HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH...

57
Page | i HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH KOTA MADIUN PENELITIAN Oleh : RUMPIATI FITRIA ELLA HIDAYATUL MUSTAFIDAH PROGAM STUDI DIII KEBIDANAN AKADEMI KEBIDANAN MUHAMMADIYAH MADIUN TAHUN 2010

Transcript of HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH...

Page | i

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN

ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI KELAS XI

SMA MUHAMMADIYAH KOTA MADIUN

PENELITIAN

Oleh :

RUMPIATI

FITRIA ELLA

HIDAYATUL MUSTAFIDAH

PROGAM STUDI DIII KEBIDANAN

AKADEMI KEBIDANAN MUHAMMADIYAH MADIUN

TAHUN 2010

Page | ii

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN

ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI KELAS XI

SMA MUHAMMADIYAH KOTA MADIUN

PENELITIAN

Disusun Sebagai Perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi

Di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Madiun

Oleh :

RUMPIATI

FITRIA ELLA

HIDAYATUL MUSTAFIDAH

PROGAM STUDI DIII KEBIDANAN

AKADEMI KEBIDANAN MUHAMMADIYAH MADIUN

TAHUN 2010

Page | iii

Page | iv

ABSTRAK

Anemia merupakan kondisi dengan kadar hemoglobin (Hb) dibawah normal. Anemia merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruh yang besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia. Penelitian ini menggunakan desain analitik cross sectional. Metode sampling yang digunakan adalah random sampling. Populasi yang ada sebanyak 120 remaja di SMA Muhammadiyah Madiun, Kota Madiun bulan September - Oktober 2010, sedangkan sampel yang diambil sebanyak 92 responden. Data penelitian ini diambil dengan menggunakan alat ukur tinggi badan, berat badan dan pemeriksaan kadar Hb. Setelah ditabulasi data yang ada dianalisis dengan menggunakan uji Spearman rho’s dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir sebagian remaja yaitu 73 (79,3%) status gizi kurang dan Sebagian kecil remaja yaitu 8 (8,7%) status gizi lebih. Lebih dari sebagian remaja yaitu 63 (68%) anemia ringan dan sebagian kecil remaja yaitu 11 (12%) tidak anemia. Hasil pengujian statistik diperoleh P = 0,047 (p < 0,05) sehingga H1 diterima artinya terdapat hubungan negatif antara status gizi dengan kejadian anemia. Melihat hasil penelitian ini maka perlu dilakukan kegiatan meliputi penyuluhan dan konseling tentang pentingnya gizi dan pencegahan anemia (pemberian tablet zat besi atau edukasi gizi) melakukan deteksi dini anemia remaja dengan pemeriksaan Hb dan pemberian tablet tambah darah secara teratur selama remaja.

Kata Kunci : status gizi, anemia remaja

Page | v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan

hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian yang berjudul: “Hubungan

status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri kelas XI di SMA

Muhammadiyah “ sesuai waktu yang ditentukan.

Penulisan penelitian ini disusun sebagai perwujudan Tri dharma Perguruan Tinggi Di

Akademi Kebidanan Muhammadiyah Madiun. Dalam Penyusunan penelitian ini, penulis

telah mendapat bimbingan , arahan dan bantuan dari berbagai pihak secara langsung maupun

tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan

ucapan terima kasih yang sebesar –bearnya

1. Drs. H. Sudirman, Msi, selaku ketua BPH Akademi Kebidanan Muhammadiyah Madiun

2. Nur Chotimah , SPD, selaku kepala Sekolah SMA Muhammadiyah Kota Madiun

3. Rekan – rekan Akademi Kebidanan Muhammadiyah madiun yang telah banyak

memberikan bantuan ikut berperan dalam memperlancar penelitian dan penulisan

penelitian ini.

Penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan, untuk itu

segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan, semoga penelitian

ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua pembaca pada umumnya.

Madiun,Oktober 2010

Page | vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

COVER DALAM ........................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iv

ABSTRAK ...................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

DAFTAR ISI................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG....................... ......................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi

BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................... ..1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................... ..4

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................. ..5

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................... ..5

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dasar status gizi ...................................................... ...7

2.2 Konsep dasar antropometri .................................................. ...9

2.3 Konsep Remaja…………………………………………….14

2.4 Kerangka anemia remaja ..................................................... ..20

2.5 Kerangka Konsep…………………………………………..24

2.6 Hipotesis…………………………………………………...25

BAB 3 : METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ................................................................. 26

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................. 26

3.3 Kerangka Kerja .................................................................... 27

3.4 Identifikasi Variabel ............................................................ 28

3.5 Definisi Operasional ............................................................ 28

3.6 Populasi, Sampel, Sampling ................................................ 29

3.6.1 Populasi Penelitian ................................................... 29

Page | vii

3.6.2 Sampel Penelitian .................................................... 30

3.6.3 Sampling Penelitian ................................................. 31

3.7 Pengumpulan dan Analisa Data ........................................... 31

3.7.1 Pengumpulan Data ................................................... 31

3.7.2 Analisa Data ............................................................. 32

3.8 Etika Penelitian .................................................................... 34

3.8.1 Informed Consent ....................................................... 34

3.8.2 Anonimity ................................................................ 34

3.8.3 Confidentiality ......................................................... 35

BAB 4 : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian .................................................................... 36

4.1.1 Data Umum ................................................................ 36

4.1.2 Data Khusus ............................................................... 38

4.2 Pembahasan ......................................................................... 40

BAB 5 : PENUTUP

1.1 Kesimpulan .......................................................................... 44

1.2 Saran .................................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page | viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kategori Ambang Batas IMT ................................................. 14

Tabel 2.2 Ciri Atau Karakteristik Seks Sekunder ................................... 19

Table 2.3 klasifikasi anemia, berdasarkan skala ..................................... 22

Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan status gizi dengan kejadian anemia

pada remaja putri di SMA Muh Madiun kelas XI, kota Madiun Tahun

2010 ........................................................................................ 29

Tabel 4.1 Distribusi tinggi badan remaja putri kelas XI di SMA

Muhammadiyah madiun kota madiun .................................... 37

tabel 4.2 Distribusi berat badan remaja putri kelas XI di SMA

Muhammadiyah madiun kota madiun .................................... 37

Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan umur di SMA Muhammadiyah

madiun kota madiun ............................................................... 38

Tabel 4.4 Status gizi pada remaja putri .................................................. 38

Tabel 4.5 Kejadian anemia .................................................................... 39

Tabel 4.6 Tabulasi silang status gizi dengan kejadian anemia pada

remaja putri di SMA Muhammadiyah madiun kota madiun

Tahun 2010 ............................................................................. 39

DAFTAR GAMBAR

Page | ix

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Hubungan status gizi dengan kejadian

anemia pada remaja di SMA Muhammadiyah Madiun kelas

XI, Kota MadiunTahun 2010 ................................................ 24

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan status gizi dengan kejadian

anemia pada remaja di SMA Muhammadiyah Madiun kelas XI,

kota Madiun Tahun 2010 ...................................................... 27

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

Daftar Singkatan

Amd.Keb : Ahli madya kebidanan

Amd.kep Ahli madya keperawatan

Cm

Kg

:

:

Centimeter

kilogram

Page | x

M. kes

Ns

SD

SMA

SMP

S.ST

:

:

:

:

:

:

Magister Kesehatan

Ners

Sekolah Dasar

Sekolah Menengah Atas

Sekolah Menengah Pertama

Sarjana Sain Terapan

SPSS

RT

RW

:

:

:

Statisfical Product and Service Solution

Rukun Tetangga

Rukun Warga

Daftar Lambang

% : Persen

- : Sampai

< : Kurang dari

> : Lebih dari

:

/

s/d

:

:

:

:

:

Sama dengan

Atau

Lebih kecil atau sama dengan

Lebih besar atau sama dengan

Sampai dengan

Page | xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar permohonan menjadi responden

Lampiran 2 Lembar Persetujuan

Lampiran 3 SOP Pemeriksaan Berat Badan

Lampiran 4 Lembar permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 5 Surat Keterangan

Page | 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga kebutuhan besi

untuk eritropoesis tidak cukup yang ditandai dengan gambaran sel darah merah yang

hipokrom mikrositik, kadar besi serum dan saturasi (jenuh) transferin menurun, mampu ikat

besi total (TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang dan tempat lain sangat

kurang atau tidak ada sama sekali (Gultom, 2003). Baik dinegara maju maupun di negara

berkembang, seseorang disebut menderita anemia bila kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 10

gr%, disebut anemia berat, atau bila kurang dari 6gr%, disebut anemia Anemia masih banyak

diderita oleh perempuan Indonesia. (Gultom, 2003)

Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari anak anak menjadi dewasa. Para

remaja baik laki-laki maupun wanita keduanya tentu akan melalui fase pubertas (Kartono,

2006). Remaja menjadi tanda periode siklus kehidupan yang mempunyai kebutuhan nutrisi

total tertinggi dan periode pertumbuhan fisik kedua yang terjadi selama tahun pertama

kehidupan. Selama masa remaja individu mencapai 50% BB dewasa dan sampai 40% masa

otot dewasa. Oleh karena itu nutrisi yang tidak adekuat selama masa ini akan mempunyai

konsekuensi jangka panjang pada penurunan masa tulang puncak, pertumbuhan terhambat

dan maturasi seksual tertunda. Lebih jauh lagi masa remaja masa peningkatan perhatian

terhadap pencapaian berat badan dan penampilan terutama diantara remaja perempuan

kebiasaan makan mandiri berkembang selama masa ini karena remaja menghabiskan banyak

waktu di luar rumah (Helen varney, 2006 ).

