BAB II - Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya

51
11 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Analisis Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke ketiga (2007: 43) “Pengertian analisis adalah suatu penyelidikan terhadap suatu peristiwa baik berupa karangan perbuatan, dalam rangka untuk mengetahui keberadaan sebenarnya” secara singkat, analisis merupakan suatu istilah yang berarti kegiatan peneliti secara teliti terhadap suatu objek tertentu, baik mahluk hidup atau benda mati, baik ilmu logis atau ilmu abstrak, untuk memperoleh hasil penelitian secara fakta dan lebih teliti, sehingga data yang diperlukan kuat dan juga tepat sesuai latar belakang masalah. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan sebelum di lapangan. Dalam hal ini nasution (1988) dari buku Sugiyono (2018: 245) menyatakan “Analisis telah merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian.- - www.lib.umtas.ac.id Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya - -

Transcript of BAB II - Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Analisis

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke ketiga (2007: 43)

“Pengertian analisis adalah suatu penyelidikan terhadap suatu peristiwa baik

berupa karangan perbuatan, dalam rangka untuk mengetahui keberadaan

sebenarnya” secara singkat, analisis merupakan suatu istilah yang berarti

kegiatan peneliti secara teliti terhadap suatu objek tertentu, baik mahluk hidup

atau benda mati, baik ilmu logis atau ilmu abstrak, untuk memperoleh hasil

penelitian secara fakta dan lebih teliti, sehingga data yang diperlukan kuat dan

juga tepat sesuai latar belakang masalah.

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak sebelum memasuki

lapangan, selama di lapangan, dan sebelum di lapangan. Dalam hal ini

nasution (1988) dari buku Sugiyono (2018: 245) menyatakan “Analisis telah

merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan

berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian.”

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

12

2. Pembelajaran

Istilah belajar telah digunakan dari dulu hingga sekarang. Berbeda-beda

pendapat yang dikemukakan oleh para ahli dalam menafsirkan atau

merumuskan masalah dalam pengertian belajar, namun secara umum para ahli

tersebut memiliki pandangan yang sama. Belajar pada hakekatnya adalah

usaha sadar individu untuk mengerti dan memahami hal sebelumnya belum

diketahui, sedangkan mengajar dalam hakekatnya bukan hanya sekedar

transfer ilmu pengetahuan, sikap dan keterampilan dari pihak guru kepada

siswanya, tetapi mencakup segala upaya yang ditempuh guru untuk membina,

mendorong, membantu dan memberikan segala kemudahan kepada siswa agar

dapat mencapai tujuan belajarnya dengan efektif dan efesiaen.

Pembelajran merupakan perangkat penting yang dapat menunjang

keberhasilan tujuan pendidikan. Pendidikan akan dapat mencapai tujuan jika

pembelajaran dilaksanakan dengan pengajaran yang tepat.

Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses komunikatif dan proses

interaktif antara sumber belajar, guru, dan siswa dapat bertukar informasi.

Pembelajaran itu sendiri merupakan proses belajar mengajar, sejajar.

Menurut Sadirman (2004:125) “Pembelajaran adalah hubungan interaksi

guru dan murid dalam belajar mengajar”. Pernyataan tersebut bahwa

hubungan antara siswa dengan guru harus benar-benar dekat, agar

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

13

penyampaian seorang guru bisa tertangkap oleh siswa yang sedang diajarkan.

Juga siswa harus bisa benar-benar memperhatikan apa yang disampaikan oleh

pendidik dalam belajar mengajar. Sebagai penafsiran pemaknaan konsep

pembelajaran dalam undang-undang system pendidikan Nasional No. 20

Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa “Pembelajaran adalah proses interaksi

peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan

pembelajaran”.

Seorang pendidik harus mencapai apa yang dimaksud, terutama seorang

pendidik harus memberikan pembelajaran yang meliputi ilmu pengetahuan

yang dapat mempengaruhi perubahan sikap, perilaku serta keterampilan

peserta didik, sehingga peserta didik dapat memahami dan mengerti apa yang

telah diajarkan pendidik. Setelah pendidik mengungkapkan kepada peserta

didik dalam pembelajarannya dengan baik dan dapat berpengaruh kepada

peserta didik, maka pendidik itu berhasil dalam proses pembelajaran. Sukitno

(2009: 28) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah “Segala upaya yang

dilakukan oleh pendidik agar terjadi progres pada peserta didik”.

Dalam pembelajaran bukan hanya siswa yang wajib belajar, tetapi semua

mahluk hidup yang mempunyai akal diharuskan untuk belajar, supaya

pendidikan atau pengetahuannya tidak terbatas dan bisa memecahkan suatu

masalah yang sedang dihadapi. Sehubungan dengan penyataan diatas,

menurut poewardaminta dalam kamus Bahasa Indonesia (2003:17)

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

14

diungkapkan “Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau

mahluk hidup belajar”. Dengan ini bahwa belajar adalah suatu aktivitas

manusia yang tidak pernah berhenti sampai akhir hayat. Manusia harus terus

belajar untuk memenuhi suatu kebutuhan hidup yang selalu mengalami

perubahan disetiap waktu. Perubahan di bumi ini dapat kita pecahkan, ketika

kita mengetahui kelemahan dan kelebihan yang terjadi sewaktu-waktu. Karna

pembelajaran kita dapat menaklukan segala persoalan yang kita hadapi.

Menurut pandangan tradisional, pembelajaran adalah usaha untuk

memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan, maka ia akan mendapat kekuasaan.

Sebaliknya siapa yang tidak mempunyai pengetahuan, maka ia akan dikuasai

oleh orang lain. Pandangan ini juga disebut pandangan intelektualitas, terlalu

menekankan pada pekembangan otak. Dalam hal ini siswa dapat mengetahui

apa yang dijelaskan atau diberikan oleh pendidik ketika siswa mempelajari

buku pelajaran dan buku bacaan. Buku bacaan, atau buku pembelajaran disini

dapat menjadi sebuah pegangan yang utama untuk suatu sumber pengetahuan

yang utama, sehingga sering ditafsirkan bahwa belajar berarti mempelajari

buku bacaan, sedangkan pada pandangan modern, proses perubahan tingkah

laku karena adanya proses interaksi dengan lingkungannya. Dalam hal ini

dimaksudkan bahwa setia orang yang belajar dapat mempengaruhi sikap atau

tingkahlakunya misalkan seseorang tidak mengetahui sesuatu jika melakukan

proses pembelajaran hal itu akan cepat diketahui dan dipahami. Pada dasarnya

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

15

hubungan tingkah laku dan pembelajaran dapat merubah kepribadian

seseorang. Menurut Syah (1995: 93) “Berarti perubahan yang terjadi dalam

proses belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang

fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan”

Pengertian belajar mengajar pada hakekatnya bukan hanya sekedar proses

pemindahan ilmu pengetahuan, sikap dan keterampilan tertentu dari pihak

guru kepada muridnya, melainkan mencakup semua upaya yang ditempuh

guru untuk membimbing, membina, memotivasi, membantu dan memberikan

segala kemudahan kepada muridnya agar dapat mencapai tujuan belajarnya

secara efektif dan efisien, kegiatan belajar-mengajar mengacu pada interaksi

siswa dengan guru dalam suatu kegiatan pemahaman materi subjek baik di

dalam kelas maupun di luar kelas. Interaksi ini tidak hanya menyangkut

kegiatan mengajar dalam fungsi mengelola saja, melainkan juga menyangkut

fungsi logika yang berhubungan dengan pengorganisasian mengajar

berdasarkan tuntutan keterampilan intelektual.

“Kegiatan belajar mengajar (KBM) merupakan kegiatan memberikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan,

baik kawasan kognitif, efektif, maupun psikomotor” Ahmad, (1990: 1) dalam

kontek pendidikan formal di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan

fungsi pokok dari usaha yang strategis guna mewujudkan institusional yang

emban oleh lembaga tersebut.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

16

Para pakar pendidikan telah berhasil merumuskan dimensi mengajar

sebagai fungsi mengelola (mengendalikan, evaluasi, memotivasi dan

sebagainya) kegiatan belajar, fungsi logika (mendeskripsikan, menjelaskan,

memberi contoh dan sebagainya). Fungsi logika mengajar berhubungan erat

dengan tuntutan keterampilan intelektual yang mendasar disiplin akademik.

