BAB III KORELASI NAMA SURAT (AL-NAML) DENGAN ISI ...

33
43 BAB III KORELASI NAMA SURAT (AL-NAML) DENGAN ISI KANDUNGAN AYAT B. Penamaan Surat-surat dalam Disiplin Ilmu al-Quran 2. Sejarah Awal Penamaan Surat-surat al-Quran Dalam buku Samudera Ulumul Quran dijelaskan bahwa kata “al- Surah” ada yang memberinya hamzah dan ada yang tidak. Jika seseorang memberinya, berarti ia menjadikannya dari lafadz “As-Artu” yang berarti “Afdholtu”, yaitu dari kata “al-Su‟ru” adalah minuman yang tersisa dalam sebuah bejana. Jadi, surat disini diartikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari al-Quran. Sedangkan orang yang tidak memberi hamzah berarti dia menjadikannya dari makna yang pertama dan men- Tashil-kan (menghilangkan) hamzahnya. 1 Ada yang berkata bahwa dikatakan surat, karena ia mempunya arti “ketinggian”. Surat merupakan Kalamullah, maka ia mempunyai derajat yang sangat tinggi dan mulia. Lebih lanjut mengenai definisi surat, al- Ja‟bary berkata: “definisi surat adalah al-Quran yang mencakup berbagai macam ayat , yang mempunyai pembukaan dan penutup, dan jumlah yang paling sedikit adalah tiga ayat”. Sementara ulama yang lain mendifinisikan surat sebagai Tha‟ifah yang diterjemahkan secara Tauqifi, yang diberi nama khusus secara Tauqifi dari Nabi Muhammad Saw. Dan telah ditetapkan dalam hadits dan atsar akan nama-nama surat yang datang secara Tauqifi. 2 Terkadang, sebuah surat mempunyai satu nama, inilah yang banyak terjadi. Namun, terkadang ada satu surat yang mempunyai dua nama atau lebih. Misalnya, surat al-fatihah, surat ini memiliki banyak nama, bahkan Imam Al-Syuthi telah menemukan dua puluh tiga nama bagi surat al- Fatihah. Dan salah satu diantara nama-namnya adalah Ummul Kitab (Induk dari ayat-ayat al-Quran), al-Sab‟ul matsani (tujuh ayat yang 1 Jalaluddin al-Suyuthi, al-Itqan Fi „Ulumil Quran, Alih Bahasa: Samudera Ulumul Quran Jilid 1, Pent. Farikh Marzuki Ammar dan Imam Fauzi Jaiz, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2008), hlm. 279 2 Ibid, hlm. 280

Transcript of BAB III KORELASI NAMA SURAT (AL-NAML) DENGAN ISI ...

43

BAB III

KORELASI NAMA SURAT (AL-NAML)

DENGAN ISI KANDUNGAN AYAT

B. Penamaan Surat-surat dalam Disiplin Ilmu al-Quran

2. Sejarah Awal Penamaan Surat-surat al-Quran

Dalam buku Samudera Ulumul Quran dijelaskan bahwa kata “al-

Surah” ada yang memberinya hamzah dan ada yang tidak. Jika seseorang

memberinya, berarti ia menjadikannya dari lafadz “As-Artu” yang berarti

“Afdholtu”, yaitu dari kata “al-Su‟ru” adalah minuman yang tersisa

dalam sebuah bejana. Jadi, surat disini diartikan sebagai bagian yang

tidak terpisahkan dari al-Quran. Sedangkan orang yang tidak memberi

hamzah berarti dia menjadikannya dari makna yang pertama dan men-

Tashil-kan (menghilangkan) hamzahnya. 1

Ada yang berkata bahwa dikatakan surat, karena ia mempunya arti

“ketinggian”. Surat merupakan Kalamullah, maka ia mempunyai derajat

yang sangat tinggi dan mulia. Lebih lanjut mengenai definisi surat, al-

Ja‟bary berkata: “definisi surat adalah al-Quran yang mencakup berbagai

macam ayat , yang mempunyai pembukaan dan penutup, dan jumlah yang

paling sedikit adalah tiga ayat”. Sementara ulama yang lain

mendifinisikan surat sebagai Tha‟ifah yang diterjemahkan secara Tauqifi,

yang diberi nama khusus secara Tauqifi dari Nabi Muhammad Saw. Dan

telah ditetapkan dalam hadits dan atsar akan nama-nama surat yang

datang secara Tauqifi.2

Terkadang, sebuah surat mempunyai satu nama, inilah yang banyak

terjadi. Namun, terkadang ada satu surat yang mempunyai dua nama atau

lebih. Misalnya, surat al-fatihah, surat ini memiliki banyak nama, bahkan

Imam Al-Syuthi telah menemukan dua puluh tiga nama bagi surat al-

Fatihah. Dan salah satu diantara nama-namnya adalah Ummul Kitab

(Induk dari ayat-ayat al-Quran), al-Sab‟ul matsani (tujuh ayat yang

1 Jalaluddin al-Suyuthi, al-Itqan Fi „Ulumil Quran, Alih Bahasa: Samudera Ulumul Quran

Jilid 1, Pent. Farikh Marzuki Ammar dan Imam Fauzi Jaiz, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2008), hlm.

279 2 Ibid, hlm. 280

44

diulang-ulang), Ash-Sholatu (ayat yang diulang-ulang ketika sholat), dan

lain sebagainya.3

Dan di antara surat yang mempunyai nama lebih dari satu selain surat

al-Fatihah adalah surat al-Naml. Surat ini sering disebut juga dengan

Surat Sulaiman. Hal ini disebabkan, tema besar yang sedang diangkat

dalam surat ini adalah tentang kisah Nabi Sulaiman. Demikian pula

dengan surat yang lainnya, namun tidak semua surat memiliki nama lain

sebagaimana Surat al-Fatihah dan Surat al-Naml.4

Pada umumnya, orang Arab apabila memberikan nama terhadap

sesuatu yaitu dengan mengambil suatu nama yang jarang atau aneh dan

memiliki ciri khas atau hikmah yang lebih banyak. Hal ini mereka

lakukan agara sesuatu yang diberi nama mudah dikenali dan menyentuh

hati. Demikian juga ketika mereka memberi nama kepada suatu ungkapan

atau qasidah yang panjang dengan nama paling masyhur dari kata-kata

yang terdapat didalamnya. Dan seperti itulah tatacara yang berlaku pada

nama surat-surat dalam al-Quran. Seperti penamaan surat al-Naml, ia

dinamakan dengan “al-Naml” karena adanya penjelasan tentang kisah

semut dan banyaknya hikmah yang agung didalamnya. Demikian pula

dengan surat-surat yang lainnya.5

3. Penamaan Surat al-Naml dalam al-Quran

Surat al-Naml merupakan surat yang termasuk dalam kategori surat

Makiyyah. Surat ini terdiri dari 93 ayat dan diturunkan sesudah surat Asy-

Syu‟ara. Dinamai dengan al-Naml karena pada ayat 18 dan 19 terdapat

perkataan an-Naml (Semut). Kedua ayat itu menceritakan pimpinan seekor

semut yang sedang memberi peringatan kepada anak buahnya, agar segera

masuk ke sarangnya masing-masing, supaya tidak terinjak oleh Nabi

Sulaiman dan pasukannya yang akan melalui tempat itu. Mendengar

printah pimpinan semut kepada anak buahnya, Nabi Sulaiman tersenyum

3 Al-Suyuthi, Samudera Ulumul..., Ibid, hlm. 284 4 Ibid, hlm. 286-292 5 Ibid, hlm. 218

45

dan takjub atas keteraturan, keharmonisan dan kedisiplinan kerajaan semut

itu. 6

Nabi Sulaiman mengucapkan syukur kepada Allah Swt Yang Maha

Kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya kepadanya berupa

kerajaan, kekayaan, memahami ucapan-ucapan binatang, mempunyai

tentara yang terdiri atas jin, manusia dan burung serta berbagai karunia

lainnya.

Meskipun Nabi Sulaiman telah diberi Allah Swt hikmah yang begitu

besar, namun semua itu tidak menjadikan ia takabbur dan sombong. Nabi

Sulaiman menyadari bahwa semua kenikmatan dan kekusaan yang ia

miliki saat bukan lain adalah semata-mata karena Allah Swt. Oleh karena

itu, sebagai seorang hamba, ia memohon kepada Tuhan agar

memasukkannya ke dalam kelompok orang-orang yang shaleh.

Allah Swt menceritakan semut dalam surat ini bukan tanpa tujuan.

Dalam hal ini, manusia dituntut untuk peka terhadap petunjuk al-Quran

yang pendam dalam ayat-ayatnya dan mengambil pelajaran dalam setiap

kisah-kisahnya. Semut merupakan binatang yang hidup berkelompok atau

berkoloni di dalam tanah. Ia mampu membuat liang dan ruang yang

bertingkat-tingkat sebagai rumah dan gudang tempat menyimpan bahan

makanan sebagai persiapan menghadapi musim dingin. Rakyat semut

mempunyai organisasi dan kerjasama yang baik. Kerapian dan

kedisiplinan yang terdapat dalam kerajaan semut itu dinyatakan Allah Swt

dalam surat ini dengan menerangkan bagaimana rakyat semut mencari

perlindungan untuk menyelamatkan dirinya agar tidak terinjak oleh Nabi

Sulaiman dan tentaranya, setelah menerima peringatan dari rajanya.

Kisah semut di atas, secara tidak langsung, mengingatkan manusia

agar berusaha untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, kemaslatahan

bersama dan sebagainya. Dengan mengisahkan Nabi Sulaiman dalam surat

tersebut Allah Swt mengisyaratkan hari depan dan kebesaran Nabi

Muhammad Saw. Sebagaimana Nabi Sulaiman sebagai seorang Nabi,

Rasul, dan raja yang dinaugerahi kejaraan yang besar, begitu pula Nabi

6 Departement Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Jilid VII, (Jakarta: Lentera Abadi,

2010), hlm. 165

46

Muhammad Saw sebagai seorang Nabi, Rasul, dan kepala Negara yang

Ummi dan miskin akan berhasil membawa dan memimpin ummatnya ke

jalan Allah Swt.7

Menurut hemat penulis, penamaan suatu surat tidak lepas dari nilai

filosopis yang dikandungan oleh suatu surat. Umat Islam dianjurkan

untuk memahami pesan moral yang dikandung oleh suatu surat. Dengan

pemahaman itu, maka umat Islam akan mendapati bongkahan mutiara

indah yang terpendam dalam ayat-ayat al-Quran. Dinamakan surat al-

Naml, karena pada salah satu ayatnya membahas tentang semut yang

merupakan tema besar dalam surat al-Naml. Meskipun memiliki ukuran

tubuh yang yang sangat kecil, namun mereka pandai dalam mengatur

organisasi. Tubuh yang sangat kecil tidak menyurutkan mereka untuk

tampil lebih baik, prima dan lain sebagainya. Dengan tubuh yang kecil itu,

mereka mampu mengatur hidupnya secara mandiri dan saling membantu.

