FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH PEPAYA

29
LAPORAN PRAKTIKUM PEMBIAKAN TANAMAN ACARA 8 FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH PEPAYA TRIA SUTARTO 131510501036 GOLONGAN C / KELOMPOK 1 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH PEPAYA

LAPORAN PRAKTIKUMPEMBIAKAN TANAMAN

ACARA 8

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERKECAMBAHAN

BENIH PEPAYA

TRIA SUTARTO131510501036

GOLONGAN C / KELOMPOK 1

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

2014

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Buah pepaya adalah buah asli Indonesia yang

populer dan banyak digemari banyak orang. Alasan banyak

orang suka dengan buah pepaya adalah buahnya memiliki

daging buah yang lunak dengan warna merah atau kuning

yang menarik. Rasanya manis dan menyegarkan karena

mengandung banyak air. Nilai gizi buah ini cukup tinggi

karena mengandung banyak provitamin A dan vitamin C,

juga mineral kalsium. Tanaman pepaya termasuk tanaman

dengan tipe pengembangbiakan secara generatif, yaitu

memanfaatkan atau menggunakan biji sebagai alat

perkembangbiakannya. Oleh karena itu dalam praktikum

ini akan membahas tentang faktor yang berpengaruh

terhadap perkecambahan benih pepaya.

            Pepaya merupakan spesies tanaman yang

budidayanya menggunakan bahan tanam benih, maka dalam

proses awal tumbuhnya bergantung dari perkecambahan

benih. Biji atau benih setelah ditanam pada kondisi

lingkungan yang menguntungkan akan berkecambah. Bila

biji dikecambahkan pada media tanam akan muncul bibit.

Umumnya struktur yang pertama yang kemudian di ikuti

dengan keluarnya calon pucuk dan alon akar yang pada

pertumbuhan menjadi akar primer dan kemudian tumbuh

akar sekunder. Sementara pucuk atau titik tumbuh

tanaman yang tertutup oleh daun, sel-sel meristem akan

membentuk batang muda, daun kecil dan cabang.

            Benih pepaya memiliki perbedaan dengan

benih lain, yaitu sewaktu masih berada dalam buah,

kulit benihnya dilapisi oleh zat berwarna keputihan

lunak dan agak bening yang disebut dengan aril. Aril

ini mengandung protein kasar dan abu yang ternyata

berpengaruh negatif terhadap perkecambahan benih.

Perkembangan

adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen

biji yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh secara

normal menjadi tanaman baru. Komponen biji pepaya yang

lain diantaranyaseperti calon akar (radicle), colon

daun/batang (plumule) dan sebagainya. Sebelum embrio

memulai aktivitasnya, selalu didahului dengan proses

fisiologis hormon dan enzim. Dengan demikian, ada dua

jenis aktivitas di sini, yaitu aktivitas mor-fologi dan

aktivitas kimiawi. Aktivitas morfologi ditandai dengan

pemunculan organ-organ tanaman seperti calon akar dan

calon batang  Sedangkan aktivitas kimiawi diawali

dengan aktivitas hormon dan enzim yang menyebabkan

terjadinya perombakan zat cadangan makanan didalam biji

pepaya seperti karbohidrat, protein, lemak dan

sebagainya. Proses kimiawi berperanan sebagai penyedia

energi yang akan digunakan dalam proses morfologi,

dengan demikian kandungan bahan kimia yang terdapat

dalam biji merupakan faktor yang sangat menentukan

dalam perkecambahan biji pepaya.

Bagian benih pepaya berupa selubung yang menutupinya

kemungkinan bersifat impermiable atau kedap terhadap

air dan udara yang dibutuhkan untuk perkecambahan. Oleh

karena itu praktikum ini akan menganalisa tentang

apakah perkecambahan benih pepaya dipengaruhi oleh

kulit biji atau kemungkinan akibat keterkaitan terhadap

kebutuhan cahaya.

