BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi
(TI) yang semakin pesat, kebutuhan akan suatu konsep
dan mekanisme belajar mengajar (pendidikan) berbasis TI
menjadi tidak terelakkan lagi. Konsep yang kemudian
terkenal dengan sebutan e-learning ini membawa pengaruh
terjadinya proses transformasi pendidikan konvensional
ke dalam bentuk digital, baik secara isi (contents) dan
sistemnya.
Pengembangan e-learning untuk memberikan layanan dan
kesempatan pada masyarakat luas yang selama ini tidak
terjangkau dengan sistem konvensional secara tatap
muka. Sehingga dengan adanya model e-learning ini
memungkinkan untuk mencapai sasaran yang lebih luas di
seluruh Indonesia (to reach the unreached). Dalam
perspektif yang lebih luas, dunia saat ini sedang
memasuki era yang ditandai dengan gencarnya inovasi
teknologi dan peluang ekonomi yang belum pernah
1
terbayangkan sebelumnya. Perubahan-perubahan besar
terjadi dalam bidang teknologi, politik, sosial dan
ekonomi. Segala perubahan ini telah menyebabkan
terjadinya pergeseran dalam berbagai bidang yang antara
lain adalah; masyarakat industri ke masyarakat
informasi, teknologi yang dipaksakan ke teknologi
tinggi (hightech), ekonomi nasional ke perekonomian
dunia
Pada era globalisasisaat ini terjadi perubahan
paradigma dalam dunia pendidikan. Pendidikan yang
berlangsung sekarang setidaknya menghadapi dua
tantangan. Tantangan yang pertama berasal dari adanya
perubahan pandangan terhadap belajar itu sendiri.
Pandangan behaviorisme yang mengutamakan stimulus dan
respons tidak cukup untuk dapat memberikan hasil
optimal. Pembaharuan paradigma belajar melalui
pandangan konstruktivisme dan pergeseran-pergeseran
yang terjadi karena adanya kemajuan teknologi informasi
dan komunikasi merupakan dua hal yang sangat sejalan
dan saling memperkuat. Tantangan kedua yang dihadapi
2
oleh dunia pendidikan saat ini adalah kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesat,
yang menawarkan berbagai kemudahan dalam pembelajaran.
Kemajuan teknologi ini memungkinkan terjadinya
pergeseran orientasi belajar dari outside-guided menjadi
self-guided. Selain itu teknologi juga memainkan peranan
penting dalam memperbaharui konsepsi pembelajaran yang
semula semata-mata fokus pada pembelajaran sebagai
suatu penyajian berbagai pengetahuan menjadi
pembelajaran sebagai suatu bimbingan agar mampu
melakukan eksplorasi sosial budaya yang kaya akan
pengetahuan. Perangkat berbasis teknologi lainnya yang
diharapkan dapat digunakan dalam upaya mengembangkan
lingkungan belajar yang lebih produktif
Kalau kita berbicara tentang universitas, baik di
Indonesia maupun di negara-negara yang sudah maju, maka
hampir mustahil kita dapat melepaskan diri dari fakta
bahwa telah terjadi perubahan besar-besaran dan
fundamental di dunia pendidikan tinggi. Pada dasarnya,
perubahan-perubahan besar inilah yang menjadi pendorong
3
utama bagi keseluruhan perubahan dalam pola kehidupan
ilmu pengetahuan dan pendidikan
Dunia pendidikan yang dahulu hanya bisa dilakukan
dengan cara tradisional atau dengan tatap muka,
sekarang sudah dapat dilakukan dengan bantuan media
lain, salah satunya dengan cara teknologi pemrograman
yang di aplikasikan kedalam ICT. ICT adalah sebuah
proses pembelajaran yang berbasis elektronik. Beberapa
media yang digunakan adalah internet, jaringan komputer
maupun komputer standalone. Contoh penerapan ICT dalam
instansi pendidikan dapat kita lihat melalui berbagai
universitas yang menyediakan fasilitas ICT. Fasilitas
ICT memungkinkan terjadinya pembelajaran jarak jauh
atau lebih tepatnya system e-course (kuliah jarak
jauh).
