IMPLEMENTASI MOVE PEOPLE NOT CAR
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of IMPLEMENTASI MOVE PEOPLE NOT CAR
Disusun Oleh :
I. Sapto Agung N. P.(I0111054)
Fitria Rindang Nur Insyiroh (I0113047)
Hanan Fitrian Mutaqo (I0113055)
Hera Cahyaning Putri (I0113059)
Rizki Rosyada (I0113114)
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
Implementasi Move People not
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan kasih-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah “Implementasi Move People not Car” ini
dengan baik sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan.
Dengan selesainya laporan ini, penyusun menyampaikan terima
kasih kepada Dosen Pengampu mata kuliah Sistem Angkutan
Massal
Penyusun menyadari keterbatasan kemampuan dan pengetahuan
yang penyusun miliki sehingga masih ada kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Untuk itu penyusun mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, Oktober 2014
Penyusun
1
BAB I
LATAR BELAKANG
Pertumbuhan penduduk di Indonesia semakin lama semakin
meningkat. Peningkatan jumlah penduduk ini juga diimbangi
dengan jumlah pergerakan masyarakat dalam melakukan
kegiatannya. Untuk mendukung hal tersebut diperlukan
suatu fasilitas yang cepat, aman, dan nyaman, apalagi
dengan keadaan saat ini ketika orang diharuskan dapat
berpindah ke suatu tempat dengan cepat. Hal ini sangat
erat kaitannya dengan transportasi, dimana transportasi
sendiri adalah pergerakan manusia, barang, dan informasi
dari suatu tempat ke tempat lain dengan aman, nyaman,
cepat, murah, dan sesuai dengan lingkungan untuk memenuhi
kebutuhan manusia (Burdiarto, Arif).
Hanya terdapat dua pilihan, menggunakan angkutan pribadi
atau angkutan massal. Akan tetapi melihat kondisi
angkutan massal saat ini yang kurang memerhatikan
kenyamanan maupun keamanan dan juga keinginan orang yang
2
serba instan, membuat angkutan pribadi menjadi pilihan
favorit untuk digunakan. Hal ini meyebabkan terjadinya
ketimpangan yang sangat besar antara angkutan pribadi
dengan angkutan massal, dimana angkutan pribadi semakin
lama semakin memenuhi jalanan sedangkan angkutan umum
menjadi mati karena semakin sedikitnya peminat yang
menggunakannya.
Kota Solo salah satu kota di Indonesia yang tidak
terlepas dari permasalahan tersebut. Bila melihat dari
kondisi geografisnya, Kota Solo merupakan daerah yang
strategis dan menjadi pusat simpul kegiatan kabupaten di
sekitarnya. Selain itu Kota Solo juga dilewati jalur yang
menghubungkan Propinsi Jawa Tengah dengan Propinsi Jawa
Timur. Dengan melihat kondisi geografis yang sangat
strategis tersebut, pergerakan orang dan barang pun
sangat padat. Oleh karena banyaknya pergerakan yang
terjadi, peningkatan penggunaan angkutan pribadi sebagai
fasilitas pun akan semakin betambah. Akan tetapi
peningkatan angkutan pribadi ini berdampak pada kemacetan
lalu lintas yang dapat menghambat mobilitas penduduk.
Padahal perkembangan Kota Solo sendiri ditentukan oleh
kelancaran orang melakukan mobilitas.
Oleh sebab itu diperlukan sistem transportasi yang mampu
memecahkan permasalahan mobilitas penduduk, baik di dalam
kota maupun keluar dan dari luar kota. Diperlukan suatu
pengaturan sistem transportasi yang dikembangkan secara
3
terencana dan terpadu antar berbagai jenis moda
transportasi.
Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan
menerapkan konsep transportasi berkelanjutan (Sustainable
Transportation). Konsep ini bertujuan untuk mengubah mindset
masyarakat pada umunya yang cenderung memilih angkutan
pribadi untuk melakukan pergerakan beralih menggunakan
angkutan massal. Sehingga konsep transportasi yang
berkelanjutan ini lebih menekankan pada pemfasilitasan
orang maupun barang bukan sarana pengangkutnya.
Sedang jika merujuk dari beberapa literatur yang lain
maksud dari sustainable transportation adalah suatu sistem
transportasi yang mengakomodasi aksesibilitas semaksimal
mungkin dengan dampak negatif yang seminimal mungkin.
Artinya, ini merupakan sebuah sistem manajemen
transportasi yang lebih mengedepankan sisi humanisme dan
berwawasan lingkungan. Di Kota Solo sendiri konsep ini
lebih dikenal sebagai “Move People Not Car.”
Filosofi “Move People Not Car” ini mengembangkan sistem
transportasi berbasis massal. Dengan begitu memaksa
masyarakat untuk menggunakan angkutan massal sebagai
salah satu moda transportasi utama. Bahkan jika perlu
membuat masyarakat tidak nyaman menggunakan angkutan
pribadi dan beralih menggunakan angkutan massal. Masih
sering dijumpai mobil-mobil di Kota Solo ini rata-rata
4
digunakan setiap harinya hanya oleh satu orang. Dalam
konsep transportasi berkelanjutan ini, bagaimana membuat
satu orang pengguna kendaraan pribadi tersebut mau
beralih menggunakan angkutan massal.
Hal ini bertujuan untuk menekan angka kecelakaan dan
kemacetan lalu lintas, karena di dalam sustainable
transportation, semua kegiatan transportasi harus dilakukan
secara efisien dan efektif baik untuk pemakai kendarannya
ataupun bahan bakar yang digunakan. Selain mengurangi
resiko kecelakaan penggunaan sustainable transportation ini juga
dapat mengurangi konsumsi bahan bakar yang semakin lama
semakin menipis.
Sukses atau tidaknya sustainable transportation ini tergantung
pada pelayanan angkutan massal yang ada saat ini. Perlu
adanya pembenahan yang cukup signifikan pada angkutan
massal di Indonesia khususnya Kota Solo. Sehingga
demikian, tidak ada alasan bagi orang untuk tidak
menggunakan angkutan massal. Setidaknya terdapat tiga
faktor utama yang perlu dibenahi dalam angkutan massal
yang ada.
Faktor pertama menyangkut pengguna angkutan massal itu
sendiri yaitu masyarakat pada umumnya. Adanya angkutan
massal yang ada harus didukung dengan peningkatan
keamanan dan kenyamanan bagi pengguna. Tidak sedikit
orang enggan menggunakan angkutan massal dikarenakan dua
5
hal tersebut, banyaknya angkutan massal yang sudah tidak
memenuhi standar dan juga masalah sopir yang ugal-ugalan
demi mendapat setoran. Selain peningkatan keamanan dan
kenyamanan, kehandalan angkutan massal itu sendiri pun
memerlukan perhatian khusus. Kehandalan ini berkaitan
dengan ketepatan waktu angkutan massal dalam menempuh
rute yang ada, sehingga pengguna angkutan massal ini
tidak perlu menunggu dalam selang waktu yang cukup lama.
Faktor kedua mengenai aspek ekonomi. Untuk lebih menarik
orang beralih menggunakan angkutan massal salah satunya
dengan biaya yang dapat dijangkau seluruh kalangan.
Setidaknya dengan biaya yang murah ini, pengguna tidak
merasa dirugikan jika harus beralih menggunakan angkutan
massal. Karena terkadang pengeluaran biaya untuk angkutan
massal bahkan lebih banyak jika dibandingkan dengan
menggunakan kendaraan pribadi. Oleh karenanya orang lebih
memilih menggunakan angkutan pribadi daripada angkutan
massal yang ada.
Dan faktor terakhir yang perlu diperhatikan adalah
berkaitan dengan lingkungan. Dengan beralih menggunakan
angkutan massal ini, polusi yang terjadi harus dapat
ditekan semaksimal mungkin. Sehingga penerapan angkutan
massal sebagai pendukung pergerakan masyarakat pun tidak
mengganggu dan merubah ekosistem di sekitarnya yang sudah
ada.
