dampak industri film bollywood dalam hubungan india dan ...

133
DAMPAK INDUSTRI FILM BOLLYWOOD DALAM HUBUNGAN INDIA DAN INDONESIA DI BIDANG SOSIAL DAN BUDAYA TAHUN 2012-2016 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memenuhi Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Dovi Christyanti 11151130000074 Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2021

Transcript of dampak industri film bollywood dalam hubungan india dan ...

DAMPAK INDUSTRI FILM BOLLYWOOD DALAM

HUBUNGAN INDIA DAN INDONESIA DI BIDANG

SOSIAL DAN BUDAYA TAHUN 2012-2016

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memenuhi Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Dovi Christyanti

11151130000074

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2021

ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

DAMPAK INDUSTRI FILM BOLLYWOOD DALAM HUBUNGAN INDIA

DAN INDONESIA DI BIDANG SOSIAL DAN BUDAYA TAHUN 2012-2016

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 15 Januari 2021

Dovi Christyanti

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, pembimbing skripsi menyatakan bahwa mahasiswa,

Nama : Dovi Christyanti

NIM : 11151130000074

Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

DAMPAK INDUSTRI FILM BOLLYWOOD DALAM HUBUNGAN INDIA

DAN INDONESIA DI BIDANG SOSIAL DAN BUDAYA TAHUN 2012-2016

dan telah memenuhi persyarata untuk diuji.

Jakarta, 15 Januari 2021

Mengetahui, Menyetujui,

Dosen Pembimbing ,

Agus Nilmada Azmi, M.Si

Ketua Program Studi

Dr. M. Adian Firnas, M.Si

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

DAMPAK INDUSTRI FILM BOLLYWOOD DALAM HUBUNGAN INDIA DAN INDONESIA DI BIDANG SOSIAL DAN BUDAYA TAHUN 2012-2016

Oleh

Dovi Christyanti

11151130000074

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal . Skripsi

ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

pada Program Studi Hubungan Internasional.

Ketua, Sekretaris,

Dr. M. Adian Firnas, M.Si. Irfan R. Hutagalung, LLM

Penguji I, Penguji II,

Dr. Nazaruddin Nasution, S.H.,M.A. Dr. Fitra Deni, S.H.,M.Kn

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal

Ketua Program Studi Hubungan Internasional,

FISIP UIN Jakarta,

Dr. M. Adian Firnas, M.Si

v

ABSTRAK

Skripsi ini membahas tentang India yang berusaha menjadi negara yang

memiliki popularitas dan kekuatan dengan citra yang baik dengan menggunakan

salah satu konsep diplomasi, yakni diplomasi budaya. India berhasil

mengimplementasikan konsep diplomasi budaya yang mampu menanamkan dan

menyebarluaskan nilai-nilai, norma, dan juga budaya India melalui industri

perfilman Bollywood, khususnya di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan

terjalinnya sejumlah kerja sama baru antara Indonesia dan India di bidang sosial

dan budaya, diantaranya adalah,pelaksanaan berbagai kegiatan kebudayaan, dan

juga peluncuran buku tentang India dan Indonesia, bahkan kerja sama dalam

industri perfilman seperti membuat sinetron dengan aktor-aktor India dan

Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan menganalisis

bagaimana industri perfilman Bollywood mempengaruhi hubungan sosial dan

budaya di Indonesia. Popularitas Bollywood yang meningkat di awal tahun 2012

hingga 2016 mempengaruhi hubungan yang telah terjalin sebelumnya di antara

India dengan Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif

dengan teknik analisis berupa deskriptif dan pengumpulan sumber data melalui

studi pustaka.

Dalam skripsi ini ditemukan bahwa terdapat tiga hal yang berperan dalam

mempopulerkan negaranya demi memeroleh citra baik dan kepercayaan dari suatu

negara, yang dalam kasus ini, melalui industri perfilman Bollywood di Indonesia,

yang berhasil menarik kepercayaan masyarakat dalam negeri. Ketiga hal tersebut di

antaranya adalah pembentukan citra, diaspora India di Indonesia, dan promosi

media sosial.

Kata Kunci: Indonesia, India, Diplomasi, Budaya, Bollywood, Film

vi

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan bagi Allah SWT, karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya skripsi dengan judul Dampak Industri Perfilman Bollywood Di

Bidang Sosial Budaya India dan Indonesia Tahun 2012 – 2016 dapat terselesaikan

untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial pada

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini dapat terselesaikan juga tak lepas dari bantuan

serta dukungan yang diberikan oleh berbagai pihak. Dalam kesempatan kali ini,

penulis akan mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Allah SWT karena telah memberikan penulis nikmat sehat wal’afiat sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Bapak Dodi Wahyu dan Ibu Christiyartin selaku orangtua penulis. Terima

kasih atas segala do’a, dukungan, fasilitas yang diberikan selama ini. Semoga

skripsi ini bisa membuat Ibu dan Bapak bangga. Tidak lupa juga dengan adik-

adik penulis yakni Dara Maulida dan Muhammad Ridwan Prayoga.

3. Bapak Agus Nilmada Azmi, MA selaku dosen pembimbing penulis yang

senantiasa memberikan arahan serta nasihat-nasihat dan juga motivasi yang

membangun dan selalu sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini. Semoga senantiasa diberikan kesehatan.

4. Bapak M. Adian Firnas, MA selaku Kepala Jurusan Program Studi Hubungan

Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

vii

5. Bapak Ahmad Alfajri, MA selaku dosen pembimbing akademik dan seluruh

jajaran dosen-dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Teman seperjuangan, Anak Mecin Wanna KRY yang terdiri dari Aisyah

Wahyuni, Hijria Khatimi, Jihan Safitri, Dwi Syifa Febrianti, Firda Chairiyah,

Zuraida Zein, Siti Fatimah, Aulia Effryanti, Hanna Febiany, Mawar Fatmala,

dan Niken Nuralifah, juga Hafizah Hanum yang selalu menghibur penulis di

kala penulis sedang merasa baik-baik saja, tidak lupa juga motivasi-motivasi

yang kalian berikan kepada penulis.

7. Putri Cahya Arimbi dan Sarah Syafitri yang selalu memotivasi penulis dan juga

memberikan berbagai macam insight selama masa kuliah. Serta M. Raden

Arqellien Putra Gumilar dan M. Rezki Maulana yang juga selalu ada untuk

penulis.

8. Seluruh kawan-kawan kelas HI B (Revolutioner Class) yang kerap membantu

penulis semasa perkuliahan dan selalu menjalani suka dan duka bersama.

9. Tujuh sahabat perempuan di SMA Al – HASRA, Sita Rabiah, Fitria Cantika,

Delly Rachma, Amelia Nur, Sarah Mutiara, dan Dinda Ayu. Terima kasih telah

menemani dan memberikan dukungan kepada penulis dari masa SMA hingga

sekarang.

10. Espada Boys, Ivan Erya, Adhim Lutfiantoro, Muhamad Reza, Kahfi Fazrin,

Tegar Herdiansyah, dan Wildan Aulia yang selalu setia menemani penulis di

masa – masa tersulit penulis.

viii

11. Sahabat penulis sejak masa Sekolah Dasar, Annisa Febriana dan Fitrah

Maulidina yang selalu bersedia membantu penulis dalam penyusunan skripsi

ini.

12. Segenap kelompok KKN 166 Pandawa yang selalu memberi semangat dan

hiburan. Kenangan yang kalian berikan sungguh tidak terlupakan.

13. Dewan Eksekutif Mahasiswa FISIP UIN Jakarta dan Himpunan Mahasiswa

jurusan Hubungan Internasional FISIP UIN Jakarta yang menjadi wadah bagi

penulis untuk berproses dalam mengembangkan potensi, ide, serta soft skill

penulis.

Penulis berharap semoga seluruh pihak-pihak yang memberikan dukungan

baik moril dan materil diberikan balasan kebaikan dan senantiasa dilimpahkan

rahmat dan karunia dari Allah SWT. Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi

ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran terhadap skripsi

ini diperlukan sebagai bahan pertimbangan dan perbaikan sehingga skripsi ini dapat

memberi kontribusi yang lebih baik dalam kajian studi Hubungan Internasional.

Jakarta, 1 Februari 2021

Dovi Christyanti

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL .................................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .......................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ........................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ................................. iv

ABSTRAK ............................................................................................................... v

KATA PENGANTAR............................................................................................. vi

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2. Pertanyaan Penelitian ..................................................................... 7

1.3. Manfaat Penelitian ......................................................................... 7

1.4. Tujuan Penelitian ........................................................................... 8

1.5. Studi Pustaka .................................................................................. 8

1.6. Kerangka Konseptual ................................................................... 11

1.7. Metode Penelitian ......................................................................... 22

1.8. Sistematika Penelitian .................................................................. 25

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FILM BOLLYWOOD ................ 29

2.1. Industri Film Bollywood di India ................................................. 29

2.1.1. Perkembangan Perfilman di India ...................................... 33

2.1.2. Industri Bollywood Era 1940-1960 .................................... 39

2.1.3. Industri Bollywood Era 1970-1990 .................................... 44

2.1.4. Industri Bollywood Era Abad ke 20................................... 45

2.2. Industri Film Bollywood di Indonesia .......................................... 50

2.1.1. Masuknya Bollywood di Indonesia .................................... 50

2.1.2. Produser Keturunan India di Indonesia .............................. 33

x

BAB III HUBUNGAN SOSIAL BUDAYA INDIA DAN INDONESIA

PERIODE 2012 – 2016 ...................................................................... 57

Hubungan Sosial dan Budaya India - Indonesia Periode 2012 -

2016 .................................................................................... 57

BAB IV DAMPAK BOLLYWOOD DALAM HUBUNGAN SOSIAL

BUDAYA INDIA DAN INDONESIA PERIODE 2012 –

2016 .............................................................................................. 74

4.1. Dampak Bollywood Dalam Hubungan Sosal Budaya India dan

Indonesia Periode 2012 – 2016 ........................................................... 74

4.2. Analisis Dampak B ollywood Dalam Hubungan Sosial Budaya

India dan Indonsia 2012 – 2016 .......................................................... 82

BAB V PENUTUP ........................................................................................ 104

Kesimpulan ........................................................................................ 104

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... xiii

LAMPIRAN ..........................................................................................................xxi

xi

DAFTAR SINGKATAN

BRICS Brazil, Russia, India, China, South Africa

SCTV Surya Citra Televisi

TVRI Televisi Republik Indonesia

DPR Dewan Perwakilan Rakyat

DVD Digital Video Disc

ICCR Indian Council for Cultural Relations

ICEC Indian Cinematograph Enquiry Committee

ICF Indian Cultural Forum

JNICC Jawaharlal Nehru Indian Cultural Centre

MoU Memorium of Understanding

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Pendapatan Industri Film India .......................................................... 32

Gambar II.2 Brosur film Alam Ara ........................................................................ 33

Gambar III.1 Indian Film Festival .......................................................................... 56

Gambar III.2 Perdana Menteri India Gurjit Singh bersama aktor Indonesia ......... 63

Gambar III.3 Incredible India Education Fair ........................................................ 65

1

BAB I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

India merupakan sebuah negara di kawasan Asia Selatan yang merdeka pada

15 Agustus 1957 adalah negara bekas jajahan Inggris. Berbeda dengan negara yang

menjajahnya, yaitu Inggris, India merupakan sebuah negara republik di mana

pemimpinnya ialah seorang presiden, berbeda dengan Inggris yang merupakan

negara monarki yang dipimpin oleh raja atau ratu. Sebagai negara yang merdeka,

India berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan negara dan warga negara. Dalam

upaya memperoleh kebutuhan tersebut, India membuat kebijakan-kebijakan dalam

berbagai sektor seperti ekonomi, sosial dan budaya, militer, dan lain-lain melalui

diplomasi.1

Kementerian Luar Negeri India menggerakkan diplomasi sebagai salah satu

alat untuk mencapai national interestnya dengan menggunakan diplomasi, di antara

diplomasi yang dilakukan India adalah diplomasi budaya dan publik.2 Diplomasi

budaya meliputi keolahragaan, musik, seni, perkulineran, fashion, hingga sektor

perfilman.3 Pada 1951 tepatnya pada tanggal 3 Maret, India dan Indonesia secara

resmi membuka hubungan diplomatiknya yang kemudian dinamakan Treaty of

1 Ritambhara, On Indian Public Diplomacy, 2013. https://www.e-ir.info/2013/04/30/on-

indian-public-diplomacy/ 2 Ian Hlml, India’s New Public Diplomacy Soft Power and the Limits of Government

Action. Asian Survey Journal Vol.52 No.6. University of California. 2012. Hlm. 1089 3 Aiyub Mohsin, Diplomasi: Teori dan Praktik Serta Kasus-Kasus.2010. Hlm. 44

2

Peace and Friendship. Perjanjian diplomatik tersebut merupakan sebuah perjanjian

budaya yang bertindak sebagai pedoman sentral untuk hubungan bilateral dalam

bidang kebudayaan.4 Kedua negara ini kemudian mempertahankan hubungan

baiknya dengan perjanjian kerjasama kebudayaan pada 29 Desember 1955.

Perjanjian ini terjadi karena atas kesadaran dua belah pihak dalam pentingnya

sektor kebudayaan dan pendidikan sebagai fondasi yang tepat dalam kerja sama,

dilihat dari sejarah India dan Indonesia.5

Kementerian Luar Negeri India membuat forum online yang bernama Indian

Cultural Forum (ICF) yang mewadahi tiga puluh satu organisasi sosial di India

dalam memperkenalkan kebudayaannya. Forum ini dibentuk untuk memungkinkan

serangkaian forum - situs Budaya India, pertemuan publik, seminar, feed facebook,

dan jurnal elektronik budaya yang disebut Guftugu, yang berfungsi untuk

membahas masalah-masalah yang menjadi perhatian para penulis, pendidik, dan

praktisi budaya, dan menawarkan dukungan kepada individu dalam persaudaraan

budaya dan akademik.6

India juga memiliki kampanye (campaign) yang bernama Incredible India

sebagai cara untuk mempromosikan budaya dan pariwisata India ke seluruh dunia

dengan tujuan utama yaitu menjadikan India sebagai kota wisata dengan cara

4 Ministry of External Affairs: Government of India, Treaty of Peace and Friendship,

dikutip dari http://mea.gov.in/bilateral-documents.htm?dtl/6699/Treaty+of+Peace+and+Friendship,

diakses pada 29 September 2019 5 Ministry of External Affairs: Government of India, Treaty of Peace and Friendship,

dikutip dari http://mea.gov.in/bilateral-documents.htm?dtl/7767/Cultural+Agreement, diakses pada

29 September 2019 6 https://indianculturalforum.in/about-us/, diakses pada 29 September 2019

3

menaikkan jumlah kunjungan turis mancanegara ke India.7 Kampanye The

Incredible India menonjolkan sisi kebudayaan India untuk menarik minat dari turis

mancanegara untuk berwisata ke India. Kebudayaan yang ditonjolkan dalam

campaign The Incredible India antara lain seperti yoga, tarian tradisional, situs-

situs bersejarah, cita rasa masakan India, rempah-rempah, serta kesenian. Selain itu,

campaign ini memiliki program di Indonesia antara lain Incredible India Education

Fair, yang merupakan pameran edukasi yang diadakan oleh Kedutaan Besar India

dan didukung oleh diaspora India dalam menjalankan pameran ini.8

Perkembangan dari diplomasi budaya India dan Indonesia ditandai oleh

pendirian Pusat Kebudayaan India Jawaharlal Nehru yang diakukan oleh

pemerintah India di Jakarta tahun 1989. Pusat Kebudayaan India Jawaharlal Nehru

(JNICC) yang dijalankan oleh misi menawarkan kursus tari dan bahasa, pusat ini

mengadakan kelas dansa klasik serta musik klasik secara berkala, di sana juga

diajarkan yoga dan bahasa Hindi.9 Kedutaan India memainkan peran kunci untuk

mempromosikan dan mempertahankan ikatan lama antar kedua negara. Kedutaan

Besar menghasilkan dua video YouTube berjudul “Old Heritage New Partnerships”

dan “India-Indonesia-An Enduring Relationship”.10

7 Incredible India Campaign. 2002. Increidble India Campaign web site:

http://www.incredibleindiacampaign.com/ diakses pada tanggal 28 Desember 2019 8 Ravi Makhija, Promoting Indian Education in Indonesia. 2016. Diakses melalui website:

https://www.indoindians.com/ravi-makhija-promoting-indian-education-in-indonesia/ tanggal 28

Desember 2019 9 Vibhanshu Shekhar, India-Indonesian Relations: An Overview. Institut of Peace and

Conflict Studies Journal No. 38. Maret 2007. Hlm 4 10 Mohd. Tahseen Aman. Cultural Relations Between India and Indonesia. Vol.01 No.01.

2015. Hlm 69

4

India dan Indonesia sepakat untuk membentuk persahabatan Indonesia –

India, yang kemudian memfasilitasi hubungan kebudayaan antar-warga di tahun

2005.11 Namun, masih banyak yang harus dilakukan untuk mempertahankan

hubungan baik India dengan Indonesia. Dalam mempertahankan hubungan

diplomasi budayanya di Indonesia, salah satu cara yang India gunakan ialah melalui

industri perfilman yang terkenal dengan nama Bollywood. Bollywood merupakan

industri film berasal dari India yang tersebar di berbagai belahan dunia, tidak hanya

dalam India saja.

Pada awalnya, Bollywood didirikan di kota Mumbai dan menggunakan

bahasa Hindi yang merupakan bahasa nasional India. Setiap tahunnya, Bollywood

memproduksi lebih dari 800 film untuk ditayangkan.12 Film Bollywood yang

pertama kali ditayangkan di Indonesia berjudul Chandraleikha di 1948. Sejak saat

itu, Indonesia terus menayangkan film-film Bollywood meskipun terjadi pasang

surut mengingat ketatnya persaingan industri perfilman di Indonesia yang juga

terdapat film-film produksi Hollywood serta drama series atau film- film populer

yang berasal dari industri perfilman Korea Selatan, China, dan bahkan Taiwan.

Salah satu alasan yang menjadikan Bollywood sebagai instrumen dari

diplomasi India ke Indonesia adalah karena faktor persamaan budaya dan faktor

11 Susanto, Language as a Means of Promoting Fraternity between Indonesia and India: A

Study of Language as a Semiotic System, Jurnal Perjuangan Kita, Vol. 2, September 2010, Hlm 40-

48 12 Derek Bose, Brand Bollywood: A New Global Entertainment Order. New Delhi: Sage

Publications India Pvt Ltd. 2006. Hlm 18

5

historis, yakni keduanya berkolaborasi erat selama perjuangan kebebasan anti-

kolonial antara kepemimpinan nasional India (dipimpin oleh Jawaharlal Nehru) dan

Indonesia (dipimpin oleh Soekarno) dan kemudian dalam Gerakan Non-Blok atau

Non Allignment Movement (NAM). Sedangkan budaya India telah menyambangi

Indonesia sejak masuknya pedagang-pedagang Gujarat ke Indonesia. Alasan

Indonesia menayangkan film-film Bollywood ialah biaya masuknya yang murah

dan juga banyak diminati berbagai kalangan di Indonesia sehingga membuka

peluang bisnis.13 Hal ini dikarenakan Bollywood memiliki keunggulan dalam alur

cerita dan kostum yang unik, serta memasukkan tari-tarian dan lagu yang

dinyanyikan secara bersamaan sebagai ciri khas.

Bollywood meraih masa kejayaannya di Indonesia ketika menayangkan film

Kuch Kuch Hota Hai (1998). Namun, kejayaan industri Bollywood mengalami

penurunan dikarenakan banyaknya film yang masuk dari pesaing negara lain seperti

Jepang, Taiwan dan Korea Selatan yang juga mengandalkan film sebagai salah satu

alat diplomasi budaya dalam mempromosikan negaranya.14 Kendati demikian,

popularitas Bollywood di Indonesia kembali meningkat di pertelevisian Indonesia

setelah tayangnya film-film yang eksis di tahun 2013 yang berjudul Once Upon in

Mumbai 2, Race 2, Krrish 3, Dhoom 3, dan terakhir PK yang tayang di tahun 2014.

Puncak dari kejayaan Bollywood di Indonesia ialah tahun 2014 dan 2015, ketika

13 Renne R.A. Kaliwarang, Santi Dewi, “Dubes Inia Gurjit Singh Bicara “Diplomasi

Bollywood”,

2013. Dikutip dari http://dunia.news.viva.co.id/news/read-445938-dubes-india-gurjit-singh-bicara-

diplomasi-bollywood, diakses pada 30 September 2019 14 Korean Culture Information Service, The Korean Wave. 2011. Hlm 12

6

salah satu televisi swasta di Indonesia menayangkan serial drama yang legendaris

berjudul Mahabharata dan Jodha Akbar.15 Hingga tahun 2016, film produksi

India yang mencetak box office pada kancah domestik maupun internasional

merupakan film produksi Mumbai dengan prosentase mencapai 43%. 16

Pemerintah India menyelenggarakan festival film India di kedutaan besar

India di Jakarta untuk merayakan 100 Tahun Bollywood hadir di Indonesia yang

berjudul 100 years Indian Cinema.17 Selain itu, India dan Indonesia bergabung

untuk menyelenggarakan event-event bersama yang seperti International Day of

Yoga yang biasa dilaksanakan tanggal 21 Juni dan mulai terlaksana sebagai event

tahunan sejak 2014, Sahabat India: Festival of India in Indonesia 2015. Selain

menyelenggarakan event bersama, bahkan India dan Indonesia juga sempat

bergabung untuk mengabadikan hubungan kedua negara dengan membuat buku. Di

antaranya berjudul India: Scripting Future Histories (2012), Weave of Friendship

(2013), Perjalanan Menelusuri Sejarah: Cerita Indonesia dan India (2015), dan

Incredible India Event pada 2016.18 Bahkan, Indonesia dan India pernah

berkolaborasi untuk menayangkan sinetron bersama yang berjudul Cinta Bersemi

15 Dwi Susanti, Ekspansi Bollywood Melalui Tayangan Pada Televisi Indonesia. Univesitas

Muhammadiyah Magelang: Lentera, Vol. II No. 1. 2018. Hlm. 111 16 Indian Film Industry Report. 2016. Indywood, The Indian Film Industry.

https://www2.deloitte.com/content/dam/Deloitte/in/Documents/technology-media-

telecommunications/in-tmt-indywood-film-festival-noexp.pdf Hlm.9 17 Ians Hlml, Indian’s Cinema 100 Years Celebrated in Indonesia, dikutip dari

http://www.hindustantimes.com/bollywood/indian-cinema-s-100-years-celebrated-in-

indonesia/story-glKdVBueOuNYrJidHkmF6L.html, diakses pada 30 September 2019 18 Mohd. Tahseen Aman. Cultural Relations Between India and Indonesia. Vol.01 No.01.

2015. New Delhi: Jamia Millia Islamia University. Hlm 69

7

di Langit Taj Mahal yang tayang di salah satu televisi swasta Indonesia pada 2015

dengan aktor dan aktris yang berasal dari India dan Indonesia.

Namun, India tidak menjadi satu-satunya negara yang menggunakan budaya

sebagai pembentuk identitas negara, yang dalam kasus India menggunakan industri

perfilman. Pada masa pemerintahan presiden Kim Dae Jung, Korea Selatan

berinisiatif untuk membangun identitas negaranya melalui sektor kebudayaan, yang

membuatnya dikenal sebagai President of Culture Korea Selatan.19 Persebaran

budaya Korea Selatan ini kemudian dinamakan sebagai Hallyu Wave, yang

menggunakan elemen musik (Kpop), dan juga serial drama untuk menunjukkan

Korean Industry di dunia internasional. Serial drama Korea mulai memasuki pasar

Indonesia sejak tahun 2002. Tercatat terdapat sekitar 50 judul drama Korea yang

tayang di stasiun TV swasta Indonesia pada tahun 2011 dan terus meningkat.20 Hal

ini merupakan tantangan bagi Bollywood untuk tetap berjaya di Indonesia.

Dari latar belakang yang telah diuraikan, skripsi ini akan mengkaji tentang

industri film Bollywood yang memberikan dampak kepada hubungan sosial budaya

antara India dan Indonesia yang sudah terjalin sejak lama melalui budaya-budaya

India yang ditonjolkan dalam film-filmnya dan aktor aktor yang juga menarik

minat penonton. Pembatasan periode dalam penelitian ini adalah 2012 hingga 2016

ialah peminat film Bollywood di Indonesia yang meningkat yang mempengaruhi

19 Idola Pertini Putri, dkk., K-Drama dan Persebaran Korean Wave di Indonesia. Jurnal Kajian

Televisi dan Film Vol 3 No 01 Universitas Padjajaran. Hlm 69 20 Idola Pertini Putri, dkk., K-Drama dan Persebaran Korean Wave di Indonesia. Jurnal Kajian

Televisi dan Film Vol 3 No 01 Universitas Padjajaran. Hlm 69

8

hubungan sosial budaya India dan Indonesia di tahun – tahun tersebut. Meskipun

hadir rintangan seperti Hallyu Wave Korea Selatan yang juga memiliki banyak

peminat di Indonesia.

1.2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan sebelumnya,

makapenulis merumuskan pertanyaan penelitan yaitu Bagaimana DAMPAK

INDUSTRI FILM BOLLYWOOD DALAM HUBUNGAN INDIA DAN

INDONESIA DI BIDANG SOSIAL DAN BUDAYA TAHUN 2012-2016?

1.3. Manfaat Penelitian

1. Dengan menggunakan konsep-konsep dalam Hubungan Internasional

seperti diplomasi budaya dan diplomasi publik diharapkan dapat dijadikan

kajian ataupun bahan analisis terhadap diplomasi melalui pop culture.

