ETIKA SALAM PADA MASYARAKAT KOREA (JEOL/절) DAN MASYARAKAT MELAYU ISLAM SEBUAH PERBANDINGAN
-
Upload
pustral-ugm -
Category
Documents
-
view
6 -
download
0
Transcript of ETIKA SALAM PADA MASYARAKAT KOREA (JEOL/절) DAN MASYARAKAT MELAYU ISLAM SEBUAH PERBANDINGAN
ETIKA SALAM PADA MASYARAKAT KOREA (JEOL/절) DAN
MASYARAKAT MELAYU ISLAM
SEBUAH PERBANDINGAN
Diajukan Sebagai Tugas Akhir Bahasa Indonesia
Oleh
Muhammad Zaky Mubarok
13/353566/SA/17253
JURUSAN BAHASA KOREA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan
Berbagai aspek kehidupan sosial memiliki etika
dalam berkomunikasi di depan manusia. Aspek
kehidupan itu salah satunya adalah etika salam
kepada sesama manusia. Etika salam menjadi dasar
bagaimana manusia berperilaku di depan manusia
lainnya sebagai bentuk keramahan sehingga menjadi
cerminan diri terhadap manusia lainnya. Kurtines &
Gerwitz (1992:373) menyatakan bahwa etika merupakan
penafsiran diri dalam tingkah laku dan kepribadian
manusia yang memiliki tiga pengertian yaitu : (1)
etika merupakan gambaran pribadi diri (self-image) ;
(2) etika merupakan berbagai gambaran yang
diharapkan orang lain terhadap seseorang dalam
hubungan sosial ; (3) etika merupakan berbagai
gambaran perilaku yang bertujuan untuk memberikan
penjelasan tentang diri seseorang kepada orang lain
selama hubungan sosial berlangsung. Etika salam
merupakan bentuk interaksi sosial dimana setiap
manusia membutuhkan pergaulan, saling berhubungan
serta memiliki rasa penghormatan atas dirinya yang
diatur dalam nilai. Menurut Bowlby (1969: 376)
mengatakan bahwa manusia sangat membutuhkan
perhatian, penghormatan dan penghargaan atas
dirinya. Oleh karena itu, Kurtines & Gerwitz (1992:
376) menyimpulkan bahwa setiap manusia memerlukan
penghormatan atau penghargaan di dalam hubungan
sosial yang di atur dalam nilai-nilai sosial (etika
salam) karena etika menata dan mengatur hubungan
timbal balik dalam kehidupan sosial sehari-hari.
Etika salam merupakan adab-adab sosial antar
sesama manusia yang mempunyai nilai-nilai sosial.
Dalam salam, setiap manusia dituntut untuk saling
menghargai, menghormati dan menyayangi yang diatur
melalui etika salam. Penerapan etika salam dapat
diterapkan saat bertemu dengan orang tua. Sebagai
contoh adalah saat seorang murid bertemu dengan
guru atau anak bertemu ayah dan ibu, maka etika
salam harus digunakan. Dimanapun dan kapanpun
berada dan bertemu baik itu teman, saudara, orang
tua, tetangga, guru atau siapapun yang dituakan,
maka sebagai manusia yang beretika dan beradab
harus memberikan salam. Selain itu etika salam juga
berlaku kepada orang lain yang sebaya atau lebih
muda. Etika salam yang dilakukan kepada orang yang
sebaya atau orang yang lebih muda memiliki
pengertian sebagai bentuk menghargai dan
menyayangi. Oleh karena itu, salam memiliki nilai
yang bermakna sebagai bentuk menghargai,
menghormati dan menyayangi.
Setiap negara memiliki etika salam yang
berbeda-beda. Faktor kebudayaan memengaruhi etika
salam karena nilai dan norma dalam salam setiap
negara tidak sama dengan negara lain. Saat dua
kebudayaan berbeda bertemu, maka kebudayaan yang
memiliki unsur-unsur berbeda di dalamnya dapat
melebur menjadi satu kesatuan yang masih memiliki
ciri khas kebudayaan yang dapat dibedakan diantara
keduanya (akulturasi) atau dapat juga melebur
menjadi kebudayaan yang benar-benar baru
(asimilasi). Selain itu faktor kebudayaan tidak
lepas dari pengaruh historis negara. Sebagai contoh
negara Korea dan negara Indonesia (Melayu). Jika
melihat sejarah Korea, dapat diketahui bahwa negara
Korea memiliki historis kerajaan-kerajaan feodal.
