DUKUNGAN SOSIAL BAGI KEMANDIRIAN WARIA PADA ...

113
DUKUNGAN SOSIAL BAGI KEMANDIRIAN WARIA PADA RUMAH SINGGAH WARIA ANAK RAJA, DEPOK Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memeroleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: AHRIANI SILVIA NIM: 1112052000001 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M/1439 H

Transcript of DUKUNGAN SOSIAL BAGI KEMANDIRIAN WARIA PADA ...

DUKUNGAN SOSIAL BAGI KEMANDIRIAN WARIA

PADA RUMAH SINGGAH WARIA ANAK RAJA,

DEPOK

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memeroleh Gelar

Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

AHRIANI SILVIA

NIM: 1112052000001

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M/1439 H

i

ABSTRAK

Ahriani Silvia, NIM 1112052000001, Dukungan Sosial bagi Kemandirian

Waria pada Rumah Singgah Waria Anak Raja-Depok, dibawah Bimbingan

Drs. Azwar Chatib, M. Si.

Waria adalah seorang laki-laki yang berbusana dan bertingkah laku seperti

wanita. Perilaku waria dianggap sebagai perilaku menyimpang di masyarakat. Hal

ini membuat kehadiran waria dilingkungan masyarakat tidak diterima dengan

baik. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh kaum waria saat ini yaitu

membutuhkan adanya dukungan sosial baik dalam rumah singgah maupun

dimasyarakat supaya waria dapat hidup mandiri untuk kehidupannya yang lebih

baik.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah Bagaimana bentuk dukungan sosial yang didapatkan oleh

waria dan bagaimana bentuk dukungan sosial yang diterima waria untuk

kemandirian waria.

Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif masalah yang akan

diteliti bersifat kompleks dan dinamis, oleh karenanya dalam penelitian ini

peneliti menggunakan pendekatan kualitatif guna mengetahui lebih dalam secara

fenomenologis permasalahan yang ada. Teknik pengumpulan data melalui

wawancara mendalam, teknik observasi dan dokumentasi. Adapun responden

yang diwawancarai adalah Yulianus Rettoblaut (Mami Yuli) pendiri Rumah

Singgah Waria, Bella dan Dinda anggota yang ada di rumah singgah waria.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini Dukungan Sosial. Kemudian

dari sekian banyak pendapat dalam Teori Dukungan Sosial, difokuskan penelitian

ini kepada teorinya Sarafino yang membagi dukungan sosial menjadi 5 bagian

yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental,

dukungan informasi dan dukungan jaringan sosial. Selain itu kemandirian juga

terfokus kepada percaya diri, mampu bekerja sendiri, menguasai keahlian dan

keterampilan yang sesuai dengan kerjanya, menghargai waktu, dan tanggung

jawab.

Penelitian ini menemukan waria sudah mampu berinteraksi dilingkungan

sekitar masyarakat dengan baik tanpa membuat orang lain tidak nyaman dengan

adanya keberadaan waria. Waria juga sudah mampu untuk hidup lebih mandiri

dengan cara mereka sendiri dan bekerja sesuai dengan kemampuan mereka. Dari

dukungan sosial yang didapatkan oleh waria di rumah singgah waria adalah

pengaruh yang paling besar untuk bisa merubah waria jadi lebih baik lagi di

masyarakat dalam proses kemandirian waria. Hal itulah yang membuktikan bahwa

dukungan sosial sangat berpengaruh terhadap kemandirian waria di rumah

singgah waria.

Kata Kunci : Dukungan Sosial, Kemandirian, Waria.

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam Yang Maha

Pengasih dan Penyayang yang selalu menyayangi umatnya. Sehingga dapat

mencurahkan selalu nikmat sehat dan nikmat panjang umur dan atas izin-Nya

akhirnya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Dan tak lupa sholawat serta salam

untuk Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW.

Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

sebagai tugas akhir untuk bisa memperoleh gelar sarjana yang di impikan. Tidak

mudah jalan yang di tempuh dalam pengerjaan skripsi ini. Sifat malas,

permasalahan yang datang, informan sulit untuk ditemui, pengumpulan materi dan

data yang merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh penulis. Dengan

anugerah yang Allah berikan akhirnya penulis mampu melawati semua tantangan

dan dapat menyelesaikan skripsi ini.

Saya persembahkan skripsi ini kepada kedua orang tua saya, Bapak saya

Ahmad Nasih yang selalu mendukung secara moril dan materil, dan untuk Ibu

saya Sofa Riyada yang tak pernah bosan menyemangati dan mendoakan. Kalian

adalah anugerah terindah yang telah Allah kirimkan sebagai pelengkap

kehidupanku. Dan terakhir untuk adikku Afrizal Al-farizy yang selalu

menghadirkan tawa disela kepusingan pengerjaan skripsi ini.

Selanjutnya penulis juga mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi

ini, rasa terimakasih ini penulis ucapkan kepada :

iii

1. Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. H. Arief Subhan, M.A,

Wakil Dekan I Bidang Akademik Suparto, M.Ed., Ph.D, Wakil Dekan II

Bidang Administrasi Umum Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag, serta Wakil Dekan

III Bidang Kemahasiswaan Dr. Suhaimi, M.Si.

2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam serta selaku Dosen Pembimbing Akademik, dan Noor

Bekti Negoro, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan

Islam yang tidak kenal lelah untuk memotivasi mahasiswanya.

3. Drs. Azwar Chatib, M.Si, sebagai pembimbing skripsi yang selalu setia,

sabar dan selalu memaklumi apa yang dialami oleh penulis dalam

penyelesaian skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada peneliti selama

menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. semoga penulis

dapat mengamalkan ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan.

5. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang

telah membantu penulis dalam urusan administrasi selama perkuliahan dan

penelitian skripsi ini.

6. Seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan

Ilmu Komunikasi yang telah melayani peminjaman buku literatur sebagai

referensi dalam penyusunan skripsi ini.

iv

7. Yulianus Rotteblaut selaku Forum Ketua Waria se-Indonesia sebagai

informan yang telah meluangka waktunya untuk di wawancarai oleh

peneliti di tengah kesibukan jadwal yang padat.

8. Terimakasih untuk Sahabat rasa saudara kandung Nurfi Laila dan Firda

Aulia Rahma, karena pemberian semangat kalian yang selalu ada dan

selama 5 tahun telah menemani penulis dalam keadaan susah ataupun

senang selama berada ditanah rantau.

9. Terimakasih untuk teman-teman semasa kuliah Sofwatillah Amin, Hisan

Harier, Adhya Muzaki, M. Fikri Adha, Irfan Hilmi, Ali Nurdin, Arie Onay

dan teman-teman jurusan BPI 2012 yang selalu saling memberikan

semangat dalam penulisan skripsi ini.

10. Terimakasih untuk Kakak Senior Ahmadi, Ahsan Ridhoi, Hasyim Zein,

dan semua senior-senior yang telah membantu pada proses pembuatan

skripsi ini hingga akhirnya selesai.

11. Terimakasih untuk sahabat-sahabati PMII KOMFAKDA (Putri Ayu

Pasya, Danny Setiawan, Ahmad Mutawally) PC. PMII CIPUTAT (Abdul

Rowman Wahid, Bama Praditya, Nita Listiani, Armanda, Rully) yang

telah memberikan dukungan dalam proses pengerjaan skripsi ini sampai

selesai.

12. Semua pihak yang terlibat membantu dan memberikan dukungan dalam

penulisan skripsi ini, yang tidak dapat di sebutkan satu persatu. Tanpa

mengurangi rasa hormat, peneliti mengucapkan terimakasih yang begitu

besar. Semoga apa yang telah dilakukan adalah hal yang terbaik dan hanya

v

Allah yang dapat membalas segala kebaikan dengan balasan terbaik-Nya.

Aamiin

Akhir kata, penelitian ini tentunya masih jauh dari sempurna, namun

diharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis, pembaca dan

segenap keluarga besar civitas akademik Jurusan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam.

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................. 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 8

D. Tinjauan Pustaka ................................................................... 9

E. Sistematika Penulisan ............................................................ 12

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Tinjauan Teori ....................................................................... 14

1. Dukungan Sosial .............................................................. 14

a. Pengertian Dukungan Sosial ..................................... 14

b. Jenis-Jenis Dukungan Sosial ...................................... 15

c. Sumber Dukungan Sosial ........................................... 17

2. Kemandirian .................................................................... 18

a. Pengertian Kemandirian ............................................. 18

b. Aspek-Aspek Kemandirian ........................................ 20

c. Ciri-Ciri Kemandirian ............................................... 22

3. Waria ............................................................................... 23

vii

a. Pengertian Waria ....................................................... 23

b. Waria Dalam Psikologi ............................................. 24

c. Waria Dalam Sudut Pandang Islam ........................... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodologi Penelitian ............................................................. 29

1. Pendekatan Penelitian ........................................................ 29

2. Jenis Penelitian ................................................................... 30

3. Subjek Dan Objek Penelitian ............................................. 31

4. Lokasi Dan Waktu Penelitian ............................................ 33

5. Penentuan Sumber Data ..................................................... 33

6. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 36

7. Teknik Analisis Data .......................................................... 38

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................ 41

1. Sejarah Singkat Rumah Singgah ...................................... 41

2. Visi Dan Misi Rumah Singgah ......................................... 43

3. Tujuan Rumah Singgah .................................................... 43

4. Fungsi Rumah Singgah ..................................................... 44

5. Sasaran Program Pemberdayaan Rumah Singgah ............ 44

6. Kegiatan Rumah Singgah ................................................. 45

B. ProfileWaria ............................................................................ 46

1. Struktur Kepengurusan Rumah Singgah………………… 47

2. Profil Anggota Waria di Rumah Singgah……………….. . 48

viii

BAB V HASIL DAN ANALISIS

A. Temuan Penelitian ................................................................. 49

1. Data Partisipan Penelitian ............................................... 49

2. Deskripsi Informan 1........................................................ 50

3. Deskripsi Informan 2 ....................................................... 56

4. Deskripsi Informan 3........................................................ 59

5. Deskripsi Informan 4………………………………….. 65

B. Analisis Inter Subjek ............................................................. 66

1. Bentuk Dukungan Sosial Yang Didapat Waria ................ 66

2. Proses Kemandirian Yang Dilakukan Waria ................... 70

3. Dukungan Sosial Terhadap Kemandirian ........................ 73

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ........................................................................... 77

B. Saran ...................................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk

membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perkehidupannya sendiri. Kebebasan

ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri

manusia itu dan akan menjadi apa manusia itu sendiri.1

Allah SWT menciptakan manusia dengan jenis kelamin laki-laki dan

perempuan, namun kenyataanya masih banyak orang yang mencoba keluar dari

kodrat yang telah Allah SWT anugerahkan, salah satunya adalah kaum Waria.

Sebagaimana dijelaskan Allah SWT dalam Al-Quran Surah Annisa ayat 1 yang

berbunyi:

“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhan-mu yang telah

menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan

isterinya, dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan

perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan

(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan

mengawasi kamu.”2

Waria dalam bahasa Arab dikenal dengan Al-Mukhonats dan secara Istilah

Syariat, didefinisikan oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani sebagai laki-laki yang

menyerupai wanita dalam gerakan, gaya bicara dan sebagainya. Apabila hal

1 Syamsu Yusuf, A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung:

PT. Remaja Rosda Karya, 2006), h. 108. 2 Al-Quran Surah An-nisa ayat 1

2

tersebut merupakan asli dari penciptaan dia (dari lahir) maka dia tidak bisa

disalahkan dan dia diharuskan menghilangkan hal tersebut.3 Dan apabila hal

tersebut merupakan sesuatu yang datang dari keinginannya dan dia berusaha untuk

bisa seperti itu maka hal tersebut merupakan sesuatu yang tercela dan dengan itu

ditetapkanlah nama Al-Mukhonats (Waria) untuknya baik dia melakukan

perbuatan kotor (Homoseksual) ataupun tidak.4

Waria dalam bahasa psikologi disebut transeksual. Dikalangan awam tidak

sedikit yang menyebutnya dengan homoseks, seperti waria itu identik dengan gay.

Padahal waria dengan gay merupakan dua fenomena yang berbeda dalam batasan

tertentu keduanya masih bisa digolongkan sebagai pentimpangan seksual. Dalam

pengertian umum, waria adalah seorang laki-laki yang berdandan dan bertingkah

laku seperti wanita. Kelainan ini bisa digolongkan sebagai penyakit. Istilah waria

memang ditunjukan untuk penderita transeksual yaitu seorang yang memilki fisik

berbeda dengan keadaan (jiwanya). Artinya istilah ini bisa juga dikenalkan pada

seseorang yang secara fisik perempuan tapi berdandan dan berlaku sebagai laki-

laki.5

Menurut data Direktorat Jenderal Administrasi dan Kependudukan

Departemen Dalam Negeri, menunjukan bahwa setidaknya ada 7Juta orang waria

pada tahun 2015, jumlah ini akan terus bertambah setiap tahunnya. Berdasarkan

jumlah yang belum bisa dipastikan tersebut, akibat belum pernah diadakannya

3 Kitab Fathul Bari‟, 9 ayat 334

4 Kitab Fathul Bari‟, 9 ayat 334

5 Atmojo Kemala, Kami Bukan Laki-laki (Jakarta Utara: Pustaka Utama Grafiti 1987)

hlm 2.

3

sensus secara khusus terhadap waria, mengingat waria yang bersikap tertutup.

Tersebarnya mereka ke dalam beberapa daerah menimbulkan banyak kontroversi.6

Permasalahan yang ada adalah masalah yang mungkin sepele seperti yang

terjadi dikota besar Jakarta “waria asal Papua mengatakan perlakuan diskriminasi

yang diterima kaum waria bahkan juga untuk hal-hal yang sebenarnya bersifat

sepele. Seperti jika ingin ke toilet atau kamar mandi baik di mal maupun di

tempat-tempat lainnnya. Kita mau masuk kamar mandi aja diskriminasi itu ada,

masuk kamar mandi perempuan, sama Satpamnya gak boleh, masuk kamar mandi

laki-laki, Satpamnya gak boleh juga,” katanya. Komisi Nasional Hak Asasi

Manusia (Komnas HAM) membenarkan banyaknya diskriminasi yang dialami

kaum waria. Ketua Komnas HAM 2013, Siti Noorlaila, mengatakan diskriminasi

masih kerap terjadi dalam banyak aspek kehidupan waria.7

Menurut Elkind dan Weiner mendefinisikan kemandirian sebagai

kebebasan bertindaktidak bergantung pada individu lain, tidak terpengaruh

lingkungan dan bebas mengatur kebutuhan sendiri.8 Martin dan Stendler

menyatakan bahwa kemandirian ditujukan dengan kemampuan seseorang berdiri

diatas kaki sendiri, mengurus diri sendiri dalam semua aspek kehidupannya,

ditandai dengan adanya inisiatif, kepercayaan diri dan kemampuan

mempertahankan diri dan hak miliknya.9

6https://www.islampos.com/klaim-jumlah-waria-ada-7-juta-arus-pelangi-kita-sudah-bisa-

buat-partai-37457/, diakses pada hari Jumat 19 agustus 2016, pukul 16.00 7 http://news.detik.com/berita/2418211/duka-waria-dari-masalah-ktp-toilet-sampai-

kuburan-pun-repot,diaksespada hari Jumat 19 agustus 2016, pukul 16.21. 8 S. Nuryoto, Kemandirian Remaja Ditinjau dari Tahap Perkembangan, Jenis Kelamin,

dan Peran Jenis (Anima Indonesia Psychological Journal No. 2), (Yogyakarta: Universitas Gajah

Mada, 1993), h. 51. 9 T. Afiatin, PersepsiPria dan Wanita dalam Kemandirian (Anima Indonesia

Psychological Journal No.2), (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 1993), hal. 8.

4

Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kemandirian

adalah suatu keadaan seseorang dimana seseorang berusaha berdiri sendiri dalam

arti tidak bergantung pada orang lain, dalam mengambil keputusan dan mampu

melaksanakan tugas hidup dengan penuh tanggung jawab.

Pada umumnya manusia memiliki dorongan atau keinginan untuk

mewujudkan dirinya menjadi seseorang yang lebih baik. Maka wajar apabila

manusia selalu berusaha kearah taraf kehidupan yang lebih baik dan kemandirian.

Dengan demikian jadi nyatalah bahwa manusia bukanlah makhluk yang

statis. Manusia senantiasa mengoptimalkan potensi-potensi yang ada dalam

dirinya dan memiliki kehendak untuk maju. Untuk dapat kemandirian yang

diharapkan manusia membutuhkan adanya dukungan sosial.

Menurut Gottlieb dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal

dan atau non-verbal, bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban

sosial atau didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional

atau efek perilaku bagi pihak penerima.10

Sedangkan menurut Taylor dukungan

sosial merupakan transaksi interpersonal yang ditunjukan dengan memberi

bantuan kepada individu lain dan bantuan itu diperoleh dari orang yang berarti

bagi individu yang bersangkutan.11

Adapun menurut Sarafino menyatakan bahwa

10

Hanny Safitri Sari, “Pengaruh Dukungan Sosial dan Kepribadian terhadap Penyesuaian

Diri pada Masa Pensiun,” (Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010),

h. 23 11

Belga Handityatama, “Pengaruh Dukungan Sosial dan Religiulitas terhadap selftesteem

Residen Napza.” (Skripsi Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2014), h. 25

5

dukungan sosial mengacu pada kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan

yang diberikan orang lain atau kelompok kepada individu.12

Sebagai makhluk sosial, tentunya waria mempunyai ketergantungan untuk

berinteraksi antar sesama. Namun jalan hidup sebagai waria mendapatkan reaksi

kontroversi dari masyarakat, ini ditunjukan pada cara masyarakat memperlakukan

waria tersebut. Pada kenyataannya banyak sekali masyarakat di sekitar kita yang

belum bisa menerima kehadiran mereka. Kebanyakan masyarakat tidak bisa

menerima akan perilaku dan keadaan waria yang dianggap aneh dan diluar

kebiasaan, bahkan ada yang menganggap suatu aib bagi keluarga bila salah

seorang anggota keluarganya ada yang menjadi waria.

Berbagai kontra dan protes dilakukan sebagai bentuk penolakan terhadap

keberadaan waria baik secara keras maupun secara halus. Majelis Ulama

Indonesia (MUI) 11 Oktober 1997 mengeluarkan fatwanya tentang waria bahwa

waria adalah laki-laki dan tidak dapat dipandang sebagai kelompok (jenis kelamin)

tersendiri dan segala perilaku waria yang menyimpang adalah haram dan harus

diupayakan untuk dikembalikan pada kodrat semula.13

Fatwa tersebut merujuk

kepada hadits riwayat Bukhari, “Dari Ibnu Abbas, ia berkata: “Nabi SAW

melaknat laki-laki yang berpenampilan perempuan dan perempuan yang

berpenampilan laki-laki.”14

Menjadi kaum minoritas di Indonesia bukan hal yang mudah bagi para

waria. Pandangan miring selalu ada dalam pikiran dan kehidupan mereka,

dimanapun dan kapanpun. Apa yang mereka alami terkadang menjadikan mereka

rendah diri sehingga mereka sangat memerlukan adanya dukungan sosial. Menurut

12

Endang Mulatsih, “Pengaruh Selfesteem dan Dukungan Sosial Terhadap Optimisme

Masa Depan Anak Jalanan di Rumah Singgah Jakarta Selatan,” (Skripsi S1 Fakultas Psikologi,

Universitas Islam Negeri Jakarta, 2013), h. 26. 13

Komisi Fatwa MUI dalam sidangnya (Kedudukan Waria) pada tanggal 9 Jumadil akhir

1418 H, bertepatan dengan tanggal 11 Oktober 1997 tentang masalah waria. 14

HR. Al-Bukhari no. 5885

6

pandangan psikologi komunitas, dukungan siosial merupakan suatu proses yang

spesifik untuk berlangsungnya kehidupan dalam komunitas, yang merupakan

suatu jaringan sosial dan dibentuk oleh orang-orang yang saling berinteraksi.15

Dari dukungan sosial yang didapat oleh waria, mereka akan mendapat

keyakinan yang lebih atas apa yang telah mereka jalani sekarang. Rogers

mengemukakan jika individu diterima secara positif oleh orang lain, individu itu

akan cenderung untuk mengembangkan sikap positif terhadap diri sendiri dan

lebih menerima diri sendiri.16

Selain itu mereka menginginkan penghargaan pada

diri mereka. Sehingga mereka lebih mudah bersikap mandiri dengan lingkungan,

mengetahui bahwa mereka dihargai oleh orang lain, dari faktor psikologis yang

penting dalam membantu mereka melupakan aspek-aspek negatif dari kehidupan

mereka dan berpikir lebih positif terhadap lingkungan mereka, hal ini sangat

mempengaruhi aktualisasi diri mereka.

