ebook sumber daya manusia ike
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
Transcript of ebook sumber daya manusia ike
TUGAS MATA KULIAH
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
TUGAS KELOMPOK-1
E-BOOK MSDM
BUKU : Kusdyah Rachmawati, SE, MM. 2008. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Yogyakarta. Penerbit ANDI
Yogyakarta.
OLEH :
FIDELIS YOGISWARA WASTU 1201130401
SVADEV PRASHANT MAHASAGARA 1201130422
TAUFIK GHIFARI 1201130423
MANAJEMEN BISNIS TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TELKOM
BANDUNG
2015
BAB I
PENGERTAN DAN FUNGSI MANAJEMEN
SUMBER DAYA MANUSIA
1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya ManusiaSumber daya manusia kini makin berperan besar
bagi kesuksesan suatu organisasi. Banyak
organnisasi menyadari bahwa unsur manusia dalam
suatu organisasi dapat memberikan keunggulan
bersaing. Mereka membuat sasaran, strategi,
inovasi, dan mencapai tujuan organisasi. Oleh
karena itu, sumber daya manusia merupakan salah
satu unsur yang paling vital bagi organsiasi.
Terdapat dua alasan dalam hal ini. Pertama, sumber
daya manusia memengaruhi efisiensi dan efektivitas
organiasai-sumber daya manusia merancang dan
memproduksi barang dan jasa, mengawasi kualitas,
memasarkan produk, mengalokasikan sumber daya
finansial, serta menentukan seluruh tujuan dan
strategi organisasi. Kedua, sumber daya manusia
merupakan pengerluaran utama organisasi dalam
menjalankan bisnis. Manjemen sumber daya manusia
(MSDM) berhubungan dengan sistem rancangan formal
dalam suatu organisasi untuk menentukan efektivitas
dan efisiensi untuk mewujudkan sasaran suatu
organisasi. Bahwa “Sumber daya manusia harus didefinisikan
bukan dengan apa yang sumber daya manusia lakukan, tetap apa
yang sumber daya manusia hasilkan.”
Manusia-sumber daya manusia-merancang dan
membuat organisasi sehingga dapat bertahan dan
berhasil mencapai tujuan. Bila sumber daya manusia
diabaikan maka organisasi tidak akan berhasil
mencapai tujuan dan sasaran.1
Manajemen sumber daya manusia merupakan konsep
luas tentang filosofi, kebijakan, prosedur, dan
praktik yang digunakan untuk mengelola individu
atau manusia melakui organisasi. Penggunaan konsep
dan sistem sumber daya manusia adalah kontrol
secara sistematis dari proses jaringan fundamental
organisasi yang memengaruhi dan melibatkan semua
individu dalam organisasi, termasuk proses
perencanaan sumber daya manusia , desain pekerjaan,
susunan kepegawaian pelatihan dan pengembangan,
representasi dan perlindungan tenaga kerja, serta
pengembangan organisasi. Untuk mengendalikan dan
mengatur proses tersebut, sistem harus
direncanakan, dikembangkan, dan diiimplementasikan
oleh manajemen puncak.
Semua manajer secaa nyata harus terlibat dalam
proses sumber daya manusia secara terintegrasi,
baik dalam organisasi besar atau kecil. Dalam
organisasi kecil, manajer berperan sebagai figur
utama, seperti pemilik yang mengoordinasikan aspek-
aspek sumber daya manusia dala organisasi secara
luas. Dalam organisasi besar yang memliki
departemen personalia, manajer memankan peran utama
dalam perencanaan, pengembangan, dan implementasi
dari sistem personalia. Kunci utama pengambilan
keputusan pada sumber daya manusia dibuat oleh
direktur sumber daya manusia dan manajer puncak
secara bersama-sama. Lebih jauh, departemen sumber
daya manusia membuat keputusan yang berhubungan
dengan angkah-langkah rosedur personalia, sedangkan
manajer lain membuat keputusan lain selain
personalia. Walaupun gabungan pengambilan keputusan
dapat menimbulkan ketegangan dalam hubungan, tetapi
adanya partisipasi manajemen dalam pengembangan
kebijakan sumber daya manusia dapat meredam
ketegangan tersebut. Dampak organisasi secara luas
pada sumber daya manusia berpengaruh terhadap
proses dan sifat dasar organisasi, termasuk
keputusan strategis dari pimpinan sumber daya
manusia yang berpengaruh pada organisasi masa
kini.2
Manajemen sumber daya manusia mungkin berbeda
dengan manajemen personalia dilihat dari aspek-
aspek tertentu. Manajemen sumber daya manusia lebih
proaktif daripada reaktif, meliputi sistem yang
lebih luas, memperlakukan tenaga kerja sebagai aset
sosial daripada biaya variabel, lebih berorentasi
pada tujuan daripada hasil, dan fokus pada
komitmen. Semua hal tesebut menunjukkan manajemen
sumber daya manusia lebih baik daripada manajemen
personalia. Manajemen personalia diarahkan pada
organiasai karyawan, mencari karyawan, serta
mengelola gaji dan kontrak karyawan. Manajemen
sumber daya manusia berawal dari kebutuhan sumber
daya manusia dan permintaan akan sumber daya
manusia daripada suplai sumber daya manusia.
Intinya, manajemen sumber daya manusia lebih
menekankan strategi dan perencanaan daripada
penyelesaian sengketa atau masalah. Manajemen
sumber daya manusia mempunyai fokus strategis dan
bersinergi dengan semua kebijakan bisnis
organisasi.
Pemahaman tentang pegertian MSDM didefinisikan
berbeda oleh penulisan dengan manajemen personalia.
“Human Resources Management is the process of developing,
applying and evaluatd policies, procedures, methodes and programs
relating to the individual in the organization”3
“Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan suatu proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan
kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian
kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan peepasan sumber
daya manusia agar tecapai berbagai tujuan individu, organisasi dan
masyarakat”4
“Personel Management is the concept and techniques one
need to carry out “the people” or personel aspect of management
position including recruitment, screening, training, rewarding and
appraising.”5
“Manajemen Personalia adalah perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan kegiatan-kegatan
pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi,
pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumber daya
manusia agar tercapai tujuan organisasi dan masyarakat.”6
Istilah manajemen sumber daa manusia dan
manajemen personalia memiliki penekanan yang
berbeda. Beberapa organisasi telah menggunakan
istilah-istilah ini untuk menjelaskan aktivitas
dalam organisasi, seperti personalia, administrasi
dan manajeen personalia, departemen sumber daya
manusia, fungsi personalia, setta hubungan
industrial. Istilah manajemen personalia dan
manajemen sumber daya manusia memiliki kesamaan dan
dapat digunakan secara bergantian. Perbedaannya
terletak pada penekanannya. Pada manajemen
personalia7 difokuskan pada fungsi-fungsi
manajemen, sedangkan manajemen sumber daya manusia
digunakan untuk ruang lingkup yang lebih luas.3 John B. Miner dan Donald P. Crane, Human Resources
Management-The Strategic Perspective, Harper Collins
Publiser, New York, 1995, p.12.4 T. Hani Handoko, Manajemen Sumber Daya Manusia,
BPFE, Yogyakarta, 1996, hal 6.5 Gary Desser, Personnel Management, Prentice Hall,
Boston 1988, p.2.
1.2 Peran dan Pentingnya Manajemen Sumber Daya
ManusiaMSDM dewasa ini mendapat sorotan tajam dari
berbagai pihak. Sumber daya manusia mempuyai dampak
yang lebih besar terhadap efektivitas organisasi
dibanding dengan sumber daya yang lain. Seberapa
baik sumber daya manusia dikelola akan menentukan
kesuksesan organisasi di masa mendatang.
Pengelolaan sumber daya manusia sendiri akan
menjadi bagian yang sangat penting dari tugas
manajemen organisasi. Sebaliknya, jika sumber daya
manusia tidak dikelola dengan baik maka efektivitas
tidak akan tercapai. Kompleksitas pengelolaan
sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh banyak
faktor. Hal ini sesuai dengan perkembangan dan
kemajuan yang berlangsung saat ini. Faktor
lingkungan, perubahan teknologi yang cepat,
kompetisi internasional, dan kondisi perekonomian
yang tidak menentu hanyalah beberapa faktor
eksternal yang menyebatkan organisasi harus selalu
mencari cara-cara baru agar dapat memanfaatkan
sumber daya manusia secara lebih efektif. Faktor
internal, seperti tuntutan memperoleh karyawan yang
terlatih, biaya kompensasi, konflik antara serikat
pekerja-manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial
budaya internal merupakan faktor yang membuat
manajemen sumber daya manusia menjadi semakin
penting dan kompleks.
Sumber daya manusia adalah faktor sentral dalam
satu organisasi. Apapun bentuk serta tujuannya,
organisasi dibuat berdasarkan berbagai visi untuk
kepentingan manusia dan dalam pelaksanaannya misi
tersebut dikelola oleh manusia. Jadi manusia
merupakan faktor strategis dalam semua kegiatan
organisasi. Selanjutnya MSDM berarti mengurus
sumber daya manusia berdasarkan visi organisasi
agar tujuan organisasi dapat dicapai secara
optimum. Karenanya, MSDM juga menjadi bagian dari
Ilmu Manajemen (Management Science) yang mengacu
pada fungsi manajemen dalam pelaksanaan proses-
proses perencanaan, pengorganisasian, susunan
kepegawaian, memimpin dan mengendalikan.8
Foulkes9 memprediksi bahwa peran sumber daya
manusia dari waktu ke waktu akan semakin strategis.
Berikut kutipannya :
“For many years it has been said that capital is the bottleneck for a
developing industry. I don’t think this any longer holds true. I think
it’s the work force and the company’s inability to recruit and
maintain a good work force that does constitute.
(Bertahun-tahun berkembang pendapat bahwa modal merupakan
hambatan dalam industri yang sedang berkembang. Menurut saya
hal ini tidak lagi sepenuhnya benar. Menurut saya, angkatan kerja
dan ketidakmampuan perusahaan merekrut dan mempertahankan
angkatan kerja yang baik merupakan penyebab hambatan dalam
produksi ... saya kira hal ini masih akan bertahan, bahkan di masa
yang akan datang.)
Meningkatnya peran manajemen sumber daya
manusia disebabkan oleh keyakinan organisasi akan
perannya yang strategis demi kesuksesan kompetitif
organisasi. Keunggulan kompetitif sangat bergantung
pada inovasi. Inovasi sendiri dipengaruhi oleh
faktor motivasi dan moral kerja karyawan. Sikap
karyawan merupakan hasil pembentukan kebijakan dan
praktik lingkungan manajemen sehingga peran utama
spesialis sumber daya manusia adalah membantu
organisasi dalam memenuhi misi, visi, tujuan , dan
strategi organisasi.
Berikut dijelaskan masalah tiga peran sumber
daya mausia dalam organisasi.10 Peran MSDM makin
meluas dan lebih strategis dari sekedar
administrasi dan operasional. Peran sumber daya
manusia harus difokuskan melebar ke kanan. Peran
baru dilaksanakan tetapi tidak melupakan peran
lama. Dalam gambar ditunjukkan peran sumber daya
manusia yang makin strategis dengan visi ke depan
yang lebih panjang.Administrasi Operasi Strategi
Fokus Proses
administrasi
penyimpanan data
Pendukung
kegiatan
Organisasi global
Waktu Jangka pendek (<1
tahun)
Jangka menengah
(1-2 tahun)
Jangka panjang
(2-5 tahun)Jenis
Kegiat
an
Mengadministrasik
an manfaat tenaga
kerja menjalankan
orientasi tenaga
Mengelola
program
kompensasi,
merekrut &
Menilai
kecenderungan
masalah tenaga
kerja. Melakukan
kerja baru,
membuat kebijakan
& prosedur SDM.
Menyiapkan
laporan pekerjaan
menyeleksi
jabatan yang
kosong.
Menjalankan
pelatihan
dengan aman,
mengatasi
keluhan tenaga
kerja
rencana
pengembangan &
komunikasi.
Restrukturisasi &
perampingan/
Merencanakan
strategi.
Sumber : Robert L. Mathis and John H. Jackson, Human Resources
Management, Thomson Learning Asia, Singapore, 9th ed, 2000. Alih
Bahasa Penerbit Salemba Empat, Edisi 1, Jakarta, hlm 15.
Gambar 1.1 Peran sumber daya manusia
1.2.1 Peran Administrasi Manajemen Sumber Daya
Manusia
Peran ini difokuskan pada pemrosesan dan
penyimpanan data, meliputi penyimpanan database
dan arsip pegawai, proses klaim keuntungan,
kebijakan organisasi tentang prgram
pemeliharaan dan kesejahteraan pegawai,
pengumpulan dokumen dan sebagainya. Namun hal
ini menimbulkan anggapan bahwa sumber daya
menusia hanya sebagai alat pengumpul kertas
atau dokumen saja. Jika hanya peran
administrasi seperti ini maka sumber daya
manusia hanya dipandang dari dimensi klerikal
dan kontributor administrasi hierarki bawah
pada organisasi.
Peran administrasi pada beberapa organisasi
dilakukan oleh pihak ketiga di luar organisasi
(outsourcing) daripada dilakukan sendiri oleh
organisasi. Bahkan teknologi semakin berperan
besar dan dilibatkan dalam mengotomatisasikan
pekerjaan yang bersifat administratif.
1.2.2 Peran Operasional Manajemen Sumber Daya
Manusia
Peran ini lebih bersifat taktis, meliputi
pemrosesan lamaran pekerjaan, proses seleksi
dan wawancara, kepatuhan terhadap kebijakan dan
peraturan, peluang bekerja dengan kondisi baik,
pelatihan dan pengembangan, program K3, dan
sistem kompensasi. Banyak aktivitas yang harus
dilakukan dan melibatkan koordinasi dengan para
manajer dan supervisor di semua jenjang
organisasi. Penekanan pada operasional masih
banyak terjadi di beberapa organisasi sebab
keterbatasan kemampuan individu dan penolakan
manajemen puncak terhadap peran sumber daya
manusia yang makin besar.
1.2.3 Peran Strategis Manajemen Sumber Daya Manusia
Keunggulan kompetitif dari unsur sumber
daya manusia merupakan kelebihan yang dimiliki
oleh peran ini. Peran strategis ini mekeankan
bahwa orang-orang dalam organisasi merupakan
sumber daya yang penting dan nvestasi
organisasi yang besar. Agar sumber daya manusia
dapat berperan strategis maka harus fokus pada
masalah-masalah dan implikasi sumber daya
manusia jangka panjang. Bagaimana perubahan
kependudukan tenaga kerja dan kekurangan tenaga
kerja akan memengaruhi organisasi dan cara apa
yang akan digunakan untuk menyiasati masalah
kekurangan ini.
1.3 Model Manajemen Sumber Daya ManusiaOrganisasi membutuhkan visi tentang apa yang
dapat dilakukan departemen sumber daya manusia yang
baik. Departemen sumber daya manusia dapat dilihat
semata-mata sebagai saluran sumber daya manusia
organisasi atau sebagai sebuah fungsi yang besar
kontribusinya terhadap pencapaian tujuan penting
dari organisasi.
Model MSDM dibuat untuk membantu manajemen
dalam implikasi praktik dan tren sumber daya
manusia saat ini serta menyusun program dan pedoman
untuk kegiatan perencanaan sumber daya manusia di
masa datang.11
1.3.1 Perencanaan
- Perencanaan Sumber Daya Manusia
Perencanaan memberikan kerangka untuk memadukan
pengambilan keputusan di seluruh organisasi.
Perencanaan sumber daya manusia merupakan salah
satu tipe perencanaan strategi, sama halnya
dengan perencanaan keuangan, pemasaran, dan
produksi. Dalam perannya secara langsung
terkait dengan strategi organisasi, perencanaan
sumber daya manusia selalu melibatkan analasis
supply and demand, termasuk teknik peralaman
(forecasting).
- Desain dan analisis jabatan
Kebutuhan organisasi harus diorganisasikan
melalui sistem job support the companies strategies.
Untuk itu harus dilakukan analisis jabatan,
uraian jabatan, penugasan dan membangun
tanggung jawab, serta spesifikasi jabatan. Hal
tersebut merupakan persyaratan untuk kesuksesan
dan kemapanan kinerja. Tujuan analisis jabatan
adalah mengindikasikan bagaimana pekerjaan itu
akan diselesaikan. Analisis jabatan adalah
kunci dari fungsi kinerja. Evaluasi pekerjaan
berguna untuk pemberian kompensasi, seleksi,
pelatihan, keamanan manajemen (safety management)
dan penataan karier).
- Struktur organisasional
Seperti analisis jabatan, organisasi struktur
sangat dibutuhkan dan sangat terkait dengan
perencanaan strategi. Perencanaan organisasi
struktur secara khusus dibuat oleh manajemen
puncak unit-unit yang sudah mapan dan
departemen sumber daya manusia. Perencanaan
strategis struktur organisasi yang berupa
penentuan struktur dimensi vertikal akan
ditekan pada desentralisasi, jangkauan
perintah, dan ukuran pada span of control (rentang
pengendalian).
1.3.2 Input Proses
- Rekrutmen
Pendekatan yang digunakan dalam rekrutmen
adalah ketentuan dari perencanaan sumber daya
manusia dan melalui persyaratan tindakan yang
disepakati. Investasi dalam rekrutmen harus
besar saat terjadi pengetatan dalam pasar
kerja.
- Seleksi
Untuk melakukan seleksi pekerjaan harus
dilakukan rekrutmen yang efektid. Seleksi dan
penempatan dimasukkan dalam proses strategi
melalui susunan kepegawaian untuk formulasi
strategi dan disajikan kepada karyawan untuk
diimplementasikan. Menggunakan seleksi secara
efektif dapat dijadikan kriteria untuk sukses.
- Penempatan
Keputusan penempatan melibatkan transfer
internal, promosi, dan demosi yang selalu
diinformasikan melalui berbagai macam
pendekatan seleksi dan melalui penilaian kerja.
Pada tahun sekarang downsizing telah menjadi
alasan untuk beberapa promosi dan demosi.
Persoalan utama yang berhubungan dengan promosi
telah menjadi dasar alasan munculnya suatu
kendala-kendala ke arah mobilitas dari kaum
wanita dan minoritas.
1.3.3 Transformasi/Proses Mediasi
- Transfer
Transfer terjadi pada saat seseorang
dipindahkan ke posisi baru yang secara esensal
memiliki kelas dan tingkat kompensasi yang
sama. Sering kali pekerjaan tersebut sama,
tetapi dibutuhkan pada kasus yang berbeda.
- Promosi
Pemindahan seseorang ke tingkat pekerjaan dan
kompensasi yang lebih tinggi, termasuk dalam
proses seleksi. Dengan demikian, jika strategi
lebih diimplementasikan secara efektif maka
memungkinkan seseorang untuk dipromosikan.
- Demosi
Kasus penempatan terbaik serinkali dibuat untuk
seseorang melalui demosi yaitu penurunan ke
posisi tingkat yang lebih rendah. Sering kali,
seseorang dipindahkan dengan berbagai macam
alasan. Dalam bekerja, seseorang diharuskan
unuk memiliki suatu kemampuan atau
keterampilan. Sejalan dengan itu, penempatan
berdasar karakteristik personal mungkin
terjadi.
- Pelatihan
Pelatihan dimaksudkan untuk memperbaiki
penguasaan berbagai keterampilan dan teknik
pelaksanaan kerja tertentu, terinci, dan rutin.
Pelatihan menyiapkan para karyawan untuk
melakukan pekerjaan-pekerjaan sekarang.
- Pengembangan organisasi
Latihan ini dilakukan apabila manajemen ingin
menyiapkan karyawan untuk memegang tanggung
jawab pekerjaan di waktu mendatang. Kegiatan
ini disebut dengan pengembangan sumber daya
manusia. Pengembangan ini memiliki ruang
lingkup lebih luas untuk memperbaiki dan
meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dan
kepribadian.
- Kompensasi
Salah satu cara manajemen untuk meningkatkan
prestasi kerja adalah dengan stimulus melalui
kompensasi. Kompensasi adalah segala sesuatu
yang diterima karyawan sebagai balas jasa untuk
kerja mereka. Masalah kompensasi merupakan
fungsi yang kompleks atas dasar logis,
rasional, dan dapat dipertahankan. Hal ini
menyangkut banyak faktor emosional dari sudut
pandang para karyawan. Bonus dari organisasi
mungkin tak cukup membuat semua karyawan puas
dan senang dalam bekerja. Mestinya manajemen
mulai memahami keinginan karyawan.12
- Tunjangan dan pemberian fasilitas
Tunjangan dan pemberian fasilitas merupakan
salah satu program dalam organisasi yang
ditujukan pada kesejahteraan karyawan. Harapan
organisasi, para karyawan yang menyadari dari
keuntungan-keuntungan program tersebut dapat
memberikan motivasi dan nilai tambah pada
kinerja mereka.
- Program keselamatan dan kesehatan
Tujuan program ini adalah untuk membantu,
melindungi, dan menjaga karyawan agar
senantiasa bekerja dengan aman dan nyaman.
Adalah tugas manajemen untuk menyediakan
fasilitas program K3 pada semua karyawan.
- Hubungan serikat pekerja
Keberadaan serikat pekerja mengubah lingkungan
kerja dan hubungan antara para karyawan dan
organisasi, terutama peranan penyelia dan
departemen personalia. Departemen personalia
perlu memahami bagaimana dan mengapa serikat-
serikat karyawan memengaruhi manajemen sumber
daya manusia.
1.3.4 Output Proses
- Penilaian kinerja
Penilaian kinerja ini bertujuan mengevalasi
atau menilai prestasi kerja karyawan. Kegiatan
ini dapat memperbaiki keputusan personalia dan
memberikan umpan balik kepada para karyawan
tentang pelaksanaan kerja mereka.
- Produktivitas
Peningkatan produktivitasdapat dilakukan dengan
cara melihat aspek kepuasan kerja dan motivasi
pegawai dalam mengapresiasi pekerjaan mereka.
Tantangan utama dari kepegawaian adalah
bagaimana meningkatkan produktivitas kerja
pegawai sekaligus meningkatkan kepuasan kerja
dan pengembangan sumber daya manusia.
- Evaluasi program dan strategi
Pengembangan sumber daya manusia tidak hanya
terletak pada perencanaan strategis saja,
tetapi menuju strategi inovasi perilaku peran.
Yang diperlukan adalah kreativitas yang tinggi
dan berorientasi jangka panjang, mempunyai
kerja sama yang tinggi dan perlaku saling
ketergantungan, mempunyai perhatian yang
berkuantitas dan berkualitas, penerimaan resiko
serta toleransi pada ketidakpastian.
Keseluruhan kegiatan model sumber daya
manusia di atas tidak terpisah-pisah satu
dengan yang lain. Seluruhnya saling terkait
sebagaimana sistem yang terdiri atas beberapa
unsur atau subsistem, yang nantinya akan
menghasilkan sebuah hasil.
Berkaitan dengan hal tersebut,13 William B.
Werther & Keith Davis mengatakan : Unsur atau
elemen sumber daya manusia terdiri atas
persiapan dan pengadaan, pengembangan,
penilaian, pengkompensasian dan perlindungan
seta hubungan kepegawaian.
Model di atas menunjukkan beberapa elemen
manajemen sumber daya manusia yang dalam
pelalsanaannya salng terkait satu sama lain.
1.4 Tujuan Dan Aktivitas Manajemen Sumber Daya
ManusiaTujuan MSDM adalah untuk meningkatkan dukungan
sumber daya manusia guna meningkatkan efektivitas
organisasi dalam rangka mencapai tujuan.
“the purpose of human resources management is to improve
the productivity contribution of people to the organization in an
etically and socially responsible way.”14
Dalam upaya mencapai tujuan suatu organisasi
dan mengapa organisasi harus melakukannya,
berkaitan dengan kegiatan atau aktivitas manajemen
sumber daya manusia, akan digambarkan secara umum
sebagai berikut.
Kegiatan atau aktivitas MSDM secara umum adalah
tindakan-tindakan yang diambil untuk membentuk
satuan kerja yang efektif dalam suatu organisasi.
Berbagai kegiatan tersebut antara lain :
1. Persiapan dan penarikan
2. Seleksi
3. Pengembangan
4. Pemeliharaan
5. Penggunaan
1.4.1 Persiapan dan Penarikan
Kegiatan persiapan dan penarikan menyangkut
beberapa hal, diantaranya analisis pekerjaan
dan jabatan. Anaisis pekerjaan dan jabatan
berfungsi untuk mengetaui tugas pekerjaan dan
jabatan yang ada dalam organisasi seta
persyaratan yang harus dimiliki oleh pegawai.
Persyaratan yang harus dimiliki adalah tentang
kualifikasi pegawai yang meliputi deskripsi
pekerjaan dan spesifikasi pekerjaan.
Selanjutnya adalah menentukan perencanaan
sumber daya manusia yang bertujuan memprediksi
dan menentukan jumlah kebutuhan tenaga kerja
pada saat ini dan masa yang datang. Perencanaan
ini meliputi jenis pekerjaan, metode yang
dipakai, cara penarikan, analisis jumlah
kebutuhan tenaga kerja, jenis keahlian, sampai
kapan saat dilakukan penarikan.
1.4.2 Seleksi
Setelah proses kegiatan penarikan untuk
memperoleh para pelamat pekerjaan yang
berkualitas selesai maka akan dihasilkan
sejumlah pelamar yang disaring melalui proses
seleksi. Proses ini memilih orang-orang yang
memenuhi spesifikasi kebutuhan organisasi.
Proses ini sangat bervariasi untuk tiap
organisasi. Masing-masing menerapkan kebutuhan
yang berbeda dalam perlakuan seleksi. Biasanya
proses standar meliputi tes seleksi, wawancara,
referensi dan evaluasi kesehatan.
1.4.3 Pengembangan
Program pengembangan mengajarkan berbagai
keterampilan baru kepada para keryawan agar
mereka tidak menjadi usang dan untuk memenuhi
keinginan karier mereka akibat perubahan
lingkungan kerja. Kemudian dilakukan penilaian
prestasi kerja yang bertujuan untuk melihat
kinerja pegawai apakah sudah sesuai dengan
diharapkan. Selanjutnya pengembangan dilakukan
dengan bimbigan konseling, disiplin, serta
berlanjut pada pengembangan organisasi.
Program pengembangan baru terus-menerus
berkembang. Kajian terhadap pendekatan untuk
tujuan program pengembangan karyawan dan
organisasi terus dilakukan Pendekatan “Learning
Individual”15 , merupakan pendekatan prgram
belajar yang masih relatif baru dan belum
banyak diulas secara teori dan riset. Namun
program ini memberikan manfaat yang cukup
signifikan pada pengembangan karyawan.
1.4.4 Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan ini dilakukan dengan
melihat prestasi kerja pegawai. Tidak hanya
sekedar dievaluasi, tetapi juga menunjukkan
seberapa baik berbagai kegiatan personalia
telah dilakukan. Bila karywan melaksanakan
pekerjaan dengan baik, mereka harus menerima
kompensasi yang layak dan adil. Bila manajemen
personalia dan kompensasi tidak memuaskan
kebutuhan karyawan maka para karyawan mungkin
akan berkumpul dan melakukan kegiaan kolektif.
Hal ini mengakibatkan hubungan antara manajemen
dan karyawan buruk. Hubungan perburuhan ini
harus senantiasa dibina dengan tujuan
memotivasi, memberdayakan pegawai yang
dilakukan melalui penataan pekerjaan yang baik.
Bila organisasi memiliki organisasi serikat
pekerja maka menjadi tugas bersama untuk selalu
mewujudkan kerja sama dan bersinergi dalam arti
saling menguntungkan kedua pihak.
Agar seluruh kegiatan berjalan lancara,
pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian
harus dilakukan secara efektif dan efisien.
1.5 Tantangan-tantangan Manajemen Sumber Daya
ManusiaGlobalisasi memberikan implikasi terbukanya
peluang bagi para manajemen dalam berbagai bidang
untuk memberikan solusi alternatif kepada pengguna
untuk memperoleh kualitas layanan unggul. Hal ini
memberikan tantangan bagi suatu organisasi
perusahaan untuk menghasilkan kualitas layanan
prima. Organisasi dengan subsistem manusianya
merupakan kesatuan sistem yang bertujuan mencapai
berbagai sasaran yang telah ditetapkan organisasi.
Pendekatan untuk meningkatkan daya saing melalui
peningkatan produktivitas personel dalam era
kompetisi yang semakin meningkat telah menjadi
salah satu upaya kunci keberhasilan organisasi.
Kenyataan telah menunjukkan semakin banyak
organisasi yang bergantung pada karyawan yang
inovatif, kreatif, dan terampil.
Sementara lingkungan bisnis yang terus berubah
menuntut adanya pandangan jauh ke depan searah
jalannya organisasi agar tetap stabil dan sigap
mengatasi perubahan-perubahan. Dengan demikian,
organisasi perlu memiliki pemimpin yang visioner
yang mampu melihat ke depan, memprediksi perubahan
yang akan terjadi, melakukan penyesuaian dalam
organisasi dan menjembatani tuntutan bisnis
sekaligus menjadi katalisator pengembangan SDM.
Pusat pengembangan potensi SDM mengambil peran
untuk memetakan profil kompetensi SDM yang dimiliki
organisasi saat ini berdasarkan kriteria-kriteria
yang dibutuhkan untuk masa datang.
Perubahan-perubahan mendasar dalam lingkungan
bisnis telah menyebabkan pergeseran dalam urutan
pentingnya manajemen sumber daya manusia dan fungs
sumber daya manusia. Departemen SDM diberi
kesempaan mengambil peran penting dalam tim
manajemen. Hal ini terjadi karena fungsi SDM sedang
berubah menjadi fungsi manajemen yang penting. Aset
SDM dapat menjadi sumber keunggulan kompetitif yang
berkelanjutan karena aset-aset manjusia yersebut
mempunyai pengetahuan dan kompleksitas sosial yang
sulit ditiru pesaingnya. Praktik-praktik manajemen
suber daya manusia yang diperkirakan dapat menjadi
sumber keunggulan kompetitif yang berkelanjutan dan
berdaya saing.
Perubahan yang cepat dalam lingkungan merupakan
kekuatan eksternal yang mengakibatkan transformasi
dalam sebuah organisasi. Pada dasarnya, tujuan
utama dari transformasi adalah mengubah struktur
organisasi agar menjadi lebih fleksibel dan mampu
bersaing dengan tingkat struktural yang sedikit
serta jumlah manajer dan karyawan yang lebih kecil.
Transformasi tersebut harus menyeluruh dan hal ini
dapat menyebabkan resistensi yang bisa menyebabkan
perubahan tersebut batal. Oleh karena itu,
organisasi harus mencari jalan untuk mengurangi
hambatan-hambatan. Pertama, organisasi harus
belajar keaneka ragaman dari budaya dan nilai-nilai
anggotanya. Kedua, organisasi harus mengembangkan
budaya organisasi sendiri melalui komunikasi yang
baik dengan anggotanya. Untuk mendukung usaha
mengembangkan budaya organisasi, harus ada
perubahan pada kebijakan sumbe daya manusia.
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam
lingkungan sumber daya manusia dewasa ini menuntut
untuk memainkan suatu peran yang senantiasa lebih
penting dalam organisasi. Perubahan tersebut tampak
nyata dari nilai-nilai yang ditimbukan oleh kondisi
ekonomi, politik, sosisal-budaya, hukum serta
teknologi. MSDM akan banyak menghadapi kendala
internal maupun eksternal dalam mewujudkan tujuan
dan sasaran organisasi. Berikut penjelasannya.
1.5.1 Faktor Ekstenal Organisasi
“External environtment is a factors outside its boundaries that
affect a firm’s human resources include the labor force, legal
consideration, competition, consumers, technology, politics,
economy, and society.”16
Faktor lingkungan atau keadaan yang bersumber
dari luar organisasi yang dapat menghambat
usaha peningkatan fungsi sumber daya manusia
yang mendukung tercapainya tujuan organisasi.
Faktor tersebut adalah angkatan kerja,
peraturan/hukum perundang-undangan, persaingan,
konsumen, serta perubahan teknologi, ekonomi
dan masyarakat.
1. Angkatan Kerja
Angkatan kerja merupakan kelompok individu dari
luar yang menjadi pekerja dalam organisasi.
Kemampuan dari tenaga kerja organisasi
menentukan seberapa besar organisasi dapat
meraih misinya. Sejak tenaga kerja baru
dipekerjakan dari luar organisasi, angkatan
kerja dipertimbangkan sebagai faktor lingkungan
eksternal. Angkatan kerja selalu berubah dan
pergantian ini menimbulkan perubahan angkatan
kerja dalam organisasi. Perubahan ini meliputi
ras, jenis kelamin/gender, usia, nilai dan
norma budaya.17
Keragaman yang meningkat akan membawa tuntuan
besar pada fungsi manajemen sumber daya
manusia. Sifat tenaga kerja adalah berubah
dalam kebanyakan organisasi. Sebagian karena
faktor demografi yang disebut generasi ledakan
bayi sudah tua dan tingkat kelahiran yang
menurun.18 19
Pada saat yang sama keterampilan yang
diperlukan oleh karyawan pun berubah. Sama
seperti organisasi merasa perlu mencoba dengan
program menaikan mutu, pendekatan tim dan
kelompok kerja yang mengatur diri sendiri maka
organisasi memerlukan karyawan dengan tingkat
pendidikan yang lebih baik dan fleksibel.
2. Legal Consideration
Masalah signifikan lain yang memengaruhi sumber
daya manusia berhubungan dengan undang-undang
lokal dan negara bagian adalah tentang peluang
kerja yang sama (equal employment opportunity).
Untuk menghindari masalah ras, warna kulit,
agama, jenis kelamin atau negeri asal maka
dibentuk suatu badan.komisi untuk menangani
masalah tersebut. Equal Employment Opportunity
Comission 20 merupakan komisi yang diberi kuasa
untuk mnyelidiki keluhan-keluhan diskriminasi
pekerjaan dan menggugat atas nama pihak yang
mengeluh. Masalah hukum, keputusan pengadilan
dan tindakan afirmatif (executive orders)21
berakibat pada aktivitas sumber daya manusia.
Beberapa tantangan yang dihadapi oleh
departemen personalia kurang lebih hampir sama
dengan yang disampaikan pemerintah. Dengan
melalui penekanan hukum, diharapkan akan
berpengaruh positif pada manajemen dan karyawan
yang menantang metode penggunaan departemen
personalia, seperti Occupational Safety and Act atau
Civil Rights Act yang membuat tuntutan utama pada
departemen personalia. Pengaruh hukum ini telah
membantu mengangkat pentingnya keputusan
personalia.
Keterlibatan pemerntah dalam hubungan kerja
untuk mencapai hubungan sosial, biasanya
pemerintah menyingkirkan praktik yang dianggap
bertentangan dengan kebijakan publik bagi
spesialis personalia memerlukan kerelaan dan
usaha aktif untuk memperkecil konsekuensi
organisasi.
3. Persaingan
Untuk menaikkan pangsa pasar, sebuah organisasi
harus mengandalkan pada satu dari dua peluang
yang terbuka, yaitu (1) organisasi itu harus
mendapatkan lebih banyak pelanggan, baik dengan
mengumpulkan pangsa pasar yang lebih besar
maupun dengan menemukan cara meningkatkan
ukuran pasar itu sendiri. Atau (2) organisasi
itu harus mengalahkan pesaing dalam memasuki
dan memenangkan pasar yang sedang berkembang.
Cara manapun yang digunakan organisasi harus
menganalisis pesaing dalam menetapkan strategi
pemasaran yang terarah dalam rangka memberikan
kepuasan yang lebih besar kepada pelanggan.
4. Konsumen
Konsumen menukarkan sumber daya yang pada
umumnya berbentuk uang dengan produk dan jasa
organisasi. Konsumben bisa terdiri dari lembaga
seperti sekolah, rumah sakit, atau kantor
pemerintah, atau organisasi lain, seperti
kontraktor, distributor, pabrik, atau
individual. Taktik menjual bervariasi menurut
pelanggan dan situasi pasar. Biasanya dilakukan
analisis pelaggan potensial dan kondisi pasar
serta menentukan kampanye pemasaran berdasar
analisis tersebut. Konsumen merupakan suatu hal
yang tidak pasti bagi organisasi. Selera dan
cita rasa pelanggan dapat berubah. Setiap saat
perubahan konsumen dapat menjadi puas atau
tidak puas dengan jasa atau produk organisasi.
Dengan demikian, organisasi harus dapat
mengenali perubahan selera atau kebutuhan
konsumen.
Semakin lama secara umum, ada kecenderungan
konsumen menjadi semakin kuat posisi relatifnya
terhadap organisasi. Hal ini disebabkan tingkat
pendidikan masyarakat semakin maju sehingga
konsumen semakin tahu hak-haknya. Organisasi
tidak dapat memaksa kehenda mereka, karena
persaingan semakin ketat dan konsumen punya
banyak pilihan. Organisasi yang ingin
berkembang dan mendapatkan keunggulan
kompetitif harus dapat memberikan produk berupa
barang atau jasa yang berkualitas dengan harga
yang bersaing, pengantaran barang yang lebih
cepat, dan layanan yang baik pada para
pelanggan. Untuk memenuhi kepuasan pelanggan
pada industri jasa, kualitas layanan sangat
penting dikelola. Kualitas layanan merupakan
suatu bentuk penilaian konsumen terhadap
tingkat layanan yang dipersepsi dengan tingkat
pelayanan yang diharapkan.22
5. Teknologi
Teknologi adalah pengetahuan, peralatan, dan
teknik yang digunakan untuk mengubah bentuk
masukan (bahan baku, informasi dan sebagainya)
menjadi keluaran (produk dan jasa). Perubahan
teknologi dapat membantu organisasi untuk
menyediakan produk yang lebih baik atau
menghasilkan produk secara lebih efisien.
Tingkat teknologi dalam sebuah masyarakat atau
industri menentukan produk dan ajasa apa yang
akan dihasilkan, peralatan apa yang akan
digunakan, dan bagaimana operasi akan dikelola.
Perubahan teknologi akan mengubah cara kerja
organisasi dan akan memunculkan stakeholder yang
baru. Lebih jauh, pertumbuhan teknologi yang
semakin cepat menuntu sumber daya manusia untk
mampu mengimbangi kekuatan dan penguasaan
teknologi melalui kemampuan dan keterampilan
yang kompetitif.
Teknologi akan memengaruhi manajemen personalia
karena teknologi mampu mengubah pekerjaan dan
keterampilan yang dibutuhkan organisasi untuk
memproduksi barang atau jasa.
Teknologi mobil atau kapal terbang yang
berkembang mampu memodifikasi industri
transportasi. Perkembangan menuntut lebih
banyak karyawan dan pelatihan. Bagi mereka yang
telah bekerja dalam perusahaan ini,
perkembangan memberikan kesempatan promosi.
Perusahaan rel kereta api juga terpengaruh oleh
hal yang sama, kecuali tantangan manajemen
personalia yang berbeda.
Otomatisasi adalah cara lain dimana teknologi
memengaruhi bidang manajemen personalia.
Pengenalan komputer ke bank mengubah kebutuhan
tenaga kerja. Sebelum ada komputer, personalia
merekrut sejumlah besar karyawan tanpa
keterampilan tinggi. Selain itu, diperlukan
karyawan yang memiliki keterampilan untuk
memproses informasi dengan komputer. Oleh
karena itu, departemen SDM dari bank secara
dramatis mengubah program rekrutmen dan
pelatihan mereka.
Satu bentuk otomatisasi khusus yang memiliki
pengaruh khusus pada oranisasi adalah robot
karena robot lebih canggih. Robot akan
memengaruhi produktivitas organisasi dan
kualitas kerja karyawan. Dapat dipastikan
penggunaan robot akan semakin meningkat karena
biayanya yang relatif murah dibandingkan dengan
sumber daya manusia. Kabar baiknya adalah
pekerjaan yang berbahaya (seperti bekerja
dengan bahan kimia dan beracun) dan membosankan
akan diambil alih oleh robot. Demikian pula
tugas perencanaan yang berulang-ulang akan
diambil alih oleh robot. Dengan demikian,
produktivitas dan kualitas akan semakin
meningkat.
Namun kabar buruknya adalah bahwa para
profesional sumber daya manusia mungkin akan
semakin sulit mencari pekerjaan karena
kesempatan kerja dan kesempatan bersosialisasi
pada pekerjaan akan menurun. Yang tersedia
hanya pekerjaan pabrik yang dengan gaji yang
rendah untuk karyawan tanpa keterampilan.
Inilah yang membuat pekerja pabrik tradisional
menerima pekerjaan yang tidak memerlukan
keterampilan dengan gaji yang rendah.
Untuk menggunakan robot yang mahal secara
efektif, beberapa pabrik ada yang merasa perlu
memperkerjakannya dua atau tiga shift per hari,
bahkan di akhir minggu. Hal ini terjadi karena
dengan robot, biaya cenderung lebih ringan,
lebih cepat, lebih kuat dan lebih pintar.
Kepintaran artifisial dan biaya yang murah akan
sangat berarti dalam industri jasa. Para pakar
SDM pun hampir dipastikan akan membantu kantor
cabang dengan memperkenalkan robot ke tempat
kerja. Hal ini akan mengurangi kesalahan
penempatan kerja.
