Bahan Bakar Ramah Lingkungan

17
1. Latar Belakang Bahan bakar memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Krisis energi yang terjadi di dunia khususnya dari bahan bakar fosil yang bersifat tak terbaharukan (non renewable) disebabkan karena menipisnya cadangan minyak bumi. Hal ini mengakibatkan meningkatnya harga bahan bakar minyak (BBM). Kodisi ini akan memicu kenaikan biaya produksi yang berdampak pada kenaikan biaya hidup. Selain itu juga BBM bersifat tidak ramah lingkungan. Oleh karena itu perlu dicari sumber-sumber bahan bakar alternatif yang bersifat terbaharukan (renewable) dan ramah lingkungan Kelangkaan BBM merupakan pemandangan yang dijumpai di berbagai daerah di tanah air. Ketergantungan terhadap bahan bakar fosil setidaknya memiliki tiga ancaman serius, yaitu : (1) menipisnya cadangan minyak bumi (bila tanpa temuan sumur baru), (2) Kenaikan/ kestabilan harga akibat laju permintaan yang lebih besar dari produksi minyak, (3) Polusi gas rumah kaca (terutama CO2) akibat pembakaran bahan bakar fosil (Yuli Setyo Indartono. 2005). Berdasarkan data secara nasional terlihat penurunan produksi minyak yang terus-menerus sejak paruh akhir dekade 1990-an hingga sekarang, sehingga untuk pertama kalinya tingkat konsumsi dalam negeri melewati produksi nasional 2003. Pada tingkat produksi saat ini, yaitu sekitar 830.000 barrel oil per day (BOPD) pada April 2013, Indonesia telah berada di luar top produsen minyak terbesar dunia. Sebagai gambaran, dengan produksi sekitar 854.000 BOPD pada 2012 (TECP, 2012), maka Indonesia berada pada urutan 23 (EIA,

Transcript of Bahan Bakar Ramah Lingkungan

1. Latar Belakang

Bahan bakar memiliki peran penting dalam kehidupan

manusia. Krisis energi yang terjadi di dunia khususnya dari

bahan bakar fosil yang bersifat tak terbaharukan (non

renewable) disebabkan karena menipisnya cadangan minyak bumi.

Hal ini mengakibatkan meningkatnya harga bahan bakar minyak

(BBM). Kodisi ini akan memicu kenaikan biaya produksi yang

berdampak pada kenaikan biaya hidup. Selain itu juga BBM

bersifat tidak ramah lingkungan. Oleh karena itu perlu

dicari sumber-sumber bahan bakar alternatif yang bersifat

terbaharukan (renewable) dan ramah lingkungan

Kelangkaan BBM merupakan pemandangan yang dijumpai di

berbagai daerah di tanah air. Ketergantungan terhadap bahan

bakar fosil setidaknya memiliki tiga ancaman serius,

yaitu : (1) menipisnya cadangan minyak bumi (bila tanpa

temuan sumur baru), (2) Kenaikan/ kestabilan harga akibat

laju permintaan yang lebih besar dari produksi minyak, (3)

Polusi gas rumah kaca (terutama CO2) akibat pembakaran

bahan bakar fosil (Yuli Setyo Indartono. 2005).

Berdasarkan data secara nasional terlihat penurunan

produksi minyak yang terus-menerus sejak paruh akhir dekade

1990-an hingga sekarang, sehingga untuk pertama kalinya

tingkat konsumsi dalam negeri melewati produksi nasional

2003. Pada tingkat produksi saat ini, yaitu sekitar 830.000

barrel oil per day (BOPD) pada April 2013, Indonesia telah

berada di luar top produsen minyak terbesar dunia. Sebagai

gambaran, dengan produksi sekitar 854.000 BOPD pada 2012

(TECP, 2012), maka Indonesia berada pada urutan 23 (EIA,

2012) produsen minyak dunia. Ketiadaan penemuan cadangan

baru secara berarti untuk mengangkat kembali tingkat

produksi juga membuat Indonesia sekarang berada di urutas

tersebut yang jauh menurun dibanding pada urutan 18

(ASPOUSA, 2013) dengan produksi rata-rata 1.237.000 BOPD

pada tahun 2002 (TECP, 2012). Peringkat indonesia dalam

kepemilikan cadangan minyak yang sebesar 3,99 milyar barel

pada 1 januari 2012 adalah hanya pada urutan ke 27 dunia.

