BAB II - Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of BAB II - Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Analisis
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke ketiga (2007: 43)
“Pengertian analisis adalah suatu penyelidikan terhadap suatu peristiwa baik
berupa karangan perbuatan, dalam rangka untuk mengetahui keberadaan
sebenarnya” secara singkat, analisis merupakan suatu istilah yang berarti
kegiatan peneliti secara teliti terhadap suatu objek tertentu, baik mahluk hidup
atau benda mati, baik ilmu logis atau ilmu abstrak, untuk memperoleh hasil
penelitian secara fakta dan lebih teliti, sehingga data yang diperlukan kuat dan
juga tepat sesuai latar belakang masalah.
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak sebelum memasuki
lapangan, selama di lapangan, dan sebelum di lapangan. Dalam hal ini
nasution (1988) dari buku Sugiyono (2018: 245) menyatakan “Analisis telah
merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan
berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian.”
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
12
2. Pembelajaran
Istilah belajar telah digunakan dari dulu hingga sekarang. Berbeda-beda
pendapat yang dikemukakan oleh para ahli dalam menafsirkan atau
merumuskan masalah dalam pengertian belajar, namun secara umum para ahli
tersebut memiliki pandangan yang sama. Belajar pada hakekatnya adalah
usaha sadar individu untuk mengerti dan memahami hal sebelumnya belum
diketahui, sedangkan mengajar dalam hakekatnya bukan hanya sekedar
transfer ilmu pengetahuan, sikap dan keterampilan dari pihak guru kepada
siswanya, tetapi mencakup segala upaya yang ditempuh guru untuk membina,
mendorong, membantu dan memberikan segala kemudahan kepada siswa agar
dapat mencapai tujuan belajarnya dengan efektif dan efesiaen.
Pembelajran merupakan perangkat penting yang dapat menunjang
keberhasilan tujuan pendidikan. Pendidikan akan dapat mencapai tujuan jika
pembelajaran dilaksanakan dengan pengajaran yang tepat.
Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses komunikatif dan proses
interaktif antara sumber belajar, guru, dan siswa dapat bertukar informasi.
Pembelajaran itu sendiri merupakan proses belajar mengajar, sejajar.
Menurut Sadirman (2004:125) “Pembelajaran adalah hubungan interaksi
guru dan murid dalam belajar mengajar”. Pernyataan tersebut bahwa
hubungan antara siswa dengan guru harus benar-benar dekat, agar
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
13
penyampaian seorang guru bisa tertangkap oleh siswa yang sedang diajarkan.
Juga siswa harus bisa benar-benar memperhatikan apa yang disampaikan oleh
pendidik dalam belajar mengajar. Sebagai penafsiran pemaknaan konsep
pembelajaran dalam undang-undang system pendidikan Nasional No. 20
Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa “Pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan
pembelajaran”.
Seorang pendidik harus mencapai apa yang dimaksud, terutama seorang
pendidik harus memberikan pembelajaran yang meliputi ilmu pengetahuan
yang dapat mempengaruhi perubahan sikap, perilaku serta keterampilan
peserta didik, sehingga peserta didik dapat memahami dan mengerti apa yang
telah diajarkan pendidik. Setelah pendidik mengungkapkan kepada peserta
didik dalam pembelajarannya dengan baik dan dapat berpengaruh kepada
peserta didik, maka pendidik itu berhasil dalam proses pembelajaran. Sukitno
(2009: 28) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah “Segala upaya yang
dilakukan oleh pendidik agar terjadi progres pada peserta didik”.
Dalam pembelajaran bukan hanya siswa yang wajib belajar, tetapi semua
mahluk hidup yang mempunyai akal diharuskan untuk belajar, supaya
pendidikan atau pengetahuannya tidak terbatas dan bisa memecahkan suatu
masalah yang sedang dihadapi. Sehubungan dengan penyataan diatas,
menurut poewardaminta dalam kamus Bahasa Indonesia (2003:17)
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
14
diungkapkan “Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau
mahluk hidup belajar”. Dengan ini bahwa belajar adalah suatu aktivitas
manusia yang tidak pernah berhenti sampai akhir hayat. Manusia harus terus
belajar untuk memenuhi suatu kebutuhan hidup yang selalu mengalami
perubahan disetiap waktu. Perubahan di bumi ini dapat kita pecahkan, ketika
kita mengetahui kelemahan dan kelebihan yang terjadi sewaktu-waktu. Karna
pembelajaran kita dapat menaklukan segala persoalan yang kita hadapi.
Menurut pandangan tradisional, pembelajaran adalah usaha untuk
memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan, maka ia akan mendapat kekuasaan.
Sebaliknya siapa yang tidak mempunyai pengetahuan, maka ia akan dikuasai
oleh orang lain. Pandangan ini juga disebut pandangan intelektualitas, terlalu
menekankan pada pekembangan otak. Dalam hal ini siswa dapat mengetahui
apa yang dijelaskan atau diberikan oleh pendidik ketika siswa mempelajari
buku pelajaran dan buku bacaan. Buku bacaan, atau buku pembelajaran disini
dapat menjadi sebuah pegangan yang utama untuk suatu sumber pengetahuan
yang utama, sehingga sering ditafsirkan bahwa belajar berarti mempelajari
buku bacaan, sedangkan pada pandangan modern, proses perubahan tingkah
laku karena adanya proses interaksi dengan lingkungannya. Dalam hal ini
dimaksudkan bahwa setia orang yang belajar dapat mempengaruhi sikap atau
tingkahlakunya misalkan seseorang tidak mengetahui sesuatu jika melakukan
proses pembelajaran hal itu akan cepat diketahui dan dipahami. Pada dasarnya
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
15
hubungan tingkah laku dan pembelajaran dapat merubah kepribadian
seseorang. Menurut Syah (1995: 93) “Berarti perubahan yang terjadi dalam
proses belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan”
Pengertian belajar mengajar pada hakekatnya bukan hanya sekedar proses
pemindahan ilmu pengetahuan, sikap dan keterampilan tertentu dari pihak
guru kepada muridnya, melainkan mencakup semua upaya yang ditempuh
guru untuk membimbing, membina, memotivasi, membantu dan memberikan
segala kemudahan kepada muridnya agar dapat mencapai tujuan belajarnya
secara efektif dan efisien, kegiatan belajar-mengajar mengacu pada interaksi
siswa dengan guru dalam suatu kegiatan pemahaman materi subjek baik di
dalam kelas maupun di luar kelas. Interaksi ini tidak hanya menyangkut
kegiatan mengajar dalam fungsi mengelola saja, melainkan juga menyangkut
fungsi logika yang berhubungan dengan pengorganisasian mengajar
berdasarkan tuntutan keterampilan intelektual.
“Kegiatan belajar mengajar (KBM) merupakan kegiatan memberikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan,
baik kawasan kognitif, efektif, maupun psikomotor” Ahmad, (1990: 1) dalam
kontek pendidikan formal di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan
fungsi pokok dari usaha yang strategis guna mewujudkan institusional yang
emban oleh lembaga tersebut.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
16
Para pakar pendidikan telah berhasil merumuskan dimensi mengajar
sebagai fungsi mengelola (mengendalikan, evaluasi, memotivasi dan
sebagainya) kegiatan belajar, fungsi logika (mendeskripsikan, menjelaskan,
memberi contoh dan sebagainya). Fungsi logika mengajar berhubungan erat
dengan tuntutan keterampilan intelektual yang mendasar disiplin akademik.
Jadi dalam melaksanakan proses belajar mengajar, guru dituntut untuk
memiliki keterampilan supaya dapat mengantarkan siswa mencapai tujuan
yang direncanakan.
a. Komponen-komponen pembelajaran
Komponen-komponen utama dalam pembelajaran seni terdiri dari tujuan,
bahan, metode, media dan evaluasi yang dalam pelaksanaannya menjadi suatu
kegiatan sistemik dan sistematik karena antara satu dan komponen dengan
komponen yang lainnya merupakan suatu kesatuan yang utuh, saling
keterkaitan dan tidak bisa dipisahkan.
