Ide Integrasi SIM dan KTP Sebagai Langkah Awal Single Identity Card
Transcript of Ide Integrasi SIM dan KTP Sebagai Langkah Awal Single Identity Card
KARYA TULIS MAHASISWA
IDE INTEGRASI SIM DAN KTP SEBAGAI LANGKAH AWAL SINGLE
IDENTITY CARD
Oleh
Richie Bachtiar Rismawan
1400910007
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS ILMU HAYATI
UNIVERSITAS SURYA
SERPONG
2015
KARYA TULIS MAHASISWA
IDE INTEGRASI SIM DAN KTP SEBAGAI LANGKAH AWAL SINGLE
IDENTITY CARD
Oleh
Richie Bachtiar Rismawan
1400910007
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS ILMU HAYATI
UNIVERSITAS SURYA
SERPONG
2015
i
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur marilah kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa karena atas berkat Rahmat , Karunia , serta Hidayah-Nya, penulis dapat
menyusun karya tulis yang berjudul “Ide Integrasi SIM dan KTP Sebagai Langkah
Awal Single Identity Card” ini.
Tidak lupa, penulis juga mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya
kepada seluruh individu yang telah membantu dalam proses penyusunan karya tulis
ini, khusunya kepada : (1) kedua orang tua penulis yang telah memberikan
dukungan moril berupa tanggapan, masukan, serta doa; (2) Bapak Adityo Pratomo,
S.T., M.IDEA. , selaku dosen Teknologi Masyarakat; dan (3) Seluruh teman-teman
penulis yang telah membantu dalam penulisan karya tulis ini.
Penulis menyadari akan banyaknya kekurangan dalam karya tulis ini.
Penulis juga memohon maaf yang sebesar-besarnya bila terdapat suatu kesalahan
dalam karya tulis ini. Tetapi, penulis berharap agar karya tulis ini memberikan
banyak manfaat bagi pembaca, baik dalam menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan hingga memberikan inspirasi untuk pembaca.
Akhir kata, terimakasih banyak atas perhatiannya.
Tangerang, 1 Maret 2015
Richie Bachtiar Rismawan
NIM : 1400910007
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 3
C. Rumusan Masalah ...................................................................... 3
BAB II : ISI
A. Pengertian dan Sejarah KTP dan e-KTP .................................... 4
B. SIM Secara Umum ..................................................................... 11
C. Proyeksi Integrasi SIM kedalam e-KTP ..................................... 13
D. Proyeksi Kendala dalam Integrasi Sistem .................................. 24
BAB III : PENUTUP
A. Simpulan .................................................................................... 34
B. Harapan ...................................................................................... 34
C. Tanggapan Penulis Mengenai Teknologi Untuk Indonesia ....... 35
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan kita sehari-hari kita seringkali kedapatan memiliki
kartu-kartu yang memiliki fungsi masing-masing di dalam dompet kita.
Fungsi dari kartu-kartu tersebut juga beragam, ada yang berfungsi
sebagai kartu identitas seperti biasa hingga kartu yang menyangkut
asuransi, kesehatan, jaminan, hingga kartu perbankan seperti kartu
ATM dan kartu kredit. Namun, bila kita diberi satu kartu untuk
keperluan identifikasi dari masing-masing perusahaan, institusi,
organisasi, dan perbankan, serta ditambah dengan kartu-kartu seperti
kartu KTP dan SIM (Surat Izin Mengemudi), maka sudah dapat
dipastikan banyaknya kartu yang akan kita miliki. Hal ini mungkin saja
dapat merepotkan kita dalam beraktifitas karena satu kartu hanya untuk
satu kepentingan. Namun, bila satu kartu identifikasi saja bisa
digunakan untuk berbagai macam kepentingan, tentu hal itu akan
memudahkan kita dalam aktifitas kita sehari-hari.
Dalam upaya untuk mengabungkan kartu-kartu tersebut, masih
diperlukannya sebuah sistem dimana kita memiliki satu kode atau
nomor tersendiri yang dapat mewakili data diri kita di database. Hal ini
menuntut kita untuk menerapkan sistem “Single Identification Number”
dimana satu individu diberikan satu nomor unik yang digunakan sebagai
nomor identifikasi untuk berbagai macam keperluan seperti identifikasi
warga negara, surat izin mengemudi, kartu kesehatan, dan lain-lain.
Tuntutan ini juga disebabkan karena masih seringnya kita menemukan
adanya permintaan data diri kita secara berulang-ulang untuk masing-
masing keperluan.
Bila kita bandingkan di Indonesia, tentunya penggunaan konsep
Single Identification Number sudah banyak dibahas khususnya
semenjak dikembangkannya “e-KTP” dan upaya untuk menciptakan
“e-Government” yaitu suatu pemerintahan berbasis teknologi di
2
Indonesia. Meskipun sebenarnya juga masih ada proyek-proyek
pemerintah lain yang berkaitan dengan ini selain e-KTP seperti INAFIS
(Indonesian Automatic Fingerprint Identification System) oleh POLRI.
Oleh karena itu, dengan adanya upaya pemerintah sekarang untuk
mulai menerapkan sistem Single Identification Number, maka penulis
mengira bahwa dimasa yang akan datang perlu diciptakannya “Single
Identity Card” dimana satu kartu identifikasi yang berisi identitas kita
dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan. Single Identity Card itu
sendiri adalah sebuah ide penggabungan semua kartu penanda identitas
kita kedalam satu kartu yang memanfaatkan konsep dari Single
Identification Number. Namun, kita ketahui bersama untuk menciptakan
hal ini diperlukan waktu dan proses yang panjang. Oleh sebab itu,
penulis mengira bahwa integrasi SIM dan KTP kedalam e-KTP dapat
dipergunakan sebagai langkah awal untuk menciptakan Single Identity
Card ini.
Sehingga diharapkan melalui karya tulis ini, penulis bisa
menyajikan analisis dan proyeksi tentang bagaimana bila Single Identity
Card ini diterapkan di Indonesia, serta dampak yang akan ditimibulkan
bagi kehidupan di masyarakat.
3
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah penulis sampaikan
sebelumnya, penulis menemukan beberapa permasalahan sebagai
berikut :
1. Pendataan di Indonesia yang dilakukan oleh banyak instansi,
menjadikan adanya data yang saling tumpang tindih dan
mengurangi efektivitas pengambilan / pencatatan data.
2. Proses pengurusan data kita di pemerintahan menjadi berbelit-
belit dan tidak efektif.
3. Dalam integrasi SIM dan KTP, pasti memerlukan proses yang
panjang. Hal ini disebabkan karena database yang sudah
terlanjur berdiri sendiri-sendiri. Ditambah lagi, proses integrasi
ini juga harus melibatkan banyak institusi pemerintahan.
C. Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah sebelumnya, penulis merumuskan masalah
yang akan dibahas dalam karya tulis ini sebagai berikut :
1. Tinjauan sistem KTP dan e-KTP sekarang;
2. Tinjauan sistem SIM sekarang;
3. Proyeksi integrasi sistem SIM dan KTP kedalam e-KTP; dan
4. Kemungkinan kendala dalam integrasi sistem.
4
BAB II
ISI
A. Pengertian dan Sejarah KTP dan e-KTP
1. KTP secara umum
KTP (Kartu Tanda Penduduk) adalah sebuah kartu yang
harus dimiliki sebagai identitas resmi untuk Warga Negara
Indonesia (WNI) dan Warga Negara Asing (WNA) yang
memiliki Izin Tinggal Tetap (ITAP) yang sudah berumur 17
tahun atau sudah menikah atau pernah menikah. KTP itu sendiri
memiliki masa aktif yang harus diperpanjang setelah masa
berlakunya habis. Untuk WNI, masa aktifnya adalah sepanjang
5 tahun yang masa berakhirnya disesuaikan dengan tanggal dan
bulan kelahiran dari individu yang memiliki kartu tersebut. Dan
untuk WNA yang memiliki ITAP masa aktifnya adalah
disesuaikan dengan masa izin tinggal. Selain itu, warga yang
sudah berusia 60 tahun ke atas berhak mendapatkan KTP seumur
hidup yang tidak perlu diperpanjang lagi. KTP itu sendiri juga
diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2006 yang berisi “Undang-undang Tentang Administrasi
Kependudukan”.