Mengingat waria kurang diterima oleh masyarakat dan jarangnya

kesempatan mereka dalam mendapatkan pekerjaan maka perlu ditanamkan rasa

tidak bergantung pada orang lain dengan memberikan mereka keterampilan untuk

bisa hidup mandiri, sabar dalam menjalani kehidupan, mengajarkan betapa

pentingnya kedisiplinan, untuk kehidupan waria yang jauh lebih baik.

Di rumah singgah waria anak raja mereka diberikan berbagai keterampilan

mulai dari keterampilan salon, memasak, menjahit, dll. Dengan adanya

keterampilan yang dimiliki oleh para waria diharapkan dapat mengubah kesan

negative yang melekat kepada waria, oleh karena itu berdirilah rumah singgah

15

Istiqomah Wibowo, dkk, Psikologi Komunitas (Depok: LPSP3 UI 2011), h. 35. 16

Ibid, h. 26

7

waria anak raja yang di harapkan dapat menjadi wadah untuk mengatasi persoalan

sosial yang dialami oleh waria. Dari fasilitas tersebut seharusnya waria dapat

meningkatkan kemampuannya terutama dalam kemandirian para waria, hanya saja

kurangnya dukungan sosial dari masyarakat yang mereka dapatkan menjadi

hambatan bagi mereka.

Penelitian ini dilakukan terhadap upaya kemandirian pada kaum waria.

Andaikata persoalan ini tidak diperhatikan maka waria akan menjadi mahluk yang

tersisihkan manusia yang tidak dihiraukan. Untuk itu sangat diperlukan dukungan

sosial. Berdasarkan uraian diatas maka skripsi ini mengambil judul

“DUKUNGAN SOSIAL BAGI KEMANDIRIAN WARIA PADA RUMAH

SINGGAH WARIA ANAK RAJA, DEPOK”

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak menyimpang dari sasaran yang di kehendaki dan

supaya lebih terarah maka perlu di adakan adanya suatu pembatasan masalah,

yaitu:

a. Dukungan Sosial adalah segala bantuan atau pertolongan yang didapat

sepanjang kehidupan seseorang, yang terdiri dari; Dukungan

instrumental, Dukungan informasional, Dukungan emosional,

Dukungan pada harga diri, Dukungan dari kelompok sosial.

8

b. Kemandirian adalah keadaan dimana seseorang dapat berdiri sendiri,

tanpa bergantung kepada orang lain, mampu memecahkan masalahnya

sendiri dan dapat bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya.

c. Waria adalah perubahan perilaku maupun penampilan dari laki-laki

menjadi perempuan. Mereka merasa bahwa adanya ketidaksesuaian

(ketidaknyamanan) antara fisik dengan identitasnya, seorang laki-laki

yang berdandan dan bertingkah laku seperti wanita.

Fokus penelitian ini pada dukungan sosial waria yang diberikan oleh

masyarakat dari luar rumah singgah, apakah dukungan sosial berpengaruh

bagi kemandirian waria.

2. Rumusan Masalah

Agar perumusan skripsi ini juga lebih terarah, maka penulis fokus pada

perubahan yang dialami yaitu:

Bagaimana bentuk dukungan sosial yang diterima waria untuk

kemandirian?

Selanjutnya, Dukungan sosial dengan segala keutuhannya bagi waria di

rumah singgah waria, dengan diasumsi atau didalami melalui kegiatan sosial

yang mereka lakukan atau jalani.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bentuk dukungan sosial bagi kemandirian yang

didapatkan para waria di rumah singgah waria.

9

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis, yaitu

memperkaya referensi ilmiah dalam Bimbingan dan Penyuluhan

Islam khususnya dalam mata kuliah yang telah di pelajari dalam

ilmu Psikologi mengenai Dukungan sosial, dan kemandirian.

2) Penelitian ini juga di harapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti

selanjutnya yang tertarik dengan masalah dukungan sosial bagi

kemandirian pada waria.

3. Manfaat praktis

Agar lebih memahami dan mendalami ilmu pengetahuan Peneliti di

bidang ilmu dakwah dan komunikasi khususnya dalam hal bimbingan dan

penyuluhan Islam mengenai dukungan sosial terhadap aktualisasi diri waria.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam rangka penelitian ini, penulis telah melakukan tinjauan pustaka di

Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta Pusat

Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memastikan tidak ada skripsi

yang sama dengan skripsi yang penulis susun. Tinjauan pustaka dilakukan

terhadap lima skripsi terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian ini,

diantaranya:

1. Nama Peneliti : Jauharatus Sa‟diyah (NIM. 104070002265)

10

JudulPenelitian : Pengaruh Dukungan Sosial Yayasan Srikandi Sejati

Terhadap Self Esteem Waria.

Penelitian yang dilakukan mahasiswi Psikologi, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta ini bertujuan untuk mengetahui masalah yang ada para waria

diharapkan memiliki self-esteem yang tinggi yang dapat mempengaruhi

kehidupannya kedepan yang membuat waria bisa survive. Menurut

peneliti, untuk memiliki self-esteem yang tinggi, ada beberapa faktor

yang mempengaruhinya yaitu: kelompok, tingkat pendidikan, umur dan

lama menjadi anggota komunitas. Teori yang digunakan peneliti menurut

teori Orford 1992, adanya dukungan emosi, dukungan penghargaan,

dukungan instrumental, dukungan informasi, dan dukungan persahabatan.

2. Nama Peneliti : Khoirunisa (NIM. 1110051000066)

Judul Penelitian : Strategi Komunikasi Rumah Singgah Waria Anak

Raja Dalam Penerimaan Masyarakat Terhadap Komunitas Waria Di

Meruyung Depok.

Penelitian yang dilakukan mahasiswi Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini bertujuan mengetahui

masalah bagaimana kaum waria menempatkan diri dalam kehidupan

bermasyarakat, strategi yang dilakukan oleh rumah singgah waria dalam

penerimaan masyarakat yaitu dengan menganalisis aspek eksternal rumah

singgah yaitu masyarakat setempat. Teori yang digunakan yaitu teori

etnometodelogi dan teori etnografi.Bagaimana mempelajari realitas

sosial, mempelajari bagaimana interaksi yang dilakukan masyarakat dan

11

waria yang menempati rumah singgah, lalu menjelaskan bagaiamana

uraian dan latar belakang lingkungan masyarakat yang berada di

lingkungan tersebut dan penggambaran bagaimana realitas kehidupan

masyarakat setempat.

3. Nama Peneliti : Khusnul Khotimah (NIM. 201060006)

JudulPenelitian : Aktualisasi Diri Pada Waria di Kabupaten Kudus.

Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi FakultasPsikologi Universitas

Muria Kudus bertujuan untuk mengetahui masalah faktor-faktor yang

mempengaruhi aktualisasi diri, gambaran aktualisasi diri dan dampaknya

bagi waria di kabupaten Kudus. Peneliti menggunakan metode kualitatif

yang tekniknya menggunakan metode wawancara dan observasi. Teori

yang digunakan aktualisasi diri dengan faktor yang mempengaruhi yaitu

pemeliharaan, peningkatan diri, penerimaan positif dari orang lain,dan

penerimaan positif diri sendiri.

4. Nama peneliti : MariaZakiyah (NIM. 107070002643)

JudulPenelitian : Pengaruh Dukungan Sosial dan Health Locus Of

Control terhadap Peneriman Diri Penderita Psoriasis.

Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi Fakultas PsikologiUIN Syarif

Hidayatullah Jakarta ini bertujuan untuk mengetahui masalah yang ada

mereka penderita Psoriasis mengeluh mengenai ketidaknyamanan dengan

kondisi kulit yang bersisik, mudah kambuh dan tidak kunjung sembuh

sehingga membuat mereka malu untuk bertemu dengan orang lain. Hal

tersebut membuat mereka menyalahkan diri sendiri bahkan Tuhan karena

12

telah menderita Psoriasis, sehingga menunjukan para penderita penyakit

tersebut memiliki penerimaan diri yang rendah.Teori yang digunakan

dukungan sosial tediri dari dukungan emosional, informasi, nyata,

interaksi sosial positif dan kasih sayang.Lalu health locus of control,

internal, powerful others dan chance terhadap penerimaan diri.

5. Nama peneliti : Nooryani Irmawati

Judul Penelitian : Motivasi Aktualisasi Diri Penyandang Tunanetra

Dewasa (Studi Kasus Pada Ikatan Tunanetra Muslim Indionesia Kota

Yogyakarta).

Penelitian yang dilakukan mahasiswi FakultasDakwah dan Komunikasi,

Bimbingan dan Konseling Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini

bertujuan untuk mengetahui masalah para tunanetra yang terjebak dalam

keterbatasan penglihatannya tersebut di jadikan alasan untuk terus

mengasihani diri dan tidak mengaktualisasikan diri dengan maksimal.

Teori yang digunakan aktualisasi diri oleh Abraham Maslow.

E. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian skripsi ini peneliti mengacu pada pedoman penulisan karya

ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk yang diterbitkan

oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.Sistematika penulisan dalam penelitian

ini terbagi dalam enam bab yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN. Isi BAB I merupakan pendahuluan dari BAB

13

yang ada pada skripsi ini. BAB I terdiri dari Latar Belakang Masalah,

Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat

Penelitian, Tinjauan Pustaka, Sistematika Penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI. Dalam BAB ini akan dipaparkan mengenai

Teori-teori ataupun pembahasan yang berkaitan dengan Dukungan

Sosial. Selain itu, dideskripsikan pula tentang, Kemandirian, dan

Waria.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN. Isi BAB III ini terdiri dari

Metodologi Penelitian.

BAB IV : GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Isi BAB IV

Gambaran Umum Lembaga yang meliputi Latar Belakang Rumah

Singgah Waria Anak Raja Depok, Masyarakat yang berada di sekitar

Rumah Singgah.

BAB V : HASIL DAN ANALISIS. Isi BAB V Temuan dan Analisa yang

meliputi Analisis Intra Subjek, Analisis Inter Subjek, Bentuk

Dukungan Sosial yang didapatkan di Rumah Singgah Waria Anak

Raja Depok, Gambaran Kemandirian Waria dan Dukungan Sosial

Bagi Kemandirian waria di masyarakat.

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN. Pada BAB ini disajikan kesimpulan

penelitian dan saran dari hasil pembahasan.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

14

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Teori

1. Dukungan Sosial

a. Pengertian Dukungan Sosial

Dalam menghadapi situasi yang penuh dengan konflik dan tekanan,

seseorang membutuhkan adanya dukungan sosial. Menurut Ganster, dkk,

dukungan sosial adalah tersedianya hubungan yang bersifat menolong dan

mempunyai nilai khusus bagi individu yang menerima.17

Dukungan sosial menurut House dan Khan adalah tindakan yang

bersifat membantu yang melibatkan emosi, pemberian informasi, bantuan

instrument dan penilaian positif pada individu dalam menghadapi

permasalahannya.18

Gottlieb dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal

dan nonverbal yang diberikan oleh suatu jaringan sosial yang akrab.

Dukungan ini didapat karena kehadiran jaringan sosial tersebut dan

mempunyai manfaat perilaku bagi pihak pertama.

Menurut Taylor definisi dukungan sosial ialah informasi dari orang

lain bahwa ia dicintai, diperdulikan, dihargai, dan bernilai, menjadi bagian

17

A. Cahyadi & Apollo, Konflik Peran Ganda Perempuan Menikah Yang Bekerja

Ditinjau dari Dukungan Sosial Keluarga dan Penyesuaian Diri. Jurnal Widya Warta, 02, 261. 18

A. Cahyadi & Apollo, h. 261

15

dari jaringan komunikasi dan kewajiban dari orang tua, istri atau kekasih,

saudara, teman, sosial dan hubungan dengan komunitas sosial.19

Sedangkan Sarafino menyatakan bahwa dukungan sosial mengacu

pada kenyamanan yang dirasakan, perhatian, penghargaan atau bantuan

yang diperoleh individu dari orang lain maupun kelompok.20

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial

dukungan atau bantuan yang diterima oleh individu dari orang-orang

terdekat atau orang-orang yang berada di lingkungannya sepanjang rentang

kehidupan yang membuat penerima dukungan atau bantuan tersebut

merasa dianggap keberadaanya, dicintai dan diperhatikan serta membantu

individu untuk mencapai keselarasan antara dirinya dan lingkungannya.

b. Jenis Dukungan Sosial

Dukungan sosial seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya

Dukungan sosial membuat individu yang menerima dukungan baik itu

secara verbal ataupun nonverbal dapat merasa dianggap keberadaannya,

dicintai bahkan merasa sangat diperhatikan oleh orang lain.

Dukungan sosial memiliki peran penting bagi individu untuk

kemandirian. Sarafino membagi dukungan sosial menjadi lima bentuk

19

Belga Handityatama, “Pengaruh Dukungan Sosial dan Religiulitas terhadap SelfEsteem

Residen Napza” (Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2014), h. 24-25. 20

Belga Handityatama, h. 25

16

antara lain; dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan

instrumental, dukungan informasi dan dukungan jaringan sosial.21

Dukungan Emosional (Emotional Support) adalah bentuk dukungan

yang memiliki rasa empati, kepedulian, dan perhatian terhadap sesama

individu, dukungan emosional juga melibatkan ekspresi rasa kepedulian

dan perhatian yang ditunjukan kepada individu, sehingga individu merasa

nyaman, dicintai dan diperhatikan. Dukungan Penghargaan (Esteem

Support) adanya ungkapan penilaian yang positif dari seseorang sehingga

membentuk perasaan dalam diri individu bahwa seseorang merasa

berharga, mampu dan berarti. Dukungan Instrumental / material

(Instrumental / material support) adanya pemberian barang dan jasa yang

berguna untuk individu yang membutuhkan. Contohnya pinjaman atau

sumbangan dari orang lain atau bantuan dalam mengerjakan tugas-tugas

tertentu. Dukungan Informasi (Information Support) adalah dukungan yang

diberikan dengan cara memberikan informasi baik kepada individu, hal ini

dapat juga dilakukan dengan cara memberikan nasehat, saran atau cara-

cara yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Dukungan

Jaringan Sosial atau Dukungan Persahabatan adalah dukungan sosial ketika

seseorang sedang menghadapi masalah dan ia memerlukan seseorang atau

support group yang dapat meringankan beban hidupnya mulai dari

butuhnya seseorang yang menemaninya, dan adanya tempat untuk berbagi.

21

Yusuf Hidayat, “ Pengaruh Trait Personality dan Dukungan Sosial terhadap Tingkat

Resiliensi Mahasiswa “ (Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012), h.

28-30

17

Dari penjelasan diatas, dapat dilihat dengan jelas bahwa semua jenis

dukungan sosial sangat penting bagi manusia, termasuk juga waria supaya

lebih mandiri dan bisa lebih bermanfaat dilingkungan masyarakat.

c. Sumber Dukungan Sosial

Kahn dan Antonucci (1980) membuat diagram dari barisan orang-

orang yang berperan memberi dukungan sosial sepanjang kehidupan

subyek/pelaku. Terdapat 3 lapisan barisan, seperti terlihat dalam diagram

berikut:

Diagram 1.0 : Diagram lapisan dukungan sosial22

Lapisan pertama terdiri dari orang- orang yang membentuk barisan

dukungan sosial dengan mantap/stabil, hubungan subyek sangat dekat

dengan mereka, dukungan yang diberikan setiap saat secara pribadi kepada

subyek (terlepas dari apapun jabatan yang disandang subyek). Contoh:

22

Istiqomah Wibowo, dkk, Psikologi Komunitas( Depok : LPSP3 UI, 2013, Cet. III ), h.

35.

Individu

keluarga dekat

Tetangga, kaum kerabat

keluarga jauh, teman sekantor, lingkungan sekitar ( sekampung/satu desa )

18

hubungan suami istri, keluarga dan hubungan dengan teman – teman

dekat.23

Lapisan kedua terdiri dari sejumlah orang ada hubungan dengan

subyek namun sifat hubungan tersebut terbatas pada hubungan kerja atau

hubungan kekerabatan. Suatu hubungan yang mudah berubah sewaktu-

waktu. Lapisan ketiga terdiri dari orang-orang berhubungan dengan subyek

melalui jalur profesi, bertetangga atau sekampung, keluarga jauh, teman

sekerja dan hubungan dengan atasan di kantor yang sifat hubunganya

kurang akrab dan sangant mudah berubah dari waktu ke waktu.24

Dari penjelasan diatas ketiga sumber dukungan sosial tersebut salah

satunya sudah didapatkan oleh waria, waria yang berada di rumah singgah

sudah mendapatkan dukungan sosial dari lingkungan sesama jenisnya

tetapi perlu adanya perhatian yang lebih untuk menjadikan seorang waria

ini mandiri. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui lebih

mendalam tentang dukungan sosial bagi kemandirian waria di rumah

singgah waria anak raja Depok.

2. Kemandirian

a. Pengertian Kemandirian

Istilah kemandirian sering disebut dengan autonomy atau

independency. Autonomy merupakan suatu tendensi untuk mencapai

sesuatu, mengatasi sesuatu, bertindak secara efektif terhadap lingkungan

23

Istiqomah Wibowo, h.35. 24

Istiqomah Wibowo, dkk, Psikologi Komunitas ( Depok : LPSP3 UI, 2013, Cet. III ), h.

35

19

dan merencanakan serta mewujudkan rencana dan harapan-harapannya.25

Sedangkan independency menurut Batia yang dikutip dari buku Masrun

diartikan sebagai perilaku yang aktivitasnya diarahkan pada diri sendiri,

tidak mengharapkan pengarahan dari orang lain, bahkan mencoba

menyelesaikan dan memecahkan masalahnya sendiri tanpa bantuan orang

lain.26

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mandiri adalah keadaan dapat

berdiri sendiri atau tidak bergantung pada orang lain, sedangkan

kemandirian adalah hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung

pada orang lain.27

Menurut Elkind dan Weiner mendefinisikan kemandirian

sebagai kebebasan bertindak, tidak bergantung pada individu lain, tidak

terpengaruh lingkungan dan bebas mengatur kebutuhan sendiri.28

Martin

dan Stendler menyatakan bahwa kemandirian ditujukan dengan

kemampuan seseorang berdiri diatas kaki sendiri, mengurus diri sendiri

dalam semua aspek kehidupannya, ditandai dengan adanya inisiatif,

kepercayaan diri dan kemampuan mempertahankan diri dan hak

miliknya.29

Mandiri menurut Antonius adalah dimana seseorang mau dan

mampu mewujudkan kehendak atau keinginan dirinya ynag terlihat dalam

25

Masrun, Sikap Mandiri Anak Kost, (Bandung: Tarsito, 1986), h.8. 26

Masrun, h.8. 27

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001, h. 710. 28

S. Nuryoto, Kemandirian Remaja Ditinjau dari Tahap Perkembangan, Jenis Kelamin,

dan Peran Jenis (Anima Indonesia Psychological Journal No. 2), (Yogyakarta: Universitas Gajah

Mada, 1993), h. 51. 29

T. Afiatin, PersepsiPria dan Wanita dalam Kemandirian (Anima Indonesia

Psychological Journal No.2), (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 1993), hal. 8.