Pemetaan komponen pembelajaran seni tersebut diawali dengan aspek
kompetensi sebagai masukan, kemudian dilakukan proses pembelajaran yang
menerapkan komponen-komponen pembelajaran seni dan diakhiri dengan
outpot sebagai keluaran kompotensi yang dihasilkan oleh peserta didik (aspek,
psikomotor, kognitif).
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
17
Pernyataan tersebut diperkuat oleh Sutikono (2009: 35-40) “Yang
mengemukakan bahwa komponen-komponen pembelajaran menjadi tujuh
aspek yaitu : tujuan, materi, metode, kegiatan, media, sumber belajar, dan
evaluasi pembelajaran”. Penjelasan masing-masing komponen tersebut dirinci
sebagai berikut:
b. Tujuan Pembelajaran
Pada dasarnya adalah kemampuan-kemampuan yang diharapkan dimiliki
siswa setelah memperoleh pengalaman belajar. Dengan kata lain tujuan
pembelajaran merupakan suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan
pembelajaran. Menurut Sudjana (2000: 35), “Kemampuan-kemampuan
tersebut mencakup aspek pengetahuan (kognitif), sikap (efektif) dan
keterampilan (psikomotor).”
c. Materi pembelajaran
Materi pembelajaran merupakan unsur belajar yang penting mendapatkan
perhatian oleh guru. Materi pembelajaran merupakan medium untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang di “konsumsi” oleh siswa. Karena itu, penentuan
materi pembelajaran mesti berdasarkan tujuan yang dicapai, misalnya berupa
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan pengalamannya.
Berdasarkan proses yang di ungkap budiwati materi pembelajaran
merupakan salah satu komponen utama yang dapat menjadikan penentuan
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
18
didalam pencapaian suatu keberhasilan tujuan seni pembelajaran seni peran
dalam meningkatkan kecerdasan kinestetik.
Pembelajaran bisa dipandang sebagai system dan sebagai suatu proses.
Jika dipandang sebagai suatu system, berarti pembelajaran terdiri dari
sejumlah komponen yang terorganisir diantaranya tujuan pembelajaran,
materi pembelajaran, strategi metode pembelajran, media pembelajaran atau
alat peraga, perorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut
pembelajaran. Jika pembelajaran dipandang sebagai proses, maka
pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka
siswa belajar.
Kaitannya dengan kegiatan pembelajaran, sebelumnya bagi seorang guru
harus membuat perencanaan diantaranya, membuat RPP, silabus, berikut
menyiapkan alat-alat yang dipelukan.
d. Kegiatan Pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran, terdapat berbagai model dalam
pembelajaran yang dapat digunakan sebagai alternative untuk interaksi antara
guru dan siswa serta meningkatkan komunikasi antara guru dan juga siswa.
Kegiatan interaksi dan komunikasi bisa dikatakan maksimal bila interaksi atau
komunikasi guru terhadap siswa, karna semua siswa tidak sama dalam
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
19
pembelajarannya. Selain hubungan guru dan juga siswa, siswa juga harus
dekat dengan guru, bahkan dengan pembelajaran dan media pembelajaran.
e. Metode
Metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Metode ini harus dilakukan oleh guru dengan tujuan
atau konsep yang berbeda. Hal ini dimaksudkan supaya siswa dapat
memahami proses pembelajaran dan mengikuti proses pembelajaran dengan
baik.
Budiyawati dan Milyartini (2011: 79) mengungkapkan bahwa “metode
pembelajaran adalah salah satu komponen utama yang memegang peranan
penting dalam proses belajar mengajar,” bahkan metode ini merupakan titik
sentral dalam belajar mengajar yang dilakukan oleh pengajar atau pelatih seni.
Sedangkan menurut Sudjana dalam Budiawati dan Milyantini (2011: 79)
mengungkapkan bahwa “pembelajaran itu terdapat model-model kegiatan
diantaranya:
1) Model kegiatan belajar mengajar yang berfokus pada aspek keterampilan
2) Model kegiatan yang menekankan pada aspek kognitif yang
menyampaikan berbagai teori dan konsep ilmu pengetahuan.
3) Kegiatan belajar yang mengarah pada sikap untuk menerapkan norma-
norma dan nilai kependidikan
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
20
4) Kegiatan belajar dalam pemecahan masalah.”
Salah satu pembaruan dari kurikulum berbasis kompetensi adalah adanya
kesempatan pada sekolah untuk mengembangkan silabus sesuai dengan
kondisi, dan kebutuhan masing-masing. Penyusunan silabus mengacu kepada
kurikulum berbasis kompetensi dan perangkat komponen-komponennya yang
disusun oleh pusat kurikulum, badan penelitian dan pengembangan.
Silabus merupakan seperangkat rencana pembelajaran beserta
penilainannya. Oleh karena itu, silabus harus disususn secara sistematis dan
berisikan komponen-komponen yang saling berkaitan untuk memenuhi
kebutuhan target pencapaian kompetensi dasar.
f. Format Silabus
SILABUS PEMBELAJARAN SENI BUDAYA
Satuan Pendidikan : SMP Negeri 1 Karangnunggal
Kelas : VIII (Delapan)
Kompetensi Inti : Seni Drama
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi,
gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya
2. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
21
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam
sudut pandang/teori
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
3.1 Memahami
pengertian seni
peran dengan
mengunakan
metode realis
Stanislavski untuk
meningkatkan
kecerdassan
kinestetik
4.1 pelatihan seni
peran dengan
mengunakan
metode realis
Pengertian seni
peran, metode
realis, dan kecerdasan
kinestetik
• memperaktekan
seni peran dengan
metode realis
Menjelaskan pengertian
seni peran, metode realis,
dan kecerdasan kinestetik
Memahami fungsi
hubungan antara seni
peran dengan mengunakan
metode realis guna
meningkatkan kecerdasan
kinestetik
Tanya jawab tentang pengertian, fungsi seni
peran, metode realis, dan
kecerdasan kinestetik
Pelatihan seni peran mengtunkan metode realis
untuk meningkatkan
kecerdasan kinestetik
Memperaktekan hasil dari
latihan seni peran dengan
metode realis
2.2 memahami
manfaat atau
fungsi seni peran
dengan metode
realis yang
berkaitan dengan
kecerdasan
kinestetik
4.2 memerankan
naskah drama
yang sudah
disiapkan dengan
naskah realis
Memainkan pemeranan dengan
metode realis
Pelatihan menjadi
peran dengan
metode realis serta
melatih kecerdasan
kinestetik
Mengetahui fungsi dan manfaat seni peran dan
kecerdasan kinestetik
Mendiskusikan tentang
seni peran, metode realis
Stanislavski, dan
kecerdasan kinestetik
Pelatihan seni peran dengan menggunakan
naskah realis
Memecahkan masalah dan membuat kesimpulan
tentang seni peran dalam
meningkatkan kecerdasan
kinestetik
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
22
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
Mempresentasikan
kesulitan dalam bermain
peran dengan
meningkatkan kecerdasan
kinestetik
3.3 Memahami
pengembangan
seni peran
4.3 Memperaktekan
penampilan fisik
dengan naskah
yang dibuat
Menjelaskan pengertian tentang
seni peran guna
meningkatkan
kecerdasan
kinestetik
Menjadi sesuatu
dalam sebuah
pementasan dalam
metode realis
Mengamati dan mengklasifikasi seni
peran untuk
meningkatkan
kecerdasan kinestetik
Menggali informasi
tentang seni peran untuk
meningkatkan
kecerdasan kinestetik
Mendiskusikan materi tentang seni peran untuk
meningkatkan kecerdaan
kinestetik yang diketahui
dan dirasakan
Merancang dan mempresentasikan seni
peran dan pelatihan
kecerdasan kinestetik
Menjadi seseorang dengan menirukan
peranan orang lain guna
mengetahui penerapan
metode realis
Menjelaskan kesulitan
dalam berperan dalam
meningkatkan
kecerdasan kinestettik
3.4 Memahami
prosedur
penerapan metode
realis dalam
meningkatkan
kecerdasan
kinestetik
Prosedur penerapan dengan
menggunakan
metode realis
stanislavski
Mengamati dan mendeskripsikan
penampilan pemeranan
Menerapkan dan
mendeskripsikan
pembelajaran
mengunakan metode
realis
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
23
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
4.4 Menampilkan
suatu garapan
dalam naskah
yang realis
Memperaktekan
dan mencari bahan
untuk membuat
suatu garapan guna
mengetahui
perkembangan
pemeranan dan
kecerdasan
kinestetiknya
Memetis atau meniru
seseorang dengan
penampilan berperan
Mempresentasikan secara lisan dan tertulis
hasil kajian tentang
penerapan metode realis
dan pelatihan pemeranan
dalam naskah yang diuat Tabel 2.1 silabus pembelajaran seni peran di SMPN 1 Karangnunggal
(Sumber : Anggung Gunawan2020)
g. Media
Menurut Budiwati dan Milyartini (2011: 90-92) mengungkapkan bahwa
media pembelajaran merupakan sarana yang berperan memberi rangsangan
bagi pembelajaran untuk terciptanya proses pembelajaran yang aktiv, kondusif
dan kreatif, karena media pembelajaran dapat berperan untuk mengetahui
proses kegiatan belajar mengajar, melalui pemanfaatan media diharapkan
dapat mempengaruhi pencapaian maksimal dari hasil belajar yang dicapai
oleh pembelajaran.