Gizi merupakan suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi

secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

Page | 2

pengeluaran zat zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan,

dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energy (Dewa Nyoman Supariasa,

2001). Cukup banyak masalah yang berdampak negative terhadap kesehatan dan gizi remaja.

Pada tahun 1995, berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), sekitar 57%

anak perempuan (10-14 tahun) dan 39,5% perempuan (15-45 tahun) diketahui menderita

anemi. Departemen Kesehatan R.I pada tahun 1998/1999 di 2 propinsi yaitu Jawa Tengah

dan Jawa Timur yang meliputi 10 Kabupaten menemukan bahwa sekitar 82% remaja putri

mengalami anemia (Hb< 12 gr %) dan sekitar 70% calon pengantin wanita juga mengalami

hal yang sama. Pada survei awal di SMA Muhammadiyah Madiun di dapatkan dari 5 siswi

didapatkan 2 siswi ( 40 % ) mengalami anemia dan 3 siswi ( 60 % ) tidak mengalami anemia.

Sehingga masalahnya masih tinggi kejadian anemia pada siswa perempuan di SMA

Muhammadiyah Madiun .

Teori menurut Rustam Mochtar (2004:145) mengatakan kejadian anemia di pengaruhi

oleh beberapa faktor. Faktor status gizi mempengaruhi terjadinya anemia maka konsumsi

makanan sebagai asupan gizi remaja putri perlu mendapatkan perhatian yang utama. Oleh

karena itu di sarankan untuk masyarakat pedoman umum gizi seimbang atau PUGS melalui

sekolah dan cara memilih makanan yang sehat dan pengetahuan kesehatan mengenai

kesehatan reproduksi remaja perlu di berikan sedini mungkin ( Wijanarka,2007). Faktor

sosial ekonomi remaja dengan ekonomi rendah cenderung mengalami gizi kurang. Hal

tersebut akan berpengaruh pada kemampuan untuk konsumsi makanan dan zat gizi sehingga

keadaan tersebut memungkinkan untuk terjadinya anemia pada remaja. Faktor Absorbsi

makanan mempengaruhi kejadian anemia remaja harus memiliki jumlah kalori dan zat gizi

yang sesuai dengan kebutuhan seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, serat dan

air ( Krisnaluli Diah,2000:30). Faktor Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan

mentruasi Karena jika kehilangan darah tubuh dengan segera menarik cairan dari jaringan di

Page | 3

luar pembuluh darah, akibatnya darah menjadi encer dan persentasi sel darah merah

berkurang. Dampak anemia pada remaja putri yaitu tubuh pada masa pertumbuhan mudah

terinfeksi, mengakibatkan kebugaran atau kesegaran tubuh berkurang semangat belajar atau

prestasi menurun, sehingga pada saat akan menjadi calon ibu dengan keadaan beresiko tinggi.

Agar anemia tidak mengakibatkan keluhan sebaiknya wanita mengkonsumsi makanan

dengan gizi seimbang, sehingga status gizinya baik, status gizi dikatakan baik, apabila nutrisi

yang diperlukan baik protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin maupun air digunakan

oleh tubuh sesuai kebutuhan (Krummel, 1996 ) secara garis besar kebutuhan remaja putri

memuncak pada usia 12 th (2.550 kkal ) kemudian menurun menjadi 2.200 kkal pada usia 18

tahun kebutuahn akan semua jenis mineral juga meningkat. Peningkatan kebutuhan akan besi

dan kalsium paling mencolok karena keduanya ini merupakan komponen penting pembentuk

tulang dan otot. Asupan kalsium yang di anjurkan sebesar 800 mg (pra remaja) – 1200 mg

(remaja)

Menurut Lubis, 2008 unsur zat besi bisa di dapatkan dari sumber hewani seperti

daging, ikan, unggas, makanan laut disertai minum sari buah yang yang mengandung vitamin

C (asam askorbat ).Untuk meningkatkan absorsi besi dan menghindari atau mengurangi

minum kopi, teh, the es, minuman ringan yang mengandung karbonat dan minuman susu

pada saat makan.untuk meningkatkan absorsi besi, sebaiknya suplementasi besi tidak diberi

bersama susu, kopi, teh, minuman ringan yang mengandung phosphate dan kalsium.

Dari latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

hubungan status gizi dengan kejadian anemia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut :

Page | 4

1.2.1 Bagaimana gambaran status gizi pada remaja di SMA Muhammadiyah Madiun?

1.2.2 Bagaimana gambaran kejadian anemia pada remaja di SMA Muhammadiyah Madiun

?

1.2.3 Apakah ada hubungan antara status gizi remaja dengan kejadian anemia di SMA

Muhammadiyah Madiun?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui hubungan status gizi remaja dengan kejadian anemia di SMA

Muhammadiyah Madiun.

1.3.2 Tujuan khusus

1) Mengidentifikasi status gizi pada siswi kelas XI SMA Muhammadiyah Madiun .

2) Mengidentifikasi kejadian anemia pada siswi kelas XI SMA Muhammadiyah Madiun.

3) Menganalisis hubungan status gizi remaja dengan kejadian anemia pada siswi XI SMA

Muhammadiyah Madiun.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Akademis

Pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan

khususnya dalam memberikan informasi yang tepat dan akurat tentang hubungan status

gizi dengan kejadian anemia pada remaja .

1.4.2 Bagi praktis penelitian ini akan berguna bagi :

1) Bagi Instansi Terkait

Page | 5

Penelitian ini dapat memberikan masukan untuk lebih meningkatkan perannya dalam

memberikan informasi yang tepat dan akurat bagi remaja.

2) Bagi Profesi Kebidanan

Hasil penelitian ini memberikan masukan kepada profesi kebidanan dalam

memberikan informasi pada remaja dalam memenuhi kebutuhan gizinya.

3) Bagi Peneliti Yang Akan Datang

Sebagai data awal untuk meneliti status gizi yang dapat mempengaruhi kejadian

anemia. Dukungan dari faktor lain dengan populasi yang besar sehingga hasilnya lebih

representatif dan dapat digeneralisasikan.

Page | 6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Di dalam tinjauan pustaka ini akan dijelaskan tentang : Konsep dasar status gizi,

remaja dan anemia.

2.1 Konsep Dasar Status Gizi

2.1.1 Pengertian Status gizi

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variable tertentu

atau perwujudan dari nutrisi. (I Dewa Nyoman Supariasa, 2002).

faktor yang mempengaruhi status gizi :

1) Status ekonomi

Keadaan ekonomi yang rendah, umumnya berkaitan erat dengan masalah kesehatan

yang mereka hadapi di sebabkan ketidak mampuan dan ketidak tahuan masalah yang

mereka hadapi (Effendi N,2001), remaja dengan ekonomi rendah cenderung mengalami

gizi kurang. Hal tersebut akan berpengaruh pada kemampuan untuk konsumsi makanan

dan zat gizi sehingga keadaan tersebut memungkinkan untuk terjadinya anemia pada

remaja (Effendi N,2001)

2) Status kesehatan

Pada kondisi sakit asupan energi tidak boleh di lupakan, remaja di anjurkan

mengkonsumsi tablet mengandung zat besi atau makanan yang mengandung zat besi

seperti hati bayam dan sebagainya. Demi kesuksesannya keadaan gizi remaja harus

mendapatkan tambahan protein, mineal, vitamin dan energi.

3) Aktivitas

Page | 7

Setiap aktivitas memerlukan anergi maka banyak aktivitas yang dilakukan maka

banyak energi yang diperlukan (Path EF,2004)

2.1.2 Penilaian status gizi

Menurut I Dewa Nyoman, Supariasi,2001 Penilaian status gizi dapat dilakukan

penilaian secara langsung dan penilaian tidak lagsung dengan metode penilaian yang

berbeda-beda. Penilaian status gizi dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu :

1) Antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka

antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan

komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Penggunaan Antropometri

secara umum digunakan untuk melihat ketidak seimbangan asupan protein dan energi.

Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh

seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.

2) Klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode

ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan

ketidakcukupan gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (superfiecid epithelial

fissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oval atau pada organ-organ yang dekat

dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tyroid.

