Daniel Goleman
Hal 6
Kecerdasan emosi, bukan keahlian teknis atau pemahaman teori,
yang paling berperan dalam peraihan prestasi.
Hal 7
Pencarian ini telah mengantar saya kembali ke penelitian yang
pernah saya ikuti semasa kuliah di Harvard Univercity. Penelitian
ini merupakan bagian dari tantangan untuk menggoyang mistik IQ---
pandangan keliru, tetapi dianut oleh begitu banyak orang bahwa,
keberhasilan ditentukan oleh intelektualitas belaka
Peran IQ dalam keberhasilan di dunia kerja hanya menempati posisi
kedua sesudah kecerdasan emosi dalam menentukan peraihan prestasi
puncak dalam pekerjaan.
Hal 8
Pusat-pusat otak purba untuk emosi merupakan pelabuhan bagi
keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengelola diri
sendiri secara efektif dan untuk kecakapan sosial.
Bagian emosi pada bagian otak ini, menurut neurosains, belajar
dengan cara berbeda dari bagian otak berpikir.
Hal 9
Konsep yang keliru,
Pertama, kecerdasan emosi tidak hanya berarti “bersikap ramah,”
melainkan, misalnya sikap tegas yang barangkali memang tidak
menyenagkan, tetapi mengungkapkan kebenaran yang selama
dihindari.
Kedua, kecerdasan emosi bukan berarti memberikan kebebasan kepada
perasaan untuk berkuasa “memnjakan perasaan” melainkan mengelola
perasaan sedemikian sehingga terekspresikan secara tepat dan
efektif yang memungkinkan orang bekerja sama dengan lancer menuju
sasaran bersama.
Hal 10
Sebagian pria sama empatiknya dengan kebanyakan wanita yangh
sangat peka dalam pergaulan, sedangkan sebagian wanita mempunyai
kemampuan yang sama dalam menahan stress dengan kebanyakan pria
tangguh secara emosi. Memang secara rata-tata, bila kita melihat
peringkat keseluruhan untuk pria dan wanita, kekuatan dan
kelemahan saling menghilangkan, sehingga dalam kaitan dengan
kecerdasan emosi keseluruhan, perbedaan berdasarkan jenis kelamin
tidak ada.
Akhirnya, tingkat kecerdasan emosi kita tidak terikat dengan
faktor genetis, tidak juga hanya dapat berkemban selama masa
kanak-kanak.
Hal 11
Sesungguhnya studi-studi yang telah menelusuri tingkat kecerdasan
emosi orang selama bertahun-tahun menunjkkan bahwa seseorang
makin lama makin baik dalam kemampuan ini sejalan dengan makin
terampilnya mereka dalam menangani emosi dan impulsnya sendiri,
dalam memotivasi diri, dan dalam mengasah empati dan kecakapab
sosial. Ada istilah lama untuk perkembangan kecerdasan emosi ini:
kedewasaan.
Hal 12
Sebuah survey selama tahun 1997 terhadap praktik benchmaking di
perusahaan-perusahaan besar, yang dilakukan oleh American Society
For Training and Development, menemukan bahwa empat di wntara
lima perusaahaan kini mencoba menerapkan kecerdasan emosi kepada
karyawannya, kebanyakan melalui pelatihan dan pengembangan,
evalusai kinerja, dan psoses seleksi.
Hal 17
Kualitas internal seperti ketangguhan dan inisiatif, optimism,
dan adaptabilitas menjadi dasar penilaian baru.
hal 24
Dengan naik daunnya poa pikir freud, muncul lagi barisan para
pakar yang berpendapat bahwa selain IQ, kepribadian juga unsure
penting untuk keberhasilan.
Hal 25
McClelland tahun 1973, “Testing for Competence Rather tha
Intelligence” mengemukakan bahwa kemampuan akademik bawaan, nilai
rapor, dan predikat kelulusan pendidikan tinggi tidak memprediksi
seberapa tinggi sukses yang dicapainya dalam hidup.
Sebaliknya ia, mengatakan bahwa kecakapan khusus seperti empati,,
disiplin diri, dan inisiatif mampu membedakan orang-orang sukses
dari mereka yang hanya cukup baik untuk mempertahankan pekerjaan
mereka.
