Hadis Kumis dan Jenggot

32
KUMIS DAN JENGGOT Makalah ini disusun guna memenuhi tugas akhir mata kuliah Ilmu Ma’anil Hadits Dosen Pengampu : Indal Abror Oleh : 1. Ina Muthmainnah 5. Atika Maulida 2. Ni'maturrifqi Maula 6. Achmad Mudhofar Afif 3. Achmad Fachrur Rozi 7. Asrul Sarkawi 4. Fatikhatur Rofi'un Nisak 8. M. Nashiful Ula JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

Transcript of Hadis Kumis dan Jenggot

KUMIS DAN JENGGOT

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas akhir mata kuliah Ilmu

Ma’anil Hadits

Dosen Pengampu : Indal Abror

Oleh :

1. Ina Muthmainnah 5. Atika Maulida

2. Ni'maturrifqi Maula 6. Achmad Mudhofar

Afif

3. Achmad Fachrur Rozi 7. Asrul Sarkawi

4. Fatikhatur Rofi'un Nisak 8. M. Nashiful

Ula

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN STUDI AGAMA DAN PEMIKIRAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2014

BAB I

PENDAHULUAN

Hadits bagi umat Islam merupakan sumber ajaran kehidupan

yang menduduki tingkat kedua setelah al-Qur’an. Salah satu

fungsi hadits terhadap al-qur’an adalah memperjelas sesuatu

yang di dalm al-Qur’an masih bersifat global (samar). Dalam

fungsi yang demikian ini seluruh umat Islam apapun alirannya

telah mengakui dan menerimanya. Sebagai sebuah penjelas, maka

hadits tidaklah boleh bertentangan terhadap kandungan makna-

makna atau maksud dari al-Qur’an. Al-Qur’an dan al-Hadits

adalah dua entitas yang saling menyempurnakan dan melengkapi.

Namun demikian, ternyata masih saja ada segelintir

orang.kelompok yang secara kritis menilai hadits baik dari

segi kualitas maupun kuantitasnya. Bagi sekelompok orang yang

kritis terhadap kajian hadits, maka akan muncul kesanksian

yang luar biasa, sebab munculnya hadits tesebut tidak sesuai

dengan maksud dan kandungan ayat-ayat al-Qur’an. Hal ini pula

terjadi bukan hanya sebagai ilusi belaka akan tetapi telah

menjadi realitas pihak-pihak yang menyeleksi hadits secara

kritis dan biasanya tidak dengan mudah menerima hadits yang

mereka seleksi.

Agama Islam sendiri merupakan agama Rahmat li al-‘Alamin.

Berkembang di daerah Arab , yang kemudian dengan sadar ataupun

tidak nilai-nilai spiritualitasnya secara tidak langsung telah

dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat Arab. Hal tersebut juga

tidak bisa terelakan. Salah satunya ada beberapa nilai budaya

yang diambil oleh nilai agama yang kemudian disempurnakan.

Pergesekan antara agama dan budaya masih akan terus terjadi

hingga sekarang, karena agama berada dalam masyarakat,

keduanya tidak bisa dipisahkan.

Kumis dan jenggot pada masa sekarang muncul sebagai suatu

diskusi agama yang cukup menarik untuk dibahas. Karena banyak

yang mengatakan bahwa jenggot adalah salah satu ciri dari

agama Islam. Dahulu memang banyak dari para Ulama dan para

‘Alim yang berjenggot. Tetapi sekarang ini menjadi hal yang

jarang ditemui, dan untuk sekarang fenonema orang atau

golongan yang berjenggot, terkenal dengan golongan Islam garis

keras atau golongan Islam yang fanatik.

Hal ini akan terlihat menarik untuk di kaji. Kajian ini

berangkat dari hadist-hadist yang membahas tentang kumis dan

jenggot dengan berbagai macam vaiasi lafadz yang

melingkupinya. Kemudian disangkut pautkan dengan

kontekstualisasi dan pemaknaan hadist pada masa kini.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat ditarik

beberapa poin rumusan masalah yang berfungsi sebagai pembatas

dalam penjelasan selanjnutnya. Adapun rumusan masalahnya

sebagai berikut:

1. Berapa jumlah hadis yang menyinggung mengenai kata

kumis dan jenggot dalam Kutub al-Tis’ah? Dan apa saja

lafadz-lafadz yang menyertai sebagai variasinya?

2. Bagaimana pemaknaan dan penjelasan dari lafadz yang

menunjukkan arti kumis dan jenggot baik secara tekstual

maupun kontekstual dalam beberapa literatur kitab

hadits?

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Kumis dan Jenggot

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata kumis

diartikan dengan bulu (rambut) yang tumbuh di atas bibir

bagian atas, biasanya hanya terdapat pada laki-laki.1 Dalam

gramatika bahasa arab kata kumis dibahasakan dengan al-Syaarib

yakni kumis atau jambang, dengan bentuk jamaknya al-Syawaarib.2

Sedangkan untuk pengertian jenggot adalah jenggot

/jénggot/ n janggut;-- kambing bulu yang tumbuh di dagu, baik

pada dagu kambing jantan maupun kambing betina dewasa dan

bangsa kambing tertentu, seperti pada kambing kacang;

jenggotan berjanggut.3

1 W.J.S Poerwadharminta, kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: PN BalaiPustaka, cet. V, 1976), hlm. 536.

2 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, kamus Kontemporer Arab-Indonesia(Yogyakarta: Pondok Pesantren Krapyak- Multi Karya Grafika, cet. VIII,2003), hlm. 1109.

3W.J.S Poerwadharminta, kamus Umum Bahasa Indonesia, hlm. 401.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat kita pahami bahwa

kumis adalah bulu-bulu halus yang berada di atas bibir yang

asal penciptaannya terjadi pada kaum adam. Begitu juga dengan

arti kata jenggot, meskipun menunjuk pada salah satu fisik

hewan, tetapi tidak dipungkiri bahwa manusia juga memiliki

jenggot. Pada fenomena sekarang ini, khususnya di Indonesia,

masih biasa kita melihat orang yang berkumis. Namun, untuk

orang yang berjenggot di daerah Indonesia bukanlah hal yang

biasa. Mereka yang berjenggot biasanya adalah orang yang

mempunyai darah keturuan dari luar Indonesia, atau bisa

dikatakan pula merupakan sosok tokoh agama Islam, seperti

Kiyai, ‘Ulama dan tokoh masyarakat.