Dari uraian diatas diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran
adalah suatu alat yang dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengajar atau
belajar, sehingga pesan atau materi yang disampaikan dapat mudah diterima
dengan baik oleh siswa atau peserta didik. Dengan bahasa lain dapat
dijelaskan bahwa proses belajar mengajar dengan megunakan media, dapat
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
24
membantu sekali perkembangan dalam membagi materi, serta dapat dengan
cepat peserta didik memahami suatu pembelajaran.
Fungsi Media:
1) Sebagai alat bantu
2) Sebagai sumber belajar
Jenis-jenis Media:
1) Media berbasis manusia
Media berbasis manusia merupakan media tertua yang digunakan untuk
mengirimkan dan mengkomunikasikan pesan atau informasi
2) Media berbasis visual:
Media berbasis visual adalah media yang sangat erat penting dalam
proses belajar, media ini dapat memperlancar pemahaman, minat siswa dan
dapat memperkuat ingatan.
h. Pelaksanaan Pembelajaran
Langkah-Langkah pembelajaran
Tahap pelaksanaan yaitu mengimplementasikan Perencanaan
pembelajaran dalam bentuk kegiatan belajar mengajar, tahap ini mengehndaki
terjadinya komunikasi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, bahkan
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
25
siswa dengan lingkungan. Tentunya komunikasi yang mampu
mengakomondasikan dan memperdayakan potensi para siswa. Dalam tahap
ini pula diharapkan tujuan pembelajaran dapat diwujudkan dalam bentuk
perubahan tingkah laku siswa. Menurut Johari (2014: 55) mengungkapkan
“dalam langkah-langkah pembelajaran dibagi menjadi tiga bagian yaitu
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.”
Langkah-langkah pembelajran berisi gambaran umum kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan dalam setia pertemuan. Langkah-langkah
pembelajaran sebagai berikut:
1) Kegiatan awal
Kegiatan awal dimaksudkan untuk mempersiapkan siswa (baik secara
fisik maupun sosiologi) untuk mengikuti pembelajaran. Kegiatan yang
dimaksud dapat berupa penjelasan tentang tujuan pembelajaran, memotivasi
siswa menguasai kompetensi tertentu, apresiasi.
2) Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan kegiatan yang dirancang untuk menguasai
kompetensi tertentu. Kegiatan ini dapat berupa percobaan, sosiodrama,
diskusi, telaah pustaka, presentasi, dan sebagainya.
3) Kegiatan Akhir
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
26
Kegiatan akhi dimaksudkan untuk menutup suatu pelajaran dan sekaligus
memantapkan kompetensi dasar yang telah dipelajari siswa. Kegiatan akhir
dapat berupa kesimpulan, rencana kagiatan lanjutan, penugasan, dan
sebagainya.
i. Peran siswa dan guru dalam proses belajar mengajar
1. Peran guru
Proses kegiatan pembelajaran merupakan salah satu proses yang
dilakukan guru untuk membuat siswanya belajar. Guru berupaya
membelajarkan siswa-siswanya untuk menjadi aktiv, kritis, dan kreatif.
Menurut Nasution (1995: 4) “mengajar adalah suatu aktivitas
mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar.”
Berdasarkan hal diatas, agar terjadi proses kegiatan belajar mengajar
dengan baik, maka seorang guru harus mempersiapkan segala kebutuhan yang
akan digunakan dalam kegiatan sampai pelaksanaannya.
Peranguru diantaranya sebagai berikut:
1) Merumuskan tujuan yang akan dicapai
2) Menguasai materi yang akan disampaikan
3) Mempersiapkan alat dan bahan yang sesuai
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
27
4) Memberi gambaran umum pokok bahasan dan kegiatan yang akan
dilakukan
5) Menjelaskan tentang materi
6) Menyampaikan tujuan pembelajaran
7) Memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif,
diantaranya melalui tanya jawab, diskusi, dan sebagainya
8) Memberikan penguatan
9) Menyimpulkan materi pelajaran
10) Memberi tugas untuk mempelajari di rumah
Menurut Nasution (1995: 5) “Peran guru dalam proses belajar mengajar,
sesuai dengan definisi mengajar bahwa peran guru adalah sebagai berikut : (1)
membimbing aktivitas anak; (2) membimbing pengalaman anak; dan (3)
membantu anak berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan.”
Kesimpulannya, bahwa yang terpenting peran guru itu harus tetap
mencakup segala upaya untuk membina, mendorong, mambantu, dan
memberikan kemudahan kepada siswa agar tujuan dapat tercapai.
2. Peran siswa
Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa merupakan komponen yang
sangat berpengaruh untuk menentukan terjadinya interaksi yang aktif.
Sebagaimana peran seorang guru, secara garis besarnya hanya sebagai
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
28
pembimbing aktivitas, pembimbing pengalaman dan membantu
mengembangkan dan penyesuaian diri dengan lingkungannya. Siswa harus
memiliki motivasi untuk melakukan belajar mengajar baik secara intrinsik
(dorongan dari dalam dirinya) maupun ektrinsik (dorongan dari luar individu).
Peran siswa dalam kegiatan belajar mengajar:
1) Memiliki dorongan dalam diri untuk belajar
2) Mempelajari hal-hal baru
3) Menerima materi yang disampaikan oleh guru sesuai dengan tingkat
kematangan
4) Mau mengerjakan tugas
j. Pengertian Penilaian
Ditinjau dari sudut bahasa, penilaian diartikan sebagai menentukan suatu
objek (sudjana, 1990: 3) selanjutnya sudjana berpendapat, “penilaian hasil
belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang
dicapai siswa dengan krikteria tertentu.”
Dekdiknas (1004: 16) penilaian adalah alat dan cara yang digerakan guru
untuk menilai ketercapaian suatu kompetensi. Penilaian selain merupakan
tahapan dalam kegiatan pembelajaran, penilaian juga merupakan sebagai
evaluasi untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
29
Berdasarkan pendapat diatas bahwa penilaian merupakan serangkaian
kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang
proses dan hasil belajar siswa yang dihasilkan secara sistematis dan
berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam
pengambilan keputusan.
Tes di tinjau dari pengadministrasian, dibedakan antara pre tes yang
dilakukan sebelum diberikan perlakuan, dan pos tes yang diadakan setelah
adanya perlakuan Arikunto, (2001: 49-50) pre tes dilaksanakan untuk
mengetahui kemampuan siswa sebelum dilaksanakan proses pembelajaran.
