HUBUNGAN INFLASI, PENGANGGURAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI di INDONESIA

26
TUGAS BESAR PENGANTAR EKONOMI HUBUNGAN INFLASI, PENGANGGURAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI di INDONESIA Dosen : Fidel Miro, SE, M.STr oleh: Indira Prayudita 1410015311033 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

Transcript of HUBUNGAN INFLASI, PENGANGGURAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI di INDONESIA

TUGAS BESAR PENGANTAR EKONOMIHUBUNGAN INFLASI, PENGANGGURAN DANPERTUMBUHAN EKONOMI di INDONESIA

Dosen : Fidel Miro, SE, M.STr

oleh:

Indira Prayudita1410015311033

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS BUNG HATTA

PADANG

2015

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman, masalah-masalah

yang terjadi saat ini sangatlah kompleks. Sebuah Negara

tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai macam

masalah yang pastinya berhubungan dengan warga

negaranya. Terlebih pada negara-negara yang memiliki

jumlah penduduk yang tinggi seperti Indonesia. Masalah

perekonomian sudah tidak lazim di Indonesia salah satu

contohnya adalah masalah ekonomi yaitu inflasi dan

pengangguran. Inflasi dan pengangguran adalah dua

masalah ekonomi yang dihadapi setiap masyarakat. Kedua

masalah tersebut mewujudkan beberapa efek buruk yang

bersifat ekonomi, politik dan sosial dan itu sangat

membutuhkan solusi yang tepat untuk menyelesaikan

masalah tersebut agar tidak menghambat langkah Negara

Indonesia untuk menjadi Negara yang lebih maju.

Dalam ilmu ekonomi, inflasi (inflation) adalah

suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan

terus menerus (kontinu) selama waktu tertentu. Dengan

kata lain juga inflasi adalah suatu proses di mana

menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi

merupakan proses dari suatu perisitiwa, bukan tinggi-

rendahnya tingkat suatu harga. Artinya, apabila tingkat

harga tinggi itu belum pasti menunjukkan inflasi. Jika

terjadi proses kenaikan harga yang berlangsung secara

terus menerus dan saling mempengaruhi berarti terjadi

inflasi.

Pengangguran (unemployment) didefinisikan sebagai

suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam

kategori angkatan kerja yang tidak memiliki pekerjaan

atau dengan kata lain yang sedang mencari pekerjaan dan

belum mendapatkannya. Tingkat pengangguran dapat

dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran

dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam

persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur

harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang

menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan

kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga

dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap

penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang

terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik

keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan

pembangunan ekonomi. Seperti yang kita ketahui,

tingginya angka pengangguran, masalah ledakan penduduk,

distribusi pendapatan yang tidak merata, dan berbagai

masalah lainnya di Negara kita menjadi salah factor

utama rendahnya taraf hidup penduduk di Negara kita.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan inflasi?

b. Apa yang dimaksud dengan pengangguran?

c. Bagaimana hubungan antara inflasi dan

pengangguran di perekonomian Indonesia?

1.3 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui

tentang konsep dan pengaruh inflasi, pengangguran dan

hubungan antara inflasi dan pengangguran di Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN TEORI

2.1 Inflasi

2.1.1 Pengertian Inflasi

Berbagai definisi tentang inflasi telah dikemukakan

oleh para ahli. Nanga (2001: 237) menyatakan bahwa

Inflasi adalah suatu gejala di mana tingkat harga umum

mengalami kenaikan secara terus-menerus. Kenaikan

tingkat harga umum yang terjadi sekali waktu saja

tidaklah dapat dikatakan sebagai inflasi. Sedangkan

Sukirno (2004: 27) memberikan definisi bahwa Inflasi

adalah suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku

dalam suatu perekonomian.

Berdasarkan berbagai definisi yang telah

dikemukakan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa

secara umum Inflasi adalah suatu gejala naiknya harga

secara terus-menerus (berkelanjutan) terhadap sejumlah

barang. Kenaikan yang sifatnya sementara tidak

dikatakan inflasi dan kenaikan harga terhadap satu

jenis komoditi juga tidak dikatakan inflasi.

