Universitas Ke2

31
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang semakin pesat, kebutuhan akan suatu konsep dan mekanisme belajar mengajar (pendidikan) berbasis TI menjadi tidak terelakkan lagi. Konsep yang kemudian terkenal dengan sebutan e-learning ini membawa pengaruh terjadinya proses transformasi pendidikan konvensional ke dalam bentuk digital, baik secara isi (contents) dan sistemnya. Pengembangan e-learning untuk memberikan layanan dan kesempatan pada masyarakat luas yang selama ini tidak terjangkau dengan sistem konvensional secara tatap muka. Sehingga dengan adanya model e-learning ini memungkinkan untuk mencapai sasaran yang lebih luas di seluruh Indonesia (to reach the unreached). Dalam perspektif yang lebih luas, dunia saat ini sedang memasuki era yang ditandai dengan gencarnya inovasi teknologi dan peluang ekonomi yang belum pernah 1

Transcript of Universitas Ke2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi

(TI) yang semakin pesat, kebutuhan akan suatu konsep

dan mekanisme belajar mengajar (pendidikan) berbasis TI

menjadi tidak terelakkan lagi. Konsep yang kemudian

terkenal dengan sebutan e-learning ini membawa pengaruh

terjadinya proses transformasi pendidikan konvensional

ke dalam bentuk digital, baik secara isi (contents) dan

sistemnya.

Pengembangan e-learning untuk memberikan layanan dan

kesempatan pada masyarakat luas yang selama ini tidak

terjangkau dengan sistem konvensional secara tatap

muka. Sehingga dengan adanya model e-learning ini

memungkinkan untuk mencapai sasaran yang lebih luas di

seluruh Indonesia (to reach the unreached). Dalam

perspektif yang lebih luas, dunia saat ini sedang

memasuki era yang ditandai dengan gencarnya inovasi

teknologi dan peluang ekonomi yang belum pernah

1

terbayangkan sebelumnya. Perubahan-perubahan besar

terjadi dalam bidang teknologi, politik, sosial dan

ekonomi. Segala perubahan ini telah menyebabkan

terjadinya pergeseran dalam berbagai bidang yang antara

lain adalah; masyarakat industri ke masyarakat

informasi, teknologi yang dipaksakan ke teknologi

tinggi (hightech), ekonomi nasional ke perekonomian

dunia

Pada era globalisasisaat ini terjadi perubahan

paradigma dalam dunia pendidikan. Pendidikan yang

berlangsung sekarang setidaknya menghadapi dua

tantangan. Tantangan yang pertama berasal dari adanya

perubahan pandangan terhadap belajar itu sendiri.

Pandangan behaviorisme yang mengutamakan stimulus dan

respons tidak cukup untuk dapat memberikan hasil

optimal. Pembaharuan paradigma belajar melalui

pandangan konstruktivisme dan pergeseran-pergeseran

yang terjadi karena adanya kemajuan teknologi informasi

dan komunikasi merupakan dua hal yang sangat sejalan

dan saling memperkuat. Tantangan kedua yang dihadapi

2

oleh dunia pendidikan saat ini adalah kemajuan

teknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesat,

yang menawarkan berbagai kemudahan dalam pembelajaran.