2. Kritik Hadits

Sebagai contoh kritik haditsnya, penulis sengaja hanya

mengambil satu permisalan saja yakni hadits yang ditakhrij

oleh Imam Bukhari dari jalur Ali Ibnu al-Madini, dari Sufyan,

dari al-Zuhri dari Sa’id bin Musayyab kemudian Abu Hurairah

ra.

مس، رة� خ�� ط : ال�ف� ة� ، رواي�� رة� ��ي ر ي� ه� ب"! ن% ا$ ، ع� ب! ال�مسي� ن% د ب�! عي� ن% س� ا، ع� ي� ث"3 د ، ح� ري� ه� ال: ال�ز� ، ق�� ان% ي� ف� ا س� ي� ث"3 د ، ح� لي� ا ع� ي� ث"3 د ح�

ارب! Aص ال�ش ار، وق�� ف� Gظ� م الأ$ لي� ف� ، وت�� ط ب�! Qف� الأ ت� T�ث داد، و ح ت� ، والأس� ان% ت� : ال�خ� رة� ط ن% ال�ف� مس م� و خ�� 4ا$

Artinya: Telah menceritakan kepada kami ‘Ali, telah menceritakan kepada

kami Sufyan, Al-Zuhri berkata, telah menceritakan kepada kami dari Sa’id bin

4Lihat: Muhammad bin ismail Abu Abdullah al-Bukhari al-Ju’fi, ShohihBukhari, (Yamamah: Dar Ibn Kastir 1987)

Musayyab, dari Abu Hurairah suatu riwayat, “Fithrah (sunnah) ada lima atau lima

perkara termasuk fithrah: khitan, mencukur bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak,

memotong kuku dan menggunting kumis”.5

3. Penejelasan Hadits

Sebagai penjelasannya, dipaparkan bahwa al-Khatibi

mengatakan makna dari fithrah oleh kebanyakan Ulama ialah

“sunnah”. Demikian juga dikatakan oleh ulama selainnya.

Mereka berkata “ maknanya, ia termasuk sunnah para Nabi saw”.

Namun, sekelompok Ulama’ mengatakan “makna fithrah adalah

agama”. Selain itu Ibnu Shalah menganggap musykil pernyataan

al-Khatibi, dia berkata “makna fithrah sangat jauh dari makna

sunnah. Hanya saja maksudnya ada kalimat yang dihapus sehingga

menjadi sunnah fithrah’. Tetapi al-Nawawi menyanggah ungkapan

ini dan menurutnya nukilan dari al-Khatibi adalah benar.6

ان% ت[[[[[� merupakan bentuk mashdar dari kata ,(Khitan) ال�خ� khatana

yang berarti “memotong”. Adapun khatnu adalah memotong bagian

tertentu. Dalam riwayat Yunus yang dikutip oleh Imam Muslim

disebutkan, ان% ت[[[[� Kata .الأخ�� khitaan merupakan nama perbuatan orang

pengkhitan dan juga digunakan nama tempat yang dikhitan. Al-

Mawardi mengatakan khitan laki-laki adalah memotong bagian

kulit yang menutupi kepala dzakar. Disukai jika dipotong

5Selengkapnya dalam: Abu Muhammad Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari jilid,terj. Amiruddin, ed. Abu rania (Jakarta-Selatan: Pustaka Azzam, cet. I,2008), XVIII, hlm. 745

6Dalam: Abu Muhammad Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari jilid, XVIII, hlm.754.

seluruhnya hingga ujung kepalanya. Minimal yang mencukupi

adalah tidak sesuatu yang bisa menutupi kepala dzakar”.7

حداد ت_ kata ini berasal dari ,(dan mencukur bulu kemaluan) والأس[[[�kata hadiid (besi). Maksudnya menggunakan pisau untuk mencukur

rambut dari tempat yang khusus di badan. Dalam hadits ‘Aisyah

dan Anas yang dikutip Imam Muslim. Al-Nawawi berkata, “maksud

‘Aanah’ adalah rambut yang berada disekitar kemaluan laki-laki

dan perempuan. Adapula yang menyebut tubuh disekitar lubang

dubur. Sedang dalam hadits ini disebutkan dengan kata

“mencukur”, karena itulah cara yang paling umum untuk

menghilangkan rambut tersebut. Namun, bisa saja dilakukan

dengan cara lain, misal diberi obat perontok rambut, dicabut

atau yang lainnya.8

ط ف� الأب�! ت[[[[[[� Tو ث� (mencabut bulu ketiak), dalam suatu riwayat olehal-Kasymihani disebutkan kata اط .yakni dalam bentuk jamak الأب[[[[[[�!Sedang ط menurutالأب�! versi yang masyhur adalah dikasrah padahuruf hamzah dan disukun pada huruf tha’, kemudian dinyatakan

benar oleh al-Jawaliqi. Disukai mencabut mulai dari ketiak

bagian kanan. Namun, sunnah menghilangkan bulu ketiak sudah

dianggap terlaksana jika dicukur, khususnya bagi mereka yang

merasa sakit ketika dicabut.9

7Abu Muhammad Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari jilid, XVIII, hlm. 757.

8Abu Muhammad Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari jilid, XVIII, hlm. 767.

9Abu Muhammad Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari jilid, XVIII, hlm. 770

ار ف� Gم الأظ� لي� ف� kata taqliim mengikuti pola (wazan) ,(memotong kuku) وت��

taf’iil dari kata dasar qalm yang berarti memotong. Dalam hadits

Ibnu Umar disebutkan, ار ف[[[[[[[[[[[[[[[[� Gص الأظ� memotong)ق�� kuku). Kemudian

disebutkan pula di hadits pada bab berikutnya, م لي� ف� kemudianت��dalam hadits Anas dan ‘Aisyah, ار ف[[[[� Gص الأظ� namun kataق�� taqliim lebih

luas cakupanya. Selanjutnya kata ار ف[[[� Gالأظ�adalah bentuk jamak darikata ف�ر Gظ�. Maksudnya menghilangkan kuku yang lebih dari bagianyang menutupi ujunga jari, karena menjadi tempat kotoran

sehingga membuat jijik. Bahkan terkadang sampai menghalangi

masuknya air kepada apa yang dicuci ketika bersuci. Para ulma

madzhab Syafi’i menyebutkan dua pendapat dalam masalah ini.

