hubungan tingkat konsumsi energi dan natrium dengan ...

14
14 GIZIDO Volume 9 No. 1 Mei 2017 Hubungan Tingkat I Made dkk HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN NATRIUM DENGAN PENDERITA HIPERTENSI DI KELURAHAN MALALAYANG I KOTA MANADO I Made Dendra¹ dan Saktiani Oktavia² 1,2 Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Manado ABSTRACK Hypertension in one disease with the highest mortality rate in Indonesia that need to be controlled so as not to cause the risk of other degenerative disease. Hypertension often does not cause symptoms, but over a long period of time can cause hypertension. According to WHO 2011, about 1 billion people worldwide suffer from hypertension. Results of basic health research (Riskesdas) years (2013) shows that the highest prevalence of hypertension based on diagnosis is found in the Province Sulawesi Utara amount (15,0%) and in the City of Manado the measurement results are as big as (26,6%) with age group characteristics ≥ 18 years old at risk of hypertension. The type of research used was observational analytic with cross sectional study design. Number of samples studied 74 respondents take by purposive sampling. Blood pressure measurements were performed using a tension meter and the level of energy and sodium consumption using a 2x24 hour recall gauge, analysis used is univariate and bivariate analysis. The results obtained that people who have excessive energy consumption level exist 63 respondent, which has excess sodium consumption level as much 59 respondent, and which has boold pressure as much 58 respondent While variable level of energy consumption (p=0,010), level of sodium consumption (p=0,000), so there is a significant relationship between the level of energy consumption and sodium with the number of hypertensive patients in Kelurahan Malalayang I City of Manado. Keywords : Level Of Energy Consumption, Level Of Sodium Consumption, Patients Hypertension. PENDAHULUAN Di era globalisasi ini masalah kesehatan masih banyak terdapat di Negara Maju maupun Negara Berkembang yang mengakibatkan kualitas hidup dan sumberdaya manusia mengalami penurunan yang disebabkan oleh pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat. Pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat dalam kurun waktu yang cukup lama dapat memicu terjadinya hipertensi, dimana seringnya mengkonsumsi makanan asin yang mengandung tinggi garam dan mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi energi secara

Transcript of hubungan tingkat konsumsi energi dan natrium dengan ...

14 GIZIDO Volume 9 No. 1 Mei 2017 Hubungan Tingkat I Made dkk

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN NATRIUM DENGAN PENDERITA HIPERTENSI DI KELURAHAN MALALAYANG I

KOTA MANADO

I Made Dendra¹ dan Saktiani Oktavia²

1,2 Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Manado

ABSTRACK

Hypertension in one disease with the highest mortality rate in Indonesia that need to be

controlled so as not to cause the risk of other degenerative disease. Hypertension often does

not cause symptoms, but over a long period of time can cause hypertension. According to

WHO 2011, about 1 billion people worldwide suffer from hypertension. Results of basic

health research (Riskesdas) years (2013) shows that the highest prevalence of hypertension

based on diagnosis is found in the Province Sulawesi Utara amount (15,0%) and in the City

of Manado the measurement results are as big as (26,6%) with age group characteristics ≥

18 years old at risk of hypertension.

The type of research used was observational analytic with cross sectional study design.

Number of samples studied 74 respondents take by purposive sampling. Blood pressure

measurements were performed using a tension meter and the level of energy and sodium

consumption using a 2x24 hour recall gauge, analysis used is univariate and bivariate

analysis.

The results obtained that people who have excessive energy consumption level exist 63

respondent, which has excess sodium consumption level as much 59 respondent, and which

has boold pressure as much 58 respondent While variable level of energy consumption

(p=0,010), level of sodium consumption (p=0,000), so there is a significant relationship

between the level of energy consumption and sodium with the number of hypertensive

patients in Kelurahan Malalayang I City of Manado.

Keywords : Level Of Energy Consumption, Level Of Sodium Consumption, Patients

Hypertension.

PENDAHULUAN

Di era globalisasi ini masalah

kesehatan masih banyak terdapat di

Negara Maju maupun Negara

Berkembang yang mengakibatkan

kualitas hidup dan sumberdaya

manusia mengalami penurunan yang

disebabkan oleh pola makan dan gaya

hidup yang tidak sehat. Pola makan dan

gaya hidup yang tidak sehat dalam

kurun waktu yang cukup lama dapat

memicu terjadinya hipertensi, dimana

seringnya mengkonsumsi makanan

asin yang mengandung tinggi garam

dan mengkonsumsi makanan yang

mengandung tinggi energi secara

15 GIZIDO Volume 9 No. 1 Mei 2017 Hubungan Tingkat I Made dkk

berlebihan dapat mempengaruhi tinggi

rendahnya tekanan darah.