Kemajuan teknologi ini memungkinkan terjadinya

pergeseran orientasi belajar dari outside-guided menjadi

self-guided. Selain itu teknologi juga memainkan peranan

penting dalam memperbaharui konsepsi pembelajaran yang

semula semata-mata fokus pada pembelajaran sebagai

suatu penyajian berbagai pengetahuan menjadi

pembelajaran sebagai suatu bimbingan agar mampu

melakukan eksplorasi sosial budaya yang kaya akan

pengetahuan. Perangkat berbasis teknologi lainnya yang

diharapkan dapat digunakan dalam upaya mengembangkan

lingkungan belajar yang lebih produktif

Kalau kita berbicara tentang universitas, baik di

Indonesia maupun di negara-negara yang sudah maju, maka

hampir mustahil kita dapat melepaskan diri dari fakta

bahwa telah terjadi perubahan besar-besaran dan

fundamental di dunia pendidikan tinggi. Pada dasarnya,

perubahan-perubahan besar inilah yang menjadi pendorong

3

utama bagi keseluruhan perubahan dalam pola kehidupan

ilmu pengetahuan dan pendidikan

Dunia pendidikan yang dahulu hanya bisa dilakukan

dengan cara tradisional atau dengan tatap muka,

sekarang sudah dapat dilakukan dengan bantuan media

lain, salah satunya dengan cara teknologi pemrograman

yang di aplikasikan kedalam ICT. ICT adalah sebuah

proses pembelajaran yang berbasis elektronik. Beberapa

media yang digunakan adalah internet, jaringan komputer

maupun komputer standalone. Contoh penerapan ICT dalam

instansi pendidikan dapat kita lihat melalui berbagai

universitas yang menyediakan fasilitas ICT. Fasilitas

ICT memungkinkan terjadinya pembelajaran jarak jauh

atau lebih tepatnya system e-course (kuliah jarak

jauh).

A. Rumusan Masalah

1. Bagaimana peranan pembelajaran E-lerning?

2. Bagaimana pembelajaran di Universitas kedua?

B. Tujuan.

4

Memilih metode belajar ini karena mereka perlu

untuk terus meningkatkan tingkat akademis mereka.

Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas dan

mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi

pembelajaran

C. Manfaat

1. Pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and

place flexibility).

2. Bertambahnya Interaksi pembelajaran antara

peserta didik dengan guru atau instruktur

(interactivity enhancement).

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pranan pembelajaran E-Lerning

5

E-learning merupakan suatu teknologi informasi

yang relatif baru di Indonesia. E-learning terdiri dari

dua bagian, yaitu ‘e’ yang merupakan singkatan dari

‘electronic’ dan ‘learning’ yang berarti ‘pembelajaran’.

Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan

jasa bantuan perangkat elektronika, khususnya perangkat

komputer. Karena itu, maka e-learning sering disebut pula

dengan ‘online course’.

Melalui internet dapat ditemukan berbagai

informasiyang dapat diakses secara mudah, kapan saja

dan dimana saja, makapemanfaatan internet menjadi suatu

kebutuhan. Bukan itu saja, penggunainternet bisa

berkomunikasi dengan pihak lain dengan cara yang sangat

mudah melalui teknik e-moderating yang tersedia di

internet.

Internet merupakan salah satu alat pembelajaran

setelah buku, oleh sebab itu keberhasilan pembelajaran

dengan internet sebagai faktor pendukung, harus

ditunjang oleh adanya interaksi yang maksimal antara

anak-anak dengan guru di sekolah, antara anak-anak

6

dengan berbagai fasilitas pendidikan, antara anak-anak

dengan teman-temannya di sekolah, dan adanya pola

pendidikan aktif dalam interaksi tersebut. Dari sisi

teknologi informasi, dunia internet memungkinkan

perombakan total konsep pendidikan yang selama ini

berlaku. Informasi yang diperlukan anak-anak untuk

menunjang pelajaran yang diajarkan disekolah dapat

diperoleh dengan mudah dan relatif murah. Internet

telah menghilangkan batasan-batasan ruang dan waktu

yang selama ini membatasi dunia pendidikan.

Sebenarnya internet bisa menjadi sumber

pembelajaran alternatif yang cukup efektif dan efisien.

Selama ini, yang umum dikenal sebagai sumber belajar

adalah guru dan buku. Semakin lama sumber belajar

tradisional ini semakin terbatas, baik jumlah maupun

distribusi. Dalam hal ini internet bisa menjadi

subtitusi yang sifatnya untuk melengkapi, melainkan

bukan untuk menggantikan peran guru secara keseluruhan.

Media internet ini sebenarnya mempunyai fungsi yang

hampir sama dengan buku, yakni program yang diputar

7

sesuai dengan kebutuhan dan visualisasi pada buku

sangat kurang dan tidak menarik jika dibandingkan

visualisasi media elektronik. Media komputer berbasis

internet menjadi sumber belajar acuan yang cukup

digemari sekarang ini. Selain berfungsi sebagai sumber

informasi melalui situs-situs yang menyediakan beberapa

materi, internet adalah media diskusi ilmiah online.