Menurut al-Mutawalli wudlunya menjadi tidak sah. Namun,

menurut Imam Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin bahwa hal

seperti itu dimaafkan, sebab kebanyakan orang Arab tidak

memperhatikan hal tersebut.10

ارب! A]]ص ال�ش pembahasan tentang mencukur ,(dan mencukur kumis) وق��kumis sudah disebutkan pada bagian awal bab ini. Kata syaarib

artinya rambut yang tumbuh di atas bibir bagian atas.

Kemudian, terjadi perbedaan tentang rambut yang tumbuh di

kedua sisinya yang biasa disebut sibaal. Dikatakan, keduanya

termasuk syaarib (kumis) dan disyari’atkan untuk dipotong.

Sebagian yang lain mengatakan keduanya termasuk jenggot.

10Abu Muhammad Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari jilid, XVIII, hlm. 771

Kata qashshu (menggunting) inilah yang terdapat pada

kebanyakan hadits ditempat ini, serta dalam hadits ‘Aisyah dan

Anas yang dikutip oleh Imam Muslim. Begitu pula hadits

Hanzalah dari Ibnu Umar di awal bab. Namun, sebagian riwayat

menggunakan kata halq (mencukur) seperti dikutip oleh al-Nasa’I

dari Muhammad bin Abdullah bin Yazid, dari Sufyan bin

‘Uyainah, melalui sanad seperti di bab ini. Namun, mayoritas

murid Ibnu ‘Uyainah meriwayatkan dengan kata qashshu

(menggunting).

Terdapat satu hadis lagi yang menjelaskan tentang kumis

dan jenggot, yakni yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi pada

hadis ke 2687, yang disini dijelaskan dengan tambahan

diakhirya هود ي� ال� هوا ب�![[[[[[[[[[[[[[[[[ ي! A]]]]]]]]]]]]]]]]]س jangan“ ولأ ت�� kalian menyerupai Yahudi”,

sedangkan Bukhari dan Muslim dengan didahului awalnya %ن رك�ي� Aوا ال�مش ال�ف� ح��“Berbedalah kalian dengan orang-orang musyrik.” Dijelaskanoleh Abu Isa bahwa hadis ini adalah hadis shohih.11

Demikian pula hadits yang dinukil dari gurunya (al-Zuhri).

Dalam riwayat al-nasa’I dari Sa’id al-Maqburi, Abu Hurairah

mengatakan !ارب A]]]]ر ال�ش ص[[[[ي� ف� Benar, di sana ada .(memendekkan kumis)ت��riwayat yang memberi asumsi bahwa riwayat dengan kata halq

(mencukur) adalah akurat. Seperti hadits dari al-‘Alaq bin

‘Abdurrahman, !وارب A]]]وا ال�ش ر� dan hadits Ibnu Umar ,(cukurlah kumis)ج[[[�!yang disebutkan pada bab berikutnya, وارب! A]]]]]]]]]]]واال�ش pangkaslah)اح�ف�

11Sunan Tirmidzi, juz 9, hlm. 430

kumis). Semua lafadz ini memberi asumsi benar-benar

menghilangkan, sebab kata al-Jaaz ialah memeotong rambut dan bulu

hingga sampai ke kulit. Sedangkan ahfu’ adalah menghabiskannya.

Abu ‘Ubaid al-Harowi berkata, “maknanya potonglah ia hingga

mencapai kulit”. Sementara dari pendapat al-Khatibi, berkata

bermakna “menghabiskan”. Adapun kata al-Nahk adalah benar-

benar menghilangkan.

Imam al-Nawawi berkata, pendapat yang paling terpilih

tentang memotong kumis adalah memotongnya hingga tampak

pinggiran bibir dan tidak memngkasnya hingga ke akarnya.

Adapun kata ahfuu diartikan “apa yang menjukur di bibir”.

Sedang Abu Hanifah dan murid-muridnya mengatakan “memangkas

lebih utama daripada sekedar memendekkan”. Kemudian pendapat

lain dari al-Thahawi, dikatakan “mencukur adalah madzhab Abu

Hanifah, Abu Yusuf serta Abu Muhammad”. Ibnu Hajar

al-‘Asqalani sendiri dalam kitabnya fath al-Bari menyatakan “ulama

yang berpendapat demikian adalah al-Thabari. Dia telah menukil

perkataan Malik dan para ulama Kufah serta menukil dari para

Ahli Bahasa bahwa ihfaa’ adalah memangkas habis.12

Atas berbeda-bedanya redaksi hadits yang membahas tentang

mencukur kumis. Maka dapat disimpulkan bahwa metode

periwayatannya secara bi al-Makna. Yakni beberapa hadits yang

memiliki kesamaan makna namun dengan bentuk redaksi hadits

yang berbeda.

4. Takhrij Hadits

12Abu Muhammad Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari jilid, XVIII, hlm. 776-778.

Setelah dilakukan adanya penelitian terhadap hadits-

hadits yang menjelaskan tentang jenggot dan kumis, sebagai

hasil sementara kebanyakan hadits-hadits tersebut ditemukan

dalam kitab-kitab pokok (primer). Dalam penelitian ini

peneliti hanya mengkhususkan pada Kutub Al-Tis’ah yakni: Shahih

Bukhari, Shahih Muslim, Sunan An-Nasa’i, Sunan Ibnu Majah, Sunan At-Tirmidzi,

Sunan Abu Dawud, Musnad Ahmad Ibn Hanbal, Al-Muwatha’, dan Sunan Ad-Darimi.

