ELDI WIRA PUTRA 17520187 PROGRAM STUDI ILMU ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of ELDI WIRA PUTRA 17520187 PROGRAM STUDI ILMU ...
SKRIPSI
PELAKSANAAN KEBIJAKAN SEKOLAH DARING
DI KABUPATEN SLEMAN
Oleh:
ELDI WIRA PUTRA
17520187
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA
“APMD”
YOGYAKARTA
2021
i
HALAMAN SAMPUL
SKRIPSI
PELAKSANAAN KEBIJAKAN SEKOLAH DARING
DI KABUPATEN SLEMAN
Oleh:
ELDI WIRA PUTRA
17520187
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA
“APMD”
YOGYAKARTA
2021
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Tim Penguji untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana (S1) Program Studi Ilmu Pemerintahan, Sekolah Tinggi
Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta pada:
Hari : Selasa
Tanggal : 10 Maret 2020
Pukul : 10.00
Tempat : Ruang Ujian Skripsi STPMD “APMD” Yogyakarta
TIM PENGUJI
NAMA TANDA TANGAN
1. Dr. R. Widodo Triputro, M. M
Ketua/penguji/pembimbing …………………
2. Drs. Supardal, M.Si
Penguji samping I …………………
3. Dr. Rijel Samaloisa
Penguji samping II …………………
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan
Dr. Guno Tri Tjahjoko, MA
iii
HALAMAN PERNYATAAN KEAASLIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Eldi Wira Putra
NIM : 17520187
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PELAKSANAAN KEBIJAKAN
SEKOLAH DARING DI KABUPATEN SLEMAN” adalah benar-benar
merupakan hasil karya sendiri. Dan seluruh sumber yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Yogyakarta, 20 Mei 2021
Yang membuat pernyataan
Eldi Wira Putra
iv
MOTTO
Ambilah Kebaikan dari Apa yang Dikatakan, Jangan Melihat Siapa
yang Mengatakannya”
(Nabi Muhammad SAW)
Pendidikan Merupakan Senjata Paling Ampuh yang Bisa Kamu
Gunakan Untuk Merubah Dunia
(Nelson Mandela)
Jawaban dari Sebuah Keberhasilan Adalah Terus Belajar dan Tak
Kenal Putus Asa.
(Eldi Wira Putra)
Mending dikerjakan sedikit demi sedikit dari pada tidak dikerjakan
sama sekali
(Eldi Wira Putra)
Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan
boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk
bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.
(Q.S. Al-Baqarah : 216)
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Awal kata penulis mengucapkan puji syukur kepada ALLAH SWT, Tuhan yang
Maha Esa karena atas nikmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Skripsi ini juga selesai tidak terlepas dari bantuan dan dukungan doa
dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, maka penulis
ingin mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ayah Sas Wirais dan Ibu Emi Susanti. Terimakasih karena Ayah dan Ibu
telah memberikan kepercayaan kepada penulis dan selalu memberikan
dukungan baik untuk kesehatan jiwa dan raga penulis dalam
menyelesaikan perkuliahan dan penulisan karya berupa skripsi ini.
Sungguh, penulis merasa bangga dapat menyelesaikan perkuliahan ini
karena itu semua berkat kasih sayang Ayah dan Ibu.
2. Adek Nafisa Zahratul Aini dan Aldi Saputra . Terimakasih atas bantuan
semangat yang luar biasa dari kalian berikan dalam proses penulisan
skripsi ini. Berkat kalian, penulis semakin merasa termotivasi untuk cepat
menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.
3. Keluarga besar penulis yang sungguh amat sangat besar sehingga tidak
dapat ditulis satu per satu. Terimakasih atas pertanyaan kapan sidang?
serta doa kalian selama ini. Tindakan baik kalian terhadap penulis turut
menuntun semangat penulis sampai dengan saat ini, terutama disaat
penulis sedang kekurangan semangat dalam untuk menyelesaikan
perkuliahan. Pertanyaan kapan selesai kuliah dan kapan sidang inilah yang
vi
memberi dorongan kepada penulis untuk berkerja keras menyelesaikan
kuliah di perantauan.
4. Teman-teman, sahabat, dan dosen khususnya Adam, Tomi, Mikael,
Ray,dan banyak lagi yang selama ini memberi dorongan, arahan serta
bimbingan kepada penulis. Berkat hal-hal positif baik yang berikan kepada
penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan sebuah karya berupa skripsi
untuk mendapat gelar sarjana.
5. Kepala Dinas Pendidikan Sleman, Staf Kepegawaian Dinas Pendidikan
Sleman, Kepala sekolah, Guru, Peserta Didik dan Orang Tua Peserta didik
di Kabupaten Sleman yang bersedia meluangkan waktu untuk membantu
peneliti untuk melengkapi data dan mampu menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
6. Teman-teman kampus STPMD “APMD”, yang selama ini turut berperan
dalam penelitan yang dilakukan oleh penulis, dan dukungan yang kuat
kepada penulis.
7. Almamater STPMD “APMD”, yang menjadi kebanggaan penulis selama
menempuh pendidikan jenjang Strata 1, mampu membentuk karakter
penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
berkehendak dan memberikan rahmat sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “PELAKSANAAN KEBIJAKAN SEKOLAH
DARING DI KABUPATEN SLEMAN”. Skripsi ini merupakan salah satu
persyaratan yang harus dipenuhi oleh mahasiswa untuk memperoleh gelar Strata
Satu (S1) di Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”
Yogyakarta. Pada Kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Sutoro Eko Yunanto, M.Si selaku Ketua Sekolah Tinggi
Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.
2. Bapak Dr. Guno Tri Tjahjoko, MA selaku Ketua Program Studi Ilmu
Pemerintahan STPMD “APMD” Yogyakarta.
3. Bapak Dr. R. Widodo Triputro, M. M. selaku Dosen Pembimbing yang telah
berkenan meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dalam membimbing terhadap
skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu dosen, serta segenap karyawan Program Studi Ilmu
Pemerintahan STPMD “APMD” Yogyakarta.
5. Kepala Dinas Pendidikan Sleman, Staf Kepegawaian Dinas Pendidikan
Sleman, Kepala sekolah, Guru, Peserta Didik dan Orang Tua Peserta didik di
Kabupaten Sleman, yang bersedia meluangkan waktu untuk membantu peneliti
untuk melengkapi data dan mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
6. Kedua Orang Tua ku tercinta Bapak Sas Wirais dan Umak Emi Susanti yang
telah memberikan dukungan materi, semangat yang tak terhingga kepada
penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
7. Kedua adik abang tercinta dan tersayang Nafisa Zahratul Aini dan Aldi Saputra
yang selalu nelpon nanya “kapan abang pulang?” akhirnya abang bisa
menyelesaikan skripsi dan pulang ketemu adek-adek abang tersayang.
viii
8. Keluarga Besar penulis yang selalu memberikan dukungan dan mematok harus
lulus tepat waktu dan selalu nanya kapan sidang? Dan kapan wisuda?. Terima
kasih atas dukungan dari kalian.
9. Keluarga tak sedarahku, Sukma,Tomi, Ray, Jodi, Silal, Idon, Amin. Kucingku
Betty, Zeky dan kucing-kucing kampung yang ada dilingkungan kost.
10. Teman-teman seperjuangan bimbingan Bapak Dr. R. Widodo Triputro, M. M.
11. Teman-teman Klan Manok Potong, Zurra, Jefri, Gifari, Elga, Khairudin, Jerri,
yang selalu ngajak main bareng PUBG Mobile, selalu memberikan hiburan dan
semangat kepada penulis.
12. Teman-teman Keluarga Cendana, Imam, Beben, Joni, Hermansyah, Mikael,
Angga, Rico.
13. Teman-teman ku sekalian, Ainun, Gun, Iskandar, Atot, Julet, Dwi, Bang
Taufik, Jefriansyah, Jean, Felix, Jefherison, Mas Ferry, Mas Anto, Bang Heri,
Mas Dobi, Mbak Putri Anjani, Teteh Gita, Yoman, Safarudin, Catur, Sandi,
Doni, Nico,Wildan, Jafar, Iqbal, Boy, Ijun, Ijuh, Yoga, Fikri, Adit, Jun, serta
teman-teman lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu-satu karna ada yang
lupa namanya.
Yogyakarta, 20 Mei 2021
ELDI WIRA PUTRA
xiii
INTISARI
Penelitian ini mengkaji tentang pelaksanaan kebijakan sekolah daring,
sebagai upaya dalam menjalankan kebijakan yang dikeluarkan oleh
Kemendikbud. Selain itu terdapat permasalahan yang terjadi dalam
pelaksanaan sekolah daring seperti pelaksanaan sekolah daring yang lumayan
memakan biaya, tidak mempunyai fasilitas pendidikan, dan pelaksanaan
sekolah daring yang hanya berfokus pada pemberian tugas. Kemudian
penelitian ini berusaha untuk menemukan hambatan yang dihadapi dan
bagaimana pelaksanaan kebijakan sekolah daring di Kabupaten Sleman.
Dengan konsepsi teori yang digunakan yakni Kebijakan Publik yang
dipadukan dengan kebijakan publik bidang pendidikan dasar serta kebijakan
sekolah daring.
Penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriftif
kualitatif. Menggunakan Studi pelaksanaan kebijakan sekolah daring di
Kabupaten Sleman, dengan pengumpulan data yaitu dengan cara observasi,
wawancara, dokumentasi, dan teknik analisis data. Adapun subjek penelitian
berjumlah penelitian ini 28 Responden.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pelaksanaan kebijakan sekolah
daring di Kabupaten Sleman dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan
prosedur pelaksanaan. Dimana penyelenggaraan tersebut memperhatikan
aturan dan pedoman pelaksanaan yang dikeluarkan oleh Kemendikbud dan
juga diselenggarakan dengan unsur partisipasi masyarakat. Dengan
melaksanakan pembelajaran secara virtual dengan menggunakan aplikasi
pendukung seperti zoom dan google meet. Melakukan koordinir kepada
sekolah untuk melakukan MGMP semua mata pelajaran, memberikan
bantuan berupa kuota internet, dan melakukan koordinasi dengan seluruh
kepala sekolah untuk melakukan MKKS (Musyawarah Kerja Kepala
Sekolah) sebagai media untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada
sekolah selama pembelajaran daring. Dan terdapat beberapa hambatan yang
dihadapi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman, seperti pelaksanaan
pembelajaran daring yang terhalang oleh jaringan internet yang kurang stabil,
peserta didik yang tidak mempunyai fasilitas pembelajaran daring, dan
terdapat peserta didik yang mengalami kesulitan untuk memahami materi
pembelajaran daring.
Kata kunci : Kebijakan, Partisipasi, Kebijakan Publik Bidang Pendidikan
Dasar, Kebijakan Sekolah Daring.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam mempersiapkan
generasi yang memiliki kualitas di masa depan. Bagi setiap masyarakat di suatu
negara pemenuhan kebutuhan akan pendidikan merupakan kabutuhan pokok.
Pendidikan merupakan bagian utama dalam pembentukan sumber daya manusia
yang diperlukan oleh suatu bangsa. Dengan pendidikan yang mampu
meningkatkan sumber daya manusia akan membuat kemajuan suatu bangsa
dengan sangat cepat. Serta dengan adanya pemerintahan yang peduli akan
pendidikan maka akan mendorong kesejahteraan masyarakat, pemenuhan
kebutuhan akan pendidikan harus di berikan secara merata dan secara luas di
daerah-daerah terpencil. Dengan sumber daya manusia yang baik dan berkualitas
dapat menjamin masyarakat untuk berkembang, serta dapat memanfaatkan sumber
daya alam sebagai bentuk pemenuhan akan kebutuhan.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sitem
Pendidikan Nasional, Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dan juga
2
pendidikan merupakan salah satu cita-cita bangsa sebagaimana tercantum dalam
Undang-Undang Dasar 1945 Alinea ke-empat.
Pendidikan Nasional merupakan diselenggarakan dengan pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang terdapat
pada pasal 31 ayat (1) “bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan
pendidikan”, dan ayat (3) “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta
akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan
undang-undang.
Pendidikan nasional memiliki visi dan misi yang bertujuan untuk
mensejahterakan masyarakat. Visi dari pendidikan nasional terwujudnya sistem
pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk
memberdayakan semua warga negara indonesia berkembang menjadi manusia
yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang
selalu berubah. Kemudian misi dari pendidikan nasional salah satunya ialah
mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperolah pendidikan
yang bermutu bagi seluruh rakyat indonesia. (https://pih.kemlu.go.id
/files/UU0232014.pdf, diakses 17 November 2020)
Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kemajuan suatu negara.
Dengan perkembangan pendidikan yang baik akan mampu melahirkan ganerasi
perubah, yang mampu melakukan perubahan suatu negara. Pendidikan berperan
penting dalam suatu negara dengan berkembang dan terwujudnya pendidikan
berdampak pada kemajuan ekonomi, industri dan pembangunan suatu negara.
3
Negara yang memiliki kualitas pendidikan yang tinggi akan mampu membuat
negara tersebut dengan mudah menguasai industri, apalagi jika didukung dengan
Sumber Daya Alam yang berlimpah semakin mudah untuk menuju pasar global
bahkan menguasai pasar di beberapa negara lainnya. Dengan hal itulah negara
memfokuskan pembangunan pendidikan dalam penyelenggaraan
pemerintahannya, karna dengan majunya pendidikan serta berkembangnya
sumber daya manusia maka akan dapat berpengaruh besar dalam kemajuan negara
tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya pendidikan dalam mempengaruhi
maju atau tidaknya suatu negara. Maka dari hal tersebut pemerintah harus mampu
mewujudkan pendidikan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat-
masyarakatnya, karna keberhasilan suatu pembangunan pendidikan didasarkan
pada pemerataan pemenuhan pendidikan bagi masyarakat kurang mampu.
Dalam pencapaian pendidikan pemerintah menerapakan desentralisasi
pendidikan yaitu upaya memindahkan penyelenggaraan pendidikan yang semula
sentralistik menjadi pendidikan yang sesuai dengan kepentingan daerah atau
masyarakat. Dalam desentralisasi pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah
merupakan jalan yang tepat dalam pembangunan pendidikan di daerah-daerah
yang sulit terjangkau oleh pemerintah pusat. Desentralisasi pendidikan bagi
pemerintah daerah mampu membuat sedikit perubahan kondisi pendidikan yang
sesuai dengan kondisi daerah tersebut. Perubahan penyelenggaraan pemerintahan
dari sentralistik ke sistem pemerintahan desentralistik ditandai oleh lahirnya
4
Undang-Undang Nomor. 22 Tahun 1999 tentang pemerintah daerah yang
sekarang menjadi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004.
Dalam Pengembangan dan Pemerataan Kebijakan Pendidikan secara luas
maka Pemerintah Pusat memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah
dalam mengurus dan melaksanakan kegiatan pendidikan berdasarkan kebutuhan
daerah dan kondisi daerah masing-masing melalui desentralisasi pendidikan.
Seperti yang disampaikan oleh Fiske dan Drost sasaran desentralisasi pendidikan
bisa bersifat politik atau demokratik dan bisa juga bersifat administratif.