6. Politik
Variabel unsur politik termasuk undang-undang,
peraturan, dan keputusan pemerintah yang
memmpin dan mengatur perilaku usaha. Banyak
peraturan dan perundang-undangan yang
memengaruhi organisasi dihasilkan melalui
proses politik. Peran pemerintah dalam
memengaruhi kegiatan organisasi dapat dilihat
dari pembicaraan pemerintah sebagai lingkungan
eksternal. Politik internasional akan
berpengaruh pula pada kegiatan suatu
organisasi. Oleh karena itu perubahan-perubahan
politik harus diperhatikan oleh manajemen.
Aspek politik ini berpengaruh pula pada dimensi
komunitas kaum imigran urban terhadap calon
senat unggulan yang dulunya bukan berasal dari
daerah pemilihan yang kuat. Namun dengan adanya
gelombang imigran pendatang ini, para calon
senat mulai mengalihkan konsentrasi mereka pada
daerah-daerah urban yang memiliki suara
potensial bagi pemilihan suaranya.23
7. Ekonomi
Kondisi ekonomi secara umum amat menentukan
keberhasilan organisasi. Upah, harga yang
ditetapkan oleh pemasok dan pesaing, serta
kebijakan fiskal pemerintah akan memengaruhi
biaya produksi barang dan penawaran jasa serta
kondisi pasar tempat kita menjual.
Indikator ekonomi umum mengukur pendapatan dan
produk nasional, tabungan, investasi, harga,
upah, produktivitas, lapangan kerja, aktivitas
pemerintah pengangguran, kebijakan moneter,
lalu lintas, devisa, suku bunga, lembaga
keuangan bank dan nonbank, serta inflasi dan
transaksi internasional. Semua faktor ini
bervariasi sepanjang waktu dan merupakan tugas
dari sumber daya organisasi untuk membuat
ramalan ekonomi dan mengantisipasi perubahan.
Perubahan ekonomi dapat bersifat struktural dan
dapat bersifat musiman atau siklus. Perubahan
tren biasanya menunjukkan perubahan struktural,
sedangkan perubahan musiman merupakan perubahan
jangka pendek, kurang dari satu tahun.
Perubahan siklus jangkat waktunya lebih lama,
tetapi sifatnya sementara. Perubahan struktur
ekonomi dari sektor pertanian menuju industri
merupakan contoh perubahan struktural.
Sementara kenaikan tingkat bunga, inflasi atau
krisis/resesi tergolong perubahan
musiman/siklus. Manajemen harus melakukan
antisipasi yang berbeda di tiap perubahan
situasi tersebut.
Persaingan global semakin meningkat membuat
negara berkembang menargetkan pasar khusus.
Persaingan ini menuntut semua organisasi untuk
lebih produktif. Robot dan kemajuan teknologi
lainnya membantu meningkatkan produktivitas.
Namun pada akhirnya robot dirancang, dipasang
diprogram, dan dirawat oleh manusia untuk
memenuhi tekanan ekonomi yang diakibatkan oleh
persaingan yang meningkat. Para profesional SDM
perlu menemukan cara yang lebih inovatif untuk
membantu manajer meningkatkan produktivitas
melalui sumber daya manusia.
Tekanan ekonomi domestik juga memengaruhi
spesialis sumber daya manusia. Ketika ekonomi
berubah dari ekspansi ke kontraksi selama
putaran bisnis, organisasi harus memodifikasi
rencana mereka. Perubahan dalam bisnis ini
menuntut spesiais sumber daya manusia agar
turut membantu orhniasai mereka dalam memenuhi
rencana baru. Ketika ekonomi meluas dibutuhkan
karyawan dan program karyawan yang baru. Hal
ini tentu saja akan dibarengi dengan tuntutan
upah yang lebih tinggi dari karyawan. Namun,
keuntungan dan kondisi perusahaan akan
meningkat pula. Bagaimanapun juga departemen
sumber daya manusia harus bertindak dengan
hati-hati dengan jumlah staf yang berlebih.
Program laba dan upah yang tinggi menjadi
hambatan serius ketika bisnis menurun. Resesi
membuat organisasi mempertahankan tenaga kerja
yang cakap dan mengurangi biaya tenaga kerja.
Keputusan untuk mengurangi jam, PHK, atau
menerima marjin profit yang lebih rendah
melibatkan para pakar SDM. Semakin efektif
sebuah departemen mencermati perubahan ekonomi
maka semakin baik departemen tersebut
mengantisipasi perubahan organisasi. Kadang-
kadang departemen ini bisa mengembangkan
kebijakan aktif yang mengantisipasi bisnis.
Kebijaksanaan menggunakan tenaga kerja kontrak
adaalah contoh lain bagaimana departemen sumber
daya manusia aktif mencari cara untuk memenuhi
kebutuhan organisasi dan organg-orangnya sambil
tetap bersifat sensitif tehadap lingkungan
ekonomi organisasi. Dalam kasus Motorola,
deparemen sumber daya manusia tidak bergantung
pada naik turunnya ekonomi, tetapi mereka
mengembangkan kebijaksanaan yang memungkinkan
organisasi mengatur perusahaan yang disebabkan
oleh tantangan teknologi, ekonomi, dan lainnya.
8. Demografi
Demografi tenaga kerja menggambarkan komposisi
berikut: tingkat pendidikan, usia, suku, jenis
kelamin, persentase populasi, yang
berpartisipasi dalam tenaga kerja, dan
karakteristik lainnya. Perubahan dalam
demografi tenaga kerja biasanya diketahui lebih
dahulu, terjadi secara pelan, dan diikuti
dengan baik. Misalnya peningkatan tingkat
pendidikan penduduk adalah kecenderungan yang
bergerak perlahan. Beberapa perusahaan, seperti
General Motor menganggap demografi begitu
penting sehingga mereka mempekerjakan
demographer mereka sendiri. Meskipun bergerak
perlahan kecenderungan ini dapat berpengaruh
penting pada aktivitas departemen sumber daya
lama.
Beberapa proyeksi perubahan demografi dalam
tenaga kerja disediakan oleh pemerintah AS,
yang diberikan pada masa lalu dan diproyeksikan
pada masa depan. Tingkat partisipasi adalah
persentase pria dan wanita usia kerja dalam
tenaga kerja. Selama dua dekade yang lalu,
persentasi pria dalam tenaga kerja menurun
secara bertahap, sementara untuk wanita
meningkat dengan drastis. Asumsi jalan tengah
departemen tenaga kerja menunjukkan bahwa kedua
kecenderungan tersebut akan berlanjut
setidaknya sampai tahun 1995.
Pasar tenaga kerja akan semakin ketat. Ini
berarti kesempatan kerja (dan upah) bagi
minoritas, wanita pekerja yang cacat, pencari
kerja pemula, dan lulusan universitas akan
semakin baik. Perkembangan yang pesat dari
kelompok 45-65 tahun berarti tenaga kerja yang
lebih matang dan berpengalaman dengan
stabilitas, reliabilitas, dan produkticitas
yang lebih besar. Pola kerja yang berubah dalam
ekonomi berarti lebih sedikit pekerjaan bagi
pekerja kerah biru seperti mekanisasi dan
otomatisasi yang menyingkirkan pekerjaan
pertanian dan pabrik di samping pekerja kerah
putih dan pekerjaan jasa.
Kecenderungan lain yang membuat Pemerintah
Amerika sempat khawatir adalah di mana kategori
65 tahun akan berkembang cpat selama tahun
1990, bahkan sama cepatnya dengan kelompok usia
45 tahun ke atas yang produktif. Tekanan untuk
pensiun, variabel jadwal kerja, koordinasi
kepentingan pemerintah (seperti keamanan dan
pengobatan sosial) dengan kepentingan
perusahaan dan program pelatihan kembali
hanyalah beberapa tantangan departemen sumber
daya manusia selama 1990.
Selama tahun 1970-an misalnya, perkembangan
tenaga kerja di Amerika berasal dari wanita
yang mencari kerja. Mayoritas perkembangan
tenaga kerja secara historis berasal dari pria.
Nilai dan hukum yang berubah telah menyebabkan
tingkat partisipasi yang lebih besar oleh
wanita dalam pasar kerja. Nilai budaya lama
bahwa “Pria bekerja dan wanita menunggu di
rumah” telah modifikasi radikal.
Perubahan lain dalam sikap dan pekerjaan adalah
permintaan cuti yang lebih lama, banak libur,
dan jadwal kerja nontradisional. Perubahan
dalam sikap budaya berkaan dengan pekerjaan
telah menyebabkan departemen sumber daya
manusia menemukan cara baru untuk memotivasi
karyawan. Program manajemen partisipatif
Motorola yang disebutkan dalam pembahasan ini
adalah contoh perubahan budaya. Perubahan
budaya, seperti tingkat pencurian karyawan yang
tinggi, sikap terhadap keringanan kerja yang
berubah karena semakin banyak orang yang
bekerja dari rumah dengan komputer dan via
sambungan telepon, departemen sumber daya
manusia masih harus merekrut, memotivasi, dan
mempertahankan karyawan ahli.
1.5.2 Faktor Internal Organisasi
“Internal Environtment is a factors inside a firm’s
boundaries that affect its human resources.”24
Faktor lingkungan atau keadaan yang
bersumber dari dalam organisasi sendiri yang
dapat menghambat usaha peningkatan fungsi
sumber daya manusia untuk mendukung tecapainya
tujuan organisasi. Faktor tersebut antara lain
misi, kebijakan, budaya organisasi, serikat
pekerja, dan pemegang saham.
Keadaan dan perubahan-perubahan lingkungan
eksternal dan internal di atas dapat
mengakibatkan masalah-masalah seperti biaya
tenaga kerja yang lebih besar dan terbatasnya
tenaga kerja yang berkualitas.
Adapun variabel internal dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Misi
“The organization’s continuing purpose or reason for being.”25
Sesuatu yang menyangkut keberadaan organisasi.
Di dalam masyarakat, setiap entitas mempunyai
peranan sendiri. Peranan tersebut akan
menentukan misi atau maksud keberadaan mereka
dalam masyarakat ersebut. Jika mereka tidak
mempunyai misi atau maksud keberadaan maka
entitas tersebut tidak akan mempunyai
eksistensi. Misi entitas bisnis biasanya
memproduksi dan atau mendistribusikan
barang/jasa ekonomis. Misi keberadaan
departemen sumber daya manusia minimal harus
mencerminkan tujuan adanya kebutuhan sumber
daya manusia akan individu yang memliki nilai
potensial dan kompetitif. Dengan demikian,
adanya misi yang jelas dan terarah akan membawa
riset sumber daya manusia pada fokus strategis,
yaitu memenuhi kebutuhan penawaran dan
permintaan yang sebenarnya dari organisasi.
2. Kebijakan
Kebijakan juga merupakan rencana karena
merupakan pernyataan atau pemahaman umum yang
membantu mengarahkan pegambilan keputusan.
Sering kali kebijakan merupakan penyataan tidak
tertulis. Kebijakan membatasi pengambilan
keputusan dalam wilayah tertentu dan memastikan
agar keputusan tersebut konsisten dan mengarah
pada tujuan organisasi. Kebijakan memberi ruang
inisiatf dalam pengambilan keputusan. Kebijakan
dapat ditemui pada jenjang yang paling bawah
sampai atas. Kebijakan juga dapat ditemui pada
departemen organisasi, seperti pemasaran atau
keuangan. Membuat kebijakan yang konsisten
dengan tujuan organisasi bukan merupakan
pekerjaan mudah. Ada beberapa alasan. Pertama,
beberapa kebijakan tidak tertulis. Kedua,
inisiatif dan otonomi dalam kebijakan dapat
variasi yang cukup besar dalam pengambilan
keputusan.
3. Budaya Perusahaan
“Corporate Culure is the system of shared values, beliaefs, and
habits within an organization that interacts with the formal
structure to produce behavioral norms.”26 Budaya
perusahaan merupakan sistem dari nilai-nilai
dan kepercayaan yang disepakata bersama yang
memberi arti pada anggota dari organisasi
tersebut dan aturan-aturan yang berlaku. Nilai-
nilai ini bervariasi bergantung pada pandangan
masing-masing. Nilai-nilai ini juga menciptakan
peluan, dan rencana strategis. Seperti sikap
dan kepribadian yang membentuk individu. Budaya
organisasi membentuk tanggapan dari anggota-
anggotanya.
Budaya organisasi dapat dipandang sebagai norma
dari perilaku, nilai-nilai, filosofi, ritual,
adat dan simbol. Budaya akan mengalami
pergeseran dari waktu ke waktu. Organisasi akan
memiliki budaya organisasi yang stabil dan
solid bila tenaga kerja saling berbagai
pengalaman. Konsep budaya perusahaan sendiri
tediri atas dua tingkat yang berbeda dalam
jarang padang dan kesulitan untuk berubah. Pada
tingkat yang tidak begitu tampak, budaya
berhubungan dengan nilai-nilai dasar yang
dipegang bersama oleh orang-orang dalam
kelompok dan cencderung unuk teurs berlaku
dalam waktu yang lama meskpun anggotanya
berubah. Pada tingkat ini budaya sangat sukar
untuk berubah karena sudah mengakar dan sering
tidak tampak. Pada tingkat yang kelihatan,
budaya merupakan pola perilaku dari suatu
organisasi di mana setiap karyawan baru secara
otomatis akan didorong oleh rekan sekerja untuk
mengikutinya. Pola ini sulit diubah tetapi
tidak sesulit seperti pada nilai-nlai dasar
tersebut diatas. Dengan demikian, budaya
perusahaan dapat bersifat mantap/stabil akan
tetapi budaya tidak pernah bersifat statis.
Perubahan linkungan aksternal dan internal
organisasi bagaimanapun akan memberikan tekanan
pada kepentingan organisasi yang pada akhirnya
akan berpengaruh pada budaya perusahaan yang
ada. Budaya perusahaan juga berpengaruh
terhadap kinerja ekonomi jangka panjang. Ada
tiga pendekatan bedaya perusahaan yang
berkaitan dengan kinerja ekonomi perusahaan
dalam jangka panjang.27
Meskipun pergeseran dalam pekerjaan pertanian
dan pabrik mencerminkan teknologi, tingkat
perkembangan populasi dan perubahan demografis
yang ditunjukkan dalam nilai masyarakat akan
menentukan suatu kultu. Meningkatnya tingkat
partisipasi yang ditunjukkan adalah contoh dari
perbuahan kultural.
Perubahan kultural seperti penyalahgunaan obat
terlarang dan kebebasan seksual telah
menghadapkan departemen sumber daya manusia
pada tantangan utama di banyak organisasi.
Karyawan yang baru diperkerjakan dan bahkan
yang telah bekerja diharuskan menyerahkan hasil
tes bebas narkoba. Hal ini dipandang sebagai
penjajahan hak individu. Penyebaran AIDS yang
pesat pun kini menjadi tantangan departemen
sumber daya manusia untuk turut serta
memecahkan masalah karyawan berkenaan pekerjaan
yang terinfeksi AIDS. Hal ini menimbulkan
tantangan tersendiri dalam bidang asuransi,
bagaimana departemen sumber daya manusia
menemukan cara untuk melanjutkan asuransi
kesehatan ntuk membayar pasien AIDS dan agar
AIDS tercantum dalam asuransi kesehatan
karyawan.
Departemen sumber sumber daya manusia memang
tak mungkin mengidentifikasi setiap nilai yang
berubah dalam masyarakat, namun bagaimanapun
juga kehidupan organisaisi mampu menunjukkan
sampel kecil masyarakat. Ketika nilai kulural
berubah, departemen sumber daya manusia harus
mencoba mengantisipasi pengaruh tantangan pada
karyawan dan mengambil tindakan yang tepat.
Kegagalan bisa mengarah pada efektivitas yang
lebih rendah atau bahkan mengundah keterlibatan
pemerintah.
4. Pemegang Saham dan Dewan Direksi
Pemilik perusahaan disebut pemegang saham.
Struktur organisasi publik yang besar
memungkinkan pemegang saham untuk memengaruhi
organisasi dengan menggunakan hak suara. Secara
tradisional, pemegang saham tertarik pada
pendapatan investasi dan membiarkan kegiatan
operasional organisasi dijalakan oleh manajer.
Pemegang saham memberikan modal ke organisasi
dalam bentuk penyertaan. Dengan demikian, hak
dan kewajiban melekat pada kepemilikiannya. Hak
mereka adalah berbagi keuntungan dan
berkewajiban menanggung risiko organisasi jika
organisasi bangkrut.
5. Serikat Pekerja
Tingkat upah, keuntungan, dan kondisi kerja
bagi jutaan pekerja merupakan cerminan
keputusan yang dibuat oleh manajemen dan
serikat pekerja secara bersama-sama. Serikat
pekerja28 adalah kelompok kryawan yang bersama-
sama mewujudkan kesekapatan secara kolektif.
Isu-isu dan masalah sentral yang sering
dibicarakan antara serikat pekerja dan
manajemen antara lain:
- Wage-related issue, meliputi penentuan upah
minimal, penyesuaian upah, penyesuaian
biaya hidup, dan tunjangan-tunjangan.
- Supplementary economic benefits, meliputi rencana
pensiun, tunjangan liburan, tunjangan hari
raya, jaminan kesehatan dan keamanan,
reporting pay, dan tunjangan sejenis
lainnya.
- Institusional issue, meliputi hak dan kewajiban
manajemen, pekerja dan serikat pekerja,
prosedur standar, kualitas kondisi kerja
dan hak-hak lainnya.
- Administrative issue, meliputi senioritas,
disiplin, pemecatan, peraturan, kebijakan,
keamanan pekerja, perubahan teknologi,
keselamatan kerja, dan pelatihan.29
Manajer personalia pada umumnya berhubungan
dengan sebuah organisasi pemasok tenaga kerja,
kadang-kadang ditambah manajer lain yang
memiliki tugas khusus dan bertangggung jawab
atas negosiasi. Mereka menggunakan bergai cara
untuk mencari pekerja yang mempunyai
keterampilan dan pengalaman yang dibutuhkan
organisasi. Ketika sebuah oragnisasi
mempekerjakan anggota serikat pekerja, biasanya
serikat pekerja dan manajemen terlibat dalam
negosiasi kolektif30 untuk menentukan upah , kondisi
kerja, jam kerja dan sebagainya/
Serikat uruh menggambarkan tantangan nyata
dalam oranisasi yang menyelenggarakan serikat
buruh dan tantangan potensial bagi yang tidak
menyelenggarakan. Dalam organisasi yang
menyelenggarakan serikat buruh, pengusaha dan
karyawan menandatangani persetujuan tenaga
kerja yang merinci kompensasi (upah dan
kepentingan, jam, dan kondisi kerja).
Persetujuan tersebut membatasi aktivitas
penyelia dan departemen personalia. Bagi
keduanya tantangan tersebut adalah untuk
mencapai tujuan tanpa melanggar persetujuan.
6. Sistem Informasi
Kualitas informasi akan memengaruhi kualitas
kontribusi departemen sumber daya manusia yang
digunakan dalam pengambilan keputusan
personalia. Deparemen manapun dalam organisasi,
temasuk personalia, membutuhkan informasi yang
akurat dan valid. Kemampuan untuk memperoleh
data dan informasi merupakan tantangan
tersendiri bagi departemen personalia. Untuk
itu perlu adanya dukungan teknologi yang dapat
membantu dan mengembangkan sistem informasi
sumber daya manusia. Teknologi tersebut
diperlukan untuk menyimpan segala informasi
vital yang berhubungan dengan sumber daya
manusia, seperti tentang karyawan, pekerja, dan
faktor-faktor lain sesuai kebutuhan.
Departemen Personalia memerlukan informasi
secar detail. Meningkatnya kualitas kontribusi
departemen personalia bergantung pada kualitas
informasinya. Beberapa aktivitas personal dan
beberapa usaha personalia dilakukan untuk
memperoleh dan memperbaiki dasar infomasi
departemen. Persyaratan informasi departemen
dengan pelayanan penuh hanya diisyaratkan
dengan pertanyaan seperti berikut :
- Apakah tugas dan tanggung jawab setiap
karyawan dalam organisasi?
- Apakah keterampilan yang dimiliki oleh
setiap karyawan?
- Apakah kebutuhan sumber daya manusia
organisasi di masa mendatang?
- Bagaimana baasan eksternal emmengaruhi
organisasi?
- Apakah kecenderungan yang beraku dalam
kompensasi karyawan?
Daftar pertanyaan dia atas bisa dilanjutkan
sampai berlembar-lembar. Jelasnya, perolehan
penyimpanan dan pencarian informasi kembali
menghadrkan tantangan yang signifikan. Salah
satu kunci tantangan adalah bekerja sama dengan
pihak lain dalam organisasi untuk mendapatkan
banyak informasi. Tanggapan karyawan terhadap
kuisioner departemen personalia, pemeriksaan
penyelia pada laporan kontrol, dan sumber lain
dari infromasi sumber daya manusia berasal dari
orang lain. Para manajer cabang memandang
permintaan informasi personel jauh kurang
penting daripada memproduksi atau menjual
barang perusahaan dan jasa. Untuk menjamin
aliran informasi agar akurat dan tepat waktu,
petugas personalia harus mengomunikasikan
permintaan dan menjaga hubungan kerja yang baik
dengan para manajer lain untuk memperoleh kerja
sama. Untuk menyimpan dan mencari kembali
informasi, departemen personalia semakin
mengandalkan sistem informasi berbasis
komputer, seperti sistem yang menyimpan
informasi detail tentang karyawan, pekerjaan
hukum, ekonomi, serta faktor internal dan
eksernal lainnya. Namun sistem informasi ini
masih menantang kemampuan departemen personalia
unuk mengamankan privasi karyawan.
7. Perbedaan Individu Karyawan
Masing-masing individu memiliki perbedaan satu
sama lain, seperti berbeda karakter, sifat,
fisik, intelejensi, bakat, kemampuan, nalar,
kepribadian, dan ego. Perbedaan ini hendaknya
diperhatikan oleh manajemen dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatan perencanaan sumber daya
manusia, penilaian prestasi kejra, perencanaan
karier, dan administrasi sumber daya manusia
pada umumnya.
8. Sistem Nilai Manajer dan Karyawan
Nilai-nilai norma yang dianut oleh suatu
organisasi tentu berbeda dengan organisasi yang
lain. Hal ini merupakan salah satu kendala
dalam konflik yang dihadapi oleh departemen
personalia untuk mengetahui tentang nilai-nilai
dan norma kelompok formal, informal, individu,
antara individu, individu dan kelompok serta
organisasi. Dengan demikian, masalah yang ada
tidak akan berlarut-larut dan pengambilan
keputusan manajemen tidak menjadi lambat.
Melalui pernyatuan dan persamaan tujuan serta
budaya misi dan sasaran yang jelas maka dapat
dicapai keserasian antara kepentingan yang
berbeda, baik manajemen dan karyawan. Lebih-
lebih organisasi terdiri dari berbagai individu
dan kelompok formal dan informal yang hanya
bisa bersatu dengan satu visi apabila semua
bagian dan herarki manajemen duduk bersama
dalam suatu perundingan.
CATATAN KAKI BAB I :1 Wendell L. French, Human Resources Management, Boston, HoughtonMifflin Company, 1986, p.23.2 Wendell L. French, Human Resources Management, Boston, HoughtonMifflin Company, 1986, p.24.3John B. Miner dan Donald P. Crane, Human Resources Managemen – TheStrategic Perspective, Harper Collins Publisher, New York, 1995, p.124T. Hani Handoko, Manajemen Sumber Daya Manusia, BPFE, Yogyakarta,1996, hal 65Garry Dessler, Personnel Management, Prentice Hall, Boston, 1988,p.2
6Edwin B. Flippo, Manajemen Personalia, Penerbit Erlangga, edisi 6,Jakarta, 1993, hal 4.7Personel management refers to the concept and techniques you needto carry out the people or personel aspect of your management job.Include: Job analysis, planning manpower needs & recruiting jobcandidates, selecting job candidates, orienting & training, wage &salary management, incentives & benefits, apprasing perfomance,communication, developing managers. Garry Dessler, 1988, p.2.8John B. Miner dan Donald P. Crane, Human Resources Managemen – TheStrategic Perspective, Harper Collins Publisher, New York, 1995, p.59Andrew Faulkes, Human Resources Management, Prentice Hall, Boston,1998.10Robert L. Mathis and John H. Jackson, Human Resources Management,Thomson Learning Asia, Singapore, 9th ed, 2000. Alih BahasaPenerbit Salemba Empat, Edisi 1, Jakarta, hlm 15.11John B. Miner dan Donald P. Crane, Human Resources Managemen – TheStrategic Perspective, Harper Collins Publisher, New York, 1995, p.512Carrie Shay memenangkan gugatan terhadap Starbuck coffe $32.000AS per tahun. Upah yang diberikan Starsbuck tak mendekati bebankerja yang dituntut. Tugas Carries Shaw mengelola karyawan danmengatur jadwal, mengawasi laporan rugi laba mingguan, danbersedia lembur 20 jam per minggu tanpa upah. Baca Businessweek,Planet Starsbuck, 9 September 2004, hlm. 3713William B Werther, Jr dan Keith Davis, Human Resources and PersonnelManagement, McGraw-Hill, New York, 1993, p.12.14William B Werther, Jr dan Keith Davis, Human Resources and PersonnelManagement, McGraw-Hill, New York, 1993, p.24.15The Complet Learning Organization Model, merupakan proses.Usahawan, No. 1/Januari 2001.16R. Wayne Mondy, Robert M. Noe, Shane R. Premeaux, Human ResourcesManagement, Prentice Hall, New Jersey, 8th Edition, 2002, p.3117Tentang Gender antara pekerja perempuan dan laki-laki akhir-akhir ini menjadi pembicaraan dan studi-studi penelitian banyakmengupas masalah ini. Di Amerika Serikat terjadi jarak atau rasiotinggi antara upah yang diterima oleh pekerja perempuan danpekerja laki-laki di sektor formal. Hal ini disebabkan karenapekerja perempuan tidak memiliki banyak pilihan dalam statuspekerjaan. Pekerja perempuan lebih banyak terbentur pada masalahorientasi pada keluarga sehingga banyak mengorbankan karier dantambahan upah bekerja daripada menelantarkan keluarga, konflikantara kebutuhan dan norma masyarakat serta perusahaan. Baca :Businessweek, “Dunia Kerja-Upah-upah Perempuan : Jurang Lebar diAmerika Serikat”, 23 Juni 2004, hal 54.18Gelombang pendatang baru menguntungkan sekaligus menenggelamkankota-kota kecil di Amerika. Awal 1990-an, North Carolina memilikipersenase terendah dalam hal jumlah penduduk asing. Boom ekonomi
1990-an mengubah itu semua. Karena ledakan pekerjaan hampirmenguras habis bursa tenaga kerja pada pertengahan 1990-an,kehadiran imigran menjadi faktor yang membuat masa keemasanbertahan lama. Para imigran ini tak berkeinginan pulang ke Meksikomeskipun pekerjaan sedang lesu. Namun di Amerika, North Carolinalebih baik daripada Meksiko. Pada pejabat negara juga diuntungkandengan adanya para imigran ini terlepas mereka legal atau tidakkarena ada kelonggaran dalam bekerja bagi imigran gelap meskipuntidak memiliki dokumen. Karena upah standar pekerja ini dibawahrata-rata, Realistic Furniture Industries di Candor bisamempekerjakan karyawan dalam 3 shift pekerjaan dengan mengambilpekerja hispanik. Namun kendala yang dirasakan, apabila memakaipekerja gelap, para imigran ini tidak memiliki keterampilan yangsangat dibutuhkan dalam asimilasi perekonomian. Para perencanamemperkirakan pada tahun 2020 kaum lansia di North Carolinameningkat dari 12% menjadi 17%, sebagian besar karena menuanyapara baby boomer. Baca : Businessweek, “Kependudukan-BerubahnyaKawasan di Jantung Amerika Serikat,” 9 September 2005, hal 30.19Contoh lain dengan adanya baby boomer adalah Starsbuck Coffe20Baca Gary Dessler, Human Resources Management, Prentice Hall, 7th
ed, New Jersey, 1997, p 38 dan R. Wayne Mondy, Robert M. Noe,Shane R. Premeaux, Human Resources Management, Prentice Hall, NewJersey, 8th Edition, 2002, p.5621Baca Gary Dessler, Human Resources Management, Prentice Hall, 7th
ed, New Jersey, 1997, p 38 dan R. Wayne Mondy, Robert M. Noe,Shane R. Premeaux, Human Resources Management, Prentice Hall, NewJersey, 8th Edition, 2002, p.7322Baca “Service Quality, Sabihaini, Analisis KonsekuensiKeperilakuan Kualitas Layanan Suatu Penelitian Empiris”, Usahawan.No 2/Februari/200223Berubahnya keadaan demografis akan menjadikan pemilihan senatlebih memanas. Untuk kampanye, mereka merebut simpatik denganmembuat situs internet berbahasa Spanyol yang memang mereka buatsebagai konsumsi suara pada pemilihan nanti. Jadi kepentinganpolitik tidak lagi hanya mengandalkan berapa jumlah pemilih yangdapat dikumpulkan, tapi perubahan demografi kependudukan sangatmemengaruhi pemilihan suara kandidat. Sebagai contoh, di NorthCaroline di mana perubahan/pergeseran penduduknya yang sangatbanyak pendatang Hispanik/Spanyol Meksiko memaksa para calonkandidat untuk melirik sebagai pangsa pasar suara yang dapatdijadikan peluang baru untuk menjaring suara. Businessweek, BangsaHispanik, 23 Maret 2004.24R. Wayne Mondy, Robert M. Noe, Shane R. Premeaux, Human ResourcesManagement, Prentice Hall, New Jersey, 8th Edition, 2002, p.3625R. Wayne Mondy, Robert M. Noe, Shane R. Premeaux, Human ResourcesManagement, Prentice Hall, New Jersey, 8th Edition, 2002, p.36
26R. Wayne Mondy, Robert M. Noe, Shane R. Premeaux, Human ResourcesManagement, Prentice Hall, New Jersey, 8th Edition, 2002, p.3727Tjahjana, Boejoeng Lukito, “Peningkatan Kinerja Perusahaan:Tinjauan Aspek Budaya” Usahawan, no 5/Mei/199628Union is group of employee who have joined together for thepurpose of dealing collectively with their employer29Faustino Cardoso Gomez, Manajemen Sumber Daya Manusia, PenerbitANDI, Yogyakarta, Ed. Pertama, 1995, hal 22730Negosiasi kolektif adalah proses negosiasi dan melaksanakanperjanjian antara tenaga kerja dan manajemen menyangkut upah,kondisi kerja, dan berbagai aspek lain di lingkungan kerja. BacaJames F. Stoner. R. Edward Freeman dan Daniel R. Gilbert Jr.Management, Prentice Hall, New Jersey, 6th Edt., 1995, Alih bahasaSimon & Schuster Asia Pte Ltd. 1996, hlm.69
BAB II
ANALISIS JABATAN (JOB ANALYSIS) DAN
DESAIN PEKERJAAN (JOB DESIGN)
Dalam organisasi terdapat posisi yang harus diisi
melalui pekerjaan yang ada. Posisi pekerjaan yang ada
bisa diketahui lewat lowongan-lowongan perusahaan.
Departemen sumber daya manusia harus memahami bahwa
untuk memelihara koordinasi pekerjaan maka pengetahuan
tentang analisis jabatan dan desain pekerjaan tidak
boleh dilewatkan.
Untuk meraih kualitas kerja yang tinggi, organisasi
harus memahami dan menyerasikan permintaan kerja dan
individu. Hal ini disebut analisis jabatan atau
analisis pengetahuan pada susunan kepegawaian,
pelatihan, penilaian kinerja, dan kegiatan sumber daya
manusia lainnya. Sebagai contoh, evaluasi penyelia pada
pekerjaan karyawan harus didasarkan pada kinerja dan
tuntutan kerja. Pada perusahaan kecil, manajer garis
mungkin melaksanakan analisis jabatan, tapi biasanya
pekerjaan selesai oleh seorang profesional sumber daya
manusia. Beberapa organisasi besar mungkin mempunyai
departemen manajemen kompensasi yang didalamnnya
termasuk analisis jabatan.
“Analisis jabatan adalah prosedur untuk menetepkan
tugas dan tuntutan keterampian dari suatu jabatan dan
orang macam apa yang akan dipekerjakan untuk itu.”1 “The
process of getting detailed information about jobs”2
- How much time is taken to complete basic tasks?3
- How are task grouped together into a job?
- How can a job be designed so that employee performance can
be improved?
- What kind of skill are needed to perform a given job?
- What kind of person is best suited for a certain type of job?
- What group of task can be handled be a team or small group?
Proses yang berisi tentang informasi pekerjaan :
- Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
pekerjaan-pekerjaan dasar?
- Bagaimana tugas dapat dikerjakan secara
berkelompok?
- Bagaimana mendesain pekerjaan sehingga karyawan
dapat meningkatkan kinerja?
- Jenis keterampilan yang bagaimana yang
dibutuhkan dalam pekerjaan tertentu?
- Orang macam apa yang cocok ditempatkan pada
pekerjaan tertentu?
- Kelompok mana yang dapat menyelesaikan tugas,
apakah sebuah tim atau kelompok kecil?
Pengertian analisis jabatan, Dale Yoder :4
“Job analysis is the prosedur by which the facts with respect to each
job are systematically discover and noted. It is sometimes called job
study, suggesting the care with which task, process, responsibilities
and personel requirement are investigated. Job analysis, which
focuses attention on the characteristic of employees, using physical
examinations test, interviews, and other procedures for this
purpose.”
(Analisis jabatan adalah prosedur melalui fakta-
fakta yang berhubungan dengan setiap jabatan yang
diperoleh dan dicatat secara sistematis. Hal ini
kadang-kadang disebut studi jabatan yang
memengaruhi tugas-tugas, proses-proses, tanggung
jawab, dan kebutuhan pegawai.)
2.1 Tujuan Analisis Jabatan Dale Yoder 5:
1. Determining qualifications, required of job holders
(menentukan kualifikasi yang diperlukan
pemegang jabatan)
2. Providing guidance in recruitment and selection
(melengkapi bimbingan dalam seleksi dan
penarikan pegawai)
3. Evaluation current employees for transfer or promotion
(mengevaluasi kebutuhan pegawai untuk
pemindahan atau promosi jabatan)
4. Establishing requirements for training programs
(menetapkan kebutuhan untuk program latihan)
5. Setting wage and salary levels and maintaining fairness in
wage and salary administration (menentukan tingkat
gaji, upah dan pemeliharaan administrasi upah
dan gaji)
6. Judging the merits of grievances that question assignment and
compensation (menilai keluhan-keluhan yang
menyoroti masalah keadilan dan kompensasi).
7. Establishing responsibility, accountability, and authority
(menetapkan tanggung jawab, pertanggungjawaban,
dan otoritas)
8. Providing essential guides in the establishment of production
standard ( menetapkan pola yang esensial dalam
penetapan standar produksi)
9. Providing clues for work simplification and metode
improvement (menyediakan petunjuk untuk
peningkatan metode dan penyederhanaan kerja)
Analisis jabatan merupakan prosedur dala
menetapkan tugas dan tuntutan keterampilan dari
suatu jabatan dan orang macam apa yang akan
diperkerjakan untuk jabatan itu. Analisis
menghasilkan informasi tentang tuntutan jabatan
yang selanjutnya digunakan untuk mengembangkan
uraian jabatan dan spesifikasi jabatan. Bahasan
tentang uraian jabatan dan spesifikasi jabatan akan
dibahas pada subbahasan selanjutnya.
Analisis jabatan, di samping menghasilkan
uraian dan spesifikasi jabatan, memiliki kegunaan
lain, yaitu :
1. Pengadaan tenaga kerja
Spesifikasi jabatan merupakan standar
personalia yang digunakan sebagai pembanding
para calon tenaga kerja. Isi spesifikasi
jabatan akan memberikan dasar pembentukan
prosedur seleksi nantinya.
2. Pelatihan
Isi uraian tugas dan pekerjaan dapat
digunakan sebagai dasar untuk mengambil
keputusan, khususnya dalam hal program
pelatihan dan pengembangan sumber daya
manusia.
3. Evaluasi kerja
Persyaratan-persyaratan dan uraian jabatan
dapat dinilai sebagai dasar untuk menentukan
nilai pegawai dalam pemberian kompensasi
yang layak.
4. Penilaian prestasi
Untuk menentukan apakah pekerjaan dapat
diselesaikan dengan baik maka deskripsi
jabatan akan sangat membantu untuk pemilihan
sasaran pekerjaan.
5. Promosi dan transfer pegawai
Informasi dan data pegawai akan membantu
proses pengambilan keputusan sebagai dasar
program promosi dan transfer pegawai.
6. Organisasi
Informasi data yang dimiliki dapat pula
membantu manajemen untuk mengetahui sejauh
mana tujuan dansasaran organisasi tecapai.
Hal ini untuk mengindikasikan ada tidaknya
yang perlu diubah dalam suatu organisasi.
7. Induksi
Uraian jabatan sangat berguna, terutama pada
pegawai baru, untuk tujuan orientasi karena
akan memberikan gambaran pada pegawai baru
tentang pekerjaan yang harus dilakukan.
8. Konsultasi
Informasi jabatan akan bermanfaat bagi
pemberian konsultasi baik yang belum bekerja
maupun yang sudah bekerja tetapi merasa
tidak sesuai dengan jabatan yang ada
sekarang.
Proses analisis jabatan sendiri sebenarnya
merupakan suatu pengumpulan data. Berbagai
pendekatan dapat digunakan untuk melakukan studi
terhadap suatu jabatan. Berikut metode yang bisa
digunakan :
1. Kuisioner
2. Menulis cerita singkat
3. Pengamatan
4. Wawancara
2.2 Uraian Jabatan (Job Description)Uraian jabatan6:
Suatu daftar tugas-tugas, tanggung jawab,
hubungan laporan, kondisi kerja, tanggung jawab
kepenyeliaan suatu jabatan-suatu produk dari
analisis tanggung jawab.
Job Description :
“A list of the tasks duties and responsibilities that a particular job
entails.”
Dalam uraian jabatan, selai tugas-tugas,
wewenang, tanggung jawab, hubungan lini, dan
kondisi kerja juga dibuat nama jabatan, kode
jabatan, tanggal dibuat, penyusun, departemen, dan
lokasi. Perhatikan contoh berikut. Dalam Gambar 2.1
mungkin bentuk uraian jabatan ini bisa berbeda
dengan bentuk yang dipakai organisasi lain. Hal ini
membantu pengambilan keputusan yang konsisten
mengani beberapa masalah, seperti upah dan promosi
karyawan dan dapat pula membantu organisasi
menunjukkan keputusan sumber daya manusia secara
adil.
Jika organisasi membuat jabatan baru maka
membutuhkan persiapan uraian jabatan, yang
menggunakan proses atau tahapan-tahapan. Uraian
jabatan dapat dibuat kembali secara periodik dan
bisa diperbarui jika memang perlu. Penilaian
kinerja merupakan peluang yang baik untuk
memperbarui uraian jabatan.
Bila organisasi menyiapkan beberapa uraian
jabatan maka prosesnya membutuhkan waktu. Secara
nyata, analisis jabatan mungkin menggunakan
keputakaan sebagai dasar deskripsi, seleksi untuk
satu tipe pekerjaan, dan kemudian dapat dimofikasi
sesuai dengan kebutuhan organisasi.
PERUSAHAAN “MITRA SEJATI”
Deskripsi pekerjaan
Nama jabatan : Manajer Latihan dan Pengembangan
Kode jabatan : A-22537
Tanggal : 31 Mei 1987
Penyusun : Nurhadayani
Departemen : Personalia
Lokasi : Kantor Pusat
Fungsi
Dibawah supervisi umum direktur personalia,
mengembangkan, menyelenggarakan, dan mengevaluasi
program-program latihan on-the-job dan of-the-job.
Bertindak sebagai penasihat bagi manajemen
operasional dan pelaksana latihan.
Tugas-tugas
1. Bekerja sama dengan para anggota manajemen
lainnya dalam menetukan kebutuhan-kebutuhan
latihan karyawan.
2. Dengan persetujuan direktur, mengembangkan
struktur program latihan
3. Melakukan riset tentang metode latihan yang
paling efektif
4. Mempersiapkan bahan-bahan latihan yang
diperlukan
5. Mengembankan berbagai prosedur evaluasi latihan.
6. Menjelaskan kepada para anggota manajemen
lainnya tentang teknik-teknik pengajaran yang
efektif.
7. Bila perlu dan memenuhi syarat, bertindak
sebagai instruktur dalam kursus-kursus latihan
karyawan.
Wewenang
1. Menentukan instruktur dan para pelaksana program
pelatihan
2. Mengusulkan program-program latihan yang
diperlukan
3. Meminta fasilitan yang diperlukan untuk
penyelenggaraan latihan
4. Dengan persetujuan direktur, menentukan jadwal
program latihan
Tanggung jawab
1. Bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan
program latihan
2. Bertanggung jawab atas biaya-biaya latihan yang
dikeluarkan
Hubungan lini
Atasan langsung : Direktur
Bawahan langsung : Para pelatih, kepala bagian
administrasi latihan
Kondisi kerja
Bekerja di kantor yang nyaman. Waktu kerja mulai
pukul 08.00 sampai 16.00, kecuali bila mengadakan
pelatihan dan melakukan perjalanan.