Sedangkan pos tes dilaksanakan sebagai evaluasi hasil dari pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas, pre tes dan pro tes melupakan sebagai alat
ukur sebagai salah satu bentuk evaluasi, dengan bertujuan untuk mengukur
tingkat kemajuan siswa. Pre tes disampaikan diawal kegiatan belajar
mengajar, tes ini dapat diberikan atau dibawakan dalam bentuk lisan, tulisan
dan perbuatan. Sedangkan pro tes adalah salahsatu jenis tes evaluasi dari
hasil belajar, tes ini dilakukan pada akhir kegiatan belajar mengajar, dengan
tujuan untuk mengetahui dan menilai penguasaan siswa terhadap materi
yang telah disampaikan.
a. Fungsi penilaian
Penilaian berfungsi untuk
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
30
1) Mengetahui tercapai tidaknya proses pembelajaran
2) Umpan balik bagi perbaikan proses bellajar mengajar
3) Menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada orang tua
b. Jenis-jenis penilaian
Menurut sudjana (1990: 5) “dilihat dari fungsinya, jenis penilaian ada
beberapa macam, yaitu penilaian formatif, penilaian sumatif, penilaian
dianogstik, penilaian selektif, dan penilaian penempatan.”
Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir
program belajar mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar
mengajar itu sendiri. Berdasarkan batasan diatas penilaian formatif
berorientasi kepada proses belajar mengajar. Dengan penilaian formatif
diharapkan guru dapat memperbaiki program pengajaran dan strategi
pelaksanaannya.
Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan pada akhir unit
program, yaitu akhir catru wulan, akhir semester, dan akhir tahun.
Berdasarkan uraian diatas penilaian sumatif bertujuan untuk melihat hasil
yang dicapai oleh siswa, penilaian sumatif berorientasi kepada produk dan
bahan pada proses.
Penilaian diagnostik adalah penilaian yang dilakukan untuk melihat
kelemahan-kelemahan siswa serta faktor penyebabnya. Penilaian ini
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
31
dilaksanakan untuk keperluan bimbingan belajar pengajaran remedial,
menemukan kasus.
Penilaian selektif adalah penilaian yang ditunjukan untuk mengetahui
keterampilan prasyarat yang diperlukan oleh suatu program belajar dan
penguasaan belajar seperti diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar
untuk program itu. Penilaian penempatan berorientasi kepada kesiapan siswa
untuk menghadapi program baru dan kecocokan program belajar dengan
kemampuan siswa
3. Drama
a. Pengertian Drama
Sebelum penulis menguraikan pengertian drama, terlebih dahulu penulis
tampilkan sekilas asal mulanya dama. Dalam sejarah lahirnya drama di
Indonesia tidak jauh berbeda dengan lahirnya drama di Yunani. Keberadaan
drama di kita juga diawali dengan adanya upacara keagamaan yang di
selenggarakan oleh pemuka agama. Berdasarkan cara-cara melakukan
upacara keagamaan itu lahirkan tontonan drama.
Berdasarkan etimologi (asal usul bentuk kata), kata drama berasal dari
kata yunani drama yang berarti gerak Wijayanto, (2002: 1) tontonan drama
memang menonjolkan percakapan (dialog) dan gerak-gerak para pemain
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
32
(akting) dipanggung. Percakapan dan gerak gerik itu meragakan cerita yang
tertulis dalam naskah.
Drama dalam masyarakat kita punya dua arti yaitu drama dalam arti luas
dan drama dalam arti sensitif. Dalam arti luas, drama adalah semua bentuk
tontonan yang mengandung cerita yang dipertunjukan dalam orang banyak.
Dalam arti sempit, drama adalah kisah hidup manusia dalam masyarakat
yang diproyeksikan ke atas panggung, disajikan dalam bentuk dialog dan
gerak berdasarkan dalam naskah, di dukung tata panggung, tata tempat, tata
music, tata rias dan tata busana. (Wiyanto 2002:3) “Dalam kata lain, drama
arti luas mencakup teater tradisional dan teater modern. Sedangkan drama
dalam arti sempit mengacu pada drama modern saja.”
Bedasarakan pengertian beberapa diatas, penulis menyimpulkan bahwa
drama adalah sebuah karya sastra berupa dialog yang diperankan oleh para
pemain dengan karakter yang berbeda yang menggambarkan kehidupan.
Drama termasuk salah satu seni yang kompleks, kompleknya seni drama
dapat dilihat dari segi persiapan dan pelaksanaannya. Drama dapat terwujud
dengan sempurna jika didalamnya terdapat orang-orang yang srius dalam
suatu garapan.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
33
b. Jenis-jenis Drama
Ada beberapa jenis drama tergantung dasar yang digunakan, Wijayanto
(2000: 7) “mengelompokan jenis drama berdasarkan tiga macam, yaitu
berdasarkan lakon, berdasarkan sarana, dan berdasarkan naskah. Didalam
kita harus terlebih mengetahuai apa yang dimaksud dengan peran atau
pemeranan.”
c. Pemeranan
Pemeranan adalah unsur penting dalam seni teater. Pengertian seni
mengandung arti keindahan (estetika) atau kehalusan budi pekerti, oleh
karena itu seni selalu menawarkan keindahan bentuk dan kehalusan pesan
atau nilai norma. Menurut Anirun (1993: 21) “Pemeranan adalah seniman
yang mewujudkan peran lakon (sosok-sosok pelaku didalam cerita atau
lakon) kedalam realita seni pertunjukan” tetapi dari itu seorang pemeran atau
seniman sekalipun tidak bisa lepas dari unsur-unsur kemanusiaan yang
umum, juga sebagai fungsinya dari manusia utuh dalam lingkungan serta tata
nilai tempat hidup dan berkarya.
Seorang aktor ditengah kegiatannya sebagai seniman penampil, ada tiga
unsur pokok yang ada pada diri aktor yaitu: aktor dan dirinya, aktor dan
lakon, dan aktor dan produksi.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
34
Pengertian aktor dan dirinya mengacu pada posisinya dalam seni peran.
Yang jadi media dalam seni peran adalah diri si pemeran sendiri. Yang
dimaksud diri si pemeran adalah tubuh dan sukmanya. Menurut Anirun
(1993: 43) “pada tubuh aktor ada panca indra, anggota tubuh dan peralatan
vocal (suara).” Dalam sukma ada dorongan semangat dan kemauan,
imajinasi, emosi, daya ingat, dan intelegensia. Seluruhnya itu merupakan
peralatan ekspresi yang menunjang keterampilan ketika menjadi peran.
d. Aktor dan Lakon
“Pengertian aktor dan lakon mengacu kepada posisi si aktor dalam
menghadapi garapannya. Dalam ungkapan lain bisa disebut kesadaran atau
ruang atau kesadaran akan media.” Menurut Anirun (1993: 43). Kesiapan
mental atau fisik pada seorang aktor dalam mengahadapi film/sinetron tentu
tidak sama dengan menghadapi garapan lokon pentas (teater). Tugas
seorang aktor adalah mewujudkan konsep peran yang mewujudkan konsep
peran yang digariskan oleh sutradara berdasarkan naskah. Serta
mengembangkanya dalam sebuah pertujukan. Menurut Anirun (1993: 44)
“sorang aktor membutuhkan penampilan, bakat, keterampilan, itu agar bisa
mengejar prestasi. Keberhasilan dalam membawakan peran dalam sebuah
produksi berwujud berkat model kreativitas, penguasaan teknik dan
kecerdasannya”
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
35
Teknik pemeranan adalah bagaimana si aktor menyatukan
mendayagunakan secara propesional segala peralatan pemeranannya.
Dengan modal dan keterampilan dan bakat, sorang aktor dapat menampilkan
gagasan-gagasannya menjadi perwujudan watak-watak yang nyata dengan
efek-efek yang diperhitungkan bagi penontonnya.
e. Peralatan aktor
Selain dari teknik dalam pemeranan yang telah diuraikan diatas, aktor pun
harus mempunyai bekal dalam proses menjadi aktor. Ada lima yang
dijelaskan oleh Christine Hakim ketika dia meraih prestasi. Seluruh
peralatan keaktorannya yang terdiri dari penampilan fisik (physical
personality), penampilan emosi dan intelegensi (emotional and intelektual
personality), teknik mengungkapkan kata-kata/dialog, laku fisik (physical
action), pengunaan suatu ruang
f. Penampilan fisik
Struktur fisik seorang aktor yang ditampilkan dipentas sangat
berpengaruh dalam penampilan kesan, kondisi fisik, tife watak, sikap atau
attitude, gestur dan usia peran yang hendak dilukiskan. Dalam hal ini para
aktor dengan penampilan yang biasa mengejar pelukisan kondisi fiksik
peranannya dengan berbagai cara yang meyakinkan. Dengan cara tambal
sulam maupun melalui sikap, gestur dan teknik pemeranan.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
36
Para pemula harus belajar bersumber dari penampilan fisiknya sendiri dan
mau memainkan peran-peran yang cocok. Bagaimanapun penampilannya
harus mengundang kepercayaan yang selarah dengan imaji penontonnya
tentang penampilan fisik peranan. Seorang aktor perlu menjalani latihan-
latihan kontinyu untuk bisa mengontrol kelenturan gerak tubuhnya, sebanyak
seperti latihan-latihan vokalnya. Gerakan apapun yang dilakukannya diatas
pentas, harus memberikan kemungkinan bagi perkembangan daya
kreatifnya.
