Bukun Daniel Goleman

33
Daniel Goleman Hal 6 Kecerdasan emosi, bukan keahlian teknis atau pemahaman teori, yang paling berperan dalam peraihan prestasi. Hal 7 Pencarian ini telah mengantar saya kembali ke penelitian yang pernah saya ikuti semasa kuliah di Harvard Univercity. Penelitian ini merupakan bagian dari tantangan untuk menggoyang mistik IQ--- pandangan keliru, tetapi dianut oleh begitu banyak orang bahwa, keberhasilan ditentukan oleh intelektualitas belaka Peran IQ dalam keberhasilan di dunia kerja hanya menempati posisi kedua sesudah kecerdasan emosi dalam menentukan peraihan prestasi puncak dalam pekerjaan. Hal 8 Pusat-pusat otak purba untuk emosi merupakan pelabuhan bagi keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengelola diri sendiri secara efektif dan untuk kecakapan sosial. Bagian emosi pada bagian otak ini, menurut neurosains, belajar dengan cara berbeda dari bagian otak berpikir.

Transcript of Bukun Daniel Goleman

Daniel Goleman

Hal 6

Kecerdasan emosi, bukan keahlian teknis atau pemahaman teori,

yang paling berperan dalam peraihan prestasi.

Hal 7

Pencarian ini telah mengantar saya kembali ke penelitian yang

pernah saya ikuti semasa kuliah di Harvard Univercity. Penelitian

ini merupakan bagian dari tantangan untuk menggoyang mistik IQ---

pandangan keliru, tetapi dianut oleh begitu banyak orang bahwa,

keberhasilan ditentukan oleh intelektualitas belaka

Peran IQ dalam keberhasilan di dunia kerja hanya menempati posisi

kedua sesudah kecerdasan emosi dalam menentukan peraihan prestasi

puncak dalam pekerjaan.

Hal 8

Pusat-pusat otak purba untuk emosi merupakan pelabuhan bagi

keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengelola diri

sendiri secara efektif dan untuk kecakapan sosial.

Bagian emosi pada bagian otak ini, menurut neurosains, belajar

dengan cara berbeda dari bagian otak berpikir.

Hal 9

Konsep yang keliru,

Pertama, kecerdasan emosi tidak hanya berarti “bersikap ramah,”

melainkan, misalnya sikap tegas yang barangkali memang tidak

menyenagkan, tetapi mengungkapkan kebenaran yang selama

dihindari.

Kedua, kecerdasan emosi bukan berarti memberikan kebebasan kepada

perasaan untuk berkuasa “memnjakan perasaan” melainkan mengelola

perasaan sedemikian sehingga terekspresikan secara tepat dan

efektif yang memungkinkan orang bekerja sama dengan lancer menuju

sasaran bersama.

Hal 10

Sebagian pria sama empatiknya dengan kebanyakan wanita yangh

sangat peka dalam pergaulan, sedangkan sebagian wanita mempunyai

kemampuan yang sama dalam menahan stress dengan kebanyakan pria

tangguh secara emosi. Memang secara rata-tata, bila kita melihat

peringkat keseluruhan untuk pria dan wanita, kekuatan dan

kelemahan saling menghilangkan, sehingga dalam kaitan dengan

kecerdasan emosi keseluruhan, perbedaan berdasarkan jenis kelamin

tidak ada.

Akhirnya, tingkat kecerdasan emosi kita tidak terikat dengan

faktor genetis, tidak juga hanya dapat berkemban selama masa

kanak-kanak.

Hal 11

Sesungguhnya studi-studi yang telah menelusuri tingkat kecerdasan

emosi orang selama bertahun-tahun menunjkkan bahwa seseorang

makin lama makin baik dalam kemampuan ini sejalan dengan makin

terampilnya mereka dalam menangani emosi dan impulsnya sendiri,

dalam memotivasi diri, dan dalam mengasah empati dan kecakapab

sosial. Ada istilah lama untuk perkembangan kecerdasan emosi ini:

kedewasaan.

Hal 12

Sebuah survey selama tahun 1997 terhadap praktik benchmaking di

perusahaan-perusahaan besar, yang dilakukan oleh American Society

For Training and Development, menemukan bahwa empat di wntara

lima perusaahaan kini mencoba menerapkan kecerdasan emosi kepada

karyawannya, kebanyakan melalui pelatihan dan pengembangan,

evalusai kinerja, dan psoses seleksi.