2. Dengan adanya penulisan ini, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

masukan atau sumbangan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan

memberi manfaat kepada masyarakat. Penelitian ini juga dapat dijadikan

dokumenempiris yang menyediakan analisis terhadap relasi industri film

dalam membangun dan menjaga hubungan antar negara. Selain itu,

diharapkan penulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi

mahasiswa serta akademisi di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

9

1.4. Tujuan Penelitian

1. Menjelaskan sejarah lahirnya industri perfilman Bollywood.

2. Menjelaskan kepopuleran industri perfilam Bollywood di Indonesia.

3. Menjelaskan hubungan India dan Indonesia khususnya di bidang sosial

dan budaya.

4. Menganalisis bagaimana industri perfilman Bollywood memberikan

dampak pada hubungan sosial dan budaya India dengan Indonesia.

1.5. Studi Pustaka

Popular Culture and World Politic: Theories, Methods, and Pedagogies

karya Federica Caso dan Caitlin Hamilton yang terbit tahun 2015 yang menjelaskan

mengenai kaitan yang ada dalam pop culture dan world politics karena di era

kontemporer ini, penggunaan low politics cenderung banyak digunakan dibanding

dengan penggunaan hard politics dalam mencapai kepentingan nasional suatu

negara.

Selain itu, dalam buku ini juga menjelaskan tentang minat dalam pop culture

telah berkontribusi pada hubungan internasional yang bergerak dari analisis-

analisis politik-makro yang berfokus pada hubungan sistemik antara statesto

menemukan rujukan baru dan menyoroti dinamika kekuasaan yang baru.21 Buku ini

membantah asumsi bahwa teori hubungan internasional hanya tentang hubungan

21 Federica Caso dan Caitlin Hamilton, Popular Culture and World Politic: Theories, Methods, and Pedagogies. Bristol: E-International Relations Publishing. 2015

10

antar negara, akan tetapi juga dapat fokus pada hal-hal sederhana seperti pop

culture. Hal tersebut yang menjadikan jurnal ini sebagai acuan penulis dalam

menyusun analisis pengaruh industri film terhadap hubungan suatu negara dengan

negara lain. . Keterkaitan jurnal ini terhadap penelitian penulis ialah unsur

popculture yakni industri perfilman yang dapat dijadikan sebagai alat politik

melalui diplomasi. Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan Bollywood sebagai

salah satu bagian dari unsur popculture dan perkembangannya di Indonesia.

Kedua, India’s Soft Power in Asia karya Patryk Kugiel dan terbit pada tahun

2012. Dalam jurnal ini menjelaskan tentang bagaimana India menggunakan

Bollywood sebagai instrumen dari soft power nya di Asia. Patryk juga menjelaskan

bahwa alasan India menargetkan Asia sebagai pasar dari industri Bollywoodnya

karena kurang diminati di Eropa. Selain itu, dalam jurnal ini juga dijelaskan strategi

India dalam memasarkan film-film produksi Bollywood yang diproduksi selama

kurang lebih 100 tahun lamanya.22 Dalam penulisan ini, penulis lebih memfokuskan

daerah Asia yang masih terlalu general. Penulis memfokuskan negara Indonesia

sebagai salah satu negara Asia yang juga memiliki kerjasama dengan India melalui

soft power.

India's Cultural Diplomacy: Present Dynamics, Challenges, and Future

Prospects karya Bhanu Pratap yang terbit pada tahun 2015. Dalam jurnal ini

menjelaskan bahwa India telah mengakui pentingnya diplomasi budaya sebagai

22 Patryk Kugiel, India’s Soft Power in Asia. 2012. International Studies. 49. 351-

376.10.1177/0020881714534033

11

bagian dari strategi soft powernya dalam mempromosikan kepentingan nasionalnya

dan menjadikan dirinya sebagai kekuatan regional dan global yang dominan.

Langkah India ke arah ini dapat dilihat dalam perayaan International Buddha

Poornima Diwas, pembukaan pusat-pusat budaya di berbagai negara,

penandatanganan perjanjian budaya dan program pertukaran dengan negara-negara

tetangga.23 Prinsip dasar diplomasi budaya adalah untuk mendukung kebijakan luar

negeri dengan menyebarkan budaya untuk mengejar kepentingan nasional. Dalam

jurnal ini juga membahas sejarah penggunaan budaya sebagai alat diplomatik oleh

India untuk menganalisis dinamikanya saat ini dan tingkat keberhasilannya diikuti

oleh tantangan mendatang yang harus dihadapi India.

Penelitian ini membahas dinamika perjalanan Bollywood di Indonesia serta

memberikan terobosan baru dalam penelitian hubungan sosial dan budaya dua

negara melalui industri perfilman. Potensi kerjasama yang lahir melalui industri

perfilman menguntungkan kedua negara baik India ataupun Indonesia, isu yang

menggunakan pop culture mulai banyak diteliti oleh peneliti hubungan

internasional mengingat beberapa negara juga menggunakan pop culture. Para

peneliti yang melakukan penelitian terhadap peran dari industri perfilman di mana

peluang besar dapat diraih dengan low risk yang tidak hanya dapat dilakukan oleh

23 Bhanu Pratap, India's Cultural Diplomacy: Present Dynamics, CHlmlenges, and Future

Prospects Volume 1 No.9. International Journal of Arts, Humanities, and Management Studies. ISSN No. 2395-0692. 2015.

12

pemerintah tapi juga non state actor. Selain itu, kerjasama yang terlahir melalui

kepopuleran industri perfilman juga belum banyak dilakukan di Indonesia.

1.6. Kerangka Teoritis

Dalam menyusun penulisan ini, penulis menggunakan beberapa konsep

dalam hubungan internasional, antara lain:

1.6.1. Diplomasi Budaya

Budaya sangat memengaruhi cara para pemimpin nasional memandang

isu-isu politik, dan seringkali menentukan solusi yang mereka pilih untuk

menyelesaikan masalah, baik secara individu maupun kolektif. Dengan

demikian, budaya sangat penting bagi para pemimpin ini, selama mereka akan

membahas masalah ini dalam hubungan internasional. Karena itu, budaya

adalah "kompas navigasi" dalam hubungan internasional.24

Budaya, sebagai bagian dari soft power (kekuatan lunak) adalah sebuah

bentuk pengembangan dalam hubungan internasional kontemporer.

Perubahan dalam hal penyesuaian great power benar-benar merupakan

penyesuaian kepentingan. Berbagi kepentingan berkaitan erat dengan

orientasi nilai, dan orientasi nilai mewakili inti budaya. Dalam hal ini,

24 Sukawarsini Djelantik, Diplomasi: Antara Teori dan Praktik,Yogyakarta: Graha Ilmu. 2008. Hlm. 14

13

integrasi budaya yang berbeda memfasilitasi saling ketergantungan kekuatan

besar, meningkatkan kemungkinan mengejar kepentingan bersama.25

Budaya mewakili karakteristik suatu bangsa dalam menarik

kepercayaan dunia internasional. Daya saing suatu negara tergantung pada

karakteristik universal yang unik. Beberapa negara memiliki tingkat

kepercayaan sosial yang lebih tinggi, yang lain memiliki tingkat yang lebih

rendah, yang akan mempengaruhi tingkat kerjasama dalam hubungan

internasional.26 Budaya menentukan tingkat kepercayaan sosial dan

mempengaruhi sifat lembaga kerjasama. Budaya adalah model untuk

penataan institusi sosial, ekonomi dan militer, yang memberikan pengaruh

kuat pada perilaku dan pandangan masyarakat dunia. - budaya mewakili

kekuatan penting untuk integrasi internasional.27

Menurut Wolfram Kaiser, dalam interaksi dunia internasional abad ke

19, dapat dianggap sebagai kelahiran diplomasi budaya kontemporer.

Promosi citra nasional dapat menjadi alat penting bagi negara-negara yang

tidak memiliki koneksi diplomatik yang kuat atau berada di luar status quo.

Kaiser juga menjunjung tinggi gagasan instrumentasi budaya sebagai

penciptaan ruang publik global, di mana negara secara strategis dapat

25 Nicolai Hanes dan Adriana Andrei, Culture as Soft Power in International Relations.

International Conference Knowledge-Based Organization VOL XXI No. 1, 2015 26 Stephen B. Ryan, Cultural Diplomacy in International Relations : Understanding

Hidden Bias In

Cultural Knowledge, Yamagata University, Vol. 8, 2015 Hlm. 63 27 Stephen B. Ryan, Cultural Diplomacy in International Relations : Understanding

Hidden Bias In Cultural Knowledge, Yamagata University, Vol. 8, 2015 Hlm. 64

14

mengembangkan representasi budaya dengan membuat pesan yang dapat

dijangkau oleh dunia internasional dan bersaing dengan pesan dari negara

lain.

Selalu ada pertukaran ide, seni, agama, dan produk budaya selama

kegiatan diplomatik. Budaya dalam diplomasi dapat digunakan sebagai alat

untuk kebijakan luar negeri, menggabungkan aspek-aspek dari sastra, film,

musik, dan produk budaya lainnya. Hal ini dikarenakan budaya dapat

dipandang sebagai tatanan dasar yang memandu perilaku dan kepercayaan,

bukan hanya sebuah bagian dari diplomasi tetapi alasan aktual atau penyebab

kebijakan luar negeri. Selain itu, persebaran budaya dapat memfasilitasi

kegiatan ekonomi, serta pertukaran nilai, yang mengarah pada kerja sama

yang lebih besar antara negara.28

Diplomasi kebudayaan juga dapat dikatan sebagai akar diplomasi

publik, di mana kegiatan diplomasi ini tidak hanya berlaku pada government-

to-government (pemerintah ke pemerintah) namun juga people-to-people

(masyarakat ke masyarakat).29 Dalam pelaksanaannya, diplomasi

kebudayaan sangat membutuhkan peran dari masyarakat untuk mendapatkan

hasil yang diharapkan. Baik diplomasi publik dan diplomasi kebudayaan ini

28 Uffe Andreasen. Reflections on Public Diplomacy after the Danish Cartoon Crisis: from

Crisis Management to Normal Public Diplomacy Work. The Hague Journal of Diplomacy 3. 2008.

Hlm. 201-207. 29 Jayanti Andina, Peran Diaspora India dalam Mendukung Diplomasi Kebudayaan di

Indonesia. Universitas Airlangga. 2010. Hlm. 204. Dapat diakses melalui:

http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jgs0ac0e981612full.pdf

15

sama-sama bertujuan untuk meraih citra yang lebih baik. Namun, yang

menjadi pembeda ialah diplomasi publik masih melibatkan pemerintah untuk

turun langsung ke masyarakat, sedangkan dalam diplomasi kebudayaan,

masyarakat memegang peranan yang penting sejak awal. Kunci terlaksananya

diplomasi kebudayaan ialah kehidupan dan kegiatan sehari-hari. Membiarkan

masyarakat melaksanakan budaya seperti yang seharusnya dengan kontrol

dari pemerintah di belakangnya akan mempermudah pelaksanaan diplomasi

kebudayaan ini selanjutnya.

Diplomasi budaya yang terus berkembang hingga menjadi new public

diplomacy (diplomasi publik baru), yang dapat didefinisikan sebagai upaya

aktor budaya untuk menumbuhkan pemahaman budaya melalui hubungan

budaya internasional sejalan dengan upaya bersama pemerintah untuk

mencapai kredibilitas, kepercayaan, dan mutualitas dengan nilai-nilai

normatif dan tujuan bersama di luar kepentingan nasional. Hubungan

kebudayaan internasional mencakup program dan kegiatan pertukaran

budaya seperti acara multikultural, pameran seni, konser seni pertunjukan,

seni budaya populer, festival internasional, dan lainnya. Selain itu juga

mengklasifikasikan aktor budaya menjadi dua kelompok, yakni:30

30 Hwajung Kim, Bridging The Theoretical Gap Between Public Diplomacy and Cultural

Diplomacy. The Korean Journal of International Studies Vol.15, No.2 (August 2017), 293-326 Hlm. 318

16

1. Aktor budaya yang terkait dengan diplomasi publik baru, seperti

pemerintah, lembaga pemerintah, dan lembaga kuasi-pemerintah;

dan

2. Aktor budaya dalam hubungannya dengan hubungan budaya

internasional, khususnya difasilitasi oleh inisiatif swasta seperti

seniman dan personel individu, perusahaan komersial dalam seni

dan budaya, organisasi nirlaba, dan organisasi non-pemerintah.

Berdasarkan pengertian dari konsep diplomasi budaya di atas, melalui

industri perfilman Bollywood dapat dikatakan sebagai salah satu media dalam

pengaplikasian diplomasi budaya yang dilakukan oleh India. Dalam jurnal

Eytan Gilboa, ia menjelaskan bahwa diplomasi budaya merupakan instrumen

yang digunakan untuk memperkenalkan pemahaman identitas suatu budaya

dari suatu negara.31 Di mana pemerintah bukan satu-satunya aktor dalam

perantara memperkenalkan atau mempromosikan negaranya ke negara lain.

Oleh karena itu, hubungan diplomasi budaya yang terjadi antar negara bisa

saja terjadi antar pemerintah dengan pemerintah, pemerintah dengan swasta,

swasta dengan swasta, pribadi dengan pribadi, pemerintah dengan pribadi,

dan seterusnya.32

31 Eytan Gilboa, Searching for a Theory of Public Diplomacy. The Annals of The American

Academy of Political and Social Sciences. Vol. 616, 2008, Hlm 55-77 32 Tulus Warsito & Wahyuni Kartikasari, Diplomasi Kebudayaan, Konsep dan Relevansi

Bagi Negara Berkembang. Studi Kasus: Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Ombak. 2007, dalam

skripsi Adina Dwirezanti, Budaya Populer Sebagai Alat Diplomasi Publik: Analisa Peran Korean Wave Dalam Diplomasi PublikKorea Periode 2005-2010. FISIP UI, 2012.

17

India memiliki Indian Council for Cultural Relations (ICCR) atau

Dewan Hubungan Budaya India yang merupakan sebuah keterikatan

konstitutif untuk hubungan terbuka dengan ‘the cultures of all lands’ dalam

semangat membangun hubungan kebudayaan. ICCR didirikan pada tahun

1950, tahun yang sama ketika konstitusi negara yang baru diadopsi, di bawah

naungan yang sangat bergengsi dan juga jarang terjadi untuk organisasi

budaya. ICCR dibentuk oleh Maulana Abdul Kalam Azad yang juga menjabat

sebagai Menteri Pendidikan pertama India.33

Tujuan dari terbentuknya ICCR adalah untuk berpartisipasi aktif dalam

perumusan dan implementasi kebijakan dan program yang berkaitan dengan

hubungan budaya eksternal India; untuk membina dan memperkuat hubungan

budaya dan saling pengertian antara India dan negara-negara lain; untuk

mempromosikan pertukaran budaya dengan negara dan orang lain, dan untuk

mengembangkan hubungan dengan negara-negara.34

1.6.2. Diplomasi Publik

Menurut Jay Wang, diplomasi publik diartikan sebagai proses

berjalannya komunikasi pemerintah terhadap publik mancanegara yang

bertujuan untuk memberi pemahaman atas negara, sikap, institusi, budaya,

33 Yudhishthir Isar. Cultural Diplomacy: India Does It Differently. International Journal of

Cultural

Policy No 23. 1-12. 2017. Hlm. 4 34Indian Council For Cultural Relations, http://iccr.gov.in/about-iccr, diakses pada 20

November 2019

18

kepentingan nasional, dan kebijakan yang akan diambil oleh negaranya.35

Wang juga melihat diplomasi publik sebagai suatu upaya dalam

memperkuat kepercayaan rakyat dengan membangun komunikasi antara

negara dengan masyarakat. Komunikasi yang baik antara rakyat dan negara

dapat mempengaruhi kegiatan politik, ekonomi, sosial, dan dalam

pelaksanaannya tidak lagi dimonopoli oleh pemerintah.36

Menurut Bruce Gregory, diplomasi publik adalah penggunaan berbagai

kegiatan strategis oleh pemerintah dan warga negara, dengan tujuan

menciptakan peningkatan kesadaran dan pemahaman tentang sikap dan

budaya. Ia melanjutkan untuk mendefinisikan diplomasi publik sebagai

keterlibatan dalam dialog di antara orang-orang, lembaga, dan pemimpin

politik, setelah itu opini publik tentang keputusan kebijakan

dipertimbangkan.37 Diplomasi publik juga menggunakan komunikasi dan

tindakan untuk memengaruhi perilaku dan sikap.

Diplomasi publik mulai diberlakukan ketika Amerika Serikat anggap

penting untuk mencapai tujuan kebijakan luar negeri, yakni kepedulian

terhadap opini publik asing, interaksi dengan aktor dan kepentingan swasta,

dan komunikasi melalui komunikasi antar budaya. Diplomasi publik menjadi

35 Jay Wang. Public Diplomacy and Global Business.The Journal of Business Strategy

(3). 2006. Hlm. 49-58 36 Jay Wang. Public Diplomacy and Global Business.The Journal of Business Strategy

(3). 2006. Hlm. 49-58 37 Bruce Gregory, Public Diplomacy: Sunrise of an Academic Field. The Annals of the

American Academy of Political and Social Science: SAGE Publication. 2008. Hlm. 274

19

pengganti propaganda kebijakan luar negeri Amerika Serikat38, yang

kemudian memperoleh kembali kepraktisannya dalam kebijakan luar negeri

Amerika Serikat. Secara khusus, serangan teroris pada 9/11 dan penurunan

citra Amerika Serikat kala itu merangsang praktisi politik di Amerika Serikat

untuk mengubah pendekatan negara terhadap diplomasi serta menggunakan

bentuk baru dialog dan kolaborasi diplomatik.39

Konsep multidisiplin diplomasi publik telah dieksplorasi di bidang

komunikasi dan hubungan masyarakat internasional, pemasaran, analisis

kebijakan luar negeri, dan studi diplomatik. Pendekatan multidisiplin untuk

diplomasi publik semua cenderung berfokus pada opini publik, yang

menghasilkan dimensi diplomasi komunikatif. Sehingga, diplomasi tidak

pernah bisa mengabaikan opini publik.40

Kathy R. Fitzpatrick dalam bukunya yang berjudul U.S. Public

Diplomacy in a Post-9/11 World: From Messaging to Mutuality,

menekankan bahwa, karena meningkatnya globalisasi, negara telah

kehilangan kendali mereka atas beberapa aspek politik dan pemerintahan;

namun, aktor-aktor non-negara mendapatkan kontrol lebih besar atas urusan

38 Walter R. Roberts, The Evolution of Diplomacy. Mediterranean Quarterly: Duke

University Press. Volume 1 No.03. 2006. Hlm. 55-64. 39 Kathy R. Fitzpatrick, U.S. Public Diplomacy in a Post-9/11 World: From Messaging to

Mutuality. Los Angeles, CA: Figueroa Press. 2011. Hlm. 6 40 Paul Sharp, Diplomacy in International Relations Theory and Other Disciplinary

Perspectives dalam Hwajung Kim, Bridging The Theoretical Gap Between Public Diplomacy and Cultural Diplomacy. The Korean Journal of International Studies Vol.15, No.2 (August 2017), 293-

326 Hlm. 296

20

dunia.41 Hal ini yang kemudian menciptakan dinamika baru di mana negara

harus memiliki dialog dua arah dengan publik asing, bukan monolog satu

arah. Negara juga harus mempertimbangkan komunikasi mereka dengan

publik domestik untuk menciptakan inisiatif yang seragam. Pentingnya

melibatkan publik domestik dalam tindakan diplomasi publik tidak dapat

diabaikan, karena globalisasi dan komunikasi di seluruh dunia membuat

batasan antara publik asing dan domestik menjadi kurang jelas.

Dari sudut pandang hubungan internasional, Fitzpatrick mendefinisikan

enam karakteristik dalam perkembangan diplomasi publik:42

1. Diplomasi publik lebih dari sekadar teknik kebijakan luar negeri,

alih-alih mengejar soft power;

2. Diplomasi publik berkaitan dengan kredibilitas internasional negara-

bangsa;

3. Diplomasi publik mengelola komunikasi dua arah dan simetris di era

informasi;

4. Diplomasi publik mengejar kolaborasi untuk mencapai tujuan

bersama;

41 Kathy R. Fitzpatrick, U.S. Public Diplomacy in a Post-9/11 World: From Messaging to

Mutuality. Los Angeles, CA: Figueroa Press. 2011. Hlm. 7 42 Kathy R. Fitzpatrick, U.S. Public Diplomacy in a Post-9/11 World: From Messaging to

Mutuality. Los Angeles, CA: Figueroa Press. 2011. Hlm. 9

21

5. Diplomasi publik melibatkan aktor-aktor non-negara dan

berhubungan dengan berbagai pemangku kepentingan dan

kemitraan; dan

6. Diplomasi publik dapat menumbuhkan lingkungan diplomatik yang

menguntungkan bagi negara-bangsa dalam politik dunia.

Ada tiga perbedaan di antara diplomasi publik dengan diplomasi

pada umumnya atau diplomasi tradisional. Pertama, diplomasi publik bersifat

transparan dan berjangkauan luas, berbanding terbalik dengan diplomasi

tradisional yang cenderung tertutup dan memiliki jangkauan terbatas.

Kedua, diplomasi publik dijalankan dari pemerintah ke pemerintah

lainnya. Ketiga, tema dan isu yang dibahas oleh diplomasi resmi (jalur

pertama) ada pada perilaku dan kebijakan pemerintah, sedangkan tema

dan isu yang diangkat oleh diplomasi publik lebih ke arah sikap dan

perilaku publik.43

Perkembangan dalam diplomasi publik terjadi sebagai upaya bersama

pemerintah untuk mencapai kredibilitas, kepercayaan, dan mutualitas melalui

komunikasi simetris dua arah untuk berurusan dengan opini publik antara

pemerintah dan publik asing atau global dengan melibatkan aktor non-negara

dan memupuk kemitraan sebagai cara menanamkan kebijakan luar negeri

dengan kekuatan lunak.

43 Citra Hennida, Diplomasi Publik dalam Politik Luar Neger Vol 22 No.1. Surabaya: Universitas Airlangga. 2009

22

Dalam hubungan internasional, diplomasi publik berfokus pada

bagaimana suatu negara, melalui organisasi yang mewakili, berkomunikasi

dengan warga negara di negara lain. Budaya nasional individu-individu ini

atau apa yang disebut "perangkat lunak dalam pikiran"44, serta organisasi

yang mereka bentuk, memengaruhi cara mereka memandang pengambilan

keputusan dalam diplomasi publik. Khususnya dalam diplomasi, penting

untuk mengenali perbedaan di tingkat nasional karena di sinilah kebijakan

dibuat dan dimaksudkan untuk mempengaruhi. Di dalam negara-bangsa

terdapat budaya dan masyarakat.45

Dalam beberapa dekade terakhir ini, India telah meningkatkan

penggunaan soft power secara lebih sistematis.46 Beberapa inisiatif telah

diluncurkan untuk mendorong India ke garis depan komunitas internasional,

termasuk diplomasi publik pada tahun 2006 oleh Kementerian of External

Affairs, perluasan Dewan Hubungan Budaya India atau Indian Council for

Cultural Relations (ICCR) di seluruh dunia, kampanye ‘Incredible India’ dari

Kementerian Pariwisata, dan Kementerian untuk orang India yang berada di

luar negeri. Upaya-upaya ini tidak hanya membantu menekankan aset sosial

44 G. Hofstede, dan Minkov, M. Cultures and Organizations. Software of the Mind.

Intercultural Cooperation and Its Importance for Survival. New York: McGraw Hill 2010 45 J. Kaufman, Introduction to International Relations: Theory and Practice. Lanham,

Maryland: Rowman & Littlefield Pubblishers. 2013 46 Ramachandran, Sudha. India's soft power potential. The Diplomat, May 29, 2015.

http://thediplomat.com/2015/05/indias-soft-power-potential.

23

dan budaya India di luar negeri, tetapi mereka juga mendukung prakarsa

kebijakan luar negeri utama negara itu seperti bantuan strategis.47

India telah menginvestasikan sejumlah besar sumber daya dalam

diplomasi publik. Tujuan utama dari hal ini adalah untuk meningkatkan

kekuatan lunak India serta meningkatkannya.48 Baik pendekatan tradisional

maupun pendekatan baru diplomasi publik digunakan untuk mengamankan

tujuan ini. Penekanan pada penggunaan sumber daya lunak India semakin

meningkat setelah pemerintahan yang dipimpin Narendra Modi dilantik pada

tahun 2014. Perdana Menteri Modi dikenal karena penuh semangat atas

penggunaan kekuatan lunak India melalui strategi manajemen media yang

efektif dan penggunaan media sosial dengan maksimal.49

Berdasarkan pengertian dari konsep diplomasi publik di atas serta

perkembangan India dalam penyebaran soft powernya, dapat dikatakan

bahwa dengan adanya pengaruh globalisasi dan revolusi teknologi, secara

tidak langsung juga mempengaruhi perubahan praktik diplomasi yang telah

terjadi selama bertahun-tahun lamanya. Revolusi teknologi dalam bidang

komunikasi dan informasi pun mempermudah kegiatan kerjasama

internasional karena persebaran informasi dapat dilakukan dengan mudah

melalui media seperti website ataupun media televisi, seperti industri

47 Ramachandran, Sudha. “India's soft power potential.” The Diplomat, May 29, 2015.

http://thediplomat.com/2015/05/indias-soft-power-potential 48 Ian Hlml. India’s New Public Diplomacy: Soft Power and the Limits of Government

Action. Asian Survey. 2012. Volume 52 No.6. Hlm. 254 49 Stéphanie M. Heng. Diplomacy and Image-Building: India Rides on its Soft Power.

ORF Issue Brief. Issue No.163. New Delhi: Observer Research Foundation. 2016.

24

perfilman. Melalui media inilah pemerintah India menyebarkan dan

mengenalkan ciri khas negaranya kepada negara lain.