20

tindakan atau perbuatan nyata guna menghasilkan sesuatu (barang atau

jasa) demi pemenuhan kebutuhan hidupnya dan sesamanya.30

Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kemandirian

adalah suatu keadaan seseorang dimana seseorang berusaha berdiri sendiri

dalam arti tidak bergantung pada orang lain, dalam mengambil keputusan

dan mampu melaksanakan tugas hidup dengan penuh tanggung jawab.

b. Aspek-Aspek Kemandirian

Kemandirian adalah salah satu ciri kepribadian yang penting yang

dapat membantu individu mencapai tujuan hidup, untuk menyelesaikan

tugas-tugasnya, dan memperoleh kebebasan.

Havighurts menyatakan kemandirian memiliki beberapa aspek, yaitu;

kemandirian emosi, kemandirian ekonomi, kemandirian intelektual,

kemandirian sosial.31

Kemandirian Emosi ditunjukan dengan mampu mengendalikan emosi

dan tidak ada ketergantungan kebutuhan emosi dari orang lain.

Kemandirian Ekonomi ditunjukan dengan kemampuan untuk mengatur

ekonomi dan tidak tergantung dari orang lain dalam hal kebutuhan

ekonomi. Kemandirian Intelektual ditunjukan dengan kemampuan untuk

mengatasi masalah-masalah yang dihadapi. Kemandirian Sosial ditunjukan

dengan adanya kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain atau

menunggu aksi dari orang lain.

30

Atosokhi Antonius. dkk, Relasi Dengan Diri Sendiri, (Jakarta: Elex Media

Komputindo, 2002), h. 145 31

Z. Mutadin, Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologis Remaja.

21

Kemandirian yang juga merupakan bagian dari kedewasaan

mencakup beberapa hal, yaitu; pengaturan diri sendiri, kemandirian secara

ekonomi, dapat mengambil keputusan sendiri, terlibat dalam kegiatan di

luar rumah, kemandirian dalam sikap dan tata nilai, kemandirian dalam

emosi.32

Pengaturan Diri Sendiri kemampuan individu untuk dapat mengatur

dan mengarahkan dirinya dengan tepat serta dapat menjaga diri sendiri.

Kemandirian Secara Ekonomi kemampuan seseorang untuk tidak

bergantung pasa orang lain secara finansial, dan dapat menghasilkan uang

sendiri. Dapat Mengambil Keputusan Sendiri individu yang sudah dapat

mengambil keputusan sendiri dengan baik, tidak bergantung pada orang

lain serta menjalankan semua keputusan yang telah diambil dengan penuh

tanggung jawab. Terlibat Dalam Kegiatan Diluar Rumah sudah dapat

menjalani kehidupan diluar lingkungan keluarga dan menjalani

kehidupannya sendiri dengan tanggung jawab yang

dimilikinya.Kemandirian dalam sikap dan tata nilai seseorang individu

yang mandiri harus mampu merencanakan kehidupannya seperti

merencanakan pendidikan, karir, bidang pekerjaan yang

ditekuni.Kemandirian dalam emosi seseorang yang telah mandiri dapat

memutuskan ikatan emosi yang dimiliki dengan keluarganya sehingga

mampu membuat keputusan sendiri serta memecahkan masalah dalam

kehidupannya.

32

K. Wahono, Arti Kemandirian Bagi Mahasiswa UI (Studi Kasus Mahasiswa UI yang

Tinggal Terpisah dari Orang Tua dan Tinggal Bersama Orang Tua), (Depok: Fakultas Psikologi

Universitas Indonesia, 1997), h. 17.

22

c. Ciri-Ciri Kemandirian

Kemandirian mempunyai ciri-ciri yang beragam, banyak dari para

ahli yang berpendapat mengenai ciri-ciri kemandirian. Menurut Gilmore

dalam Chabib Thoha merumuskan ciri kemandirian yaitu; Ada rasa

tanggung jawab, Memiliki pertimbangan dalam menilai problem yang

dihadapi secara intelegen, Adanya perasaan aman bila memiliki pendapat

yang berbeda dengan orang lain, Adanya sikap kreatif sehingga

menghasilkan ide yang berguna bagi orang lain.33

Ciri-ciri kemandirian

menurut Lindzey & Ritter dalam Hasan Basri (2000:56) berpendapat

bahwa individu yang mandiri itu meliputi; menunjukan inisiatif dan

berusaha untuk mengejar prestasi, secara relative jarang mencari

pertolongan pada orang lain, menunjukan rasa percaya diri, mempunyai

rasa ingin menonjol.34

Dengan adanya pendapat dari ahli di atas Antonius

mengemukakan bahwa ciri-ciri mandiri yaitu; percaya diri, mampu bekerja

sendiri, menguasai keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan kerjanya,

menghargai waktu, dan tanggung jawab.35

Setelah melihat ciri-ciri kemandirian yang dikemukakan dari

beberapa pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri

kemandirian tersebut antara lain; Seseorang yang berinisiatif dalam segala

hal, Mampu mengerjakan tugas dengan penuh tanggung jawab, Mampu

33

Chabib Toha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), h.

123. 34

Basri Hasan, Remaja Berkualitas Problematika Remaja Dan Solusinya, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar Offset, 2000), h. 56 35

Atosokhi Antonius, dkk, Relasi Dengan Diri Sendiri, (Jakarta: Elex Media

Komputindo, 2002), h. 145.

23

mengatasi masalah yang sedang dihadapi untuk mencapai kesuksesan,

Mampu berpikir secara kritis, kreatif dan inovatif terhadap tugas dan

kegiatan yang sedang dikerjakan, Tidak merasa rendah diri apabila harus

berbeda pendapat dengan orang lain dan merasa senang karena sudah

berani mengemukakan pendapatnya walaupun nantinya berbeda dengan

orang lain.

3. Waria

a. Pengertian Waria

Waria menurut KIP (Kamus Ilmiah Populer) adalah laki-laki yang

bersifat dan bertingkah laku seperti perempuan, laki-laki yang mempunyai

perasaan dan bertingkah laku seperti perempuan.36

Kata waria merupakan nama yang diberikan bagi individu yang

mempunyai masalah kebingungan jenis kelamin atau yang lazim disebut

sebagai gejala transgender. Transgender ialah suatu gejala ketidakpuasan

individu karena merasa tidak adanya kecocokan antara bentuk fisik dan

kelamin dengan kejiwaan ataupun adanya ketidakpuasan dengan alat

kelamin yang dimiliki. Ekspresinya bisa dalam bentuk makeup, gaya, dan

tingkah laku, bahkan sampai kepada operasi penggantian kelamin.37

Para waria termasuk dalam golongan transgender dikarenakan ketika

mereka menggunakan pakaian perempuan bukan hanya dikarenakan untuk

kepuasan seks semata, akan tetapi keyakinan waria tersebut bahwa mereka

pantas dan normal menggunakannya. Mereka yakin jika mereka adalah

36

Heppy El Rais, Kamus Ilmiah Populer, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2012), h. 733. 37

Jauharatus Sa‟diyah, Pengaruh Dukungan Sosial Yayasan Srikandi Sejati Terhadap

Self-Esteem Waria, (Skripsi S1 Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012), h. 27

24

perempuan. Dan waria juga tidak memiliki dua jenis kelamin atau tidak

memiliki sama sekali, akan tetapi waria memiliki alat kelamin pria tetapi

meyakini dirinya sebagai seorang perempuan.38

b. Waria dalam sudut pandang Psikologi

Waria dalam bahasa psikologi disebut transeksual. Dikalangan awam

tidak sedikit yang menyebutnya dengan homoseks, seperti waria itu identik

dengan gay. Padahal waria dengan gay merupakan dua fenomena yang

berbeda dalam batasan tertentu keduanya masih bisa digolongkan sebagai

penyimpangan seksual. Dalam pengertian umum, waria adalah seorang

laki-laki yang berdandan dan bertingkah laku seperti wanita. Kelainan ini

bisa digolongkan sebagai penyakit. Istilah waria memang ditunjukan untuk

penderita transeksual yaitu seorang yang memilki fisik berbeda dengan

keadaan (jiwanya). Artinya istilah ini bisa juga dikenalkan pada seseorang

yang secara fisik perempuan tapi berdandan dan bertingkahlaku sebagai

laki-laki.39

Oleh karena itu waria secara biologis adalah pria dengan organ

reproduksi pria.

Dilihat dari sudut psikologi perlu diketahui, penggolongan dibawah

ini penekanananya adalah pada faktor psikologis yang diduga memegang

peranan dalam perkembangan gangguan tersebut. Ada 4 kelompok besar

yang termasuk dalam gangguan psikoseksual: Pertama, gangguan identitas

jenis (gender identity disorders) gangguan ini di tandai dengan adanya

perasaan tidak senang terhadap alat kelaminnya. Kedua, parafilia kelainan

38

Jauharatus Sa‟diyah, h. 27 39

Atmojo Kemala, Kami Bukan Laki-laki (Jakarta Utara: Pustaka Utama Grafiti 1987) h.

2.

25

ini di tandai dengan adanya ketidaklaziman pada obyek serta situasi

seksualnya. Ketiga, disfungsi psikoseksual gangguan yang masuk kedalam

kelompok ini antara lain frigiditas, impotensi, enjakulasi prematur.

Keempat, gangguan psikoseksual lainnya. Dari pandangan sudut psikologi

tersebut peneliti beranggapan bahwa posisi waria adalah transseksual.40

c. Waria dalam sudut pandang Islam

Waria dalam bahasa Arab dikenal dengan Al-Mukhonats dan secara

Istilah Syariat, didefinisikan oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani sebagai laki-laki

yang menyerupai wanita dalam gerakan, gaya bicara dan sebagainya.

Apabila hal tersebut merupakan asli dari penciptaan dia (dari lahir) maka

dia tidak bisa disalahkan dan dia diharuskan menghilangkan hal tersebut.41

Dan apabila hal tersebut merupakan sesuatu yang datang dari

keinginannya dan dia berusaha untuk bisa seperti itu maka hal tersebut

merupakan sesuatu yang tercela dan dengan itu ditetapkanlah nama Al-

Mukhonats (Waria) untuknya baik dia melakukan perbuatan kotor

(Homoseksual) ataupun tidak.42

Al-Imam An-Nawawi mengatakan : ” Ulama mengatakan : Al-

Mukhonats ada dua jenis, Jenis pertama adalah yang golongan yang

diciptakan dalam keaadaan seperti itu, dan dia tidak memberat-beratkan

dirinya (berusaha) untuk berakhlaq dengan akhlaq wanita, berhias, bicara

dan bergerak seperti gerakan wanita. Bahkan hal tersebut merupakan

kodrat yang Allah ciptakan atasnya, maka yang seperti ini tidak ada

ejekan, celaan, dosa dan hukuman baginya karena sesungguhnya dia

diberi udzur karena dia tidak membuat-buat hal tersebut. Jenis kedua dari

Al-Mukhonats yaitu yang kodratnya tidak seperti itu, bahkan dia berusaha

berakhlak, bergerak, bertabiat dan berbicara seperti wanita dan juga

40

Atmojo Kemala, h. 32-40

41

Kitab Fathul Bari‟, 9 ayat 334

42

Kitab Fathul Bari‟, 9 ayat 334

26

berhias dengan cara wanita berhias. Maka ini adalah tercela yang telah

datang hadits yang shohih tentang laknat (terhadapnya)”43

Dari penjelasan ulama diatas diketahui bahwa Al-Mukhonats ada dua jenis :

Pertama, Kodratnya sejak lahir, seperti memiliki postur tubuh yang

menyerupai wanita, lisan yang apabila berbicara menyerupai wanita dan

lainnya, Kedua, Dilahirkan dengan normal seperti laki-laki kemudian

berusaha untuk berbicara, bergerak, bertabiat dan berhias seperti wanita.44

Hukum keduanya ini pun akan berbeda, sebagaimana yang dijelaskan

oleh para ulama. Jenis pertama tidak mendapat cela, ejekan, dosa dan

hukuman karena ini adalah sesuatu yang merupakan kodratnya dari lahir

dan wajib bagi dia untuk berusaha merubahnya semampu dia walaupun

secara bertahap. Apabila dia tidak berusaha merubahnya bahkan senang

dengannya maka dia berdosa, ditambah lagi apabila dia malah mengikuti

kekurangan fisik tersebut dengan memakai pakaian wanita, berhias dengan

hiasan wanita yang tidak terkait kodrat fisiknya maka dia sudah masuk ke

jenis kedua.45

Berkata Al-Hafidz : “Dan adapun tercelanya menyerupai cara

bicara dan cara berjalan (wanita) adalah dikhususkan bagi yang

bersengaja untuk melakukannya . Adapun yang keadaan itu merupakan

asal penciptaannya (sejak lahir) maka dia diperintahkan berusaha untuk

meninggalkannya dan menghilangkannya secara bertahap dan apabila dia

tidak melakukannya dan berpaling dari usaha tersebut maka dia tercela

apalagi tampak darinya apa yang menunjukkan bahwa dia ridho dengan

keadaan seperti itu.46

Beliau juga berkata terkait pendapat Al-Imam An- Nawawi : “Dan

adapun pendapat yang memutlakkan seperti An-Nawawi yang

43 Kitab Syarh Shohih Muslim 7 ayat 317

44

Kitab Fathul Bari‟, 10 ayat 332

45

Kitab Fathul Bari‟, 10 ayat 332

46

Kitab Fathul Bari‟, 10 ayat 332

27

berpendapat bahwa Al-Mukhonats yang berasal dari kodrat

(penciptaanya) tidak bisa ditimpakan kepadanya kesalahan maka pendapat

ini dibawa kepada keadaan apabila dia tidak mampu untuk meninggalkan

gaya wanita dan kekurangan pada gaya berjalan dan berbicaranya itu

setelah dia berusaha untuk melakukan terapi pengobatan untuk

meninggalkannya dan adapun apabila kapan saja dia mampu untuk

meninggalkan hal itu walau bertahap kemudian dia meninggalkan usaha

tersebut maka hal itu adalah dosa (kesalahan)47

Dan bagi Al-Mukhonats jenis kedua dan juga Al-Mukhonats jenis

pertama yang kemudian digolongkan seperti jenis kedua karena tidak ada

usaha merubahnya dan bahkan ridho dengannya maka termasuk dalam

ancaman Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam :

Dari Ibnu Abbas Radhiallahu „anhuma , beliau berkata:

هات لعن رسول الله صلى الله عليه وسلمالمتشبهني من الرجال بالنساء والمتشب منالنساء بالرجال

Artinya : “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melaknat laki-laki

yang menyerupai wanita dan wanita yang meyerupai laki-laki.” (HR. Al-

Bukhari no. 5885)

Dan makna laknat Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam terhadap

satu golongan adalah doa beliau agar golongan tersebut ditolak dan

dijauhkan dari Rahmat Allah Subhana Wa Ta‟ala.48

Dan rahmat Allah

mencakup ampunan, hidayah, taufiq, rezeki, kesehatan dan lain-lain. Kita

berlindung kepada Allah dari segala sebab yang menjauhkan rahmatnya.

47 Kitab Fathul Bari‟, 10 ayat 332

48

Kitab Al-Qoulul Mufied, 1ayat 427

28

Imam Bukhori Rahimahullahu dalam kitab As-Shohihnya

Diasingkannya pelaku maksiat dan para waria. Kemudian beliau

membawakan hadits Ibnu Abbas Rhadiyallahu „anhuma :

الت من –صلى اهلل عليه وسلم –لعن النبى المخنثين من الرجال ، والمت رج رج عمر فالناوأخرج فالنا ، وأخ « . أخرجوهم من ب يوتكم » النساء ، وقال

Artinya : Nabi shallallahu alaihi wasallam melaknat laki-laki yang

menyerupai wanita dan wanita yang meyerupai laki-laki dan beliau

berkata : “keluarkan mereka dari rumah-rumah kalian” dan beliau

Shalallahu „alaihi wassallam mengeluarkan fulan dari rumah beliau dan

umar mengeluarkan fulan . (HR. Bukhori No. 6834)

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.

Menurut Moleong dalam buku Metodologi Penelitian kualitatif, penelitian

kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi,

motivasi, tindakan dan lain sebagainya secara holistik dan dengan cara

deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang

alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.49

Penelitian

kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena secara utuh dalam bentuk

kata-kata dan bahasa.

Menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi penelitian

kualitatif sebagai procedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu

tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan

individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu

memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan.50

49

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet ke-26 (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2009), h. 6. 50

Lexy J. Moleong, h. 4

30

Menurut Samiaji Sarosa dalam bukunya Dasar-dasar Penelitian

Kualitatif Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang mencoba memahami

fenomena dalam seting dan konteks naturalnya (bukan didalam laboratorium)

dimana peneliti tidak berusaha untuk memanipulasi fenomena yang diamati .51

Metode Kualitatif digunakan bila; Masalah Penelitian belum jelas,

kompleks dan dinamis, Untuk memahami makna dibalik data yang tampak,

Untuk memahami interaksi sosial, Memahami perasaan orang.52

Menurut Peneliti masalah yang akan diteliti bersifat kompleks dan

dinamis, oleh karenanya dalam penelitian ini peneliti menggunakan

pendekatan kualitatif guna mengetahui lebih dalam secara fenomenologis

permasalahan yang ada.

2. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini Peneliti menggunakan jenis penelitian

fenomenologi.53

Istilah dari „fenomenologi‟ sering digunakan sebagai

anggapan umum untuk menunjuk pada pengalaman subjektif dari berbagai

jenis dan tipe subjek yang ditemui.54

Dalam arti yang lebih khusus, menurut

Edmund Husserl (1859-1938) seorang filsuf jerman, penelitian terdisiplin

tentang kesadaran dari perspektif pertama seseorang, tujuan penelitian

fenomeologi adalah berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya

51

Samiaji Sarosa, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif( Jakarta : PT Indeks ), 2012, h.7. 52

Sedarmayanti, Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian( Bandung : CV Mandar

Maju), 2011, h. 200. 53

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet ke-26 (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2009), h. 15 54

Lexy J. Moleong, h. 15

31

terhadap orang-orang yang berada dalam situasi-situasi tertentu.55

Fenomenologi tidak berasumsi bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi

orang-orang yang sedang diteliti oleh mereka. Inkuiri fenomenologi memulai

dengan diam. Diam merupakan tidakan untuk menangkap pengertian sesuatu

yang sedang diteliti.56

Jadi yang ditekankan oleh kaum fenomenologi ialah aspek subjektif dari

perilaku orang. Mereka berusaha untuk masuk kedalam dunia konseptual para

subjek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan

bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka disekitar

peristiwa dalam kehidupannya sehari-hari. Para fenomenologi percaya bahwa

pada mahluk hidup tersedia berbagai cara untuk menginterpretasikan

pengalaman melalui interaksi dengan orang lain, dan bahwa pengertian

pengalaman kitalah yang membentuk kenyataan.57

3. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek Penelitian

Subyek penelitian dalam penelitian ini ditentukan secara sengaja

dengan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono purposive sampling

adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan

tertentu. Pertimbangan tertentu ini adalah orang tersebut yang dianggap

paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai

55

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet ke-26 (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2009), h. 16 56

Lexy J. Moleong, h. 16 57

Lexy J. Moleong, h. 16

32

penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau

situasi sosial yang diteliti.58

Purposive sampling merupakan teknik yang berdasarkan pada ciri-

ciri yang dimiliki oleh subyek yang dipilih oleh peneliti karena ciri-ciri

tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan.59

Dengan

demikian, penetapan subyek didasarkan atas kesengajaan karena kriteria-

kriterianya sudah ditentukan oleh peneliti.

