BAB III KORELASI NAMA SURAT (AL-NAML) DENGAN ISI ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of BAB III KORELASI NAMA SURAT (AL-NAML) DENGAN ISI ...
43
BAB III
KORELASI NAMA SURAT (AL-NAML)
DENGAN ISI KANDUNGAN AYAT
B. Penamaan Surat-surat dalam Disiplin Ilmu al-Quran
2. Sejarah Awal Penamaan Surat-surat al-Quran
Dalam buku Samudera Ulumul Quran dijelaskan bahwa kata “al-
Surah” ada yang memberinya hamzah dan ada yang tidak. Jika seseorang
memberinya, berarti ia menjadikannya dari lafadz “As-Artu” yang berarti
“Afdholtu”, yaitu dari kata “al-Su‟ru” adalah minuman yang tersisa
dalam sebuah bejana. Jadi, surat disini diartikan sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari al-Quran. Sedangkan orang yang tidak memberi
hamzah berarti dia menjadikannya dari makna yang pertama dan men-
Tashil-kan (menghilangkan) hamzahnya. 1
Ada yang berkata bahwa dikatakan surat, karena ia mempunya arti
“ketinggian”. Surat merupakan Kalamullah, maka ia mempunyai derajat
yang sangat tinggi dan mulia. Lebih lanjut mengenai definisi surat, al-
Ja‟bary berkata: “definisi surat adalah al-Quran yang mencakup berbagai
macam ayat , yang mempunyai pembukaan dan penutup, dan jumlah yang
paling sedikit adalah tiga ayat”. Sementara ulama yang lain
mendifinisikan surat sebagai Tha‟ifah yang diterjemahkan secara Tauqifi,
yang diberi nama khusus secara Tauqifi dari Nabi Muhammad Saw. Dan
telah ditetapkan dalam hadits dan atsar akan nama-nama surat yang
datang secara Tauqifi.2
Terkadang, sebuah surat mempunyai satu nama, inilah yang banyak
terjadi. Namun, terkadang ada satu surat yang mempunyai dua nama atau
lebih. Misalnya, surat al-fatihah, surat ini memiliki banyak nama, bahkan
Imam Al-Syuthi telah menemukan dua puluh tiga nama bagi surat al-
Fatihah. Dan salah satu diantara nama-namnya adalah Ummul Kitab
(Induk dari ayat-ayat al-Quran), al-Sab‟ul matsani (tujuh ayat yang
1 Jalaluddin al-Suyuthi, al-Itqan Fi „Ulumil Quran, Alih Bahasa: Samudera Ulumul Quran
Jilid 1, Pent. Farikh Marzuki Ammar dan Imam Fauzi Jaiz, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2008), hlm.
279 2 Ibid, hlm. 280
44
diulang-ulang), Ash-Sholatu (ayat yang diulang-ulang ketika sholat), dan
lain sebagainya.3
Dan di antara surat yang mempunyai nama lebih dari satu selain surat
al-Fatihah adalah surat al-Naml. Surat ini sering disebut juga dengan
Surat Sulaiman. Hal ini disebabkan, tema besar yang sedang diangkat
dalam surat ini adalah tentang kisah Nabi Sulaiman. Demikian pula
dengan surat yang lainnya, namun tidak semua surat memiliki nama lain
sebagaimana Surat al-Fatihah dan Surat al-Naml.4
Pada umumnya, orang Arab apabila memberikan nama terhadap
sesuatu yaitu dengan mengambil suatu nama yang jarang atau aneh dan
memiliki ciri khas atau hikmah yang lebih banyak. Hal ini mereka
lakukan agara sesuatu yang diberi nama mudah dikenali dan menyentuh
hati. Demikian juga ketika mereka memberi nama kepada suatu ungkapan
atau qasidah yang panjang dengan nama paling masyhur dari kata-kata
yang terdapat didalamnya. Dan seperti itulah tatacara yang berlaku pada
nama surat-surat dalam al-Quran. Seperti penamaan surat al-Naml, ia
dinamakan dengan “al-Naml” karena adanya penjelasan tentang kisah
semut dan banyaknya hikmah yang agung didalamnya. Demikian pula
dengan surat-surat yang lainnya.5
3. Penamaan Surat al-Naml dalam al-Quran
Surat al-Naml merupakan surat yang termasuk dalam kategori surat
Makiyyah. Surat ini terdiri dari 93 ayat dan diturunkan sesudah surat Asy-
Syu‟ara. Dinamai dengan al-Naml karena pada ayat 18 dan 19 terdapat
perkataan an-Naml (Semut). Kedua ayat itu menceritakan pimpinan seekor
semut yang sedang memberi peringatan kepada anak buahnya, agar segera
masuk ke sarangnya masing-masing, supaya tidak terinjak oleh Nabi
Sulaiman dan pasukannya yang akan melalui tempat itu. Mendengar
printah pimpinan semut kepada anak buahnya, Nabi Sulaiman tersenyum
3 Al-Suyuthi, Samudera Ulumul..., Ibid, hlm. 284 4 Ibid, hlm. 286-292 5 Ibid, hlm. 218
45
dan takjub atas keteraturan, keharmonisan dan kedisiplinan kerajaan semut
itu. 6
Nabi Sulaiman mengucapkan syukur kepada Allah Swt Yang Maha
Kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya kepadanya berupa
kerajaan, kekayaan, memahami ucapan-ucapan binatang, mempunyai
tentara yang terdiri atas jin, manusia dan burung serta berbagai karunia
lainnya.
Meskipun Nabi Sulaiman telah diberi Allah Swt hikmah yang begitu
besar, namun semua itu tidak menjadikan ia takabbur dan sombong. Nabi
Sulaiman menyadari bahwa semua kenikmatan dan kekusaan yang ia
miliki saat bukan lain adalah semata-mata karena Allah Swt. Oleh karena
itu, sebagai seorang hamba, ia memohon kepada Tuhan agar
memasukkannya ke dalam kelompok orang-orang yang shaleh.
Allah Swt menceritakan semut dalam surat ini bukan tanpa tujuan.
Dalam hal ini, manusia dituntut untuk peka terhadap petunjuk al-Quran
yang pendam dalam ayat-ayatnya dan mengambil pelajaran dalam setiap
kisah-kisahnya. Semut merupakan binatang yang hidup berkelompok atau
berkoloni di dalam tanah. Ia mampu membuat liang dan ruang yang
bertingkat-tingkat sebagai rumah dan gudang tempat menyimpan bahan
makanan sebagai persiapan menghadapi musim dingin. Rakyat semut
mempunyai organisasi dan kerjasama yang baik. Kerapian dan
kedisiplinan yang terdapat dalam kerajaan semut itu dinyatakan Allah Swt
dalam surat ini dengan menerangkan bagaimana rakyat semut mencari
perlindungan untuk menyelamatkan dirinya agar tidak terinjak oleh Nabi
Sulaiman dan tentaranya, setelah menerima peringatan dari rajanya.
Kisah semut di atas, secara tidak langsung, mengingatkan manusia
agar berusaha untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, kemaslatahan
bersama dan sebagainya. Dengan mengisahkan Nabi Sulaiman dalam surat
tersebut Allah Swt mengisyaratkan hari depan dan kebesaran Nabi
Muhammad Saw. Sebagaimana Nabi Sulaiman sebagai seorang Nabi,
Rasul, dan raja yang dinaugerahi kejaraan yang besar, begitu pula Nabi
6 Departement Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Jilid VII, (Jakarta: Lentera Abadi,
2010), hlm. 165
46
Muhammad Saw sebagai seorang Nabi, Rasul, dan kepala Negara yang
Ummi dan miskin akan berhasil membawa dan memimpin ummatnya ke
jalan Allah Swt.7
Menurut hemat penulis, penamaan suatu surat tidak lepas dari nilai
filosopis yang dikandungan oleh suatu surat. Umat Islam dianjurkan
untuk memahami pesan moral yang dikandung oleh suatu surat. Dengan
pemahaman itu, maka umat Islam akan mendapati bongkahan mutiara
indah yang terpendam dalam ayat-ayat al-Quran. Dinamakan surat al-
Naml, karena pada salah satu ayatnya membahas tentang semut yang
merupakan tema besar dalam surat al-Naml. Meskipun memiliki ukuran
tubuh yang yang sangat kecil, namun mereka pandai dalam mengatur
organisasi. Tubuh yang sangat kecil tidak menyurutkan mereka untuk
tampil lebih baik, prima dan lain sebagainya. Dengan tubuh yang kecil itu,
mereka mampu mengatur hidupnya secara mandiri dan saling membantu.
Dalam hal ini, sekiranya umat Islam dapat mengambil pelajaran dari pola
kehidupan semut.
Dalam surat tersebut, semut memiliki peranan penting untuk memberi
suatu pelajaran kepada manusia agar menjadi sosok pemimpin yang
bijaksana, adil, benar dan disiplin. Demikian pula dengan rakyat, mereka
dituntut untuk mentaati dan mematuhi semua perintah dari raja atau
pemimpinnya demi kemaslahatan mereka. Dengan kata lain, nama al-
Naml itu memiliki nilai filosopis atas kepemimpinan yang ideal. Oleh
karena itu, isi suratnya pun lebih membahas pada sisi kepemimpinan.
Berkenaan dengan pembahasan surat al-Naml, penulis mendapati
keterangan lebih lanjut mengenai surat al-Naml dalam Tafsir al-Azar.
Menurut Hamka, surat al-Naml merupakan surat yang turun setelah surat
Asy-Syu‟ara, dan dalam susunan dalam al-Qurannya pun terletak setelah
surat Asy-Syu‟ara. Maksud yang terkandung dalam surat al-Naml sama
seperti maksud surat-surat lainnya yang diturunkan di Makkah, yakni
memperkokoh keimanan atau kepercayaan dan ketauhidan. Dapat
dikatakan, maksudnya adalah untuk memurnikan aqidah masyarakat Arab
7 Depag, Al-Quran dan Terjemahnya, Ibid, hlm. 166
47
pada saat itu.8 Sekiranya masayrakat Arab memahami dan merealisasikasn
pesan yang terkandung dalam surat al-Naml. Tidak hanya itu, mereka juga
dianjurkan untuk menghindari dan menjauhi perbuatan-perbuatan tidak
baik yang terungkap dalam al-Quran melalui kisah-kisahnya. Dengan kata
lain, ambil sisi positif dan buang jauh-jauh sisi negatif.