1.7. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yakni peneliti sebagai

instrumen utama untuk pengumpulan, pengolahan, serta analisis data dan

memfokuskan perhatian kepada peristiwa yang sedang diteliti.50 Dalam metode

kualtatif, terdapat berbagai karakter utama dalam proses penelitian, di antaranya:

mengeksplorasi permasalahan dan mengembangkan pemahaman terperinci

mengenai suatu fenomena, memiliki tinjauan literatur yang memiliki peran kecil

untuk menyelesaikan permasalahan, memiliki tujuan dan pertanyaan penelitian

secara umum dan luas, mengumpulkan data berdasarkan kata-kata dari sejumlah

kecil individu sehingga dapat melihat pandangan dari berbagai perspektif,

menganalisis data untuk mendeskripsikan penelitian menggunakan analisis, dan

terakhir menulis laporan menggunakan struktur yang fleksibel dan evaluatif.51

Penelitian dapat dilaksanakan dengan tiga tahapan, yakni: pengumpulan data

(data collective), pengolahan data, (data analysis), dan laporan penelitian (report

writing). Metode ini menjelaskan dengan baik mengenai pendekatan dan jenis

50 John W. Creswell, Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches,

California: Sage Publications. 1994. Hlm. 145 51 John W. Creswell, Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches,

California: Sage Publications. 1994. Hlm. 145

25

penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, teknik analisis data,

dan juga pengecekan data yang diperlukan.52 Teknik analisis data dalam penelitian

ini merupakan teknik deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif

memerlukan kelengkapan dari data-data yang telah diakumulasi untuk

mempertajam analisis penelitian yang mendeskripsikan penelitian ini. Data-data

tersebut dapat diperoleh dari berbagai macam cara, misalnya dari tinjauan pustaka.

Dalam menjawab permasalahan penelitian, dibutuhkan setidaknya satu

sumber data (atau lebih) tergantung kebutuhan untuk menjawab permasalahan

penelitian. Data yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini merupakan data

primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari website resmi Kementerian Luar

Negeri India, sedangkan data sekunder diperoleh dari tinjauan pustaka berupa buku

dan jurnal yang berhubungan dalam topik yang ingin diteliti, buku, maupun artikel

internet. Penulis juga mengambil data dari Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Perpustakaan Universitas Indonesia.

Pengumpulan data dalam metode kualitatif harus menetapkan batasan data

yang akan diteliti, dengan artian menyeleksi informasi yang akan dijadikan bahan

penelitian yang dapat menjawab pertanyaan penelitian dengan mempertimbangkan

empat parameter, yang di antaranya: tempat penelitian akan di lakukan, siapa orang

yang akan diobservasi atau diwawancara untuk penelitian, apa yang akan diamati

52 Wahidmurni, Pemaparan Metode Kualitatif. UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. 2017.

Hlm1. Dapat diakses melalui: http://repository.uin-malang.ac.id/1984/2/1984.pdf

26

dari aktor atau topik yang ingin diteliti, perkembangan dari peristiwa yang

dialami.53

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

observasi tidak langsung atau dokumentasi, di mana pengamatan yang dilakukan

hanya melalui media seperti media cetak, elektronik, atau melalui perseorangan

yang akan dicatat untuk dijadikan sebagai data yang valid. Teknik ini bertujuan

untuk membuat deskripsi maupun gambaran secara sistematik, faktual, dan akurat

mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang sedang diteliti.54

Penelitian ini mengandalkan kelengkapan data-data dan gambaran dari fenomena

yang terjadi untuk menghasilkan suatu kesimpulan.

Informasi yang telah dikategorikan melalui berbagai sumber yang dapat

diakui keabsahannya akan disusun menjadi sebuah cerita yang ditulis secara teks

kualitatif. Penelitian dapat dilihat berdasarkan tujuannya, manfaatnya, dimensi

waktunya, dan teknik pengumpulan datanya. Berdasarkan tujuannya, maka

penelitian dapat dikatakan sebagai penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk

mendeskripsikan suatu keadaan secara faktual, sistematis, dan akurat berdasarkan

fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diteliti.55

53 John W. Creswell, Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches,

California: Sage Publications. 1994. Hlm. 147-148 54 Moh. Nazir, Metode Penelitian. Jakarta: GHlmia Indonesia. 2001. Hlm. 33. 55 W. Laurence Neuman, Social Research Methods: ualitative and Quatitative

Approaches, 3rd ed. Boston: Allyn and Bacon. 1991. Hlm. 18-35

27

1.8. Sistematika Penelitian

Dalam penyusunan penelitian ini, penulis membagi menjadi lima (5) bab di

antaranya:

A. BAB I Pendahuluan

Dalam BAB I akan dijelaskan Latar Belakang penelitian, Pertanyaan

Penelitian, Tujuan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka Konseptual,

Metode Penelitian, dan Sistematika Penelitian.

B. BAB II Tinjauan Umum Industri Film Bollywood

Dalam BAB II sub bab pertama, akan dijelaskan mengenai awal mula

terbentuknya industri Bollywood di India dan bagaimana industri Bollywood

bisa menjadi bentuk pengaplikasian dari instrumen soft power India. BAB

ini terbagi menjadi empat (4) sub bab di antaranya: Perkembangan Film di

India, Era 1940 – 1960, Era 1970 – 1990 dan Era 1990 – Sekarang. Sub bab

membahas tentang masuknya Bollywood di Indonesia.

C. BAB III Hubungan Sosial Budaya India dan Indonesia Periode 2012 – 2016

Dalam BAB III akan dijelaskan tentang Hubungan Sosial Budaya

India dan Indonesia periode 2012-2016 serta kegiatan dan kerjasama yang

terjalin antara India dan Indonesia selama tahun 2012 – 2016.

D. BAB IV Dampak Film Bollywood Terhadap Hubungan Sosial Budaya India

dan Indonesia

Dalam BAB ini akan menganalisis bagaimana industri perfilman

Bollywood dapat memberikan dampak kepada hubungan sosial dan budaya

28

dua negara yakni India dengan Indonesia melalui dua hal, yakni

pemmbentukan citra dan kesamaan unsur budaya dan sejarah.

E. BAB V Kesimpulan

Dalam BAB V akan diisi dengan Kesimpulan dari penelitian yang

telah dilakukan oleh penulis.

29

BAB II

TINJAUAN UMUM INDUSTRI FILM BOLLYWOOD

2.1. Industri Film Bollywood di India

Menurut Joseph Nye, kekuatan ialah kemampuan untuk mengubah perilaku

orang lain untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Dalam pengaplikasian untuk

mencapai kepentingan, Joseph Nye mengategorikan mengategorikan konsep

power, di antaranya hard power (kekuatan militer) dan soft power (kekuatan

lunak).56 Soft power bertumpu pada kemampuan untuk membentuk preferensi

orang lain, tanpa menggunakan kekerasan, paksaan atau kekerasan, tetapi melalui

aset tak berwujud seperti kepribadian yang menarik, budaya, nilai politik, lembaga,

dan kebijakan yang dianggap sah atau memiliki otoritas moral.57

Soft power suatu negara bertumpu pada tiga sumber: budayanya (di tempat-

tempat yang menarik bagi orang lain), nilai-nilai politiknya (ketika ia hidup sesuai

dengan mereka di dalam dan luar negeri), dan kebijakan luar negerinya (ketika

mereka dipandang sebagai sah dan memiliki otoritas moral. Dalam konsep soft

power ini budaya terbagi menjadi dua jenis yaitu high culture dan low culture.

Budaya yang digolongkan sebagai high culture seperti sastra, seni, dan pendidikan,

56 Joseph Nye. Soft Power: The Means to Success in World Politics. New York: Public

Affairs. 2005. Dalam Mohamad Rosyidin, Soft Diplomacy SBY dalam Konflik Indonesia-

Malaysia:Studi Kebijakan SBY terhadap Pelanggaran Kedaulatan oleh Malaysia di Perairan

Bintan Tahun 2010. Jurnal Kajian Wilayah, Vol. 5, No. 1. 2014, Hlm. 3-22 57 Joseph Nye. Public Diplomacy and Soft Power. The ANNALS of the American

Academy of Political and Social Science. 2008. Hlm. 95

30

yang hanya dapat dipelajari oleh kalangan elit. Sedangkan low culture

dikategorikan sebagai budaya yang dapat dipelajari dan dinikmati oleh siapapun,

seperti kebudayaan populer musik, animasi, film, kuliner, dan lain-lain.

Dalam upaya mempromosikan negara untuk menjalin adanya kerjasama serta

persebaran budaya, India menggunakan industri perfilman yang juga menjadi salah

satu Industri terbesar di India.58 Industri perfilman sebagai elemen untuk

membentuk citra negara. Industri perfilman terus berkembang di India, yang

mampu menghasilkan sejumlah besar gulungan berita, dokumenter, dan film layar

lebar yang tak hanya eksis di India namun juga di dunia.59

Film-film Bollywood banyak diminati sejak India merdeka. Selain Pakistan,

penonton setia Bolywood kala itu tersebar di Uni Soviet, Afghanistan, Timur

Tengah dan Turki, kemudian di Bangladesh. Sedangkan Eropa Barat, Amerika

Utara, dan sekarang Asia Tenggara adalah ‘rumah’ bagi India melalui diaspora.

Secara alami, pasar film Bollywood terus berkembang.60 Secara bersamaan,

kekuatan ekonomi India sedang tumbuh. India memiliki tenaga nuklir dan

memelihara kompleks militer besar yang mengklaim bagian besar dari produk

58 Nabi, D. D., Ahmad, D. A., & KHlmid, D. Z., Bollywood : The Indian Celluloid Saga.

In N. Hunter, The Arts: Cinema. Asian Academic Research Journal of Social Sciences &

Humanities. 2014. Hlm. 260 59 Dr. B.P.Mahesh Chandra Guru, dkk., History Of Indian Cinema. University of Mysore.

International Journal of Business and Administration Research Review, Vol. 2, Issue.11, July - Sep,

2015 E- ISSN -2347-856X. Hlm. 181 60 Anjali Gera Roy, The Magic of Bollywood At Home and Abroad. New Delhi: SAGE

Publications India Pvt Ltd doi: 10.4135/9788132113966 Hlm. 16

31

nasional bruto (PDB). Namun, India berambisi untuk diakui dan dihormati sebagai

tidak hanya kekuatan regional tetapi juga global.

Industri film India menyumbang sejumlah $ 6.200.000 dalam perekonomian

India, menurut laporan yang diterbitkan oleh PricewaterhouseCoopers tahun 2010.

Kombinasi anggaran tinggi dan rendah, merupakan upaya penting untuk pemasaran

filmnya. Pada tahun 2005, telah dirilis 1041 film dan terjual sekitar 3,6 juta tiket di

seluruh dunia. Sebaliknya, Amerika Serikat pada tahun 2005 merilis 535 film dan

menjual 2, 6 juta tiket.61 Selain itu, sektor film memiliki total produksi sekitar $

20,4 miliar dan menyumbang lebih banyak pada PDB India dibandingkan dengan

industri periklanan. Meskipun Bollywood menyumbang 16% dari produksi film

India, itu menyumbang 40% dari pendapatan film India, dengan tingkat

pertumbuhan tahunan saat ini antara 10 dan 20%. Hal ini menyebabkan kelompok

film Bollywood menyumbang bagian terbesar dari pendapatan bioskop India dalam

perekonomian untuk tumbuh lebih jauh. Sejak 2010, Bollywood adalah eksportir

asing terbesar ke pasar hiburan AS, sambil menarik investasi asing yang signifikan

untuk produksi film India, yang mengakibatkan masuknya dana India dalam jumlah

besar. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh Bollywood bahwa hiburan sekarang

adalah sektor pertumbuhan terbesar kedua di India.62

61 Bouka Eleni, dkk., Identifying Bollywood as a crucial factor of India’s Economic

Development: A Review Analysis. MPRA PAPER No 64658. 2015. Hlm. 13 62 Motion Picture Distributors Association, Economic Contribution of Indian Film and

Television Industry. 2010. Hlm. 11. Dapat diakses melalui: http://www.jimca.co.jp/research_statistics/reports/EconomicContributionReportMarch2010.pdf

32

Pendapatan industri film India meningkat 360% dalam kurun waktu 1998-

2005 dan 58% dalam kurun waktu 2001-2005. Angka ini mencakup semua

pendapatan, termasuk iklan dan musik.63 Pada 2006-2007 pertumbuhan Bollywood

adalah 16% (dibandingkan dengan pertumbuhan Hollywood yang diperkirakan 7%

untuk periode yang sama)64, sedangkan tingkat pertumbuhan tahunannya mencapai

30% pada 2010. Secara keseluruhan, ukuran industri film India diperkirakan

sebesar $2,5 miliar pada tahun 2008 dan tumbuh pada tingkat pertumbuhan tahunan

rata-rata 11,5% selama periode 2008-2013. Koleksi box-office domestik

menyumbang sebesar $1,8 miliar.65

Sumber: PricewaterhouseCoopers' Indian Entertainment & Media Outlook 2009

63 Kohli-Khandekar, V. (2006), “Indian film giants”, Businessworld, vol. 25, no. 33, Hlm

27-42 64 Kapoor, D. (2005), “The Indian Entertainment Industry: An Unfolding Opportunity”,

Mediaand Entertainment Insights, PriceWaterhouseCooper, May 2005, pp. 1-6 65 Motion Picture Distributors Association, Economic Contribution of Indian Film and

Television Industry. 2010. Hlm. 3. Dapat diakses melalui:

http://www.jimca.co.jp/research_statistics/reports/EconomicContributionReportMarch2010.pdf

33

2.1.1. Perkembangan Perfilman di India

Bioskop pertama kali hadir pada tanggal 28 Desember 1895 di Lunlihre,

Perancis oleh Auguste dan Louis sebagai pembuat karya-karya filmnya. Bioskop

pun mulai menyebar ke penjuru dunia, termasuk ke India pada tujuh bulan setelah

film pertama diputar di Paris.66 Lumiere Bersaudara memiliki enam judul film yang

kemudian didistribusikan oleh Marius Sestier ke Bombay untuk yang pertama

kalinya pada 7 Juli 1896 dan diputar menyiarkan ulang film-film tersebut pada 9

dan 13 Juli 1896. Harga tiket bioskop yang dipatok kala itu sebesar 1 Rupee, hanya

mampu dinikmati oleh kalangan elite India dan aparatur Inggris pada saat itu.

Namun, dalam beberapa hari sejak penayangan film-film tersebut, masyarakat

umum juga dapat menonton karya-karya Lumiere di Novelty Theatre. Hasilnya,

intensitas penonton sangat tinggi dan hal ini berlangsung hingga 15 Agustus 1896

dan tersebar hingga ke Kolkata dan Madras.67

Film-film India, menggunakan lagu-lagu sebagai salah satu instrumen sangat

penting sehingga dalam setiap penayangan film India seperti pertunjukan teater.

Hal ini yang membedakan film India dengan film Barat. Mereka membuat para

penonton menangis, mereka membuat para penonton tertawa, mereka membuat

para penonton menikmati lagu itu, membuat kaki mereka menyentuh tarian; semua

66 Mihir Bose, Bollywood: A History. New Delhi: Tempus Publishing Limited. 2007. Hlm.

38 67 Melissa Indriana Putri, Tayangan India Dalam Industri Televisi Indonesia (Studi Kasus

tentang Komodifikasi pada Trend Program India Periode 2014-2015). 2011. Hlm. 58

34

hal semacam itu dan semua dalam satu film.68 Film pertama yang dirilis di India

adalah 'Shree Pundalik' karya Dadasaheb Torne pada 18 Mei 1912 di 'Coronation

Cinematograph', Mumbai.69

Govind Dhundiraj Phalke atau yang dikenal sebagai Dadasaheb Phalke

merupakan bapak pendiri industri film India. Ia memperoleh pelatihan formal

dalam seni, musik, akting, arsitektur dan fotografi. Ia mempelajari secara rinci buku

berjudul ABC of Cinematography yang ditulis oleh Cicil Hepworth. Selain itu,

Phalke juga mengunjungi Inggris dan mendapatkan pelatihan praktis dalam seni

dan kerajinan pembuatan film. Dia memproduksi film fitur India pertama, yang

diberi judul Raja Harishchandra.70 Phalke pergi ke Nasik dan mendirikan

Perusahaan Film Hindustan dan memproduksi film-film seperti Sri Krishna Janma,

Mohini Bhasmasura, Satyavan Savitri, Lankadahan, Kalimardhan, Setu Bandhan

dan sebagainya. Dia menghasilkan sekitar 45 film fitur dan 16 film kecil selama

1913 - 1932 dan memberikan dasar yang kuat untuk pertumbuhan industri film

India. Produser lain Baburao Painter sangat dipengaruhi oleh karya sinematik

68 Keval J. Kumar, The “Bollywoodization” of Popular Indian Visual Culture: A Critical

Perspective. TripleC. 12. 277-285. 10.31269/vol12iss1pp277-285. 2014. Hlm. 278 69 Amit Channa, Depiction Of Humanitarian Approach and Social Relationship In Gulzars

Films. Assam University. 2016. Hlm. 19 dapat diakses melalui:

https://shodhganga.inflibnet.ac.in/bitstream/10603/97432/3/th-1824_ch2.pdf 70 Daya Kishan Thussu, Communicating India’s Soft Power: Buddha to Bollywood.

Palgrave Macmillan US. 2013. eBook ISBN: 978-1-137-02789-4. Hlm. 131

35

Phalke dan Perusahaan Film Maharashtra yang didirikan yang menyumbang sekitar

200 teknisi film.71

Bollywood, merupakan sebuah kombinasi dari ‘Bombay’ (kini Mumbai) dan

‘Hollywood’, pada awalnya muncul sebagai ejekan yang menyiratkan bahwa film-

film produksi dari negeri India itu tengah meniru film-film produksi Amerika, yakni

Hollywood. Istilah tersebut menjadi populer sejak tahun 2001, dan dimasukkan

dalam Oxford English Dictionary edisi kelima. Namun Bollywood jelas tidak dapat

dikatakan sebagai imitasi Hollywood. Bollywood memiliki ciri tersendiri yang

sangat jauh berbeda dengan Hollywood. Dalam hal keuangan, produksi, pasar, dan

distribusi, Bollywood tidak kalah dibandingkan Hollywood, tetapi Bollywood tidak

didukung oleh perusahaan-perusahaan raksasa seperti Walt Disney, Sony, Fox dan

perusahaan yang lainnya.72

India mulai memproduksi film-film pada 1913, kala itu film India masih bisu

dan tidak berwarna, hanya hitam putih saja. Sutradara pertama India yang

berkontribusi dalam awal produksi film-film India ialah Raja Harishchandra dan

Dadasaheb Phalke. Di masa itu, film-film India mampu diproduksi sebanyak 200

film per tahunnya. Tahun 1931 adalah awal mula film India memiliki suara, tidak

hanya gerakan-gerakan saja. Film-film yang memiliki suara pertama kali hadir

71 Mahesh Chandra Guru, M.S.Sapna, M.Prabhudev, M. Dileep Kumar., History of Indian

Cinema, International Journal of Business and Administration Research Review, Vol. 2, Issue.11,

July - Sep, 2015. Hlm. 182 72 Derek Bose, Brand Bollywood: A New Global Entertainment Order. New Delhi: Sage

Publications Pvt. Ltd. 2006. 13: 978-0-7619-3534-6 (PB). Hlm. 13

36

dalam bahasa Bengali (Jumai Shasthi), Telugu (Bhakta Prahlad) dan Tamil

(Kalidass).73 Film berwarna kemudian baru diproduksi dan didistribusikan pada

akhir tahun 1950-an, meskipun film-film hitam putih masih banyak diproduksi dan

eksis hingga tahun 1960-an.74

Pada 1927, Pemerintah Inggris membentuk Indian Cinematograph Enquiry

Committee (ICEC) atau Komite Penyelidikan Sinematografi India dalam rangka

mempromosikan pasar di India untuk film-film Inggris daripada film-film Amerika.

ICEC terdiri dari tiga orang Inggris dan tiga orang India, yang dipimpin oleh T.

Rangachari, seorang pengacara Madras. Namun, komite ini gagal untuk

mendukung rekomendasi yang diinginkan untuk mendukung Film Inggris, sebagai

gantinya merekomendasikan dukungan untuk industri film India yang masih baru.

Tahun 1930an di India dikenal sebagai era yang mengawali perkembangan

Bollywood menjadi industri yang besar dan menjanjikan di India. Dalam sejarah

dekade, tiga pusat film terkemuka dikembangkan di Bombay (Mumbai), Calcutta

(Kolkata) dan Madras (Chennai).75 Di masa lalu, Bombay merupakan pusat

produksi utama yang didistribusikan secara nasional, sedangkan Madras dan

Calcutta terkenal dengan produksi lokal mereka.76 Sepanjang era ini, ada yang

73 Indian cinema: origin growth and major trends." By Amit Channa, chapter 2, Hlm. 20.

Dapat diakses melalui https://shodhganga.inflibnet.ac.in/bitstream/10603/97432/3/th-

1824_ch2.pdf 74 Tejaswini Ganti, BOLLYWOOD: A Guide Book To Popular Hindi Cinema (Routledge

Filmguide Books). Psychology Press. 2004. ISBN 0415288541, 9780415288545. Hlm. 16 75 Tejaswini Ganti, Bollywood: A Guide Book To Popular Hindi Cinema (Routledge

Filmguide Books). Psychology Press. 2004. ISBN 0415288541, 9780415288545. Hlm. 16 76 Tejaswini Ganti, Bollywood: A Guide Book To Popular Hindi Cinema (Routledge

Filmguide Books). Psychology Press. 2004. ISBN 0415288541, 9780415288545. Hlm. 16

37

dinamakan The Indian Masala Film yakni film India yang menggunakan slang

sebagai film komersial dengan lagu, tarian dan romansa yang muncul setelah

Perang Dunia Kedua. Selama tahun 1940-an, sinema di India Selatan menyumbang

hampir setengah dari aula dan pada akhirnya, sinema India dilihat sebagai

instrumen kebangkitan budaya. Namun, sebagai akibat dari konflik perbatasan

India-Pakistan, beberapa studio dan pembuat film pergi ke Pakistan dan juga

melatarbelakangi berbagai cerita banyak film pada dekade berikutnya.77

Film Alam Ara yang dirilis oleh Ardeshir Irani merupakan film berbahasa

India pertama yang didistribusikan, yakni pada 14 Maret 1931. H.M. Reddy,

diproduksi dan diarahkan Bhakta Prahlada (Telugu), dirilis pada 15 September

1931 dan Kalidas (Tamil) dirilis pada 31 Oktober 1931. Kalidas diproduksi oleh

Ardeshir Irani dan disutradarai oleh H.M. Reddy. Kedua film ini adalah film talkie

pertama India Selatan yang dirilis secara teatrikal.78

77 Ashok Banker, Bollywood: The Pocket Essential (Pocket Essentials (Trafalgar).

Trafalgar Square Publishing. 2002. ISBN: 1903047455. Hlm. 22 78 Amit Channa, Depiction Of Humanitarian Approach and Social Relationship In Gulzars

Films. Assam University. 2016. Hlm. 21 dapat diakses melalui: https://shodhganga.inflibnet.ac.in/bitstream/10603/97432/3/th-1824_ch2.pdf

38

Gambar 2.1.

Iklan Film Alam Ara

Sumber: Cinema Comes to India: Marvel of the Century & Alam Ara debuted at the Majestic

Cinema in Mumbai (Ministry of Culture Government of India, 2015; A Tale of Two Cities, 2012)

Studio Film didirikan di seluruh India ketika pembuatan film muncul sebagai

industri populer pada tahun 1935, yang ditunjukkan oleh keberhasilan Devdas yang

menarik perhatian penonton secara nasional. Seiring kemajuan teknologi suara di

tahun 1930-an, dilm-dilm yang ditayangkan di bioskop India dengan musikal

seperti Indra Sabha dan Devi Devyani menandai awal lagu-dan-tarian dalam film-

film India sangat digemari masyarakat.79 Studio muncul di kota-kota besar seperti

Chennai, Kolkata, dan Mumbai ketika pembuatan film menjadi kerajinan yang

mapan pada tahun 1935, berkat keberhasilan Devdas, yang telah berhasil memikat

penonton di seluruh negeri. Bombay Talkies muncul pada tahun 1934 dan Prabhat

Studios di Pune telah memulai produksi film-film yang diperuntukkan bagi

79 Amit Channa, Depiction Of Humanitarian Approach and Social Relationship In Gulzars

Films. Assam University. 2016. Hlm 20. Dapat diakses melalui:

https://shodhganga.inflibnet.ac.in/jspui/bitstream/10603/97432/3/th-1824_ch2.pdf

39

penonton bahasa Marathi.80 Pembuat film R.S.D. Choudhury menghasilkan Wrath

(1930), dilarang oleh British Raj di India karena menggambarkan aktor sebagai

pemimpin India, sebuah ekspresi yang disensor selama masa gerakan kemerdekaan

India.

