INFLASI Universitas Bakrie

24
Strategi Pencapaian Sasaran Inflasi Jangka Menengah-Panjang yang Kompetitif HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Makalah ini adalah hasil karya kelompok kami dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah kami nyatakan dengan benar. Nama : Surya Pratama Tanda Tangan : Tanggal : 20/9/2012 Nama : Dian Vitasari Abdurahman Tanda Tangan : Tanggal : 20/09/2012 Nama : Desi Purnamasari Tanda Tangan : Tanggal : 20/9/2012 Mengetahui, Dosen Pembimbing i

Transcript of INFLASI Universitas Bakrie

Strategi Pencapaian Sasaran Inflasi Jangka Menengah-Panjang yang Kompetitif

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Makalah ini adalah hasil karya kelompok kami dan

semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah

kami nyatakan dengan benar.

Nama : Surya Pratama

Tanda Tangan :

Tanggal : 20/9/2012

Nama : Dian Vitasari Abdurahman

Tanda Tangan :

Tanggal : 20/09/2012

Nama : Desi Purnamasari

Tanda Tangan :

Tanggal : 20/9/2012

Mengetahui,

Dosen Pembimbing

i

Strategi Pencapaian Sasaran Inflasi Jangka Menengah-Panjang yang Kompetitif

Nama : Dr. Bambang Trihartanto

Tanggal : 21/9/2012

ABSTRAK

Menurut teori Irving Fisher tentang The Quantity

Theory of Money (Parkin, 2009), tingkat inflasi jangka

panjang dapat diperoleh dari hasil perhitungan tingkat

pertumbuhan uang dikurangkan dengan tingkat PDB riil.

Sejak sepuluh tahun terakhir, berdasarkan data dari

website resmi Bank Dunia, selisih antara pertumbuhan

uang dengan tingkat PDB riil di Indonesia masih sangat

besar sehingga menyebabkan tingkat inflasi pun relatif.

Dalam jangka panjang, jika kita menginginkan tingkat

inflasi tetap rendah dan stabil maka hal yang harus

dilakukan adalah memaksimalkan PDB riil. Peningkatan

PDB riil jangka panjang dapat dilakukan dengan

memaksimalkan daya beli masyarakat dalam jangka waktu

panjang melalui peningkatan tenaga kerja sehingga dalam

kondisi ini PDB potensial dapat terpenuhi dan tingkat

inflasi jangka menengah-panjang dapat ditekan. Solusi

alternatif yang ditawarkan dalam studi kasus ini adalah

melalui penerapan Entrepreneurship Targeting, yaitu

penetapan target pertumbuhan kewirausahaan di Indonesia

ii

Strategi Pencapaian Sasaran Inflasi Jangka Menengah-Panjang yang Kompetitif

sebesar minimal 2% dari total populasi. Sebagai

otoritas moneter, Bank Indonesia dapat melakukan

berbagai instrumen kebijakan seperti spesialisasi suku

bunga untuk kewirausahaan, kompensasi tingkat suku

bunga, program asistensi, dan penguatan koordinasi

dengan pemerintah. Dengan demikian, inflasi yang rendah

dan stabil jangka menengah-panjang dapat tercapai.

iii

Strategi Pencapaian Sasaran Inflasi Jangka Menengah-Panjang yang Kompetitif

I. ACUAN TEORI

Penghitungan inflasi di suatu negara dapat

dilakukan dengan menggunakan teori dari Irving Fisher

mengenai The Quantity Theory of Money atau Teori Kuantitas

Uang (Parkin, 2009) sebagai berikut.

MV=PY

Persamaan di atas menjelaskan bahwa jumlah

persediaan uang (M) dikalikan dengan velositas

sirkulasi uang yang beredar (V) akan berbanding lurus

dengan hasil kali dari tingkat harga (P) dengan PDB

riil (Y). Velositas sirkulasi uang merupakan rata-rata

waktu yang dibutuhkan dalam satuan kali oleh satu unit

mata uang untuk membeli barang atau jasa yang menyusun

komponen PDB di suatu negara. Dari persamaan di atas,

dapat ditarik kesimpulan pula bahwa perubahan pada

setiap variabel akan menghasilkan persamaan baru yaitu

∆ (MV)=∆(PY)

∆MV+M∆V=∆PY+P∆Y

Jika persamaan di atas dijabarkan lagi maka akan

didapatkan persamaan sebagai berikut

∆MM

+∆VV

=∆PP

+∆YY

Persamaan di atas menjelaskan bahwa hasil

penjumlahan dari persentase perubahan dari jumlah uang

1

Strategi Pencapaian Sasaran Inflasi Jangka Menengah-Panjang yang Kompetitif

yang beredar (money growth rate) dengan persentase

perubahan velositas sirkulasi uang (rate of velocity change)

akan berbanding lurus dengan hasil penjumlahan

persentase perubahan tingkat harga (inflation rate) dengan

persentase perubahan PDB riil (real GDP growth rate).