Dengan internet, diskusi yangh diadakan dapat

berlangsung kapan saja dan oleh siapa saja yang tidak

berada dalam satu lokasi.

1. Ada beberapa manfaat pembelajaran elektronik atau

e-learning dapat dilihat dari 2 sudut pandang, di

antaranya adalah:

a. Manfaat bagi siswa

Dengan kegiatan e-Learning dimungkinkan

berkembangnya fleksibilitas belajar yang tinggi.

Artinya, kita dapat mengakses bahan-bahan belajar

setiap saat dan berulang-ulang. Selain itu kita juga

dapat berkomunikasi dengan guru/dosen setiap saat,

8

misalnya melalui chatting dan email. Mengingat sumber

belajar yang sudah dikemas secara elektronik dan

tersedia untuk diakses melalui internet, maka kita

dapat melakukan interaksi dengan sumber belajar ini

kapan saja dan dari mana saja, juga tugas-tugas

pekerjaan rumah dapat diserahkan kepada guru/dosen

begitu selesai dikerjakan.

b. Manfaat bagi pengajar

Dengan adanya kegiatan e-Learning manfaat yang

diperoleh guru atau dosen antara lain adalah bahwa

guru, dosen dan instruktur akan lebih mudah melakukan

pembaruan materi maupun model pengajaran sesuai dengan

tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi, juga dapat

dengan efisien mengontrol kegiatan belajar siswanya.

Dari berbagai pengalaman dan juga dari berbagai

informasi yang tersedia di literatur, memberikan

petunjuk tentang manfaat penggunaan internet, khususnya

dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh, antara lain

dapat disebutkan sebagai berikut.

9

Tersedianya fasilitas e-moderating di mana guru dan

murid dapat berkomunikasi dengan mudah melalui

fasilitas internet secara regular atau kapan saja

kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa

dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu.

Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau

petunjuk belajar yang tersruktur dan terjadwal

melalui internet, sehingga keduanya bisa saling

menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.

Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap

saat dan di mana saja kalau diperlukan mengingat

bahan ajar tersimpan di komputer.

Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang

berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat

melakukan akses di internet.

Baik guru maupun siswa dapat melaksanakan diskusi

melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah

peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu

pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.

10

Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif

menjadi aktif.

Relatif lebih efisien. Misalnya bagi yang mereka

tinggal jauh dari perguruan tinggi atau sekolah

konvensional, bagi mereka yang sibuk bekerja, bagi

mereka yang bertugas di kapal, di luar negeri, dan

sebagai

c. Keuntungan menggunakan e-Learning diantaranya

adalah sebagai berikut:

Menghemat waktu proses belajar mengajar

Mengurangi biaya perjalanan

Menghemat biaya pendidikan secara keseluruhan

(infrastruktur, peralatan, buku-buku)

Menjangkau wilayah geografis yang lebih luas

Melatih pembelajar lebih mandiri dalam mendapatkan

ilmu pengetahuan

E-learning mempermudah interaksi antara peserta

didik dengan bahan atau materi pelajaran. Demikian juga

interaksi antara peserta didik dengan dosen, guru dan

11

instruktur maupun antara sesama peserta didik. Peserta

didik dapat saling berbagi informasi atau pendapat

mengenai berbagai hal yang menyangkut pelajaran ataupun

kebutuhan pengembangan diri peserta didik. Guru atau

dosen dapat menempatkan bahan-bahan belajar dan tugas-

tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik di

tempat tertentu di dalam web untuk diakses oleh para

peserta didik. Sesuai dengan kebutuhan, guru atau dosen

dapat pula memberikan kesempatan kepada peserta didik

untuk mengakses bahan belajar tertentu maupun soal-soal

ujian yang hanya dapat diakses oleh peserta didik

sekali saja dan dalam rentangan waktu tertentu pula

(Website Kudos, 2002).

Sedangkan manfaat pembelajaran elektronik menurut A. W.