Desentralisasi pendidikan bersifat politik atau demokrasi manakala penyerahan
kekuasaan untuk membuat keputusan tentang pendidikan diberikan oleh
pemerintah kepada rakyat atau wakil-wakilnya di tingkat pemerintah yang lebih
rendah.
Dari apa yang disampaikan oleh Fiske dan Drost dapat diketahui bahwa
desentralisasi pendidikan bersifat demokratis atau politik yang mengarahkan
kebijakan pendidikan berdasarkan dengan keputusan yang dibuat oleh perwakilan
rakyat di tingkat Pemerintahan. Yang kemudian dalam praktek administratifnya
pemerintah daerah tidak memegang penuh kewenangan tentang perencanaan
kebijakan maupun lain-lain, Pemerintah Pusat yang memiliki kewenangan dan
bertanggung jawab dalam Perencanaan, Manajemen, Keuangan, dan kegiatan-
kegiatan tertentu diserahkan kepada Pemerintah atau Dewan Perwakilan Rakyat
yang ada di pemerintah.
Desentralisasi pendidikan memiliki dua konsep dalam penerapannya yang
saling berkaitan yang dimana sebagai bentuk dalam efektivitas pelaksanaannya.
5
Seperti yang dikemukan oleh Jalal dan Musthafa, terdapat dua konsep beda dan
saling berkaitan dalam desentralisasi pendidikan. Pertama, transfer otoritas
kebijakan pendidikan dari pusat ke daerah. Dalam konsep ini pemerintah harus
mendelegasikan kebijakan-kebijakan pendidikan kepada pemerintah daerah
beserta dana yang dibutuhkan untuk membiayai tanggung jawab yang di
bebankan. Kedua, pergeseran berbagai keputusan pendidikan dari pemerintah ke
masyarakat. Ide ini berasal karena masyarakat harus lebih tahu dan memutuskan
sendiri program pendidikan yang dikehendaki karena mereka yang akan
memanfaatkan pendidikan. (http://journal.unair.ac.id.pdf, diakses 16 November
2020)
Dalam hal tersebut perlu adanya kesiapan daerah dalam menjalankan tugas
yang besar yang menjadi masalah utama dalam pelaksanaan desentralisasi. Ada
beberapa aspek yang dapat digunakan dalam upaya mengukur kemampuan daerah
seperti kemampuan dalam mengatur keuangan, kemampuan aparatur, partisipasi
masyarakat, demografis, organisasi, dan administrasi. Selain itu ada variabel lain
yaitu kondisi geografis, sosial, politik, dan budaya.
Pelayanan umum pada masyarakat salah satunya di bidang pendidikan.
Dalam sektor pelayanan pendidikan pelaksanaannya harus menekankan pada
kebhinekaan. Desentralisasi pendidikan miliki tujuan sebagai bentuk
meningkatkan efektivitas kinerja lembaga dalam penyelenggaraan pendidikan.
Desentralisasi pendidikan membuat daerah untuk memberikan inovasi dan
kreatifitas pemerintah dalam memajukan pendidikan didaerah, serta mampu
menciptakan pendidikan yang berkualitas.
6
Dalam penyelenggaraan desentralisai pendidikan tercantum pada Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Menyatakan bahwa
pendidikan termaksud dalam urusan wajib pemerintahan berkaitan dengan
pelayanan dasar. Lebih detailnya pendidikan yang termaksud kedalam Undang-
Undang tersebut, yaitu Pendidikan Anak Usia Dini dan non formal (PAUDNI)
serta pendidikan dasar (SD dan SMP) menjadi kewenangan Pemerintah
Kabupaten/Kota.
Sejalan dengan penyelenggaran otonomi daerah sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, maka Pemerintah Daerah berwenang
mengurus segala urusan di wilayahnya termasuk salah-satunya pengurusan dalam
bidang pendidikan. Gagasan otonomi daerah dimaksudkan guna mempercepat
terwujudnya kesejahteraan rakyat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan
dan peran serta masyarakat itu sendiri. Dalam hal ini, termasuk juga peran dan
tanggung jawab pemerintah daerah dalam urusan pendidikan, sebagaimana
diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, yang bertumpu kepada
kemampuan sumber daya lokal berdasarkan efisiensi, efektivitas, akuntabilitas,
responsibilitas, dan transparan, guna mewujudkan pelayanan yang berkualitas.
(https://media.neliti.com.pdf, diakses 16 November 2020)
Dengan demikian, pentingnya membentuk sumber daya manusia
indonesia, secara menyeluruh dibutuhkan sebagai bentuk untuk melaksankan
pembanunan, di tingkat nasional, lokal, serta global. Sebuah pondasi dalam
pembentukan kualitas manusia adalah sistem pendidikan, karena melalui
pendidikanlah bangsa dan negara akan sanggup menghadapi dan menjawab
7
berbagai macam permasalahan, tantangan dengan perubahan masa yang semakin
modern dan memperluas akses pendidikan akan mampu membuat peningkatan
kualitas sumber daya manusia dengan lebih cepat.
Selain itu, pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47
Tahun 2008 tentang Wajib Belajar, tercantum bahwa pemerintah pusat dan
pemerintah daerah telah menjamin terselenggarannya program wajib belajar
minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya. Hal ini tentunya
sebagai bentuk dalam memperluas dan pemerataan kesempatan dalam
memperoleh pendidikan yang berkualitas bagi setiap warga negara. Selain itu juga
diberikan sebagai bentuk dalam pemenuhan pendidikan minimal bagi warga
negara untuk mengembangkan potensi diri supaya hidup mandiri dalam
masyarakat maupun melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Dengan
adanya perolehan pendidikan gratis dapat mengurangi serta membantu anak putus
sekolah, akibat kurang mampu dalam segi ekonomi dalam memperoleh
pendidikan. . (https://docplayer.info/4263 8121-.html, diakses 16 november 2020)
Kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah berlaku secara nasional.
Sementara di indonesia kondisi daerahnya berbeda-beda. Oleh karena itu,
Pemerintah Daerah diberikan kewenangan melalui otonomi daerah yang
didalamnya Pemerintah Daerah diberikan Kewenangan untuk mengatur dan
mengurus daerahnya termaksud pendidikan. Pemerintah Daerah diberikan
kewenangan dalam menyelenggarakan pendidikan dengan menyesuaikan
kebutuhan daerahnya dan menyelesaikan permasalahan pendidikan dengan cara
yang bisa diterima oleh masyarakat di daerah tersebut, namun disini Pemerintah
8
Pusat tidak sepenuhnya memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah ada
kewenangan tertentu yang masih dipegang oleh Pemerintah Pusat.
Agar tercapai tujuan nasional yaitu memberikan pendidikan gratis bagi
masyarakat dan mutu pendidikan yang berkualitas maka di berlakukanlah
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Permendikbud Nomor 19 Tahun
2016 tentang Program Indonesia Pintar, Program Indonesia Pintar, yang
selanjutnya disingkat PIP, adalah bantuan berupa uang tunai dari pemerintah yang
diberikan kepada peserta didik yang orang tuanya tidak dan/atau kurang mampu
membiayai pendidikannya.
Dengan adanya berbagai permasalahan di lingkungan pendidikan
pemerintah selain memberikan akses gratis bagi masyarakatnya dalam menempuh
pendidikan, pemerintah juga memberikan bantuan berupa uang tunai yang
ditujukan sebagai bentuk dalam pemenuhan akan kebutuhan pendidikan bagi
masyarakat kurang mampu. Pemerintah mengeluarkan Program Kartu Indonesia
Pintar bertujuan sebagai bentuk dalam meningkatkan akses bagi anak usia 6
(enam) sampai dengan 21 (dua puluh satu) tahun untuk mendapatkan layanan
pendidikan sampai tamat satuan pendidikan menengah dalam rangka mendukung
pelaksanaan pendidikan menengah universal/rintisan wajib belajar 12 (dua belas)
tahun. Serta membantu masyarakat kurang mampu dari kemungkinan putus
sekolah, memberikan kesempatan bagi anak putus sekolah untuk menempuh
pendidikan sampai lulus sekolah menengah atas. Dan juga membentuk sanggar
kegiatan belajar, lembaga kursus, pusat kegiatan masyarakat dan pendidikan dan
balai latihan kerja.
9
Kemudian pada Permendikbud Nomor 19 Tahun 2016 pasal 15 berbunyi
bahwa Program Indonesia Pintar (PIP) dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal
yang menangani pendidikan dasar dan menengah, direktorat jenderal yang
menangani pendidikan nonformal, dinas pendidikan provinsi, dinas pendidikan
kabupaten/kota, satuan pendidikan, dan pemangku kepentingan sesuai dengan
kewenangannya. (https://peraturan.bpk.go.id,diakses 17 November 2020).
Dalam hal ini pemerintah memberikan kemudahan bagi masyarakatnya
dalam hal mendapatkan pendidikan yang baik. Dengan adanya bantuan
pendidikan bagi masyarakat yang tidak mampu, maupun masyarakat yang putus
sekolah dapat melanjutkan pendidikan sesuai dengan tujuan nasional yaitu
masyarakat wajib belajar 9 tahun. Pada zaman yang modern pendidikan
merupakan hal yang penting dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
setiap negara memiliki standar pendidikan masing-masing dan status sosial yang
tidak dapat di pisahkan dalam lingkungan bermasyarakat. Dimana masyarakat
yang tidak mampu menempuh atau melanjutkan pendidikan menjadi salah satu
tanggung jawab pemerintah dalam upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakatnya.
Pada era penyebaran Covid-19 yang pemerintah memberikan respons di
bidang Pendidikan, yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan merespons
kebijakan tersebut dengan menerbitkan Surat Edaran Mendikbud Nomor 3 Tahun
2020 tentang Pencegahan Covid-19 di satuan pendidikan pada 9 Maret 2020. Isi
surat edaran yang dikeluarkan tersebut hampir sama dengan yang dikeluarkan
10
oleh Kantor Staf Presiden sebelumnya. Terdapat berbagai himbauan yang
disampaikan oleh Mendikbud dalam surat tersebut yang mencerminkan bahwa
kegiatan pembelajaran masih dapat dilakukan di satuan pendidikan (sekolah)
dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.
Dengan mengikuti perkembangan pandemi yang begitu cepat, pada 17
Maret 2020, Menteri Pendidikan kembali menerbitkan surat edaran bernomor
36962/MPK.A/HK/2020 tentang Pembelajaran secara Daring dan Bekerja dari
Rumah dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19. Isi surat tersebut
menghimbau untuk mengikuti protokol pencegahan Covid-19 yang dikeluarkan
oleh Kantor Staf Presiden, yang ditujukan kepada semua kepala dinas pendidikan
dasar, menengah, hingga tinggi.
Selanjutnya untuk menyempurnakan kebijakan Pada 24 Maret 2020,
Mendikbud kembali mengeluarkan Surat Edaran, yakni Surat Edaran Mendikbud
Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa
Darurat Penyebaran Covid-19. Di dalamnya, salah satunya, diatur proses belajar
dari rumah. Dan diatur tentang fokus belajar dari rumah, semangat dalam
pembelajaran daring, aktivitas dan tugas pembelajaran selama belajar dari rumah,
serta peran penting guru dalam memberikan umpan balik.
(https://kompaspedia.kompas.id, diakses 16 november 2020)
Kemudian seiring dengan berjalannya kebijakan yang dikeluarkan oleh
Kemendikbud tentang proses belajar dari rumah terdapat beberapa masalah yang
dihadapi oleh orang tua maupun siswa. Adapun permasalahan menjadi
penyebabnya seperti yang dikutip dari artikel Nisaul Choiroh Mahasiswa IAN
11
Surakarta menyatakan bahwa pelaksanaan belajar daring kurang efektif
berdasarkan hasil wawancara dengan 4 siswa SMA dan 1 siswa SMP, 3 dari 5
siswa menyatakan bahwa pembelajaran daring yang diperoleh hanya berpusat
pada pemberian tugas, dan rasio pemberian materi sangat kecil. (https://iain-
surakarta.ac.id, diakses 16 november 2020).
Serta dari artikel salah satu guru MTs Kota Cilegon Sri Harnani,
menyatakan bahwa salah satu permasalahan balajar daring ini dapat dilihat dari
kejadian dilingkungan sekitar siswa dan orang tua. Permasalahan seperti siswa
yang tidak memiliki smartphone dalam menunjang kegiatan pembelajaran daring,
serta permasalahan lain juga disebutkan bahwa terkait ketersediaan kuota yang
cukup menguras siswa dan guru guna memfasilitasi kebutuhan pembelajaran
daring. Kebutuhan akan kuota internet menjadi melonjak dan banyak orang tua
siswa yang tidak siap untuk menambah anggaran dalam menyediakan jaringan
internet. (https://bdk jakarta.kemenag.go.id, di akses 16 november 2020).
Dari artikel di atas pembelajaran secara daring memiliki berbagai
kekurangan, permasalahan ini juga terjadi di lokasi yang ingin saya lakukan
penelitian yaitu Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman. Berdasarkan hasil
pembicaraan dengan kepala Bidang Pembinaan Sekolah Dasar (29 Oktober 2020)
di Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman terdapat beberapa permasalahan salah
satunya dari tenaga pengajar/guru yang kurang paham akan teknologi dan masih
ada sekolah yang tidak melaksanakan sekolah dari akibat tidak terkonver sinyal
internet. Kendala yang dihadapi oleh tenaga pengajar baik itu dalam pembuatan
12
bahan pembelajaran hal ini dipengaruhi oleh faktor usia yang tidak cukup muda
lagi.
Berdasarkan uraian terkait permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam
pelaksanaan belajar daring di Kabupaten Sleman tersebut, menarik untuk diteliti
lebih lanjut mengingat saat ini masih dilaksanakannya pembelajaran daring
sebagai wujud efektivitas pembelajaran yang dilakukan di tengah pandemi covid
19. Selain itu yang membuat peneliti lebih tertarik dengan permasalahan
pembelajaran daring yang ada di Kabupaten Sleman, yang merupakan wilayah
terbesar yang ada Daerah Istimewa Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pelaksanaan Kebijakan Sekolah Daring di Kabupaten Sleman ?
2. Apa hambatan yang dihadapi dalam Pelaksanaan Kebijakan Sekolah Daring
di Kabupaten Sleman ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan hambatan yang terjadi dalam penyelenggaraan sekolah
daring di Kabupaten Sleman.
2. Mengetahui pelaksanaan kebijakan sekolah daring di Kabupaten Sleman
13
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Akademis
Penelitian ini bertujuan untuk memperkaya sumber penelitian mengenai topik
Pelaksanaan kebijakan sekolah daring di Kabupaten Sleman.
2. Praktis
Penelitian ini diharapkan bisa menjadikan refrensi Pemerintah Kabupaten
Sleman dalam pelaksanaan kebijakan sekolah daring.
E. Kerangka Konseptual
Untuk menjelaskan hal-hal di atas, tentu dibutuhkan teori yang kuat.
Kerangka konseptual ini merupakan uraian tentang konsep-konsep yang
digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian sekaligus juga menjadi landasan
dalam penelitian.
1. Kebijakan Publik
Kebijakan publik merupakan kebijakan yang dibuat oleh suatu
pemangku kepentingan yang dimana menyangkut tentang kebutuhan publik.