6
Dalam merelisasikan konsep transportasi yang
berkelanjutan ini, beberapa hal telah diupayakan
pemerintah Kota Solo salah satunya dengan penyediaan
angkutan massal yang berbasis Bus Rapid Transit, yaitu Batik
Solo Trans. Pada awal peluncurannya Batik Solo Trans
diharapkan menjadi salah satu angkutan massal yang cepat,
inovatif, tepat waktu, dengan biaya yang terjangkau dan
juga mampu menjadi solusi transportasi massal yang dapat
mengatasi permasalahan lalu lintas di Kota Solo. Selain
itu bertujuan untuk mengurangi tingkat kemacetan dan
kecelakan lalu lintas. Akan tetapi walaupun masih menjadi
angkutan massal favorit di Kota Solo, semakin lama
angkutan massal ini memiliki beberapa permasalahan.
7
BAB II
PENDAHULUAN
A. Permasalahan Transportasi di Kota Solo
Jika berbicara mengenai permasalahan transportasi di
Indonesia akan muncul permasalahan yang ‘itu-itu saja’,
akan relatif sama antara satu daerah dengan daerah yang
lainnya tidak terkecuali Kota Solo. Walaupun Kota Solo
lebih maju dari beberapa daerah lain karena telah
menerapkan sistem Bus Rapid Transit, hal tersebut tidak
membuat permasalahan-permasalahan lain menjadi hilang.
1. Jumlah kendaraan pribadi yang terus meningkat tidak
diimbangi dengan perkembangan infrastruktur jalan
Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat
mengakibatkan peningkatan kebutuhan di berbagai bidang,8
salah satunya peningkatan pergerakan penduduk. Semakin
banyak dibutuhkan moda transportasi untuk mendukung
adanya pergerakan tersebut. Dengan mindset masyarakat
umum yang lebih memilih angkutan pribadi daripada
menggunakan angkutan massal, tentunya pertumbuhan
penduduk ini ini sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan kendaraan pribadi.
Pada tahun 2011, Kota Solo memiliki sekitar 257.000
unit kendaraan dengan tingkat pertumbuhan 7,5 % per
tahun. Padahal, pertambahan infrasturktur jalan hanya
sebesar 1 % per tahun. Dengan pertambahan kendaraan ini
berdampak besar pada beberapa bidang.
Kemacetan menjadi dampak yang paling banyak dikeluhkan
masyarakat dengan semakin banyaknya kendaraan yang
melintasi Kota Solo. Selain kemacetan, peningkatan
jumlah kecelakaan juga menjadi salah satu dampak yang
paling banyak mendapat perhatian. Pada tahun 2010 lalu
Propinsi Jawa Tengah menempati peringkat kedua korban
meninggal akibat kecelakaan setelah Jawa Timur. Lebih
dari 4300 korban meninggal akibat kecelakaan di Jawa
Tengah. Bahkan jika dirata-rata di Indonesia sendiri
korban meninggal akibat kecelakaan terjadi tiga hingga
empat kali setiap jamnya.
Dampak lain dengan meningkatnya jumlah kendaraan di
Kota Solo yaitu peningkatan kadar gas buang di udara.
Semakin banyak gas buang di udara polusi yang terjadi
9
pun akan semakin meningkat. Kualitas udara diapastikan
akan menurun. Jika hal ini dibiarkan semakin lama Kota
Solo dapat menjadi kota yang tidak ramah lagi untuk
ditinggali terutama anak kecil dan lansia.
Pertumbuhan jumlah kendaraan yang berbanding 7,5:1
dengan perkembangan infrastruktur akan sangat
berpengaruh pada ketersediaan lahan parkir yang ada.
Peningkatan jumlah kendaraan seharusnya diimbangi
dengan ketersediaan lahan parkir pula, padahal lahan
yang ada tidak akan meluas. Sedangkan pengadaan gedung-
gedung parkir dengan berbasis teknologi belum menjadi
hal lumrah di Kota Solo. Jika begitu, maka ruas-ruas
jalan menjadi alternatif bagi tukang parkir maupun
pemilik kendaraan untuk memarkirkan kendaraan mereka.
Hal ini berakibat pada semakin sempitnya jalan yang
dapat dilalui dan besar kemungkinan mengakibatkan
kemacetan.
2. Kemacetan
Sudah dibahas pada poin yang sebelumnya mengenai
beberapa masalah yang dapat menyebabkan kemacetan.
Akhir-akhir ini mulai sering dijumpai penumpukan
kendaraan pada persimpangan-persimpangan tertentu di
Kota Solo. Penumpukan kendaraan ini diperparah dengan
adanya rel kereta yang terletak tidak jauh dari
persimpangan. Jika dalam sehari kereta melintas 50 kali
sedangkan waktu untuk sekali tunggu sekitar 10 menit,
10
berapa banyak waktu terbuang untuk menunggu kereta
melintas.
Dalam kasusnya di Kota Solo sendiri pernah terjadi dead
lock pada sebuah persimpangan yang tidak jauh dari
perlintasan rel kereta api. Dead lock sendiri adalah
keadaan dimana kendaraan tidak dapat bergerak sama
sekali di persimpangan. Permasalahan ini dapat
mengakibatkan kemacetan yang parah apalagi pada jam-jam
sibuk (Rush Hour). Dibutuhkan rekayasa lalu lintas untuk
mengatasi permasalahan dead lock ini , seperti pengalihan
arus, pembangunan Fly Over maupun rekayasa lalu lintas
lainnya
Kemacetan ini semakin parah ketika memasuki jam-jam
sibuk, seperti saat berangkat menuju kantor maupun
sekolah dan pulang ke rumah. Dimana ketika jam
tersebut, hampir seluruh kendaraan yang ada turun ke
jalanan. Bisa dibayangkan seberapa penuhnya jalanan
dijelali 257.000 kendaraan, ditambah lagi dengan
kendaraan-kendaraan yang sekedar melintasi Kota Solo
dan juga kendaraan pribadi yang dimiliki masyarakat
yang tidak tinggal di Kota Solo akan tetapi bekerja di
dalam Koto Solo. Menurut survey yang telah dilakukan,
masyarakat yang hidup di Kota Solo pada siang hari
dengan malam hari memiliki selisih yang cukup jauh.
3. Kondisi infrastruktur jalan yang rusak
11
Kota Solo adalah kota yang dilewati oleh jalur lintas
propinsi antara Propinsi Jawa Tengah dengan Propinsi
Jawa Timur. Jenis-jenis kendaraan yang melewati jalur
tersebut tidak hanya kendaraan-kendara pribadi sebatas
sepeda motor dan mobil saja, akan tetapi juga dilintasi
bus antar propinsi yang memiliki kapasitas yang besar
juga angkutan barang dari salah satu propinsi menuju
propinsi yang lain. Ini berdampak pada kondisi jalan
yang setiap harinya dilintasi beban yang cukup berat.
Jalanan yang ada akan cepat mengalami kerusakan.
Berbeda dengan Kota Yogyakarta yang telah memiliki
jaringan jalur tersendiri untuk dilewati kendaraan yang
hanya sekedar melintasi Kota Yogyakarta seperti bus
antar kota antar propinsi. Solo belum memiliki jaringan
jalur seperti ringroad untuk dilewati bus-bus besar
tersebut, sehingga bus besar dan angkutan berat
memasuki Kota Solo dan merusak jalan.
Rusaknya jalan dapat semakin memperlambat laju
kendaraan, karena kendaraan harus lebih berhati-hati
ketika melawati jalanan yang rusak. Dengan semakin
lambatnya laju kendaraan mobilitas penduduk pun akan
menurun, dan hal ini dapat memperlambat pula
perkembangan Kota Solo sendiri.
4. Rendahnya kualitas dan kuantitas angkutan umum yang ada
12
Saat ini di Kota Solo terdapat lima operator bus yang
masih beroperasi, yang saat ini telah dijadikan satu
dalam sistem yang sama yaitu koridor. Sistem koridor
yang terbagi menjadi delapan jalur ini lebih baik
daripada sistem yang sebelumnya berlaku. Dimana sistem
yang sebelumnya masih dipegang oleh masing-masing
operator, terjadi tumpang tindih jalur angkutan.
Sehingga masih ada daerah yang tidak terlintasi oleh
angkutan massal, sedangkan daerah lain terlintasi oleh
berbagai angkutan massal.