Bates (Bates, 1995) dan K. Wulf (Wulf, 1996) terdiri

atas 4 hal, yaitu:

Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara

peserta didik dengan guru atau dosen. Apabila

dirancang secara cermat, pembelajaran elektronik

12

dapat meningkatkan kadar interaksi pembelajaran,

baik antara peserta didik dengan guru atau dosen,

antara sesama peserta didik, maupun antara peserta

didik dengan bahan belajar (enhance

interactivity). Berbeda halnya dengan pembelajaran

yang bersifat konvensional. Tidak semua peserta

didik dalam kegiatan pembelajaran konvensional

dapat, berani atau mempunyai kesempatan untuk

mengajukan pertanyaan ataupun menyampaikan

pendapatnya di dalam diskusi. Mengapa? Karena pada

pembelajaran yang bersifat konvensional,

kesempatan yang ada atau yang disediakan

dosen/guru/instruktur untuk berdiskusi atau

bertanya jawab sangat terbatas. Biasanya

kesempatan yang terbatas ini juga cenderung

didominasi oleh beberapa peserta didik yang cepat

tanggap dan berani. Keadaan yang demikian ini

tidak akan terjadi pada pembelajaran elektronik.

Peserta didik yang malu maupun yang ragu-ragu atau

kurang berani mempunyai peluang yang luas untuk

13

mengajukan pertanyaan maupun menyampaikan

pernyataan/pendapat tanpa merasa diawasi atau

mendapat tekanan dari teman sekelas (Loftus,

2001).

Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran

dari mana dan kapan saja (time and place

flexibility). Mengingat sumber belajar yang sudah

dikemas secara elektronik dan tersedia untuk

diakses oleh peserta didik melalui internet, maka

peserta didik dapat melakukan interaksi dengan

sumber belajar ini kapan saja dan dari mana saja

(Dowling, 2002). Demikian juga dengan tugas-tugas

kegiatan pembelajaran, dapat diserahkan kepada

instruktur begitu selesai dikerjakan. Tidak perlu

menunggu sampai ada janji untuk bertemu dengan

guru/instruktur. Peserta didik tidak terikat ketat

dengan waktu dan tempat penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran sebagaimana halnya pada pendidikan

konvensional. Dalam kaitan ini, Universitas

Terbuka telah memanfaatkan internet sebagai

14

metode/media penyajian materi. Sedangkan di

Universitas Terbuka Indonesia (UT), penggunaan

internet untuk kegiatan pembelajaran telah

dikembangkan. Pada tahap awal, penggunaan internet

di UT masih terbatas untuk kegiatan tutorial saja

atau yang disebut sebagai “tutorial elektronik”

(Anggoro, 2001).

Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas

(potential to reach a global audience). Dengan

fleksibilitas waktu dan tempat, maka jumlah

peserta didik yang dapat dijangkau melalui

kegiatan pembelajaran elektronik semakin lebih

banyak atau meluas. Ruang dan tempat serta waktu

tidak lagi menjadi hambatan. Siapa saja, di mana

saja, dan kapan saja, seseorang dapat belajar.

Interaksi dengan sumber belajar dilakukan melalui

internet. Kesempatan belajar benar-benar terbuka

lebar bagi siapa saja yang membutuhkan.

15

Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi

pembelajaran (easy updating of content as well as

archivable capabilities). Fasilitas yang tersedia

dalam teknologi internet dan berbagai perangkat

lunak yang terus berkembang turut membantu

mempermudah pengembangan bahan belajar elektronik.

Demikian juga dengan penyempurnaan atau

pemutakhiran bahan belajar sesuai dengan tuntutan

perkembangan materi keilmuannya dapat dilakukan

secara periodik dan mudah. Di samping itu,

penyempurnaan metode penyajian materi pembelajaran

dapat pula dilakukan, baik yang didasarkan atas

umpan balik dari peserta didik maupun atas hasil

penilaian instruktur selaku penanggung-jawab atau

pembina materi pembelajaran itu sendiri.

Pengetahuan dan keterampilan untuk pengembangan

bahan belajar elektronik ini perlu dikuasai

terlebih dahulu oleh instruktur yang akan

mengembangkan bahan belajar elektronik. Demikian

juga dengan pengelolaan kegiatan pembelajarannya

16

sendiri. Harus ada komitmen dari instruktur yang

akan memantau perkembangan kegiatan belajar

peserta didiknya dan sekaligus secara teratur

memotivasi peserta didiknya.