1.2 Tujuan

1.  Mahasiswa mempelajari faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap perkecambahan benih.

2.  Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap perkecambahan benih pepaya.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Barus dan Syukri (2008) dalam Sebayang

(2014) bahwa Pepaya (carica papaya L.) merupakan salah

satu jenis tanaman buah-buahan yang tumbuh di daerah

penyebaran di daerah tropis. Buah pepaya tergolong

kedalam buah yang populer dan umumya digemari oleh

sebagian besar penduduk dunia. Hal ini disebabkan

karena daging buahnya yang lunak dengan warna merah

atau kuning, rasanya manis dan menyegarkan serta banyak

mengandung air. Tanaman pepaya merupakan tanaman

semusim sehingga buah ini dapat tersedia setiap saat.

Secara ekologis, perkecambahan terbaik dan

pertumbuhan spesies tercapai, di mana faktor lingkungan

yang seimbang. Cahaya merupakan salah satu faktor

lingkungan yang mempengaruhi perkecambahan dan

pertumbuhan tanaman. Cahaya adalah penting bagi

perkecambahan benih dan pertumbuhan. Banyak spesies

menanggapi lingkungan dengan pertumbuhan dan

perkembangan yang optimal sesuai dengan terang yang

mereka terima (1), Beberapa benih berkambah sama dalam

terang dan gelap (2), sementara yang lain melakukannya

lebih mudah baik di bawah cahaya (3), atau kondisi

gelap (4), Juga, persyaratan cahaya untuk perkecambahan

dapat bervariasi dengan suhu. Menunjukkan bahwa

beberapa spesies membutuhkan suhu dan cahaya konstan

berkecambah dan lain-lain dapat berkecambah baik di

bawah kondisi terang atau gelap tetapi membutuhkan

fluktuasi suhu (5), Dalam spesies lain, stratifikasi

(5), atau suhu tinggi (7), menggantikan persyaratan

cahaya untuk perkecambahan (Rattan dan Tomar, 2013).

Proses perkecambahan merupakan tahap awal dari

proses terbentuknya individu baru pada tumbuhan

berbiji. Gejala awal dari perkecambahan biasanya

terlihat dari pembengkakan radikula yang menyebabkan

kulit biji robek dan kecambah mulai tumbuh (Hedty,

2014). Perkecambahan disebut sebagai proses

terbentuknya kecambah (plantula). Sedangkan kecambah di

definisikan sebagai tumbuhan kecil yang baru muncul

dari biji dan hidupnya masih tergantung pada persediaan

makanan pada biji iru sendiri (Glinicki et al., 2010 ).

Penjelasan lain akan proses awal perkecambahan bisa di

awali dengan imbibisi. Pada saat imbibisi benih dapat

menyerap cairan yang mengandung unsur-unsur yang dapat

di gunakan untuk pertumbuhan tanaman, maka hasil dari

proses perkecambahan memiliki viabilitas yang tinggi,

dikarenakan benih tersebut secara tidak langsung

memeperoleh unsur hara yang di butuhkan untuk proses

perkecambahannya (Phrompittayarat et al., 2011).

Perkecambahan sendiri dibagi dalam dua tipe yang

di bedakan oleh letak posisi keping benih (kotiledon)

dan permukaan tanah. Tipe perkecambahan tersebut

terdiri dari epigeal dan hipogeal. Epigeal pada

pertumbuhan keping benihnya terangkat ke atas permukaan

tanah, sedangkan hipogeal keping benihnya tetap tinggal

di dalam tanah (Pracaya, 2005). Salah satu faktor yang

berpengaruh di dalam perkecambahan adalah faktor

kedalaman tanah, dikarenakan semakin dalam kedalaman

tanah maka akan mempersulit pertumbuhan benih.

Sebaliknya apabila penanaman pada tanah yang dangkal

pertumbuhan benih akan menjadi lebih mudah. Penyebab

hal tersebut adalah kadar oksigen yang ada di dalam

tanah yang akan semakin menurun bila lapisan tanah

tersebut semakin dalam (Santoso, 2011). Perkecambahan

benih pada dasarnya bergantung pada air, oksigen, suhu,

dan bias juga cahaya. Pada beberapa jenis benih

cenderung memerlukan cahaya untuk berkecambah, selain

itu cahaya juga dapat mempercepat dan menghambat proses

perkecambahan benih (Amandan, 2011).