Kecakapan dalam makna ini adalah bakat pribadi atau sekumpulan
kebiasaan yang menjadikan seseorang lebih efektif atau superior
dalam kinerja atau dengan kata lain, kemampuan yang menambah
nilai ekonomi nyata pada usaha sseorang dalam pekerjaanya.
Dalam semua pengkajian, ditemukan inti kemampuan pribadi dan
sosial yang sama yang terbukti menjadi kunci utama keberhasilan
seseorang: kecerdasan emosi.
Hal 28
McClelland ada sebuah cara kreatif untuk mengukur kemampuan
membaca emosi. Dalam uji ini, selama beberapa saat, orang
diminta menonton cuplikan rekaman video yang menayangkan orang
sedang bercakap-cakap dalam suatu situasi emosional, misalnya
pertengkaran menjelang cerai atau perdebatan seputar pekerjaan.
Hal 30
IQ saja paling sedikit tidak mampu menerangkan 75 persen dari
keberhasilan-keberhasilan dalam pekerjaan, IQ tidak menentukan
apakah seseorang akan berhasil atau gagal.
Anehnya, IQ paling lemah dalam memprediksi keberhasilan antara
kumpulan orang yang cukup cerdas untuk menangani bidang-bidang
paling menuntut kemampuan kognitif, sementara peran keceradasn
emosi untuk keberhasilan makin besar seiring makin tingginya
rintangan inteligensia untuk memasuki suatu bidang.
Hal 31
Lyle Spencer Jr mengemukakan bahwa ilmu-ilmu itu hanya kemampuan
ambang kecakapan, anda memerlukannya untuk masuk ke suatu bidang
tetapi tidak menjadikan anda seorang bintang. Kecerdasan emosila
yang lebih berperan untuk menghasilkan kinerja cemerlang.
Hal 33
Keahlian adalah perpaduan antara akal sehat dan pengetahuan serta
keterampilan khusus yang kita peroleh dalam perjalanan karier.
Keahlian berasal dari dalam secara otomatis sejalan dengan
bertambahnya pengetahuan dan trik-trik praktis.
Robert Sternberg meneliti tentang kemampuan praktis yang khusus
mempelajari hubungan antara kecerdasan dan keberhasilan yang
mengemukakan bahwa kecerdasan praktis mempunyai peran yang
sekurangnya sama besar dengan IQ dalam pencapaian keberhasilan.
Keahlian adalah kompetensi dasar untuk mendapatkan pekerjaan dan
melaksanakannya dengan baik, tetapi bagaimana melaksanakan
pekerjaan itu.
Sampai batas tertentu, pengalaman dan keahlian, misalnhya IQ,
sungguh berperan bila kita berbicara tentang resep menjadi orang
berprestasi luar biasa.
Hal 35
Keterampilan kecerdasan emosi bekerja secara sinergi dengan
keterampilan kogntif, orang-orang berprestasi tinggi memiliki
keduanya. Makin kompleks pekerjaan, makin penting kecerdasan
emosi--- apalagi bila karena kekurangan dalam kemampuan ini orang
bisa terganggu dalam menggunakan keahlian teknik atau keenceran
otak yang muungkin dimilikinya.
Hl 36
Peneliti??
Ada lagi yang teramati oleh peneliti itu, setiap kali
kemarahannya memuncak, kemampuannya menangani masalah-masalah
kognitif yang rumit--- kemampuannya berpikir--- merosot tajam.
Pendek kata, emosi yang lepas kendali dapat membuat orang
pandai menjadi bodoh. Tanpa kecerdasan emosi, orang tidak akan
bisa menggunakan kemampuan-kemampuan kognitif mereka sesuai
denagan potensi maksimim.
Doug Lennick, seorang executive vice president di American Express
Financial Services mengatakan bahwa yang diperlukan untuk sukses
dimulai dengan keteampilan intelektual tetapi juga memerlukan
kecakapan emosi untuk memanfaatkan potensi bakat secara penuh.
Penyebab kita tidak mencapai potensi maksimim adalah
ketidaktermpilan emosi.
Hal 37
Garis pembagi utama kecakapan-kecakapan yang kita miliki terletak
antara pikiran dan hati, atau, secara lebih teknis, antara
kognisi dan emosi. Sebagian kecakapan bersifat murni kognitif,
misalnya penalaran analitis atau keahlian teknis. Sedangkan
kecakapan lain merupakan perpaduan antara pikiran dan perasaan,
inilah yang saya sebut “kecakapan emosi.”