Kemudian akan dipaparkan tabel atas variasi lafadz yang termasuk

bentuk arti kata jenggot dan kumis, sebagai berikut: pertama ialah

lafadz-lafadz yang mengandung arti “kumis” :

Sumber Kitab BabNomer

HadistLafadh

Bukhari Pakaian

Memotong kuku 5442 وارب! Aال�شMemelihara

dan

melebatkan

jenggot

5443

Muslim Thaharah Macam fitrah

380,

381,

382, 383

Abu DaudMerapikan

Rambut

Mencukur

kumis3667

Tirmidzi AdabMembiarkan

jenggot

2687,

2688

Nasai Thaharah Memotong

kumis dan

15

membiarkan

jenggot

Perhiasan

Mencukur

kumis

4959,

4960

Mencukur

kumis dan

memelihara

jenggot

5131

Ahmad

Musnad

Sahabat

yang

banyak

meriwayatk

an hadits

Musnad

Abdullah bin

Umar bin al-

Khattab

4425,

4889,

4892,

5716,

6167

Sisa

musnad

sahabat

yang

banyak

meriwyatka

n hadits

Musnad Abi

Hurairah

6835,

8318,

8423,

8430,

8665

Muwaththa’

MalikLain-lain

Sunnah-sunnah

dalam

memelihara

jenggot

1488

Kemudian beberapa literatur kitab hadits yang menerangkan

tentang “jenggot” juga ditemukan dengan pemetaan sebagai

berikut:

Sumber Kitab BabNo.

HadisLafadh

Bukhari Pakaian

Memotong

kuku5442 ال�لحي

Memelihara

dan

melebatkan

jenggot

5443

Muslim Thaharah Macam fitrah

380,

382,

383

Abu DaudMerapikan

Rambut

Mencukur

kumis3667

Tirmidzi AdabMembiarkan

jenggot

2687,

2688

Nasai

Thaharah

Memotong

kumis dan

membiarkan

jenggot

15

Perhiasan Mencukur

kumis

4959,

4960

Mencukur

kumis dan

memelihara

jenggot

5131

Ahmad

Musnad

Sahabat

yang banyak

meriwayatka

n hadits

Musnad

Abdullah bin

Umar bin al-

Khattab

4425,

4889,

4892,

6167

Sisa musnad

Sahabat

yang banyak

meriwayatka

n hadits

Musnad Abi

Hurairah

6835,

8318,

8423,

8430,

8665

Malik Lain-lain

Sunnah-

sunnah dalam

memelihara

jenggot

1488

Selanjutnya, jika ditakhrij dengan menggunakan

lafadh al-Syaarib yang merupakan bentuk mufrad dari kata al-

Syawarib, maka terdapat beberapa hadis sebagai berikut:

Sumber Kitab BabNo.

hadisLafadh

Bukhari Pakaian Memendekkan

kumis

5438,

5439ارب! Aال�ش

Memotong 5440,

kuku 5441

Meminta

Izin

Khitan

setelah

dewasa dan

mencabut

bulu ketiak

5823

Muslim Thaharah Macam fitrah

377,

378,

379,

384

Abu Daud

Thaharah

Bersiwak

termasuk

fitrah

49

Merapikan

Rambut

Mencukur

kumis

3666,

3668

Tirmidzi Adab

Memotong

kuku

2680,

2681

Waktu

memotong

kuku dan

kumis

2682,

2683

Nasai Thaharah Kebiasaan

fitrah dan

khitan

9

Memotong 10

kuku

Mencabut

bulu ketiak11

Mencukur

bulu

kemaluan

12

Waktu-

waktunya14

Perhiasan

Kebiasaan-

kebiasaan

fitrah

4954,

4955,

4956,

4957,

4958

Perhiasan

Kebiasaan-

kebiasaan

fitrah

5130

Ibnu

Majah

Thaharah

dan

Sunnah-

sunnahnya

Fitrah

288,

289,

290,

291

Ahmad Musnad

Sahabat

yang

banyak

meriwayat

kan

Musnad

Abdullah bin

Umar bin al-

Khattab

5716

hadits

Sisa

Sahabat

yang

banyak

meriwayat

kan

hadits

Musnad Abi

Hurairah

6842,

6963,

7479,

8953

Musnad Anas

bin Malik

11785,

12637,

13183

Musnad

penduduk

Kufah

Sisa hadis

‘Ammar bin

Yasir

radhiyallahu

ta’ala anhu

17606

Sisa

musnad

Sahabat

Anshar

Lanjutan

musnad yang

lalu

23909

Malik Lain-lainSunnah

fitrah

1436,

1437

Di bawah ini merupakan pemetaan berdasarkan lafadz yang

mengiringi kata al-Syaarib, al-Syawaarib maupun al-Lihyah :