Hal 17

Kualitas internal seperti ketangguhan dan inisiatif, optimism,

dan adaptabilitas menjadi dasar penilaian baru.

hal 24

Dengan naik daunnya poa pikir freud, muncul lagi barisan para

pakar yang berpendapat bahwa selain IQ, kepribadian juga unsure

penting untuk keberhasilan.

Hal 25

McClelland tahun 1973, “Testing for Competence Rather tha

Intelligence” mengemukakan bahwa kemampuan akademik bawaan, nilai

rapor, dan predikat kelulusan pendidikan tinggi tidak memprediksi

seberapa tinggi sukses yang dicapainya dalam hidup.

Sebaliknya ia, mengatakan bahwa kecakapan khusus seperti empati,,

disiplin diri, dan inisiatif mampu membedakan orang-orang sukses

dari mereka yang hanya cukup baik untuk mempertahankan pekerjaan

mereka.

Kecakapan dalam makna ini adalah bakat pribadi atau sekumpulan

kebiasaan yang menjadikan seseorang lebih efektif atau superior

dalam kinerja atau dengan kata lain, kemampuan yang menambah

nilai ekonomi nyata pada usaha sseorang dalam pekerjaanya.

Dalam semua pengkajian, ditemukan inti kemampuan pribadi dan

sosial yang sama yang terbukti menjadi kunci utama keberhasilan

seseorang: kecerdasan emosi.

Hal 28

McClelland ada sebuah cara kreatif untuk mengukur kemampuan

membaca emosi. Dalam uji ini, selama beberapa saat, orang

diminta menonton cuplikan rekaman video yang menayangkan orang

sedang bercakap-cakap dalam suatu situasi emosional, misalnya

pertengkaran menjelang cerai atau perdebatan seputar pekerjaan.

Hal 30

IQ saja paling sedikit tidak mampu menerangkan 75 persen dari

keberhasilan-keberhasilan dalam pekerjaan, IQ tidak menentukan

apakah seseorang akan berhasil atau gagal.

Anehnya, IQ paling lemah dalam memprediksi keberhasilan antara

kumpulan orang yang cukup cerdas untuk menangani bidang-bidang

paling menuntut kemampuan kognitif, sementara peran keceradasn

emosi untuk keberhasilan makin besar seiring makin tingginya

rintangan inteligensia untuk memasuki suatu bidang.

Hal 31

Lyle Spencer Jr mengemukakan bahwa ilmu-ilmu itu hanya kemampuan

ambang kecakapan, anda memerlukannya untuk masuk ke suatu bidang

tetapi tidak menjadikan anda seorang bintang. Kecerdasan emosila

yang lebih berperan untuk menghasilkan kinerja cemerlang.

Hal 33

Keahlian adalah perpaduan antara akal sehat dan pengetahuan serta

keterampilan khusus yang kita peroleh dalam perjalanan karier.

Keahlian berasal dari dalam secara otomatis sejalan dengan

bertambahnya pengetahuan dan trik-trik praktis.

Robert Sternberg meneliti tentang kemampuan praktis yang khusus

mempelajari hubungan antara kecerdasan dan keberhasilan yang

mengemukakan bahwa kecerdasan praktis mempunyai peran yang

sekurangnya sama besar dengan IQ dalam pencapaian keberhasilan.

Keahlian adalah kompetensi dasar untuk mendapatkan pekerjaan dan

melaksanakannya dengan baik, tetapi bagaimana melaksanakan

pekerjaan itu.

Sampai batas tertentu, pengalaman dan keahlian, misalnhya IQ,

sungguh berperan bila kita berbicara tentang resep menjadi orang

berprestasi luar biasa.

Hal 35

Keterampilan kecerdasan emosi bekerja secara sinergi dengan

keterampilan kogntif, orang-orang berprestasi tinggi memiliki

keduanya. Makin kompleks pekerjaan, makin penting kecerdasan

emosi--- apalagi bila karena kekurangan dalam kemampuan ini orang

bisa terganggu dalam menggunakan keahlian teknik atau keenceran

otak yang muungkin dimilikinya.

Hl 36

Peneliti??

Ada lagi yang teramati oleh peneliti itu, setiap kali

kemarahannya memuncak, kemampuannya menangani masalah-masalah

kognitif yang rumit--- kemampuannya berpikir--- merosot tajam.