Sebagai informasi tambahan, penghitungan tingkat

inflasi berdasarkan perubahan harga barang dan jasa

sesuai dengan indikator penghitungan inflasi di

Indonesia, biasa dikenal dengan inflasi IHK (Indeks

Harga Konsumen) (Website resmi BI, 2012).

Dalam jangka panjang, tingkat pertumbuhan PDB riil

diharapkan mampu memenuhi harapan PDB potensial, yaitu

jumlah produksi yang maksimal ketika perekonomian

berada pada tingkat pengangguran nol atau sangat kecil

atau dalam istilah lain dikenal dengan (full employment).

Pada kondisi ini, persentasi pertumbuhan PDB potensial

akan selalu konstan dengan pertumbuhan dari jumlah uang

yang beredar sehingga mengakibatkan tingkat pertumbuhan

velositas sirkulasi uang bernilai nol atau tidak

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel

lainnya sehingga pada jangka panjang didapatkan

persamaan

∆MM

=∆PP

+∆YpY

∆PP

=∆MM

−∆YpY

2

Strategi Pencapaian Sasaran Inflasi Jangka Menengah-Panjang yang Kompetitif

TingkatInflasi=TingkatPertumbuhanUang−TingkatPertumbuhanPDBriil

Dari persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa

jika kita ingin menjaga nilai inflasi agar tetap rendah

dan stabil maka kita harus menjaga selisih antara

tingkat pertumbuhan uang dengan tingkat pertumbuhan PDB

riil tetap minimal dengan syarat tingkat inflasi harus

tetap bernilai positif sebab jika tingkat pertumbuhan

PDB riil lebih tinggi daripada tingkat pertumbuhan

uang maka dapat menyebabkan kondisi perekonomian

menjadi inflasi negatif atau deflasi dan berdampak pada

kelesuan ekonomi secara keseluruhan.

II. RUMUSAN MASALAH

Terkait dengan upaya Bank Indonesia dalam

mengontrol dan memilihara stabilitas rupiah, Bank

Indonesia menggunakan kerangka kebijakan Inflation Targeting

Framework (ITF) sejak tahun 2005 menggantikan pendekatan

pendalian jumlah uang beredar (base monetary) yang tidak

relevan lagi dengan perkembangan perekonomian di

Indonesia, khususnya di bidang moneter.

Permasalahan dengan kerangka kebijakan ITF saat

ini adalah kerangka kebijakan ini hanya mampu

mengontrol komponen-komponen disagregasi inflasi inti

yaitu interaksi permintaan dan penawaran, lingkungan

eksternal (nilai tukar rupiah dan harga komoditas

internasional, dan ekspektasi inflasi oleh masyarakat

3

Strategi Pencapaian Sasaran Inflasi Jangka Menengah-Panjang yang Kompetitif

melalui instrumen-instrumen moneter yang berpengaruh

signifikan dalam variabel pertumbuhan uang (money

growth), namun tidak dapat mengontrol komponen dari

disagregasi non inti yang secara dominan berpengaruh

pada perubahan tingkat PDB riil di Indonesia, seperti

konsumsi agregat rumah tangga, pengeluaran pemerintah,

intervensi pemerintah dalam pasar, dan kebijakan fiskal

lainnya sehingga menyebabkan keraguan atas kebijakan

moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia akibat

adanya ketidakpastian tersebut, misalnya penetapan BI

rate seperti terurai dalam kasus. Padahal, pada

kenyataannya komponen disagregasi inflasi non inti

tersebut berpengaruh besar terhadap tingkat inflasi di

Indonesia yang selanjutnya menentukan kebijakan apa

yang harus diambil oleh Bank Indonesia sebagai otoritas

moneter dengan tetap berkoordinasi dengan pemerintah

sebagai pengendali fiskal.