2.1.2. Industri Bollywood Era 1940 – 1960 (Awal Mula Kejayaan Film India)

Setelah kemerdekaan India pada tahun 1947, pemerintah nasional

memandang media sinema dengan cara yang berbeda dan merasa perlu untuk

mempertahankan sensor film. Ia mengadopsi tidak hanya lembaga sensor kolonial

tetapi juga keprihatinan dan kecemasannya. Pemerintah India mengamandemen

Cinematograph Act 1918 dan New Act 1949 menciptakan dua kategori sertifikat

film, "A" sertifikat untuk film yang dibatasi untuk orang dewasa dan "U" sertifikat

untuk pameran yang tidak dibatasi.81 Dengan demikian sertifikasi ini ditentukan

oleh dua film dan calon penonton. Undang-undang ini diamandemen pada tahun

1949 karena membentuk dewan sensor pusat untuk menggantikan dewan sensor

regional. Pada tahun 1951 Kementerian Informasi dan penyiaran membentuk

Dewan Sentral Sensor Film dengan membatasi sistem pada tahun 1918 Undang-

undang yang harus beroperasi melalui papan sensor regional.82

80 Tejaswini Ganti, Bollywood: A Guide Book To Popular Hindi Cinema (Routledge

Filmguide Books). Psychology Press. 2004. ISBN 0415288541, 9780415288545. Hlm. 16 81 Tiwari. A. K., Role Of Freedom Of Electric Media in Indian Democracy. 82 Ministry Of Information And Broadcasting, Notification G.S.R. 381(E), 9 May

1983, dapat diakses melalui https://www.cbfcindia.gov.in/main/CBFC_English/Attachments/cine_rule1983.pdf

40

Film-film yang memproduksi tentang kisah sejarah dan mitologis mulai

tersisihkan oleh film-film sosial – reformis, yang sering kali mengarahkan

pandangan kritis pada praktik sosial kuno seperti sistem mahar, poligami, dan

prostitusi.83 Tahun 1950-an, produser film seperti Bimal Roy dan Satyajit Ray

berfokus pada kehidupan kelas bawah, yang pada masa itu sebagian besarnya

diabaikan. Terinspirasi oleh perubahan sosial dan politik serta gerakan sinematik di

Amerika Serikat dan Eropa, tahun 1960an menyaksikan kelahiran New Wave India,

yang didirikan oleh para direktur seperti Ray, Mrinal Sen, dan Ritwik Ghatak.

Didorong oleh keinginan untuk menawarkan rasa realisme yang lebih besar

dan pemahaman tentang orang awam, film-film selama era ini berbeda secara

signifikan dari produksi komersial yang lebih besar, yang sebagian besar

merupakan pelarian penuh warna. Hal ini yang nantinya akan menjadi templat

untuk film Masala yang hadir di era 1970-an, yang mencakup banyak genre

termasuk aksi, komedi, dan melodrama diselingi oleh sekitar enam lagu dan nomor

tari. Genre seperti ini adalah model yang masih digunakan untuk sebagian besar

film Bollywood kontemporer.84

Beberapa film India yang diproduksi periode ini banyak mendapatkan pujian.

Periode ini melihat munculnya gerakan Cinema Paralel, terutama dipimpin oleh

83 Nabi, D. D., Ahmad, D. A., & KHlmid, D. Z., Bollywood : The Indian Celluloid Saga.

Dalam N. Hunter, The Arts: Cinema. Asian Academic Research Journal of Social Sciences &

Humanities. 2014. Hlm. 260 84 Nabi, D. D., Ahmad, D. A., & KHlmid, D. Z., Bollywood : The Indian Celluloid Saga.

Dalam N. Hunter, The Arts: Cinema. Asian Academic Research Journal of Social Sciences &

Humanities. 2014. Hlm. 260

41

sinema Bengali.85 Contoh-contoh awal film dalam gerakan ini termasuk Chetan

Anand Neecha Nagar (1946), Nagarik Ritwik Ghatak (1952), dan Two Acre of Land

of Bimal Roy (1953), meletakkan fondasi untuk neorealisme India dan "Gelombang

Baru India.” Pather Panchali (1955), bagian pertama Trilogi Apu (1955–1959)

oleh Satyajit Ray, menandai kemunculannya di sinema India. The Apu Trilogy

memenangkan hadiah utama di semua festival film internasional utama dan

menyebabkan gerakan 'Parallel Cinema' yang mapan di bioskop India.86

Trilogi ini dimulai dengan film "Pather Panchali" yang difilmkan antara

tahun 1950 dan 1954.87 Di sinilah dimulai kisah Apu ketika ia masih kecil, tinggal

bersama orang tua, kakak perempuan dan bibi kuno di desa leluhur di mana

ayahnya, yang merupakan seorang pendeta, telah kembali dari bahaya. Film kedua,

"Aparajito" (1956), membahas tentang kelanjutan keluarga Apu ke Benares, di

mana sang ayah mencari nafkah dari para peziarah yang datang untuk mandi di

Sungai Gangga yang suci. Film ketiga, "The World of Apu" (1959), mengisahkan

kelanjutan Apu dan ibunya tinggal bersama seorang paman di pedesaan; Perjuangan

Apu dalam menempuh rintangan demi pendidikan memperolah hasil yang

memuaskan sehingga dia memenangkan beasiswa ke Kolkata. Kemudian Ia

menikah dalam keadaan yang luar biasa, bahagia dengan pengantin mudanya,

85 Amit Channa, Depiction Of Humanitarian Approach and Social Relationship In Gulzars

Films. Assam University. 2016. Hlm. 23. Dapat diakses melalui:

https://shodhganga.inflibnet.ac.in/jspui/bitstream/10603/97432/3/th-1824_ch2.pdf 86 Mihir Bose, Bollywood: A History. New Delhi: Tempus Publishing Limited. 2007. Hlm.

188 87 Roger Ebert, The Apu Trilogy. 2001. Dapat diakses melalui:

https://www.rogerebert.com/reviews/great-movie-the-apu-trilogy-1959

42

kemudian hancur oleh kematian ibu dan istrinya. Setelah melewati masa kepahitan,

dia akhirnya kembali untuk mengambil tanggung jawab. Pengaruhnya terhadap

sinema dunia juga dapat dirasakan dalam drama masa muda yang telah membanjiri

rumah-rumah seni sejak pertengahan tahun lima puluhan.

Sinematografer Subrata Mitra, memulai debutnya dengan The Apu Trilogy

karya Satyajit Ray, juga memiliki pengaruh penting pada sinematografi di seluruh

dunia. Salah satu teknik terpentingnya adalah pencahayaan pantulan, untuk

menciptakan kembali efek cahaya matahari pada perangkat. Dia mempelopori

teknik ini saat syuting Aparajito (1956), bagian kedua dari The Apu Trilogy. Selama

tahun 1960-an, intervensi Indira Gandhi selama masa pemerintahannya sebagai

Menteri Media dan Penyiaran India menghasilkan produksi ekspresi sinematik yang

tidak biasa, yang didukung oleh Perusahaan Keuangan Film resmi.88

Sinema Hindi komersial menjadi berkembang akibat dukungan dari

perusahaan keuangan film resmi, di antaranya dengan kehadiran film terkenal pada

saat itu termasuk film Guru Dutt Pyaasa (1957), Kaagaz Ke Phool (1959), Raj

Kapoor Awaara (1951) dan Shree 420 (1955). Film-film ini mengungkapkan tema-

tema sosial yang terutama berhubungan dengan kehidupan perkotaan kelas pekerja

di India; Awaara menampilkan kota itu sebagai mimpi buruk sekaligus mimpi,

sementara Pyaasa mengkritik kehidupan kota yang tidak nyata. Beberapa film epik

88 Amit Channa, Depiction Of Humanitarian Approach and Social Relationship In Gulzars

Films. Assam University. 2016. Hlm. 23. Dapat diakses melalui: https://shodhganga.inflibnet.ac.in/jspui/bitstream/10603/97432/3/th-1824_ch2.pdf

43

juga diproduksi pada saat itu, termasuk Mehboob Khan Mother India (1957), yang

dinominasikan untuk Academy Award untuk Film Berbahasa Asing Terbaik, dan

Mughal-e-Azam karya K. Asif (1960). Film Madhumati (1958), disutradarai oleh

Bimal Roy dan ditulis oleh Ritwik Ghatak, mempopulerkan tema reinkarnasi dalam

budaya populer Barat.

Pada periode ini juga film-film Bollywood memiliki skrip dengan gaya yang

diakui oleh Hollywood. Beberapa sutradara film hebat India bekerja keras untuk

pembuatan skrip jalan cerita, skrip yang ditulis dengan ketat, seringkali dari naskah

drama atau novel.89 Sementara perkembangan ini pasti akan menempatkan industri

film India pada posisi yang sangat kuat, tantangan yang jauh lebih besar terletak di

tempat lain, dalam eksploitasi pasar internasional. Ada tiga wilayah pasar utama di

mana sinema Bollywood mendapatkan tingkat penerimaan:

• Diaspora India, terutama di Asia, Amerika Serikat, Afrika Selatan,

Kanada, dan Timur Tengah. Konsentrasi terbesar pemukim

ekstraksi India di dunia adalah di Myanmar (hampir dua kali lipat

dari Amerika Serikat), tetapi mereka sebagian besar tetap tidak

tersentuh oleh Bollywood karena pembatasan politik dan diplomatik.

• Negara-negara tetangga di mana bahasa Hindi dipahami, jika tidak

diucapkan, yaitu Pakistan, Nepal, Bangladesh, Sri Lanka, Indonesia,

dan Malaysia. Namun, keberhasilan sinema Bollywood di pasar-

89 Mihir Bose, Bollywood: A History. New Delhi: Tempus Publishing Limited. 2007. Hlm.

34

44

pasar ini didorong bukan oleh konten tetapi oleh popularitas para

pemain utama.

• Pasar non-tradisional / baru seperti Yunani dan negara-negara CIS

(Commonwealth of Independent States) di mana film-film Hindi

sangat populer hingga sekitar awal tahun tujuh puluhan.90

Pemerintah India juga mendirikan National Film Archives of India atau Arsip

Film Nasional India pada 1964. Selain itu, National Film Development Corporation

atau Korporasi Pengembangan Film Nasional juga dibentuk untuk mempromosikan

bioskop baru di negara ini. Film-film terkenal tahun 1960-an antara lain Sahib Bibi

Aur Gulam – Gurudat, Charulatha dan Pakiza Satyajit Ray, Ranadhira Kantirava

dari GVIyer, Uyyale dari Lakshminarayan, Bellimoda dari Puttanna Kanagal dan

Gejjepooje, PattabhiRamareddy, dan juga di Syam Mrunal Sen memproduksi film

gelombang baru pertama India yang disebut Bhuvan Shome dan menciptakan

sejarah di negara tersebut. Beberapa film gelombang baru juga diproduksi dalam

bahasa daerah lain selama periode ini.91

2.1.3. Industri Bollywood Era 1970 – 1990 / Bollywood Klasik

Pada awal 1970-an, film-film kreasi Bollywood menjadi membosankan, yakni

tidak ada perubahan signifikan pada tema. Alur cerita menjadi stagnan yang

90 Derek Bose, Brand Bollywood: A New Global Entertainment Order. New Delhi: Sage

Publication India Pvt Ltd. Hlm: 205 91 Dr. B.P.Mahesh Chandra Guru, History Of Indian Cinema. International Journal of

Business and Administration Research Review, Vol. 2, Issue.11, July - Sep, 2015. E- ISSN -2347- 856X. Hlm. 183

45

membuat ceritanya sangat mudah ditebak oleh penonton. Namun, pada pertengahan

1970-an, penulis Salim Khan dan Javed Akhtar hadir dan membuka jalan dengan

membawa cerita baru untuk mencapai puncak kisah film India. Pada saat itu sisi

gelap India mulai terangkat. Juga di tahun 1970-an, Bollywood akhirnya dijuluki

Masala (yang berarti ‘campuran rempah’ dalam bahasa Hindi) karena

menggabungkan elemen-elemen seperti romansa, drama, dan komedi dengan

urutan lagu dan tarian dalam narasi yang digerakkan oleh simbol.92

Beberapa film terkenal dan laris kala itu adalah Zanjeer (1973), Deewaar

(1975), Sholay (1975), Don (1978), Jaane Bhi Do Yaaro (1983), dan Saaransh

(1984). Kisah-kisah kekerasan, perampokan, sejumlah besar korupsi dan kejahatan

yang merajalela, sama seperti era sebelumnya. Tema tersebut memang mewakili

kondisi sosial-politik dan sosial-ekonomi India dalam kehidupan nyata pada waktu

itu. Namun, mode mode yang digunakan dalam film sebagian besar adalah hal-hal

yang kita ketahui tentang budaya pop saat ini. Pada dan setelah tahun 70-an,

Bollywood telah meningkat dalam jangkauannya, dan penerimaannya dalam

populasi telah meningkat pesat.93

2.1.4. Industri Bollywood Era Abad Ke 20

Abad ke-20 menawarkan banyak peluang bagi para pembuat film India.

Beberapa sutradara kreatif, pembuat film, artis dan teknokrat telah menambahkan

92 Nicky Elfitasmi, Bollywood Movie In Indonesia On Perspective Of India’s Diplomacy.

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2019. Hlm. 22 93 Nicky Elfitasmi, Bollywood Movie In Indonesia On Perspective Of India’s Diplomacy.

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2019. Hlm. 23

46

dimensi baru dalam pembuatan film di India. Banyak tokoh film berbakat yang

muncul dalam kurun waktu tertentu. Tahun 1990-an, rumah-rumah produksi

tertentu yang berhubungan dengan gaya-gaya tertentu: percintaan romantis

beranggaran besar di lokasi-lokasi eksotis dengan bintang-bintang top, dikaitkan

dengan Yash Raj Films yang dipimpin oleh veteran Yash Chopra; sementara

perusahaan Ram Gopal Varma dikaitkan dengan gangster dan genre realistis (Satya

1998) dan Sanjay Leela Bhansali muncul dengan kekayaan visual dan musik baru

(seperti remaking Devdas-nya tahun 2002). Sejak 2002, tren baru telah muncul

yang mungkin membawa sinema India lebih dekat ke impian globalnya. Bollywood

diabaikan di beberapa pasar utama dunia, terutama Eropa dan Amerika Utara. Ini

disebabkan oleh bentuk (rata-rata waktu berjalan tiga jam, bahasa, lagu, dan tarian)

dan masalah-masalah pameran, pemasaran dan perbedaan anggaran antara India

dan Hollywood (umumnya dikatakan bahwa anggaran utama Film Hindi kurang

dari sebuah trailer Hollywood). India sedang booming, dan negara ini sangat sadar

diri tentang perannya di panggung dunia. Yang masih harus dilihat adalah film

mana yang akan ditembus.94

Produser Yash Chopra mengakui bahwa hari setiap film berjalan selama

berminggu-minggu di bioskop di seluruh India sekarang sudah berakhir. Perubahan

dalam teknologi dan gaya hidup semuanya memiliki dampak, seperti pembajakan

DVD (Digital Video Disc), sementara pengunduhan musik film telah

94 Nicky Elfitasmi, Bollywood Movie In Indonesia On Perspective Of India’s Diplomacy.

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2019. Hlm. 23

47

menghancurkan cara tradisional untuk membiayai produksi. Produser kini

menyesuaikan jenis film baru dengan penonton di India perkotaan. Ini termasuk A-

grade kelas tinggi, film-film beranggaran besar. Mereka juga bereksperimen

dengan film-film berbahasa Inggris dan membuat film-film beranggaran lebih kecil

khusus untuk penonton kelas atas di India. Tema favorit adalah masalah sosial

seperti orang tua yang lanjut usia atau orang India transnasional. Produser lain

membuat film kelas biasa, biasanya seperti mitologis untuk daerah pedesaan atau

dalam bahasa daerah.

Pada tahun 2009, India menghasilkan total 2961 film. Penyediaan 100%

investasi asing langsung telah membuat pasar film India menarik bagi perusahaan

asing seperti 20th Century Fox, Sony Pictures, Walt Disney Pictures dan Warner

Bros. Perusahaan India seperti Zee, UTV, Suresh Production, Adlabs dan Sun

Network's juga berpartisipasi dalam memproduksi dan mendistribusikan film.95

TIMELINE PERKEMBANGAN FILM-FILM BOLLYWOOD DARI MASA KE

MASA

Tahun Event Yang Terjadi

1896

Pemutaran film pertama di India -

bioskop Lumière berlangsung di Hotel

Watson di Bombay pada 7 Juli.

95 Derek Bose, Brand Bollywood: A New Global Entertainment Order. New Delhi: SAGE Publications Pvt. Ltd. ISBN: 13: 978-0-7619-3534-6 (PB). 2006. Hlm. 88

48

1898

Gramophone dan Typewriter Company,

Belgachia merilis rekaman gramofon

pertama.

1898

Hiralal Sen mulai membuat film di

Kolkata

1890

Warwick Trading Co menugaskan

Panorama dari Calcutta newsreel, film-

film lain yang dibuat termasuk Poona

Races dan Train Arriving at Churchgate

Station (oleh Andersonscopograph).

1911

Durbar of George V di Delhi adalah film

pertama yang difilmkan secara luas di

India.

1912

Pundalik, disutradarai oleh Tipnis - film

fitur pertama India.

1914

R. Venkaiah dan R. S. Prakash

membangun bioskop permanen pertama

Madras, the Gaiety.

49

1916

Universal Pictures membentuk agensi

India pertama di Hollywood.

1918

Indian Cinematograph Act mulai

berlaku.

1924

Program radio pertama disiarkan secara

pribadi dengan pemancar 40w oleh

Madras Presidency Radio Club Radio.

1925

Light of Asia oleh Himansu Rai adalah

film pertama yang diproduksi bersama

dengan perusahaan Jerman.

1933

Sairandhri (Prabhat Studios, Pune)

adalah film berwarna pertama India

(diproses dan dicetak di Jerman).

1935

Konvensi India Motion Picture pertama

1940

Dewan Penasihat Film dibentuk oleh

Pemerintah India.

50

Tabel ini menyebutkan berbagai peristiwa yang berkaitan dengan

internasional dari industri ini, yaitu impor pengetahuan teknologi, dam sebagainya.

2.2. Film Bollywood Di Indonesia

2.2.1. Masuknya Bollywood di Indonesia

Televisi di Indonesia lahir pada era Demokrasi Terpimpin, yang dipimpin

oleh presiden pertama Indonesia yaitu Presiden Soekarno. Saat itu, hanya terdapat

satu saluran dalam pertelevisian yaitu Televisi Republik Indonesia (TVRI).

Pemerintah berusaha membangun televisi Indonesia sebagai sarana informasi,

pendidikan, dan hiburan sehingga seluruh masyarakat Indonesia dapat

menikmatinya. Dalam hal alokasi pajak film impor, serangkaian peraturan film

lahir yang mencerminkan seringnya perubahan kebijakan Menteri Informasi. Dari

kebijakan berikut, dapat dilihat bahwa ada berbagai pola dalam mengalokasikan

dana film impor:96

1. Keputusan Menteri Penerangan No.71 / SK / M / 1967 ditandatangani oleh

Menteri Penerangan B.M. Diah (1967-1971) yang berisi ketentuan bahwa

semua importir diwajibkan membeli saham produksi dan rehabitilasi

perfilman nasional seharga Rp.250.000,– untuk setiap film yang mereka

impor, dan ini berarti bahwa investasi film nasional mulai diusahakan.

96 Nicky Elfitasmi, Bollywood Movie In Indonesia On Perspective Of India’s Diplomacy.

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2019.

51

2. Keputusan Menteri Penerangan No. 74 / Kep / Menpen / 73 yang

ditandatangani oleh Menteri Penerangan Boediharjo (1971-1975)

melanjutkan kebijakan penggalangan dana dari para importir film tetapi

lebih menekankan pada pendekatan kuantitas yang mengutamakan

pertumbuhan industri film. Karena itu, pemerintah melalui Departemen

Informasi membagikan kredit dari dana film impor kepada para pembuat

film. Meskipun jumlah produksi film meningkat pesat, kredit tidak pernah

kembali karena secara umum, kredit jatuh ke tangan mereka yang tidak

berpengalaman dalam memproduksi film.

3. Keputusan Menteri Penerangan No.47 / Kep / Menpen / 76 ditandatangani

oleh Menteri Penerangan Mashuri (1975-1978) yang memperluas

penggunaan dana yang dikumpulkan dari importir. Dana impor tidak hanya

terbatas untuk digunakan untuk produksi film tetapi juga film, media massa

dan kemungkinan pendanaan untuk Kementerian Informasi. Yang berbeda

dari keputusan Menteri Keuangan sebelumnya, melalui keputusan baru ini

Menteri Informasi Mashuri memberlakukan "produksi wajib" pada

importir. Implikasi dari kebijakan ini adalah banyaknya produksi film tanpa

diikuti oleh peningkatan kualitas (karena keterbatasan pekerja film) dan

distribusi film nasional yang tidak merata. Berangkat dari situasi ini, PT

Perfin didirikan, didukung oleh Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri

(Menteri Penerangan, Menteri Pendidikan, dan Menteri Dalam Negeri)

52

yang mengharuskan bioskop untuk memutar film Indonesia dua kali

sebulan.

Masuknya Bollywood di Indonesia dimulai ketika film India yang berjudul

Chandraleikha ditayangkan pada 1948. Film ini mendapatkan reaksi yang positif

dari rakyat Indonesia, sehingga Indonesia pun meningkatkan jumlah film-film India

yang akan diimpor.97 Jumlah film meningkat pada tahun 1950 menjadi 12 film, dan

pada tahun 1951 hanya berkurang menjadi delapan film. Pada tahun 1952, film-

film India yang hebat naik lagi tetapi hanya mencapai 22 film.98 Tidak hanya India,

Film Malaya (sekarang Malaysia) juga turut mendominasi di Indonesia, yang

menyebabkan turunnya minat masyarakat terhadap film Indonesia. Maka, pada

1954 dibentuklah sebuah kebijakan mengimpor film satu banding tiga di antara film

Indonesia dan film Malaya. Kebijakan ini mengatur bahwa hanya satu film Malaya

yang dapat diimpor ke Indonesia jika sudah ada tiga film Indonesia diekspor ke

Malaya.99

Kebijakan impor film yang dilakukan oleh pemerintah saat itu juga

menguatkan keberadaan Bollywood di Indonesia. Persari dan Perfini adalah dua

perusahaan yang berusaha mengimpor film India dengan mutu menengah dan

berhasil menuai kekaguman penonton di semua bioskop kelas I melalui beberapa

97 Nicky Elfitasmi, Bollywood Movie In Indonesia On Perspective Of India’s Diplomacy.

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2019. 98 Nicky Elfitasmi, Bollywood Movie In Indonesia On Perspective Of India’s Diplomacy.

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2019. 99 Hendaru Tri Hanggoro, Film Indonesia Digoyang Film India. 2015.

https://historia.id/kultur/articles/film-indonesia-digoyang-film-india-voRgK diakses pada 29 April 2020

53

judul, seperti Boot Polish, Awara, dan Adhikar. Selanjutnya, pada tahun 1957,

persediaan film India yang dimiliki oleh para importir masih dapat memenuhi layar

bioskop hingga pemutaran film selama 3 (tiga) tahun ke depan. Bahkan, keberadaan

film India di bioskop-bioskop kelas II dan III tersebut mengambil lahan pasar film

Indonesia. Akibatnya, industri film nasional kala itu berada di ambang kehancuran.

Pemerintah terkesan lambat mengambil sikap untuk membatasi film India.100

Pada Desember 1991, Mahabharata pertama kali ditayangkan di televisi

Indonesia pada saluran TPI dengan 91 episode. Kemudian disusul Ramayana

dengan 49 episode, lalu dilanjutkan dengan Komandan Chanakya yang semuanya

tayang di TPI. Keberhasilan film India tentu saja didukung oleh kebijakan impor

film di Indonesia seperti yang dijelaskan sebelumnya. Saluran Televisi Rajawali

Citra Televisi Indonesia (RCTI) kemudian mengikuti pemutaran film-film India

pada 1995, kemudian Surya Citra Televisi (SCTV) juga menayangkan film-film

India pada 1996. Pada 1996 Indosiar juga ikut memeriahkan pemutaran film-film

India yang slotnya terus bertambah hingga tahun 2000-an. Bollywood bahkan

meledak ketika Kuch Kuch Hota Hai dibintangi oleh Shah Rukh Khan, Kajol dan

Rani Mukherjee ditayangkan di Indosiar pada tahun 2001.

Sejak itu, orang Indonesia menjadi terobsesi pada bintang-bintang India.

Shah Rukh Khan menjadi pria romantis yang diimpikan oleh wanita, romantis dan

ikon. Ketenaran Shah Rukh Khan di Indonesia membuat Kementerian Kebudayaan

100 Melissa Indriana Putri, Tayangan India Dalam Industri Televisi Indonesia (Studi Kasus tentang Komodifikasi pada Trend Program India Periode 2014-2015). 2015. Hlm 74

54

dan Pariwisata Republik Indonesia mengundangnya untuk mengadakan festival

budaya India-Indonesia berjudul 'Bollywood Extravaganza' yang ditayangkan di

Indosiar. Karena antusiasme yang besar terhadap Kuch Kuch Hota Hai, saluran

televisi Indonesia mendapatkan lebih banyak keuntungan dengan mendapatkan

banyak rating, dan fenomena ini menjadi motivasi bagi saluran televisi lain untuk

menayangkan lebih banyak film India dalam daftar mereka.101

Peminat Bollywood meningkat pesat pada 2001-2002, kemudian menurun

hingga 2007. Pada rentang 2005-2007, hanya SCTV yang masih menayangkan

acara India pada jam-jam sibuk. Pada tahun-tahun itu, SCTV memutar film-film

India dalam program Bollywood Gala setiap hari Senin, Rabu, dan Minggu yang

konsisten pada jam 21:00 malam sampai 22.30 WIB. Film-film yang sebelumnya

diputar berjudul Chalte Chalte, Hum Tumhare Hain Sanam, Mohabbatein,

Bewafaa, Main Hoon Na, Kyun Ho Gaya Na, Veer Zaara, Hitam, Dhoom, Dil

Mange More, Bunty Aur Babli, Salaam Namaste, Mujhse Dosti Karoge sebagian

besar dibintangi Shahrukh Khan, Abhishek Bachchan, Preity Zinta, Rani

Mukherjee, Aishwarya Rai, dan Amitabh Bachchan. Pada awal 2009, salah satu

film India meledak lagi di bioskop global dengan membawa judul Slumdog

Millionaire.