Dalam hal ini, sekiranya umat Islam dapat mengambil pelajaran dari pola

kehidupan semut.

Dalam surat tersebut, semut memiliki peranan penting untuk memberi

suatu pelajaran kepada manusia agar menjadi sosok pemimpin yang

bijaksana, adil, benar dan disiplin. Demikian pula dengan rakyat, mereka

dituntut untuk mentaati dan mematuhi semua perintah dari raja atau

pemimpinnya demi kemaslahatan mereka. Dengan kata lain, nama al-

Naml itu memiliki nilai filosopis atas kepemimpinan yang ideal. Oleh

karena itu, isi suratnya pun lebih membahas pada sisi kepemimpinan.

Berkenaan dengan pembahasan surat al-Naml, penulis mendapati

keterangan lebih lanjut mengenai surat al-Naml dalam Tafsir al-Azar.

Menurut Hamka, surat al-Naml merupakan surat yang turun setelah surat

Asy-Syu‟ara, dan dalam susunan dalam al-Qurannya pun terletak setelah

surat Asy-Syu‟ara. Maksud yang terkandung dalam surat al-Naml sama

seperti maksud surat-surat lainnya yang diturunkan di Makkah, yakni

memperkokoh keimanan atau kepercayaan dan ketauhidan. Dapat

dikatakan, maksudnya adalah untuk memurnikan aqidah masyarakat Arab

7 Depag, Al-Quran dan Terjemahnya, Ibid, hlm. 166

47

pada saat itu.8 Sekiranya masayrakat Arab memahami dan merealisasikasn

pesan yang terkandung dalam surat al-Naml. Tidak hanya itu, mereka juga

dianjurkan untuk menghindari dan menjauhi perbuatan-perbuatan tidak

baik yang terungkap dalam al-Quran melalui kisah-kisahnya. Dengan kata

lain, ambil sisi positif dan buang jauh-jauh sisi negatif.

4. Kajian Kronologi Surat menurut Kacamata Islam

Sebagaimna telah dikatakan oleh para ulama bahwa untuk memahami

pesan-pesan al-Quran, sangat diperlukan pengetahuan mengenai susunan

kronologi surat-surat al-Quran. Pembahasan ini tidak akan lepas dari teori

Makki dan Madani. Para ulama tafsir pun membagi kronologi surat al-

Quran ini menjadi dua periode, yakni periode Makkah dan periode

Madinah.9

Berkenaan dengan sistem penanggalan surat-surat al-Quran, Taufik

Adnan Amal beserta rekannya, Syamsu Rizal Panggabean mengatakan

bahwa Ibn Abbas mempunyai susunan kronologis surat-surat al-Quran

yang tersebar secara luas dan lebih dikenal dengan sistem penanggalan

ortodoksi. Dalam susunan kronologis Ibn Abbas, surat-surat yang turun di

periode Makkah berjumlah 85 surat, sedang yang turun di periode

Madinah berjumlah 28 surat.10

Belakangan, Mesir mengadopsi susunan kronologis surat al-Quran

milik Ibn Abbas dengan sedikit modifikasi dan menetapkan 86 surat dalam

periode Makkah dan sisanya diklasifikasikan sebagai surat Madaniyah. 11

Dan dalam susunan Mesir itu, surat al-Naml termasuk dalam kategori surat

Makkiyah (diwahyukan sebelum hijrah) dan merupakan surat ke-47 dalam

urutan turunnya. Surat al-Naml turun sesudah surat al-Syu‟ara dan

sebelum surat al-Qashash. Jika diperhatikan, letak atau kedudukan surat

al-Naml baik menurut kronologi turunnya maupun menurut sistematika

8 Hamka, Tafsir al-Azhar, Jilid XIX, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2003), hlm. 174 9 Subhi Ash-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu al-Quran, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1990), hlm.

232 10 Taufik A. Amal & Syamsu R.P, Tafsir Kontekstual al-Quran, (Bandung: Mizan, 1992),

hlm. 91 11 Ibid, hlm. 91-92

48

Mushaf Utsmani itu sama, yakni terletak di antara surat al-Syu‟ara dan

surat al-Qashash.

Dalam Mushaf Ibn Mas‟ud, surat al-Naml masuk dalam kategori

kelompok, adalah al-Matsani. Maksudnya adalah termasuk dalam

golongan surat yang jumlah ayatnya dibawah seratus. Dinamakan Matsani

karena surat itu sering diulang-ulang bacaannya.12

Dengan demikian, maka

dapat dipahami bahwa surat al-Naml masuk dalam kategori surat

Makkiyah.

Sehubungan dengan surat al-Naml, penulis belum menemukan riwayat

atau asbabun nuzul mikro (khusus) terkait dengan ayat ataupun surat al-

Naml itu sendiri. Akan tetapi, penulis mendapati kondisi umum Nabi Saw

dan masyarakat Arab pada saat al-Quran diwahyukan di kota Makkah

(asbabun nuzul makro) dalam buku Studi Ilmu-ilmu Quran karya Manna‟

al-Qattan. Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa ayat-ayat Makkiyah

mengandung karakteristik yang tidak ada dalam ayat-ayat Madaniyah,

baik dalam hal irama maupun maknanya.

Pada zaman jahiliyah, masyarakat Arab sedang dalam keadaan buta

dan tuli (buta dalam arti enggan melihat dan tertutup hal-hal yang baik,

mereka tidak mengetahui mana yang haq dan batil, dan tuli dalam arti

tidak mau bahkan menolak mendengarkan suatu ajakan atau seruan

kebenaran). Mereka menyembah berhala, mempersekutukan Allah Swt,

mengingkari wahyu, serta mendustakan hari kiamat.13

Masyarakat jahiliyah merupakan masyarakat yang sering sekali

bertengkar, berselisih secara sengit. Mereka juga sering berdebat dengan

kata-kata yang pedas dan retorika yang luar biasa, sehingga wahyu Makki

juga berisi ayat-ayat yang berirama mencekam, menyala-nyala seperti api

yang memberi tanda bahaya dengan disertai argumentasi yang tegas dan

kuat. Semua itu dimaksudkan untuk membasmi keyakinan masyarakat

Arab saat itu yang senantiasa menyembah berhala, kemudian mengajak

mereka kepada ajaran yang benar dan lurus, yakni ajaran tauhid. Mereka

12 Al-Suyuthi, Samudera Ulumul Quran, Ibid, hlm. 324 13 Manna‟ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu al-Quran, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa,

2009), hlm. 70

49

yang ahli dalam retorika dan fasih dalam berbahasa, ditantang agar

membuat seperti apa yang ada dalam al-Quran, dengan mengemukakan

kisah-kisah para pendusta terdahulu sebagai pelajaran dan peringatan.14

5. Kajian Kronologi Surat al-Quran dalam Kacamata Sarjana Barat

Semenjak pertengahan abad 19, para sarjana Barat nampaknya mulai

menekuni bidang kajian keislaman. Dalam hal ini mereka mulai menekuni

sistem kronologi surat al-Quran. Penelitian mereka terhadap al-Quran

menghasilkan dan melahirkan berbagai sistem penanggalan al-Quran.

Tidak sedikit dari sarjana Barat menggeluti kajian-kajian timur (kajian

keislaman). Mereka sangat kritis akan al-Quran hingga mendapatkan

sebuah hasil yang tidak sia-sia. Karya-karya mereka banyak dijadikan

sebagai bahan perbandingan oleh para pemikir Islam. Terlepas dari motif

negatif para orientalis, yang pasti dengan adanya perhatian dan penelitian

mereka terhadap kajian Islam, mampu membangun dan membangkitkan

gairah umat Islam untuk berpikir maju dan rasional. Jadi, ketika kajian-

kajian kronologi al-Quran di dunia Islam menempati titik jenuhnya,

perkembangan di barat malah menunjukkan hal sebaliknya.15

a. Penanggalan Al-Quran Menurut Gustav Weil

Gustav Weil merupakan pelopor kajian kronologi al-Quran di

Barat dan peletak dasar sistem penanggalan empat periode. Sistem

penanggalan Gustav Weil merupakan sistem penanggalan yang paling

banyak mendapat pengakuan para sarjana dibanding sistem

penanggalan yang lainnya. Keempat sistem penanggalan al-Quran itu

antara lain, periode Makkah awal, periode Makkah tengah, periode

Makkah akhir dan periode Madinah.16

Dalam sistem penanggalan Weil, surat al-Naml masuk dalam

kategori kelompok surat yang turun di periode Makkah akhir dan

menempati urutan ke-4 dalam susunan kronologisnya. Surat-surat pada

periode Makkah akhir ini cenderung lebih panjang di Dalam sistem

penanggalan Weil, surat al-Naml masuk dalam kategori kelompok

14 Manna‟ al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu al-Quran, Ibid, hlm. 71 15 Taufik, Tafsir Kontekstual al-Quran, hlm. 93 16 Ibid, hlm. 94

50

surat yang turun di periode Makkah akhir. Surat-surat pada periode

Makkah akhir ini cenderung lebih panjang dibanding surat-surat yang

turun pada periode Makkah tengah. Kekuatan puitis yang menjadi ciri

dari surat-surat sebelumnya sedikit menghilang. Wahyu-wahyu sering

mengambil bentuk khutbah atau pidato, kisah-kisah kenabian ataupun

pengadzaban dikisahkan kembali secara lebih rinci.17

Weil menetapkan 45 surat untuk periode Makkah awal, 20 surat

untuk periode Makkah tengah, 26 surat untuk periode Makkah akhir

(yang salah satunya adalah surat al-Naml) dan 23 surat untuk periode

Madinah. Sistem penanggalan Weil masih sangat bergantung pada

sistem penanggalan tradisional Islam.

