-orang. Bahkan dalam satu keluarga memiliki

sepeda motor sejumlah anggota keluarga adalah hal

wajar, karena kebutuhan dan kegiatan masing-masing

anggota keluarga yang tidak sama menyebabkan mereka

memerlukan moda tersendiri.

Keadaan angkutan massal yang ada saat ini masih belum

mendukung untuk mengadakan pergerakan yang cepat,

efektif, nyaman, dan aman. Dan pilihan satu-satunya

selain angkutan massal adalah angkutan pribadi,

sehingga masyarakat pada umumnya memilih moda ini.

Banyaknya pemikiran tentang lebih praktisnya

14

menggunakan angkutan pribadi daripada angkutan massal

yang harus bergonta-ganti angkutan dalam sekali jalan

menjadi alasan yang sering digunakan untuk tidak

menggunakan angkutan massal. Selain itu menggunakan

angkutan pribadi tidak harus berdesak-desakan dengan

orang lain seperti ketika menggunakan angkutan massal.

Apalagi saat ini pembelian angkutan pribadi khususnya

sepeda motor sangat dipermudah, dimana orang yang ingin

membeli sepeda motor tidak harus membayar secara tunai.

Dengan uang muka yang dapat dijangkau, pembeli sudah

dapat membawa pulang sepeda motor. Hal ini juga menjadi

salah satu faktor mengapa orang-orang lebih senang

munggunakan angkutan pribadi daripada angkutan umum

B. Faktor yang Menyebabkan Masyarakat Enggan Menggunakan

Transportasi Massal

Untuk dapat mewujudkan konsep transportasi yang

berkelanjutan perlu penekanan yang semaksimal mungkin

pada transportasi massal. Dimana transportasi massal yang

ada diperbaiki dan ditata ulang baik secara fisik maupun

sistem. Fasilitas-fasilitas yang ada sebisa mungkin

ditingkatkan demi kenyamanan penumpang. Dengan begitu

masyarakat umum lebih tertarik untuk menggunakan angkutan

massal dan meninggalkan angkutan pribadi mereka.

Sayangnya kualitas angkutan massal di Indonesia dinilai

masih rendah, tidak terkecuali Kota Solo. Permasalahan

15

ini muncul karena terdapat berbagai kelemahan yang

menjadi sebab buruknya kualitas pelayanan angkutan massal

khususnya di daerah perkotaan. Kelemahan tersebut

utamanya terjadi dalam perencaan operasional angkutan

massal. Kelemahan perencanaan dapat ditinjau dari dua

aspek, yaitu kelemahan perencanaan secara teknis maupun

kesalahan perencanaan secara ekonomi.

Ditinjau dari aspek teknis, perencanaan operasional

angkutan massal khususnya perkotaan belum komprehensif

dan mendalam. Menurut Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan

Kota Solo, perencanaan operasional angkutan massal

perkotaan belum mencakup seluruh aspek yang terlibat di

dalamnya, seperti pola tata guna lahan, pola jaringan

jalan, pola penyebaran penduduk, pola pergerakan, sistem

operasi yang dikenal sebagai rute armada atau trayek, dan

tingkat pelayanan. Jika aspek-aspek tersebut belum ditata

dengan baik, alih-alih berfungsi sebagai solusi

permasalahan lalu lintas, angkutan massal justru menjadi

salah satu sumber permasalahan lalu lintas.

Di Kota Solo, terdapat sejumlah peraturan yang berkaitan

dengan pengelolaan transportasi, di antaranya adalah

Peraturan Daerah (Perda) No 6 tahun 2005 tentang

Penyelenggaraan Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya.

Peraturan ini mengatur mengenai pengelolaan angkutan baik

kendaraan pribadi maupun angkutan massal. Namun, berbagai

kebijakan dan peraturan yang telah ditetapkan tersebut

16

dinilai tidak mampu untuk mengoptimalisasi penggunaan

angkutan massal.

Salah satu faktor yang menyebabkan masyarakat enggan

untuk menggunakan fasilitas umum adalah ketidaknyamanan

dalam angkutan tersebut. Selain itu juga masalah keamanan

terutama bagi penumpang wanita. Rawannya kejahatan yang

terjadi di layanan transportasi umum menyebabkan

masyarakat menghindari untuk menggunakan transportasi

umum tersebut. Di samping itu, jarang sekali ditemui

sarana transportasi umum yang bersih. Minimnya kebersihan

menyebabkan masyarakat tidak nyaman menggunakan alat

transportasi umum, sehingga lebih memilih untuk

menggunakan kendaraan pribadi. Perlu ditingkatkannya

kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan alat

transportasi umum, tidak hanya sekedar menggantungkan

pada petugas kebersihan.

Faktor rute dan jaminan waktu tempuh kendaraan umum juga

seringkali menjadi faktor penyebab masyarakat enggan

untuk menggunakannya. Banyaknya rute yang tidak dijangkau

oleh sarana transportasi umum menyebabkan sebagian

masyarakat kesulitan terutama daerah-daerah yang berada

di pinggiran Kota Solo. Dan pada saat masyarakat

menggunakan sarana transportasi umum, seringkali tidak

adanya jaminan waktu tempuh, karena angkutan yang sering

mangkal untuk menunggu penumpang. Begitu pula dengan rute

trayek yang tidak pasti. Seringkali pengemudi angkutan

17

massal mengubah trayek perjalanannya dengan dalih untuk

menghindari kemacetan. Pengemudi angkutan massal

seringkali melakukan hal ini apabila melewati titik-titik

kemacetan di beberapa wilayah di Kota Solo. Jika

Pemerintah dapat menyediakan transportasi umum yang

bersih, nyaman dan aman diharapkan banyak masyarakat yang

akan memanfaatkan fasilitas tersebut, sehingga dapat

mengurangi jumlah mobil ataupun kendaraan di jalan raya.