4. Kajian Kronologi Surat menurut Kacamata Islam
Sebagaimna telah dikatakan oleh para ulama bahwa untuk memahami
pesan-pesan al-Quran, sangat diperlukan pengetahuan mengenai susunan
kronologi surat-surat al-Quran. Pembahasan ini tidak akan lepas dari teori
Makki dan Madani. Para ulama tafsir pun membagi kronologi surat al-
Quran ini menjadi dua periode, yakni periode Makkah dan periode
Madinah.9
Berkenaan dengan sistem penanggalan surat-surat al-Quran, Taufik
Adnan Amal beserta rekannya, Syamsu Rizal Panggabean mengatakan
bahwa Ibn Abbas mempunyai susunan kronologis surat-surat al-Quran
yang tersebar secara luas dan lebih dikenal dengan sistem penanggalan
ortodoksi. Dalam susunan kronologis Ibn Abbas, surat-surat yang turun di
periode Makkah berjumlah 85 surat, sedang yang turun di periode
Madinah berjumlah 28 surat.10
Belakangan, Mesir mengadopsi susunan kronologis surat al-Quran
milik Ibn Abbas dengan sedikit modifikasi dan menetapkan 86 surat dalam
periode Makkah dan sisanya diklasifikasikan sebagai surat Madaniyah. 11
Dan dalam susunan Mesir itu, surat al-Naml termasuk dalam kategori surat
Makkiyah (diwahyukan sebelum hijrah) dan merupakan surat ke-47 dalam
urutan turunnya. Surat al-Naml turun sesudah surat al-Syu‟ara dan
sebelum surat al-Qashash. Jika diperhatikan, letak atau kedudukan surat
al-Naml baik menurut kronologi turunnya maupun menurut sistematika
8 Hamka, Tafsir al-Azhar, Jilid XIX, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2003), hlm. 174 9 Subhi Ash-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu al-Quran, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1990), hlm.
232 10 Taufik A. Amal & Syamsu R.P, Tafsir Kontekstual al-Quran, (Bandung: Mizan, 1992),
hlm. 91 11 Ibid, hlm. 91-92
48
Mushaf Utsmani itu sama, yakni terletak di antara surat al-Syu‟ara dan
surat al-Qashash.
Dalam Mushaf Ibn Mas‟ud, surat al-Naml masuk dalam kategori
kelompok, adalah al-Matsani. Maksudnya adalah termasuk dalam
golongan surat yang jumlah ayatnya dibawah seratus. Dinamakan Matsani
karena surat itu sering diulang-ulang bacaannya.12
Dengan demikian, maka
dapat dipahami bahwa surat al-Naml masuk dalam kategori surat
Makkiyah.
Sehubungan dengan surat al-Naml, penulis belum menemukan riwayat
atau asbabun nuzul mikro (khusus) terkait dengan ayat ataupun surat al-
Naml itu sendiri. Akan tetapi, penulis mendapati kondisi umum Nabi Saw
dan masyarakat Arab pada saat al-Quran diwahyukan di kota Makkah
(asbabun nuzul makro) dalam buku Studi Ilmu-ilmu Quran karya Manna‟
al-Qattan. Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa ayat-ayat Makkiyah
mengandung karakteristik yang tidak ada dalam ayat-ayat Madaniyah,
baik dalam hal irama maupun maknanya.
Pada zaman jahiliyah, masyarakat Arab sedang dalam keadaan buta
dan tuli (buta dalam arti enggan melihat dan tertutup hal-hal yang baik,
mereka tidak mengetahui mana yang haq dan batil, dan tuli dalam arti
tidak mau bahkan menolak mendengarkan suatu ajakan atau seruan
kebenaran). Mereka menyembah berhala, mempersekutukan Allah Swt,
mengingkari wahyu, serta mendustakan hari kiamat.13
Masyarakat jahiliyah merupakan masyarakat yang sering sekali
bertengkar, berselisih secara sengit. Mereka juga sering berdebat dengan
kata-kata yang pedas dan retorika yang luar biasa, sehingga wahyu Makki
juga berisi ayat-ayat yang berirama mencekam, menyala-nyala seperti api
yang memberi tanda bahaya dengan disertai argumentasi yang tegas dan
kuat. Semua itu dimaksudkan untuk membasmi keyakinan masyarakat
Arab saat itu yang senantiasa menyembah berhala, kemudian mengajak
mereka kepada ajaran yang benar dan lurus, yakni ajaran tauhid. Mereka
12 Al-Suyuthi, Samudera Ulumul Quran, Ibid, hlm. 324 13 Manna‟ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu al-Quran, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa,
2009), hlm. 70
49
yang ahli dalam retorika dan fasih dalam berbahasa, ditantang agar
membuat seperti apa yang ada dalam al-Quran, dengan mengemukakan
kisah-kisah para pendusta terdahulu sebagai pelajaran dan peringatan.14
5. Kajian Kronologi Surat al-Quran dalam Kacamata Sarjana Barat
Semenjak pertengahan abad 19, para sarjana Barat nampaknya mulai
menekuni bidang kajian keislaman. Dalam hal ini mereka mulai menekuni
sistem kronologi surat al-Quran. Penelitian mereka terhadap al-Quran
menghasilkan dan melahirkan berbagai sistem penanggalan al-Quran.
Tidak sedikit dari sarjana Barat menggeluti kajian-kajian timur (kajian
keislaman). Mereka sangat kritis akan al-Quran hingga mendapatkan
sebuah hasil yang tidak sia-sia. Karya-karya mereka banyak dijadikan
sebagai bahan perbandingan oleh para pemikir Islam. Terlepas dari motif
negatif para orientalis, yang pasti dengan adanya perhatian dan penelitian
mereka terhadap kajian Islam, mampu membangun dan membangkitkan
gairah umat Islam untuk berpikir maju dan rasional. Jadi, ketika kajian-
kajian kronologi al-Quran di dunia Islam menempati titik jenuhnya,
perkembangan di barat malah menunjukkan hal sebaliknya.15
a. Penanggalan Al-Quran Menurut Gustav Weil
Gustav Weil merupakan pelopor kajian kronologi al-Quran di
Barat dan peletak dasar sistem penanggalan empat periode. Sistem
penanggalan Gustav Weil merupakan sistem penanggalan yang paling
banyak mendapat pengakuan para sarjana dibanding sistem
penanggalan yang lainnya. Keempat sistem penanggalan al-Quran itu
antara lain, periode Makkah awal, periode Makkah tengah, periode
Makkah akhir dan periode Madinah.16
Dalam sistem penanggalan Weil, surat al-Naml masuk dalam
kategori kelompok surat yang turun di periode Makkah akhir dan
menempati urutan ke-4 dalam susunan kronologisnya. Surat-surat pada
periode Makkah akhir ini cenderung lebih panjang di Dalam sistem
penanggalan Weil, surat al-Naml masuk dalam kategori kelompok
14 Manna‟ al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu al-Quran, Ibid, hlm. 71 15 Taufik, Tafsir Kontekstual al-Quran, hlm. 93 16 Ibid, hlm. 94
50
surat yang turun di periode Makkah akhir. Surat-surat pada periode
Makkah akhir ini cenderung lebih panjang dibanding surat-surat yang
turun pada periode Makkah tengah. Kekuatan puitis yang menjadi ciri
dari surat-surat sebelumnya sedikit menghilang. Wahyu-wahyu sering
mengambil bentuk khutbah atau pidato, kisah-kisah kenabian ataupun
pengadzaban dikisahkan kembali secara lebih rinci.17
Weil menetapkan 45 surat untuk periode Makkah awal, 20 surat
untuk periode Makkah tengah, 26 surat untuk periode Makkah akhir
(yang salah satunya adalah surat al-Naml) dan 23 surat untuk periode
Madinah. Sistem penanggalan Weil masih sangat bergantung pada
sistem penanggalan tradisional Islam.
b. Penanggalan Al-Quran Menurut Theodor Noldeke dan Murid-murinya
Berbeda dengan Weil, Noldeke memasukan surat al-Naml kedalam
kelompok surat yang turun pada periode Makkah tengah dan
menempati urutan ke-20 dalam susunan kronologisnya. Menurutnya,
surat yang turun pada periode ini lebih menekankan pada nama-diri al-
Rahman. Maksunya, dalam periode ini, Allah Swt sering menyebut
dirinya dengan nama al-Rahman.18
c. Penanggalan Al-Quran Menurut William Muir
Menurut Mu‟ir, periode pertama dalam komposisi al-Quran terdiri
atas delapan belas (18) surat pendek, yang disebutnya sebagai surat-
surat rapsodi. Surat-surat ini diberinya sebelum penanggalan
Muhammad sebagai Nabi. Mu‟ir juga menyatakan bahwa surat-surat
periode pertama tersebut tidak satu pun yang berbentuk pesan dari
Tuhan. Singkatnya, pada periode pertama itu Muhammad belum
ditugaskan untuk berdakwah. Sementara periode kedua dalam
aransemen Mu‟ir hanya terdiri atas empat surat.19
Mu‟ir juga menetapkan titik-titik peralihan untuk periode
selanjutnya. Misalnya, titik peralihan untuk periode kedua dan ketiga
adalah permulaan tugas kenabian Muhammad sekitar tahun 613, untuk
17 Taufik, Tafsir Kontekstual al-Quran, hlm. 93-96 18 Ibid, hlm. 96-97 19 Ibid, hlm. 98
51
periode ketiga dan keempat adalah hijrah ke Abisinia (tahun 615),
untuk periode keempat dan kelima adalah “Tahun Kesedihan” atau
dalam istilah Arabnya “‟Amul Huzn” (tahun 619), serta untuk periode
kelima dan keenam adalah peristiwa hijrah (September 622).20
Surat al-Naml dalam susunan kronologis Mu‟ir masuk dalam
kategori kelompok atau periode kelima dan menempati urutan ke-7
dalam susunan kronologisnya. Dengan demikian, dapat dipahami
bahwa surat al-Naml ini turun pada “Tahun Kesedihan” sekitar tahun
619. Dan berdasarkan sistem penanggalan Mu‟ir di atas, maka dapat
dipahami bahwa ia memiliki 93 surat dari kelima periode Makkah dan
21 surat dari periode Madinah. Rata-rata susunan Mu‟ir di atas mirip
dengan aransemen Noldeke.21
d. Penanggalan Al-Quran Menurut Hubert Grimme
Hubert Grimme mengklasifikasikan surat-surat Makkiyah ke dalam
dua kelompok utama, dengan satu kelompok surat menenghinya.