Semua kecakapan emosi sampai batas tertentu melibatkan
keterampilan seputar perasaan, kebersamaan dengan unsur-unsur
kognitif apapun yang sedang tampil.
Hal 38
Kerusakan pada simpul-simpul penghubung yang sangat penting ini
berakibat tidak kompetennya seseorang secara emosi, walaipun
kemampuan intelaktual murninya mngkin tidak terpengaruh. Dengan
kata lain, orang seperti ini akan masih mendapatkan nilai tinggi
dalam tes IQ dan pengukuran-pengukuran kemampuan kognitif lain.
Hal 39
Kecakapan emosi adalah kecakapan hasil belajar yang didasarkam
pada kecerdasan emosi dan karena itu meghasilkan kinerja menonjol
dalam pekerjaan.
Kecerdasan emosi menentukan potensi kita untuk mempelajari
keterampilan-keterampilan praktis yang didasarkan pada lima
unsurnya: kesadaran diri, motivasi, pengaturan diri, empati, dan
kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain
Hal 40
Kemampuan keceerdasan emosi:
Mandiri, masing-masing menyumbang secara unik kepada performa
kerja.
Saling tergantun, masing-masing sampai batas tertentu memerlukan
hal-hal tertentu pada yang lain, dengan interaksi yang banyak dan
intensif.
Hierarkis, kemampuan kecerdasan emosi membentuk bangun yang
bertingkat. Sebagai contoh, kesadaran diri penting sekali untuk
pengaturan diri dan empati, pengaturan diri dan kesadaran diri
ikut membangun motivasi, keeempat kecakapan yang pertama ini
membentuk keterampilan sosial.
Perlu, tapi tidak cukup, dengan memiliki kemampuan kecedasan
emosi sebagai dasar belum menjamin orang akan mengembangkan atau
memperlihatkan kecakapan-kecakapan terkait, misalnya dalam hal
kerja sama atau kepemimpinan.
Generik, walaupun daftar umum ini sampai batas tertentu berlaku
bagi semua pekerjaan, berbeda memerlukan kecakapan-kecakapan yang
berbeda pula.
Hal 42
TABEL 1
hubungan antara kelima dimensi kecerdasan emosi dan dua puluh
lima kecakapan emosi
KERANGKA KERJA KECAKAPAN EMOSI
………..
Kecakapan Pribadi
Kecakapan ini menentukan bagaimana kita mengelola diri sendiri
Kesadaran Diri
Mengetahui kondisi diri sendiri, kesukaan, sumberdaya, dan intuisi
Kesadaran emosi, mengenali emosi diri sendiri dan efeknya
Penilaian diri secara teliti, mengetahui kekuatan dan batas-batas
diri sendiri
Percaya diri, keyakinan tentang harga diri dan kemampuan sendiri
Pengaturan Diri
Mengelola kondisi, inpuls, dan sumber daya diri sendiri
Kendali diri, mengelola emosi-emosi dan desakan-desakan hati yang
merusak
Sifat dapat dipercaya, memelihara norma kejujuran dan integritas
Kewaspadaan, bertanggungjawab atas kinerja pribadi
Adaptibbilitas, keluwesan dalam menghadapi perubahan
Inovasi, mudah menerima dan terbuka terhadap gagasan, pendekatan,
dan informasi-informasi baru
Motivasi
Kecenderungan emosi yang mengantar atau mamudahkan peraihan sasaran
Dorongan prestasi, dorongan untuk menjadi lebih baik atau memnuhi
standar keberhasilan
Komitmen, menyesuaikan diri dengan kelompok etau perusahaan
Inisiatif, kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan
Optimisme, kegigihan dalam memeperjuangkan sasaran kendati ada
halangan dan kegagalan
Kecakapan Sosial
Kecakapan ini menentukan bagaimana kita menangani suatu hubungan
Empati
Kesadaran terhadap perasaan, kebutuhan, dan kepentingan orang lain
Memahami orang lain, mengindra perasaan dan perspektif orang lain
dan menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan mereka
Orientasi pelayanan, mengantisipasi, mengenali, dan berusaha
memenuhi kebutuhan pelanggan
Mengembangkan orang lain, merasakan kebutuhan perkembangan orang
lain dan berusaha menumbuhkan kemampuan mereka.
