HIGH BEST AND USE GAMA BOOK STORE
Transcript of HIGH BEST AND USE GAMA BOOK STORE
ANALISIS HIGHEST and BEST USE (HBU)
GAMA BOOK PLAZA
Dosen : Drs. Djasmanuddin, M. Ec. Dev., MAPPI (cert).
Anggota Kelompok : Arlidika Novasari Liu Wei Wei Marhayati M. Hidayatullah Norman Luther Aruan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Tanah merupakan properti yang unik dan mempunyai
karakter khusus, terutama pada sifat kelangkaan dan
kegunaannya. Hal ini dikarenakan terbatasnya jumlah tanah
atau persediaan tanah yang relative tetap tetapi
kebutuhan manusia akan tanah cenderung bertambah sehingga
membuat tanah mempunyai nilai ekonomi, sedangkan
penggunaan tanah dipengaruhi oleh karakteristik fisik dan
fasilitas. Menurut Hidayati dan Hadjanto (2003:82-85)
karakteristik fisik yang mempengaruhi nilai tanah
meliputi ukuran dan bentuk, topografi, utilitas,
pengembangan tapak, lokasi dan lingkungan.
Pengaruh lokasi suatu tanah terhadap nilainya
merupakan hal yang penting, karena setiap bagian tanah
memiliki keunikan tersendiri berdasarkan lokasinya, dalam
penentuan lokasi untuk kegiatan ekonomi tertentu, faktor
lokasi merupakan bahan pertimbangan yang utama, untuk itu
diperlukan peraturan sebagai alat pengendali, dan dalam
lingkup kota diimplementasikan dalam Rencana Umum Tata
Ruang Kota (RUTRK) yang kemudian dijabarkan lebih lanjut
dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK). RUTRK ini
digunakan sebagai pedoman dalam ruang, rencana ini juga
memuat tentang arahan dalam pemanfaatan tanah.
Sejak Universitas Gadjah Mada menjadi Badan Hukum
Milik Negara sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 153 Tahun 2000 tentang Universitas Gadjah
Mada sebagai Badan Hukum Milik Negara, maka UGM berusaha
mencari sumber pendanaan baru untuk menaikkan kondisi
keuangannya. Salah satu upaya UGM adalah mendirikan pusat
perbelanjaan bagi kebutuhan civitas akademika.
Pada tahun 2006, PT. Gama Book Store yang merupakan
anak perusahaan dari PT. Gama Multi Usaha Mandiri
menjalin kerja sama dengan PT. Neocelindo Intibeton
selaku investor untuk membangun Gama Book Plaza yang
berlokasi di jalan Kaliurang KM. 4 Yogyakarta, tepatnya
sebelah utara BNI Cabang UGM. Gama Book Plaza adalah
sebuah pusat perbelanjaan yang didirikan dengan tujuan
sebagai wujud perhatian dan kepedulian UGM untuk dapat
memenuhi kebutuhan fasilitas penunjang pendidikan bagi
mahasiswa UGM khususnya dan mahasiswa di luar UGM
umumnya.
Kontrak antara PT. Gama Book Store dan PT.
Neocelindo Intibeton merupakan kontrak BOT (Build,
Operate, Transfer) yang dituangkan dalam Perjanjian Kerja
Sama Nomor 4312/P/KS/2003 dan Nomor 057/MOU-NI/2003
tanggal 22 Agustus 2003 jo. Surat Perjanjian Kontrak
Nomor 5069/P/KS/2003 tanggal 26 September 2003. Yang pada
intinya PT. Neocelindo Intibeton berkewajiban membangun
gedung enam lantai dan basement dengan luas 8.631 m² di
atas tanah seluas 2.911 m² dengan nilai kontrak sebesar
43,6 Miliar Rupiah termasuk pajak-pajak yang
menyertainya.