Hal ini terjadi di saat produksi total dunia meningkat

sekitar 65 juta BOP menjadi 73 juta BOPD pada periode yang

sama (Indexmundi, 2013), dan dengan total cadangan terbukti

minyak dunia sebesar 1.482 barel pada 1 januari 2012 (OPEC,

2012 dalam Widarsono, 2013).

Berikut dibawah ini tren konsumsi minyak dan produksi

minyak di Indonesia sejak tahun 1978 hingga 2012 :

Aktivitas pemakaian kendaraan bermotor oleh masyarakat

dirasakan semakin meningkat. Hal tersebut dapat menimbulkan

pencemaran udara yang berasal dari knalpot dan mesin

kendaraan tersebut. Bahan buangan dari kendaraan bermotor

dikenal sebagai sumber utama bahan-bahan polutan. Walaupun

tidak terlihat secara kasat mata, pencemar di udara

mengancam kehidupan kita dan makhluk hidup lainnya.

Pencemar udara menyebabkan kanker dan dampak kesehatan

serius, menyebabkan smog dan hujan asam, mengurangi daya

perlindungan lapisan ozon di atmosfir bagian atas, dan

berpotensi untuk turut berperan dalam perubahan iklim

dunia.

Banyak ahli mengakui, pencemaran udara terutama di

kota-kota besar di Indonesia bukannya menunjukan gejala

makin membaik, melainkan makin memburuk. Dan sumber utama

pencemaran itu terutama berasal dari gas buang kendaraan

bermotor. Disebutkan bahwa 80% pencemaran udara disebabkan

kendaraan bermotor, dan sisanya oleh aktivitas industri

(Widiastono, Tonny D., 2003).

Setiap bernafas, untuk setiap dewasa rata-rata

menghirup 11.4 m3 udara tiap hari. Udara yang dihirup, jika

tercemar oleh bahan berbahaya dan beracun, akan berdampak

serius pada kesehatan manusia, terutama anak-anak yang

lebih banyak bermain di udara terbuka dan lebih rentan daya

tahan tubuhnya.

Berdasarkan hal tersebut, mengakibatkan perlu adanya

usaha mengalihkan penggunaan Fossilfuel (yang kurang ramah

lingkungan) kepada bahan bakar yang environmental friendly

sehingga mengurangi efek yang merugikan bagi lingkungan.

Menurut Sutarman, (2006), dengan menurunnya tingkat

produksi minyak nasional, menimbulkan kuantitas import

terus menerus mengalami kenaikan tingkat yang signifikan.

Program penyediaan dan pemanfaatan energi alternatif

merupakan solusi sementara yang bertujuan untuk mengurangi

subsidi BBM, mencari sumber energi yang murah, efisien dan

lestari. Adapun potensi energi yang dapat dikembangkan di

Indonesia, antara lain : bahan bakar nabati (biofuel,

batubara dan gas). Namun cadangan minyak bumi, gas dan batu

bara masing-masing hanya tinggal 20, 62 dan 146 tahun lagi.

Salah satu bahan bakar yang bisa dikatakan environmental

friendly dalam penerapannya adalah bahan bakar yang berasal

dari bahan-bahan nabati yang biasa disebut Biofuel. 

2.1 Tinjauan Pustaka

A. Teknologi Ramah Lingkungan

Teknologi yaitu semua hal yang di ciptakan secara

sengaja oleh manusia melalui akal serta pengetahuannya

untuk memberikan kemudahan dalam kehidupan sehari-hari.

Sementara itu, ramah lingkungan artinya tidak

mengakibatkan kerusakan pada lingkungan sebagai tempat

tinggal manusia. Teknologi Ramah Lingkungan yaitu

teknologi yang di ciptakan untuk mempermudah kehidupan

manusia namun tidak mengakibatkan kerusakan atau

memberikan dampak negatif pada lingkungan di

sekelilingnya.