Perkecambahan juga melalui proses dormansi, dimana

dormansi adalah fase biji beristirahat dan tidak

melakukan aktivitas apapun. Walaupun dormansi benih

merupakan sifat alami untuk dapat bertahan hidup atau

untuk pelestarian spesiesnya, tetapi sifat dormansi

tersebut dapat mengganggu pelaksanaan kegiatan dalam

pesemaian dan pembibitan (Mustika, dkk. 2010). Selain

faktor kedalaman, media perkecambahan juga menjadi

persyaratan tumbuh suatu benih. Pada varietas benih

tertentu media perkecambahan bias mengakibatkan ke

gagalan berkecambah seperti di karenakan dormansi. Hal

tersebut terjadi bias dikarenakan ke tidak cocokan

media dengan benih pada saat awal penanaman. Sedangkan

factor luar yang mempengaruhi proses perkecambahan

benih adalah kemasaman benih, ukuran benih, dormansi

dan penghambatan pertumbuhan. Masalah lain dalam proses

perkecambahan adalah lamanya waktu yang di perlukan

benih untuk berkecambah sedangkan hasil perkecambahan

juga menjadi sedikit (Suwito, 2007).

Proses perkecambahan dimedisiasi terutama oleh

rasio dari dua hormon antagonis: asam absisik (ABA) dan

giberelin (GAs). Penyimpanan kering secara bertahap

mengurangi dormansi, proses yang disebut setelah

pematangan. Setelah imbibisi dari kematangan benih,

pembusukan cepat dramatis tingkat ABA adalah bersamaan

dengan peningkatan bertahap dalam GAs, yang

memungkinkan perkecambahan terjadi. Sebaliknya, biji

non-berkecambah memiliki aktivasi biji lebih tinggi

dari ABA pada imbibisi bila dibandingkan dengan benih

lainnya. Oleh karena itu, perubahan genetik dari gen

yang terlibat dalam biosintesis ABA, katabolisme, atau

sinyal memiliki efek mendalam pada potensi

perkecambahan benih (Romero, 2011).

BAB 3. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum Pembiakan Tanaman acara 8 “Faktor-Faktor

Yang Berpengaruh Terhadap Perkecambahan Benih Pepaya”,

dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 29 Oktober 2014

WIB di Laboratorium Produksi Tanaman, Jurusan Budidaya

Tanman, Fakultas Pertanian, Universitas Jember.

3.2 Bahan dan Alat

3.2.1 Bahan

1.  Buah pepaya yang telah masak

2.  Abu dapur

3.  Subrat kertas merang

4.  Kapas gulung 

5.  Kertas karbon  3 lembar

3.2.2 Alat

1.  Alat pengecambah

2.  Pinset

3.  Cawan petri

3.3 Cara Kerja

1.  Mempersiapkan benih pepaya yang diambil dari bagian

tengah buah pepaya (lebih kurang ⅓ bagian).

2.  Membuang air dari benih pepaya dengan abu dapur,

kemudian dicuci bersih dan ditiriskan.

3.  Membuat Perlakuan benih pepaya sebagai berikut :

a.  Benih tidak dikupas kulitnya/endotestanya.

b.  Benih kulitnya dikupas sebagian.

c.  Benih kulitnya dikupas seluruhnya.

Setelah itu benih dikering-anginkan sampai kering atau

dikeringkan dengan sinar matahari selama 1 hari,

kemudian dikecambahkan pada kondisi terang dan gelap.

4.  Membuat media perkecambahan dengan substrat kertas

merah yang dilapisi kapas dalam cawan petri sebanyak

enam kombinasi perlakuan dalam dua ulangan.

5.  Menanam benih pepaya yang telah diperlakukan dalam

substrat yang terlebih dahulu dibasahi dengan air,

masing-masing sebanyak 25 butir.

6.  Melakukan perkecambahan benih dengan kondisi gelap

dan terang. Untuk kondisi gelap cawan petri ditutup

kertas karbon hitam, sedangkan kondisi terang

pertridis tanpa tutup, kemudian masing-masing

perlakuan letakkan pada alat pengecambahan.

