DUKUNGAN SOSIAL BAGI KEMANDIRIAN WARIA PADA ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of DUKUNGAN SOSIAL BAGI KEMANDIRIAN WARIA PADA ...
DUKUNGAN SOSIAL BAGI KEMANDIRIAN WARIA
PADA RUMAH SINGGAH WARIA ANAK RAJA,
DEPOK
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memeroleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
AHRIANI SILVIA
NIM: 1112052000001
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M/1439 H
i
ABSTRAK
Ahriani Silvia, NIM 1112052000001, Dukungan Sosial bagi Kemandirian
Waria pada Rumah Singgah Waria Anak Raja-Depok, dibawah Bimbingan
Drs. Azwar Chatib, M. Si.
Waria adalah seorang laki-laki yang berbusana dan bertingkah laku seperti
wanita. Perilaku waria dianggap sebagai perilaku menyimpang di masyarakat. Hal
ini membuat kehadiran waria dilingkungan masyarakat tidak diterima dengan
baik. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh kaum waria saat ini yaitu
membutuhkan adanya dukungan sosial baik dalam rumah singgah maupun
dimasyarakat supaya waria dapat hidup mandiri untuk kehidupannya yang lebih
baik.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Bagaimana bentuk dukungan sosial yang didapatkan oleh
waria dan bagaimana bentuk dukungan sosial yang diterima waria untuk
kemandirian waria.
Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif masalah yang akan
diteliti bersifat kompleks dan dinamis, oleh karenanya dalam penelitian ini
peneliti menggunakan pendekatan kualitatif guna mengetahui lebih dalam secara
fenomenologis permasalahan yang ada. Teknik pengumpulan data melalui
wawancara mendalam, teknik observasi dan dokumentasi. Adapun responden
yang diwawancarai adalah Yulianus Rettoblaut (Mami Yuli) pendiri Rumah
Singgah Waria, Bella dan Dinda anggota yang ada di rumah singgah waria.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini Dukungan Sosial. Kemudian
dari sekian banyak pendapat dalam Teori Dukungan Sosial, difokuskan penelitian
ini kepada teorinya Sarafino yang membagi dukungan sosial menjadi 5 bagian
yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental,
dukungan informasi dan dukungan jaringan sosial. Selain itu kemandirian juga
terfokus kepada percaya diri, mampu bekerja sendiri, menguasai keahlian dan
keterampilan yang sesuai dengan kerjanya, menghargai waktu, dan tanggung
jawab.
Penelitian ini menemukan waria sudah mampu berinteraksi dilingkungan
sekitar masyarakat dengan baik tanpa membuat orang lain tidak nyaman dengan
adanya keberadaan waria. Waria juga sudah mampu untuk hidup lebih mandiri
dengan cara mereka sendiri dan bekerja sesuai dengan kemampuan mereka. Dari
dukungan sosial yang didapatkan oleh waria di rumah singgah waria adalah
pengaruh yang paling besar untuk bisa merubah waria jadi lebih baik lagi di
masyarakat dalam proses kemandirian waria. Hal itulah yang membuktikan bahwa
dukungan sosial sangat berpengaruh terhadap kemandirian waria di rumah
singgah waria.
Kata Kunci : Dukungan Sosial, Kemandirian, Waria.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam Yang Maha
Pengasih dan Penyayang yang selalu menyayangi umatnya. Sehingga dapat
mencurahkan selalu nikmat sehat dan nikmat panjang umur dan atas izin-Nya
akhirnya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Dan tak lupa sholawat serta salam
untuk Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW.
Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
sebagai tugas akhir untuk bisa memperoleh gelar sarjana yang di impikan. Tidak
mudah jalan yang di tempuh dalam pengerjaan skripsi ini. Sifat malas,
permasalahan yang datang, informan sulit untuk ditemui, pengumpulan materi dan
data yang merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh penulis. Dengan
anugerah yang Allah berikan akhirnya penulis mampu melawati semua tantangan
dan dapat menyelesaikan skripsi ini.
Saya persembahkan skripsi ini kepada kedua orang tua saya, Bapak saya
Ahmad Nasih yang selalu mendukung secara moril dan materil, dan untuk Ibu
saya Sofa Riyada yang tak pernah bosan menyemangati dan mendoakan. Kalian
adalah anugerah terindah yang telah Allah kirimkan sebagai pelengkap
kehidupanku. Dan terakhir untuk adikku Afrizal Al-farizy yang selalu
menghadirkan tawa disela kepusingan pengerjaan skripsi ini.
Selanjutnya penulis juga mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi
ini, rasa terimakasih ini penulis ucapkan kepada :
iii
1. Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. H. Arief Subhan, M.A,
Wakil Dekan I Bidang Akademik Suparto, M.Ed., Ph.D, Wakil Dekan II
Bidang Administrasi Umum Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag, serta Wakil Dekan
III Bidang Kemahasiswaan Dr. Suhaimi, M.Si.
2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam serta selaku Dosen Pembimbing Akademik, dan Noor
Bekti Negoro, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam yang tidak kenal lelah untuk memotivasi mahasiswanya.
3. Drs. Azwar Chatib, M.Si, sebagai pembimbing skripsi yang selalu setia,
sabar dan selalu memaklumi apa yang dialami oleh penulis dalam
penyelesaian skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada peneliti selama
menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. semoga penulis
dapat mengamalkan ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan.
5. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang
telah membantu penulis dalam urusan administrasi selama perkuliahan dan
penelitian skripsi ini.
6. Seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi yang telah melayani peminjaman buku literatur sebagai
referensi dalam penyusunan skripsi ini.
iv
7. Yulianus Rotteblaut selaku Forum Ketua Waria se-Indonesia sebagai
informan yang telah meluangka waktunya untuk di wawancarai oleh
peneliti di tengah kesibukan jadwal yang padat.
8. Terimakasih untuk Sahabat rasa saudara kandung Nurfi Laila dan Firda
Aulia Rahma, karena pemberian semangat kalian yang selalu ada dan
selama 5 tahun telah menemani penulis dalam keadaan susah ataupun
senang selama berada ditanah rantau.
9. Terimakasih untuk teman-teman semasa kuliah Sofwatillah Amin, Hisan
Harier, Adhya Muzaki, M. Fikri Adha, Irfan Hilmi, Ali Nurdin, Arie Onay
dan teman-teman jurusan BPI 2012 yang selalu saling memberikan
semangat dalam penulisan skripsi ini.
10. Terimakasih untuk Kakak Senior Ahmadi, Ahsan Ridhoi, Hasyim Zein,
dan semua senior-senior yang telah membantu pada proses pembuatan
skripsi ini hingga akhirnya selesai.
11. Terimakasih untuk sahabat-sahabati PMII KOMFAKDA (Putri Ayu
Pasya, Danny Setiawan, Ahmad Mutawally) PC. PMII CIPUTAT (Abdul
Rowman Wahid, Bama Praditya, Nita Listiani, Armanda, Rully) yang
telah memberikan dukungan dalam proses pengerjaan skripsi ini sampai
selesai.
12. Semua pihak yang terlibat membantu dan memberikan dukungan dalam
penulisan skripsi ini, yang tidak dapat di sebutkan satu persatu. Tanpa
mengurangi rasa hormat, peneliti mengucapkan terimakasih yang begitu
besar. Semoga apa yang telah dilakukan adalah hal yang terbaik dan hanya
v
Allah yang dapat membalas segala kebaikan dengan balasan terbaik-Nya.
Aamiin
Akhir kata, penelitian ini tentunya masih jauh dari sempurna, namun
diharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis, pembaca dan
segenap keluarga besar civitas akademik Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam.
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................. 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 8
D. Tinjauan Pustaka ................................................................... 9
E. Sistematika Penulisan ............................................................ 12
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Tinjauan Teori ....................................................................... 14
1. Dukungan Sosial .............................................................. 14
a. Pengertian Dukungan Sosial ..................................... 14
b. Jenis-Jenis Dukungan Sosial ...................................... 15
c. Sumber Dukungan Sosial ........................................... 17
2. Kemandirian .................................................................... 18
a. Pengertian Kemandirian ............................................. 18
b. Aspek-Aspek Kemandirian ........................................ 20
c. Ciri-Ciri Kemandirian ............................................... 22
3. Waria ............................................................................... 23
vii
a. Pengertian Waria ....................................................... 23
b. Waria Dalam Psikologi ............................................. 24
c. Waria Dalam Sudut Pandang Islam ........................... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian ............................................................. 29
1. Pendekatan Penelitian ........................................................ 29
2. Jenis Penelitian ................................................................... 30
3. Subjek Dan Objek Penelitian ............................................. 31
4. Lokasi Dan Waktu Penelitian ............................................ 33
5. Penentuan Sumber Data ..................................................... 33
6. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 36
7. Teknik Analisis Data .......................................................... 38
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................ 41
1. Sejarah Singkat Rumah Singgah ...................................... 41
2. Visi Dan Misi Rumah Singgah ......................................... 43
3. Tujuan Rumah Singgah .................................................... 43
4. Fungsi Rumah Singgah ..................................................... 44
5. Sasaran Program Pemberdayaan Rumah Singgah ............ 44
6. Kegiatan Rumah Singgah ................................................. 45
B. ProfileWaria ............................................................................ 46
1. Struktur Kepengurusan Rumah Singgah………………… 47
2. Profil Anggota Waria di Rumah Singgah……………….. . 48
viii
BAB V HASIL DAN ANALISIS
A. Temuan Penelitian ................................................................. 49
1. Data Partisipan Penelitian ............................................... 49
2. Deskripsi Informan 1........................................................ 50
3. Deskripsi Informan 2 ....................................................... 56
4. Deskripsi Informan 3........................................................ 59
5. Deskripsi Informan 4………………………………….. 65
B. Analisis Inter Subjek ............................................................. 66
1. Bentuk Dukungan Sosial Yang Didapat Waria ................ 66
2. Proses Kemandirian Yang Dilakukan Waria ................... 70
3. Dukungan Sosial Terhadap Kemandirian ........................ 73
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................... 77
B. Saran ...................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk
membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perkehidupannya sendiri. Kebebasan
ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri
manusia itu dan akan menjadi apa manusia itu sendiri.1
Allah SWT menciptakan manusia dengan jenis kelamin laki-laki dan
perempuan, namun kenyataanya masih banyak orang yang mencoba keluar dari
kodrat yang telah Allah SWT anugerahkan, salah satunya adalah kaum Waria.
Sebagaimana dijelaskan Allah SWT dalam Al-Quran Surah Annisa ayat 1 yang
berbunyi:
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
isterinya, dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu.”2
Waria dalam bahasa Arab dikenal dengan Al-Mukhonats dan secara Istilah
Syariat, didefinisikan oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani sebagai laki-laki yang
menyerupai wanita dalam gerakan, gaya bicara dan sebagainya. Apabila hal
1 Syamsu Yusuf, A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya, 2006), h. 108. 2 Al-Quran Surah An-nisa ayat 1
2
tersebut merupakan asli dari penciptaan dia (dari lahir) maka dia tidak bisa
disalahkan dan dia diharuskan menghilangkan hal tersebut.3 Dan apabila hal
tersebut merupakan sesuatu yang datang dari keinginannya dan dia berusaha untuk
bisa seperti itu maka hal tersebut merupakan sesuatu yang tercela dan dengan itu
ditetapkanlah nama Al-Mukhonats (Waria) untuknya baik dia melakukan
perbuatan kotor (Homoseksual) ataupun tidak.4
Waria dalam bahasa psikologi disebut transeksual. Dikalangan awam tidak
sedikit yang menyebutnya dengan homoseks, seperti waria itu identik dengan gay.
Padahal waria dengan gay merupakan dua fenomena yang berbeda dalam batasan
tertentu keduanya masih bisa digolongkan sebagai pentimpangan seksual. Dalam
pengertian umum, waria adalah seorang laki-laki yang berdandan dan bertingkah
laku seperti wanita. Kelainan ini bisa digolongkan sebagai penyakit. Istilah waria
memang ditunjukan untuk penderita transeksual yaitu seorang yang memilki fisik
berbeda dengan keadaan (jiwanya). Artinya istilah ini bisa juga dikenalkan pada
seseorang yang secara fisik perempuan tapi berdandan dan berlaku sebagai laki-
laki.5
Menurut data Direktorat Jenderal Administrasi dan Kependudukan
Departemen Dalam Negeri, menunjukan bahwa setidaknya ada 7Juta orang waria
pada tahun 2015, jumlah ini akan terus bertambah setiap tahunnya. Berdasarkan
jumlah yang belum bisa dipastikan tersebut, akibat belum pernah diadakannya
3 Kitab Fathul Bari‟, 9 ayat 334
4 Kitab Fathul Bari‟, 9 ayat 334
5 Atmojo Kemala, Kami Bukan Laki-laki (Jakarta Utara: Pustaka Utama Grafiti 1987)
hlm 2.
3
sensus secara khusus terhadap waria, mengingat waria yang bersikap tertutup.
Tersebarnya mereka ke dalam beberapa daerah menimbulkan banyak kontroversi.6
Permasalahan yang ada adalah masalah yang mungkin sepele seperti yang
terjadi dikota besar Jakarta “waria asal Papua mengatakan perlakuan diskriminasi
yang diterima kaum waria bahkan juga untuk hal-hal yang sebenarnya bersifat
sepele. Seperti jika ingin ke toilet atau kamar mandi baik di mal maupun di
tempat-tempat lainnnya. Kita mau masuk kamar mandi aja diskriminasi itu ada,
masuk kamar mandi perempuan, sama Satpamnya gak boleh, masuk kamar mandi
laki-laki, Satpamnya gak boleh juga,” katanya. Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia (Komnas HAM) membenarkan banyaknya diskriminasi yang dialami
kaum waria. Ketua Komnas HAM 2013, Siti Noorlaila, mengatakan diskriminasi
masih kerap terjadi dalam banyak aspek kehidupan waria.7
Menurut Elkind dan Weiner mendefinisikan kemandirian sebagai
kebebasan bertindaktidak bergantung pada individu lain, tidak terpengaruh
lingkungan dan bebas mengatur kebutuhan sendiri.8 Martin dan Stendler
menyatakan bahwa kemandirian ditujukan dengan kemampuan seseorang berdiri
diatas kaki sendiri, mengurus diri sendiri dalam semua aspek kehidupannya,
ditandai dengan adanya inisiatif, kepercayaan diri dan kemampuan
mempertahankan diri dan hak miliknya.9
6https://www.islampos.com/klaim-jumlah-waria-ada-7-juta-arus-pelangi-kita-sudah-bisa-
buat-partai-37457/, diakses pada hari Jumat 19 agustus 2016, pukul 16.00 7 http://news.detik.com/berita/2418211/duka-waria-dari-masalah-ktp-toilet-sampai-
kuburan-pun-repot,diaksespada hari Jumat 19 agustus 2016, pukul 16.21. 8 S. Nuryoto, Kemandirian Remaja Ditinjau dari Tahap Perkembangan, Jenis Kelamin,
dan Peran Jenis (Anima Indonesia Psychological Journal No. 2), (Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada, 1993), h. 51. 9 T. Afiatin, PersepsiPria dan Wanita dalam Kemandirian (Anima Indonesia
Psychological Journal No.2), (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 1993), hal. 8.
4
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kemandirian
adalah suatu keadaan seseorang dimana seseorang berusaha berdiri sendiri dalam
arti tidak bergantung pada orang lain, dalam mengambil keputusan dan mampu
melaksanakan tugas hidup dengan penuh tanggung jawab.
Pada umumnya manusia memiliki dorongan atau keinginan untuk
mewujudkan dirinya menjadi seseorang yang lebih baik. Maka wajar apabila
manusia selalu berusaha kearah taraf kehidupan yang lebih baik dan kemandirian.
Dengan demikian jadi nyatalah bahwa manusia bukanlah makhluk yang
statis. Manusia senantiasa mengoptimalkan potensi-potensi yang ada dalam
dirinya dan memiliki kehendak untuk maju. Untuk dapat kemandirian yang
diharapkan manusia membutuhkan adanya dukungan sosial.
Menurut Gottlieb dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal
dan atau non-verbal, bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban
sosial atau didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional
atau efek perilaku bagi pihak penerima.10
Sedangkan menurut Taylor dukungan
sosial merupakan transaksi interpersonal yang ditunjukan dengan memberi
bantuan kepada individu lain dan bantuan itu diperoleh dari orang yang berarti
bagi individu yang bersangkutan.11
Adapun menurut Sarafino menyatakan bahwa
10
Hanny Safitri Sari, “Pengaruh Dukungan Sosial dan Kepribadian terhadap Penyesuaian
Diri pada Masa Pensiun,” (Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010),
h. 23 11
Belga Handityatama, “Pengaruh Dukungan Sosial dan Religiulitas terhadap selftesteem
Residen Napza.” (Skripsi Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2014), h. 25
5
dukungan sosial mengacu pada kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan
yang diberikan orang lain atau kelompok kepada individu.12
Sebagai makhluk sosial, tentunya waria mempunyai ketergantungan untuk
berinteraksi antar sesama. Namun jalan hidup sebagai waria mendapatkan reaksi
kontroversi dari masyarakat, ini ditunjukan pada cara masyarakat memperlakukan
waria tersebut. Pada kenyataannya banyak sekali masyarakat di sekitar kita yang
belum bisa menerima kehadiran mereka. Kebanyakan masyarakat tidak bisa
menerima akan perilaku dan keadaan waria yang dianggap aneh dan diluar
kebiasaan, bahkan ada yang menganggap suatu aib bagi keluarga bila salah
seorang anggota keluarganya ada yang menjadi waria.
Berbagai kontra dan protes dilakukan sebagai bentuk penolakan terhadap
keberadaan waria baik secara keras maupun secara halus. Majelis Ulama
Indonesia (MUI) 11 Oktober 1997 mengeluarkan fatwanya tentang waria bahwa
waria adalah laki-laki dan tidak dapat dipandang sebagai kelompok (jenis kelamin)
tersendiri dan segala perilaku waria yang menyimpang adalah haram dan harus
diupayakan untuk dikembalikan pada kodrat semula.13
Fatwa tersebut merujuk
kepada hadits riwayat Bukhari, “Dari Ibnu Abbas, ia berkata: “Nabi SAW
melaknat laki-laki yang berpenampilan perempuan dan perempuan yang
berpenampilan laki-laki.”14
Menjadi kaum minoritas di Indonesia bukan hal yang mudah bagi para
waria. Pandangan miring selalu ada dalam pikiran dan kehidupan mereka,
dimanapun dan kapanpun. Apa yang mereka alami terkadang menjadikan mereka
rendah diri sehingga mereka sangat memerlukan adanya dukungan sosial. Menurut
12
Endang Mulatsih, “Pengaruh Selfesteem dan Dukungan Sosial Terhadap Optimisme
Masa Depan Anak Jalanan di Rumah Singgah Jakarta Selatan,” (Skripsi S1 Fakultas Psikologi,
Universitas Islam Negeri Jakarta, 2013), h. 26. 13
Komisi Fatwa MUI dalam sidangnya (Kedudukan Waria) pada tanggal 9 Jumadil akhir
1418 H, bertepatan dengan tanggal 11 Oktober 1997 tentang masalah waria. 14
HR. Al-Bukhari no. 5885
6
pandangan psikologi komunitas, dukungan siosial merupakan suatu proses yang
spesifik untuk berlangsungnya kehidupan dalam komunitas, yang merupakan
suatu jaringan sosial dan dibentuk oleh orang-orang yang saling berinteraksi.15
Dari dukungan sosial yang didapat oleh waria, mereka akan mendapat
keyakinan yang lebih atas apa yang telah mereka jalani sekarang. Rogers
mengemukakan jika individu diterima secara positif oleh orang lain, individu itu
akan cenderung untuk mengembangkan sikap positif terhadap diri sendiri dan
lebih menerima diri sendiri.16
Selain itu mereka menginginkan penghargaan pada
diri mereka. Sehingga mereka lebih mudah bersikap mandiri dengan lingkungan,
mengetahui bahwa mereka dihargai oleh orang lain, dari faktor psikologis yang
penting dalam membantu mereka melupakan aspek-aspek negatif dari kehidupan
mereka dan berpikir lebih positif terhadap lingkungan mereka, hal ini sangat
mempengaruhi aktualisasi diri mereka.