Penggunaan metode ini umumnya untuk survey klinis secara tepat (Rapid Clinical

Survey). Survey ini dirancang untuk mendeteksi secara tepat tanda-tanda klinis umum

dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Di samping itu digunakan untuk

mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda

(sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.

3) Biokimia adalah pemeriksaan specemen yang diuji secara laboratories yang dilakukan

pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah,

urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Penggunaan Metode ini

Page | 8

digunakan untuk sesuatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi

yang parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali

dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

4) Biofisik Pengertian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan

melihat kemampuan-kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan

struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian

buta senja epidemic (epidemic of right blindes) cara yang digunakan adalah tes adaptasi

gelap.

2.2 Konsep Dasar Antropometri

2.2.1 Pengertian

Menurut asal kata Antropometri berasal dari kata “Metros” dan “Antropos”. Antropos

artinya tubuh dan metros artinya ukuran, jadi antropometri adalah ukuran tubuh. Menurut

Jellife, Antropometri adalah berhubungan dengan berbagai macam, pengukuran dimensi

tubuh dan komposisi dari berbagai tingkat gizi (Supariasa, dkk, 2001:36).

2.2.2 Syarat penggunaan antropometri

1) Alatnya mudah didapat dan digunakan.

2) Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan obyektif.

3) Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus, professional juga oleh tenaga

lain setelah dilatih untuk itu.

4) Biaya relative murah.

5) Hasilnya mudah disimpulkan.

6) Secara ilmiah diakui kebenarannya.

2.2.3 Keunggulan dan kelemahan antropometri

Dalam penentuan atau penilaian status gizi dengan menggunakan metode antropometri

mempunyai keunggulan dan kelemahan antara lain:

Page | 9

1) Keunggulan

Keunggulan dalam metode antropometri dalam penilaian status gizi antara lain:

(1) Prosedur sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar.

(2) Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli.

(3) Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan, dibuat di daerah tersebut.

(4) Metode ini tepat dan akurat.

2) Kelemahan

Kelemahan metode antropometri dalam penilaian status gizi antara lain:

(1) Jenis parameter Tidak sensitive

(2) Faktor di luar gizi dapat menurunkan spesifikasi dan sensifitas antropometri.

(3) Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi prosesi, akurasi dan

validitas pengukuran antropometri

2.2.4 Jenis parameter

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat di lakukan mengukur beberapa

parameter. Parameter adalah ukuran tunggul dari tubuh manusia, antara lain: umur, berat

badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar panggul dan

lemak di bawah kulit. Dalam hal ini akan di uraikan tentang parameter tinggi dan berat badan

karena paling menunjang.

1) Berat Badan

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering

digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan menggambarkan jumlah dari protein,

air dan mineral pada tulang. Pada remaja lemak tubuh cenderung meningkat, dan protein otot

menurun.

Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagai pertimbangan, antara lain:

Page | 10

(1) Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena

perubahan-perubahan konsumsi makanan dan kesehatan.

(2) Memberikan gambaran status gizi sekarang dan kalau dilakukan secara periodik

memberikan gambaran yang baik tentang pertumbuhan.

(3) Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas di Indonesia

sehingga tidak merupakan hal baru yang memerlukan penjelasan secara meluas.

(4) Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh ketrampilan pengukur.

(5) Karena masalah umur merupakan faktor penting untuk penelitian status gizi, berat

badan terhadap tinggi badan sudah dibuktikan di mana-mana sebagai indeks yang tidak

tergantung pada umur.

(6) Alat pengukur dapat diperoleh di daerah pedesaan dengan ketelitian yang tinggi dengan

menggunakan dacin yang sudah dikenal oleh masyarakat.

Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang digunakan di

lapangan sebaliknya memenuhi beberapa persyaratan:

1. Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat yang lain.

2. Mudah diperoleh dan relative murah harganya.

3. Ketelitian penimbangan sebaliknya maksimum 0,1 kg.

4. Skala mudah di baca.

5. Cukup aman untuk menimbang anak balita.

2) Tinggi Badan

Merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan

sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu tinggi badan merupakan

ukuran kedua yang terpenting. Karena menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan

(Quac Stick).

Cara mengukur tinggi badan dengan pengukur tinggi mikrotoa:

Page | 11

(1) Tempelkan dengan paku mikrotoa tersebut pada dinding yang lurus dan dasar setinggi

tepat 2 meter. Angka 0 (nol) pada lantai yang datar rata.

(2) Lepaskan sepatu atau sandal.

(3) Harus berdiri, tegak seperti sikap sempurna.

(4) Turunkan mikrotoa sampai tepat kepala bagian atas, siku-siku lurus menempel pada

dinding.

(5) Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan mikrotoa. Angka

tersebut menunjukkan tinggi badan (Supariasa, dkk, 2001:42-43).

3) Indeks Antropometri

IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa

khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka

mempertahankan berat badan normal memungkinan seseorang dapat mencapai usia harapan

hidup lebih panjang. Ambang batas IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO, WHO

yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Batas ambang normal, laki-

laki adalah 20,1-25,0 dan perempuan adalah 18,7-23,8, untuk kegemukan, lebih lanjut FAO,

WHO menguraikan menggunakan satu ambang batas. Ambang batas laki-laki desain

perempuan. Ketentuan yang diuraikan adalah menggunakan ambang batas laki-laki untuk

kategori kurus tingkat berat dan menggunakan ambang batas pada perempuan untuk kategori

gemuk tingkat berat (I Dewa Nyoman, Supariasi, 2001:60)

Untuk kepentingan Indonesia, ambang batas dimodifikasi lagi berdasarkan

pengalaman klinis hasil penelitian di beberapa negara berkembang.

BB (Kg) IMT =

TB2 (cm)

Tabel 2.1 Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia

Page | 12

1

KATEGORI IMT

Kategori kurang

- Kekurangan berat badan tingkat berat

- Kekurangan berat badan tingkat ringan

< 17,0

17,0 – 18,5

2 Kategori normal 18,5 – 25,0

3 Kategori lebih

- Kelebihan berat badan tingkat ringan

- Kelebihan berat badan tingkat berat

25,0 – 27,0

> 27,0

Sumber : Supariasi,dkk,2001

Berat badan normal adalah idaman bagi setiap orang agar mencapai tingkat kesehatan

yang optimal. Keuntungan apabila berat badan normal adalah penampilannya baik, lincah dan

resiko sakit rendah. Berat badan yang kurang dan berlebihan akan menimbulkan resiko

terhadap berbagai macam penyakit. (Supariasa, dkk, 2001: 61-62).

2.3 Konsep Dasar Remaja

2.3.1 Pengertian Remaja

Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa

remaja ditandai dengan perubahan-perubahan fisik pubertas dan emosional, kompleks,

dinamis serta penyesuaian sosial yang penting untuk menjadi dewasa. Identitas seksual secara

normal mencapai kesempurnaan sebagaimana organ-organ reproduksi kematangan

(Hamilton, 2001: 53).

Masa remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa, bukan hanya dalam

artian psikologis tetapi juga fisik (Sarlito Wirawan Sarwono, 2002:52) diantara perubahan-

perubahan fisik itu yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah

perkembangan tubuh, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi dan tanda-tanda seksual

Page | 13

skundernya tumbuh. Kesimpulan masa remaja adalah masa yang ditandai dengan perubahan

fisik pubertas dan emosional, kompleks, dinamis.

Mengenai umur kronologis beberapa seorang anak dikatakan remaja masih berbagai

pendapat, menurut Undang-undang No. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja

adalah individu yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah. Menurut UU

perkawinan pasal 7 UU No. /1974, yaitu 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria.

2.3.2 Perkembangan Remaja

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata lain, Adolescence, yang berarti

“bertumbuh” sepanjang fase perkembangan ini, sejumlah masalah fisik, sosial, dan psikologi

bergabung untuk menciptakan karakteristik, prilaku dan kebutuhan yang unik (Bobak,

2004:827).

2.3.3 Tahap-tahap remaja

Masa remaja berlangsung tiga tahapan yang masing-masing ditandai dengan isu-isu

biologic, psikologik dan sosial, antara lain:

1) Masa Remaja Awal (10-14 tahun) ditandai dengan :(1) Peningkatan yang cepat dari

perkembangan dan pematangan fisik, (2) Berfikir kongkret, (3) Konflik dengan orang tua,

(4) Keterkaitan utama.

2) Masa Remaja Menengah ditandai dengan : (1) Hampir lengkapnya pertumbuhan pubertas,

(2) Keterampilan-keterampilan berfikir yang baru, (3) Hubungan heteroseksual

merupakan hal yang penting, (4) Remaja menunjukkan perilaku idealis dan nonsitik, (5)

Remaja berjuang untuk mandiri/bebas dari orang tua, (6) Mulai melamun, berfantasi dan

berfikir tentang hal-hal yang ironis, (7) Emosi yang labil, sering meledak-ledak dan mood

yang sering berubah.