b. Penanggalan Al-Quran Menurut Theodor Noldeke dan Murid-murinya

Berbeda dengan Weil, Noldeke memasukan surat al-Naml kedalam

kelompok surat yang turun pada periode Makkah tengah dan

menempati urutan ke-20 dalam susunan kronologisnya. Menurutnya,

surat yang turun pada periode ini lebih menekankan pada nama-diri al-

Rahman. Maksunya, dalam periode ini, Allah Swt sering menyebut

dirinya dengan nama al-Rahman.18

c. Penanggalan Al-Quran Menurut William Muir

Menurut Mu‟ir, periode pertama dalam komposisi al-Quran terdiri

atas delapan belas (18) surat pendek, yang disebutnya sebagai surat-

surat rapsodi. Surat-surat ini diberinya sebelum penanggalan

Muhammad sebagai Nabi. Mu‟ir juga menyatakan bahwa surat-surat

periode pertama tersebut tidak satu pun yang berbentuk pesan dari

Tuhan. Singkatnya, pada periode pertama itu Muhammad belum

ditugaskan untuk berdakwah. Sementara periode kedua dalam

aransemen Mu‟ir hanya terdiri atas empat surat.19

Mu‟ir juga menetapkan titik-titik peralihan untuk periode

selanjutnya. Misalnya, titik peralihan untuk periode kedua dan ketiga

adalah permulaan tugas kenabian Muhammad sekitar tahun 613, untuk

17 Taufik, Tafsir Kontekstual al-Quran, hlm. 93-96 18 Ibid, hlm. 96-97 19 Ibid, hlm. 98

51

periode ketiga dan keempat adalah hijrah ke Abisinia (tahun 615),

untuk periode keempat dan kelima adalah “Tahun Kesedihan” atau

dalam istilah Arabnya “‟Amul Huzn” (tahun 619), serta untuk periode

kelima dan keenam adalah peristiwa hijrah (September 622).20

Surat al-Naml dalam susunan kronologis Mu‟ir masuk dalam

kategori kelompok atau periode kelima dan menempati urutan ke-7

dalam susunan kronologisnya. Dengan demikian, dapat dipahami

bahwa surat al-Naml ini turun pada “Tahun Kesedihan” sekitar tahun

619. Dan berdasarkan sistem penanggalan Mu‟ir di atas, maka dapat

dipahami bahwa ia memiliki 93 surat dari kelima periode Makkah dan

21 surat dari periode Madinah. Rata-rata susunan Mu‟ir di atas mirip

dengan aransemen Noldeke.21

d. Penanggalan Al-Quran Menurut Hubert Grimme

Hubert Grimme mengklasifikasikan surat-surat Makkiyah ke dalam

dua kelompok utama, dengan satu kelompok surat menenghinya.

Kelompok pertama mempermaklumkan monoteisme atau paham

ketauhidan, kebangkitan kembali, pengadilan akhiran, kenikmatan

serta adzab kehidupan Akhirat; manusia bebas beriman atau

sebaliknya; Muhammad hanya disebut sebagai seorang pengkhutbah,

bukan seorang Nabi. Sementara kelompok yang menengahinya berisi

gambaran bahwa pengadilan Allah Swt segera datang dan peraturan

kisah-kisah tentang adzab yang orang-orang kafir.

Sedangkan kelompok kedua memperkenalkan tentang rahmat

Tuhan, kepengasihan dan kepenyayangan-Nya, dan dengannya

dinisbatkan nama-diri al-Rahman kepada Tuhan. Dalam kelompok ini

pewahyuan al-Kitab mulai muncul dan kisah-kisah penerima wahyu

yang sebelumnya diceritakan kembali. 22

Dalam sistem penanggalan Grimme, surat al-Naml masuk dalam

kelompok Surat Makkiyyah kedua dan menempati urutan ke-20 dalam

susunan kronologisnya. Dimana dalam kelompok ini, menurut

20 Taufik, Tafsir Kontekstual al-Quran, hlm. 99 21 Ibid, hlm. 99 22 Ibid, hlm. 100-101

52

Grimme; pewahyuan al-Kitab mulai muncul dan kisah-kisah penerima

wahyu yang sebelumnya diceritakan kembali. Surat al-Naml memuat

kisah-kisah para Nabi terdahulu, seperti Nabi Musa, Nabi Sulaiman,

Nabi Shaleh, Nabi Luth dan lain sebagainya. Mereka mendapatkan

wahyu dari Tuhan, sebagaimana Muhammad yang mendapat wahyu

berupa al-Quran.23

e. Penanggalan Al-Quran Menurut Regis Blachere

Secara garis besar, aransemen kronologis yang diajukan Blachere

sepenuhnya menerima gagasan Weil dan Noldeke, yakni membagi dua

periode, yakni periode Makkah dan Madinah. Pada periode Makkah

dibagi menjadi tiga bagian: Makkah Awal, Tengah dan Akhir. Dan

Blachere memasukkan surat al-Naml ke dalam periode Makkah tengah

yang menempati urutan ke-18 dalam susunan kronologisnya. 24

Dari kelima sistem penanggalan al-Quran di atas, maka dapat

ditarik sebuah benang merah bahwa tidak ada satupun dari kelima

sarjana barat yang memasukkan surat al-Naml dalam jajaran surat

Madaniyah; mereka memasukkan surat al-Naml ke dalam kelompok

surat Makkiyah.

C. Korelasi Nama Surat (al-Naml) dengan Isi Kandungan Ayat

Memahami korelasi (Munasabah), baik antara ayat dengan ayat, ayat

dengan surat, maupun surat dengan surat akan membantu dalam memahami

pesan al-Quran dengan baik dan cermat. Dengan memahami korelasi

(Munasabah) itu, para pengkaji al-Quran akan mendapatkan suatu keterkaitan

antara satu ayat dengan ayat yang lainnya, demikian juga suatu surat dengan

surat yang laiinnya. Yang pada akhirnya akan memahami bahwa seluruh ayat

dan surat al-Quran memilki ketrkaitan satu sama lain. Hal senada telah

diungkapkan Abu Bakar Ibn „Arabi dalam komentarnya:25

“Dengan memahami ilmu Munasabah, maka kita akan

mengetahui sejauh mana hubungan antara ayat satu dengan yang

lain, sehingga semuanya menjadi seperti satu kata, yang

maknanya serasi dan susunannya teratur”.

23 Taufik, Tafsir Kontekstual al-Quran, Ibid, hlm. 101 24 Ibid, hlm. 104-105 25 Manna‟ al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu al-Quran, Ibid, hlm. 139-140

53

1. Pengertian Korelasi (Munasabah)

Korelasi (Munasabah) dalam pengertian bahasa berarti keterkaitan,

pertalian, perpadanan, kedekatan atau hubungan.26

Ketika dikatakan, “Si

Anu Munasabah dengan Fulan” berarti ia mendekati atau menyerupai si

Fulan. Dan di antara pengertian ini ialah Munasabah „Illat Hukum dalam

bab Qiyas, yakni sifat yang berdekatan dengan hukum.

Yang dimaksud dengan Munasabah disini adalah segi-segi hubungan

antara satu kalimat dengan kalimat lain dalam satu ayat, antara satu ayat

dengan ayat lain dalam banyak ayat, atau antara satu surat dengan surat

lain. Pengetahuan tentang Munasabah ini sangat bermanfaat dalam

memahami keserasian antar makna, mukjizat al-Quran secara retorik,

kejelasan keterangannya, keterangan susunan kalimatnya, serta keindahan

gaya bahasanya.27

Pengetahuan mengenai Munasabah atau hubungan antar ayat-ayat itu

bukanlah hal yang Tauqifi (tidak dapat diganggu gugat kerena telah

ditetapkan Rasulullah Saw), tetapi didasarkan pada ijtihad seorang

mufassir dan tingkat penghayatannya terhadap kemukhizatan al-Quran,

rahasia retorika, dan segi keterangannya yang mandiri. Apabila korelasi itu

halus maknanya, harmonis konteksnya dan sesuai dengan asas-asas

kebahasaan dalam ilmu bahasa Arab, maka korelasi tersebut dapat

diterima.

Meskipun demikian, tidak berarti bahwa seorang pengkaji al-Quran

harus mencari kesesuaian dalam setiap ayat, karena al-Quran turun secara

bertahap sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi. Seorang pengkaji

al-Quran terkadang dapat menemukan korelasi antar ayat dan terkadang

juga tidak. Oleh sebab itu, sekiranya tidak memaksakan diri untuk

menghubungkan ayat satu dengan ayat yang lainnya. Dalam hal ini, Syekh

al-„Izz Ibn Abdus Salam berkomentar:28

“Munasabah adalah ilmu yang baik, tetapi dalam menetapkan

keterkaitan kata-kata al-Quran disyaratkan hanya dalam hal yang

26 M. D. J. al-Barry, Dkk, Kamus Ilmiah Kontemporer, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), hlm.

180 27 Manna al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu al-Quran, Ibid, hlm. 140 28 Ibid, hlm. 141

54

awal dan akhirnya memang bersatu dan berkaitan. Sementara

dalam hal yang mempunyai sebab berlainan, tidak disyaratkan

untuk mengaitkannya”.

2. Korelasi Surat al-Naml dengan Surat yang lainnya

Salah satu dari pembagian materi Korelasi (Munasabah) ini adalah

korelasi Surat dengan surat yang lainnya. Dalam hal ini penulis hanya

memfokukan kajiannya pada Surat al-Naml. Oleh karena itu, penulis akan

mengemukakan korelasi antara surat al-Naml dengan surat sebelumnya,

yakni surat al-Syu‟ara‟ dan dengan surat sesudahnya, yakni surat al-

Qashash.29

a. Korelasi Surat al-Naml dengan Surat al-Syu‟ara

i. Surat al-Naml melengkapi Surat al-Syu‟ara‟ dengan

menambahkan ke dalamnya kisah Nabi-nabi yang tidak terdapat

dalam Surat al-Syu‟ara‟ yaitu kisah Nabi Daud dan Nabi

Sulaiman.

ii. Pada Surat al-Naml terdapat tambahan-tambahan berupa uraian

mengenai kisah Nabi Luth dan Nabi Musa yang sudah dikisahkan

dalam Surat al-Syu‟ara‟.

iii. Masing-masing dari kedua surat ini memuat sifat-sifat al-Quran

dan menerangkan bahwa al-Quran benar-benar diturunkan dari

sisi Allah Swt.

iv. Kedua surat ini sama-sama bertujuan untuk menghibur hati Nabi

Muhammad Saw yang mengalami berbagai macam penderitaan

dan permusuhan dari kaumnya.30

b. Korelasi Surat al-Naml dengan Surat al-Qashash

i. Kedua surat ini sama-sama dimulai dengan menggunakan huruf

Hijaiyah (Ahruful Muqatha‟ah), menerangkan sifat-sifat al-

Quran, kisah Nabi Musa dalam surat al-Qashash diterangkan

lebih lengkap disbanding dengan kisah yang terdapat dalam surat

al-Naml.