7.  Menjaga kelembapan substrat perkecambahan dengan

memberikan air secukupnya.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan hasil praktikum yng telah dilakukan

mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

perkecambahan benih, diperoleh data pengamatan sebagai

berikut :

Tabel 4.1. Hasil pengamatan persentase perkecambahan benihpepaya yang diberi beberapa perlakuan dan diamati pada hari

ke-8 dan hari ke-14

PerlakuanUl

PerkecambahanKulitBenihPepaya

KondisiPerkecam-bahan

Hari Ke-8 Hari Ke-14Normal

Mati

Normal

Abnormal

Mati

Benihtidakdikupaskulitny

Terang1 - 30 - - 302 - 30 - - 303 - 30 - - 30

Gelap 1 - 30 - - 30

a2 - 30 - - 303 - 30 - - 30

Benihkulitny

adikupassebagia

n

Terang1 - 30 - - 302 - 30 - - 303 - 30 - - 30

Gelap1 - 2 - 5 252 - 2 - 5 253 - 2 - 4 26

Benihkulitny

adikupasseluruh

nya

Terang1 - 30 - - 302 - 30 - - 303 - 30 - - 30

Gelap1 - 5 - 5 252 - 5 - 5 253 - 5 - 5 25

4.2 Pembahasan

Berdasarkan praktikum yang dilakukan, terdapat

perlakuan yang diberikan pada benih pepaya yaitu benih

tidak dikupas benihnya, benih dengan kulit yang dikupas

sebagian, dan benih yang dikupas kulitnya seluruhnya.

Semua perlakuan tersebut dibuat dua ulangan yaitu yang

ditempatkan pada kondisi gelap dan kondisi terang. Pada

praktikum yang dilakukan, pengamatan pada hari ke-8

mengenai perkecambahan benih normal dan mati, pada

semua perlakuan dan benih yang tumbuh, hanya benih yang

dikupas sebagian dan dikupas seluruhnya.. Begitu pula

pada pengamatan hari ke-14 dimana indikator pengamatan

yaitu perkecambahan benih normal, abnormal, dan mati,

benih-benih tersebut tidak mengalami perkecambahan. Hal

ini bearti pada proses perlakuannya terjadinya

kerusakan pada embrio benih papaya pada saat pengupasan

kulit benih ataupun pada benih yang kulitnya tidak

kupas merupakan benih yang masih berumur muda sehingga

proses perkecambahannya memerlukan waktu yang lama.

Kegagalan berkecambah tersebut dapat disebabkan

oleh banyak faktor diantaranya yaitu pelepasan aril

pada benih pepaya kurang bersih sehingga mengahambat

terjadinya perkecambahan benih. Selain itu, faktor

lingkungan juga berpengaruh seperti air, suhu, dan

kadar oksigen. Air berfungsi untuk melunakkan kulit

benih, pertukaran gas, mengencerkan protoplasma, dan

mentranslokasikan cadangan makanan. Faktor lain yaitu

kemasakan benih pepaya yang digunakan sebagai bahan

praktikum. Kemungkinan besar penyebab kegagalan

perkecambahan benih pepaya adalah buah pepaya yang

digunakan belum mencapai masak fisiologis sehingga

benih yang dihasilkan belum mempunyai cadangan makanan

yang cukup untuk berkecambah. Oleh karena itu,

sebaiknya dalam memilih bahan praktikum dan teknik

pelaksanaan praktikum dilakukan dengan benar sesuasi

dengan prosedur yang ada. Menurut Sutopo (2010),

kendala yang timbul dari dalam benih pepaya ialah 20%

benih dalam buah pepaya memiliki embrio yang masih muda

atau belum terbentuk secara sempurna. Embrio yang belum

masak tersebut, belum berkembang sehingga belum

memiliki cadangan makanan yang sempurna. Belum masaknya

embrio secara total dimungkinkan buah pepaya dipanen

sebelum masak fisiologis. Maka dari itu, secara genetik

embrio pada benih pepaya tidak mendukung perkecambahan

karena masih muda dan cadangan makanannya belum

sempurna.