C. Fasilitas Transportasi Massal yang Tersedia di Kota Solo

Upaya yang dilakukan adalah dengan membuat program

peningkatan Sarana Angkutan Umum Massal (SAUM) dengan

menekankan pada aspek kenyamanan, keselamatan dan

keamanan, ketepatan dan keterjangkauan tarif. Hal itu

dikarenakan kondisi transportasi umum massal di Kota Solo

sebelumnya dari 385 bus perkotaan yang melayani 23 rute

dan 16 trayek dinilai tidak mampu lagi mengatasi

pertumbuhan ekonomi, pendidikan,pariwisata dan perumahan

apalagi mengatasi kemacetan dan kecelakaan. Terdapat

beberapa moda transportasi massal yang melayani

masyarakat Kota Solo, diantaranya :

1. Batik Solo Trans (BST)

Bus Rapid Transit (BRT) merupakan fasilitas mutlak yang

harus tersedia dalam pengelolaan transportasi cepat

berbasis transformasi massal. BRT merupakan salah satu

kunci terlaksananya intellegent transport sistem yang

mulai dikembangkan sejak tahun 2006 oleh Pemerintah

18

Kota Surakarta. BRT menjadi salah satu fasilitas utama

dalam upaya mengalihkan penggunaan kendaraan pribadi.

Fasilitas BRT di Kota Solo dinamai Batik Solo Trans

(BST).. Saat ini terdapat 8 koridor BST yang melayani

masyarakat Kota Solo untuk berpergian di dalam kota

maupun di kota-kota yang dekat dengan Kota Solo. Namun,

pengoperasian BST dinilai masih memiliki banyak

permasalahan akibat kurang tegasnya peraturan dan

kebijakan untuk BST itu sendiri maupun integrasi antara

BST dengan moda transportasi massal lainnya.

2. Angkutan Kota (Angkot)

Angkutan kota atau biasa

disingkat Angkot atau Angkota adalah sebuah moda

transportasi perkotaan yang merujuk kepada kendaraan

umum dengan rute yang sudah ditentukan. Tidak

seperti bus yang mempunyai halte sebagai tempat

perhentian yang sudah ditentukan, angkutan kota dapat

berhenti untuk menaikkan atau menurunkan penumpang di

mana saja. Tarif yang dibebankan kepada penumpang

bervariasi tergantung jauhnya jarak yang ditempuh.

Umumnya sebuah angkutan kota diisi oleh kurang lebih 10

orang penumpang, tetapi tidak jarang penumpangnya

hingga lebih dari 10 orang. Perilaku sopir angkutan

kota yang sering berhenti mendadak dan di sembarang

tempat sering dihubung-hubungkan dengan penyebab

kemacetan. Terkadang juga sebuah angkutan kota selalu

menepi dengan waktu yang lama untuk menunggu penumpang.

19

Jalur operasi suatu angkutan kota dapat diketahui

melalui warna atau kode berupa huruf atau angka yang

ada di badannya.

Setelah berlakunya Batik Solo Trans (BST) yang

mengambil alih jalur angkutan kota muncul berbagai

protes yang dilayangkan oleh awak angkutan kota

(Angkot). Oleh karena itu, Dinas Perhubungan Komunikasi

dan Informatika (Dishubkominfo) merevisi sejumlah rute

bus kota. Pengalihan rute dilakukan untuk meredam

situasi dan menghindari adanya konflik antara awak bus

dengan awak angkot. Setelah melakukan perundingan yang

panjang antara perwakilan awak bus, pengusaha bus kota

dan Dishubkominfo, akhirnya disepakati adanya

pengalihan jalur pada sejumlah koridor.Berdasarkan data

Dishubkominfo, perubahan jalur bus kota dilakukan pada

koridor 3,5,7,8. Sedangkan pada koridor 4 dan 6, tidak

ada perubahan jalur.

3. Bus Kota

Bus Kota Solo atau Surakarta merupakan salah satu

sarana transportasi umum yang masih beroperasi di

kawasan kota Surakarta dan sekitarnya. Adapun bus kota

Solo beroperasi setiap hari mulai pukul 06.00 hingga

18.00. Berikut daftar koperasi bus atau perusahaan

otobus yang melayani trayek bus kota Solo antara lain:

PO Atmo

PO Damri

20

PO Nusa

PO Sumber Rahayu

PO Surya Kencana

Saat ini keberadaan Bus Kota Solo masih beroperasi

meskipun jumlah armadanya telah dikurangi dan dialihkan

ke Batik Solo Trans (BST). Rute bus kota ini dapat

berubah sewaktu-waktu. Pada tahun 2015, bus kota

diperkirakan akan berhenti beroperasi karena digantikan

oleh BST. Sedangkan koperasi ataupun perusahaan bus

kota di Kota Solo banyak yang beralih menjadi bus

pariwisata.

4. Andong

Andong atau yang lebih sering disebut delman merupakan

moda transportasi berupa kereta yang ditarik oleh kuda.

Delman atau andhong memang sudah tidak sepopuler dulu,

hingga awal 1980-an. Beberapa memang masih ada yang

‘beroperasi’ di Pasar Legi, untuk sarana angkut kulakan

para pedagang. Tapi, sebagai angkutan komersil yang

bisa diakses masyarakat kebanyakan, nyaris tak ada

lagi. Tapi uniknya, akhir-akhir ini, delman-delman dari

Solo justru kerap disewa oleh berbagai pemerintah

daerah atau event organizer, seperti Semarang, Cilacap,

Jakarta, hingga Banyuwangi, Jawa Timur. Jumlah delman

di Solo, kini tinggal 40-an. Tapi jika ada permintaan,

para supir delman dapat mendatangkan delman dari kota

sekitar, seperti Karanganyar atau Boyolali.

21

Sedikitnya delman bisa dilihat di sekitar Pasar Gading,

yang dulu merupakan pangkalan delman. Di utara

plengkung Gading, di sebelah barat, dulu juga ada

seorang ahli tapal kuda, yang melayani pasang/ganti

tapal kuda. Di Pasar Legi pun, kini sudah jarang

dijumpai delman sebagai sarana kulakan. Andong

merupakan moda transportasi yang ramah lingkungan

karena tidak menggunakan bahan bakar yang dapat

mengakibatkan polusi. Selain itu, andong juga merupakan

salah satu bagian dari budaya yang berkembang di Kota

Solo sehingga harus dapat dilestarikan.

