CONTOH TABEL RINGKASAN ANALISIS DAMPAK Hasil Prakiraan Dampak No Dph
dampak industri film bollywood dalam hubungan india dan ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of dampak industri film bollywood dalam hubungan india dan ...
DAMPAK INDUSTRI FILM BOLLYWOOD DALAM
HUBUNGAN INDIA DAN INDONESIA DI BIDANG
SOSIAL DAN BUDAYA TAHUN 2012-2016
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memenuhi Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Dovi Christyanti
11151130000074
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2021
ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul:
DAMPAK INDUSTRI FILM BOLLYWOOD DALAM HUBUNGAN INDIA
DAN INDONESIA DI BIDANG SOSIAL DAN BUDAYA TAHUN 2012-2016
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 15 Januari 2021
Dovi Christyanti
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, pembimbing skripsi menyatakan bahwa mahasiswa,
Nama : Dovi Christyanti
NIM : 11151130000074
Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
DAMPAK INDUSTRI FILM BOLLYWOOD DALAM HUBUNGAN INDIA
DAN INDONESIA DI BIDANG SOSIAL DAN BUDAYA TAHUN 2012-2016
dan telah memenuhi persyarata untuk diuji.
Jakarta, 15 Januari 2021
Mengetahui, Menyetujui,
Dosen Pembimbing ,
Agus Nilmada Azmi, M.Si
Ketua Program Studi
Dr. M. Adian Firnas, M.Si
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
DAMPAK INDUSTRI FILM BOLLYWOOD DALAM HUBUNGAN INDIA DAN INDONESIA DI BIDANG SOSIAL DAN BUDAYA TAHUN 2012-2016
Oleh
Dovi Christyanti
11151130000074
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal . Skripsi
ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
pada Program Studi Hubungan Internasional.
Ketua, Sekretaris,
Dr. M. Adian Firnas, M.Si. Irfan R. Hutagalung, LLM
Penguji I, Penguji II,
Dr. Nazaruddin Nasution, S.H.,M.A. Dr. Fitra Deni, S.H.,M.Kn
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal
Ketua Program Studi Hubungan Internasional,
FISIP UIN Jakarta,
Dr. M. Adian Firnas, M.Si
v
ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang India yang berusaha menjadi negara yang
memiliki popularitas dan kekuatan dengan citra yang baik dengan menggunakan
salah satu konsep diplomasi, yakni diplomasi budaya. India berhasil
mengimplementasikan konsep diplomasi budaya yang mampu menanamkan dan
menyebarluaskan nilai-nilai, norma, dan juga budaya India melalui industri
perfilman Bollywood, khususnya di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan
terjalinnya sejumlah kerja sama baru antara Indonesia dan India di bidang sosial
dan budaya, diantaranya adalah,pelaksanaan berbagai kegiatan kebudayaan, dan
juga peluncuran buku tentang India dan Indonesia, bahkan kerja sama dalam
industri perfilman seperti membuat sinetron dengan aktor-aktor India dan
Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan menganalisis
bagaimana industri perfilman Bollywood mempengaruhi hubungan sosial dan
budaya di Indonesia. Popularitas Bollywood yang meningkat di awal tahun 2012
hingga 2016 mempengaruhi hubungan yang telah terjalin sebelumnya di antara
India dengan Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif
dengan teknik analisis berupa deskriptif dan pengumpulan sumber data melalui
studi pustaka.
Dalam skripsi ini ditemukan bahwa terdapat tiga hal yang berperan dalam
mempopulerkan negaranya demi memeroleh citra baik dan kepercayaan dari suatu
negara, yang dalam kasus ini, melalui industri perfilman Bollywood di Indonesia,
yang berhasil menarik kepercayaan masyarakat dalam negeri. Ketiga hal tersebut di
antaranya adalah pembentukan citra, diaspora India di Indonesia, dan promosi
media sosial.
Kata Kunci: Indonesia, India, Diplomasi, Budaya, Bollywood, Film
vi
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis ucapkan bagi Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya skripsi dengan judul Dampak Industri Perfilman Bollywood Di
Bidang Sosial Budaya India dan Indonesia Tahun 2012 – 2016 dapat terselesaikan
untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial pada
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini dapat terselesaikan juga tak lepas dari bantuan
serta dukungan yang diberikan oleh berbagai pihak. Dalam kesempatan kali ini,
penulis akan mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Allah SWT karena telah memberikan penulis nikmat sehat wal’afiat sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Bapak Dodi Wahyu dan Ibu Christiyartin selaku orangtua penulis. Terima
kasih atas segala do’a, dukungan, fasilitas yang diberikan selama ini. Semoga
skripsi ini bisa membuat Ibu dan Bapak bangga. Tidak lupa juga dengan adik-
adik penulis yakni Dara Maulida dan Muhammad Ridwan Prayoga.
3. Bapak Agus Nilmada Azmi, MA selaku dosen pembimbing penulis yang
senantiasa memberikan arahan serta nasihat-nasihat dan juga motivasi yang
membangun dan selalu sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Semoga senantiasa diberikan kesehatan.
4. Bapak M. Adian Firnas, MA selaku Kepala Jurusan Program Studi Hubungan
Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
vii
5. Bapak Ahmad Alfajri, MA selaku dosen pembimbing akademik dan seluruh
jajaran dosen-dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Teman seperjuangan, Anak Mecin Wanna KRY yang terdiri dari Aisyah
Wahyuni, Hijria Khatimi, Jihan Safitri, Dwi Syifa Febrianti, Firda Chairiyah,
Zuraida Zein, Siti Fatimah, Aulia Effryanti, Hanna Febiany, Mawar Fatmala,
dan Niken Nuralifah, juga Hafizah Hanum yang selalu menghibur penulis di
kala penulis sedang merasa baik-baik saja, tidak lupa juga motivasi-motivasi
yang kalian berikan kepada penulis.
7. Putri Cahya Arimbi dan Sarah Syafitri yang selalu memotivasi penulis dan juga
memberikan berbagai macam insight selama masa kuliah. Serta M. Raden
Arqellien Putra Gumilar dan M. Rezki Maulana yang juga selalu ada untuk
penulis.
8. Seluruh kawan-kawan kelas HI B (Revolutioner Class) yang kerap membantu
penulis semasa perkuliahan dan selalu menjalani suka dan duka bersama.
9. Tujuh sahabat perempuan di SMA Al – HASRA, Sita Rabiah, Fitria Cantika,
Delly Rachma, Amelia Nur, Sarah Mutiara, dan Dinda Ayu. Terima kasih telah
menemani dan memberikan dukungan kepada penulis dari masa SMA hingga
sekarang.
10. Espada Boys, Ivan Erya, Adhim Lutfiantoro, Muhamad Reza, Kahfi Fazrin,
Tegar Herdiansyah, dan Wildan Aulia yang selalu setia menemani penulis di
masa – masa tersulit penulis.
viii
11. Sahabat penulis sejak masa Sekolah Dasar, Annisa Febriana dan Fitrah
Maulidina yang selalu bersedia membantu penulis dalam penyusunan skripsi
ini.
12. Segenap kelompok KKN 166 Pandawa yang selalu memberi semangat dan
hiburan. Kenangan yang kalian berikan sungguh tidak terlupakan.
13. Dewan Eksekutif Mahasiswa FISIP UIN Jakarta dan Himpunan Mahasiswa
jurusan Hubungan Internasional FISIP UIN Jakarta yang menjadi wadah bagi
penulis untuk berproses dalam mengembangkan potensi, ide, serta soft skill
penulis.
Penulis berharap semoga seluruh pihak-pihak yang memberikan dukungan
baik moril dan materil diberikan balasan kebaikan dan senantiasa dilimpahkan
rahmat dan karunia dari Allah SWT. Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran terhadap skripsi
ini diperlukan sebagai bahan pertimbangan dan perbaikan sehingga skripsi ini dapat
memberi kontribusi yang lebih baik dalam kajian studi Hubungan Internasional.
Jakarta, 1 Februari 2021
Dovi Christyanti
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL .................................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .......................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ........................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................................... v
KATA PENGANTAR............................................................................................. vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2. Pertanyaan Penelitian ..................................................................... 7
1.3. Manfaat Penelitian ......................................................................... 7
1.4. Tujuan Penelitian ........................................................................... 8
1.5. Studi Pustaka .................................................................................. 8
1.6. Kerangka Konseptual ................................................................... 11
1.7. Metode Penelitian ......................................................................... 22
1.8. Sistematika Penelitian .................................................................. 25
BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FILM BOLLYWOOD ................ 29
2.1. Industri Film Bollywood di India ................................................. 29
2.1.1. Perkembangan Perfilman di India ...................................... 33
2.1.2. Industri Bollywood Era 1940-1960 .................................... 39
2.1.3. Industri Bollywood Era 1970-1990 .................................... 44
2.1.4. Industri Bollywood Era Abad ke 20................................... 45
2.2. Industri Film Bollywood di Indonesia .......................................... 50
2.1.1. Masuknya Bollywood di Indonesia .................................... 50
2.1.2. Produser Keturunan India di Indonesia .............................. 33
x
BAB III HUBUNGAN SOSIAL BUDAYA INDIA DAN INDONESIA
PERIODE 2012 – 2016 ...................................................................... 57
Hubungan Sosial dan Budaya India - Indonesia Periode 2012 -
2016 .................................................................................... 57
BAB IV DAMPAK BOLLYWOOD DALAM HUBUNGAN SOSIAL
BUDAYA INDIA DAN INDONESIA PERIODE 2012 –
2016 .............................................................................................. 74
4.1. Dampak Bollywood Dalam Hubungan Sosal Budaya India dan
Indonesia Periode 2012 – 2016 ........................................................... 74
4.2. Analisis Dampak B ollywood Dalam Hubungan Sosial Budaya
India dan Indonsia 2012 – 2016 .......................................................... 82
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 104
Kesimpulan ........................................................................................ 104
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... xiii
LAMPIRAN ..........................................................................................................xxi
xi
DAFTAR SINGKATAN
BRICS Brazil, Russia, India, China, South Africa
SCTV Surya Citra Televisi
TVRI Televisi Republik Indonesia
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
DVD Digital Video Disc
ICCR Indian Council for Cultural Relations
ICEC Indian Cinematograph Enquiry Committee
ICF Indian Cultural Forum
JNICC Jawaharlal Nehru Indian Cultural Centre
MoU Memorium of Understanding
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Pendapatan Industri Film India .......................................................... 32
Gambar II.2 Brosur film Alam Ara ........................................................................ 33
Gambar III.1 Indian Film Festival .......................................................................... 56
Gambar III.2 Perdana Menteri India Gurjit Singh bersama aktor Indonesia ......... 63
Gambar III.3 Incredible India Education Fair ........................................................ 65
1
BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
India merupakan sebuah negara di kawasan Asia Selatan yang merdeka pada
15 Agustus 1957 adalah negara bekas jajahan Inggris. Berbeda dengan negara yang
menjajahnya, yaitu Inggris, India merupakan sebuah negara republik di mana
pemimpinnya ialah seorang presiden, berbeda dengan Inggris yang merupakan
negara monarki yang dipimpin oleh raja atau ratu. Sebagai negara yang merdeka,
India berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan negara dan warga negara. Dalam
upaya memperoleh kebutuhan tersebut, India membuat kebijakan-kebijakan dalam
berbagai sektor seperti ekonomi, sosial dan budaya, militer, dan lain-lain melalui
diplomasi.1
Kementerian Luar Negeri India menggerakkan diplomasi sebagai salah satu
alat untuk mencapai national interestnya dengan menggunakan diplomasi, di antara
diplomasi yang dilakukan India adalah diplomasi budaya dan publik.2 Diplomasi
budaya meliputi keolahragaan, musik, seni, perkulineran, fashion, hingga sektor
perfilman.3 Pada 1951 tepatnya pada tanggal 3 Maret, India dan Indonesia secara
resmi membuka hubungan diplomatiknya yang kemudian dinamakan Treaty of
1 Ritambhara, On Indian Public Diplomacy, 2013. https://www.e-ir.info/2013/04/30/on-
indian-public-diplomacy/ 2 Ian Hlml, India’s New Public Diplomacy Soft Power and the Limits of Government
Action. Asian Survey Journal Vol.52 No.6. University of California. 2012. Hlm. 1089 3 Aiyub Mohsin, Diplomasi: Teori dan Praktik Serta Kasus-Kasus.2010. Hlm. 44
2
Peace and Friendship. Perjanjian diplomatik tersebut merupakan sebuah perjanjian
budaya yang bertindak sebagai pedoman sentral untuk hubungan bilateral dalam
bidang kebudayaan.4 Kedua negara ini kemudian mempertahankan hubungan
baiknya dengan perjanjian kerjasama kebudayaan pada 29 Desember 1955.
Perjanjian ini terjadi karena atas kesadaran dua belah pihak dalam pentingnya
sektor kebudayaan dan pendidikan sebagai fondasi yang tepat dalam kerja sama,
dilihat dari sejarah India dan Indonesia.5
Kementerian Luar Negeri India membuat forum online yang bernama Indian
Cultural Forum (ICF) yang mewadahi tiga puluh satu organisasi sosial di India
dalam memperkenalkan kebudayaannya. Forum ini dibentuk untuk memungkinkan
serangkaian forum - situs Budaya India, pertemuan publik, seminar, feed facebook,
dan jurnal elektronik budaya yang disebut Guftugu, yang berfungsi untuk
membahas masalah-masalah yang menjadi perhatian para penulis, pendidik, dan
praktisi budaya, dan menawarkan dukungan kepada individu dalam persaudaraan
budaya dan akademik.6
India juga memiliki kampanye (campaign) yang bernama Incredible India
sebagai cara untuk mempromosikan budaya dan pariwisata India ke seluruh dunia
dengan tujuan utama yaitu menjadikan India sebagai kota wisata dengan cara
4 Ministry of External Affairs: Government of India, Treaty of Peace and Friendship,
dikutip dari http://mea.gov.in/bilateral-documents.htm?dtl/6699/Treaty+of+Peace+and+Friendship,
diakses pada 29 September 2019 5 Ministry of External Affairs: Government of India, Treaty of Peace and Friendship,
dikutip dari http://mea.gov.in/bilateral-documents.htm?dtl/7767/Cultural+Agreement, diakses pada
29 September 2019 6 https://indianculturalforum.in/about-us/, diakses pada 29 September 2019
3
menaikkan jumlah kunjungan turis mancanegara ke India.7 Kampanye The
Incredible India menonjolkan sisi kebudayaan India untuk menarik minat dari turis
mancanegara untuk berwisata ke India. Kebudayaan yang ditonjolkan dalam
campaign The Incredible India antara lain seperti yoga, tarian tradisional, situs-
situs bersejarah, cita rasa masakan India, rempah-rempah, serta kesenian. Selain itu,
campaign ini memiliki program di Indonesia antara lain Incredible India Education
Fair, yang merupakan pameran edukasi yang diadakan oleh Kedutaan Besar India
dan didukung oleh diaspora India dalam menjalankan pameran ini.8
Perkembangan dari diplomasi budaya India dan Indonesia ditandai oleh
pendirian Pusat Kebudayaan India Jawaharlal Nehru yang diakukan oleh
pemerintah India di Jakarta tahun 1989. Pusat Kebudayaan India Jawaharlal Nehru
(JNICC) yang dijalankan oleh misi menawarkan kursus tari dan bahasa, pusat ini
mengadakan kelas dansa klasik serta musik klasik secara berkala, di sana juga
diajarkan yoga dan bahasa Hindi.9 Kedutaan India memainkan peran kunci untuk
mempromosikan dan mempertahankan ikatan lama antar kedua negara. Kedutaan
Besar menghasilkan dua video YouTube berjudul “Old Heritage New Partnerships”
dan “India-Indonesia-An Enduring Relationship”.10
7 Incredible India Campaign. 2002. Increidble India Campaign web site:
http://www.incredibleindiacampaign.com/ diakses pada tanggal 28 Desember 2019 8 Ravi Makhija, Promoting Indian Education in Indonesia. 2016. Diakses melalui website:
https://www.indoindians.com/ravi-makhija-promoting-indian-education-in-indonesia/ tanggal 28
Desember 2019 9 Vibhanshu Shekhar, India-Indonesian Relations: An Overview. Institut of Peace and
Conflict Studies Journal No. 38. Maret 2007. Hlm 4 10 Mohd. Tahseen Aman. Cultural Relations Between India and Indonesia. Vol.01 No.01.
2015. Hlm 69
4
India dan Indonesia sepakat untuk membentuk persahabatan Indonesia –
India, yang kemudian memfasilitasi hubungan kebudayaan antar-warga di tahun
2005.11 Namun, masih banyak yang harus dilakukan untuk mempertahankan
hubungan baik India dengan Indonesia. Dalam mempertahankan hubungan
diplomasi budayanya di Indonesia, salah satu cara yang India gunakan ialah melalui
industri perfilman yang terkenal dengan nama Bollywood. Bollywood merupakan
industri film berasal dari India yang tersebar di berbagai belahan dunia, tidak hanya
dalam India saja.
Pada awalnya, Bollywood didirikan di kota Mumbai dan menggunakan
bahasa Hindi yang merupakan bahasa nasional India. Setiap tahunnya, Bollywood
memproduksi lebih dari 800 film untuk ditayangkan.12 Film Bollywood yang
pertama kali ditayangkan di Indonesia berjudul Chandraleikha di 1948. Sejak saat
itu, Indonesia terus menayangkan film-film Bollywood meskipun terjadi pasang
surut mengingat ketatnya persaingan industri perfilman di Indonesia yang juga
terdapat film-film produksi Hollywood serta drama series atau film- film populer
yang berasal dari industri perfilman Korea Selatan, China, dan bahkan Taiwan.
Salah satu alasan yang menjadikan Bollywood sebagai instrumen dari
diplomasi India ke Indonesia adalah karena faktor persamaan budaya dan faktor
11 Susanto, Language as a Means of Promoting Fraternity between Indonesia and India: A
Study of Language as a Semiotic System, Jurnal Perjuangan Kita, Vol. 2, September 2010, Hlm 40-
48 12 Derek Bose, Brand Bollywood: A New Global Entertainment Order. New Delhi: Sage
Publications India Pvt Ltd. 2006. Hlm 18
5
historis, yakni keduanya berkolaborasi erat selama perjuangan kebebasan anti-
kolonial antara kepemimpinan nasional India (dipimpin oleh Jawaharlal Nehru) dan
Indonesia (dipimpin oleh Soekarno) dan kemudian dalam Gerakan Non-Blok atau
Non Allignment Movement (NAM). Sedangkan budaya India telah menyambangi
Indonesia sejak masuknya pedagang-pedagang Gujarat ke Indonesia. Alasan
Indonesia menayangkan film-film Bollywood ialah biaya masuknya yang murah
dan juga banyak diminati berbagai kalangan di Indonesia sehingga membuka
peluang bisnis.13 Hal ini dikarenakan Bollywood memiliki keunggulan dalam alur
cerita dan kostum yang unik, serta memasukkan tari-tarian dan lagu yang
dinyanyikan secara bersamaan sebagai ciri khas.
Bollywood meraih masa kejayaannya di Indonesia ketika menayangkan film
Kuch Kuch Hota Hai (1998). Namun, kejayaan industri Bollywood mengalami
penurunan dikarenakan banyaknya film yang masuk dari pesaing negara lain seperti
Jepang, Taiwan dan Korea Selatan yang juga mengandalkan film sebagai salah satu
alat diplomasi budaya dalam mempromosikan negaranya.14 Kendati demikian,
popularitas Bollywood di Indonesia kembali meningkat di pertelevisian Indonesia
setelah tayangnya film-film yang eksis di tahun 2013 yang berjudul Once Upon in
Mumbai 2, Race 2, Krrish 3, Dhoom 3, dan terakhir PK yang tayang di tahun 2014.
Puncak dari kejayaan Bollywood di Indonesia ialah tahun 2014 dan 2015, ketika
13 Renne R.A. Kaliwarang, Santi Dewi, “Dubes Inia Gurjit Singh Bicara “Diplomasi
Bollywood”,
2013. Dikutip dari http://dunia.news.viva.co.id/news/read-445938-dubes-india-gurjit-singh-bicara-
diplomasi-bollywood, diakses pada 30 September 2019 14 Korean Culture Information Service, The Korean Wave. 2011. Hlm 12
6
salah satu televisi swasta di Indonesia menayangkan serial drama yang legendaris
berjudul Mahabharata dan Jodha Akbar.15 Hingga tahun 2016, film produksi
India yang mencetak box office pada kancah domestik maupun internasional
merupakan film produksi Mumbai dengan prosentase mencapai 43%. 16
Pemerintah India menyelenggarakan festival film India di kedutaan besar
India di Jakarta untuk merayakan 100 Tahun Bollywood hadir di Indonesia yang
berjudul 100 years Indian Cinema.17 Selain itu, India dan Indonesia bergabung
untuk menyelenggarakan event-event bersama yang seperti International Day of
Yoga yang biasa dilaksanakan tanggal 21 Juni dan mulai terlaksana sebagai event
tahunan sejak 2014, Sahabat India: Festival of India in Indonesia 2015. Selain
menyelenggarakan event bersama, bahkan India dan Indonesia juga sempat
bergabung untuk mengabadikan hubungan kedua negara dengan membuat buku. Di
antaranya berjudul India: Scripting Future Histories (2012), Weave of Friendship
(2013), Perjalanan Menelusuri Sejarah: Cerita Indonesia dan India (2015), dan
Incredible India Event pada 2016.18 Bahkan, Indonesia dan India pernah
berkolaborasi untuk menayangkan sinetron bersama yang berjudul Cinta Bersemi
15 Dwi Susanti, Ekspansi Bollywood Melalui Tayangan Pada Televisi Indonesia. Univesitas
Muhammadiyah Magelang: Lentera, Vol. II No. 1. 2018. Hlm. 111 16 Indian Film Industry Report. 2016. Indywood, The Indian Film Industry.
https://www2.deloitte.com/content/dam/Deloitte/in/Documents/technology-media-
telecommunications/in-tmt-indywood-film-festival-noexp.pdf Hlm.9 17 Ians Hlml, Indian’s Cinema 100 Years Celebrated in Indonesia, dikutip dari
http://www.hindustantimes.com/bollywood/indian-cinema-s-100-years-celebrated-in-
indonesia/story-glKdVBueOuNYrJidHkmF6L.html, diakses pada 30 September 2019 18 Mohd. Tahseen Aman. Cultural Relations Between India and Indonesia. Vol.01 No.01.
2015. New Delhi: Jamia Millia Islamia University. Hlm 69
7
di Langit Taj Mahal yang tayang di salah satu televisi swasta Indonesia pada 2015
dengan aktor dan aktris yang berasal dari India dan Indonesia.
Namun, India tidak menjadi satu-satunya negara yang menggunakan budaya
sebagai pembentuk identitas negara, yang dalam kasus India menggunakan industri
perfilman. Pada masa pemerintahan presiden Kim Dae Jung, Korea Selatan
berinisiatif untuk membangun identitas negaranya melalui sektor kebudayaan, yang
membuatnya dikenal sebagai President of Culture Korea Selatan.19 Persebaran
budaya Korea Selatan ini kemudian dinamakan sebagai Hallyu Wave, yang
menggunakan elemen musik (Kpop), dan juga serial drama untuk menunjukkan
Korean Industry di dunia internasional. Serial drama Korea mulai memasuki pasar
Indonesia sejak tahun 2002. Tercatat terdapat sekitar 50 judul drama Korea yang
tayang di stasiun TV swasta Indonesia pada tahun 2011 dan terus meningkat.20 Hal
ini merupakan tantangan bagi Bollywood untuk tetap berjaya di Indonesia.
Dari latar belakang yang telah diuraikan, skripsi ini akan mengkaji tentang
industri film Bollywood yang memberikan dampak kepada hubungan sosial budaya
antara India dan Indonesia yang sudah terjalin sejak lama melalui budaya-budaya
India yang ditonjolkan dalam film-filmnya dan aktor aktor yang juga menarik
minat penonton. Pembatasan periode dalam penelitian ini adalah 2012 hingga 2016
ialah peminat film Bollywood di Indonesia yang meningkat yang mempengaruhi
19 Idola Pertini Putri, dkk., K-Drama dan Persebaran Korean Wave di Indonesia. Jurnal Kajian
Televisi dan Film Vol 3 No 01 Universitas Padjajaran. Hlm 69 20 Idola Pertini Putri, dkk., K-Drama dan Persebaran Korean Wave di Indonesia. Jurnal Kajian
Televisi dan Film Vol 3 No 01 Universitas Padjajaran. Hlm 69
8
hubungan sosial budaya India dan Indonesia di tahun – tahun tersebut. Meskipun
hadir rintangan seperti Hallyu Wave Korea Selatan yang juga memiliki banyak
peminat di Indonesia.
1.2. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan sebelumnya,
makapenulis merumuskan pertanyaan penelitan yaitu Bagaimana DAMPAK
INDUSTRI FILM BOLLYWOOD DALAM HUBUNGAN INDIA DAN
INDONESIA DI BIDANG SOSIAL DAN BUDAYA TAHUN 2012-2016?
1.3. Manfaat Penelitian
1. Dengan menggunakan konsep-konsep dalam Hubungan Internasional
seperti diplomasi budaya dan diplomasi publik diharapkan dapat dijadikan
kajian ataupun bahan analisis terhadap diplomasi melalui pop culture.
2. Dengan adanya penulisan ini, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
masukan atau sumbangan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan
memberi manfaat kepada masyarakat. Penelitian ini juga dapat dijadikan
dokumenempiris yang menyediakan analisis terhadap relasi industri film
dalam membangun dan menjaga hubungan antar negara. Selain itu,
diharapkan penulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi
mahasiswa serta akademisi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
9
1.4. Tujuan Penelitian
1. Menjelaskan sejarah lahirnya industri perfilman Bollywood.
2. Menjelaskan kepopuleran industri perfilam Bollywood di Indonesia.
3. Menjelaskan hubungan India dan Indonesia khususnya di bidang sosial
dan budaya.
