PUTRI UTAMA JAWA: KECANTIKAN PEREMPUAN DALAM PERSPEKTIF JAWA
Transcript of PUTRI UTAMA JAWA: KECANTIKAN PEREMPUAN DALAM PERSPEKTIF JAWA
1
PUTRI UTAMA JAWA: KECANTIKAN PEREMPUAN
DALAM PERSPEKTIF JAWA
Syarifah Wardah el Firdausy
Universiti Kebangsaan Malaysia
Abstrak
Perempuan dan kecantikan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Sebagaimana perempuan yang selalu mendambakan kecantikan dalam dirinya, maka
kecantikan perempuan menurut pandangan Jawa, sejatinya tidak hanya terletak pada keindahan
jasmani atau lahiriah saja. Tetapi juga kecantikan yang terpancar dari dalam diri (inner beauty).
Seperti tindak tanduk, tutur kata, rendah hati, kasih sayang, dan sopan santun. Pandangan Jawa
juga menyebutkan bahwa perempuan haruslah memegang trapsilaning wanita, yaitu
memegang tatakrama yang harus dilakukan oleh setiap perempuan. Seorang perempuan
walaupun berparas cantik, kalau ucapannya kasar dan menyakitkan hati maka hilanglah seluruh
kecantikannya. Akan tetapi sebaliknya, seorang perempuan walaupun kurang dianugerahi
kecantikan lahiriah jika ia bersikap lembah manah yaitu rendah hati, halus bicaranya memikat
tidak dibuat-buat, maka seorang pria dapat terpikat padanya. Selanjutnya, menurut pandangan
Jawa seorang putri dikatakan utama apabila ia mampu mengisi hidupnya dengan nilai-nilai
keutamaan yang bersifat lahir maupun batin. Secara lahiriah seorang putri utama Jawa
diharapkan dapat meraih apa yang disebut dengan keberuntungan bagi manusia yaitu (1)
gunawan yang berarti ilmu pengetahuan, (2) hartawan yang berarti kekayaan, dan (3) berawan
yang berarti anak atau keturunan. Sedangkan secara batiniah seorang putri utama Jawa dituntut
untuk memiliki keluhuran budi yaitu dengan cara (1) senantiasa mendekatkan diri kepada
Tuhan dengan sabar dan tawakal, (2) berbakti pada kedua orang tua, dan (3) patuh pada guru.
Kajian ini bertujuan untuk mengetahui kecantikan seorang perempuan dalam perspektif Jawa.
Kajian ini menggunakan objek pada kelima tokoh putri utama Jawa yang telah dikenal dalam
budaya Jawa. Putri utama Jawa tersebut yaitu Dewi Wara Sumbadra, Dewi Wara Srikandhi,
Dewi Ulupi, Dewi Gandawati, dan Dewi Manohara. Kelima dewi tersebut selain memiliki
karakeristik putri utama Jawa, juga dinilai dapat mewakili pandangan Jawa dalam
menggambarkan kecantikan seorang perempuan. Kecantikan yang terdapat pada kelima dewi
tersebut akan dianalisis menjadi dua yaitu (1) kecantikan secara fisik dan (2) kecantikan dalam
bersikap. Kajian ini menggunakan metode kualitatif atau berdasarkan data yang bersumber dari
kajian pustaka dengan menggunakan bahan rujukan utama yaitu cerita Arjuna Wiwaha dan
Serat Candrarini di mana kedua sumber rujukan tersebut di dalamnya menceritakan kecantikan
kelima dewi tersebut. Walaupun ajaran dalam cerita tersebut telah ada puluhan tahun yang lalu,
namun sejatinya ajaran moral dan etika di dalamnya masih sangat relevan untuk diteladani oleh
perempuan di masa kini. Hasil dari kajian ini menunjukkan bahwa kelima dewi tersebut
memiliki kriteria sebagai putri utama Jawa serta memiliki kecantikan fisik dan kecantikan
dalam bersikap baik khususnya kepada suaminya.
Kata kunci: Arjuna Wiwaha; Kecantikan; Perempuan; Putri Utama Jawa; Serat Candrarini.
2
PENDAHULUAN
Perempuan dan kecantikan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Sebagaimana perempuan yang selalu mendambakan kecantikan dalam dirinya, maka
kecantikan perempuan menurut pandangan Jawa, sejatinya tidak hanya terletak pada keindahan
jasmani atau lahiriah saja. Tetapi juga kecantikan yang terpancar dari dalam diri (inner beauty).
Seperti tindak tanduk, tutur kata, rendah hati, kasih sayang, dan sopan santun.