Kelompok pertama mempermaklumkan monoteisme atau paham
ketauhidan, kebangkitan kembali, pengadilan akhiran, kenikmatan
serta adzab kehidupan Akhirat; manusia bebas beriman atau
sebaliknya; Muhammad hanya disebut sebagai seorang pengkhutbah,
bukan seorang Nabi. Sementara kelompok yang menengahinya berisi
gambaran bahwa pengadilan Allah Swt segera datang dan peraturan
kisah-kisah tentang adzab yang orang-orang kafir.
Sedangkan kelompok kedua memperkenalkan tentang rahmat
Tuhan, kepengasihan dan kepenyayangan-Nya, dan dengannya
dinisbatkan nama-diri al-Rahman kepada Tuhan. Dalam kelompok ini
pewahyuan al-Kitab mulai muncul dan kisah-kisah penerima wahyu
yang sebelumnya diceritakan kembali. 22
Dalam sistem penanggalan Grimme, surat al-Naml masuk dalam
kelompok Surat Makkiyyah kedua dan menempati urutan ke-20 dalam
susunan kronologisnya. Dimana dalam kelompok ini, menurut
20 Taufik, Tafsir Kontekstual al-Quran, hlm. 99 21 Ibid, hlm. 99 22 Ibid, hlm. 100-101
52
Grimme; pewahyuan al-Kitab mulai muncul dan kisah-kisah penerima
wahyu yang sebelumnya diceritakan kembali. Surat al-Naml memuat
kisah-kisah para Nabi terdahulu, seperti Nabi Musa, Nabi Sulaiman,
Nabi Shaleh, Nabi Luth dan lain sebagainya. Mereka mendapatkan
wahyu dari Tuhan, sebagaimana Muhammad yang mendapat wahyu
berupa al-Quran.23
e. Penanggalan Al-Quran Menurut Regis Blachere
Secara garis besar, aransemen kronologis yang diajukan Blachere
sepenuhnya menerima gagasan Weil dan Noldeke, yakni membagi dua
periode, yakni periode Makkah dan Madinah. Pada periode Makkah
dibagi menjadi tiga bagian: Makkah Awal, Tengah dan Akhir. Dan
Blachere memasukkan surat al-Naml ke dalam periode Makkah tengah
yang menempati urutan ke-18 dalam susunan kronologisnya. 24
Dari kelima sistem penanggalan al-Quran di atas, maka dapat
ditarik sebuah benang merah bahwa tidak ada satupun dari kelima
sarjana barat yang memasukkan surat al-Naml dalam jajaran surat
Madaniyah; mereka memasukkan surat al-Naml ke dalam kelompok
surat Makkiyah.
C. Korelasi Nama Surat (al-Naml) dengan Isi Kandungan Ayat
Memahami korelasi (Munasabah), baik antara ayat dengan ayat, ayat
dengan surat, maupun surat dengan surat akan membantu dalam memahami
pesan al-Quran dengan baik dan cermat. Dengan memahami korelasi
(Munasabah) itu, para pengkaji al-Quran akan mendapatkan suatu keterkaitan
antara satu ayat dengan ayat yang lainnya, demikian juga suatu surat dengan
surat yang laiinnya. Yang pada akhirnya akan memahami bahwa seluruh ayat
dan surat al-Quran memilki ketrkaitan satu sama lain. Hal senada telah
diungkapkan Abu Bakar Ibn „Arabi dalam komentarnya:25
“Dengan memahami ilmu Munasabah, maka kita akan
mengetahui sejauh mana hubungan antara ayat satu dengan yang
lain, sehingga semuanya menjadi seperti satu kata, yang
maknanya serasi dan susunannya teratur”.
23 Taufik, Tafsir Kontekstual al-Quran, Ibid, hlm. 101 24 Ibid, hlm. 104-105 25 Manna‟ al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu al-Quran, Ibid, hlm. 139-140
53
1. Pengertian Korelasi (Munasabah)
Korelasi (Munasabah) dalam pengertian bahasa berarti keterkaitan,
pertalian, perpadanan, kedekatan atau hubungan.26
Ketika dikatakan, “Si
Anu Munasabah dengan Fulan” berarti ia mendekati atau menyerupai si
Fulan. Dan di antara pengertian ini ialah Munasabah „Illat Hukum dalam
bab Qiyas, yakni sifat yang berdekatan dengan hukum.
Yang dimaksud dengan Munasabah disini adalah segi-segi hubungan
antara satu kalimat dengan kalimat lain dalam satu ayat, antara satu ayat
dengan ayat lain dalam banyak ayat, atau antara satu surat dengan surat
lain. Pengetahuan tentang Munasabah ini sangat bermanfaat dalam
memahami keserasian antar makna, mukjizat al-Quran secara retorik,
kejelasan keterangannya, keterangan susunan kalimatnya, serta keindahan
gaya bahasanya.27
Pengetahuan mengenai Munasabah atau hubungan antar ayat-ayat itu
bukanlah hal yang Tauqifi (tidak dapat diganggu gugat kerena telah
ditetapkan Rasulullah Saw), tetapi didasarkan pada ijtihad seorang
mufassir dan tingkat penghayatannya terhadap kemukhizatan al-Quran,
rahasia retorika, dan segi keterangannya yang mandiri. Apabila korelasi itu
halus maknanya, harmonis konteksnya dan sesuai dengan asas-asas
kebahasaan dalam ilmu bahasa Arab, maka korelasi tersebut dapat
diterima.
Meskipun demikian, tidak berarti bahwa seorang pengkaji al-Quran
harus mencari kesesuaian dalam setiap ayat, karena al-Quran turun secara
bertahap sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi. Seorang pengkaji
al-Quran terkadang dapat menemukan korelasi antar ayat dan terkadang
juga tidak. Oleh sebab itu, sekiranya tidak memaksakan diri untuk
menghubungkan ayat satu dengan ayat yang lainnya. Dalam hal ini, Syekh
al-„Izz Ibn Abdus Salam berkomentar:28
“Munasabah adalah ilmu yang baik, tetapi dalam menetapkan
keterkaitan kata-kata al-Quran disyaratkan hanya dalam hal yang
26 M. D. J. al-Barry, Dkk, Kamus Ilmiah Kontemporer, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), hlm.
180 27 Manna al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu al-Quran, Ibid, hlm. 140 28 Ibid, hlm. 141
54
awal dan akhirnya memang bersatu dan berkaitan. Sementara
dalam hal yang mempunyai sebab berlainan, tidak disyaratkan
untuk mengaitkannya”.
2. Korelasi Surat al-Naml dengan Surat yang lainnya
Salah satu dari pembagian materi Korelasi (Munasabah) ini adalah
korelasi Surat dengan surat yang lainnya. Dalam hal ini penulis hanya
memfokukan kajiannya pada Surat al-Naml. Oleh karena itu, penulis akan
mengemukakan korelasi antara surat al-Naml dengan surat sebelumnya,
yakni surat al-Syu‟ara‟ dan dengan surat sesudahnya, yakni surat al-
Qashash.29
a. Korelasi Surat al-Naml dengan Surat al-Syu‟ara
i. Surat al-Naml melengkapi Surat al-Syu‟ara‟ dengan
menambahkan ke dalamnya kisah Nabi-nabi yang tidak terdapat
dalam Surat al-Syu‟ara‟ yaitu kisah Nabi Daud dan Nabi
Sulaiman.
ii. Pada Surat al-Naml terdapat tambahan-tambahan berupa uraian
mengenai kisah Nabi Luth dan Nabi Musa yang sudah dikisahkan
dalam Surat al-Syu‟ara‟.
iii. Masing-masing dari kedua surat ini memuat sifat-sifat al-Quran
dan menerangkan bahwa al-Quran benar-benar diturunkan dari
sisi Allah Swt.
iv. Kedua surat ini sama-sama bertujuan untuk menghibur hati Nabi
Muhammad Saw yang mengalami berbagai macam penderitaan
dan permusuhan dari kaumnya.30
b. Korelasi Surat al-Naml dengan Surat al-Qashash
i. Kedua surat ini sama-sama dimulai dengan menggunakan huruf
Hijaiyah (Ahruful Muqatha‟ah), menerangkan sifat-sifat al-
Quran, kisah Nabi Musa dalam surat al-Qashash diterangkan
lebih lengkap disbanding dengan kisah yang terdapat dalam surat
al-Naml.
29 Departemen Agama, al-Quran dan Tafsirnya, Ibid, hlm. 167 30 Ibid, hlm. 167
55
ii. Surat al-Naml menerangkan secara global bahwa keingkaran
orang-orang kafir terhadap hari kebangkitan itu tidak beralasan,
kemudian dikemukakan kepada mereka persoalan-persoalan yang
ada hubungannya dengan hari kebangkitan. Hal ini diterangkan
lebih jelas dalam Surat al-Qashash.
iii. Surat al-Naml dan Surat al-Qashash masing-masing
menerangkan kehancuran kaum Nabi Shaleh dan kaum Nabi
Luth akibat durhaka kepada Allah Swt dan utusannya.
iv. Surat al-Naml dan Surat al-Qashash masing-masing
menyebutkan balasan pada hari kiamat terhadap orang-orang
yang membuat keburukan di dunia.
v. Bagian akhir kedua surat ini menyebutkan perintah menyembah
Allah Swt dan membaca ayat-ayat al-Quran.31
3. Korelasi Surat Pembukaan Surat dengan Penutupnya
Munasabah terjadi pula antara awal surat dengan akhir surat.