5. Bus Tingkat Werkudara

Kota Solo saat ini sudah mempunyai Bus Tingkat

Wisata. Desain bus tersebut berwarna merah dan

dilengkapi tempat duduk yang nyaman. Ketinggiannya

mencapai 4,5 meter dengan lebar layaknya bus pada

umumnya, yakni sekitar 2,5 meter. 

Bus tingkat ini hanya ditawarkan kepada wisatawan yang

ingin berkeliling Solo.Lokasi yang bisa dituju, antara

lain Keraton Surakarta, Kampung Batik Kauman dan

Laweyan, Mangkunegaran, Museum Radya Pustakan dan

sejumlah tempat lainnya. Bus tingkat dapat mengantar

wisatawan sesuai keinginannya.

Bus tingkat wisata yang bertujuan untuk menarik

wisatawan telah dioperasikan mulai 20 Februari  2011.

22

Selain itu, bus tingkat ini juga berfungsi untuk

mengenang masa lalu karena dapat diketahui keberadaan

bus tingkat masih populer. Dulu bus tingkat adalah bus

reguler, kalau bus tingkat kali ini konsepnya berupa

bus wisata dengan paket atau carter.

6. Sepur Klutuk Jaladara

Steam Loco Jaladara atau yang disebut dengan Sepur

Kluthuk Jaladara sudah melintasi kota Surakarta sejak

27 september 2009, dimana diresmikan oleh Menteri

Perhubungan Jusman Syafi’i Djamal bersama Gubernur Jawa

Tengah dan Walikota Solo Joko Widodo bertempat di Loji

Gandrung, Rumah Dinas Walikota Solo. Satu rangkaian

kereta uap Jaladara ini terdiri atas satu lokomotif

Seri C 1218 dan dua gerbong penumpang dengan Seri TR

144 dan TR 16. Lokomotif kereta uap wisata jaladara ini

buatan Negara Jerman pada tahun 1896, diambilkan dari

Museum Palagan Ambarawa, sementara gerbongnya dari

Magelang dan Bandung. Sepur Kluthuk Jaladara,

rencananya akan beroperasi 2 kali dalam semingu yaitu

setiap hari sabtu dan minggu dengan rute Stasiun

Puwosari sampai Stasiun Kota Sangkrah yang berjarak

kurang lebih 5.6 kilometer. Rute ini melewati Jalan

Slamet Riyadi, jalan utama kota Solo dan  rencananya

akan singgah beberapa saat di beberapa tempat

perhentian dalam satu trip pulang pergi, diantaranya

adalah Kampung Laweyan, Loji Gandrung, Ngapeman, Pasar

Pon, Keraton, Gladak, dan lain-lain.

23

Sepur Kluthuk Jaladara dapat membawa maksimal 80

penumpang dengan biaya Rp 3.250.000,00. Biaya ini

dipergunakan untuk membiayai bahan bakar berupa lima

meter kubik kayu jati dan 3 masinis serta 3 asisten

masinis yang menyalakan kereta tersebut. Untuk

menikmati fasilitas paket layanan ini, tarif satu kali

perjalanan pulang pergi biaya yang dikenakan Rp

360.000,00 per orang (paket 25 penumpang), Rp

290.000,00 (paket 35 orang penumpang), dan Rp

150.000,00 (paket 80 orang penumpang).

Perjalanan Sepur Kluthuk Jaladara juga menyediakan

fasilitas paket layanan meliputi welcome drink berupa

minuman jamu tradisional dan jajanan pasar, live music

tradisional selama perjalanan, souvenir berupa sampir

atau slayer, atraksi kesenian tradisional seperti reog

atau jatilan, pemandu perjalanan, tiket masuk museum

batik serta coffee break. Walikota Surakarta berharap

dengan adanya Steam Loco jaladara ini akan menjadi daya

tarik tersendiri kota Surakarta. 

D. Implementasi dari Move People not Car

Filosofi move people not car tersebut mengandung

konsekuensi dalam implementasi kebijakan yakni dengan

mengembangkan system transportasi berbasis transportasi

massal. Secara ekstrem, filosofi ini dapat diterjemahkan

kebijakan yang dibuat bertujuan untuk membuat para

24

pengendara kendaraan mobil tidak nyaman sehingga beralih

ke kendaraan umum. Beberapa implementasi dari Move People

not Car antara lain:

1. Penerapan konsep transportasi berkelanjutan (sustainable

trasport)

Menurut Brundtland Commission dalam CAI-Asia (2005: 11)

definisi dari Sustainable Transportation dapat diartikan

sebagai kumpulan kegiatan transportasi bersama dengan

infrastruktur yang tidak meninggalkan masalah atau

biaya-biaya untuk generasi mendatang guna

menyelesaikannya dan menanggungnya. Definisi yang lebih

resmi telah lebih awal dikeluarkan oleh the world bank

(1996) yang menyatakan secara konseptual, sustainable

transportation adalah transportasi yang melayani tujuan

utama sebagai penggerak ekonomi wilayah perkotaan dan

perkembangan sosial. Berdasarkan beberapa definisi

tersebut terdapat point-point yang sama dalam penerapan

system transportasi meskipun pengungkapannya berbeda.

Kesamaan point penting dari definisi-definisi tersebut,

yaitu:

a. Kegiatan transportasi yang mengutamakan

keselamatan dan kenyaman pemakai atau masyarakat.