PERMASALAHAN KAJIAN
Serat Candrarini dan Arjuna Wiwaha merupakan bagian dari karya sastra klasik Jawa yang
bersifat didaktis, yaitu bersifat mendidik. Sebagaimana karya sastra yang berfungsi dulce et
utile yaitu menghibur dan mendidik, maka kedua karya sastra tersebut dianggap dapat mewakili
fungsi karya sastra. Kedua karya sastra tersebut bercerita mengenai kecantikan fisik dan
kecantikan bersikap pada lima tokoh putri utama yang telah dikenal dalam budaya Jawa yaitu
Dewi Wara Sumbadra, Dewi Wara Srikandhi, Dewi Ulupi, Dewi Gandawati, dan Dewi
Manohara. Sebagaimana pandangan Jawa yang menyebutkan bahwa:
Perempuan haruslah memegang trapsilaning wanita, yaitu memegang tatakrama yang harus
dilakukan oleh setiap perempuan. Seorang perempuan walaupun berparas cantik, kalau
ucapannya kasar dan menyakitkan hati maka hilanglah seluruh kecantikannya. Akan tetapi
sebaliknya, seorang perempuan walaupun kurang dianugerahi kecantikan lahiriah jika ia
bersikap lembah manah yaitu rendah hati, halus bicaranya memikat tidak dibuat-buat, maka
seorang pria dapat terpikat padanya (Sunardi, 1993: 47).
Oleh karena itu kelima tokoh putri utama tersebut dinilai dapat mewakili pandangan
Jawa dalam menggambarkan kecantikan seorang perempuan. Sebab selain memiliki
kecantikan fisik, kelima putri utama tersebut juga diceritakan memiliki kecantikan dalam
bersikap.
TUJUAN KAJIAN
Kajian Kecantikan Perempuan dalam Prespektif Jawa ini bertujuan sebagai pembelajaran moral
dan etika bagi kaum putri di jaman modern saat ini. Walaupun ajaran tersebut telah ada puluhan
tahun yang lalu, namun sejatinya ajaran moral dan etika yang dimiliki oleh putri utama Jawa
3
tersebut masih sangat relevan untuk dikaji ulang dan diteladani oleh kaum perempuan di masa
ini.
Banyaknya kasus perceraian yang terjadi saat ini, salah satu faktornya disebabkan karena
ketidak pahaman kaum perempuan terkait memposisikan dirinya sebagai seorang perempuan dan
juga sebagai istri yang baik. Dengan mengetahui kecantikan sikap yang dimiliki kelima putri
utama Jawa tersebut, maka diharapkan dapat menjadi satu tuntunan yang baik bagi kaum
perempuan di masa kini. Nilai-nilai tersebut dianggap sesuai dengan jati diri perempuan Jawa
khususnya, dan perempuan Indonesia pada umumnya sebagai bagian dari masyarakat ketimuran
yang terkenal akan keluhuran budi pekerti dan etikanya.
METODE KAJIAN
Kajian ini menggunakan metode kualitatif berdasarkan studi pustaka dengan sumber rujukan
utama pada buku Arjuna Wiwaha1 (1960) karya Sunardi D.M dan buku-buku seputar Serat
Candrarini yang telah dirangkum dan disesuaikan dengan nilai-nilai yang diperlukan dalam
kajian ini2.
SEPUTAR ARJUNA WIWAHA
Cerita Arjuna Wiwaha pada mulanya merupakan karya Mpu Kanwa yang ditulis pada masa
pemerintahan Raja Airlangga (1019-1042) antara tahun 1028-1035 yang dikenal dengan nama
Kakawin Arjuna Wiwaha (Zoetmulder, 1983: 309). Cerita Arjuna Wiwaha bagi manusia Jawa
dianggap sebagai karya sastra bermutu tinggi yang mengandung nilai etis filosofis serta ajaran
mencapai kesempurnaan hidup. Kedudukan para putri utama Jawa (Dewi Wara Sumbadra,
Dewi Wara Srikandhi, Dewi Ulupi, Dewi Gandawati, dan Dewi Manohara) pada cerita Arjuna
Wiwaha yaitu terletak pada saat Dewa Indra mengirimkan para bidadari dari Suralaya untuk
menguji kesungguhan tapa brata Arjuna di Gunung Indrakila. Para bidadari tersebut kemudian
menyamar menjadi Dewi Wara Sumbadra, Dewi Wara Srikandhi, Dewi Ulupi, Dewi
Gandawati, dan Dewi Manohara. Maka, dari cerita tersebutlah kecantikan dan watak putri
utama Jawa tersebut teruraikan satu per satu.