Contohnya adalah apa yang terdapat dalam Surat al-Naml. Surat ini
dimulai dengan menceritakan kisah Nabi Musa yang telah diberi dua dari
Sembilan Mukjizat yang akan diberikan-Nya. 32
Dengan dua mukjizat itu,
Nabi Musa diperintahkan menghadapi Fir‟aun dan kaumnya.
“Dan masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, niscaya ia akan ke
luar putih (bersinar) bukan karena penyakit. (Kedua mukjizat ini)
Termasuk sembilan buah mukjizat (yang akan dikemukakan)
kepada Fir'aun dan kaumnya. Sesungguhnya mereka adalah kaum
yang fasik" (Q. S. al-Naml/27: 12)
Pada ayat berikut ini, Allah Swt menerangkan sikap dan tingkah laku
Fir‟aun beserta kaumnya, sewaktu Nabi Musa datang untuk mengajak
mereka beriman kepada Allah Awt. Nabi Musa datang dengan membawa
bukti-bukti berupa mukjizat yang membenarkan kerasulannya.
31 Departemen Agama, al-Quran dan Tafsirnya, Ibid, hlm. 261 32 Ibid, hlm. 181
56
“Maka tatkala mukjizat-mukjizat Kami yang jelas itu sampai
kepada mereka, berkatalah mereka: "Ini adalah sihir yang nyata".
Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan
(mereka) Padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka
perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat
kebinasaan” (Q. S. al-Naml/27: 13-14) .
4. Korelasi Nama Surat dengan Isi Kandungannya
Termasuk dalam bagian materi Munasabah adalah persesuaian nama
surat dengan isi kandungannya. Oleh karena itu, penulis hendak mengulas
persesuaian antara Nama Surat al-Naml dengan isi kandungannya.
Kebiasaan orang Arab jika menamakan sesuatu adalah dengan
mengambil suatu nama yang jarang atau aneh yang mempunyai cirri khas
dan mengandung hikmah yang lebih banyak. Hal ini dilakukan agar
sesuatu yang diberi nama mudah dikenali dan menyentuh hati. Mereka
juga memberi nama suatu ungkapan atau qasidah yang panjang dengan
nama paling masyhur dari kata-kata yang terdapat didalamnya. Dan seperti
itulah tatacara yang berlaku pada nama surat-surat dalam al-Quran.
Sebagaimana penamaan surat al-Naml, ia dinamakan dengan “al-Naml”
karena adanya penjelasan tentang kisah semut serta banyaknya hikmah
yang agung dalam kisah tersebut.33
Demikian pula dengan penamaan
surat-surat yang lainnya. Dengan demikian, maka dapat dipahami bahwa
nama-nama surat dalam al-Quran diambil dari tema besar yang sedang
dibicarakan oleh suatu surat.
Menurut hemat penulis, penamaan surat tidak lepas dari persesuaian
suatu surat dengan isi kandungannya. Dan untuk dapat mengetahui
persesuaian nama surat dengan isi kandungannya, Umat islam harus
memahami pesan moral yang dikandung oleh suatu surat. Dinamakan
33 As-Suyuthi, Samudera Ulumul Quran, Ibid, hlm. 292-294
57
Surat al-Naml, karena didalamnya memuat kisah semut yang memiliki
banyak hikmah dan pelajaran. Semut merupakan binatang kecil yang
pandai dalam mengatur organisasi. Dengan kata lain, nama al-Naml itu
memiliki persesuaian dengan konsep kepemimpinan yang ideal. Oleh
karena itu, isi kandungannya pun cenderung membahas kepemimpinan.
Semut memiliki peranan penting untuk memberi pelajaran kepada manusia
agar menjadi sosok pemimpin yang bijaksana, adil, benar dan disiplin.
Demikian juga dengan rakyat, mereka dituntut untuk mentaati dan
mematuhi semua perintah dari raja atau pemimpinnya demi kemaslahatan
mereka.
5. Korelasi Ayat dengan Ayat dalam Surat al-Naml
Dan termasuk dalam bagian materi Munasabah yang lainnya adalah
persesuaian ayat satu dengan ayat yang lainnya. Dalam hal ini, penulis
akan mengulas persesuaian ayat dengan ayat dalam surat al-Naml.
“Dan Sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan
Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: "Segala puji bagi Allah
yang melebihkan Kami dari kebanyakan hamba-hambanya yang
beriman" (Q. S. al-Naml/27: 15).
Pada ayat yang lalu, diterangkan kisah Nabi Musa dan
kaumnyamenghadapi kekuasaan dan kerajaan Fir‟aun dan pemuka-pemuka
kaumnya. Untuk menghadapi Fir‟aun, Nabi Musa dianugerahi Allah Swt
ilmu pengetahuan dan mukjizat, seperti tongkat dan sebagainya. Pada ayat
di atas, menjelaskan anugerah-anugerah Allah Swt yang dilimpahkan
kepada Nabi Daud dan putranya, Nabi Sulaiman, seperti ilmu pengetahuan
membuat baju besi, memahami bahasa burung semut dan lain sebagainya.34
D. Kisah-kisah Dalam Surat Al-Naml
Surat al-Naml merupakan surat ke-27 (dua puluh tujuh) yang terdiri
atas 93 ayat. Surat ini termasuk dalam golongan surat Makiyah dan diturunkan
34 Depag, al-Quran dan Tafsirnya, Ibid, hlm. 184
58
sesudah surat al-Syu‟ara.35
Dalam surat al-Naml ini terdapat beberapa kisah
menarik yang syarat akan persoalan kepemimpinan. Sedikitnya ada empat
kisah yang termaktub dalam surat al-Naml, yakni kisah Nabi Musa dengan
kaumnya, dengan Fir‟aun; Nabi Sulaiman dengan semut, dengan burung Hud-
hud dan dengan Ratu Bilqis; Kisah Nabi Sholeh dengan Kaumnya; serta Kisah
Nabi Luth dan Kaumnya.
1. Kisah Nabi Musa
Menurut sebuah pendapat dikatakan bahwa Nabi Musa merupakan
putra Imran36
Ibn Yashur Ibn Qahits Ibn Lawi Ibn Ya‟qub a.s. Tidak ada
perbedaan pendapat mengenai nasabnya. Musa merupakan sebuah nama
yang berasal dari bahasa Suryani. Dinamakan Musa karena ia dihanyutkan
di antara pohon dan air. Air dalam bahasa Qithbi adalah Mu, sedang pohon
dalam bahasa Qithbi adalah Sa, yang ketika digabungkan menjadi Musa
(dihanyutkan di antara pohon dan air). Disebutkan dalam sebuah hadits
yang shahih bahwa Nabi Musa memiliki kulit berwarna Sawo matang,
rambutnya kriting (ikal), dan berbadan tinggi, seolah-olah ia adalah
seorang laki-laki berasal dari Syanu‟ah. Sementara al-Tsa‟labi mengatakan
bahwa Nabi Musa hidup selama seRatus dua puluh tahun.37
Nabi Musa dilahirkan ketika Mesir berada di bawah pemerintahan
Raja Fir‟aun. Fir‟aun merupakan seorang Raja yang sombong, congkak,
dzalim bahkan menganggap dirinya sebagai Tuhan. Siapa saja yang tidak
menuruti perintahnya, maka akan segera dihukum mati.
Suatu hari Raja Fir‟aun bermimpi yang dalam mimpinya itu ia
mendapati Negeri Mesir habis terbakar; semua rakyatnya mati kecuali
orang-orang Israel yang tetap hidup. Segera setelah Raja Fir‟aun bangun,
diperintahkannya para ahli nujum38
untuk menakwilkan arti mimpinya itu.
Dan para ahli nujum itu memperoleh jawaban, bahwa mimpi itu adalah
35 Malik Fahd, al-Quran dan Terjemahnya, Ibid, hlm. 591 36
Imran merupakan seorang Mentri di kerajaan yang dipimpin oleh Raja Fir‟aun. Lihat, Zaid
Husein al-Hamid, Kisah 25 Nabi dan Rasul, (Jakarta: Pustaka Amani, 1995), hlm. 83 37 Jalaluddin al-Suyuthi, Samudera Ulumul Quran, Pent. Farikh Marzuki Ammar, Dkk,
(Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2008), hlm. 95 38 Maksudnya adalah ahli sihir atau tukang sihir
59
isyarat akan datangnya seorang laki-laki dari Bani Israil yang akan
menjatuhkan kekuasaan Fir‟aun.39
Mendengar itu, Raja Fir‟aun segera memerintahkan seluruh tentaranya
untuk memeriksa setiap rumah penduduk, dan membunuh setiap bayi laki-
laki dari Bani Israil. Keputusan Raja itu diumumkan di seluruh pelosok
Negeri, agar rakyat mematuhi undang-undang itu.
Sesaat setelah keputusan Fir‟aun diberlakukan, Nabi Musa a. s.
dilahirkan dari salah satu keluarga Bani Israil. Allah Swt mengilhamkan
kepada ibu Nabi Musa agar ia segera menghanyutkan bayinya itu ke
sungai Nil. Dengan kekuasaan Allah Swt, bayi Musa a. s. terapung di
dalam sebuah peti dan berjalan mengikuti arus sungai Nil menuju kolam
pemandian istana Fir‟aun. Peti itu akhirnya ditemukan oleh istri Fir‟aun,
Siti Asiyah40
, yang kemudian membawa bayi Musa ke istananya. Melihat
bayi ditangan istrinya, Raja Fir‟aun segera menghungus pedangnya untuk
membunuhnya. Akan tetapi, dengan cepat Siti Asiyah melindungi bayi itu
seraya berkata: “bayi ini janganlah dibunuh, karena aku sayang kepadanya.
