BENTUK PEMBARUAN MUSIK KERONCONG GAYA ISMANTO

10
13 Volume 13 No. 1 Juli 2020 Soladi, Wisnu Mintargo & Kiswanto: Lagu Setia Janjiku: Bentuk Pembaruan Musik Keroncong Gaya Ismanto LAGU SETIA JANJIKU: BENTUK PEMBARUAN MUSIK KERONCONG GAYA ISMANTO Soladi 1 , Wisnu Mintargo 2 , dan Kiswanto 3 1 Prodi Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Surakarta 2 Prodi Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Surakarta 3 Prodi Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Surakarta E-mail: [email protected] | 0812-7343-6848 ABSTRACT Songs that develop in keroncong music have been classified strictly based on their form, including the keroncong asli, langgam, stambul, and several other forms. The classification has become a very chain rule, as a result the creativity that emerges among keroncong musicians is often consid- ered to be incompatible with the standards or parameters aesthetic of keroncong music by most keroncong music performers. These conditions do not always limit the composers and / or creators of keroncong songs to be creative in producing new products with different styles. One of them can be found in Ismanto’s artworks around the 1960s. In one of his songs entitled Keroncong Setia Janjiku, Ismanto seems to have hit the boundaries that have been applied, but has a novelty with a strong character. The findings of this study indicate that the Song Setia Janjiku is a song keroncong asli that nglanggami. Keywords: Keroncong, Ismanto, New Style, Keroncong Asli, Langgam Jawa, Nglanggami ABSTRAK Lagu-lagu yang berkembang dalam musik keroncong telah diklasifikasikan secara ketat berdasarkan bentuknya, di antaranya keroncong asli, langgam, stambul, dan beberapa bentuk lainnya. Pengklasifikasian tersebut telah menjadi aturan yang sangat mengikat, akibatnya kreativitas-kreativitas yang muncul diantara para musisi keroncong seringkali dianggap kurang sesuai dengan standar atau parameter estetika musik keroncong oleh kebanyakan pelaku musik keroncong. Kondisi tersebut tidak selalu membatasi para komponis dan/atau pencipta lagu keroncong untuk berkreativitas menghasilkan produk-produk baru dengan gaya yang berbeda. Salah satunya dapat ditemukan pada karya-karya Ismanto pada sekitar tahun 1960- an. Pada salah satu lagunya yang berjudul Keroncong Setia Janjiku, Ismanto tampak menabrak batas- batas yang telah berlaku, tetapi memiliki kebaruan dengan karakter yang kuat. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa Lagu Setia Janjiku merupakan lagu keroncong asli yang nglanggami . Kata kunci: Keroncong, Ismanto, Gaya Baru, Keroncong Asli, Langgam Jawa, Nglanggami.

Transcript of BENTUK PEMBARUAN MUSIK KERONCONG GAYA ISMANTO

13Volume 13 No. 1 Juli 2020

Soladi, Wisnu Mintargo & Kiswanto: Lagu Setia Janjiku: Bentuk Pembaruan Musik Keroncong Gaya Ismanto

LAGU SETIA JANJIKU: BENTUK PEMBARUAN MUSIKKERONCONG GAYA ISMANTO

Soladi1, Wisnu Mintargo2, dan Kiswanto3

1 Prodi Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Surakarta2 Prodi Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Surakarta3 Prodi Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Surakarta

E-mail: [email protected] | 0812-7343-6848

ABSTRACT

Songs that develop in keroncong music have been classified strictly based on their form, includingthe keroncong asli, langgam, stambul, and several other forms. The classification has become avery chain rule, as a result the creativity that emerges among keroncong musicians is often consid-ered to be incompatible with the standards or parameters aesthetic of keroncong music by mostkeroncong music performers. These conditions do not always limit the composers and / or creatorsof keroncong songs to be creative in producing new products with different styles. One of them canbe found in Ismanto’s artworks around the 1960s. In one of his songs entitled Keroncong SetiaJanjiku, Ismanto seems to have hit the boundaries that have been applied, but has a novelty with astrong character. The findings of this study indicate that the Song Setia Janjiku is a song keroncongasli that nglanggami.

Keywords: Keroncong, Ismanto, New Style, Keroncong Asli, Langgam Jawa, Nglanggami

ABSTRAK

Lagu-lagu yang berkembang dalam musik keroncong telah diklasifikasikan secara ketat berdasarkanbentuknya, di antaranya keroncong asli, langgam, stambul, dan beberapa bentuk lainnya. Pengklasifikasiantersebut telah menjadi aturan yang sangat mengikat, akibatnya kreativitas-kreativitas yang muncul diantarapara musisi keroncong seringkali dianggap kurang sesuai dengan standar atau parameter estetika musikkeroncong oleh kebanyakan pelaku musik keroncong. Kondisi tersebut tidak selalu membatasi parakomponis dan/atau pencipta lagu keroncong untuk berkreativitas menghasilkan produk-produk baru dengangaya yang berbeda. Salah satunya dapat ditemukan pada karya-karya Ismanto pada sekitar tahun 1960-an. Pada salah satu lagunya yang berjudul Keroncong Setia Janjiku, Ismanto tampak menabrak batas-batas yang telah berlaku, tetapi memiliki kebaruan dengan karakter yang kuat. Temuan dari penelitian inimenunjukkan bahwa Lagu Setia Janjiku merupakan lagu keroncong asli yang nglanggami.

