CT SCAN, STROKE, DAN SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT
Transcript of CT SCAN, STROKE, DAN SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT
PERANAN CT SCAN SEBAGAI GOLD STANDAR TERHADAP
STROKE DAN KAITANNYA DENGAN SISTEM INFORMASI
RUMAH SAKIT
Disusun Oleh
Denny Priyanto
41100054
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus
atas berkat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
paper yang berjudul “Peranan CT-Scan Sebagai Gold Standar Terhadap Stroke
dan Kaitannya dengan Sistem Informasi Rumah Sakit”. Tujuan dari penulisan
paper ini adalah sebagai pengganti ujian Blok II dan untuk
membekali penulis dengan kemampuan mengungkapkan ide dan gagasan
dalam bentuk paper ilmiah, serta memberikan informasi kepada
pembaca terkait ide dan gagasan yang diungkapkan oleh penulis
dalam paper ilmiah ini. Di dalam hal ini inspirasi dan motivasi
pemilihan judul tersebut adalah teknologi kedokteran yang makin
berkembang, penegakan diagnosis penyebab stroke yang sulit, dan
sistem informasi rumah sakit yang akan mempermudahkan pelayanan
di rumah sakit.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
Drs. Wimmie Handiwidjojo, MIT selaku dosen pengampu Blok II
“Teknologi Informasi dan Terminologi Kedokteran” dan seluruh
pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan paper ini
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
ii
dari semua pihak untuk kesempurnaan paper ini. Namun, penulis
merasakan manfaat lewat proses penulisan paper ini dapat lebih
mendewasakan profesionalitas kognitif dan skill. Penulis berharap
agar paper ini bermanfaat bagi Fakultas Kedokteran UKDW dan
pembaca.
Yogyakarta, 1
Oktober 2014
Penulis,
Denny Priyanto
iii
DAFTAR ISI
JUDUL ……………………………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………... ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………….
iii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………………… 1
B. Perumusan Masalah …………………………………………………………….. 2
C. Tujuan ……………………………………………………………….………….. 3
ISI
A. Stroke …………………………………………………………………………… 4
B. CT-Scan………………………………………………………………………… 5
C. Peranan CT-Scan sebagai Gold Standard Stroke……………………………….
6
D. Peranan SIRS dalam Pelaporan Hasil CT-Scan Pasien
Stroke……………….... 8
PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………………………… 10
B. Saran ……………………………………………………………………………. 10
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………. 11
iv
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Stroke adalah penyakit pembuluh darah otak yang mengacu pada
setiap gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat
pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui suplai arteri
otak, atau dapat juga terjadi akibat pecahnya pembuluh darah
arteri di otak. Stroke merupakan penyebab kematian tersering
ketiga pada orang dewasa di Amerika Serikat. Angka kematian
setiap tahun akibat stroke baru atau rekuren adalah lebih dari
200.000. Insiden stroke secara nasional diperkirakan adalah
750.000 per tahun, dengan 200.000 merupakan stroke rekuren
(Price, S.A. dan Wilson, L.M., 2006).
Di Indonesia sendiri menurut Departemen Kesehatan R.I.
(2009), prevalensi stroke di Indonesia mencapai angka 8,3 per
1.000 penduduk. Data menunjukkan bahwa stroke menempati urutan
pertama sebagai penyebab kematian utama semua umur di
Indonesia. Oleh karena tingginya prevalensi stroke, dibutuhkan
penanganan yang tepat dan segera terhadap stroke.
Namun, pemberian penanganan yang tepat dan cepat harus
sesuai dengan penyebab dari stroke itu sendiri. Penyebab
stroke bisa dibedakan menjadi stroke yang terjadi karena
pembuluh darah otak yang tersumbat atau karena pembuluh darah
otak yang pecah, yang keduanya bisa menyebabkan terganggunya
suplai darah ke otak sehingga pasokan nutrisi dan oksigen
1
terganggu yang dapat menyebabkan kelumpuhan neurologik secara
mendadak. Penanganan yang tidak sesuai dengan penyebab
terjadinya stroke akan menyebabkan kerusakan neurologik yang
parah (Price, S.A. dan Wilson, L.M., 2006).