Mengatasi keragaman, menumbuhkan peluang melalui pergaulan dengan
bermacam-macam orang
Kesadaran politis, mampu membaca arus-arus emosi sebuah kelompok
dan hubungannya dengan kekuasaan
Keterampilan Sosial
Kepintaran dalam menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain
Pengaruh, memiliki taktik-taktik untuk melakukan persuasi
Komunikasi, mengirimkan pesan yang jelas dan meyakinkan
Kepemimpinan, membangkitkan inspirasi dan memandu kelompok dan
orang lain
Katalisator perubahan, memulai dan mengelola perubahan
Manajemen konflik, negosiasi dan pemecahan silang pendapat
Pengikat jaringan, menumbuhkan hubungansewbagi alat
Kolaborasi dan kooperasi, kerja sama dengan orang lain demi
tujuan bersama
Kemampuan tim, menciptakan sinergi kelompok dalam memperjuangkan
tujuan bersama
Hal 44
Kecakapan-kecakapan yang mutlak perlu untuk keberhasilan dapat
berubah sejalan dengan naiknya tingkat jabatan,
Hal 46
Dalam dunia kerja yang baru, dengan penekanan pada keluwesan,
kerja kelompok, dan orientasi pada pelanggan, perangkat kecakapan
emosi yang sangat penting ini menjadi makin esensial demi
keberhasilan dalam pekerjaan apa pun dan di mana pun di dunia.
Hal 47
Bukti Nyata Keterampilan Lunak
Di Lucent Technologies, bagian-bagian yang memelihara sediaan
bahan baku untuk manufacturing memerlukan lebih dari hanya
keahlian teknis, mereka memerlukan keterampilan mendengarkan dan
memahami, keluwesan, dan kerja sama tim. Mereka juga memerlukan
kemampuan untuk membangkitkan semangat orang lain, komitmen, dan
kepercayaan diri terhadap kemampuan para anggota satu tim.
Di Univercity of Nebraska Medical Center, keahlian teknis dan
keterampilan analitis tak ternilai harganya, tetapi kecakapan
emosi seperti keterampilan antarpribadi, inovasi, kepemimpinan
efektif, kemitraan yang membangun, dan jaringan kerja pun
demikian.
Di Amoco, sebuah perusahaan petrokomia raksasa, untuk memiliki
kinerja superior dalam bidang rekayasa atay pengelolaan
teknologi informasi, keahlian dan kemampuan berpikirnanalitis
juga termasuk dalam daftar persyaratan. Namun, begitu pula
kepercayaan diri, keluwesan, semangat juang, orientasi pelayanan,
kerja kelompok dan kerja sama, menghadirkan pengaruh, dan
mengembangkan orang lain.
Hal 48
Waktu saya menerapkan metode ini kepada ke -181 model kecakapan
yang saya teliti, saya menemukan bahwa 67 persen, sekitar du
pertiga, kemampuan yang dipersyaratkan untuk kinerja efektif
adalah kecakapan emosi. Dibandingkan IQ dan keahlian, kecakapan
emosi berperan dua kali lebih besar. Ini berlaku untuk semua
kategori pekerjaan, dan dalam semua bentuk perusahaan.
Hal 49
Syarat Batas Kepemimpinan
Kecakapan emosi, secara khusus sangat penting untuk kepemimpinan,
suatu peran yang pada intinya adalah mengajak orang lain
menjalankan tugas lebih efektif. Ketidakmampuan pemimpin menjalin
hubungan antarpribadi bisa membuat kinerja setiap orang rendah,
membuang-buang waktu, menyulut ketegangan, mengikis motivasi
serta komitmen, membangun rasa permusuhan dan apatisme.
Kekuatan atau kelemahan seorang pemimpin dalam kecakapan
emosi dapat diukur dari diperolehnya atau larinya tenaga-tenaga
potensial dari perusahaan yang dikelolanya.
Hal 50
Menangani pusaran emosi yang bergolak menuntut keterampilan
pemecahan masalah, mampu membangkitkan kepercayaan dan menjalin
hubungan dengan cepat, mendengarkan dengan cermat, dan membujuk
serta menawarkan suatu saran.