Akan tetapi armada yang ada masih dirasa kurang, karena
hadway yang terjadi saat ini masih lama. Kurang
handalnya angkutan massal ini menjadi poin minus
tersendiri. Pengguna angkutan massal masih belum
diberikan kepastian waktu jam berapa kedatangan armada
di halte dan juga kepastian waktu tempuh dari satu
tempat ke tempat yang lain. Disamping itu kondisi
sebagian besar armada yang ada mengurangi kenyamanan
pengguna, sehingga orang-orang lebih memilih
menggunakan angkutan pribadi daripada angkutan massal
ini. Saat ini di Kota Solo yang telah memenuhi standar
kelayakan dari segi fisiknya hanya ada pada dua
koridor, dimana armadanya menggunakan Batik Solo Trans
(BST). Yang lainnya masih menggunakan armada-armada bus
lama yang belum dilakukan pembenahan yang berarti.
13
Selain angkutan massal berbasis koridor yang ada di
Kota Solo juga masih terdapat angkutan kota yang belum
diatur dalam satu sistem yang pasti. Sehingga masih
terjadi beberapa perbedaan antara angkutan kota dengan
sistem koridor. Berbeda dengan sistem korideor yang
lebih tertata, angkutan kota yang notabene dimiliki
oleh banyak operator masih terkesan amburadul dan tidak
tertata. Kenyamanan penumpang pun menjadi nomer sekian,
karena pada angkutan kota lebih memntingkan kejar
setoran daripada pelayanan penumpang. Sering dijumpai
angkutan kota yang ‘ngetam’ selama beberapa waktu hanya
untuk menunggu angkutan penuh.
5. Mindset masyarakat yang lebih memilih menggunakan
kendaraan pribadi
Memiliki kendaraan pribadi kini menjadi hal yang lumrah
bagi orang-orang. Bahkan dalam satu keluarga memiliki
sepeda motor sejumlah anggota keluarga adalah hal
wajar, karena kebutuhan dan kegiatan masing-masing
anggota keluarga yang tidak sama menyebabkan mereka
memerlukan moda tersendiri.
Keadaan angkutan massal yang ada saat ini masih belum
mendukung untuk mengadakan pergerakan yang cepat,
efektif, nyaman, dan aman. Dan pilihan satu-satunya
selain angkutan massal adalah angkutan pribadi,
sehingga masyarakat pada umumnya memilih moda ini.
Banyaknya pemikiran tentang lebih praktisnya
14
menggunakan angkutan pribadi daripada angkutan massal
yang harus bergonta-ganti angkutan dalam sekali jalan
menjadi alasan yang sering digunakan untuk tidak
menggunakan angkutan massal. Selain itu menggunakan
angkutan pribadi tidak harus berdesak-desakan dengan
orang lain seperti ketika menggunakan angkutan massal.
Apalagi saat ini pembelian angkutan pribadi khususnya
sepeda motor sangat dipermudah, dimana orang yang ingin
membeli sepeda motor tidak harus membayar secara tunai.
Dengan uang muka yang dapat dijangkau, pembeli sudah
dapat membawa pulang sepeda motor. Hal ini juga menjadi
salah satu faktor mengapa orang-orang lebih senang
munggunakan angkutan pribadi daripada angkutan umum
B. Faktor yang Menyebabkan Masyarakat Enggan Menggunakan
Transportasi Massal
Untuk dapat mewujudkan konsep transportasi yang
berkelanjutan perlu penekanan yang semaksimal mungkin
pada transportasi massal. Dimana transportasi massal yang
ada diperbaiki dan ditata ulang baik secara fisik maupun
sistem. Fasilitas-fasilitas yang ada sebisa mungkin
ditingkatkan demi kenyamanan penumpang. Dengan begitu
masyarakat umum lebih tertarik untuk menggunakan angkutan
massal dan meninggalkan angkutan pribadi mereka.
Sayangnya kualitas angkutan massal di Indonesia dinilai
masih rendah, tidak terkecuali Kota Solo. Permasalahan
15
ini muncul karena terdapat berbagai kelemahan yang
menjadi sebab buruknya kualitas pelayanan angkutan massal
khususnya di daerah perkotaan. Kelemahan tersebut
utamanya terjadi dalam perencaan operasional angkutan
massal. Kelemahan perencanaan dapat ditinjau dari dua
aspek, yaitu kelemahan perencanaan secara teknis maupun
kesalahan perencanaan secara ekonomi.
Ditinjau dari aspek teknis, perencanaan operasional
angkutan massal khususnya perkotaan belum komprehensif
dan mendalam. Menurut Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan
Kota Solo, perencanaan operasional angkutan massal
perkotaan belum mencakup seluruh aspek yang terlibat di
dalamnya, seperti pola tata guna lahan, pola jaringan
jalan, pola penyebaran penduduk, pola pergerakan, sistem
operasi yang dikenal sebagai rute armada atau trayek, dan
tingkat pelayanan. Jika aspek-aspek tersebut belum ditata
dengan baik, alih-alih berfungsi sebagai solusi
permasalahan lalu lintas, angkutan massal justru menjadi
salah satu sumber permasalahan lalu lintas.
Di Kota Solo, terdapat sejumlah peraturan yang berkaitan
dengan pengelolaan transportasi, di antaranya adalah
Peraturan Daerah (Perda) No 6 tahun 2005 tentang
Penyelenggaraan Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya.
Peraturan ini mengatur mengenai pengelolaan angkutan baik
kendaraan pribadi maupun angkutan massal. Namun, berbagai
kebijakan dan peraturan yang telah ditetapkan tersebut
16
dinilai tidak mampu untuk mengoptimalisasi penggunaan
angkutan massal.
Salah satu faktor yang menyebabkan masyarakat enggan
untuk menggunakan fasilitas umum adalah ketidaknyamanan
dalam angkutan tersebut. Selain itu juga masalah keamanan
terutama bagi penumpang wanita. Rawannya kejahatan yang
terjadi di layanan transportasi umum menyebabkan
masyarakat menghindari untuk menggunakan transportasi
umum tersebut. Di samping itu, jarang sekali ditemui
sarana transportasi umum yang bersih. Minimnya kebersihan
menyebabkan masyarakat tidak nyaman menggunakan alat
transportasi umum, sehingga lebih memilih untuk
menggunakan kendaraan pribadi. Perlu ditingkatkannya
kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan alat
transportasi umum, tidak hanya sekedar menggantungkan
pada petugas kebersihan.
Faktor rute dan jaminan waktu tempuh kendaraan umum juga
seringkali menjadi faktor penyebab masyarakat enggan
untuk menggunakannya. Banyaknya rute yang tidak dijangkau
oleh sarana transportasi umum menyebabkan sebagian
masyarakat kesulitan terutama daerah-daerah yang berada
di pinggiran Kota Solo. Dan pada saat masyarakat
menggunakan sarana transportasi umum, seringkali tidak
adanya jaminan waktu tempuh, karena angkutan yang sering
mangkal untuk menunggu penumpang. Begitu pula dengan rute
trayek yang tidak pasti. Seringkali pengemudi angkutan
17
massal mengubah trayek perjalanannya dengan dalih untuk
menghindari kemacetan. Pengemudi angkutan massal
seringkali melakukan hal ini apabila melewati titik-titik
kemacetan di beberapa wilayah di Kota Solo. Jika
Pemerintah dapat menyediakan transportasi umum yang
bersih, nyaman dan aman diharapkan banyak masyarakat yang
akan memanfaatkan fasilitas tersebut, sehingga dapat
mengurangi jumlah mobil ataupun kendaraan di jalan raya.
C. Fasilitas Transportasi Massal yang Tersedia di Kota Solo
Upaya yang dilakukan adalah dengan membuat program
peningkatan Sarana Angkutan Umum Massal (SAUM) dengan
menekankan pada aspek kenyamanan, keselamatan dan
keamanan, ketepatan dan keterjangkauan tarif. Hal itu
dikarenakan kondisi transportasi umum massal di Kota Solo
sebelumnya dari 385 bus perkotaan yang melayani 23 rute
dan 16 trayek dinilai tidak mampu lagi mengatasi
pertumbuhan ekonomi, pendidikan,pariwisata dan perumahan
apalagi mengatasi kemacetan dan kecelakaan. Terdapat
beberapa moda transportasi massal yang melayani
masyarakat Kota Solo, diantaranya :
1. Batik Solo Trans (BST)
Bus Rapid Transit (BRT) merupakan fasilitas mutlak yang
harus tersedia dalam pengelolaan transportasi cepat
berbasis transformasi massal. BRT merupakan salah satu
kunci terlaksananya intellegent transport sistem yang
mulai dikembangkan sejak tahun 2006 oleh Pemerintah
18
Kota Surakarta. BRT menjadi salah satu fasilitas utama
dalam upaya mengalihkan penggunaan kendaraan pribadi.