Dengan perkembangan teknologi di dunia kedokteran, pencarian
penyebab terjadinya Stroke dapat diketahui dengan cepat dan
tepat, yaitu dengan gambaran radiologik dari CT-Scan. CT-Scan
adalah tes diagnostik yang menggunakan sinar-X guna mendeteksi
perdarahan intrakranial, lesi yang memenuhi rongga otak, edema
serebral dan adanya perubahan struktur otak. Terhadap stroke,
CT-Scan merupakan gold standard yang akan dapat membedakan apakah
terjadi penyumbatan pembuluh darah otak atau terjadi pecahnya
pembuluh darah otak. Penyumbatan pembuluh darah otak akan
tampak sebagai gambaran yang hipodens, sedangkan pecahnya
pembuluh darah otak akan tampak sebagai gambaran hiperdens
(Brant, W.E. dan Helms, C.A., 2007)
Perkembangan CT-Scan akan lebih bermanfaat dengan bantuan
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS). SIRS adalah suatu sistem
teknologi informasi komunikasi yang memproses dan
mengintegrasikan seluruh alur proses pelayanan Rumah Sakit
dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur
administrasi untuk memperoleh informasi secara tepat dan
akurat, dan merupakan bagian dari Sistem Informasi Kesehatan
(Permenkes, 2013). Dengan adanya SIRS, maka diharapkan hasil
CT-Scan akan dapat dengan mudah diakses oleh dokter dan tenaga-
2
tenaga kesehatan lain sebagai langkah untuk pengobatan
terhadap pasien stroke.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, masalah-masalah yang
dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana peranan CT-Scan sebagai prosedur diagnosis dalam
menegakan stroke sehingga disebut sebagai gold standard?
2. Bagaimana peranan SIRS terhadap pelaporan informasi yang
dihasilkan oleh CT-Scan sebagai sistem yang mempermudah
pengobatan pasien stroke?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan paper ilmiah ini adalah:
1. Untuk memberikan penjelasan bagaimana CT-Scan menjadi gold
standard sebagai prosedur diagnosik stroke.
2. Untuk memberikan penjelasan bagaimana SIRS berperan terhadap
pelaporan informasi yang dihasilkan CT-Scan sebagai sistem
yang mempermudah pengobatan pasien stroke.
3
ISI
A. Stroke
Stroke adalah penyakit pembuluh darah otak yang mengacu pada
setiap gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat
pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui suplai arteri
otak, atau dapat juga terjadi akibat pecahnya pembuluh darah
arteri di otak. Sistem klasifikasi membagi stroke menjadi tiga
kategori berdasarkan penyebab, yaitu trombotik, embolik, dan
hemoragik. Kategori ini sering didiagnosa berdasarkan riwayat
perkembangan dan evolusi gejala. Perbedaan antara trombus dan
embolus sebagai suatu stroke iskemik masih belum tegas sehingga
keduanya digolongkan ke dalam kelompok yang sama, yaitu stroke
iskemik. Dengan demikian, dua kategori yang menyebabkan stroke
adalah iskemia-infark dan perdarahan intrakranium (Price, S.A.
dan Wilson, L.M., 2006).
Sekitar 80% sampai 85% stroke adalah stroke iskemik, yang
terjadi akibat obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri
besar pada sirkulasi serebrum. Obstruksi dapat disebabkan oleh
bekuan (trombus) yang terbentuk di dalam suatu pembuluh otak
atau pembuluh organ distal. Pada trombus vaskular distal,
bekuan dapat terlepas, atau mungkin terbentuk di dalam suatu
organ seperti jantung, dan kemudian dibawa melalui sistem
arteri ke otak sebagai suatu embolus. (Smith et al., 2001)
4
Sumbatan aliran di arteria karotis interna sering merupakan
penyebab stroke pada orang berusia lanjut, yang mengalami
pembentukan plak aterosklerotik di pembuluh darah sehingga
terjadi penyempitan atau stenosis. Pangkal arteria karotis
interna (tempat arteria karotis komunis bercabang menjadi
arteria karotis interna dan eksterna) merupakan tempat
tersering terbentuknya aterosklerosis. Apabila stenosis
mencapai suatu tingkat kritis tertentu, maka meningkatnya
turbulensi di sekitar penyumbatan akan menyebabkan
meningkatnya turbulensi di sekitar penyumbatan akan
menyebabkan penurunan tajam kecepatan aliran. Penyebab lain
stroke iskemik adalah vasospasme, yang sering merupakan respon
vaskular reaktif terhadap perdarahan ke dalam ruang
subaraknoid dan pia mater meningen (Price, S.A. dan Wilson,
L.M., 2006).