Perkecambahan merupakan berkembangnya struktur

penting dari embrio (calon plumula dan radikula) yang

ditandai dengan munculnya struktur tersebut dengan

menembus kulit benih. Perkecambahan adalah suatu proses

pengaktifan kembali aktifitas pertumbuhan embryonic axis

di dalam biji yang terhenti untuk kemudian membentuk

bibit. Tanda benih yang telah mengalami proses tersebut

ialah munculnya plumula dan radikula. Proses

perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian  kompleks

dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan

biokimia. Perbedaan proses perkecamabahn antara benih

satu dengan benih lainnya ialah kecepatan berkecambah.

Benih-benih yang memiliki penghambat, baik berupa

senyawa kimia ataupun faktor lain seperti aril pada

benih pepaya akan membutuhkan waktu lama untuk

berkecambah. Dengan demikian, walaupun tahapan proses

perkecamabahn semua benih sama, namun kecepatan

berkecambah pada benih pepaya lebih lama dibandingkan

benih-benih tanaman lain yang tidak memiliki faktor

penghambat perkecambahan.

Proses perkecambahan dapat terjadi jika kulit benih

permeable terhadap air dengan tekanan osmosis tertentu.

Serapan air dan berbagai proses biokimia yang

berlangsung pada benih, akan tercermin pada pertumbuhan

dan perkembangan kecambah menjadi tanaman muda (bibit),

kecuali jika  benih tersebut dalam keadaan dorman

(Lakitan,1993). Perkecambahan benih atau biji

dipengaruhi oleh faktor dalam (tingkat kemasakan biji,

ukuran biji, dormansi, dan penghambat perkecambahan)

serta faktor luar (air, suhu, oksigen, cahaya, dan

media perkecambahan), seperti dijeaskan berikut ini :

a. Tingkat kemasakan benih

Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan

fisiologisnya tercapai tidak mempunyai viabilitas yang

tinggi karena belum memiliki cadangan makanan yang

cukup serta pembentukan embrio belum sempurna (Sutopo,

2010). Pada umumnya sewaktu kadar air biji menurun

dengan cepat sekitar 20 persen, maka benih tersebut

juga telah mencapai masak fisiologis atau masak

fungsional dan pada saat itu benih mencapat berat

kering maksimum, daya tumbuh maksimum (vigor) dan daya

kecambah maksimum (viabilitas) atau dengan kata lain

benih mempunyai mutu tertinggi.

b. Ukuran benih

Benih yang berukuran besar dan berat mengandung

cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan

yang kecil pada jenis yang sama. Cadangan makanan yang

terkandung dalam jaringan penyimpan digunakan sebagai

sumber energi bagi embrio pada saat perkecambahan

(Sutopo, 2010). Berat benih berpengaruh terhadap

kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat benih

menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan

berat tanaman pada saat dipanen (Blackman dalam Sutopo,

2010).

c. Dormansi

Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut

sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun

diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah

memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan atau juga

dapat dikatakan dormansi benih menunjukkan suatu

keadaan dimana benih-benih sehat (viabel) namun gagal

berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara

normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang

cukup, suhu dan cahaya yang sesuai.

d. Penghambat perkecambahan

Penghambat perkecambahan benih dapat berupa

kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun di

permukaan benih, adanya larutan dengan nilai osmotik

yang tinggi serta bahan yang menghambat lintasan

metabolik atau menghambat laju respirasi.

Sedangkan faktor luar atau faktor lingkungan utama

yang mempengaruhi perkecambahan diantaranya adalah :

a. Air

Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat

benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan

jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya,

sedangkan jumlah air yang diperlukan bervariasi

tergantung kepada jenis benihnya, dan tingkat

pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu (Sutopo,

2010). Benih mempunyai kemampuan kecambah pada kisaran

air tersedia. Pada kondisi media yang terlalu basah

akan dapat menghambat aerasi dan merangsang timbulnya

penyakit serta busuknya benih karena cendawan atau

bakteri.

Fungsi air tersebut antara lain:

1. Untuk melembabkan kulit biji sehingga menjadi

pecah atau robek agar terjadi pengembangan embrio dan

endosperm.

2. Untuk memberikan fasilitas masuknya oksigen

kedalam biji.

3. Untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat

mengaktifkan berbagai fungsinya.

4. Sebagai alat transport larutan makanan dari

endosperm atau kotiledon ke titik tumbuh, dimana akan

terbentuk protoplasma baru.

b. Suhu

Suhu optimal adalah yang paling menguntungkan

berlangsungnya perkecambahan benih dimana presentase

perkembangan tertinggi dapat dicapai yaitu pada kisaran

suhu antara 26°C sd 35°C (Sutopo, 2010). Suhu juga

mempengaruhi kecepatan proses permulaan perkecambahan

dan ditentukan oleh berbagai sifat lain yaitu sifat

dormansi benih, cahaya dan zat tumbuh gibberelin.

c. Oksigen

Saat berlangsungnya perkecambahan, proses

respirasi akan meningkat disertai dengan meningkatnya

pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air dan energi

panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan

menghambat proses perkecambahan benih (Sutopo, 2010).

Kebutuhan oksigen sebanding dengan laju respirasi dan

dipengaruhi oleh suhu, mikroorganisme yang terdapat

dalam benih. Umumnya benih akan berkecambah dalam udara

yang mengandung 29 persen oksigen dan 0.03 persen CO2.

Namun untuk benih yang dorman, perkecambahannya akan

terjadi jika oksigen yang masuk ke dalam benih

ditingkatkan sampai 80 persen, karena biasanya oksigen

yang masuk ke embrio kurang dari 3 persen.

e. Cahaya

Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya

berfariasi tergantung pada jenis tanaman (Sutopo,

2010). Adapun besar pengaruh cahanya terhadap

perkecambahan tergantung pada intensitas cahaya,

kualitas cahaya, lamanya penyinaran. Menurut Adriance

and Brison dalam Sutopo (2010) pengaruh cahaya terhadap

perkecambahan benih dapat dibagi atas 4 golongan yaitu

golongan yang memerlukan cahaya mutlak, golongan yang

memerlukan cahaya untuk mempercepat perkecambahan,

golongan dimana cahaya dapat menghambat perkecambahan,

serta golongan dimana benih dapat berkecambah baik pada

tempat gelap maupun ada cahaya.

f. Media

Media yang baik untuk perkecambahan haruslah

memiliki sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai

kemampuan menyerap air dan bebas dari organisme

penyebab penyakit terutama cendawan (Sutopo, 2010).

Pengujian viabilitas benih dapat digunakan media antara

lain substrat kertas, pasir dan tanah. Perkecambahan

yang dilakukan pada media tanah umumnya sangat

ditentukan oleh kedalaman tanamnya.

Benih pepaya memiliki kecepatan berkecambah yang

lebih lama dibandingkan dengan benih yang lainnya. Hal

tersebut dikarenakan adanya aril dan senyawa fenolik

dalam aril benih. Konsumsi oksigen yang tinggi oleh

senyawa fenolik pada kulit benih selama proses

perkecambahan dapat membatasi suplai oksigen ke dalam

embrio, dan dapat membentuk lapisan yang mengganggu

permeabilitas benih, serta menghambat efektifitas

masuknya zat-zat stimulasi perkecambahan sehingga benih

menjadi dorman. Benih yang dorman umumnya merupakan

benih yang tidak dapat berkecambah meskipun

lingkungannya sangat mendukung untuk berkecambah.

Perkecamabahan setiap benih tidak selamanya

berlangsung cepat karena dipengaruhi oleh banyak

faktor. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi

perkecamabahn benih adalah adanya penghambat. Jenis

penghambat pada tiap benih berbeda-beda, misalnya aril

pada benih pepaya. Di dalam aril benih pepaya

terkandung senyawa fenolik. Konsumsi oksigen yang

tinggi oleh senyawa fenolik pada kulit benih selama

proses perkecambahan dapat membatasi suplai oksigen ke

dalam embrio, sehingga akan membentuk lapisan yang

mengganggu permeabilitas benih serta menghambat

efektifitas masuknya zat-zat stimulasi perkecambahan

sehingga benih pepaya menjadi dorman. Hal itu

dikarenakan fenolik akan beroksidasi dengan oksigen dan

mampu merubah sruktur benih menjadi lebih impermeabel.