No Kata Arti Jumlah Periwayat

1 وا ف� ح� ا$ Memotong 10 Bukhori, Muslim, Tirmudzi, Nasa’i,

Ahmad

2 اء ف� ح� Qا Memotong 4 Muslim, Tirmudzi, Abu Dawud, Malik

3 وا ر� ج�! Menggunti

ng

2 Ahmad

4 وا ف� ح� Memotong 2 Ahmad

5 وا ص ق�� Mencukur 2 Ahmad

6 وا هك ان�� Menghabis

kan

1 Bukhori

7 وا د� وح�� Memotong 3 Ahmad

8 ر� ج! ت�� Menggunti

ng

2 Ahmad

9 ص ق�� Mencukur 43 Bukhori, Muslim, Abu Dawud,

Tirmidzi, Malik, Nasa’I, Ibnu

Majah dan Ahmad

10 وا ص ف� ت�� Mencukur 3 Abu dawud, Nasa’i, Ahmad

11 د� اح�� Memotong 4 Tirmidzi, Malik, Nasa’i

12 وا او ص ف� ت��

د� ح�� ا$ ب��

Dicukur

atau

dipotong

1 Tirmidzi

13 د� ح�� ا$ ب�� Memotong 4 Tirmidzi, Malik, Nasa’i

14 صي�ر ف� ت�� Mencukur 1 Nasa’i

15 صون% ف� ت�� Mencukur 1 Ahmad

16 ص ف� ت�� Mencukur 1 Ahmad

Jenggot

No Kata ArtiJumla

hPeriwayat

1. �زوا ف� Memotong 2 Bukhori, Ahmad

2. وا ف� ع� ا$ Membiarkan 15 Bukhori, Muslim, Tirmudzi,

Nasa’i, Ahmad,

3. اء ف� ع� Qا Membiarkan 10 Muslim, Tirmudzi, Abu Dawud,

Malik, Nasa’i, Ahmad

4. وا وف� ا$ Memanjangka

n

1 Muslim

6. وا رخ�� ا$ Membiarkan 1 Muslim

7. ي عف� ت�� Membiarkan 1 Ahmad

8. روا ي� �وف� ت�� Memanjangka

n

1 Nasa’i

1. Variasi lafad illat

No Lafadz

illat

Arti

Lafadz

Sumber Kitab Nomer

Hadits

Juz Halama

n

1 وا ف� ال� ح��

ن% ي� رك� Aمش ال�

Selisihi

lah

orang-

orang

musyrik

Bukhari Taqlim

al-

Azhfar

5442 18 249

Muslim __ 382 2 72

2 وا ف� ال� ح��وس مج! ال�

Selisihi

lah kaum

majusi

Muslim 838 2 73

Musnad

Ahmad

8430 17 472

3 هوا ي! Aس ولأ ت��هود ي� ال� ب�!اري ص وال�ن�

Janganla

h kalian

serupai

orang

Yahudi

dan

Nasrani

Musnad

Ahmad

8318 17 360

4 ل ه� وا ا$ ف� ال� ح��

اب! كي� ال�

Selisihi

lah ahli

kitab

Musnad

Ahmad

21252 45 275

5. Analisis Linguistik

a. Analisa kebahasaan

Kajian linguistik adalah penggunaan prosedur gramatikal

bahasa Arab, yakni setiap teks arab akan dikaji dari sisi

bentuk kata dari arti katanya, baik berupa bentuk kata kerja

(fi’il), kata benda (isim), bentuk amr, nahy, atau dibedakan

berdasarkan makna haqiqi dengan makna majazi dan sebagainya.

Sebagai langkah pertama, penulis mencoba memaparkan dari

aspek kajian matan terlebih dahulu, bahwa arti lihyah (Jenggot)

dalam kitab Lisan al-‘Arab. Ibnu Said berkata “Jenggot merupakan

nama untuk rambut yang tumbuh pada kedua pipi, dan juga nama

rambut yang tumbuh pada cambang dan dagu”. Begitu jga dalam

kitab Taajul Arusy dan Al-Qamus. Dalam kamus al-munjib hal 717

disebutkan: “rambut yang terdapat pada dua pipi dan dagu”.

Berdasarkan literatur yang mengandung arti kata kumis dan

jenggot ditemukan adanya perbedaan penggunaan lafadz, sehingga

diperlukan adanya pembahasan atau pengkajian tentang makna

dari lafadh-lafadh tersebut, yang kemudian pada pembahasan ini

dapat kita ambil beberapa kata وا, ف�[[[[[ ع� وا, ا$ ف�[[[[[ ح� وارب!ا$ A]]]]]ال�ش , dan وا ص[[[[[ ف� yang ت��berarti “mencukur”. Di hadis lain juga disebutkan dengan

menggunakan ص yang ق�� bermakna “menggunting” atau “menelusurijejak”. Ibnu sayyid mengaitkan kata ini dengan “menelusuri

jejak pada malam hari”. Kata ص juga ق�� berarti menyebutkanberita secara sempurna kepada orang yang tidak menghadiri

kejadian. Arti lainnya adalah “memotong sesuatu menggunakan

alat khusus”. Adapun maksud dalam hadist-hadist ini adalah

memotong rambut yang tumbuh pada bagian atas bibir tanpa

menghabiskan hingga ke akarnya.

Selanjutnya, dalam hadist yang menggunakan kata وارب! A]]]]]]ال�شmengandung makna “rambut yang tumbuh di atas bibir bagian

atas”. Para ahli bahasa mengartikan kata al-syarib sebagai kumis

ataupun jambang, dengan bentuk jamak berupa al-syawarib. Sebagian

ulama berpendapat bahwasanya antara kedua kata tersebut

memiliki makna yang relatif hampir sama. Apabila digunakan

kata al-syarib, maka yang dimaksudnya adalah sehelai bulu yang

berada di atas mulut atau yang memenuhi bibir. Apabila

digunakan dalam bentuk jamaknya (al--syawarib), maka maksudnya

adalah keseluruhan bulu tersebut.13 Di sini pula timbul

beberapa perbedaan tentang rambut yang tumbuh dikedua sisinya

yang biasa disebut ‘sibaal’. Dikatakan bahwa keduanya termasuk

وارب! A]]]]]]]]]]]]ال�ش (kumis) yang disyariatkan untuk dipotong. Sebagian

pendapat lagi mengtakan kalau keduanya merupakan bagian dari

Jenggot.

Dari berbagai sumber hadist yang telah diriwayatkan oleh

beberapa perawi, disebutkan juga bahwa kata-kata dalam hadist

yakni وا ف�[[[[[[[[[[[[[ ع� bermakna ا$ sama yaitu “memanjangkan” dalam arti

membiarkan jenggot tumbuh hingga memanjang. Ironisnya, tidak

sedikit orang yang salah tafsir, bahwa memelihara jenggot

berarti mencukurnya, sebagaimana memelihara tanaman berarti

memotongnya. Tafsiran ini terjadi karena menafsirkan bukan

dari bahasa Arabnya, melainkan dari Bahasa Indonesianya yaitu

memelihara jenggot. Padahal kata memelihara tidak juga berarti

memotong habis. Makna dari kata tersebut masih dapat

ditoleransi karena isinya tidak bertentangan dengan maksud

kandungan hadist.