Robert Worden, ………. Kemampuan menjalin relasi, mengemukakakn
pendapat dan didengarkan, membuat diri sendiri nyaman adalah
kemampuan yang sangat penting untuk menjadikan anda mononjol.
Hal 61
Kecakapan-kecakapan emosi yang paling sering mengantar orang ke
tingkat keberhasilan ini adalah:
Inisiatif, semangat juang dan kemampuan menyesuaikan diri
Pengaruh, kemampuan memimpin tim, dan kesadaran politis
Empati, percaya diri, dan kemampuan mengembangkan orang lain
Hal 63
Dua pembawaan yang paling lazim dijumpai pada mereka yang gagal
adalah:
Bersikap kaku, mereka tidak mampu menyesuaikan diri terhadap
perubahan-perubahan dalam budaya perusahaan, atau mereka tidak
mampu menerima atau menanggapi dengan baik umpan balik tentang
sikap mereka yang perlu diubah atau diperbaiki. Mereka tidak
mampu mendengarkan atau belajar dari kesalahan.
Hubungan yang buruk, faktor satu-satunya yang paling sering
disebut: terlalu mudah melancarkan kritik pedas, tidak peka,
atatu terlalu menuntut, sehingga mereka cenderung dikucilkan oleh
rekan-rekan kerja.
Hal 64
……
Hal 66
Kurangnya kecerdasan emosi di lingkungan sedemikian labil sama
artinya dengan memastikan kegagalan. Dan begitulah masa depan
yang dihadapi semua orang.
Kevin Murray mengemukakan yang harus menghadapi perubahan paling
besar adalah yang paling memerlukan kecerdasan emosi.
Hal 71
Ernest O. Lawrence peraih Nobel yang mendirikan Laboratorium di
Berkeley mengemukakan bahwa dalam dunia ilmiah, kecermelangan
tidak ditentukan oleh kecakapan teknis saja, tetapi juga oleh
karakter.
Hal 72
John Seely Brown direktur fasilitas litbang Silicon Valley milik
Xerox Corporation mengatakan dua kecakapan yang paling kami cari
adalah ketajaman intuisi dan semangat juang tinggi untuk membuat
trobosan.
Hal 78
Sumber Kata Hati
Kemampuan membaca arus-arus informasi subjektif macam ini
mempunyai akar primordial dalam evolusi. Bagian otak mengurusi
perasaan jauh lebih purba daripada lapisan tipis neokorteks,
pusat pikiran rasional yang membungkus bagian paling atas otak.
Firasat dimulai dibagian otak yang jauh lebih dalam. Firasat
adalah fungsi pusat-pusat emosi yang member sinyal kepada pangkal
otak di bagian atas urat saraf tulang belakang. Khususnya sebuah
struktur berbentuk kenari yang disebut amigdala dan jaringan-
jaringan saraf yang terhubung dengannya. Jaringan penghubung ini,
yang kadang-kadang disebut extended amygdale, memanjang sampai ke
pusat otak pelaksana di lobus prefrontal, tepat di belakang dahi.
Otak menyimpan aspek-aspek yang berbeda dari sebuah pengalaman di
bagian-bagian yang juga berbeda, ingtan disandikan di zona
tertentu, penglihatan, bunyi, dan bau di zona-zona lain dan
sebagainya. Amigdala adalah tempat disimpannya emosi akibat suatu
penglaman. Setiap pengalaman yang mendatangkan reaksi emosi,
berapa pun samarnya, tampaknya disanikan di amigdala.
Dengan disimpannya segala sesuatu yang kita rasakan tentang apa
pun pengalaman kita, amigdala terus-menerus member kita isyarat
dengan informasi-informasi ini.
Hal 79
Menurut usahawan sukses di Univercity of Southern California
yang mengatakan ini perasaan kinestik yang dapat dialami oleh
sebagian orang. Menurutnya hanya sedikit orang usia muda yang
memiliki intuisi kuat dibandingkan orang lebih tua, karena
penglaman hidup mereka memang belum banyak.
Istilah klasik untuk perasaan yang mendorong kita dengan kuat ini
adalah kebijaksanaan. Dan, seperti akan kita lihat, orang-orang
yang mengabaikan atau meremehkan pesan-pesan dari khazanah
kebijaksanaan hidup ini akan menanggung sendiri akibatnya.