Hal ini mengingat jalan ataupun infrastruktur

trasnportasi lainnya dibuat untuk manusia bukan

untuk kendaraan. Jadi kenyamanan manusia umum

harus diutamakan.

b. Semua kegiatan transportasi harus dilakukan secara

efisien dan efektif baik untuk pemakai kendarannya

25

ataupun bahan bakar yang digunakan. Selama ini

kendaraan pribadi rata-rata setiap harinya hanya

berisi satu orang. Jadi jika satu orang itu

dialihkan untuk menggunakan kendaraan umum, maka

bisa dibayangkan berapa banyak bahan bakar yang

akan tersimpan dan berapa banyak kemacetan dan

emisi kendaraan yang akan berkurang.

c. Tiga pilar penting transportasi, yaitu ekologi,

ekonomi dan sosial harus seimbang. Kegiatan

transportasi dalam konsep sustainable

transportation harus bisa menyeimbangkan semua

aspek tersebut. 

d. Trasnportasi bukan hanya bisa dinikmati masa

sekarang, namun juga untuk masa yang akan dating.

e. Penggunaan transportasi yang ramah lingkungan.

2. Penyusunan “Grand Design Transportasi”

Penyusunan “Grand Design Transportasi” merupakan

penyusunan system jarinagan transportasi sebagai bagian

dari system transportasi berkelanjutan.‘‘Grand Design‘‘

menekankan pada visi yang sangat terperinci dan

terarah, untuk menyamakan presepsi terhadap pembangunan

perkotaan di Indonesia nantinya.

Ide-ide penelitian dan pengembangan baik yang dipikrkan

bersama baik itu melalui kerjasama nasional maupun

internasional dapat memberikan suatu solusi sistem

angkutan umum yang ekonomis, aman, cepat dan nyaman

26

yang dapat menjadi pilihan utama mobilitas masyarakat

perkotaan dimasa depan.

“Grand Design“ ini dimaksudkan untuk dapat menjadi

perhatian dan menjadi sebuah komitmen pemerintah

Indonesia pada khususnya dan Kota Solo pada umumnya

untuk mengatur tata ruang kota-kota di Indonesia.

Secara sekilas pemerintah Indonesia akan dihadapkan

pada suatu utopis. Tetapi dengan wawasan yang lebih

mendalam, visi ini akan tumbuh menjadi gambaran bersama

tentang kehidupan perkotaan masa depan, yang didasarkan

pada mobilitas masyarakat perkotaan.

Ruang publik adalah tempat milik masyarakat umum.

Pengguna moda transportasi kendaraan pribadi, baik roda

4 (empat) maupun roda 2 (dua) dalam jumlah yang

berlebihan dapat mengganggu dan mengurangi ruang

publik. Dibutuhkan sejumlah terobosan yang tepat untuk

mengatasi kendala budaya, politik, teknik, dan

keuangan, yang dirancang untuk mengatasi permasalahan

transportasi perkotaan di Indonesia.

Kota-kota di Indonesia diharapkan akan mempunyai sistem

transportasi perkotaan yang lebih memprioritaskan

pejalan kaki, pesepeda, dan angkutan umum, yang satu

sama lain saling terintegrasi di pusat kota, dengan

ruang publik yang mempunyai sistem transportasi yang

ramah lingkungan. Dengan adanya implementasi tersebut,

27

maka akan menghasilkan kondisi kota yang lebih nyaman,

teratur, sehat dan indah

Untuk mencapai keberhasilan visi transportasi perkotaan

yang berkelanjutan, maka hal utama yang perlu

diperhatikan adalah angkutan umum. Karena pada dasarnya

sistem transportasi yang berkelanjutan tercapai jika

angkutan umum sudah dapat mengcover kebutuhan dasar

dari para pelaku perjalanan, dan sudah menjadi

primadona moda perjalanan masyarakat. Adapun angkutan

umum yang menjadi tulang punggung di kota-kota besar

tersebut, direncanakan terdiri dari jaringan Bus Rapid

Transit (BRT) dan Mass Rapid Transit (MRT)

Dalam pencapaiannya, maka angkutan umum harus

terintegrasi satu sama lain, sehingga pusat-pusat

aktivitas dan kegiatan masyarakat seperti stasiun

kereta api, terminal bis antar kota, bandar udara,

pelabuhan laut dan pelabuhan penyebrangan serta

fasilitas umum seperti universitas dan sekolah, balai

kota, kesehatan seperti Rumah Sakit, pusat perbelanjaan

dan pusat kebudayaan akan langsung terhubungkan ke

dalam jaringan ini.

Selain itu angkutan umum diharapkan dapat member

kenyamanan untuk pemakai jasa transportasi. Dalam

meningkatkan kenyamanan pemakai jasa transportasi,

perlu adanya integrasi sistem antar moda dimana sistem

ini akan mempermudah pengguna transportasi dalam hal

28

transfer antar moda. Bentuk peningkatan pelayanan ini

ditawarkan dalam bentuk sistem satu tiket. Sistem satu

tiket ini melayani pelaku perjalanan untuk menggunakan

semua moda transportasi untuk satu kali perjalanan baik

itu dengan menggunakan 1 moda atau lebih dari 1 moda

3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas angkutan massal di

Kota Solo

a. Penambahan Armada

Untuk meningkatkan kenyamanan dan antusiasme

masyarakat Kota Solo untuk menggunakan transportasi

massal maka salah satu solusi yang dapat dilakukan

yaitu dengan menambah armada angkutan umum.

Penambahan armada angkutan umum khususnya Batik Solo

Trans (BST) akan meningkatkan efisiensi waktu serta

mengurangi interval waktu antar BST yang mengangkut

penumpang di halte. Dana untuk program penambahan

armada BST ini dapat diambil dari dana APBD Kota

Solo.

b. Penerapan ITS (Intelligent Transport System)

Intelligent Transport System (ITS) atau sistem

transportasi cerdas mensyaratkan adanya pengendalian

lalu lintas yang terintegrasi. ITS bertujuan untuk

menurunkan tingkat kecelakaan lalu lintas sekaligus

mengurangi kemacetan. Bidang Lalu Lintas bertanggung

29

jawab menyelenggarakan sistem pengendali lalu lintas

atau Area Traffic Control System (ATCS), yang

dikembangkan Dishubkominfo Kota Surakarta sejak tahun

2006.