Kebutuhan publik merupakan hal yang sangat komplek dalam suatu negara,
seperti kebutuhan akan kebebasan, kebutuhan akan sesuatu yang dianggap
penting. Kebijakan publik seharusnya mampu memenuhi kebutuhan publik
yang di rasa penting bagi publik, misalnya kebijakan yang mengarah ke
publik sebagai bentuk dalam penyelesaian suatu permasalahan yang terjadi di
publik. Seperti yang dikemukan oleh Anderson di bawah ini:
14
Menurut Anderson dalam Solichin Abdul Wahab kebijakan itu ialah
suatu langkah tindakan yang secara sengaja dilakukan oleh seorang aktor atau
sejumlah aktor berkenaan dengan adanya masalah atau persoalan tertentu
yang dihadapi. Dua teoritis lain, Heinz Eulau dan Kenneth Prewitt dalam
Solichin Abdul Wahab, sebagaimana dikutip oleh Charles O. Jones, juga
menyatakan hal yang kurang lebih sama dengan Anderson saat mereka
mengatakan bahwa kebijakan itu tak lain adalah berdirinya keputusan
ditandai dengan konsistensi perilaku dan berulang yang membuatnya dan
orang-orang baik di pihak mereka yang mematuhinya.
Berdasarkan teori diatas dapat kita ketahui bahwa kebijakan
merupakan suatu tindakan yang dibuat oleh aktor yang mempunyai
kewenangan dalam penyelesaian suatu masalah yang terjadi dilingkup publik.
Kemudian kebijakan yang dibuat dipertimbangkan berdasarkan permasalahan
yang kompleks dibuat dan harus dipatuhi oleh publik.
Kemudian kebijakan juga dikemukan oleh Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) dalam Solichin Abdul Wahab yang menyatakan bahwa
Kebijakan ialah pedoman untuk bertindak. Pedoman itu bisa saja amat
sederhana atau kompleks, bersifat umum atau khusus, lebih luas atau sempit,
kabur atau jelas, longgar atau terperinci, bersifat kualitatif atau kuantitatif,
publik atau privat. Kebijakan dalam maknanya seperti ini mungkin berupa
suatu deklerasi mengenai suatu dasar pedoman bertindak, suatu arah tindakan
tertentu, suatu program mengenai aktivitas-aktivitas tertentu, atau suatu
rencana. (Solichin Abdul Wahab : 9-10)
15
Istilah kebijakan yang dikemukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) diatas mengarah pada sikap dari aktor yang melakukan tindakan dalam
pembuatan kebijakan. Pembuatan kebijakan yang bertindak harus
berdasarkan pedoman, pedoman tersebut bisa saja berupa permasalahan yang
terjadi atau aktivitas-aktivitas tertentu yang memiliki peluang dalam membuat
masalah.
Dewasa ini, istilah kebijakan memang lebih sering dipergunakan
dalam konteks tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
para aktor dan institusi-institusi pemerintah, serta perilaku negara pada
umumnya (United Nation, 1975;Nevil Johnson, 1980), dalam kaitan itu,
mudah dipahami jika konsep kebijakan itu kemudian sering berkonotasi, serta
membawa konsekuensi politis. Dari sinilah lantas diberi makna sebagai
tindakan-tindakan politik (political action). Makna kebijakan yang
dikemukakan diatas akan jelas bila kita ikuti pandangan seorang ilmuwan
politik Carl Friedrich, saat ia menyatakan bahwa kebijakan itu ialah suatu
tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang,
kelompok, atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubung dengan
adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk
mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan. (Solichin Abdul
Wahab : 9-10)
Apa yang baru saja dikemukakan oleh Friedrich diatas akan semakin
jelas jika kita pertegas lagi dengan pendapat Knoepfel dan kawan-kawan saat
mereka mengartikan kebijakan sebagai serangkaian keputusan atau tindakan-
16
tindakan sebagai akibat dari interaksi terstruktur dan berulang diantara
berberbagai aktor, baik publik/pemerintah maupun privat/swasta yang terlibat
berbagai cara dalam merespons, mengidentifikasikan, dan memecahkan suatu
masalah yang secara politis didefinisikan sebagai masalah publik.
Dari berbagai konsep-konsep yang disodorkan, baik oleh Friedrich
maupun Knoepfel dan kawan-kawan tersebut dicermati, kita akan
memperoleh sebuah pemahaman baru seperti halnya dalam membedakan
antara kebijakan dan keputusan,analisis kebijakan publik itu lebih pada apa
yang nyata dilakukan oleh pemerintah bukan hanya sekedar apa yang
dipikirkan atau ingin dilakukan. Kemudian semua kebijakan secara normatif
bersifat memecahkan masalah. Yang artinya, setiap kebijakan yang dibuat
dimaksudkan untuk memecahkan masalah yang terjadi atau sekedar mengurai
permasalahan yang rumit, masalah-masalah yang secara terpilih dapat
diidentifikasi dan masuk kedalam prioritas pemerintah dalam
penyelesaiannya.
a. Kebijakan Publik
Kebijakan publik merupakan suatu hubungan yang terjalin
antara unit dengan lingkungan yang memiliki hubungan yang erat.
Dalam kebijakan publik terdapat di lingkungan masyarakat maupun
pemerintahan, yang memiliki tujuan sebagi bentuk dalam penyelesaian
permasalahan publik maupun permasalahan khusus yang terjadi di
lingkungan pemerintahan. Banyak ahli yang merumuskan tentang
17
kebijakan publik yang sebenernya saling berkaitan satu dengan yang
lain.
Salah satunya dikemukan oleh Eystone dalam Solichin Abdul
Wahab, tetapi cakupannya terlalu luas, yang merumuskan dengan
pendek bahwa kebijakan publik ialah antara hubungan yang
berlangsung di antara unit/satuan pemerintah dengan lingkungan.
Demikian pula definisi yang pernah disodorkan oleh Wilson dalam
Solichin Abdul Wahab yang merumuskan kebijakan publik sebagai
tindakan-tindakan, tujuan-tujuan, dan pernyataan-pernyataan
pemerintah mengenai masalah-masalah tertentu, langkah-langkah yang
telah/sedang diambil (atau gagal diambil) untuk diimplementasikan,
dan penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh mereka mengenai apa
yang terjadi(atau tidak terjadi). (Solichin Abdul Wahab: 13)
Diatas dapat kita ketahui bahwa kebijakan publik merupakan
hubungan antara unit pemerintah dengan lingkungan yang memiliki
tujuan melakukan tindakan dalam langkah pengambilan suatu
penyelesaian masalah yang terjadi. Langkah yang diambil dalam
penyelesaian masalah diimplementasikan dan dinyatakan kepublik
tentang bagaimana pemecahan permasalahannya.
Chief J. O. Udoji seorang pakar dari nigeria dalam Solichin
Abdul Wahab, telah mendefinisikan kebijakan publik sebagai suatu
tindakan bersanksi yang mengarah pada suatu tujuan tertentu yang
saling berkaitan dan memengaruhi sebagian warga masyarakat. Serta
18
pakar prancis, Lemieux merumuskan kebijakan sebagai produk
aktivitas-aktivitas yang dimaksud untuk memecahkan masalah publik
yang terjadi dilingkungan tertentu yang dilakukan oleh aktor-aktor
politik yang hubungannya terstruktur. Keseluruhan proses aktivitas itu
berlangsung sepanjang waktu. (Solichin Abdul Wahid: 15)
Dari pernyataan Chief dan Lemieux diatas dapat kita ketahui
bahwa kebijakan publik dilakukan oleh aktor-aktor yang memiliki
kewenangan dalam menyelesaiakan suatu masalah yang dimana setiap
tindakannya memiliki sanksi dan dapat mempengaruhi masyarakat
dalam penyelesaian permasalahannya. Aktivitas yang dilakukan dalam
memecahkan masalah publik dilingkungan tertentu akan berlangsung
sepanjang waktu berdasarkan aktor-aktor yang berwenang di
lingkungan tersebut.
David Easton dalam Subarsono (2013: 3) mempunyai
pandangan bahwa ketika pemerintah membuat kebijakan publik, ketika
itu pula pemerintah mengalokasikan nilai-nilai kepada masyarakat,
karena kebijakan mengandung seperangkat nilai didalamnya. Jadi
keputusan yang dituangkan dalam sebuah kebijakan harus
mengandung nilai-nilai baik yang berasal dari masyarakat secara
langsung maupun nilai-nilai baru yang kemudian bertujuan untuk
mencapai maksud tertentu. Kebijakan tersebut juga tidak boleh
mengandung nilai-nilai yang bertentangan dengan masyarakat, sebab
19
pada pelaksanaannya akan mendapatkan ganjalan dan resistansi dari
masyarakat.
Keterlibatan aktor-aktor dalam perumusan sebuah kebijakan
dilaksanakan oleh para orang yang mempunyai pengaruh kuat dalam
masyarakat, menurut Easton dalam Budi Winarno (2014:23) mereka
ini merupakan orang-orang yang terlibat dalam masalah sehari-sehari
dalam suatu sistem politik, diakui oleh sebagian terbesar anggota
sistem politik, mempunyai tanggung jawab untuk masalah-masalah ini,
dan mengambil tindakan-tindakan yang diterima secara mengikat
dalam waktu yang panjang oleh sebagian besar anggota sistem politik
selama mereka bertindak dalam batas-batas peran yang diharapkan.
Hasil-hasil kebijakan atau policy output lebih merujuk pada
“manifestasi nyata” dari kebijakan-kebijakan publik, yaitu hal-hal yang
sebenarnya dilakukan menurut keputusan-keputusan dan pernyataan-
pernyataan kebijakan. Dengan menggunakan kalimat yang lebih
sederhana, hasil-hasil kebijakan dapat diungkapkan sebagai apa yang
dilakukan oleh suatu pemerintah dan keberadaannya perlu dibedakan
dari apa yang dinyatakan oleh pemerintah untuk melakukan sesuatu.
(Budi Winarno 2014 : 27)
Dengan demikian apa yang sebenarnya terjadi menurut teori
dengan kenyataan yang berlaku dalam masyarakat akan berbeda.
Dampak yang diberikan oleh suatu kebijakan publik bisa jadi sangat
berbeda dengan apa yang direncanakan sebelumnya. Hal ini akan
20
berbanding lurus terhadap apa yang telah dilakukan ataupun
sebaliknya.
Kebijakan publik adalah sebuah kegiatan yang dilaksanakan
untuk menghimpun masalah-masalah yang ada dalam masyarakat
kemudian dipecahkan bersama dengan pemerintah dan para pemangku
kepentingan lainnya. Mereka adalah orang-orang yang mempunyai
kekuatan politik dalam suatu struktur masyarakat. Kebijakan yang
dilaksanakan sebaiknya memuat nilai-nilai lokal yang kemudian
didefinisikan dalam suatu pengertian yang sederhana dan mudah untuk
dilaksanakan dalam mencapai tujuan.
b. Tahap Penyusunan Kebijakan Publik
Kebijakan publik dapat dijelaskan sebagai produk pemerintah
yang dibuat secara sistematis dan melalui tahapan-tahapan tertentu.
Tahapan tersebut kemudian dikelompokan sesuai dengan urutan yang
berbeda untuk mempermudah pembuatan dan pelaksanaannya.
Tahapan-tahapan menurut Wiliam Dunn adalah sebagai berikut:
1) Penyusunan Agenda
Para pemangku kepentingan yang dipilih kemudian
menempatkan masalah pada agenda publik. Masalah yang ada
tersebut kemudian diseleksi dalam sebuah kompetisi untuk
dimasukan dalam agenda kebijakan. Masalah tersebut diseleksi
berdasarkan tingkat kebutuhan dalam masyarakat. Bisa jadi
21
masalah-masalah baru menjadi sangat penting dan menjadi
agenda utama dalam pembuatan suatu kebijakan karena
menyangkut masalah sosial atau bencana. Kemudian dibuat
batasan masalah yang akan diformulasikan sebagai agenda
kebijakan dan yang terakhir adalah mobilisasi dukungan agar
masalah tersebut masuk sebagai agenda pemerintah.
2) Formulasi kebijakan
Masalah yang telahh masuk agenda kebijakan kemudian
dibahas oleh pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi
didefinisikan untuk kemudian dicari permecahan masalah
terbaik.
Sejatinya proses formulasi kebijakan merupakan tahapan
yang sangat rumit. Proses ini tentu mengalami berbagai
hambatan, diantaranya adalah oleh aktor-aktor yang terlibat.
Terjadi tarik-menarik kepentingan dalam sebuah kebijakan
tentunya akan menentukan bentuk kebijakan yang diputuskan.
3) Adopsi Kebijakan
Tujuan dari adopsi atau legitimasi adalah untuk
memberikan otoritas kepada proses dasar pemerintahan.
Akhirnya dalam stu proses yang dilewati oleh para perumus
kebijakan, harus melewati adopsi melalui dukungan mayoritas
legislatif, konsesus antara direktur lembaga atau keputusan
peradilan.
22
4) Implementasi Kebijakan
Kebijakan yang diadopsi kemudian dilaksanakan oleh
unit-unit administratif yang memobilisasi keuangan dan
sumberdaya untuk memenuhi kebijakan. Dalam tahap
implementasi ini berbagai kepentingan akan saling bersaing.
Beberapa implementasi kepentingan akan mendapatkan
dukungan para pelaksana, namun beberapa yang lain mungkin
akan ditentang oleh para pelaksana.
Sebuah kebijakan harus melewati proses kruasial, yaitu
implementasi atau pelaksanaan. Dalam pengertian yang luas,
implementasi dianggap mempunyai makna pelaksanaan
Undang-Undang yang telah di tetapkan. Sedangkan menurut
ripley dan franklin dalam budi winarno (2014:148) berpendapat
bahwa implementasi apa yang terjadi setelah undang-undnag
ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan,
keuntungan atau suatu jenis keluaran yang nyata.
5) Evaluasi Kebijakan
Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai
atau dievaluasi, untuk melihat sejauh mana progres kebijakan.
Evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk menilai tingkat
kinerja suatu kebijakan. Evaluasi dapat dilaksanakan setelah
suatu kebijakan sudah lama dilaksanakan. Dengan demikian kita
23
dapat menganalisa hasil yang diberikan kebijakan secara
maksimal.
Berdasarkan teori diatas dapat diketahui bahwa sebuah kebijakan publik
akan melewati beberapa tahapan yang saling berkaitan. Tahapan tersebut
akan mempengaruhi bagaimana hasil dari sebuah kebijakan. Baik tentang
aktor yang terlibat, masalah yang dimasukkan kedalam agenda dan berbagai
proses lainnya. Dalam pelaksanaan sebuah kebijakan juga akan sangat
berpengaruh terhadap hasil dari kebijakan juga akan sangat berpengaruh
terhadap hasil dari kebijakan yang telah dirumuskan. Tahap akhir yang terjadi
adalah evaluasi yaitu semua kebijakan dinilai seperti apa progres yang telah
dilaksanakan apakah kebijakan baru atau tidak.