Kerajaan-kerajaan di Korea dahulu hingga sekarang
menganut paham konfusianisme. Menurut Lasiyo (1983:
12) konfusianisme memiliki pengertian bahwa ajaran
untuk mencintai sesama manusia yang bersifat
konkret (jen). Oleh karena itu masyarakat Korea
dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam salam
sangat memperhatikan nilai-nilai (jen) di dalam
konfusianisme itu sendiri. Karena besarnya makna
filosofis konfusianisme terhadap budaya salam dalam
kehidupan sehari-hari, menciptakan budaya salam
yang dikenal dengan Jeol (절). Indonesia juga
memiliki catatan historis yang sama yaitu pernah
mempunyai pengaruh kerajaan-kerajaan terutama
Islam. Pengaruh dari kerajaan-kerajaan Islam
memengaruhi sistem nilai yaitu bersandarkan dengan
nilai-nilai islam dan hal tersebut dapat ditemukan
dalam etika salam yaitu Melayu Islam.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka
permasalahan yang akan dibahas dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. Apa dan bagaimana etika salam dan Jeol (절)
pada masyarakat Korea
2. Apa dan Bagaimana etika dan salam pada
masyarakat Melayu Islam
3. Apa perbandingan etika salam pada masyarakat
Korea dan salam masyarakat Melayu Islam
1.3 Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengenal dan mengetahui etika salam
sehari-hari dan Jeol (절) pada masyarakat Korea
2. Untuk mengenal dan mengetahui etika salam
serta sapaan pada masyarakat Melayu Islam
3. Menemukan perbandingan daripada etika salam
masyarakat Korea dan etika salam serta sapaan
masyarakat Melayu Islam
1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat
untuk :
1. Menambah wawasan pengetahuan berkenaan dengan
etika salam masyarakat Korea dan Melayu Islam
2. Menumbuhkan rasa menghargai, menghormati dan
menyayangi sesama manusia melalui pembahasan
etika salam dalam kehidupan sehari-hari
3. Menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya Melayu
melalui etika salam Melayu Islam
BAB II
PEMBAHASAN
Salam atau greeting adalah bentuk etika yang
mengandung nilai penghormatan, penghargaan, dan
kesopanan serta kekeluargaan yang menjadi ciri-ciri
kebudayaan manusia dalam menjalin hubungan yang
beradab di dalam interaksi sosial. Begitu pula
dengan masyarakat Korea. Etika salam pada
masyarakat Korea sangat ditekankan karena
masyarakat Korea sangat menjunjung tinggi nilai-
nilai penghormatan, penghargaan, dan kesopanan
serta kekeluargaan yang telah menjadi nilai-nilai
yang mendarah daging dalam kehidupan sosial sehari-
hari. Nilai-nilai etika salam tersebut bertujuan
untuk menumbuhkan rasa saling menghargai,
menghormati dan menyayangi. Menghargai kepada
sesama atau sebaya, menghormati kepada orang yang
lebih tua dan menyayangi kepada orang yang lebih
muda. Selain itu, etika salam merupakan penerapan
dari nilai-nilai konfusianisme terhadap interaksi
sosial sehari-hari bagi masyarakat Korea dan perlu
diperhatikan etika-etika di dalamnya agar tidak
terjadi kesalahpahaman atau miscommunication serta
dapat diterima di dalam masyarakat yang beradab.