Melalui ruang kendali atau yang disebut sebagai CC

Room, lalu lintas bisa dikendalikan dari jarak jauh

dengan remote control. Pengendalian melalui remote

itu dimungkinkan karena dari 53 persimpangan traffict

light (APILL) yang ada di Solo, telah terpasang

sebanyak 43 CCTV. CCTV yang berfungsi untuk

memonitoring kondisi dan status lalu lintas juga

terpasang di halte-halte bus.

Penunjang kinerja ATCS juga didukung dengan piranti

public announcer, yaitu speaker untuk memberikan

teguran jika terjadi pelanggaran di lapangan dan

untuk sosialisasi tentang lalu lintas. ACTS pada

dasarnya adalah untuk

memberikan prioritas bagi angkutan umum sehingga

diperlukan alat yang dinamakan Bus Priority. Dengan

alat tersebut petugas dari ruang kendali (central

contro atau CC Room) bisa mengatur traffic light

dengan memperpanjang atau memperpendek lampu pada

traffic light dengan tujuan memberikan prioritas bagi

bus Batik Solo Trans (BST).

Selain itu untuk memberikan kepastian waktu kepada

penumpang BST, di setiap halte dipasang alat yang

dinamakan passenger info yang akan menginformasikan

30

penumpang tentang berapa waktu kedatangan BST

berikutnya. Sementara di setiap BST, terpasang GPS

agar pergerakan transportasi massal ini dapat terus

terpantau dari ruang kendali. Hasil pantauan lalu

lintas tersebut sebagian disampaikan ke khalayak umum

melalui media elektronik yakni Stasiun TATV dan Radio

Solopos FM di setiap hari untuk membantu pengguna

lalu lintas.

ACTS didukung dengan fasilitas lalu lintas lainnya

seperti rambu-rambu lalu lintas termasuk di dalamnya

rambu bagi pejalan kaki atau pelican crossing, Rambu

Pendahulu Petunjuk Jurusan atau RPPJ, median jalan

dan marka jalan. Dishubkominfo juga memasang variable

message sight (VMS). VMS merupakan piranti media

elektronik yang terbuat dari LED dan berfungsi untuk

menampilkan informasi berbentuk text, gambar/logo,

animasi, grafik dan sebagainya. Informasi tersebut

dipasok dari CC Room yang berisikan traveler

information seperti rute jalan, kecepatan maksimun

atau tempat parkir. Selain itu VMS juga bertungsi

untuk memberikan informasi incident management yakni

informasi mengenai pengelolaan lalu lintas bila

terjadi gangguan, misalnya perbaikan jalan,

kecelakaan, kemacetan hingga bencana alam yang

menganggu lalu lintas.

31

Rekayasa lalu lintas dengan penggunaan piranti

teknologi modern tersebut tidak akan banyak artinya

jika perilaku masyarakat dalam berlalu lintas tidak

mendukungnya. Oleh karena itu kampanye keselamatan di

jalan raya menjadi bagian dari pengembangan ITS.

Program ini dilakukan secara berkala dengan

sasaran masyarakat umum, terutama bagi anak sekolah

dengan harapan perilaku budaya berlalu lintas yang

tertib tertanam sedini mungkin.

Untuk mempermudah pengguna BST memanfaatkan layanan

transportasi massal ini, Pemkot Solo menggandeng

sejumlah lembaga keuangan dengan melakukan pembuatan

kartu pintar (smart card) yang digunakan sebagai

tiket perjalanan (e-ticketing intermoda).

Smart card ini sebagai pengganti uang tunai yang

dapat diisi ulang jika dana di dalamnya habis. Selain

itu, pemegang smart card juga mendapatkan berbagai

fasilitas dari bank seperti diskon jika bertransaksi

di tempat yang ditunjuk oleh bank.

Kemudahan lain yang didapat dengan menggunakan smart

card yakni pengguna BST tidak perlu harus membayar

karcis atau tiket ketika berganti moda kereta api

Prameks dan Bus Trans Jogja lantaran sudah

terintegrasi.

c. Mengintegrasi antara angkutan kota dengan BST

32

Pergerakan orang di kota-kota di Indonesia pada masa

yang akan datang, direncanakan sepenuhnya akan

dilayani oleh jaringan angkutan umum massal baik oleh

Mass Rapid Transit (MRT) maupun Buss Rapid Transit

(BRT) yang terintegrasi dengan moda transportasi

lainnya. Hal ini juga berlaku pada Kota Solo dalam

waktu dekat.

Maka angkutan umum harus terintegrasi satu sama lain

khususnya Batik Solo Trans (BST) dengan angkutan kota

maupun bus kota lainnya, sehingga pusat-pusat

aktivitas dan kegiatan masyarakat seperti stasiun

kereta api, terminal bis antar kota, bandar udara,

pelabuhan laut dan pelabuhan penyebrangan serta

fasilitas umum seperti universitas dan sekolah, balai

kota, kesehatan seperti Rumah Sakit, pusat

perbelanjaan dan pusat kebudayaan akan langsung

terhubungkan ke dalam jaringan ini.

Rute trayek antara BST dengan angkutan kota juga

harus diperhatikan sehingga tidak saling bertubrukan

satu sama lain. Akan lebih baik apabila angkutan kota

dijadikan angkutan penghubung desa maupun daerah

daerah pinggiran Kota Solo yang tidak terlewati rute

BST. Dengan demikian, antara angkutan massal yang

satu dengan yang lain dapat saling terintegrasi satu

sama lain.