4. Menganalisis bagaimana industri perfilman Bollywood memberikan
dampak pada hubungan sosial dan budaya India dengan Indonesia.
1.5. Studi Pustaka
Popular Culture and World Politic: Theories, Methods, and Pedagogies
karya Federica Caso dan Caitlin Hamilton yang terbit tahun 2015 yang menjelaskan
mengenai kaitan yang ada dalam pop culture dan world politics karena di era
kontemporer ini, penggunaan low politics cenderung banyak digunakan dibanding
dengan penggunaan hard politics dalam mencapai kepentingan nasional suatu
negara.
Selain itu, dalam buku ini juga menjelaskan tentang minat dalam pop culture
telah berkontribusi pada hubungan internasional yang bergerak dari analisis-
analisis politik-makro yang berfokus pada hubungan sistemik antara statesto
menemukan rujukan baru dan menyoroti dinamika kekuasaan yang baru.21 Buku ini
membantah asumsi bahwa teori hubungan internasional hanya tentang hubungan
21 Federica Caso dan Caitlin Hamilton, Popular Culture and World Politic: Theories, Methods, and Pedagogies. Bristol: E-International Relations Publishing. 2015
10
antar negara, akan tetapi juga dapat fokus pada hal-hal sederhana seperti pop
culture. Hal tersebut yang menjadikan jurnal ini sebagai acuan penulis dalam
menyusun analisis pengaruh industri film terhadap hubungan suatu negara dengan
negara lain. . Keterkaitan jurnal ini terhadap penelitian penulis ialah unsur
popculture yakni industri perfilman yang dapat dijadikan sebagai alat politik
melalui diplomasi. Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan Bollywood sebagai
salah satu bagian dari unsur popculture dan perkembangannya di Indonesia.
Kedua, India’s Soft Power in Asia karya Patryk Kugiel dan terbit pada tahun
2012. Dalam jurnal ini menjelaskan tentang bagaimana India menggunakan
Bollywood sebagai instrumen dari soft power nya di Asia. Patryk juga menjelaskan
bahwa alasan India menargetkan Asia sebagai pasar dari industri Bollywoodnya
karena kurang diminati di Eropa. Selain itu, dalam jurnal ini juga dijelaskan strategi
India dalam memasarkan film-film produksi Bollywood yang diproduksi selama
kurang lebih 100 tahun lamanya.22 Dalam penulisan ini, penulis lebih memfokuskan
daerah Asia yang masih terlalu general. Penulis memfokuskan negara Indonesia
sebagai salah satu negara Asia yang juga memiliki kerjasama dengan India melalui
soft power.
India's Cultural Diplomacy: Present Dynamics, Challenges, and Future
Prospects karya Bhanu Pratap yang terbit pada tahun 2015. Dalam jurnal ini
menjelaskan bahwa India telah mengakui pentingnya diplomasi budaya sebagai
22 Patryk Kugiel, India’s Soft Power in Asia. 2012. International Studies. 49. 351-
376.10.1177/0020881714534033
11
bagian dari strategi soft powernya dalam mempromosikan kepentingan nasionalnya
dan menjadikan dirinya sebagai kekuatan regional dan global yang dominan.
Langkah India ke arah ini dapat dilihat dalam perayaan International Buddha
Poornima Diwas, pembukaan pusat-pusat budaya di berbagai negara,
penandatanganan perjanjian budaya dan program pertukaran dengan negara-negara
tetangga.23 Prinsip dasar diplomasi budaya adalah untuk mendukung kebijakan luar
negeri dengan menyebarkan budaya untuk mengejar kepentingan nasional. Dalam
jurnal ini juga membahas sejarah penggunaan budaya sebagai alat diplomatik oleh
India untuk menganalisis dinamikanya saat ini dan tingkat keberhasilannya diikuti
oleh tantangan mendatang yang harus dihadapi India.
Penelitian ini membahas dinamika perjalanan Bollywood di Indonesia serta
memberikan terobosan baru dalam penelitian hubungan sosial dan budaya dua
negara melalui industri perfilman. Potensi kerjasama yang lahir melalui industri
perfilman menguntungkan kedua negara baik India ataupun Indonesia, isu yang
menggunakan pop culture mulai banyak diteliti oleh peneliti hubungan
internasional mengingat beberapa negara juga menggunakan pop culture. Para
peneliti yang melakukan penelitian terhadap peran dari industri perfilman di mana
peluang besar dapat diraih dengan low risk yang tidak hanya dapat dilakukan oleh
23 Bhanu Pratap, India's Cultural Diplomacy: Present Dynamics, CHlmlenges, and Future
Prospects Volume 1 No.9. International Journal of Arts, Humanities, and Management Studies. ISSN No. 2395-0692. 2015.
12
pemerintah tapi juga non state actor. Selain itu, kerjasama yang terlahir melalui
kepopuleran industri perfilman juga belum banyak dilakukan di Indonesia.
1.6. Kerangka Teoritis
Dalam menyusun penulisan ini, penulis menggunakan beberapa konsep
dalam hubungan internasional, antara lain:
1.6.1. Diplomasi Budaya
Budaya sangat memengaruhi cara para pemimpin nasional memandang
isu-isu politik, dan seringkali menentukan solusi yang mereka pilih untuk
menyelesaikan masalah, baik secara individu maupun kolektif. Dengan
demikian, budaya sangat penting bagi para pemimpin ini, selama mereka akan
membahas masalah ini dalam hubungan internasional. Karena itu, budaya
adalah "kompas navigasi" dalam hubungan internasional.24
Budaya, sebagai bagian dari soft power (kekuatan lunak) adalah sebuah
bentuk pengembangan dalam hubungan internasional kontemporer.
Perubahan dalam hal penyesuaian great power benar-benar merupakan
penyesuaian kepentingan. Berbagi kepentingan berkaitan erat dengan
orientasi nilai, dan orientasi nilai mewakili inti budaya. Dalam hal ini,
24 Sukawarsini Djelantik, Diplomasi: Antara Teori dan Praktik,Yogyakarta: Graha Ilmu. 2008. Hlm. 14
13
integrasi budaya yang berbeda memfasilitasi saling ketergantungan kekuatan
besar, meningkatkan kemungkinan mengejar kepentingan bersama.25
Budaya mewakili karakteristik suatu bangsa dalam menarik
kepercayaan dunia internasional. Daya saing suatu negara tergantung pada
karakteristik universal yang unik. Beberapa negara memiliki tingkat
kepercayaan sosial yang lebih tinggi, yang lain memiliki tingkat yang lebih
rendah, yang akan mempengaruhi tingkat kerjasama dalam hubungan
internasional.26 Budaya menentukan tingkat kepercayaan sosial dan
mempengaruhi sifat lembaga kerjasama. Budaya adalah model untuk
penataan institusi sosial, ekonomi dan militer, yang memberikan pengaruh
kuat pada perilaku dan pandangan masyarakat dunia. - budaya mewakili
kekuatan penting untuk integrasi internasional.27
Menurut Wolfram Kaiser, dalam interaksi dunia internasional abad ke
19, dapat dianggap sebagai kelahiran diplomasi budaya kontemporer.
Promosi citra nasional dapat menjadi alat penting bagi negara-negara yang
tidak memiliki koneksi diplomatik yang kuat atau berada di luar status quo.
Kaiser juga menjunjung tinggi gagasan instrumentasi budaya sebagai
penciptaan ruang publik global, di mana negara secara strategis dapat
25 Nicolai Hanes dan Adriana Andrei, Culture as Soft Power in International Relations.
International Conference Knowledge-Based Organization VOL XXI No. 1, 2015 26 Stephen B. Ryan, Cultural Diplomacy in International Relations : Understanding
Hidden Bias In
Cultural Knowledge, Yamagata University, Vol. 8, 2015 Hlm. 63 27 Stephen B. Ryan, Cultural Diplomacy in International Relations : Understanding
Hidden Bias In Cultural Knowledge, Yamagata University, Vol. 8, 2015 Hlm. 64
14
mengembangkan representasi budaya dengan membuat pesan yang dapat
dijangkau oleh dunia internasional dan bersaing dengan pesan dari negara
lain.
Selalu ada pertukaran ide, seni, agama, dan produk budaya selama
kegiatan diplomatik. Budaya dalam diplomasi dapat digunakan sebagai alat
untuk kebijakan luar negeri, menggabungkan aspek-aspek dari sastra, film,
musik, dan produk budaya lainnya. Hal ini dikarenakan budaya dapat
dipandang sebagai tatanan dasar yang memandu perilaku dan kepercayaan,
bukan hanya sebuah bagian dari diplomasi tetapi alasan aktual atau penyebab
kebijakan luar negeri. Selain itu, persebaran budaya dapat memfasilitasi
kegiatan ekonomi, serta pertukaran nilai, yang mengarah pada kerja sama
yang lebih besar antara negara.28
Diplomasi kebudayaan juga dapat dikatan sebagai akar diplomasi
publik, di mana kegiatan diplomasi ini tidak hanya berlaku pada government-
to-government (pemerintah ke pemerintah) namun juga people-to-people
(masyarakat ke masyarakat).29 Dalam pelaksanaannya, diplomasi
kebudayaan sangat membutuhkan peran dari masyarakat untuk mendapatkan
hasil yang diharapkan. Baik diplomasi publik dan diplomasi kebudayaan ini
28 Uffe Andreasen. Reflections on Public Diplomacy after the Danish Cartoon Crisis: from
Crisis Management to Normal Public Diplomacy Work. The Hague Journal of Diplomacy 3. 2008.
Hlm. 201-207. 29 Jayanti Andina, Peran Diaspora India dalam Mendukung Diplomasi Kebudayaan di
Indonesia. Universitas Airlangga. 2010. Hlm. 204. Dapat diakses melalui:
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jgs0ac0e981612full.pdf
15
sama-sama bertujuan untuk meraih citra yang lebih baik. Namun, yang
menjadi pembeda ialah diplomasi publik masih melibatkan pemerintah untuk
turun langsung ke masyarakat, sedangkan dalam diplomasi kebudayaan,
masyarakat memegang peranan yang penting sejak awal. Kunci terlaksananya
diplomasi kebudayaan ialah kehidupan dan kegiatan sehari-hari. Membiarkan
masyarakat melaksanakan budaya seperti yang seharusnya dengan kontrol
dari pemerintah di belakangnya akan mempermudah pelaksanaan diplomasi
kebudayaan ini selanjutnya.
Diplomasi budaya yang terus berkembang hingga menjadi new public
diplomacy (diplomasi publik baru), yang dapat didefinisikan sebagai upaya
aktor budaya untuk menumbuhkan pemahaman budaya melalui hubungan
budaya internasional sejalan dengan upaya bersama pemerintah untuk
mencapai kredibilitas, kepercayaan, dan mutualitas dengan nilai-nilai
normatif dan tujuan bersama di luar kepentingan nasional. Hubungan
kebudayaan internasional mencakup program dan kegiatan pertukaran
budaya seperti acara multikultural, pameran seni, konser seni pertunjukan,
seni budaya populer, festival internasional, dan lainnya. Selain itu juga
mengklasifikasikan aktor budaya menjadi dua kelompok, yakni:30
30 Hwajung Kim, Bridging The Theoretical Gap Between Public Diplomacy and Cultural
Diplomacy. The Korean Journal of International Studies Vol.15, No.2 (August 2017), 293-326 Hlm. 318
16
1. Aktor budaya yang terkait dengan diplomasi publik baru, seperti
pemerintah, lembaga pemerintah, dan lembaga kuasi-pemerintah;
dan
2. Aktor budaya dalam hubungannya dengan hubungan budaya
internasional, khususnya difasilitasi oleh inisiatif swasta seperti
seniman dan personel individu, perusahaan komersial dalam seni
dan budaya, organisasi nirlaba, dan organisasi non-pemerintah.
Berdasarkan pengertian dari konsep diplomasi budaya di atas, melalui
industri perfilman Bollywood dapat dikatakan sebagai salah satu media dalam
pengaplikasian diplomasi budaya yang dilakukan oleh India. Dalam jurnal
Eytan Gilboa, ia menjelaskan bahwa diplomasi budaya merupakan instrumen
yang digunakan untuk memperkenalkan pemahaman identitas suatu budaya
dari suatu negara.31 Di mana pemerintah bukan satu-satunya aktor dalam
perantara memperkenalkan atau mempromosikan negaranya ke negara lain.
Oleh karena itu, hubungan diplomasi budaya yang terjadi antar negara bisa
saja terjadi antar pemerintah dengan pemerintah, pemerintah dengan swasta,
swasta dengan swasta, pribadi dengan pribadi, pemerintah dengan pribadi,
dan seterusnya.32
31 Eytan Gilboa, Searching for a Theory of Public Diplomacy. The Annals of The American
Academy of Political and Social Sciences. Vol. 616, 2008, Hlm 55-77 32 Tulus Warsito & Wahyuni Kartikasari, Diplomasi Kebudayaan, Konsep dan Relevansi
Bagi Negara Berkembang. Studi Kasus: Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Ombak. 2007, dalam
skripsi Adina Dwirezanti, Budaya Populer Sebagai Alat Diplomasi Publik: Analisa Peran Korean Wave Dalam Diplomasi PublikKorea Periode 2005-2010. FISIP UI, 2012.
17
India memiliki Indian Council for Cultural Relations (ICCR) atau
Dewan Hubungan Budaya India yang merupakan sebuah keterikatan
konstitutif untuk hubungan terbuka dengan ‘the cultures of all lands’ dalam
semangat membangun hubungan kebudayaan. ICCR didirikan pada tahun
1950, tahun yang sama ketika konstitusi negara yang baru diadopsi, di bawah
naungan yang sangat bergengsi dan juga jarang terjadi untuk organisasi
budaya. ICCR dibentuk oleh Maulana Abdul Kalam Azad yang juga menjabat
sebagai Menteri Pendidikan pertama India.33
Tujuan dari terbentuknya ICCR adalah untuk berpartisipasi aktif dalam
perumusan dan implementasi kebijakan dan program yang berkaitan dengan
hubungan budaya eksternal India; untuk membina dan memperkuat hubungan
budaya dan saling pengertian antara India dan negara-negara lain; untuk
mempromosikan pertukaran budaya dengan negara dan orang lain, dan untuk
mengembangkan hubungan dengan negara-negara.34
1.6.2. Diplomasi Publik
Menurut Jay Wang, diplomasi publik diartikan sebagai proses
berjalannya komunikasi pemerintah terhadap publik mancanegara yang
bertujuan untuk memberi pemahaman atas negara, sikap, institusi, budaya,
33 Yudhishthir Isar. Cultural Diplomacy: India Does It Differently. International Journal of
Cultural
Policy No 23. 1-12. 2017. Hlm. 4 34Indian Council For Cultural Relations, http://iccr.gov.in/about-iccr, diakses pada 20
November 2019
18
kepentingan nasional, dan kebijakan yang akan diambil oleh negaranya.35
Wang juga melihat diplomasi publik sebagai suatu upaya dalam
memperkuat kepercayaan rakyat dengan membangun komunikasi antara
negara dengan masyarakat. Komunikasi yang baik antara rakyat dan negara
dapat mempengaruhi kegiatan politik, ekonomi, sosial, dan dalam
pelaksanaannya tidak lagi dimonopoli oleh pemerintah.36
Menurut Bruce Gregory, diplomasi publik adalah penggunaan berbagai
kegiatan strategis oleh pemerintah dan warga negara, dengan tujuan
menciptakan peningkatan kesadaran dan pemahaman tentang sikap dan
budaya. Ia melanjutkan untuk mendefinisikan diplomasi publik sebagai
keterlibatan dalam dialog di antara orang-orang, lembaga, dan pemimpin
politik, setelah itu opini publik tentang keputusan kebijakan
dipertimbangkan.37 Diplomasi publik juga menggunakan komunikasi dan
tindakan untuk memengaruhi perilaku dan sikap.
Diplomasi publik mulai diberlakukan ketika Amerika Serikat anggap
penting untuk mencapai tujuan kebijakan luar negeri, yakni kepedulian
terhadap opini publik asing, interaksi dengan aktor dan kepentingan swasta,
dan komunikasi melalui komunikasi antar budaya. Diplomasi publik menjadi
35 Jay Wang. Public Diplomacy and Global Business.The Journal of Business Strategy
(3). 2006. Hlm. 49-58 36 Jay Wang. Public Diplomacy and Global Business.The Journal of Business Strategy
(3). 2006. Hlm. 49-58 37 Bruce Gregory, Public Diplomacy: Sunrise of an Academic Field. The Annals of the
American Academy of Political and Social Science: SAGE Publication. 2008. Hlm. 274
19
pengganti propaganda kebijakan luar negeri Amerika Serikat38, yang
kemudian memperoleh kembali kepraktisannya dalam kebijakan luar negeri
Amerika Serikat. Secara khusus, serangan teroris pada 9/11 dan penurunan
citra Amerika Serikat kala itu merangsang praktisi politik di Amerika Serikat
untuk mengubah pendekatan negara terhadap diplomasi serta menggunakan
bentuk baru dialog dan kolaborasi diplomatik.39
Konsep multidisiplin diplomasi publik telah dieksplorasi di bidang
komunikasi dan hubungan masyarakat internasional, pemasaran, analisis
kebijakan luar negeri, dan studi diplomatik. Pendekatan multidisiplin untuk
diplomasi publik semua cenderung berfokus pada opini publik, yang
menghasilkan dimensi diplomasi komunikatif. Sehingga, diplomasi tidak
pernah bisa mengabaikan opini publik.40
Kathy R. Fitzpatrick dalam bukunya yang berjudul U.S. Public
Diplomacy in a Post-9/11 World: From Messaging to Mutuality,
menekankan bahwa, karena meningkatnya globalisasi, negara telah
kehilangan kendali mereka atas beberapa aspek politik dan pemerintahan;
namun, aktor-aktor non-negara mendapatkan kontrol lebih besar atas urusan
38 Walter R. Roberts, The Evolution of Diplomacy. Mediterranean Quarterly: Duke
University Press. Volume 1 No.03. 2006. Hlm. 55-64. 39 Kathy R. Fitzpatrick, U.S. Public Diplomacy in a Post-9/11 World: From Messaging to
Mutuality. Los Angeles, CA: Figueroa Press. 2011. Hlm. 6 40 Paul Sharp, Diplomacy in International Relations Theory and Other Disciplinary
Perspectives dalam Hwajung Kim, Bridging The Theoretical Gap Between Public Diplomacy and Cultural Diplomacy. The Korean Journal of International Studies Vol.15, No.2 (August 2017), 293-
326 Hlm. 296
20
dunia.41 Hal ini yang kemudian menciptakan dinamika baru di mana negara
harus memiliki dialog dua arah dengan publik asing, bukan monolog satu
arah. Negara juga harus mempertimbangkan komunikasi mereka dengan
publik domestik untuk menciptakan inisiatif yang seragam. Pentingnya
melibatkan publik domestik dalam tindakan diplomasi publik tidak dapat
diabaikan, karena globalisasi dan komunikasi di seluruh dunia membuat
batasan antara publik asing dan domestik menjadi kurang jelas.
Dari sudut pandang hubungan internasional, Fitzpatrick mendefinisikan
enam karakteristik dalam perkembangan diplomasi publik:42
1. Diplomasi publik lebih dari sekadar teknik kebijakan luar negeri,
alih-alih mengejar soft power;
2. Diplomasi publik berkaitan dengan kredibilitas internasional negara-
bangsa;
3. Diplomasi publik mengelola komunikasi dua arah dan simetris di era
informasi;
4. Diplomasi publik mengejar kolaborasi untuk mencapai tujuan
bersama;
41 Kathy R. Fitzpatrick, U.S. Public Diplomacy in a Post-9/11 World: From Messaging to
Mutuality. Los Angeles, CA: Figueroa Press. 2011. Hlm. 7 42 Kathy R. Fitzpatrick, U.S. Public Diplomacy in a Post-9/11 World: From Messaging to
Mutuality. Los Angeles, CA: Figueroa Press. 2011. Hlm. 9
21
5. Diplomasi publik melibatkan aktor-aktor non-negara dan
berhubungan dengan berbagai pemangku kepentingan dan
kemitraan; dan
6. Diplomasi publik dapat menumbuhkan lingkungan diplomatik yang
menguntungkan bagi negara-bangsa dalam politik dunia.
Ada tiga perbedaan di antara diplomasi publik dengan diplomasi
pada umumnya atau diplomasi tradisional. Pertama, diplomasi publik bersifat
transparan dan berjangkauan luas, berbanding terbalik dengan diplomasi
tradisional yang cenderung tertutup dan memiliki jangkauan terbatas.
Kedua, diplomasi publik dijalankan dari pemerintah ke pemerintah
lainnya. Ketiga, tema dan isu yang dibahas oleh diplomasi resmi (jalur
pertama) ada pada perilaku dan kebijakan pemerintah, sedangkan tema
dan isu yang diangkat oleh diplomasi publik lebih ke arah sikap dan
perilaku publik.43
Perkembangan dalam diplomasi publik terjadi sebagai upaya bersama
pemerintah untuk mencapai kredibilitas, kepercayaan, dan mutualitas melalui
komunikasi simetris dua arah untuk berurusan dengan opini publik antara
pemerintah dan publik asing atau global dengan melibatkan aktor non-negara
dan memupuk kemitraan sebagai cara menanamkan kebijakan luar negeri
dengan kekuatan lunak.
43 Citra Hennida, Diplomasi Publik dalam Politik Luar Neger Vol 22 No.1. Surabaya: Universitas Airlangga. 2009
22
Dalam hubungan internasional, diplomasi publik berfokus pada
bagaimana suatu negara, melalui organisasi yang mewakili, berkomunikasi
dengan warga negara di negara lain. Budaya nasional individu-individu ini
atau apa yang disebut "perangkat lunak dalam pikiran"44, serta organisasi
yang mereka bentuk, memengaruhi cara mereka memandang pengambilan
keputusan dalam diplomasi publik. Khususnya dalam diplomasi, penting
untuk mengenali perbedaan di tingkat nasional karena di sinilah kebijakan
dibuat dan dimaksudkan untuk mempengaruhi. Di dalam negara-bangsa
terdapat budaya dan masyarakat.45
Dalam beberapa dekade terakhir ini, India telah meningkatkan
penggunaan soft power secara lebih sistematis.46 Beberapa inisiatif telah
diluncurkan untuk mendorong India ke garis depan komunitas internasional,
termasuk diplomasi publik pada tahun 2006 oleh Kementerian of External
Affairs, perluasan Dewan Hubungan Budaya India atau Indian Council for
Cultural Relations (ICCR) di seluruh dunia, kampanye ‘Incredible India’ dari
Kementerian Pariwisata, dan Kementerian untuk orang India yang berada di
luar negeri. Upaya-upaya ini tidak hanya membantu menekankan aset sosial
44 G. Hofstede, dan Minkov, M. Cultures and Organizations. Software of the Mind.
Intercultural Cooperation and Its Importance for Survival. New York: McGraw Hill 2010 45 J. Kaufman, Introduction to International Relations: Theory and Practice. Lanham,
Maryland: Rowman & Littlefield Pubblishers. 2013 46 Ramachandran, Sudha. India's soft power potential. The Diplomat, May 29, 2015.
http://thediplomat.com/2015/05/indias-soft-power-potential.
23
dan budaya India di luar negeri, tetapi mereka juga mendukung prakarsa
kebijakan luar negeri utama negara itu seperti bantuan strategis.47
India telah menginvestasikan sejumlah besar sumber daya dalam
diplomasi publik. Tujuan utama dari hal ini adalah untuk meningkatkan
kekuatan lunak India serta meningkatkannya.48 Baik pendekatan tradisional
maupun pendekatan baru diplomasi publik digunakan untuk mengamankan
tujuan ini. Penekanan pada penggunaan sumber daya lunak India semakin
meningkat setelah pemerintahan yang dipimpin Narendra Modi dilantik pada
tahun 2014. Perdana Menteri Modi dikenal karena penuh semangat atas
penggunaan kekuatan lunak India melalui strategi manajemen media yang
efektif dan penggunaan media sosial dengan maksimal.49
Berdasarkan pengertian dari konsep diplomasi publik di atas serta
perkembangan India dalam penyebaran soft powernya, dapat dikatakan
bahwa dengan adanya pengaruh globalisasi dan revolusi teknologi, secara
tidak langsung juga mempengaruhi perubahan praktik diplomasi yang telah
terjadi selama bertahun-tahun lamanya. Revolusi teknologi dalam bidang
komunikasi dan informasi pun mempermudah kegiatan kerjasama
internasional karena persebaran informasi dapat dilakukan dengan mudah
melalui media seperti website ataupun media televisi, seperti industri
47 Ramachandran, Sudha. “India's soft power potential.” The Diplomat, May 29, 2015.
http://thediplomat.com/2015/05/indias-soft-power-potential 48 Ian Hlml. India’s New Public Diplomacy: Soft Power and the Limits of Government
Action. Asian Survey. 2012. Volume 52 No.6. Hlm. 254 49 Stéphanie M. Heng. Diplomacy and Image-Building: India Rides on its Soft Power.
ORF Issue Brief. Issue No.163. New Delhi: Observer Research Foundation. 2016.
24
perfilman. Melalui media inilah pemerintah India menyebarkan dan
mengenalkan ciri khas negaranya kepada negara lain.
