II -1 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

113
Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 20092014 II - 1 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1. Aspek Geografi dan Demografi Kabupaten Lebak memiliki luas sebesar 304.472 Ha (3.044,72 Km 2 ) dan memiliki batas administrasi sebagai berikut : Sebelah Utara : Kabupaten Serang dan Tangerang Sebelah Selatan : Samudera Indonesia Sebelah Barat : Kabupaten Pandeglang Sebelah Timur : Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi Secara administratif, pada tahun 2008 Kabupaten Lebak terdiri dari 28 kecamatan, 340 desa dan 5 kelurahan dengan luas rincian sebagai berikut : Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Lebak Tahun 2008 No. Kecamatan Luas Wilayah (Ha) No. Kecamatan Luas Wilayah (Ha) 1 Malingping 9.217,00 15 Cipanas 8.788,70 2 Wanasalam 13.429,00 16 Sajira 11.098,00 3 Panggarangan 17.252,00 17 Cimarga 18.343,00 4 Bayah 15.374,00 18 Cikulur 6.606,00 5 Cilograng 10.720,00 19 Warunggunung 4.953,00 6 Cibeber 38.315,00 20 Cibadak 4.134,00 7 Cijaku 9.134,00 21 Rangkasbitung 4.986,50 8 Banjarsari 15.531,00 22 Maja 5.987,00 9 Cileles 12.498,00 23 Curugbitung 7.255,00 10 Gunungkencana 14.577,00 24 Cihara 15.041,00 11 Bojongmanik 7.178,10 25 Cigemblong 5.831,00 12 Leuwidamar 14.691,00 26 Cirinten 7.754,90 13 Muncang 8.498,00 27 Lebakgedong 5.004,30 14 Sobang 10.720,00 28 Kalanganyar 2.555,50 Sumber : Peta Administrasi Kabupaten Lebak - Bappeda Kabupaten Lebak dan Bakosurtanal, 2007 Visualisasi wilayah administrasi dapat dilihat dalam peta wilayah Kabupaten Lebak sebagaimana gambar di bawah ini.

Transcript of II -1 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 1

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1. Aspek Geografi dan Demografi

Kabupaten Lebak memiliki luas sebesar 304.472 Ha (3.044,72 Km2) dan

memiliki batas administrasi sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Serang dan Tangerang

Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

Sebelah Barat : Kabupaten Pandeglang

Sebelah Timur : Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi

Secara administratif, pada tahun 2008 Kabupaten Lebak terdiri dari 28

kecamatan, 340 desa dan 5 kelurahan dengan luas rincian sebagai berikut :

Tabel 2.1

Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Lebak Tahun 2008

No. Kecamatan Luas Wilayah

(Ha) No. Kecamatan

Luas

Wilayah (Ha)

1 Malingping 9.217,00 15 Cipanas 8.788,70

2 Wanasalam 13.429,00 16 Sajira 11.098,00

3 Panggarangan 17.252,00 17 Cimarga 18.343,00

4 Bayah 15.374,00 18 Cikulur 6.606,00

5 Cilograng 10.720,00 19 Warunggunung 4.953,00

6 Cibeber 38.315,00 20 Cibadak 4.134,00

7 Cijaku 9.134,00 21 Rangkasbitung 4.986,50

8 Banjarsari 15.531,00 22 Maja 5.987,00

9 Cileles 12.498,00 23 Curugbitung 7.255,00

10 Gunungkencana 14.577,00 24 Cihara 15.041,00

11 Bojongmanik 7.178,10 25 Cigemblong 5.831,00

12 Leuwidamar 14.691,00 26 Cirinten 7.754,90

13 Muncang 8.498,00 27 Lebakgedong 5.004,30

14 Sobang 10.720,00 28 Kalanganyar 2.555,50

Sumber : Peta Administrasi Kabupaten Lebak - Bappeda Kabupaten Lebak dan Bakosurtanal, 2007

Visualisasi wilayah administrasi dapat dilihat dalam peta wilayah Kabupaten

Lebak sebagaimana gambar di bawah ini.

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 2

Gambar 2.1

Peta Administrasi Kabupaten Lebak

Sumber : Peta Administrasi Kabupaten Lebak - Bappeda Kabupaten Lebak dan Bakosurtanal, 2007

Secara geografis, Kabupaten Lebak berada pada posisi astronomis 6º18’-7º00’

Lintang Selatan dan 105º25’-106º30’ Bujur Timur, dengan Fisiografi lahan yang ada

di wilayah Kabupaten Lebak yaitu lahan datar dan landai 90.033 Ha, lahan

bergelombang dan lahan berbukit 104.792 Ha dan lahan pegunungan/curam 91.171

Ha.

Kabupaten Lebak memiliki kondisi topografi beragam. Untuk wilayah

sepanjang Pantai Selatan memiliki ketinggian 0-200 meter di atas permukaan laut

(dpl), wilayah Lebak Tengah 201-500 meter dpl dan wilayah Lebak Timur dengan

puncaknya yaitu Gunung Sanggabuana dan Gunung Halimun 501-1000 meter dpl.

Temperatur di sepanjang pantai dan perbukitan berkisar antara 200C - 320C,

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 3

sedangkan suhu di pegunungan dengan ketinggian di atas 400 m dpl antara 180C -

290C.

Ketinggian dari permukaan laut setiap Ibu Kota Kecamatan di Kabupaten

Lebak sangat beragam, yang tertinggi adalah Kecamatan Muncang dan Sobang (260

meter), yang terendah Kecamatan Bayah dan Cihara (3 meter), dengan Panjang garis

pantai di Kabupaten Lebak 91,42 km. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

2.5 di bawah ini.

Tabel 2.2 Kelompok Ketinggian Menurut Kecamatan

di Kabupaten Lebak Tahun 2008

No. Kecamatan Ketinggian dari Permukaan Laut (m)

01 – 25 26 – 50 51 – 75 76 – 100 101 – 500 > 500

1 Malingping - 40 - - - -

2 Wanasalam - 40 - - - -

3 Panggarangan 4 - - - - -

4 Bayah 3 - - - - -

5 Cilograng - - - - - -

6 Cibeber - - - - 200 -

7 Cijaku - - 70 - - -

8 Banjarsari - - - - 120 -

9 Cileles - - - - 164 -

10 Gunungkencana - - - - 170 -

11 Bojongmanik - - - - 200 -

12 Leuwidamar - - - - 230 -

13 Muncang - - - - 260 -

14 Sobang - - - - 260 -

15 Cipanas - - - - 180 -

16 Sajira - - - - 165 -

17 Cimarga - - - - 220 -

18 Cikulur - - - - 240 -

19 Warunggunung - - - - 250 -

20 Cibadak - - - - 220 -

21 Rangkasbitung - - - - 217 -

22 Maja - - - - 140 -

23 Curugbitung - - - - 140 -

24 Cihara 3 - - - - -

25 Cigemblong - - 70 - - -

26 Cirinten - - - - 200 -

27 Lebakgedong - - - - 180 -

28 Kalanganyar - - - - 217 -

Sumber : BPS Kab. Lebak, 2008

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 4

Berdasarkan hidrologi, wilayah Kabupaten Lebak bersama anak-anak

sungainya membentuk pola Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu (1) DAS Ciujung yang

meliputi Sungai Ciujung, Sungai Cilaki, Sungai Ciberang, dan Sungai Cisimeut,

(2) DAS Ciliman dan Cimadur yang meliputi Sungai Ciliman dengan anak sungainya,

Sungai Cimadur, Sungai Cibareno, Sungai Cisiih, Sungai Cihara, Sungai Cipager, dan

Sungai Cibaliung.

Dalam upaya pengembangan wilayah, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Kabupaten Lebak telah mengatur pola pemanfaatan ruang, yang meliputi :

1. Kawasan budidaya di Kabupaten Lebak mencakup luasan 207.250 Ha yang terdiri

dari :

Kawasan budidaya pertanian (luas 153.485 ha), yang meliputi pertanian

lahan basah (17.400 ha) dan pertanian lahan kering (136.085 ha).

Kawasan budidaya non pertanian (luas 53.765 Ha), yang meliputi kawasan

kawasan permukiman (46.675 ha), kawasan industri (3.040 ha), kawasan

pariwisata (4.050 ha).

2. Kawasan lindung dengan luas 97.222 ha, meliputi :

1) Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya,

pengembangan kawasan dikaitkan dengan fungsi hidrologis, mencakup lahan

seluas 63.845 ha (22,32 % dari luas total Kabupaten Lebak), terdiri dari :

Kawasan hutan lindung (luas 29.975 ha), berfungsi untuk mencegah

terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi, dan menjaga fungsi

hidrologis tanah untuk menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air

tanah, dan air permukaan. Kawasan hutan lindung tersebar di Kecamatan

Cipanas, Kecamatan Muncang, Kecamatan Sobang, Kecamatan Cijaku,

Kecamatan Panggarangan, Kecamatan Cibeber, dan Kecamatan Bayah.

Kawasan resapan air (luas 33.870 ha), berfungsi untuk memberikan ruang

yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah tertentu untuk

keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir,

baik untuk kawasan bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan.

Kawasan resapan air adalah daerah yang mempunyai kemampuan tinggi

untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air

bumi yang berguna sebagai sumber air. Sebaran kawasan resapan air

terdapat di Kecamatan Cipanas, Kecamatan Muncang, Kecamatan Sobang,

Kecamatan Bojongmanik, Kecamatan Gunungkencana, Kecamatan Cijaku,

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 5

Kecamatan Panggarangan, Kecamatan Cilograng, Kecamatan Cibeber, dan

Kecamatan Bayah.

2) Kawasan perlindungan setempat, kawasan lindung yang merupakan kawasan

perlindungan setempat di Kabupaten Lebak seluas 10.595 Ha (3,7% dari luas

total Kabupaten Lebak), terdiri dari :

a. Sempadan pantai, adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya

proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter

dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Adapun sebaran sempadan pantai

terdapat di Kecamatan Wanasalam, Malingping, Panggarangan, Cihara,

Cibeber dan Kecamatan Bayah dengan panjang garis pantai sekitar

91,42 Km.

b. Sempadan sungai, adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai,

termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai

manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.

Perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan untuk melindungi

sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak

kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta

mengamankan aliran sungai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Tabel 2.6

di bawah ini.

c. Kawasan sekitar mata air, adalah kawasan di sekeliling mata air yang

mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi

mata air. Perlindungan terhadap kawasan sekitar mata air dilakukan untuk

melindungi mata air dari kegiatan budidaya yang dapat merusak kualitas

air dan kondisi fisik kawasan sekitamya, sedangkan kriteria kawasan

lindung untuk kawasan mata air adalah sekurang-kurangnya dengan jari-

jari 200 meter di sekitar mata air.

Arahan pengelolaan kawasan lindung sekitar mata air ini adalah sebagai

berikut:

Persawahan atau pertanian dengan jenis tanaman tertentu, dan perikanan

masih diperkenankan keberadaanya pada kawasan ini;

Tindakan konservasi yang dilakukan pada kawasan ini lebih bersifat

vegetatif;

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 6

Kawasan sekitar mata air yang digunakan oleh PDAM dapat diberikan hak

pakai.

Tabel 2.3

Sebaran Sempadan Sungai

No Nama Sungai Luas Kawasan Lindung (Ha)

1 Ciujung 880

2 Ciberang 880

3 Cisimeut 560

4 Cidurian 340

5 Cibeureum 160

6 Cicinta 60

7 Ciliman 340

8 Cibaliung 400

9 Cibinuangeun 220

10 Cilangkahan 180

11 Cihara 560

12 Cisiih 200

13 Cimancek 120

14 Cipager 80

15 Cimadur 240

16 Cidikt 1120

17 Cibareno 320

18 Cisawarna 140

19 Cipamungbulan 80

Jumlah 5.880

Sumber: Dinas Kehutanan Kabupaten Lebak, 2008

3) Kawasan suaka alam dan cagar budaya, terdiri dari :

Taman nasional (luas cakupan sebesar 16.380 ha), adalah kawasan

pelestarian alam yang di dalamnya terdapat jenis-jenis tumbuhan, satwa

atau ekosistem yang khas, yang dikelola dengan sistem zonasi yang

dimanfaatkan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan,

pariwisata dan rekreasi. Perlindungan terhadap taman nasional dilakukan

untuk menjamin berlangsungnya fungsi perlindungan sistem penyangga

kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta

pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya,

untuk pengembangan pendidikan, rekreasi dan pariwisata, serta

peningkatan kualitas lingkungan sekitarnya dan perlindungan dari

pencemaran. Taman nasional yang terdapat di Kabupaten Lebak adalah

Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, yang berada di wilayah

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 7

Kecamatan Cipanas, Lebakgedong, Sobang, Muncang dan Cibeber dengan

luas 16.380 ha (5,71 % dari luas total Kabupaten Lebak).

Kawasan cagar budaya, adalah cagar budaya Masyarakat Baduy dengan

luas sebesar 5.102 ha atau 1,79% dari luas total Kabupaten Lebak.

Kawasan cagar budaya adalah kawasan yang merupakan lokasi atau

bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi maupun bentukan

geologi alami yang khas. Perlindungan terhadap kawasan cagar budaya

dilakukan untuk melindungi kekayaan budaya bangsa berupa peninggalan-

peninggalan sejarah dari ancaman kepunahan yang disebabkan oleh

kegiatan alam maupun manusia. Kriteria kawasan lindung untuk kawasan

cagar budaya adalah tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai

budaya situs purbakala dan kawasan dengan bentukan geologi tertentu

yang mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Kawasan Ilmu Pengetahuan, diperuntukkan bagi kegiatan yang melindungi

atau melestarikan budaya bangsa dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Kawasan yang diperuntukan untuk kawasan Ilmu pengetahuan terdapat di

sekitar wilayah pertambangan bersyarat. Sesuai dengan lokasinya

diharapkan kawasan ilmu pengetahuan yang akan dikembangkan adalah

Ilmu Pengetahuan berbasis pertambangan.

Sebagai ilustrasi, salah satu jenis sebaran rencana pengelolaan kawasan

lindung di Kabupaten Lebak, dapat dilihat pada gambar 2.2. berikut ini :

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 8

Gambar 2.2

Peta Rencana Kawasan Lindung Kabupaten Lebak

Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Lebak Tahun 2007-2027

Luas kawasan Lindung atau kawasan yang mempunyai fungsi lindung di

Kabupaten Lebak mencapai 31,93%. Luasan tersebut sangat proporsional untuk

suatu wilayah dalam menjaga daya dukung lingkungan. Kondisi tersebut sesuai juga

dengan amanat Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

dimana suatu wilayah diharapkan mempunyai persentase luasan kawasan lindung

sebesar 30%.

Namun demikian, perlu kita sadari bahwa sampai saat ini pengelolaan kawasan

lindung secara menyeluruh belum dapat dilaksanakan secara optimal, dikarenakan

beberapa hal antara lain belum tersedianya database kawasan lindung secara

komprehensif dan detail sehingga diperlukan inventarisasi dan pemetaan. Hal ini

perlu dilakukan dalam rangka mengantisipasi konflik kepentingan lahan, memelihara

dan menjaga secara kualitas dan kuantitas kawasan lindung serta memberikan

BATAS WILAYAH

BATAS KECAMATAN

JALAN SUNGAI

GARIS LAUT

JALAN NASIONAL.

JALAN PROPINSI

JALAN KABUPATEN

JALAN KERETA API

KAWASAN HUTAN LINDUNG

KAWASAN RESAPAN AIR

KAWASAN SEMPADAN MATA AIR

KAWASAN SEMPADAN MATA AIR

PANAS

KAWASAN BADUY

KAWASAN RAWAN BENCANA

KAWASAN ZONA MILITER

KAWASAN SEMPADAN PANTAI

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 9

20,97%

3,48%

7,06%

0,43% 50,41%

17,66%

Kawasan yang memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya

Kawasan perlindungan setempat

Kawasan Suaka alam & cagar budaya

Kawasan Rawan Becana

Pertanian

kepastian status luas lahan dan batas yang jelas. Selain itu, kawasan lindung (di luar

kawasan hutan) mempunyai nilai ekonomi sehingga mendorong masyarakat untuk

mengeksploitasi (termasuk aktifitas pertanian) terlebih bagi yang tidak memiliki

lahan.

Grafik 2.1

Prosentase Rencana Pola Pemanfaatan Ruang

Sumber : Bappeda Kabupaten Lebak 2007.

Bila merujuk pada alokasi penggunaan lahan di atas, maka Kabupaten Lebak

telah memenuhi amanat Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang yang mensyaratkan bagi suatu wilayah untuk memiliki persentase kawasan

lindung setidaknya 30% sehingga diharapkan daya dukung lingkungan akan terjaga.

Grafik 2.1 juga menunjukkan bahwa sektor pertanian masih menjadi primemover

bagi pengembangan wilayah, dibuktikan melalui pengalokasian penggunaan lahan

yang mencapai 50% dari total luas kabupaten. Hal ini cukup beralasan, mengingat

potensi pertanian yang ada di Kabupaten Lebak tersebar hampir di setiap kecamatan.

Sektor non pertanian yang cukup menonjol di Kabupaten Lebak adalah sektor

industri, pertambangan, dan pariwisata. Kawasan industri diarahkan

pengembangannya di Kecamatan Rangkasbitung dan Maja yang memiliki potensi

untuk tumbuh berkembangnya aglomerasi industri. Adapun kawasan pertambangan

masih mengandalkan pada potensi penambangan emas di Kecamatan Cibeber, serta

pertambangan batu bara dan bahan galian golongan A maupun golongan B di

Kecamatan Bojongmanik, Banjarsari, Panggarangan dan Bayah. Sementara potensi

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 10

pariwisata yang diandalkan adalah pariwisata alam pantai, terutama di Kecamatan

Malingping, Panggarangan, dan Bayah, serta potensi pariwisata budaya yang dapat

ditemui pada masyarakat adat Cisungsang dan Citorek, serta masyarakat Baduy.

Potensi wisata budaya lain yang cukup menjanjikan adalah beberapa peninggalan

bersejarah seperti situs Kosala dan Cibedug.

Berdasarkan deskripsi karakteristik wilayah, dapat diindentifikasi wilayah yang

berpotensi rawan bencana alam, yaitu 1) zonasi kerentanan gerakan tanah, maka

kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Lebak diidentifikasi seluas 1.300 ha (0,95

% dari luas total Kabupaten Lebak). Adapun sebaran kawasan rawan bencana alam

terdapat di Kecamatan Cipanas, Kecamatan Bayah, Kecamatan Bojongmanik, dan

Kecamatan Leuwidamar. Pada kawasan dengan kerentanan gerakan tanah menengah

dan tinggi, sebagaimana yang banyak terdapat di Kabupaten Lebak masih

dimungkinkan adanya kantung-kantung daerah layak huni akan tetapi alangkah lebih

baik bila kawasan seperti ini mendapat penelitian geologi teknik yang lebih rinci

apabila akan dimanfaatkan; 2) Kawasan Rawan Banjir, Kawasan rawan bencana

banjir sedapat mungkin tidak dipergunakan untuk permukiman, demikian pula

kegiatan lain yang dapat merusak atau mempengaruhi kelancaran sistem drainase.

Berdasarkan fakta di lapangan menunjukkan bahwa hampir seluruh wilayah

Kabupaten Lebak rawan terhadap bencana banjir, terutama di wilayah-wilayah sekitar

bantaran sungai dan wilayah pantai.

Jumlah penduduk Kabupaten Lebak pada tahun 2009 mencapai angka

1.212.117 jiwa dengan sex ratio sebesar 104,65. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk

tahun 2010 tercatat bahwa penduduk Kabupaten Lebak berjumlah 1.204.095 jiwa

dengan rincian 619.052 laki-laki dan 585.043 perempuan. Mencermati perkembangan

jumlah penduduk dalam sebelas tahun terakhir yang membentuk pola kuadratis (lihat

Gambar 2.3) dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 1,84%, jumlah penduduk

pada tahun tahun 2011 diperkirakan berjumlah 1.226.250 jiwa dan akan mencapai

1.248.813 jiwa pada tahun 2012.

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 11

Gambar 2.3

Jumlah Penduduk Kabupaten Lebak Tahun 2000-2010

Sumber : Lebak Dalam Angka Tahun 2001-2010

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010, distribusi penduduk

Kabupaten Lebak masih belum merata. Kecamatan Rangkasbitung masih menjadi

tujuan utama penduduk untuk tinggal dan berusaha (9,69%), berikutnya Kecamatan

Malingping (5,11%) dari total penduduk kabupaten. Gambaran ini menunjukkan

adanya daya tarik yang lebih kuat di pusat-pusat wilayah pertumbuhan, khususnya di

bagian utara dan selatan kabupaten. Selengkapnya mengenai distribusi penduduk

untuk masing-masing kecamatan pada tahun 2010 dapat dilihat pada gambar 2.5

berikut :

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 12

Gambar 2.4

Jumlah Penduduk Kabupaten Lebak Dirinci Menurut Kecamatan Tahun 2010

Sumber : Lebak Dalam Angka Tahun 2010

Jika dilihat dari kepadatan penduduk, Kecamatan Rangkasbitung memiliki

kepadatan penduduk jauh lebih besar dibanding kecamatan lain, secara terperinci

dapat dilihat pada tabel berikut :

- 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000

CIGEMBLONG

BOJONGMANIK

LEBAKGEDONG

CIRINTEN

CIJAKU

SOBANG

CIHARA

CURUGBITUNG

MUNCANG

CILOGRANG

KALANGANYAR

GUNUNGKENCANA

PANGGARANGAN

BAYAH

CIPANAS

SAJIRA

CIKULUR

CILELES

LEUWIDAMAR

MAJA

WANASALAM

WARUNGGUNUNG

CIBEBER

BANJARSARI

CIBADAK

CIMARGA

MALINGPING

RANGKASBITUNG

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 13

Tabel 2.4

Kepadatan Penduduk Kabupaten Lebak Dirinci Menurut Kecamatan (jiwa/Km2)

Tahun 2009-2012

No Kecamatan 2009 *) 2010 **) 2011 ***) 2012 ***)

1 Malingping 675 667 680 692

2 Wanasalam 381 382 389 396

3 Panggarangan 229 294 208 212

4 Cihara 200 196 200 204

5 Bayah 257 265 270 275

6 Cilograng 299 296 301 307

7 Cibeber 141 142 144 147

8 Cijaku 305 294 300 305

9 Cigemblong 367 335 341 347

10 Banjarsari 401 395 402 410

11 Cileles 390 374 380 387

12 Gunungkencana 237 224 228 232

13 Bojongmanik 297 295 301 306

14 Cirinten 332 319 325 331

15 Leuwidamar 345 343 350 356

16 Muncang 386 372 379 386

17 Sobang 272 265 269 274

18 Cipanas 518 516 526 536

19 Lebakgedong 381 430 438 446

20 Sajira 438 418 425 433

21 Cimarga 345 332 338 345

22 Cikulur 712 706 719 732

23 Warunggunung 1.021 1.056 1.075 1.095

24 Cibadak 1.356 1.404 1.430 1.457

25 Rangkasbitung 2.238 2.339 2.383 2.426

26 Kalanganyar 1.189 1.251 1.275 1.298

27 Maja 820 844 859 875

28 Curugbitung 434 414 422 429

JUMLAH 398 395 403 410

Sumber : *) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, 2009

**) Lebak Dalam Angka, BPS, 2010

***) Jumlah perkiraan penduduk

Kabupaten Lebak merupakan wilayah dengan dominasi aktivitas pertanian,

dengan luas lahan pertanian (50% dari total luas wilayah), selain itu didukung pula

oleh komposisi penduduk yang mayoritas bekerja di sektor pertanian. Terbukti bahwa

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 14

hingga tahun 2010, penduduk yang bekerja di sektor ini mencapai 53,68%.

Sementara sektor perdagangan, hotel, dan restoran dijadikan tumpuan harapan

hidup oleh 76.376 penduduk (16,08% dari total tenaga kerja) sebagaimana terlihat

pada gambar berikut ini :

Gambar 2.5

Penduduk Usia 10 Tahun Ke atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

Tahun 2010

Sumber : Lebak Dalam Angka Tahun 2010

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Kabupaten Lebak merupakan daerah yang memiliki potensi dalam

pengembangan Agroindustri dan Agronomi karena sebagian besar mata pencahariaan

masyarakat berada pada sektor pertanian. Dukungan sumberdaya alam yang

berlimpah serta kondisi iklim yang memiliki curah hujan merata merupakan

keunggulan komparatif dalam penguatan sektor pertanian sebagai sektor basis dalam

perekonomian daerah. Namun lemahnya kualitas sumber daya manusia dan

rendahnya kemampuan fiskal daerah serta belum tersebarnya pengetahuan teknologi

tepat guna, membuat laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lebak cenderung

mengalami perlambatan secara komprehensif.

53,68%

2,64% 5,51%

0,28%

4,52%

16,08%

7,31%

0,54% 9,44% pertanian

pertambangan & penggalian

industri pengolahan

listrik, gas & air minum

bangunan/konstruksi

perdagangan, hotel & restoran

angkutan & komunikasi

bank & lembaga keuangan

jasa-jasa

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 15

Berikut adalah capaian indikator ekonomi makro di Kabupaten Lebak Tahun

2008 berdasarkan produktivitas masing-masing Kecamatan yang akan ditampilkan

dalam Tabel 2.5 berikut.

Tabel 2.5 Capaian Indikator Ekonomi Makro per Kecamatan di Kabupaten Lebak

Tahun 2008

No. KECAMATAN PDRB (Rp)

LPE (%)

1. Rangkasbitung 960.493 -15,79

2. Malingping 373.183 1,51

3. Banjarsari 373.037 1,55

4. Wanasalam 350.993 1,49

5. Cibeber 332.911 4,60

6. Cibadak 278.049 1,67

7. Cileles 264.821 0,86

8. Cipanas 245.912 -26,60

9. Cimarga 242.230 1,78

10. Warunggunung 238.872 1,94

11. Bayah 233.728 4,68

12. Kalanganyar 228.825 -

13. Leuwidamar 223.843 2,60

14. Sajira 216.169 1,98

15. Cikulur 207.368 2,01

16. Maja 206.338 3,26

17. Cilograng 178.904 2,44

18. Panggarangan 177.372 -39,05

19. Gunungkencana 176.036 1,24

20. Curugbitung 166.676 3,20

21. Cijaku 154.581 -44,63

22. Muncang 133.917 3,08

23. Cigemblong 130.018 -

24. Cihara 114.129 -

25. Sobang 103.407 4,30

26. Cirinten 101.671 -

27. Lebakgedong 101.018 -

28. Bojongmanik 90.503 -50,81

Sumber: PDRB Bappeda Kab. Lebak

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 16

Capaian kinerja perekonomian daerah berdasarkan kewilayahan di atas

merupakan ukuran kinerja ekonomi makro yang dicapai oleh Pemerintah Kabupaten

Lebak secara agregatif. Berdasarkan kontribusi sektoralnya akan digambarkan oleh

Tabel 2.6 berikut :

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 17

Tabel 2.6

Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2004-2008 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

Kabupaten Lebak

No Sektor 2004 2005 2006 2007 2008

(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) %

1. Pertanian 1.249.502 39,41 1.291.646 39,27 1.294.831 38,16 1.351.926 37,99 1.402.893 37,88

2. Pertambangan & penggalian 38.042 1,20 40.868 1,24 41.332 1,22 45.711 1,28 46.955 1,27

3. Industri Pengolahan 302.108 9,53 316.631 9,63 332.460 9,80 346.840 9,75 354.578 9,57

4. Listrik, gas & air bersih 11.090 0,35 12.299 0,37 14.177 0,42 14.733 0,41 15.119 0,41

5. Konstruksi 121.101 3,82 127.911 3,89 135.931 4,01 154.346 4,34 158.214 4,27

6. Perdagangan, hotel & restoran 727.717 22,95 753.459 22,91 778.392 22,94 818.916 23,01 856.074 23,11

7. Pengangkutan & komunikasi 175.087 5,52 185.885 5,65 203.623 6,00 214.826 6,04 225.103 6,08

8. Keuangan, sewa & jasa Perusahaan 151.819 4,79 154.291 4,69 158.608 4,67 164.335 4,62 166.959 4,51

9. Jasa-Jasa 394.065 12,43 406.225 12,35 433.423 12,77 447.399 12,57 477.770 12,90

PDRB 3.170.531 100 3.289.215 100 3.392.776 100 3.559.032 100 3.703.665 100

Sumber: PDRB Bappeda Kab. Lebak 2009

Kinerja ekonomi makro yang baik dapat terukur melalui laju pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu daerah. Berdasarkan

kontribusinya, sektor pertanian merupakan kontributor terbesar dalam output daerah dan sektor listrik, gas dan air bersih adalah kontributor terkecil

dalam perekonomian daerah. Hal ini terjadi karena Kabupaten Lebak merupakan wilayah yang didominasi oleh sektor pertanian namun dalam

penyedia sumberdaya energi masih terbatas akibat keterbatasan fiskal serta kondisi pengetahuan masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya dan

energi.