Pendek kata, emosi yang lepas kendali dapat membuat orang

pandai menjadi bodoh. Tanpa kecerdasan emosi, orang tidak akan

bisa menggunakan kemampuan-kemampuan kognitif mereka sesuai

denagan potensi maksimim.

Doug Lennick, seorang executive vice president di American Express

Financial Services mengatakan bahwa yang diperlukan untuk sukses

dimulai dengan keteampilan intelektual tetapi juga memerlukan

kecakapan emosi untuk memanfaatkan potensi bakat secara penuh.

Penyebab kita tidak mencapai potensi maksimim adalah

ketidaktermpilan emosi.

Hal 37

Garis pembagi utama kecakapan-kecakapan yang kita miliki terletak

antara pikiran dan hati, atau, secara lebih teknis, antara

kognisi dan emosi. Sebagian kecakapan bersifat murni kognitif,

misalnya penalaran analitis atau keahlian teknis. Sedangkan

kecakapan lain merupakan perpaduan antara pikiran dan perasaan,

inilah yang saya sebut “kecakapan emosi.”

Semua kecakapan emosi sampai batas tertentu melibatkan

keterampilan seputar perasaan, kebersamaan dengan unsur-unsur

kognitif apapun yang sedang tampil.

Hal 38

Kerusakan pada simpul-simpul penghubung yang sangat penting ini

berakibat tidak kompetennya seseorang secara emosi, walaipun

kemampuan intelaktual murninya mngkin tidak terpengaruh. Dengan

kata lain, orang seperti ini akan masih mendapatkan nilai tinggi

dalam tes IQ dan pengukuran-pengukuran kemampuan kognitif lain.

Hal 39

Kecakapan emosi adalah kecakapan hasil belajar yang didasarkam

pada kecerdasan emosi dan karena itu meghasilkan kinerja menonjol

dalam pekerjaan.

Kecerdasan emosi menentukan potensi kita untuk mempelajari

keterampilan-keterampilan praktis yang didasarkan pada lima

unsurnya: kesadaran diri, motivasi, pengaturan diri, empati, dan

kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain

Hal 40

Kemampuan keceerdasan emosi:

Mandiri, masing-masing menyumbang secara unik kepada performa

kerja.

Saling tergantun, masing-masing sampai batas tertentu memerlukan

hal-hal tertentu pada yang lain, dengan interaksi yang banyak dan

intensif.

Hierarkis, kemampuan kecerdasan emosi membentuk bangun yang

bertingkat. Sebagai contoh, kesadaran diri penting sekali untuk

pengaturan diri dan empati, pengaturan diri dan kesadaran diri

ikut membangun motivasi, keeempat kecakapan yang pertama ini

membentuk keterampilan sosial.

Perlu, tapi tidak cukup, dengan memiliki kemampuan kecedasan

emosi sebagai dasar belum menjamin orang akan mengembangkan atau

memperlihatkan kecakapan-kecakapan terkait, misalnya dalam hal

kerja sama atau kepemimpinan.

Generik, walaupun daftar umum ini sampai batas tertentu berlaku

bagi semua pekerjaan, berbeda memerlukan kecakapan-kecakapan yang

berbeda pula.

Hal 42

TABEL 1

hubungan antara kelima dimensi kecerdasan emosi dan dua puluh

lima kecakapan emosi

KERANGKA KERJA KECAKAPAN EMOSI

………..