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peranan pembelajaran E-lerning?
2. Bagaimana pembelajaran di Universitas kedua?
B. Tujuan.
4
Memilih metode belajar ini karena mereka perlu
untuk terus meningkatkan tingkat akademis mereka.
Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas dan
mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi
pembelajaran
C. Manfaat
1. Pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and
place flexibility).
2. Bertambahnya Interaksi pembelajaran antara
peserta didik dengan guru atau instruktur
(interactivity enhancement).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pranan pembelajaran E-Lerning
5
E-learning merupakan suatu teknologi informasi
yang relatif baru di Indonesia. E-learning terdiri dari
dua bagian, yaitu ‘e’ yang merupakan singkatan dari
‘electronic’ dan ‘learning’ yang berarti ‘pembelajaran’.
Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan
jasa bantuan perangkat elektronika, khususnya perangkat
komputer. Karena itu, maka e-learning sering disebut pula
dengan ‘online course’.
Melalui internet dapat ditemukan berbagai
informasiyang dapat diakses secara mudah, kapan saja
dan dimana saja, makapemanfaatan internet menjadi suatu
kebutuhan. Bukan itu saja, penggunainternet bisa
berkomunikasi dengan pihak lain dengan cara yang sangat
mudah melalui teknik e-moderating yang tersedia di
internet.
Internet merupakan salah satu alat pembelajaran
setelah buku, oleh sebab itu keberhasilan pembelajaran
dengan internet sebagai faktor pendukung, harus
ditunjang oleh adanya interaksi yang maksimal antara
anak-anak dengan guru di sekolah, antara anak-anak
6
dengan berbagai fasilitas pendidikan, antara anak-anak
dengan teman-temannya di sekolah, dan adanya pola
pendidikan aktif dalam interaksi tersebut. Dari sisi
teknologi informasi, dunia internet memungkinkan
perombakan total konsep pendidikan yang selama ini
berlaku. Informasi yang diperlukan anak-anak untuk
menunjang pelajaran yang diajarkan disekolah dapat
diperoleh dengan mudah dan relatif murah. Internet
telah menghilangkan batasan-batasan ruang dan waktu
yang selama ini membatasi dunia pendidikan.
Sebenarnya internet bisa menjadi sumber
pembelajaran alternatif yang cukup efektif dan efisien.
Selama ini, yang umum dikenal sebagai sumber belajar
adalah guru dan buku. Semakin lama sumber belajar
tradisional ini semakin terbatas, baik jumlah maupun
distribusi. Dalam hal ini internet bisa menjadi
subtitusi yang sifatnya untuk melengkapi, melainkan
bukan untuk menggantikan peran guru secara keseluruhan.
Media internet ini sebenarnya mempunyai fungsi yang
hampir sama dengan buku, yakni program yang diputar
7
sesuai dengan kebutuhan dan visualisasi pada buku
sangat kurang dan tidak menarik jika dibandingkan
visualisasi media elektronik. Media komputer berbasis
internet menjadi sumber belajar acuan yang cukup
digemari sekarang ini. Selain berfungsi sebagai sumber
informasi melalui situs-situs yang menyediakan beberapa
materi, internet adalah media diskusi ilmiah online.
Dengan internet, diskusi yangh diadakan dapat
berlangsung kapan saja dan oleh siapa saja yang tidak
berada dalam satu lokasi.
1. Ada beberapa manfaat pembelajaran elektronik atau
e-learning dapat dilihat dari 2 sudut pandang, di
antaranya adalah:
a. Manfaat bagi siswa
Dengan kegiatan e-Learning dimungkinkan
berkembangnya fleksibilitas belajar yang tinggi.