Menurut World Health

Organization (WHO) 2011, sekitar 1

milyar penduduk diseluruh dunia

menderita hipertensi dimana dua

pertiganya terdapat di Negara

Berkembang. Hipertensi menyebabkan

8 juta penduduk diseluruh dunia

meninggal setiap tahunnya, dimana

hampir 1,5 juta penduduk diantaranya

terdapat di kawasan Asia Tenggara.

WHO mencatat pada tahun 2012

terdapat 839 juta kasus penderita

hipertensi dan diperkirakan akan

meningkat menjadi 1,15 milyar pada

tahun 2025 atau sekitar 29% dari total

penduduk dunia, dimana penderitanya

lebih banyak pada wanita (30%)

dibandingkan pria (29%) (Triyanto,

2014).

Hasil penelitian yang pernah

dilakukan oleh Manawan dkk, (2016)

menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang bermakna antara

konsumsi makanan dengan kejadian

hipertensi di Desa Tendengan Satu

Kecamatan Eris Kabupaten Minahasa.

Dimana kelebihan konsumsi energi ini

akan diubah menjadi lemak yang

menyebabkan terjadinya obesitas

sehingga berisiko meningkatkan

prevalensi penyakit kardiovaskuler

termasuk hipertensi, sedangkan

konsumsi natrium berlebih akan

membuat ginjal mengekresi garam

keluar bersama urine dan ginjal

kemudian akan meretensi oksigen

sehingga volume intravaskular

meningkat apabila natrium melebihi

ambang batas kemampuan ginjal.

Laporan hasil Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdas) tahun (2013),

menunjukkan bahwa prevalensi

hipertensi berdasarkan diagnosa nakes

tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi

Utara sebesar (15,0%), dan terendah di

Provinsi Papua sebesar (3,2%).

Berdasarkan diagnosa nakes atau

minum obat tertinggi terdapat di

Provinsi Sulawesi Utara sebesar

(15,2%) dan terendah di provinsi papua

sebesar (3,3%). Berdasarkan

pengukuran tekanan darah prevalensi

tertinggi di Provinsi Bangka Belitung

sebesar (30,9%), Kalimantan Selatan

(30,8%), dan terendah di Provinsi

Papua sebesar (16,8%). Sedangkan

prevalensi hipertensi di Kota Manado

hasil pengukurannya sebesar (26,6%)

dengan karakteristik kelompok umur ≥

18 tahun beresiko terhadap hipertensi

(Balitbangkes RI, 2013).

Berdasarkan latar belakang

tersebut, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai “tingkat

konsumsi enegi dan natrium dengan

penderita hipertensi di Kelurahan

Malalayang I Kota Manado”.

BAHAN DAN CARA

Penelitian ini merupakan jenis

penelitian yang bersifat observasional

analitik dengan jenis rancangan

penelitian cross sectional, penelitian ini

dilaksanakan di Kelurahan Malalayang I

Kota Manado pada bulan Februari

sampai bulan April 2017. Yang dimana

variabel bebasnya yaitu tingkat

16 GIZIDO Volume 9 No. 1 Mei 2017 Hubungan Tingkat I Made dkk

konsumsi energi dan natrium,

sedangkan variabel terikatnya yaitu

tekanan darah.

Definisi operational:

1. Hipertensi adalah hasil

pengukuran tekanan darah

responden yang dilihat dari

tekanan darah sistolik maupun

diastolik dengan menggunakan

alat ukur tensi meter.

Dikategorikan hipertensi jika

>120/80 mmHg dan dikategorikan

tidak hipertensi jika <120/80

mmHg (JNC-VII, 2003).

2. Konsumsi energi adalah jumlah

energi yang dikonsumsi

responden perhari dari semua

jenis makanan, yang diukur

menggunakan metode food recall

2 x 24 jam kemudian

dibandingkan dengan nilai %AKG.

Konsumsi energi dikategorikan

lebih apabila >120%, normal

apabila 90-119% dan defisit

apabila <89% yang dilihat dari

AKG 2013 berdasarkan umur dan

jenis kelamin menurut Depkes RI

tahun 1996 (Yetti dan Nanik,

2017).

3. Konsumsi natrium adalah jumlah

natrium yang dikonsumsi

responden perhari dari semua

jenis makanan, yang diukur

menggunakan metode food recall

2 x 24 jam. Dikategorikan lebih

apabila >120%, normal apabila

90-119% dan defisit apabila <89%

yang dilihat dari kebutuhan

responden menurut WHO tahun

1990 (Almatsier, 2010).

Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh masyarakat di

Kelurahan Malalayang I Kota Manado,

dengan sampel penelitian yaitu

responden yang berusia 18-65 tahun

yang memenuhi kriteria inklusi dan

kriteria eksklusi. Dimana kriteria inklusi

yaitu responden pria dan wanita,

berusia 18-65 tahun, bersedia menjadi

subjek dalam penelitian, dan dapat

berkomunikasi dengan baik. Sedangkan

kriteria eksklusi yaitu responden yang

sedang sakit. Sampel dalam penelitian

ini diambil secara purposive sampling

dengan jumlah sampel sebanyak 74

responden yang dihitung menggunakan

rumus menurut Lamenshow dkk, (1997)

Dalam penelitian ini digunakan

alat seperti : formulir recall 24 jam, food

model, kuesioner, tensi meter,

timbangan injak (bathroomscale)

dengan ketelitian 0,5 kg, pengukuran

tinggi badan (microtoice) dengan

peningkatan ketelitian 0,1 cm. ,

komputer/laptop. Dengan data primer

yang dikumpulkan meliputi :identitas

responden (nama, umur, jenis kelamin,

alamat, pendidikan terakhir, pekerjaan,

dan riwayat keluarga) yang diperoleh

dengan cara wawancara menggunakan

kuesioner, data antropometri diperoleh

dengan melakukan penimbangan berat

badan dan pengukuran tinggi badan,

data tingkat konsumsi energi dan

natrium diperoleh dengan cara

wawancara menggunakan tabel food

recall, dan data tekanan darah

diperoleh dengan cara mengukur

tekanan darah menggunakan tensi

meter. Sedangkan data sekunder

17 GIZIDO Volume 9 No. 1 Mei 2017 Hubungan Tingkat I Made dkk

meliputi gambaran umum masyarakat di

Kelurahan Malalayang I Kota Manado.

Jalan penelitian yang dilakukan

yaitu : pengurusan ijin penelitian dari

Ketua Jurusan Gizi Poltekkes

Kemenkes Manado, mengurus kode

etik penelitian dari komisi etik Poltekkes

Kemenkes Manado, mendapatkan

rekomendasi ijin dari Kelurahan

Malalayang I Kota Manado,

membagikan lembar penjelasan dan

informed consent kepada mereka yang

bersedia menjadi responden, dan

memperoleh data tingkat konsumsi

energi, natrium dan tekanan darah.

Pengolahan data dalam

penelitian ini meliputi data primer dan

data sekunder. Data primer meliputi

data tingkat konsumsi energi, natrium

dan tekanan darah. Sedangkan data

sekunder meliputi gambaran umum

masyarakat di Kelurahan Malalayang I

Kota Manado, yang dikumpulkan

dengan cara :

1. Data Konsumsi Energi dan Natrium

Konsumsi energi dan natrium

diperoleh dari hasil recall 24 jam

selama 2 hari, kemudian dibandingkan

dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG)

2013 untuk mengetahui konsumsi

energi dan dibandingkan dengan

kebutuhan menurut WHO untuk

mengetahui konsumsi natrium. Dimana

konsumsi rata-rata untuk konsumsi

energi dan natrium tersebut dapat

dibagi menjadi 3 kategori yaitu 1= lebih,

jika konsumsi rata-rata >120%, 2=

normal, jika konsumsi rata-rata 90-

119% dan defisit, jika konsumsi rata-

rata <89%.

Konsumsi Zat Gizi

Tingkat Konsumsi = x 100%

Kebutuhan Zat Gizi

2. Data Tekanan Darah

Tekanan darah diperoleh dari

hasil pengukuran tekanan darah

menggunakan alat tensi meter, dalam

variabel ini tekanan darah dibagi

menjadi 4 kategori, yaitu 1= tekanan

darah normal, jika <120/<80 mmHg, 2=

prehipertensi, jika 120-139/80-89, 3=

hipertensi derajat 1, jika 140-159/90-99

mmHg, 4= hipertensi derajat 2, jika

≥160/≥100 mmHg (JNC-VII, 2003).

Dengan demikian analisis data yang

digunakan adalah analisis univariat dan

bivariat.

HASIL PENELITIAN

1. Gambaran Karakteristik

Responden

18 GIZIDO Volume 9 No. 1 Mei 2017 Hubungan Tingkat I Made dkk

Tabel 2. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Di Kelurahan Malalayang I Kota Manado Tahun 2017

Berdasarkan tabel 2 diatas

menunjukkan bahwa sampel dalam

penelitian ini lebih banyak berumur 18-

32 tahun dan 48-65 tahun sebanyak 25

responden.

Tabel 3. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Di Kelurahan Malalayang I Kota Manado Tahun 2017

Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukkan bahwa sampel dalam penelitian ini lebih banyak berjenis

kelamin perempuan sebanyak 42 responden.