29 Departemen Agama, al-Quran dan Tafsirnya, Ibid, hlm. 167 30 Ibid, hlm. 167

55

ii. Surat al-Naml menerangkan secara global bahwa keingkaran

orang-orang kafir terhadap hari kebangkitan itu tidak beralasan,

kemudian dikemukakan kepada mereka persoalan-persoalan yang

ada hubungannya dengan hari kebangkitan. Hal ini diterangkan

lebih jelas dalam Surat al-Qashash.

iii. Surat al-Naml dan Surat al-Qashash masing-masing

menerangkan kehancuran kaum Nabi Shaleh dan kaum Nabi

Luth akibat durhaka kepada Allah Swt dan utusannya.

iv. Surat al-Naml dan Surat al-Qashash masing-masing

menyebutkan balasan pada hari kiamat terhadap orang-orang

yang membuat keburukan di dunia.

v. Bagian akhir kedua surat ini menyebutkan perintah menyembah

Allah Swt dan membaca ayat-ayat al-Quran.31

3. Korelasi Surat Pembukaan Surat dengan Penutupnya

Munasabah terjadi pula antara awal surat dengan akhir surat.

Contohnya adalah apa yang terdapat dalam Surat al-Naml. Surat ini

dimulai dengan menceritakan kisah Nabi Musa yang telah diberi dua dari

Sembilan Mukjizat yang akan diberikan-Nya. 32

Dengan dua mukjizat itu,

Nabi Musa diperintahkan menghadapi Fir‟aun dan kaumnya.

“Dan masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, niscaya ia akan ke

luar putih (bersinar) bukan karena penyakit. (Kedua mukjizat ini)

Termasuk sembilan buah mukjizat (yang akan dikemukakan)

kepada Fir'aun dan kaumnya. Sesungguhnya mereka adalah kaum

yang fasik" (Q. S. al-Naml/27: 12)

Pada ayat berikut ini, Allah Swt menerangkan sikap dan tingkah laku

Fir‟aun beserta kaumnya, sewaktu Nabi Musa datang untuk mengajak

mereka beriman kepada Allah Awt. Nabi Musa datang dengan membawa

bukti-bukti berupa mukjizat yang membenarkan kerasulannya.

31 Departemen Agama, al-Quran dan Tafsirnya, Ibid, hlm. 261 32 Ibid, hlm. 181

56

“Maka tatkala mukjizat-mukjizat Kami yang jelas itu sampai

kepada mereka, berkatalah mereka: "Ini adalah sihir yang nyata".

Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan

(mereka) Padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka

perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat

kebinasaan” (Q. S. al-Naml/27: 13-14) .

4. Korelasi Nama Surat dengan Isi Kandungannya

Termasuk dalam bagian materi Munasabah adalah persesuaian nama

surat dengan isi kandungannya. Oleh karena itu, penulis hendak mengulas

persesuaian antara Nama Surat al-Naml dengan isi kandungannya.

Kebiasaan orang Arab jika menamakan sesuatu adalah dengan

mengambil suatu nama yang jarang atau aneh yang mempunyai cirri khas

dan mengandung hikmah yang lebih banyak. Hal ini dilakukan agar

sesuatu yang diberi nama mudah dikenali dan menyentuh hati. Mereka

juga memberi nama suatu ungkapan atau qasidah yang panjang dengan

nama paling masyhur dari kata-kata yang terdapat didalamnya. Dan seperti

itulah tatacara yang berlaku pada nama surat-surat dalam al-Quran.

Sebagaimana penamaan surat al-Naml, ia dinamakan dengan “al-Naml”

karena adanya penjelasan tentang kisah semut serta banyaknya hikmah

yang agung dalam kisah tersebut.33

Demikian pula dengan penamaan

surat-surat yang lainnya. Dengan demikian, maka dapat dipahami bahwa

nama-nama surat dalam al-Quran diambil dari tema besar yang sedang

dibicarakan oleh suatu surat.

Menurut hemat penulis, penamaan surat tidak lepas dari persesuaian

suatu surat dengan isi kandungannya. Dan untuk dapat mengetahui

persesuaian nama surat dengan isi kandungannya, Umat islam harus

memahami pesan moral yang dikandung oleh suatu surat. Dinamakan

33 As-Suyuthi, Samudera Ulumul Quran, Ibid, hlm. 292-294

57

Surat al-Naml, karena didalamnya memuat kisah semut yang memiliki

banyak hikmah dan pelajaran. Semut merupakan binatang kecil yang

pandai dalam mengatur organisasi. Dengan kata lain, nama al-Naml itu

memiliki persesuaian dengan konsep kepemimpinan yang ideal. Oleh

karena itu, isi kandungannya pun cenderung membahas kepemimpinan.

Semut memiliki peranan penting untuk memberi pelajaran kepada manusia

agar menjadi sosok pemimpin yang bijaksana, adil, benar dan disiplin.

Demikian juga dengan rakyat, mereka dituntut untuk mentaati dan

mematuhi semua perintah dari raja atau pemimpinnya demi kemaslahatan

mereka.

5. Korelasi Ayat dengan Ayat dalam Surat al-Naml

Dan termasuk dalam bagian materi Munasabah yang lainnya adalah

persesuaian ayat satu dengan ayat yang lainnya. Dalam hal ini, penulis

akan mengulas persesuaian ayat dengan ayat dalam surat al-Naml.

“Dan Sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan

Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: "Segala puji bagi Allah

yang melebihkan Kami dari kebanyakan hamba-hambanya yang

beriman" (Q. S. al-Naml/27: 15).

Pada ayat yang lalu, diterangkan kisah Nabi Musa dan

kaumnyamenghadapi kekuasaan dan kerajaan Fir‟aun dan pemuka-pemuka

kaumnya. Untuk menghadapi Fir‟aun, Nabi Musa dianugerahi Allah Swt

ilmu pengetahuan dan mukjizat, seperti tongkat dan sebagainya. Pada ayat

di atas, menjelaskan anugerah-anugerah Allah Swt yang dilimpahkan

kepada Nabi Daud dan putranya, Nabi Sulaiman, seperti ilmu pengetahuan

membuat baju besi, memahami bahasa burung semut dan lain sebagainya.34

D. Kisah-kisah Dalam Surat Al-Naml

Surat al-Naml merupakan surat ke-27 (dua puluh tujuh) yang terdiri

atas 93 ayat. Surat ini termasuk dalam golongan surat Makiyah dan diturunkan

34 Depag, al-Quran dan Tafsirnya, Ibid, hlm. 184

58

sesudah surat al-Syu‟ara.35

Dalam surat al-Naml ini terdapat beberapa kisah

menarik yang syarat akan persoalan kepemimpinan. Sedikitnya ada empat

kisah yang termaktub dalam surat al-Naml, yakni kisah Nabi Musa dengan

kaumnya, dengan Fir‟aun; Nabi Sulaiman dengan semut, dengan burung Hud-

hud dan dengan Ratu Bilqis; Kisah Nabi Sholeh dengan Kaumnya; serta Kisah

Nabi Luth dan Kaumnya.

1. Kisah Nabi Musa

Menurut sebuah pendapat dikatakan bahwa Nabi Musa merupakan

putra Imran36

Ibn Yashur Ibn Qahits Ibn Lawi Ibn Ya‟qub a.s. Tidak ada

perbedaan pendapat mengenai nasabnya. Musa merupakan sebuah nama

yang berasal dari bahasa Suryani. Dinamakan Musa karena ia dihanyutkan

di antara pohon dan air. Air dalam bahasa Qithbi adalah Mu, sedang pohon

dalam bahasa Qithbi adalah Sa, yang ketika digabungkan menjadi Musa

(dihanyutkan di antara pohon dan air). Disebutkan dalam sebuah hadits

yang shahih bahwa Nabi Musa memiliki kulit berwarna Sawo matang,

rambutnya kriting (ikal), dan berbadan tinggi, seolah-olah ia adalah

seorang laki-laki berasal dari Syanu‟ah. Sementara al-Tsa‟labi mengatakan

bahwa Nabi Musa hidup selama seRatus dua puluh tahun.37

Nabi Musa dilahirkan ketika Mesir berada di bawah pemerintahan

Raja Fir‟aun. Fir‟aun merupakan seorang Raja yang sombong, congkak,

dzalim bahkan menganggap dirinya sebagai Tuhan. Siapa saja yang tidak

menuruti perintahnya, maka akan segera dihukum mati.

Suatu hari Raja Fir‟aun bermimpi yang dalam mimpinya itu ia

mendapati Negeri Mesir habis terbakar; semua rakyatnya mati kecuali

orang-orang Israel yang tetap hidup. Segera setelah Raja Fir‟aun bangun,

diperintahkannya para ahli nujum38

untuk menakwilkan arti mimpinya itu.

Dan para ahli nujum itu memperoleh jawaban, bahwa mimpi itu adalah

35 Malik Fahd, al-Quran dan Terjemahnya, Ibid, hlm. 591 36

Imran merupakan seorang Mentri di kerajaan yang dipimpin oleh Raja Fir‟aun. Lihat, Zaid

Husein al-Hamid, Kisah 25 Nabi dan Rasul, (Jakarta: Pustaka Amani, 1995), hlm. 83 37 Jalaluddin al-Suyuthi, Samudera Ulumul Quran, Pent. Farikh Marzuki Ammar, Dkk,

(Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2008), hlm. 95 38 Maksudnya adalah ahli sihir atau tukang sihir

59

isyarat akan datangnya seorang laki-laki dari Bani Israil yang akan

menjatuhkan kekuasaan Fir‟aun.39

Mendengar itu, Raja Fir‟aun segera memerintahkan seluruh tentaranya

untuk memeriksa setiap rumah penduduk, dan membunuh setiap bayi laki-

laki dari Bani Israil. Keputusan Raja itu diumumkan di seluruh pelosok

Negeri, agar rakyat mematuhi undang-undang itu.