1 Kajian ini juga menggunakan buku-buku lainnya seputar Arjuna Wiwaha sebagai bahan rujukan pendamping. 2 Lihat Candrarini (tt) karya R. Ng Ranggawarsita; Candrarini (1922) karya R. Ng Ranggawarsita; Candrarini
(1939) karya R. Ng Ranggawarsita.
4
SEPUTAR SERAT CANDRARINI
Serat Candrarini ditulis pada tahun 1860 oleh R. Ng. Ranggawarsita sebagai bentuk
pendidikan bagi kaum perempuan untuk menjadi seorang istri yang baik agar perkahwinan
mereka langgeng. Sebab pada saat itu, bercerai dengan suami merupakan aib bagi seorang
perempuan Jawa.
KECANTIKAN PUTRI UTAMA JAWA
Pembahasan mengenai kecantikan putri utama Jawa ini akan menggunakan lima tokoh putri
utama Jawa yaitu Dewi Wara Sumbadra, Dewi Wara Srikandhi, Dewi Ulupi, Dewi Gandawati,
dan Dewi Manohara. Pembahasan kecantikan yang terdapat pada kelima dewi tersebut akan
dianalisis menjadi dua bagian yaitu (1) kecantikan secara fisik dan (2) kecantikan dalam
bersikap.
1. Dewi Wara Sumbadra
a. Kecantikan Fisik Dewi Wara Sumbadra
Dewi Wara Sumbadra adalah putri dari mendiang Prabu Basudewa seorang raja dari Madura.
Dewi Wara Sumbadra adalah seorang putri tercantik di dunia. Kecantikan digambarkan
dengan awijang dedeg respati, kuning wenes labete amung kepama, sumeh kang netra lindri
yang berarti berperawakan sedang, kuning langsat karena terawat, ramah, murah senyuman
dengan mata kocak tak liar. Dewi Wara Sumbadra bahkan diceritakan seorang perempuan
yang sangat cantik tiada banding. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan di bawah ini:
Menurut Hyang Narada, kecantikan wanita didunia ini dibagi menjadi dua. Separuh untuk Dewi
Wara Sumbadra, sedangkan separuhnya lagi dibagi untuk manusia banyak (Sunardi, 1993: 14).
b. Kecantikan Sikap Dewi Wara Sumbadra
Dewi Sumbadra orang yang sangat sabar. Kalau sedang marah ia justru tersenyum manis.
Setelah bersuami ia selalu rukun dan damai, ia juga sangat setia pada suaminya. Ia sangat
mencintai suaminya lahir dan batin. Ia mengerti kesenangan suami, seperti mengetahui
makanan yang disukai suami (Sunardi, 1993: 22-23).
Selain itu juga disebutkan bahwa Dewi Wara Sumbadra memiliki sikap jatmika arang
ngendika, ririh tanduke angling, lumuh ing wicara sendhu, amot mengku aksama, prasaja ing
driya tangguh yang berarti tenang tidak banyak bicara, halus budi dan lemah lembut, sungkan
(malu) berbicara kasar, pemaaf, sederhana tetapi teguh hatinya. Dewi Wara Sumbadra
5
digambarkan sebagai wanita yang jarang berdandan atau tan pati ngadi busana, tetapi ia tetap
terlihat menarik karena memiliki sikap yang baik.
2. Dewi Wara Srikandhi
a. Kecantikan Fisik Dewi Wara Srikandhi
Dewi Wara Srikandhi adalah seorang putri dari negeri Cempalareja. Dewi Wara Srikandhi
digambarkan berparas sangat cantik. Gerak-geriknya serba pantas dan luwes. Walaupun
wajahnya sedang muram karena marah, manisnya justru semakin bertambah. Matanya
membelalak dengan kerlingan tajam. Dewi Srikandhi bicaranya mberanyak yaitu seperti
berteriak tetapi enak didengar (Sunardi, 1993: 23). Kecantikan Dewi Wara Srikandhi juga
digambarkan dengan jenar pasaranipun kadi kancana sinangling, wadana nuksmeng
sasangka, liringe galak amanis, dhemes dedeg respati, gumebyar kang wajakengis yang
berarti kulit kuning bagaikan emas yang diasah, wajah bening / bersinar bagaikan angkasa,
mata galak tetapi manis, perwatakan semampai, giginya bersinar jika terlihat. Selain berparas
cantik, Dewi Wara Srikandhi juga diceritakan sebagai seorang putri prajurit yang sakti
mandraguna. Ia memiliki kepandaian memanah dan pandai bertempur.
b. Kecantikan Sikap Dewi Wara Srikandhi
Dewi Wara Srikandhi adalah seoarng putri yang suka marah. Tetapi kemarahannya itu lekas
mereda dan tidak pendendam. Dalam kehidupan sehari-hari Dewi Wara Srikandhi senentiasa
menjaga kehormatan suami, baik di saat berperang ataupun tidak. Ia seorang wanita yang
mahir dalam ilmu pertempuran dan peperangan.