2. Kebijakan Publik Bidang Pendidikan Dasar
Kebijakan publik bidang pendidikan merupakan suatu tindakan yang
dilakukan sebagai bentuk dalam menyelesaikan permasalah yang terjadi di
bidang pendidikan. Pendidikan merupakan aspek terpenting dalam suatu
negara dengan adanya pendidikan dapat mensejahterakan masyarakat, namun
dalam lingkungan masyarakat masih banyak orang menganggap pedidikan
sebagai hal yang tidak penting. Maka dalam memecahkan permasalahan
tersebut dibentuklah kebijakan publik yang mengarah kebidang pendidikan
sebagai bentuk keprihatinan pemerintah terhadap masyarakatnya.
Pendidikan menjadi tujuan utama indonesia sebagai bentuk
mewujudkan masyarakat yang cerdas dan sejahtera, sebagaimana yang
24
tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada Alinea keempat yang
berbunyi “Mencerdaskan kehidupan Bangsa”. Tentu hal itu yang menjadi
dasar mengapa kebijakan pendidikan dibuat karna merupakan cita-cita
leluhur dan wajib untuk dilakukan. Seperti yang tercantum di Undang-
Undang Dasar 1945 pemerintah memiliki tanggung jawab penuh terhadap
masyarakatnya, salah satunya dengan membuat kebijakan publik di bidang
pendidikan sebagai bentuk pemecahan permasalahan yang terjadi
dimasyarakat.
Pemerintah sebagai bentuk mewujudkan tujuan bangsa dalam
“mencerdasakan kehidupan bangsa” maka dibuatlah Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Yang dimana
pendidikan diartikan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam hal ini
pemerintah memberikan pendidikan kepada masyarakatnya sebagai bentuk
dalam pembangan potensi diri yang dimiliki oleh seseorang dengan dikuatkan
dengan spiritual dan kepribadian yang dibuat sebagai bentuk pengendalian
diri.
Kemudian pendidikan nasional yang dibuat berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintah
memberikan keringanan kepada masyarakat dalam memperoleh pendidikan
25
sebagaimana dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 pada pasal 31 ayat (1) “bahwa setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan”. Dan pemerintah memberikan pendidikan yang
tidak hanya memfokuskan pada pendidikan formal saja namun juga sebagai
bentuk dalam peningkatan keimanan dan ketakwaan, sebagaimana tercantum
dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 dalam pasal
31 ayat (3) “pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta
akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur
dalam undang-undang”.
Dapat kita ketahui bahwa pemerintah telah memberikan keringanan
bagi masyarakat dalam memperoleh pendidikan. Pendidikan yang dilakukan
bukan hanya memahami tentang pendidikan secara luas namun juga
mengarah kepada pendidikan karakter, kepribadian, spritual keagaamaan, dan
pengembangan potensi yang dimiliki seseorang. Dalam hal ini juga
masyarakat yang memiliki potensi akan berdampak mendapatkan peluang
yang besar dalam pengembangan potensi dirinya, pemerintah bukan hanya
memberikan peluang bagi masyarakat yang secara ekonomi mampu
menempuh pendidikan, pemerintah juga memberikan peluang bagi
masyarakat yang kurang mampu dalam memperoleh pendidikan.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, memiliki visi dan misi sebagai bentuk dalam mensejahterakan
masyarakat. Visi dari pendidikan nasional terwujudnya sistem pendidikan
26
sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan
semua warga negara indonesia berkembang menjadi manusia yang
berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang
selalu berubah. Kemudian misi dari pendidikan nasional salah satunya ialah
mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperolah
pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat indonesia.
Dari visi dan misi diatas, respon pemerintah dalam perwujudan
pendidikan yang dicita-citakan tidak bisa dipungkiri lagi bahwa pemerintah
benar-benar memberikan akses pendidikan secara luas dan mudah diakses
oleh masyarakat. Pemerintah mengharapakan pendidikan nasional yang
mampu membuat masyarakatnya berkembang dengan memiliki pengetahuan
sosial yang kuat dan berwibawa agar menjadi masyarakat yang mampu
menghadapi perubahan zaman yang tidak bisa dihindari lagi. Dimana
semakin hari semakin modern dan revolusi lingkungan yang mungkin dapat
membuat perubahan pemikiran akibat kurangnya pengetahuan.
Kemudian sebagai bentuk dalam pemerataan pendidikan, mengingat
wilayah indonesia yang begitu luas dan kondisi wilayah yang berbeda-beda
pemerintah menerapkan desentralisasi pendidikan yaitu upaya memindahkan
penyelenggaraaan pendidikan yang semula sentralistik menjadi pendidikan
yang sesuai dengan kepentingan daerah atau masyarakat. Desentralisasi
pendidikan ini di dukung dengan adanya Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintah Daerah yang merupakan perubahan dari Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999.
27
Dalam penerapan desentralisasi pendidikan tercantum di dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dalam
pasal 12, urusan pemerintah pemerintah wajib yang berkaitan dengan
pelayanan dasar meliputi pendidikan. Lebih detail berdasarkan Undang-
Undang tersebut, urusan Pendidikan Anak Usia Dini dan non formal
(PAUDNI) serta Pendidikan dasar (SD dan SMP) menjadi kewenangan
pemerintah kabupaten/kota.
Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana yang diatur
dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, maka pemerintah daerah
diberikan kewenangan dalam mengurus wilayahnya sendiri termaksud juga
pendidikan. Gagasan otonomi daerah yang dimaksud guna mewujudkan
kesejahteraan rakyat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan serta
pelaksanaan peran masyarakat itu sendiri. Dalam pelaksanaan otonomi daerah
pemerintah diberikan kewenangan untuk membuat kebijakan atau keputusan
berdasarkan permasalahan yang terjadi di daerah tersebut. Kemudian otonomi
daerah akan berjalan dengan baik apabila pemerintah dan masyarakatnya
memiliki hubungan yang baik, pemerintah tahu permasalahan di masyarakat
dan masyarakat tahu kebijakan yang dikeluarkan pemerintahan. Sehingga
partisipasi masyarakatlah yang membuat otonomi daerah dapat berhasil,
karna pemerintah daerah kadang tidak tahu kondisi masyarakat apabila
masyarakat itu sendiri tidak ikut berpartisipasi dalam pelaksanaannya.
Dalam pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014,
pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk melaksanakan
28
pemerintahannya sendiri (Otonomi daerah). Otonomi daerah memberikan
kesempatan kepada pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan
di daerahnya, namun penyerahan kekuasaan yang diberikan kepada
pemerintah pusat tidak sepenuhnya diserahkan kepada pemerintah daerah.
Untuk mencapai tujuan dari otonomi daerah itu sendiri perlu partisipasi dari
masyarakat sehingga dapat berjalannya otonomi itu sendiri dengan baik.
Kemudian sebagai bentuk dalam memperkuat kebijakan tentang
pendidikan dibentuklah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47
Tahun 2008 tentang Wajib Belajar. Pemerintah menyelenggarakan program
wajib belajar untuk masyarakat sebagaimana tercantum dalam Pasal 9 ayat
(1) “pemerintah pusat dan pemerintah daerah telah menjamin
terselenggarannya program wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan
dasar tanpa memungut biaya. Hal ini dimaksudkan untuk mengupayakan
pemerataan kesempatan dalam menempuh pendidikan yang baik dan bermutu
bagi masyarakat indonesia. Selain itu juga memberikan peluang bagi
masyarakat indonesia dalam mengembangkan potensi dirinya agar dapat
memiliki kehidupan yang lebih baik atau melanjutkan pendidikan kejenjang
yang lebih tinggi.
Namun untuk mencapai tujuan tidak mampu hanya memberikan
pendidikan gratis saja tapi perlu adanya bantuan sebagai bentuk dalam
memenuhi kebutuhan peralatan sekolah bagi siswa. Maka Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Permendikbud Nomor 19 Tahun
2016 tentang Program Indonesia Pintar, yang memiliki bertujuan
29
sebagaimana dalam Pasal 2, meningkatkan akses bagi anak usia 6 (enam)
sampai dengan 21 (dua puluh satu) tahun untuk mendapatkan layanan
pendidikan sampai tamat satuan pendidikan menengah dalam rangka
mendukung pelaksanaan pendidikan menengah universal/rintisan wajib
belajar 12 (dua belas) tahun, mencegah peserta didik dari kemungkinan putus
sekolah (drop out) atau tidak melanjutkan pendidikan akibat kesulitan
ekonomi; dan/atau menarik siswa putus sekolah (drop out) atau tidak
melanjutkan agar kembali mendapatkan layanan pendidikan di sekolah,
sanggar kegiatan belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, lembaga kursus
dan pelatihan, satuan pendidikan nonformal lainnya, atau balai latihan kerja.
Dari kebijakan yang dikeluarkan pemerintah indonesia dapat kita
simpulkan bahwa pemerintah sangat serius dalam hal mewujudkan salah satu
cita-cita bangsa indonesia yang tercantum dalam alinea keempat Undang-
Undang Dasar 1945. Pemerintah memberikan kesempatan bagi seluruh
masyarakat indonesia dalam memperoleh pendidikan minimal sekolah dasar
dan menjamin masyarakat yang tidak mampu memperoleh pendidikan untuk
melanjutkan pendidikannya, kemudian pemerintah memberikan bantuan tunai
bagi siswa yang orang tuanya tidak mampu. Permasalahan pendidikan yang
begitu kompleks membuat permasalahan pendidikan diindonesia menjadi
tanggung jawab yang membuat pemerintah bertindak dalam penyelesaiannya.
Pandangan masyarakat tentang pendidikan yang kurang begitu baik membuat
permasalahan ini menjadi rumit, dalam hal ini pemerintah perlu mengubah
30
perspektif masyarakat terhadap pendidikan yang awalnya kurang baik
menjadi perspektif yang memahami pendidikan sebagai hal utama.
3. Kebijakan Sekolah Daring
Kebijakan sekolah daring merupakan proses aktivitas belajar yang
dilakukan jarak jauh atau dari rumah masing-masing. Kebijakan ini baru
dikeluarkan oleh pemerintah sebagai bentuk dalam pencegahan penyebaran
virus covid-19 di indonesia. Dengan adanya berita tentang virus baru yang
terjadi di kota wuhan yaitu virus covid 19, maka pemerintah indonesia pada
bulan maret mengeluarkan kebijakan dalam pencegahan penyebaran virus
covid 19, yang dimana seluruh kegiatan yang bersifat mengumpulkan massa
tidak diperbolehkan serta kegiatan-kegiatan dilakukan secara daring seperti
kegiatan pendidikan, perekonomian, dan lain-lain. Pemerintah membuat
kebijakan dengan melakukan aktivitas secara daring, seperti halnya
pendidikan yang dimana pada awalnya dilakukan tatap muka secara langsung
kemudian dilakukan secara daring melalui aplikasi video conferencing seperti
zoom, google meeting dan lain-lain.
Respon pemerintah terhadap perkembangan penyebaran virus covid
19 di indonesia maka presiden menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 12
Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus
Disease 2019 (Covid-19) Sebagai Bencana Nasional. Yang dimana
pemerintah menyatakan status tanggap darurat covid-19 dan memberikan
arahan kepada Pemerintah Daerah dalam menetapkan kebijakan di daerah
31
harus memperhatikan kebijakan Pemerintah Pusat. (https://jdih.bsn.go.id, di
akses 3 Desember 2020)
Pemerintah dalam perkembangan penyebaran virus Covid-19 di
bidang pendidikan dimulai dengan munculnya lima protokol kesehatan
penanganan Covid-19 yang diterbitkan oleh Kantor Staf Presiden (KSP) pada
6 Maret 2020. Satu dari lima protokol yang diterbitkan tersebut adalah
protokol area insititusi pendidikan. Di dalamnya diatur beberapa hal, antara
lain perlunya koordinasi dengan dinas pendidikan setempat, penyediaan
sarana cuci tangan dengan sabun, pembersihan lingkungan sekolah,
melakukan skrining awal terhadap warga sekolah yang mengalami keluhan
sakit, hingga menunda kegiatan yang mengumpulkan banyak orang.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan merespons protokol
tersebut dengan menerbitkan tersebut diikuti dengan terbitnya Surat Edaran
Mendikbud Nomor 3 Tahun 2020 tentang pencegahan Covid-19 di satuan
pendidikan pada 9 Maret 2020. Isi surat edaran tersebut hampir sama dengan
protokol yang dikeluarkan oleh Kantor Staf Presiden sebelumnya. Berbagai
imbauan yang disampaikan oleh Mendikbud Nadiem Makarim dalam surat
tersebut mencerminkan bahwa kegiatan pembelajaran masih dapat dilakukan
di satuan pendidikan (sekolah) dengan penerapan protokol kesehatan yang
ketat. Mengikuti perkembangan pandemi yang begitu cepat, pada 17 Maret
2020, Menteri Pendidikan menerbitkan surat edaran bernomor
36962/MPK.A/HK/2020 tentang Pembelajaran secara Daring dan Bekerja
dari Rumah dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19. Surat tersebut
32
ditujukan kepada semua kepala dinas pendidikan dasar, menengah, hingga
tinggi.
Dalam hal ini Kemendikbud merespon dengan baik keputusan yang
di keluarkan oleh Staf Presiden tentang protokol kesehatan di bidang
pendidikan, dengan menerbitkan Surat Edaran Mendikbud Nomor 3 Tahun
2020 tentang Pencegahan Covid-19 Di Satuan Pendidikan yang kemudian
disusul dengan dikeluarkannya Surat Edaran Bernomor
36962/MPK.A/HK/2020 tentang Pembelajaran Secara Daring dan Bekerja
dari Rumah dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19 yang ditujukan
kepada semua kepala dinas pendidikan dasar,menengah, hingga tinggi.
Diketahui bahwa pemerintah serta Kemendikbud berusaha dalam pencegahan
penyebaran covid-19 khususnya di bidang pendidikan, yang memiliki potensi
yang lebih tinggi dalam penyebarannnya.
Kemudian pada 24 Maret 2020, Mendikbud kembali mengeluarkan
Surat Edaran, yakni Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang
Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-
19. Di dalamnya, salah satunya, diatur proses belajar dari rumah. Beberapa
ketentuan yang diatur, antara lain semangat dasar pembelajaran daring, fokus
belajar dari rumah, aktivitas dan tugas pembelajaran selama belajar dari
rumah, serta peran guru dalam memberikan umpan balik.