Kemanapun aktor memainkan peran-peran dibatasi oleh kemampuannya
menampilkan laku-laku tertentu, sesuai dengan batasan kemampuan
fisiknya. Tiap orang tergantung sampai mana ia mengunakan fisik, emosi
dan unsur inteleknya. Tiap aktor harus mampu mengendalikan atau
mengontrol seluruh otot-ototnya supaya bisa memakai tubuhnya dengan laku
peran yang hendak dilukiskan.
g. Penampilan Emosi
Sikap atau attitude, gestur, respon terhadap sikap, ucapan dan tekanan,
maupun reflek-reflek terhadap suatu perubahan, sangat erat dengan emosi
dan intelegensi peranan, dan harus terpencar dalam membawakan lakunya.
Karena itu secara logis pula seorang aktor harus memilk penguasaan emosi
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
37
dan intelektualitas yang tinggi – minimal mampu mengekspresikan kedua
unsur itu sesuai dengan tuntutan yang dibawakannya.
Masalah sikap atau gestur, respon terhadap sikap, ucapan dan tekanan dan
reflek-reflek terhadap suatu perubahan tertentu, setelah tarap penampilan
fisik terpenuhi, secara teknis dapat pula melalui latihan-latihan. Taraf
intelektualitas sekalipun merupakan “bawaan” seorang pemeran, dapat pula
ditunjang melalui penguasaan beberapa ilmu pengetahuan.
Tidak semua pemeran dapat membawakan perana dapat membawakan
segala peranan. Tapi seorang aktor dengan antuan seorang sutradara harus
bisa menentukan standar kejelasan perwatakan peran-peran yang
dibawakannya. Seorang pemula harus bisa mengarahkan segala pengertian,
kepekaan dan penampilan. Ia tidak bisa berhasil membawakan watak yang
berbeda diluar acuan kemampuan emosi dan intelegensinya
Gambar 2.1 penampilan emosional
(sumber : buku Rikrik El Saptaria 2006)
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
38
h. Penampilan kata-kata atau dialog
Kata-kata seorang aktor ketika ia bermain di pentas selain membawakan
informasi tentang pikiran, sikap, dan respon terhadap suatu kondisi juga
harus mampu memberikan informasi tentang sikap emosi, intelegensi, usia
dan kondisi fisik social peran yang harus dilukiskannya.
Kata-kata tertulis yang digariskan penulis lakon, menjadi sumber utama
dari pelontaran-pelontaran kata-kata dalam berperan. Pemeran dengan
penampilan fisik dan penafsiran watak yang berbeda-beda terhadap figur itu
sendiri.
Secara teknis control suara seorang aktor sangat erat dengan kondisi fisik
dan mentalnya, disamping keterampilan mengatur alat-alat suara itu sendiri.
Pengaturan volume, nada, tekstur, tempo dan diksi pada saatnya merupakan
alat ekspresi yang utama kemampuan menafsirkan suatu peranan akan
dibatasi oleh kualitas suara si pemeran dan fasilitas yang didapatkannya.
i. Penggunaan Unsur Ruang
Ruang tempat pertunjukan berlangsung sama seperti sehelai kertas atau
kanvas bagi seorang pelukis, suatu hal yang terbatas tapi memberikan
banyak kemungkinan. Ruang pentas tempat si aktor bermain teater
merupakan media ekspresi yang bisa mengembangkan imaji teater yang
tidak terbatas, karena ia mendayagunakan bahasa ruang.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
39
Teknik penampilan si aktor harus efektif tidak saja bagi penampilan dan
peranan yang dibawakannya tetapi bagi media diatas panggung. Menurut
Anirun (1993: 47) “teknik pemeranan adalah keterampilan dengan mana si
pemeran mengabungkan peralatan seninya untuk menciptakan respons
emosional dan intelektual sehingga tercapai suatu suasana”.
Gambar 2.2 materi unsur ruang
(Sumber: buku Rikrik El Saptaria 2006)
j. Unsur-unsur Lakon Drama
Penulis drama selain harus banyak pengalaman dan mendalami watak-
watak manusia, penulis drama harus mengetahui pula insur-unsur lakon
drama. Menurut Wijayanto (2002:23) unsur-unsur drama terdiri dari tema,
amanat, plot, karakter, dialog, seting dan interfestasi.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
40
1) Plot
Plot drama berkembang secara bertahap, ,ulai dari konflik yang
sederhana, konflik yang konflek, sampai pada penyelesaian konflik. Menurut
Wijayanto (2002:25) “plot drama ada enam tahap yaitu ekposisi, konflik,
komplikasi, krisis, resolusi dan keputusan.”
Menurut Hasanuddin (2996: 91) “plot atau alur dikatagorikan kepada alus
konvensional dan nonkonvesional.” Alur konvensional adalah jika peristiwa
yang disajikan terlebih dahulu selalu menjadi penyebab munculnya peristiwa
yang hadir sesudahnya (Hasanuddin 1996:91)
2) Karakter
Karakter atau perwatakan adalah keseluruhan ciri-ciri jiwaa seorang
tokoh dalam lakon drama. Seorang tokoh bisa saja berwatak sabar, ramah,
dan suka menolong. Menurut Hasanuddin (1996: 84) keberhasilan pengarang
dapat diukur sampai sejauhmana ia mengatur karakter yang berbeda diukur
tokoh ceritanya dalam berbagai peran.
3) Dialog
Dialog adalah jalan cerita lakon drama, yang dilakukan para pemain.
Menurut Hasanuddin (1996: 15) dialog merupakaan sarana primer,
maksudnya dialog didalam drama merupakan situasi bahasa utama.
Berdasarkan batasan diatas dialog dalam drama merupakan unsur yang
paling utama.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
41
4) Setting
Setting adalah tempat, waktu, suasana terjadinya suatu adegan. Latar atau
setting merupakan idenntitas permasalahan drama sebagai karya fiksionalitas
yang secara samar diperlihatkan penokohan dan luar Hasanuddin (1996: 9)
5) Bahasa
Bahasa sebagai bahan dasar yang diolah untuk menghasilkan lakon
drama. Berbagai hal yang berkaitan dengan bahasa, misalnya ragam lisan,
ragam tulis, ragam resmi, ragam tidak resmi.
Menurut Hasanuddin (1996:100) gaya bahasa cenderung dikelompokan
menjadi empat jenis yaitu penegasan, pertentangan, perbandingan, dan
sindiran.
6) Amanat
Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan penulis melalui
pemain atau aktor yang dilatihnya.
7) Tema
Tema adalah gagasan utama yang mendasari lakon drama.
8) Interprestasi
Interprestasi adalah lakon drama atau pemeran yang dipentaskan harus
real. Harus benar-benar memasuki peranan yang dimainkan.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
42
4. Metode Realis Stanislavski
Konsep akting realis ajaran Stanislavski, akan dijadikan panduan teori
yang diaplikasikan saat ini. Konstantin Sergeyevich Stanislavski lahir di
Moscow 17 Januari 1863 dan mengabdikan hidupnya untuk teater dan seni
akting.