Jadi dalam melaksanakan proses belajar mengajar, guru dituntut untuk

memiliki keterampilan supaya dapat mengantarkan siswa mencapai tujuan

yang direncanakan.

a. Komponen-komponen pembelajaran

Komponen-komponen utama dalam pembelajaran seni terdiri dari tujuan,

bahan, metode, media dan evaluasi yang dalam pelaksanaannya menjadi suatu

kegiatan sistemik dan sistematik karena antara satu dan komponen dengan

komponen yang lainnya merupakan suatu kesatuan yang utuh, saling

keterkaitan dan tidak bisa dipisahkan.

Pemetaan komponen pembelajaran seni tersebut diawali dengan aspek

kompetensi sebagai masukan, kemudian dilakukan proses pembelajaran yang

menerapkan komponen-komponen pembelajaran seni dan diakhiri dengan

outpot sebagai keluaran kompotensi yang dihasilkan oleh peserta didik (aspek,

psikomotor, kognitif).

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

17

Pernyataan tersebut diperkuat oleh Sutikono (2009: 35-40) “Yang

mengemukakan bahwa komponen-komponen pembelajaran menjadi tujuh

aspek yaitu : tujuan, materi, metode, kegiatan, media, sumber belajar, dan

evaluasi pembelajaran”. Penjelasan masing-masing komponen tersebut dirinci

sebagai berikut:

b. Tujuan Pembelajaran

Pada dasarnya adalah kemampuan-kemampuan yang diharapkan dimiliki

siswa setelah memperoleh pengalaman belajar. Dengan kata lain tujuan

pembelajaran merupakan suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan

pembelajaran. Menurut Sudjana (2000: 35), “Kemampuan-kemampuan

tersebut mencakup aspek pengetahuan (kognitif), sikap (efektif) dan

keterampilan (psikomotor).”

c. Materi pembelajaran

Materi pembelajaran merupakan unsur belajar yang penting mendapatkan

perhatian oleh guru. Materi pembelajaran merupakan medium untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang di “konsumsi” oleh siswa. Karena itu, penentuan

materi pembelajaran mesti berdasarkan tujuan yang dicapai, misalnya berupa

pengetahuan, keterampilan, sikap, dan pengalamannya.

Berdasarkan proses yang di ungkap budiwati materi pembelajaran

merupakan salah satu komponen utama yang dapat menjadikan penentuan

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

18

didalam pencapaian suatu keberhasilan tujuan seni pembelajaran seni peran

dalam meningkatkan kecerdasan kinestetik.

Pembelajaran bisa dipandang sebagai system dan sebagai suatu proses.

Jika dipandang sebagai suatu system, berarti pembelajaran terdiri dari

sejumlah komponen yang terorganisir diantaranya tujuan pembelajaran,

materi pembelajaran, strategi metode pembelajran, media pembelajaran atau

alat peraga, perorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut

pembelajaran. Jika pembelajaran dipandang sebagai proses, maka

pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka

siswa belajar.

Kaitannya dengan kegiatan pembelajaran, sebelumnya bagi seorang guru

harus membuat perencanaan diantaranya, membuat RPP, silabus, berikut

menyiapkan alat-alat yang dipelukan.

d. Kegiatan Pembelajaran

Dalam kegiatan pembelajaran, terdapat berbagai model dalam

pembelajaran yang dapat digunakan sebagai alternative untuk interaksi antara

guru dan siswa serta meningkatkan komunikasi antara guru dan juga siswa.

Kegiatan interaksi dan komunikasi bisa dikatakan maksimal bila interaksi atau

komunikasi guru terhadap siswa, karna semua siswa tidak sama dalam

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

19

pembelajarannya. Selain hubungan guru dan juga siswa, siswa juga harus

dekat dengan guru, bahkan dengan pembelajaran dan media pembelajaran.

e. Metode

Metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Metode ini harus dilakukan oleh guru dengan tujuan

atau konsep yang berbeda. Hal ini dimaksudkan supaya siswa dapat

memahami proses pembelajaran dan mengikuti proses pembelajaran dengan

baik.

Budiyawati dan Milyartini (2011: 79) mengungkapkan bahwa “metode

pembelajaran adalah salah satu komponen utama yang memegang peranan

penting dalam proses belajar mengajar,” bahkan metode ini merupakan titik

sentral dalam belajar mengajar yang dilakukan oleh pengajar atau pelatih seni.

Sedangkan menurut Sudjana dalam Budiawati dan Milyantini (2011: 79)

mengungkapkan bahwa “pembelajaran itu terdapat model-model kegiatan

diantaranya:

1) Model kegiatan belajar mengajar yang berfokus pada aspek keterampilan

2) Model kegiatan yang menekankan pada aspek kognitif yang

menyampaikan berbagai teori dan konsep ilmu pengetahuan.

3) Kegiatan belajar yang mengarah pada sikap untuk menerapkan norma-

norma dan nilai kependidikan

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

20

4) Kegiatan belajar dalam pemecahan masalah.”

Salah satu pembaruan dari kurikulum berbasis kompetensi adalah adanya

kesempatan pada sekolah untuk mengembangkan silabus sesuai dengan

kondisi, dan kebutuhan masing-masing. Penyusunan silabus mengacu kepada

kurikulum berbasis kompetensi dan perangkat komponen-komponennya yang

disusun oleh pusat kurikulum, badan penelitian dan pengembangan.

Silabus merupakan seperangkat rencana pembelajaran beserta

penilainannya. Oleh karena itu, silabus harus disususn secara sistematis dan

berisikan komponen-komponen yang saling berkaitan untuk memenuhi

kebutuhan target pencapaian kompetensi dasar.

f. Format Silabus

SILABUS PEMBELAJARAN SENI BUDAYA

Satuan Pendidikan : SMP Negeri 1 Karangnunggal

Kelas : VIII (Delapan)

Kompetensi Inti : Seni Drama

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi,

gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif

dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan

keberadaannya

2. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)

berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,

seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata

4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,

mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

21

(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai

dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam

sudut pandang/teori

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

3.1 Memahami

pengertian seni

peran dengan

mengunakan

metode realis

Stanislavski untuk

meningkatkan

kecerdassan

kinestetik

4.1 pelatihan seni

peran dengan

mengunakan

metode realis

Pengertian seni

peran, metode

realis, dan kecerdasan

kinestetik

• memperaktekan

seni peran dengan

metode realis

Menjelaskan pengertian

seni peran, metode realis,

dan kecerdasan kinestetik

Memahami fungsi

hubungan antara seni

peran dengan mengunakan

metode realis guna

meningkatkan kecerdasan

kinestetik

Tanya jawab tentang pengertian, fungsi seni

peran, metode realis, dan

kecerdasan kinestetik

Pelatihan seni peran mengtunkan metode realis

untuk meningkatkan

kecerdasan kinestetik

Memperaktekan hasil dari

latihan seni peran dengan

metode realis

2.2 memahami

manfaat atau

fungsi seni peran

dengan metode

realis yang

berkaitan dengan

kecerdasan

kinestetik

4.2 memerankan

naskah drama

yang sudah

disiapkan dengan

naskah realis

Memainkan pemeranan dengan

metode realis

Pelatihan menjadi

peran dengan

metode realis serta

melatih kecerdasan

kinestetik

Mengetahui fungsi dan manfaat seni peran dan

kecerdasan kinestetik

Mendiskusikan tentang

seni peran, metode realis

Stanislavski, dan

kecerdasan kinestetik

Pelatihan seni peran dengan menggunakan

naskah realis

Memecahkan masalah dan membuat kesimpulan

tentang seni peran dalam

meningkatkan kecerdasan

kinestetik

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

22

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

Mempresentasikan

kesulitan dalam bermain

peran dengan

meningkatkan kecerdasan

kinestetik

3.3 Memahami

pengembangan

seni peran

4.3 Memperaktekan

penampilan fisik

dengan naskah

yang dibuat

Menjelaskan pengertian tentang

seni peran guna

meningkatkan

kecerdasan

kinestetik

Menjadi sesuatu

dalam sebuah

pementasan dalam

metode realis

Mengamati dan mengklasifikasi seni

peran untuk

meningkatkan

kecerdasan kinestetik

Menggali informasi

tentang seni peran untuk

meningkatkan

kecerdasan kinestetik

Mendiskusikan materi tentang seni peran untuk

meningkatkan kecerdaan

kinestetik yang diketahui

dan dirasakan

Merancang dan mempresentasikan seni

peran dan pelatihan

kecerdasan kinestetik

Menjadi seseorang dengan menirukan

peranan orang lain guna

mengetahui penerapan

metode realis

Menjelaskan kesulitan

dalam berperan dalam

meningkatkan

kecerdasan kinestettik

3.4 Memahami

prosedur

penerapan metode

realis dalam

meningkatkan

kecerdasan

kinestetik

Prosedur penerapan dengan

menggunakan

metode realis

stanislavski

Mengamati dan mendeskripsikan

penampilan pemeranan

Menerapkan dan

mendeskripsikan

pembelajaran

mengunakan metode

realis

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

23

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

4.4 Menampilkan

suatu garapan

dalam naskah

yang realis

Memperaktekan

dan mencari bahan

untuk membuat

suatu garapan guna

mengetahui

perkembangan

pemeranan dan

kecerdasan

kinestetiknya

Memetis atau meniru

seseorang dengan

penampilan berperan

Mempresentasikan secara lisan dan tertulis

hasil kajian tentang

penerapan metode realis

dan pelatihan pemeranan

dalam naskah yang diuat Tabel 2.1 silabus pembelajaran seni peran di SMPN 1 Karangnunggal

(Sumber : Anggung Gunawan2020)

g. Media

Menurut Budiwati dan Milyartini (2011: 90-92) mengungkapkan bahwa

media pembelajaran merupakan sarana yang berperan memberi rangsangan

bagi pembelajaran untuk terciptanya proses pembelajaran yang aktiv, kondusif

dan kreatif, karena media pembelajaran dapat berperan untuk mengetahui

proses kegiatan belajar mengajar, melalui pemanfaatan media diharapkan

dapat mempengaruhi pencapaian maksimal dari hasil belajar yang dicapai

oleh pembelajaran.

Dari uraian diatas diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran

adalah suatu alat yang dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengajar atau

belajar, sehingga pesan atau materi yang disampaikan dapat mudah diterima

dengan baik oleh siswa atau peserta didik. Dengan bahasa lain dapat

dijelaskan bahwa proses belajar mengajar dengan megunakan media, dapat

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

24

membantu sekali perkembangan dalam membagi materi, serta dapat dengan

cepat peserta didik memahami suatu pembelajaran.

Fungsi Media:

1) Sebagai alat bantu

2) Sebagai sumber belajar

Jenis-jenis Media:

1) Media berbasis manusia

Media berbasis manusia merupakan media tertua yang digunakan untuk

mengirimkan dan mengkomunikasikan pesan atau informasi

2) Media berbasis visual:

Media berbasis visual adalah media yang sangat erat penting dalam

proses belajar, media ini dapat memperlancar pemahaman, minat siswa dan

dapat memperkuat ingatan.

h. Pelaksanaan Pembelajaran

Langkah-Langkah pembelajaran

Tahap pelaksanaan yaitu mengimplementasikan Perencanaan

pembelajaran dalam bentuk kegiatan belajar mengajar, tahap ini mengehndaki

terjadinya komunikasi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, bahkan

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

25

siswa dengan lingkungan. Tentunya komunikasi yang mampu

mengakomondasikan dan memperdayakan potensi para siswa. Dalam tahap

ini pula diharapkan tujuan pembelajaran dapat diwujudkan dalam bentuk

perubahan tingkah laku siswa. Menurut Johari (2014: 55) mengungkapkan

“dalam langkah-langkah pembelajaran dibagi menjadi tiga bagian yaitu

kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.”

Langkah-langkah pembelajran berisi gambaran umum kegiatan

pembelajaran yang akan dilakukan dalam setia pertemuan. Langkah-langkah

pembelajaran sebagai berikut:

1) Kegiatan awal

Kegiatan awal dimaksudkan untuk mempersiapkan siswa (baik secara

fisik maupun sosiologi) untuk mengikuti pembelajaran. Kegiatan yang

dimaksud dapat berupa penjelasan tentang tujuan pembelajaran, memotivasi

siswa menguasai kompetensi tertentu, apresiasi.

2) Kegiatan Inti

Kegiatan inti merupakan kegiatan yang dirancang untuk menguasai

kompetensi tertentu. Kegiatan ini dapat berupa percobaan, sosiodrama,

diskusi, telaah pustaka, presentasi, dan sebagainya.

3) Kegiatan Akhir

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

26

Kegiatan akhi dimaksudkan untuk menutup suatu pelajaran dan sekaligus

memantapkan kompetensi dasar yang telah dipelajari siswa. Kegiatan akhir

dapat berupa kesimpulan, rencana kagiatan lanjutan, penugasan, dan

sebagainya.

i. Peran siswa dan guru dalam proses belajar mengajar

1. Peran guru

Proses kegiatan pembelajaran merupakan salah satu proses yang

dilakukan guru untuk membuat siswanya belajar. Guru berupaya

membelajarkan siswa-siswanya untuk menjadi aktiv, kritis, dan kreatif.

Menurut Nasution (1995: 4) “mengajar adalah suatu aktivitas

mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan

menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar.”

Berdasarkan hal diatas, agar terjadi proses kegiatan belajar mengajar

dengan baik, maka seorang guru harus mempersiapkan segala kebutuhan yang

akan digunakan dalam kegiatan sampai pelaksanaannya.

Peranguru diantaranya sebagai berikut:

1) Merumuskan tujuan yang akan dicapai

2) Menguasai materi yang akan disampaikan

3) Mempersiapkan alat dan bahan yang sesuai

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

27

4) Memberi gambaran umum pokok bahasan dan kegiatan yang akan

dilakukan

5) Menjelaskan tentang materi

6) Menyampaikan tujuan pembelajaran

7) Memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif,

diantaranya melalui tanya jawab, diskusi, dan sebagainya

8) Memberikan penguatan

9) Menyimpulkan materi pelajaran

10) Memberi tugas untuk mempelajari di rumah

Menurut Nasution (1995: 5) “Peran guru dalam proses belajar mengajar,

sesuai dengan definisi mengajar bahwa peran guru adalah sebagai berikut : (1)

membimbing aktivitas anak; (2) membimbing pengalaman anak; dan (3)

membantu anak berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan.”

Kesimpulannya, bahwa yang terpenting peran guru itu harus tetap

mencakup segala upaya untuk membina, mendorong, mambantu, dan

memberikan kemudahan kepada siswa agar tujuan dapat tercapai.

2. Peran siswa

Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa merupakan komponen yang

sangat berpengaruh untuk menentukan terjadinya interaksi yang aktif.

Sebagaimana peran seorang guru, secara garis besarnya hanya sebagai

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

28

pembimbing aktivitas, pembimbing pengalaman dan membantu

mengembangkan dan penyesuaian diri dengan lingkungannya. Siswa harus

memiliki motivasi untuk melakukan belajar mengajar baik secara intrinsik

(dorongan dari dalam dirinya) maupun ektrinsik (dorongan dari luar individu).

Peran siswa dalam kegiatan belajar mengajar:

1) Memiliki dorongan dalam diri untuk belajar

2) Mempelajari hal-hal baru

3) Menerima materi yang disampaikan oleh guru sesuai dengan tingkat

kematangan

4) Mau mengerjakan tugas

j. Pengertian Penilaian

Ditinjau dari sudut bahasa, penilaian diartikan sebagai menentukan suatu

objek (sudjana, 1990: 3) selanjutnya sudjana berpendapat, “penilaian hasil

belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang

dicapai siswa dengan krikteria tertentu.”

Dekdiknas (1004: 16) penilaian adalah alat dan cara yang digerakan guru

untuk menilai ketercapaian suatu kompetensi. Penilaian selain merupakan

tahapan dalam kegiatan pembelajaran, penilaian juga merupakan sebagai

evaluasi untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

29

Berdasarkan pendapat diatas bahwa penilaian merupakan serangkaian

kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang

proses dan hasil belajar siswa yang dihasilkan secara sistematis dan

berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam

pengambilan keputusan.