Artinya, kita dapat mengakses bahan-bahan belajar
setiap saat dan berulang-ulang. Selain itu kita juga
dapat berkomunikasi dengan guru/dosen setiap saat,
8
misalnya melalui chatting dan email. Mengingat sumber
belajar yang sudah dikemas secara elektronik dan
tersedia untuk diakses melalui internet, maka kita
dapat melakukan interaksi dengan sumber belajar ini
kapan saja dan dari mana saja, juga tugas-tugas
pekerjaan rumah dapat diserahkan kepada guru/dosen
begitu selesai dikerjakan.
b. Manfaat bagi pengajar
Dengan adanya kegiatan e-Learning manfaat yang
diperoleh guru atau dosen antara lain adalah bahwa
guru, dosen dan instruktur akan lebih mudah melakukan
pembaruan materi maupun model pengajaran sesuai dengan
tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi, juga dapat
dengan efisien mengontrol kegiatan belajar siswanya.
Dari berbagai pengalaman dan juga dari berbagai
informasi yang tersedia di literatur, memberikan
petunjuk tentang manfaat penggunaan internet, khususnya
dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh, antara lain
dapat disebutkan sebagai berikut.
9
Tersedianya fasilitas e-moderating di mana guru dan
murid dapat berkomunikasi dengan mudah melalui
fasilitas internet secara regular atau kapan saja
kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa
dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu.
Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau
petunjuk belajar yang tersruktur dan terjadwal
melalui internet, sehingga keduanya bisa saling
menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.
Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap
saat dan di mana saja kalau diperlukan mengingat
bahan ajar tersimpan di komputer.
Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang
berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat
melakukan akses di internet.
Baik guru maupun siswa dapat melaksanakan diskusi
melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah
peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
10
Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif
menjadi aktif.
Relatif lebih efisien. Misalnya bagi yang mereka
tinggal jauh dari perguruan tinggi atau sekolah
konvensional, bagi mereka yang sibuk bekerja, bagi
mereka yang bertugas di kapal, di luar negeri, dan
sebagai
c. Keuntungan menggunakan e-Learning diantaranya
adalah sebagai berikut:
Menghemat waktu proses belajar mengajar
Mengurangi biaya perjalanan
Menghemat biaya pendidikan secara keseluruhan
(infrastruktur, peralatan, buku-buku)
Menjangkau wilayah geografis yang lebih luas
Melatih pembelajar lebih mandiri dalam mendapatkan
ilmu pengetahuan
E-learning mempermudah interaksi antara peserta
didik dengan bahan atau materi pelajaran. Demikian juga
interaksi antara peserta didik dengan dosen, guru dan
11
instruktur maupun antara sesama peserta didik. Peserta
didik dapat saling berbagi informasi atau pendapat
mengenai berbagai hal yang menyangkut pelajaran ataupun
kebutuhan pengembangan diri peserta didik. Guru atau
dosen dapat menempatkan bahan-bahan belajar dan tugas-
tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik di
tempat tertentu di dalam web untuk diakses oleh para
peserta didik. Sesuai dengan kebutuhan, guru atau dosen
dapat pula memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengakses bahan belajar tertentu maupun soal-soal
ujian yang hanya dapat diakses oleh peserta didik
sekali saja dan dalam rentangan waktu tertentu pula
(Website Kudos, 2002).
Sedangkan manfaat pembelajaran elektronik menurut A. W.
Bates (Bates, 1995) dan K. Wulf (Wulf, 1996) terdiri
atas 4 hal, yaitu:
Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara
peserta didik dengan guru atau dosen. Apabila
dirancang secara cermat, pembelajaran elektronik
12
dapat meningkatkan kadar interaksi pembelajaran,
baik antara peserta didik dengan guru atau dosen,
antara sesama peserta didik, maupun antara peserta
didik dengan bahan belajar (enhance
interactivity). Berbeda halnya dengan pembelajaran
yang bersifat konvensional. Tidak semua peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran konvensional
dapat, berani atau mempunyai kesempatan untuk
mengajukan pertanyaan ataupun menyampaikan
pendapatnya di dalam diskusi. Mengapa? Karena pada
pembelajaran yang bersifat konvensional,
kesempatan yang ada atau yang disediakan
dosen/guru/instruktur untuk berdiskusi atau
bertanya jawab sangat terbatas. Biasanya
kesempatan yang terbatas ini juga cenderung
didominasi oleh beberapa peserta didik yang cepat
tanggap dan berani. Keadaan yang demikian ini
tidak akan terjadi pada pembelajaran elektronik.