Metode yang penulis gunakan berkaitan dengan teknik purposive

sampling dalam penelitian ini adalah metode non-random sampling atau

dikenal juga dengan non-probability sampling. Non-probability sampling

merupakan metode sampling yang setiap individu atau unit dari populasi

tidak memiliki kemungkinan (non-probability) yang sama untuk terpilih

sebagai subyek penelitian.60

Dengan demikian, peneliti tidak memberikan

peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota

populasi untuk dipilih menjadi subyek penelitian.

Subyek penelitian ini adalah orang yang terlibat dalam program di

rumah singgah waria, yakni pendiri Rumah Singgah Waria dan beberapa

staf yang terkait dengan program di rumah singgah waria.

Subjek penelitian dalam penelitian ini Peneliti menetapkan beberapa

kriteria tertentu dalam menentukan subjek penelitian, yaitu: Waria yang

bertempat tinggal di Rumah Singgah Waria Anak Raja Depok.

58

Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h. 218 59

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 106. 60

Haris Herdiansyah, h. 106.

33

b. Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah kegiatan keterampilan yang

dilakukan oleh waria di rumah singgah waria anak raja, Depok

4. Lokasi dan Waktu Penelitian

Peneliti memiliki beberapa alasan untuk melakukan Penelitian pada

Rumah Singgah Waria Anak Raja Depok yaitu :

1) Peneliti belum menemukan hasil penelitian tentang dukungan sosial

bagi kemandirian waria di rumah singgah waria anak raja Depok.

2) Rumah Singgah Waria Anak Raja Depok ini adalah rumah singgah

waria yang menampung waria yang tidak memiliki tempat tinggal, di

rumah singgah ini para waria belajar sesuai dengan kemampuan dirinya

untuk menjadikannya lebih mandiri di dalam masyarakat, sehingga

peneliti ingin meneliti seberapa besar dukungan sosial yang di dapatkan

oleh waria di rumah singgah sehingga mereka mandiri.

Adapun waktu pelaksanaan dalam penelitian ini yaitu pada bulan

Oktober 2016 sampai dengan April 2017.

5. Penentuan Sumber Data

Pada umumnya sumber data pada penelitian didapat dari daerah atau

sekumpulan orang yang biasa disebut dengan populasi, kemudian dari

populasi tersebut diambil sampel untuk mendapatkan data yang dibutuhkan.

Lain halnya dalam penelitian kualitatif, populasi diartikan sebagai wilayah

generalisasi yang terdiri atas subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik

34

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulanya. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi tersebut.61

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi,

penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial

tertentu dan hasil kajianya tidak akan diberlakukan pada populasi, tetapi

ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan

dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari.62

Sampel pada penelitian kualitatif bukan dinamakan responden tetapi

nara sumber, atau partisipan, informan, teman, guru atau konsultan dalam

penelitian. Karena mereka tidak hanya menjawab pertanyaan-pertanyaan

secara pasif tetapi secara aktif berinteraksi secara interaktif dengan peneliti

seperti yang peneliti ciptakan.63

Populasi atau sampel pada pendekatan kualitatif lebih tepat disebut

sumber data pada situasi sosial (Social Situation) tertentu yang menjadi subjek

penelitiannya adalah benda, hal atau orang yang padanya melekat data tentang

objek penelitian. Penentuan sumber data pada penelitian kualitatif dilakukan

secara Purposive, yaitu ditentukan dengan menyesuaikan pada tujuan

penelitian atau tujuan tertentu.64

Sampel pada penelitian kualitatif tidak dapat ditetapkan dengan rumus

seperti dalam penelitian kuantitatif, sampel dalam penelitian kualitatif adalah

61

Djam‟an Satori dan Aan Komariah, metodologi Penelitian Kualitatif, ( bandung :

Alfabeta ), 2013, h. 48 62

Djam‟an Satori dan Aan Komariah, h.48 63

Djam‟an Satori dan Aan Komariah, metodologi Penelitian Kualitatif, ( bandung :

Alfabeta), 2013 h.48. 64

Djam‟an Satori dan Aan Komariah, h. 50

35

semua orang, dokumen dan peristiwa-peristiwa (yang ditetapkan oleh peneliti)

untuk diamati, diobservasi atau diwawancarai sebagai sumber informasi yang

dianggap ada hubungannya dengan permasalahan penelitian.65

Prosedur

penentuan reponden dalam penelitian kualitatif menampilkan beberapa

karakteristik ( Sarantoks, 1993 dalam Purwondari 2005 ), yaitu;

a. Diarahkan tidak pada jumlah sampel yang besar, melainkan pada

kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian,

b. Tidak ditentukan secara kaku sejak awal, tetapi dapat berubah baik

dalam hal jumlah maupun karakteristik sampelnya, sesuai dengan

pemahaman konseptual yang berkembang dalam penelitian,

c. Tidak diarahkan pada keterwakilan dalam arti jumlah atau peristiwa

acak, melainkan pada kecocokan konteks.66

Menurut Lofland (1984) sumber data utama dalam penelitian kualitatif

ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain-lain.67

Kemudian sumber data dalam penelitian ini disebut

dengan Informan.

Dari pemaparan di atas, maka dalam menentukan informan dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Nonprobablity sampling. Teknik

ini merupakan teknik sampling yang tidak memberikan peluang atau

kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih

menjadi sampel. Dalam nonprobablity sampling peneliti menggunakan

65

Djam‟an Satori dan Aan Komariah, h. 51 66

Djam‟an Satori dan Aan Komariah, metodologi Penelitian Kualitatif, ( bandung :

Alfabeta), 2013 h. 51 67

Lexy, J, Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya

), 2009, h. 157

36

metode purposive Sampling, artinya penetapan informan didasarkan atas

kriteria-kriteria yang sudah ditentukan oleh peneliti. Kriteria tersebut adalah

sebagai berikut: Waria di Rumah Singgah Anak Raja, usia (20-25 tahun)

Penelitian kualitatif dilakukan sampai penelitian tersebut mencapai titik

jenuh (Saturation Point), saat dimana penambahan data dianggap tidak lagi

memberikan tambahan informasi baru dalam analisis (Saranta-kos, 1993).68

Jika dalam penelitian ini sudah ditemukan calon informan dan sudah

terpenuhinya gambaran relatif utuh dari objek studi, maka informan tidak

perlu ditambahkan lagi. Karena pada dasarnya, dalam penelitian kualitatif

menekankan pada penghayatan Informan dan bukan pada jumlah Informan.

6. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang

fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan

pencatatan.69

Pada tahap pengumpulan ini peneliti mengumpulkan data

dari beberapa kategori, yaitu data yang berupa verbal, visual dan teks.

Pada tahap ini juga peneliti memungkinkan merasakan apa yang subjek

penelitian rasakan. Dalam tahap ini peneliti juga menggunakan

observasi/pengamatan dengan konsep pengamatan keterlibatan pasif, yaitu

peneliti dalam kegiatan pengamatannya tidak terlibat dalam kegiatan yang

68

Purwondari, E, Kristi, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia ( Depok

:LPSP3 UI ), 2005, h. 94 69

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik( Jakarta : PT Bumi

Aksara ), 2013, h.143.

37

dilakukan oleh para pelaku yang diamatinya dan dia juga tidak melakukan

sesuatu bentuk interaksi sosial dengan pelaku.

Keterlibatan peneliti dengan para pelaku terwujud dalam bentuk

keberadaanya dalam arena kegiatan yang diwujudkan oleh tindakan-

tindakan.70

Menurut peneliti dengan menggunakan konsep tersebut akan

membuat subjek penelitian merasa lebih nyaman dan tidak terganggu,

karena sangat tidak memungkinkan bagi peneliti untuk terlibat secara

penuh kepada kegiatan-kegiatan subjek penelitian yang dalam hal ini

adalah Waria di Rumah Singgah Indonesia, karena sangat memicu

kecanggungan dan keterbukaan subjek penelitian.

b. Wawancara

Wawancara merupakan suatu kegiatan tanya jawab dengan tatap

muka (Face to face) antara Pewawancara (Interviewer) dan yang

diwawancarai (Interviewee) tentang masalah yang diteliti.71

Dalam

wawancara mendalam berlangsung diskusi terarah antara peneliti dan

informan menyangkut masalah yang teliti, oleh karena itu pertanyaan yang

digunakan adalah pertanyaan terbuka yang memungkinkan peneliti

mendapatkan informasi yang lebih banyak dan informan diberikan

kesempatan untuk menjawab pertanyaan secara lebih luas.

Peneliti akan mendeskripsikan hasil wawancara dengan cara

deskripsi naratif dengan memperhatikan beberapa hal berikut : fase waktu,

70

Imam Gunawan, h. 155. 71

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik( Jakarta : PT Bumi

Aksara ), 2013, h.144.

38

momentum hidup informan dan mengkategorikan data primer (yang

berhubungan dengan masalah penelitian) dan data sekunder.72

Dalam penelitian ini peneliti mewawancarai pengurus rumah

singgah, dua orang waria,dan salah satu tokoh masyarakat (Bapak RT).

c. Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah salah satu teknik pengumpulan data

kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang

dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek.73

Teknik

dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti

kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui

suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat

langsung oleh subjek yang bersangkutan.74

Penulis dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi

untuk memperoleh data yang telah didokumentasikan oleh Rumah

Singgah Waria Anak Raja Depok. Perwujudan dari teknik dokumentasi

dalam penelitian ini adalah dengan mengkaji dokumen-dokumen yang

berkaitan dengan permasalahan penelitian untuk dijadikan sumber data

penelitian.

7. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data dilakukanlah langkah-langkah yang

meliputi bagian-bagian sebagai berikut:

72

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik( Jakarta : PT Bumi

Aksara ), 2013, h. 144 73

Imam Gunawan, h. 144 74

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 143.

39

a. Reduksi data (Data Reduction)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk

itu maka perlu dicatat dan rinci. Semakin lama peneliti ke lapangan

semakin, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit.

Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.75

Pada penelitian kali ini, peneliti melakukan reduksi data (Data

Reduction) yang merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok,

memfokuskan pada hal-hal penting dan mencari data yang berkaitan

dengan masalah penelitian. Data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran lebih jelas dan memudahkan untuk melakukan pengumpulan

data.

b. Paparan data (Data display)

Paparan data (Data display) adalah pemaparan data sebagai

kumpulan informasi tersusun dan memberi kemungkinan adanya

penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan (Miles & Huberman,

1992 : 17). Penyajian data dilakukan untuk lebih meningkatkan

pemahaman kasus dan sebagai acuan mengambil tindakan berdasarkan

pemahaman dan analisis sajian data.

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart. Dalam

hal ini Miles and Huberman (1984) menyatakan bahwa yang paling sering

digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah

75

Sugiyono, memahami Penelitian Kualitatif, ( Bandung : Alfabeta, 2010 ),h.92

40

dengan teks yang bersifat naratif.76

Begitu juga dalam penelitian ini,

peneliti akan menyajikan data secara naratif sehingga memudahkan

peneliti untuk menarik kesimpulan dari data yang ada

c. Conclusion Drawing / verification

Langkah ketiga dalam analisis kualitatif menurut Miles and

Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.77

Jadi pada

langkah ini peneliti menarik kesimpulan dari semua data yang telah

didapatkan dan dianalisis. Dalam penelitian kualitatif pada langkah

kesimpulan ini dapat diperoleh temuan yang berupa deskripsi atau

gambaran umum suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang

atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas.

76

Sugiyono, memahami Penelitian Kualitatif , ( Bandung : Alfabeta, 2010 ) h. 94. 77

Sugiyono, h. 94.

41

BAB IV

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat Rumah Singgah Waria Anak Raja

Rumah Singgah Waria Anak Raja berdiri sejak 28 Desember 2009 oleh

FKWI (Forum Komunitas Waria Indonesia) yang didirikan oleh ketua FKWI

sendiri yaitu Yulianus Rettoblaut yang dikenal dengan sebutan Mami Yuli,

waria lulusan Fakultas Hukum dari Universitas At-Tahiriyah Jakarta.

Awalnya mami Yuli hanya sekedar mencari tempat untuk kumpul komunitas

waria, dan dengan dibantu oleh beberapa LSM peduli Hak Asasi Manusia,

akhirnya FKWI dapat membeli tanah seluas 144m2 dikawasan Depok Jawa

Barat pada Februari 2009. Rumah singgah ini beralamat disebuah gang yaitu

Gang Golf RT 03 RW 013 No. 145 Kelurahan Rangkapan Jaya Baru,

Kecamatan Pancoran Mas Parung Bingung Meruyung Depok, Jawa Barat.

Terciptanya Rumah Singgah Waria ini dikarenakan ada sekitar 7 juta

waria di Indonesia yang telah di estimasi oleh FKWI (Forum Komunitas

Waria Indonesia).Tidak semua mendapati waria hidup dengan layak,

diskriminasi dari keluarga maupun masyarakat cenderung menjadi bagia dari

tekanan sosial yang harus dihadapi waria.waria-waria tua yang sudah tidak

memiliki tempat tinggal, waria yang putus sekolah, pengangguran atau

bahkan diusir dari keluarga, serta ridak sedikit yang terlibat kegiatan negative

seperti penggunaan narkoba dan bekerja ditempat prostitusi.

42

Persoalan sosial yang kerap terjadi menimpa waria yaitu ketika ada

waria yang meninggal dunia, tidak ada yang mau mnegurus, tidak ada yang

mau menerima termasuk keluarga.Dan biasanya waria yang sudah meninggal

dunia dibawa kerumah sakit dan didiamkan disana.Karena hal inilah

merupakan salah satu alasan didirikannya rumah singgah waria ini, supaya

waria yang sudah meninggal diurus disini sesuai dengan agamanya masing-

masing. Pihak kepolisisan jika menemukan waria yang sudah meninggal akan

membawa jasadnya kerumah singgah waria ini untuk diurus proses

pemakamannya.

Rumah singgah waria ini mendapat dukungan dari Kementrian Sosial

dengan memberikan dana uang sebesar Rp. 15juta per bulannya. Biaya itu

digunakan untuk melakukan pemberdayaan kepada waria.waria yang

memerlukan perlindungan sosial dan juga bermasalah dengan kesehatan.

Rumah singgah ini menampung 30 orang dan jika 30 orang ini diharap

sudah mampu untuk mandiri maka pengurus rumah singgah memberikan uang

sebesar 150ribu sebagai modal ke setiap waria yang sudah mempunyai

keahlian, namun diutamakan untuk waria yang sudah lansia yang sudah

menginjak usia jompo untuk tinggal di rumah singgah waria ini. Diutamakan

usia lansia karena dikhawatirkan waria yang sudah jompo sudah tidak

mempunyai rumah untuk tinggal dan sudah tidak mempunyai keluarga atau

tidak diterima dikeluarganya.

Di rumah singgah waria diajarkan berbagai keterampilan mulai dari

keterampilan salon, memasak, menjahit dan lain-lain.Dengan adanya

43

keterampilan yang dimiliki dapat mengubah kesan negative yang melekat

kepada waria.oleh karena itu adanya rumah singgah waria diharapkan dapat

menjadi wadah untuk mengatasi persoalan sosial yang menimpa para waria.

2. Visi dan Misi Rumah Singgah Waria

Visi : Terciptanya lembaga yang kuat dan mampu mensejahterkan

memberikan pelayanan dan menyediakan wadah pemberdayaan bagi

kelompok waria sehingga dapat menyatu dengan masyarakat dan berjalan

bersama sehingga dapat hidup berdampingan.

Misi: Memberikan pelayanan sosial kepada kaum waria dalam

meningkaktkan dan mengembangkan kemampuannya untuk dapat

bertanggung jawab pada dirinya sendiri melalui pemberdayaan kelompok

waria.

3. Tujuan, Rumah Singgah Waria

Tujuan Rumah Singgah Waria

a) Memberikan keterampilan pada waria untuk bisa bertahan hidup.

b) Menanamkan nilai-nilai dan norma kepada waria agar bisa hidup

berdampingan dengan masyarakat.

c) Meningkatkan rasa percaya diri waria untuk bisa mampu berada

dilingkungan masyarakat.

d) Memberdayakan waria secara sosial ekonomi sehingga mereka dapat

mandiri dan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka.78

78

Wawancara Mami Yuli Ketua Forum Komunikasi Waria Indonesia (FKWI) pada tanggal

3 April 2017

44

4. Fungsi Rumah Singgah Waria

a) Memperjuangkan persaman hak dan kewajiban waria dalam hidup

bermasyarakat.

b) Memberikan penyuluhan dan pembinaan dalam rangka pemberdayaan

kelompok waria.

c) Membina dan membangun jaringan dengan LSM untuk menyuarakan

hak-hak waria.

d) Memberikan pembelaan kepada kaum waria yang mempunyai masalah

sosial.

e) Melayani dan mengayomi waria dalam rangka pemberdayaan.

f) Merubah stigma atau penilaian masyarakat terhadap kaum waria.79

5. Sasaran Program Pemberdayaan Rumah Singgah Waria

Sasaran pemberdayaan dalam penelitian ini adalah waria, yaitu dengan

memberikan pembinaan atau kecakapan sehingga dapat memperbaiki keadaan

sosial ekonomi waria dan dapat menciptakan suatu kemanidrian bagi waria,

baik dengan membuka usaha sendiri maupun bekerja pada orang lain sesuai

dengan kecakapan yang sudah mereka miliki melalui pemberdayaan ini.

Adapun sasaran program pemberdayaan waria dalam mencapai

kemandirian adalah sebagai berikut:

a. Terbukanya kesadaran dan tumbuh peran aktif mampu dalam

kemandirian.

79

Wawancara Mami Yuli Ketua Forum Komunikasi Waria Indonesia (FKWI) pada tanggal

3 April 2017

45

b. Memperbaiki keadaan sosial dengan meningkatkan kepahaman,

peningkatan pendapatan dalam bidang ekonomi yang positif.

c. Meningkat kinerja dalam keterampilan untuk memperbaiki

produktivitasnya.

d. Menumbuhkan sikap tanggung jawab.

6. Kegiatan Rumah Singgah Waria

Keterampilan yang diadakan di rumah singgah waria bertujuan agar

lebih bermanfaat dalam hidupnya dan sejahtera. Semaksimal mungkin pihak

rumah singgah waria memberikan fasilitas yang menunjang kebutuhan waria.

Hingga kegiatan yang dilakukan dalam seminggu mendatangkan pengajar

khusus untuk memberi bimbingan dan keterampilan.

Tabel 1.1 Kegiatan Rumah Singgah80

HARI KEGIATAN WAKTU

SENIN Keterampilan menata rambut 09.00 – 12.00

Keterampilan tatarias wajah 13.00 – 15.00

SELASA Keterampilan memasak 09.00 – 12.00

Keterampilan membuat kue 13.00 – 15.00

RABU Keterampilan tata busana 11.00 – 14.00

Keterampilan menjahit 15.00 – 17.00

80

Wawancara Mami Yuli Ketua Forum Komunikasi Waria Indonesia (FKWI) pada tanggal

3 April 2017

46

HARI KEGIATAN WAKTU

KAMIS Bimbingan rohani Islam 09.00 – 12.00

Bimbingan rohani Kristen 13.00 – 15.00

JUMAT Jumat bersih 07.00 – 08.00

SABTU Olahraga 06.00

B. Profile Waria Di Rumah Singgah Waria

Waria yang datang ke rumah singgah dari berbagai daerah. Waria sengaja

datang ke Jakarta karena mereka merasa berbeda dan akhirnya memutuskan untuk

meninggalkan rumah. dan sampai akhirnya mereka menemukan tempat untuk

hanya sekedar berkumpul dengan sesama jenisnya bahkan sampai tinggal bersama

untuk mencari keluarga baru yang lebih dengan perbedaan yang ada.