Sesaat setelah keputusan Fir‟aun diberlakukan, Nabi Musa a. s.

dilahirkan dari salah satu keluarga Bani Israil. Allah Swt mengilhamkan

kepada ibu Nabi Musa agar ia segera menghanyutkan bayinya itu ke

sungai Nil. Dengan kekuasaan Allah Swt, bayi Musa a. s. terapung di

dalam sebuah peti dan berjalan mengikuti arus sungai Nil menuju kolam

pemandian istana Fir‟aun. Peti itu akhirnya ditemukan oleh istri Fir‟aun,

Siti Asiyah40

, yang kemudian membawa bayi Musa ke istananya. Melihat

bayi ditangan istrinya, Raja Fir‟aun segera menghungus pedangnya untuk

membunuhnya. Akan tetapi, dengan cepat Siti Asiyah melindungi bayi itu

seraya berkata: “bayi ini janganlah dibunuh, karena aku sayang kepadanya.

Sebaiknya ia dijadikan anak angkat kita. bukankah kita tidak punya

anak?”. Bujukan istrinya membuat hati Fir‟aun lemah dan tidak dapat

berbuat apa-apa, karena Fir‟aun sangat menyayangi istrinya itu. Sejak itu

jadilah Musa sebagai anak angkat Raja Fir‟aun.41

Nabi Musa a. s. dijuluki orang sebagai Musa Ibn Fir‟aun (Musa anak

Fir‟aun). Beliau tinggal di istana dan sangat dimanjakan oleh Siti Asiah,

istri Fir‟aun. Setelah dewasa, Allah Swt menganugrahkan kepada Musa

ilmu dan pangkat kenabian. Pada suatu hari, Nabi Musa a. s. berjalan-jalan

melihat keadaan kota. Ketika itu, masyarakat tidak mengenalnya. Tiba-tiba

Nabi Musa melihat perkelahian antara dua orang, yaitu seorang dari Bani

Israil dan seorang lagi dari bangsa Qithbi (bangsa Fir‟aun). Nabi Musa a.

s. berusaha melerai perkelahian itu dan mendamaikan keduanya. Akan

39 Hanafi, Kisah 25 Nabi dan Rasul, (Jakarta: Bintang Indonesia, Tanpa Tahun), hlm. 90 40 Sementara Asiyah merupakan perempuan cantik yang dinikahi oleh Fir‟aun dan ia

merupakan perempuan yang beriman kepada Allah Swt, sehingga tatkala Fir‟aun hendak

menggaulinya, seluruh tubuhnya menjadi kaku dan tidak bisa mendekatinya serta hanya dapat

memandangnya. Lihat, Zaid Husein al-Hamid, Kisah 25 Nabi dan Rasul, (Jakarta: Pustaka Amani,

1995), hlm. 83 41 Hanafi, Kisah 25 Nabi..., Op. Cit, hlm. 90

60

tetapi, laki-laki bangsa Qithbi itu menolak dan bahkan bersikap memusuhi

Nabi Musa. Maka dipukullah laki-laki itu oleh Nabi Musa, sehingga jatuh

ke tanah dan mati seketika. Nabi Musa menyesali perbuatannya itu dan

memohon ampun kepada Tuhan karena ia sesungguhnya tidak bermaksud

membunuh laki-laki itu.42

Berita matinya orang Qithbi oleh Nabi Musa a. s. sampai ke telinga

Fir‟aun. Maka dengan segera Fir‟aun memerintahkan pasukannya untuk

menangkap Musa. Akan tetapi, sebebelum perintah itu terlaksana,

datanglah seorang laki-laki kepada Musa dan memberitahukan tentang

rencana Fir‟aun tersebut. Orang itu menyarankan agar Musa cepat-cepat

meninggalkan Mesir. Kemudian berangkatlah Nabi Musa meninggalkan

kota itu dengan rasa cemas dan takut.

Setelah beberapa lama, Nabi Musa akhirnya kembali ke kota

kelahirannya, Mesir. Dan bersama-sama dengan saudara laki-lakinya

bernama Harun, ia membawa misi Tuhan, berupa ajaran ketauhidan.43

Sesampainya di negeri Mesir, Nabi Musa menghadap Raja Fir‟aun,

kemudian mengajaknya kembali kepada jalan yang benar seraya

memperlihatkan kedua mukjizat yang telah ia terima dari Allah Swt. Akan

tetapi, Fir‟aun malah mendustakannya dan mengingkarinya. Hingga pada

suatu ketika, Nabi Musa ditangtang oleh Fir‟aun untuk bertarung dengan

para ahli sihirnya. Dan akhirnya para ahli sihir itu kalah serta menyadari

bahwa kebenaran ada di pihak Musa. Oleh karena itu, dengan serta merta

mereka mengakui keunggulan dan beriman kepada Nabi Musa sebagai

utusan Allah Swt.44

Melihat kenyataan itu, ditambah lagi dengan kenyataan bahwa istrinya

(Siti Asiah) juga beriman kepada Nabi Musa, Raja Fir‟aun semakin murka,

sehingga ia bertindak membabi-buta. Para tukang sihir itu dihukum mati

dan istrinya disiksan dan dianiaya hingga menemui ajalnya, demikian juga

dengan semua orang yang beriman.45

42

Hanafi, Kisah 25 Nabi dan Rasul, Ibid, hlm. 92 43 Ibid, hlm. 95 44 Ibid, hlm. 96 45 Fir‟aun memerintahkan memotong tangan dan kaki serta menyalib mereka yang beriman

kepada Nabi Musa. Jumlahnya lebih kurang 70 (tujuh puluh) orang dan mereka pun tetap sabar

61

Karena dikejar oleh Fir‟aun dan tentaranya, Nabi Musa beserta para

pengikutnya terus berlari hingga sampai ditepi laut merah. Di sana Nabi

Musa menemui jalan buntu dan kebingungan, maka datanglah pertolongan

Allah Swt.46

Maka, Musa memukulkan tongkatnya ke laut dan terbelahlah

laut itu menjadi dua belas jalan, sehingga keringlah airnya, lalu masuklah

Musa dan para pengikutnya, kemudian menyusul di belakangnya Fir‟aun

dan pasukannya. Allah Swt menyelamatkan Musa dan para pengikutnya,

sedangkan laut tertutup di atas Fir‟aun dan pasukannya, sehingga

terbenamlah mereka semuanya.

Mayat Fir‟aun tetap utuh sebagaimana disebutkan dalam al-Quran. Ini

telah dibuktikan dengan ditemukannya mumi Fir‟aun (Pharao) di Mesir

pada Abad ke-20 sesudah Masehi.47

Dikatakan bahwa yang diselamatkan

Allah ialah tubuh kasarnya. Menurut sejarah, setelah Fir'aun itu tenggelam,

mayatnya terdampar di pantai dan diketemukan oleh orang-orang Mesir

lalu dibalsem, sehingga utuh sampai sekarang dan dapat dilihat di musium

Mesir.48

2. Kisah Nabi Sulaiman

Dikatakan bahwa Nabi Sulaiman memiliki warna kulit putih, berbadan

tegap, berwajah tampan, ceria, khusu‟ dan berperangai santun. Bapaknya,

Nabi Daud, bermusyawarah dengannya mengenai banyak hal, walaupun

pada saat itu umur Nabi Sulaiman masih terbilang masih muda, namun

karena kecerdasan dan kesempurnaan akalnya, beliau mampu

mengemukakan pendapat atau solusi yang luar biasa.

Nabi Sulaiman merupakan salah satu orang Mukmin yang menguasai

dunia. Ia memiliki kekuasaan dan anugerah yang begitu tinggi. Ia dapat

memahami bahasa hewan, seperti semut, burung dan lain sebagainya. Ia

juga dapat memahami bahasa Jin. Oleh karena itu, ia dikarunia kekuasaan

yang besar, yakni mempunyai bala tentara yang terdiri dari Manusia, Jin,

dan beriman kepada Nabi Musa. Lihat, Zaid Husein al-Hamid, Kisah 25 Nabi dan Rasul, (Jakarta:

Pustaka Amani, 1995). 46 Hanafi, Kisah 25 Nabi..., Ibid, hlm. 97 47 Zaid Husein al-Hamid, Kisah 25 Nabi dan Rasul, (Jakarta: Pustaka Amani, 1995), hlm. 86 48 Lihat Foot Note Q. S. Yunus/10: 92, No. 704. Departemen Agama RI, al-Quran dan

Terjemahnya, (Jakarta: Fajar Sidik, 2006), hlm. 294

62

dan Hewan. Nabi Sulaiman menjadi Raja pada usia tiga belas tahun dan

memulai pembangunan Baitul Maqdis setelah empat tahun menjadi Raja.

Ia meninggal pada usia lima puluh tiga tahun.49

Nabi Sulaiman adalah putra Nabi Dawud. Beliau mewarisi kerajaan

ayahnya dikalangan bangsa Israil. Allah Swt telah mengaruniai beberapa

mukjizat dan keistimewaan kepada Nabi Sulaiman. Selain sebagi Nabi,

Rasul Allah Swt, dan Raja di kalangan umatnya, Nabi Sulaiman memiliki

keistimewaan lain, yaitu pertama, beliau memiliki kecerdasan akal, adil

dan bijaksana dalam berpikir dan mengambil keputusan. Kedua, beliau

memahami bahasa binatang, seperti; burung, semut dan sebaginya. Ketiga,

beliau berkuasa memerintah bangsa Jin. Keempat, beliau dapat bepergian

kemana saja dengan mengendarai angin. Kelima, beliau adalah seorang

Raja yang kaya raya dengan istana yang megah, berkilauan dan bertaburan

permata.50

a. Nabi Sulaiman a. s. dengan sekelompok semut

Pada suatu hari Nabi Sulaiman memanggil pasukannya, maka

berkumpullah tentaranya berupa Jin, manusia dan burung-burung yang

berkumpul dengan taat kepadanya. Berangkatlah Nabi Sulaiman

dengan pasukannya, hingga tiba di suatu lembah di mana banyak

terdapat semut. Maka berkatalah Raja semut kepada rakyatnya: “Hai

rakyatku, menyingkirlah dan masuklah kalian ke dalam lubang, karena

Nabi Sulaiman dan tentaranya sebentar lagi akan melewati bumi

ini”.51

Semut itu mengira bahwa Nabi Sulaiman tidak mendengar dan

memahami apa yang ia katakan. Melihat dan mendengar perkataan

semut itu, Nabi Sulaiman tersenyum dan tertawa bahkan dibuat takjub

oleh segerombolan semut-semut kecil tersebut. Melihat semut dan

pasukannya berjalan secara rapi, Nabi Sulaiman kagum terhadapnya

dan ia pun merasa bersyukur atas pemberian Allah Swt kepadanya

berupa kenabian, keadilan dan rahmat.52

49 Jalaluddin al-Suyuti, Samudera Ulumul Quran, Ibid, hlm. 96 50 Hanafi, Kisah 25 Nabi dan Rasul, Ibid, hlm. 107 51 Ibid, hlm. 108 52 Zaid Husein, Kisah 25 Nabi.., Ibid, hlm. 105