Kecakapan Pribadi

Kecakapan ini menentukan bagaimana kita mengelola diri sendiri

Kesadaran Diri

Mengetahui kondisi diri sendiri, kesukaan, sumberdaya, dan intuisi

Kesadaran emosi, mengenali emosi diri sendiri dan efeknya

Penilaian diri secara teliti, mengetahui kekuatan dan batas-batas

diri sendiri

Percaya diri, keyakinan tentang harga diri dan kemampuan sendiri

Pengaturan Diri

Mengelola kondisi, inpuls, dan sumber daya diri sendiri

Kendali diri, mengelola emosi-emosi dan desakan-desakan hati yang

merusak

Sifat dapat dipercaya, memelihara norma kejujuran dan integritas

Kewaspadaan, bertanggungjawab atas kinerja pribadi

Adaptibbilitas, keluwesan dalam menghadapi perubahan

Inovasi, mudah menerima dan terbuka terhadap gagasan, pendekatan,

dan informasi-informasi baru

Motivasi

Kecenderungan emosi yang mengantar atau mamudahkan peraihan sasaran

Dorongan prestasi, dorongan untuk menjadi lebih baik atau memnuhi

standar keberhasilan

Komitmen, menyesuaikan diri dengan kelompok etau perusahaan

Inisiatif, kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan

Optimisme, kegigihan dalam memeperjuangkan sasaran kendati ada

halangan dan kegagalan

Kecakapan Sosial

Kecakapan ini menentukan bagaimana kita menangani suatu hubungan

Empati

Kesadaran terhadap perasaan, kebutuhan, dan kepentingan orang lain

Memahami orang lain, mengindra perasaan dan perspektif orang lain

dan menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan mereka

Orientasi pelayanan, mengantisipasi, mengenali, dan berusaha

memenuhi kebutuhan pelanggan

Mengembangkan orang lain, merasakan kebutuhan perkembangan orang

lain dan berusaha menumbuhkan kemampuan mereka.

Mengatasi keragaman, menumbuhkan peluang melalui pergaulan dengan

bermacam-macam orang

Kesadaran politis, mampu membaca arus-arus emosi sebuah kelompok

dan hubungannya dengan kekuasaan

Keterampilan Sosial

Kepintaran dalam menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain

Pengaruh, memiliki taktik-taktik untuk melakukan persuasi

Komunikasi, mengirimkan pesan yang jelas dan meyakinkan

Kepemimpinan, membangkitkan inspirasi dan memandu kelompok dan

orang lain

Katalisator perubahan, memulai dan mengelola perubahan

Manajemen konflik, negosiasi dan pemecahan silang pendapat

Pengikat jaringan, menumbuhkan hubungansewbagi alat

Kolaborasi dan kooperasi, kerja sama dengan orang lain demi

tujuan bersama

Kemampuan tim, menciptakan sinergi kelompok dalam memperjuangkan

tujuan bersama

Hal 44

Kecakapan-kecakapan yang mutlak perlu untuk keberhasilan dapat

berubah sejalan dengan naiknya tingkat jabatan,

Hal 46

Dalam dunia kerja yang baru, dengan penekanan pada keluwesan,

kerja kelompok, dan orientasi pada pelanggan, perangkat kecakapan

emosi yang sangat penting ini menjadi makin esensial demi

keberhasilan dalam pekerjaan apa pun dan di mana pun di dunia.

Hal 47

Bukti Nyata Keterampilan Lunak

Di Lucent Technologies, bagian-bagian yang memelihara sediaan

bahan baku untuk manufacturing memerlukan lebih dari hanya

keahlian teknis, mereka memerlukan keterampilan mendengarkan dan

memahami, keluwesan, dan kerja sama tim. Mereka juga memerlukan

kemampuan untuk membangkitkan semangat orang lain, komitmen, dan

kepercayaan diri terhadap kemampuan para anggota satu tim.

Di Univercity of Nebraska Medical Center, keahlian teknis dan

keterampilan analitis tak ternilai harganya, tetapi kecakapan

emosi seperti keterampilan antarpribadi, inovasi, kepemimpinan

efektif, kemitraan yang membangun, dan jaringan kerja pun

demikian.

Di Amoco, sebuah perusahaan petrokomia raksasa, untuk memiliki

kinerja superior dalam bidang rekayasa atay pengelolaan

teknologi informasi, keahlian dan kemampuan berpikirnanalitis

juga termasuk dalam daftar persyaratan. Namun, begitu pula

kepercayaan diri, keluwesan, semangat juang, orientasi pelayanan,

kerja kelompok dan kerja sama, menghadirkan pengaruh, dan

mengembangkan orang lain.

Hal 48

Waktu saya menerapkan metode ini kepada ke -181 model kecakapan

yang saya teliti, saya menemukan bahwa 67 persen, sekitar du

pertiga, kemampuan yang dipersyaratkan untuk kinerja efektif

adalah kecakapan emosi. Dibandingkan IQ dan keahlian, kecakapan

emosi berperan dua kali lebih besar. Ini berlaku untuk semua

kategori pekerjaan, dan dalam semua bentuk perusahaan.

Hal 49

Syarat Batas Kepemimpinan

Kecakapan emosi, secara khusus sangat penting untuk kepemimpinan,

suatu peran yang pada intinya adalah mengajak orang lain

menjalankan tugas lebih efektif. Ketidakmampuan pemimpin menjalin

hubungan antarpribadi bisa membuat kinerja setiap orang rendah,

membuang-buang waktu, menyulut ketegangan, mengikis motivasi

serta komitmen, membangun rasa permusuhan dan apatisme.