Tabel 4. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Di Kelurahan Malalayang I Kota Manado Tahun 2017

Karakteristik Responden Umur

n %

18-32 tahun 25 33,8 33-47 tahun 24 32,4 48-65 tahun 25 33,8

Total 74 100

Karakteristik Responden Jenis Kelamin

n %

Perempuan 42 56,8 Laki – Laki 32 43,2

Total 74 100

Karakteristik Responden Pekerjaan

n %

Swasta 29 39,2 PNS 6 8,1 IRT 32 43,2 Tidak bekerja/Pensiunan 5 6,8 Honorer 2 2,7

Total 74 100

19 GIZIDO Volume 9 No. 1 Mei 2017 Hubungan Tingkat I Made dkk

Berdasarkan tabel 4 diatas

menunjukkan bahwa sampel dalam

penelitian ini lebih banyak bekerja

sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT)

sebanyak 32 responden

.

Tabel 5. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Di Kelurahan Malalayang I Kota Manado Tahun 2017

Berdasarkan tabel 5 diatas

menunjukkan bahwa sampel dalam

penelitian ini lebih banyak

berpendidikan sebagai tamatan

SMA/SMK/SLTA/SMKK yaitu sebanyak

41 orang,

Tabel 6. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Keluarga

Di Kelurahan Malalayang I Kota Manado Tahun 2017

Berdasarkan tabel 6 diatas

menunjukkan bahwa sampel dalam

penelitian ini lebih banyak memiliki

riwayat keluarga dengan hipertensi

sebanyak 63 responden,

Tabel 7. Distribusi Status Gizi Responden Di Kelurahan Malalayang I

Kota Manado tahun 2017

Karakteristik Responden

Pendidikan Terakhir n %

SD 7 9,5 SMP 11 14,9 SMA/SMK/SLTA/SMKK 41 55,4 Perguruan Tinggi 15 20,3

Total 74 100

Karakteristik Responden Riwayat keluarga dengan hipertensi

n %

Ada riwayat keluarga dengan hipertensi 63 85,1 Tidak ada riwayat keluarga dengan hipertensi 11 14.9

Total 74 100

Karakteristik Responden Status Gizi

n %

Obesitas (IMT >27) 63 85,1 Normal (IMT >18,5-25) 10 13,5 Gizi Kurang (IMT <18,5) 1 1,4

Total 74 100

20 GIZIDO Volume 9 No. 1 Mei 2017 Hubungan Tingkat I Made dkk

Berdasarkan tabel 7 diatas

menunjukkan bahwa sampel dalam

penelitian ini lebih banyak memiliki

status gizi obesitas dengan nilai IMT

>27 sebanyak 63 responden

Tabel 8. Distribusi Tingkat Konsumsi Energi Responden

Di Kelurahan Malalayang I Kota Manado Tahun 2017

Tingkat Konsumsi

Kategori Total

Defisit Normal Lebih

n % n % n % n %

Energi 1 1,4 10 13,5 63 85,1 74 100

Berdasarkan tabel 8 diatas

menunjukkan bahwa sampel dalam

penelitian ini yang memiliki tingkat

konsumsi energi berlebih yaitu

sebanyak 63 responden.

Tabel 9. Distribusi Tingkat Konsumsi Natrium Responden

Di Kelurahan Malalayang I Kota Manado Tahun 2017

Tingkat Konsumsi

Kategori Total

Defisit Normal Lebih

n % n % n % n %

Natrium 0 0 15 20,3 59 79,7 74 100

Berdasarkan tabel 9 diatas

menunjukkan bahwa sampel dalam

penelitian ini yang memiliki tingkat

konsumsi natrium berlebih yaitu

sebanyak 59 responden.

Tabel 10. Distribusi Tekanan Darah Responden Di Kelurahan Malalayang I

Kota Manado tahun 2017

Berdasarkan tabel 10 diatas

menunjukkan bahwa sampel dalam

penelitian ini lebih banyak memliki

tekanan darah hipertensi sebanyak 58

responden.

Tekanan Darah n %

Hipertensi 58 78,4 Tidak Hipertensi 16 21,6

Total 74 100

21 GIZIDO Volume 9 No. 1 Mei 2017 Hubungan Tingkat I Made dkk

2. Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi Dengan Penderita Hipertensi

Tabel 11. Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi Dengan Penderita Hipertensi

Hasil penelitian diuji statistik

menggunakan uji Fisher’s Exact Test

mengatakan bahwa terdapat hubungan

yang bermakna antara tingkat konsumsi

energi dengan penderita hipertensi

yang ditandai dengan nilai p = 0,010

(p=<0,5).

Tabel 12. Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Natrium Dengan Penderita Hipertensi

Hasil penelitian diuji statistik

menggunakan uji Fisher’s Exact Test

mengatakan bahwa terdapat hubungan

yang bermakna antara tingkat konsumsi

natrium dengan penderita hipertensi

yang ditandai dengan nilai p = 0,000

(p=<0,05).