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 18

Tabel 2.7

Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2004 – 2008 Atas Dasar Harga Berlaku

Kabupaten Lebak

No Sektor 2004 2005 2006 2007 2008

(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) %

1. Pertanian 1.633.527 38,91 1.869.235 38,39 2.001.375 36,80 2.192.697 36,37 2.381.827 35,29

2. Pertambangan & penggalian 55.353 1,32 66.442 1,36 73.140 1,35 86.121 1,43 90.149 1,34

3. Industri Pengolahan 404.276 9,63 460.063 9,45 522.676 9,61 589.329 9,77 644.493 9,55

4. Listrik, gas & air bersih 22.005 0,52 26.969 0,55 32.755 0,60 35.671 0,59 38.311 0,57

5. Konstruksi 156.946 3,74 188.336 3,87 217.252 4,00 253.696 4,21 282.803 4,19

6. Perdagangan, hotel & restoran 939.297 22,37 1.105.975 22,71 1.239.495 22,79 1.398.841 23,20 1.630.522 24,16

7. Pengangkutan & komunikasi 301.836 7,19 397.987 8,17 505.813 9,30 546.891 9,07 645.434 9,56

8. Keuangan, sewa & jasa Perusahaan 202.340 4,82 227.499 4,67 252.721 4,65 280.442 4,65 304.388 4,51

9. Jasa-Jasa 483.023 11,50 526.671 10,82 592.672 10,90 645.698 10,71 732.009 10,84

PDRB 4.198.603 100 4.869.177 100 5.437.900 100 6.029.385 100 6.749.934 100

Sumber: PDRB Bappeda Kab. Lebak 2009

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 19

Tabel 2.8

Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2004 – 2008 Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk)

Kabupaten Lebak

No Sektor

2004 2005 2006 2007 2008

Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk

% % % % % % % % % %

1. Pertanian 38,91 39,41 38,39 39,27 36,80 38,16 36,37 37,99 35,29 37,88

2. Pertambangan & penggalian 1,32 1,20 1,36 1,24 1,35 1,22 1,43 1,28 1,34 1,27

3. Industri Pengolahan 9,63 9,53 9,45 9,63 9,61 9,80 9,77 9,75 9,55 9,57

4. Listrik, gas & air bersih 0,52 0,35 0,55 0,37 0,60 0,42 0,59 0,41 0,57 0,41

5. Konstruksi 3,74 3,82 3,87 3,89 4,00 4,01 4,21 4,34 4,19 4,27

6. Perdagangan, hotel & restoran 22,37 22,95 22,71 22,91 22,79 22,94 23,20 23,01 24,16 23,11

7. Pengangkutan & komunikasi 7,19 5,52 8,17 5,65 9,30 6,00 9,07 6,04 9,56 6,08

8. Keuangan, sewa & jasa Perusahaan 4,82 4,79 4,67 4,69 4,65 4,67 4,65 4,62 4,51 4,51

9. Jasa-Jasa 11,50 12,43 10,82 12,35 10,90 12,77 10,71 12,57 10,84 12,90

PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: PDRB Bappeda Kab. Lebak 2009

Kinerja ekonomi makro di Kabupaten Lebak mengalami transformasi secara struktural. Kontribusi sektor pertanian yang tinggi, tidak dibarengi

dengan peningkatan laju pertumnbuhan ekonomi yang positif karena kondisi inflasi, ketidakstabilan iklim, konvensi lahan serta benefit yang minim

bagi para petani akibat rendahnya peranan lembaga keuangan yang berpihak kepada petani.

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 20

Tabel 2.9

Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor dan PDRB atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Tahun 2004 - 2008

Kabupaten Lebak

No

Sektor

Pertumbuhan

Hb Hk

% %

1. Pertanian 9,52 3,12

2. Pertambangan & penggalian 13,59 5,86

3. Industri pengolahan 12,39 4,24

4. Listrik, gas & air bersih 16,19 8,58

5. Konstruksi 14,07 5,94

6. Perdagangan, hotel & restoran 13,97 4,31

7. Pengangkutan & komunikasi 19,52 6,43

8. Keuangan, sewa & jasa perusahaan 10,06 2,24

9. Jasa-jasa 10,67 4,55

PDRB 12,00 3,98 Sumber: PDRB Bappeda Kab. Lebak

Berdasarkan kondisi perekonomian masing-masing wilayah di Kabupaten

Lebak, terdapat 15 Kecamatan dari 28 Kecamatan di Kabupaten Lebak yang

memiliki kemampuan ekonomi di bawah standar capaian perekonomian

Kabupaten. Hal ini terjadi dikarenakan rendahnya kemampuan fiskal daerah,

minimnya tingkat infrastruktur, inflasi, rendahnya tingkat pendidikan dan

pengetahuan berbasis skill serta dukungan yang sangat rendah dari lembaga

keuangan yang seharusnya mampu mendorong percepatan investasi dalam

menunjang kewirausahaan di Kabupaten Lebak.

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 21

Tabel 2.10

Perkembangan PDRB Kecamatan-Kecamatan di Kabupaten Lebak Tahun 2005 - 2009 atas Dasar Harga Konstan dan Harga Berlaku

No

Kecamatan

PDRB

2005 2006 2007 2008 2009

Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk

1. Rangkasbitung 793.125 514.209 923.177 545.086 1.043.225 581.694 960.492 489.858 1.008.526 503.431

2. Malingping 287.222 194.011 315.665 196.915 343.164 201.301 373.183 204.341 402.970 216.049

3. Banjarsari 302.380 199.178 321.663 196.790 348.590 201.467 373.037 204.583 398.108 213.806

4. Wanasalam 265.510 185.483 292.533 189.730 313.236 191.783 350.992 194.641 382.106 211.151

5. Cibeber 245.586 169.468 249.801 161.217 288.147 177.057 332.910 185.199 360.621 196.963

6. Cibadak 206.027 141.416 233.681 148.690 254.147 152.183 278.049 154.717 300.247 161.478

7. Cileles 208.164 138.984 228.987 143.226 249.708 147.359 264.820 148.624 289.100 156.189

8. Cipanas 252.418 173.537 287.786 182.852 308.100 186.145 245.912 136.628 270.343 142.403

9. Cimarga 172.249 115.847 207.290 129.088 220.910 130.462 242.230 132.781 272.918 145.251

10. Warunggunung 179.632 118.660 197.105 118.549 216.354 123.713 238.872 126.119 264.703 139.631

11. Bayah 186.018 129.332 188.674 120.815 209.832 125.400 233.728 131.264 257.735 138.145

12. Kalanganyar - - - - - - 228.824 117.710 258.235 129.299

13. Leuwidamar 169.984 114.434 184.461 113.866 201.343 117.543 223.842 120.596 254.642 132.792

14. Sajira 169.688 113.422 181.382 110.476 196.247 113.397 216.168 115.639 233.152 120.616

15. Cikulur 162.745 111.342 171.562 108.353 188.923 112.342 207.367 114.596 226.672 120.730

16. Maja 142.357 97.986 162.828 103.784 184.835 110.675 206.338 114.281 230.039 121.639

17. Cilograng 124.846 86.734 147.436 95.156 162.842 99.145 178.904 101.559 198.887 108.908

18. Panggarangan 223.403 153.688 253.186 161.799 274.478 165.275 177.372 100.739 205.225 109.639

19. Gunungkencana 147.832 98.912 153.605 96.691 167.758 99.882 176.035 101.121 197.604 107.637

20. Curugbitung 106.181 73.107 135.631 86.880 149.996 90.645 166.675 93.550 187.493 99.359

21. Cijaku 217.074 147.029 249.453 157.844 266.628 158.856 154.581 87.957 173.548 94.783

22. Muncang 93.000 64.495 106.705 68.728 120.994 73.371 133.916 75.632 157.063 83.837

23. Cigemblong - - - - - - 130.017 73.980 148.438 80.776

24. Cihara - - - - - - 114.129 64.820 133.023 70.751

25. Sobang 72.526 50.516 82.614 53.346 92.387 56.208 103.407 58.626 124.350 66.395

26. Cirinten - - - - - - 101.670 57.557 125.855 63.536

27. Lebakgedong - - - - - - 101.017 56.125 120.160 66.177

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 22

No

Kecamatan

PDRB

2005 2006 2007 2008 2009

Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk

28. Bojongmanik 141.185 97.420 160.924 103.063 172.097 104.151 90.502 51.234 114.962 58.337

29. Standar Kabupaten 5.437.899 3.392.776 6.029.385 3.559.031 6.749.770 3.703.579 7.277.783 3.855.539

Tabel 2.11 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2004 - 2008

Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Lebak

No Sektor 2004 2005 2006 2007 2008

(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) %

1. Pertanian 1.249.502 39,41 1.291.646 39,27 1.294.831 38,16 1.351.926 37,99 1.402.893 37,88

2. Pertambangan & penggalian 38.042 1,20 40.868 1,24 41.332 1,22 45.711 1,28 46.955 1,27

3. Industri Pengolahan 302.108 9,53 316.631 9,63 332.460 9,80 346.840 9,75 354.578 9,57

4. Listrik, gas & air bersih 11.090 0,35 12.299 0,37 14.177 0,42 14.733 0,41 15.119 0,41

5. Konstruksi 121.101 3,82 127.911 3,89 135.931 4,01 154.346 4,34 158.214 4,27

6. Perdagangan, hotel & restoran 727.717 22,95 753.459 22,91 778.392 22,94 818.916 23,01 856.074 23,11

7. Pengangkutan & komunikasi 175.087 5,52 185.885 5,65 203.623 6,00 214.826 6,04 225.103 6,08

8. Keuangan, sewa & jasa Perusahaan 202.340 4,79 227.499 4,69 252.721 4,67 280.442 4,62 304.388 4,51

9. Jasa-Jasa 483.023 12,43 526.671 12,35 592.672 12,77 645.698 12,57 732.009 12,90

PDRB 4.198.603 100 4.869.177 100 5.437.900 100 6.029.385 100 6.749.934 100

Sumber: PDRB Bappeda Kab. Lebak 2009

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 23

Proyeksi PDRB Kabupaten Lebak menggunakan asumsi inflasi rata-rata per-tahun sebesar 4,01% dengan laju pertumbuhan ekonomi rata-rata

per-tahun 4,29%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.11 dan 2.12 di bawah ini.

Tabel 2.12

Proyeksi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten Lebak Tahun 2009 - 2014 (Juta Rupiah)

No. Lapangan Usaha 2009* 2010** 2011*** 2012*** 2013*** 2014***

1 Pertanian 2.506.144,81 2.636.314,69 2.787.195,30 3.021.386,54 3.255.551,81 3.525.182,19

2 Pertambangan dan Penggalian 100.954,12 102.747,64 113.108,13 124.194,67 132.276,83 139.584,69

3 Industri Pengolahan 673.476,02 690.331,08 730.672,14 799.694,92 859.387,82 927.132,03

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 41.004,54 43.039,88 45.902,15 50.318,63 54.917,13 60.413,24

5 Bangunan dan Kontruksi 294.639,43 303.666,91 329.465,16 364.046,22 396.096,40 438.356,09

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.844.291,25 1.998.502,02 2.188.928,08 2.552.179,21 2.912.099,74 3.370.016,77

7 Pengangkutan dan Komunikasi 721.926,93 763.291,71 831.552,53 973.417,26 1.105.041,06 1.262.527,78

8 Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan 326.402,55 345.654,04 364.642,00 400.623,09 433.226,70 473.526,81

9 Jasa-jasa 770.885,05 822.369,03 886.187,53 982.080,82 1.066.275,06 1.173.484,16

Jumlah 7.279.724,71 7.705.916,99 8.277.653,02 9.267.941,37 10.214.872,55 11.368.223,77

*) Angka Perbaikan **) Angka Sementara ***) Angka Proyeksi Sumber : BPS Kab. Lebak

Proyeksi PDRB di Kabupaten Lebak dalam kurun waktu 2009-2014 diharapkan mengalami peningkatan yang signifikan sebagai bukti optimisme

perekonomian daerah dan upaya pemerintah dalam melakukan perbaikan perekonomian pasca krisis global. Dalam struktur perekonomian daerah,

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 24

pemerintah Kabupaten Lebak masih memiliki keyakinan bahwa sector pertanian sebagai leading sector yang dapat memberikan konstribusi dominan

dibandingkan dengan sektor lainnya. Hal ini dijadikan asumsi dasar mengingat sektor pertanian didukung oleh kondisi geografis dan sumber daya

yang potensial.

Tabel 2.13

Proyeksi PDRB Atas Dasar Harga Konstan

di Kabupaten Lebak Tahun 2009 - 2014 (Juta Rupiah)

No. Lapangan Usaha 2009* 2010** 2011*** 2012*** 2013*** 2014***

1 Pertanian 1.464.061,00 1.523.632,80 1.579.093,04 1.642.620,40 1.729.345,75 1.827.409,26

2 Pertambangan dan Penggalian 52.856,00 52.414,74 56.419,22 59.537,99 62.029,26 64.590,66

3 Industri Pengolahan 360.131,00 371.315,18 385.647,94 369.615,39 410.854,61 424.617,91

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 15.721,00 16.348,78 17.020.72 17.854,90 18.865,93 20.039,81

5 Bangunan dan Kontruksi 162.947,00 168.107,95 177.975,89 186.598,77 197.094,17 209.141,47

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 899.394,00 945.987,07 1.003.219,28 1.068.514,52 1.141.538,86 1.226.108,20

7 Pengangkutan dan Komunikasi 237.915,00 247.885,39 263.576,53 281.517,59 299.672,85 371.485,83

8 Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan 172.231,00 177.741,47 182.736,01 188.319,58 195.081,38 203.310,96

9 Jasa-jasa 494.555,00 516.104,65 544.077,52 575.774,92 607.557,69 645.742,52

Jumlah 3.855.293,11 4.019.538,03 4.209.766,15 4.417.354,06 4.662.040,50 4.938.719,90

*) Angka Perbaikan **) Angka Sementara ***) Angka Proyeksi Sumber : BPS Kab. Lebak

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 25

Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Lebak Tahun 2004-2008

berada pada kondisi yang fluktuatif akibat dampak negatif yang ditimbulkan oleh

krisis global pada pertengahan tahun 2008. Akan tetapi, Pemerintah Kabupaten

Lebak masih mampu mempertahankan perekonomian di Kabupaten Lebak secara

positif. Secara lebih lengkap perkembangan LPE Kabupaten Lebak periode Tahun

2004-2008 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.14

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lebak

Tahun 2004-2008 (%)

No. Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007 2008

1 Pertanian 3,79 3,37 0,25 4,41 3,77

2 Pertambangan dan Penggalian 7,42 7,43 1,13 10,60 2,72

3 Industri Pengolahan 4,85 4,81 5,00 4,33 2,23

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 10,17 10,90 15,27 3,93 2,62

5 Bangunan dan Kontruksi 1,73 5,62 6,27 13,55 2,51

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 4,96 3,54 3,31 5,21 4,54

7 Pengangkutan dan Komunikasi 6,16 6,17 9,54 5,50 4,78

8 Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan

1,55 1,63 2,80 3,61 7,60

9 Jasa-jasa 2,98 3,09 6,70 3,22 6,79

LPE Kabupaten 4,06 3,74 3,15 4,90 4,06

Sumber : PDRB Kabupaten Lebak 2003-2008 (BPS Kab. Lebak)

Laju pertumbuhan pada tahun 2008 paling tinggi dari lapangan usaha

sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 7,60%, sedangkan

yang terendah dari lapangan usaha sektor industri pengolahan sebesar 2,23%.

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 26

Tabel 2.15

Proyeksi Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lebak Tahun 2009-2014 (%)

No. Lapangan Usaha 2009* 2010** 2011*** 2012*** 2013*** 2014***

1 Pertanian 4,36 4,07 3,64 4,02 5,28 5,67

2 Pertambangan dan Penggalian 12,77 0,83 7,64 5,53 4,18 4,13

3 Industri Pengolahan 1,57 3,11 3,86 2,84 3,59 3,35

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 3,98 3,99 4,11 4,90 5,66 6,22

5 Bangunan dan Kontruksi 2,99 3,17 5,87 4,84 5,62 6,25

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,06 5,18 6,05 6,51 6,83 7,41

7 Pengangkutan dan Komunikasi 3,69 4,19 6,33 6,81 6,45 5,94

8

Keuangan, Persewaan dan jasa

Perusahaan 3,16 3,20 2,81 3,06 3,59 4,22

9 Jasa-jasa 3,51 4,36 5,42 5,83 5,52 6,28

LPE Kabupaten 4,10 4,14 4,22 4,28 4,33 4,64

Sumber : BPS Kab. Lebak

* : Angka Perbaikan

** : Angka Sementara

*** : Angka Proyeksi

Proyeksi Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Lebak Tahun 2009-

2014 ditentukan melalui asumsi dasar produktivitas perekonomian daerah.

Transformasi struktur perekonomian di Kabupaten Lebak dalam kurun waktu 2009-

2014 didominasi oleh sektor tersier kemudian disusul sektor primer dan sektor

sekunder. Hal ini terjadi sebagai akibat perpindahan tenaga kerja dari sektor

primer ke sektor tersier secara natural.

Secara garis besar pertumbuhan PDRB Kabupaten Lebak tahun 2004-2008

menunjukan pertumbuhan positif, PDRB perkapita penduduk Lebak pada tahun

2008 mencapai angka 3,01 juta (ADHK) dan 5,54 juta (ADHB), dimana angka ini

terus mengalami peningkatan tiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan adanya

perubahan peningkatan kesejahteraan penduduk, yang idealnya peningkatan PDRB

perkapita selalu di atas nilai inflasi. Adapun nilai PDRB perkapita selama kurun

waktu 5 tahun terakhir dapat dilihat pada grafik berikut.

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 27

Grafik 2.2

PDRB Per Kapita Kabupaten Lebak

Tahun 2004 - 2008

Sumber : PDRB Kabupaten Lebak 2003-2008 (BPS Kab. Lebak)

* : Angka sementara

** : Angka sangat sementara

Sumber : PDRB Kabupaten Lebak 2003-2008 (BPS Kab. Lebak)

Adapun proyeksi PDRB perkapita untuk tahun perencanaan 2009-2014, baik

atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan dapat dilihat pada

tabel 2.16.

Tabel 2.16

Proyeksi PDRB Per Kapita Kabupaten Lebak

Tahun 2009 – 2014

No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 2014

1 PDRB per kapita adh Berlaku 5.782.640 6.399.758 6.767.195 7.458.429 8.092.065 8.865.052

2 PDRB per Kapita adh Konstan 3.062.447 3.338.223 3.441.592 3.554.891 3.693.167 3.851.262

Sumber : PDRB Kabupaten Lebak Tahun 209-2014 (BPS Kab. Lebak)

Perubahan struktur perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari distribusi

persentase Nilai Tambah Bruto (NTB) sektoral terhadap PDRB atas dasar harga

berlaku. Dalam kurun waktu 2004-2008 struktur perekonomian Kabupaten Lebak

masih didominasi oleh sektor pertanian dengan kontribusinya yang berkisar 37%-

39%, sedangkan peranan terkecil dipegang oleh sektor listrik, gas dan air bersih

3.653.405

4.151.754

4.543.320

4.982.349

5.467.929

2.758.830 2.804.583 2.834.636 2.940.987 3.000.233

0

1.000.000

2.000.000

3.000.000

4.000.000

5.000.000

6.000.000

2004 2005 2006 2007* 2008**

PDRB per kapita adh Berlaku PDRB per kapita adh Konstan

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 28

dengan kontribusinya yang hanya berkisar 0,35%-0,42%. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada grafik 2.3.

Grafik 2.3

Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Lebak

Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2004 - 2008 (%)

Sumber : PDRB Kabupaten Lebak 2003-2008 (BPS Kab. Lebak)

Dari grafik di atas terlihat bahwa struktur perokonomian Kabupaten Lebak

pada kurun waktu 2004-2008 tidak banyak mengalami pergeseran, masih

didominasi oleh tiga sektor utama yaitu dimulai dari sektor pertanian;

perdagangan, hotel dan restoran; serta jasa-jasa. Dari ketiga sektor utama

tersebut, sektor pertanian terus mengalami penurunan kontribusi terhadap total

PDRB yang mengindikasikan bahwa di Kabupaten Lebak perlahan namun pasti

telah terjadi pergeseran struktur ekonomi, dimana peran sektor primer mulai

diambil oleh sektor tersier. Hal ini dibuktikan oleh sektor perdagangan, hotel dan

restoran; pengangkutan dan komunikasi; serta jasa-jasa yang mengalami trend

0

50

100

150

200

250

Per

tan

ian

Pe

rtam

ban

gan

dan

Pe

ngg

alia

n

Ind

ust

ri P

engo

lah

an

List

rik,

Gas

dan

Air

Ber

sih

Ban

gun

an d

an K

on

tru

ksi

Per

dag

anga

n, H

ote

l dan

Res

tora

n

Pe

nga

ngk

uta

n d

an K

om

un

ikas

i

Keu

anga

n, P

erse

waa

n d

an ja

sa P

eru

sah

aan

Jasa

-jas

a

2004 2005 2006 2007 2008

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 29

kenaikan kontribusi terhadap total PDRB dalam lima tahun belakangan

sebagaimana terlihat pada tabel 2.17 berikut.

Tabel 2.17

Proyeksi Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Lebak

Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2009 - 2014 (%)

No. Lapangan Usaha 2009* 2010** 2011*** 2012*** 2013*** 2014***

1 Pertanian 37,98 37,91 38,48 38,06 38,11 38,07

2 Pertambangan dan Penggalian 1,37 1,30 1,33 1,32 1,33 1,32

3 Industri Pengolahan 9,34 9,24 9,39 9,38 9,34 9,38

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,41 0,41 0,37 0,40 0,40 0,40

5 Bangunan dan Kontruksi 4,23 4,18 4,10 4,20 4,18 4,19

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 23,32 23,53 22,66 23,16 23,17 23,16

7 Pengangkutan dan Komunikasi 6,05 6,17 5,99 6,07 6,07 6,07

8

Keuangan, Persewaan dan jasa

Perusahaan 4,47 4,42 4,34 4,43 4,43 4,43

9 Jasa-jasa 12,83 12,84 13,34 12,98 12,98 12,98

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : PDRB Kabupaten Lebak Tahun 2009-2014 (BPS Kab. Lebak)

* : Angka Perbaikan

** : Angka Sementara

*** : Angka Proyeksi

Dari tabel di atas terlihat bahwa struktur perokonomian Kabupaten Lebak

dalam lima tahun kedepan oleh tiga sektor utama yaitu dimulai dari sektor

pertanian; perdagangan, hotel dan restoran; serta jasa-jasa.

Tingkat inflasi di suatu daerah pada suatu tahun dapat dihitung dengan

metode Indeks Harga Konsumen (IHK) dan dapat juga dilihat dari besarnya

perubahan Indeks Harga Implisit PDRB tahun berjalan dari tahun sebelumnya.

Angka inflasi secara umum menggambarkan besarnya peningkatan harga-

harga barang/jasa di suatu daerah tertentu pada waktu tertentu, sehingga tingkat

inflasi dipakai sebagai tolak ukur dalam melihat stabilitas perekonomian di suatu

daerah. Tingkat inflasi yang tinggi (mencapai dua digit) relatif mencerminkan

stabilitas ekonomi yang kurang baik.

Untuk melihat besarnya inflasi di Kabupaten Lebak selama periode 2004-

2008 dapat dilihat pada grafik berikut :

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 30

Grafik 2.4

Tingkat Inflasi Kabupaten Lebak Tahun 2004-2008 (%)

Sumber : PDRB Kabupaten Lebak 2004-2008 (BPS Kab. Lebak)

Tingkat Inflasi di Kabupaten Lebak pada Tahun 2004-2008 dengan

mengacu pada besanya perubahan Indeks Implisit PDRB Tahun berjalan dari tahun

sebelumnya mencapai angka rata-rata sebesar 7,72%. Tingkat inflasi yang terjadi

pada Tahun 2004 adalah sebesar 5,24% merupakan tingkat inflasi yang paling

rendah dibandingkan dengan Tahun 2005-2008. Proyeksi tersebut dapat dilihat

pada grafik 2.5.

Grafikl 2.5

Proyeksi Tingkat Inflasi Kabupaten Lebak

Sumber : PDRB Kabupaten Lebak Tahun 2009-2014 (BPS Kab. Lebak)

* : Angka Perbaikan

** : Angka Sementara

*** : Angka Proyeksi

3,61

2,47

5,55

3,93

4,5

4,02

0

1

2

3

4

5

6

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Per

sen

3,61

2,47

5,55

3,93

4,5

0

1

2

3

4

5

6

2009 2010 2011 2012 2013

Per

sen

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 31

2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial

Pembangunan daerah bidang kesejahteraan sosial berkaitan dengan

kualitas manusia dan masyarakat Kabupaten Lebak. Kondisi tersebut tercermin

pada pendidikan, kesehatan, tingkat kemiskinan, kepemilikan tanah, kesempatan

kerja, dan tingkat kriminalitas.

Pembangunan bidang pendidikan telah dilaksanakan dengan

menitikberatkan pada upaya penuntasan program Wajib Belajar 9 tahun melalui

pendidikan formal maupun non formal, serta rintisan Wajib Belajar 12 tahun

dengan angka partisipasi di jenjang pendidikan dasar yang sudah optimal.

Angka Melek Huruf (AMH) adalah persentase penduduk usia 15 tahun

keatas yang bisa membaca dan menulis serta mengerti sebuah kalimat sederhana

dalam hidupnya sehari-hari. Dengan AMH daerah dapat mengukur keberhasilan

program-program pemberantasan buta huruf, terutama di daerah pedesaan

dimana masih tinggi jumlah penduduk yang tidak pernah bersekolah atau tidak

tamat SD. Selain itu dengan AMH menunjukkan kemampuan penduduk di suatu

wilayah dalam menyerap informasi dari berbagai media serta menunjukkan

kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis, yang pada akhirnya

mencerminkan potensi perkembangan intelektual sekaligus kontribusi terhadap

pembangunan daerah. Di Kabupaten Lebak perkembangan angka melek huruf

relatif konstan. Hal ini terlihat dari tahun 2005-2008 perkembangan AMH sebesar

94,10%.

Angka Melek Huruf (AMH) pada tahun 2006 adalah sebesar 94,10% atau

meningkat sebesar 0,20% dibandingkan tahun 2004 yang hanya sebesar 93,90%.

Terlihat dari tabel 2.17 dari tahun 2006 sampai dengan 2009 persentase

pencapaian AMH tidak mengalami peningkatan, hal ini disebabkan adanya suku

terasing Baduy dengan jumlah penduduk pada tahun 2009 sebanyak 1.149 jiwa

yang masih memegang teguh adat kebudayaannya. Dengan berbagai upaya yang

dilakukan AMH pada tahun 2010 mengalami peningkatan meskipun sangat kecil,

yaitu 1,75%.

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 32

Tabel 2.18

Perkembangan Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lamanya Sekolah Di Kabupaten Lebak Tahun 2004-2010

No. Uraian 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

1. Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas

- - - - 514.097 777.532 791.240

2. Melek Huruf 93,90% 94,10% 94,10% 94,10% 94,10% 94,10% 95,85%

3. Rata-rata Lama Sekolah

6,1 Th 6,2 Th 6,2 Th 6,2 Th 6,3 Th 6,2 Th 6,3 Th

Sumber Data : Dinas Pendidikan Kab. Lebak

Rata-rata Lama Sekolah (RLS) mencapai 6,3 tahun pada tahun 2010. Jika

dikonversikan pada tingkat kelulusan, maka rata-rata tingkat pendidikan penduduk

Kabupaten Lebak adalah tidak tamat SLTP atau baru mencapai kelas 1 SLTP. Oleh

karena itu untuk mencapai tujuan pencapaian RLS maksimal 15 Tahun, masih

memerlukan rentang waktu yang cukup lama dan biaya yang besar.

Untuk pencapaian Angka Partisipasi Murni pada tahun 2009, tingkat SD

mencapai 95,17%, tingkat SLTP 68,79.0% dan tingkat SLTA mencapai 22,61%.

Sedangkan pencapaian Angka Partisipasi Kasar tingkat SD mencapai 109,09%,

tingkat SLTP 93,71% dan tingkat SLTA mencapai 30,69%. Pencapaian Angka

Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) pada setiap jenjang

pendidikan mengalami peningkatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

berikut.