Tes di tinjau dari pengadministrasian, dibedakan antara pre tes yang

dilakukan sebelum diberikan perlakuan, dan pos tes yang diadakan setelah

adanya perlakuan Arikunto, (2001: 49-50) pre tes dilaksanakan untuk

mengetahui kemampuan siswa sebelum dilaksanakan proses pembelajaran.

Sedangkan pos tes dilaksanakan sebagai evaluasi hasil dari pembelajaran.

Berdasarkan uraian diatas, pre tes dan pro tes melupakan sebagai alat

ukur sebagai salah satu bentuk evaluasi, dengan bertujuan untuk mengukur

tingkat kemajuan siswa. Pre tes disampaikan diawal kegiatan belajar

mengajar, tes ini dapat diberikan atau dibawakan dalam bentuk lisan, tulisan

dan perbuatan. Sedangkan pro tes adalah salahsatu jenis tes evaluasi dari

hasil belajar, tes ini dilakukan pada akhir kegiatan belajar mengajar, dengan

tujuan untuk mengetahui dan menilai penguasaan siswa terhadap materi

yang telah disampaikan.

a. Fungsi penilaian

Penilaian berfungsi untuk

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

30

1) Mengetahui tercapai tidaknya proses pembelajaran

2) Umpan balik bagi perbaikan proses bellajar mengajar

3) Menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada orang tua

b. Jenis-jenis penilaian

Menurut sudjana (1990: 5) “dilihat dari fungsinya, jenis penilaian ada

beberapa macam, yaitu penilaian formatif, penilaian sumatif, penilaian

dianogstik, penilaian selektif, dan penilaian penempatan.”

Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir

program belajar mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar

mengajar itu sendiri. Berdasarkan batasan diatas penilaian formatif

berorientasi kepada proses belajar mengajar. Dengan penilaian formatif

diharapkan guru dapat memperbaiki program pengajaran dan strategi

pelaksanaannya.

Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan pada akhir unit

program, yaitu akhir catru wulan, akhir semester, dan akhir tahun.

Berdasarkan uraian diatas penilaian sumatif bertujuan untuk melihat hasil

yang dicapai oleh siswa, penilaian sumatif berorientasi kepada produk dan

bahan pada proses.

Penilaian diagnostik adalah penilaian yang dilakukan untuk melihat

kelemahan-kelemahan siswa serta faktor penyebabnya. Penilaian ini

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

31

dilaksanakan untuk keperluan bimbingan belajar pengajaran remedial,

menemukan kasus.

Penilaian selektif adalah penilaian yang ditunjukan untuk mengetahui

keterampilan prasyarat yang diperlukan oleh suatu program belajar dan

penguasaan belajar seperti diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar

untuk program itu. Penilaian penempatan berorientasi kepada kesiapan siswa

untuk menghadapi program baru dan kecocokan program belajar dengan

kemampuan siswa

3. Drama

a. Pengertian Drama

Sebelum penulis menguraikan pengertian drama, terlebih dahulu penulis

tampilkan sekilas asal mulanya dama. Dalam sejarah lahirnya drama di

Indonesia tidak jauh berbeda dengan lahirnya drama di Yunani. Keberadaan

drama di kita juga diawali dengan adanya upacara keagamaan yang di

selenggarakan oleh pemuka agama. Berdasarkan cara-cara melakukan

upacara keagamaan itu lahirkan tontonan drama.

Berdasarkan etimologi (asal usul bentuk kata), kata drama berasal dari

kata yunani drama yang berarti gerak Wijayanto, (2002: 1) tontonan drama

memang menonjolkan percakapan (dialog) dan gerak-gerak para pemain

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

32

(akting) dipanggung. Percakapan dan gerak gerik itu meragakan cerita yang

tertulis dalam naskah.

Drama dalam masyarakat kita punya dua arti yaitu drama dalam arti luas

dan drama dalam arti sensitif. Dalam arti luas, drama adalah semua bentuk

tontonan yang mengandung cerita yang dipertunjukan dalam orang banyak.

Dalam arti sempit, drama adalah kisah hidup manusia dalam masyarakat

yang diproyeksikan ke atas panggung, disajikan dalam bentuk dialog dan

gerak berdasarkan dalam naskah, di dukung tata panggung, tata tempat, tata

music, tata rias dan tata busana. (Wiyanto 2002:3) “Dalam kata lain, drama

arti luas mencakup teater tradisional dan teater modern. Sedangkan drama

dalam arti sempit mengacu pada drama modern saja.”

Bedasarakan pengertian beberapa diatas, penulis menyimpulkan bahwa

drama adalah sebuah karya sastra berupa dialog yang diperankan oleh para

pemain dengan karakter yang berbeda yang menggambarkan kehidupan.

Drama termasuk salah satu seni yang kompleks, kompleknya seni drama

dapat dilihat dari segi persiapan dan pelaksanaannya. Drama dapat terwujud

dengan sempurna jika didalamnya terdapat orang-orang yang srius dalam

suatu garapan.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

33

b. Jenis-jenis Drama

Ada beberapa jenis drama tergantung dasar yang digunakan, Wijayanto

(2000: 7) “mengelompokan jenis drama berdasarkan tiga macam, yaitu

berdasarkan lakon, berdasarkan sarana, dan berdasarkan naskah. Didalam

kita harus terlebih mengetahuai apa yang dimaksud dengan peran atau

pemeranan.”

c. Pemeranan

Pemeranan adalah unsur penting dalam seni teater. Pengertian seni

mengandung arti keindahan (estetika) atau kehalusan budi pekerti, oleh

karena itu seni selalu menawarkan keindahan bentuk dan kehalusan pesan

atau nilai norma. Menurut Anirun (1993: 21) “Pemeranan adalah seniman

yang mewujudkan peran lakon (sosok-sosok pelaku didalam cerita atau

lakon) kedalam realita seni pertunjukan” tetapi dari itu seorang pemeran atau

seniman sekalipun tidak bisa lepas dari unsur-unsur kemanusiaan yang

umum, juga sebagai fungsinya dari manusia utuh dalam lingkungan serta tata

nilai tempat hidup dan berkarya.

Seorang aktor ditengah kegiatannya sebagai seniman penampil, ada tiga

unsur pokok yang ada pada diri aktor yaitu: aktor dan dirinya, aktor dan

lakon, dan aktor dan produksi.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

34

Pengertian aktor dan dirinya mengacu pada posisinya dalam seni peran.

Yang jadi media dalam seni peran adalah diri si pemeran sendiri. Yang

dimaksud diri si pemeran adalah tubuh dan sukmanya. Menurut Anirun

(1993: 43) “pada tubuh aktor ada panca indra, anggota tubuh dan peralatan

vocal (suara).” Dalam sukma ada dorongan semangat dan kemauan,

imajinasi, emosi, daya ingat, dan intelegensia. Seluruhnya itu merupakan

peralatan ekspresi yang menunjang keterampilan ketika menjadi peran.

d. Aktor dan Lakon

“Pengertian aktor dan lakon mengacu kepada posisi si aktor dalam

menghadapi garapannya. Dalam ungkapan lain bisa disebut kesadaran atau

ruang atau kesadaran akan media.” Menurut Anirun (1993: 43). Kesiapan

mental atau fisik pada seorang aktor dalam mengahadapi film/sinetron tentu

tidak sama dengan menghadapi garapan lokon pentas (teater). Tugas

seorang aktor adalah mewujudkan konsep peran yang mewujudkan konsep

peran yang digariskan oleh sutradara berdasarkan naskah. Serta

mengembangkanya dalam sebuah pertujukan. Menurut Anirun (1993: 44)

“sorang aktor membutuhkan penampilan, bakat, keterampilan, itu agar bisa

mengejar prestasi. Keberhasilan dalam membawakan peran dalam sebuah

produksi berwujud berkat model kreativitas, penguasaan teknik dan

kecerdasannya”

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

35

Teknik pemeranan adalah bagaimana si aktor menyatukan

mendayagunakan secara propesional segala peralatan pemeranannya.