Page | 14

3) Masa Remaja Akhir (17-19 tahun) ditandai dengan : (1) Remaja mulai berpacaran dengan

lawan jenisnya, (2) Remaja mulai mengembangkan rencana hidupnya untuk masa depan,

(3) Remaja berusaha untuk mandiri secara emosional dan financial dari orang tua.

2.3.4 Ciri-ciri masa remaja

Ciri-ciri masa remaja adalah

1) Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perkembangan fisik dan mental yang

cepat. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya

membentuk sikap, nilai dan minat baru.

2) Masa remaja sebagai periode perubahan. Ada 5 perubahan yaitu (1) Meningginya emosi,

(2) Perubahan tubuh, minat dan peran, (3) Perubahan penilaian (kualitas lebih penting

daripada kwantitas), (4) Remaja akan ditumbuhi masalah, (5) Menginginkan dan

menuntut kebebasan.

3) Masa remaja sebagai usia bermasalah.

Ada dua alasan remaja dalam menyelesaikan masalah sulit untuk diatasi:

(1) Semasa kanak-kanak, masalah diselesaikan oleh orang tua dan guru.

(2) Pada remaja merasa mandiri, ingin mengatasi sendiri dan menolak bantuan orang tua dan

guru.

4) Masa remaja sebagai masa mencari identitas.

Menurut Ericson “Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan

siapa dirinya, apa perannya?” Selanjutnya Ericson menjelaskan bagaimana pencarian

identitas ini merupakan perilaku remaja. “Dalam usaha mencari perasaan berkesinambungan

kesamaan yang baru para remaja harus memperjuangkan perjuangan tahun-tahun lalu”.

5) Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan

Pada masa ini remaja dianggap sebagai anak yang tidak rapi, yang tidak dapat

dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa

Page | 15

yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takut bertanggung jawab

dan bersikap tidak bersimpati terhadap perilaku remaja yang normal.

6) Masa remaja sebagai masa periode peralihan

Peralihan berarti terputusnya hubungan atau berubah dari apa yang terjadi

sebelumnya, melainkan peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap perkembangan

lainnya. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa.

7) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Remaja cenderung memandang kehidupan mulai kaca berwarna merah jambu. Ia

melihat dirinya sendiri dengan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan

sebagaimana adanya terlebih dalam hal cita-cita.

8) Masa remaja sebagai masa ambang dewasa

Dengan makin mendekatnya usia kematangan yang satu para remaja menjadi gelisah

untuk meninggalkan stereotipe belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka

sudah hampir dewasa. Oleh karena itu, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang

dihubungkan dengan status dewasa (Hurlock, 2001: 207-209).

2.3.5 Perubahan tubuh selama masa remaja

1) Perubahan Eksternal

(1) Tinggi Rata-rata anak perempuan mencapai tinggi yang matang antara usia 17 tahun

hingga 18 tahun dan rata-rata anak laki-laki setahun sesudahnya.

(2) Berat

Perubahan berat badan mengikuti jadwal yang sama dengan perubahan tinggi. Tetapi

berat badan sekarang tersebar ke bagian-bagian tubuh yang tadinya hanya mengandung

sedikit lemak atau tidak mengandung lemak sama sekali.

(3) Proporsi tubuh

Berbagai anggota tubuh lambat laun mencapai perbandingan tubuh yang baik.

Page | 16

(4) Organ seks

Baik organ seks pria maupun organ seks wanita mencapai ukuran yang matang pada

akhir masa remaja, tetapi fungsinya belum matang sampai beberapa tahun kemudian.

(5) Ciri-ciri sekunder

Table 2.2 Ciri-ciri atau karakteristik seks sekunder sebagai berikut:

Wanita Pria

• Panggul menjadi bertambah lebar

dan bulat sebagai akibat

membesarnya tulang pinggul dan

berkembangnya lemak bawah

kulit

• Puting susu membesar dan

menonjol payudara menjadi lebih

besar dan bulat

• Rambut keemaluan mulai

berkembang setelah pinggul dan

payudara

• Kulit menjadi kasar tebal agak

pucat dan lubang pori-pori

bertambah besar

• Kelenjar lemak dan kelenjar lemak

lebih aktif

• Otot semakin besar dan kuat

• Suara lebih penuh dan merdu

• Berjalan-jalan kecil sekitar

kelenjar susu

• Tumbuh rambut di kemaluan,

yang gelap, lebih kasar, subur,

agak keriting

• Kulit menjadi lebih besar tidak

jernih, warnanya pucat dan pori-

pori meluas

• Kelenjar yang memproduksi

minyak menjadi lebih aktif

• Otot bertambah besar dan kuat

• Suara berubah setelah kemaluan

timbul, suara pecah sengkali

kematangan berjalan pesat

Page | 17

2) Perubahan Internal

(1) Sistem pencernaan, Perut menjadi lebih panjang, usus bertambah panjang dan besar, otot-

otot di perut dan dinding usus menjadi lebih tebal dan lebih kuat, hati bertambah berat

dan kerongkongan bertambah panjang.

(2) Sistem peredaran darah, Jantung tumbuh pesat selama masa remaja, pada usia 17-18,

beratnya dua belas kali lipat pada waktu lahir.

(3) Sistem pernafasan, Kapasitas paru-paru anak perempuan hampir matang pada usia 17

tahun, anak laki-laki mencapai kematangan beberapa tahun kemudian.

(4) Sistem endokrin, Kelenjar-kelenjar seks berkembang pesat dan berfungsi, meskipun

belum mencapai dewasa.

(5) Jaringan tubuh, Perkembangan kerangka rata-rata berhenti pada usia 18 tahun. (Hurlock,

2001:211)

2.4 Konsep Anemia Remaja

2.4.1 Pengertian

Anemia dalam remaja adalah suatu kondisi dimana kadar HB atau eritrosit lebih

rendah dari harga normal, dikatakan anemia bila HB < 12 g pada wanita dan HB < 14 g pada

pria (Arif Marsjoer,dkk 2001). Menurut Rustam Mochtar (2004:145) faktor yang

mempengaruhi kejadian anemia yaitu :

(1) Sosial ekonomi

keadaan ekonomi yang rendah, umumnya berkaitan erat dengan masalah kesehatan yang

mereka hadapi di sebabkan ketidak mampuan dan ketidak tahuan masalah yang mereka

hadapi (Effendi N,2001), remaja dengan ekonomi rendah cenderung mengalami gizi kurang.

Hal tersebut akan berpengaruh pada kemampuan untuk konsumsi makanan dan zat gizi

sehingga keadaan tersebut memungkinkan untuk terjadinya anemia pada remaja (Effendi

N,2001)

Page | 18

(2) Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan mentruasi

Karena jika kehilangan darah tubuh dengan segera menarik cairan dari jaringan di luar

pembuluh darah, akibatnya darah menjadi encer dan persentasi sel darah merah berkurang.

(3) Status gizi

Remaja dengan status gizi yang rendah memungkinkan untuk terjadinya anemia,

karena gizi merupakan suatu proses organisme yang di konsumsi secara normal melalui

proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme.

(4) Absorbsi makan

makanan yang di konsumsi oleh remaja harus memiliki jumlah kalori dan zat gizi yang

sesuai dengan kebutuhan seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, serat dan air

(Krisnaluli Diah,2000:30)

Diagnosa Anemia Pada remaja

Untuk menegakkan diagnosa anemia dapat dilakukan dengan anamnesa. Pada anamnesa

akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang–kunang. Pemeriksaan

dan pengawasan kadar Hb dengan menggunakan alat sahli. Hasil pemeriksaan kadar Hb

dengan sahli dapat digolongkan sebagai berikut :

Tabel 2.3 Klasifikasi Anemia menurut manuaba, 2007 : 38

No Nilai Hb putri (gram %) Nilai Hb putra (gram %) Kriteria

1 11 13 Tidak anemia

2 9-10 11-12 Anemia ringan

3 7-8 9-10 Anemia sedang

4 <7 <9 Anemia berat

Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar Remaja mengalami anemia.

Page | 19

2.4.2 Klasifikasi Anemia

Klasifikasi anemia menurut Rustam Mochtar (2004:145) yaitu :

1) Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi yang mencapai 62,3 % disebabkan karena kurang masuknya unsur

besi dengan makanan, karena gangguan reasobsi, gangguan penggunaan, atau karena

terlampau banyaknya besi ke luar dari badan, misalnya pada perdarahan haid menstruasi.

2) Anemia Megaloblastik

Anemia megaloblastik yang mencapai 29,0% disebabkan karena kekurangan asam folat,

jarang sekali akibat karena kekurangan vitamin B12. Biasanya karena mal nutrisi dan infeksi

yang kronik.