Peserta didik yang malu maupun yang ragu-ragu atau
kurang berani mempunyai peluang yang luas untuk
13
mengajukan pertanyaan maupun menyampaikan
pernyataan/pendapat tanpa merasa diawasi atau
mendapat tekanan dari teman sekelas (Loftus,
2001).
Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran
dari mana dan kapan saja (time and place
flexibility). Mengingat sumber belajar yang sudah
dikemas secara elektronik dan tersedia untuk
diakses oleh peserta didik melalui internet, maka
peserta didik dapat melakukan interaksi dengan
sumber belajar ini kapan saja dan dari mana saja
(Dowling, 2002). Demikian juga dengan tugas-tugas
kegiatan pembelajaran, dapat diserahkan kepada
instruktur begitu selesai dikerjakan. Tidak perlu
menunggu sampai ada janji untuk bertemu dengan
guru/instruktur. Peserta didik tidak terikat ketat
dengan waktu dan tempat penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran sebagaimana halnya pada pendidikan
konvensional. Dalam kaitan ini, Universitas
Terbuka telah memanfaatkan internet sebagai
14
metode/media penyajian materi. Sedangkan di
Universitas Terbuka Indonesia (UT), penggunaan
internet untuk kegiatan pembelajaran telah
dikembangkan. Pada tahap awal, penggunaan internet
di UT masih terbatas untuk kegiatan tutorial saja
atau yang disebut sebagai “tutorial elektronik”
(Anggoro, 2001).
Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas
(potential to reach a global audience). Dengan
fleksibilitas waktu dan tempat, maka jumlah
peserta didik yang dapat dijangkau melalui
kegiatan pembelajaran elektronik semakin lebih
banyak atau meluas. Ruang dan tempat serta waktu
tidak lagi menjadi hambatan. Siapa saja, di mana
saja, dan kapan saja, seseorang dapat belajar.
Interaksi dengan sumber belajar dilakukan melalui
internet. Kesempatan belajar benar-benar terbuka
lebar bagi siapa saja yang membutuhkan.
15
Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi
pembelajaran (easy updating of content as well as
archivable capabilities). Fasilitas yang tersedia
dalam teknologi internet dan berbagai perangkat
lunak yang terus berkembang turut membantu
mempermudah pengembangan bahan belajar elektronik.
Demikian juga dengan penyempurnaan atau
pemutakhiran bahan belajar sesuai dengan tuntutan
perkembangan materi keilmuannya dapat dilakukan
secara periodik dan mudah. Di samping itu,
penyempurnaan metode penyajian materi pembelajaran
dapat pula dilakukan, baik yang didasarkan atas
umpan balik dari peserta didik maupun atas hasil
penilaian instruktur selaku penanggung-jawab atau
pembina materi pembelajaran itu sendiri.
Pengetahuan dan keterampilan untuk pengembangan
bahan belajar elektronik ini perlu dikuasai
terlebih dahulu oleh instruktur yang akan
mengembangkan bahan belajar elektronik. Demikian
juga dengan pengelolaan kegiatan pembelajarannya
16
sendiri. Harus ada komitmen dari instruktur yang
akan memantau perkembangan kegiatan belajar
peserta didiknya dan sekaligus secara teratur
memotivasi peserta didiknya.
B. Pembelajaran di Universitas Kedua
Secara filosofis, pelaksanaan e-learning mengandung
dua konsekuensi. Konsekuensi pertama, menuntut
diterapkannya sistem belajar mandiri (independent
learning). Artinya setiap peserta didik memiliki otonomi
untuk menentukan tiga opsi berikut:
(1) apa yang akan mereka pelajari;
(2) kapan, dimana, bagaimana mereka mempelajarinya
(3) kapan, bagaimana mereka membuktikan
keberhasilan belajarnya.