Fasilitas BRT di Kota Solo dinamai Batik Solo Trans
(BST).. Saat ini terdapat 8 koridor BST yang melayani
masyarakat Kota Solo untuk berpergian di dalam kota
maupun di kota-kota yang dekat dengan Kota Solo. Namun,
pengoperasian BST dinilai masih memiliki banyak
permasalahan akibat kurang tegasnya peraturan dan
kebijakan untuk BST itu sendiri maupun integrasi antara
BST dengan moda transportasi massal lainnya.
2. Angkutan Kota (Angkot)
Angkutan kota atau biasa
disingkat Angkot atau Angkota adalah sebuah moda
transportasi perkotaan yang merujuk kepada kendaraan
umum dengan rute yang sudah ditentukan. Tidak
seperti bus yang mempunyai halte sebagai tempat
perhentian yang sudah ditentukan, angkutan kota dapat
berhenti untuk menaikkan atau menurunkan penumpang di
mana saja. Tarif yang dibebankan kepada penumpang
bervariasi tergantung jauhnya jarak yang ditempuh.
Umumnya sebuah angkutan kota diisi oleh kurang lebih 10
orang penumpang, tetapi tidak jarang penumpangnya
hingga lebih dari 10 orang. Perilaku sopir angkutan
kota yang sering berhenti mendadak dan di sembarang
tempat sering dihubung-hubungkan dengan penyebab
kemacetan. Terkadang juga sebuah angkutan kota selalu
menepi dengan waktu yang lama untuk menunggu penumpang.
19
Jalur operasi suatu angkutan kota dapat diketahui
melalui warna atau kode berupa huruf atau angka yang
ada di badannya.
Setelah berlakunya Batik Solo Trans (BST) yang
mengambil alih jalur angkutan kota muncul berbagai
protes yang dilayangkan oleh awak angkutan kota
(Angkot). Oleh karena itu, Dinas Perhubungan Komunikasi
dan Informatika (Dishubkominfo) merevisi sejumlah rute
bus kota. Pengalihan rute dilakukan untuk meredam
situasi dan menghindari adanya konflik antara awak bus
dengan awak angkot. Setelah melakukan perundingan yang
panjang antara perwakilan awak bus, pengusaha bus kota
dan Dishubkominfo, akhirnya disepakati adanya
pengalihan jalur pada sejumlah koridor.Berdasarkan data
Dishubkominfo, perubahan jalur bus kota dilakukan pada
koridor 3,5,7,8. Sedangkan pada koridor 4 dan 6, tidak
ada perubahan jalur.
3. Bus Kota
Bus Kota Solo atau Surakarta merupakan salah satu
sarana transportasi umum yang masih beroperasi di
kawasan kota Surakarta dan sekitarnya. Adapun bus kota
Solo beroperasi setiap hari mulai pukul 06.00 hingga
18.00. Berikut daftar koperasi bus atau perusahaan
otobus yang melayani trayek bus kota Solo antara lain:
PO Atmo
PO Damri
20
PO Nusa
PO Sumber Rahayu
PO Surya Kencana
Saat ini keberadaan Bus Kota Solo masih beroperasi
meskipun jumlah armadanya telah dikurangi dan dialihkan
ke Batik Solo Trans (BST). Rute bus kota ini dapat
berubah sewaktu-waktu. Pada tahun 2015, bus kota
diperkirakan akan berhenti beroperasi karena digantikan
oleh BST. Sedangkan koperasi ataupun perusahaan bus
kota di Kota Solo banyak yang beralih menjadi bus
pariwisata.
4. Andong
Andong atau yang lebih sering disebut delman merupakan
moda transportasi berupa kereta yang ditarik oleh kuda.
Delman atau andhong memang sudah tidak sepopuler dulu,
hingga awal 1980-an. Beberapa memang masih ada yang
‘beroperasi’ di Pasar Legi, untuk sarana angkut kulakan
para pedagang. Tapi, sebagai angkutan komersil yang
bisa diakses masyarakat kebanyakan, nyaris tak ada
lagi. Tapi uniknya, akhir-akhir ini, delman-delman dari
Solo justru kerap disewa oleh berbagai pemerintah
daerah atau event organizer, seperti Semarang, Cilacap,
Jakarta, hingga Banyuwangi, Jawa Timur. Jumlah delman
di Solo, kini tinggal 40-an. Tapi jika ada permintaan,
para supir delman dapat mendatangkan delman dari kota
sekitar, seperti Karanganyar atau Boyolali.
21
Sedikitnya delman bisa dilihat di sekitar Pasar Gading,
yang dulu merupakan pangkalan delman. Di utara
plengkung Gading, di sebelah barat, dulu juga ada
seorang ahli tapal kuda, yang melayani pasang/ganti
tapal kuda. Di Pasar Legi pun, kini sudah jarang
dijumpai delman sebagai sarana kulakan. Andong
merupakan moda transportasi yang ramah lingkungan
karena tidak menggunakan bahan bakar yang dapat
mengakibatkan polusi. Selain itu, andong juga merupakan
salah satu bagian dari budaya yang berkembang di Kota
Solo sehingga harus dapat dilestarikan.
5. Bus Tingkat Werkudara
Kota Solo saat ini sudah mempunyai Bus Tingkat
Wisata. Desain bus tersebut berwarna merah dan
dilengkapi tempat duduk yang nyaman. Ketinggiannya
mencapai 4,5 meter dengan lebar layaknya bus pada
umumnya, yakni sekitar 2,5 meter.
Bus tingkat ini hanya ditawarkan kepada wisatawan yang
ingin berkeliling Solo.Lokasi yang bisa dituju, antara
lain Keraton Surakarta, Kampung Batik Kauman dan
Laweyan, Mangkunegaran, Museum Radya Pustakan dan
sejumlah tempat lainnya. Bus tingkat dapat mengantar
wisatawan sesuai keinginannya.
Bus tingkat wisata yang bertujuan untuk menarik
wisatawan telah dioperasikan mulai 20 Februari 2011.
22
Selain itu, bus tingkat ini juga berfungsi untuk
mengenang masa lalu karena dapat diketahui keberadaan
bus tingkat masih populer. Dulu bus tingkat adalah bus
reguler, kalau bus tingkat kali ini konsepnya berupa
bus wisata dengan paket atau carter.
6. Sepur Klutuk Jaladara
Steam Loco Jaladara atau yang disebut dengan Sepur
Kluthuk Jaladara sudah melintasi kota Surakarta sejak
27 september 2009, dimana diresmikan oleh Menteri
Perhubungan Jusman Syafi’i Djamal bersama Gubernur Jawa
Tengah dan Walikota Solo Joko Widodo bertempat di Loji
Gandrung, Rumah Dinas Walikota Solo. Satu rangkaian
kereta uap Jaladara ini terdiri atas satu lokomotif
Seri C 1218 dan dua gerbong penumpang dengan Seri TR
144 dan TR 16. Lokomotif kereta uap wisata jaladara ini
buatan Negara Jerman pada tahun 1896, diambilkan dari
Museum Palagan Ambarawa, sementara gerbongnya dari
Magelang dan Bandung. Sepur Kluthuk Jaladara,
rencananya akan beroperasi 2 kali dalam semingu yaitu
setiap hari sabtu dan minggu dengan rute Stasiun
Puwosari sampai Stasiun Kota Sangkrah yang berjarak
kurang lebih 5.6 kilometer. Rute ini melewati Jalan
Slamet Riyadi, jalan utama kota Solo dan rencananya
akan singgah beberapa saat di beberapa tempat
perhentian dalam satu trip pulang pergi, diantaranya
adalah Kampung Laweyan, Loji Gandrung, Ngapeman, Pasar
Pon, Keraton, Gladak, dan lain-lain.