Menurut Faustina et al. (2011), aril merupakan zat

warna keputihan lunak dan agak bening yang terdapat

pada kulit benih. Aril mengandung protein kasar, serta

kasar, dan abu. Jika aril tidak dibuang, maka kulit

benih akan impermeable terhadap air atau udara, padahal

air dan udara tersebut dibutuhkan benih untuk starter

dalam perkecambahan. Oleh sebab itu, Aril berpengaruh

negatif terhadap perkecambahan benih pepaya. Dengan

demikian, perkecambahan benih pepaya dapat dipercepat

dengan pembuangan aril pada benih. Pembuangan aril

tersebut dapat diakukan dengan menggunakan abu dapur.

Abu dapur tersebut digosok-gosokkan pada benih pepaya

hingga zat lunak yang agak bening (aril) di bagian luar

kulit hilang. Pelepasan kulit aril menggunakan abu

karena abu memiliki tekstur kasar, tetapi ukurannya

kecil, sehingga dapat mengimbangi benih pepaya yang

kecil. Pelepasan kulit aril juga bisa menggunakan

pengeringan dan sekam. Kelemahan menggunakan

pengeringan adalah adanya pengaruh sinar matahari pada

kondisi fisiologi dari benih, sedangakan jika

menggunakan sekam akan membutuhkan waktu yang lama,

karena sekam memiliki ukuran yang besar dan benih

pepaya ukurannya kecil, sehingga kesulitan dalam

pelepasan kulit.

Perkecambahan benih pepaya juga dipengaruhi oleh

keberadaan cahaya. Kebutuhan cahaya pada benih pepaya

ialah pada kondisi gelap (tanpa cahaya) dengan kondisi

arilnya dibuang. Hal itu dikarenakan kulit benih pepaya

dimungkinkan merupakan filter cahaya. Pada kondisi

gelap, benih pepaya terangsang untuk berkecambah.

Faktor pemicu perkecambahan yang secara alami ada di

dalam benih adalah hormon auksin dan giberelin. Hormon

auksin sendiri dapat bekerja baik pada kondisi gelap

karena hormon ini tidak suka cahaya. Dengan demikian,

pada kondisi gelap (tanpa cahaya), perkecambahan benih

pepaya akan lebih baik dibandingkan dengan kondisi

terang ketika arilnya telah dibuang.

Pada praktikum kali ini salah satu perlakuanya

kulit pepaya dihilangkan sebagian. Kulit pepaya

merupakan bagian dari benih yang berfungsi sebagai

pelindung mekanis dari embrio, mengurangi penguapan,

serta mencegah masuknya parasite kedalam embrio. Namun

disisi lain kulit benih dapat menghambat perkecambahan

benih. Benih pepaya memiliki kendala dalam

perkecambahannya. Kendala tersebut diakibatkan karena

terdapat aril yang menyelimuti seluruh permukaan benih,

sehingga mengakibatkan impermeabilitas benih sangat

tinggi. Aril benih mengandung senyawa fenolik yang

dapat mengganggu dalam penyerapan oksigen pada benih.

Adanya aril dan senyawa fenolik pada saat pengeringan

benih dapat mengakibatkan dormansi sekunder karena

fenolik akan beroksidasi dengan oksigen dan mampu

merubah sruktur benih menjadi lebih impermeable

(Faustina et al., 2011),

DAFTAR PUSTAKA

Amandan R., Thirugnanakumar s., Sudhakar., danBalasubramanian., 2011. Agricultural Technology. 2 (9) :1339 – 1348

Faustina, e., Yudoyono, P. dan Rabaniyah,R. 2011.Pengaruh Cara Pelepasan Aril Dan Konsentrasi Kno3Terhadap Pematahan Dormansi Benih Pepaya (CaricaPapaya L.) The Effect Of Aryl Removal Methods AndKno3 Concentration To Break Papaya (Carica PapayaL.) Seeds Dormancy. Teknologi Benih, 1(1) : 1-11

Glinicki, R., Paszt, L. S., Jadczuck, E. 2010. TheEffect Of Plant Stimulant / Fertilizer “Resistim”On Growth And Development Of Strawberry Plants.Fruit And Ornamental Plant Research. 18 (1) : 111 - 116.