Kata kunci: Keroncong, Ismanto, Gaya Baru, Keroncong Asli, Langgam Jawa, Nglanggami.

14 Volume 13 No. 1 Juli 2020

1. PENDAHULUAN

Keroncong sebagai musik pop tertua diIndonesia yang berawal dari pengaruh kedatanganbangsa Portugis pada abad ke-15 telah berkembangdengan beragam bentuk yang secara umum terbagimenjadi keroncong asli, stambul, langgam, danirama Melayu (Suadi, 2017: 10). Di dalam tradisikomunitas musik keroncong, istilah keroncong jugamemiliki banyak pengertian: antara lain sebagaisebutan untuk instrumen musik yang bernama cuk(ukulele dengan 3 dawai), sebagai sebutan genreatau jenis musik, sebagai kesatuan atau kelompokkeroncong, dan/atau sebagai bentuk lagu (Nardi,n.d.: 12). Menurut Harmunah (1987: 21-22),perkembangan musik keroncong di Indonesia telahmencapai puncak kepopulerannya pada abad ke-19 yang dikenal dengan era keroncong abadi1.Sejak saat itu, keroncong telah dikenal sebagaimusik Indonesia setelah mengalami berbagaiperubahannya, meliputi instrumen dan gayapermainan khas yang kemudian disebut keroncongasli. Instrumen yang digunakan pada sajiankeroncong asli adalah biola, flute, bass, cello(selo), cak (banyo), cuk (ukulele), dan gitar.Beberapa jenis atau bentuk lagu yang erat denganirama musik keroncong antara lain adalah lagukeroncong asli, langgam, dan stambul, namunhampir semua lagu seperti dangdut, campur cari,dan/atau lagu-lagu populer lainnya sebenarnya dapatdiiringi dengan irama keroncong.

Salah satu bentuk perubahan ataupembaruan yang terjadi sekitar tahun 1960-anadalah karya-karya dari komponis dan penyanyikeroncong bernama Ismanto. Fenomena pembaruandan pengembangan bentuk atau gaya lagu keroncongterlihat jelas pada beberapa karyanya yang memilikikarakteristik berbeda dengan bentuk lagu keroncongpada umumnya. Pembaruan tersebut dilakukantanpa menghilangkan citranya sebagai lagukeroncong. Hal itu dapat diamati pada tigakaryanya, yaitu Kr.Tuladha, Kr. Jangan Bimbangdan Kr. Setia Janjiku. Ketiga lagu tersebut memilikikarakteristik khusus dan khas apabila dibandingkandengan lagu keroncong pada umumnya.

Karakteristik tersebut dibangun dengan penggarapanunsur-unsur melodi, harmoni, dan gaya musikal,misalnya pada lagu Kr. Setia Janjiku yang tampakmemadukan unsur-unsur langgam Jawa padasebagian sajiannya meskipun termasuk dalamkategori keroncong asli.

Fokus penelitian ini adalah membahas laguSetia Janjiku sebagai bentuk pembaruan (inovasi)gaya lagu keroncong yang dihasilkan oleh Ismanto.Kebaruan bentuk lagu (di dalamnya termasuk gayamusikal) dalam musik keroncong merupakan hasildari upaya kreatif yang dilakukan oleh pencipta lagudan/atau komponis melalui penggabungan unsur-unsur dari berbagai macam bentuk lagu (di dalamnyatermasuk gaya musikal) keroncong yang sudah adasebelumnya, misalnya seperti keroncong asli,langgam Jawa, stambul, dan lain-lain. Hal itu dapatdiamati pada bentuk dan struktur lagu Setia Janjikuyang di dalamnya bermuatan keroncong asli danlanggam Jawa. Percampuran antara kedua gayatersebut memunculkan kesan atau cita rasa tersendiridengan karakteristik atau ciri khas yang berbeda.

Konsep mengenai gaya (style) dapatdipahami sebagaimana yang dijelaskan oleh (Nettl,2012: 165), yaitu “...agregasi karakteristik-karakteristik yang dimiliki oleh suatu komposisi, danyang juga dimiliki oleh komposisi-komposisi laindalam kompleks budaya yang bersangkutan.” Halitu serupa dengan penjelasan Gell (1998: 155-159)yang memaknai gaya sebagai sebuah konfigurasiatribut dari suatu pola atau cara yang citranya dikenalisebagai bentuk identitas (lihat Kiswanto dkk., 2019:74). Kebaruan gaya dalam lagu Setia Janjiku dapatdianalisis lebih jauh dengan mengidentifikasiperbedaan unsur-unsur musikalnya terhadapkonvensi atau format langgam dan keroncong asli,serta menunjukan kesamaan-kesamaan yangmenunjukkan identitasnya sebagai lagu keroncong.