101 Amelinda Ari Ratnadewi, Diplomasi Kebudayaan India Dalam Mempererat Hubungan

Bilateral Melalui Serial Televisi Bollywood di Indonesia Tahun 2014 - 2015. Universitas

Parahyangan. 2017

55

2.2.2. Produser Keturunan India di Indonesia

Dalam dunia perfilman Indonesia tidak hanya memiliki produser lokal,

produser berketurunan India di Indonesia juga turut sera dalam membangun citra

perfilman di Indonesia. Produser keturunan India seperti Manoj Punjabi, KK

Dheeraj, juga memiliki karya yang sangat populer.102 Produser India lokal juga tapi

dengan modal besar. Rumah produksi besar yang umumnya dimiliki keturunan

India itu bersinergi dengan sineas lokal yang juga ingin membangun perfilman

Indonesia, bukan saling mendominasi.

1. Raam Punjabi

Raam, sebelumnya memang tak langsung berkiprah di dunia perfilman.

Dulu, ia pernah bekerja di sebuah perusahaan tekstil. Tak sampai dua tahun, ia

keluar dari perusahaan tekstil tersebut. Telah memproduksi film dan sinetron

selama lebih dari tiga dekade. Ia merupakan pemimpindari Multivision Plus

(MVP Pictures)

2. Chand Parwez Servia

Chand Parwez Servia merupakan pemimpindari Starvision. Kebanyakan

film karya Chand ini bergenre drama dan komedi. Misalnya saja, beberapa debut

film yang pernah ia produksi seperti Virgin (Ketika Keperawanan Dipertanyakan)

102 Fauzan Jamaludin, 4 Jawara Keturunan India di Jagat Perfilman Indonesia

https://www.merdeka.com/peristiwa/4-jawara-keturunan-india-di-jagat-perfilman-

indonesia.html?page=5 diakses pada 14 Maret 2021

56

yang dirilis tahun 2004, Heart (2006), Love is Cinta (2007), Get Married (2007),

Laskar Pemimpi (2010), Perahu Kertas (2012), Slank Nggak Ada Matinya (2013),

Cinta Brontosaurus (2013)

3. Manoj Punjabi

Manoj Punjabi merupakan pemimpin dari MD Entertainment. Bukan tidak

mungkin, melalui kehebatannya dalam memproduksi film, mampu menghasilkan

karya-karya yang tak kalah juga dari keturunan India lain yang juga bergerak di

dunia perfilman. Banyak karya-karyanya yang diminati oleh orang Indonesia

bahkan hingga banyak mendapat penghargaan seperti ajang Panasonic Awards,

SCTV Awards, dan masih banyak lagi. Beberapa karyanya di antaranya Surga yang

Tak Dirindukan (2015) (Diadaptasi dari novel Asma Nadia), Cinta Fitri (2006),

Ayat-ayat Cinta (2008), Habibie & Ainun (2013), dan masih banyak lagi.

4. KK Dheraj

Pria keturunan India juga terkenal sebagai orang pembuat film. Film-film

yang telah dirinya buat sejak 2007 lalu hingga kini terbilang sudah banyak. Bahkan,

banyak memiliki peminat. Dirinya juga membuat film tentang Jokowi, di mana film

tersebut mendapatkan perhatian positif dari berbagai pihak sekaligus penghargaan

di ajang festival film Indonesia tahun 2014 kategori Film Bioskop Terbaik.

57

BAB III

HUBUNGAN SOSIAL BUDAYA INDIA-INDONESIA PERIODE 2012 –

2016

Budaya biasanya bermanifestasi dalam pendidikan, seni, sains, dan olahraga.

Dengan demikian diplomasi budaya dapat diartikan sebagai upaya suatu negara

untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya melalui budaya, baik secara

mikro seperti pendidikan dan sains, olahraga dan seni. Atau, secara makro

mengikuti karakteristik utama, seperti propaganda dan lainnya, yang dalam arti

konvensional dapat dianggap sebagai ekonomi politik suatu negara.103 Diplomasi

budaya dapat dilakukan oleh pemerintah atau non-pemerintah, individu dan kolektif

di setiap warga negara. Oleh karena itu, pola hubungan diplomasi budaya antar

bangsa dapat terjadi antara siapa saja sebagai aktor, di mana tujuan utama dan

tujuan diplomasi budaya adalah untuk mempengaruhi opini publik (komunitas

negara lain). Materi atau isi diplomasi budaya adalah bahwa segala sesuatu secara

makro dan mikro dianggap sebagai pemanfaatan aspek budaya (kebijakan luar

negeri), dan sebagainya.104

India dan Indonesia memiliki keanekaragaman budaya yang unik. Penduduk

yang kerap menurunkan tradisi dan kebudayaan lokal menjadikan budaya yang

dimiliki Indonesia dan India tetap terjaga dengan apik sehingga dapat dinikmati

103 Tulus Warsito dan Wahyuni Kartikasari. Diplomasi Kebudayaan. Konsep dan

Relevansi Bagi Negara Berkembang: Studi Kasus Indonesia.Yogyakarta: Ombak. 2007. Hlm. 3 104 Tulus Warsito dan Wahyuni Kartikasari. Diplomasi Kebudayaan. Konsep dan

Relevansi Bagi Negara Berkembang: Studi Kasus Indonesia.Yogyakarta: Ombak. 2007. Hlm. 21

58

hingga saat ini. Beberapa kesamaan dalam hal budaya yang dimiliki Indonesia dan

India menjadikan hubungan keduanya semakin erat seperti saudara.105 Hubungan

sosial-budaya antara India dan Indonesia sudah sangat lama. Dampak budaya India

telah terlihat dalam semua bidang kehidupan masyarakat Indonesia. Mereka

berbagi banyak kesamaan agama dan budaya dengan India, misalnya seperti kisah

Mahabharat dan Ramayana yang memengaruhi kebudayaan Jawa dan melahirkan

beberapa karya sastra, seperti Kakawin Ramayanadan Kakawin Bharatayuda.106

Menurut bukti sejarah, kontak antara India dan Indonesia telah terjalin sejak

dahulu. Pedagang dari India, terutama dari wilayah pesisir timur dan selatannya,

melakukan perjalanan jauh dan luas dalam mengejar perdagangan dan menjalin

hubungan perdagangan dengan negara-negara di wilayah yang sekarang dikenal

sebagai Asia Tenggara, dan kemudian dikenal sebagai Dvipantara dari

Suvarndvipa. Dengan berlalunya waktu, hubungan-hubungan ini diperkuat dan

dengan tegas dibangun. Akibatnya, ada pertukaran budaya yang tidak hanya

mempengaruhi ekonomi, tetapi juga masyarakat kontemporer, politik dan

budaya.”107

Seiring dengan sejarah yang telah terjalin antara India dan Indonesia, India

akhirnya menyadari bahwa mereka memiliki peluang besar dengan melakukan

105 Melissa Indriana Putri, Tayangan India Dalam Industri Televisi Indonesia (Studi Kasus

tentang Komodifikasi pada Trend Program India Periode 2014-2015). 2015. Hlm. 59 dapat diakses

melalui: http://eprints.undip.ac.id/46923/3/BAB_II.pdf 106 Rahul Mishra, Mosaics of Cultures:Investigating the Role ofCultural Linkages in India-

Indonesia Relations. IDSA ISSUE BRIEF. 2011. Hlm.3 107 PHlmgunadi, I.G.P., The Indonesian Mahabharata Udyogparva, Hlm.1

59

kerja sama dengan Indonesia. Indonesia memiliki banyak sumber daya potensial

yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan nasional India.108 Namun,

memiliki hubungan yang baik dengan pemerintah Indonesia ternyata tidak cukup

untuk India, India perlu lebih dekat dengan masyarakat Indonesia untuk

membangun citra India di Indonesia. India ingin menjangkau setiap lapisan warga

negara Indonesia tidak hanya dengan pemerintah. Jika India berhasil merebut hati

warga negara Indonesia, kerja sama ini akan berlangsung lama dan memberi

manfaat bagi India di banyak sektor.

Pada tahun 2009, India dan Indonesia mengadakan pertemuan bilateral yang

diadakan di Yogyakarta dan berlangsung pada 27-28 Agustus 2009. Pertemuan ini

membahas tentang adanya peluang untuk menjalin kerjasama dalam bidang

pariwisata. Tahun 2010, Shri R.H Kwhaja selaku Sekretaris Kementerian

Pariwisata India menjadi perwakilan dari India dan Wardiyatmo selaku Sekretaris

Jenderal Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia menjadi perwakilan

dari Indonesia bertemu untuk membahas pentingnya penguatan di bidang

pariwisata serta menandatangani MoU (Memorandum of Understanding) mengenai

kerjasama pariwisata dan mencari peluang dalam mengembangkan pariwisata

kedua negara. Kedua delegasi India dan Indonesia meyakini bahwa menaikkan arus

wisatawan dapat mendorong pertumbuhan pariwisata secara signifikan. Dalam

MoU (Memorandum of Understanding) kali ini, India dan Indonesia sepakat untuk

108 Nicky Elfitasmi, Bollywood Movie In Indonesia On Perspective Of India’s Diplomacy.

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2019. Hlm. 4

60

saling memberikan bantuan dalam upaya untuk meningkatkan jumlah kunjungan

wisata turis ke India maupun Indonesia.109

Pada tahun 2013, Perdana Menteri Dr. Manmohan Singh melakukan

kunjungan sebagai ‘balasan’ ke Indonesia. Dalam kunjungan tersebut lima cabang

terbentuk untuk memperkuat perjanjian New Strategic Partnership serta

penandatanganan perjanjian untuk memerangi perdagangan gelap obat bius dan

narkotika, penanggulangan bencana, serta pemberantasan korupsi.110 Tidak hanya

itu, pertemuan ini turut membicarakan kemungkinan adanya agenda kerjasama di

sektor lainnya seperti pangan, pertanian, energi dan pertambangan, transportasi,

kepariwisataan, pendidikan, teknologi komunikasi dan informasi, ekonomi kreatif,

industri pertahanan, kejahatan transnasional hingga penanggulangan terorisme.

Berikut merupakan kegiatan sosial budaya yang dilaksanakan oleh India dan

Indonesia dalam rentang waktu 2012 hingga 2016:

1. Publikasi Buku India: Scripting Future Histories (2012)

Publikasi ini berupaya menghadirkan kepada para pembaca di Indonesia

sebuah snapshot dari berbagai sektor India, kekuatannya dan jalan di depan. Gurjit

Singh, mantan Duta Besar India untuk Indonesia menjelaskan bahwa publikasi ini

telah diterbitkan dalam 'Bahasa Indonesia' untuk kepentingan teman-teman

109 Enhance Tourism Cooperation Between India and Indonesia. (2010, Desember 20).

Dapat diakses melalui Press Information Bureau Government of India Ministry of Tourism:

http://pib.nic.in/newsite/PrintRelease.aspx?relid=68590 110 Embassy of India : Jakarta, Indonesia, India-Indonesia Bilateral Relations, dikutip dari

http://www.indianembassyjakarta.com/index.php/2013-05-20-10-02-04 Diakses tanggal 29 September 2020

61

Indonesia dan akan disebarluaskan.111 Publikasi ini juga memiliki bab terpisah

tentang peluang pendidikan untuk orang indonesia, yang memberikan tinjauan

umum tentang beasiswa yang ditawarkan dalam berbagai skema. India dan

Indonesia secara tradisional berbagi ikatan historis dan budaya.

Berdasarkan fakta, ikatan kedua negara sekarang telah berkembang menjadi

kemitraan strategis yang mencakup berbagai bidang. Hubungan perdagangan dan

investasi antara kedua negara telah meningkat meskipun krisis global, dan India

berharap untuk perluasan keterlibatan ekonomi dengan membawa lebih banyak

investasi dan partisipasi oleh perusahaan India dalam pengembangan Indonesia

untuk saling menguntungkan kedua negara.112 Gurjit Singh juga mengucapkan

terima kasih kepada grup Sun Media karena mengeluarkan publikasi ini dan juga

para sponsor yang mendukung inisiatif ini.

2. Publikasi Buku Weave of Friendship (2013)

Buku ini berisi tentang upaya India mempromosikan kebudayaannya di

Indonesia, yang salah satunya diaplikasikan dengan mendirikan Jawarhalal Nehru

Indian Culture Centre (JNICC) di Jakarta. JNICC memiliki tujuan utama

membangun, memperkuat dan memperkuat hubungan budaya dan saling pengertian

antara India dan Indonesia.113 Menjadi negara yang kaya akan legenda, mitos, dan

111 Gurjit Singh, dalam India: Scripting Future Histories. Sun Media Pte Ltd. Dapat diakses

melalui: http://www.sunmediaonline.com/magazine/indiaindonesia/indiaindonesia12.pdf 112 Gurjit Singh, India: Scripting Future Histories. Sun Media Pte Ltd. Dapat diakses

melalui: http://www.sunmediaonline.com/magazine/indiaindonesia/indiaindonesia12.pdf 113 Embassy of India, Jawaharlal Nehru Indian Cultural Centre

https://www.indianembassyjakarta.gov.in/jnicc diakses pada 29 September 2020

62

cerita rakyat. Kedua negara memiliki latar belakang budaya yang kaya. Melalui

JNICC, warisan tradisi dan budaya India tetap hidup di Indonesia.

Selain itu, buku ini juga dibekali tentang perkembangan film industri di

India yang telah berusia 100 tahun. Sinema India memiliki keunikan dalam

kemampuan bercerita dan kekuatan absolutnya untuk menggetarkan. Pendekatan

sinematik yang berbeda dari sinema dunia lainnya, yakni memiliki emosi yang

tinggi dan format ‘yang baik selalu menang’ berhasil menghadirkan nilai-nilai dan

ikatan keluarga. Hal inilah yang menghubungkannya dengan negara-negara Asia

seperti Indonesia.114 Kisah-kisah berpusat pada keluarga, sekitar hubungan, sekitar

cinta, harapan, jatuh dan bangun dan yang paling penting di sekitar kemenangan

kebenaran. Tak lupa juga agama, kekuatan cinta yang luar biasa, kebajikan

pengorbanan, yang menjadikan film India berkualitas sebagai penghibur keluarga.

Terakhir, buku ini juga membahas tentang keterikatan fashion antara India

dan Indonesia. Kain tenun, ikat, memiliki ikatan tradisional dengan India. Ini adalah

warisan bersama yang dimiliki oleh kedua negara. Ini adalah warisan yang dimiliki

kedua negara; tradisi tekstil yang kaya dan beragam, yang dapat ditelusuri kembali

ke sejarah awal sejak kembali ke milenium ketiga.115 Dengan kedua daerah

memiliki tradisi tenun tekstil yang beragam. Dengan unsur sejarah yang sama,

ikatan budaya India dan Indonesia yang erat dan pengaruh mereka satu sama lain

telah memainkan peran penting dalam evolusi masyarakat.

114 Syed Jaafar Alkaff, dkk., Weave of Friendship. Sun Media Lte Ptd. Dapat diakses

melalui: www.sunmediaonline.com/magazine/indiaindonesia/indiaindonesia13.pdf Hlm. 7 115 Syed Jaafar Alkaff, dkk., Weave of Friendship. Sun Media Lte Ptd. Dapat diakses

melalui: www.sunmediaonline.com/magazine/indiaindonesia/indiaindonesia13.pdf Hlm. 16

63

3. Indian Film Festival (2013)

Tahun 2013 merupakan tahun yang memiliki keistimewaan bagi penggemar

film – film Bollywood di Indonesia. Di tahun ini, Kedutaan Besar India di Jakarta

mengadakan festival film India yang berlangsung tangal 23 – 27 September 2013

dalam rangka dunia perfilman India merayakan 100 tahun sejak mereka

menciptakan karya-karyanya. Dalam festival ini, Kedutaan Besar India

menyediakan peragaan busana, Screening Film, Pameran Poster Film, dan Seminar

film: “Our Films, Their Films” dan akan ditutup dengan penampilan dari trio

musisi terkenal, Shankar, Ehsaan dan Loy yang tampil live di Jakarta. Screening

berbagai macam film India dilaksanakan di XXI Cineplex Senayan, Jakarta.

Festival ini juga turut mengundang produser film di Indonesia.116 Gurjit Singh, Duta

Besar India untuk Indonesia mengharapkan bahwa acara ini akan menciptakan

kerangka kerja untuk menciptakan perjanjian produksi bersama antara industri film

India dan Indonesia.

116 Christian Razukas, In Jakarta, Indian film festival aims at Bollywood and beyond.

https://www.thejakartapost.com/news/2013/09/23/in-jakarta-indian-film-festival-aims-bollywood- and-beyond.html, diakses pada 5 April 2020

64

Gambar 3.1.

Poster Indian Film Festival

Sumber: https://www.solopos.com/100-tahun-sinema-india-kedubes-india-sajikan-sendratari-

ramayana-449830

Festival yang dimulai pada 23 September ini diawali dengan pemutaran

'Raja Harishchandra', yakni film fitur pertama India yang diproduksi dan

disutradarai oleh Dadasaheb Phalke. Selain itu, sebuah peragaan busana, "Weave of

Friendship", juga diadakan pada hari pembukaan. Acara ini akan menampilkan

teknik dan desain tekstil Indonesia dan India, kata kedutaan di situs webnya.

Pameran lain akan merayakan sejarah sinema India melalui poster film selama

bertahun-tahun.117 Film-film yang akan ditayangkan sepanjang 23-37 September

117 Business Standars, India to celebrate cine centenary in Jakarta. https://www.business-

standard.com/article/pti-stories/india-to-celebrate-cine-centenary-in-jakarta- 113092100527_1.html, diakses pada 5 April 2020

65

2013 adalah 15 film-film ikonik India dengan 3 film yang akan ditayangkan setiap

harinya.118

Festival yang merayakan 100 tahun Sinema India adalah wujud pelaksanaan

diplomasi bilateral dan memperkuat hubungan kedua negara melalui

perkenalan dan pertukaran budaya. Melihat antusiasme masyarakat Indonesia

terhadap film India, maka pemerintah India mengadakan satu kegiatan yang

mengisi Perayaan 100 Tahun Sinema India dengan menampilkan para bintang

Bollywood. Kehadiran aktor-aktor ini mendapat respon positif dari masyarakat,

selain itu mereka juga memberikan kontribusi dalam penyebaran budaya

India di Indonesia. Pergelaran kebudayaan ini mengindikasikan bahwa

perkembangan Film Bollywood semakin diminati oleh masyarakat Indonesia.

Serta, melalui budaya popular tersebut, masyarakat Indonesia telah mengenal

budaya, karakter dan kehidupan sosial bangsa India secara tidak langsung.119

118 Indian Embassy Jakarta,

https://www.indianembassyjakarta.gov.in/images/Movie%20Screening%20Catalog.pdf 119Hindustan Times, Indian cinema's 100 years celebrated in Indonesia.

https://www.hindustantimes.com/bollywood/indian-cinema-s-100-years-celebrated-in- indonesia/story-glKdVBueOuNYrJidHkmF6L.html

66

4. Sahabat India: Festival of India in Indonesia 2015

Tahun 2015, Kedutaan Besar India mengadakan sebuah event yang bernama

Sahabat India: Festival India di Indonesia 2015: 'Sahabat India - Festival India di

Indonesia' diresmikan pada 26 Januari 2015 oleh Ibu Megawati Soekarnoputri,

mantan Presiden Indonesia. Festival ini diselenggarakan dari 26 Januari hingga 15

Agustus 2015.120 Selama Festival India, lebih dari 35 acara yang berbeda seperti

tarian rakyat, drama tari, pertunjukan boneka, pertunjukan musik, pameran,

seminar, promosi mal, pemutaran film Bollywood, dokumenter dan seperti

terorganisir enam belas kota berbeda di Indonesia.121

Dalam press release yang dikeluarkan oleh Ministry of External Affairs

Pemerintah India, Duta Besar Gurjit Singh mengatakan bahwa Pemerintah India

dalam beberapa bulan terakhir telah mengambil beberapa inisiatif seperti Hari Yoga

Internasional, Kampanye Clean India, Digital India, Make in India dan

sejenisnya.122 Festival India akan membawa pengalaman-pengalaman ini untuk

berbagi dengan Indonesia. Duta Besar berterima kasih atas dukungan yang

diberikan untuk Festival India oleh Menteri Luar Negeri, Kebudayaan, Pariwisata

& Tekstil Pemerintah India dan Dewan Hubungan Budaya India untuk

120 Ministry of Culture Government of India, Launch of “Sahabat India”: Festival of India

in Indonesia 2015, dapat diakses melalui: https://www.indiaculture.nic.in/launch-

%E2%80%9Csahabat-india%E2%80%9D-festival-india-indonesia-2015 121 Press Release Launch of “Sahabat India”: Festival of India in Indonesia 2015, dapat

diakses melalu:ihttp://www.mea.gov.in/Portal/CountryNews/3441_Launch_of_Sahabat_India-

Festival_of_India_in_Indonesia_2015.pdf 122 Press Release Launch of “Sahabat India”: Festival of India in Indonesia 2015, dapat

diakses melalui:http://www.mea.gov.in/Portal/CountryNews/3441_Launch_of_Sahabat_India- Festival_of_India_in_Indonesia_2015.pdf

67

menyelenggarakan acara-acara ini. Dia juga memuji dan menghargai dukungan dari

Kementerian Luar Negeri, Pariwisata, Kebudayaan dan Pendidikan Pemerintah

Republik Indonesia dan Pemerintah Kota Jakarta dan berbagai Pemerintah provinsi,

Universitas, Lembaga yang juga menjanjikan dukungan untuk acara ini.123

Tamu Kehormatan yakni Esti Andayani selaku Direktur Jenderal Informasi

dan Diplomasi Publik, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia mengucapkan

selamat kepada Pemerintah India dan Kedutaan Besar untuk membawa Festival

India ke Indonesia. Dia menyatakan harapan bahwa Festival India akan

memperkuat hubungan persahabatan antara kedua negara dan memperkuat kontak

orang-orang. Dia mengatakan bahwa rencana untuk membawa Festival India ke 15

kota berbeda di Indonesia, akan meningkatkan apresiasi untuk India di Indonesia.

Esti berkomentar bahwa India dan Indonesia memiliki budaya yang sama dan

bekerja untuk perdamaian, stabilitas dan harapan untuk semua. Ia membagikan

pengalamannya tentang berbagai macam masakan India & tujuan wisata.124

Konferensi pers juga ditunggu oleh beberapa selebritas terkemuka Indonesia

termasuk MI. Shinta Kamdani, CEO Sintesa Group dan pakar dalam tim

implementasi Ekonomi di Kantor Wakil Presiden; Farah Quinn, seorang tokoh TV

dan koki selebriti yang terkenal di TV; Didiet Maulana, perancang dan

123 Press Release Launch of “Sahabat India”: Festival of India in Indonesia 2015, dapat

diakses melalui:http://www.mea.gov.in/Portal/CountryNews/3441_Launch_of_Sahabat_India-

Festival_of_India_in_Indonesia_2015.pdf 124 Press Release Launch of “Sahabat India”: Festival of India in Indonesia 2015, dapat

diakses melalui:http://www.mea.gov.in/Portal/CountryNews/3441_Launch_of_Sahabat_India-

Festival_of_India_in_Indonesia_2015.pdf

68

wirausahawan muda terkenal yang terkenal dengan merek IKAT Indonesia; Ringgo

Agus Rahman, aktor selebriti; Laksmi Pamuntjak, seorang penulis terkenal; dan

Asma Nadia seorang penulis perjalanan. Mereka berbicara tentang kesukaan

mereka pada India, film Bollywood, penulis dan akademisi India, prestasi ilmiah di

sektor IT, budaya dan makanan, dan memperluas dukungan mereka ke Festival

India.125

5. International Day of Yoga (2015)

Pada 21 Juni 2015, Indonesia akan menjadi bagian dari perayaan global

pertama Hari Internasional Yoga. Inisiatif di balik peringatan global yoga ini

berasal dari India, negara tempat rejimen latihan, diyakini sudah ada sejak 2.700

SM. Pemerintah India mengusulkan agar acara tersebut menjadi perayaan global

resmi untuk Majelis Umum PBB pada bulan Desember 2014.126 Proposal tersebut

disetujui dengan dukungan dari 177 negara, termasuk Indonesia. Kegiatan ini

diselenggarakan oleh kedutaan besar India dan konsulat jenderal di seluruh

Indonesia akan menyelenggarakan acara yoga di empat kota, yakni Jakarta, Bali,

Medan, dan Surabaya. Acara ini bebas dan terbuka untuk umum.127

125 Press Release Launch of “Sahabat India”: Festival of India in Indonesia 2015, dapat

diakses melalui:http://www.mea.gov.in/Portal/CountryNews/3441_Launch_of_Sahabat_India-

Festival_of_India_in_Indonesia_2015.pdf 126 Permanent Mission of India to UN, Press Release, The Observance of the First

International Day of Yoga 21 June 2015. Dapat diakses melalui:

https://www.pmindiaun.gov.in/index.php/pressrelease/NQ,, 127 Ika Krismantari, Indonesia to Join First International Day of Yoga Celebration. Jakarta

Post https://www.thejakartapost.com/news/2015/06/18/indonesia-join-first-int-l-day-yoga- celebration.html, diakses pada 22 April 2020

69

Dalam menyelenggarakan acara tersebut, Kedutaan Besar India dan

konsulat jenderal telah bermitra dengan 20 lembaga yoga di seluruh negeri dengan

harapan menarik perhatian banyak orang dan peserta yang diperkirakan mencapai

2.000 orang.128 Guru Yoga yang bernama Ravi Dixit mengatakan bahwa tanggal 21

Juni telah dipilih untuk menandai Hari Yoga Internasional karena itu adalah saat

ketika matahari mencapai titik terjauh di utara khatulistiwa, atau yang dikenal

sebagai titik balik matahari musim panas. Kegiatan ini terus berlangsung hingga

pada 2018 Kedutaan Besar India mengumumkan Press Release tentang perayaan

International Day of Yoga yang keempat.