Hedty, Mukarlina, Turnip Mansur., 2014. Pemberian H2SO4

dan Air Kelapa Pada Uji Viabilitas BijinKopiArabika (Coffea Arabika). Protobiont. 1 (5) : 7-11

Mustika, S, dkk. 2010. Perkecambahan Benih Pinang padaBerbagai Cara Penanganan Benih danCahaya. Agroland, 17 (2) : 108 – 114

Phrompittayarat W., Jetiyanon, K., Areekul, A. W.,Putalun, W., Tanaka, H., Khan, K., Ingkaninan, K.2011. Influence Of Seasons, Different Plants Parts,And Plant Growth Stages On Saponin Quantity AndDistribution In Bacopa monnieri. 33 (2) : 196 - 201.

Pracaya. 2005. Bertanam Mangga. Jakarta : Penebar

Swadaya.

Rattan Vidya dan Tomar Anita., 2013. Effect ofDifferent Lights on The Seed Germination ofHippophae Salicifolia. The IIN3. 1(3) : 0976 -3104

Romero R.P, Sicilia B.C, Cadenas G.A, dan Sanchez O.L.,2011. Arabidopsis thaliana DOF6 negatively affects germination in non-after-ripened seeds and interacts with TCP14. Experimental Botany. 1 (13) : 1-13

Sebayang Amelia, Nissa B.C.T, Rahmawati N., 2014.Pengaruh Pemeraman, Pengeringan, Dan KeberadaanSarcotesta Terhadap Perkecambahan Benih Pepaya(Carica Papaya L.) Varietas Callina. Agroteknologi. 1(9) : 1133-1141

Sutopo, L. 2010. Teknologi Benih. Jakarta: Rajawali Press

Suwito, P. 2007. Bertanam Anggur dalam Pot. Jakarta : Azka

Mulia Media.

BAB 3. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum Pembiakan Tanaman acara 8 “Faktor-Faktor

Yang Berpengaruh Terhadap Perkecambahan Benih Pepaya”,

dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 29 Oktober 2014

WIB di Laboratorium Produksi Tanaman, Jurusan Budidaya

Tanman, Fakultas Pertanian, Universitas Jember.

3.2 Bahan dan Alat

3.2.1 Bahan

1.  Buah pepaya yang telah masak

2.  Abu dapur

3.  Subrat kertas merang

4.  Kapas gulung 

5.  Kertas karbon  3 lembar

3.2.2 Alat

1.  Alat pengecambah

2.  Pinset

3.  Cawan petri

3.3 Cara Kerja

1.  Mempersiapkan benih pepaya yang diambil dari bagian

tengah buah pepaya (lebih kurang ⅓ bagian).

2.  Membuang air dari benih pepaya dengan abu dapur,

kemudian dicuci bersih dan ditiriskan.

3.  Membuat Perlakuan benih pepaya sebagai berikut :

a.  Benih tidak dikupas kulitnya/endotestanya.

b.  Benih kulitnya dikupas sebagian.

c.  Benih kulitnya dikupas seluruhnya.

Setelah itu benih dikering-anginkan sampai kering atau

dikeringkan dengan sinar matahari selama 1 hari,

kemudian dikecambahkan pada kondisi terang dan gelap.

4.  Membuat media perkecambahan dengan substrat kertas

merah yang dilapisi kapas dalam cawan petri sebanyak

enam kombinasi perlakuan dalam dua ulangan.

5.  Menanam benih pepaya yang telah diperlakukan dalam

substrat yang terlebih dahulu dibasahi dengan air,

masing-masing sebanyak 25 butir.

6.  Melakukan perkecambahan benih dengan kondisi gelap

dan terang. Untuk kondisi gelap cawan petri ditutup

kertas karbon hitam, sedangkan kondisi terang

pertridis tanpa tutup, kemudian masing-masing

perlakuan letakkan pada alat pengecambahan.

7.  Menjaga kelembapan substrat perkecambahan dengan

memberikan air secukupnya.