Mengingat waria kurang diterima oleh masyarakat dan jarangnya
kesempatan mereka dalam mendapatkan pekerjaan maka perlu ditanamkan rasa
tidak bergantung pada orang lain dengan memberikan mereka keterampilan untuk
bisa hidup mandiri, sabar dalam menjalani kehidupan, mengajarkan betapa
pentingnya kedisiplinan, untuk kehidupan waria yang jauh lebih baik.
Di rumah singgah waria anak raja mereka diberikan berbagai keterampilan
mulai dari keterampilan salon, memasak, menjahit, dll. Dengan adanya
keterampilan yang dimiliki oleh para waria diharapkan dapat mengubah kesan
negative yang melekat kepada waria, oleh karena itu berdirilah rumah singgah
15
Istiqomah Wibowo, dkk, Psikologi Komunitas (Depok: LPSP3 UI 2011), h. 35. 16
Ibid, h. 26
7
waria anak raja yang di harapkan dapat menjadi wadah untuk mengatasi persoalan
sosial yang dialami oleh waria. Dari fasilitas tersebut seharusnya waria dapat
meningkatkan kemampuannya terutama dalam kemandirian para waria, hanya saja
kurangnya dukungan sosial dari masyarakat yang mereka dapatkan menjadi
hambatan bagi mereka.
Penelitian ini dilakukan terhadap upaya kemandirian pada kaum waria.
Andaikata persoalan ini tidak diperhatikan maka waria akan menjadi mahluk yang
tersisihkan manusia yang tidak dihiraukan. Untuk itu sangat diperlukan dukungan
sosial. Berdasarkan uraian diatas maka skripsi ini mengambil judul
“DUKUNGAN SOSIAL BAGI KEMANDIRIAN WARIA PADA RUMAH
SINGGAH WARIA ANAK RAJA, DEPOK”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari sasaran yang di kehendaki dan
supaya lebih terarah maka perlu di adakan adanya suatu pembatasan masalah,
yaitu:
a. Dukungan Sosial adalah segala bantuan atau pertolongan yang didapat
sepanjang kehidupan seseorang, yang terdiri dari; Dukungan
instrumental, Dukungan informasional, Dukungan emosional,
Dukungan pada harga diri, Dukungan dari kelompok sosial.
8
b. Kemandirian adalah keadaan dimana seseorang dapat berdiri sendiri,
tanpa bergantung kepada orang lain, mampu memecahkan masalahnya
sendiri dan dapat bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya.
c. Waria adalah perubahan perilaku maupun penampilan dari laki-laki
menjadi perempuan. Mereka merasa bahwa adanya ketidaksesuaian
(ketidaknyamanan) antara fisik dengan identitasnya, seorang laki-laki
yang berdandan dan bertingkah laku seperti wanita.
Fokus penelitian ini pada dukungan sosial waria yang diberikan oleh
masyarakat dari luar rumah singgah, apakah dukungan sosial berpengaruh
bagi kemandirian waria.
2. Rumusan Masalah
Agar perumusan skripsi ini juga lebih terarah, maka penulis fokus pada
perubahan yang dialami yaitu:
Bagaimana bentuk dukungan sosial yang diterima waria untuk
kemandirian?
Selanjutnya, Dukungan sosial dengan segala keutuhannya bagi waria di
rumah singgah waria, dengan diasumsi atau didalami melalui kegiatan sosial
yang mereka lakukan atau jalani.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui bentuk dukungan sosial bagi kemandirian yang
didapatkan para waria di rumah singgah waria.
9
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis, yaitu
memperkaya referensi ilmiah dalam Bimbingan dan Penyuluhan
Islam khususnya dalam mata kuliah yang telah di pelajari dalam
ilmu Psikologi mengenai Dukungan sosial, dan kemandirian.
2) Penelitian ini juga di harapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti
selanjutnya yang tertarik dengan masalah dukungan sosial bagi
kemandirian pada waria.
3. Manfaat praktis
Agar lebih memahami dan mendalami ilmu pengetahuan Peneliti di
bidang ilmu dakwah dan komunikasi khususnya dalam hal bimbingan dan
penyuluhan Islam mengenai dukungan sosial terhadap aktualisasi diri waria.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam rangka penelitian ini, penulis telah melakukan tinjauan pustaka di
Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta Pusat
Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memastikan tidak ada skripsi
yang sama dengan skripsi yang penulis susun. Tinjauan pustaka dilakukan
terhadap lima skripsi terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian ini,
diantaranya:
1. Nama Peneliti : Jauharatus Sa‟diyah (NIM. 104070002265)
10
JudulPenelitian : Pengaruh Dukungan Sosial Yayasan Srikandi Sejati
Terhadap Self Esteem Waria.
Penelitian yang dilakukan mahasiswi Psikologi, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta ini bertujuan untuk mengetahui masalah yang ada para waria
diharapkan memiliki self-esteem yang tinggi yang dapat mempengaruhi
kehidupannya kedepan yang membuat waria bisa survive. Menurut
peneliti, untuk memiliki self-esteem yang tinggi, ada beberapa faktor
yang mempengaruhinya yaitu: kelompok, tingkat pendidikan, umur dan
lama menjadi anggota komunitas. Teori yang digunakan peneliti menurut
teori Orford 1992, adanya dukungan emosi, dukungan penghargaan,
dukungan instrumental, dukungan informasi, dan dukungan persahabatan.
2. Nama Peneliti : Khoirunisa (NIM. 1110051000066)
Judul Penelitian : Strategi Komunikasi Rumah Singgah Waria Anak
Raja Dalam Penerimaan Masyarakat Terhadap Komunitas Waria Di
Meruyung Depok.
Penelitian yang dilakukan mahasiswi Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini bertujuan mengetahui
masalah bagaimana kaum waria menempatkan diri dalam kehidupan
bermasyarakat, strategi yang dilakukan oleh rumah singgah waria dalam
penerimaan masyarakat yaitu dengan menganalisis aspek eksternal rumah
singgah yaitu masyarakat setempat. Teori yang digunakan yaitu teori
etnometodelogi dan teori etnografi.Bagaimana mempelajari realitas
sosial, mempelajari bagaimana interaksi yang dilakukan masyarakat dan
11
waria yang menempati rumah singgah, lalu menjelaskan bagaiamana
uraian dan latar belakang lingkungan masyarakat yang berada di
lingkungan tersebut dan penggambaran bagaimana realitas kehidupan
masyarakat setempat.
3. Nama Peneliti : Khusnul Khotimah (NIM. 201060006)
JudulPenelitian : Aktualisasi Diri Pada Waria di Kabupaten Kudus.
Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi FakultasPsikologi Universitas
Muria Kudus bertujuan untuk mengetahui masalah faktor-faktor yang
mempengaruhi aktualisasi diri, gambaran aktualisasi diri dan dampaknya
bagi waria di kabupaten Kudus. Peneliti menggunakan metode kualitatif
yang tekniknya menggunakan metode wawancara dan observasi. Teori
yang digunakan aktualisasi diri dengan faktor yang mempengaruhi yaitu
pemeliharaan, peningkatan diri, penerimaan positif dari orang lain,dan
penerimaan positif diri sendiri.
4. Nama peneliti : MariaZakiyah (NIM. 107070002643)
JudulPenelitian : Pengaruh Dukungan Sosial dan Health Locus Of
Control terhadap Peneriman Diri Penderita Psoriasis.
Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi Fakultas PsikologiUIN Syarif
Hidayatullah Jakarta ini bertujuan untuk mengetahui masalah yang ada
mereka penderita Psoriasis mengeluh mengenai ketidaknyamanan dengan
kondisi kulit yang bersisik, mudah kambuh dan tidak kunjung sembuh
sehingga membuat mereka malu untuk bertemu dengan orang lain. Hal
tersebut membuat mereka menyalahkan diri sendiri bahkan Tuhan karena
12
telah menderita Psoriasis, sehingga menunjukan para penderita penyakit
tersebut memiliki penerimaan diri yang rendah.Teori yang digunakan
dukungan sosial tediri dari dukungan emosional, informasi, nyata,
interaksi sosial positif dan kasih sayang.Lalu health locus of control,
internal, powerful others dan chance terhadap penerimaan diri.
5. Nama peneliti : Nooryani Irmawati
Judul Penelitian : Motivasi Aktualisasi Diri Penyandang Tunanetra
Dewasa (Studi Kasus Pada Ikatan Tunanetra Muslim Indionesia Kota
Yogyakarta).
Penelitian yang dilakukan mahasiswi FakultasDakwah dan Komunikasi,
Bimbingan dan Konseling Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini
bertujuan untuk mengetahui masalah para tunanetra yang terjebak dalam
keterbatasan penglihatannya tersebut di jadikan alasan untuk terus
mengasihani diri dan tidak mengaktualisasikan diri dengan maksimal.
Teori yang digunakan aktualisasi diri oleh Abraham Maslow.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian skripsi ini peneliti mengacu pada pedoman penulisan karya
ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk yang diterbitkan
oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.Sistematika penulisan dalam penelitian
ini terbagi dalam enam bab yaitu:
BAB I : PENDAHULUAN. Isi BAB I merupakan pendahuluan dari BAB
13
yang ada pada skripsi ini. BAB I terdiri dari Latar Belakang Masalah,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian, Tinjauan Pustaka, Sistematika Penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI. Dalam BAB ini akan dipaparkan mengenai
Teori-teori ataupun pembahasan yang berkaitan dengan Dukungan
Sosial. Selain itu, dideskripsikan pula tentang, Kemandirian, dan
Waria.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN. Isi BAB III ini terdiri dari
Metodologi Penelitian.
BAB IV : GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Isi BAB IV
Gambaran Umum Lembaga yang meliputi Latar Belakang Rumah
Singgah Waria Anak Raja Depok, Masyarakat yang berada di sekitar
Rumah Singgah.
BAB V : HASIL DAN ANALISIS. Isi BAB V Temuan dan Analisa yang
meliputi Analisis Intra Subjek, Analisis Inter Subjek, Bentuk
Dukungan Sosial yang didapatkan di Rumah Singgah Waria Anak
Raja Depok, Gambaran Kemandirian Waria dan Dukungan Sosial
Bagi Kemandirian waria di masyarakat.
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN. Pada BAB ini disajikan kesimpulan
penelitian dan saran dari hasil pembahasan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Teori
1. Dukungan Sosial
a. Pengertian Dukungan Sosial
Dalam menghadapi situasi yang penuh dengan konflik dan tekanan,
seseorang membutuhkan adanya dukungan sosial. Menurut Ganster, dkk,
dukungan sosial adalah tersedianya hubungan yang bersifat menolong dan
mempunyai nilai khusus bagi individu yang menerima.17
Dukungan sosial menurut House dan Khan adalah tindakan yang
bersifat membantu yang melibatkan emosi, pemberian informasi, bantuan
instrument dan penilaian positif pada individu dalam menghadapi
permasalahannya.18
Gottlieb dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal
dan nonverbal yang diberikan oleh suatu jaringan sosial yang akrab.
Dukungan ini didapat karena kehadiran jaringan sosial tersebut dan
mempunyai manfaat perilaku bagi pihak pertama.
Menurut Taylor definisi dukungan sosial ialah informasi dari orang
lain bahwa ia dicintai, diperdulikan, dihargai, dan bernilai, menjadi bagian
17
A. Cahyadi & Apollo, Konflik Peran Ganda Perempuan Menikah Yang Bekerja
Ditinjau dari Dukungan Sosial Keluarga dan Penyesuaian Diri. Jurnal Widya Warta, 02, 261. 18
A. Cahyadi & Apollo, h. 261
15
dari jaringan komunikasi dan kewajiban dari orang tua, istri atau kekasih,
saudara, teman, sosial dan hubungan dengan komunitas sosial.19
Sedangkan Sarafino menyatakan bahwa dukungan sosial mengacu
pada kenyamanan yang dirasakan, perhatian, penghargaan atau bantuan
yang diperoleh individu dari orang lain maupun kelompok.20
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial
dukungan atau bantuan yang diterima oleh individu dari orang-orang
terdekat atau orang-orang yang berada di lingkungannya sepanjang rentang
kehidupan yang membuat penerima dukungan atau bantuan tersebut
merasa dianggap keberadaanya, dicintai dan diperhatikan serta membantu
individu untuk mencapai keselarasan antara dirinya dan lingkungannya.
b. Jenis Dukungan Sosial
Dukungan sosial seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya
Dukungan sosial membuat individu yang menerima dukungan baik itu
secara verbal ataupun nonverbal dapat merasa dianggap keberadaannya,
dicintai bahkan merasa sangat diperhatikan oleh orang lain.
Dukungan sosial memiliki peran penting bagi individu untuk
kemandirian. Sarafino membagi dukungan sosial menjadi lima bentuk
19
Belga Handityatama, “Pengaruh Dukungan Sosial dan Religiulitas terhadap SelfEsteem
Residen Napza” (Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2014), h. 24-25. 20
Belga Handityatama, h. 25
16
antara lain; dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan
instrumental, dukungan informasi dan dukungan jaringan sosial.21
Dukungan Emosional (Emotional Support) adalah bentuk dukungan
yang memiliki rasa empati, kepedulian, dan perhatian terhadap sesama
individu, dukungan emosional juga melibatkan ekspresi rasa kepedulian
dan perhatian yang ditunjukan kepada individu, sehingga individu merasa
nyaman, dicintai dan diperhatikan. Dukungan Penghargaan (Esteem
Support) adanya ungkapan penilaian yang positif dari seseorang sehingga
membentuk perasaan dalam diri individu bahwa seseorang merasa
berharga, mampu dan berarti. Dukungan Instrumental / material
(Instrumental / material support) adanya pemberian barang dan jasa yang
berguna untuk individu yang membutuhkan. Contohnya pinjaman atau
sumbangan dari orang lain atau bantuan dalam mengerjakan tugas-tugas
tertentu. Dukungan Informasi (Information Support) adalah dukungan yang
diberikan dengan cara memberikan informasi baik kepada individu, hal ini
dapat juga dilakukan dengan cara memberikan nasehat, saran atau cara-
cara yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Dukungan
Jaringan Sosial atau Dukungan Persahabatan adalah dukungan sosial ketika
seseorang sedang menghadapi masalah dan ia memerlukan seseorang atau
support group yang dapat meringankan beban hidupnya mulai dari
butuhnya seseorang yang menemaninya, dan adanya tempat untuk berbagi.
21
Yusuf Hidayat, “ Pengaruh Trait Personality dan Dukungan Sosial terhadap Tingkat
Resiliensi Mahasiswa “ (Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012), h.
28-30
17
Dari penjelasan diatas, dapat dilihat dengan jelas bahwa semua jenis
dukungan sosial sangat penting bagi manusia, termasuk juga waria supaya
lebih mandiri dan bisa lebih bermanfaat dilingkungan masyarakat.
c. Sumber Dukungan Sosial
Kahn dan Antonucci (1980) membuat diagram dari barisan orang-
orang yang berperan memberi dukungan sosial sepanjang kehidupan
subyek/pelaku. Terdapat 3 lapisan barisan, seperti terlihat dalam diagram
berikut:
Diagram 1.0 : Diagram lapisan dukungan sosial22
Lapisan pertama terdiri dari orang- orang yang membentuk barisan
dukungan sosial dengan mantap/stabil, hubungan subyek sangat dekat
dengan mereka, dukungan yang diberikan setiap saat secara pribadi kepada
subyek (terlepas dari apapun jabatan yang disandang subyek). Contoh:
22
Istiqomah Wibowo, dkk, Psikologi Komunitas( Depok : LPSP3 UI, 2013, Cet. III ), h.
35.
Individu
keluarga dekat
Tetangga, kaum kerabat
keluarga jauh, teman sekantor, lingkungan sekitar ( sekampung/satu desa )
18
hubungan suami istri, keluarga dan hubungan dengan teman – teman
dekat.23
Lapisan kedua terdiri dari sejumlah orang ada hubungan dengan
subyek namun sifat hubungan tersebut terbatas pada hubungan kerja atau
hubungan kekerabatan. Suatu hubungan yang mudah berubah sewaktu-
waktu. Lapisan ketiga terdiri dari orang-orang berhubungan dengan subyek
melalui jalur profesi, bertetangga atau sekampung, keluarga jauh, teman
sekerja dan hubungan dengan atasan di kantor yang sifat hubunganya
kurang akrab dan sangant mudah berubah dari waktu ke waktu.24
Dari penjelasan diatas ketiga sumber dukungan sosial tersebut salah
satunya sudah didapatkan oleh waria, waria yang berada di rumah singgah
sudah mendapatkan dukungan sosial dari lingkungan sesama jenisnya
tetapi perlu adanya perhatian yang lebih untuk menjadikan seorang waria
ini mandiri. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui lebih
mendalam tentang dukungan sosial bagi kemandirian waria di rumah
singgah waria anak raja Depok.
2. Kemandirian
a. Pengertian Kemandirian
Istilah kemandirian sering disebut dengan autonomy atau
independency. Autonomy merupakan suatu tendensi untuk mencapai
sesuatu, mengatasi sesuatu, bertindak secara efektif terhadap lingkungan
23
Istiqomah Wibowo, h.35. 24
Istiqomah Wibowo, dkk, Psikologi Komunitas ( Depok : LPSP3 UI, 2013, Cet. III ), h.
35
19
dan merencanakan serta mewujudkan rencana dan harapan-harapannya.25
Sedangkan independency menurut Batia yang dikutip dari buku Masrun
diartikan sebagai perilaku yang aktivitasnya diarahkan pada diri sendiri,
tidak mengharapkan pengarahan dari orang lain, bahkan mencoba
menyelesaikan dan memecahkan masalahnya sendiri tanpa bantuan orang
lain.26
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mandiri adalah keadaan dapat
berdiri sendiri atau tidak bergantung pada orang lain, sedangkan
kemandirian adalah hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung
pada orang lain.27
Menurut Elkind dan Weiner mendefinisikan kemandirian
sebagai kebebasan bertindak, tidak bergantung pada individu lain, tidak
terpengaruh lingkungan dan bebas mengatur kebutuhan sendiri.28
Martin
dan Stendler menyatakan bahwa kemandirian ditujukan dengan
kemampuan seseorang berdiri diatas kaki sendiri, mengurus diri sendiri
dalam semua aspek kehidupannya, ditandai dengan adanya inisiatif,
kepercayaan diri dan kemampuan mempertahankan diri dan hak
miliknya.29
Mandiri menurut Antonius adalah dimana seseorang mau dan
mampu mewujudkan kehendak atau keinginan dirinya ynag terlihat dalam
25
Masrun, Sikap Mandiri Anak Kost, (Bandung: Tarsito, 1986), h.8. 26
Masrun, h.8. 27
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001, h. 710. 28
S. Nuryoto, Kemandirian Remaja Ditinjau dari Tahap Perkembangan, Jenis Kelamin,
dan Peran Jenis (Anima Indonesia Psychological Journal No. 2), (Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada, 1993), h. 51. 29
T. Afiatin, PersepsiPria dan Wanita dalam Kemandirian (Anima Indonesia
Psychological Journal No.2), (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 1993), hal. 8.