KTP itu sendiri pada umumnya memiliki informasi yang
menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan pemilik KTP
tersebut. Hal-hal tersebut adalah :
a. N.I.K (Nomor Induk Kependudukan);
b. Nama lengkap;
c. Tempat dan Tanggal Lahir;
d. Jenis kelamin;
e. Agama;
f. Status;
g. Golongan darah;
h. Alamat lengkap;
5
i. Pekerjaan;
j. Pas foto;
k. Tempat dan tanggal KTP tersebut dibuat;
l. Tanda tangan pemilik KTP; dan
m. Nama dan nomor induk pegawai pejabat serta tanda
tangannya.
2. Sejarah KTP
Seperti yang sudah kita ketahui, KTP yang kita miliki
sekarang ini merupakan KTP yang diatur berdasarkan Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia no.23 tahun 2006. Hal ini
mungkin terasa aneh dikarenakan KTP yang kita miliki sekarang
baru diatur 61 tahun setelah Indonesia merdeka.
Sebelum diterbitkannya Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia no.23 tahun 2006 ini, Indonesia menggunakan
peraturan peninggalan pemerintah kolonial Hindia Belanda.
Pada kondisi saat itu, banyak pihak yang memanfaatkan
peraturan peninggalan tersebut untuk membuat identitas
kependudukan yang tidak benar mulai dari data palsu hingga
penggandaan. Hingga pada akhirnya atas konsiderasi akan hal-
hal tersebut diciptakanlah peraturan perundang-undangan untuk
mencegah hal tersebut.
Pada awalnya, KTP yang diterbitkan sebelum diterbitkannya
Undang-Undang Republik Indonesia no.23 tahun 2006 ini juga
memiliki karakteristik masing-masing.
Gambar 1 : KTP untuk WNI tampak depan (Kiri)
dan tampak belakang (kanan)
6
Berikut adalah KTP yang pernah berlaku untuk warga
Indonesia.
No. Tahun Karakteristik Bentuk
1 1921-1942
Dicetak diatas kertas
zegel jenis emboss
Ukuran 15 cm x 10
cm
Tercantum nama,
daerah, tanggal
terbit, dan tanda
tangan pejabat
pemerintah daerah
2 1942-1945
Mirip seperti KTP
sebelumnya namun
mencantumkan
bangsa / ras.
Pemegang KTP ini
secara implisit
menyatakan
kesetiannya pada
tentara Nippon
3 1945-1977
KTP ditulis dengan
mesin tik atau
tulisan tangan
KTP setiap daerah
memiliki perbedaan
masing-masing
7
4 1977-2003
KTP dibuat
menggunakan
blanko kertas yang
kemudian
dilaminating plastik
Data mulai tercetak
dengan komputer
Hanya berlaku pada
untuk tingkat
kabupaten/kota
5 2004-2010
KTP terbuat dari
plastik
Kartu dapat tahan
lebih lama
dibanding
sebelumnya
Terdapat N.I.K
Berlaku secara
nasional
8
3. Sejarah e-KTP
Setelah memahami permasalahan yang ada pada proses
administrasi KTP sebelumnya seperti banyaknya penggandaan
KTP dan KTP palsu, pada era kabinet Indonesia Bersatu II tahun
2009, Menteri dalam negeri akhirnya mengajukan untuk
diciptakan dan diterapkannya KTP elektronik. KTP elektronik
ini diharapkan untuk dapat menghentikan kerugian negara dari
tidak tertibnya administrasi kependudukan dan penerbitan KTP
yang tidak benar untuk keperluan seperti (1) menghindari pajak,
(2) memudahkan pembuatan paspor yang tidak dapat dibuat
diseluruh kota, (3) sebagai alat untuk menutupi korupsi atau
tindak kejahatan lainnya, dan (4) untuk menyembunyikan
identitas dengan tujuan terorisme.
Pelaksanaan program e-KTP ini dimulai pada bulan Februari
2011 yang terbagi menjadi 2 tahap dimana Tahap pertama
diadakan mulai tahun 2011 dan berakhir pada 30 April 2012 dan
mencakup 67 juta penduduk di 2348 kecamatan dan 197
kabupaten/kota. Sedangkan tahap kedua yang diadakan
setelahnya mencakup 105 juta penduduk yang tersebar di
kabupaten/kota lainnya di Indonesia.
Pengembangan e-KTP ini juga berdampak pada perubahan
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan menjadi Undang-undang Nomor 24 Tahun 2013.
Setelah disahkannya undang-undang ini, maka semua sebutan
KTP dalam undang-undang harus dimaknai sebagai e-KTP.
Penamaan e-KTP ini juga dirubah kembali untuk mengikuti
norma Bahasa Indonesia menjadi “KTP-el” (KTP Elektronik)
4. Konsep, Karakteristik dan Fungsi e-KTP
a. Konsep
KTP elektronik menurut situs resmi e-KTP secara
konsep adalah “Dokumen kependudukan yang memuat
9
sistem keamanan/pengendalian baik dari sisi
administrasi ataupun teknologi informasi dengan
berbasis pada basis data kependudukan nasional”.
b. Karakteristik
Bersumber dari website resmi e-ktp dan wikipedia,
berikut adalah karakteristik dari e-ktp :
1) Foto dicetak langsung pada kartu;
2) Data tercetak dengan komputer;
3) Mampu menyimpan data didalam chip sesuai
dengan standar internasional NISTIR 7123 dan
Machine Readable Travel Documents ICAO
9303 serta EU Passport Specification 2006;
4) Chip yang digunakan tidak nampak karena
menggunakan teknologi RFID (Radio Frequency
Identification);
5) Menggunakan card reader tersendiri untuk
membaca atau menyimpan data kedalam e-ktp;
6) Berukuran 53,98 mm x 85,60 mm sesuai dengan
ISO 7810;
7) Fisik e-ktp terbuat dari bahan PVC/PC;
8) Memiliki nomor serial khusus;
9) Terdapat Gulloche Patterns pada kartu;
Gambar 2 : Ilustrasi e-KTP
10
10) Dalam pembuatannya diperlukan pemindaian
foto dan tanda tangan / cap jempol sebagai
identifikasi unik setiap individu;
11) Mampu menampung seluruh data personal yang
diperlukan dalam berbagai aplikasi;
12) Dipercaya tidak dapat dipalsukan / digandakan;
13) Satu kartu hanya diperuntukan untuk satu orang;
14) Tingkat kepercayaan terhadap keabsahan kartu
terbilang sangat tinggi; dan
15) Berlaku untuk tingkat Nasional.
Berikut adalah sketsa e-KTP yang dipublikasikan
pada 21 April 2011 :
c. Fungsi e-KTP
Berikut adalah beberapa fungsi dari e-KTP
(bersumber dari wikipedia diakses 22 Februari 2015) :
1) Sebagai identitas diri;
2) Pemudahan dalam pengurusan izin, perbankan,
dan sebagainya;
3) Untuk mencegah KTP ganda atau palsu; dan
4) Membantu dalam menciptakan keakuratan data
penduduk.
Gambar 3 : Sketsa e-KTP
11
B. SIM Secara Umum
SIM yang dimaksud disini adalah Surat Izin Mengemudi. Surat Izin
mengemudi itu sendiri di Indonesia merupakan hal yang wajib dibawa
oleh setiap pengendara kendaraan bermotor, baik itu roda 2, roda 4 atau
lebih. SIM berfungsi sebagai bukti registrasi dan identifikasi yang
diberikan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) kepada
warga yang sudah memenuhi syarat administrasi dan syarat untuk dapat
mengendarai kendaraan di jalanan umum seperti sehat jasmani dan
rohani, serta memahami segala peraturan lalu lintas. Setelah lulus syarat
administrasi dan sebagainya, data hasil tes dan informasi mengenai
pengendara disimpan dalam database POLRI.
Surat Izin Mengemudi ini sendiri diatur dalam Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2009. Setiap pengemudi kendaraan bermotor wajib
untuk membawa Surat Izin Mengemudi sesuai dengan kendaraan yang
dikemudikannya. Jika pengemudi pengandaraan bermotor melanggar
peraturan ini, pengemudi kendaraan bermotor tersebut akan terkena
hukuman pidana dengan ketentuan yang berbeda sesuai dengan aturan
yang diatur Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009. Pengemudi yang
hanya tidak dapat menunjukkan Surat Izin Mengemudi akan dipidana
dengan hukuman pidana kurungan maksimal 1 (satu) bulan dan/atau
denda paling banyak Rp.250.000,-. Namun, pengemudi yang
mengemudikan kendaraan bermotor dijalan dan tidak memiliki Surat
Izin Mengemudi akan dikenakan dengan hukuman pidana kurungan
maksimal 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp.1.000.000,-.