33

Berdasarkan dari contoh data mengenai komponen

transportasi di beberapa negara (Manfred, 2010),

pembagian persentasi masing-masing moda di pusat kota

diperkirakan sebagai berikut:

Pejalan kaki 18 %

Sepeda 4 %

Ojek 5 %

Becak 3 %

Taxi 10 %

AngKot 15 %

Bus ukuran sedang 10 %

BRT 15 %

MRT 18 %

Lain-lain 2 %

Di dalam hirarki moda-moda tersebut, ruang diantara

masing-masing moda harus mendapatkan perhatian yang

sangat serius. Pengintegrasian jadwal moda transportasi

umum di wilayah perkotaan yang padat menjadi sangat

34

penting, dimana berbagai moda transportasi beroperasi

dalam waktu yang bersamaan terjadwal sehingga dapat

mempersingkat waktu tunggu. Begitu pula dengan sistem

tiket yang terintergrasi antar moda merupakan hal

sangat penting karena dapat menghemat waktu dan biaya

perjalanan dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran

untuk semua moda. 

d. Pengadaan Angkutan Penghubung Antar Kota dan Antar

Pedesaan (AKDP) atau Feeder Bus

Untuk menghubungkan antara moda angkutan umum yang satu

dengan yang lain maka diperlukan angkutan penghubung

untuk menghubungkan daerah-daerah yang tidak terlewati

trayek BST dengan daerah yang terlewati oleh moda

angkutan BST. Oleh karena itu diperlukan

feeder (penghubung antara angkutan kota dengan angkutan

pedesaan) sehingga dapat terintegrasi dengan baik.

Diharapkan dengan adanya AKDP sebagai angkutan feeder

yang terhubung dengan BST maka masyarakat dapat lebih

tertarik menggunakan moda transportasi umum. AKDP juga

diharapkan dapat dibuat dalam konsep konsorsium baik

dalam jalur trayeknya, efisiensi waktu serta interval

waktu antar AKDP itu sendiri. AKDP tidak hanya

menghubungkan daerah pinggiran Kota Solo yang tidak

terlewati BST namun juga kota maupun kabupaten yang

dekat dengan Kota Solo seperti : Boyolali, Klaten,

Sragen, Wonogiri dan Sukoharjo agar dapat langsung

terhubung dengan koridor BST.

35

e. Pembuatan alternatif angkutan massal baru yang lebih

memadai, reliable, efisien dan sesuai dengan Kota Solo cth:

Rail Light Train, Trams city , Troley bus ,dll

Trem Kota (LRT - Light Rail Transit)

Trem atau lengkapnya Trem Kota merupakan alternatif

dalam menanggulangi kemacetan kota. Kendaraan ini

biasanya hanya terdiri atas satu set (dua gerbong),

karena harus menyesuaikan dengan keadaan lingkungan

jalan kota yang tidak boleh terlalu panjang, karena

berbaur dengan lalu lintas kota lainnya. Namun bisa

saja dua set atau 4 kereta (HRT - Heavy Rail Transit -

satu set adalah 4 kereta).

Berbagai keunggulan LRT adalah:

Dengan kendaraan ringan dan dapat dibuat oleh

parik karoseri bus

Dapat berbaur dengan lalu-lintas kota

Dapat berbelok dengan radius kecil atau tajam

(sekitar 15 meter, sehingga dapat menyelusuri

bangunan tua pusat kota, sedangkan HRT minimum

dengan radius 150 meter)

Dapat naik dengan elevasi hingga 12%, sedangkan

HRT maxiumum 1%. Oleh sebab itu stasiun LRT sering

berada di atas jembatan layang.

Biaya pembangunan dan operasi sangat murah

dibandingkan dengan HRT

Tipe 1: Berbaur dengan lalu-lintas kota dan

panjang satu set (2 kereta); Tipe 2: Dengan

berbagai lintasan (surface, elevated, dan sub-way)

36

dan panjang dua set (4 kereta); Tipe 3: Seperti

HRT dengan lintasan khusus terpisah berikut

sinyalnya, dan panjang 2 set hingga 4 set (bisa 4

hingga 8 kereta).

Namun LRT mampu mengangkut 80.000 penumpang per

jam, bandingkan dengan HRT 140.000 penumpang per

jam, monorel 40,000 penumpang per jam, sedangkan

busway hanya 25.000 penumpang per jam.

4. Pembuatan Kebijakan

Adanya konsep transportasi berkelanjutan dengan

dukungan angkutan massal yang lebih baik tidak serta-

merta dapat membuat sebagian besar masyarakat berpindah

dari angkutan pribadi menjadi transportasi umum.

Setidaknya dibutuhkan suatu keadaan yang dapat memaksa

masyarakat agar mau tidak mau lebih memilih pengguanaan

angkutan massal. Peran pemerintah dalm masalah ini

sangat penting sekali karena pemerintah sebagai pembuat

kebijakan secara tidak langsung dapat memaksa orang

untuk melaksanakan aturan yang dibuat.

a. Pembatasan jumlah kepemilikan kendaraan pribadi

Kepemilikan kendaraan lebih dari satu dalam satu

keluarga saat ini sudah bukan merupakan hal yang

istimewa. Apalagi dengan sistem pembelian kendaraan

pribadi seperti sepeda motor dan mobil dewasa ini

sangat memudahkan bagi masyarakat. Tidak perlu lagi

menyediakan uang cash untuk bisa membawa pulang

kendaraan pribadi.

37

Kita sadari tidak mudah untuk membujuk masyarakat

beralih menggunakan angkutan massal disaat banyaknya

angkutan pribadi yang sangat mudah didapatkan,

apalagi dengan adanya mobil murah. Sehingga

dperlukan suatu kebijakan untuk membuat tidak nyaman

orang-orang membeli kendaraan pribadi. Sehingga hal

tersebut dapat memaksa orang tidak tergiur untuk

membeli kendaraan pribadi.

Salah satunya dapat menggunakan program One Family One

Car. Program ini tidak memaksakan suatu keluarga

untuk memiliki hanya satu kendaraan. Akan tetapi

kebijakan ini membuat masyarakat terutama kalangan

menengah merasa tidak nyaman memiliki banyak

kendaraan pribadi. Program ini dilaksanakan dengan

melipatgandakan pajak yang harus dibayarkan jika

memiliki lebih dari satu kendaraan. Sehingga dalam

pembelian kendaraan dibutuhkan kartu keluarga agar

dapat diketahui kepemilikan kendaraan dalam satu

keluarga.

b. Pembatasan umur kendaraan pribadi didasarkan pada

uji emisi gas buangan

Pada dasarnya kendaraan memilik batas umur

tergantung pada kelayakan operasinya. Sedangkan

kelayakan operasi sendiri dinilai dari berbagai

aspek salah satunya dengan pengujian emisi gas.