Sebagaimana pembahasan sebelumnya, ada beberapa

pengertian yang perlu kita fahami mengenai makna وا ف�[[ ع� ,Pertama .ا$

وا ف�[[[[[[[[[[ ع� berartiا$ “memanjangkan”. Dalam hadist telah disebutkan,memanjangkan jenggot adalah hal yang disunnahkan. Kedua, وا ف�[[[[ ع� ا$memiliki arti “membiarkan jenggot tumbuh”. Maksud adalah

13 Lihat: Ibnu Mandzur, Lisan al-‘Arabi, (Beirut: Dar as-Shadir, 1999),Jilid V, hlm. 2224

membiarkan jenggot tumbuh apa adanya tanpa menangkas atau

memendekan alam rangka mengamalkan hadist-hadist yang

memerintahkan untuk membiarkan jenggot.

Kemudian, perihal penjelasan kata اء ف�[[[[[[[[[[[ ح� Qوا, ا ف� ,ح� dan وا ف�[[[[[[[[[[[ ح� ا$diartikan dengan “memotong”.14 Dikatakan juga - yakni dalam

kitab al Tahdzib - bahwa perintah memotong tersebut dengan

meletakkan potongan atau berarti menghabiskna. Dari beberapa

penjelasan tentang katakata yang serupa dan perbedaannya

menunjukan bahwa Nabi Muhammad saw memerintahkan untuk

memotong, mencukur, dan membersihkan kumis. Namun dalam

redaksi lain kata al-Syarib ditemukan adanya perintah untuk

hanya memendekan saja. Dalam kitab Fathul Bary disebutkan

bahwa dari semua variasi pemakaian kata اء ف�[[[[[ ح� Qوا, ا ف� ,ح� dan وا ف�[[[[[ ح� danا$yang lainnya, yang digunakan menunjukantujuan tujuan

menghilangkan. Sebaliknya Nabi saw memerintahkan untuk

menumbuhkan , memelihara, dan membiarkan jenggot tumbuh.

Sedangkan kata وا ف�[[ ع� وا, ا$ ف�[[ ع� dan teman-temannya mempunyai satu maknaا$yaitu membiarkan, namun dalam beberapa literatu lain

menunjukan untuk memeliharanya.

b. Analisa Tematik

Adapun kajian tematik di sini ialah usaha menghimpun

hadits shahih yang memiliki redaksi dengan tema yang sama dengan

tujuan untuk memperoleh pemahaman secara komprehensif.

Sehingga bila dihubungkan dengan penelitian ini maka

14 Selengkapnya dapat dilihat: Ibnu Mandzur, Lisan al-‘Arabi, (Beirut:Dar as-Shadir, 1999), Jilid VII, hlm. 73

dimaksudkan agar makna hadits tentang memelihara jenggot dapat

ditangkap secara holistik (kesatuan) bukan secara parsial

(terpotong). Di samping itu hadits-hadits mengenai kumis

maupun jenggot dapat dimengerti maksudnya secara jelas dan

tidak bertentangan antara hadits satu dengan yang lain.

Berikut ialah hadits yang berkaitan dengan memelihara

jenggot:

مان% طر الأي"� Aال�طهور ش�Artinya: “ Kebersihan sebagian dari Iman”.

Imam al-Ghazali menafsirkan bahwa kata kesucian itu

sebagai kesucian hati atas kedengkian, kebencian dan iri hati

dan dari semua penyakit jwa. Iman yang sempurna hanya dapat

diperoleh pada kesucian hati. Barangsiapa yang mengucapkan

kalimah syahadatain maka ia telah mendapatkan satu bagian, dan

barangsiapa mampu membersihkan atau menyucikan dirinya dari

sifat-sifat yang merupakan penyajit hati, maka sempurnalah

imannya.15

Selanjutnya, apabila pernyataan hadits tersebut mencoba

dihubungkan kaitan pembahasannya dengan hadits di atas –yang

penulis paparkan sebagai contoh kajian– maka memelihara

jenggot dan mencukur kumis termasuk pada hal yang harus

dibersihkan sekaligus dirapikan, yang kemudian pada konteks

ini kata suci atau bersuci merupakan keyakinan seorang yang

bersifat non universal. Dalam arti, hanya menjadi pandangan has

15 Barokatul Fitriyah, Hadist-hadist tentang Memelihara Jenggot (Studi Ma’anil Hadist),(Yogyakarta: Skripsi belum di bukukan, 2011), hlm. 57.

bagi kalangan umat Muslim saja. Sedang kata bersih maupun

kebersihan merupakan kaitan dengan fakata secara empiris dan

universal yang mana telah diakui oleh seluruh umat manusia.

c. Analisa Historis

1. Asbabul Wurud

Dalam sebuah hadits riwayat Bukahri Muslim, disebutkan:

ن% ع�مر ن% اب�! ال ع� ف�[[ لم ف�� ة وس[� ] لي� لي ال�ل[[ة ع� ول ال�ل[[ة ص[� ز رس[� ك[� ال د� ن% ع�م[[ر ق��[ ن% اب�! ران% ع� ن% م�ه[ ون% ب�! م[ ي� ة روي م� ي! ب¦ س�ا هم[[ ي� ي� ال�ل[[ة ع� اس رض[[� ]] ي! ن% ع� ن% اب�! ار ع� ح[[! Tن% ال�ت رج% اب�! ج[[�� وه�م وا$ ال�ف� ح[[� ون% ل�ح[[اه�م ف�� حلف[[� ال�هم وت�� ي! �زون% س[[� وف� هم ت[[�� ن�� Qاول ال رس[[� ف�[[ هم ف�� وارن"! A�]وا س رك�[ وا ل�ح[[اه�م وي�� لف�[[ م ح� عج! د م�ن% ال� ة وس�لم وق�� لي� ول ال�لة ص�لي ال�لة ع� دم ع�لي رس� ال ق�� ق��

وا ال�لحي ع�ف� وارب! وا$ Aوا ال�ش ح�ف� ة وس�لم ا$ لي� 16ال�لة ص�لي ال�لة ع�

Dalam hadits tersebut yakn dari Maimun bin Mahran yang

diriwayatkan oleh Ibnu ‘Umar berkata bahwasanya Rasulullah

s.a.w ingat akan orang majusi yang selalu membiarkan

jenggotnya, kemudian beliau menyuruh kepada para sahabat untuk

berbeda dengan mereka”; diceritakan pula dari Ibnu Al-Nujjar

yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas berkata: “seorang datang

menemui Rasulullah dari negeri Ajam, ia memangkas jenggotnya

dan memelihara kumisnya. Maka Rasulullah pun bersabda

”jauhilah hal semacam itu, dengan memotong kumis kalian dan

membiarkan jenggot kalian.”