Gambar 2.1 Uraian Jabatan
Sumber: T. Tani Handoko, 1998 Manajemen Personalia dan Sumber
Daya Manusia, Yogyakarta: BPFE, hal. 49.
2.3 Spesifikasi Jabatan (Job Specification)Spesifikasi jabatan :8
“Suatu daftar tuntutan manusiawi suatu jabatan,
yakni pendidikan, keterampilan, kepribadian, dan
lain-lain yang sesuai produk dari analisis
jabatan.”
Job Spesification :9
“A list of the skils, abilities and other characteristic that an individual
must have to perform a particular job.”
Spesifikasi jabatan berisi tentang persyaraan
kualifikasi individu sehubungan dengan posisinya
pada jabatan tertentu. Seperti contoh, perhatikan
Gambar 2.2 berikut. Di dalamnya terdapat
pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan
karakteristik lain di mana individu harus menunjuk
kemampuan tersebut dalam pekerjaan. Pengetahuan
menunjuk pada informasi prosedural yang penting
untuk keberhasilan kinerja. Keterampilan adalah
tingkat kemahiran individu dalam penyelesaian
tugas. Dengan pengetahuan dan pengalaman, dapat
diperoleh kemampuan dalam pekerjaan untuk perisapan
spesifikasi jabatan. Kemampuan menunjukkan
kecakapan individu secara umum dan karakter lain
mungkin menjadi ciri personal individu atau
motivasi positif dan dapat dikembangkan. Beberapa
jabatan juga mempunyai permintaan resmi, seperti
lisensi atau sertifikat.
Dalam mengembangkan spesifikasi jabatan, perlu
mempertimbangkan semua elemen pengetahuan,
kemampuan, kecakapan, dan ciri lainnya. Dalam
pencatatan deskripsi jabatan, informasi bisa datang
dari kombinasi kinerja jabatan individu, penyelia,
atau perencanaan jabatan dan pelatihan analisis
jabatan.
Informasi yang akurat tentang KSAI adalah
sangat vital bagi pengambilan keputusan tentang
pengisian jabatan.
PERUSAHAAN “MITRA SEJATI”
Spesifikasi jabatan
Nama jabatan : Kepala Bagian Rset Kimia
Kode jabatan : E-456
Tanggal : 10 September 1987
Penyusun : Tantowi Winarko
Departemen : Divisi Produk Plastik
Persyaratan pekerjaan
Pendidikan : Sarjana teknik kimia; mengusai kimia
organik, fisika dan kimia murni; mempunyai
keterampilan dalam menggunakan komputer dan
analisis statistik matematis.
Pengalaman : 5 tahun bekerja di bidang industri
atau penelitian plastik.
Persyaratan fisik: Kesehatan baik untuk melakukan
perjalanan dan kontak dengan personalia di luar
perushaan pada berbagai seminar, konvensi, tugas
konsultasi, dan sebagainya. Mempunyai stamina dan
daya tahan cukup kuat untuk melaksanakan tugas-
tugas berat.
Persyaratan mental : memiliki inisiatif dan
kreatif; dapat mengabil keputusan secara cepat;
mampu menganalisis dan membat sintesa berbagai
informasi yang abstrak.
Supervisi : Akan mengendalikan 6-10 sarjana Teknik
Kimia dan lulusan sekolah kejuruan. Mampu
berkomukasi, baik secara vertikal maupun
horizontal, secara lisan dan tertulis dalam
organisasi perusahaan.
Kondisi kerja : Baik, 80% duduk di kursi yang
nyaman, tenang dan dalam ruangan yang ber-AC.
Seorang manajer membutuhkan informasi mengenai
sifat yang diinginkan dan sifat lain dari tiap
pelamar. Keputusan seleksi dan wawancara harus
difokuskan pada KSAO. Seperti contoh kasus
perusahaan Acxiom yang mencari pelamar dengan
kualifikasi mampu dan memiliki kemampuan tentang
bahasa komputer, tapi juga memiliki rekor kerja
tentang inisiatif, ide untuk memahami bahasa
komputer baru seperti yang sudah lama
dikembangkan.10
Gambar 2.2 Spesifikasi Jabatan
Sumber: T. Tani Handoko, 1998 Manajemen Personalia dan Sumber
Daya Manusia, Yogyakarta: BPFE, hal. 50.
2.4 Desain Pekerjaan (Job Design)Desain pekerjaan merupakan fungsi penetapan
kegiatan-kegiatan kerja seorang keryawan secara
organisasional. Sangat penting untuk melakukan
desain pekerjaan, karena orang banyak menghabiskan
waktu untuk bekerja. Desain pekerjaan membutuhkan
struktur pekerjaan seperti isi, fungsi dan hubungan
pekerjaan. Kebutuhan akan perencanaan
organisasional, kebutuhan keselamatan, dan
kelangsungan hidup organisasi jelas sangat
dipengaruhi oleh desain dan tata letak pabrik.
Disamping itu, kebutuhan akan afilasi dengan
manajemen maupun kelompok dan kekuasaan sangat
memengaruhi desain pekerjaan.
Desain pekerjaan adalah proses penentuan tugas-
tugas yang akan dilaksanakan, metode-metode yang
digunakan untuk melaksanakan tugas, dan bagaimana
pekerjaan tersebut berkaitan dengan pekerjaan
lainnya dalam organisasi.11 Desain pekerjaan
memasukkan elemn tugas, fungsi, hubungan,
kompensasi, keahlian, pengetahuan, kemampuan pada
setiap pekerjaan. Desain pekerjaan merupakan salah
satu faktor pendorong keberhasilan produktivitas
organisasi. Dari dimensi organisasi, cara
pengelompokan tugas dan tanggung jawab dapat
memengaruhi produktivitas dan biaya. Pekerjaan yang
tidak teselesaikan atau terlalu sulit untuk
dilakukan serta pekerjaan yang membosankan akan
menyebabkan perputaran karyawaan yang tinggi. Bagi
seorang karyawan, motivasi dan kepuasan kerja
menjadi dua faktor penting dalam pekerjaan sehari-
hari mereka. Dua hal tersebut dapat membantu
pencapaian tujuan dan sasaran, terlebih jika
organisasi mampu dan memahami faktor-faktor yang
memengaruhi ketidakberhasilan dari dua faktor
tersebut.
2.4.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Desain
Pekerjaan
Organisasi harus menyadari dan memahami hasil
maksimal yang akan diperoleh dari desain
pekerjaan yang tergantung dari beberapa faktor
berikut :
1. Individu
Bahwa individu memiliki perbedaan sikap,
sifat, karakter, pandangan, persepsi, sosial
budaya, norma yang berbeda untuk setiap
individunya dalam organisasi yang sama. Tiap
individu memiliki kebutuhan, tujuan, serta
motivasi berbeda dalam menanggapi sebuah
pekerjaan. Peran individu dalam organisasi
mempunyai arti yang sama pentingnya dengan
pekerjaan itu sendiri sehingga interaksi
antara organisasi dan individu (SDM) menjadi
fokus perhatian para manajer. Oleh sebab
itu, nilai-nilai baru yang ssuai dengan
tuntutan lingkungan organisasi perlu
diperkenalkan dan disosialisasikan kepada
semua individu dalam organisasi.
Organisasi masa depan akan cenderung
berbentuk flat dan ramping. Bentuk organisasi
konvensional yang herarkis akan digantikan
dengan bentuk jaringan kerja atau selular12
yang lebih memberdayakan kerja sama
kelompok. Melalui organisasi yang demikian,
setiap infividu akan memiliki informasi
dengan mudah sehingga tidak selalu hanya
terletak pada pimpinan organisasi. Individu
akan bekerja pada organisasi kluster di mana
individu idak lagi terikat secara kaku
dengan tingkatan manajemen yang hierarkis.
Individu atau manusia memiliki keunikan yang
tidak dimiliki oleh faktor produksi lain.
Pertama, manusia memiliki sisi psikologis.
Artinya manusia tidak dapat dengan mudah
dibonkar pasang, seperti mesin. Indvidu
tidak bisa diperlakukan demikian. Karyawan
akan dengan mudah bereaksi jika mereka tahu
bahwa mereka dibayar lebih rendah dari usaha
yang dikeluarkan, diperlakukan tidak adil
atau di-PHK dengan alasan sepihak atau tidak
masuk akal.
Kedua, individu sebagai input produksi, tapi
juga yang akan menikmati outputnya. Tujuan
akhir sebuah proses produksi adalah
menciptakan produk dan jasa yang sesuai
dengan keinginan konsumen. Bentuk output
yang dinikmati adalah gaji, insentif, bonus,
kesejahteraan, perlindungan, keamanan dan
bentuk penghargaan nonmaterial lainnya. Jadi
sangat tidak wajar apabila ada sebuah
organisasi dengan pertumbuhan baik tetapi
kesejahteraan keryawannya masih
memprihatinkan.
Ketiga, apabila faktor produksi yang lain
berkurang dalam proses produksi, tetapi
manusia dalam kurun waktu tertentu akan
bertambah, yaitu bertambah keterampilan,
pengalaman, dan pengetahuan. Jadi individu
mengalami proses belajar yang akan
bermanfaat untuk kepentingan organisasi
keseluruhan.
Keempat, individu adalah penentu eksistensi
organisasi, bahkan faktor yang mutlak harus
ada. Pengusaha boleh memiliki modal, mesin,
dan materal yang berkualitas, tetapi tidak
akan berfungsi baik jika tidak ada manusia
yang mengelolanya.
2. Teknologi yang digunakan
Teknologi mempunyai dampak terhadap desain
pekerjaan. Jenis pekerjaan, alat yang
digunakan, tata letak dan teknik untuk
menghasilkan output produk merupakan
beberapa alasan penyebab kendala yang dapat
menghambat kelancaran sebuah pekerjaan.
3. Biaya atau anggaran
Anggaran merupakan variabel yang krusial di
tiap organisasi yang beroperasi. Apapun
metode yang digunakan manajemen, harus
berpijak dari sisi ekonomis organisasi. Oleh
karena itu, sumber daya yang representatif
harus direncanakan sebagai awal langkah
keberhasilan organisasi. Manajemen harus
secara kontinu menyelaraskan manfaat-manfaat
desain pekerjaan dengan pertimbangan biaya.
Apalagi sebuah keputusan untuk melakukan
rencana ulang desain pekerjaan baru
membutuhkan energi, waktu, dan biaya yang
cukup untuk memenuhi target tersebut.
4. Struktur organisasi
Saat ini sebuah organisasi akan menjadi
lebih lincah apabila digerakkan oleh roda
operasional yang gesit, cakap, visioner, dan
mampu melihat perubahan ke depan. Organisasi
tersebut haruslah leih ramping untuk dapat
melakukan kecepatan perubahan dan
ketidakpastian global. Oleh karena itu,
struktur organisasi memang sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan desain
pekerjaan. Coba kita lihat beberapa contoh
kasus organisasi yang kelimpungan mengatur
konsolidasi internlnya gara-gara terlalu
gemuknya operasional yang harus ditanggung.
Bagi dunia usaha di Indonnesia, peran
struktur organisasi terasa semakin penting
karena dua hal, yaitu :
a. Struktur organisasi yang efektif akan
mempermudah pengawasan. Seperti kita
ketahui bahwa masalah pengawasan kegiatan
badan usaha menjadi krusial, terutama
sejak tumbangnya rejim orde baru, yang
mendorong keinginan kuat masyarakat untuk
menghapus KKN di segala bidang. Dengan
alasan itu, penerapan Good Corporate
Governance digalakkan sehingga dapat
dikatakan bahwa struktur organisasi yang
efektif berdampak pada efekticitas
impementasi Good Corporate Governance.13
b. Tidak stabilnya dunia usaha di Indonesia.
Kita melihat sendiri bagaimana rentannya
dunia usaha terhadap gejolak mata uang
asing, terutama dollar Amerika. Akibatnya,
sektor perdagangan dan perekonomian
semakin terbuka sehingga mendorong
maraknya persaingan di sejumlah industri
yang semula tertutup bagi pemodal asing
atau pemodal swasta nasional. Perubahan
yang terjadi begitu cepat menuntu kesiapan
kita mengahadapinya dan struktur
organisasi yang efektif dapat menjadi
jangkar sehingga badan usaha tidak mudah
hanyut oleh gelombang keterbukaan.
Dalam efektivitas struktur organisasi,
teori menyebutkan bahwa salah satu
landasannya adalah diferensiasi, yang
dapat dilihat secara horizontal maupun
vertikal. Diferensiasi horizontal
mengindikasikan pembagian kerja yang jelas
antar posisi yang berkedudukan sejajar,
sedangkan diferensiasi vertikal
menggamabarkan pembagian kerja yang jelas
antara posisi yang berkedudukan tidak
sejajar. Landasan lainnya adalah
integrasi14, yaitu suatu mekanisme untuk
mengkoordinasikan posisi-posisi yang telah
didiferensiasikan. Landasa ini penting
untuk menciptakan sinergi posisi-posisi
yang ada di dalam struktur.
5. Variabel internal
a. Manajemen
Manajemen mempunyai kepentingan sendiri
dalam organisasi. Semua karyawan tentu
demikian, tetapi manajemen bertanggung
jawab terhadap organisasi secara
keseluruhan, suatu tanggung jawab yang
sering kali mengharuskan manajemen
menghadapi berbagai pihak yang
berkepentingan dan menyeimbangkan tuntutan
yang saling bertentangan. Para pemegang
saham, misalnya, ingin pendapatan lebih
besar dengan berusaha merampingkan desain
pekerjaan yang singkat dan padat,
sementara bagian penelitian dan
pengembangan memiliki keinginan melakukan
invesasi yang tentu menuntut pembentukan
desain pekerjaan baru yang membutuhkan
waktu dan biaya yang besar. Contoh lain,
karyawaningin gaji yang tinggi dan
berbagai tunjangan kesejahteraan lainnya,
masyarakat sekitar menginginkan lingkungan
yang lebih baik dan fasilitas yang layak
untuk publik dengan alasan tanggung jawab
sosial.15 Untuk menjamin organisasi tetap
dapat bertahan, menajemen harus
menyupayakan hubungan antar pihak-pihak
yang berkepentingan tetap seimbang dalam
jangka pendek maupun jangka panjang.
b. Karyawan
Hampir dalam semua organisasi, sifat dari
tenaga kerja adalah berubah, sebagian
karena faktor demografi. Faktor ini akan
mengubah pergeseran kepentingan-
kepentingan konsumsi, produk, biaya dan
pemasaran karena menyangkut segmen pasar
yang terus berubah. Ledakan bayi di era
1990-an banyak memengaruhi orientasi
produk yang merupakan kebutuhan primer
masyarakat.
Mengelola karyawan
Keunggulan kompetitif dapat dicapai
melalui pengelolaan sumber daya manusia
secara efektif.16 Hal ini dapat diperoleh
dengan mereapkan semua praktik berikut
secara berkaitan, karena sulit untuk
menangani suatu tindakan bila hanya
menerapkan secara terpisah.
- Keamanan Employment Security
Employment security dibutuhkan untuk
menghadapi tekanan akan perlunya
kehati-hatian dan selektivitas tinggi
dalam mempekerjakan manusia. Lebih jauh
mendorong keterlibatan karyawan, karena
karyawan lebih berkeinginan untuk
memberikan kontribusi terhadap proses
pekerjaan
- Selektif dalam merekrut
Merupakan jaminan dalam pekerjaan dan
kepercayaan yang dimiliki organisasi
untuk kesuksesan bersaing. Dibutuhkan
kehati-hatian dan selektif dalam
memilih karyawan atau mengontrak
karyawan. Bisa juga proses penyaringan
ini dilakukan untuk mencari orang yang
tepat yang dapat bekerja dengan baik
dalam lingkungan baru, dapat belajar
dan berkembang sehingga membutuhkan
supervisi yang lebih sedikit.
- Upah yang tinggi
Bagi organisasi yang ingin
mempekerjakan karyawan berkompeten,
kompensasi yang tinggi merupakan salah
satu kunci. Tingkat upah yang tinggi
akan memberikan kemampuan akan lebih
selektif dalam emnemukan organg yang
dapat dilatih dan bertanggung jawab
terhadap organisasi. Terdapat kesan
bahwa organisasi yang memberikan upah
tinggi pada karyawannya maka organisasi
tersebut adalah organisasi yang sangat
menghargai karyawannya.
- Pembayaran insentif
Bahwa pekerjaan dan kepuasan kerja
karyawannya akan sangat bergantung pada
insentif sebagai salah satu faktor
motivasi. Pendorong seperti pengakuan,
jaminan keadilan, dan insentif materiil
dan nonmateriil akan berpengaruh besar
pada setiap karyawan.
- Employee Ownership
Memberikan 2 keuntungan. Pertama,
karyawan yang memiliki keinginan
terhadap kepemilikan saham organisasi
dapat disejajarkan keinginan tersebut
dengan pemegang saham. Tentunya
manajemen konflik perlu dilakukan
perlakuan secara kontinyu guna
meminimalkan. Kedua, karyawan mempunyai
sikap jangka panjang terhadap
organisasi, tentang strategi,
kebijakan, investasi, dan manuver
keuangan.
- Information sharing
Karyawan adalah aset organisasi yang
mempunayi keunggulan bersaing terutama
dengan pesaing organisasi. Oleh karena
itu, organisasi perlu berhati-hati dan
tidak memberikan sejumlah besar
informasi pada karyawan karena rawan
terjadi kebocoran pada pihak pesaing.
- Partisipasi dan pemberian wewenang
Informasi yang diketaui oleh semua
jenjang manajemen memudakan karyawan
untuk bekerja sama dan berpartisipasi
guna pengambilan keputusan yang lebih
cepat serta mendukung adanya
desentralisasi. Kepuasan dan
produktivitas kerja karyawan akan
meningkat dengan adanya partisipasi
karyawan.
- Self-managed teams
Organisasi yang mempunyai tim yang
solid cenderung memperoleh hasil yang
memuaskan. Keuntungan yang didapat di
antaranya dalam hal mengurangi biaya
material, delegasi wewenang, dan metode
produksi karena semua itu dapat
ditangani dan dikelola secara tim.
- Pelatihan dan pengembangan keterampilan
Pelatihan dan pengembangan keterampilan
merupakan bagian penting dari proses
manajemen SDM yang tidak terpisahkan.
Pelatihan akan memberikan hasil positif
hanya jika karyawan dberikan kesempatan
untuk menggunakan keahlian tersebut.
Perbaikan juga perlu dilakukan pada
perubahan struktur kerja. Pelatihan
tidak hanya menunjukkan komitmen
organisasi terhada karyawan, tapi juga
fasilitas akan lengkap dengan orang-
orang yang memiliki kualifikasi tinggi
yang telah secara spesifik dilatih
untuk pekerjaan baru.
- Cross-utilization and cross-training
Keragaman dalam pekerjaan akan membuat
tantangan baru sekaligus menumbuhkan
otivasi dalam bekerja. Adanya keragaman
dalam pekerjaan memberikan peluang
terhadap perubahan dalam aktivitas dan
secara potensial akan membawa perubahan
kemampuan karyawan dalam hubungan
dengan rekan kerja.
- Symbolic-egalitarianism
Hambatan untuk mendesentralisasikan
pengambilan keputusan adalah dengan self-
managed team. Oleh karena itu, banyak
organisasi terkenal yang mencapai
keunggulan bersaing melaui orang-orang
dengan sejumlah bentung
egalitarianisme. Egalitarianisme adalah
sejumlah cara untuk memberikan tanda,
baik bagi orang luar organisasi dan
dalam organisasi bahwa terdapat
persamaan komparatif.
- Kompresi upah
Kompresi upah dapat berjalan efektid
apabila ada kerja sama dan saling
membantu untuk pencapaian selesainya
pekerjaan dengan saling mengurangi
kompetisi interpersonal.
- Promosi internal
Metode ini memberikan kesempatan
peluang promosi bagi karyawan. Promosi
akan memberikan fasilitas
desentralisasi, partisipasi dan
delegasi. Promosi memberika tanggung
jawab pada penyelia untuk
mengoordinasikan upaya bawahannya.
Promosi juga menawarkan insentif yang
lebih baik dalam pekerjaan. Promosi
juga memastikan bahwa orang dalam suatu
oposisi manajemne secara aktual
mengetahui sesuatu tentang bisnis,
teknologi, dan operasonal dalam
pekerjaan.
c. Stakeholder
Struktur yang mengatur organisasi publik
yang besar memungkinkan pemegang saham
untuk memengaruhi hak suara.
Berbagai pihak yang terkait dengan
pengoperasian suatu organisasi di
antaranya :
- Pemerintah atas pajak
- Pemegang saham atas nilai organisasi
dan atau dividen serta hak suaranya
- Pemberi pinjaman atas keamanan
pengembalian pinjaman organisasi
- Karyawan atas gaji, keadilan dalam
kenaikan gaji & posisi
- Manajer atas bonus dan keadilan dalam
penilaian kinerjanya
- Pimpinan puncak atas keamanan jika
diambil alih dan remunerasinya
- Masyarakat atas lingkungan hidup dan
public goods yang disediakan pemerintah.
d. Serikat Pekerja
Organisasi pada saat ini, harus sangat
peduli terhadap kepentingan karyawan. Bila
organisasi hanya memiirkan kepentingannya
sendiri dan menganggap karyawan atau
serikat buruh sebagai objek produksi maka
tujuan efektivitas organisasi akan
terhambat. Banyak kasus-kasus organisasi
lokal dan multinasional yang sudah
mengalami permasalahan dengan serikat
buruhnya.17 Saat ini serikat pekerja
mengalami pergeseran dari hanya memiliki
sebuah status komite karyawan menjadi
organisasi yang lebih solid dengan membawa
kepentingan hakiki dari hak dan kewajiban
sebenarnya dari para karyawan. Dengan
demikian, karyawan tidak merasa khawatir
dan taku karena ada jaminan perlindungan
pada pekerjaan mereka.
Catatan kaki BAB II :
1Raymond A. Noe, John R. Hollenbeck, Barry Gerhart dan Patrick M.Wright, Fundamentals of Human Resources Management, McGraw-Hill,Boston, 20042Raymond A. Noe, John R. Hollenbeck, Barry Gerhart dan Patrick M.Wright, Fundamentals of Human Resources Management, McGraw-Hill,Boston, 20043Harvey, Don & Robert Bruce Bowin, Human Resource Management: AnExperienial Approach, Prentice Hall, New Jersey, 19964Dale Yonder, Personnel Admnistration and Human Resources Management, KentPublishing Company, California, 1981, p.545Dale Yonder, Personnel Admnistration and Human Resources Management, KentPublishing Company, California, 1981, p.2216Dessler, Gary, Human Resources Management, Prentice Hall, NewJersey, 1997. Alih Bahasa: Benyamin Molan, hlm.907Noe, Raymond A, John R. Hollenbeck, Barry Gerhart & Patrick M.Wright, Fundamentals Human Resources Management, McGraw-Hill CompanyInc., 2004. p.1068Dessler, Gary, Human Resources Management, Prentice Hall, NewJersey, 1997. Alih Bahasa: Benyamin Molan, hlm.909Noe, Raymond A, John R. Hollenbeck, Barry Gerhart & Patrick M.Wright, Fundamentals Human Resources Management, McGraw-Hill CompanyInc., 2004. p.10910At acxiom corporation, job specification are based on an analysis of employee’s roles &competences, stated in term of behaviors. To reach these definitions, group studied whatthe company’s good performance were doing and looked for the underlying abilities.Selengkapnya baca Noe, Raymond A. John R. Hollenback, Barry Gerhart & Patrick M.Wright, Fumdamental Human Resources Management, McGraw-Hill Company, Inc. 2004.P. 110.
11Simamora, Henry, Manajemen Sumber Daya Manusia, STIE YKPN, Cetakan pertama,Yogyakarta, 1995, hlm. 16.
12Miles menyatakan, yang disebut dengan organisasi selular bahwasel dalma organisme kehidupan memiliki fungsi mendasar dalamkehidupan dan dapat melakukan tindakan secara mandiri untukmencapai kebutuhan tersebut. Identik dengan pengertian sel makaorganisasi selular diciptakan dari berbagai sel dengan prinsipself managing teams dan outonomus business unit yang masing-masingdapat beroperasi secara mandiri. Baca: Budhi Cahyadi, AntisipasiKarir Manajerial Abad 21 dalam “ Cellular Organization”, Usahawan,No 5. Thn. XXIX/Mei 2000, hal. 17.13“Corporate Governance is the complex set of constraint thatshape the ex-post bargaining over the quasi-rents generated byfirm,”Dick, Alexander: Ownership Structure, Legal Protection dan
Corporate Governance. Annual Bank Conference On DevelopmentEconomic, April 18 – 20 ᵗᵸ, 2000.14Dalam integrasi terdapat beberapa alternatif integrasi, melaluiatasan langsung (hierarki) seperti general manajer pemasaran,general manajer penjualan, general manajer account dan generalmanajer layanan penjualan.Yang lain bisa melalui tatap muka rutin,alternatif ini bisa dipakai oleh general manajer SDM, generalmanajer sekretariat dan general manajer audit. Yang ketiga,integrasi bisa dengan menbentuk kelompok kerja atau komite.Fungsinya mengintegrasi posisi lintas fungsi seperti generalmanajer perencanaan, general manajer operasi dan general manajerSDM. Baca Budi W. Soetjipto, Struktur Organisasi dan lingkunganUsaha Masa Depan, Usahawan, No 8/Thn XXXIII/Agustus, 2004.15Tanggung Jawab Sosial Perusahaan: Sebuah Opini, Teuku Mirza &Imbuh Sulistyani, Usahawan, No. 07/Thn. XXVI/Juli 1997, hal. 42.16Baca juga, Sedarmayanti, “ Good Governance”, Mandar Maju,Jakarta, 2004.17Pfeffer, Jeffrey, Producing Sustainable Competitive ADVANTAGE Through The EffectiveManagement of People, Academy Management of Executive, Vol. 9, No 1, 1995, p. 55 –72.
18Beberapa kasus alami oleh Starsbuck Coffee, Adidas, HyundaiCorp, Boeing Corp. Baca Business Week.
BAB III
PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA
3.1 Pengertian Perencanaan Sumber Daya ManusiaSemua organisasi dalam menghadapi abad 21
dituntut untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia yang proaktif terhadap setiap perubahan.
Setiap organisasi, baik publik maupun swasta sudah
barang tentu menghasilkan barang/jasa untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan dan masyarakat.
Sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, pelanggan dan masyarakat sudah tentu
makin kritis terhadap kualitas produk dan pelayanan
yang diberikan organisasi. Oleh sebab itu, untuk
menjaga kontinuitas organisasi setiap organisasi
harus adaptif terhadap setiap perubahan dan
ketidakpastian lingkungan.
Organisasi yang mampu beradaptasi dengan
perubahan lingkungan dan bersaing adalah organisasi
yang memiliki sumber daya manusia yang berbasis
pengetahuan dan memiliki berbagai keterampilan dan
keahlian. Karena kualitas barang akan bergantung
pada jasa dan pelayanan unsur manusia yang memiliki
kecakapan.
Globalisasi ekonomi tentunya berdampak pada
perkembangan teknoloi yang kian maju pesat di
bidang transportasi, telekomunikasi, dan travel
yang di sebut Triple T Revolution.1 Contohnya dalam
rangka menghadapi transportasi global, kualitas
pelayanan jasa transportasi sebaiknya ditopang oleh
sumber daya manusia yang ahli dan terampil. Karena
itu pengembangan SDM guna menjaring tenaga terampil
yang lebih luas perlu ditangani sejak dini, jika
tidak ingin timbul masalah yang lebih besar dalam
5-10 tahun mendatang pernyataan tersebut
menunjukkan betapa pentingnya manajemen SDM,
terutama aspek perencanaan SDMyang komprehensif dan
terprorgam. Dengan demikian, ketersediaan SDM yang
bermutu dan terampil untuk mendukung kualitas
pelayanan sektor jasa di masa datang mutlak
diperlukan. Sebagai sumber devisa negara, jumlah
dan kualifikasi SDM tentunya bergantung pada
tingkat pertumbuhan sektor jasa dan teknologi yang
akan dikembangkan.
Perencanaan SDM adalah suatu proses sistemis
yang digunakan untuk memprediksi permintaan dan
penyediaan SMD di masa datang. Melalui program
perencanaan SDM yang sistemis dapat diperkirakan
jumlah dan jenis tenaga kerja yang dibutuhkan pada
setiap periode tertentu sehingga dapat membantu
bagian SDM dalam perencanaan rekrutmen, seleksi,
serta pendidikan dan pelatihan. Setiap organisasi
mempunyai misi yang harus dicapai dan selanjutnya
dituangkan dalam rencana jangka pendek dan panjang.
Rencana jangka pendek dan panjang yang telah
ditentukan terutama harus dilaksanakan oleh manusia
ada dalam organisasi. Jika SDM yang melaksanakan
rencana oleh manusia ada dalam organisasi. Jika SDM
yang melaksanakan rencana organisasi tersebut tidak
sesuai dengan kualifikasi dan jumlah yang
dibutuhkan makan tidak akan berhasil. Perencanaan
SDM merupakan elemen yang penting dalam
mengembangkan “Strategic Planning” karena merupakan
keputusan organisasi yang memuat tentang apa yang
akan di capai sesuai misi organisasi dan bagaimana
cara yang dilakukan untuk mencapai misi tersebut.2
Perencanaan SDM mempunyai peran yang penting
dalam mengembangkan perencanaan strategis
organisasi. Pelaksanaan fungsi-fungsi SDM manajemen
harus dilaksanakan secara konsekuen sehingga
menjadmin keberhasilan perencanaan strategis yang
ditetapkan.
Salah satu ontoh fungsi dan peran manajemen SDM
dalam mencapai misi organisasi adalah proses
rekrutmen, seleksi, dan pelatihan guna mendapatkan
tenaga kerja yang terampil dan memilki keahlian
sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai tujuan
organisasi. Fungsi komplementer lainnya, seperti
perfomance appraisal system dan compensation management
merupakan fungsi pendukung keberhasilan perencanaan
strategis organisasi.
Perencanaan merupakan kegiatan atau proses yang
sangat penting dalam organisasi, termasuk dalam
manajemen sumber daya manusia sebab perencanaan
merupakan prasyarat pelaksanaan kegiatan yang harus
dilakukan. Perencanaan mengembangkan “fokus” dan
“fleksibilitas” suatu organisasi yang memiliki
fokus untuk mengetahui apa yang terbaik, mengetahui
apa yang dibutuhkan, dan mengetahui kualitas
pelayanan yang baik. Organisasi yang mempunyai
fleksibilitas beroperasi secara dinamis dan
mempunyai pandangan ke depan. Organisasi ini siap
dan mampu mengambil tindakan atau mengantisipasi
masalah-masalah yang mendesak dan memanfaatkan
kesempatan yang ada. Perencanaan membantu manajer
pada berbagai tipe organisasi dan sumber daya
manusia untuk mencapai kinerja yang lebih baik,
karena :
- Perencanaan berorientasi pada output
- Perencanaan memberikan arah orientasi pada
kinerja
- Perencanaan berorientasi pada prioritas
- Perencanaan ini memfokuskan pada hal yang
paling penting untuk mendapat perhatian yang
utama
- Perencanaan berorientasi keuntungan
- Perencanaan membantu mengalokasikan sumber-
sumber untuk mendaya gunakan kekuatan terbaik
- Perencanaan berorientasi pada perubahan
- Perencanaan membantu mengantisipasi masalah dan
kesempatan sehingga dapat dicapai efesiensi dan
efektivitas.
Pengertian perencanaan sumber daya manusia
dikemukakan oleh Andrew F. Sikula; 1981.3
“Human resource of manpower planning has been defined as the
process determining manpower requirement and the means for
meeting those requirement in order to carry out the integrated plans
of the organizations.”
Pengertian perencanaan sumber daya manusia juga
dikemukakan oleh :
“Perencanaan sumber daya manusia adalah proses analissi dan
identifikasi tersedianya dan kebutuhan akan sumber daya manusia
sehingga organisasi tersebut dapat mencapai tujuan.” (Robert L.
Manthis dan John H. Jackson; 2001)4
William B. Werther dan Keith Davis mengatakan :
“Perencanaan yang sistematis untuk meramalkan
kebutuhan pegawai dan ketersediaan pada masa yang
akan datang baik jumlah maupun jenisnya sehingga
departemen sumber daya manusia dapat merencanakan
pelaksanaan rekrutmen, seleksi, pelatihan dan
aktivitas lain dengan baik”5
Kompetisi strategi organisasi dari suatu organisasi
secara keseluruhan menjadi dasar dari perencanaan
sumber daya manusia, di mana proses analisis dan
identifikasi serta kebutuhan akan sumber daya
manusia tersedia sehingga organisasi tersebut dapat
mencapai tujuan.
Perencanaan sumber daya manusia memberikan petunjuk
masa depan, menentukan di mana tenaga kerja dapat
diperoleh, kapan tenaga kerja akan dibutuhkan dan
pelatihan dan pengembangan jenis apa yang harus
dimiliki tenaga kerja. Selain itu, jenjang karir
yang tepat bagi tenaga kerja dan manajemen serta
sistem kompensasi harus sesuai dengan sistem
penyesuaian kinerja, di mana harus sesuai pula
dengan keputusan pengembangan sumber daya manusia.
3.2 Pentingnya Perencanaan Sumber Daya ManusiaSetiap organisasi tentunya melaksanakan perencanaan
SDM sesuai dengan kebutuhan organisasi. Yang perlu
dikembangkan adalah sistem perencanaan SDM metode
formal sehingga penyediaan “Knowledge Based and
Multiskilling Worker” dapat diperoleh kapan pun tenaga
kerja itu dibutuhkan.6 Perencanaan SDM dilakukan
dengan tujuan :
1. Memberdayakan sumber daya manusia secara efisien
dan efektif
2. Mengembangkan peluang karier yang lebih efektif
3. Mengembangkan SDM yang berkualitas dan memiliki
kepuasan kerja
4. Memadukan aktivitas SDM dan tujuan organisasi
serta tujuan individu secara efisien
5. Membantu program rekrutmen dengan lebih ekonomis
6. Membantu mengembangkan sistem informasi sumber
daya menusia sehingga dapat menyediakan
informasi yang akurat tentang kegiatan SDM dan
unit-unit organisasi
Perencanaan sumber daya manusia sangat penting
karena semua perensanaan itu penting. Pemanfaatan
sumber daya secara maksimal tidak terjadi begitu
saja. Efisiensi yang optimal hanya dapat setelah
ada perencanaan yang cermat, tujuan dan langkah-
langkah, serta tindakan telah dilakukan.
Pemanfaatan setiap input organisasi yang paling
produktif hanya dapat dicapai melalui perhatian
yang penuh kesadaran dan dalam waktu yang lama.
Perencanaan ini mempunyai dimensi-dimensi yang
luas, tetapi hal yang terpenting berada pada tiga
tingkat utama, yakni perorangan, organisasi dan
nasional.
3.2.1 Tingkat perorangan
Perencanaan sumber daya manusia sangat
penting bagi kepentingan individu karena
perencanaan dapat membantu meningkatkan
keterampilan. Kepuasan individu dapat lebih
mudah dicapai melalui perencanaan karier yang
terarah. Stres, tekanan pekerjaan, dan
kegelisahan akan berkurang apabila kegiatan
perencanaan sudah sesai dengan standar pedoman
dan diikuti dengan baik.
3.2.2 Tingkat organisasi
Organisasi atau lembaga menggunakan
perencanaan sumber daya manusia untuk
meningkatkan efisiensi dan produktivitasnya
dalam jangka panjang. Organisasi harus merekrut
tenaga kerja yang berkualitas tinggi untuk
dipekerjakan sehingga dapat bekerja secara
produktif.
3.2.3 Tingkat nasional
Masalah sumber daya manusia di tingkat nasional
terkait dengan jumlah, komposisi, keragaman,
dan angkatan kerja yang ada pada suatu negara.
Pemerintah harus dapat memprediksi tingkat
angkatan kerja sekaligus tingkat pengangguran
yang ada. Untuk melihat seberapa besar
kebutuhan dan arah keterampilan tenaga kerja,
dapat dikaitkan dengan penawaran serta aspek
global. Teknologi yang sangat berperan dalam
industri akhir-akhir ini membutuhkan sumber
daya manusia yang lebih terampil dalam bidang
iptek, manajerial, dan inovatif terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi. Dengan
demikian, perlu disiapkan sumber daya-sumber
daya yang berkualitas dan unggul untuk memenuhi
kebutuhan yang meningkat untuk produktivitas
yang lebih baik dan tanggung jawab sosial yang
tinggi.
3.3 Tujuan Perencanaan Sumber Daya Manusia
Perencanaan sumber daya manusia dapat memenuhi
banyak tujuan organisasi. Menurut Thomas H. Stone7
terdapat dua tujuan pokok, yaitu :
1. To aid in setting organizational goals and objectives,
including planning for the attainment of equal employment
opportunity and affirmative action goals.
(Membantu menentukan tujuan organisasi,
termasuk perencanaan pencatatan kesempatan
kerja yang sama pada karyawan dan tujuan
tindakan afirmatif)
2. To examine the effect of alternative human resources
policies and programs and recommend implementation of
the alternative that contribute most to organizational
effectiveness.
(Melihat pengaruh program dan kebijakan
alternatif sumber daya manusia dan
menyarankan pelaksanaan alternatif yang
paling menunjang kepada keefektidan
organisasi.)
Perencanaan dengan segala variasinya
ditujukan untuk membantu mencapai tujuan
organisasi. Perencanaan dapat meminimalkan
resiko atau ketidakpastian suatu tindakan.
Dengan mengasumsikan kondisi di masa datang
dan menganalisis konsekuensi dari setiap
tindakan, ketidakpastian dapat dikurangi
sehingga keberhasilan memiliki probabilitas
lebih besar.
Kebutuhan akan perencanaan sumber daya
manusia mungkin tidak segera tampak.
Sebenarnya, kebutuhan akan sumber daya
manusia dari suatu organisasi hampir tidak
pernah dapat dipenuhi dengan cepat atau
mudah. Suatu organisasi yang tidak
merencanakan sumber daya manusia akan
melihat bahwa kebutuhan karyawannya tidak
akan terpenuhi dan tujuan keseluruhan
organisasi tidak akan tercapai secara
efektif.
3.4 Manfaat Perencanaan Sumber Daya ManusiaSecara umum, manfaat perencanaan akan
memberikan nilai-nilai positif bagi kepentingan
organisasi. Fokus pada perencanaan saja akan
merugikan organisasi karena mengabaikan fungsi-
fungsi yang lain. Dengan demikian manajemen perlu
menyeimbangkan antara fungsi perencanaan sumber
daya manusia dengan fungsi-fungsi yang lain agar
sasaran organisasi tercapai secara keseluruhan.
Jika perencanaan sumber daya manusia dilakukan
dengan baik, akan diperoleh keuntungan-keuntungan
sebagai berikut :
1. Manajemen puncak memiliki visi yang lebih
baik terhadap aspek-aspek sumber daya
manusia atau terhadap keputusan bisnis.
2. Manajemen dapat mempredksi adanya
ketidakseimbangan yang memengaruhi biaya
sumber daya manusia menjadi tidak terkontrol
3. Manajemen dapat menempatkan “right man on the
right place” dengan tepat sesuai dengan
kebutuhan organisasi
4. Manajemen memberi kesempatan yang lebih baik
untuk mengetahui pengetahuan tentang profil
karyawan, pekerjaan, keahlian, kemampuan,
kompensasi yang adil dan layak, serta dapat
memprediksi kebutuhan jumlah tenaga kerja
saat ini dan yang akan datang.
5. Menambah sistem informasi menjadi lebih baik
untuk mengetahui pengetahuan tentang profil
karyawan, pekerjaan, keahlian, kemampuan,
kompensasi ang adil dan layak, serta dapat
memprediksi kebutuhan jumlah tenaga kerja
saat ini dan yang akan datang.
6. Memngkinkan penarikan karyawan baru secara
ekonomis
7. Koordinasi sumber daya manusia berjalan
lebih baik.
Kebutuhan akan perencanaan sumber daya
manusia tidak lagi merupakan kebutuhan
sekunder, tapi banyak ogrnaisasi menerapkan
bahwa hal itu merupakan tuntutan mutlak bagi
perkembangan organisasi keseluruhan.
Perubahan-perubahan aspek lingkungan
menyadarkan bahwa organisasi harus berbenah
diri menuju kedinamisan global.
Tuntutan untuk selalu menyediakan tenaga
kerja baru dan yang mempunyai keahlian
tinggi tidak hanya melibatkan departemen
manajemen sumber daya manusia sebagai satu-
satunya pengambilan keputusan, tetapi secara
keseluruhan, aspek kualitas karyawan ini
merupakan titik fokus pengambilan keputusan
manajemen organisasi.