Namun, sebenarnya akar permasalahan dari adanya

keraguan atas kebijakan moneter yang akan diambil,

dikarenakan oleh tidak adanya kepastian dari kebijakan

pemerintah, disebabkan oleh dua hal, yaitu daya beli

masyarakat yang kurang sehingga menyebabkan adanya

resistensi pada setiap kebijakan pemerintah yang

berkaitan dengan peningkatan harga konsumsi, serta

kurangnya koordinasi yang kuat antara Bank Indonesia

sebagai pemegang otoritas moneter dan pemerintah

Indonesia sebagai pengendali fiskal.4

Strategi Pencapaian Sasaran Inflasi Jangka Menengah-Panjang yang Kompetitif

Oleh sebab itu, pertanyaan yang harus dijawab

dalam solusi studi kasus ini adalah, instrumen atau

strategi seperti apa yang dapat dilakukan oleh Bank

Indonesia agar dapat secara langsung maupun tidak

langsung mengontrol komponen disagregasi inflasi non

inti yang berpengaruh secara signifikan terhadap angka

pertumbuhan PDB riil di Indonesia dengan tetap menjaga

independensinya sebagai otoritas moneter?[[

III. RUMUSAN SOLUSI ALTERNATIF

Adapun solusi alternatif yang kami tawarkan dalam

penyelesaian studi kasus ini adalah melalui penerapan

Entrepreneurship Targeting Framework, yaitu kerangka

kebijakan dengan menyatakan secara jelas proyeksi angka

peningkatan jumlah kewirausahaan di Indonesia yang

ingin dicapai selama beberapa periode kedepan sehingga

semua instrumen kebijakan, baik itu kebijakan moneter

maupun kebijakan fiskal dapat mengarah pada target

pencapaian angka kewirausahaan yang telah ditetapkan.

Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN) menyatakan bahwa

proporsi kewirausahaan terhadap populasi suatu negara

yang ideal adalah minimal 2%. Saat ini, Indonesia baru

menyentuh angka 1.56%, jauh tertinggal di bawah negara

tetangga seperti Malaysia dan Thailand yang sudah

menyentuh angka 4-5% dari total populasi (Bisnis

Indonesia, 2012). Kerangka kebijakan Entrepreneurship

Targeting ini diharapkan dapat menstimulasi dan

5

Strategi Pencapaian Sasaran Inflasi Jangka Menengah-Panjang yang Kompetitif

meningkatkan minat dan praktik kewirausahaan masyarakat

yang berdampak positif dalam pengembangan lapangan

kerja sekaligus meningkatkan potensi output hasil

produksi dan daya beli masyarakat dalam jangka panjang.

Kerangka kebijakan ini dapat diterapkan melalui dua

instrumen yang kami tawarkan, yaitu

1. Bank Indonesia turut berperan serta dalam proses

intensifikasi sektor informal melalui spesialisasi

suka bunga pinjaman untuk kewirausahaan guna

menstimulasi masyarakat lokal untuk meningkatkan

sektor dan investasi riil, seperti kewirausahaan dan

kegiatan produksi dalam negeri dengan tetap

berpedoman pada independensinya sebagai otoritas

moneter

2. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter harus

memperkuat koordinasi dengan pemerintah Indonesia

sebagai pengendali fiskal dan badan-badan terkait

dalam implementasi kebijakan yang berkaitan dengan

perbaikan ekonomi, khususnya penerapan Entrepreneurship

Targeting Framework

IV. PEMBAHASAN: SOLUSI ALTERNATIF

4.1 Relevansi Entrepreneurship Targeting Sebagai Satu

Kebijakan Otoritas Moneter dalam Memelihara Inflasi

Rendah dan Stabil Jangka Menengah-Panjang

Berdasarkan data yang kami dapatkan dari website

resmi Bank Dunia (2012) dan diolah secara manual6

Strategi Pencapaian Sasaran Inflasi Jangka Menengah-Panjang yang Kompetitif

didapatkan kondisi pertumbuhan uang, PDB riil, dan

tingkat inflasi Indonesia selama sepuluh tahun terakhir

sebagai berikut.