23
Sepur Kluthuk Jaladara dapat membawa maksimal 80
penumpang dengan biaya Rp 3.250.000,00. Biaya ini
dipergunakan untuk membiayai bahan bakar berupa lima
meter kubik kayu jati dan 3 masinis serta 3 asisten
masinis yang menyalakan kereta tersebut. Untuk
menikmati fasilitas paket layanan ini, tarif satu kali
perjalanan pulang pergi biaya yang dikenakan Rp
360.000,00 per orang (paket 25 penumpang), Rp
290.000,00 (paket 35 orang penumpang), dan Rp
150.000,00 (paket 80 orang penumpang).
Perjalanan Sepur Kluthuk Jaladara juga menyediakan
fasilitas paket layanan meliputi welcome drink berupa
minuman jamu tradisional dan jajanan pasar, live music
tradisional selama perjalanan, souvenir berupa sampir
atau slayer, atraksi kesenian tradisional seperti reog
atau jatilan, pemandu perjalanan, tiket masuk museum
batik serta coffee break. Walikota Surakarta berharap
dengan adanya Steam Loco jaladara ini akan menjadi daya
tarik tersendiri kota Surakarta.
D. Implementasi dari Move People not Car
Filosofi move people not car tersebut mengandung
konsekuensi dalam implementasi kebijakan yakni dengan
mengembangkan system transportasi berbasis transportasi
massal. Secara ekstrem, filosofi ini dapat diterjemahkan
kebijakan yang dibuat bertujuan untuk membuat para
24
pengendara kendaraan mobil tidak nyaman sehingga beralih
ke kendaraan umum. Beberapa implementasi dari Move People
not Car antara lain:
1. Penerapan konsep transportasi berkelanjutan (sustainable
trasport)
Menurut Brundtland Commission dalam CAI-Asia (2005: 11)
definisi dari Sustainable Transportation dapat diartikan
sebagai kumpulan kegiatan transportasi bersama dengan
infrastruktur yang tidak meninggalkan masalah atau
biaya-biaya untuk generasi mendatang guna
menyelesaikannya dan menanggungnya. Definisi yang lebih
resmi telah lebih awal dikeluarkan oleh the world bank
(1996) yang menyatakan secara konseptual, sustainable
transportation adalah transportasi yang melayani tujuan
utama sebagai penggerak ekonomi wilayah perkotaan dan
perkembangan sosial. Berdasarkan beberapa definisi
tersebut terdapat point-point yang sama dalam penerapan
system transportasi meskipun pengungkapannya berbeda.
Kesamaan point penting dari definisi-definisi tersebut,
yaitu:
a. Kegiatan transportasi yang mengutamakan
keselamatan dan kenyaman pemakai atau masyarakat.
Hal ini mengingat jalan ataupun infrastruktur
trasnportasi lainnya dibuat untuk manusia bukan
untuk kendaraan. Jadi kenyamanan manusia umum
harus diutamakan.
b. Semua kegiatan transportasi harus dilakukan secara
efisien dan efektif baik untuk pemakai kendarannya
25
ataupun bahan bakar yang digunakan. Selama ini
kendaraan pribadi rata-rata setiap harinya hanya
berisi satu orang. Jadi jika satu orang itu
dialihkan untuk menggunakan kendaraan umum, maka
bisa dibayangkan berapa banyak bahan bakar yang
akan tersimpan dan berapa banyak kemacetan dan
emisi kendaraan yang akan berkurang.
c. Tiga pilar penting transportasi, yaitu ekologi,
ekonomi dan sosial harus seimbang. Kegiatan
transportasi dalam konsep sustainable
transportation harus bisa menyeimbangkan semua
aspek tersebut.
d. Trasnportasi bukan hanya bisa dinikmati masa
sekarang, namun juga untuk masa yang akan dating.
e. Penggunaan transportasi yang ramah lingkungan.
2. Penyusunan “Grand Design Transportasi”
Penyusunan “Grand Design Transportasi” merupakan
penyusunan system jarinagan transportasi sebagai bagian
dari system transportasi berkelanjutan.‘‘Grand Design‘‘
menekankan pada visi yang sangat terperinci dan
terarah, untuk menyamakan presepsi terhadap pembangunan
perkotaan di Indonesia nantinya.
Ide-ide penelitian dan pengembangan baik yang dipikrkan
bersama baik itu melalui kerjasama nasional maupun
internasional dapat memberikan suatu solusi sistem
angkutan umum yang ekonomis, aman, cepat dan nyaman
26
yang dapat menjadi pilihan utama mobilitas masyarakat
perkotaan dimasa depan.
“Grand Design“ ini dimaksudkan untuk dapat menjadi
perhatian dan menjadi sebuah komitmen pemerintah
Indonesia pada khususnya dan Kota Solo pada umumnya
untuk mengatur tata ruang kota-kota di Indonesia.
Secara sekilas pemerintah Indonesia akan dihadapkan
pada suatu utopis. Tetapi dengan wawasan yang lebih
mendalam, visi ini akan tumbuh menjadi gambaran bersama
tentang kehidupan perkotaan masa depan, yang didasarkan
pada mobilitas masyarakat perkotaan.
Ruang publik adalah tempat milik masyarakat umum.
Pengguna moda transportasi kendaraan pribadi, baik roda
4 (empat) maupun roda 2 (dua) dalam jumlah yang
berlebihan dapat mengganggu dan mengurangi ruang
publik. Dibutuhkan sejumlah terobosan yang tepat untuk
mengatasi kendala budaya, politik, teknik, dan
keuangan, yang dirancang untuk mengatasi permasalahan
transportasi perkotaan di Indonesia.
Kota-kota di Indonesia diharapkan akan mempunyai sistem
transportasi perkotaan yang lebih memprioritaskan
pejalan kaki, pesepeda, dan angkutan umum, yang satu
sama lain saling terintegrasi di pusat kota, dengan
ruang publik yang mempunyai sistem transportasi yang
ramah lingkungan. Dengan adanya implementasi tersebut,
27
maka akan menghasilkan kondisi kota yang lebih nyaman,
teratur, sehat dan indah
Untuk mencapai keberhasilan visi transportasi perkotaan
yang berkelanjutan, maka hal utama yang perlu
diperhatikan adalah angkutan umum. Karena pada dasarnya
sistem transportasi yang berkelanjutan tercapai jika
angkutan umum sudah dapat mengcover kebutuhan dasar
dari para pelaku perjalanan, dan sudah menjadi
primadona moda perjalanan masyarakat. Adapun angkutan
umum yang menjadi tulang punggung di kota-kota besar
tersebut, direncanakan terdiri dari jaringan Bus Rapid
Transit (BRT) dan Mass Rapid Transit (MRT)
Dalam pencapaiannya, maka angkutan umum harus
terintegrasi satu sama lain, sehingga pusat-pusat
aktivitas dan kegiatan masyarakat seperti stasiun
kereta api, terminal bis antar kota, bandar udara,
pelabuhan laut dan pelabuhan penyebrangan serta
fasilitas umum seperti universitas dan sekolah, balai
kota, kesehatan seperti Rumah Sakit, pusat perbelanjaan
dan pusat kebudayaan akan langsung terhubungkan ke
dalam jaringan ini.
Selain itu angkutan umum diharapkan dapat member
kenyamanan untuk pemakai jasa transportasi. Dalam
meningkatkan kenyamanan pemakai jasa transportasi,
perlu adanya integrasi sistem antar moda dimana sistem
ini akan mempermudah pengguna transportasi dalam hal
28
transfer antar moda. Bentuk peningkatan pelayanan ini
ditawarkan dalam bentuk sistem satu tiket. Sistem satu
tiket ini melayani pelaku perjalanan untuk menggunakan
semua moda transportasi untuk satu kali perjalanan baik
itu dengan menggunakan 1 moda atau lebih dari 1 moda
3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas angkutan massal di
Kota Solo
a. Penambahan Armada
Untuk meningkatkan kenyamanan dan antusiasme
masyarakat Kota Solo untuk menggunakan transportasi
massal maka salah satu solusi yang dapat dilakukan
yaitu dengan menambah armada angkutan umum.