Prinsip dari teknologi yang ramah lingkungan ini

ada enam, yakni Recycle, Recovery, Reduce, Reuse, Refine, serta Retrieve

Energy. Refine artinya memakai bahan yang ramah lingkungan

dan lewat sistem yang lebih aman dari teknologi

sebelumnya Reduce artinya mengurangi jumlah limbah dengan

cara memaksimalkan pemakaian bahan. Reuse yaitu

menggunakan kembali beberapa bahan yg tidak terpakai

atau telah berbentuk limbah serta diolah dengan cara

yang berbeda. Recycle nyaris sama juga dengan reuse, hanya

saja recycle memakai kembali bahan-bahan atau limbah

dengan sistem yang sama. Recovery artinya pemakaian

material khusus dari limbah untuk diolah demi

kepentingan yang lain. Retrieve Energy yaitu penghematan

daya dalam satu sistem produksi.

B. Manfaat Teknologi Ramah Lingkungan

Teknologi yang ramah pada lingkungan memberikan

manfaat yang sangat besar buat kehidupan. Di bawah ini

akan kita bahas beberapa contoh manfaat teknologi ramah

lingkungan tersebut.

1.Mengurangi jumlah limbah supaya tak berlebihan hingga

dapat menghindar pencemaran lingkungan.

2.Teknologi ini benar-benar efisien serta efektif dalam

hal pemakaian sumber daya alam, hingga lingkungan juga

bisa tetap terjaga dengan baik.

3.Menekan biaya produksi/hemat. Memakai sumber daya alam

untuk sisi dari teknologi dapat menghemat biaya,

misalnya yaitu listrik tenaga surya yang cuma

mengandalkan energi matahari tanpa dipungut biaya.

4.Mengurangi resiko penurunan kondisi kesehatan makhluk

hidup, terutama manusia.

Adapun contoh teknologi ramah lingkungan serta

dapat kita temukan dengan mudah dalam kehidupan sehari-

hari, diantaranya adalah:

1.Sepeda

2.Bahan Bakar Biodiesel

3.Lampu Tenaga Surya

4.Mesin Tenaga Angin

5.Mesin Tenaga Surya

6.Mobil atau Sepeda Tenaga Listrik

7.Kulkas yang tidak menggunakan Freon

8.Pendingin ruangan yang tidak menggunakan Freon

9.Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

10. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

C. Fenomena dan Dampak Pencemaran Udara

Fenomena Pencemaran Udara meliputi :

1. 7 Pencemar udara adalah : Partikulat (partikel

debu), Sulfur Dioksida (SO2), Ozone Troposferik,

Karbon monoksida (CO), Nitrogen Dioksida (NO2),

Hidrokarbon (HC) dan Timbal (Pb).

2. Hujan Asam Hujan asam diartikan sebagai segala

macam hujan dengan pH di bawah 5,6. Hujan secara alami

bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena

karbondioksida (CO2) diudara yang larut dengan air

hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam

dalam hujan ini sangat bermanfaat karena membantu

melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh

tumbuhan dan binatang. Hujan asam disebabkan oleh

belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam

bahan   bakar   fosil serta nitrogen di udara yang

bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur   dioksida dan

nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan

bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan

asam nitrat yang mudah larut sehingga jatuh bersama

air hujan.Air hujan yang asam tersebut akan

meningkatkan kadar keasaman tanah dan air

permukaanyang terbukti berbahaya bagi kehidupan ikan

dan tanaman. Usaha untuk mengatasi hal inisaat ini

sedang gencar dilaksanakan.

3. Penipisan lubang ozon disebabkan polusi udara yang

memiliki kandungan karbondioksida (C02) yang

dikeluarkan asap pabrik ataupun jenis asap lainnya

seoerti knalpot kendaraan serta pembakakaran dari

bahan bakar fosil.