Berdasarkan studi mengenai kebaruan gayapada lagu Setia Janjiku, maka dapat ditemukan nilai-nilai atau kaidah-kaidah penciptaan lagu keroncongkaitanya dalam menghasilkan kebaruan. Setiapkarya baru yang diciptakan oleh seorang senimantidak serta merta lahir begitu saja, melainkandiperoleh melalui pengkombinasian-

15Volume 13 No. 1 Juli 2020

Soladi, Wisnu Mintargo & Kiswanto: Lagu Setia Janjiku: Bentuk Pembaruan Musik Keroncong Gaya Ismanto

pengkombinasian atau pencampuran-pencampuranantara beberapa unsur yang telah ada sebelumnya.Relasi antara kebaruan dan pencampuran menjadipenting untuk ditekankan sebagai prinsip-prinsipdasar yang dapat diterapkan dalam menciptakanlagu keroncong dengan gaya atau versi baru olehseniman yang lebih luas. Relasi yang demikian dapatdilihat dan dicermati pada bentuk karya yangdihasilkan. Damono (2014: 16) menyebut fenomenasemacam itu sebagai proses intertekstual padasebuah teks: yang menjadi baru karena merupakanhimpunan teks-teks lain (lagu lainnya) yang adasebelumnya.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian mengenai musik keroncong telahbanyak dihasilkan oleh para peneliti sebelumnya,namun tidak ada satupun yang secara khususmembahas mengenai kesenimanan dan karya-karyaIsmanto. Sejauh ini hanya Budiman (1979) yang telahmengulas tentang profil Ismanto, yakni di dalambukunya yang lebih banyak membahas tentangteknik permainan musik keroncong, sejarah, besertaprofil dari tokoh-tokoh musik keroncong.

Sejarah, gaya, dan perkembangan musikkeroncong di Indonesia telah banyak dijelaskan olehHarmunah (1987), termasuk juga Ganap (2011)yang secara lebih spesifik membahas mengenaiKeroncong Toegoe sebagai musik hybrid yangdihasilkan dari membaurnya budaya Portugis danbudaya Indonesia. Di samping itu ada juga Suadi(2017) yang lebih banyak membahas tentang sejarahmusik populer di Indonesia, di dalamnya jugadisebutkan bahwa keroncong sebagai musik populerpertama di Indonesia. Penelitian lain mengenai musikkeroncong seperti yang dihasilkan Sodik (2002),Sugiyanto (2003), Darini (2012), Rachman (2013),Akbar (2013), Wardani (2014), Nugroho (2015),Ratna Sari (2015), Widyanta (2017), dan Fikri(2017) juga semakin memperkaya pengetahunmengenai musik keroncong dengan keberagamantopik, perspektif, dan obyek yang dibahas.

3. METODE

Penelitian ini menggunakan metode kualitatifyang bersifat deskriptif dan analitik untukmenganalisis dan menjelaskan permasalahan yangdiajukan. Tahap-tahap yang dilakukan dalampenelitian di antaranya adalah mengumpulkan data-data yang relevan sebanyak mungkin melalui prosespengamatan, pengamatan terlibat, dan dokumentasiterhadap berbagai aktivitas musikal dan non-musikalpara musisi dan komunitas keroncong di Surakarta,wawancara dengan beberapa narasumber yangcukup mengenal Ismanto, studi kepustakaan yangterkait dengan topik permasalahan dan pembahasan,serta studi arsip dokumen dan rekaman musik yangterkait dengan Ismanto.

Data-data yang telah dikumpulkankemudian diolah agar dapat dideskripsikan di ataskertas, antara lain dengan mentranskripsi notasimusik, menyalin hasil wawancara, serta memilihgambar dan foto yang cukup representatif untukdigunakan menjelaskan.

Data-data yang telah dikumpulkan dandiolah, selanjutnya dianalisis dan dideskripsikansecara interpretatif melalui pendekatan diakronik(kronologi sejarah) yang mengkaitkan danmengorganisasikan teori dan fakta ke dalampenafsiran-penafsiran antara bentuk teks lagu dangaya musik yang dihasilkan Ismanto dengan bentuk-bentuk teks lagu dan gaya musik yang telah ada danberkembang sebelumnya. Cara berpikir kronologisyang terkait dengan sejarah dapat membantumerekonstruksi kembali peristiwa atau kejadianyang pernah terjadi di masa lampau (Galtung, 1970:94). Hal itu didasari atas ketiadaan Ismanto yangtelah meninggal dunia sejak tahun 1996, sedangkanlagu Setia Janjiku diperkirakan diciptakan sekitartahun 1960-an.

4. PEMBAHASAN

4.1 Biografi Kesenimanan IsmantoIsmanto merupakan seorang tokoh yang

berpengaruh dalam perkembangan musikkeroncong di Indonesia. Ia lahir di Ambarawa pada

16 Volume 13 No. 1 Juli 2020

tahun 1920 dan wafat di Surakarta pada 1996.Peranannya di dalam musik keroncong adalahsebagai komponis lagu dan penyanyi. Ismantotinggal di Surakarta tepatnya di kelurahan Nusukan.Sebelum namanya besar dalam dunia musikkeroncong, Ismanto bekerja sebagai karyawan disebuah toko sepatu bernama toko “Sadinoe”.