Penambahan armada angkutan umum khususnya Batik Solo
Trans (BST) akan meningkatkan efisiensi waktu serta
mengurangi interval waktu antar BST yang mengangkut
penumpang di halte. Dana untuk program penambahan
armada BST ini dapat diambil dari dana APBD Kota
Solo.
b. Penerapan ITS (Intelligent Transport System)
Intelligent Transport System (ITS) atau sistem
transportasi cerdas mensyaratkan adanya pengendalian
lalu lintas yang terintegrasi. ITS bertujuan untuk
menurunkan tingkat kecelakaan lalu lintas sekaligus
mengurangi kemacetan. Bidang Lalu Lintas bertanggung
29
jawab menyelenggarakan sistem pengendali lalu lintas
atau Area Traffic Control System (ATCS), yang
dikembangkan Dishubkominfo Kota Surakarta sejak tahun
2006.
Melalui ruang kendali atau yang disebut sebagai CC
Room, lalu lintas bisa dikendalikan dari jarak jauh
dengan remote control. Pengendalian melalui remote
itu dimungkinkan karena dari 53 persimpangan traffict
light (APILL) yang ada di Solo, telah terpasang
sebanyak 43 CCTV. CCTV yang berfungsi untuk
memonitoring kondisi dan status lalu lintas juga
terpasang di halte-halte bus.
Penunjang kinerja ATCS juga didukung dengan piranti
public announcer, yaitu speaker untuk memberikan
teguran jika terjadi pelanggaran di lapangan dan
untuk sosialisasi tentang lalu lintas. ACTS pada
dasarnya adalah untuk
memberikan prioritas bagi angkutan umum sehingga
diperlukan alat yang dinamakan Bus Priority. Dengan
alat tersebut petugas dari ruang kendali (central
contro atau CC Room) bisa mengatur traffic light
dengan memperpanjang atau memperpendek lampu pada
traffic light dengan tujuan memberikan prioritas bagi
bus Batik Solo Trans (BST).
Selain itu untuk memberikan kepastian waktu kepada
penumpang BST, di setiap halte dipasang alat yang
dinamakan passenger info yang akan menginformasikan
30
penumpang tentang berapa waktu kedatangan BST
berikutnya. Sementara di setiap BST, terpasang GPS
agar pergerakan transportasi massal ini dapat terus
terpantau dari ruang kendali. Hasil pantauan lalu
lintas tersebut sebagian disampaikan ke khalayak umum
melalui media elektronik yakni Stasiun TATV dan Radio
Solopos FM di setiap hari untuk membantu pengguna
lalu lintas.
ACTS didukung dengan fasilitas lalu lintas lainnya
seperti rambu-rambu lalu lintas termasuk di dalamnya
rambu bagi pejalan kaki atau pelican crossing, Rambu
Pendahulu Petunjuk Jurusan atau RPPJ, median jalan
dan marka jalan. Dishubkominfo juga memasang variable
message sight (VMS). VMS merupakan piranti media
elektronik yang terbuat dari LED dan berfungsi untuk
menampilkan informasi berbentuk text, gambar/logo,
animasi, grafik dan sebagainya. Informasi tersebut
dipasok dari CC Room yang berisikan traveler
information seperti rute jalan, kecepatan maksimun
atau tempat parkir. Selain itu VMS juga bertungsi
untuk memberikan informasi incident management yakni
informasi mengenai pengelolaan lalu lintas bila
terjadi gangguan, misalnya perbaikan jalan,
kecelakaan, kemacetan hingga bencana alam yang
menganggu lalu lintas.
31
Rekayasa lalu lintas dengan penggunaan piranti
teknologi modern tersebut tidak akan banyak artinya
jika perilaku masyarakat dalam berlalu lintas tidak
mendukungnya. Oleh karena itu kampanye keselamatan di
jalan raya menjadi bagian dari pengembangan ITS.
Program ini dilakukan secara berkala dengan
sasaran masyarakat umum, terutama bagi anak sekolah
dengan harapan perilaku budaya berlalu lintas yang
tertib tertanam sedini mungkin.
Untuk mempermudah pengguna BST memanfaatkan layanan
transportasi massal ini, Pemkot Solo menggandeng
sejumlah lembaga keuangan dengan melakukan pembuatan
kartu pintar (smart card) yang digunakan sebagai
tiket perjalanan (e-ticketing intermoda).
Smart card ini sebagai pengganti uang tunai yang
dapat diisi ulang jika dana di dalamnya habis. Selain
itu, pemegang smart card juga mendapatkan berbagai
fasilitas dari bank seperti diskon jika bertransaksi
di tempat yang ditunjuk oleh bank.
Kemudahan lain yang didapat dengan menggunakan smart
card yakni pengguna BST tidak perlu harus membayar
karcis atau tiket ketika berganti moda kereta api
Prameks dan Bus Trans Jogja lantaran sudah
terintegrasi.
c. Mengintegrasi antara angkutan kota dengan BST
32
Pergerakan orang di kota-kota di Indonesia pada masa
yang akan datang, direncanakan sepenuhnya akan
dilayani oleh jaringan angkutan umum massal baik oleh
Mass Rapid Transit (MRT) maupun Buss Rapid Transit
(BRT) yang terintegrasi dengan moda transportasi
lainnya. Hal ini juga berlaku pada Kota Solo dalam
waktu dekat.
Maka angkutan umum harus terintegrasi satu sama lain
khususnya Batik Solo Trans (BST) dengan angkutan kota
maupun bus kota lainnya, sehingga pusat-pusat
aktivitas dan kegiatan masyarakat seperti stasiun
kereta api, terminal bis antar kota, bandar udara,
pelabuhan laut dan pelabuhan penyebrangan serta
fasilitas umum seperti universitas dan sekolah, balai
kota, kesehatan seperti Rumah Sakit, pusat
perbelanjaan dan pusat kebudayaan akan langsung
terhubungkan ke dalam jaringan ini.
Rute trayek antara BST dengan angkutan kota juga
harus diperhatikan sehingga tidak saling bertubrukan
satu sama lain. Akan lebih baik apabila angkutan kota
dijadikan angkutan penghubung desa maupun daerah
daerah pinggiran Kota Solo yang tidak terlewati rute
BST. Dengan demikian, antara angkutan massal yang
satu dengan yang lain dapat saling terintegrasi satu
sama lain.
33
Berdasarkan dari contoh data mengenai komponen
transportasi di beberapa negara (Manfred, 2010),
pembagian persentasi masing-masing moda di pusat kota
diperkirakan sebagai berikut:
Pejalan kaki 18 %
Sepeda 4 %
Ojek 5 %
Becak 3 %
Taxi 10 %
AngKot 15 %
Bus ukuran sedang 10 %
BRT 15 %
MRT 18 %
Lain-lain 2 %
Di dalam hirarki moda-moda tersebut, ruang diantara
masing-masing moda harus mendapatkan perhatian yang
sangat serius. Pengintegrasian jadwal moda transportasi
umum di wilayah perkotaan yang padat menjadi sangat
34
penting, dimana berbagai moda transportasi beroperasi
dalam waktu yang bersamaan terjadwal sehingga dapat
mempersingkat waktu tunggu. Begitu pula dengan sistem
tiket yang terintergrasi antar moda merupakan hal
sangat penting karena dapat menghemat waktu dan biaya
perjalanan dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran
untuk semua moda.
d. Pengadaan Angkutan Penghubung Antar Kota dan Antar
Pedesaan (AKDP) atau Feeder Bus
Untuk menghubungkan antara moda angkutan umum yang satu
dengan yang lain maka diperlukan angkutan penghubung
untuk menghubungkan daerah-daerah yang tidak terlewati
trayek BST dengan daerah yang terlewati oleh moda
angkutan BST. Oleh karena itu diperlukan
feeder (penghubung antara angkutan kota dengan angkutan
pedesaan) sehingga dapat terintegrasi dengan baik.
Diharapkan dengan adanya AKDP sebagai angkutan feeder
yang terhubung dengan BST maka masyarakat dapat lebih
tertarik menggunakan moda transportasi umum. AKDP juga
diharapkan dapat dibuat dalam konsep konsorsium baik
dalam jalur trayeknya, efisiensi waktu serta interval
waktu antar AKDP itu sendiri. AKDP tidak hanya
menghubungkan daerah pinggiran Kota Solo yang tidak
terlewati BST namun juga kota maupun kabupaten yang
dekat dengan Kota Solo seperti : Boyolali, Klaten,
Sragen, Wonogiri dan Sukoharjo agar dapat langsung
terhubung dengan koridor BST.