Konsep akting realis ajaran Stanislavski ajaran ini tidak bersipat teoris,
namun cenderung pragmatis dan selalu berpijak pada seluk-beluk manusia itu
sendiri, menurut Saptaria (2006: 6). “Pembelajaran yang dilakukan bertahun-
tahun adalah sebuah kebenaran dalam dunia seni, terutama dalam segala hal
akting dan drama.” Sistem Stanislavski memberi kesempatan kepada kita
untuk menikmati pengalaman akting yang sebenar-benarnya, tulus dan jujur
apa adanya.
Dalam bentuk ajaran Stanislavski dikategorikan sebagai bentuk akting
persentasi, yakni akting yang berusaha untuk menyajikan sikap dan laku
manusia umum melalui jiwa-tubuh-intelektual diri si aktor, lewat tafsiran
terhadap dirinya sendiri dan karakteristik tokoh yang ia perankan. Secara
keseluruhan seni akting dan bentuk lakonnya ini mempersentasikan kehidupan
sehari-hari sebagaimana adanya. Metode akting persentasi mengutamakan
identifikasi antara aktor dengan jiwa si aktor, sehingga proses tranformasi
dapat berkembang menemukan sasarannya.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
43
a. Pendekatan Fungsi Jiwa.
Jiwa memiliki komponen yang mampu melaksanakan fungsinya sendiri-
sendiri dalam kesatuannya. Raga manusia terdiri dari mata untuk melihat,
tangan untuk meraba, telinga untuk mendengar, lidah untuk mengecap dan
hidung untuk mencium. Fungsi jiwa dari manusia terdiri dari fungsi rasa
(emosi dan feeling) yang terdiri dari persefsi motivasi, emosi, belajar dan
berfikir. Fungsi-fungsi tersebut menetukan terbentuknya tingkah laku bahkan
pola tingkah laku seseorang.
1) Persepsi
Persepsi merupakan fungsi fisikis yang membuka hubungan antara diri
individu dan lingkungannya, berupa benda-benda, manusia, pikiran dan
gagasan. Disini terjadi proses membeda-bedakan sesuatu dari yang lainnya
dan menafsirkan maknanya lewat sirkulasi (rangsangan)
2) Motivasi
Motivasi adalah sesuatu kekuatan yang mendorong timbulnya suatu
tindakan atau tingkah laku. Motiv berasal dari kata sebab, pertama bisa timbul
dari kebutuhan sebagai kekurangan untuk sesuatu yang dibutuhkan untuk
bertahan.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
44
3) Emosi
Emosi adalah luapan perasaan atau suasana hati yang dikeluarkan. Emosi
berarti bergerak keluar dan meluapkan perasaan hatinya. Sebaliknya dengan
feeling, yaitu perasaan yang cenderung kedalam dan bersifat menerima.
4) Belajar
Intensitas kegiatan belajar seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor,
yakni faktor asosiasi (menghubungkan suatu kejadian atau gejala dengan yang
lainnya) motivasi (dorongan untuk bertindak, termasuk kemauuan untuk
belajar), sensitifitas (kepekaan dalam proses belajar), dan inhibisi (kegagalan
belajar karena terlalu diforir)
5) Berpikir
Berpikir adalah kemampuan untuk membentuk konsep dan
mengunakannya melalui kemampuan merangkai makna. Macam-macam
orang berpikir: praktis-teoritis, autistic, evaluative-deskriptif, konvergen,
divergen.
b. Pendekatan kepribadian
Tipologi berdasarkan kosmologi (ilmu semesta) Empedokles meyakini
alam semesta didukung oleh empat unsur yakni tanah, air, api, dan udara yang
masing-masing mendukung sifat kering, basah, dingin, panas, maka
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
45
Hippocrates menyatakan bahwa unsur dan sifat itu juga pada manusia. Unsur-
unsurnya adalah cairan chole, yang bersipat kering, melanchole yang bersifat
basah, phlegmatic yang dingin, dan sanguis yang panas menurut Saptaria
(2006: 14)
c. Tubuh
1. Relaksi
Relaksi adalah hal pertama yang harus dilakukan sebelum memasuki
latihan akting yang sebenarnya. Sebagai warming-up atau pemanasan dasar
dalam pelaksanaan akting, relaksi berguna untuk kelenturan tubuh mulai dari
organ yang paling atas hingga yang paling bawah. Latihan ini ditempuh untuk
mencapai kesiapan secara fisik sebelum mengahadapi latiham-latihan lainnya.
Harus disadari betul bahwa relaksi dilakukan dengan cara menerima
keberadaan dirinya secara penuh. Relaksi bukan berarti ada dalam keadaan
pasif (santay) tetapi adalah keadaan dimana semua kekangan yang ada di
tubuh terlepas, sehingga si aktor berada pada posisi siap siaga untuk
memberikan reaksi rangsangan yang terkecil sekalipun.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
46
Gambar 2.3 materi tubuh
(Sumber : Rikrik El Saptaria 2006)
2. Ekspresi
Ekspresi artinya mendorong keluar secara alamiah, baik itu perasaan
maupun ide secara khas. Aktivitas ekspresi merupakan bagian dari pikiran dan
perasaan kita. Implus-implus, perasaa, aksi, dan reaksi yang kita miliki,
mengendap dan melahirkan energi dari dalam yang selanjutnya mengalir
keluar dalam bentuk persentasi kata-kata, bunyi, gerak tubuh, dan infleksi
(perubahan nada suara).
Kemampuan ekspresi menurut teknik-teknik pengendalian tubuh, mula
dari relaksi, kepakaan, konsentrasi, daya kreativitas dan kepenuhan diri
(pikiran-perasaan-tubuh yang seimbang) dimana seorang aktor harus terpikat
pada pikirannya, menurut saptaria (2006:50).
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
47
Gambar 2.4 materi ekspresi
(Sumber: buku Rikrik El Saptaria 2006)
3. Gestur
Gestur adalah kelanjutan secara fisikal dari implus-implus (rangsangan),
perasaan, aksi-reaksi yang menimbulkan energy dari dalam diri yang
bermacam-macam: kata-kata, bunyi, gerak, postur dan inpleksi (perubahan
nada suara). Gestur ada dua macam yakni gestur fisik (dapat dilihat) dan
gestur vocal (dapat didengar), gestur vocal terdiri dari yang verbal (kata-kata)
dan non-verbal (penekanan pada emosi dan ekspresi atau silent akting).
Gestur yang terasah bisa mengaplikasikan system simbolis atau dikenal
sebagai bahasa tubuh (body-language). Karena fungsi simbolis ini, gestur
memberikan pengibaran yang berbentuk fisik atau aksi-aksi atau perasaan-
perasaan yang diekspresikan. Ketika bahasa verbal memberikan suatu system
komunikasi yang artinya sudah cukup jelas dan tepat, bahasa tubuh
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
48
memberikan informasi tentang perasaan dan aksi dengan lebih ekpesif dari
pada kata-kata.
Gestur terdiri dari empat macam takni gestur ilustratif, gestur indikatif,
gestur empatik, dan gestur autistik.
1) Gestur ilustratif adalah gerakan fisikal yang menggambarkan sebuah
benda secara ilustratif dengan gerak tangan dan tubuh
2) Gestur indikatif adalah gestur yang menginformasikan tentang sesuatu
3) Gestur empatik adalah memberikan informasi yang melibatkan perasaan
atau fungsi indra orang lain
4) Gestur autistic adalah menandakan gestur dari reaksi diri sendiri ketika
berhadapan dengan orang lain atau lawan bicara.
Gambar 2.5 materi gestur
(sumber: buku Rikrik El Saptaria 2006)
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
49
4. Bahasa Tubuh
Bahsa tubuh adalah media komunikasi antara manusia yang mengunakan
isyarat tubuh, postur, posisi dan perangkat indranya. Komunikasi tubuh non-
verbal ini disajikan penulis dari rangkuman riset penulis dalam mengamati
film, observasi serta pengalaman dalam mengarap teater dan film. Bahasa
tubuh adalah persentasi makna dramatis yang ditampilkan melalui aksi-aksi
gestural menurut (Saptaria 2006: 53)
Dalam pengertian diatas tentu saja kita harus mengenali fungsi dalam
pengertian yang sudah dijelaskan diatas dengan cara mengaplikasikan dengan
latihan. Ada dua macam latihan untuk mengaplikasikan pengertian diatas
Gambar 2.6 materi bahasa tubuh
(Sumber: buku Rikrik El saptaria 2006)
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
50
d. Olah Tubuh
Olah tubuh bisa dilakukan dengan berbagai pendekatan. Dibeberapa
tempat di Negara Eropa lebih banyak didasarkan pada balet, sedangkan di
Indonesia bisa sangat mungkin berangkat dari pencak silat atau tari daerahnya
masing-masing.