Selain itu, Dewi Wara Srikandhi juga diceritakan memiliki sikap budiman ingkang
umulat, gandhang kang wicara, tanduk gandhes kewes, ngelayoni, tulus raharjaning driya,
patitis saulonira, cumondhong mapanken dhiri, sumeh asmu ghuyunira, suka maos sagung
serat palupi, sekar wisati kandhah, bangkit mantes lan memangun jumbuh ingkang busana di
marang salira ing warna tibaning wanci, waskitheng ing tuduh, bekti marang maratuwa
gumati mring Dewi Kunthi pamunjunge saben dina sakersa den turuti yang berarti terlihat
sangat budiman, lantang bicaranya, gerak-geriknya luwes menarik hati, berhati bersih / mulia,
cermat dalam segala hal, pandai dalam menempatkan diri, wajah ceria, murah senyum, senang
membaca teks-teks yang berisi tentang suri teladan, sekuat tenaga belajar tembang (puisi
Jawa), pandai memadukan pakaian yang cocok dengan bentuk tubuh, sangat paham mengenai
peraturan, berbakti kepada mertua yaitu Dewi Kunthi, sangat menyayangi Dewi Kunthi
bahkan setiap hari keingin Dewi Kunthi dipenuhinya.
6
Dewi Wara Srikandhi juga diceritakan sebagai seorang istri yang pandai melayani
suaminya, dalam Serat Candrarini diceritakan dengan amung lawan kakungipun, kalamun
den andikani, patitis saulonira, cumondhong mapanken dhiri, sumeh asmu guyunira,
gumebyar waja kengis, narawung thathit barung, tumempuh sumyur ngenani, curna
paranirengpriyo, marma lamun den ladosi marang Sang Dyah Retna Cempala, Sang Parta
sandeya nangkil. Puwara momong angugung, marang Sang Retan Srikandhi, tuwin Sang
Dananjaya, antuk babah denira sih, nanging sang Retna Cempala, tangeh yen ageng kang
galih, awit wus waskitheng tuduh.Yang artinya hanya pada suaminya, jika diminta, tanggap
di wajahnya, langsung menyiapkan diri, ceria di wajahnya terhias tawa yang mengandung
rahasia (tawa yang memikat), bersinar giginya terlintas, bagai tersinari kilat, menempuh
membuat kabur, tertuju semua mata lelaki pada Srikandhi. Semua menjaga dan menyanjung,
pada Sang Retna Srikandhi. Tetapi Sang Retna Cempala, jauh dari berpikir (ingin
menguasai), karena ia tahu kebaikan (pandai dan tahu diri).
3. Dewi Ulupi
a. Kecantikan Fisik Dewi Ulupi
Dewi Ulupi adalah putri seorang pendeta di pertapaan Gunung Yasarata, yang bernama Resi
Kanwa. Oleh karena itu, Dewi Ulupi dikenal sebagai gadis pertapaan yang cantik dan juga
sederhana hidupnya. Tingkah lakunya luwes dan menarik, sehingga banyak raja dan
pangeran yang ingin mempersuntingnya. Dewi Ulupi berwajah manis, lirikan matanya
seperti damar kanginan. Seperti nyala lampu yang terkena angin. Matanya berwarna agak
kebiruan, suaranya terdengar seperti bunyi seruling baik pada saat bicara maupun saat ia
tertawa. Jika tersenyum atau tertawa jarang terlihat giginya, padahal giginya mengkilat putih
seperti biji timun. Jika dilihat secara sepintas maka nampak seperti ada banyangannya.
Karena kecantikannya itulah, maka tidak salah apabila orang mengatakan bahwa Dewi
Ulupi sayogya dadi gurune wong ayu sejagat yang berarti tepat kalau Dewi Ulupi menjadi guru dari orang cantik sedunia. Betapa tidak, ia pandai merawat diri walaupun
tinggal di pertapaan (Sunardi, 1993: 29).
Kecantikan Dewi Ulupi juga digambarkan seperti liringe anunjung biru sumorot
pindha kartika, sarenteg mbambang awake, kengis kang waja gumebyar pindha tetesing toya
kataman bagaskara yang artinya matanya bagaikan tunjung biru yang bersinar bagaikan
bintang, badannya ramping dan berisi, giginya bersinar bagaikan tetesan air yang tersinari
matahari.