Semua waria yang datang ke rumah singgah adalah waria yang ingin hidup

lebih bermanfaat dari hari kemarin. Karena di rumah singgah ini waria di berikan

bimbingan untuk hidup yang lebih bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain.

Sebelum mereka mengetahui adanya rumah singgah untuk waria, waria hidup

tanpa adanya dorongan atau motivasi untuk hidup yang lebih baik. Tapi setelah

mereka bertemu dengan mami yuli pemilik rumah singgah waria, hidup mereka

jadi lebih terarah, punya impian yang harus di capai. Semua itu adalah fungsi dari

rumah singgah itu sendiri, menjadikan waria lebih baik dan lebih bisa mandiri

untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.81

81 Wawancara Mami Yuli Ketua Forum Komunikasi Waria Indonesia (FKWI) pada

tanggal 3 April 2017

47

STRUKTUR KEPENGURUSAN RUMAH SINGGAH WARIA ANAK

RAJA DEPOK

Gambar 1.2

Bagan Struktur Kepengurusan Rumah Singgah

Waria Anak Raja, Depok82

82

Wawancara Mami Yuli Ketua Forum Komunikasi Waria Indonesia (FKWI) pada tanggal 3 April 2017

Pembina

Marzuki

Penasehat

Edi Suharto

Ketua Pelaksana

Yunianus R, S.H

Bendahara

Mercelino

Sekretaris

Jannah Maryam

Kepala Rumah Tangga

Yotty

Bidang Humas

Andre

Tutor/ Pekerja Sosial

Waria PMKS Binaan

48

Berikut tabel profile waria di rumah singgah waria pada penelitian ini :

Profile Waria di Rumah Singgah Waria Tabel 1.3

Nama Alamat Tanggal Lahir

Lissi Banowati

Jakarta Pusat Bandung, 30-04-1989

Bella Jakarta Selatan Makasar, 20-06-1986

Dinda Jakarta Selatan Bombana, 07-07-1996

Richard Jakarta Selatan Manado, 04-01-1990

Dona Karin Jakarta Selatan Karawang, 31-03-1995

Imelda Doris Jakarta Selatan Papua, 11-04-1987

Tiara Jakarta Timur Jambi, 16-07-1990

Nita Jakarta Selatan Yogyakarta, 22-01-1989

Julia Jakarta Selatan Malang, 05-07-1984

Minah Jakarta Timur Cirebon, 08-10-1988

49

BAB V

HASIL DAN ANALISIS DATA PENELITIAN

A. Temuan Penelitian

Fokus temuan pada penelitian ini adalah dukungan sosial bagi kemandirian

waria pada rumah singgah waria anak raja. Dukungan sosial meliputi dukungan

emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasi,

dukungan persahabatan.

1. Data Partisipan Penelitian

Berikut tabel data personal tiap-tiap informan pada penelitian ini :

Data Personal Informan Tabel 2.0

Informan Alamat Tanggal Lahir

Yulianus

Rettoblaut

(Mami Yuli)

Jl. Terogong 1 Cilandak Barat

Jakarta Selatan

Papua, 30-04-1961

Ali Yanto

(Bella)

Jl. Terogong 1 Cilandak Barat

Jakarta Selatan

Makasar, 20-6-1986

Beni Suhendar

(Dinda)

Jl. Bahari 1 Cilandak Barat

Jakarta Selatan

Bombana, 7-7-1996

Pak RT Endang

Wagiman

Jl. Golf No 145 rt 03 rw 013 Cirebon, 4-1-1972

50

2. Deskripsi Informan 1

Yulianus Rettoblaut yang biasa di panggil Mami Yuli mengetahui

dirinya seperti wanita kelas 5 SD, tinggal di pedalaman Asmat Papua.Setelah

umur 11 tahun tiba-tiba menyukai sesama jenis (laki-laki).Setelah lulus SMA

umur 17 tahun Mami Yuli mulai merantau ke Jakarta.83

Selama sekolah dari SD sampai SMA mami Yuli selalu mendapatkan

peringkat juara kelas di sekolahnya.Tapi kemudian harapan kedua orang

tuanya musnah karena mengetahui mami Yuli adalah seorang waria.“saya

akan benci pada diri sendiri, kemudian saya akan berjuang bagaimana

caranya suatu waktu saya akan tunjukan pada orang banyak, terutama pada

keluarga, bahwa walau saya seorang waria saya juga bisa berbuat baik.”

Ucap Mami Yuli84

Di jakarta Mami Yuli mendaftarkan diri untuk melanjutkan

pendidikannya ke bangku kuliah jurusan Ilmu Hukum di Universitas At-

Tahiriyah, setelah lulus dengan gelar Sarjana mami Yuli belum merasa puas

dengan pendidikannya tingkat S1. Kemudian mami Yuli melanjutkan

pendidikan Pascasarjananya di Fakultas Hukum Universitas Tama Jagakarsa,

lulus S2 dengan predikat lulusan terbaik. Mami yuli merasa belum cukup

untuk menambah ilmu di bidang Hukum, lalu mami Yuli melanjutkan lagi S3

ilmu Hukum di Universitas Jayabaya.

83

Wawancara Pribadi dengan mami Yuli, pendiri Rumah Singgah Waria, pada 04 Maret

2017 84

Wawancara Pribadi dengan mami Yuli, pendiri Rumah Singgah Waria, pada 04 Maret

2017

51

Semua biaya kuliah sampai S3 mami Yuli membiayai kuliahnya

sendiri dengan usaha dan kerja kerasnya untuk mendapatkan status sosial

yang dapat di terima di masyarakat dan untuk meningkatkan derajat waria

supaya waria tidak lagi di pandang sebelah mata. Dan mami Yuli akhirnya

bisa membuktikan kepada kelurganya bahwa walaupun dirinya seorang waria

tapi tetap bisa menjadi kebanggan untuk keluarga.85

a. Gambaran Dukungan Sosial Informan 1

Mami Yuli seorang waria anak ketujuh dari 11 bersaudara dari orangtua

yang berprofesi sebagai guru Katolik yang mengajar di Propinsi Papua. Mami

Yuli mulai hidup tanpa tujuan semenjak orangtuanya mengetahui bahwa

mami Yuli adalah seorang waria, keluarganya sudah tidak menerima lagi

Mami Yuli di rumah.

Semenjak saat itu mami Yuli datang merantau ke Jakarta, dan untuk

menyambung hidup di tanah rantau, mami Yuli bekerja sebagai PSK (Pekerja

Seks Komersial). Mami Yuli bertahan menjadi PSK hanya empat bulan,

karena persaingan dengan waria yang lainnya sangat sulit. Tidak hanya

menjadi PSK tetapi Mami Yuli juga bekerja sebagai tukang pukul untuk waria

lainnya, karena kondisi fisik yang bertubuh besar tinggi dan hitam mami Yuli

di takuti oleh orang-orang yang datang hanya untuk menggangu waria

lainnya.

Setelah lama bekerja menjadi PSK (Pekerja Seks Komersial), mami

Yuli memutusan untuk berhenti dari pekerjaannya tersebut, karena mami Yuli

85

Wawancara Pribadi dengan mami Yuli, pendiri Rumah Singgah Waria, pada 04 Maret

2017

52

tidak mau terus menerus atau bahkan selamanya bertahan hidup dengan cara

seperti ini, mami Yuli menginginkan hidup yang lebih baik dan terpikirlah,

dalam hati mami Yuli berjanji pada diri sendiri “harus berjuang dan jadi

orang yang baik dan berguna untuk siapapun”

Waktu terus berjalan mami Yuli kemudian mencoba untuk melanjutkan

pendidikan di bangku kuliah, saat itu mami Yuli yang sedang berjuang

mencari biaya kuliah juga tergabung dalam Forum Komunikasi Waria

Indonesia (FKWI), mami Yuli sebagai aktivis untuk memperjuangkan hak-

hak kaum waria yang selalu terpinggirkan yang selalu diintimidasi dan sulit

diterima ditengah masyarakat. Kemudian Forum Komunikasi Waria Indonesia

(FKWI) terbentuk untuk memberikan dukungan sosial pada waria yang

terdiskriminasi.

Sejak tahun 2010 Februari, FKWI (Forum Komunikasi Waria

Indonesia) mengadakan program yaitu mendirikan rumah singgah, FKWI

(Forum Komunikasi Waria Indonesia) sudah memiliki badan hukum dan

diakui sebagai kelompok yang rentan dan harus di berdayakan. FKWI (Forum

Komunikasi Waria Indonesia) kemudian bergabung di setiap daerah setelah

mempunyai badan hukum, induk dari organisasi waria adalah FKWI (Forum

Komunikasi Waria Indonesia) yang di ketuai oleh mami Yuli.

“Saat saya melihat dan menangani masalah waria, dan kemudian kita

lupa bahwa yang seharusnya diberdayakan bukan hanya pada usia yang

produktif tetapi juga orang-orang tua.”Begitu tuturnya saat di wawancara.86

86

Wawancara Pribadi dengan mami Yuli, pendiri Rumah Singgah Waria, pada 04 Maret

2017

53

Ada banyak sekali waria-waria tua yang meninggal dan tidak

mendapatkan tempat yang layak. Persoalan pertama banyaknya waria yang

meninggal dan kemudian dikubur masal, kedua ketika waria mulai sakit dan

terkapar di usia senja orang tidak akan mau menerima karena melihat waria

yang sudah mulai tua, jelek (wajahnya sudah pernah suntik silikon menjadi

tidak karuan bentuknya) kemudian memilih menjadi orang yang meminta-

minta, dan kemudian ketika mereka terkapar untuk menjalani pengobatan

ketika sakit tidak mampu dan tidak mempunyai siapa-siapa bingung akan di

kemanakan waria tersebut.

Akhirnya Mami Yuli berinisiatif membeli rumah untuk dijadikan rumah

singgah waria jompo, awal di dirikan rumah singgah ada 150 orang datang ke

rumah singgah dari berbagai daerah dan rumah singgah waria jompo ini

menampung semuanya hanya sementara, karena rumah singgah waria bersifat

rumah singgah sementara, jadi hanya untuk singgah beberapa hari setelah di

berikan motivasi untuk hidup mandiri dalam menjalani hidup yang lebih

terarah, di rumah singgah waria membuat kartu tanda pengenal waria untuk

membantu mereka jika ada waria yang terkapar di jalan atau sakit jadi bisa

menghubungi nomor telfon rumah singgah yang ada di kartu tersebut.

Ketika waria hidup dimasyarakat waria harus bisa menempatkan diri,

dan di rumah singgah dibina untuk menjadi waria yang bisa menempatkan

dirinya dimasyarakat. Rumah singgah waria untuk memberdayakan semua

waria baik muda atau tua. Jadi waria muda bisa datang ke rumah singgah

untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya. Tujuan pertama

54

adalah waria tua tidak lagi hidup di jalan. Di rumah singgah ini juga merubah

perilaku waria dan mengikuti peraturan yang ada di rumah singgah dan akan

dibina diberikan pelatihan kegiatan yang positif dan dapat mengembangkan

bakat yang di miliki waria, upaya pendidikan perubahan perilaku supaya

dapat diterima dimasyarakat.

Kegiatan di rumah singgah adanya pelatihan keterampilan dasar home

industri, mengajarkan yang mudah untuk dilakukan tetapi mempunyai hasil

untuk kebutuhan hidup mereka sendiri, dan diharapkan para waria yang telah

mendapat kegiatan dapat menghidupi dirinya sendiri dan tidak bergantung

pada orang lain.

Masyarakat yang tinggal disekitar rumah singgah semuanya baik dan

bisa menerima para waria untuk bersosialisasi. Karena pemilik rumah singgah

memperlakukan masyarakat dilingkungan juga baik, jadi timbal baliknya

masyarakat ke rumah singgah dan para waria baik. Tidak ada yang

mengganggu karena dirumah singgah membuat kegiatan yang positif dan

masyarakatpun juga ikut membantu untuk mempersiapkan kegiatan waria

tersebut.

Jadi, dukungan sosial yang ada dirumah singgah waria sangat

bermanfaat karena waria mendapatkan banyak pelajaran setelah berada di

rumah singgah dan dapat mengerti arti kehidupan yang sebenarnya. Walaupun

dirinya seorang waria tetap harus menjalani kehidupan yang lebih baik.

b. Gambaran Kemandirian Informan 1

55

Kemandirian dalam hidup waria termasuk juga mami Yuli, untuk tidak

bergantung pada orang lain harus di jalani selama hidupnya. Karena hidup

sebagai waria tidak mudah masih banyak diskriminasi yang di dapat oleh

waria untuk mencari pekerjaan, akhirnya waria banyak yang membuat usaha

sendiri dari dukungan di rumah singgah waria.

Mami Yuli membuka salon di rumahnya, dengan kemampuannya

menata rias rambut dan wajah, mami Yuli juga sudah mendapatkan banyak

sertifikat dan tidak di ragukan lagi keahliannya pada dunia kecantikan.Mami

Yuli mulai dengan pendidikan yang tidak hanya lulusan SMA, tetapi mami

Yuli melanjutkan sekolahnya ketingkat perguruan tinggi hingga kini mami

Yuli sedang kuliah S3 di Universitas Jayabaya Fakultas Ilmu Hukum.Semua

itu dilakukan mami Yuli dengan tujuan supaya waria dapat memenuhi haknya

karena waria juga manusia. Dengan menuntut ilmu sampai S3 mami Yuli

sangat percaya diri sebab ingin memberikan contoh bagi waria muda lainnya

supaya termotivasi untuk terus melanjutkan sekolah setinggi-tingginya,

supaya dihargai oleh orang lain dan membuktikan bahwa waria tidak di

anggap sebelah mata oleh masyarakat, dan membuktikan bahwa waria juga

mendapatkan haknya sebagai manusia.

Semua dukungan datang dari dalam diri sendiri karena mami Yuli

menginginkan perubahan yang lebih baik dalam hidupnya walaupun mami

Yuli seorang waria.Mami Yuli ingin membuktikan kepada semua masyarakat

bahwa waria juga dapat mencapai cita-citanya dan menjadi panutan bagi

semua orang.

56

“Pendidikan itu penting untuk semua manusia, karena jika kita

dapat mencapai pendidikan yang tinggi, orang lain akan lebih menghargai

apa yang kita lakukan tanpa memandang dari kalangan apa dan siapa

dia.” Mami Yuli.87

3. Deskripsi Informan 2

Bella berasal dari Makasar, sejak kecil Bella sudah menunjukan tanda-

tanda tidak normal, kakak Bella laki-laki senang bermain pistol-pistolan

sedangkan Bella lebih asik main boneka Barbie.88

Kebiasan Bella ini makin

menjadi, apalagi kedua orang tuanya tidak pernah melarang apa saja yang

dilakukannya.

Saat memasuki Sekolah Dasar Bella lebih sering bermain dengan

teman-teman perempuannya, selama itu Bella tidak tidak merasa dirinya

memiliki kelainan, Bella menganggap apa yang dilakukannya wajar-wajar

saja. Ketika teman-temannya sekelas mengolok-olok dengan sebutan “banci”,

Bella mulai bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya sendiri

dan tidak ada jawaban.

Meskipun olok-olokan masih terus Bella terima selama 6 tahun sekolah

tapi Bella tetap melanjutkan sekolahnya SMP.Kelas 2 SMP Bella merasa ada

yang berbeda pada dirinya jika melihat laki-laki yang menurutnya ganteng,

datanglah perasaan ingin dibelai dan disayang oleh laki-laki.Bella bukannya

tidak melawan rasa itu, tapi pertahanannya selalu tidak tertahankan ketika ada

laki-laki yang Bella suka.

87

Wawancara Pribadi dengan mami Yuli, pendiri Rumah Singgah Waria, pada 04 Maret

2017 88

Wawancara Pribadi dengan Bella, salah satu anggota di Rumah Singgah Waria, pada 20

April 2017

57

Dengan cara sembunyi-sembunyi Bella sering berada didepan cermin

dan memakai pakaian wanita lalu memakai bedak dan lipstik, ketika itu tiba-

tiba ibu Bella masuk kamar dan melihat Bella sedang berdandan layaknya

perempuan, seketika itu ibu Bella marah melihat anak laki-lakinya

menyerupai perempuan. Keluarga akhirnya mengetahui bahwa Bella berbeda

dengan yang lain, sempat diobatin dibawa kesana kesini tapi tidak ada

perubahan. Kemudian keluargapun pasrah dengan keadaan yang terjadi pada

Bella.

a. Gambaran Dukungan Sosial Informan 2

Pengalaman sebelum berada di rumah singgah, sebelum berada di

rumah singgah sempat tinggal di Surabaya selama 10 tahun lalu pulang, Bella

kembali ke kampungnya di daerah Makasar, di rumah Bella bertemu teman

untuk diajak ke Jakarta. Kemudian Bella berkenalan dengan teman sesama

waria, dan ada salah satu teman yang memperkenalkan Bella dengan mami

Yuli, pertama kenalan mami Yuli mengajak Bella untuk mampir ke rumah

singgah, kemudian mami Yuli menjelaskan ini rumah singgah tempat singgah

teman-teman waria yang tidak punya rumah atau waria tua yang sakit bisa

berada di rumah singgah ini, dan di rumah singgah ini di berikan pemahaman

tentang bagaimana caranya bersosialisasi di masyarakat yang baik. Setelah

lama mengenal mami Yuli kemudian Bella menjadi anggota di rumah

singgah.

Selama berada di rumah singgah jadi lebih sibuk dengan teman-teman

yang ada di rumah singgah, jadi lebih tau bagaimana cara berkomunikasi yang

58

baik dengan masyarakat dan juga sesama waria.89

Kegiatan yang di lakukan di

rumah singgah banyak kunjungan dari orang-orang penting yang ingin

mengetaui apa itu rumah singgah waria, untuk kegiatan seperti keterampilan

waria itu sebenarnya ada tapi belum berjalan sedang di rencanakan dalam

program yang akan segera di laksanakan, adanya keterampilan yaitu masak,

salon, menjahit, dan lain-lain.

Setelah mengikuti kegiatan yang ada di rumah singgah mendapatkan

banyak manfaat dan pengarahan yang bisa di terapkan dalam kehidupan

sehari-sehari untuk bersosialisasi di masyarakat. Di rumah singgah

mempunyai fasilitas juga selain untuk tidur juga tersedianya banyak obat-

obatan, peralatan mandi, dan lain-lain untuk waria yang membutuhkan.

Bella jika sedang ada masalah yang memberikan solusi yaitu mami Yuli

karena mami Yuli banyak pengalaman, dan menjadi panutan bagi semua

waria yang berada di rumah singgah ini. Tapi teman-teman waria juga saling

membantu jika ada masalah yang sulit di selesaikan sendiri dan membutuhkan

bantuan orang lain, sesama waria selalu memberikan dukungan yang baik

untuk kehidupan yang lebih baik lagi.

Bella merasa sangat nyaman berada di rumah singgah karena berkumpul

dengan sesama waria adalah kebahagiaan yang menurut Bella tidak di

dapatkan di manapun. Jadi untuk kesulitan dalam kegiatan yang di adakan di

rumah singgah ini tidak ada sama sekali merasa kesulitan karena bahagia bisa

berkumpul bersama teman-teman waria.