20
tindakan atau perbuatan nyata guna menghasilkan sesuatu (barang atau
jasa) demi pemenuhan kebutuhan hidupnya dan sesamanya.30
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kemandirian
adalah suatu keadaan seseorang dimana seseorang berusaha berdiri sendiri
dalam arti tidak bergantung pada orang lain, dalam mengambil keputusan
dan mampu melaksanakan tugas hidup dengan penuh tanggung jawab.
b. Aspek-Aspek Kemandirian
Kemandirian adalah salah satu ciri kepribadian yang penting yang
dapat membantu individu mencapai tujuan hidup, untuk menyelesaikan
tugas-tugasnya, dan memperoleh kebebasan.
Havighurts menyatakan kemandirian memiliki beberapa aspek, yaitu;
kemandirian emosi, kemandirian ekonomi, kemandirian intelektual,
kemandirian sosial.31
Kemandirian Emosi ditunjukan dengan mampu mengendalikan emosi
dan tidak ada ketergantungan kebutuhan emosi dari orang lain.
Kemandirian Ekonomi ditunjukan dengan kemampuan untuk mengatur
ekonomi dan tidak tergantung dari orang lain dalam hal kebutuhan
ekonomi. Kemandirian Intelektual ditunjukan dengan kemampuan untuk
mengatasi masalah-masalah yang dihadapi. Kemandirian Sosial ditunjukan
dengan adanya kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain atau
menunggu aksi dari orang lain.
30
Atosokhi Antonius. dkk, Relasi Dengan Diri Sendiri, (Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2002), h. 145 31
Z. Mutadin, Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologis Remaja.
21
Kemandirian yang juga merupakan bagian dari kedewasaan
mencakup beberapa hal, yaitu; pengaturan diri sendiri, kemandirian secara
ekonomi, dapat mengambil keputusan sendiri, terlibat dalam kegiatan di
luar rumah, kemandirian dalam sikap dan tata nilai, kemandirian dalam
emosi.32
Pengaturan Diri Sendiri kemampuan individu untuk dapat mengatur
dan mengarahkan dirinya dengan tepat serta dapat menjaga diri sendiri.
Kemandirian Secara Ekonomi kemampuan seseorang untuk tidak
bergantung pasa orang lain secara finansial, dan dapat menghasilkan uang
sendiri. Dapat Mengambil Keputusan Sendiri individu yang sudah dapat
mengambil keputusan sendiri dengan baik, tidak bergantung pada orang
lain serta menjalankan semua keputusan yang telah diambil dengan penuh
tanggung jawab. Terlibat Dalam Kegiatan Diluar Rumah sudah dapat
menjalani kehidupan diluar lingkungan keluarga dan menjalani
kehidupannya sendiri dengan tanggung jawab yang
dimilikinya.Kemandirian dalam sikap dan tata nilai seseorang individu
yang mandiri harus mampu merencanakan kehidupannya seperti
merencanakan pendidikan, karir, bidang pekerjaan yang
ditekuni.Kemandirian dalam emosi seseorang yang telah mandiri dapat
memutuskan ikatan emosi yang dimiliki dengan keluarganya sehingga
mampu membuat keputusan sendiri serta memecahkan masalah dalam
kehidupannya.
32
K. Wahono, Arti Kemandirian Bagi Mahasiswa UI (Studi Kasus Mahasiswa UI yang
Tinggal Terpisah dari Orang Tua dan Tinggal Bersama Orang Tua), (Depok: Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia, 1997), h. 17.
22
c. Ciri-Ciri Kemandirian
Kemandirian mempunyai ciri-ciri yang beragam, banyak dari para
ahli yang berpendapat mengenai ciri-ciri kemandirian. Menurut Gilmore
dalam Chabib Thoha merumuskan ciri kemandirian yaitu; Ada rasa
tanggung jawab, Memiliki pertimbangan dalam menilai problem yang
dihadapi secara intelegen, Adanya perasaan aman bila memiliki pendapat
yang berbeda dengan orang lain, Adanya sikap kreatif sehingga
menghasilkan ide yang berguna bagi orang lain.33
Ciri-ciri kemandirian
menurut Lindzey & Ritter dalam Hasan Basri (2000:56) berpendapat
bahwa individu yang mandiri itu meliputi; menunjukan inisiatif dan
berusaha untuk mengejar prestasi, secara relative jarang mencari
pertolongan pada orang lain, menunjukan rasa percaya diri, mempunyai
rasa ingin menonjol.34
Dengan adanya pendapat dari ahli di atas Antonius
mengemukakan bahwa ciri-ciri mandiri yaitu; percaya diri, mampu bekerja
sendiri, menguasai keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan kerjanya,
menghargai waktu, dan tanggung jawab.35
Setelah melihat ciri-ciri kemandirian yang dikemukakan dari
beberapa pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
kemandirian tersebut antara lain; Seseorang yang berinisiatif dalam segala
hal, Mampu mengerjakan tugas dengan penuh tanggung jawab, Mampu
33
Chabib Toha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), h.
123. 34
Basri Hasan, Remaja Berkualitas Problematika Remaja Dan Solusinya, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Offset, 2000), h. 56 35
Atosokhi Antonius, dkk, Relasi Dengan Diri Sendiri, (Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2002), h. 145.
23
mengatasi masalah yang sedang dihadapi untuk mencapai kesuksesan,
Mampu berpikir secara kritis, kreatif dan inovatif terhadap tugas dan
kegiatan yang sedang dikerjakan, Tidak merasa rendah diri apabila harus
berbeda pendapat dengan orang lain dan merasa senang karena sudah
berani mengemukakan pendapatnya walaupun nantinya berbeda dengan
orang lain.
3. Waria
a. Pengertian Waria
Waria menurut KIP (Kamus Ilmiah Populer) adalah laki-laki yang
bersifat dan bertingkah laku seperti perempuan, laki-laki yang mempunyai
perasaan dan bertingkah laku seperti perempuan.36
Kata waria merupakan nama yang diberikan bagi individu yang
mempunyai masalah kebingungan jenis kelamin atau yang lazim disebut
sebagai gejala transgender. Transgender ialah suatu gejala ketidakpuasan
individu karena merasa tidak adanya kecocokan antara bentuk fisik dan
kelamin dengan kejiwaan ataupun adanya ketidakpuasan dengan alat
kelamin yang dimiliki. Ekspresinya bisa dalam bentuk makeup, gaya, dan
tingkah laku, bahkan sampai kepada operasi penggantian kelamin.37
Para waria termasuk dalam golongan transgender dikarenakan ketika
mereka menggunakan pakaian perempuan bukan hanya dikarenakan untuk
kepuasan seks semata, akan tetapi keyakinan waria tersebut bahwa mereka
pantas dan normal menggunakannya. Mereka yakin jika mereka adalah
36
Heppy El Rais, Kamus Ilmiah Populer, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2012), h. 733. 37
Jauharatus Sa‟diyah, Pengaruh Dukungan Sosial Yayasan Srikandi Sejati Terhadap
Self-Esteem Waria, (Skripsi S1 Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012), h. 27
24
perempuan. Dan waria juga tidak memiliki dua jenis kelamin atau tidak
memiliki sama sekali, akan tetapi waria memiliki alat kelamin pria tetapi
meyakini dirinya sebagai seorang perempuan.38
b. Waria dalam sudut pandang Psikologi
Waria dalam bahasa psikologi disebut transeksual. Dikalangan awam
tidak sedikit yang menyebutnya dengan homoseks, seperti waria itu identik
dengan gay. Padahal waria dengan gay merupakan dua fenomena yang
berbeda dalam batasan tertentu keduanya masih bisa digolongkan sebagai
penyimpangan seksual. Dalam pengertian umum, waria adalah seorang
laki-laki yang berdandan dan bertingkah laku seperti wanita. Kelainan ini
bisa digolongkan sebagai penyakit. Istilah waria memang ditunjukan untuk
penderita transeksual yaitu seorang yang memilki fisik berbeda dengan
keadaan (jiwanya). Artinya istilah ini bisa juga dikenalkan pada seseorang
yang secara fisik perempuan tapi berdandan dan bertingkahlaku sebagai
laki-laki.39
Oleh karena itu waria secara biologis adalah pria dengan organ
reproduksi pria.
Dilihat dari sudut psikologi perlu diketahui, penggolongan dibawah
ini penekanananya adalah pada faktor psikologis yang diduga memegang
peranan dalam perkembangan gangguan tersebut. Ada 4 kelompok besar
yang termasuk dalam gangguan psikoseksual: Pertama, gangguan identitas
jenis (gender identity disorders) gangguan ini di tandai dengan adanya
perasaan tidak senang terhadap alat kelaminnya. Kedua, parafilia kelainan
38
Jauharatus Sa‟diyah, h. 27 39
Atmojo Kemala, Kami Bukan Laki-laki (Jakarta Utara: Pustaka Utama Grafiti 1987) h.
2.
25
ini di tandai dengan adanya ketidaklaziman pada obyek serta situasi
seksualnya. Ketiga, disfungsi psikoseksual gangguan yang masuk kedalam
kelompok ini antara lain frigiditas, impotensi, enjakulasi prematur.
Keempat, gangguan psikoseksual lainnya. Dari pandangan sudut psikologi
tersebut peneliti beranggapan bahwa posisi waria adalah transseksual.40
c. Waria dalam sudut pandang Islam
Waria dalam bahasa Arab dikenal dengan Al-Mukhonats dan secara
Istilah Syariat, didefinisikan oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani sebagai laki-laki
yang menyerupai wanita dalam gerakan, gaya bicara dan sebagainya.
Apabila hal tersebut merupakan asli dari penciptaan dia (dari lahir) maka
dia tidak bisa disalahkan dan dia diharuskan menghilangkan hal tersebut.41
Dan apabila hal tersebut merupakan sesuatu yang datang dari
keinginannya dan dia berusaha untuk bisa seperti itu maka hal tersebut
merupakan sesuatu yang tercela dan dengan itu ditetapkanlah nama Al-
Mukhonats (Waria) untuknya baik dia melakukan perbuatan kotor
(Homoseksual) ataupun tidak.42
Al-Imam An-Nawawi mengatakan : ” Ulama mengatakan : Al-
Mukhonats ada dua jenis, Jenis pertama adalah yang golongan yang
diciptakan dalam keaadaan seperti itu, dan dia tidak memberat-beratkan
dirinya (berusaha) untuk berakhlaq dengan akhlaq wanita, berhias, bicara
dan bergerak seperti gerakan wanita. Bahkan hal tersebut merupakan
kodrat yang Allah ciptakan atasnya, maka yang seperti ini tidak ada
ejekan, celaan, dosa dan hukuman baginya karena sesungguhnya dia
diberi udzur karena dia tidak membuat-buat hal tersebut. Jenis kedua dari
Al-Mukhonats yaitu yang kodratnya tidak seperti itu, bahkan dia berusaha
berakhlak, bergerak, bertabiat dan berbicara seperti wanita dan juga
40
Atmojo Kemala, h. 32-40
41
Kitab Fathul Bari‟, 9 ayat 334
42
Kitab Fathul Bari‟, 9 ayat 334
26
berhias dengan cara wanita berhias. Maka ini adalah tercela yang telah
datang hadits yang shohih tentang laknat (terhadapnya)”43
Dari penjelasan ulama diatas diketahui bahwa Al-Mukhonats ada dua jenis :
Pertama, Kodratnya sejak lahir, seperti memiliki postur tubuh yang
menyerupai wanita, lisan yang apabila berbicara menyerupai wanita dan
lainnya, Kedua, Dilahirkan dengan normal seperti laki-laki kemudian
berusaha untuk berbicara, bergerak, bertabiat dan berhias seperti wanita.44
Hukum keduanya ini pun akan berbeda, sebagaimana yang dijelaskan
oleh para ulama. Jenis pertama tidak mendapat cela, ejekan, dosa dan
hukuman karena ini adalah sesuatu yang merupakan kodratnya dari lahir
dan wajib bagi dia untuk berusaha merubahnya semampu dia walaupun
secara bertahap. Apabila dia tidak berusaha merubahnya bahkan senang
dengannya maka dia berdosa, ditambah lagi apabila dia malah mengikuti
kekurangan fisik tersebut dengan memakai pakaian wanita, berhias dengan
hiasan wanita yang tidak terkait kodrat fisiknya maka dia sudah masuk ke
jenis kedua.45
Berkata Al-Hafidz : “Dan adapun tercelanya menyerupai cara
bicara dan cara berjalan (wanita) adalah dikhususkan bagi yang
bersengaja untuk melakukannya . Adapun yang keadaan itu merupakan
asal penciptaannya (sejak lahir) maka dia diperintahkan berusaha untuk
meninggalkannya dan menghilangkannya secara bertahap dan apabila dia
tidak melakukannya dan berpaling dari usaha tersebut maka dia tercela
apalagi tampak darinya apa yang menunjukkan bahwa dia ridho dengan
keadaan seperti itu.46
Beliau juga berkata terkait pendapat Al-Imam An- Nawawi : “Dan
adapun pendapat yang memutlakkan seperti An-Nawawi yang
43 Kitab Syarh Shohih Muslim 7 ayat 317
44
Kitab Fathul Bari‟, 10 ayat 332
45
Kitab Fathul Bari‟, 10 ayat 332
46
Kitab Fathul Bari‟, 10 ayat 332
27
berpendapat bahwa Al-Mukhonats yang berasal dari kodrat
(penciptaanya) tidak bisa ditimpakan kepadanya kesalahan maka pendapat
ini dibawa kepada keadaan apabila dia tidak mampu untuk meninggalkan
gaya wanita dan kekurangan pada gaya berjalan dan berbicaranya itu
setelah dia berusaha untuk melakukan terapi pengobatan untuk
meninggalkannya dan adapun apabila kapan saja dia mampu untuk
meninggalkan hal itu walau bertahap kemudian dia meninggalkan usaha
tersebut maka hal itu adalah dosa (kesalahan)47
Dan bagi Al-Mukhonats jenis kedua dan juga Al-Mukhonats jenis
pertama yang kemudian digolongkan seperti jenis kedua karena tidak ada
usaha merubahnya dan bahkan ridho dengannya maka termasuk dalam
ancaman Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam :
Dari Ibnu Abbas Radhiallahu „anhuma , beliau berkata:
هات لعن رسول الله صلى الله عليه وسلمالمتشبهني من الرجال بالنساء والمتشب منالنساء بالرجال
Artinya : “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melaknat laki-laki
yang menyerupai wanita dan wanita yang meyerupai laki-laki.” (HR. Al-
Bukhari no. 5885)
Dan makna laknat Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam terhadap
satu golongan adalah doa beliau agar golongan tersebut ditolak dan
dijauhkan dari Rahmat Allah Subhana Wa Ta‟ala.48
Dan rahmat Allah
mencakup ampunan, hidayah, taufiq, rezeki, kesehatan dan lain-lain. Kita
berlindung kepada Allah dari segala sebab yang menjauhkan rahmatnya.
47 Kitab Fathul Bari‟, 10 ayat 332
48
Kitab Al-Qoulul Mufied, 1ayat 427
28
Imam Bukhori Rahimahullahu dalam kitab As-Shohihnya
Diasingkannya pelaku maksiat dan para waria. Kemudian beliau
membawakan hadits Ibnu Abbas Rhadiyallahu „anhuma :
الت من –صلى اهلل عليه وسلم –لعن النبى المخنثين من الرجال ، والمت رج رج عمر فالناوأخرج فالنا ، وأخ « . أخرجوهم من ب يوتكم » النساء ، وقال
Artinya : Nabi shallallahu alaihi wasallam melaknat laki-laki yang
menyerupai wanita dan wanita yang meyerupai laki-laki dan beliau
berkata : “keluarkan mereka dari rumah-rumah kalian” dan beliau
Shalallahu „alaihi wassallam mengeluarkan fulan dari rumah beliau dan
umar mengeluarkan fulan . (HR. Bukhori No. 6834)
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Menurut Moleong dalam buku Metodologi Penelitian kualitatif, penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan dan lain sebagainya secara holistik dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.49
Penelitian
kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena secara utuh dalam bentuk
kata-kata dan bahasa.
Menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi penelitian
kualitatif sebagai procedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu
tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan
individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu
memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan.50
49
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet ke-26 (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 6. 50
Lexy J. Moleong, h. 4
30
Menurut Samiaji Sarosa dalam bukunya Dasar-dasar Penelitian
Kualitatif Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang mencoba memahami
fenomena dalam seting dan konteks naturalnya (bukan didalam laboratorium)
dimana peneliti tidak berusaha untuk memanipulasi fenomena yang diamati .51
Metode Kualitatif digunakan bila; Masalah Penelitian belum jelas,
kompleks dan dinamis, Untuk memahami makna dibalik data yang tampak,
Untuk memahami interaksi sosial, Memahami perasaan orang.52
Menurut Peneliti masalah yang akan diteliti bersifat kompleks dan
dinamis, oleh karenanya dalam penelitian ini peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif guna mengetahui lebih dalam secara fenomenologis
permasalahan yang ada.
2. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini Peneliti menggunakan jenis penelitian
fenomenologi.53
Istilah dari „fenomenologi‟ sering digunakan sebagai
anggapan umum untuk menunjuk pada pengalaman subjektif dari berbagai
jenis dan tipe subjek yang ditemui.54
Dalam arti yang lebih khusus, menurut
Edmund Husserl (1859-1938) seorang filsuf jerman, penelitian terdisiplin
tentang kesadaran dari perspektif pertama seseorang, tujuan penelitian
fenomeologi adalah berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya
51
Samiaji Sarosa, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif( Jakarta : PT Indeks ), 2012, h.7. 52
Sedarmayanti, Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian( Bandung : CV Mandar
Maju), 2011, h. 200. 53
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet ke-26 (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 15 54
Lexy J. Moleong, h. 15
31
terhadap orang-orang yang berada dalam situasi-situasi tertentu.55
Fenomenologi tidak berasumsi bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi
orang-orang yang sedang diteliti oleh mereka. Inkuiri fenomenologi memulai
dengan diam. Diam merupakan tidakan untuk menangkap pengertian sesuatu
yang sedang diteliti.56
Jadi yang ditekankan oleh kaum fenomenologi ialah aspek subjektif dari
perilaku orang. Mereka berusaha untuk masuk kedalam dunia konseptual para
subjek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan
bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka disekitar
peristiwa dalam kehidupannya sehari-hari. Para fenomenologi percaya bahwa
pada mahluk hidup tersedia berbagai cara untuk menginterpretasikan
pengalaman melalui interaksi dengan orang lain, dan bahwa pengertian
pengalaman kitalah yang membentuk kenyataan.57
3. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian ini ditentukan secara sengaja
dengan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono purposive sampling
adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan
tertentu. Pertimbangan tertentu ini adalah orang tersebut yang dianggap
paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai
55
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet ke-26 (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 16 56
Lexy J. Moleong, h. 16 57
Lexy J. Moleong, h. 16
32
penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau
situasi sosial yang diteliti.58
Purposive sampling merupakan teknik yang berdasarkan pada ciri-
ciri yang dimiliki oleh subyek yang dipilih oleh peneliti karena ciri-ciri
tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan.59
Dengan
demikian, penetapan subyek didasarkan atas kesengajaan karena kriteria-
kriterianya sudah ditentukan oleh peneliti.