Disamping dikeluarkannya Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun
2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat
Penyebaran Covid-19, Kemendikbud juga menerbitkan Surat Edaran Nomor
33
15 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar Dari Rumah
Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19). Dalam
surat edaran tersebut disebutkan bahwa tujuan dari pelaksanaan Belajar Dari
Rumah (BDR) adalah memastikan pemenuhan hak peserta didik untuk
mendapatkan layanan pendidikan selama darurat Covid-19, yang dilakukan
dengan metode pembelajaran jarak jauh dalam jaringan dan pembelajaran
jarak jauh luar jaringan, menggunakan aplikasi pemantauan kesehatan dan
risiko Covid-19,serta diatur juga tentang pelaksanaan belajar dari rumah oleh
dinas pendidikan, kepala satuan pendidikan, guru, peserta didik, dan orang
tua/wali. Kemudian disebutkan juga apabila pembelajaran satuan pendidikan
beroperasi kembali dilaksanakan dengan seluruh sarana dan prasarana satuan
pendidikan dibersihkan seacar rutin, minimal dua kali sehari yaitu saat
sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai dan saat kegiatan belajar mengajar
selesai. (https://bersama hadapikorona.kemdikbud.go.id, di akses 3 Desember
2020)
Kemudian dengan adanya kebijakan yang dikeluarkan oleh
Kemendikbud maka turun dan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah sebagai
bentuk tanggapan terhadap kebijakan yang diputuskan dalam pencegahan
penyebaran covid-19 di bidang pendidikan. Salah satunya Pemerintah Daerah
Istimewa Yogyakarta pada tanggal 20 maret 2020, merespons dengan
mengeluarkan Surat Edaran Nomor 421/02280, Kebijakan Pembelajaran
Jarak Jauh di Rumah bagi Anak Sekolah dalam rangka pencegahan Covid 19
di Lingkungan DIY. Kemudian terjadi perpanjangan waktu maka pada
34
tanggal 13 April 2020 di terbitkan Surat Edaran Gubernur DIY Nomor
443/6229 tentang Pengaturan Ulang Aktivitas Pendidikan dalam masa
Tanggap Darurat COVID-19 di Lingkungan Pendidikan DIY. Yang
disebutkan bahwa aktivitas pembelajaran di sekolah bagi seluruh jenjang
pendidikan dasar, menengah, maupun Sekolah Luar Biasa (SLB) ditiadakan
dimulai pada tanggal 15 April 2020 sampai 28 April 2020.
Pada tanggal 29 mei 2020, Gubernur Derah Istimewa Yogyakarta
mengeluarkan Surat Edaran Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor
421/8194 tentang Kebijakan Pendidikan Dalam Perpanjangan Masa Tanggap
Darurat Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), yang
menyatakan bahwa dilanjutkannya pelaksanaan pembelajaran jarak
jauh/daring/belajar dari rumah pada seluruh satuan pendidkan di Daerah
Istimewa Yogyakarta mulai tanggal 2 Juni 2020 sampai dengan tanggal 26
juni 2020. Kemudian pada tanggal 30 Mei 2020, Gubernur Daerah Istimewa
Yogyakarta mengeluarkan Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta
tentang Penetapan Perpanjangan Status Tanggap Darurat Bencana Corona
Virus Disease 2019 (Covid-19) di Daerah Istimewa Yogyakarta. Di dalamnya
menyatakan bahwa status tanggap darurat bencana Covid-19 diperpanjang
sesuai dengan kondisi dan perkembangan yang terjadi.
(https://corona.jogjaprov.go.id, di akses 4 desember 2020)
Dari berbagai kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah
Istimewa Yogyakarta menunjukan respons yang baik terhadap kebijakan yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat dalam upaya pencegahan penyebaran
35
covid-19 khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dan juga dalam
pencegahan penyebaran Covid-19 Pemerintah Derah Istimewa Yogyakarta,
sempat menerapkan kebijakan aman Covid-19 yang dimana masyarakat dari
luar Daerah Istimewa Yogyakarta untuk sementara dilarang untuk masuk
wilayah Yogyakarta. Dari kebijakan diatas dapat kita ketahui bahwa
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta sangat tanggap terhadap penyebaran
Covid-19 di wilayah Yogyakarta dan peduli kepada masyarakatnya.
Dalam hal ini tentunya Pemerintah Kabupaten merespons kebijakan
yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, salah
satunya Pemerintah Kabupaten Sleman merespons dengan mengeluarkan
Keputusan Bupati Sleman Nomor 23/Kep.KDH/A/2020 tentang Penetapan
Status Tanggap Darurat Bencana Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di
Kabupaten Sleman. Yang meyatakan status tanggap darurat bencana covid-19
di Kabupaten Sleman mulai tanggal 24 Maret sampai dengan tanggal 29 Mei
2020 dan menugaskan Sekretariat Daerah Kabupeten Sleman untuk
mengambil langkah dan tindakan sebagai bentuk pencegahan dan menangani
dampak buruk yang ditimbulkan oleh Corona Virus Disease (Covid-19) di
Kabupaten Sleman. Pemerintah Kabupaten Sleman cukup tanggap dan serius
dalam penangan serta pencegahan dalam penyebaran Covid-19 sampai di
wilayah Kabupaten Sleman.
Akibat masih berlanjutnya penyebaran virus Covid-19 pada bulan
Mei, yang kemudian membuat Pemerintah Kabupaten Sleman Mengeluarkan
Keputusan Bupati Sleman Nomor 43/Kep.KDH/A/2020 tentang
36
Perpanjangan Status Tanggap Darurat Bencana Corona Virus Disease 2019
(Covid-19) di Kabupaten Sleman, yang isinya sama seperti Keputusan Bupati
Sleman yang dikeluarkan sebelumnya dibedakan dengan perpanjangan mulai
dari tanggal 30 Mei 2020 sampai dengan tanggal 30 Juni 2020 sesuai dengan
kondisi dan perkembangan yang terjadi.
Dilanjutkan dengan dikeluarkannya keputusan ketiga oleh
Pemerintah Kabupaten Sleman pada tanggal 30 Juli 2020, Keputusan Bupati
Sleman Nomor 56/Kep.KDH/A/2020 tentang Perpanjangan Ketiga Status
Tanggap Darurat Bencana Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yaitu
dengan perpanjangan ketiga status tanggap darurat bencana covid-19 dimulai
tanggal 1 Agustus 2020 sampai dengan 31 Agustus 2020 di Kabupaten
Sleman. Kemudian dilanjutkan pada tanggal 31 Agustus 2020, Pemerintah
Kabupaten Sleman kembali mengeluarkan Keputusan Bupati Sleman Nomor
61.2/Kep.KDH/A/2020 tentang Perpanjangan Keempat Status Tanggap
Darurat Bencana Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Kabupaten
Sleman, dengan perpanjangan keempat status tanggap darurat bencana Covid-
19 mulai tanggal 1 september sampai 30 September 2020 di Kabupaten
Sleman.
Akibat belum berakhirnya penyebaran Covid-19 di indonesia
membuat kebijakan yang dikeluarkan pun berlanjut, dengan masih dilanda
bencana Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Pemerintah Kabupaten
Sleman kembali mengeluarkan Keputusan Bupati Sleman Kelima Nomor 66
/Kep.KDH/A/2020 tentang Perpanjangan Kelima Status Tanggap Darurat
37
Bencana Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang ditetapkan pada
tanggal 30 September 2020, yang mana didalamnya memuat perpanjangan
kelima status tanggap darurat bencana Covid-19 di Kabupaten Sleman mulai
tanggal 1 Oktober 2020 sampai dengan tanggal 31 Oktober 2020.
Dengan mengeluarkan kelima keputusan tersebut sebagai bentuk
dalam pencegahan penyebaran covid-19 di lingkungan kabupaten sleman,
maka pemerintah kabupaten sleman pada tanggal 18 Agustus 2020
mengeluarkan Peraturan Bupati Nomor 37. 1 Tahun 2020 tentang Penerapan
Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan Sebagai Upaya
Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019. Yang didalam
memuat tentang pengelolaan, penyelenggaraan sekolah wajib melakukan dan
mematuhi protokol kesehatan. ( http://corona.slemankab.go.id, di akses 4
Desember 2020)
Dari kelima Keputusan Bupati Sleman yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Kabupaten Sleman serta Peraturan Bupati Sleman di atas,
menunjukan bahwa Pemerintah Kabupaten Sleman sangat partisipatif dalam
pemutusan rantai penyebaran virus Covid-19 di indonesia salah satunya
dengan membuat kebijakan yang mengarah pada pencegahan penyebaran
virus Covid-19 di Kabupaten Sleman. Pemerintah Kabupaten Sleman peduli
kepada masyarakatnya dengan membuat kebijakan yang apabila terjadi
dampak buruk dimasyarakat terjangkit Virus Covid-19 maka dilakukan
kegiatan penyelamatan dan evakuasi,isolasi, serta pemulihan korban Corona
Virus Disease 2019 (Covid-19).
38
Disamping itu untuk pencegahan penyebaran Covid-19 di
lingkungan pendidikan Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman mengeluarkan
Surat Edaran Nomor 421/407 pada tanggal 20 Maret 2020, yang berisinya
meniadakan segala bentuk aktivitas peserta didik di satuan pendidikan dengan
mengganti aktivitas belajar di rumah dan menugaskan guru untuk
memberikan Pembelajaran Jarak Jauh dengan model dalam jaringan
(daring)/online atau memberikan penugasan secara manual kepada peserta
didik, dimulai tanggal 23 maret sampai 31 maret 2020. Dari Keputusannya
Pemerintah Kabupaten Sleman sangat partisipatif pada awal terjadinya
penyebaran covid-19 di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta untuk
memutuskan penyebarannya baik di masyarakat maupun di bidang
pendidikan.
Kemudian Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman mengeluarkan Surat
Edaran kedua dengan bernomor 421/1458 tentang Perpanjangan Masa
Pembelajaran Jarak Jauh Bagi Peserta Didik Dalam Masa Tanggap Darurat
Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19) di Lingkungan Pendidikan
Kabupaten Sleman, yang isinya sama seperti surat edaran sebelumnya yang
meliburkan aktivitas pembelajaran bagi peserta didik di satuan pendidikan
dan memperpanjang waktu pembelajaran jarak jauh mulai tanggal 1 April
2020 sampai 14 April 2020.
Akibat belum berakhirnya penyebaran covid-19, Dinas Pendidikan
Kabupaten Sleman pada tanggal 23 April 2020, kembali mengeluarkan Surat
Edaran Tahap III Nomor 421/1581 tentang Perpanjangan Masa Pembelajaran
39
Jarak Jauh Tahap III bagi Peserta Didik dalam Masa Darurat Penyebaran
Corona Virus Disease (Covid-19) di Lingkungan Pendidikan di Kabupaten
Sleman, yang isinya sama seperti sebelumnya yang memperpanjang kembali
waktu pembelajaran jarak jauh bagi peserta didik di wilayah Kabupaten
Sleman mulai tanggal 29 April 2020 sampai 16 Mei 2020.
Dengan masih berlanjutnya penyebaran covid-19 di Daerah Istimewa
Yogyakarta maka pada tanggal 29 Mei 2020, Dinas Pendidikan Kabupaten
Sleman kembali mengeluarkan Surat Edaran Keempat Nomor 421/1795
tentang Pengaturan Pembelajaran dalam Perpanjangan Masa Tanggap Darurat
Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19) di Lingkungan Pendidikan
Kabupaten Sleman, yang didalamnya melanjutkan pelaksanaan pembelajaran
jarak jauh secara daring di satuan pendidikan Jenjang TK,SD,SMP, dan
Satuan pendidikan non formal di Kabupaten Sleman mulai tanggal 2 Juni
2020 sampai 19 Juni 2020. Serta pelaksanaan penerimaan hasil belajar
semester genap dan kenaikan kelas pada tanggal 20 Juni 2020, serta
pengaturan libura akhir tahun ajaran bagi siswa mulai tanggal 22 Juni 2020
sampai 11 Juli 2020 dan masuk kembali pada tanggal 13 Juli 2020 dengan
tahun ajaran baru.
Setelah berakhirnya tahun ajaran 2019/2020, Dinas Pendidikan
Kabupaten Sleman mengeluarkan Surat Edaran Nomor 241/2414 perihal
Edaran awal tahun Pelajaran 2020/2021. Yang mengatur tentang
pembelajaran Tahun Pelajaran 2020/2021 yang akan dimulai tanggal 13 Juli
2020 untuk daerah yang berada di zona kuning orange dan merah dalam
40
pandemi Covid-19 dilarang melakukan pembelajaran tatap muka dan
dilaksanakan dengan Belajar Dari Rumah (BDR) secara daring sesuai dengan
kondisi sekolah. Serta diatur juga kegiatan belajar dari rumah dilakukan
dengan menyusun model pengelolaan kegiatan belajar di satuan pendidikan,
memastikan sistem pembelajaran yang terjangkau bagi peserta didik,
melaksanakan pembelajaran kreatif dengan menggunakan bahan ajar daring
yang sudah dipetakan MGMP/KKG, dan melakukan pembinaan dan
pemantauan melalui guru kunjung dengan memperhatikan protokol kesehatan
pencegahan Covid-19. (http://corona.slemankab.go.id, di akses 4 Desember
2020)
Dari tindakan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten
Sleman jelas bahwa Pemerintah Kabupaten Sleman sangat mencegah
penyebaran Covid-19 di bidang pendidikan yang di tandai dengan
dikeluarkannya kebijakan-kebijakan yang mengarah kepada kegiatan
pendidikan yang dilakukan di Kabupaten Sleman. Selain itu pemerintah
kabupaten sleman sangat memperhatikan protokol kesehatan, dengan
menerapkan pembelajaran jarak jauh bagi peserta didik di kabupaten sleman.
41
F. Ruang Lingkup
Berdasarkan apa yang telah ditulis oleh peneliti diatas, maka ruang lingkup
yang akan dirumuskan adalah kebijakan sekolah daring yang di keluarkan oleh
pemerintah sebagai berikut:
1. Motode dan media pelaksanaan belajar dari rumah yang meliputi:
a. Pembelajaran jarak jauh dalam jaringan (daring)
b. Pembelajaran jarak jauh luar jaringan (luring)
2. Aplikasi pemantauan kesehatan dan risiko covid-19
3. Panduan pelaksanaan belajar dari rumah, meliputi:
a. Pelaksanaan belajar dari rumah oleh Dinas Pendidikan
b. Pelaksanaan belajar dari rumah oleh Kepala Satuan Pendidikan
c. Pelaksanaan belajar dari rumah oleh Guru
d. Pelaksanaan belajar dari rumah oleh Peserta Didik
e. Pelaksanaan belajar dari rumah oleh Orang Tua/Wali Peserta Didik.
4. Belajar dari rumah, meliputi:
a. Menyusun model pengelolaan kegiatan belajar mengajar di satuan
pendidikan
b. Memastikan sistem pembelajaran yang terjangkau bagi peserta didik
c. Melaksanakan pembelajaran kreatif dengan menggunakan bahan ajar
daring yang sudah dipetakan MGMP/KKG
d. Melakukan pembinaan dan pemantauan melalui guru kunjung dengan
memperhatikan protokol kesehatan pencegahan Covid-19.
42
G. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya. Dengan menggunakan metode penelitian akan
diketahui hubungan yang signifikan antara varibel yang diteliti sehingga
menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek
yang diteliti. Menurut Sugiyono (2013:2), Metode penelitian pada dasarnya
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu. Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa metode
penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk memperoleh data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu.
1. Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan metode dekriptif kualitatif. Metode
deskriptif kualitatif adalah gambaran suatu kelompok masyarakat, suatu
objek, suatu kondisi, suatu pemikiran ataupun peristiwa dari masa sekarang.
Tujuan dari penelitian ini adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan
secara sistematis faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta atau fenomena
yang diselidiki. Sedangkan untuk menganalisa suatu data dalam penelitian
ini menggunakan teknik analisa kualitatif. Penelitian dengan menggunakan
metode ini lebih menekankan pada analisa data dedukif , serta analisis
terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati. (Lexi J
Moleong, 2017 : 80)
43
Penelitian deskriptif kualitatif merupakan prosedur pemecahan
masalah yang di teliti dengan jalan menggambarkan dan menulis peristiwa
berdasarkan fakta-fakta yang ada.
