CLINICAL SCIENCE SESSION (CSS) BREATHING AND VENTILATORY MANAGEMENT
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of CLINICAL SCIENCE SESSION (CSS) BREATHING AND VENTILATORY MANAGEMENT
CLINICAL SCIENCE SESSION (CSS)
BREATHING AND VENTILATORY MANAGEMENT
Oleh:
Keshia Amalia Mivina Mudia (1301-1213-0617)
Thiban Raj A/L Manoraj (1301-1212-3545)
Preceptor:
M Andi Prihartono, dr., SpAn, M.Kes
BAGIAN ANESTESIOLOGI DAN REANIMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
BREATHING AND VENTILATORY MANAGEMENT
Jalan napas adalah saluran tempat dilewatinya udara
dan oksigen sebelum mencapai paru-paru. Jalan napas meliputi
hidung, faring, laring, trakea, hingga paru-paru. Struktur
jalan napas sangat penting pada manusia. Apabila terjadi
sumbatan atau obstruksi jalan napas dapat menyebabkan tubuh
kekurangan oksigen. Keadaan ini disebut hipoksemia. Apabila
tubuh kekurangan oksigen harus segera ditangani dengan cepat
oleh karena dapat mengakibatkan kematian. Dibawah ini
merupakan gambar yang menunjukkan anatomi dari jalan napas.
OBSTRUKSI JALAN NAPAS
Obstruksi jalan napas merupakan keadaan tersumbatnya saluran
pernapasan yang dapat bersifat sebagian maupun seluruhnya.
Sumbatan jalan napas dapat disebabkan oleh:
- Penurunan kesadaran
Penurunan kesadaran dapat disebabkan oleh tindakan
anestesi, kondisi koma, trauma kepala, radang otak,
dan obat-obatan).
- Suatu penyakit
Penyakit yang dapat mengakibatkan obstruksi jalan
napas diantaranya adalah laringitis dan edema laring.
- Trauma atau kecelakaan
Seperti trauma maksilofasial atau pada jalan napas.
- Benda asing
Dapat disebabkan oleh darah, muntahan, atau makanan.
Penyebab tersering terjadinya obstruksi jalan napas adalah
lidah yang jatuh menutupi faring. Pada kondisi tidak sadar,
otot-otot pada tubuh seseorang akan relaksasi termasuk otot-
otot pada lidah. Hal ini akan mengakibatkan lidah jatuh
menutupi faring sehingga jalan napas akan tertutup.
Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami sumbatan
jalan napas atau tidak, dapat dikenali dengan beberapa cara,
yaitu:
1. Lihat (look)
Yang pertama dilihat adalah ada atau tidaknya
perubahan status mental seseorang. Keadaan hipoksemia
akan mengakibatkan agitasi, sementara hiperkarbia akan
mengakibatkan obtundasi. Selain itu, perlu dilihat
bagaimana pergerakan napas seseorang. Pada seseorang
dengan sumbatan jalan napas akan terlihat pola
respirasi ‘seesaw’ seperti pada gambar dibawah ini.
Ada atau tidaknya retraksi otot-otot pernapasan,
debris (darah, muntahan, dan lainnya) perlu
diperhatikan. Pasien dengan sumbatan jalan napas
sering menimbulkan gejala sianosis.
2. Dengar (listen)
Apabila suara pasien terdengar normal pada saat
berbicara mununjukkan bahwa tidak ada sumbatan pada
jalan napas pasien. Pasien dengan sumbatan jalan napas
sering kali menimbulkan terdengarnya suara tambahan
seperti snoring, gurgling, stridor atau crowing.
3. Raba (feel)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana
hawa napas pasien, ada atau tidaknya krepitasi yang
mungkin timbul akibat adanya fraktur maksilofasial,
apakah trakea mengalami deviasi atau tidak, dan ada
atau tidaknya hematoma.
Selain dengan ketiga cara diatas, terdapat beberapa
pemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan untuk menilai ada
atau tidaknya sumbatan jalan napas, seperti:
- Pulse oximeter
- CO2 detector (capnograf)
- Gas darah
- Foto toraks
Penatalaksanaan yang tepat untuk menangani pasien
dengan sumbatan jalan napas adalah dengan melakukan
pembebasan jalan napas. Pembebasan jalan napas merupakan
tindakan awal dari resusitasi. Hal ini sangat penting karena
jika terdapat sumbatan pada jalan napas, oksigen tidak dapat
masuk ke paru-paru, sehingga jantung dan sistem sirkulasi
tidak dapat mendistribusikan oksigen ke oragan-organ vital
tubuh.
Pembebasan jalan napas dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu:
1. Manuver tanpa alat, meliputi:
- Triple airway maneuver
- Back blows
2. Manuver dengan alat, meliputi:
- Sungkup muka dengan ambu bag atau dihubungkan dengan
oksigen