Kekuatan atau kelemahan seorang pemimpin dalam kecakapan

emosi dapat diukur dari diperolehnya atau larinya tenaga-tenaga

potensial dari perusahaan yang dikelolanya.

Hal 50

Menangani pusaran emosi yang bergolak menuntut keterampilan

pemecahan masalah, mampu membangkitkan kepercayaan dan menjalin

hubungan dengan cepat, mendengarkan dengan cermat, dan membujuk

serta menawarkan suatu saran.

Robert Worden, ………. Kemampuan menjalin relasi, mengemukakakn

pendapat dan didengarkan, membuat diri sendiri nyaman adalah

kemampuan yang sangat penting untuk menjadikan anda mononjol.

Hal 61

Kecakapan-kecakapan emosi yang paling sering mengantar orang ke

tingkat keberhasilan ini adalah:

Inisiatif, semangat juang dan kemampuan menyesuaikan diri

Pengaruh, kemampuan memimpin tim, dan kesadaran politis

Empati, percaya diri, dan kemampuan mengembangkan orang lain

Hal 63

Dua pembawaan yang paling lazim dijumpai pada mereka yang gagal

adalah:

Bersikap kaku, mereka tidak mampu menyesuaikan diri terhadap

perubahan-perubahan dalam budaya perusahaan, atau mereka tidak

mampu menerima atau menanggapi dengan baik umpan balik tentang

sikap mereka yang perlu diubah atau diperbaiki. Mereka tidak

mampu mendengarkan atau belajar dari kesalahan.

Hubungan yang buruk, faktor satu-satunya yang paling sering

disebut: terlalu mudah melancarkan kritik pedas, tidak peka,

atatu terlalu menuntut, sehingga mereka cenderung dikucilkan oleh

rekan-rekan kerja.

Hal 64

……

Hal 66

Kurangnya kecerdasan emosi di lingkungan sedemikian labil sama

artinya dengan memastikan kegagalan. Dan begitulah masa depan

yang dihadapi semua orang.

Kevin Murray mengemukakan yang harus menghadapi perubahan paling

besar adalah yang paling memerlukan kecerdasan emosi.

Hal 71

Ernest O. Lawrence peraih Nobel yang mendirikan Laboratorium di

Berkeley mengemukakan bahwa dalam dunia ilmiah, kecermelangan

tidak ditentukan oleh kecakapan teknis saja, tetapi juga oleh

karakter.

Hal 72

John Seely Brown direktur fasilitas litbang Silicon Valley milik

Xerox Corporation mengatakan dua kecakapan yang paling kami cari

adalah ketajaman intuisi dan semangat juang tinggi untuk membuat

trobosan.

Hal 78

Sumber Kata Hati

Kemampuan membaca arus-arus informasi subjektif macam ini

mempunyai akar primordial dalam evolusi. Bagian otak mengurusi

perasaan jauh lebih purba daripada lapisan tipis neokorteks,

pusat pikiran rasional yang membungkus bagian paling atas otak.

Firasat dimulai dibagian otak yang jauh lebih dalam. Firasat

adalah fungsi pusat-pusat emosi yang member sinyal kepada pangkal

otak di bagian atas urat saraf tulang belakang. Khususnya sebuah

struktur berbentuk kenari yang disebut amigdala dan jaringan-

jaringan saraf yang terhubung dengannya. Jaringan penghubung ini,

yang kadang-kadang disebut extended amygdale, memanjang sampai ke

pusat otak pelaksana di lobus prefrontal, tepat di belakang dahi.

Otak menyimpan aspek-aspek yang berbeda dari sebuah pengalaman di

bagian-bagian yang juga berbeda, ingtan disandikan di zona

tertentu, penglihatan, bunyi, dan bau di zona-zona lain dan

sebagainya. Amigdala adalah tempat disimpannya emosi akibat suatu

penglaman. Setiap pengalaman yang mendatangkan reaksi emosi,

berapa pun samarnya, tampaknya disanikan di amigdala.

Dengan disimpannya segala sesuatu yang kita rasakan tentang apa

pun pengalaman kita, amigdala terus-menerus member kita isyarat

dengan informasi-informasi ini.

Hal 79

Menurut usahawan sukses di Univercity of Southern California

yang mengatakan ini perasaan kinestik yang dapat dialami oleh

sebagian orang. Menurutnya hanya sedikit orang usia muda yang

memiliki intuisi kuat dibandingkan orang lebih tua, karena

penglaman hidup mereka memang belum banyak.