1.7. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yakni peneliti sebagai
instrumen utama untuk pengumpulan, pengolahan, serta analisis data dan
memfokuskan perhatian kepada peristiwa yang sedang diteliti.50 Dalam metode
kualtatif, terdapat berbagai karakter utama dalam proses penelitian, di antaranya:
mengeksplorasi permasalahan dan mengembangkan pemahaman terperinci
mengenai suatu fenomena, memiliki tinjauan literatur yang memiliki peran kecil
untuk menyelesaikan permasalahan, memiliki tujuan dan pertanyaan penelitian
secara umum dan luas, mengumpulkan data berdasarkan kata-kata dari sejumlah
kecil individu sehingga dapat melihat pandangan dari berbagai perspektif,
menganalisis data untuk mendeskripsikan penelitian menggunakan analisis, dan
terakhir menulis laporan menggunakan struktur yang fleksibel dan evaluatif.51
Penelitian dapat dilaksanakan dengan tiga tahapan, yakni: pengumpulan data
(data collective), pengolahan data, (data analysis), dan laporan penelitian (report
writing). Metode ini menjelaskan dengan baik mengenai pendekatan dan jenis
50 John W. Creswell, Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches,
California: Sage Publications. 1994. Hlm. 145 51 John W. Creswell, Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches,
California: Sage Publications. 1994. Hlm. 145
25
penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, teknik analisis data,
dan juga pengecekan data yang diperlukan.52 Teknik analisis data dalam penelitian
ini merupakan teknik deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif
memerlukan kelengkapan dari data-data yang telah diakumulasi untuk
mempertajam analisis penelitian yang mendeskripsikan penelitian ini. Data-data
tersebut dapat diperoleh dari berbagai macam cara, misalnya dari tinjauan pustaka.
Dalam menjawab permasalahan penelitian, dibutuhkan setidaknya satu
sumber data (atau lebih) tergantung kebutuhan untuk menjawab permasalahan
penelitian. Data yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini merupakan data
primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari website resmi Kementerian Luar
Negeri India, sedangkan data sekunder diperoleh dari tinjauan pustaka berupa buku
dan jurnal yang berhubungan dalam topik yang ingin diteliti, buku, maupun artikel
internet. Penulis juga mengambil data dari Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Perpustakaan Universitas Indonesia.
Pengumpulan data dalam metode kualitatif harus menetapkan batasan data
yang akan diteliti, dengan artian menyeleksi informasi yang akan dijadikan bahan
penelitian yang dapat menjawab pertanyaan penelitian dengan mempertimbangkan
empat parameter, yang di antaranya: tempat penelitian akan di lakukan, siapa orang
yang akan diobservasi atau diwawancara untuk penelitian, apa yang akan diamati
52 Wahidmurni, Pemaparan Metode Kualitatif. UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. 2017.
Hlm1. Dapat diakses melalui: http://repository.uin-malang.ac.id/1984/2/1984.pdf
26
dari aktor atau topik yang ingin diteliti, perkembangan dari peristiwa yang
dialami.53
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi tidak langsung atau dokumentasi, di mana pengamatan yang dilakukan
hanya melalui media seperti media cetak, elektronik, atau melalui perseorangan
yang akan dicatat untuk dijadikan sebagai data yang valid. Teknik ini bertujuan
untuk membuat deskripsi maupun gambaran secara sistematik, faktual, dan akurat
mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang sedang diteliti.54
Penelitian ini mengandalkan kelengkapan data-data dan gambaran dari fenomena
yang terjadi untuk menghasilkan suatu kesimpulan.
Informasi yang telah dikategorikan melalui berbagai sumber yang dapat
diakui keabsahannya akan disusun menjadi sebuah cerita yang ditulis secara teks
kualitatif. Penelitian dapat dilihat berdasarkan tujuannya, manfaatnya, dimensi
waktunya, dan teknik pengumpulan datanya. Berdasarkan tujuannya, maka
penelitian dapat dikatakan sebagai penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk
mendeskripsikan suatu keadaan secara faktual, sistematis, dan akurat berdasarkan
fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diteliti.55
53 John W. Creswell, Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches,
California: Sage Publications. 1994. Hlm. 147-148 54 Moh. Nazir, Metode Penelitian. Jakarta: GHlmia Indonesia. 2001. Hlm. 33. 55 W. Laurence Neuman, Social Research Methods: ualitative and Quatitative
Approaches, 3rd ed. Boston: Allyn and Bacon. 1991. Hlm. 18-35
27
1.8. Sistematika Penelitian
Dalam penyusunan penelitian ini, penulis membagi menjadi lima (5) bab di
antaranya:
A. BAB I Pendahuluan
Dalam BAB I akan dijelaskan Latar Belakang penelitian, Pertanyaan
Penelitian, Tujuan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka Konseptual,
Metode Penelitian, dan Sistematika Penelitian.
B. BAB II Tinjauan Umum Industri Film Bollywood
Dalam BAB II sub bab pertama, akan dijelaskan mengenai awal mula
terbentuknya industri Bollywood di India dan bagaimana industri Bollywood
bisa menjadi bentuk pengaplikasian dari instrumen soft power India. BAB
ini terbagi menjadi empat (4) sub bab di antaranya: Perkembangan Film di
India, Era 1940 – 1960, Era 1970 – 1990 dan Era 1990 – Sekarang. Sub bab
membahas tentang masuknya Bollywood di Indonesia.
C. BAB III Hubungan Sosial Budaya India dan Indonesia Periode 2012 – 2016
Dalam BAB III akan dijelaskan tentang Hubungan Sosial Budaya
India dan Indonesia periode 2012-2016 serta kegiatan dan kerjasama yang
terjalin antara India dan Indonesia selama tahun 2012 – 2016.
D. BAB IV Dampak Film Bollywood Terhadap Hubungan Sosial Budaya India
dan Indonesia
Dalam BAB ini akan menganalisis bagaimana industri perfilman
Bollywood dapat memberikan dampak kepada hubungan sosial dan budaya
28
dua negara yakni India dengan Indonesia melalui dua hal, yakni
pemmbentukan citra dan kesamaan unsur budaya dan sejarah.
E. BAB V Kesimpulan
Dalam BAB V akan diisi dengan Kesimpulan dari penelitian yang
telah dilakukan oleh penulis.
29
BAB II
TINJAUAN UMUM INDUSTRI FILM BOLLYWOOD
2.1. Industri Film Bollywood di India
Menurut Joseph Nye, kekuatan ialah kemampuan untuk mengubah perilaku
orang lain untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Dalam pengaplikasian untuk
mencapai kepentingan, Joseph Nye mengategorikan mengategorikan konsep
power, di antaranya hard power (kekuatan militer) dan soft power (kekuatan
lunak).56 Soft power bertumpu pada kemampuan untuk membentuk preferensi
orang lain, tanpa menggunakan kekerasan, paksaan atau kekerasan, tetapi melalui
aset tak berwujud seperti kepribadian yang menarik, budaya, nilai politik, lembaga,
dan kebijakan yang dianggap sah atau memiliki otoritas moral.57
Soft power suatu negara bertumpu pada tiga sumber: budayanya (di tempat-
tempat yang menarik bagi orang lain), nilai-nilai politiknya (ketika ia hidup sesuai
dengan mereka di dalam dan luar negeri), dan kebijakan luar negerinya (ketika
mereka dipandang sebagai sah dan memiliki otoritas moral. Dalam konsep soft
power ini budaya terbagi menjadi dua jenis yaitu high culture dan low culture.
Budaya yang digolongkan sebagai high culture seperti sastra, seni, dan pendidikan,
56 Joseph Nye. Soft Power: The Means to Success in World Politics. New York: Public
Affairs. 2005. Dalam Mohamad Rosyidin, Soft Diplomacy SBY dalam Konflik Indonesia-
Malaysia:Studi Kebijakan SBY terhadap Pelanggaran Kedaulatan oleh Malaysia di Perairan
Bintan Tahun 2010. Jurnal Kajian Wilayah, Vol. 5, No. 1. 2014, Hlm. 3-22 57 Joseph Nye. Public Diplomacy and Soft Power. The ANNALS of the American
Academy of Political and Social Science. 2008. Hlm. 95
30
yang hanya dapat dipelajari oleh kalangan elit. Sedangkan low culture
dikategorikan sebagai budaya yang dapat dipelajari dan dinikmati oleh siapapun,
seperti kebudayaan populer musik, animasi, film, kuliner, dan lain-lain.
Dalam upaya mempromosikan negara untuk menjalin adanya kerjasama serta
persebaran budaya, India menggunakan industri perfilman yang juga menjadi salah
satu Industri terbesar di India.58 Industri perfilman sebagai elemen untuk
membentuk citra negara. Industri perfilman terus berkembang di India, yang
mampu menghasilkan sejumlah besar gulungan berita, dokumenter, dan film layar
lebar yang tak hanya eksis di India namun juga di dunia.59
Film-film Bollywood banyak diminati sejak India merdeka. Selain Pakistan,
penonton setia Bolywood kala itu tersebar di Uni Soviet, Afghanistan, Timur
Tengah dan Turki, kemudian di Bangladesh. Sedangkan Eropa Barat, Amerika
Utara, dan sekarang Asia Tenggara adalah ‘rumah’ bagi India melalui diaspora.
Secara alami, pasar film Bollywood terus berkembang.60 Secara bersamaan,
kekuatan ekonomi India sedang tumbuh. India memiliki tenaga nuklir dan
memelihara kompleks militer besar yang mengklaim bagian besar dari produk
58 Nabi, D. D., Ahmad, D. A., & KHlmid, D. Z., Bollywood : The Indian Celluloid Saga.
In N. Hunter, The Arts: Cinema. Asian Academic Research Journal of Social Sciences &
Humanities. 2014. Hlm. 260 59 Dr. B.P.Mahesh Chandra Guru, dkk., History Of Indian Cinema. University of Mysore.
International Journal of Business and Administration Research Review, Vol. 2, Issue.11, July - Sep,
2015 E- ISSN -2347-856X. Hlm. 181 60 Anjali Gera Roy, The Magic of Bollywood At Home and Abroad. New Delhi: SAGE
Publications India Pvt Ltd doi: 10.4135/9788132113966 Hlm. 16
31
nasional bruto (PDB). Namun, India berambisi untuk diakui dan dihormati sebagai
tidak hanya kekuatan regional tetapi juga global.
Industri film India menyumbang sejumlah $ 6.200.000 dalam perekonomian
India, menurut laporan yang diterbitkan oleh PricewaterhouseCoopers tahun 2010.
Kombinasi anggaran tinggi dan rendah, merupakan upaya penting untuk pemasaran
filmnya. Pada tahun 2005, telah dirilis 1041 film dan terjual sekitar 3,6 juta tiket di
seluruh dunia. Sebaliknya, Amerika Serikat pada tahun 2005 merilis 535 film dan
menjual 2, 6 juta tiket.61 Selain itu, sektor film memiliki total produksi sekitar $
20,4 miliar dan menyumbang lebih banyak pada PDB India dibandingkan dengan
industri periklanan. Meskipun Bollywood menyumbang 16% dari produksi film
India, itu menyumbang 40% dari pendapatan film India, dengan tingkat
pertumbuhan tahunan saat ini antara 10 dan 20%. Hal ini menyebabkan kelompok
film Bollywood menyumbang bagian terbesar dari pendapatan bioskop India dalam
perekonomian untuk tumbuh lebih jauh. Sejak 2010, Bollywood adalah eksportir
asing terbesar ke pasar hiburan AS, sambil menarik investasi asing yang signifikan
untuk produksi film India, yang mengakibatkan masuknya dana India dalam jumlah
besar. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh Bollywood bahwa hiburan sekarang
adalah sektor pertumbuhan terbesar kedua di India.62
61 Bouka Eleni, dkk., Identifying Bollywood as a crucial factor of India’s Economic
Development: A Review Analysis. MPRA PAPER No 64658. 2015. Hlm. 13 62 Motion Picture Distributors Association, Economic Contribution of Indian Film and
Television Industry. 2010. Hlm. 11. Dapat diakses melalui: http://www.jimca.co.jp/research_statistics/reports/EconomicContributionReportMarch2010.pdf
32
Pendapatan industri film India meningkat 360% dalam kurun waktu 1998-
2005 dan 58% dalam kurun waktu 2001-2005. Angka ini mencakup semua
pendapatan, termasuk iklan dan musik.63 Pada 2006-2007 pertumbuhan Bollywood
adalah 16% (dibandingkan dengan pertumbuhan Hollywood yang diperkirakan 7%
untuk periode yang sama)64, sedangkan tingkat pertumbuhan tahunannya mencapai
30% pada 2010. Secara keseluruhan, ukuran industri film India diperkirakan
sebesar $2,5 miliar pada tahun 2008 dan tumbuh pada tingkat pertumbuhan tahunan
rata-rata 11,5% selama periode 2008-2013. Koleksi box-office domestik
menyumbang sebesar $1,8 miliar.65
Sumber: PricewaterhouseCoopers' Indian Entertainment & Media Outlook 2009
63 Kohli-Khandekar, V. (2006), “Indian film giants”, Businessworld, vol. 25, no. 33, Hlm
27-42 64 Kapoor, D. (2005), “The Indian Entertainment Industry: An Unfolding Opportunity”,
Mediaand Entertainment Insights, PriceWaterhouseCooper, May 2005, pp. 1-6 65 Motion Picture Distributors Association, Economic Contribution of Indian Film and
Television Industry. 2010. Hlm. 3. Dapat diakses melalui:
http://www.jimca.co.jp/research_statistics/reports/EconomicContributionReportMarch2010.pdf
33
2.1.1. Perkembangan Perfilman di India
Bioskop pertama kali hadir pada tanggal 28 Desember 1895 di Lunlihre,
Perancis oleh Auguste dan Louis sebagai pembuat karya-karya filmnya. Bioskop
pun mulai menyebar ke penjuru dunia, termasuk ke India pada tujuh bulan setelah
film pertama diputar di Paris.66 Lumiere Bersaudara memiliki enam judul film yang
kemudian didistribusikan oleh Marius Sestier ke Bombay untuk yang pertama
kalinya pada 7 Juli 1896 dan diputar menyiarkan ulang film-film tersebut pada 9
dan 13 Juli 1896. Harga tiket bioskop yang dipatok kala itu sebesar 1 Rupee, hanya
mampu dinikmati oleh kalangan elite India dan aparatur Inggris pada saat itu.
Namun, dalam beberapa hari sejak penayangan film-film tersebut, masyarakat
umum juga dapat menonton karya-karya Lumiere di Novelty Theatre. Hasilnya,
intensitas penonton sangat tinggi dan hal ini berlangsung hingga 15 Agustus 1896
dan tersebar hingga ke Kolkata dan Madras.67
Film-film India, menggunakan lagu-lagu sebagai salah satu instrumen sangat
penting sehingga dalam setiap penayangan film India seperti pertunjukan teater.
Hal ini yang membedakan film India dengan film Barat. Mereka membuat para
penonton menangis, mereka membuat para penonton tertawa, mereka membuat
para penonton menikmati lagu itu, membuat kaki mereka menyentuh tarian; semua
66 Mihir Bose, Bollywood: A History. New Delhi: Tempus Publishing Limited. 2007. Hlm.
38 67 Melissa Indriana Putri, Tayangan India Dalam Industri Televisi Indonesia (Studi Kasus
tentang Komodifikasi pada Trend Program India Periode 2014-2015). 2011. Hlm. 58
34
hal semacam itu dan semua dalam satu film.68 Film pertama yang dirilis di India
adalah 'Shree Pundalik' karya Dadasaheb Torne pada 18 Mei 1912 di 'Coronation
Cinematograph', Mumbai.69
Govind Dhundiraj Phalke atau yang dikenal sebagai Dadasaheb Phalke
merupakan bapak pendiri industri film India. Ia memperoleh pelatihan formal
dalam seni, musik, akting, arsitektur dan fotografi. Ia mempelajari secara rinci buku
berjudul ABC of Cinematography yang ditulis oleh Cicil Hepworth. Selain itu,
Phalke juga mengunjungi Inggris dan mendapatkan pelatihan praktis dalam seni
dan kerajinan pembuatan film. Dia memproduksi film fitur India pertama, yang
diberi judul Raja Harishchandra.70 Phalke pergi ke Nasik dan mendirikan
Perusahaan Film Hindustan dan memproduksi film-film seperti Sri Krishna Janma,
Mohini Bhasmasura, Satyavan Savitri, Lankadahan, Kalimardhan, Setu Bandhan
dan sebagainya. Dia menghasilkan sekitar 45 film fitur dan 16 film kecil selama
1913 - 1932 dan memberikan dasar yang kuat untuk pertumbuhan industri film
India. Produser lain Baburao Painter sangat dipengaruhi oleh karya sinematik
68 Keval J. Kumar, The “Bollywoodization” of Popular Indian Visual Culture: A Critical
Perspective. TripleC. 12. 277-285. 10.31269/vol12iss1pp277-285. 2014. Hlm. 278 69 Amit Channa, Depiction Of Humanitarian Approach and Social Relationship In Gulzars
Films. Assam University. 2016. Hlm. 19 dapat diakses melalui:
https://shodhganga.inflibnet.ac.in/bitstream/10603/97432/3/th-1824_ch2.pdf 70 Daya Kishan Thussu, Communicating India’s Soft Power: Buddha to Bollywood.
Palgrave Macmillan US. 2013. eBook ISBN: 978-1-137-02789-4. Hlm. 131
35
Phalke dan Perusahaan Film Maharashtra yang didirikan yang menyumbang sekitar
200 teknisi film.71
Bollywood, merupakan sebuah kombinasi dari ‘Bombay’ (kini Mumbai) dan
‘Hollywood’, pada awalnya muncul sebagai ejekan yang menyiratkan bahwa film-
film produksi dari negeri India itu tengah meniru film-film produksi Amerika, yakni
Hollywood. Istilah tersebut menjadi populer sejak tahun 2001, dan dimasukkan
dalam Oxford English Dictionary edisi kelima. Namun Bollywood jelas tidak dapat
dikatakan sebagai imitasi Hollywood. Bollywood memiliki ciri tersendiri yang
sangat jauh berbeda dengan Hollywood. Dalam hal keuangan, produksi, pasar, dan
distribusi, Bollywood tidak kalah dibandingkan Hollywood, tetapi Bollywood tidak
didukung oleh perusahaan-perusahaan raksasa seperti Walt Disney, Sony, Fox dan
perusahaan yang lainnya.72
India mulai memproduksi film-film pada 1913, kala itu film India masih bisu
dan tidak berwarna, hanya hitam putih saja. Sutradara pertama India yang
berkontribusi dalam awal produksi film-film India ialah Raja Harishchandra dan
Dadasaheb Phalke. Di masa itu, film-film India mampu diproduksi sebanyak 200
film per tahunnya. Tahun 1931 adalah awal mula film India memiliki suara, tidak
hanya gerakan-gerakan saja. Film-film yang memiliki suara pertama kali hadir
71 Mahesh Chandra Guru, M.S.Sapna, M.Prabhudev, M. Dileep Kumar., History of Indian
Cinema, International Journal of Business and Administration Research Review, Vol. 2, Issue.11,
July - Sep, 2015. Hlm. 182 72 Derek Bose, Brand Bollywood: A New Global Entertainment Order. New Delhi: Sage
Publications Pvt. Ltd. 2006. 13: 978-0-7619-3534-6 (PB). Hlm. 13
36
dalam bahasa Bengali (Jumai Shasthi), Telugu (Bhakta Prahlad) dan Tamil
(Kalidass).73 Film berwarna kemudian baru diproduksi dan didistribusikan pada
akhir tahun 1950-an, meskipun film-film hitam putih masih banyak diproduksi dan
eksis hingga tahun 1960-an.74
Pada 1927, Pemerintah Inggris membentuk Indian Cinematograph Enquiry
Committee (ICEC) atau Komite Penyelidikan Sinematografi India dalam rangka
mempromosikan pasar di India untuk film-film Inggris daripada film-film Amerika.
ICEC terdiri dari tiga orang Inggris dan tiga orang India, yang dipimpin oleh T.
Rangachari, seorang pengacara Madras. Namun, komite ini gagal untuk
mendukung rekomendasi yang diinginkan untuk mendukung Film Inggris, sebagai
gantinya merekomendasikan dukungan untuk industri film India yang masih baru.
Tahun 1930an di India dikenal sebagai era yang mengawali perkembangan
Bollywood menjadi industri yang besar dan menjanjikan di India. Dalam sejarah
dekade, tiga pusat film terkemuka dikembangkan di Bombay (Mumbai), Calcutta
(Kolkata) dan Madras (Chennai).75 Di masa lalu, Bombay merupakan pusat
produksi utama yang didistribusikan secara nasional, sedangkan Madras dan
Calcutta terkenal dengan produksi lokal mereka.76 Sepanjang era ini, ada yang
73 Indian cinema: origin growth and major trends." By Amit Channa, chapter 2, Hlm. 20.
Dapat diakses melalui https://shodhganga.inflibnet.ac.in/bitstream/10603/97432/3/th-
1824_ch2.pdf 74 Tejaswini Ganti, BOLLYWOOD: A Guide Book To Popular Hindi Cinema (Routledge
Filmguide Books). Psychology Press. 2004. ISBN 0415288541, 9780415288545. Hlm. 16 75 Tejaswini Ganti, Bollywood: A Guide Book To Popular Hindi Cinema (Routledge
Filmguide Books). Psychology Press. 2004. ISBN 0415288541, 9780415288545. Hlm. 16 76 Tejaswini Ganti, Bollywood: A Guide Book To Popular Hindi Cinema (Routledge
Filmguide Books). Psychology Press. 2004. ISBN 0415288541, 9780415288545. Hlm. 16
37
dinamakan The Indian Masala Film yakni film India yang menggunakan slang
sebagai film komersial dengan lagu, tarian dan romansa yang muncul setelah
Perang Dunia Kedua. Selama tahun 1940-an, sinema di India Selatan menyumbang
hampir setengah dari aula dan pada akhirnya, sinema India dilihat sebagai
instrumen kebangkitan budaya. Namun, sebagai akibat dari konflik perbatasan
India-Pakistan, beberapa studio dan pembuat film pergi ke Pakistan dan juga
melatarbelakangi berbagai cerita banyak film pada dekade berikutnya.77
Film Alam Ara yang dirilis oleh Ardeshir Irani merupakan film berbahasa
India pertama yang didistribusikan, yakni pada 14 Maret 1931. H.M. Reddy,
diproduksi dan diarahkan Bhakta Prahlada (Telugu), dirilis pada 15 September
1931 dan Kalidas (Tamil) dirilis pada 31 Oktober 1931. Kalidas diproduksi oleh
Ardeshir Irani dan disutradarai oleh H.M. Reddy. Kedua film ini adalah film talkie
pertama India Selatan yang dirilis secara teatrikal.78
77 Ashok Banker, Bollywood: The Pocket Essential (Pocket Essentials (Trafalgar).
Trafalgar Square Publishing. 2002. ISBN: 1903047455. Hlm. 22 78 Amit Channa, Depiction Of Humanitarian Approach and Social Relationship In Gulzars
Films. Assam University. 2016. Hlm. 21 dapat diakses melalui: https://shodhganga.inflibnet.ac.in/bitstream/10603/97432/3/th-1824_ch2.pdf
38
Gambar 2.1.
Iklan Film Alam Ara
Sumber: Cinema Comes to India: Marvel of the Century & Alam Ara debuted at the Majestic
Cinema in Mumbai (Ministry of Culture Government of India, 2015; A Tale of Two Cities, 2012)
Studio Film didirikan di seluruh India ketika pembuatan film muncul sebagai
industri populer pada tahun 1935, yang ditunjukkan oleh keberhasilan Devdas yang
menarik perhatian penonton secara nasional. Seiring kemajuan teknologi suara di
tahun 1930-an, dilm-dilm yang ditayangkan di bioskop India dengan musikal
seperti Indra Sabha dan Devi Devyani menandai awal lagu-dan-tarian dalam film-
film India sangat digemari masyarakat.79 Studio muncul di kota-kota besar seperti
Chennai, Kolkata, dan Mumbai ketika pembuatan film menjadi kerajinan yang
mapan pada tahun 1935, berkat keberhasilan Devdas, yang telah berhasil memikat
penonton di seluruh negeri. Bombay Talkies muncul pada tahun 1934 dan Prabhat
Studios di Pune telah memulai produksi film-film yang diperuntukkan bagi
79 Amit Channa, Depiction Of Humanitarian Approach and Social Relationship In Gulzars
Films. Assam University. 2016. Hlm 20. Dapat diakses melalui:
https://shodhganga.inflibnet.ac.in/jspui/bitstream/10603/97432/3/th-1824_ch2.pdf
39
penonton bahasa Marathi.80 Pembuat film R.S.D. Choudhury menghasilkan Wrath
(1930), dilarang oleh British Raj di India karena menggambarkan aktor sebagai
pemimpin India, sebuah ekspresi yang disensor selama masa gerakan kemerdekaan
India.