35
e. Pembuatan alternatif angkutan massal baru yang lebih
memadai, reliable, efisien dan sesuai dengan Kota Solo cth:
Rail Light Train, Trams city , Troley bus ,dll
Trem Kota (LRT - Light Rail Transit)
Trem atau lengkapnya Trem Kota merupakan alternatif
dalam menanggulangi kemacetan kota. Kendaraan ini
biasanya hanya terdiri atas satu set (dua gerbong),
karena harus menyesuaikan dengan keadaan lingkungan
jalan kota yang tidak boleh terlalu panjang, karena
berbaur dengan lalu lintas kota lainnya. Namun bisa
saja dua set atau 4 kereta (HRT - Heavy Rail Transit -
satu set adalah 4 kereta).
Berbagai keunggulan LRT adalah:
Dengan kendaraan ringan dan dapat dibuat oleh
parik karoseri bus
Dapat berbaur dengan lalu-lintas kota
Dapat berbelok dengan radius kecil atau tajam
(sekitar 15 meter, sehingga dapat menyelusuri
bangunan tua pusat kota, sedangkan HRT minimum
dengan radius 150 meter)
Dapat naik dengan elevasi hingga 12%, sedangkan
HRT maxiumum 1%. Oleh sebab itu stasiun LRT sering
berada di atas jembatan layang.
Biaya pembangunan dan operasi sangat murah
dibandingkan dengan HRT
Tipe 1: Berbaur dengan lalu-lintas kota dan
panjang satu set (2 kereta); Tipe 2: Dengan
berbagai lintasan (surface, elevated, dan sub-way)
36
dan panjang dua set (4 kereta); Tipe 3: Seperti
HRT dengan lintasan khusus terpisah berikut
sinyalnya, dan panjang 2 set hingga 4 set (bisa 4
hingga 8 kereta).
Namun LRT mampu mengangkut 80.000 penumpang per
jam, bandingkan dengan HRT 140.000 penumpang per
jam, monorel 40,000 penumpang per jam, sedangkan
busway hanya 25.000 penumpang per jam.
4. Pembuatan Kebijakan
Adanya konsep transportasi berkelanjutan dengan
dukungan angkutan massal yang lebih baik tidak serta-
merta dapat membuat sebagian besar masyarakat berpindah
dari angkutan pribadi menjadi transportasi umum.
Setidaknya dibutuhkan suatu keadaan yang dapat memaksa
masyarakat agar mau tidak mau lebih memilih pengguanaan
angkutan massal. Peran pemerintah dalm masalah ini
sangat penting sekali karena pemerintah sebagai pembuat
kebijakan secara tidak langsung dapat memaksa orang
untuk melaksanakan aturan yang dibuat.
a. Pembatasan jumlah kepemilikan kendaraan pribadi
Kepemilikan kendaraan lebih dari satu dalam satu
keluarga saat ini sudah bukan merupakan hal yang
istimewa. Apalagi dengan sistem pembelian kendaraan
pribadi seperti sepeda motor dan mobil dewasa ini
sangat memudahkan bagi masyarakat. Tidak perlu lagi
menyediakan uang cash untuk bisa membawa pulang
kendaraan pribadi.
37
Kita sadari tidak mudah untuk membujuk masyarakat
beralih menggunakan angkutan massal disaat banyaknya
angkutan pribadi yang sangat mudah didapatkan,
apalagi dengan adanya mobil murah. Sehingga
dperlukan suatu kebijakan untuk membuat tidak nyaman
orang-orang membeli kendaraan pribadi. Sehingga hal
tersebut dapat memaksa orang tidak tergiur untuk
membeli kendaraan pribadi.
Salah satunya dapat menggunakan program One Family One
Car. Program ini tidak memaksakan suatu keluarga
untuk memiliki hanya satu kendaraan. Akan tetapi
kebijakan ini membuat masyarakat terutama kalangan
menengah merasa tidak nyaman memiliki banyak
kendaraan pribadi. Program ini dilaksanakan dengan
melipatgandakan pajak yang harus dibayarkan jika
memiliki lebih dari satu kendaraan. Sehingga dalam
pembelian kendaraan dibutuhkan kartu keluarga agar
dapat diketahui kepemilikan kendaraan dalam satu
keluarga.
b. Pembatasan umur kendaraan pribadi didasarkan pada
uji emisi gas buangan
Pada dasarnya kendaraan memilik batas umur
tergantung pada kelayakan operasinya. Sedangkan
kelayakan operasi sendiri dinilai dari berbagai
aspek salah satunya dengan pengujian emisi gas.
38
Sebenarnya peraturan mengenai ambang batas emisi gas
buang kendaraan bermotor lama sudah ditetapkan pada
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 5 Tahun
2006. Dan masih banyak lagi perda-perda daerah
mengenai penguji emisi gas buang, salah satunya yang
diterapkan pada Kota Dumai, Sumatera Selatan. Dimana
kota ini mulai mensosialisasikan Perda No 6 Tahun
2014 tentang restribusi pengujian emisi kenderaan
bermotor.
Dalam pelaksanaannya, pihak Dinas Perhubungan Kota
Dumai bekerjasama dengan pihak Samsat, bagi
kendaraan yang tidak lulus uji emisi untuk ditunda
pembuatan perpanjangan STNK. Setelah dipenuhi syarat
dengan melakukan uji emisi gas buang, baru bisa
dilakukan perpanjangan pajak atau STNK. Agar
kenderaan lulus emisi, syaratnya harus selalu
melakukan pembersihan saringan udara kenderaan, dan
menggunakan bahan bakar baik seperti Pertamax.
Program ini salah satu program yang dapat
diimplementasikan di Kota Solo untuk mendukung
konsep Move People Not Car. Dengan adanya kebijakan ini
masyarakat khususnya masyarakat menengah akan
berpikir ulang untuk memiliki lebih dari satu
kendaraan. Karena memiliki kendaraan pribadi bukan
hanya sekedar sebagai prestige, tetapi juga mengenai
39
perawatan kendaraan itu sendiri yang tentunya tidak
se-simple yang dibayangkan.
c. Pengadaan program “Hari Senin Gratis Naik BST” bagi
pelajar
Program ini sebenarnya telah dilaksanakan di Kota
Bandung di bawah kepemimpinan Walikota Ridwal Kamil.
Dan terbukti program ini berhasil diimplementasikan
dan mendapat penghargaan Piala Wahana Tata Nugraha
(WTN) dalam bidang angkutan dan lalu lintas kategori
Kota Metropolitan. Program ini dapat menarik minat
para pelajar untuk menggunakan angkutan massal
karena terdapat keuntungan-keuntungan tersendiri
bagi mereka, apalagi umur pelajar yang rata-rata
belum memenuhi untuk mengendarai kendaraan bermotor.
Sehingga diharapkan pelajar lebih memilih
menggunakan angkutan massal daripada kendaraan
pribadi, karena memang sebab-sebab dari beberapa
faktor di atas sebelumnya.
Melihat keberhasilan Kota Bandung dalam menerapkan
program tersebut, besar harapan program tersebut
juga akan berhasil jika diimplementasikan di Kota
Surakarta. Apalagi melihat latar belakang masyarakat
Kota Solo yang lebih mudah diatur daripada Kota
Bandung yang notabene merupakan salah satu kota
metropolitan di Indonesia.
40
Sebenarnya penerapan program gratis transportasi
umum sudah menjadi hal yang lumrah di beberapa kota
di negara lain. Contohnya adalah Kota Tallinn di
Negara Estonia yang merupakan kota pertama di dunia
yang menerapkan transportasi gratis bagi masyarakat.
Dan program ini kemudian ditiru di sejumlah kota
negara-negara di dunia.
d. Pengadaan program “Bike to Work” atau “Bike to
School” bagi pegawai PNS dan pelajar yang tempat
tinggalnya berdekatan dengan kantor atau sekolahnya.