89

Wawancara Pribadi dengan Bella, salah satu anggota di Rumah Singgah Waria, pada 20

April 2017

59

b. Gambaran Kemandirian Informan 2

Dalam hidup Bella ingin mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari

usaha sendiri yang di bangun dengan kerja keras dan doa dari orangtua supaya

menjadi berkah, Bella ingin membuka salon karena sesuai dengan keahlian

yang di milikinya. Untuk itu Bella terus belajar supaya mendapatkan apa yang

di impikan dan harus lebih percaya diri. Yang membuat percaya diri di dalam

lingkungan masyarakat bukan karena Bella seperti perempuan tapi karena

Bella merasa beradaptasi dengan masyarakat sekitar dengan cara yang sopan,

santun di lingkungan sekitar rumah, dengan cara itu Bella merasa secara

langsung pasti masyarakat juga akan bersikap sebaliknya dengan Bella dan

teman-teman waria. Meskipun masih ada masyarakat yang belum bisa

menerima dengan keberadaan waria, tapi dari situ Bella belajar bagaimana

cara untuk waria bersikap dan berlaku baik, sopan dalam kehidupan

bermasyarakat dan selalu berfikiran positif terhadap masyarakat. Di

lingkungan masyarakat Bella termasuk sering berkumpul dengan warga

sekitar untuk sekedar menyapa dan bercerita.

Percaya dengan diri sendiri jika yang di lakukan itu benar dan

sudah di lakukan dengan cara yang baik tidak usah merasa takut dengan

penilaian seseorang kepada diri sendiri, Tutur Bella saat di wawancara.90

4. Deskripsi Informan 3

Dinda berasal dari Sulawesi memutuskan datang ke Jakarta, karena

merasa tidak bebas berada di rumah.91

Waktu itu ada sedikit masalah dengan

90

Wawancara Pribadi dengan Bella, salah satu anggota di Rumah Singgah Waria, pada 20

April 2017 91

Wawancara Pribadi dengan Dinda, salah satu anggota di Rumah Singgah Waria, pada 20

April 2017

60

bentuk tubuhnya dengan rambut panjang tapi tidak boleh dan akhirnya di

potong pendek, ketidak nyamanan di rumah menjadi jalan satu-satunya untuk

pergi meninggalkan tempat tinggalnya.

Dinda mulai terlihat seperti perempuan sejak kelas 3 SD. Berawal dari

ulang tahun kakak perempuannya dan Dinda mulai mencoba pakaian

perempuan kakaknya. Saat itu keluarga mulai mengetahui bahwa Dinda tidak

sama seperti anak laki-laki lainnya, awalnya keluarga marah dan Dinda di

berikan nasehat untuk tetap berperilaku seperti laki-laki, tapi ternyata usaha

keluarganya tidak mebuahkan hasil, dan akhirnya keluarga mulai menerima

bahwa Dinda berbeda. Setelah Dinda mengerti kenapa semua ini terjadi

kepadanya kemudian Dinda menjelaskan kepada Orangtua dan keluarga

bahwa ini bukan penyakit ini adalah perbedaan yang harus di jalani dan di

terima akhirnya mereka mengerti apa yang Dinda rasakan.

Akhirnya Dinda memutuskan untuk pergi ke Jakarta, sebelum pergi

Dinda sempat mendapatkan informasi bahwa ada rumah singgah waria di

Jakarta, informasi ini di dapatkan Dinda melalui browsing internet dan

muculah seseorang yang bernama Mami Yuli kemudian Dinda langsung

menghubungi Mami Yuli. Di Jakarta Dinda tidak memiliki teman ataupun

sanak saudara.

Dinda pergi ke Jakarta tanpa sepengetahuan orang tua, tapi orang tua

sudah mengetahui bahwa Dinda adalah seorang waria laki-laki yang

berdandan seperti perempuan. Orang tua sudah bisa menerima Dinda yang

seorang waria. Menurut Dinda:

61

“Apa yang saya tampilkan masih dalam batas kewajaran dari segi

adat maupun agama, karena saya hanya memanjangi rambut dan

berdandan seperti wanita memakai pakaian wanita bukan menambahkan

payudara atau operasi kelamin itu masih dalam batas kewajaran.” Tutur

Dinda saat di wawancara.92

a. Gambaran Dukungan Sosial Informan 3

Dinda adalah salah satu waria yang keluarganya menerima semua

perubahan yang ada pada dalam diri Dinda. Meskipun awalnya keluarganya

marah, tapi pada akhirnya keluarga Dinda menerima Dinda dengan keadaan

yang berbeda. Meskipun Dinda harus pergi diam-diam merantau ke Jakarta

untuk bisa berkumpul dengan sesama waria lainnya, karena di rumahnya

merasa tidak nyaman. Sebelum Dinda menemukan keluarga baru di Jakarta

yang sesama waria, Dinda sebelumnya merasa sangat tertekan karena

keadaanya yang seperti ini. Tapi Dinda tidak menyerah Dinda terus mencari

tau apakah dengan keadaan seperti ini Dinda dapat menjalani hidup yang

lebih baik, karena Dinda merasa dirinya juga manusia yang harus di

perlakukan sama seperti manusia yang hidup di dunia ini.

Setelah Dinda tau bahwa ada rumah singgah waria di Jakarta, segeralah

Dinda mencari tau siapa pemilik rumah singgah itu. Dan akhirnya Dinda

mengetahui siapa pemiliknya yaitu Mami Yuli. Mami yuli menampung Dinda

di rumah singgah hanya sementara, di rumah singgah semua masalah yang

ada dalam diri Dinda segera di selesaikan oleh Mami Yuli dan teman-teman

waria lainnya. Setelah masalahnya selesai Dinda akhirnya menjadi anggota di

Rumah singgah waria, meskipun tidak menetap di rumah singgah tapi Dinda

92

Wawancara Pribadi dengan Dinda, salah satu anggota di Rumah Singgah Waria, pada 20

April 2017

62

selalu mengikuti kegiatan yang di adakan di rumah singgah waria. karena

kegiatan yang di adakan di rumah singgah ini sangat bermanfaat dan

menjadikan para waria lebih mandiri dalam menjalani hidup. Kepedulian dan

perhatian yang di tunjukan kepada sesama waria, sehingga waria merasa

nyaman, dicintai dan diperhatikan adalah dukungan emosional yang ada di

rumah singgah.

Setelah menjadi anggota di rumah singgah Dinda sangat senang karena

semua hal yang belum banyak Dinda tau menjadi tau setelah menjadi aggota

di rumah singgah ini. Dinda baru mengetahui ternyata sebagai seorang waria

mempunyai hak dasar sebagai warga Negara, dan memiliki kewajiban untuk

menjaga seksualitas diri sendiri supaya terhindar dari bahaya Virus

HIV/AIDS. Semua pelajaran yang Dinda dapatkan di rumah singgah waria

tidak Dinda dapatkan di luar rumah singgah waria dan Dinda merasa

beruntung dapat bergabung menjadi anggota di rumah singgah waria.

Banyak kegiatan yang sudah Dinda ikuti di Rumah singgah sampai

tidak pernah absen di setiap kegiatan yang di adakan oleh Mami Yuli.

Manfaat yang di dapatkan setelah mengikuti kegiatan yang ada yaitu Dinda

dapat menangani masalahnya sendiri dengan baik dan tanggung jawab.

Keterampilan yang selalu di ajarkan pun dapat dengan mudah di praktekkan

sendiri. Ungkapan penilaian yang positif dari Dinda telah membentuk

perasaan dalam diri waria bahwa waria merasa berharga, mampu dan berarti

dalam dukungan penghargaan di rumah singgah waria. Untuk fasilitas yang

di sediakan pada rumah singgah yaitu adanya, perlengkapan mandi, obat-

63

obatan, sembako dll, dan di rumah singgah selalu siap menangani masalah

yang terjadi pada waria selama 24jam. Dengan adanya pemberian barang dan

jasa yang berguna untuk waria yang membutuhkan terbukti bahwa adanya

dukungan instrumental.

Setiap anggota di rumah singgah ini jika mereka ada masalah yang

selalu memberikan solusi dan membantu menyelesaikan masalah itu adalah

Mami Yuli kemudian teman-teman sesama anggota juga ikut membantu

mencari jalan keluar pada masalah yang sedang di hadapi. Adanya nasehat

dan saran adalah bukti bahwa dukungan informasi di dapatkan di rumah

singgah waria. Dukungan persahabatan juga terlihat dengan adanya Mami

Yuli dan teman-teman waria yang berusaha mendiskusikan dan

menyelesaikan masalah yang sedang di hadapi oleh temannya sesama waria,

sehingga meringankan beban hidup seorang waria yang sedang dalam

menghadapi masalahnya.

b. Gambaran Kemandirian Informan 3

Waria juga manusia ingin mempunyai kehidupan yang lebih layak

seperti manusia pada umumnya. Hal itu lah yang membuat rasa percaya diri di

lingkungan sosial waria menjadi baik, meskipun Dinda berbeda tetapi Dinda

tidak malu bahwa dirinya berbeda dengan yang lain. Karena menurut Dinda;

“perbedaan itu selalu ada jadi jangan malu untuk terlihat berbeda karena

64

jika suatu perbedaan itu baik maka semuanya akan ikut menjadi

baik.”93

Rasa percaya diri yang di lakukan Dinda sudah baik karena dukungan

yang di berikan oleh teman-teman yang berada di rumah singgah.

Selama menjadi anggota di rumah singgah waria Dinda bekerja di salon

Mami Yuli, dengan keterampilan yang di milikinya menata rambut dan merias

wajah, Dinda di minta untuk membantu Mami Yuli di salon. Itulah pekerjaan

yang sekarang Dinda jalani. Dinda sangat senang dengan pekerjaannya

sekarang karena menguasai apa yang di kerjakannya, jadi Dinda menjalani

pekerjaan ini dengan senang hati karena sesuai dengan kemampuan yang di

milikinya.

Waktu yang Dinda miliki sekarang sangat berharga karena untuk jadi

lebih baik dalam kehidupan sekarang adalah Dinda harus membuat sesuatu

untuk bisa membuat teman-teman waria punya kehidupan yang lebih layak

sama seperti manusia pada umumnya bisa menjalani pendidikan, mudah

medapat pekerjaan, dan lain-lain, tanpa adanya diskriminasi dalam kehidupan

masyarakat.

Bertanggung jawab terhadap diri sendiri dengan sikap konsisten apa

yang sudah di katakan oleh Dinda itu harus sesuai tidak ada lagi yang lain.

Dengan bersikap konsisten menurut Dinda dia akan lebih bertanggung jawab

dalam melakukan segala hal baik di lingkungan waria ataupun di masyarakat.

Memilih hidup sebagai seorang waria telah dilakukan sejak beranjak

dewasa, hidup didalam badan laki-laki tapi berpenampilan atau berperilaku

93

Wawancara Pribadi dengan Dinda, salah satu anggota di Rumah Singgah Waria, pada 20

April 2017

65

seperti perempuan itu tidaklah mudah untuk dijalani. Masalah tentang fatwa

MUI menurut semua informan tidak ada masalahnya bagi kehidupan waria

saat ini, karena menurut informan apa yang sudah waria jalani sekarang

mereka menikmatinya. Untuk kembali kepada kodrat yang telah ditentukan

oleh Tuhannya itu untuk sekarang mereka masih ingin menjadi seperti apa

yang mereka mau, selama mereka tidak mengganti jenis kelamin menurut

waria, itu masih dalam batas kewajaran karena hanya bertingkah laku dan

berdandan seperti perempuan.

5. Deskripsi Informan 4

Selaku ketua RT bapak Endang awalnya tidak mengetahui bahwa tanah

kosong yang akan dijadikan sebuah rumah itu adalah untuk tempat rumah singgah

waria. Setelah rumah singgah itu berdiri dan kemudian yang datang dan memiliki

rumah itu ternyata adalah waria, pak Endang dan masyarakat sekitarpun terkejut.

Seiring berjalannya waktu respon masyarakat sekitar rumah singgah itu

mulai terbiasa dengan adanya waria disana yang ikut berbaur juga dengan

masyarakat sekitar. Warga disanapun tidak merasa terganggu dengan berdirinya

rumah singgah itu sendiri. Karena waria disana sudah dapat memposisikan dirinya

dilingkungan sekitar rumah.

Masyarakat yang berada disekitar rumah singgah secara tidak langsung

sudah dapat menerima keberadaan waria, waria sudah dapat bersosialisasi dengan

masyarakat. Tapi dukungan sosial yang diberikan masyarakat sekitar tidak ada,

masyarakat disana hanya menerima waria dan mau berbaur dengan dengan waria

karena waria itu mampu memposisikan dirinya di masyarakat dengan santun, jadi

66

masyarakat hanya memberikan timbal balik yang sesuai dengan apa yang

dilakukan waria disekitar rumah.

“sebetulnya saya merasa kurang setuju dengan adanya rumah singgah

waria disini. Karena mereka berbeda dari kita dan mengaku-ngaku sebagai

seorang perempuan, tetapi seiring berjalannya waktu karena mereka juga bisa

beradaptasi dilingkungan masyarakat sekitar, jadi saya merasa yasudahlah

biarpun mereka waria tapi mereka tetap sama seperti kita manusia, tapi saya

sangat ingin sekali mereka bisa berubah kembali kekodratnya sebagai laki-laki”94

B. Analisis Inter Subject

1. Bentuk dukungan sosial yang didapatkan oleh waria di Rumah

Singgah Waria

Dukungan Sosial dari sudut pandang Psikologi komunitas merupakan

suatu proses spesifik yang berlangsung dalam kehidupan komunitas.95

Menurut Ganster, dkk, dukungan sosial adalah tersedianya hubungan yang

bersifat menolong dan mempunyai nilai khusus bagi individu yang

menerima.96

Artinya perilaku seseorang dalam satu lingkungan sangat di

pengaruhi oleh perilaku orang-orang yang berada di sekitarnya.

Peneliti berpendapat bahwa perilaku orang-orang yang berada dalam

lingkungan tertentu akan sangat mempengaruhi individu dalam hal

kenyamanan, interaksi antar personal atau dalam hal kemandirian seseorang.

Seperti yang terjadi pada waria yang sekarang berada di Rumah Singgah

Waria dan menjadi anggota, karena mereka ingin memiliki hidup yang lebih

94

Wawancara Pribadi dengan pak Endang ketua RT, pada 11 Maret 2018 95

Istiqomah Wibowo dkk, Psikologi Komunitas ( Depok : LPSP3 UI, 2013 ), h. 33 96

A. Cahyadi & Apollo, Konflik Peran Ganda Perempuan Menikah Yang Bekerja Ditinjau

dari Dukungan Sosial Keluarga dan Penyesuaian Diri. Jurnal Widya Warta, 02, 261.

67

terjamin dan lebih bisa mandiri dalam segala hal supaya bisa di terima dalam

lingkungan masyarakat.

House dan Khan adalah tindakan yang bersifat membantu yang

melibatkan emosi, pemberian informasi, bantuan instrument dan penilaian

positif pada individu dalam menghadapi permasalahannya.97

Dari pemaparan di atas, maka seorang individu dalam sebuah

lingkungan membutuhkan perilaku positif dari orang-orang yang berada di

sekitarnya atau disebut dengan dukungan sosial. Waria adalah mahluk ciptaan

Tuhan mereka juga membutuhkan kehidupan yang lebih baik sama seperti

manusia normal pada umumnya. Dengan adanya dukungan sosial yang di

berikan oleh Rumah Singgah Waria maka sangat membantu mereka untuk

dapat hidup mandiri di lingkungan masyarakat. Seperti yang diungkapkan

oleh Bella:

“Selama berada di rumah singgah jadi lebih sibuk dengan teman-

teman yang ada di rumah singgah, jadi lebih tau bagaimana cara

berkomunikasi yang baik dengan masyarakat dan juga sesama waria.”98

Hal senada juga diungkapkan oleh Dinda:

”Setelah menjadi anggota di rumah singgah saya senang karena

semua hal yang belum banyak saya tau menjadi tau setelah menjadi

aggota di rumah singgah ini. Saya juga baru tau ternyata sebagai seorang

waria mempunyai hak dasar sebagai warga Negara, dan memiliki

kewajiban untuk menjaga seksualitas diri sendiri supaya terhindar dari

bahaya Virus HIV/AIDS.”99

97

A. Cahyadi & Apollo, h. 261 98

Wawancara Pribadi dengan Bella, salah satu anggota di Rumah Singgah Waria, pada 20

April 2017 99

Wawancara Pribadi dengan Dinda, salah satu anggota di Rumah Singgah Waria, pada 20

April 2017

68

Bentuk – bentuk Dukungan Sosial

No Pihak yang mendukung Bentuk Dukungan Keterangan

1 Rumah Singgah Waria Emosional Dukungan emosional yang

didapatkan yaitu sikap

perhatian dan kepedulian

yang tinggi dari semua orang

yang berada di rumah

singgah waria terutama

perhatian dari pengurus dan

ketua rumah singgah waria.

Penghargaan Dukungan penghargaan yang

didapatkan yaitu dipercaya

untuk membuat acara-acara

yang diadakan di rumah

singgah waria.

Instrumental Dukungan instrumental yang

didapatkan yaitu tempat

tinggal, konsumsi, pakaian.

Informasi Dukungan informasi yang

didapatkan yaitu informasi

terkait masalah kesehatan

waria, dan semua masalah

yang dihadapi waria bisa

dapat segera teratasi karena

bantuan yang diberikan oleh

teman-teman yang berada di

rumah singgah waria.

Jaringan Sosial Dukungan jaringan sosial

diberikan oleh teman-teman

sesama waria atau ketua

rumah singgah untuk waria

yang mempunyai masalah

supaya dapat menyelesaikan

masalahnya dengan baik dan

meringankan beban dalam

hidupnya.

2 Keluarga Emosional Dukungan emosional dari

keluarga yaitu dengan bentuk

perhatian yang lebih dari

yang lainnya untuk dapat

merubah sikap

keperempuannya menjadi

laki-laki kembali.

Penghargaan Dukungan penghargaan dari

69

keluarga yaitu di percaya

untuk memilih jalan

hidupnya sesuai dengan

keinginannya sendiri.

Instrumental Dukungan isntrumental dari

keluarga yaitu

menyelesaikan sekolah

hingga tamat SMA.

Informasi Dukungan informasi yang

didapat dari keluarga yaitu

tentang pemahaman agama

supaya bisa berubah kembali

menjadi laki-laki.

Jaringan Sosial Dukungan jaringan sosial

dari keluarga yaitu tetap

memberikan pemahaman

yang baik untuk dirinya

sendiri dan untuk kelurga.

3 Masyarakat Emosional Dukungan emosional dari

masyarakat sikap yang sudah

mulai ramah dan menerima

waria di lingkungan

masyarakat sekitar

Penghargaan Dukungan penghargaan dari

masyarakat di percaya untuk

membuat kegiatan yang

bermanfaat untuk ibu-ibu

yang ada di sekitar rumah

singgah.

Instrumental Dukungan instrumental dari

masyarakat diperbolehkan

tinggal bersama di

lingkungan masyarakat dan

berbaur dengan masyarakat.

Informasi Dukungan informasi dari

masyarakat memberikan

pehaman tentang bagaimana

cara yang baik bergaul

dengan masyarakat yang

lainnya.

Jaringan Sosial Dukungan jaringan sosial

dari masyarakat memberikan

pehaman tentang bagaimana

cara yang baik bergaul

dengan masyarakat yang

lainnya.

70

Dari kutipan wawancara di atas memberikan pengertian kepada peneliti

bahwa Waria yang berada di Rumah Singgah Waria mendapatkan dukungan-

dukungan sosial berupa dukungan emosional, penghargaan, instrumental,

informasi dan jaringan sosial.

2. Proses Kemandirian yang dilakukan Waria di Rumah Singgah Waria

Dari ketiga Informan yang menjadi sumber data peneliti menemukan

bahwa mereka tetap dalam kondisi baik selama mereka berada dalam

lingkungan rumah singgah waria. Kondisi baik dalam hal menjalankan

kewajiban mereka sebagai anggota di rumah singgah waria.