2.1.2. Industri Bollywood Era 1940 – 1960 (Awal Mula Kejayaan Film India)
Setelah kemerdekaan India pada tahun 1947, pemerintah nasional
memandang media sinema dengan cara yang berbeda dan merasa perlu untuk
mempertahankan sensor film. Ia mengadopsi tidak hanya lembaga sensor kolonial
tetapi juga keprihatinan dan kecemasannya. Pemerintah India mengamandemen
Cinematograph Act 1918 dan New Act 1949 menciptakan dua kategori sertifikat
film, "A" sertifikat untuk film yang dibatasi untuk orang dewasa dan "U" sertifikat
untuk pameran yang tidak dibatasi.81 Dengan demikian sertifikasi ini ditentukan
oleh dua film dan calon penonton. Undang-undang ini diamandemen pada tahun
1949 karena membentuk dewan sensor pusat untuk menggantikan dewan sensor
regional. Pada tahun 1951 Kementerian Informasi dan penyiaran membentuk
Dewan Sentral Sensor Film dengan membatasi sistem pada tahun 1918 Undang-
undang yang harus beroperasi melalui papan sensor regional.82
80 Tejaswini Ganti, Bollywood: A Guide Book To Popular Hindi Cinema (Routledge
Filmguide Books). Psychology Press. 2004. ISBN 0415288541, 9780415288545. Hlm. 16 81 Tiwari. A. K., Role Of Freedom Of Electric Media in Indian Democracy. 82 Ministry Of Information And Broadcasting, Notification G.S.R. 381(E), 9 May
1983, dapat diakses melalui https://www.cbfcindia.gov.in/main/CBFC_English/Attachments/cine_rule1983.pdf
40
Film-film yang memproduksi tentang kisah sejarah dan mitologis mulai
tersisihkan oleh film-film sosial – reformis, yang sering kali mengarahkan
pandangan kritis pada praktik sosial kuno seperti sistem mahar, poligami, dan
prostitusi.83 Tahun 1950-an, produser film seperti Bimal Roy dan Satyajit Ray
berfokus pada kehidupan kelas bawah, yang pada masa itu sebagian besarnya
diabaikan. Terinspirasi oleh perubahan sosial dan politik serta gerakan sinematik di
Amerika Serikat dan Eropa, tahun 1960an menyaksikan kelahiran New Wave India,
yang didirikan oleh para direktur seperti Ray, Mrinal Sen, dan Ritwik Ghatak.
Didorong oleh keinginan untuk menawarkan rasa realisme yang lebih besar
dan pemahaman tentang orang awam, film-film selama era ini berbeda secara
signifikan dari produksi komersial yang lebih besar, yang sebagian besar
merupakan pelarian penuh warna. Hal ini yang nantinya akan menjadi templat
untuk film Masala yang hadir di era 1970-an, yang mencakup banyak genre
termasuk aksi, komedi, dan melodrama diselingi oleh sekitar enam lagu dan nomor
tari. Genre seperti ini adalah model yang masih digunakan untuk sebagian besar
film Bollywood kontemporer.84
Beberapa film India yang diproduksi periode ini banyak mendapatkan pujian.
Periode ini melihat munculnya gerakan Cinema Paralel, terutama dipimpin oleh
83 Nabi, D. D., Ahmad, D. A., & KHlmid, D. Z., Bollywood : The Indian Celluloid Saga.
Dalam N. Hunter, The Arts: Cinema. Asian Academic Research Journal of Social Sciences &
Humanities. 2014. Hlm. 260 84 Nabi, D. D., Ahmad, D. A., & KHlmid, D. Z., Bollywood : The Indian Celluloid Saga.
Dalam N. Hunter, The Arts: Cinema. Asian Academic Research Journal of Social Sciences &
Humanities. 2014. Hlm. 260
41
sinema Bengali.85 Contoh-contoh awal film dalam gerakan ini termasuk Chetan
Anand Neecha Nagar (1946), Nagarik Ritwik Ghatak (1952), dan Two Acre of Land
of Bimal Roy (1953), meletakkan fondasi untuk neorealisme India dan "Gelombang
Baru India.” Pather Panchali (1955), bagian pertama Trilogi Apu (1955–1959)
oleh Satyajit Ray, menandai kemunculannya di sinema India. The Apu Trilogy
memenangkan hadiah utama di semua festival film internasional utama dan
menyebabkan gerakan 'Parallel Cinema' yang mapan di bioskop India.86
Trilogi ini dimulai dengan film "Pather Panchali" yang difilmkan antara
tahun 1950 dan 1954.87 Di sinilah dimulai kisah Apu ketika ia masih kecil, tinggal
bersama orang tua, kakak perempuan dan bibi kuno di desa leluhur di mana
ayahnya, yang merupakan seorang pendeta, telah kembali dari bahaya. Film kedua,
"Aparajito" (1956), membahas tentang kelanjutan keluarga Apu ke Benares, di
mana sang ayah mencari nafkah dari para peziarah yang datang untuk mandi di
Sungai Gangga yang suci. Film ketiga, "The World of Apu" (1959), mengisahkan
kelanjutan Apu dan ibunya tinggal bersama seorang paman di pedesaan; Perjuangan
Apu dalam menempuh rintangan demi pendidikan memperolah hasil yang
memuaskan sehingga dia memenangkan beasiswa ke Kolkata. Kemudian Ia
menikah dalam keadaan yang luar biasa, bahagia dengan pengantin mudanya,
85 Amit Channa, Depiction Of Humanitarian Approach and Social Relationship In Gulzars
Films. Assam University. 2016. Hlm. 23. Dapat diakses melalui:
https://shodhganga.inflibnet.ac.in/jspui/bitstream/10603/97432/3/th-1824_ch2.pdf 86 Mihir Bose, Bollywood: A History. New Delhi: Tempus Publishing Limited. 2007. Hlm.
188 87 Roger Ebert, The Apu Trilogy. 2001. Dapat diakses melalui:
https://www.rogerebert.com/reviews/great-movie-the-apu-trilogy-1959
42
kemudian hancur oleh kematian ibu dan istrinya. Setelah melewati masa kepahitan,
dia akhirnya kembali untuk mengambil tanggung jawab. Pengaruhnya terhadap
sinema dunia juga dapat dirasakan dalam drama masa muda yang telah membanjiri
rumah-rumah seni sejak pertengahan tahun lima puluhan.
Sinematografer Subrata Mitra, memulai debutnya dengan The Apu Trilogy
karya Satyajit Ray, juga memiliki pengaruh penting pada sinematografi di seluruh
dunia. Salah satu teknik terpentingnya adalah pencahayaan pantulan, untuk
menciptakan kembali efek cahaya matahari pada perangkat. Dia mempelopori
teknik ini saat syuting Aparajito (1956), bagian kedua dari The Apu Trilogy. Selama
tahun 1960-an, intervensi Indira Gandhi selama masa pemerintahannya sebagai
Menteri Media dan Penyiaran India menghasilkan produksi ekspresi sinematik yang
tidak biasa, yang didukung oleh Perusahaan Keuangan Film resmi.88
Sinema Hindi komersial menjadi berkembang akibat dukungan dari
perusahaan keuangan film resmi, di antaranya dengan kehadiran film terkenal pada
saat itu termasuk film Guru Dutt Pyaasa (1957), Kaagaz Ke Phool (1959), Raj
Kapoor Awaara (1951) dan Shree 420 (1955). Film-film ini mengungkapkan tema-
tema sosial yang terutama berhubungan dengan kehidupan perkotaan kelas pekerja
di India; Awaara menampilkan kota itu sebagai mimpi buruk sekaligus mimpi,
sementara Pyaasa mengkritik kehidupan kota yang tidak nyata. Beberapa film epik
88 Amit Channa, Depiction Of Humanitarian Approach and Social Relationship In Gulzars
Films. Assam University. 2016. Hlm. 23. Dapat diakses melalui: https://shodhganga.inflibnet.ac.in/jspui/bitstream/10603/97432/3/th-1824_ch2.pdf
43
juga diproduksi pada saat itu, termasuk Mehboob Khan Mother India (1957), yang
dinominasikan untuk Academy Award untuk Film Berbahasa Asing Terbaik, dan
Mughal-e-Azam karya K. Asif (1960). Film Madhumati (1958), disutradarai oleh
Bimal Roy dan ditulis oleh Ritwik Ghatak, mempopulerkan tema reinkarnasi dalam
budaya populer Barat.
Pada periode ini juga film-film Bollywood memiliki skrip dengan gaya yang
diakui oleh Hollywood. Beberapa sutradara film hebat India bekerja keras untuk
pembuatan skrip jalan cerita, skrip yang ditulis dengan ketat, seringkali dari naskah
drama atau novel.89 Sementara perkembangan ini pasti akan menempatkan industri
film India pada posisi yang sangat kuat, tantangan yang jauh lebih besar terletak di
tempat lain, dalam eksploitasi pasar internasional. Ada tiga wilayah pasar utama di
mana sinema Bollywood mendapatkan tingkat penerimaan:
• Diaspora India, terutama di Asia, Amerika Serikat, Afrika Selatan,
Kanada, dan Timur Tengah. Konsentrasi terbesar pemukim
ekstraksi India di dunia adalah di Myanmar (hampir dua kali lipat
dari Amerika Serikat), tetapi mereka sebagian besar tetap tidak
tersentuh oleh Bollywood karena pembatasan politik dan diplomatik.
• Negara-negara tetangga di mana bahasa Hindi dipahami, jika tidak
diucapkan, yaitu Pakistan, Nepal, Bangladesh, Sri Lanka, Indonesia,
dan Malaysia. Namun, keberhasilan sinema Bollywood di pasar-
89 Mihir Bose, Bollywood: A History. New Delhi: Tempus Publishing Limited. 2007. Hlm.
34
44
pasar ini didorong bukan oleh konten tetapi oleh popularitas para
pemain utama.
• Pasar non-tradisional / baru seperti Yunani dan negara-negara CIS
(Commonwealth of Independent States) di mana film-film Hindi
sangat populer hingga sekitar awal tahun tujuh puluhan.90
Pemerintah India juga mendirikan National Film Archives of India atau Arsip
Film Nasional India pada 1964. Selain itu, National Film Development Corporation
atau Korporasi Pengembangan Film Nasional juga dibentuk untuk mempromosikan
bioskop baru di negara ini. Film-film terkenal tahun 1960-an antara lain Sahib Bibi
Aur Gulam – Gurudat, Charulatha dan Pakiza Satyajit Ray, Ranadhira Kantirava
dari GVIyer, Uyyale dari Lakshminarayan, Bellimoda dari Puttanna Kanagal dan
Gejjepooje, PattabhiRamareddy, dan juga di Syam Mrunal Sen memproduksi film
gelombang baru pertama India yang disebut Bhuvan Shome dan menciptakan
sejarah di negara tersebut. Beberapa film gelombang baru juga diproduksi dalam
bahasa daerah lain selama periode ini.91
2.1.3. Industri Bollywood Era 1970 – 1990 / Bollywood Klasik
Pada awal 1970-an, film-film kreasi Bollywood menjadi membosankan, yakni
tidak ada perubahan signifikan pada tema. Alur cerita menjadi stagnan yang
90 Derek Bose, Brand Bollywood: A New Global Entertainment Order. New Delhi: Sage
Publication India Pvt Ltd. Hlm: 205 91 Dr. B.P.Mahesh Chandra Guru, History Of Indian Cinema. International Journal of
Business and Administration Research Review, Vol. 2, Issue.11, July - Sep, 2015. E- ISSN -2347- 856X. Hlm. 183
45
membuat ceritanya sangat mudah ditebak oleh penonton. Namun, pada pertengahan
1970-an, penulis Salim Khan dan Javed Akhtar hadir dan membuka jalan dengan
membawa cerita baru untuk mencapai puncak kisah film India. Pada saat itu sisi
gelap India mulai terangkat. Juga di tahun 1970-an, Bollywood akhirnya dijuluki
Masala (yang berarti ‘campuran rempah’ dalam bahasa Hindi) karena
menggabungkan elemen-elemen seperti romansa, drama, dan komedi dengan
urutan lagu dan tarian dalam narasi yang digerakkan oleh simbol.92
Beberapa film terkenal dan laris kala itu adalah Zanjeer (1973), Deewaar
(1975), Sholay (1975), Don (1978), Jaane Bhi Do Yaaro (1983), dan Saaransh
(1984). Kisah-kisah kekerasan, perampokan, sejumlah besar korupsi dan kejahatan
yang merajalela, sama seperti era sebelumnya. Tema tersebut memang mewakili
kondisi sosial-politik dan sosial-ekonomi India dalam kehidupan nyata pada waktu
itu. Namun, mode mode yang digunakan dalam film sebagian besar adalah hal-hal
yang kita ketahui tentang budaya pop saat ini. Pada dan setelah tahun 70-an,
Bollywood telah meningkat dalam jangkauannya, dan penerimaannya dalam
populasi telah meningkat pesat.93
2.1.4. Industri Bollywood Era Abad Ke 20
Abad ke-20 menawarkan banyak peluang bagi para pembuat film India.
Beberapa sutradara kreatif, pembuat film, artis dan teknokrat telah menambahkan
92 Nicky Elfitasmi, Bollywood Movie In Indonesia On Perspective Of India’s Diplomacy.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2019. Hlm. 22 93 Nicky Elfitasmi, Bollywood Movie In Indonesia On Perspective Of India’s Diplomacy.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2019. Hlm. 23
46
dimensi baru dalam pembuatan film di India. Banyak tokoh film berbakat yang
muncul dalam kurun waktu tertentu. Tahun 1990-an, rumah-rumah produksi
tertentu yang berhubungan dengan gaya-gaya tertentu: percintaan romantis
beranggaran besar di lokasi-lokasi eksotis dengan bintang-bintang top, dikaitkan
dengan Yash Raj Films yang dipimpin oleh veteran Yash Chopra; sementara
perusahaan Ram Gopal Varma dikaitkan dengan gangster dan genre realistis (Satya
1998) dan Sanjay Leela Bhansali muncul dengan kekayaan visual dan musik baru
(seperti remaking Devdas-nya tahun 2002). Sejak 2002, tren baru telah muncul
yang mungkin membawa sinema India lebih dekat ke impian globalnya. Bollywood
diabaikan di beberapa pasar utama dunia, terutama Eropa dan Amerika Utara. Ini
disebabkan oleh bentuk (rata-rata waktu berjalan tiga jam, bahasa, lagu, dan tarian)
dan masalah-masalah pameran, pemasaran dan perbedaan anggaran antara India
dan Hollywood (umumnya dikatakan bahwa anggaran utama Film Hindi kurang
dari sebuah trailer Hollywood). India sedang booming, dan negara ini sangat sadar
diri tentang perannya di panggung dunia. Yang masih harus dilihat adalah film
mana yang akan ditembus.94
Produser Yash Chopra mengakui bahwa hari setiap film berjalan selama
berminggu-minggu di bioskop di seluruh India sekarang sudah berakhir. Perubahan
dalam teknologi dan gaya hidup semuanya memiliki dampak, seperti pembajakan
DVD (Digital Video Disc), sementara pengunduhan musik film telah
94 Nicky Elfitasmi, Bollywood Movie In Indonesia On Perspective Of India’s Diplomacy.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2019. Hlm. 23
47
menghancurkan cara tradisional untuk membiayai produksi. Produser kini
menyesuaikan jenis film baru dengan penonton di India perkotaan. Ini termasuk A-
grade kelas tinggi, film-film beranggaran besar. Mereka juga bereksperimen
dengan film-film berbahasa Inggris dan membuat film-film beranggaran lebih kecil
khusus untuk penonton kelas atas di India. Tema favorit adalah masalah sosial
seperti orang tua yang lanjut usia atau orang India transnasional. Produser lain
membuat film kelas biasa, biasanya seperti mitologis untuk daerah pedesaan atau
dalam bahasa daerah.
Pada tahun 2009, India menghasilkan total 2961 film. Penyediaan 100%
investasi asing langsung telah membuat pasar film India menarik bagi perusahaan
asing seperti 20th Century Fox, Sony Pictures, Walt Disney Pictures dan Warner
Bros. Perusahaan India seperti Zee, UTV, Suresh Production, Adlabs dan Sun
Network's juga berpartisipasi dalam memproduksi dan mendistribusikan film.95
TIMELINE PERKEMBANGAN FILM-FILM BOLLYWOOD DARI MASA KE
MASA
Tahun Event Yang Terjadi
1896
Pemutaran film pertama di India -
bioskop Lumière berlangsung di Hotel
Watson di Bombay pada 7 Juli.
95 Derek Bose, Brand Bollywood: A New Global Entertainment Order. New Delhi: SAGE Publications Pvt. Ltd. ISBN: 13: 978-0-7619-3534-6 (PB). 2006. Hlm. 88
48
1898
Gramophone dan Typewriter Company,
Belgachia merilis rekaman gramofon
pertama.
1898
Hiralal Sen mulai membuat film di
Kolkata
1890
Warwick Trading Co menugaskan
Panorama dari Calcutta newsreel, film-
film lain yang dibuat termasuk Poona
Races dan Train Arriving at Churchgate
Station (oleh Andersonscopograph).
1911
Durbar of George V di Delhi adalah film
pertama yang difilmkan secara luas di
India.
1912
Pundalik, disutradarai oleh Tipnis - film
fitur pertama India.
1914
R. Venkaiah dan R. S. Prakash
membangun bioskop permanen pertama
Madras, the Gaiety.
49
1916
Universal Pictures membentuk agensi
India pertama di Hollywood.
1918
Indian Cinematograph Act mulai
berlaku.
1924
Program radio pertama disiarkan secara
pribadi dengan pemancar 40w oleh
Madras Presidency Radio Club Radio.
1925
Light of Asia oleh Himansu Rai adalah
film pertama yang diproduksi bersama
dengan perusahaan Jerman.
1933
Sairandhri (Prabhat Studios, Pune)
adalah film berwarna pertama India
(diproses dan dicetak di Jerman).
1935
Konvensi India Motion Picture pertama
1940
Dewan Penasihat Film dibentuk oleh
Pemerintah India.
50
Tabel ini menyebutkan berbagai peristiwa yang berkaitan dengan
internasional dari industri ini, yaitu impor pengetahuan teknologi, dam sebagainya.
2.2. Film Bollywood Di Indonesia
2.2.1. Masuknya Bollywood di Indonesia
Televisi di Indonesia lahir pada era Demokrasi Terpimpin, yang dipimpin
oleh presiden pertama Indonesia yaitu Presiden Soekarno. Saat itu, hanya terdapat
satu saluran dalam pertelevisian yaitu Televisi Republik Indonesia (TVRI).
Pemerintah berusaha membangun televisi Indonesia sebagai sarana informasi,
pendidikan, dan hiburan sehingga seluruh masyarakat Indonesia dapat
menikmatinya. Dalam hal alokasi pajak film impor, serangkaian peraturan film
lahir yang mencerminkan seringnya perubahan kebijakan Menteri Informasi. Dari
kebijakan berikut, dapat dilihat bahwa ada berbagai pola dalam mengalokasikan
dana film impor:96
1. Keputusan Menteri Penerangan No.71 / SK / M / 1967 ditandatangani oleh
Menteri Penerangan B.M. Diah (1967-1971) yang berisi ketentuan bahwa
semua importir diwajibkan membeli saham produksi dan rehabitilasi
perfilman nasional seharga Rp.250.000,– untuk setiap film yang mereka
impor, dan ini berarti bahwa investasi film nasional mulai diusahakan.
96 Nicky Elfitasmi, Bollywood Movie In Indonesia On Perspective Of India’s Diplomacy.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2019.
51
2. Keputusan Menteri Penerangan No. 74 / Kep / Menpen / 73 yang
ditandatangani oleh Menteri Penerangan Boediharjo (1971-1975)
melanjutkan kebijakan penggalangan dana dari para importir film tetapi
lebih menekankan pada pendekatan kuantitas yang mengutamakan
pertumbuhan industri film. Karena itu, pemerintah melalui Departemen
Informasi membagikan kredit dari dana film impor kepada para pembuat
film. Meskipun jumlah produksi film meningkat pesat, kredit tidak pernah
kembali karena secara umum, kredit jatuh ke tangan mereka yang tidak
berpengalaman dalam memproduksi film.
3. Keputusan Menteri Penerangan No.47 / Kep / Menpen / 76 ditandatangani
oleh Menteri Penerangan Mashuri (1975-1978) yang memperluas
penggunaan dana yang dikumpulkan dari importir. Dana impor tidak hanya
terbatas untuk digunakan untuk produksi film tetapi juga film, media massa
dan kemungkinan pendanaan untuk Kementerian Informasi. Yang berbeda
dari keputusan Menteri Keuangan sebelumnya, melalui keputusan baru ini
Menteri Informasi Mashuri memberlakukan "produksi wajib" pada
importir. Implikasi dari kebijakan ini adalah banyaknya produksi film tanpa
diikuti oleh peningkatan kualitas (karena keterbatasan pekerja film) dan
distribusi film nasional yang tidak merata. Berangkat dari situasi ini, PT
Perfin didirikan, didukung oleh Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri
(Menteri Penerangan, Menteri Pendidikan, dan Menteri Dalam Negeri)
52
yang mengharuskan bioskop untuk memutar film Indonesia dua kali
sebulan.
Masuknya Bollywood di Indonesia dimulai ketika film India yang berjudul
Chandraleikha ditayangkan pada 1948. Film ini mendapatkan reaksi yang positif
dari rakyat Indonesia, sehingga Indonesia pun meningkatkan jumlah film-film India
yang akan diimpor.97 Jumlah film meningkat pada tahun 1950 menjadi 12 film, dan
pada tahun 1951 hanya berkurang menjadi delapan film. Pada tahun 1952, film-
film India yang hebat naik lagi tetapi hanya mencapai 22 film.98 Tidak hanya India,
Film Malaya (sekarang Malaysia) juga turut mendominasi di Indonesia, yang
menyebabkan turunnya minat masyarakat terhadap film Indonesia. Maka, pada
1954 dibentuklah sebuah kebijakan mengimpor film satu banding tiga di antara film
Indonesia dan film Malaya. Kebijakan ini mengatur bahwa hanya satu film Malaya
yang dapat diimpor ke Indonesia jika sudah ada tiga film Indonesia diekspor ke
Malaya.99
Kebijakan impor film yang dilakukan oleh pemerintah saat itu juga
menguatkan keberadaan Bollywood di Indonesia. Persari dan Perfini adalah dua
perusahaan yang berusaha mengimpor film India dengan mutu menengah dan
berhasil menuai kekaguman penonton di semua bioskop kelas I melalui beberapa
97 Nicky Elfitasmi, Bollywood Movie In Indonesia On Perspective Of India’s Diplomacy.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2019. 98 Nicky Elfitasmi, Bollywood Movie In Indonesia On Perspective Of India’s Diplomacy.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2019. 99 Hendaru Tri Hanggoro, Film Indonesia Digoyang Film India. 2015.
https://historia.id/kultur/articles/film-indonesia-digoyang-film-india-voRgK diakses pada 29 April 2020
53
judul, seperti Boot Polish, Awara, dan Adhikar. Selanjutnya, pada tahun 1957,
persediaan film India yang dimiliki oleh para importir masih dapat memenuhi layar
bioskop hingga pemutaran film selama 3 (tiga) tahun ke depan. Bahkan, keberadaan
film India di bioskop-bioskop kelas II dan III tersebut mengambil lahan pasar film
Indonesia. Akibatnya, industri film nasional kala itu berada di ambang kehancuran.
Pemerintah terkesan lambat mengambil sikap untuk membatasi film India.100
Pada Desember 1991, Mahabharata pertama kali ditayangkan di televisi
Indonesia pada saluran TPI dengan 91 episode. Kemudian disusul Ramayana
dengan 49 episode, lalu dilanjutkan dengan Komandan Chanakya yang semuanya
tayang di TPI. Keberhasilan film India tentu saja didukung oleh kebijakan impor
film di Indonesia seperti yang dijelaskan sebelumnya. Saluran Televisi Rajawali
Citra Televisi Indonesia (RCTI) kemudian mengikuti pemutaran film-film India
pada 1995, kemudian Surya Citra Televisi (SCTV) juga menayangkan film-film
India pada 1996. Pada 1996 Indosiar juga ikut memeriahkan pemutaran film-film
India yang slotnya terus bertambah hingga tahun 2000-an. Bollywood bahkan
meledak ketika Kuch Kuch Hota Hai dibintangi oleh Shah Rukh Khan, Kajol dan
Rani Mukherjee ditayangkan di Indosiar pada tahun 2001.
Sejak itu, orang Indonesia menjadi terobsesi pada bintang-bintang India.
Shah Rukh Khan menjadi pria romantis yang diimpikan oleh wanita, romantis dan
ikon. Ketenaran Shah Rukh Khan di Indonesia membuat Kementerian Kebudayaan
100 Melissa Indriana Putri, Tayangan India Dalam Industri Televisi Indonesia (Studi Kasus tentang Komodifikasi pada Trend Program India Periode 2014-2015). 2015. Hlm 74
54
dan Pariwisata Republik Indonesia mengundangnya untuk mengadakan festival
budaya India-Indonesia berjudul 'Bollywood Extravaganza' yang ditayangkan di
Indosiar. Karena antusiasme yang besar terhadap Kuch Kuch Hota Hai, saluran
televisi Indonesia mendapatkan lebih banyak keuntungan dengan mendapatkan
banyak rating, dan fenomena ini menjadi motivasi bagi saluran televisi lain untuk
menayangkan lebih banyak film India dalam daftar mereka.101
Peminat Bollywood meningkat pesat pada 2001-2002, kemudian menurun
hingga 2007. Pada rentang 2005-2007, hanya SCTV yang masih menayangkan
acara India pada jam-jam sibuk. Pada tahun-tahun itu, SCTV memutar film-film
India dalam program Bollywood Gala setiap hari Senin, Rabu, dan Minggu yang
konsisten pada jam 21:00 malam sampai 22.30 WIB. Film-film yang sebelumnya
diputar berjudul Chalte Chalte, Hum Tumhare Hain Sanam, Mohabbatein,
Bewafaa, Main Hoon Na, Kyun Ho Gaya Na, Veer Zaara, Hitam, Dhoom, Dil
Mange More, Bunty Aur Babli, Salaam Namaste, Mujhse Dosti Karoge sebagian
besar dibintangi Shahrukh Khan, Abhishek Bachchan, Preity Zinta, Rani
Mukherjee, Aishwarya Rai, dan Amitabh Bachchan. Pada awal 2009, salah satu
film India meledak lagi di bioskop global dengan membawa judul Slumdog
Millionaire.