Metode yang penulis gunakan berkaitan dengan teknik purposive
sampling dalam penelitian ini adalah metode non-random sampling atau
dikenal juga dengan non-probability sampling. Non-probability sampling
merupakan metode sampling yang setiap individu atau unit dari populasi
tidak memiliki kemungkinan (non-probability) yang sama untuk terpilih
sebagai subyek penelitian.60
Dengan demikian, peneliti tidak memberikan
peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi subyek penelitian.
Subyek penelitian ini adalah orang yang terlibat dalam program di
rumah singgah waria, yakni pendiri Rumah Singgah Waria dan beberapa
staf yang terkait dengan program di rumah singgah waria.
Subjek penelitian dalam penelitian ini Peneliti menetapkan beberapa
kriteria tertentu dalam menentukan subjek penelitian, yaitu: Waria yang
bertempat tinggal di Rumah Singgah Waria Anak Raja Depok.
58
Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h. 218 59
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 106. 60
Haris Herdiansyah, h. 106.
33
b. Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah kegiatan keterampilan yang
dilakukan oleh waria di rumah singgah waria anak raja, Depok
4. Lokasi dan Waktu Penelitian
Peneliti memiliki beberapa alasan untuk melakukan Penelitian pada
Rumah Singgah Waria Anak Raja Depok yaitu :
1) Peneliti belum menemukan hasil penelitian tentang dukungan sosial
bagi kemandirian waria di rumah singgah waria anak raja Depok.
2) Rumah Singgah Waria Anak Raja Depok ini adalah rumah singgah
waria yang menampung waria yang tidak memiliki tempat tinggal, di
rumah singgah ini para waria belajar sesuai dengan kemampuan dirinya
untuk menjadikannya lebih mandiri di dalam masyarakat, sehingga
peneliti ingin meneliti seberapa besar dukungan sosial yang di dapatkan
oleh waria di rumah singgah sehingga mereka mandiri.
Adapun waktu pelaksanaan dalam penelitian ini yaitu pada bulan
Oktober 2016 sampai dengan April 2017.
5. Penentuan Sumber Data
Pada umumnya sumber data pada penelitian didapat dari daerah atau
sekumpulan orang yang biasa disebut dengan populasi, kemudian dari
populasi tersebut diambil sampel untuk mendapatkan data yang dibutuhkan.
Lain halnya dalam penelitian kualitatif, populasi diartikan sebagai wilayah
generalisasi yang terdiri atas subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik
34
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulanya. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi tersebut.61
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi,
penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial
tertentu dan hasil kajianya tidak akan diberlakukan pada populasi, tetapi
ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan
dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari.62
Sampel pada penelitian kualitatif bukan dinamakan responden tetapi
nara sumber, atau partisipan, informan, teman, guru atau konsultan dalam
penelitian. Karena mereka tidak hanya menjawab pertanyaan-pertanyaan
secara pasif tetapi secara aktif berinteraksi secara interaktif dengan peneliti
seperti yang peneliti ciptakan.63
Populasi atau sampel pada pendekatan kualitatif lebih tepat disebut
sumber data pada situasi sosial (Social Situation) tertentu yang menjadi subjek
penelitiannya adalah benda, hal atau orang yang padanya melekat data tentang
objek penelitian. Penentuan sumber data pada penelitian kualitatif dilakukan
secara Purposive, yaitu ditentukan dengan menyesuaikan pada tujuan
penelitian atau tujuan tertentu.64
Sampel pada penelitian kualitatif tidak dapat ditetapkan dengan rumus
seperti dalam penelitian kuantitatif, sampel dalam penelitian kualitatif adalah
61
Djam‟an Satori dan Aan Komariah, metodologi Penelitian Kualitatif, ( bandung :
Alfabeta ), 2013, h. 48 62
Djam‟an Satori dan Aan Komariah, h.48 63
Djam‟an Satori dan Aan Komariah, metodologi Penelitian Kualitatif, ( bandung :
Alfabeta), 2013 h.48. 64
Djam‟an Satori dan Aan Komariah, h. 50
35
semua orang, dokumen dan peristiwa-peristiwa (yang ditetapkan oleh peneliti)
untuk diamati, diobservasi atau diwawancarai sebagai sumber informasi yang
dianggap ada hubungannya dengan permasalahan penelitian.65
Prosedur
penentuan reponden dalam penelitian kualitatif menampilkan beberapa
karakteristik ( Sarantoks, 1993 dalam Purwondari 2005 ), yaitu;
a. Diarahkan tidak pada jumlah sampel yang besar, melainkan pada
kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian,
b. Tidak ditentukan secara kaku sejak awal, tetapi dapat berubah baik
dalam hal jumlah maupun karakteristik sampelnya, sesuai dengan
pemahaman konseptual yang berkembang dalam penelitian,
c. Tidak diarahkan pada keterwakilan dalam arti jumlah atau peristiwa
acak, melainkan pada kecocokan konteks.66
Menurut Lofland (1984) sumber data utama dalam penelitian kualitatif
ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain.67
Kemudian sumber data dalam penelitian ini disebut
dengan Informan.
Dari pemaparan di atas, maka dalam menentukan informan dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Nonprobablity sampling. Teknik
ini merupakan teknik sampling yang tidak memberikan peluang atau
kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel. Dalam nonprobablity sampling peneliti menggunakan
65
Djam‟an Satori dan Aan Komariah, h. 51 66
Djam‟an Satori dan Aan Komariah, metodologi Penelitian Kualitatif, ( bandung :
Alfabeta), 2013 h. 51 67
Lexy, J, Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya
), 2009, h. 157
36
metode purposive Sampling, artinya penetapan informan didasarkan atas
kriteria-kriteria yang sudah ditentukan oleh peneliti. Kriteria tersebut adalah
sebagai berikut: Waria di Rumah Singgah Anak Raja, usia (20-25 tahun)
Penelitian kualitatif dilakukan sampai penelitian tersebut mencapai titik
jenuh (Saturation Point), saat dimana penambahan data dianggap tidak lagi
memberikan tambahan informasi baru dalam analisis (Saranta-kos, 1993).68
Jika dalam penelitian ini sudah ditemukan calon informan dan sudah
terpenuhinya gambaran relatif utuh dari objek studi, maka informan tidak
perlu ditambahkan lagi. Karena pada dasarnya, dalam penelitian kualitatif
menekankan pada penghayatan Informan dan bukan pada jumlah Informan.
6. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang
fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan
pencatatan.69
Pada tahap pengumpulan ini peneliti mengumpulkan data
dari beberapa kategori, yaitu data yang berupa verbal, visual dan teks.
Pada tahap ini juga peneliti memungkinkan merasakan apa yang subjek
penelitian rasakan. Dalam tahap ini peneliti juga menggunakan
observasi/pengamatan dengan konsep pengamatan keterlibatan pasif, yaitu
peneliti dalam kegiatan pengamatannya tidak terlibat dalam kegiatan yang
68
Purwondari, E, Kristi, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia ( Depok
:LPSP3 UI ), 2005, h. 94 69
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik( Jakarta : PT Bumi
Aksara ), 2013, h.143.
37
dilakukan oleh para pelaku yang diamatinya dan dia juga tidak melakukan
sesuatu bentuk interaksi sosial dengan pelaku.
Keterlibatan peneliti dengan para pelaku terwujud dalam bentuk
keberadaanya dalam arena kegiatan yang diwujudkan oleh tindakan-
tindakan.70
Menurut peneliti dengan menggunakan konsep tersebut akan
membuat subjek penelitian merasa lebih nyaman dan tidak terganggu,
karena sangat tidak memungkinkan bagi peneliti untuk terlibat secara
penuh kepada kegiatan-kegiatan subjek penelitian yang dalam hal ini
adalah Waria di Rumah Singgah Indonesia, karena sangat memicu
kecanggungan dan keterbukaan subjek penelitian.
b. Wawancara
Wawancara merupakan suatu kegiatan tanya jawab dengan tatap
muka (Face to face) antara Pewawancara (Interviewer) dan yang
diwawancarai (Interviewee) tentang masalah yang diteliti.71
Dalam
wawancara mendalam berlangsung diskusi terarah antara peneliti dan
informan menyangkut masalah yang teliti, oleh karena itu pertanyaan yang
digunakan adalah pertanyaan terbuka yang memungkinkan peneliti
mendapatkan informasi yang lebih banyak dan informan diberikan
kesempatan untuk menjawab pertanyaan secara lebih luas.
Peneliti akan mendeskripsikan hasil wawancara dengan cara
deskripsi naratif dengan memperhatikan beberapa hal berikut : fase waktu,
70
Imam Gunawan, h. 155. 71
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik( Jakarta : PT Bumi
Aksara ), 2013, h.144.
38
momentum hidup informan dan mengkategorikan data primer (yang
berhubungan dengan masalah penelitian) dan data sekunder.72
Dalam penelitian ini peneliti mewawancarai pengurus rumah
singgah, dua orang waria,dan salah satu tokoh masyarakat (Bapak RT).
c. Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah salah satu teknik pengumpulan data
kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang
dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek.73
Teknik
dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti
kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui
suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat
langsung oleh subjek yang bersangkutan.74
Penulis dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi
untuk memperoleh data yang telah didokumentasikan oleh Rumah
Singgah Waria Anak Raja Depok. Perwujudan dari teknik dokumentasi
dalam penelitian ini adalah dengan mengkaji dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan permasalahan penelitian untuk dijadikan sumber data
penelitian.
7. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data dilakukanlah langkah-langkah yang
meliputi bagian-bagian sebagai berikut:
72
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik( Jakarta : PT Bumi
Aksara ), 2013, h. 144 73
Imam Gunawan, h. 144 74
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 143.
39
a. Reduksi data (Data Reduction)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk
itu maka perlu dicatat dan rinci. Semakin lama peneliti ke lapangan
semakin, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit.
Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.75
Pada penelitian kali ini, peneliti melakukan reduksi data (Data
Reduction) yang merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal penting dan mencari data yang berkaitan
dengan masalah penelitian. Data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran lebih jelas dan memudahkan untuk melakukan pengumpulan
data.
b. Paparan data (Data display)
Paparan data (Data display) adalah pemaparan data sebagai
kumpulan informasi tersusun dan memberi kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan (Miles & Huberman,
1992 : 17). Penyajian data dilakukan untuk lebih meningkatkan
pemahaman kasus dan sebagai acuan mengambil tindakan berdasarkan
pemahaman dan analisis sajian data.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart. Dalam
hal ini Miles and Huberman (1984) menyatakan bahwa yang paling sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
75
Sugiyono, memahami Penelitian Kualitatif, ( Bandung : Alfabeta, 2010 ),h.92
40
dengan teks yang bersifat naratif.76
Begitu juga dalam penelitian ini,
peneliti akan menyajikan data secara naratif sehingga memudahkan
peneliti untuk menarik kesimpulan dari data yang ada
c. Conclusion Drawing / verification
Langkah ketiga dalam analisis kualitatif menurut Miles and
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.77
Jadi pada
langkah ini peneliti menarik kesimpulan dari semua data yang telah
didapatkan dan dianalisis. Dalam penelitian kualitatif pada langkah
kesimpulan ini dapat diperoleh temuan yang berupa deskripsi atau
gambaran umum suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang
atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas.
76
Sugiyono, memahami Penelitian Kualitatif , ( Bandung : Alfabeta, 2010 ) h. 94. 77
Sugiyono, h. 94.
41
BAB IV
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Rumah Singgah Waria Anak Raja
Rumah Singgah Waria Anak Raja berdiri sejak 28 Desember 2009 oleh
FKWI (Forum Komunitas Waria Indonesia) yang didirikan oleh ketua FKWI
sendiri yaitu Yulianus Rettoblaut yang dikenal dengan sebutan Mami Yuli,
waria lulusan Fakultas Hukum dari Universitas At-Tahiriyah Jakarta.
Awalnya mami Yuli hanya sekedar mencari tempat untuk kumpul komunitas
waria, dan dengan dibantu oleh beberapa LSM peduli Hak Asasi Manusia,
akhirnya FKWI dapat membeli tanah seluas 144m2 dikawasan Depok Jawa
Barat pada Februari 2009. Rumah singgah ini beralamat disebuah gang yaitu
Gang Golf RT 03 RW 013 No. 145 Kelurahan Rangkapan Jaya Baru,
Kecamatan Pancoran Mas Parung Bingung Meruyung Depok, Jawa Barat.
Terciptanya Rumah Singgah Waria ini dikarenakan ada sekitar 7 juta
waria di Indonesia yang telah di estimasi oleh FKWI (Forum Komunitas
Waria Indonesia).Tidak semua mendapati waria hidup dengan layak,
diskriminasi dari keluarga maupun masyarakat cenderung menjadi bagia dari
tekanan sosial yang harus dihadapi waria.waria-waria tua yang sudah tidak
memiliki tempat tinggal, waria yang putus sekolah, pengangguran atau
bahkan diusir dari keluarga, serta ridak sedikit yang terlibat kegiatan negative
seperti penggunaan narkoba dan bekerja ditempat prostitusi.
42
Persoalan sosial yang kerap terjadi menimpa waria yaitu ketika ada
waria yang meninggal dunia, tidak ada yang mau mnegurus, tidak ada yang
mau menerima termasuk keluarga.Dan biasanya waria yang sudah meninggal
dunia dibawa kerumah sakit dan didiamkan disana.Karena hal inilah
merupakan salah satu alasan didirikannya rumah singgah waria ini, supaya
waria yang sudah meninggal diurus disini sesuai dengan agamanya masing-
masing. Pihak kepolisisan jika menemukan waria yang sudah meninggal akan
membawa jasadnya kerumah singgah waria ini untuk diurus proses
pemakamannya.
Rumah singgah waria ini mendapat dukungan dari Kementrian Sosial
dengan memberikan dana uang sebesar Rp. 15juta per bulannya. Biaya itu
digunakan untuk melakukan pemberdayaan kepada waria.waria yang
memerlukan perlindungan sosial dan juga bermasalah dengan kesehatan.
Rumah singgah ini menampung 30 orang dan jika 30 orang ini diharap
sudah mampu untuk mandiri maka pengurus rumah singgah memberikan uang
sebesar 150ribu sebagai modal ke setiap waria yang sudah mempunyai
keahlian, namun diutamakan untuk waria yang sudah lansia yang sudah
menginjak usia jompo untuk tinggal di rumah singgah waria ini. Diutamakan
usia lansia karena dikhawatirkan waria yang sudah jompo sudah tidak
mempunyai rumah untuk tinggal dan sudah tidak mempunyai keluarga atau
tidak diterima dikeluarganya.
Di rumah singgah waria diajarkan berbagai keterampilan mulai dari
keterampilan salon, memasak, menjahit dan lain-lain.Dengan adanya
43
keterampilan yang dimiliki dapat mengubah kesan negative yang melekat
kepada waria.oleh karena itu adanya rumah singgah waria diharapkan dapat
menjadi wadah untuk mengatasi persoalan sosial yang menimpa para waria.
2. Visi dan Misi Rumah Singgah Waria
Visi : Terciptanya lembaga yang kuat dan mampu mensejahterkan
memberikan pelayanan dan menyediakan wadah pemberdayaan bagi
kelompok waria sehingga dapat menyatu dengan masyarakat dan berjalan
bersama sehingga dapat hidup berdampingan.
Misi: Memberikan pelayanan sosial kepada kaum waria dalam
meningkaktkan dan mengembangkan kemampuannya untuk dapat
bertanggung jawab pada dirinya sendiri melalui pemberdayaan kelompok
waria.
3. Tujuan, Rumah Singgah Waria
Tujuan Rumah Singgah Waria
a) Memberikan keterampilan pada waria untuk bisa bertahan hidup.
b) Menanamkan nilai-nilai dan norma kepada waria agar bisa hidup
berdampingan dengan masyarakat.
c) Meningkatkan rasa percaya diri waria untuk bisa mampu berada
dilingkungan masyarakat.
d) Memberdayakan waria secara sosial ekonomi sehingga mereka dapat
mandiri dan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka.78
78
Wawancara Mami Yuli Ketua Forum Komunikasi Waria Indonesia (FKWI) pada tanggal
3 April 2017
44
4. Fungsi Rumah Singgah Waria
a) Memperjuangkan persaman hak dan kewajiban waria dalam hidup
bermasyarakat.
b) Memberikan penyuluhan dan pembinaan dalam rangka pemberdayaan
kelompok waria.
c) Membina dan membangun jaringan dengan LSM untuk menyuarakan
hak-hak waria.
d) Memberikan pembelaan kepada kaum waria yang mempunyai masalah
sosial.
e) Melayani dan mengayomi waria dalam rangka pemberdayaan.
f) Merubah stigma atau penilaian masyarakat terhadap kaum waria.79
5. Sasaran Program Pemberdayaan Rumah Singgah Waria
Sasaran pemberdayaan dalam penelitian ini adalah waria, yaitu dengan
memberikan pembinaan atau kecakapan sehingga dapat memperbaiki keadaan
sosial ekonomi waria dan dapat menciptakan suatu kemanidrian bagi waria,
baik dengan membuka usaha sendiri maupun bekerja pada orang lain sesuai
dengan kecakapan yang sudah mereka miliki melalui pemberdayaan ini.
Adapun sasaran program pemberdayaan waria dalam mencapai
kemandirian adalah sebagai berikut:
a. Terbukanya kesadaran dan tumbuh peran aktif mampu dalam
kemandirian.
79
Wawancara Mami Yuli Ketua Forum Komunikasi Waria Indonesia (FKWI) pada tanggal
3 April 2017
45
b. Memperbaiki keadaan sosial dengan meningkatkan kepahaman,
peningkatan pendapatan dalam bidang ekonomi yang positif.
c. Meningkat kinerja dalam keterampilan untuk memperbaiki
produktivitasnya.
d. Menumbuhkan sikap tanggung jawab.
6. Kegiatan Rumah Singgah Waria
Keterampilan yang diadakan di rumah singgah waria bertujuan agar
lebih bermanfaat dalam hidupnya dan sejahtera. Semaksimal mungkin pihak
rumah singgah waria memberikan fasilitas yang menunjang kebutuhan waria.
Hingga kegiatan yang dilakukan dalam seminggu mendatangkan pengajar
khusus untuk memberi bimbingan dan keterampilan.
Tabel 1.1 Kegiatan Rumah Singgah80
HARI KEGIATAN WAKTU
SENIN Keterampilan menata rambut 09.00 – 12.00
Keterampilan tatarias wajah 13.00 – 15.00
SELASA Keterampilan memasak 09.00 – 12.00
Keterampilan membuat kue 13.00 – 15.00
RABU Keterampilan tata busana 11.00 – 14.00
Keterampilan menjahit 15.00 – 17.00
80
Wawancara Mami Yuli Ketua Forum Komunikasi Waria Indonesia (FKWI) pada tanggal
3 April 2017
46
HARI KEGIATAN WAKTU
KAMIS Bimbingan rohani Islam 09.00 – 12.00
Bimbingan rohani Kristen 13.00 – 15.00
JUMAT Jumat bersih 07.00 – 08.00
SABTU Olahraga 06.00
B. Profile Waria Di Rumah Singgah Waria
Waria yang datang ke rumah singgah dari berbagai daerah. Waria sengaja
datang ke Jakarta karena mereka merasa berbeda dan akhirnya memutuskan untuk
meninggalkan rumah. dan sampai akhirnya mereka menemukan tempat untuk
hanya sekedar berkumpul dengan sesama jenisnya bahkan sampai tinggal bersama
untuk mencari keluarga baru yang lebih dengan perbedaan yang ada.
Semua waria yang datang ke rumah singgah adalah waria yang ingin hidup
lebih bermanfaat dari hari kemarin. Karena di rumah singgah ini waria di berikan
bimbingan untuk hidup yang lebih bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain.