Selama Festival India, tarian rakyat, drama tari, pertunjukan boneka,

pertunjukan musik, pameran, seminar, promosi mal, pemutaran film Bollywood,

dokumenter dan sejenisnya akan diadakan di beberapa lokasi bergengsi di Jakarta.

Selain itu, kami juga mencari untuk membawa segmen festival ke lima belas kota

lain di Indonesia, termasuk Bali, Yogyakarta, Bandung, Surabaya, Surakarta,

Semarang, Bogor, Serang, Purwakarta, Makassar, Medan, Padang, Banda Aceh,

Samarinda, Balikpapan, dan Palembang. Ini akan membantu orang-orang Indonesia

di berbagai kota memiliki pandangan sekilas ke India, yang akan menumbuhkan

pemahaman yang lebih besar.129 India menantikan untuk keberhasilan peningkatan

keterlibatan India dengan Indonesia dan mengundang semua teman-teman

128 Ika Krismantari, Indonesia to Join First International Day of Yoga Celebration. Jakarta

Post https://www.thejakartapost.com/news/2015/06/18/indonesia-join-first-int-l-day-yoga-

celebration.html, diakses pada 22 April 2020 129 https://www.thejakartapost.com/news/2015/01/26/message-from-the-ambassador-of-

india-to-indonesia.html

70

Indonesia untuk bergabung dalam perayaan persahabatan India yang telah lama

terjalin dengan Indonesia.130

6. Peluncuran Komik Perjalanan Menelusuri Sejarah: Cerita Indonesia dan

India (2015)

Buku komik ini menceritakan tentang masa-masa awal ketika Indonesia dan

India bertemu dan melewati periode-periode yang berbeda dari interaksi historis,

sosial dan budaya, yang juga mencakup periode keterlibatan intelektual dan

ekonomi serta perjuangan kebebasan kedua negara.131 Peran pemimpin India Netaji

Subhash Chandra Bose, Rabindra Nath Tagore, Pt. Jawaharlal Nehru dan Biju

Patnaik diilustrasikan, seperti halnya para pemimpin Indonesia seperti Presiden

Soekarno, Wakil Presiden Hatta, antara lain. Perjalanan buku komik melewati Look

East Policy India beralih ke Act East. Buku komik ini akan didistribusikan ke

perpustakaan, sekolah, universitas dan di antara anak-anak dan perpustakaan umum

dalam upaya diplomasi publik yang unik.132

130 Press Release Launch of “Sahabat India”: Festival of India in Indonesia 2015, dapat

diakses melalui:http://www.mea.gov.in/Portal/CountryNews/3441_Launch_of_Sahabat_India-

Festival_of_India_in_Indonesia_2015.pdf 131 Priyambodo RH, Indian Embassy releases Comic Book on India Indonesia Relations.

https://en.antaranews.com/news/99282/indian-embassy-releases-comic-book-on-india-indonesia-

relations, diakses pada 25 April 2020 132 Priyambodo RH, Indian Embassy releases Comic Book on India Indonesia Relations.

https://en.antaranews.com/news/99282/indian-embassy-releases-comic-book-on-india-indonesia- relations, diakses pada 25 April 2020

71

Gambar 3.2.

Duta Besar India untuk Indonesia Gurjit Singh bersama selebritas Indonesia

Sumber: antara.com

Perilisan buku ini tepat di hari yang sama dengan acara International Day of

Yoga. Publikasi komik ini juga dihadiri oleh sejumlah selebriti Indonesia termasuk

aktor Nicholas Saputra, Agus Ringgo, Anjasmara, perancang busana ikat Didiet

Maulana, novelis, penulis skenario layar Asma Nadia, koki selebriti Farah Quinn,

Dr Lula Kamal selaku brand ambassador Godrej Indonesia, yang mensponsori

komik adalah bagian dari peluncuran komik.133

133 Priyambodo RH, Indian Embassy releases Comic Book on India Indonesia Relations.

https://en.antaranews.com/news/99282/indian-embassy-releases-comic-book-on-india-indonesia-

relations, diakses pada 25 April 2020

72

Terealisasikannya komik ini berasal dari inisiatif Duta Besar India untuk

Indonesia, Gurjit Singh dan mantan kepala Arsip Indonesia, Tamalia Alisjahbana,

yang bekerja dengan sejarawan Indonesia Prof Agus Aris Munandar untuk

menyiapkan teks. Duta Besar Singh merasakan perlunya publikasi semacam itu

untuk mengingatkan orang muda Indonesia akan sejarah kami.134 Duta Besar Gurjit

Singh mengatakan bahwa kisah India telah diceritakan dalam banyak cara melalui

Festival India dan media sosial telah banyak digunakan. Namun, ada sejumlah besar

sekolah dan perpustakaan umum di mana orang ingin tahu tentang hubungan India

dengan Indonesia dalam bahasa mereka sendiri maka terbitlah komik ini.135

7. Incredible India Education Event

Tahun 2016, Kedutaan Besar India mengadakan acara bernama Incredible

India Event, yang disertai education fair pameran edukasi yang akan

memperkenalkan universitas – universitas ternama di India. Acara ini akan

berlangsung selama dua hari dan terbuka untuk umum, tepatnya tanggal 4 dan 5

Maret 2016 di Manhattan Hotel Jakarta.136 Pameran edukasi ini juga akan dihadiri

oleh perwakilan dari universitas – universitas ternama di India. Selain pameran,

juga akan ada seminar-seminar yang akan diisi oleh Kedutaan Besar India dan

134 Priyambodo RH, Indian Embassy releases Comic Book on India Indonesia Relations.

https://en.antaranews.com/news/99282/indian-embassy-releases-comic-book-on-india-indonesia-

relations, diakses pada 25 April 2020 135 Priyambodo RH, Indian Embassy releases Comic Book on India Indonesia Relations.

https://en.antaranews.com/news/99282/indian-embassy-releases-comic-book-on-india-indonesia-

relations, diakses pada 25 April 2020 136 Madava Nanda, Kedutaan Besar India Gelar ”Incredible India Education Fair”

https://www.provoke-online.com/index.php/lifestyle/event-agenda/5373-kedutaan-besar-india- gelar-incredible-india-education-fair, diakses pada 25 April 2020

73

alumni Indonesia yang pernah kuliah di India. Acara Incredible India Education

Fair sendiri diadakan dan didukung oleh Kedutaan Besar India untuk Indonesia

yang membuka kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk berkuliah di India dan

juga terdapat beasiswa untuk kuliah di India.

Gambar 3.3.

Poster Incredible India Sumber: provoke-online.com

74

BAB IV

DAMPAK INDUSTRI FILM BOLLYWOOD DALAM HUBUNGAN SOSIAL

BUDAYA INDIA DAN INDONESIA PERIODE 2012 – 2016

4.1. Dampak Industri Film Bollywood Dalam Hubunan Sosial Budaya

Kajian dalam hubungan internasional telah berkembang jauh lebih luas dari

sebelumnya; Hal ini ditunjukkan dengan berbagai fenomena yang terjadi dalam

masyarakat internasional. Isu-isu yang terjadi di setiap negara juga berbeda seiring

perkembangan zaman di mana hubungan ekonomi, politik, sosial dan budaya lintas

batas menjadi lebih intensif, baik itu berupa konflik, maupun kerjasama. Globalisasi

menggeser pengaplikasian hard power sebagai cara untuk memperoleh tujuan

menjadi soft power karena dinilai lebih efisien dan juga tidak menimbulkan banyak

kerusakan dan korban seperti dalam pengaplikasian hard power.

Penggunaan soft power telah memicu masalah non-tradisional seperti

masalah sosial dan budaya. Negara menggunakan nilai budaya masing-masing

dalam menyampaikan soft power melalui diplomasi publik. Satu budaya

merepresentasikan identitas suatu negara, dan melalui diplomasi publik dapat

diperluas, dan diperdalam dengan maksimalisasi peran aktor swasta dan

pemerintah. Selain itu, produk budaya seperti musik, olah raga, tari, film,

pariwisata, warisan tradisional, kesenian, dan kesusastraan akan membuat

masyarakat lebih memahami dan mengakui kekuatan atau kepopuleran suatu

negara.

75

Banyak negara menggunakan nilai budaya mereka untuk menyampaikan soft

power mereka melalui diplomasi publik kepada orang-orang di negara lain.

Diplomasi publik yang digunakan oleh pemerintah suatu negara sebagai upaya

berkomunikasi dengan orang-orang dari negara lain untuk memberikan pemahaman

terhadap gagasan dan cita-cita negara, institusi dan lembaga dan budaya, serta

tujuan dan kebijakan nasionalnya.137

Diplomasi budaya India melalui Bollywood memberikan dampak positif bagi

hubungan kedua negara, tidak hanya bagi India, namun juga Indonesia.

Terbentuknya kerjasama serta kegiatan sosial dan kebudayaan di Indonesia

merupakan sebuah bukti bahwa diplomasi budaya India di Indonesia berhasil.

Konsep diplomasi budaya dan publik terikat dengan konsep branding atau untuk

membuatnya lebih sederhana untuk manajemen merek. Dapat diasumsikan bahwa

prinsip dasar dalam membangun merek suatu negara sama dengan dalam ranah

komersial pembentukan identitas.

Hal ini didasarkan pada bagian membuat proposisi atau upaya, biasanya

berdasarkan nilai-nilai berbasis emosi, yang dapat diubah menjadi simbol yang jelas

dan fleksibel dan harus efektif untuk berdampak pada banyak situasi dan banyak

kelompok sasaran. Tidak diragukan lagi bahwa negara-negara saat ini bersaing satu

sama lain di pasar global dan seperti halnya dengan produk, salah satu tujuan

137 Hans Tuch, Communicating With the World: US Public Diplomacy Overseas(New

York: St Martin’s Press, 1990), p. 3, as cited in Jan Melissen, The New Public Diplomacy: Soft

Power in International Relations (New York: Palgrave Macmillan: St. Martin’s Press, 2005) Hlm. 11-12

76

mereka sebelumnya adalah untuk mempertahankan keunggulan kompetitif mereka

atas negara lain.

Negara-negara menyadari bahwa menunjukkan warisan budaya mereka

memberi mereka kesempatan untuk menunjukkan siapa mereka, dan menciptakan

citra positif. Diplomasi budaya terikat dengan pemerintah suatu negara dalam

mencapai tujuan kebijakan luar negerinya, yang tujuan utamanya adalah untuk

mempopulerkan negara, penduduknya, budaya, bahasa, dan untuk menciptakan

citra positif negara kepada negara lain. India menggunakan industri perfilman

Bollywood sebagai sarana untuk mempopulerkan negaranya.

Melalui industri perfilmannya, India mampu menciptakan merek tersendiri

dengan Bollywood yang terinspirasi dari Hollywood. Namun, India juga perlu

mempromosikan Bollywood agar tetap relevan dan diterima oleh masyarakat di

tengah persaingan ketat dengan negara-negara lain di Asia lainnya seperti Korea

Selatan dengan Hallyu Wave yang juga menyajikan serial drama yang dikemas

secara sederhana dan juga Jepang dengan anime, manga, serta cosplay atau

permainan kostumnya.

Sedangkan diplomasi publik berkaitan dengan pengaruh sudut pandang sosial

terhadap perumusan dan pelaksanaan politik luar negeri. Ini mencakup aspek

hubungan internasional yang berada di luar diplomasi tradisional seperti

mempengaruhi opini publik di luar negeri, saling mempengaruhi oleh kelompok

swasta dan kelompok penekan di negara satu sama lain, melaporkan kejadian di

77

luar negeri dan dampaknya terhadap politik, berkomunikasi antara mereka yang

bekerja, antara diplomat dan koresponden asing dan proses komunikasi antar

budaya. Aktor yang berperan dalam diplomasi publik juga non state actor atau aktor

non negara.

Perdana Menteri Narendra Modi mengupayakan penggunaan diplomasi

publik sebagai alat bagi India untuk mempromosikan diplomasi budaya yang

dikemas dalam industri perfilman Bollywood. Selain itu, strategi media yang efektif

dan penggunaan media sosial dengan maksimal juga diperlukan. Berikut

merupakan upaya diplomasi publik yang dilakukan oleh India:

1. Aktif mencari audiens baru, baik audiens di dalam ataupun luar

negeri, terutama yang aktif dalam dunia perpolitikan. Audiens yang

aktif dalam dunia perpolitikan berfungsi sebagai pembentuk opini

kunci di India.

2. Stake holders (pembuat kebijakan) membuat kebijakan luar negeri

yang lebih demokratis, misalnya terlibat dalam dialog dengan

komunitas di luar elit politik. Sehingga dapat memperoleh

kepercayaan masyarakat karena bersifat terbuka.

3. Memanfaatkan media massa dengan baik sebagai alat utama untuk

menyebarkan informasi. Contohnya ialah menggunakan social media

seperti Facebook, Twitter, YouTube, dan sebagainya.

78

Selain pada bidang sosial dan budaya, Bollywood juga memberikan

keuntungan bagi beberapa sektor lainnya di Indonesia, misalnya Peningkatan

Rating Stasiun Televisi Indonesia. Dalam dunia pertelevisian, rating sangatlah

penting dan kehadiran Bollywood sangat menguntungkan beberapa stasiun televisi

di Indonesia. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan jumlah rating dalam

stasiun televisi di Indonesia yang menayangkan film dan serial Bollywood,

misalnya ANTV.

Pemerintah belum melakukan pembatasan impor program asing. Melalui

Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) yang disusun

oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), pemerintah hanya mengatur persoalan

porsi tayang dalam batasan jumlah program dan durasi tayangnya.

Sementara, film dan serial hasil produksi India datang secara bergantian,

sehingga tidak sepenuhnya diisi oleh program asing dalam mengisi slot pada jam

prime time televisi Indonesia, misalnya pada stasiun televisi ANTV.

ANTV menjadi stasiun televisi yang terkenal dengan tayangan cita rasa

India berhasil mengontrak artis India sejak November 2014 untuk mengisi

berbagai judul programnya atau sebagai bintang tamu di acara-acara stasiun

ANTV seperti Pesbukers. Hingga pertengahan tahun 2015, trend India belum

terlihat tanda-tanda akan menghilang. Langkah tersebut juga diikuti oleh stasiun

televisi lainnya, yakni Indosiar. Indosiar mulai menayangkan serial lokal namun

menggunakan judul, pemain, dan setting lokasi dengan mencampurkan India

79

dengan Indonesia. Serial tersebut berjudul Kuch Kuch Dangdut dan mulai

ditayangkan pada 11 Mei 2015, setiap pukul 16.30 WIB.

Industri Pertelevisian Indonesia didukung dengan Instruksi Presiden yang

dikeluarkan pada tahun 2009, yakni Instruksi Presiden Republik Indonesia

Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif. Instruksi

Presiden tersebut menyebutkan bahwa televisi juga tergolong ke dalam industri

kreatif yang semakin diperhatikan perkembangannya melalui kegiatan

ekonominya yang didasarkan pada kreativitas untuk menciptakan daya kreasi dan

daya cipta individu yang bernilai ekonomis.

Instruksi Presiden sejalan dengan Pasal 4 Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, yang berisi bahwa televisi

merupakan sebuah lembaga ekonomi yang memiliki kuasa penuh untuk

mengatur roda bisnisnya. Peraturan tersebut memiliki kecenderungan yang sama

dalam mendorong persaingan antar stasiun televisi dalam berlomba mencari

komoditas yang memiliki posisi yang kuat untuk menarik penonton. Karena

suksesnya film dan serial Bollywood di Indonesia, bahkan kedua negara ini

berkolaborasi bersama yang berjudul Cinta Bersemi di Langit Taj Mahal yang

menghadirkan Shaheer Shekh sebagai pemeran utamanya.

80

ANTV memiliki kenaikan laba perusahaan naik 29,4 persen menjadi Rp. 64,1

miliar pada kuartal pertama dari Rp. 49,6 miliar pada tahun 2013.138 Penayangan

serial kolosal seperti Mahabarata dan Mahadewa pada tahun 2014 memiliki

rating yang cukup tinggi bagi ANTV. Kedua serial tersebut mampu meraih total

rating 16,2% dan 18,%.139 Ketika ANTV menayangkan program Mahabharata

Show selama tiga jam pada tahun 2014, rating ANTV dapat mencapai 21% dan

22% yang juga mengalahkan piala dunia yang memiliki rating 19,4%. Selain

Mahabharata, serial Jodha Akbar menempati urutan ke-5 dengan perolehan rating

17,2%, dilanjutkan dengan Ramayana di urutan ke-9 dengan 10 %.

Otis Hahijary selaku Direktur Operasional ANTV menyatakan bahwa rating

ANTV setiap harinya sudah berkutat di antara peringkat satu dan dua, tergantung

pada jam tayang program. Di saat tayangan India, rating ANTV sudah dipastikan

ada diperingkat pertama.140 Pada 2016, tayangan serial India porsinya sebanyak 8,5

jam setiap harinya. Secara porsi, konten lokal dari ANTV masih dominan, yakni

65%. Sedangkan program asing termasuk India hanya 35%. Pendapatan ANTV

pada tahun 2016 meningkat. Secara year to date (YTD) dari awal tahun hingga

September 2016, pendapatan ANTV dapat mencapai Rp 8,23 triliun. Nilai itu naik

138 Khoirul Amin, ‘Indian Drama Series, World Cup Boost ANTV Rating’,

https://www.thejakartapost.com/news/2014/06/27/indian-drama-series-world-cup-boost-antv-

ranking.html, diakses pada 10 Maret 2021 139 Khoirul Amin, ‘Indian Drama Series, World Cup Boost ANTV Rating’,

https://www.thejakartapost.com/news/2014/06/27/indian-drama-series-world-cup-boost-antv-

ranking.html, diakses pada 10 Maret 2021 140 Hendra Gunawan, Tayangan Serial Dongkrak Rating dan Pendapatan ANTV,

https://industri.kontan.co.id/news/tayangan-serial-dongkrak-rating-pendapatan-antv, diakses pada

10 Maret 2021

81

42% jika dibandingkan dengan tahun 2015 yang berjumlah Rp 5,8 triliun.141

Pendapatan di tahun 2016 juga merupakan pencapaian tertinggi ANTV.

Selain itu, industri pakaian jadi di juga mengalami pengingkatan. Gaya

berbusana di film dan serial Bollywood sangat kental dengan unsur budayanya.

Pengunaan saree menarik minat masyarakat Indonesia untuk mencobanya.

Sehingga, industri pakaian jadi serta berbagai kelengkapannya mengalami

kenaikan sebanyak 4,52% terhitung sejak tahun 2012 hingga 2016.142 Industri

percetakan dan dapur produksi media rekaman juga mengalami kenaikan

sebanyak 20,13% di tahun yang sama. Industri ini mencakup karya film dan juga

serial televisi, buku-buku, serta publikasi edukasi sains, sejarah hingga buku

budaya. Perkembangan Impor industri makanan India ke Indonesia seperti buah

dan sayur baik yang diasinkan atau dimaniskan dan dikeringkan mengalami

kenaikan yakni 446,78% dan 19,72%.143

141 Hendra Gunawan, Tayangan Serial Dongkrak Rating dan Pendapatan ANTV,

https://industri.kontan.co.id/news/tayangan-serial-dongkrak-rating-pendapatan-antv, diakses pada

10 Maret 2021 142 Tiara Putri Latief, Diplomasi Kebudayaan India Terhadap Indonesia Melalui Industri

Bollywood Dalam Meningkatkan Perekonomian Periode 2015-2017. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. 2018. Hlm. 82

143 Tiara Putri Latief, Diplomasi Kebudayaan India Terhadap Indonesia Melalui Industri

Bollywood Dalam Meningkatkan Perekonomian Periode 2015-2017. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. 2018. Hlm. 82

82

4.2.Analisis Dampak Bollywood dalam Hubungan Sosial Budaya India dan

Indonesia 2012 – 2016

Keberhasilan India dalam diplomasi budayaya tersebut tak lepas pengaruh

dari tiga (3) upaya India dalam mempopulerkan negaranya demi memeroleh citra

baik dan kepercayaan dari suatu negara, yang dalam kasus ini, melalui industri

perfilman Bollywood di Indonesia, yang berhasil menarik kepercayaan masyarakat

Indonesia. Ketiga hal tersebut di antaranya adalah:

1. Pembentukan Citra

Gagasan dari diplomasi publik ialah tentang menjual kebijakan, nilai, dan

citra nasional. Kekuatan citra suatu negara muncul dari kemajemukan budaya,

politik dan ekonominya. Sejak awal abad ini, India telah meningkatkan

penekanan pada diplomasi publik. India telah menginvestasikan sejumlah

besar sumber daya dalam diplomasi publik. Tujuan utamanya adalah untuk

memanfaatkan soft power India serta meningkatkannya. Baik pendekatan

tradisional maupun pendekatan baru diplomasi publik digunakan untuk

mengamankan tujuan ini.

Penekanan pada penggunaan diplomasi publik India semakin meningkat

setelah pemerintahan yang dipimpin Narendra Modi dilantik pada tahun 2014.

Perdana Menteri Modi dikenal karena “penggunaan yang penuh semangat atas

aset kekuatan lunak India melalui strategi manajemen media yang efektif dan

penggunaan yang cerdas dari media sosial.”

83

Persaingan antar negara dalam mencapai kepentingan negara masing-

masing ialah hal yang mutlak. Di masing-masing persaingan pasti ada

pemenang dan pecundang, dan setiap negara sangat bergantung pada

keberhasilan, kejelasan, penekanan, dan antusiasme, di mana negara itu

memproyeksikan merek atau citra nasionalnya. Ketiga hal yang penting bagi

suatu negara adalah: brand atau merek yang melekat, investasi asing, dan

pariwisata.144 Merek yang dimaksud ialah suatu hal yang menjadi ciri khas,

yang mengingatkan kepada suatu negara, misalnya Bollywood adalah India,

dan India adalah Bollywood.

Merek dapat dipromosikan melalui pembentukan citra yang berasal dari

opini publik. Pembentukan citra negara merupakan penerapan konsep dan

teknik pemasaran perusahaan ke publik atau negara – negara, demi

meningkatkan reputasi mereka dalam hubungan internasional. Simon Anholt,

seorang praktisi kebijakan negara yang juga turut mengembangkan tentang

citra negara menyatakan:

“Nations may have brands –in the sense that they have reputations, and

those reputations are every bit as important to their progress and

prosperity in the modern world as brand images are to corporations and their

products –but the idea that it is possible to ‘do branding’ to a country (or to a

city or region) in the same way that companies ‘do branding’ to their products,

is both vain and foolish.”

144 Jan Melissen, The New Public Diplomacy: Inovation in Diplomatic Practices. New York: Palgrave Macmillan. 2005. Hlm. 172

84

Semakin baik citra dalam suatu negara, semakin mudah untuk mencapai

perubahan. Citra yang baik dapat dipengaruhi juga oleh opini publik yang

kuat. Menurut penulis, hal ini menjelaskan pentingnya pengetahuan tentang

intensitas opini yang dapat memiliki konsekuensi untuk diplomasi publik.

Keabsahan suatu sumber dan reputasi termasuk dalam salah satu faktor

perubahan opini yang paling menentukan. Pesan yang disebarkan oleh negara

yang dipersepsikan secara positif lebih dapat dipercaya dan sebaliknya.

Fokus dari program pembentukan citra biasanya adalah visual, yang

diadopsi oleh semua organisasi yang mengambil bagian dalam program yang

menggunakannya sebagai alat pendukung. Terkadang simbol visual sangat

kuat, tetapi simbol saja tidak cukup. Harus ada ide inti dibalik simbol yang

memiliki makna nyata, yang membuat suatu negara berbeda. Maka dari itulah

diperlukan kejelasan antara fokus dari suatu negara, variasi dalam pesan yang

akan disampaikan, dan dengan target audiensnya.145

Citra suatu negara cenderung muncul melalui stereotip, dengan kata

lain menempatkan bangsa dan orang-orangnya dalam kategori. Meskipun

terlihat sederhana, stereotip mampu menyediakan jalan pintas ke persepsi

sikap dan orientasi yang disengaja. Fakta bahwa ini adalah proses yang

dinamis dan lancar menunjukkan bahwa dimungkinkan untuk mengatur citra

yang ingin ditampilkan. Pembangunan citra bangsa yang efektif dapat dimulai

145 Jan Melissen, The New Public Diplomacy: Inovation in Diplomatic Practices. New York: Palgrave Macmillan. 2005. Hlm. 150

85

dari stereotip, melawan apa yang berpotensi merusak citra baik dan

memperkuat aspek positif.

Selain itu, citra suatu bangsa tidak semata-mata didasarkan pada

pengalaman masyarakat, tetapi juga dipengaruhi oleh pengetahuan dan

kepercayaan sebelumnya, stereotip masyarakatnya, kondisi sosial, politik dan

ekonomi yang berlaku, perusahaan dan produknya, masyarakatnya dan

budayanya, karakteristik nasionalnya, sejarah dan tradisi, dan benda tak

berwujudnya. Pengetahuan yang dimaksud ialah sebagai evaluasi kognitif

suatu tempat, diperoleh melalui informasi resmi (misalnya brosur dan situs

web resmi), laporan berita, artikel dan komentar di media, propaganda

komersial. Namun demikian, pengalaman pribadi para wisatawan dan

pengunjung lain sangat penting dalam hal pembentukan citra dan perasaan

kesetiaan. Pendapat yang baik meningkatkan citra, tetapi satu pendapat buruk

dapat menghancurkannya.

Individu biasanya mengeluarkan pendapat mereka sesuai dengan

pendapat pada umumnya atau mayoritas. Sedangkan masyarakat membangun

opini mereka sebelum memperoleh informasi tambahan (yang relevan).