Dengan modal dan keterampilan dan bakat, sorang aktor dapat menampilkan

gagasan-gagasannya menjadi perwujudan watak-watak yang nyata dengan

efek-efek yang diperhitungkan bagi penontonnya.

e. Peralatan aktor

Selain dari teknik dalam pemeranan yang telah diuraikan diatas, aktor pun

harus mempunyai bekal dalam proses menjadi aktor. Ada lima yang

dijelaskan oleh Christine Hakim ketika dia meraih prestasi. Seluruh

peralatan keaktorannya yang terdiri dari penampilan fisik (physical

personality), penampilan emosi dan intelegensi (emotional and intelektual

personality), teknik mengungkapkan kata-kata/dialog, laku fisik (physical

action), pengunaan suatu ruang

f. Penampilan fisik

Struktur fisik seorang aktor yang ditampilkan dipentas sangat

berpengaruh dalam penampilan kesan, kondisi fisik, tife watak, sikap atau

attitude, gestur dan usia peran yang hendak dilukiskan. Dalam hal ini para

aktor dengan penampilan yang biasa mengejar pelukisan kondisi fiksik

peranannya dengan berbagai cara yang meyakinkan. Dengan cara tambal

sulam maupun melalui sikap, gestur dan teknik pemeranan.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

36

Para pemula harus belajar bersumber dari penampilan fisiknya sendiri dan

mau memainkan peran-peran yang cocok. Bagaimanapun penampilannya

harus mengundang kepercayaan yang selarah dengan imaji penontonnya

tentang penampilan fisik peranan. Seorang aktor perlu menjalani latihan-

latihan kontinyu untuk bisa mengontrol kelenturan gerak tubuhnya, sebanyak

seperti latihan-latihan vokalnya. Gerakan apapun yang dilakukannya diatas

pentas, harus memberikan kemungkinan bagi perkembangan daya

kreatifnya.

Kemanapun aktor memainkan peran-peran dibatasi oleh kemampuannya

menampilkan laku-laku tertentu, sesuai dengan batasan kemampuan

fisiknya. Tiap orang tergantung sampai mana ia mengunakan fisik, emosi

dan unsur inteleknya. Tiap aktor harus mampu mengendalikan atau

mengontrol seluruh otot-ototnya supaya bisa memakai tubuhnya dengan laku

peran yang hendak dilukiskan.

g. Penampilan Emosi

Sikap atau attitude, gestur, respon terhadap sikap, ucapan dan tekanan,

maupun reflek-reflek terhadap suatu perubahan, sangat erat dengan emosi

dan intelegensi peranan, dan harus terpencar dalam membawakan lakunya.

Karena itu secara logis pula seorang aktor harus memilk penguasaan emosi

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

37

dan intelektualitas yang tinggi – minimal mampu mengekspresikan kedua

unsur itu sesuai dengan tuntutan yang dibawakannya.

Masalah sikap atau gestur, respon terhadap sikap, ucapan dan tekanan dan

reflek-reflek terhadap suatu perubahan tertentu, setelah tarap penampilan

fisik terpenuhi, secara teknis dapat pula melalui latihan-latihan. Taraf

intelektualitas sekalipun merupakan “bawaan” seorang pemeran, dapat pula

ditunjang melalui penguasaan beberapa ilmu pengetahuan.

Tidak semua pemeran dapat membawakan perana dapat membawakan

segala peranan. Tapi seorang aktor dengan antuan seorang sutradara harus

bisa menentukan standar kejelasan perwatakan peran-peran yang

dibawakannya. Seorang pemula harus bisa mengarahkan segala pengertian,

kepekaan dan penampilan. Ia tidak bisa berhasil membawakan watak yang

berbeda diluar acuan kemampuan emosi dan intelegensinya

Gambar 2.1 penampilan emosional

(sumber : buku Rikrik El Saptaria 2006)

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

38

h. Penampilan kata-kata atau dialog

Kata-kata seorang aktor ketika ia bermain di pentas selain membawakan

informasi tentang pikiran, sikap, dan respon terhadap suatu kondisi juga

harus mampu memberikan informasi tentang sikap emosi, intelegensi, usia

dan kondisi fisik social peran yang harus dilukiskannya.

Kata-kata tertulis yang digariskan penulis lakon, menjadi sumber utama

dari pelontaran-pelontaran kata-kata dalam berperan. Pemeran dengan

penampilan fisik dan penafsiran watak yang berbeda-beda terhadap figur itu

sendiri.

Secara teknis control suara seorang aktor sangat erat dengan kondisi fisik

dan mentalnya, disamping keterampilan mengatur alat-alat suara itu sendiri.

Pengaturan volume, nada, tekstur, tempo dan diksi pada saatnya merupakan

alat ekspresi yang utama kemampuan menafsirkan suatu peranan akan

dibatasi oleh kualitas suara si pemeran dan fasilitas yang didapatkannya.

i. Penggunaan Unsur Ruang

Ruang tempat pertunjukan berlangsung sama seperti sehelai kertas atau

kanvas bagi seorang pelukis, suatu hal yang terbatas tapi memberikan

banyak kemungkinan. Ruang pentas tempat si aktor bermain teater

merupakan media ekspresi yang bisa mengembangkan imaji teater yang

tidak terbatas, karena ia mendayagunakan bahasa ruang.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

39

Teknik penampilan si aktor harus efektif tidak saja bagi penampilan dan

peranan yang dibawakannya tetapi bagi media diatas panggung. Menurut

Anirun (1993: 47) “teknik pemeranan adalah keterampilan dengan mana si

pemeran mengabungkan peralatan seninya untuk menciptakan respons

emosional dan intelektual sehingga tercapai suatu suasana”.

Gambar 2.2 materi unsur ruang

(Sumber: buku Rikrik El Saptaria 2006)

j. Unsur-unsur Lakon Drama

Penulis drama selain harus banyak pengalaman dan mendalami watak-

watak manusia, penulis drama harus mengetahui pula insur-unsur lakon

drama. Menurut Wijayanto (2002:23) unsur-unsur drama terdiri dari tema,

amanat, plot, karakter, dialog, seting dan interfestasi.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

40

1) Plot

Plot drama berkembang secara bertahap, ,ulai dari konflik yang

sederhana, konflik yang konflek, sampai pada penyelesaian konflik. Menurut

Wijayanto (2002:25) “plot drama ada enam tahap yaitu ekposisi, konflik,

komplikasi, krisis, resolusi dan keputusan.”

Menurut Hasanuddin (2996: 91) “plot atau alur dikatagorikan kepada alus

konvensional dan nonkonvesional.” Alur konvensional adalah jika peristiwa

yang disajikan terlebih dahulu selalu menjadi penyebab munculnya peristiwa

yang hadir sesudahnya (Hasanuddin 1996:91)

2) Karakter

Karakter atau perwatakan adalah keseluruhan ciri-ciri jiwaa seorang

tokoh dalam lakon drama. Seorang tokoh bisa saja berwatak sabar, ramah,

dan suka menolong. Menurut Hasanuddin (1996: 84) keberhasilan pengarang

dapat diukur sampai sejauhmana ia mengatur karakter yang berbeda diukur

tokoh ceritanya dalam berbagai peran.

3) Dialog

Dialog adalah jalan cerita lakon drama, yang dilakukan para pemain.

Menurut Hasanuddin (1996: 15) dialog merupakaan sarana primer,

maksudnya dialog didalam drama merupakan situasi bahasa utama.

Berdasarkan batasan diatas dialog dalam drama merupakan unsur yang

paling utama.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

41

4) Setting

Setting adalah tempat, waktu, suasana terjadinya suatu adegan. Latar atau

setting merupakan idenntitas permasalahan drama sebagai karya fiksionalitas

yang secara samar diperlihatkan penokohan dan luar Hasanuddin (1996: 9)

5) Bahasa

Bahasa sebagai bahan dasar yang diolah untuk menghasilkan lakon

drama. Berbagai hal yang berkaitan dengan bahasa, misalnya ragam lisan,

ragam tulis, ragam resmi, ragam tidak resmi.

Menurut Hasanuddin (1996:100) gaya bahasa cenderung dikelompokan

menjadi empat jenis yaitu penegasan, pertentangan, perbandingan, dan

sindiran.

6) Amanat

Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan penulis melalui

pemain atau aktor yang dilatihnya.

7) Tema

Tema adalah gagasan utama yang mendasari lakon drama.

8) Interprestasi

Interprestasi adalah lakon drama atau pemeran yang dipentaskan harus

real. Harus benar-benar memasuki peranan yang dimainkan.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

42

4. Metode Realis Stanislavski

Konsep akting realis ajaran Stanislavski, akan dijadikan panduan teori

yang diaplikasikan saat ini. Konstantin Sergeyevich Stanislavski lahir di

Moscow 17 Januari 1863 dan mengabdikan hidupnya untuk teater dan seni

akting.