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 33

Tabel 2.19

Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM) Di Kabupaten Lebak Tahun 2004-2008

No. Tingkat Pendidikan 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

APK APM APK APM APK APM APK APM APK APM APK APM APK APM

1. SD/MI 95,20 82,30 108.52 93,52 108,76 93,38 108.89 94.86 109.52 94.89 109,09 95,17 112,62 97,96

2. SMP/MTs 52,42 48,57 63,71 54,42 70,84 57,92 83,49 63,57 94.89 64,19 93,71 68,79 96,59 66,56

3. SMA/SMK/MA 21,26 16,18 22,22 17.33 27,00 17,33 27,63 19,45 30,63 20,51 30,69 22,61 38,15 33,37

Sumber Data : Dinas Pendidikan Kab. Lebak

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 34

Berkaitan dengan pendidikan yang ditamatkan pada tahun 2009, jumlah

penduduk yang tidak tamat SD mencapai 16,79%, tamat SD 10,55%, tamat SLTP

6,57%, tamat SLTA 5,72%, dan yang memiliki ijazah akademi/universitas

sebanyak 1,38%.

Peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan

pengembangan pelayanan kesehatan berbasis masyarakat terus dilakukan. Angka

usia harapan hidup masyarakat Kabupaten Lebak pada tahun 2008 mencapai

63,20 atau meningkat dibandingkan tahun 2004 yang hanya mencapai 62,40.

Namun demikian, pencapaian indikator kesehatan di Kabupaten Lebak masih

berada di bawah rata-rata nasional. Pada tahun 2008 angka kematian bayi (AKB)

di Kabupaten Lebak sebesar 42,27/1.000 kelahiran hidup, sedangkan AKB nasional

sebesar 34/1000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan pada

tahun 2008 sebesar 246/100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKI nasional sebesar

228/100.000 kelahiran hidup.

Kondisi di atas dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain masih

tingginya kasus penderita gizi buruk balita pada tahun 2009, yaitu sebanyak 4.214

dan gizi kurang sebanyak 8.679 dari jumlah 102.687 balita yang ditimbang. Dalam

rangka penyelamatan Ibu dan Anak telah dilaksanakan pengembangan pelayanan

kegawat daruratan kebidanan dan Bayi Baru Lahir melalui pengembangan

Puskemas yang mampu melaksanakan Pelayanan Obstetri dan Neonatal

Emergency Dasar (PONED) masing-masing 14 Puskesmas dengan tempat

perawatan dari 40 puskesmas. Dengan demikian, untuk mencapai derajat

kesehatan yang diharapkan, upaya yang diperlukan antara lain peningkatan akses

pelayanan kesehatan, yaitu peningkatan kualitas ketenagaan, peningkatan fasilitas

kesehatan serta peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat.

Berkenaan dengan jumlah penduduk miskin, rumah tangga miskin di

Kabupaten Lebak pada tahun 2009 mencapai jumlah 171.109 rumah tangga atau

sebesar 52,72% dari jumlah rumah tangga seluruhnya yaitu sebanyak 288.335

rumah tangga.

Berdasarkan kepemilikan lahan, 21,14% (64.356,66 Ha) sudah dimiliki oleh

masyarakat di Kabupaten Lebak dengan luas lahan bersertifikat 64.350,14 Ha atau

99,98% dari luas luas lahan yang dimiliki.

Jumlah penduduk yang bekerja di Kabupaten Lebak pada tahun 2008 telah

mencapai 474.846 orang dari jumlah penduduk yang berusia 10 tahun ke atas.

Untuk itu, peningkatan kompetensi, produktivitas dan daya saing tenaga kerja

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 35

terus dilakukan sebagai upaya penanggulangan pengangguran di Kabupaten

Lebak.

Selain bidang-bidang kesejahteraan sebagaimana disebutkan sebelumnya,

tingkat kriminalitas berpengaruh pula terhadap pembangunan daerah. Pada tahun

2008 sampai dengan 2009 tindikan kriminal yang paling menonjol di Kabupaten

Lebak yaitu pencurian dengan pemberatan yang dilanjutkan dengan pencurian

ranmor. Pada tahun 2008 kasus pencurian dengan pemberatan sebanyak 80 kasus

dengan jumlah penyelesaian tindak pidana sebanyak 56 kasus, sedangkan untuk

tahun 2009 kasus pencurian dengan pemberatan sebanyak 90 kasus dengan

jumlah penyelesaian kasus tindak pidana sebanyak 64 kasus. Kondisi ini tidak lepas

dari kondisi perekonomian masyarakat yang mengalami fluktuasi sehingga

menimbulkan peningkatan pengangguran, yang mendorong tumbuhnya tindak

pidana. Walaupun demikian secara umum penanganan tindak pidana kriminalitas

di Kabupaten Lebak masih dalam konstelasi terkendali oleh aparat penegak hukum

kepolisian daerah dibantu oleh masyarakat.

2.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga

Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak sangat memperhatikan pembinaan

dan pemasyarakatan oleh raga dengan memberikan pembinaan pada atlet-atlet

yang ternaung dalam pengurus cabang KONI Kabupaten Lebak. Kondisi jumlah

pengurus cabang tahun 2009 sebanyak 11 pengcab dengan jumlah atlet 500

orang.

2.3. Aspek Pelayanan Umum

2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib

Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu gerbang penting untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Pendidikan membuka peluang individu maupun

masyarakat untuk mengembangkan diri dan mewujudkannya. Dalam konteks ini,

pendidikan adalah sarana untuk memperoleh pengetahuan (knowledge).

Pendidikan merupakan hak dasar setiap penduduk dan pemenuhan atas hak ini

menjadi kewajiban pemerintah. Layanan pendidikan dasar yang dilaksanakan

meliputi pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 36

Kabupaten Lebak dengan jumlah penduduk yang sedemikian besar dan

struktur umur yang kebanyakan berusia muda, relatif memiliki tanggungjawab

besar untuk mengantarkan penduduk muda untuk memperoleh pendidikan yang

layak. Selain masalah jumlah penduduk, persebarannya juga menjadi faktor

penentu perkembangan pendidikan di Kabupaten Lebak.

Pembangunan bidang pendidikan mampu meningkatkan angka partisipasi

sekolah mencakup angka partisipasi murni dan angka partisipasi kasar. Terkait

dengan tingkat partisipasi sekolah ini, diperoleh data tentang jumlah anak tidak

sekolah pada setiap jenjang pendidikan yang merupakan sasaran penting bagi

program pembangunan pendidikan di Kabupaten Lebak, yaitu menuntaskan wajib

belajar 9 tahun.

Pelayanan pendidikan juga dapat dilihat dari ketersediaan sekolah dan guru.

Pada tahun 2006, rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia sekolah untuk

pendidikan dasar adalah sebesar 0,006794 atau tersedia 67,94 sekolah per 10.000

penduduk usia sekolah, sedangkan rasio guru dengan murid sebesar 0,043028

atau tersedia 430,28 guru per 10.000 murid. Untuk pendidikan menengah, rasio

ketersediaan sekolah per penduduk usia sekolah sebesar 0,0010435, rasio guru

dengan murid sebesar 0,063893. Kondisi ini menunjukan bahwa pelayanan

pendidikan berupa penyediaan sekolah dan guru masih relatif rendah sehingga

perlu ditingkatkan. Selain itu, meskipun telah terjadi berbagai peningkatan yang

cukup berarti, pembangunan pendidikan belum sepenuhnya mampu memberi

pelayanan merata, berkualitas dan terjangkau. Sebagian masyarakat berpendapat

bahwa biaya pendidikan masih relatif mahal dan pendidikan belum sepenuhnya

mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat sehingga belum dinilai sebagai

bentuk investasi.

Mutu pendidikan berhasil atau tidaknya di suatu daerah tergantung pada

capain angka putus sekolah dan angka kelulusan. Di Kabupaten Lebak capaian

Angka putus sekolah pada tahun 2009 untuk jenjang pendidikan SD sebesar

0,46%, SLTP sebesar 0,97%, dan SLTA sebesar 0,68%. Sedangkan untuk Angka

Kelulusan angka capaian pada tahun 2009 untuk jenjang pendidikan SD sebesar

94,14%, STLP sebesar 77,69%, dan SLTA sebesar 82,03%.

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 37

Kesehatan

Upaya Peningkatan Akses dan Kualitas Pelayanan Kesehatan, Peningkatan

Sumber Daya Kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan

Pembiayaan Kesehatan terus dilakukan, namun pencapaian beberapa indikator

kesehatan masih berada dibawah rata-rata nasional. Pada tahun 2008, Angka

Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Lebak sebesar 42,27/1.000 KH, sedangkan AKB

Nasional sebesar 34/1.000 KH (Target Nasional AKB 24/1000 KH pada tahun 2014

dan target MDGs AKB 23/1000 KH pada tahun 2015) . Angka Kematian Ibu (AKI)

di Kabupaten Lebak pada tahun 2008 adalah 2461/100.000 KH, Sedangkan AKI

Nasional sebesar 228/100.000 ( Target Nasional AKI 118/100.000 KH pada tahun

2014 dan target MDGs AKI 102 /100.000 KH pada tahun 2015). Data tahun 2009

menunjukan jumlah kematian ibu maternal di Kabupaten Lebak mencapai 22 ibu

dari 22.230 kelahiran hidup, dan jumlah kematian bayi 156 bayi dari 22.230 KH.

Kondisi ini dipengaruhi dengan masih tingginya kasus gizi buruk yaitu 4.214 balita

(4,10%), gizi kurang 8.679 balita (8,45%) dari 102.687 balita yang di timbang,

dengan demikian angka tersebut masih dibawah Angka Target Nasional prevalensi

gizi-kurang pada anak balita menjadi 15% pada tahun 2014 dan target MDGs 18,8

pada tahun 2015.

Faktor faktor yang menyebabkan rendahnya pencapaian indikator

kesehatan (tingginya angka/jumlah kematian dan kesakitan) adalah masih

kurangnya kemampuan beberapa untuk memenuhi aksesibilitas masyarakat

terhadap pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan rujukan,

melaksanakan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan kejadian luar biasa

serta melaksanakan upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat di

bidang kesehatan.

Dalam pencapaian SPM bidang kesehatan hal penting yang harus dipenuhi

adalah ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dasar antara lain jumlah

Puskesmas pada tahun 2009 berjumlah 40 dengan rasio puskesmas per 100.000

penduduk 3,30 (Standar 1 per 25.000 penduduk atau 4 per 100.000 penduduk)

idealnya Kabupaten Lebak memiliki 48 Puskesmas, tetapi kurangnya jumlah

Puskesmas dapat ditutupi dengan ada dan tersebarnya Puskesmas Pembantu

sebanyak 73 , Poskesdes 39, Poliklinik/Balai Pengobatan sebanyak 88, serta

Praktek dokter dan bidan sebanyak 276 (Sumber Dinas Kesehatan tahun 2010).

Dalam rangka penyelamatan ibu dan anak telah dilaksanakan pengembangan

pelayanan kegawat daruratan kebidanan dan bayi baru lahir melalui puskesmas

yang mampu melaksanakan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergency Dasar

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 38

(PONED). Pada Tahun 2009 Jumlah Puskesmas PONED adalah 14 buah (Standar

Puskesmas PONED adalah 1/50.000 penduduk) berarti Kabupaten Lebak

membutuhkan sekitar 24 Puskesmas mampu PONED.

Sedangkan kondisi tenaga kesehatan di Kabupaten Lebak pada tahun 2009

adalah, jumlah dokter di Puskesmas adalah 111 orang (Standar 1 PKM 2 Dokter).

Sedangkan tenaga bidan di Puskesmas yang ada 395 bidan selain itu didukung

pula oleh tenaga paramedis sebanyak 421.

Lingkungan dan perilaku yang mempunyai pengaruh besar terhadap derajat

kesehatan masyarakat Kabupaten Lebak kondisinya juga masih sangat

memprihatinkan bila dilihat dari kepala keluarga dengan akses air minum layak

yang baru mencapai 45,46%. Dari aspek perilaku PHBS kondisi masyarakat

Kabupaten Lebak masih sangat memprihatinkan dengan masih rendahnya

persentase Rumah Tangga Sehat (berPHBS).

Berdasarkan kondisi diatas untuk mencapai derajat kesehatan yang

diharapkan, upaya yang diperlukan antara lain adalah pertama peningkatan akses

dan mutu pelayanan kesehatan secara paripurna (preventif, promotif, kuratif dan

rehabilitative) melalui peningkatan kualitas dan kelas RSUD serta peningkatan

kualitas pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya serta fasilitas

pelayanan kesehatan dasar swasta lainnya, peningkatan Puskesmas mampu

PONED, peningkatan Jumlah Mutu dan Penyebaran tenaga kesehatan, peningkatan

pembiayaan kesehatan dan pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Masyarakat (JPKM) Jawa Barat, peningkatan kemandirian untuk berPerilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) pada masyarakat, memperkuat sistem kewaspadaan dini

dan surveillance epidemiologi penyakit menular dan tidak menular, serta

mengembangkan sistem regulasi untuk menjamin kualitas fasilitas pelayanan

kesehatan, sarana kesehatan dan tenaga kesehatan serta menjamin terciptanya

lingkungan sehat.

Pencapaian immunisasi dari 12 jenis imunisasi (antigen) dari tahun 2005

sampai dengan tahun 2008 secara umum menunjukan angka flutuatif terkecuali

pada imunisasi DPT-HB1 dan Polio 1 yang menunjukan trend meningkat dari tahun

ketahunnya dan sebagian besar pencapaian imunisasi belum mencapai masing-

masing target yang ditetapkan dan hanya 1 jenis imunisasi polio 4 mencapai

target yang ditetapkan pada tahu 2005. Pencapaian terkecil adalah HB 0-7 hari

(19%) dan terbesar imunisasi polio 1 (95,2%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel berikut.

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 39

Tabel 2.20

Capaian Imunisasi di Kabupaten Lebak Tahun 2004-2008

No. Jenis Imunisasi

(Antigen) Target (%)

Cakupan Persentase

2005 2006 2007 2008

1. HB 0-7 Hari 75 68 19 45 42.5

2. BCG 98 87 88 92 88.5

3. DPT - HB 1 98 85 85 92 93.7

4. DPT - HB 2 95 85 77 87 88.4

5. DPT - HB 3 93 81 76 85 86.9

6. Polio 1 98 79 80 94 95.2

7. Polio 2 95 92 74 87 91.2

8. Polio 3 93 90 71 85 88.8

9. Polio 4 90 90 69 78 85

10. Campak 90 85 81 84 85.2

11. TT 1 95 69 80 81 57

12. TT2 90 66 74 75 53

Sumber Data : Dinas Kesehatan Kab. Lebak, 2008

Pekerjaan Umum

Jalan

Kondisi sarana dan prasarana jalan di Kabupaten Lebak adalah sebagai berikut :

Panjang Jalan Propinsi di Kabupaten Lebak adalah 302,87 Km, dengan jenis

permukaan hotmix 218,87 Km dan permukaan lapen 84,00 Km dengan kondisi

baik 151,82 Km, kondisi sedang 8,95 Km, kondisi rusak ringan 75,00 Km dan

kondisi rusak berat 67,10 Km. Apabila ditinjau dari kelas jalan, maka terdapat

4,4 Km jalan kelas II dan 298,47 Km jalan kelas III.

Panjang Jalan Kabupaten adalah 856,21 Km, terdiri dari ruas-ruas jalan dalam

Kota Rangkasbitung sepanjang 57,87 Km dan ruas-ruas jalan luar kota

sepanjang 798,34 Km dengan jenis permukaan hotmix 542,61 Km, lapen 40,25

Km, batu 179,55 Km dan tanah 93,80 Km dengan kondisi jalan baik 477,61 Km

(55,78%), kondisi sedang 124,75 Km (14,57%), kondisi rusak 134,00 Km

(15,65%) dan rusak berat 119,85 Km (14%).

Panjang jalan desa di Kabupaten Lebak adalah 5.647,2 Km terdiri dari jalan

tanah sepanjang 2.571,85 Km dan jalan desa dengan kontruksi beraspal

3.075,35 Km, dengan kondisi baik 75,50 Km (2,45%), kondisi sedang 812,40

Km (26,42%) dan kondisi rusak 2.187,45 Km (71,13%).

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 40

Tabel 2.21

Jumlah Ruas Jalan, Panjang dan Kondisi Jalan Kabupaten Di Kabupaten Lebak Tahun 2004-2008

No. Tahun

Panjang Ruas

Jalan (KM)

Kondisi (KM)

Baik Sedang Rusak Ringan

Rusak Berat

1 2004 827,80 464,30 246,00 54,90 62,60

2 2005 874,60 285,00 169,40 87,45 332,75

3 2006 892,20 285,00 168,60 87,55 351,05

4 2007 803,00 396,80 175,70 228,70 1,80

5 2008 856,21 477,61 124,75 134,00 119,85

Sumber : Dinas Bina Marga Kab. Lebak

Tabel 2.22

Jumlah Ruas Jalan, Panjang dan Kondisi Jalan Propinsi Di Kabupaten Lebak Tahun 2004-2008

No. Tahun

Panjang Ruas

Jalan (KM)

Kondisi (KM)

Baik Sedang Rusak Ringan

Rusak Berat

1 2004 107,61 61,39 45,34 0,86 -

2 2005 106,74 61,39 45,34 0,87 -

3 2006 107,61 61,39 45,34 0,87 -

4 2007 281,71 177,26 0,00 51,63 52,82

5 2008 267,65 29,03 94,47 15,42 128,73

Sumber : Dinas Bina Marga Kab. Lebak

Tabel 2.23

Jumlah Ruas Jalan, Panjang dan Kondisi Jalan Nasional

di Kabupaten Lebak Tahun 2004-2008

No. Tahun

Panjang Ruas Jalan

(KM)

Kondisi (KM)

Baik Sedang Rusak

Ringan

Rusak

Berat

1 2004 130,34 78,33 35,37 16,64 -

2 2005 130,34 78,33 35,37 16,64

3 2006 130,34 78,33 35,37 16,64 -

4 2007 140,00 128,00 0,00 12,00 -

5 2008 NR NR NR NR NR

Sumber : Dinas Bina Marga Kab. Lebak

Selain jalan nasional, Propinsi dan Kabupaten, Pemerintah Daerah juga

telah melakukan terobosan yang sangat signifikan dengan pencanangan dan

penanganan Jalan Poros Desa melalui Program Hotmik Masuk Desa (HMD).

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 41

Program tersebut mulai dilaksanakan pada tahun 2007 dan akan terus dilanjutkan

pada tahun-tahun berikutnya dengan tetap menentukan prioritas ruas jalan poros

desa yang akan dibangun atau ditingkatkan berdasarkan criteria yang telah kita

tetapkan. Adapun jumlah penanganan jumlah poros desa yang sudah ditangani

dari tahun 2007 sampai dengan 2009 sepanjang 488,84 Km yang tersebar di

seluruh wilayah Kabupaten Lebak.

Tabel 2.24

Jumlah Penanganan Jalan Poros Desa (HMD) di Kabupaten Lebak Tahun 2007-2009

No. Tahun Jumlah Penanganan (Km) Keterangan

1 2007 104,37 Tersebar di seluruh Kecamatan

2 2008 190,04 Tersebar di seluruh Kecamatan

3 2009 194,43 Tersebar di seluruh Kecamatan

Jumlah 488,84

Sumber : Dinas Bina Marga Kab. Lebak

Sebagaimana kita ketahui bersama, jalan poros desa di Kabupaten Lebak

berdasarkan dari usulan yang diajukan oleh para Kepala Desa mencapai sekitar

5000 Km. Oleh karena itu, program ini senantiasa harus terus dilaksanakan untuk

menyediakan aksesibilitas di perdesaan yang mempunyai daya ungkit yang tinggi

untuk mendorong kegiatan ekonomi produktif dan kegiatan social lainnya.

Sumber Daya Air / Irigasi

Kabupaten Lebak merupakan daerah penyangga stok pangan padi sawah di

Propinsi Banten, mengingat kawasan Banten Utara yang meliputi Daerah Serang,

Cilegon dan Tangerang yang sudah beralih fungsi penggunaan lahan pertaniannya

menjadi lahan permukiman dan industri. Oleh karenanya pengembangan

pertanian padi sawah diarahkan ke Kabupaten Lebak dan Pandeglang sebagai

wilayah pengembangan budidaya pertanian tanaman pangan dan hortikultura,

konservasi lahan kritis sebagai fungsi kawasan tangkapan air baku sungai dan situ

yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber air baku Irigasi.

Jaringan irigasi yang telah dibangun dan dikembangkan sejak PELITA I

sampai dengan Tahun 2008 berdasarkan data Dinas Sumber Daya Air Kabupaten

Lebak adalah seluas 61.158 Ha yang meliputi :

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 42

1) Irigasi Pemerintah sebanyak 358 Unit (48.367 Ha) yang terdiri dari :

a. Irigasi Teknis 17 Unit, luas areal potensial 13.030 Ha (21,31%)

b. Irigasi Semi Teknis 45 Unit, luas areal optensial 10.787 Ha (17,64%)

c. Irigasi Sederhana 247 unit, luas areal potensial 24.550 Ha (40,14%)

2) Irigasi Pedesaan 123 Unit, luas areal potensial 12.791 Ha (20.91%)

Dari total luas areal potensial tersebut di atas (61.158 Ha), jaringan Irigasi

yang berfungsi pada tahun 2003 adalah seluas 24.300 Ha. Adapun penanganan

pembangunan baik pembangunan baru maupun rehabilitasi dari tahun 2004

sampai dengan 2008 sebanyak 243 Daerah Irigasi dengan luas areal 26.591 Ha

sehingga total luas potensial sampai dengan tahun 2008 adalah 50.921 Ha.

Sedangkan potensi sawah tadah hujan baik yang bisa dikembangkan dan yang

tidak bias dikembangkan adalah seluas 14.132 Ha dengan rincian :

a. Sawah yang bisa dikembangkan seluas 4.386 Ha

b. Sawah yang tidak bisa dikembangkan seluas 9.746 Ha

Tempat Ibadah

Ketersediaan tempat ibadah merupakah salah satu dari pelayanan sarana

dan prasarana umum yang disediakan baik oleh pemerintah maupun masyarakat.

Tempat ibadah yang tersedia dibandingkan dengan jumlah penduduk di Kabupaten

Lebak masih dirasakan kurang, hal ini dapat dilihat dari rasio tempat ibadah per

satuan penduduk di Kabupaten Lebak hanya sebesar 3,85.

Perumahan

Prasarana dan Sarana Utilitas permukiman dan perumahan di Kabupaten

Lebak pada umumnya meliputi : penyediaan sarana air bersih, penanganan jalan

lingkungan, dan pembangunan serta rehabilitasi gedung-gedung pemerintahan

dan bangunan lainnya.

Penyediaan sarana dan prasarana air bersih di Kabupaten Lebak

dilaksanakan oleh tiga institusi, yaitu PDAM, Dinas Cipta Karya dan Dinas

Kesehatan. Penyediaan sarana tersebut selalu terus dianggarkan setiap tahunnya

karena hal ini ditujukan untuk terus meningkatkan cakupan air bersih yang sampai

dengan tahun ini baru mencapai 45,46% (perkotaan dan perdesaaan). Untuk lebih

rincinya berikut kami gambarkan cakupan air bersih setiap kecamatan di

Kabupaten Lebak sampai dengan tahun 2008.

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 43

Tabel 2.25

Cakupan Air Bersih per Kecamatan Di Kabupaten Lebak Tahun 2008

No Kecamatan Jumlah KK KK Terlayani persentase

1 Rangkasbitung 20,864 14,417 69.10%

2 Kalanganyar 7,236 3,808 52.63%

3 Cibadak 12,559 10,156 80.87%

4 Warunggunung 11,555 4,328 37.46%

5 Cikulur 10,941 6,209 56.75%

6 Sajira 9,433 6,563 69.57%

7 Cipanas 11,314 6,296 55.65%

8 Lebak Gedong 4,172 1,708 40.94%

9 M A J A 11,316 6,468 57.16%

10 Curugbitung 7,601 4,449 58.53%

11 Muncang 6,980 2,484 35.59%

12 Sobang 7,452 2,346 31.48%

13 Cimarga 12,622 4,135 32.76%

14 Leuwidamar 12,489 4,227 33.85%

15 Cileles 12,776 1,134 8.88%

16 Gunung Kencana 7,449 2,919 39.19%

17 Cijaku 6,669 3,157 47.34%

18 Cigemblong 5,284 1,221 23.11%

19 Banjarsari 13,029 5,208 39.97%

20 Malingping 18,604 9,790 52.62%

21 Wanasalam 9,798 5,354 54.64%

22 Bojongmanik 4,841 913 18.86%

23 Cirinten 5,173 1,210 23.39%

24 Panggarangan 9,215 6,983 75.78%

25 Cihara 7,608 2,014 26.47%

26 Bayah 10,315 2,016 19.54%

27 Cilograng 5,720 1,707 29.84%

28 Cibeber 14,981 5,158 34.43%

Jumlah 277,996 126,378 45.46%

Sumber : Kompilasi Dinas Kesehatan dan Dinas Cipta Karya, 2008

Penyediaan air bersih oleh Pemerintah Daerah dipenuhi melalui pembangunan

sarana MCK, sumur bor, sipas gravitasi dan sarana air bersih lainnya.

Rumah tangga pengguna listrik di Kabupaten Lebak pada tahun 2009

sebanyak 222.467 (69%) kepala keluarga dari 324.201 jumlah total kepala

keluarga.

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 44

Penataan Ruang

Sumber daya kewilayahan harus dikelola secara bijaksana untuk

mewujudkan pemerataan pertumbuhan wilayah dan kesejahteraan masyarakat

yang berkelanjutan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. Untuk

itu, ketersediaan rencana tata ruang yang aplikatif dan partisipatif memegang

peranan penting dalam pemanfaatan ruang termasuk sebagai instrumen dalam

perijinan dan pengembangan investasi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-

Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang sebagai penganti Undang-

Undang Nomor 24 tahun 1992 dan peraturan perundangan lainnya.

Dalam melaksanakan amanat undang-undang dimaksud Kabupaten Lebak

dengan luas wilayah 304.472 ha atau 3044,72 KM² yang terdiri dari 28 kecamatan

dengan 340 desa dan 5 kelurahan, telah melaksanakan penyusunan Rencana Tata

Rang Wilayah Kabupaten yang dijabarkan kedalam rencana tata ruang kecamatan

serta kawasan strategis. Sampai dengan tahun 2008 kecamatan yang telah

memiliki rencana tata ruang sebanyak 10 kecamatan. Kecamatan yang telah

memiliki rencana tata ruang yaitu Kecamatan Rangkasbitung, Warunggunung,

Maja, Cimarga, Sajira, Malingping, Panggarangan, Bayah, Cibeber dan Cilograng.

Sedangkan kecamatan yang belum memilki rencana tata ruang adalah Kecamatan

Cibadak, Kalanganyar, Cikulur, Cipanas, Curugbitung, Lebakgedong, Bojongmanik,

Muncang, Sobang, Leuwidamar, Gunungkencana, Cileles, Banjarsari, Wanasalam,

Cijaku, Cigemblong, Cihara, dan Cirinten.

Berdasarkan intensitas dan frekuensi yang terjadi saat ini, di Kabupaten

Lebak bagian Utara mempunyai intensitas kegiatan yang lebih tinggi dibandingkan

dengan bagian Tengah maupun Selatan. Oleh karena itu dengan didasari

pertimbangan intensitas kegiatan, Kabupaten Lebak didalam pengembangan

struktur pemanfaatan ruangannya terbagi dalam 2 (dua) Wilayah Pengembangan

yaitu Wilayah Pengembangan Utama dan Wilayah Pengembangan Penunjang.

Kedua wilayah ini bila ditinjau berdasarkan karakteristiknya terdiri dari 7 (tujuh)

wilayah pengembangan. Pengembangan sistem perwilayahan sebagaimana

tergambar pada tabel 2.25.

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 45

Tabel 2.26

Sistem Perwilayahan Kabupaten Lebak

Perwilayahan Pembangunan

Kecamatan Pusat

Pertumbuhan Hirarki Fungsi Kawasan

WP Utara

Rangkasbitung Kota Rangkasbitung

I Pusat pemerintahan Kabupaten

Maja Kota Maja I Terminal regional

Caibadak Kota Cibadak

II Pusat permukiman perkotaan

Kalanganyar

III Pusat pelayanan & jasa regional

Warunggunung III Pusat pendidikan

Cikulur III Pusat industri kecil

Cimarga III Pusat perdagangan

Curugbitung III

Sajira III

WP Timur

Cipanas Kota Cipanas II

Pusat koleksi-distribusi

hasil pertanian

Leuwidamar Kota Leuwidamar II

Industri kecil/home

industri

Muncang III

Pengembangan permukiman kota terbatas

Sobang III

Pengembangan

permukiman perdesaan tersebar

Lebak Gedong III

Pusat pengembangan pariwisata

Cirinten III Konservasi hutan

Bojongmanik III

WP Barat

Gunung Kencana

Kota Gunung

Kencana

II Pusat koleksi-distribusi

hasil pertanian

Cileles

III Industri kecil/home industri

Banjarsari

III Pengembangan permukiman perdesaan

WP Selatan

Malingping Kota Malingping

I Pusat pelayanan sosial ekonomi sub regional

Bayah Kota Bayah I Sub terminal regional

Panggarangan Kota Panggarangan

II Pusat koleksi-distribusi hasil pertanian

Cijaku III Industri kecil

Wanasalam III Pariwisata

Cibeber III

Pusat pendaratan dan pelelangan ikan

Cilograng III Pengolahan hasil laut

Cigemblong III Pertambangan bersyarat

Cihara III

Sumber: BAPPEDA Kab. Lebak, RTRW Kab. Lebak Tahun 2008-2028

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 46

Sedangkan rencana pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Lebak dibagi

menjadi 2 (dua) fungsi kawasan utama yaitu kawasan lindung dan kawasan

budidaya (pertanian dan non pertanian), dimana luas dari masing-masing kawasan

adalah 97.226 Ha (kawasan lindung) dan 188.770 Ha (kawasan budidaya). Lihat

tabel 2.96 dan 2.97 mengenai rencana pemanfaatan ruang Kabupaten Lebak.