Gambar 1. Ismanto dalam profil kaset Album EmasKeroncong

(audiolibrary.rri.co.id/v2/album/409/ismanto/album-emas-keroncong-ismanto)

Mulanya Ismanto muncul di Radio RepublikIndonesia (RRI) Surakarta bersama dengan orkeskeroncong (O.K) Sederhana pimpinan Aliman padatahun 1950. Selain itu Ismanto juga bergabungdengan OK. Bunga Mawar asuhan Suprono.Karena suara Ismanto yang menarik, pihak RRImengajak bergabung dengan Radio Orkes Surakarta(ROS) Pimpinan Kamsidi pada tahun 1951. Sejaksaat itu Ia mulai dinas di RRI sebagai karyawanmusik. Kemampuan Ismanto dalam bernyanyikeroncong memang tidak bisa diragukan lagi,terbukti dengan prestasi yang diraihnya sebagai juarabintang radio tingkat nasional tiga kali berturut-turutpada tahun 1956, 1957, dan 1958. Kemudian padatahun 1959 Ismanto di tugaskan untuk mengikuti misikesenian ke Malaysia bersama Orkes Studio

Djogjakarta(OSD) pimpinan Saiful Bahri. Padatahun 1961 Ismanto ke Rusia, Cina, Korea, Vietnam,dan India selama tiga bulan bersama rekannyaBagong Kusudiharjo untuk menjalani misikebudayaan yang dipimpin oleh Sumaryo (Budiman,1979:170-171).

Setelah menyelesaikan misi kebudayaan,Ismanto melanjutkan karirnya sebagai karyawanmusik di RRI dan menjalani beberapa produksirekaman lagu keroncong. Ismanto merupakanpenyanyi dan pencipta lagu yang produktif. Sebagaipencipta lagu, Ismanto juga menyanyikan lagu-lagudari karya seniman lainnya dalam albumnya. Hal iniyang menjadikan Ismanto memiliki banyak temanuntuk berbagi ilmu dalam hal menciptakan lagukeroncong. Salah satu temannya yang paling eratadalah pencipta lagu asal Semanggi, Pasarkliwon,Surakarta yang bernama Waluya. Ismanto begitumengidolakan karya-karya dari Waluya dan merekajuga beberapa kali bekerja sama dalam musikkeroncong (Hartono, wawancara 27 Mei 2019).

Ismanto melakukan kerjasama denganbeberapa studio rekaman di Surakarta, Semarang,dan Jakarta. Studio rekaman menawarkan produksirekaman untuk lagu-lagu ciptaan Ismanto. Suatuketika Ismanto sedang proses rekaman di salah satustudio di Semarang selama dua hari untuk produksisatu album. Kemudian dari pihak produser memintaIsmanto untuk menambah lagu untuk satu album lagidan diminta tinggal dulu di Semarang. Ismantomulanya menolak karena permintaan terlalumendadak dan belum menyiapkan satu pun lagu baru,namun akhirnya Ismanto memutuskan membuatbeberapa lagu baru. Beriringan dengan prosesrekaman yang sedang berlangsung, Ismantomemanfaatkan sela-sela waktu untuk menciptakanlagu yang diminta untuk produksi album rekamanselanjutnya. Seperti itu diungkapkan oleh Hartono,rekan Ismanto yang saat itu sebagai pemain gitardalam Radio Orkes Surakarta (ROS) (Hartono ,wawancara 27 Mei 2019).

Ismanto dianggap sebagai penyanyi yangberkualitas dengan cengkok yang khas. Selainsebagai penyanyi, peran Ismanto sebagai penciptalagu juga memiliki pengaruh serta kesan tersendiri

17Volume 13 No. 1 Juli 2020

Soladi, Wisnu Mintargo & Kiswanto: Lagu Setia Janjiku: Bentuk Pembaruan Musik Keroncong Gaya Ismanto

pada masyarakat seniman keroncong. Ismantomerupakan pencipta lagu keroncong yang produktifdan kreatif. Produktivitas Ismanto bisa dilihat dariberapa banyak karya-karya yang dihasilkannya.Informasi yang sering penulis dengar dari seniman-seniman keroncong di Surakarta, Ismanto memilikihingga lebih dari 300 karya lagu. Hal itu diperjelasoleh tulisan dalam surat kabar (redaksi tidakdiketahui) yang terbit pada tahun 1984 berikut ini.

Gambar 2. Essay tentang Ismanto dalamsurat kabar Minggu Pagi No. 38 1 Januari 1984(Sumber: Koleksi Hartono, diakses 26 Juni 2019)

Pada 30 Desember 2016, HAMKRIcabang Surakarta menggelar acara “Tribute toIsmanto”. Acara digelar pada pukul 19.30 WIB –selasai bertempat di Joglo Sriwedari dengan pengisiacara Orkes keroncong KLJ (Keroncong LesehanJoglo). Selain itu acara juga dimeriahkan denganmengundang teman-teman penyanyi Ismanto untukmenyanyi lagu-lagu karya Ismanto. Acara yangdigelar menandakan seberapa penting dan besarkontribusi Ismanto untuk musik keroncong. Sampaisaat ini lagu-lagu ciptaan Ismanto masih seringdinyanyikan bahkan juga sebagai materi dalambeberapa acara kompetisi menyanyi atau groupmusik keroncong.

Gambar 3. Orkes Keroncong KLJ dalam acaraTribute to Ismanto(Foto : Soladi, 2016)

Seseorang yang dianggap sebagai tokoh,tentu memiliki peran yang besar dalam suatu tempat,bidang keilmuan, atau membangun sebuah kesanistimewa yang diakui kelompok masyarakat tertentu.Hal demikian yang akhirnya memunculkan alasan-alasan mengapa seseorang tersebut ditokohkan.Seorang Ismanto dalam pandangan beberapaseniman keroncong di Surakarta, merupakan tokohyang istimewa dan mengesankan, khususnya dalammenyanyi dan mencipta lagu keroncong.