2. Fungsi Nabi

16 Ibrahim Bin Muhammad al-Husiani al-Hanafi, al-Bayan wa al-Ta’rif fi Asbab wurudal-Hadits al-Syarif, tahqiq: Syaif al-Din al-Katib (Beirut: Dar al-Kutubal-‘Arabi, t.t), II, hlm 31.

Adanya Fungsi Nabi Muhammad dalam ajaran Islam adalah di

dasarkan atas pemahaman teks matn hadits. Dalam konteks

keagamaaan dan kemasyarakatan sosok beliau merupakan kunci

pokok karena darinyalah terdapat contoh teladan yang

senantiasa teraktualisasikan oleh ummatnya dalam kehidupan

sehari-hari.17

Di masa Rasulullah sudah terlihat adanya pembedaan antara

umat Islam dengan yang lainnya. Sehingga, diperlukan sebuah

identitas maupun simbol untuk membedakan mereka. Seperti yang

kita yakini dan telah menjadi suatu adat keyakinan secara umum

bahwa, Orang yang memelihara jenggot ialah kategori mereka

orang beragama Islam, sedang mereka yang memelihara kumis

termasuk kalangan orang-orang kafir/musyrik.

Apalagi pada saat itu, segala hal yang dilakukan oleh

Rasulullah s.a.w merupakan perbuatan yang harus diikuti dan

dijadikan sebagai teladan. Rasullah begitu memperhatikan

keadaan umatnya dan mengerti berbagai kebutuhan yang dihadapi

mereka termasuk dengan komunitas lain. Oleh karena itu, dapat

ditarik pemahaman bahwa ketika itu Rasulullah adalah sebagai

tokoh agama yang menjadi panutan bagi umat Islam. Oleh karena

itu, beliau bermaksud untuk memberikan identitas khusus

terhadap umat Islam yang dirasa dapat membedakan dengan umat

lainnya.

6. Kontekstualisasi hadits tentang Kumis dan Jenggot

17 Lihat: Suryadi dan Muhammad Alfatih Suryadilaga, Metodologi Penelitian Hadits,ed. M, Alfatih Suryadilaga (Yogykarta: TH Press, cet. I, 2009), hlm. 140

Terlepas dari penjelasan mengenai variasi dari kata

sebagai arti kata dari kata yang mengiringi lafadz yang

mengandung makna kumis maupun jenggot, sebagian umat Islam

banyak memahami sebuah hadits secara textual (mengikuti teks).

Mereka berpendapat bahwa Nabi telah menyuruh semua kaum laki-

laki untuk memelihara kumis dengan memangkas unjungnya dan

memelihara jenggot kemudian memanjangkannya. Mereka memandang

bahwa ketentuan itu merupakan salah satu kesempuranaan dalam

mengamalkan ajaran Islam.

Perintah Nabi tersebut memang relevan untuk orang-orang

Arab, Pakistan dan lain-lain yang secara alamiah mereka

dikaruniai rambut yang subur, termasuk di bagian kumis dan

jenggot. Tingkatan kesuburan dan ketebalan rambut milik orang

Indonesia tidak sama dengan milik orang Arab. Banyak dari

mereka yang kumis serta jenggotnya jarang.

Sebagaimana hadits yang cukup mewakili peristiwa ini

ialah, yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, disebutkan:

ن% ع�مر( ي�ره�ما ع�ن% اب�! اري� وم�شلم وغ� ح� وا ال�لحي� )رواة ال�ت! وارب! واح�ف� Aهكوا ال�ش ان��Artinya: “Cukurlah kumis panjangkanlah jenggot” (hadits riwayat

al-Bukhari, Muslim dan lain-lain dari Ibnu Umar).

Atas kenyataan tersebut, maka hadits di atas harus

dipahami secara kontekstual. Kandungan hadits itu bersifat lokal

dengan mengutip sejumlah hadits Nabi di atas, ternyata

pemahaman mereka jika dihubungkan dengan latar belakang

terjadinya, ada sebagian hadits yang memang harus diterapkan

secara tekstual juga ada yang secara kontekstual. Oleh karena

itu, pengambilan benang merah untuk memeprmudah penelitian

mengenai hadits yang tentang kumis dan jenggot ialah hadits

yang dikemukakan ada yang bersifat universal, ada pula yang

bersifat temporal juga lokal.

Dengan demikian hadist tersebut diriwayatkan bi al-Ma’na,

karena dari semua lafadz-lafdz dalam hadist menunjukan bahwa

maknanya sama walaupun dengan redaksi hadist yang berbeda-

beda.18

7. Analisa Umum

Hadis yang di riwayatklan oleh Imam Bukhari berstatus

Shahih karena semua sanadnya bersambung dan rawinya berstatus

tsiqah. Kemudian, bila dihubungkan dengan fungsi Nabi, sebagai

analisa peneliti adanya hadis tersebut merupakan bentuk

penyampai risalah kepada umat berupa sunah-sunnah yang telah

disebutkan dalam hadis tersebut. Yakni perintah untuk mencukur

kumis dan memelihara jenggot – dalam arti tidak begitu saja

membiarkan jenggot tumbuh memanjang akan tetapi mencukurnya

namun tak sampai ke akarnya – Selain itu, peneliti juga

menemukan sebuah referensi dari hadis Nabi yang mengatakan

bahwa kumis dan jenggot merupakan pembeda antara Nasrani,

Yahudi, dan Juga Islam, seperti yang telah disebutkan dalam

hadits riwayat Imam Ahmad dalam Musnadnya, sebagai berikut:

18Barokatul Fitriyah, Hadist-hadist tentang Memelihara Jenggot (Studi Ma’anil Hadist),hlm. 51-56

ن% رس�ول ال�لة ، ا$ ي��رة� ي� ه�ر ب"! ة، ع�ن% ا$ ي� ¦�ث ، ع�ن% ا$ ي� س�لمة� ب"! ، ع�ن% ع�مر ب�!ن% ا$ ة� و عواي�� ت�! ا ا$ ي� ، ح�دث�3 س�حاق� Qن% ا ي ب�! خي� ا ت�� ي� ح�دث�3وا ]ص: د� وا ال�لحي، وح�� ع�ف� ال: »ا$ ة وس�لم، ق�� هوا306ص�لي ال�لة ع�لي� ي! Aس كم، ولأ ت�� ي! Åب Aي�روا[ س� ، وغ� وارب! Aال�ش ]

صاري« هود وال�ن� ال�ي� 19ب�!