Masyarakat Korea memperhatikan kedudukan usia
atau umur dalam etika salam. Historis Korea yang
berupa kerajaan bercorak bulgyo, sistem nilai dalam
hubungan sosial masyarakat terpaut oleh nilai-nilai
konfusionisme kerajaan serta tingkat kedudukan usia
dalam masyarakat yang kompleks sehingga memunculkan
etika salam yang berbeda-beda dalam hubungan
sosial. Masyarakat Korea tentu memperhatikan
bagaimana anak bersalaman kepada orang tua, teman
sebaya dengan teman sebaya dan orang tua kepada
anak-anak. Etika salam sangat diperhatikan agar
dalam pelaksanaanya terjadi keselarasan nilai,
moral dan etika sehingga terhindar dari
kesalahpahaman. Oleh karena itu etika salam
masyarakat Korea mengandung nilai-nilai
konfusianisme yang merupakan pokok dari ajaran
untuk saling menghargai (sebaya), menghormati
(orang tua) dan menyayangi (anak-anak).
Etika salam Korea dilakukan dimanapun,
kapanpun dan siapapun karena telah menjadi nilai
yang mendarah daging dalam kehidupan sosial
masyarakat Korea. Tidak ada batasan tempat untuk
melakukan salam. Jika bertemu baik itu di rumah,
sekolah, tempat kerja, rumah sakit dan dimanapun
itu, maka etika berbudaya salam dilakukan sebagai
bentuk rasa menghargai, menghormati dan menyayangi.
Ketika bertemu dengan orang lain, berpamitan dengan
orang lain, sebelum makan, sesudah makan, sebelum
tidur, bangun tidur, meminta maaf dan dalam
aktivitas apapun yang berhubungan dengan manusia
lainnya, masyarakat Korea selalu melakukan salam
dalam kehidupan sehari-hari. Ketika bertemu dengan
orang lain, masyarakat Korea akan mengatakan
annyeong hasimnikka atau annyeong haseyo yang dapat
diartikan sebagai ucapan salam untuk semua waktu.
Ketika berpamitan dengan orang lain, masyarakat
Korea akan mengatakan annyeonghi gaseyo (bagi yang
menetap) dan annyeonghi gyeseyo (bagi yang bepamitan).
Ketika sebelum makan, masyarakat Korea akan
mengatakan jal meokkesseumnida yang dapat dimaknai
sebagai ungkapan bahwa makan dipersilakan. Ketika
sesudah makan, masyarakat Korea akan mengatakan jal
meokkeosseumnida yang dapat dimaknai sebagai
ungkapan bahwa makan telah selesai. Semua hal itu
dilakukan karena etika salam di Korea telah
mendarah daging.
Banyak hal yang harus diperhatikan dalam
melakukan salam dalam kehidupan sehari-hari. Di
dalam salam, ada beberapa etika yang berbeda ketika
orang yang muda bertemu dengan orang yang dianggap
lebih tua, orang yang sebaya bertemu dengan orang
yang sebaya lainnya dan orang yang tua bertemu
dengan orang yang dianggap lebih muda. Dalam
tingkatan usia atau umur apapun, hal yang harus
diperhatikan dan dilakukan jika seseorang bertemu
dengan orang lain dalam salam pada masyarakat Korea
secara umum adalah menyapa salam annyeong hasimnikka
atau annyeong haseyo sambil melakukan gogireul sukida
(membungkuk badan).
Masyarakat Korea menyampaikan salam kepada
orang lain dengan cara gogireul sukida (membungkuk
badan). Namun pada kondisi tertentu etika salam
seperti berjabat tangan dapat digunakan bagi mereka
yang bersebaya atau lebih muda. Etika salam seperti
berjabat tangan dilakukan dengan memegang siku
tangan yang digunakan untuk bersalaman atau bisa
juga meletakkan tangan tersebut di atas diafragma.