3) Anemia Hipoplasti

Anemia Hipoplasti yang mencapai 8,0 % disebabkan oleh hipofungsi sum-sum tulang,

membentuk sel darah merah baru.

4) Anemia Hemolitik

Anemia Hemolitik yang mencapai 0,7 % disebabkan penghancuran/ pemecahan sel darah

merah yang terdapat dari pembuatannya, sehingga dari klasifikasi di atas yang sering terjadi

dimasyarakat adalah Anemia Defisiensi Besi.

3) Pencegahan anemia

Pencegahan anemia menurut Wiknojosastro 2005:453 yaitu setiap remaja diberi sulfas

ferrosus glukonas ferrosus cukup 1 tablet sehari. Selain itu remaja Dianjurkan untuk makan

lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang mengandung banyak mineral serta vitamin.

4) Penanganan

Terapi anemia defisiensi besi adalah preparat besi oral atau parenteral. Terapi oral

ialah dengan pemberian preparat besi : fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisitrat.

Page | 20

Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gram%/bulan.

Efek samping pada traktus gastrointestinal relatif kecil pada pemberian preparat pada Na-fero

bisitrat dibandingkan dengan ferosulfat. Kini program nasional menganjurkan kombinasi 60

mg besi dan 50µ g asam folat untuk profilaksis anemia.

Pemberian preparat parenteral yaitu dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20

ml) intravena atau 2x10 ml/im pada gluteus, dapat meningkatkan Hb relative lebih cepat yaitu

2 g%. Pemberian parenteral ini mempunyai indikasi : intoleransi besi pada traktus

gastrointestinal, anemia yang berat dan kepatuhan yang buruk. Efek samping yang utama

ialah reaksi alergi, untuk mengetahuinya dapat diberikan dosis 0,5 cc/IM dan bila tidak ada

reaksi dapat diberikan seluruh dosis ( Sarwono, 2002:282).

2.5 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu relita agar dapat dikomunikasikan dan

membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variable (baik yang diteliti

maupun tidak diteliti). Kerangka konsep akan membatu penelitian dalam menghubungkan

hasil penemuan dengan teori (Nursalam, 2003 : 55)

Keterangan

Faktor Yang Mempengaruhi Status gizi

Faktor yang mempengaruhi anemia

Status gizi

normal

ringan

Absorbsi makanan

berat

sedang

Status kesehatan

Status ekonomi

Aktivitas Kehilangan darah yg disebabkan oleh mentruasi

anemia

Page | 21

: Diteliti : Tidak Diteliti

Gambar 2.1 : Kerangka konseptual penelitian hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Muhammadiyah Madiun .

Kejadian anemi pada remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : Status gizi,

sosial ekonomi, absorbsi makanan dan kehilangan darah yang disebabkan oleh menstruasi,

yang mana dari status gizi tersebut dapat menyebabkan anemia. Faktor yang mempengaruhi

status gizi adalah : status ekonomi, status kesehatan dan aktivitas. Anemia dapat digolongkan

menjadi anemia ringan, sedang dan berat.

2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban semementara dari rumusan masalah atau pertanyaan

penelitian. Menurut Ia Biondo Wood dan Haber (1994) hipotesis adalah suatu pernyataan

tentang hubungan antara dua atau lebih variable yang diharapkan bisa menjawab suatu

pertanyaan dalam penelitian (Nursalam, 2003: 57)

Berdasarkan Kerangka Konseptual dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Terdapat hubungan antara status gizi dengan kejadian Anemia pada Remaja putri kelas

XI di SMA Muhammadiyah Madiun .

Page | 22

BAB 3

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai metode penelitian yang terdiri dari : 1) Desain

Penelitian, 2) Waktu dan Tempat Penelitian, 3) Kerangka Kerja, 4) Identifikasi Variabel, 5)

Definisi Operasional, 6) Populasi, Sampel dan Sampling, 7) Pengumpulan dan Analisa Data,

8) Etika Penelitian

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan dan

mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses penelitian (Nursalam,

2003 :80).

Desain penelitian ini yang digunakan adalah studi korelasi yang merupakan penelitian

hubungan dua variabel pada suatu situasi ataupun sekelompok subjek(Soekidjo Notoatmodjo,

2002 :42). Dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan cross

sectional, dimana penelitian menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data

variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2003 : 85). Pada

penelitian ini menghubungkan status gizi dengan kejadian anemia di SMA Muhammadiyah

Madiun kelas XI.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Page | 23

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan september - Oktober 2010. Tempat penelitian

di SMA Muhammadiyah Madiun kelas XI.

3.3 Kerangka Kerja ( frame Work)

Kerangka kerja adalah langkah-langkah dalam aktifitas ilmiah mulai dari penetapan

populasi, sampel dan seterusnya, yaitu kegiatan sejak awal penelitian akan dilaksanakan

(Nursalam, 2003 :56).

Kerangka kerja dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

Populasi : seluruh remaja putri di SMA Muhammadiyah Madiun kelas XI dengan

jumlah 120 responden

Sampling : Simple Random Sampling

Sampel : Sebagian remaja putri di SMA Muh Madiunkelas XI yang memenuhi kriteria

inklusi dengan jumlah 92 responden.

Status gizi pada remaja Kejadian anemia

Pengumpulan data : timbangan, tinggi badan, HB sahli

Pengolahan dan Analisa data : Editing, Coding, Tabulating, Scoring, kemudian

dianalisa dengan uji spearman rank (Rho)

Penyajian Hasil

Penarikan Kesimpulan

Page | 24

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Muhammadiyah Madiun kelas XI , Kota Madiun Tahun 2010

.

3.4 Identifikasi variabel

Identifikasi variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang

dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu

(Notoatmodjo, 2002 :70).

Variabel dalam penelitian ini adalah :

1) Variabel independen

Variabel independen adalah variabel bebas, sebab ataupun variabel yang

mempengaruhi variabel dependen (Notoatmodjo, 2002 :70). Variabel independen

dalam penelitian ini adalah status gizi pada remaja putri.

2) Variabel dependen

Variabel dependen adalah variabel tergantung, akibat, ataupun variabel yang

terpengaruh oleh variabel independen (Notoatmodjo, 2002:70). Variabel dependen

dalam penelitian ini adalah kejadian anemia

3.5 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu

yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2003 :106).

Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Muhammadiyah Madiun kelas XI , Kota Madiun Tahun 2010.

Variabel Definisi

operasional Parameter Alat ukur

Skala

data Kategori

Page | 25

Variabel

independen

status gizi

pada remaja

Hasil obsevasi tinggi badan dan berat badan pada remaja

- BB, TB IMT Ordinal

- Kurang IMT < 17,5 – 18,5

- Normal IMT = 18,5 – 25,0

Lebih IMT >

27,0

Variabel

dependen

kejadian

anemia pada

remaja

Remaja yang di periksa kadar HB dan terjadi anemia

- Haemometer Hb sahli

Ordinal - Hb >11 gram % = baik

- Hb > 9-11 gram % = anemia ringan

- Hb 7-8 gram % = anemia sedang

Hb < 7 gram %

= anemia berat

3.6 Populasi, Sampel, dan sampling

3.6.1 Populasi

Populasi adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan

(Nursalam, 2003:93). Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah semua remaja putri

di SMA Muhammadiyah Madiun kelas XI Kota Madiun Tahun 2010 sejumlah 120 remaja

putri.

3.6.2 Sampel

Sampel penelitian adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan

sebagai subjek peneliti melalui sampling (Nursalam, 2003:95).

Pada penelitian ini, sampel yang dipergunakan adalah sebagian remaja putri yang

berada di SMA Muhammadiyah Madiun kelas XI yang memenuhi kriteria inklusi :

Page | 26

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target

yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003:96).

Menurut Nursalam (2003), besarnya sampel dihitung menggunakan rumus:

n = N.z ² .p.q

d². (N-1) + z². p.q Keterangan :

n : Perkiraan jumlah sampel

N : Perkiraan jumlah populasi

z : Nilai standart normal untuk α = 0,05 (1,96)

p : Perkiraan proporsi, jika diketahui dianggap 50%=0,5

q : 1-p (100%-p)=0,5

d : Tingkat kesalahan yang dipilih (d=0,05)

Berdasarkan rumus di atas, dapat diketahui bahwa jumlah sampel dalam penelitian ini

adalah :

n = 120 . (1,96)². 0,5. 0,5

(0,05)². (120-1) + (1,96)². 0,5. 0,5

n = 115,2 = 91,6 atau dibulatkan 92 1,2575 Jadi besarnya sampel adalah 92 responden

3.6.3 Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi.

Teknik sampling merupakan cara – cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel agar

Page | 27

memperoleh sampel yang benar – benar sesuai dengan keseluruhan subyek penelitian

(Nursalam,2003:97)

Dalam penelitian ini mengambil sampel menggunakan simple random sampling yaitu

bahwa setiap anggota / unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi

sebagai sampel (Notoatmodjo,2002:85)

Untuk mencapai sampling ini setiap elemen di seleksi secara random (secara acak).