Stroke hemoragik, yang merupakan sekitar 15% sampai 20% dari
semua stroke, dapat terjadi apabila lesi vaskular
intraserebrum mengalami robekan sehingga terjadi perdarahan ke
dalam subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan otak.
Perdarahan dapat dengan cepat menimbulkan gejala neurologik
karena tekanan pada struktur-struktur saraf di dalam
tengkorak. Iskemia adalah konsekuensi sekunder dari perdarahan
baik yang spontan maupun traumatik. Mekanisme terjadinya
iskemia tersebut ada dua: tekanan pada pembuluh darah akibat
ekstravasasi darah ke dalam tengkorak yang volumenya tetap dan
vasospasme reaktif pembuluh-pembuluh darah yang terpajan ke
5
darah bebas di dalam ruang antara laporan araknoid dan pia
mater meningen (Price, S.A. dan Wilson, L.M., 2006)
B. CT-Scan
CT-Scan atau Computed Tomography-Scan adalah tes diagnostik
yang menggunakan sinar-X guna mendeteksi perdarahan intra
kranial, lesi yang memenuhi rongga otak, edema serebral dan
adanya perubahan struktur otak. Citra CT-Scan dapat menampilkan
informasi tampang lintang obyek yang diinspeksi. Oleh karena
itu, CT-Scan memiliki beberapa kelebihan dibanding X-ray
konvensional. Citra yang diperoleh CT-Scan beresolusi lebih
tinggi, sinar rontgen dalam CT-Scan dapat difokuskan pada satu
organ atau objek saja, dan citra yang diperoleh CT-Scan
menunjukkan posisi suatu objek relatif terhadap objek-objek di
sekitarnya (Brant, W.E. dan Helms, C.A., 2007).
Tujuan utama pada CT adalah untuk menghasilkan gambaran
secara serial dengan menggunakan metode tomography di mana
tiap-tiap gambaran berasal dari potongan-potongan pokok
tomography, serta untuk mendapatkan gambaran yang tajam dan
bebas super posisi dari kedua struktur di atas dan di bawahnya
(Brant, W.E. dan Helms, C.A., 2007).
CT-Scanner itu sendiri terdiri dari tiga bagian yaitu sistem
pemroses citra, sistem komputer dan sistem kontrol. Sistem
pemroses citra merupakan bagian yang secara langsung
berhadapan dengan obyek yang diamati. Bagian ini terdiri atas
6
sumber sinar-X, sistem kontrol, detektor dan akuisisi data
(Nuruljiad, Andi, 2011).
Sinar-X merupakan radiasi yang merambat lurus, tidak
dipengaruhi oleh medan listrik dan medan magnet dan dapat
mengakibatkan zat fluorescence dapat berpendar. Untuk mengetahui
seberapa banyak sinar-X dipancarkan ke tubuh pasien, maka
dalam peralatan ini juga dilengkapi sistem kontrol yang
mendapat input dari komputer. Bagian keluaran dari sistem
pemroses citra, adalah sekumpulan detektor yang dilengkapi
sistem akuisisi data (Nuruljiad, Andi, 2011).
Detektor adalah alat untuk mengubah besaran fisik dalam hal
ini radiasi menjadi besaran listrik. Detektor radiasi yang
sering digunakan adalah detektor ionisasi gas. Jika tabung
pada detektor ini ditembus oleh radiasi maka akan terjadi
ionisasi. Hal ini akan menimbulkan arus listrik. Semakin besar
interaksi radiasi, maka arus listrik yang timbul juga semakin
besar. Detektor lain yang sering digunakan adalah detektor
kristal zat padat. Fungsi detektor adalah untuk
mengidentifikasi intensitas sinar-X setelah melewati obyek
(Brant, W.E. dan Helms, C.A., 2007).
Dengan membandingkan intensitas pada sumbernya, maka
atenuasi yang diakibatkan oleh propagasi pada obyek dapat
ditentukan. Dengan menggunakan sistem akuisisi data maka data-
data dari detektor dapat dimasukkan dalam komputer. Sistem
akuisisi data terdiri atas sistem pengondisi sinyal dan
7
interfacae (antarmuka) analog ke komputer (Nuruljiad, Andi,
2011).