63

b. Nabi Sulaiman a. s. dengan burung Hud-hud

Telah diceritakan sebelumnya, bahwa Nabi Sulaiman paham

bahasa burung, dan di antara burung-burung peliharaannya terdapat

seekor burung bernama Hud-hud. Pada suatu hari Nabi Sulaiman

mencari Hud-hud, namun ia tidak menjumpainya. Maka Nabi

Sulaiman berkata: “Kemana gerangan burung Hud-hud?”; “Apakah

dia telah menghilang?”; Bagaimana dia bisa menghilang tanpa

sepengetahuanku?” Timbul kemarahan Nabi Sulaiman, ia berniat

menghukum burung Hud-hud, mungkin dengan mencabut bulunya,

mengurungnya di dalam kurungan atau dengan menyembelihnya. Hal

itu akan dilakukan berdasarkan kadar dosanya. Mungkin juga ia bisa

memaafkannya, bilamana ia datang dengan bukti dan alasan yang

jelas.53

Tidak lama kemudian Hud-hud kembali seraya berkata: “Aku

telah mengetahui apa yang tidak engkau ketahui, Aku baru saja

kembali dari kerajaan Saba‟ dengan membawa berita yang benar dan

nyata. Aku telah mendapati seorang perempuan yang memerintah

kerajaan dan memiliki kekusasaan serta berbagai macam kenikmatan.

Ia mempunyai singgasana besar yang dihiasi dengan permata-permata

dan mutiara-mutiara, akan tetapi mereka tidak mengetahui

kenikmatan-kenikmatan Allah Swt yang dicurahkan kepada mereka

dan tidak beriman kepada-Nya serta tidak menyembah-Nya,

melainkan menyembah matahari dan bersujud kepadanya, bukan

kepada Allah Swt.54

Setan telah membuat tipu daya terhadapnya, sehingga mereka

tersesatkan dari jalan yang lurus. Setan juga telah mengubah hati

mereka dari jalan kebenaran, sehingga mereka tidak mendapat

petunjuk Allah Swt, setan telah menyesatkan mereka dan menjauhkan

mereka dari sujud kepada Allah Swt yang berhak untuk disembah,

karena Dialah yang telah menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang

dikandung bumi dan Dialah yang telah menurunkan hujan dari langit,

53 Zaid Husein, Kisah 25 Nabi..., Ibid, hlm. 107 54 Ibid, hlm. 107

64

Dialah yang mengetahui isi hati dan perbuatan-perbuatan manusia,

Dialah Allah Swt, yang tidak ada Tuhan selain Dia yang memiliki

singgasana yang agung”.

Ketika Hud-hud selesai berbicara, Nabi Sulaiman menjawab:

“Kami akan menyelidiki perkataanmu, apakah engkau berkata benar

atau berdusta?”.55

c. Nabi Sulaiman a. s. dengan Ratu Bilqis

Setelah mendengar kabar dari Hud-hud tentang kerajaan Saba‟,

Nabi Sulaiman segera menulis sepucuk surat kepada Ratu negeri

Saba‟ itu, Bilqis namanya. Isi surat itu adalah seruan dan ajakan Nabi

Sulaiman kepada Ratu Bilqis agar ia beserta rakyatnya menyembah

hanya kepada Allah Swt, Tuhan yang telah menciptakan alam dan

seluruh isinya. Surat itu kemudian dibawa oleh Hud-hud ke negeri

Saba‟ untuk diserahkan kepada Ratu Bilqis. Meneriman surat itu, Ratu

Bilqis amat terkejut. Kemudian ia segera membuka dan membaca

surat tersebut. 56

Setelah ia memahami dan memaklumi isinya, maka

bermusyawarahlah ia bserta pembesar negeri. Sebagian pembesar

negeri menghendaki agar surat ajakan itu ditolak saja dan menghadapi

tentara Nabi Sulaiman jika ternyata mereka diperangi. Sedangkan

sebagian pembesar negeri yang lain menyarankan agar Ratu Bilqis

menerima ajakan Nabi Sulaiman itu, agar negeri Saba‟ selamat dari

kehancuran akibat serangan tentara Nabi Sulaiman kelak. Maka

terjadilah perdebatan yang cukup sengit di antara kedua pendapat itu.

Sehingga Ratu Bilqis kemudian memutuskan suatu rencana untuk

menundukkan Nabi Sulaiman.57

Dia mengutus beberapa orang untuk mengahadap Nabi Sulaiman

dan menyerahkan sepucuk surat serta berbagai hadiah mewah yang

amat besar nilainya. Hadiah-hadiah itu dimaksudkan untuk

meluluhkan hati Nabi Sulaiman, sehingga beliau mengurungkan

55 Zaid Husein al-hamid, Kisah 25 Nabi..., Ibid, hlm. 108 56 Hanafi, Kisah 25 Nabi..., Ibid, hlm…. 108 57 Ibid, 108

65

niatnya untuk memerangi negeri Saba‟. Akan tetapi, yang terjadi

ternyata diluar dugaan Ratu Bilqis. Nabi Sulaiman dengan tegas

menolak pemberian itu, bahkan memberikan surat balasan kepada

Ratu Bilqis yang berisi ancaman.58

Maka pulanglah para utusan Ratu Bilqis itu dengan membawa

kembali hadiah-hadiahnya ke negeri Saba‟. Setelah sampai di

negerinya, mereka menceritakan semua yang mereka lihat dan dengar.

Ratu Bilqis amat takjub mendengar semua itu. Maka berkatalah ia:

“Jika demikian, Aku sendiri akan datang ke negeri Nabi Sulaiman”.

Dan aku akan menyaksikan sendiri bagaimana kebesaran

kerajaannya.59

Rencana keberangkatan Ratu Bilqis itu rupanya diketahui terlebih

dahulu oleh Nabi Sulaiman. Maka diperintahkannya balatentaranya

yang terdiri dari Manusia, Jin dan Binatang, agar memperindah

istananya dan melengkapi dengan segala perabot yang indah-indah.

Kemudian, sebagai kejutan, Nabi Sulaiman bermaksud memindahkan

singgasana Ratu Bilqis yang megah itu dari negeri Saba‟ ke istananya.

Maka bertanyalah Nabi Sulaiman kepada tentaranya: “Siapakah di

antara kalian yang sanggup membawa singgasana Ratu Bilqis kemari

dengan cepat sebelum ia sampai disini?” Salah satu dari bangsa Jin,

Ifrit namanya, menjawab: “Aku sanggup membawanya sebelum

engkau bangkit dari dudukmu”. Akan tetapi, tiba-tiba seorang alim

dari ahli kitab berkata: “Aku sanggup membawa singgasana itu

sebelum matamu berkedip”. Nabi Sulaiman menjawab: “Kalau begitu,

lakukanlah!” Maka, ketika Nabi Sulaiman mengedipkan matanya,

singgasana Ratu Bilqis sudah ada dihadapnnya.60

Ketika Ratu Bilqis tiba di istana Nabi Sulaiman, dengan sikap

seolah-olah belum mengetahui, Nabi Sulaiman bertanya kepadanya

seraya menunjuk kepada singgasananya: “Seperti inikah rupa

singgasana anda?” Ratu Bilqis terkejut dan menjawab: “Iya, memang

58 Hanafi, Kisah 25 Nabi..., Ibid, hlm. 108 59 Ibid, hlm. 109 60 Ibid, hlm. 110

66

singgasanaku sama persisi dengan ini”. Kemudian Ratu Bilqis

dipersilakan masuk ke dalam istana dan melihat-lihat keadaannya. Dia

benar-benar kagum luar biasa atas kehebatan istana Nabi Sulaiman.

Rasanya, belum pernah ia melihat istana seindah dan semegah itu,

meskipun istananya sendiri sudah sedemikian hebat.61

Melihat kebesaran istana Nabi Sulaiman, Ratu Bilqis menjadi

sadar, bahwa kebesaran istananya di negeri Saba‟ yang dikiranya tiada

berbanding ternyata kecil jika dibandingkan dengan milik Nabi

Sulaiman. Begitu pula, segala sesuatu yang diberikan Allah Swt

kepada Nabi Sulaiman jauh melampaui apa-apa yang ia miliki. Maka,

tanpa ragu lagi Ratu Bilqis kemudian memeluk Islam. Dan ia akhirnya

dikawini oleh Nabi Sulaiman.

1. Kisah Nabi Sholeh dengan Kaumnya

Nabi Sholeh adalah putra Ubaid Ibn Jabir Ibn tsamud. Nabi Sholeh

termasuk suku Tsamud, nama yang diambil dari kakeknya, Tsamud Ibn

Amir Ibn Iram Ibn Sam Ibn Nuh. Nabi Sholeh adalah keturunan yang

keenam dari Nabi Nuh a.s.62

Nabi Sholeh memiliki kulit berwarna putih

kemerah-merahan dan berambut kriting. Ia diutus untuk menyeru kaumnya

pada saat menginjak usia „Aqil Baligh dan tinggal bersamanya selama

empat puluh tahun.63

Nabi Sholeh berasal dari bangsa Arab. Ketika Allah Swt

menghancurkan kaum „Ad, kemudian ia memakmurkan kaum Tsamud.

Allah Swt pun akhirnya mengutus Nabi Shaleh kepada mereka, pada saat

itu Nabi Sholeh masih remaja. Nabi Shaleh menyeru kaumnya untuk

beriman kepada Allah Swt sampai usia senja.64

Kaum Tsamud menempati daerah bekas kaum „Ad yang telah hancur.

Negeri itu teretak di antara Hijaz dan Syam di sebelah tenggara Madyan.