Masyarakat Korea sendiri tidak mempermasalahkan
penggunaan tangan kiri pada saat bersalaman seperti
berjabat tangan. Oleh karena itu, berjabat tangan
menggunakan tangan kiri bagi masyarakat Korea
dianggap hal yang wajar (Lee Pong-Kook & Chi Sik-
Ryu, 2007)
Berbeda dengan etika melakukan salam kepada
orang yang lebih tua. Etika melakukan salam kepada
orang yang lebih tua dilakukan dengan cara yang
lebih sopan. Ketika bertemu dengan orang yang lebih
tua, dalam etika salam, orang yang lebih muda harus
terlebih dahulu memberikan salam serta
membungkukkan badan sebesar 30 sampai 60 derajat
selama 2 sampai 3 detik setelah itu menanyakan
kabar. Dalam etika salam, semakin dalam tundukkan
badan, maka semakin besar pula hormat yang
diberikan kepada orang yang lebih tua. Adapun jika
bertemu lagi dengan orang yang lebih tua,
selanjutnya etika salam dapat dilakukan dengan
sedikit menundukkan badan atau jika orang itu lebih
muda ataupun sebaya, dapat dengan melambaikan
tangan sebagai bentuk dari etika salam. Adapun jika
orang yang lebih tua menghendaki untuk melakukan
salam dengan cara berjabat tangan kepada orang yang
lebih muda, maka orang yang lebih tua terlebih
dahulu menjabatkan tangan kepada orang yang lebih
muda. Biasa hal yang seperti ini banyak dilakukan
para pria (Anh Kyung Hwa, dkk, 2008: 49)
Etika salam yang lebih tradisional dan khusus
adalah Jeol (절). Jeol (절) merupakan etika salam
yang sifatnya event atau perayaan yang objeknya
adalah orang yang lebih tua. Bagi masyarakat Korea,
jeol (절) sebagai nilai-nilai tradisional dasar yang
sangat penting yang mengajarkan nilai-nilai yang
meliputi nilai kultural, moral, tata krama, sopan
santun, penghargaan dan penghormatan serta
kekeluargaan di dalam kehidupan. Menurut para biksu
vegetarian Budha (절절 절절절절절 절절절) bahwa Jeol (절)
merupakan gerbang untuk meraih kebahagiaan hidup di
dunia dan syurga melalui nilai-nilai di dalamnya
itu. Jeol (절) dilakukan pada acara-acara seperti
tahun baru (절절), hari penghormatan kepada orang tua
(절절절절 절절절절 절), hari raya (절절) dan peringatan hari
jadi pernikahan orang tua (절절 절절절). Biasanya
masyarakat Korea melaksanakan Jeol (절) di dalam
rumah. Agar tempat pelaksanaan Jeol (절) lapang atau
luas, maka masyarakat Korea mengondisikan barang-
barang di dalam ruang atau kamar sehingga lebih
nyaman untuk melakukan Jeol (절).
Jeol (절) dilakukan dengan meletakkan salah
satu tangan di atas tangan yang lain, berlutut
kemudian merundukkan badan perlahan seperti
menyembah (Anh Kyung Hwa, dkk, 2008: 49). Sebelum
melaksanakan Jeol (절), masyarakat Korea harus
menggunakan pakaian tradisional Korea (hanbok) dan
tidak makan makanan jenis daging serta terpenting
pada saat pelaksanaan Jeol (절) adalah memposisikan
tubuh dengan baik dan benar, sopan santun dan
perasaan yang sama (절절절절 절절) serta penggunaan tata
bahasa yang tinggi (절절 절) agar Jeol (절) dapat
diterima oleh orang tua (절절절).
Adapun etika salam Melayu Klasik secara khusus
dan lebih terlihat mencolok yaitu etika sapaan.
Etika sapaan merupakan etika berkaitan dengan
penggunaan bahasa yang menentukan seseorang itu
beradab. Menurut Tengku Syarfina (2002: 182)
mengatakan bahwa dalam masyarakat Melayu, ungkapan
“Tidak tahu bahasa” bukanlah seseorang itu tidak paham
berkomunikasi kepada orang lain melainkan ungkapan
itu mengacu bahwa seseorang itu tidak mengetahui
tata tertib berdasarkan adat kesopanan dalam
masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat Melayu
sangat memperhatikan etika sapaan yang berpengaruh
terhadap bahasa.
Dalam etika sapaan Melayu terdapat penggunaan
bahasa istana (BI) dan bahasa kebanyakan (BK).
Penggunaan bahasa tersebut dipergunakan terhadap
pelaku-pelaku adat di dalam masyarakat Melayu.