Tabel 2.27

Rencana Pemanfaatan Ruang Kabupaten Lebak

Rencana Pemanfaatan Ruang Luas (Ha) Persentase (Terhadap

luas total Kab. Lebak

Kawasan Lindung: 97.226 33,98

- Kawasan yang memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya

63.845 22,32

- Kawasan perlindungan setempat 10.595 3,70

- Kawasan suaka alam dan cagar budaya 21.482 7,51 - Kawasan rawan bencana 1.300 0,45

Kawasan Budidaya: 188.770 66,01

- Pertanian 153.485 53,67 - Non pertanian 35.285 12,34

Sumber: BAPPEDA Kab. Lebak, RTRW Kab. Lebak Tahun 2008-2028

Tabel 2.28

Rencana Pemanfaatan Ruang Kawasan Budidaya Kabupaten Lebak

Rencana Pemanfaatan Ruang Luas (Ha) Persentase (Terhadap

luas total Kab. Lebak

Kawasan Pertanian: 153.485 53,66 - Pertanian lahan basah (Padi sawah, perikanan darat 17.400 6,08

- Pertanian lahan kering (Tanaman pangan lahan kering, tanaman keras tahunan dan peternakan)

136.085 47,58

Kawasan Non Pertanian: 35.285 12,34

- Kawasan permukiman 28.835 10,08

- Kawasan industri 2000 0,70

- Kawasan pariwisata 4.450 1,36

Sumber: BAPPEDA Kab. Lebak, RTRW Kab. Lebak Tahun 2008-2028

Sumber daya kewilayahan harus dikelola secara bijaksana untuk

mewujudkan pemerataan pertumbuhan wilayah dan kesejahteraan masyarakat

yang berkelanjutan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. Untuk

itu, ketersediaan rencana tata ruang yang aplikatif dan partisipatif memegang

peranan penting dalam pemanfaatan ruang termasuk sebagai instrumen dalam

perijinan dan pengembangan investasi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-

Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang sebagai penganti Undang-

Undang Nomor 24 tahun 1992 dan peraturan perundangan lainnya.

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 47

Dalam melaksanakan amanat undang-undang Penataan Ruang dan

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional, Kabupaten Lebak dengan luas wilayah 304.472 ha atau 3044,72

KM² yang terdiri dari 28 kecamatan dengan 340 desa dan 5 kelurahan, telah

melaksanakan revisi penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.

Selanjutnya secara berkelanjutan, RTRW Kabupaten Lebak terus dilengkapi dengan

rencana tata ruang turunannya seperti Rencana Detail dan Rencana Umum Tata

Ruang Kecamatan. Hal ini perlu dilakukan untuk terus melaksanakan kegiatan

penataan ruang yang efektif, efisien, berwawasan lingkungan dalam mendukung

pembangunan berkelanjutan. Sampai dengan tahun 2008 kecamatan yang telah

memiliki rencana tata ruang sebanyak 12 kecamatan atau 39,28 %. Berikut status

Kecamatam-kecamatan yang sudah dan belum ada RUTR-nya :

Tabel 2.29

Daftar Status Rencana Umum Tata Ruang Kecamatan di Wilayah Kabupaten Lebak

No. Kecamatan Status Dokumen RUTR

1 Rangkasbitung Sudah diperdakan 2 Cipanas Sudah, belum di-perda-kan 3 Muncang Sudah, belum di-perda-kan 4 Banjarsari Sudah, belum di-perda-kan 5 Warunggunung Sudah, belum di-perda-kan 6 Sajira Sudah, belum di-perda-kan 7 Maja Sudah, belum di-perda-kan 8 Bayah Sudah, belum di-perda-kan 9 Cimarga Sudah, belum di-perda-kan 10 Panggarangan Sudah, belum di-perda-kan 11 Cilograng Sudah, belum di-perda-kan 12 Malingping Sudah, belum di-perda-kan 13 Cibeber Sudah, belum di-perda-kan 14 Cibadak Belum ada dokumen 15 Cikulur Belum ada dokumen 16 Leuwidamar Belum ada dokumen 17 Curugbitung Belum ada dokumen 18 Bojongmanik Belum ada dokumen 19 Sobang Belum ada dokumen 20 Gunungkencana Belum ada dokumen 21 Cimarga Belum ada dokumen 22 Kalang Anyar Belum ada dokumen 23 Cileles Belum ada dokumen 24 Lebakgedong Belum ada dokumen 25 Cigemblong Belum ada dokumen 26 Cijaku Belum ada dokumen 27 Cihara Belum ada dokumen 28 Wanasalam Belum ada dokumen

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 48

Sebelum berbicara jauh mengenai perencanaan tata ruang kabupaten

Lebak, kita perlu mengenali terlebih dahulu Isu-isu strategis penyelenggaraan

penataan ruang di Kabupaten Lebak. Adapun isu-isu tersebut diantaranya :

1. Wilayah kabupaten yang sangat luas dengan ketinggian bervariasi meliputi

dataran rendah, pegunungan dan pantai ;

2. Penyebaran penduduk yang tidak merata dengan pertumbuhan yang relatif

sedang;

3. Potensi sumber daya alam terutama pertambangan dan pariwisata yang

cukup besar namun belum dimanfaatkan secara optimal ;

4. Prasarana wilayah yang masih kurang sehingga menyebabkan masih

banyaknya desa tertinggal ;

5. Pengembangan prasarana wilayah : transportasi dan bendungan ;

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2008 tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lebak, RTRW Kabupaten Lebak mempunyai tujuan

mewujudkan ruang wilayah Kabupaten Lebak yang memenuhi kebutuhan

pembangunan dengan senantiasa berwawasan lingkungan, efisien dalam alokasi,

bersinergi dan dapat dijadikan acuan dalam penyusunan program pembangunan

untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat. Dalam rangka mewujudkan tujuan

tersebut, perlu menetapkan strategi dan kebijakan penataan ruang di Kabupaten

Lebak.

Strategi perencanaan tata ruang Kabupaten Lebak mengacu pada arahan

struktur ruang wilayah nasional, provinsi Banten, pengaruh kawasan pantura

Provinsi Banten dan Rencana Strategis Kabupaten Lebak. Arahan pemanfaatan

ruang tersebut dituangkan kedalam perencanaan struktur dan pola ruang wilayah.

Menurut arahan RTRW Nasional dan Provinsi Banten, Kabupaten Lebak

bersama-sama dengan Kabupaten Pandeglang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan

Lokal (PKL) pada Wilayah Kerja Pembangunan 3 (WKP 3) yang mendukung Pusat

Kegiatan Wilayah (PKW) Bojonegara-Merak-Cilegon (BMC) sebagai Kota Pelabuhan

Nasional di Kota Cilegon. Adapun Perencanaan Pengembangan wilayah Kabupaten

Lebak berdasarkan arahan tersebut diarahkan pada :

1. Sektor unggulan yang menujang wilayah ini adalah pertanian, pertambangan

dan pariwisata.

2. Pusat-pusat utama di Kabupaten Lebak adalah Kota Rangkasbitung sebagai

PKL dan Kota Maja sebagai pusat kegiatan sosial ekonomi.

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 49

3. DAS Ciujung dan Ciberang sebagai elemen pendukung konservasi air bersih

(menetapkan Kabupaten Lebak sebagai Kawasan Hijau)

4. Sistem jaringan transportasi utama adalah jaringan jalan raya (kolektor primer)

Rangkasbitung – Serang, Maja – Cikande, Labuan – Malingping – Bayah dan

Rangkasbitung/Maja – Cipanas – Jasinga.

Selanjutnya berdasarkan nilai-nilai strategis yang dimiliki Provinsi Banten di

wilayah Pantura (Cilegon, Serang Tangerang) dan kedekatan dengan Jakarta

sebagai ibukota negara, Kabupaten Lebak diarahkan pada :

1. Peran Kawasan Pantura terhadap perkembangan Kabupaten Lebak,

berdampak pada minat investasi swasta di Kecamatan Maja untuk

mengembangkan dan membangun perumahan dan permukiman pada area

sekitar ± 6.000 Ha.

2. Dukungan sistem transportasi jaringan jalan raya yang cukup baik antara

Rangkasbitung dan Serang, serta antara Kecamatan Maja dan Cikande di

Kawasan Pantura.

3. Prasarana dan sarana lingkungan perkotaan di Kota Rangkasbitung dan Maja

yang cukup memadai, maka kedua kota tersebut cenderung menjadi pusat-

pusat utama di Kabupaten Lebak yang berorientasi di Kawasan Pantura.

A. Rencana Struktur Ruang

Untuk mendukung arah pengembangan wilayah Kabupaten Lebak tersebut

di atas, Pemerintah Kabupaten Lebak menerapkan konsep pengembangan tata

ruangnya dengan menyusun perencanaan struktur dan pola ruang. Pengembangan

suatu wilayah tentunya harus didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan spasial

serta strategi pengembangan yang cukup baik. Hal ini dimaksudkan agar

perkembangan yang terjadi kemudian tidak menimbulkan masalah terhadap ruang

yang ada. Oleh karena itu dengan didasari oleh pertimbangan-pertimbangan di

atas maka diharapkan bahwa perkembangan yang terjadi di wilayah Kabupaten

Lebak dapat memberikan pelayanan yang seefektif mungkin ke seluruh bagian

wilayah, sehingga tingkat kesenjangan dapat dikurangi melalui rangsangan

penjalaran perkembangan wilayah secara merata.

Berdasarkan intensitas dan frekwensi kegiatan yang terjadi saat ini serta

kelengkapan infrastruktur wilayah, Kabupaten Lebak didalam pengembangan

struktur ruangnya terbagi kedalam 2 (dua) Wilayah Pengembangan yaitu Wilayah

Pengembangan Utama dan Wilayah Pengembangan Penunjang.

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 50

Wilayah Pengembangan Utama

Wilayah Pengembangan Utama memiliki aglomerasi kegiatan perkotaan

dengan peran sebagai pusat dan pendorong pertumbuhan wilayah lainnya, hal ini

disebabkan karena kegiatan perekonomian yang ada di wilayah ini terkait dengan

sistem perekonomian regional dan memiliki basic ekonomi (keunggulan

komperatif) untuk membangkitkan perekonomian daerah tersebut beserta daerah

sekitarnya.

Wilayah ini memiliki fungsi sebagai penggerak utama roda perekonomian

Kabupaten Lebak, dimana dengan fungsi tersebut diharapkan akan dapat

memberikan pengaruh yang baik terhadap perkembangan wilayah sekitarnya

(trickle down effect). Selain itu dengan melihat faktor lokasi dan kelengkapan

sarana maupun prasarananya telah menjadikan wilayah ini sebagai pusat koleksi

dan distribusi bagi wilayah belakangnya serta menjadikan pintu gerbang interaksi

bagi daerah lainnya. Wilayah Pengembangan Utama di Kabupaten Lebak terdiri

dari 4 Wilayah Pengembangan sebagai berikut:

1. Wilayah Pengembangan Utama Rangkasbitung, yang meliputi

Kecamatan Rangkasbitung, Kecamatan Kalanganyar dan Kecamatan Cibadak,

dengan pusat pengembangan terletak di Kota Rangkasbitung.

2. Wilayah Pengembangan Utama Maja, meliputi Kecamatan Maja,

Kecamatan Curugbitung dan Kecamatan Sajira dengan pusat pengembangan

terletak di Kota Maja

3. Wilayah Pengembangan Utama Malingping, meliputi Kecamatan

Malingping, dan Kecamatan Wanasalam, Kecamatan Cijaku dengan pusat

pengembangan terletak di Kota Malingping.

4. Wilayah Pengembangan Utama Bayah, meliputi Kecamatan Bayah,

Kecamatan Cibeber dan Kecamatan Cilograng dengan pusat pengembangan

terletak di Kota Bayah.

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 51

Gambar 2.6

Peta Rencana Struktur Ruang di Kabupaten Lebak yang dibagi kedalam Wilayah Pengembangan Utama dan Wilayah Pengembangan Penunjang

Wilayah Pengembangan Penunjang

Wilayah Pengembangan Penunjang berperan sebagai daerah yang

mendukung pertumbuhan wilayah utama, wilayah ini terletak di sebelah Tengah

dan Selatan dari Kabupaten Lebak dengan dominasi kegiatan ekonomi sebagai

pusat produksi pertanian, peternakan, perikanan, hutan dan pertambangan.

Wilayah Pengembangan Penunjang di Kabupaten Lebak terdiri dari 5 (lima)

Wilayah Pengembangan sebagai berikut:

1. Wilayah Pengembangan Penunjang Cimarga, yang meliputi

Kecamatan Cimarga, Kecamatan Warunggunung dan Kecamatan Cikulur

dengan pusat pengembangan berada di Kecamatan Cimarga

2. Wilayah Pengembangan Penunjang Cipanas, meliputi Kecamatan

Cipanas, Kecamatan Sobang, Kecamatan Lebak Gedong dan Kecamatan

Muncang dengan pusat pengembangan berada di Kota Cipanas.

3. Wilayah Pengembangan Penunjang Leuwidamar, meliputi Kecamatan

Leuwidamar, Kecamatan Cirinten dan Kecamatan Bojongmanik dengan

pusat pengembangan terletak di Kota Leuwidamar.

4. Wilayah Pengembangan Penunjang Gunung Kencana, meliputi

Kecamatan Gunung Kencana, Kecamatan Banjarsari dan Kecamatan Cileles

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 52

dengan pusat pengembangan terletak di pusat Kecamatan Gunung

Kencana.

5. Wilayah Pengembangan Penunjang Panggarangan, meliputi

Kecamatan Panggarangan, Kecamatan Cigemblong dan Kecamatan Cihara

dengan pusat pengembangan terletak di pusat Kecamatan Panggarangan.

Selain membagi wilayah Kabupaten Lebak kedalam Wilayah Pengembangan

Utama dan Wilayah Pengembangan Penunjang, Perencanaan struktur

pemanfaatan ruang mengembangkan juga sistem permukiman yang dibagi

kedalam :

a. Sistem Permukiman Perdesaan

Pusat permukiman perdesaan merupakan pusat terkonsentrasinya penduduk

dengan kelengkapan fasilitas yang cukup memadai pada suatu daerah,

biasanya pusat permukiman perdesaan cenderung berada di pusat-pusat

kecamatan atau pada desa-desa pusat pertumbuhan dengan dominasi

kegiatan di bidang pertanian. Pusat permukiman di Kabupaten Lebak ini

diarahkan di Desa Candi, Kopi, Mekarjaya, Kebon Cau, Jampang, Simpang,

Gardu Batok, Kadubitung, Bujal, Sajira, Ciparasi, Ciusul, Cirotan, Cibareno,

Sawarna, Sobong, Gardu, Sareweh, Pasar Kupa, Cikaret, Suka Hujan,

Lebaksiuh, Kerta dan Desa Pasir Binuangan.

b. Sistem Permukiman Perkotaan

Sistem Permukiman Perkotaan merupakan suatu pusat permukiman yang

diarahkan sebagai pusat pelayanan ekonomi, pemerintahan dan jasa untuk

memenuhi kebutuhan wilayahnya sendiri maupun wilayah sekitarnya. Wilayah-

wilayah yang mempunyai karakteristik tersebut di atas adalah Ibukota

Rangkasbitung, Ibukota Kecataman Maja, Ibukota Kecataman Malingping dan

Ibukota Kecamatan Bayah.

B. Rencana Pola Ruang

Secara umum rencana pola pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Lebak

dibagi menjadi 2 fungsi kawasan utama yaitu kawasan lindung dan kawasan budi

daya (pertanian dan non pertanian), dimana luas dari masing-masing kawasan

adalah 97.222 ha (31,93 %) dan 207.246 ha (68,07). Lihat tabel 2.72 dan tabel

2.73 mengenai Rencana Pemanfaatan Ruang di Kabupaten Lebak.

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 53

Berdasarkan pada kondisi-kondisi tersebut di atas, Pola ruang di wilayah

Kabupaten Lebak dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Besarnya potensi kawasan lindung dan kawasan tangkapan air dari beberapa

hulu sungai yang merupakan potensi sumberdaya air untuk Kabupaten Lebak

dan daerah sekitarya.

2. Perkembangan kawasan-kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan yang

memerlukan keterpaduan dan keserasian hubungan antara fungsi kota dan

desa.

3. Tersebarnya daerah rawan bencana dan cukup luasnya daerah kritis.

4. Pemanfaatan dan pengembangan potensi sumber daya alam seperti pertanian,

pertambangan, pariwisata dan sumber daya yang lainnya.

Oleh karena itu, kebijakan pengembangan pemanfaatan ruang di Kabupaten

Lebak yang dituangkan ke dalam strategi pengembangan pola ruang adalah

sebagai berikut :

Strategi Penetapan Kawasan Lindung

Untuk menjamin kelestarian dan keseimbangan pengelolaan sumber daya

alam, maka strategi penetapan kawasan lindung di Kabupaten Lebak adalah

sebagai berikut :

a. Mempertahankan kawasan lindung yang ada.

b. Menetapkan kawasan lindung di Kabupaten Lebak yang terdiri dari kawasan

yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, kawasan perlindungan

setempat kawasan suaka alam dan cagar budaya, serta kawasan, rawan

bencana.

c. Pengelolaan kawasan lindung untuk mencegah timbulnya kerusakan fungsi

lingkungan hidup.

d. Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan lindung melalui kegiatan

pemantauan, pengawasan dan penertiban pemanfaatan ruang dikawasan

lindung.

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 54

Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya

Strategi pengembangan kawasan Budidaya di Kabupaten Lebak adalah

sebagai berikut:

a. Tiap-tiap kawasan diarahkan bagi suatu kegiatan budaya yang sesuai dengan

daya dukung kawasan dan daya tampung kawasan.

b. Pengembangan kawasan budidaya di Kabupaten Lebak diarahkan untuk

mengakomodasi kegiatan produksi lahan basah, lahan kering, permukiman,

industri, pertambangan dan pariwisata.

c. Penetapan skala prioritas dalam kegiatan penataan ruang kawasan budidaya,

sehingga lebih terarah dan fleksibel sesuai dengan tuntutan perkembangan.

d. Pengendalian pemanfaatan ruang pada suatu kawasan antar kawasan

sehingga tidak terjadi konflik kepentingan pengembangan pada suatu

kawasan.

Strategi Pengembangan Prasarana Wilayah

Strategi pengembangan pengembangan prasarana Wilayah Kabupaten

Lebak adalah meningkatkan dan mempertahankan fungsi prasarana Wilayah dalam

menunjang pengembangan wilayah, khususnya dalam menunjang pemerataan

pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lebak. Strategi ini

dilakukan untuk membentuk pemanfaatan ruang Kabupaten lebak yang terdiri

dari :

a. Strategi Pengembangan Sistem Prasarana Transportasi sebagai berikut :

Prasarana transportasi yang akan dikembangkan di Kabupaten Lebak adalah

Perhubungan darat yang terdiri dari jalan raya dan kereta api serta

perhubungan laut yang terdiri dari perhubungan laut khususnya bagi

kebutuhan pengembangan perikanan laut.

Pengembangan jaringan jalan raya yang menghubungkan wilayah utara dan

selatan.

Pengembangan angkutan kereta api untuk angkutan masal dan angkutan

barang.

Mengembangkan pelabuhan ikan.

b. Strategi Pengembangan Sistem Prasarana Pengairan sebagai berikut :

Mengembangkan sistem pengairan yang terdapat di Kabupaten Lebak untuk

memenuhi kebutuhan pertanian dan non pertanian melalui pemanfaatan air

permukaan maupun air tanah yang tersebar di Kabupaten Lebak.

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 55

c. Strategi Pengembangan Sistem Prasarana Energi sebagai berikut :

Mengembangkan potensi energi yang ada untuk memenuhi kebutuhan wilayah

utara dan selatan, serta pengembangan energi alternatif untuk memenuhi

kebutuhan energi wilayah tengah.

d. Strategi Pengembangan Sistem Prasarana Telekomunikasi sebagai berikut :

Mengembangkan dan mengarahkan Sistem telekomunikasi yang ada dalam

menunjang pengembangan hubungan antara wilayah utara dengan wilayah

selatan, serta dalam mendukung upaya pengembangan pariwisata.

Sinergitas dan Sinkronisasi Program Kewilayahan dan Program Sektoral

Dengan pertimbangan kebijakan pola tata ruang dan struktur ruang serta

memperhatikan permasalahan ketimpangan pembangunan antar wilayah di atas,

maka perlu ada sinergitas antara program-program kewilayahan dengan program-

program prioritas pembangunan yang bersifat sektoral. Sinergitas kedua program

tersebut dapat dilaksanakan pada wilayah sasaran sebagai berikut :

a. Desa/ Kecamatan Pusat Pertumbuhan

Desa Pusat Pertumbuhan adalah desa yang menjadi simpul jasa dan simpul

distribusi dari desa-desa di sekitarnya. Intervensi pembangunan yang dilakukan di

Desa Pusat Pertumbuhan diharapkan dapat menjadi pemicu dan pemacu

pertumbuhan ekonomi wilayah sekitarnya. Intervensi pembangunan yang

dilakukan di Desa Pusat Pertumbuhan harus merupakan kegiatan pengembangan

ekonomi daerah yang berbasis pada potensi lokal serta mempertimbangkan

keterkaitan dengan perkembangan wilayah sekitarnya.

b. Desa Budaya Lebak

Desa Budaya Lebak adalah desa khas yang ditata untuk kepentingan

pelestarian budaya. Kekhasan tersebut bisa berupa kampung adat atau rumah

adat. Pelaksanaan pembangunan daerah harus senantiasa memperhatikan aspek

budaya yang merupakan bagian dari modal sosial yang dapat dikembangkan

menjadi sebuah potensi pembangunan. Salah satu upaya pelestarian budaya khas

Lebak adalah dengan memfokuskan pembangunan di desa-desa budaya Lebak.

Beberapa Desa Budaya di Lebak antara lain Desa Kanekes dengan Wisata

Baduynya, Desa atau lebih populer Kasepuhan Citorek, Cisungsang dan Cibedug

yang terletak di Kecamatan Cibeber.

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 56

c. Desa Tertinggal

Desa Tertinggal adalah desa yang masyarakat serta wilayahnya relatif

kurang berkembang dibandingkan desa lain dalam suatu wilayah tertentu.

Ketertinggalan suatu wilayah tentu harus segera dikurangi untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakatnya. Intervensi pembangunan yang dilakukan di Desa

Tertinggal ini dititikberatkan pada pemenuhan sarana dan prasarana dasar

permukiman serta pemenuhan kebutuhan pokok kehidupan masyarakat seperti

akses terhadap pendidikan dasar dan kesehatan dasar. Berdasarkan identifikasi

Desa Tertinggal oleh BPS dan Bappeda Kabupaten Lebak pada tahun 2005

terdapat 148 Desa Tertinggal yang secara bertahap setiap tahunnya sampai

dengan tahun 2008 terus dilakukan pengurangan melalaui berbagai program

percepatan daerah tertinggal. Mengingat keterbatasan sumberdaya yang ada maka

pembangunan desa tertinggal akan difokuskan pada 10 desa tertinggal setiap

tahunnya.

d. Kota Pusat Pertumbuhan di WPU dan WPP

Kota Pusat Pertumbuhan atau Pusat Kegiatan Lokal (PKL) adalah kota

sebagai pusat jasa, pusat pengolahan, dan simpul transportasi yang berskala

regional. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lebak,

rencana pengembangan sistem kota-kota di Lebak yang berkaitan dengan

penataan distribusi Pusat Kegiatan Lokal (PKL) untuk mendukung keserasian

perkembangan kegiatan pembangunan antar wilayah adalah meliputi :

Wilayah Pengembangan Utama (WPU) Rangkasbitung, Maja, Malingping dan

Bayah

Wilayah Pengembangan Penunjang (WPP) Cimarga, Cipanas, Leuwidamar,

Gunung Kencana dan Panggarangan.

Kegiatan pembangunan yang dilakukan di Kota Pusat Pertumbuhan dititikberatkan

peningkatan pusat pelayanan pendidikan, kesehatan dan infrastruktur ibukota

kecamatan.

e. Daerah Rawan Bencana

Kawasan rawan bencana di Kabupaten Lebak dikategorikan ke dalam 2

kawasan, yaitu kawasan potensi rawan bencana gerakan tanah dan kawasan

potensi rawan bencana banjir. Berdasarkan zonasi kerentanan gerakan tanah

menengah dan tinggi, maka potensi kawasan rawan bencana alam di Kabupaten

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 57

Lebak seluas 1.300 ha (0,95 % dari luas total Kabupaten Lebak). Rencana sebaran

kawasan rawan bencana alam terdapat di Kecamatan Cipanas, Kecamatan Bayah,

Kecamatan Bojongmanik, dan Kecamatan Leuwidamar. Pada daerah-daerah

berkerentanan gerakan tanah menengah dan tinggi masih mungkin terdapatnya

daerah lanyak huni, sedangkan pada daerah-daerah berkerentanan gerakan tanah

rendah masih memungkinkan terjadinya gerakan tanah dalam ukuran kecil. Untuk

daerah-daerah berkerentanan gerakan tanah diperlukan penelitian geologi teknik

yang lebih rinci apabila akan dilakukan pemanfaatan ruang di daerah ini.

Sedangkan Kawasan rawan bencana banjir sedapat mungkin tidak dipergunakan

untuk permukiman, demikian pula kegiatan lain yang dapat merusak atau

mempengaruhi kelancaran sistem drainase.

Perhubungan

Penyediaan sarana dan prasarana transportasi merupakan infrastruktur

dasar bagi pelaksanaan kegiatan masyarakat di segala bidang, baik ekonomi,

sosial maupun pertahanan dan keamanan pada suatu wilayah. Sistem transportasi

yang baik akan membantu laju pertumbuhan ekonomi wilayah, sehingga

penyelenggaraan sistem transportasi tidak dapat dilepaskan dari rencana

pengembangan ekonomi wilayah. Pengembangan Sistem Transportasi di

Kabupaten Lebak ditekankan pada pengembangan sistem transportasi darat.

Sistem transportasi darat mencakup sarana dan prasarana jaringan jalan, terminal,

angkutan umum dan kereta api.

Kondisi terminal-terminal yang ada di Kabupaten Lebak sampai dengan

tahun 2008 dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Terminal Kadu Agung (Mandala)

a. Luas Areal : 10.200 M2

b. Luas Bangunan : 150 M2 (bertingkat)

c. Jalur trayek yang dilayani sebanyak 23 Trayek yang terdiri dari 2 trayek

angkutan kota, 10 trayek angkutan desa, 11 trayek AKDP dan AKAP.

d. Permasalahan :

- Keadaan implasmen agak rusak

- Kondisi gedung kantor agak rusak

- Kesadaran para pengemudi/pengusaha terhadap kewajiban-

kewajibannya masih sangat rendah

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 58

- Keberadaan para pengurus jalur mengganggu kinerja terminal

Kaduagung/Mandala

- Jumlah kendaraan yang beroperasi baik angkot, angdes,AKAP maupun

AKDP tidak sesuai dengan jumlah kendaraan yang terdaftar, rata-rata

kendaraan yang operasi hanya 60%.

2. Terminal Curug

a. Luas Areal : 10.000 M2

b. Luas Bangunan : 109,725 M2 (bertingkat)

c. Jalur trayek yang dilayani sebanyak 23 Trayek.

3. Terminal Aweh

a. Luas Areal : 5.700 M2

b. Luas Bangunan : 276 M2 (bertingkat)

c. Jalur trayek yang dilayani sebanyak 8 Trayek yang terdiri dari 1 trayek

angkutan kota, 7 trayek angkutan desa.

d. Permasalahan :

- Rendahnya bangkitan penumpang dari arah Ciboleger dan sekitarnya

- Masyarakat pengguna jasa angkutan orang dari arah Ciboleger dan

sekitarnya menuju ke Rangkasbitung tidak berkenan untuk berganti

kendaraan di Terminal Aweh karena merasa terbebani dengan

penambahan ongkos untuk berganti kendaraan

4. Terminal Malingping

a. Luas Areal : 10.000 M2

b. Luas Bangunan : 100 M2 (bertingkat)

c. Jalur trayek yang dilayani sebanyak 7 Trayek semuanya trayek angkutan

desa.

d. Permasalahan :

- Rendahnya bangkitan penumpang dari arah Malingping dan sekitarnya

ked an dari arah Bayah karena keberadaan terminal jauh dari pusat kota

dan pasar sehingga menyebabkan kurangnya penghasilan para sopir

angkutan.