2. Unit analisis
Unit analisis dalam penelitian adalah Kebijakan Pemerintah Kabupaten
Sleman Dalam Penyelenggaraan Sekolah Daring. Obyek penelitian ini
adalah Pelaksanaan Kebijakan Sekolah Daring di Kabupaten Sleman. Di
tentukan secara purposive sampling, menurut Sugiyono (2016:85) purposive
sampling adalah teknik pengambilan sampel data dengan pertimbangan
tertentu. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini terdiri dari :
a. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman
b. Kabid Pembinaan Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman
c. Kabid Pembinaan Sekolah Menengah Pertama Dinas Pendidikan
Kabupaten Sleman
d. Kepala Satuan Pendidikan Sekolah Dasar di Kabupaten Sleman ( 2
Orang )
e. Kepala Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten
Sleman ( 2 Orang )
f. Guru Sekolah Dasar di Kabupaten Sleman ( 2 Orang )
g. Guru Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Sleman ( 2 Orang )
h. Peserta Didik Sekolah Dasar di Kabupaten Sleman ( 4 Orang )
i. Peserta Didik Sekolah Menengah Pertama ( 4 Orang )
j. Orang tua/ wali peserta didik di Kabupaten Sleman ( 8 Orang )
44
Tabel II.I
Daftar Nama Informan
No Nama Umur (Tahun) Pekerjaan/jabatan
1. Ummul 43 Kepala Bidang
Pembinaan
Sekolah Dasar
2. Puji 42 Seksi Kurikulum
Sekolah
Menengah
Pertama
3. Ismanto 45 Seksi Kurikulum
Sekolah Dasar
4. Dra. Agustin Margi
Rahayu
58 Kepala Sekolah
SMPN 5 Depok
5. Karti Andayani,
S.Pd.SD
56 Kepala Sekolah
SDN
Caturtunggal 3
6. Putri Damayanti 25 Guru SDN
Caturtunggal 1
7. Bunga Ambar
Arum
14 Peserta didik
SMPN Depok 5
8. Indhah Setiyani,
M.Pd.
31 Guru SDN
Caturtunggal 1
9. Nabila Yasmin
Aurora
12 Peserta didik
SDN
Caturtunggal 1
10. Sulartiningsih 48 Guru SMPN 5
Depok
11. Suprihatin 50 Kepala Sekolah
SDN
Caturtunggal 3
12. Haryati Rahayu,
S.Pd
34 Guru SMPN 3
Depok
13. Arif Saifudin 12 Peserta Didik
SDN
Caturtunggal 1
14. Nurokhmiyati,
S.Ag
50 Guru SMPN 5
Depok
15. Faiha Tsamarah 14 Peserta Didik
SMPN 5 Depok
16. Tania Cantika
Lovylea
14 Peserta Didik
SMPN 3 Depok
45
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian teknik pengumpulan data merupakan hal yang sangat
penting agar mendapatkan hasil penelitian yang akurat. Peneliti
menggunakan teknik pengumpulan sebagai berikut :
a. Observasi
Sebagai metode pengumpulan data, observasi bisa diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan secara sistemik terhadap unsur-unsur yang
nampak dalam suatu gejala pada objek penelitian spasi unsur-unsur
yang nampak itu disebut dengan data atau informasi yang harus diamati
17. Dzakiy Saputra 14 Peserta Didik
SMPN 3 Depok
18. Maulana Afrizal 15 Peserta Didik
SMPN 3 Depok
19. Mareta Selvilla 15 Peserta Didik
SMPN 5 Depok
20. Thalitha Nathania
Kalica
11 Peserta Didik
SDN Catutunggal
3
21. Heriyanto 40 Orang Tua
Peserta Didik
22. Siti Khadijah 24 Wali Peserta
Didik
23. Sri Rahayu 30 Orang Tua
Peserta Didik
24. Sunarti 32 Orang Tua
Peserta Didik
25. Joko Triyanto 42 Orang Tua
Peserta Didik
26. Hermansyah 25 Wali Peserta
Didik
27. Adi Candra 30 Orang Tua
Peserta Didik
28. Susanti 31 Orang Tua
Peserta Didik
46
dan dicatat secara benar dan lengkap metode ini digunakan untuk
melihat dan mengamati secara langsung keadaan dilapangan agar
peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan
yang diteliti. (Eko Putro Widoyo, 2012:46)
Pengamatan dilakukan secara langsung kepada peserta didik, dalam
penyelenggaraan kebijakan sekolah daring, serta hambatan yang
dihasilkan dari kebijakan. Pengamatan ini dilakukan penulis secara
sistematis untuk mendapatkan gambaran permasalahan yang dihadapi.
b. Wawancara
Wawancara merupakan suatu proses tanya jawab atau dialog secara
lisan antara pewawancara (interview) dengan responden atau orang
yang di interview dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan oleh peneliti. Wawancara merupakan cara pengumpulan
data yang langsung dari sumbernya tentang berbagai gejala, sosial baik
yang terpendam maupun tampak. Wawancara merupakan alat yang
sangat baik untuk mengetahui tanggapan, pendapat, keyakinan,
perasaan, motivasi, serta proyeksi seseorang terhadap masa depannya
wawancara digunakan bila jumlah responden relatif sedikit ada
beberapa faktor yang akan mempengaruhi arus informasi dalam
wawancara yaitu pewawancara, responden, pedoman wawancara cara
dan situasi wawancara. (Eko Putro Widoyoko, 2012:46)
Wawancara yang dilakukan berdasarkan pemahaman terhadap
permasalahan hasil observasi. Dengan demikian kita dapat mengetahui
47
masalah yang tidak nampak apabila yang dilakukan terhadap objek
penelitian. Hasil dari sebuah wawancara tergantung pada kondisi
tertentu sesuai kondisi di atas. Wawancara yang dilakukan untuk
memperoleh informasi tentang penyelenggaraan sekolah daring dan
bersumber pada orang-orang terlibat dalam pelaksanaannya.
c. Dokumentasi
Pengumpulan data dengan dokumentasi adalah data yang diperoleh
melalui dokumen-dokumen. keuntungan dalam menggunakan
dokumentasi adalah biayanya relatif murah, waktu dan tenaga lebih
efisien. Sedangkan kelemahannya adalah data yang diambil dari
dokumen cenderung sudah lama, dan kalau ada yang salah cetak maka
peneliti salah pula mengambil datanya.
Data-data yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi
cenderung merupakan data sekunder, sedangkan data-data yang
dikumpulkan dengan teknik observasi dan wawancara merupakan data
primer atau data yang langsung didapatkan dari pihak pertama. (Husaini
Usman dan Purnomo Setiady Akbar 2006: 73)
Berdasarkan teori diatas maka dokumentasi yang dilaksanakan
dalam penelitian ini adalah beberapa sumber yang memuat profil dinas
pendidikan, rencana strategis dinas pendidikan dalam pelaksanaan
sekolah daring, hambatan dalam pelaksanaan sekolah daring.
48
d. Teknik Analisis Data
Teknik analisis penelitian ini Adalah teknik interpretatif. dimaksud
untuk memfokuskan pada pengumpulan data yang ada kemudian
dianalisis dengan uraian-uraian bahasa yang sederhana dari narasumber
atau informan.
Analisis data menurut Patton dalam Lexy J. Moleong (1980:268)
mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola,
kategori dan satuan uraian dasar. Sedangkan Bodgan dan Taylor
(1975:268) mendefinisikan analisa data sebagai proses merinci usaha
secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis
seperti yang disarankan oleh data sebagai usaha untuk memberikan
bantuan pada ada tema dan hipotesa tersebut (Moleong 1990:103).
Langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan
dokumentasi.
2) Reduksi data merupakan suatu proses dimana data yang diperoleh
dari lapangan tersebut dilakukan reduksi, dirangkum dan dipilih hal-
hal yang pokok dan difokuskan pada hal-hal yang penting serta
disusun secara sistematis dengan tujuan agar data tersebut menjadi
lebih mudah dipahami dan dikendalikan.
3) Penyajian data atau display data merupakan tampilan atau laporan
yang merupakan informasi yang diperoleh sebagai hasil dari reduksi
data yang memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan
49
pengambilan tindakan. pada penelitian ini data disajikan secara
sistematis dalam bentuk uraian deskriptif.
4) Penarikan kesimpulan penelitian dilakukan sesuai dengan data-data
yang diperoleh dalam penelitian dan telah dianalisis. kesimpulan
dalam hal ini merupakan jawaban dari rumusan an pertanyaan
penelitian yang dicari selama proses penelitian
Teknik analisis data digunakan untuk menjabarkan dan hasil yang
diperoleh ketika penulis melaksanakan penelitian. data yang diambil
berupa kebijakan pemerintah Kabupaten Sleman dalam
penyelenggaraan an sekolah daring. data yang diperoleh berasal dari
observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil dari penyajian tersebut
akan ditarik kesimpulan tentang kebijakan penyelenggaraan sekolah
daring.
50
BAB II
PROFIL DINAS PENDIDIKAN
A. Dinas Pendidikan
1. Visi, Misi dan Program
a. Visi Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman
Adapun visi Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman adalah
“Terwujudnya masyarakat Sleman yang lebih Sejahtera, Mandiri,
Berbudaya dan Terintegrasikannya sistem e-government menuju smart
regency (Kabupaten cerdas) pada tahun 2021”. Dari hal tersebut dapat
dilihat bahwa visi dari dinas pendidikan diambil dan dilaksanakan
berdasarkan visi Pemerintah Kabupaten Sleman itu sendiri.
b. Misi Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman
Dari visi diatas tentunya misi yang akan dijalan oleh Dinas Pendidikan
tidak jauh dari apa yang menjadi visi Kabupaten Sleman. Berikut yang
menjadi misi Dinas Pendidikan Sleman.
1) Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik melalui
peningkatan kualitas birokrasi yang responsif dan penerapan e-gov
yang terintegrasi dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat.
2) Meningkatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas
dan menjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
51
3) Meningkatkan penguatan sistem ekonomi kerakyatan, aksesibilitas
dan kemampuan ekonomi rakyat, serta penanggulangan kemiskinan.
4) Memantapkan dan meningkatkan kualitas pengelolaan sumberdaya
alam, penataan ruang, lingkungan hidup dan kenyamanan.
5) Meningkatkan kualitas budaya masyarakat dan kesetaraan gender
yang proporsional.
Dari misi diatas terdapat dua misi yang harus dijalankan oleh
Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman yaitu misi 1 “Meningkatkan tata
kelola pemerintahan yang baik melalui peningkatan kualitas birokrasi
yang responsif dan penerapan e-gov yang terintegrasi dalam memberikan
pelayanan bagi masyarakat” dan misi 2 “Meningkatkan pelayanan
pendidikan dan kesehatan yang berkualitas dan menjangkau bagi semua
lapisan masyarakat”. Dari dua misi tersebut dilihat bahwa Dinas
Pendidikan dituntut untuk meningkatkan pelayanan dibidang pendidikan
melalui peningkatan kualitas birokrasi.
c. Rencana Program
Berdasarkan rencana program pembangunan pendidikan di
Kabupaten Sleman, maka dikembangkan program-program pendidikan
yang akan diterapkan dalam kurun waktu 2017-2021. Program-program
tersebut selanjutnya diuraikan ke dalam rencana kegiatan. Pemilihan
kegiatan untuk masing-masing program didasarkan atas strategi dan
kebijakan Dinas Pendidikan.
52
Selama lima tahun ke depan, Dinas Pendidikan akan melaksanakan 6
urusan, yaitu:
1) Urusan Pemerintahan Bidang Pendidikan
2) Urusan Pemerintahan Bidang Komunikasi dan Informatika
3) Urusan Wajib Kepemudaan dan Olahraga
4) Urusan Wajib Kearsipan
5) Urusan Inspektorat
6) Urusan Keuangan
Selanjutnya, dari 6 urusan tersebut, Renstra Dinas Pendidikan
Tahun 2017-2021 menuangkan 16 program yang semuanya mendukung
Misi Kabupaten Sleman. Daftar program serta indikator kinerja Dinas
Pendidikan Tahun 2017-2021 yang mendukung terwujudnya misi
Kabupaten Sleman. Adapun untuk meperjelas program yang dijalankan
pada pencapaian misi Kabupaten Sleman yang menjadi tugas Dinas
Pendidikan sebagai berikut:
1) Urusan Pemerintah Bidang Pendidikan :
a) Program pelayanan administrasi
b) Program peningkatan sarana dan prasarana
c) Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur
d) Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian
kinerja dan keuangan
2) Urusan Pemerintah Bidang Komunikasi dan Informatika :
a) Program pengembangan komunikasi, Informasi dan Media Massa
53
3) Urusan Pemerintah Bidang Kearsipan :
a) Program penyelamatan dan pelestarian dokumen/arsip daerah
b) Program peningkatan sistem pengawasan internal dan
pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH
4) Urusan Keuangan :
a) Program peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan
dan kekayaan daerah
5) Urusan Keuangan :
a) Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
b) Program Wajib Belajar Pendidikan Sekolah Dasar Sembilan
Tahun
c) Program Peningkatan Kualitas Pendidikan Non Formal
d) Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
e) Program Manajemen Pelayanan Pendidikan
f) Program Pengembangan Kreativitas Siswa dan Guru
6) Urusan Pemerintahan Bidang Kepemudaan dan Olahraga :
a) Program Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba
Dari rencana program diatas dapat disimpulkan bahwa dinas
pendidikan sleman menjalankan tanggung jawabnya dibidang
pendidikan, dibuktikan dengan banyaknya program yang direncanakan
dalam peningkatan pendidikan di kabupaten sleman.
2. Struktur Organisasi
Untuk mengetahui struktur organisasi yang ada didinas pendidikan
sleman, maka dibuatkan bagan sebagai berikut :
Gambar I. 1 Struktur Organisasi
Sumber: Website Dinas Pendidikan Sleman
Dari bagan diatas dapat dilihat struktur yang ada di Dinas Pendidikan
Kabupaten Sleman, yang dimana kedudukan di masing-masing bidang diatur
Kepala Dinas
Kel.Jabatan
Fungsional
Sekretaris
Subag Umum dan
kepegawaian
Subag
keuangan
Subag
Perencanaan
dan Evaluasi
Bid. Pembinaan
PAUD dan pendidikan
Masyarakat
Bid. Pembinaan
Sekolah Dasar
Bid. Pembinaan SMP Bid. Pengelolaan
Sarana dan Prasarana
Pendidikan
Seksi Kurikulum
PAUD dan
Pendidikan Masyarakat
Seksi
Kurikulum SD
Seksi Kelembagaan dan Peserta Didik
Paud Dikmas
Seksi Pendidik dan Tenaga
Kependidikan
PAUD dan
Pendidikan Masyarakat
Seksi
Kelembagaan
Kesiswaan SD
Seksi Pendidik
dan Tenaga
Kependidikan
SD
Seksi Kurikulum
SMP
Seksi
Kelembagaan Kesiswaan
SMP
Seksi Pendidik
dan Tenaga
Kependidikan SD
Seksi Sarana dan Prasarana
Pendidikan
Seksi Sarana
dan Prasarana
SD
Seksi Sarana dan
Prasarana SMP
Unit Pelaksana Tehnis
55
sesuai dengan peraturan yang berlaku dan tanggung jawab dalam
melaksanakan tugasnya.