2.1.2 Jenis – Jenis Inflasi

Inflasi menurut sifatnya

Inflasi merayap/rendah (creeping inflation) , yaitu

inflasi yang besarnya kurang dari 10% pertahun.

Inflasi menengah (galloping inflation) besarnya

antara 10 – 30% pertahun. Inflasi ini biasanya

ditandai oleh naiknya harga-harga secara cepat dan

relatif besar. Angka inflasi pada kondisi ini

biasanya disebut inflasi 2 digit, misalnya 15%,

20%, 30%, dan sebagainya.

Inflasi berat (high inflation) , yaitu inflasi yang

besarnya antara 30 – 100% pertahun. Dalam kondisi

ini harga-harga secara umum naik.

Inflasi sangat tinggi (hyper inflation) , yaitu

inflasi yang ditandai oleh naiknya harga secara

drastic hingga mencapai 4 digit (di atas 100%).

Pada kondisi ini masyarakat tidak ingin lagi

menyimpan uang, karena nilainya merosot sangat

tajam, sehingga lebih baik ditukarkan dengan

barang.

Inflasi berdasarkan sebabnya

Demand Pull Inflation , Bertambahnya permintaan

terhadap barang dan jasa menyebabkan bertambahnya

permintaan faktor-faktor produksi. Meningkatnya

permintaan terhadap produksi menyebabkan harga

faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi terjadi

karena kenaikan dalam permintaan total sewaktu

perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full

employment. Inflasi yang ditimbulkan oleh

permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi

perubahan pada tingkat harga dikenal dengan

istilah demand pull inflation.

Cost Push Inflation , disebabkan turunnya produksi

karena naiknya biaya produksi. Akibat naiknya

biaya produksi, maka dua hal yang bisa dilakukan

oleh produsen, yaitu: pertama, langsung menaikkan

harga produknya dengan jumlah penawaran yang sama,

atau harga produknya naik (karena tarik menarik

permintaan dan penawaran) karena penurunan jumlah

produksi.

Inflasi berdasarkan asalnya

Domestic Inflation , inflasi ini semata-mata

disebabkan dari dalam negeri. Adapun penyebabnya

antara lain misalnya karena deficit anggaran

belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru,

kenaikan upah, gagal panen dan lain-lain.

Imported Inflation , inflasi ini disebabkan karena

naiknya harga barang-barang impor.hal ini terjadi

karena biaya produksi barang di luar negeri tinggi

atau karena adanya kenaikan tariff impor barang.

2.1.3 Dampak Inflasi

Inflasi umumnya memberikan dampak yang kurang

menguntungkan dalam perekonomian, akan tetapi

sebagaimana dalam salah satu prinsip ekonomi bahwa

dalam jangka pendek ada trade off antara inflasi dan

pengangguran menunjukkan bahwa inflasi dapat menurunkan

tinhgkat pengangguran, atau inflasi dapat dijadikan

salah satu cara untuk menyeimbangkan perekonomian

negara, dan lain sebagainya. Secara khusus dapat

diketahui beberapa dampak baik negatif maupun positif

dari inflasi adalah sebagai berikut.

Dampak Negatif Inflasi

Bila harga secara umum naik terus-menerus maka

masyarakat akan panik, sehingga perekonomian tidak

berjalan normal, karena disatu sisi ada masyarakat

yang berlebihan uang memborong sementara yang

kekurangan uang tidak bisa membeli barang

akibatnya negara rentan terhadap segala macam

kekacauan yang ditimbulkannya.

Sebagai akibat dari kepanikan tersebut maka

masyarakat cenderung untuk menarik tabungan guna

membeli dan menumpuk barang sehingga banyak bank

di rush akibatnya bank kekurangan dana berdampak

pada tutup (bangkrut ) atau rendahnya dana

investasi yang tersedia.

Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan

kenaikan harga untuk memperbesar keuntungan dengan

cara mempermainkan harga di pasaran.

Distribusi barang relatife tidak adil karena

adanya penumpukan dan konsentrasi produk pada

daerah yang masyarakatnya dekat dengan sumber

produksi dan yang masyarakatnya memiliki banyak

uang.