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 59

5. Terminal Bayah

a. Jalur trayek yang dilayani sebanyak 6 Trayek semuanya trayek angkutan

desa.

b. Permasalahan :

- Sebagian penumpang memilih menunggu kendaraan di jalan

dibandingkan dengan menunggu di terminal karena untuk mempercepat

waktu tempuh ke tujuan.

- Banyak kendaraan yang tidak beroperasi karena mengalami kerusakan

dan mahalnya suku cadang

- Kurangnya jumlah angkutan yang menyebabkan rendahnya penghasilan

para sopir angkutan

6. Terminal Binuangeun

a. Luas areal 1.970 M2 yang kondsinya rusak berat

b. Jalur trayek yang dilayani sebanyak 2 Trayek yang terdiri dari AKAP dan

Angkot.

c. Permasalahan :

- Rendahnya bangkitan penumpang

- Kondisi terminal rusak berat

Pertanahan

Berdasarkan kepemilikan lahan, pada tahun 2010 sebesar 21,14%

(64.356,66 Ha) sudah dimiliki oleh masyarakat di Kabupaten Lebak dengan luas

lahan bersertifikat 64.350,14 Ha atau 99,98% dari luas luas lahan yang dimiliki.

Kependudukan dan Catatan Sipil

Penyediaan dokumen kependudukan dilaksanakan sebagai upaya

pemenuhan kebutuhan masyarakat akan dokumen kependudukan, sehingga

semua penduduka Kabupaten Lebak diharapkan memiliki dokumen kependudukan

yang lengkap sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang RI No. 23 Tahun

2006. Namun demikian, berdasarkan data permohonan pembuatan dokumen

kependudukan hingga Desember 2008, tercatat 477.394 penduduk yang telah

memiliki Kartu Tanda Penduduk atau 57,30% dari 833.094 penduduk yang wajib

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 60

memiliki Kartu Tanda Penduduk. Demikian pula halnya dengan akte kelahiran,

yang tercatat memiliki akte kelahiran sekitar 408.915 jiwa atau 33,98%.

Sementara itu dari hasil pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan

biodata penduduk melalui validasi data kependudukan pada Buku Induk Penduduk

(BIP) dan pengisian form F-1.01 bagi penduduk WNI yang belum terdaftar dalam

BIP, database kependudukan (melalui sistem SIAK) telah berhasil merekam

penduduk Kabupaten Lebak sebanyak 1.181.021 jiwa.

Untuk pelayanan pendaftaran kependudukan dan catatan sipil dapat dilihat

pada tabel berikut ini.

Tabel 2.30 Pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Catatan Sipil

di Kabupaten Lebak Tahun 2004 - 2008

No Jenis Pelayanan Tahun

2004 2005 2006 2007 2008

1. Kartu Keluarga (KK) - - - 11.500 14.500

2. Kartu Tanda Penduduk (KTP)

70.000 20.000 22.000 41000 131.000

3. Akta-akta Pencatatan Sipil

10.500 7.000 7.200 7.955 12.000

4. Buku Register 135 145 150 162 240

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Lebak

Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

Pada era otonomi daerah untuk bidang Keluarga Berencana, setiap

kabupaten/kota bekerjasama untuk menyelenggarakan pelayanan Keluarga

Berencana dan Keluarga Sejahtera sesuai standar pelayanan minimal. Jenis

pelayanan yang harus dikembangkan diantaranya :

1. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR);

2. Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana (KB)/Kesehatan Reproduksi

(KR) yang beruntun dan berkesinambungan.

3. Pengembangan kualitas keluarga meliputi :

a. Pembinaan Keluarga Berencana (BKB)

b. Pembinaan Keluarga Remaja (BKR)

c. Pembinaan Keluarga Lansia (BKL)

Kondisi penyelenggaraan pelayanan sebagaimana uraian di atas dapat dilihat pada

tabel berikut ini.

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 61

Tabel 2.31

Banyak Akseptor KB menurut Alat Kontrasepsi yang digunakan di Kabupaten Lebak Tahun 2004-2008

No. Tahun IUD MOP MOW Susuk Suntik Pil Kondom Jumlah

1 2004 5.681 2.516 1.630 17.542 66.298 39.521 290 133.478

2 2005 5.542 2.519 1.751 17.835 67.347 39.648 266 134.908

3 2006 5.094 2.582 1.823 13.858 67.897 45.871 298 137.423

4 2007 5.019 2.471 1.918 13.518 74.002 40.159 593 137.680

5 2008 5.530 2.494 2.077 14.815 83.773 48.786 1.322 158.797

Sumber Data : Dinas Kesehatan Kab. Lebak

Dari tabel di atas diketahui bahwa akseptor KB yang terbanyak

menggunakan alat kontrasepsi suntik dan tren setiap tahunnya mengalami

peningkatan.

Pada umumnya dari tahun 2004-2008 jumlah pengguna akseptor KB di

Kabupaten Lebak setiap tahunnya mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan

bahwa tingkat kesadaran masyarakat Kabupaten Lebak menjadi peserta Keluarga

Berencana (KB) atau akseptor naik sebesar 86,71%.

Tabel 2.32

Jumlah Sarana Pelayanan Keluarga Berencana di Kabupaten Lebak Tahun 2004-2008

No. Tahun KKB Induk KKB

Pembantu PKBRS Puskesmas Jumlah

1 2004 34 61 3 33 131

2 2005 36 57 4 35 132

3 2006 34 63 4 35 136

4 2007 35 52 4 34 125

5 2008 34 52 4 40 130

Sumber : BPS Kab. Lebak

Jumlah sarana pelayanan Keluarga Berencana selama kurun waktu 2004-2008

secara berkesinambungan relatif konstan. Hanya sarana pelayanan untuk KKB

Induk dan KKB Pembantu secara statistik mengalami fluktuasi.

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 62

Tabel 2.33

Jumlah Petugas Lapangan Keluarga Berencana Di Kabupaten Lebak Tahun 2004-2008

No. Tahun PPLKB PLKB Penyuluh KB Jumlah

1 2004 10 25 101 136

2 2005 7 27 93 127

3 2006 4 21 69 94

4 2007 28 19 41 88

5 2008 28 15 64 79

Sumber : BPS Kab. Lebak

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa PLKB dan Penyuluh KB mengalami

penurunan. Hal ini disebabkan petugas lapangan tersebut ada yang pensiun dan

mutasi kepegawaian.

Di Kabupaten Lebak pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja terbentuk

pada tahun 2007 sebanyak 5 kelompok terdiri dari 1 PIK-KRR Tingkat Kabupaten

dan 4 PIK-KRR Tingkat Kecamatan. Seiring dengan semakin berkembangnya

jumlah penduduk pada tahun 2008 jumlah PIK-KRR bertambah menjadi 18

kelompok terdiri dari 1 PIK-KRR Tingkat Kabupaten dan 17 PIK-KRR Tingkat

Kecamatan.

Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan

kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat

dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari

petugas kesehatan dan keluarga berencana yang mempunyai nilai strategis untuk

pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Jumlah posyandu dan kader

posyandu di Kabupaten Lebak relatif stabil setiap tahunnya, seperti terlihat pada

tabel berikut ini.

Tabel 2.34

Jumlah Pos Yandu, Kader dan Kader Aktif Di Kabupaten Lebak Tahun 2004-2008

No. Tahun Posyandu Kader

Jumlah Kader Kader Aktif 1. 2004 1.539 6.142 3.450

2. 2005 1.539 6.142 3.450

3. 2006 1.646 8.230 8.230

4. 2007 1.646 8.230 8.230

5. 2008 1.646 8.230 8.230

Sumber : BPS Kab. Lebak

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 63

Tabel 2.35

Jumlah Data Kelompok Kegiatan Ketahanan Keluarga di Kabupaten Lebak Tahun 2008

No. Kecamatan Kelompok Kegiatan

BKB BKR BKL

1. Rangkasbitung 15 10 14

2. Kalanganyar 7 5 6

3. Cibadak 11 7 8

4. Warunggunung 12 6 7

5. Cikulur 13 6 6

6. Leuwidamar 12 6 7

7. Cimarga 16 7 10

8. Bojongmanik 7 3 5

9. Cirinten 8 5 6

10. Muncang 7 5 6

11. Sobang 9 4 7

12. Gunungkencana 11 6 8

13. Cileles 11 5 8

14. Banjarsari 15 7 10

15. Malingping 13 7 9

16. Wanasalam 11 3 8

17. Cigemblong 8 3 6

18. Cijaku 9 4 6

19. Sajira 14 6 9

20. Lebakgedong 5 3 6

21. Cipanas 13 7 9

22. Maja 12 6 8

23. Curugbitung 9 4 7

24. Panggarangan 9 6 7

25. Cihara 7 4 5

26. Bayah 8 3 8

27. Cibeber 19 7 11

28. Cilograng 9 4 7

Jumlah 300 149 214

Sumber : BP2KBMPD Kab. Lebak, Tahun 2008

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 64

Sosial

Tantangan yang dihadapi dalam pembangunan kesejahteraan sosial

meliputi proses globalisasi dan industrialisasi serta krisis ekonomi dan politik yang

berkepanjangan. Dampak yang dirasakannya diantaranya semakin berkembang

dan meluasnya bobot, jumlah dan kompleksitas berbagai permasalahan sosial.

Penanganan permasalah sosial perlu didukung oleh sarana sosial. Jumlah

panti di Kabupaten Lebak pada tahun 2004 berjumlah 70 panti, pada tahun 2005

berjumlah 73 panti, pada tahun 2006 berjumlah 93 panti, pada tahun 2007

berjumlah 116 panti dan pada tahun 2008 berjumlah 129 panti. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.35 di bawah ini.

Tabel 2.36

Jumlah Panti Berdasarkan Penanganan Kasus di Kabupaten Lebak Tahun 2004-2008

No. Tahun Jenis Penanganan

Cacat Asuh Jompo

1 2004 4 70 -

2 2005 4 73 -

3 2006 5 93 -

4 2007 5 116 -

5 2008 5 129 - Sumber :

Yayasan non panti di Kabupaten Lebak pada tahun 2008 berjumlah 134 yayasan

dengan 6.753 anak asuh.

Selain itu, keadaan permasalahan sosial dapat diamati dari data tabel

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di bawah ini.

Tabel 2.37

Jumlah Penduduk Penderita Cacat Fisik

Di Kabupaten Lebak Tahun 2004-2008

No. Tahun Tuna

Rungu - Wicara

Tuna Daksa

Tuna Netra

Tuna Ganda

Bibir Sumbing

Jumlah

1 2004 1.204 501 509 42 401 2.657

2 2005 1.407 742 837 70 432 3.488

3 2006 1.542 881 801 79 401 3.704

4 2007 1.730 985 838 90 437 4.080

5 2008 1.889 1.424 631 401 386 4.731

Sumber : BPS Kab. Lebak

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 65

Tabel 2.38

Jumlah Penduduk Penderita Cacat Mental Di Kabupaten Lebak Tahun 2004-2008

No. Tahun Penderita Cacat Mental:

Jumlah Laki-laki Perempuan

1 2004 103 78 181

2 2005 124 96 220

3 2006 137 98 235

4 2007 159 102 261

5 2008 198 136 334

Sumber : BPS Kab. Lebak

Ketenagakerjaan

Permasalahan ketenagakerjaan sampai saat ini senantiasa menjadi salah

satu isu utama pembangunan, baik pada skala nasional, regional maupun lokal.

Diperkirakan permasalahan ketenagakerjaan ini masih akan diwarnai oleh

masalah-masalah yang bersifat konvensional dan kontemporer seperti masalah

angkatan kerja, pengangguran dan pemutusan hubungan kerja.

Tabel 2.39

Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Lebak Tahun 2004-2008

No. Tahun Petani Buruh

Tani

Nelayan/

Perikan-an

Buruh

Nelayan PNS Industri

Perdaga-

ngan Lainnya Jumlah

1 2004 NR NR NR NR NR NR NR NR NR

2 2005 198.355 89.405 NR NR 13.547 20.178 37.265 33.401

3 2006 195.354 110.008 8.781 2.762 16.015 20.177 37.667 73.925 464.699

4 2007 186.634 101.379 6.695 1.236 13.617 21.614 39.058 78.002 448.235

Sumber : BPS Kab. Lebak

Jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) setiap tahunnya selalu mengalami

kenaikan, kecuali pada tahun 2008 tidak mengalami kenaikan dibandingkan

dengan tahun 2007, hanya mengalami perubahan komposisi antara Tenaga Kerja

Indonesia perempuan dan laki-lakinya.

Tenaga Kerja Indonesia lebih didominasi oleh tenaga kerja perempuan

dibandingkan dengan tenaga kerja laki-lakinya, hal ini dapat terlihat dari tabel

berikut :

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 66

Tabel 2.40

Jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Lebak Tahun 2004-2008

No. Tahun TKI Jumlah

Laki-laki Perempuan

1. 2004 NR NR NR

2. 2005 1.236 2.784 4.020

3. 2006 1.946 3.197 5.143

4. 2007 2.370 3.262 5.632

5. 2008 2.389 3.243 5.632

Sumber : BPS Kab. Lebak, 2008

Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

Koperasi sebagai soko guru ekonomi memiliki peran strategis dalam

mengembangkan struktur perekonomian daerah guna mewujudkan kesejahteraan

masyarakat. Kondisi Koperasi di Kabupaten pada akhir tahun 2008 secara

kuantitatif terdiri dari 24 jenis koperasi dengan jumlah 834 koperasi yang memiliki

anggota sebanyak 95.012 anggota. Untuk tahun 2008 jumlah Koperasi yang dilihat

dari jenis klasifikasi terdiri dari Klasifikasi A sebanyak 75 Koperasi, Klasifikasi B

sebanyak 84 Koperasi, Klasifikasi C sebanyak 175 Koperasi, dan Klasifikasi D

sebanyak 500 Koperasi. Sementara itu dari segi aktifitas yang dilakukan oleh

Koperasi ternyata dari data yang ada hanya 570 Koperasi yang aktif.

Sementara itu berdasarkan hasil Sensus Ekonomi Tahun 2006 yang

dilaksanakan oleh BPS diketahui jumlah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di

Kabupaten Lebak berjumlah 104.537 unit usaha yang bergerak pada 13 jenis

usaha. Rincian jenis dan jumlah usaha sebagai berikut :

a. Pertambangan/Penggalian : 1.232 unit usaha;

b. Industri Pengolahan : 15.114 unit usaha;

c. Listrik, Gas dan Air : 53 unit usaha;

d. Konstruksi : 461 unit usaha;

e. Perdagangan Besar dan Eceran : 47.969 unit usaha;

f. Penyediaan Akomodasi (Makanan dan Minuman) : 8.688 unit usaha;

g. Transportasi, Pergudangan, Komunikasi : 20.909 unit usaha;

h. Perantara Keuangan : 285 unit usaha;

i. Real Estate, Usaha Persewaan Jasa Perusahaan : 1.769 unit usaha;

j. Jasa Pendidikan : 1.520 unit usaha;

k. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial : 624 unit usaha;

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 67

l. Jasa Kemasyarakatan (Sosial Budaya) : 5.692 unit usaha;

m. Jasa Perorangan Melayani Rumah Tangga : 221 unit usaha.

Tabel 2.41

Perkembangan Koperasi di Kabupaten Lebak Tahun 2004-2008

No. Tahun Klasifikasi:

Jumlah Anggota

Koperasi Aktif Tidak Aktif

1 2004 536 81 617 83.830

2 2005 514 118 632 83.862

3 2006 219 436 655 87.981

4 2007 334 402 736 90.443

5 2008 570 264 834 95.012

Sumber: Dinas Koperasi dan UKM Kab. Lebak, 2008

Tabel 2.42

Koperasi di Kabupaten Lebak Tahun 2008

Kecamatan Aktif Tidak Aktif Jumlah

Rangkasbitung 158 60 218

Cibadak 39 20 59

Kalanganyar 25 3 28

Cimarga 18 12 30

Warunggunung 39 17 56

Maja 17 9 26

Curug Bitung 9 1 10

Sajira 17 14 31

Lebak Gedong 1 - 1

Cipanas 28 6 34

Leuwidamar 11 7 18

Muncang 11 5 16

Sobang 3 1 4

Bojongmanik 7 - 7

Cirinten 3 2 5

Cikulur 15 10 25

Cileles 11 9 20

Gunung Kencana 10 14 24

Banjarsari 13 15 28

Cijaku 16 3 19

Cigemblong - - -

Malingping 31 22 53

Wanasalam 21 9 30

Cihara 11 - 11

Panggarangan 9 6 15

Bayah 19 14 33

Cibeber 20 3 23

Cilograng 8 2 10

J u m l a h 570 264 834

Sumber : Dinas Koperasi dan UKM Kab. Lebak, 2008

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 68

Penanaman Modal

Jumlah investasi swasta di Kabupaten Lebak yang berskala

kecil/menengah/besar selama empat tahun terakhir menunjukkan adanya

peningkatan yang bergerak pada bidang industri, pertanian, perkebunan,

pertambangan pariwisata dan perdagangan, yang terdiri dari :

1). Perusahaan PMDN pada tahun 2004 sebanyak 1 perusahaan dan tahun 2008

menjadi 5 perusahaan,

2). Perusahaan PMA pada tahun 2004 sebanyak 2 perusahaan dan tahun 2008

menjadi 19 perusahaan,

3). Perusahaan Non Fasilitas pada tahun 2004 sebanyak 34 perusahaan dan

tahun 2008 menjadi 1.017 perusahaan.

Perkembangan investasi selama 4 (empat) tahun sebagai berikut :

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 69

Tabel 2.43

Perkembangan Investasi di Kab. Lebak Tahun 2004 - 2008

No.

Jenis Investasi Tahun

Jumlah 2004 2005 2006 2007 2008

1. PMDN Rp. 286.000.000.000 Rp. - Rp. 520.000.000.000 Rp. 15.000.000.000 Rp. - Rp. 821.000.000.000

2. PMA US$ 37.100.000 US$ 184.100.000 US$ 1.390.000 US$ 9.250.000 US$ 172.100.000 US$ 403.940.000

Rp. - Rp. - Rp. - Rp. - Rp. 2.400.000.000 Rp. 2.400.000.000

3. Non Fasilitas Rp. 30.147.500.000 Rp. 34.400.220.000 Rp. 385.633.295.000 Rp. 122.663.000.000 Rp. 143.138.892.000 Rp. 715.982.907.000

Jumlah

Rp. 316.147.500.000 Rp. 34.400.220.000 Rp. 905.633.295.000 Rp. 137.663.000.000 Rp. 145.538.892.000 Rp. 1.539.382.907.000

US$ 37.100.000 US$ 184.100.000 US$ 1.390.000 US$ 9.250.000 US$ 172.100.000 US$ 403.940.000

Sumber : KPPT Kabupaten Lebak, 2008

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 70

Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri

Situasi politik di Kabupaten Lebak merupakan resonansi dari konsolidasi

demokrasi di Indonesia. Indonesia menempuh jalur transisi demokrasi, kegiatan

masyarakat sipil semakin meningkat. Iklilm baru reformasi politik, telah mendorong

pertumbuhan organisasi kemasyarakatan baru, yayasan-yayasan, perkumpulan-

perkumpulan warga dan sebagainya.

Perkembangan proses demokratisasi sejak tahun 1997 hingga selesainya

proses Pemilu tahun 2004 yang lalu telah memberikan peluang untuk mengakhiri

masa transisi demokrasi menuju arah proses konsolidasi demokrasi. Berkenaan

dengan Pemilu, keberhasilan penting yang telah diraih adalah telah

dilaksanakannya pemilihan umum langsung anggota DPR, DPD dan DPRD, serta

pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung, aman dan demokratis

pada tahun 2004. Hal ini merupakan modal awal yang penting untuk lebih

berkembangnya demokrasi pada masa selanjutnya.

Dengan demikian demokrasi selama ini ditandai pula dengan

terumuskannya format hubungan antara pusat-daerah yang baru berdasarkan UU

Nomor 32 Tahun 2004 sebagaiman diubah terakhir dengan UU Nomor 12 Tahun

2008 tentang Pemerintahan Daerah, dan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang

pada intinya lebih mendorong kemandirian daerah untuk mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan dan mengatur mengenai hubungan wewenang antara

pemerintah pusat dan pemerintahan daerah propinsi, kabupaten dan kota, atau

propinsi dengan kabupaten dan kota.

Pertumbuhan kekuatan masyarakat sipil (civil society) di Kabupaten Lebak

jika dikelola dengan benar akan menjadi komponen strategis dalam rangka :

1. Memobilisasi dan menyatukan kepentingan, perhatian dan kebutuhan

masyarakat atau bagian-bagiannya, dan untuk menyampaikannya kepada para

pemegang kekuasaan atau wakil-wakil partai politik.

2. Membantu pemantauan dan pengendalian lembaga-lembaga publik serta

pelaksanaan undang-undang, peraturan-peraturan, dan

3. Memediasi antar kepentingan-kepentingan sosial, agama dan budaya yang

bertentangan, pendidikan, penelitian, dan kegiatan-kegiatan rekonsiliasi bisa

membantu mengurangi konflik dan menemukan resolusi-resolusi konflik.

Masyarakat sipil di Kabupaten Lebak, merupakan modal dasar bagi upaya

pencapaian mekanisme check and balance, distribusi kekuasaan secara sehat dan

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 71

fair, serta adanya struktur dan budaya politik yang adil dan berorientasi kepada

masyarakat luas. Oleh karena itu, tantangan terberat dalam kurun waktu 5 sampai

20 tahun mendatang dalam pembangunan politik adalah menjaga proses

konsolidasi demokrasi secara berkelanjutan.

Konsolidasi demokrasi akan berjalan baik apabila didukung oleh

kelembagaan demokrasi yang kokoh. Sampai dengan saat ini, proses demokrasi

dalam kehidupan sosial dan politik dapat dikatakan telah berjalan pada jalur dan

arah yang benar yang ditunjukkan dengan tingginya partisipasi masyarakat dan

peran partai politik dalam proses Pemilu (pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

pemilihan Bupati dan Wakil Bupati dan Legislatif). Dalam waktu 5 (lima) tahun

kedepan, pelaksana serta peningkatan kualitas demokrasi yang sudah berjalan

baik, akan terus dikembangkan.

Gambaran tentang berjalannya proses demokrasi di Kabupaten Lebak dapat

terlihat pada berikut ini.

Tabel 2.44

Jumlah Anggota DPRD Kabupaten Lebak Menurut Fraksi Hasil Pemilu Tahun 2004

No Fraksi Jenis Kelamin

Jumlah Laki-laki Perempuan

1. Partai Golkar 11 2 13

2. PDI Perjuangan 10 - 10

3. P P P 6 - 6

4. Keadilan Sejahtera 5 1 6

5. Kebangkitan Bangsa 4 - 4

6. Lebak Membangun 6 - 6

J u m l ah 42 3 45

Tabel 2.45

Jumlah Pemilihan Umum Kabupaten Lebak Tahun 2006 dan 2008

No. Jenis Pemilihan Umum Menggunakan Hak Pilih

Tidak Menggunakan Hak

Pilih

Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

1. Gubernur dan Wakil Gubernur

272.041 280.805 129.931 106.534

2. Bupati dan Wakil Bupati 282.448 293.361 138.032 106.930

Sumber : KPU Kab. Lebak, Tahun 2006 dan 2008

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 72

Tabel 2.46

Jumlah Hasil Perhitungan Suara Pemilihan Umum Kabupaten Lebak Tahun 2006 dan 2008

No. Kecamatan Suara Sah Suara Tidak Sah

1. Gubernur dan Wakil Gubernur 530.570 22.809

2. Bupati dan Wakil Bupati 560.597 8.483

Sumber : KPU Kab. Lebak, Tahun 2006 dan 2008

Tabel 2.47

Jumlah Daftar Terpilih Anggota DPRD Kabupaten Lebak

Pemilu Tahun 2009

No. Daerah Pemilihan Jumlah Calon

Terpilih Suara Sah

1. Lebak 1 10 28.927

2. Lebak 2 9 28.162

3. Lebak 3 9 41.122

4. Lebak 4 8 37.685

5. Lebak 5 6 20.927

6. Lebak 6 8 32.878

Jumlah 50 189.701

Sumber : KPU Kab. Lebak, Tahun 2009

Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,

Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

Perangkat Daerah adalah organisasi atau lembaga pada Pemerintah Daerah

yang bertanggung jawab kepada Kepala Daerah dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan di daerah. Pada Daerah Provinsi, Perangkat Daerah terdiri atas

Sekretariat Daerah, Dinas Daerah, dan Lembaga Teknis Daerah. Pada Daerah

Kabupaten/Kota, Perangkat Daerah terdiri atas Sekretariat Daerah, Dinas Daerah,

Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan, dan Kelurahan.

Perangkat Daerah dibentuk oleh masing-masing Daerah berdasarkan

pertimbangan karakteristik, potensi, dan kebutuhan Daerah. Organisasi Perangkat

Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah setempat dengan berpedoman

kepada Peraturan Pemerintah. Di Kabupaten Lebak kelembagaan perangkat

daerah sebanyak 51 satuan kerja yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah

Kabupaten Lebak Nomor 14 Tahun 2001. Dengan diterbitkannya Peraturan

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 73

Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007, Kabupaten Lebak mengembangkan tata

kelembagaan pemerintahan daerahnya menjadi 61 satuan kerja yang ditetapkan

melalui Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 11 Tahun 2007.

Guna meningkatkan potensi daerah, Kabupaten Lebak melakukan

kerjasama dengan daerah otonom lainnya serta dengan dunia usaha sejumlah 2

kegiatan kerja sama, yaitu :

1. Kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah di

bidang Tata Pemerintahan dan Pembangunan Daerah dan menghasilkan

Keputusan Bersama Bupati Sragen Provinsi Jawa Tengah dengan Bupati Lebak

Provinsi Banten Nomor : 570/04/03/2005 dan Nomor : 130.1/Kep-

65/Bapp/2005.

2. Kerjasama pembangunan Pasar Kota Rangkasbitung dengan PT. Bukit Kiara

Lestari dan menghasilkan Perjanjian Kerjasama Nomor : 180/Perj-02/2006 dan

Nomor : 010/PK/BKL/April-2006 yang kemudian diubah dengan Addendum dan

Perubahan Perjanjian Kerjasama Nomor : 180/Perj-08/2007 dan Nomor :

010A/PK/BKL/Juli 2007.

Sejak Juni 2006 telah beroperasi unit Pelayanan Perijinan Terpadu sebagai

salah satu bentuk kepedulian Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak terhadap

penyederhanaan pelayanan perijinan kepada masyarakat, sehingga pelayanan

yang diberikan menjadi jauh lebih cepat, tepat dan mudah. Adapun perijinan yang

dikeluarkan oleh unit KPPT diantaranya :

1. IPPT (Ijin Peruntukan Penggunaan Tanah);

2. IMB (Ijin Mendirikan Bangunan);

3. SITU/SIGA (Surat Ijin Tempat Usaha/Surat Ijin Gangguan);

4. SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan);

5. TDP (Tanda Daftar Perusahaan);

6. TDG (Tanda Daftar Gudang);

7. TDI/IUI (Tanda Daftar Industri/Ijin Usaha Industri);

8. Ijin Pertambangan Umum;

9. Ijin Penyelenggaraan Reklame;

10. SIUJK (Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi);

11. Ijin Pengusahaan Sarang Burung Walet;

12. Ijin Penebangan Kayu;

13. SIUK (Surat Ijin Usaha Kepariwisataan);

14. Perijinan Pelayanan Kesehatan.

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 74

Perijinan sebagaimana disebutkan di atas, penandatanganannya

dilaksanakan oleh Kepala KPPT Kabupaten Lebak atas nama Bupati Lebak, namun

untuk perijinan tertentu Kepala KPPT harus terlebih dahulu meminta persetujuan

Bupati Lebak melalui Nota Dinas. Adapun perijinan yang dikecualikan tersebut

meliputi :

1. Perijinan untuk pendirian Hotel;

2. Perijinan untuk pendirian Rumah Sakit;

3. Perijinan untuk pemasangan reklame konstruksi besar;

4. Perijinan untuk pendirian Rice Milling Unit (RMU);

5. Perijinan untuk pendirian SPBU/Pompa Bensin;

6. Perijinan untuk penerbitan Ijin Usaha Industri yang mempunyai nilai investasi

Rp. 1 Milyar ke atas;

7. Perijinan untuk usaha Pertambangan Umum 5 Hektar ke atas;

8. Perijinan untuk mendirikan bangunan dengan 500 m2 ke atas dan atau

bangunan dengan nilai bangunan Rp. 500 juta ke atas;

9. Perijinan untuk Peruntukan Penggunaan Tanah 1.000 m2 ke atas;

10. Perijinan yang belum memiliki dasar aturan perundang-undangan yang

berlaku.