Adapun cara pengambilanya dilakukan undian dipopulasi yang terpilih akan menjadi sampel

penelitian.

3.7 Pengumpulan Data dan Analisis Data

3.7.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses

pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam,

2003:115)

1) Proses pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini peneliti perlu mendapat ijin dari pihak terkait yaitu

kepala sekolah di SMA Muhammadiyah Madiun, Kota Madiun,. Peneliti melakukan

pendekatan kepada subyek untuk menandatangani surat persetujuan menjadi responden,

selanjutnya peneliti menjelaskan bagaimana cara pemeriksaan yang akan dilakukan.

2) Instrumen pengumpulan data

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti

cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Suhasimi Arikunto, 2006:160).

Pada penelitian ini untuk variabel independen dan variabel dependen mengunakan observasi

yaitu BB, TB, dan HB dengan cara sahli. Observasi merupakan cara pengumpulan data

Page | 28

dengan mengadakan pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari

perubahan atau hal-hal yang akan diteliti.

3.7.2 Analisa Data

Analisa data merupakan proses penataan secara sistematis atau transkrip wawancara,

data dan daftar isian materi lain untuk selanjutnya diberi makna, baik secara tunggal maupun

simultan (Sudarwan Danim, 2002:268).

Setelah data terkumpul melalui kuesioner yang telah diberikan kemudian dilakukan :

1) Editing

Editing data yang dilakukan mengecek kelengkapan identitas dan format

pengumpulan data, apakah sudah cukup baik sebagai upaya menjaga kualitas data agar dapat

dapat diproses lebih lanjut.

2) Coding

Coding data meliputi memberikan kode pada atribut dari variable untuk memudakan

dalam analisa data.

3) Scoring

Scoring data meliputi memberi nilai terhadap item-item yang perlu diberikan skor

untuk variable independen status gizi pada remaja : kurang diberi skor 1, normal skor 2 dan

lebih skor 3 sedangkan untuk variable dependen kejadian anemia : tidak anemia di beri skor

0, anemia ringan skor 1, anemia sedang skor 2, dan anemia berat skor 3

4) Tabulating

Mengelompokkan data ke dalam suatu tabel sesuai dengan kriteria yang telah

ditemukan. Selanjutnya data yang sudah dikelompokkan dan diprosentasikan dimasukkan ke

dalam tabel distribusi frekuensi kemudian dianalisis sesuai dengan pendapat Suharsmini

Arikunto (2006 :245) antara lain sebagai berikut :

Page | 29

100% : Seluruh

76-99% : Hampir seluruh

51-75% : Lebih dari sebagian

50% : Sebagian

26-49% : Hampir sebagian

1-25% : Sebagian kecil

0% : Tidak satupun.

5) Pengolahan data

Mengingat penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan

kejadian anemia, dimana variable independen skala data ordinal, variable dependen skala

data ordinal maka analisa data yang digunakan adalah uji spermen’s Rank (rs) tetapi sebelum

dianalisa dengan cara mengumpulkan data terlebih dahulu kemudian melakukan tabulasi

silang dengan tingkat keyakinan 95% (α= < 0,05)

Rumus uji spermean’s Rank

Keterangan :

rs = Koefisiensi korelasi jenjang (Rank Spearman’s)

d1= Nilai beda (Difference) setiap jenjang

N = Banyaknya sampel

Keterangan :

rs = Koefisiensi korelasi

n = Besar Sampel

rs =1-6∑d12

N(N2-1)

RumusT Hitung=rs√n-2

√1-rs2

Page | 30

kemudian dimasukkan dalam computer yang menggunakan program SPSS 11,5. Jika

koefisien korelasi (rs) hitung lebih besar dari nilai kritis t pada tabel dengan taraf signifikan

(α) sebesar 0,05 maka H1 diterima, berarti terdapat hubungan antara status gizi dengan

kejadian anemia pada remaja putri kelas XI.

3.8 Etika Penelitian

3.8.1 Informed Consent

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden

penelitian (Aziz A. Hidayat, 2007:83).

Lembar persetujuan ini diberikan kepada subjek yang termasuk dalam kriteria inklusi,

dalam hal ini peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset yang dilakukan serta dampak

yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data, jika subjek bersedia diteliti,

maka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut, jika subjek menolak untuk diteliti

maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak subjek.

3.8.2 Anonimity atau tanpa nama

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama responden, ciri-ciri

fisik, serta alat identitas lain pada lembar pengumpulan data. Tetapi cukup dengan member

nomor kode pada masing-masing lembar tersebut.

3.8.3 Confidentiality atau kerahasiaan

Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian baik

informasi maupun masalah-masalah lainnya, semua informasi yang telah dikumpulkan

dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan

pada hasil riset.

Page | 31

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada Bab ini akan disampaikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan

pengambilan data dilakukan pada Bulan September - Oktober 2010, data yang digunakan

adalah data primer yang diambil secara langsung dengan cara melakukan pengukuran berat

badan dan tinggi badan dari responden dan Hb sahli di SMA Muhammadiyah Madiun,Kota

Madiun.

Hasil penelitian ini memuat data umum dan data khusus data umum menampilkan

karakteristik, tinggi badan, berat badan, umur siswi, sedangkan data khusus menampilkan

status gizi remaja putri dan kejadian anemia. Data disampaikan dalam bentuk tabel dan

narasi.

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Data Umum

1) Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMA Muhammadiyah Madiun berdiri pada tahun 1975 dengan alamat Jl Mastrip luas

wilayah + 2.3650 m. terdapat 28 ruagan yang terdiri dari 15 ruang belajar 1 kantor guru, 1

perpustakaan, 1 ruang computer, 1 ruang Uks,2 ruang laboratorium ipa dan bahasa inggris,

terdapat 2 toilet guru dan 6 toilet siswa. SMA Muhammadiyah Madiun memiliki 2 jurusan,

jumlah siswa keseluruhan adalah 994 siswa dari kelas 1 sampai kelas 3. Dimana kelas 2

terdiri atas 174 siswi dan 155 siswa, 30 guru laki-laki, 40 guru perempuan dan 10 orang

tenaga lain ( staf Tu, Uks, satpam, penjaga sekolah dan penjaga perpustakaan ). Sarana

penunjang UKS di SMA Muhammadiyah Madiun telah di lengkapi dengan alat kesehatan

dan obat standar dasar UKS serta tenaga kesehatan yaitu 1 orang perawat yang berjaga setiap

hari pada jam sekolah. Disebelah barat berbatasan dengan jalan di sebelah timur berbatasan 36

Page | 32

dengan ruko, di utara berbatasan dengan pondok, disebelah selatan berbatasan dengan rumah

warga.

2) Karakteristik Responden

(1) Distribusi BerdasarkanTinggi Badan Remaja

Tabel 4.1 Distribusi Tinggi Badan Remaja Putri Kelas XI di SMA Muhammadiyah Madiun.

No. Tinggi Badan (cm) Frekwensi Presentase 1. 140 – 149 cm 31 33,7 % 2. 150 – 159 cm 52 56,5 % 3. 160 – 169 cm 9 9,8 %

Jumlah 92 100,0 Sumber : data primer penelitian 2010

Berdasarkan tabel 4.1 di dapatkan lebih dari sebagian remaja putri mempunyai tinggi

badan 150 – 159 cm yaitu 56,5% dan sebagian kecil berada pada tinggi badan 160 – 169

cm yaitu 9,8%.

(2) Distribusi Berdasarkan Berat Badan Remaja

Tabel 4.2 Distribusi Berat Badan Remaja Putri Kelas XI di SMA Muhammadiyah Madiun.

No Berat badan frekwensi Presentasi 1. 35 – 40 kg 25 27,2 % 2 41 – 45 kg 41 44,6 % 3 46 – 50 kg 25 27,2 % 4 51 – 55 kg 1 1,1 %

Jumlah 92 100,0 Sumber : data primer penelitian 2010

Berdasarkan tabel 4.2 di dapatkan hampir sebagian remaja putri mempunyai berat

badan 41 – 45 kg yaitu 44,6% dan sebagian kecil berada pada berat badan 51 – 55 kg yaitu

1,1%.

(3) Distibusi Berdasarkan Umur

Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan umur di SMA Muhammadiyah Madiun, Kota Madiun.

No Umur Frekuensi % 1 16 th 40 43,4 2 17 th 52 56,6

Jumlah 92 100

Page | 33

Sumber : data primer penelitian 2010

Berdasarkan tabel 4.3 di dapatkan lebih dari sebagian remaja putri berumur 17 tahun

yaitu 56,6% dan hampir sebagian berada pada pada umur 16 tahun yaitu 43,4%.

4.1.2 Data Khusus

Data khusus dalam penelitian ini yaitu status gizi remaja putri dan kejadian anemia di

SMA Muhammadiyah Madiun..