101 Amelinda Ari Ratnadewi, Diplomasi Kebudayaan India Dalam Mempererat Hubungan
Bilateral Melalui Serial Televisi Bollywood di Indonesia Tahun 2014 - 2015. Universitas
Parahyangan. 2017
55
2.2.2. Produser Keturunan India di Indonesia
Dalam dunia perfilman Indonesia tidak hanya memiliki produser lokal,
produser berketurunan India di Indonesia juga turut sera dalam membangun citra
perfilman di Indonesia. Produser keturunan India seperti Manoj Punjabi, KK
Dheeraj, juga memiliki karya yang sangat populer.102 Produser India lokal juga tapi
dengan modal besar. Rumah produksi besar yang umumnya dimiliki keturunan
India itu bersinergi dengan sineas lokal yang juga ingin membangun perfilman
Indonesia, bukan saling mendominasi.
1. Raam Punjabi
Raam, sebelumnya memang tak langsung berkiprah di dunia perfilman.
Dulu, ia pernah bekerja di sebuah perusahaan tekstil. Tak sampai dua tahun, ia
keluar dari perusahaan tekstil tersebut. Telah memproduksi film dan sinetron
selama lebih dari tiga dekade. Ia merupakan pemimpindari Multivision Plus
(MVP Pictures)
2. Chand Parwez Servia
Chand Parwez Servia merupakan pemimpindari Starvision. Kebanyakan
film karya Chand ini bergenre drama dan komedi. Misalnya saja, beberapa debut
film yang pernah ia produksi seperti Virgin (Ketika Keperawanan Dipertanyakan)
102 Fauzan Jamaludin, 4 Jawara Keturunan India di Jagat Perfilman Indonesia
https://www.merdeka.com/peristiwa/4-jawara-keturunan-india-di-jagat-perfilman-
indonesia.html?page=5 diakses pada 14 Maret 2021
56
yang dirilis tahun 2004, Heart (2006), Love is Cinta (2007), Get Married (2007),
Laskar Pemimpi (2010), Perahu Kertas (2012), Slank Nggak Ada Matinya (2013),
Cinta Brontosaurus (2013)
3. Manoj Punjabi
Manoj Punjabi merupakan pemimpin dari MD Entertainment. Bukan tidak
mungkin, melalui kehebatannya dalam memproduksi film, mampu menghasilkan
karya-karya yang tak kalah juga dari keturunan India lain yang juga bergerak di
dunia perfilman. Banyak karya-karyanya yang diminati oleh orang Indonesia
bahkan hingga banyak mendapat penghargaan seperti ajang Panasonic Awards,
SCTV Awards, dan masih banyak lagi. Beberapa karyanya di antaranya Surga yang
Tak Dirindukan (2015) (Diadaptasi dari novel Asma Nadia), Cinta Fitri (2006),
Ayat-ayat Cinta (2008), Habibie & Ainun (2013), dan masih banyak lagi.
4. KK Dheraj
Pria keturunan India juga terkenal sebagai orang pembuat film. Film-film
yang telah dirinya buat sejak 2007 lalu hingga kini terbilang sudah banyak. Bahkan,
banyak memiliki peminat. Dirinya juga membuat film tentang Jokowi, di mana film
tersebut mendapatkan perhatian positif dari berbagai pihak sekaligus penghargaan
di ajang festival film Indonesia tahun 2014 kategori Film Bioskop Terbaik.
57
BAB III
HUBUNGAN SOSIAL BUDAYA INDIA-INDONESIA PERIODE 2012 –
2016
Budaya biasanya bermanifestasi dalam pendidikan, seni, sains, dan olahraga.
Dengan demikian diplomasi budaya dapat diartikan sebagai upaya suatu negara
untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya melalui budaya, baik secara
mikro seperti pendidikan dan sains, olahraga dan seni. Atau, secara makro
mengikuti karakteristik utama, seperti propaganda dan lainnya, yang dalam arti
konvensional dapat dianggap sebagai ekonomi politik suatu negara.103 Diplomasi
budaya dapat dilakukan oleh pemerintah atau non-pemerintah, individu dan kolektif
di setiap warga negara. Oleh karena itu, pola hubungan diplomasi budaya antar
bangsa dapat terjadi antara siapa saja sebagai aktor, di mana tujuan utama dan
tujuan diplomasi budaya adalah untuk mempengaruhi opini publik (komunitas
negara lain). Materi atau isi diplomasi budaya adalah bahwa segala sesuatu secara
makro dan mikro dianggap sebagai pemanfaatan aspek budaya (kebijakan luar
negeri), dan sebagainya.104
India dan Indonesia memiliki keanekaragaman budaya yang unik. Penduduk
yang kerap menurunkan tradisi dan kebudayaan lokal menjadikan budaya yang
dimiliki Indonesia dan India tetap terjaga dengan apik sehingga dapat dinikmati
103 Tulus Warsito dan Wahyuni Kartikasari. Diplomasi Kebudayaan. Konsep dan
Relevansi Bagi Negara Berkembang: Studi Kasus Indonesia.Yogyakarta: Ombak. 2007. Hlm. 3 104 Tulus Warsito dan Wahyuni Kartikasari. Diplomasi Kebudayaan. Konsep dan
Relevansi Bagi Negara Berkembang: Studi Kasus Indonesia.Yogyakarta: Ombak. 2007. Hlm. 21
58
hingga saat ini. Beberapa kesamaan dalam hal budaya yang dimiliki Indonesia dan
India menjadikan hubungan keduanya semakin erat seperti saudara.105 Hubungan
sosial-budaya antara India dan Indonesia sudah sangat lama. Dampak budaya India
telah terlihat dalam semua bidang kehidupan masyarakat Indonesia. Mereka
berbagi banyak kesamaan agama dan budaya dengan India, misalnya seperti kisah
Mahabharat dan Ramayana yang memengaruhi kebudayaan Jawa dan melahirkan
beberapa karya sastra, seperti Kakawin Ramayanadan Kakawin Bharatayuda.106
Menurut bukti sejarah, kontak antara India dan Indonesia telah terjalin sejak
dahulu. Pedagang dari India, terutama dari wilayah pesisir timur dan selatannya,
melakukan perjalanan jauh dan luas dalam mengejar perdagangan dan menjalin
hubungan perdagangan dengan negara-negara di wilayah yang sekarang dikenal
sebagai Asia Tenggara, dan kemudian dikenal sebagai Dvipantara dari
Suvarndvipa. Dengan berlalunya waktu, hubungan-hubungan ini diperkuat dan
dengan tegas dibangun. Akibatnya, ada pertukaran budaya yang tidak hanya
mempengaruhi ekonomi, tetapi juga masyarakat kontemporer, politik dan
budaya.”107
Seiring dengan sejarah yang telah terjalin antara India dan Indonesia, India
akhirnya menyadari bahwa mereka memiliki peluang besar dengan melakukan
105 Melissa Indriana Putri, Tayangan India Dalam Industri Televisi Indonesia (Studi Kasus
tentang Komodifikasi pada Trend Program India Periode 2014-2015). 2015. Hlm. 59 dapat diakses
melalui: http://eprints.undip.ac.id/46923/3/BAB_II.pdf 106 Rahul Mishra, Mosaics of Cultures:Investigating the Role ofCultural Linkages in India-
Indonesia Relations. IDSA ISSUE BRIEF. 2011. Hlm.3 107 PHlmgunadi, I.G.P., The Indonesian Mahabharata Udyogparva, Hlm.1
59
kerja sama dengan Indonesia. Indonesia memiliki banyak sumber daya potensial
yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan nasional India.108 Namun,
memiliki hubungan yang baik dengan pemerintah Indonesia ternyata tidak cukup
untuk India, India perlu lebih dekat dengan masyarakat Indonesia untuk
membangun citra India di Indonesia. India ingin menjangkau setiap lapisan warga
negara Indonesia tidak hanya dengan pemerintah. Jika India berhasil merebut hati
warga negara Indonesia, kerja sama ini akan berlangsung lama dan memberi
manfaat bagi India di banyak sektor.
Pada tahun 2009, India dan Indonesia mengadakan pertemuan bilateral yang
diadakan di Yogyakarta dan berlangsung pada 27-28 Agustus 2009. Pertemuan ini
membahas tentang adanya peluang untuk menjalin kerjasama dalam bidang
pariwisata. Tahun 2010, Shri R.H Kwhaja selaku Sekretaris Kementerian
Pariwisata India menjadi perwakilan dari India dan Wardiyatmo selaku Sekretaris
Jenderal Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia menjadi perwakilan
dari Indonesia bertemu untuk membahas pentingnya penguatan di bidang
pariwisata serta menandatangani MoU (Memorandum of Understanding) mengenai
kerjasama pariwisata dan mencari peluang dalam mengembangkan pariwisata
kedua negara. Kedua delegasi India dan Indonesia meyakini bahwa menaikkan arus
wisatawan dapat mendorong pertumbuhan pariwisata secara signifikan. Dalam
MoU (Memorandum of Understanding) kali ini, India dan Indonesia sepakat untuk
108 Nicky Elfitasmi, Bollywood Movie In Indonesia On Perspective Of India’s Diplomacy.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2019. Hlm. 4
60
saling memberikan bantuan dalam upaya untuk meningkatkan jumlah kunjungan
wisata turis ke India maupun Indonesia.109
Pada tahun 2013, Perdana Menteri Dr. Manmohan Singh melakukan
kunjungan sebagai ‘balasan’ ke Indonesia. Dalam kunjungan tersebut lima cabang
terbentuk untuk memperkuat perjanjian New Strategic Partnership serta
penandatanganan perjanjian untuk memerangi perdagangan gelap obat bius dan
narkotika, penanggulangan bencana, serta pemberantasan korupsi.110 Tidak hanya
itu, pertemuan ini turut membicarakan kemungkinan adanya agenda kerjasama di
sektor lainnya seperti pangan, pertanian, energi dan pertambangan, transportasi,
kepariwisataan, pendidikan, teknologi komunikasi dan informasi, ekonomi kreatif,
industri pertahanan, kejahatan transnasional hingga penanggulangan terorisme.
Berikut merupakan kegiatan sosial budaya yang dilaksanakan oleh India dan
Indonesia dalam rentang waktu 2012 hingga 2016:
1. Publikasi Buku India: Scripting Future Histories (2012)
Publikasi ini berupaya menghadirkan kepada para pembaca di Indonesia
sebuah snapshot dari berbagai sektor India, kekuatannya dan jalan di depan. Gurjit
Singh, mantan Duta Besar India untuk Indonesia menjelaskan bahwa publikasi ini
telah diterbitkan dalam 'Bahasa Indonesia' untuk kepentingan teman-teman
109 Enhance Tourism Cooperation Between India and Indonesia. (2010, Desember 20).
Dapat diakses melalui Press Information Bureau Government of India Ministry of Tourism:
http://pib.nic.in/newsite/PrintRelease.aspx?relid=68590 110 Embassy of India : Jakarta, Indonesia, India-Indonesia Bilateral Relations, dikutip dari
http://www.indianembassyjakarta.com/index.php/2013-05-20-10-02-04 Diakses tanggal 29 September 2020
61
Indonesia dan akan disebarluaskan.111 Publikasi ini juga memiliki bab terpisah
tentang peluang pendidikan untuk orang indonesia, yang memberikan tinjauan
umum tentang beasiswa yang ditawarkan dalam berbagai skema. India dan
Indonesia secara tradisional berbagi ikatan historis dan budaya.
Berdasarkan fakta, ikatan kedua negara sekarang telah berkembang menjadi
kemitraan strategis yang mencakup berbagai bidang. Hubungan perdagangan dan
investasi antara kedua negara telah meningkat meskipun krisis global, dan India
berharap untuk perluasan keterlibatan ekonomi dengan membawa lebih banyak
investasi dan partisipasi oleh perusahaan India dalam pengembangan Indonesia
untuk saling menguntungkan kedua negara.112 Gurjit Singh juga mengucapkan
terima kasih kepada grup Sun Media karena mengeluarkan publikasi ini dan juga
para sponsor yang mendukung inisiatif ini.
2. Publikasi Buku Weave of Friendship (2013)
Buku ini berisi tentang upaya India mempromosikan kebudayaannya di
Indonesia, yang salah satunya diaplikasikan dengan mendirikan Jawarhalal Nehru
Indian Culture Centre (JNICC) di Jakarta. JNICC memiliki tujuan utama
membangun, memperkuat dan memperkuat hubungan budaya dan saling pengertian
antara India dan Indonesia.113 Menjadi negara yang kaya akan legenda, mitos, dan
111 Gurjit Singh, dalam India: Scripting Future Histories. Sun Media Pte Ltd. Dapat diakses
melalui: http://www.sunmediaonline.com/magazine/indiaindonesia/indiaindonesia12.pdf 112 Gurjit Singh, India: Scripting Future Histories. Sun Media Pte Ltd. Dapat diakses
melalui: http://www.sunmediaonline.com/magazine/indiaindonesia/indiaindonesia12.pdf 113 Embassy of India, Jawaharlal Nehru Indian Cultural Centre
https://www.indianembassyjakarta.gov.in/jnicc diakses pada 29 September 2020
62
cerita rakyat. Kedua negara memiliki latar belakang budaya yang kaya. Melalui
JNICC, warisan tradisi dan budaya India tetap hidup di Indonesia.
Selain itu, buku ini juga dibekali tentang perkembangan film industri di
India yang telah berusia 100 tahun. Sinema India memiliki keunikan dalam
kemampuan bercerita dan kekuatan absolutnya untuk menggetarkan. Pendekatan
sinematik yang berbeda dari sinema dunia lainnya, yakni memiliki emosi yang
tinggi dan format ‘yang baik selalu menang’ berhasil menghadirkan nilai-nilai dan
ikatan keluarga. Hal inilah yang menghubungkannya dengan negara-negara Asia
seperti Indonesia.114 Kisah-kisah berpusat pada keluarga, sekitar hubungan, sekitar
cinta, harapan, jatuh dan bangun dan yang paling penting di sekitar kemenangan
kebenaran. Tak lupa juga agama, kekuatan cinta yang luar biasa, kebajikan
pengorbanan, yang menjadikan film India berkualitas sebagai penghibur keluarga.
Terakhir, buku ini juga membahas tentang keterikatan fashion antara India
dan Indonesia. Kain tenun, ikat, memiliki ikatan tradisional dengan India. Ini adalah
warisan bersama yang dimiliki oleh kedua negara. Ini adalah warisan yang dimiliki
kedua negara; tradisi tekstil yang kaya dan beragam, yang dapat ditelusuri kembali
ke sejarah awal sejak kembali ke milenium ketiga.115 Dengan kedua daerah
memiliki tradisi tenun tekstil yang beragam. Dengan unsur sejarah yang sama,
ikatan budaya India dan Indonesia yang erat dan pengaruh mereka satu sama lain
telah memainkan peran penting dalam evolusi masyarakat.
114 Syed Jaafar Alkaff, dkk., Weave of Friendship. Sun Media Lte Ptd. Dapat diakses
melalui: www.sunmediaonline.com/magazine/indiaindonesia/indiaindonesia13.pdf Hlm. 7 115 Syed Jaafar Alkaff, dkk., Weave of Friendship. Sun Media Lte Ptd. Dapat diakses
melalui: www.sunmediaonline.com/magazine/indiaindonesia/indiaindonesia13.pdf Hlm. 16
63
3. Indian Film Festival (2013)
Tahun 2013 merupakan tahun yang memiliki keistimewaan bagi penggemar
film – film Bollywood di Indonesia. Di tahun ini, Kedutaan Besar India di Jakarta
mengadakan festival film India yang berlangsung tangal 23 – 27 September 2013
dalam rangka dunia perfilman India merayakan 100 tahun sejak mereka
menciptakan karya-karyanya. Dalam festival ini, Kedutaan Besar India
menyediakan peragaan busana, Screening Film, Pameran Poster Film, dan Seminar
film: “Our Films, Their Films” dan akan ditutup dengan penampilan dari trio
musisi terkenal, Shankar, Ehsaan dan Loy yang tampil live di Jakarta. Screening
berbagai macam film India dilaksanakan di XXI Cineplex Senayan, Jakarta.
Festival ini juga turut mengundang produser film di Indonesia.116 Gurjit Singh, Duta
Besar India untuk Indonesia mengharapkan bahwa acara ini akan menciptakan
kerangka kerja untuk menciptakan perjanjian produksi bersama antara industri film
India dan Indonesia.
116 Christian Razukas, In Jakarta, Indian film festival aims at Bollywood and beyond.
https://www.thejakartapost.com/news/2013/09/23/in-jakarta-indian-film-festival-aims-bollywood- and-beyond.html, diakses pada 5 April 2020
64
Gambar 3.1.
Poster Indian Film Festival
Sumber: https://www.solopos.com/100-tahun-sinema-india-kedubes-india-sajikan-sendratari-
ramayana-449830
Festival yang dimulai pada 23 September ini diawali dengan pemutaran
'Raja Harishchandra', yakni film fitur pertama India yang diproduksi dan
disutradarai oleh Dadasaheb Phalke. Selain itu, sebuah peragaan busana, "Weave of
Friendship", juga diadakan pada hari pembukaan. Acara ini akan menampilkan
teknik dan desain tekstil Indonesia dan India, kata kedutaan di situs webnya.
Pameran lain akan merayakan sejarah sinema India melalui poster film selama
bertahun-tahun.117 Film-film yang akan ditayangkan sepanjang 23-37 September
117 Business Standars, India to celebrate cine centenary in Jakarta. https://www.business-
standard.com/article/pti-stories/india-to-celebrate-cine-centenary-in-jakarta- 113092100527_1.html, diakses pada 5 April 2020
65
2013 adalah 15 film-film ikonik India dengan 3 film yang akan ditayangkan setiap
harinya.118
Festival yang merayakan 100 tahun Sinema India adalah wujud pelaksanaan
diplomasi bilateral dan memperkuat hubungan kedua negara melalui
perkenalan dan pertukaran budaya. Melihat antusiasme masyarakat Indonesia
terhadap film India, maka pemerintah India mengadakan satu kegiatan yang
mengisi Perayaan 100 Tahun Sinema India dengan menampilkan para bintang
Bollywood. Kehadiran aktor-aktor ini mendapat respon positif dari masyarakat,
selain itu mereka juga memberikan kontribusi dalam penyebaran budaya
India di Indonesia. Pergelaran kebudayaan ini mengindikasikan bahwa
perkembangan Film Bollywood semakin diminati oleh masyarakat Indonesia.
Serta, melalui budaya popular tersebut, masyarakat Indonesia telah mengenal
budaya, karakter dan kehidupan sosial bangsa India secara tidak langsung.119
‘
118 Indian Embassy Jakarta,
https://www.indianembassyjakarta.gov.in/images/Movie%20Screening%20Catalog.pdf 119Hindustan Times, Indian cinema's 100 years celebrated in Indonesia.
https://www.hindustantimes.com/bollywood/indian-cinema-s-100-years-celebrated-in- indonesia/story-glKdVBueOuNYrJidHkmF6L.html
66
4. Sahabat India: Festival of India in Indonesia 2015
Tahun 2015, Kedutaan Besar India mengadakan sebuah event yang bernama
Sahabat India: Festival India di Indonesia 2015: 'Sahabat India - Festival India di
Indonesia' diresmikan pada 26 Januari 2015 oleh Ibu Megawati Soekarnoputri,
mantan Presiden Indonesia. Festival ini diselenggarakan dari 26 Januari hingga 15
Agustus 2015.120 Selama Festival India, lebih dari 35 acara yang berbeda seperti
tarian rakyat, drama tari, pertunjukan boneka, pertunjukan musik, pameran,
seminar, promosi mal, pemutaran film Bollywood, dokumenter dan seperti
terorganisir enam belas kota berbeda di Indonesia.121
Dalam press release yang dikeluarkan oleh Ministry of External Affairs
Pemerintah India, Duta Besar Gurjit Singh mengatakan bahwa Pemerintah India
dalam beberapa bulan terakhir telah mengambil beberapa inisiatif seperti Hari Yoga
Internasional, Kampanye Clean India, Digital India, Make in India dan
sejenisnya.122 Festival India akan membawa pengalaman-pengalaman ini untuk
berbagi dengan Indonesia. Duta Besar berterima kasih atas dukungan yang
diberikan untuk Festival India oleh Menteri Luar Negeri, Kebudayaan, Pariwisata
& Tekstil Pemerintah India dan Dewan Hubungan Budaya India untuk
120 Ministry of Culture Government of India, Launch of “Sahabat India”: Festival of India
in Indonesia 2015, dapat diakses melalui: https://www.indiaculture.nic.in/launch-
%E2%80%9Csahabat-india%E2%80%9D-festival-india-indonesia-2015 121 Press Release Launch of “Sahabat India”: Festival of India in Indonesia 2015, dapat
diakses melalu:ihttp://www.mea.gov.in/Portal/CountryNews/3441_Launch_of_Sahabat_India-
Festival_of_India_in_Indonesia_2015.pdf 122 Press Release Launch of “Sahabat India”: Festival of India in Indonesia 2015, dapat
diakses melalui:http://www.mea.gov.in/Portal/CountryNews/3441_Launch_of_Sahabat_India- Festival_of_India_in_Indonesia_2015.pdf
67
menyelenggarakan acara-acara ini. Dia juga memuji dan menghargai dukungan dari
Kementerian Luar Negeri, Pariwisata, Kebudayaan dan Pendidikan Pemerintah
Republik Indonesia dan Pemerintah Kota Jakarta dan berbagai Pemerintah provinsi,
Universitas, Lembaga yang juga menjanjikan dukungan untuk acara ini.123
Tamu Kehormatan yakni Esti Andayani selaku Direktur Jenderal Informasi
dan Diplomasi Publik, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia mengucapkan
selamat kepada Pemerintah India dan Kedutaan Besar untuk membawa Festival
India ke Indonesia. Dia menyatakan harapan bahwa Festival India akan
memperkuat hubungan persahabatan antara kedua negara dan memperkuat kontak
orang-orang. Dia mengatakan bahwa rencana untuk membawa Festival India ke 15
kota berbeda di Indonesia, akan meningkatkan apresiasi untuk India di Indonesia.
Esti berkomentar bahwa India dan Indonesia memiliki budaya yang sama dan
bekerja untuk perdamaian, stabilitas dan harapan untuk semua. Ia membagikan
pengalamannya tentang berbagai macam masakan India & tujuan wisata.124
Konferensi pers juga ditunggu oleh beberapa selebritas terkemuka Indonesia
termasuk MI. Shinta Kamdani, CEO Sintesa Group dan pakar dalam tim
implementasi Ekonomi di Kantor Wakil Presiden; Farah Quinn, seorang tokoh TV
dan koki selebriti yang terkenal di TV; Didiet Maulana, perancang dan
123 Press Release Launch of “Sahabat India”: Festival of India in Indonesia 2015, dapat
diakses melalui:http://www.mea.gov.in/Portal/CountryNews/3441_Launch_of_Sahabat_India-
Festival_of_India_in_Indonesia_2015.pdf 124 Press Release Launch of “Sahabat India”: Festival of India in Indonesia 2015, dapat
diakses melalui:http://www.mea.gov.in/Portal/CountryNews/3441_Launch_of_Sahabat_India-
Festival_of_India_in_Indonesia_2015.pdf
68
wirausahawan muda terkenal yang terkenal dengan merek IKAT Indonesia; Ringgo
Agus Rahman, aktor selebriti; Laksmi Pamuntjak, seorang penulis terkenal; dan
Asma Nadia seorang penulis perjalanan. Mereka berbicara tentang kesukaan
mereka pada India, film Bollywood, penulis dan akademisi India, prestasi ilmiah di
sektor IT, budaya dan makanan, dan memperluas dukungan mereka ke Festival
India.125
5. International Day of Yoga (2015)
Pada 21 Juni 2015, Indonesia akan menjadi bagian dari perayaan global
pertama Hari Internasional Yoga. Inisiatif di balik peringatan global yoga ini
berasal dari India, negara tempat rejimen latihan, diyakini sudah ada sejak 2.700
SM. Pemerintah India mengusulkan agar acara tersebut menjadi perayaan global
resmi untuk Majelis Umum PBB pada bulan Desember 2014.126 Proposal tersebut
disetujui dengan dukungan dari 177 negara, termasuk Indonesia. Kegiatan ini
diselenggarakan oleh kedutaan besar India dan konsulat jenderal di seluruh
Indonesia akan menyelenggarakan acara yoga di empat kota, yakni Jakarta, Bali,
Medan, dan Surabaya. Acara ini bebas dan terbuka untuk umum.127
125 Press Release Launch of “Sahabat India”: Festival of India in Indonesia 2015, dapat
diakses melalui:http://www.mea.gov.in/Portal/CountryNews/3441_Launch_of_Sahabat_India-
Festival_of_India_in_Indonesia_2015.pdf 126 Permanent Mission of India to UN, Press Release, The Observance of the First
International Day of Yoga 21 June 2015. Dapat diakses melalui:
https://www.pmindiaun.gov.in/index.php/pressrelease/NQ,, 127 Ika Krismantari, Indonesia to Join First International Day of Yoga Celebration. Jakarta
Post https://www.thejakartapost.com/news/2015/06/18/indonesia-join-first-int-l-day-yoga- celebration.html, diakses pada 22 April 2020
69
Dalam menyelenggarakan acara tersebut, Kedutaan Besar India dan
konsulat jenderal telah bermitra dengan 20 lembaga yoga di seluruh negeri dengan
harapan menarik perhatian banyak orang dan peserta yang diperkirakan mencapai
2.000 orang.128 Guru Yoga yang bernama Ravi Dixit mengatakan bahwa tanggal 21
Juni telah dipilih untuk menandai Hari Yoga Internasional karena itu adalah saat
ketika matahari mencapai titik terjauh di utara khatulistiwa, atau yang dikenal
sebagai titik balik matahari musim panas. Kegiatan ini terus berlangsung hingga
pada 2018 Kedutaan Besar India mengumumkan Press Release tentang perayaan
International Day of Yoga yang keempat.