PEMBAHASAN

1. Gambaran Karakteristik

Responden

Berdasarkan tabel 2

menunjukkan bahwa sebagian besar

responden berumur 18-32 tahun dan

48-65 tahun sebanyak 25 responden

(33,8%). Umur dikaitkan dengan

kejadian hipertensi karena terjadi

perubahan fisiologis yang diakibatkan

dengan peningkatan resistensi perifer

dan simpatik. Hipertensi terjadi sejak

usia muda dikarenakan saat ini usia

produktif kurang memperhatikan

kesehatan dengan sering

mengkonsumsi makanan yang kurang

sehat, jarang beraktifitas fisik seperti

olahraga dan bahkan melakukan

kebiasaan buruk seperti merokok.

Sehingga seiring dengan bertambahnya

umurakan mempengaruhi tekanan

darah seseorang yang kemudianakan

terjadi kemunduran fungsi pada

pembuluh darah. Penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh

Winantri (2013) yang menyatakan

Konsumsi Energi

Tekanan Darah

p Hipertensi Tidak Hipertensi Jumlah

n % n % n %

Lebih 53 84,1 10 15,9 63 100 0,010 Normal 5 50,0 5 50,0 10 100 Defisit 0 0 1 100 1 100

Jumlah 58 44,7 16 55,3 74 100

Konsumsi Natrium

Tekanan Darah

Hipertensi Tidak Hipertensi Jumlah p

n % n % n %

Lebih 58 98,3 1 1,7 59 100 0,000 Normal 0 0 15 100 15 100

Jumlah 58 49,15 16 50,85 74 100

22 GIZIDO Volume 9 No. 1 Mei 2017 Hubungan Tingkat I Made dkk

bahwa pada umumnya hipertensi

berkembang saat umur seseorang

mencapai paruh baya sekitar ≥ 40

tahun bahkan pada usia ≥ 60 tahun.

Berdasarkan tabel 3

menunjukkan bahwa sebagian besar

responden berjenis kelamin perempuan

sebanyak 42 responden (56,8%). Jenis

kelamin adalah ciri biologis responden

yang terdiri dari pria dan wanita yang

memiliki struktur organ dan hormon

yang berbeda-beda. Penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Agrina dkk, (2011)

dengan besar sampel penelitian 60

responden menyimpulkan bahwa lebih

banyak responden berjenis kelamin

perempuan yaitu berjumlah 35

responden (58,3%).

Berdasarkan tabel 4

menunjukkan bahwa sebagian besar

responden bekerja sebagai ibu rumah

tangga sebanyak 32 responden

(43,2%). Pekerjaan adalah aktivitas

rutin yang dilakukan responden. Yang

dimana pekerjaan sebagai ibu rumah

tangga dapat membuat tekanan darah

tidak terkendali akibat kurangnya

aktivitas fisik, karena kebanyakan ibu

rumah tangga lebih banyak berdiam diri

di rumah ketimbang dengan ibu yang

bekerja atau wanita karir yang lebih

banyak beraktivitas dan menyempatkan

waktu untuk berolahraga. Penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang telah

dilakukan oleh Nur dkk, (2013) yang

menyatakan bahwa sebagian besar

sampel didapatkan adalah bekerja

sebagai ibu rumah tangga dengan

prevalensi tertinggi kejadian hipertensi

terdapat pada ibu rumah tangga yaitu

18 responden (45,0%) dengan besar

sampel yaitu 40 responden.

Berdasarkan tabel 5

menunjukkan bahwa sebagian besar

responden berpendidikan sebagai

tamatan SMA/SMK/SLTA/SMKK

sebanyak 41 responden (55,4%).

Pendidikan adalah jenjang pendidikan

yang dilalui oleh responden secara

formal yang berpengaruh terhadap

kemampuan dan pengetahuan

seseorang terhadap pola hidup sehat,

dimana semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang, maka semakin

tinggi pula kesadaran untuk menjaga

pola hidup sehat. Penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh

Meylen dkk, (2014) yang menyatakan

bahwa sebagian besar sampel

berpendidikan sebagai tamatan SMA

sederajat yaitu 23 responden (71,9%)

dengan besar sampel yaitu 32

responden.