1) Status Gizi pada Remaja Putri

Tabel 4.4 Distibusi Status Gizi Pada Remaja Putri Di SMA Muhammadiyah Madiun. No Status Gizi Frekuensi % 1 Kurang 73 79,3 2 Normal 11 12 3 Lebih 8 9

Jumlah 92 100 Sumber : data pimer penelitian 2010

Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan hampir seluruh remaja putri mempunyai status gizi

kurang sebanyak 73 yiatu 79,3% dan sebagian kecil mempunyai status gizi lebih sebanyak 8

yaitu 8,7%.

2) Kejadian Anemia

Tabel 4.5 Distribusi Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Di SMA Muhammadiyah Madiun Tahun 2008.

No Kejadian Anemia Frekuensi % 1 Tidak anemia 11 12 2 Ringan 63 68 3 Sedang 18 20 4 Berat 0 0

Jumlah 92 100 Sumber : data primer penelitian 2010

Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan lebih dari sebagian remaja putri mengalami anemia

ringan 63 yaitu 68,0% dan sebagian kecil tidak mengalami anemia 11 yaitu 12,0%.

3) Hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri kelas X1 di SMA

Muhammadiyah Madiun Tahun 2010.

Tabel 4.6 Tabulasi silang status gizi dengan kejadian anemia pada remaja di SMA Muhammadiyah Madiun Tahun 2010.

Page | 34

No Status gizi

Kejadian anemia jumlah

Tidak anemia Anemia ringan

Anemia sedang

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1 Kurang 6 8,2 51 69,9 16 21,9 73 100

2 Normal 4 36,4 5 45,5 2 18,2 11 100

3 Lebih 1 12,5 7 87,5 0 0 8 100

Jumlah 11 12 63 68 18 20 92 100

rs = -208 dan p = 0,047

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa hampir seluruh remaja putri yaitu 87,5%

memiliki status gizi lebih dan mengalami anemia ringan, sedangkan hampir sebagian remaja

putri yaitu 45,5% memiliki status gizi normal dan mengalami anemia ringan, lebih dari

sebagian remaja putri yaitu 69,9% memiliki status gizi kurang dan mengalami anemia ringan,

maka terdapat hubungan negatif antara status gizi remaja putri kelas X1 dengan kejadian

anemia di SMA Muhammadiyah Madiun Tahun 2010.

Pembahasan

Pada pembahasan ini akan diuraikan tentang status gizi pada remaja, kejadian anemia

pada remaja dan hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri kelas

XI di SMA Status Gizi pada remaja putri kelas XI di SMA Muhammadiyah Madiun Tahun

2010.

Berdasarkan tabel 4.4 dari 92 remaja didapatkan hampir seluruh responden

mempunyai status gizi kurang yaitu sebanyak 73 (79,3%) dan sebagian kecil mempunyai

status gizi lebih sebanyak 8 (8,7%).

Page | 35

Hal ini dikarenakan remaja mempunyai keadaan gizi yang berbeda-beda yaitu berat

badan dan tinggi badan serta riwayat gizi yang berbeda pula. Seorang yang memiliki status

kesehatan yang baik, maka pertumbuhan dan perkembangan juga akan optimal.

Gizi merupakan kebutuhan yang penting bagi remaja, hal tersebut sesuai dengan

pendapat yang dikemukakan oleh sotjiningsih (2004) bahwa gizi atau nutrisi yang baik pada

masa remaja memungkinkan kesehatan yang baik, pertumbuhan dan pekembangan yang

optimal, gizi yang cukup dan baik juga membentuk kecerdasan otak, jiwa dan kehidupan

sosial.

Dari status gizi remaja di SMA Muhammadiyah Madiun hampir sebagian mempunyai

status gizi kurang, ini dapat dipengaruhi oleh status social ekonomi, keadaan ekonomi yang

rendah umumnya berkaitan erat dengan masalah kesehatan yang mereka hadapi disebabkan

ketidak mampuan dan ketidak tahuan masalah yang mereka hadapi (Effendi N,2001). Remaja

dengan status ekonomi yang kurang akan cenderung mengalami status gizi yang kurang

karena pola konsumsi makanan tidak bergizi sehingga memungkinkan terjadinya anemia

pada remaja.

Gizi merupakan kebutuhan yang penting bagi remaja, hal tersebut sesuai dengan

pendapat yang dikemukakan oleh sotjiningsih (2004) bahwa gizi atau nutrisi yang baik pada

masa remaja memungkinkan kesehatan yang baik, pertumbuhan dan pekembangan yang

optimal, gizi yang cukup dan baik juga membentuk kecerdasan otak, jiwa dan kehidupan

sosial. Status gizi pada remaja dapat ditingkatkan dengan mengkonsumsi makanan yang

memenuhi zat-zat gizi.

4.1.3 Kejadian Anemia pada remaja putri kelas XI di SMA Muhammadiyah Madiun

4.1.4 Anemia artinya anemia yang di sebabkan oleh gizi kurangnya zat besi dalam tubuh

sehingga kebutuhan besi untuk eritropoesis tidak cukup yang ditandai dengan gambaran sel

darah merah yang hipoklom mikrositik, kadar besi serum dan saturasi (jenuh) transferin

Page | 36

menurun, mampu ikat besi total iron binding capacyti (TIBC) meninggi dan cadangan besi

dalam sumsum tulang dan tempat lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali (Gultom,

2003).

Berdasarkan data tabel 4.5 di jelaskan bahwa sebagian besar responden tidak

mengalami anemia yaitu sebanyak 11 orang (12,0%) dan lebih dari sebagian responden

mengalami anemia ringan yaitu sebanyak 63 orang (68%).

Salah satu perhatian khusus diantara responden ini adalah asupan vitamin dan mineral

yang tidak adekuat. Remaja perempuan mengkonsumsi sejumlah zat besi, kalsium,

magnesium, fosfor dan zink yang tidak adekuat, ini menunjukkan asupan vitamin A, vitamin

E, vitamin B6. Selain ketidak adekuatan asupan vitamin dan mineral, diet remaja juga

dikarakteristikkan oleh konsumsi lemak total, asupan tinggi lemak jenuh, natrium, kolesterol,

dan gula halus serta rendahnya asupan serat buah dan sayuran. Makna yang terutama adalah

kenyataan bahwa banyak remaja perempuan berhenti minum susu pada saat kebutuhan

kalsium mencapai puncaknya.

Menurut Linda V (2007) anemia bukan suatu diagnosa spesifik tetapi lebih

merupakan indikasi gangguan dasar, serta pengaruh merokok dan ketinggian pada kuantitas

dan kualitas SDM. Selain faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan resiko anemia

periode pertumbuhan cepat, nutrisi yang buruk, riwayat perdarahan mentruasi hebat dan

pendapatan yang rendah. Definisi anemia dapat terjadi dengan cepat atau lambat. Simpanan

bergantung pada asupan zat besi diet dan asupan zat besi diet bergantung pada kualitas

makanan dan adanya peningkatan atau penghambat absorsi pencernaan bersamaan makanan.

Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki – laki karena terjadi mentruasi

dengan perdarahan sebanyak 50 – 80 cc setiap bulan dan kehilangan zat besi sebanyak 30 –

40 mg. kehilangan darah inilah yang menyebabkan kejadian anemia (manuaba,2007:29).

Makanan yang di konsumsi oleh remaja harus memiliki jumlah kalori dan zat gizi yang sesuai

Page | 37

dengan kebutuhan seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, serat dan air

(krisnaluli diah, 2000:30).

4.1.5 Hubungan Antara Status Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Kelas XI di

SMA Muhammadiyah madiun Tahun 2010.

Hasil uji Sperman di dapatkan nilai korelasi spearman (r’s)= -208 Dan nilai sig 0,047

dimana p<0,05 sehingga H1 diterima yang artinya ada hubungan antara status gizi dengan

kejadian anemia.

Remaja dengan status gizi yang tinggi maka kejadian anemia rendah, Bila status gizi

kurang maka kejadian anemia tinggi. anemia ini dipengaruhi oleh faktor status ekonomi,

status kesehatan, aktivitas, absorbsi makanan, kehilangan darah yang di sebabkan oleh

mentruasi. Menurut Agus, Mohammad (2004) gizi baik akan dapat dicapai dengan memberi

makanan yang seimbang bagi tubuh menurut kebutuhan dan gizi kurang menggambarkan

ketidak seimbangan makanan yang di makan dengan kebutuhan tubuh manusia

Ekonomi rendah cenderung mengalami gizi kurang. Hal tersebut akan berpengaruh

pada kemampuan untuk konsumsi makanan dan zat gizi sehingga keadaan tersebut

memungkinkan untuk terjadinya anemia pada remaja. Pada keadaan sakit asupan energi tidak

boleh dilupakan, remaja di anjurkan mengkonsumsi tablet mengandung zat besi atau

makanan yang mengandung zat besi seperti hati bayam dan sebagainya. Demi kesuksesan

keadaan gizi remaja harus mendapatkan tambahan protein, mineral, vitamin dan energi.