Selama Festival India, tarian rakyat, drama tari, pertunjukan boneka,
pertunjukan musik, pameran, seminar, promosi mal, pemutaran film Bollywood,
dokumenter dan sejenisnya akan diadakan di beberapa lokasi bergengsi di Jakarta.
Selain itu, kami juga mencari untuk membawa segmen festival ke lima belas kota
lain di Indonesia, termasuk Bali, Yogyakarta, Bandung, Surabaya, Surakarta,
Semarang, Bogor, Serang, Purwakarta, Makassar, Medan, Padang, Banda Aceh,
Samarinda, Balikpapan, dan Palembang. Ini akan membantu orang-orang Indonesia
di berbagai kota memiliki pandangan sekilas ke India, yang akan menumbuhkan
pemahaman yang lebih besar.129 India menantikan untuk keberhasilan peningkatan
keterlibatan India dengan Indonesia dan mengundang semua teman-teman
128 Ika Krismantari, Indonesia to Join First International Day of Yoga Celebration. Jakarta
Post https://www.thejakartapost.com/news/2015/06/18/indonesia-join-first-int-l-day-yoga-
celebration.html, diakses pada 22 April 2020 129 https://www.thejakartapost.com/news/2015/01/26/message-from-the-ambassador-of-
india-to-indonesia.html
70
Indonesia untuk bergabung dalam perayaan persahabatan India yang telah lama
terjalin dengan Indonesia.130
6. Peluncuran Komik Perjalanan Menelusuri Sejarah: Cerita Indonesia dan
India (2015)
Buku komik ini menceritakan tentang masa-masa awal ketika Indonesia dan
India bertemu dan melewati periode-periode yang berbeda dari interaksi historis,
sosial dan budaya, yang juga mencakup periode keterlibatan intelektual dan
ekonomi serta perjuangan kebebasan kedua negara.131 Peran pemimpin India Netaji
Subhash Chandra Bose, Rabindra Nath Tagore, Pt. Jawaharlal Nehru dan Biju
Patnaik diilustrasikan, seperti halnya para pemimpin Indonesia seperti Presiden
Soekarno, Wakil Presiden Hatta, antara lain. Perjalanan buku komik melewati Look
East Policy India beralih ke Act East. Buku komik ini akan didistribusikan ke
perpustakaan, sekolah, universitas dan di antara anak-anak dan perpustakaan umum
dalam upaya diplomasi publik yang unik.132
130 Press Release Launch of “Sahabat India”: Festival of India in Indonesia 2015, dapat
diakses melalui:http://www.mea.gov.in/Portal/CountryNews/3441_Launch_of_Sahabat_India-
Festival_of_India_in_Indonesia_2015.pdf 131 Priyambodo RH, Indian Embassy releases Comic Book on India Indonesia Relations.
https://en.antaranews.com/news/99282/indian-embassy-releases-comic-book-on-india-indonesia-
relations, diakses pada 25 April 2020 132 Priyambodo RH, Indian Embassy releases Comic Book on India Indonesia Relations.
https://en.antaranews.com/news/99282/indian-embassy-releases-comic-book-on-india-indonesia- relations, diakses pada 25 April 2020
71
Gambar 3.2.
Duta Besar India untuk Indonesia Gurjit Singh bersama selebritas Indonesia
Sumber: antara.com
Perilisan buku ini tepat di hari yang sama dengan acara International Day of
Yoga. Publikasi komik ini juga dihadiri oleh sejumlah selebriti Indonesia termasuk
aktor Nicholas Saputra, Agus Ringgo, Anjasmara, perancang busana ikat Didiet
Maulana, novelis, penulis skenario layar Asma Nadia, koki selebriti Farah Quinn,
Dr Lula Kamal selaku brand ambassador Godrej Indonesia, yang mensponsori
komik adalah bagian dari peluncuran komik.133
133 Priyambodo RH, Indian Embassy releases Comic Book on India Indonesia Relations.
https://en.antaranews.com/news/99282/indian-embassy-releases-comic-book-on-india-indonesia-
relations, diakses pada 25 April 2020
72
Terealisasikannya komik ini berasal dari inisiatif Duta Besar India untuk
Indonesia, Gurjit Singh dan mantan kepala Arsip Indonesia, Tamalia Alisjahbana,
yang bekerja dengan sejarawan Indonesia Prof Agus Aris Munandar untuk
menyiapkan teks. Duta Besar Singh merasakan perlunya publikasi semacam itu
untuk mengingatkan orang muda Indonesia akan sejarah kami.134 Duta Besar Gurjit
Singh mengatakan bahwa kisah India telah diceritakan dalam banyak cara melalui
Festival India dan media sosial telah banyak digunakan. Namun, ada sejumlah besar
sekolah dan perpustakaan umum di mana orang ingin tahu tentang hubungan India
dengan Indonesia dalam bahasa mereka sendiri maka terbitlah komik ini.135
7. Incredible India Education Event
Tahun 2016, Kedutaan Besar India mengadakan acara bernama Incredible
India Event, yang disertai education fair pameran edukasi yang akan
memperkenalkan universitas – universitas ternama di India. Acara ini akan
berlangsung selama dua hari dan terbuka untuk umum, tepatnya tanggal 4 dan 5
Maret 2016 di Manhattan Hotel Jakarta.136 Pameran edukasi ini juga akan dihadiri
oleh perwakilan dari universitas – universitas ternama di India. Selain pameran,
juga akan ada seminar-seminar yang akan diisi oleh Kedutaan Besar India dan
134 Priyambodo RH, Indian Embassy releases Comic Book on India Indonesia Relations.
https://en.antaranews.com/news/99282/indian-embassy-releases-comic-book-on-india-indonesia-
relations, diakses pada 25 April 2020 135 Priyambodo RH, Indian Embassy releases Comic Book on India Indonesia Relations.
https://en.antaranews.com/news/99282/indian-embassy-releases-comic-book-on-india-indonesia-
relations, diakses pada 25 April 2020 136 Madava Nanda, Kedutaan Besar India Gelar ”Incredible India Education Fair”
https://www.provoke-online.com/index.php/lifestyle/event-agenda/5373-kedutaan-besar-india- gelar-incredible-india-education-fair, diakses pada 25 April 2020
73
alumni Indonesia yang pernah kuliah di India. Acara Incredible India Education
Fair sendiri diadakan dan didukung oleh Kedutaan Besar India untuk Indonesia
yang membuka kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk berkuliah di India dan
juga terdapat beasiswa untuk kuliah di India.
Gambar 3.3.
Poster Incredible India Sumber: provoke-online.com
74
BAB IV
DAMPAK INDUSTRI FILM BOLLYWOOD DALAM HUBUNGAN SOSIAL
BUDAYA INDIA DAN INDONESIA PERIODE 2012 – 2016
4.1. Dampak Industri Film Bollywood Dalam Hubunan Sosial Budaya
Kajian dalam hubungan internasional telah berkembang jauh lebih luas dari
sebelumnya; Hal ini ditunjukkan dengan berbagai fenomena yang terjadi dalam
masyarakat internasional. Isu-isu yang terjadi di setiap negara juga berbeda seiring
perkembangan zaman di mana hubungan ekonomi, politik, sosial dan budaya lintas
batas menjadi lebih intensif, baik itu berupa konflik, maupun kerjasama. Globalisasi
menggeser pengaplikasian hard power sebagai cara untuk memperoleh tujuan
menjadi soft power karena dinilai lebih efisien dan juga tidak menimbulkan banyak
kerusakan dan korban seperti dalam pengaplikasian hard power.
Penggunaan soft power telah memicu masalah non-tradisional seperti
masalah sosial dan budaya. Negara menggunakan nilai budaya masing-masing
dalam menyampaikan soft power melalui diplomasi publik. Satu budaya
merepresentasikan identitas suatu negara, dan melalui diplomasi publik dapat
diperluas, dan diperdalam dengan maksimalisasi peran aktor swasta dan
pemerintah. Selain itu, produk budaya seperti musik, olah raga, tari, film,
pariwisata, warisan tradisional, kesenian, dan kesusastraan akan membuat
masyarakat lebih memahami dan mengakui kekuatan atau kepopuleran suatu
negara.
75
Banyak negara menggunakan nilai budaya mereka untuk menyampaikan soft
power mereka melalui diplomasi publik kepada orang-orang di negara lain.
Diplomasi publik yang digunakan oleh pemerintah suatu negara sebagai upaya
berkomunikasi dengan orang-orang dari negara lain untuk memberikan pemahaman
terhadap gagasan dan cita-cita negara, institusi dan lembaga dan budaya, serta
tujuan dan kebijakan nasionalnya.137
Diplomasi budaya India melalui Bollywood memberikan dampak positif bagi
hubungan kedua negara, tidak hanya bagi India, namun juga Indonesia.
Terbentuknya kerjasama serta kegiatan sosial dan kebudayaan di Indonesia
merupakan sebuah bukti bahwa diplomasi budaya India di Indonesia berhasil.
Konsep diplomasi budaya dan publik terikat dengan konsep branding atau untuk
membuatnya lebih sederhana untuk manajemen merek. Dapat diasumsikan bahwa
prinsip dasar dalam membangun merek suatu negara sama dengan dalam ranah
komersial pembentukan identitas.
Hal ini didasarkan pada bagian membuat proposisi atau upaya, biasanya
berdasarkan nilai-nilai berbasis emosi, yang dapat diubah menjadi simbol yang jelas
dan fleksibel dan harus efektif untuk berdampak pada banyak situasi dan banyak
kelompok sasaran. Tidak diragukan lagi bahwa negara-negara saat ini bersaing satu
sama lain di pasar global dan seperti halnya dengan produk, salah satu tujuan
137 Hans Tuch, Communicating With the World: US Public Diplomacy Overseas(New
York: St Martin’s Press, 1990), p. 3, as cited in Jan Melissen, The New Public Diplomacy: Soft
Power in International Relations (New York: Palgrave Macmillan: St. Martin’s Press, 2005) Hlm. 11-12
76
mereka sebelumnya adalah untuk mempertahankan keunggulan kompetitif mereka
atas negara lain.
Negara-negara menyadari bahwa menunjukkan warisan budaya mereka
memberi mereka kesempatan untuk menunjukkan siapa mereka, dan menciptakan
citra positif. Diplomasi budaya terikat dengan pemerintah suatu negara dalam
mencapai tujuan kebijakan luar negerinya, yang tujuan utamanya adalah untuk
mempopulerkan negara, penduduknya, budaya, bahasa, dan untuk menciptakan
citra positif negara kepada negara lain. India menggunakan industri perfilman
Bollywood sebagai sarana untuk mempopulerkan negaranya.
Melalui industri perfilmannya, India mampu menciptakan merek tersendiri
dengan Bollywood yang terinspirasi dari Hollywood. Namun, India juga perlu
mempromosikan Bollywood agar tetap relevan dan diterima oleh masyarakat di
tengah persaingan ketat dengan negara-negara lain di Asia lainnya seperti Korea
Selatan dengan Hallyu Wave yang juga menyajikan serial drama yang dikemas
secara sederhana dan juga Jepang dengan anime, manga, serta cosplay atau
permainan kostumnya.
Sedangkan diplomasi publik berkaitan dengan pengaruh sudut pandang sosial
terhadap perumusan dan pelaksanaan politik luar negeri. Ini mencakup aspek
hubungan internasional yang berada di luar diplomasi tradisional seperti
mempengaruhi opini publik di luar negeri, saling mempengaruhi oleh kelompok
swasta dan kelompok penekan di negara satu sama lain, melaporkan kejadian di
77
luar negeri dan dampaknya terhadap politik, berkomunikasi antara mereka yang
bekerja, antara diplomat dan koresponden asing dan proses komunikasi antar
budaya. Aktor yang berperan dalam diplomasi publik juga non state actor atau aktor
non negara.
Perdana Menteri Narendra Modi mengupayakan penggunaan diplomasi
publik sebagai alat bagi India untuk mempromosikan diplomasi budaya yang
dikemas dalam industri perfilman Bollywood. Selain itu, strategi media yang efektif
dan penggunaan media sosial dengan maksimal juga diperlukan. Berikut
merupakan upaya diplomasi publik yang dilakukan oleh India:
1. Aktif mencari audiens baru, baik audiens di dalam ataupun luar
negeri, terutama yang aktif dalam dunia perpolitikan. Audiens yang
aktif dalam dunia perpolitikan berfungsi sebagai pembentuk opini
kunci di India.
2. Stake holders (pembuat kebijakan) membuat kebijakan luar negeri
yang lebih demokratis, misalnya terlibat dalam dialog dengan
komunitas di luar elit politik. Sehingga dapat memperoleh
kepercayaan masyarakat karena bersifat terbuka.
3. Memanfaatkan media massa dengan baik sebagai alat utama untuk
menyebarkan informasi. Contohnya ialah menggunakan social media
seperti Facebook, Twitter, YouTube, dan sebagainya.
78
Selain pada bidang sosial dan budaya, Bollywood juga memberikan
keuntungan bagi beberapa sektor lainnya di Indonesia, misalnya Peningkatan
Rating Stasiun Televisi Indonesia. Dalam dunia pertelevisian, rating sangatlah
penting dan kehadiran Bollywood sangat menguntungkan beberapa stasiun televisi
di Indonesia. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan jumlah rating dalam
stasiun televisi di Indonesia yang menayangkan film dan serial Bollywood,
misalnya ANTV.
Pemerintah belum melakukan pembatasan impor program asing. Melalui
Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) yang disusun
oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), pemerintah hanya mengatur persoalan
porsi tayang dalam batasan jumlah program dan durasi tayangnya.
Sementara, film dan serial hasil produksi India datang secara bergantian,
sehingga tidak sepenuhnya diisi oleh program asing dalam mengisi slot pada jam
prime time televisi Indonesia, misalnya pada stasiun televisi ANTV.
ANTV menjadi stasiun televisi yang terkenal dengan tayangan cita rasa
India berhasil mengontrak artis India sejak November 2014 untuk mengisi
berbagai judul programnya atau sebagai bintang tamu di acara-acara stasiun
ANTV seperti Pesbukers. Hingga pertengahan tahun 2015, trend India belum
terlihat tanda-tanda akan menghilang. Langkah tersebut juga diikuti oleh stasiun
televisi lainnya, yakni Indosiar. Indosiar mulai menayangkan serial lokal namun
menggunakan judul, pemain, dan setting lokasi dengan mencampurkan India
79
dengan Indonesia. Serial tersebut berjudul Kuch Kuch Dangdut dan mulai
ditayangkan pada 11 Mei 2015, setiap pukul 16.30 WIB.
Industri Pertelevisian Indonesia didukung dengan Instruksi Presiden yang
dikeluarkan pada tahun 2009, yakni Instruksi Presiden Republik Indonesia
Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif. Instruksi
Presiden tersebut menyebutkan bahwa televisi juga tergolong ke dalam industri
kreatif yang semakin diperhatikan perkembangannya melalui kegiatan
ekonominya yang didasarkan pada kreativitas untuk menciptakan daya kreasi dan
daya cipta individu yang bernilai ekonomis.
Instruksi Presiden sejalan dengan Pasal 4 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, yang berisi bahwa televisi
merupakan sebuah lembaga ekonomi yang memiliki kuasa penuh untuk
mengatur roda bisnisnya. Peraturan tersebut memiliki kecenderungan yang sama
dalam mendorong persaingan antar stasiun televisi dalam berlomba mencari
komoditas yang memiliki posisi yang kuat untuk menarik penonton. Karena
suksesnya film dan serial Bollywood di Indonesia, bahkan kedua negara ini
berkolaborasi bersama yang berjudul Cinta Bersemi di Langit Taj Mahal yang
menghadirkan Shaheer Shekh sebagai pemeran utamanya.
80
ANTV memiliki kenaikan laba perusahaan naik 29,4 persen menjadi Rp. 64,1
miliar pada kuartal pertama dari Rp. 49,6 miliar pada tahun 2013.138 Penayangan
serial kolosal seperti Mahabarata dan Mahadewa pada tahun 2014 memiliki
rating yang cukup tinggi bagi ANTV. Kedua serial tersebut mampu meraih total
rating 16,2% dan 18,%.139 Ketika ANTV menayangkan program Mahabharata
Show selama tiga jam pada tahun 2014, rating ANTV dapat mencapai 21% dan
22% yang juga mengalahkan piala dunia yang memiliki rating 19,4%. Selain
Mahabharata, serial Jodha Akbar menempati urutan ke-5 dengan perolehan rating
17,2%, dilanjutkan dengan Ramayana di urutan ke-9 dengan 10 %.
Otis Hahijary selaku Direktur Operasional ANTV menyatakan bahwa rating
ANTV setiap harinya sudah berkutat di antara peringkat satu dan dua, tergantung
pada jam tayang program. Di saat tayangan India, rating ANTV sudah dipastikan
ada diperingkat pertama.140 Pada 2016, tayangan serial India porsinya sebanyak 8,5
jam setiap harinya. Secara porsi, konten lokal dari ANTV masih dominan, yakni
65%. Sedangkan program asing termasuk India hanya 35%. Pendapatan ANTV
pada tahun 2016 meningkat. Secara year to date (YTD) dari awal tahun hingga
September 2016, pendapatan ANTV dapat mencapai Rp 8,23 triliun. Nilai itu naik
138 Khoirul Amin, ‘Indian Drama Series, World Cup Boost ANTV Rating’,
https://www.thejakartapost.com/news/2014/06/27/indian-drama-series-world-cup-boost-antv-
ranking.html, diakses pada 10 Maret 2021 139 Khoirul Amin, ‘Indian Drama Series, World Cup Boost ANTV Rating’,
https://www.thejakartapost.com/news/2014/06/27/indian-drama-series-world-cup-boost-antv-
ranking.html, diakses pada 10 Maret 2021 140 Hendra Gunawan, Tayangan Serial Dongkrak Rating dan Pendapatan ANTV,
https://industri.kontan.co.id/news/tayangan-serial-dongkrak-rating-pendapatan-antv, diakses pada
10 Maret 2021
81
42% jika dibandingkan dengan tahun 2015 yang berjumlah Rp 5,8 triliun.141
Pendapatan di tahun 2016 juga merupakan pencapaian tertinggi ANTV.
Selain itu, industri pakaian jadi di juga mengalami pengingkatan. Gaya
berbusana di film dan serial Bollywood sangat kental dengan unsur budayanya.
Pengunaan saree menarik minat masyarakat Indonesia untuk mencobanya.
Sehingga, industri pakaian jadi serta berbagai kelengkapannya mengalami
kenaikan sebanyak 4,52% terhitung sejak tahun 2012 hingga 2016.142 Industri
percetakan dan dapur produksi media rekaman juga mengalami kenaikan
sebanyak 20,13% di tahun yang sama. Industri ini mencakup karya film dan juga
serial televisi, buku-buku, serta publikasi edukasi sains, sejarah hingga buku
budaya. Perkembangan Impor industri makanan India ke Indonesia seperti buah
dan sayur baik yang diasinkan atau dimaniskan dan dikeringkan mengalami
kenaikan yakni 446,78% dan 19,72%.143
141 Hendra Gunawan, Tayangan Serial Dongkrak Rating dan Pendapatan ANTV,
https://industri.kontan.co.id/news/tayangan-serial-dongkrak-rating-pendapatan-antv, diakses pada
10 Maret 2021 142 Tiara Putri Latief, Diplomasi Kebudayaan India Terhadap Indonesia Melalui Industri
Bollywood Dalam Meningkatkan Perekonomian Periode 2015-2017. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. 2018. Hlm. 82
143 Tiara Putri Latief, Diplomasi Kebudayaan India Terhadap Indonesia Melalui Industri
Bollywood Dalam Meningkatkan Perekonomian Periode 2015-2017. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. 2018. Hlm. 82
82
4.2.Analisis Dampak Bollywood dalam Hubungan Sosial Budaya India dan
Indonesia 2012 – 2016
Keberhasilan India dalam diplomasi budayaya tersebut tak lepas pengaruh
dari tiga (3) upaya India dalam mempopulerkan negaranya demi memeroleh citra
baik dan kepercayaan dari suatu negara, yang dalam kasus ini, melalui industri
perfilman Bollywood di Indonesia, yang berhasil menarik kepercayaan masyarakat
Indonesia. Ketiga hal tersebut di antaranya adalah:
1. Pembentukan Citra
Gagasan dari diplomasi publik ialah tentang menjual kebijakan, nilai, dan
citra nasional. Kekuatan citra suatu negara muncul dari kemajemukan budaya,
politik dan ekonominya. Sejak awal abad ini, India telah meningkatkan
penekanan pada diplomasi publik. India telah menginvestasikan sejumlah
besar sumber daya dalam diplomasi publik. Tujuan utamanya adalah untuk
memanfaatkan soft power India serta meningkatkannya. Baik pendekatan
tradisional maupun pendekatan baru diplomasi publik digunakan untuk
mengamankan tujuan ini.
Penekanan pada penggunaan diplomasi publik India semakin meningkat
setelah pemerintahan yang dipimpin Narendra Modi dilantik pada tahun 2014.
Perdana Menteri Modi dikenal karena “penggunaan yang penuh semangat atas
aset kekuatan lunak India melalui strategi manajemen media yang efektif dan
penggunaan yang cerdas dari media sosial.”
83
Persaingan antar negara dalam mencapai kepentingan negara masing-
masing ialah hal yang mutlak. Di masing-masing persaingan pasti ada
pemenang dan pecundang, dan setiap negara sangat bergantung pada
keberhasilan, kejelasan, penekanan, dan antusiasme, di mana negara itu
memproyeksikan merek atau citra nasionalnya. Ketiga hal yang penting bagi
suatu negara adalah: brand atau merek yang melekat, investasi asing, dan
pariwisata.144 Merek yang dimaksud ialah suatu hal yang menjadi ciri khas,
yang mengingatkan kepada suatu negara, misalnya Bollywood adalah India,
dan India adalah Bollywood.
Merek dapat dipromosikan melalui pembentukan citra yang berasal dari
opini publik. Pembentukan citra negara merupakan penerapan konsep dan
teknik pemasaran perusahaan ke publik atau negara – negara, demi
meningkatkan reputasi mereka dalam hubungan internasional. Simon Anholt,
seorang praktisi kebijakan negara yang juga turut mengembangkan tentang
citra negara menyatakan:
“Nations may have brands –in the sense that they have reputations, and
those reputations are every bit as important to their progress and
prosperity in the modern world as brand images are to corporations and their
products –but the idea that it is possible to ‘do branding’ to a country (or to a
city or region) in the same way that companies ‘do branding’ to their products,
is both vain and foolish.”
144 Jan Melissen, The New Public Diplomacy: Inovation in Diplomatic Practices. New York: Palgrave Macmillan. 2005. Hlm. 172
84
Semakin baik citra dalam suatu negara, semakin mudah untuk mencapai
perubahan. Citra yang baik dapat dipengaruhi juga oleh opini publik yang
kuat. Menurut penulis, hal ini menjelaskan pentingnya pengetahuan tentang
intensitas opini yang dapat memiliki konsekuensi untuk diplomasi publik.
Keabsahan suatu sumber dan reputasi termasuk dalam salah satu faktor
perubahan opini yang paling menentukan. Pesan yang disebarkan oleh negara
yang dipersepsikan secara positif lebih dapat dipercaya dan sebaliknya.
Fokus dari program pembentukan citra biasanya adalah visual, yang
diadopsi oleh semua organisasi yang mengambil bagian dalam program yang
menggunakannya sebagai alat pendukung. Terkadang simbol visual sangat
kuat, tetapi simbol saja tidak cukup. Harus ada ide inti dibalik simbol yang
memiliki makna nyata, yang membuat suatu negara berbeda. Maka dari itulah
diperlukan kejelasan antara fokus dari suatu negara, variasi dalam pesan yang
akan disampaikan, dan dengan target audiensnya.145
Citra suatu negara cenderung muncul melalui stereotip, dengan kata
lain menempatkan bangsa dan orang-orangnya dalam kategori. Meskipun
terlihat sederhana, stereotip mampu menyediakan jalan pintas ke persepsi
sikap dan orientasi yang disengaja. Fakta bahwa ini adalah proses yang
dinamis dan lancar menunjukkan bahwa dimungkinkan untuk mengatur citra
yang ingin ditampilkan. Pembangunan citra bangsa yang efektif dapat dimulai
145 Jan Melissen, The New Public Diplomacy: Inovation in Diplomatic Practices. New York: Palgrave Macmillan. 2005. Hlm. 150
85
dari stereotip, melawan apa yang berpotensi merusak citra baik dan
memperkuat aspek positif.
Selain itu, citra suatu bangsa tidak semata-mata didasarkan pada
pengalaman masyarakat, tetapi juga dipengaruhi oleh pengetahuan dan
kepercayaan sebelumnya, stereotip masyarakatnya, kondisi sosial, politik dan
ekonomi yang berlaku, perusahaan dan produknya, masyarakatnya dan
budayanya, karakteristik nasionalnya, sejarah dan tradisi, dan benda tak
berwujudnya. Pengetahuan yang dimaksud ialah sebagai evaluasi kognitif
suatu tempat, diperoleh melalui informasi resmi (misalnya brosur dan situs
web resmi), laporan berita, artikel dan komentar di media, propaganda
komersial. Namun demikian, pengalaman pribadi para wisatawan dan
pengunjung lain sangat penting dalam hal pembentukan citra dan perasaan
kesetiaan. Pendapat yang baik meningkatkan citra, tetapi satu pendapat buruk
dapat menghancurkannya.
Individu biasanya mengeluarkan pendapat mereka sesuai dengan
pendapat pada umumnya atau mayoritas. Sedangkan masyarakat membangun
opini mereka sebelum memperoleh informasi tambahan (yang relevan).