Tahun

Pertumbuhan Uang(M)

Pertumbuhan PDBRiil(Y)

SelisihM-Y

InflasiIHKRiil

2002 4.8 4.5 0.3 11.92003 8.4 4.8 3.6 6.62004 8.4 5 3.4 6.22005 16.3 5.7 10.6 10.52006 14.9 5.5 9.4 13.12007 19.3 6.3 13 6.42008 14.9 6 8.9 9.82009 13 4.6 8.4 4.82010 15.4 6.2 9.2 5.12011 16.4 6.5 9.9 5.4

Dari data diatas, dapat kita lihat bahwa inflasi

di Indonesia masih cenderung fluktuatif dan berada pada

nilai di atas 4% setiap tahunnya, hal ini masih belum

cocok dengan target inflasi Indonesia jangka menengah-

panjang, yaitu 3-4% per tahun. Tingginya tingkat

inflasi ini pada dasarnya beracuan pada besarnya

selisih (output gap) pertumbuhan uang yang beredar dengan

pertumbuhan PDB riil Indonesia sesuai dengan teori

kuantitas uang Irving Fisher. Nilai inflasi yang

didapatkan pada data diatas masih dipengaruhi oleh

perubahan velositas sirkulasi uang sebab nilai inflasi

yang tertera adalah inflasi pada jangka pendek setiap

tahunnya. Dalam jangka panjang, velositas sirkulasi

uang dianggap konstan dikarenakan perubahan PBD nominal7

Strategi Pencapaian Sasaran Inflasi Jangka Menengah-Panjang yang Kompetitif

setiap tahunnya akan sebanding dengan perubahan uang

yang beredar.

Data di atas juga menunjukkan bahwa pertumbuhan

uang yang jauh lebih besar dibandingkan dengan

pertumbuhan PDB riil Indonesia akan berakibat pada

besarnya inflasi, dan semakin besarnya inflasi maka

tingkat fluktuasinya pun akan semakin besar sehingga

akan membuat banyak kondisi yang tidak pasti dalam

jangka panjang dan banyaknya spekulasi pada jangka

pendek. Satu-satunya cara untuk mempertahankan agar

inflasi tetap rendah dan stabil pada jangka menengah-

panjang adalah dengan meningkatkan pertumbuhan PDB riil

dalam jangka panjang pula.

Jika kita lihat komponen penyusun PDB melalui

persamaan pendekatan pengeluaran Y=C+I+G+(X−M) dengan

Y sebagai nilai PDB, C sebagai konsumsi agregat

masyarakat, I sebagai nilai investasi, dan (X-M) sebagai

net export, komponen yang memberikan kontribusi

terbesar dalam penghitungan PDB di Indonesia adalah

dari variable konsumsi (C) dengan persentase rata-rata

setiap tahunnya adalah 50-55% dari total PDB (Dharizal,

2012) dan kemudian dari komponen investasi sebesar 30-

35% dari total PDB setiap tahunnya, dan sisanya dari

variabel lain (Malik, 2012).

Jika dianalisis lebih lanjut faktor utama penyebab

rendahnya konsumsi dan investasi, khususnya investasi

8

Strategi Pencapaian Sasaran Inflasi Jangka Menengah-Panjang yang Kompetitif

domestik di Indonesia disebabkan oleh rendahnya daya

beli masyarakat, hal ini juga tercermin dari adanya

resistensi ataupun protes dari masyarakat terhadap

setiap kebijakan pemerintah yang berusaha meningkatkan

harga, misalnya harga BBM, tarif dasar listrik, dan

sebagainya sehingga menimbulkan ketidakpastian ekonomi.

Lemahnya daya beli masyarakat ini disebabkan oleh

rendahnya penyerapan tenaga kerja di Indonesia.

Faktanya, jumlah pengangguran di Indonesia pada tahun

2010 mencapai 7,41% dari total angkatan kerja atau

senilai 8,6 juta orang pengangguran dan mengalami

penurunan yang tidak terlalu signifikan pada tahun 2011

sehingga jumlah pengangguran mencapai 6,8% dari total

angkatan kerja (Elhida, 2011). Angka pengangguran ini

masih tergolong besar, selain itu tenaga kerja pun

masih banyak yang terserap pada sektor formal sehingga

peningkatan pendapatan mereka cenderung lamban.

Oleh sebab itulah, solusi yang paling tepat untuk

memelihara nilai PDB riil Indonesia semakin tinggi dan

menjaga selisih antara pertumbuhan uang dan pertumbuhan

PDB riil tetap rendah dan stabil adalah dengan

menerapkan kerangka kebijakan Entrepreneurship Targeting.

Kerangka kebijakan ini diharapkan meningkatkan

penyerapan tenaga kerja melalui sektor informal,

seperti kewirausahaan sehingga daya beli masyarakat,

termasuk masyarakat miskin dapat meningkat dan dalam

jangka panjang akan mendorong peningkatan konsumsi dan9

Strategi Pencapaian Sasaran Inflasi Jangka Menengah-Panjang yang Kompetitif

investasi secara agregat lalu berimplikasi pada

peningkatan PDB riil jangka menengah-panjang dan pada

akhirnya nilai inflasi yang rendah dan stabil jangka

menengah-panjang dapat dipertahankan.