Perkembangan pencapaian target retribusi perijinan dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 2.48

Pencapaian Target Retribusi Perijinan KPPT Tahun 2006 – 2008

No. Jenis Perijinan Tahun

2006 2007 2008

1. Ijin Penebangan Kayu dan Bambu 160.541.900,- 178.921.250,- 192.802.625,-

2. Ijin Pengusahaan Sarang Burung Walet

40.750.000,- 19.750.000,- 19.250.000,-

3. Surat Ijin Usaha Perdagangan

(SIUP) 62.400.000,- 113.000.000,- 81.100.000,-

4. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 24.975.000,- 45.450.000,- 33.325.000,-

5. Tanda Daftar Industri (TDI) / Ijin

Usaha Industri (IUI) 8.050.000,- 12.950.000,- 9.525.000,-

6. Surat Ijin Tempat Usaha (SITU) /

Surat Ijin Gangguan (SIGA) 267.335.000,- 485.732.000,- 521.625.145,-

7. Tanda Daftar Gudang (TDG) 3.350.000,- 2.150.000,- 1.650.000,-

8. Ijin Pelayanan Kesehatan 10.725.000,- 29.100.000,- 24.575.000,-

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 75

No. Jenis Perijinan Tahun

2006 2007 2008

9. Ijin Penggunaan Tanah (IPPT) 952.157.650,- 143.671.125,- 80.983.400,-

10. Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) 302.090.950,- 263.515.750,- 271.022.550,-

11. Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK)

9.600.000,- 31.300.000,- 16.150.000,-

12.

Ijin Pertambangan Umum (Iuran Pertambangan Umum Percadangan Wil. Pertambangan

Umum)

108.465.750,- 194.210.450,- 212.508.900,-

Sumber : KPPT Kab. Lebak

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas

wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus masyarakat setempat,

berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam

sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia; sedangkan Kelurahan

adalah wilayah kerja lurah sebagai Perangkat Daerah dalam wilayah kerja

kecamatan. Jumlah Desa dan Kelurahan di Kabupaten Lebak pada tahun 2008

sebanyak 340 desa dan 5 Kelurahan yang tersebar di 28 Kecamatan. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.49 di bawah ini.

Tabel 2.49

Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Kecamatan di Kabupaten Lebak Tahun 2008

No. Kecamatan Desa Kelurahan

1 Malingping 14 -

2 Wanasalam 13 -

3 Panggarangan 11 -

4 Bayah 11 -

5 Cilograng 10 -

6 Cibeber 22 -

7 Cijaku 10 -

8 Banjarsari 20 -

9 Cileles 12 -

10 Gunungkencana 12 -

11 Bojongmanik 9 -

12 Leuwidamar 12 -

13 Muncang 12 -

14 Sobang 10 -

15 Cipanas 14 -

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 76

No. Kecamatan Desa Kelurahan

16 Sajira 15 -

17 Cimarga 17 -

18 Cikulur 13 -

19 Warunggunung 12 -

20 Cibadak 15 -

21 Rangkasbitung 11 5

22 Maja 14 -

23 Curugbitung 10 -

24 Cihara 9 -

25 Cigemblong 9 -

26 Cirinten 10 -

27 Lebakgedong 6 -

28 Kalanganyar 7 -

Jumlah 340 5

Sumber : BPS Kab. Lebak, 2008

Perlu diketahui, bahwa pada tahun 2006 jumlah desa/kelurahan di

Kabupaten Lebak sebanyak 315 desa dan 5 kelurahan. Seiring dengan semakin

meningkatnya jumlah penduduk dan volume kegiatan pemerintahan,

pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa, maka dikeluarkan Peraturan

Daerah Kabupaten Lebak Nomor 1 Tahun 2008 mengenai pemekaran 25 desa di

Kabupaten Lebak yang pada akhirnya jumlah desa/kelurahan berjumlah 340 desa

dan 5 Kelurahan.

Guna meningkatkan kinerja pemerintahan desa, perlu ditunjang dengan

sarana kantor desa yang memadai. Untuk lebih jelasnya kondisi kantor desa dapat

dilihat pada tabel 2.50 berikut ini :

Tabel 2.50

Kondisi Kantor Desa/Kelurahan di Kabupaten Lebak Tahun 2008

No. Kecamatan Jumlah

Desa

Kondisi Bangunan Kantor Desa

Baik Sedang Rusak Belum Punya

1. Rangkasbitung 16 4 15 1 1

2. Kalanganyar 7 - 6 1 -

3. Cibadak 15 - 4 2 6

4. Warunggunung 12 - 4 8 -

5. Cikulur 13 11 - 2 -

6. Maja 14 2 7 3 2

7. Sajira 15 2 7 6 -

8. Curugbitung 10 - 7 - 3

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 77

No. Kecamatan Jumlah

Desa

Kondisi Bangunan Kantor Desa

Baik Sedang Rusak Belum Punya

9. Cipanas 14 3 4 5 2

10. Lebakgedong 6 1 - 2 3

11. Cimarga 17 3 1 2 11

12. Leuwidamar 12 4 1 6 1

13. Muncang 12 1 3 - 8

14. Sobang 10 5 3 - 2

15. Bojongmanik 9 2 - 3 6

16. Cirinten 10 2 - 3 5

17. Gunungkencana 12 7 - 4 1

18. Cileles 12 - 11 - 1

19. Banjarsari 20 4 - 6 7

20. Cijaku 10 1 - 6 3

21. Cigemblong 9 - 2 7 -

22. Malingping 14 - 7 6 1

23. Wanasalam 13 3 7 2 1

24. Panggarangan 11 6 3 1 1

25. Cihara 9 - 2 6 -

26. Bayah 11 - 4 3 4

27. Cilograng 10 2 4 3 1

28. Cibeber 22 3 3 14 2

JUMLAH 345 66 105 102 72

Sumber : BP2KBMPD Kab. Lebak, 2008

Status tanah yang dimiliki oleh kantor desa/kelurahan sebagian besar

berstatus tanah desa yaitu sebesar 66,25%, sebagian lagi berstatus tanah pribadi

sebesar 4,37% dan hibah sebesar 1,56%.

Ketahanan Pangan

Menurut Undangundang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Ketahanan Pangan,

menjelaskan bahwa ketahanan pangan merupakan Kondisi terpenuhinya pangan

bagi setiap rumah tangga, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup

baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Dalam mengukur

ketahanan pangan suatu wilayah melalui metode perhitungan Food Security

Vernurable Atlas (FSVA) ditinjau dari aspek ketersediaan pangan berdasarkan

produksi suatu wilayah; aksesibilitas masyarakat terhadap pangan; dan

pemanfaatan pangan oleh masyarakat. Untuk menetapkan daerah rawan pangan

ditentukan berdasarkan nilai indeks. Semakin besar nilai indeks maka daerah

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 78

tersebut semakin rawan pangan, atau termasuk prioritas utama dalam

pembangunan.

Indeks ketersediaan pangan dihitung dengan menggunakan data produksi

pangan berupa serelia (padi-padian) dan umbi-umbian (umbi jalar dan umbi kayu)

selama tiga tahun terakhir. Hal ini dikarenakan kebutuhan kalori umumnya berasal

dari serelia dan umbi-umbian tersebut. Berdasarkan perhitungan indeks tersebut,

diketahui bahwa secara umum Kabupaten Lebak merupakan daerah yang cukup

pangan. Secara lebih lengkap, data indeks ketersediaan pangan tersaji pada tabel

2.51 berikut ini :

Tabel 2.51

Indeks Ketersediaan Pangan Kabupaten Lebak (2007-2009)

NO KECAMATAN KONDISI PANGAN

INDEKS

1 Malingping Surplus Tinggi 0,139

2 Wanasalam Surplus Tinggi -

3 Panggarangan Surplus Tinggi 0,135

4 Cihara Surplus Tinggi 0,258

5 Bayah Surplus Tinggi 0,189

6 Cilograng Surplus Tinggi 0,039

7 Cibeber Surplus Tinggi 0,133

8 Cijaku Surplus Tinggi 0,080

9 Cigemblong Surplus Tinggi 0,226

10 Banjarsari Surplus Sedang 0,347

11 Cileles Surplus Tinggi 0,249

12 Gunungkencana Surplus Sedang 0,352

13 Bojongmanik Surplus Tinggi 0,142

14 Cirinten Surplus Tinggi 0,265

15 Leuwidamar Surplus Rendah 0,675

16 Muncang Surplus Sedang 0,479

17 Sobang Surplus Tinggi 0,312

18 Cipanas Surplus Tinggi 0,097

19 Lebak Gedong Surplus Tinggi 0,217

20 Sajira Surplus Tinggi 0,275

21 Cimarga Surplus Sedang 0,525

22 Cikulur Surplus Sedang 0,346

23 Warunggunung Surplus Sedang 0,325

24 Cibadak Surplus Sedang 0,539

25 Rangkasbitung Defisit Rendah 0,977

26 Kalanganyar Defisit Rendah 1,000

27 Maja Surplus Sedang 0,558

28 Curug bitung Surplus Sedang 0,478

Sumber :

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 79

Berdasarkan tabel di atas, terdapat 3 (tiga) kecamatan yang perlu

mendapatkan perhatian yaitu Kecamatan Rangkasbitung, Kalanganyar, dan

Leuwidamar. Berdasarkan ketersediaan pangannya, Kecamatan Rangkasbitung dan

Kalanganyar merupakan wilayah yang defisit pangan. Hal ini karena kedua

kecamatan tersebut merupakan wilayah transisi perkotaan yang memiliki jumlah

penduduk yang cukup besar. Selain itu, masalah alih fungsi lahan pertanian

menjadi pemukiman menyebabkan rasio antara ketersediaan dan konsumsi

menjadi defisit.

Kondisi rasio konsumsi yang defisit ini juga terjadi di Kecamatan

Leuwidamar. Penyebab utama rendahnya ketersediaan pangan di wilayah ini

karena lahan pertanian yang tidak cukup luas. Sehingga produksi pangan tidak

mampu mencukupi kebutuhan masyarakatnya. Kondisi ketersediaan pangan di

Kabupaten Lebak didukung oleh lebih dari 50% kecamatan yang memiliki kondisi

surplus tinggi diantaranya adalah Kecamatan Malingping, Wanasalam,

Penggarangan, Cihara, Bayah, Cilograng, Cibeber, Cijaku, Cigemblong, Cileles,

Bojongmanik, Cirinten, Sobang, Cipanas, Lebakgedong, dan Sajira.

Berdasarkan pendekatan indeks pangan dan penghidupan atau aksesibilitas

masyarakat terhadap pangan, sebagian wilayah Kabupaten Lebak termasuk dalam

kategori prioritas 1 sampai prioritas 3. Beberapa kecamatan yang termasuk

prioritas pertama dan harus segera ditangani adalah Kecamatan Cihara, Cirinten

dan Cigemblong. Hal ini menunjukan ketidakmampuan masyarakat untuk memiliki

kualitas hidup yang baik akibat banyaknya jumlah keluarga miskin dan rendahnya

layanan infrastruktur wilayah.

Kondisi infrastruktur (jalan dan penerangan) yang belum memadai di

wilayah mengakibatkan terisolasinya masyarakat dari jangkauan pelayanan sosial

dan ekonomi sehingga peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

terbatas. Hal inilah yang mengakibatkan tingginya angka kemiskinan di wilayah

tersebut. Jumlah keluarga miskin menjadi indikator utama kondisi keterbatasan

pangan dan penghidupan.

Berdasarkan indeks pangan dan penghidupan, beberapa kecamatan dengan

kondisi yang lebih baik layanan infrastruktur dan rata-rata tingkat kesejahteraan

masyarakatnya adalah Kecamatan Malingping, Cileles, Rangkasbitung dan

Panggarangan. Kecamatan tersebut tergolong ke dalam prioritas 5 dan prioritas 6,

dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 80

Tabel 2.52

Indeks Pangan dan Penghidupan Tahun 2010

NO KECAMATAN

KK

MISKIN (%)

JALAN

TIDAK MEMADAI

(%)

KK TANPA

AKSES LISTRIK

(%)

INDEKS PANGAN

DAN PENGHIDU-

PAN

KATEGORI

1 Malingping 24,79 54,21 34,75 0,31 Prioritas 5

2 Wanasalam 39,50 77,42 64,23 0,64 Prioritas 2

3 Panggarangan 43,71 5,24 53,18 0,30 Prioritas 5

4 Cihara 60,22 72,00 68,25 0,76 Prioritas 1

5 Bayah 36,01 65,01 33,62 0,41 Prioritas 4

6 Cilograng 45,04 7,64 64,82 0,38 Prioritas 4

7 Cibeber 48,28 60,86 59,43 0,60 Prioritas 2

8 Cijaku 58,26 21,20 57,22 0,48 Prioritas 3

9 Cigemblong 41,35 58,25 87,17 0,68 Prioritas 1

10 Banjarsari 47,26 60,00 53,21 0,56 Prioritas 3

11 Cileles 34,88 - 32,36 0,12 Prioritas 6

12 Gunungkencana 44,20 46,71 28,74 0,36 Prioritas 4

13 Bojongmanik 52,52 42,60 53,66 0,52 Prioritas 3

14 Cirinten 79,83 44,26 70,32 0,77 Prioritas 1

15 Leuwidamar 79,56 - 58,07 0,52 Prioritas 3

16 Muncang 61,67 30,68 40,38 0,46 Prioritas 3

17 Sobang 65,66 - 58,83 0,44 Prioritas 4

18 Cipanas 59,07 29,81 33,63 0,40 Prioritas 4

19 Lebak Gedong 55,59 - 64,59 0,41 Prioritas 4

20 Sajira 61,84 67,39 27,48 0,55 Prioritas 3

21 Cimarga 57,46 46,36 49,27 0,54 Prioritas 3

22 Cikulur 46,89 42,21 43,64 0,43 Prioritas 4

23 Warunggunung 61,18 - 49,42 0,37 Prioritas 4

24 Cibadak 53,67 32,62 27,65 0,35 Prioritas 4

25 Rangkasbitung 55,35 30,95 21,32 0,32 Prioritas 5

26 Kalanganyar 65,14 43,60 47,92 0,57 Prioritas 2

27 Maja 60,74 40,81 20,28 0,39 Prioritas 4

28 Curug bitung 69,45 - 47,75 0,41 Prioritas 4

Sumber :

Selanjutnya berdasarkan indeks pemanfaatan pangan, terdapat hanya 2

(dua) kecamatan yang dapat dikategorikan prioritas 6, sedangkan yang masuk

dalam kategori 1 adalah 3 (tiga) kecamatan. Secara lebih lengkap dapat dilihat

pada tabel 2.53 di bawah ini :

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 81

Tabel 2.53

Indeks Pemanfaatan Pangan Tahun 2010

NO KECAMATAN

BERAT

BADAN BALITA

DIBAWAH

STANDAR (%)

PEREM

PUAN BUTA

AKSAR

A (%)

KK

TANPA AKSES

AIR

BERSIH (%)

RUMAH TANGGA

YANG TINGGAL

LEBIH

DARI 5 KM (%)

INDEKS PEMANFAATAN

PANGAN

KATEGORI

1 Malingping 5,58 0,17 46,30 - 0,18 Prioritas 6

2 Wanasalam 7,56 0,05 63,77 17,78 0,37 Prioritas 4

3 Panggarangan 11,81 0,43 53,93 16,73 0,47 Prioritas 3

4 Cihara 5,12 0,00 72,94 33,75 0,45 Prioritas 3

5 Bayah 13,55 0,04 46,33 - 0,30 Prioritas 5

6 Cilograng 12,25 0,00 57,25 12,16 0,39 Prioritas 4

7 Cibeber 2,50 0,18 45,85 39,38 0,31 Prioritas 5

8 Cijaku 12,56 1,24 47,65 24,73 0,65 Prioritas 1

9 Cigemblong 9,18 0,00 76,42 35,19 0,55 Prioritas 2

10 Banjarsari 6,13 0,27 62,27 3,65 0,31 Prioritas 5

11 Cileles 6,95 0,02 43,70 27,32 0,29 Prioritas 5

12 Gunungkencana 6,26 0,00 49,38 28,97 0,31 Prioritas 5

13 Bojongmanik 9,44 0,03 72,93 17,42 0,45 Prioritas 3

14 Cirinten 12,46 0,00 73,40 24,41 0,54 Prioritas 2

15 Leuwidamar 12,77 0,02 63,17 50,87 0,62 Prioritas 2

16 Muncang 14,58 0,35 66,06 32,58 0,54 Prioritas 2

17 Sobang 7,14 0,23 74,12 16,44 0,39 Prioritas 4

18 Cipanas 9,39 0,06 32,89 3,03 0,28 Prioritas 5

19 Lebak Gedong 16,01 0,26 47,07 32,07 0,69 Prioritas 1

20 Sajira 15,42 0,02 52,09 - 0,33 Prioritas 5

21 Cimarga 13,68 0,69 53,38 34,40 0,66 Prioritas 1

22 Cikulur 11,38 0,00 41,94 23,54 0,36 Prioritas 4

23 Warunggunung 13,09 0,47 63,16 1,52 0,39 Prioritas 4

24 Cibadak 10,60 0,57 30,48 - 0,26 Prioritas 5

25 Rangkasbitung 9,96 0,16 34,24 - 0,34 Prioritas 5

26 Kalanganyar 12,64 0,00 39,50 - 0,26 Prioritas 6

27 Maja 5,45 0,56 42,95 24,98 0,39 Prioritas 4

28 Curug bitung 7,01 0,01 68,39 15,28 0,39 Prioritas 4

Sumber :

Berdasarkan tabel di atas, wilayah yang termasuk kategori prioritas 1 adalah

Kecamatan Lebakgedong, Kecamatan Cimarga dan Kecamatan Cijaku. Beberapa

indikator yang digunakan untuk mengukur indeks pemanfaatan pangan adalah

kondisi gizi buruk balita, kondisi perempuan buta aksara, aksesibilitas terhadap air

bersih dan akesibilitas terhadap fasilitas kesehatan. Indikator utama yang

menyebabkan kurangnya pemanfaatan pangan di ketiga kecamatan tersebut

adalah tingginya persentase balita dengan berat badan di bawah standar dan

tingginya persentase perempuan buta huruf. Kedua indikator tersebut saling

mempengaruhi satu sama lain.

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 82

Pendidikan perempuan dalam hal ini ibu rumah tangga sangat

mempengaruhi pola hidup keluarganya. Berat badan dibawah standar pada balita

umumnya disebabkan oleh asupan makanan yang kurang pada balita; pola makan

yang tidak teratur; terbatasnya pengetahuan orang tua terhadap kandungan gizi

makanan; serta sanitasi lingkungan yang tidak sehat. Selain kedua indikator

tersebut, faktor kemiskinan juga dapat mempengaruhi konsumsi pangan secara

umum. Masyarakat miskin memiliki keterbatasan terhadap pemanfaatan pangan

dengan cukup, yang disebabkan rendahnya daya beli.

Menurut indeks komposit, data menunjukkan bahwa sebagian besar

wilayah Kabupaten Lebak masih menjadi prioritas 1 sampai prioritas 3 yang rawan

pangan. Kecamatan Cihara, Cigemblong, Cirinten, Leuwidamar, Lebakgedong, dan

Cimarga termasuk kategori prioritas 1. Secara umum tidak ada indikator yang

mempengaruhi secara dominan, dimana setiap kecamatan yang termasuk prioritas

1 berbeda kondisinya. Namun yang perlu dicermati lebih lanjut adalah bahwa

kecamatan yang termasuk dalam prioritas 1 merupakan wilayah yang surplus

pangan. Keadaan ini menggambarkan bahwa masyarakat yang ada di Kecamatan

tersebut mengalami kendala dalam akses penyediaan pangan dan pemanfaatan

pangan.

Khusus untuk Kecamatan Cirinten dan Leuwidamar merupakan wilayah

dengan tingkat kemiskinan tertinggi, masing-masing 79,83% dan 79,56%.

Kemiskinan pada kecamatan tersebut disebabkan aksesibilitas jalan yang tidak

memadai; terbatasnya instalasi listrik; dan rendahnya sarana air bersih. Dampak

yang ditimbulkan oleh kemiskinan yang telah terjadi diantaranya tingginya

persentase berat badan balita dibawah standar dibandingkan daerah lainnya. Hal

ini dimungkinkan jika hasil produksi pangan tidak untuk pemenuhan pangan

masyarakat tersebut, akan tetapi dijual ke luar.

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 83

Tabel 2.54

Indeks Komposit Rawan Pangan

NO KECAMATAN INDEKS

KOMPOSIT KATEGORI

1 Malingping 0,22 Prioritas 6

2 Wanasalam 0,43 Prioritas 3

3 Panggarangan 0,36 Prioritas 4

4 Cihara 0,54 Prioritas 1

5 Bayah 0,33 Prioritas 5

6 Cilograng 0,34 Prioritas 5

7 Cibeber 0,40 Prioritas 4

8 Cijaku 0,51 Prioritas 2

9 Cigemblong 0,56 Prioritas 1

10 Banjarsari 0,41 Prioritas 3

11 Cileles 0,22 Prioritas 6

12 Gunungkencana 0,34 Prioritas 5

13 Bojongmanik 0,44 Prioritas 3

14 Cirinten 0,59 Prioritas 1

15 Leuwidamar 0,59 Prioritas 1

16 Muncang 0,50 Prioritas 2

17 Sobang 0,40 Prioritas 4

18 Cipanas 0,30 Prioritas 5

19 Lebak Gedong 0,52 Prioritas 1

20 Sajira 0,40 Prioritas 3

21 Cimarga 0,60 Prioritas 1

22 Cikulur 0,39 Prioritas 4

23 Warunggunung 0,37 Prioritas 4

24 Cibadak 0,33 Prioritas 5

25 Rangkasbitung 0,41 Prioritas 3

26 Kalanganyar 0,47 Prioritas 2

27 Maja 0,41 Prioritas 3

28 Curug bitung 0,41 Prioritas 3

Sumber :

Untuk mendukung penyediaan bahan pangan tersebut, pemerintah daerah

melakukan berbagai upaya seperti peningkatan produksi pangan dan perluasan

areal pertanian.

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Membangun masyarakat dan desa salah satunya melalui pemberdayaan

masyarakat dan desa. Pemberdayaan masyarakat dan desa dilaksanakan melalui

pengembangan kemampuan masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, dan

pengorganisasian masyarakat. Gerakan PKK yang merupakan organisasi

kemasyarakatan sebagai mitra kerja pemerintah dalam memberdayakan dan

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 84

meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui keluarga. Jumlah kelompok

binaan PKK di Kabupaten Lebak adalah sebanyak 28 kelompok dengan jumlah

anggota PKK sebanyak 630.

Pelayanan pemberdayaan masyarakat dan desa juga dapat ditinjau dari

jumlah organisasi non pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang

berjumlah 36 LSM dan Organisasi Masyarakat sebanyak 202 pada tahun 2010.

Kondisi animo masyarakat untuk membentuk organisasi masyarakat menunjukan

bahwa masyarakat masih memiliki semangat berpartisipasi yang cukup tinggi

dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan.

Komunikasi dan Informatika

Pengembangan sarana dan prasarana telekomunikasi di Kabupaten Lebak

dilaksanakan oleh PT.Telkom Kandatel Rangkasbitung dengan wilayah cakupan

pelayanan untuk Kabupaten Lebak dan Pandeglang.

Sarana telekomunikasi di Kabupaten Lebak berdasarkan data tahun 2006

telah mampu mencapai kapasitas 17.796 SST dengan kapasitas yang telah

dimanfaatkan sebanyak 8.079 SST (45,40%) dan telah mampu menjangkau semua

kecamatan yang ada di Kabupaten Lebak. Selain itu untuk memberikan pelayanan

kepada masyarakat secara lebih luas, telah disediakan pula telepon umum dan

warung telekomunikasi sebanyak 425 buah. Kabupaten Lebak juga dilayani oleh

jasa Pos dan Giro melalui PT. Pos Indonesia sebanyak 50 unit dengan klasifikasi 1

unit Kantor Pos Cabang Rangkasbitung, 9 unit Kantor Pos Kecamatan dan 40 unit

Kantor Pos Desa.

Selain itu sarana telekomunikasi yang dapat diakses oleh masyarakat yaitu

melalui penyediaan layanan cellular oleh beberapa provider yang mengembangkan

investasinya di Kabupaten Lebak. Hal ini dapat diketahui dengan terbangunnya

Tower Cellular yang tersebar di 28 kecamatan sebanyak 139 Tower yang telah

memiliki ijin pada akhir tahun 2007.

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 85

2.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan

Pertanian

Pertanian merupakan sektor yang memberikan konstribusi terbesar

terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Dilihat dari struktur perekonomian

kabupaten Lebak, persentase nilai dari sektor ini sebesar 30-39 %, yang sebagian

besarnya disumbang oleh subsektor bahan makanan terdiri atas komoditas padi,

palawija dan hortikultura.

Pada tahun 2008 jumlah produksi padi di Kabupaten Lebak sebesar 428.524

Ton yang terbagi atas padi sawah sebanyak 401.246 Ton dan padi gogo sebanyak

27.278 Ton. Total produksi padi sebanyak 428.524 ton tersebut atau setara

dengan beras sebanyak 231.402,96 ton cukup memenuhi kebutuhan pangan

untuk 1.233.905 jiwa penduduk selama 20 bulan, dengan asumsi produksi beras

tidak dijual keluar daerah. Produksi padi di Kabupaten Lebak dapat dilihat pada

Tabel 2.55 dibawah ini.

Tabel 2.55

Produksi Padi Tahun 2005 - 2008

(Ton)

No. Komoditi Tahun

2005 2006 2007 2008

1. Padi Sawah 422.116 367.825 426.837 401.246

2. Padi Gogo 31.710 31.717 25.355 27.278

JUMLAH 453.826 399.542 452.192 428.524

Sumber : Dinas Pertanian Kab. Lebak, 2008

Sedangkan untuk komoditas palawija, yang terdiri dari jagung kedelai

kacang tanah, kacang hijau dan ubi kayu serta ubi jalar, produksi yang tertinggi

ada pada ubi kayu dengan total produksi sebanyak 30.749 Ton. Jagung

merupakan komoditas palawija dengan hasil produksi terbesar kedua dengan total

produksi sebesar 12.286 Ton. Pada tabel 2.56 di bawah ini dapat diketahu

produksi palawija di Kabupaten Lebak dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008.

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 86

Tabel 2.56

Produksi Palawija Tahun 2005 - 2008

(Ton)

No. Komoditi Tahun

2005 2006 2007 2008

1. Jagung 9.547 8.418 5.726 12.286

2. Kedelai 153,9 137 88 295

3. Kacang Tanah 1.236 1.279 838 1.150

4. Kacang Hijau 319,7 298 204 254

5. Ubi Kayu 43.223 40.966 18.543 30.749

6. Ubi Jalar 6.042 4.968 3.857 5.285

JUMLAH 60.521,6 56.066 29.256 50.019

Sumber : Dinas Pertanian Kab. Lebak, 2008

Untuk komoditas hortikultura, tiga hasil produksi tertinggi ada pada

tanaman pisang sebesar 112.545,8 Ton, disusul oleh rambutan sebesar 5.276,765

Ton dan durian sebesar 3.319,596 Ton. Berikut adalah tabel produksi hortikultura.

Tabel 2.57

Produksi Hortikultura Tahun 2008

No Komoditas Produksi (Ton)

1 Alpukat 74,83

2 Belimbing 193,48

3 Duku/Kokosan 699,26

4 Durian 3.319,60

5 Mangga 2.528,00

6 Manggis 519,26

7 Rambutan 5.279,77

8 Nangka 1.210,28

9 Pepaya 795,13

10 Sawo 123,59

11 Sirsak 393,67

12 Sukun 596,17

13 Melinjo 1.253,69

14 Petai 677,21

15 Jeruk Siam 96,24

16 Nenas 416,28

17 Salak 317,68

18 Pisang 112.545,84

19 Jambu Biji 219,74

20 Jambu Air 81,91

21 Cabe Besar 2.260,00

22 cabe Rawit 2.080,00

23 Kacang Panjang 7.380,00

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 87

No Komoditas Produksi (Ton)

24 Terung 1.833,00

25 Mentimun 6.825,00

26 Bawang Daun 137,20

27 Kentang 110,00

28 Kembang Kol 40,00

29 Petsai/Sawi 113,00

30 Kacang Merah 33,00

31 Tomat 296,80

32 Buncis 230,00

33 Kangkung 7,93

34 Bayam 3,83

TOTAL PRODUKSI 152.688,37

Sumber : Dinas Pertanian Kab. Lebak, 2008

Tanaman buah-buahan yang dikembangkan di Kabupaten Lebak pada

umumnya disesuaikan dengan kondisi tanah setempat terutama agroekologi. Hal

ini diharapkan agar pertumbuhan tanaman buah-buahan tersebut dapat lebih

optimal sehingga diharapkan dapat menghasilkan produksi yang maksimal. Berikut

adalah pengembangan tanaman buah-buahan terutama Jeruk, Rambutan, Durian,

Mangga dan Manggis di wilayah pengembangan sesuai hasil penelitian dari Institut

Pertanian Bogor.