7
b. Kecantikan Sikap Dewi Ulupi
Dewi Ulupi memiliki kecantikan bersikap luwes merakati, tan pegat mahasmu guyu, sumeh
ing pamulunira,bisa cawis angladeni karemaning kakung, prabawa wijiling wicara yang
berarti luwes menarik hati, selalu menebar tawa, ceria wajahnya, pandai melayani kesukaan
suami dan berwibawa bicaranya.
4. Dewi Gandawati
a. Kecantikan Fisik Dewi Gandawati
Dewi Gandawati adalah putri dari Prabu Gandasena, seorang raja dari negeri Tasikmadu. Ia
sangatlah cantik. Karena kecantikannya itulah Batara Guru mengirim Batara Bayu yang
mengubah dirinya sebagai raksasa untuk mengawal dan menjaga keselamatannya. Sebab Dewi
Gandawati direncanakan untuk menggenapi jumlah bidadari yang ada. Dewi Gandawati pernah
dipinang oleh seribu raja dari seribu negeri karena kecantikannya. Dewi Gandawati jika
berjalan seperti Harimau lapar. Pinggangnya seperti tawon kemit, yaitu seperti akan patah jika
bergerak. Lirikan matanya tajam, wajahnya bercahaya. Ia sangat pandai memilih busana.
Senyumannya menawan hati. Tubuhnya berbau harum dan kulitnya lir bengle kengis yaitu
seperti tanaman bengle yang diiris. Ia jarang tertawa, gusi dan giginya seperti dipingit. Ia
sengaja jarang memperlihatkan giginya, karena dapat mematikan siapa saja yang melihatnya
maksudnya mati kedanan atau menjadi gila karena jatuh cinta melihat senyumannya (Sunardi,
1993: 27-29).
Selain itu, kecantikan Dewi Gandawati juga digambarkan dengan dedeg ngrompyoh
salira nglelentrih, kuning wenes wingit pasemone, kurang gujengipun, rema memak agenda
wila wilis, ngrempyoh sinome, janggalumung welar pranajane maya maya lir cengkir piningit,
anggadhewa gadhing wijang bahunira yang berarti tubuh lentur, kuning langsat, berwibawa
raut wajahnya, jarang tertawa, rambut tebal indah terlihat kehijau-hijauan, terurai tebal rambut
keningnya, leher panjang dada bidang bersinar keemasan bagaikan buah kelapa muda (gading)
yang dipingit, bahu lebar kuat bagaikan gendewa gading.
b. Kecantikan Sikap Dewi Gandawati
Kecantikan sikap yang dimiliki Dewi Gandawati yaitu anteng jatmika ruruh yen angling, ing
weweka titi, wirangane anenangi brangti, yen lumampah alon membat madya alemes lambunge
anglir tunjung lumenggang ing warih, susilengtyas sumawita ing laki, dumulur sapakon,
kinawruhan maru wiweka winoran manis, wasis saliring pakartine estri, raratus kokonyoh
8
widadari sangdyah pagurone, yang berarti tenang berwibawa, halus ketika berbicara, hati-hati
dalam bertindak, gerakannya menimbulkan asmara / nafsu, jika berjalan pelan lentur lambungnya
bagaikan turun tunjung melenggang di air, berhati susila / tulus mengabdi pada suami,
melaksanakan segala perintah, dipandang madunya sebagai sosok yang sangat berhati-hati dan
manis, ahli dalam pekerjaan yang berhubungan dengan wanita, mengasapi dirinya dengan
wewangian dan melulur diri, kepandaiannya ini dipelajarinya dari bidadari.
5. Dewi Manohara
a. Kecantikan Fisik Dewi Manohara
Dewi Manohara adalah putri seorang pendeta di pertapaan Wukir Tirtakawama bernama Wiku
Manikara. Kecantikan Dewi Manohara digambarkan dengan ing warna pinunjul, pindha
gambar wewangun, wanda luruh, netra jahit, pamulune manis, bahu wijang, ramping
sarandhuning dhiri, lambungira satata amilangoni, lathi dhemis anggula satemlik rekta
pindha manggis karengat, waja amiji timun yang berarti parasnya bagaikan lukisan yang indah,
wajah sendu tertunduk, mata kecil indah, paras muka manis, bahu lebar kuat, badan ramping,
bentuk perutnya terlukis indah, bibir tipis kecil merah merekah, gigi kecil-kecil tertata ramping.
b. Kecantikan Sikap Dewi Manohara
Kecantikan sikap Dewi Manohara digambarkan dengan tembung arum rumaket manis,
tadukira angangayuh driya bisa nuju prana priya, susila anoraga, sepi ing mastuti yang berarti
tutur kata halus dan bersahabat, sikapnya menarik hati bisa membuat senang laki-laki / suami,
sopan dan merendahkan diri, jauh dari keangkuhan, senang berpuasa, dan suka berbuat
kebaikan.