Kus Sudiarso sebagai penyanyi keroncongmengungkapkan bahwa cara bernyanyi Ismanto itucengkoknya kemayu , ambitus suaranya tinggi(tenor), dan mampu menyampaikan maksud dari laguyang dinyanyikan. Kus Sudiarso juga mengungkapbahwa biasanya seorang penyanyi keroncong yangbagus menyanyi keroncong asli, banyakkemungkinan ketika menyanyi langgam Jawamenjadi kurang bagus karena tekniknya jugaberbeda. Begitu pun sebaliknya, orang yang bagusmenyanyikan langgam Jawa biasanya kurang jikamenyanyikan keroncong asli. Namun Ismantomampu membawakan lagu keroncong asli maupunlanggam Jawa dengan kualitas yang sama-samabagus (Kus Sudiarso, wawancara 18 Maret 2019).

Kemampuan Ismanto dalam bernyanyimendukung atas kualitas lagu yang diciptakannya.Dengan menyanyi, Ismanto mendapat pengalamanmusikal yang luas lewat lagu-lagu yang dinyanyikan.Pengetahuan berupa melodi, lirik, tema lagu,

18 Volume 13 No. 1 Juli 2020

penataan sastra membuat Ismanto mampumenghasilkan inovasi-inovasi sebagai produkkreativitasnya. Danis Sugiyanto menyebut Ismantomerupakan pioner penciptaan lagu-lagu keroncongasli yang berbeda (Danis Sugiyanto, wawancara2019).

Di antara karya-karya Ismanto yang begitubanyak, pembaruan yang dilakukan Ismanto dapatdilihat pada salah satu lagunya yang berjudul SetiaJanjiku. Lagu tersebut termasuk jenis keroncong asli,namun juga memiliki karakteristik langgam Jawa.Artinya, lagu tersebut tampak mengadopsi dua gayayang berbeda untuk dipadukan menjadi sebuah satukesatuan (unity) dengan karakteristiknya sendiri.Paparan pada bab ini menunjukan posisi Ismantosebagai pencipta lagu, penyanyi, serta tokohkeroncong yang berpengaruh di Surakarta.

4.2 Modus Mayor dan Pelog KeroncongSajian lagu Keroncong Setia Janjiku dalam

sebuah rekaman yang diproduksi oleh PusakaRecord pada 1984 memunculkan fenomena lagukeroncong asli yang bernuansa Jawa. Lagu initampak mengadopsi dua gaya yang berbeda untukdipadukan menjadi sebuah satu kesatuan (unity)yang membentuk karakteristiknya sendiri. Strukturlagu ini identik dengan lagu keroncong asli, namunterdapat bagian-bagian yang bermuatan unsur-unsurlanggam Jawa.

Apabila dicermati lebih dalam, lagu initampak menggunakan dua modus nada di dalamnya,yaitu diatonis (mayor) dan pentatonis yang mengarahatau menyerupai laras pelog pada karawitan Jawa.Maksud dari menyerupai laras pelog adalahpenggunaan atau pemilihan nada yang intervalnyamendekati sistem pelarasan pelog pada gamelanJawa. Praktisi musik keroncong mengenal tangganada pentatonis ini sebagai pelog keroncong,karena sebenarnya tidak sama persis dengan laraspelog pada gamelan Jawa. Perbandingan antarasusunan tangga nada diatonis (mayor), pelogkeroncong, dan pelog gamelan dapat dilhat padanot di bawah ini.

Tabel 1. Perbandingan tangga nada/larasantara Diatonis, Pelog Keroncong/Pentatonis, danPelog Gamelan/Karawitan

Permainan nada-nada dengan moduspentatonis (pelog keroncong) sering digunakansecara konsisten untuk kategori bentuk lagulanggam Jawa, sedangkan permainan nada-nadadengan modus mayor dan minor sering digunakansecara konsisten untuk kategori bentuk lagukeroncong asli. Pembagian nada-nada dan melodiyang dimainkan secara berurutan melalui keduamodus tersebut dapat diamati pada notasi di bawahini.

Notasi 1. Notasi lagu Kr. Setia Janjiku(Transkriptor: Soladi)

Transkrip lagu dengan notasi di atasdigambarkan dengan warna-warna yang berbeda.Notasi yang berwarna biru untuk menandai melodilagu dengan modus tangga nada pentatonis (pelogkeroncong), sedangkan notasi yang berwarna hijauuntuk menandai melodi lagu dengan modus tangganada diatonis (mayor). Sementara itu, notasi yangberwarna merah sebagai tanda motif melodi yang

Diatonis 1 (do)

2 (re)

3 (mi)

4 (fa)

5 (sol)

6 (la)

7 (si)

Pelog Keroncong (pentatonis)

1 (do)

- 3 (mi)

4 (fa)

5 (sol)

- 7 (si)

Pelog gamelan/ karawitan(kepatihan) y (nem) u(pi) 1(ji) 2(ro) 3(lu) 4(pat) 5(mo)

19Volume 13 No. 1 Juli 2020

Soladi, Wisnu Mintargo & Kiswanto: Lagu Setia Janjiku: Bentuk Pembaruan Musik Keroncong Gaya Ismanto

berperan sebagai penghubung antara modus tangganada mayor dan pelog keroncong.