Berdasarkan tabel 6

menunjukkan bahwa sebagian besar

responden memiliki riwayat keluarga

dengan hipertensi sebanyak 63

responden (85,1%). Menurut Mannan

dkk, (2012) hipertensi sering disebut

sebagai penyakit keturunan atau

genetik. Dimana bila salah satu orang

tua memiliki riwayat penyakit hipertensi,

maka kemungkinan 25% anak akan

menderita hipertensi juga. Akan tetapi,

apabila kedua orang tua sama-sama

menderita hipertensi, maka

kemungkinan 60% juga anak akan

23 GIZIDO Volume 9 No. 1 Mei 2017 Hubungan Tingkat I Made dkk

menderita penyakit hipertensi. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang bermakna

antara seseorang yang memiliki riwayat

keluarga menderita hipertensi

dibandingkan dengan seseorang yang

tidak memiliki riwayat penyakit

keluarga.

Berdasarkan tabel 7

menunjukkan bahwa sebagian besar

responden memiliki status gizi obesitas

dengan nilai IMT >27 sebanyak 63

responden (85,1%). Menurut Rudy

(2014) obesitas terjadi karena

ketidakseimbangan antara konsumsi

energi dengan pengeluaran energi,

sehingga terjadi kelebihan energi yang

dsimpan dalam bentuk jaringan lemak.

Gaya hidup yang tidak sehat akan

berdampak terhadap kegemukan atau

obesitas, dimana gaya hidup yang tidak

sehat diantaranya yaitu sering

mengkonsumsi fast food yang berkalori

tinggi seperti hamburger, pizza, ayam

goreng dengan kentang goreng, ice

cream dan anekamacam mie dan lain-

lain.

Berdasarkan tabel 8

menunjukkan bahwa sebagian besar

responden memiliki tingkat konsumsi

energi berlebih sebanyak 63 responden

(85,1%). Menurut Almatsier (2004).

Konsumsi energi banyak terdapat pada

sumber protein, lemak dan karbohidrat,

yang mana konsumsi energi dibutuhkan

dalam proses metabolisme dalam

tubuh. Kelebihan energi ini akan

disimpan dalam bentuk jaringan lemak

didalam tubuh, dimana seseorang yang

mengkonsumsi energi berlebih dapat

menyebabkan kegemukan atau

obesitas sehingga akan menyebabkan

gangguan fungsi tubuh yang berisiko

untuk penyakit degeneratif seperti

hipertensi.

Berdasarkan tabel 9

menunjukkan bahwa sebagian besar

responden memiliki tingkat konsumsi

natrium berlebih sebanyak 59

responden (79,7%). Konsumsi natrium

yang berlebihan, dapat menyebabkan

gangguan keseimbangan cairan tubuh,

sehingga menyebabkan edema atau

asites dan atau hipertensi. Dimana

kelebihan mengkonsumsi natrium akan

mengakibatkan tubuh meretensi lebih

banyak air guna mempertahankan

elektrolit dan dapat meningkatkan

volume plasma, sehingga dalam waktu

yang cukup lama volume diastolik akan

meningkat dan tekanan darah

meningkat (Almatsier, 2004).

2. Hubungan antara tingkat konsumsi

energi dengan penderita hipertensi

Berdasarkan tabel 11,

presentase sampel dengan tingkat

konsumsi energi lebih dan mengalami

hipertensi yaitu sebesar 84,1%. Dimana

hasil penelitian ini diperkuat dengan uji

statistic menggunakan uji Fisher’s exact

test yang didapatkan hasil bahwa p

value = 0,010, yang artinya p < 0,05

sehingga kesimpulannya Ho ditolak,

maka ada hubungan yang bermakna

antara tingkat konsumsi energi dengan

penderita hipertensi di Kelurahan

Malalayang I Kota Manado. Penelitian

ini berbeda pendapat dengan penelitian

24 GIZIDO Volume 9 No. 1 Mei 2017 Hubungan Tingkat I Made dkk

yang dilakukan oleh Sariana dkk,

(2014) yang menyatakan bahwa tidak

terdapat hubungan yang bermakna

antara konsumsi energi dengan

kejadian hipertensi dengan nilai

p=0,405, dimana penelitian ini tidak

terdapat hubungan karena konsumsi

energi responden belum termasuk

dalam kategori lebih. Sedangkan

penelitian yang telah dilakukan di

Kelurahan Malalayang I Kota Manado

berdasarkan hasil recall 24 jam selama

2 hari didapatkan bahwa rata-rata

masyarakat memiliki tingkat konsumsi

energi yang lebih (lebih dari kebutuhan

konsumsi energi yang dlihat dari AKG

2013 berdasarkan umur dan jenis

kelamin) yang mana konsumsi energi

yang berlebih yang dimaksud yaitu

seperti mengkonsumsi tinggi

karbohidrat berupa nasi dengan tingkat

konsumsi energi rata-rata yang

didapatkan setelah recall yaitu ≥120%.