Setiap aktivitas memerlukan energi maka banyak aktivitas yang dilakukan maka

banyak energi yang diperlukan (Path EF,2004). Makanan yang dikonsumsi oleh remaja harus

memiliki jumlah kalori dan zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan seperti karbohidrat, lemak,

protein, vitamin, mineral, serat dan air sehingga satus gizinya dapat tercukupi dan tidak

mengalami anemia.

Page | 38

BAB 5

PENUTUP

Pada bab ini akan disajikan kesimpulan dan saran hasil penelitian mengenai hubungan

status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri kelas XI di SMA Muhammadiyah

Madiun .

5.1 Kesimpulan

Setelah penelitian mengenai data dan melihat hasil analisa, maka peneliti dapat

mengambil kesimpulan sebagai berikut :

5.1.1 Seluruh remaja putri kelas X1 di SMA Muhammadiyah Madiun hampir seluruh

mengalami gizi kurang.

5.1.2 Seluruh remaja putri kelas XI di SMA Muhammadiyah Madiun sebagian kecil

mengalami anemia.

5.1.3 Ada hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA

Muhammadiyah Madiun.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka ada beberapa upaya yang perlu di pertahankan

diantaranya :

5.2.1 Bagi Akademis

Diharapkan dengan adanya perkembangan tentang hubungan status gizi dengan

kejadian anemia sehingga hasiln penelitian dapat di jadikan pendukung teori yang sudah ada.

5.2.2 Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Perlu meningkatkan pelayanan dan konseling pada remaja putri serta pemberian tablet

besi sehingga ikut berperan aktif dalam rangka penurunan angka kejadian anemia

Page | 39

5.2.3 Bagi Profesi

Profesi kebidanan perlu mengembangkan rencana terhadap remaja putri dengan

memberikan penyuluhan gizi dan pencegahan anemia melalui tablet besi serta melakukan

deteksi dini adanya anemia dengan pemeriksaan Hb.

5.2.4 Bagi Institusi Dalam Penelitian

Petugas UKS yang bersangkutan dapat memberikan penyuluhan atau informasi

tentang pentingnya nutrisi seimbang pada remaja putri.

Page | 40

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi (2006). Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta. Erna francin paat S.Sos dkk 2005, gizi dalam kesehatan reproduksi. Jakarta: EGC Gultom, (2003). Analisis factor-faktor yang berhubungan dengan anemia dalam

(http/www/wordpress.com) di Akses tanggal 20 juli jam 17.00 wib I Dewa Nyoman Suparariasi, (2003) Penilaian Status Gizi Jakarta : EGC Kartono, (2006). Masa remaja http://www.wordpress.com. Diakses tanggal : 5 juli 2010. Krummel, (2001). Anemia http://www.wordpress.com. Diakses tanggal : 8 juli 2010. Notoadmojo, Soekidjo, (2002). Metode Penelitian kesehatan, Jakarta: EGC. Notoadmojo, Soekidjo, (2005). Metode Penelitian kesehatan, Jakarta: EGC. Nursalam, (2003). Konsep dan penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta:

salemba Utama. Nursalam, (2008). Konsep dan penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta:

Salemba medika Paath, erna francin 2004. Gizi dalam kesehatan reproduksi, Jakarta : EGC Stuart, Gail, W, (2006). Buku Ajar pediatrik, Jakarta: EGC Sudarwan, Danim, (2002). Metode Penelitian Kebidanan, Prosedur Kebijakan dan Etik,

Jakarta : EGC. Hidayat, Aziz Alimul, (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data,

Jakarta: Salemba Medika. Zulhaida, lubis. (2008). Status gizi remaja, http//www.remaja.net Diakses : tanggal : 22 juli

jam 18.00 wib

Page | 41

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.

Saudara calon responden

Di SMA Muhammadiyah Madiun

Kota Madiun

saya akan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan status gizi dengan

kejadian anemia pada remaja putri kelasXI di SMA Muhammadiyah Madiun

Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya Hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada

remaja di SMA. Muhammadiyah Madiun

Keperluan tersebut saya mohon kesediaan remaja putri untuk menjadi responden

dalam penelitian ini.

Demikian atas bantuan dan partisipasinya disampaikan terima kasih.

Madiun, Oktober 2010

Hormat saya,

RUMPIATI

Page | 42

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri

kelas XI di SMA. Muhammadiyah Madiun, Kota Madiun

Oleh :

RUMPIATI

Yang bertanda tangan dibawah ini saya, responden yang berperan serta dalam

penelitian yang berjudul “Hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri

kelas XI di SMA . Muhammadiyah Madiun, Kota Madiun

Saya telah mendapat penjelasan tentang tujuan penelitian, kerahasiaan identitas dan

informasi yang saya berikan serta hak saya untuk ikut serta dalam penelitian ini.

Tanda tangan saya dibawah ini merupakan tanda tangan kesediaan saya sebagai

responden dalam penelitian ini.

Tanda tangan :

Tanggal :

No. Respoden :

Page | 43

SOP PEMERIKSAAN BERAT BADAN

No LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN A. Persiapan

1 Alat : a. Timbang b. Buku catatan dan alat tulis

2 Tempat : Nyaman, aman, tenang dan terang

3 Mencuci tangan 4 Mengatur timbangan agar seimbang, jarum berada di angka nol 5 Mempersilakan pasien naik ketimbangan tanpa alas kaki 6 Melihat skala timbangan dengan menara secara tepat 7 Mempersilakan pasien turun dari timbangan 8 Mencatat hasilnya dalam buku catatan 9 Mengembalikan timbangan ketempat semula 10 Mencuci tangan 11 Mencatat hasil

(supariasi,dkk,2002)

SOP PENGUKURAN TINGGI BADAN

No LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN A. Persiapan

1 Alat : a. Pengekuran tinggi badan b. Buku catatan dan alat tulis

2 Tempat : a. Aman, nyaman dan terang b. Mencuci tangan

3 Pasien :

a. Memberi tahu pasien tentang tindakan yang akan di lakukan b. Alas kaki dilepas

4 Menyiapkan alat dekat pasien 5 Mencuci tangan 6 Mempersilakan pasien untuk berdiri tegak dan merapat pada alat pengukur

pandangan lurus kedepan 7 Merapatkan alat pengukur pada kepala, kemudian petugas membaca skalanya (

jika pasien lebih tinggi dari petugas maka digunakan penggaris, penggaris diletakkan diatas kepala pasien dan lurus, lalu dilihat skalanya)

8 Mencatat hasilnya (supariasi,dkk,2002)

Page | 44

SOP PEMERIKSAAN HB SAHLI

1 PERSIAPAN 1. Persiapan alat dan reagent

- Hemoglobinometer - Hcl ,O, I, N - Aquades - Kapas alcohol - Larutan klorin 0,5 % dalam tempatnya - Lancet - Kapas kering - Bengkok - Sarung tangan

2. Persiapan pasien - Pasien duduk dikursi

3. Persiapn petugas - Cuci tang bersih dan dilap kering - Pakai sarung tangan

II CARA KERJANYA 1. Memberi tahu pasien pemeriksaan yang akan dilakukan 2. Masukkan Hcl,O,I,N ke dalam tabung sahli sampai dengan angka 2 3. Ujung jari dibersihkan dengan kapas alcohol, biarkan bayi kering 4. Pegang bagian yang akan ditusuk supaya tidak bergarak dan tekan sedikit supaya rasa

nyeri berkurang

5. Tusuk dengan cepat memakai lancet steril, tusuk dengan arah tegak lurus jangan menekan-nekan jari untuk mendapatkan cukup darah ( darah akan bercampur cairan sehingga mudah encer dan bisa menimbulkan kesalahan )

6. Buang tetes darah pertama dengan mengunakan air kering Isap 20 ml darah dengan pipet sahli, bersihkan darah yang nempel pada bagian luar

pipet

8. Masukkan darah tersebut dengan hati-hati ke dalam tabung sahli yang sudah terisi Hcl, O, I, N

9. Bilas darah dalam pipet dengan menghisap dan mengeluarkan Hcl, O, I, N beberapa kali

10. Biarkan 4 menit ( 3-5 menit ) agar hemoglobin berubah menjadi asam hematin 11 ecenkan larutan dengan mengunakan aquades tetes demi tetes ssambil dikocok

setiap kali menambah aquadest sampai warna larutan sama dengan warna

standart ( pembanding )

12. Bila sudah sama catat hasilnya 13. Beritahu hasil pemeriksaan kepada pasien 14. Bersihkan dan rapikan alat 15. Masukkan tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 % dan

lepas sarung tangan denagn cara terbalik

16. Cuci tangan dengan lap kering

Page | 45

Page | 46