PT. Gama Book Store terdiri dari tiga divisi usaha
yaitu Gama Book Store, Gama Office Supply, dan Square
Store. Dengan adanya pembangunan Gama Book Plaza, maka
PT. Gama Book Store akan menjadi anchor tenant dengan
mengusung konsep “The Inteligent Pleasure Style” dengan
mottonya Smart Location, Smart Choice dan Smart Shopping.
Gama Book Plaza terdiri atas enam lantai dan satu
basement, dimana lantai satu dan dua direncanakan akan
digunakan oleh PT. Gama Book Store untuk menjual berbagai
kebutuhan civitas akademika, dan sisanya akan disewakan,
sementara basement akan dipergunakan sebagai lahan
parkir.
Namun hingga bangunan tersebut secara fisik telah
selesai dibangun, tetapi sampai dengan saat ini bangunan
tersebut belum dapat difungsikan dikarenakan berbagai
kendala perizinan dan persoalan hukum yang
menyelimutinya. Izin yang sudah dimiliki PT. Gama Book
Store adalah Izin Pemanfaatan Tanah dari Bupati Sleman
Nomor : 02-IPT/Kep.KDH/A/2008 tanggal 14 Januari 2008
tentang Izin Pemanfaatan Tanah UGM untuk pusat
perdagangan dan jasa GAMA Plaza, sedangkan Izin
Mendirikan Bangunan (IMB) dan AMDAL atas bangunan Gama
Book Plaza belum didapatkan.
Bangunan Gama Book Store tidak bisa mendapat IMB
dari pemerintah daerah Yogyakarta dikarenakan tidak
memenuhi persyaratan adminstratif dan teknis, yang di
antaranya terkait dengan jarak bangunan dari sempadan
jalan Kaliurang. Pernah ada informasi menyebutkan bahwa
proses pengurusan IMB menjadi bagian dari tanggung jawab
investor, sementara investor mengatakan bahwa tanggung
jawab pengurusan IMB juga menjadi tanggung jawab UGM dan
perjanjian pembangunan disepakati untuk dimulai meskipun
IMB belum terbit.
Hal inilah yang mengakibatkan sengketa antara PT.
Gama Book Store dan PT. Neocelindo Intibeton sehingga
mengakibatkan tidak optimalnya keberadaan dan fungsi
ekonomisnya bangunan tersebut. Secara nyata telah terjadi
kerugian dari semua pihak, dalam hal ini adalah investor
dan UGM karena bangunan yang secara fisik sudah berdiri
namun tidak bisa memberikan manfaat. UGM merugi karena
tidak bisa memanfaatkan asetnya, sementara investor
merugi karena sudah mengeluarkan biaya untuk pembangunan
gedung dan tidak mendapatkan penggantian biaya.
Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian mendalam
untuk menghasilkan solusi terbaik bagi peruntukan
penggunaan bangunan tersebut agar dapat dipergunakan
secara layak dan dapat menghasilkan nilai ekonomis
tertinggi.
1.2. PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah yang berkaitan dengan tulisan ini
adalah kajian Highest and Best Use (HBU) menyangkut tujuan
terbaik dari penggunaan bangunan Gama Book Plaza agar
memberikan profit yang tertinggi dan kompetitif atas
penggunaannya tersebut (maximum profitability which result in highest
property value).
1.3. BATASAN MASALAH
Pembahasan masalah dari tulisan ini adalah untuk
mendapatkan solusi terbaik dari penggunaan bangunan Gama
Book Plaza yang dibatasi pada 2 (dua) kriteria, yaitu :
1. Kriteria memungkinkan secara fisik (physical
possibility) yang meliputi bentuk tanah dan ukuran
tanah, topografi tanah, lokasi tanah, sarana dan
prasarana.
2. Kriteria memungkinkan secara hukum (legal
permissibility), yang meliputi zoning dan peraturan
bangunan (building codes), dan peraturan lingkungan.