Penggunaan bahasa Melayu terutama bahasa istana
(BI) atau pada masyarakat jawa dikenal bahasa
kraton sangat mempengaruhi pemakaian kata dalam
percakapan sehari-hari sama pula dengan nopin mal
dalam masyarakat Korea. Bahasa Melayu dapat
dibedakan atas tiga tingkatan variasi bahasa yaitu
bahasa (1) tingkat bangsawan, (2) tingkatan
menengah dan (3) tingkatan rakyat (Masindan, 1987:
10). Pengertian bangsawan adalah mereka yang
memiliki hubungan darah langsung (ahli penerima
pusaka), bergelar kerajaan langsung sejak kecil,
pengangkatan sebagai pemimpin/pemangku adat atau
yang tidak mendapat jabatan (Tengku Syarfina, 2002:
182). Variasi tingkatan bahasa bangsawan dipakai di
kalangan bangsawan, sebagai contoh kata patik untuk
saya, beradu untuk tidur, besiram untuk mandi.
Variasi tingkatan bahasa menengah dipakai oleh
keturunan datuk, wan, said, encik dan orang kaya
(OK). Bahasa tingkatan menengah lebih halus dan
sopan daripada bahasa yang digunakan oleh orang
kebanyakan atau rakyat biasa. Variasi tingkatan
bahasa rakyat digunakan oleh golongan masyarakat di
luar golongan bangsawan dan menengah (Maini Trisna
Jayawati, dkk., 1997: 12).
Secara umum, etika sapaan Melayu digunakan
juga dalam sistem kekerabatan masyarakat Melayu.
Masyarakat Melayu menegur seseorang dengan sapaan
anak, abang, adik, pakcik, uak dan sebagainya
sesuai dengan umur yang menegur dan yang ditegur
(Maini Trisna Jayawati, dkk, 1997: 10). Adapun
penjelasan secara rinci menurut Masindan (1987: 6--
7) menyatakan bahwa sapaan dalam sistem kekerabatan
suku bangsa Melayu adalah sebagai berikut.
1. Ayah, abah atau babah adalah sebutan untuk orang
tua laki-laki.
2. Mak, emak atau embai adalah sebutan untuk orang
tua perempuan.
3. Atuk, andung atau datu adalah sebutan untuk orang
tua ayah atau ibu, baik laki-laki maupun
perempuan.
4. Pakcik atau pakcit adalah sebutan paman.
5. Makcik atau makcit adalah sebutan untuk bibi.
6. Uak adalah sebutan untuk saudara kakak laki-laki
atau perempuan dari ayah atau ibu.
7. Ipar adalah sebutan untuk menyatakan hubungan
seseorang dengan suami atau isteri saudaranya.
8. Biras adalah sebutan untuk menyatakan hubungan
antara dua orang laki-laki atau perempuan yang
isteri atau suami mereka bersaudara.
9. Besan adalah sebutan untuk menyatakan hubungan
diantara orang tua dengan orang tua menantu.
10. Mentua atau mertua adalah sebutan bagi orang
tua suami atau isteri terhadap isteri atau
suami.
11. Menantu adalah sebutan untuk menyatakan
hubungan antara mertua dan suami atau isteri
anaknya.
12. Cicit-cicit adalah sebutan terhadap anak daari
cucu.
13. Saudara berimpal adalah sebutan hubungan di
antara anak-anak dari dua laki-laki yang
bersaudara kandung.
14. Saudara sepupu adalah sebutan untuk anak-anak
dari saudara perempuan kandung.
Etika salam Melayu telah tergeneralisasi
bersama dengan ajaran Islam. “Seseorang disebut
Melayu apabila ia beragama Islam, berbahasa Melayu
sehari-hari dan beradat-istiadat Melayu. Adapun
adat Melayu itu “Adat bersendi hukum syara’, dan syara’
bersendi Kitabullah (Al-Qur’an). Oleh sebab itu,
sampai pada awal kemerdekaan Indonesia, istilah
“Masuk Melayu” sama dengan “Masuk Islam””. (Tuanku
Luckman Sinar Basyarsyah, 2002: 17). Oleh karena
itu Melayu dapat diidentitaskan secara general
dengan Islam itu sendiri karena di dalam hubungan
sosial bersandarkan pada Al-Qur’an dan Al-Hadits
termasuk aturan-aturan salam dalam kehidupan
bermuamalah.