Hal 81
Intuisi dan firasat berkaitan dengan kemampuan mengindra pesan-
pesan dari gudang penyimpanan memori emosi kita. Tempat
tersimpannya kebijaksanaan dan kearifan kita sendiri. Kemampuan
ini terdapat di pusat kesadaran diri, dan kesadaran diri
merupakan keterampilan dasar yang vital untuk ketiga kecakapan
emosi:
Kesadaran emosi: tahu tentang bagaimana pengaruh emosi terhadap
kinerja kita, dan kemampuan menggunakan nilai-nilai kita untuk
membantu pembuatan keputusan.
Penilaian diri secara akurat: perasaan yang tulus tentang
kekuatan-kekuatan dan batas-batas pribadi kita, visi yang jelas
tentang mana yang perlu diperbaiki, dan kemampuan belajar dari
pengalaman.
Percaya diri: keberanian yang datang dari kepastia tentang
kemampuan, nilai-nilai, dan tujuan kita.
Hal 86
Kesadaran emosi dimulai dengan penyelarasan diri terhadap aliran
perasaan yang trus ada dalam kita semua, kemudian mengenali
bagaimana emosi-emosi ini membentuk persepsi, pikiran, dan
perbuatan kita.
Dari kesadaran itu muncullah kesadaran lain: bahwa perasaan kita
berpengaruh terhadap mereka yang berhubungan dengan kita.
hal 87
Arus bawah aliran perasaan kita bergerak secara parallel dengan
aliran pikiran. Kita selalu merasakan suatu suasana hati,
walaupun biasanya kita tidak mencermati suasana hati samar-samar
yang pasang-surut selama menjalani rutinitas sehati-hari.
Hal 89
Perasaan member kita informasi yang penting. Jika ada kesenjangan
antara perbuatan dan nilai hasilnya adalah ketidaknyamanan dalam
bentuk rasa bersalah atau malu, keraguan mendalam atau
penyesalan, rasa muak atau benci, dan sebagainya. Ketidaknyamanan
itu bertindak sebagai hambatan emosi, rasa bergolak yang dapat
menghalangi atau menyabotase upaya-upaya kita.
Hal 90
Orang yang menuruti kata hati mereka tentang apa yang berharga
berarti meminimumkan kemandekan emosi mereka sendiri. Saying
sekali, terlalu banyak orang merasa bahwa mereka tidak dapat
mengungkapkan nilai-nilai mereka yang mendalam dalam pekerjaan,
bahwa yang seperti ini lazimnya tidak diizinkan.
Hal 95
Orang harus menghentikan pikiran bahwa perasaan adalah sampah
atau sesuatu yang tidak relevan, dan menyadarinya bahwa pada
hakikatnya perasaan adalah sumber informasi yang luar biasa kaya,
sarat dengan pola-pola reaksi yang sangat berbeda-beda dan penuh
nuansa, jelas Zuboff.
Perhatian adalah sumber daya kita yang paling berharga.
Perasaan adalah ungkapan jasmaniah atas suatu situasi, apa pun
yang ingin kita ketahui tentang situasi kita terungkap lewat
perasaan.
Hal 99
Jika anda menginginkan kinerja tertentu yang bisa memberikan
hasil betul-betul istimewa, anda harus bersedia memulai
perjalanan untuk menyelaraskan nilai-nilai dan aspirasi pribadi
anda dengan nilai-nilai dan aspirasi perusahaan.
Hal 108
Tidak adanya percaya diri dapat mewujud dalam bentuk rasa putus
asa, raa tidak berdaya, dan meningkatnya keraguan kepada diri
sendiri. Di pihak lain, percaya diri berlebihan dapat membuat
orang tampak sombong, terutama bila ia tidak mempunyai
keterampilan sosial.
Oleh karena itu, kurangnya kesadaran diri merupakan halangan
untuk memiliki percaya diri yang realistis.
Hal 109
Orang dengan percaya diri tangkas mengambil keputusan tanpa
tampak arogan atau defensive, dan mereka teguh mempertahankan
keputusannya.
Haln110
Yang erat kaitannya dengan rasa percaya diri adalah sesuatu yang
para psikolog di sebut “efektifitas diri” (self-efficacy), penilaian
positif tentang kemampuan kerja diri sendiri.