Penggunaan terbaik dan tertinggi (Highest and Best Use)
sebagai dasar pengembangan dapat diartikan kemungkinan
terbesar dari penggunaan bangunan Gama Book Plaza yang
secara fisik dimungkinkan, secara hukum diizinkan, dan
akan memberikan nilai tertinggi atas bangunan tersebut.
1.4. TUJUAN
Tujuan dari tulisan ini adalah untuk :
1. Memenuhi tugas mata kuliah Elemen Penilaian
Properti dengan dosen pengampu Bapak Drs.
Djasmanuddin, M. Ec. Dev., MAPPI (cert).
2. Memberikan pemahaman dasar kepada mahasiswa
tentang daya guna dasar dari analisa High and
Best Use (HBU) berdasarkan kajian kriteria fisik
dan kajian kriteria hukum pada bangunan
bersangkutan.
BAB II
LANDASAN TEORI
Tapak (Site) dapat didefinisikan sebagai tanah yang sudah
dikembangkan dan telah siap untuk digunakan bagi tujuan
penggunaan tanah tertentu. Sebuah tapak dapat mempunyai dua
buah pengembangan, yaitu onsite dan offsite improvement untuk
menjadikan tanah siap untuk dibangun. Pengembangan tapak ini
meliputi antara lain: penyediaan sistem drainase, saluran air
kotor, saluran utilitas (listrik, telepon, air dan gas),
pemetaan dan pembuatan jalan masuk/keluar ke jalan utama.
Deskripsi tanah atau tapak adalah sebuah sebuah daftar data
faktual yang meliputi deskripsi kepemilikan (legal description, other
title and record data) dan informasi yang berkaitan dengan
karakteristik fisik. Analisis tanah/tapak adalah sebuah studi
yang saksama terhadap data-data faktual yang berkaitan dengan
karakteristik-karakteristik persekitaran (neighborhood
characteristic) yang menciptakan, mempertinggi atau justru
mengurangi kegunaan dan daya jual (marketability) dari
tanah/tapak sebagaimana tanah/tapak pembandingnya (Hidayati
dan Harjanto, 2013).
Bangunan gedung adalah wujud fisik pekerjaan konstruksi
yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau
seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau
air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan
kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan
keagamaan, kegiataan usaha, kegiatan social, budaya, maupun
kegiatan khusus (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor
29/PRT/M/2006).
Aset adalah barang atau benda yang terdiri dari benda
tidak bergerak dan benda bergerak baik yang berwujud
(tangible) dan tidak berwujud (intangible) yang tercakup
dalam aktiva/kekayaan perusahaan. Keberadaan aset sangat
membantu perusahaan dalam menjalankan kegiatannya. Akan
tetapi jika dalam pelaksanaannya aset tidak dirawat dan
dikelola dengan baik akan dapat menghambat kegiatan
perusahan itu sendiri. Maka perlu adanya sebuah
manajemen aset yang dapat mengelola seluruh aset yang
dimiliki.
Highest and Best Use artinya dayaguna yang maksimal dari lahan
yang secara fisik dimungkinkan dan paling mungkin digunakan,
secara hukum diizinkan dan secara keuangan layak.
Kesimpulannya menghasilkan daya guna yang maksimal dari Lahan.
Daya guna maksimal ialah penggunaan yang secara hukum
diizinkan dan memiliki kemungkinan cukup besar untuk
digunakan, terhadap suatu lahan kosong atau sebidang lahan
yang sudah berdiri bangunan, yang secara fisik bisa
dilaksanakan mendapat dukungan yang cukup layak secara
financial dan menghasilkan daya guna yang maksimal.
Kekuatan-kekuatan pasar juga membentuk harga pasar. Data
yang dikumpulkan dan dianalisa untuk menghitung manfaat suatu
lahan, juga digunakan untuk memberikan opini oleh para pelaku
jasa usaha properti terhadap Highest and Best Use pada suatu saat.
Highest and Best Use properti yang dianalisa memberikan landasan
dalam analisa daya saing dalam pasaran, jadi Highest and Best Use
juga mencerminkan Nilai Pasar dari suatu Lahan.