Untuk keperluan permohonan pembuatan SIM perseorangan,
pemohon harus memenuhi syarat dan proses sebagai berikut :
1. Memiliki KTP serta berusia minimal 17 tahun untuk SIM A, C,
dan D, 20 tahun untuk SIM B1, dan 21 tahun untuk SIM B2;
2. Mengisi formulir permohonan;
3. Sehat jasmani dan rohani; dan
4. Lulus ujian teori dan praktek baik langsung atau menggunakan
simulator.
12
SIM itu sendiri juga terbagi untuk dua jenis keperluan yaitu, umum
dan perseorangan. Selain itu, SIM juga terbagi berdasarkan golongan
kendaraan yang dikendarai.
Berikut adalah daftar golongan berdasarkan jenis kendaraan dan
peruntukannya yang diatur dalam pasal 80 UU No.22 Tahun 2009 untuk
perseorangan dan pasal 82 UU No.22 Tahun 2009 untuk umum :
1. SIM A perseorangan, untuk mengemudikan mobil penumpang
dan barang perseorangan dengan jumlah berat yang
diperbolehkan tidak melebihi 3.500 kg.
2. SIM A umum, untuk mengemudikan kendaraan bermotor umum
dan barang dengan jumlah berat yang diperbolehkan tidak
melebihi 3.500 kg.
3. SIM B1 perseorangan, untuk mengemudikan mobil penumpang
dan barang perseorangan dengan jumlah berat yang
diperbolehkan lebih dari 3.500 kg.
4. SIM B1 umum, untuk mengemudikan mobil penumpang dan
barang umum dengan jumlah berat yang diperbolehkan lebih
dari 3.500 kg.
5. SIM B2 perseorangan, untuk mengemudikan kendaraan alat
berat, kendaraan penarik, atau kendaraan bermotor dengan
menarik kereta tempelan atau gandengan perseorangan dengan
Gambar 4 : Surat Izin Mengemudi Golongan A
13
berat yang diperbolehkan untuk kereta tempelan atau gandengan
lebih dari 1.000 kg.
6. SIM B2 umum, untuk mengemudikan kendaraan penarik atau
kendaraan bermotor dengan menarik kereta tempelan atau
gandengan dengan berat yang diperbolehkan untuk kereta
tempelan atau gandengan lebih dari 1.000 kg.
7. SIM C (khusus perseorangan), untuk mengemudikan Sepeda
Motor.
8. SIM D (khusus perseorangan), untuk mengemudikan kendaraan
khusus bagi penyandang cacat.
C. Proyeksi Integrasi SIM kedalam e-KTP
Berdasarkan hal-hal yang sudah ketahui bersama. SIM dan e-KTP
adalah 2 hal yang berbeda baik dalam sistem pembuatan /
permohonannya, atau dalam tujuan serta fungsi-nya. Tetapi, hal ini tidak
menutup kemungkinan akan pembauran kedua sistem ini menjadi satu
kesatuan yang utuh.
Sebagai langkah awal dalam pengembangan Single Identity Card,
integrasi SIM dan e-KTP penulis anggap sebagai langkah awal yang
tepat. Hal ini dikarenakan selain keduanya sama-sama dikeluarkan oleh
instansi pemerintah, SIM dan e-KTP pada umumnya merupakan hal
yang mutlak harus dimiliki sebagai bukti identitas warga negara serta
mengharuskan adanya tindakan proaktif dari warga masyarakat untuk
mendapatkannya. Dan teknologi untuk menciptakan sebuah sistem SIM
dan e-KTP yang terintegrasi sudah ada saat ini.
Berikut adalah gambaran integrasi sistem, dan manfaat yang dapat
diberikan bila kedua sistem ini berhasil terintegrasi :
1. Gambaran Bila Terjadinya Integrasi Sistem
SIM nantinya akan terintegrasi dengan e-KTP. Hal ini
dimungkinkan dengan cara semua data yang berkaitan dengan
SIM tersebut akan dimasukkan ke dalam e-KTP. Karena KTP
14
kita pada umumnya pasti memiliki beberapa informasi yang
sama dengan informasi pada SIM seperti nama, tempat dan
tanggal lahir, alamat, serta tanda identifikasi unik kita seperti
sidik jari dan tanda tangan.
Karena nanti e-KTP akan terintegrasi dengan SIM, maka
tentu akan dibutuhkan sebuah database untuk menampung
informasi dasar dari warga negara dan menggambarkan secara
rinci bagian-bagian data dan hubungan-hubungannya dalam
kehidupan bermasyarakat sebagai warga negara. Database ini
nantinya tidak boleh sembarangan dan database ini nanti harus
diatur oleh pemerintah yang menuju ke arah e-Goverment.
Database ini tentu nanti akan menampung semua informasi yang
ada pada KTP dan SIM secara bersamaan sehingga akan lebih
mudah dalam mengakses informasi yang menyangkut kedua hal
tersebut secara bersamaan. Ditambah lagi, e-KTP yang akan
menyimpan semua data diri kita nanti dan menyambungkannya
ke database secara online dapat dipergunakan demi kepentingan
akurasi data kependudukan. Hal ini juga bisa dimanfaatkan
untuk mengetahui berapa jumlah orang yang sudah memiliki
SIM baik itu golongan A,B,C, dan D.
Di Indonesia sendiri kita sering menemui banyaknya
pengambilan data berulang kali untuk setiap instansi. Data-data
yang tidak terintegrasi ini pada umumnya dapat menciptakan
“Data Redundancy”, suatu kondisi dimana data dengan tipe
yang sama seperti nama, tempat tanggal lahir, dan alamat,
diambil berulang kali dan dimasukkan ke database yang
berbeda-beda untuk masing-masing cabang. Kondisi ini dapat
menciptakan suatu permasalahan dimana bila terjadi suatu
perubahan di suatu cabang, data yang dirubah tidak akan
merubah data di cabang yang lain. Sehingga, bisa jadi
menimbulkan adanya permasalahan pada keakuratan data dan
klarifikasi / validasi data. Namun dengan terintegrasinya SIM
15
kedalam e-KTP, hal seperti Data Redundancy dapat dikurangi
karena databasenya sudah menjadi satu atau setiap database
memiliki relasi hubungan. Ditambah lagi, hal ini juga dapat
dimanfaatkan untuk menghindari terjadinya tindak kriminal
pemalsuan dokumen karena semua properti menyangkut seorang
warga negara dalam database itu terproteksi dengan identifikasi
unik secara biometrik, yaitu dimana dimanfaatkannya
karakteristik biologi khusus yang terukur pada manusia sebagai
metode untuk autentikasi.
Selain itu, untuk mempermudah akses data yang tersimpan,
selain menggunakan chip yang tertanam dalam e-KTP,
pemerintah bisa saja memanfaatkan teknologi “QR Code”
sebuah teknologi yang dapat mengubah tulisan menjadi code
yang dapat dipindai menggunakan “QR Code Scanner”. QR
code itu sendiri merupakan teknologi yang sudah sering kita
jumpai saat ini untuk menggantikan barcode yang jumlah
karakter yang dapat di simpannya hanya terbatas sekitar 6 digit
angka awal dan 6 digit angka pangkat atau kurang lebih sekitar
1.000.000.000.000 (satu triliun) kombinasi angka, dan
sedangkan, jumlah karakter yang dapat disimpan QR code yaitu
sekitar 4.296 karakter alfanumerik. QR code itu sendiri juga
merupakan teknologi yang dikembangkan di Jepang pada
awalnya untuk keperluan otomotif di Jepang. Namun sekarang,
QR code ini sudah merambah ke berbagai bidang dan pada
umumnya QR code ini menyimpan sebuah link atau tulisan
tertentu. Sehingga di Indonesia, QR code ini nanti dapat
dimanfaatkan untuk menyimpan sebuah link / pratinjau pada e-
KTP setiap warga. Link ini nanti merupakan link menuju
database kita yang ada di server pemerintah dimana kita dapat
mengakses informasi dasar publik yang akurat dari pemilik e-ktp
tersebut. QR code ini juga nantinya dapat berguna untuk
keperluan akses data lengkap pemilik e-KTP dilapangan seperti
16
pada penilangan, atau registrasi darurat di rumah sakit dimana
tidak ada card reader untuk membaca data yang tersimpan di
chip di e-KTP .