KEISTIMEWAAN PEREMPUAN
Penghormatan kepada seorang perempuan dapat dilihat dari adanya ungkapan Jawa yang
berbunyi bapa lantaran nan biyung lambaran yang berarti bahwa dalam meneruskan garis
keturunan, seorang istrilah yang memegang peranan penting. Penghormatan pada seorang
perempuan juga dapat dilihat dari sabda Nabi Muhammad yang berbunyi bahwa “surga berada
dibawah telapak kaki ibu”. Dimana seorang anak harus berbakti kepada orang tua terutama
kepada ibu, karena ridha Allah bergantung pada ridha ibu. Penghormatan kepada perempuan
sebagai seorang ibu juga dapat dilihat pada ayat Al-Qur’an di bawah ini:
9
Kami memerintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tua ibu dan
bapaknya, ibunya mengandung dengan susah payah. Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan.
(QS. Al-Ahqaf: 15)
Penghormatan pada seorang perempuan juga dapat dilihat dari sosok putri Maryam
yang dipilih Allah sebagai putri terbaik:
Dan ingatlah ketika malaikat Jibril berkata “wahai Maryam, sesungguhnya Allah telah
memilih kau, mensucikan kau dan melebihkan engkau atas segala putri yang lain.
(QS. Ali-Imran: 42)
Karena penghormatan yang diberikan kepada seorang perempuan tersebut maka
hendaknya kaum perempuan harus diarahkan menjadi seorang ibu yang ideal agar bisa
menjalankan fungsinya dengan baik. Sehingga kelak memperoleh sebutan sebagai putri yang
utama. Seorang putri dikatakan utama apabila ia mampu mengisi hidupnya dengan nilai-nilai
keutamaan yang bersifat lahir maupun batin.
NILAI-NILAI KEUTAMAAN LAHIRIAH DAN BATINIAH PUTRI UTAMA JAWA
Bagi mencapai keutamaan sebagai putri utama Jawa, maka secara lahiriah seorang perempuan
diharapkan dapat meraih apa yang disebut keberuntungan bagi manusia yaitu (1) gunawan
yang berarti ilmu pengetahuan, (2) hartawan yang berarti kekayaan, dan (3) berawan yang
berarti anak atau keturunan. Sedangkan secara batiniah seorang perempuan diharapkan
memiliki keluhuran budi yaitu dengan cara (1) senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan
dengan sabar dan tawakal, (2) berbakti pada orang tua, dan (3) patuh pada guru (Munarsih,
2007: v). Sikap sabar juga yang harus dimiliki oleh perempuan agar mencapai keutamaan putri
utama Jawa juga diungkapkan dalam Serat Panji pada pupuh Kinanthi bait 14 yaitu di adining
putri prabu utamaning tyas kang pinesthi tegese utama sabar yang artinya keutamaan seorang
putri raja adalah utama hatinya yaitu dengan bersikap sabar. Maksud dari sabar yaitu bersabar
terhadap segala cobaan. Bahwa segala cobaan harus diterima dengan syukur dan rela atau
ikhlas. Sikap sabar merupakan sikap utama yang harus dimiliki semua manusia. Manusia yang
memiliki sikap sabar bisa diumpamakan sebagai samudra lautan. Karena dengan bersabar
dimana ia memiliki kekuatan iman, maka manusia akan mampu menghadapi segala cobaan dan
tidak mudah putus asa (Munarsih, 2007: 243). Keutamaan sabar juga dijelaskan dalam ayat Al-
Qur’an sebagai berikut:
Katakanlah (Muhammad), “Wahai hamba-hamba Ku yang beriman! Bertaqwalah kepada
Tuhanmu.” Bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh kebaikan. Dan
10
bumi Allah itu luas. Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa
batas.
(QS. Az-Zumar: 10)
Ketika Allah menghendaki hambanya memperoleh derajat yang tinggi disisiNya, maka
Allah akan menguji hambanya tersebut hingga dengan ujian itu ia mampu bersabar. Kesabaran
tersebut yang nantinya akan meninggikan derajat orang tersebut di mata Allah. Derajat yang
tidak bisa dicapai oleh seseorang saat ia mengerjakan ibadah wajib dan sunnah seperti sholat
dan puasa atau kebaikan lainnya dengan ganjaran kebaikan tersebut akan dikalikan 10, 70, dan
700x lipat. Sedangkan jika seseorang bersabar atas ujian yang menimpanya, maka Allah
menjanjikan pahala yang tidak terbatas yaitu hanya Allah sajalah yang mengetahui seberapa
besarnya pahala atas kesabaran tersebut serta memperoleh derajat yang tinggi disisiNya.