4.1.1 Program Spesialisasi Suku Bunga Pinjaman

untuk Kewirausahaan

Saat ini Bank Indonesia mengelompokkan kredit

berdasarkan penggunaan dana menjadi tiga jenis kredit,

yaitu kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit

konsumsi. Kredit modal kerja adalah kredit jangka

pendek yang digunakan untuk membiayai kegiatan

operasional usaha. Kredit investasi adalah kredit

jangka menengah atau panjang yang digunakan untuk

membiayai barang-barang modal dalam rangka

rehabilitasi, modernisasi, perluasan ataupun pendirian

proyek baru, yang pelunasannya dari hasil usaha dengan

barang-barang modal yang dibiayai. Kredit konsumsi

adalah kredit yang digunakan untuk pembelian barang

yang digunakan langsung oleh debitur.

Berdasarkan data yang kami dapatkan dari BPS yang

bersumber dari website resmi Bank Indonesia dan diolah

secara manual terlihat perbedaan besaran suku bungan

pinjaman berdasarkan penggunaan dana seperti table

berikut

Jenis Bank Kredit (%)

10

Strategi Pencapaian Sasaran Inflasi Jangka Menengah-Panjang yang Kompetitif

ModalKerja

Investasi

Konsumsi

Bank Persero 13.44 11.98 13.68Bank Pemda 14.19 13.06 14.18Bank Swasta Nasional

13.85 13.66 15.13

Bank Umum 13.46 12.96 15.51

Dari tabel di atas, disimpulan bahwa tidak ada

perbedaan yang signifikan antara tingkat suku bunga

pinjaman yang diberikan oleh bank kepada debitur yang

didasarkan pada penggunaan. Perbedaan yang kurang

signifikan ini menimbulkan satu indikasi bahwa pihak

bank tidak terlalu mempertimbangkan penggunaan dana

kredit yang diberikan kepada debitur. Artinya jika ada

A dan B dalam kondisi ekonomi yang sama, namun meminjam

dana dari bank untuk kepentingan yang berbeda, misalnya

A meminjam uang untuk membeli motor sedangkan B

meminjam uang untuk membuka usaha, maka tidak ada

perbedaan bunga pinjaman yang signifikan bagi keduanya.

Bahkan berdasarkan hasil wawancara kami dengan salah

satu pegawai Bank Swasta Nasional, pada beberapa bank

umum dan bank swasta nasional, tingkat suku bunga

kredit untuk modal usaha dan investasi cenderung lebih

besar dibandingkan dengan tingkat suku bunga pinjaman

konsumsi dikarenakan resiko pada kredit modal usaha dan

investasi lebih besar daripada kredit konsumsi sehingga

hal tersebut dikompensasi pada tingginya tingkat suku

bunga. Hal ini mengindikasikan bahwa belum ada

11

Strategi Pencapaian Sasaran Inflasi Jangka Menengah-Panjang yang Kompetitif

perhatian khusus dari sektor perbankan yang dinaungi

oleh Bank Indonesia dalam menstimulasi wirausaha baru

di Indonesia dalam hal penyediaan pinjaman modal guna

usaha.