Efektifitas-diri tidak sama dengan keterampilan sesungguhnya
yang kita miliki, namun cenderung berupa keyakinan kita mengenai
apa yang dapat kita kerjakan dengan keterampilan yang kita
miliki. Keterampilan itu sendiri tidak cukup untuk menjamin
kinerja terbaik kita. Kita harus yakin akan keterampilan kita agar
dapat menggunakannya secara maksimum.
Hal 112
Dalam sebuah penelitian selama enam puluh tahun terhadap lebih
dari seribu orang ber-IQ tinggi, sejak kanak-kanak hingga usia
pensiun, mereka yang mempunyai percaya diri paling tinggi di masa
muda terbukti paling sukses ketika karier mereka menanjak.
Hal 116
Satu-satunya temuan paling menghebohkan dari studi-studi tentanh
otak pada orang-orang dalam kondisi strees, misalnya yang harus
berbicara di depan orang orang-orang penting adalah bahwa kerja
bagian otak emosi sangat berpengaruh terhadap kerja pusat
eksekusi otak, lobus prefrontal, yang terletak tepat di belakang
dahi.
Lobus prefrontal adalah tempat disimpannya “memori kerja,”
kemampuan memusatkan perhatian dan mengingat apapun informasi
yang mencolok. Memori kerja vital bagi penghayatan dan pemahaman,
untuk perencanaan dan pembuatan keputusan, untuk penalaran dan
pembelajaran.
Hal 117
Walaupun rangkaian otak untuk gawat darurat itu telah berevolusi
sejak jutaan tahun lampau, fungsinya masih terus kita alami
sampai hari ini dalam bentuk emosi-emosi yang terasa mengganggu,
seperti: cemas, gelisah, panic, frustrasi, dan mudah tersinggung,
marah, dan beringas.
Lobus prefrontal, pusat eksekusi, terhubung dengan amigdala
melalui sesuatu yang seperti jaringan jalan tol saraf. Hubungan-
hugungan saraf antara amigdala dan lobus prefrontal ini bertindak
sebagai pusat tanda bahaya otak, suatu perangkat yang sangat
berperan dalam upaya bertahan hidup selama jutaan tahun evolusi
manusia.
Amigdala adalah bank memori emosi otak, tempat penyimpanan semua
kenangan baik tentang kejayaan dan kegagalan, harapan dan
ketakutan, kejengkelan dan frustrasi. Amigdala menggunakan
memori-memori yang tersimpan ini dalam perannya sebagai semacam
sentinel, yang bertugas memantau semua masukan informasi, segala
sesuatu yang kita lihat dan dengar dari waktu ke waktu untuk
mengukur besar ancaman atau peluang melalui pencocokan apapun
yang terjadi sekarang dengan arsip-arsip pengalaman massa lampau
yang terhimpun dalam otak.
Reaksi otak di saat krisis masih mengikuti strategi purba
yang sama, menggiatnya perangkat sensor, berhentinya pikiran
kompleks, dan terpicunya reaksi otomatis seperti menghentakkan
kaki, dan sebagainya, walaupun ini dapat mendatangkan kerugian
yang dramatis dalam dunia kerja modern.
Hal 119
Ungkapan perasaan yang selalu terlontar bila kesulitan dan
tekanan mendorong kita sampai hamper ke batas kesabaran.
Ketika tekanan saling berumpuk di atas yang lain, dampaknya lebih
dari sekedar penjumlahan, rasanya setiap tekanan itu saling dikalikan
sehingga dampaknya bisa leboh cepat mendekati titik kritis kita,
akibatnya tiap beban tambahan, sekecil apa pun, seolah-olah tidak
tertahankan lagi.
Ketika amigdala mengaktifkan tombol panic otak, organ ini
memerintahkan pengeluaran sejumlah bahan kimia yang dimulai
dengan penglepasan hormone CRF dan diakhiri dengan membanjirnya
hormone-hormon stress, terutama kortisol.
Hormone-hormon yang kita produksi dalam keadaanstress cukup untuk
satu reaksi spontan: bertempur atau kabur, tetapi begitu
diproduksi, bahan ini terus tinggal dalam tubuh sampai berjam-
jam, padahal tiap kejadian mengesalkan berikutnya juga
menyebabkan diproduksinya hormon-hormon stress baru. Penumpukan
yang terjadi dapat membuat amigdala menjadi detonator yang sangat
peka, yang siap untuk membajak akal sehat kita, naik pitam atau
panik, akibat provokasi yang sangt remeh.