Istilah klasik untuk perasaan yang mendorong kita dengan kuat ini

adalah kebijaksanaan. Dan, seperti akan kita lihat, orang-orang

yang mengabaikan atau meremehkan pesan-pesan dari khazanah

kebijaksanaan hidup ini akan menanggung sendiri akibatnya.

Hal 81

Intuisi dan firasat berkaitan dengan kemampuan mengindra pesan-

pesan dari gudang penyimpanan memori emosi kita. Tempat

tersimpannya kebijaksanaan dan kearifan kita sendiri. Kemampuan

ini terdapat di pusat kesadaran diri, dan kesadaran diri

merupakan keterampilan dasar yang vital untuk ketiga kecakapan

emosi:

Kesadaran emosi: tahu tentang bagaimana pengaruh emosi terhadap

kinerja kita, dan kemampuan menggunakan nilai-nilai kita untuk

membantu pembuatan keputusan.

Penilaian diri secara akurat: perasaan yang tulus tentang

kekuatan-kekuatan dan batas-batas pribadi kita, visi yang jelas

tentang mana yang perlu diperbaiki, dan kemampuan belajar dari

pengalaman.

Percaya diri: keberanian yang datang dari kepastia tentang

kemampuan, nilai-nilai, dan tujuan kita.

Hal 86

Kesadaran emosi dimulai dengan penyelarasan diri terhadap aliran

perasaan yang trus ada dalam kita semua, kemudian mengenali

bagaimana emosi-emosi ini membentuk persepsi, pikiran, dan

perbuatan kita.

Dari kesadaran itu muncullah kesadaran lain: bahwa perasaan kita

berpengaruh terhadap mereka yang berhubungan dengan kita.

hal 87

Arus bawah aliran perasaan kita bergerak secara parallel dengan

aliran pikiran. Kita selalu merasakan suatu suasana hati,

walaupun biasanya kita tidak mencermati suasana hati samar-samar

yang pasang-surut selama menjalani rutinitas sehati-hari.

Hal 89

Perasaan member kita informasi yang penting. Jika ada kesenjangan

antara perbuatan dan nilai hasilnya adalah ketidaknyamanan dalam

bentuk rasa bersalah atau malu, keraguan mendalam atau

penyesalan, rasa muak atau benci, dan sebagainya. Ketidaknyamanan

itu bertindak sebagai hambatan emosi, rasa bergolak yang dapat

menghalangi atau menyabotase upaya-upaya kita.

Hal 90

Orang yang menuruti kata hati mereka tentang apa yang berharga

berarti meminimumkan kemandekan emosi mereka sendiri. Saying

sekali, terlalu banyak orang merasa bahwa mereka tidak dapat

mengungkapkan nilai-nilai mereka yang mendalam dalam pekerjaan,

bahwa yang seperti ini lazimnya tidak diizinkan.

Hal 95

Orang harus menghentikan pikiran bahwa perasaan adalah sampah

atau sesuatu yang tidak relevan, dan menyadarinya bahwa pada

hakikatnya perasaan adalah sumber informasi yang luar biasa kaya,

sarat dengan pola-pola reaksi yang sangat berbeda-beda dan penuh

nuansa, jelas Zuboff.

Perhatian adalah sumber daya kita yang paling berharga.

Perasaan adalah ungkapan jasmaniah atas suatu situasi, apa pun

yang ingin kita ketahui tentang situasi kita terungkap lewat

perasaan.

Hal 99

Jika anda menginginkan kinerja tertentu yang bisa memberikan

hasil betul-betul istimewa, anda harus bersedia memulai

perjalanan untuk menyelaraskan nilai-nilai dan aspirasi pribadi

anda dengan nilai-nilai dan aspirasi perusahaan.

Hal 108

Tidak adanya percaya diri dapat mewujud dalam bentuk rasa putus

asa, raa tidak berdaya, dan meningkatnya keraguan kepada diri

sendiri. Di pihak lain, percaya diri berlebihan dapat membuat

orang tampak sombong, terutama bila ia tidak mempunyai

keterampilan sosial.

Oleh karena itu, kurangnya kesadaran diri merupakan halangan

untuk memiliki percaya diri yang realistis.

Hal 109

Orang dengan percaya diri tangkas mengambil keputusan tanpa

tampak arogan atau defensive, dan mereka teguh mempertahankan

keputusannya.