Berdasarkan penjelasan di atas, kami memberikan

usulan kepada Bank Indonesia untuk mengadakan program

khusus berupa spesialisasi suku bunga pinjaman khusus

kewirausahaan, baik modal kerja maupun investasi dimana

tingkat suku bunga kreditnya perlu diatur tetap rendah

berkisar (6-8%). Hal ini mengingat bahwa modal usaha

merupakan momok dan alasan utama lesunya kewirausahaan

di Indonesia dan sektor perbankan merupakan salah satu

akses yang paling banyak dikenal oleh masyarakat dalam

hal penyediaan dana pinjaman sehingga jika suku bunga

pinjaman atas modal kerja dan investasi tersebut tinggi

maka masyarakat akan sungkan untuk meminjam dana sebab

bunga yang akan dibayarkan pun besar. Satu-satunya cara

menstimulasi masyarakat agar menggiatkan sektor

informal kewirausahaannya ialah melalui pemberian suku

bunga pinjaman khusus kewirausahaan yang rendah

sehingga jumlah uang beredar di masyarakat yang

digunakan untuk peningkatan lapangan kerja pun

meningkat. Dalam jangka panjang, hal ini berpotensi

meningkatkan potensial output di Indonesia sehingga

berimplikasi pada PDB riil yang mendekati PDB potensial

(kondisi ketika penyerapan tenaga kerja sangat tinggi

atau full employment).12

Strategi Pencapaian Sasaran Inflasi Jangka Menengah-Panjang yang Kompetitif

4.1.2 Kompensasi Tingkat Suku Bunga

Kami menyadari bahwa penetapan tingkat suku bunga

pinjaman di bank didasarkan pada besarnya resiko atas

penggunaan dana yang dipinjamkan dan kami juga

menyadari bahwa penggunaan kredit modal usaha dan

kredit investasi resikonya lebih besar dibandingkan

dengan kredit konsumsi seperti cicilan motor, mobil,

KPR, dan sebagainya karena tingkat kepastiannya lebih

jelas. Namun, jika kita analisis lebih jauh, pemberian

suku bunga kredit yang rendah atas pinjaman untuk

kegiatan konsumsi akan meningkatkan jumlah uang yang

beredar di masyarakat menjadi meningkat dan diikuti

pula dengan kegiataan permintaan atas barang-barang

konsumsi yang meningkat pula. Jika permintaan atas

barang-barang konsumsi yang terjadi dalam jangka

panjang ini tidak diikuti dengan adanya peningkatan

lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja maka

berpotensi meningkatkan harga barang tanpa diikuti

peningkatan daya beli secara mandiri dan dapat

berakibat meningkatkan inflasi.

Oleh sebab itu, dalam kerangka kebijakan

Entrepreneurship Targeting ini, kami memberikan usulan

kepada Bank Indonesia untuk menetapkan suku bunga

pinjaman khusus kewirausahaan yang rendah dan

mengompensasinya pada suku bunga pinjaman konsumsi.

Dengan kata lain, suku bunga pinjaman untuk kegiatan

13

Strategi Pencapaian Sasaran Inflasi Jangka Menengah-Panjang yang Kompetitif

konsumsi ditingkatkan guna menstimulasi masyarakat

untuk memprioritaskan kegiatan produksi melalui

peminjaman modal kerja dan investasi. Hal ini, dalam

jangka panjang, diharapkan dapat menekan tingkat

peredaran uang di masyarakat yang secara dominan

digunakan untuk konsumsi dan diseimbangkan dengan

peningkatan kewirausahaan sehingga angka pertumbuhan

kewirausahaan minimal 2% dari total populasi dapat

dicapai. Sebagai otoritas moneter, BI dapat menentukan

BI rate rate yang dijadikan sebagai dasar dalam

penentuan tingkat suku bunga pinjaman oleh bank-bank

yang beroperasi di Indonesia dan membuat kebijakan

moneter berupa spesialisasi suku bunga khusus

kewirausahaan agar dapat menunjang pertumbuhan iklim

usaha di Indonesia. Dengan strategi spesialisasi

tingkat suku bunga BI terhadap kegiatan kewirausahaan

ini maka inflasi dalam jangka menengah-panjang akan

menjadi lebih terkontrol karena masyarakat akan

cenderung melakukan kredit untuk melakukan kegiatan

kewirausahaan dibanding dengan kegiatan konsumtif.

4.1.3 Program Asistensi Sebagai Upaya Meminimalisasi

Resiko Pinjaman

Kami memahami bahwa alasan suku bunga pinjaman

untuk modal kerja dan investasi cenderung tinggi

diakibatkan karena besarnya resiko yang akan terjadi di

masa depan. Hal ini disebabkan oleh kualifikasi debitur

14

Strategi Pencapaian Sasaran Inflasi Jangka Menengah-Panjang yang Kompetitif

yang masih belum bankable sehingga potensi terjadinya

kredit macet sangat besar. Apalagi sebagian besar

masyarakat yang bertendensi melakukan pinjaman modal

usaha dan investasi adalah dari sektor mikro bahwa

masyarakat dengan pendapatan rendah dan belum memiliki

pengalaman berwirausaha. Oleh sebab itulah, dalam

kerangka kebijakan Entrepreneurship Targeting ini, Bank

Indonesia sebagai otoritas moneter tidak seharusnya

hanya bersifat antisipatif dan pasif. Ketakutan akan

adanya gagal bayar ratas pinjaman untuk modal usaha dan

investasi dari masyarakat tidak seharusnya selalu

dikompensasi dengan tingkat suku bunga yang tinggi.