Hal 120
Salah satu dampak hormon stres tampak pada aliran darah. Waktu
denyut jantung tiba-tiba meningkat, darah yang mengalir deras
justru terhalang masuk ke pusat-pusat kognitif otak yang lebih
tinggi agar menuju ke pelaksanaan tugas yang dianggap jauh lebih
penting, yaitu mengatasi keadaan darurat.
Kadar gula darah yang tersedia sebagai bahan bakar juga
meningkat, sementara fungsi-fungsi tubuh yang kurang relevan
melambat, sedangkan makin cepatnya denyut jantung dimaksudkan
untuk mengntisipasi kebutuhan tubuh: bertempur atau kabur.
Dampak keseluruhan kortisol pada fungsi otak adalah mengaktifkan
strategi primitive untuk bertahan hidup: meningkatnya
kewaspadaan, menumpulnya otak, dan mengerjakan apa pun yang
paling dikuasai, bahkan meskipun itu hanya berteriak atau diam
membeku dalam kepanikan.
Kortisol mencuri sumber-sumber energi dari bagian memori kerja,
dari intelektualitas, dan mengalihkanyya ke perasaan. Ketika kada
kortisol sedang tinggi, orang lebih mudah berbuat salah, lebih
sulit berkonsentrasi, dan tidak mampu mengingat dengan baik,
bahkan sesuatu yang baru saja kit abaca. Pikiran-pikiran yabg
tidak berkaitan justru masuk dan pengolahan informasi menjadi
lebih sulit.
Jika stres berkelanjutan, akhir yang paling mungkin adalah
habisnya daya atau lbih buruk dari itu. Waktu tikus-tikus
laboratorium ditaruh dalam situasi menegangkan yang terus-
menerus, kortisol dan hormon-hormon lain yang berkaitan dengan
stres mencapai kadar yang bersifat racun, dalam arti sungguh-
sungguh meracuni dan membunuh neuron. Jika stres berkelanjutan
selama rentang waktu yang cukup panjang, pengaruhnya kepada otak
bisa dramatis: terkikis atau menyusutnya hipokampus, bagian
paling pokok yang mengelola memori.
Yang serupa dengan ini juga terjadi pada orang. Stres yang akut
tidak hanya dapat membuat kita “bodoh” selama beberapa saat,
stres yang berkelanjutan dapat berdampak buruk dalam jangka
panjang berupa menurunnya kecerdasan intelektual.
Hal 122
Kita juga memerlukan cara batiniah untuk menangani perasaan-
perasaan yang menjadi pemicu stres dalam diri kita.
Hal 127
Pengendalian emosi oleh diri sendiri tidak hanya berarti meredam
rasa tertekan atau menahan gejolak emosi, ini juga bisa berarti
dengan sengaja menghayati suatu emosi, termasuk yang tidak
menyenangkan.
Hal 128
Pandangan tentang kendali-diri emosi tidak berarti harus
menyangkal atau menekan perasaan yang sejati. Suasana hati yang
“buruk”, misalnya bukannya tidak mempunyai manfaat, marah, sedih,
dan takut dapat menjadi sumber kreativitas, energi, dan
persatuan. Marah dapat menjadi sumber motivasi yang sangt kuat,
khususnya bila berpangkal dari keharusan membela ketidakadilan.
Hal 130
Pengaturan diri, pengelolaan impuls dan perasaan yang menekan,
bergantung pada keselarasan kerja pusat emosi dan pusat eksekusi
otak di lobus prefrontal. Kedua keterampilan warisan zaman purba
ini, penanganan impuls dan kebiasaan menanggapi kekesalan,
termasuk dalam lima kecakapan emosi utama:
- Pengendalian diri, mengelola emosi dan impuls yang merusak
dengan efektif
- dapat dipercaya, menunjukkan dan integritas
- kehati-hatian, dapat diandalkan dan bertanggung jawab dalam
memenuhi kewajiban
- adaptibilitas, keluwesan dalam menangani perubahan dan
tantangan
- inovasi, bersikap terbuka terhadap gagasan, pendekatan baru,
dan informasi terkini