Prinsip utama kerja CT-Scanner berawal dari tabung sinar-X
sebagai sumber radiasi yang berkas sinarnya dibatasi oleh
collimator, sinar x tersebut menembus tubuh dan diarahkan ke
detektor. Intensitas sinar-X yang diterima oleh detektor akan
berubah sesuai dengan kepadatan tubuh sebagai objek, dan
detektor akan mengubah berkas sinar-X yang diterima menjadi
arus listrik, dan kemudian diubah oleh integrator menjadi
tegangan listrik analog (Brant, W.E. dan Helms, C.A., 2007).
Tabung sinar-X tersebut diputar dan sinarnya di proyeksikan
dalam berbagai posisi, besar tegangan listrik yang diterima
diubah menjadi besaran digital oleh Analog to Digital Converter (A/D
C) yang kemudian dicatat oleh komputer. Selanjutnya diolah
dengan menggunakan Image Processor dan akhirnya dibentuk gambar
yang ditampilkan ke layar monitor TV. Gambar yang dihasilkan
dapat dibuat ke dalam film dengan Multi Imager atau Laser Imager
(Ramadhani, Putri, 2006)
Berkas radiasi yang melalui suatu materi akan mengalami
pengurangan intensitas secara eksponensial terhadap tebal
bahan yang dilaluinya. Pengurangan intensitas yang terjadi
disebabkan oleh proses interaksi radiasi-radiasi dalam bentuk
hamburan dan serapan yang probabilitas terjadinya ditentukan
oleh jenis bahan dan energi radiasi yang dipancarkan
(Ramadhani, Putri, 2006)
8
Untuk menghasilkan citra obyek, berkas radiasi yang
dihasilkan sumber dilewatkan melalui suatu bidang obyek dari
berbagai sudut, yaitu sectional axial, coronal dan sagital. Radiasi
terusan ini dideteksi oleh detektor untuk kemudian dicatat dan
dikumpulkan sebagai data masukan yang kemudian diolah
menggunakan komputer untuk menghasilkan citra dengan suatu
metode yang disebut sebagai rekonstruksi (Ramadhani, Putri,
2006).
Gambar 1. Prinsip kerja CT-Scanner (Short, N.M.,-)
C. Peranan CT-Scan sebagai Gold Standard Stroke
Penanganan terhadap stroke sangat tergantung dari penyebab
terjadinya stroke apakah karena sumbatan pembuluh darah otak
atau perdarahan akibat robek atau pecahnya pembuluh darah
otak. Kesalahan penanganan yang diberikan akan menyebabkan
dampak neurologis yang parah.
Sebagai contoh, pasien dengan stroke perdarahan akut akibat
pecahnya pembuluh darah otak, di mana mengalami penekanan pada
struktur-struktur saraf di dalam otak akibat rembesan darah
9
tidak dapat diberikan aspirin dan trombolitik. Aspirin dan
trombolitik merupakan terapi yang terbukti efektif dalam
memulihkan fungsi otak dan memperkecil kerusakan neuron
setelah stroke iskemik. Namun pemberian aspirin dan trombolitik
pada pasien dengan stroke perdarahan akut akan memperparah
keadaan karena sifat dari aspirin yang akan menghambat
agregasi trombosit dan sifat dari tombolitik yang akan
melarutkan thrombus yang sudah terbentuk (Dewoto, H.R., 2007)
Kedua obat ini akan membuat darah sulit membeku dan bersifat
mengencerkan darah, yang mana keadaan ini akan memperparah
rembesan darah di otak sehingga semakin banyak penekanan yang
terjadi pada struktur-struktur saraf di dalam otak. Sehingga
kerusakan neurologis yang bertambah parah terjadi. Oleh karena
itu, dibutuhkan tes diagnostik yang dapat memberikan informasi
terkait penyebab terjadinya stroke (Dewoto, H.R., 2007)
Seiring dengan kemajuan teknologi dan pencitraan di dunia
kedokteran lahirlah CT-Scan, yang merupakan prosedur diagnostik
yang dapat memberikan gambaran terhadap penyebab terjadinya
stroke. Karena fungsi ini, CT-Scan menjadi gold standard dalam
menegakan penyebab terjadinya stroke guna melakukan penanganan
yang tepat pada pasien.