Sudah saatnya Bank Indonesia bersikap preventif dan

aktif dalam menetapkan setiap kebijakan yang

berpengaruh pada jangka panjang. Misalnya saja, dalam

impelementasi kerangka kebijakan Entrepreneurship Targeting

ini Bank Indonesia dapat secara aktif melalukan program

asistensi bagi masyarakat yang melakukan pinjaman untuk

kewirausaahaan.

Program asistensi yang dimaksud di atas adalah

dengan menetapkan mekanisme kontrol baik secara

langsung maupun tidak langsung kepada para debitur yang

melakukan pinjaman kewirausahaan, misalnya dengan

mengharuskan setiap bank umum, bank swasta nasional,

dan bank lain yang meminjamkan kredit kewirausahaan

membentuk tim pembinaan bagi masyarakat, dalam hal ini

debitur, dalam menjalankan aktivitas bisnis, bahkan15

Strategi Pencapaian Sasaran Inflasi Jangka Menengah-Panjang yang Kompetitif

dalam proses seleksi dan perencanaan bisnis, bekerja

sama dengan berbagai perusahaan dalam penyediaan sumber

daya dan pelatihan bagi masyarakat lokal yang

menggunakan jasa pinjaman kewirausahaan mengenai teknik

produksi (memberikan nilai tambah pada suatu benda),

pencatatan keuangan, dasar-dasar kewirausahaan, dan

sebagainya. Hal ini tentu saja sangat efektif dalam

mengatasi resiko ketidakpastian atas pinjaman yang

diberikan karena telah dikontrol dan dibina secara

langsung, dengan demikian potensi gagal bayar pun akan

semakin kecil. Melalui kegiatan ini, pihak perbankan

pun nantinya dapat membangun komitmen yang sustainable

dengan para debitur, misalnya para debitur harus selalu

memanfaatkan jasa dari bank tempat ia mendapatkan

pinjaman kewirausahaan seperti menabung, deposito

berjangka, kredit lainnya, dan sebagainya sehingga akan

menjadi insentif tersendiri bagi bank yang memberikan

pinjaman.

4.2 Penguatan Koordinasi Otoritas Moneter dan

Pengendali Fiskal dalam Implementasi Enterpreneurship

Targeting Framework

Inflasi pada dasarnya disebabkan oleh multifaktor

yang tidak sepenuhnya dikontrol oleh Bank Indonesia,

tetapi juga dikontrol oleh kebijakan fiskal pemerintah,

dan sektor-sektor formal lainnya sehingga dibutuhkan

partisipasi dari semua pihak untuk mengontrolnya. Bank

16

Strategi Pencapaian Sasaran Inflasi Jangka Menengah-Panjang yang Kompetitif

Indonesia bersifat independen dalam membuat kebijakan

moneter namun dalam proses pembuatan kebijakan

tersebut, Bank Indonesia harus melakukan koordinasi

dengan pemerintah dan lembaga negara terkait lainnya

untuk menyesuaikan kebijakan moneter yang akan dibuat

dengan kondisi fiskal dan sektor lainnya.

Terkait dengan upaya pencapaian Entrepreneurship

Targeting, Bank Indonesia dapat bekerja sama dengan

pemerintah sebagai pengendali fiskal dalam mekanisme

KUR (Kredit Usaha Rakyat). Pada dasarnya, KUR memang

bagian dari kebijakan pemerintah, tapi penetapan suku

bunga KUR harus dikoordinasikan dengan Bank Indonesia

misalnya dengan penetapan suku bunga yang rendah dan

diikuti dengan program asistensi tadi. Selain itu, Bank

Indonesia juga dapat menyarankan pemerintah agar

kebijakan KUR tidak hanya diberikan kepada masyarakat

yang belum bankable atau belum pernah menerima pinjaman

serupa dari bank, tetapi tetap memberikan kesempatan

kepada masyarakat yang pernah memanfaatkan jasa ini,

misalnya untuk melakukan ekspansi atau mengembangkan

usahanya. Hal ini tentu akan sejalan dengan kebijakan

Bank Indonesia yang kami usulkan tadi dalam hal

spesialisasi suku bunga pinjaman untuk kewirausahaan

dan program kompensasi serta asistensi tadi yang

tujuannya ialah untuk menstimulasi pertumbuhan

kewirausahaan di Indonesia. Dengan adanya koordinasi

yang erat ini, maka kebijakan yang diambil pun nantinya17

Strategi Pencapaian Sasaran Inflasi Jangka Menengah-Panjang yang Kompetitif

dapat selaras dalam mencapai satu tujuan control

inflasi jangka menengah-panjang yang tetap rendah dan

stabil.