Kaum Tsamud mampu membangun jaringan irigasi yang lebih sempurna

guna mengairi lahan pertanian dan perkebunan. Mereka juga membangun

61 Hanafi, Kisah 25 Nabi..., Ibid, hlm…. 110 62 Ibid, hlm. 41 63 Jalaluddin al-Suyuthi, Samudera Ulumul..., Ibid, hlm. 94 64 Ibid, hlm. 94

67

tempat tinggal yang jauh lebih indah dan megah dibukit-bukit. Mereka

hidup makmur dan berlomba-lomba dalam kemegahan. Kehidupan mereka

penuh kemakmuran dan kebahagiaan. Akan tetapi, mereka adalah

penyembah berhala seprti halnya kaum „Ad yang celaka. Karenanya

mereka berperangai buruk dan berbuatt kejahatan, sombong dan congkak

atas dirinya.65

Nabi Shaleh menyeru kaum Tsamud supaya menyembah Allah Swt

yang Esa dan tidak menyekutukannya dengan yang lain. Nabi Sholeh

menjelaskan kepada kaum Tsamud bahwa Allah Swt adalah dzat yang

menghidupkan dan mematikan, melimpahkan rahmat dan karunianya

kepada mereka. Maka kaum Tsamud berbakti dan bertaubat kepada Allah

Swt atas segala dosa mereka, karena sesungguhnya Allah itu maha

pengasih dan penyayang serta mengabulkan do‟a setiap orang yang

beriman.

Akan tetapi, seruan Nabi Sholeh ini ternyata tidak dihiraukan oleh

seluruh kaum Tsamud. Sebagaian mereka mendustakannya dan

menganggapnya sebagai pembual belaka. Bagi Nabi Sholeh, dakwah

adalah tugasnya. Ia tidak mengharapkan upah dari kaumnya. Ia hanya

menyampaikan risalah yang sudah menjadi tugasnya. Maka tanpa putus

asa, dengan sabar dan tawakal, ia tetap melancarkan dakwah untuk

menyembah Allah Swt dan meninggalkan kekufuran. Hingga mereka

sadar akan kekhilafan mereka dan mau kembali kejalan yang benar.66

Dalam mengemban misi risalahnya, Nabi Sholeh dikaruniai beberapa

muksjizat, seperti dapat mengeluarkan seekor sapi betina dari sebuah batu

besar di balik bukit. Unta itu mengeluarkan air susu yang dapat diminum

oleh banyak orang. Nabi Sholeh berpesan kepada kaumnya agar jangan

mengganggu unta itu, atau akan datang azab Allah Swt menimpa kaum

Tsamud. Akan tetapi, karena durhaka dan tidak percaya, kaum Tsamud

kemudian mengusik unta tersebut. Peringatan Nabi Sholeh tidak mereka

hiraukan. Tindakan mereka akhirnya amat keterlaluan. Mereka berani

menyembelih unta itu. Setelah itu, mereka datang kepada Nabi Sholeh

65 Hanafi, Kisah 25 Nabi..., Ibid, hlm. 41 66 Ibid, hlm. 42

68

seraya berkata: “Jika benar engkau utusan Allah Swt, buktikan janjimu

bahwa azab Allah Swt akan datang”.

Setelah unta Nabi Sholeh dibunuh, maka tanda-tanda datangnya azab

Allah Swt mulai Nampak. Sebelum azab itu datang, Nabi Sholeh beserta

orang-orang beriman pergi menjauh. Tiba-tiba bumi berguncang dengan

sangat hebatnya, petir pun menyambar dengan sangat dahsyatnya. Kaum

Tsamud binasa. Bangunan-bangunan megah yang selama ini mereka

banggakan hancur lebur.67

2. Kisah Nabi Luth

Nabi Luth adalah saudara Nabi Ibrahim, beliau diutus untuk menyeru

kepada penduduk negeri Sadum (Palestina) yang sangat durhaka kepada

Allah Swt. Mereka memutuskan hubungan perkawinan antara pria dan

wanita sebagai gantinya mereka lebih cenderung kepada sesama jenisnya.

Selain itu, perampokan dan penganiayaan sering terjadi. Menyikapi hal

tersebut, Nabi Luth berusaha menasehati penduduk ngeri Sadum dengan

siksaan Allah Swt, akan tetapi mereka menjawab apa yang telah

dikabarkan allah Swt dalam al-Quran/29: 28-29.68

Setelah berulangkali diperingatkan akan tetapi usaha pun sia-sia,

berdo‟alah Nabi Luth kepada Allah Swt yang telah tertera dalam surat al-

Angkabut/29: 30. Do‟a yang dipanjatkan nabi Luth diterima oleh Allah

Swt kemudian Allah mengutus para Malaikat untuk menimpakan azab

kepada kaum Nabi Luth.

Berita bahwa negeri Sadum beserta seluruh penduduknya akan

dibinasakan diketahui oleh Nabi Ibrahim. Mendengar hal tersebut, Nabi

Ibrahim berkata: “Ya Allah di negeri itu ada Luth.” Bagaimana dengan

Nabi Luth jika negri Sadum dimusnahkan”.

Menjawab kekhawatiran Nabi Ibrahim, Allah berfirman dalam surat

al-Angkabut/29:32. Beberapa para Malaikat menyerupai laki-laki yang

tampan datang ke rumah Nabi Luth. Atas kedatangan mereka, Nabi Luth

amat bersedih hati, karena khawatir kaumnya akan berbuat keji kpada

tamu-tamunya itu dengan memaksa mereka berbuat mesum.

67 Hanafi, Kisah 25 Nabi..., Ibid, hlm. 43-44 68 Ibid, hlm. 54

69

Kekhawatiran Nabi Luth terjadi, tidak lama kemudian datanglah

berbondong-bondong laki-laki dari kaumnya menuju rumah Nabi Luth.

Mereka mengancam nabi Luth untuk menyerahkan tamu-tamunya kepada

mereka sebagai pemuas kesenangan mereka yang keji itu. Nabi Luth

berkata: “Wahai kaumku, janganlah engkau mengganggu tamuku. Jika

engkau berkehendak akan aku carikan istri yang halal untukmu engkau

kawini, dan mengapakah engkau tidak berpikir?” kaumnya menjawab: “Hai

Luth bukankah engkau sudah mengetahui bahwa kami tidak suka wanita?”

mengenai hal ini Allah berfirman dalam Q. S. al-„Angkabut/29: 33.

Demikianlah akhirnya negeri Sadum dibinasakan beserta seluruh

penduduknya.69

E. Kerajaan Semut

1. Tingkah Laku Serangga Sosial

Tingkah laku sosial pada serangga dapat dijumpai pada binatang

kecil bernama semut. Serangga sosial yang satu ini memiliki tiga atribut

umum, di antaranya adalah: pertama, pemeliharaan anak bersifat

kooperatif, sehingga individu sering memberikan makan kepada anak-anak

yang bukan anaknya sendiri. Kedua, terdapat sistem kasta yang

menyangkut pembagian kerja dalam reproduksi, sehingga banyak anggota

koloni yang steril. Dan ketiga, terdapat generasi yang tumpang tindih,

beberapa anak membantu generasi yang lebih tua dalam memelihara anak

lebih lanjut.70

Dari ulasan di atas, dapat dipahami bahwa semut termasuk dalam

kategori kelompok serangga sosial. Dalam arti, mereka memiliki sisi-sisi

kesamaan dengan pola hidup manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai

kelompok serangga sosial, mereka saling membuatuhkan satu sama lain,

saling bahu-membahu dan gotong royong dalam melakukan suatu

pekerjaan. Bahkan tidak jarang seekor semut memberi makanan kepada

anak-anak semut meskipun bukan anaknya. Ini adalah salah satu nilai Plus

dari pola hidup semut yang ptut diteladani oleh umat manusia. Serangga

69 Hanafi, Kisah 25 Nabi..., Ibid, hlm. 55-56 70 Mohammad Hadi, dkk, Biologi Insekta Entomologi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hlm.

95

70

sosial yang satu ini senantiasa mendahulukan kepentingan-kepentingan

sosial. Itu tercermin dari perilaku hidupnya yang selalu membantu kawan-

kawan sesamanya, tanpa pandang bulu. Pola hiudp semut mencerminkan

perilaku toleransi kepada sesamanya.

Sebagai serangga sosial, tidak aneh jika semut memiliki sistem

komunikasi sosial yang baik dan mempunyai sistem pembagian kerja yang

baik pula dengan sesamanya. Hal ini menjadikan hati penulis lebih tertarik

untuk mengetahui sisi-sisi kehidupan semut jauh lebih dalam.