4.3 Keroncong Asli dan Langgam JawaIrama langgam Jawa dalam musik keroncong

sebenarnya bukan sesuatu yang asing atau tidakbiasa, namun terdapatnya irama langgam Jawa padalagu keroncong asli merupakan hal yang tidak wajar.Lagu keroncong asli umumnya sudah mempunyaipakem dan iramanya sendiri. Lagu keroncong asliberstruktur A – B – C, dimulai dengan awalan solobiola atau flute atau gitar dengan mengambilpotongan melodi musik klasik mirip dengan kadensayang dalam keroncong disebut prospel. Kemudiandisusul dengan instrumen lainnya dan flute atau biolamemainkan melodi pengantar lagu, biasanya melodiyang di pakai adalah 4 birama dari bagian C.Selanjutnya masuk bagian A terdiri dari 8 birama,kemudian interlude 2 birama, disusul bagian B yangterdiri dari 10 birama, dan bagian C yang terdiri dari8 birama bagian koda berupa progresi kord I – IV-V –I / 1 – 4 – 5 - 1. Jadi lagu keroncong aslimemiliki 28 birama bila dihitung mulai dari masuknyalagu/vokal. Contoh lagu keroncong asli adalahSenggenggam Harapan Cipt. Budiman BJ, JiwaMerana Cipt.Ismanto, dan Bumi Emas Cipt.Gesang.

Lagu Keroncong Asli

Irama Keroncong|| prospel ||| 1. . . |4 . 5 . | 1 . . . | 4 . 5 . | 1 . . . | 1 . . .|Violin/Flute/Gitar semua instrumen

A. | 1 . . . | 1 . . . | 5 . . . | 5 . . . | 2 . . . | 2 . . . ||5 . . . | 5 . . . | 5 . . . | 5 . . . | interlude

B. | 4 . . . | 4 . . . | 4 . . . | 4. 5 . || 1 . . . | 1 . . . | 5 . . . | 5 . . . |

C. | 1 . . . | 4 . 5 .| 1 . . . | 4 . 5. || 1 . . . | 1 . . . | 5 . . . | 5 . . . |

Coda. | 1 . . . | 4 . 5 . | 1 . . . |

Notasi 2. Struktur serta progresi akord pada laguKeroncong asli

Langgam Jawa dalam musik keroncongmerupakan bentuk lagu yang disajikan dengan polapermain menyerupai gamelan pada karawitan,namun disajikan dengan alat musik keroncong. Padaumumnya lagu ini memiliki 2 bagian yaitu A dan Bdengan urutan sajian AI-AII-B-AII. Lagu langgamJawa umumnya memiliki 32 birama. Untukmengawali sajian langgam Jawa biasanyamenggunakan bawa, atau sebagai alternatif yang lainmenggunakan intro yang diambil dari 8 biramabagian akhir lagu tersebut. Setelah intro masukbagian AI sepanjang 8 birama, kemudian lanjut keAII dengan 8 birama, kemudian masuk bagian Bsepanjang 8 birama, lanjut lagi ke AII sepanjangdelapan birama, kemudian ke interlude atau bisalangsung ke koda.

Bentuk lagu langgam Jawa terdapatpembagian jenis irama layaknya irama pada gamelan,namun lebih bebas dan setiap individu ataukelompok mempunyai tafsir yang berbeda-beda.Karakteristik musikal Jawa dibangun dengan unsur-unsur yang diadopsi dari beberapa konsep-konseppada karawitan. Selain itu secara suara yangdihasilkan dan melodi yang disusun juga diupayakanuntuk mendekati laras-laras yang ada pada gamelan.Jadi untuk lagu langgam Jawa bisa dikatakan memilikikebebasan dalam perpindahan selehnya, namuntetap menggunakan nada-dana yang sesuai denganlaras yang dipakai. Karena memang merupakansebuah hasil dari adaptasi lagu pop atau langgamkeroncong terhadap budaya musikal Jawa. Contohlagu langgam Jawa yaitu Yen ing Tawang anaLintang (Andjar Any), Kenya Sulistya (Kaswadi),Kembang Melati Mekar Sore (Ismanto), CapingGunung (Gesang). Nyungging Ati (Ismanto),Wuyung (Ismanto). Sebagai contoh, berikut adalahstruktur sajian langgam Jawa Yen ing Tawang anaLintang :

20 Volume 13 No. 1 Juli 2020

Lgm.Jw. Yen ing Tawang ana Lintang

Bawa atau IntroAI | 5 . . . | 4 . . . | 3 . . . | 3 . . . | | 7 . . . | 4 . . . | 3 . . . | 3 . . . |

AII | 5 . . . | 4 . . . | 3 . . . | 3 . . . | | 7 . . . | 4 . . . | 1 . . . | 1 . . . |

B | 4 . . . | 4 . . . | 3 . . . | 3 . . . | | 7 . . . | 1 . . . | 3 . . . | 3 . . . |

AII | 5 . . . | 4 . . . | 3 . . . | 3 . . . | | 7 . . . | 4 . . . | 1 . . . | 1 . . . |

suwukCoda. | 1 . . . | 4 . 5 . | 1 . . . ||

Notasi 3. Struktur serta progresi seleh pada lagulanggam Jawa

Penulisan notasi di atas memang terdapatbeberapa bagian atau ornamen musik yang disebutdengan mengambil istilah dari karawitan dan musikbarat. Sehingga ada istilah suwuk, bawa, seleh yangdipinjam dari karawitan serta ada istilah intro, birama,koda yang diambil dari musik barat. Meskipundalam sajiannya menggunakan sistem seleh sepertihalnya gamelan, penulisan simbol selehnya tidakmenggunakan Ji, ro, lu, mo, nem dalam notasikepatihan melainkan tetap menggunakan solmisasinot angka. Karena tidak cocok bila kepatihandigunakan pada langgam Jawa dalam musikkeroncong, kecuali lagu langgam Jawa yang disajikandengan iringan gamelan.