Konsep akting realis ajaran Stanislavski ajaran ini tidak bersipat teoris,

namun cenderung pragmatis dan selalu berpijak pada seluk-beluk manusia itu

sendiri, menurut Saptaria (2006: 6). “Pembelajaran yang dilakukan bertahun-

tahun adalah sebuah kebenaran dalam dunia seni, terutama dalam segala hal

akting dan drama.” Sistem Stanislavski memberi kesempatan kepada kita

untuk menikmati pengalaman akting yang sebenar-benarnya, tulus dan jujur

apa adanya.

Dalam bentuk ajaran Stanislavski dikategorikan sebagai bentuk akting

persentasi, yakni akting yang berusaha untuk menyajikan sikap dan laku

manusia umum melalui jiwa-tubuh-intelektual diri si aktor, lewat tafsiran

terhadap dirinya sendiri dan karakteristik tokoh yang ia perankan. Secara

keseluruhan seni akting dan bentuk lakonnya ini mempersentasikan kehidupan

sehari-hari sebagaimana adanya. Metode akting persentasi mengutamakan

identifikasi antara aktor dengan jiwa si aktor, sehingga proses tranformasi

dapat berkembang menemukan sasarannya.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

43

a. Pendekatan Fungsi Jiwa.

Jiwa memiliki komponen yang mampu melaksanakan fungsinya sendiri-

sendiri dalam kesatuannya. Raga manusia terdiri dari mata untuk melihat,

tangan untuk meraba, telinga untuk mendengar, lidah untuk mengecap dan

hidung untuk mencium. Fungsi jiwa dari manusia terdiri dari fungsi rasa

(emosi dan feeling) yang terdiri dari persefsi motivasi, emosi, belajar dan

berfikir. Fungsi-fungsi tersebut menetukan terbentuknya tingkah laku bahkan

pola tingkah laku seseorang.

1) Persepsi

Persepsi merupakan fungsi fisikis yang membuka hubungan antara diri

individu dan lingkungannya, berupa benda-benda, manusia, pikiran dan

gagasan. Disini terjadi proses membeda-bedakan sesuatu dari yang lainnya

dan menafsirkan maknanya lewat sirkulasi (rangsangan)

2) Motivasi

Motivasi adalah sesuatu kekuatan yang mendorong timbulnya suatu

tindakan atau tingkah laku. Motiv berasal dari kata sebab, pertama bisa timbul

dari kebutuhan sebagai kekurangan untuk sesuatu yang dibutuhkan untuk

bertahan.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

44

3) Emosi

Emosi adalah luapan perasaan atau suasana hati yang dikeluarkan. Emosi

berarti bergerak keluar dan meluapkan perasaan hatinya. Sebaliknya dengan

feeling, yaitu perasaan yang cenderung kedalam dan bersifat menerima.

4) Belajar

Intensitas kegiatan belajar seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor,

yakni faktor asosiasi (menghubungkan suatu kejadian atau gejala dengan yang

lainnya) motivasi (dorongan untuk bertindak, termasuk kemauuan untuk

belajar), sensitifitas (kepekaan dalam proses belajar), dan inhibisi (kegagalan

belajar karena terlalu diforir)

5) Berpikir

Berpikir adalah kemampuan untuk membentuk konsep dan

mengunakannya melalui kemampuan merangkai makna. Macam-macam

orang berpikir: praktis-teoritis, autistic, evaluative-deskriptif, konvergen,

divergen.

b. Pendekatan kepribadian

Tipologi berdasarkan kosmologi (ilmu semesta) Empedokles meyakini

alam semesta didukung oleh empat unsur yakni tanah, air, api, dan udara yang

masing-masing mendukung sifat kering, basah, dingin, panas, maka

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

45

Hippocrates menyatakan bahwa unsur dan sifat itu juga pada manusia. Unsur-

unsurnya adalah cairan chole, yang bersipat kering, melanchole yang bersifat

basah, phlegmatic yang dingin, dan sanguis yang panas menurut Saptaria

(2006: 14)

c. Tubuh

1. Relaksi

Relaksi adalah hal pertama yang harus dilakukan sebelum memasuki

latihan akting yang sebenarnya. Sebagai warming-up atau pemanasan dasar

dalam pelaksanaan akting, relaksi berguna untuk kelenturan tubuh mulai dari

organ yang paling atas hingga yang paling bawah. Latihan ini ditempuh untuk

mencapai kesiapan secara fisik sebelum mengahadapi latiham-latihan lainnya.

Harus disadari betul bahwa relaksi dilakukan dengan cara menerima

keberadaan dirinya secara penuh. Relaksi bukan berarti ada dalam keadaan

pasif (santay) tetapi adalah keadaan dimana semua kekangan yang ada di

tubuh terlepas, sehingga si aktor berada pada posisi siap siaga untuk

memberikan reaksi rangsangan yang terkecil sekalipun.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

46

Gambar 2.3 materi tubuh

(Sumber : Rikrik El Saptaria 2006)

2. Ekspresi

Ekspresi artinya mendorong keluar secara alamiah, baik itu perasaan

maupun ide secara khas. Aktivitas ekspresi merupakan bagian dari pikiran dan

perasaan kita. Implus-implus, perasaa, aksi, dan reaksi yang kita miliki,

mengendap dan melahirkan energi dari dalam yang selanjutnya mengalir

keluar dalam bentuk persentasi kata-kata, bunyi, gerak tubuh, dan infleksi

(perubahan nada suara).

Kemampuan ekspresi menurut teknik-teknik pengendalian tubuh, mula

dari relaksi, kepakaan, konsentrasi, daya kreativitas dan kepenuhan diri

(pikiran-perasaan-tubuh yang seimbang) dimana seorang aktor harus terpikat

pada pikirannya, menurut saptaria (2006:50).

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

47

Gambar 2.4 materi ekspresi

(Sumber: buku Rikrik El Saptaria 2006)

3. Gestur

Gestur adalah kelanjutan secara fisikal dari implus-implus (rangsangan),

perasaan, aksi-reaksi yang menimbulkan energy dari dalam diri yang

bermacam-macam: kata-kata, bunyi, gerak, postur dan inpleksi (perubahan

nada suara). Gestur ada dua macam yakni gestur fisik (dapat dilihat) dan

gestur vocal (dapat didengar), gestur vocal terdiri dari yang verbal (kata-kata)

dan non-verbal (penekanan pada emosi dan ekspresi atau silent akting).

Gestur yang terasah bisa mengaplikasikan system simbolis atau dikenal

sebagai bahasa tubuh (body-language). Karena fungsi simbolis ini, gestur

memberikan pengibaran yang berbentuk fisik atau aksi-aksi atau perasaan-

perasaan yang diekspresikan. Ketika bahasa verbal memberikan suatu system

komunikasi yang artinya sudah cukup jelas dan tepat, bahasa tubuh

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

48

memberikan informasi tentang perasaan dan aksi dengan lebih ekpesif dari

pada kata-kata.

Gestur terdiri dari empat macam takni gestur ilustratif, gestur indikatif,

gestur empatik, dan gestur autistik.

1) Gestur ilustratif adalah gerakan fisikal yang menggambarkan sebuah

benda secara ilustratif dengan gerak tangan dan tubuh

2) Gestur indikatif adalah gestur yang menginformasikan tentang sesuatu

3) Gestur empatik adalah memberikan informasi yang melibatkan perasaan

atau fungsi indra orang lain

4) Gestur autistic adalah menandakan gestur dari reaksi diri sendiri ketika

berhadapan dengan orang lain atau lawan bicara.

Gambar 2.5 materi gestur

(sumber: buku Rikrik El Saptaria 2006)

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

49

4. Bahasa Tubuh

Bahsa tubuh adalah media komunikasi antara manusia yang mengunakan

isyarat tubuh, postur, posisi dan perangkat indranya. Komunikasi tubuh non-

verbal ini disajikan penulis dari rangkuman riset penulis dalam mengamati

film, observasi serta pengalaman dalam mengarap teater dan film. Bahasa

tubuh adalah persentasi makna dramatis yang ditampilkan melalui aksi-aksi

gestural menurut (Saptaria 2006: 53)

Dalam pengertian diatas tentu saja kita harus mengenali fungsi dalam

pengertian yang sudah dijelaskan diatas dengan cara mengaplikasikan dengan

latihan. Ada dua macam latihan untuk mengaplikasikan pengertian diatas

Gambar 2.6 materi bahasa tubuh

(Sumber: buku Rikrik El saptaria 2006)

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

50

d. Olah Tubuh

Olah tubuh bisa dilakukan dengan berbagai pendekatan. Dibeberapa

tempat di Negara Eropa lebih banyak didasarkan pada balet, sedangkan di

Indonesia bisa sangat mungkin berangkat dari pencak silat atau tari daerahnya

masing-masing.