38

Sebenarnya peraturan mengenai ambang batas emisi gas

buang kendaraan bermotor lama sudah ditetapkan pada

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 5 Tahun

2006. Dan masih banyak lagi perda-perda daerah

mengenai penguji emisi gas buang, salah satunya yang

diterapkan pada Kota Dumai, Sumatera Selatan. Dimana

kota ini mulai mensosialisasikan Perda No 6 Tahun

2014 tentang restribusi pengujian emisi kenderaan

bermotor.

Dalam pelaksanaannya, pihak Dinas Perhubungan Kota

Dumai bekerjasama dengan pihak Samsat, bagi

kendaraan yang tidak lulus uji emisi untuk ditunda

pembuatan perpanjangan STNK. Setelah dipenuhi syarat

dengan melakukan uji emisi gas buang, baru bisa

dilakukan perpanjangan pajak atau STNK. Agar

kenderaan lulus emisi, syaratnya harus selalu

melakukan pembersihan saringan udara kenderaan, dan

menggunakan bahan bakar baik seperti Pertamax.

Program ini salah satu program yang dapat

diimplementasikan di Kota Solo untuk mendukung

konsep Move People Not Car. Dengan adanya kebijakan ini

masyarakat khususnya masyarakat menengah akan

berpikir ulang untuk memiliki lebih dari satu

kendaraan. Karena memiliki kendaraan pribadi bukan

hanya sekedar sebagai prestige, tetapi juga mengenai

39

perawatan kendaraan itu sendiri yang tentunya tidak

se-simple yang dibayangkan.

c. Pengadaan program “Hari Senin Gratis Naik BST” bagi

pelajar

Program ini sebenarnya telah dilaksanakan di Kota

Bandung di bawah kepemimpinan Walikota Ridwal Kamil.

Dan terbukti program ini berhasil diimplementasikan

dan mendapat penghargaan Piala Wahana Tata Nugraha

(WTN) dalam bidang angkutan dan lalu lintas kategori

Kota Metropolitan. Program ini dapat menarik minat

para pelajar untuk menggunakan angkutan massal

karena terdapat keuntungan-keuntungan tersendiri

bagi mereka, apalagi umur pelajar yang rata-rata

belum memenuhi untuk mengendarai kendaraan bermotor.

Sehingga diharapkan pelajar lebih memilih

menggunakan angkutan massal daripada kendaraan

pribadi, karena memang sebab-sebab dari beberapa

faktor di atas sebelumnya.

Melihat keberhasilan Kota Bandung dalam menerapkan

program tersebut, besar harapan program tersebut

juga akan berhasil jika diimplementasikan di Kota

Surakarta. Apalagi melihat latar belakang masyarakat

Kota Solo yang lebih mudah diatur daripada Kota

Bandung yang notabene merupakan salah satu kota

metropolitan di Indonesia.

40

Sebenarnya penerapan program gratis transportasi

umum sudah menjadi hal yang lumrah di beberapa kota

di negara lain. Contohnya adalah Kota Tallinn di

Negara Estonia yang merupakan kota pertama di dunia

yang menerapkan transportasi gratis bagi masyarakat.

Dan program ini kemudian ditiru di sejumlah kota

negara-negara di dunia.

d. Pengadaan program “Bike to Work” atau “Bike to

School” bagi pegawai PNS dan pelajar yang tempat

tinggalnya berdekatan dengan kantor atau sekolahnya.

Program Bike to Work dan Bike to School di Indonesia

sendiri telah dilaksanakan di Kota Jakarta pada awal

pemerintahan Joko Widodo sebagai Gubernur Jakarta

dan terbukti juga cukup efektif dijalankan. Dimana

dalam sehari yang biasanya gedung-gedung perkantoran

terutaman pemerintahan yang biasanya dipenuhi oleh

kendaraan bermotor diganti dengan sepeda. Hal ini

tentunya berpengaruh pada jumlah polusi udara yang

dihasilkan.

Pemilihan pegawai PNS dan pelajar sebagai sasaran

utama dikarenakan alasan tertentu. Karena pegawai

PNS dan pelajar lebih mudah terdata, dengan begitu

lebih mudah diawasi apabila melakukan pelanggaran.

Dengan begitu pegawai PNS dipaksa untuk mematuhi

peraturan yang ada, dan jika tidak akan mendapatkan

sanksi yang cukup berat.

41

Melihat hasil yang terjadi di Kota Jakarta jika

dilakukan di Kota Solo kemungkinan besar akan

berhasil. Lagi-lagi karena latar belakang masyarakat

Kota Solo yang lebih mudah diatur, juga pemberi

kebijakan dalam hal ini Joko Widodo pernah memimpin

kedua kota tersebut.

e. Penerapan Sistem Jalan Berbayar Elektronik dan

Sistem Parkir Berbayar Elektronik (ERP).

Sebagai solusi dari kemacetan dan pengurangan

penggunaan kendaraan pribadi maka penerapan system

jalan berbayar dan parkir berbayar merupakan hal

yang tepat. Sistem jalan berbayar atau Electronic Road

Pricing (ERP) merupakan system pemungutan pajak secara

otomatis kepada para pengguna kendaraan pribadi yang

melewati daerah yang termasuk dalam zona jalan

berbayar. Pada titik tertentu di Kota Solo akan

dibangun portal atau Gate yang dilengkapi dengan

kamera dan alat sensorik yang akan mendeteksi serta

merekam secara visual mobil yang melewati Gate

tersebut. Secara otomatis ERP juga akan memungut

pajak dengan mengurangi saldo dari On Board Unit (OBU)

yang dipasang pada setiap kendaraan. Sistem ini

telah diuji coba di Ibu Kota Jakarta dengan

menempatkan Gate di beberapa ruas jalan protocol

.

42

Sedangkan Sistem Parkir Prabayar Elektronik dapat

diberlakukan untuk meningkatkan efektivitas dan

optimalisasi sector perparkiran pada suatu daerah.