Bila inflasi berkepanjanagn produsen banyak yang

bangkrut karena produknya relatif akan semakin

mahal sehingga tidak ada yang mampu membeli.

Jurang antara kemiskinan dan kekayaan masyarakat

semakin nyata yang mengarah pada sentimen dan

kecemburuan ekonomi yang dapat berakhir pada

penjarahan dan perampasan.

Dampak Positif Inflasi

Masyarakat akan semakin selektif dalam

mengkonsumsi, produksi akan diusahakan seefisien

mungkin dan konsumtifme dapat ditekan.

Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan

industri kecil dalam negeri menjadi semakin

dipercaya dan tangguh.

Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena

masyarakat akan tergerak untuk melakukan kegiatan

produksi dengan cara mendirikan atau membuka

usaha.

2.1.4 Cara Mencegah Inflasi

Kebijakan Moneter

Menurut teori moneter klasik, inflasi terjadi

karena penambahan jumlah uang beredar. Dengan

demikian, secara teoretis relatif mudah untuk

mengatasi inflasi, yaitu dengan mengendalikan

jumlah uang beredar itu sendiri. Kebijakan moneter

adalah tindakan yang dilakukan oleh Bank Indonesia

untuk mengurangi atau menambah jumlah uang

beredar. Ketika jumlah uang beredar terlalu

berlebihan sehingga inflasi meningkat tajam, Bank

Indonesia akan segera menerapkan berbagai

kebijakan moneter untuk mengurangi peredaran uang.

Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang berkaitan

dengan penerimaan dan pengeluaran pemerintah.

Kebijakan fiskal dilakukan pemerintah untuk

mengurangi inflasi adalah mengurangi pengeluaran

pemerintah, menaikkan tarif pajak dan mengadakan

pinjaman pemerintah.

Kebijakan Non-Moneter dan Non- Fiskal

Selain kebijakan moneter dan kebijakan fiskal,

pemerintah melakukan kebijakan nonmoneter/

nonfiskal dengan tiga cara, yaitu menaikkan hasil

produksi, menstabilkan upah (gaji), dan pengamanan

harga, serta distribusi barang.

2.2 Pengangguran

2.2.1 Pengertian Pengangguran

Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang

yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan

pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya (Sukirno).

Pengangguran atau orang yang menganggur adalah mereka

yang tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak aktif

mencari pekerjaan. Kategori orang yang menganggur

biasanya adalah mereka yang tidak memiliki pekerjaan

pada usia kerja dan masanya kerja. Usia kerja biasanya

adalha usia yang tidak dalam masa sekolah tetapi di

atas usia anak-anak (relatif di atas 6 – 18 tahun,

yaitu masa pendidikan dari SD – tamat SMU). Sedangkan

di atas usia 18, namun masih sekolah dapatlah

dikategorikan sebagai penganggur, meski untuk hal ini

masih banyak yang memperdebatkannya.

2.2.3 Jenis – Jenis Pengangguran

Berdasarkan defenisi tersebut maka penganggura

dapat di bedakan menjadi tiga macam yaitu :

Pengangguran Terselubung (Disguissed

Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak

bekerja secara optimal karena suatu alasan

tertentu.

Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah

tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal

karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya

tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan

tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam

selama seminggu

Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah

tenaga kerja yang sungguh – sungguh tidak

mempunyai pekerjaan. Pengangguran jenis ini cukup

banyak karena memeang belum mendapat pekerjaan

padahal telah berusaha secara maksimal.

Bedasarkan penyebab terjadinya, pengangguran

dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai

berikut:

Pengangguran friksional : sifatnya sementara

disebabkan oleh kendala waktu, informasi dan

kondisi geografis antara pelamar dengan pembuka

lamaran pekerjaan. Ini terjadi karena pelamar

kerja tidak mampu memenuhi syarat yang dibutuhkan

oleh pembuka lamaran kerja.

Pengangguran konjungtural : pengangguran yang

disebabkan oleh naik turunnya siklus ekonomi.