B. Pembelajaran di Universitas Kedua

Secara filosofis, pelaksanaan e-learning mengandung

dua konsekuensi. Konsekuensi pertama, menuntut

diterapkannya sistem belajar mandiri (independent

learning). Artinya setiap peserta didik memiliki otonomi

untuk menentukan tiga opsi berikut:

(1) apa yang akan mereka pelajari;

(2) kapan, dimana, bagaimana mereka mempelajarinya

(3) kapan, bagaimana mereka membuktikan

keberhasilan belajarnya.

Konsekuensi kedua, dioptimalkannya media

komunikasi, khususnya teknologi telekomunikasi secara

tepat guna dan sesuai kebutuhan. Media komunikasi atau

teknologi telekomunikasi tersebut diantaranya adalah

media cetak (buku atau modul cetak, surat, dll), media

17

audio (cassette audio dan atau radio), media audio visual

(video (CD/DVD) dan atau televisi), media komputer (CAI

(multimedia interaktif), e-book, pdf, wmv, dan

lainlain), media internet (web, email, milist, chat, dan lain-

lain), media telekonferensi (audioconference, videoconference,

computer/ webconference), media mobile (handphone). Oleh

karena itu, dalam konteks saat ini, penyelenggaraan

belajar Jarak Jauh dapat dikatakan sudah memasuki

generasi kelima. Generasi pertama, memanfaatkan

korespondensi (surat-menyurat). Naik ke generasi kedua

seiring dengan adanya potensi media cetak yang

dinamakan modul cetak (bahan belajar yang dirancang

khusus untuk belajar mandiri). Generasi ketiga sudah

mengkombinasikan pemanfaatan radio, karena saat itu

telah ada radio. Generasi keempat, ditambah lagi dengan

kombinasi pemanfaatan televisi, seiring dengan pesatnya

perkem bangan TV saat itu. Dan saat ini telah memasuki

generasi ke lima dengan dimanfaatkannya komputer dan

internet (e-learning atau online learning) untuk e-learning.

18

Penggunaan internet di kalangan anak-anak internet

merupakan sebuah kepentingan yang sangat dibutuhkan

oleh mereka. Dalam sebuah kepentingan baik kepentingan

berupa hiburan maupun kepentingan berupa akademik dalam

menggunakan internet dan penggunaannya yang sangat luas

sesuai dengan kebutuhan anak-anak dan berhubungan

dengan hal-hal yang positif, seperti dalam penggunaan

internet yang berhubungan dengan akademik anak-anak

dapat mencari artikel-artikel tentang tugas-tugas

sekolah mereka dan juga mencari situs-situs yang

berhubungan dengan fun atau leisure. Berdasarkan analisa

data pada halaman 8 menjelaskan bahwa menurut teori

diungkapkan oleh (Pace, 2006) mengenai teori struktural

klasik yang menjelaskan bahwa pola-pola interaksi sosial

yang terjadi dalam sebuah kelompok sosial dikarenakan

terbentuk kesamaan kepentingan yang saling berhubungan

dan melakukan interaksi sosial dalam memenuhi kebutuhan

informasinya. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa

ketika anak-anak memutuskan untuk mengenal internet dan

bergabung dengan situs-situs jejaring sosial atau untuk

19

kepentingan pencarian sebuah informasi, anak-anak pasti

memiliki keinginan yang sama dengan teman-teman

sepermainan mereka.