Pengambilan keputusan pada perencanaan
sumber daya manusia akan sangat bergantung
pada kualitas dan sistem informasi yang
tersedia. Melalui proses perencanaan sumber
daya manusia, tersedia informasi yang
nantinya akan digunakan untuk memprediksi
kebutuhan yang akan datang. Bukti-bukti dan
data saat ini dapat dipakai untuk
memprediksi bahwa kemungkinan yang terjadi
di masa depan merupakan cara terbaik yang
dapat digunakan oleh manajemen pada
perencanaan sumber daya manusia.
3.5 Elemen-Elemen Perencanaan Sumber Daya
ManusiaAda beberapa elemen atau unsur yang harus
diperhatikan dalam perencanaan sumber daya manusia,
yaitu tujuan, perencanaan organisasi, audit sumber
daya manusia, dan ramalan sumber daya manusia.
Tujuan
Bahwa tiap organisasi sewajarnya mempunyai tujuan
dan sasaran bagaimana mereka beroperasi. Demikian
pula dengan aktivitas perencanaan sumber daya
manusia memiliki tujuan yang berdasarkan
pribadi/indiviu sekaligus organisasi. Tujuan ini
harus memuat sumber daya yang representatif untuk
kepentingan jangka panjang organisasi.
Faktor yang perlu diperhatikan dalam perumusan
tujuan adalah :
1. Sejarah
Latar belakang organisasi akan menentukan
karakteristik organisasi. Organisasi yang
didirikan secara turun-temurun bersifat
paternal sehingga akan berpengaruh pada
karakteristik budaya perusahaan yang masih
bersifat kekeluargaan. Organisasi yang dibangun
oleh pendiri yang independen, inovatif,
visioner, dan transformasi akan membawa dampak
pada manajemen bawah terhadap kondisi bisnis
yang kontemporer.
2. Kemampuan organisasi
Kemampuan yang dimiliki oleh organisasi
hendaknya harus dipahami betu sebagai salah
satu kelebihan, yaitu daya saing dan nilai
lebih. Kemampuan yang dipunyai organisasi
sebagai daya saing merupakan point of interest dalam
persaingan global. Terlebih bagi organisasi
yang baru melakukan pelumcuran usaha pada
konsumen, hendaknya kemantapan dalam bidang
bisnis harus solid. Bidang usaha yang dijalani
mestinya merupakan refleksi pemikiran secara
mendalam dari pendiri secara terus-menerus.
Organisasi yang memutuskan untuk terjun di
bidang makanan siap saji akan berpikir seribu
kali bila akan memutuskan untuk mengambil
bidang lain yang bukan merupakan
spesialisasinya. Demikian juga perusahaan Apple
Computer tidak akan merambah bidang bisnis lain
yang bukan spesialisasinya.
3. Lingkungan organisasi
Aspek lingkungan ini akan menciptakan variabel
kesempatan dan ancaman bagi organisasi. Sering
kita jumpai analisa ini merupakan refleksi dari
analisis SWOT8 sehingga organisasi memang perlu
melakukan identifikasi keunggulan, kelemahan,
kesempatan, dan ancaman untuk mengetahui sejauh
mana kemampuan dan posisi organisasi dibanding
organisasi pesaing.
4. Fokus pada pasar
Fokus pada apa yang dituju yang merupakan
cerminan dari misi, visi, dan tujuan
organisasi. Organisasi bilai ingin eksis harus
melihat, tanggap, dan merespons apa yang
menjadi keinginan konsumen karena konsumen
memiliki keinginan, persepsi, sikap dan daya
beli yang bervariasi. Faktor luar atau
eksternal juga sangat berpengaruh terhadap
perubahan sikap konsumen. Oleh karena itu,
penting bagi organisasi untuk selalu menjaga
antara keinginan pasar dan tetap atau fokus
pada sasaran organisasi. Fokus pada pasar
dengan tetap melihat kondisi eksternal tenaga
kerja, apalagi globalisasi sudah mulai di
ambang pintu. Dengan harapan bahwa organisasi
yang berorientasi fokus pada pasar dengan
mempertimbangkan jumlah kebutuhan tenaga kerja
dan kondisi pasar kerja di pasar bursa kerja.
Tenaga kerja begitu berlimpah, sementara
lapangan kerja demikian sedikit. Di tengah
peradaban industri yang sangat pelit memberikan
peluang maka kota-kota besar di setiap negara
Asia menjadi tanah impian bagi para pencari
kerja dan sekaligus menjadi sumber timbulnya
konflik dan penderitaan.9
5. Dapat dicapai
Misi dan tujuan yang baik hendaknya dapat
diwujudkan. Setiap jenjang manajemen harus
memahami betul apa tujuan dan sasaran
organisasi sehingga masing-masing hierarki
tidak mempunyai persepsi yang berbeda di mana
akan berpotensi menimbulkan konflik yang
disfungsional. Manajemen dan karyawan harus
bersinergi untuk memantapkan apa yang menjadi
keinginan bersama sehingga tidak terjadi
perbedaan pandangan antara tujuan individu dan
tujuan organisasi.
6. Dapat memotivasi
Misi dan tujuan dapat memberikan motivasi dan
semangat kerja pada seluruh karyawan. Maka dari
itu, perumusan tujuan, misi, dan visi harus
realistis. Motivasi juga dipengaruhi dari
faktor kepemimpinan manajemen yang mampu
mengubah organisasi menjadi lebih bernilai.
7. Spesifik
Tujuan yang spesifik dapat memberikan arah dan
menjadi pedoman dalam pengambilan keputusan.
Identifikasi isu-isu strategis yang dianalisis
organisasi, sebaiknya dibuat dengan
mempertimbangkan waktu, biaya dan tenaga.
Dengan dmeikian, perumusan tujua yang dibuat
dapat lebih terarah dan jelas serta mudah
diterapkan pada manajemen madya ke bawah.
Perencanaan organisasi
Kegiatan ini membantu organisasi dalam mengadakan
perubahan bagi perkembangan organisasi. Perencanaan
ditujukan untuk membantu mencapai tujuan
organisasi. Perencanaan harus mendukung fungsi-
fungsi yang lain seperti pengorganisasian, sususan
kepegawaian, kepemimpinan, dan pengendalian.
Perencanaan dapat meminimalkan resiko atau ketidak
pastian.
Perencanaan ternyata tak hanya mempunyai sisi
positif, tetapi memiliki sisi negatif pula. Segi
positifnya, perencanaan membantu manajemen untuk
melihat masa mendatang. Manajemen yang hanya
melihat kondisi saat ini akan berpandangan sempit
sehingga dapat membahayakan organisasi. Selain itu,
perencanaan membuat koordinasi menjadi lebih baik
serta fokus pada tujuan organisasi. Karena tujuan
merupakan titik awal maka manajemen selalu
diingatkan pada tujuan tersebut. Jika perencanaan
tidak dilakukan dengan baik, akan membuang waktu
dan tenaga, fokus pada perencanaan saja juga tidak
akan menguntungkan karena mengabaikan fungsi yang
lain. Beberapa jenis perencanaan seperti misi,
tujuan, kebijakan, prosedur, aturan, program dan
anggaran.
Audit sumber daya manusia
Mengevaluasi kegiatan-kegiatan personalia yang
dilakukan dalam suatu organisasi. Hasilnya dapat
memberikan umpan balik tentang fungsi personalia
bagi para manajer operasional dan departemen
personalia. Audit juga merupaka pemeriksaan
kualitas secara menyeluruh kegiatan-kegiatan
personalia dalam suatu departemen, divisi atau
organisasi.
Manfaat audit sumber daya manusia:
1. Memberikan kontribusi pada departemen
personalia organisasi
2. Memberikan rasa profesionalisme dan tanggung
jawab di antara para karyawan
3. Kesamaan dalam penetapan keijaksanaan dan
praktik-praktik personalia
4. Mengidentifikasi dengan jelas tugas dan
tanggung jawab departemen sumber daya manusia
5. Menganalisis masalah-masalah personalia
6. Mampu mengurangi biaya-biaya sumber daya
manusia melalui prosedur personalia yang
efektif
7. Menyelesaikan konflik dengan kebijakan dan
aturan secara fleksibel
8. Dapat mudah menerima perubahan-perubahan yang
diperlukan departemen sumber daya manusia
9. Mudah menemukan permasalahan yang terjadi pada
sistem informasi sumber daya manusia
Peramalan sumber daya manusia
Meramal kebutuhan tenaga kerja merupakan hal
terpenting sekaligus tesulit untuk dilakukan.
Pertama, perlu mengidentifikasi berbagai kendala
yang memengaruhi permintaan, baik faktor yang
berpengaruh langsung dan tidak langsung atau
perubahan lingkungan eksternal. Kedua, ramalan ini
dibuat dengan pertimbangan keakuratan metode
peralaman yang digunakan.
Peramalan sumber daya pada sisi permintaan
berupaya untuk memperkirakan kebutuhan tenaga kerja
organisasi di masa mendatang. Teknik yang dapat
dipakai antara lain teknik Delphi, ekstrapolasi,
analisis komputer, indeksisasi, new venture analysis,
dan masih banyak lagi. Tentunya, metode apapun yang
akan digunakan harus memiliki pertimbangan
keakuratan, validitas, dan efisien dari sisi
anggaran. (Teknik peramalan lebih jauh akan dibahas
pada subbahasan berikutnya.)
3.6 PERAMALAN PENAWARAN SUMBER DAYA MANUSIAPeramalan penawaran sumber daya manusia
bertuajuan memprediksi jumlah permintaan dan
penawaran karyawan di waktu yang akan datang baik
seara kuantitas maupun kualitas.
Memilih metode preamalan yang tepat merupakan
hal penting dan sulit, karena tidak semua sesuai
dengan organisasi dan situasi. Oleh karena itu,
sumber daya manusia harus memilih metode yang
paling sesuai untuk permasalahan organisasi. Faktor
dibawah ini dapat dijadikan pertimbangan dalam
memilih metode peramalan.
a) Stability dan certainty
Tidak mudah menggunakan metode yang berdasar
data masa lalu jika organisasi dan lingkungan
berubah dengan cepat dan tidak bisa
diprediksikan. Kebijakan informasi manusia
mungkin besar peranannya dalam situasi ini
dimana akan berguna puula untuk memperkirakan
beberapa skenario yang masing masing memiliki
asumsi berbeda beda.
b) Ketersiediaan data
Bagaimana akurasi dan kekomplitan data masa lalu
mengenai jumlah karyawan, kemampuan karyawan,
dan perputaran karyawan? Jika data tidak
tersedia maka beberapa pendekatan dengan teknik
statistik tidak dapat digunakan.
c) Jumlah karyawan
Beberapa teknik statistik, seperti analisis
Markov dan regresi akan mudah diterapkan pada
organisasi dengan jumlah karyawan yang besar.
Untuk jumlah karyawan yang lebih kecil
disarankan menggunakan teknik penyesuaian
(judgmental methods)
d) Ketersediaan sumber daya
Berapa lama kemampuan komouter dan keahlian
statistik dapat dijadikan alat untuk mempediksi?
Ketersediaan sumber daya yang ada dan siap
dioperasionalkan menjadi salah satu kesiapan
yang harus dipenuhi.
e) Kredibilitas manajemen
Apakah manajer kunci dapat menerima proses dan
percaya pada suatu prediksi? Kadang kadang
metode yang simpel, termasuk di dalamnya input
manajemen substansi, kredibilitasnya lebih
terjamin bahkan pada organisasi teknologi tinggi
sekalipun.
f) Jangka waktu
Metode penyesuaian mungkin adalah metode yang
paling fleksibel untuk mengantisipasi tren
jangka panjang yang kompleks. Sementara metode
statistik mungkin lebih akurat bila digunakan
pada jangka pendek.
Berikut beberapa teknik peramalan yang dapat
direkomendasikan pada organisasi.
1. Teknik Delphi
Estimasi dilakukan oleh beberapa ahli guna
menentukan jumlah kebutuhan sumber daya manusia
masa datang. Hasil tersebut kemudian disimpulkan
dan dilakukan survei berulang kali. Aktivitas
ini akan menghasilkan keputusan atau konsensus
bersama dari hasil yang sudah disepakati.
2. Ekstrapolasi
Estimasi didasarkan pada data historis untuk
memproyeksikan kebutuhan yang akan datang.
Misalnya jumlah karyawan di bagian personalia
rata rata 3 setiap bulannya yang diterimakan
dalam dua tahun lalu maka ada 26 tenaga kerja
yang akan diterima dalam setahun mendatang.
3. Analisis komputer
Estimasi yang dilakukan melalui prrogram
komputer dengan model matematis untuk menghitung
jumlah kebutuhan sumber daya manusia yang akan
datang.
4. Indeksasi
Melakukan estimasi kebutuhan karyawan di waktu
mendatang dengan melihat ciri atau karaker
perkembangan karyawan melalui indeks
5. New Venture Analysis
Estimasi dilakukan dengan mengetahui jumlah
kebutuhan sumber daya manusia, yaitu melihat
perbandingan dengan organisasi lain yang sejenis
yang sebelumnya sudah beroperasi.
6. Analisis Markov
Model Markov adalah teknik matematis untuk
menganalisis perkembangan keadaan karyawan.
Model ini dapat digunakan untuk kebutuhan
manpower dan perencanaan karir. Kegiatan ini
dapat memproyeksi kebutuhan karyawan maupun
mencari kemacetan program promosi. Model ini
paling tepat digunakan dalam lingkungan
pekerjaan yang kondisinya relatif stabil.
3.7 TAHAP/PROSES PERENCANAAN SUMBER DAYA
MANUSIAFungsi perencanaan merupakan fungsi dasar
sebelum melakukan kegiatan selanjutnya. Hampir
semua organisasi setuju bahwa perencanaan merupakan
fungsi yang menduduki rating tertinggi dibandingkan
dengan fungsi lain. Maka dari itu, perencanaan
harus dipublikasikan pada semua level manajemen
agar jajaran operasional lebih memahami dan
proaktif terhadap semua isu isu strategis internal
dan eksternal. Berikut langkah langkah dalam
perencanaan sumber daya manusia.
Tahap daari proses perencanaan sumber daya
manusia ditunjukan dalam Gambar 3.1. proses sumber
daya manusia diaali dengan memperhatikan faktor
strategis dan tujuan organisasi. Analisis kebutuhan
sumber daya manusia dan sumber pengadaan, baik
melalui internal dan eksternal harus dilakukan.
Sistem informasi sumber daya manusia yang diakses
melalui sistem informasi sumbe daya manusia
(SISDM), sangat diperlukan guna menunjang penilaian
sumber daya manusia.
Setelah penilaian selesai dilakukan maka
dilakukan analisis terhadap ketidakseimbangan
antara penawaran an permintaan sumber daya manusia.
Alternatif strategi, baik jangka pendak atau
panjang, perlu dibuat untuk menari solusi dan
mengambil keputusan yang tepat.
Strategi sumber daya manusia adalah alat yang
dipakai untuk membantu organisasi dalam
mengantisipasi dan mengatur permintaan dan
penawaran sumber daya manusia. Strategi ini akan
memberi pedoman arah yang terarah dan jelas tentang
bagaimana aktivitas sumber daya manusia
dikembangkan.
Perencanaan sumber daya manusia memberikan
pedoman masa depan, guna menentukan dimana tenaga
kerja dapat di peroleh, kapan tenaga kerja
dibutuhkan, serta pelatihan dan pengembangan jenis
apa yang harus dimiliki karyawan.
Perhatikan gambar proses perencanaan sumber
daya manusia berikut.
Gambar 3.1 Model perencanaan sumber daya manusia
IAnalisis Faktor Penyebab
PerubahanEksternal organisasi perubahan tenaga
IIPeramalan Kebutuhan
Perkiraan ahli analisis trend, Budget, Newventure, Komputer, dll
IIIPenentuan Kebutuhan
Staffing table
IVAnalisis Ketersediaan
Replacement chart, succession planning,Markove analysis, Vacanccy analysis
Mungkin S < D,5 > D, S = D
VAnalisis Ketersediaan
Penarikan pelatihan, perubahan carakerja pensiun, dll
3.8 HAMBATAN DALAM PERENCANAANSemua jenjang manajemen saling berkoordinasi
dan membentuk komite atau kelompok untuk menyatukan
visi dan misi organisasi. Guna meminimalkan resiko
kesalahan dari perencanaan, ada beberapa hambatan
utama dalam perencanaan dan penetapan tujuan yang
musti dipahami oleh semua jajaran manajemen dan
karyawan.
Hambatan dalam Perenacanaan
Berikut adalah hambatan yang mungkin timbul dalam
perencanaan:
1. Tujuan yang tidak tepat
2. Sistem kompensasi yang tidak tepat
3. Lingkungan eksternal yang kompleks dan dinamis
4. Kondisi persaingan yang semakin tajam
5. Keengganan untuk mengubah tujuan
6. Tidak memahami organisasi yang semakin dinamis
7. Terjadi konflik internal organisasi antara
manajemen dan buruh
Tujuan yang tidak tepat dapat menjadi
penghalang perencanaan yang efektif. Sebagai
contoh, jika tujuan yang ingin dicapai tidak
realistis maka anggota tidak akan bersemangat dalam
melakukan perencanaan. Jika tujuan menekankan pada
segi kuantitas dan mengabaikan kualitas maka
perencanaan yang efektif akan terhambat.
Perencanaan yang hanya menekankan pada
output/penjualan atau produksi tanpa melihat
kepuasan karyawan akan mengakibatkan perencanaan
tidak tepat. Perencanaan yang hanya berfokus pada
jangka pendek dengan mengorbankan jangka panjang
akan mengakibatkan ketidak seimbangan dalam
perencanaan.
Lingkungan yang kompleks dan berubah ubah
mengakibatkan perencanaan efektif sulit diterapkan.
Sebagai contoh, perusahaan komputer seperti
Microsoft dan Apple yang bergerak di bidang
teknologi yang cepat mengalami perubahan.
Perusahaan komputer dihadapkan pada situasi dan
tingkat persaingan yang lebih ketat dan perubahan
yang sangat dramatis yang membuat perencanaan
menjadi semakin sulit.
Kondisi lungkungan yang berubah ubah dan sulit
diprediksi memaksa organisasi harus selalu waspada
dan mengantisipasi permasalahan untuk meminimalkan
konflik internal dalam organisasi. Masalah seperti
tenaga kerja yang berlimpah sementara lapangan
kerja yang terbatas dan industri yang terlalu pelit
memberikan peluang kerja menjadikan kota kota besar
di setiap negara Asia menjadi tanah impian bagi
para pencari kerja sekaligus menjadi sumber
timbulnya konflik dan penderitaan. Dunia kerja atau
industri baik itu negara dunia ketiga seperti
Indonesia, Filipina, India ataupun di negara lebih
maju dengan masyarakatnya yang lebih makmur,
seperti Malaysia dan Jepang ternyata menyisakan
persoalan kebudayaan yang sama yaitu konflik dan
penderitaa. Manusia manusia Asia harus merelakan
diri untuk memberikan pelayanan khusus yang
terpaksa bersifat “pelecehan sosial”, tetapi tetap
yang paling radikal, harus mengubah diri menjadi
manusia pekerja “berjenis kelamin” baru. Sementara
di Indonesia masalah yang meresahkan adalah KKN
(Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme). Bagaimana kue KKN
habis dibagi bagi oleh mereka yang “bersaudara”
atau “seketurunan”. Sementara orang lain yang
tampaknya lebih siap menghadapi dunia kerja malah
langsung ditolak dengan peringatan “tak ada
lowongan” oleh petugas keamanan yang telah mendapat
bagian kue aman saja memuaskan nepotismenya.
Sungguh sebuah gambaran humoristik (satir) yang
mengiris perasaan. Betapa KKN sudah menjadi
penyakit sosial yang terus menggerogoti keberadaan
Indonesia sebagai negara yang ingin memberikan
kehidupan dan keamanan bagi setiap warganya. Sia
siakah menghadapi perubahan?
Ketidakpastian terhadap hasil perubahan
mengakibatkan timbulnya perasaan enggan bagi
sebagian anggota orgaisasi untuk melakukan
perubahan. Kadang kadang apa yang sudah dicapai
sulit untuk dilepaskan. Karena dalam perubahan,
hasil yang akan dicapai belum tentu maksimal
seperti keadaa sebelumnya.
Manajemen pun memuliki keterbatasan. Persoalan
waktu menjadi kendala tersendiri. Karena
terbatasnya waktu, manajer enggan untuk melakukan
perubahan, terlebih bila tidak didukung oleh sumber
daya yang memadai.
Manajemen organisasi juga berfikir sempit
apabila perubahan dalam organisasi tidak ditanggapi
dngan serius. Lingkungan global selalu menuntut
organisasi untuk proaktif dan dinamis.
Perencanaan membutuhkan koordinasi yang baik
dengan bagian organisasi yang lain. Jika manajemen
tidak memahami organisasi, ia tidak dapat
menyesuaikan perencanaan yang ia usulkan dengan
perencanaan di bagian lain.
Mengatasi Hambatan
Salah satu cara mengatasi hambatan perencanaan
adalah dengan memahami tujuan perencanaan dan
proses penetapan tujuan. Meskipun bukan satu
satunya dalam mengatasi masalah, tetapi paling
tidak dapat membantu pengambilan keputusan.
Hendaknya rencana dan tujuan yang dibuat oleh
manajemen puncak dikomunikasikan ke bawah dan
melibatkan manajemen bawah dalam proses pengambilan
keputusan. Komunikasi dan partisipasi dapat
meningkatkan komitmen dalam pelaksanaan
perencanaan.
Konsistensi antara tujuan yang lebih tinggi dan
tujuan yang lebih rendah, hendaknya dijaga. Karena
meupakan proses yang dinamis, perbaikan dan revisi
perlu diakukan melalui interval waktu yang pendek.
Sistem kompensasi yang tepat akan mendorong
penetapan tujuan dan perencanaan yang efektif.
Sistem reward yang tepat dan layak akan mendorong
perilaku seseorang dalam bertindak dan mengambil
resiko sekaligus mendorong kretivitas.
Sistem informasi dapat pula membantu pencapaian
efektifitas perencanaan. Alat bantu ini diharapkan
dapat meminimalkan tingkat resiko dan
ketidakpastian hasil yang ada. Penyelesaian suatu
hasil akan mendorong kepercayaan diri manajemen dan
kemauan menerima rencana baru yang semakin tinggi.
Konsekuensi negatif yang mungkin timbul dari
perencanaan perlu diantisipasi.
3.9 ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIAPerencanaan dimulai dari analisis
ketenagakerjaan organisasi saat ini. Analisis
mencakup dua hal: analisis mengenai ketersediaan
tenaga kerja internal dan ketersediaan tenaga kerja
eksternal. Sumber internal adalah tersedianya
tenaga kerja dari dalam organisasi, seperti dari
promosi, transfer, perputaran, mutasi atau
pemutusan hubungan kerja untuk mengisi jabatan
kosong. Sementara sumber eksternal organisasi
adalah merekrut tenaga kerja baru dari luar.
Kegiatan ini untuk memenuhi jumlah pegawai yang
dibutuhkan organiasasi. Apabila penawaran tenaga
kerja dari dalam sudah terpenuhi, tentu tidak perlu
dilakukan rekrutmen. Tetapi bila penawaran internal
belum cukup maka perlu dipertimbangkan pengisian
tenaga kerja dari luar. Organisasi dapat
mempertimbangkan strategi lain apabila penawaran
dari dalam dan luar belum memadai sehingga
diperlukan program bantuan seperti desain
pekerjaan, pelatihan dan pengembangan struktur
pekerjaan, dan lain lain.
Disamping faktor penawaran internal dan
eksternal, organisasi perlu mempertimbangkan
variabel yang turut berpengaruh pada kebijakan
organisasi dalam penawaran tenaga kerja. Yang perlu
diperhatikan organisasi adalah rencana strategis,
lingkungan inernal, lingkungan eksternal, dan
perubahan tenaga kerja organisasi karena hal hal
tersebut dapat mempengaruhi organisasi/
Aspek lingkungan eksternal, seperti faktor
ekonomi, politik, sosial budaya, teknologi, dimensi
internasional, dan persaingan adalah hal hal yang
akan terpengaruh. Analisis lingkungan bertujuan
melihat perubahan perubahan dalam lingkungan aspek
aspek tersebut diatas. Dengan memahami perubahan
lingkungan eksternal, akan mempunyai kerangka untuk
dapat melihat pengaruh yang mempunyai efek paling
besar terhadap organisasi. Perubahan lingkungan
eksternal ini dapat menimbulkan kesempatan dan
ancaman bagi organisasi.
3.9.1 Analisis Penawaran Internal Sumber Daya
Manusia
Prediksi penawaran sumber daya manusia
internal berisis tentang semua data individu
tenaga kerja pada saat ini. Tenaga kerja ini
dapat mengisi kebutuhan permintaan saat
mendatang melalui perputaran jabatan, promosi,
atau transfer untuk mengisi lowongan posisi
manapun dalam oranisasi. Analisis penawaran
tenaga kerja internal secara konstan
menyalurkan individu baru bersamaan dengan
individu yang berhenti, meninggal, atau PHK.
Kemampuan karyawan pun mengalami perubahan,
karena merupakan kemampuan gabungan antara
kemampuan karyawan yang baru masuk dan karyawan
yang lama serta hasil pengembangan kemampuan
baru melalui pelatihan dan pengalaman
pekerjaan.
Untuk menjaga penawaran internal tetap
berlangsung dan memprediksi penawaran masa
depan, departemen sumber daya manusia
membutuhkan beberapa sistem informasi. Minimal
informasi tersebut berisi tentang daftar
pegawai yang menunjukkan kelebihan pada tiap
pekerjaan dalam organisasi. Pada oranisasi
kecil, sistem manual dirasakan cukup, tapi juka
kemudia bertambah besar, sistem komputer tentu
akan lebih memadai. Berikutnya akan membahas
dua sistem yaitu data kemampuan dan sistem
informasi sumber daya manusia.
a) Data kemampuan (skill inventory)
Data tentang kemampuan adalah manual atau
sistem komputer didesain untuk tetap mencatat
penngalaman karyawan, pendidikan, dan kemampuan
khusus. Informasi inventaris kemampuan
menguraikan tentang masalah jabatan secara
spesifik dan aktivitas kinerja yang
dikembangkan secara standar manual dan
penggunaan terminologi standar untuk memastikan
tercapainya tujuan.
Inventarisasi bisa digunakan pula untuk
penawaran karyawan saat ini pada berbagai
variasi tujuan. Seperti, pekerja ingin
mengetahui berapa banyak orang yang hadir
bekerja sebagai sales, berapa banyak orang yang
memiliki pengalaman, berapa banyak tenaga
profesional mekanik yang dipekerjakan.
Inventarisasi digunakan pula untuk
mengidentifikasi calon yang dipromosikan atau
transfer.
Secara jelas, inventarisasi kemampuan dapat
dipakai pada berbagai penggunaan untuk
penawaran tenaga kerja internal.
b) Sistem informasi sumber daya manusia (human
resources information system)
Sistem informasi sumber daya manusia (SISDM)
merupakan gabungan semua sistem informasi
organisasi secara tipikal tetap mengenai
karyawan dan posisinya. Biasanya SISDM disusun
secara bertahap. Seperti, organisasi mungkin
memiliki inventarisasi kemampuan secara
komputer, kompensasi, dan sistem keuntungan,
database jabatan atau posisi yang digunakan
untuk rekrutmen dan bisa digunakan pada file
informasi penilaian kinerja. Pada SISDM
dibentuk oleh kombinasi semua jenis data
karyawan menjadi database tunggal. Semua
informasi tentang jabatan dan posisi menjadi
database interaktif. Laporan mengenai data
perangkat lunak, tindakan afirmatif, susunan
kepegawaian dan perputaran statistik, prediksi
biaya bulanan, dan sebagainya dibuat secara
teratur. Staf sumber daya manusia membuat pula
permintaan secara spesifik seperti, berapa
banyak karyawan yang berkualitas untuk program
selanjutnya?
3.9.2 Analisis Penawaran Eksternal Sumber Daya
Manusia
Organisasi secara kontinu terus
berinteraksi dengan pasar kerja eksternal
karena sebab sebab tertentu, seperti peristiwa
pensium, ada karyawan yang mengundurkan diri,
atau memang harus menyewa tenaga kerja baru.
Oleh karena itu, perlu direncanakan secara
efektif dan manajemen harus memahami bagaimana
mencari dan menyesuaikan dengan penawaran
tenaga kerja eksternal.
Berikut beberapa elemen yang perlu
dipertimbangkan oleh organisasi dalam analisis
penawaran eksternal sumber daya manusia.
1. Pasar kerja (labor market)
Pasar kerja adalah salah satu konsep
yang penting. Pasar kerja adalah area bebas
dimana pekerja dapat direkrut untuk mengisi
berbagai macam posisi, seperti sekretaris,
mekanik, kasir, dan sebagainya. Menurut
Payaman J. Simandjuntak, pasar kerja adalah
proses terjadinya penempatan atau hubungan
kerja melalui penyediaan dan permintaan
tenaga kerja. Pasar kerja merupakan seluruh
aktivitas yang mempertemukan pencari kerja
dan lowongan kerja, yaitu pengusaha atau
produsen, pencari kerja, perantara atau
pihak ketiga dimana terdapat kemudahan bagi
kedua belah pihak untuk saling berhubungan.
Pihak ketiga bisa pemerintah, lembaga
informasi, atau formal, konsultan, dan
badan swasta.
2. Sosial budaya
Aspek sosial budaya merujuk pada
karakteristik demografi serta perilaku,
sikap, norma norma umum dari penduduk atau
masyarakat tertentu. Perubahan dan
kecenderungan faktor sosial budaya ini akan
memengaruhi organisasi masa mendatang.
Kecederungan globalosaso pun telah memaksa
Amerika untuk lebih memperhatikan dunia
tenaga kerja asing. Banyak tenaga kerja
asing selama 10 tahun terakhir ini
mmimpikan dunia baru bagi mereka sebagai
tanah air kedua setelah tanah kelahiran
mereka. Sebut saja Amerika yang sekarang
mulai tegeser dengan tenaga kerja Hispanik
dan dari Asia adalah India yang begitu
getol setiap tahunnya bekerja dan
berbondong bondong datang ke Lembah Silikon
atau Silicon valley.
Pergeseran paradigma sosial budaya
dewasa ini makin rentan oleh demam
teknologi dan informasi Barat kerena
khususnya bagi negara dunia ketiga seperti
Indonesia. Asal muasal gelora dan nafsu
yang dipicu oleh semaraknya program
televisi paling mudah dijiplak habis oleh
kaum konsumerisme, yaitu remaja. Akibat
masifnya paparan media massa, utamanya
media televisi yang setiap harinya mengebom
ruang lingkup kita dengan acara infotainmen
yang berisi informasi segala tetek bengek
kehidupan glamor, terutama obyek yang mudah
dikenali seperti kaum pesohor yang dengan
mudah dan cepat ditiru oleh remaja kita
yang memimpikan kehidupan semu. Kalangan
sosiolog berpendapat bahwa dunia saat ini
sedang bertempur antara dua budaya, yaitu
budaya hero melawan budaya pesohor.
3. Keragaman angkatan kerja/diversitas
Angkata kerja atau labor force terdiri dari
golongan yang bekerja dan golongan
menganggur dan mencari pekerjaan. Kelompok
bukan angkatan kerja terdiri dari golongan
yang berseolah dan golongan yang mengurus
rumah tangga dan golongan lain lain atau
penerima pendapatan. Ketiga golongan dalam
kelompok angkatan kerja sewaktu waktu dapat
menawarkan jasanya untuk bekerja. Oleh
karena itu, kelompok ini sering juga
dinamakan sebagai angkatan kerja potensial.
Diversitas perlu mendapat perhatian
serius dalam hubungan dengan pemberdayaan
sektor sumber daya manusia. Dengan kata
lain, masalah diversitas akan selalu
menjadi isu yang relevan dan penting
seiring dengan perkembangan organisasi.
Diversitas, menurut Chruch, adalah kumpulan
individu yang mempunyai perbedaan satu sama
lain dalam berbagai dimensi, seperti
budaya, nilai nilai, pendidikan, jenis
kelamin, status, dan usia. Diversitas dapat
dipandang sebagai ancaman dan dapat
berdampak pada peningkatan efektifitas
organisasi. Diversitas masyarakat yang
beragam dapat menjadi pemicu keberhasilan
sekaligus merugikan organisasi.
Keberhasilan, apabila organisasi dapat
memanfaatkan pelluang tersebut menjadi
sebuah nilai tambah organisasi untuk
berbenah diri terhadap kedinamisan
masyarakat global. Merugikan, apabila
perusahaan tidak atau belum mengantisipasi
adanya keinginan masyarakat yang pro dan
kontra terhadap keberhasilan perusahaan.
Catatan Kaki BAB III :
1Dorodjatun Kuntjoro Jakti, Triple T Revolution, Jakarta, 1997.2Ivancevich, John M. Human Resources Management, Foundation ofPersonnel, 6th edition, Home Wood, Illinois, Richard D. Irwin Inc,1995.3Andrew F. Sikula, 1981, Personnel Administration and HumanResources Management, John Wiley & Sons Inc, New York, p. 145.4Robert L. Mathis dan John H. Jackson, Manajemen Sumber DayaManusia, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, Ed. Pertama, hlm. 51.5William B Werther, Jr dan Keith Davis, Human Resources andPersonnel Management, McGraw-Hill, New York, 1993, hlm. 165.6James menyebutkan bahwa strategi itu dengan istilah “Just in-timetalent” yang bisa juga dipakai dalam proses manajemen kualitas
dengan maksud bahwa tenaga terampil dapat tersedia kapan punorganisasi membutuhkannya, Baca James J. Walker, Human ResourcesStrategy, Mc Graw-Hill Book, 1992.
7Thomas H. Stone, Understanding Personnel Management, Holt SandersInt Ed, Chicago, 1982, hlm, 85 dikutip oleh Moekijat, PerencanaanSumber Daya Manusia, CV Mandar Maju, Cetakan pertama, 1989, hlm.25.8Analisis SWOT (Streght, Weakness, Opportunity, dan Threat) ataukekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman pada organisasi yangbertujuan untuk mengetahui posisi dan kontinuitas perusahaan. BacaManajemen, James L. Gibson, James H. Donnely, JR, & John M.Ivancevich, Penerbit Erlangga, Jakarta, cetakan ketiga, 1997, hlm.216.9Dunia kerja atau peradaban industri, baik itu di negara duniaketiga seperti Indonesia, India, atau Filipina ataupun di negarayang lebih maju dengan masyarakat yang lebih makmur, sepertiMalaysia dan Jepang. Dunia kerja ternyata menyisakan persoalankebudayaan yang sama, yaitu konflik dan penderitaan. Manusia-manusia Asia harus merelakan diri untuk memberikan pelayanankhusus yang terpaksa bersifat “pelecehan sosial” namun tetapterpaksa dilakukan agar seseorang mendapatkan pekerjaan.Termasuk yang paling radikal, harus mengubah diri menjadi manusiapekerja “ berjenis kelamin” baru. Sementara Indonesiamenghadapi ,asalah yang meresahkan, yakni KKN. Bagaimana kue KKNini habis dibagi-bagi oleh mereka yang “bersaudara” atau“seketurunan”. Sementara orang lain yang tampaknya lebih siapmenghadapi dunia kerja tersebut langsung ditolak dengan peringatan“tak ada lowongan” oleh petugas keamanan yang telah mendapatbagian kue pula. Baca, Male Emporium, “Rebutan Kerja di Asia”,Maret 2005, hal. 140.10Fisher, Cynthia D., Lyle F. Schoenfeldt dan James B. Shaw, 1996,Human Resources Management, Houghton Miffti Company, Boston. P.104.
BAB IV
REKRUTMEN
4.1 PENGERTIAN DAN TUJUAN REKRUTMENOrganisasi, apa pun jenis, skala, dan
ukurannya, pasti tidak terlepas dari faktor sumber
daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas
tentunya tidak dapat dengan mudah dan sederhana.
Untuk mencari atau merekrut calon tenaga kerja yang
berpotensi dan sesuai standar organisasi, harus
melihat berbagai aspek internal dan eksternal
oraganisasi. Perekrutan pegawai baru untuk mengisi
kebutuhan dan kekosongan pegawai bisa disebabkan
beberapa alasan, seperti pertumbuhan organisasi itu
sendiri, perubahan dalam struktur dan fungsi, atau
pergantian karyawan baik yang disebabkan oleh
faktor internal maupun eksternal oranisasi. Sumber
karyawan dapat berasal dari internal maupun
eksternal. Jenis, bentuk aktivitas yang harus diisi
bersama sama dengan kebijakan, dan implementasi
organisasi akan menentukan sumber mana yang paling
tepat untuk mengisi posisi yang ada. Maka dari itu
salah satu aspek keputusan seleksi mencakup
penentuan keputusan rekrutmen calon tenaga kerja.
Sumber daya manusia sebuah organisasi merupakan
sumber daya vitas dan hanya akan diperoleh melalui
upaya perekrutan yang efektif. Untuk itu,
organisasi memerlukan informasi akurat dan
berkelanjutan guna mendapatkan calon tenaga kerja
yang sesuai dengan kualifikasi orgnaisasi.
Informasi informasi tersebut berisi data jumlah dan
kualifikasi yang diperk=lukan untuk pelaksanaan
berbagai aktivitas organisasi. Proses rekrutmen
harus terlebih dahulu dilakukan sebelum kegiatan
seleksi dan pengangkatan pelamar yang mempunyai
kualifikasi terbaik. Prosedur seleksi karyawan yang
baik bergantuk pada proses rekrutmen yang efektif.
Salah satu kegiatan penting dari kegiatan
sumber daya manusia adalah proses rekrutmen, yaitu
menarik tenaga kerja yang memiliki kinerja yang
baik. Hal ini dilakukan oleh organisasi kecil,
menegah, dan skala besar. Dalam organisasi ini,
manajer dan karyawan bersama sama bekerja untuk
mencapai tujuan yang semakin kompleks. Sebelum
organisasi menarik tenaga kerja, organisasi harus
merekrut dan menempatkan individu yang memiliki
keahlian sesuai yang dibutuhkan organisasi.
Manajemen sumber daya manusia difokuskan pada
penarikan tenaga kerja baru seperti yang menjadi
perhatian utama pada banyak organisasi.
Rekrutmen merupakan proses mencari, menemukan,
dan menarik para calon karyawan untuk dipekerjakan
dalam dan oleh organisasi. Rekrutmen juga merupakan
serangkaian kegiatan mencari dan memikat pelamar
kerja dengan motivasi, kemampuan, keahlianm dan
pengetahuan yang diperlukan untuk menutupi
kekurangan yang diidentifikasikan dalam perencanaan
kepegawaian. Adapun tujuan rekrutmen adalah untuk
memenuhi penawaran sebanyak mungkin dari calon
calon karyawan sehingga organisasi memiliki peluang
yang lebih besar untuk menentukan pilihan terhadap
calon pelamar yang dianggap memenuhi standar
kualifikasi organisasi. Terlebih bila mengingat
sumber daya manusia sangat terbatas, dimana hanya
sedikit jumlah karyawan yang tersedia sedangkan
banyak organisasi yang membutuhkan tenaga kerja.
Organisasi harus selalu melakukan rekrutmen karena
beberapa sebab, seperti perluasan kegiatan
organisasi, berdirinya organisasi baru, terciptanya
kegiatan dan perincian perkerjaan baru, adanya
promosi, mutasi, transfer karyawan ke bagian lain
ataupun berhenti, karyawan yang meninggal, karyawan
yang mengundurkan diri atau pensiu dini, atau sebab
lain. Dengan demikian, dalam kegiatan rekrutmen ini
organisasi harus memiliki standar kualifikasi yang
sudah disepakati bersama, sebagai suatu nilai nilai
dan kebijaksanaan organisasi untuk dipakai dalam
program pengembangan organisasi masa datang,
khususnya program pemberdayaan sumber daya mausia.
4.2 KENDALA-KENDALA DALAM PROSES REKRUTMENProses perekrutan bukanlah suatu kegiatan yang
mudah dan sederhana. Banyak hambatan yang ditemui
dalam kegiatain tersebut. Perekrutan merupakan
fungsi manajemen sumber daya manusia yang penting
sekaligus menarik karena praktik ini sangat
dipengaruhi oleh nilai nilai, yaitu keadilan
sosial, efisensi manajemen, dan daya tanggap
politik.
Kendala kendala dalam proses perekrutan antara lain
:
1. Karakteristik organisasi
2. Tujuan dan kebijakan organisasi
3. Kondisi lingkungan eksternal organisasi
4. Biaya rekrutmen organisasi
5. Kompensasi
6. Kebiasaan rekrutmen
7. Pasar tenaga kerja
Untuk lebih jelasnya simak penjelasan berikut:
1. Karakteristik organisasi
Karakteristik organisasi akan menentukan desain
dan pelaksanaan sistem rekrutmen dalam
organisasi. Karakteristik organisasi tercermin
dari sistem nilai, norma dan budaya perusahaan,
filosofi organisasi, visi dan misi organisasi,
serta tujuan dan strategi organisasi.
karakteristik organisasi yang khas seperti
organisasi yang berada dibawah naungan
pemerintah sebagai pemegang saham terbesar
seperti BUMN juga memiliki ciri tersendiri dalam
mengelola model rekrutmen. Sementara
penggabungan atau merjer antar BUMN yang terjadi
dewasa ini menimbulkan masalah perekrutan bagi
karyawannya.