Pengangguran struktural : pengangguran yang

diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi dan

corak ekonomi dalam jangka panjang.

Pengangguran musiman : keadaan menganggur yang

disebabkan oleh fluktuasi ekonomi jangka pendek

yang menyebabkan tenaga kerja untuk menganggur.

Pengangguran siklikal :  pengangguran yang

menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi

sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah

daripada penawaran kerja.

Pengangguran teknologi : pengangguran yang

disebabkan adanya perubahan tenaga manusia menjadi

tenaga mesin.

Pengangguran siklus : pengangguran yang

diakibatkan oleh menurunnya kegiatan perekonomian

karena terjadi resesi.

2.2.4 Penyebab Terjadinya Pengangguran

Adapun hal – hal yang menyebabkan terjadinya

pengangguran adalah:

Besarnya angkatan kerja tidak seimbang dengan

kesempatan kerja.

Struktur Lapangan Kerja tidak seimbang.

Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan

penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang.

Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih

besar dari pada angkatan kerja, pengangguran belum

tentu tidak terjadi. Alasannya, belum tentu

terjadi kesesuaian antara tingkat pendidikan yang

dibutuhkan dan yang tersedia.

Meningkatnya peranan dan aspirasi angkatan kerja

wanita dalam seluruh struktur angkatan kerja

Indonesia

Penyediaan dan pemanfaatan tenaga kerja antar

daerah tidak seimbang.

2.3 Teori A.W. Phillips

Teori A.W. Phillips muncul karena pada saat tahun 1929,

terjadi depresi ekonomi Amerika Serikat, hal ini

berdampak pada kenaikan inflasi yang tinggi dan diikuti

dengan pengangguran yang tinggi pula. berdasarkan pada

fakta itulah A.W. Phillips mengamati hubungan antara

tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran. Dari hasil

pengamatannya, ternyata ada hubungan yang erat antara

Inflasi dengan tingkat pengangguran, jika inflasi

tinggi, pengangguran pun akan rendah. Hasil pengamatan

Phillips ini dikenal dengan kurva Phillip.

Gambar 2.1 Kurva Phillips

Sumber: oliveramesmacrog.wordpress.com

Berdasarkan gambar 2.1 A.W Phillips menggambarkan

hubungan antara tingkat inflasi dengan tingkat

pengangguran didasarkan pada asumsi bahwa

inflasi merupakan cerminan dari adanya kenaikan

permintaan agregat. Dengan naiknya permintaan agregat,

berdasarkan teori permintaan, permintaan akan naik,

kemudian harga akan naik pula. Dengan tingginya harga

(inflasi) maka untuk memenuhi permintaan tersebut

produsen meningkatkan kapasitas produksinya

denganmenambah tenaga kerja (tenaga kerja merupakan

satu-satunya input yang dapat meningkatkan output).

Akibat dari peningkatan permintaan tenaga kerja,

maka dengan naiknya harga-harga (inflasi) pengangguran

berkurang.

2.4 Pertumbuhan Ekonomi

Pembangunan ekonomi merupakan salah satu sasaran

pembangunan. Menurut Sadono Sukirno pertumbuhan

ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam

perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang

diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran

masyarakat meningkat. Dengan demikian untuk menentukan

tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai perlu dihitung

pendapatan nasional riil menurut harga tetap yaitu pada

harga-harga yang berlaku ditahun dasar yang dipilih.

Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari

perkembangan suatu perekonomian. Laju pembangunan

ekonomi suatu negara diukur dengan menggunakan tingkat

pertumbuhan GDP/GNP atau PDB / PNB.

Faktor-faktor yang dianggap sebagai sumber penting

yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi antara lain:

Tanah dan Kekayaan lainnya.

Jumlah, Mutu Penduduk dan Tenaga Kerja

Barang Modal dan Tingkat Teknologi

Sistem Sosial dan Sikap Masyarakat.