Pada masyarakat Melayu etika salam dalam
bertamu sebagai contohnya. Dalam etika salam
bertamu ada beberapa etika yang diatur oleh syara’.
Pertama adalah mengetuk pintu serta mengucapkan
salam (assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh yang
artinya adalah keselamatan dan kasih sayang serta
keberkahan Allah atas kamu sekalian) dan bagi
yang mendengarkannya menjawab dengan salam
(wa’alaikumussalam wa rahmatullahi wa barakaatuh yang
artinya adalah juga keselamatan dan kasih sayang
serta keberkahan Allah atas kamu sekalian). Kedua
adalah masuk dan duduk apabila sudah diperkenankan
masuk ke dalam rumah serta dipersilakan duduk.
Ketiga adalah menyampaikan hajat dari kedatangan.
Bagi penerima tamu sebaiknya menghidangkan sesuatu
kepada tamu. “ Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad)
cerita tentang tamu Ibrahim (yaitu malaikat-
malaikat) yang dimuliakan?. (Ingatlah) ketika
mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan:
“Salaamun”. Ibrahim menjawab: “Salaamun” (kamu)
adalah orang-orang yang tidak dikenal. Lalu
dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim lalu berkata:
“Silakan Anda makan”. (Tetapi mereka tidak mau
makan), karena itu Ibrahim merasa takut terhadap
mereka. Mereka berkata: “Janganlah kamu takut”, dan
mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan
(kelahiran) seorang anak yang alim (Ishak)” (Q.S.
Az-Zaariyaat 24-28). Jelas bahwa ayat Al-Qur’an di
atas menjelaskan adab-adab salam dan bertamu.
Adapun mengucapkan salam dalam islam hukumnya
adalah wajib. Dalam Shahih Muslim (54) disebutkan:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah
SAW. bersabda: “Kalian tidak akan masuk surga
sehingga kalian beriman dan tidak dikatakan beriman
sebelum kalian saling mencintai. Salah satu bentuk
kecintaan adalah menebar salam antar sesama
muslim”. Dalam hadis lain Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjelaskan bahwa diantara syarat masuk surga
adalah saling mencintai sesama dalam keimanan dan
itu dilakukan salah satunya dengan menebarkan salam
antara sesama muslim. Dari Ali bin Abi Thalib, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sudah mencukupi
untuk suatu rombongan jika melewati seseorang,
salah satu darinya mengucapkan salam.” (HR. Ahmad
dan Baihaqi). Jadi jelas bahwa hukum mengucapkan
salam dan menjawabnya adalah wajib bagi sesama
muslim.
Selain itu, orang yang memulai salam adalah
orang yang lebih baik. “Yang lebih baik dari
keduanya adalah yang memulai salam.” (HR. Bukhari:
6065, Muslim: 2559). Ummu Aiman & (muraja’ah) Aris
Munandar menuliskan dalam muslimah.or.id bahwa
hendaknya orang yang lebih muda memberi salam
kepada yang lebih tua, orang yang lewat memberi
salam kepada yang duduk dan orang yang sedikit
mengucapkan salam kepada yang banyak serta yang
berkendaraan memberi salam kepada yang berjalan
kaki. Dalam hadis di atas bukan berarti bahwa
apabila orang yang diutamakan memulakan salam, maka
gugurlah ucapan salam atas orang yang lebih muda,
orang yang duduk, orang yang sedikit, orang yang
berjalan kaki dan semisalnya. Akan tetapi islam
tetap menganjurkan untuk mengucapkan salam kepada
sesama walaupun orang dewasa kepada orang yang
lebih muda atau sesama muslim yang belum berkenalan
satu sama lain. Namun pada masyarakat Korea,
penghormatan jelas terletak pada orang yang lebih
tua, maka pada masyarakat melayu islam,
penghormatan itu di sisi Tuhan dilihat dari akhlak
walaupun islam masih menegaskan bahwa penghormatan
itu hakikatnya adalah kepada yang lebih tua. Dalam
Al-Qur’an Allah SWT. berfirman, “ Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah
orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S.