Apabila terjadi kelebihan konsumsi

energi dalam kurun waktu lama dan

tidak melakukan aktivitas fisik atau

olahraga, maka akan mengakibatkan

kelebihan berat badan sehingga

responden berisiko mengalami

hipertensi. Hal ini disebabkan karena

responden yang mengalami kegemukan

memiliki jumlah darah yang lebih

banyak untuk dipompakan keluar

jantung dibandingkan dengan

responden yang berat badannya normal

(Muchtadi, 2013).

Berdasarkan tabel 12, setelah

dilakukan analisis data menggunakan

uji Fisher’s exact test didapatkan hasil

bahwa p value = 0,000, yang artinya p

< 0,05 sehingga kesimpulannya Ho

ditolak, maka ada hubungan yang

bermakna antara tingkat konsumsi

natrium dengan penderita hipertensi di

Kelurahan Malalayang I Kota Manado.

Berdasarkan hasil recall 24 jam selama

2 hari didapatkan bahwa rata-rata

masyarakat yang ada di Kelurahan

Malalayang I memiliki tingkat konsumsi

natrium yang tinggi, karena

berdasarkan cara pengolahan

makanannya penggunaan garam dapur

dan MSG melebihi standar yang

digunakan yaitu lebih dari 6 gram sehari

dengan tingkat konsumsi natrium lebih

yaitu ≥120% sehingga mengakibatkan

peningkatan tekanan darah bila

dikonsumsi setiap hari dalam kurun

waktu yang cukup lama. Penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang telah

dilakukan oleh Yossi (2014) yang

menyatakan bahwa terdapat hubungan

yang bermakna antara konsumsi

natrium bila dikonsumsi dengan

kejadian hipertensi dengan nilai

p=0,020 (p ≤ 0,1). Hal ini sebanding

juga dengan penelitian yang telah

dilakukan oleh Loura dkk, (2014) yang

menyatakan bahwa terdapat hubungan

yang bermakna antara konsumsi

natrium dengan kejadian hipertensi

dengan nilai p=0,000. Dimana salah

satu faktor yang mempengaruhi

terjadinya hipertensi adalah konsumsi

natrium. Jika natrium dikonsumsi

secara berlebih maka natrium akan

meretensi lebih banyak air untuk

mempertahankan pengeceran elektrolit,

sehingga cairan intestine bisa

terakumulasi dan volume plasma

25 GIZIDO Volume 9 No. 1 Mei 2017 Hubungan Tingkat I Made dkk

meningkat. Peningkatan volume plasma

dapat menyebabkan peningkatan

tekanan darah, terutama bila

fleksibilitas pembuluh darah menurun

oleh aterosklerosis.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis

hubungan antara konsumsi energi dan

natrium dengan penderita hipertensi di

Kelurahan Malalayang I Kota Manado

dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut :

a. Responden memiliki tekanan darah

tinggi atau hipertensi sebesar

(78,4%) di Kelurahan Malalayang I

Kota Manado.

b. Responden memiliki tingkat

konsumsi energi lebih sebesar

(85,1%) di Kelurahan Malalayang I

Kota Manado.

c. Responden memiliki tingkat

konsumsi natrium lebih sebesar

(79,7%) di Kelurahan Malalayang I

Kota Manado.

d. Ada hubungan antara tingkat

konsumsi energi dengan penderita

hipertensi di Kelurahan Malalayang

I Kota Manado dengan nilai

(p=0,010).

e. Ada hubungan antara tingkat

konsumsi natrium dengan

penderita hipertensi di Kelurahan

Malalayang I Kota Manado dengan

nilai (p=0,000).

SARAN

a. Sebaiknya responden mulai

membatasi konsumsi makanan

yang mengandung tinggi natrium

secara berlebihan.

b. Melakukan pengukuran tekanan

darah secara teratur kepada

tenaga medis atau puskesmas

terdekat agar dapat mengetahui

sejauh mana hasil pegukuran

tekanan darah responden.

c. Melakukan penyuluhan kesehatan

kepada masyarakat di Kelurahan

Malalayang I Kota Manado

mengenai cara pengolahan natrium

yang baik khususnya untuk

penderita hipertensi

DAFTAR PUSTAKA

Agrina, Rini, S.S, & Hairitama R.(2011). Kepatuhan Lansia Penderita Hipertensi Dalam Pemenuhan Diet Hipertensi Di Kelurahan Sidomulyo Barat Tampan Kota Pekanbaru.Jurnal Keperawatan Universitas Riau. Vol 6. No 1.

Andria, K.M. (2013). Hubungan Antara Perilaku Olahraga, Stres, dan Pola Makan Dengan Tingkat Hipertensi Pada lanjut usia Di Posyandu Lansia Kelurahan Gebang Putih Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya. Jurnal Promkes. Vol.1, No.2.

Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta. PT. Gramedia

Pustaka Utama. Astadi, N.G.A.S. (2015). Tingkat

Konsumsi Energi Dan Status Gizi Vegetarian Di Asrama Sri Sri Radha Gopisvara Madhava Banyuning Singaraja Bali. Skripsi. Dipublikasikan. Program Studi Pendidikan Teknik Boga Fakultas

26 GIZIDO Volume 9 No. 1 Mei 2017 Hubungan Tingkat I Made dkk

Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

Almatsier, S. (2010). Penuntun Diet.

Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.(2013). Riset Kesehatan Dasar. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Febby, H.D.A, & Nanang, P. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan Darah Di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat. Jurnal. Jurnal

ilmiah kesehatan. Vol 5. No 1. Junaidi, I. (2010). Hipertensi

Pengenalan Pencegahan dan Pengobatan. PT Bhuana Ilmu

Populer. Jakarta. Joint National Committee. (2003).

Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment Of Hight Blood Pressure (JNC). The Seventh Report Of JNC (JNC-7). JAMA.

Kartikasari, A.N. (2012). Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Di Desa Kabongan Kidul, Kabupaten Rembang. Skripsi. Dipublikasikan. Program Strata-1 Kedokteran Umum. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Kementerian Kesehatan RI. (2011). Strategi Nasional Penerapan Pola Konsumsi Makanan dan Aktvitas Fisik Untuk Mencegah Penyakit Tidak Menular. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI.

Loura, W.P, Grace, D.K & Nelly, M. (2014). Hubungan Antara Obesitas, Konsumsi Nartium, Dan Stres Dengan Kejadian Hipertensi Pada Orang Dewasa Di Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa.Junal. Vol 4. No 2.

Mukmin, A. (2010). Pengaruh Pemberian Garam Modifikasi Terhadap Tekanan Darah Penderita Hipertensi Di Rumah Sakit Tani dan Nelayan Kabupaten Boalemo. Skripsi. Tidak dipublikasikan.Program Studi D-IV Politeknik Kesehatan Kemenkes, Manado.

Muchtadi, D. (2013). Antioksidan dan Kiat Sehat Di Usia Produktif.

Bandung. Alfabeta. Mannan, H. Wahiduddin &

Rismayanti.(2012). Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bangkala Kabupaten Jeneponto. Jurnal.

Manawan, A.A. Rattu, A.J.M & Punuh, M.I. (2016).Hubungan Antara Konsumsi Makanan Dengan Kejadian Hipertensi Di Desa Tendengan Satu Kecamatan Eris Kabupaten Minahasa. Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 5.No. 1.

Meylen, S. Hendro, B& Reginus, M. (2014). Hubungan Gaya Hidup Dengan Kejadian Hipertensi Di Puskesmas Kolongan Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara. Ejournal keperawatan (e-Kp). Vol. 2 No. 1.

Nisa, I. (2010). Khasiat Sakti Tanaman Obat Untuk Darah Tinggi. Jawa Barat. Dunia Sehat.

Nur, Y.F, dkk. (2013). Pola Konsumsi Bahan Makanan Sumber Natrium Pada Pasien Hipertensi Rawat Jalan Di Rumah Sakit Tugurejo Semarang. Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang. Vol 2. No 1.

Rudianto, B. (2013). Menaklukan Hipertensi Dan Diabetes.

Yogyakarta: Sakkahasukma.

27 GIZIDO Volume 9 No. 1 Mei 2017 Hubungan Tingkat I Made dkk

Sariana, Suci, D & Fatmalina, F.(2014). Faktor-Faktor Risiko Yang Dapat Dimodifikasi Pada Kejadian Hipertensi Di Desa Seri Tanjung Kecamatan Tanjung Batu. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. Vol 6. No 3.

Suiraoka, I. (2012). Penyakit Degeneratif. Yogyakarta. Nuha Medika.

Supariasa, I. D .N .Bakri, B & Fajar, I. (2001). Penilaian Status Gizi. Jakarta. EGC.

Sulistiyowati. (2009). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Di Kampung Botton Kelurahan Magelang Kecamatan Magelang Tengah Kota Magelang. Skripsi.

Dipublikasikan. Program Strata Satu (S1) Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Sediaoetama, A.D. (2008). Ilmu Gizi. Jakarta. Dian rakyat. Triyanto, E. (2014). Pelayanan

Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu. Yogyakarta. Graha Ilmu.

Widyaningrum, S. (2012). Hubungan Antara Konsumsi Makanan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia (Studi Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember).

Skripsi. Dipublikasikan. Program Strata Satu (S1) Fakultas Kesehatan Masyarakat. Jember.

Yetti, W.C & Nanik, D.S. (2017). Assesmen Gizi. Yogykarta. Trans Medika.

Yossi, F. (2014). Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Usia Lanjut Di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Sikolos Kecamatan Padang Panjang Barat. Jurnal