Faktor - Faktor HBU untuk Properti Berupa Tanah dan
Bangunan:
1. Fisik, antara lain:
- Bentuk tanah dan ukuran tanah
- Topografi tanah
- Lokasi tanah / Letak tanah
- Sarana dan Prasarana
2. Peraturan Pemerintah, antara lain:
- Peruntukan berdasarkan rencana Tata Kota
- KDB (Koefisien Dasar Bangunan)
- KLB (Koefisien Lantai Bangunan)
- KDH (Koefisien Dasar Hijau)
- GSB (Garis Sempadan Bangunan)
- Tinggi Maksimum Bangunan
3. Supply and Demand, antara lain:
- Banyaknya supply dari para developer untuk Properti
yang sejenis di pasar
- Demand dari pasar Properti yang sejenis dengan yang
dikembangkan
- Harga sewa dari Properti sejenis
- Harga jual dari Properti Sejenis.
4. Dari alternatif - alternatif pengembangan yang sesuai
peraturan pemerintah, kemudian dipilih alternatif yang
memberikan hasil tertinggi.
Faktor - Faktor HBU untuk Properti Berupa Pabrik:
1. Tanah dan Bangunan, antara lain:
- Waktu
Faktor waktu kadang-kadang sangat menentukan,
terutama bila kontrol dan peraturan pemerintah sangat
ketat terhadap Ekspor/Impor mesin-mesin dan
peralatan. Hal tersebut menyebabkan pemilihan mesin-
mesin yang terhambat dan design produksi terhambat
- Lokasi
Lokasi menjadi suatu hal yang sangat penting, apabila
Lokasi mempengaruhi prinsip penggunaan terbaik dan
tertinggi. Hal ini terjadi apabila pabrik harus
didirikan pada lokasi yang memerlukan banyak tenaga
kerja dan memerlukan alat transportasi untuk
mengangkut karyawan
- Permintaan Pasar
Analisis Permintaan Pasar kadang-kadang diperlukan
bila produksi suatu barang kadang-kadang harus
mendekati Pasar
- Keadaan Topografi Tanah
Keadaan ini akan mempengaruhi biaya membangun dan
biaya sarana & prasarana pabrik yang akhirnya
mempengaruhi Prinsip Penggunaan Terbaik dan Tertinggi
- Teknologi Membangun
Teknologi membangun terutama untuk daerah-daerah yang
sulit, akan mempengaruhi proses penyelesaian proyek.
Bila proyek selesai dalam waktu yang terlalu lama
maka akan menyebakan biaya proyek membengkak
(overrun)
- Kelengkapan Utilitas
Misalnya suplai air, pembuangan limbah untuk pabrik
yang mempunyai tuntutan pembuangan limbah yang tinggi
serta tenaga listrik
2. Mesin - Mesin dan Peralatan
Penggunaan terbaik dan tertinggi pada mesin-mesin
dan peralatannya (plant and machinery) adalah
penggunaan mesin-mesin dan peralatannya (plant and
machinery), secara benar yang akan menghasilkan
pendapatan/ penerimaan yang terbesar untuk suatu masa
tertentu dan yang secara hukum dibenarkan dan akan
menghasilkan nilai yang tertinggi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini didasarkan pada analisa Highest and Best Use
(HBU) dari Gama Book Plaza berdasarkan kajian memungkinkan
secara fisik dan kajian memungkinkan secara hukum yang
melekat pada properti tersebut.
3.2. DATA PENELITIAN
Ada dua sumber data dan metode pengumpulan data, yaitu :
1) Data Primer, yaitu data penelitian yang diperoleh
sendiri melalui observasi langsung pada objek bangunan
Gama Book Plaza.
2) Data Sekunder, yaitu data penelitian yang diperoleh
sendiri melalui berbagai sumber yang dapat dipercaya.