Luas Pasar dan Sumber Pertumbuhan

Kuznets memberikan enam ciri pertumbuhan yang

muncul dalam analisis yang didasarkan pada produk

nasional dan komponennya, dimana ciri-ciri tersebut

seringkali terkait satu sama lain dalam hubungan sebab

akibat. Keenam ciri tersebut adalah :

Laju pertumbuhan penduduk yang cepat dan

produk per kapita yang tinggi.

Peningkatan produktifitas yang ditandai dengan

meningkatnya laju produk perkapita .

Laju perubahan struktural yang tinggi yang

mencakup peralihan dari kegiatan pertanian ke

non pertanian, dari industri ke jasa,

perubahan dalam skala unit-unit produktif dan

peralihan dari usaha-usaha perseorangan

menjadi perusahaan yang berbadan hukum serta

perubahan status kerja buruh.

Semakin tingginya tingkat urbanisasi

Ekspansi dari negara lain.

Peningkatan arus barang, modal dan orang antar

bangsa.

2.5 Analisis Data

2.5.1 Tingkat Inflasi Indonesia tahun 2008-2012

Inflasi pada dasarnya merupakan hal yang perlu

diperhatikan oleh pemerintah karena inflasi dapat

menimbulkan akibat yang buruk pada kondisi ekonomi

maupun sosial. Pada kondisi sosial inflasi dapat

menyebabkan kemakmuran sebagian golongan masyarakat

menjadi menurun. Menurunnya kemakmuran ini karena harga

yang meningkat lebih cepat dibandingkan upah atau

income (pendapatan) yang diterima oleh masyarakat

tersebut. Kemudian, kebutuhan yang biasanya dapat

terpenuhi bisa menjadi harus dikurangi karena

keterbatasan kemampuan untuk merealisasikannya.

Sedangkan pada kondisi ekonomi, inflasi dapat

menyebabkan prospek pembangunan ekonomi jangka panjang

akan menjadi semakin memburuk sekiranya inflasi tidak

dapat dikendalikan. Hal ini disebabkan karena inflasi

yang tidak dapat dikendalikan cenderung menurunkan

investasi yang produktif, mengurangi ekspor, dan

meningkatkan impor. Sehingga kecenderungan ini dapat

memperlambat prospek pembangunan ekonomi jangka

panjang.

Tabel 2.1

Tingkat Inflasi di Indonesia Tahun 2008 – 2012No. Tahun Inflasi (%)1. 2008 11,062. 2009 2,783. 2010 6,964. 2011 3,795. 2012 4,30

Sumber : BPS ; Data Strategis BPS 2012

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa tingkat inflasi

di Indonesia dari tahun 2008 sampai 2012 mengalami

fluktuasi. Pada tahun 2008 tingkat inflasi Indonesia

berada pada angka 11,06%, yang berarti Indonesi berada

pada tingkat Inflasi sedang. Pada tahun 2009 inflasi

mengalami penurunan yang cukup drastis yaitu sebesar

8,82% hingga berada pada angka 2,78%. Laju inflasi ini

tercatat merupakan terendah sepanjang sejarah

Indonesia. Namun pada tahun 2009 inflasi di Indonesia

kembali meningkat sebesar 4,18 % yaitu mencapai angka

6,96 %. Dan turun kembali pada tahun 2011 yaitu berada

pada angka 3,79% namun naik di tahun 2012 yaitu berada

pada angka 4,30%.

2.5.2 Tingkat Pengangguran di Indonesia tahun 2008-

2012

Permasalahan pengangguran memang sangat kompleks

untuk dibahas dan merupakan isu penting, karena dapat

dikaitkan dengan beberapa indikator-indikator.

Indikator-indikator ekonomi yang mempengaruhi tingkat

pengangguran antara lain pertumbuhan ekonomi negara

bersangkutan dan tingkat inflasi.

Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus

mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan

menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan.

Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan

efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan

keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi

juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan

sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan

ekonomi.