2. Tujuan dan kebijakan organisasi
Tujuan organisasi adalah ingin mencapai
penggunaan sumber daya yang efektif dan efisien.
Efisiensi adalah kemampuan menggunakan suber
daya dengan benar dan membuang sumber daya yang
tidak perlu. Sementara efektifitas banyak
berkaitan degan pencapaian tujuan organisasi,
yaitu memperoleh keuntungan. Semakin dekat
organisasi ke tujuannya, semakin efektif
organisasi tersebut dalam mengendalikan program
perekrutan karyawan. Berbagai kebijakan
organisasi dapat menjadi hambatan dalam
implementasi perekrutan. Namun hendaknya
manajemen dan karyawan berupaya menyelaraskan
tujuan dan kebijakan tersebut adalah kebijakan
promosi, status tenaga kerja, kebijakan
penerimaan, dan tenaga lokal. Tujuan
penggabungan dua atau lebih organisasi adalah
menciptakan nilai tambah. Hal ini berarti jika
dua perusahaan digabung maka akan menghasilkan
nilai tambah. Tetapi tidak selamanya hal ini
akan mendapat keuntungan. Tujuan dan kebijakan
organisasi dapat memengaruhi proses rekrutmen
karyawan, seperti penggabungan atau merger
organisasi yang berbeda bidang. Dapat menghadapi
kendala dari aspek legal dan aspek bisnis.
3. Kondisi lingkungan eksternal
Kondisi lingkungan akan memengaruhi nasib
organisasi secara keseluruhan. Karena sebagai
suatu sistem, organisasi akan berinteraksi
dengan lingkunganya. Apabila ingin bertahan
hidup maka organisasi harus beradaptasi dengan
lingkungan sekitarnya. Apabila dalam kapasitas
penentuan pelaksanaan perekrutan tentunya
kebiasaan organisasi akan melihat lingkungan
sekitar organisasi. Kondisi lingkugan tersebut
seperti kondisi ekonomi, politik, sosial budaya,
konsumen, pemasok, pemerintah, pesaing, lembaga
keuangan, karyawan, pemegang samah, dewan
komisaris, faktor demografi, gaya hidup,
teknologi, dan dimensi internasional. Masalah
atau isu gender saat ini juga menjadi bahasan
vital pada seminar seminar dan penelitian
lanjutan terutama di negara negara maju seperti
Amerika Serikat. Ternyata sebuah survei
mengatakan bahwa perempuan yang bekerja selama
kurun waktu 15 tahun, rata rata pendapatan per
tahun antara pekerja perempuan dan laki laki
memiliki perbedaan yang cukup signifikan, yaitu
96% wanita dan 99% laki laki dengan rasio upah
44%. Kondisi pasar tenaga kerja dipengaruhi oleh
wilayah geografis di mana kekuatan persediaan
atau penawaran dapat menentukan harga tenaga
kerja. Manajemen harus memahami kondisi pasaar
tenaga manajemen untuk dapat memperkirakan
penawaran tenaga kerja yang tersedia untuk
penarikan karyawan. Bila penawaran tenaga kerja
dalam wilayah geografis tertentu terbatas
penarikan harus diperluas sehingga memerlukan
biaya yang lebih besar. Sebaliknya apabila
karyawan yang memiliki keahlia tinggi tersedia
didalam pasar tenaga kerja lokal maka harga
tenaga kerja akan cenderung menjadi rendah.
Sering kali disamping adanya konflik internal
organisasi dan gejolak pasar, proses rekrutmen
dijajaran eksekutif pun menimbulkan masalah
tersendiri.
Kondisi eksternal, seperti permintaan tenaga
kerja dari negara neara kaya ke Indonesia masih
sangat sedikit. Padahal permintaan akan
kebutuhan tenaga kerja tersebut mencapai angka
satu juta tenaga kerja di sektor formal.
4. Biaya rekrutmen biaya yang dibutuhkan dalam
proses rekrutmen bisa cukup besar, yang mungkin
tidak tersedia dalam anggaran organisasi. Ketika
jumlah sumber tenaga kerja yang akan ditarik
sedikit dan diprediksikan mereka akan
ditempatkan ke tempat yang tersebar, hendaknya
organisasi harus membuat iklan di beberapa
tempat yang tersebar yang tentunya memerlukan
biaya yang tidak sedikit. Organisasi dapat pula
membuka lowongan di mana calon tenaga kerja
yang berkualitas terkonsentrasi. Masalah biaya
dapat menjadi kendala tersendiri bagi organisasi
yang ingin memperbarui tenaga kerja karena
tuntutan pekerjaan. Ada alternatif baru bagi
organisasi yang memiliki anggaran terbatas,
tetapi ingin memperoleh pelamar pelamar yang
berkualitas dan andal, yaitu dengan melalui biro
pencari tenaga kerja online atau bursa kerja
online yang di Indonesia masih tergolong barang
baru. Namun di negara maju sudah banyak
perusahaan yang memanfaatkan ini.
Masalah anggaran ini memang menjadi momoj
tersendiri bagi para pencari kerja, khususnya
tenaga kerja tidak terampil yang memang tidak
mendapat kue tart nasional di negeri ini.
Kondisi ini menyebabkan mereka perlu mencari kue
tart tersebut di negara tetangga. Padahal ,
masalah ekspor tenaga kerja ini sampai saat ini
juga tidak pernah tuntas dengan negara tetangga.
Belum lagi biaya siluman yang kerap kali menjadi
hantu bagi pencari kerja yang sebagian besar
adalah penduduk miskin yang hanya bermodal nekat
alian moderat (modal dengkul urat) untuk mengais
rejeki di negeri orang.
5. Kompensasi
Kompensasi ini bisa bertindak sebagai perangsang
atau insentif untuk menarik calon tenaga kerja.
Kebijakan kompensasi organisasi biasanya
menetapkan batasan upah atau gaji yang berbeda
pada berbagai pekerjaan. Besarnya kompensasi
akan memengaruhi minat pelamar untuk menjadi
karyawan pada sebuah organisasi. besarnya
kompensasi yang diperoleh secara indivudu juga
akan membawa dampak benturan sosial budaya
manakala kompensasi diberikan secara tim kerja.
Kebijakan kompensasi di pasar kerja
internasional yang cenderung lebih tinggi
menjadi perangsang bagi tenaga kerja Indonesia
untuk bekerja di luar negeri.
6. Kebiasaan perekrutan
Kebiasaan perekrutan pada masa lalu yang
dianggap sudah baku dan dilakukan berulang ulang
akan mampu meningkatkan keahliah seorang
perekrut dalam menilai calon karyawan sehingga
proses perekrutan dapat berjalan lebih baik.
Sementara kebiasaan yang salah dan kurang baik
mungkin akan terulang kembali sehingga proses
pencarian calon karyawan yang berkualitas tidak
tercapai. Oleh karena itu, para pelaksana
perekrutan hendaknya menerima masukan yang
positif maupun negatif agar tidak bergantung
pada kebiasaan yang buruk yang sudah terbentuk.
7. Pasar tenaga kerja
Sewaktu menarik tenaga kerja, manajemen harus
memperhatikan keadaan pasar tenaga kerja. Jenis
jenis karyawan yang bagaimana yang harus
tersedia dan bagaimana mereka mencari pekerjaan,
dengan memahami kondisi pasar tenaga kerja, akan
membatu manajemen untuk menaksir penawaran
tenaga kerja yang tersedia untuk diterima
sebagai karyawan. Pasar tenaga kerja merupakan
wilayah dimana penawaran dan permintaan bertemu
dan memengaruhi terbentuknya harga tenaga kerja.
Seperti kasus pencaraian tenaga kerja asing di
Korea juga melihat daru kondisi pasar kerja
dalam negeri Korea.
4.3 SUMBER-SUMBER REKRUTMENUnsur lain dalam strategi rekrutmen dalam suatu
organisasi adalah keputusan dimana mencari para
calon pelamar. Manajemen memulai proses perekrutan
dengan mengingat uraian jabatan dan spesifikasi
jabatan. Perekrutan tenaga kerja dapat dilakukan
melalui dua cara, yaitu internal dan eksternal.
4.3.1 INTERNAL
Dengan cara internal, calon pengisi posisi
tertentu dicari dan diseleksi dari tenaga kerja
yang ada dalam organisasi saat ini. Cara ini
memiliki keuntungan. Pertama, tenaga kerja yang
direkrut sudah memahami organisasi dengan baik
sehingga proses penyesuaian menjadi lebih mudah
dan kemungkinan berhasil akan semakin tinggi.
Kedua, cara ini akan mendorong semangat kerja,
loyalitas, dan komitmen kerja yang semakin
tinggi. Ketiga, biasanya cara rekrutmen
internal lebih murah dibandingkan dengan cara
eksternal. Rekrutmen internal pun memiliki
keuntungan karena apabila satu orang
dipromosikan makan akan terjadi promosi
berantai untuk jabatan jabatan dibawahnya.
Namun, rekrutmen internalpun memiliki
kelemahan, antara lain kemungkinan terbatasnya
calon tenaga kerja yang potensial dalam
organisasi, kurangnya ide baru yang segar yang
biasanya datang dari pendatang baru, dan
kemungkinan pendorong rasa puas diri pada
tenaga kerja yang ada yang tidak mendorong
prestasi kerja lebih lanjut. Rekrutmen ini
dapat dilakukan melalui sistem informasi tenaga
kerja yang ada dalam organisasi atau melalui
bagan pergantian untuk tingkat manajemen yang
lebih tinggi. Perekrutan ini dilakukan oleh
organisasi karena beberapa alasan, seperti
untuk penyegaran manajemen atau reformasi
manajemen.
4.3.2 EKSTERNAL
Perekrutan tenaga kerja eksternal berusaha
menarik calon tenaga kerja dari luar
organisasi. dapat dilakukan melalui iklan
posisi pekerjaan melalui surat kabar atau
majalah atau melalui universitas yang akan
menghasilkan lulusan yang dikehendaki. Proses
rekrutmen dapat menjadi mahal terutama karena
banyak tenaga kerja baru yang meninggalkan
organisasi setelaj kerja hanya satu atau dua
tahun. Organisasi akan rugi investasi pelatihan
pada tenaga kerja tersebut. Rekrutmen dengan
cara lain adalah dengan bekerja sama dengan
lembaga swasta, baik formal maupun informasi,
departemen tenaga kerja, atau kelompok swadaya
masyarakat untuk merekrut calon yang potensial.
BAB V
SELEKSI
Memilih karyawan secara tepat merupakan hal yang
penting. Pertama tercapainya tujuan organisasi
bergantung pada bawahan. Karyawan yang profesional akan
bekerja sebaik mungkin bagi organisasi. karyawan yang
tidak profesional tidak mampu melakukan pekerjaan
secara efektif dan tujuan pekerjaan tidak akan tercapai
sehingga organisasi akan mengalami kerugian.
Penyaringan karyawan dilakukan sebelum mereka masuk
bukan setelah mereka masuk organisasi.
Melalui kegiatan seleksi personel, organisasi
membuat keputusan siapa siapa saja yang diterima.
Seleksi diawali dengan mengidentifikasi kandidat
melalui rekrutmen dan menempatkan beberapa individu
yang mempunyai kemampuan terbaik pada pekerjaan yang
tersedia dan diakhiri dengan seleksi individu yang
ditempatkan pada pekerjaannya dalam organisasi
Proses seleksi pegawai sangat bervariasi pada
organisasi satu dengan organisasi lain dan pekerjaan
satu dengan pekerjaan lain. Proses ini dilakukan
setelah pelamar yang memenuhi syarat terkumpul. Seleksi
adalah serangkaian kegiatan yang digunakan untuk
memutuskan apakah pelamar diterima atau ditolak.
5.1 TUJUAN SELEKSI
Seleksi bertujuan memilih tenaga kerja yang
diinginkan. Seleksi merupakan proses dua arah
dimana organisasi menawarkan posisi kerja dengan
kompensasi yang layak, sedangkan calon pelamar
mengevaluasi organisasi dan daya tarik posisi serta
imbalan yang ditawarkan organisasi. tetapi dalam
kenyataan, proses seleksi masih merupakan proses
satu arah, dimana posisi pelamar hanya dapat
menerima saja posisi pekerjaan yang ditawarkan
organisasi, sementara organisasi mempunyai
kedudukan yang lebih kuat untuk melakukan tawar
menawar pada pelamar. Namun apabila terjadi
kelangkaan tenaga kerja maka tenaga kerja akan
mempunyai lebih banyak pilihan dalam memilih
pekerjaan. Dengan demikian, organisasi harus
menawarkan tawaran yang lebih menarik dan
memberikan insentif atau perangsang pada pelamar.
5.2 PROSES SELEKSI
Penyaringan para pelamar
Tes
Wawancara awal
Evaluasi latar belakang dan referensi
Wawancara mendalam
Tes kesehatan atau fisik
Pengambilan keputusan manajemen
5.2.1 Penyaringan Pelamar
Lamaran kerja yang lenkap memberikan
informasi awal mengenai pelamar kerja, seperti
latar belakang pendidikan, pengalaman, minat
dan posisi yang diinginkan, upah yang
diinginkan, serta keahlian khusus pelamar.
Informasi yang relevan perlu dimasukan sebagai
bahan pertimbangan selanjutnya.
5.2.2 Tes
Tes ditujukan untuk melihat kemampuan
sebenarnya dari pelamar. Hal ini dapat pula
untuk menguji respons pelamar yang sebenarnya
terhadap pekerjaan dan tugas yang akan
dijalani. Tes ini bisa bervariasi pada beberapa
organisasi, antara lain tes pengetahuan, tes
keerdasan, tes kepribadian, tes psikologis, tes
kemampuan komputer, tes minat serta bakat, dan
lain lain. Tes tersebut bergantung pada jenis
pekerjaan yang akan diisi pelamar.
1. Jenis jenis tes
Kita dapat menggolongkan jenis jenis tes
menurut ukuran kemampuan mental, motorik, serta
fisik, kemampuan individu, dan prestasi teknik
a) Tes kemampuan pemahaman (mental)
Tes ini tergolong tes kecerdasan dan
kemampuan spesifik mental, seperti
kemampuan memori dan mengutarakan pendapat.
b) Tes kecerdasan
Tes ini merupakan tes kemapuan pengetahuan
umum yang mencakup kemampuan daya ingat,
perbendaharaan kata, kemampuan lisan, dan
kemampuan kuantitatif.
c) Kemampuan mental khusus
Ada juga ukuran tentang kemampuan mental
khusus, seperti pertimbangan induktif dan
deduktif, pemahaman verbal yang menyeluruh,
daya ingat dan kemampuan kuantitatif. Tes
pada kategori ini dapat disebut juga tes
bakat, karena mereka menanyakan bakat
pelamar.
d) Tes kemampuan motorik dan fisik
Tes kemampuan motorik meliputi keterampilan
menual, kecepatan gerakan tangan dan waktu
untuk reaksi, pengukuran kecepatan dan
ketelitian tentang pertimbangan sederhana
seperti kecepatan tangan, jari, dan
pergerakan lengan. Tes kemampuan fisik juga
diperlukan, kemampuan fisik meliputi
kekuatan statis, kekuatan dinamis,
koordinasi badan, serta daya tahan tubuh
atau stamina.
e) Tes kepribadian dan minat
Mental dan kemampuan fisik seseorang jarang
ditampakan dalam bejerja. Beberapa faktor,
seperti motivasi dan keterampilan antar
individu pun merupakan hal penting.
Kepribadian dan minat kadang kadang
digunakan sebagai penduga seperti sesuatu
yang tak dapat diguga. Tes kepribadian
dapat merupakan aspek dasar dari
kepribadian pelamar, seperti pemikiran
pribadi, stabilitas, dan motivasi. Beberapa
tes ini bersifat proyektif. Hal ini berarti
mendorong pemikirang bercabang, seperti
suatu noda tinta atau gambaran buruk yang
digambarkan seseorang saat mengerjakan tes.
Kemudian pelamar diminta
menginterpretasikan atau menggambarkan
buruk yang digambarkan seseorang saat
mengerjakan tes. Kemudian pelamar diminta
menginterpretasikan hal tersebut. Dari
sikap ini akan muncul gambaran tentang
emosi pelamar. Tes ini digunakan para ahli
untuk meneliti penggambaran dan reaksi
peserta tes tentang personal tes tersebut.
Hasilnya, kemampuan atau ciri kepribadian
dan kesuksesan dalam bekerja akan terlihat.
Minat merupakan perbandingan masing masing
orang terhadap jabatan yang akan dipegang.
Tes ini sangat bermanfaat dan dapat
digunakan sebagai alat seleksi.
5.2.3 Wawancara Awal
Wawancara awal berguna untuk melihat secara
cepat apakah pelamar cocok untuk pekerjaan yang
ditawarkan. Wawancara dapat dilakukan untuk
melihat pengalaman kerja, tingkat gaji yang
diinginkan, dan kemauan untuk dimutasi atau
dipromosikan. Wawancara ini biasanya tidak
dilakukan apabila pelamar kerja jumlahnya cukup
besar karena akan memakan biaya dan tidak
efisien.
5.2.4 Evaluasi Latar Belakang
Evaluasi ini ingin mengetahui kebenaran
informasi yang diberikan oleh pelamar kerja.
Jika pelamar kerja menyebutkan referensi,
manajer dapat mengecek referensi yang
disebutkan. Manajer juga dapat menggunakan
sumberlain untuk mengonfirmasi kebenaran
informasi yang disebutkan pelamar.
5.2.5 Wawancara Mendalam
Setelah tes terdahulu selesai, wawancara
mendalam dilakukan untuk memperoleh informasi
lebih lanjut tentang pelamar. Hal ini dapat
pula digunakan untuk mengkonfirmasi kebenaran
informasi yang ditulis. Wawancara bisa
dilakukan oleh manajer madya atau puncak untuk
mengetahui kemampuan sebenarnya dari calon
pelamar yang akan menduduki posisi strategis.
Wawancara mencerminkan pula betapa pentingnya
penarikan pelamar tersebut. Wawancara bisa
menjadi tidak efektif bila, pertama,
pewawancara memiliki kududukan yang lebih kuat
dibanding yang diwawancarai, dimana pelamar
akan merasa gugup dan canggung dalam menghadapi
wawancara sehingga memengaruhi hasil penilaian
pelamar. Dengan demikian, kemampuan sebenarnya
dari pelamar tidak terlihat. Kedua, karena
wawancara menentukan nasib pelamar maka pelamar
akan menunjukan hal yang baik baik saja.
Ketiga, pewawancara sering mengajukan
pertanyaan yang tidak relevan sehingga pelamar
akan menjawab panjang lebar dan mengaburkan
tujuan sebenarnya. Wawacara yang baik
memfokuskan pada upaya melihat kemampuan calon
tenaga kerja dan kesesuaian persyaratan kerja.
Wawancara semacam itu diharapkan dapat melihat
kemungkinan keberhasilan calon dalam
menjalankan pekerjaannya. Wawancara sering kali
memberikan diskripsi yang kurang realistis
terhadapa organisassi atau pekerjaan. Karena
pewawancara biasanya ingin menunjukan bahwa
perusahaannya merupakan tempat yang baik untuk
bekerja tak jarang pelamar akan mempunyai
harapan yang tinggi dan akan kecewa bila
pengaharapan itu tidak sesuai dengan apa yang
dilihat dan didengar pelamar pada saat bekerja.
Karea itu pewawancara diharapkan memberikan
gambaran yang realistis tentang organisasi baik
kebaikan serta kelemahan yang dimiliki.
5.2.6 Tes Kesehatan
Tes ini tidak kalah pentingnya dengan tes
yang lain. Meskipun begitu, semua calon tenaga
kerja harus menjalani tes untuk melihat apakah
calon memiliki penyakit atau tidak. Tes ini
dapat dilakukan pada awal atau akhir,
bergantung pada apa yang diharapkan organisasi
dari program seleksi secara keseluruhan.
5.2.7 Pengambilan Keputusan
Jika pelamar sudah melalui serangkaian tes,
pelamar siap bergabung dengan organisasi.
organisasi akan mengambil keputusan dengan
menawarkan tawaran kerja dengan beberapa cara
seperti pemberitahuan lewat pos, telepon, media
massa, atau pengumuman di tempat seleksi. Calon
yang tidak diterima sebaiknya diberitahu
disertai alasan penolakan. Alasan penolaka
dapat dibuat standar untuk menghindari
kesalahan atau perbedaan interpretasi.
Pengambilan keputusan dalam memberikan
penawaran kerja ini sangat penting dan
strategis sebeb akan menentukan keberadaan
pelamar dalam pekerjaan dan posisi jabatan yang
akan ditanggung nanti.
Seleksi karyawan ini sangat penting karena
tercapainya tujuan organisasi bergantung pada
bawahan. Karyawan yang profesional akan
melakukan pekerjaan dengan baik untuk
organisasi. kesalahan dalam perekrutan akan
menyebabkan kerugian dalam organisasi tersebut
dikemudian hari. Adapun langkah langkah untuk
mencegah kelalaian dalam merekrut meliputi.
Meneliti semua informasi yang di ajukan
pelamar tentang aplikasi pekerjaannya
Memperoleh otorisasi yang ditulis pelamar
sebagai acuan mengetahui calon karyawan dan
memeriksa terlebih dahulu acuan dari
organisasi sebelumnya dengan teliti.
Menyimpan informasi atau arsip yang diperoleh
tentang masing masing pelamar selama proses
seleksi.
Menolak pelamar yang membuat pernyataan dalam
surat lamaran yang fiktif atau yang mempunyai
catatan fiksi
Mengambil tindakan disipliner jika timbul
permasalahan.
BAB VI
PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN
6.1 PENGERTIAN DAN TUJUANSetelah karyawan diterima melalui proses
rekrutmen dan seleksi maka karyawan akan
ditempatkan pada posisi dan jabatan yang
ditentukan. Karyawan baru biasanya akan mengalami
orientasi dan sosialisasi pada dirinya untuk
membiasakan diri pada pekerjaan dan lingkungan
baru. Program orientasi mencakup sejarah
organisasi, struktur organisasi. nama dan jabatan
para direktur, jabatan karyawan dan departemen,
fasilitas, fisik, periode percobaan, kebijaksanaan
dan aturan organisasi, peraturan disiplin, prosedur
keamanan, proses produksi, dan produk/jasa yang
dibuat. Program orientasi dilakukan secara formal,
apabila organisasi sering menerima karyawan dan
dalam jumlah yang besar. Tetapi bila organisasi
jarang menerima karyawan dan hanya beberapa orang
saja, organisasi tidak perlu menyelenggarakan
program ini secara formal.
Penanggung jawab program ini adalah departemen
personalia dan penyelia langsung. Program ini
diharapkan dapat membantu karyawan baru untuk
beradaptasi dengan karyawan lain dan kondisi kerja
yang baru. Program ini pun dapat membantu karyawan
baru mengatasi perasaan asing, rasa gelisah, dan
khawatir terhadap pekerjaan barunya. Karyawan akan
merasa nyaman dan terjamin sehingga cepat
mengerjakan tugas atau pekerjaan dengan cepat dan
baik. Program ini membantu karyawan dalam memahami
aspek sosial, teknis dan budaya organisasi.
Seringkali terjadi pada karyawan batu bahwa
kemampuan dan keterampilan yang mereka miliki belum
sesuai dengan yang diharapkan organisasi sehingga
biasanya organisasi harus melakukan program
pelatihan untuk mereka. Tetapi pelatihan tidak
hanua dilakukan pada karyawan baru saja, karyawan
lama pun kemampuan dan keahliannya perlu di upgrade
untuk memberikan peyengaran serta menyesuaikan
tuntutan pekerjaan yang berubah. Pelatihan pada
karyawan lama dapat menghidarkan terjadinya
kejenuhan dalam bekerja sebagai akibat perubahan
lingkungan atau strategi organisasi. karena
kejenuhan bekerja akan menyebabkan kurangnya
kinerja karyawan sehingga berdampak pada
produktivitas rekrutmen.
Pelatihan dan pengembangan mempunyai kegunaan
pada karier jangka panjang karyawan untuk membantu
menghadapi tanggung jawab yang lebih besar di waktu
uang akan datang. Program ini tidak hanya
bermanfaat pada individu karyawan tetapi jugaa pada
organisasi. program penting dan dijadikan salah
satu investasi organisasi dalam hal sumber daya
manusia.
Pelatihan dan pengembangan ditujukan untuk
mempertahankan dan meningkatkan pretasi kerja para
karyawan. Peltihan ditujukan untuk meningkatkan
prestasi kerja saat iini, sedangkan pengembanga
ditujukan untuk meningkatkan prestasi saat ini dan
masa datang. Pelatihan diarahkan untuk membantu
karyawn melaksanakan pekerjaan saat ini secara
lebih baik. Pengembangan mewakili investasi
pengembangan yang berorientasi masa depan pada diri
karyawan. Baik karyawan menajerial maupun non
manajerial akan menjalani pelatihan dan
pengembangan. Karyawan non manajerial barangkali
akan lebih banyak menerima pelatihan yang bersifat
teknis dibandingka manajerial yang lebih banyakk
menerima pengembangan dalam bentuk keterampilan
konsepsual atau analitis dan keterampilan hubungan
manusiawi untuk memperdalam wawasan mereka guna
membawa rekrutmen pada tujuan yang strategis dan
spesifik.
Pelatihan merupakan wadah lingkungan bagi
karyawan, dimana mereka memperoleh atau mempelajari
sikap, kemampuan, keahlian, pegetahuan, dan
perilaku spesifik yang berkaitan dengan pekerjaan.
Pengembangan didasarkan pada fakta bahwa karyawan
akan membutuhka pengetahuan, keahlian, dan
kemampuan yang berkembang untuk bekerja lebih baik
dalam suksesi posisi yang ada dalam rekrutmen,
Persiapan jenjang karier karyawan inilah yang
dimaksud sebagai pengembangan karyawan. Program
pelatihan dan pengembangan tidak hanya bisa
dilakukan oleh departemen sumber daya manusia di
dalam organisasi sendiri, tetapi tidak menutup
kemungkinan dilakukan oleh lembaga/konsultan lain
yang memang disewa oleh rekrutmen untuk membantu
program ini. Barangkali organisasi memandang dari
efektivitas dan efisiensi dengan menyewa konsultan
yang lebih ahli di bidangnya guna menggodok
karyawannya agar memiliki produktivitas lebih
sekembalinya dari program eksekutif yang
diikutinya. Hal ini tudak saja memberikan nilai
tambah bagi rekrutmen dan karyawan sendiri, tetapi
karyawan menjadi punya energi baru dalam bekerja
dengan ide ide yang lebih cemerlang bagi
kepentingan perusahaan.
6.2 LANGKAH-LANGKAH PELATIHAN DAN PENGEMBA-NGAN
Gambar 6.1 Langkah-langkah pelatihan dan pengembangan
6.2.1 Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan
Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan
Tujuan pelatihan & pengembangan
Merencanakan & mengembangkan program pelatihan & pengembangan
Implementasi program
On the job training Off the job training
Evaluasi & Monitoring
Organisai harus selalu beradaptaso terhadap
lingkungan yang berubah sehingga karyawan perli
melakukan penyesuaian terhadap kondisi
lingkungan yang dinamis tersebut. Dalam tahap
awal, organisasi perlu membuat identifikasi
kebutuhan pelatuhan dan pengembangan. Siapa
saja yang perlu diberikan pelatihan untuk
pengembangan? Apa yang perlu dipelajari oleh
karyawa? Untuk menjawab pertanyaan tersebut
manajemen dapat menggunakan langkah berikut :
1. Evaluasi prestasi
Melakukan monitoring pada setiap karyawan dan
hasilnya dibandingka dengan standar prestasi
atau target rekrutmen. Karyawan yang mempunyai
hasil prestasi kurang atau dibawah standar yang
telah ditetapkan organisasi,
mengidentifikasikan organisasi perlu mengadakan
program pelatihan dan pengembangan karyawan.
2. Analisis perysaratan kerja
Organisasi perlu mengetahui kemampuan dan
keahlian yang dimiliki karyawan. Karena jika
karyawan diserahi tugas atau pekerjaan, tetapi
tidak memiliki katerampilan yang mendukung
pekerjaan tersebut maka karyawan tersebut
membutuhkan pelatihan
3. Analisis organisasi
Analisis organisasi bertujuan meninjau kembali
apakah tujuan organisasi secara keseluruhan
ssudah tercapai atau belum. Tujuan organusasi
secara keseluruhan perlu ditunjau kembali
apakah memang sudah mencapai target atau belum.
Apabila organisasi tidak atau belum mencapai
target dengan efektif maka manajemen perlu
program pelatihan.
4. Survei sumber daya manusia
Seluruh manajemen dan karyawan diminta
menjelaskan masalah dan hambatan yang dihadapi
selama program ini berlangsung untuk mengetahui
tindalan apa yang akan dilakukan untuk
menyelesaikan masalah tersebut.
6.2.2 Menentukan Tujuan Program Pelatihan dan
Pengembangan
Langkah selanjutnya menetapkan tujuan
program. Apakah program diberikan pada karyawan
yang baru saja diterima pada sernua level
pekerjaan atau hanya yang menduduki jabatan
tertentu. Apakah program diberikan dalarn
bentuk keterampilan teknis,
analisis/konseptual, ataukah kemampuan hubungan
manusiawi. Berbagai bentuk alternatif tujuan
lainnya memang harus secara gamblang ditentukan
untuk mengetahui ke arah mana rekrutmen akan
membentuk sumber daya manusianya dengan
aplikasi program ini. Berikut langkah-
langkahnya:
Mengidentifikasi keterampilan-keterampilan
kinerja jabatan khusus yang dibutuhkan untuk
memperbaiki kineija dan produktivitas.
Memastikan bahwa program akan sesuai dan
cocok dengan tingkat pendidikan, pengalaman
dan keterampilan mereka, serta motivasi
peserta.
Melakukan survei untuk mengembangkan sasaran
pengetahuan dan kinerja yang dapat diukur.
6.2.3 Merencanakan dan Mengembangkan Program
Pelatihan dan Pengembangan
Setelah tujuan teridentifikasi maka
organisasi perlu membuat perencanaan sekaligus
mengembangkan program ini. Langkah berikut bias
jadi pedoman :
Tujuan instruksional, metode, media,
gambaran dan urutan dan isi, contoh,
latihan, dan kegiatan. Untuk itu, perlu
membuat sebuah kurikulum dan disajikan dalam
bentuk blueprint untuk pengembangan program.
Pastikan semua bahan seperti naskah, video,
buku pedoman, dan buku peserta ditulis
dengan jelas dan cocok dengan sasaran
program.
Semua program hendaknya ditangani secara
profesional, apakah dircproduksi pada
kertas, film atau video untuk menjamin
kualitas dan efektivitas program.
6.2.4 Implementasi Program
Organisasi perlu memotivasi peserta program
untuk mendorong keberhasilan mereka dalarn
lokakarya yang berfokus pada penyajian
pengetahuan dan keterampilan selain isi
pelatihan. Program pelatihan tersebut
disosialisasikan pada peserta dan dibuat
representatif untuk revisi final pada hasil
akhir untuk memastikan efektivitas program.
Program ini bisa dilakukan dengan dua metode,
yaitu on the job training dan off the job training.
a) On the job training
Bentuk pelatihan ini mempunyai keuntungan
karena cukup fleksibel, baik dalam hal
lokasi dan organisasi. Bentuknya pun dapat
disesuaikan dengan kebutuhan dan berkaitan
Iangsung dengan pekerjaan karyawan.
On the job training (OJT) adalah pelatihan
pada karyawan untuk mempelajari bidang
pekerjaannya sambil benar-benar
mengerjakannya. Dalam banyak rekrutmen, OJT
adalah satu-satunya jenis pelatihan yang
tersedia dan biasanya meliputi karyawan baru
sampai karyawan lama yang sudah
berpengalaman.
Beberapa bentuk pelatihan OJT antara
lain:
Coaching
Bentuk pelatihan dan pengembangan ini
dilakukan di tempat kerja oleh atasan
atau karyawan yang berpengalaman. Metode
ini dilakukan dengan pelatihan secara
informal dan tidak terencana dalam
melakukan pekerjaan seperti menyelesaikan
masalah. partisipasi dengan tim,
kekompakan, pembagian pekerjaan, dan
hubungan dengan atasan atau teman kerja.
Pelatihan Magang
Pelatihan magang/Apprenticeship trainilig
Pelatihan yang mengombinasikan antara
pelajaran di kelas dengan praktik di
tempat kerja setelah beberapa teori
diberikan pada karyawan. Karyawan akan
dibimbing untuk mempraktikkan dan
mengaplikasikan semua prinsip belajar
pada keadaan pekerjaan sesungguhnya.
b) Off the job training
1. Lecture
Teknik ini seperti kuliah dengan presentasi
atau ceramah yang diberikan penyelia/
pengajar pada kelompok karyawan.
Dilanjutkan dengan kornunikasi dua arab dan
diskusi. Hal ini digunakan untuk memberikan
pengetahuan umum pada peserta.
2. Presentasi dengan video
Teknik ini menggunakan media video, film,
atau televisi sebagai sarana presentasi
tentang pengetahuan atau bagairnana
melakukan suatu pekerjaan. Metode ini
dipakai apabila peserta cukup banyak dan
masalab yang dikemukakan cukup kompleks.
3. Vestibule training
Pelatihan dilakukan di tempat yang dibuat
seperti tempat kerja yang sesungguhnya dan
dilengkapi fasilitas peralatan yang sama
dengan pekerjaan yang sesungguhnya.
4. Bermain peran (Role playing)
Teknik pelatihan ini dilakukan seperti
simulasi di mana peserta memerankan jabatan
atau posisi tertentu untuk bertindak dalam
situasi yang khusus. Dengan peran seperti
ini, akan diketahui bagaimana menghadapi
situasi kerja yang sesungguhnya. Peserta
mungkin berperan sebagai pelanggan,
manajer, rekan kerja sehingga dapat
berinteraksi baik dengan pihak lain.
5. Studi kasus
Teknik ini dilakukan dengan memberikan
sebuah atau beberapa kasus manajemen untuk
dipecahkan dan disikusikan di kelompok atau
tim di mana masing-masing tim akan saling
berinteraksi dengan anggota tim yang lain.
6. Self study
Merupakan teknik pembelaj aran sendiri oleh
peserta di mana peserta dituntut untuk
proaktif melalui media bacaan, maten,
video, kaset dan lain-lain. Hal ini
biasanya dilakukan karena beberapa faktor,
di antaranya keterbatasan biaya,
keterbatasan frekuensi pertemuan, dan
factor jarak.
7. Program pembelajaran
Pembelaj aran ini seperti self study, tapi
kemudian peserta diharuskan membuat
rangkaian pertariyaan dan jawaban dalam
materi sehingga dalam pertemuan selanjutnya
rangkaian pertanyaan tadi dapat disampaikan
pada penyelia atau pengajar untuk diberikan
umpan balik.
8. Laboratory training
Latihan untuk meningkatkan kemampuan
melalui berbagi pengalaman, perasaan,
pandangan, dan perilaku di antara para
peserta.
9. Action learning
Teknik ini dilakukan dengan membentuk
kelompok atau tim kecil dengan mcmecahkan
permasalahan dan dibantu oleh seorang abli
bisnis dan dalam perusahaan atau luar
perusahaan.
Organisasi dapat memilih salah satu atau
Iebih teknik di atas untuk diterapkan pada
program pendidikan dan pelatihan sesuai dengan
kondisi organisasi. Dalam memilih metode
pelatihan, agar efektif perlu memerhatikan
diterapkannya prinsip belajar, yaitu
partisipasi, repetisi, relevan, transfer, dan
umpan balik. Di samping itu, perlu memerhatikan
biaya, maten, pelatih. dan peserta pelatihan.
6.2.5 Evaluasi dan Monitoring Program
Nilailah program yang dijalankan menurut :
- Reaksi-dokumentasikan reaksi langsung
peserta terhadap latihan.
- Belajar-gunakan umpan balik dengan pre tes
dan pasea tes untuk
mengukur apa telah dipelajari peserta.
- Perilaku-catat reaksi kinerja peserta
setelah selesai program untuk
mengetahui sejauh mana peserta dapat
menerapkan keterampilan dan pengetahuan
baru pada pekerjaanya.
- Hasil-tentukan tingkat perbaikan kinerja
jabatan dan nilai pemeliharaan yang
dibutuhkan.
1. Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan dan pelatihan adalah unsur
sentral dalam pengembangan karyawan.
Pelatihan dalam bentuk yang kompleks
diberikan untuk membantu karyawan mempelaj
an keterampilan yang akan meningkatkan
kinerja mereka di mana akan membantu
perusahaan atau organisasi mencapai
sasarannya. Sementara kcgiatan pendidikan
kinerja karyawan serta akan membantu
organisasi mencapai sasaran. Adapun
kegiatan pendidikan diberikan untuk
membantu karyawan mengembangkan kapasitas
mereka dan bekerja dengan lebih baik dimasa
datang.
2. Mendetminisikan Kebutuhan-kebutuhan
Pelatihan
Tantangan utama yang dihadapi
pendidikan dan pelatihan adalah menemukan
apa yang sebenamya diperlukan para peserta
pelatihan. Sering kali pelatihan disusun
dalam bentuk paket. Program diumumkan
kepada para calon peserta. Perencanaan
sumber daya manusia dituntut dapat
rnenyusun program agar sesuai kebutuhan,
jangan hanya mementingkan bagaimana caranya
agar program itu laku dan rekrutmen mau
membiayainya. Akan tetapi, hingga saat ini
masih saja banyak stafpelatihan dan
pendidikan yang masih mementingkan cara-
cara penyempurnaan program agar laku dan
dibiayai rekrutmen.
Idealnya, pendidikan dan pelatihan
dilakukan secara kontinu yang diawali dan
hasil kajian kebutuhan individu. Secara
penodik,manajer rnemeriksa kebutuhan para
karyawan dan mendefinisikan dukungan
pendidikan dan pelatihan dilakukan secara
kontinu yang diawali dan hasil kajian
kebutuhan individu. Secara periodik.
manajer rnemeriksa kebutuhan para karyawan
dan mendefinisikan dukungan pendidikan dan
pelatihan yang diperlukan untuk mendukung
perkembangan pekerjaan yang ada. Jika
tidak. staf pelatih dapat secara langsung
memeriksa kebutuhan dan rencana setiap
individu dan membuat program yang sesuai
bagi mereka.
Program pelatihan dapat disusun
spesifik sesuai kebutuhan. Untuk itu,
diperlukan analisis tugas untuk
mendefinisikan peatihan secara akurat dan
nietode yang dirancang yang baik.
Beberapa organisasi merancang kegiatan
pendidikan dan pelatihan setiap tiga tahun
sekali yang didasarkan pada hasil analisis
implikasi perkembangan bisnis terhadap
kebutuhan pelatihan pada setiap organisasi.
Proses perencanaanya meliputi:
Wawancara dengan para manajer setiap
unit untuk mengidentifikasi isu-isu dan
perubahan bisnis, populasi karyawan
yang terkena dampak perubahan tersebut,
sifat dan dampak yang timbul, prioritas
pelatihan, dan waktu pelatihan yang
diperlukan.
Kajian mengenai topik-topik pengetahuan
dan keterarppilan yang diperlukan para
karyawan, teknik pelatihan yang dapat
diterapkan, dan aktivitas pelatihan
yang diperlukan.
Penetapan rencana latihan spesifik
serta penyusunan staf, fasilitas, dan
anggaran yang diperlukan. Keunggulan
pendekatan ini adalah kernampuannya
untuk secara Iangsung menyentuh
implikasi yang ditimbulkan oleh sarana
dan prioritas manajemen saat ini.
Dengan demikian, pelatihan akan menjadi
sarana yang berguna untuk melaksanakan
strategi bisnis organisasi.
Saat ini, banyak organisasi yang sudah
mulai menanggalkan program-program yang
tidak begitu relevan dan mulai
berkonsentrasi pada program yang sesuai
dengan kebutuhan organisasi saja.
Ada organisasi yang rnempersingkat atau
bahkan meniadakan pelatihan dan pendidikan
pada saat ikiim bisnis tidak menguntungkan
dan rnelaksanakannya kembali saat kondisi
ekonorni pulih kembali. Namun perlu
diingat, untuk wawasan jangka panjang lebih
bijaksana bila diterapkan pada saat ini.
Jika pelatihan ditiadakan untuk sementara
waktu saja, risiko-risiko berikut tetap
saja bisa muncul: kemampuan karyawan
berkurang, ki nerj a menurun, kehilangan
gairah belajar, merasa tidak dihargai ¡agi,
dan pada akhirnya akan keluar dan
rekrutmen. Membangun lagi sarana dan
fasilitas pelatihan juga akan menyita waktu
dan biaya. Untunglah masih banyak
organisasi yang berkeyakinan bahwa
pelatihan dan pendidikan justru paling
diperlukan saat bisnis sedang lesu, karena
beban pekerjaan karyawan agak berkurang
sehingga mempunyai waktu yang cukup untuk
belajar.
