BMT
Transcript of BMT
BAITUL MAL WA TAMWIL
Oleh:Mirsad Akbar Rasibo (20100730091)
Arya Nanda (20100730050)Gita Rahayu K (20120730022)
Reni Nur Hidayah (20120730033)Anisa Kumala Dewi (20120730038)Ella Rizkya Aisah (20120730028)Hanifah Imtihana (20120730023)
“Kalau mau melihat pemberdayaan ekonomi rakyat dalam arti sebenarnya, tengoklah
kiprah BMT (Baitul Mal wa Tamwil)”(M. Luthfi Hamidi: 2003)
“Mereka hampir tanpa publikasi, tapi penetrasi dalam peran ekonomi ke masyarakat menegah bawah
begitu dalam”(M. Luthfi Hamidi: 2003)
BMT adalah singkatan dari istilah Baitul Mal wa Tamwil. Bait al-mal merupakan lembaga pengumpulan dana
masyarakat yang disalurkan tanpa tujuan profit. Bait at-tamwil merupakan lembaga pengumpulan dana
(uang) guna disalurkan dengan orientasi profit dan komersial.
BMT merupakan salah satu jenis lembaga keuangan bukan bank yang bergerak dalam skala mikro sebagaimana koperasi simpan pinjam (KSP)
Definisi
BMT ada di Indonesia dimulai tahun 1984
dikembangkan mahasiswa ITB di Masjid Salman yang mencoba menggulirkan lembaga pembiayaan berdasarkan syari’ah bagi usaha kecil.
Pada perkembangannya, menurut Ketua Umum Asosiasi BMT Seluruh Indonesia (Absindo), Aries Muftie, saat ini setidaknya terdapat sekitar 3.000-4.000 BMT di seluruh Tanah Air.
BMT di Indonesia
BMT berasaskan Pancasila dan Undang-
undang Dasar 1945 serta berlandaskan syariah Islam, keimanan, keterpaduan (kaffah), kekeluargaan/ koperasi, kebersamaan, kemandirian, dan profesionalisme.
Secara hukum BMT berpayung pada koperasi, tetapi sistem operasionalnya tidak jauh berbeda dengan Bank Syariah.
Azaz dan badan hukum BMT
BMT harus tunduk pada Undang-undang Nomor 25
tahun 1992 tentang Perkoperasian dan PP Nomor 9 tahun 1995 tentang pelaksanaan usaha simpan pinjam oleh koperasi.
juga dipertegas oleh KEP. MEN Nomor 91 tahun 2004 tentang Koperasi jasa keuangan Syari’ah. Undang-undang tersebut sebagai payung berdirinya BMT (Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah).
Lanjutan...
Dalam menjalankan kegiatannya, peraturan
operasional BMT sama halnya dalam bank syari’ah yaitu berdasarkan undang-undang Perbankan Nomor 7 tahun 1992 dengan ketentuan pelaksanaannya seperti PP Nomor 71 tahun 1992 tentang BPR serta PP Nomor 72 tahun 1992 yang mengatur mengenai bank dengan prinsip bagi hasil.
Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 kemudian diganti dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998.
Lanjutan...
Musyawarah Nasabah Tahunan Dewan Pengurus Dewan Pengawas Syariah Dewan Pengawas Manajemen Pengelola yang terdiri minimal Manajer, Marketing, Accounting dan Kasir
Struktur Organisasi
Struktur Organisasi
MusyawarahNasabah Tahunan
Dewan Pengurus Dewan PengawasSyariah
PengawasManajemen
Manajer/Direksi
Accounting TellerMarketing
Pada dasarnya kegiatan Baitul Maal Wa Tamwil terdiri atas dua lembaga yaitu: Baitul Maal, lembaga keuangan yang berorientasi sosial
keagamaan yang usaha utamanya menampung serta menyalurkan harta berupa Zakat, Infaq, Shadaqah, Wakaf (ZISWAF)
Baitul Tamwil lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menghimpun dana masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.
Kegiatan Baitul Maal Wa Tamwil
Produk penghimpunan dana (funding) Produk penyaluran dana (lending) Produk jasa Produk tabarru’: ZISWAF (Zakat, Infaq, Shadaqah, Waqaf, dan Hibah )
Secara umum produk BMT dapat diklasifikasikan menjadi
empat hal yaitu:
Dalam kegiatan penyaluran dananya, pembiayaan BMT dapat dibedakan menurut tujuan penggunaannya, yaitu: Jual beli Bagi hasil Sewa-Menyewa Prinsip Jasa Pinjam-meminjam yang Bersifat Sosial
Mekanisme Penyaluran Dana BMT
Status hukum Bank Syariah sudah berbentuk perseroan
dan tunduk di bawah Undang-Undang tentang Perbankan Syariah. Sedangkan BMT masih menginduk pada perundang-undangan koperasi walaupun secara mekanisme kerja berbeda.
Pada nisbah bagi hasil produk tabungan, BMT menentukan nisbah yang lebih kecil bagi nasabah (penabung)
Pada produk pembiayaan, BMT tidak menentukan nisbah tertentu.
Perbedaan Sistem antara BMT dan Bank Syariah