Program Bike to Work dan Bike to School di Indonesia
sendiri telah dilaksanakan di Kota Jakarta pada awal
pemerintahan Joko Widodo sebagai Gubernur Jakarta
dan terbukti juga cukup efektif dijalankan. Dimana
dalam sehari yang biasanya gedung-gedung perkantoran
terutaman pemerintahan yang biasanya dipenuhi oleh
kendaraan bermotor diganti dengan sepeda. Hal ini
tentunya berpengaruh pada jumlah polusi udara yang
dihasilkan.
Pemilihan pegawai PNS dan pelajar sebagai sasaran
utama dikarenakan alasan tertentu. Karena pegawai
PNS dan pelajar lebih mudah terdata, dengan begitu
lebih mudah diawasi apabila melakukan pelanggaran.
Dengan begitu pegawai PNS dipaksa untuk mematuhi
peraturan yang ada, dan jika tidak akan mendapatkan
sanksi yang cukup berat.
41
Melihat hasil yang terjadi di Kota Jakarta jika
dilakukan di Kota Solo kemungkinan besar akan
berhasil. Lagi-lagi karena latar belakang masyarakat
Kota Solo yang lebih mudah diatur, juga pemberi
kebijakan dalam hal ini Joko Widodo pernah memimpin
kedua kota tersebut.
e. Penerapan Sistem Jalan Berbayar Elektronik dan
Sistem Parkir Berbayar Elektronik (ERP).
Sebagai solusi dari kemacetan dan pengurangan
penggunaan kendaraan pribadi maka penerapan system
jalan berbayar dan parkir berbayar merupakan hal
yang tepat. Sistem jalan berbayar atau Electronic Road
Pricing (ERP) merupakan system pemungutan pajak secara
otomatis kepada para pengguna kendaraan pribadi yang
melewati daerah yang termasuk dalam zona jalan
berbayar. Pada titik tertentu di Kota Solo akan
dibangun portal atau Gate yang dilengkapi dengan
kamera dan alat sensorik yang akan mendeteksi serta
merekam secara visual mobil yang melewati Gate
tersebut. Secara otomatis ERP juga akan memungut
pajak dengan mengurangi saldo dari On Board Unit (OBU)
yang dipasang pada setiap kendaraan. Sistem ini
telah diuji coba di Ibu Kota Jakarta dengan
menempatkan Gate di beberapa ruas jalan protocol
.
42
Sedangkan Sistem Parkir Prabayar Elektronik dapat
diberlakukan untuk meningkatkan efektivitas dan
optimalisasi sector perparkiran pada suatu daerah.
Sistem parkir ini menggunakan smart card atau koin
sebagai alat pembayarannya. Ke depannya diharapkan
system parkir prabayar dapat membuat masyarakat
beralih menggunakan angkutan massal dengan menaikkan
tarif parkir secara bertahap.
5. Pembangunan Infrastruktur
Keseluruhan sistem jaringan pelayanan angkutan umum di
pusat kota, dianggap sebagai suatu kesatuan sistem yang
saling terhubung, dengan akses-akses yang nyaman bagi
pejalan kaki, pesepeda, taksi dan sarana transportasi
lokal serta berbagai macam moda transportasi lainnya
yang saling berhubungan satu sama lain.
Selain fokus ada angkutan umum, dalam mencapai sistem
transportasi yang berkelanjutan, perlu juga adanya
perhatian pada prasarana transportasi untuk pejalan
kaki yang berada di perkotaan sebaiknya menghubungkan
satu gedung dengan gedung yang lainnya baik melalui
jembatan penyeberangan, zebra cross dan juga trotoar
sehingga menyediakan ruang semi-publik di dalam dan di
sekitar gedung-gedung tersebut, yang selanjutnya akan
diintegrasikan dengan moda transportasi umum.
43
Kemacetan yang terjadi di jalan raya seringkali terjadi
karena padatnya bus-bus antar kota dan antar provinsi
serta truk-truk besar yang berlalu lalang. Oleh karena
itu perlu dibuat jalur khusus sehingga bus-bus antar
provinsi serta truk-truk besar tersebut tidak melalui
jalur dalam kota yang menjadi jalur angkutan umum dan
angkutan pribadi. Pembangunan jalan penghubung antar
propinsi (Ring Road) untuk mengakomodir bus antar provinsi
dan truk-truk besar menjadi salah satu solusi pemecahan
masalah ini. Pembangunan Ring Road ini juga dapat
mengurangi kemungkinan kecelakaan yang dialami oleh
pengguna angkutan umum, pengendara sepeda motor maupun
kendaraan pribadi karena telah dilakukan separasi bagi
angkutan-angkutan teersebut.
Perencanaan tata ruang perkotaan dan penyusunan rencana
induk transportasi perkotaan harus saling menyesuaikan
untuk menghasilkan sistem transportasi perkotaan yang
terarah dan terintegrasi, diperlukan system jaringan
transportasi dan simpul-simpul yang terhubung satu sama
lain. Sehingga menghasilkan struktur perkotaan yang
padat, dan dapat mencegah terjadinya pemekaran kota
(urban sprawl).
44
BAB III
PENUTUP
Filosofi dasar pengembangan transportasi berkelanjutan
adalah kesadaran para pemangku kebijakan bahwa
penyelenggaraan transportasi sesungguhnya adalah
memfasilitasiyasi orang atau barang bukan sarana
pengangkutnya. Filosofi ini kemudian dikenal dengan Move
People not Car.
Filosofi Move People not Car tersebut mengandung konsekuensi
dalam implementasi kebijakan yakni dengan mengembangkan
system transportasi berbasis transportasi massal. Secara
ekstrem, filosofi ini dapat diterjemahkan kebijakan yang
dibuat bertujuan untuk membuat para pengendara kendaraan
mobil tidak nyaman sehingga beralih ke kendaraan umum.
Menyadari masalah transportasi semakin kompleks,
sementara kemampuan sumber daya manusia untuk melakukan
pengaturan, penggunaan teknologi menjadi suatu kebutuhan
45
yang tak terelakkan. Di sejumlah negara maju, teknologi,
terutama di teknologi elektronika, komputer, dan
telekomunikasi telah lama dimanfaatkan untuk membantu
pengaturan transportasi. Sedangkan di Indonesia, Kota
Solo, menjadi pioner penggunaan teknologi yang biasa
disebut dengan Intelligent Transport System atau ITS yang secara
sederhana dapat diartikan sebagai penerapan teknologi
maju di bidang elektronika, komputer, dan telekomunikasi
untuk membuat prasarana dan sarana transportasi lebih
informatif, efisien lancar, aman dan nyaman sekaligus
ramah lingkungan.
Selain itu diperlukan juga kebijakan pemerintah berupa
program-program yang mendukung transportasi
berkelanjutan; One Family One Car, “Hari Senin Gratis BST”
dll. Program-program ini merupakan impelementasi dari
Move People not Car itu sendiri. Dengan demikian diharapkan
masyarakat Kota Solo dapat mengubah mindset mereka agar
lebih memilih angkutan umum ketimbang kendaraan pribadi.
PENUTUP
46
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan ini dengan baik. Penyusun juga mengucapkan
terima kasih kepada rekan-rekan dan semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya makalah “Implementasi Move People not
Car”.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan dalam penyusunannya. Untuk itu, penyusun
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk menyempurnakan makalah ini.
Akhirnya, penyusun berharap semoga makalah ini dapat berguna
bagi semua pihak, khususnya bagi penyusun sendiri dan
umumnya bagi semua civitas akademik Fakultas Teknik Jurusan
Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta.
47
DAFTAR PUSTAKA
K, Beela S. 2007. Changing definition of sustainable
transportation. (www.enhr2007rotterdam.nl)
Detr . 1998. Sustainable development: Opportunities for
change. London: Department of the Environment,
Transport and the Regions.
Miro, Fidel. 2002. Perencanaan Transportasi. Jakarta:
Erlangga
http://ainiplanologi.blogspot.com/2010/05/sutainable-
transportation-transportasi.html
http://sutip-whitepaper.blogspot.com/2011/04/
pendahuluan-visi-sistem.html
http://www.tempo.co/read/news/2014/10/03/058611785/
Bandung-Akan-Gunakan-Sistem-Parkir-Elektronik
http://jakarta.bisnis.com/read/20140812/77/249462/
sistem-jalan-berbayar-erp-di-rasuna-said-diuji-coba-
september
www.surakarta.go.id
tentangsolo.web.id
48