Intinya, Integrasi SIM kedalam e-KTP dapat memudahkan
masyarakat akan kepentingan kepengurusan kedua hal tersebut.
Selain itu, integrasi ini juga dapat memudahkan atau
menyederhanakan pengurusan hal-hal yang berkaitan dengan
birokrasi yang sebelumnya berbelit-belit. Semua ini juga untuk
membentuk suatu akurasi dalam pendataan yang diharapkan
dapat bermanfaat nanti, ditambah lagi nanti dengan adanya tren
IT yaitu “Big Data” atau “Data Mining” yang cepat atau lambat
pasti akan masuk ke Indonesia.
Dan bila integrasi ini berhasil, mungkin akan didapati
terbukanya kemungkinan bahwa instansi-instansi lain juga dapat
masuk dan mengintegrasikan sistemnya sehingga dapat
menciptakan “Single Identity Card” dimana satu kartu identitas
dapat dipergunakan untuk semua keperluan. Semua kegiatan
sosial kemasyarakatan seperti pembuatan asuransi, tabungan,
Gambar 5 :QR Code dan pemanfaatannya untuk tiket dan Visa
17
dan sebagainya akan dapat terhubung dan menjadi lebih mudah
dikarenakan database yang sudah terintegrasi.
2. Proyeksi Teknis Pelaksanaan
Berikut adalah proyeksi teknis pelaksanaan yang mungkin
untuk proses permohonan dan pelaksanaan perekaman data
untuk e-KTP dan SIM baru, ketika e-KTP dan SIM sudah
terintegrasi dan semua data warga negara sebelumnya sudah
dikonversi mengikuti sistem yang baru :
a. Warga negara yang sudah melahirkan anaknya dan akan
diciptakan akte kelahirannya akan disertai dengan
perekaman data awal untuk database utama
kependudukan. Perekamanan ini akan mencakup hal-hal
seperti nama, tempat tanggal lahir, dan hal-hal yang
berkaitan dengan catatan sipil seperti Kartu Keluarga.
Pada saat ini jugalah warga negara yang baru lahir ini
menerima NIK (Nomor Induk Kependudukan)
sementara yang akan dipergunakan nanti saat pembuatan
e-KTP.
b. Warga negara yang sudah berumur 17 tahun atau sudah
memenuhi syarat untuk mengajukan KTP akan
mencocokkan datanya dengan data yang sudah direkam
sebelumnya dengan menggunakan NIK sementaranya
untuk kemudian ditambahkan data biometriknya seperti
tanda tangan, sidik jari, dan lain-lain. Setelah itu, warga
negara tersebut akan mendapatkan kartu fisik e-KTP dan
dipatenkan datanya di database Negara. Kecuali bila
penduduk tersebut berpindah kewarganegaraan dari
warga negara asing menjadi warga negara Indonesia atau
warga negara asing tersebut mengajukan KTP karena
memiliki ITAP, proses perekaman untuk data awal dapat
18
langsung dilakukan ditempat dan pada database Negara
akan terdapat penanda khusus.
c. Warga negara yang sudah memenuhi syarat untuk
mengajukan permohonan SIM dapat langsung
mengajukan permohonan secara online atau
mengajukannya kepada instansi yang bersangkutan baik
itu instansi yang menangani pengurusan e-KTP atau
POLRI secara langsung dengan menggunakan referensi
data dari database e-KTP. Setelah syarat permohonan
dan syarat administratif sudah dipenuhi maka pemohon
hanya tinggal menuju lokasi ujian dan menerima hasil
ujiannya. Bila lulus, maka e-KTP pemohon akan
memiliki data SIM.
d. Warga negara yang kehilangan e-KTP karena suatu
ketidaksengajaan dapat mengajukan permohonan e-KTP
baru dengan menggunakan identifikasi biometrik.
e. Warga negara yang pada e-KTP -nya sudah dicabut SIM-
nya tidak dapat mengajukan permohonan pembuatan
SIM kembali kecuali dengan alasan dan perizinan
khusus.
f. Pemilik e-KTP yang sudah meninggal atau berpindah
kependudukan akan ditandai didalam database namun
datanya tidak akan dihapus melainkan akan dibiarkan
atau dipindahkan ke database khusus demi kepentingan
arsip data kependudukan. Hal ini dilakukan untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti
pemanfaatan / penyalahgunaan identitas dan lain-lain.
3. Manfaat Integrasi Sistem
Integrasi dari sistem ini tentu memiliki tujuan dan akan
membawa manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut bila kita
lihat dari berbagai sisi antara lain :
19
a. Dari segi birokrasi
Bila kita lihat dari tata cara pemerintahan, dengan
adanya integrasi SIM ke e-KTP, akan tercipta suatu
kondisi dimana adanya keakuratan data penduduk, serta
mempermudah dalam administrasi kependudukan dan
birokrasi. Manfaat yang dapat diperoleh dari adanya
integrasi sistem ini dari segi birokrasi antara lain adalah
adanya kemudahan dalam pengurusan e-KTP dan SIM,
adanya kemampuan untuk mencegah terjadinya
kecurangan dilapangan yang berkaitan dengan data
kependudukan serta SIM, serta dapat menciptakan
kondisi dimana pemerintah dan kepolisian memiliki
kesatuan karena database-nya sudah bersatu yang dapat
memudahkan semua pihak dalam birokrasi.
Dengan adanya integrasi ini, pengurusan data
penduduk serta SIM akan dimudahkan dan tidak
berbelit-belit karena pengurusannya sudah menjadi satu
pintu. Warga yang ingin mengajukan permohonan
perpanjangan KTP bisa saja sekaligus mengajukan
permohonan SIM, atau permohonan SIM bisa dilakukan
dengan proses yang sama dengan KTP atau bisa juga
dilakukan secara online sehingga pemohon bisa langsung
datang ke pihak kepolisian hanya untuk melakukan ujian
tulis dan praktik. Data Redudancy juga dapat
diminimalisir dan menjadikan sistem pendataan menjadi
lebih efektif.
Karena seperti yang kita ketahui bersama,
permohonan pengajuan SIM memiliki prosedur dan
persyaratan yang harus dipenuhi oleh pemohon. Namun,
dari sini kecurangan dapat kita temui dengan alasan
untuk mempercepat proses dalam permohonan SIM.
Kecurangan yang sering kita jumpai dilapangan ini
20
biasanya kita sebut sebagai “SIM tembak” dimana
pemohon SIM dibantu oleh orang dalam kepolisian yang
dapat memalsukan hasil test dan syarat-syarat
administrasi lainnya dengan bayaran tertentu.
Untuk mencegah hal tersebut, pemerintah bisa saja
memanfaatkan integrasi ini untuk melakukan pelacakan
dan pencegahan atas pelaku-pelaku kecurangan. Karena
nanti SIM terintegrasi dalam e-KTP, tidak ada cara lain
bagi kepolisian untuk mengeluarkan “SIM tembak”
secara langsung, sehingga mau tidak mau pihak
kepolisian harus menyerahkan hasil test pemohon
kepada pusat yang kemudian disana di cek
keabsahannya, seperti adanya dokumentasi, cara
penjawaban soal, serta kecocokan dengan data e-KTP
pemohon. Setelah itu, pusat hanya tinggal merubah di
database pemohon bahwa pemohon tersebut sudah lulus
atau tidak lulus test pada hari dan tanggal sekian dan oleh
siapa. Kemudian pusat bisa saja memasukkan
dokumentasi yang dikirimkan oleh pihak kepolisian saat
test kedalam database e-ktp pemohon tersebut.
Meskipun nanti bisa saja ada pihak yang tidak
bertanggung jawab, namun data-nya dapat dilacak dan
dapat ditindaklanjuti karena semuanya terhubung ke
database dan dapat dilacak log aktifitasnya. Hal ini
meningkatkan kemampuan traceability / pelacakan
riwayat yang selama ini sangat lemah dalam praktek
keseharian, hal yang paling mudah untuk dijadikan
contoh adalah memungkinkannya seorang warga negara
yang melakukan pelanggaran lalu lintas dan disita SIM
nya tapi bisa mengajukan pengajuan SIM baru di tempat
lain.