Tabel 2.58

Wilayah Potensial untuk Pengembangan Beberapa Komoditas

Hortikultura

No Komoditas Wilayah Pengembangan

1. Jeruk Rangkasbitung, Warunggunung dan Cibadak

2. Rambutan Maja, Curugbitung, Sajira dan Cibadak

3. Durian Cirinten, Bojongmanik, Leuwidamar, Muncang, Gunung

Kencana dan Sobang.

4. Mangga Malingping, Bayah, Cihara dan Panggarangan

5. Manggis Cipanas dan Lebakgedong

Sumber : Pemerintah daerah bekerja sama dengan Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor, 2002

Tercapainya hasil produksi pertanian baik komoditas padi, palawija maupun

hortikultura didukung oleh berbagai faktor, antara lain berfungsinya penyuluhan

pertanian, terbangunnya kelembagaan petani berupa kelompok tani dan

tersedianya sarana dan prasarana pertanian.

Penyuluh pertanian berfungsi menyampaikan teknologi budidaya dalam

rangka meningkatkan hasil produksi . Penerapan teknologi dilakukan beberapa

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 88

tahap dengan cara menambah pengetahuan kepada petani, selain itu juga

merubah sikap dan keterampilan petani. Sampai dengan tahun 2008 perbandingan

penyuluh dengan desa binaan adalah 1 : 3, artinya setiap 1 orang penyuluh harus

membina 3 desa yang jangkauannya cukup luas. Perbandingan ideal antara

penyuluh dan desa adalah 1 : 1. Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk

menambah SDM penyuluh pertanian dimasa mendatang.

Tabel 2.59

Penyuluh Pertanian Tahun 2008

No

Kecamatan

Jumlah Desa/Kelurahan Jumlah PPL

1 Rangkasbitung 16 6

2 Kalanganyar 7 2

3 Cibadak 15 7

4 Warunggunung 12 5

5 Cikulur 13 4

6 Maja 14 4

7 Curugbitung 10 3

8 Sajira 15 5

9 Cipanas 14 8

10 Lebakgedong 6 4

11 Cimarga 17 5

12 Leuwidamar 12 5

13 Bojongmanik 9 3

14 Cirinten 10 3

15 Muncang 12 4

16 Sobang 10 4

17 Cileles 12 5

18 Gunungkencana 12 5

19 Banjarsari 20 6

20 Malingping 14 4

21 Wanasalam 13 6

22 Cijaku 10 3

23 Cigemblong 9 3

24 Panggarangan 11 5

25 Cihara 9 3

26 Bayah 11 4

27 Cilograng 10 4

28 Cibeber 22 8

JUMLAH 340 128

Sumber: Dinas Pertanian Kab. Lebak, 2008

Data jumlah kelompok tani yang ada di Kabupaten Lebak pada tahun 2008

adalah berjumlah 1.277 kelompok dengan rincian kelompok pemula sebanyak 760

kelompok, Lanjut 416 kelompok, Madya 95 kelompok dan Utama 6 kelompok.

Hal yang tidak kalah pentingnya dalam pembangunan pertanian selain

faktor yang sudah disebut diatas adalah Sarana alsintan. Sarana alsintan yang

dikelola oleh Dinas Pertanian sampai dengan tahun 2008 yaitu Mini Traktor roda 4

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 89

sebanyak 4 unit, dua unit dalam keadaan rusak; Hand Traktor sebanyak 355 unit;

Pompa air 128 unit; Power thressher 45 unit; Drayer 27 unit; RMU 145 unit dan

Corn Seller 7 unit.

Tabel 2.60

Jumlah dan Jenis Alsintan

No.

Kecamatan

Jenis Alat Mesin Pertanian (Alsintan)

Traktor Roda 4

(unit)

Hand Traktor

(unit)

Pompa Air

(unit)

Power Thresher

(unit)

Drayer (unit)

RMU (unit)

Corn Seller

(unit)

1 Rangkasbitung - 26 7 1 1 8 -

2 Cibadak - 20 15 2 1 5 -

3 Warunggunung - 19 3 1 1 5 -

4 Cikulur - 14 6 1 - 4 -

5 Maja - 6 2 1 - 7 7

6 Curugbitung 2* 4 1 - - 2 -

7 Sajira - 13 3 1 - 6 -

8 Cipanas - 23 6 6 3 13 -

9 Muncang - 11 4 1 - 4 -

10 Sobang - 7 3 1 - 3 -

11 Leuwidamar - 8 5 1 - 5 -

12 Cimarga - 8 5 1 - 6 -

13 Bojongmanik - 8 3 1 - 5

14 Cileles - 12 3 1 1 5 -

15 Gunungkencana - 7 3 1 - 8 -

16 Banjarsari - 14 2 2 2 6 -

17 Malingping - 36 3 5 6 14 -

18 Wanasalam - 40 9 9 8 17 -

19 Cijaku - 9 2 1 - 5 -

20 Panggarangan - 22 3 4 2 7 -

21 Bayah - 21 7 2 2 5 -

22 Cilograng - 7 1 1 - 2 -

23 Cibeber - 9 6 1 - 3 -

24 Kalanganyar - 5 - - - - -

25 Lebak Gedong - 1 - - - - -

26 Cihara - 1 - - - - -

27 Cigemblong - 1 - - - - -

28 Cirinten - 3 - - - - -

29 Dikelola oleh dinas 2 - 26 - - - -

Jumlah 4 355 128 45 27 145 7

Ket :*) dalam keadaan rusak Sumber: Dinas Pertanian Kab. Lebak, 2008

Kehutanan

Hutan dapat diartikan sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan

lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam

persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat

dipisahkan.

Wilayah Kabupaten Lebak sebagian merupakan bagian hulu dari beberapa

DAS/Sub DAS prioritas yang keberadaannya sangat berpengaruh terhadap daerah

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 90

hilirnya seperti Kabupaten Pandeglang,Kabupaten Serang dan Tangerang,

terutama untuk menopang sektor industri. Adapun DAS dan Sub DAS yang

terletak di Kabupaten Lebak adalah DAS Ciujung, Cidurian, Ciliman, Cibaliung,

Cihara, Cisiih, Cibareno, Cimadur dan Ciberang.

Luas kawasan Hutan di Kabupaten Lebak adalah 95.922 Ha atau 31,55 %

dari luas wilayah Kabupaten Lebak. Adapun luas lahan kritis yang masih harus

ditangani seluas 22.206,88 ha.

Jumlah mata air yang terdapat di Kabupaten Lebak sebanyak 1.877 buah

yang sebagian besar berada pada bagian hulu sungai sehingga untuk

mengantisipasi kerusakan hutan dan lingkungan perlu ada rehabilitasi dan

konservasi mata air tersebut. Berikut adalah tabel mengenai jumlah mata air yang

ada di Kabupaten Lebak.

Tabel 2.61

Jumlah Mata Air di Kabupaten Lebak

No Kecamatan

LAMANYA MENGALIR Jumlah

Mata Air 12 Bln 9 Bln 6 Bln 3 Bln

(buah) (buah) (buah) (buah)

1 Rangkasbitung 3 7 9 - 19

2 Cibadak 8 18 21 13 60

3 Warunggunung - 3 11 - 14

4 Cikulur 3 8 4 1 16

5 Cileles 10 22 37 80 149

6 Gunungkencana 50 17 5 - 72

7 Banjarsari 4 - - - 4

8 Malingping 29 42 51 51 173

9 Cijaku 21 27 35 32 115

10 Bayah 21 62 39 39 161

11 Cibeber 55 24 116 32 227

12 Panggarangan 18 40 80 108 246

13 Cipanas 10 25 29 33 97

14 Muncang 6 15 35 25 81

15 Leuwidamar 34 22 45 11 112

16 Bojongmanik 15 6 29 17 67

17 Cimarga 3 8 58 4 73

18 Maja 10 12 26 34 82

19 Sajira 14 29 28 38 109

Jumlah 314 387 658 518 1.877

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Lebak, 2008

Komoditas kehutanan yang memiliki prospek pasar yang baik adalah

Bambu. Luas tanaman bambu pada tahun 2008 tercatat sebesar 2.046,00 ha atau

setara dengan 197.858 rumpun/11.169.665 batang. Sedangkan produksinya

sebesar 2.139.800 btg/tahun. Sentra areal bambu terutama terdapat di

kecamatan Cimarga, Sajira dan Cikulur.

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 91

Dalam Pembangunan Kehutanan terdapat program aneka usaha kehutanan

yaitu suatu kegiatan pemanfaatan sumberdaya hutan untuk mendapatkan hasil

atau komoditas non kayu. Komoditas yang dikembangkan di Kabupaten Lebak

untuk program aneka usaha kehutanan ini adalah lebah madu dan jamur kayu.

Adapun jumlah produksi madu dan jamur kayu dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.62

Jumlah Produksi Hasil Hutan Non Kayu

Kabupaten Lebak Tahun 2008

No Komoditas Budidaya/Stup Produksi/Kg

1 Madu 220 1.805

2 Jamur Kayu 5.000 2.500

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Lebak, 2008

Untuk bidang perkebunan, luas areal perkebunan yang ada di wilayah

Kabupaten Lebak adalah 66.783,10 Ha atau 22. 09 % dari luas Kabupaten Lebak,

terdiri dari :

1. Perkebunan Rakyat = 51.117,55 Ha

2. Perkebunan Besar Negara = 8.879,50 Ha

3. Perkebunan Besar Swasta = 6.786,05 Ha

Komoditas perkebunan yang diusahakan di Kabupaten Lebak sebanyak 15

jenis tanaman, diantaranya 10 komoditas unggulan utama yaitu : kelapa dalam,

karet, kelapa sawit, kakao, cengkeh, kopi, aren, lada, pandan dan jarak pagar.

Produksi untuk masing-masing komoditas dapat dilihat di tabel berikut.

Tabel 2.63

Jumlah Areal, Produksi dan Produktivitas Hasil Perkebunan

Kabupaten Lebak Tahun 2008

No Komoditas TBM TM TR/TTM Produksi Produktivitas

(Ha) (Ha) (Ha) (Ton) (%)

1 KARET 1.967,70 9.234,27 1.071,48 3.870,20 0,42

2 KELAPA DALAM 4.516,95 14.590,10 521,80 12.651,30 0,87

3 KAKAO 1.029,85 1.278,90 553,15 1.527,36 1,19

4 KELAPA HIBRIDA 5,50 172,25 284,65 44,00 0,26

5 KELAPA SAWIT 30,00 2.663,50 133,50 27,11 0,01

6 CENGKEH 437,50 4.629,60 537,50 725,70 0,16

7 KOPI 170,75 1.422,50 90,75 494,20 0,35

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 92

No Komoditas TBM TM TR/TTM Produksi Produktivitas

(Ha) (Ha) (Ha) (Ton) (%)

8 AREN 908,35 1.025,15 134,00 1.331,80 1,30

9 LADA 146,40 196,50 29,20 21,40 0,11

10 PANDAN 101,00 230,50 53,50 83,40 0,36

11 PANILI 11,00 32,50 14,00 2,70 0,08

12 KAPOK 16,20 130,70 25,00 14,20 0,11

13 JAMBU METE - 2,70 0,30 2,40 0,89

14 T E H 8,00 22,50 6,50 4,70 0,21

15 JARAK PAGAR 286,75 230,50 - 123,60 0,54

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Lebak, 2008

Energi dan Sumber Daya Mineral

Kabupaten Lebak merupakan wilayah yang memiliki kandungan dan jenis

bahan tambang yang sangat besar, potensi ini akan meningkatkan pendapatan asli

daerah dan memberikan lapangan pekerjaan penduduk sekitar bila di eksploitasi

secara baik. Pemenuhan bahan bakar untuk masyarakat Kabupaten Lebak dilayani

melalui 9 unit Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).

Pembangunan di Kabupaten Lebak tidak terlepas dari dukungan sarana dan

prasarana energi listrik dalam upaya mendorong pertumbuhan perekonomiaan dan

pembangunan lainnya. Energi listrik ini dipergunakan untuk keperluan domestik

dan industri. Berdasarkan data yang diolah dari PT. PLN Cabang Rangkasbitung,

rasio elektrifikasi di kabupaten Lebak baru mencapai 54,58%. Hal ini

menggambarkan bahwa setengah dari penduduk Kabupaten Lebak belum

tersentuh oleh tenaga listrik. Berdasarkan table di bawah, rasio elektrifikasi yang

tertinggi adalah Kecamatan Maja dan rangkasbitung, sementara yang terendah

terdapat di kecamatan Cigemblong dan kecamatan-kecamatan lain yang relative

terisolir.

Tabel 2.64

Rasio Elektrifikasi per Kecamatan Di Kabupaten Lebak Tahun 2008

No Kecamatan Kebutuhan

(Kk) Terlayani (Kk) Terlayani (%)

1 Maja 11,679 9,310 79.7%

2 Rangkasbitung 28,459 22,392 78.7%

3 Sajira 11,628 8,433 72.5%

4 Cibadak 12,587 9,107 72.4%

5 Gunungkencana 7,798 5,557 71.3%

6 Cileles 10,840 7,332 67.6%

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 93

No Kecamatan Kebutuhan

(Kk) Terlayani (Kk) Terlayani (%)

7 Bayah 10,315 6,847 66.4%

8 Cipanas 11,257 7,471 66.4%

9 Malingping 14,669 9,571 65.2%

10 Muncang 7,269 4,334 59.6%

11 Cikulur 11,545 6,507 56.4%

12 Curugbitung 7,281 3,804 52.2%

13 Kalanganyar 6,718 3,499 52.1%

14 Cimarga 14,246 7,227 50.7%

15 Warunggunung 12,410 6,277 50.6%

16 Panggarangan 9,065 4,244 46.8%

17 Banjarsari 17,332 8,109 46.8%

18 Bojongmanik 5,624 2,606 46.3%

19 Cijaku 6,891 2,948 42.8%

20 Leuwidamar 12,846 5,386 41.9%

21 Sobang 7343 3023 41.2%

22 Cibeber 15,505 6,290 40.6%

23 Wanasalam 13,857 4,956 35.8%

24 Lebakgedong 4,699 1,664 35.4%

25 Cilograng 8,516 2,996 35.2%

26 Cihara 7,414 2,354 31.8%

27 Cirinten 6,074 1,739 28.6%

28 Cigemblong 6,596 796 12.1%

Jumlah 300,463 164,779 54.8%

Sedangkan untuk Penerangan Jalan Umum (PJU) yang sudah terpasang dan

masuk kontrak dengan pihak PT. PLN sebanyak 2092 titik, dengan mekanisme

pengelolaan yang terpadu bersama Pemerintah Daerah.

Peningkatan rasio elektrifikasi perdesaan masih terus diupayakan baik

melalui dana APBD Kabupaten maupun bantuan dari Pemerintah dan Pemerintah

Provinsi, sedangkan peningkatan rasio elektrifikasi rumah tangga terus diupayakan

baik melalui pembangunan jaringan listrik yang bersumber dari PLN, maupun

penyediaan sumber-sumber energi alternatif seperti Pembangkit Listrik Tenaga

(PLT) mikro hidro, surya, dan angin.

Diterapkannya kebijakan konversi bahan bakar dari minyak tanah ke gas

pada tahun 2007 telah memunculkan berbagai permasalahan di tingkat

masyarakat dan dunia usaha di dalam memenuhi kebutuhan energinya.

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 94

Pariwisata

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang terus dikembangkan di

kabupaten Lebak. Hal ini wajar mengingat keindahan alam, baik pantai maupun

tempat-tempat wisata yang ada di Kabupaten Lebak cukup banyak dan menarik.

Penataan obyek wisata terus dilakukan guna meningkatkan kenyamanan

pengunjung yang datang untuk menikmati keindahan alam di Kabupaten Lebak.

Beberapa obyek wisata beserta lokasinya, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.65

Obyek Wisata di Kabupaten Lebak

NO NAMA WISATA LOKASI

1 Curug Indihiyang Warunggunung

2 Arung Jeram Lebakgedong

3 Goa Sangkir Bojongmanik

4 Budaya Kaolotan Baduy Leuwidamar

5 Pemandian Air Panas Cipanas

6 Pantai Karang Taraje Bayah

7 Pantai Bagedur Malingping

8 Pantai Binuangeun Wanasalam

9 Pantai Cibobos Panggarangan

10 Pantai Pulau Manuk Bayah

11 Pantai Sawarna Bayah

12 Pantai Ciantir Bayah

13 Budaya Kaolotan/Seren Taun Cibeber

14 Situs Cibedug Cikotok

15 Air Panas Senanghati Malingping

16 Situs Palayangan Cimarga

17 Kawah Cipanas Sobang

18 Curug Kanteh Cilograng

19 Pantai Cihara Cihara

20 Pantai Talanca Malingping

21 Pantai Cimandiri Panggarangan

22 Pantai Tanjung Panto Wanasalam

23 Pantai Karang Tengah Wanasalam

Sumber : Profile Potensi Investasi Kabupaten Lebak, 2008

Keindahan alam di Kabupaten Lebak cukup menarik bagi wisatawan baik

dari nusantara maupun manca negara untuk mengunjungi obyek wisata yang ada.

Pada Tahun 2008, wisatawan manca negara yang berkunjung ke obyek wisata di

Kabupaten Lebak sebanyak 141 orang dan wisatawan nusantara sebanyak

240.586 orang.

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 95

Tabel 2.66

Perkembangan Wisatawan Nusantara yang berkunjung ke Obyek Wisata di Kabupaten Lebak

Tahun Baduy Binuangeun Bagedur Karang

Taraje Cibobos

P.

Manuk

Pemandian

Air Panas Cipanas

2006 1.097 14.146 4.983 2.438 2.321 2.458 39.254

2007 1.022 19.832 7.764 2.442 2.407 2.481 40.008

2008 2.875 38.432 86.778 29.788 12.721 19.853 50.139

Sumber : Disporabudpar Kabupaten Lebak Tahun 2008

Tabel 2.67

Perkembangan Wisatawan Mancanegara yang berkunjung ke Obyek

Wisata di Kabupaten Lebak

Tahun Baduy Binuangeun Bagedur Karang Taraje

Cibobos P.

Manuk

Pemandian Air Panas Cipanas

2006 34 7 8 5 2 6 10

2007 37 17 18 6 4 8 14

2008 67 16 24 9 3 9 13

Sumber : Disporabudpar Kabupaten Lebak Tahun 2008

Kelautan dan Perikanan

Potensi perikanan di Kabupaten Lebak terdiri atas Perikanan Tangkap dan

Perikanan Budidaya. Perikanan tangkap terbagi atas perikanan tangkap laut dan

perairan umum. Untuk perikanan budidaya dikelompokan menjadi Budidaya air

tawar dan budidaya air payau.

Sumberdaya manusia yang bergerak pada sektor perikanan pada tahun

2008 terdiri dari Nelayan 3.140 orang, Pembudidaya 17.184 orang dan Pengolah

ikan 373 orang. Adapun sarana dan prasarana pendukung perikanan berupa alat

tangkap sebanyak 1.626 unit, Kapal Perahu sebanyak 709 unit, Tempat Pelelangan

Ikan (TPI) sebanyak 10 buah dan PPI sebanyak 1 buah.

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 96

Tabel 2.68

Jumlah Armada Penangkapan Ikan Menurut Tempat Pelelangan Ikan di Kabupaten Lebak Tahun 2008

No Nama TPI Perahu Layar

Motor Tempel

Kapal Motor Jumlah

1 Binuangeun - 64 209 273

2 Tanjung Panto - 21 - 21

3 Sukahujan - 40 - 40

4 Cipunaga - 48 - 48

5 Panyaungan - 34 - 34

6 Situregen 15 21 - 36

7 Bayah - 117 - 117

8 Pulo Manuk - 19 - 19

9 Sawarna 9 39 - 48

10 Cibareno - 73 - 73

Jumlah 24 476 209 709

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Lebak, 2008

Pada Tahun 2008 produksi jenis ikan tangkap laut sebagian besar jenis ikan

Cakalang dan Tongkol dengan masing-masing produksi sebesar 305.455 kg dan

284.810 Kg. Untuk ikan tangkap diperairan umum produksi terbesar pada jenis

ikan tawes sebanyak 10.900 Kg. Sedangkan produksi budidaya ikan pada tahun

2008 produksi terbesar pada jenis ikan mas sebanyak 1.118.436 Kg.

Tabel 2.69

Jumlah Areal Budidaya Ikan Tahun 2008

No Tempat Budidaya Jumlah

1 Perairan Umum

- Sungai 887 Km

- Danau 275 Ha

- Rawa 36 Ha

2 Tambak 32 Ha

3 Kolam 646,2 Ha

4 Kolam Air Deras 6 Unit

4 Sawah 3.261,73 Ha

5 Keramba 776 Unit

6 Jaring Apung 12 Unit

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Lebak, 2008

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 97

Tabel 2.70

Produksi Perikanan Tahun 2004 – 2008

No. Bidang Usaha Tahun (Ton)

2004 2005 2006 2007 2008

1. PENANGKAPAN IKAN

- Laut 5.112,50 7.819,10 9.912,90 11.958,20 2.729,72 - Perairan Umum 27,70 111,80 168,60 171,20 79,69

Jumlah I 5.140,20 7.930,90 10.081,50 12.129,40 2.809,41

2. BUDIDAYA AIR

TAWAR

- Kolam 669,90 833,10 1.110,90 2.611,80 2.093,82 - Sawah 1.556,20 1.787,20 1.914,30 1.137,50 1.016,44

- Keramba 24,10 22,90 37,40 49,70 49,25 - Jaring Apung 0 6,20 20,10 26,10 24,25

Jumlah II 2.250,20 2.649,40 3.082,70 3.825,10 3.183,76

3. BUDIDAYA AIR

PAYAU

- Tambak 36,70 80,40 156,90 167,70 102,15

Jumlah III 36,70 80,40 156,90 167,70 102,15

Jumlah Total 7.427,10 10.660,70 13.321,10 16.122,20 6.095,32

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Lebak, 2008

Peternakan

Sektor peternakan di Kabupaten Lebak terus mengalami pertumbuhan dari

tahun ke tahun. Beberapa Jenis ternak yang dikembangkan oleh masyarakat

Kabupaten Lebak antara lain Sapi, Kerbau, Kambing, Domba, Ayam Buras, Ayam

Ras Pedaging dan Itik. Populasi ternak Ayam ras pedaging pada tahun 2004-2008

mengalami rata-rata pertumbuhan tertinggi dibandingkan jenis ternak lainnya yaitu

sebesar 15 %.

Tabel 2.71

Populasi Ternak di Kabupaten Lebak Tahun 2004-2008

No Jenis Ternak 2004 2005 2006 2007 2008

----------------- (ekor) -----------------

1 Sapi 3.850 3.869 3.952 4.062 4469

2 Kerbau 51.073 52.028 53.547 54.091 54.915

3 Kambing 184.929 186.147 189.861 193.470 196.097

4 Domba 157.097 158.234 161.633 164.226 166.819

5 Ayam Buras 2.227.670 1.629.915 1.687.544 1.694.257 1.746.970

6 Ayam Ras Pedaging

692.000 909.860 1.108.150 1.074.500 1.179.500

7 Itik 56.772 61.315 63.326 65.615 67.904

Sumber: Dinas Peternakan Kab. Lebak, 2008

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 98

Pada tahun 2008 produksi ayam ras pedaging sebanyak 3.476.499 Kg, atau

55% dari total produksi daging Kabupaten Lebak. Produksi tertinggi kedua adalah

ayam buras yaitu sebesar 1.508.408 kg.

Untuk produksi telur, pada tahun 2004 - 2008 mengalami rata-rata

pertumbuhan sebesar 5,7%. Telur ayam buras memberikan konstribusi terbesar

pada tahun 2008 yaitu sebanyak 1.453.715 Kg. Berikut adalah tabel produksi

daging dan produksi telur dari tahun 2004 sampai tahun 2008.

Tabel 2.72

Produksi Daging Tahun 2004 - 2008

No Komoditas 2004 2005 2006 2007 2008

1 Sapi 81.430 86.446 91.810 95.678 86.134

2 Kerbau 446.925 469.992 572.250 629.250 645.277

3 Kambing 98.720 104.330 109.103 115.841 134.795

4 Domba 69.708 73.147 83.778 87.512 105.064

5 Ayam Buras 1.738.054 1.845.521 1.324.157 1.350.142 1.508.458

6 Ayam Ras Pedaging

2.156.075 2.486.075 3.179.382 3.269.129 3.476.499

7 Ayam Ras

Petelur - 245.000 254.040 264.045 332.163

8 Itik 4.583 4.583 6.460 7.070 6.435

Total Daging 4.595.495 5.315.094 5.620.980 5.818.667 6.294.825

Sumber: Dinas Peternakan Kab. Lebak, 2008

Tabel 2.73

Produksi Telur Tahun 2004 - 2008

No Komoditas 2004 2005 2006 2007 2008

1 Ayam Buras 1.317.269 1.349.645 1.389.235 1.425.071 1.453.715

2 Itik 133.623 302.042 326.212 336.912 354.161

Total Telur 1.450.892 1.651.687 1.715.447 1.761.983 1.807.876

Sumber: Dinas Peternakan Kab. Lebak, 2008

Dilihat dari produksi tahun 2008 konsumsi perkapita daging dan telur oleh

penduduk Kabupaten Lebak masih dibawah standar nasional. Jumlah konsumsi

daging perkapita Kabupaten Lebak baru sebesar 5,03 Kg/Kapita/Tahun, sedangkan

standar nasional adalah 7,2 Kg/kapita/tahun . Sedangkan untuk konsumsi telur

sebesar 2,83 Kg/Kapita/Tahun, sedangkan standar nasional konsumsi telur 4,5

Kg/Kapita/tahun.

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 99

Tabel 2.74

Jumlah Konsumsi Daging dan Telur Per Kapita Penduduk

No Komoditas 2004 2005 2006 2007 2008

1. Daging 4,08 4,52 4,67 4,84 5,03

2. Telur 2,38 2,51 2,61 2,77 2,83

Sumber : Dinas Peternakan Kab. Lebak, 2008

Usaha untuk meningkatan produksi daging dan telur terus dilakukan

Pemerintah Kabupaten Lebak, antara lain dengan melengkapi sarana dan

prasarana peternakan di Kabupaten Lebak. Sampai tahun 2008 fasilitas layanan

peternakan memiliki laboratorium kesehatan hewan, Puskeswan, UPTD ternak

sapi, Rumah potong hewan, Tempat pemotongan hewan dan Poultry Shop.

Tabel 2.75

Ketersediaan Fasilitas Layanan Peternakan Kabupaten Lebak

No Jenis Fasilitas Jumlah Lokasi

1 Laboratorium Keswan 1 Cibadak

2 Puskeswan 1 Cikulur

3 UPTD Ternak Sapi 1 Cibadak

4 RPH 1 Rangkasbitung

5 TPH 2 Malingping dan Cipanas

6 Poultry Shop 3 Rangkasbitung, Cibadak

Sumber : Dinas Peternakan Kab. Lebak, 2008

Perindustrian

Potensi industri di Kabupaten Lebak secara keseluruhan pada tahun 2008

sebanyak 14.636 unit usaha, yang terdiri dari industri kecil sebanyak 14.617 unit

usaha dan industri menengah/besar sebanyak 19 unit usaha. Jumlah tenaga kerja

yang terserap dalam kegiatan industri tersebut sebanyak 31.188 orang dengan

total nilai investasi sebesar Rp. 115.247.331.000,-

Dari potensi industri kecil sebagaimana tersebut di atas, maka yang

merupakan komoditas unggulan atau yang menjadi andalan pada umumnya

sebanyak 10 industri kecil. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.76 di

bawah ini :

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 100

Tabel 2.76

Sentra Industri Kecil di Kabupaten Lebak Tahun 2008

No. Industri Jumlah Unit

Usaha Lokasi / Kecamatan

1. Gula Merah Aren 2.752

Muncang, Leuwidamar,

Bojongmanik, Sajira, Cijaku, Panggarangan, Malingping, Cibeber, Gunung Kencana, Bayah

dan Cipanas

2. Bata/Genteng 585 Cimarga, Rangkasbitung, Sajira,

Malingping dan Warunggunung

3. Tenun Baduy 90 Leuwidamar

4. Tempurung Kelapa 40 Leuwidamar

5. Pandai Besi 60 Bojongmanik, Cibeber dan

Rangkasbitung

6. Konveksi 10 Rangkasbitung dan Cimarga

7. Anyaman Pandan 3.848 Cikulur, Cileles, Banjarsari, Cijaku, Malingping dan Bojongmanik

8. Anyaman Bambu 2.746 Sajira, Cibeber, Rangkasbitung dan Cibadak

9. Emping Melinjo 281 Warunggunung, Cikulur dan

Gunungkencana

10. Sale/Keripik Pisang 2.786 Bayah

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak, Tahun 2008

Permasalahan yang kerap dihadapi oleh para pengusaha/pengrajin industri

kecil antara lain adalah keterbatasan pengetahuan/keterampilan dalam teknik

produksi dan manajemen usaha. Potensi sumber daya alam di Kabupaten Lebak

belum dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai akibat keterbatasan teknologi

dan modal usaha serta jaringan pemasaran yang belum meluas.