Konsekuensi kedua, dioptimalkannya media
komunikasi, khususnya teknologi telekomunikasi secara
tepat guna dan sesuai kebutuhan. Media komunikasi atau
teknologi telekomunikasi tersebut diantaranya adalah
media cetak (buku atau modul cetak, surat, dll), media
17
audio (cassette audio dan atau radio), media audio visual
(video (CD/DVD) dan atau televisi), media komputer (CAI
(multimedia interaktif), e-book, pdf, wmv, dan
lainlain), media internet (web, email, milist, chat, dan lain-
lain), media telekonferensi (audioconference, videoconference,
computer/ webconference), media mobile (handphone). Oleh
karena itu, dalam konteks saat ini, penyelenggaraan
belajar Jarak Jauh dapat dikatakan sudah memasuki
generasi kelima. Generasi pertama, memanfaatkan
korespondensi (surat-menyurat). Naik ke generasi kedua
seiring dengan adanya potensi media cetak yang
dinamakan modul cetak (bahan belajar yang dirancang
khusus untuk belajar mandiri). Generasi ketiga sudah
mengkombinasikan pemanfaatan radio, karena saat itu
telah ada radio. Generasi keempat, ditambah lagi dengan
kombinasi pemanfaatan televisi, seiring dengan pesatnya
perkem bangan TV saat itu. Dan saat ini telah memasuki
generasi ke lima dengan dimanfaatkannya komputer dan
internet (e-learning atau online learning) untuk e-learning.
18
Penggunaan internet di kalangan anak-anak internet
merupakan sebuah kepentingan yang sangat dibutuhkan
oleh mereka. Dalam sebuah kepentingan baik kepentingan
berupa hiburan maupun kepentingan berupa akademik dalam
menggunakan internet dan penggunaannya yang sangat luas
sesuai dengan kebutuhan anak-anak dan berhubungan
dengan hal-hal yang positif, seperti dalam penggunaan
internet yang berhubungan dengan akademik anak-anak
dapat mencari artikel-artikel tentang tugas-tugas
sekolah mereka dan juga mencari situs-situs yang
berhubungan dengan fun atau leisure. Berdasarkan analisa
data pada halaman 8 menjelaskan bahwa menurut teori
diungkapkan oleh (Pace, 2006) mengenai teori struktural
klasik yang menjelaskan bahwa pola-pola interaksi sosial
yang terjadi dalam sebuah kelompok sosial dikarenakan
terbentuk kesamaan kepentingan yang saling berhubungan
dan melakukan interaksi sosial dalam memenuhi kebutuhan
informasinya. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa
ketika anak-anak memutuskan untuk mengenal internet dan
bergabung dengan situs-situs jejaring sosial atau untuk
19
kepentingan pencarian sebuah informasi, anak-anak pasti
memiliki keinginan yang sama dengan teman-teman
sepermainan mereka.
Penggunaan internet oleh anak-anak mereka lebih
menyukai untuk membuka situs-situs atau alamat website
yang berhubungan dengan kepentingan fun atau leisure,
mereka tidak mengutamakan kepentingan yang berhubungan
dengan kegiatan akademik mereka di sekolah. Berdasarkan
analisa data pada halaman 19 dapat diketahui bahwa
ketika anak-anak menggunakan internet, mereka lebih
memilih untuk membuka situs-situs yang berhubungan
dengan musik, film dan lain sebagainya. Hal ini sesuai
dengan teori uses and gratification, dimana kegiatan
mendownload musik, film, dan lain sebagainya adalah
merupakan kebutuhan pelarian (Escapist needs) yaitu
kebutuhan yang berhubungan dengan keinginan untuk
melarikan diri dari kondisi tegang, emosi, kesepian,
dan kurangnya dukungan sosial maka membutuhkan hiburan
sebagai solusinya. Selain aktivitas mendownload musik,
film, dan lain sebagainya anak-anak juga memanfaatkan
20
situs-situs jejaring sosial dan kepentingan untuk
berpartisipasi dengan situs-situs jejaring sosial
adalah untuk menambah teman. Berdasarkan analisa data
pada halaman 22, hal ini sesuai dengan teori uses and
gratification, dimana terdapat beberapa alasan pemenuhan
pada seseorang yang ingin dipenuhi dalam menggunakan
media, salah satunya adalah karena kebutuhan integrasi
sosial (The need for social integration) yaitu kebutuhan yang
berkaitan dengan penambahan kontak keluarga, teman dan
dunia luar. Hal-hal ini didasarkan pada hasrat untuk
berafiliasi.