Haln110

Yang erat kaitannya dengan rasa percaya diri adalah sesuatu yang

para psikolog di sebut “efektifitas diri” (self-efficacy), penilaian

positif tentang kemampuan kerja diri sendiri.

Efektifitas-diri tidak sama dengan keterampilan sesungguhnya

yang kita miliki, namun cenderung berupa keyakinan kita mengenai

apa yang dapat kita kerjakan dengan keterampilan yang kita

miliki. Keterampilan itu sendiri tidak cukup untuk menjamin

kinerja terbaik kita. Kita harus yakin akan keterampilan kita agar

dapat menggunakannya secara maksimum.

Hal 112

Dalam sebuah penelitian selama enam puluh tahun terhadap lebih

dari seribu orang ber-IQ tinggi, sejak kanak-kanak hingga usia

pensiun, mereka yang mempunyai percaya diri paling tinggi di masa

muda terbukti paling sukses ketika karier mereka menanjak.

Hal 116

Satu-satunya temuan paling menghebohkan dari studi-studi tentanh

otak pada orang-orang dalam kondisi strees, misalnya yang harus

berbicara di depan orang orang-orang penting adalah bahwa kerja

bagian otak emosi sangat berpengaruh terhadap kerja pusat

eksekusi otak, lobus prefrontal, yang terletak tepat di belakang

dahi.

Lobus prefrontal adalah tempat disimpannya “memori kerja,”

kemampuan memusatkan perhatian dan mengingat apapun informasi

yang mencolok. Memori kerja vital bagi penghayatan dan pemahaman,

untuk perencanaan dan pembuatan keputusan, untuk penalaran dan

pembelajaran.

Hal 117

Walaupun rangkaian otak untuk gawat darurat itu telah berevolusi

sejak jutaan tahun lampau, fungsinya masih terus kita alami

sampai hari ini dalam bentuk emosi-emosi yang terasa mengganggu,

seperti: cemas, gelisah, panic, frustrasi, dan mudah tersinggung,

marah, dan beringas.

Lobus prefrontal, pusat eksekusi, terhubung dengan amigdala

melalui sesuatu yang seperti jaringan jalan tol saraf. Hubungan-

hugungan saraf antara amigdala dan lobus prefrontal ini bertindak

sebagai pusat tanda bahaya otak, suatu perangkat yang sangat

berperan dalam upaya bertahan hidup selama jutaan tahun evolusi

manusia.

Amigdala adalah bank memori emosi otak, tempat penyimpanan semua

kenangan baik tentang kejayaan dan kegagalan, harapan dan

ketakutan, kejengkelan dan frustrasi. Amigdala menggunakan

memori-memori yang tersimpan ini dalam perannya sebagai semacam

sentinel, yang bertugas memantau semua masukan informasi, segala

sesuatu yang kita lihat dan dengar dari waktu ke waktu untuk

mengukur besar ancaman atau peluang melalui pencocokan apapun

yang terjadi sekarang dengan arsip-arsip pengalaman massa lampau

yang terhimpun dalam otak.

Reaksi otak di saat krisis masih mengikuti strategi purba

yang sama, menggiatnya perangkat sensor, berhentinya pikiran

kompleks, dan terpicunya reaksi otomatis seperti menghentakkan

kaki, dan sebagainya, walaupun ini dapat mendatangkan kerugian

yang dramatis dalam dunia kerja modern.

Hal 119

Ungkapan perasaan yang selalu terlontar bila kesulitan dan

tekanan mendorong kita sampai hamper ke batas kesabaran.

Ketika tekanan saling berumpuk di atas yang lain, dampaknya lebih

dari sekedar penjumlahan, rasanya setiap tekanan itu saling dikalikan

sehingga dampaknya bisa leboh cepat mendekati titik kritis kita,

akibatnya tiap beban tambahan, sekecil apa pun, seolah-olah tidak

tertahankan lagi.

Ketika amigdala mengaktifkan tombol panic otak, organ ini

memerintahkan pengeluaran sejumlah bahan kimia yang dimulai

dengan penglepasan hormone CRF dan diakhiri dengan membanjirnya

hormone-hormon stress, terutama kortisol.