4. Perubahan iklim dan Pemanasan Global disebabkan oleh

yaitu manusia yang terus menerus menggunakan bahan

bakar yang berasal dari fosil seperti batu bara,

minyak bumi dan gas bumi, sebagian dari akibat

pemanasan global ini - yaitu mencairnya tudung es di

kutub, meningkatnya suhu lautan, kekeringan yang

berkepanjangan, penyebaran wabah penyakit berbahaya,

banjir besar-besaran, coral bleaching dan gelombang

badai besar. Kita juga telah mengetahui siapa yang

akan terkena dampak paling besar - Negara pesisir

pantai, Negara kepulauan, dan daerah Negara yang

kurang berkembang seperti Asia Tenggara.

5. Kualitas udara di dalam ruangan (indoor air

quality).

D. Potensi Sumber Energi Terbarukan Di Indonesia

Indonesia sesungguhnya memiliki potensi sumber

energi terbarukan dalam jumlah besar, seperti :

bioethanol sebagai pengganti bensin; biodiesel sebagai

pengganti solar; tenaga panas bumi, mikrohidro, tenaga

angin, tenaga surya, yang dapat digunakan untuk

membangkitkan listrik (Yuli Setyo Indartono, 2005).

Dengan adanya krisis BBM, merupakan saat yang tepat

untuk menata dan menerapkan dengan serius berbagai

potensi tersebut.

Indonesia sebagai salah negara tropis yang memiliki

sumber daya alam yang luas, sumber daya lahan,

agroklimat dan sumberdaya manusia serta kondisi iklim

tropis dengan curah hujan yang cukup, memungkinkan

berkembangnya teknologi optimalisasi produksi yang dapat

mendukung kelayakan pengembangan agribisnis dimana Usaha

pertanian merupakan usaha yang sangat potensial. Bahan

bakar nabati yang dapat dikembangkan untuk bahan bakar

fosil sebagai pengganti bensin atau solar adalah

biodiesel dan bio-etahol yang bersumber dari tanaman.

E. Biofuel

Biofuel adalah bahan bakar baik padatan, cairan

ataupun gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik.

Biofuel dapat dihasilkan secara langsung dari tanaman

atau secara tidak langsung dari limbah industri,

komersial, domestik atau pertanian. Terkait dengan upaya

pembuatan biofuel, ada dua strategi umum untuk

memproduksi biofuel. Strategi pertama adalah menanam

tanaman yang mengandung gula (tebu, bit gula, dan sorgum

manis) atau tanaman yang mengandung pati/polisakarida

(jagung), lalu menggunakan fermentasi ragi untuk

memproduksi etil alkohol. Strategi kedua adalah menanam

berbagai tanaman yang kadar minyak sayur/nabatinya

tinggi seperti kelapa sawit, kedelai, alga, atau

jathropa.

Keanekaragaman hayati Indonesia yang kaya dan

potensi besar untuk pengembangan pemanfaatan bioenergi,

bersama-sama dengan strategi terpadu dan insentif untuk

investasi yang dikembangkan oleh pemerintah,

menguntungkan posisi negara untuk memaksimalkan janji

jangka panjang yang berkelanjutan hasil dari ekonomi

biofuel. Produk dari biofuel di indonesia di antaranya

yaitu:

1) Bio-Ethanol

Bio-ethanol adalah ethanol yang diproduksi dari

tumbuhan. Di Brazil, bioethanol telah menggantikan 50 %

kebutuhan bensin untuk keperluan transportasi. Dimana

biioethanol tidak saja menjadi alternatif yang sangat

menarik untuk substitusi bensin, namun juga mampu

menurunkan emisi CO2 hingga 18 % (Yuli Setyo Indartono,

2005).

Bio-ethanol yang dijual Pertamina dengan nama

Biopremium merupakan zat yang mampu meminimalisasi zat

berbahaya yang dikeluarkan asap kendaraan bermotor,

tertutama Timbal. Saat ini bensin bertimbal yang dipakai

di Jawa Barat memang masih bensin bertimbal yang

diproduksi di kilang Cilacap. Sedangkan di Jakarta,

bensin disana sudah bebas timbal, bensin tanpa timbal

ini dipasok dari Balongan. Cilacap sebenarnya sudah

dapat memproduksi bensin tanpa Timbal, namun belum

dikeluarkan ke pasar mengingat sisa stok bensin

bertimbal yang masih cukup banyak untuk memenuhi

kebutuhan hingga akhir 2006 ( Feby, 2006).