3.3. METODE PENGUMPULAN DATA
Pengamatan dengan melakukan pengukuran pada objek bangunan
Gama Book Plaza. Selain itu pencatatan hasil dapat
dilakukan dengan bantuan alat rekam elektronik berupa
kamera.
3.4. ANALISA DATA
Dari data observasi yang diperoleh pada bangunan Gama Book
Plaza dilakukan analisa Highest and Best Use (HBU), berdasarkan
kriteria memungkinkan secara fisik (physically possible) dan
kriteria memungkinkan secara hukum (legally permissible).
3.4.1.Kriteria memungkinkan secara fisik (physically possible),
meliputi :
1) Bentuk tanah dan ukuran tanah
2) Topografi tanah
3) Lokasi tanah / Letak tanah
4) Sarana dan Prasarana / Aksesibilitas
3.4.2.Kriteria memungkinkan secara legalitas (legally
permissible), meliputi :
Dalam aspek legal ini terdapat dua hal yang dapat
ditinjau, yaitu zoning dan building code. Untuk
zoning meliputi analisa penggunaan properti apakah
properti tersebut sesuai dibangun dengan rencana tata
kota atau tidak. Sedangkan building code sendiri,
meliputi :
a. Garis Sempadan Bangunan (GSB)
b. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
c. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
BAB IV
PEMBAHASAN MASALAH
Berdasarkan The Uniform Standards of Profesional
Appraisal Practise, pengertian HBU Analysis adalah the reasonable
probable and legal use of property that is physically possible. Appropriately
supported and financially feasible and the result is the highest value.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka HBU dapat diartikan
sebagai alat yang membantu untuk menentukan penggunaan aset
yang memungkinkan secara legal, fisik, finansial dan dapat
memberikan nilai yang paling tinggi.
Highest and Best Uses Analysis adalah penggunaan yang paling
memungkinkan dan diizinkan dari suatu tanah atau tanah yang
sudah dibangun, yang mana secara fisik memungkinkan, didukung,
atau dibenarkan oleh peraturan, layak secara keuangan dan
menghasilkan niai tertinggi.
Analisis Highest and Best Use (HBU) terhadap Gama Book Plaza
yang dilakukan hanya meliputi analisis terhadap dua kriteria,
yaitu kriteria memungkinkan secara fisik (physically possible)
dan kriteria memungkinkan secara peraturan (legally
permissible).
1.
2.
3.
4.
4.1. Kriteria memungkinkan secara fisik (physically possible)
Keiteria memungkinkan secara fisik ini meliputi lokasi,
ukuran, bentuk tanah, luas, ketinggian, dan kontur tanah
berpengaruh terhadap kegunaan aset yang dibangun
diatasnya.
1) Lokasi Lahan
Gama Book Plaza terletak di Jalan Kaliurang KM. 4,
Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Sumber Google Earth 2014
2) Ukuran dan Bentuk Lahan
Gama Book Plaza merupakan bangunan enam lantai dan
basement dengan luas 8.631 m². Bentuk tanah dari obyek
properti adalah persegi panjang, dengan panjang
(frontage) 72,77 m dan lebar 40 m dengan luas 2.911m².
3) Tofografi
Topografi tapak berada pada ± 130 Meter dari permukaan
laut (sumber google earth) dengan kontur tanah datar,
dan elevasi tanah kurang lebih 60 cm dari permukaan
jalan existing.
4) Aksesibilitas / Sarana dan Prasarana
Status jalan yang melintasi depan bangunan Gama Book
Plaza menurut Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor
12 Tahun 2012 pasal 13 ayat (5) huruf a tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sleman Tahun 2011-2031
adalah jalan lokal. Beberapa alternatif sarana
transportasi yang melintasi lokasi antara lain adalah
bus kota, minibus, taksi dan kendaraan pribadi.