21
b. Dari segi teknis
Ada 2 jenis manfaat yang dapat tercipta dari
terintegrasinya SIM kedalam e-KTP. Diantaranya adalah
manfaat berupa adanya penghematan biaya dan
memperkuat Standard Operating Procedure (SOP) /
prosedur standar operasi proses praktik yang sudah
terjadi dilapangan.
Seperti yang kita ketahui proses permohonan SIM
akan menyebabkan kita menerima SIM secara fisik yang
berbentuk kartu. Dalam proses pembuatan kartu tersebut
juga pasti akan membutuhkan biaya tambahan dan
membutuhkan anggaran yang tidak sedikit untuk
setidaknya membeli peralatan untuk percetakannya, dan
dasar dari kartu SIM tersebut setiap tahunnya. Namun,
dengan adanya Integrasi ini, POLRI tidak perlu lagi
mengeluarkan biaya untuk hal-hal yang berkaitan dengan
produksi kartu. Biaya yang diperlukan bila integrasi SIM
kedalam e-KTP ini sudah berlangsung hanyalah biaya
untuk kartu e-KTP, dan biaya maintenance /
kepengurusan hal-hal yang menunjang e-KTP seperti
pengurusan terhadap server e-KTP, dan pemindai e-
KTP. Walaupun mungkin biayanya tidak sebanding
karena bisa jadi biaya e-KTP lebih mahal, namun
setidaknya dengan menipisnya biaya pengeluaran untuk
SIM, biaya tersebut dapat dipergunakan untuk
pengembangan e-KTP selanjutnya.
Lalu, dilapangan sering kita temui adanya praktik
penilangan oleh pihak kepolisian dijalan ketika terjadi
pelanggaran yang dilakukan oleh pengguna kendaraan
bermotor dijalan. Dalam prosedur penilangan ini
biasanya polisi akan menghentikan pengemudi
kendaraan yang melanggar peraturan lalu akan diberikan
22
penjelasan mengenai pelanggaran yang sudah dilanggar
oleh pengemudi kendaraan tersebut serta tabel denda
yang harus dibayar sesuai dengan pelanggaran yang
dilakukan pengemudi kendaraan bermotor tersebut.
Pelanggar kemudian berhak untuk menerima surat bukti
pelanggaran / surat tilang. Surat tilang ini sendiri dibagi
menjadi 2 jenis tergantung dari bagaimana pengemudi
kendaraan bermotor yang ditilang polisi tersebut
bertindak. Bila pelanggar menerima / mengaku atas
kesalahan yang Ia lakukan maka pelanggar tersebut
berhak untuk mendapatkan “slip Biru” dan membayar
denda di BRI setempat, setelah itu pelanggar tersebut
harus mengambil surat-surat seperti SIM dan STNK
yang ditahan / disita pihak kepolisian setempat dimana
kejadian pelanggarangan / penilangan tersebut berada.
Namun, pelanggar juga berhak untuk menolak
penilangan polisi untuk kemudian diberikan “slip
Merah”. Pelanggar yang menolak akan disidang di
pengadilan atas dakwaan yang diberikan polisi saat
penilangan. Kemudian, pengadilan akan memutuskan
apakah terdakwa bersalah atau tidak berdasarkan
keterangan dari polisi yang menilang dan pelanggar.
Persidangan ini dilakukan di peradilan setempat pada
waktu sekitar 5 sampai 10 hari kerja setelah hari
pelanggaran.
Gambar 6 :Slip tilang kendaraan Merah (Kiri) dan Biru (Kanan)
23
Namun dengan adanya Integrasi SIM dan e-KTP,
proses penilangan dapat ditambah dengan memanfaatkan
teknologi yang ada pada e-KTP untuk menciptakan
sebuah log pelanggaran yang sudah dilakukan oleh
pemilik e-KTP tersebut.
Seperti yang sudah diproyeksikan sebelumnya,
kedepannnya mungkin e-KTP akan menyediakan tempat
untuk memasukkan “QR Code”. Dengan memanfaatkan
QR code yang ada ini, pihak kepolisian tidak perlu lagi
untuk menyediakan surat tilang karena bisa saja akan
terciptanya sebuah aplikasi pemindaian QR code di KTP
untuk keperluan penilangan. Dimana nanti, QR code
yang memiliki link ke database pemilik e-KTP ini akan
dipindai dan diberikan tanda di database e-KTP bahwa
pemilik e-KTP tersebut sedang dalam proses penilangan
/ atau terkena tilang. Hal ini juga dapat membantu pihak
kepolisian atau pihak-pihak lainnya yang berkepentingan
untuk mengetahui pelanggaran-pelanggaran yang sudah
dilakukan oleh pemilik e-KTP itu sebelumnya. Dan bisa
saja bila pemilik e-KTP sudah melakukan banyak
pelanggaran, SIM-nya dapat disita.
Teknologi yang sudah ada sekarang ini juga dikira
sudah dapat mendukung penerapan sistem ini
dilapangan. Karena pengembangan aplikasi untuk
pemindaian ini hanyalah menggunakan perangkat
smartphone Android yang sudah sering kita temui yang
dilengkapi dengan aplikasi pemindai QR code. Aplikasi
yang akan dikembangkan nanti hanya bertugas untuk
menerima input berupa scan QR code e-KTP pelanggar,
memberi tanda di server secara online dan melakukan
komputasi otomatis tentang hal-hal yang menyangkut
dengan penilangan seperti : (1) slip apa yang akan
24
pemilik e-KTP yang di scan terima; (2) pasal hukum
serta denda yang akan pelanggar terima; dan (3)
penerimaan / pengakuan atas pelanggaran yang
dilakukannya. Namun bila tidak ada koneksi ke server
karena masalah jaringan seperti Internet dan sebagainya,
data pelanggaran akan disimpan sebagai file berkas yang
dapat dicetak ditempat untuk kemudian dikirimkan ke
pusat dan/atau disimpan sebagai arsip dan diberikan ke
pelanggar sebagai slip pelanggaran secara fisik.
D. Proyeksi Kendala dalam Integrasi Sistem
Dalam proses integrasi kedua sistem yang berbeda baik tujuan dan
fungsi serta tata cara pembuatannya ini, penulis menyadari banyaknya
kendala yang akan dihadapi. Namun, penulis berusaha untuk
menyajikan gambaran dan pembahasan permasalahan yang mungkin
akan muncul nanti serta pemikiran akan solusinya. Permasalahan /
kendala yang akan dibahas tersebut antara lain :
1. Dari segi birokrasi
Kita mengetahui setiap instansi pemerintahan pasti memiliki
database mereka masing-masing. Dan menggabungkan dua
database atau lebih juga merupakan hal yang tidak mudah karena
setiap instansi harus mencocokan dan mencari relasi yang ada
dari setiap data. Proses ini mungkin akan memakan waktu lama
dan dapat mengganggu birokrasi yang sedang berjalan sekarang
ini.
Database pemerintahan juga harus dikembangkan dengan
sistem dan teknologi yang maju serta dilakukan perawatan oleh
tim ahli khusus untuk menangani database kependudukan.
Penggunaan metode “File Processing” dimana satu instansi
memiliki database tersendiri juga sudah harus diganti dengan
database yang terintegrasi satu sama lain dimana hanya ada satu
database umum yang sebagian datanya hanya dapat diubah oleh
25
sebagian instansi tertentu saja. Data yang ada dalam database
tersebut juga harus memenuhi syarat-syarat seperti :
a. Adanya keakuratan data;
b. Data yang ada dapat di verifikasi;
c. Data yang ada merupakan data yang terbaru;
d. Adanya keteraturan data; dan
e. Data tersebut dapat diakses baik itu hanya untuk
pembacaan data ataupun menambah atau mengurangi
data.