Zat aditif ethanol memiliki beberapa kelebihan,

yakni dapat mengurangi bahan karsinogenik dalam bensin,

seperti : aromatik, benzene dan aldehyde sebagai pemicu

kanker dan emisi rumah kaca (CO2)

Sutarman (2006), menyatakan bahwa bio-etanol yang

dapat digunakan sebagai pengganti/campuran premium,

dapat dihasilkan dari tanaman yang memiliki kadar

karbohidrat tinggi, seperti :

1. Tebu

2. Jagung

3. Ketela pohon

4. Ketela rambat

5. Sagu, dll

Bahan baku unggulan untuk bio-etanol adalah jagung,

karena bio etanol yang dihasilkannya besar, yaitu 1 ton

jagung bisa menghasilkan 400 liter bio-etanol, dan mampu

menghasilkan etanol 99.5 % (full grade ethanol) yang

bisa digunakan untuk campuran bensin (gasoline) dan

kemudian disebut gasohol BE-10. Artinya setiap satuan

volume bahan bakar yangdigunakan, kandungan premiumnya

90% dan bio-ethanol 10 %.

2) Biodiesel / Biosolar

Biodiesel/Biosolar adalah senyawa organik yang

dapat digunakan sebagai bahan bakar diesel, yang

dihasilkan dari minyak nabati, lemak, hewani, atau

minyak bekas (anonim cit Dwiarum S, 2006) Menurut

Sutarman (2006), bahwa sifat biodiesel mirip minyak

solar, namun merupakan bahan bakar yang memiliki

keuntungan ramah llingkungan karena bebas sulfur, rendah

bilangan asap, pembakaran lebih sempurna dan non toxic.

Karena sifat itulah minyak nabati ini baik digunakan

sebagai pengganti/campuran solar.

Pembakaran dengan menggunakan biodiesel pada mesin

lebih sempurna, sehingga mengurangi kadar karbon

monoksida dan karbon dioksida yang keluar dari gas

buangan. Sutarman (2006), mengatakan bahwa biodiesel ini

berasal dari asam lemak yang berasal dari tanaman yang

mengandung minyak nabati meliputi :

1. Sirsak

2. Kelapa

3. Kelapa sawit

4. Kapuk

5. Jarak pagar

6. Kedelai, dll

Bahan baku biodiesel yang baik adalah berasal dari

kelapa sawit (Elaesis guineensis) dakam bentuk crude

palm oil (CPO). Namun CPO merupakan bahan untuk minyak

konsumsi dan komoditas eksport yang memiliki nilai

ekonomis tinggi. Sebenarnya tanaman jarak pagar

(Jatropha curcas) lebih ekonomis sebagai bahan

biodiesel, karena tanaman ini mampu tumbuh dan

berkembang pada lahan kritis. Selama ini tanaman jarak

pagar (Jatropha curcas) belum diusahakan secara khusus .

Secara agronomis, tanaman jarak pagar beradaptasi dengan

lahan maupun agroklimat di Indonesia, bahkan tanaman ini

dapat tumbuh baik pada kondisi kering (curah hujan lebih

kecil dari 500 mm per tahun) maupun pada lahan kritis

sekalipun (Departemen Energi dan Sumberdaya mineral,

2007).

Dimana disampaikan juga bahwa luas lahan kritis di

Indonesia lebih dari 20 juta hektar, dengan pemanfaatan

yang belum optimal atau bahkan cenderung ditelantarkan.

Dengan potensi tanaman jarak pagar yang mudah tumbuh,

dapat dikembangkan sebagai sumber bahan bakar alternatif

pada lahan kritis memberikan harapan baru. Bahan baku

biodiesel dari jagung perlu ada pertimbangan pula,

mengingat jagung merupakan komoditas pertanian yang

memiliki nilai ekonomis tinggi, maka ada kecenderungan

untuk meneliti bahan pengganti lainnya, yaitu ubi kayu

(Manihot esculenta).