5) Fasilitas Umum
Fasilitas umum yang berada di sekitar obyek properti
antara lain rumah sakit, klinik, sarana pendidikan
diantaranya adalah Sekolah Menengah Pertama, Madrasah
Aliyah Negeri, Sekolah Menengah Atas dan Universitas
Gadjah Mada. Sedangkan sarana umum yang tersedia di
sekitar Gama Book Plaza antara lain adalah perumahan,
rumah makan, tempat ibadah, jasa perbankan dan ATM, pos
polisi, pusat perbelanjaan, sarana komunikasi, kantor
pos, halte Trans Jogja, gedung pertemuan, penginapan
dan hotel dan sarana olahraga. Di samping itu terdapat
fasilitas seperti instalasi listrik, air bersih,
telepon dan penerangan jalan
4.2. Kriteria memungkinkan secara hukum (legally permissible)
1. Zoning Tanah
a. Peruntukan Tanah
Berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakara Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Propinsi Daerah IstimewaYogyakarta
tahun 2010 – 2029 jo. Peraturan Daerah Wilayah
Kabupaten Sleman Nomor 12 Tahun 2012 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sleman Tahun 2011-2031,
lokasi Gama Book Plaza berada dalam kawasan
perkotaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
peruntukkan dan penggunaan lahan sesuai dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. Berdasarkan Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan klaster Sekip-
Bulaksumur-Boulevard, obyek identifikasi properti
termasuk zona layanan masyarakat (komersial).
b. Hak Atas Tanah
Tanah Gama Book Plaza merupakan tanah dari
Universitas Gadjah Mada dengan status Hak Pakai atas
nama Pemerintah Republik Indonesia cq. Kementerian
Pendidikan Nasional Republik Indonesia (dh.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia). Status Hak Pakai ini memberikan hak
kepada Universitas Gadjah Mada hanya untuk tujuan dan
kegunaan pokok pemberi kewenangan, yaitu di bidang
pendidikan. Berdasarkan pasal 41 Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria, Hak Pakai adalah hak untuk menggunakan
dan/atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai
langsung oleh Negara atau tanah milik orang lain,
yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan
dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang
berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan
pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian sewa-menyewa
atau perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal
tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-
ketentuan Undang-undang ini.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun
1999 tentang Kekayaan Perguruan Tinggi jo. Peraturan
Pemerintah Nomor 53 Tahun 2000 tentang Universitas
Gadjah Mada sebagai Badan Hukum Milik Negara,
dimungkinkan bagi Universitas Gadjah Mada untuk
melakukan kerjasama dengan pihak ketiga, dengan
catatan bahwa Universitas Gadjah Mada harus
mengajukan permohonan pengalihan Hak Pengelolaan
Tanah kepada Depdikbud dengan rekomendasi dari
Departemen Keuangan.
Pada tahun 2004, Universitas Gadjah Mada pernah
mengajukan permohonan tersebut kepada Depdikbud
dengan tembusan kepada Departemen Keuangan, namun
hingga saat ini tidak ada kejelasan, sehingga
menghambat penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
Dikutip dari Putusan Mahkamah Agung Nomor :
1946-K/Pdt/2010 tanggal 29 November 2010, bahwa “atas
penggunaan tanah tersebut (untuk pembangunan GBP)
tidak perlu ada izin tertulis dari Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,
melainkan cukup hanya dengan melaporkannya saja.
Karena UGM dan dan Depdikbud selaku departemen induk
merupakan satu Satuan Kerja.”
Berdasarkan hal tersebut di atas gedung GamaBook Plaza dibangun atas dasar izin lisan yangselanjutnya menghambat penerbitan Izin MendirikanBangunan (IMB).
2. Building Code
2.
2.1. Kesesuaian Bangunan Dengan Peraturan
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor
1 Tahun 1990 tentang Peraturan Bangunan dan
Peraturan Daerah Propinsi DIY Nomor 7 Tahun 1997
tentang Garis Sempadan Jalan Nasional dan Jalan
Propinsi, dan berdasarkan RTBL (Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan) Bulak sumur persyaratan
yang harus dipenuhi antara lain:
a. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimal 40%.
b. Garis Sempadan Jalan (GSJ) depan Jalan Raya
Kaliurang 17.5 m
c. Garis Sempadan Jalan (GSJ) samping jalan
lingkungan 9 m
d. GarisSempadanBangunan (GSB) samping dan belakang
2m
e. Tinggi bangunan maksimal 40 m.