4.4 Garap Gaya Baru dari Keroncong Asli danLanggam Jawa

Lagu Setia Janjiku umumnya disebut sebagailagu keroncong asli, namun jika mengamati unsur-unsur musikal yang membentuknya tidak sepenuhnyademikian karena ada beberapa bagian-bagian yangunsur-unsurnya keluar dari pakem keroncong asli.Lagu Setia Janjiku dapat disebut sebagai lagukeroncong asli yang nglanggami, karena adanyaunsur-unsur langgam Jawa yang dipadukan di

dalamnya, baik secara sinkronis (hubunganstruktural) mapun diakronis (urutan sajian).

Perpaduan antara keroncong asli danlanggam Jawa pada lagu Setia Janjiku dapat dilihatpada skema sajian berikut ini.

Tabel 2. Skema sajian lagu Setia Janjiku (Hasil transkripsi rekaman lagu Setia Janjiku

Mp3 Album Emas Keroncong)

Keterangan :

Sajian lagu Setia janjiku dimulai denganawalan solo biola atau prospel, kemudian disusuldengan instrumen lainnya dalam akord 1. Setelahitu biola memainkan lagu dengan disusul instrumenlainnya dalam akord 5. Setelah itu dilanjutkan olehpermainan flute untuk menggiring masuk ke bagianintro dengan irama langgam Jawa dan flute atau biolamemainkan melodi pengantar lagu. Melodi yangdipakai biasanya adalah 4 birama dari bagian C.Pada pengantar lagu gaya permainan instrumen yangdigunakan mengimitasi gamelan Jawa denganmenyerupai laras pelog. Selanjutnya masuk bagianA terdiri dari 7 birama, 4 birama pertama masihmenggunakan sistem musikal jawa dengan nada beratDo (1) pada birama 1 dan 2, nada berat Si (7) padabirama 3 dan 4. Kemudian pada birama ke 5 sampaike interlude menggunakan sistem musikal baratdimainkan dengan gaya permainan instrumenkeroncong asli yang disebut pola engkel, disusulbagian B yang terdiri dari 10 birama, dalam bagianB 4 birama awal masuk B masih memakai pola

P I P II P III Int Int Int Int Int A A A A A A A A Intrld Intrld B B B B B B B B B B C C C C C C C C Intrld Intrld Intrld Intrld A A A A A A A A Intrld Intrld B B B B B B B B B B C C C C C C C C Koda Koda

Dalam Irama Keroncong/Gaya permainan Keroncong Dalam Irama Langgam Jawa/Gaya permainan Langgam Jawa masing-masing Instrumen berbeda gaya(Campuran) P I Prospel pertama P II Prospel kedua P III Prospel kedua A Lagu bagian pertama B Lagu bagian kedua C Lagu bagian ketiga Int Intro lagu/musik pengantar lagu

Intrld Interlude/musik pada tengah lagu Koda Musik penutup sajian musik/lagu

21Volume 13 No. 1 Juli 2020

Soladi, Wisnu Mintargo & Kiswanto: Lagu Setia Janjiku: Bentuk Pembaruan Musik Keroncong Gaya Ismanto

engkel keroncong dan bagian C yang terdiri dari 8birama bagian koda berupa progresi kord 1 – 4 - 5– 1. Adapun skema strukturnya adalah sebagaiberikut ini.

Lagu Keroncong Setia Janjiku

|| prospel|| 1. . . |4 . 5 . | 1 . . . | 4 . 5 . | 1 . . . | 1 . . .|Irama langgam irama keroncong

A. | 1 . . . | 4 . . . | 7 . . . | 7 . . . | 2 . . . | 2 . . . | Irama langgam irama keroncong|5 . . . | 5 . . . | 5 . . . | 5 . . . | interlude

B. | 4 . . . | 4 . . . | 4 . . . | 4. 5 . |Irama keroncong| 1 . . . | 1 . . . | 5 . . . | 5 . . . |

Irama langgam

C. | 1 . . . | 4 . 5 .| 1 . . . | 4 . 5. |Irama keroncong| 1 . . . | 1 . . . | 5 . . . | 5 . . . |Irama langgam

Coda. |1 . . . | 4 . 5 . | 1 0 0 0 | suwuk

Notasi 4. Struktur serta progresi akord dan selehpada lagu Kr. Setia Janjiku

5. SIMPULAN

Upaya pembaruan dengan carapenggabungan dasar-dasar seni menjadi alternatifuntuk seniman kreatif yang hidup dalam duniaindustri. Hal itu tidak merubah posisi tradisi musikyang sudah ada, namun justru berdampak padamusik Indonesia yang lebih beragam. Bentuk garapdan masuknya unsur-unsur lain pada lagu keroncongSetia Janjiku menunjukkan gaya penciptaan Ismantoyang berbeda dengan komponis lainnya di era itu.Ismanto telah banyak mencipta lagu jenis keroncongasli maupun jenis langgam Jawa, dari pengalamanitulah yang membuat seorang Ismanto mampu

menciptakan dan menggabungkan kedua gaya yangberbeda menjadi satu. Adanya unsur-unsur yangmenyimpang dari lagu keroncong asli pada umumnyabukan karena ketidaktahuan, melainkan karenakekayaan pengalaman musikal Ismanto dalammenciptakan lagu. Lagu Setia Janjiku umumnyadisebut sebagai lagu keroncong asli, namun tidaksepenuhnya demikian karena merupakan wujudperpaduan antara keroncong asli dan langgam Jawa.Oleh karena itu, Lagu Setia Janjiku dapat disebutsebagai lagu keroncong asli yang nglanggami.