Sebaiknya ia dijadikan anak angkat kita. bukankah kita tidak punya
anak?”. Bujukan istrinya membuat hati Fir‟aun lemah dan tidak dapat
berbuat apa-apa, karena Fir‟aun sangat menyayangi istrinya itu. Sejak itu
jadilah Musa sebagai anak angkat Raja Fir‟aun.41
Nabi Musa a. s. dijuluki orang sebagai Musa Ibn Fir‟aun (Musa anak
Fir‟aun). Beliau tinggal di istana dan sangat dimanjakan oleh Siti Asiah,
istri Fir‟aun. Setelah dewasa, Allah Swt menganugrahkan kepada Musa
ilmu dan pangkat kenabian. Pada suatu hari, Nabi Musa a. s. berjalan-jalan
melihat keadaan kota. Ketika itu, masyarakat tidak mengenalnya. Tiba-tiba
Nabi Musa melihat perkelahian antara dua orang, yaitu seorang dari Bani
Israil dan seorang lagi dari bangsa Qithbi (bangsa Fir‟aun). Nabi Musa a.
s. berusaha melerai perkelahian itu dan mendamaikan keduanya. Akan
39 Hanafi, Kisah 25 Nabi dan Rasul, (Jakarta: Bintang Indonesia, Tanpa Tahun), hlm. 90 40 Sementara Asiyah merupakan perempuan cantik yang dinikahi oleh Fir‟aun dan ia
merupakan perempuan yang beriman kepada Allah Swt, sehingga tatkala Fir‟aun hendak
menggaulinya, seluruh tubuhnya menjadi kaku dan tidak bisa mendekatinya serta hanya dapat
memandangnya. Lihat, Zaid Husein al-Hamid, Kisah 25 Nabi dan Rasul, (Jakarta: Pustaka Amani,
1995), hlm. 83 41 Hanafi, Kisah 25 Nabi..., Op. Cit, hlm. 90
60
tetapi, laki-laki bangsa Qithbi itu menolak dan bahkan bersikap memusuhi
Nabi Musa. Maka dipukullah laki-laki itu oleh Nabi Musa, sehingga jatuh
ke tanah dan mati seketika. Nabi Musa menyesali perbuatannya itu dan
memohon ampun kepada Tuhan karena ia sesungguhnya tidak bermaksud
membunuh laki-laki itu.42
Berita matinya orang Qithbi oleh Nabi Musa a. s. sampai ke telinga
Fir‟aun. Maka dengan segera Fir‟aun memerintahkan pasukannya untuk
menangkap Musa. Akan tetapi, sebebelum perintah itu terlaksana,
datanglah seorang laki-laki kepada Musa dan memberitahukan tentang
rencana Fir‟aun tersebut. Orang itu menyarankan agar Musa cepat-cepat
meninggalkan Mesir. Kemudian berangkatlah Nabi Musa meninggalkan
kota itu dengan rasa cemas dan takut.
Setelah beberapa lama, Nabi Musa akhirnya kembali ke kota
kelahirannya, Mesir. Dan bersama-sama dengan saudara laki-lakinya
bernama Harun, ia membawa misi Tuhan, berupa ajaran ketauhidan.43
Sesampainya di negeri Mesir, Nabi Musa menghadap Raja Fir‟aun,
kemudian mengajaknya kembali kepada jalan yang benar seraya
memperlihatkan kedua mukjizat yang telah ia terima dari Allah Swt. Akan
tetapi, Fir‟aun malah mendustakannya dan mengingkarinya. Hingga pada
suatu ketika, Nabi Musa ditangtang oleh Fir‟aun untuk bertarung dengan
para ahli sihirnya. Dan akhirnya para ahli sihir itu kalah serta menyadari
bahwa kebenaran ada di pihak Musa. Oleh karena itu, dengan serta merta
mereka mengakui keunggulan dan beriman kepada Nabi Musa sebagai
utusan Allah Swt.44
Melihat kenyataan itu, ditambah lagi dengan kenyataan bahwa istrinya
(Siti Asiah) juga beriman kepada Nabi Musa, Raja Fir‟aun semakin murka,
sehingga ia bertindak membabi-buta. Para tukang sihir itu dihukum mati
dan istrinya disiksan dan dianiaya hingga menemui ajalnya, demikian juga
dengan semua orang yang beriman.45
42
Hanafi, Kisah 25 Nabi dan Rasul, Ibid, hlm. 92 43 Ibid, hlm. 95 44 Ibid, hlm. 96 45 Fir‟aun memerintahkan memotong tangan dan kaki serta menyalib mereka yang beriman
kepada Nabi Musa. Jumlahnya lebih kurang 70 (tujuh puluh) orang dan mereka pun tetap sabar
61
Karena dikejar oleh Fir‟aun dan tentaranya, Nabi Musa beserta para
pengikutnya terus berlari hingga sampai ditepi laut merah. Di sana Nabi
Musa menemui jalan buntu dan kebingungan, maka datanglah pertolongan
Allah Swt.46
Maka, Musa memukulkan tongkatnya ke laut dan terbelahlah
laut itu menjadi dua belas jalan, sehingga keringlah airnya, lalu masuklah
Musa dan para pengikutnya, kemudian menyusul di belakangnya Fir‟aun
dan pasukannya. Allah Swt menyelamatkan Musa dan para pengikutnya,
sedangkan laut tertutup di atas Fir‟aun dan pasukannya, sehingga
terbenamlah mereka semuanya.
Mayat Fir‟aun tetap utuh sebagaimana disebutkan dalam al-Quran. Ini
telah dibuktikan dengan ditemukannya mumi Fir‟aun (Pharao) di Mesir
pada Abad ke-20 sesudah Masehi.47
Dikatakan bahwa yang diselamatkan
Allah ialah tubuh kasarnya. Menurut sejarah, setelah Fir'aun itu tenggelam,
mayatnya terdampar di pantai dan diketemukan oleh orang-orang Mesir
lalu dibalsem, sehingga utuh sampai sekarang dan dapat dilihat di musium
Mesir.48
2. Kisah Nabi Sulaiman
Dikatakan bahwa Nabi Sulaiman memiliki warna kulit putih, berbadan
tegap, berwajah tampan, ceria, khusu‟ dan berperangai santun. Bapaknya,
Nabi Daud, bermusyawarah dengannya mengenai banyak hal, walaupun
pada saat itu umur Nabi Sulaiman masih terbilang masih muda, namun
karena kecerdasan dan kesempurnaan akalnya, beliau mampu
mengemukakan pendapat atau solusi yang luar biasa.
Nabi Sulaiman merupakan salah satu orang Mukmin yang menguasai
dunia. Ia memiliki kekuasaan dan anugerah yang begitu tinggi. Ia dapat
memahami bahasa hewan, seperti semut, burung dan lain sebagainya. Ia
juga dapat memahami bahasa Jin. Oleh karena itu, ia dikarunia kekuasaan
yang besar, yakni mempunyai bala tentara yang terdiri dari Manusia, Jin,
dan beriman kepada Nabi Musa. Lihat, Zaid Husein al-Hamid, Kisah 25 Nabi dan Rasul, (Jakarta:
Pustaka Amani, 1995). 46 Hanafi, Kisah 25 Nabi..., Ibid, hlm. 97 47 Zaid Husein al-Hamid, Kisah 25 Nabi dan Rasul, (Jakarta: Pustaka Amani, 1995), hlm. 86 48 Lihat Foot Note Q. S. Yunus/10: 92, No. 704. Departemen Agama RI, al-Quran dan
Terjemahnya, (Jakarta: Fajar Sidik, 2006), hlm. 294
62
dan Hewan. Nabi Sulaiman menjadi Raja pada usia tiga belas tahun dan
memulai pembangunan Baitul Maqdis setelah empat tahun menjadi Raja.
Ia meninggal pada usia lima puluh tiga tahun.49
Nabi Sulaiman adalah putra Nabi Dawud. Beliau mewarisi kerajaan
ayahnya dikalangan bangsa Israil. Allah Swt telah mengaruniai beberapa
mukjizat dan keistimewaan kepada Nabi Sulaiman. Selain sebagi Nabi,
Rasul Allah Swt, dan Raja di kalangan umatnya, Nabi Sulaiman memiliki
keistimewaan lain, yaitu pertama, beliau memiliki kecerdasan akal, adil
dan bijaksana dalam berpikir dan mengambil keputusan. Kedua, beliau
memahami bahasa binatang, seperti; burung, semut dan sebaginya. Ketiga,
beliau berkuasa memerintah bangsa Jin. Keempat, beliau dapat bepergian
kemana saja dengan mengendarai angin. Kelima, beliau adalah seorang
Raja yang kaya raya dengan istana yang megah, berkilauan dan bertaburan
permata.50
a. Nabi Sulaiman a. s. dengan sekelompok semut
Pada suatu hari Nabi Sulaiman memanggil pasukannya, maka
berkumpullah tentaranya berupa Jin, manusia dan burung-burung yang
berkumpul dengan taat kepadanya. Berangkatlah Nabi Sulaiman
dengan pasukannya, hingga tiba di suatu lembah di mana banyak
terdapat semut. Maka berkatalah Raja semut kepada rakyatnya: “Hai
rakyatku, menyingkirlah dan masuklah kalian ke dalam lubang, karena
Nabi Sulaiman dan tentaranya sebentar lagi akan melewati bumi
ini”.51
Semut itu mengira bahwa Nabi Sulaiman tidak mendengar dan
memahami apa yang ia katakan. Melihat dan mendengar perkataan
semut itu, Nabi Sulaiman tersenyum dan tertawa bahkan dibuat takjub
oleh segerombolan semut-semut kecil tersebut. Melihat semut dan
pasukannya berjalan secara rapi, Nabi Sulaiman kagum terhadapnya
dan ia pun merasa bersyukur atas pemberian Allah Swt kepadanya
berupa kenabian, keadilan dan rahmat.52
49 Jalaluddin al-Suyuti, Samudera Ulumul Quran, Ibid, hlm. 96 50 Hanafi, Kisah 25 Nabi dan Rasul, Ibid, hlm. 107 51 Ibid, hlm. 108 52 Zaid Husein, Kisah 25 Nabi.., Ibid, hlm. 105
63
b. Nabi Sulaiman a. s. dengan burung Hud-hud
Telah diceritakan sebelumnya, bahwa Nabi Sulaiman paham
bahasa burung, dan di antara burung-burung peliharaannya terdapat
seekor burung bernama Hud-hud. Pada suatu hari Nabi Sulaiman
mencari Hud-hud, namun ia tidak menjumpainya. Maka Nabi
Sulaiman berkata: “Kemana gerangan burung Hud-hud?”; “Apakah
dia telah menghilang?”; Bagaimana dia bisa menghilang tanpa
sepengetahuanku?” Timbul kemarahan Nabi Sulaiman, ia berniat
menghukum burung Hud-hud, mungkin dengan mencabut bulunya,
mengurungnya di dalam kurungan atau dengan menyembelihnya. Hal
itu akan dilakukan berdasarkan kadar dosanya. Mungkin juga ia bisa
memaafkannya, bilamana ia datang dengan bukti dan alasan yang
jelas.53
Tidak lama kemudian Hud-hud kembali seraya berkata: “Aku
telah mengetahui apa yang tidak engkau ketahui, Aku baru saja
kembali dari kerajaan Saba‟ dengan membawa berita yang benar dan
nyata. Aku telah mendapati seorang perempuan yang memerintah
kerajaan dan memiliki kekusasaan serta berbagai macam kenikmatan.