Olah tubuh sebagai proses pembebasan adalah kesadaran elastisitas
tubuh sebagai alat fisual aktor yang mengarah pada kesadaran gestikulasi yang
propesional. Tahapan tahapan pemanasan menurut Saptaria (2006: 54).
1) Olah tubuh tentu mulai dengan pemanasan
2) Berlari kecil untuk penyesuaian kondisi tubuh
3) Senam dengan iringan music atau tanpa musik
4) Olah tubuh bisa dilakukan dengan permainan-permainan yang tidak
hanya berdasarkan kebutuhan tubuh tapi juga kebutuhan ingatan.
Gambar 2.7 materi olah tubuh
(Sumber: buku Rikrik El saptaria 2006)
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
51
e. Olah Mimik
Perangkat wajah dan sekitarnya, menjadi titik sentral yang akan dilatih.
Dalam olah mimic ini kita akan memaksimalkan delikan mata, kerutan dahi,
gerakkan mulut, pipi, rahang, leher, dan kepala secara berkesinambungan.
Gambar 2.8 materi olah mimik
(Sumber: buku Rikrik El saptaria 2006)
5. Kecerdasan Kinestetik
a. Pengertian Kecerdasan
Howard Gardner (1983) dalam Bahrudin (2015:200) menyatakan bahwa
“kecerdasan kinestetik merupakan kemampuan individu dalam memecahkan
persoalan dan menghasilkan produk suatu setting yang bermacam-macam dan
dalam situasi yang nyata.” Kecerdasan dapat dikembangkan melalui
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
52
pembelajaran di sekolah dengan melakukan berbagai kegiatan, penguatan dan
pembiasaan yang dilakukan secara terus menerus. Sedangkan Heidentich
(1970) dalaam Dalyono (2009: 184) menyatakan bahwa “kecerdasan
berkaitan dengan kemampuan untuk belajar dan mengunakan apa yang telah
dipelajari dalam usaha penyesuaian terhadap situasi-situasi yang kurang
dikenal, atau pemecahan masalah-masalah.”
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
merupakan kemampuan seseorang yang memahami sesuatu yang kompleks
untuk kemudian di aplikasikan atau dilakukan sehingga menghasilkan sebuah
proses yang bermakna.
b. Kecerdasan Majemuk
Kecerdassan majemu menurut Nurani (2009:183) yaitu “sebuah penilaian
yang dilihat secara deskritif bagaimana individu menggunakan kecerdasannya
untuk memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu”. Berdasarkan konsep
kecerdasan majemuk setiap anak memiliki 9 kecerdasan. Aspek kecerdasan
majemuk tersebut meliputi kecerdasan kinestetik, kecerdasan linguistik,
kecerdasan matematika, kecerdasan spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan
intrapersonal, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan naturalis. Ada kecerdasan
yang berkembang baik, cukup dan kurang. Anak dapat mengembangkannya
hingga ketingkat memadai, kegiatan itu sama bekerja untuk kegiatan sehari-
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
53
hari. Setiap anak memiliki untuk mewujudkan kecerdasannya Musfroh
(2010:12) sedangkan yang mencakup datangnya atau timbul suatu kecerdasan
ada beberapa yang harus diperhatikan “kecerdasan dalam kecerdasan
majemuk memiliki 8 bukti, yakni, lokasinya diotak, bukti genius, riwayat
perkembangan dan kinerja ahli, bukti-bukti sejarah dan kenyataan, dukungan
temuan pisikometri, dukungan riset psikologi, cara kerja yang teridentifikasi
dan system symbol” Musfiroh (2010:6)
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kecerdasan
Setiap individu memiliki tingkat dan jenis kecerdasan yang berbeda-beda.
Dalyono (2009: 188) menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi intelegensi atau kecerdasan diantaranya yaitu:
1) Pembawaan : pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang
dibawa sejak lahir. Faktor pembawaan dapat dilihat dari batas
kesanggupan yakni dapat tidaknya seseorang memecahkan suatu
persoalan atau masalah.
2) Kematangan : setiap manusia pasti mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang terkadang antara satu dan yang lainnya terdapat
perbedaan waktu untuk mencapai kematangan. Seseorang dapat dikatakan
telah mencapai kematangan jika setiap organ (baik fisik maupun piksi)
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
54
telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
Kematangan biasanya berkaitan dengan usia.
3) Pembentukan : pembentukan ialah segala keadaan diluar diri seseorang
yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Pembentukan
kecerdasan dapat dilakukan dengan sengaja (seperti disekolah-sekolah)
maupun pembentukan tidak sengaja (pengaruh kejadian alam sekitar)
4) Minat dan bawaan yang khas : minat mengarahkan kepada suatu tujuan
dan merupakan dorongan bagi perbuatan iitu. Seseorang yang memiliki
dorongan atau motif dalam diri untuk menyelidiki atau mencari tau akan
ssuatu hal bahkan bisa dikatakan bahwa seseorang itu memiliki minat.
5) Kebebasan : kebebasan berarti bahwa setiap orang memiliki-metode-
metode tentu dalam memecahkan masalahnya. Perbedaan dari setiap
individu inilah yang dapat mempengaruhi dan membedakan intelegensi
d. Kecerdasan Kinestetik
1) Kinestetik (Kecerdasan Penggunaan Tubuh)
Kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
beraktivitas mengerakan anggota tubuh Musfiroh (2010 : 9) anak dengan
kecerdasan kinestetik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Menonjol prestasinya didalam olahraga
b. Senang bergerak dan beraktivitas yang melibatkan gerak fisik
c. Senang melakukan pekerjaan lapangan
d. Gemar bongkar pasang mainan
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
55
Menurut Yauni (2012: 17)
Kecerdasan kinestetik adalah kemampuan untuk menggunkan
seluruh tubuh dalam mengekspresikan ide., perasan, dan
menggunakan tangan untuk menghasilkan atau mentransformasi
sesuatu. Kecerdasan ini mencakup keterampilan khusus seperti
koordinasi, keseimbangan, ketangkasan, kekuatan, fleksibilitas, dan
kecepatan. Kecerdasan ini juga meliputi keterampilan untuk
mengontrol gerakan-gerakan tubuh dan kemampuan untuk
memanipulasi objek.
Kecerdasan kinestetik menurut James Bellanca (2011:122) “kecerdasan
kinestetik adalah kecerdasan seluruh tubuh. Kecerdasan ini meningkatkan
kita mengontrol dan menginterpestasikan gerakan-gerakan tubuh, mengatur
objek-objek fisik, dan mengatur keseimbangan antara tubuh dan jiwa.”
Kecerdasan kinestetik selain dapat mengontrol tubuh dengan baik, juga
dapat merangsang ide-ide yang real tumbuh atau muncul dalam tubuh secara
otomatis
Kecerdasan kinestetik merupakan kemampuan seseorang untuk
mengontrol geraknya atau mengolah gerakan tubuhnya dengan baik. Maka
dari itu mengolah atau mempelajari kecerdasan kinestetik sangat penting
bagi pertumbuhan dan perkembangan pemikiran dari anak, tidak hanya itu
tingkat percaya diri juga dapat berkembang, sehingga pembelajaran untuk
meningkatkan kecerdasan kinestetik akan semakin epektif.
Musfiroh (2016: 116) menyebutkan bahwa anak-anak dengan
kecerdasan kinestetik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
56
1) Frekuensi gerak anak yang tinggi serta kelincahan yang tumbuh
2) Kemampuan kordinasi mata-tangan dan mata-kaki, seperti menggambar,
menulis, memanipulasi objek, menaksir secara visual, melempar
menendang dan menangkap.