Saat ini di Amerika Serikat, noncontrast Computed Tomograpy
atau sering disebut CT merupakan diagnostic imaging primer yang
digunakan untuk mengevaluasi pasien yang dicurigai stroke.
CT-Scan akan memberikan gambaran hipodens pada stroke yang
disebabkan karena sumbatan pembuluh darah otak sesuai daerah
10
vaskularisasinya. Sedankan bekuan darah yang terbentuk akibat
pecahnya pembuluh darah otak akan terlihat sebagai area
hiperdens.
Terbentuk gambaran hipodens pada keadaan pembuluh darah otak
yang tersumbat terjadi karena adanya iskemia atau infrak
jaringan otak yang menyebabkan penurunan densitas. Sehingga
ketika diberikan sinar-X, sinar tersebut akan menembus bagian
otak yang mengalami iskemia atau infark dan pada bagian otak
yang normal sinar-X akan mengalami pengurangan intensitas.
Sinar-X yang melalui jaringan otak yang mengalami iskemia atau
infark akan tampak lebih hitam dari jaringan otak yang normal,
hal ini disebut sebagai gambaran hipodens.
Sedangkan pada stroke yang diakibatkan pecahnya pembuluh
darah otak, akan terbentuk bekuan darah akibat adanya rembesan
darah di otak. Bekuan darah memiliki densitas yang tinggi,
sehingga sinar-X tidak menembus bekuan darah atau menembus
tapi dengan intensitas yang kecil. Bagian yang tidak dilalui
oleh sinar-X, akan tampak sebagai gambaran putih atau
hiperdens karena tidak adanya sinar-X yang diubah oleh
detektor menjadi listrik untuk ditampilkan di komputer.
11
Gambar 1. Gambaran hipodens
batang otak dan otak kecil
(Kraniotis, P., et al., 2010)
Gambar 2. Gambaran
hiperdens pada lobus
temporal kanan akibat
perdarahan intraventrikular
(Nakano, S., et al.,2001)
D. Peranan SIRS dalam Pelaporan Hasil CT-Scan Pasien Stroke
Saat ini, hasil CT-Scan adalah berupa berkas yang akan
diberikan kepada pasien. Berkas ini, akan digunakan oleh
pasien untuk mendapatkan terapi dari dokter, terapi pasca
stroke dari unit fisioterapi, dan lain sebagainya. Hal tersebut
tidak praktis karena pasien/keluarga pasien perlu membawa
hasilnya untuk konsultasi dengan dokter ataupun ketika ingin
dilakukan terapi guna mendapatkan terapi pasca stroke.
12
Namun, dengan kemajuan teknologi informasi, perkembangan
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS), sistem pelaporan
diharapkan menjadi lebih cepat dan tepat. SIRS adalah suatu
sistem teknologi informasi komunikasi yang memproses dan
mengintegrasikan seluruh alur proses pelayanan Rumah Sakit
dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur
administrasi untuk memperoleh informasi secara tepat dan
akurat, dan merupakan bagian dari Sistem Informasi Kesehatan
(Permenkes, 2013).
Menurut Permenkes RI No. 83 tahun 2013 tentang Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit setiap rumah sakit wajib
menjalankan SIRS, melaksanakan pengelolaan, dan pengembangan
SIRS. Pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan SIMRS yang
adalah harus mampu meningkatkan dan mendukung proses pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit yang meliputi:
1. kecepatan, akurasi, integrasi, peningkatan pelayanan,
peningkatan efisiensi, kemudahan pelaporan dalam pelaksanaan
operasional.
2. kecepatan mengambil keputusan, akurasi dan kecepatan
identifikasi masalah dan kemudahan dalam penyusunan strategi
dalam pelaksanaan manajerial.
3. budaya kerja, transparansi, koordinasi antar unit, pemahaman
sistem dan pengurangan biaya administrasi dalam pelaksanaan
organisasi.
Oleh karena itu, dengan adanya SIRS maka unit radiologi
tidak perlu meminta pasien atau keluarga pasien untuk membawa-
13
bawa berkas hasil CT-Scan, karena hasil CT-Scan sudah terkode di
dalam komputer yang ada di rumah sakit. Sehingga ketika dokter
atau bagian unit lain memerlukan hasil CT-Scan pasien, pihak
yang bersangkutan hanya perlu memasukan kode yang telah
disepakati untuk dapat mengakses hasil CT-Scan pasien guna
proses terapi pasien.