Tingkat pengangguran yang ada di Indonesia dapat

dilihat di tabel berikut:

Tabel 2.2

Tingkat Pengangguran Terbuka di Indonesia tahun 2008 – 2012

No. Tahun Total Pengangguran1. 2008 9.394.5152. 2009 8.962.6173. 2010 8.319.7794. 2011 7.700.0865. 2012 7.244.956

Sumber : BPS, Data Strategis BPS 2012

Dari tabel 3.2 dapat dilihat bahwa jumlah

pengangguran di Indonesia dari tahun 2008 sampai 2012

mengalami penurunan. Pada tahun 2008 total pengangguran

Indonesia mencapai 9.394.515 orang dan pada tahun 2009

mengalami penurunan hingga berada pada total sebesar

8.962.617. Penurunan ini terus berlanjut hingga tahun

2012 yaitu sebesar 7.244.956 orang yang menganggur di

Indonesia.

2.5.3 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia tahun 2008-2012

Laju pembangunan ekonomi suatu negara diukur

dengan menggunakan tingkat pertumbuhan GDP/GNP atau PDB

/ PNB.

Menurut Sadono pertumbuhan ekonomi berarti

perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang

menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat

meningkat. Dengan demikian untuk menentukan tingkat

pertumbuhan ekonomi yang dicapai perlu dihitung

pendapatan nasional riil menurut harga tetap yaitu pada

harga-harga yang berlaku ditahun dasar yang dipilih.

Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari

perkembangan suatu perekonomian. Oleh karena itu konsep

yang sesuai dengan pertumbuhan ekonomi adalah GDP/PDB

dengan harga konstan. GDP/PDB adalah nilai barang-

barang dan jasa-jasa yang diproduksikan di dalam negara

tersebut dalam satu tahun tertentu.Tabel 2.3

PDB atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2008 – Semester I

2012

(Triliun Rupiah)

No. Tahun PDB atas Dasar HargaKonstan 2000

1. 2008 2.082,52. 2009 2.177,73. 2010 2.313,84. 2011 2.463,25. 2012 1.283,4

Sumber : BPS, Data Strategis BPS 2012

Dari tabel 2.3 dapat dilihat bahwa PDB tahun 2008

sampai 2012 mengalami peningkatan yang menandakan bahwa

perekonomian Indonesia juga meningkat.

Pada tahun 2008 PDB Indonesia sebesar 2.082,5

triliun Rupiah meningkat di tahun 2009 menjadi sebesar

2.177,7 triliun Rupiah dan terus meningkat hingga tahun

2011 menjadi 2.463,2 Triliun Rupiah. Untuk PDB tahun

2012 belum dapat diketahui apakah PDB nya mengalami

kenaikan atau penurunan karena data yag tersedia masih

data sementara yaitu pada semester I 2012 PDB berada

pada angka 1.283 Triliun Rupiah.

2.6 Hubungan antara Inflasi, Pengangguran dan

Pertumbuhan Ekonomi

Tingkat inflasi mempunyai hubungan positif atau

negatif terhadap jumlah pengangguran. Apabila tingkat

inflasi yang dihitung adalah inflasi yang terjadi pada

harga-harga secara umum, maka tingginya tingkat inflasi

yang terjadi akan berakibat pada peningkatan pada

tingkat bunga (pinjaman). Oleh karena itu, dengan

tingkat bunga yang tinggi akan mengurangi investasi

untuk mengembangkan sektor-sektor yang produktif. Hal

ini akan berpengaruh pada jumlah pengangguran yang

tinggi karena rendahnya kesempatan kerja sebagai akibat

dari rendahnya investasi.

Dari data tabel 2.1 dan 2.2 terlihat bahwa

terdapat hubungan positif dan negatif antara inflasi

dan tingkat pengangguran. Misalnya saja pda tahun 2008

ke tahun 2009 inflasi terlihat mengalami penurunan dan

di ikuti pula oleh penurunan jumlah pengangguran di

Indonesia. Hal ini menunjukan adanya hubungan positif

ntara inflasi dengan tingkat pengangguran. Pada tahun

2010 inflasi kembali naik namun tingkat pengangguran

tidak mengalami kenaikan juga melainkan mengalami

penurunan. Hal ini menunjukan adanya hubungan negatif

antara inflasi dengan tingkat pengangguran.

Secara teori setiap adanya peningkatan dalam

pertumbuhan ekonomi Indonesia diharapkan dapat menyerap

tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi jumlah

pengangguran.