Ia mempunyai singgasana besar yang dihiasi dengan permata-permata
dan mutiara-mutiara, akan tetapi mereka tidak mengetahui
kenikmatan-kenikmatan Allah Swt yang dicurahkan kepada mereka
dan tidak beriman kepada-Nya serta tidak menyembah-Nya,
melainkan menyembah matahari dan bersujud kepadanya, bukan
kepada Allah Swt.54
Setan telah membuat tipu daya terhadapnya, sehingga mereka
tersesatkan dari jalan yang lurus. Setan juga telah mengubah hati
mereka dari jalan kebenaran, sehingga mereka tidak mendapat
petunjuk Allah Swt, setan telah menyesatkan mereka dan menjauhkan
mereka dari sujud kepada Allah Swt yang berhak untuk disembah,
karena Dialah yang telah menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang
dikandung bumi dan Dialah yang telah menurunkan hujan dari langit,
53 Zaid Husein, Kisah 25 Nabi..., Ibid, hlm. 107 54 Ibid, hlm. 107
64
Dialah yang mengetahui isi hati dan perbuatan-perbuatan manusia,
Dialah Allah Swt, yang tidak ada Tuhan selain Dia yang memiliki
singgasana yang agung”.
Ketika Hud-hud selesai berbicara, Nabi Sulaiman menjawab:
“Kami akan menyelidiki perkataanmu, apakah engkau berkata benar
atau berdusta?”.55
c. Nabi Sulaiman a. s. dengan Ratu Bilqis
Setelah mendengar kabar dari Hud-hud tentang kerajaan Saba‟,
Nabi Sulaiman segera menulis sepucuk surat kepada Ratu negeri
Saba‟ itu, Bilqis namanya. Isi surat itu adalah seruan dan ajakan Nabi
Sulaiman kepada Ratu Bilqis agar ia beserta rakyatnya menyembah
hanya kepada Allah Swt, Tuhan yang telah menciptakan alam dan
seluruh isinya. Surat itu kemudian dibawa oleh Hud-hud ke negeri
Saba‟ untuk diserahkan kepada Ratu Bilqis. Meneriman surat itu, Ratu
Bilqis amat terkejut. Kemudian ia segera membuka dan membaca
surat tersebut. 56
Setelah ia memahami dan memaklumi isinya, maka
bermusyawarahlah ia bserta pembesar negeri. Sebagian pembesar
negeri menghendaki agar surat ajakan itu ditolak saja dan menghadapi
tentara Nabi Sulaiman jika ternyata mereka diperangi. Sedangkan
sebagian pembesar negeri yang lain menyarankan agar Ratu Bilqis
menerima ajakan Nabi Sulaiman itu, agar negeri Saba‟ selamat dari
kehancuran akibat serangan tentara Nabi Sulaiman kelak. Maka
terjadilah perdebatan yang cukup sengit di antara kedua pendapat itu.
Sehingga Ratu Bilqis kemudian memutuskan suatu rencana untuk
menundukkan Nabi Sulaiman.57
Dia mengutus beberapa orang untuk mengahadap Nabi Sulaiman
dan menyerahkan sepucuk surat serta berbagai hadiah mewah yang
amat besar nilainya. Hadiah-hadiah itu dimaksudkan untuk
meluluhkan hati Nabi Sulaiman, sehingga beliau mengurungkan
55 Zaid Husein al-hamid, Kisah 25 Nabi..., Ibid, hlm. 108 56 Hanafi, Kisah 25 Nabi..., Ibid, hlm…. 108 57 Ibid, 108
65
niatnya untuk memerangi negeri Saba‟. Akan tetapi, yang terjadi
ternyata diluar dugaan Ratu Bilqis. Nabi Sulaiman dengan tegas
menolak pemberian itu, bahkan memberikan surat balasan kepada
Ratu Bilqis yang berisi ancaman.58
Maka pulanglah para utusan Ratu Bilqis itu dengan membawa
kembali hadiah-hadiahnya ke negeri Saba‟. Setelah sampai di
negerinya, mereka menceritakan semua yang mereka lihat dan dengar.
Ratu Bilqis amat takjub mendengar semua itu. Maka berkatalah ia:
“Jika demikian, Aku sendiri akan datang ke negeri Nabi Sulaiman”.
Dan aku akan menyaksikan sendiri bagaimana kebesaran
kerajaannya.59
Rencana keberangkatan Ratu Bilqis itu rupanya diketahui terlebih
dahulu oleh Nabi Sulaiman. Maka diperintahkannya balatentaranya
yang terdiri dari Manusia, Jin dan Binatang, agar memperindah
istananya dan melengkapi dengan segala perabot yang indah-indah.
Kemudian, sebagai kejutan, Nabi Sulaiman bermaksud memindahkan
singgasana Ratu Bilqis yang megah itu dari negeri Saba‟ ke istananya.
Maka bertanyalah Nabi Sulaiman kepada tentaranya: “Siapakah di
antara kalian yang sanggup membawa singgasana Ratu Bilqis kemari
dengan cepat sebelum ia sampai disini?” Salah satu dari bangsa Jin,
Ifrit namanya, menjawab: “Aku sanggup membawanya sebelum
engkau bangkit dari dudukmu”. Akan tetapi, tiba-tiba seorang alim
dari ahli kitab berkata: “Aku sanggup membawa singgasana itu
sebelum matamu berkedip”. Nabi Sulaiman menjawab: “Kalau begitu,
lakukanlah!” Maka, ketika Nabi Sulaiman mengedipkan matanya,
singgasana Ratu Bilqis sudah ada dihadapnnya.60
Ketika Ratu Bilqis tiba di istana Nabi Sulaiman, dengan sikap
seolah-olah belum mengetahui, Nabi Sulaiman bertanya kepadanya
seraya menunjuk kepada singgasananya: “Seperti inikah rupa
singgasana anda?” Ratu Bilqis terkejut dan menjawab: “Iya, memang
58 Hanafi, Kisah 25 Nabi..., Ibid, hlm. 108 59 Ibid, hlm. 109 60 Ibid, hlm. 110
66
singgasanaku sama persisi dengan ini”. Kemudian Ratu Bilqis
dipersilakan masuk ke dalam istana dan melihat-lihat keadaannya. Dia
benar-benar kagum luar biasa atas kehebatan istana Nabi Sulaiman.
Rasanya, belum pernah ia melihat istana seindah dan semegah itu,
meskipun istananya sendiri sudah sedemikian hebat.61
Melihat kebesaran istana Nabi Sulaiman, Ratu Bilqis menjadi
sadar, bahwa kebesaran istananya di negeri Saba‟ yang dikiranya tiada
berbanding ternyata kecil jika dibandingkan dengan milik Nabi
Sulaiman. Begitu pula, segala sesuatu yang diberikan Allah Swt
kepada Nabi Sulaiman jauh melampaui apa-apa yang ia miliki. Maka,
tanpa ragu lagi Ratu Bilqis kemudian memeluk Islam. Dan ia akhirnya
dikawini oleh Nabi Sulaiman.
1. Kisah Nabi Sholeh dengan Kaumnya
Nabi Sholeh adalah putra Ubaid Ibn Jabir Ibn tsamud. Nabi Sholeh
termasuk suku Tsamud, nama yang diambil dari kakeknya, Tsamud Ibn
Amir Ibn Iram Ibn Sam Ibn Nuh. Nabi Sholeh adalah keturunan yang
keenam dari Nabi Nuh a.s.62
Nabi Sholeh memiliki kulit berwarna putih
kemerah-merahan dan berambut kriting. Ia diutus untuk menyeru kaumnya
pada saat menginjak usia „Aqil Baligh dan tinggal bersamanya selama
empat puluh tahun.63
Nabi Sholeh berasal dari bangsa Arab. Ketika Allah Swt
menghancurkan kaum „Ad, kemudian ia memakmurkan kaum Tsamud.
Allah Swt pun akhirnya mengutus Nabi Shaleh kepada mereka, pada saat
itu Nabi Sholeh masih remaja. Nabi Shaleh menyeru kaumnya untuk
beriman kepada Allah Swt sampai usia senja.64
Kaum Tsamud menempati daerah bekas kaum „Ad yang telah hancur.
Negeri itu teretak di antara Hijaz dan Syam di sebelah tenggara Madyan.
Kaum Tsamud mampu membangun jaringan irigasi yang lebih sempurna
guna mengairi lahan pertanian dan perkebunan. Mereka juga membangun
61 Hanafi, Kisah 25 Nabi..., Ibid, hlm…. 110 62 Ibid, hlm. 41 63 Jalaluddin al-Suyuthi, Samudera Ulumul..., Ibid, hlm. 94 64 Ibid, hlm. 94
67
tempat tinggal yang jauh lebih indah dan megah dibukit-bukit. Mereka
hidup makmur dan berlomba-lomba dalam kemegahan. Kehidupan mereka
penuh kemakmuran dan kebahagiaan. Akan tetapi, mereka adalah
penyembah berhala seprti halnya kaum „Ad yang celaka. Karenanya
mereka berperangai buruk dan berbuatt kejahatan, sombong dan congkak
atas dirinya.65
Nabi Shaleh menyeru kaum Tsamud supaya menyembah Allah Swt
yang Esa dan tidak menyekutukannya dengan yang lain. Nabi Sholeh
menjelaskan kepada kaum Tsamud bahwa Allah Swt adalah dzat yang
menghidupkan dan mematikan, melimpahkan rahmat dan karunianya
kepada mereka. Maka kaum Tsamud berbakti dan bertaubat kepada Allah
Swt atas segala dosa mereka, karena sesungguhnya Allah itu maha
pengasih dan penyayang serta mengabulkan do‟a setiap orang yang
beriman.