Al-Hujurat: 13). Dari ‘Abdullah bin Amr bin Ash
radhiyallahu ‘anhuma, ada seorang laki-laki bertanya
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Islam bagaimana
yang bagus?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
“Engkau memberi makan (kepada orang yang
membutuhkan), mengucapkan salam kepada orang yang
engkau kenal dan yang tidak engkau kenal.” (HR.
Bukhari: 2636, Muslim: 39)
BAB III
PENUTUP
Setiap negara memiliki perbedaan nilai-nilai
sosial dalam masyarakat termasuk etika salam. Baik
Korea maupun Indonesia terkhusus Melayu memiliki
perbedaan salam dalam hubungan interaksi sosial.
Jika dalam etika salam Korea masih mengedepankan
tingkat usia dan status, maka dalam masyarakat
Melayu Islam menerapkan etika-etika serta
bersandarkan kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits yaitu etika
hidup dari Tuhan untuk kebutuhan manusia yang baik
dan universal.
Adapun daripada keduanya, memiliki perbedaan
dalam pelaksanaan etika salam. Korea melakukan
salam dengan membungkuk badan sambil mengucapkan
annyeong haseyo atau berjabat tangan dan Jeol yaitu
tradisi salam dengan membungkuk badan pada hari
penghormatan kepada orang tua yang diatur melalui
etika Korea. Melayu melakukan salam dengan
mengucapkan salam assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa
barakatuh serta menjawab wa’alaikumussalam wa rahmatullahi
wa barakatuh serta penerapan etika-etika adab yang
diatur syara’ (Al-Qur’an dan Al-Hadits) seperti etika
bertamu. Selain itu penggunaan sapaan melayu yang
begitu kental sehingga mempengaruhi tata bahasa
dalam pergaulan sehari-hari yang menjadi ciri khas
dari masyarakat Melayu klasik. Namun demikian,
kedua negara tersebut mempunyai nilai-nilai etika
yang positif bagi terjadinya keselarasan moral,
etika dan adab dalam hubungan sosial manusia
melalui aturan-aturan masing-masing. Oleh karena
itu, perlu untuk memelihara kebiasaan dalam
berbudaya salam yaitu etika salam dalam kehidupan
sehari-hari.
Kemajuan baik dari diri penulis maupun
perkembangan makalah ini sangat diharapkan
kedepannya. Oleh karena itu semua masukan, saran
dan kritikan yang membangun sangat bermanfaat bagi
diri penulis pribadi agar menjadi skill menulis
kedepan yang lebih baik. Selanjutnya, mudah-mudahan
makalah ini bermanfaat dan menambah wawasan
pengetahuan berdasarkan tema yang diangkat dalam
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Aiman, Ummu. 2008. “Ucapkanlah Salam, Jawablah
Salam”. Dalam http://muslimah.or.id/akhlak-
dan-nasehat/ucapkanlah-salam-jawablah-
salam.html. Diakses pada 25 Desember pukul
14.10 WIB.
Al-Bintani, Imam Nawawi. 1415. “Riyadlus Shalihin”.
Cet.1. Beirut: Darul Fikr.
Anh, Kyung-Hwa, dkk. 2008. Bahasa Korea Terpadu Untuk
Orang Indonesia. Seoul: Yim Sung Joon.
Basyarsyah, Luckman Sinar, Wan Syaifuddin. 2002.
Kebudayaan Melayu Sumatera Timur. Medan: USU PRESS.
Jayawati Maini Trisna, Suslistiati, Yeni Mulyani
Supriatin. 1997. Analisis Struktur dan Nilai Budaya
dalam Cerita Rakyat Sumatera Utara: Sastra Melayu.
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa.
Kurtines, William M dan Gerwitz. 1992. Moralitas,
Perilaku Moral dan Perkembangan Moral. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Lasiyo. 1983. Confucius. Yogyakarta: Fakultas
Filsafat UGM.
Lee, Pong-Kook, Chi Sik-Ryu. 2007. Cara Praktis Berbahasa
Korea. Jakarta: Kesaint Blanc.