3. Berbagai Inovasi dalarn Pelatihan dan
Pendidikan
Organisasi menghabiskan banyak waktu
dan uang dalam melatih dan mendidik
karyawan agar mencapai kinerja yang
mernenuhi standar organisasi. Mereka
merancang kursus-kursus dan mengembangkan
teknik pendidikan terbaru, melaksanakan
berbagai program dan secara seksama
memantau hasilnya. Bukan rahasia lagi bahwa
tenaga kerja yang baru lulus sekolah
memiliki mutu yang rendah di pasar tenaga
kerja. Belurn lagi permasaahan siswa putus
sekolah, keterbatasan tenaga kerja
minoritas, dan orang-orang yang buta huruf.
Kondisi ini mengakibatkan banyak organisasi
yang menghabiskan dana untuk memberikan
pendidikan dan keterampilan dasar pada
karyawan.
Solusi yang paling umum untuk masalah
ini adalah menyusun system pendidikan
urnurn dengan standar internasional dengan
kurikulum dan bakal pengalaman kerja yang
relevan dengan kondisi pasar tenaga kerja.
Hal ini sudah lazim dilakukan di negara
Jerman, Jepang, Perancis, dan Inggris.
Pihak-pihak dan dunia bisnis juga merasa
perlu menjadi mitra dalam usaha sernacarn
ini. Tentu saja porsi terbesar dan usaba
pelatihan dan pendidikan itu difokuskan
pada peningkatan kinerja.
Perusahaan Magic Kingdom di kompleks
Disney World, misalnya. menuntut segaa
sesuatunya dilaksanakan dengan standar
paling tepat. Segala sesuatunya harus
bersih dan aman. Kualitas pelayanannya pun
harus prima. Dan pelanggan adalah raja yang
tidak pemah salah. Prinsip ini tercermin
pada tata cara pendidikan di Disney
University, lembaga pelatihan intensif
khusus bagi karyawan rekrutrnen tersebut.
Ada juga beberapa organisasi yang
memberikan berbagai kursus yang umunmya
dilakukan di berbagai universitas, bahkan
ada organisasi yang mendirikan fakultas .
dan bekerja sama dengan beberapa perguruan
tinggi terkenal. Sernua usaba pelatihan dan
pendidikan semacarn itu dirancang untuk
meningkatkan kemampuan karyawan, baik dalam
pelaksanaan pekerjaan rutin maupun
kemampuan manajemennya. Bahkan kini teah
menjamur pelatihan khusus bagi pejabat
manajemen dan eksekutif, yang memberi
pelatihan intensif dalarn bidang
kepernimpinari, manajemen, dan pengelolaan
dana serta kemampuan lain. Program
universitas dan seminar-seminar publik
dipakai secara luas untuk membahas
kebutuhan individu atau direkayasa
sedernikian rupa untuk keperluan spesifik
sebuah rekrutrnen. Fokus utama kegiatan
semacam itu saat ini terfokus pada
prioritas bisnis dan upaya untuk
mengantisipasi berbagai kernungkinan di
masa mendatang.
4. Mengevaluasi Hasil Program Pendidikan dan
Pelatihan
Sebelurn melaksanakan program latihan
dan pendidikan, banyak organisasi yang
terlebih dahulu menargetkan hasil-hasil
yang harus dicapâi. Untuk program pelatihan
teknik dan keterampilan, sasarannya mungkin
adalah meningkatkan kualitas kinerja,
mengurangi pemborosan bahan dan sarana,
meningkatkan kecepatan kerja, dan
penghematan biaya produksi. Sebelum dan
sesudah program dilaksanakan, dilakukan
berbagai pengukuran untuk menentukan
perubahan perilaku dan basil atau perubahan
yang dicapai. Meski demikian, penyelia yang
cukup jeu dan awas dapat saja langsung
melakukan kajian terhadap perubahan
perilaku dan kinerja bawahannya. Dia dapat
menilai apakab pelatihan yang dilakukan
benar-benar menghasilkan manfaat yang
diharapkan.
Di organisasi yang menekankan kerja
tim, evaluasi mungkin diterapkan pada suatu
kelompok, bukan secara individu. Jika semua
karyawan (dan manajer) di sebuah kelompok
kerja berpartisipasi dalam program
pelatihan maka yang akan dikaji adalah
produktivitas, kualitas kerja,
anseeteisine, sikap dan faktor lain yang
ditunjukan kelompok tersebut.
Program pengembangan dan manajemen
serta pendidikan yang tidak merniliki
sasaran atau tujuan yang jelas tentu sulit
dievaluasi. Biasanya, evalusi yang diadakan
hanya mengandalkan hasil reaksi/jawaban dan
sasaran yang disampaikan para peserta.
Mungkin beberapa bulan seteuah program
selesai. Para peserta pelatihan diminta
mengisi laporan atau isian yang
mendiskripsikan pengalaman mereka atau
danipak program tersebut pada kinerja
mereka. Selain itu, peningkatan kinerja
sesuai pengamatan rekan kerja dan manajer
karyawan dapat dijadikan masukan yang
berharga, tetapi basil pengarnatan itu
tidak selalu terkait dengan pengalarnan
mengikuti program pelatihan. Evaluasi
sangat bergantung pada sasaran suatu
program dan seberapa besar dampak program
tersebut. Karena dalam evaluasi melibatkan
banyak faktor selain program pendidikan dan
pelatihan sehingga efek latihan dan
pendidikan sulit sekali diformulasikan.
BAB VII
EVALUASI KINERJA
Evaluasi kinerja merupakan evaluasi formal terhadap
prestasi karyawan. Evaluasi tersebut dapat dilakukan
secara informal, misal manajer menegur kesalahan
karyawan atau mernuji karyawan apabila berhasil
menyelesaikan suatu pekerjaan dengan baik. Informasi
informal seperti ini mernpunyaï keuntungan karena
karyawan dapat memperoleh umpan balik dengan cepat,
langsung setelah karyawan melakukan kesalahan atau
berhasil menjalankan tugas.
Evaluasi prestasi ini secara formal mempunyai
beberapa fungsi. Pertama, evaluasi prestasi dapat
digunakan untuk menilai efektivitas seleksi karyawan.
Jika setelah pelatihan atau pengembangan karyawan
menunjukkan kemajuan prestasi maka pelatihan
menunjukkan tanda tanda efektif. Kedua, evaluasi
prestasi sering dipakai sebagai dasar penggajian,
promosi, atau pelatihan yang diperlukan. Ketiga,
evaluasi prestasi dapat memberikan umpan balik kepada
karyawan. Umpan balik tersebut bermanfaat untuk
rnengembangkan perencanaan di masa datang.
7.1 MANFAAT EVALUASI KINERJAPenilaian prestasi adalah proses di mana
organisasi menilai atau mengevaluasi prestasi kerja
karyawan. Aktivitas ini dapat memberikan umpan
balik dan koreksi terhadap pengambilan keputusan
organisasi tentang pelaksanaan kerja mereka. Adapun
manfaat evaluasi prestasi/kinerja adalah sebagai
berikut:
1. Meningkatkan prestasi karyawan
Dan basil kerja atau pekerjaan karyawan, dapat
diketahui masalah dan produktivitas mereka dalam
bekerja. Dengan demikian, karyawan dàpat
memperbaiki atau rneningkatkan prestasi setelah
rnengetahui hasil atau umpan balik dan adanya
evaluasi tersebut.
2. Standar kompensasi yang layak
Dan hasil evaluasi prestasi, manajer dapat
mengetahui berapa upah atau kompensasi yang
layak yang harus dibenikan pada karyawan. Hal
ini penting karena evaluasi prestasi dapat
membantu dalam pengambilan kuputusan manajer,
apakab pemberian upab, bonus. insentif, dan
bentuk kompensasi lain sudah Iayak dan adil bagi
karyawan.
3. Penempatan karyawan
Pada periode tertentu, karyawan akan mengalami
proniosi, mutasi, transfer, dan dernosi. Oleh
karena itu, sebelum keputusan ¡ni diambil,
manajer dapat melihat basil prestasi karyawan
dalam sebuah evaluasi yang sudah dilakukan
sehingga dapat meminimalisasi risiko kesalahan
dalam penempatan karyawan.
4. Pelatihan dan Pengembangan
Hasil evaluasi dapat diketahui oleh manajer, di
mana manajer melihat apakah program pelatihan
dan pengembangan diperlukan atau tidak. Apabila
hasil evaluasi rnenunjukkan banyak kekurangan
atau hasil yang negatif maka sudah saatnya
diperlukan program pelatihan dan penegrnbangan,
baik untuk karyawan baru maupun karyawan senior.
Namun, basil yang baik atau positif hendaknya
tidak membuat organisasi tidak berbesar hati
dulu, karena pelatihan dan pengembangan selalu
dibutuhkan untuk penyegaran bagi karyawan.
5. Jenjang karier
Dan hasil evaluasi prestasi, manajer dapat
rncnyusun jalur karier karyawan sesuai dengan
prestasi yang telab ditunjukkan karyawan.
6. Penataan staf
Hasil prestasi yang baik atau buruk,
niencerminkan bagainiana manajernen mengatur
pembagian sumber daya manusia di dalam
organisasi.
7. Minimnya data informasi
Informasi yang akurat sangat dibutuhkan
organisasi untuk mengambil keputuSan guna
menempatkan karyawan, promosi, mutasi, transfer,
mutasi, demosi, kebutuhan program pelatihan dan
pengembangan, jenjang karier karyawan, dan
komponen-komponen lain dalarn sistem infomaSi
manajemen sumber daya manusia. informasi ini
begitu pentingnysa sehingga mampu mengurangi
kesalahan pengambilan keputusan yang tidak
tepat.
8. Kesalahan desain pekerjaan
Adanya indikasi hasil evaluasi prestasi yang
bumk merupakan tanda adanya kesalahan dalam
deskripsi desain pekerjaan yang tidak atau
kurang cocok pada karyawan. Untuk itu manajer
perlu memikirkan bagairnafla mengatasi pen
saahan tersebut.
9. Peluang kerja yang adil
Peluang kerja yang sama dan adil bagi karyawan
bisa didapat apahila manajer melihat hasil
evaluaSi dan mpertimba1gkan kesemPatan pekerjaan
yang layak dan menantang bagi karyawan yang
menunjukan prestasi bagus.
10. Tantangan eksternal
Penilaian prestasi juga tergantung dan faktor
lain, seperti kepen tingan pribadi, kondisi
finansial, kondisi kerja, keluarga, kesehatan
karyawan, dan sebagainya.
7.2 HAMBATAN DALAM EVALUAS1 KINERJA
Evaluasi yang dilakukan dengan adil diharapkafl
dapat eningkatkan produktivitas karyawan. Karyawan
yang tidak berprestasi baik akan memperoleh umpan
balik dan diharapkafl akan nieningkatkan
prestasinya. Namun, kadang cara evaluaSi tidak
memperbaiki kondisi. Karyawan yang mendapat teguran
atau punya penilaiafi tidak baik di mata pimpinan
akan merasa tersinggung atau putus asa. Hal ini
akan semakin memperburuk prestasinyaa. Dengan
demikian, manajer harus hati-hati dalam menjelaskan
evaluasjnya terhadap karyawan. Evaluasi diharapkan
menjadi proses kontinu yang merupakan bagian
integral dan proses interaksiantara manajer dengan
karyawan.
Berikut beberapa faktor yang mungkin dapat
menjadi hambatan dalam penilaian evaluasi prestasi
yang adil:
1. Perubahan standar
Standar yang tidak konsisten dan berubah-ubah
akan memengaruhi pengukuran prestasi karyäwan.
Sebagai contoh, manajer mungkin cenderung
memberikan penilaian yang baik terhadap karyawan
yang kelihatannya penurut dibandingkan karyawan
yang suka rnembantah, meskipun karyawan tersebut
mempunyai prestasi yang bagus.
2. Hallo effect
Hallo effect terjadi apabila penilaian manajer
terhadap prestasi karyawan secara keseluruhan hanya
bergantung pada satu atau beberapa aspek saja. Efek
tersebut merupakan efek berantai. Biasanya hal ini
terjadi karena pimpinan rnelibatkan emosi dalarn
sebuah penilaian, menilai terlalu lunak atau keras,
melibatkan prasangka pribadi, serta menilai
berdasarkan data atau fakta dan waktu yang paling
akhir saja.
3. Perbedaan sifat manajer
Manajer rnernpunyai sifat dan karakter yang
berbeda. Penilaian karyawan bisa menjadi berbeda
karena sifat manajer. Oleh karena itu, disarankan
untuk membuat standar/pedornan penilaian untuk
dijadikan patokan penilaian agar penilaian secara
adil dapat diwujudkan dan karyawan terhindar dan
bias yang disebabkan karakter manajer.
4. Perbedaan stereotipe tertentu
Manajer dapat menjadi bias karena faktor etnis,
jenis kelarnin, atau golongan tertentu. Untuk
menghindari hal itu, manajer harus berpegang pada
pedoman/standar tertulis dan hasil penilaian
prestasi pun harus dilakukan secara tertulis
sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
7.3 TEKNIK-TEKNIK PENILAIAN PRESTASI/KINERJASebagian besar metode evaluasi prestasi
bertujuan meminimalkan risiko dan permasalahan yang
terjadi pada organisasi. khususnya pengaturan
sumber daya manusia. Beberapa metode yang dapat
dipertimbangkan organisasi untuk melakukan evaluasi
prestasi bagi karyawannya adalah sebagai berikut:
1. Rating Scale
Penilaian prestasi metode ini didasarkan pada
suatu skala dan sangat baik, baik, cukup, kurang
baik, dan jelek. Bentuk ini sangat umum dipakai
oleh organisasi dan dilakukan secara subyektif oleh
penilai. Evaluasi ini membandingkan hasil pekerjaan
karyawan dengan factor kriteria yang dianggap
penting bagi pelaksanaan kerja tersebut.
Nilai pegawai menurut skala di bawah ini.
Nama karyawan
...................................................
..................................
Departemen ...................................
..................................................
Tanggal ........................................
.............................................
Nama Penilai
...................................................
..................................
Gambar 7.1 Contoh penilaian dengan metode Rating Scale
Unsur yangDinilai
AmatBaik
Baik
4
Sedang
3
Cukup
2
Kurang
1
1. Inisiatif2. Kehadiran3. Kerja sama4. Kuantitas
Keja5. Kualitas
Kerja6. ..........
.......
.....
.......
.....
.......
.....
.......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
2. Checklist
Checklist adalah penilaian yang didasarkan pada
suatu standar unjuk kerja yang sudah dideskripsikan
terlebih dahulu, kemudian penilai memeriksa apakah
karyawan sudah mengerjakannya. Standar-standar
unjuk kerja, misalnya pegawai hadir dan pulang
tepat waktu, pegawai bersedia bilamana diminta
untuk lembur, pegawai patuh pada atasan, dan lain-
lain. Penilai di smi adalah atasan langsung atau
penyelia. Hampir sama dengan metode rating scale,
setiap standar peniiaian dapat diberikan bobot
sesuai dengan tingkat kepentingan standar tersebut.
Penilaian umunmya dilakukan secara subyektif.
Perhatikan contohnya pada Gambar 7.2.
1. Inisiatif2. Kehadiran3. Kerja sama4. Kuantitas
Keja5. Kualitas
Kerja6. ..........
.......
.....
.......
.....
.......
.....
.......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
Nama Karyawan
...................................................
................................
Departemen ...................................
................................................
Tanggal ........................................
...........................................
Nama Penilai
...................................................
................................
Gambar 7.2 Contoh penilaian dengan metode Checklist
3. Critical Incident Technique
Critical Incident Technique adalah penilaian
yang didasarkan pada perilaku khusus yang dilakukan
6,5
4,0
3,9
4,3
3,5
...
...
2,0
Uraian
Bersedia bekerja lembur
Memelihara tempat kerja dengan baik
Bersedia membantu pegawai lain
Melakukan perencanaan kerja
Hadir di tempat kerja tepat waktu
.................................
.........................
.................................
.........................
Bobot Pelaksanaan
di tempai kerja. Baik perilaku yang baik maupun
perilaku yang tidak baik, penilaian dilakukan
melalui observasi langsung ke tempat kerja,
kemudian mencatat periaku-perilaku kritis yang
tidak baik atau baik dan mencatat tanggal dan waktu
terjadinya perilaku tersebut. Perhatikan contohnya
pada Gambar 7.3.
Catatlah perilaku pegawai pada peristiwa khusus dibawah
ini.
Nama Pegawai
...................................................
..........................
Departemen
...................................................
..........................
Penilai ........................................
.....................................
Periode Tanggal
...................................................
..........................
Tanggal Perilaku Poisitif Tanggal NegatifPerilaku
Pemeliharaan mesin
.................................... ...............................
.......... .................................... ....................
..
......................................... .................................... ......................
......................................... .........
Gambar 7.3 Contoh penilaian dengan metode Critical Incident
4. Skala Penilaian Berjangkarkan Perilaku
Skala penilaian berjangkarkan perilaku
(behaviorally anchored rating scale-BARS) adalah penilaian
yang dilakukan dengan membuat spesifikasi untuk
kerja dalam elemen-elemen tertentu, misalnya dosen
di perguruan tinggi elemen-elemen unjuk kerjanya
adalah memberikan pengajaran, melakukan penelitian,
mernberikan bimbingan pada mahasiswa, dan membuat
soal. Selanjutnya, masing-masing elemen
diidentifikasi berdasarkan perilaku tertentu, baik
perilaku yang sangat diharapkan atau perilaku baik
maupun perilaku yang tidak diharapkan atau perilaku
tidak baik. Contohnya dalam elemen memberikan
pengajaran, pengajar menghubungkan materi pertemuan
sebelumnya dengan yang akan diberikan sebelum
memberikan kuliah, memberikan kuliah dengan bahasa
Pemeliharaan mesin
.................................... ...............................
.......... .................................... ....................
..
......................................... .................................... ......................
......................................... .........
yang mudah dimengerti, meniberikan banyak
ilustrasi, memberikan tugas yang menantang,
membicarakan topik yang tidak relevan, kemudian
mengurutkan dan memberi nilai pada jenis-jenis
perilaku tersebut sesuai dengan kepentingannya
secara subyektif.
5. Pengamatan dan Tes Unjuk Kerja
Pengamatan dan tes unjuk kerja adalah penilaian
yang dilakukan melalui tes di lapangan. Misalnya,
seorang pilot setiap enam bulan sekali menjalani
tes yang meliputi pengujian pengetahuan mengenai
prosedur pelaksanaan pekerjaan dalam menerbangkan
pesawat, yang dilakukan secara langsung dengan
menerbangkan pesawat atau dalani simulator, dan tes
kesehatan.
6. Metode Perbandingan Kelompok
Metode ini dilakukan dengan membandingkan
seorang pegawai dengan rekan sekerjanya, yang
dilakukan oleh atasan dengan beberapa teknik
seperti pemeringkatan (ranking method), pengelompokan
pada klasifikasi yang sudah ditentukan (force
distribution), pemberian poin atau angka (point allocation
method), dan metode perbandingan dengan karyawan
lain (paired comparison).
a. Metode pemberian poin, yaitu semua pegawai
yang dinilai diberi poin atau nilai yang
diurutkan dan yang terbesar hingga yang terkecil,
misalnya dan skala O sampai seratus 100.
b. Metode perbandingan dengan pegawai lain, yaitu
setiap pegawai dibandingkan dengan pegawai lain
untuk menentukan siapa yang terbaik, kemudian
pegawai yang terbaik adalah pegawai yang memiliki
jumlah terbaik dibandingkan dengan yang lain.
Untuk melihatnya dapat dilakukan dengan matriks
seperti contoh pada Gambar 7.4.1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1.
A 2 1 1 5 1 7 8 1 102.
B 2 2 5 2 2 2 2 23.
C 3 5 6 7 8 3 34.
D 4 6 7 4 4 45.
E 5 7 5 9 56.
F 7 6 6 107.
G 7 7 108.
H 9 89.
I 910.
J
Gambar 7.4 Matriks perbandingan
7. Penilaian Diri Sendiri
Penilaian diri sendiri adalah penilaian
karyawan untuk dirinya sendiri dengan harapan
pegawai tersebut dapat mengidentifikasi aspek-aspek
perilaku kerja yang perlu diperbaiki pada masa yang
akan datang. Pelaksanaannya, organisasi atau atasan
penilai mengemukakan harapan-harapan yang
diinginkan dan karyawan, tujuan organisasi, dan
hambatan yang dihadapi organisasi. Kemudian
berdasarkan informasi tersebut, pegawai dapat
mengidentifikasi aspek-aspek perilaku yang perlu
diperbaiki. Salah satu kebaikan dan metode ini
adalah dapat mencegah terjadinya perilaku
membenarkan diri (defensive behavior). Metode ini
disebut pendekatan masa depan sebab karyawan akan
memperbaiki diri dalam rangka melakukan tugas-tugas
untuk masa yang akan datang dengan lebih baik.
8. Management By Objective (MBO)
Management by objective adalah sebuah program
manajemen yang mengikutsertakan karyawan dalam
proses pengambilan keputusan untuk menentukan
tujuan-tujuan yang dicapai. Prosedurnya adaah
sebagai berikut: atasan menginformasikan tujuan
yang akan dicapai unit kerjanya, yang merupakan
terjemahan dan tujuan yang lebih tinggi, dan
tentunya tantangan-tantangan yang mungkin dihadapi
dalam pencapaian tujuan tersebut. Kemudian, setiap
individu menentukan tujuan masing-masing yang
dirundingkan dengan atasan dalam periode waktu
tertentu berikut tantangan-tantangan yang akan
dihadapi dan bagaimana cara mengatasi tantangan
tersebut. Dalam proses pencapaian tujuan, atasan
dapat membantu dengan memberi umpan balik. Pada
akhir periode yang ditentukan, atasan dan bawahan
melakukan evaluasi pencapaian tujuan tersebut.
MBO adalah metode penilaian kinerja pada masa
yang akan datang. Di sini kinerja seseorang dinilai
melalui tujuan-tujuan yang ditetapkannya serta
pencapaian tujuan tersebut. MBO memperlihatkan
potensi seseorang dalam pelaksanaan tugas yang
lebih besar tanggung jawabnya pada masa yang akan
datang melalui pencapaian tujuan tersebut.
Kelebihan dan metode ini sebagaimana tersirat
di dalamnya adalah standar unjuk keinerja jelas,
ukuran kinerja jelas, dapat dipahami oleh atasan
dan bawahan, dapat memotivasi karyawan, dan dapat
menunjukkan bimbingan dan dukungan yang akan
diberikan dalam peningkatan unjuk kerja serta
pengembangan pegawai. Kelemahan utama dan metode
ini adalah sering kali tujuan-tujuan yang
ditentukan oleh para pegawai bisa terlalu
sederhana.
9. Penilaian Secara Psikologis
Penilaian secara psikologis adalah proses
penilaian yang dilakukan oleh para ahli psikologi
untuk mengetahui potensi seseorang yang berkaitan
dengan pelaksanaan pekerjaan seperti kemampuan
intelektual, motivasi, dan lain-lain yang bersifat
psikologis. Penilaian ini biasanya dilakukan
melalui serangkaian tes psikologi seperti tes
kecerdasan, tes kecerdasan emosional, dan tes
kepribadian, yang dilakukan melalui wawancara atau
tes-tes tertulis.
10. Assessment Centre
Assessment center atau pusat penilaian adalah
penilaian yang dilakukan melalui serangkaian teknik
penilaian dan dilakukan oleh sejumlah penilai untuk
mengetahui potensi seseorang dalam melakukan
tanggung jawab yang lebih besar.
Proses pelaksanaannya dilakukan dengan
wawancara mendalam, tes psikologi, pemeriksaan
latar belakang, penilaian rekan kerja, diskusi
terbuka, dan menyimulasikan pekerjaan dalam bentuk
pengambilan keputusan dan suatu masalah untuk
mengetahui kekuatan-kekuatan, kelemahan-kelemahan,
dan potensi seseorang.
Assessment centre biasanya dilakukan di suatu
tempat yang terpisah dan tempat kerja dan
membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar.
7.4 EVALUASI PENILAIANEvaluasi penilaian kinerja adalah proses
pemberian umpan balik kepada karyawan yang sedang
dinilai dalam upaya memberi masukan tentang aspek-
aspek yang harus diperbaiki
Beberapa pendekatan yang dapat ditempuh adalah:
1. Evaluation interview
2. Tell and sell approach
3. Tell and listen method
4. Problem solving approach
Evaluation interview, adalah memberikan umpan balik
tentang untuk kerja masa lalu dan potensi masa
depan. Ini dilakukan dengan menggambarkan hasil
penilaian sebelumnya dan mengidentifikasi perilaku-
perilaku tertentu yang harus diulangi dan
dihilangkan.
Tell and sell approach, menggambarkan keadaan unjuk
kerja pegawai dan meyakinkan pegawai untuk
berperilaku lebih baik.
Tell and listen method, memberikan kesempatan kepada
pegawai untuk memberikan alasan, mempertahankan apa
yang sudah dilakukan, dan mencoba mengatasi reaksi
ini dengan membimbing pegawai untuk berperilaku
lebih baik.
Problem solving approach, mengidentifikasi berbagal
problem yang dihadapi pegawai dalam pekerjaannya
melalui pelatihan, coaching, dan conseling.
Terlepas dan pendekatan apa yang digunakan,
beberapa pedoman yang dapat digunakan dalam proses
evaluasi adalah:
1. Menekankan aspek-aspek positif dan unjuk kerja
pegawai.
2. Menyatakan kepada pegawai bahwa proses evaluasi
adalah untuk memperbaiki unjuk kerja dan bukan
sebagai hukuman.
3. Melakukan evaluasi secara pribadi. .
4. Melakukan penilaian secara formal, paling tidak
sekali setahun dan lebih sering bagi pegawai
yang memiliki unjuk kerja yang buruk.
5. Memberikan masukan secara spesifik, tidak
secara umum.
6. Menekankan masukan tentang unjuk kerja, bukan
ciri-ciri pribadi.
7. Tetap tenang dan tidak memberikan pendapat
tentang orang yang dievaluasi.
8. Mengidentifikasi tindakan yang dapat diambil
oleh pegawai untuk memperbaiki unjuk kerja.
9. Menunjukkan kemauan untuk membantu pegawai daam
usahanya memperbaiki unjuk kerja.
10. Mengakhiri proses evaluasi dengan menekankan
aspek positif dan unjuk kerja pegawai.
BAB VIII
PERENCANAAN KARIER
8.1 PERKEMBANGAN KARIER Perubahan pesat dalam tatacara melaksanakan
pekerjaan memerlukan keterampilan dan kemampuan
baru dari seluruh karyawan di semua tingkat dan
bagian. Perubahan-perubahan strategi bisnis di masa
mendatang menuntut dilakukannya pelatihan dan
pengembangan untuk meningkatkan kinerja yang ada
serta demi mengantisipasi kebutuhan di masa depan.
Usaha pengembangan karyawan menjadi salah satu
faktor penting yang menentukan keberhasilan atau
kegagalan suatu organisasi. Motorola, Toyota, dan
perusahaan berorentasi teknologi lainnya berhasil
maju dan menjadi pemimpin dalam usaha masin –
masing, sedikit banyak karena usaha pelatihan bagi
karyawan yang mereka lakukan dengan cukup agresif
dan komprehensif. Bank-bank terkemuka menekankan
peningkatkan keterampilan manajemen dan perusahaan
jasa pun menjaring serta mempertahankan kesetiaan
konsumen karena kualitas pelayanan mereka prima.
Organisasi harus mendukung para karyawanuntuk
mengembangkan karier mereka karena hal ini sangat
vital dalam menjaga loyalitas,terutama karena saat
ini semakin sulit dan langka mencari tenaga kerja
yang berbakat. Manajer harus berusaha membantu
karyawannya untuk dapat bekerja seefektif mungkin
dan menciptakan iklim kerja yang memungkinkan
tercapainya pengembangan karier dan kepuasan kerja.
Sejak era 1990-an sampai saat ini, organisasi akan
menanamkan lebih banyak investasi untuk
pengembangan serta peningkatkan keterampilan dan
kemampuan karyawan. Di pihak sebenarnya
keberhasilan usaha pengembangan tersebut tergantung
pada kemauan dan motivasi mereka sendiri; pihak
manajemen hanya menyediakan sumber-sumber yang
diperlukan, iklim yang menunjang, dan dorongan yang
cukup.
Salah satu tanggung jawab manajer adalah
mengidentifikasi keterampilan-keterampilan yang
diperlukan karyawan dan memberikan kesempatan pada
karyawan untuk belajar demi mengantisipasi strategi
bisnis organisasi dalam jangka panjang. Pihak
manajemen harus memerhatikan kinerja karyawan. Di
pihak lain, karyawan juga harus memperkirakan
perasaan dan sikap karier mereka juga kemajuannya.
Perubahan susunan staf, organisasi, dan
lambatnya mobilitas karier yang sering terjadi
telah menyebabkan berubahnya persepsi karyawan
terhadap perkembangan karier mereka. Banyak
karyawan yang merasa skeptis mengenai kemampuan dan
kesungguhan organisasi untuk memberikan peluang
yang memuaskan harapannya. Jika karyawan tidak
berhasil mewujudkan peluang karier yang mereka
harapkan maka harapan sekaligus perilaku karyawan
akan berubah. Untuk menghadapi peluang dan
persaingan memperoleh posisi yang kian sempit dan
penuh ketidakpastian, kini karyawan menyikapi
peluang karier secara lebih fleksibel.
Iklim persaingan yang ketat dalam memperebutkan
peluang kemajuan karier menimbulkan suat kesadaran
bahwa kesuksesan psikologis dapat diperoleh dengan
cara lain di tempat kerja mereka.
8.2 PERAN ORGANISASI DALAM PERENCAAN KARIERPerencaan karier merupakan pengembangan sumber
daya manusia. Keterlibatan organisasi guan
mendukung perencanaan karier ini adalah suatu
keharusan. Dukungan dang dorongan organisasi bisa
berupa:
1. Pendidikan karier
Karyawan harus menyadari dan memahami bahwa
pendidikan karier merupakan hal penting untuk
memacu karier, memotivasi, dan menyadarkan
karyawan akan karier yang dapat diraih dalam
organisasi.Karier yang macet biasanya
disebabkan oleh berbagai faktor seperti
ketidaktahuan, motivasi yang rendah, cenderung
menghindari tantangan, rasa puas terhadap apa
yang sudah ada, dan sebagainya. Bentuk
pendidikan ini bisa bermacam-macam seperti
seminar, workshop, lokakarya,pendidikan
eksekutif simulasi, dan sebagainya.
2. Data informasi tentang jenjang karier pada
organisasi
Data informasi yang digunakan seperti uraian
jabatan, persyaratan jabatan, dan standar kerja
sehingga dapat merumuskan rencana karier yang
dijalankan melalui jalur karier dalam
organisasi.
3. Bimbingan karier
Upaya bimbingan karier ini untuk menentukan
yang paling tepat bagi karyawan yang dilakukan
melalui penyadaran minat dan kemampuan untuk
memilih jalur yang tepat. Hal ini bisa
dilakukan melalui tes-tes yang bisa dikaitkan
dengan jalur karier karyawan.
8.3 PANDANGAN-PANDANGAN BARU TENTANG KARIERBagaimanapun karyawan pasti memikirkan
kemajuan karier dan peluang karier mereka di masa
depan sesuai pengalaman, kebutuhan, dan keinginan
mereka. Jalur karier yang terbentang masing-masing
merupakan hasil perpaduan antara kenyataan, fantasi
dan harapan mereka.
Masalah terpenting bagi kebanyakan orang
bekerja di jaman sekarang adalah memperoleh
kepuasan kerja dan merasa memberi kontribusi yang
berarti bagi perusahaan atau organisasinya.
Perasaan inilah yang ada dalam benak karyawan.
Persepsi masyarakat tentang karier ideal pun sangat
bervariasi. Ada yang ingin cepat sampai di puncak,
ada pula yang mengikuti jenjang karier yang sesuai
dengan jalur karier organisasi. Ada juga yang sikap
pasif dan menyerahkan segalanya pada manajemen.
Namun, saat ini karyawan lebih jeli terhadap
berbagai alternatif yang terbentang di depan. Kini
mereka tak sungkan untuk berpindah-pindah
perusahaan dan untuk keperluan tersebut mereka
memiliki akses informasi yang cukup besar. Bahkan
mereka berpendapat, karier mereka akan meningkat
bila berpindah tempat kerja daripada bertahan di
satu perusahaan.
Para karyawan sekarang ini banyak menghindari
cara-cara tradisional dalam berkarier. Banyak yang
bekerja hanya sebagai tenaga paruh waktu atau
sebagai tenga kontrak, bahkan ada yang bekerja di
beberapa perusahaan sekaligus. Hal ini akan
menimbulkan rasa percaya diri yang kuat pada
karyawan.
8.4 KEMANDEGAN KARIER (CAREER PLATEAUING)Kemandegan karier bisa disebabkan karena
terlalu pesatnya kemajuan karier mereka di suatu
organisasi dan kian menciutnya peluang memperoleh
promosi. Kini banyak karyawan merasa bahwa karier
mereka magden di usia produktif. ”plateauing” kini
menjadi perhatian yang serius karena beberapa
karyawan berpontensi yang merasa kariernya mandeg
di suatu perusahaan akan memilih hengkang dari
organisasi tersebut untuk mencapai kemajuan karier
di tempat lain. Hal ini mengharuskan organisasi
merekrut tenaga baru yang tentu akan memakan banyak
biaya. Di samping itu, karyawan yang merasa
kariernya telah mandeg pasti menampilkan kinerja
yang kurang memuaskan.
Namun demikian, manajemen organisasi dapat
mengatasi hal ini dengan berbagai cara. Antara lain
dengan memberikan lebih banyak peluang bagi
mobilitas lateral, memberikan variasi dan perubahan
pada berbagai tugas yang menarik dan menantang pada
karyawan. Singkatnya, berikan kemungkinan
alternatif karier yang menarik pada karyawan. Di
IBM, pergeseran posisi yang biasanya berlangsung
setiap 5 tahun sekali sekarang diperlambat menjadi
7 tahun sekali. Namun, persepsi karyawan mengenai
plateauing hanya dapat diatasi dengan mengubah
struktur karier mereka. Jika karyawan tidak
mendorong dirinya sendiri untuk cepat maju dalam
meniti karier, mereka akan bingung untuk apa
menempuh karier. Organisasi dapat memberikan
program pelatihan dan pengembangan bagi karyawan
yang mulai mandeg kariernya. Dengan memberikan
berbagai jenis keterampilan untuk mengerjakan
macam-macam tugas, organisasi bisa mendapatkan
sosok generalis yang dapat dimanfaatkan dalam
kondisi staffing fleksibel. Bertambahnya
pengetahuan dan keterampilan karyawan dapat
dimanfaatkan organisasi dengan memberlakukan
program rotasi kerja dan rancangan pekerjaan yang
luwes. Atau karyawan yang mulai mandeg kariernya
dapat pula dimanfaatkan untuk mengembangkan
kemampuan rekan-rekannya. Mereka dapat dijadikan
instruktur yang berpengalaman untuk melakukan
pelatihan sebagai mentor atau kepala proyek satuan
tugas tertentu.
8.5 KEMANDIRIAN ADALAH KEBERHASILAN KARIERBanyak ketidakpastian dalam kehidupan
organisasi dalam menyikapi perkembangan karier.
Karyawan hendaknya selal melakukan retrospeksi.
Mereka menengok ke masa lalu sampai di mana karier
mereka dan bagaimana caranya dahulu mereka bisa
mencapai tahapan itu. Ada pula yang memproyeksikan
karier di masa depan dan mulai menggambarkan peta
kemajuan karier mereka nanti.
Meskipun organisasi sudah memberi penjelasan
dan rambu-rambu yang eksplisit mengenai kondisi dan
jenjang karier seseorang, ada saja karyawan yang
tidak begitu mempedulikan informasi. Dalam kondisi
dunia yang berubah cepat dan iklim pasar tenaga
kerja yang terbuka serta di mana keseimbangan
kehidupan pribadi amat dipentingkan, banyak
karyawan mencari alternatif karier yang melampui
standar manajemen organisasi mereka.
Jenjang karier yang ditetapkan organisasi
bergauna sebagai perangkat data mengenai pilihan
mereka. Akan tetapi banyak alternatif lain yang
terbuka. Sepert diketahui, penugasan seseorang
dalam suatu posisi atau jabatan di organisasi
sering dilakukan sebagi ad hoc, tidak sesuai dengan
jalur formal. Pengaturan karier yang fleksibel ini
memungkinkan terbukanya peluang baru yang tidak
terduga atau terpikirkan sebelumnya jika seseorang
menyimak jenjang karier formal.
Kemandirian menjadi faktor penting dalam
mengembangkan karier. Beberapa dekade silam,
perusahaan dan organisasi sangat dominan dalam
menentukan karier seseorang. Sekarang semua itu
tinggal mitos. Kini seseorang bisa saja bekerja di
tiga atau lebih perusahaan dengan menyandang
beberapa jabatan sekaligus, dengan berbagai
keterampilan yang menunjang.
8.6 PERAN KARYAWAN DALAM PERENCANAAN KARIERDalam uraian diatas sudah dibahas tentang peran
organisasi dalam perencanaan karier seseorang
karyawan. Sementara karyawan sendiri harus memilki
tindakan atau sikap yang dapat mendorong
kepentingan perencanaan dang pengembangan kariernya
sendiri di samping bantuan dari pidak lain. Untuk
itu, beberapa sikap yang menjadi upaya
pengembangan karier adalah:
1.Meningkatkan unjuk kerja
Pengambilan keputusan dipakai sebagai dasar
menduduki sebuah jabatan. Sementara unjuk kerja
yang buruk akan mempersempit peluang karyawan dalam
menapaki jalur kariernya.
2.Kemampuan individu
Menunjukkan kemampuan potensi diri kepada manajemen
sehingga karyawan berhak dan layak melakukan
pekerjaan yang ditugakan. Baik dilakukan lewat
laporan, unjuk kerja, presentasi kemampuan kerja
dengan tim. Tanpa terlibat dalam unjuk kerja yang
baik maka tidak akan terlihat kemampuan karyawan
dalam sebuah pekerjaan.
3.Mengundurkan diri
Mengundurkan diri dari organisasi bisa menjadi
pilihan bagi karyawan apabila karyawan menganggap
bahwa jalur kariernya mengalami kemacetan dan tidak
bisa berkembang. Barangkali dengan pindah ke tempat
lain, karyawan akan mendapatkan pengalaman dan
pengetahuan yang lebih untuk mengembangkan karier
pribadinya.
4. Mencari konsultan/mentor
Karyawan dapat mencari bimbingan karier secara
informal dengan tenaga konsultan atau mentor untuk
membantu karyawan dalam mengembangkan karier
seperti promosi, tranfer, mutasi, pendidikan, dan
pelatihan.
5. Meningkatkan keterampilan pribadi
Karyawan berupaya meningkatkan keterampilan pribadi
dengan mencari kesempatan atau peluang mengikuti
program pelatihan dan pengembangan, kursus,
pendidikan lanjutan yang dapat membantu
pengembangan karier.
6. Mengembangkan jaringan dan informasi
Karyawan dapat menjalin kerjasama dan mencari
informasi-informasi baru tentang jalur karier yang
sama atau lebih tinggi sehingga karyawan memiliki
data informasi dan jaringan yang luas dan dapat
berkomunikasi dengan pihak lain.
7. Memiliki semangat kompetisi
Karyawan harus mempunyai semangat kompetisi yang
positif dengan rekan kerja sehingga dapat dijadikan
dasar untuk selalu dapat mengembangkan diri lewat
keterampilan baru yang terus diasah.
8. Menjaga hubungan dengan organisasi
Dengan memahami seluruh aktivitas, struktur,
bagian, misi, tujuan dan sasaran
organisasi,diharapkan tumbuh kencintaan pada
organisasi sehingga loyalitas karyawan dapat
tumbuh. Dengan demikian, karyawan akan berusaha
meyelaraskan tujuan pribadi dan tujuan organisasi
sehingga keduanya dapat membina hubungan dengan
lebih baik.
BAB IX
KOMPENSASI
Kompensasi merupakan hal yang kompleks dan
sulit,karena di dalamnya melibatkan dasar kelayakkan,
logika, rasional, dan dapat dipertanggungjawabkan serta
menyangkut faktor emosional dari aspek tenaga kerja.
Kompensasi diberikan dengan tujuan memberikan
rangsangan dan motivasi kepada tenaga kerja untuk
meningkatkan prestasi kerja, sertaefisensi dan
efektivitas produksi. Kepuasan kerja karyawan terletak
pada salah satu faktor, yaitu kompensasi yang merupakan
segala sesuatu yang diterima tenaga kerja sebagai
imbalan atas pekerjaan yang telah mereka dilakukan.