14
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stroke merupakan penyakit pembuluh darah otak yang memerlukan
penanganan yang cepat dan akurat. Penangan terhadap stroke
bergantung pada penyebab terjadinya stroke. Penyebab terjadinya
stroke dapat dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu stroke
akibat iskemia-infark dan stroke akibat adanya pecahnya
pembuluh darah otak. Dengan adanya CT-Scan, penyebab terjadinya
stroke dapat diketahui dengan melihat gambaran yang terbentuk
akibat perbedaan densitas sinar-X yang ditangkap oleh detektor
yang kemudian akan ditampilkan ke komputer dalam bentuk
hiperdens atau hipodens. CT-Scan akan menampilkan gambaran
hipodens atau hitam jika stroke diakibatkan karena adanya
iskemia atau infark jaringan otak. Sedangkan pada keadaan
pecahnya pembuluh darah otak, CT-Scan akan menampilkan gambaran
hiperdens atau putih. Karena fungsi inilah, CT-Scan disebut
sebagai gold standard dalam menegakan penyebab terjadinya stroke.
Saat ini, hasil CT-Scan akan diberikan kepada pasien atau
keluarga pasien dalam bentuk berkas sehingga membuat sistem
pelaporan menjadi tidak praktis. Namun dengan adanya SIRS,
maka diharapkan pelaporan dari unit radiologi ke unit lain
akan mempercepat proses diagnosis stroke, sehingga terapi dapat
segera diberikan kepada pasien. Dengan begitu angka kematian
akibat stroke dapat berkurang.
15
B. Saran
Masih terdapat kekurangan pada paper ini, oleh karena itu
penulis berharap kepada pembaca untuk dapat memberikan saran
yang membangun, serta berharap kepada penulis-penulis lain
untuk dapat memberikan tulisan-tulisan lain yang lebih baik
lagi demi kemajuan ilmu pengetahuan terutama di bidang
kedokteran. Apabila ada kesalahan, penulis meminta maaf
sebesar-besarnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Brant, W.E. dan Helms, C.A. (2007) Fundamental of Diagnostic
Radiology. USA: Lippicott Williams & Wilkins
Dewoto, H.R. (2007) Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta:
Departemen Farmakologi dan Terapuetik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Kraniotis, P., et al. (2010) CT diagnosis of hypertensive
brainstem encephalopathy (HBE): A diagnostic challenge in
the emergency department. [Internet]
http://radiology.casereports.net/index.php/rcr/article/view/
385/744. [Diakses pada 30 September 2014]
Nakano, S., et al. (2001) Parenchymal Hyperdensity on Computed
Tomography After Intra-Arterial Reperfusion Therapy for
Acute Middle Cerebral Artery Occlusion. [Internet]
http:// stroke .ahajournals.org/content/32/9/2042.figures-only
[Diakses pada 30 September 2014]
Nuruljiad, Andi. (2011) CT Scan. [Internet]
unhas.ac.id/tahir/bahan-kuliah/bio-medical/tugas/
biomedik-Jan2011/A.%20Nuruljihad%2006032/CT%20Scan%20Paper
%2006032.doc [Diakses pada 30 September 2014]
Permenkes. (2013) Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit.
[Internet] http://www.hukor .
depkes.go.id/up_prod_permenkes/PMK%20No.%2082%20ttg%20Sistem
17
%20Informasi%20Manajemen%20RS.pdf [Diakses pada 1 Oktober
2014]
Price, S.A. dan Wilson, L.M. (2006) Patofisiolog Edisi 6 Volume
2. Jakarta: EGC
Ramadhani, Putri. (2006) Elektronika Kedokteran. [Internet]
http://unhas.ac.id/tahir/BAHAN-KULIAH/BIO-MEDICAL/TUGAS/TUGA
S-2006/D41103020-CT%20Scan/PUTRI%20
RAMADHANI%20D41103020.pdf [Diakses pada 30 september 2014]
Short, N.M. (-) Medical Applications of Remote Sensing.
[Internet] http://fas.org/irp/imint
/docs/rst/Intro/Part2_26b.html [Diakses pada 30 September
2014]
18