Penggunaan internet oleh anak-anak mereka lebih

menyukai untuk membuka situs-situs atau alamat website

yang berhubungan dengan kepentingan fun atau leisure,

mereka tidak mengutamakan kepentingan yang berhubungan

dengan kegiatan akademik mereka di sekolah. Berdasarkan

analisa data pada halaman 19 dapat diketahui bahwa

ketika anak-anak menggunakan internet, mereka lebih

memilih untuk membuka situs-situs yang berhubungan

dengan musik, film dan lain sebagainya. Hal ini sesuai

dengan teori uses and gratification, dimana kegiatan

mendownload musik, film, dan lain sebagainya adalah

merupakan kebutuhan pelarian (Escapist needs) yaitu

kebutuhan yang berhubungan dengan keinginan untuk

melarikan diri dari kondisi tegang, emosi, kesepian,

dan kurangnya dukungan sosial maka membutuhkan hiburan

sebagai solusinya. Selain aktivitas mendownload musik,

film, dan lain sebagainya anak-anak juga memanfaatkan

20

situs-situs jejaring sosial dan kepentingan untuk

berpartisipasi dengan situs-situs jejaring sosial

adalah untuk menambah teman. Berdasarkan analisa data

pada halaman 22, hal ini sesuai dengan teori uses and

gratification, dimana terdapat beberapa alasan pemenuhan

pada seseorang yang ingin dipenuhi dalam menggunakan

media, salah satunya adalah karena kebutuhan integrasi

sosial (The need for social integration) yaitu kebutuhan yang

berkaitan dengan penambahan kontak keluarga, teman dan

dunia luar. Hal-hal ini didasarkan pada hasrat untuk

berafiliasi.

Berdasarkan analisa data pada halaman 29 dapat

diketahui bahwa selain memanfaatkan internet untuk

kepentingan hiburan, anak-anak juga memanfaatkan

internet untuk kepentingan akademik, dimana untuk

memenuhi keperluan sekolahnya dan mencari tugas sekolah

anak-anak mencari informasi melalui internet dan bentuk

informasi yang paling sering di cari adalah sumber

informasi yang berupa Email. Hal ini sesuai dengan

teori uses and gratification, dimana hal tersebut termasuk

21

kedalam salah satu kelompok kepentingan pemanfaatan

internet yaitu kepentingan informasi (information utility)

dimana aktivitas internet untuk mencari informasi

tentang informasi sekolah, buku, berita, dan lain

sebagainya. Manfaat yang lain yang diperoleh anak-anak

dalam memanfaatkan dan mengakses informasi di internet

pada analisa data halaman 30 yaitu untuk mendapatkan

manfaat berupa sebuah informasi yang paling up to date,

hal ini juga membuat anak-anak lebih menyukai informasi

yang tersaji melalui internet daripada melalui media

cetak atau televisi. Dimana menurut Tapscott (2009)

dimana Internet dapat memberikan anak-anak banyak

kesempatan untuk menyenangkan diri mereka secara online.

Web merupakan perangkat pilihan yang menyenangkan

dimana anak-anak dapat mengikuti headline suatu berita

secara online, Google, cek e-mail, dan ber-IM dengan

teman-teman sebayanya dari berbagai belahan dunia.

Dengan didukung perangkat teknologi informasi yang

memadai dan akses pada jaringan internet yang nyaris

tak terbatas, maka di kalangan anak-anak yang sudah

22

melek internet, mereka dapat dengan mudah bisa

memperoleh hiburan dan berita-berita yang paling up to

date hanya dalam hitungan detik.

Belajar mandiri tidak berarti belajar sendiri. Hal

yang terpenting dalam proses belajar mandiri ialah

peningkatan kemauan dan keterampilan siswa/peserta

didik dalam proses belajar tanpa bantuan orang lain,

sehingga pada akhirnya siswa/peserta didik tidak

tergantung pada guru/ instruktur, pembimbing, teman,

atau orang lain dalam belajar. Dalam belajar mandiri

siswa/peserta didik akan berusaha sendiri dahulu untuk

memahami isi pelajaran yang dibaca atau dilihatnya

melalui media audio visual. Kalau mendapat kesulitan

barulah bertanya atau mendiskusikannya dengan teman,

guru/instruktur atau orang lain. Siswa/peserta didik

yang mandiri akan mampu mencari sumber belajar yang

dibutuhkannya. Proses belajar mandiri memberi

kesempatan peserta didik untuk mencerna materi ajar

dengan sedikit bantuan guru. Mereka mengikuti kegiatan

belajar dengan materi ajar yang sudah dirancang khusus

23

sehingga masalah atau kesulitan belajar sudah

diantisipasi sebelumnya. Model belajar mandiri ini

sangat bermanfaat, karena dianggap luwes, tidak

mengikat serta melatih kemandirian siswa agar tidak

bergantung atas kehadiran atau uraian materi ajar dari

guru. Berdasarkan gagasan keluwesan dan kemandirian

inilah belajar mandiri telah ber’metamorfosis’