Pemerintah juga harus menciptakan sebuah sistem birokrasi
baru yang dapat digunakan sebagai penunjang dalam proses
integrasi SIM kedalam e-KTP ini. Dan dalam penciptaan sistem
birokrasi yang baru ini, pemerintah harus mempertimbangkan
tata cara pemerintahan yang sangat sederhana agar dapat
mempermudah dalam konversi sistem lama menjadi sistem yang
baru dan dapat mencegah kebingungan di masyarakat dan tidak
menambah sistem yang berbelit-belit yang dapat menghilangkan
tujuan dari integrasi sistem SIM kedalam e-KTP ini yaitu
sebagai langkah awal untuk menciptakan “Single Identity Card”.
Ditambah lagi, masalah otorisasi dalam penanganan database
besar ini akan menjadi hal yang krusial karena menyangkut data
warga negara yang sangat besar dan perlu jaminan yang sangat
tinggi dari segi kemanan, pengelolaan, dan teknis pemeliharaan
data. Untuk itu, pasti diperlukannya perangkat hukum yang
sangat mapan agar sistem ini dapat terjamin legalitasnya. Oleh
karena itu sekali lagi, akan membutuhkan waktu dalam proses
pengembangannya karena hal ini menyangkut pembentukan
payung hukum berupa Undang-undang atau Peraturan
Pemerintah.
Selain itu, kendala paling besar dari segi birokrasi yang dapat
menghambat perkembangan integrasi sistem ini adalah sebuah
“Ego Sektoral”. Ego sektoral itu sendiri dapat diartikan sebagai
26
sebuah perilaku mementingkan kepentingan dirinya dan
kelompoknya sendiri. Hal ini dapat disebabkan dengan adanya
perasaan tertekan dan tidak nyaman atau terganggu bila
urusannya dicampuri, atau kelompok tersebut dalam keadaan
dimana kelompok tersebut menganggap kelompoknya paling
berkuasa atau dalam kasus birokrasi menganggap instansinya
paling berperan, atau ketika kelompok tersebut sedang mencari
keuntungan untuk mereka sendiri. Ego sektoral ini juga biasa
disebut sebagai perebutan kewenangan atau kekuasaan antar
instansi yang merupakan gejala yang sangat tidak sehat dalam
pemerintahan.
Kita sering menjumpai adanya kasus Ego Sektoral di
Indonesia. Salah satu contohnya adalah dimana POLRI tidak
ingin dicampuri dengan instansi pemerintahan lain. Contohnya
adalah pada kasus “Konfrontasi Cicak dan Buaya” atau lebih
sering dinamakan dengan “Cicak Vs Buaya” dimana pihak
POLRI tidak ingin KPK mencampuri urusan / wewenang
POLRI. Kasus-kasus Ego Sektoral ini menunjukkan bahwa
birokrasi di Indonesia masih belum terkoordinasi dengan baik
antara satu sama lain sehingga dapat menghambat proses
integrasi kedua sistem. Sehingga cepat atau lambat, Ego sektoral
haruslah ditangani oleh pemerintah sebelum melakukan
integrasi SIM kedalam e-KTP ini. Ditambah lagi bila integrasi
ini dianggap dapat mengancam keuntungan yang didapatkan
dari sistem birokrasi yang sudah ada.
Setiap instansi yang bersangkutan bisa saja menolak rencana
integrasi ini dengan berbagai macam alasan demi untuk menjaga
pekerjaan mereka dan pemasukan yang dapat didapatkan dari
sistem yang sudah ada sekarang. Dimungkinkan juga bahwa ada
pihak-pihak yang sengaja menolak integrasi ini demi
kepentingan masing-masing. Dimungkinkan juga rencana
integrasi ini digagalkan untuk menjaga ladang korupsi yang ada.
27
Sehingga satu-satunya solusi untuk menangani masalah ini
adalah dukungan dan pengawasan dari masyarakat yang akan
sangat dibutuhkan untuk melakukan integrasi ini. Demi
kepentingan Integrasi sistem ini juga, baik pihak dari pembuatan
SIM dan pembuatan e-KTP harus saling bekerja sama dan tidak
mementingkan kepentingan masing-masing. Meski mungkin hal
ini dapat mengurangi pendapatan untuk salah satu instansi,
namun dampak positif yang mungkin dibawa oleh integrasi SIM
kedalam e-KTP tidak boleh dibuang begitu saja. Namun sekali
lagi, semua tergantung dari niat dan keinginan pihak yang
bersangkutan untuk membangun Indonesia.
2. Praktik di lapangan
Dalam praktinya di lapangan, pengembangan atau
pemanfaatan integrasi SIM kedalam e-KTP dapat menjumpai
beberapa permasalahan / kendala. Beberapa kemungkinan
kendala tersebut antara lain adalah mulai dari sisi sarana
prasarana, sisi pelaksana dan pengguna, serta otorisasi akses ke
data penduduk di database yang akan menyangkut kemasalah
privasi.
Berikut adalah pembahasan masalah / kendala yang mungkin
akan terjadi di lapangan
a. Sarana Prasarana
Salah satu permasalahan / kendala yang paling
mendasar yang mungkin akan kita temukan dilapangan
ketika pengembangan integrasi ini adalah permasalahan
yang berkaitan dengan penyediaan infrastruktur
khususnya infrastruktur jaringan dan internet yang
merupakan teknologi penunjang utama dalam integrasi
SIM kedalam e-KTP ini. Karena seperti yang kita
ketahui, koneksi Internet dan jaringan di Indonesia bisa
terbilang jauh dari standar internasional dan memiliki
28
banyak permasalahan seperti jaringan yang tidak stabil
dan penyebaran Internet yang belum menjangkau seluruh
pelosok wilayah Negara Indonesia.
Padahal bila kita lihat fakta berdasarkan data yang
diambil dari wearesocial.sg pada bulan Januari 2015,
penggunaan internet di Indonesia sudah mencapai sekitar
72.7 juta pengguna dari total penduduk di Indonesia yang
mencapai sekitar 255.5 juta. Fakta ini menunjukkan
bahwa seharusnya infrastruktur seperti Internet dan
jaringan di Indonesia harus mulai diperbaiki dan diawasi
serta dilakukan perawatan. Pemerintah juga seharusnya
mulai menyediakan sebuah ISP (Internet Service
Provider) atau penyedia jasa internet sendiri yang
dikhususkan untuk keperluan pemerintahan. Hal ini
selain akan membantu dalam pemanfaatan integrasi SIM
kedalam e-KTP, dapat dipastikan juga dapat membantu
dalam proses pemerintahan yang menuju ke arah “e-
government”.
Hal lain yang tidak boleh kita lupakan juga adalah
penyebaran prasarana penunjang dasar seperti komputer
dan peralatan lain untuk mendukung dalam pemanfaatan
sistem yang terintegrasi ini. Pemerintah harus mulai
memikirkan sebuah rencana atau merencanakan sebuah
program untuk memperkenalkan teknologi seperti
komputer ke seluruh penjuru Nusantara. Pengenalan
teknologi ini bukan hanya sekedar memberikan
informasi dasar tentang apa itu komputer atau teknologi
yang akan digunakan, namun juga memberikan pelatihan
pemanfaatan teknologinya secara penuh dan utuh kepada
masyarakat.
29
b. Pelaksana dan Pengguna
Dalam praktik dilapangan pasti akan dijumpai
adanya pihak pelaksana dari pemerintah dan pihak
pengguna baik itu masyarakat, instansi, perusahaan, dan
lain-lain.
Masalah atau kendala lain yang mungkin dapat
ditemui dari segi pengguna nanti adalah masalah
kepercayaan masyarakat, lembaga, atau instansi lain
terhadap kredibilitas data yang ada dalam e-KTP
termasuk SIM didalamnya. Hal ini hanya dapat
diselesaikan bila pemerintah mengadakan sosialisasi ke
masyarakat dan melakukan akreditasi secara berkala
terhadap sistem yang terintegrasi ini. Karena bisa saja
nanti banyak lembaga yang tidak menerima sebuah
format elektronik dalam lembaga-nya yang bisa jadi
disebabkan karena kurangnya pemahaman mereka
terhadap teknologi ini atau karena tidak tersedianya
peralatan yang memadai untuk mendukung atau
memanfaatkan sistem integrasi ini. Sehingga mau tidak
mau, harus disediakan kembali sebuah sistem manual
yang bisa jadi dapat memakan biaya lebih.