Sehingga, proses pembentukan opini dan norma secara otomatis berasal dari

keluarga mereka, kelompok rujukan, dan budaya tempat mereka tinggal.146

Terbentuknya opini masyarakat juga dapat dipengaruhi oleh peran media

146 E. Noelle, dalam Laura Merickova, Obstacles to Public Diplomacy. Institute of Cultural Diplomacy. 2013. Hlm. 15

86

yang sangat besar, baik itu media cetak, media elektronik, dan media

online. Televisi merupakan suatu media elektronik yang populer di kalangan

masyarakat. Televisi saat ini telah menjadi jembatan penghubung arus

informasi dari berbagai belahan dunia, yang digunakan sebagai alat

penggiring opini masyarakat menuju pencitraan yang diinginkan.

Aktor non negara dapat berperan dalam pembentukan opini publik

melalui dunia perfilman. Film dapat memengaruhi dan bahkan mengubah

sudut pandang orang, ini adalah sesuatu yang unik, bagaimana kita dapat

menerima dan menangkap pesan yang disampaikan oleh film untuk

membentuk perspektif baru dan gambar yang disampaikan oleh film itu

sendiri.147 Film menyajikan data, fakta, pandangan, dan pemikiran dalam

pengemasan realitas suatu struktur narasi yang dikembangkan. Narasi

merupakan komponen yang selalu terkandung dalam setiap media dan bentuk

budaya apapun yang menyampaikan ideologi suatu budaya, dan merupakan

cara di mana terdapat nilai-nilai dan cita-cita. Bagaimana kekuatan narasi film

mampu membangun merek yang dapat membentuk citra suatu negara,

bergabung menjadi narasi sebagai bagian dari setiap adegan, menyamarkan

pesan komersial.

Film selalu menjadi salah satu alat paling berpengaruh untuk promosi

budaya nasional, warisan dan tradisi. Sebuah film selalu politis, bahkan ketika

147 Jessica Julia Mc. Jill, American Cinema as Cultural Diplomacy: Seeking International

Understanding One Film at a Time. University of California Los Angeles Electronic Theses and

Dissertations. Hlm. 4, dapat diakses melalui: https://www.cultureinexternalrelations.eu/cier- data/uploads/2016/08/Report2.pdf

87

itu tampaknya bersifat eksperimental dan sangat artistik. Dalam arsip film dan

dalam teks dan subteksnya, penonton dapat membaca dan belajar tentang

nilai-nilai sosial dan ide-ide politik. Sebagai media hiburan, film adalah agen

penting dari sosialisasi politik.148 Film dilihat melalui lensa yang sangat

personal, yang juga dapat memastikan kesetiaan konsumen dan memberikan

kepercayaan kepada produsen mengenai potensi penghasilan industri

perfilman tersebut di masa depan. Tanpa disadari, film juga dinilai cukup

efektif dalam menghubungkan ide-ide dan membentuk pola pikir seseorang.

Saat ini, banyak negara menggunakan film untuk mencapai minat mereka.

Film juga membuat kita mengenal suatu bangsa; ini karena film tersebut akan

berbagi aspek kehidupan yang terjadi di suatu negara, kisah-kisah realitas,

tren di suatu negara dengan gaya hidup yang diadopsi oleh bangsa.

Selain itu, juga terdapat keterkaitan mengenai masa lalu India sebagai

peradaban besar untuk posisi India saat ini dan ke depannya sebagai kekuatan

global. Besarnya peradaban yang dimiliki oleh India juga didukung dengan

luas wilayah India dan juga demografisnya. Sehingga, dengan kondisi

tersebut membuat masyarakat India merasa bahwa India pantas memainkan

peran yang lebih penting atau signifikan dalam dunia internasional.

Bollywood juga menjadi salah satu langkah yang menggambarkan atau

148 David Criteau & Hoynes, William. Media/Society: Industries, Images, and Audiences.

Los Angeles, CA: Sage. 2014. Hlm. 250

88

membentuk citra diri sendiri terhadap negara lain, yang membentuk

identitas nasional India.

2. Diaspora India di Indonesia

Indonesia berasal dari bahasa latin Indus, yang berarti “India”, dan

bahasa Yunani nesos, yang berarti pulau. (Karena kesamaan budaya di

kedua daerah). Nama ini berasal dari abad ke-18, jauh sebelum

pembentukan Indonesia merdeka. Kerajaan Hindu-Budha yang tidak

dikenal, seperti Sriwijaya, Medang, Sunda dan Majapahit adalah

pemerintahan yang dominan di Indonesia, dan berlangsung dari abad ke-16,

dengan sisa yang terakhir di Bali. Sejarah dan hubungan bersama antara

Indonesia dan India harmonis dan damai.149

Menurut bukti sejarah, kontak antara India dan Indonesia telah terjalin

sejak awal era Masehi dan melakukan persebaran agama Hindu, di

antaranya melalui perdagangan dan pernikahan. Pola agama yang dominan

pada saat agama Hindu dan Budha masuk ke Nusantara — pada milenium

pertama Masehi hingga akhir abad ketiga belas.150 Akibat kontak yang

intensif dan bertingkat, Jawa khususnya, didominasi oleh Hindu. Gambaran

149 T. Tomascik, dkk., The Ecology of the Indonesian Seas- Part one, dalam Mohammed

Tahseen Zaman, Socio-Cultural Between India and Indonesia. Department of Islamic Studies, Jamia

Millia Islamia University. ISBN 978-602-8273-53-4. Hlm. 67 150 M. Taufiq Rahman. ‘Indianization of Indonesia in an Historical Sketch’. International

Journal of Nusantara Islam. 2014. Hlm. 57

89

yang jelas bagaimana agama Hindu berdiri di Indonesia adalah adanya

kerajaan Hindu di Jawa Barat, yakni Kerajaan Tarumanagara.

Penyebaran budaya India di Indonesia mudah untuk dibuktikan.

Peninggalan arsitektur seperti Candi Borobudur, Prambanan, Sewu, dll serta

kehidupan mistis orang Jawa menunjukkan kehadiran dari persebaran

budaya India di Indonesia. Selain itu, pengaruh budaya India juga

ditunjukkan dengan munculnya konsep kerajaan di kerajaan Jawa. Konsep

ini melahirkan konsep aristokrasi dalam masyarakat Jawa.

Pulau Jawa juga memiliki pagelaran untuk menampilkan kisah – kisah

mitologi Hindu melalui wayang kulit, yang dilakukan oleh dalang dengan

menggerakkan wayang kulit di depan lampu minyak untuk membuat

bayangan wayang di layar putih. Wayang kulit dinikmati dan dihormati oleh

masyarakat Nusantara, dan pentas dapat berlangsung hingga semalam

penuh.151 Wayang menyembah dewa, menenangkan roh, menyucikan jiwa,

dan mengharmoniskan masyarakat serta menggambarkan kisah Ramayana

dan Mahabharata, yang cukup populer di Indonesia. Kisah tersebut

menceritakan tentang Pandawa dan Kurawa, dalam perang Bharathayudha.

Selain itu, hal yang menggambarkan betapa kuatnya pengaruh India

di Indonesia, antara lain tarian Jawa dan Bali, motif India dalam desain batik

tradisional, dan bahasa Sansekerta. Dengan kata lain, dalam sejarahnya,

151 M. Taufiq Rahman. ‘Indianization of Indonesia in an Historical Sketch’. International

Journal of Nusantara Islam. 2014. Hlm. 59

90

India adalah semacam saudara bagi orang Indonesia. Diakui bahwa

pergerakan manusia dilakukan dari pusat peradaban di Timur Tengah dan

Mediterania ke India dan Cina, baik melalui darat atau laut. Semua

perjalanan itu tentu saja membawa budaya dan membangun peradaban.

Unsur keagamaan dan kebudayaanlah yang menjadi awal mula hubungan

antara India dan Indonesia tetap terjalin dengan baik dari zaman dahulu

hingga zaman modern seperti sekarang ini.

Melihat hubungan India dan Indonesia yang awal mula terjalin

melalui unsur agama dan budaya, menandakan bahwa unsur kebudayaan

sangatlah penting sebagai elemen untuk mempromosikan suatu paham atau

ajaran dalam mencapai kepentingan. Sejak masa perang dunia pertama, para

diplomat telah mengakui nilai diplomasi budaya. Diplomasi budaya,

pertukaran ide, informasi, seni, dan aspek budaya lainnya di antara bangsa-

bangsa dan masyarakatnya merupakan komponen penting dari upaya

diplomasi publik yang lebih luas, yang pada dasarnya terdiri dari semua

yang dilakukan anasi untuk menjelaskan dirinya sendiri kepada masyarakat.

Negara yang berpartisipasi dalam interaksi dunia internasional

berusaha mencapai tujuan kebijakan internasional dan luar negeri. Sebuah

pendekatan budaya dalam sejarah internasional memandang budaya sebagai

proses dinamis di mana orang-orang dalam budaya yang sama memahami

dunia dan membentuk persepsi mereka dengan cara yang sama, yang

91

menghasilkan nilai-nilai yang dapat dipahami bersama.152 Peran budaya

dalam dunia internasional dapat ditemukan dalam abad ke-19, terutama

yang terkait dengan proyeksi budaya atau representasi budaya. Selain itu,

hubungan antara negara, kekuasaan, kebijakan luar negeri, dan budaya

menjadi signifikan ketika pemerintah menggunakan budaya untuk

meningkatkan stabilitas, keamanan atau bahkan hegemoni.153

India mulai menggencarkan pelaksanaan diplomasi publiknya di

Indonesia melalui kampanye The Incredible India 2011 (India Future of

Change 2010) digerakkan pada 2002.154 Dalam upaya memperkuat

hubungannya dengan Indonesia, India menggunakan kebudayaan (yang

juga merupakan implementasi dari diplomasi publik) sebagai sarana penting

dalam pembentukan kebijakan luar negerinya dengan didukung oleh

keunikan warisan kebudayaan India yang beragam dan telah terkenal sejak

zaman dahulu. Terdirinya pusat-pusat kebudayaan di berbagai negara

merupakan sebuah implementasi dari kegiatan diplomasi kebudayaan. Oleh

karena itu, kegiatan apapun yang dilaksanakan oleh pusat kebudayaan

tersebut secara langsung merupakan implementasi langsung dari diplomasi

kebudayaan.

152 Hwajung Kim, Bridging The Theoretical Gap Between Public Diplomacy and Cultural

Diplomacy. The Korean Journal of International Studies Vol.15, No.2 (August 2017), 293-326 Hlm.

311 153 Hwajung Kim, Bridging The Theoretical Gap Between Public Diplomacy and Cultural

Diplomacy. The Korean Journal of International Studies Vol.15, No.2 (August 2017), 293-326 Hlm.

310 154 Jayanti Andina, Peran Diaspora India dalam Mendukung Diplomasi Kebudayaan India

di Indonesia. Jurnal Global & Strategis. No. 2. Hlm. 207. Dapat diakses melalui: http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jgs0ac0e981612full.pdf

92

Secara garis besar, diplomasi kebudayaan India di Asia Tenggara dan

termasuk Indonesia memiliki tujuan. Aspek penting dari diplomasi

kebudayaan India adalah mengelola sekitar 6,4 juta diaspora India yang

tersebar atau yang tinggal di Asia Tenggara. Dalam karyanya yang berjudul

Defining Diaspora, Refining a Discourse, Kim D. Butler memberikan

makna mengenai diaspora. Butler menjelaskan diaspora secara singkat

sebagai persebaran orang-orang dari tempat mereka berasal.155 Studi

diaspora juga masih terus berkembang sehingga definisi diaspora pun

bervariasi dan diperdebatkan. Hal ini tidak dapat dihindari, karena para ahli

ingin meningkatkan serta menyempurnakan makna dari diaspora, sehingga

Butler menganggap perlu adanya komitmen untuk memahami makna,

proses, dan dampak dari diaspora tersebut.156

Adanya pernikahan antar negara antara masyarakat India dengan

Indonesia, serta festival budaya, pertukaran informasi di ranah akademis,

investor dalam bidang ekonomi dan perdagangan, dan klub diskusi,

menandakan bahwa hubungan antara masyarakat Indonesia dengan diaspora

India di Indonesia terjalin dengan baik. Tidak jarang pula masyarakat

diaspora India saling bertukar informasi dengan masyarakat Indonesia.

Jumlah beasiswa yang disediakan pemerintah India untuk Indonesia juga

155 Kim D. Butler, Defining Diaspora, Refining a Discours. Rutgers University. 2001. Hlm.

189. Dapat diakses melalui:

http://sites.middlebury.edu/nydiasporaworkshop/files/2011/04/Defining-Diaspora1.pdf 156 Kim D. Butler, Defining Diaspora, Refining a Discours. Rutgers University. 2001. Hlm.

189. Dapat diakses melalui: http://sites.middlebury.edu/nydiasporaworkshop/files/2011/04/Defining-Diaspora1.pdf

93

merupakan jumlah yang besar di antara negara-negara Asia Tenggara

lainnya.

Peran aktif masyarakat India yang tinggal di Indonesia turut

mendukung pelaksanaan diplomasi kebudayaan India di Indonesia. Pada

awalnya, diaspora memang memberikan arti penting di sektor

perekonomian. Namun seiring perkembangannya, interaksi yang terjadi

antara diaspora India dengan masyarakat Indonesia ternyata memiliki

hubungan timbal-balik yang sangat baik dan tidak jarang malah saling

menguntungkan. Interaksi diaspora India yang diterima dengan baik oleh

masyarakat Indonesia ini mengindikasikan bahwa kerjasama antara kedua

negara akan berjalan dengan baik dan penerapan kebijakan luar negeri India

melalui diplomasi kebudayaannya akan dengan mudah tercapai di

Indonesia, mengingat tidak sedikit dari masyarakat Indonesia yang memiliki

inisiatif tinggi untuk mengenal lebih jauh kebudayaan India.

3. Promosi Media Sosial

Film selalu mencerminkan budaya dan masyarakat kontemporer,

apalagi generasi muda saat ini selalu menginginkan partisipasi yang setara

dalam segala hal yang ingin mereka konsumsi. Kemunculan media sosial

telah menghasilkan ruang lingkup untuk membangun konten medianya

sendiri. Audiens menggunakan media sosial untuk mengkampanyekan film

favoritnya. Halaman film resmi Facebook, kontes online, membuat klub

94

penggemar atau sebuah forum adalah kegiatan terkini dari kaum muda di

situs jejaring sosial.

Bollywood juga mulai mengeluarkan banyak uang untuk promosi dan

pemasaran digital. Sebanyak 20% hingga 30% anggaran dihabiskan untuk

pemasaran digital pemasaran sebuah produksi film Bollywood.157 Menurut

laporan oleh Media Digital Hungama, sekitar 81% dari media online India,

terlibat dalam semacam interaksi sosial di web, menjadikannya tempat yang

ideal bagi pemasar film untuk menarik banyak orang muda. Kepala

operasional Jyoti Deshpande menyatakan bahwa pemasaran viral Internet

bukan tentang berapa banyak masyarakat ingin membelanjakan namun lebih

banyak tentang seberapa efektif masyarakat dalam membelanjakan. Saat ini

hampir menjadi hal yang lumrah untuk meluncurkan situs web dan juga

facebook fanpage atau halaman penggemar film.

Mempromosikan film melalui situs jejaring sosial seperti facebook,

blog, twitter, instagram, dan lain-lain dapat membantu membangun

reputasi, membuat percakapan nyata, dan menghubungkan masyarakat di

dunia online. Film-film biasanya memiliki trailer sebagai alur singkat film

tersebut. Peluncuran trailer secara online dan promosi aktor yang

menggunakan media sosial dapat menjaring penonton yang lebih banyak

karena mudahnya akses media sosial. Sehingga, penggemar tidak perlu lagi

157 Mausumi Bhattacharyya, Indian Hindi Film Industry Using Social Media Platform For

Promotions and Marketing: A Study With Special Reference to Facebook and Twitter. International

Journal of Technical Research and Applications Special Issue No.10. ISSN 2320-8163. 2014. Hlm. 130

95

untuk menunggu dengan sabar melalui majalah favorit mereka untuk

mencari berita terbaru dari industri perfilman. Karena, sekarang pengguna

media sosial dapat dengan mudah memeriksa dengan detail film yang akan

datang melalui situs film tertentu, halaman facebook, dan mengikuti kabar

berita aktor di twitter dan instagram.

Penggunaan platform digital untuk aksesibilitas yang mudah,

keramahan pengguna, dan jangkauan terbesar di luar batasan geografis telah

menjadi hal utama dalam promosi film Bollywood. Sebagian besar rumah

produksi mendirikan komunitas resmi untuk film sebelum dirilis.

Komunitas-komunitas ini memiliki kliping promo, preview lagu, wallpaper

dll. Komunitas juga biasanya menyediakan podium untuk berbicara dan

berbagi pendapat tentang film.

Sebelumnya di BAB I telah dijelaskan bahwa India dan Indonesia memiliki

sejarah kebudayaan yang mirip sehingga dapat dikatakan sebagai saudara.

Indonesia bahkan memiliki sebuah asosiasi yang bernama Indian Association of

Indonesia atau Asosiasi Masyarakat India di Indonesia, yang didukung oleh

Kedutaan Besar dan Pusat Kebudayaan India. Asosiasi ini terdiri dari orang – orang

India yang mendukung diplomasi kebudayaan di Indonesia melalui kegiatan yang

berupa perayaan hari-hari kebudayaan India.158 Selain itu, di Jakarta, ada juga klub

158 Jayanti Andina, Peran Diaspora India dalam Mendukung Diplomasi Kebudayaan India

di Indonesia. Jurnal Global & Strategis. No. 2. Hlm. 205. Dapat diakses melalui:

http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jgs0ac0e981612full.pdf

96

bernama Indian Club Jakarta juga memiliki berbagai kegiatan kebudayaan

setiap tahunnya. Pada 2010 mereka mengadakan lima kegiatan, yakni Laavani

Darshan, Diwali Nite 2010, Young India’s Leading Jam Rock Band, Talen Nite

2010, dan Gubbare 2010.159

Menurut penulis, adanya asosiasi – asosiasi yang menggabungkan antara

masyarakat India dengan Indonesia tak luput dari peran industri perfilman

Bollywood yang membuat India dikenal di Indonesia. Industri hiburan dan media

India tersendiri bernilai $29 miliar pada tahun 2013, terbilang sangat besar.160 Film

Bollywood telah mendorong pertumbuhan yang pesat, yang juga menjadikan

Bollywood sebagai produsen film terbesar di dunia pada 2016. Sekitar 2,2 miliar

tiket film Bollywood terjual setiap tahun di seluruh negeri.161 Selain mengekspor

produk medianya sendiri, India semakin menjadi tempat produksi untuk perusahaan

media Hollywood dan korporasi media Amerika Serikat, terutama di bidang-bidang

seperti animasi dan pasca produksi. Jika membandingkan dengan Hollywood, dan

melalui perspektif diplomasi budaya, Bollywood dilihat lebih efektif daripada

negara lain di belahan dunia Selatan.

Identitas nasional lahir karena adanya konstruksi dengan proses tertentu

dengan jangka waktu yang panjang, tergantung pada waktu dan juga ruang, yang

159 Jayanti Andina, Peran Diaspora India dalam Mendukung Diplomasi Kebudayaan India

di Indonesia. Jurnal Global & Strategis. No. 2. Hlm. 206. Dapat diakses melalui:

http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jgs0ac0e981612full.pdf 160 Daya Thussu, Rising Soft Powers: INDIA. Los Angeles: USC Center on Public

Diplomacy Hlm. 9 161 Nishitha Lingala, Bollywood: Breaking Down the Billions.

https://www.strangemarkets.com/bollywood-billions, diakses pada 16 November 2020

97

juga melibatkan tidak hanya diri sendiri (the self), namun juga orang lain (the

others). Masyarakat dibesarkan dengan bahasa dan budaya melalui lingkungan

keluarganya yang kemudian dikombinasikan dengan bahasa dan budaya lain, yang

telah berasimilasi dalam lingkungan sosialnya. Seperti sekolah, teman, dan lain-

lain.

Di antara lingkungan persepsi dan ekspresi pribadi dan umum, masyarakat

dapat dengan mudah beradaptasi antara budaya mereka dan budaya, mendukung

elemen-elemen dari kedua kategori tersebut. Namun, identitas nasional dan etnisitas

seiring waktu dapat menciptakan negara multikultural, seperti Indonesia. Unsur-

unsur seperti ini muncul dalam film-film yang mengaitkan Bollywood dengan

masyarakat. Dengan cara ini mereka mencoba memberikan perasaan tentang

bagaimana situasi emosional masyarakat dapat terlibat dalam keragaman

kebangsaan-terutama dalam pertentangan perbedaan budaya dan segregasi yang

dihadapi oleh para pendatang generasi kedua.

Selain itu, promosi nilai – nilai keluarga dan berorientasi komunitas, yang

menjadi pembeda dengan individualisme Barat, telah membuat film-film India di

negara lain, khususnya di negara berkembang menjadi lebih mudah diterima.

Religiusitas dan representasi gender mereka membuat film-film India secara

budaya dapat diakses oleh penonton Muslim, misalnya di negara-negara Arab, Asia

Selatan, Asia Tenggara. Meluasnya studio video Hindi hingga ke Hausa, di mana

film India diadaptasi atau disalin untuk pasar "Bollywood", menunjukkan nilai

mereka sebagai artefak budaya yang dapat dikerjakan ulang untuk menyesuaikan

98

dengan selera lokal. Ketertarikan visual dari pakaian, pemisahan gender, dan

minimnya konten seksual dalam film Hindi adalah salah satu penunjang mengapa

film – film Bollywood diminati.

Di Indonesia, pengaruh budaya dan agama India memiliki sejarah yang

panjang, film dan musik Bollywood sangat populer, mempengaruhi musik lokal

bahkan cara berpakaian masyarakat Indonesia terutama kalangan wanita dewasa.

Keberhasilan aktor pemeran serial televisi Bollywood yang berjudul Mahabharata

dalam menyebarkan pengaruh budaya India yang didukung oleh sejumlah

kebijakan perfilman India juga diakui oleh pemerintah Indonesia dengan turut

diundangnya para pemeran serial Mahabharata ini ke gedung Dewan Perwakilan

Rakyat Republik Indonesia (DPR RI).

India yang berhasil mengaplikasikan multitrack diplomacy yang dijalankan

melalui kebudayaan, yang dalam penelitian ini melalui industri perfilman

Bollywood. Hal ini ditunjukkan dengan terjalinnya sejumlah kerja sama baru antara

Indonesia dan India, diantaranya adalah kerja sama dalam industri perfilman seperti

membuat sinetron dengan aktor – aktor India dan Indonesia, dan juga pelaksanaan

berbagai kegiatan kebudayaan.

Semenjak popularitas Bollywood kembali meningkat di awal tahun 2012,

telah mempengaruhi hubungan yang telah terjalin sebelumnya di antara India

dengan Indonesia. Berbagai kegiatan dan juga peluncuran buku terjadi di masa –

masa ini, yang juga menjamin hubungan sosial dan budaya antara India dan

99

Indonesia tetap erat seperti tahun – tahun sebelumnya. Berikut merupakan analisis

yang menjelaskan bagaimana Bollywood dapat mempengaruhi hubungan sosial dan

budaya India dan Indonesia periode 2012 – 2016.

Budaya dan film India dibahas secara luas di tingkat internasional. Film-film

Bollywood dan regional telah berkembang secara luar biasa selama periode waktu

tertentu dan memengaruhi nilai dan kecenderungan film global.162 Sejak 1998,

India telah menyatakan niat mereka untuk menggunakan potensi Bollywood sebagai

kekuatan lunak untuk memproyeksikan kepentingan ekonomi, geostrategis, dan

budaya yang semakin meningkat dari negara terbesar di kawasan Asia Selatan.

Industri budaya selalu menawarkan dukungan tanpa syarat untuk inisiatif kebijakan

luar negeri inti negara-bangsa dan bekerja sama dengan pembuat kebijakan dalam

upaya membangun citra dalam rangka mempromosikan kepentingan budaya,

ekonomi, dan militer di India.163

Mantan Menteri Luar Negeri India yang bernama Shashi Tharoor

menekankan betapa pentingnya bagi negara untuk dapat "menjual citra yang baik,"

yang dapat diandalkan selain militer dan ekonomi. Maka, budaya populer India

diperkenalkan untuk membentuk citra yang baik di mata publik. Menurut Tharoor,

elemen kekuatan lunak India adalah: Bollywood, yoga, Ayurveda (pengobatan

162 Dr. B.P.Mahesh Chandra Guru, dkk., History Of Indian Cinema. International Journal

of Business and Administration Research Review, Vol. 2, Issue.11, July - Sep, 2015. Hlm. 186 163 Azmat Rasul dan Mudassir Mukhtar. Bollywoodization Of Foreign Policy: How Film

Discourse Portrays Tension Between States. Journal of Media Critiques. Hlm. 11

100

alami India), pluralisme politik, keragaman agama, dan keterbukaan terhadap

pengaruh global.164

Sinema India selalu menemukan pasar di luar negeri dengan jumlah film yang

diekspor terbatas ke negara-negara seperti Uni Soviet, Timur Tengah, sebagian

Afrika, Asia Tenggara, Karibia, AS, Australia, dan Inggris Raya. Selama bertahun-

tahun, Bollywood, yang keluaran tahunannya lebih dari 400 film setahun dengan

3,6 miliar penonton di seluruh dunia, telah menjadi kenyamanan yang diperlukan

terutama bagi komunitas diaspora Asia Selatan.165 Akhirnya, ekspor film

Bollywood memainkan peran penting. dalam pertumbuhan popularitas industri film

India di luar negeri. Era globalisasi secara efektif menempatkan industri film India

pada platform global, tak terkecuali di Indonesia, yang sudah tidak asing lagi

dengan film-film India, lagu-lagu India, hingga budaya India.