PEREMPUAN SEBAGAI PUTRI UTAMA JAWA
Berdasarkan kecantikan fisik, kecantikan sikap, nilai keutamaan lahiriah dan nilai
keutamaan batiniah yang dimiliki oleh putri utama Jawa tersebut, maka dapat ditarik satu garis
besar bahwa seorang perempuan dapat dikatakan sebagai putri utama Jawa jika memiliki ciri-
ciri:
1. Kecantikan (fisik dan sikap yang baik) jelas dimiliki oleh kelima putri utama tersebut
seperti yang telah dipaparkan sebelumnya.
2. Sikap gunawan atau mencintai ilmu pengetahuan diperlihatkan pada tokoh Dewi Wara
Srikandhi yang digambarkan sebagai seorang putri yang cerdas dan juga senang
mencari ilmu. Dewi Wara Srikandhi digambarkan senang mempelajari tembang atau
puisi Jawa dan juga senang membaca Serat Piwulang atau cerita-cerita yang berkaitan
dengan suri tauladan atau teladan yang baik.
3. Hartawan dapat dijelaskan dengan beberapa putri utama Jawa tersebut merupakan anak
seorang raja dimana seorang raja akan identik dengan kewibawaan dan harta kekayaan.
Dewi Wara Sumbadra merupakan seorang putri dari mendiang Prabu Basudewa
seorang raja dari Madura dan Dewi Gandawati adalah seorang putri dari Prabu
Gandasena seorang raja dari Negeri Tasikmadu.
4. Berawan atau memiliki keturunan dapat dijelaskan dengan Dewi Wara Sumbadra
memiliki seorang putra bernama Raden Abimanyu, Dewi Ulupi memiliki seorang putra
bernama Raden Bambang Irawan, dan Dewi Manohara memiliki seorang putra yang
bernama Endang Pregiwa dan Endang Pregiwati.
11
5. Senang mendekatkan diri kepada Tuhan diperlihatkan pada tokoh Dewi Manohara
digambarkan memiliki sifat sederhana, senang berpuasa, dan senang mendekatkan diri
kepada Tuhan.
6. Senantiasa sabar dan tawakal yang diperlihatkan pada tokoh Dewi Wara Sumbadra
yang digambarkan memiliki sifat sangat sabar. Jika sedang marah ia justru tersenyum
manis, dan sungkan atau malu berbicara kasar.
7. Berbakti pada orang tua dan guru diperlihatkan pada tokoh Dewi Wara Srikandhi yang
diceritakan sangat menyayangi ibu mertuanya (Dewi Kunthi) bahkan juga diceritakan
setiap keinginan Dewi Kunthi akan dipenuhi oleh Dewi Wara Srikandhi.
KESIMPULAN
Pembahasan mengenai kecantikan perempuan dalam perspektif Jawa dengan mengambil lima
figur putri utama Jawa ini diharapkan dapat menjadi teladan bagi perempuan di jaman modern
ini. Walaupun ajaran tersebut telah ada puluhan tahun yang lalu, namun sejatinya ajaran moral
dan etika karakteristik putri Jawa masih sangat relevan untuk dikaji ulang dan diteladani oleh
kaum perempuan di masa kini.
Kecantikan bersikap seorang perempuan berdasarkan kecantikan bersikap yang dimiliki
oleh kelima putri utama Jawa yaitu tenang, cerdas, senang mencari ilmu, tidak banyak bicara,
halus budi dan lemah lembut, sungkan berbicara kasar, pemaaf, sederhana, teguh hati, tutur
kata halus dan bersahabat, sikapnya menarik hati dan membuat senang hati suami, senang
mendekatkan diri pada Tuhan, selalu menebar tawa, ceria, pandai melayani kesukaan suami,
tenang, menarik dihadapan suami, pandai melayani suami, pandai merawat diri, pemaaf, luwes,
hati-hati dalam bertindak, sabar, mampu menempatkan diri senang bertegur sapa, cermat dalam
segala hal, dan berbakti kepada mertua.