Dan kendala yang mungkin sukar untuk dicari
solusinya adalah masalah yang berkaitan dengan
“Human Error”. Karena sebaik-baiknya sebuah
teknologi tidak akan pernah bisa terlepas dari kesalahan
yang dibuat oleh penggunanya, baik itu kesalahan input
atau keteledoran petugas. Hal lain juga yang dapat terjadi
adalah bila adanya kerusakan tidak terduga dari
teknologi yang digunakan seperti, kerusakan pada
komputer, kesalahan pada alat pemindaian e-KTP,
adanya fungsi yang tidak berjalan dengan seharusnya,
dan adanya pihak yang tidak bertanggung jawab yang
30
melakukan penyerangan ke database e-KTP Negara. Hal
ini menuntut negara dan masyarakat untuk melakukan
pengawasan serta perawatan terhadap infrastruktur
penunjang sistem SIM dan e-KTP yang terintegrasi ini.
Pelatihan dan evaluasi kinerja yang benar harus
dilaksanakan oleh pemerintah kepada pihak pelaksana
agar sistem ini nantinya tidak akan mendapatkan
masalah lebih dari yang seharusnya dan tingkat
kredibilitas dari sistem ini dapat terjaga dengan baik.
c. Otorisasi Akses Data
Kendala yang dapat ditemui adalah ketika adanya
perebutan otoritas / kekuasaan atas data warga Negara
yang ada di database Nasional nanti. Oleh sebab itu,
Otoritas terhadap akses data yang ada pada database
pemerintahan harus mulai diatur dengan jelas dan
serinci-rincinya. Hal ini karena data yang ada merupakan
informasi privasi setiap warga Negara Indonesia yang
dipercayakan kepada pemerintah.
Hal ini merupakan hal yang hanya dapat diselesaikan
dengan menghilangkan “Ego Sektoral” yang ada pada
setiap instansi pemerintahan. Setiap instansi tidak boleh
saring berebut hak untuk memperoleh otoritas, karena
hal ini justru akan menambah permasalahan yang tidak
seharusnya. Otorisasi ini juga harus dibuat payung
hukum dan didukung dengan Undang-Undang yang
mengatur tingkatan otoritas yang jelas antar setiap
instansi pemerintahan yang berkepentingan agar terdapat
sebuah tim pelaksana dan penanganan yang jelas akan
seluruh data penduduk warga Negara Indonesia.
Pemilik kekuasaan atas data penduduk ini juga tidak
boleh sembarangan dan harus dapat menjaga seluruh
31
privasi data / informasi dan hanya menggunakan data-
data tersebut untuk keperluan birokrasi, hukum, dan hal-
hal yang sudah diatur dalam perundang-undangan.
Pemilik kekuasaan terhadap akses ini juga berhak untuk
membatasi informasi apa saja yang dapat diakses dari
bagian instansi atau masyarakat tertentu.
3. Sosialisasi di masyarakat
Masalah terakhir yang mungkin dapat ditemui nanti saat
proses pengembangan sistem SIM dan e-KTP yang terintegrasi
adalah pada masalah yang berkaitan dengan sosialisasi dan
pemberian edukasi dimasyarakat. Sosialisasi ini menjadi penting
dikarenakan integrasi ini pada awalnya bertujuan untuk
membantu masyarakat dan masyarakat pasti akan perlu
mengetahui akan apa saja hal-hal yang perlu mereka ketahui
seperti teknologi, pemanfaatan, dan teknis pelaksanaan.
Penyelesaian masalah ini dapat mencakup pembahasan dari tata
cara dan metode pengenalan, materi edukasi yang harus
diberikan kepada masyarakat, hingga penggambaran masa
depan dari teknologi nanti.
a. Metode Sosialisasi
Untuk dapat melakukan penyampaian program
tentang Integrasi SIM dan e-KTP ini harus menggunakan
metode sosialisasi bertahap mulai dari bangku sekolah
hingga umum dan dilaksanakan secara berkala. Kita tahu
sendiri di Indonesia metode sosialisasi yang terlalu
teknis dan berbelit-belit tidak akan dimengerti oleh
masyarakat, hal inilah yang menjadi tantangan besar
untuk pemerintah. Sosialisasi ini juga harus berhasil
untuk menjangkau seluruh masyarakat termasuk warga
negara di pelosok Nusantara. Selain itu, pihak pemberi
32
edukasi juga harus dilatih untuk dapat menjawab
pertanyaan yang berbeda-beda dari setiap daerah.
Metode dalam sosialisasi ini nanti mungkin dapat
dibagi menjadi 2 yaitu untuk warga di kota-kota besar
dan warga di pelosok. Untuk warga di kota-kota besar,
pemanfaatan media sosial seperti Facebook, Twitter, dan
lainnya dapat memberikan manfaat sangat banyak karena
sosialisasinya akan mencakup banyak warga negara
dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Pemerintah bisa
menciptakan sebuah akun media sosial tersendiri dan
melakukan sosialisasi menggunakan akun tersebut.
Tentunya hal ini dapat mengurangi biaya untuk
sosialisasi dan mengalokasikannya untuk sosialisasi di
daerah-daerah lain yang membutuhkannya. Sedangkan,
untuk warga-warga dikota kecil atau di daerah pelosok
yang tidak terjangkau media baik itu Internet. televisi,
radio, atau koran sekalipun, harus mendapatkan
sosialisasi dengan adanya tim yang langsung terjun
kelapangan dan memberikan arahan langsung baik itu
pada ketua masyarakat disana atau kepada perwakilan di
setiap daerah.
b. Materi Sosialisasi
Materi sosialisasi harus mencakup penjelasan secara
sederhana tentang teknologi yang digunakan serta
pemanfaatannya sebagai penunjang program Integrasi
ini. Materi sosialisasi ini harus melihat dari target
masyarakat yang akan diberikan edukasi. Untuk
masyarakat awam yang tidak terlalu paham dengan
teknologi, isi materi bisa hanya memperkenalkan
teknologinya saja yang tidak secara teknis tapi lebih
ditekankan ke pemanfaatannya. Namun, untuk orang-
33
orang di perkotaan yang cenderung kritis, sosialisasi
secara teknis, rinci, dan menyeluruh haruslah dilakukan
secara jelas untuk tidak menimbulkan keraguan
masyarakat akan sistem yang terintegrasi ini.
Selain itu, teknis pelaksanaan dari sistem yang
terintegrasi ini juga merupakan hal yang wajib disertakan
dalam sosialisasi. Pemberian simulasi pelaksanaan juga
bisa dijadikan opsi untuk materi sosialisasi. Hal ini
dilakukan agar masyarakat tidak kaget dan
meminimalisir waktu adaptasi terhadap sistem baru ini.
34
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari pembahasan dalam karya tulis ini, penulis dapat mengambil
beberapa simpulan yaitu :
1. Sistem SIM dapat terintegrasi dengan sistem e-KTP
memperkaya sistem yang sudah ada pada e-KTP;
2. Terintegrasinya SIM dan e-KTP dapat membuka sebuah langkah
baru untuk menciptakan “Single Identity Card” dimana semua
data kita dapat diwakili oleh satu kartu;
3. Teknologi yang digunakan dalam integrasi ini bukanlah suatu
teknologi yang baru, sehingga dalam proses implementasinya
sekiranya hanya akan memerlukan sedikit waktu adaptasi dan
pemantapan sistem;
4. Sistem yang terintegrasi ini dapat mempermudah dalam urusan
Birokrasi dan memperkaya sistem yang sudah ada di lapangan;
dan
5. Akan banyak Kendala yang mungkin akan ditemui dalam
pengembangan atau penerapan teknologi sistem yang
terintegrasi ini, mulai dari masalah infrastruktur hingga masalah
politik.
B. Harapan
1. Untuk Pembaca
Dari karya tulis ini penulis berharap bahwa, karya tulis ini
dapat memberikan sebuah wawasan, inspirasi, dan membuka
sebuah pemikiran baru akan pemanfaatan teknologi yang sudah
ada. Penulis juga berharap bahwa pembaca dapat menjadikan
karya tulis ini sebuah acuan dalam pengembangan teknologi
baru untuk masyarakat.
35
2. Untuk Pemerintah
Berdasarkan karya tulis ini penulis berharap bahwa
pemerintah nantinya akan lebih bisa mengembangkan dan
memanfaatkan teknologi untuk masyarakat. Dimulai dari
penyediaan dan pemanfaatan teknologi yang sudah ada. Penulis
juga berharap bahwa nantinya inovasi dan proyeksi yang tertulis
dalam karya tulis ini dapat dilaksanakan dan disesuaikan lagi
dengan keperluan pemerintahan.