Dukungan-dukungan yang mereka dapatkan bukan hanya dari teman-

teman yang berada di rumah singgah waria tetapi berasal dari pengurus dan

pendiri di rumah singgah waria yaitu mami Yuli untuk dapat menjadi waria

yang mandiri dalam segala hal yang terjadi di lingkungan masyarakat.

Hal itu diungkapkan oleh Bella saat wawancara:

“Yang membuat percaya diri di dalam lingkungan masyarakat bukan

karena saya seperti perempuan tapi karena saya merasa beradaptasi dengan

masyarakat sekitar dengan cara yang sopan, santun di lingkungan sekitar

rumah, dengan cara itu saya merasa secara langsung pasti masyarakat juga

akan bersikap sebaliknya dengan saya dan teman-teman waria. Meskipun

masih ada masyarakat yang belum bisa menerima dengan keberadaan waria,

tapi dari situ saya belajar bagaimana cara untuk waria bersikap dan berlaku

baik, sopan dalam kehidupan bermasyarakat dan selalu berfikiran positif

terhadap masyarakat. Di lingkungan masyarakat saya termasuk sering

berkumpul dengan warga sekitar untuk sekedar menyapa dan bercerita.”100

Hal senada diungkapkan oleh Dinda:

“meskipun saya berbeda tetapi saya tidak malu jika berbeda dengan

yang lain, karena menurut saya perbedaan itu selalu ada jadi jangan malu

100

Wawancara Pribadi dengan Bella, salah satu anggota di Rumah Singgah Waria, pada 20

April 2017

71

untuk terlihat berbeda karena jika suatu perbedaan itu baik maka semuanya

akan ikut menjadi baik.”101

Dari kutipan wawancara di atas bisa dilihat bahwa setiap individu

membutuhkan proses untuk hidup mandiri. Hanya saja setiap individu

memilki proses yang berbeda-beda. Salah satu yang menentukan proses

kemandirian seseorang adalah dukungan dari orang- orang sekitar. Baik

lingkungan dimana ia tinggal maupun lingkungan dimana ia berinteraksi.

Menurut Martin dan Stendler menyatakan bahwa kemandirian ditujukan

dengan kemampuan seseorang berdiri diatas kaki sendiri, mengurus diri

sendiri dalam semua aspek kehidupannya, ditandai dengan adanya inisiatif,

kepercayaan diri dan kemampuan mempertahankan diri dan hak miliknya.102

Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, waria

yang berada di rumah singgah waria diajarkan bagaimana menyelesaikan

masalah yang ada melalu nasehat-nasehat yang mereka dapatkan. Selain itu

mereka juga diberi kesempatan untuk ikut andil dalam menyelesaikan

masalah yang ada di masyarakat terkait waria yang belum dapat di terima

dalam masyarakat.

Proses kemandirian pada waria di rumah singgah waria sudah cukup

baik. Melihat dari ketiga sumber data yang peneliti temui saat melakukan

observasi mereka sama-sama sedang memantaskan diri mereka di lingkungan

masyarakat secara langsung, supaya dapat di terima di lingkungan

masyarakat. Dengan berperilaku baik, sopan dan santun lingkungan

101

Wawancara Pribadi dengan Dinda, salah satu anggota di Rumah Singgah Waria, pada 20

April 2017 102

T. Afiatin, PersepsiPria dan Wanita dalam Kemandirian (Anima Indonesia

Psychological Journal No.2), (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 1993), hal. 8.

72

masyarakat sendiri bisa menghormati satu sama lain meskipun ada perbedaan

diantara mereka.

Para waria sudah mampu bersikap sewajarnya di tengah lingkungan

masyarakat sekitar untuk sekedar saling sapa dan berinteraksi. Mereka juga

sudah berperilaku baik sehingga tidak ada masyarakat yang merasa terganggu

dengan keadaan mereka di dekat tempat tinggalnya. Mereka belajar untuk

hidup mandiri dengan semua kemampuan yang mereka kuasai dan itu

terbentuk oleh adanya dukungan dari rumah singgah waria yang mengajarkan

kemandirian juga hal baik yang dilakukan oleh para waria supaya tidak

menggangu orang lain dengan keberadaan waria di sekitar lingkungan.

Proses Kemandirian

No Ide-ide yang diterima Faktor Pendukung Proses Kemandirian

1 Inisiatif terhadap diri

sendiri Teman-teman di rumah

singgah waria,

keluarga yang

mendukung,

masyarakat yang berada

dekat dengan tempat

tinggal

Dapat memilih

pekerjaan yang sesuai

dengan kemampuannya

sendiri,

Tidak ingin

menyusahkan orang

lain.

2 Kepercayaan terhadap diri

sendiri Teman-teman di rumah

singgah waria,

keluarga yang

mendukung,

masyarakat yang berada

dekat dengan tempat

tinggal

Tidak mudah

terpengaruh dengan

kata-kata orang lain

yang selalu

merendahkannya.

3 Bertanggung jawab

terhadap diri sendiri Teman-teman di rumah

singgah waria,

keluarga yang

mendukung,

masyarakat yang berada

dekat dengan tempat

tinggal

Selalu berusaha menjadi

lebih baik,

Dapat dipercaya untuk

membuat suatu kegiatan

yang baik.

73

Dari pemaparan di atas peneliti berpendapat bahwa fakta-dakta tersebut

sangat relevan dengan indikator kemandirian yang baik, diantaranya adalah

percaya diri, mampu bekerja sendiri, menguasai keahlian dan keterampilan

yang sesuai dengan kerjanya, menghargai waktu, dan tanggung jawab.

Ditambah lagi mereka mampu menggali potensi yang mereka miliki dengan

dukungan yang mereka dapatkan dari rumah singgah waria.

3. Dukungan sosial terhadap kemandirian Waria di Rumah Singgah

Waria

Kemandirian adalah suatu keadaan seseorang dimana seseorang

berusaha berdiri sendiri dalam arti tidak bergantung pada orang lain, dalam

mengambil keputusan dan mampu melaksanakan tugas hidup dengan penuh

tanggung jawab.

Pada umumnya manusia memiliki dorongan atau keinginan untuk

mewujudkan dirinya menjadi seseorang yang lebih baik. Maka wajar apabila

manusia selalu berusaha kearah taraf kehidupan yang lebih baik dan

kemandirian.

Dengan demikian jadi nyatalah bahwa manusia bukanlah makhluk yang

statis. Manusia senantiasa mengoptimalkan potensi-potensi yang ada dalam

dirinya dan memiliki kehendak untuk maju. Untuk dapat kemandirian yang

diharapkan manusia membutuhkan adanya dukungan sosial.

Dukungan sosial yang telah diterima oleh waria di rumah singgah waria,

telah berdampak positif bagi waria yang menerima dukungan tersebut.

Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Dinda:

74

“Di rumah singgah semua masalah yang ada dalam diri saya segera di

selesaikan oleh Mami Yuli dan teman-teman waria lainnya. Setelah

masalahnya selesai saya akhirnya menjadi anggota di Rumah singgah waria,

meskipun tidak menetap di rumah singgah tapi saya selalu mengikuti kegiatan

yang di adakan di rumah singgah waria. karena kegiatan yang diadakan di

rumah singgah ini sangat bermanfaat dan menjadikan saya dan teman-teman

waria lebih mandiri dalam menjalani hidup.”103

Menurut Kahn dan Antonucci (1980), ada 3 lapisan orang-orang yang

berperan memberi dukungan sosial sepanjang kehidupan subyek/pelaku.

Terdapat 3 lapisan barisan, lapisan pertama terdiri dari orang- orang yang

membentuk barisan dukungan sosial dengan mantap/stabil, hubungan subyek

sangat dekat dengan mereka, dukungan yang diberikan setiap saat secara

pribadi kepada subyek (terlepas dari apapun jabatan yang disandang subyek).

Contoh : hubungan suami istri, keluarga dan hubungan dengan teman – teman

dekat.

Lapisan kedua terdiri dari sejumlah orang ada hubungan dengan subyek

namun sifat hubungan tersebut terbatas pada hubungan kerja atau hubungan

kekerabatan. Suatu hubungan yang mudah berubah sewaktu-waktu. Lapisan

ketiga terdiri dari orang-orang berhubungan dengan subyek melalui jalur

profesi, bertetangga atau sekampung, keluarga jauh, teman sekerja dan

hubungan dengan atasan di kantor yang sifat hubunganya kurang akrab dan

sangant mudah berubah dari waktu ke waktu.

Waria yang berada di rumah singgah waria sangat membutuhkan ketiga

lapisan dukungan sosial tersebut, meskipun mereka tidak mendapatkan

dukungan sosial secara utuh dari lingkungan sosial karena masyarakat masih

103

Wawancara Pribadi dengan Dinda, salah satu anggota di Rumah Singgah Waria, pada 20

April 2017

75

ada yang belum bisa menerima keberadaan waria. Tapi proses komunikasi,

kenyamanan waria selama berada diluar lingkungan rumah singgah sudah

baik, hal itu seperti yang diungkapkan oleh Bella:

“Saya berinteraksi dengan masyarakat sekitar dengan cara yang sopan,

santun dilingkungan sekitar rumah, dengan cara itu saya merasa secara

langsung pasti masyarakat juga akan bersikap sebaliknya dengan saya dan

teman-teman waria. Meskipun masih ada masyarakat yang belum bisa

menerima dengan keberadaan waria, tapi saya terus belajar bagaimana cara

untuk waria bersikap dan berlaku baik sopan dalam kehidupan

bermasyarakat dan selalu berfikiran positif di masyarakat. Di lingkungan

masyarakat saya termasuk sering berkumpul dengan warga sekitar untuk

sekedar menyapa dan bercerita.”104

Dari kutipan wawancara di atas, tentu saja seorang waria yang bernama

Bella mampu membuat dirinya nyaman di tengah-tegah lingkungan

masyarakat karena dia mendapatkan dukungan dari rumah singgah waria, baik

dukungan emosional, dukungan informasional dan dukungan nyata, seperti

yang diungkapkan oleh Dinda:

“Banyak kegiatan yang sudah saya ikuti di Rumah singgah sampai

tidak pernah absen di setiap kegiatan yang di adakan oleh Mami Yuli.

Manfaat yang di dapatkan setelah mengikuti kegiatan yang ada yaitu saya

dapat menangani masalahnya sendiri dengan baik dan tanggung jawab.”105

Kemampuan seorang waria dalam proses kemandirian dapat terlihat

jelas dengan adanya penelitian ini. Dukungan sosial yang didapatkan dari

rumah singgah waria sudah cukup baik untuk perkembangan waria menjadi

lebih mandiri, tapi juga perlu adanya proses yang tidak mudah untuk

membentuk sikap waria menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Dilihat dari

indikator kemandirian yang sudah cukup baik dalam proses kemandirian.

104

Wawancara Pribadi dengan Bella, salah satu anggota di Rumah Singgah Waria, pada 20

April 2017 105

Wawancara Pribadi dengan Dinda, salah satu anggota di Rumah Singgah Waria, pada 20

April 2017

76

Hubungan Dukungan Sosial bagi Kemandirian Waria

No Dukungan Sosial Proses Pembentukan Kemandirian

1 Ketua Rumah Singgah Waria Mengikuti semua kegiatan

yang ada di rumah singgah,

Mendengarkan semua nasehat

yang di berikan oleh pengurus

rumah singgah,

Belajar bagaimana cara supaya

dapat diterima di masyarakat

dengan mudah.

Mendapatkan

pekerjaan sesuai

dengan kemampuan

sendiri,

Tidak bergantung

kepada orang lain,

2 Keluarga Berusaha meyakinkan keluarga

bahwa menjadi waria adalah

pilihan yang terbaik untuk diri

sendiri dan bisa menjadi yang

terbaik untuk keluarga.

Berani bertanggung

jawab atas apa yang

telah dipilih,

3 Masyarakat Bersikap sopan dan santun

dalam lingkungan masyarakat,

Cara berpakaian yang baik di

sekitar lingkungan masyarakat.

Sudah dapat

bersosialisai dengan

baik di lingkungan

masyarakat sekitar

dan tidak ada

masyarakat yang

terganggu akan

adanya keberadaan

waria di lingkungan

mereka.

Dari beberapa kutipan wawancara di atas juga mencerminkan bahwa

waria sudah mampu berinteraksi dilingkungan sekitar masyarakat dengan baik

tanpa membuat orang lain tidak nyaman dengan adanya keberadaan waria.

Waria juga sudah mampu untuk hidup lebih mandiri dengan cara mereka

sendiri dan bekerja sesuai dengan kemampuan mereka. Dari dukungan sosial

yang didapatkan oleh waria di rumah singgah waria adalah pengaruh yang

paling besar untuk bisa merubah waria jadi lebih baik lagi di masyarakat

dalam proses kemandirian waria. Itu membuktikan bahwa dukungan sosial

sangat berpengaruh terhadap kemandirian waria di rumah singgah waria.

77

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Setelah melakukan penelitian di Rumah Singgah Waria Anak Raja

Depok, tentang Dukungan Sosial Bagi Kemandirian Waria Di Rumah

Singgah Waria ini dapat diambil kesimpulan dan sudah mendapatkan

dukungan sosial berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan,

dukungan instrumental, dukungan informasi, dan dukungan

persahabatan, meskipun diluar rumah singgah masih banyak masyarakat

yang tidak menginginkan keberadaan waria.

2. Proses kemandirian waria yang terbantu dengan dukungan sosial yang

ada di rumah singgah waria, proses tersebut dijalani dengan baik oleh

beberapa indikator yang peneliti temukan, yaitu adanya inisiatif yang

menunjukan bahwa waria ingin kehidupan yang lebih baik, terciptanya

rasa percaya diri di lingkungan masyarakat dengan etika yang baik, dapat

menyelesaikan masalahnya sendiri tidak selalu bergantung kepada orang

lain, dan bertanggung jawab atas apa yang waria kerjakan.

Dukungan sosial yang didapatkan oleh waria di rumah singgah waria

mendukung proses kemandirian waria yang efektif. Jadi semakin banyak

dukungan sosial yang didapatkan oleh waria maka semakin baik untuk

proses menuju kemandirian. Hal ini terlihat dari kemampuan waria dalam

bersosialisasi dilingkungan masyarakat luar rumah singgah waria, waria

78

dapat hidup lebih mandiri, mempunyai rasa percaya diri yang baik, dapat

bertanggung jawab dengan apa yang mereka kerjakan, karena keadaan

mereka yang memaksa untuk hidup lebih mandiri dan dibantu dengan

dukungan sosial yang ada di rumah singgah waria menjadi lebih baik lagi.

B. Saran

Efektivitas sosialisai merupakan faktor penting dalam mencapai tujuan

utama visi rumah singgah waria untuk dapat diterima oleh masyarakat.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka ada beberapa saran yang

hendak peneliti sampaikan. Tentunya saran ini bertujuan untuk kiprah dan

eksistensi rumah singgah waria menjadi jauh lebih baik lagi dan tidak terjadi

lagi hal yang tidak diinginkan.

Pelaksanaan program internal lebih ditingkatkan lagi dukungan yang

diberikan oleh pengurus Rumah Singgah Waria Anak Raja, supaya waria bisa

sadar bahwa sesungguhnya waria itu bukan perempuan tapi laki-laki.

Pengurus Rumah Singgah menambah program keterampilan untuk waria

supaya waria lebih mudah untuk mengembangkannya di lingkungan

masyarakat. Pengurus Rumah Singgah meningkatkan semangat dalam belajar

hidup mandiri yang baik dengan meningkatkan potensi yang ada pada diri

mereka selama berada di rumah singgah waria dengan bantuan dukungan-

dukungan yang mereka dapatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Afiatin,T. 1993. Persepsi Pria dan Wanita dalam Kemandirian Anima Indonesia

Psychological Journal No.2. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Antonius, Atosokhi, dkk. 2002. Relasi Dengan Diri Sendiri. Elex Media

Komputindo. Jakarta.

Bungin, M. Burhan. 2013. Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi Format-

Format Kuantitatif dan Kualitatif untuk Study Sosiologi Kebijakan

Publik Komunikasi Menejemen dan Pemasaran. PT. Kencana Perdana

Media Group. Jakarta.

Cahyadi, A & Apollo, Konflik Peran Ganda Perempuan Menikah Yang Bekerja

Ditinjau dari Dukungan Sosial Keluarga dan Penyesuaian Diri. Jurnal

Widya Warta, no 02.

D. Kartika. 1986 dalam jurnal Psikologi. Vol.1 No.2, h.1-12

Gottlieb, Benjamin H. 1983. Social Support Strategies : Gudelines For Mental

Health Practice. Beverly Hills California : Sage Publication Inc. London.

Gunawan, Imam. 2013 Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. PT Bumi

Aksara. Jakarta.

Haber, A & Runyon, 1984. Psycology of adjusment. Illinois : The Dorsey Press.

Handityatama, Belga. 2014. Pengaruh Dukungan Sosial dan Religiulitas terhadap

selftesteem Residen Napza. Skripsi Fakultas Psikologi, Universitas Islam

Negeri Jakarta.

Hasan, Basri. 2000. Remaja Berkualitas Problematika Remaja Dan Solusinya.

Pustaka Pelajar Offset. Yogyakarta.

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Salemba Humanika.

Jakarta.

Hidayat, Yusuf. 2012. Pengaruh Trait Personality dan Dukungan Sosial terhadap

Tingkat Resiliensi Mahasiswa. Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas

Islam Negeri Jakarta.

Kemala, Atmojo. Kami Bukan Laki-laki. 1987. Pustaka Utama Grafiti. Jakarta

Utara.

Kristi, Purwondari E. 2005. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku

Manusia. Depok :LPSP3 UI

Masrun. 1986. Sikap Mandiri Anak Kost. Bandung.

Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet ke-26. Remaja

Rosdakarya. Bandung.

Monk, FJ, dkk. 2006. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai

Bagiannya. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Mulatsih, Endang. 2013. Pengaruh Selfesteem dan Dukungan Sosial Terhadap

Optimisme Masa Depan Anak Jalanan di Rumah Singgah Jakarta

Selatan. Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Jakarta.

Nuryoto S. 1993. Kemandirian Remaja Ditinjau dari Tahap Perkembangan, Jenis

Kelamin, dan Peran Jenis (Anima Indonesia Psychological Journal No.

2). Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Rais, Heppy El. 2012. Kamus Ilmiah Populer. Pustaka Belajar. Yogyakarta.

Sa’diyah, Jauharatus. 2012. Pengaruh Dukungan Sosial Yayasan Srikandi Sejati

Terhadap Self-Esteem Waria. Skripsi S1 Fakultas Psikologi Universitas

Islam Negeri Jakarta.

Sarafino, E.P. 1990. Health Psychology : biopsycological interaction. Second

edition. John Wiley & Son. New York.

Sarafino, Edward.P. 1998. Health Psychology : biopsycological interaction. Third

edition. John Wiley & Son. USA.

Sari, Hanny Safitri. 2010. Pengaruh Dukungan Sosial dan Kepribadian terhadap

Penyesuaian Diri pada Masa Pensiun. Skripsi S1 Fakultas Psikologi.

Universitas Islam Negeri Jakarta.

Sarosa, Samiaji. 2012. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. PT Indeks. Jakarta.

Sarwono, Sarlito, W. 1994. Psikologi Remaja. PT Raja Grafindo. Jakarta.

Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif.

Alfabeta. Bandung.

Sedarmayanti, Syarifudin Hidayat. 2011. Metodologi Penelitian. CV Mandar

Maju. Bandung.

Smet, Bart. 1994. Psikoogi Kesehatan. PT Grasindo. Jakarta.

Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Pustaka Setia. Bandung.

Subagyo, Joko. 2015. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik, Cet ke-7,

Rineka Cipta. Jakarta.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Toha, Chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Pustaka Pelajar.

Yogyakarta.