Sistem parkir ini menggunakan smart card atau koin

sebagai alat pembayarannya. Ke depannya diharapkan

system parkir prabayar dapat membuat masyarakat

beralih menggunakan angkutan massal dengan menaikkan

tarif parkir secara bertahap.

5. Pembangunan Infrastruktur

Keseluruhan sistem jaringan pelayanan angkutan umum di

pusat kota, dianggap sebagai suatu kesatuan sistem yang

saling terhubung, dengan akses-akses yang nyaman bagi

pejalan kaki, pesepeda, taksi dan sarana transportasi

lokal serta berbagai macam moda transportasi lainnya

yang saling berhubungan satu sama lain.

Selain fokus ada angkutan umum, dalam mencapai sistem

transportasi yang berkelanjutan, perlu juga adanya

perhatian pada prasarana transportasi untuk pejalan

kaki yang berada di perkotaan sebaiknya menghubungkan

satu gedung dengan gedung yang lainnya baik melalui

jembatan penyeberangan, zebra cross dan juga trotoar

sehingga menyediakan ruang semi-publik di dalam dan di

sekitar gedung-gedung tersebut, yang selanjutnya akan

diintegrasikan dengan moda transportasi umum.

43

Kemacetan yang terjadi di jalan raya seringkali terjadi

karena padatnya bus-bus antar kota dan antar provinsi

serta truk-truk besar yang berlalu lalang. Oleh karena

itu perlu dibuat jalur khusus sehingga bus-bus antar

provinsi serta truk-truk besar tersebut tidak melalui

jalur dalam kota yang menjadi jalur angkutan umum dan

angkutan pribadi. Pembangunan jalan penghubung antar

propinsi (Ring Road) untuk mengakomodir bus antar provinsi

dan truk-truk besar menjadi salah satu solusi pemecahan

masalah ini. Pembangunan Ring Road ini juga dapat

mengurangi kemungkinan kecelakaan yang dialami oleh

pengguna angkutan umum, pengendara sepeda motor maupun

kendaraan pribadi karena telah dilakukan separasi bagi

angkutan-angkutan teersebut.

Perencanaan tata ruang perkotaan dan penyusunan rencana

induk transportasi perkotaan harus saling menyesuaikan

untuk menghasilkan sistem transportasi perkotaan yang

terarah dan terintegrasi, diperlukan system jaringan

transportasi dan simpul-simpul yang terhubung satu sama

lain. Sehingga menghasilkan struktur perkotaan yang

padat, dan dapat mencegah terjadinya pemekaran kota

(urban sprawl).

44

BAB III

PENUTUP

Filosofi dasar pengembangan transportasi berkelanjutan

adalah kesadaran para pemangku kebijakan bahwa

penyelenggaraan transportasi sesungguhnya adalah

memfasilitasiyasi orang atau barang bukan sarana

pengangkutnya. Filosofi ini kemudian dikenal dengan Move

People not Car.

Filosofi Move People not Car tersebut mengandung konsekuensi

dalam implementasi kebijakan yakni dengan mengembangkan

system transportasi berbasis transportasi massal. Secara

ekstrem, filosofi ini dapat diterjemahkan kebijakan yang

dibuat bertujuan untuk membuat para pengendara kendaraan

mobil tidak nyaman sehingga beralih ke kendaraan umum.

Menyadari masalah transportasi semakin kompleks,

sementara kemampuan sumber daya manusia untuk melakukan

pengaturan, penggunaan teknologi menjadi suatu kebutuhan

45

yang tak terelakkan. Di sejumlah negara maju, teknologi,

terutama di teknologi elektronika, komputer, dan

telekomunikasi telah lama dimanfaatkan untuk membantu

pengaturan transportasi. Sedangkan di Indonesia, Kota

Solo, menjadi pioner penggunaan teknologi yang biasa

disebut dengan Intelligent Transport System atau ITS yang secara

sederhana dapat diartikan sebagai penerapan teknologi

maju di bidang elektronika, komputer, dan telekomunikasi

untuk membuat prasarana dan sarana transportasi lebih

informatif, efisien lancar, aman dan nyaman sekaligus

ramah lingkungan.

Selain itu diperlukan juga kebijakan pemerintah berupa

program-program yang mendukung transportasi

berkelanjutan; One Family One Car, “Hari Senin Gratis BST”

dll. Program-program ini merupakan impelementasi dari

Move People not Car itu sendiri. Dengan demikian diharapkan

masyarakat Kota Solo dapat mengubah mindset mereka agar

lebih memilih angkutan umum ketimbang kendaraan pribadi.

PENUTUP

46

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat

menyelesaikan ini dengan baik. Penyusun juga mengucapkan

terima kasih kepada rekan-rekan dan semua pihak yang telah

membantu terselesaikannya makalah “Implementasi Move People not

Car”.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih

banyak kekurangan dalam penyusunannya. Untuk itu, penyusun

mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun

untuk menyempurnakan makalah ini.

Akhirnya, penyusun berharap semoga makalah ini dapat berguna

bagi semua pihak, khususnya bagi penyusun sendiri dan

umumnya bagi semua civitas akademik Fakultas Teknik Jurusan

Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta.

47

DAFTAR PUSTAKA

K, Beela S. 2007. Changing definition of sustainable

transportation. (www.enhr2007rotterdam.nl)

Detr . 1998. Sustainable development: Opportunities for

change. London: Department of the Environment,

Transport and the Regions.

Miro, Fidel. 2002. Perencanaan Transportasi. Jakarta:

Erlangga

http://ainiplanologi.blogspot.com/2010/05/sutainable-

transportation-transportasi.html

http://sutip-whitepaper.blogspot.com/2011/04/

pendahuluan-visi-sistem.html

http://www.tempo.co/read/news/2014/10/03/058611785/

Bandung-Akan-Gunakan-Sistem-Parkir-Elektronik

http://jakarta.bisnis.com/read/20140812/77/249462/

sistem-jalan-berbayar-erp-di-rasuna-said-diuji-coba-

september

www.surakarta.go.id

tentangsolo.web.id

48

49