sedemikian rupa, diantaranya menjadi sistem belajar

terbuka dan belajar jarak jauh. Perubahan tersebut juga

dipengaruhi oleh ilmu-ilmu lain dan kenyataan di

lapangan. Proses belajar mandiri mengubah peran guru

atau instruktur, menjadi fasilitator atau perancang

proses belajar. Sebagai fasilitator, seorang guru atau

instruktur membantu peserta didik mengatasi kesulitan

belajar, atau ia dapat menjadi mitra belajar untuk

materi tertentu pada program tutorial. Tugas perancang

proses belajar mengharuskan guru untuk mengolah materi

ke dalam format sesuai dengan pola belajar mandiri.

24

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Internet merupakan salah satu alat pembelajaran

setelah buku, oleh sebab itu keberhasilan

pembelajaran dengan internet sebagai faktor

pendukung, harus ditunjang oleh adanya interaksi

yang maksimal antara anak-anak dengan guru di

sekolah, antara anak-anak dengan berbagai fasilitas

pendidikan, antara anak-anak dengan teman-temannya

di sekolah, dan adanya pola pendidikan aktif dalam

interaksi tersebut. Dari sisi teknologi informasi,

dunia internet memungkinkan perombakan total konsep

pendidikan yang selama ini berlaku. Informasi yang

diperlukan anak-anak untuk menunjang pelajaran yang

diajarkan disekolah dapat diperoleh dengan mudah dan

25

relatif murah. Internet telah menghilangkan batasan-

batasan ruang dan waktu yang selama ini membatasi

dunia pendidikan.

2. Pengembangan e-learning untuk saat ini menjadi

kecenderungan dan pilihan karena adanya perubahan

dalam kehidupan. Pada era globalisasi saat ini

terjadi perubahan paradigma dalam dunia pendidikan.

Pendidikan yang berlangsung sekarang setidaknya

menghadapi dua tantangan. Tantangan yang pertama

berasal dari adanya perubahan pandangan terhadap

belajar itu sendiri; dan kemajuan teknologi

informasi dan komunikasi yang begitu pesat, yang

menawarkan berbagai kemudahan dalam pembelajaran.

3. E-learning merupakan aplikasi internet yang dapat

menghubungkan antara pendidik dan peserta didik

dalam sebuah ruang belajar online. Elearning tercipta

untuk mengatasi keterbatasan antara pendidik dan

peserta didik, terutama dalam hal ruang dan waktu.

Dengan e-learning maka pendidik dan peserta didik

tidak harus berada dalam satu dimensi ruang dan

26

waktu. Proses pendidikan dapat berjalan kapan saja

dengan mengabaikan kedua hal tersebut.

4. Sistem belajar mandiri (independent learning) berarti

pembelajar memiliki otonomi untuk menentukan dan

memilih tiga opsi berikut: apa yang akan mereka

pelajari; kapan, dimana, bagaimana mereka

mempelajarinya; dan kapan, bagaimana mereka

membuktikan keberhasialn belajarnya.

27

Daftar Pustaka

Aisbett K. 2001. The Internet at Home-A Report on Internet Use inthe Home [Electronic Version], 1-85. diakses padatanggal 10 Oktober 2011. tersedia padahttp://www.aba.gov.au/newspubs/documents/InternetStHome.pdf

Anne, Lesley Ey. and Glenn, C. Cupit., 2011. Exploringyoung children's understanding of risks associatedwith Internet usage and their concepts ofmanagement strategies. Journal of Early ChildhoodResearch. diakses pada tanggal 10 Oktober 2011.tersedia padahttp://ecr.sagepub.com/content/9/1/53

Australian Bureau of Statistics. 2003. Children’sParticipation in Cultural and Leisure Activities, Australia.Canberra: Australian Bureau of Statistics. diaksespada tanggal 10 Oktober 2011.

Australian Bureau of Statistics (2006) Children’sParticipation in Cultural and Leisure Activities, Australia (ReportNo. 4901.0). Canberra: Australian Bureau ofStatistics., diakses pada tanggal 10 Oktober 2011.