Sehingga, proses pembentukan opini dan norma secara otomatis berasal dari
keluarga mereka, kelompok rujukan, dan budaya tempat mereka tinggal.146
Terbentuknya opini masyarakat juga dapat dipengaruhi oleh peran media
146 E. Noelle, dalam Laura Merickova, Obstacles to Public Diplomacy. Institute of Cultural Diplomacy. 2013. Hlm. 15
86
yang sangat besar, baik itu media cetak, media elektronik, dan media
online. Televisi merupakan suatu media elektronik yang populer di kalangan
masyarakat. Televisi saat ini telah menjadi jembatan penghubung arus
informasi dari berbagai belahan dunia, yang digunakan sebagai alat
penggiring opini masyarakat menuju pencitraan yang diinginkan.
Aktor non negara dapat berperan dalam pembentukan opini publik
melalui dunia perfilman. Film dapat memengaruhi dan bahkan mengubah
sudut pandang orang, ini adalah sesuatu yang unik, bagaimana kita dapat
menerima dan menangkap pesan yang disampaikan oleh film untuk
membentuk perspektif baru dan gambar yang disampaikan oleh film itu
sendiri.147 Film menyajikan data, fakta, pandangan, dan pemikiran dalam
pengemasan realitas suatu struktur narasi yang dikembangkan. Narasi
merupakan komponen yang selalu terkandung dalam setiap media dan bentuk
budaya apapun yang menyampaikan ideologi suatu budaya, dan merupakan
cara di mana terdapat nilai-nilai dan cita-cita. Bagaimana kekuatan narasi film
mampu membangun merek yang dapat membentuk citra suatu negara,
bergabung menjadi narasi sebagai bagian dari setiap adegan, menyamarkan
pesan komersial.
Film selalu menjadi salah satu alat paling berpengaruh untuk promosi
budaya nasional, warisan dan tradisi. Sebuah film selalu politis, bahkan ketika
147 Jessica Julia Mc. Jill, American Cinema as Cultural Diplomacy: Seeking International
Understanding One Film at a Time. University of California Los Angeles Electronic Theses and
Dissertations. Hlm. 4, dapat diakses melalui: https://www.cultureinexternalrelations.eu/cier- data/uploads/2016/08/Report2.pdf
87
itu tampaknya bersifat eksperimental dan sangat artistik. Dalam arsip film dan
dalam teks dan subteksnya, penonton dapat membaca dan belajar tentang
nilai-nilai sosial dan ide-ide politik. Sebagai media hiburan, film adalah agen
penting dari sosialisasi politik.148 Film dilihat melalui lensa yang sangat
personal, yang juga dapat memastikan kesetiaan konsumen dan memberikan
kepercayaan kepada produsen mengenai potensi penghasilan industri
perfilman tersebut di masa depan. Tanpa disadari, film juga dinilai cukup
efektif dalam menghubungkan ide-ide dan membentuk pola pikir seseorang.
Saat ini, banyak negara menggunakan film untuk mencapai minat mereka.
Film juga membuat kita mengenal suatu bangsa; ini karena film tersebut akan
berbagi aspek kehidupan yang terjadi di suatu negara, kisah-kisah realitas,
tren di suatu negara dengan gaya hidup yang diadopsi oleh bangsa.
Selain itu, juga terdapat keterkaitan mengenai masa lalu India sebagai
peradaban besar untuk posisi India saat ini dan ke depannya sebagai kekuatan
global. Besarnya peradaban yang dimiliki oleh India juga didukung dengan
luas wilayah India dan juga demografisnya. Sehingga, dengan kondisi
tersebut membuat masyarakat India merasa bahwa India pantas memainkan
peran yang lebih penting atau signifikan dalam dunia internasional.
Bollywood juga menjadi salah satu langkah yang menggambarkan atau
148 David Criteau & Hoynes, William. Media/Society: Industries, Images, and Audiences.
Los Angeles, CA: Sage. 2014. Hlm. 250
88
membentuk citra diri sendiri terhadap negara lain, yang membentuk
identitas nasional India.
2. Diaspora India di Indonesia
Indonesia berasal dari bahasa latin Indus, yang berarti “India”, dan
bahasa Yunani nesos, yang berarti pulau. (Karena kesamaan budaya di
kedua daerah). Nama ini berasal dari abad ke-18, jauh sebelum
pembentukan Indonesia merdeka. Kerajaan Hindu-Budha yang tidak
dikenal, seperti Sriwijaya, Medang, Sunda dan Majapahit adalah
pemerintahan yang dominan di Indonesia, dan berlangsung dari abad ke-16,
dengan sisa yang terakhir di Bali. Sejarah dan hubungan bersama antara
Indonesia dan India harmonis dan damai.149
Menurut bukti sejarah, kontak antara India dan Indonesia telah terjalin
sejak awal era Masehi dan melakukan persebaran agama Hindu, di
antaranya melalui perdagangan dan pernikahan. Pola agama yang dominan
pada saat agama Hindu dan Budha masuk ke Nusantara — pada milenium
pertama Masehi hingga akhir abad ketiga belas.150 Akibat kontak yang
intensif dan bertingkat, Jawa khususnya, didominasi oleh Hindu. Gambaran
149 T. Tomascik, dkk., The Ecology of the Indonesian Seas- Part one, dalam Mohammed
Tahseen Zaman, Socio-Cultural Between India and Indonesia. Department of Islamic Studies, Jamia
Millia Islamia University. ISBN 978-602-8273-53-4. Hlm. 67 150 M. Taufiq Rahman. ‘Indianization of Indonesia in an Historical Sketch’. International
Journal of Nusantara Islam. 2014. Hlm. 57
89
yang jelas bagaimana agama Hindu berdiri di Indonesia adalah adanya
kerajaan Hindu di Jawa Barat, yakni Kerajaan Tarumanagara.
Penyebaran budaya India di Indonesia mudah untuk dibuktikan.
Peninggalan arsitektur seperti Candi Borobudur, Prambanan, Sewu, dll serta
kehidupan mistis orang Jawa menunjukkan kehadiran dari persebaran
budaya India di Indonesia. Selain itu, pengaruh budaya India juga
ditunjukkan dengan munculnya konsep kerajaan di kerajaan Jawa. Konsep
ini melahirkan konsep aristokrasi dalam masyarakat Jawa.
Pulau Jawa juga memiliki pagelaran untuk menampilkan kisah – kisah
mitologi Hindu melalui wayang kulit, yang dilakukan oleh dalang dengan
menggerakkan wayang kulit di depan lampu minyak untuk membuat
bayangan wayang di layar putih. Wayang kulit dinikmati dan dihormati oleh
masyarakat Nusantara, dan pentas dapat berlangsung hingga semalam
penuh.151 Wayang menyembah dewa, menenangkan roh, menyucikan jiwa,
dan mengharmoniskan masyarakat serta menggambarkan kisah Ramayana
dan Mahabharata, yang cukup populer di Indonesia. Kisah tersebut
menceritakan tentang Pandawa dan Kurawa, dalam perang Bharathayudha.
Selain itu, hal yang menggambarkan betapa kuatnya pengaruh India
di Indonesia, antara lain tarian Jawa dan Bali, motif India dalam desain batik
tradisional, dan bahasa Sansekerta. Dengan kata lain, dalam sejarahnya,
151 M. Taufiq Rahman. ‘Indianization of Indonesia in an Historical Sketch’. International
Journal of Nusantara Islam. 2014. Hlm. 59
90
India adalah semacam saudara bagi orang Indonesia. Diakui bahwa
pergerakan manusia dilakukan dari pusat peradaban di Timur Tengah dan
Mediterania ke India dan Cina, baik melalui darat atau laut. Semua
perjalanan itu tentu saja membawa budaya dan membangun peradaban.
Unsur keagamaan dan kebudayaanlah yang menjadi awal mula hubungan
antara India dan Indonesia tetap terjalin dengan baik dari zaman dahulu
hingga zaman modern seperti sekarang ini.
Melihat hubungan India dan Indonesia yang awal mula terjalin
melalui unsur agama dan budaya, menandakan bahwa unsur kebudayaan
sangatlah penting sebagai elemen untuk mempromosikan suatu paham atau
ajaran dalam mencapai kepentingan. Sejak masa perang dunia pertama, para
diplomat telah mengakui nilai diplomasi budaya. Diplomasi budaya,
pertukaran ide, informasi, seni, dan aspek budaya lainnya di antara bangsa-
bangsa dan masyarakatnya merupakan komponen penting dari upaya
diplomasi publik yang lebih luas, yang pada dasarnya terdiri dari semua
yang dilakukan anasi untuk menjelaskan dirinya sendiri kepada masyarakat.
Negara yang berpartisipasi dalam interaksi dunia internasional
berusaha mencapai tujuan kebijakan internasional dan luar negeri. Sebuah
pendekatan budaya dalam sejarah internasional memandang budaya sebagai
proses dinamis di mana orang-orang dalam budaya yang sama memahami
dunia dan membentuk persepsi mereka dengan cara yang sama, yang
91
menghasilkan nilai-nilai yang dapat dipahami bersama.152 Peran budaya
dalam dunia internasional dapat ditemukan dalam abad ke-19, terutama
yang terkait dengan proyeksi budaya atau representasi budaya. Selain itu,
hubungan antara negara, kekuasaan, kebijakan luar negeri, dan budaya
menjadi signifikan ketika pemerintah menggunakan budaya untuk
meningkatkan stabilitas, keamanan atau bahkan hegemoni.153
India mulai menggencarkan pelaksanaan diplomasi publiknya di
Indonesia melalui kampanye The Incredible India 2011 (India Future of
Change 2010) digerakkan pada 2002.154 Dalam upaya memperkuat
hubungannya dengan Indonesia, India menggunakan kebudayaan (yang
juga merupakan implementasi dari diplomasi publik) sebagai sarana penting
dalam pembentukan kebijakan luar negerinya dengan didukung oleh
keunikan warisan kebudayaan India yang beragam dan telah terkenal sejak
zaman dahulu. Terdirinya pusat-pusat kebudayaan di berbagai negara
merupakan sebuah implementasi dari kegiatan diplomasi kebudayaan. Oleh
karena itu, kegiatan apapun yang dilaksanakan oleh pusat kebudayaan
tersebut secara langsung merupakan implementasi langsung dari diplomasi
kebudayaan.
152 Hwajung Kim, Bridging The Theoretical Gap Between Public Diplomacy and Cultural
Diplomacy. The Korean Journal of International Studies Vol.15, No.2 (August 2017), 293-326 Hlm.
311 153 Hwajung Kim, Bridging The Theoretical Gap Between Public Diplomacy and Cultural
Diplomacy. The Korean Journal of International Studies Vol.15, No.2 (August 2017), 293-326 Hlm.
310 154 Jayanti Andina, Peran Diaspora India dalam Mendukung Diplomasi Kebudayaan India
di Indonesia. Jurnal Global & Strategis. No. 2. Hlm. 207. Dapat diakses melalui: http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jgs0ac0e981612full.pdf
92
Secara garis besar, diplomasi kebudayaan India di Asia Tenggara dan
termasuk Indonesia memiliki tujuan. Aspek penting dari diplomasi
kebudayaan India adalah mengelola sekitar 6,4 juta diaspora India yang
tersebar atau yang tinggal di Asia Tenggara. Dalam karyanya yang berjudul
Defining Diaspora, Refining a Discourse, Kim D. Butler memberikan
makna mengenai diaspora. Butler menjelaskan diaspora secara singkat
sebagai persebaran orang-orang dari tempat mereka berasal.155 Studi
diaspora juga masih terus berkembang sehingga definisi diaspora pun
bervariasi dan diperdebatkan. Hal ini tidak dapat dihindari, karena para ahli
ingin meningkatkan serta menyempurnakan makna dari diaspora, sehingga
Butler menganggap perlu adanya komitmen untuk memahami makna,
proses, dan dampak dari diaspora tersebut.156
Adanya pernikahan antar negara antara masyarakat India dengan
Indonesia, serta festival budaya, pertukaran informasi di ranah akademis,
investor dalam bidang ekonomi dan perdagangan, dan klub diskusi,
menandakan bahwa hubungan antara masyarakat Indonesia dengan diaspora
India di Indonesia terjalin dengan baik. Tidak jarang pula masyarakat
diaspora India saling bertukar informasi dengan masyarakat Indonesia.
Jumlah beasiswa yang disediakan pemerintah India untuk Indonesia juga
155 Kim D. Butler, Defining Diaspora, Refining a Discours. Rutgers University. 2001. Hlm.
189. Dapat diakses melalui:
http://sites.middlebury.edu/nydiasporaworkshop/files/2011/04/Defining-Diaspora1.pdf 156 Kim D. Butler, Defining Diaspora, Refining a Discours. Rutgers University. 2001. Hlm.
189. Dapat diakses melalui: http://sites.middlebury.edu/nydiasporaworkshop/files/2011/04/Defining-Diaspora1.pdf
93
merupakan jumlah yang besar di antara negara-negara Asia Tenggara
lainnya.
Peran aktif masyarakat India yang tinggal di Indonesia turut
mendukung pelaksanaan diplomasi kebudayaan India di Indonesia. Pada
awalnya, diaspora memang memberikan arti penting di sektor
perekonomian. Namun seiring perkembangannya, interaksi yang terjadi
antara diaspora India dengan masyarakat Indonesia ternyata memiliki
hubungan timbal-balik yang sangat baik dan tidak jarang malah saling
menguntungkan. Interaksi diaspora India yang diterima dengan baik oleh
masyarakat Indonesia ini mengindikasikan bahwa kerjasama antara kedua
negara akan berjalan dengan baik dan penerapan kebijakan luar negeri India
melalui diplomasi kebudayaannya akan dengan mudah tercapai di
Indonesia, mengingat tidak sedikit dari masyarakat Indonesia yang memiliki
inisiatif tinggi untuk mengenal lebih jauh kebudayaan India.
3. Promosi Media Sosial
Film selalu mencerminkan budaya dan masyarakat kontemporer,
apalagi generasi muda saat ini selalu menginginkan partisipasi yang setara
dalam segala hal yang ingin mereka konsumsi. Kemunculan media sosial
telah menghasilkan ruang lingkup untuk membangun konten medianya
sendiri. Audiens menggunakan media sosial untuk mengkampanyekan film
favoritnya. Halaman film resmi Facebook, kontes online, membuat klub
94
penggemar atau sebuah forum adalah kegiatan terkini dari kaum muda di
situs jejaring sosial.
Bollywood juga mulai mengeluarkan banyak uang untuk promosi dan
pemasaran digital. Sebanyak 20% hingga 30% anggaran dihabiskan untuk
pemasaran digital pemasaran sebuah produksi film Bollywood.157 Menurut
laporan oleh Media Digital Hungama, sekitar 81% dari media online India,
terlibat dalam semacam interaksi sosial di web, menjadikannya tempat yang
ideal bagi pemasar film untuk menarik banyak orang muda. Kepala
operasional Jyoti Deshpande menyatakan bahwa pemasaran viral Internet
bukan tentang berapa banyak masyarakat ingin membelanjakan namun lebih
banyak tentang seberapa efektif masyarakat dalam membelanjakan. Saat ini
hampir menjadi hal yang lumrah untuk meluncurkan situs web dan juga
facebook fanpage atau halaman penggemar film.
Mempromosikan film melalui situs jejaring sosial seperti facebook,
blog, twitter, instagram, dan lain-lain dapat membantu membangun
reputasi, membuat percakapan nyata, dan menghubungkan masyarakat di
dunia online. Film-film biasanya memiliki trailer sebagai alur singkat film
tersebut. Peluncuran trailer secara online dan promosi aktor yang
menggunakan media sosial dapat menjaring penonton yang lebih banyak
karena mudahnya akses media sosial. Sehingga, penggemar tidak perlu lagi
157 Mausumi Bhattacharyya, Indian Hindi Film Industry Using Social Media Platform For
Promotions and Marketing: A Study With Special Reference to Facebook and Twitter. International
Journal of Technical Research and Applications Special Issue No.10. ISSN 2320-8163. 2014. Hlm. 130
95
untuk menunggu dengan sabar melalui majalah favorit mereka untuk
mencari berita terbaru dari industri perfilman. Karena, sekarang pengguna
media sosial dapat dengan mudah memeriksa dengan detail film yang akan
datang melalui situs film tertentu, halaman facebook, dan mengikuti kabar
berita aktor di twitter dan instagram.
Penggunaan platform digital untuk aksesibilitas yang mudah,
keramahan pengguna, dan jangkauan terbesar di luar batasan geografis telah
menjadi hal utama dalam promosi film Bollywood. Sebagian besar rumah
produksi mendirikan komunitas resmi untuk film sebelum dirilis.
Komunitas-komunitas ini memiliki kliping promo, preview lagu, wallpaper
dll. Komunitas juga biasanya menyediakan podium untuk berbicara dan
berbagi pendapat tentang film.
Sebelumnya di BAB I telah dijelaskan bahwa India dan Indonesia memiliki
sejarah kebudayaan yang mirip sehingga dapat dikatakan sebagai saudara.
Indonesia bahkan memiliki sebuah asosiasi yang bernama Indian Association of
Indonesia atau Asosiasi Masyarakat India di Indonesia, yang didukung oleh
Kedutaan Besar dan Pusat Kebudayaan India. Asosiasi ini terdiri dari orang – orang
India yang mendukung diplomasi kebudayaan di Indonesia melalui kegiatan yang
berupa perayaan hari-hari kebudayaan India.158 Selain itu, di Jakarta, ada juga klub
158 Jayanti Andina, Peran Diaspora India dalam Mendukung Diplomasi Kebudayaan India
di Indonesia. Jurnal Global & Strategis. No. 2. Hlm. 205. Dapat diakses melalui:
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jgs0ac0e981612full.pdf
96
bernama Indian Club Jakarta juga memiliki berbagai kegiatan kebudayaan
setiap tahunnya. Pada 2010 mereka mengadakan lima kegiatan, yakni Laavani
Darshan, Diwali Nite 2010, Young India’s Leading Jam Rock Band, Talen Nite
2010, dan Gubbare 2010.159
Menurut penulis, adanya asosiasi – asosiasi yang menggabungkan antara
masyarakat India dengan Indonesia tak luput dari peran industri perfilman
Bollywood yang membuat India dikenal di Indonesia. Industri hiburan dan media
India tersendiri bernilai $29 miliar pada tahun 2013, terbilang sangat besar.160 Film
Bollywood telah mendorong pertumbuhan yang pesat, yang juga menjadikan
Bollywood sebagai produsen film terbesar di dunia pada 2016. Sekitar 2,2 miliar
tiket film Bollywood terjual setiap tahun di seluruh negeri.161 Selain mengekspor
produk medianya sendiri, India semakin menjadi tempat produksi untuk perusahaan
media Hollywood dan korporasi media Amerika Serikat, terutama di bidang-bidang
seperti animasi dan pasca produksi. Jika membandingkan dengan Hollywood, dan
melalui perspektif diplomasi budaya, Bollywood dilihat lebih efektif daripada
negara lain di belahan dunia Selatan.
Identitas nasional lahir karena adanya konstruksi dengan proses tertentu
dengan jangka waktu yang panjang, tergantung pada waktu dan juga ruang, yang
159 Jayanti Andina, Peran Diaspora India dalam Mendukung Diplomasi Kebudayaan India
di Indonesia. Jurnal Global & Strategis. No. 2. Hlm. 206. Dapat diakses melalui:
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jgs0ac0e981612full.pdf 160 Daya Thussu, Rising Soft Powers: INDIA. Los Angeles: USC Center on Public
Diplomacy Hlm. 9 161 Nishitha Lingala, Bollywood: Breaking Down the Billions.
https://www.strangemarkets.com/bollywood-billions, diakses pada 16 November 2020
97
juga melibatkan tidak hanya diri sendiri (the self), namun juga orang lain (the
others). Masyarakat dibesarkan dengan bahasa dan budaya melalui lingkungan
keluarganya yang kemudian dikombinasikan dengan bahasa dan budaya lain, yang
telah berasimilasi dalam lingkungan sosialnya. Seperti sekolah, teman, dan lain-
lain.
Di antara lingkungan persepsi dan ekspresi pribadi dan umum, masyarakat
dapat dengan mudah beradaptasi antara budaya mereka dan budaya, mendukung
elemen-elemen dari kedua kategori tersebut. Namun, identitas nasional dan etnisitas
seiring waktu dapat menciptakan negara multikultural, seperti Indonesia. Unsur-
unsur seperti ini muncul dalam film-film yang mengaitkan Bollywood dengan
masyarakat. Dengan cara ini mereka mencoba memberikan perasaan tentang
bagaimana situasi emosional masyarakat dapat terlibat dalam keragaman
kebangsaan-terutama dalam pertentangan perbedaan budaya dan segregasi yang
dihadapi oleh para pendatang generasi kedua.
Selain itu, promosi nilai – nilai keluarga dan berorientasi komunitas, yang
menjadi pembeda dengan individualisme Barat, telah membuat film-film India di
negara lain, khususnya di negara berkembang menjadi lebih mudah diterima.
Religiusitas dan representasi gender mereka membuat film-film India secara
budaya dapat diakses oleh penonton Muslim, misalnya di negara-negara Arab, Asia
Selatan, Asia Tenggara. Meluasnya studio video Hindi hingga ke Hausa, di mana
film India diadaptasi atau disalin untuk pasar "Bollywood", menunjukkan nilai
mereka sebagai artefak budaya yang dapat dikerjakan ulang untuk menyesuaikan
98
dengan selera lokal. Ketertarikan visual dari pakaian, pemisahan gender, dan
minimnya konten seksual dalam film Hindi adalah salah satu penunjang mengapa
film – film Bollywood diminati.
Di Indonesia, pengaruh budaya dan agama India memiliki sejarah yang
panjang, film dan musik Bollywood sangat populer, mempengaruhi musik lokal
bahkan cara berpakaian masyarakat Indonesia terutama kalangan wanita dewasa.
Keberhasilan aktor pemeran serial televisi Bollywood yang berjudul Mahabharata
dalam menyebarkan pengaruh budaya India yang didukung oleh sejumlah
kebijakan perfilman India juga diakui oleh pemerintah Indonesia dengan turut
diundangnya para pemeran serial Mahabharata ini ke gedung Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia (DPR RI).
India yang berhasil mengaplikasikan multitrack diplomacy yang dijalankan
melalui kebudayaan, yang dalam penelitian ini melalui industri perfilman
Bollywood. Hal ini ditunjukkan dengan terjalinnya sejumlah kerja sama baru antara
Indonesia dan India, diantaranya adalah kerja sama dalam industri perfilman seperti
membuat sinetron dengan aktor – aktor India dan Indonesia, dan juga pelaksanaan
berbagai kegiatan kebudayaan.
Semenjak popularitas Bollywood kembali meningkat di awal tahun 2012,
telah mempengaruhi hubungan yang telah terjalin sebelumnya di antara India
dengan Indonesia. Berbagai kegiatan dan juga peluncuran buku terjadi di masa –
masa ini, yang juga menjamin hubungan sosial dan budaya antara India dan
99
Indonesia tetap erat seperti tahun – tahun sebelumnya. Berikut merupakan analisis
yang menjelaskan bagaimana Bollywood dapat mempengaruhi hubungan sosial dan
budaya India dan Indonesia periode 2012 – 2016.
Budaya dan film India dibahas secara luas di tingkat internasional. Film-film
Bollywood dan regional telah berkembang secara luar biasa selama periode waktu
tertentu dan memengaruhi nilai dan kecenderungan film global.162 Sejak 1998,
India telah menyatakan niat mereka untuk menggunakan potensi Bollywood sebagai
kekuatan lunak untuk memproyeksikan kepentingan ekonomi, geostrategis, dan
budaya yang semakin meningkat dari negara terbesar di kawasan Asia Selatan.
Industri budaya selalu menawarkan dukungan tanpa syarat untuk inisiatif kebijakan
luar negeri inti negara-bangsa dan bekerja sama dengan pembuat kebijakan dalam
upaya membangun citra dalam rangka mempromosikan kepentingan budaya,
ekonomi, dan militer di India.163
Mantan Menteri Luar Negeri India yang bernama Shashi Tharoor
menekankan betapa pentingnya bagi negara untuk dapat "menjual citra yang baik,"
yang dapat diandalkan selain militer dan ekonomi. Maka, budaya populer India
diperkenalkan untuk membentuk citra yang baik di mata publik. Menurut Tharoor,
elemen kekuatan lunak India adalah: Bollywood, yoga, Ayurveda (pengobatan
162 Dr. B.P.Mahesh Chandra Guru, dkk., History Of Indian Cinema. International Journal
of Business and Administration Research Review, Vol. 2, Issue.11, July - Sep, 2015. Hlm. 186 163 Azmat Rasul dan Mudassir Mukhtar. Bollywoodization Of Foreign Policy: How Film
Discourse Portrays Tension Between States. Journal of Media Critiques. Hlm. 11
100
alami India), pluralisme politik, keragaman agama, dan keterbukaan terhadap
pengaruh global.164
Sinema India selalu menemukan pasar di luar negeri dengan jumlah film yang
diekspor terbatas ke negara-negara seperti Uni Soviet, Timur Tengah, sebagian
Afrika, Asia Tenggara, Karibia, AS, Australia, dan Inggris Raya. Selama bertahun-
tahun, Bollywood, yang keluaran tahunannya lebih dari 400 film setahun dengan
3,6 miliar penonton di seluruh dunia, telah menjadi kenyamanan yang diperlukan
terutama bagi komunitas diaspora Asia Selatan.165 Akhirnya, ekspor film
Bollywood memainkan peran penting. dalam pertumbuhan popularitas industri film
India di luar negeri. Era globalisasi secara efektif menempatkan industri film India
pada platform global, tak terkecuali di Indonesia, yang sudah tidak asing lagi
dengan film-film India, lagu-lagu India, hingga budaya India.