Berdasarkan analisa data pada halaman 29 dapat
diketahui bahwa selain memanfaatkan internet untuk
kepentingan hiburan, anak-anak juga memanfaatkan
internet untuk kepentingan akademik, dimana untuk
memenuhi keperluan sekolahnya dan mencari tugas sekolah
anak-anak mencari informasi melalui internet dan bentuk
informasi yang paling sering di cari adalah sumber
informasi yang berupa Email. Hal ini sesuai dengan
teori uses and gratification, dimana hal tersebut termasuk
21
kedalam salah satu kelompok kepentingan pemanfaatan
internet yaitu kepentingan informasi (information utility)
dimana aktivitas internet untuk mencari informasi
tentang informasi sekolah, buku, berita, dan lain
sebagainya. Manfaat yang lain yang diperoleh anak-anak
dalam memanfaatkan dan mengakses informasi di internet
pada analisa data halaman 30 yaitu untuk mendapatkan
manfaat berupa sebuah informasi yang paling up to date,
hal ini juga membuat anak-anak lebih menyukai informasi
yang tersaji melalui internet daripada melalui media
cetak atau televisi. Dimana menurut Tapscott (2009)
dimana Internet dapat memberikan anak-anak banyak
kesempatan untuk menyenangkan diri mereka secara online.
Web merupakan perangkat pilihan yang menyenangkan
dimana anak-anak dapat mengikuti headline suatu berita
secara online, Google, cek e-mail, dan ber-IM dengan
teman-teman sebayanya dari berbagai belahan dunia.
Dengan didukung perangkat teknologi informasi yang
memadai dan akses pada jaringan internet yang nyaris
tak terbatas, maka di kalangan anak-anak yang sudah
22
melek internet, mereka dapat dengan mudah bisa
memperoleh hiburan dan berita-berita yang paling up to
date hanya dalam hitungan detik.
Belajar mandiri tidak berarti belajar sendiri. Hal
yang terpenting dalam proses belajar mandiri ialah
peningkatan kemauan dan keterampilan siswa/peserta
didik dalam proses belajar tanpa bantuan orang lain,
sehingga pada akhirnya siswa/peserta didik tidak
tergantung pada guru/ instruktur, pembimbing, teman,
atau orang lain dalam belajar. Dalam belajar mandiri
siswa/peserta didik akan berusaha sendiri dahulu untuk
memahami isi pelajaran yang dibaca atau dilihatnya
melalui media audio visual. Kalau mendapat kesulitan
barulah bertanya atau mendiskusikannya dengan teman,
guru/instruktur atau orang lain. Siswa/peserta didik
yang mandiri akan mampu mencari sumber belajar yang
dibutuhkannya. Proses belajar mandiri memberi
kesempatan peserta didik untuk mencerna materi ajar
dengan sedikit bantuan guru. Mereka mengikuti kegiatan
belajar dengan materi ajar yang sudah dirancang khusus
23
sehingga masalah atau kesulitan belajar sudah
diantisipasi sebelumnya. Model belajar mandiri ini
sangat bermanfaat, karena dianggap luwes, tidak
mengikat serta melatih kemandirian siswa agar tidak
bergantung atas kehadiran atau uraian materi ajar dari
guru. Berdasarkan gagasan keluwesan dan kemandirian
inilah belajar mandiri telah ber’metamorfosis’
sedemikian rupa, diantaranya menjadi sistem belajar
terbuka dan belajar jarak jauh. Perubahan tersebut juga
dipengaruhi oleh ilmu-ilmu lain dan kenyataan di
lapangan. Proses belajar mandiri mengubah peran guru
atau instruktur, menjadi fasilitator atau perancang
proses belajar. Sebagai fasilitator, seorang guru atau
instruktur membantu peserta didik mengatasi kesulitan
belajar, atau ia dapat menjadi mitra belajar untuk
materi tertentu pada program tutorial. Tugas perancang
proses belajar mengharuskan guru untuk mengolah materi
ke dalam format sesuai dengan pola belajar mandiri.