Buente, Wayne dan Alice Robbin. 2008. “Trends inInternet Information Behavior: 2000-2004”. Journalof the American Society for Information Scienc.,, diakses padatanggal 9 November 2011., tersedia pada

28

http://eprints.rclis.org/13679/1/RobbinTrends-2008Jun2-EntirePaper.pdf

Bungin, Burhan. 2004. Metodologi Penelitian Kuantitatif :Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu SosialLainnya. Surabaya: Kencana Prenada Media Group

Cobine, G.R., 1997. Studying With the Computer. ERIC Digest.diakses pada tanggal 05-12-2011. Tersedia padahttp://www.Ericfacility.net/ericdigests/ed450069.htm

Corporation for Public Broadcasting. 2002. Connected tothe Future: A Report on Children’s Internet Use. Washington,DC: CPB. Tersedia padahttp://www.cpb.org/stations/reports/connected/

Effendi, Onong Uchjana. 2000. Ilmu, Teori dan FilsafatKomunikasi. Citra Aditya Bakti, Bandung

Febrian, Jack., 2005. Panduan Penggunaan Internet. Jakarta:Gramedia.

Fuchs T and Wößmann L. 2005. Computers and student learning:Bivariate and multivariate evidence on the availability and use ofcomputers at home and school. Brussels Economic Review47: 359–385.

Gunarsa, Singgih D. 2010. Psikologi Perkembangan Anak danRemaja. Jakarta: Gunung Mulia.

Green, Lelia. 2002. Communication, Technology and Society.London: SAGE Publications Ltd 6 Bonhill Street.

Herwibowo, Yudhi dan Toni Hendroyono. 2004. Internet ForKids: Panduan Mengajarkan Internet Pada Anak. Yogyakarta:Andi.

29

Horrigan, John B. 2002. New Internet Users: What They Do Online,What They Don’t, and Implications for the ‘Net’s Future, diaksestanggal 05 Desember 2011, tersedia padahttp://www.pewinternet.org/pdfs/New_User_Report.pdf

Johnson, Genevieve Marie. 2010. Young children'sInternet use at home and school: Patterns andprofiles. Journal of Early Childhood Research 2010 8: 282.diakses pada tanggal 10 November 2011, tersediapadahttp://ecr.sagepub.com/content/8/3/282.full.pdf+html

Johnson, Genevieve Marie. 2007a. Functional Internet literacy:Required cognitive skills with implications for instruction. E-Learning 4: 433–441.

Liu, Ziming. 2008. Paper to Digital – Documents in the InformationAge. London: Libraries Unlimited.

Maguire, Mary F. (2001), “Gender, InformationTechnology, and Developing Countries: An AED Studythat Explores Obstacles and Opportunities forWomen Related to IT”, Academy for EducationalDevelopment.

Morissan, dkk. 2010. Teori Komunikasi Massa. Bogor: GhaliaIndonesia.

Nasution, Rozaini. 2003. Teknik Sampling. [Online],diakses pada tanggal 9 Mei 2012. Tersedia dihttp://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-rozaini.pdf

Pendit, Putu Laxman. 2003. Penelitian Ilmu Perpustakaan danInformasi: Suatu Pengantar Diskusi Epistemologi dan Metodologi.Jakarta: JIP-FSUI.

30

Ridings, Catherine M. & Gefen, David. 2004. VirtualCommunity Attraction: Why People Hang Out Online. Artikel4. Lehigh University & Drexel University.

Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak. EdisiKesebelas. Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Surya, Yuyun W.I. 2002. Pola Konsumsi dan Pengaruh Internetsebagai Media Komunikasi Interaktif pada Remaja (Studi AnalisisPersepsi pada Remaja di Kotamadya Surabaya). LembagaPenelitian Universitas Airlangga, Surabaya.

Susan C. Herring (ed.). 1996. Computer-MediatedCommunication: Linguistic, Social and Cross-Cultural Perspectives,J. Benjamins, Amsterdam.

Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2007. Metode Penelitian Sosial:Berbagi Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana PrenadaMedia.

Tapscott, Don. 2009. Grown Up Digital. How The Net Generation isChanging Your World. United States: Mc Graw Hill.

31