Sebelum mereka mengetahui adanya rumah singgah untuk waria, waria hidup
tanpa adanya dorongan atau motivasi untuk hidup yang lebih baik. Tapi setelah
mereka bertemu dengan mami yuli pemilik rumah singgah waria, hidup mereka
jadi lebih terarah, punya impian yang harus di capai. Semua itu adalah fungsi dari
rumah singgah itu sendiri, menjadikan waria lebih baik dan lebih bisa mandiri
untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.81
81 Wawancara Mami Yuli Ketua Forum Komunikasi Waria Indonesia (FKWI) pada
tanggal 3 April 2017
47
STRUKTUR KEPENGURUSAN RUMAH SINGGAH WARIA ANAK
RAJA DEPOK
Gambar 1.2
Bagan Struktur Kepengurusan Rumah Singgah
Waria Anak Raja, Depok82
82
Wawancara Mami Yuli Ketua Forum Komunikasi Waria Indonesia (FKWI) pada tanggal 3 April 2017
Pembina
Marzuki
Penasehat
Edi Suharto
Ketua Pelaksana
Yunianus R, S.H
Bendahara
Mercelino
Sekretaris
Jannah Maryam
Kepala Rumah Tangga
Yotty
Bidang Humas
Andre
Tutor/ Pekerja Sosial
Waria PMKS Binaan
48
Berikut tabel profile waria di rumah singgah waria pada penelitian ini :
Profile Waria di Rumah Singgah Waria Tabel 1.3
Nama Alamat Tanggal Lahir
Lissi Banowati
Jakarta Pusat Bandung, 30-04-1989
Bella Jakarta Selatan Makasar, 20-06-1986
Dinda Jakarta Selatan Bombana, 07-07-1996
Richard Jakarta Selatan Manado, 04-01-1990
Dona Karin Jakarta Selatan Karawang, 31-03-1995
Imelda Doris Jakarta Selatan Papua, 11-04-1987
Tiara Jakarta Timur Jambi, 16-07-1990
Nita Jakarta Selatan Yogyakarta, 22-01-1989
Julia Jakarta Selatan Malang, 05-07-1984
Minah Jakarta Timur Cirebon, 08-10-1988
49
BAB V
HASIL DAN ANALISIS DATA PENELITIAN
A. Temuan Penelitian
Fokus temuan pada penelitian ini adalah dukungan sosial bagi kemandirian
waria pada rumah singgah waria anak raja. Dukungan sosial meliputi dukungan
emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasi,
dukungan persahabatan.
1. Data Partisipan Penelitian
Berikut tabel data personal tiap-tiap informan pada penelitian ini :
Data Personal Informan Tabel 2.0
Informan Alamat Tanggal Lahir
Yulianus
Rettoblaut
(Mami Yuli)
Jl. Terogong 1 Cilandak Barat
Jakarta Selatan
Papua, 30-04-1961
Ali Yanto
(Bella)
Jl. Terogong 1 Cilandak Barat
Jakarta Selatan
Makasar, 20-6-1986
Beni Suhendar
(Dinda)
Jl. Bahari 1 Cilandak Barat
Jakarta Selatan
Bombana, 7-7-1996
Pak RT Endang
Wagiman
Jl. Golf No 145 rt 03 rw 013 Cirebon, 4-1-1972
50
2. Deskripsi Informan 1
Yulianus Rettoblaut yang biasa di panggil Mami Yuli mengetahui
dirinya seperti wanita kelas 5 SD, tinggal di pedalaman Asmat Papua.Setelah
umur 11 tahun tiba-tiba menyukai sesama jenis (laki-laki).Setelah lulus SMA
umur 17 tahun Mami Yuli mulai merantau ke Jakarta.83
Selama sekolah dari SD sampai SMA mami Yuli selalu mendapatkan
peringkat juara kelas di sekolahnya.Tapi kemudian harapan kedua orang
tuanya musnah karena mengetahui mami Yuli adalah seorang waria.“saya
akan benci pada diri sendiri, kemudian saya akan berjuang bagaimana
caranya suatu waktu saya akan tunjukan pada orang banyak, terutama pada
keluarga, bahwa walau saya seorang waria saya juga bisa berbuat baik.”
Ucap Mami Yuli84
Di jakarta Mami Yuli mendaftarkan diri untuk melanjutkan
pendidikannya ke bangku kuliah jurusan Ilmu Hukum di Universitas At-
Tahiriyah, setelah lulus dengan gelar Sarjana mami Yuli belum merasa puas
dengan pendidikannya tingkat S1. Kemudian mami Yuli melanjutkan
pendidikan Pascasarjananya di Fakultas Hukum Universitas Tama Jagakarsa,
lulus S2 dengan predikat lulusan terbaik. Mami yuli merasa belum cukup
untuk menambah ilmu di bidang Hukum, lalu mami Yuli melanjutkan lagi S3
ilmu Hukum di Universitas Jayabaya.
83
Wawancara Pribadi dengan mami Yuli, pendiri Rumah Singgah Waria, pada 04 Maret
2017 84
Wawancara Pribadi dengan mami Yuli, pendiri Rumah Singgah Waria, pada 04 Maret
2017
51
Semua biaya kuliah sampai S3 mami Yuli membiayai kuliahnya
sendiri dengan usaha dan kerja kerasnya untuk mendapatkan status sosial
yang dapat di terima di masyarakat dan untuk meningkatkan derajat waria
supaya waria tidak lagi di pandang sebelah mata. Dan mami Yuli akhirnya
bisa membuktikan kepada kelurganya bahwa walaupun dirinya seorang waria
tapi tetap bisa menjadi kebanggan untuk keluarga.85
a. Gambaran Dukungan Sosial Informan 1
Mami Yuli seorang waria anak ketujuh dari 11 bersaudara dari orangtua
yang berprofesi sebagai guru Katolik yang mengajar di Propinsi Papua. Mami
Yuli mulai hidup tanpa tujuan semenjak orangtuanya mengetahui bahwa
mami Yuli adalah seorang waria, keluarganya sudah tidak menerima lagi
Mami Yuli di rumah.
Semenjak saat itu mami Yuli datang merantau ke Jakarta, dan untuk
menyambung hidup di tanah rantau, mami Yuli bekerja sebagai PSK (Pekerja
Seks Komersial). Mami Yuli bertahan menjadi PSK hanya empat bulan,
karena persaingan dengan waria yang lainnya sangat sulit. Tidak hanya
menjadi PSK tetapi Mami Yuli juga bekerja sebagai tukang pukul untuk waria
lainnya, karena kondisi fisik yang bertubuh besar tinggi dan hitam mami Yuli
di takuti oleh orang-orang yang datang hanya untuk menggangu waria
lainnya.
Setelah lama bekerja menjadi PSK (Pekerja Seks Komersial), mami
Yuli memutusan untuk berhenti dari pekerjaannya tersebut, karena mami Yuli
85
Wawancara Pribadi dengan mami Yuli, pendiri Rumah Singgah Waria, pada 04 Maret
2017
52
tidak mau terus menerus atau bahkan selamanya bertahan hidup dengan cara
seperti ini, mami Yuli menginginkan hidup yang lebih baik dan terpikirlah,
dalam hati mami Yuli berjanji pada diri sendiri “harus berjuang dan jadi
orang yang baik dan berguna untuk siapapun”
Waktu terus berjalan mami Yuli kemudian mencoba untuk melanjutkan
pendidikan di bangku kuliah, saat itu mami Yuli yang sedang berjuang
mencari biaya kuliah juga tergabung dalam Forum Komunikasi Waria
Indonesia (FKWI), mami Yuli sebagai aktivis untuk memperjuangkan hak-
hak kaum waria yang selalu terpinggirkan yang selalu diintimidasi dan sulit
diterima ditengah masyarakat. Kemudian Forum Komunikasi Waria Indonesia
(FKWI) terbentuk untuk memberikan dukungan sosial pada waria yang
terdiskriminasi.
Sejak tahun 2010 Februari, FKWI (Forum Komunikasi Waria
Indonesia) mengadakan program yaitu mendirikan rumah singgah, FKWI
(Forum Komunikasi Waria Indonesia) sudah memiliki badan hukum dan
diakui sebagai kelompok yang rentan dan harus di berdayakan. FKWI (Forum
Komunikasi Waria Indonesia) kemudian bergabung di setiap daerah setelah
mempunyai badan hukum, induk dari organisasi waria adalah FKWI (Forum
Komunikasi Waria Indonesia) yang di ketuai oleh mami Yuli.
“Saat saya melihat dan menangani masalah waria, dan kemudian kita
lupa bahwa yang seharusnya diberdayakan bukan hanya pada usia yang
produktif tetapi juga orang-orang tua.”Begitu tuturnya saat di wawancara.86
86
Wawancara Pribadi dengan mami Yuli, pendiri Rumah Singgah Waria, pada 04 Maret
2017
53
Ada banyak sekali waria-waria tua yang meninggal dan tidak
mendapatkan tempat yang layak. Persoalan pertama banyaknya waria yang
meninggal dan kemudian dikubur masal, kedua ketika waria mulai sakit dan
terkapar di usia senja orang tidak akan mau menerima karena melihat waria
yang sudah mulai tua, jelek (wajahnya sudah pernah suntik silikon menjadi
tidak karuan bentuknya) kemudian memilih menjadi orang yang meminta-
minta, dan kemudian ketika mereka terkapar untuk menjalani pengobatan
ketika sakit tidak mampu dan tidak mempunyai siapa-siapa bingung akan di
kemanakan waria tersebut.
Akhirnya Mami Yuli berinisiatif membeli rumah untuk dijadikan rumah
singgah waria jompo, awal di dirikan rumah singgah ada 150 orang datang ke
rumah singgah dari berbagai daerah dan rumah singgah waria jompo ini
menampung semuanya hanya sementara, karena rumah singgah waria bersifat
rumah singgah sementara, jadi hanya untuk singgah beberapa hari setelah di
berikan motivasi untuk hidup mandiri dalam menjalani hidup yang lebih
terarah, di rumah singgah waria membuat kartu tanda pengenal waria untuk
membantu mereka jika ada waria yang terkapar di jalan atau sakit jadi bisa
menghubungi nomor telfon rumah singgah yang ada di kartu tersebut.
Ketika waria hidup dimasyarakat waria harus bisa menempatkan diri,
dan di rumah singgah dibina untuk menjadi waria yang bisa menempatkan
dirinya dimasyarakat. Rumah singgah waria untuk memberdayakan semua
waria baik muda atau tua. Jadi waria muda bisa datang ke rumah singgah
untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya. Tujuan pertama
54
adalah waria tua tidak lagi hidup di jalan. Di rumah singgah ini juga merubah
perilaku waria dan mengikuti peraturan yang ada di rumah singgah dan akan
dibina diberikan pelatihan kegiatan yang positif dan dapat mengembangkan
bakat yang di miliki waria, upaya pendidikan perubahan perilaku supaya
dapat diterima dimasyarakat.
Kegiatan di rumah singgah adanya pelatihan keterampilan dasar home
industri, mengajarkan yang mudah untuk dilakukan tetapi mempunyai hasil
untuk kebutuhan hidup mereka sendiri, dan diharapkan para waria yang telah
mendapat kegiatan dapat menghidupi dirinya sendiri dan tidak bergantung
pada orang lain.
Masyarakat yang tinggal disekitar rumah singgah semuanya baik dan
bisa menerima para waria untuk bersosialisasi. Karena pemilik rumah singgah
memperlakukan masyarakat dilingkungan juga baik, jadi timbal baliknya
masyarakat ke rumah singgah dan para waria baik. Tidak ada yang
mengganggu karena dirumah singgah membuat kegiatan yang positif dan
masyarakatpun juga ikut membantu untuk mempersiapkan kegiatan waria
tersebut.
Jadi, dukungan sosial yang ada dirumah singgah waria sangat
bermanfaat karena waria mendapatkan banyak pelajaran setelah berada di
rumah singgah dan dapat mengerti arti kehidupan yang sebenarnya. Walaupun
dirinya seorang waria tetap harus menjalani kehidupan yang lebih baik.
b. Gambaran Kemandirian Informan 1
55
Kemandirian dalam hidup waria termasuk juga mami Yuli, untuk tidak
bergantung pada orang lain harus di jalani selama hidupnya. Karena hidup
sebagai waria tidak mudah masih banyak diskriminasi yang di dapat oleh
waria untuk mencari pekerjaan, akhirnya waria banyak yang membuat usaha
sendiri dari dukungan di rumah singgah waria.
Mami Yuli membuka salon di rumahnya, dengan kemampuannya
menata rias rambut dan wajah, mami Yuli juga sudah mendapatkan banyak
sertifikat dan tidak di ragukan lagi keahliannya pada dunia kecantikan.Mami
Yuli mulai dengan pendidikan yang tidak hanya lulusan SMA, tetapi mami
Yuli melanjutkan sekolahnya ketingkat perguruan tinggi hingga kini mami
Yuli sedang kuliah S3 di Universitas Jayabaya Fakultas Ilmu Hukum.Semua
itu dilakukan mami Yuli dengan tujuan supaya waria dapat memenuhi haknya
karena waria juga manusia. Dengan menuntut ilmu sampai S3 mami Yuli
sangat percaya diri sebab ingin memberikan contoh bagi waria muda lainnya
supaya termotivasi untuk terus melanjutkan sekolah setinggi-tingginya,
supaya dihargai oleh orang lain dan membuktikan bahwa waria tidak di
anggap sebelah mata oleh masyarakat, dan membuktikan bahwa waria juga
mendapatkan haknya sebagai manusia.
Semua dukungan datang dari dalam diri sendiri karena mami Yuli
menginginkan perubahan yang lebih baik dalam hidupnya walaupun mami
Yuli seorang waria.Mami Yuli ingin membuktikan kepada semua masyarakat
bahwa waria juga dapat mencapai cita-citanya dan menjadi panutan bagi
semua orang.
56
“Pendidikan itu penting untuk semua manusia, karena jika kita
dapat mencapai pendidikan yang tinggi, orang lain akan lebih menghargai
apa yang kita lakukan tanpa memandang dari kalangan apa dan siapa
dia.” Mami Yuli.87
3. Deskripsi Informan 2
Bella berasal dari Makasar, sejak kecil Bella sudah menunjukan tanda-
tanda tidak normal, kakak Bella laki-laki senang bermain pistol-pistolan
sedangkan Bella lebih asik main boneka Barbie.88
Kebiasan Bella ini makin
menjadi, apalagi kedua orang tuanya tidak pernah melarang apa saja yang
dilakukannya.
Saat memasuki Sekolah Dasar Bella lebih sering bermain dengan
teman-teman perempuannya, selama itu Bella tidak tidak merasa dirinya
memiliki kelainan, Bella menganggap apa yang dilakukannya wajar-wajar
saja. Ketika teman-temannya sekelas mengolok-olok dengan sebutan “banci”,
Bella mulai bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya sendiri
dan tidak ada jawaban.
Meskipun olok-olokan masih terus Bella terima selama 6 tahun sekolah
tapi Bella tetap melanjutkan sekolahnya SMP.Kelas 2 SMP Bella merasa ada
yang berbeda pada dirinya jika melihat laki-laki yang menurutnya ganteng,
datanglah perasaan ingin dibelai dan disayang oleh laki-laki.Bella bukannya
tidak melawan rasa itu, tapi pertahanannya selalu tidak tertahankan ketika ada
laki-laki yang Bella suka.
87
Wawancara Pribadi dengan mami Yuli, pendiri Rumah Singgah Waria, pada 04 Maret
2017 88
Wawancara Pribadi dengan Bella, salah satu anggota di Rumah Singgah Waria, pada 20
April 2017
57
Dengan cara sembunyi-sembunyi Bella sering berada didepan cermin
dan memakai pakaian wanita lalu memakai bedak dan lipstik, ketika itu tiba-
tiba ibu Bella masuk kamar dan melihat Bella sedang berdandan layaknya
perempuan, seketika itu ibu Bella marah melihat anak laki-lakinya
menyerupai perempuan. Keluarga akhirnya mengetahui bahwa Bella berbeda
dengan yang lain, sempat diobatin dibawa kesana kesini tapi tidak ada
perubahan. Kemudian keluargapun pasrah dengan keadaan yang terjadi pada
Bella.
a. Gambaran Dukungan Sosial Informan 2
Pengalaman sebelum berada di rumah singgah, sebelum berada di
rumah singgah sempat tinggal di Surabaya selama 10 tahun lalu pulang, Bella
kembali ke kampungnya di daerah Makasar, di rumah Bella bertemu teman
untuk diajak ke Jakarta. Kemudian Bella berkenalan dengan teman sesama
waria, dan ada salah satu teman yang memperkenalkan Bella dengan mami
Yuli, pertama kenalan mami Yuli mengajak Bella untuk mampir ke rumah
singgah, kemudian mami Yuli menjelaskan ini rumah singgah tempat singgah
teman-teman waria yang tidak punya rumah atau waria tua yang sakit bisa
berada di rumah singgah ini, dan di rumah singgah ini di berikan pemahaman
tentang bagaimana caranya bersosialisasi di masyarakat yang baik. Setelah
lama mengenal mami Yuli kemudian Bella menjadi anggota di rumah
singgah.
Selama berada di rumah singgah jadi lebih sibuk dengan teman-teman
yang ada di rumah singgah, jadi lebih tau bagaimana cara berkomunikasi yang
58
baik dengan masyarakat dan juga sesama waria.89
Kegiatan yang di lakukan di
rumah singgah banyak kunjungan dari orang-orang penting yang ingin
mengetaui apa itu rumah singgah waria, untuk kegiatan seperti keterampilan
waria itu sebenarnya ada tapi belum berjalan sedang di rencanakan dalam
program yang akan segera di laksanakan, adanya keterampilan yaitu masak,
salon, menjahit, dan lain-lain.
Setelah mengikuti kegiatan yang ada di rumah singgah mendapatkan
banyak manfaat dan pengarahan yang bisa di terapkan dalam kehidupan
sehari-sehari untuk bersosialisasi di masyarakat. Di rumah singgah
mempunyai fasilitas juga selain untuk tidur juga tersedianya banyak obat-
obatan, peralatan mandi, dan lain-lain untuk waria yang membutuhkan.
Bella jika sedang ada masalah yang memberikan solusi yaitu mami Yuli
karena mami Yuli banyak pengalaman, dan menjadi panutan bagi semua
waria yang berada di rumah singgah ini. Tapi teman-teman waria juga saling
membantu jika ada masalah yang sulit di selesaikan sendiri dan membutuhkan
bantuan orang lain, sesama waria selalu memberikan dukungan yang baik
untuk kehidupan yang lebih baik lagi.
Bella merasa sangat nyaman berada di rumah singgah karena berkumpul
dengan sesama waria adalah kebahagiaan yang menurut Bella tidak di
dapatkan di manapun. Jadi untuk kesulitan dalam kegiatan yang di adakan di
rumah singgah ini tidak ada sama sekali merasa kesulitan karena bahagia bisa
berkumpul bersama teman-teman waria.