24
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Internet merupakan salah satu alat pembelajaran
setelah buku, oleh sebab itu keberhasilan
pembelajaran dengan internet sebagai faktor
pendukung, harus ditunjang oleh adanya interaksi
yang maksimal antara anak-anak dengan guru di
sekolah, antara anak-anak dengan berbagai fasilitas
pendidikan, antara anak-anak dengan teman-temannya
di sekolah, dan adanya pola pendidikan aktif dalam
interaksi tersebut. Dari sisi teknologi informasi,
dunia internet memungkinkan perombakan total konsep
pendidikan yang selama ini berlaku. Informasi yang
diperlukan anak-anak untuk menunjang pelajaran yang
diajarkan disekolah dapat diperoleh dengan mudah dan
25
relatif murah. Internet telah menghilangkan batasan-
batasan ruang dan waktu yang selama ini membatasi
dunia pendidikan.
2. Pengembangan e-learning untuk saat ini menjadi
kecenderungan dan pilihan karena adanya perubahan
dalam kehidupan. Pada era globalisasi saat ini
terjadi perubahan paradigma dalam dunia pendidikan.
Pendidikan yang berlangsung sekarang setidaknya
menghadapi dua tantangan. Tantangan yang pertama
berasal dari adanya perubahan pandangan terhadap
belajar itu sendiri; dan kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi yang begitu pesat, yang
menawarkan berbagai kemudahan dalam pembelajaran.
3. E-learning merupakan aplikasi internet yang dapat
menghubungkan antara pendidik dan peserta didik
dalam sebuah ruang belajar online. Elearning tercipta
untuk mengatasi keterbatasan antara pendidik dan
peserta didik, terutama dalam hal ruang dan waktu.
Dengan e-learning maka pendidik dan peserta didik
tidak harus berada dalam satu dimensi ruang dan
26
waktu. Proses pendidikan dapat berjalan kapan saja
dengan mengabaikan kedua hal tersebut.
4. Sistem belajar mandiri (independent learning) berarti
pembelajar memiliki otonomi untuk menentukan dan
memilih tiga opsi berikut: apa yang akan mereka
pelajari; kapan, dimana, bagaimana mereka
mempelajarinya; dan kapan, bagaimana mereka
membuktikan keberhasialn belajarnya.
27
Daftar Pustaka
Aisbett K. 2001. The Internet at Home-A Report on Internet Use inthe Home [Electronic Version], 1-85. diakses padatanggal 10 Oktober 2011. tersedia padahttp://www.aba.gov.au/newspubs/documents/InternetStHome.pdf
Anne, Lesley Ey. and Glenn, C. Cupit., 2011. Exploringyoung children's understanding of risks associatedwith Internet usage and their concepts ofmanagement strategies. Journal of Early ChildhoodResearch. diakses pada tanggal 10 Oktober 2011.tersedia padahttp://ecr.sagepub.com/content/9/1/53
Australian Bureau of Statistics. 2003. Children’sParticipation in Cultural and Leisure Activities, Australia.Canberra: Australian Bureau of Statistics. diaksespada tanggal 10 Oktober 2011.
Australian Bureau of Statistics (2006) Children’sParticipation in Cultural and Leisure Activities, Australia (ReportNo. 4901.0). Canberra: Australian Bureau ofStatistics., diakses pada tanggal 10 Oktober 2011.