Dari data yang ada pada tabel 2.1 dan 2.3 terlihat

bahwa terdapat hubungan yang negatif antara tingkat

pengangguran dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pada

tabel 2.1 terlihat tingkat pengangguran di Indonesia

pada tahun 2008 – 2012 mengalami penurunan, berbeda

dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2008 –

2012 yang justru mengalami peningkatan. Hubungan

negatif antara pertumbuhan ekonomi dan jumlah

pengangguran ini disebabkan karena pertumbuhan ekonomi

yang meningkat di Indonesia memberikan peluang kerja

baru ataupun memberikan kesempatan kerja dan

berorientasi pada padat karya, sehingga pertumbuhan

ekonomi mengurangi jumlah pengangguran.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Inflasi adalah suatu keadaan dalam mana terjadi

senantiasa meningkatnya harga-harga pada umumnya,

atau suatu keadaan di mana terjadi senantiasa

turunnya nilai uang.

Pengangguran atau orang yang menganggur adalah

mereka yang tidak mempunyai pekerjaan dan sedang

tidak aktif mencari pekerjaan.

Dari kurva phillips tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat

pengangguran semakin cepat kenaikan tingkat upah

dan harga; dan semakin tinggi harapan inflasi akan

semakin cepat pula kenaikan tingkat upah.

Dalam perekonomian tertutup, dan dalam jangka

pendek, pengangguran dan inflasi merupakan masalah

ekonomi yang perlu di hadapi dan di atasi. Dalam sistem

pasar bebas, kdua masalah ini tidak dapat dengan

sendirinya diatasi. Kebijakan pemerintah perlu

dijalankan apabila salah satu kedua masalah tersebut

timbul. Sesuai dengan keperluan ini dalam analisis

makro ekonomi perlu diperhatikan dengan lebih baik

mengenai kdua masalah tersebut dan bentuk – bentuk

kebijakan pemerintah yang dapat digunakan untuk

mengatasi kedua masalah.

Ada dua cara yg di gunakan untuk melihat masalah

pengangguran. Yang pertama adalah dengan melihar sumber

dari wujud masalah tersebut dan yang kedua adalah

berdasarkan ciri – cirinya. Berdasarkan sumbernya

pengangguran dibedakan kepada : pengangguran

normal/friksional, pengangguran siklikal (kunjungtur),

pengangguran berstruktur dan pengangguran teknologi.

Berdasarkan ciri – cirinya pengangguran dibedakan

kepada : pengangguran terbuka, pengangguran

tersembunyi, pengangguran bermusim dan setengah

menganggur. Kebijakan pemerintah untuk mengatasi

pengangguran didorong oleh tujuan bersifat ekonomi dan

tujuan bersifat sosial dan politik. Dari segi ekonomi

tujuan mengatasi pengangguran adalah menyediakan

kesempatan kerja, meningkatkan taraf kemakmuran

masyarakat dan memperbaiki distribusi pendapatan.

3.2 Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan dapat diberikan saran

bahwa sebaiknya pemerintah dapat mengatasi pengangguran

yang terjadi di Indonesia yaitu dengan membuka lapangan

kerja atau menyediakan lapangan kerja. Dalam menghadapi

kemiskinan di zaman global diperlukan usaha-usaha yang

lebih kreatif, inovatif, dan eksploratif. Selain itu,

globalisasi membuka peluang untuk meningkatkan

partisipasi masyarakat Indonesia yang unggul untuk

lebih eksploratif. Di dalam menghadapi zaman

globalisasi ke depan mau tidak mau dengan meningkatkan

kualitas SDM dalam pengetahuan, wawasan, skill,

mentalitas, dan moralitas yang standarnya adalah

standar global.

DAFTAR PUSTAKA

Mankiw, Gregory, 2008. Pengantar Ekonomi Jilid

2.Erlangga:Jakarta

http://sabarila.blogspot.com/2014/12/analisis-hubungan-

tingkat-pengangguran_65.html

http://www.zonasiswa.com/2014/08/pengertian-inflasi-

lengkap.html

www.academia.edu