3. Tugas dan Fungsi
Dalam suatu pemerintahan perlu adanya pembagian kewenangan serta
tugas yang akan diserahkan kepada instansi, agar lebih optimal dalam
melaksanakan sistem kepemerintahan. Dalam konsep tersebut pemerintah
yang tertinggi memberikan wewenang kepada pemerintah dibawahnya,
seperti pemerintah pusat memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah,
yang kemudian pemerintah daerah memberikan tugas dan wewenang kepada
intansi-intansi dibawahnya. Dalam menanggapi hal tersebut pemerintah
kabupaten sleman mengeluarkan Perbup Nomor 50 Tahun 2016 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan fungsi, Serta Tata Kerja Dinas
Pendidikan. Adapun hal tersebut bertujuan agar sistem pemerintahan di
Kabupaten Sleman dapat berjalan dengan baik, sesuai dengan kedudukan
serta tugasnya masing-masing. Terkait kedudukan, susunan organisasi dan
lain-lain akan dipaparkan dibawah ini :
a. Kedudukan Dinas Pendidikan
Berdasarkan Perbup Nomor 50 Tahun 2016 Pasal 2 ayat (1)
menjelaskan bahwa dinas pendidikan merupakan unsur pelaksana urusan
pemerintahan bidang pendidikan yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah.
56
Dapat disimpulkan bahwa kedudukan dinas pendidikan
dibawahnbupati, yang dimana melaksanakan urusan yang berhubungan
dengan bidang pendidikan dibawah wewenang kabupaten.
b. Tugas dan Fungsi Dinas Pendidikan
Dinas pendidikan mempunyai tugas dan fungsi sesuai dengan Perbup
Nomor 50 Tahun 2016 pasal 2 ayat (2) dan (3) yaitu membantu Bupati
melaksanakan urusan pemerintahan dan tugas pembantuan di bidang
pendidikan. Dinas Pendidikan dalam melaksanakan tugasnya
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
1) Penyusunan rencana kerja Dinas Pendidikan
2) Perumusan kebijakan teknis urusan pemerintahan bidang
pendidikan
3) Pelaksanaan pelayanan, pembinaan, dan pengendalian urusan
pemerintahan bidang pendidikan
4) Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan urusan pemerintahan bidang
pendidikan
5) Pelaksanaan kesekretariatan dinas, dan
6) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai tugas dan
fungsinya dan/atau sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Tugas dan fungsi dinas pendidikan sebagaimana yang telah diatur,
merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan dan dilakukan dengan sebaik
mungkin. Tentunya tugas yang dijalankan sebagai bentuk dinas pendidikan
57
dalam membantu bupati melaksanakan urusan pemerintahan, terutama di
bidang pendidikan. Kemudian dalam melaksanakan tugasnya dinas
pendidikan tentunya perlu menyusun rencana kerja, kebijakan, pelaksanaan,
evaluasi dan pelaporan sebagai bentuk pertanggungjawaban dalam
melaksanakan tugasnya.
4. Daftar Urut Kepegawaian Dinas Pendidikan Sleman berdasarkan Jenis
Kelamin, Usia, Tingkat Pendidikan, Tingkat Golongan dan Masa Kerja
a. Kepegawaian Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman Menurut Jenis
Kelamin dan Usia
Dalam pelaksanaan tugasnya dinas pendidikan tentu dibantu oleh
pegawai yang bekerja membantu mencapai visi dan misinya. Untuk
mengetahui data tentang kepegawaian menurut jenis kelamin dan umur
dicantumkan pada tabel dibawah ini:
Tabel II.I
Data Kepegawaian Dinas Pendidikan berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase
1. Laki-laki 47 55%
2. Perempuan 39 45%
Jumlah Total 86 100%
Seumber: Dinas Pendidikan Sleman 2021
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin dari 86 orang
kepegawaian Dinas Pendidikan Sleman di dominasi oleh laki-laki dengan
jumlah 47 orang, sedangkan pegawai perempuan berjumlah 39 orang.
58
Dalam meningkatkan efektivitas kinerja tentu usia menjadi tolak
ukur dalam pelaksanaan kerja. Untuk mengetahui usia kepegawaian
Dinas Pendidikan berdasarkan Usia sebagai berikut:
Tabel II.II
Kepegawaian Dinas Pendidikan Berdasarkan Usia
No Usia / Tahun Jumlah Persentase
1. 20-25 1 1%
2. 26-30 1 1%
3. 31-35 5 6%
4. 36-40 10 12%
5. 41-45 14 16%
6. 46-50 20 23%
7. 51-55 26 30%
8. 56-60 9 10%
Jumlah Total 86 100%
Sumber : Dinas Pendidikan Sleman 2021
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa usia kepegawaian
Dinas Pendidikan Sleman lebih banyak berusia 51-55 tahun dengan
jumlah 26 orang, lalu kepegawaian yang berusia 46-50 tahun dengan
jumlah 20 orang. Kemudian usia kepegawaian yang paling sedikit adalah
antara usia 20-25 tahun dan 26-30 tahun yang hanya 1 orang saja, dari
hal tersebut menandakan bahwa kepegawaian Dinas Pendidikan Sleman
didominasi oleh kepegawaian yang berusia antara 51-55 tahun.
59
b. Kepegawaian Dinas Pendidikan Sleman berdasarkan Tingkat Pendidikan
Dalam meningkatkan pelayanan publik yang baik di Dinas
Pendidikan Sleman tentu tidak terlepas dari tingkat pendidikan pegawai
maupun kapasitas kepegawaian. Untuk mengetahui tingkat pendidikan
kepegawaian di dinas pendidikan sleman sebagai berikut :
Tabel II.III
Kepegawaian Dinas Pendidikan Sleman berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
1. SLTA 38 44%
2. Diploma 6 7%
3. Sarjana 33 38%
4. Pascasarjana 9 10%
Jumlah Total 86 100%
Sumber: Dinas Pendidikan Sleman 2021
Dari data diatas dapat disimpulkan tingkat pendidikan kepegawaian
Dinas Pendidikan Sleman di dominasi lulusan SLTA dengan jumlah 38
orang, kemudian kepegawaian lulusan Sarjana berjumlah 33 orang, lalu
lulusan Pascasarjana berjumlah 9 orang. Tingkat pendidikan
kepegawaian yang paling sedikit adalah Diploma berjumlah 6 orang.
Dari hal tersebut kepegawaian Dinas Pendidikan Sleman lebih banyak
lulusan SLTA dibandingkan Diploma, Sarjana, dan Pascasarjana.
c. Kepegawaian Dinas Pendidikan Sleman berdasarkan Tingkat Golongan
60
Selain itu untuk mengetahui kepangkatan kepegawaian yang ada di
Dinas Pendidikan Sleman dapat diketahui melalui Tingkat Golongan.
Untuk mengetahui Tingkat Golongan kepegawaian Dinas Pendidikan
Sleman sebagai berikut :
Tabel II.IV
Kepegawaian Dinas Pendidikan Sleman berdasarkan Tingkat Golongan
Sumber: Dinas Pendidikan Sleman 2021
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat golongan
kepegawaian Dinas Pendidikan Sleman terbanyak adalah Tingkat
Golongan III/b berjumlah 21 orang, kemudian Tingkat Golongan III/d
berjumlah 17 orang. Serta tingkat golongan paling sedikit yaitu tingkat
No Tingkat Golongan Jumlah Persentase
1. II/b 5 6%
2. II/c 4 5%
3. II/d 10 12%
4. III/a 14 16%
5. III/b 21 24%
6. III/c 9 10%
7. III/d 17 20%
8. IV/a 4 5%
9. IV/b 2 2%
Jumlah Total 86 100%
61
golongan IV/b berjumlah 2 orang. Dari hal tersebut kepegawaian Dinas
Pendidikan rata-rata tingkat golongannya yaitu golongan III/b, sedangkan
kepegawaian dengan tingkat golongan IV/b paling sedikit.
d. Kepegawaian Dinas Pendidikan Sleman berdasarkan Masa Kerja
Dalam pelaksanaan kinerja juga dipengaruhi oleh masa kerja
kepegawaian, selain itu semakin lama masa kerja maka banyak pula
pengalaman yang didapatkan. Berikut data kepegawaian Dinas Pendidikan
Sleman berdasarkan masa kerja :
Tabel II.V.
Kepegawaian Dinas Pendidikan Sleman berdasarkan Masa Kerja
No Masa Kerja/Tahun Jumlah Persentase
1. 0-5 1 1%
2. 6-10 3 3%
3. 11-15 8 9%
4. 16-20 22 26%
5. 21-25 16 19%
6. 26-30 18 21%
7. 31-35 15 17%
8. 36-40 3 3%
Jumlah Total 86 100%
Sumber: Dinas Pendidikan Sleman 2021
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa masa kerja kepegawaian
Dinas Pendidikan Sleman terbanyak bekerja antara 16-20 tahun berjumlah
22 orang, yang kemudian kepegawaian yang baru bekerja dan paling
sedikit berada antara 0-5 tahun berjumlah 1 orang. Sedangkan
62
kepegawaian yang masa kerja paling lama adalah antara 36-40 tahun
berjumlah 2 orang. Dari hal tersebut kepegawaian yang masa kerja paling
banyak kisaran 16-20 tahun, serta kepegawaian yang paling lama bekerja
dikisaran 36-40 tahun berjumlah 2 orang.
e. Kepegawaian Dinas Pendidikan Sleman Berdasarkan Unit Kerja
Selain itu, perlu diketahui data tentang kepegawaian berdasarkan unit
kerja, untuk mengetahui bidang-bidang yang ada di dinas pendidikan
sleman. Berikut data kepegawaian dinas pendidikan berdasarkan unit kerja
Tabel II.VI
Kepegawaian Dinas Pendidikan Sleman Berdasarkan Unit Kerja
Sumber: Dinas Pendidikan Sleman 2021
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa kepegawaian dinas
pendidikan sleman berdasarkan unit kerja, pegawai yang paling banyak
ada di unit kerja sekretariat dengan jumlah 33 orang. Sementara pegawai
yang sedikit berada di unit kerja bidang sarpas yaitu 11 orang. Hal ini
No Unit Kerja Jumlah Persentase
1. Sekretariat 33 38%
2. Bidang Paud 12 14%
3. Bidang SD 15 17%
4. Bidang SMP 15 17%
5. Bidang Sarpas 11 13%
Jumlah Total 86 100%
63
menandakan bahwa kinerja di unit sekretariat mempunyai banyak tugas
dan tanggung jawab yang dilaksanakan.
5. Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Sleman
Fasilitas pendidikan merupakan salah satu pembangunan yang berfokus
pada pengembangan Sumber Daya Manusia. Fasilitas pendidikan meliputi
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUDNI), Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Pertama dan Sekolah Menengah Atas. Namun dengan keluarnya Undang-
undang tentang kewenangan Pemerintah Kabupaten, urusan pendidikan
pemerintah kabupaten yaitu Pendidikan Anak Usia Dini, serta Pendidikan
Dasar (SD dan SMP). Di setiap masing-masing daerah memiliki fasilitas
pendidikan seperti sekolah yang sudah disediakan oleh Pemerintah Pusat
maupun Pemerintah Daerah. Seperti halnya di Kabupaten Sleman yang
memiliki fasilitas pendidikan formal maupun non formal, beberapa fasilitas
pendidikan yang ada di Kabupaten Sleman.
a. Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah
Beberapa fasilitas pendidikan di Kabupaten Sleman terdiri dari
Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah adapun sebagai berikut :
Tabel II.VII
Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah
64
Su
mb
er :
Ba
ckb
one Data Pendidikan
No Kecamatan Sekolah Dasar (SD) Madrasah Ibtidaiyah (MI)
N S Jml Pers N S Jml Pers
1. Kec. Moyudan 12 9 21 4% 0 1 1 3%
2. Kec. Minggir 12 12 24 5% 0 0 0 0%
3. Kec. Seyegan 21 5 26 5% 0 3 3 8%
4. Kec. Godean 20 12 32 6% 0 1 1 3%
5. Kec. Mlati 31 7 38 7% 1 2 3 8%
6. Kec. Depok 37 12 49 10% 0 4 4 11%
7. Kec. Berbah 15 9 24 5% 0 0 0 0%
8. Kec. Prambanan 22 7 29 6% 0 0 0 0%
9. Kec. Kalasan 26 8 34 7% 0 2 2 5%
10. Kec. Ngemplak 22 4 26 5% 0 1 1 3%
11. Kec. Ngalik 30 10 40 8% 1 3 4 11%
12. Kec. Sleman 29 5 34 7% 0 6 6 16%
13. Kec. Tempel 20 10 30 6% 0 4 4 11%
14. Kec. Turi 17 5 22 4% 0 1 1 3%
15. Kec. Pakem 19 5 24 5% 0 3 3 8%
16. Kec. Cangkringan 17 3 20 4% 0 1 1 3%
17. Kec. Gamping 24 13 37 7% 0 3 3 8%
Jumlah Total 374 136 510 100% 35 37 100%
65
Dari data diatas dapat kita lihat bahwa di Kabupaten Sleman
mempunyai fasilitas pendidikan dasar seperti Sekolah Dasar dan Madrasah
Ibtidaiyah baik Negeri maupun Swasta. Terdapat kecamatan yang
memiliki fasilitas pendidikan dasar terbanyak berada di Kecamatan Depok,
dengan jumlah 54 fasilitas pendidikan dasar yang diantaranya 49 Sekolah
Dasar dan 4 Madrasah Ibtidaiyah. Serta kecamatan yang terdapat fasilitas
pendidikan dasar paling sedikit berada di Kecamatan Cangkringan, dengan
jumlah 21 fasilitas pendidikan dasar yang diantaranya 20 Sekolah Dasar
dan 1 Madrasah Ibtidaiyah. Namun ada beberapa kecamatan yang tidak
memiliki fasilitas sekolah Madrasah Ibtidaiyah yaitu ada 3 Kecamatan
diantaranya Kecamatan Minggir, Kecamatan Berbah dan Kecamatan
Prambanan. Dalam hal tersebut pembangunan pendidikan dasar di
Kabupaten Sleman sudah terbilang merata walaupun ada beberapa
kecamatan yang tidak memiliki Madrash Ibtidaiyah.