Buente, Wayne dan Alice Robbin. 2008. “Trends inInternet Information Behavior: 2000-2004”. Journalof the American Society for Information Scienc.,, diakses padatanggal 9 November 2011., tersedia pada
28
http://eprints.rclis.org/13679/1/RobbinTrends-2008Jun2-EntirePaper.pdf
Bungin, Burhan. 2004. Metodologi Penelitian Kuantitatif :Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu SosialLainnya. Surabaya: Kencana Prenada Media Group
Cobine, G.R., 1997. Studying With the Computer. ERIC Digest.diakses pada tanggal 05-12-2011. Tersedia padahttp://www.Ericfacility.net/ericdigests/ed450069.htm
Corporation for Public Broadcasting. 2002. Connected tothe Future: A Report on Children’s Internet Use. Washington,DC: CPB. Tersedia padahttp://www.cpb.org/stations/reports/connected/
Effendi, Onong Uchjana. 2000. Ilmu, Teori dan FilsafatKomunikasi. Citra Aditya Bakti, Bandung
Febrian, Jack., 2005. Panduan Penggunaan Internet. Jakarta:Gramedia.
Fuchs T and Wößmann L. 2005. Computers and student learning:Bivariate and multivariate evidence on the availability and use ofcomputers at home and school. Brussels Economic Review47: 359–385.
Gunarsa, Singgih D. 2010. Psikologi Perkembangan Anak danRemaja. Jakarta: Gunung Mulia.
Green, Lelia. 2002. Communication, Technology and Society.London: SAGE Publications Ltd 6 Bonhill Street.
Herwibowo, Yudhi dan Toni Hendroyono. 2004. Internet ForKids: Panduan Mengajarkan Internet Pada Anak. Yogyakarta:Andi.
29
Horrigan, John B. 2002. New Internet Users: What They Do Online,What They Don’t, and Implications for the ‘Net’s Future, diaksestanggal 05 Desember 2011, tersedia padahttp://www.pewinternet.org/pdfs/New_User_Report.pdf
Johnson, Genevieve Marie. 2010. Young children'sInternet use at home and school: Patterns andprofiles. Journal of Early Childhood Research 2010 8: 282.diakses pada tanggal 10 November 2011, tersediapadahttp://ecr.sagepub.com/content/8/3/282.full.pdf+html
Johnson, Genevieve Marie. 2007a. Functional Internet literacy:Required cognitive skills with implications for instruction. E-Learning 4: 433–441.
Liu, Ziming. 2008. Paper to Digital – Documents in the InformationAge. London: Libraries Unlimited.
Maguire, Mary F. (2001), “Gender, InformationTechnology, and Developing Countries: An AED Studythat Explores Obstacles and Opportunities forWomen Related to IT”, Academy for EducationalDevelopment.
Morissan, dkk. 2010. Teori Komunikasi Massa. Bogor: GhaliaIndonesia.
Nasution, Rozaini. 2003. Teknik Sampling. [Online],diakses pada tanggal 9 Mei 2012. Tersedia dihttp://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-rozaini.pdf
Pendit, Putu Laxman. 2003. Penelitian Ilmu Perpustakaan danInformasi: Suatu Pengantar Diskusi Epistemologi dan Metodologi.Jakarta: JIP-FSUI.
30
Ridings, Catherine M. & Gefen, David. 2004. VirtualCommunity Attraction: Why People Hang Out Online. Artikel4. Lehigh University & Drexel University.
Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak. EdisiKesebelas. Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Surya, Yuyun W.I. 2002. Pola Konsumsi dan Pengaruh Internetsebagai Media Komunikasi Interaktif pada Remaja (Studi AnalisisPersepsi pada Remaja di Kotamadya Surabaya). LembagaPenelitian Universitas Airlangga, Surabaya.
Susan C. Herring (ed.). 1996. Computer-MediatedCommunication: Linguistic, Social and Cross-Cultural Perspectives,J. Benjamins, Amsterdam.
Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2007. Metode Penelitian Sosial:Berbagi Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana PrenadaMedia.
Tapscott, Don. 2009. Grown Up Digital. How The Net Generation isChanging Your World. United States: Mc Graw Hill.
31