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lebak, telah

dialokasikan rencana kawasan industri non polutan seluas 2.000 Ha yang berlokasi

di Desa Nameng, Sukamanah, Cimangeunteung dan Citeras, Kecamatan

Rangkasbitung. Pada akhir tahun 2004 kawasan tersebut telah dapat

dimanfaatkan seluas 72 Ha.

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 101

2.4. Aspek Daya Saing Daerah

2.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

Kemampuan ekonomi daerah dalam kaitannya dengan daya saing daerah

adalah bahwa kapasitas ekonomi daerah harus memiliki daya tarik (attractiveness)

bagi pelaku ekonomi yang telah berada dan akan masuk ke suatu daerah untuk

menciptakan multiflier effect bagi peningkatan daya saing daerah. Kemampuan

ekonomi daerah memicu daya saing daerah dalam beberapa tolok ukur, sebagai

berikut :

Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita (Angka konsumsi RT per

kapita)

Indikator pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita dimaksudkan

untuk mengetahui tingkat konsumsi rumah tangga yang menjelaskan seberapa

atraktif tingkat pengeluaran rumah tangga. Semakin besar rasio atau angka

konsumsi RT semakin atraktif bagi peningkatan kemampuan ekonomi daerah.

Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita dapat diketahui dengan

menghitung angka konsumsi RT per kapita, yaitu rata-rata pengeluaran konsumsi

rumah tangga per kapita. Angka ini dihitung berdasarkan pengeluaran penduduk

untuk makanan dan bukan makanan per jumlah penduduk. Makanan mencakup

seluruh jenis makanan termasuk makanan jadi, minuman, tembakau, dan sirih.

Bukan makanan mencakup perumahan, sandang, biaya kesehatan, sekolah, dan

sebagainya. Nilai konsumsi pengeluaran makanan 183.837 dan Non-makanan

101.840 per kapita.

Produktivitas total daerah

Produktivitas total daerah dihitung untuk mengetahui tingkat produktivitas

tiap sektor per angkatan kerja yang menunjukan seberapa produktif tiap angkatan

kerja dalam mendorong ekonomi daerah per sektor. Produktivitas Total Daerah

dapat diketahui dengan menghitung produktivitas daerah per sektor (9 sektor)

yang merupakan jumlah PDRB dari setiap sektor dibagi dengan jumlah angkatan

kerja dalam sektor yang bersangkutan. PDRB dihitung berdasarkan 9 (sembilan)

sektor.

Sektor dengan produktivitas tertinggi di Kabupaten Lebak pada tahun 2009

adalah sektor Keuangan,Sewa dan Jasa Perusahaan sebesar Rp.126,66 Juta.

Sektor ini terus mengalami peningkatan pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp.

132,45 Juta. Sektor berikutnya dengan produktivitas tertinggi pada tahun 2010

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 102

adalah sektor Listrik, Gas dan Air Bersih sebesar Rp. 32,14 juta dan sektor

Industri Pengolahan sebesar Rp.26,4 juta.

2.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur

Pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah sangat ditunjang oleh

ketersediaan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Kondisi

sarana prasarana yang merupakan faktor pendorong percepatan pertumbuhan di

Kabupaten Lebak saat ini antara lain transportasi, jalan, terminal dan angkutan

umum, perkeretaapian, irigasi, telekomunikasi, dan ketenagalistrikan.

Dengan demikian apabila faktor pendorong tidak dikelola dengan baik,

maka ketidaknyamanan yang sering kali dikeluhkan oleh masyarakat mulai was-

was jika berada di pusat keramaian, bahkan ketika berada di dalam angkutan

umum karena berbagai bentuk kejahatan. Hal ini akibat dari kesemrawutan

angkutan umum. Perubahan fungsi trotoar untuk pejalan kaki berubah menjadi

tempat untuk menjajakan dagangan.

Pada tahun 2005, Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal

Republik Indonesia telah menetapkan Kabupaten Lebak sebagai salah satu daerah

tertinggal dari 199 Kabupaten tertinggal yang ada di Indonesia. Dalam rangka

menganalisa sejauh mana ketertinggalan daerah Kabupaten Lebak, Pemerintah

Daerah melalui Bappeda bekerjasama dengan BPS Kabupaten lebak melaksanakan

Identifikasi Desa Tertinggal. Kriteria yang digunakan dalam menentukan desa

tertinggal difokuskan terhadap ketersediaan dan pelayanan infrastruktur perdesaan

yang meliputi aksesibilitas jalan, sarana air bersih, jaringan listrik berikut Saluran

sambungan Rumah (SSR), sarana kesehatan dan pendidikan. Hasil survey yang

dilaksanakan pada tahun 2005 menggambarkan bahwa jumlah desa tertinggal di

Kabupaten Lebak mencapai 148 Desa.

Selanjutnya, hasil Identifikasi Desa Tertinggal tersebut senantiasa selalu

dijadikan pedoman oleh pemerintah Kabupaten Lebak dalam rangka upaya

percepatan pembangunan desa tertinggal selama 4 tahun terakhir (2006 – 2009).

Upaya-upaya percepatan pembangunan tersebut diantaranya melalui Program

Hotmik Masuk Desa, pembangunan sarana dan prasarana air bersih, Listrik Masuk

Desa, penuntasan pembangunan dan rehabilitasi gedung SD, penambahan

puskesmas, puskesmas pembantu serta polindes dan pos yandu. Program-program

tersebut dipadukan dalam konsep pembangunan kewilayahan dengan harapan

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 103

agar pembangunan desa tertinggal tersebut dapat dilaksanakan secara efektif dan

efisien.

Untuk mengetahui sejauh mana program-program percepatan

pembangunan desa tertinggal dapat mengurangi atau menangani ketertinggalan

desa di wilayah Kabupaten Lebak, terutama selama kurun waktu 4 tahun terakhir

(2006-2009), Pemerintah Kabupaten Lebak pada tahun 2009 ini sedang melakukan

verifikasi Desa Tertinggal yang dimaksudkan.

Adapun kondisi desa tertinggal berdasarkan kelengkapan dan tingkat

pelayanan infrastruktur dapat digambarkan pada table berikut :

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 104

Tabel 2.77

Data Verifikasi Kondisi Desa Tertinggal Berdasarkan Beberapa Infrastruktur Desa

Kecamatan No Desa

Jalan Sarana Air Bersih Sarana Listrik

Kebutuhan Penanganan %

Penanganan

Kebutuhan Terlayani %

Terlayani

Kebutuhan Terlayani %

Terlayani M M KK KK KK KK

W I L A Y A H U T A R A

1 Taman Jaya 5,250 2,500 47.62% 511 330 64.58% 511 158 30.92%

2 Cigoong Selatan 8,700 2,000 22.99% 869 407 46.84% 869 212 24.40%

3 Cikulur 3,050 2,700 88.52% 919 596 64.85% 919 619 67.36%

4 Cigoong Utara 9,500 2,180 22.95% 896 763 85.16% 896 445 49.67%

Cikulur 5 Sukaharja 3,650 2,261 61.95% 891 546 61.28% 891 347 38.95%

6 Curug Panjang 7,100 2,000 28.17% 1071 607 56.68% 1071 660 61.62%

7 Muara Dua* 10,000 2,000 20.00% 1151 527 45.79% 1151 654 56.82%

8 Anggalan 4,000 1,000 25.00% 496 180 36.29% 496 541 109.07%

9 Muncang Kopong 16,200 5,000 30.86% 851 389 45.71% 851 598 70.27%

JUMLAH 67,450 21,641

7,655 4,345

7,655 4,234

Cimarga

10 Karya Jaya 5,500 2,200 40.00% 752 121 16.09% 752 384 51.06%

11 Margatirta 18,400 600 3.26% 740 132.2 17.86% 740 598 80.81%

12 Sangiang Jaya 11,260 3,500 31.08% 635 178 28.03% 635 231 36.38%

13 Jayasari 6,350 1,000 15.75% 565 107 18.94% 565 165 29.20%

14 Inten Jaya 10,200 1,000 9.80% 635 90 14.17% 635 368 57.95%

15 Mekar Jaya** 8,800 2,500 28.41% 706 250 35.41% 706 2 0.28%

16 Tambak 5,500 0 0.00% 636 250 39.31% 636 76 11.95%

17 Gunung Anten 5,000 0 0.00% 745 140 18.79% 745 409 54.90%

JUMLAH 71,010 10,800

5,414 1,268

5,414

Warunggunung 18 Banjarsari 3,600 5,190 144.17% 937 298 31.80% 937 900 96.05%

19 Sukaraja 20,200 4,000 19.80% 987 353 35.76% 987 75 7.60%

JUMLAH 23,800 9,190 38.61 1,924 651

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 105

Kecamatan No Desa

Jalan Sarana Air Bersih Sarana Listrik

Kebutuhan Penanganan % Penanganan

Kebutuhan Terlayani % Terlayani

Kebutuhan Terlayani % Terlayani M M KK KK KK KK

Curugbitung

20 Mayak 14,200 2,000 14.08% 577 271 46.97% 577

0.00%

21 Cilayang 7,000 1,000 14.29% 664 472 71.08% 664 479 72.14%

22 Ciburuy 10,100 1,000 9.90% 930 692 74.41% 930 565 60.75%

23 Cidadap* 10,000 1,000 10.00% 790 488 61.77% 790 493 62.41%

24 Candi 4,700 700 14.89% 859 304 35.39% 859 57 6.64%

JUMLAH 46,000 5,700 12.39 3,820 2,227

Cibadak

25 Malabar 11,730 5,500 46.89% 887 276 31.12% 887 595 67.08%

26 A s e m 3,780 2,000 52.91% 1057 766 72.47% 1057 335 31.69%

27 Pasar Keong 2,350 1,800 76.60% 924 624 67.53% 924 204 22.08%

JUMLAH 6,130 3,800 61.99 2,868 1,666

Maja

28 Tanjung Sari 4,550 2,000 43.96% 738 309 41.87% 738 427 57.86%

29 Padasuka** 7,665 3,400 44.36% 939 563 59.96% 939 999 106.39%

30 Pasir Kembang 3,472 0 0.00% 776 331 42.65% 776 479 61.73%

31 Curug Badak 10,600 0 0.00% 1052 550 52.28% 1052 604 57.41%

32 Cilangkap 6,000 2,000 33.33% 755 359 47.55% 755 828 109.67%

33 Binong 12,000

0.00% 870 569 65.40% 870 717 82.41%

JUMLAH 27,737 5,400 19.47 5,130 2,681

JUMLAH WILAYAH UTARA 242,127 56,531 23.35 26,811 12,838

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 106

Kecamatan No Desa

Jalan Sarana Air Bersih Sarana Listrik

Kebutuhan Penanganan % Penanganan

Kebutuhan Terlayani % Terlayani

Kebutuhan Terlayani % Terlayani M M KK KK KK KK

W I L A Y A H S E L A T A N

Cigemblong

34 Mugijaya 11,500 1,000 8.70% 506 126 24.90% 506 19

35 Peucangpari 9,000 2,000 22.22% 837 122 14.58% 837 84

36 Cikadongdong 11,000 1,000 9.09% 592 126 21.28% 592 108

37 Cigemblong** 21,400 3,000 14.02% 703 136 19.35% 703 261

38 Cibungur 5,000 3,000 60.00% 543 104 19.15% 543 14

39 Cikaret 23,500 0 0.00% 597 140 23.45% 597 189

40 Cikate 32,000 0 0.00% 561 109 19.43% 561 89

JUMLAH 101,900 9,000 8.83 4,339 863

Cijaku

41 Ciapus 12,000 3,000 25.00% 617 204 33.06% 617 946

42 Cibeureum 6,250 1,000 16.00% 889 521 58.61% 889 489

43 Cipalabuh 33,400 1,000 2.99% 813 303 37.27% 813 258

44 Kandangsapi 15,900 2,300 14.47% 1078 732 67.90% 1078 664

JUMLAH 67,550 7,300 10.81 3,397 1,760

Bayah

45 Cimancak 16,500 2,000 12.12% 904 94 10.40% 904 416

46 Sawarna 7,450 1,000 13.42% 1578 667 42.27% 1578 768

47 Cisuren 19,000 1,500 7.89% 924 154 16.67% 924 890

48 Cidikit 25,750 4,000 15.53% 1093 186 17.02% 1093 515

JUMLAH 68,700 8,500 12.37 4,499 1,101

Cibeber

49 Kujangsari 9,400 1,000 10.64% 613 188 30.67% 613

50 Sinargalih 28,700 5,000 17.42% 570 196 34.39% 570 7

51 Ciparay (Citorek

Utara) 4,350 1,000 22.99%

376

52 Warungbanten 7,178 3,500 48.76% 1026 325 31.68% 1026 43

53 Mekar sari 8,500 1,000 11.76% 743 267 35.94% 743 5

54 Citorek 40,100 0 0.00%

1549

55 Cikadu 12,550 1,000 7.97% 843 255 30.25% 843 130

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 107

Kecamatan No Desa

Jalan Sarana Air Bersih Sarana Listrik

Kebutuhan Penanganan % Penanganan

Kebutuhan Terlayani % Terlayani

Kebutuhan Terlayani % Terlayani M M KK KK KK KK

56 Ciusul 5,300 0 0.00%

57 Situmulya 8,500 0 0.00% 715 242 33.85% 715 5

58 Cihambali 10,250 1,000 9.76% 567 291 51.32% 567 432

59 Hegarmanah 22,000 0 0.00% 491 167 34.01% 491 426

60 Neglasari 7,100 2,000 28.17% 952 222 23.32% 952 480

61 Cisungsang 11,900 3,500 29.41% 686 271 39.50% 686 241

62 Sukamulya 15,500 0 0.00% 729 247 33.88% 729 8

63 Kujang Jaya 10,600 0 0.00% 747 313 41.90% 747 173

JUMLAH 192,528 18,000 9.35 8,682 2,984

Wanasalam

64 Parungpanjang 17,250 2,800 16.23% 899 228 25.36% 899 207

65 Parungsari 20,500 1,000 4.88% 564 297 52.66% 564 14

66 Cilangkap 5,800 1,000 17.24% 507 225 44.38% 507 16

67 Cisarap 11,550 0 0.00% 834 180 21.58% 834 227

68 Ketapang 6,300 2,400 38.10% 702 184 26.21% 702 619

69 Sukatani 5,500 1,000 18.18% 988 912 92.31% 988 8

70 Cikeusik 6,500 1,000 15.38% 706 958 135.69% 706 87

71 Cipedang* 16,100 1,000 6.21% 970 368 37.94% 970 461

JUMLAH 72,250 7,400 10.24 6,170 3,352

Cilograng

72 Lebaktipar 16,300 2,450 15.03% 497 132.2 26.58% 497 465

73 Cikamunding 18,000 1,820 10.11% 701 165.4 23.58% 701 255

74 Girimukti 24,000 1,000 4.17% 601 126.8 21.09% 601 754

75 Pasirbungur 13,000 3,500 26.92% 950 280.6 29.55% 950 241

76 Cijengkol 12,400 1,000 8.06% 826 177.8 21.54% 826 527

JUMLAH 67,400 7,320 10.86 3,575 883

Panggarangan

77 Gunung Gede 76,000 4,000 5.26% 1386 1387 100.07% 1386

78 Jatake 13,200 2,000 15.15% 1007 609 60.48% 1007 14

79 Sogong 20,700 2,600 12.56% 706 674 95.47% 706 99

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 108

Kecamatan No Desa

Jalan Sarana Air Bersih Sarana Listrik

Kebutuhan Penanganan % Penanganan

Kebutuhan Terlayani % Terlayani

Kebutuhan Terlayani % Terlayani M M KK KK KK KK

80 Cimandiri 10,150 5,000 49.26% 1071 813 75.91% 1071 257

81 Sindang ratu** 32,500 0 0.00% 879 795 90.44% 879 471

JUMLAH 152,550 13,600 8.92 5,049 4,278

Cihara

82 Cihara 21,300 2,000 9.39% 1136 355 31.25% 1136 332

83 Ciparahu* 27,500 0 0.00% 932 205 22.00% 932 437

84 Mekar sari 52,000 1,000 1.92% 936 241 25.75% 936 760

85 Lebak Peundeuy 11,500 500 4.35% 681 162 23.79% 681

86 Karangkamulyan 22,000 2,300 10.45%

#DIV/0!

284

87 Citepuseun 42,700 1,000 2.34% 624 186 29.81% 624 171

JUMLAH 177,000 6,800 3.84 4,309 1,149

Malingping

88 Sumber waras 13,800 1,000 7.25% 1496 557 37.23% 1496 782

89 Kersaratu 15,250 2,000 13.11% 580 308 53.10% 580 401

90 Sukaraja 8,900 1,000 11.24% 1500 752 50.13% 1500 1301

91 Pagelaran 8,500 1,000 11.76% 1413 643 45.51% 1413 687

92 Senanghati 11,950 0 0.00% 489 215 43.97% 489 363

JUMLAH 44,600 4,000 8.97 5,478 2,475

JUMLAH WILAYAH SELATAN 944,478 81,920 8.67 45,498 18,845

W I L A Y A H B A R A T

Cileles

93 Margamulya 12,040 7,560 62.79% 1098 72 6.56% 1098 480

94 Daroyon 8,200 5,000 60.98% 1214 75 6.18% 1214 268

95 Parungkujang 18,000 1,000 5.56% 720 82 11.39% 720 390

96 Mekarjaya* 4,720 1,000 21.19% 687 116 16.89% 687 687

97 Pasindangan 17,350 2,000 11.53% 712 103 14.47% 712 84

JUMLAH 60,310 16,560 27.46 4,431 448

Gunungkencana 98 Kramat Jaya 16,500 7,365 44.64% 765 268 35.03% 765

99 Gunungkendeng 31,500 3,000 9.52% 569 191 33.57% 569 179

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 109

Kecamatan No Desa

Jalan Sarana Air Bersih Sarana Listrik

Kebutuhan Penanganan % Penanganan

Kebutuhan Terlayani % Terlayani

Kebutuhan Terlayani % Terlayani M M KK KK KK KK

100 Cimanyangray 30,840 2,000 6.49% 579 225 38.86% 579 402

101 Sukanegara** 12,750 1,000 7.84% 541 269 49.72% 541 139

102 Cicaringin 17,500 1,000 5.71% 604 287 47.52% 604 348

103 Cisampang 14,200 1,000 7.04% 566 216 38.16% 566 365

104 Bojong Koneng* 14,350 1,000 6.97% 507 184 36.29% 507 333

105 Bulakan 19,000 1,000 5.26% 543 188 34.62% 543 799

JUMLAH 156,640 17,365 11.09 2,761 1,144

Banjarsari 106 Jalupang girang 11,450 1,000 8.73% 507 202 39.84% 507 106

JUMLAH 11,450 1,000 8.73 507 202

JUMLAH WILAYAH BARAT 228,400 34,925 15.29 7,699 1,794

W I L A Y A H T I M U R

Cirinten

107 Cirinten** 16,500 770 4.67% 910 257 28.24% 910 464

108 Parakanlima 21,900 2,000 9.13% 726 162 22.31% 726 246

109 Cempaka 10,580 2,000 18.90%

#DIV/0!

110 Badur 11,700 3,000 25.64% 598 183 30.60% 598 87

111 Nangerang 15,300 2,000 13.07% 643 71 11.04% 643

112 Datarcae 3,800 2,000 52.63% 658 162 24.62% 658 260

113 Karangnunggal 13,300 1,000 7.52% 975 113 11.59% 975 402

JUMLAH 93,080 12,770 13.72 4,510 948

Lebak Gedong

114 Lebak Situ 6,500 5,400 83.08% 755 197 26.09% 755 308

115 Lebak Sangka 13,500 2,000 14.81% 583 233 39.97% 583 126

116 Banjarsari 12,000 2,900 24.17% 585 343 58.63% 585 537

117 Lebak Gedong 10,500 2,000 19.05% 686 243 35.42% 686 244

JUMLAH 42,500 12,300 28.94 2,609 1,016

Sobang 118 Cirompang 8,600 1,800 20.93% 437 32 7.32% 437 372

119 Sindanglaya 36,100 2,800 7.76% 749 86 11.48% 749 263

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 110

Kecamatan No Desa

Jalan Sarana Air Bersih Sarana Listrik

Kebutuhan Penanganan % Penanganan

Kebutuhan Terlayani % Terlayani

Kebutuhan Terlayani % Terlayani M M KK KK KK KK

120 Sukajaya 3,500 1,000 28.57% 665 193 29.02% 665 150

121 Sukamaju 12,344 5,900 47.80% 975 234 24.00% 975 302

122 Hariang** 10,500 9,000 85.71% 1109 143 12.89% 1109

123 Cilebang 3,700 2,000 54.05% 469 122 26.01% 469

124 Sobang 7,600 2,000 26.32% 965 100 10.36% 965 80

125 Maja Sari 12,447 4,000 32.14% 832 824 99.04% 832 303

126 Citujah 4,000 2,500 62.50% 730 200 27.40% 730 1700

JUMLAH 98,791 31,000 31.38 6,931 1,934

Cipanas

127 Giriharja* 6,500 2,000 30.77% 1021 496 48.58% 1021 564

128 Bintang Sari 8,000 1,000 12.50% 536 280 52.24% 536 166

129 Jayapura 5,800 1,000 17.24% 853 362 42.44% 853 198

130 Girilaya 4,450 2,000 44.94% 896 541 60.38% 896 745

131 Pasirhaur 18,150 1,000 5.51% 703 132 18.78% 703 152

JUMLAH 42,900 7,000 16.32 4,009 1,811

Bojongmanik

132 Cimayang 14,250 2,000 14.04% 568 50 8.80% 568 292

133 Kadudamas 18,760 1,000 5.33% 663 262 39.52% 663 281

134 Harjawana 9,650 2,000 20.73% 821 221 26.92% 821 427

135 Mekarmanik 5,597 1,000 17.87% 612 80 13.07% 612 2

136 Parakanbesi 15,300 1,000 6.54% 849 133 15.67% 849 480

137 Kadurahayu** 14,375 700 4.87% 866 119 13.74% 866 258

138 Keboncau 2,700 0 0.00% 573 19 3.32% 573 94

JUMLAH 80,632 7,700 9.55 4,952 884

Leuwidamar

139 Margawangi 15,700 1,000 6.37% 366 94 25.68% 366 308

140 Kanekes 3,000 0 0.00% 2665 120 4.50% 2665

141 Sangkanwangi 17,800 1,000 5.62% 634 440 69.40% 634 217

142 Cisimeut 27,200 2,200 8.09% 995 173 17.39% 995 1072

143 Jalupangmulya** 28,700 1,000 3.48% 833 401 48.14% 833 453

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 111

Kecamatan No Desa

Jalan Sarana Air Bersih Sarana Listrik

Kebutuhan Penanganan % Penanganan

Kebutuhan Terlayani % Terlayani

Kebutuhan Terlayani % Terlayani M M KK KK KK KK

144 Bojongmenteng 14,000 1,000 7.14% 1423 282 19.82% 1423 568

145 Nayagati 11,800 2,500 21.19% 1013 665 65.65% 1013 616

JUMLAH 102,500 7,700 7.51 7,929 2,175

Sajira 146 Maraya 30,500 2,000 6.56% 600 530 88.33% 600 113

JUMLAH 30,500 2,000 6.56 600 530

Muncang 147 Pasir Nangka 35,000 2,000 5.71% 567 110 19.40% 567 259

148 Karangcombong** 16,300 1,000 6.13% 512 122 23.83% 512

JUMLAH 16,300 1,000 6.13 1,079 232

JUMLAH WILAYAH TIMUR 549,703 93,770 17.06 35,228 10,546

JUMLAH TOTAL 1,964,708 267,146 64 115,236 44,023

Sumber : Bappeda Kab. Lebak, 2009

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 112

2.4.3. Fokus iklim Berinvestasi

Pada tahun 2008, Kabupaten Lebak telah memililki Kantor Pelayanan

Perijinan Terpadu (KPPT) sebagai upaya meningkatkan layanan publik. Kantor

tersebut berfungsi untuk mengendalikan pemberian ijin yang menjadi kewenangan

pemerintah Kabupaten Lebak melalui layanan satu atap. Diantara ijin yang proses

administrasinya diserahkan pada KPPT berasal dari Dinas Kesehatan, Dinas Cipta

Karya, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Disporabudpar, Dishutbun,

Distamben DPPKD, dan Bappeda. Sampai dengan tahun 2010, KPPT telah

memproses 11.232 ijin.

Laju pertumbuhan investasi yang ditanamkan di Kabupaten Lebak melalui

Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN),

pada periode tahun 2007–2010, memperlihatkan kecenderungan fluktuatif. Kondisi

ini memberikan sinyalemen bahwa iklim investasi di Kabupaten Lebak cukup

memberikan peluang bagi para penanam modal untuk menanamkan investasinya

di Kabupaten Lebak .

Tabel 2.78

Realisasi Penanaman Modal Asing dan

Penanaman Modal Dalam Negeri Kabupaten Lebak Tahun 2005-2010

NO JENIS

INVESTASI

TAHUN

2005 2006 2007 2008 2009 2010

1 PMDN - 520,000,000,000 15,000,000,000 - 25,000,000,000 551,000,000

2 PMA US$

184,100,000 US$ 1,390,000 US$ 9,250,000

US$ 172,100,000

US$ 8,400,000 9,550,000

- - - 2,400,000,000 3,625,001,200 -

3 NON

FASILITAS 34,400,220,000 385,633,295,000 122,663,000,000 143,138,892,000 302,575,172,548 207,414,149,926

JUMLAH

34,400,220,000 905,633,295,000 137,663,000,000 145,538,892,000 331,200,173,548 207,965,149,926

US$

184,100,000 US$ 1,390,000 US$ 9,250,000

US$

172,100,000 US$ 8,400,000 US$ 9,550,000

Peranan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), dan koperasi dalam

peningkatan pertumbuhan ekonomi masih perlu ditumbuhkembangkan. Hal

tersebut disebabkan kurangnya efektifitas fungsi dan peranan Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah dalam pembangunan serta rentannya UMKM terhadap perubahan

harga bahan bakar. Masih tingginya kredit konsumsi dibandingkan dengan kredit

investasi juga menghambat kontribusi UMKM terhadap pertumbuhan ekonomi

sehingga kurang menopang aktivitas sektor riil. Selain itu, dibutuhkan

Revisi RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009–2014 II - 113

pengembangan UMKM dan koperasi yang mampu mengembangkan agroindustri

dan bisnis kelautan guna menunjang daya beli dan ketahanan pangan.

2.4.4. Fokus Sumber Daya Manusia

Di Kabupaten Lebak struktur umur penduduk usia produktif (15-64 tahun)

63.21% jumlah ini lebih tinggi dibandingkan jumlah penduduk di bawah usia 15

tahun dan penduduk usia di atas 64 tahun, yaitu masing-masing sebesar 33.10%

dan 3.69%.

Dengan demikian, angka ketergantungan yang menggambarkan jumlah

penduduk usia non produktif yang harus ditanggung oleh jumlah penduduk usia

produktif, sebesar 442,982 orang atau 36.79%.

Pada saat ini, peluang untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia

melalui bidang pendidikan sangat terbuka. Hal ini ditopang oleh dukungan

pemerintah baik pusat maupun daerah melalui APBN-APBD yang akan berupaya

menyediakan anggaran untuk pendidikan sebesar 20 persen. Dalam kaitan ini,

pemerintah menyadari bahwa pendidikan merupakan salah satu sarana untuk

meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia serta mempunyai andil besar

terhadap kemajuan sosial ekonomi satu bangsa. SDM yang berkualitas merupakan

salah satu faktor penting bagi kemajuan bangsa. Semakin tinggi tingkat pendidikan

masyarakat semakin tinggi kualitas SDM di wilayah tersebut. Peluang untuk

mendapatkan lapangan pekerjaan atau menciptakan peluang usaha lebih besar

bagi mereka yang berpendidikan tinggi dibandingkan dengan mereka yang

berpendidikan rendah.