Olah tubuh sebagai proses pembebasan adalah kesadaran elastisitas

tubuh sebagai alat fisual aktor yang mengarah pada kesadaran gestikulasi yang

propesional. Tahapan tahapan pemanasan menurut Saptaria (2006: 54).

1) Olah tubuh tentu mulai dengan pemanasan

2) Berlari kecil untuk penyesuaian kondisi tubuh

3) Senam dengan iringan music atau tanpa musik

4) Olah tubuh bisa dilakukan dengan permainan-permainan yang tidak

hanya berdasarkan kebutuhan tubuh tapi juga kebutuhan ingatan.

Gambar 2.7 materi olah tubuh

(Sumber: buku Rikrik El saptaria 2006)

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

51

e. Olah Mimik

Perangkat wajah dan sekitarnya, menjadi titik sentral yang akan dilatih.

Dalam olah mimic ini kita akan memaksimalkan delikan mata, kerutan dahi,

gerakkan mulut, pipi, rahang, leher, dan kepala secara berkesinambungan.

Gambar 2.8 materi olah mimik

(Sumber: buku Rikrik El saptaria 2006)

5. Kecerdasan Kinestetik

a. Pengertian Kecerdasan

Howard Gardner (1983) dalam Bahrudin (2015:200) menyatakan bahwa

“kecerdasan kinestetik merupakan kemampuan individu dalam memecahkan

persoalan dan menghasilkan produk suatu setting yang bermacam-macam dan

dalam situasi yang nyata.” Kecerdasan dapat dikembangkan melalui

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

52

pembelajaran di sekolah dengan melakukan berbagai kegiatan, penguatan dan

pembiasaan yang dilakukan secara terus menerus. Sedangkan Heidentich

(1970) dalaam Dalyono (2009: 184) menyatakan bahwa “kecerdasan

berkaitan dengan kemampuan untuk belajar dan mengunakan apa yang telah

dipelajari dalam usaha penyesuaian terhadap situasi-situasi yang kurang

dikenal, atau pemecahan masalah-masalah.”

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kecerdasan

merupakan kemampuan seseorang yang memahami sesuatu yang kompleks

untuk kemudian di aplikasikan atau dilakukan sehingga menghasilkan sebuah

proses yang bermakna.

b. Kecerdasan Majemuk

Kecerdassan majemu menurut Nurani (2009:183) yaitu “sebuah penilaian

yang dilihat secara deskritif bagaimana individu menggunakan kecerdasannya

untuk memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu”. Berdasarkan konsep

kecerdasan majemuk setiap anak memiliki 9 kecerdasan. Aspek kecerdasan

majemuk tersebut meliputi kecerdasan kinestetik, kecerdasan linguistik,

kecerdasan matematika, kecerdasan spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan

intrapersonal, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan naturalis. Ada kecerdasan

yang berkembang baik, cukup dan kurang. Anak dapat mengembangkannya

hingga ketingkat memadai, kegiatan itu sama bekerja untuk kegiatan sehari-

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

53

hari. Setiap anak memiliki untuk mewujudkan kecerdasannya Musfroh

(2010:12) sedangkan yang mencakup datangnya atau timbul suatu kecerdasan

ada beberapa yang harus diperhatikan “kecerdasan dalam kecerdasan

majemuk memiliki 8 bukti, yakni, lokasinya diotak, bukti genius, riwayat

perkembangan dan kinerja ahli, bukti-bukti sejarah dan kenyataan, dukungan

temuan pisikometri, dukungan riset psikologi, cara kerja yang teridentifikasi

dan system symbol” Musfiroh (2010:6)

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kecerdasan

Setiap individu memiliki tingkat dan jenis kecerdasan yang berbeda-beda.

Dalyono (2009: 188) menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi intelegensi atau kecerdasan diantaranya yaitu:

1) Pembawaan : pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang

dibawa sejak lahir. Faktor pembawaan dapat dilihat dari batas

kesanggupan yakni dapat tidaknya seseorang memecahkan suatu

persoalan atau masalah.

2) Kematangan : setiap manusia pasti mengalami pertumbuhan dan

perkembangan yang terkadang antara satu dan yang lainnya terdapat

perbedaan waktu untuk mencapai kematangan. Seseorang dapat dikatakan

telah mencapai kematangan jika setiap organ (baik fisik maupun piksi)

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

54

telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.

Kematangan biasanya berkaitan dengan usia.

3) Pembentukan : pembentukan ialah segala keadaan diluar diri seseorang

yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Pembentukan

kecerdasan dapat dilakukan dengan sengaja (seperti disekolah-sekolah)

maupun pembentukan tidak sengaja (pengaruh kejadian alam sekitar)

4) Minat dan bawaan yang khas : minat mengarahkan kepada suatu tujuan

dan merupakan dorongan bagi perbuatan iitu. Seseorang yang memiliki

dorongan atau motif dalam diri untuk menyelidiki atau mencari tau akan

ssuatu hal bahkan bisa dikatakan bahwa seseorang itu memiliki minat.

5) Kebebasan : kebebasan berarti bahwa setiap orang memiliki-metode-

metode tentu dalam memecahkan masalahnya. Perbedaan dari setiap

individu inilah yang dapat mempengaruhi dan membedakan intelegensi

d. Kecerdasan Kinestetik

1) Kinestetik (Kecerdasan Penggunaan Tubuh)

Kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk

beraktivitas mengerakan anggota tubuh Musfiroh (2010 : 9) anak dengan

kecerdasan kinestetik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Menonjol prestasinya didalam olahraga

b. Senang bergerak dan beraktivitas yang melibatkan gerak fisik

c. Senang melakukan pekerjaan lapangan

d. Gemar bongkar pasang mainan

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

55

Menurut Yauni (2012: 17)

Kecerdasan kinestetik adalah kemampuan untuk menggunkan

seluruh tubuh dalam mengekspresikan ide., perasan, dan

menggunakan tangan untuk menghasilkan atau mentransformasi

sesuatu. Kecerdasan ini mencakup keterampilan khusus seperti

koordinasi, keseimbangan, ketangkasan, kekuatan, fleksibilitas, dan

kecepatan. Kecerdasan ini juga meliputi keterampilan untuk

mengontrol gerakan-gerakan tubuh dan kemampuan untuk

memanipulasi objek.

Kecerdasan kinestetik menurut James Bellanca (2011:122) “kecerdasan

kinestetik adalah kecerdasan seluruh tubuh. Kecerdasan ini meningkatkan

kita mengontrol dan menginterpestasikan gerakan-gerakan tubuh, mengatur

objek-objek fisik, dan mengatur keseimbangan antara tubuh dan jiwa.”

Kecerdasan kinestetik selain dapat mengontrol tubuh dengan baik, juga

dapat merangsang ide-ide yang real tumbuh atau muncul dalam tubuh secara

otomatis

Kecerdasan kinestetik merupakan kemampuan seseorang untuk

mengontrol geraknya atau mengolah gerakan tubuhnya dengan baik. Maka

dari itu mengolah atau mempelajari kecerdasan kinestetik sangat penting

bagi pertumbuhan dan perkembangan pemikiran dari anak, tidak hanya itu

tingkat percaya diri juga dapat berkembang, sehingga pembelajaran untuk

meningkatkan kecerdasan kinestetik akan semakin epektif.

Musfiroh (2016: 116) menyebutkan bahwa anak-anak dengan

kecerdasan kinestetik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

56

1) Frekuensi gerak anak yang tinggi serta kelincahan yang tumbuh

2) Kemampuan kordinasi mata-tangan dan mata-kaki, seperti menggambar,

menulis, memanipulasi objek, menaksir secara visual, melempar

menendang dan menangkap.