Hormone-hormon yang kita produksi dalam keadaanstress cukup untuk

satu reaksi spontan: bertempur atau kabur, tetapi begitu

diproduksi, bahan ini terus tinggal dalam tubuh sampai berjam-

jam, padahal tiap kejadian mengesalkan berikutnya juga

menyebabkan diproduksinya hormon-hormon stress baru. Penumpukan

yang terjadi dapat membuat amigdala menjadi detonator yang sangat

peka, yang siap untuk membajak akal sehat kita, naik pitam atau

panik, akibat provokasi yang sangt remeh.

Hal 120

Salah satu dampak hormon stres tampak pada aliran darah. Waktu

denyut jantung tiba-tiba meningkat, darah yang mengalir deras

justru terhalang masuk ke pusat-pusat kognitif otak yang lebih

tinggi agar menuju ke pelaksanaan tugas yang dianggap jauh lebih

penting, yaitu mengatasi keadaan darurat.

Kadar gula darah yang tersedia sebagai bahan bakar juga

meningkat, sementara fungsi-fungsi tubuh yang kurang relevan

melambat, sedangkan makin cepatnya denyut jantung dimaksudkan

untuk mengntisipasi kebutuhan tubuh: bertempur atau kabur.

Dampak keseluruhan kortisol pada fungsi otak adalah mengaktifkan

strategi primitive untuk bertahan hidup: meningkatnya

kewaspadaan, menumpulnya otak, dan mengerjakan apa pun yang

paling dikuasai, bahkan meskipun itu hanya berteriak atau diam

membeku dalam kepanikan.

Kortisol mencuri sumber-sumber energi dari bagian memori kerja,

dari intelektualitas, dan mengalihkanyya ke perasaan. Ketika kada

kortisol sedang tinggi, orang lebih mudah berbuat salah, lebih

sulit berkonsentrasi, dan tidak mampu mengingat dengan baik,

bahkan sesuatu yang baru saja kit abaca. Pikiran-pikiran yabg

tidak berkaitan justru masuk dan pengolahan informasi menjadi

lebih sulit.

Jika stres berkelanjutan, akhir yang paling mungkin adalah

habisnya daya atau lbih buruk dari itu. Waktu tikus-tikus

laboratorium ditaruh dalam situasi menegangkan yang terus-

menerus, kortisol dan hormon-hormon lain yang berkaitan dengan

stres mencapai kadar yang bersifat racun, dalam arti sungguh-

sungguh meracuni dan membunuh neuron. Jika stres berkelanjutan

selama rentang waktu yang cukup panjang, pengaruhnya kepada otak

bisa dramatis: terkikis atau menyusutnya hipokampus, bagian

paling pokok yang mengelola memori.

Yang serupa dengan ini juga terjadi pada orang. Stres yang akut

tidak hanya dapat membuat kita “bodoh” selama beberapa saat,

stres yang berkelanjutan dapat berdampak buruk dalam jangka

panjang berupa menurunnya kecerdasan intelektual.

Hal 122

Kita juga memerlukan cara batiniah untuk menangani perasaan-

perasaan yang menjadi pemicu stres dalam diri kita.

Hal 127

Pengendalian emosi oleh diri sendiri tidak hanya berarti meredam

rasa tertekan atau menahan gejolak emosi, ini juga bisa berarti

dengan sengaja menghayati suatu emosi, termasuk yang tidak

menyenangkan.

Hal 128

Pandangan tentang kendali-diri emosi tidak berarti harus

menyangkal atau menekan perasaan yang sejati. Suasana hati yang

“buruk”, misalnya bukannya tidak mempunyai manfaat, marah, sedih,

dan takut dapat menjadi sumber kreativitas, energi, dan

persatuan. Marah dapat menjadi sumber motivasi yang sangt kuat,

khususnya bila berpangkal dari keharusan membela ketidakadilan.

Hal 130

Pengaturan diri, pengelolaan impuls dan perasaan yang menekan,

bergantung pada keselarasan kerja pusat emosi dan pusat eksekusi

otak di lobus prefrontal. Kedua keterampilan warisan zaman purba

ini, penanganan impuls dan kebiasaan menanggapi kekesalan,

termasuk dalam lima kecakapan emosi utama:

- Pengendalian diri, mengelola emosi dan impuls yang merusak

dengan efektif

- dapat dipercaya, menunjukkan dan integritas

- kehati-hatian, dapat diandalkan dan bertanggung jawab dalam

memenuhi kewajiban

- adaptibilitas, keluwesan dalam menangani perubahan dan

tantangan

- inovasi, bersikap terbuka terhadap gagasan, pendekatan baru,

dan informasi terkini