Akan tetapi, seruan Nabi Sholeh ini ternyata tidak dihiraukan oleh
seluruh kaum Tsamud. Sebagaian mereka mendustakannya dan
menganggapnya sebagai pembual belaka. Bagi Nabi Sholeh, dakwah
adalah tugasnya. Ia tidak mengharapkan upah dari kaumnya. Ia hanya
menyampaikan risalah yang sudah menjadi tugasnya. Maka tanpa putus
asa, dengan sabar dan tawakal, ia tetap melancarkan dakwah untuk
menyembah Allah Swt dan meninggalkan kekufuran. Hingga mereka
sadar akan kekhilafan mereka dan mau kembali kejalan yang benar.66
Dalam mengemban misi risalahnya, Nabi Sholeh dikaruniai beberapa
muksjizat, seperti dapat mengeluarkan seekor sapi betina dari sebuah batu
besar di balik bukit. Unta itu mengeluarkan air susu yang dapat diminum
oleh banyak orang. Nabi Sholeh berpesan kepada kaumnya agar jangan
mengganggu unta itu, atau akan datang azab Allah Swt menimpa kaum
Tsamud. Akan tetapi, karena durhaka dan tidak percaya, kaum Tsamud
kemudian mengusik unta tersebut. Peringatan Nabi Sholeh tidak mereka
hiraukan. Tindakan mereka akhirnya amat keterlaluan. Mereka berani
menyembelih unta itu. Setelah itu, mereka datang kepada Nabi Sholeh
65 Hanafi, Kisah 25 Nabi..., Ibid, hlm. 41 66 Ibid, hlm. 42
68
seraya berkata: “Jika benar engkau utusan Allah Swt, buktikan janjimu
bahwa azab Allah Swt akan datang”.
Setelah unta Nabi Sholeh dibunuh, maka tanda-tanda datangnya azab
Allah Swt mulai Nampak. Sebelum azab itu datang, Nabi Sholeh beserta
orang-orang beriman pergi menjauh. Tiba-tiba bumi berguncang dengan
sangat hebatnya, petir pun menyambar dengan sangat dahsyatnya. Kaum
Tsamud binasa. Bangunan-bangunan megah yang selama ini mereka
banggakan hancur lebur.67
2. Kisah Nabi Luth
Nabi Luth adalah saudara Nabi Ibrahim, beliau diutus untuk menyeru
kepada penduduk negeri Sadum (Palestina) yang sangat durhaka kepada
Allah Swt. Mereka memutuskan hubungan perkawinan antara pria dan
wanita sebagai gantinya mereka lebih cenderung kepada sesama jenisnya.
Selain itu, perampokan dan penganiayaan sering terjadi. Menyikapi hal
tersebut, Nabi Luth berusaha menasehati penduduk ngeri Sadum dengan
siksaan Allah Swt, akan tetapi mereka menjawab apa yang telah
dikabarkan allah Swt dalam al-Quran/29: 28-29.68
Setelah berulangkali diperingatkan akan tetapi usaha pun sia-sia,
berdo‟alah Nabi Luth kepada Allah Swt yang telah tertera dalam surat al-
Angkabut/29: 30. Do‟a yang dipanjatkan nabi Luth diterima oleh Allah
Swt kemudian Allah mengutus para Malaikat untuk menimpakan azab
kepada kaum Nabi Luth.
Berita bahwa negeri Sadum beserta seluruh penduduknya akan
dibinasakan diketahui oleh Nabi Ibrahim. Mendengar hal tersebut, Nabi
Ibrahim berkata: “Ya Allah di negeri itu ada Luth.” Bagaimana dengan
Nabi Luth jika negri Sadum dimusnahkan”.
Menjawab kekhawatiran Nabi Ibrahim, Allah berfirman dalam surat
al-Angkabut/29:32. Beberapa para Malaikat menyerupai laki-laki yang
tampan datang ke rumah Nabi Luth. Atas kedatangan mereka, Nabi Luth
amat bersedih hati, karena khawatir kaumnya akan berbuat keji kpada
tamu-tamunya itu dengan memaksa mereka berbuat mesum.
67 Hanafi, Kisah 25 Nabi..., Ibid, hlm. 43-44 68 Ibid, hlm. 54
69
Kekhawatiran Nabi Luth terjadi, tidak lama kemudian datanglah
berbondong-bondong laki-laki dari kaumnya menuju rumah Nabi Luth.
Mereka mengancam nabi Luth untuk menyerahkan tamu-tamunya kepada
mereka sebagai pemuas kesenangan mereka yang keji itu. Nabi Luth
berkata: “Wahai kaumku, janganlah engkau mengganggu tamuku. Jika
engkau berkehendak akan aku carikan istri yang halal untukmu engkau
kawini, dan mengapakah engkau tidak berpikir?” kaumnya menjawab: “Hai
Luth bukankah engkau sudah mengetahui bahwa kami tidak suka wanita?”
mengenai hal ini Allah berfirman dalam Q. S. al-„Angkabut/29: 33.
Demikianlah akhirnya negeri Sadum dibinasakan beserta seluruh
penduduknya.69
E. Kerajaan Semut
1. Tingkah Laku Serangga Sosial
Tingkah laku sosial pada serangga dapat dijumpai pada binatang
kecil bernama semut. Serangga sosial yang satu ini memiliki tiga atribut
umum, di antaranya adalah: pertama, pemeliharaan anak bersifat
kooperatif, sehingga individu sering memberikan makan kepada anak-anak
yang bukan anaknya sendiri. Kedua, terdapat sistem kasta yang
menyangkut pembagian kerja dalam reproduksi, sehingga banyak anggota
koloni yang steril. Dan ketiga, terdapat generasi yang tumpang tindih,
beberapa anak membantu generasi yang lebih tua dalam memelihara anak
lebih lanjut.70
Dari ulasan di atas, dapat dipahami bahwa semut termasuk dalam
kategori kelompok serangga sosial. Dalam arti, mereka memiliki sisi-sisi
kesamaan dengan pola hidup manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai
kelompok serangga sosial, mereka saling membuatuhkan satu sama lain,
saling bahu-membahu dan gotong royong dalam melakukan suatu
pekerjaan. Bahkan tidak jarang seekor semut memberi makanan kepada
anak-anak semut meskipun bukan anaknya. Ini adalah salah satu nilai Plus
dari pola hidup semut yang ptut diteladani oleh umat manusia. Serangga
69 Hanafi, Kisah 25 Nabi..., Ibid, hlm. 55-56 70 Mohammad Hadi, dkk, Biologi Insekta Entomologi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hlm.
95
70
sosial yang satu ini senantiasa mendahulukan kepentingan-kepentingan
sosial. Itu tercermin dari perilaku hidupnya yang selalu membantu kawan-
kawan sesamanya, tanpa pandang bulu. Pola hiudp semut mencerminkan
perilaku toleransi kepada sesamanya.
Sebagai serangga sosial, tidak aneh jika semut memiliki sistem
komunikasi sosial yang baik dan mempunyai sistem pembagian kerja yang
baik pula dengan sesamanya. Hal ini menjadikan hati penulis lebih tertarik
untuk mengetahui sisi-sisi kehidupan semut jauh lebih dalam.
a. Komunikasi Sosial
Tingkah laku dari banyak individu dalam koloni serangga sosial
harus diintegrasikan sedemikian rupa, sehingga terdapat kerja sama
dalam pertahanan, pembangunan, penjelajahan untuk mencari makan,
pemeliharaan anak, dan reproduksi dari individu reproduktif pada saat
yang tepat. Hal ini hanya dapat dicapai dengan cara menyebarkan
pesan-pesan ke seluruh koloni. Karena sinyal visual akan sulit
ditangkap dalam kegelapan dan kerumitan sarang, maka serangga
sosial lebih bersifat akustik, taktil, gustatory atau olfaktori.71
Sarang serangga sosial mengandung sumber makanan bagi
predator, karena bukan hanya berisi ribuan larva dan pupa, tetapi juga
mengandung makanan dalam jumah besar. Semua serangga sosial
telah mengembangkan metode untuk menghadapi predator, baik
dengan cara menyerang secara massal atau melarikan diri ke tempat
yang lebih aman. Namun demikian, hal yang pertama-tama dilakukan
oleh serangga sosial itu adalah mengeluarkan hormon yang bernama
feromon untuk menyebarluaskan pesan-pesan secara cepat keseluruh
koloni. Feromon ini sejenis zat kimia yang san gat mudah menguap
dan menghilang secara cepat. Hormon feromon ini merupakan sinyal
alarm bagi serangga sosial. 72
Dengan hormon feromon ini, semut dan kawanannya mampu
mengidentifikasi sarangnya sendiri dan sarang-sarang lainnya dari
spesies yang sama. Selain itu, dengan hormon feromon itu, semut
71 Hadi, Biologi Insekta Entomologi..., Ibid, hlm. 95 72 Ibid, hlm. 96
71
mampu mengenali anggota sesama koloni. Inilah yang dimaksud
dengan komunikasi sosial pada serangga sosial yang salah satu di
antaranya adalah semut. Mereka menggunakan hormon feromon dalam
berkomunikasi dengan kawanannya.73
Satu hal yang perlu diketahui lagi tentang semut, bahwa semut
termasuk serangga dalam kategori Ordo Hymenoptera. Maksdunya
adalah semuat merupakan serangga yang memiliki ukuran tubuh yang
sangat kecil. Mempunyai sayap dua pasang seperti selaput, bervena
sedikit dan memiliki ovipositor yang berfungsi sebagai alat sengat
untuk pertahanan diri.74
b. Pembagian Kerja Serangga Sosial
Ciri yang unik dari serangga sosial adalah terdapatnya beberapa
kasta, sekurang-kurangnya ada dua (Ratu dan pekerja), sering tiga
(ditambah prajurit), dan kadang-kadang terdapat beberapa sub kasta,
yang berbeda dalam tugas dan fungsinya. Pada semut, prajurit adalah
pekerja yang lebih besar dan khsusus. Serangga pekerja atau prajurit
itu bisa jantan atau betina, pekerja juga bisa berasal dari serangga
yang belum dewasa. Pekerja dan prajurit itu tidak kawin, karena
mereka adalah angkatan kerja dan pertahanan bagi koloni, reproduksi
menjadi fungsi tunggal Ratu dan jantan reproduktif.75
c. Perbudakan Pada Semut
Spesies semut yang membuat perbudakan terbesar secara luas dan
sebagian besar perang antara kolono semut adalah serangan untuk
memperoleh budak. Beberapa spesies kemerahan genus Formica sering
melakukan serangan pada koloni spesies agak kehitaman dari genus
yang sama. Barisan pekerja mendekati dan mengelilingi sarang yang
akan diserang, anggota penyerang yang paling agresif memasuki
sarang, merebut larva dan pupa dan membawaya kesarangnya sendiri.