3) Kemampuan, keluwesan dan kelenturan gerak lokomotor, seperti

berjalan, berlari, melompat dan merangkak

4) Kemampuan mereka mengontrol dan mengatur tubuh, kesadaran ruang,

dan keseimbangan, kemampuan menghentikan gerak dan merubah arah.

5) Kecenderungan memegang, menyentuh, dan memanipulasi, bergerak

untuk belajar tentang sesuatu serta kesenangannya menirukan orang

lain.

Dengan hal diatas setiap anak memiliki kecerdasan kinestetik. Namun

pada orang tertentu dengan stimulasi dan faktor pendukung lainnya. Anak

dengan kemampuan kecerdasan kinestetik memiliki tipe belajar yang

mengandalkan tangan dan tubuhnya.

Komponen inti dari kecerdasan kinestetik adalah kemampuan-

kemampuan fisik yang spesifik, seperti koordinasi, keseimbangan,

keterampilan, kekuatan, kelenturan, dan kecepatan maupun kemampuan

menerima atau merangsang dan hal yang berkaitan dengan sentuhan.

“Kemampuan ini juga merupakan kemampuan motorik halus, kepekaan

sentuhan, daya tahan dan reflex” (Yaumi 2012: 18)

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

57

Anak yang memiliki kelebihan dalam kecerdasan kinestetik cenderung

mempunyai perasaan yang kuat dan kesadaran mendalam tentang gerakan-

gerakan fisik. Anak mampu melakukan berkomunikasi dengan baik melalui

bahasa tubuh dan sikap dalam bentuk fisik lainnya. Anak juga dapat

melakukan atau mengerjakan tugas dengan baik setelah meniru dan

mengikuti tindakannya. Namun, “anak yang memiliki kecerdasan ini sering

merasa tidak tenang ketika duduk dalam waktu yang relative lama dan

bahkan merasa bosan jika sesuuatu yang dipelajari atau disampaikan tanpa

disertai dengan tindakan yang bersifat demontrasi” Yuami (2012: 106)

Menurut Gardner (2003:17) “kecerdasan gerak-kinestetik mempunyai

lokasi di otak kecil, otak keseimbangan, dan motor korteks. Kecerdasan ini

memiliki wujud relative berpariasi”. Bergantung pada komponen-komponen

kekuatan dan fleksibilitas serta domain seperti tari dan olahraga. Kecerdasan

kinestetik yang memungsikan geraknya otak kecil, dan otak keseimbangan

dapat dengan cepat merangsang anak dalam sebuah ide atau gagasan yang

telah dipelajari.

Menurut Thomas (2002: 5) “Kecerdasan kinestetik adalah kecerdasan

fisik. Kecerdasan ini mencakup dalam mengendalikan gerakan tubuh dan

keterampilan dalam menangani benda.” Orang yang mempunyai kecerdasan

kinestetik adalah orang-orang cekatan, indra perabanya sangat peka, tidak

bisa tinggal diam, dan berminat atas segala sesuatu.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

58

Dari berbagai penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan

kinestetik adalah kemampuan yang dimiliki oleh manusia untuk

menggunakan seluruh anggota tubuh dalam berbagai kegiatan untuk

mengasah keterampilan yang dimilikinya.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Peneliti yang terdahulu yang berhubungan dengan judul yang saya

angkat yaitu antara lain:

1. Hasil Penelitian Sylvia Ratriasari Wibowo

Judul Penelitian: “PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN

BERMAIN PERAN MENGUNAKAN VIDEO TUTORIAL BERMAIL

PERAN PADA SISWA SMP” Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negri

Semarang yang dibuat pada Tahun 2017. Tujuan peneliti dengan mengambil

judul tersebut untuk menganalisis kebutuhan guru dan siswa terhadap video

cara bermain peran. Alasan si peneliti mengambil judul itu karena ingin

menganalisis kebutuhan media pembelajaran bermain peran. Hasil dari

penelitian ini agar siswa dapat membuat video tutorial bermain peran dengan

baik.

2. Hasil penelitian dari Nadea Asri Septvani 2017

Dengan pengambilan judul “PENERAPAN BRAIN GYM UNTUK

MENINGKATKAN KECERDASAN KINESTETIK SISWA KELAS X

DALAM PEMBELAJARAN SENI TARI DI SMK NEGERI 2

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

59

BANDUNG” peneliti ini menanggapi dari permasalah yang dialami siswa

SMK yang sulit dalam melakukan gerak tari, tingkat kecerdasan kinestetik

siswa SMK yang sangat rendah menjadi faktor utama penyebabnya. Dengan

proses kegiatan yang peneliti siapkan, peneliti mengharapkan siswa dapat

menyeimbangkan fungsi otak kiri (kognitif) dan otak kanan (kreativitas).

Untuk mengetahui hasil penelitian berhasil atau tidak, peneliti ini

membandingkannya dengan cara pre-test dan post test dengan menggunakan

penilaian.

3. Hasil penelitian dari Utami Sukma Diantika Pratiwi (2018)

Dengan pengambilan judul “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN

QUANTUM TEACHING AND LEARNING TERHADAP KECERDASAN

KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN SENI TARI” Studi Eksperimen

pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 44 Bandung. Permasalahan peneliti ini

yang diangkat dalam penelitiannya adalah potensi kecerdasan kinestetik

siswa yang belum terolah secara optimal melalui pembelajaran seni tari yang

nitabennya pembelajaran gerak. Pengaruh dari penelitian ini yang

menunjukan adanya pengaruh yang signifikan yang diberikan dengan model

pembelajarannya.

4. Hasil penelitian oleh Daud (2006)

Dengan pengambilan judul “MODEL PEMBELAJARAN

KOMPETENSI DASAR MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN

TEKNIK DISKUSI” jurusan pendidikan bahasa dan seni dari Universitas

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

60

Islam Nusantara (Studi Eksperimen dikelas XI SMA N 1 Nyalindung)

berdasarkan kurikulum 2004 dengan tahun ajaran 2005-2006

Peneliti ini menerapkan metode drama dengan dasar menulis naskah

agar penyusunan silabus dalam pembelajaran dasar menulis naskah bisa

dikategorikan baik. Selain itu untuk meningkatkan tingkat diskusi anak

dalam belajar.

C. Kerangka Pikir

Menurut Uma dalam bukunya Business Research (1992)

mengemukakan bahwa, kerangka pikir merupakan model konseptual tentang

bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah

didentifikasi sebagai masalah yang penting.

Dalam seni peran dengan mengunakan metode realis untuk

meningkatkan kecerdasan kinestetik kepada siswa SMP agar siswa dapat

mengetahui apa yang dimaksud dengan seni peran, metode realis, dan

kecerdasan kinestetik. Peneliti ini bertujuan agar siswa dapat mempelajari

peran dalam panggung dan juga di lingkungannya.

Metode Realis ajaran dari Stanislavski adalah sebuah kebenaran.

Hubungan antara seni peran dan metode realis sangat berkaitan sekali, karna

sebuah pemeranan perlu seseorang yang menjadi atau real (nyata) sesuai

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

61

yang diperankannya. Sedangkan kecerdasan kinestetik adalah kemampuan

menyelaraskan pikiran dengan badan sehingga informasi yang didapat dalam

pikiran diolah dan dapat menghasilkan out pun berupa gerakan-gerakan

tubuh yang kreatif dan memiliki makna.

Peneliti iti mwngharapkan dapat berkembangnya kecerdasan kinestetik

melalui peragaan atau pembelajaran seni peran dengan mengunakan metode

realis dari Stanislavski.

Bagan 2.1 kerangka pikir

(Sumber: dokumen Aldi Ernawan 2020)

KONDISI

AWAL

Guru belum

menggunakan

metode realis

Hasil pembelajaran

peserta didik untuk

meningkatkan

kecerdasan

kinesntetik rendah

TINDAKA

N

Guru mengunakan

metode realis dengan

pembelajaran seni peran

Guru mengunakan

metode realis dan

memperaktekannya

deng latihan seni

peran

KONDISI

AKHIR

Kesimpulan: siswa dapat meningkat kecerdesan

kinestetiknya dengan cara siswa memerankan

seseorang dengan pergerakan tubuhnya sesuai dengan

peranan yang dibawakannya dalam naskah, sesuai

dengan pengambilan metode dari Stanislavski.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--