C. Tanggapan Penulis Mengenai Teknologi Untuk Indonesia
Berdasarkan pemahaman dan pemikiran penulis dalam pembuatan
karya tulis ini, Teknologi di Indonesia merupakan sesuatu yang unik dan
tidak bisa sembarangan. Sehingga, penulis beranggapan bahwa
teknologi yang berada di Indonesia haruslah berupa teknologi yang
dapat diadaptasikan dengan masyarakat di Indonesia, dapat diawasi
perkembangannya oleh masyarakat, dapat dirasakan dampaknya secara
langsung dimasyarakat, dapat menjangkau seluruh rakyat di Indonesia,
dan dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi nantinya.
Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan Negara Kesatuan
yang berarti bahwa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku, budaya,
dan Agama. Sehingga, teknologi di Indonesia harus dapat disesuaikan
dengan hal-hal tersebut. Teknologi yang digunakan di Indonesia tidak
boleh merusak nilai-nilai yang ada di masyarakat. Karena kita tahu
sendiri, teknologi sekarang ini di Indonesia sangat mudah
mempengaruhi gaya hidup masyarakat. Dan dengan kurangnya edukasi
terhadap teknologi, Teknologi tersebut bisa saja digunakan secara tidak
benar dan dapat merusak nilai moral, sosial, ataupun budaya pada
generasi baik muda maupun tua di Indonesia.
Kita juga mengetahui bahwa masih kurangnya edukasi khususnya
dalam bidang teknologi di masyarakat di Indonesia. Hal ini menuntut
teknologi yang diimplementasikan di Indonesia haruslah berupa
teknologi yang berfokus dan didesain berdasarkan keperluan manusia
36
(Human Centered Design) yang mudah digunakan baik itu untuk yang
mengerti akan teknologi ataupun tidak.
Teknologi yang cocok di Indonesia juga merupakan sebuah
teknologi yang dapat diawasi perkembangannya. Hal ini menjadi
penting karena banyak kita jumpai banyaknya pengembangan teknologi
yang digagalkan atau justru hadir begitu saja karena kurangnya
pengawasan. Hal ini menyebabkan kemungkinan adanya teknologi yang
seharusnya berguna dimasyarakat menjadi tidak berkembang, atau
justru munculnya teknologi yang dapat merusak masyarakat Indonesia.
Teknologi-teknologi yang dikembangkan juga harus mudah dimengerti
baik itu secara teknis ataupun manfaatnya nanti dimasyarakat.
Kemudian, Teknologi di Indonesia juga harus dapat dirasakan
secara langsung oleh masyarakat. Karena masyarakat di Indonesia
masih terbilang kurang memperhatikan teknologi, sehingga bila
dampaknya tidak dirasakan secara langsung, masyarakat hanya akan
menganggap teknologi tersebut tidak berguna dan akan tetap
mempertahankan kebiasaan lama yang mungkin saja tidak efektif secara
teknologi. Teknologi yang dimaksud disini tidaklah harus berupa
sebuah teknologi baru dan besar. Teknologi kecil dan sederhana dengan
memanfaatkan teknologi yang sudah ada dan diberikan inovasi lebih
lanjut, mungkin akan lebih terasa dampaknya dimasyarakat. Hal ini
disebabkan karena masyarakat akan membutuhkan waktu lebih sedikit
untuk beradaptasi terhadap teknologi baru yang diimplementasikan
kepada sistem besar yang sudah ada dan berjalan secara baik di
masyarakat. Atau intinya, Teknologi yang hadir harus diusahakan untuk
tidak merubah sistem besar yang sudah berjalan secara sekaligus.
Pemanfaatan teknologi skala kecil namun berkala akan lebih cepat
terasa dampaknya di masyarakat.
Dan hal yang paling penting adalah, Teknologi yang hadir di
Indonesia harus merupakan teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk
seluruh rakyat di Indonesia. Mulai dari golongan bawah hingga
golongan atas. Mulai dari daerah yang terpencil tanpa koneksi Internet /
37
jaringan, hingga kota-kota besar di Indonesia. Teknologi yang ada di
Indonesia harus memperhitungkan siapa targetnya dan apakah teknologi
tersebut dapat menjangkau sebagian besar rakyat di Indonesia. Karena
sebuah teknologi tidak akan bermanfaat bila tidak dipergunakan
samasekali dimasyarakat.
Tidak lupa juga, Teknologi yang hadir di Indonesia nanti harus
memiliki sebuah potensi untuk dapat dikembangkan lebih lanjut. Hal ini
dikarenakan perkembangan dunia Informasi dan Teknologi yang
sangatlah pesat. Teknologi di Indonesia tidak boleh tertutup dan hanya
dipergunakan untuk saat itu saja, melainkan teknologi tersebut juga
harus dapat dipergunakan dan dikembangkan di era yang akan datang.
Sehingga dapat disimpulkan, Teknologi yang cocok untuk
masyarakat di Indonesia adalah teknologi yang (1) tidak merusak nilai
moral, sosial, dan budaya di masyarakat, (2) mudah untuk digunakan
oleh semua kalangan di Indonesia, (3) terbuka dan dapat diawasi
perkembangannya, (4) mempunyai dampak yang dapat dirasakan
langsung di masyarakat, (5) terjangkau oleh seluruh rakyat di Indonesia,
dan (6) memiliki potensi untuk dapat dikembangkan lebih lanjut
mengikuti tren perkembangan teknologi nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia Indonesia. 2015. Kartu Tanda Penduduk (Online). Tersedia :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kartu_Tanda_Penduduk ; diakses 21 Februari
2015.
Wikipedia Indonesia. 2015. Nomor Induk Kependudukan (Online). Tersedia :
http://id.wikipedia.org/wiki/Nomor_Induk_Kependudukan ; diakses 21
Februari 2015.
Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia . 2014. Sejarah KTP di Indonesia
(Online). Tersedia : http://www.dukcapil.kemendagri.go.id/detail/sejarah-
ktp-di-indonesia ; diakses 21 Februari 2015.
Admin situs e-KTP. 2011. Perbedaan KTP Lama, KTP Nasional, KTP Elektronik
(e-KTP) (Online). Tersedia : http://www.e-ktp.com/2011/05/perbedaan-ktp-
lama-ktp-nasional-ktp-elektronik-e-ktp/ ; diakses 21 Februari 2015.
Wikipedia Indonesia. 2015. Kartu Tanda Penduduk Elektronik (Online). Tersedia :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kartu_Tanda_Penduduk_elektronik ; diakses
21 Februari 2015.
Kaskus, rino.nas.4ever. 2014. Rupa-rupa KTP yang Pernah Eksis di Indonesia
(Online). Tersedia :
http://www.kaskus.co.id/thread/535aa86f128b46cf598b494b/ooooo-
seperti-ini-lho-ktp-ktp-yang-pernah-eksis-di-indonesia-1921-sd-2014 ;
diakses 21 Februari 2015.
Admin situs e-KTP. 2011. Apa dan Mengapa e-KTP (Online). Tersedia :
http://www.e-ktp.com/2011/06/hello-world/ ; diakses 21 Februari 2015.
Wikipedia Indonesia. 2015. Surat Izin Mengemudi (Online). Tersedia :
http://id.wikipedia.org/wiki/Surat_Izin_Mengemudi ; diakses 22 Februari
2015.
Wikipedia Indonesia. 2015. Bukti Pelanggaran (Online). Tersedia :
http://id.wikipedia.org/wiki/Bukti_pelanggaran ; diakses 26 Februari 2015.
Wikipedia. 2015. QR Code (Online). Tersedia :
http://en.wikipedia.org/wiki/QR_code ; diakses 26 Februari 2015.
Wikipedia Indonesia. 2015. Biometrik (Online). Tersedia :
http://id.wikipedia.org/wiki/Biometrik ; diakses 27 Februari 2015.
Kemp, Simon. 2015. Digital, Social, and Mobile in 2015 (Online). Tersedia :
http://wearesocial.sg/blog/2015/01/digital-social-mobile-2015/ ; diakses 27
Februari 2015.