Menurut penulis, terlepas dari aspek finansial dan keunikan film – film yang

dirilis di industri film India ada pula peran dari kesetiaan penonton dan ketenaran

aktor-aktor utama memainkan peran besar dalam mengamankan tidak hanya

pendapatan, tetapi juga citra India di dalam maupun luar negeri. Kesetiaan ini

meletakkan dasar untuk permintaan film – film lainnya di masa depan agar tetap

stabil terlepas dari kualitas film di tahun – tahun mendatang. Penting juga untuk

164 Nicolas Blarel. India’s Soft Power: From Potential to Reality: India: The Next

Superpower?. London School of Economics IDEAS Special Report. 2012. Hlm.29, dapat diakses

melalui: http://eprints.lse.ac.uk/43445/1/India_India%27s%20soft%20power%28lsero%29.pdf 165 Lakhsmi N. Tirumala, Bollywood Movies and Identity Construction Amongst Second

GenerationIndian Americans. 2009. Hlm. 5

101

tetap menanamkan nilai – nilai serta budaya dari India sebagai sebuah ‘identitas’

yang akan ditunjukkan kepada penonton, terutama penonton luar negeri. Sehingga,

nilai – nilai serta kebudayaan yang ada dalam film Bollywood tersebut

tersampaikan, misalnya di Indonesia.

Di Indonesia, penonton setia film Bollywood tidak sedikit, dan sebagai

penggemar setia, mereka juga akan mengikuti trend seperti gaya berpakaian dan

juga selera musik. Tingginya minat masyarakat kemudian mengarah kepada

berbagai macam kegiatan yang melibatkan tidak hanya masyarakat itu sendiri,

namun juga pemerintah India dan Indonesia seperti berjalannya pelaksanaan

diplomasi budaya. Pelaksanaan kegiatan diplomasi budaya India di Indonesia

meliputi pameran kesenian, budaya, musik, tari, dan lain sebagainya.

Pusat kebudayaan ini juga memberikan fasilitas perpustakaan yang cukup

baik dan lengkap, agar masyarakat Indonesia atau masyarakat India yang berada di

Indonesia tidak mengalami kesulitan dalam mencari data atau ingin mencari

informasi lebih dalam mengenai India dan sejarahnya. Pelaksanaan diplomasi

kebudayaan India juga melakukan kolaborasi antara pengajar-pengajar yang berasal

dari India asli dengan pengajar dari Indonesia untuk mendapatkan informasi yang

lebih dalam dan saling berkaitan antara satu dengan lainnya dalam pelaksanaan

102

kegiatan belajar dan mengajar agar tidak melenceng jauh dari kurikulum yang

sudah tersedia.166

Selain itu, diaspora India sangat aktif dalam kegiatan-kegiatan kebudayaan

pusat disponsori oleh Kedubes India di Indonesia. Hal ini dapat dilihat ketika

hampir semua kegiatan kebudayaan India terselenggara dengan baik dan mendapat

respon yang positif dari masyarakat sekitar. Tidak dapat dipungkiri bahwa

masyarakat Indonesia memang sudah tidak asing dengan kebudayaan India.

Sehingga, pelaksanaan berbagai kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan lancar

karena masyarakat Indonesia menerima dengan baik diaspora India.

Populasi orang India di Indonesia mencapai 500.000 orang. Jumlah ini

termasuk keturunan India dan asli India yang menetap di Indonesia. Di Surabaya,

total populasi India adalah sekitar 500-600 orang. Jumlah diaspora India terbesar

yang tinggal di Sumatera Utara, tepatnya di Medan. Banyak orang India juga

tinggal di Jawa dan Bali. Sisanya, sekitar 15%, tersebar di bagian lain Indonesia.167

Sebagai negara dengan budaya tingkat tinggi, komunitas India di mana pun mereka

berada tidak pernah lupa untuk melestarikan budaya mereka. Banyak diaspora India

terus mengenakan pakaian sari tradisional di berbagai pertemuan. Dekorasi tempat

ibadah dan tempat do’a sederhana ditemukan di setiap tempat tinggal komunitas

166 Jayanti Andina, Peran Diaspora India dalam Mendukung Diplomasi Kebudayaan India

di Indonesia. Jurnal Global & Strategis. No. 2. Hlm. 208. Dapat diakses melalui:

http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jgs0ac0e981612full.pdf 167 Nicky Elfitasmi, Bollywood Movie In Indonesia On Perspective Of India’s Diplomacy.

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2019.

103

India di Indonesia. Aksen India-Inggris yang sangat kental juga umum. Diaspora

India di Indonesia mengakomodasi keberadaannya dengan membentuk Asosiasi

India.168

Perkembangan media yang begitu pesat dan dekat dengan kehidupan manusia

menjadikan segala hal yang berkaitan dengan budaya dapat diakses dan dinikmati

dengan mudah. Media menjadi sarana memasarkan (mengiklankan) produk budaya

dan ideologi suatu negara, yang cukup efektif bagi “pemasaran” suatu budaya atau

ideologi tertentu. Media juga adalah merupakan sarana penyebaran makna-makna

yang diharapkan bagi dan kepada para konsumen media tersebut. Dalam penelitian

ini, pengaruh industri perfilman Bollywood terhadap hubungan sosial budaya antara

India dengan Indonesia dapat dilihat melalui masyarakat yang selalu antusias

dengan kehadiran sinema – sinema Bollywood, sehingga pemerintah India melihat

sebuah peluang untuk membuat hubungan diplomatiknya dengan Indonesia

menjadi lebih erat yang akhirnya menghadirkan sejumlah kegiatan – kegiatan

kebudayaan.

168 Nicky Elfitasmi, Bollywood Movie In Indonesia On Perspective Of India’s Diplomacy.

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2019.

104

BAB V

KESIMPULAN

Sejak 1998, India telah menyatakan niat mereka untuk menggunakan potensi

Bollywood sebagai elemen dari pengaplikasian soft power untuk memproyeksikan

kepentingan ekonomi, geostrategis, dan budaya yang semakin meningkat dari

negara terbesar di kawasan Asia. Film-film Bollywood telah mengalami pergeseran

dalam berbagai variasi genre, dan berbagai film sekarang dibuat mengenai subjek-

subjek yang sebelumnya merupakan medan yang belum dijelajahi. Pembuat film

baru sedang bereksperimen dengan ide-ide baru dan akibatnya menanamkan

kehidupan baru di bioskop India. Alur serta tatanan yang mewah, lokal, dan

spektakuler, telah menjadi unsur penting dalam film-film Bollywood agar dapat

menarik minat dari penonton.169

Pemanfaatan optimal dari film dan televisi akan membutuhkan perubahan

sektoral yang mendasar termasuk koreksi strategis dan struktural, adopsi teknologi

baru, peningkatan koneksi konsumen dan efektivitas organisasi dari diplomasi

budaya. Faktanya, peminat hiburan India menikmati berbagai nyanyian dan tarian

yang ditampilkan, selama industri perfilman tersebut menyediakan. Di Indonesia,

apa pun produk Bollywood yang dikeluarkan, masyarakat tetap antusias karena

mereka telah menaruh kepercayaan kepada Bollywood. Sedangkan bagi pemerintah

169 D.D. Nabi., Ahmad, D. A., & KHlmid, D. Z. Bollywood : The Indian Celluloid saga. In

K. Valicha, The Moving Image : Study of Indian Cinema. Asian Academic Research Journal of Social Sciences & Humanities. 2014. Hlm. 260

105

Indonesia, murahnya harga untuk impor film – film Bollywood cukup menjadi

solusi agar pertelevisian Indonesia tidak membosankan, dapat membawa film – film

internasional ke dalam negeri merupakan sebuah prestise agar tidak tertinggal

zaman, ditambah masyarakat Indonesia menikmati film – film Bollywood.

India merupakan salah satu anggota dari negara BRICS (Brazil, Russia, India,

China, Afrika Selatan (South Africa), yang merupakan negara – negara dengan

perkembangan ekonomi yang cukup maju sehingga berpeluang untuk menjadi

negara maju. Dengan perkembangan tersebut, India cukup berambisi untuk

memperlihatkan kekuatannya, terutama pada benua Asia. India memerlukan strategi

yang tepat untuk memperlihatkan bahwa India mampu menjadi negara maju, dan

tahap pertama yang perlu dilakukan adalah memastikan negara lain mengakui

eksistensi India dan mengetahui India memiliki citra yang baik, tidak seperti negara

adidaya.

Telah dijelaskan bahwa Kementerian Luar Negeri India sepakat untuk

menjadikan budaya sebagai alat diplomasi untuk kepentingan yang ingin dicapai,

salah satunya untuk mendapat atensi dan citra baik dari negara lain, tak terkecuali

di Indonesia. India menjadikan industri perfilmannya yakni Bollywood sebagai alat

untuk memperkenalkan negara serta kebudayaannya di Indonesia. Pesan moral yang

disampaikan oleh film – film Bollywood sangat mudah diterima, karena mayoritas

filmnya memiliki genre kekeluargaan serta menerapkan norma – norma sosial dan

keagamaan yang sesuai dengan negara Indonesia. Peran dari aktor dan aktris

106

Bollywood juga sangat penting karena tidak dipungkiri juga masyarakat pasti akan

menilai visual terlebih dahulu.

Intensitas peminat Bollywood cukup tinggi di Indonesia pada periode 2012 –

2016 (puncaknya pada 2014 dan 2015), ditandai dengan maraknya series (drama)

India di pertelevisian Indonesia, populernya lagu – lagu India, dan juga pakaian –

pakaian India yang dijual di berbagai pasar di Indonesia. Hal ini merupakan sebuah

pencapaian karena upaya India mengoptimalkan budaya sebagai alat diplomasi pun

berhasil diterima oleh masyarakat Indonesia, yang menandakan masyarakat telah

menerima India dan juga menaruh kepercayaan kepada India. Hal ini tentu saja

merupakan peluang besar bagi India untuk tetap memiliki citra baik di mata

Indonesia agar mendapat pengakuan dari Indonesia dan juga dapat melakukan

berbagai kerjasama, yang dalam penelitian ini di bidang sosial dan budaya.

Bollywood telah menghasilkan banyak film yang menggambarkan citra India

dengan baik karena pesan moral dan norma yang ditampilkan oleh India melalui

Bolywood dapat diterima dengan mudah oleh negara lain. Hal in untuk

membuktikan bahwa India, sebagai calon kekuatan global progresif mampu

memainkan peran penting baik di tingkat regional maupun internasional. Industri

budaya juga selalu menawarkan dukungan tanpa syarat untuk inisiatif kebijakan

luar negeri inti negara-bangsa dan bekerja sama dengan pembuat kebijakan dalam

upaya membangun citra dalam rangka mempromosikan kepentingan budaya,

ekonomi, dan militer di negara mereka.

xiii

Daftar Pustaka

Buku:

Bose, Derek. 2006. Brand Bollywood: A New Global Entertainment Order. New

Delhi:Sage Publications India Pvt Ltd.

Caso, Federica & Caitlin Hamilton. 2015. Popular Culture and World Politic:

Theories, Methods, and Pedagogies. Bristol: E-International Relations

Publishing.

Criteau, David., dan Hoynes, William. 2014. Media/Society: Industries, Images,

and Audiences. Los Angeles, CA: Sage. Hlm. 250

Constantinou, Costas & Paul Sharp. 2016. The SAGE Handbook of Diplomacy.

Los Angeles: SAGE Publications Ltd.

Creswell, John W.. 1994. Research Design: Qualitative and Quantitative

Approaches, California: Sage Publications.

Djelantik, Sukawarsini. 2008. Diplomasi: Antara Teori dan Praktik,Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Gregory, Bruce. 2008. Public Diplomacy: Sunrise of an Academic Field. The

Annals of The American Academy of Political and Social Science: SAGE

Publication.

Hall, Ian. 2012. India’s New Public Diplomacy Soft Power and the Limits of

Government Action. Asian Survey Journal Vol.52 No.6. University of

California.

Hennida, Citra. 2009. Diplomasi Publik dalam Politik Luar Neger Vol 22 No.1.

Surabaya: Universitas Airlangga.

Hofstede, G & M. Minkov. 2010. Cultures and Organizations. Software of the

Mind.Intercultural Cooperation and Its Importance for Survival. New

York: McGraw Hill

Kaufman, J. 2013. Introduction to International Relations: Theory and Practice.

3rd ed. Boston: Allyn and Bacon.

Melissen, Jan . 2005. The New Public Diplomacy: Inovation in Diplomatic

xiv

Practices. New York: Palgrave Macmillan. Hlm. 172

Mohsin, Aiyub . 2010. Diplomasi: Teori dan Praktik Serta Kasus-Kasus.

Nazir, Moh. 2001. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nye, Joseph. 2005. Soft Power: The Means to Success in World Politics. New York:

Public Affairs.

R. Fitzpatrick, Kathy. 2011. U.S. Public Diplomacy in a Post-9/11 World: From

Messaging to Mutuality. Los Angeles, CA: Figueroa Press.

Sabari Yunus, Hadi. 2010. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer.

Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Tirumala, Lakhsmi N. 2009. Bollywood Movies and Identity Construction Amongst

Second Generation Indian Americans. Texas Tech University, College of

Mass Communication.

Tuch, Hans. 2005. (New York: St Martin’s Press, 1990), dalam Melissen, Jan.

2005.The New Public Diplomacy: Soft Power in International Relations.

New York: Palgrave Macmillan: St. Martin’s Press.

Wahidmurni. 2017. Pemaparan Metode Kualitatif. Malang: UIN Maulana Malik

Ibrahim.

Warsito, Tulus & Wahyuni Kartikasari. 2007. Diplomasi Kebudayaan, Konsep dan

Relevansi Bagi Negara Berkembang. Studi Kasus: Indonesia. Yogyakarta:

Penerbit Ombak.

Yusuf, A. M. 2014. Kuantitatif, Kualitatif, & Penelitian Gabungan. Jakarta:

Kencana

Website:

Alkaff, Syed Jaafar., dkk., Weave of Friendship. Sun Media Lte Ptd. Dapat diakses

melalui:

www.sunmediaonline.com/magazine/indiaindonesia/indiaindonesia13.pdf

Business Standars, India to celebrate cine centenary in Jakarta.

https://www.business

xv

standard.com/article/pti-stories/india-to-celebrate-cine-centenary-in-

jakarta-113092100527_1.html, diakses pada 5 April 2020

Hindustan Times, Indian Cinema's 100 Years Celebrated in Indonesia.

https://www.hindustantimes.com/Bollywood/indian-cinema-s-100-years-

celebrated-in-indonesia/story-glKdVBueOuNYrJidHkmF6L.html, diakses

pada 5 April 2020

Ian, Hall. Indian’s Cinema 100 Years Celebrated in Indonesia,

http://www.hindustantimes.com/Bollywood/indian-cinema-s-100-years-

celebrated-in-indonesia/story-glKdVBueOuNYrJidHkmF6L.html, diakses

pada 30 September 2019

Incredible India Campaign. 2002. http://www.incredibleindiacampaign.org/

diakses pada tanggal 28 Desember 2019

Krismantari, Ika. 2015. Indonesia to Join First International Day of Yoga

Celebration. Jakarta Post

https://www.thejakartapost.com/news/2015/06/18/indonesia-join-first-int-

l-day-yoga-celebration.html, diakses pada 22 April 2020

Makhija, Ravi. Promoting Indian Education in Indonesia. Diakses melalui web site:

https://www.indoindians.com/ravi-makhija-promoting-indian-education-

in-indonesia/

Nanda, Madava. Kedutaan Besar India Gelar ”Incredible India Education Fair”

https://www.provoke-online.com/index.php/lifestyle/event-agenda/5373-

kedutaanbesar-india-gelar-incredible-india-education-fair, diakses pada 25

April 2020

R.A. Kaliwarang, Renne., Santi Dewi, “Dubes Inia Gurjit Singh Bicara

“Diplomasi Bollywood”, 2013. http://dunia.news.viva.co.id/news/read-

445938-dubes-india-gurjit-singh-bicara-diplomasi-Bollywood

R. H., Priyambodo., Indian Embassy releases Comic Book on India Indonesia

Relations.https://en.antaranews.com/news/99282/indian-embassy

releases-comic-book-on-india-indonesia-relations,

Razukas, Christian. In Jakarta, Indian film festival aims at Bollywood and beyond.

xvi

https://www.thejakartapost.com/news/2013/09/23/in-jakarta-indian-film-

festival-aims-Bollywood-and-beyond.html

Ritambhara. 2013. On Indian Public Diplomacy.

https://www.e-ir.info/2013/04/30/on-indianpublic-diplomacy/

Jurnal dan Artikel:

A. K. Tiwari. 1983. Role Of Freedom Of Electric Media in Indian Democracy.

Aman, Mohd Tahseen. 2015. Cultural Relations Between India and Indonesia.

Vol.01 No.01. New Delhi: Jamia Millia Islamia University

Andina, Jayanti. 2010. Peran Diaspora India dalam Mendukung Diplomasi

Kebudayaan di Indonesia. Universitas Airlangga.

Andreasen, Uffe. 2008. Reflections on Public Diplomacy after the Danish Cartoon

Crisis: from Crisis Management to Normal Public Diplomacy Work. The

Hague Journal of Diplomacy 3.

Banker, Ashok. 2002. Bollywood: The Pocket Essential (Pocket Essentials

(Trafalgar). Trafalgar Square Publishing. ISBN: 1903047455.

Bose, Derek. 2006. Brand Bollywood: A New Global Entertainment Order. New

Delhi: Sage Publications Pvt. Ltd. 2006. 13: 978-0-7619-3534-6 (PB).

Bose, Mihir . 2007. Bollywood: A History. New Delhi: Tempus Publishing Limited.

Channa, Amit . 2016. Depiction Of Humanitarian Approach and Social

Relationship In Gulzars Films. Assam University.

Elfitasmi, Nicky. 2019. Bollywood Movie In Indonesia On Perspective Of India’s

Diplomacy. Yoyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Ganti, Tejaswini .2004. BOLLYWOOD: A Guide Book To Popular Hindi Cinema

(Routledge Filmguide Books). Psychology Press. ISBN 0415288541,

9780415288545.

Gilboa, Eytan . 2008. Searching for a Theory of Public Diplomacy. The Annals of

The American Academy of Political and Social Sciences. Vol. 616.

Guru, Mahesh Chandra., dkk., 2015. History Of Indian Cinema. University of

xvii

Mysore. International Journal of Business and Administration Research

Review, Vol. 2, Issue.11 E- ISSN -2347-856X.

Hall, Ian. 2012. India’s New Public Diplomacy: Soft Power and the Limits of

Government Action. Asian Survey. Volume 52 No.6.

Hanes, Nicolai., Adriana Andrei. 2015. Culture as Soft Power in International

Relations. International Conference Knowledge-Based Organization VOL

XXI No. 1

Heng, Stéphanie M. 2016. Diplomacy and Image-Building: India Rides on its Soft

Power. ORF Issue Brief. Issue No.163. New Delhi: Observer Research

Foundation.

Hwajung, Kim. 2017. Bridging The Theoretical Gap Between Public Diplomacy

and Cultural Diplomacy. The Korean Journal of International Studies

Vol.15, No.2

Indriana Putri, Melissa . 2011. Tayangan India Dalam Industri Televisi Indonesia

(Studi Kasus tentang Komodifikasi pada Trend Program India Periode

2014-2015).

Kishan Thussu, Daya. 2013. Communicating India’s Soft Power: Buddha to

Bollywood. Palgrave Macmillan US. eBook ISBN: 978-1-137-02789-4.

Kugiel, Patryk. 2012. India's Soft Power in South Asia. International Studies.

351-376.10.1177/0020881714534033.

Kumar, Keval. (2014). The 'Bollywoodization' of Popular Indian Visual Culture:

A Critical Perspective. Triple C. 12. 277-285. 10.31269/vol12

Mark, Simon. 2009. A Greater Role for Cultural Diplomacy. Netherlands Institute

of International Relations Clingendael. ISSN 1569-2981

Mark, Simon. 2010. Rethinking Cultural Diplomacy: The Cultural Diplomacy of

New Zealand, the Canadian Federation and Quebec. Political Science

Mishra, Rahul. 2011. Mosaics of Cultures:Investigating the Role ofCultural

Linkages in India Indonesia Relations. IDSA ISSUE BRIEF.

xviii

Mohammed., Socio-Cultural Between India and Indonesia. Department of Islamic

Studies, Jamia Millia Islamia University. ISBN 978-602-8273-53-4.

Nabi, D.D., Ahmad, D. A., & Khalid, D. Z., 2014 Bollywood : The Indian Celluloid

Saga. dalam N. Hunter, The Arts: Cinema. Asian Academic Research

Journal of Social Sciences & Humanities.

Nye, Joseph. 2004. Power in The Global Information Age: From Realism to

Globalization. London: Routledge.

Peters, Jessica Julia McGill. 2015. American Cinema as Cultural Diplomacy:

Seeking International Understanding One Film at a Time. University of

California Los Angeles. https://escholarship.org/uc/item/11c6g3mk

Pratap, Bhanu. 2015. India's Cultural Diplomacy: Present Dynamics, Challenges,

and Future Prospects Volume 1 No.9. International Journal of Arts,

Humanities, and Management Studies. ISSN No. 2395-0692

Putri, Melissa Indri. 2015. Tayangan India Dalam Industri Televisi Indonesia (Studi

Kasus Tentang Komodifikasi pada Trend Program India Periode 2014-

2015).

Ramachandran, Sudha. 2015. India's soft power potential. The Diplomat.

http://thediplomat.com/2015/05/indias-soft-power-potential.

Rasul, Azmat dan Mudassir Mukhtar. Bollywoodization Of Foreign Policy: How

Film Discourse Portrays Tension Between States. Journal of Media

Critiques.

Ratnadewi, Amelinda Ari. 2017. Diplomasi Kebudayaan India Dalam Mempererat

Hubungan Bilateral Melalui Serial Televisi Bollywood di Indonesia Tahun

2014 - 2015. Universitas Parahyangan.

Roberts, Walter R. 2006. The Evolution of Diplomacy. Mediterranean Quarterly:

Duke University Press. Volume 1 No.03.

Rosyidin, Muhammad. 2014. Soft Diplomacy SBY dalam Konflik Indonesia-

Malaysia:Studi Kebijakan SBY terhadap Pelanggaran Kedaulatan oleh

Malaysia di Perairan Bintan Tahun 2010. Jurnal Kajian Wilayah, Vol. 5,

No. 1.

xix

Ryan, Stephen B. 2015. Cultural Diplomacy in International Relations :

Understanding Hidden Bias In Cultural Knowledge, Yamagata University,

Vol. 8

Shekhar, Vibhanshu. 2007. India-Indonesian Relations: An Overview. Institut of

Peace and Conflict Studies Journal No. 38.

Susanti, Dwi. 2018. Ekspansi Bollywood Melalui Tayangan Pada Televisi

Indonesia. Univesitas Muhammadiyah Magelang: Lentera, Vol. II No. 1.

Susanto. 2010. Language as a Means of Promoting Fraternity between Indonesia

and India: A Study of Language as a Semiotic System, Jurnal Perjuangan

Kita, Vol. 2

Wang, Jay. 2006. Public Diplomacy and Global Business.The Journal of Business

Strategy Vol. 3.

Warsito, Tulus., dan Wahyuni Kartikasari. 2007. Diplomasi Kebudayaan. Konsep

dan Relevansi Bagi Negara Berkembang: Studi Kasus

Indonesia.Yogyakarta: Ombak.

Widuhung, Selvy. 2008. Industri Perfilman Bollywood: Evolusi Hiburan di Tengah

Kemiskman. Jumal Komunikasi, ISSN 1907-848X Volume 3, Nomor 1

Thussu, Daya. 2011. Rising Soft Powers: INDIA. Los Angeles: University of South

California Center on Public Diplomacy

Report:

Blarel, Nicolas. 2012. India’s Soft Power: From Potential to Reality: India: The

Next Superpower?. London School of Economics IDEAS Special Report,

dapat diakses melalui:

http://eprints.lse.ac.uk/43445/1/India_India%27s%20soft%20power%28ls

ero%29.pdf

Indian Film Industry Report. 2016. Indywood, The Indian Film Industry.

https://www2.deloitte.com/content/dam/Deloitte/in/Documents/technology

-media-telecommunications/in-tmt-indywood-film-festival-noexp.pdf

xx

Laporan resmi:

Indian Embassy Jakarta, dapat diakses melalui

https://www.indianembassyjakarta.gov.in/images/Movie%20Screening%2

0Catalog.pdf

Kedutaan Besar India, https://www.indianembassyjakarta.gov.in/jnicc

Ministry of Culture Government of India. Dapat diakses melalui:

https://www.indiaculture.nic.in/launch-%E2%80%9Csahabat-

india%E2%80%9D-festival-india-indonesia-2015

Ministry of External Affairs: Government of India, Treaty of Peace and Friendship,

http://mea.gov.in/bilateral-documents.htm?dtl/7767/Cultural+Agreement

https://indianculturalforum.in/about-us/

Ministry of External Affairs: Government of India, Treaty of Peace and Friendship,

http://mea.gov.in/bilateral-

documents.htm?dtl/6699/Treaty+of+Peace+and+Friendship

Ministry of Information And Broadcasting, Notification G.S.R. 381(E),

https://www.cbfcindia.gov.in/main/CBFC_English/Attachments/cine_rule

1983.pdf

Press Release Launch of “Sahabat India”: Festival of India in Indonesia 2015, dapat

diakses melalui:

http://www.mea.gov.in/Portal/CountryNews/3441_Launch_of_Sahabat_In

dia-Festival_of_India_in_Indonesia_2015.pdf

xxi

LAMPIRAN

Lampran II.1 Peningkatan Pendapatan India

Lampiran II.2 Brosur Film Alam Ara

xxii

Lampiran III.1 Indian Film Festival

Lampiran III.2

Gurjit Singh bersama aktor dan aktris Indonesia

xxiii

Gambar III.3.

Incredible India Education Fair

Press Release Launc of “Sahabat India”: Festival of India in Indonesia 2015

xxiv

xxv

xxvi