6. DAFTAR ACUAN

Akbar, Neo. 2013. “Perkembangan MusikKeroncong Gaya Surakarta Tahun 1920-1970.” Universitas Negeri Yogyakarta.

BJ, Budiman. 1979. Mengenal Keroncong DariDekat. Jakarta: Perpustakaan AkademiMusik LPKJ.

Damono, Sapardi Joko. 2014. Alih Wahana. ed-ited by Sonya I Sondakh & PriscaDelima. Ciputat: Editum.

Darini, Ririn. 2012. “Keroncong: Dulu Dan Kini.”Mozaik Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial DanHumaniora 6(1):19–20.

Fikri, Mohammad Tsaqibul and ZulkarnainMistortoify. 2019. “Prospel:Kemunculannya Pada MusikKeroncong.” Institut Seni IndonesiaSurakarta.

Galtung, Johan. 1970. Diacronic Generalitation,Poces Generalisys & Causal Analisys.New York: Peloncut.

Ganap, Victor. 2011. Krontjong Toegoe. 1st ed.Yogyakarta: Badan Penerbit Institut SeniIndonesia Yogyakarta.

Gell, Alfred. 1998. Art and Agency: An Anthro-pological Theory. Oxford: ClarendronPress.

22 Volume 13 No. 1 Juli 2020

Harmunah, S. 1987. Musik Keroncong Sejarah,Gaya, Dan Perkembangan. Yogyakarta:Pusat Musik Liturgi.

Kiswanto, Rr. Paramitha Dyah Fitriasari, and TimbulHaryono. 2019. “Transformasi MultipelDalam Pengembangan Seni KudaKepang.” Dance and Theatre Review:Jurnal Tari, Teater, Dan Wayang2(1):1–16.

Nardi, W. S. n.d. “Keroncong.” Manuskrip KoleksiAri Mulyono.

Nettl, Bruno. 2012. Teori Dan Metode DalamEtnomusikologi (Ter. Nathalian H.P.DPutra). Jayapura: Jayapura Center ofMusic.

Nugroho, Yermia Sapto. 2015. “Analisis TeknikPermainan Gitar Dalam Irama KeroncongPada Hamkri Surakarta.” UniversitasNegeri Yogyakarta.

Rachman, Abdul. 2013. “Bentuk Dan Analisis MusikKeroncong Tanah Airku Karya KellyPuspito.” Harmonia - Journal of ArtsResearch and Education 13(1).

Ratna Sari, Dani. 2015. “Perkembangan MusikKeroncong Di Surakarta Tahun 1960-1990.” Avatara 3(2).

Sodik, Muh. 2002. “Andjar Any, Proses KreatifPenciptaan Lagu, Sebuah Biografi.”Institut Seni Indonesia Surakarta.

Suadi, Haryadi. 2017. Djiwa Manis IndoengDisajang. Bandung: Kiblat dan PustakaJaya.

Sugiyanto, Danis. 2003. “Sumbangan KomponisGesang Martohartono Terhadap MusikIndonesia.” Universitas Gadjah MadaYogyakarta.

Wardani, Novelia Kusuma. 2014. “Peran DanKreativitas Ebiet Soedaryanto DalamPerkembangan Musik Keroncong DiKota Surakarta.” Institut Seni IndonesiaSurakarta.

Widyanta, Nugrahanstya Cahya. 2017. “EfektivitasKeroncong Garapan Orkes Keroncong.”Jurnal Kajian Seni 03(02):165–80.

Narasumber:

Danis Sugiyanto, 48 tahun, Akademisi ISI Surakarta,praktisi karawitan, praktisi keroncong,pemain biola. Gentan, Sukoharjo.

Hartono, 67 tahun, Pensiunan karyawan musik RRISurakarta, pemain Gitar. Semanggi,Pasarkliwon, Surakarta.

Kus Sudiarso, 58 tahun, penyanyi keroncong,pencipta lagu. Laweyan, Surakarta.

Catatan Akhir:

1 Era perkembangan musik keroncongketika dianggap telah mencapai puncak estetikayang ditandai dengan pemberlakuan pakem(konvensi bentuk) dengan karakteristik dan gayamusikal yang bermacam-macam, komposisi ber-setting 7 (biola/string instrument, flute/woodwind, bass, cello (selo), cak (banyo), cuk (ukulele),dan gitar), dan banyaknya produksi karya-karyaoleh seniman beserta kesenimananya (IsmailMarzuki, Ismanto, Gesang, Mardjo Kahar, AndjarAny, Waljinah, Mini Satria, Budiman B.J., dan lain-lain).