Kompensasi bisa dirancang secara benar untuk
mencapai keberhasilan bersama sehingga karyawan merasa
puas dengan jerih payah mereka dan termotivasi mencapai
tujuan dan sasaran bersama manajemen. Tingkat
kompensasi akan menentukan skala kehidupan ekonomi
karyawan, sedangkan kompensasi relatif menunjukkan
status dan harga karyawan. Dengan demikian, apabila
karyawan memandang bahwa bila kompensasi tidak memadai
maka produktivitasnya, prestasi kerja, dan kepuasan
kerja karyawan akan turun.
¹ seperti terjadi pada Starsbuck Coffee yang digugat oleh Carrie
Shaw dan dimenangkanya.Carrie menuntut perusahaan kedai kopi
tersebut karena telah memberikan upah kurang layak bagi
dirinya,sehingga tidak pernah ada kepuasan dalam bekerja dengan
dibarengi beban kerja dan tanggung jawab yang berat. Starbuck
mungkin juga menhadapi penurunan moral dan kebosanan pegawai di
antara para manajer kedai dan pasukan barisannya yang dulu penuh
kebahagian. Opsi para pekerja
Tingkat kompensasi pada gender tertentu, khususnya di negara maju,
sangat menentukan keberadaan posisi karyawan perempuan dalam
bekerja. Diskriminasi upah masih banyak dijumpai,bahkan di negara
Amerika sekalipun. Sebuah penelitian menunjukkan mayoritas lelaki
dan perempuan masih bekerja dalam bidang pekerjaan yang sebagian
besar dibedakan berdasarkan jenis kelamin sehingga membuat banyak
perermpuan terjebak dalam pekerjaan berupah rendah, seperti kasir
dan pembantu. Kompensasi adalah salah satu cara organisasi untuk
meningkatkan prestasi kerja, motivasi, dan kepuasan kerja pada
karyawan. Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima oleh
karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka.
9.1 TUJUAN PEMBERIAN KOMPENSASIBerikut adalah tujuan organisasi memberikan
kompensasi pada karyawannya:
1. Mendapatkan karyawan yang berkualitas
Organisasi saling bersaing di pasar tenaga
kerja untuk mendapatkan karyawan yang
berkualitas dan memenuhi standar yang diminta
organisasi. Oleh karena itu, untuk calon
karyawan masuk dalam organisasi, organisasi
harus merangsang calon-calon pelamar dengan
tingkat kompensasi yang cukup kompetitif dengan
tingkat kompensasi organisasi lain.
Paruh waktu di bisnis kopi ini merupakan inovasi Starsbuck yang
sempat menimbulkan rasa takut dan hormat di kalangan
karyawannya.Namun kini,meski karyawan masih mendapat gaji lebih
baik dari para pekerja sejenis di tempat lain sekitar $ 7 per
jam,banyak yang menganggap pekerjaan ini hanya seperti pelayan
makanan cepat saji lainnya.Ketidakpuasan terhadp jam kerja yang
aneh dan bayaran yang rendah memengaruhi kualitas layanan yang
biasanya bagus dan bahkan kualitas kopinya sendiri.Para manajer
kedai yang fustrasi di antara 470 kedai di California mengajukan
gugatan pada tahun 2001 terhadap Starsbuck dengan tuduhan secara
sengaja menolak membayar upah lembur.Starsbuck menyelesaikan
gugatan dengan membayar 18 juta dolar.Dengan demikian,memangkas
laba per saham sebesar 0,03 dolar.Baca,Business Week, “Planet
Starsbuck”,9 September 2004,hlm. 40.
²penelitian Rose dan Hartmann mengatakan bahwa lebih dari setengah
perempuan menghabiskan waktu setidaknya setahun penuh tanpa
pekerjaan dan mereka memperoleh penghasilan rata-rata $21.363 per
tahun penuh tanpa pekerjaan mereka bekerja.Setelah disesuaikan
dengan inflasi sementara,perempuan yang bertahan dalam
pekerjaannya selama 15 tahun penuh memperoleh penghasilan rata-
rata $30.000 pertahun.Malah siapapun yang sempat tidak bekerja
berisiko mengalami gangguan karier dan pengurangan upah secara
permanen.Setahun saja tidak bekerja,total pendapatan seorang
perempuan selama 15 tahun berkurang 32%,sementara masa tidak aktif
selama dua tahun menimbulkan pengurangan 56%.Sistem ekonomi masih
dijadikan alasan pengurangan upah wanita pekerja seperti pembagian
kerja keluarga.Baca:Business Week, “Dunia Kerja – Upah
Perempuan:Jurang Lebar di AS”,23 Juni 2004, hlm. 54.
2. Mempertahankan karyawan yang sudah ada
Dengan adanya kompensasi yang kompetitif,
organisasi dapat mempertahankan karyawan yang
potensial dan berkualitas untuk tetap bekerja.
Hal ini untuk mencegah tingkat perputaran kerja
karyawan yang tinggi dan kasus pembajakan
karyawan oleh organisasi lain dengan iming-
iming gaji yang tinggi.
3. Adanya keadilan
Adanya administrasi kompensasi menjamin
terpenuhinya rasa keadilan pada hubungan antara
manajemen dan karyawan. Dengan pengikatan
pekerjaan, sebagai balas jasa organisasi atas
apa yang sudah diabdikan karyawan pada
organisasi, maka keadilan dalam pemberian
kompensasi mutlak dipertimbangkan.
4. Perubahan sikap dan perilaku
Adanya kompensasi yang layak dan adil bagi
karyawan hendaknya dapat memperbaiki sikap dan
perilaku yang tidak menguntungkan serta
memengaruhi produktivitas kerja. Perubahan-
perubahan sikap dan perilaku ini tercermin dari
rasa tanggung jawab, pengalaman kesetiaan pada
perusahaan, serta motivasi dan prestasi yang
meningkat dalam bekerja.
5. Efisiensi biaya
Program kompensasi yang rasional membantu
organisasi untuk mendapatkan dan mempertahankan
sumber daya manusia pada tingkat biaya yang
layak. Dengan upah yang kompetitif, organisasi
dapat memperoleh keseimbangan dari etos kerja
karyawan yang meningkat.
6. Administrasi legalitas
Dalam administrasi kompensasi juga terdapat
batasan legalitas karean diatur oleh pemerintah
dalm sebuah undang-undang. Tujuannya agar
organisasi tidak sewenang-wenang memperlakukan
karyawan sebagai aset perusahaan.
9.2 GAJI DAN UPAHKompensasi adalah keseluruhan balas jasa yang
diterima oleh karyawan sebagai balas jasa dari
pelaksanaan pekerjaan di organisasi dalam bentuk
uang atau lainnya, yang dapat berupa gaji, upah,
bonus, insentif, dan tunjangan,seperti tunjangan
kesehatan, tunjangan hari raya, uang makan, cuti,
dan lain-lain.
Kompensasi langsung dapat didasarkan pada
jabatan atau kedudukan, seperti manajer, penyelia,
sekretaris, atau tenaga penjualan yang dibayar
berdasarkan waktu, seperti upah harian, mingguan,
atau bulanan. Inilah yang disebut upah atau gaji.
Di luar gaji, karyawan mendapatkan tambahan
penghasilan melalaui produk yang dihasilkan atau
atas unjuk kerja seperti komisi, insentif, dan
bonus. Gaji adalah balas jasa dalam bentuk uang
yang diterima karyawan sebagai konsekuensi dari
kedudukannya sebagai seorag karyawan. Adapun upah
adalah kata lain dari gaji yang sering kali
ditujukkan pada karyawan tertentu, biasanya pada
karyawan bagian operasional.
Gaji dan upah merupakan salah satu alasan bagi
karyawan untuk bekerja dan merupakan salah satu
alasan yang paling penting bagaimana seorang
karyawan dapat berprestasi, berafiliasi dengan
orang lain, mengembangkan diri dan aktualisasi
diri. Gaji dan upah merupakan salah satu faktor
pemicu masalah yang terjadi antara manajemen dan
karyawan, terutama apabila tidak dapat
mengakomodasi kepentingan keduanya dengan adil.
Oleh karena itu, perencanaan atau penentuan gaji
menjadi isu yang penting dalam manajemen sumber
daya manusia dan harus ditentukan dengan hati-hati
serta melalui langkah-langkah yang terencana.
Gaji menjadi alasan yang paling penting mengapa
orang bekerja di antara alasan lain, seperti untuk
berprestasi, berafiliasi dengan orang lain,
mengembangkan diri, atau untuk mengaktualisasikan
diri. Paling tidak hampir 90 persen pertentang
antara pekerja dan majikan disebabkan oleh masalah
gaji, bukan yang lain. Ini menjadi bukit bahwa gaji
merupakan aspek yang penting. Dari sudut pandang
organisasi, memberikan gaji menjadi salah satu
faktor penting dalam meningkatkan kepuasan kerja,
memotivasi pegawai, merangsang pegawai baru yang
berkualitas untuk memasuki organisasi,
mempertahankan pegawai yang ada, dan meningkatkan
produktivitas. Oleh karena itu, perencanaan atau
penentuan gaji menjadi isu penting dalam manajemen
sumber daya manusia dan harus ditentukan secara
hati-hati dan melalui langkah-langkah tertentu
seperti yang akan dijelaskan kemudian.
9.3 LANGKAH-LANGKAH DALAM MENENTUKAN GAJI DAN
UPAHArti penting gaji sebagaimana disebutkan diatas
menghendaki penentuan gaji harus dilakukan dengan
baik agar berfungsi sebagai alat untuk memotivasi
karyawan dalam meningkatkan produktivitasnya. Salah
satu aspek yang sangat penting dalam hal ini adalah
jumlah gaji yang diterima pegawai harus memiliki
internal equity dan external equity. Internal equity adalah
jumlah yang diperoleh sesuai dengan input yang
diberikan dibandingkan dengan pekerjaan yang sama
dalam organisasi. External equity adalah jumlah yang
diterima dipersepsi sesuai dalam pekerjaan yang
sejenis di luar organisasi.Oleh karena itu,untuk
mengusahakan adanya equity, dalam menentukan gaji
organisasi dapat melakukan langkah-langkah berikut:
1. Menganalisis jabatan / tugas.
2. Mengevaluasi jabatan.
3. Melakukan survei gaji dan upah.
4. Menentukan tingkat gaji.
1. Analisis jabatan / tugas.
Analisis jabatan sebagaimana telah dijelaskan
merupakan kegiatan untuk mencari informasi tentang
tugas-tugas yang dilakukan dan persyaratan yang
diperlukan dalam melaksanakan tugas tersebut supaya
berhasil untuk mengembangkan uraian tugas,
spesifikasi tugas, dan standar unjuk kerja.
Kegiatan ini perlu dilakukan sebagai landasan untuk
mengevaluasi jabatan.
2. Evaluasi jabatan / tugas
Evaluasi jabatan adalah proses sistematis untuk
menentukan nilai relatif dari suatu pekerjaan
dibandingkan dengna pekerjaan lain. Proses ini
adalah untuk mengusahakan tercapainya internal equity
dalam pekerjaan sebagaimana unsur yang sangat
penting dalam penentuan tingkat gaji..
Penilaian pekerjaan secara umum dilakukan
dengan mempertimbangkan isi pekerjaan atau faktor-
faktor, seperti tanggung jawab, keterampilan atau
kemampuan , tingkat usaha yang dilakukan dalam
pekerjaan, dan lingkungan kerja. Penilaian umumnya
dilakukan oleh ahli atau panitia yang sengaja
dibentuk oleh organisasi untuk melakukan evaluasi.
Anggota panitia tersebut hendaknya orang-orang yang
akrab dengan jabatan yang dibicarakan, dimana
masing-masing mungkin memiliki perspektif yang
berbeda tentang sifat pekerjaan dan sebaiknya juga
mengikutsertakan karyawan.
Dalam melakukan penilaian pekerjaan,terdapat
beberapa metode yang dilakukan dalam praktik,
yaitu:
1. Metode pemeringkatan ( job ranking ).
2. Metode pengelompokan ( job grading ).
3. Metode perbandingan faktor-faktor.
4. Metode penentuan poin ( point system ).
1. Metode pemeringkatan ( job rangking)
Metode pemeringkatan adalah menilai tingkat
kepentingan secara umum dari sesuatu pekerjaan
dibandingkan dengan yang lain atau mengurutkan
pekerjaan menurut tingkat kepentingannya dengan
cara mempelajari informasi analisis jabatan,
yaitu deskripsi jabatan (job description),
spesifikasi jabatan (job specification), dan
standar unjuk kerja ( job performance standard),
kemudian secara subyektif menentukan pekerjaan
mana yang lebih penting dibandingkan dengan
pekerjaan lain. Sebagai contoh, dalam sebuah
bengkel yang paling penting adalah pekerjaan
kepala bengkel, kemudian sekretaris, penyelia,
masinis, dan terakhir keamanan. Posisi yang
paling atas dan terpenting adalah kepala
bengkel, kedua penyelia, ketiga masinis,
keempat sekretaris, dan kelima keamanan.
Kemudian bobot tingkat kepentingannya
ditentukan, misalnya pekerjaan kepala bengkel
tiga kali lebih penting dibandingkan dengan
sekretaris, dan seterusnya.
Untuk melakukan pemeringkatan, secara
prosedural dapat dilakukan dengan langkah-
langkah berikut:
a. Memperoleh informasi jabatan, yaitu
melakukan analisis jabatan untuk mengetahui
uraian jabatan, spesifikasi jabatan, dan
standar unjuk kerja. Jika ketiga hal tersebut
sudah ada dan masih sesuai dengan kenyataan
maka tidak perlu lagi melakukan analisis
jabatan sebagaimana dijelaskan pada Bab II.
b. Menentukan jabatan-jabatan tertentu yang
akan dinilai.
Tidak perl menilai semua jabatan, hanya
jabatan-jabatan tertentu yang akan dijadikan
bahan perbandingan.
c. Menentukan faktor-faktor yang
dikompensasi.Ini adalah isi dari pekerjaan
seperti tingkat usaha, tanggung jawab, dan
lingkungan kerja, kemudian dievaluasi secar
umum dan subyektif.
d. Membuat peringkat jabatan dan yang
lain,yaitu mengurutkan pekerjaan dari yang
terpenting hingga yang kurang penting dan
menentukan tingkat gajinya. Contohnya seperti
ditunjukkan dalam Tabel 9.1
Tabel 9.1 Peringkat jabatan di bengkel “Wijaya Karya”
Peringkat Jumlah Gaji1. Kepala bengkel
2. Supervisor
3. Masinis
4. Sekretaris
5. Keamanan
Rp. 300.000
Rp. 250.000
Rp. 200.000
Rp. 150.000
Rp.100.000
2. Metode pengelompokan (job grading)
Metode pengelompokan adalah menetapkan suatu
pekerjaan dalam kategori tertentu atau
klarisifikasi atau kelompok. Kelompok-kelompok
itu disebut kelas jika berisi jabatan yang
sama, dan disebut tingkatan jika berisi
pekerjaan yang berbeda tetapi mempunyai
kesulita yang sama.
Untuk mengelompokannya,dapat dilakukan dengan
langkah-langkah berikut:
1. Mengembangkan kelas dengan membuat uraian
tingkatan berdasarkan faktor-faktor yang dapat
dikompensasi, misalnya kompleksitas dan
kesulitan pekerjaan, pengawasan yang dilakukan
dan pengawasan yang diterima, hubungan dengan
orang lain, pengalaman yang dibutuhkan,
pendidikan yang dituntut, latihan, pengalaman,
inisiatif, kreativitas, dan tanggung jawab.
2. Berdasarkan faktor-faktor diatas, dibuat
tingkatan seperti diperlihatkan dalam Tabel 9.2
yang terdiri dari enam tingkatan.
3. Mengelompokan jabatan-jabatan yang ada
sesuai dengan klarisifikasi atau tingkatan yang
sudah ditentukan.
4. Menentukan besarnya gaji.
Tabel 9.2 Uraian tingkatan jabatan
Tingkat UraianI Pekerjaan sangat sederhana dan sangat rutin,dilakukan
dalam pengawasan yang sangat ketat,tidak membutuhkan
pengalaman dan pelatihan untuk melakukannya,tidak
memerlukan hubungan dengan orang lain dalam pelaksaannyaII Pekerjaan sederhana dan rutin,dilakukan dalam pengawasan
yang ketat,membutuhkan sedikit latihan dan pengalaman
untuk dapat melakukan dengan baik,memerlukan sedikit
hubungan dengan orang lain dalam pelaksanaannya.III Pekerjaan sederhana dengan sedikit variasi,dilakukan
dalam bentuk pengawasan umum,membutuhkan
pelatihan,pengalaman,tingakt pendidikan menengah untuk
melakukannya,mengawasi sedikit bawahan,memiliki sedikit
tanggung jawab,membutuhkan inisiatif,memerlukan hubungan
dengan orang dalam pelaksanaan tugas.IV Pekerjaan cukup kompleks dan cukup variasi,dilakukan
dalam pengawasan umum,mengawasi pekerjaan orang
lain,memerlukan tingkat pendidikan tinggi,latihan,dan
pengalaman,memiliki cukup tanggung jawab,membutuhkan
cukup insiatif,memerlukan hubungan yang cukup banyak
dengan orang lain dalam pelaksanaan tugas.V Pekerjaan kompleks dan bervariasi,dilakukan dalam
pengawasan umum,mengawasi cukup banyak pekerjaan orang
lain,memerlukan tingkat pendidikan tinggi,pelatihan,dan
pengalaman,memiliki banyak tanggung jawab,membutuhkan
banyak inisiatif,memerlukan hubungan banyak dengan orang
lain dalam pelaksanaan tugas.VI Pekerjaan sangat kompleks dan sangat bervariasi,bekerja
di bawah pengawasan umum,mengawasi dang mengkoordinir
banyak pekerjaan,memerlukan tingkat pendidikan
tinggi,memiliki tanggung jawab sangat besar,membutuhkan
insiatif dan kreativitas,melakukan banyak hubungan
dengan pihak lain dalam pelaksanaan tugas.
3. Metode perbandingan faktor
Metode perbandingan faktor adalah membandingkan
beberapa faktor dalam pekerjaan yang dapat
dikompensasi. Misalnya,beberapa pekerjaan kunci
dibandingkan dengan beberapa faktor yang dapat
dikompensasi seperti tanggung jawab, keahlian,
tingkat usaha, dan kondisi kerja. Untuk lebih
jelasnya, metode perbandingan faktor dapat
dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
1. Memperoleh informasi jabatan.
2. Menentukan faktor-faktor yang dapat
dikompensasi, misalnya. Umumnya adalah
tanggung jawab, keahlian, tingkat usaha, dan
lingkungan kerja.
3. Menentukan jabatan kunci, misalnya dalam
sebuah bengkel dengan beberapa jenis
pekerjaan kunci, yaitu kepala bengkel,
penyelia, masinis, keamanan, dan sekretaris.
4. Membuat peringkat jabatan kunci berdasarkan
faktor-faktor yang dapat dikompensasi
diperlihatkan dalam Tabel 9.3
5. Mendistribusikan tarif upah untuk faktor-
faktor yang dapat dikompensasi seperti
diperlihatkan dalam Tabel 9.4.
6. Menyajikan dalam sebuah bagan perbandingan,
yaitu bagan yang menunjukkan perbedaan nilai
di antara pekerjaan yang nantinya dapat
dipergunakan dalam menentukan nilai dari
pekerjaan lain yang bukan pekerjaan kunci,
seperti digambarkan dalam Tabel 9.5
7. Mengevaluasi pekerjaan lain,dalam hal ini
yang dinilai hanya pekerjaan kunci. Tentu
saja terdapat pekerjaan lain, misalnya ada
pekerjaan mekanik dan cleaning service.
Melalui tabel perbandingan dapat ditentukan,
misalnya, bahwa tanggung jawab seorang
mekanik kira-kira berada di antara masinis
dan sekretaris, misalnya dinilai dengan Rp.
60.000, dan seterusnya.
Tabel 9.3 Perbandingan peringkat faktor
Tanggung
jawab
Skill Tingkat
usaha
Lingkungan
kerja1. Kepala bengkel
2. Supervisor
3. Masinis
4. Sekretaris
5. Keamanan
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
3
2
1
5
4
4
2
1
5
3
Tabel 9.4 Contoh faktor pekerjaan yang dapat dinilai
Tanggung
jawab
Skill Tingkat
usaha
Lingkungan
kerja
jumlah
1. Kepala
bengkel
2. Supervisor
3. Masinis
4. Sekretaris
5. Keamanan
Rp.
120.000
Rp.
100.000
Rp. 80.000
Rp. 60.000
Rp. 20.000
Rp.
300.000
Rp.
240.000
Rp.
180.000
Rp.
120.000
Rp.
60.000
Rp. 60.000
Rp. 80.000
Rp.100.000
Rp. 20.000
Rp. 40.000
Rp. 40.000
Rp. 80.000
Rp.
100.000
Rp. 20.000
Rp. 60.000
Rp.
520.000
Rp.
500.000
Rp.
460.000
Rp.
220.000
Rp.
180.000
Tabel 9.5 Skala perbandingan jabatan
300.000
200.000
100.000
20.000
Tanggung
jawab
-...........
............
.
-...........
............
.
-...........
............
.
-...........
............
.
-...........
............
.
-...........
Skill
-Kep.Bengkel
-...........
............
.
-...........
............
.
-Supervisor
-...........
............
.
-...........
............
.
-Masinis
-...........
............
Tingkat
usaha
-...........
............
.
-...........
............
.
-...........
............
.
-...........
............
.
-...........
............
.
-...........
Kondisi
kerja
-...........
............
.
-...........
............
.
-...........
............
.
-...........
............
.
-...........
............
.
-...........
............
.
-...........
............
.
-...........
............
.
-...........
............
.
-Kep.Bengkel
-Supervisor
-Masinis
-...........
............
.
-Sekretaris
-Keamanan
-...........
............
.
.
-...........
............
.
-Sekretaris
-...........
............
.
-...........
............
.
-Keamanan
-...........
............
.
-...........
............
.
-...........
............
.
............
.
-...........
............
.
-...........
............
.
-...........
............
.
-...........
............
.
-Masinis
-Supervisor
-Kep.Bengkel
-Keamanan
-Sekretaris
-...........
............
.
............
.
-...........
............
.
-...........
............
.
-...........
............
.
-...........
............
.
-Masinis
-Supervisor
-Keamanan
-Kep.Bengkel
-Sekretaris
-...........
............
.
4. Metode penentuan poin ( point system )
Metode ini dilakukan dengan cara menentukan
poin atau angka untuk faktor-faktor yang dapat
dikompensasi, berbeda dengan perbandingan
faktor-faktor yang langsung menentukan tarif
gaji untuk setiap faktor. Perbedaan lain,
setiap faktor yang dapat dikompensasi dipecah
dalam bentuk subfaktor yang lebih rinci,
misalnya tanggunga jawab masih terbagi lagi
atas tanggung jawab terhadap orang, peralatan
dan bahan, perbaikan, keamanan, dan kendaraan.
Keahlian dirinci dengan pengalaman dan
pendidikan. Tingkat usaha dirinci dengan usaha
mental dan usaha fisik. Lingkungan dirinci
dengan lingkungan yang tidak menyenangkan dan
lingkungan berbahaya. Kemudian ditentukan level
dan poin masing-masing faktor seperti
diperlihatkan dalam Tabel 9.6
Tabel 9.6 Level dan poin dari setiap faktor yang dikompensasi
Faktor yang
dikompensasi
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4
Tanggung jawab
terhadap:
1. Konsumen
2. Peralatan/bahan
3. Perbaikan
4. Keamanan
25
20
5
20
50
40
20
40
75
60
35
60
100
80
50
80
Skill
5. Pendidikan
6. Pengalaman45
25
90
50
135
75
180
100Tingkat usaha
7. Usaha fisik
8. Usaha mental25
35
50
70
75
105
100
105Kondisi kerja
9. Tidak
menyenangkan
10. Risiko
20
20
40
40
60
60
80
80
bahayaJumlah poin 1000
Langkah-langkah untuk menentukan sistem poin di atas
adalah sebagai berikut:
Menentukan secara rinci faktor-faktor yang dapat
dikompensasi seperti dalam Tabel 9.6. Tanggung
jawab dipecah lagi menjadi tanggung jawab
terhadap konsumen, peralatan dan bahan,
perbaikan dan keamanan. Keterampilan dipecah
menjadi usaha fisik dan usaha mental. Kondisi
kerja dipecah menjadi kondisi kerja tidak
menyenangkan dan kondisi kerja berbahaya.
Menentukan level atau tingkat faktor-faktor yang
dikompensasi yang didasarkan pada pertimbangan
bahwa setiap faktor yang dikompensasi berbeda
untuk setiap pekerjaan. Untuk itu harus
dideskripsikan gambaran dari masing-masing
faktor untuk menunjukkan levelnya secara
keseluruhan. Dalam contoh di atas, yaitu
tanggung jawab pada konsumen, tanggung jawab
terhadap perbaikan, tanggung jawab terhadap
keamanan, pengalaman, pendidikan dan latihan,
tingkat usaha fisik, mental, dan lain-lain.
Sebagai contoh,untuk faktor tanggung jawab
terhadap peralatan dan bahan diperlihatkan dalam
Tabel 9.7 dan faktor pendidikan diperlihatkan
dalam Tabel 9.8
Menentukan poin untuk setiap faktor, yaitu
berupa angka yang akan digunakan menentukan
tingkat jabatan. Berikut langkah-langkah untuk
menentukan poin:
a. Menentukan jumlah poin, misalnya 1000, 500,
atau 100 dan poin untuk setiap faktor.
b. Membagi poin untuk setiap faktor dengan cara
menentukan poin untuk level tertinggi,
kemudian membaginya untuk level yang lebih
rendah dengan cara jumlah poin tertinggi
dibagi 4 (bila level hanya 4), misalnya
jumlah poin tertinggi 100 : 4 = 25. Angka 25
menjadi perbedaan poin antara setiap level.
Ini didasarkan pada asumsi, misalnya tanggung
jawab level satu, dua, tiga ada pada level
empat, ditambah tanggung jawab pada level
empat itu sendiri.
c. Dilakukan oleh sebuah tim atau panitia.
Tabel 9.7 Gambaran tingkat faktor tanggung jawab terhadap
peralatan
Tingka
t
Karakteristik dan Ukuran
1
2
3
Pegawai harus melaporkan kerusakan peralatan dan bahan
kepada atasannya.
Pegawai memelihara peralatan dan memesan bahan serta
menjamin keamanan peralatan dan bahan.
Pegawai harus mencegah kerusakan peralatan dan bahan
serta memperbaiki kerusakan-kerusakan kecil.
Pegawai harus memperbaiki kerusakan peralatan dan bahan
4 bila terjadi kerusakan dan memutuskan mengenai jenis dan
kualitas bahan yang dibutuhkan.
Tabel 9.8 Gambaran tingkat pendidikan
Tingkat Karakteristik
1.
2.
3.
4.
Lulusan sekolah
lanjutan
Lulusan diploma tiga
Lulusan sarjana
Lulusan pascasarjana
3. Survei Gaji dan Upah
Survei gaji merupakan kegiatan untuk mengetahui
tingkat gaji yang berlaku secara umum dalam
organisasi-organisasi yang mempunyai jabatan yang
sejenis. Ini dilakukan untuk mengusahakan keadilan
eksternal sebagai salah satu faktor penting dalam
merencanakan dan menentukan gaji.
Survei dapat dilakukan dengan berbagai macam
cara,seperti mendatangi organisasi-organisasi untuk
mendapatkan informasi mengenai tingkat gaji yang
berlaku, membuat kuisioner secara formal, dan lain-
lain. Sebagai contoh, sebuah penelitian di Inggris
mengatakan bahwa sebanyak 71% perusahaan yang
mencari informasi mengenai tingkat gaji, 55%
mencari informasi melalui surat kabar,
33%menanyakan melalui agen-agen pekerjaan, dan 22%
melalui penelitian formal dengan menggunakan
kuesioner.
4. Penentuan Tingkat Gaji
Setelah evaluasi jabatan dilakukan,untuk
menciptakan keadilan internal yang menghasilkan
ranking jabatan dan melakukan survei tentang gaji
yang berlaku di pasar tenaga kerja, selanjutnya
adalah penentuan gaji. Misalnya, untuk penggunaan
metode poin, faktor-faktor pekerjaan telah
ditentukan poinnya dan jabatan-jabatan kunci telah
diketahui.
Harga pasarnya berdasarkan survei yang
dilakukan. Selanjutnya, berdasarkan poin yang sudah
ditentukan, dengan cara mempelajari informasi
analisis jabatan ( deskrepsi jabatan, spesifikasi
jabatan, dan standar unjuk kerja), setiap pekerjaan
ditentukan poinnya.
Salah satu teknik yang dapat digunakan adalah dengan
menggunakan sebuah grafik yang disebut scattergra,
seperti terlihat dalam Gambar 9.1.
Gambar 9.1 Grafik tingkatan gaji
Pada garis mendatar grafik terdapat poin untuk
jabatan-jabatan kunci dan pada garis vertikal
tercantum jumlah pembayaran berdasarkan hasil
survei. Kemudian dari setiap poin dan pembayaran
upah untuk ditarik garis yang bersinggungan di satu
titik tertentu, dan tentu saja akan didapat
beberapa titik. Berdasarkan titik persinggungan,
ditarik satu garis lurus yang sangat dekat dengan
titik tersebut. Garis ini disebut garis
kecenderungan pembayaran gaji untuk jabatan-jabatan
kunci. Berdasarkan garis itu dapat ditentukan
tingkat gaji untuk jabatan-jabatan yang bukan kunci
dengan menarik vertikal dari jumlah poin jabatan
yang nantinya akan bertemu dengan garis gaji.
Kemudian dari titik dalam garis kecenderungan
ditarik garis lurus ke sumbu vertikal yang memuat
jumlah gaji.
Penentuan struktur gaji
Dalam suatu organisasi besar dengan jumlah
jabatan yang mungkin ratusan atau ribuan,
berdasarkan penjelasan di atas akan dapat
ditentukan poinnya masing-masing dan juga tingkat
gajinya. Secara praktis, daftar gaji menjadi sangat
rumit dan sukar dikelola. Untuk itu, akan dilakukan
pengelompokan, misalnya jabatan yang memiliki
jumlah poin antara 101 s/d 200, 201 s/d 300, 301
s/d 400, dan seterusnya dikelompokkan dengan upah
yang sama. Dengan demikian, dalam organisasi
ditemukan beberapa kelompok gaji, misalnya yang
memiliki poin antara 101 s/d 200 dibayar sejumlah
Rp 300.000 atau kisaran antara Rp 300.000 s/d
400.000 dengan memasukan unsur lain dalam
penggajian, seperti prestasi kerja berdasarkan
penilaian atasan. Sebagai contoh, karyawan dengan
prestasi kerja rata-rata mendapatkan gaji sebesar
Rp 350.000, di atas rata-rata Rp 375.000, dan yang
berprestasi sangat baik Rp 400.000. Sementara
karyawan yang kinerjanya di bawah rata-rata Rp
325.000, dan yang kinerjanya sangat jelek
mendapatkan Rp 300.000. Atau dengan memasukkan
unsur lain, seperti tingkat pendidikan yang
diperoleh dan masa kerja.
9.4 TANTANGAN DALAM MENENTUKAN GAJI DAN
UPAHMeskipun sudah dilakukan evaluasi jabatan
dengan sangat hati-hati untuk membuat ranking atau
klarisifikasi jabatan untuk menentukan gaji yang
layak sesuai dengan kelasnya, sering kali hali itu
tidak dapat dilakukan sebab di luar hal tersebut
(internal equity dan eksternal equity) masih ada sejumlah
faktor atau kekuatan yang memengaruhi tingkat gaji
yang kadang berada di luar kendali organisasi.
Faktor-faktor ini sekaligus menjadi tantangan dalam
merencanakan dan menentukan gaji. Adapun faktor-
faktor itu adalah:
1. Tingkat gaji yang lazim. Tingkat upah dan gaji
bisa sangat bergantung pada ketersediaan
(supply) tenaga kerja di pasar tenaga kerja dan
permintaan tenaga kerja. Untuk tenaga-tenaga
kerja yang langka,tingkat upah dan gajinya
dapat jauh melebihi tingkat gaji bila dilihat
dari kacamata evaluasi jabatan.
2. Serikat buruh. Serikat buruh bisa, menjadi
kekuatan yang sangat besar dalam suatu
organisasi, yang dapat memaksa organisasi untuk
memberikan upah atau gaji yang lebih besar
dibandingkan dengan hasil evaluasi jabatan.
3. Pemerintah. Sebagaimana kita ketahui,
pemerintah merupakan lembaga yang
berkepentingan dengan kesejahteraan pekerja
sebagai warga negara dan juga terhadap
kelangsungan hidup organisasi. Pemerintah
mempunyai kekuasaan yang besar dalam mengatur
organisasi. Pemerintah dapat menentukan tarif
minimum, jam kerja standar, dan tunjang yang
mau tidak mau harus dipatuhi pengusaha, dimana
tarif upah minimum para pekerja bisa melebihi
dari yang telah ditentukan oleh evaluasi
jabatan.
4. Kebijakan dan strategi penggajian. Kebijakan
penggajian yang dipaki organisas, seperti
mengusahakan gaji di atas harga pasar dalam
upaya menghadapi persaingan, akan mampu
menaikkan gaji di atas rata-rata harga pasar.
Kebijakan untuk selalu memerhatikan tuntutan
serikat buruh diperlukan untuk mencegah
terjadinya kerusuhan yang kadang-kadang
menimbulkan kerugian yang sangat besar.
5. Faktor internasional. Ketika organisasi
berkembang di seluruh penjuru dunia, tantangan
yang muncul dalam penggajian adalah penyesuaian
dengan situasi di negara yang bersangkutan.
Dengan demikian, dapat terjadi perbedaan gaji
pada jabatan yang sama karena berada di negara
yang berbeda. Atau organisasi akan melakukan
penyesuaian gaji untuk merangsang seseorang
agar bersedia ditempatkan di suatu negara yang
mungkin kurang diminati.
6. Nilai yang sebanding dan pembayaran yang lama.
Ada kalanya pekerjaan dengan derajat berbeda
memiliki poin yang sama, atau sebaliknya.
Misalnya, nilai poin untuk pekerjaan juru rawat
yan biasanya didominasi wanita dan ahli listrik
yang biasanya didominasi laki-laki, memiliki
tingkat poin yang berbeda dimana ahli listrik
biasanya mendapatkan gaji lebih besar. Di lain
pihak, misalnya ahli mesin yan didominasi laki-
laki dan hanya ada sedikit wanita, kaum pria
digaji lebih besar dari kaum wanita. Hal ini
sebenarnya melanggar persamaan hak.
7. Biaya dan produktivitas. Tenaga kerja merupakan
salah satu komponen biaya yang sangat
berpengaruh terhadap harga pokok barang.
Tingginya harga pokok dapat menurunkan
penjualan dan keuntungan organisasi. Tidak
mampunya organisasi mencapai tingkat keuntungan
tertentu akan mengakibatkan turunnya kemampuan
organisasi dalam membayar pegawai dan menarik
investor. Untuk mengatsi tantangan ini,
Biasanya organisasi mencoba mendesain pekerjaan
kembali, mengotomatisasi pekerjaan,dan
menciptakan sitem penggajian bertingkat ( two-
tiered wage ). Sistem penggajian bertingkat
menciptakan dua struktur gaji. Satu untuk
karyawan lama dan satu untuk karyawan baru.
Karyawan baru mendapatkan gaji permulaan dengan
jumlah tertentu kemudian dapat meningkat ke
jumlah yang lebih tinggi. Sistem ini
mengakibatkan karyawan yang baru direkrut akan
mendapatkan gaji yang lebih rendah dibandingkan
dengan karyawan lama, meskipun sesungguhnya
pekerjaan mereka sama. Cara ini memang dapat
menurunkan biaya. Namun akhir-akhir ini pra
karyawan melalui serikat pekerja telah
mempertanyakan tentang ketidakadilan sistem
ini. Ada pula pendekatan lain yang dilakukan
dengan sistem bonus. Gaji yang diterima relatif
tetap, tetapi bila organisasi mendapatkan
keuntungan, karyawan akan diberi bonus sehingga
bila organisasi sedang dalam situasi sulit,
organisasi tidak perlu mengeluarkan biaya yang
besar untuk pegawai karena tidak perlu memberi
bonus.
BAB X
HUBUNGAN PERBURUHAN
Meningkatnya jumlah tenaga kerja yang di-PHK
semakin menambah jumlah pengganguran di Indonesia.
Jumlah pengganguran akan semakin bertambah di tahun-
tahun mendatang. Hal ini seiring dengan kondisi ekonomi
nasional yang belum menunjukkan titik terang akibat
krisis tahun 1998 lalu. Walaupun menjelang akhir dari
konferensi APEC 2004 lalu di chili kondisi makro
moneter mulai memperlihatkan perbaikan, tetapi tak
diikuti sektor riil. Memasuki tahun 2005, situasi
ketenagakerjaan tetap buruk meskipun PHK tidak separah
awal 1998. Namun situasi ini semakin menambah buram
wajah negeri ini akibat ketidakstabilan politik,
kacaunya penegakan hukum, dan masalah ekonomi.
Dikuatirkan akan muncul masalah yang semakin besar
apabila masalah PHK yang dilakukan organisasi tak bisa
mengakomodasi kepentingan pekerja. PHK tak menimbulkan
gejolak di kalangan pekerja selama kepentingan dan hak
pekerja terlindungi dan ada alasan yang masuk akal
kenapa PHK itu mesti dilakukan. Namun kenyataan
menunjukkan sebaliknya. Pemecatan sepihak dan sewenang-
wenang sering kali dijumpai.
Situasi dan iklim dunia usaha selama ini diwarnai
oleh praktik-praktik kontroversial perburuhan yang
mengundang perdebatan. Bertahun-tahun serikat pekerja
Indonesia dimonopoli oleh organisasi pekerja tertentu
yang kepengurusannya sangat ditentukan oleh kepentingan
organisasi dan pemerintah ketimbang pekerja. Monopoli
serikat pekerja ini sering kali membuat posisi tawar-
menawar buruh menjadi lemah.
Di tingkat makro, ketersediaan jumlah tenaga kerja
yang timpang dengan kebutuhan organisasi juga menjadi
salah satu faktor yang turut memperlemah posisi tawar-
menawar pekerja. Ketimpangan ketersediaan dan kebutuhan
ini membuat organisasi menjadi “arogan” dalam
memperlakukan karyawan. Bila karyawan melakukan
kesalahan sedikit saja, tak segan organisasi melakukan
pemecatan sepihak tanpa pesangon.
Dengan demikian, di tingkat makro,manajemen
organisasi menganggap karyawan tak lebih dari suatu
alat produksi semata. Prinsipnya, Organisasi menganggap
karyawan sama seperti mesin atau alat produksi lain,
yang tak mempunyai hati nurani, rasa malu, ataupun
keinginan untuk berkembang. Akibatnya, bila organisasi
tak memerlukan lagi, karyawan pun dibuang begitu saja.
Hak-hak karyawan menjadi tak dilindungi sebagaimana
mestinya.
Kini di tengah arus reformasi yang melanda di
hampir seluruh bidang kehidupan, praktik manajemen
perburuhan masa lalu yang cenderung merugikan pekerja
tak mungkin lagi bisa diterapkan. Pekerja makin kritis
memperjuangkan nasibnya dan semakin sadar akan
pentingnya peran pekerja dalam organisasi. Di sisi lain
organisasi perlu menyadari bahwa hubungan yang harmonis
dengan karyawan adalah suatu keharusan.
Kesadaran ini perlu ditumbuhkan mengingat
pengamalan masa lalu membuktikan bahwa hubungan yang
tidak harmonis akan merugikan kedua pihak. Hubungan
harmonis ini bisa diartikan sebagai hubungan kerja
yang menjamin terciptanya iklim kerja yang kondusif
dengan tetap mengacu pada aspek produktivitas dan
efesiensi kerja. Dengan kata lain, karyawan
berkewajiban menciptakan iklim kerja kondusif yang
memungkinkan karyawan melaksanakan pekerjaannya
seoptimal mungkin, serta selalu memenuhi hak-hak
pekerja. Di sisi lain, karyawan berkewajiban
melaksanakan tugas sesuai dengan kaidah menajemen yang
berlaku, yaitu produktivitas, efesiensi, loyalitas, dan
mencapai tujuan bersama dengan manajemen.
Dunia perburuhan atau ketenagakerjaan di Indonesia
mengalami perubahan besar seiring dengan perubahan
politik dan ekonomi. Udara segar reformasi membawa
perubahan positif di sektor perburuhan, di mana mampu
memberi perubahan cara berfikir dan bersikap baik di
kalangan pemerintah, pengusaha, ataupun para buruh.
Perubahan di bidang ketenagakerjaan didorong pula oleh
adanya kesepakatan negara negara anggota organisasi
ketenagakerjaan internasional (ILO) untuk menerapkan
konvensi-konvensi dasar organisasi tersebut.