3) Kemampuan, keluwesan dan kelenturan gerak lokomotor, seperti
berjalan, berlari, melompat dan merangkak
4) Kemampuan mereka mengontrol dan mengatur tubuh, kesadaran ruang,
dan keseimbangan, kemampuan menghentikan gerak dan merubah arah.
5) Kecenderungan memegang, menyentuh, dan memanipulasi, bergerak
untuk belajar tentang sesuatu serta kesenangannya menirukan orang
lain.
Dengan hal diatas setiap anak memiliki kecerdasan kinestetik. Namun
pada orang tertentu dengan stimulasi dan faktor pendukung lainnya. Anak
dengan kemampuan kecerdasan kinestetik memiliki tipe belajar yang
mengandalkan tangan dan tubuhnya.
Komponen inti dari kecerdasan kinestetik adalah kemampuan-
kemampuan fisik yang spesifik, seperti koordinasi, keseimbangan,
keterampilan, kekuatan, kelenturan, dan kecepatan maupun kemampuan
menerima atau merangsang dan hal yang berkaitan dengan sentuhan.
“Kemampuan ini juga merupakan kemampuan motorik halus, kepekaan
sentuhan, daya tahan dan reflex” (Yaumi 2012: 18)
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
57
Anak yang memiliki kelebihan dalam kecerdasan kinestetik cenderung
mempunyai perasaan yang kuat dan kesadaran mendalam tentang gerakan-
gerakan fisik. Anak mampu melakukan berkomunikasi dengan baik melalui
bahasa tubuh dan sikap dalam bentuk fisik lainnya. Anak juga dapat
melakukan atau mengerjakan tugas dengan baik setelah meniru dan
mengikuti tindakannya. Namun, “anak yang memiliki kecerdasan ini sering
merasa tidak tenang ketika duduk dalam waktu yang relative lama dan
bahkan merasa bosan jika sesuuatu yang dipelajari atau disampaikan tanpa
disertai dengan tindakan yang bersifat demontrasi” Yuami (2012: 106)
Menurut Gardner (2003:17) “kecerdasan gerak-kinestetik mempunyai
lokasi di otak kecil, otak keseimbangan, dan motor korteks. Kecerdasan ini
memiliki wujud relative berpariasi”. Bergantung pada komponen-komponen
kekuatan dan fleksibilitas serta domain seperti tari dan olahraga. Kecerdasan
kinestetik yang memungsikan geraknya otak kecil, dan otak keseimbangan
dapat dengan cepat merangsang anak dalam sebuah ide atau gagasan yang
telah dipelajari.
Menurut Thomas (2002: 5) “Kecerdasan kinestetik adalah kecerdasan
fisik. Kecerdasan ini mencakup dalam mengendalikan gerakan tubuh dan
keterampilan dalam menangani benda.” Orang yang mempunyai kecerdasan
kinestetik adalah orang-orang cekatan, indra perabanya sangat peka, tidak
bisa tinggal diam, dan berminat atas segala sesuatu.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
58
Dari berbagai penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
kinestetik adalah kemampuan yang dimiliki oleh manusia untuk
menggunakan seluruh anggota tubuh dalam berbagai kegiatan untuk
mengasah keterampilan yang dimilikinya.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Peneliti yang terdahulu yang berhubungan dengan judul yang saya
angkat yaitu antara lain:
1. Hasil Penelitian Sylvia Ratriasari Wibowo
Judul Penelitian: “PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN
BERMAIN PERAN MENGUNAKAN VIDEO TUTORIAL BERMAIL
PERAN PADA SISWA SMP” Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negri
Semarang yang dibuat pada Tahun 2017. Tujuan peneliti dengan mengambil
judul tersebut untuk menganalisis kebutuhan guru dan siswa terhadap video
cara bermain peran. Alasan si peneliti mengambil judul itu karena ingin
menganalisis kebutuhan media pembelajaran bermain peran. Hasil dari
penelitian ini agar siswa dapat membuat video tutorial bermain peran dengan
baik.
2. Hasil penelitian dari Nadea Asri Septvani 2017
Dengan pengambilan judul “PENERAPAN BRAIN GYM UNTUK
MENINGKATKAN KECERDASAN KINESTETIK SISWA KELAS X
DALAM PEMBELAJARAN SENI TARI DI SMK NEGERI 2
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
59
BANDUNG” peneliti ini menanggapi dari permasalah yang dialami siswa
SMK yang sulit dalam melakukan gerak tari, tingkat kecerdasan kinestetik
siswa SMK yang sangat rendah menjadi faktor utama penyebabnya. Dengan
proses kegiatan yang peneliti siapkan, peneliti mengharapkan siswa dapat
menyeimbangkan fungsi otak kiri (kognitif) dan otak kanan (kreativitas).
Untuk mengetahui hasil penelitian berhasil atau tidak, peneliti ini
membandingkannya dengan cara pre-test dan post test dengan menggunakan
penilaian.
3. Hasil penelitian dari Utami Sukma Diantika Pratiwi (2018)
Dengan pengambilan judul “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN
QUANTUM TEACHING AND LEARNING TERHADAP KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN SENI TARI” Studi Eksperimen
pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 44 Bandung. Permasalahan peneliti ini
yang diangkat dalam penelitiannya adalah potensi kecerdasan kinestetik
siswa yang belum terolah secara optimal melalui pembelajaran seni tari yang
nitabennya pembelajaran gerak. Pengaruh dari penelitian ini yang
menunjukan adanya pengaruh yang signifikan yang diberikan dengan model
pembelajarannya.
4. Hasil penelitian oleh Daud (2006)
Dengan pengambilan judul “MODEL PEMBELAJARAN
KOMPETENSI DASAR MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN
TEKNIK DISKUSI” jurusan pendidikan bahasa dan seni dari Universitas
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
60
Islam Nusantara (Studi Eksperimen dikelas XI SMA N 1 Nyalindung)
berdasarkan kurikulum 2004 dengan tahun ajaran 2005-2006
Peneliti ini menerapkan metode drama dengan dasar menulis naskah
agar penyusunan silabus dalam pembelajaran dasar menulis naskah bisa
dikategorikan baik. Selain itu untuk meningkatkan tingkat diskusi anak
dalam belajar.
C. Kerangka Pikir
Menurut Uma dalam bukunya Business Research (1992)
mengemukakan bahwa, kerangka pikir merupakan model konseptual tentang
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
didentifikasi sebagai masalah yang penting.
Dalam seni peran dengan mengunakan metode realis untuk
meningkatkan kecerdasan kinestetik kepada siswa SMP agar siswa dapat
mengetahui apa yang dimaksud dengan seni peran, metode realis, dan
kecerdasan kinestetik. Peneliti ini bertujuan agar siswa dapat mempelajari
peran dalam panggung dan juga di lingkungannya.
Metode Realis ajaran dari Stanislavski adalah sebuah kebenaran.
Hubungan antara seni peran dan metode realis sangat berkaitan sekali, karna
sebuah pemeranan perlu seseorang yang menjadi atau real (nyata) sesuai
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
61
yang diperankannya. Sedangkan kecerdasan kinestetik adalah kemampuan
menyelaraskan pikiran dengan badan sehingga informasi yang didapat dalam
pikiran diolah dan dapat menghasilkan out pun berupa gerakan-gerakan
tubuh yang kreatif dan memiliki makna.
Peneliti iti mwngharapkan dapat berkembangnya kecerdasan kinestetik
melalui peragaan atau pembelajaran seni peran dengan mengunakan metode
realis dari Stanislavski.
Bagan 2.1 kerangka pikir
(Sumber: dokumen Aldi Ernawan 2020)
KONDISI
AWAL
Guru belum
menggunakan
metode realis
Hasil pembelajaran
peserta didik untuk
meningkatkan
kecerdasan
kinesntetik rendah
TINDAKA
N
Guru mengunakan
metode realis dengan
pembelajaran seni peran
Guru mengunakan
metode realis dan
memperaktekannya
deng latihan seni
peran
KONDISI
AKHIR
Kesimpulan: siswa dapat meningkat kecerdesan
kinestetiknya dengan cara siswa memerankan
seseorang dengan pergerakan tubuhnya sesuai dengan
peranan yang dibawakannya dalam naskah, sesuai
dengan pengambilan metode dari Stanislavski.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--