89
Wawancara Pribadi dengan Bella, salah satu anggota di Rumah Singgah Waria, pada 20
April 2017
59
b. Gambaran Kemandirian Informan 2
Dalam hidup Bella ingin mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari
usaha sendiri yang di bangun dengan kerja keras dan doa dari orangtua supaya
menjadi berkah, Bella ingin membuka salon karena sesuai dengan keahlian
yang di milikinya. Untuk itu Bella terus belajar supaya mendapatkan apa yang
di impikan dan harus lebih percaya diri. Yang membuat percaya diri di dalam
lingkungan masyarakat bukan karena Bella seperti perempuan tapi karena
Bella merasa beradaptasi dengan masyarakat sekitar dengan cara yang sopan,
santun di lingkungan sekitar rumah, dengan cara itu Bella merasa secara
langsung pasti masyarakat juga akan bersikap sebaliknya dengan Bella dan
teman-teman waria. Meskipun masih ada masyarakat yang belum bisa
menerima dengan keberadaan waria, tapi dari situ Bella belajar bagaimana
cara untuk waria bersikap dan berlaku baik, sopan dalam kehidupan
bermasyarakat dan selalu berfikiran positif terhadap masyarakat. Di
lingkungan masyarakat Bella termasuk sering berkumpul dengan warga
sekitar untuk sekedar menyapa dan bercerita.
Percaya dengan diri sendiri jika yang di lakukan itu benar dan
sudah di lakukan dengan cara yang baik tidak usah merasa takut dengan
penilaian seseorang kepada diri sendiri, Tutur Bella saat di wawancara.90
4. Deskripsi Informan 3
Dinda berasal dari Sulawesi memutuskan datang ke Jakarta, karena
merasa tidak bebas berada di rumah.91
Waktu itu ada sedikit masalah dengan
90
Wawancara Pribadi dengan Bella, salah satu anggota di Rumah Singgah Waria, pada 20
April 2017 91
Wawancara Pribadi dengan Dinda, salah satu anggota di Rumah Singgah Waria, pada 20
April 2017
60
bentuk tubuhnya dengan rambut panjang tapi tidak boleh dan akhirnya di
potong pendek, ketidak nyamanan di rumah menjadi jalan satu-satunya untuk
pergi meninggalkan tempat tinggalnya.
Dinda mulai terlihat seperti perempuan sejak kelas 3 SD. Berawal dari
ulang tahun kakak perempuannya dan Dinda mulai mencoba pakaian
perempuan kakaknya. Saat itu keluarga mulai mengetahui bahwa Dinda tidak
sama seperti anak laki-laki lainnya, awalnya keluarga marah dan Dinda di
berikan nasehat untuk tetap berperilaku seperti laki-laki, tapi ternyata usaha
keluarganya tidak mebuahkan hasil, dan akhirnya keluarga mulai menerima
bahwa Dinda berbeda. Setelah Dinda mengerti kenapa semua ini terjadi
kepadanya kemudian Dinda menjelaskan kepada Orangtua dan keluarga
bahwa ini bukan penyakit ini adalah perbedaan yang harus di jalani dan di
terima akhirnya mereka mengerti apa yang Dinda rasakan.
Akhirnya Dinda memutuskan untuk pergi ke Jakarta, sebelum pergi
Dinda sempat mendapatkan informasi bahwa ada rumah singgah waria di
Jakarta, informasi ini di dapatkan Dinda melalui browsing internet dan
muculah seseorang yang bernama Mami Yuli kemudian Dinda langsung
menghubungi Mami Yuli. Di Jakarta Dinda tidak memiliki teman ataupun
sanak saudara.
Dinda pergi ke Jakarta tanpa sepengetahuan orang tua, tapi orang tua
sudah mengetahui bahwa Dinda adalah seorang waria laki-laki yang
berdandan seperti perempuan. Orang tua sudah bisa menerima Dinda yang
seorang waria. Menurut Dinda:
61
“Apa yang saya tampilkan masih dalam batas kewajaran dari segi
adat maupun agama, karena saya hanya memanjangi rambut dan
berdandan seperti wanita memakai pakaian wanita bukan menambahkan
payudara atau operasi kelamin itu masih dalam batas kewajaran.” Tutur
Dinda saat di wawancara.92
a. Gambaran Dukungan Sosial Informan 3
Dinda adalah salah satu waria yang keluarganya menerima semua
perubahan yang ada pada dalam diri Dinda. Meskipun awalnya keluarganya
marah, tapi pada akhirnya keluarga Dinda menerima Dinda dengan keadaan
yang berbeda. Meskipun Dinda harus pergi diam-diam merantau ke Jakarta
untuk bisa berkumpul dengan sesama waria lainnya, karena di rumahnya
merasa tidak nyaman. Sebelum Dinda menemukan keluarga baru di Jakarta
yang sesama waria, Dinda sebelumnya merasa sangat tertekan karena
keadaanya yang seperti ini. Tapi Dinda tidak menyerah Dinda terus mencari
tau apakah dengan keadaan seperti ini Dinda dapat menjalani hidup yang
lebih baik, karena Dinda merasa dirinya juga manusia yang harus di
perlakukan sama seperti manusia yang hidup di dunia ini.
Setelah Dinda tau bahwa ada rumah singgah waria di Jakarta, segeralah
Dinda mencari tau siapa pemilik rumah singgah itu. Dan akhirnya Dinda
mengetahui siapa pemiliknya yaitu Mami Yuli. Mami yuli menampung Dinda
di rumah singgah hanya sementara, di rumah singgah semua masalah yang
ada dalam diri Dinda segera di selesaikan oleh Mami Yuli dan teman-teman
waria lainnya. Setelah masalahnya selesai Dinda akhirnya menjadi anggota di
Rumah singgah waria, meskipun tidak menetap di rumah singgah tapi Dinda
92
Wawancara Pribadi dengan Dinda, salah satu anggota di Rumah Singgah Waria, pada 20
April 2017
62
selalu mengikuti kegiatan yang di adakan di rumah singgah waria. karena
kegiatan yang di adakan di rumah singgah ini sangat bermanfaat dan
menjadikan para waria lebih mandiri dalam menjalani hidup. Kepedulian dan
perhatian yang di tunjukan kepada sesama waria, sehingga waria merasa
nyaman, dicintai dan diperhatikan adalah dukungan emosional yang ada di
rumah singgah.
Setelah menjadi anggota di rumah singgah Dinda sangat senang karena
semua hal yang belum banyak Dinda tau menjadi tau setelah menjadi aggota
di rumah singgah ini. Dinda baru mengetahui ternyata sebagai seorang waria
mempunyai hak dasar sebagai warga Negara, dan memiliki kewajiban untuk
menjaga seksualitas diri sendiri supaya terhindar dari bahaya Virus
HIV/AIDS. Semua pelajaran yang Dinda dapatkan di rumah singgah waria
tidak Dinda dapatkan di luar rumah singgah waria dan Dinda merasa
beruntung dapat bergabung menjadi anggota di rumah singgah waria.
Banyak kegiatan yang sudah Dinda ikuti di Rumah singgah sampai
tidak pernah absen di setiap kegiatan yang di adakan oleh Mami Yuli.
Manfaat yang di dapatkan setelah mengikuti kegiatan yang ada yaitu Dinda
dapat menangani masalahnya sendiri dengan baik dan tanggung jawab.
Keterampilan yang selalu di ajarkan pun dapat dengan mudah di praktekkan
sendiri. Ungkapan penilaian yang positif dari Dinda telah membentuk
perasaan dalam diri waria bahwa waria merasa berharga, mampu dan berarti
dalam dukungan penghargaan di rumah singgah waria. Untuk fasilitas yang
di sediakan pada rumah singgah yaitu adanya, perlengkapan mandi, obat-
63
obatan, sembako dll, dan di rumah singgah selalu siap menangani masalah
yang terjadi pada waria selama 24jam. Dengan adanya pemberian barang dan
jasa yang berguna untuk waria yang membutuhkan terbukti bahwa adanya
dukungan instrumental.
Setiap anggota di rumah singgah ini jika mereka ada masalah yang
selalu memberikan solusi dan membantu menyelesaikan masalah itu adalah
Mami Yuli kemudian teman-teman sesama anggota juga ikut membantu
mencari jalan keluar pada masalah yang sedang di hadapi. Adanya nasehat
dan saran adalah bukti bahwa dukungan informasi di dapatkan di rumah
singgah waria. Dukungan persahabatan juga terlihat dengan adanya Mami
Yuli dan teman-teman waria yang berusaha mendiskusikan dan
menyelesaikan masalah yang sedang di hadapi oleh temannya sesama waria,
sehingga meringankan beban hidup seorang waria yang sedang dalam
menghadapi masalahnya.
b. Gambaran Kemandirian Informan 3
Waria juga manusia ingin mempunyai kehidupan yang lebih layak
seperti manusia pada umumnya. Hal itu lah yang membuat rasa percaya diri di
lingkungan sosial waria menjadi baik, meskipun Dinda berbeda tetapi Dinda
tidak malu bahwa dirinya berbeda dengan yang lain. Karena menurut Dinda;
“perbedaan itu selalu ada jadi jangan malu untuk terlihat berbeda karena
64
jika suatu perbedaan itu baik maka semuanya akan ikut menjadi
baik.”93
Rasa percaya diri yang di lakukan Dinda sudah baik karena dukungan
yang di berikan oleh teman-teman yang berada di rumah singgah.
Selama menjadi anggota di rumah singgah waria Dinda bekerja di salon
Mami Yuli, dengan keterampilan yang di milikinya menata rambut dan merias
wajah, Dinda di minta untuk membantu Mami Yuli di salon. Itulah pekerjaan
yang sekarang Dinda jalani. Dinda sangat senang dengan pekerjaannya
sekarang karena menguasai apa yang di kerjakannya, jadi Dinda menjalani
pekerjaan ini dengan senang hati karena sesuai dengan kemampuan yang di
milikinya.
Waktu yang Dinda miliki sekarang sangat berharga karena untuk jadi
lebih baik dalam kehidupan sekarang adalah Dinda harus membuat sesuatu
untuk bisa membuat teman-teman waria punya kehidupan yang lebih layak
sama seperti manusia pada umumnya bisa menjalani pendidikan, mudah
medapat pekerjaan, dan lain-lain, tanpa adanya diskriminasi dalam kehidupan
masyarakat.
Bertanggung jawab terhadap diri sendiri dengan sikap konsisten apa
yang sudah di katakan oleh Dinda itu harus sesuai tidak ada lagi yang lain.
Dengan bersikap konsisten menurut Dinda dia akan lebih bertanggung jawab
dalam melakukan segala hal baik di lingkungan waria ataupun di masyarakat.
Memilih hidup sebagai seorang waria telah dilakukan sejak beranjak
dewasa, hidup didalam badan laki-laki tapi berpenampilan atau berperilaku
93
Wawancara Pribadi dengan Dinda, salah satu anggota di Rumah Singgah Waria, pada 20
April 2017
65
seperti perempuan itu tidaklah mudah untuk dijalani. Masalah tentang fatwa
MUI menurut semua informan tidak ada masalahnya bagi kehidupan waria
saat ini, karena menurut informan apa yang sudah waria jalani sekarang
mereka menikmatinya. Untuk kembali kepada kodrat yang telah ditentukan
oleh Tuhannya itu untuk sekarang mereka masih ingin menjadi seperti apa
yang mereka mau, selama mereka tidak mengganti jenis kelamin menurut
waria, itu masih dalam batas kewajaran karena hanya bertingkah laku dan
berdandan seperti perempuan.
5. Deskripsi Informan 4
Selaku ketua RT bapak Endang awalnya tidak mengetahui bahwa tanah
kosong yang akan dijadikan sebuah rumah itu adalah untuk tempat rumah singgah
waria. Setelah rumah singgah itu berdiri dan kemudian yang datang dan memiliki
rumah itu ternyata adalah waria, pak Endang dan masyarakat sekitarpun terkejut.
Seiring berjalannya waktu respon masyarakat sekitar rumah singgah itu
mulai terbiasa dengan adanya waria disana yang ikut berbaur juga dengan
masyarakat sekitar. Warga disanapun tidak merasa terganggu dengan berdirinya
rumah singgah itu sendiri. Karena waria disana sudah dapat memposisikan dirinya
dilingkungan sekitar rumah.
Masyarakat yang berada disekitar rumah singgah secara tidak langsung
sudah dapat menerima keberadaan waria, waria sudah dapat bersosialisasi dengan
masyarakat. Tapi dukungan sosial yang diberikan masyarakat sekitar tidak ada,
masyarakat disana hanya menerima waria dan mau berbaur dengan dengan waria
karena waria itu mampu memposisikan dirinya di masyarakat dengan santun, jadi
66
masyarakat hanya memberikan timbal balik yang sesuai dengan apa yang
dilakukan waria disekitar rumah.
“sebetulnya saya merasa kurang setuju dengan adanya rumah singgah
waria disini. Karena mereka berbeda dari kita dan mengaku-ngaku sebagai
seorang perempuan, tetapi seiring berjalannya waktu karena mereka juga bisa
beradaptasi dilingkungan masyarakat sekitar, jadi saya merasa yasudahlah
biarpun mereka waria tapi mereka tetap sama seperti kita manusia, tapi saya
sangat ingin sekali mereka bisa berubah kembali kekodratnya sebagai laki-laki”94
B. Analisis Inter Subject
1. Bentuk dukungan sosial yang didapatkan oleh waria di Rumah
Singgah Waria
Dukungan Sosial dari sudut pandang Psikologi komunitas merupakan
suatu proses spesifik yang berlangsung dalam kehidupan komunitas.95
Menurut Ganster, dkk, dukungan sosial adalah tersedianya hubungan yang
bersifat menolong dan mempunyai nilai khusus bagi individu yang
menerima.96
Artinya perilaku seseorang dalam satu lingkungan sangat di
pengaruhi oleh perilaku orang-orang yang berada di sekitarnya.
Peneliti berpendapat bahwa perilaku orang-orang yang berada dalam
lingkungan tertentu akan sangat mempengaruhi individu dalam hal
kenyamanan, interaksi antar personal atau dalam hal kemandirian seseorang.
Seperti yang terjadi pada waria yang sekarang berada di Rumah Singgah
Waria dan menjadi anggota, karena mereka ingin memiliki hidup yang lebih
94
Wawancara Pribadi dengan pak Endang ketua RT, pada 11 Maret 2018 95
Istiqomah Wibowo dkk, Psikologi Komunitas ( Depok : LPSP3 UI, 2013 ), h. 33 96
A. Cahyadi & Apollo, Konflik Peran Ganda Perempuan Menikah Yang Bekerja Ditinjau
dari Dukungan Sosial Keluarga dan Penyesuaian Diri. Jurnal Widya Warta, 02, 261.
67
terjamin dan lebih bisa mandiri dalam segala hal supaya bisa di terima dalam
lingkungan masyarakat.
House dan Khan adalah tindakan yang bersifat membantu yang
melibatkan emosi, pemberian informasi, bantuan instrument dan penilaian
positif pada individu dalam menghadapi permasalahannya.97
Dari pemaparan di atas, maka seorang individu dalam sebuah
lingkungan membutuhkan perilaku positif dari orang-orang yang berada di
sekitarnya atau disebut dengan dukungan sosial. Waria adalah mahluk ciptaan
Tuhan mereka juga membutuhkan kehidupan yang lebih baik sama seperti
manusia normal pada umumnya. Dengan adanya dukungan sosial yang di
berikan oleh Rumah Singgah Waria maka sangat membantu mereka untuk
dapat hidup mandiri di lingkungan masyarakat. Seperti yang diungkapkan
oleh Bella:
“Selama berada di rumah singgah jadi lebih sibuk dengan teman-
teman yang ada di rumah singgah, jadi lebih tau bagaimana cara
berkomunikasi yang baik dengan masyarakat dan juga sesama waria.”98
Hal senada juga diungkapkan oleh Dinda:
”Setelah menjadi anggota di rumah singgah saya senang karena
semua hal yang belum banyak saya tau menjadi tau setelah menjadi
aggota di rumah singgah ini. Saya juga baru tau ternyata sebagai seorang
waria mempunyai hak dasar sebagai warga Negara, dan memiliki
kewajiban untuk menjaga seksualitas diri sendiri supaya terhindar dari
bahaya Virus HIV/AIDS.”99
97
A. Cahyadi & Apollo, h. 261 98
Wawancara Pribadi dengan Bella, salah satu anggota di Rumah Singgah Waria, pada 20
April 2017 99
Wawancara Pribadi dengan Dinda, salah satu anggota di Rumah Singgah Waria, pada 20
April 2017
68
Bentuk – bentuk Dukungan Sosial
No Pihak yang mendukung Bentuk Dukungan Keterangan
1 Rumah Singgah Waria Emosional Dukungan emosional yang
didapatkan yaitu sikap
perhatian dan kepedulian
yang tinggi dari semua orang
yang berada di rumah
singgah waria terutama
perhatian dari pengurus dan
ketua rumah singgah waria.
Penghargaan Dukungan penghargaan yang
didapatkan yaitu dipercaya
untuk membuat acara-acara
yang diadakan di rumah
singgah waria.
Instrumental Dukungan instrumental yang
didapatkan yaitu tempat
tinggal, konsumsi, pakaian.
Informasi Dukungan informasi yang
didapatkan yaitu informasi
terkait masalah kesehatan
waria, dan semua masalah
yang dihadapi waria bisa
dapat segera teratasi karena
bantuan yang diberikan oleh
teman-teman yang berada di
rumah singgah waria.
Jaringan Sosial Dukungan jaringan sosial
diberikan oleh teman-teman
sesama waria atau ketua
rumah singgah untuk waria
yang mempunyai masalah
supaya dapat menyelesaikan
masalahnya dengan baik dan
meringankan beban dalam
hidupnya.
2 Keluarga Emosional Dukungan emosional dari
keluarga yaitu dengan bentuk
perhatian yang lebih dari
yang lainnya untuk dapat
merubah sikap
keperempuannya menjadi
laki-laki kembali.
Penghargaan Dukungan penghargaan dari
69
keluarga yaitu di percaya
untuk memilih jalan
hidupnya sesuai dengan
keinginannya sendiri.
Instrumental Dukungan isntrumental dari
keluarga yaitu
menyelesaikan sekolah
hingga tamat SMA.
Informasi Dukungan informasi yang
didapat dari keluarga yaitu
tentang pemahaman agama
supaya bisa berubah kembali
menjadi laki-laki.
Jaringan Sosial Dukungan jaringan sosial
dari keluarga yaitu tetap
memberikan pemahaman
yang baik untuk dirinya
sendiri dan untuk kelurga.
3 Masyarakat Emosional Dukungan emosional dari
masyarakat sikap yang sudah
mulai ramah dan menerima
waria di lingkungan
masyarakat sekitar
Penghargaan Dukungan penghargaan dari
masyarakat di percaya untuk
membuat kegiatan yang
bermanfaat untuk ibu-ibu
yang ada di sekitar rumah
singgah.
Instrumental Dukungan instrumental dari
masyarakat diperbolehkan
tinggal bersama di
lingkungan masyarakat dan
berbaur dengan masyarakat.
Informasi Dukungan informasi dari
masyarakat memberikan
pehaman tentang bagaimana
cara yang baik bergaul
dengan masyarakat yang
lainnya.
Jaringan Sosial Dukungan jaringan sosial
dari masyarakat memberikan
pehaman tentang bagaimana
cara yang baik bergaul
dengan masyarakat yang
lainnya.
70
Dari kutipan wawancara di atas memberikan pengertian kepada peneliti
bahwa Waria yang berada di Rumah Singgah Waria mendapatkan dukungan-
dukungan sosial berupa dukungan emosional, penghargaan, instrumental,
informasi dan jaringan sosial.
2. Proses Kemandirian yang dilakukan Waria di Rumah Singgah Waria
Dari ketiga Informan yang menjadi sumber data peneliti menemukan
bahwa mereka tetap dalam kondisi baik selama mereka berada dalam
lingkungan rumah singgah waria. Kondisi baik dalam hal menjalankan
kewajiban mereka sebagai anggota di rumah singgah waria.