Apabila anggota yang direbut itu berkembang menjadi pekerja dewasa,
mereka terbiasa dengan bau koloni dan bertingkah laku secara normal
73 Hadi, Biologi Insekta Entomologi..., Ibid, hlm. 96 74 Ibid, hlm. 143 75Ibid, hlm. 98
72
dalam sarang asing, secara efektif membantu dan melengkapi angkatan
pekerja dari spesies pembentuk budak. Spesies pembentuk budak
mempunyai kelenjar Dufour yang membesar di abdomen. Apabila
mereka mendekati sarang spesies yang akan diperbudak, maka mereka
menyemprotkan isi dari kelenjar tersebut kepada para pekerja. Sekresi
ini menyebabkan para pekerja spesies budak menjadi panik dan kacau,
sementara itu bagi spesies pembentuk budak malah menghasilkan
atraksi dan kegairahan untuk melakukan serangan.76
Pada umumnya koloni semut mempertahankan dirinya secara
baik terhadap serangan koloni asing, bahkan tidak jarang melakukan
serangan fisik untuk mempertahankan batas-batas territorial mereka.
Apabila satu dari koloni itu tidak sanggup membawa banyak pekerja
atau prajurit ke medan peperangan, maka mereka dapat dikalahkan
oleh koloni yang lebih kuat dan banyak, anak-anak semut beserta isi
sarangnya diboyong ke sarang pemenang. Para pekerja yang masih
hidup kemudian digabungkan dalam sarang penyerang.77
2. Kepemimpinan Semut
Semut adalah lambang dari kepemimpinan ideal yang terkisah dalam
al-Quran surat al-Naml. Semut adalah binatang yang hidup berkelompok
di dalam tanah. Mereka mampu membuat liang dan ruang yang bertingkat
sebagai rumah dan gudang tempat menyimpan makanan sebagai persiapan
menghadapi musim dingin. Mereka mempunyai organisasi yang baik.
Oleh karena itu, Allah Swt mengisahkan kerapian dan kedisiplinan yang
terdapat dalam kerajaan semut dalam al-Quran. Ini dibuktikan dari
perilaku mereka pada saat mencari perlindungan agar tidak terinjak oleh
Nabi Sulaiman dan pasukannya.78
Semut memiliki sifat kepemimpinan dan pengelolaan disiplin atas
semut-semut yang bertebaran di suatu lembah. Kerajaan semut hampir
sama dengan kerajaan lebah dalam keteraturan disiplin dan pembagian
tugas-tugas. Tugas-tugas itu dilaksanakan dengan disiplin yang luar biasa.
76 Hadi, Biologi Insekta Entomologi..., Ibid hlm. 100 77 Ibid, hlm. 101 78 Depag, al-Quran dan Tafsirnya, Jilid VII, hlm. 166
73
Kebanyakan manusia tidak mampu mengikuti disiplin itu walaupun
mereka telah dianugerahi Allah Swt dengan akal yang sempurna dan
pengetahuan yang tinggi. Raja semut itu memerintah anak buahnya dengan
komunikasi dan bahasa yang dapat dipahami oleh mereka.79
3. Mukjizat Semut
Semut memiliki beberapa keunikan dan bahkan bisa disebut dengan
keistimewaan baginya. Keistimewaan itu terbukti seiring dengan
berkembangnya penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para ilmuan.
Dalam penelitiannya itu, mereka sering dibuat takjub dan kagum oleh
karya dan keistimewaan yang dimiliki oleh semut. Para peneliti itu
menemukan sebuah kajaiban dalam kehidupan semut, seperti kemampuan
dalam membuat lembah dan sarang serta kecerdasan yang sudah tidak
diragukan lagi.80
Untuk lebih jelasnya mari kita simak hasil dari observasi
dan penelitian ilmuan tersebut.
a. Lembah dan Sarang Semut
Penelitian ilmiah membuktikan bahwa semut bekerja sama dalam
membangun sarang mereka yang terdiri dari sarang-sarang kecil. Hal
ini sebagaimana telah dikatakan oleh seorang ilmuan bernama Morris
M, ia menyatakan bahwa:
“Semut membangun sarangnya dari sarang-sarang kecil yang
luas keseluruhannya dapat mencapai 150 yard persegi.
Sebuah sarang terkadang terdiri dari 200 sarang-sarang kecil
yang masing-masing dihuni oleh sekitar 5.000-500.000 ekor
semut. Terkadang diameter sarang semut itu mencapai 200
yard lebih”.81
Lebih jauh membahasa lembah dan sarang semut, Mc. Cook
mengatakan bahwa ia pernah melihat sebuah “Kota Semut” yang
sangat besar di wilayah Pensilvania yang luasnya mencapai 50 acre.
Kota tersebut terdiri dari 1.600 sarang kecil dengan rata-rata
ketinggiannya mencapai 3 kaki dan keliling bagian bawahnya 12 kaki.
79
Sayyid Quthb, Fi Dzilal al-Quran, Pent. As‟ad Yasin, dkk. (Jakarta: Gema Insani Press),
hlm. 393 80 Muhammad Kamil Abdushshamad, Mukjizat Ilmiyah dalam al-Quran, Pent. Alimin dkk,
(Jakarta: Akbar, 2003), hlm. 169 81 Ibid, hlm. 170
74
Ia menyimpulkan bahwa jika kita bandingkan ukuran “Kota” tersebut
dengan ukuran tubuh semut, maka besarnya kota semut itu sekitar 84
kali besar Piramida Cheops (Piramida terbesar di Mesir).
Mc. Cook mengatakan bahwa konstruksi sarang semut didominasi
oleh bentuk vertical. Di dalamnya terdapat banyak sekali lorong-
lorong yang mungkin jika kita masuk ke dalamnya, kita akan sulit
sekali keluar dengan selamat. Model konstruksi sarang-sarang semut
sangat beragam. Walaupun secara umum terdapat 4 atau 5 model
utama, mayoritas sarang tersebut dibangun dibawah tanah dalam
bentuk rongga-rongga.82
Umumnya, sebuah sarang memiliki 20 lantai di bagian
permukaan dan 20 lantai lainnya di dalam tanah. Fungsi setiap lantai
ditentukan oleh temperatur atau suhu di lantai tersebut. Lantai yang
paling hebat biasanya digunakan khsusus untuk tempat merawat dan
membesarkan anak-anak semut.
b. Kecerdasan Semut
Melalui berbagai observasi ilmiah, akhirnya para ilmuan
menemukan suatu hasil bahwa semut memiliki kecerdasan yang tinggi.
Mereka membelah dan memamah biji-bijian sebelum menyimpannya
ke dalam sarang, sehingga biji-bijian itu tidak tumbuh. Akan tetapi,
jika mereka mendapati biji-bijian yang sulit dan bahkan tidak bisa
dibelah olehnya, maka mereka akan mengeluarkan biji-bijian itu secara
rutin dari sarangnya untuk dijemur, sehingga tetap kering dan tidak
lembab.83
Kecerdasan semut juga dibuktikan secara lebih akurat lagi setelah
para ilmuan melakukan pembedahan bagian-bagian tubuh semut
kemudian menganalisisnya dengan bantuan berbagai peralatan
canggih. Dari pembedahan itu, para ilmuan menemukan otak semut
yang berukuran mikroskopi (sangat kecil), yaitu kurang dari 1 mm, dan
ternyata otak semut itu terdiri atas du bagian seperti otak manusia.
Otak semut juga memiliki sistem saraf pusat dan sel-sel sensorik.
82 Abdushshamad, Mukjizat Ilmiyah..., Ibid, hlm. 170-171 83 Ibid, hlm. 170
75
Semua penemuan ilmiah tersebut, jika diteliti secara mendalam, telah
lebih dahulu diisyaratkan al-Quran dalam kisah Nabi Sulaiman dengan
kawanan semut. Kisah itu terdapat dalam surat al-Naml. Demikianlah,
mukjizat-mukjizat semut yang telah terungkap dengan observasi dan
penelitian yang dilakukan oleh para ilmuan.84
4. Hikmah Kisah Semut
Adapun hikmah yang patut dipetik oleh umat Islam dari binatang
kecil bernama semut antara lain:
a. Manusia senantiasa menjadi pemimpin yang bijaksana, adil dan
mendahulukan kepentingan rakyat.
b. Manusia senantiasa mengatur kehidupan keluarga atau
organisasinya dengan baik, teratur dan rapih.
c. Manusia senantiasa bekerja keras untuk mencukupi dan memenuhi
kebutuhan hidupnya.
d. Manusia senantiasa memiliki kemandirian dan tekad yang kuat
untuk mencapai tujuan hidupnya.
e. Manusia senantiasa menjadi pribadi yang ramah, solider dan
berbagi dengan sesamanya.
84 Abdushshamad, Mukjizat Ilmiyah..., Ibid, hlm. 171