66
b. Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah
Beberapa fasilitas pendidikan di Kabupaten Sleman meliputi Sekolah
Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah sebegai berikut:
Tabel II.VIII
Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah
Sumber : Backbone Data Pendidikan
No Kecamatan Sekolah Menengah Pertama
(SMP)
Madrasah Tsanawiyah (MTs)
N S Jml Pers N S Jml Pers
1. Kec. Moyudan 2 3 5 4% 0 1 1 3%
2. Kec. Minggir 1 3 4 3% 0 0 0 0%
3. Kec. Seyegan 1 2 3 3% 1 1 2 6%
4. Kec. Godean 3 5 8 7% 1 0 1 3%
5. Kec. Mlati 3 7 10 9% 1 2 3 9%
6. Kec. Depok 5 8 13 11% 1 3 4 12%
7. Kec. Berbah 3 3 6 5% 0 3 3 9%
8. Kec. Prambanan 4 4 8 7% 1 0 1 3%
9. Kec. Kalasan 4 3 7 6% 0 2 2 6%
10. Kec. Ngemplak 2 3 5 4% 1 1 2 6%
11. Kec. Ngalik 4 4 8 7% 1 3 4 12%
12. Kec. Sleman 5 4 9 8% 1 1 2 6%
13. Kec. Tempel 4 1 5 4% 1 0 1 3%
14. Kec. Turi 3 3 6 5% 0 0 0 0%
15. Kec. Pakem 4 3 7 6% 1 2 3 9%
16. Kec. Cangkringan 2 2 4 3% 0 1 1 3%
17. Kec. Gamping 4 3 7 6% 0 4 4 12%
Jumlah Total 54 61 115 100% 10 24 34 100%
67
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa fasilitas pendidikan
menengah yang terdapat di Kabupaten Sleman terbagi menjadi Sekolah
Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah yang masing-masing
terletak dibeberapa kecamatan. Diantara beberapa kecamatan yang ada di
Kabupaten Sleman terdapat satu kecamatan yang memiliki fasilitas
pendidikan lebih banyak diantara kecamatan yang lain, yaitu Kecamatan
Depok dengan 17 Fasilitas Pendidikan Menengah, yang terdiri dari 13
Sekolah Menengah Pertama Negeri dan 4 Madrasah Tsanawiyah. Selain
itu terdapat kecamatan yang memiliki fasilitas pendidikan paling sedikit
yaitu Kecamatan Minggir, yang hanya memiliki 3 Sekolah Menengah
Pertama. Hampir semua kecamatan terdapat Sekolah Menengah Pertama
dan Madrasah Tsanawiyah, namun 2 kecamatan yang tidak terdapat
Madrasah Tsanawiyah diantaranya Kecamatan Turi dan Kecamatan
Minggir.
68
c. Jumlah Siswa
Selain fasilitas pendidikan, perlu diketahui data tentang jumlah
siswa/siswi SD/MI dan SMP/MTs yang ada di Kabupaten Sleman.
Berikut data jumlah siswa SD/MI dan SMP/MTs yang ada di Kabupaten
Sleman.
Tabel II.IX
Jumlah Siswa SD/MI dan SMP/MTs Kabupaten Sleman
Sumber : Backbone Data Pendidikan
N
o
Kecamatan SD/MI SMP/MTs
N S Jml P (%) N S Jml P (%)
1. Kec. Moyudan 1,334 1,078 2,412 3% 936 779 1,715 4%
2. Kec. Minggir 1,246 1,062 2,308 3% 660 821 1,481 4%
3. Kec. Seyegan 3,298 500 3,798 4% 575 365 940 2%
4. Kec. Godean 3,713 2,180 5,893 7% 1,363 1,111 2,474 6%
5. Kec. Mlati 5,132 2,244 7,379 8% 1,151 1,735 2,886 8%
6. Kec. Depok 7,977 3,553 11,530 13% 2,126 2,073 4,199 11%
7. Kec. Berbah 2,558 1,889 4,447 5% 1,154 414 1,568 4%
8. Kec. Prambanan 3,566 2,071 5,637 6% 1,131 2,224 3,355 9%
9. Kec. Kalasan 5,174 2,171 7,345 8% 1,918 850 2,768 7%
10. Kec. Ngemplak 3,712 1,363 5,075 6% 1,160 754 1,914 5%
11. Kec. Ngalik 4,700 2,733 7,433 8% 1,717 587 2,304 6%
12. Kec. Sleman 5,013 1,479 6,492 7% 2,607 497 3,104 8%
13. Kec. Tempel 2,372 1,731 4,103 5% 1,843 186 2,029 5%
14. Kec. Turi 2,270 785 3,055 3% 1,150 552 1,702 4%
15. Kec. Pakem 2,400 975 3,375 4% 1,616 472 2,088 5%
16. Kec. Cangkringan 1,902 672 2,574 3% 641 154 795 2%
17. Kec. Gamping 4,078 3,708 7,786 9% 2,092 850 2,942 8%
Jumlah 60,448 30,194 90,642 100% 23,840 14,424 38,264 100%
69
Dari tabel diatas kabupaten sleman terdiri dari 17 kecamatan yang
dimana dimasing-masing kecamatan memiliki fasilitas pendidikan. Dari
17 kecamatan yang ada di Kabupaten Sleman terdapat 90,642 siswa/siswi
SD/MI, dan 38,264 siswa/siswi SMP/MTs. Sementara dari 17 kecamatan,
terdapat salah satu kecamatan yang memiliki siswa/siswi SD/MI dan
SMP/MTs terbanyak yaitu kecamatan depok dengan jumlah siswa SD/MI
sebanyak 11,530 dan siswa SMP/MTs sebanyak 4,199. Kemudian ini
menandakan bahwa pembangunan fasilitas pendidikan di Kecamatan
Depok memadai dalam meberikan pelayanan pendidikan.
6. Kebijakan Pendidikan di Masa Pandemi
Kebijakan pendidikan di masa pandemi yaitu pemerintah sleman
mengeluarkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Kebijakan
Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-
19), Dalam surat edaran yang dikeluarkan tersebut memiliki tujuan sebagai
bentuk dalam menjalankan pembelajaran dari rumah bagi seluruh intansi
pendidikan. Sehingga kebutuhan akan pendidikan di masa pandemi Covid-19
bisa terpenuhi dan tidak mengakibatkan kesenjangan di bidang pendidikan.
Beberapa hal yang diatur dalam Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 sebagai
berikut:
1. Ujian Nasional (UN)
1) UN Tahun 2020 dibatalkan, termasuk Uji Kompetensi Keahlian 2020
bagi Sekolah Menengah Kejuruan;
70
2) Dengan dibatalkannya UN Tahun 2O2O maka keikutsertaan UN tidak
menjadi syarat kelulusan atau seleksi masuk jenjang pendidikan yang
Iebih tinggi;
3) Dengan dibatalkannya UN Tahun 2O2O maka proses penyetaraan bagi
lulusan program Paket A, program Paket B, dan program Paket C akan
ditentukan kemudian.
2. Proses Belajar dari Rumah dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Belajar dari Rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh
dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna
bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian
kurikulum untuk kenaikan kelas maupun keluiusan;
2) Belajar dari Rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup
antara lain mengenai pandemi Covid-19;
3) Aktivitas dan tugas pembelajaran Belajar dari Rumah dapat bervariasi
antarsiswa, sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk
mempertimbangkan kesenjangan akses/ fasilitas belajar di rumah;
4) Bukti atau produk aktivitas Belajar dari Rumah diberi umpan baiik
yang bersifat kualitatif dan berguna dari guru, tanpa diharuskan
memberi skor/ nilai kuantitatif.
71
3. Ujian Sekolah untuk kelulusan dilaksanakan dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) Ujian Sekolah untuk kelulusan dalam bentuk tes yang mengumpulkan
siswa tidak boleh dilakukan, kecuali yang telah dilaksanakan sebelum
terbitnya surat edaran ini
2) Ujian Sekolah dapat dilakukan dalam bentuk portofolio nilai rapor dan
prestasi yang diperoleh sebelumnya, penugasan, tes daring, dan/atau
bentuk asesmen jarak jauh lainnya;
3) Ujian Sekolah dirancang untuk mendorong aktivitas belajar yang
bermakna, dan tidak perlu mengukur ketuntasan capaian kurikulum
secara menyeluruh;
4) Sekolah yang telah melaksanakan Ujian Sekolah dapat menggunakan
nilai Ujian Sekolah untuk menentukan kelulusan siswa. Bagi sekolah
yang belum melaksanakan Ujian Sekolah berlaku ketentuan sebagai
berikut:
a) kelulusan Sekolah Dasar (SD)/sederajat ditentukan berdasarkan nilai
lima semester terakhir (kelas 4, kelas 5, dan kelas 6 semester gasal).
Nilai semester genap kelas 6 dapat digunakan sebagai tambahan niiai
kelulusan;
b) Kelulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP)/sederajat dan Sekolah
Menengah Atas (SMA) / sederajat ditentukan berdasarkan nilai lima
semester terakhir. Nilai semester genap kelas 9 dan kelas 12 dapat
digunakan sebagai tambahan nilai kelulusan; dan
72
c) kelulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) / sederajat '
ditentukan berdasarkan nilai rapor, praktik kerja lapangan, portofolio
dan nilai praktik selama lima semester terakhir. Nilai semester genap
tahun terakhir dapat digunakan sebagai tambahan nilai kelulusan.
4. Kenaikan Kelas dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Ujian akhir semester untuk Kenaikan Kelas dalam bentuk tes yang
mengumpulkan siswa tidak boleh dilakukan, kecuali yang telah
dilaksanakan sebelum terbitnya Surat Edaran ini;
2) Ujian akhir semester untuk Kenaikan Kelas dapat dilakukan dalam
bentuk portofolio nilai rapor dan prestasi yang diperoleh sebelumnya,
penugasan, tes daring, dan/atau bentuk asesmen jarak jauh lainnya;
3) Ujian akhir semester untuk Kenaikan Kelas dirancang untuk
mendorong aktivitas belajar yang bermakna, dan tidak perlu
mengukur ketuntasan capaian kurikulum secara menyeluruh.
5. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dilaksanakan dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Dinas Pendidikan dan sekolah diminta menyiapkan mekanisme PPDB
yang mengikuti protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran
Covid-19, termasuk mencegah berkumpulnya siswa dan orangtua
secara {isik di sekolah;
2) PPDB pada Jalur Prestasi dilaksanakan berdasarkan:
a) Akumulasi nilai rapor ditentukan berdasarkan nilai lima semester
terakhir; dan/ atau
73
b) prestasi akademik dan non-akademik di luar rapor sekolah;
3) Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan menyediakan bantuan teknis bagi daerah yang
memerlukan mekanisme PPDB daring.
6. Dana Bantuan Operasional Sekolah atau Bantuan Operasionai
Pendidikan dapat digunakan untuk pengadaan barang sesuai kebutuhan
sekolah termasuk untuk membiayai keperluan dalam pencegahan
pandemi Covid- 19 seperti penyediaan alat kebersihan, hand sanitizer,
disinfectant, dan masker bagi warga sekolah serta untuk membiayai
pembelajaran daring/jarak jauh.
Dari Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Kebijakan
Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-
19), dapat disimpulkan bahwa pemerintah memberikan kebutuhan akan
pendidikan selama masa tanggap darurat Covid-19, dengan melaksanakan
pembelajaran dari rumah sesuai dengan ketentuan yang diatur oleh
Kemendikbud. Sementara itu dengan adanya pembelajaran dari rumah
diharapkan dapat mencegah penyebaran Covid-19 di Bidang Pendidikan,
sebagai bentuk dalam pemutusan rantai penyebaran virus Covid-19.
DAFTAR PUSTAKA
Fiske, Edward B, dan Drost, J. 1998 . Arah Pembangunan Desentralisasi
Pengajaran Politik dan Konsensus. Jakarta: Grasindo.
Husaini Usman, R. Purnomo Setiady Akbar. 2006. Pengantar Statistika, Edisi
Kedua. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Jalal, Fasli dan Mustafa, Bachrudin. 2001. Education Reform in the Context of
Regional Autonomy: The Case of Indonesia. Jakarta: The World Bank.
Kuper, Adam, & Jessica. 2000. The Social Science Encyclopedia (terjemahan).
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Labolo, Muhadam. 2014. Memahami Ilmu Pemerintahan : Suatu Kajian, Teori,
Konsep, dan Pengembangannya. Jakarta: Rajawali.
Moleong, Lexy J. 2017. Metode Penelitian Kualitatif, cetakan ke-36. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Subarsono, AG. 2013. Analisis Kebijakan Publik Konsep Teori Dan Aplikasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Wahab, Solichin Abdul. 2017. Analisis Kebijakan : dari formulasi ke penyusunan,
model-model implementasi kebijakan publik. Jakarta: Bumi Aksara.
Widoyoko, S. Eko Putro. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Winarno, Budi. 2014. Kebijakan Publik Teori, Proses, Dan Studi Kasus.
Yogyakarta: Center Of Academic Publishing Service.
Sumber lain :
Choiroh, Nisaul. 2020. Efektivitas Pembelajaran Berbasis Daring/E-learning
dalam Pandangan Siswa. https://iain-
surakarta.ac.id/%EF%BB%BFefektifitas-pembelajaran-berbasis-daring-
e-learning-dalam-pandangan-siswa/, diakses 17 November 2020.
Chrysha, Mahatma. 2020. https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-
topik/kebijakan-pendidikan-formal-anak-pada-masa-pandemi-covid-19,
diakses 16 november 2020.
Harnani, Sri. 2020. Efektivitas Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19.
https://bdkjakarta.kemenag.go.id/berita/efektivitas-pembelajaran-daring-
di-masa-pandemi-covid-19, diakses 16 november 2020.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 19 Tahun 2016,
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/138486/permendikbud-no-19-
tahun-2016, diakses 17 November 2020.
Peraturan Bupati Nomor 50 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,
Tugas Dan Fungsi, Serta Tata Kerja Dinas Pendidikan.
https://peraturan.bpk.go.id/Home/ Details/39550, diakses 8 Februari
2021.
158
Sitta, Aulia. 2017. http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-204 216%
20Sitta% 20Aulia.pdf, di akses 16 November 2020.
Sukmana, Ricky Hendra. 2014. Implementasi Kebijakan Wajib Belajar
Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Di Kota Malang.
https://docplayer.info/42638121-Implementasi-kebijakan-wajib-belajar-
pendidikan-dasarsembilan-tahun-di-kota-malang.html, diakses 16
november 2020.
Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Kebijakan Pendidikan Dalam Masa
Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19).
https://drive.google.com/file/d/1VrAOA3Qz5bV2p6FgN7Xv7GHVmS0
u44Er/view, diakses 16 Februari 2021.
Surat Edaran Nomor 15 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar
Dari Rumah Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease
(Covid-19). https://bersamahadapikorona.kemdikbud.go.id/wp-
content/uploads/2020/05/SESes jen-Nomor-15-Tahun-2020-2.pdf, di
akses 3 Desember 2020.
Tukusan H. Janto. 2016. Implementasi Kebijakan Pendidikan Dasar Wajib Belajar
9 Tahun di Kabupaten Minahasa
Utara.https://media.neliti.com/media/publications/160271-ID-
implementasi-kebijakan-pendidikan-dasar.pdf, diakses 16 November
2020.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-20-2003-sistem-pendidikan-
nasional, diakses 17 November 2020.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah.https://pih.kemlu .go.id/files/UU0232014.pdf, diakses 17
November 2020.
Website DIY. https://corona.jogjaprov.go.id/rilis/dokumen-publik, di akses 4
desember 2020.
Website Kabupaten Sleman. http://corona.slemankab.go.id/index.php/dokumen-
publik/, di akses 4 Desember 2020.