V. KESIMPULAN

Daya beli masyarakat yang rendah akibat kurang

terserapnya tenaga kerja di Indonesia menjadi

permasalahan utama timbulnya berbagai ketidakpastian

kebiajakan fiskal yang diambil oleh pemerintah yang

ternyata berdampak pada inefisiensi kebijakan moneter

dalam menjaga inflasi tetap rendah dan stabil jangka

menengah-panjang. Oleh sebab itulah, solusi yang paling

tepat untuk mengatasi hal tersebut ialah dengan

menstimulasi variabel jangka panjang agar tetap konstan

baik. Inflasi jangka panjang dapat terlihat dari

terpenuhinya PDB potensial sehingga kita perlu

menstimulasi peningkatan output produksi Indonesia

melalui peningkatan penyerapan tenaga kerja.

Entrepreneurship Targeting merupakan strategi khusus yang

kami anggap relevan untuk mengatasi permasalahn ini,

yaitu melalui penetapan target pertumbuhan

kewirausahaan di Indonesia selama beberapa periode

kedepan sehingga setiap kebijakan yang diambil mengarah

pada target tersebut. Terkait dengan otoritas Bank

Indonesia sebagai pengendali moneter, banyak hal yang

dapat dilakukan dalam mencapai Entrepreneuship Targeting

ini, misalnya dengan melakukan program spesialisasi

18

Strategi Pencapaian Sasaran Inflasi Jangka Menengah-Panjang yang Kompetitif

suku bunga pinjaman untuk kewirausahaan, kompensasi

tingkat suku bunga, penggalakan program asistensi,

serta penguatan koordinasi dengan pemerintah sebagai

pengendali fiskal dan instansi terkait lainnya.

VI. SARAN

Kami berharap Bank Indonesia dapat melakukan riset

lebih jauh lagi mengenai kerangka kebijakan

Entrepreneurship Targeting dan seluruh instrument yang kami

usulkan sehingga diharapkan dapat berkontribusi positif

dalam pemeliharaan tingkat inflasi yang rendah dan

stabil di Indonesia jangka menengah-panjang.

19

Strategi Pencapaian Sasaran Inflasi Jangka Menengah-Panjang yang Kompetitif

DAFTAR REFERENSI

Website

Bisnis Indonesia, 8 Maret 2012. Diakses pada tanggal 16September 2012.http://www.bisnis.com/articles/wirausaha-muda-jumlahnya-capai-angka-ideal-2-percent.

Dharizal. 2012. Pendapatan Nasional. Diakses pada tanggal 16September 2012.http://xdharizal.blogspot.com/2011/05/pendapatan-nasional.html

Elhida. 2012. Jumlah Pengangguran di Indonesia Tersisa 8,12 Juta orang.Diakses pada tanggal 16 September 2012.http://finance.detik.com/read/2011/05/05/124514/1633086/4/jumlah-pengangguran-di-indonesia-tersisa-812-juta-orang

Malik, Dusep. 2012. Proporsi Investasi Harus di Atas 30% Untuk JagaPertumbuhan. Diakses pada tanggal 16 September 2012.http://www.indonesiafinancetoday.com/read/31263/Proporsi-Investasi-Harus-di-Atas-30-untuk-Jaga-Pertumbuhan

Website Resmi Bank Indonesia. Suku Bunga Dasar Kredit. Diaksespada 17 September2012http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Suku+Bunga+Dasar+Kredit/19/09/2012

Website Resmi Badan Pusat Statistik. Jumlah Pengangguran diIndonesia. Diakses pada 17 September 2012http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=2&tabel=1&daftar=1&id_subyek=13&notab=16/19/09/2012

Website Resmi Bank Dunia. 2012. Money Growth. Diakses pada 17September 2012http://data.worldbank.org/indicator/FM.LBL.MQMY.ZG/19/09/2012

Website Resmi Bank Dunia. 2012. Real GDP Growth. Diakses pada17 September 2012http://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.MKTP.KD.ZG/countries/19/09/2012

Website Resmi Bank Dunia. 2012. Inflation CPI Rate. Diakses pada17 September 2012

20

Strategi Pencapaian Sasaran Inflasi Jangka Menengah-Panjang yang Kompetitif

http://data.worldbank.org/indicator/SL.UEM.TOTL.ZS/19/09/2012

BukuMishkin, Frederic et all. 2012. Financial Markets and Institutions 7th

Edition. England: Pearson Education LimitedParkin, Michael. 2009. Economics 8th Edition. Chapter 25 pg 603-

605.

21