Mengacu pada persyaratan tersebut di atas,
maka dilakukan perbandingan pada data hasil
observasi dengan persratan di atas. Sehingga di
dapatkan data sebagai berikut.
A. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
Mengacu pada ketentuan Koefisien Dasar
Bangunan (KDB) yang mensyaratkan maksimal 40%,
maka tapak Gama Book Plaza yang memiliki luas
±2.911 m2 hanya dapat dibangun bangunan dengan
luas lantai dasar maksimum seluas 1.164,4 m².
Namun di lapangan Book Plaza yang memiliki 6
lantai memiliki luas total ± 8.631 m². Dengan
menggunakan asumsi tiap lantai bangunan adalah
simetris, maka luas lantai dasar bangunan
adalah ± 1.438,5 m². Dengan demikian Gama
Book Plaza telah melanggar koefisien dasar
bangunan yang diizinkan.
B. Garis Sempadan Jalan (GSJ) depan
Mengacu pada ketentuan Garis Sempadan Jalan
(GSJ) depan yang mensyaratkan 17.5 meter dari
depan jalan raya kaliurang Gama Book Plaza
tidak memenuhi syarat karena berjarak 14,13
meter dari as jalan.
C. Garis Sempadan Jalan (GSJ) samping
Mengacu pada ketentuan Garis Sempadan Jalan
(GSJ) samping yang mensyaratkan berjarak 9
meter dari jalan lingkungan maka Gama Book
Plaza tidak memenuhi syarat karena hanya
berjarak 6,8 meter dari samping jalan
lingkungan.
D. Garis Sempadan Bangunan (GSB) samping dan
belakang
Mengacu pada ketentuan GarisSempa dan Bangunan
(GSB) samping dan belakang yang mensyaratkan
berjarak 2 meter, Gama Book Plaza tidak
memenuhi syarat karena bangunan belakang
menyatu dengan bangunan KOKELGAM dan tidak
memiliki pembatas yang jelas.
E. Tinggi Bangunan
Berdasarkan Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan Bulaksumur, batasan maksimal tinggi
bangunan adalah 40 meter, maka dengan asumsi
jarak per lantai adalah 4 meter maka Gama Book
Plaza memiliki tinggi bangunan ± 24 meter.
Maka dengan demikian bangunan Gama Book Plaza
tidak melanggar peraturan.
2.2. Lahan Parkir
Dalam Peraturan Bupati Sleman Nomor : 18 Tahun
2005 tanggal 11 November 2005 tentang Persyaratan
Tata Bangunan dan Lingkungan, yaitu pada Paragraf 6
Pasal 70, Pasal 71, dan Pasal 72 diatur mengenai
lahan parkir, yaitu sebagai berikut :
Pasal 70 disebutkan :
A. Perencanaan tempat parkir disusun agar sirkulasi
kendaraan tidak mengganggu kelancaran lalu
lintas.
B. Pada perencanaan bangunan tipe tunggal,
kewajiban penyediaan fasilitas parkir diterapkan
pada :
1) Bagian halaman/pelataran di dalam daerah
perencanaan
2) Bangunan (sebagai bangunan utama, bangunan
khusus parkir, dan/atau basement).
Pasal 71 mengatur mengenai rasio luas bangunan
dengan standar parkir satu mobil, yaitu untuk
bangunan jasa perdagangan, standar parkir satu
mobil untuk setiap 60 m² luas lantai bruto.
Artinya, untuk GBP dengan luas bangunan 8.631 m²
haruslah memiliki lahan parkir yang cukup untuk
143,85 (144) unit mobil.