Menurut penulis, terlepas dari aspek finansial dan keunikan film – film yang
dirilis di industri film India ada pula peran dari kesetiaan penonton dan ketenaran
aktor-aktor utama memainkan peran besar dalam mengamankan tidak hanya
pendapatan, tetapi juga citra India di dalam maupun luar negeri. Kesetiaan ini
meletakkan dasar untuk permintaan film – film lainnya di masa depan agar tetap
stabil terlepas dari kualitas film di tahun – tahun mendatang. Penting juga untuk
164 Nicolas Blarel. India’s Soft Power: From Potential to Reality: India: The Next
Superpower?. London School of Economics IDEAS Special Report. 2012. Hlm.29, dapat diakses
melalui: http://eprints.lse.ac.uk/43445/1/India_India%27s%20soft%20power%28lsero%29.pdf 165 Lakhsmi N. Tirumala, Bollywood Movies and Identity Construction Amongst Second
GenerationIndian Americans. 2009. Hlm. 5
101
tetap menanamkan nilai – nilai serta budaya dari India sebagai sebuah ‘identitas’
yang akan ditunjukkan kepada penonton, terutama penonton luar negeri. Sehingga,
nilai – nilai serta kebudayaan yang ada dalam film Bollywood tersebut
tersampaikan, misalnya di Indonesia.
Di Indonesia, penonton setia film Bollywood tidak sedikit, dan sebagai
penggemar setia, mereka juga akan mengikuti trend seperti gaya berpakaian dan
juga selera musik. Tingginya minat masyarakat kemudian mengarah kepada
berbagai macam kegiatan yang melibatkan tidak hanya masyarakat itu sendiri,
namun juga pemerintah India dan Indonesia seperti berjalannya pelaksanaan
diplomasi budaya. Pelaksanaan kegiatan diplomasi budaya India di Indonesia
meliputi pameran kesenian, budaya, musik, tari, dan lain sebagainya.
Pusat kebudayaan ini juga memberikan fasilitas perpustakaan yang cukup
baik dan lengkap, agar masyarakat Indonesia atau masyarakat India yang berada di
Indonesia tidak mengalami kesulitan dalam mencari data atau ingin mencari
informasi lebih dalam mengenai India dan sejarahnya. Pelaksanaan diplomasi
kebudayaan India juga melakukan kolaborasi antara pengajar-pengajar yang berasal
dari India asli dengan pengajar dari Indonesia untuk mendapatkan informasi yang
lebih dalam dan saling berkaitan antara satu dengan lainnya dalam pelaksanaan
102
kegiatan belajar dan mengajar agar tidak melenceng jauh dari kurikulum yang
sudah tersedia.166
Selain itu, diaspora India sangat aktif dalam kegiatan-kegiatan kebudayaan
pusat disponsori oleh Kedubes India di Indonesia. Hal ini dapat dilihat ketika
hampir semua kegiatan kebudayaan India terselenggara dengan baik dan mendapat
respon yang positif dari masyarakat sekitar. Tidak dapat dipungkiri bahwa
masyarakat Indonesia memang sudah tidak asing dengan kebudayaan India.
Sehingga, pelaksanaan berbagai kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan lancar
karena masyarakat Indonesia menerima dengan baik diaspora India.
Populasi orang India di Indonesia mencapai 500.000 orang. Jumlah ini
termasuk keturunan India dan asli India yang menetap di Indonesia. Di Surabaya,
total populasi India adalah sekitar 500-600 orang. Jumlah diaspora India terbesar
yang tinggal di Sumatera Utara, tepatnya di Medan. Banyak orang India juga
tinggal di Jawa dan Bali. Sisanya, sekitar 15%, tersebar di bagian lain Indonesia.167
Sebagai negara dengan budaya tingkat tinggi, komunitas India di mana pun mereka
berada tidak pernah lupa untuk melestarikan budaya mereka. Banyak diaspora India
terus mengenakan pakaian sari tradisional di berbagai pertemuan. Dekorasi tempat
ibadah dan tempat do’a sederhana ditemukan di setiap tempat tinggal komunitas
166 Jayanti Andina, Peran Diaspora India dalam Mendukung Diplomasi Kebudayaan India
di Indonesia. Jurnal Global & Strategis. No. 2. Hlm. 208. Dapat diakses melalui:
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jgs0ac0e981612full.pdf 167 Nicky Elfitasmi, Bollywood Movie In Indonesia On Perspective Of India’s Diplomacy.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2019.
103
India di Indonesia. Aksen India-Inggris yang sangat kental juga umum. Diaspora
India di Indonesia mengakomodasi keberadaannya dengan membentuk Asosiasi
India.168
Perkembangan media yang begitu pesat dan dekat dengan kehidupan manusia
menjadikan segala hal yang berkaitan dengan budaya dapat diakses dan dinikmati
dengan mudah. Media menjadi sarana memasarkan (mengiklankan) produk budaya
dan ideologi suatu negara, yang cukup efektif bagi “pemasaran” suatu budaya atau
ideologi tertentu. Media juga adalah merupakan sarana penyebaran makna-makna
yang diharapkan bagi dan kepada para konsumen media tersebut. Dalam penelitian
ini, pengaruh industri perfilman Bollywood terhadap hubungan sosial budaya antara
India dengan Indonesia dapat dilihat melalui masyarakat yang selalu antusias
dengan kehadiran sinema – sinema Bollywood, sehingga pemerintah India melihat
sebuah peluang untuk membuat hubungan diplomatiknya dengan Indonesia
menjadi lebih erat yang akhirnya menghadirkan sejumlah kegiatan – kegiatan
kebudayaan.
168 Nicky Elfitasmi, Bollywood Movie In Indonesia On Perspective Of India’s Diplomacy.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2019.
104
BAB V
KESIMPULAN
Sejak 1998, India telah menyatakan niat mereka untuk menggunakan potensi
Bollywood sebagai elemen dari pengaplikasian soft power untuk memproyeksikan
kepentingan ekonomi, geostrategis, dan budaya yang semakin meningkat dari
negara terbesar di kawasan Asia. Film-film Bollywood telah mengalami pergeseran
dalam berbagai variasi genre, dan berbagai film sekarang dibuat mengenai subjek-
subjek yang sebelumnya merupakan medan yang belum dijelajahi. Pembuat film
baru sedang bereksperimen dengan ide-ide baru dan akibatnya menanamkan
kehidupan baru di bioskop India. Alur serta tatanan yang mewah, lokal, dan
spektakuler, telah menjadi unsur penting dalam film-film Bollywood agar dapat
menarik minat dari penonton.169
Pemanfaatan optimal dari film dan televisi akan membutuhkan perubahan
sektoral yang mendasar termasuk koreksi strategis dan struktural, adopsi teknologi
baru, peningkatan koneksi konsumen dan efektivitas organisasi dari diplomasi
budaya. Faktanya, peminat hiburan India menikmati berbagai nyanyian dan tarian
yang ditampilkan, selama industri perfilman tersebut menyediakan. Di Indonesia,
apa pun produk Bollywood yang dikeluarkan, masyarakat tetap antusias karena
mereka telah menaruh kepercayaan kepada Bollywood. Sedangkan bagi pemerintah
169 D.D. Nabi., Ahmad, D. A., & KHlmid, D. Z. Bollywood : The Indian Celluloid saga. In
K. Valicha, The Moving Image : Study of Indian Cinema. Asian Academic Research Journal of Social Sciences & Humanities. 2014. Hlm. 260
105
Indonesia, murahnya harga untuk impor film – film Bollywood cukup menjadi
solusi agar pertelevisian Indonesia tidak membosankan, dapat membawa film – film
internasional ke dalam negeri merupakan sebuah prestise agar tidak tertinggal
zaman, ditambah masyarakat Indonesia menikmati film – film Bollywood.
India merupakan salah satu anggota dari negara BRICS (Brazil, Russia, India,
China, Afrika Selatan (South Africa), yang merupakan negara – negara dengan
perkembangan ekonomi yang cukup maju sehingga berpeluang untuk menjadi
negara maju. Dengan perkembangan tersebut, India cukup berambisi untuk
memperlihatkan kekuatannya, terutama pada benua Asia. India memerlukan strategi
yang tepat untuk memperlihatkan bahwa India mampu menjadi negara maju, dan
tahap pertama yang perlu dilakukan adalah memastikan negara lain mengakui
eksistensi India dan mengetahui India memiliki citra yang baik, tidak seperti negara
adidaya.
Telah dijelaskan bahwa Kementerian Luar Negeri India sepakat untuk
menjadikan budaya sebagai alat diplomasi untuk kepentingan yang ingin dicapai,
salah satunya untuk mendapat atensi dan citra baik dari negara lain, tak terkecuali
di Indonesia. India menjadikan industri perfilmannya yakni Bollywood sebagai alat
untuk memperkenalkan negara serta kebudayaannya di Indonesia. Pesan moral yang
disampaikan oleh film – film Bollywood sangat mudah diterima, karena mayoritas
filmnya memiliki genre kekeluargaan serta menerapkan norma – norma sosial dan
keagamaan yang sesuai dengan negara Indonesia. Peran dari aktor dan aktris
106
Bollywood juga sangat penting karena tidak dipungkiri juga masyarakat pasti akan
menilai visual terlebih dahulu.
Intensitas peminat Bollywood cukup tinggi di Indonesia pada periode 2012 –
2016 (puncaknya pada 2014 dan 2015), ditandai dengan maraknya series (drama)
India di pertelevisian Indonesia, populernya lagu – lagu India, dan juga pakaian –
pakaian India yang dijual di berbagai pasar di Indonesia. Hal ini merupakan sebuah
pencapaian karena upaya India mengoptimalkan budaya sebagai alat diplomasi pun
berhasil diterima oleh masyarakat Indonesia, yang menandakan masyarakat telah
menerima India dan juga menaruh kepercayaan kepada India. Hal ini tentu saja
merupakan peluang besar bagi India untuk tetap memiliki citra baik di mata
Indonesia agar mendapat pengakuan dari Indonesia dan juga dapat melakukan
berbagai kerjasama, yang dalam penelitian ini di bidang sosial dan budaya.
Bollywood telah menghasilkan banyak film yang menggambarkan citra India
dengan baik karena pesan moral dan norma yang ditampilkan oleh India melalui
Bolywood dapat diterima dengan mudah oleh negara lain. Hal in untuk
membuktikan bahwa India, sebagai calon kekuatan global progresif mampu
memainkan peran penting baik di tingkat regional maupun internasional. Industri
budaya juga selalu menawarkan dukungan tanpa syarat untuk inisiatif kebijakan
luar negeri inti negara-bangsa dan bekerja sama dengan pembuat kebijakan dalam
upaya membangun citra dalam rangka mempromosikan kepentingan budaya,
ekonomi, dan militer di negara mereka.
xiii
Daftar Pustaka
Buku:
Bose, Derek. 2006. Brand Bollywood: A New Global Entertainment Order. New
Delhi:Sage Publications India Pvt Ltd.
Caso, Federica & Caitlin Hamilton. 2015. Popular Culture and World Politic:
Theories, Methods, and Pedagogies. Bristol: E-International Relations
Publishing.
Criteau, David., dan Hoynes, William. 2014. Media/Society: Industries, Images,
and Audiences. Los Angeles, CA: Sage. Hlm. 250
Constantinou, Costas & Paul Sharp. 2016. The SAGE Handbook of Diplomacy.
Los Angeles: SAGE Publications Ltd.
Creswell, John W.. 1994. Research Design: Qualitative and Quantitative
Approaches, California: Sage Publications.
Djelantik, Sukawarsini. 2008. Diplomasi: Antara Teori dan Praktik,Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Gregory, Bruce. 2008. Public Diplomacy: Sunrise of an Academic Field. The
Annals of The American Academy of Political and Social Science: SAGE
Publication.
Hall, Ian. 2012. India’s New Public Diplomacy Soft Power and the Limits of
Government Action. Asian Survey Journal Vol.52 No.6. University of
California.
Hennida, Citra. 2009. Diplomasi Publik dalam Politik Luar Neger Vol 22 No.1.
Surabaya: Universitas Airlangga.
Hofstede, G & M. Minkov. 2010. Cultures and Organizations. Software of the
Mind.Intercultural Cooperation and Its Importance for Survival. New
York: McGraw Hill
Kaufman, J. 2013. Introduction to International Relations: Theory and Practice.
3rd ed. Boston: Allyn and Bacon.
Melissen, Jan . 2005. The New Public Diplomacy: Inovation in Diplomatic
xiv
Practices. New York: Palgrave Macmillan. Hlm. 172
Mohsin, Aiyub . 2010. Diplomasi: Teori dan Praktik Serta Kasus-Kasus.
Nazir, Moh. 2001. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nye, Joseph. 2005. Soft Power: The Means to Success in World Politics. New York:
Public Affairs.
R. Fitzpatrick, Kathy. 2011. U.S. Public Diplomacy in a Post-9/11 World: From
Messaging to Mutuality. Los Angeles, CA: Figueroa Press.
Sabari Yunus, Hadi. 2010. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Tirumala, Lakhsmi N. 2009. Bollywood Movies and Identity Construction Amongst
Second Generation Indian Americans. Texas Tech University, College of
Mass Communication.
Tuch, Hans. 2005. (New York: St Martin’s Press, 1990), dalam Melissen, Jan.
2005.The New Public Diplomacy: Soft Power in International Relations.
New York: Palgrave Macmillan: St. Martin’s Press.
Wahidmurni. 2017. Pemaparan Metode Kualitatif. Malang: UIN Maulana Malik
Ibrahim.
Warsito, Tulus & Wahyuni Kartikasari. 2007. Diplomasi Kebudayaan, Konsep dan
Relevansi Bagi Negara Berkembang. Studi Kasus: Indonesia. Yogyakarta:
Penerbit Ombak.
Yusuf, A. M. 2014. Kuantitatif, Kualitatif, & Penelitian Gabungan. Jakarta:
Kencana
Website:
Alkaff, Syed Jaafar., dkk., Weave of Friendship. Sun Media Lte Ptd. Dapat diakses
melalui:
www.sunmediaonline.com/magazine/indiaindonesia/indiaindonesia13.pdf
Business Standars, India to celebrate cine centenary in Jakarta.
https://www.business
xv
standard.com/article/pti-stories/india-to-celebrate-cine-centenary-in-
jakarta-113092100527_1.html, diakses pada 5 April 2020
Hindustan Times, Indian Cinema's 100 Years Celebrated in Indonesia.
https://www.hindustantimes.com/Bollywood/indian-cinema-s-100-years-
celebrated-in-indonesia/story-glKdVBueOuNYrJidHkmF6L.html, diakses
pada 5 April 2020
Ian, Hall. Indian’s Cinema 100 Years Celebrated in Indonesia,
http://www.hindustantimes.com/Bollywood/indian-cinema-s-100-years-
celebrated-in-indonesia/story-glKdVBueOuNYrJidHkmF6L.html, diakses
pada 30 September 2019
Incredible India Campaign. 2002. http://www.incredibleindiacampaign.org/
diakses pada tanggal 28 Desember 2019
Krismantari, Ika. 2015. Indonesia to Join First International Day of Yoga
Celebration. Jakarta Post
https://www.thejakartapost.com/news/2015/06/18/indonesia-join-first-int-
l-day-yoga-celebration.html, diakses pada 22 April 2020
Makhija, Ravi. Promoting Indian Education in Indonesia. Diakses melalui web site:
https://www.indoindians.com/ravi-makhija-promoting-indian-education-
in-indonesia/
Nanda, Madava. Kedutaan Besar India Gelar ”Incredible India Education Fair”
https://www.provoke-online.com/index.php/lifestyle/event-agenda/5373-
kedutaanbesar-india-gelar-incredible-india-education-fair, diakses pada 25
April 2020
R.A. Kaliwarang, Renne., Santi Dewi, “Dubes Inia Gurjit Singh Bicara
“Diplomasi Bollywood”, 2013. http://dunia.news.viva.co.id/news/read-
445938-dubes-india-gurjit-singh-bicara-diplomasi-Bollywood
R. H., Priyambodo., Indian Embassy releases Comic Book on India Indonesia
Relations.https://en.antaranews.com/news/99282/indian-embassy
releases-comic-book-on-india-indonesia-relations,
Razukas, Christian. In Jakarta, Indian film festival aims at Bollywood and beyond.
xvi
https://www.thejakartapost.com/news/2013/09/23/in-jakarta-indian-film-
festival-aims-Bollywood-and-beyond.html
Ritambhara. 2013. On Indian Public Diplomacy.
https://www.e-ir.info/2013/04/30/on-indianpublic-diplomacy/
Jurnal dan Artikel:
A. K. Tiwari. 1983. Role Of Freedom Of Electric Media in Indian Democracy.
Aman, Mohd Tahseen. 2015. Cultural Relations Between India and Indonesia.
Vol.01 No.01. New Delhi: Jamia Millia Islamia University
Andina, Jayanti. 2010. Peran Diaspora India dalam Mendukung Diplomasi
Kebudayaan di Indonesia. Universitas Airlangga.
Andreasen, Uffe. 2008. Reflections on Public Diplomacy after the Danish Cartoon
Crisis: from Crisis Management to Normal Public Diplomacy Work. The
Hague Journal of Diplomacy 3.
Banker, Ashok. 2002. Bollywood: The Pocket Essential (Pocket Essentials
(Trafalgar). Trafalgar Square Publishing. ISBN: 1903047455.
Bose, Derek. 2006. Brand Bollywood: A New Global Entertainment Order. New
Delhi: Sage Publications Pvt. Ltd. 2006. 13: 978-0-7619-3534-6 (PB).
Bose, Mihir . 2007. Bollywood: A History. New Delhi: Tempus Publishing Limited.
Channa, Amit . 2016. Depiction Of Humanitarian Approach and Social
Relationship In Gulzars Films. Assam University.
Elfitasmi, Nicky. 2019. Bollywood Movie In Indonesia On Perspective Of India’s
Diplomacy. Yoyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Ganti, Tejaswini .2004. BOLLYWOOD: A Guide Book To Popular Hindi Cinema
(Routledge Filmguide Books). Psychology Press. ISBN 0415288541,
9780415288545.
Gilboa, Eytan . 2008. Searching for a Theory of Public Diplomacy. The Annals of
The American Academy of Political and Social Sciences. Vol. 616.
Guru, Mahesh Chandra., dkk., 2015. History Of Indian Cinema. University of
xvii
Mysore. International Journal of Business and Administration Research
Review, Vol. 2, Issue.11 E- ISSN -2347-856X.
Hall, Ian. 2012. India’s New Public Diplomacy: Soft Power and the Limits of
Government Action. Asian Survey. Volume 52 No.6.
Hanes, Nicolai., Adriana Andrei. 2015. Culture as Soft Power in International
Relations. International Conference Knowledge-Based Organization VOL
XXI No. 1
Heng, Stéphanie M. 2016. Diplomacy and Image-Building: India Rides on its Soft
Power. ORF Issue Brief. Issue No.163. New Delhi: Observer Research
Foundation.
Hwajung, Kim. 2017. Bridging The Theoretical Gap Between Public Diplomacy
and Cultural Diplomacy. The Korean Journal of International Studies
Vol.15, No.2
Indriana Putri, Melissa . 2011. Tayangan India Dalam Industri Televisi Indonesia
(Studi Kasus tentang Komodifikasi pada Trend Program India Periode
2014-2015).
Kishan Thussu, Daya. 2013. Communicating India’s Soft Power: Buddha to
Bollywood. Palgrave Macmillan US. eBook ISBN: 978-1-137-02789-4.
Kugiel, Patryk. 2012. India's Soft Power in South Asia. International Studies.
351-376.10.1177/0020881714534033.
Kumar, Keval. (2014). The 'Bollywoodization' of Popular Indian Visual Culture:
A Critical Perspective. Triple C. 12. 277-285. 10.31269/vol12
Mark, Simon. 2009. A Greater Role for Cultural Diplomacy. Netherlands Institute
of International Relations Clingendael. ISSN 1569-2981
Mark, Simon. 2010. Rethinking Cultural Diplomacy: The Cultural Diplomacy of
New Zealand, the Canadian Federation and Quebec. Political Science
Mishra, Rahul. 2011. Mosaics of Cultures:Investigating the Role ofCultural
Linkages in India Indonesia Relations. IDSA ISSUE BRIEF.
xviii
Mohammed., Socio-Cultural Between India and Indonesia. Department of Islamic
Studies, Jamia Millia Islamia University. ISBN 978-602-8273-53-4.
Nabi, D.D., Ahmad, D. A., & Khalid, D. Z., 2014 Bollywood : The Indian Celluloid
Saga. dalam N. Hunter, The Arts: Cinema. Asian Academic Research
Journal of Social Sciences & Humanities.
Nye, Joseph. 2004. Power in The Global Information Age: From Realism to
Globalization. London: Routledge.
Peters, Jessica Julia McGill. 2015. American Cinema as Cultural Diplomacy:
Seeking International Understanding One Film at a Time. University of
California Los Angeles. https://escholarship.org/uc/item/11c6g3mk
Pratap, Bhanu. 2015. India's Cultural Diplomacy: Present Dynamics, Challenges,
and Future Prospects Volume 1 No.9. International Journal of Arts,
Humanities, and Management Studies. ISSN No. 2395-0692
Putri, Melissa Indri. 2015. Tayangan India Dalam Industri Televisi Indonesia (Studi
Kasus Tentang Komodifikasi pada Trend Program India Periode 2014-
2015).
Ramachandran, Sudha. 2015. India's soft power potential. The Diplomat.
http://thediplomat.com/2015/05/indias-soft-power-potential.
Rasul, Azmat dan Mudassir Mukhtar. Bollywoodization Of Foreign Policy: How
Film Discourse Portrays Tension Between States. Journal of Media
Critiques.
Ratnadewi, Amelinda Ari. 2017. Diplomasi Kebudayaan India Dalam Mempererat
Hubungan Bilateral Melalui Serial Televisi Bollywood di Indonesia Tahun
2014 - 2015. Universitas Parahyangan.
Roberts, Walter R. 2006. The Evolution of Diplomacy. Mediterranean Quarterly:
Duke University Press. Volume 1 No.03.
Rosyidin, Muhammad. 2014. Soft Diplomacy SBY dalam Konflik Indonesia-
Malaysia:Studi Kebijakan SBY terhadap Pelanggaran Kedaulatan oleh
Malaysia di Perairan Bintan Tahun 2010. Jurnal Kajian Wilayah, Vol. 5,
No. 1.
xix
Ryan, Stephen B. 2015. Cultural Diplomacy in International Relations :
Understanding Hidden Bias In Cultural Knowledge, Yamagata University,
Vol. 8
Shekhar, Vibhanshu. 2007. India-Indonesian Relations: An Overview. Institut of
Peace and Conflict Studies Journal No. 38.
Susanti, Dwi. 2018. Ekspansi Bollywood Melalui Tayangan Pada Televisi
Indonesia. Univesitas Muhammadiyah Magelang: Lentera, Vol. II No. 1.
Susanto. 2010. Language as a Means of Promoting Fraternity between Indonesia
and India: A Study of Language as a Semiotic System, Jurnal Perjuangan
Kita, Vol. 2
Wang, Jay. 2006. Public Diplomacy and Global Business.The Journal of Business
Strategy Vol. 3.
Warsito, Tulus., dan Wahyuni Kartikasari. 2007. Diplomasi Kebudayaan. Konsep
dan Relevansi Bagi Negara Berkembang: Studi Kasus
Indonesia.Yogyakarta: Ombak.
Widuhung, Selvy. 2008. Industri Perfilman Bollywood: Evolusi Hiburan di Tengah
Kemiskman. Jumal Komunikasi, ISSN 1907-848X Volume 3, Nomor 1
Thussu, Daya. 2011. Rising Soft Powers: INDIA. Los Angeles: University of South
California Center on Public Diplomacy
Report:
Blarel, Nicolas. 2012. India’s Soft Power: From Potential to Reality: India: The
Next Superpower?. London School of Economics IDEAS Special Report,
dapat diakses melalui:
http://eprints.lse.ac.uk/43445/1/India_India%27s%20soft%20power%28ls
ero%29.pdf
Indian Film Industry Report. 2016. Indywood, The Indian Film Industry.
https://www2.deloitte.com/content/dam/Deloitte/in/Documents/technology
-media-telecommunications/in-tmt-indywood-film-festival-noexp.pdf
xx
Laporan resmi:
Indian Embassy Jakarta, dapat diakses melalui
https://www.indianembassyjakarta.gov.in/images/Movie%20Screening%2
0Catalog.pdf
Kedutaan Besar India, https://www.indianembassyjakarta.gov.in/jnicc
Ministry of Culture Government of India. Dapat diakses melalui:
https://www.indiaculture.nic.in/launch-%E2%80%9Csahabat-
india%E2%80%9D-festival-india-indonesia-2015
Ministry of External Affairs: Government of India, Treaty of Peace and Friendship,
http://mea.gov.in/bilateral-documents.htm?dtl/7767/Cultural+Agreement
https://indianculturalforum.in/about-us/
Ministry of External Affairs: Government of India, Treaty of Peace and Friendship,
http://mea.gov.in/bilateral-
documents.htm?dtl/6699/Treaty+of+Peace+and+Friendship
Ministry of Information And Broadcasting, Notification G.S.R. 381(E),
https://www.cbfcindia.gov.in/main/CBFC_English/Attachments/cine_rule
1983.pdf
Press Release Launch of “Sahabat India”: Festival of India in Indonesia 2015, dapat
diakses melalui:
http://www.mea.gov.in/Portal/CountryNews/3441_Launch_of_Sahabat_In
dia-Festival_of_India_in_Indonesia_2015.pdf
xxii
Lampiran III.1 Indian Film Festival
Lampiran III.2
Gurjit Singh bersama aktor dan aktris Indonesia
xxiii
Gambar III.3.
Incredible India Education Fair
Press Release Launc of “Sahabat India”: Festival of India in Indonesia 2015