Wahono, K.1997. Arti Kemandirian Bagi Mahasiswa UI (Studi Kasus Mahasiswa

UI yang Tinggal Terpisah dari Orang Tua dan Tinggal Bersama Orang

Tua). Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Wibowo, Istiqomah, dkk. 2011. Psikologi Komunitas. LPSP3 UI. Depok.

Yusuf, Syamsu A. Juntika Nurihsan. 2006. Landasan Bimbingan dan Konseling.

PT. Remaja Rosda Karya. Bandung.

Sumber Internet:

Mutadin, Z. 2002. Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologis Remaja.

http://www.e-psikologi.com/remaja.050602.htm

PEDOMAN WAWANCARA

Tujuan Penelitian :

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya kemandirian pada kaum

waria. Andaikata persoalan ini tidak diperhatikan maka waria akan menjadi mahluk

yang tersisihkan manusia yang tidak dihiraukan. Untuk itu sangat diperlukan

dukungan sosial.

Izin untuk wawancara dan penggunaan alat perekam :

Penelitian ini dijalankan dan data yang telah didapat akan diolah oleh saya

pribadi, serta diperiksa dan diuji oleh dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Oleh karena itu, saya minta

kesediaan waria untuk bersedia direkam dalam wawancara ini, serta meminta izin

pada waria untuk menulis ulang wawancara dalam bentuk tertulis. Saya menjamin

kerahasiaan wawancara ini.

Apakah waria bersedia untuk diwawancara dalam penelitian ini?

Pedoman Wawancara

„‟ Dukungan sosial bagi Kemanidrian Waria pada Rumah Singgah Waria

Anak Raja, Depok”

Pengurus Rumah Singgah

1. Berdirinya rumah singgah ?

2. Tujuan didirikannya rumah singgah waria ?

3. Visi dan Misi rumah singgah waria ?

4. Kebutuhan yang di perlukan untuk kegiatan ?

5. Kegiatan yang ada di rumah singgah ?

6. Sikap masyarakat terhadap kehadiran rumah singgah ?

Waria

1. Latar belakang kehidupan waria ?

2. Pengalaman waria selain di rumah singgah ?

3. Bagaimana tingkat kepercayaan diri setelah mengikuti kegiatan ?

4. Keterampilan yang sudah di dapat ?

5. Sikap masyarakat terhadap kehadiran rumah singgah ?

6. Apakah memiliki kebebasan untuk berinisiatif ?

7. Apakah memiliki rasa percaya diri ?

8. Apakah mampu mengambil keputusan ?

9. Apakah mampu bertanggung jawab ?

10. Apakah mampu mengendalikan diri ?

Dukungan Sosial

1. Dukungan Emosional

Dapatkah anda menceritakan bagaimana pengalaman anda sebelum berada di

rumah singgah ?

Setelah berada di rumah singgah adakah perubahan perilaku yang anda

rasakan ?

2. Dukungan Penghargaan

Kegiatan apa saja yang sudah anda ikuti di rumah singgah ?

Setelah mengikuti kegiatan di rumah singgah apa saja manfaat yang di

dapatkan dari semua kegiatan tersebut ?

3. Dukungan Instrumental

Fasilitas apa saja yang telah di sediakan oleh rumah singgah untuk kegiatan

yang sering di adakan di rumah singgah ?

4. Dukungan Informasi

Ketika anda sedang ada masalah adakah yang memberikan nasehat ataupun

saran di rumah singgah ini ? jika ada siapa ?

5. Dukungan Jaringan Sosial / Dukungan Persahabatan

Kesulitan apa saja yang di rasakan oleh anda setelah mengikuti berbagai

macam kegiatan yang ada di rumah singgah ?

Siapa yang membantu anda dalam mengatasi kesulitan anda ?

Kemandirian

1. Apa saja inisiatif yang anda lakukan untuk mendapatkan kehidupan yang

lebih baik ?

2. Apa yang membuat anda bisa lebih percaya diri dalam lingkungan

sosial ?

3. Siapa yang memberikan dukungan kepada anda saat anda mengahadapi

masalah di lingkungan sosial?

4. Bagaimana cara anda menyelesaikan masalah anda sendiri di dalam

lingkungan ?

5. Bagaimana anda belajar bertanggung jawab terhadap diri sendiri ?

Hasil Wawancara

Narasumber (NS) : Mami Yuli (Ketua Waria Se-Indonesia dan Pendiri

Rumah Singgah

Waria Anak Raja)

Pewawancara (PW) : Ahiriani Silvia

PW : “Sejarah berdirinya rumah singgah waria ?”

NS : “Pada tahun 2010 bulan Februari program dari FKWI adalah mendirikan

rumah singgah, FKWI sudah mempunyai badan hukum dan diakui sebagai

kelompok yang rentan dan harus di berdayakan. Rumah singgah berdiri ketika

FKWI melihat dan menangani masalah waria tetapi kemudian kita lupa bahwa

yang di berdayakan hanyalah usia yang produktif melupakan orang-orang tua dan

sampai akhirnya banyak sekali waria-waria tua yang meninggal dan tidak

mendapatkan tempat yang layak. Perosalan pertama banyaknya waria yang

meninggal dan kemudian dikubur masal, kedua ketika waria mulai sakit dan

terkapar di usia senja orang tidak akan mau menerima karena melihat waria yang

sudah mulai tua, jelek (wajahnya sudah pernah suntik silikon menjadi tidak karuan

bentuknya) kemudian memilih menjadi orang yang meminta-minta, dan kemudian

ketika mereka terkapar sakit tidak mampu dan tidak mempunyai siapa-siapa

bingung dikemanakan waria tersebut, dan akhirnya saya berinisiatif membeli

rumah untuk dijadikan rumah singgah waria jompo, banyak orang-orang tua yang

datang ke rumah singgah. Dari berbagai daerah rumah singgah waria jompo ini

menampung semuanya. Dengan membuat kartu tanda pengenal waria untuk

membantu mereka jika diluar terkapar atau sakit jadi lebih mudah untuk pihak lain

menghubungi karena ada nomor telfon yang bisa dihubungi dikartu anggota

tersebut.”

PW : “Tujuan didirikannya rumah singgah waria?”

NS : “Rumah singgah di buat untuk memotivasi waria yang bermasalah buka

hanya untuk lansia. Dan di rumah singgah ini waria bersama-sama mencari jalan

keluar dari berbagai masalah yang di hadapi. Tujuan rumah singgah bisa menjawab

semua masalah yang ada didalam diri waria. rumah singgah menyeleksi semua

waria yang datang, dirumah singgah waria dibiarkan selama dua hari dan

menceritakan semua masalahnya dan kemudian pengurus rumah singgah dan yang

lainnya membantu menemukan solusi. Dan rumah singgah ini hanyalah rumah

singgah untuk kumpul dan menyelesaikan masalah apa yang dihadapinya bukan

untuk hidup seterusnya karena di rumah singgah ini tempat tinggal sementara.

Rumah singgah sebagai tempat atau alat untuk bisa menjawab semua persoalan

waria yang ada. Rumah singgah waria ini adalah yang pertama di dunia.”

PW : “Visi dan Misi rumah singgah waria?”

NS : “Visi tidak ada lagi diskriminasi yang didapat oleh waria. Misi ingin

memanusiakan manusia dan membentuk waria yang lebih baik dan membuat

merasa nyaman, dibentuk di rumah singgah waria, dan dipakai untuk

memberdayakan semua waria baik muda atau tua. Jadi waria muda bisa datang ke

rumah singgah untuk menyelesaikan masalahnya. Dan tujuan pertama adalah waria

tua tidak lagi hidup di jalan. Di rumah singgah ini juga merubah perilaku waria dan

mengikuti peraturan yang ada di rumah singgah dan akan dibina diberikan

pelatihan kegiatan yang positif dan dapat mengembangkan bakat yang dimiliki

waria. Upaya pendidikan perubahan perilaku waria.”

PW : “Kebutuhan yang diperlukan untuk kegiatan?”

NS : “Kebutuhan bahan dasar dan support dana, dirumah singgah

memberdayakan waria untuk mencari dana dari kumpulan waria jika sedang

mengadakan kegiatan.

PW : “Kegiatan yang diadakan di rumah singgah?”

NS : “Kegiatan di rumah singgah kegiatan pelatihan ketermapilan dasar home

industri, mengajarkan yang simple dan mempunyai hasil untuk kebutuhan hidup

mereka, yang di harapkan oleh rumah singgah mereka dapat kegiatan yang bisa

menghidupi dirinya sendiri tidak bergantung pada orang lain.”

PW : “Sikap masyarakat terhadap kehadiran rumah singgah waria?”

NS : “Sikap masyarakat yang berada dilingkungan rumah singgah waria baik,

karena pemilik rumah singgah memperlakukan masyarakat dilingkungan

masyarakat juga baik, jadi timbal baliknya masyarakat ke rumah singgah dan para

waria baik. Tidak ada yang mengusik karena di rumah singgah membuat kegiatan

yang positif dan masyarakatpun juga membantu untuk mempersiapkan kegiatan

waria tersebut. Tahun pertama 2010, 2011, 2012 berada dalam masyarakat di

sekitar rumah singgah sangat berat, tapi seriring berjalannya waktu semua

masyarakat akhirnya menerima rumah singgah waria dan sekarang masyarakat

bersikap baik dan saling membantu satu sama lain. Ketika hidup di masyarakat

waria harus bisa menempatkan diri, dan dirumah singah dibina untuk menjadi

waria yang bisa menempatkan dirinya di masyarakat.”

Hasil Wawancara

Narasumber 2 (NS2) : Anggota Rumah Singgah Waria Bella

Narasumber 3 (NS3) : Anggota Rumah Singgah Waria Dinda

Pewawancara (PW) : Ahriani Silvia

PW : “Ceritakan bagaimana pengalaman anda sebelum berada di rumah

singgah waria, dan setelah berada di rumah singgah waria?”

NS 2 : “Pengalaman sebelum berada di rumah singgah, sebelum berada di

rumah singgah sempat tinggal di Surabaya selama 10 tahun lalu pulang kampung

ke daerah makasar bertemu teman untuk mengajak ke jakarta lalu berkenalan

dengan sesama waria, lalu ada salah satu temenku yang memperkenalkan dengan

mami yuli lalu mami yuli mengajak kami main ke rumah singgah dan saya main ke

rumah singgah, kata mami ini rumah singgah tempat singgah orang-orang yang

misalkan tidak punya rumah atau waria yang sakit bisa berada di rumah singgah ini,

dan di rumah singgah ini diberikan pemahaman. Setelah lama mengenal mami

kemudian saya diberikan tugas oleh mami yuli di rumah singgah, setelah itu saya

bekerja dan menjadi anggota di rumah singgah. Setelah berada di rumah singgah

perubahan yang di rasakan itu jadi lebih sibuk mengurus temen-temen yang ada di

rumah singgah, jadi lebih tau bagaimana cara berkomunikasi dengan baik sesama

waria.”

PW : “Kegiatan apa saja yang sudah diikuti di rumah singgah waria, kemudian

setelah mengikuti semua kegiatan yang ada di rumah singgah apa saja manfaat

yang diterima?”

NS 2 : “Kegiatan yang diikuti di rumah singgah banyak kunjungan dari

orang-orang penting yang ingin mengetaui apa itu rumah singgah waria, untuk

kegiatan seperti keterampilan waria itu sebenarnya ada tapi belum berjalan sedang

direncanakan dalam program yang akan segera di laksanakan. Keterampilan

masak, salon, menjahit, dll. Manfaat setelah mengikuti kegiatan yang ada di rumah

singgah itu banyak manfaat dan mendapatakan pengarahan yang bisa diterapkan

didalam lingkungan masyarakat.”

PW : “Fasilitas apa saja yang telah disediakan oleh rumah singgah waria untuk

kegiatan yang diadakan di rumah singgah?”

NS 2 : “Fasilitas yang ada di rumah singgah selain untuk tidur juga

mendapatkan banyak obat-obatan peralatan mandi dll, untuk waria yang

membutuhkan.

PW : “Ketika anda sedang ada masalah adakah yang memberikan nasihat

ataupun saran di rumah singgah waria?”

NS 2 : “Jika sedang ada masalah yang memberikan solusi kebanyakan itu

mami yuli karena mami yuli banyak pengalaman. Bersama temen-temen waria juga

sering saling membantu jika ada masalah.”

PW : “Kesulitan apa saja yang dirasakan oleh anda setelah mengikuti berbagai

macam kegiatan yang ada di rumah singgah waria?”

NS 2 : “Kesulitan yang di rasakan untuk mengikuti kegiatan di rumah singgah

tidak ada karena saya nyaman dengan semua kondisi yang ada di sini. Kumpul

dengan sesama waria itu sangat menyenangkan dan terhibur.”

PW : “Apa saja inisiatif yang anda lakukan untuk mendapatkan kehidupan

yang lebih baik?”

NS 2 : “Inisiatif untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik pengen usaha

salon dan usaha itu yang saya suka masalah kecantikan untuk makeup.”

PW : “Apa yang membuat anda bisa lebih percayadiri dalam lingkungan

sosial?”

NS 2 : “Yang membuat percaya diri dilingkungan masyarakat bukan karena

saya seperti perempuan, tapi karena saya merasa kita beradaptasi dengan

masyarakat sekitar cara kita sopan santu dengan lingkungan secara langsung pasti

masyarakat juga akan sopan dengan kita waria. meskipun ada masyarakat yang

belum bisa menerima keadaan waria, tapi bagaimana cara kita waria untuk tetap

berlaku baik dan sopan dalam kehidupan bermasyarakat dan selalu berfikiran

positif terhadap apapun.”

PW : “Siapa yang memberikan dukungan kepada anda saat anda menghadapi

masalah dilingkungan sosial?”

NS 2 : “Cara menyelesaikan masalah yang ada dimasyarakat cerita dengan

mami yuli karena mami yang lebih berpengalaman dengan semua masalah yang

ada. Dengan cerita kemudian di berikan solusi oleh mami yuli.

PW : “Bagaimana anda belajar bertanggung jawab terhadap diri sendiri?”

NS 2 : “Percaya atas apa yang di lakukan dan percaya atas apa yang sudah di

berikan intinya saya sudah percaya apa yang sudah dilakukan dengan cara saya

yang sudah baik.”

PW : “Ceritakan bagaimana pengalaman anda sebelum berada di rumah

singgah waria, dan setelah berada di rumah singgah waria?”

NS 3 : “Asal dinda dari Sulawesi memutuskan datang ke Jakarta karena

merasa tidak bebas berada di rumah, dulu ada sedikit masalah dengan bentuk

tubuhku sempat rambut panjang tapi tidak boleh dan akhirnya potong pendek dan

tidak nyaman, jadi jalan satu-satunya harus kejakarta. Belum ada teman di jakarta

dan tidak punya siapa-siapa tapi sebelumnya saya sudah tau mami Yuli lewat

website dan kemudian saya menghubungi mami. orang tua tidak mengetahui

bahwa saya di Jakarta, tapi orang tua tau jika saya waria dan berdandan seperti

wanita. Tanggapan orangtua bisa menerima saya seperti ini karena apa yang saya

tampilkan masih dalam batas kewajaran dari segi adat maupun agama, karena saya

hanya memanjangi rambut dan berdandan seperti wanita memakai pakaian wanita

bukan menambahkan payudara atau operasi kelamin itu masih dalam batas

kewajaran. Mulai terlihat veminim sejak kelas 3 SD kakaku ulang tahun dan

sempat saya pakai bajunya. Dan terlihat oleh keluarga awalnya marah tapi mulai

kesini keluarga mulai menerima dengan saya yang berbeda dari yang lain.

Orangtua menganggap ini bukan penyakit dan saya juga menjelaskan bahwa ini

adalah perbedaan dan mereka akhirnya mengerti apa yang saya rasakan. Perbedaan

saat sudah di rumah singgah, hal yang belum saya ketahui semua di dapatkan di

rumah singgah, baru tau ternyata sebagai seorang waria itu menpunyai hak dasar

sebagai warga Negara, ternyata memiliki kewajiban untuk menjaga seksualitas diri

sendiri, jadi semua hal yang tidak di dapatkan orang di luar sana saya dapatkan di

sini dan beruntung juga saya berada disini.”

PW : “Kegiatan apa saja yang sudah diikuti di rumah singgah waria, kemudian

setelah mengikuti semua kegiatan yang ada di rumah singgah apa saja manfaat

yang diterima?”

NS 3 : “Kegiatan yang sudah diikuti banyak kegiatan setiap kegiatan selalu

saya ikut sama mami yuli. Manfaat yang di dapatkan setelah mengikuti kegiatan,

sudah bisa paham cara menangani sesuatu sendiri dengan baik, biasanya jika

melakukan sesuatu itu ada rasa cemas tapi sekarang sudah santai bisa mengatasi

masalah yang ada sendiri.

PW : “Fasilitas apa saja yang telah disediakan oleh rumah singgah waria untuk

kegiatan yang diadakan di rumah singgah?”

NS 3 : “Fasilitas yang di sediakan, perlengkapan mandi, obat-obatan, sembako

dll, dan di rumah singgah itu siap menangani masalah yang terjadi pada waria

selama 24jam.

PW : “Ketika anda sedang ada masalah adakah yang memberikan nasihat

ataupun saran di rumah singgah waria?”

NS 3 : “Jika mendapatkan masalah siapa yang memberikan solusi, mami yuli

yang membantu mengatasi semua masalah yang saya alami, dan teman-teman juga

banyak membantu saya menyelesaikan masalah yang saya alami, sesama anggota

waria di rumah singgah saling membantu menangani masalah yang ada.

PW : “Kesulitan apa saja yang dirasakan oleh anda setelah mengikuti berbagai

macam kegiatan yang ada di rumah singgah waria?”

NS 3 : “Kesulitan saat kegiatan berlangsung, sejauh ini ada banyak rintangan

yang terjadi di masyarakat, tapi semua itu memang sudah menjadi makanan

sehari-hari sudah biasa jika seperti itu, karena di masyarakat sendiri belum

mengerti arti perbedaan yang terjadi dilingkungan waria ini. Masyarakat yang suka

ataupun tidak suka dengan waria menurut saya itu sama perbandingannya

menurutku, dari mereka yang mendukung tidak jarang selalu menguatkan kami

waria jadi membuat semangat waria harus lebih eksis lagi di masyarakat.

PW : “Apa saja inisiatif yang anda lakukan untuk mendapatkan kehidupan

yang lebih baik?”

NS 3 : “Inisiatif untuk jadi lebih baik dalam kehidupan, ingin semua waria

punya kehidupan yang lebih layak sama seperti manusia pada umumnya bisa

menikmati pendidikan dll, tanpa adanya diskriminasi dalam kehidupan

masyarakat.”

PW : “Apa yang membuat anda bisa lebih percayadiri dalam lingkungan

sosial?”

NS 3 : “Yang membuat rasa percaya diri di lingkungan sosial, selalu

meyakinkan dalam diri sendiri bahwa perbedaan itu selalu ada jadi jangan malu

untuk terlihat berbeda karena jika suatu perbedaan itu baik maka semuanya akan

ikut menjadi baik.”

PW : “Siapa yang memberikan dukungan kepada anda saat anda menghadapi

masalah dilingkungan sosial?”

FOTO KEGIATAN DI RUMAH SINGGAH WARIA ANAK RAJA, DEPOK

Pengajian setiap Minggu yang rutin diadakan di rumah singgah waria

Pelatihan keterampilan yang sering diadakan di rumah singgah

Acara pertunjukan pentas seni waria

Kunjungan pertama kerumah singgah waria bersama Mami Yuli pemilik rumah singgah waria serta ketua

Forum Komunikasi Waria Indonesia, dan bersama waria yang sudah taubat menjadi laki-laki.

Saat proses wawancara bersama Dinda dan Bella