Dukungan-dukungan yang mereka dapatkan bukan hanya dari teman-
teman yang berada di rumah singgah waria tetapi berasal dari pengurus dan
pendiri di rumah singgah waria yaitu mami Yuli untuk dapat menjadi waria
yang mandiri dalam segala hal yang terjadi di lingkungan masyarakat.
Hal itu diungkapkan oleh Bella saat wawancara:
“Yang membuat percaya diri di dalam lingkungan masyarakat bukan
karena saya seperti perempuan tapi karena saya merasa beradaptasi dengan
masyarakat sekitar dengan cara yang sopan, santun di lingkungan sekitar
rumah, dengan cara itu saya merasa secara langsung pasti masyarakat juga
akan bersikap sebaliknya dengan saya dan teman-teman waria. Meskipun
masih ada masyarakat yang belum bisa menerima dengan keberadaan waria,
tapi dari situ saya belajar bagaimana cara untuk waria bersikap dan berlaku
baik, sopan dalam kehidupan bermasyarakat dan selalu berfikiran positif
terhadap masyarakat. Di lingkungan masyarakat saya termasuk sering
berkumpul dengan warga sekitar untuk sekedar menyapa dan bercerita.”100
Hal senada diungkapkan oleh Dinda:
“meskipun saya berbeda tetapi saya tidak malu jika berbeda dengan
yang lain, karena menurut saya perbedaan itu selalu ada jadi jangan malu
100
Wawancara Pribadi dengan Bella, salah satu anggota di Rumah Singgah Waria, pada 20
April 2017
71
untuk terlihat berbeda karena jika suatu perbedaan itu baik maka semuanya
akan ikut menjadi baik.”101
Dari kutipan wawancara di atas bisa dilihat bahwa setiap individu
membutuhkan proses untuk hidup mandiri. Hanya saja setiap individu
memilki proses yang berbeda-beda. Salah satu yang menentukan proses
kemandirian seseorang adalah dukungan dari orang- orang sekitar. Baik
lingkungan dimana ia tinggal maupun lingkungan dimana ia berinteraksi.
Menurut Martin dan Stendler menyatakan bahwa kemandirian ditujukan
dengan kemampuan seseorang berdiri diatas kaki sendiri, mengurus diri
sendiri dalam semua aspek kehidupannya, ditandai dengan adanya inisiatif,
kepercayaan diri dan kemampuan mempertahankan diri dan hak miliknya.102
Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, waria
yang berada di rumah singgah waria diajarkan bagaimana menyelesaikan
masalah yang ada melalu nasehat-nasehat yang mereka dapatkan. Selain itu
mereka juga diberi kesempatan untuk ikut andil dalam menyelesaikan
masalah yang ada di masyarakat terkait waria yang belum dapat di terima
dalam masyarakat.
Proses kemandirian pada waria di rumah singgah waria sudah cukup
baik. Melihat dari ketiga sumber data yang peneliti temui saat melakukan
observasi mereka sama-sama sedang memantaskan diri mereka di lingkungan
masyarakat secara langsung, supaya dapat di terima di lingkungan
masyarakat. Dengan berperilaku baik, sopan dan santun lingkungan
101
Wawancara Pribadi dengan Dinda, salah satu anggota di Rumah Singgah Waria, pada 20
April 2017 102
T. Afiatin, PersepsiPria dan Wanita dalam Kemandirian (Anima Indonesia
Psychological Journal No.2), (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 1993), hal. 8.
72
masyarakat sendiri bisa menghormati satu sama lain meskipun ada perbedaan
diantara mereka.
Para waria sudah mampu bersikap sewajarnya di tengah lingkungan
masyarakat sekitar untuk sekedar saling sapa dan berinteraksi. Mereka juga
sudah berperilaku baik sehingga tidak ada masyarakat yang merasa terganggu
dengan keadaan mereka di dekat tempat tinggalnya. Mereka belajar untuk
hidup mandiri dengan semua kemampuan yang mereka kuasai dan itu
terbentuk oleh adanya dukungan dari rumah singgah waria yang mengajarkan
kemandirian juga hal baik yang dilakukan oleh para waria supaya tidak
menggangu orang lain dengan keberadaan waria di sekitar lingkungan.
Proses Kemandirian
No Ide-ide yang diterima Faktor Pendukung Proses Kemandirian
1 Inisiatif terhadap diri
sendiri Teman-teman di rumah
singgah waria,
keluarga yang
mendukung,
masyarakat yang berada
dekat dengan tempat
tinggal
Dapat memilih
pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuannya
sendiri,
Tidak ingin
menyusahkan orang
lain.
2 Kepercayaan terhadap diri
sendiri Teman-teman di rumah
singgah waria,
keluarga yang
mendukung,
masyarakat yang berada
dekat dengan tempat
tinggal
Tidak mudah
terpengaruh dengan
kata-kata orang lain
yang selalu
merendahkannya.
3 Bertanggung jawab
terhadap diri sendiri Teman-teman di rumah
singgah waria,
keluarga yang
mendukung,
masyarakat yang berada
dekat dengan tempat
tinggal
Selalu berusaha menjadi
lebih baik,
Dapat dipercaya untuk
membuat suatu kegiatan
yang baik.
73
Dari pemaparan di atas peneliti berpendapat bahwa fakta-dakta tersebut
sangat relevan dengan indikator kemandirian yang baik, diantaranya adalah
percaya diri, mampu bekerja sendiri, menguasai keahlian dan keterampilan
yang sesuai dengan kerjanya, menghargai waktu, dan tanggung jawab.
Ditambah lagi mereka mampu menggali potensi yang mereka miliki dengan
dukungan yang mereka dapatkan dari rumah singgah waria.
3. Dukungan sosial terhadap kemandirian Waria di Rumah Singgah
Waria
Kemandirian adalah suatu keadaan seseorang dimana seseorang
berusaha berdiri sendiri dalam arti tidak bergantung pada orang lain, dalam
mengambil keputusan dan mampu melaksanakan tugas hidup dengan penuh
tanggung jawab.
Pada umumnya manusia memiliki dorongan atau keinginan untuk
mewujudkan dirinya menjadi seseorang yang lebih baik. Maka wajar apabila
manusia selalu berusaha kearah taraf kehidupan yang lebih baik dan
kemandirian.
Dengan demikian jadi nyatalah bahwa manusia bukanlah makhluk yang
statis. Manusia senantiasa mengoptimalkan potensi-potensi yang ada dalam
dirinya dan memiliki kehendak untuk maju. Untuk dapat kemandirian yang
diharapkan manusia membutuhkan adanya dukungan sosial.
Dukungan sosial yang telah diterima oleh waria di rumah singgah waria,
telah berdampak positif bagi waria yang menerima dukungan tersebut.
Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Dinda:
74
“Di rumah singgah semua masalah yang ada dalam diri saya segera di
selesaikan oleh Mami Yuli dan teman-teman waria lainnya. Setelah
masalahnya selesai saya akhirnya menjadi anggota di Rumah singgah waria,
meskipun tidak menetap di rumah singgah tapi saya selalu mengikuti kegiatan
yang di adakan di rumah singgah waria. karena kegiatan yang diadakan di
rumah singgah ini sangat bermanfaat dan menjadikan saya dan teman-teman
waria lebih mandiri dalam menjalani hidup.”103
Menurut Kahn dan Antonucci (1980), ada 3 lapisan orang-orang yang
berperan memberi dukungan sosial sepanjang kehidupan subyek/pelaku.
Terdapat 3 lapisan barisan, lapisan pertama terdiri dari orang- orang yang
membentuk barisan dukungan sosial dengan mantap/stabil, hubungan subyek
sangat dekat dengan mereka, dukungan yang diberikan setiap saat secara
pribadi kepada subyek (terlepas dari apapun jabatan yang disandang subyek).
Contoh : hubungan suami istri, keluarga dan hubungan dengan teman – teman
dekat.
Lapisan kedua terdiri dari sejumlah orang ada hubungan dengan subyek
namun sifat hubungan tersebut terbatas pada hubungan kerja atau hubungan
kekerabatan. Suatu hubungan yang mudah berubah sewaktu-waktu. Lapisan
ketiga terdiri dari orang-orang berhubungan dengan subyek melalui jalur
profesi, bertetangga atau sekampung, keluarga jauh, teman sekerja dan
hubungan dengan atasan di kantor yang sifat hubunganya kurang akrab dan
sangant mudah berubah dari waktu ke waktu.
Waria yang berada di rumah singgah waria sangat membutuhkan ketiga
lapisan dukungan sosial tersebut, meskipun mereka tidak mendapatkan
dukungan sosial secara utuh dari lingkungan sosial karena masyarakat masih
103
Wawancara Pribadi dengan Dinda, salah satu anggota di Rumah Singgah Waria, pada 20
April 2017
75
ada yang belum bisa menerima keberadaan waria. Tapi proses komunikasi,
kenyamanan waria selama berada diluar lingkungan rumah singgah sudah
baik, hal itu seperti yang diungkapkan oleh Bella:
“Saya berinteraksi dengan masyarakat sekitar dengan cara yang sopan,
santun dilingkungan sekitar rumah, dengan cara itu saya merasa secara
langsung pasti masyarakat juga akan bersikap sebaliknya dengan saya dan
teman-teman waria. Meskipun masih ada masyarakat yang belum bisa
menerima dengan keberadaan waria, tapi saya terus belajar bagaimana cara
untuk waria bersikap dan berlaku baik sopan dalam kehidupan
bermasyarakat dan selalu berfikiran positif di masyarakat. Di lingkungan
masyarakat saya termasuk sering berkumpul dengan warga sekitar untuk
sekedar menyapa dan bercerita.”104
Dari kutipan wawancara di atas, tentu saja seorang waria yang bernama
Bella mampu membuat dirinya nyaman di tengah-tegah lingkungan
masyarakat karena dia mendapatkan dukungan dari rumah singgah waria, baik
dukungan emosional, dukungan informasional dan dukungan nyata, seperti
yang diungkapkan oleh Dinda:
“Banyak kegiatan yang sudah saya ikuti di Rumah singgah sampai
tidak pernah absen di setiap kegiatan yang di adakan oleh Mami Yuli.
Manfaat yang di dapatkan setelah mengikuti kegiatan yang ada yaitu saya
dapat menangani masalahnya sendiri dengan baik dan tanggung jawab.”105
Kemampuan seorang waria dalam proses kemandirian dapat terlihat
jelas dengan adanya penelitian ini. Dukungan sosial yang didapatkan dari
rumah singgah waria sudah cukup baik untuk perkembangan waria menjadi
lebih mandiri, tapi juga perlu adanya proses yang tidak mudah untuk
membentuk sikap waria menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Dilihat dari
indikator kemandirian yang sudah cukup baik dalam proses kemandirian.
104
Wawancara Pribadi dengan Bella, salah satu anggota di Rumah Singgah Waria, pada 20
April 2017 105
Wawancara Pribadi dengan Dinda, salah satu anggota di Rumah Singgah Waria, pada 20
April 2017
76
Hubungan Dukungan Sosial bagi Kemandirian Waria
No Dukungan Sosial Proses Pembentukan Kemandirian
1 Ketua Rumah Singgah Waria Mengikuti semua kegiatan
yang ada di rumah singgah,
Mendengarkan semua nasehat
yang di berikan oleh pengurus
rumah singgah,
Belajar bagaimana cara supaya
dapat diterima di masyarakat
dengan mudah.
Mendapatkan
pekerjaan sesuai
dengan kemampuan
sendiri,
Tidak bergantung
kepada orang lain,
2 Keluarga Berusaha meyakinkan keluarga
bahwa menjadi waria adalah
pilihan yang terbaik untuk diri
sendiri dan bisa menjadi yang
terbaik untuk keluarga.
Berani bertanggung
jawab atas apa yang
telah dipilih,
3 Masyarakat Bersikap sopan dan santun
dalam lingkungan masyarakat,
Cara berpakaian yang baik di
sekitar lingkungan masyarakat.
Sudah dapat
bersosialisai dengan
baik di lingkungan
masyarakat sekitar
dan tidak ada
masyarakat yang
terganggu akan
adanya keberadaan
waria di lingkungan
mereka.
Dari beberapa kutipan wawancara di atas juga mencerminkan bahwa
waria sudah mampu berinteraksi dilingkungan sekitar masyarakat dengan baik
tanpa membuat orang lain tidak nyaman dengan adanya keberadaan waria.
Waria juga sudah mampu untuk hidup lebih mandiri dengan cara mereka
sendiri dan bekerja sesuai dengan kemampuan mereka. Dari dukungan sosial
yang didapatkan oleh waria di rumah singgah waria adalah pengaruh yang
paling besar untuk bisa merubah waria jadi lebih baik lagi di masyarakat
dalam proses kemandirian waria. Itu membuktikan bahwa dukungan sosial
sangat berpengaruh terhadap kemandirian waria di rumah singgah waria.
77
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Setelah melakukan penelitian di Rumah Singgah Waria Anak Raja
Depok, tentang Dukungan Sosial Bagi Kemandirian Waria Di Rumah
Singgah Waria ini dapat diambil kesimpulan dan sudah mendapatkan
dukungan sosial berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan,
dukungan instrumental, dukungan informasi, dan dukungan
persahabatan, meskipun diluar rumah singgah masih banyak masyarakat
yang tidak menginginkan keberadaan waria.
2. Proses kemandirian waria yang terbantu dengan dukungan sosial yang
ada di rumah singgah waria, proses tersebut dijalani dengan baik oleh
beberapa indikator yang peneliti temukan, yaitu adanya inisiatif yang
menunjukan bahwa waria ingin kehidupan yang lebih baik, terciptanya
rasa percaya diri di lingkungan masyarakat dengan etika yang baik, dapat
menyelesaikan masalahnya sendiri tidak selalu bergantung kepada orang
lain, dan bertanggung jawab atas apa yang waria kerjakan.
Dukungan sosial yang didapatkan oleh waria di rumah singgah waria
mendukung proses kemandirian waria yang efektif. Jadi semakin banyak
dukungan sosial yang didapatkan oleh waria maka semakin baik untuk
proses menuju kemandirian. Hal ini terlihat dari kemampuan waria dalam
bersosialisasi dilingkungan masyarakat luar rumah singgah waria, waria
78
dapat hidup lebih mandiri, mempunyai rasa percaya diri yang baik, dapat
bertanggung jawab dengan apa yang mereka kerjakan, karena keadaan
mereka yang memaksa untuk hidup lebih mandiri dan dibantu dengan
dukungan sosial yang ada di rumah singgah waria menjadi lebih baik lagi.
B. Saran
Efektivitas sosialisai merupakan faktor penting dalam mencapai tujuan
utama visi rumah singgah waria untuk dapat diterima oleh masyarakat.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka ada beberapa saran yang
hendak peneliti sampaikan. Tentunya saran ini bertujuan untuk kiprah dan
eksistensi rumah singgah waria menjadi jauh lebih baik lagi dan tidak terjadi
lagi hal yang tidak diinginkan.
Pelaksanaan program internal lebih ditingkatkan lagi dukungan yang
diberikan oleh pengurus Rumah Singgah Waria Anak Raja, supaya waria bisa
sadar bahwa sesungguhnya waria itu bukan perempuan tapi laki-laki.
Pengurus Rumah Singgah menambah program keterampilan untuk waria
supaya waria lebih mudah untuk mengembangkannya di lingkungan
masyarakat. Pengurus Rumah Singgah meningkatkan semangat dalam belajar
hidup mandiri yang baik dengan meningkatkan potensi yang ada pada diri
mereka selama berada di rumah singgah waria dengan bantuan dukungan-
dukungan yang mereka dapatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Afiatin,T. 1993. Persepsi Pria dan Wanita dalam Kemandirian Anima Indonesia
Psychological Journal No.2. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Antonius, Atosokhi, dkk. 2002. Relasi Dengan Diri Sendiri. Elex Media
Komputindo. Jakarta.
Bungin, M. Burhan. 2013. Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi Format-
Format Kuantitatif dan Kualitatif untuk Study Sosiologi Kebijakan
Publik Komunikasi Menejemen dan Pemasaran. PT. Kencana Perdana
Media Group. Jakarta.
Cahyadi, A & Apollo, Konflik Peran Ganda Perempuan Menikah Yang Bekerja
Ditinjau dari Dukungan Sosial Keluarga dan Penyesuaian Diri. Jurnal
Widya Warta, no 02.
D. Kartika. 1986 dalam jurnal Psikologi. Vol.1 No.2, h.1-12
Gottlieb, Benjamin H. 1983. Social Support Strategies : Gudelines For Mental
Health Practice. Beverly Hills California : Sage Publication Inc. London.
Gunawan, Imam. 2013 Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. PT Bumi
Aksara. Jakarta.
Haber, A & Runyon, 1984. Psycology of adjusment. Illinois : The Dorsey Press.
Handityatama, Belga. 2014. Pengaruh Dukungan Sosial dan Religiulitas terhadap
selftesteem Residen Napza. Skripsi Fakultas Psikologi, Universitas Islam
Negeri Jakarta.
Hasan, Basri. 2000. Remaja Berkualitas Problematika Remaja Dan Solusinya.
Pustaka Pelajar Offset. Yogyakarta.
Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Salemba Humanika.
Jakarta.
Hidayat, Yusuf. 2012. Pengaruh Trait Personality dan Dukungan Sosial terhadap
Tingkat Resiliensi Mahasiswa. Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas
Islam Negeri Jakarta.
Kemala, Atmojo. Kami Bukan Laki-laki. 1987. Pustaka Utama Grafiti. Jakarta
Utara.
Kristi, Purwondari E. 2005. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku
Manusia. Depok :LPSP3 UI
Masrun. 1986. Sikap Mandiri Anak Kost. Bandung.
Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet ke-26. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Monk, FJ, dkk. 2006. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai
Bagiannya. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Mulatsih, Endang. 2013. Pengaruh Selfesteem dan Dukungan Sosial Terhadap
Optimisme Masa Depan Anak Jalanan di Rumah Singgah Jakarta
Selatan. Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Jakarta.
Nuryoto S. 1993. Kemandirian Remaja Ditinjau dari Tahap Perkembangan, Jenis
Kelamin, dan Peran Jenis (Anima Indonesia Psychological Journal No.
2). Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Rais, Heppy El. 2012. Kamus Ilmiah Populer. Pustaka Belajar. Yogyakarta.
Sa’diyah, Jauharatus. 2012. Pengaruh Dukungan Sosial Yayasan Srikandi Sejati
Terhadap Self-Esteem Waria. Skripsi S1 Fakultas Psikologi Universitas
Islam Negeri Jakarta.
Sarafino, E.P. 1990. Health Psychology : biopsycological interaction. Second
edition. John Wiley & Son. New York.
Sarafino, Edward.P. 1998. Health Psychology : biopsycological interaction. Third
edition. John Wiley & Son. USA.
Sari, Hanny Safitri. 2010. Pengaruh Dukungan Sosial dan Kepribadian terhadap
Penyesuaian Diri pada Masa Pensiun. Skripsi S1 Fakultas Psikologi.
Universitas Islam Negeri Jakarta.
Sarosa, Samiaji. 2012. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. PT Indeks. Jakarta.
Sarwono, Sarlito, W. 1994. Psikologi Remaja. PT Raja Grafindo. Jakarta.
Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Alfabeta. Bandung.
Sedarmayanti, Syarifudin Hidayat. 2011. Metodologi Penelitian. CV Mandar
Maju. Bandung.
Smet, Bart. 1994. Psikoogi Kesehatan. PT Grasindo. Jakarta.
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Pustaka Setia. Bandung.
Subagyo, Joko. 2015. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik, Cet ke-7,
Rineka Cipta. Jakarta.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung.