Question for Koreans as for the Cultural Exchange(We want to know more about Korean’s culture)
Share your culture by answering this questions.
1) How is the Korean’s greeting manner when ;a. The youth meet the older peopleb. The older to the youthc. Friends (peers to peers)
2) When we walk and meet somebody that is olderthan us, how is he manner that we use to greetthem?
3) Does the language give any significanceinfluence in our greeting manner everyday? Whatis your opinion?
4) What do you think about the values in Korean’smanner?
5) Do you know Jeol ( 절 )? If you know, pleaseexplain about it.
6) What is the events of Jeol (절)? 7) Please explains how is the manner of Jeol (절)?8) Is there any differences between the ages, (the
kids, older people to the another olderpeople)? If there is any differences, how is thedifferences?
9) Before we are doing the Jeol Tradition (절), isthere any manner that must do before? If ya,what is it?
10) Could you please explaining to us, what is thevalues inside of Jeol (절)?
Thank you for your participation. If you have thesource about jeol and Korean’s greeting please inenglish language, please show us the source.
Send your answer through microsoft office or googledoc. Please send to email [email protected]
Profile
Name : Zaky Suhaimi Noor
University : Gadjah Mada University, Yogyakarta –Indonesia
Program Study : Korean Language Department
Email : [email protected]
Question tentang greeting sehari-hari dan Jeolorang-orang Korea
1. Bagaimana aturan salam ketika bertemu;a. Orang muda kepada orang yang lebih tuab. Orang tua kepada orang yang lebih muda dan,c. Orang sebaya kepada orang yang sebaya lainnya
?2. Apa saja adab yang harus diperhatikan saat
bersalaman sehari-hari kepada orang yang lebihtua ketika berpapasan atau bertemu?
3. Menurutmu apakah penggunaan bahasa mempengaruhidalam etika bersalaman sehari-hari?
4. Menurutmu nilai-nilai apa sajakah yangterkandung di dalam salam orang Korea?
5. Apa anda tahu Jeol ( 절 )? Jika tahu, jelaskandengan jelas, singkat dan padat tentang Jeol(절)!
6. Acara-acara apa saja dilakukan Jeol (절)?7. Jelaskan bagaimana adab-adab dan tata cara
melaksanakan Jeol (절)!8. Adakah perbedaan Jeol (절) pada setiap golongan
umur yaitu anak-anak, dewasa (ayah dan ibu)kepada orang yang dianggap tua (절절절)? Jika ada,Bagaimana?
9. Sebelum melakukan tradisi Jeol (절), adakah adab-adab yang harus dilakukan? Jika ada, apa?
10. Jelaskan nilai-nilai apa saja yang terkandungdi dalam Jeol (절)?
Terima kasih atas jawaban anda
Jika anda mempunyai sumber berkenaan dengan salamorang-orang Korea dan Tradisi Jeol ( 절 ), silakanlampirkan sumber.
*Penting
Format jawaban dalam bentuk Microsoft Wordatau Google Doc
Kirimkan jawaban anda melalui email:[email protected]
Jawaban Questioner
1. a.절절절 절절절절 “절절절절절” 절절 “절절절절절절” 절절 절절절.
b.절절 절절절절 절절절 절절절절절. c.절절 절절절절 절절절절절.
2. 절절 절절 절절절절 절절절절 절절절 절절절. 절절절 절절절 절절절 절절절절. 3. 절절절 절절. 절절절절 절 절절 절 절절절 절절절절절절 절절절절절.
절절절 절절 절절절절 절절절절절. 절절절절절 절절절 절절절 절절 절절절절 절절절 절절절절절절절 절절절 절 절절 절 절절절 절절절 절절절, 절절절절 절 절절절절 절절절 절절절절절절절.
4. 절절절 절절절 절절절절절.5. 절절 절절절 절절절절 절.
절절절 절절절 절절절절절절절 절절절 절절절절절 절절절절 절절절절. 절절절절 절절절절절절절절절절절 절절 절절절절.
6. 절절절절 절절절절, 절절절 절절절절절.7. 절절 절절 절절절절 절.8. 절절절 절절 절절 절절절절, 절절절 절절 절절 절절절절절절.