a. Komunikasi Sosial

Tingkah laku dari banyak individu dalam koloni serangga sosial

harus diintegrasikan sedemikian rupa, sehingga terdapat kerja sama

dalam pertahanan, pembangunan, penjelajahan untuk mencari makan,

pemeliharaan anak, dan reproduksi dari individu reproduktif pada saat

yang tepat. Hal ini hanya dapat dicapai dengan cara menyebarkan

pesan-pesan ke seluruh koloni. Karena sinyal visual akan sulit

ditangkap dalam kegelapan dan kerumitan sarang, maka serangga

sosial lebih bersifat akustik, taktil, gustatory atau olfaktori.71

Sarang serangga sosial mengandung sumber makanan bagi

predator, karena bukan hanya berisi ribuan larva dan pupa, tetapi juga

mengandung makanan dalam jumah besar. Semua serangga sosial

telah mengembangkan metode untuk menghadapi predator, baik

dengan cara menyerang secara massal atau melarikan diri ke tempat

yang lebih aman. Namun demikian, hal yang pertama-tama dilakukan

oleh serangga sosial itu adalah mengeluarkan hormon yang bernama

feromon untuk menyebarluaskan pesan-pesan secara cepat keseluruh

koloni. Feromon ini sejenis zat kimia yang san gat mudah menguap

dan menghilang secara cepat. Hormon feromon ini merupakan sinyal

alarm bagi serangga sosial. 72

Dengan hormon feromon ini, semut dan kawanannya mampu

mengidentifikasi sarangnya sendiri dan sarang-sarang lainnya dari

spesies yang sama. Selain itu, dengan hormon feromon itu, semut

71 Hadi, Biologi Insekta Entomologi..., Ibid, hlm. 95 72 Ibid, hlm. 96

71

mampu mengenali anggota sesama koloni. Inilah yang dimaksud

dengan komunikasi sosial pada serangga sosial yang salah satu di

antaranya adalah semut. Mereka menggunakan hormon feromon dalam

berkomunikasi dengan kawanannya.73

Satu hal yang perlu diketahui lagi tentang semut, bahwa semut

termasuk serangga dalam kategori Ordo Hymenoptera. Maksdunya

adalah semuat merupakan serangga yang memiliki ukuran tubuh yang

sangat kecil. Mempunyai sayap dua pasang seperti selaput, bervena

sedikit dan memiliki ovipositor yang berfungsi sebagai alat sengat

untuk pertahanan diri.74

b. Pembagian Kerja Serangga Sosial

Ciri yang unik dari serangga sosial adalah terdapatnya beberapa

kasta, sekurang-kurangnya ada dua (Ratu dan pekerja), sering tiga

(ditambah prajurit), dan kadang-kadang terdapat beberapa sub kasta,

yang berbeda dalam tugas dan fungsinya. Pada semut, prajurit adalah

pekerja yang lebih besar dan khsusus. Serangga pekerja atau prajurit

itu bisa jantan atau betina, pekerja juga bisa berasal dari serangga

yang belum dewasa. Pekerja dan prajurit itu tidak kawin, karena

mereka adalah angkatan kerja dan pertahanan bagi koloni, reproduksi

menjadi fungsi tunggal Ratu dan jantan reproduktif.75

c. Perbudakan Pada Semut

Spesies semut yang membuat perbudakan terbesar secara luas dan

sebagian besar perang antara kolono semut adalah serangan untuk

memperoleh budak. Beberapa spesies kemerahan genus Formica sering

melakukan serangan pada koloni spesies agak kehitaman dari genus

yang sama. Barisan pekerja mendekati dan mengelilingi sarang yang

akan diserang, anggota penyerang yang paling agresif memasuki

sarang, merebut larva dan pupa dan membawaya kesarangnya sendiri.

Apabila anggota yang direbut itu berkembang menjadi pekerja dewasa,

mereka terbiasa dengan bau koloni dan bertingkah laku secara normal

73 Hadi, Biologi Insekta Entomologi..., Ibid, hlm. 96 74 Ibid, hlm. 143 75Ibid, hlm. 98

72

dalam sarang asing, secara efektif membantu dan melengkapi angkatan

pekerja dari spesies pembentuk budak. Spesies pembentuk budak

mempunyai kelenjar Dufour yang membesar di abdomen. Apabila

mereka mendekati sarang spesies yang akan diperbudak, maka mereka

menyemprotkan isi dari kelenjar tersebut kepada para pekerja. Sekresi

ini menyebabkan para pekerja spesies budak menjadi panik dan kacau,

sementara itu bagi spesies pembentuk budak malah menghasilkan

atraksi dan kegairahan untuk melakukan serangan.76

Pada umumnya koloni semut mempertahankan dirinya secara

baik terhadap serangan koloni asing, bahkan tidak jarang melakukan

serangan fisik untuk mempertahankan batas-batas territorial mereka.

Apabila satu dari koloni itu tidak sanggup membawa banyak pekerja

atau prajurit ke medan peperangan, maka mereka dapat dikalahkan

oleh koloni yang lebih kuat dan banyak, anak-anak semut beserta isi

sarangnya diboyong ke sarang pemenang. Para pekerja yang masih

hidup kemudian digabungkan dalam sarang penyerang.77

2. Kepemimpinan Semut

Semut adalah lambang dari kepemimpinan ideal yang terkisah dalam

al-Quran surat al-Naml. Semut adalah binatang yang hidup berkelompok

di dalam tanah. Mereka mampu membuat liang dan ruang yang bertingkat

sebagai rumah dan gudang tempat menyimpan makanan sebagai persiapan

menghadapi musim dingin. Mereka mempunyai organisasi yang baik.

Oleh karena itu, Allah Swt mengisahkan kerapian dan kedisiplinan yang

terdapat dalam kerajaan semut dalam al-Quran. Ini dibuktikan dari

perilaku mereka pada saat mencari perlindungan agar tidak terinjak oleh

Nabi Sulaiman dan pasukannya.78

Semut memiliki sifat kepemimpinan dan pengelolaan disiplin atas

semut-semut yang bertebaran di suatu lembah. Kerajaan semut hampir

sama dengan kerajaan lebah dalam keteraturan disiplin dan pembagian

tugas-tugas. Tugas-tugas itu dilaksanakan dengan disiplin yang luar biasa.

76 Hadi, Biologi Insekta Entomologi..., Ibid hlm. 100 77 Ibid, hlm. 101 78 Depag, al-Quran dan Tafsirnya, Jilid VII, hlm. 166

73

Kebanyakan manusia tidak mampu mengikuti disiplin itu walaupun

mereka telah dianugerahi Allah Swt dengan akal yang sempurna dan

pengetahuan yang tinggi. Raja semut itu memerintah anak buahnya dengan

komunikasi dan bahasa yang dapat dipahami oleh mereka.79

3. Mukjizat Semut

Semut memiliki beberapa keunikan dan bahkan bisa disebut dengan

keistimewaan baginya. Keistimewaan itu terbukti seiring dengan

berkembangnya penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para ilmuan.

Dalam penelitiannya itu, mereka sering dibuat takjub dan kagum oleh

karya dan keistimewaan yang dimiliki oleh semut. Para peneliti itu

menemukan sebuah kajaiban dalam kehidupan semut, seperti kemampuan

dalam membuat lembah dan sarang serta kecerdasan yang sudah tidak

diragukan lagi.80

Untuk lebih jelasnya mari kita simak hasil dari observasi

dan penelitian ilmuan tersebut.

a. Lembah dan Sarang Semut

Penelitian ilmiah membuktikan bahwa semut bekerja sama dalam

membangun sarang mereka yang terdiri dari sarang-sarang kecil. Hal

ini sebagaimana telah dikatakan oleh seorang ilmuan bernama Morris

M, ia menyatakan bahwa:

“Semut membangun sarangnya dari sarang-sarang kecil yang

luas keseluruhannya dapat mencapai 150 yard persegi.

Sebuah sarang terkadang terdiri dari 200 sarang-sarang kecil

yang masing-masing dihuni oleh sekitar 5.000-500.000 ekor

semut. Terkadang diameter sarang semut itu mencapai 200

yard lebih”.81

Lebih jauh membahasa lembah dan sarang semut, Mc. Cook

mengatakan bahwa ia pernah melihat sebuah “Kota Semut” yang

sangat besar di wilayah Pensilvania yang luasnya mencapai 50 acre.

Kota tersebut terdiri dari 1.600 sarang kecil dengan rata-rata

ketinggiannya mencapai 3 kaki dan keliling bagian bawahnya 12 kaki.

79

Sayyid Quthb, Fi Dzilal al-Quran, Pent. As‟ad Yasin, dkk. (Jakarta: Gema Insani Press),

hlm. 393 80 Muhammad Kamil Abdushshamad, Mukjizat Ilmiyah dalam al-Quran, Pent. Alimin dkk,

(Jakarta: Akbar, 2003), hlm. 169 81 Ibid, hlm. 170

74

Ia menyimpulkan bahwa jika kita bandingkan ukuran “Kota” tersebut

dengan ukuran tubuh semut, maka besarnya kota semut itu sekitar 84

kali besar Piramida Cheops (Piramida terbesar di Mesir).

Mc. Cook mengatakan bahwa konstruksi sarang semut didominasi

oleh bentuk vertical. Di dalamnya terdapat banyak sekali lorong-

lorong yang mungkin jika kita masuk ke dalamnya, kita akan sulit

sekali keluar dengan selamat. Model konstruksi sarang-sarang semut

sangat beragam. Walaupun secara umum terdapat 4 atau 5 model

utama, mayoritas sarang tersebut dibangun dibawah tanah dalam

bentuk rongga-rongga.82

Umumnya, sebuah sarang memiliki 20 lantai di bagian

permukaan dan 20 lantai lainnya di dalam tanah. Fungsi setiap lantai

ditentukan oleh temperatur atau suhu di lantai tersebut. Lantai yang

paling hebat biasanya digunakan khsusus untuk tempat merawat dan

membesarkan anak-anak semut.

b. Kecerdasan Semut

Melalui berbagai observasi ilmiah, akhirnya para ilmuan

menemukan suatu hasil bahwa semut memiliki kecerdasan yang tinggi.

Mereka membelah dan memamah biji-bijian sebelum menyimpannya

ke dalam sarang, sehingga biji-bijian itu tidak tumbuh. Akan tetapi,

jika mereka mendapati biji-bijian yang sulit dan bahkan tidak bisa

dibelah olehnya, maka mereka akan mengeluarkan biji-bijian itu secara

rutin dari sarangnya untuk dijemur, sehingga tetap kering dan tidak

lembab.83

Kecerdasan semut juga dibuktikan secara lebih akurat lagi setelah

para ilmuan melakukan pembedahan bagian-bagian tubuh semut

kemudian menganalisisnya dengan bantuan berbagai peralatan

canggih. Dari pembedahan itu, para ilmuan menemukan otak semut

yang berukuran mikroskopi (sangat kecil), yaitu kurang dari 1 mm, dan

ternyata otak semut itu terdiri atas du bagian seperti otak manusia.

Otak semut juga memiliki sistem saraf pusat dan sel-sel sensorik.

82 Abdushshamad, Mukjizat Ilmiyah..., Ibid, hlm. 170-171 83 Ibid, hlm. 170

75

Semua penemuan ilmiah tersebut, jika diteliti secara mendalam, telah

lebih dahulu diisyaratkan al-Quran dalam kisah Nabi Sulaiman dengan

kawanan semut. Kisah itu terdapat dalam surat al-Naml. Demikianlah,

mukjizat-mukjizat semut yang telah terungkap dengan observasi dan

penelitian yang dilakukan oleh para ilmuan.84

4. Hikmah Kisah Semut

Adapun hikmah yang patut dipetik oleh umat Islam dari binatang

kecil bernama semut antara lain:

a. Manusia senantiasa menjadi pemimpin yang bijaksana, adil dan

mendahulukan kepentingan rakyat.

b. Manusia senantiasa mengatur kehidupan keluarga atau

organisasinya dengan baik, teratur dan rapih.

c. Manusia senantiasa bekerja keras untuk mencukupi dan memenuhi

kebutuhan hidupnya.

d. Manusia senantiasa memiliki kemandirian dan tekad yang kuat

untuk mencapai tujuan hidupnya.

e. Manusia senantiasa menjadi pribadi yang ramah, solider dan

berbagi dengan sesamanya.

84 Abdushshamad, Mukjizat Ilmiyah..., Ibid, hlm. 171