Toha, Chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Wahono, K.1997. Arti Kemandirian Bagi Mahasiswa UI (Studi Kasus Mahasiswa
UI yang Tinggal Terpisah dari Orang Tua dan Tinggal Bersama Orang
Tua). Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Wibowo, Istiqomah, dkk. 2011. Psikologi Komunitas. LPSP3 UI. Depok.
Yusuf, Syamsu A. Juntika Nurihsan. 2006. Landasan Bimbingan dan Konseling.
PT. Remaja Rosda Karya. Bandung.
Sumber Internet:
Mutadin, Z. 2002. Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologis Remaja.
http://www.e-psikologi.com/remaja.050602.htm
PEDOMAN WAWANCARA
Tujuan Penelitian :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya kemandirian pada kaum
waria. Andaikata persoalan ini tidak diperhatikan maka waria akan menjadi mahluk
yang tersisihkan manusia yang tidak dihiraukan. Untuk itu sangat diperlukan
dukungan sosial.
Izin untuk wawancara dan penggunaan alat perekam :
Penelitian ini dijalankan dan data yang telah didapat akan diolah oleh saya
pribadi, serta diperiksa dan diuji oleh dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Oleh karena itu, saya minta
kesediaan waria untuk bersedia direkam dalam wawancara ini, serta meminta izin
pada waria untuk menulis ulang wawancara dalam bentuk tertulis. Saya menjamin
kerahasiaan wawancara ini.
Apakah waria bersedia untuk diwawancara dalam penelitian ini?
Pedoman Wawancara
„‟ Dukungan sosial bagi Kemanidrian Waria pada Rumah Singgah Waria
Anak Raja, Depok”
Pengurus Rumah Singgah
1. Berdirinya rumah singgah ?
2. Tujuan didirikannya rumah singgah waria ?
3. Visi dan Misi rumah singgah waria ?
4. Kebutuhan yang di perlukan untuk kegiatan ?
5. Kegiatan yang ada di rumah singgah ?
6. Sikap masyarakat terhadap kehadiran rumah singgah ?
Waria
1. Latar belakang kehidupan waria ?
2. Pengalaman waria selain di rumah singgah ?
3. Bagaimana tingkat kepercayaan diri setelah mengikuti kegiatan ?
4. Keterampilan yang sudah di dapat ?
5. Sikap masyarakat terhadap kehadiran rumah singgah ?
6. Apakah memiliki kebebasan untuk berinisiatif ?
7. Apakah memiliki rasa percaya diri ?
8. Apakah mampu mengambil keputusan ?
9. Apakah mampu bertanggung jawab ?
10. Apakah mampu mengendalikan diri ?
Dukungan Sosial
1. Dukungan Emosional
Dapatkah anda menceritakan bagaimana pengalaman anda sebelum berada di
rumah singgah ?
Setelah berada di rumah singgah adakah perubahan perilaku yang anda
rasakan ?
2. Dukungan Penghargaan
Kegiatan apa saja yang sudah anda ikuti di rumah singgah ?
Setelah mengikuti kegiatan di rumah singgah apa saja manfaat yang di
dapatkan dari semua kegiatan tersebut ?
3. Dukungan Instrumental
Fasilitas apa saja yang telah di sediakan oleh rumah singgah untuk kegiatan
yang sering di adakan di rumah singgah ?
4. Dukungan Informasi
Ketika anda sedang ada masalah adakah yang memberikan nasehat ataupun
saran di rumah singgah ini ? jika ada siapa ?
5. Dukungan Jaringan Sosial / Dukungan Persahabatan
Kesulitan apa saja yang di rasakan oleh anda setelah mengikuti berbagai
macam kegiatan yang ada di rumah singgah ?
Siapa yang membantu anda dalam mengatasi kesulitan anda ?
Kemandirian
1. Apa saja inisiatif yang anda lakukan untuk mendapatkan kehidupan yang
lebih baik ?
2. Apa yang membuat anda bisa lebih percaya diri dalam lingkungan
sosial ?
3. Siapa yang memberikan dukungan kepada anda saat anda mengahadapi
masalah di lingkungan sosial?
4. Bagaimana cara anda menyelesaikan masalah anda sendiri di dalam
lingkungan ?
5. Bagaimana anda belajar bertanggung jawab terhadap diri sendiri ?
Hasil Wawancara
Narasumber (NS) : Mami Yuli (Ketua Waria Se-Indonesia dan Pendiri
Rumah Singgah
Waria Anak Raja)
Pewawancara (PW) : Ahiriani Silvia
PW : “Sejarah berdirinya rumah singgah waria ?”
NS : “Pada tahun 2010 bulan Februari program dari FKWI adalah mendirikan
rumah singgah, FKWI sudah mempunyai badan hukum dan diakui sebagai
kelompok yang rentan dan harus di berdayakan. Rumah singgah berdiri ketika
FKWI melihat dan menangani masalah waria tetapi kemudian kita lupa bahwa
yang di berdayakan hanyalah usia yang produktif melupakan orang-orang tua dan
sampai akhirnya banyak sekali waria-waria tua yang meninggal dan tidak
mendapatkan tempat yang layak. Perosalan pertama banyaknya waria yang
meninggal dan kemudian dikubur masal, kedua ketika waria mulai sakit dan
terkapar di usia senja orang tidak akan mau menerima karena melihat waria yang
sudah mulai tua, jelek (wajahnya sudah pernah suntik silikon menjadi tidak karuan
bentuknya) kemudian memilih menjadi orang yang meminta-minta, dan kemudian
ketika mereka terkapar sakit tidak mampu dan tidak mempunyai siapa-siapa
bingung dikemanakan waria tersebut, dan akhirnya saya berinisiatif membeli
rumah untuk dijadikan rumah singgah waria jompo, banyak orang-orang tua yang
datang ke rumah singgah. Dari berbagai daerah rumah singgah waria jompo ini
menampung semuanya. Dengan membuat kartu tanda pengenal waria untuk
membantu mereka jika diluar terkapar atau sakit jadi lebih mudah untuk pihak lain
menghubungi karena ada nomor telfon yang bisa dihubungi dikartu anggota
tersebut.”
PW : “Tujuan didirikannya rumah singgah waria?”
NS : “Rumah singgah di buat untuk memotivasi waria yang bermasalah buka
hanya untuk lansia. Dan di rumah singgah ini waria bersama-sama mencari jalan
keluar dari berbagai masalah yang di hadapi. Tujuan rumah singgah bisa menjawab
semua masalah yang ada didalam diri waria. rumah singgah menyeleksi semua
waria yang datang, dirumah singgah waria dibiarkan selama dua hari dan
menceritakan semua masalahnya dan kemudian pengurus rumah singgah dan yang
lainnya membantu menemukan solusi. Dan rumah singgah ini hanyalah rumah
singgah untuk kumpul dan menyelesaikan masalah apa yang dihadapinya bukan
untuk hidup seterusnya karena di rumah singgah ini tempat tinggal sementara.
Rumah singgah sebagai tempat atau alat untuk bisa menjawab semua persoalan
waria yang ada. Rumah singgah waria ini adalah yang pertama di dunia.”
PW : “Visi dan Misi rumah singgah waria?”
NS : “Visi tidak ada lagi diskriminasi yang didapat oleh waria. Misi ingin
memanusiakan manusia dan membentuk waria yang lebih baik dan membuat
merasa nyaman, dibentuk di rumah singgah waria, dan dipakai untuk
memberdayakan semua waria baik muda atau tua. Jadi waria muda bisa datang ke
rumah singgah untuk menyelesaikan masalahnya. Dan tujuan pertama adalah waria
tua tidak lagi hidup di jalan. Di rumah singgah ini juga merubah perilaku waria dan
mengikuti peraturan yang ada di rumah singgah dan akan dibina diberikan
pelatihan kegiatan yang positif dan dapat mengembangkan bakat yang dimiliki
waria. Upaya pendidikan perubahan perilaku waria.”
PW : “Kebutuhan yang diperlukan untuk kegiatan?”
NS : “Kebutuhan bahan dasar dan support dana, dirumah singgah
memberdayakan waria untuk mencari dana dari kumpulan waria jika sedang
mengadakan kegiatan.
PW : “Kegiatan yang diadakan di rumah singgah?”
NS : “Kegiatan di rumah singgah kegiatan pelatihan ketermapilan dasar home
industri, mengajarkan yang simple dan mempunyai hasil untuk kebutuhan hidup
mereka, yang di harapkan oleh rumah singgah mereka dapat kegiatan yang bisa
menghidupi dirinya sendiri tidak bergantung pada orang lain.”
PW : “Sikap masyarakat terhadap kehadiran rumah singgah waria?”
NS : “Sikap masyarakat yang berada dilingkungan rumah singgah waria baik,
karena pemilik rumah singgah memperlakukan masyarakat dilingkungan
masyarakat juga baik, jadi timbal baliknya masyarakat ke rumah singgah dan para
waria baik. Tidak ada yang mengusik karena di rumah singgah membuat kegiatan
yang positif dan masyarakatpun juga membantu untuk mempersiapkan kegiatan
waria tersebut. Tahun pertama 2010, 2011, 2012 berada dalam masyarakat di
sekitar rumah singgah sangat berat, tapi seriring berjalannya waktu semua
masyarakat akhirnya menerima rumah singgah waria dan sekarang masyarakat
bersikap baik dan saling membantu satu sama lain. Ketika hidup di masyarakat
waria harus bisa menempatkan diri, dan dirumah singah dibina untuk menjadi
waria yang bisa menempatkan dirinya di masyarakat.”
Hasil Wawancara
Narasumber 2 (NS2) : Anggota Rumah Singgah Waria Bella
Narasumber 3 (NS3) : Anggota Rumah Singgah Waria Dinda
Pewawancara (PW) : Ahriani Silvia
PW : “Ceritakan bagaimana pengalaman anda sebelum berada di rumah
singgah waria, dan setelah berada di rumah singgah waria?”
NS 2 : “Pengalaman sebelum berada di rumah singgah, sebelum berada di
rumah singgah sempat tinggal di Surabaya selama 10 tahun lalu pulang kampung
ke daerah makasar bertemu teman untuk mengajak ke jakarta lalu berkenalan
dengan sesama waria, lalu ada salah satu temenku yang memperkenalkan dengan
mami yuli lalu mami yuli mengajak kami main ke rumah singgah dan saya main ke
rumah singgah, kata mami ini rumah singgah tempat singgah orang-orang yang
misalkan tidak punya rumah atau waria yang sakit bisa berada di rumah singgah ini,
dan di rumah singgah ini diberikan pemahaman. Setelah lama mengenal mami
kemudian saya diberikan tugas oleh mami yuli di rumah singgah, setelah itu saya
bekerja dan menjadi anggota di rumah singgah. Setelah berada di rumah singgah
perubahan yang di rasakan itu jadi lebih sibuk mengurus temen-temen yang ada di
rumah singgah, jadi lebih tau bagaimana cara berkomunikasi dengan baik sesama
waria.”
PW : “Kegiatan apa saja yang sudah diikuti di rumah singgah waria, kemudian
setelah mengikuti semua kegiatan yang ada di rumah singgah apa saja manfaat
yang diterima?”
NS 2 : “Kegiatan yang diikuti di rumah singgah banyak kunjungan dari
orang-orang penting yang ingin mengetaui apa itu rumah singgah waria, untuk
kegiatan seperti keterampilan waria itu sebenarnya ada tapi belum berjalan sedang
direncanakan dalam program yang akan segera di laksanakan. Keterampilan
masak, salon, menjahit, dll. Manfaat setelah mengikuti kegiatan yang ada di rumah
singgah itu banyak manfaat dan mendapatakan pengarahan yang bisa diterapkan
didalam lingkungan masyarakat.”
PW : “Fasilitas apa saja yang telah disediakan oleh rumah singgah waria untuk
kegiatan yang diadakan di rumah singgah?”
NS 2 : “Fasilitas yang ada di rumah singgah selain untuk tidur juga
mendapatkan banyak obat-obatan peralatan mandi dll, untuk waria yang
membutuhkan.
PW : “Ketika anda sedang ada masalah adakah yang memberikan nasihat
ataupun saran di rumah singgah waria?”
NS 2 : “Jika sedang ada masalah yang memberikan solusi kebanyakan itu
mami yuli karena mami yuli banyak pengalaman. Bersama temen-temen waria juga
sering saling membantu jika ada masalah.”
PW : “Kesulitan apa saja yang dirasakan oleh anda setelah mengikuti berbagai
macam kegiatan yang ada di rumah singgah waria?”
NS 2 : “Kesulitan yang di rasakan untuk mengikuti kegiatan di rumah singgah
tidak ada karena saya nyaman dengan semua kondisi yang ada di sini. Kumpul
dengan sesama waria itu sangat menyenangkan dan terhibur.”
PW : “Apa saja inisiatif yang anda lakukan untuk mendapatkan kehidupan
yang lebih baik?”
NS 2 : “Inisiatif untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik pengen usaha
salon dan usaha itu yang saya suka masalah kecantikan untuk makeup.”
PW : “Apa yang membuat anda bisa lebih percayadiri dalam lingkungan
sosial?”
NS 2 : “Yang membuat percaya diri dilingkungan masyarakat bukan karena
saya seperti perempuan, tapi karena saya merasa kita beradaptasi dengan
masyarakat sekitar cara kita sopan santu dengan lingkungan secara langsung pasti
masyarakat juga akan sopan dengan kita waria. meskipun ada masyarakat yang
belum bisa menerima keadaan waria, tapi bagaimana cara kita waria untuk tetap
berlaku baik dan sopan dalam kehidupan bermasyarakat dan selalu berfikiran
positif terhadap apapun.”
PW : “Siapa yang memberikan dukungan kepada anda saat anda menghadapi
masalah dilingkungan sosial?”
NS 2 : “Cara menyelesaikan masalah yang ada dimasyarakat cerita dengan
mami yuli karena mami yang lebih berpengalaman dengan semua masalah yang
ada. Dengan cerita kemudian di berikan solusi oleh mami yuli.
PW : “Bagaimana anda belajar bertanggung jawab terhadap diri sendiri?”
NS 2 : “Percaya atas apa yang di lakukan dan percaya atas apa yang sudah di
berikan intinya saya sudah percaya apa yang sudah dilakukan dengan cara saya
yang sudah baik.”
PW : “Ceritakan bagaimana pengalaman anda sebelum berada di rumah
singgah waria, dan setelah berada di rumah singgah waria?”
NS 3 : “Asal dinda dari Sulawesi memutuskan datang ke Jakarta karena
merasa tidak bebas berada di rumah, dulu ada sedikit masalah dengan bentuk
tubuhku sempat rambut panjang tapi tidak boleh dan akhirnya potong pendek dan
tidak nyaman, jadi jalan satu-satunya harus kejakarta. Belum ada teman di jakarta
dan tidak punya siapa-siapa tapi sebelumnya saya sudah tau mami Yuli lewat
website dan kemudian saya menghubungi mami. orang tua tidak mengetahui
bahwa saya di Jakarta, tapi orang tua tau jika saya waria dan berdandan seperti
wanita. Tanggapan orangtua bisa menerima saya seperti ini karena apa yang saya
tampilkan masih dalam batas kewajaran dari segi adat maupun agama, karena saya
hanya memanjangi rambut dan berdandan seperti wanita memakai pakaian wanita
bukan menambahkan payudara atau operasi kelamin itu masih dalam batas
kewajaran. Mulai terlihat veminim sejak kelas 3 SD kakaku ulang tahun dan
sempat saya pakai bajunya. Dan terlihat oleh keluarga awalnya marah tapi mulai
kesini keluarga mulai menerima dengan saya yang berbeda dari yang lain.
Orangtua menganggap ini bukan penyakit dan saya juga menjelaskan bahwa ini
adalah perbedaan dan mereka akhirnya mengerti apa yang saya rasakan. Perbedaan
saat sudah di rumah singgah, hal yang belum saya ketahui semua di dapatkan di
rumah singgah, baru tau ternyata sebagai seorang waria itu menpunyai hak dasar
sebagai warga Negara, ternyata memiliki kewajiban untuk menjaga seksualitas diri
sendiri, jadi semua hal yang tidak di dapatkan orang di luar sana saya dapatkan di
sini dan beruntung juga saya berada disini.”
PW : “Kegiatan apa saja yang sudah diikuti di rumah singgah waria, kemudian
setelah mengikuti semua kegiatan yang ada di rumah singgah apa saja manfaat
yang diterima?”
NS 3 : “Kegiatan yang sudah diikuti banyak kegiatan setiap kegiatan selalu
saya ikut sama mami yuli. Manfaat yang di dapatkan setelah mengikuti kegiatan,
sudah bisa paham cara menangani sesuatu sendiri dengan baik, biasanya jika
melakukan sesuatu itu ada rasa cemas tapi sekarang sudah santai bisa mengatasi
masalah yang ada sendiri.
PW : “Fasilitas apa saja yang telah disediakan oleh rumah singgah waria untuk
kegiatan yang diadakan di rumah singgah?”
NS 3 : “Fasilitas yang di sediakan, perlengkapan mandi, obat-obatan, sembako
dll, dan di rumah singgah itu siap menangani masalah yang terjadi pada waria
selama 24jam.
PW : “Ketika anda sedang ada masalah adakah yang memberikan nasihat
ataupun saran di rumah singgah waria?”
NS 3 : “Jika mendapatkan masalah siapa yang memberikan solusi, mami yuli
yang membantu mengatasi semua masalah yang saya alami, dan teman-teman juga
banyak membantu saya menyelesaikan masalah yang saya alami, sesama anggota
waria di rumah singgah saling membantu menangani masalah yang ada.
PW : “Kesulitan apa saja yang dirasakan oleh anda setelah mengikuti berbagai
macam kegiatan yang ada di rumah singgah waria?”
NS 3 : “Kesulitan saat kegiatan berlangsung, sejauh ini ada banyak rintangan
yang terjadi di masyarakat, tapi semua itu memang sudah menjadi makanan
sehari-hari sudah biasa jika seperti itu, karena di masyarakat sendiri belum
mengerti arti perbedaan yang terjadi dilingkungan waria ini. Masyarakat yang suka
ataupun tidak suka dengan waria menurut saya itu sama perbandingannya
menurutku, dari mereka yang mendukung tidak jarang selalu menguatkan kami
waria jadi membuat semangat waria harus lebih eksis lagi di masyarakat.
PW : “Apa saja inisiatif yang anda lakukan untuk mendapatkan kehidupan
yang lebih baik?”
NS 3 : “Inisiatif untuk jadi lebih baik dalam kehidupan, ingin semua waria
punya kehidupan yang lebih layak sama seperti manusia pada umumnya bisa
menikmati pendidikan dll, tanpa adanya diskriminasi dalam kehidupan
masyarakat.”
PW : “Apa yang membuat anda bisa lebih percayadiri dalam lingkungan
sosial?”
NS 3 : “Yang membuat rasa percaya diri di lingkungan sosial, selalu
meyakinkan dalam diri sendiri bahwa perbedaan itu selalu ada jadi jangan malu
untuk terlihat berbeda karena jika suatu perbedaan itu baik maka semuanya akan
ikut menjadi baik.”
PW : “Siapa yang memberikan dukungan kepada anda saat anda menghadapi
masalah dilingkungan sosial?”
FOTO KEGIATAN DI RUMAH SINGGAH WARIA ANAK RAJA, DEPOK
Pengajian setiap Minggu yang rutin diadakan di rumah singgah waria
Kunjungan pertama kerumah singgah waria bersama Mami Yuli pemilik rumah singgah waria serta ketua
Forum Komunikasi Waria Indonesia, dan bersama waria yang sudah taubat menjadi laki-laki.