Pemahaman karakter dengan mengetahui kecantikan bersikap yang dimiliki oleh kelima
putri utama Jawa tersebut dapat dijadikan sebuah referensi baru terkait kriteria kecantikan
bersikap yang disukai para lelaki dan para suami. Sehingga nantinya kaum perempuan yang kelak
akan menjadi seorang istri dapat memposisikan diri dengan baik dengan meneladani kecantikan
bersikap yang dimiliki oleh kelima putri utama Jawa tersebut. Sebagai putri modern yang cerdas,
hendaknya kita bisa menjadikannya sebagai umpan baik bahwa kecantikan bersikap yang dimilki
oleh kelima puteri utama Jawa tersebut dapat kita ramu menjadi satu dalam diri kita. Sebab
sejatinya, kecantikan yang terpancar dari dalam (inner beauty) itulah yang akan abadi dan
memancarkan aura positif pada diri seorang perempuan sebagaimana kutipan cerita pada Arjuna
12
Wiwaha di bawah ini:
Semangat boleh berkobar-kobar, tetapi kepala harus tetap dingin. Dan jangan lupa, Arjuna
orangnya romantis, ia tidak akan tergerak hatinya oleh kekerasan. Oleh sebab itu kalian harus tetap memegang trapsilaning wanita, memegang tatakrama yang selalu dilakukan oleh wanita.
Seorang wanita walaupun berparas cantik, kalau ucapannya kasar dan menyakitkan hati,
hilanglah seluruh kecantikannya. Sebaliknya seorang wanita walaupun kurang dianugerahi kecantikan lahir tetapi kalau ia lembah manah, berhati rendah, halus bicaranya memikat tidak
dibuat-buat, seorang pria dapat terpikat padanya (Sunardi, 1993: 47).
Sedangkan kecantikan fisik seorang perempuan yang disukai para lelaki dan suami
berdasarkan kecantikan fisik yang dimiliki oleh kelima puteri utama Jawa tersebut yaitu
berperawakan sedang, badan ramping berisi, badan semampai,kulit kuning langsat / kuning
keemasan, raut wajah bening ramah dan murah senyuman, berwibawa, bermata kecil indah
bersinar / kocak tak liar, mata menyinarkan asmara dan sedikit galak, wajah sendu tertunduk,
manis, bahu lebar kuat, gigi tertata rapi, bibir tipis kecil merah merekah, rambut tebal terurai
indah, rambut keningnya tertata rapi, dan leher panjang. Mengenai kecantikan fisik ini, rasanya
tidaklah mustahil apabila diwujudkan di jaman yang serba modern saat ini. Di jaman yang
serba canggih saat ini, ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk menunjang penampilan kita
sebagai seorang perempuan dan khususnya sebagai seorang istri agar terlihat lebih cantik dan
menarik di hadapan suaminya.
Selain meneladani dua kecantikan bersikap dan fisik pada kelima putri utama Jawa
tersebut, kaum perempuan yang kelak nantinya juga akan menjadi seorang istri hendaknya
juga meneladani sikap Dewi Wara Srikandhi di hadapan suaminya. Apabila seorang istri
mampu tampil menarik dihadapan suaminya seperti Dewi Wara Srikandhi, maka suami akan
terlena dan tidak sempat memiliki pikiran untuk berpoligami karena waktunya telah habis
untuk menikmati kecantikan istrinya. Dengan kata lain keperluan bermanja-manja dengan sang
istri telah terpenuhi.
Selanjutnya, untuk mencapai keutamaan sebagai putri utama Jawa, maka secara lahiriah
seorang perempuan diharapkan dapat meraih apa yang disebut keberuntungan bagi manusia
yaitu (1) gunawan yang berarti ilmu pengetahuan, (2) hartawan yang berarti kekayaan, dan (3)
berawan yang berarti anak atau keturunan. Sedangkan secara batiniah seorang perempuan
diharapkan memiliki keluhuran budi yaitu dengan cara (1) senantiasa mendekatkan diri kepada
Tuhan dengan sabar dan tawakal, (2) berbakti pada kedua orang tua, dan (3) patuh pada guru.
13
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Khairul Bayaan: Yayasan Penyelenggara Penerjemah
Departemen Agama Republik Indonesia).
Magnissuseno, Franz, Etika Jawa Sebuah Analisa Falsafi tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa
(Jakarta: Gramedia, 1984).
Munarsih, Serat Wulang Putri (Yogyakarta: Panji Pustaka, 2007).
Pane, Sanusi, Ardjuna Wiwaha (Djakarta: Dinas Penerbitan Balai Pustaka, 1960).
Ranggawarsita, R.Ng, Candrarini (Surakarta: Fogel van der Heide, t.t).
__________________, Candrarini (Kediri: Tan Khoen Swie,cet.I,1922).
__________________, Candrarini (Kediri: Tan Khoen Swie, cet. II, 1939).
Sastroamidjojo, Seno, Ardjuna Wiwaha (Djakarta: Kinta, 1962).
Sunardi, Arjuna Wiwaha (Jakarta: Balai Pustaka, 1993).
Zoetmulder, Kalangwan: Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang (Jakarta: Penerbit Djembatan,
1983).