Perubahan yang terjadi sangat lambat akibat mental
dan birokrasi yang ada para pejabat yang berkompeten,
pengusaha, atau serikat buruh menunjukkan ketidaksiapan
untuk ikut dalam perubahan itu. Kondisi ini dapat
dilihat seperti kasus Kep. Menakertrans No. 150 th.
2000, dari tidak ditemukannya jalan untuk menyelesaikan
masalah oleh ketiga pihak. Padahal,setiap kegiatan baik
kecil atau besar selalu menyangkut banyak orang, yaitu
pengusaha, buruh, masyarakat, serta pemerintah.
Dalam waktu yang lama memang telah terjadi persepsi
yang keliru bahwa perusahaan hanyalah kepentingan
pengusaha dan pemilik saja. Kenyataannya, masyarakat
terbukti mempunyai kepentingan ata kinerja organisasi
dalam hal menyediakan produk dan jasa, adanya
kesempatan kerja sehingga menyerap pencari kerja.
Pemerintah sendiri memiliki kepentingan dalam hal ini,
yaitu kesejahteraan masyarakat yang meningkat sehingga
tercipta rasa damai dan aman dalam masyarakat.
Hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan
yang terbentuk antara pelaku dalam proses produksi
barang atau jasa, yang terdiri dari pengusaha dan
pemerintah. Sementara hubungan kerja adalah hubungan
antara pengusaha dan buruh berdasarkan perjanjian kerja
yang memiliki unsur pekerjaan, upah, dan perintah.
Dari uraian tersebut jelas bahwa sistem hubungan
yang terbentuk antara pelaku,proses produksi mempunyai
kedudukan yang sangat strategis. Sebagai bagian dari
tujuan pembangunan, buruh atau karyawan perlu
memperoleh perlindungan dalam semua aspek di banding
pengusaha karena posisi mereka paling lemah, terutama
dalam aspek ekonomi.
Terkait dengan hubungan industrial, ada beberapa
hal yang menjadi masalah pokok, yakni peran serikat
buruh dan tanggung jawab pemerintah, peran serikat
buruh dalam aksi industrial, dan dampak ratifikasi
konvensi ILO terhadap gerakan buruh.
Hubungan industrial atau hubungan perburuhan tidak
lain adalah suatu sistem yang terbentuk antara pelaku
dalam proses produksi barang maupun jasa. Mekanisme
hubungan pengusaha, pekerjaan, dan pemerintah telah
diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
yang telah dibuat oleh pemerintah selaku badan
eksekutif negara.
Ketentuan yang diatur pemerintah meliputi
pengerahan dan penempatan tenaga kerja,kesempatan dan
perlakuan yang sama tanpa diskriminasi, perencanaan
tenaga kerja, pelatihan, pelayanan, penempatan tenaga
kerja, dalam rangka pendayagunaan tenaga kerja,
penggunaan tenaga kerja asing, pembinaan hubungan
industrial, pembinaan kelembagaan dan sarana hubungan
industrial, perlindungan tenaga kerja, pengawasan
kerja, dan ratifikasi konvensi ILO.
Dari semua ketentuan itu, secara teoritis peraturan
dan perundang-undangan perburuhan di Indonesia telah
memadai karena hampir semua aspek penting bidang
perburuhan telah diatur.
Hal lain yang sangat memengaruhi pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang-undangan datang dari
ketiga pihak kebijakan pemerintah, kejujuran dan
ketaatan pengusaha, serta kejujuran dan ketaatan para
buruh.
Ketiga faktor inilah yang akan menentukan apakah
penerapan hukum perburuhan dapat dilaksanakan atau
justru akan dikecualikan dan dilanggar.
Dari pengalaman selama 30 tahun, telah diketahui
bersama bahwa pemerintah kurang memberi kesempatan pada
semua pihak untuk bergerak sesuai dengan keinginannya.
Hal ini dilakukan untuk meredam gejolak yang akan
mengganggu jalannya stabilitas ekonomi, politik, dan
keamanan.
Dasar awal yang berprinsip baik tadi, semakin lama
menjadi semakin kabur karena pada akhirnya dalam
realitas menjelma menjadi kekuatan yang menekan
demokrasi, kebebasan, dan keharmonisan masyarakat.
Upaya yang ditancapkan dalam prinsip hubungan
indusrial Pancasila hanya slogan belaka. Rumusan yang
baik pada akhirnya menjadi sangat tidak bermanfaat
karena tidak dapat ditemui dalam kenyataan. Istilah
“pengusaha dalam mitra buruh” dan “buruh adalah mitra
pengusaha” hanyalah samar-samar ditemui dalam
pelaksanaan.
Sistem satu organisasi buruh dan satu organisasi
pengusaha ternyata berdampak adanya kenyataan monopoli
wewenang di segala bidang perburuhan yang tidak
menghargai adanya perbedaan suara. Situasi ini
menimbulkan tekanan terhadap kaum buruh maupun
pengusaha, baik individual atau kolektif dalam
organisasinya.
10.1 ALASAN KARYAWAN BERGABUNG DALM SERIKAT
PEKERJAAda beberapa alasan mengapa karyawan bergabung
dalam serikat pekerja, antara lain:
1. Hubungan sosial
Salah satu alasan karyawan bergabung dalam
serikat pekerja adalah faktor hubungan sosial.
Setiap individu perlu melakukan interaksi sosial
dengan lingkungan sekitarnya, baik berbentuk
kelompok formal, informal, maupun individu lain.
Individu cenderung berserikat dengan latar
belakang yang sama, bisa karena faktor minat,
keinginan, hobi, tujuan, dan kesamaan kebutuhan.
Ada keuntungan apabila individu bergabung dalam
suatu serikat pekerja. Dalam kelompok ini, seorang
karyawan akan terakomodasi kebutuhan sosialnya
degan orang lain dimana serikat pekerja akan
melindungi kepentingan-kepentingan yang bersifat
individu.
2. Adanya peluang untuk kepemimpinan
Aspirasi karyawan non manajerial terhadap
kepemimpinan biasanya terwjud dalam wajah serikat
pekerja. Karena kadang-kadang kesempatan untuk
peran kepemimpinan sangat terbatas dan hanya
karyawan manajerial saja yang mendapatkan posisi
tersebut. Maka dengan adanya serikat pekerja,
karyawan yang mempunyai jiwa pemimpin dan tidak
dapat terwakili dalam jajaran manajemen akan
terakomodasi dalam serikat pekerja. Dalam serikat
pekerja juga terdapat hierarki atau tingkatan-
tingkatan. Manajemen akan memerhatikan aspirasi
semua karyawan dari pemimpin serikat pekerja dan
biasanya manajemen melakukan promosi karyawan dari
karyawan yang diambil dari pimpinan serikat
pekerja.
3. Tekanan dari lingkungan
Banyak karyawan bergabung dengan serikat
pekerja karena faktor paksaan atau tekanan dari
teman dan kondisi sekitar. Hal ini karena di dalam
serikat pekerja terdapat kontrak keterikatan akan
pekerjaan mereka. Adanya tekanan sosial yang
begitu kuat mampu memaksa seseorang untuk ikut
bergabung.
4. Ketidakpuasan terhadap manajemen
Setiap pekerjaan memiliki resiko terhadap
ketidakpuasan. Mungkin dari faktor
kompensasi,sistem gaji yang lebih rendah pada
karyawan baru, sistem manajemen, dan keselamatan
kerja. Organisasi memandang permasalahan yang
dihadapi oleh karyawan dapat diatasi dalam serikat
pekerja.
10.2 TUJUAN SERIKAT PEKERJASerikat pekerja mempunyai beberapa tujuan, di
antaranya:
1. Keselamatan serikat pekerja
Tujuan adanya keselamatan serikat pekerja adalah
untuk menjamin bahwa serikat pekerja akan terus
berlanjut dan melaksanakan fungsi-fungsinya.
Serikat pekerja ingin menghindari ketegangan
dengan manajemen bila terjadi konflik. Dengan
demikian, serikat pekerja merasa perlu menarik
karyawan lain yang belum bergabung untuk keamanan
finansial karyawan itu sendiri.
2. Keselamatan pekerja
Keselamatan pekerja merupakan salah satu tujuan
utama karyawan. Tanpa keselamatan pekerja,
tuntutan serikat pekerja akan gaji yang lebih
tinggi serta tunjangan yang lebih besar tidak akan
berarti. Keselamatan pekerja biasanya berbentuk
dua aspek perlindungan, aspek perlindungan
finansial selama PHK dan aspek perlindungan dari
perlakuan yang tidak adil pada pekerjaan. Untuk
perlindungan terhadap PHK, karyawan memiliki
perjanjian kerja di mana di dalamnya terdapat
tunjangan-tunjangan pengangguran tambahan, uang
pesangon, dan lain-lain. Perlindungan utama
terhadap perlakuan yang tidak adil adalah melalui
hak istimewa senioritas. Biasanya karyawan lain
menganggap bahwa pengambilan keputusan diambil
oleh senior adalah sah dan adil.
3. Wadah aktivitas-aktivitas
Sebagai bentuk organisasi yang dikelola oleh
karyawan sendiri, serikat pekerja merupakan tempat
berkumpul, berkonsultasi dari bermacam-macam
keluhan karyawan, perbedaan keinginan, perbedaan
kebutuhan, masalah, dan lain-lain sehingga semua
permasalahan karyawan dapat dicari jalan
keluarnya. Di samping itu, serikat pekerja
merupakan wadah kegiatan karyawan sebagai bentuk
manifestasi sosialnya dengan orang lain.
4. Peningkatan kesejahteraan pekerja
Manajemen akan mengetahui aspirasi karyawam dari
keberadaan serikat pekerja ini. Beberapa masalah
yang sulit dipecahkan akan menjadi bahasan dari
manajemen untuk ditindaklanjuti dan dicari jalan
keluarnya. Tuntutan karyawan yang terpendam
tentang upah yang lebih tinggi akan terus ada
seiring dengan kebutuhan hidup yang meningkat.
5. Peningkatan kondisi kerja
Perbaikan kondisi kerja telah menjadi perhatian
penting bagi serikat pekerja. Serikat pekerja akan
menggunakan jalan perundingan untuk mengajukan
program K3, hari kerja yang lebih pendek,
kewajiban lembur yang lebih sedikit, jam istirahat
yang panjang, dan lain-lain.
6. Kewajaran dan keadilan
Misi serikat pekerja adalah perlakuan yang adil
dan wajar. Tanpa serikat pekerja yang
terorganisasi, pemimpin serikat pekerja merasa
bahwa manajemen akan memberikan atau
menyembunyikan hak dan tunjangna khusus kepada
karyawan-karyawan tertentu. Maka dari itu,
biasanya pemimpin serikat pekerja akan berusaha
melakukan negosiasi dengan pihak manajemen untuk
memberikan fasilitas dan upah yang layak dan
wajar.
10.3 JENIS-JENIS SERIKAT PEKERJAAda 3 jenis serikat pekerja,yaitu:
1. Craft Unions
Craft unions adalah serikat pekerja yang
anggotanya terdiri dari sekelompok karyawan
dengan latar belakang keterampilan sama.
2. Industrial Unions
Industrial unions adalah serikat pekerja yang
dibentuk atas dasar kesamaan lokasi pekerjaan.
Bentuk ini terdiri dari sekelompok karyawan
yang memiliki keterampilan maupun tidak
mempunyai keterampilan dengan mengabaikan sifat
pekerjaan mereka.
3. Mixed Unions
Mixed unions merupakan serikat pekerja di mana di
dalamnya terdapat karyawan yang mempunyai
keterampilan, tidak mempunyai keterampilan,dan
setengah keterampilan dari lokasi tertentu,
tidak memandang dari industri mana. Bentuk
serikat pekerja ini mengkombinasi craft unions
dan indusrial unions.
10.4 PERUNDINGAN KOLEKTIF Perundingan kolektif ( collective bargaining )
adalah suatu proses dimana para wakil (
representative) dua kelompok bertemu dan mempunyai
tujuan merundingkan ( negosiasi ) suatu kontrak
perjanjian yang mengatur kedua belah pihak di waktu
mendatang. Dalam hubungan serikat pekerja
manajemen, perundingan kolektif merupakan proses
negosiasi antara pihak karyawan yang diwakili oleh
serikat pekerja dengan pihak manajemen untuk
menetapkan syarat-syarat hubungan kerja.
Ada dua jenis dasar perundingan kolektif antara
karyawan dan manajemen:
1. Tradisional
Adalah tentang distribusi benefits, yaitu
pengupahan, kondisi kerja, promosi, PHK, hak-
hak manajemen, dan sebagainya.
2. Integratif
Jenis perundingan yang jarang terjadi adalah
perundingan yang bersifat integratif. Hal ini
terkait dengan macam-macam masalah kepentingan
timbal balik antara kedua pihak yang lebih
besar, terutama usaha menyelesaikan masalah
atau mendamaikan permasalahan yang terjadi.
Banyak opini yang dilontarkan tentang
perundingan integratif yang sesuai dengan
pengalokasian berbagai sumber daya dan beban
kerja. Perencanaan pekerjaan yang menarik
pelaksanaan pengendalian karyawan lebih besar
selama kerja dan bidang umum dikenal sebagai
“kualitas kehidupan kerja”. Meskipun demikian,
dalam aplikasinya, jenis perundingan integratif
sebaiknya digunakan untuk menentukan jam kerja,
penggajian, kompensasi tambahan, promosi, dan
keamanan kerja. Bila jenis integratif dipakai
maka setiap tim harus memandang tim lain
sebagai pihak yang dapat bekerja sama dan dapat
dipercaya. Kedua pihak harus memegang komitmen
terhadap posisi tertentu selama pergantian
informasi dan pembahasan permasalahan serta
perasaan. Karena perundingan tradisional sejauh
ini merupakan jenis yang paling umum.
Pembahasan berikut akan difokuskan pada proses
perundingan tersebut.
10.5 FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH
TERHADAP PERUNDINGAN KOLEKTIF
Ada beberapa unsur yang diperlu diperhatikan
dalam perundingan kolektif, yang akan memengaruhi
sikap, proses dan hasil perundingan, di antaranya :
1. Cakupan perundingan
Yaitu banyaknya karyawan yang akan terkena
hasil perundingan atau perjanjian kerja. Apakah
berlaku untuk karyawan dalam suatu departemen,
divisi, perusahaan atau seluruh karyawan dalam
suatu industri.
2. Tekanan-tekanan perundingan serikat pekerja
Serikat pekerja mempunyai beberapa strategi dan
taktik tertentu yang digunakan untuk memaksakan
kelonggaran yang lebih besar, seperti taktik
tawar-menawar atau “perdagangan sapi”. Ada tiga
jenis tekanan yang lebih kuat yang kadang-
kadang diandalkan serikat pekerja, yaitu
pemogokkan, picketing, dan boikot.
3. Peranan kerja
Kedua pihak, serikat pekerja dan manajemen
banyak mengacu pada keberpihakan pemerintah
untuk menyelesaikan atau melakukan intervensi
terhadap permasalahan yang terjadi dalam
organisasi. Intervensi ini paling tidak
dilakukan dengan menetapkan undang-undang dan
peraturan di bidang perburuhan.
4. Kesediaan organisasi
Kesediaan manajemen untuk berunding secara
terbuka dengan serikat pekerja ditentukan oleh
kemampuan atau kekuatan organisasi, filsafat
kepemimpinan, gaya manajemen, dan kemungkinan
pemakaian peralatan pemaksaan ( misal
pemecatan, skorsing, demosi, dan sebagainya ).
BAB XI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Pada dasarnya perkembangan dan pertumbuhan suatu
bangsa, baik sekarang maupun yang akan datang tentunya
tidak bisa lepas dari peranan proses industrialisasi.
Maju mundurnya suatu industri sangat ditunjang oleh
peranan tenaga kerja ( buruh ). Dalam membangun tenaga
kerja yang produktif, sehat, dan berkualitas perlu
adanya manajemen yang baik, khususnya yang berkaitan
dengan masalah kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
K3 yang termasuk dalam suatu wadah higiene
perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes) terkadang
terlupakan oleh para pengusaha. Betapa tidak? Sebab, K3
mempunyai tujuan pokok dalam upaya memajukan dan
mengembangkan proses industrialisasi, terutama dalam
mewujudkan kesejahteraan para buruh.
Adapun uraian dari tujuan manajemen K3 antara lain
:
1. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan
tenaga kerja yang setinggi-tingginya, baik
buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, atau
pekerja-pekerja bebas.
2. Sebagai upaya pencegahan dan pemberantasan
penyakit dan kecelakaan-kecelakaan akibar
kerja,pemeliharaan,dan peningkatan kesehatan,
dan gizi tenaga kerja, perawatan dan
mempertinggi efesiensi dan daya produktivitas
tenaga kerja manusia, pemberantasan kelelahan
kerja, pelipat ganda kegairahan serta
kenikmatan kerja.
Lebih jauh, sistem ini dapat memberikan
perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan
agar terhindar dari bahaya pengotoran oleh bahan-bahan
dari proses industrialisasi yang bersangkutan, dan
perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang
mungkin ditimbulkan oleh produk-produk industri.
Dalam konteks ini, kiranya tidak berlebihan jika K3
dikatakan merupakan modal utama kesejahteraan buruh /
tenaga kerja secara keseluruhan. Selain itu, dengan
penerapan K3 yang baik dan terarah dalam suatu wadah
industri tentunya akan memberikan dampak lain, salah
satunya tentu sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas. Di era pasar bebas tentu daya saing dari
suatu proses industrialisasi semakin ketat dan sangat
menentukan maju tidaknya pembangunan suatu bangsa.
Dalam pasar bebas tingkat ASEAN saja, yang dikenal
dengan istilah AFTA ( ASEAN Free Trade Area ) sangat
membutuhkan peningkatan produktivitas kerja untuk dapat
bersaing dan mampu menghasilkan barang dan jasa yang
bermutu tinggi. Untuk itu, penerapan peraturan
perundang-undangan dan pengawasan serta pelindungan
para buruh sangat memerlukan sistem manajemen industri
yang baik dengan menerapkan K3 secara optimal. Sebab,
faktor kesehatan dan keselamatan kerja sangat
memengaruhi terbentuknya sumber daya manusia yang
terampil, profesional, dan berkualitas dari tenaga
kerja itu sendiri.
Hingga kini masih banyak kasus kecelakaan kerja
yang terjadi di negara kita. Itu bisa menjadi modal
utama dalam upaya menjadikan sistem ini sebagai langkah
awal. Dalam kaitan ini, peranan pemerintah dan beberapa
instansi terkait diharapkan bisa menekan tingkat
kecelakaan dan memberikan perlindungan maksimal
terhadap tenaga kerja, dalam hal ini buruh. Sebab,
proses industrialisasi merupakan salah satu faktor yang
dapat memengaruhi kemajuan di sektor ekonomi. Inilah
sebenarnya yang perlu mendapat perhatian khusus dari
pemerintah dan para pengusaha di negeri ini.
Dalam pasar bebas yang marak dengan berbagai
persaingan, penerapan manajemen K3 sangat penting untuk
dijalankan dengan baik dan terarah. Proses
industrialisasi merupakan “syarat mutlak” dalam
pembangunan di negeri ini. Pengalaman di negara-negara
lain menunjukkan bahwa tren suatu pertumbuhan dari
sistem K3 adalah melalui fase-fase, yaitu
kesejahteraan, produktivitas kerja, dan toksikologi
industri.
Sekarang ini, K3 sebagaimana halnya aspek-aspek
tentang pengaturan tenaga kerja,terutama para buruh
pada umumnya sedang berada pada fase “kesejahteraan”.
Mungkin setelah tercapainya kestabilan politik, hukum,
dan ekonomi, kita bisa memulai menginjakkan kaki ke
fase produktivitas kerja. Sementara pencapaian fase
toksikologi industri bergantung pada kemampuan untuk
mengembangkan perindustrian pada umumnya.
Penerapan pengaturan perundang-undangan dan
pengawasan serta perlindungan para buruh merupakan
prinsip dasar dalam sistem manajemen ini. Kesehatan dan
keselamatan kerja yang disesuaikan dengan “sistem
ergonomi” (penyesuaian beban kerja / alat kerja dengan
kemampuan dan fisik pekerja ) merupakan salah satu
usaha untuk mencetak para buruh yang produktif dengan
peningkatan SDM yang profesional dan andal.
Agar buruh (buruh pabrik, misalnya) dapat terjamin
keadaan kesehatan dan produktivitas kerja setinggi-
tingginya maka perlu keseimbangan yang menguntungkan
dari faktor beban kerja, beban tambahan akibat
lingkungan kerja,dan kapasitas kerja. Setiap pekerjaan
merupakan beban bagi pelakunya.Beban yang dimaksud bisa
berupa fisik, mental, atau sosial.
Seorang pekerja berat, seperti pekerja bongkar muat
barang di pelabuhan tentu beban fisiknya lebih besar
dari beban mental atau sosial. Sebaliknya, seorang
pengusaha, mungkin beban mentalnya relatif lebih besar.
Begitu pula petugas sosial, tentu lebih menghadapi
beban-beban sosialnya.
Faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja,
baik penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan maupun
kecelakaan kerja disebabkan oleh beberapa faktor, di
antaranya:
1. Faktor fisik, yang meliputi penerangan, suhu
udara, kelembaban, cepat rambat udara, suara,
vibrasi mekanis, radiasi, tekanan udara, dan
lain-lain.
2. Faktor kimia, yaitu berupa gas, uap, debu,
kabut, awan, cairan, dan benda-benda padat.
3. Faktor biologis, baik dari golongan hewan
maupun dari tumbuh-tumbuhan.
4. Faktor fisiologis, seperti konstruksi mesin,
sikap, dan cara kerja.
5. Faktor mental-psikologis, yaitu susunan
kerja, hubungan di antara pekerja atau dengan
pengusaha, pemeliharaan kerja, dan sebagainya
Faktor-faktor tersebut tentu bisa mengganggu ‘daya
kerja’ seorang karyawan. Misalnya penerangan yang
intensitasnya kurang biasanya akan berpengaruh pad
kelelahan mata. Kemudian kegaduhan dan kebisingan
berpengaruh pula pada daya ingat, termasuk konsentrasi
pikiran. Akibatnya terjai kelelahan psikologi bahkan
ketulian.
Kondisi kesehatan tempat kerja yang buruk dapat
menurunkan derajat kesehatan dan juga daya kerja
karyawan. Dengan demikian sangat perlu adanya upaya
pengendalian untuk mencegah, mengurangi bahkan menekan
terjadinya hal itu.
Gangguan-gangguan pada kesehatan dan daya kerja
akibat berbagai faktor dalam pekerjaan bisa dihindari,
asal karyawan dan pihak pengelola perusahaan ada
kemauan mengantisipasi terjadinya kecelakaan kerja.
Undang-undang atau aturan sehebat apapun tidak akan
berguna jika pemimpin perusahaan atau pemilik industri
tidak melaksanakan undang-undang tersebut.
Kesejahteraan karyawan merupakan salah satu tujuan
yang hendak dicapai baik pengusaha, lembaga pemerintah,
maupun wiraswasta yang tugas pokoknya mengelola
manusia. Salah satu aspek kesejahteraan manusia adalah
keselamatan dan kesehatan kerja. Tantangan dalam era
industrialisasi akan semakin meningkat dengan
digunakannya teknologi canggih dan beresiko tinggi.
Tantangan tersebut harus dijawab dengan kesiapan tenaga
kerja, baik dari segi pendidikan maupun keterampilan
dan peralatan perlindungan kerja. Upaya yang telah
dilakukan pemerintah antara lain dikeluarkannya UU No.
14-1969 dan UU No. 1-1970 serta peraturan lain yang
melengkapinya.
11.1KONDISI KERJA MASA KINIPerkembangan sektor industri yang pesat
ditandai dengan penerapan teknologi canggih.
Penerapan ini di satu pihak akan memacu
perkembangan ekonomi,akan tetapi di lain pihak bila
tidak ditangani secara berencana dan terpadu dapat
meningkatkan kecelakaan kerja, penyakit akibat
kerja, bahkan meningkatkan pengangguran.
Adapun faktor-faktor yang perlu di perhatian
dalam industri:
1. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
Penyebab kecelakaan kerja yang besar adalah
faktor kesalahan manusia, yaitu kurangnya
kesadaran pengusaha dan tenaga kerja, terutama
dalam melaksanakan berbagai peraturan. Banyak
pengusaha menganggap bahwa keselamatan dan
kesehatan kerja kurang bermanfaat dan hanya
menambah biaya saja. Hal seperti ini
menimbulkan sikap acuh tak acuh sehingga hanya
dapat menurunkan produktivitas kerja,
kenyamanan, serta keamanan dalam bekerja.
2. Memiliki fasilitas/peralatan built-in (melekat)
Fasilitas dan sarana merupakan bagian penting
sebagai pelindung diri bagi pekerja dalam
proses produksi sehingga pekerja memiliki
jaminan harapan hidup. Tetapi kenyataannya
masih banyak yang belum sepenuhnya memiliki
prasarana dan fasilitas yang memadai sebagai
pelindung karyawan dalam bekerja. Hal ini
disebabkan teknologi yang sudah usang, biaya
yang cukup tinggi, keengganan untuk maju,
motivasi yang rendah terhadap kepentingan dan
keselamatan bersama, serta sikap acuh tak acuh.
Untuk itu, setiap yang ada harus mulai
memikirkan adanya suasana keselamatan dan
kesehatan kerja sejak dini dalam wujud alat-
alat pelindung diri yang built-in dengan
konstruksi instrumen perusahaan serta memberi
perhatian, label-label tentang batas waktu,
temperatur, ruang kerja dan ada petunjuk teknis
penggunaan keselamatan.
3. Penggunaan peralatan yang tidak melebihi nilai
ambang batas (NAB)
Adanya nilai ambang batas bertujuan mengurangi
pencemaran lingkungan seoptimal mungkin sebagai
akibat dari penggunaan alat-alat dan bahan
industri pengolahan yang melebihi nilai ambang
batas tersebut.
4. Jabatan fungsional
Kecanggihan teknologi harus didukung dengan
keterampilan pengawasan yang dapat memeriksa
dan menguji semua instrumen industri
pengolahan. Jabatan fungsional tersebut perlu
ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya sehingga
dengan semua resiko keselamatan dan kesehatan
kerja secara dini. Jabatan fungsional harus
memperoleh pendidikan sesuai dengan penggunaan
peralatan yang ada dan yang akan ada. Jabatan
ini juga perlu diperhatikan dari faktor karier
dan kesejahteraannya, seperti tenaga
laboratorium yang mempunyai daya tahan tinggi
5. Faktor gizi yang mendukung produktivitas
Karyawan membutuhkan makanan yang bergizi
cukup. Tujuannya untuk memelihara kondisi tubuh
agar selalu prima. Kekurangan zat gizi
mengakibatkan gangguan kesehatan dan
produktivitas kerja.
11.2 KETERIKATAN ANTARA KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA SERTA PRODUKTIVITASKaryawan yang memiliki kesejahteraan buruk akan
memengaruhi produktivitasnya. Lebih lanjut, mereka
tidak mempunyai motivasi dan minat, apatis dalam
bekerja, serta loyalitas terhadap pekerjaan akan
berkurang.
Berikut beberapa faktor yang dapat meningkatkan
produktivitas kerja :
1. Pengaturan jam kerja
Jam kerja adalah 40 jam seminggu. Tidak semua
pekerjaan memiliki jam kerja yang sama. Pekerjaan
yang berbahaya dan beresiko tinggi, seperti pelaut
dan pekerja di industri kimia, tentu memiliki jam
kerja yang berbeda dengan pekerjaan tidak banyak
menanggung risiko, seperti pegawai administrasi
kantor, misalnya. Perusahaan paling tidak harus
memikirkan pengaturan jam kerja yang tepat dan
meminimalkan risiko, terutama untuk pekerjaan yang
beresiko tinggi. Apabila jam kerja bisa berkurang,
terutama untuk pekerjaan yang berbahaya dan
menanggung risiko, maka tenaga kerja akan merasa
lebih puas dan nyaman. Hal ini mencerminkan
kenyataan bahwa istirahat mingguan atau hari libur
diakui sebagai suatu yang penting untuk
kesejahteraan karyawan.
Kaitan antara kerja dengan produktivitas kerja
adalah bahwa kondisi karyawan dapat dipengaruhi
oleh kurangnya istirahat yang memadai sehingga
mengakibatkan kondisi psikis dan mental menurun.
Contohnya, karyawan yang dipekerjakan dalam shift
sewajarnya menerima fasilitas khusus, seperti gaji
ekstra, bonus, dan sebagainya.
2. Kemudahan menghemat waktu dan efisiensi kerja
Setiap karyawan mengetahui spesifikasi jabatan
dan deskripsi jabatan yang apabila dikaji dengan
standar unjuk kerja dan volume pekerjaan akan
memperoleh suatu jam kerja yang efesiensi dan
efektif. Oleh karena itu, telah diadakan berbagai
upaya pengurangan jam kerja untuk waktu istirahat
dan libur sebagai kompensasinya.
Sistem shift yang didukung oleh model upah
shift
Contoh sistem ini adalah pengaturan waktu
senggang pada pekerja di sektor yang memakai
alat-alat optik, alat-alat yang mengandung
radio aktif, bidang konstruksi, penyelaman,
dan sebagainya.
Organisasi sebaiknya mengatur hal-hal
tersebut dalam kesepakatan kerja bersama
berdasar peraturan organisasi sehingga mutu
dan kemampuan fisik pekerja dapat terjamin.
Biasanya pengaturan jam kerja yang efesiensi
diikuti dengan tingkat upah yang berbeda
menurut jenis pekerjaannya.
Kenyamanan kerja
Kenyamanan kerja perlu diupayakan di semua
sektor mengingat jenis pekerjaan di setiap
sektor masing-masing memiliki kerawanan yang
berbeda-beda. Contoh :
o Komunikasi menggunakan bahasa asing dan
label dalam bahasa asing yang dapat
disalahtafsirkan.
o Perbedaan model instrumen dan alat
pengaman yang tidak sesuai dengan
kondisi fisik bangsa tertentu. Misalnya,
alat pengaman untuk orang Eropa belum
tentu cocok bila digunakan oleh orang
Asia yang fisiknya cenderung lebih
kecil.
o Perbedaan selera interior lingkungan
kerja. Interior sangat memengaruhi
kejiwaan karyawan, terutama dalam hal
warna, luas ruangan, desain, dan
sebagainya. Orang Eropa menyukai warna
kuning, emas, dan merah ( terutama etnis
Cina). Hal ini berpengaruh pada daya
tahan mata yang tentu saja akan
memengaruhi produktivitas.
o Budaya terhadap produktivitas. Sebagai
contoh, orang Indonesia lebih menyukai
atasan kultur yang mayoritas sama dengan
bawahan. Hal ini akan berpengaruh pada
kelancaran komunikasi antara atasan-
bawahan.
Keamanan kerja
Keamanan dalam melakukan suatu pekerjaan
ditandai adanya kerja yang dikendalikan oleh
sebuah sistem manajemen yang baik.
Rasa keamanan dalam bekerja menjadi hal yang
sangat vital bagi pekerjaan. Sebagai
contohnya :
o Terdapat alat-alat berat dan beresiko,
terutama pada industri yang rawan
bahaya.
o Bahan baku yang dapat menyebar partikel
penyakit.
o Olahan limbah yang tidak terencana
dengan baik sehingga mengakibatkan hal
yang fatal bagi lingkungan sekitar.
o Penerapan sistem manajemen yang dapat
memengaruhi sistem kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja gaya baru
( K3GB)
Pola K3 pada masa lau masih bersifat
konvensional dan pasif terhadap teknologi.
Jadi teknologi industri diciptakan terlebih
dahulu, baru disusul dengan teknologi
keselamatan dan kesehatan kerja. Dukungan K3
pada peralatan yang ada bersifat suplemen
sehingga aktivitas K3 cenderung lamban dalam
mengikuti suatu teknologi baru.
Dalam K3GB ini setiap teknologi harus
merupakan paket utuh (built-in) dengan teknologi
yang dipakai dalam semua sektor. Contohnya,
pabrik gelas belum berpikir untuk membuat
penutup gelas sehingga dalam upaya
ekstensifiksi usaha dibuatlah gelas plus
penutup yang serasi yang merupakan paket
utuh. Oleh karena itu, paket utuh tersebut
dirancang dari awal sehingga keselamatan dan
kesehatan kerja dapat terjamin. Bagi negara
yang belum banyak menerapkan teknologi
tersebut, hal-hal berikut dapat dijadikan
pedoman yang nantinya akan disepakati:
o Kontribusi biaya sebesar 0,5% - 1% dari
biaya produksi
Biaya dalam paket yang utuh ( built-in)
antara teknologi canggih dan teknologi
K3 merupakan perpaduan dalam biaya
produksi yang menjamin peningkatan mutu
barang sebesar 0,5% untuk teknologi yang
sederhana dan 1% untuk teknologi yang
mahal. Kontribusi biaya tersebut
digunakan untuk pengujian dan
pemeriksaan,baik di laboratorium ataupun
uji coba teknologi. Biaya 0,5% dan 1%
dari biaya produksi digunakan untuk
memperluas aktivitas penelitian dan
pengembangan untuk mencegah kecelakaan
kerja. Seperti kasus Bhopal Unit
Carbides India yang harus mengeluarkan
$477 juta untuk kecelakaan kerja dan
kerugian yang dialami.
o Teknologi K3 yang telah teruji
Syarat dari K3GB adalah ditandai oleh
teknologi K3 yang teruji seperti :
a. Penggunaan bahan label menurut
waktu
b. Daya kerja suatu instrumen yang
terkendali
c. Penempatan instrumen pada tempat
yang aman
d. Keterampilan kerja telah teruji
e. Menetapkan standar kerja baru
f. Asuransi bagi pekerja
11.3 KEBIJAKSANAAN TERHADAP PERLINDUNGAN TENAGA
KERJA1. Budayakan K3 melalui pendidikan formal dengan
rancangan kurikulum dengan menampilkan simulasi
program K3 yang lebih menarik dan menimbulkan
etos kerja dan partisipasi.
2. Mempersiapkan tenaga ahli K3 di semua sektor
pekerjaan
3. Memperkenalkan konsep K3GB lewat sistem built-
in
4. Perlu ada pendelegasian wewenang tentang
teknologi perlindungan K3 dan dikoordinasi
departemen tenaga kerja.
5. Teknologi perlindungan K3 dapat menciptakan
lapangan kerja baru.
6. Membuat standarisasi baru dengan tambahan
komponen K3.
7. Meningkatkan pengawasan mutu melalui uji coba
teknologi.
8. Perlu ada tinjauan untuk selalu memperbarui
konsep K3 dalam periode tertentu.
11.4 KESEJAHTERAAN TENAGA KERJASecara prinsip, kesejahteraan para karyawan
bukan saja terletak dari tingkat pendapatan (upah)
yang diberikan pihak organisasi, akan tetapi
faktor-faktor lainnya pun cukup berperan penting,
seperti perhatian dari para pengusaha terhadap
kesehatan dan jaminan keselamatan kerja.
Kesegaran jasmani dan rohani adalah merupakan
faktor penunjang untuk meningkatkan produktivitas
seseorang dalam bekerja. Kesegaran tersebut dimulai
sejak memasuki pekerjaan dan terus dipelihara
selama bekerja, bahkan sampai setelah berhenti
bekerja. Kesegaran jasmani dan rohani tidak saja
pencerminan kesehatan fisik dan mental, tetapi juga
gambaran adanya keserasian dan keselarasan antara
seseorang dengan pekerjaannya, yang sangat
dipengaruhi oleh kemampuan, pengalaman, pendidikan,
dan pengetahuan yang dimilikinya.
Tingkat gizi, terutama bagi para buruh kasar
dan berat, adalah faktor penentu derajat
produktivitas kerjanya. Makanan yang bergizi dan
sehat bagi pekerja berat ibarat mesin untuk
kendaraan bermotor. Pekerja berat yang tentu saja
memiliki beban kerja yang terlalu berat biasanya
akan mengalami penurunan berat badan. Manusia dan
beban kerja serta faktor-faktor dalam lingkungan
kerja merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan. Kesatuan seperti itu dinamakan roda
kesimbangan dinamis. Apabila keseimbangan ini tidak
menguntungkan akan terjadi keadaan labil yang
menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, cacat,
dan bahkan kematian.
Untuk mencegah gangguan kesehatan dan daya
kerja, ada beberapa usaha yang dapat dilakukan agar
karyawan tetap produktif dan mendapatkan jaminan
perlindungan keselamatan kerja, yaitu :
1. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja. Periksa
kesehatan calon karyawan untuk mengetahui
apakah calon tersebut serasi dengan pekerjaan
yang akan diberikan kepadanya, baik fisik,
maupun mentalnya.
2. Pemeriksaan kesehatan berkala untuk evaluasi.
Apakah faktor-faktor penyebab itu telah
menimbulkan gangguan-gangguan atau kelainan-
kelainan kepada tubuh karyawan atau tidak.
3. Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan
kepada karyawan secara kontinu. Itu penting
agar mereka tetap waspada dalam menjalankan
pekerjaannya.
4. Penerangan dan penjelasan sebelum bekerja,agar
para karyawan mengetahui dan menaati peraturan-
peraturan dan lebih hati-hati.
5. Pakaian pelindung, misalnya masker, kacamata,
sarung tangan, sepatu, topi pakaian kerja, dan
sebagainya.
6. Isolasi, yaitu mengisolasi operasi atau proses
produksi dalam memperoleh yang membahayakan
karyawan, misalnya mengisolasi mesin yang
sangat berisik agar tidak menjadi menganggu
kinerja pekerja lain. Contoh lain adalah
pencampuran bensin dengan tetra-etil-timah hitam .
7. Ventilasi setempat ( local exhauster ), ialah alat
untuk menghisap udara di suatu tempat tertentu,
agar bahan-bahan dari suatu tempat dihisap dan
dialirkan keluar.
8. Substitusi, yaitu mengganti bahan yang lebih
berbahaya dengan bahan yang kurang bahaya atau
tidak berbahaya sama sekali, misalnya
Carbontetrachlorida diganti dengan trichlor etilen.
9. Ventilasi umum, yaitu mengalirkan udara
sebanyak menurut perhitungan ke dalam ruang
kerja. Hal tersebut bertujuan agar kadar dari
bahan-bahan yang berbahaya oleh pemasukan udara
ini bisa lebih rendah hingga mencapai nilai
ambang batas (NAB).
Dengan berbagai langkah tersebut, diharapkan
kesehatan dan keselamatan karyawan akan lebih
terjamin dan kecelakaan bisa dihindarikan. Inilah
sebenarnya modal utama kesejahteraan para tenaga
kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Dessler, Gary. 1997. Human Resources Management. NewJersey: Prentice Hall Inc.
Dessler, Gary. 1988. Personel Management, 4th. New Jersey:Prentice Hall Inc.
Fisher, Cynthia D. Et.all. 1996. Human ResourceManagement. Boston: Houghton Mifflin Company.
Flippo, Edwin B, 1987. Personel Management. Mc-Graw HillInc.
French, Wendell L. 1986. Human Resources Management.Boston: Houghton Miffin Company.
Gomes, Faustino Cardoso. 1997. Manajemen Sumber DayaManusia.Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Gomez-Meija. Luis R., Dalkin, David B. & Cardy, RobertL. 2001. Managing Human Resources. New Jersey: PrenticeHall Int, Inc.
Harvey, Don and Robert Bruce Bowin. 1996. Human ResourceManagement – An Experiental Approach. New Jersey: PrenticeHall Int, Inc.
Hariandja, Marihot Tua Efendi. 2002. Manajemen SumberDaya Manusia. Jakarta: Grasindo
Land, Mathis Robert and Jackson, John H. 2000. HumanResource Management. Singapore: Thomson Learning Asia.
Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. 2000. Manajemen SumberDaya Manusia Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Miner, John B and Donald P. Crane. 1997. Human ResourcesManagement-The Strategic Perspective. New York: HarpersCollins College Publisher.
Moekijat. 1989. Perencanaan Sumber Daya Manusia. Bandung:Mandar Maju.
R, Wayne Mondy., Noe, Robert M. & Shane R. Premeaux.2002. Human Resource Management, 8th Edition. NewJersey: Prentice Hall Inc.
Ranupandojo, Heidjrachman dan Husnan, Suad. 1988.Manajemen Personalia. Yogyakarta: BPFE.
Robbin, Stephen P. 1988. Management-Concept and Application,Second Edition. New Jersey: Prentice HallInternational Inc.
Schermerhorn, John R. Terjemahan. 1997. Manajemen, Edisike-5. Yogyakarya: Penerbit ANDI.
Schuler, Randall S. Dan Susan E. Jackson. 1999.Manajemen Sumer Daya Manusia-Menghadapi Abad ke-21.Jakarta: Penerbit Erlangga.
Simamora, Henry. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia.Yogyakarta: STIE YKPN.
Sparrow, Paul R and Pettigrew, Andrew M. 1988. StrategicHuman Resources Management, Journal or OccupationalPsychology.
Swasono, Yudo dan Sulistyaningsih, Endang. 1990. MetodePerencanaan Tenaga Kerja- Tingkat Nasional, Regional, danPerusahaan, Yogyakarta: BPFE.
Umar, Husein. 1998. Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta:Gramedia.