Pasal 72 mengatur mengenai luasan Satuan Ruang
Parkir (SRP), yaitu 3 m x 5 m (15 m²) untuk
bangunan jasa perdagangan. Jika ditarik ke
ketentuan Pasal 71, maka GBP harus menyediakan
lahan parkir seluas 2.160 m². ini berarti luas
lahan parkir yang harus disediakan hampir seluas
tapak tanah GBP itu sendiri.
Berdasarkan survei lapangan yang dilakukan
kelompok kami bahwa bangunan Gama Book Plaza tidak
melangggar Peraturan Bupati Sleman Nomor : 18
Tahun 2005 tanggal 11 November 2005 tentang
Persyaratan Tata Bangunan dan Lingkungan pasal 70,
pasal 71 dan pasal 72.
Sedangkan pada kesimpulan yang dikehendaki
dalam kedua pasal setelahnya, yaitu keharusan untuk
menyediakan lahan parkir seluas 2.160 m², dimana
berdasarkan data yang ada diperoleh, area timur GBP
yang telah disiapkan memiliki luas ± 810 m²,
sementara yang tersisa (1.350 m²) dirasa tidak
mampu dicukupi oleh lahan lainnya yang ada di timur
BNI, karena luasnya dirasa tidak sebesar itu.
2.3. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Analisa
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
Bangunan Gama Book Plaza belum memiliki Izin
Mendirikan Bangunan (IMB) karena belum memenuhi
beberapa syarat, terutama batas ROI jalan atau
jarak sempadan yang tidak terpenuhi oleh bangunan
tersebut dan untuk Analisa Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) belum diperlukan karena
persyaratan untuk itu adalah memiliki luas bangunan
harus di atas 10.000 m2, sedangkan bangunan yang di
bawah 10.000 m2 hanya memerlukan Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UPL).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis kelompok kami bangunan Gama Book
Plaza memenuhi kriteria secara fisik namun tidak memenuhi
kriteria secara legal, karena tidak sesuai dengan Koefisien
Dasar Bangunan (KDB), Garis Sempadan Jalan (GSJ) depan Jalan
Raya Kaliurang. Garis Sempadan Jalan (GSJ) samping jalan
lingkungan dan Garis SempadanBangunan (GSB) samping dan
belakang sehingga dapat dikatakan tidak memenuhi kriteria
Highest and Best Use (HBU).
Jadi menurut kami, solusi terbaik adalah membongkar
bangunan tersebut dan mendirikan bangunan baru yang sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
Pelajaran yang bisa diambil dari permaasalah Gedung Gama
Book Store antara lain adalah :
1. Dalam proses perencanaan, tidak hanya aspek teknis saja
yang diutamakan, namun aspek-aspek non teknis juga harus
diperhatikan karena bisa jadi aspek non teknis juga
menentukan keberhasilan pembangunan.
2. Membangunan komunikasi yang efektif antara berbagai pihak
dalam proses perencanaan adalah ketrampilan dasar yang
harus dipunyai oleh semua orang yang terlibat dalam proses
perencanaan.
3. Pengambilan keputusan yang didasarkan pada asumsi yang
tidak valid bisa menimbulkan kekeliruan dan kerugian yang
fatal.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, Wahyu dan Harjanto, Budi, 2013, “Konsep Dasar
Penilaian Properti”, BPFE, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UGM, Yogyakarta;
Prastowo, A, 2003, “Teori dan Pratik Penilaian Properti”,
BPFE, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM, Yogyakarta;
Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 1 Tahun 1990 tentang
Peraturan Bangunan
Peraturan Daerah Propinsi DIY Nomor 7 Tahun 1997 tentang
Garis Sempadan Jalan Nasional dan Jalan Propinsi
Peraturan Bupati Sleman Nomor : 18 Tahun 2005 tanggal 11
November 2005 tentang Persyaratan Tata Bangunan dan
Lingkungan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 29/PRT/M/2006 Tentang
Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
Putusan Mahkamah Agung Nomor : 1946-K/Pdt/2010 tanggal 29
November 2010