Di Pare-pare Indonesia, pabrik biodiesel sudah

dibangun pada bulan Pebruari 2008 (Departemen Energi dan

Sumber Daya Mineral, 2008). Pabrik biodiesel ini ramah

lingkungan karena bahan bakunya diambil dari lumut yang

banyak tumbuh di pesisir pantai Parepare, serta

pembudidayaannya mudah dan tidak cepat rusak Anonim cit

Dwiarum (2006) mengatakan bahwa keuntungan biodiesel

bagi lingkungan dibandingkan dengan bahan bakar berbasis

petroleum, antara lain :

1. Mengurangi emisi karbon monoksida (CO) hampir

sebanyak 50 % dan karbon dioksida (CO2) sebanyak 78 %,

karena emisi biodiesel di daur ulang dari karbon yang

secara alami telah berada dalam atmosfir, tidak

menjadi karbon baru seperti bahan bakar berbasis

petroleum.

2. Dapat mereduksi emisi partikulat dari produk

pembakaran sebanyak 20 % sampai 50 %. Gas buang dari

proses pembakaran dengan mesin yang menggunakan BE-10

ini, menghasilkan emisi karbon dan hidrokarbon lebih

rendah dibandingkan dengan premium dan pertamax,

bahkan mesin BE-10 ini kinerja daya dan torsinya pun

cenderung lebih baik.

Tanaman biofuel dapat menyerap dan mengimbangi

jumlah karbon yang dipancarkan dengan memperbaiki

pembakaran bahan bakar. Dengan melakukan penghitungan

ganda maka tanaman akan menyerap karbon ketika tanaman

bioenergi dibudidayakan di lahan yang sudah digunakan

untuk produksi, atau sudah tumbuh tanaman lain, karena

bioenergi tidak selalu menghasilkan penyerapan karbon

tambahan. Biofuel hanya bisa mengurangi efek rumah

kaca jika ada tanaman tambahan, atau jika menghasilkan

biomassa yang bisa digunakan sebagai filtering limbah

lain dan membusuk.

Daftar Pustaka

Kusminingrum, Nanny. Bahan Bakar Nabati Sebagai Salah Satu Alternatif

Untuk Mendukung Penggunaan Bahan Bakar “Ramah Lingkungan”.

Bandung: Puslitbang Jalan dan Jembatan. Jl. AH Nasution

264.

Anata, Wendi. 2013. Biofuel: Bahan Bakar Ramah Lingkungan. Diakses

pada tanggal 06/09/2014 dari

http://greensingkong.blogspot.com/2013/01/biofuel-bahan-

bakar-ramah-lingkungan.html

Mutqin. 2013. 10 Bahan Bakar Alternatif Masa Depan. Diakses pada

tanggal 06/09/2014 dari :

http://teknologi.kompasiana.com/otomotif/2013/03/05/10-

bahan-bakar-alternatif-masa-depan-539373.html

LEMIGAS. 2010. Proses Pembuatan Bahan Bakar Bensin Dan Solar Ramah

Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi

Minyak dan Gas Bumi.

Rosdiana, Eviriyani. 2012. Biofuel Pengganti Bahan Bakar

Fosil. Diakses pada tanggal 07 September 2014

http://www.planetkimia.com/2012/09/biofuel-pengganti-

bahan-bakar-fosil/

Widarsono, Bambang. 2013. Cadangan dan Produksi Gas Bumi Nasional

Sebuah Analisis atas Potensi dan Tantangannya. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi (LEMIGAS)

http://www.amazine.co/21892/pengganti-bbm-ketahui-6-sumber-

bahan-bakar-alternatif/ diakses tanggal 05/09/2014.

http://artikelterkait.com/pengertian-teknologi-ramah-

lingkungan-dan-contohnya.html#ixzz3CavspdRL ditelusuri

tanggal 7 September 2014

https://www.academia.edu/4056790/Hujan_asam ditelusuri tanggal

7 september 2014

http://www.bimbingan.org/penyebab-penipisan-lapisan-ozon.htm

http://www.greenpeace.org/seasia/id/campaigns/perubahan-iklim-

global/

http://www.pu.go.id/uploads/services/

infopublik20130926114705.pdf

2012. Energi Alternatif (Biofuel) diakses

http://www.premysisconsulting.com/2012/11/14/energi-

alternatif-biofuel/