Jika kumis merupakan ciri khas dari orang-orang Yahudi

dan Nasrani, sedangkan Jenggot merupakan ciri khas dari orang-

orang Islam. Dalam konteks ini, sunnah yang disabdakan bukan

dalam kapasitas sebagai penyampai risalah, karena berkaitan

dengan pengalaman dan kebiasaan individual atau masyarakat.

Akan tetapi jika melihat kontekstual yang ada pada saat ini,

pengamalan hadis tersebut banyak diterapkan oleh Islam fanatic

dengan alasan itu sebagian dari hadis Nabi tanpa melihat hadis

yang lain yang menerangkan tentang kumis dan jenggot sebagai

pembeda antara kaum muslimin dan non muslim pada zaman Nabi,

tetapi apa yang dihadapi oleh kita berbeda pada zaman Nabi,

jadi penganjuran untuk memotong kumis dan memanjangkan jenggot

bukan kewajiban yang harus dilaksanankan oleh setiap muslim

masa kini, isi hadis tentang jenggot dan kumis tersebut boleh

diamalkan ataupun tidak karena kumis dan jenggot mempunyai

manfaat tertentu yang tidak berhubungan dengan perbedaan

antara muslim dan non muslim.

19 Abu ‘Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal al-Syaibani, Musnad al-ImamAhmad bin Hanbal, tahqiq: Syu’aib al-Arnauth, dkk (Turki: Muassasah al-Risalah, cet. I, 1421 H./ 2001 M), XVI, hlm. 305.

Adapun manfaat kumis dan jenggot bagi kesehatan20 yakni

sebuah studi terbaru dari University of Southem Queensland

menemukan, bahwa lelaki yang memiliki kumis dan jenggot yang

dapat perlindungan sebesar 90-95 % dari kerusakan kulit akibat

kaparan radiasi ultraviolet dari sinar matahari. Selain itu

mereka juga beresiko rendah terkena kanker kulit. Menurut ahli

kesehatan rambuat yaitu Carol Walker mengatakan bahwa kumis

dan jenggot dapat menahan debu dan serbuk sari yang menajdi

pemicu asma, sehingga pemicu alergi tidak dapat masuk ke

hidung dan paru-paru.

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Setelah dilakukan kajian penelitian terhadap hadits-

hadits yang membicarakan tentang kumis dan jenggot, dapat

ditarik beberapa kesimpulan sementara sebagai berikut:

1. Bahwa hadits-hadits yang membahas mengenai kumis secara

keseluruhan sejumlah 85 hadits, dan jenggot sebanyak 31

hadits, yang mana dalam hal ini hanya penulis batasi

20Berita satu, Manfaat kumis dan Jenggot bagi kesehatan. Diambil dariwww.beritasatu.com

pada beberapa literatur kitab karangan dari para Imam

al-Kutub al-Tis’ah kecuali pada al-Darimy.

2. Di satu sisi, dapat ditemukan pula variasi dari lafadz

yang mengiringi kata yang bermakna kumis dan jenggot.

Yakni, Khalifu al-Musyrikiina, Khalifu al-Majuusi, wa laa Tasyabbahu bi

al-Yahudi wa al-Nashara, Khalifu Ahl al-Kitabi.

3. Perihal asbabul wurud dari hadis tentang kumis dan

jenggot ialah sebagai “fungsi nabi”, yang bertujuan

agar mudah dalam membedakan antara umat Islam dengan

yang lainya. Yakni dengan menciptakan simbol identitas

yang khas bagi umat Islam.

4. Menjadi sebuah pengetahuan bahwa tidak semua hadis

harus dimakanai secara textual tetapi juga secara

kontextual. Sebab, sudah banyak mereka dari golongan umat

non-islam yang melakukan hal seperti yang telah

diperintahkan oleh Rasulullah s.a.w tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Asqalani, Abu Muhammad Ibnu Hajar. 2008. Fathul Baari jilid

XVIII, terj. Amiruddin, ed. Abu Rani. JakartaSelatan: Pustaka

Azzam.

Al-Husaini, Ibnu Hamzah. 2011. Asbabul Wurud: Latar Belakang

Historis Timbulnya Hadis-Hadis Rasul. Jakarta: Kalam Mulia.

Ali, Atabik dan Ahmad Zuhdi Muhdlor. 2003. Kamus

Kontemporer Arab-Indonesia. Yogyakarta: Pondok Pesantren Krapyak-

Multi Karya Grafika.

Al-Ju’fi, Muhammad bin Ismail Abu Abdullah al-Bukhari.

1987. Shahih Bukhari. Yamamah: Dar Ibn Kastir.

Al-Syaibani, Abu ‘Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal.

2001. Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, tahqiq: Syu’aib al-Arnauth,

dkk. Turki: Muassasah al-Risalah.

Al-Hanafi, Ibrahim Bin Muhammad al-Husiani. Tanpa tahun.

Al-Bayan wa al-Ta’rif fi Asbab Wurud al-Hadits al-Syarif, tahqiq: Syaif al-Din

al-Katib. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Arabi.

Mandzur, Ibnu. 1999. Lisan al-‘Arabi. Beirut: Dar as-Shadir.

Skripsi, Barokatul Fitriyah. 2011. Hadist-Hadist tentang

Memelihara Jenggot (Studi Ma’anil Hadist).

Poerwadharminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia.

Jakarta: PN Balai Pustaka.

Software KBBI

Software Maktabah Shameela